Upload
vuongkhanh
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE COOPERATIVE
INTEGRATED READING COMPOSITION (CIRC) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BEJI KECAMATAN
ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh YULIANA ASTUTI
NIM K7106049
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa mempunyai peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan
emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari
semua bidang studi. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh
karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai
alat komunikasi. Seseorang belajar bahasa karena didorong oleh kebutuhan untuk
berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Oleh karena itu sejak dini anak diajarkan dan
diarahkan agar mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar untuk
dapat berkomunikasi dalam berbagai situasi melalui bahasa baik secara lisan maupun
tulis.
Sasaran dari pembelajaran bahasa Indonesia adalah siswa terampil dalam
menggunakan bahasa (Subana dan Sunarti, 2009: 267). Pembelajaran bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar (SD) mempunyai tujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi
secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar
peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut: (1) berkomunikasi secara efektif
dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis, (2)
menghargai bahasa dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
dan bahasa negara, (3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakanya dengan tepat
dan kreatif untuk berbagai tujuan, (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosianal dan sosial, (5)
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus
budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (6)
menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia (Depdiknas, 2007: 6).
Untuk dapat mengembangkan pembelajaran bahasa dan mencapai hasil yang
maksimal guru harus dapat menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan
kualitas dan hasil pembelajaran. Penggunaan tipe model pembelajaran yang tepat akan
meningkatkan efektifitas dan kualitas dalam pembelajaran.
Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran keterampilan berbahasa
yang meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat
aspek tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Membaca
merupakan salah satu keterampilan reseptif yang memerlukan pemahaman dari pembaca.
Membaca adalah salah satu komunikasi tulis yang tidak hanya sekedar melafalkan huruf
atau lambang bunyi, tetapi juga memahami dan memberikan tanggapan terhadap apa
yang telah dibacanya. Membaca merupakan keterkaitan antara aktivitas fisik dan mental.
Secara fisik membaca memerlukan indera visual dan secara mental membaca
memerlukan intensif dan daya ingat.
Pembelajaran membaca di SD menjadi bagian penting dari pembelajaran
bahasa Indonesia (Syafi’ie dalam Hairuddin 2007: 3.23). Kemampuan membaca selalu
ada dalam setiap tema pembelajaran. Hal tersebut membuktikan pentingnya penguasaan
kemampuan membaca karena kemampuan membaca merupakan salah satu standar
kemampuan bahasa dan sastra Indonesia yang harus dicapai pada semua jenjang,
termasuk di jenjang Sekolah Dasar. Melalui kemampuan membaca tersebut diharapkan
siswa mampu membaca dan memahami teks bacaan dengan ketepatan yang memadai.
Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran bahasa sendiri,
tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran lain.
Kemampuan membaca bagi seorang siswa sangat penting karena merupakan
salah satu dasar untuk memahami dan menambah pengetahuan mata pelajaran yang lain.
Oleh karena itu anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar (Lerner
dalam Mulyono 2003: 200). Burns dalam Farida Rahim (2008: 1) mengemukakan bahwa
kemampuan membaca merupakan sesuatu yang sangat penting dalam suatu masyarakat
terpelajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus, dan anak-anak yang
melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar
dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan
membaca. Dengan demikian pembelajaran membaca mempunyai kedudukan yang
strategis dalam pendidikan dan pengajaran.
Meskipun tujuan akhir dari membaca adalah memahami isi bacaan, tujuan
tersebut ternyata tidak semua siswa dapat mencapainya. Banyak anak yang dapat
membaca dengan lancar tetapi tidak memahami isi bacaan tersebut (Mulyono 2003: 201).
Membaca pemahaman merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa berbahasa
yang harus dikuasai oleh siswa kelas V SD. Melalui kegiatan inilah siswa memperoleh
berbagai informasi secara aktif reseptif. Dengan memiliki kemampuan membaca
pemahaman yang tinggi, siswa dapat memperoleh berbagai informasi dalam waktu yang
relatif singkat. Di kelas V SD kemampuan membaca pemhaman siswa ditandai dengan
kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan berdasrkan teks dan menceritakan
kembali isi bacaan.
Di SD Negeri Beji, kemampuan siswa kelas V dalam membaca khususnya
membaca pemahaman masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru,
rendahnya kemampuan siswa dalam membaca ditandai dengan kurangnya siswa dalam
memahami bacaan. Hal ini terlihat ketika siswa ditanya mengenai apa dan bagaimana
cerita yang dibacanya siswa bingung dalam menjawab dan harus membaca kembali apa
yang telah dibaca. Menurut pengamatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran
membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali cerita yang
dibaca secara runtut, 40% yang mampu menyimpulkan isi bacaan dan hanya 25% yang
mampu mengajukan pertanyaan dari bacaan tersebut. Sedangkan jika diberi tes
pemahaman, dari siswa yang berjumlah 30 siswa hanya 16 siswa yang mendapatkan nilai
diatas 60. Artinya baru 53% dari siswa yang menguasai bahan pembelajaran dan nilainya
diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat
kemampuan membaca pemahaman siswa masih rendah.
Rendahnya kemampuan siswa dalam membaca pemahaman disebabkan karena
beberapa faktor baik itu faktor dari guru maupun siswa sendiri. Salah satu faktor
penyebab rendahnya tingkat membaca pemahaman adalah metode yang digunakan guru
masih konvensional. Dalam pembelajaran membaca pemahaman biasanya siswa
diberikan bacaan yang kemudian disuruh membaca dalam hati dilanjutkan dengan
menjawab pertanyaan–pertanyaan berkaitan dengan bacaan yang diberikan. Sehingga
tidak jarang siswa menjadi bosan dan kurang memperhatikan. Apabila salah satu siswa
diminta membaca, siswa lain banyak yang gaduh bermain sehingga apa yang dibaca
siswa kurang disimak. Guru hanya menyuruh siswa membaca sendiri tanpa adanya
pengamatan dari guru, dan guru terkadang tidak ikut membaca. Akibatnya siswa kurang
bersungguh-sungguh ketika disuruh membaca sendiri bahkan ada juga siswa yang
membacanya hanya sekilas saja.
Salah satu tipe model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran
membaca pemahaman adalah model pembelajaran tipe Cooperative Integreted Reading
Composition (CIRC). Model pembelajaran tipe CIRC adalah model pembelajaran yang
dirancang khusus untuk pembelajaran membaca, menulis dan seni berbahasa. Rahim
(2008: 35) mengatakan bahwa “pendekatan pembelajaran kooperatif yang lebih cocok
dengan pembelajaran membaca ialah metode Cooperative Integrated Reading
Composition (CIRC)”. Menurut Slavin (1995), tujuan utama CIRC khususnya dalam
menggunakan tim kooperatif ialah membantu siswa belajar membaca pemahaman yang
luas untuk kelas-kelas tinggi SD. Model pembelajaran tipe CIRC ini mengintegrasikan
antara pembelajaran membaca dan menulis secara bersamaan, sehingga tepat dengan
karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia yaitu terpadu. Selain itu model pembelajaran
tipe CIRC ini bersifat kooperatif dimana dapat meningkatkan kerjasama antar siswa
sehingga semua siswa diarahkan untuk bekerja dan waktu pembelajaran menjadi lebih
efektif.
Model pembelajaran tipe CIRC terdiri dari tiga unsur penting yaitu kegiatan
dasar terkait, pengajaran langsung pelajaran memahami bacaaan dan seni berbahasa
menulis terpadu. Dalam model pembelajaran tipe CIRC siswa bekerjasama dalam
kelompok untuk mencari ide pokok, pikiran utama dan hal-hal yang berkaitan dengan
teks bacaan. Dalam model pembelajaran tipe CIRC ini salah satu siswa membacakan
cerita untuk kelompok, kemudian mengerjakan tugas kelompok bersama-sama dan
mempresentasikan hasilnya ke depan kelas. Hasil penelitian tentang pembelajaran
struktur cerita mengidentifikasikan bahwa CIRC bisa meningkatkan hasil belajar siswa
yang rendah dan meringkas unsur-unsur cerita dimana kedua kegiatan ini untuk
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa (Rahim, 2008: 35). Sehingga
model pembelajaran tipe CIRC sesuai untuk pembelajaran membaca pemahaman.
Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman peneliti merasa perlu mengadakan penelitian mengenai Peningkatan
Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Model Pembelajaran Tipe Cooperative
Integrated Reading Composition (CIRC) Pada Siswa Kelas V semester II SD Negeri Beji
Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/ 2010.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka
rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading
Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca
pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri Beji ?
2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading
Composition (CIRC) dalam pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas V
SD negeri Beji?
3. Hambatan apakah yang dihadapi dalam pembelajaran membaca pemahaman melalui
model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) pada
siswa kelas V SD Negeri Beji?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui model pembelajaran
tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) siswa kelas V SD Negeri
Beji.
2. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading
Composition ( CIRC) dalam pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas V
SD Negeri Beji.
3. Mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran membaca pemahaman melalui
penggunaan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition
(CIRC) pada siswa kelas V SD Negeri Beji.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran mengenai
perbaikan metode pembelajaran pada umumnya, dan penggunaan model pembelajaran
tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) pada khususnya dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan refleksi dan perbaikan bagi pengembangan
dan peningkatan hasil pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru
1) Memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.
2) Memberikan pengalaman langsung bagi guru khususnya peneliti yang terlibat
dalam memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan metode yang lebih
inovatif dalam pembelajaran bahasa indonesia.
3) Meningkatnya profesionalisme guru.
b. Bagi siswa
1) Meningkatnya motivasi siswa dalam membaca pemahaman.
2) Meningkatnya keaktifan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman.
3) Meningkatnya kemampuan siswa dalam membaca pemahaman.
c. Bagi Sekolah
1) Akan mendapatkan siswa yang berkualitas dan berprestasi dalam pelaksanaan
pembelajaran sehingga meningkatnya mutu siswa dan sekolah sesuai dengan
tuntunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2) Meningkatnya kualitas pembelajaran yang dapat membawa nama baik sekolah
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Hakekat Kemampuan Membaca Pemahaman
a. Pengertian Kemampuan
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang
dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.
Kemampuan adalah kecakapan atau potensi menguasai hal tertentu (Robbins
dalam http:/jiunkpe/s1/eman/2008/). Robbins menjelaskan bahwa kemampuan terdiri atas
kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Selain itu, Davis juga mengungkapkan
bahwa kemampuan terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan reality yaitu
pengetahuan dan keterampilan (hhtp:/jiunkpe/s1/eman/2008/).
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
adalah kecakapan atau kesanggupan seseorang dalam melakukan suatu hal tertentu.
b. Membaca
1) Pengertian membaca
Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari,
karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat
untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. Membaca adalah “suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh informasi, yang ingin
disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis” (Tarigan, 1979: 7).
Membaca adalah suatu alat komunikasi antara penulis dan pembaca tulisan. Membaca
adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan. Dalam
kegiatan membaca, pembaca memproses informasi dari teks yang dibaca untuk
memperoleh makna.
Membaca adalah proses melisankan dan atau memahami bacaan atau sumber
tertulis untuk memperoleh pesan atau gagasan yang ingin disampaikan penulisnya
(http://wyw1d.wordpress.com/). Membaca pada hakekatnya adalah ”suatu proses yang
dilakukan oleh pembaca untuk membangun makna dari suatu pesan yang disampaikan
melalui tulisan” (http://tarjo2009.blogspot.com/).
Dilain pihak, Gibbon dalam Tarigan (1993: 70-71) mendefinisikan membaca
sebagai proses memperoleh makna dari cetakan. Kegiatan membaca bukan sekedar
aktivitas yang bersifat pasif dan reseptif saja, melainkan mengehendaki pembaca untuk
aktif berpikir. Untuk memperoleh makna dari teks, pembaca harus menyertakan latar
belakang bidang pengetahuannya, topik, dan pemahaman terhadap sistem bahasa itu
sendiri. Tanpa hal-hal tersebut selembar teks tidak berarti apa-apa bagi pembaca.
Membaca pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang melibatkan berbagai
hal. Membaca tidak hanya sekedar melafalkan tulisan tetapi juga melibatkan aktivitas
visual dan juga pikiran. Sebagai proses visual membaca merupakan proses
menerjemahkan simbol tulis atau huruf ke dalam kata-kata lisan. Sebagai proses
berpikir, membaca mencakup aspek pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi,
membaca kritis dan pemahaman kreatif (Rahim, 2008: 2). Hal senada juga
diungkapkan oleh Slamet (2008: 72) bahwa kegiatan membaca terkait dengan: (1)
pengenalan huruf, (2) bunyi dan huruf, (3) makna atau maksud, dan (4) pemahaman
terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks wacana. Sedangkan Klein dalam
Rahim (2008: 3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup (1) membaca
sebagai suatu proses, (2) membaca adalah strategis, dan (3) membaca merupakan
interaktif.
Membaca sebagai suatu proses adalah informasi dari teks dan pengetahuan
yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.
Rosenbalt dalam Cuero (2008) mengungkapkan bahwa:
“how a reader responds to the text with use of a continumm. One end of the continuum consist of the efferent response where the “ meaning results from an abstracting-out and analytic structuring of the ideas, information, directions, conclusions to be retained, used, or acted after reading event. According to Rosenbalt, the efferent response to the text is predominately public due to the reader’s focus on the more literal and conventional aspects of meaning”.
Pendapat diatas jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah: bagaimana
seorang pembaca bereaksi terhadap teks dengan menggunakan suatu rangkaian. Suatu
rangkaian tersebut terdiri dari menanggapi maksud/arti diakibatkan oleh suatu abstrak
luar dan struktur analitik yang menyangkut gagasan, informasi, arah, kesimpulan,
menggunakan, atau bertindak setelah pembacaan peristiwa. Menurut Rosenbalt, tujuan
menjawab teks secara umum mendominasi dalam kaitan dengan fokus pembaca pada
aspek maksud/arti yang konvensional dan harfiah.
Pressley (2000) mengatakan bahwa “Reading is often thought of as a
hierarchy of skills, from processing of individual letters and their associated sounds to
word recognition to text processing competencies” (www.readingonline.org). Apabila
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: membaca sering
disebut sebagai keterampilan sesungguhnya dari seorang individu dalam memproses
huruf dan bunyi yang dihubungkan ke dalam pengenalan kata dan kemampuan untuk
memproses suatu teks.
Membaca merupakan suatu strategis yaitu pembaca yang efektif
menggunakan berbagai strategi untuk membaca yang sesuai dengan teks dan konteks
dalam rangka membangun makna ketika membaca. Strategi atau metode ini bisa
bervariasi tergantung dengan jenis teks dan tujuan membaca. Sedangkan membaca
adalah interaktif yaitu keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks.
Orang yang senang membaca teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan
yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga
terjadi interaksi antara pembaca dan teks.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa membaca adalah proses
interaksi antara pembaca dengan teks bacaan. Pembaca berusaha memahami isi bacaan
berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kompetensi kebahasaannya. Dalam proses
pemahaman bacaan tersebut, pembaca pada umumnya membuat ramalan-ramalan
berdasarkan sistem semantik, sintaksis, grafologis, dan konteks situasi yang kemudian
diperkuat atau ditolak sesuai dengan isi bacaan yang diperoleh.
2) Tujuan Membaca
Seseorang melakukan aktivitas membaca pasti mempunyai tujuan atau alasan
mengapa ia membaca. Secara garis besar kegiatan membaca mempunyai dua maksud
utama, yaitu:
(1) tujuan behavioral, dan (2) tujuan ekspresif. Tujuan behavioral biasanya diarahkan pada kegiatan membaca untuk memahami makna kata, keterampilan-keterampilan studi dan pemahaman. Sedangkan tujuan ekspresif terkandung dalam kegiatan-kegiatan membaca pengarahan diri sendiri, membaca penafsiran dan membaca kreatif ( Tarigan 1994: 3).
Secara umum tujuan seseorang membaca adalah: (1) mendapatkan informasi,
(2) memperoleh pemahaman, (3) memperoleh kesenangan. Secara khusus, tujuan
seseorang membaca adalah: (1) memperoleh informasi faktual, (2) memperoleh
keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, (3) memberikan penilaian
kritis terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5)
mengisi waktu luang (Nurhadi dalam http://wyw1d.wordpress.com/).
Hal menarik juga diungkapkan oleh Nurhadi bahwa ”tujuan membaca akan
mempengaruhi pemerolehan pemahaman bacaan”. Artinya, semakin kuat tujuan
seorang dalam membaca maka semakin tinggi pula kemampuan orang itu dalam
memahami bacaanya. Sedangkan tujuan membaca menurut Rahim (2008: 11) adalah
sebagai berikut:
(1) kesenangan, (2) menyempurnakan bacaan nyaring, (3) menggunakan strategi tertentu, (4) memperbaharui pengetahuan tentang suatu topik, (5) mengaitkan informasi unuk laporan lisan atau tertulis, (6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, (8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, dan (9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
3) Aspek Membaca
Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan
serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainya. Secara garis besar terdapat dua aspek
penting dalam membaca yaitu:
a) Keterampilan yang bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah. Aspek ini meliputi: (1) pengenalan bentuk huruf, (2) pengenalan unsur-unsur kebahasaan (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain), (3) pengenalan hubungan/koresponden pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis), dan (4) kecepatan membaca bertaraf lambat.
b) Keterampilan yang bersifat intensif yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup: (1) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal), (2) memahami signifikansi atau makna (maksud, tujuan pengarang, keadaan budaya, reaksi pembaca), (3) evaluasi dan penilaian (isi, bentuk), (4)
kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan (Tarigan 1979: 11). Selain aspek diatas, Burns dalam Rahim ( 2008: 11) mengemukakan bahwa
proses membaca terdiri atas sembilan aspek yaitu:
a) Aspek sensori
Proses membaca dimulai dari sensori visual yang diperoleh dari huruf atau kata
melalui indra penglihatan. Anak belajar membedakan secara visual di antara
simbol-simbol grafis yang digunakan untuk mempresentasikan bahasa lisan.
b) Aspek perseptual
Aspek perseptual yang dimaksud adalah aktivitas mengenal suatu kata sampai
pada makna berdasrkan pengalaman yang lalu. Pembaca satu dengan yang lain
dalam memberikan persepsi suatu teks mungkin tidak sama. Meskipun membaca
teks yang sama, mungkin mereka memberikan makna yang berbeda.
c) Aspek urutan
Aspek urutan dalam proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian
tulisan yang tersusun secara linear, yang umumnya tampil pada satu halaman dari
kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.
d) Aspek pengalaman
Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Seseorang yang
mempunyai pengalaman banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih luas
dalam mengembangkan pemahaman kosakata.
e) Aspek pikiran
Membaca merupakan proses berfikir. Untuk dapat memahami bacaan, pembaca
terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya melalui
proses asosiasi. Kemudian membuat simpulan dengan menghubungkan isi yang
terdapat dalam materi bacaan. Oleh karena itu ia harus berfikir logis, sistematis
dan kreatif.
f) Aspek pembelajaran
Untuk meningkatkan kemampuan membaca, guru dapat membimbing siswa
melalui pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
memungkinkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berfikirnya.
g) Aspek asosiasi
Aspek asosiasi dalam membaca adalah mengenal hubungan antara simbol dengan
bunyi bahasa dan makna. Tanpa adanya kedua kemampuan asosiasi tersebut siswa
tidak mungkin dapat memahami suatu teks yang ia baca.
h) Aspek sikap
Aspek sikap merupakan kegiatan membaca yang berkenaan dengn kegiatan
memusatkan perhatian, membangkitkan kegemaran membaca, dan menumbuhkan
motivasi ketika sedang membaca.
i) Aspek gagasan
Aspek pemberian gagasan dapat dimulai dengan penggunaan sensori dan
perseptual deng latar belakang pengalaman dan tanggapn afektif serta
membangun makna teks yang dibaca secara pribadi.
4) Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca adalah kemampuan seseorang dalam menemukan
informasi dari setiap bacaan. Kemampuan membaca merupakan proses kognitif.
Meskipun pada taraf penerimaan lambang-lambang tulisan diperlukan kemampuan
gerakan mata, kebanyakan kegiatan dalam membaca adalah kegitan pikiran dan
penalaran. Tampubolon ( 2008: 7) menyatakan bahwa kemampuan membaca adalah
pemahaman isi secara keseluruhan.
Kathleen Kitao dan Kenji Kitao mengemukakan tentang kemampuan-
kemampuan yang berhubungan dengan kegiatan membaca sebagai berikut:
(1) menghubungkan simbol-simbol grafis dengan bunyi dan kata, (2) memahami hubungan antara penggalan informasi dalam sebuah kalimat, termasuk elemen dari struktur kalimat, negasi atau yang tersirat, (3) menarik kesimpulan dari makna kata-kata dari akar kata dan imbuhannya, (4) menarik kesimpulan dari makna kata-kata dari konteksnya, (5) memahami preposisi, (6) memahami hubungan antar bagian teks, yang ditandai dengan sejumlah istilah, seperti istilah leksikal (sinonim, pengulangan, d1l) referensi anaphora (kata ganti orang) dan kata sambung, (7) memahami hubungan temporal danan spatial (8) memahami hubungan-hubungan seperti sebab-akibat; generalisasi dan contoh; persamaan; perbandingan; dan opini dan dukungan, (9) mengantisipasi apa yang akan terjadi, (10) mengidentifikasi pikiran utama dan pikiran-pikiran pendukung, (11) memahami gaya bahasa dan alegori, (12) memahami kesimpulan, (13) skimming (memahami keseluruhan ide dari sebuah wacana),
(14) scanning (mencari informasi tertentu), (15) membaca kritis, dan (17) Menerapkan berbagai macam strategi membaca sesuai dengan jenis wacana dan tujuan membaca.( http://nengwika.wordpress.com) Nurhadi mengemukakan kemampuan yang berhubungan dengan membaca
sebagai berikut: (1) kemampuan menafsirkan ide pokok paragraf, (2) kemampuan
menafsirkan gagasan utama gagasan, (3) kemampuan menafsirkan ide penunjang, (4)
kemampuan membedakan fakta-fakta atau detail bacaan, (5) kemampuan memahamai
secar kritis hubungan sebab akibat, (6) kemampuan memahami secara kritis unsur-
unsur perbandingan (http://nengwika.wordpress.com).
5) Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca setiap orang tidaklah sama. Kemampuan membaca
tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
a) Kompetensi kebahasaan, yaitu hal-hal yang diketahui oleh pembaca tentang bahasa
yan digunakan penulis. Meliputi tata bahasa, kosakata, ejaan, dan tanda baca.
b) Kemampuan mata adalah keterampilan mata mengadakan gerakan-gerakan membaca yang efisien. Gerakan yang dimaksud adalah jangkauan penglihatan, jangkauan pemahaman.
c) Penentuan informasi fokus. Menentukan lebih dahulu informasi yang akan
diperoleh dari bacaan sebelum memulai membaca umumnya dapat meningkatkan
efisiensi membaca.
d) Teknik dan metode membaca, yaitu cara yang digunakan untuk menemukan
informasi dari bacaan dengan efektif dan efisien.
e) Fleksibilitas membaca, yaitu kemampuan menyesuaikan strategi membaca (teknik,
metode, dan gaya membaca) dengan kondisi baca.
f) Kebiasaan membaca, kebiasaan membaca yang dimaksud adalah minat dan
keterampilan membaca yang baik dan efisien ( Tampubolon, 2008: 241-243).
Selain faktor diatas, menurut Lamb dan Arnold dalam Rahim (2008: 16)
faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca adalah sebagai berikut:
a) Faktor fisiologis
Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, perkembangan neurologis dan alat
kelamin. Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran dan alat penglihatan bisa
memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Kelelahan juga merupakan kondisi
yang tidak menguntungkan bagi anak untu belajar membaca.
b) Faktor intelektual
Rubin dalam Rahim (2008: 17) mengemukakan bahwa banyak hasil penelitian yang
memperlihatkan tidak semua siswa yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi
menjadi pembaca yang baik. Secara umum, intelegensi anak tidak dapat dijadikan
satu-satunya ukuran keberhasilan membaca. Masih ada faktor yang lain seperti cara
mengajar guru, prosedur dan kemampuan guru sendiri.
c) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan mencakup latar belakang pengalaman siswa dirumah dan faktor
sosial ekonomi keluarga siswa.
d) Faktor psikologi
Faktor lain yang juga mempengaruhi kemampuan membaca anak adalah faktor
psikologis. Faktor psikologis ini mencakup (1) motivasi, (2) minat, dan (3)
kematangan sosial, emosi dan penyesuaian diri.
6) Jenis - jenis Membaca
Ada beberapa jenis membaca, menurut tataranya kegiatan membaca terutama
di Sekolah Dasar dapat dibagi dua, yaitu:
a). Membaca permulaan
Membaca permulaan biasa dilakukan di kelas satu dan 2 SD yang
mempertimbangkan atau mementingkan kelancaran.
b). Membaca lanjut
Membaca lanjut ini dilaksanakan mulai dari kelas tiga sampai dengan perguruan
tinggi. Dalam membaca lanjut yang dipentingkan bukan hanya kelancaran tetapi
juga pemahaman dan penerapan dalam praktek sehari-hari sesuai dengan situasi
dan kondisi ( Suyatmi, 1996: 39).
Sedangkan Tarigan (1979: 12) mengklasifikasikan jenis-jenis membaca
sebagai berikut:
a). Membaca nyaring
Membaca nyaring adalah membaca dengn menggunakan suara sehingga orang lain
bisa mendengar apa yang kita baca.
b). Membaca dalam hati
(1) Membaca ekstensif
Membaca ekstensif terdiri atas membaca survei, membaca sekilas dan membaca
dangkal.
(2) Membaca Intensif
(a) Membaca telaah isi
Membaca telaah isi terdiri dari membaca teliti, membaca pemahaman,
membaca kritis dan membaca ide-ide.
(b) Membaca telaah bahasa
Membaca telaah bahasa terdiri atas membaca bahasa dan membaca sastra.
Menurut tujuanya, membaca dibagi menjadi tujuh yaitu:
a). Membaca intensif adalah salah satu jenis membaca yang dilakukan dengan hati-hati dan teliti dengan titik berat untuk memahami isi keseluruhan bacaan sampai pada hal yang sekecil-kecilnya.
b). Membaca kritis adalah perbuatan membaca untuk menggali fakta yang dituangkan dalam bacaan dan memberikan penilaian terhadap fakta itu.
c). Membaca cepat adalah salah satu jenis membaca yang menitik beratkan pada kecepatan menangkap gagasan pokok bacaan dengan tepat dalam waktu yang relatif singkat.
d). Membaca indah adalah salah satu jenis membaca yang menitikberatkan pada penggunaan segi keindahan yang terdapat dalam suatu karya sastra.
e). Membaca teknik adalah salah satu jenis membaca yang menitikberatkan pada keterampila dan ketepatan melafalkan fonem, kata, melagukan kalimat, pemenggalan kata dan kalimat. Dengan kata lain membaca kalimat dengan lancar dan tepat tanpa adanya cacat baca.
f). Membaca untuk keperluan praktis adalah salah satu jenis membaca dengan tujuan untuk memahami hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari secra cepat dan tepat.
g). Membaca untuk keperluan studi adalah salah satu jenis membaca yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu guna menambah pengetahuan (Suyatmi, 1996: 58)
c. Membaca Pemahaman
1) Pengertian Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman adalah memahami secara langsung apa yang ada dalam
teks bacaan tersebut dan memahami informasi yang tidak secara langsung dalam teks
(http: one.indoskripsi.com/). Membaca pemahaman adalah proses pemikiran yang
kompleks untuk membangun sejumlah pengetahuan. Yant Mujiyanto dalam Siti
Khuzaimatun (2009: 11) mengatakan bahwa membaca pemahaman adalah membaca
yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman ide-ide naskah dari ide pokok sampai
ke ide-ide penjelas dan dari hal-hal yang global sampai ke hal-hal yang rinci. Tarigan
(1994: 9), menyebutkan bahwa kegiatan membaca ialah memahami pola-pola bahasa
dari gambaran tertulisnya. Seseorang yang melakukan kegiatan membaca pemahaman
harus menguasai bahasa serta tulisan agar memahami isi bacaan tersebut. Membaca
pemahaman merupakan suatu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah
memahami bacaan secara tepat dan cepat (http://wyw1d.wordpress.com/)
Pemahaman atau komprehensi merupakan kemampuan membaca untuk
mengerti ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian. Girgin (2006)
mengatakan bahwa:
“Reading comprehension is the process of combining the cue systems of the language, namely, syntax, semantics, pragmatics and graphophnonics with the prior knowledge and experiences. If readers have a purpose to read and if the material interests them, they involve their background knowledge in the process, too, which facilitates reading comprehension”.
Menurut pendapat Girgin diatas membaca pemahaman adalah suatu proses
yang mengkombinasikan isyarat atau sistem bahasa yang meliputi sintaksis, semantik
dan grafem serta pengalaman sebelumnya. Jika seseorang pembaca mempunyai tujuan
dan melibatkan pengetahuan yang telah mereka miliki maka seseorang tersebut akan
lebih mudah dalam membaca pemahaman.
Pemahaman merupakan hal yang penting dalam membaca karena dengan
pemahaman kita dapat mengetahui informasi dari bacaan secara keseluruhan.
Pemahaman sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan pembaca. Pembaca
yang mempunyai pengetahuan yang dan penglaman yang lebih luas berpeluang lebih
besar untuk dapat mengembangkan pemahaman kata dan konsep daripada yang lainya (
Burns dalam Slamet, 2008: 72). Selanjutnya keterampilan membaca pun dapat
meningkat. Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah suatu
kemampuan membaca untuk memahami isi atau informasi dari suatu bacaan dengan
tepat.
2) Tujuan Membaca Pemahaman
Tujuan yang ingin dicapai melalui membaca pemahaman, yaitu: a) mengenal
ide pokok suatu bacaan, b) mengenal detail atau bagian yang penting, c) meramalkan
hasil, d) mengikuti petunjuk, e) mengenal organisasi dari karangan, dan f) membaca
kritis (http://one.indoskripsi.com/).
Tujuan membaca pemahaman juga dipaparkan oleh Tarigan (1993: 37) yaitu:
a) menemukan ide pokok, b) memilih butir-butir penting, c) mengikuti petunjuk-petunjuk, d) menentukan organisasi bahan bacaan, e) menemukan citra visual dan citra lainya, f) menarik simpulan, g) menduga makna dan merangkaikan dampaknya, h) menyusun rangkuman, dan i) membedakan fakta dari pendapat. Sedangkan tujuan dari pengajaran membaca pemahaman adalah: (1) siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai isi wacana yang diberikan, (2) siswa dapat meringkas isi wacana berdasrkan paragraf yang ada, (3) siswa dapat meringkas isi keseluruhan paragraf di dalam wacana tersebut, dan (4) siswa dapat mengungkapkan kembali isi wacana dengan kata-kata sendiri secara sistematis dan tepat (Suyatmi, 1996: 68).
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan membaca
pemahaman adalah membaca secara detail dengan menekankan pada pengenalan ide
pokok, pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata, dan juga pemahaman
keseluruhan isi wacana. Selain itu siswa juga diharapkan dapat menceritakan kembali
apa yang telah dibaca serta menjawab pertanyaan berkaitan dengan isi bacaan.
3) Tingkat Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman menurut Hairuddin dkk, (2008) terdiri dari empat
tingkatan yaitu:
a) Pemahaman Literal
Pemahaman terhadap apa yang dikatakan atau disebutkan penulis dalam teks
bacaan. Pemahaman ini diperoleh dengan memahami arti kata, kalimat dan paragraf
dalam konteks bacaan itu seperti apa adanya. Dalam pemahaman literal ini yang
terjadi hanya mengenal dengan mengingat apa yang tertulis dalam bacaan. Untuk
membangun pemahaman literal, pembaca dapat menggunakan kata tanya apa, siapa,
kapan, bagaimana, mengapa.
b) Pemahaman Interpretatif
Membaca interpretatif merupakan kegiatan membaca yang berusaha memahami apa
yang dimaksudkan oleh penulis dalam teks bacaan. Kegiatan ini lebih dalam lagi
bila dibandingkan dengan membaca literal karena dalam membaca literal pembaca
hanya mengenal apa yang tersurat saja, tetapi dalam membaca interpretatif,
pembaca ingin juga mengetahui apa yang disampaikan penulis secara tersirat.
Menurut Syafi’ie (1999: 36) pemahaman interpretatif harus didahului pemahaman
literal yang aktivitasnya berupa: menarik kesimpulan, membuat generalisasi,
memahami hubungan sebab-akibat, membuat perbandingan-perbandingan,
menemukan hubungan baru antara fakta-fakta yang disebutkan dalam bacaan.
c) Pemahaman Kritis Membaca kritis merupakan membaca yang bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu teks bacaan dengan jalan melibatkan diri sebaik-baiknya ke dalam teks bacaan itu.
d) Pemahaman Kreatif
Membaca kreatif merupakan tingkatan membaca pemahaman pada level yang
paling tinggi. Pembaca dalam level ini harus berpikir kritis dan harus menggunakan
imajinasinya. Dalam membaca kreatif, pembaca memanfaatkan hasil membacanya
untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan emosionalnya. Kemampuan itu
akan bisa memperkaya pengetahuan-pengetahuan, pengalaman dan meningkatkan
ketajaman daya nalarnya sehingga pembaca bisa menghasilkan gagasan-gagasan
baru.
Berdasarkan kajian diatas, membaca pemahaman pada penelitian ini
menekankan pada pemahaman literal yaitu pemahaman terhadap apa yang dikatakan
atau disebut penulis dalam teks bacaan.
4) Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman
Menurut McLaughlin dan Allen (2002) dalam Farida Rahim (2008: 3)
mengemukakan prinsip-prinsip membaca pemahaman adalah:
a) Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.
Anak-anak terus membangun makna baru pada dasar pengetahuan sebelumnya
yang mereka miliki untuk proses komunikasi (Cox dalam Rahim, 2008: 4). Maksud
dari konsep ini adalah belajar terjadi apabila informasi baru diintregasikan dengan
apa yang telah diketahui sebelumnya. Seorang anak yang mempunyai lebih banyak
pengalaman suatu topik tertentu akan lebih mudah untuk mamahami dan
mempelajari apa yang dibacanya.
b) Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu
perkembangan pemahaman.
Keseimbangan kemahiraksaraan memberikan kedudukan yang sama antara
membaca dan menulis. Selain itu juga mengenal dimensi afektif dan kognitif
berkaitan dengan tulisan.
c) Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi belajar siswa.
Peranan guru dalam proses membaca siswa diantaranya adalah menciptakan
pengalamn yang memperkenalkan dan memperluas kemmapuan siswa dalam
memahami suatu teks. Sehingga guru harus melaksanakan pembelajaran langsung,
memodelkan, membantu, memfasilitasi, dan mengikutsertakan dalam belajar.
d) Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam
proses membaca.
Siswa belajar pentingnya membaca, menulis dan berpikir kritis untuk keefektifan
belajar mandiri. Pembaca yang baik adalah pembaca yang berpartisipasi aktif dalam
proses membaca. Mereka mempunyai tujuan dan menggunkan strategi tertentu
untuk mempermudah membangun makna.
e) Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.
Siswa perlu mengenal teks dengan tingkat kesukaran yang berbeda. Guru harus
memberikan dukungan yang penuh sesuai dengan tingkat kesukaran membaca
tersebut tergantung pada tujuan dan setting pengajaran.
f) Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai
tingkat kelas.
Siswa perlu membaca teks dari tingkat yang berbeda. Apabila tingkat teks akan
digunakan, guru hendaknya memberikan bantuan untuk memperluas dan
meningkatkan kemampuan siswa.
g) Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca.
Kosakata yang dimilki siswa mempengaruhi tingkat pemahaman membaca.
Pengajaran membaca bagi siswa sebaiknya bermakna bagi siswa, mencakup makna
kata dari bacaan dan menetukan suatu strategi untuk menentukan makna kata yang
belum diketahui oleh siswa.
h) Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.
Keterlibatan pembaca berinteraksi dengan cetakan membangun pemahaman
berdasarkan pada hubungan antara pengetahuan sebelumnya dengan inforamsi yang
baru diterima.
i) Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.
Siswa yang mengalami strategi pemahaman langsung dapat meningkatkan
pemahaman teks tentang topik yang baru. Mengaitkan antara keterampilan atau
kemampuan dan strategi bisa membuat siswa lebih mudah memahami pemahaman.
j) Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.
Menilai kemampuan dan kemajuan siswa sangat penting karena memungkinkan
guru untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran.
Selain itu dapat digunkan untuk merencanakan pengajaran yang tepat dan
mengevaluasi keefektifan strategi mengajar.
5) Aspek Membaca Pemahaman
Dalam membaca ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Sejumlah aspek
dalam membaca pemahaman menurut Kamidjan (1996), adalah: (a) mempunyai
kosakata yang banyak, (b) mempunyai kemampuan menafsirkan makna kata, frasa,
kalimat dan wacana, (c) memiliki kemampuan menangkap ide pokok dan ide
penunjang, (d) memiliki kemampuan menangkap garis besar dan rincian, (e) memiliki
kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan (http: wyw1d.wordpress.com).
6) Tahapan Membaca Pemahaman
Dalam kegiatan membaca pemahaman meliputi beberapa tahapan, yaitu: (1)
menentukan tujuan, (2) memilih bahan, (3) menentukan cara penyajian (mengajarkan),
(4) menentukan hal-hal yang akan dilatih (tema), dan (5) evaluasi
(http://one.indoskripsi.com/).
Penentuan tujuan dari membaca pemahaman akan membuat aktivitas
membaca menjadi lebih terarah. Apakah tujuan yang ingin dicapai mencari hiburan,
untuk keperluan studi atau yang lain. Bahan bacaan hendaknya disesuaikan dengan
tujuan membaca. Cara penyajian atau pengajaran dalam membaca pemahaman dapat
menentukan seseorang dalam memahami isi bacaan. Kemudian ditentukan apa yang
akan dicari dari bacaan tersebut, hal ini akan mempermudah dalam memahami bacaan.
Tahap yang terakhir adalah evaluasi, evaluasi ini digunkan untuk mengetahui sejauh
mana pembaca memahami apa yang telah dibaca.
d. Kemampuan Membaca Pemahaman
Berdasarkan kajian tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan membaca pemahaman adalah kesanggupan seseorang untuk menangkap
informasi atau ide-ide yang disampaikan oleh penulis melalui bacaan sehingga ia dapat
menginterpretasikan ide-ide yang ditemukan, baik makna yang tersirat maupun tersurat
dari teks tersebut.
Kemampuan siswa dalam kemampuan membaca pemahaman ditandai dengan:
(1) kemampuan siswa dalam menangkap isi wacana baik tersirat maupun tersurat, (2)
kemampuan menceritakan kembali isi wacana dengan bahasa atau kata-kata sendiri, (3)
kemampuan menemukan pokok pikiran setiap paragraf, (4) kemampuan menemukan ide
atau pengertian pokok wacana.
2. Hakekat Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading Composition
(CIRC)
a. Model Pembelajaran
1) Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Winataputra dalam Sugiyanto (2008: 7) mengungkapkan bahwa
model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan suatu pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar
dalam membuat rencana dan melakukan kegiatan pembelajaran.
Joyce (Isjoni, 2009: 50) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pola atau pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dalam tutorial dan dalam menentukan suatu perangkat
termasuk buku-buku, film, komputer, kurikulum.
Toeti Sukamto dan Udin Saripudin (Anton Sukarno, 2006:144) menjelaskan
bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dalam
mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang,
pembelajar, dan pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu rancangan atau prosedur yang sistematis yang dapat
digunakan sebagai panduan dalam merencanakan pembelajaran dengan
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu.
2) Ciri-ciri Model Pembelajaran
Kardi dan Nur (Arief grahadi Jayantio, 2009: 10) menyatakan bahwa model-
model pembelajaran mempunyai ciri-ciri khusus, antara lain:
(a) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pengembangnya.
(b) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
(c) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat diterapkan
dengan sukses.
(d) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3) Hal Yang Diperhatikan Dalam Memilih Model Pembelajaran
Sugiyanto (2008: 8) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran yaitu: 1) tujuan pembelajaran
2) sifat bahan 3) kondisi siswa 4) ketersediaan sarana prasarana belajar.
Killen (2008: 8) menjelaskan ada beberapa prinsip dalam memilih strategi
pembelajaran yakni: berorientasi pada tujuan, mendorong aktivitas siswa,
memperhatikan aspek individual siswa, mendorong proses interaksi, menantang siswa
dalam berpikir, menimbulkan inspirasi untuk berbuat dan menguji, menimbulkan
proses belajar yang menyenangkan, dan memberikan motivasi siswa dalam belajar.
4) Macam-macam Model Pembelajaran
Joice dan Weil (Anton Sukarno, 2007: 145) membagi model pembelajaran
dalam empat orientasi yaitu: orientasi informasi, orientasi interaksi sosial, orientasi
pribadi, dan orientasi modifikasi tingkah laku.
Sedangkan Sugiyanto (2008: 7) menjelaskan bahwa ada beberapa model
atau strategi pembelajaran dalam mengoptimalkan hasil belajar siswa antara lain:
(a) Model pembelajaran kontekstual
Merupakan konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk
menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-harinya.
(b) Model pembelajaran kooperatif
Model kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan.
(c) Model pembelajaran kuantum
Model ini merupakan ramuan dari berbagai teori pandangan psikologi
kognitif dan pemrograman neurologi yang mengandung konsep-konsep teori otak
kiri/kanan, teori otak truine pilihan modalitas, teori kecerdasan ganda, pendidikan
holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol, dan
simulasi/permainan.
(d) Model pembelajaran terpadu
Model pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari,
menggali, menemukan konsep serta prinsip secara holistik dengan memadukan
beberapa pokok bahasan.
(e) Model pembelajaran berbasis masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran
berbasis masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa belajar
untuk berpikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri.
b. Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)
Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) adalah salah satu tipe
model pembelajaran kooperatif yang mengintregasikan antara pengajaran membaca dan
menulis. Tujuan utama dari penggunaan model pembelajaran tipe CIRC adalah
menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para siswa mempelajari kemampuan
memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas (Slavin, 2008: 203).
CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif, dalam kelompok 2-6 orang. Sintaksnya adalah membentuk kelompok, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil diskusi kelompok, dan yang terakhir adalah refleksi dari pembelajaran (http://www.ed.gov/pubs/EPTW/eptw4/eptw4c.html).
“Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) is a comprehensive program for teaching reading and writing/language arts. It has three principle elements: story-related activities, direct instruction in reading comprehension, and integrated language arts/writing. In CIRC, teachers use anthologies basal readers and/or novels, much as they would in traditional reading programs. Students are assigned to teams composed of pairs of students from the same or different reading groups. Students work in pairs on a series of cognitively engaging activities, including reading to each other; predicting how stories will end; summarizing stories to each other; writing responses to stories; and practicing spelling, decoding, and vocabulary. Students work in teams to understand the main idea and master other comprehension skills. During language arts periods, students also write drafts, revise and edit one another's work, and prepare to "publish" their writing” (http://www.ed.gov/pubs).
Jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti Cooperative Integrated
Reading Composition (CIRC) adalah suatu program menyeluruh untuk pengajaran
membaca dan seni seni menulis. CIRC mempunyai tiga elemen penting yaitu: aktivitas
terkait dengan cerita, mengarahkan instruksi dalam pengertian pembacaan, dan
mengintegrasikan bahasa secara tertulis. Di dalam CIRC, para guru menggunakan
kumpulan puisi roman atau cerita, seperti/ketika mereka di dalam program pembacaan
tradisional. Para siswa ditugaskan ke regu yang terdiri atas para siswa dari kelompok
pembacaan berbeda atau yang sama. Para siswa bekerja berpasangan pada satu rangkaian
secara teori melibatkan aktivitas, termasuk membacakan untuk satu sama lain,
penggambaran kesimpulan bagaimana cerita akan berakhir, peringkasan cerita ke satu
sama lain, penulisan menjawab cerita, dan praktek mengeja, memecahkan kode, dan
kosakata. Para siswa bekerja di dalam regu untuk memahami gagasan yang utama dan
ketrampilan pemahaman yang lain. Selama periode seni bahasa, para siswa juga menulis
rancangan, meninjau kembali dan mengedit pekerjaan satu sama lain, dan bersiap-siap
untuk " menerbitkan" apa yang mereka mereka tulis.
Pengembangan model pembelajaran tipe CIRC dilaksanakan untuk mengatasi
permasalahan membaca, menulis dan pembelajaran sastra tradisional. Prinsip
pengembangan model pembelajaran tipe CIRC didasarkan pada beberapa alasan yaitu:
1) Tindak lanjut. Salah satu fokus utama aktivitas CIRC menentukan isi cerita adalah
membuat agar lebih efektif melalui waktu tindak lanjut. Siswa akan termotivasi
bekerja dengan yang lain dengan menggunakan kooperatif reward dimana mereka
mendapat sertifikat atau mereka saling mengenal anggota kelompoknya.
2) Membaca oral. Salah satu tujuan program CIRC adalah untuk meningkatkan
keuntungan siswa membaca dengan suara keras dan mendapat umpan balik dari
kegiatan membacanya dalam kelompok dan dari latihan merespon satu sama lain
dalam membaca.
3) Keterampilan membaca komprehensif. Tujuan utama CIRC adalah menggunakan
kelompok koperatif untuk membantu siswa untuk mengaplikasikan lebih luas
keterampilan membaca komprehensif. Dalam tindak lanjut, siswa bekerja secara
berpasangan untuk mengidentifikasi lima kritikan setiap teks cerita: karakter, seting,
masalah, solusi awal dan solusi akhir.
Salah satu fokus dari kegiatan CIRC sebagai cerita dasar adalah membuat
penggunaan waktu tindak lanjut menjadi lebih efektif. Para siswa yang bekerja di dalam
tim-tim kooperatif dari kegiatan-kegiatan ini, yang dikoordinasikan dengan pengajaran
kelompok membaca supaya dapat memenuhi tujuan dalam bidang lain seperti
pemahaman membaca, kosakata, dan membuat kesimpulan.
CIRC terdiri dari 3 prinsip elemen yaitu: aktivitas mencari hubungan dasar,
pembelajaran langsung dalam membaca komprehensif serta bahasa sastra dan menulis
terpadu. Sonia Casal menyatakan bahwa “Key features of CIRC are heteregenous groups
with different reading to each other, predicting, spelling and
vocabulary“(http://gretajournal.com/wordpress/wp). Apabila diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia ialah: kunci utama CIRC adalah kelompok dengan golongan yang
heterogen yang saling membacakan satu sama lain, meramalkan, mengeja dan kosa kata.
Slavin (2010: 31) menyatakan bahwa:
“All but one of the cooperative learning studies evaluated Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC), which involves students in well-structured
cooperative groups within they help each other master and aply metacognitive learning strategis. CIRC was the basic for middle school reading programs called Student Team Reading and The Reading Edge”.
Menurut pendapat Slavin diatas salah satu dari evaluasi pembelajaran kooperatif adalah
Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) yang melibatkan para siswa dalam
susunan yang baik, yang mana mereka saling membantu satu sama lain dan menerapakan
strategi pembelajaran metakognitif. CIRC adalah adalah dasar untuk program membaca
sekolah tingkat menengah yang disebut dengan Kelompok Membaca Siswa dan
Membaca Tepi.
Komponen utama CIRC menurut Slavin (2008: 205) terdiri dari:
1) Kelompok membaca. Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 2 - 4
orang siswa sesuai dengan tingkat kemampuan membacanya.
2) Tim. Siswa disusun berpasangan (atau berempat) di dalam kelompok, kemudian saling
berinteraksi dengan kelompok serta saling membantu antara kelompok tinggi dan
kelompok rendah.
3) Kegiatan yang berhubungan dengan cerita. Dalam hal ini siswa menggunakan novel.
Urutan aktivitas ini meliputi: partner reading (saling koreksi), tata bahasa cerita dan
menulis hubungan cerita, mencari kata-kata sulit, makna kata, rangkuman cerita dan
pengejaan.
4) Pemeriksaan tugas bersama teman sejawat.
5) Tes. Setelah akhir kegiatan siswa diberi tes pemahaman terhadap cerita yang telah
dibaca. Pada tes ini siswa bekerja secara individu.
6) Pembelajaran langsung di dalam membaca komprehensif.
7) Seni berbahasa dan menulis terintregasi. Setelah membaca siswa dapat menuangkanya
ke dalam bentuk tulisan.
8) Membaca mandiri dan buku laporan. Para siswa diminta membaca buku di rumah dan
keesokan harinya membuat laporan tentang apa yang dibacanya. Membaca mandiri
dan buku laporan ini sebagai salah satu pengaganti pekerjaan rumah.
Kegiatan model pembelajaran tipe CIRC tidak berbeda dengan kegiatan belajar
model pembelajaran kooperatif sebelumnya, seperti tahap-tahap pembelajaran yang
terdapat pada model Investigasi Kelompok. Tahap pembelajaranya adalah sebagai
berikut:
Tahap 1: Mengidentifikasi Topik dan Mengorganisasikan ke dalam masing-masing
kelompok kerja.
Siswa membaca cepat berbagai sumber, mengajukan topik dan
mengkategorikan saran-saran. Siswa bergabung dalam kelompok yang sedang
mempelajari topik yang mereka pilih. Komposisi kelompok didasarkan pada
minat dan bersifat heterogen. Guru membantu dalam mengumpulkan
informasi dan memfasilitasi organisasi.
Tahap 2: Merencanakan Kegiatan Kelompok
Siswa membuat perencanaan bersama: Apa yang akan kita kaji? Bagaimana
kita mengkaji? Siapa yang melakukannya? (pembagian kerja) dan Apa tujuan
atau maksud kita menyelidiki topik ini?
Tahap 3: Melaksanakan Pembelajaran
Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data-data dan mencapai
kesimpulan. Masing-masing anggota kelompok berkontribusi terhadap usaha
kelompok. Siswa saling menukarkan, mendiskusikan, menjelaskan dan
mensistesiskan gagasan-gagasan.
Tahap 4: Mempersiapkan Laporan Akhir
Para anggota kelompok menentukan hal-hal yang sangat penting dari pesan
pembelajaran yang telah dipelajari.
Para anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan
bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.
Para wakil kelompok membentuk steering committee untuk
mengkoordinasikan rencana-rancana untuk presentasi.
Tahap 5: Menyajikan Laporan Akhir
Presentasi dilakukan terhadap seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.
Presentasi harus melibatkan khalayak(audience) secara aktif.
Khalayak mengevaluasi kejelasan dan daya tarik presentasi menurut kriteria-
kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh kelas.
Tahap 6: Evaluasi
Siswa saling tukar umpan balik tentang topik, tentang hasil bacaan, dan
tentang pengalaman-pengalaman afektif mereka tentang bacaan tersebut.
Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran yang telah
berlangsung.
Dalam penilaian siswa mendapatkan nilai pribadi dan nilai kelompok. Mereka
saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk tes dan kemudian masing-masing
mengerjakan tes sendiri dan menilai nilai pribadi ( Lie, 2010: 88).
Sedangkan menurut Agus Supriyono (2009: 45) langkah pembelajaran dengan
model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) adalah
sebagai berikut:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen
2) Guru memberikan wacana / kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana/ kliping dan ditulis pada lembar kertas
4) Mempresentasikan / membacakan hasil kelompok
5) Guru membuat kesimpulan bersama
6) Penutup
c.Langkah-langkah Penggunaan Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated
Reading Composition (CIRC) dalam Membaca Pemahaman
Langkah kegiatan CIRC dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah
sebagai berikut:
1) Guru menerangkan secara singkat mengenai pembelajaran membaca pemahaman.
2) Guru menyampaikan judul teks bacaan sesuai topik pembelajaran
3) Siswa memprediksi awal mengenai cerita.
4) Guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok secara heterogen
5) Guru membagikan teks cerita
6) Guru menginformasikan kepada tiap kelompok mengenai langkah pembelajaran
CIRC yang akan dilaksanakan.
7) Setiap kelompok ada yang membacakan untuk kelompoknya bacaan yang telah
dibagikan
8) Seiap kelompok membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan teks bacaan seperti
ide pokok, pikiran utama dan lain-lain yang berkaitan dengan teks.
Kemmudian mereka menuliskan hasilnya secara tertulis pada kertas.
9) Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok.
10) Secara bergiliran, wakil dari setiap kelompok membacakan hasil diskusinya di depan
kelas
11) Kelompok yang lain memberikan tanggapan dan guru memberikan umpan balik serta
atas materi yang telah dipresentasikan siswa secara singkat.
12) Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria
penghargaan terhadap kelompok yang berhasil dengan baik.
13) Pada akhir kegiatan guru bisa memberikan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa.
B. Penelitian Relevan
Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah:
a. Penelitian yang dilakukan Suwarto, Tesis UNS “Upaya Meningkatkan Kemampuan
Membaca dan Menulis Permulaan Dengan Metode Kooperatif Intregasi Membaca
dan Komposisi (CIRC)” (PTK pada Siswa Kelas I SD Negeri Eromoko Kecamatan
Eromoko Kabupaten Wonogiri).
Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan metode Kooperatif
Intregasi Membaca Komposisi (CIRC) dapat meningkatkan proses pembelajaran
membaca menulis permulaan, baik pada siswa maupun guru.. Hal ini dapat dilihat
dari ketuntasan pembelajaran pada siklus I sebanyak 53,38%, siklus II sebanyak
71,43%, dan siklus III sebanyak 100%.
b. Penelitian oleh Siti Khuzaimatun, Skripsi FKIP UNS 2009. Upaya Meningkatkan
Kemampuan Membaca Pemahaman Dengan Metode SQ3R Pada Siswa Kelas X.3
SMA Negeri 1 Sumberlawang. Berdasarkan hasil penelitian terjadi peningkatan
kemampuan membaca pemahaman pada siklus I 32,5%, siklus II 60%, dan siklus III
87,5%.
C. Kerangka Berfikir
Pada kondisi awal terdapat beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami apa yang telah dibaca, yaitu pada saat membaca pemahaman. Hal ini terjadi
karena dirasa guru kurang inovatif dalam melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu
diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman siswa. Diantara berbagai tipe model pembelajaran, model
pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) adalah suatu tipe
model pembelajaran yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman pada siswa. Melalui model pembelajaran tipe Cooperative
Integrated Reading Composition (CIRC) dapat membawa siswa menjadi lebih tertarik
dan berminat untuk belajar membaca pemahaman. Dan melalui model pembelajaran tipe
CIRC ini diharapkan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa dan akhirnya
kemampuan membaca pemahaman pun akan meningkat.
Gambar 1: Bagan Kerangka Berfikir
Guru belum menggunakan model pembelajaran tipe
CIRC
Dalam pembelajaran guru menggunakan model
pembelajaran tipe CIRC
Penggunaan model pembelajaran tipe CIRC
dapat meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Kemampuan membaca
pemahaman masih rendah
D. Hipotesis
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
Penggunaan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition
(CIRC) dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD
Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten
Boyolali. Alasan yang mendasari penelitian dilaksanakan di SD Negeri Beji, yaitu:
a. Pembelajaran dengan CIRC belum pernah diteliti di SD Negeri Beji
b. Penghematan waktu dan biaya, karena lokasi penelitian dekat dengan tempat tinggal
peneliti.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan
dilakukan selama 6 bulan, yakni mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Juni 2010.
Tahap perencanaan dilaksanakan bulan Januari dan tahap pelaksanaan dimulai bulan
Maret, dengan jadwal pada tabel:
Tabel 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian
No Jenis Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni
1 Penyusunan proposal
XXX
2 Seminar proposal
X
3 Perbaikan proposal
XX
4 Perizinan XX
5 Penyusunan RPP
X
6 Pelaksanaan penelitian
XXX
7 Anlisis data XX
8 Penyusunan hasil laporan
XX
9 Revisi hasil laporan dan ujian
XX
10 Penggandaan, pengiriman laporan
XX
Adapun rincian pelaksanaan tindakan siklus I sampai siklus III dilakukan
sebagai berikut:
a. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 15 sampai dengan 17 April 2010.
b. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 20 sampai dengan 22 April 2010.
c. Siklus III dilaksanakan pada tanggal 23 sampai dengan 25 April 2010.
B. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri
Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali yang berjumlah 30 siswa. Dengan rincian
siswa laki-laki 20 siswa dan siswa perempuan 10 siswa.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas dengan bentuk metode
yang digunakan adalah deskriftif kualitatif. Karena data yang dipergunakan adalah
data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung tercatat dari kegiatan lapangan.
2. Strategi Penelitian
Strategi yang dipilih dalam penelitian ini adalah strategi tindakan kelas model spiral
Kemmis dan Taggart dalam Rochiati (2009: 66). Setiap siklus ditempuh melalui empat
fase yaitu: perencanaan (plan), tindakan (act), observasi (observe), dan refleksi
(reflect).
Perencanaan
Tindakan Refleksi
Gambar 2: Model strategi penelitian
C. Sumber Data
Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam
penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan digali dari berbagai
macam sumber data. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini
antara lain:
1. Informasi data dari nara sumber yaitu guru dan siswa kelas V SD Negeri Beji.
2. Arsip nilai ulangan siswa
3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe
Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)
D.Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang dipergunakan adalah:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memantau proses dan dampak pembelajaran yang
diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien.
Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan pembelajaran beserta peristiwa-
Observasi
Observasi
Refleksi Perencanaan
Ulang
Tindakan
peristiwa yang melingkupinya. Dilihat dari jenis pelaksanaanya obsevasi dibedakan
menjadi empat yaitu: (1) observasi terbuka yaitu tidak menggunakan lembar observasi
melainkan hanya kertas kosong untuk merekam apa yang diamati, (2) observasi terfokus
yaitu observasi yang secara khusus ditujukan untuk ,mengamati aspek-aspek tertentu dari
pembelajaran, (3) observasi terstuktur, dan (4) observasi sistematik yang lebih rinci dari
observasi terstruktur dalam kategori dat yang diamati. Langkah-langkah observasi
meliputi perencanaan, pelaksanaan observasi kelas dan pembahasan balikan (Wardani
dan Kuswaya, 2008: 2.26). Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengamati
kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman,
sebelum tindakan maupun setelah tindakan yang sedang berlangsung di kelas. Melalui
observasi ini diharapkan gejala ketidakberhasilan maupun kekeliruan dalam perencanaan
tindakan dapat diketahui lebih awal sehingga dapat dilakukan perbaikan atau modifikasi
perencanaan tindakan sebelum berjalan lebih lanjut.
2. Tes
Tes adalah suatu alat yang digunakan oleh pengajar untuk memperoleh
informasi tentang keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi yang telah
diberikan oleh pengajar (Iskandarwassid 2008: 180). Tes ini dilakukan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam membaca
pemahaman. Dengan diketahui hasil tes ini maka peneliti dapat merencanakan kegiatan
yang akan dilakukan agar dapat memperbaiki proses pembelajaran. Selain itu tes
digunakan untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan
berupa tes kemampuan membaca pemahaman.
3. Wawancara
Wawancara adalah percakapan tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan yang diwawancarai (yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu) Moloeng dalam Slamet dan Suwarto (2007: 34). Wawancara
dapat dilakukan untuk mengungkapkan pendapat siswa tentang pembelajaran. Dalam hal
ini wawancara dapat terjadi antara guru dan siswa, pengamat dan siswa, serta siswa dan
siswa. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada guru kelas V dan siswa kelas V
SD Negeri Beji untuk mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan dan
kemampuan membaca pemahaman sebelum pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC).
4. Metode Dokumentasi
Digunakan untuk memperoleh data-data yang diperlukan. Dokumen merupakan
bahan tertulis atau film yang digunakan sebagai sumber data. Dokumentasi yang
digunakan dapat berupa nama responden penelitian dan dokumen lain yang diperlukan,
misalnya hasil pekerjaan siswa, daftar nilai, foto pembelajaran dan lain-lain.
E.Validitas Data
Di dalam suatu penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya adalah
semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur
atau diteliti. Di dalam penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakan triangulasi
data dan triangulasi metode.
Adapun yang dimaksud ketiga hal tersebut adalah:
1. Validitas isi adalah validitas yang berhubungan dengan kemampuan instrumen untuk
menggambarkan atau melukiskan secara tepat domain perilaku yang akan diukur.
Dalam penelitian ini untuk mengukur kemampuan membaca pemhaman siswa kelas
V SD Negeri Beji digunakan instrumen tes yang sesuai dengan materi membaca
pemahaman yang harus dikuasai siswa.
2. Trianggulasi data
Trianggulasi data atau yang sering disebut trianggulasi sumber adalah data atau
informasi yang diperoleh selalu dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi
lain, baik dari segi koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Dalam
mengumpulkan data, peneliti wajib menggunakan beragam sumber data yang
tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenaranya bila
digali dari beberapa sumber data yang berbeda (Slamet dan Suwarto 2007: 54).
Dalam penelitian ini dicapai dengan cara data hasil wawancara dengan siswa dan
guru kelas V SD Negeri SD Negeri Beji serta membandingkan data hasil evaluasi
kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V sebelum tindakan dengan data hasil
evaluasi kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V setelah dilakukan tindakan.
3. Trianggulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Dalam trianggulasi
metode ini yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau metode pengumpulan data
yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data
yang sama untuk menguji kemantapan informasinya (Slamet dan Suwarto 2008: 54).
Peneliti bisa menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi
kemudian dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan
hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik
dokumentasi pada pelaku kegiatan. Dari data yang diperoleh dari yang diperoleh
lewat beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya
dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya. Dalam
penelitian ini dicapai dengan cara membandingkan data hasil observasi kegiatan
pembelajaran siswa kelas V SD Negeri Beji dengan data hasil wawancara dengan
siswa dan guru kelas V SD Negeri Beji serta membandingkan data hasil evaluasi
kemampuan membaca siswa kelas V SD Negeri Beji.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif interaktif. Tahapan yang terdapat pada analisis interaktif yaitu reduksi data,
sajian data dan penarikan kesimpulan. Adapun yang dimaksud dengan ketiga hal tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Reduksi data
Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi. Reduksi
data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan
pengabstraksian data mentah menjadi informan yang bermakna. Reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang menajmakan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengn cara sedemikian rupa
sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Sajian data
Setelah data direduksi langkah selanjutnya yaitu diadakan penyajian data.
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adnya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data adalah proses
penampilan data secara sederhana dalam bentuk paparan naratif, representatasi
tabular termasuk format matriks, representasi grafis, dan sebagainya.
3. Penyimpulan
Data-data dari hasil penelitian setelah direduksi, disajikan langkah terakhir
adalah kesimpulan. Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dan sajian data
yang telah terorganisasi tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan/ atau formula
yang singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian yang luas.
E. Indikator Kinerja
Rumusan kinerja penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan kemampuan
membaca pemahaman siswa, yaitu memperoleh nilai minimal 60 (KKM). Penelitian
tindakan kelas ini berhasil jika 75% siswa mendapatkan nilai ≥ 60.
H. Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk
siklus yang tercakup empat kegiatan, yaitu rencana, tindakan, observasi, evaluasi, dan
refleksi. Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam satu
siklus ada 2 kali pertemuan yang masing-masing pertemuan 2 x 35 menit.
1. Rancangan Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap perencanaan tindakan ini adalah:
1) Merencanakan pembelajaran CIRC yang akan diterapkan dalam pembelajaran.
2) Menyusun rencana pembelajaran untuk pembelajaran membaca pemahaman
3) Membuat media dan menentukan sumber belajar yang akan digunakan
4) Membuat format observasi dan penilaian yang akan digunakan
5) Menyusun tes yang akan diberikan kepada siswa
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Guru menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe CIRC yang telah
direncanakan pada pembelajaran membaca pemahaman. Dengan langkah-langkah
pembelajaranya sebagai berikut:
Kegiatan Awal
(a) Apersepsi berkaitan dengan materi yang akan dipelajari
(b) Motivasi, menginformasikan manfaat rajin membaca
(c) Tujuan, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai secara sederhana
kepada siswa
Inti Pembelajaran
(a) Guru menjelaskan secara singkat mengenai membaca pemahaman
(b) Guru membagikan teks bacaan kepada siswa
(c) Guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok secara heterogen
(d) Guru menginformasikan kepada tiap kelompok mengenai langkah pembelajaran
CIRC yang akan dilaksanakan.
(e) Setiap kelompok ada yang membacakan untuk kelompoknya bacaan yang telah
dibagikan
(f) Setiap kelompok membahas tentang hal-hal atau isi yang berkaitan dan
terkandung dalam teks bacaan
(g) Secara bergiliran, wakil dari setiap kelompok membacakan hasil diskusinya di
depan kelas
(h) Kelompok yang lain memberikan tanggapan dan guru memberikan umpan balik
serta atas materi yang telah dipresentasikan siswa secara singkat.
(i) Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria
penghargaan terhadap kelompok yang berhasil dengan baik.
(j) Siswa mengerjakan tes evaluasi untuk mengetahui tingkat membaca pemahaman
siswa.
Kegiatan Akhir
(a) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang terjadi.
(b) Guru melakukan refleksi pada siswa bahwa membaca dengan model
pembelajaran tipe CIRC membuat siswa lebih mudah memahami bacaan.
(c) Guru menugasi siswa di rumah melakukan latihan membaca pemahaman
Dalam siklus pertama ini pada pertemuan pertama dilaksanakan dengan
materi mengidentifikasi isi cerita. Pada pertemuan kedua dengan materi menceritakan
isi cerita yang telah dibaca.
2) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan model pembelajaran tipe CIRC.
3) Memantau perkembangan kemampuan membaca pemahaman pada anak.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas
guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah
disiapkan peneliti.Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, peneliti juga
melakukan angket para siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu diberikan
pada siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.
d. Tahap Refleksi
Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi.
Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis tersebut akan diperoleh kesimpulan fase mana yang perlu
diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah memenuhi target. Kualitas
proses pembelajaran dinyatakan mengalami perbaikan apabila capaian pada indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan tidak atau kurang sesuai dengan target.
2. Rancangan Siklus II
Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus pertama. Pada
siklus ini perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada tindakan
dalam siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi pembelajaran
membaca pemahaman. Tahap pada siklus kedua ini adalah:
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Mengidentifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan
masalah.
2) Merencanakan pembelajaran CIRC yang akan diterapkan dalam pembelajaran.
3) Menyusun rencana pembelajaran untuk pembelajaran membaca pemahaman
4) Menentukan sumber belajar yang akan digunakan
5) Membuat format observasi dan penilaian yang akan digunakan
6) Menyusun tes yang akan diberikan kepada siswa
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Melaksanakan tidakan sesuai dengan perencanaan yang telah direncanakan
berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe CIRC yang telah
direncanakan pada pembelajaran membaca pemahaman.
3) Memantau perkembangan kemampuan membaca pemahaman siswa
c.Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas
guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah
disiapkan peneliti. Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, peneliti juga
melakukan angket para siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu diberikan
pada siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.
d. Tahap Refleksi
Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa, hasil observasi serta
angket. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis tersebut akan diperoleh kesimpulan fase mana yang perlu
diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah memenuhi target. Kualitas
proses pembelajaran dinyatakan mengalami perbaikan apabila capaian pada indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan tidak atau kurang sesuai dengan target.
3. Rancangan Siklus III
Pada siklus ketiga ini perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah
dicapai pada tindakan dalam siklus II sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan
materi pembelajaran membaca pemahaman. Tahap pada siklus kedua ini adalah:
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Mengidentifikasi masalah pada siklus II dan menetapkan alternatif pemecahan
masalah.
2) Merencanakan pembelajaran CIRC yang akan diterapkan dalam pembelajaran.
3) Menyusun rencana pembelajaran untuk pembelajaran membaca pemahaman
4) Membuat media dan menentukan sumber belajar yang akan digunakan
5) Membuat format observasi dan penilaian yang akan digunakan
6) Menyusun tes yang akan diberikan kepada siswa
b. Tahap pelaksanaan Tindakan
1) Melaksanakan sesuai sesuai dengan rencana perbaikan yang telah direncanakan
berdasarkan hasil refleksi pada siklus II
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe CIRC yang telah
direncanakan pada pembelajaran membaca pemahaman.
3) Memantau perkembangan kemampuan membaca pemahaman siswa
c. Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas
guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah
disiapkan peneliti. Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, peneliti juga
melakukan angket para siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu diberikan
pada siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.
d. Tahap Refleksi
Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa, hasil observasi
serta angket. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil
pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut akan diperoleh kesimpulan fase mana
yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah memenuhi target.
Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami perbaikan apabila capaian pada
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan tidak atau kurang sesuai dengan target.
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Pelaksanaan
Perencanaan Observasi
Refleksi
Pelaksanaan
Perencanaan Observasi
Refleksi
Pelaksanaan
Perencanaan Observasi
Gambar 3. Bagan siklus pelaksanaan tindakan
Refleksi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1.Tinjaun Historis Sekolah Dasar Negeri Beji
Sekolah Dasar Negeri Beji kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Propinsi
Jawa Tengah berdiri pada tahun 1951 ijin operasional penggunaannya dikeluarkan oleh
Kepala Jawatan Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah dengan surat
keputusan No. SR/ KEP/ PPK 61621, tanggal 1 Januari 1951. Sejak berdiri status SDN
Beji adalah Sekolah Dasar Negeri dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS)
10.10.30916007. Saat ini SDN Beji merupakan salah satu SD di gugus Sudirman Cabang
Dinas Pendidikan dan Olahraga Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.
Sejak awal berdirinya SD ini yakni tahun 1951 sampai sekarang telah mengalami
beberapa pergantian Kepala Sekolah. Kepala yang menjabat saat ini adalah Bapak
Suwarno Ama. Pd. Pergantian Kepala Sekolah dilakukan melalui prosedur yang benar
sesuai dengan peraturan yang ada. SD Negeri Beji telah terakreditasi dengan nilai B. Hal
ini mendorong pihak sekolah untuk berusaha dalam meningkatkan kinerja dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran yang telah diharapkan.
2.Letak Goegrafi Sekolah Dasar Negeri Beji
Secara geografis, letak SD Negeri Beji berada di desa Beji, kecamatan Andong,
kabupaten Boyolali. SD Negeri Beji berada di antara pemukiman penduduk dekat dengan
komplek Balai Desa Beji. Lokasinya sangat strategis tidak jauh dari pusat kecamatan dan
berada di lintasan jalur utama antar desa, sehingga memberikan banyak keuntungan bagi
SD ini, diantaranya adalah memberikan kemudahan bagi sekolah dalam melaksanakan
tugas kedinasan dan tersedia berbagai sumber belajar yang dapat digunakan secara
langsung untuk proses pembelajaran sehingga menarik minat siswa untuk belajar.
3.Keadaan Personil Sekolah Dasar Negeri Beji
SD Negeri Beji kecamatan Andong kabupaten Boyolali pada tahun 2009/ 2010
dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah dan memiliki 7 guru yang telah berstatus Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan 1 orang tenaga pengajar dan 1 pegawai perpustakaan yang masih
Wiyata Bakti. Semua personel telah melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik
sesuai dengan tanggungjawabnya. Dengan jumlah guru yang memadai maka proses
belajar mengajar juga dapat berjalan dengan lancar. Dengan kelancaran proses
pembelajaran tersebut seharusnya para siswa SD Beji dapat meraih prestasi yang baik
baik secara akademik maupun non akademik. Bukan hanya guru dan Kepala sekolah
yang bertanggungjawab dalam membimbing siswa namun peran orang tua dan
masyarakat juga sangat penting. Hal ini telah diwujudkan di SD Negeri Beji dalam wadah
Paguyuban Orang Tua Siswa dan Komite sekolah. Keberhasilan pendidikan siswa
merupakan tanggungjawab bersama sehingga harus ada kerjasama yang baik dari semua
pihak.
4.Keadaan sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri Beji
Bangunan gedung SDN Beji berdiri di atas tanah seluas 2400 meter persegi,
dengan luas bangunan 695 meter persegi. Bangunan yang ada adalah 6 ruang kelas, 1
gudang, 1 rumah dinas, 1 kantin sekolah, 1 ruang guru dan Kepala Sekolah, UKS,
perpustakaan, ruang olahraga, dapur dan 5 kamar mandi atau toilet. Selain mempunyai
beberapa ruangan, SDN Beji juga mempunyai halaman yang sangat luas yang biasanya
digunakan untuk pembelajaran olahraga, upacara dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler
yang diadakan oleh sekolah serta tempat bermain bagi para siswa ketika jam istirahat.
Taman sekolah juga tertata secara rapi sehingga memberikan suasana nyaman bagi para
siswa dalam mengikuti pembelajaran ketika di luar ruangan.
5.Keadaan Siswa Sekolah Dasar Negeri Beji
Jumlah seluruh siswa di SDN Beji pada tahun 2009/2010 adalah 181 siswa yang
terdiri dari 94 siswa laki-laki dan 87 siswa perempuan. Siswa terbagi dalam 6 kelas
yakni kelas I sebanyak 31 siswa, kelas II sebanyak 31 siswa, kelas III sebanyak 32 siswa,
kelas IV sebanyak 29 siswa, kelas V sebanyak 30 siswa dan kelas VI sebanyak 28 siswa.
Siswa berasal dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda-beda. Sebagian besar
orang tua siswa bekerja sebagai petani dan buruh yang pendidikannya masih terhitung
rendah.
Berdasarkan data yang ada bahwa rata-rata pendidikan orang tua siswa masih
rendah maka pihak sekolah terdorong untuk memberikan pendidikan dan pengajaran
semaksimal mungkin karena orang tua siswa kurang begitu memperhatikan
perkembangan anaknya dalam belajar. Sebagian dari mereka hanya menyerahkan
pendidikan anak-anaknya pada pihak sekolah. Hal ini dapat membuat terhambatnya
perkembangan prestasi siswa terutama dalam kebiasaan membaca. Siswa-siswa banyak
menemui kesulitan karena mereka menganggap bahwa membaca itu membosankan dan
membuat siswa menjadi mengantuk. Keadaan seperti ini terjadi pada siswa kelas V SDN
Beji pada materi membaca pemahaman.
B. Deskripsi Sebelum Tindakan
Dalam kondisi awal atau sebelum diadakanya tindakan, metode yang digunakan
guru dalam pembelajaran membaca pemahaman yaitu dengan menggunakan metode
konvensional. Dalam metode ini, guru menyuruh siswa membuka buku yang akan dibaca
pada halaman tertentu, kemudian siswa disuruh membaca sendiri dan langsung
mengerjakan soal yang berkaitan dengan bacaan tanpa adanya pembahasan isi bacaan.
Peneliti menemukan banyak siswa yang kesulitan memahami isi bacaan,
terutama jika disuruh menceritakan kembali isi cerita. Kesulitan siswa dalam memahami
isi bacaan menyebabkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman masih rendah.
Kesulitan siswa terlihat pada saat menjawab pertanyaan berkaitan isi bacaan dan
menceritakan kembali isi cerita banyak yang masih keliru.
Siswa masih menemui kesulitan karena guru belum mengupayakan metode
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca
pemahaman, sehingga kemampuan membaca pemahaman siswa masih rendah Selain itu
kurangnya kosakata yang dimilki siswa membuat siswa kesulitan memahami atau
menafsirkan isi bacaan. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya 14 siswa atau sekitar
46,67% siswa yang nilainya belum dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yaitu 60. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka peneliti mengadakan penelitian di kelas
V dengan menerapkan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading
Composition (CIRC) yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca
pemahaman.
Agar lebih jelas maka kondisi awal hasil belajar membaca pemahaman dapat
dilihat dari tabel dan grafik di bawah ini:
Tabel 2. Nilai Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Beji Sebelum Dilakukan Tindakan
Tabel 3. Data Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SDN Beji Pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan
No. Interval Frekuensi % Kategori
1 10-21 5 16.6 Kurang sekali
2 22-33 2 6.6 Kurang
No. Subyek
Nilai No. Subyek
Nilai
1 40 16 70
2 10 17 70
3 20 18 70
4 20 19 80
5 60 20 60
6 50 21 50
7 60 22 30
8 80 23 30
9 70 24 80
10 70 25 50
11 70 26 50
12 20 27 80
13 80 28 70
14 60 29 20
15 50 30 50
3 34-46 1 3.3 Hampir cukup
4 47-58 6 20 Cukup
5 59-70 11 36.6 Lebih dari cukup
6 71-82 5 16.6 Baik
Jumlah 30 100
Dari tabel nilai membaca pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri Beji
sebelum diadakan tindakan melalui penerapan model pembelajaran tipe CIRC, dapat
disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
Nilai Membaca Pemahaman
Jum
lah
Sis
wa
10,0-21
22-33
34-46
47-58
59-70
71-82
Gambar 4. Grafik Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Beji Sebelum Dilakukan Tindakan
C. Deskripsi Tindakan
Dalam deskripsi tindakan ini dibahas mengenai beberapa hal yaitu siklus I,
siklus II, dan siklus III
1. Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 15-17 April 2010 yang diikuti oleh siswa
kelas V sebanyak 30 siswa. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh seorang observer
yaitu guru kelas V yang bernama Martani. Adapun kegiatan siklus I ini adalah sebagai
berikut:
a. Perencanaan
Berdasarkan informasi yang diperoleh sebagai data awal siswa sebagai subyek
penelitian sebanyak 14 siswa dari 30 siswa mendapatkan nilai membaca pemahaman
dibawah 60 sehingga belum mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan guru yaitu 60.
Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan guru kemampuan membaca pemahaman
siswa masih rendah. Oleh karena itu perlu diadakan pembelajaran dengan model
pembelajaran tipe CIRC untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca
pemahaman.
Pada tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan beberapa hal antara lain:
1) Mengidentifikasi masalah belajar siswa terutama dalam proses pembelajaran membaca
pemahaman.
2) Mengkaji materi pembelajaran membaca kelas V semester II dengan indikator:
menjawab pertanyaan berdasarkan teks bacaan dan menjelaskan kembali isi teks yang
telah dibacanya.
3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
4) Merancang pelaksanaan kegiatan serta mempersiapkan sarana dan prasarana yang
digunakan untuk pembelajaran membaca pemahaman yang berupa: menyiapkan buku
teks, menyiapkan tes formatif untuk penilaian hasil belajar. Dalam merancang
kegiatan berkoordinasi dengan guru kelas V sebagai observer.
5) Menyiapkan lembar observasi dan penilaian yang akan digunakan dalam pembelajaran
membaca pemahaman.
b. Pelaksanaan
Setelah rencana tindakan dibuat, peneliti segera melakukan tindakan penelitian
dengan melakukan proses pembelajaran bahasa Indonesia membaca pemahaman sesuai
dengan tahapan model pembelajaran tipe CIRC untuk meningkatkan kemampuan dan
hasil belajar siswa.
1) Pertemuan pertama
Pada pertemuan pertama, pelajaran membaca yang diajarkan yaitu membaca
cerita anak dengan indikator dapat menjawab pertanyaan berdasarkan teks bacaan.
Sebagai kegiatan awal guru mengkondisikan kelas dan melakukan apersepsi.
Pada kegiatan inti guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok, setiap
kelompok beranggotakan 4 siswa dan ada 2 kelompok yang anggotanya 5 siswa. Guru
membagikan media teks bacaan dengan judul ”Burung yang Malang”. Guru menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran tipe CIRC. Guru meminta
satu dari setiap anggota kelompok untuk membacakan teks bacaan di dalam
kelompoknya. Sedangkan anggota kelompok yang lain menyimak.
Setelah itu, setiap kelompok diminta mengidentifikasikan isi cerita, mulai dari
tokoh, tempat terjadinya cerita, dan jenis cerita. Setelah berdiskusi, perwakilan setiap
kelompok diminta maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru
memberikan penghargaan kepada kelompok yang hasilnya paling baik berupa tepuk
tangan bersama dan bendera kertas. Siswa mengerjakan evaluasi secara individu untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa.
Sebagai kegiatan akhir guru memberikan penguatan materi dan membuat
kesimpulan bersama dengan siswa.
2) Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua guru memberikan pembelajaran dengan materi yang
sama namun indikatornya berbeda. Pada pertemuan kedua ini indikatornya yaitu
menceritakan kembali isi cerita yang telah dibaca ke dalam beberapa kalimat.
Sebagai kegiatan awal guru melakukan apersepsi tentang materi yang telah
dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan tujuan memberikan penguatan dan
mengingat kembali pada pelajaran yang telah dilaksanakan.
Pada kegiatan inti guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok seperti
kelompok pada pertemuan pertama. Kemudian guru memberikan wacana ”Burung yang
Malang”. Siswa bekerja dalam langkah model pembelajaran tipe CIRC. Salah satu
anggota kelompok membacakan wacana kepada anggota kelompoknya. Tugas dari
anggota kelompok adalah mencari isi cerita setiap paragraf. Setelah selesai, siswa
perwakilan kelompok maju ke depan menyampaikan hasil diskusi. Guru memberikan
penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik dengan kertas yang berbentuk bintang.
Kemudian siswa mengerjakan evaluasi secara individu untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa.
Pada kegiatan akhir guru memberikan penguatan materi dan kesimpulan serta
tugas rumah sebagai tindak lanjut dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.
c. Observasi
Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran tipe CIRC, yang dilaksanakan dengan
menggunkan alat bantu berupa lembar observasi dan perekaman dengan kamera.
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe CIRC pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Serta untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh model pembelajaran tipe CIRC dalam meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman di kelas V.
Oleh karena itu, pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas siswa atau
proses yang terjadi dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru
dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
1) Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pembelajaran membaca dengan indikator
menjawab pertanyaan berdasarkan teks bacaan. Hasil observasi pada pertemuan pertama
adalah sebagai berikut:
(a) Kegiatan Siswa
Siswa kurang memperhatikan apersepsi guru, ada 7 tujuh siswa yang pasif. Pada
saat pembentukan kelompok siswa masih bingung dan ramai, dan ada beberapa siswa
yang tidak menerima anggota kelompok yang diberikan. Siswa kurang memahami
langkah diskusi yang diberikan, aktivitas keaktifan kelompok kurang terlihat dan
sebagian besar masih individual pada kelompok. Ketika salah satu siswa membacakan
cerita dalam kelompoknya, banyak anggota kelompok yang tidak menyimak dan
bercakap-cakap bermain sendiri. Saat mengerjakan tugas kelompok, ada siswa yang
mengerjakanya individu saja, kerjasama dan toleransi siswa kurang khususnya pada
siswa yang merasa paling pandai diantara anggota kelompoknya. Pada saat disuruh maju
presentasi kelompok siswa masih malu-malu dan harus ditunjuk oleh guru. Kata-kata
sukar yang artinya belum dimengerti oleh siswa membuat siswa keliru menafsirkan isi
cerita.
Siswa belum menunjukkan sikap antusias terhadap aktivitas guru. Pada saat
melakukan tugas individu, masih banyak siswa yang saling bertanya dengan temanya.
(b) Kegiatan Guru
Apersepsi yang diberikan untuk meningkatkan motivasi kurang menarik dan
melibatkan siswa sehingga terlihat beberapa siswa yang masih pasif dan kurang
memperhatikan. Guru kurang mampu mengendalikan kelas ketika pembagian kelompok,
sehingga kelas menjadi ramai dan gaduh. Guru menggunakan berbagai sumber belajar.
Penggunan waktu masih kurang baik, karena lebih dari jam pelajaran yang seharusnya.
Memotivasi individu dan kelompok. Memperhatikan dan mengawasi jalanya diskusi
setiap kelompok. Setelah siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok, guru
memberikan tanggapan dan umpan balik terhadap siswa serta telah memberikan
penghargaan bagi kelompok yang kerjanya baik.
Pada saat evaluasi secara individu, siswa masih tetap duduk di dalam kelompok.
Sehingga banyak siswa yang saling bertanya.
2) Pertemuan kedua
Pertemuan kedua ini dilaksanakan dengan indikator menceritakan kembali teks
bacaan yang telah dibaca kedalam beberapa kalimat.
(a) Kegiatan Siswa
Sebagian besar siswa cukup memperhatikan apersepsi guru, tetapi masih terlihat 7
siswa yang pasif dan kurang memperhatikan. Siswa masih ramai pada saat berkumpul
dengan kelompoknya, dan ada 2 siswa yang masih belum menerima anggota kelompok
yang diberikan. Siswa sudah mulai memahami langkah diskusi yang diberikan, tetapi
kerjasama dalam mengerjakan tugas kelompok masih kurang dan terlihat sebagian besar
pengerjaan tugas masih individual pada kelompok. Pada saat dibacakan cerita mayoritas
siswa sudah memperhatikan, tetapi masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan.
Siswa mengerjakan dengan baik tugas individu, namun pada tugas kelompok masih ada
yang dikerjakan oleh satu orang saja. Siswa belum menunjukkan sikap antusias terhadap
aktifitas guru dan saat presentasi kelompok sudah ada kelompok yang langsung maju
presentasi tanpa ditunjuk. Namun, itu baru sebgian kelompok sedangkan sebagian
kelompok yang lain masih menunggu giliran untuk ditunjuk. Siswa mengeluh teks bacaan
yang diberikan masih dianggap sulit bagi siswa.
(b) Kegiatan Guru
Sudah melakukan apersepsi dengan cukup baik. Guru mampu mengendalikan
kelas ketika pembagian kelompok. Guru menggunakan berbagai sumber belajar.
Penggunan waktu masih kurang baik, karena melebihi dari jam pelajaran yang
seharusnya. Penuh perhatian terhadap siswa. Memotivasi individu dan kelompok. Sudah
menggunakan media pembelajaran. Sudah melakukan penilaian proses. Sudah melakukan
penilaian hasil belajar. Sudah memberikan tindak lanjut.
d. Analisis dan Refleksi
Hasil siklus I yang didapat dari hasil observasi, penilaian proses dan penilaian
hasil pemahaman isi bacaan melalui tes kemudian dianalisis dan direfleksi sebagai
langkah pengambilan tindakan pada siklus berikutnya. Adapun hasilnya adalah:
1) Dalam membentuk kelompok guru tidak menjelaskan kepada siswa dasar penetapan
kelompok sebaiknya diberikan penjelasan alasan penetapan kelompok, sehingga siswa
banyak yang menolak. Untuk siklus berikutnya sebaiknya guru memberikan penjelasan
dasar pembentukan kelompok.
2) Siswa ramai ketika bergabung dengan kelompoknya. Pada siklus berikutnya sebaiknya
guru lebih mengendalikan untuk segera berkumpul dengan kelompok masing-masing.
3) Dalam kelompok, guru meminta satu siswa membacakan teks untuk kelompoknya dan
yang lain menyimak. Tetapi, banyak anggota kelompok yang tidak menyimak dan
hanya bermain sendiri. Pada siklus berikutnya, sebaiknya pembacaan teks dilakukan
bergiliran oleh semua anggota dalam kelompok sehingga siswa benar-benar menyimak
dan memperhatikan.
4) Siswa mengeluh teks bacaan yang diberikan guru dianggap sulit dan rumit. Untuk
siklus berikutnya, sebaiknya guru memberikan teks cerita yang tidak telalu panjang dan
lebih mudah.
5) Kata-kata sukar yang belum diketahui siswa membuat siswa keliru menafsirkan cerita.
Pada siklus selanjutnya sebaiknya guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya
dan menjelaskan arti kata-kata yang masih dianggap sukar oleh siswa.
6) Pada saat kelompok melakukan presentasi, kelompok lain banyak ramai dan tidak
memperhatikan. Untuk siklus berikutnya, sebaiknya guru meminta setiap kelompok
untuk memberikan tanggapan terhadap kelompok yang sedang presentasi di depan
kelas.
7) Guru memberikan tugas di luar jam untuk melatih pemahaman siswa. Tetapi, hasilnya
belum memuaskan dan banyak siswa yang tidak mengerjakan. Untuk siklus berikutnya,
guru supaya meminta apa yang telah dibaca siswa dilaporkan dalam bentuk tertulis.
Dari hasil penilaian kemampuan membaca pemahaman pada siklus I dapat dilihat
pada interval nilai dan kualitas frekuensi dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4. Data Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri
Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Siklus I.
No. Subyek Nilai No. Subyek Nilai
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
53 32 32 32 55 55 58 90 77
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
82 79 72 84 74 79 65 62 84
10. 11. 12. 13. 14. 15.
72 82 45 90 77 59
25. 26. 27. 28. 29. 30.
77 75 87 72 45 72
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai tertinggi dari hasil kemampuan
membaca pemahaman oleh siswa adalah 90 dan nilai terendah adalah 32. Kemudian hasil
perhitungan mean nilai rata-rata 67, 27 dengan kategori nilai cukup.
fx
X = ∑
N
= 2018
30
= 67,27
Keterangan:
∑ f x = Jumlah skor seluruh siswa
N = Jumlah siswa
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Membaca Pemahaman pada Kompetensi
Dasar Membaca Siswa Kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Siklus I.
No. Interval Frekuensi % Kategori
1 32-41 3 10 Kurang sekali
2 42-51 2 6.6 Kurang
3 52-61 5 16.6 Hampir cukup
4 62-71 2 6.6 Cukup
5 72-81 11 36.6 Lebih dari cukup
Apabila disajikan dalm bentuk grafik hasilnya sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
Nilai Membaca Pemahaman
Jum
lah S
isw
a
32-41
42-51
52-61
62-71
72-81
82-91
Gambar 5. Grafik Nilai Membaca Pemahaman Siswa kelas V SD Negeri Beji Siklus
I
Dari data interval nilai kemampuan membaca siswa kelas V SD Negeri Beji,
kualitas baik sebanyak 7 siswa atau 23,6%, kualitas lebih dari cukup 11 siswa atau
36,6%, kualitas cukup sebanyak 2 siswa atau 6,6 %, kualitas hampir cukup sebanyak 5
siswa atau 16,6%, kualitas kurang sebanyak 2 siswa atau 6,6 %, dan kualitas kurang
sekali sebanyak 3 siswa atau 10%.
6 82-91 7 23.6 Baik
Jumlah 30 100
Dari hasil kemampuan membaca pemahaman siklus I menunjukkan 3 siswa
mendapatkan nilai 32, 2 siswa mendapatkan nilai 45, 1 siswa mendapatkan nilai 53, 2
siswa mendapatkan nilai 55, 1 siswa mendapatkan nilai 58, 1 siswa mendapatkan nilai 59,
1 siswa mendapatkan nilai 62, 1 siswa mendapatkan nilai 65, 4 siswa mendapatkan nilai
72, 1 siswa mendapatkan nilai 72, 1 siswa mendapatkan nilai 75, 4 siswa mendapatkan
nilai 77, 2 siswa mendapatkan nilai 79, 2 siswa mendapatkan nilai 82, 2 siswa
mendapatkan nilai 84, dan 2 siswa mendapatkan nilai 90.
Berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan, peneliti dikatakan berhasil bila
prestasi belajar siswa secara individu menunjukkan sekurang-kurangnya 60 dan klasikal
menunjukkan 75%. Jadi kesimpulanya hasil penelitian siklus I belum dapat dikatakan
berhasil, sebab jumlah siswa secara individu yang mendapatkan nilai sekurang-
kurangnya 60 belum mencapai 75% meskipun secara klasikal nilai rata-rata siswa
dikategorikan cukup. Adapun perhitungan ketuntasan belajar pada siklus I adalah sebagai
berikut:
n
r% = x 100%
N
20
= x 100%
30
= 66,67%
Keterangan:
n = Jumlah siswa yang mendapat nilai sekurang-kurangnya 60
N = Jumlah siswa
Berdasarkan perhitungan di atas, kelas V SD Negeri Beji masih belum tuntas
karena baru 66,67% siswa yang mendapatkan nilai di atas ketuntasan. Sedangkan 33,33%
siswa masih mendapatkan nilai di bawah ketuntasan yaitu kurang dari 60.
Secara lebih rinci perkembangan peningkatan kemampuan membaca pemahaman
dengan model pembelajaran tipe CIRC pada siswa kelas V dapat dijelaskan pada tabel
berikut:
Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Beji Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus I
No Rata-rata sebelum tindakan Rata-rata setelah tindakan siklus I
Keterangan
1 54,00 67,27 Meningkat
Tabel 7. Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai ≥ 60 sebelum dan sesudah tindakan
siklus I
Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 60
Prosentase No
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Keterangan
16 20 53,33% 66,67% Meningkat
Untuk lebih jelasnya perbandingan nilai antara pra siklus dengan siklus I
disajikan dalam bentuk grafik berikut:
0
2
4
6
8
10
12
1,0-10 11,0-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90
Nilai Membaca Pemahaman
Jum
lah
Sisw
a
Pra Siklus
Siklus I
Gambar 6. Grafik Perbandingan Nilai Membaca Pemahaman Pra Siklus dan Siklus I
Berdasarkan hasil analisis siklus di atas, maka penulis memutuskan untuk
mengadakan pembelajaran perbaikan dengan model pembelajaran tipe CIRC pada siklus
ke II.
2. Siklus II
Pada siklus I hasil pembelajaran membaca pemahaman dengan kompetensi dasar
membaca cerita anak dan indikator menjawab pertanyaan serta menceritakan kembali isi
cerita yang telah dibaca belum tuntas. Oleh karena itu, kegiatan penelitian tindakan kelas
ini dilanjutkan ke siklus II dengan harapan pada siklus II dapat memperbaiki kelemahan-
kelemahan pada siklus I sehingga tujuan meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman dengan menggunakan model pembelajaran tipe CIRC dapat terwujud.
Kegiatan penelitian tindakan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 20-22April
2010 yang diikuti oleh 30 siswa. Alokasi waktu yang digunakan yaitu 2x 35 menit.
Kegiatan dari siklus II ini adalah sabagai berikut:
a.Perencanaan
Pada siklus II, tahap perencanaanya adalah sebagai berikut:
1) Melanjutkan tindakan sebelumnya melalui proses belajar mengajar pada kompetensi
membaca cerita anak dan dengan indikator menjawab pertanyaan dan menceritakan
kembali isi cerita yang telah dibaca.
2) Membuat rencana pembelajaran yang telah direview pada tahap pembelajaran
membaca dilaksanakan. Pada siklus kedua ini perbaikan rencana pembelajaran yang
akan dilaksanakan adalah penggantian teks bacaan yang lebih pendek, pembacaan
teks cerita dalam kelompok dilakukan secara bergiliran dan memberikan waktu
kepada siswa untuk bertanya mengenai kata-kata yang masih dianggap sukar.
Mempersiapkan sarana dan prasarana untuk melakukan proses pembelajaran melalui
model pembelajaran tipe CIRC yang meliputi : penyusunan indikator pencapaian
hasil belajar, mempersiapkan materi pembelajaran, mempersiapkan strategi dan
instrumen pembelajaran dan lembar tes hasil belajar. Selain itu juga melakukan
koordinasi kembali dengan guru kelas V sebagai observer.
b.Pelaksanaan
Setelah rencana tindakan dibuat, peneliti melakukan tindakan penelitian sebagai
berikut:
1) Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilaksanaan pada hari Senin tanggal 20 April 2010, jam
pelajaran pertama dan kedua. Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama,
mengabsen siswa serta mengkondisikan kelas dan memberikan apersepsi mengingat
pelajaran sebelumnya.
Pada kegiatan inti guru melaksanakan proses pembelajaran membaca
pemahaman dengan kompetensi membaca cerita anak dan indikator menjawab
pertanyaan berdasarkan teks yang telah dibaca. Pada pertemuan ini, teks cerita yang
diberikan yaitu ”Pak Lebai yang Malang”. Guru membagi siswa dalam kelompok.
Lima kelompok beranggotakan 4 siswa, dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa. Guru
menginformasikan kepada siswa langkah pembelajaran CIRC dan adanya penilaian
untuk kelompok. Siswa diminta membacakan cerita kepada anggota kelompoknya
secara bergiliran. Setiap kelompok diminta mengidentifikasikan isi hal-hal yang
berkaitan dengan cerita. Setelah selesai perwakilan kelompok diminta maju ke depan
mempresentasikan hasilnya. Pada saat ada perwakilan kelompok yang maju, kelompok
lain diminta memberikan tanggapan. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok
dengan kinerja yang terbaik. Setelah selesai presentasi, siswa diminta duduk ke tempat
duduk masing-masing. Guru memberikan evaluasi untuk dikerjakan secara individu.
Setelah selesai siswa diminta mengumpulkan hasilnya.
Pada kegiatan akhir, guru memberikan penguatan materi dan tanya jawab secara
klasikal mengenai cerita.
2) Pertemuan kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 April 2010. Materi
yang diberikan sama pada pertemuan pertama dengan indikator menceritakan kembali
isi cerita yang telah dibaca kedalam beberapa kalimat.
Pada kegiatan awal, guru memberikan apersepsi untuk menggali pengetahuan
siswa dan motivasi kepada siswa.
Guru memberikan materi singkat tentang cara menceritakan kembali isi cerita.
Guru meminta siswa berkumpul dengan anggota kelompok seperta pada pertemuan
pertama, sehingga ada tujuh kelompok. Guru membagikan teks cerita kepada siswa.
Guru mengingatkan kepada siswa tentang langkah pembelajaran model pembelajaran
tipe CIRC. Siswa bekerja dalam langkah model pembelajaran tipe CIRC. Siswa saling
membacakan cerita kepada anggota kelompoknya secara bergiliran. Setiap kelompok
diminta mencari isi setiap paragraf dalam cerita. Setelah selesai perwakilan kelompok
maju mempresentasikan hasil kelompok. Kelompok lain memberikan tanggapan. Guru
memberikan penghargaan bagi kelompok yang terbaik. Setelah selesai siswa diminta
kembali duduk ke tempat duduknya masing-masing.
Pada kegiatan akhir, guru memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa. Setelah selesai siswa mengumpulkan hasil pekerjaanya. Guru
memberikan kesimpulan dan refleksi serta memberikan tugas rumah.
c. Observasi
Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran tipe CIRC, yang dilaksanakan dengan
menggunkan alat bantu berupa lembar observasi dan perekaman dengan kamera.
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe CIRC pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Serta untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh perbaikan siklus I yang dilaksanakan dalam meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman di kelas V SD Negeri Beji.
Oleh karena itu, pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas siswa atau
proses yang terjadi dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru
dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
1) Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pembelajaran membaca dengan indikator
menjawab pertanyaan berdasarkan teks bacaan. Hasil observasi pada pertemuan pertama
adalah sebagai berikut:
(a) Kegiatan Siswa
Siswa mulai aktif memperhatikan apersepsi guru, ada 2 siswa yang berbicara
sendiri. Pada saat pembentukan kelompok siswa langsung bergabung dengan anggotanya
meskipun masih ada beberapa yang ramai, dan ada 2 siswa yang masih tidak menerima
anggota kelompok yang diberikan. Siswa mulai memahami langkah diskusi yang
diberikan, aktivitas kelompok sudah terlihat tetapi masih ada 5 siswa yang individual
pada kelompok. Pada saat membacakan cerita dalam kelompoknya secara bergiliran,
mayoritas siswa sudah menyimak dan memperhatikan. Namun masih ada siswa yang
tidak memperhatikan dan bermain sendiri, sehingga ketika tiba giliranya membaca ia
tidak siap. Saat mengerjakan tugas kelompok, masih ada kelompok yang mengerjakanya
individu saja. Siswa sudah mulai mengerti tujuan kerjasama dalam kelompok dan
toleransi antar anggota kelompok sudah cukup baik. Pada saat mengerjakan tugas
individu, siswa mengerjakan sendiri-sendiri.
(b) Kegiatan Guru
Apersepsi yang diberikan untuk meningkatkan motivasi sudah menarik dan
melibatkan siswa sehingga terlihat adanya timbal balik antara guru dan siswa. Pada saat
pembagian kelompok, guru sudah mengendalikan siswa dengan baik sehingga tidak
terjadi kegaduhan meskipun ada beberapa yang ramai tetapi hal itu masih dalam batas
kewajaran. Guru menggunakan berbagai sumber belajar. Penggunan waktu sudah cukup
baik. Memotivasi individu dan kelompok. Memperhatikan dan mengawasi jalanya
diskusi setiap kelompok. Setelah siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok, guru
memberikan tanggapan dan umpan balik terhadap siswa serta telah memberikan
penghargaan bagi kelompok yang kerjanya baik.
Setelah evaluasi individu, guru membacakan beberapa hasil pekerjaan siswa dan
memberikan masukan serta penguatan materi.
2) Pertemuan kedua
Pertemuan kedua ini dilaksanakan dengan indikator menceritakan kembali teks
bacaan yang telah dibaca kedalam beberapa kalimat.
(a) Kegiatan Siswa
Siswa aktif memperhatikan apersepsi guru, saat tanya jawab banyak siswa yang
mengangkat tangan tetapi masih terlihat 4 siswa yang pasif. Siswa bersemangat ketika
disuruh berkelompok dan tidak ramai lagi. Sikap individual siswa dalam kelompok sudah
tidak terlihat lagi, mereka langsung bekerja dan suasana cukup tenang. Pada saat
dibacakan cerita mayoritas siswa sudah memperhatikan, tetapi masih ada 3 siswa yang
tidak memperhatikan. Tugas kelompok sudah dikerjakan bersama-sama, tetapi ada 1
kelompok yang masih kurang bisa menerima pendapat teman dalam anggota
kelompoknya. Hal ini mengakibatkan kelompok tersebut menjadi sedikit ramai dan
menjadi perhatian kelompok lain.
(b) Kegiatan Guru
Sudah melakukan apersepsi dengan cukup baik. Guru mampu mengendalikan kelas
ketika pembagian kelompok. Guru menggunakan berbagai sumber belajar. Penggunan
waktu sudah baik, sesuai dengan jam pelajaran yang seharusnya. Penuh perhatian
terhadap siswa. Memotivasi individu dan kelompok. Sudah menggunakan media
pembelajaran. Sudah melakukan penilaian proses. Sudah melakukan penilaian hasil
belajar. Sudah memberikan tindak lanjut.
d. Analisis dan refleksi
Hasil siklus II yang didapat dari hasil observasi, penilaian proses dan penilaian hasil
pemahaman isi bacaan melalui tes kemudian dianalisis dan direfleksi sebagai langkah
pengambilan tindakan pada siklus berikutnya. Adapun hasilnya adalah:
(1) Siswa masih ada yang ramai ketika bergabung dengan kelompoknya. Pada siklus
berikutnya sebaiknya guru lebih mengendalikan untuk segera berkumpul dengan
kelompok masing-masing.
(2) Dalam kelompok, guru meminta siswa bergiliran membacakan teks untuk
kelompoknya dan yang lain menyimak. Mayoritas siswa sudah memperhatikan
namun masih ada siswa yang bermain sendiri dan tidak siap ketika tiba giliranya.
(3) Pada saat kelompok melakukan presentasi, kelompok lain banyak ramai dan tidak
memperhatikan. Untuk siklus berikutnya, sebaiknya guru meminta setiap kelompok
untuk memberikan tanggapan terhadap kelompok yang sedang presentasi di depan
kelas.
(4) Siswa merasa bosan dengan kelompok yang sama pada siklus I dan II. Untuk
selanjutnya sebaiknya dilakukan pergantian anggota kelompok yang baru.
Dari hasil penilaian kemampuan membaca pemahaman pada siklus II dapat dilihat
pada interval nilai dan kualitas frekuensi dalam tabel di bawah ini:
Tabel 8. Data Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Siklus II.
No. Subyek Nilai No. Subyek Nilai
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
53 35 45 58 58 79 93 89 82 65 87 74 100 85 74
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
76 94 76 92 85 76 92 84 94 75 82 86 95 55 89
Dari tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa nilai tertinggi dari hasil kemampuan
membaca pemahaman oleh siswa adalah 100 dan nilai terendah adalah 35. Kemudian
hasil perhitungan mean nilai rata-rata 77,76 dengan kategori nilai cukup.
fx
X = ∑
N
= 2339
30
= 77,76
Keterangan:
∑ f x = Jumlah skor seluruh siswa N = Jumlah siswa
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Membaca Pemahaman pada Kompetensi Dasar Membaca Siswa Kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Siklus II.
No. Interval Frekuensi Prosentase
(%)
Kategori
1 31-40 1 3,33 Kurang sekali
2 41-50 1 3,33 Kurang
3 51-60 4 13,33 Hampir cukup
4 61-70 1 3,33 Cukup
5 71-80 7 23,33 Lebih dari cukup
6 81-90 9 30 Baik
7 91-100 7 23,33 Baik Sekali
Jumlah 30 100
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nilai Membaca Pemahaman
Jum
lah
Sis
wa
31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
91-100
Gambar 7. Grafik Nilai Membaca Pemahaman Siswa kelas V SD Negeri Beji Siklus II
Dari data interval nilai kemampuan membaca siswa kelas V SD Negeri Beji,
kualitas baik sekali sebanyak 7 siswa atau 23,33% kualitas baik sebanyak 9siswa atau
30%, kualitas lebih dari cukup 7 siswa atau 23,33% kualitas cukup sebanyak 1 siswa atau
3,33 %, kualitas hampir cukup sebanyak 4 siswa atau 13,33%, kualitas kurang sebanyak
1 siswa atau 3,33 %, dan kualitas kurang sekali sebanyak 1 siswa atau 3,33%.
Dari hasil kemampuan membaca pemahaman siklus I menunjukkan 1 siswa
mendapatkan nilai 35, 1 siswa mendapatkan nilai 45, 1 siswa mendapatkan nilai 53, 1
siswa mendapatkan nilai 55, 1 siswa mendapatkan nilai 58, 1 siswa mendapatkan nilai 65,
1 siswa mendapatkan nilai 68, 2 siswa mendapatkan nilai 74, 4 siswa mendapatkan nilai
76, 1 siswa mendapatkan nilai 79, 2 siswa mendapatkan nilai 82, 1 siswa mendapatkan
nilai 84, 2 siswa mendapatkan nilai 85, 1 siswa mendapatkan nilai 89, 2 siswa
mendapatkan nilai 92, 1 siswa mendapatkan nilai 93, 2 siswa mendapatkan nilai 94, 1
siswa mendapatkan nilai 95 dan 1 siswa mendapatkan nilai 100.
Berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan, peneliti dikatakan berhasil bila
prestasi belajar siswa secara individu menunjukkan sekurang-kurangnya 60 dan klasikal
menunjukkan 75%. Jadi kesimpulanya hasil penelitian siklus II sudah dapat dikatakan
berhasil, sebab jumlah siswa secara individu yang mendapatkan nilai sekurang-
kurangnya 60 sudah mencapai 75% dan secara klasikal nilai rata-rata siswa
dikategorikan lebih dari cukup. Adapun perhitungan ketuntasan belajar pada siklus II
adalah sebagai berikut:
n
r% = x 100%
N
24
= x 100%
30
= 80%
Keterangan:
n = Jumlah siswa yang mendapat nilai sekurang-kurangnya 60
N = Jumlah siswa
Berdasarkan perhitungan di atas, kelas V SD Negeri Beji sudah dapat dikatakan
tuntas karena 80% siswa telah mendapatkan nilai di atas ketuntasan, dan hanya 20%
siswa masih mendapatkan nilai di bawah ketuntasan yaitu kurang dari 60.
Untuk mengetahui perkembangan peningkatan kemampuan membaca
pemahaman dengan metode CIRC pada siswa kelas V dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Rekapitulasi nilai rata-rata membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Beji sebelum dan sesudah tindakan Siklus I-II
No Rata-rata sebelum tindakan
Rata-rata siklus I
Rata-rata siklus II
Keterangan
1 54,00 67,27 77,76 Meningkat
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata kemampuan membaca
pemahaman dengan model pembelajaran tipe CIRC mengalami peningkatan. Nilai rata-
rata sebelum tindakan hanya 54, nilai rata-rata pada siklus I adalah 67,27, dan nilai rata-
rata pada siklus II adalah 77,76.
Tabel 11. Prosentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari ≥ 60 sebelum dan sesudah tindakan siklus I-II
Jumlah siswa yang
memperoleh nilai ≥ 60 Prosentase No
Sebelum Siklus I
Siklus II
Sebelum Siklus I
Siklus II
Keterangan
1 16 20 24 53,33% 66,67% 80% Meningkat
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa prosentase siswa yang mendapatkan nilai
kurang dari 60,00 menurun dan prosentase siswa yang menapatkan nilai lebih dari 60,00
mengalami peningkatan. Prosentase jumlah siswa yang mendapatkan nilai lebih dari
60,00 adalah sebagai berikut: sebelum tindakan 53,33%, pada siklus pertama 66,67%,
dan pada siklus kedua 80%. Jika disajikan dalam bentuk grafik perbandingan nilai antara
Siklus I dan Siklus II adalah sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
1,0-10 11,0-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Nilai Membaca Pemahaman
Jum
lah S
isw
a
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 8. Grafik Perbandingan Ketuntasan Nilai Membaca Pemahaman Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Oleh karena itu, pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan model
pembelajaran tipe CIRC sudah dapat dinyatakan berhasil karena sudah mencapai
indikator yang telah ditentukan. Namun untuk pemantapan maka dilanjutkan ke siklus
berikutnya.
3. Siklus III
Pada siklus II hasil pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas V SD
Negeri Beji dengan indikator menjawab pertanyaan dan menceritakan kembali isi teks
berdasarkan bacaan yang dibaca mayoritas telah mencapai ketuntasan belajarnya karena
telah mendapatkan nilai diatas standar ketuntasan minimal yaitu 60. Namun masih ada 6
siswa yang nilainya kurang dari 60. Oleh karena itu perlu diadakan perbaikan dan
pemantapan pada siklus III ini. Dalam siklus III ini, dilaksanakan pada tanggal 23-25
April 2010 dengan alokasi waktu masing-masing pertemuan 2x35 menit. Adapun
tindakan yang dilaksanakan pada siklus III ini adalah:
a .Perencanaan
Sebelum tindakan pembelajaran pada siklus III peneliti menyusun perencanaan-
perencanaan pembelajaran diantaranya menyusun rencana pembelajaran, menyiapkan
lembar observasi dan menyiapkan media. Perencanaan siklus III dengan pembelajaran
melalui model pembelajaran tipe CIRC direncanakan pergantian anggota kelompok dan
cerita untuk menghindari kejenuhan siswa dan proses pembacaan teks cerita dilakukan
secara berpasangan dalam anggota kelompok.
b Pelakasanaan
Pelaksanaan siklus III ini guru melaksanakan proses kegiatan pembelajaran
memabaca pemahaman dengan menerapkan model pembelajaran tipe CIRC sesuai
dengan perencaanaan yang telah dibuat. Adapun kegiatan pembelajaran tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Pertemuan pertama
Pada pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 23 April 2010 Pertemuan pertama
ini dilaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dengan indikator menjawab
pertanyaan berdasarkan isi teks cerita.
Sebelum pembelajaran dimulai guru menyuruh salah satu siswa untuk memimpin
doa, kemudian dilanjutkan dengan presensi. Guru mengajak siswa menyanyikan lagu ”
Naik Delman” untuk membangkitkan motivasi. Pada saat apersepsi guru melakukan
tanya jawab dengan siswa tentang cerita yang pernah dibaca siswa serta menyampaikan
tujuan pembelajaran dengan singkat.
Pada kegiatan inti, guru membagi siswa menjadi 7 kelompok. Lima kelompok
beranggotakan 4 orang dan 2 kelompok beranggotakan 5 orang. Kelompok ini berbeda
dengan kelompok pada siklus I dan kedua. Selanjutnya guru membagikan teks cerita
berjudul ”Seruni” kepada setiap anggota kelompok. Guru mengingatkan kembali langkah
kerja CIRC yang harus dilakukan siswa. Pada pertemuan ini dalam satu kelompok dibagi
menjadi 2 bagian dimana setiap bagian beranggotakan 2 atau 3 anggota. Setiap bagian
kelompok salah satunya membacakan cerita dan berdiskusi tentang cerita yang dibagikan
dengan pasanganya. Baru setelah selesai, didiskusikan kembali dengan pasangan
kelompok lain dalam 1 kelompok sehingga didapatkan jawaban yang diinginkan. Setelah
itu, diadakan presentasi kelompok. Guru dan kelompok lain memberikan tangapan.
Dalam kegiatan akhir guru memberikan evaluasi secara individu. Serta
memberikan pemantapan materi. dan refleksi.
2) Pertemuan kedua
Pertemuan II dilakasanakan pada tanggal 25 April 2010 dan dengan indikator
menceritakan kembali cerita yang telah dibaca.
Pada kegiatan awal diawali dengan doa, mengabsen dan memberikan apersepsi
pelajaran yang telah lalu, kemudian menyamapaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.
Kegiatan inti diawali dengan guru meminta siswa berkelompok seperti pada
pertemuan I. Selanjutnya guru membagikan teks cerita berjudul ”Seruni” kepada setiap
anggota kelompok. Guru mengingatkan kembali langkah kerja CIRC yang harus
dilakukan siswa. Pada pertemuan ini dalam satu kelompok dibagi menjadi 2 bagian
dimana setiap bagian beranggotakan 2 atau 3 anggota. Setiap bagian kelompok salah
satunya membacakan cerita dan berdiskusi tentang cerita yang dibagikan dengan
pasanganya. Pada pertemuan kedua ini yang dibahas adalah pokok pikiran dalam setiap
paragraf pada cerita. Setelah selesai membaca guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menanyakan kata-kata yang dianggap sukar atau yang belum dikaetahui.
Siswa mencari pokok pikiran setiap paragraf. Setelah selesai siswa mempresentasikan
hasilnya ke depan kelas. Siswa dan kelompok memberikan tanggapan terhadap
presentasi yang dilakukan temanya. Siswa dan kelompok yang hasilnya paling baik diberi
penghargaan berupa sertifikat.
Pada kegiatan akhir guru memberikan evaluasi individu untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa dan pemantapan materi serta refleksi terhadap pembelajaran yang telah
berlangsung.
c Observasi
Pada tahap ini peneliti bersama observer mengadakan pengamatan berkaitan
dengan tindakan penelitian. Pengamatan yang dilaksanakan ada dua yaitu pengamatan
siswa dan pengamatan guru pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran mulai dari
kegiatan awal samapai dengan kegiatan akhir.
1) Pertemuan pertama
(a) Kegiatan Siswa
Pada pertemuan pertama siklus ketiga ini siswa sudah aktif dalam
pembelajaran baik pada saat kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Meskipun masih ada
beberapa siswa yang keaktifanya kurang tetapi hal ini dapat dimaklumi. Perhatian siswa
terhadap pembelajaran cukup baik. Pada saat pembentukan kelompok, siswa sudah
tidak ramai lagi dan langsung bergabung dengan anggota kelompok yang telah
ditentukan. Siswa sudah melaksanakan langkah-langkah kegiatan CIRC seperti yang
dijelaskan oleh guru. Kerjasama dalam kelompok sudah baik. Sifat individual siswa
dalam kelompok sudah tidak terlihat, bahkan mereka selalu berupaya untuk lebih cepat
mengerjakan dari kelompok lain. Ketika presentasi kelompok, mayoritas siswa tunjuk
jari ingin maju ke depan terlebih dulu. Para siswa ingin mendapatkan penghargaan yang
terbaik. Pada saat mengerjakan tugas individu, mereka cukup tenang dan dikerjakan
sungguh-sungguh sendiri.
(b) Kegiatan Guru
Pada saat kegiatan awal maupun inti, guru bisa membuat suasana kelas menjadi
hidup. Apersepsi yang ditampilkan menarik bagi siswa.
Pada saat kegiatan inti, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti, hal ini membuat siswa lebih mudah
dalam mengikuti pembelajaran dan memahami teks bacaan yang diberikan. Guru selalu
mengawasi dan memberikan motivasi serta bagi tiap anggota kelompok. Pengelolaan
kelas yang dilakukan cukup baik. Mobilitas guru juga tidak hanya di depan tetapi ke
seluruh bagian. Guru juga memberikan masukan dan tanggapan pada saat kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya. Pemberian tes akhir sudah cukup baik, begitu pula
dengn pemantapan materi dan refleksi juga sudah sangat baik.
2) Pertemuan kedua
(a) Kegiatan Siswa
Pada pertemuan kedua siklus ketiga ini siswa terlihat sangat aktif dalam
pembelajaran. Keaktifan mereka terlihat pada saat kegiatan awal inti maupun akhir.
Ada beberpa yang terlihat kurang aktif, namun hal tersebut dapat dimaklumi karena
siswa tersebut termasuk dalam kategori siswa yang lamban. Pada saat pembentukan
kelompok, siswa sudah tidak ramai lagi dan langsung bergabung dengan anggota
kelompok yang telah ditentukan. Siswa sudah melaksanakan langkah-langkah
kegiatan CIRC seperti yang dijelaskan oleh guru. Siswa bekerja cukup aktif dalam
kelompoknya. Sifat individual siswa dalam kelompok sudah tidak terlihat, bahkan
mereka selalu berupaya untuk lebih cepat mengerjakan dari kelompok lain. Ketika
presentasi kelompok, mayoritas siswa tunjuk jari ingin maju ke depan terlebih dulu,
bahkan ada siswa yang ingin maju terus meskipun ia sudah maju presentasi
sebelumnya. Para siswa terlihat antusias ingin mendapatkan penghargaan yang
terbaik baik untuk dirinya maupun kelompok. Pada saat mengerjakan tugas individu,
mereka cukup tenang dan dikerjakan sungguh-sungguh sendiri.
(b) Kegiatan Guru
Pada saat kegiatan awal maupun inti, guru bisa membuat suasana kelas menjadi
hidup. Apersepsi yang ditampilkan menarik bagi siswa.
Pada saat kegiatan inti, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti, hal ini membuat siswa lebih mudah
dalam mengikuti pembelajaran dan memahami teks bacaan yang diberikan. Guru selalu
mengawasi dan memberikan motivasi serta bagi tiap anggota kelompok. Pengelolaan
kelas yang dilakukan cukup baik. Mobilitas guru juga tidak hanya di depan tetapi ke
seluruh bagian. Guru juga memberikan masukan dan tanggapan pada saat kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya. Penghargaan yang diberikan guru mampu
meningkatkan motivasi dan semangat siswa dalam pembelajaran. Pemberian tes akhir
sudah cukup baik, begitu pula dengn pemantapan materi dan refleksi juga sudah sangat
baik.
d Analisis dan Refleksi
Hasil siklus III yang didapat dari hasil observasi, penilaian proses dan penilaian
hasil pemahaman isi bacaan melalui tes kemudian dianalisis dan direfleksi sebagai
langkah pengambilan tindakan berikutnya. Adapun hasilnya adalah:
1) Hasil belajar atau kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan model
pembelajaran tipe CIRC lebih meningkat dibandingkan dengan siklus II.
2) Selama proses pembelajaran berlangsung keaktifan dan keantusiasan siswa sangat
tinggi. Hal ini dapat dilihat ketika anak berebut ingin maju saat mempresentasikan
hasil kerja kelompok. Pada saat kerja kelompok siswa juga terlihat berusaha
mengerjakan lebih cepat dari kelompok lain.
3) Masih ada siswa yang hasil kemampuan membaca pemahamannya kurang baik. Siswa
ini daya pikirnya masih rendah dan termasuk anak yang lambat belajar.
4) Penghargaan dan motivasi yang diberikan oleh guru sudah cukup merata dan bagus,
namun untuk anak yang tingkat membacanya masih kurang guru harus memberikan
perhatian atau waktu yang lebih. Karena membaca merupakan modal dasar untuk
menyerap pelajaran selanjutnya.
5) Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru telah sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Hanya pada pertemuan II
guru kelebihan waktu 10 menit. Hal ini dikarenakan guru memberikan penghargaan
kepada siswa atas kinerja individu maupun kelompok.
Dari hasil evaluasi dan penilaian kemampuan membaca pemahaman siswa kelas
V SD Negeri Beji pada siklus III dapat dilihat pada interval nilai dan kualitas frekuensi
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 12. Data Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Siklus III.
No. Subyek Nilai No. Subyek Nilai
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13. 14. 15.
53 35 55 61 70 76 85 100 89 100 100 74 100 84 74
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
94 94 92 88 97 80 87 80 84 90 90 97 97 70 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai tertinggi dari hasil kemampuan
membaca pemahaman oleh siswa adalah 100 dan nilai terendah adalah 35. Kemudian
hasil perhitungan mean nilai rata-rata 83,2 dengan kategori nilai lebih dari cukup.
fx
X = ∑
N
= 2496
30
= 83,2
Keterangan:
∑ f x = Jumlah skor seluruh siswa
N = Jumlah siswa
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Membaca Pemahaman pada Kompetensi
Dasar Membaca Siswa Kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Siklus III.
No. Interval Frekuensi Prosentase (%)
Kategori
1 31-40 1 3,33 Kurang sekali
2 41-50 0 0 Kurang
3 51-60 2 6,67 Hampir cukup
4 61-70 3 10 Cukup
5 71-80 5 16,67 Lebih dari cukup
6 81-90 8 26,67 Baik
7 91-100 11 36,67 Baik Sekali
Jumlah 30 100
Apabila dibuat dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
Nilai Membaca Pemahaman
Jum
lah
Sis
wa
31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
91-100
Gambar 9: Grafik Nilai Membaca Pemahaman Siswa kelas V SD Negeri Beji Siklus III
Dari data interval nilai kemampuan membaca siswa kelas V SD Negeri Beji,
kualitas baik sekali sebanyak 11 siswa atau 36,67%, kualitas baik sebanyak 8 siswa atau
26,67%, kualitas lebih dari cukup 5 siswa atau 16,67%, kualitas cukup sebanyak 3 siswa
atau 10 %, kualitas hampir cukup sebanyak 2 siswa atau 6,67%, kualitas kurang tidak
ada dan kualitas kurang sekali sebanyak 1 siswa atau 3,33%.
Dari hasil kemampuan membaca pemahaman siklus I menunjukkan 1 siswa
mendapatkan nilai 35, 1 siswa mendapatkan nilai 45, 1 siswa mendapatkan nilai 53, 1
siswa mendapatkan nilai 55, 1 siswa mendapatkan nilai 58, 1 siswa mendapatkan nilai 65,
1 siswa mendapatkan nilai 68, 2 siswa mendapatkan nilai 74, 4 siswa mendapatkan nilai
76, 1 siswa mendapatkan nilai 79, 2 siswa mendapatkan nilai 82, 1siswa mendapatkan
nilai 84, 2 siswa mendapatkan nilai 85, 1 siswa mendapatkan nilai 89, 2 siswa
mendapatkan nilai 92, 1 siswa mendapatkan nilai 93, 2 siswa mendapatkan nilai 94, 1
siswa mendapatkan nilai 97 dan 5 siswa mendapatkan nilai 100.
Berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan, peneliti dikatakan berhasil bila
prestasi belajar siswa secara individu menunjukkan sekurang-kurangnya 60 dan klasikal
menunjukkan 75%. Jadi kesimpulanya hasil penelitian siklus III sudah dapat dikatakan
berhasil, sebab jumlah siswa secara individu yang mendapatkan nilai sekurang-
kurangnya 60 sudah mencapai 75% dan secara klasikal nilai rata-rata siswa
dikategorikan lebih dari cukup. Adapun perhitungan ketuntasan belajar pada siklus III
adalah sebagai berikut:
n
r% = x 100%
N
27
= x 100%
30
= 90%
Keterangan:
n = Jumlah siswa yang mendapat nilai sekurang-kurangnya 60
N = Jumlah siswa
Setelah melakukan tindakan penelitian dari siklus I sampai siklus III maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Beji
mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 14. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri
Beji Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus I-III.
No Rata-rata sebelum tindakan
Rata-rata siklus I
Rata-rata siklus II
Rata-rata siklus III
Keterangan
1 54,00 67,27 77,76 83,2 Meningkat
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata kemampuan membaca
pemahaman dengan model pembelajaran tipe CIRC mengalami peningkatan. Nilai rata-
rata sebelum tindakan hanya 54, nilai rata-rata pada siklus I adalah 67,27, nilai rata-rata
pada siklus II adalah 77,76 dan nilai rata-rata pada siklus III adalah 83,2.
Tabel 15. Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai ≥ 60 Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus I-III.
Jumlah siswa yang
memperoleh nilai ≥ 60 Prosentase No
Sebelum I II III Sebelum I II III
Keterangan
1 16 20 24 27 53,33% 66,67% 80% 90% Meningkat
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa prosentase siswa yang mendapatkan nilai
kurang dari 60,00 menurun dan prosentase siswa yang menapatkan nilai lebih dari 60,00
mengalami peningkatan. Prosentase jumlah siswa yang mendapatkan nilai lebih dari
60,00 adalah sebagai berikut: sebelum tindakan 53,33%, pada siklus pertama 66,67%,
pada siklus kedua 80%, dan pada siklus ketiga 90%. Jika disajikan dalam bentuk grafik,
perbandingan nilai membaca pemahaman antara pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus
III adalah sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
1,0-10 11,0-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Nilai Membaca Pemahaman
Jum
lah S
isw
a
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 10. Grafik Perbandingan Nilai Membaca Pemahaman Pra Siklus, Siklus I, Siklus
II dan Siklus III
D. Temuan dan Hasil Tindakan
Data yang berhasil dikumpulkan dianalisis berdasarkan hasil temuan yang dikaji
sesuai dengn rumusan masalah yang selanjutnya dikaitkan dengan teori yang ada.
Proses analisis data ditujukan untuk menemukan suatu hasil atau hal apa saja
yang terjadi di lokasi penelitian, sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan dari
penelitian tersebut yang pada akhirnya peneliti dapat mengambil pelajaran dan
memberikan masukan kepada pihak yang terkait di dalamnya.
1. Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Model Pembelajaran
Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)
a. Hasil Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran
Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah siswa lebih aktif dalam
memperhatikan penjelasan dari guru, siswa lebih aktif dalam mengerjakan tugas-tugas
dari guru, keberanian siswa untuk bertanya dan menyampaikan pendapat meningkat,
siswa mulai dapat mengembangkan keterampilan dalam melaksanakan diskusi,
kreativitas dan inisiatif siswa berkembang, dan siswa lebih aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran sehingga timbul kemauan untuk menerapkan hasil dan
pemahaman siswa terhadap materipun meningkat. Adapun hasilnya sebagai berikut:
Tabel. 16: Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas V SDN Beji Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Membaca Pemahaman
Jumlah Prosentase (%)
I II III I
II III
No
Kategori
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 Sangat
kurang 4 2 1 0 0 0 13,3 6,6 3,3 0 0 0
2 Kurang 6 5 4 4 3 3 20 16,6 13,3 13,3 10 10
3 Cukup 14 13 4 3 3 2 46,6 43,3 13,3 10 10 6,6
4 Baik 6 10 19 19 18 18 20 33,3 63,3 63,3 60 60
5 Sangat baik
0 0 2 4 5 7 0 0 6,6 13,3 16,6 23,3
Berdasarkan hasil olahan observasi dari pengamatan di atas dapat kita lihat
prosentase hasil aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi membaca
pemahaman dengan menerapkan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated
Reading Composition (CIRC) secara individual dan kelompok, dari siklus I sampai
dengan siklus III mengalami peningkatan aktivitas yang cukup baik. Peningkatan
aktivitas ini mengakibatkan peningkatan hasil evaluasi belajar siswa sehingga
kemampuan membaca pemahaman mengalami peningkatan.
b. Hasil Evaluasi Belajar
Hasil evaluasi belajar mengalami peningkatan dibuktikan dengan adanya
peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan hasil yang disajikan dalam
bentuk rata-rata nilai dan ketuntasan belajar. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
1) Sebelum Tindakan
Rata-rata nilai adalah 54,00
Nilai lebih dari 60,00 adalah 16 siswa
Nilai kurang dari 60,00 adalah 14 siswa
2) Siklus I
Rata-rata nilai adalah 67,27
Nilai lebih dari 60,00 adalah 20 siswa
Nilai kurang dari 60,00 adalah 10 siswa
3) Siklus II
Rata-rata nilai adalah 77,67
Nilai lebih dari 60,00 adalah 24 siswa
Nilai kurang dari 60,00 adalah 6 siswa
4) Siklus III
Rata-rata nilai adalah 83,2
Nilai lebih dari 60,00 adalah 27 siswa
Nilai kurang dari 60,00 adalah 3 siswa
Dari hasil evaluasi yang dilaksanakan terbukti adanya peningkatan kemampuan
membaca pemahaman antara sebelum tindakan, siklus I, siklus II, dan siklus III terus
adanya peningkatan yang signifikan. Akan tetapi kenyataan di lapangan, pembelajaran
membaca pemahaman dengan model pembelajaran tipe CIRC mengalami beberpa
hambatan.
2. Penerapan Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading
Composition (CIRC) Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman.
Pelaksanaan membaca pemahaman dengan model pembelajaran tipe
Cooperative Intregated Reading Composition (CIRC) yang dilaksanakan di SD Negeri
Beji kecamatan Andong kabupaten Boyolali merupakan suatu pembelajaran dari
rangkaian kurikulum SD Negeri Beji yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam membaca pemahaman.
Adapun penerapan model pembelajaran tipe CIRC yang dilaksanakan pada
siklus I adalah sebagai berikut:
a. Guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok. Lima kelompok beranggotakan 4
siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa.
b. Setiap kelompok mendapatkan satu lembar teks cerita.
c. Guru memberitahukan tugas masing-masing kelompok dan langkah kegiatan.
d. Setiap kelompok, ada satu siswa yang membacakan cerita untuk anggota
kelompoknya, sedangkan anggota kelompok yang lain menyimak.
e. Siswa dalam kelompok berdisiskusi tentang tugas yang diberikan yaitu hal-hal yang
berkaitan dengan cerita.
f. Perwakilan kelompok menyampaikan hasilnya ke depan kelas
g. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang hasilnya paling baik.
Penerapan model pembelajaran tipe CIRC yang dilaksanakan pada siklus II
adalah sebagai berikut:
a. Guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok. Lima kelompok beranggotakan 4
siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa.
b. Setiap kelompok mendapatkan satu lembar teks cerita.
c. Guru memberitahukan tugas masing-masing kelompok dan langkah kegiatan.
d. Setiap kelompok, siswa bergiliran membacakan cerita untuk anggota kelompoknya,
sedangkan anggota kelompok yang lain yang tidak membaca menyimak.
e. Siswa dalam kelompok berdiskusi tentang tugas yang diberikan yaitu hal-hal yang
berkaitan dengan cerita.
f. Perwakilan kelompok menyampaikan hasilnya ke depan kelas.
g. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang hasilnya paling baik.
Penerapan model pembelajaran tipe CIRC yang dilaksanakan pada siklus III
adalah sebagai berikut:
a. Guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok. Lima kelompok beranggotakan 4
siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa. Pada siklus III ini anggota
kelompoknya berbeda dengan siklus I dan II.
b. Setiap kelompok mendapatkan dua lembar teks cerita.
c. Guru memberitahukan tugas masing-masing kelompok dan langkah kegiatan.
d. Setiap kelompok, siswa berpasangan 2 atau 3 saling membacakan cerita untuk anggota
pasangannya, sedangkan anggota yang tidak membaca menyimak.
e. Siswa dalam kelompok pasangan berdisiskusi tentang tugas yang diberikan yaitu hal-
hal yang berkaitan dengan cerita.
f. Pasangan-pasangan dalam kelompok mendiskusikan hasil kerja dalam pasangan
mereka, sehingga diambil jawaban yang menurut mereka benar.
g. Perwakilan kelompok menyampaikan hasilnya ke depan kelas
h. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang hasilnya paling baik.
3. Hambatan-hambatan Dalam Penelitian
Hambatan-hambatan yang ditemui dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Siklus I
1) Ketika pembagian kelompok, siswa yang tidak terbiasa dengan pembelajaran
kelompok mengalami kesulitan dan memerlukan waktu untuk penyesuaian.
2) Sikap individual siswa dalam kelompok masih tinggi, sehingga berakibat kurangnya
kerjasama dalam kelompok.
3) Pada saat dibacakan cerita, siswa yang tidak membaca mayoritas tidak menyimak
tetapi malah ramai sendiri.
4) Teks yang terlalu panjang membuat siswa sedikit kesulitan memahami isi bacaan.
5) Kata-kata sukar atau yang asing bagi siswa membuat siswa keliru menafsirkan isi
bacaan.
b. Siklus II
1) Siswa merasa bosan dengan kelompok yang sama pada siklus I dan siklus II.
2) Pada saat dibacakan cerita, meskipun pembacaan sudah dilakukan secara bergiliran
masih ada siswa yang tidak siap saat tiba giliranya untuk membaca karena tidak
memperhatikan.
3) Perbendaharaan kata yang sedikit dan kata-kata yang belum dimengerti oleh siswa,
membuat siswa kesulitan memahami isi bacaan.
c. Siklus III
Untuk siklus ketiga ini dapat dikatakan sudah tidak ada hambatan dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated
Reading Composition (CIRC). Siswa sudah terbiasa dengan aktivitas belajar
kelompok sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
Adapun cara untuk mengatasi hambatan-hambatan selama proses pembelajaran
tersebut adalah:
a. Siklus I
1) Menjelaskan kepada siswa alasan pemilihan anggota kelompok.
2) Menjelaskan bahwa aktivitas dalam kelompok juga dinilai.
3) Pembacaan cerita dilakukan secara bergiliran dengan anggota kelompok yang lain.
4) Teks yang diberikan dipilih yang lebih pendek dan mudah dimengerti siswa.
5) Guru memberikan kesempatan siswa untuk menanyakan kata-kata yang masih
dianggap sukar dan menjelaskan arti kata tersebut kepada siswa.
b. Siklus II
1) Mengadakan pergantian kelompok dengan anggota yang berbeda dari kelompok
sebelumnya.
2) Pembacaan cerita dilakukan secara berpasangan dan bergiliran dalam satu
kelompok, sehingga siswa lebih memperhatikan. Selain itu siswa diminta
mengoreksi pembacaan cerita siswa yang lain.
3) Guru memberikan penjelasan mengenai kata-kata yang masih dianggap asing bagi
siswa.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus
tersebut di atas, ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya. Dengan
menerapkan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition
(CIRC) dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD
Negeri Beji kecamatan Andong kabupaten Boyolali tahun ajaran 2009/2010. Hal ini
terbukti pada siklus I nilai rata-rata kelas 67,27, siklus II nilai rata-rata kelas meningkat
menjadi 77,76, dan siklus III nilai rata-rata kelas menjadi 83,2. Dengan demikian
penerapan metode pembelajaran tipe CIRC dapat dilaksanakan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran membaca di kelas V sehingga dapat meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman siswa.
Adapun langkah penerapan model pembelajaran tipe CIRC yang dilaksanakan
adalah sebagai berikut: (1) guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok, 5 kelompok
beranggotakan 4 siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa, (2) setiap kelompok
mendapatkan teks cerita, (3) guru memberitahukan tugas masing-masing kelompok dan
langkah kegiatan, (4) setiap kelompok ada satu siswa yang membacakan cerita untuk
anggota kelompoknya, sedangkan anggota kelompok yang lain menyimak dan
pembacaan teks ini dapat dilakukan secara bergiliran atau berpasangan, (6) siswa dalam
kelompok berdisskusi tentang tugas yang diberikan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan
cerita, (7) perwakilan kelompok menyampaikan hasilnya ke depan kelas sedangkan
kelompok yang lain menanggapi, (8) guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang
hasilnya paling baik, dan (9) setelah selesai siswa mengerjakan evaluasi secara individu.
Hambatan-hambatan yang ditemui dalam penerapan model pembelajaran tipe
CIRC ini adalah sebagai berikut: (1) ketika pembagian kelompok, siswa yang tidak
terbiasa dengan pembelajaran kelompok mengalami kesulitan dan memerlukan waktu
untuk penyesuaian, (2) pada saat dibacakan cerita, siswa yang tidak membaca mayoritas
tidak menyimak tetapi malah ramai sendiri, (3) teks yang terlalu panjang membuat siswa
sedikit kesulitan memahami isi bacaan, (4) kata-kata sukar yang belum dimengerti siswa
membuat siswa sulit memahami isi bacaan, dan (5) siswa kurang memperhatikan pada
saat perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Cara untuk mengatasi hambatan atau kendala yang terjadi selama proses
pembelajaran melalui model pembelajaran tipe CIRC adalah sebagai berikut: (1)
membiasakan siswa untuk segera berkelompok dan memberikan penjelasan, (2)
pembacaan teks dilakukan bergiliran dan siswa diminta mengoreksi pembacaan teks yang
dilakukan siswa lain, (3) teks yang diberikan dipilih yang lebih pendek dan lebih mudah
dipahami siswa, (4) guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan memberikan
penjelasan mengenai kata-kata sukar yang belum dimengerti siswa, dan (5) menyuruh
siswa memberikan tanggapan dan memberikan pertanyaan terhadap presentasi yang
dilakukan temanya.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated
Reading Composition (CIRC) dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia
kompetensi dasar membaca. Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti model
pembelajaran tipe CIRC dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa.
Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian
sebagai berikut:
1. Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan model pembelajaran yang tepat
dengan model pembelajaran tipe CIRC untuk meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman pada pelajaran bahasa Indonesa kompetensi membaca khususnya dan
pelajaran lain pada umumnya.
2. Mendorong siswa untuk memiliki keberanian dalam mengungkapkan pendapat dan
mengembangkan kreativitas serta inisiatifnya untuk menunjang proses
pembelajaran.
3. Menunjukkan pentingnya menerapkan model pembelajaran yang bervariasi dan
inovatif, salah satunya adalah model pembelajaran tipe CIRC yang terbukti dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga terjalin hubungan yang
hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa saran
yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan bagi guru untuk dapat mendukung
pelaksanaan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan
harapan.
2. Bagi Guru
a. Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan merancang
proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa menjadi lebih tertarik
dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan bermakna. Hal ini membuat
siswa tidak mudah bosan dan tetap termotivasi untuk mengikuti proses
pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep pada
materi pelajaran.
b. Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated
Reading Composition (CIRC) pada mata pelajaran yang lain tidak hanya pada
pembelajaran membaca saja.
3. Bagi Siswa
Siswa harus lebih mengembangkan inisiatif, kreativitas, keaktifan, motivasi
belajar dan mengembangkan keberanian menyampaikan gagasan dalam proses
pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan prestasi belajar.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih
cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan
pembelajaran kooperatif tipe CIRC guna melengkapi kekurangan yang ada serta
sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan siswa yang belum
tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Supriyono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anita Lie. 2010. Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-
ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Anton Sukarno. 2006. Pelayanan dan Model Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar. Surakarta: UNS Press
2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/ MI. Jakarta. Cuero, K.K. 2008. Venturing into Unknown Territory: Using Aesthetic Representation to
Understanding Reading Comprehension. International Journal of Education & the Arts. Volume 9 Number 1.
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). 1995.
http://www.ed.gov/pubs/EPTW/eptw4/eptw4c.html diakses 23 desember 2009 DP. Tampubolon. 2008. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien.
Bandung: Angkasa.
Farida Rahim. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hairuddin dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Direktorat Pendidikan Tinggi. Henry Guntur Tarigan. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa 1994. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa. I G A K Wardani & Kusmaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Isjoni. 2009. Cooperatif Learning. Bandung: Alfabeta Iskandarwassid & Dadang Suhendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Pressley, Michael. 2000. Comprehension Instruction: What Makes Sense Now, What
Might Make Sense Soon. Kamil, Monsethal& Bar volume III. http: readingonline.org diakses tanggal 17 Januari 2010.
Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahmat Widodo. 2009. Pembelajaran Membaca di SD. http://wyw1d.wordpress.com/. Diakses tanggal 22 Desember 2009.
Rochiati Wiriaatmadja. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan praktik. Terjemahan Nurlita. Bandung: Nusa Media.
2010. Effective Reading Programs for the Elementry Grades: A Best-Evidence Synthesis. Johns Hopkins University School of Education’s Center Siti Khuzaimatun. 2009. Peningkatan Membaca Pemahaman dengan Metode SQ3R
Siswa Kelas X SMA N 1 Sumberlawang. Skripsi: UNS Sonia Casal. Cooperative Learning in CLIL Contexts: Ways to improve Students,
Competences in the foreign Language Clasroom. (Sevilla-Spain Universidad Pablo de Olavide).
St. Y Slamet. 2008. Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Sekolah Dasar.
Surakarta: UNS Press. 2008. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press St. Y Slamet & Suwarto. 2007. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif.
Suarakarta: UNS Press.
Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13
Suwarto. 2009. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Menulis Permulaan
Dengan Metode Kooperatif Integrasi Membaca dan Komposisi (CIRC). Tesis : UNS.
Suyatmi. 1996. Membaca I. Surakarta: UNS. Girgin, Umit. 2006. Evaluation Of Turkish Hearing Impaired Students’ Reading
Comprehension With The Miscue Analysis Inventory. Journal Of Special Education. Vol 21 No.3
(http://endonusa.wordpress.com). Diakses tanggal 14 Desember 2010
http://ulyssesonline.com/. Pembelajaran Bahasa Indonesia. diakses tanggal 15 Desember
2009
http://one.indoskripsi.com/. Korelasi Antara Kebiasaan Membaca Dengan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kealas XI SMA Taman Islam Bogor. diakses 12 Desember 2009
http:/jiunkpe/s1/eman/2008/. Definisi Kemampuan. Diakses tanggal 16 Desember 2009