Upload
chi-pethonk
View
1.675
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO MELALUI PENGGUNANAN STRATEGI PAKEM
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa SMA Negeri 4 Tasikmalaya)
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu TugasMata Kuliah Panduan Penulisan Karya Ilmiah
Oleh :
ASTUTIANA WULAN DEWINIM. 2108080030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAFAKULTAS KEGURAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS2011
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATOMELALUI PENGGUNANAN STRATEGI PAKEM
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa SMA Negeri 4 Tasikmalaya)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Manusia adalah mahluk social, yakni mahluk yang senantiasa ingin
berkelompok dengan sesamanya dalam rangka mempertahankan hidupnya.
Dalam rangka ini, seorang saling berkomunikasi dengan sesamanya,
dengan menggunakan alat komunikasi yang lazim yang disebut bahasa baik
bahasa lisan ataupun tulisan. Dalam praktiknya pemakaian bahasa lisan lebih
banyak daripada bahasa tulisan.
Kegiatan berbahasa meliputi4 aspek keterampilan berbahasa yakni : 1.
Keterampilan menyimak ; 2. Keterampilan berbicara; 3. Keterampilan
membaca; 4. Keterampilan menulis.
Empat keterampilan berbahasa tersebut dikelompokan ke dalam 2
kelompok: yakni 1. Kemampuan reseptif (pasif = memahami) yang terdriri
atas kemampuan menyimak dan membaca dan 2. Kemampuan produktif
(aktif menyampaikan) yang terdiri atas kemampuan berbicara dan
kemampuan menulis.
Keterampilan menulis merupakan bagian dari empat keterampilan
berbahasa. Salah satu tuntutan dari keterampilan menulis adalah keterampilan
“siswa mampu menulis teks pidato”. Menulis teks pidato pada hakikatnya
menuangkan gagasan ke dalam bentuk bahasa tulis yang siap dilisankan.
Pilihan kosakata, kalimat, paragraph, dalam menulis sebuah pidato
sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan kegiatan menulis naskah yang lain.
Situasi resmi atau kurang resmi akan menentukan kosakata dalam menulis
“(Arifin, 2008:2009). Pengertian ini perlu diperhatikan agar dapat dipahami
siswa. Tidak cukup sampai pengertian, pemberian contohpun, sangat
diperlukan. Dengan cara seperti itu, siswa akan beroleh pengetahuan dan
keterampilan guna memenuhi tuntutan kompetensi dasar di atas. Jika tidak
dilaksanakan, harapan ini hanya mungkin bisa tercapai apabila proses
pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru mempertimbangkan makna
pembelajaran yang sesungguhnya.
Proses pengelolaan pembelajaran yang dimaksud pada pernyataan di
atas, berkaitan erat dengan pemilihan strategi yang digunakan sebagai cara
belajar siswa mempelajari materi yang disajikan. Kekurangtepatan pemilihan
strategi belajar bukan saja akan berdampak pada proses belajar siswa
menjadi kurang dan atau tidak bermakna, tetapi juga pada hasil belajar nya
akan bertolak belakang dengan tuntutan dengan tuntutan indikator hasil
belajar yang diharapkan. Hal ini seperti yang telah dialami oleh sebagian
besar siswa kelas X SMA.
Siswa bukan saja menrasfer materi yang disajikan, tetapi juga
meresponnya dengan perbuatan seperti bertanya, berlatih, menyelesaikan
tugas, dan perbuatan-perbuatan positif lainnya. Tuntutan belajar seperti ini
sebagaimana dijelaskan Mulyasa (2006: 36) bahwa
”proses belajar baik gejala-gejala perilaku siswa yang secara positif mendukung totalitas pembelajaran yang diselenggarakan, seperti halnya mampu merespon materi yang disajikan melalui bertanya, berlatih menyelesaikan bahan penugasan dan lain sebagainya”.
Untuk bisa seperti itu, tentunya proses pembelajaran yang
diselenggarakn harus berkesan dalam arti tenang dan menyenangkan siswa
hingga dapat memancing nafsu belajarnya. Proses pembelajaran yang
demikian itu harus disiasati dengan benar, salah satunya dengan cara
memperlakukan siswa sesuai dengan tuntutan strategi belajar yang digunakan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, Siswa Menengah Atas Negeri 4
Tasikmalaya belum memenuhi standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang diharapkan. Hal ini terbukti pada saat siswa diberi tugas untuk menulis
teks pidato kadang siswa menggunakan kalimat-kalimat yang kadang-kadang
singkat atau sederhana tapi tak kadang mereka menggunakan kalimat yang
kompleks namun tidak kohesif. Selain itu ekspresi berbicarapun tidak lancar.
Misalnya, seorang siswa sangat lancar berbicara untuk hal yang topiknya
tidak menuntut mereka harus mengingat-ngingat pengalaman, berbicara
santai, topik pembicaraan keinginan sendiri, tetapi tidak demikian jika mereka
berbicara di kelas dengan tuntas belajar yang menuntut mereka untuk
berbicara terarah, di depan banyak orang, menyimpulkan, menggabungkan
dan sejenisnya. Untuk hal ini pembicaraan sering kaku sehingga kelancaran
berbicara tersendat. Koherensi dan kohesi antar kalimat-kalimat berkurang.
Uraian di atas, mengisyaratkan bahwa siswa kurang mampu
memenuhi tuntutan kuikulum untuk pembelajaran menulis. Salah satu faktor
penyebabnya adalah kurang tepatnya strategi yang digunakan oleh guru. Jika
guru menggunakan strategi yang didasarkan pada tuntutan rutinitas tugas
mengajar sehari-hari niscaya target pembelajaran tidak tidak akan tercapai.
Misalnya kalau guru selalu menggunakan strategi yang ditindaklanjuti oleh
teknik ceramah niscaya hasilnya tidak akan optimal, karena tuntutan kondisi
pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan strategi yang cocok
dan variatuf.
Salah satu strategi yang dijadikan sebagai alternative penyelesaian
masalah di atas, adalah strategi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan). Konsep pembelajaran berbasis pada strategi ini
sebenarnya sudah sering didengar oleh hampir semua guru di sekolah
manapun. Namun pemahaman dan implementasinya perlu dipertanyakan. Hal
ini didasarkan pada pendapat Ismail (2008: 46-47).
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, dan
mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari
si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang
hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika
pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan
aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran
aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang
kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untu kepentingan dirinya dan
orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar
yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Menyenagkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga
siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu
curah perhatiannya (time on taks) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya
waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar.
Alasan lain dipilihnya strategi PAKEM adalah sebagai berikut :
1. Strategi ini jarang digunakan di SMA Negeri 4 Tasikmalaya.
2. Strategi pembelajaran ini memiliki kelebihan dari strategi-strategi
pembelajaran lainnya, sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang berada dari pembelajarn biasanya.
Berdasarkan uraian di atas , maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Pidato
melalui penggunaan Strategi PAKEM (PTK pada siswa SMA Negeri 4
Tasikmalaya).
B. Rumusan Masalah
Pokok permasalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah langkah-langkah penggunaan strategi PAKEM dalam
meningkatkan kemampuan menulis teks pidato pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia di SMA?
2. Bagaimanakah perubahan kemampuan menulis teks pidato siswa SMA
Negeri 4 Tasikmalaya setelah mengikuti pembelajaran yang disampaikan
dengan strategi PAKEM?
C. Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan di atas maka, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan langkah-langkah penggunaan strategi PAKEM dalam
meningkatkan kemampuan menulis teks pidato pada mata pelajarn Bahas
Indonesia di SMA.
2. Mendeskripsikan perubahan kemampuan menulis teks pidato sisw SMA
Negeri 4 Tasikmalaya setelah mengikuti pembelajarn yang disampaikan
dengan strategi PAKEM.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Melalui teori-teori yang digunakan, penulis memperoleh tambahan
pengetahuan, serta pengalaman tentang penggunaan strategi PAKEM dan
meningkatkan kemampuan menulis teks pidato.
2. Secara Praktis
a. Bagi siswa
1) Siswa beroleh pengalaman dari pross belajar mengajarnya,
sehingga mampu meningkatkan motivasi dalam belajarnya.
2) Memberikan pengalaman yang sesungguhnya kepada siswa untuk
belajar sesuai konteks, yang menantang kreatifitas dan
menyenangkan.
b. Bagi guru
1) Menambah pengetahuan guru dalam mengelola pembelajaran
Bahasa Indonesia berdasarkan strategi PAKEM.
2) Menambah pengalaman bagi guru dalam membaca pemahaman,
sehingga dengan pengalaman ini guru akan makin sadar untuk
terus berinovasi dalam mengelola pembelajaran mata pelajaran ini
agar lebih bermakna bagi siswa.
E. Kerangka Pemikiran
Proses pengembangan kompetensi melalui pembelajaran menulis teks
pidato berdasarkan strategi PAKEM, meliputi tiga tahap berikut. Pertama,
“menyusun perencanaan pembelajaran, dengan mempertimbangkan tujuan,
kemmapuan guru dan siswa, materi ajar, langkah-langkah pembelajaran
berdasarkan tehnik yang digunakan, dan prosedur dalam pembelajaran
(Madjid, 2007:14). Kedua, “ melaksanakan pembelajaran semua dengan
rencana” (Mulyasa, 2006:96). Ketiga “mengevaluasi kemampuan siswa
dalam pembelajaran:. (Mulyasa, 2006:108).
Ketiga tahapan tersebut adalah tahapan-tahapan yang akan ditempuh
dalam proses pengembangan kemampuan menulis teks pidato. Berdasarkan
langkah-langkah strategi PAKEM. Tahap-tahap dimaksud dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Prapengembangan kemampuan menulis teks pidato, menempuh langkah-
langkah berikut.
a. Guru dan siswa mempersiapkan dari melalui pembelajaran.
b. Guru dan siswa melakukan apersepsi, melalui Tanya jawab
sehubungan dengan dengan materi yang telah dan akan dipelajari.
c. Guru dan siswa melalui tes awal.
d. Guru menjelaskan langkah-langkah belajar dan tujuan belajar yang
harus dicapai oleh siswa.
e. Guru dan siswa saling memotivasi.
2. Proses pengembangan kemampuan menulis teks pidato, menempuh
langkah-langkah berikut.
a. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.
b. Guru member kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
keterampilan .
c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapakan
gagasan sendiri secara lisan atau tulisan.
d. Guru menyesuaikan bahan an kegiatan belajar dengan kemampuna
siswa
e. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan
siswa.
f. Menilai pembelajaran dan kemajuan belajar sswa secara terus-terus.
3. Pasca proses pengembangan kemampuan menulis teks pidato menempuh
langkah-langkah berikut.
a. Guru dan siswa membuat simpulan materi yang baru dipelajari.
b. Guru mengetes kemampuan siswa.
c. Guru dan siswa menutup kegiatan pembelajarn.
Adapun perubhan kemampuan siswa yang diharapkan setelah
mengikuti proses pengembangan kompetensi menulis teks pidato berdasarkan
strategi PAKEM, antara lain: (1) tercapainya indikator hasil belajar; (2)
meningkatnya kemampuan menulis teks pidato; dan (3) memperoleh strategi
belajarr yang baru.
Proses pengembanagan kompetensi tersebut dilaksanakan dalam tiga
siklus perbaikan pembelajaran. Dalam setiap siklus menempuh empat tahap
sebagi berikut: (1) menyusun rencana tindakan, (2) melaksanakan tindakan;
(3) mengobservasi tindakan; (4) merefleksikan hasil tindakan yang diperoleh
melalui observasi dan evaluasi hasil belajar siswa.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Menulis Teks Pidato
1. Menulis
Wujud pengaturan sesuatu tersusun dengan mempergunakan
bahasa disebut karangan. Jadi karangan adalah susunan bahasa sebagai
pengutaraan pikiran, perasaan, khayalan, kehendak, keyakinan, dan
pengalaman (Rusyana, 1982:1).
Mengarang atau menulis adalah suatu kegiatan pengutaraan peras
aan, pikiran dan pendapat sebagai alat komunikasi secara tidak langsung.
Poerwadarminta (1979:9).
Mengarang sebenarnya bukan kegiatan yang luar biasa. Setiap hari
sudah kita lakukan, sebab mengarang tida lainmenuturkan apa yang
terpikir dan terasa. Apabila orang berbicara menuturkan sesuatu sesuatu
yang terpikir dan terasa dalam batinnya mengarang namanya, meskipun
pada umumnya disebut berkata, bertutur dan berbicara, bedanya dengan
mengarang sesungguhnya adalah berbicara dengan bahasa yang dituliskan.
Berbicara dilakukan orang dengan sopan, sedangkan mengarang tidak
demikian halnya. Mengarang termasuk pekerjaan sehari-hari. Menulis
iklan, mneulis surat, dan sebagainya semuanya merupakan karangan-
karangan.
Takala Ahmadi (1990:24) mengatakan
Menulis adalah proses menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan makna dan tuturan ganda bersifat interaktif
dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan system tanda-tanda konvensional yang dapat dibaca.
Menurut Tarigan (1983:81) “menulis adalah bukan sekedar
menggambarkan huruf-huruf, akan tetapi ada pesandibawa oleh penulis
melalui gambar huruf-huruf tersebut yaitu karangan sebagai ekspresi
pikiran, gagasan, pendapat, pengalaman yang disusun secarra sistematis
dan logis.
Akademi kepengarangan menrut Widyamartaya (dalam Yudibrata,
1997:40), mendefinisikan
Menulis atau mengarang, yaitu merupakan keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tertulis kepada pembaca untuk dapat dipahami tepat seperti dimaksudkan oleh penulis atau pengarang.
Selain pendapat-pendapat di atas Rusyana (1986:14)
mengungkapkan tentang pengarang sebagai berikut:
Menulis menggunakan bahasa terpilih dan tersusun, kita memilik kata lalu disusun menjadi kalimat, kalimat disusun pula menjadi paragraph, paragraph dapat disusun menjadi wacana yang lebih terperinci dan lengkap. Demikianlah, karangan itu berupa susunan bahasa yang teratur, baik kata, kalimat, maupun paragraph. Semuanya disusun, ditata sedemikian rupa sehingga menjadi indah dan dapat dinikmati pembacanya.
Berdasarkan pendapat para pakar tersebut di atas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa pengertian menulis adalah kegiatan seorang
dalam mengekspesikan gagasan, perasaan, pengalaman dengan bahasa
tulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dapat dipahami dan dapat
dinikmati pembaca.
2. Menulis Teks Pidato
Pidato adalah menyampaiakn dan penanaman pikiran, informasi,
gagasan dan pembicaraan kepada hkhalayak ramai Somad dkk (2009:222).
Pidato biasanya disampaikan secara lisan dalam acara-acara resmi, seperti
peringatan hari bersejarah, perayaan hari besar, atau pembukaan suatu
kegiatan. Untuk dapat menulis teks pidato dengan baik harus
mempersiapkan materi pidato yang akan disampaikan. Materi tersebut
dapat disusun secara lengkap atau hanya pokok-pokoknya saja.
Ada tiga langkah utama yang perlu diperhatikan dalam menyusun
teks pidato, yakni meneliti masalah, menyusun uraian, dan melakukan
latihan. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan Somad dkk (2009:222-
223) sebagai berikut :
1. Meneliti masalaha. Menentukan topikb. Menganalisis pendengaran dan situasic. Memilih dan menyampaikan topik
2. Menyusun uraiana. Mengumpulkan bahanb. Membuat kerangka uraianc. Menguraikan secara mendetail
3. Berlatih berpidatoa. Metode menghapalb. Metode naskahc. Metode ekstemporan
Banyak cara menyusun teks pidato, namun tetap tidak akan kelar
dari tiga prinsip komposisi. Perinsip-prinsip ini akan mempengaruhi
seluruh organisasi pesan. Sejalan dengan pendapat Rakhmat (2001:33).
Bahwa “prinsip-prinsip ini merupakan kesatuan (unity),
pertauatan(coherence), dan titik berat (emphasis)”.
Kesatuan atau unity dimaksudkan agar pembicaraan dalam pidato
tampak menyuarakan satu kesatuan (unit) yang tidak terpecahkan. Hal ini
perlu disusun secara matang agar tidak terkesan “ngawur” bertele-tele, dan
tidak jelas apa yang dibicarakan “loncat-loncat”.
Pertautan (coherence) merupakan urutan bagian yang berkaitan
satu sama lain. Pertautan menyebbabkan perpindahan dari pokok yang
lainnya berjalan dengan lancar. Untuk memelihara pertautan ini dapat
digunakan tiga cara : ungkapan menyambung, paralelisme, dan gema.
Titik berat (emphasis) merupakan gagasan utama (central),
ikhtisar, uraian, pemikiran baru, perbedaan pokok dan sebagainya. Titik
berat dalam tulisan dapat dinyatakan dengan tanda garis bawah, huruf
miring atau huruf besar.
B. Strategi PAKEM
1. Konsep Strategi PAKEM
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif
dan Menyenangkan (Ismail, 2008 :46). Lebih jelasnya mengenaii makna
dari PAKEM sebagaimana dikemukakan Ismail (2008: 46-47) sebagai
berikut:
Penilaian pelaksanan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) kegiatan mengumpulkan bukti yang sistematik, berkelanjutan guna mendapatkan umpan balik untuk peningkatan pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Kepala Sekolah/Pengawas dapat melakukan penilaian dengan melakukan penilaian dengan mengumpulkan dan selalu mencatat informasi dengan berbagai cara seperti melalui observasi, wawancara, dan produk/hasil kerja guru.
Pemahaman dan kemampuan guru tentang PAKEM masih sangat
beragam. Ada yang sudah memahami dan melaksanakan dengan baik, ada
yang memahami tetapi belum melaksanakan dengan baik, ada pula yang
masih setengah-setengah. Sebab itu penilaian pelaksanaan PAKEM di
sekolah sangat diperlukan untuk mengetahui pemahaman dan
menyamakan persepsi dan langkah dalam melaksanakkan PAKEM.
Secara rinci penilaian pelaksanaan pembelajaran PAKEM
bertujuan untuk memantau sejauh mana PAKEM telah diterapkan,
meningkatkan potensi, kinerja guru dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran, membantu guru menemukan masalah
pembelajaran dan mencari pemecahannya, memotivasi guru untuk lebih
kreatif dalam mengembangkan variasi pembelajaran, member contoh moel
pembelajaran konkret di kelas.
2. Prinsip Dasar Strategi PAKEM
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan ketika pendidik/guru
menerapkan PAKEM sebagaimana diuraikan DBE USAIDE dalam Ismail
(2008: 54-56) sebagai berikut:
1. Memahami sifat peserta didik. Pada dasarnya peserta didik memiliki sifat rasa ingin tahu atau berimajinasi. Kedua sifat ini merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Untuk itu kegiatan pembelajaran harus dirancang menjadi lahan yang subur bagi berkembangnya kedua sifat tersebut.
2. Menganal peserta didk secara perorangan. Peserta didik berasaldari latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Berbeda individu harus diperhatikan dan harus tercermin dalam pembelajaran. Semua peserta didik dalam kelas tidak harus selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Peserta didik yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutorsebaya).
3. Memanfaatkan perilaku peserta didik dalam pengorganisasian belajar. Peserta didik secara alami bermain secara berpasangan atau kelompok. Perilaku yang demikian dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pengorganisasian kelas. Dengan berkelompok akan memudahkan mereka untuk berinteraksi atau bertukar pikiran.
4. Mengembangkan kemampuan perpikir kritis dan kreatif serta mampu memecahkan masalah. Pada dasarnya hidup adalah memecahkan, untuk itu peserta didik perlu dibekali kemampuan berpikir kritis dan kreatif untuk untuk menganalisia masalah, dan kreatif untuk melahirkan alternative pemecahan masalah. Kedua jenis pemikiran tersebut sudah ada sejak lahir, guru diharapkan dapat mengembangkannya.
5. Menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Ruanagan kelas yang menarik sngat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan peserta didik sebaiknya dipajang di dalam kelas, karena dapat memotivasi peserta didik untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi peserta didik yang lain. Selain itu pajangan dapat juga dijadikan bahan ketika membahas materi pelajaran yang lain.
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai lingkungan belajar. Lingkungan (pisik, social, budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar peserta didik. Lingkungan dapat berpungsi sebagai media belajar.
Dari uraian tentang indikasi dan prinsip-prinsip penenrapan
PAKEM tersebut dapat digarisbawahi bahwa secara praktis, tingkat
keberhasilan penerapan strategi ini dapat diketahui melalui uji coba yang
berulang-ulang dari seorang pendidik, sekaligus perlu terus dilakukan
evaluasi proses dari tahap ke tahap. Dengan kata lain, seorang pendidik
yang berhasil, dalam menerapkan strategi PAKEM, seharusnya ia
sekaligus melakukan penelitian tindakan kelas, meskipundalam skala kecil
dan terbatas.
3. Langkah-langkah Strategi PAKEM
Gambaran langkah-langkah strategi PAKEM dapat dilihat dari berbagai
kegiatan yang terjadi selama pembelajaran pada saat yang sama gambaran
tersebut menunujukan kemamapuan yang perlu dikuasai guru untuk
menciptakan keadaan tersebut. Berikut ini adalah tabel contoh kegiatan
pembelajaran dan kemampuan guru.
Kegiatan Guru PembelajaranGuru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, missal:Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiriGambarStudi kasusNarasumberLingkungan
Guru member kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterrampilan.
Siswa:Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancaraMengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiriMenarik kesimpulanMemecahkan masalah, mencari rumus sendiriMenulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
Guru member kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan sendiri secara lisan atau
Melalui :DiskusiLebih banyak pertanyaan terbuka
tulisan. Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.
Siswa dikelompokan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebutTugas perbaikan atau pengayaan diberikan
Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari.
Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri.Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
Menilai pembelajaran dan kemajuan belajaran siswa secara terus menerus
Guru menentukan kerja siswaGuru memberikan umpan balik.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam melakukan sebuah penelitian tentunya dibutuhkana sebuah
metodee untuk kelancaran penelitian tersebut. Oleh karena itu, dalam
melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Hal ini
sejalan dengan pendapat ahli, yaitu Surakhmad (1994:139) yang
mengemukakan bahwa “penyelidikan deskriptif adalah penelitian yang tertuju
pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Bentuk penelitian
deskriptif ini ialah menuturkan dan menafsirkan data yang actual dan akurat.
Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas pada pengumpulan data dan
menyusun data tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu.
Karena itulah maka metode ini sering disebut metode analisis.”
Uraian di atas cukup memberikan alasan sehubungan dengan
dipilihnya metode dekriptif sebagai metode untuk memecahkan masalah
penelitian ini.
B. Fokus Kajian
Fokus kajian dalam penelitian ini sebagaiman tampak pada tabel
berikut.
Tabel 2Fokus Kajiian
Fokus kajianAspek yang
ditelitiIndikator Atal Ukur
Peningkatan kemampuan menulis teks pidato siswa melalui penggunaan strategi PAKEM
Langkah-langkah penggunaan strategi PAKEM
1) Prapengembangan kompetensi (kegiatan awal), menempuh langkah-langkah berikut.(1) Guru dan siswa
mempersiapkan diri melalui pembelajaran.
(2) Guru dan siswa melakukan apersepsi, melalui Tanya jawab sehubungan dengan materi yang telah dan akan dipelajari.
(3) Guru dan siswa melakukan tes awal.
(4) Guru menjelaskan langkah-langakah belajar dan tujuan belajar yang harus dicapai oleh siswa..
(5) Guru dan siswa saling memotivasi.
2) Proses pengembangan kompetensi menempuh lankah-langkah berikut.
Langkah-langkah strategi PAKEM
(1) Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam
(2) Guru mempberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
(3) Guru member kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan sendiri secara lisan atau tulisan
(4) Guru menyesuaikan bahan dann kegiatan belajar dengan kemmapuan
(5) Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa
(6) Menilai pembelajaran dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus
3) Pasca proses pengembangan kompetensi menempuh langkah-langkah berikut.(1) Guru dan siswa
membuat simpulann materi yang perlu dipelajarri
(2) Guru mengetes kemampuan akhir siswa
(3) Guru dan siswa menutup kegiatan pembelajaran.
Perubahan kemampuan menulis teks pidato siswa
1. Tercapainya indikator hasil belajar;
2. Meningkatnya kemampuan menulis teks pidato; dan
Kriteria kemampuansiswa dalam
setelah mengikuti pembelajaran yang disampaikan dengan strategi PAKEM
3. Memperoleh strategi belajar yang baru
menulis teks pidato
C. Desain
Penelitian ini merupakan tindakan kelas yang dilakukan guru dalam
rangka meningkatkan kualitas praktik pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suherli (2009:2) sebagai berikut.
Penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas praktik pembelajran. Tindakan berarti kegiatan yang dilakukan (dengan sengaja) untuk mencapai tujuan tertentu yang ditempuh dalam rangkaian siklus.
Ada cirri tersendiri dari penelitian tindakan kelas, sebagaimana
dikemukakan Suherli (2009:6), yang dikutip berikut.
1. Merupakan kolaborasi antar peneliti dengan praktisi2. Berfokus pada pemecahan masalah praktik (pembelajaran di kelas)3. Merupakan upaya peningkatkan mutu guru professional (kegiatan
pengembangan profesi).4. Pemecahan masalah dilakukan berdsarkan pengalaman guru,
teori/konsep belajar, pada siklus berikutnya.
Atas dasar pengembangan itu, digunakan desain penelitian tindakan
kelas. Tindakan yang diupayakan untuk mendapatkan suatu yang diharapkan
itu dirancang dalam tiga siklus. Dalam tiap siklusnya menempuh empat
tahapan kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Empat tahapan ini diadaptasi dari model PTK yang ditawarkan Suherli
(2007:7).
D. Prosedur Penelitian Tindakan
Prosedur penilitian tindakan kelas ini sesuai dengan desain yang sudah
dirancang. Adapun aplikasi (penerapannya) dalam penelitian ini dapat
deskripsikan sebagai berikut.
SIKLUS 1
Siklus 1 atau tindakan pertama dalam upaya peningkatan kemampuan
menulis teks pidato dengan menggunakan strategi PAKEM menempuh
prosedur berikut.
1. Perencanaan
2. Pelaksanan
3. Pengamatan
4. Refleksi
SIKLUS II
Siklus II menempuh tahapan yang sama dengan siklus I , sebagaiman
dideskripsikan dalam uraian berikut.
1. Perencanaan Ulang
2. Pelaksanaan
3. Pengamatan
4. Refleksi
SIKLUS III
Siklus III direncanakan sebagai tindakan akhir dalam peningkatan
kemampuan menulis teks pidato yang dilakukan melalui penggunaan strategi
PAKEM. Tahapan kegiatan yang ditempuh pada siklus III sama halnya
dengan dua siklus sebelumnya, sebagaimana terdeskripsikan berikut:
1. Perencanaan ulang
2. Pelaksanaan
3. Pengamatan
4. Refleksi
Sebaliknya, apabila dirasa belum optimal dan atau masih ada siswa yang
kurang mangalami perkembangan ke arah yang diharapkan kemungkinan
dilakukan siklus berikutnya, dan seterusnya.
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini merujuk pada pendapat
Kunandar (2008:125), yang dikutip sebagai berikut.
Ada beberapa teknik pengumpulan data lazim digunakan dalam PTK, empat diantaranya: (1) digunakan untuk mendaapatkan data dan hasil belajar siswa; (2) observasi digunakan untuk menguumpulkan data tentang aktivitas guru dan siswa dalam PBM; (3) wawancara digunakan untuk mendapatkan data keterangan prihal apa yang dirasakan siswa setelah PBM; dan (4) diskusi, digunakan untuk mendapatkan data hasil refleksi antara guru, teman sejawat dan kolabolator.
Keempat teknik itulah yang digunakan dalam pengumpuln data
penelitian ini. Adapun insrtumen yang digunakan untuk masing-masing teknik
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Teknik tes, instrumennya menggunakan lembar tes yang di dalamnya
terdapat butir-butir soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan
siswa dalam memenuhi indikator kompetensi dasar menulis naskah pidato.
2. Teknik observasi, instrumennya menggunakan lembar observasi yang di
dalamnya terdapat butir-butir pernyataan alternative atau pilihan yang
menggambarkan suatu kondisi guru dan siswa saat terlibat dalam aktivitas
PBM.
3. Teknik wawancara, instrumennya menggunakan pedoman wawancara
yang di dalamnya terdapat beberapa pertanyaan untuk mengungkapkan
perasaan yang dialami siswa yang beraktivitas dalam PBM
4. Teknik diskusi, instrumennya adalah lembar hasil pengamatan observasi
untukk didiskusikan oleh peneliti dengan guru dan kolabolator.
F. Teknik Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan melalui beberapa teknik dan instrumen
pengumpulan data, terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Data-data
tersebut diolah agar bermakna dengan teknik sebagai berikut.
1. Data kualitatf, yaitu data yang berupa informasi dalam bentuk kalimat
pernyataan dari observer yang memberi gambaran tentang aktivitas guru
dan aktivitas siswa diolah secara deskriptif dengan cara menjelaskan arti
data itu agar berarti bagi pokok masalah pertama dalam penelitian ini
2. Data kuantitatif, yaitu data nilai hasil belajar siswa diolah dengan
menggunakan teknik statistik uji. Hasilnya dideskripsikan agar berarti bagi
pokok masalah kedua dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII SMP. Jakarta: Depdiknas
Madjid. 2007. Perencanaan pembelajaran. Bandung : Tarsito
Mulyasa, 2006. Kurikulum Tinkat Satuan Pendidikan, Bandung : Rosda Karya
Surakhmad Winarno 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito
Trianto, 2005. Strategi Pembelajaran Konstruktivistik. Bandung : Gramedia.