18
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Subtema Jenis-Jenis Pekerjaan PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMA JENIS - JENIS PEKERJAAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SEKOLAH DASAR Desi Rahayu Efendi PGSD.FIP.Universitas Negeri Surabaya. [email protected] Julianto PGSD. FIP. Universitas Negeri Surabaya Abstrak Dalam proses pembelajaran penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Guru menggunakan model pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan. Penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam pembelajaran IPA yang berupa kertas berisi pertanyaan dibuat seperti bola salju dapat membantu siswa lebih mudah mengingat dan memahami cakupan materi IPA yang luas.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam pembelajaran IPA kelas IVA SDN Tenggulunan Sidoarjo. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IVA SDN Tenggulunan Sidoarjo yang berjumlah 37 siswa. Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelasyang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan melalui 3 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan serta refleksi. Data penelitian diperoleh melalui observasi dan tes. Data hasil observasi guru dianalisis dalam bentuk presentase. Data hasil belajar siswa dianalisis berdasarkan criteria ketuntasan belajar berdasarkan kurikulum 2013, kemudian dijabarkan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas guru mengalami peningkatan sebesar 13% yaitu dari siklus I sebesar 74% menjadi 87% pada siklus II. Hasil belajar siswa aspek pengetahuan mengalami peningkatan sebesar 27% yaitu dari siklus I sebesar 56% menjadi 83% pada siklus II. Sedangkan aspek Keterampilan mengalami peningkatan sebesar 19% yaitu dari siklus I sebesar 59% menjadi 78% pada siklus II. Dan aspek sikap mengalami peningkatan sebesar 16% yaitu dari siklus I sebesar 62% menjadi 78% pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan guru dapat meningkatkan kemampuanannya dalam menyajikan pembelajaran yang inovatif, efektif dan menyenangkan agar siswa memiliki pengalaman baru dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran IPA sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kata Kunci: Pembelajaran IPA, Snowball Throwing, Hasil Belajar Abstract In the process of learning, the using of appropriate models to create an enjoyable learning atmosphere so that the destination of learning goals can be achieved. Teachers used teaching models as a tool for creating effective teaching-learning process. Snowball Throwing Application of the model was applied in the learning of science students into the form the task make snowball to help students more easily remember and understand a wide range of materials science.This study aimed to describe the effect of Snowball Throwing application in 1594

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMA JENIS - JENIS PEKERJAAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SEKOLAH DASAR

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : DESI RAHAYU EFENDI

Citation preview

Page 1: PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMA JENIS - JENIS PEKERJAAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SEKOLAH DASAR

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Subtema Jenis-Jenis Pekerjaan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMA JENIS - JENIS PEKERJAAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SEKOLAH DASAR

Desi Rahayu EfendiPGSD.FIP.Universitas Negeri Surabaya. [email protected]

Julianto PGSD. FIP. Universitas Negeri Surabaya

Abstrak Dalam proses pembelajaran penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Guru menggunakan model pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan. Penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam pembelajaran IPA yang berupa kertas berisi pertanyaan dibuat seperti bola salju dapat membantu siswa lebih mudah mengingat dan memahami cakupan materi IPA yang luas.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam pembelajaran IPA kelas IVA SDN Tenggulunan Sidoarjo. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IVA SDN Tenggulunan Sidoarjo yang berjumlah 37 siswa. Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelasyang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan melalui 3 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan serta refleksi. Data penelitian diperoleh melalui observasi dan tes. Data hasil observasi guru dianalisis dalam bentuk presentase. Data hasil belajar siswa dianalisis berdasarkan criteria ketuntasan belajar berdasarkan kurikulum 2013, kemudian dijabarkan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas guru mengalami peningkatan sebesar 13% yaitu dari siklus I sebesar 74% menjadi 87% pada siklus II. Hasil belajar siswa aspek pengetahuan mengalami peningkatan sebesar 27% yaitu dari siklus I sebesar 56% menjadi 83% pada siklus II. Sedangkan aspek Keterampilan mengalami peningkatan sebesar 19% yaitu dari siklus I sebesar 59% menjadi 78% pada siklus II. Dan aspek sikap mengalami peningkatan sebesar 16% yaitu dari siklus I sebesar 62% menjadi 78% pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan guru dapat meningkatkan kemampuanannya dalam menyajikan pembelajaran yang inovatif, efektif dan menyenangkan agar siswa memiliki pengalaman baru dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran IPA sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Kata Kunci: Pembelajaran IPA, Snowball Throwing, Hasil Belajar

AbstractIn the process of learning, the using of appropriate models to create an enjoyable learning atmosphere so that the destination of learning goals can be achieved. Teachers used teaching models as a tool for creating effective teaching-learning process. Snowball Throwing Application of the model was applied in the learning of science students into the form the task make snowball to help students more easily remember and understand a wide range of materials science.This study aimed to describe the effect of Snowball Throwing application in Learning Science Classroom IVA SDN Tenggulunan Sidoarjo. The subject of this study are all students in class IVA SDN 3 Tenggulunan Sidoaarjo, amounting to 37 students. This type of research is action research class consisting of 2 cycles. Each cycle is carried out through Three stages: planning, execution and observation, also reflection. The research data obtained through observation and tests Data results of observations of teachers are analyzed in terms of percentage. Student achievement test data were analyzed based on the percentage in 2013 curiculum.The results showed teachers' activity increased by 13% from the first cycle of 74% to 87% in second cycle. Learning outcomes kognitif aspects of students has increased by 27% from the first cycle by 56% to 83% in second cycle. While the psychomotor aspects of students also increased by 19% from the first cycle of 59% to 78% in second cycle. The Affective aspect of Students has increased by 16% from the first cycle of 62% to 78% in second cycle. Based on these results, teachers were expected to increase its ability to present the learning by presenting an innovative and effective model for students to have new experiences and be motivated for following the science of learning that can improve student learning outcomesKeywords: science learning, snowball throwing, learning outcomes

.

1594

Page 2: PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMA JENIS - JENIS PEKERJAAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SEKOLAH DASAR

JPGSD, Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015,

PENDAHULUAN

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional khususnya pasal 1 butir 1 menyatakan bahwa “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar paserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa dan Negara “. Undang – undang ini dirumuskan dengan berlandaskan pada dasar falsafah Negara yaitu pancasila. Oleh karena itu, Pancasila harus tumbuh dalam diri peserta didik. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan membawa amanah harus mampu menumbuhkan nilai – nilai pancasila dalam jiwa peserta didik.

Dalam Kurikulum 2013 juga dikembangkan kompetensi yang sangat diperlukan sebagai instrument untuk mengarahkan peserta didik menjadi : 1) Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; 2) Manusia didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri dan 3) warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. ( Kemendikbud 2014 : 2 ). Keberhasilan pelaksanaan Kurikulum 2013 tidak hanya pada ketepatan dan comperehensiveness perumusan SKL dan kerangka dasar, serta struktur kurikulum, tetapi dari kepemimpinan kepala sekolah pada tingkat satuan pendidikan dan kepemimpinan guru pada tingkat kelas. Peran penting guru antara lain meliputi: (1) kemampuan menjabarkan topik-topik bahasan pada mata pelajaran menjadi informasi yang menarik dan mudah dipahami oleh peserta didik, (2) kemampuan untuk mengidentifikasi tingkat dan area kesulitan peserta didik dan kemampuan untuk membantunya keluar dari kesulitan tersebut, dan (3) kemampuan melakukan evaluasi kemajuan belajar siswa.

Berdaarkan hasil observasi dan evaluasi guru kelas IV di SD Negeri Tenggulunan Sidoarjo diperoleh informasi bahwa kemampuan siswa masih yang memiliki nilai di bawah KKM yaitu skala 2.66 sebanyak 21 orang, terutama pada materi Hubungan Sumber daya alam dengan jeni- jenis pekerjaan. Permasalahan tersebut bersumber karena guru kurang variatif dan kreatif dalam mengajar di kelas. Penggunaan media sebagai pendukung pembelajaran tidak maksimal disebabkan sumber belajar hanya dari buku pelajaran sehingga kegiatan pembelajaran kurang menarik. Siswa kurang minat dalam mengikuti pembelajaran. Ketika proses berlangsung, siswa asyik bermain sendiri, kurang antusias dan cepat

merasa bosan. Selain itu apabila kegiatan diskusi atau kerja kelompok berlangsung hanya sedikit siswa yang memperhatikan dan bertanggungjawab mengerjakan tugas kelompok, sehingga ada anggota kelompok aktif dan tidak aktif. Karena bersifat monoton dan kurang bervariatif karena kurang memasukkan unsur Permainan, sehingga menyebabkan siswa kurang tertarik pada materi pokok pembahasan Akibatnya juga nilai yang diharapkan kurang maksimal. Pembelajaran dapat di ilustrasikan sebagai berikut, mula–mula guru membuka pembelajaran dengan cara menerangkan pada siswa menggunakan media gambar melalui LCD, kemudian siswa diminta untuk mengamati gambar, mencoba untuk bertanya / Menanya dan berpikir / menalar kemudian dibagi dalam beberapa kelompok untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau mengerjakan tugas kemudian salah satu kelompok yaitu ketua kelompok membacakan hasil kelompoknya secara bergantian.

Untuk mengatasi permasalahan, peneliti menetapkan alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif, dimana guru berperan sebagai fasilitator, motivator, evaluator, dan transformator. Siswa belajar konstruktivis, membangun sendiri pengetahuan yang diperoleh, menemukan bersama kelompok, adanya interaksi pembelajaran multiarah dan lingkungan sebagai sumber belajar. Salah satu model pembelajaran yang dipilih adalah Snowball Throwing. Model ini dapat digunakan untuk memberikan konsep materi sulit kepada siswa serta dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa pada materi tersebut, Karena secara psikologis, anak usia sekolah dasar berada dalam dunia bermain. Seperti yang dikatakan oleh Bobbi dePorter dalam Quantum Learning, (1999:22-24) menginformasikan kepada kita tentang pentingnya menciptakan suasana kelas sebagai tempat ‘bermain sambil belajar’ yang aman dari caci maki dan ancaman serta bermakna bagi siswa.

Tugas guru adalah menciptakan dan mengoptimalkan suasana bermain tersebut dalam kelas sehingga menjadi media yang efektif untuk pembelajaran., Kenyattaanya dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar justru mengabaikan (apalagi menghilangkan) dunia bermain anak. Pembelajaran IPA akan berlangsung efektif jika kegiatan belajar mengajarnya mampu mencitrakan kepada siswa bahwa kelas adalah tempat untuk bermain, aman dari segala bentuk ancaman dan hambatan psikologis, serta memfasilitasi siswa untuk secara lugas mengemukakan dan mencobakan ide-idenya.

1595

Page 3: PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMA JENIS - JENIS PEKERJAAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SEKOLAH DASAR

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Subtema Jenis-Jenis Pekerjaan

Pada model pembelajaran Snowball Throwing ini peneliti akan mengkolaburasikan dengan pendekatan Saintifik dengan tidak menghilangkan tahapan – tahapan pada proses pembelajaran sesuai aturan Kurikulim 2013, Karna Pendekatan Saintifik merupakan Ciri dari Kurikulum 2013 dan memiliki Tahapan sendiri yang tidak boleh Dihilangkan oleh guru dalam melaksanakan proses Pembelajaran, sehingga siswa akan merasa lebih termotivasi dalam pembelajaran.Snowball Throwing. Strategi pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada teman satu kelompoknya. Lemparan pertanyaan menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar – lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang menerima bola kertas lalu membuka dan dan menjawab pertanyaan di dalamnya. Melalui Pertukaran ide – ide dengan orang lain, seorang anak tadinya memiliki pandangan subjektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah menjadi objektif. Pembelajaran IPA yang menarik dan menyenangkan dengan menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing menjadikan siswa dapat merasa senang melakukan kegiatan pembelajaran sehingga juga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan meningkatnya hasil belajar siswa.

Pendapat tentang pemilihan model Snowball Throwing didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nurjana Tri Afdilla ( 2014 ). “Penerapan Model Snowball Throwing dengan Media TTS untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran IPA Kelas IV SDN Gunungpati 03 Semarang”. Pada kondisi awal menunjukkan guru dalam pembelajaran masih bersifat konvensional. Siswa cenderung bosan dan malas mengikuti pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa rendah. Setelah diadakan penelitian dengan dua siklus, terjadi peningkatan kualitas pembelajaran. Perbedaannya dengan Penelitian ini adalah terletak pada penggunaan media pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran dan dalam penggunaan Kurikulum. Pada Penelitian yang dilakukan sebelumnya menggunakan media TTS sedangkan pada penelitian ini dengan menggunakan gambar – gambar Sumber daya alam yang ditampilkan melalui LCD Sedangkan kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2006 yaitu KTSP, dalam penelitian ini menggunakan kurikulum 2013.

Penelitian ini mempunyai rumusan masalah dan bertujuan untuk mengetahui Bagaimana pelaksanaan pembelajaran tentang hubungan sumber daya alam dengan jenis-jenis pekerjaan dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing pada subtema jenis-

jenis pekerjaan dan Bagaimanakah hasil belajar siswa tentang hubungan sumber daya alam dengan jenis-jenis pekerjaan dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing subtema jenis-jenis pekerjaan di Kelas IV SDN Tenggulunan Sidoarjo.

Snowball Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001:5). Pembelajaran dengan model snowball throwing, menggunakan tiga penerapan pembelajaran antara lain pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas melalui pengalaman nyata (constructivisme), pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri (inquiry), pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya” (questioning) dari bertanya siswa dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Di dalam model pembelajaran snowball throwing, strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut Snowball Throwing ( ST ) atau Snowbal fight merupakan pembelajaran yang diadopsi pertama kali dari game fisik dimana segumpalan salju dilempar dengan maksud memukul orang lain .

Dalam konteks pembelajaran Snowball Throwing diterapkan dengan melempar segumpalan kertas untuk menunjuk siswa yang diharuskan menjawab soal dari temannya sendiri. Strategi ini digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut. ( Huda : 2014 ; 226 ) sehingga dalam pembelajaran, kegiatan melempar bola pertanyaan akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya, atau berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Model pembelajaran Snowball Throwing dapat melatih siswa lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan kepada temannya.

Menurut Asrori (2010: 3) Terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari model pembelajaran  Snowball Throwing diantaranya ada unsur permainan yang menyebabkan metode ini lebih menarik perhatian murid,

1596

Page 4: PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMA JENIS - JENIS PEKERJAAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SEKOLAH DASAR

JPGSD, Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015,

yaitu : Dapat meningkatkan keaktifan belajar murid, dapat menumbuh kembangkan potensi intelektual sosial, dan emosional yang ada di dalam diri murid. Dan Dapat melatih murid mengemukakakn gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif. Adanya model pembelajaran Snowball Throwing yang dilaksanakan dalam bimbingan kelompok dapat meningkatkan kepercayaan diri murid dalam menyampaikan pendapat. Karena semua murid mendapat kesempatan untuk bertanya dan menyampaikan pendapat sesuai dengan pertanyaan yang mereka dapatkan dalam pembelajaran.

METODEJenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian

tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan Model Pembelajaran Snwball Throwing dalam proses pembelajarannya. Penelitian tindakan kelas dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dikelas dan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam proses pembelajaran dikelas. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan yang terdiri dari : perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Tahap 1 sampai dengan tahap 3 tersebut adalah sebuah proses yang merupakan sebuah siklus. Jadi, setiap siklus menempuh ketiga tahapan tersebut. Jumlah siklus pembelajaran dibentuk oleh ketercapaian tujuan penelitian. Dalam pelaksanaannya pada penelitian ini menggunakan dua siklus. Pada tahap Perencanaan penelitian mencakup kegiatan-kegiatan penyusunan RPP yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas serta penentuan media yang sesuai beserta cara penggunaannya. Pelaksanaan penelitian merupakan tahap implementasi RPP yang telah disusun. Bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran, observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan guru selama pembelajaran berlangsung. Dalam pelaksanaan pembelajaran peneliti telah menyiapkan pedoman untuk instrumen observasi. Refleksi merupakan tahap akhir setiap siklus. Pada tahap ini peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas berkumpul untuk membahas berbagai data yang diperoleh dalam pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. Subjeknya adalah Guru dan siswa kelas IVA SDN Tenggulunan Sidoarjo dengan jumlah siswa 37 orang yang terdiri dari 17 siswa perempuan dan 20 siswa laki-laki. Pada teknik pengumpulan data menggunakan observasi untuk mengetahui aktivitas guru yaitu berupa daftar isian yang tersusun dan di dalamnya tercantum aspek-aspek yang perlu diperhatikan pada waktu pengamatan berlangsung dengan bantuan observer yaitu guru kelas dari kelas IVA. Dan menggunakan Tes yang dilakukan dalam bentuk LKS dan lembar evaluasi untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa terhadap pembelajaran IPA dengan Menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing. Tes formatif untuk mengukur keberhasilan siswa pada aspek pengetahuan, pada aspek keterampilan dan sikap menggunakan rubrik/lembar pengamatan beserta descriptor. sedangkan teknik analisis data. Dengan cara menghitung presentase keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran Untuk analisis data hasil observasi aktivitas guru, peneliti menggunakan rumus :

Keterangan:P = persentase yang diharapkanF = skor yang diperolehN = skor maksimumKemudian dijabarkan secara deskriptif dan dikategorikan dalam, kategori sangat baik jika mendapat nilai 86%-100%, baik jika mendapat nilai 76%-85%, cukup jika mendapat nilai 60%-75% kurang jika mendapat nilai 55%-59% dan kurang sekali jika mendapat nilai <54% .

Data hasil belajar siswa dengan cara dianalisis berdasarkan kriteria ketuntasan hasil belajar siswa sesuai dengan analisis kurikulum 2013. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, siswa dapat dikatakan belum tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya bila menunjukkan indikator nilai < 2.66 dari hasil tes formatif. Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, siswa dinyatakan sudah tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai ≥ 2.66 dari hasil tes formatif. Dan Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, ketuntasan siswa dilakukan dengan memperhatikan aspek sikap pada KI-1 dan KI-2 untuk seluruh matapelajaran, yakni jika profil sikap siswa secara umum berada pada kategori baik (B) menurut standar yang ditetapkan satuan pendidikan yang bersangkutan. Dengan memggunakan rumus : ( skala 1-4 )

Nilai = x 4

Krtiteria :3,66 -4 : Sangat Baik2,66 - 3,33 : Baik1,66 – 2,33 : Cukup1 – 1,33 : KurangKemudian Menghitung persentase ketuntasan klasikal dengan rumus:

1597

x100%N

FP =

x100%N

FP =

Page 5: PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMA JENIS - JENIS PEKERJAAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SEKOLAH DASAR

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Subtema Jenis-Jenis Pekerjaan

Keterangan:P = nilaiF = jumlah siswa yang tuntas belajarN = jumlah siswa

Hasil ketuntasan belajar siswa dijabarkan secara deskriptif dan dikategorikan dalam, kategori sangat baik jika mendapat nilai 86%-100%, baik jika mendapat nilai 76%-85%, cukup jika mendapat nilai 60%-75% kurang jika mendapat nilai 55%-59% dan kurang sekali jika mendapat nilai <54% .HASIL DAN PEMBAHASANHasil

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan pengamatan tahap refleksi. Data yang didapat dalam penelitian ini ada 2 jenis, yaitu data hasil observasi aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung, dan data hasil belajar siswa. Pada tahap perencanaan siklus I yang dilakukan oleh guru adalah Menganalisis kurikulum, mengembangkan perangkat pembelajaran (silabus, materi, media, LKS, kunci, LP dan kunci, serta RPP), mengembangkan instrument penilaian (lembar pengamatan aktifitas guru, lembar evaluasi tes hasil belajar, menentukan observer melakukan sharing untuk menyamakan persepsi dengan observer dan menyusun jadwal kemudian mengadakan upaya perbaikan pada siklus II. Pada tahap pelaksanaan dan pengamatan guru melaksanakan langkah–langkah pembelajaran berdasarkan sintak Model pembelajaran snowball Throwing yang dikolaburasikan dengan tahapan pada pendekatan scientifik sebagai cirri dari pelaksanaan kurikulum 2013, juga memberikan penilaian pada hasil belajar siswa yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Aspek pengetahuan melalui tes formatif sedangkan aspek keterampilan melalui lembar pengamatan beserta descriptor. Tahap refleksi dengan cara melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran snowball throwing siklus I bedasarkan hasil pengamatan dari peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran pada siklus I. Untuk dilakukan upaya perbaikan pada siklus II sehingga kekurangan yang ada pada siklus I dapat diatasi dan dapat mencapai tujuan indicator pembelajaran yang akan dicapai.

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut : Pada kegiatan awal, Guru menyapa siswa dengan salam dan mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing Guru membuka pelajaran dengan menanyakan kabar siswa, Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa.Guru

memotivasi siswa agar semangat dalam mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menyanyikan sebuah lagu, Guru melakukan apersepsi dengan membuka wawasan siswa mengenai sumber daya alam untuk masuk pada materi pembelajaran Pada kegiatan inti kegiatan pembelajaran meliputi : Pada Fase 1 Guru menyampaikan materi yang akan disajikan dengan meminta siswa untuk mengamati gambar secara cermat Tentang Contoh Sumber daya alam agar dapat menjelaskan pengertian sumber daya alam dan jenisnya (Termasuk dalam kegiatan Mengamati) Siswa mengamati gambar Contoh sumber daya alam dan bertanya pada guru tentang sesuatu yang tidak jelas / dimengerti ( termasuk dalam kegiatan Menanya) Guru mengajak siswa mengamati gambar proses pembuatan teh dan menanyakan pada siswa pekerjaan apa saja yang ada pada proses pembuatan teh tersebut ( termasuk kegiatan Mengamati ), Siswa mencermati gambar dan mencari jawaban dari pertanyaan sesuai gambar pembuatan teh berdasarkan pengamatan nya. ( termasuk kegiatan Mengamati ), Guru menstimulus rasa ingin tahu peserta didik dengan memberikan pertanyaan-pertanyan pancingan seperti : pekerjaan yang ada di perkebunan tersebut, dan tugas dari setiap pekerja tersebut. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai Sumber daya alam dan hubungaanya dengan jenis pekerjaan yang ada di suatu daerah ( termasuk dalam kegiatan Mengumpulkan Inforrmasi dan Mengasosiasikan / mengolah informasi ) Siswa menanyakan pertanyaan yang belum jelas mengenai materi pembelajaran ( termasuk kegiatan Menanya )

Pada Fase 2 Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. Guru membentuk siswa berkelompok, Tetapi belum memanggil masing-masing ketua kelompok hanya membagikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan secara bersama –sama Siswa bersama kelompoknya mengerjakan lks yang diberikan oleh guru ( termasuk dalam kegiatan Mengumpulkan Inforrmasi dan Mengasosiasikan / mengolah informasi ) Guru membimbing setiap kelompok dengan berkeliling menghampiri setiap kelompok Guru dan siswa membahas pekerjaan pada lembar kerja siswa dengan cara menyuruh setiap kelompok menjawab pertanyaan dari lks tersebut secara bergantian dan kelompok lain untuk menanggapi jawaban dari kelompok lain ( termasuk dalam kegiatan Mengkomunikasikan )

Pada Fase 3 Guru memanggil masing-masing ketua kelompok dan memberikan penjelasan tentang materi setelah itu ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. ( termasuk

1598

Page 6: PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMA JENIS - JENIS PEKERJAAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SEKOLAH DASAR

JPGSD, Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015,

dalam kegiatan Mengumpulkan Inforrmasi dan Mengasosiasikan / mengolah informasi ) Pada Fase 4 Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. ( termasuk dalam kegiatan Mengumpulkan Inforrmasi )

Pada Fase 5 kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 5 menit. Pada Fase 6 siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. ( Termasuk dalam kegiatan Mengkomunikasikan ) Pada Fase 7 Pertanyaan dibacakan setiap kelompok secara bergantian sedangkan kelompok yang lainnya menyimak dan memberikan tanggapan atas jawaban dari kelompok lainnya. ( termasuk dalam kegiatan Mengolah informasi dan mengkomunikasikan ), Pada Fase 8 Guru memberikan pennilaian bagi setiap kelompok berdasarkan tingkat kemudahan dan kesulitan pertanyaan sehingga dapat diketahui bahwa materi yang mana yang belum dipahami oleh siswa. diharapkan oleh guru materi dapat dipahami oleh siswa dari yang mudah sampai yang sulit seperti bola salju yang menggelinding semakin jauh semakin besar gumpalan saljunya

Pada Kegiatan akhir kegiatan yang dilakukan adalah : Termasuk dalam Fase 9 Guru bersama dengan murid memberikan kesimpulan atas meteri pembelajaran yang diberikan. Fase 10 Guru memberikan evaluasi sebagai bahan penilaian pemahaman murid akan materi pembelajaran dan memberikan reward bagi kelompok yang terbaik. Fase 11 Guru menutup pembelajaran dengan memberikan pesan-pesan moral dan tugas di rumah.

Kriteria yang dijadikan penilaian pada aktivitas guru adalah Mempersiapkan siswa (A), melakukan apersepsi (B), menyampaikan Tujuan pembelajaran, menjelaskan materi pembelajaran (C), menyampaikan Tujuan pembelajaran (D), menjelaskan materi pembelajaran (E), Membagi siswa berkelompok (F), memanggil ketua kelompok untuk menyampaikan materi agar dapat menjelaskan pada teman kelompoknya (G), memberikan kesempatan pada siswa untuk mencari informasi dengan membaca atau bertanya pada teman (H), membimbing siswa untuk membuat pertanyaan dalam kelompok belajar (I), memberikan penilaian terhadap jawaban siswa yang dibentuk seperti bola salju (J), memotivasi adanya interaksi antar siswa dalam mempresentasikan dan menanggapi jawaban dari temannya (K) mengevaluasi hasil kinerja siswa (L) membimbing siswa

menarik kesimpulan dan (M) melakukan refleksi pembelajaran

Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus I tersaji dalam Diagram 1.1 berikut.

Diagram 1 Aktivitas Guru pada Siklus I

Secara keseluruhan persentase aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus I mendapatkan nilai 74% dalam kategori kurang, Untuk itu perlu adanya perbaikan pada siklus II dengan cara menganalisis bentuk kekurangan pada siklus I. Perbaikan yang dilakukan oleh guru dalam siklus II adalah dengan meningkatkan aktivitas guru dalam membimbing siswa pada saat kelompok belajar, agar siswa dapat mengatasi kesulitan yang mereka alami dan membimbing siswa dalam membuat pertanyaan, Selain itu, guru perlu memotivasi dan memberikan kesempatan bertanya lebih banyak bagi siswa agar dapat menyampaikan hal yang menjadi kesulitan mereka. Sebagai fasilitator selama proses pembelajaran guru perlu meningkatkan rasa ingin tahu siswa agar mendorong terjadinya interaksi antar siswa. Upaya perbaikan lainnya yaitu melakukan refleksi pembelajaran dengan tanya jawab dengan mengaitkan dalam kehidupan nyata siswa agar pertanyaan yang diberikan tidak membingungkan siswa sehingga mudah dimengerti dan menjadi pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

Hasil pengamatan aktivitas guru selama proses pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran snowball throwing pada siklus II tersaji dalam Diagram 1.2 berikut.

1599

Page 7: PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMA JENIS - JENIS PEKERJAAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SEKOLAH DASAR

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Subtema Jenis-Jenis Pekerjaan

Diagram 2 Aktivitas Guru pada Siklus IIDengan adanya upaya perbaikan pada siklus II

aktivitas guru mendapatkan nilai 87% dalam kategori sangat baik . Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas guru pada siklus ini telah mencapai persentase indikator keberhasilan yaitu aktivitas guru mencapai persentase ≥ 80%.

Dalam keberhasilan suatu pembelajaran, peranan guru dalam menyajikan suatu pembelajaran sangatlah penting. Guru sebagai perencana sekaligus pelaksana harus mampu memciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, memotivasi dan mengarahkan siswa kedalam kegiatan belajar mengajar sesuai apa yang telah disusun dalam sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran. Kemampuan guru dalam membimbing siswa dimana guru dituntut untuk dapat mengidentifikasi kesulitan yang dialami siswa ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Kemampuan guru menyajikan pembelajaran yang terlihat dalam aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung mengalami peningkatan pada siklus I dan siklus II.

Peningkatan aktivitas guru pada siklus I dan siklus II tersaji dalam Diagram 1.3 berikut.

Diagram 3 Peningkatan Aktivitas Guru pada Siklus I dan II

Hasil Belajar Siswa meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Berdasarkan Kriteria ketuntasan

hasil belajar dalam kurikulum 2013 dituliskan bahwa Hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan dikatakan mengalami ketuntasan belajar jika siswa dinyatakan sudah tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai ≥ 2.66 dari hasil tes formatif. Sedangkan pada aspek keterampilan siswa dinyatakan mengalami ketuntasan belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya yang menunjukkan indikator nilai ≥2.66 dari hasil pengamatan Dan Siswa dinyatakan sudah tuntas pada aspek sikap untuk seluruh mata pelajaran, yakni jika profil sikap siswa secara umum berada pada kategori baik (B) menurut standar yang ditetapkan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan tujuannya adalah Untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran melalui model pembelajaran Snowball Throwing siswa diberikan soal evaluasi pada akhir pembelajaran Hasil belajar siswa pada aspek keterampilan bertujuan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam hal Kemampuan bekerjasama, keterampilan dalam menyusun pertanyaan, kemampuan menghargai pendapat teman dan keterampilan dalam menyajikan presentasi. yang dinilai oleh guru melalui rubrik penilaian saat kegiatan inti yaitu pelaksanaan model pembelajaran snowball throwing berlangsung. Sedangkan hasil belajar siswa pada aspek sikap bertujuan untuk membentuk karakter / sikap yang diharapkan sesuai denga indicator pembelajaran IPA dalam hubungannya dengan subtema jenis-jenis pekerjaan .Pada penelitian ini untuk muatan pelajaran IPA aspek sikap yang diamati oleh guru adalah jujur, disiplin dan toleransi yang dinilai dalam bentuk rubrik penilaian, aspek sikap ini dilaksanakan pada saat kegiatan inti yaitu pada saat pelaksanaan model pembelajaran snowball throwing.

Hasil belajar siswa pada siklus I tentang aspek Pengetahuan setelah menerapkan model pembelajaran snowball throwing siswa yang tuntas adalah 56% dan siswa yang tidak tuntas belajar sebesar 44%. Hasil ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I kurang, Hasil belajar siswa pada aspek keterampilan pada siklus I adalah 59% dengan kategori kurang. Sedangkan persentase hasil belajar siswa aspek sikap pada siklus I sebesar 62% dengan kategori cukup. Siswa masih perlu untuk meningkatkan sikap dan keterampilan unjuk kerja secara optimall

Berikut adalah diagram hasil belajar siswa yang meliputi aspek pengetahuan, aspek keterampilan dan sikap pada siklus I.

Diagram aspek pengetahuan siswa pada siklus I dapat dilihat sebagai berikut.

1600

Page 8: PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMA JENIS - JENIS PEKERJAAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SEKOLAH DASAR

JPGSD, Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015,

Diagram 4 Hasil Belajar Siswa Aspek Pengetahuan Siklus I

Diagram aspek Keterampilan dan sikap siswa pada siklus I dapat dilihat sebagai berikut.

Diagram 5 Hasil Belajar Siswa Aspek Keterampilan Siklus I

Diagram 6 Hasil Belajar Siswa Aspek SikapSiklus I

Berdasarkan hasil pengamatan, Hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap pada siklus I belum menunjukkan indikator keberhasilan untuk itu perlu dilaksanakan siklus II untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I sehingga mencapai keberhasilan pada siklus II. Upaya perbaikan yang dilakukan oleh guru dalam aspek pengetahuan adalah memotivasi dan membimbing siswa agar mampu menyusun pertanyaan dan mempresentasikannya, guru juga menyusun kembali perangkat pembelajaran seperti RPP, media pembeljaran, sumber belajar dan bentuk lembar kerja yang akan diberikan pada siswa.

Peningkatan hasil belajar siswa aspek pengetahuan pada siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada diagram dibawah ini :

Diagram 7 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Aspek Pengetahuan pada Siklus I dan II

Berdasarkan diagram 7 menunjukkan bahwa ada peningkatan jumlah siswa yang mengalami ketuntasan dalan hasil belajarnya pada aspek pengetahuan sebesar 16%, dari kategori kurang menjadi kategori baik. Dengan demikian hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan telah mencapai keberhasilan.

Hasil belajar siswa pada aspek keterampilan dalam siklus II juga menunjukkan peningkatan jumlah ketuntasan siswa dalam hasil belajarnya yang ditunjukkan oleh diagram dibawah ini :

1601

Page 9: PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMA JENIS - JENIS PEKERJAAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SEKOLAH DASAR

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Subtema Jenis-Jenis Pekerjaan

Diagram 8 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Aspek Keterampilan pada Siklus I dan II

Berdasarkan Diagram 8 menunjukkan bahwa ada peningkatan jumlah siswa yang mengalami ketuntasan dalan hasil belajarnya pada aspek keterampilan sebesar 19%, dari kategori kurang menjadi kategori baik, Dengan demikian hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan telah mencapai keberhasilan.

Hasil belajar siswa pada aspek sikap dalam siklus II juga menunjukkan peningkatan jumlah ketuntasan siswa dalam hasil belajarnya yang ditunjukkan oleh diagram dibawah ini :

Diagram 9 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Aspek Sikap pada Siklus I dan II

Berdasarkan Diagram 9 menunjukkan bahwa ada peningkatan jumlah siswa yang mengalami ketuntasan dalan hasil belajarnya pada aspek sikap sebesar 16%, dari kategori kurang menjadi kategori baik, Dengan demikian hasil belajar siswa pada aspek sikap telah mencapai keberhasilan.

PembahasanDalam pembahasan ini akan dipaparkan

perkembangan pelaksanaan pembelajaran IPA dengan

menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing. Keberhasilan penelitian ini ditunjukkan oleh digram yang mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II dimulai dari hasil belajar siswa yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Secara umum, pengetahuan siswa pada siklus I termasuk dalam kategori kurang Peningkatan ini disebabkan oleh kemampuan siswa dalam mempresentasikan jawaban atau pendapat yang diberikan oleh temannya dalam bentuk bola salju, Hal ini sependapat dengan pendapat dari Asrori dalam Penggunaan Model Belajar Snowball Throwing dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar ( 2010 : 5 ), menyatakan bahwa Pembelajaran dengan model snowball throwing, menggunakan tiga penerapan pembelajaran antara lain pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas melalui pengalaman nyata (constructivisme), pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri (inquiry), pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya” (questioning) dari bertanya siswa dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Di dalam model pembelajaran snowball throwing, strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut. Pendapat ini telah Nampak dilakukan oleh siswa dalam siklus II, sehingga hasil belajar siswa aspek pengetahuan semula pada siklus I sebesar 56% menjadi 83% pada siklus II dengan demikian hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan telah mencapai keberhasilan.

Hasil belajar siswa aspek keterampilan dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran Snowball throwing pada siklus I memperoleh persentase sebesar 59%. mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 78%. Hal ini disebabkan karena siswa sudah dapat membuat pertanyaan yang berhubungan dengan materi juga dapat mempresentasikan dengan tepat. Hal ini senada dengan pendapat Asrori dalam Penggunaan Model Belajar Snowball Throwing dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar ( 2010 : 3 ) menyatakan bahwa salah manfaat yang dapat diperoleh dari model pembelajaran  Snowball Throwing, yaitu : 1) Dapat meningkatkan keaktifan belajar murid. 2) Dapat menumbuh kembangkan potensi intelektual sosial, dan emosional yang ada di dalam diri murid. 3) Dapat melatih murid mengemukakakn gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif. Ketiga hal ini sudah Nampak dilakukan oleh siswa pada siklus II. Siswa

1602

Page 10: PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMA JENIS - JENIS PEKERJAAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SEKOLAH DASAR

JPGSD, Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015,

dapat membuat pertanyaan sesuai dengan materi untuk dijawab oleh temannya dan siswa juga dapat menghargai pendapat temannya dengan menyimak dan memberikan tanggapan terhadap pendapat temannya sehingga dapat melakukan kerjasama dengan baik. Guru juga meningkatkan upaya perbaikan dengan memberikan bimbingan pada saat melaksanakan diskusi. Dengan demikian hasil belajar siswa pada aspek keterampilan telah mencapai keberhasilan. Keberhasilan ini terbukti dengan adanya peningkatan aspek keterampilan siswa sebesar 19% yaitu dari siklus I sebesar 59% menjadi 78% pada siklus II.

Aspek sikap siswa nampak dari unjuk kerja yang dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung sudah baik namun perlu adanya peningkatan lagi agar lebih optimal. Dalam pelaksanaan diskusi dengan menerapkan model pembelajaran snowball throwing, siswa sudah dapat berbuat jujur tidak mencontek temannya dalam membuat pertanyaan, dengan tepat waktu Siswa juga menghargai pendapat temannya sebagai rasa toleransi terhadap temannya.. Guru juga meningkatkan upaya perbaikan dengan memberikan bimbingan pada saat melaksanakan diskusi. Keberhasilan ini terbukti dengan adanya peningkatan aspek keterampilan siswa sebesar 16% yaitu dari siklus I sebesar 62% menjadi 78% pada siklus II. Dengan demikian hasil belajar siswa pada aspek keterampilan telah mencapai keberhasilan.

Ketuntasan hasil belajar siswa pada ketiga aspek yaitu, pengetahuan, keterampilan dan sikap dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal diperoleh dari dalam individu siswa itu sendiri misalnya motivasi. Motivasi sangat penting diberikan pada siswa agar siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Peran guru adalah bagaimana meningkatkan motivasi dalam diri siswa salah satunya dengan menciptakan model pembelajaran yang menyenangkan seperti model pembelajaran snowball throwing. Hal ini ditulis dalam Depdiknas ( 2001:5) yang menyatakan bahwa Snowball Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) dalam diri siswa. Dengan menerapkan model pembelajaran snowball throwing dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar mengetahui, belajar bekerja,belajar hidup bersama dan menjadi diri siswa itu sendiri sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

Sedangkan faktor eksternal diperoleh siswa dari lingkungan belajar yang kondusif, termasuk peran didalmnya adalah peran guru dalam menyampaikan

materi pembelajaran melalui model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan seperti model pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti yaitu model pembelajaran snowball throwing, karena memasukkan unsur permainan seperti yang diartikan oleh Huda ( 2014 ; 226 ) menyebutkan bahwa Snowball Throwing ( ST ) atau Snowbal fight merupakan pembelajaran yang diadopsi pertama kali dari game fisik dimana segumpalan salju dilempar dengan maksud memukul orang lain . Dalam konteks pembelajaran Snowball Throwing diterapkan dengan melempar segumpalan kertas untuk menunjuk siswa yang diharuskan menjawab soal dari guru,dengan adanya peran guru yang dapat menciptakan lingkungan kondusif dan menyenangkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti dengan menerapkan model pembelajaran snowball throwing dapat menciptakan lingkungan yang kondusif dan menyenangkan yang dapat pula meningkatkan hasil belajar siswa.

Dalam keberhasilan suatu pembelajaran, peranan guru dalam menyajikan suatu pembelajaran sangatlah penting. Guru sebagai perencana sekaligus pelaksana harus mampu memciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, memotivasi dan mengarahkan siswa kedalam kegiatan belajar mengajar sesuai apa yang telah disusun dalam sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran. Kemampuan guru dalam membimbing siswa dimana guru dituntut untuk dapat mengidentifikasi kesulitan yang dialami siswa ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Kemampuan guru dalam menyajikan pembelajaran memberikan pengaruh dalam keberhasilan proses pembelajaran. Kemampuan guru menyajikan pembelajaran yang terlihat dalam aktivitas guru selama proses pembelajaran

Aktivitas guru dalam pemebelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran snowball throwing pada siklus I memperoleh persentase sebesar 74%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam siklus I dalam kategori kurang dan mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 87%. Guru kurang membimbing siswa selama pembelajaran dalam kelompok sehingga siswa masih belum mengerti benar tugas mereka. Siswa terbiasa dengan pembelajaran klasikal sehingga ketika pembelajaran dalam kelompok siswa mengalami kebingungan terhadap tugas yang harus mereka kerjakan. Guru juga kurang memberikan kesempatan bertanya pada siswa sehingga siswa tidak dapat menyampaikan hal yang belum mereka mengerti. Pada akhir pembelajaran, guru melakukan refleksi dengan melakukan tanya jawab dengan siswa, namun karena terlalu banyak pertanyaan yang diberikan sehingga siswa menjadi bingung dengan maksud pertanyaan-pertanyaan tersebut.

1603

Page 11: PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMA JENIS - JENIS PEKERJAAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SEKOLAH DASAR

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Subtema Jenis-Jenis Pekerjaan

Berdasarkan kekurangan tersebut, maka diadakan upaya perbaikan pada siklus berikutnya. Upaya perbaikan dilakukan dengan meningkatkan aktivitas membimbing siswa dalam kelompok belajar agar siswa dapat mengatasi kesulitan yang mereka alami dan membimbing siswa dalam membuat pertanyaan, Selain itu, guru perlu memotivasi dan memberikan kesempatan bertanya lebih banyak bagi siswa agar dapat menyampaikan hal yang menjadi kesulitan mereka. Sebagai fasilitator selama proses pembelajaran guru perlu meningkatkan rasa ingin tahu siswa agar mendorong terjadinya interaksi antar siswa. Upaya perbaikan lainnya yaitu melakukan refleksi pembelajaran dengan tanya jawab dengan mengaitkan dalam kehidupan nyata siswa agar pertanyaan yang diberikan tidak membingungkan siswa sehingga mudah dimengerti dan menjadi pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

Setelah ada upaya perbaikan, kualitas aktivitas guru pada siklus II mengalami kenaikan sebesar 13% dari siklus sebelumnya. Aktivitas guru selama proses pembelajaran dalam siklus II mencapai persentase 87%. Aktivitas guru dalam semua aspek dikategorikan baik. Dalam memotivasi dan melakukan apersepsi, guru menyajikan media benda konkrit dan memotivasi siswa dengan kegiatan tanya jawab yang menyenangkan sehingga merangsang siswa untuk bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru mengaitkan materi pembelajaran dengan kegiatan sehari-hari siswa sehingga siswa mudah memahami tentang materi yang akan diajarkan.

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru melaksanakan pembelajaran sesuai langkah pemebelajaran yang telah disusun dalam RPP sesuai denga alokasi waktu yang ditentukan. Guru juga meningktkan kegiatan membimbing siswa dalam kelompok belajar. Guru membimbing siswa dalam membuat pertanyaan dan mempresentasikan pendapat serta menghargai pendapat orang lain.. Pada setiap sesi pelajaran, guru memberikan kesempatan bertanya pada siswa. Guru memberikan kesempatan untuk siswa yang lain menjawab pertanyaan dari temannya sehingga mendorong terjadinya interaksi antar siswa. Guru mengevaluasi hasil kinerja siswa dengan memberikan penilaian dari hasil kerja siswa yang telah dipresentasikan. Pada akhir pelajaran guru membimbing siswa menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan dan melakukan refleksi pembelajaran untuk memantapkan pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Peningkatan kualitas pada aktivitas guru memyebabkan tercipatnya suasana belajar yang kondusif. Siswa juga lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

PENUTUPSimpulanAktivitas guru dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran snowball throwing mengalami peningkatan dan mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Kualitas aktivitas guru mengalami peningkatan sebesar 13% yaitu dari siklus I sebesar 74% dalam kategori kurang menjadi 87% dalam kategori sangat baik pada siklus II.Hasil belajar siswa yang mencakup aspek Pengetahuan, keterampilan dan sikap. dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran snowball throwing mengalami peningkatan dan mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Aspek pengetahuan siswa mengalami peningkatan sebesar 27% yaitu dari siklus I sebesar 56% dalam kategori kurang menjadi 83% dalam kategori baik pada siklus II. Sedangkan aspek keterampilan siswa juga mengalami peningkatan sebesar 19% yaitu dari siklus I sebesar 59% dalam kategori kurang menjadi 78% dalam kategori baik pada siklus II dan aspek sikap siswa mengalami peningkatan sebesar 16% dari siklus I sebesar 62 % dalam kategori kurang menjadi 78% dalam kategori baik pada siklus II.SaranGuru hendaknya terus mengembangkan model pembelajaran snowball throwing dalam kegiatan pembelajaran IPA pada materi lainnya dan pada semua mata pelajaran agar siswa dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran sehingga juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Guru perlu meningkatkan kemampuannya dalam menyajikan pembelajaran dengan menghadirkan model – model pembelajaran yang inovatif agar siswa memiliki pengalaman baru dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran IPA..DAFTAR PUSTAKA

Asrori Mohib. 2010. Penggunaan Model Belajar Snowball Throwing dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike. 1992. Quantum Learning. Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan oleh Alwiyah Abdurrahman. Bandung: Penerbit Kaifa.

Huda, Miftahul. 2014.Model – model Pengajaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Kurinasih, Imas. & Sani, Berlin.2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep Dan Penerapan. Surabaya : Kata Pena

Kementrian Pendidikan & Kebudayaan. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Badan Pengembangan Sumber Daya

1604

Page 12: PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMA JENIS - JENIS PEKERJAAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SEKOLAH DASAR

JPGSD, Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015,

Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan

Riyanto, Yatim. 2014. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenadamedia

Sapriati, Amalia. 2010. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Sudjana, Nana & Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo

UNESA. 2000. Pedoman Penulisan Artikel Jurnal,Surabaya: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Surabaya..

1605