Upload
tranngoc
View
256
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengajaran Bahasa Inggris di Indonesia di tingkat pendidikan dasar dan
menengah lebih banyak ditekankan pada kemampuan menghafal dibandingkan
dengan memahami. Hal tersebut dirasakan kurang mendukung dalam
mempersiapkan seseorang untuk dapat menggunakan bahasa Inggris dalam
komunikasi dengan orang lain dan untuk urusan akademis. Hal ini dapat dilihat
dampaknya ketika para siswa melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan
tinggi. Para mahasiswa kurang mampu memberikan penjelasan atas pemilihan
kata, tenses/bentuk waktu dan konstruksi kalimat yang baik dan benar yang sesuai
dengan tata bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat pada hasil nilai Structure II
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Mahasaraswati
tahun akademik 2012/2013 menunjukkan bahwa dari 317 orang mahasiswa yang
terbagi dalam sebelas kelas terdapat 98 orang mahasiswa yang memeroleh nilai di
bawah standar ketuntasan minimum yang ditetapkan yaitu 55.
Kenyataan itu merupakan suatu hal yang cukup memprihatinkan karena
pembelajaran bahasa Inggris sudah dilakukan sejak pendidikan menengah dan,
bahkan sekarang ini telah dilakukan dari pendidikan dasar. Kurangnya
pemahaman para peserta didik juga tampak ketika mereka mengikuti tes yang
dibakukan/standardized test seperti TOEFL (Test of English as Foreign
Language), IELTS (International English Language Test System) dan TOEIC
2
(Test of English for International Communication) yang menggunakan jenis tes
pilihan ganda dan uraian.
Data dari daftar nilai tes masuk mahasiswa baru Program Profesi dan
Pascasarjana Angkatan 2011 Universitas Udayana menunjukkan dari 67 calon
mahasiswa strata dua (S2) linguistik hanya 11 orang yang memeroleh nilai
TEOFL 500 atau lebih dan ada 56 orang yang memeroleh nilai kurang dari 500.
Dari 13 orang calon mahasiswa strata tiga (S3) linguistik, ada 7 orang yang
memeroleh nilai TOEFL 500 atau lebih dan 6 orang lainnya nilainya kurang dari
500. Nilai terendah dan tertinggi calon mahasiswa strata dua (S2) linguistik
adalah 333 dan 577. Nilai terendah dan tertinggi calon mahasiswa strata tiga (S3)
linguistik adalah 373 dan 550. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari 80 calon
mahasiswa program pascasarjana tersebut ada 62 orang yang memeroleh nilai
TOEFL kurang dari 500 dan hanya 18 orang yang memeroleh nilai TOEFL 500
atau lebih.
Menurut Sharpe (2000:11) secara umum ada empat keterampilan yang
diuji dalam tes TOEFL yaitu mendengarkan, tata bahasa, menulis dan membaca.
Keempat keterampilan ini dibagi ke dalam tiga sesi yaitu sesi 1: mendengarkan,
sesi 2: tata bahasa dan sesi 3: membaca. Lebih lanjut, sesi 1 (mendengarkan)
dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pertama, percakapan pendek (details, idiomatic
expressions, suggestions, assumptions, predictions, implications, problems dan
topics). Kedua, percakapan yang lebih panjang (informal conversation dan
academic conversation). Ketiga, perbincangan dan materi pengajaran (class
discussion, radio program, tours, academic tasks dan lectures). Sesi tata bahasa
3
terdiri dari dua bagia yaitu pola kalimat (pattern) dan gaya penulisan (style).
Materi pada pola kalimat adalah verbs, pronouns, nouns, comparatives,
prepositions, conjuctions dan adverbs and adverb – related structure. Materi
pada gaya penulisan adalah point of view, agreement, introductory verbal
modifiers, parallel structure, redundancy dan word choice.
Dalam tes tersebut jenis soal yang digunakan adalah jenis soal pilihan
ganda, di mana ada kecenderungan para peserta didik untuk berspekulasi atau
menebak jawaban yang benar tanpa mengetahui alasan teoretis dari pilihan
tersebut. Tingkat spekulasi yang tinggi dalam menentukan jawaban yang benar
merupakan satu kelemahan dari jenis soal pilihan ganda ini. Hal ini juga tampak
dalam tes uraian yakni pilihan kata/diksi mereka kurang sesuai dengan konteks
yang dimaksudkan.
Hal lainnya yang perlu dikaji adalah kurangnya perhatian pendidik akan
pentingnya sebuah proses evaluasi yang merupakan kunci dari sebuah perbaikan
metode dan pendekatan untuk meningkatkan prestasi peserta didik. Menurut
Brown (2004:4), evaluasi adalah sebuah proses yang berkelanjutan yang
mencakup banyak domain yang lebih luas. Setiap kali seorang siswa menanggapi
pertanyaan, memberikan komentar, atau mencoba kata baru dalam suatu bahasa,
guru diharapkan memberikan suatu evaluasi atas kerja siswa tersebut. Evaluasi
pembelajaran merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah kurikulum
meskipun dalam tatanan kurikulum evaluasi berada di urutan terakhir. Evaluasi
berperan penting untuk menentukan sukses atau tidaknya proses pembelajaran
4
yang dilakukan selama ini sekaligus memengaruhi proses pembelajaran
selanjutnya.
Evaluasi adalah sebuah proses penilaian di mana berdasarkan fungsinya di
dalam proses pembelajaran, evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan
tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-
keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pembelajaran. Hal ini
menjadi penting untuk mempersiapkan mahasiswa dari program studi bahasa
Inggris yang merupakan calon guru agar memiliki tingkat pemahaman tata bahasa
Inggris yang baik dan benar.
Lebih lanjut Brown (2004:5) mengatakan evaluasi yang dimaksud meliputi
tiga hal yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap (1) pendidik, (2) siswa, dan (3)
bahan ajar. Evaluasi menjadi penting bagi guru agar mampu mengembangkan
kompetensinya dan bagi peserta didik agar mampu berpikir kritis serta penilaian
apakah bahan ajar yang diberikan telah sesuai dengan kebutuhan siswa atau tidak.
Dalam evaluasi itu sendiri, diharapkan tes-tes yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan pembelajaran mampu mencerminkan tidak hanya kemampuan
berbahasa (linguistic competence), tetapi juga kemampuan kecakapan berbahasa
(language proficiency). Dari implementasi evaluasi yang dilakukan diharapkan
pendidik memeroleh informasi tentang hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka
pelaksanaan program pendidikan dan terbukanya kemungkinan untuk dapat
diketahui relevansi antara program pendidikan yang telah dirumuskan dengan
tujuan yang hendak dicapai.
5
Lembaga pendidikan tinggi diharapkan mampu memberikan kontribusi
dalam hal mendidik calon guru yang memiliki kompetensi yang tinggi dalam
bidang mereka masing-masing. Universitas Maharaswati merupakan salah satu
perguruan tinggi swasta yang ada di Kota Denpasar yang memiliki program studi
Pendidikan Bahasa Inggris yang mendidik para calon guru bahasa Inggris yang
diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam pengajaran bahasa Inggris
sebagai bahasa asing di Indonesia. Ada satu kenyataan di lapangan yang
memprihatinkan, yaitu pemahaman bahasa Inggris mahasiswa dalam mata kuliah
Structure II yang masih rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai akhir
mahasiswa. Pada semester II ada 11 kelas dengan keseluruhan jumlah mahasiswa
387 orang dan nilai ketuntasan minimum yang dipersyaratkan dari program studi
bahasa Inggris adalah 55. Ada 246 mahasiswa yang mencapai nilai ketuntasan
minimum dan ada 141 mahasiswa yang tidak mencapai nilai ketuntasan minimum
tersebut. Hal ini berarti bahwa lebih dari 30 persen mahasiswa belum memahami
tata bahasa Inggris dengan baik dan hal ini perlu dikaji lagi melalui suatu evaluasi
yang baik untuk mengetahui penyebab rendahnya tingkat pemahaman mahasiswa
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada dua masalah penelitian yang perlu
dirumuskan sebagai berikut.
6
1) Faktor apa sajakah yang memengaruhi rendahnya kemampuan mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Mahasaraswati
dalam memahami tata bahasa bahasa Inggris?
2) Sejauh manakah pengaplikasian error recognition with reason test dalam
proses pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman tata bahasa Inggris
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas
Mahasaraswati secara kualitatif dan kuantitatif?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangsih dan
informasi yang tepat tentang pengaplikasian jenis tes yang dapat meningkatkan
pemahaman peserta didik dalam memahami tata bahasa Inggris khususnya melalui
desain error recognition with reason test. Desain tes ini adalah sebuah
pengembangan dari error recognition test yang sering dipakai dalam tes yang
dibakukan seperti TOEFL, IELTS, dan TOEIC.
1.3.2 Tujuan Khusus
Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan di atas, tujuan khusus
penelitian ini adalah
1) mendeskripsikan faktor-faktor yang memengaruhi pemahaman tata bahasa
Inggris mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas
Maharaswati;
7
2) menganalisis pengaplikasian error recognition with reason test dalam
proses pembelajaran peningkatkan pemahaman tata bahasa Inggris
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas
Maharaswati secara kualitatif dan kuantitatif.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dan manfaat
akademis, baik secara teoretis maupun praktis, yang dapat diuraikan sebagai
berikut.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis penelitian adalah sebagai referensi bagi peneliti lain yang
berminat untuk mengkaji pengaplikasian error recognition with reason test dalam
meningkatkan pemahaman tata bahasa Inggris peserta didik, khususnya bagi
mahasiswa program studi pendidikan bahasa Inggris yang merupakan para calon
guru. Di samping itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan satu bentuk evaluasi
yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu proses
pembelajaran.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan
sumbangsih bagi pengelola lembaga pendidikan dan para pendidik secara khusus
dosen bahasa Inggris yang tertarik menggunakan error recognition with reason
test dalam meningkatkan pemahaman bahasa Inggris peserta didiknya.
Penggunaan jenis tes ini tidak hanya meningkatkan pemahaman tata bahasa
8
Inggris peserta didik, tetapi juga meningkatkan kemampuan menulis mereka yang
tampak lewat alasan yang dituliskan pada kolom reason/alasan yang juga dapat
meningkatkan kemampuan menuangkan gagasan melalui tulisan. Selain itu,
pengkajian dengan ERWRT dapat digunakan sebagai alat ukur keberhasilan
peserta didik.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORETIS
DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian aplikasi tes dalam meningkatkan pemahaman tata bahasa
Inggris melalui error recognition with reason test adalah hal yang baru karena
jenis tes ini adalah hasil desain penulis yang pernah diujicobakan selama 3
semester pada sebuah perguruan tinggi swasta di Kupang – Nusa Tenggara Timur
yang hasilnya dapat meningkatkan pemahaman tata bahasa Inggris peserta didik.
Monny (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Hasil Kajian Nilai
Kelas E Program Studi Bahasa Inggris Universitas PGRI Kupang – NTT”
menggunakan jenis tes ini untuk meningkatkan pemahaman tata bahasa Inggris
mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris pada Universitas PGRI NTT Kupang
tahun akademik 2009/2010 selama satu semester. Dalam penelitian yang
dilakukan pada kelas E pada semester satu yang terdiri dari 35 mahasiswa tersebut
hasil tes awal menunjukkan bahwa hanya 5 mahasiswa yang memeroleh nilai di
atas 55 yang merupakan nilai ketuntasan minimum dan 30 mahasiswa memeroleh
nilai di bawah 55. Setelah proses belajar mengajar untuk satu pokok bahasan
dilakukan dan pengaplikasian error recognition with reson test dilakukan kembali
dalam tes akhir diketahui peningkatan pemahaman tata bahasa karena ada 25
mahasiswa yang memeroleh nilai di atas 55 dan hanya 10 mahasiswa yang
memeroleh nilai di bawah 55.
10
Pada pokok bahasan yang kedua hasil tes awal pada 35 mahasiswa
menunjukkan ada 7 mahasiswa yang memeroleh nilai lebih dari 55, sedangkan 28
mahasiswa memeroleh nilai di bawah 55. Setelah proses belajar mengajar
dilakukan, diadakan tes akhir dan hasil tes tersebut menunjukkan 23 mahasiswa
memeroleh nilai di atas 55 dan 10 mahasiwa memeroleh nilai di bawah 55 dan ada
2 mahasiswa yang tidak mengikuti tes akhir. Pada pokok bahasan yang ketiga,
hasil tes awal menunjukkan 10 mahasiswa yang memeroleh nilai di atas 55 dan 25
mahasiswa memeroleh nilai di bawah 55. Setelah kegiatan belajar mengajar
dilakukan dan diadakan tes akhir hasilnya menunjukkan 20 mahasiswa memeroleh
nilai di atas 55 dan 15 mahasiswa di bawah nilai 55. Penelitian yang dilakukan ini
mengalami kendala sumber bahan ajar dan rendahnya tingkat pemahaman tata
bahasa Inggris yang dimiliki oleh mahasiswa yang umumnya berasal dari daerah
yang minim sarana dan prasarana pendidikan dan akses komunikasi.
Penelitian error recognition test telah dilakukan oleh Yuniarti (2008)
dalam bentuk tesis berjudul “Meningkatkan Kemampuan Menganalisis Kesalahan
dalam Error Recognition Test dengan Menggunakan Media Board Game bagi
siswa SMK Negeri 3 Purwakarta Tahun Pembelajaran 2007/2008”. Hasil
observasi dari nilai ulangan yang dilakukan beberapa kali menunjukkan bahwa
siswa mengalami kesulitan dalam memahami soal error recognition. Hal ini
disebabkan oleh pemahaman tata bahasa Inggris siswa yang kurang sehingga
pemahaman mereka terhadap soal yang diberikan rendah, khususnya dalam
menganalisis soal error recognition. Untuk meningkatkan pemahaman siswa
11
dalam menganalisis soal-soal error recognition tersebut, digunakan media board
game.
Prosedur yang digunakan dalam menganalisis kesalahan adalah
(1) mengidentifikasi kesalahan; (2) merekonstruksi bentuk; (3) menjelaskan
kesalahan; (4) mengevaluasi kesalahan; dan (5) menghindari kesalahan. Dalam
proses pengajarannya digunakan media board game yang memotivasi siswa untuk
memahami kalimat yang muncul dalam game tersebut. Adapun keuntungan dari
menggunakan permainan di dalam kelas adalah (1) permainan memberikan situasi
yang berbeda dari kebisaaan rutin; (2) permainan memotivasi dan menantang
siswa; (3) belajar bahasa memerlukan upaya yang besar dan permainan dapat
membantu siswa agar betah dalam belajar; (4) permainan menyediakan latihan
bahasa dalam berbagai bentuk keterampilan, seperti berbicara, menuliskan,
mendengarkan dan membaca; (5) permainan memotivasi siswa untuk saling
berinteraksi dalam berkomunikasi; dan (6) permainan menciptakan konteks yang
berarti dalam penggunaan bahasa.
Secara terperinci hasil penelitian mampu meningkatkan persentase
ketuntasan siswa dengan indikator keberhasilan nilai minimal enam adalah
sebagai berikut. Jumlah siswa yang tuntas belajar pada tes awal hanya mencapai
61,29% dengan jumlah siswa 19 orang. Pada siklus I meningkat menjadi 71,0%
dengan jumlah siswa 22 orang, pada siklus II menjadi 80% dengan jumlah siswa
25 orang dan pada siklus III menjadi 93,5% dengan jumlah siswa 29 orang. Rata-
rata nilai siklus I adalah 5,33; siklus II 6,5; dan siklus III 7,65.
12
Hal yang membedakan penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh
Yuniarti adalah objek penelitian, cakupan penilaian, dan pencapaian yang hendak
diukur. Objek penelitian sebelumnya adalah siswa SMK Negeri 3 Purwakarta,
sedangkan objek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa Inggris Universitas Mahasaraswati tahun ajaran 2012-2013 yang tentunya
membedakan penilain dan pencapaiannya. Di samping itu, penelitian sebelumnya
hanya terfokus pada tataran kata dan kalimat sederhana, sedangkan penelitian ini
terfokus kepada konstruksi kalimat yang erat kaitannya dengan pemahaman tata
bahasa Inggris. Hal ini dipandang penting karena objek penelitian adalah para
calon guru bahasa Inggris yang harus dipersiapkan dengan baik kompetensi
bahasa Inggris mereka agar mampu menjelaskan secara ilmiah kaidah tata bahasa
Inggris yang baik dan benar.
Hal lainnya yang membedakan kedua penelitian ini adalah prosedur yang
digunakan. Pada penelitian Endar, prosedur yang digunakan dalam menganalisis
kesalahan adalah (1) mengidentifikasi kesalahan; (2) merekonstruksi bentuk;
(3) menjelaskan kesalahan; (4) mengevaluasi kesalahan; dan (5) menghindari
kesalahan. Sebaliknya, dalam penelitian ini prosedur yang digunakan adalah
(1) memilih jawaban yang salah; (2) menentukan jawaban yang benar; dan
(3) memberikan alasan teoretis atas pilihan jawaban salah dan benar tersebut.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Dastgoshadeh, Birjandi, dan Jalilzadeh
dengan judul “Error Recognition Test as a Predictor of EFL Learners’ Writing
Ability” yang dilakukan pada tahun 2011. Penelitian ini dilakukan pada 34 orang
mahasiswa berkebangsaan Iran dari jumlah keseluruhan 125 orang yang sedang
13
menempuh pendidikan strata satu yang diseleksi dari 2 universitas di Sanandaj
yaitu Universitas Kurdistan dan Universitas Islam Azad. Instrumen yang
digunakan adalah tes TOEFL yang terdiri atas 150 pertanyaan yang terbagi atas
empat bagian, yaitu listening, structure, reading dan writing essay. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa performa pada error recognition test bukanlah
persoalan menghasilkan bahasa sebagai tugas utama peserta tes melainkan sebagai
bentuk penguraian informasi menurut cara pikir mereka dan karena menganalisis
struktur bahasa yang terorganisasi adalah hal yang sesuai dengan tujuannya.
Selain itu, menulis adalah keterampilan produktif, artinya penulis harus
menghasilkan sebuah pesan yang komunikatif dengan mempertimbangkan semua
faktor bukanlinguistik yang memengaruhi proses penulisan tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Dastgoshadeh, Birjandi, dan Jalilzadeh
memiliki persamaan dengan penelitian ini karena mengkaji keterampilan menulis.
Perbedaannya adalah penelitian sebelumnya hanya terfokus pada kegiatan menulis
sangat terbatas pada topik yang diberikan. Sedangkan penelitian ini terfokus pada
pemahaman bahasa Inggris yang diuji melalui tes yang membutuhkan analisis
teoretis tata bahasa Inggris yang benar.
Penelitian tentang error recognition test juga dilakukan oleh Feng Shi dan
Morozova (2012) dengan judul “Understanding Native Russian Listeners’ Error
on an English Word Recognition Test: Model-based Analysis of Phoneme
Confusion”. Penelitian ini dilakukan pada orang Rusia yang tinggal di Amerika
yaitu 7 orang dewasa yang mempunyai pendengaran yang baik yang merupakan
penutur asli bahasa Inggris (monolingual English native/NM), 16 orang dewasa
14
yang secara dominan menuturkan bahasa Inggris (English Dominant/ED), dan 15
orang dewasa penutur asli bahasa Rusia (Russian Dominant/RD). Data yang
terkumpul dianalisis dengan menggunakan Perpeptual Assimilation Model (PAM)
dan Speech Learning Model (SLM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan SLM, NM mengungguli
pendengaran ED dan ED mengungguli pendengar RD. Kata-kata atau fonem NM
dan pendengaran ED dalam berbagai pola fonem memiliki kesalahan yang sama,
sedangkan kesalahan pendengaran RD memiliki pola unik yang dapat dipahami
sebagian besar melalui PAM. RD pendengar mengalami kesulitan tertentu
membedakan kontras vokal / i-I /, / æ-ε /, dan / ɑ-Λ /, kata-awal kontras konsonan
/ p-h / dan / b-f /, dan kata-akhir kontras / f / - / v /. Dapat disimpulkan bahwa
kedua fonologi bahasa, baik bahasa pertama maupun kedua memengaruhi
pemerolehan kata dan pengucapan fonem.
Penelitian sebelumnya memiliki kesamaan dengan penelitian ini karena
mengkaji kesalahan yang dilakukan oleh penutur bahasa Inggris sebagai bahasa
kedua karena objek penelitiannya adalah orang Rusia dan orang Indonesia.
Sebaliknya perbedaannya adalah bidang kajiannya, yaitu penelitian sebelumnya
terfokus pada keterampilan mendengarkan yang merupakan keterampilan reseptif,
sedangkan penelitian ini terfokus pada keterampilan menulis yang merupakan
keterampilan produktif melalui sebuah tes yang mengukur pemahaman bahasa
Inggris dari objek penelitian.
15
2.2 Konsep
Konsep yang dipaparkan di sini adalah batasan komponen-komponen
penelitian yang terdiri atas (1) peningkatan kemampuan, (2) pemahaman, (3) tata
bahasa, dan (4) error recoginition with reason test.
2.2.1 Peningkatan Kemampuan
Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2009:145), peningkatan
kemampuan adalah perubahan struktur dan fungsi karateristik manusia.
Perubahan-perubahan tersebut terjadi dalam kemajuan yang mantap dan menuju
pada suatu kematangan diri melalui interaksi antara potensi bawaan dan potensi
lingkungan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:909), kemampuan
adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan.
2.2.2 Pemahaman
Menurut Amran (2002:427), pemahaman adalah suatu hal yang kita
pahami dan kita mengerti dengan benar. Menurut Suharsimi (2009:118),
pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seseorang mempertahankan,
membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,
menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan
memperkirakan. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa
mereka memahami hubungan yang sederhana di antara fakta – fakta atau konsep.
2.2.3 Tata Bahasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1458), tata bahasa adalah
kumpulan kaidah tentang struktur gramatikal bahasa. Menurut Hornby
(1995:517), tata bahasa adalah kaidah dari suatu bahasa untuk mengubah bentuk
16
kata-kata dan meamadukannya menjadi sebuah kalimat. Menurut Dykes (2007:7),
pengertian tata bahasa yang paling sederhana dan mungkin definisi paling benar
adalah bahasa untuk berbicara tentang bahasa.
Setiap tata bahasa menurut Chomsky dalam Chaer (2003:364) merupakan
teori dari bahasa itu sendiri. Tata bahasa harus memenuhi syarat
(1) kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa tersebut harus dapat diterima oleh
pemakai bahasa tersebut sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat dan
(2) tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa sehingga satuan istilah
yang digunakan tidak berdasarkan gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya ini
harus sejajar dengan linguistik tertentu.
Chomsky dalam Chaer (2003:368) selanjutnya menambahkan bahwa tata
bahasa terdiri atas tiga komponen, yaitu sebagai berikut. Pertama, komponen
sintaksis yang merupakan pusat tata bahasa karena di dalamnya terdapat
komponen dasar dan transformasional. Komponen dasar terdiri atas subkomponen
kategorial dan leksikon tertentu. Kaidah subkategorisasi yang menggambarkan
aspek kreativitas bahasa, menghasilkan pola-pola kalimat dasar dan deskripsi
struktur untuk setiap kalimat yang disebut penanda frasa dasar. Kedua, komponen
semantik yang memberikan interpretasi semantik pada deretan unsur yang
dihasilkan oleh subkomponen dasar. Arti sebuah morfem dapat digambarkan
dengan memberikan unsur makna atau ciri semantik yang membentuk arti morfem
tersebut. Ketiga, komponen fonologis yang memberikan interpretasi fonologi pada
deretan unsur yang dihasilkan oleh kaidah transformasi. Dengan memakai kaidah
fonologi deretan sehingga unsur tersebut dapat diucapkan.
17
2.2.4 Error Recognition with Reason Test
Error recognition adalah salah satu bentuk soal pilihan ganda. Menurut
Burn (1991:191), error berbeda dengan mistake. Error disebabkan oleh
kemampuan siswa. Hal ini berarti bahwa siswa belum paham betul tentang
penggunaan kemampuan linguistiknya, sedangkan mistake disebabkan oleh
penampilan siswa. Hal ini berarti bahwa siswa hanya lupa dalam menerapkan
suara tertentu, kata atau susunan kata, tekanan kata atau kalimat. Error
recognition with reason test ini adalah sebuah desain tes yang dikembangkan oleh
peneliti dari jenis error recognition test dengan menambahkan dua kolom, yaitu
kolom jawaban yang benar yang merupakan jenis tes pilihan ganda dan kolom
alasan yang merupakan jenis tes uraian.
2.3 Landasan Teori
Teori-teori yang dibahas dan digunakan dalam penelitian terdiri atas teori
utama dan teori pendukung. Teori utama untuk pembelajaran bahasa adalah teori
pembelajaran bahasa kedua dan teori pendukungnya adalah (1) tes bahasa, (2)
kognitisme, dan (3) tata bahasa deskriptif.
2.3.1 Teori Pembelajaran Bahasa Kedua
Menurut Yule (2006:165), ada tiga pendekatan yang dilakukan dalam
pengajaran bahasa yang diuraikan berikut ini.
1. The grammar translation method. Pendekatan ini merupakan pendekatan
yang paling tradisional dalam pengajaran bahasa asing yang dalam
penerapannya ada daftar kosakata dan aturan tata bahasa digunakan untuk
18
memberikan pemahaman kepada target belajar, mendorong upaya
menghafal, dan bahasa tertulis lebih ditekankan daripada bahasa lisan.
Metode ini bersumber dari pengajaran tradisional bahasa Latin dan
digambarkan sebagai metode tata bahasa-terjemahan.
2. The audiolingual method. Pendekatan ini sangat berbeda dengan the
grammar translation method. Pendekatan ini memberikan penekankan
pada bahasa lisan, menjadi populer pada pertengahan abad kedua puluh
yang melibatkan presentasi sistematis struktur bahasa kedua, bergerak dari
yang sederhana hingga yang lebih kompleks, dan dilakukan dalam bentuk
latihan di mana siswa harus mengulang. Pendekatan ini sangat dipengaruhi
oleh keyakinan bahwa penggunaan fasih bahasa pada dasarnya satu set
'kebiasaan' yang dapat dikembangkan dengan banyak latihan.
3. Communicative approach. Pendekatan ini merupakan pembaruan dari
pengalaman belajar bahasa kedua yang merupakan reaksi terhadap 'pola-
praktik' dan juga keyakinan bahwa mempelajari secara sadar
aturan tata bahasa dari bahasa tentu akan menghasilkan kemampuan untuk
menggunakan bahasa. Pendekatan ini berkeyakinan pengalaman
komunikatif pembelajar bahasa kedua didasarkan pada keyakinan bahwa
fungsi bahasa (apa yang digunakan untuk) harus ditekankan daripada
bentuk bahasa (struktur tata bahasa atau fonologis yang benar).
Kegayutan communicative approach dengan penelitian ini adalah
mahasiswa diharapkan mampu memelajari tata bahasa kedua yang selanjutnya
19
memiliki kemampuan menggunakan bahasa tersebut. Dengan pendekatan yang
lebih terfokus kepada fungsi bahasa dari pada struktur bahasa itu sendiri,
mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikannya dalam menjalankan tanggung
jawab mereka sebagai guru bahasa Inggris kelak dan dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Melalui penelitian tindakan kelas, communicative approach
diaplikasikan untuk memberikan penjelasan logis tata bahasa Inggris dalam
menganalisis kesalahan tata bahasa yang ada di dalam soal tes.
2.3.2 Tes Bahasa
2.3.2.1 Pengertian Tes
Pengertian tes menurut Arikunto (2010:53) merupakan alat atau prosedur
yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan
cara atau aturan-aturan yang sudah ditentukan. Brown (2004:3) mengatakan
bahwa tes dalam suatu istilah yang sederhana adalah sebuah metode untuk
mengukur kemampuan, pengetahuan, atau performa seseorang dalam suatu
domain tertentu. Pertama, tes adalah sebuah metode. Tes adalah sebuah instrumen
-seperangkat teknik, prosedur atau item- yang memerlukan performa dari
penyelengara tes. Kedua, tes harus mengukur. Beberapa tes mengukur
kemampuan umum, sementara yang lainnya fokus kepada kompetensi atau
objektif yang lebih spesifik. Selanjutnya tes mengukur kemampuan, pengetahuan,
dan performa individu. Penyelenggara tes perlu memahami siapakah peserta tes
mereka. Suatu tes mengukur performa. Akhirnya, sebuah tes mengukur domain
yang ditentukan.
20
Menurut Sudijono (2011:67), tes adalah cara (yang dapat digunakan) atau
prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian dalam
bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas, baik
berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), maupun perintah-perintah
(yang harus dikerjakan) oleh peserta tes sehingga (atas dasar data yang diperoleh
dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah
laku atau prestasi peserta tes, nilai itu yang dapat dibandingkan dengan nilai-nilai
yang dicapai oleh peserta tes lainnya atau dibandingkan dengan nilai standar
tertentu.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tes merupakan alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengevaluasi, baik individu maupun kelompok,
yang mempunyai standar objektif untuk mengamati satu atau lebih karateristik
seseorang atau kelompok yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan. Adapun beberapa istilah yang terkait dengan tes adalah
(1) tes: alat atau prosedur yang digunakan dalam pelaksanaan sebuah tes;
(2) testee (peserta tes): responden atau individu yang mengikuti tes, dan (3) tester:
orang yang melaksanakan tes terhadap testee/peserta tes .
2.3.2.2 Fungsi Tes
Menurut Djaali dan Muljono (2008:7), ada empat fungsi tes dalam dunia
pendidikan, sebagai berikut.
(1) Alat ukur untuk prestasi belajar siswa. Tes dimaksudkan untuk mengukur
tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah
menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
21
(2) Motivator dalam pembelajaran. Dalam pengertian ini tes dianggap sebagai
motivator ekstrinsik, yaitu siswa akan belajar lebih giat dan berusaha keras
untuk memeroleh nilai dan prestasi yang baik.
(3) Upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Tes dilakukan dalam rangka
perbaikan kualitas pembelajaran. Ada tiga jenis tes yang perlu dibahas,
yaitu tes penempatan, tes diagnostik, dan tes formatif.
(4) Penentu berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan melaksanakan tes sumatif.
Pada bagian lainnya, Sudjiono (2009:67) mengatakan bahwa secara
umum, ada dua fungsi yang dimiliki sebuah tes. Pertama, sebagai alat pengukur
terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat
perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka
menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Kedua, sebagai
alat pengukur keberhasilan program pengajaran sebab melalui tes tersebut akan
dapat diketahui sudah berapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan
dapat dicapai.
2.3.2.3 Jenis-Jenis Tes
Ada enam jenis tes ditinjau dari fungsi dan aspeknya, seperti di bawah ini.
1) Berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan atau
kemajuan siswa, yaitu sebagai berikut.
a. Tes seleksi, tes ini digunakan untuk memilih atau menyeleksi siswa
yang terbaik dari semua peserta tes. Materinya berupa materi prasyarat
untuk mengikuti program pendidikan yang akan diikuti oleh calon
22
siswa. Tes seleksi dapat dilakukan secara lisan, tes tertulis, dengan tes
perbuatan, dan dapat juga ketiganya dikombinasikan secara serempak.
b. Tes awal, adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran
diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui sejauh
manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat
dipahami oleh siswa.
c. Tes akhir, adalah tes yang akan dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting
sudah dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh siswa. Pada dasarnya
materi tes awal sama dengan materi tes akhir.
d. Tes diagnostik, adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara
tepat jenis kesukaran yang dihadapi oleh para siswa dalam mata
pelajaran tertentu. Tes diagnostik dapat dilaksanakan secara lisan,
tertulis, perbuatan, atau kombinasi dari ketiganya.
e. Tes formatif, adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui
sudah sejauh manakah siswa sudah memahami pelajaran setelah
jangka waktu tertentu dan memperbaiki kualitas pembelajaran. Tes
formatif bisa dilaksanakan di tengah-tengah pelaksanaan program
pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau
subpokok bahasan berakhir atau dapat diselesaikan dan dikenal dengan
istilah ulangan harian.
f. Tes sumatif, adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah
sekumpulan materi pelajaran atau satuan program pengajaran selesai
23
diberikan. Tes sumatif dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan
nilai yang menjadi lambang keberhasilan siswa setelah mereka
menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
2) Menurut Sudjiono (2009:73) berdasarkan aspek psikis yang ingin
diungkapkan tes dibedakan menjadi lima, yaitu sebagai berikut.
a. Tes intelegensi, adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkapkan atau memprediksi kecerdasan seseorang.
b. Tes kemampuan, adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkapkan kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki
oleh peserta tes.
c. Tes sikap, adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkapkan predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk
melakukan suatu respons tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik
berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu.
d. Tes kepribadian, adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan
mengungkapkan ciri khas seseorang yang banyak sedikitnya bersifat
lahiriah seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi, bentuk
tubuh, cara bergaul, cara mengatasi masalah, kesenangan, dan
sebagainya.
e. Tes hasil belajar, adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkapkan tingkat pencapaian terhadap tujuan pembelajaran atau
prestasi belajar.
24
3) Berdasarkan jumlah peserta yang mengikuti tes, tes dibedakan sebagai
berikut.
a. Tes individu, tes ini merupakan tes di mana tester/pelaksana tes hanya
berhadapan dengan satu orang peserta tes.
b. Tes kelompok, tes ini merupakan tes di mana tester/pelaksana tes
berhadapan dengan lebih dari satu orang peserta tes.
4) Berdasarkan waktu yang disediakan bagi peserta tes untuk melaksanakan
tes adalah sebagai berikut.
a. Power test, adalah suatu kegiatan tes di mana waktu yang disediakan
bagi peserta tes untuk menyelesaikan tes tidak berbatas.
b. Speed test, adalah suatu kegiatan tes di mana waktu yang disediakan
bagi peserta tes untuk menyelesaikan tes dibatasi.
5) Berdasarkan bentuk responsnya, tes diklasifikasikan seperti di bawah ini.
a. Tes verbal, tes ini menghendaki jawaban yang tertuang dalam bentuk
kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun tertulis.
b. Tes bukanverbal, tes ini menghendaki jawaban yang bukan berupa
ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau
tingkah laku.
6) Dilihat dari cara penyusunannya, tes dibagi menjadi dua jenis, yakni
seperti berikut ini.
a. Tes buatan guru (teacher-made test) adalah tes yang disusun sendiri
oleh guru yang akan menggunakan tes tersebut. Tes ini bisaanya untuk
ulangan harian, formatif, dan ulangan umum (sumatif). Tes buatan
25
guru ini dibedakan menjadi dua, yaitu (1) tes subjektif adalah tes
kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan
atau uraiann kata-kata, seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana,
bandingkan, simpulkan, dan sebagainya dan (2) tes objektif yaitu tes
yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif, seperti
menandai setiap pernyataan dengan melingkari huruf B jika pernyataan
itu benar dan melingkari huruf S jika pernyataan itu salah (Arikunto,
2009:162).
b. Tes yang dibakukan (standardized test) adalah tes yang sudah
memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi berdasarkan
percobaan-percobaan terhadap sampel yang cukup besar dan
representatif (Arifin, 2011:119).
2.3.2.4 Karakteristik Tes yang Baik
Menurut Brown (2008:19--28), ada empat prinsip evaluasi bahasa.
Pertama, sebuah tes adalah sesuatu yang praktis. Hal ini berarti (1) tes itu tidak
terlalu mahal, (2) berada dalam batasan waktu tertentu, (3) mudah dilaksanakan,
(4) mempunyai prosedur penilain/evaluasi, yaitu spesifik dan efisiensi waktu.
Kedua, sebuah tes yang baik adalah tes yang konsisten dan dapat diandalkan.
Ketiga, tes yang baik harus memiliki kesasihan, yaitu sebuah ekstensi di mana
interferensi yang dibuat dari suatu hasil evaluasi sesuai, bermakna, dan
bermanfaat dalam hal tujuan dari evaluasi itu sendiri. Prinsip yang keempat adalah
autensitas atau keaslian, sebuah tingkatan koresponden karateristik sebuah tes
26
bahasa pada fitur sebuah tes bahasa target dan untuk mentransformasinya ke
dalam tes item yang valid.
Suatu tes dapat dikatakan sebagai alat pengukur yang baik jika memenuhi
lima karakertistik sebagai berikut.
1) Memiliki validitas
Tes dikatakan memiliki kesasihan jika tes tersebut dengan secara tepat,
secara benar, secara sahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur, yaitu mengukur hasil belajar yang telah dicapai oleh
siswa setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka
waktu tertentu. Untuk mengetahui kesasihan suatu tes dapat dianalisis
secara logika dan empiris.
2) Memiliki reliabilitas
Tes dikatakan memiliki reliabilitas jika hasil-hasil pengukuran yang
dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang-ulang
terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukkan hasil yang tetap dan
sifatnya ajek dan stabil. Dengan kata lain tes memiliki reliabel jika nilai-
nilai yang diperoleh para peserta tes adalah stabil kapan saja, di mana saja,
dan oleh siapa saja ujian itu dilaksanakan, diperiksa, dan dinilai.
3) Memiliki objektivitas
Tes dikatakan memiliki objektivitas jika tes tersebut disusun dan
dilaksanakan menurut tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan,
bukan atas kemauan dan kehendak dari tester/pelaksana tes, serta dalam
27
pemberian skor dan penentuan nilai harus terhindar dari unsur-unsur
subjektivitas tester/pelaksana tes.
4) Memiliki kepraktisan
Tes dikatakan memiliki kepraktisan jika tes tersebut praktis (mudah
dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk-
petunjuk yang jelas) dan mudah pengadministrasiannya.
5) Memiliki ekonomis
Tes dikatakan memiliki ekonomis jika pelaksanaannya tes tersebut tidak
membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang
lama.
Adapun beberapa kelemahan dalam pelaksanaan tes menurut Sax dalam
Arikunto (2010) adalah seperti di bawah ini.
1) Ada kalanya tes (secara psikologis terpaksa) menyinggung pribadi
seseorang (walaupun tidak disengaja demikian), misalnya dalam
perumusan soal, pelaksanaan, dan pengumuman hasil.
2) Tes menimbulkan kecemasan sehingga memengaruhi hasil belajar yang
murni.
3) Tes menkategorikan siswa secara tetap.
4) Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa.
5) Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas.
28
2.3.2.5 Bentuk - Bentuk Tes, Keunggulan dan Kelemahan Tes, dan Petunjuk
Penyusunannya
Ditinjau dari cara menjawab soal yang diujikan, tes dibagi menjadi dua
bentuk.
1) Tes uraian, tes ini sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan
jwaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata dengan tujuan ingin
mengungkapkan daya ingat dan pemahaman testee terhadap materi pelajaran yang
ditanyakan dalam tes. Di samping itu ingin mengungkapkan daya ingat testee
dalam memahami berbagai macam konsep dan aplikasinya. Ciri-ciri pertanyaan
tes uraian adalah didahului dengan kata-kata, seperti uraikan, jelaskan, mengapa,
bagaimana, bandingkan, simpulkan dan lain sebagainya. Jumlahnya soal pada soal
uraian tidak banyak, yaitu sekitar 5--10 soal dalam waktu kira-kira 90--120 menit.
Menurut Brown (2004:206), tes uraian adalah tes yang dirancang untuk
mengukur tingkat pemahaman peserta didik berupa pertanyaan-pertanyaan atau
tugas yang harus dijawab dengan menggunakan bahasa sendiri. Jawaban diberikan
dengan cara menjelaskan, menguraikan, mendiskusikan, membandingkan,
memberikan alasan, atau bentuk lain yang sejenis. Tes ini dapat menunjukkan
kemampuan dan kecakapan siswa dalam mengintegrasikan berbagai buah pikiran
atau ide dan berbagai sumber informasi ke dalam suatu pola berpikir tertentu
disertai dengan pemecahan masalahnya.
Ada dua jenis tes uraian. Pertama tes uraian bebas (extended response) di
mana jawaban yang diberikan peserta didik tidak memiliki batas, tergantung
kemampuan analisis dan sintesis serta pandangan siswa terhadap suatu masalah
29
dengan kelemahannya, yaitu sulit menentukan kriteria dan cenderung subjektif.
Kedua, tes uraian terbatas (restricted response) di mana bentuk tes ini menggiring
jawaban peserta didik pada hal-hal tertentu yang batasannya telah pasti yaitu dapat
berupa (a) ruang lingkup, (b) arah sudut pandang jawabannya, dan (c) indikator-
indikator jawabannya.
Kelebihan tes uraian adalah (1) mendorong meningkatkan motivasi belajar
peserta didik, (2) menuntut penguasaan bahan ajar secara komprehensif, dan
(3) mendorong peserta didik belajar lebih mampu menyatakan ide-idenya dalam
bentuk tulisan. Sebaliknya kelemahan tes ini adalah (1) reliabilitas tes rendah
karena item tes sebagai sampel dari materi ajar yang terbatas dan subjektivitas
penskoran, (2) waktu yg dibutuhkan untuk menyelesaikan item tes uraian relatif
lama termasuk waktu yang dibutuhkan untuk memeriksa hasil tes, dan
(3) jawaban peserta didik kadang penuh karangan, terutama yang tidak menguasai
materi dengan baik.
Adapun petunjuk penyusunan tes uraian adalah sebagai berikut.
a. Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan
yang diteskan. Dan kalau mungkin, disusun soal yang sifatnya
komprehensif.
b. Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin
langsung dari buku atau catatan.
c. Pada waktu menyusun soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci
jawaban serta pedoman penilaiannya.
30
d. Hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi agar dapat
diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan ajar.
e. Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah
dipahami oleh siswa.
f. Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh
penyusun tes. Oleh karena itu, pertanyaan tidak boleh terlalu
umum, tetapi harus spesifik.
2) Tes objektif, tes ini dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif. Banyaknya soal pada tes objektif (pilihan ganda, benar salah,
menjodohkan dan tes isian) lebih banyak daripada soal uraian, yaitu 30--40 soal
dalam waktu kira-kira 60 menit. Brown (2004:56) mendefinisikan tes pilihan
ganda sebagai jenis tes yang memiliki semua hal yang dapat dimengerti atau
selektif, opsi pilihan yang dipilih oleh peserta tes dari sebuah set jawaban
(umumnya disebut jenis jawaban yang diberikan), dan tidak membuat jawaban.
Menurut Brown (2004:55), tes ini memiliki sebuah batang soal atau stem
yang memiliki sebuah stimulus dan beberapa (bisaanya tiga sampai dengan lima)
pilihan atau alternatif yang harus dipilih. Salah satu dari pilihan ini adalah
jawaban yang benar atau kunci jawabannya sedangkan yang lainnya adalah
pengecoh.
Keunggulan-keunggulan tes objektif adalah (a) mengandung lebih banyak
segi-segi yang positif, misalnya dengan representatif mewakili isi dan luas bahan,
lebih objektif, dapat dihindari adanya unsur-unsur subjektif, baik dari segi siswa
maupun dari guru yang memeriksa; (b) lebih mudah dan cepat cara memeriksanya
31
karena dapat menggunakan kunci tes, bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi;
(c) pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain; dan (d) dalam
pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang memengaruhi.
Jenis tes ini adalah jenis tes yang mudah dirancang tetapi memiliki enam
kelemahan, yaitu (1) teknik tes hanya untuk pengenalan pengetahuan;
(2) menebak adalah efek yang cukup memengaruhi nilai tes; (3) item yang dites
sangat terbatas; (4) sangat sulit untuk menulis item yang baik; (5) koreksi menjadi
sulit dilakukan; dan (6) menyontek dapat dengan mudah dilakukan.
Adapun cara mengatasi kelemahan-kelemahan pada soal objektif adalah
(a) kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih
terus menerus sehingga betul-betul mahir; (b) menggunakan tabel spesifikasi
untuk mengatsi kesalahan pada persiapan penyusunan soal dan pengukuran proses
mental; dan (c) menggunakan norma (standar) penilaian yang memperhitungkan
faktor tebakan yang bersifat spekulatif.
Ada empat jenis tes objektif, yaitu sebagai berikut.
1) Tes Benar Salah (True False Test).
Tes benar salah merupakan tes yang berupa pernyataan-pernyataan
(statement) yang mengandung dua kemungkinan jawaban yaitu benar
atau salah. Di samping itu, peserta tes diminta menentukan
pendapatnya mengenai pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan
petunjuk pengerjaannya.
32
2) Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Tes pilihan ganda merupakan tes yang terdiri atas pertanyaan atau
pernyataan yang sifatnya belum selesai dan untuk menyelesaikannya
harus dipilih salah satu (atau lebih) untuk menyelesaikan beberapa
kemungkinan jawaban yang disediakan.
3) Tes Menjodohkan. (Matching Test)
Tes menjodohkan merupakan tes yang terdiri atas satu seri pertanyaan
dan satu seri jawaban. Setiap pertanyaan mempunyai jawabannya yang
tercantum dalam seri jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari dan
menentukan jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan
pertanyaannya.
4) Tes Isian (Completion Test)
Tes isian merupakan tes yang terdiri atas kalimat-kalimat yang ada
bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan ini harus
diisi oleh peserta tes.
2.3.2.6 Error Recognition with Reason Test
Menurut Heaton (1990:79), pertanyaan pilihan ganda pada dasarnya
hanya untuk menguji pemerolehan kosakata. Akan tetapi, tes ini juga baik
digunakan untuk tes tata bahasa dan keterampilan mendengarkan dan membaca.
Menurut Sharpe (2000:357), error recognition test adalah jenis tes yang
digunakan dalam tes TOEFL pada Section 2 pada Written Expression yang
merupakan soal nomor soal 16 -- 40. Petunjuk soalnya adalah pada pertanyaan
16--40 setiap kalimat memiliki empat kata atau frasa yang digarisbawahi.
33
Keempat kata atau frasa yang digarisbawahi ditandai dengan pilihan (A), (B), (C),
dan (D). Identifikasikan satu kata atau frasa yang digarisbawahi yang harus
diubah agar kalimat tersebut menjadi benar.
Menurut Sharpe (2000:77) cakupan error recognition test dalam written
expression pada TOEFL adalah pola kalimat yang mengkaji lima belas
permasalahan dalam tata bahasa Inggris, yaitu permasalahan pada (1) verba
utama, (2) pronominal, (3) nomina, (4) adjektiva, (5) komparatif, (6) preposisi,
(7) konjungsi, (8) adverbial, (9) cara pandang (point of view), (10) kesepakatan
(subyek dan kata kerja), (11) keterangan verba, (12) kalimat dan klausa,
(13) struktur paralel, (14) pengulangan, dan (15) pemilihan kata. Berdasarkan
kelemahan error recognition test yang merupakan salah satu bentuk soal pilihan
ganda yang memiliki unsur spekulatif yang tinggi maka peneliti mendesain error
recognition with reason test yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman
tata bahasa Inggris mahasiswa dengan menambahkan kolom 4 untuk jawaban
yang benar dan kolom 5 untuk alasan teoretisnya.
Contoh soal :
Petunjuk soal : Pilihlah salah satu jawaban yang salah pada opsi A, B, C, atau D.
Tuliskan jawaban salah tersebut pada kolom 3 dan tuliskan jawaban yang benar
pada kolom 4. Selanjutnya tuliskan alasan mengapa jawaban yang Anda tuliskan
pada kolom 4 tersebut Anda anggap benar pada kolom 5.
34
No Soal Jawaban yang Salah
Jawaban yang Benar
Alasan
1 2 3 4 5 1. The development of photographic
techniques and equipment provided A an important aid to industry, medical B C D and research.
2. The novels of Pearl S. Buck show a A B keen understanding of China and the Chinese people, knowledge which learned by living there for C many years. D
Dengan jenis tes ini mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan
menulis mereka dan mempertajam daya analisis mereka dan ke depannya kendala
dalam pemahaman tata bahasa Inggris dapat berkurang. Tes ini dapat menguji
kemampuan pemahaman tata bahasa bahasa Inggris pada kolom 3 dan 4 dan
kemampuan menulis pada kolom 5.
2.3.3 Kognitivisme
Menurut Thobroni (2011:93), teori kognitif dikembangkan oleh Jean
Piaget, seorang psikolog Swiss, yang hidup tahun 1896--1980. Teori ini
memberikan banyak konsep utama dalam psikologi perkembangan dan
berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Teori ini membahas
munculnya dan diperolehnya schemata (skema bagaimana seseorang
35
memersepsikan lingkungannya) dalam tahapan-tahapan perkembangan dan saat
seseorang memeroleh cara baru dalam mempresentasikan informasi secara mental.
Selanjutnya Thobroni (2011:94) menambahkan bahwa prinsip kognitif
banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlibat dalam suatu perancangan
suatu sistem instruksional, prinsip-prinsipnya adalah (1) seseorang yang belajar
akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut
disusun pola dan logika tertentu, (2) penyusunan materi pelajaran harus dari
sederhana ke kompleks, dan (3) belajar dengan memahami akan jauh lebih baik
daripada hanya dengan menghafal tanpa pengertian penyajian.
2.3.4 Tata Bahasa Deskriptif
Tata bahasa deskriptif adalah tata bahasa yang mencoba menggali sistem
kaidah yang terpola dalam benak seorang penutur, sedangkan tata bahasa
pendidikan tujuannya agar bagaimana seseorang penutur lebih mudah dan cepat
dalam menguasai sistem kaidah tersebut. Menurut Greenbaum (1996:37), tata
bahasa deskriptif adalah tata bahasa yang berupaya menggambarkan aturan bahasa
secara objektif dengan perhitungan tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Selanjutnya Nelson (2006:146) menambahkan bahwa dalam linguistik, sebuah
tata bahasa deskriptif melibatkan sejauh mungkin tujuan bahasa dan tidak
menghakimi penggunaan bahasa. Menurut Biber dkk. (1998:55), tata bahasa
deskriptif menggambarkan cara bagaimana kata-kata yang dikombinasikan
menjadi klausa dan kalimat, yang terfokus pada tata urutan kata dan berbagai jenis
subordinasi.
36
2.4 Model Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yaitu suatu penelitian
yang dilakukan oleh peneliti pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Mahasaraswati Denpasar. Desain penelitian ini dirancang menurut
model John Eliot (1991:70) yang dalam pelaksanaannya mencakup empat
tahapan, yaitu (1) merumuskan masalah dan merencanakan tindakan,
(2) melaksanakan tindakan, (3) pengamatan atau monitoring, dan (4) refleksi
hasil pengamatan untuk pengembangan selanjutnya.
Gambar 2.1 Model Penelitian
Peningkatan pemahaman bahasa Inggris melalui error recognition with reason test
Teori Pembelajaran Bahasa Kedua / TEFL
Siklus PTK dalam proses pembelajaran melalui empat tahapan menurut model John Eliot
Communicative Approach Method
Hasil Penelitian
Deskriptif kuantitatif Deskriptif kualitatif
Tabel dan persentase yang disajikan
secara deskriptif
Linguistik terapan Linguistik
Deskriptif interpretatif
Pemahaman tata bahasa dan diksi
Peningkatan keterampilan menulis
37
Model penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
mengkaji aspek linguistik dan linguistik terapannya dalam hal ini pembelajaran
dan pengajaran bahasa. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan metode
deskriptif kuantitatif yaitu penyajian datanya berupa tabel dan presentase yang
disajikan secara deskriptif yang mengukur tingkat pemahaman mahasiswa tentang
tata bahasa Inggris, ejaan, dan diksi. Metode deskriptif kualitatif disajikan melalui
deskriptif interpretatif yang mengukur tingkat pemahaman kemampuan menulis
mahasiswa dalam bahasa Inggris melalui error recognition with reason test.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ada communicative approach
method dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua.
38
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan action
research dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan
Kelas adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah
dalam pembelajaran secara bersiklus. Dalam setiap siklus terdapat empat tahapan
yaitu tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan tindakan (acting), tahap
observasi (observing), dan tahap refleksi (reflection) (Arikunto, 2006:16).
Keempat tahapan ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Keempat tahapan ini membentuk sebuah siklus yang dilakukan berulang-
ulang sesuai dengan kebutuhan selama penelitian dilakukan. Siklus ini dihentikan
pelaksanaannya jika telah berhasil dipecahkan masalah penelitian sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tindakan
Perencanaan
Refleksi Observasi
39
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Mahasaraswati Denpasar dengan waktu pelaksanaan penelitian selama
lebih kurang 2 bulan, dari bulan Februari sampai Maret 2013. Kegiatan observasi
awal dilaksanakan selama dua kali pertemuan di kelas pada Jumat, 8 Februari
2013 dan Jumat, 15 Februari 2013. Pelaksanaan siklus I dilakukan pada Jumat, 22
Februari 2013 dan siklus II pada Jumat, 1 Maret 2013. Pada dua minggu
selanjutnya penelitian difokuskan pada diskusi dengan dosen pengampu terkait
silabus dan SAP serta rekomendasi pokok bahasan pada proses belajar mengajar
selanjutnya.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ada dua yaitu jenis data primer dan data
sekunder.
1) Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari mahasiswa dan dosen Program Studi Pendidikan
Bahasa Inggris Universitas Mahasaraswati Denpasar. Dalam penelitian ini
data ini diambil dengan metode observasi, wawancara, dan melalui tes,
baik dalam kegiatan tes awal maupun tes akhir, pada tahapan tindakan
yang ada di dalam siklus.
2) Data pendukung adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Mahasarawati
40
Denpasar berupa daftar hadir mahasiswa, lembar kerja mahasiswa, daftar
nilai, silabus, Satuan Acara Perkuliahan (SAP), dan bahan ajar yang ada.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah mahasiswa semester IV Program Studi
Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Mahasarawati tahun akademik 2012/2013.
Pemilihan sumber data ini didasarkan pada kenyataan bahwa pada semester tiga
mahasiswa yang telah mempelajari mata kuliah Structure I dan Structure II masih
mempunyai pemahaman yang rendah tentang tata bahasa Inggris. Ada sebelas
kelas semester IV dengan total jumlah mahasiswa 317 orang.
Kelas yang dijadikan sumber data adalah kelas K dengan jumlah
mahasiswa 35 orang mahasiwa. Kelas ini dipilih karena mempunyai tingkat
pemahaman bahasa Inggris yang paling rendah. Data yang dipeoleh dari daftar
nilai mata kuliah Structure II menunjukkan bahwa dari 35 orang mahasiswa
tersebut, ada 22 orang mahasiswa yang nilainya tidak memenuhi standar
ketuntasan minimum, yaitu 55, yang dipersyaratkan oleh Program Studi
Pendidikan Bahasa Inggris.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mencatat perilaku mahasiswa dalam
proses pembelajaran.
41
LEMBAR OBSERVASI
HARI/TANGGAL : JUMAT, 15 FEBRUARI 2013
PUKUL : 18.30--20.00 WITA
TEMPAT : RUANG 115
No. Lingkup Pengamatan :
1. Penyampaian materi ajar oleh dosen : A. Sangat Baik B. Baik
C. Kurang Baik
2. Kesesuain penjelasan dengan materi ajar yang disampaikan oleh dosen :
A. Sangat Baik B. Baik C. Kurang Baik
3. Tingkat keaktifan dosen A. Sangat Baik B. Baik C. Kurang Baik
4. Jumah mahasiswa yang hadir : A. Semua hadir B. Ada yang tidak hadir
5. Jumlah mahasiswa yang tidak hadir A. 1--5 orang B. 6--10 orang
C. Lebih dari 10 orang
6. Sikap mahasiswa dalam menanggapi penjelasan dosen : A. Sangat Baik
B. Baik C. Kurang Baik
7. Keinginan mahasiswa untuk bertanya jika mereka belum memahami materi
ajar : A. Sangat Baik B. Baik C. Kurang Baik
8. Interaksi antarmahasiswa : A. Sangat Baik B. Baik C. Kurang Baik
9. Sikap dosen ketika memperbaiki kesalahan tata bahasa mahasiswa :
A. Sangat Baik B. Baik C. Kurang Baik
10. Sikap mahasiswa ketika memperbaiki kesalahan tata bahasa mereka :
A. Sangat Baik B. Baik C. Kurang Baik
11. Sikap mahasiswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan dosen kepada
mereka : A. Sangat Baik B. Baik C. Kurang Baik
2) Lembar Soal
Lembar soal adalah lembar kerja mahasiswa yang digunakan untuk
mengukur tingkat pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa. Lembar soal
42
yang berisi sepuluh nomor soal ini diberikan kepada siswa pada tahapan
tindakan.
STRUCTURE IV - TASK THREE
ERROR RECOGNITION WITH REASON TEST
Instruction:
Find the error based on the options A, B, C or D in column 2, then write it in
column 3. In column 4 you have to write the correct answer. In column 5 you
have to write the theoretical reason of the answers in columns 3 and 4.
No. Soal Jawab
an
Salah
Jawab
an
Benar
Alas
an
1 2 3 4 5
1. After being indicted for his part in a bank robbery,
A B
the reputed mobster decided find another attorney.
C D
2. Harry’s advisor persuaded his taking several courses
A
which did not involve
B C
much knowledge of mathematics.
D
3. The only teachers who were required to attend the
A B C
meeting were George, Betty, Jill and me.
D
4. The work performed by these officers are not
A B
43
worth our paying them any longer.
C D
5. The president went fishing after he has finished with
A B C D
the conferences.
6. Peter and Tom plays tennis every afternoon with
A B C
Mary and me.
D
7. There were a time that I used to swim five laps
A B
every day, but now I do not have enough time.
C D
8. He was drink a cup of coffee when the telephone
A B C
rang.
D
9. We called yesterday our friends in Boston to tell
A B C
them about the reunion that we are planning.
D
10. The children were playing last night outdoors when it
A B
began to rain very hard.
C D
44
3) Kuesioner
Kuesioner adalah instrumen yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan kepada mahasiswa untuk memeroleh data tentang kesulitan-
kesulitan yang mereka alami dalam memahami tata bahasa Inggris.
KUESIONERS
NAMA :………………………………………………..
NIM :………………………………………………..
KELAS :……………………………………………….
TANGGAL :………………………………………………
1. Menurut Anda faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dalam memahami tata bahasa Inggris, baik dalam hal pengajaran di kampus maupun motivasi anda sendiri? a……………………………………………………………………
b…………………………………………………………………..
c……………………………………………………………………
d……………………………………………………………………
2. Hal apa saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman bahasa Inggris tersebut? a……………………………………………………………………
b……………………………………………………………………
c……………………………………………………………………
d……………………………………………………………………
3. Menurut Anda apakah penerapan jenis tes Error Recognition with Reason Test dapat membantu Anda dalam memahami tata bahasa Inggris? Sejauh mana hal itu membantu Anda?
………………………………………………………………………
….…………………………………………………………………
45
3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode simak dan pengamatan langsung. Peneliti melakukan pengamatan dan
melihat langsung ke lokasi penelitian untuk memeroleh data. Menurut Sudaryanto
(1993:133), metode simak ini dapat disejajarkan dengan metode observasi.
Tahapan-tahapan dalam pengumpulan data adalah seperti di bawah ini.
1) Mengamati kelas dan staf pengajar yang dipilih diamati selama ± dua
bulan.
2) Mengamati dan mencatat teknik mengajar dan tingkat keaktifan
mahasiswa selama proses pembelajaran.
3) Memberikan lembar soal kepada mahasiswa untuk dikerjakan.
4) Menanyakan kesulitan yang dialami oleh mahasiswa.
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data
Menurut Sudaryanto (1993:6), analisis data adalah upaya peneliti
menangani langsung masalah yang terkandung dalam data. Metode analisis adalah
cara yang ditempuh peneliti untuk memahami permasalahan pemahaman tata
bahasa Inggris yang menjadi objek penelitian. Metode analisis data yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Menurut
Cohen dkk (2007: 461), metode kuantitatif adalah metode yang menggunakan
analisis angka (numerical analysis), sedangkan metode kualitatif adalah
pengorganisasian dan penjelasan data terkait situasi, pola, tema, kategori dan
kebisaaan.
46
Hasil tes dianalisis sebagai berikut.
Untuk kolom 3 dan 4 bernilai 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk
jawaban yang salah. Untuk menganalisis hasil tes dan pemahaman tata bahasa
Inggris mahasiswa dilakukan hal-hal berikut.
1) Nilai setiap mahasiswa dihitung dengan rumus:
untuk nilai pilihan ganda kolom 3 dan 4 (jawaban benar bernilai 1 dan
jawaban bernilai 0) untuk kajian pembelajaran dan pengajaran bahasa.
Rumusnya:
Jumlah jawaban benar X = x 100% Jumlah pertanyaan
2) Nilai rata-rata seluruh mahasiswa yang diteliti dihitung dengan rumus :
∑X
x = n
Keterangan : x : rata-rata
∑ : jumlah
X : nilai setiap siswa
n : jumlah siswa
47
Adapun kategori tingkat kemampuan mahasiswa dapat dilihat pada tabel
berikut.
No. Skor (%) Tingkat kemampuan
1 80% -- 100% Excellent (sangat baik)
2 65% -- 79% Good (baik)
3 56% -- 65% Fair (cukup)
4 40% -- 55% Poor (kurang)
5 0% -- 39% Very poor (sangat kurang)
Tabel 3.1 Kriteria Kemampuan Mahasiswa (Hamalik, 2001:120)
Data yang dikumpulkan pada kolom 5 selanjutnya dianalisis secara
kualitatif yang mengkaji bidang lingusitik. Pengajian data kualitatif disajikan
secara deskriptif interpretatif.
3.7 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Metode penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penyajian informal dan formal. Menurut Sudaryanto (1993:146),
metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata bisaa atau
menggunakan bahasa sejelas-jelasnya, sedangkan metode formal adalah
perumusan dengan tanda dan lambang-lambang.
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pra-tindakan
Observasi pada tahap pra-tindakan dilakukan pada Jumat, 15 Februari
2013 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi dan pemahaman tata
bahasa Inggris pada mahasiswa kelas IV K dalam mata kuliah Structure IV,
sebelum diaplikasikannya Error Recognition with Reason Test (ERWRT).
Mahasiswa di kelas ini berjumlah 35 orang dan semuanya hadir pada pra-tindakan
ini. Selama kegiatan ini peneliti bertindak sebagai pengamat dan menuliskan hasil
pengamatan pada lembaran observasi yang telah dipersiapkan.
Dari lembar observasi yang ada dapat dicatat bahwa penyampaian materi
yang diberikan oleh dosen dilakukan dengan baik dan ada kesesuaian penjelasan
dengan materi ajar yang disampaikan. Tingkat keaktifan mahasiswa kurang baik
yang dapat dilihat dari mahasiswa di bagian belakang kelas ada yang bercerita dan
hanya akan menjawab jika ditanya oleh dosen mereka. Sikap mahasiswa dalam
menanggapi penjelasan dosen dan keinginan mereka untuk bertanya jika belum
memahami materi ajar serta interaksi antarmahasiswa tergolong kurang baik
karena ada mahasiswa yang aktif dan ada pula yang kurang aktif dalam menyimak
penjelasan dosen. Sikap dosen ketika memperbaiki kesalahan tata bahasa
mahasiswa dan sikap mahasiswa ketika memperbaiki kesalahan tata bahasa
Inggris mereka tergolong baik. Sikap mahasiswa dalam mengerjakan tugas yang
diberikan oleh dosen masih kurang baik yang tampak dari adanya mahasiswa yang
belum mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan dan akhirnya dosen
49
memberikan waktu kepada mereka untuk menyelesaikannya sebelum soal tersebut
dibahas di dalam kelas. Mahasiswa mampu memberikan argumentasi atas pilihan
jawaban mereka, tetapi ketepatan jawaban itu sulit diukur karena tidak dituliskan
pada lembar jawaban dan hanya dituturkan/disampaikan secara lisan bersama-
sama sehingga sulit mengukur kemampuan per individu.
4.1.1 Hasil Tes Pra-tindakan
Pada pra-tindakan jenis tes yang diberikan adalah jenis tes Error
Recognition yang sering dipakai dalam Test of English as Foreign Language
(TOEFL). Jenis tes error recognition ini digunakan oleh dosen untuk melihat
pokok bahasan apa saja yang belum dipahami oleh mahasiswa setelah
mempelajari mata kuliah Structure I - III. Soal yang diujikan diambil dari buku
Advance Grammar in Use by Martin Hewings. Ada sepuluh nomor soal diujikan
yang meliputi pokok bahasan (1) singular verbs; (2) bukan count noun;
(3) preposition for; (4) reflexive pronoun; (5) embedded question: question word
+ subject + verb; sn 6 subject + auxiliary verb (negative) + either); (7) subject +
verb + complement + modifier; sn 8 other is an adjective when it appears before
a noun and can not be plural; (9) use simple past with the past perfect for two
activities that happened not at once; dan (10) have been that agrees with the
plural subject many theories or the agreement between subject and verb.
Jenis soal sebelum aplikasi Error Recognition with Reason Test (ERWRT)
No. Soal 1. Buying clothes are often a very-consuming practice
A B because those clothes that a person likes are rarely the ones that fit him C D or her.
50
2. Because they had spent too many time considering A B C the new contract, the students lost the opportunity to lease the apartment. D
3. These televisions are all too expensive for we to buy A B C at this time, but perhaps we will return later. D
4. After she had bought himself a new automobile, A B she sold her bicycle. C D
5. The next important question we have to decide A B is when do we have to submit the proposal. C D
6. George has not completed the assignment yet, and A B C Maria hasn’t neither. D
7. John decided to buy in the morning a new car, A B but in the afternoon he changed his mind. C D
8. Some of the plants in this store require very A little care, but this one needs much more sunlight B C than the others ones. D
9. After George had returned to his house, he was reading a book. A B C D
10. Many theories on conserving the purity of water A has been proposed, but not one has been as widely accepted at this one. B C D
Setelah jawaban mahasiswa diperiksa, nilai yang diperoleh pada kegiatan
pra-tindakan menunjukkan bahwa ada 11 orang mahasiswa yang memeroleh nilai
di bawah 55, atau belum mencapai nilai minimum sesuai dengan Standar
51
Ketuntasan Minimum (SKM) yang dipersyaratakan oleh Program Studi. Adapun
nilai pra-tindakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Tingkat Pemahaman Bahasa Inggris pada
Kegiatan Pra-tindakan
No.
No. Induk
Nama Mahasiswa
Nilai
2 4121 Servinus Supar 67,5 3 4169 Ni Putu Yeni Maharani 67,5 4 4298 I Wayan Wiranata 67,5 5 4456 Atika Fatimawati 60 6 4457 Ayu Wadnyani Diah Setyawati 55 7 4458 Fransiskus Sanur 75 8 4459 Gedi Ambeg Paramantani 35 9 4461 I Gede Budi Artawan 62,5 10 4462 I Gusti A Nym Nita Setia Dewi 27,5 11 4463 I Gusti Ngurah Putu Arya Suta Wiranatha 67.5 12 4464 I Made Sariyanta 92,5 13 4465 I Made Wahyu Pradana 92,5 14 4466 I Made Yogi Wahyu Semaradana 87,5 15 4467 I Putu Sinar Widnyana 92,5 16 4468 Ida Ayu Putu Sukrantari 45 17 4469 Ida Ayu Sasri Dewi 85 18 4470 Kadek Abdi Juana 60 19 4471 Kadek Edi Sumartha 79,5 20 4472 Luh Caka Fitri Nadiantari 75 21 4473 Luh Mari Yanti Dewi 45 22 4475 Ni Luh Putu Ning Septyarini 95 23 4476 Ni Kadek Elik Mandasari 47,5 24 4477 Ni Kadek Juliani 62,5 25 4478 Ni Komang Arini 90 27 4480 Ni Luh Ayu Putri R S 42,5 28 4481 Ni Luh Prihatini 90 29 4483 Ni Made Putu Eka Ariningsih 35 30 4484 Ni Nengah Maryanti 42,5 31 4485 Ni Putu Ayu Rikawati 66 32 4486 Ni Putu Linda Sundari Cintya Dewi 30,5 33 4487 Ni Putu Mas Aryani 85
52
34 4488 Ni Wayan Maya Minarti 33 35 4489 Ni Wayan Suci Andriani 55 36 4490 Ni Wayan Suwartini Muliadana 90 38 4574 Putu Ayuning January Punia Putri 50
Nilai rata-rata 64,4
Pada pra-tindakan nilai tertinggi 97,5 diperoleh 1 orang mahasiswa dan
nilai terendah 27,5 diperoleh 1 orang mahasiswa. Standar Nilai Ketuntasan
Minimum (SKM) yang dipersyaratkan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa
Inggris Universitas Mahasaraswati adalah 55. Hasil tes menunjukkan bahwa dari
35 orang mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Structure IV, 24 orang
mahasiswa yang nilainya melampaui SKM dan 11 orang mahasiswa yang nilainya
di bawah SKM. Nilai rata-rata dari pra-tindakan ini adalah 64,4. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa masih
rendah karena ada 30% mahasiswa yang nilainya belum memenuhi SKM. Sepuluh
soal yang dibahas pada kegiatan pra-tindakan ini sebelumnya diberikan sebagai
pekerjaan rumah dan dikumpulkan sebelum dibahas di dalam kelas. Kelemahan
dari pemberian tugas rumah ini adalah dosen tidak bisa menjamin bahwa tugas
tersebut dikerjakan oleh mahasiswa sendiri.
Hasil pra-tindakan juga menunjukkan bahwa tingkat pemahaman tidak
bisa diukur dengan baik karena jawaban soal hanya dituturkan dan hasil ini belum
bisa dijadikan acuan dalam mengukur tingkat pemahaman mahasiswa dalam
memahami tata bahasa Inggris. Dikatakan demikian karena jawaban dari soal
bentuk pilihan ganda ini tidak dapat sepenuhnya mencerminkan tingkat
pemahaman mahasiswa karena memiliki unsur spekulasi yang tinggi.
53
4.1.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Mahasiswa dalam Memahami Tata
Bahasa Bahasa Inggris
Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi mahasiswa dalam
memahami tata bahasa Inggris, mahasiswa diberikan kuesioner dengan pertanyaan
terbuka (seperti terlihat pada instrumen penelitian) untuk diisi berdasarkan
pengalaman mereka selama belajar bahasa Inggris. Berdasarkan hasil 32
kuesioner yang dikumpulkan dari mahasiswa secara umum ada lima faktor yang
memengaruhi tingkat pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa. Selanjutnya
kelima faktor tersebut dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan
eksternal. Ada tiga faktor internal yaitu (1) kurangnya kegiatan praktik berbahasa
yang dilakukan secara langsung dengan penutur asli/native speaker dan waktu
terbatas dalam me-review bahan ajar yang diberikan dosen; (2) kurangnya
penguasaan kosakata bahasa Inggris serta perubahan kata kerja yang sangat
membingungkan khususnya dalam tenses; (3) kurangnya rasa percaya diri karena
takut melakukan kesalahan saat berkomunikasi dan kesadaran dan upaya belajar
mahasiswa tentang pentingnya bahasa Inggris bagi masa depan. Ada dua faktor
eksternal yaitu (1) kurangnya fasilitas yang disiapkan oleh kampus misalnya
laboratorium bahasa dan (2) penyampaian materi ajar oleh dosen yang kurang
baik.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, ada dua laboratorium
bahasa yang telah disiapkan oleh kampus, setiap ruangnya mampu menampung 20
orang mahasiswa. Jumlah mahasiswa per kelas adalah 30 sampai 35 orang.
Laboratorium ini biasanya digunakan seminggu sekali khususnya pada matakuliah
54
Listening. Jumlah mahasiswa semester II dan IV adalah 915 orang. Ada dua
jadwal perkuliahan yang dilakukan di Unmas yaitu perkuliahan di pagi dan sore
hari. Ada sebelas kelas pada semester IV yang terdiri dari enam kelas pagi (Kelas
A--F) dan lima kelas sore (Kelas G--K). Hal ini menunjukkan bahwa dua ruang
laboratorium bahasa kurang mampu digunakan secara maksimal oleh 915 orang
mahasiswa. Dalam penyampaian materi di kelas, dosen pengampu telah
menyiapkan sepuluh nomor soal yang akan dibahas di dalam kelas. Soal-soal
tersebut diberikan kepada mahasiswa sebagai pekerjaan rumah dan akan
dikumpulkan dan dibahas pada pertemuan berikutnya. Setiap soal terdiri dari satu
pokok bahasan. Penyampaian materi di dalam kelas hanya dilakukan dengan
menggunakan soal-soal. Tidak tersedia buku sumber atau bahan ajar yang
diberikan kepada mahasiswa.
Dari faktor internal dan eksternal yang ada, dapat diurutkan sebagai
berikut : kurangnya pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa adalah kurangnya
penguasaan kosakata bahasa Inggris serta perubahan kata kerja yang sangat
membingungkan khususnya dalam tenses (55%), kurangnya kegiatan praktik
berbahasa yang dilakukan secara langsung dengan penutur asli/native speaker dan
waktu terbatas dalam me-review bahan ajar yang diberikan dosen (18%),
kurangnya rasa percaya diri karena takut melakukan kesalahan saat berkomunikasi
dan kesadaran dan upaya belajar mahasiswa tentang pentingnya bahasa Inggris
bagi masa depan (11%), kurangnya fasilitas yang disiapkan oleh kampus misalnya
laboratorium bahasa (10%), dan penyampaian materi ajar oleh dosen yang kurang
baik (6%).
55
Adapun hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman
tata bahasa Inggris adalah (1) melakukan praktik komunikasi langsung dengan
penutur asli/native speaker; (2) memanfaatkan waktu lebih banyak lagi untuk me-
review pelajaran sebelumnya; (3) lebih sering membaca kamus dan bacaan dalam
bahasa Inggris; (4) mempraktikkan langsung ke dunia kerja misalnya bidang
pariwisata; dan (5) harus memahami pola kalimat dalam bahasa Inggris dengan
baik dan benar.
4.2 Tindakan Siklus I
Setelah dilakukan pra-tindakan dapat ditemukan kendala yang ada dalam
mengukur tingkat pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa karena alasan hanya
dituturkan dan tidak dituliskan. Selanjutnya, untuk meningkatkan pemahaman tata
bahasa Inggris ini diterapkan ERWRT. Dengan penerapan ERWRT, alasan akan
ditulis dan dapat dijadikan data yang dapat dianalisis tata bahasanya.
4.2.1 Rencana Tindakan Siklus I
Setelah memeroleh hasil pra-tindakan diadakan diskusi dengan dosen
pengampu Structure IV untuk membicarakan persiapan pelaksanaan siklus I. Dari
hasil diskusi tersebut diputuskan untuk melaksanakan siklus I pada Jumat, 22
Februari 2013 dengan memberikan 10 nomor soal untuk diujikan pada tes awal
dan tes akhir. Jumlah soal yang diujikan dan dibahas meliputi pokok bahasan
(1) penggunaan simple present tense untuk present time with stative (linking)
verbs); (2) penggunaan past perfect untuk kejadian yang terjadi lebih dahulu pada
waktu lampau; (3) penggunaan simple past untuk waktu yang spesifik pada masa
56
lampau; (4) penggunaan reflexive pronoun; (5) penggunaan bukan count noun;
(6) penggunaan gerund (verb + ing) sesudah preposition; (7) penggunaan
possessive adjective sebelum gerund; (8) agreement of verbs antara kalimat utama
dan anak kalimat; (9) bentuk dari affirmative agreement rule; dan (10)
penggunaan gerund.
Pada pra-tindakan dosen memberikan 10 soal dengan pokok bahasan yang
berbeda sebagai pekerjaan rumah yang selanjutnya dibahas pada pertemuan
berikutnya. Seperti yang telah disinggung di depan, kelemahan dari pemberian
pekerjaan rumah ini adalah dosen tidak bisa menjamin bahwa pekerjaan yang
diberikan tersebut dikerjakan sendiri oleh mahasiswa. Di samping itu jawaban
yang diberikan hanya berupa pemilihan opsi tanpa penjelasan teoretis tentang
pemilihan opsi tersebut. Melihat kelemahan tersebut maka pada pelaksanaan
siklus I diputuskan bersama bahwa diujikan 10 buah soal menggunakan ERWRT
dengan pokok bahasan yang berbeda. Soal ini diberikan kepada mahasiswa pada
proses belajar mengajar, pada kegiatan tes awal dan tes akhir.
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada Jumat, 22 Februari 2013 diawali dengan tes
awal mengaplikasikan jenis tes ERWRT. Ada 29 orang mahasiswa yang hadir
pada pelaksaanan siklus I dari total 35 orang. Pelaksanaan kegiatan tes awal
dilakukan selama 20 menit. Setelah waktu yang ditentukan selesai lembaran soal
dikumpulkan kembali untuk diperiksa. Selanjutnya adalah kegiatan pembelajaran
dan pada kegiatan ini peneliti mengobservasi pelaksanaan tindakan, mencatat hal-
57
hal yang mendukung penilaian. Setelah kegiatan pembelajaran berakhir diadakan
kegiatan tes akhir selama 25 menit yang hasilnya dijadikan pembanding
peningkatan pemahaman mahasiswa. Hasil tindakan siklus I terdiri atas tiga
bagian yaitu hasil observasi siklus I, hasil tes siklus I dan refleksi siklus I.
4.2.2.1 Hasil Observasi Siklus I
Hasil observasi menunjukkan bahwa materi yang disampaikan oleh dosen
dilakukan dengan baik dan ada kesesuaian penjelasan dengan materi ajar yang
disampaikan. Tingkat keaktifan mahasiswa mulai membaik karena mahasiswa
yang duduk di bagian belakang kelas mulai memerhatikan penjelasan dosen
mereka. Sikap mahasiswa dalam menanggapi penjelasan dosen dan keinginan
mereka untuk bertanya mulai terlihat dan mereka menjadi lebih aktif dalam
menyimak penjelasan dosen. Sikap dosen ketika memperbaiki kesalahan tata
bahasa mahasiswa dan sikap mahasiswa ketika memperbaiki kesalahan tata
bahasa Inggris mereka tergolong baik. Mahasiswa mampu memberikan
argumentasi atas pilihan jawaban yang dituliskan pada kolom 5.
4.2.2.2 Hasil Tes Siklus I
Hasil tes awal dan tes akhir yang dilakukan terhadap mahasiswa setelah
merujuk pada kunci jawaban tes menunjukkan adanya peningkatan pemahaman
tata bahasa Inggris mahasiswa. Peningkatan pemahaman tata bahasa ini dianalisis
berdasarkan kesalahan pemilihan opsi jawaban salah pada kolom 3, jawaban benar
pada kolom 4, dan penulisan alasan teoretis pada kolom 5. Pemilihan opsi
jawaban yang salah pada kolom 3 dan penulisan jawaban benar pada kolom 4
terdiri atas empat kemungkinan yaitu: (1) opsi benar - jawaban benar; (2) opsi
58
benar – jawaban salah; (3) opsi salah – jawaban benar dan (4) opsi salah –
jawaban salah. Setiap jawaban benar pada kolom 3 bernilai 1 dan yang salah
bernilai 0, demikian juga dengan penulisan jawaban pada kolom 4, jawaban yang
benar memeroleh nilai 1 dan jawaban yang salah bernilai 0. Alasan pada kolom 5
dianalisis berdasarkan dua dimensi, yaitu isi dan tata bahasa. Kegiatan tes awal
dilakukan selama 20 menit dan kegiatan tes akhir selama 25 menit. Hasil tes awal
dan tes akhir siklus I adalah sebagai berikut.
Soal nomor 1 : K3 : K4 : The food that Mark is cooking in A B the kitchen is smelling delicious C D
C (is smelling) smells
Pada soal nomor 1 tidak ada kesalahan pada kolom 3, baik pada hasil tes awal
maupun tes akhir. Pada kolom 4 ada 4 jawaban yang salah yang dilakukan oleh 15
orang mahasiswa pada kegiatan tes awal dengan menuliskan jawaban: (1)
smelling; (2) smelled, (3) is smell, dan (4) smell. Pada kegiatan tes akhir ada 2
jawaban salah dan dilakukan oleh 3 orang mahasiswa dengan menuliskan jawaban
smell dan small.
Soal nomor 2 : K3 : K4 : After John eaten dinner, he wrote A B several letters, and went to bed. C D
A (eaten) had eaten
Pada soal nomor 2 tidak ada yang menjawab salah pada kolom 3 pada tes awal
dan tes akhir. Pada kolom 4 hasil tes awal menunjukkan ada 2 jawaban salah
59
yakni had ate dan ate yang dilakukan oleh 11 orang mahasiswa. Pada hasil tes
akhir juga ada 2 jawaban salah yang sama dan dilakukan oleh 3 orang mahasiswa.
Soal nomor 3 : K3 : K4 : The manager has finished working A B on the report last night, and now she begin C to write the proposal. D
A (has finished) finished
Pada soal nomor 3 tidak ada kesalahan pada kolom 3 pada hasil tes awal dan tes
akhir. Pada kolom 4 hasil tes awal menunjukkan ada 1 jawaban salah yang
dilakukan oleh 2 orang mahasiswa dengan jawaban has finish. Pada hasil tes akhir
kesalahan penulisan jawaban tidak ditemukan.
Soal nomor 4 : K3 : K4 : Because Sam and Michelle had done all the A B work theirselves, they were unwilling to give C D the result to Joan.
C (theirselves) themselves
Pada jawaban soal nomor 4, ada 1 kesalahan pemilihan opsi kolom 3 pada
kegiatan tes awal, tetapi tidak ditemukan kesalahan pada hasil tes akhirnya. Pada
kolom 4 ada 5 jawaban salah pada kegiatan tes awal dilakukan oleh 13 orang
mahasiswa dengan jawaban (1) them selves; (2) themselve; (3) themself; (4) by
themself; dan (5) unwell. Pada hasil tes akhir ada 2 jawaban salah dan dilakukan
oleh 2 orang mahasiswa dengan jawaban them selves dan themself.
60
Soal nomor 5 : K3 : K4 : Daniel said that if he had to do another homework A B tonight, he would not be able to attend the concert. C D
B (another) anymore
Pada soal nomor 5 pada hasil tes awal ada 2 kesalahan pada kolom 3, tetapi
kesalahan ini tidak ditemukan pada hasil tes akhir. Pada kolom 4 ditemukan 4
jawaban salah yang dilakukan oleh 9 orang mahasiswa pada kegiatan tes awal
dengan jawaban (1) other; (2) will; (3) any more dan (4) if only he had done.
Pada hasil tes akhir ditemukan 1 jawaban salah yang dilakukan oleh 3 orang
mahasiswa dengan jawaban any more.
Soal nomor 6 : K3 : K4 : After to take the medicine, the patient A B became drowsy and more manageable. C D
A (to take) taking
Pada soal nomor 6 ini tidak ada jawaban yang salah pada kolom 3 dan 4 yang
dilakukan oleh mahasiswa, baik pada kegiatan tes awal maupun tes akhir.
Soal nomor 7: K3 : K4 : We insist on you leaving the meeting before any A B C further outbursts take place D
(A) you your
Jawaban soal nomor 7 pada kolom 3 ada 2 kesalahan pemilihan opsi pada hasil
kegiatan tes awal, tetapi tidak ditemukan pada hasil tes akhir. Pada kolom 4 ada 2
jawaban salah yang dilakukan oleh 2 orang mahasiswa pada kegiatan tes awal
dengan menuliskan jawaban leaving dan to leave. Pada hasil kegiatan tes akhir
kesalahan ini tidak ditemukan.
61
Soal nomor 8: K3 : K4 : It has been a long time since we have talked to John, isn’t it? A B C D
D (isn’t it)
hasn’t it
Pada soal nomor 8 tidak ditemukan jawaban salah pada kolom 3 dan 4 baik pada
kegiatan tes awal maupun tes akhir.
Soal nomor 9 : K3 : K4 : Henry objects to our buying this house without the approval A B of the attorney and John does so. C D
D (John does so)
John does so or so does John
Pada soal nomor 9 tidak ada jawaban salah pada kolom 3 pada hasil tes awal dan
tes akhir. Pada hasil tes awal di kolom 4 ditemukan 1 jawaban salah yang
dilakukan oleh 10 orang mahasiswa dengan jawaban John does too dan jawaban
salah yang sama masih dituliskan oleh 4 orang mahasiwa pada hasil tes akhir.
Soal nomor 10 : K3 : K4 : Rita enjoyed to be able to meet several Congress members A B C during her vacation. D
A (to be)
being
Pada soal nomor 10 ini tidak ada jawaban yang salah yang diberikan oleh
mahasiswa baik pada kolom 3 maupun kolom 4, baik pada kegiatan tes awal
maupun tes akhir.
Dari pembahasan di atas dapat dilihat adanya kemajuan yang cukup berarti
dari tes awal ke tes akhir. Hal ini dapat dilihat pada perbandingan dari hasil tes
awal dan akhir pada kolom 3 dan 4 siklus I.
62
Tabel 4.2 Daftar Nilai Tes Awal dan Tes Akhir K3 dan K4 Siklus I
No absen
Tes awal Tes akhir K3 K4 K3 K4
2 100 80 100 100 3 100 90 100 90 5 100 80 100 100 7 100 70 100 90 8 100 70 100 100 9 80 70 100 100 10 100 70 100 100 11 100 100 100 90 12 100 80 100 100 13 100 70 100 100 14 100 90 100 90 17 80 50 100 90 18 100 70 100 100 19 100 80 100 100 21 100 70 100 100 22 100 90 100 100 23 100 80 100 100 24 100 70 100 90 27 100 90 100 100 28 80 70 100 100 29 100 90 100 100 30 100 90 100 100 31 100 80 100 100 32 100 90 100 100 33 100 80 100 100 34 100 80 100 100 35 100 80 100 100 36 100 90 100 90 38 100 100 100 100
Nilai rata-rata
97,9 80 100 97,5
Dari daftar nilai siklus I yang diikuti oleh 29 orang mahasiswa hasil
kegiatan tes awal kolom 3 tampak ada 3 orang mahasiswa yang memeroleh nilai
80 dan 26 orang mahasiswa memeroleh nilai 100. Pada kolom 4 ada 1 orang
mahasiswa yang memeroleh nilai 50; 9 orang mahasiswa yang memeroleh nilai
63
70; 9 orang mahasiswa yang memeroleh nilai 80; 8 orang mahasiswa memeroleh
nilai 90; dan 2 orang mahasiswa yang memeroleh nilai 100. Hal ini menunjukkan
bahwa berdasarkan hasil tes awal diketahui ada 1 orang mahasiswa yang
memeroleh nilai di bawah SKM yang dipersyaratkan, yaitu 55.
Hasil kegiatan tes akhir menunjukkan pada kolom 3 semua mahasiswa
memeroleh nilai 100. Pada kolom 4 menunjukkan ada 7 orang mahasiswa yang
memeroleh nilai 90; dan 22 orang mahasiswa yang memeroleh nilai 100. Hal ini
menunjukkan bahwa berdasarkan hasil tes akhir diketahui tidak ada mahasiswa
yang memeroleh nilai di bawah nilai ketuntasan minimum. Nilai rata-rata kolom 3
pada hasil kegiatan tes awal adalah 97,9 meningkat menjadi 100 pada hasil tes
akhir. Nilai rata-rata kolom 4 pada hasil tes awal adalah 80 meningkat menjadi
97,5 pada hasil tes akhir. Lebih lanjut nilai yang diperoleh mahasiswa pada
kegiatan tes awal dan tes akhir baik nilai pada kolom 3 dan 4 serta nilai rata-rata
kolom 3 dan 4. Pemaparan melalui grafik dipisahkan menjadi tiga bagian yaitu
nilai tes awal, nilai tes akhir dan nilai rata-rata tes awal dan tes akhir sehingga
dapat dilihat secara rinci adanya peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris.
Lebih lanjut dapat dilihat pada tiga grafik di bawah ini.
64
Grafik 4.1 Hasil Tes Awal Siklus I K3 dan K4
Grafik 4.2 Hasil Tes Akhir Siklus I K3 dan K4
0
5
10
15
20
25
30
50 60 70 80 90 100
K3
K4
0
5
10
15
20
25
30
35
90 100
K3
K4
65
Grafik 4.3 Nilai Rata-rata K3 dan K4 (Hasil Tes Awal dan Tes Akhir)
Dari hasil pra tindakan dari 35 orang mahasiswa ditemukan ada 11 orang
mahasiswa yang tidak memenuhi SKM dan nilai rata-ratanya adalah 64,4. Pada
tes akhir kolom 3 dan 4 siklus I, nilai dari 29 mahasiswa yang mengikuti tes
memenuhi SKM. Nilai rata-rata kolom 3 dan 4 adalah 100 dan 97,5. Untuk
mengetahui perbedaan nilai tes dan nilai rata-rata pra-tindakan serta hasil tes akhir
kolom 3 dan 4 dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
0
20
40
60
80
100
120
Tes Awal Tes Akhir
K3
K4
66
Grafik 4.4 Perbandingan Nilai dan Nilai rata-rata Pra-tindakan dan Siklus I
Selanjutnya kesalahan yang ada pada kolom alasan (kolom 5) dianalisis
dari aspek lingusitiknya, yang terdiri dari 2 dimensi yaitu isi dan tata bahasa
dengan tiga kemungkinan jawaban: (1) Isi Salah – Tata Bahasa Salah (IS-TBS);
(2) Isi Benar – Tata Bahasa Salah (IB-TBS); dan (3) Isi Benar – Tata Bahasa
Benar (IB-TBB). Kesalahan tata bahasa selanjutnya dilihat dari kesalahan
berdasarkan pattern (verbs, pronouns, nouns, adjectives) atau style (parallel
structure, agreement). Ada pula tiga kesalahan non tata bahasa yaitu Kesalahan
Ejaan (KE), Kesalahan Diksi (KD) dan Tidak Menuliskan Jawaban (TMJ). Jenis
kesalahan yang ditemukan pada siklus I adalah sebagai berikut.
1) IS-TBS
Contoh kesalahan ini dapat dilihat pada soal nomor 5 “Daniel said that if
he had to do another homework tonight, he would not be able to attend the
concert”. Pilihan jawaban salah adalah another dan harus digantikan dengan
0
20
40
60
80
100
120
Pra-tindakan Kolom 3 Kolom 4
< SKM (orang)
>SKM (orang)
Nilai Rata-rata
67
anymore dengan alasan “ another can not be used with bukan count noun such
as homework’. Contoh jawaban salah adalah
(1) We change because that was wrong and change the meaning.
(2) Because the next sentence continue by simple past and haven’t happened
yet.
(3) Because if same like negative sentence so should be use ‘any’.
2) IB-TBS
Ada enam kesalahan IB-TBS yang ditemukan pada siklus I.
a) Ketidaksesuaian Subyek dan Verba.
Contoh kesalahan ini adalah
(1) Smelled link verb.
(2) Because it use lingking verb in the sentences.
(3) Smell don’t need –ing form.
(4) It use past perfect tense.
(5) If there are two events happen in the past, the first event should use
past perfect tense.
(6) That use simple past.
Menurut Ehrlich (2004:36), verba (verb) adalah kata atau kata-kata yang
menggambarkan tindakan atau keadaan subjek dari sebuah kalimat. Kata kerja
tersebut membuat sebuah pernyataan tentang subjeknya. Pola kalimat dalam
simple present tense bahasa Inggris adalah ‘subject + verb 1 + object’, kalimat
dengan subyek I, you, we, they + verb 1, contohnya ‘I eat some bread’, dan pada
kalimat dengan subjek diri ketiga tunggal atau dengan pronomina ketiga tunggal
68
atau benda, misalnya Hendry, Sue, he, she, dan it, kata kerja harus ditambahkan
s/es, contohnya She eats some bread atau Hendry teaches English. Jawaban
benar adalah
(1a) The word “smells” is a linking verb.
(2a) Because it uses linking verb in the sentences.
(3a) The word “smells” does not need –ing form.
(4a) It uses past perfect tense because it tells about the activity or event that
happened first.
(5a) If there were two events happened in the past, the first event should be in
past perfect tense.
(6a) That uses simple past because it has specific adverb of time ‘last night’
b) Kesalahan Penggunaan Preposisi.
Contoh kesalahan ini adalah
(1) Because it must be changed by possessive adjective.
(2) Because the reflective pronoun.
(3) In question tag the aux (has) must in the end of the sentence.
Menurut Ehrlich (2004:119-126) preposisi (kata depan) adalah kata yang
mengandung posisi, arah, waktu, dan hal abstrak yang lain, berfungsi
menghubungkan obyeknya dengan elemen kalimat yang lain. Ada sepuluh
preposisi yang paling sering digunakan yaitu at, by, for, from, in, of, on, to, with
dan because of. Contoh penggunaan peposisi dalam kalimat adalah: I will be home
at 10 tonigh, we bought a new book for her, dan because of the cold weather, we
stayed home. Jawaban benar adalah sebagai berikut.
69
(1b) Because it must be changed with possessive adjective which is followed
by noun.
(2b) It is because of reflexive pronoun.
(3b) In question tag the auxiliary verb (has) must be at the end of the
sentence.
c) Kesalahan Penggunaan Artikel.
Contoh kesalahan ini adalah
(1) Because that is an linking verb.
(2) Because this sentence is kind of elliptical construction.
Menurut Ehrlich (2004:33) ada dua jenis kata sandang (article): definite
(penentu) dan indefinite (tak tentu). Kata sandang adalah modifiers nomina (kata
benda) dan pronomina (kata ganti). Kata sandang penentu adalah the, yang
digunakan untuk menunjukkan kelompok khusus kata benda atau pronomina,
contohnya George Bush is the president of USA. Kata sandang tak tentu adalah a
dan an. Kata sandang a digunakan di depan kata yang dimulai dengan
konsonan/berbunyi konsonan, contohnya He used a hammer to nail the board atau
He graduated from a university in USA. Kata sandang an digunakan di depan kata
yang dimulai dengan vokal/berbunyi vokal contohnya I bought an apple atau He
is an honest man. Jawaban benar adalah
(1c) Because that is a linking verb.
(2c) Because this sentence is a kind of elliptical construction.
70
d) Kesalahan dalam Pembentukan Kalimat Pasif.
Contoh kesalahan ini adalah
(1) Because after is preposition and the word after have to follow by gerund.
(2) After preposition ‘after’ must followed by gerund.
(3) Because after anymore should followed by uncountable noun.
(4) Because homework is uncountable noun must be follow by any more.
Menurut Eirlich (2004:45) bentuk kalimat pasif adalah bentuk kalimat
yang memiliki be/modals+be yang diikuti oleh past participle, contohnya
politicians are perceived by the voters in various ways, atau the meals will be
delivered to the homeless when they are ready. Jawaban benar adalah sebagai
berikut.
(1d) Preposition must be followed by gerund.
(2d) After preposition ‘after’ must be followed by gerund.
(3d) Because anymore should be followed by uncountable noun.
(4d) Because homework is uncountable noun, so it must be followed by
anymore.
e) Kesalahan Penggunaan to be.
Contoh kesalahan ini adalah sebagai berikut.
(1) Because gerund always beside preposition.
(2) It is a kind of question tag so the first auxiliary should same with the next
negative auxiliary.
(3) The word is uncountable noun it must anymore.
71
Menurut Eirlich (2004:38) to be adalah kata kerja kopulatif yang
fungsinya menghubungkan subyek dan obyek contohnya ‘now you are a man’,
‘are’ adalah kata kerja kopulatif yang menghubungkan you dan man. Kata kerja
be, dalam semua bentuknya adalah kopulatif kecuali jika digunakan sebagai
auxiliary verb/kata kerja bantu, contohnya she is helping her parents. Jawaban
benar adalah sebagai berikut.
(1e) Because gerund is always after preposition.
(2e) It is a kind of question tag so the first auxiliary should be the same with
the next negative auxiliar.
(3e) ‘Homework‘ is uncountable noun, so it must be anymore.
f) Penggunaan Verba Ganda.
Contoh kesalahan ini adalah
(1) The sentence should be use past tense.
(2) Because it is should be in simple past tense.
Menurut Ehrlich (2004:40) kata kerja bantu (auxiliary verb) digunakan
bersama kata kerja lain untuk membentuk perubahan waktu, kalimat aktif/pasif,
dan suasana (moods) kata kerja tersebut. Auxiliary verbs yang paling umum
adalah be, do, dan have. The auxiliary verbs yang lainnya adalah can, may, will,
shall, must, ought, might, could, should, dan would yang bisaa disebut modals.
Modals selalu diikuti oleh kata kerja bentuk pertama (verb 1) contohnya I can
play guitar. Jawaban benar adalah sebagai berikut.
(1f) It should be in simple past because ’last night’ is specific adverb of time
(2f) Because it should be in simple past tense.
72
3) IB-TBB
Jenis jawaban ini adalah jawaban benar menurut isi dan tata bahasanya.
Contoh jawaban ini dapat dilihat pada soal nomor 4 “Because Sam and Michelle
had done all the work theirselves, they were unwilling to give the result to Joan”.
Jawaban yang salah adalah theirselves dan jawaban yang benar adalah themselves
dengan alasan themselves is the correct reflexive pronoun of they. Contoh jawaban
yang dituliskan mahasiswa adalah sebagai berikut.
(1) Because ‘themselves’ is the appropriate form of reflexive pronoun of they.
(2) It uses reflexive pronoun ‘themselves’ and refers to Sam and Michelle.
(3) Because that is reflexives pronoun. So it supposed to be themselves.
KE pada siklus I dapat dilihat pada kalimat berikut ini (1) ‘it must be in
geround form, (2) Because it is elipstical construction when we use so the
sentence is so does John, dan (3) ‘enjoyed is one of the lingking verb that has to
use gerund after using this word’. Jawaban benar adalah (1) after preposition it
must be in gerund form, (2) because it is elliptical construction/affirmative
agreement when we us so the sentence is so does John, dan (3) ‘enjoyed’ is one of
the linking verbs that must be followed by gerund.
KD adalah kesalahan pemilihan kata dalam kalimat. KD yang ditemukan
pada siklus I adalah (1) because there are two past events so one of them should
be past perfect, (2) because the first sentence is in the past perfect tense,
(3) possessive pronoun of they is themselves, dan (4) the word is uncountable
noun. Jawaban benar adalah (1) ‘because there are two past events so first event
must be in past perfect tense, (2) ‘because the first activity must be in the past
73
perfect tense, (3) reflexive pronoun of they is themselves, dan (4) ‘homework’ is
uncountable noun.
Jenis kesalahan TMJ siklus I dari sepuluh buah soal yang dikerjakan oleh
29 orang mahasiswa, pada tes awal kesalahan TMJ ditemukan pada 14 nomor soal
dan berkurang menjadi 1 nomor soal pada hasil tes akhir. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa dengan
mulai mencoba menuliskan jawaban mereka pada kolom 5 dan memanfaatkan
waktu tes dengan sebaik-baiknya.
Lebih lanjut, hasil jenis kesalahan pada kolom 5 dipilah per nomor soal
untuk mengetahui pokok bahasan mana yang perlu mendapatkan perhatian pada
proses belajar mengajar selanjutnya. Selain itu dapat pula dilihat peningkatan
pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa melalui jumlah kesalahan baik
kesalahan tata bahasa maupun bukan tata bahasa pada tes awal dan tes akhir. Hal
ini perlu dilakukan agar proses belajar mengajar menjadi lebih komunikatif dan
efektif. Adapun hasil siklus I kolom 5 dapat dilihat tabel di bawah ini.
Tabel 4.3 Jumlah Kesalahan Kolom 3 dan 4 serta Jenis Jawaban K5-SI
No. Soal
Pokok Bahasan Jumlah kesalahan
K3
Jumlah kesalahan
K4
Jumlah Jenis Jawaban - K5
Tes awal
Tes akhir
Tes awal
Tes akhir
Jenis Jawaban
Tes awal
Tes akhir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. Penggunaan
simple present tense untuk present time with stative (linking) verbs)
0 0 15 3 IS-TBS 7 6 IB-TBS 10 7 IB-KTB 6 16
KE 1 1 KD 1 1 TMJ 0 0
74
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2. Penggunaan past
perfect untuk kejadian yang terjadi lebih dahulu pada waktu lampau
0 0 11 3 IS-TBS 15 13 IB-TBS 12 9 IB-KTB 2 6
KE 1 0 KD 1 0 TMJ 0 0
3. Penggunaan simple past untuk waktu yang spesifik pada masa lampau
0 0 2 0 IS-TBS 21 18 IB-TBS 8 5 IB-KTB 2 5
KE 0 0 KD 3 1 TMJ 0 0
4. Penggunaan reflexive pronoun
1 0 13 2 IS-TBS 15 12 IB-TBS 9 7 IB-KTB 1 9
KE 1 0 KD 0 0 TMJ 1 0
5. Penggunaan bukan count noun
2 0 9 3 IS-TBS 17 15 IB-TBS 8 3 IB-KTB 1 13
KE 1 1 KD 0 1 TMJ 1 0
6. Penggunaan gerund (verb + ing) sesudah preposition
0 0 0 0 IS-TBS 12 9 IB-TBS 11 6 IB-KTB 6 15
KE 1 0 KD 3 0 TMJ 1 0
7. Penggunaan possessive adjective sebelum gerund
2 0 2 0
IS-TBS 17 15 IB-TBS 6 3 IB-KTB 2 7
KE 2 1 KD 0 0 TMJ 6 0
75
1 2 3 4 5 6 7 8 9 8. Agreement of
verbs antara kalimat utama dan anak kalimat
0 0 0 0 IS-TBS 12 10 IB-TBS 10 3 IB-KTB 2 6
KE 1 1 KD 1 1 TMJ 2 0
9. Bentuk dari affirmative agreement rule
0 0 10 4 IS-TBS 10 8 IB-TBS 10 3 IB-KTB 6 15
KE 1 0 KD 2 1 TMJ 2 0
10. Penggunaan gerund
0 0 0 0 IS-TBS 10 8 IB-TBS 8 6 IB-KTB 1 6
KE 1 1 KD 0 1 TMJ 1 1
Dari hasil jenis jawaban pada kolom 5 dapat disimpulkan bahwa pokok
bahasan yang harus mendapat perhatian untuk proses belajar mengajar selanjutnya
adalah penggunaan simple past untuk waktu yang spesifik pada masa lampau (soal
nomor 3). Dari tabel di atas dapat dilihat adanya perkembangan yang kurang
signifikan, contohnya pada jenis kesalahan IS-TBS berkurang dari 21 kesalahan
menjadi 18, kesalahan IB-TBB berkurang dari 8 kesalahan menjadi 5, dan KE
berkurang dari 3 menjadi 1. Demikian pula jenis jawaban IB-TBB, bertambah
dari 2 jawaban benar menjadi 5. Pokok bahasan yang menunjukkan peningkatan
pemahaman tata bahasa Inggris adalah Pengunaan bukan count noun (nomor 5).
Pada soal ini ditemukan 17 kesalahan IS-TBS pada tes awal, berkurang menjadi
15 kesalahan, demikian juga kesalahan IB-TBS berkurang dari 8 kesalahan
76
menjadi 3. Bahkan pada jawaban IB-TBB meningkat dari 1 jawaban benar
menjadi 13. Lebih lanjut, analisis per pokok bahasan difokuskan pada analisis
kesalahan tata bahasa IB-TBS untuk mengetahui jenis kesalahan tata bahasa yang
lebih banyak dilakukan oleh mahasiswa untuk dijadikan rujukan sebagai fokus
pembahasan pada proses belajar mengajar selanjutnya. Jenis dan tingkat kesalahan
IB-TBS dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4 Analisis Kesalahan Tata Bahasa IB-TBS – Siklus I
No Jenis Kesalahan Jumlah Jawaban Tes Awal Tes Akhir
1 Ketidaksesuaian Subject dan Verba 45 30 2 Kesalahan dalam Pembentukan Kalimat Pasif 15 9 3 Kesalahan Penggunaan Preposisi 9 6 4 Kesalahan Penggunaan to be 12 5 5 Penggunaan Verba Ganda 5 3 6 Kesalahan Penggunaan Artikel 4 1
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kesalahan Ketidaksesuaian Verba dan
Kata Kerja perlu mendapat perhatian lebih pada proses pembelajaran selanjutnya
karena merupakan jenis kesalahan tata bahasa yang paling sering dilakukan
mahasiswa (30 kesalahan pada tes akhir) dibandingankan jenis kesalahan lainnya.
4.2.2.3 Refleksi Siklus I
Hasil siklus I menunjukkan adanya peningkatan pemahaman tata bahasa
Inggris mahasiswa yang dapat dilihat dari perbandingan hasil tes awal dan tes
akhir. Nilai terendah tes awal K3 dan K4 adalah 80 dan 50 meningkat menjadi
100 dan 90 pada hasil tes akhir. Nilai rata-rata tes awal K3 dan K4 adalah 97,9
dan 80, meningkat menjadi 100 dan 97,5 pada hasil tes akhir. Dari hasil tindakan
siklus I dari aspek pembelajaran dapat disimpulkan bahwa semua mahasiswa telah
77
melampaui nilai 55 sebagai nilai SKM. Akan tetapi dari aspek linguistik masih
perlu dilakukan pelaksanaan siklus II karena hasil siklus I menunjukkan ada enam
kesalahan tata bahasa, serta kesalahan non tata bahasa yaitu KE, KD dan TMJ.
Dari enam kesalahan tata bahasa yang dituliskan pada kolom 5, ketidaksesuaian
subjek dan verba merupakan jenis kesalahan yang sering dilakukan oleh
mahasiswa. Refleksi peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris dapat perbedaan
tingkat kesalahan dan jawaban benar K3, K4 dan K5 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4.5 Perbedaan Tingkat Kesalahan dan Jawaban Benar K3, K4 dan K5
( Tes Awal/1 dan Tes Akhir/2 - Siklus I)
K3 K4 K5 1 2 1 2 IS-TBS IB-TBS IB-TBB KE KD TMJ
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 5 0 62 15 136 114 90 54 29 105 10 5 11 7 14 5
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada peningkatan pemahaman tata
bahasa Inggris, contohnya pada kolom 4 pada tes awal ditemukan 62 kesalahan
penulisan jawaban meningkat hanya 15 kesalahan pada tes akhir. Contoh
lainnya, pada kolom 5 jenis jawaban IB-TBB pada tes awal ditemukan 29
jawaban benar meningkat menjadi 105 pada hasil tes akhir. Demikian pula dengan
kesalahan bukan tata bahasa seperti KE, pada tes awal ditemukan 10 kesalahan
berkurang menjadi 5 kesalahan. Berdasarkan data tabel 4.4 kesalahan tata bahasa
yang perlu mendapat perhatian lebih pada proses belajar mengajar selanjutnya
adalah Ketidaksesuaian Verba dan Kata Kerja.
78
4.3 Tindakan Siklus II
4.3.1 Rencana Tindakan Siklus II
Setelah memeroleh hasil siklus I yang menunjukkan ada enam kesalahan
tata bahasa khususnya Ketidaksesuaian Subjek dan Verba yang merupakan
kesalahan yang paling sering dilakukan oleh mahasiswa, serta kesalahan non tata
bahasa (KE, KD dan TMJ) maka dipandang perlu melaksanakan siklus II. Oleh
karena itu diadakan diskusi dengan dosen pengampu untuk membicarakan
persiapan pelaksanaan siklus II. Dari hasil diskusi tersebut diputuskan untuk
melaksanakan siklus II pada Jumat, 1 Maret 2013 dengan memberikan 10 nomor
soal untuk diujikan pada tes awal dan tes akhir. Pokok bahasan yang mendapat
perhatian dan pengulangan pembahasan adalah kesesuaian antara subjek dan
verba. Pengulangan pokok bahasan ini dilakukan dengan memberikan tiga nomor
soal pada bahan yang akan diujikan. Pada diskusi tersebut dipersiapkan bahan
ajar, review pokok bahasan yang perlu diajarkan kembali dan memperbanyak soal
tes. Soal yang diujikan meliputi pokok bahasan (1) penggunaan to infinite; (2)
penggunaan verb 1 + complement pronoun + infinitive; (3) penggunaan subject
pronoun sesudah verb be; (4) kesesuaian subject dan verb; (5) penggunaan past
perfect for the past action that happened first; (6) dan (7) adalah kesesuaian
subject dan verb; (8) penggunaan past progressive/past continuous (was/were +
(verb + ing); (9) urutan yang benar dalam kalimat subject/verb/
complement/modifier; dan (10) urutan modifier yang benar dalam kalimat yaitu
modifier of place + modifier of time.
79
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Siklus II dilakukan pada Jumat, 1 Maret 2013. Jumlah mahasiswa yang
hadir pada pelaksaanan siklus II adalah 32 orang dari total 35 orang mahasiswa.
Pelaksaan kegiatan tes awal dilakukan selama 25 menit. Setelah waktu yang
ditentukan selesai lembaran soal dikumpulkan kembali dan dilanjutkan dengan
diskusi dan tanya jawab yang membahas tentang pokok bahasan dari setiap soal.
dalam proses belajar mengajar ini dosen dan mahasiswa mulai terbiasa
menggunakan ERWRT. Setelah selesai membahas semua soal dilanjutkan dengan
tes akhir yang dilakukan selama 25 menit.
4.3.2.1 Hasil Observasi Siklus II
Pada pelaksaan siklus II, mahasiswa lebih aktif dan mulai terbisaa dengan
jenis tes ERWRT. Mereka lebih aktif bertanya dan memberikan alasan atas
jawaban mereka jika jawaban mereka berbeda dengan mahasiswa lainnya atau
mereka berani bertanya kepada dosen jika mereka merasa ragu atas jawaban yang
dianggap benar tersebut. Dosen memberikan kesempatan kepada setiap
mahasiswa untuk memberikan pendapat mereka jika merasa jawaban yang
diberikan dianggap benar dan selanjutnya dosen memberikan penjelasan teoretis
tentang pokok bahasan tersebut. Dalam kegiatan proses belajar mengajar ini
mahasiswa mulai antusias memberikan pendapat mereka.
4.3.2.2 Hasil Tes Siklus II
Hasil tes awal dan tes akhir yang dilakukan terhadap mahasiswa setelah
merujuk kepada kunci jawaban tes menunjukkan adanya peningkatan pemahaman
tata bahasa Inggris. Peningkatan pemahaman tata bahasa ini dilihat berdasarkan
80
kesalahan pemilihan opsi jawaban salah pada kolom 3, penulisan jawaban benar
pada kolom 4, dan penulisan alasan teoretis pada kolom 5. Penilain atas pilihan
jawaban pada kolom 3 dan penulisan jawaban benar pada kolom 4 dilakukan sama
seperti pada pelaksaan pada siklus I. Jawaban kolom 3 dan 4 adalah sebagai
berikut.
Soal nomor 1: K3 : K4 : After being indicated for his part in a bank robbery, A B the reputed mobster decided find another attorney. C D
D (find) to find
Pada soal nomor 1 pada hasil tes awal di kolom 3 tidak ditemukan jawaban yang
salah. Namun pada kolom 4 terdapat dua kesalahan yang dilakukan oleh tujuh
orang mahasiswa, yaitu jawaban ‘found’ dan ‘to find/finding’. Pada hasil kegiatan
tes akhir tidak ditemukan kesalahan pada kolom 3 dan kolom 4.
Soal nomor 2: K3 : K4 : Harry’s advisor persuaded his taking several A courses which did not involve B C much knowledge of mathematics. D
A (his taking) him to take
Pada soal nomor 2 pada hasil tes awal di kolom 3 tidak ditemukan pilihan
jawaban yang salah pada hasil tes awal dan tes akhir. Pada kolom 4 terdapat 6
kesalahan yang dilakukan oleh dua puluh orang mahasiswa, yaitu jawaban (1) him
in taking, (2) him take, (3) him taking, ( 4) to take, (5) to take his, dan (6) his to
take. Pada hasil kegiatan tes akhir ditemukan dua kesalahan di kolom 4 yang
81
dilakukan oleh dua orang mahasiswa dengan menuliskan jawaban (1) his to take;
dan (2) his to talk.
Soal nomor 3: K3 : K4 : The only teachers who were require to attend the meeting A B C were George, Betty and me. D
D (me) I
Pada soal nomor 3 pada hasil tes awal di kolom 3 ada 22 orang mahasiswa yang
memilih opsi yang salah yaitu 13 orang yang memilih opsi A, 5 orang mahasiswa
memilih opsi B, dan 4 orang mahasiswa memilih opsi C. Pada kolom 4 ada
sembilan kesalahan yaitu (1) who, (2) the, (3) who were, (4) to attended, (5) the
only , (6) only, (7) the without only , (8) to attending, dan (9) teachers. Pada hasil
kegiatan tes akhir tidak ditemukan kesalahan pada kolom 3. Pada hasil tes akhir
kolom 4 ditemukan 1 orang mahasiswa tidak menuliskan jawaban.
Soal nomor 4: K3 : K4 : The work performed by these officers are not A B worth our paying them any longer. C D
B (are) Is
Pada soal nomor 4 pada hasil tes awal di kolom 3 ada 5 orang mahasiswa yang
memilih opsi yang salah dimana 2 orang yang memilih opsi A, dan 3 orang
mahasiswa memilih opsi C. Pada kolom 4 ada 5 kesalahan yang dilakukan oleh 27
orang mahasiswa dengan menuliskan jawaban (1) those officers; (2) worth us
paying; (3) worth of us paying; (4) were; dan (5) was. Pada hasil kegiatan tes
akhir ditemukan 1 kesalahan pilihan opsi pada kolom 3 yaitu pilihan opsi A, dan
ada 1 orang mahasiswa tidak menuliskan jawaban di kolom 4.
82
Soal nomor 5: K3 : K4 : The president went fishing after he has finished A B C D with the conferences.
C (has finished)
had finished
Pada soal nomor 5 pada hasil tes awal dan tes akhir di kolom 3 tidak ada
mahasiswa yang memilih opsi yang salah. Pada kolom 4 ada dua kesalahan yang
dilakukan oleh 25 orang mahasiswa dengan menuliskan jawaban ‘ finished’ dan
‘to finished’. Pada hasil kegiatan tes akhir ada empat orang mahasiswa masih
menuliskan jawaban salah pada kolom 4 yaitu ‘finished’.
Soal nomor 6: K3 : K4 : Peter and Tom plays tennis every afternoon with A B C Mary and me D
A (plays) Play
Pada soal nomor 6 pada hasil tes awal di kolom 3 ada tiga orang mahasiswa yang
memilih opsi yang salah yaitu pilihan opsi D. Pada kolom 4 ada satu kesalahan
yang dilakukan oleh tiga orang mahasiswa dengan menuliskan jawaban ‘Mary
and I’. Pada hasil kegiatan tes akhir tidak ditemukan kesalahan pilihan opsi pada
kolom 3 dan jawaban yang salah pada kolom 4.
Soal nomor 7: K3: K4: There were a time that I used to swim five laps every day, A B C but now I do not have enough time. D
A (were) Was
Pada soal nomor 7 pada hasil tes awal di kolom 3 ada sebelas orang mahasiswa
yang memilih opsi yang salah, yaitu pilihan opsi C. Pada kolom 4 ada tiga
kesalahan yang dilakukan oleh sebelas orang mahasiswa dengan menuliskan
83
jawaban (1) every day, (2) everyday, dan (3) day. Pada hasil kegiatan tes akhir
ditemukan satu kesalahan pilihan opsi pada kolom 3, yaitu opsi C dan kesalahan
penulisan jawaban oleh satu orang mahasiswa dengan jawaban ‘everyday’ pada
kolom 4.
Soal nomor 8: K3: K4: He was drink a cup of coffee when the telephone rang. A B C D
A (was drink)
was drinking
Pada soal nomor 8 pada hasil tes awal di kolom 3 ada lima orang mahasiswa yang
memilih opsi yang salah, yaitu pilihan opsi D. Pada kolom 4 ada delapan
kesalahan yang dilakukan oleh 21 orang mahasiswa dengan menuliskan jawaban
(1) was dringking, (2) drank, (3) ringing, (4) were drinking, (5) were dringking,
(6) were drunk, (7) drunk, dan (8) was drink. Pada hasil kegiatan tes akhir tidak
ditemukan kesalahan pilihan opsi pada kolom 3, tetapi pada kolom 4 ada enam
orang mahasiswa yang menuliskan jawaban yang salah, yaitu (1) were drinking,
(2) were dringking, (3) was dan (4) was drank.
Soal nomor 9: K3: K4: We called yesterday our friends in Boston A B to tell them about the reunion that we C D are planning.
B (yesterday our friends in Boston)
our friends in Boston yesterday
Pada soal nomor 9 pada hasil tes awal di kolom 3 ada empat orang mahasiswa
yang memilih opsi yang salah yaitu pilihan opsi C. Pada kolom 4 ada empat
kesalahan yang dilakukan oleh delapan orang mahasiswa dengan menuliskan
jawaban (1) our friend, (2) to told, (3) ringing, dan (4) our friend yesterday. Pada
hasil kegiatan tes akhir tidak ditemukan kesalahan pilihan opsi pada kolom 3,
84
tetapi pada kolom 4 ada satu orang mahasiswa yang menuliskan jawaban salah,
yaitu ‘our friend yesterday’.
Soal nomor 10: K3: K4: The children were playing A last night outdoors when it B began to rain very hard. C D
B (last night outdoors) outdoors last night
Pada soal nomor 10 pada hasil tes awal di kolom 3 ada tiga orang mahasiswa yang
memilih opsi yang salah yaitu pilihan opsi A dan D. Pada kolom 4 ada dua
kesalahan yang dilakukan oleh tiga orang mahasiswa dengan menuliskan jawaban
‘raining very hard’ dan ‘were played’. Pada hasil kegiatan tes akhir tidak
ditemukan kesalahan pilihan opsi pada kolom 3 dan kesalahan penulisan jawaban
pada kolom 4. Selanjutnya hasil tes awal dan tes akhir K3 dan K4 dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.6 Daftar Nilai Tes Awal dan Tes Akhir K3 dan K4 Siklus II
No Absen
Tes Awal Tes Akhir K3 K4 K3 K4
1 2 3 4 5 2 80 50 100 100 3 80 40 90 80 4 90 50 100 80 5 80 50 100 80 6 90 70 100 100 7 90 80 100 90 8 90 60 100 90 9 90 50 100 100 11 80 40 100 100 12 80 60 100 90 13 80 40 100 100 14 70 50 100 100 15 90 70 100 100
85
1 2 3 4 5 17 70 40 100 100 18 70 50 100 100 19 80 40 100 90 21 80 50 100 90 22 80 60 100 100 23 100 70 100 100 24 80 50 100 100 25 90 60 100 100 27 100 70 100 100 28 80 40 90 60 29 100 80 100 100 30 90 60 100 100 31 80 40 100 100 32 100 60 100 90 33 80 50 100 100 34 90 50 100 100 35 70 40 100 90 36 80 50 100 90 38 80 40 90 90
Nilai rata-rata
84 53,4 99 94
Dari daftar nilai siklus II yang diikuti oleh 32 orang mahasiswa, pada hasil
kegiatan tes awal pada kolom K3 ada 4 orang mahasiswa memeroleh nilai 70; 15
orang mahasiswa memeroleh nilai 80; 9 orang mahasiswa memeroleh nilai 90;
dan 4 orang mahasiswa memerolah nilai 100. Pada kolom 4 ada 9 orang
mahasiswa memeroleh nilai 40; 11 orang mahasiswa memeroleh nilai 50; 6 orang
mahasiswa yang memeroleh nilai 60; 4 orang mahasiswa memeroleh nilai 70; dan
2 orang mahasiswa memeroleh nilai 80. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan
hasil tes awal ada dua puluh orang mahasiswa memeroleh nilai di bawah nilai
ketuntasan minimum yang dipersyaratkan, yaitu 55.
Hasil kegiatan tes akhir pada kolom 3 ada 3 orang mahasiswa memeroleh
nilai 90 dan 29 orang mahasiswa memeroleh nilai 100. Pada kolom 4 ada 1 orang
86
mahasiswa memeroleh nilai 60; 1 orang mahasiswa memeroleh nilai 70; dan 3
orang mahasiswa memeroleh nilai 80; 9 orang mahasiswa memeroleh nilai 90;
dan 19 orang mahasiswa memeroleh nilai 100. Berdasarkan hasil tes akhir
diketahui tidak ada mahasiswa yang memeroleh nilai di bawah nilai ketuntasan
minimum. Nilai rata-rata kolom 3 pada kegiatan tes awal adalah 84 dan meningkat
menjadi 99 pada hasil tes akhir. Nilai rata-rata 53,5 pada tes awal kolom 4
meningkat menjadi 94 pada hasil tes akhir. Lebih lanjut nilai yang diperoleh
mahasiswa pada kegiatan tes awal dan tes akhir yang menunjukkan peningkatan
pemahaman tata bahasa Inggris dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 4.5 Hasil Tes Awal Siklus II K3 dan K4
0
2
4
6
8
10
12
14
16
40 50 60 70 80 90 100
K3
K4
87
Grafik 4.6 Hasil Tes Akhir Siklus II K3 dan K4
Grafik 4.7 Perbandingan Nilai Rata-rata Siklus II K3 dan K4
0
5
10
15
20
25
30
35
60 70 80 90 100
K3
K4
0
20
40
60
80
100
120
Tes Awal Tes Akhir
K3
K4
88
Sama seperti pada pelaksanaan siklus I, kesalahan yang ada pada kolom 5
(kolom alasan) dianalisis dari aspek linguistiknya yang terdiri dari 2 dimensi yaitu
isi dan tata bahasa dengan tiga kemungkinan jawaban: (1) Isi Salah – Tata Bahasa
Salah (IS-TBS); (2) Isi Benar – Tata Bahasa Salah (IB-TBS); dan (3) Isi Benar –
Tata Bahasa Benar (IB-TBB). Kesalahan tata bahasa selanjutnya dilihat dari
kesalahan berdasarkan pattern (verbs, pronouns, nouns, adjectives) atau style
(parallel structure, agreement). Ada pula tiga kesalahan non tata bahasa yaitu
Kesalahan Ejaan (KE), Kesalahan Diksi (KD) dan Tidak Menuliskan Jawaban
(TMJ). Jenis Kesalahan yang ditemukan pada siklus II adalah sebagai berikut.
1) IS-TBS.
Contoh jawaban ini berdasarkan soal nomor 6 “Peter and Tom
plays tennis every afternoon with Mary and me’. Jawaban salah adalah
plays, dan jawaban yang benar adalah play. Alasan dari jawaban tersebut
adalah : play (the plural form of the verb) agrees with the plural subjects,
Peter and Tom. Jawaban yang diberikan ini salah karena tidak sesuai
dengan pokok bahasan yang dimaksudkan yaitu kesesuaian antara subjek
dan verba. Contoh jawaban salah yang dituliskan oleh mahasiswa adalah
sebagai berikut.
(1). The form of the sentence is present continuous tense.
(2) It is subject.
(3) No need to put ‘s’ because there is word ‘every’ to show it is simple
present tense.
(4) ‘me’ suppose to be ‘I’ because it is a subject not an object.
89
2) IB-TBS.
Ditemukan enam kesalahan tata bahasa pada siklus II.
a) Kesalahan Penggunaan to be.
Contoh kesalahan ini adalah sebagai berikut.
(1) Because there two verbs so, it must separate the verb in to
infinitive.
(2) Because the subject more than one person so should be answer
(they) play.
(3) Because there is word ‘a time’ which mean singular word so we
have to change were to was.
(4) Adverb of time must put at the end of the sentence.
(5) If we use past progressive the verb must in ‘ing’ form.
(6) Because adverb ‘yesterday’ incorrect place and we have to change
and put it at the end of the sentence.
Jawaban benar adalah sebagai berikut.
(1a) Because there are two verbs, ‘decided’ (linking verb) must be
followed by ‘to find’ (infinitive).
(2a) Because the subject more is than one person so should be
answer (they) play (the verb is in plural form)
(3a) Because there is word ‘ a time’ which is a singular noun so we
Have to change ‘were’ to ‘was’.
(4a) Adverb of place and time must be after a verb/object.
(5a) If we use past progressive tense the verb must be in ‘ing’ form
90
which tells about one activity that happened first before other
activity interrupted/occurred.
(6a) Because adverb ‘yesterday’ is incorrect place and we have to
change and put it at the end of the sentence after adverb of place.
b) Kesalahan dalam Pembentukan Kalimat Pasif.
Contoh kesalahan ini adalah sebagai berikut.
(1) Because after decided should follow by verb to infinitive.
(2) After verb must followed by pronoun.
(3) Because verb should be follow by pronoun and to infinitive.
(4) Because the sentence is past continuous tense so was drink is not
correct and should be change.
Jawaban benar adalah sebagai berikut.
(1b) Because after ‘decided’ (linking verb) should be followed by to
infinitive
(2b) After verb must be followed by complement pronoun and infinitive.
(3b) Because verb should be followed by complement pronoun and to
infinitive.
(4b) Because the sentence is in past continuous tense so ‘was drink’ is
not correct and should be changed into ‘was drinking’ which
means this activity happened first in the past.
c) Penggunaan Verba Ganda.
Contoh kesalahan ini adalah sebagai berikut.
(1) That is must use to infinitive = to + V1.
91
(2) Because ‘time’ is refers to uncountable noun’.
(3) Should be use past continuous
(4) Because that is use simple past continuous into two events
Jawaban benar adalah sebagai berikut.
(1c) It must use infinitive because ‘decided’ is one linking verb that
must be followed by infinitive ‘to find’.
(2c) Because ‘a time’ as subject is an uncountable noun (singular noun).
(3c) It should be in past continuous tense to tell about the activity that
happened first in the past before other activity interrupted/occurred.
(4c) It uses past continous tense to tell about the activity that happened
first in the past before other activity interrupted/occurred.
d) Ketidaksesuaian Subjek dan Verba.
Contoh kesalahan ini adalah sebagai berikut.
(1) After link in verb the subject stands for objective pronoun and the
verb that follow it must be in bare infinitive’.
(2) It act as a subject.
(3) It is past perfect tense. There are two events happen in the past.
(4) It use past perfect.
(5) Cause it describe about time can not put in the middle of sentence.
Jawaban benar adalah sebagai berikut.
(1d ) After linking verb the subject stands as complement pronoun and it
is followed by infinitive.
(2d) It acts as a subject pronoun and we should use subject pronoun
92
after the verb be.
(3d) Because there are two events happened in the past, use past perfect
for the action that happened first and past tense for second action.
(4d) It uses past perfect to tell about past action that happened first.
(5d) Because it describes about adverb of place and time after a verb or
object.
e) Ketidaksesuaian Jumlah dan Nomina.
Contoh kesalahan ini adalah sebagai berikut.
(1) Because there are two past event.
(2) Because there are two person stands for subject so the verb must be
in v1.
(3) Because the subject 2 person so should answer (they) play.
Menurut Eirlinch (2002:18), nomina dapat merupakan nama orang, tempat,
benda, kualitas, aktivitas, konsep dan kondisi. Dilihat dari jumlahnya nomina
terdiri dari nomina tunggal dan nomina jamak. Umumnya nomina membentuk
jamaknya dengan menambahkan ‘s’ pada bentuk tunggalnya. Contohnya girl –
two girls, bear – four bears. Namun ada beberapa pengecualian yaitu tambahkan
‘es’ jika nomina tersebut berakhiran –s (glass-glasses), -z (quiz-quizes), -sh (flash-
flashes), -ch (bunch-bunches), dan -x (box-boxes). Jika nomina tersebut
berakhiran –y namun didahului konsonan, ubahlah -y menjadi –i dan tambahkan –
es, contohnya harmony-harmonies. Jawaban benar adalah sebagai berikut.
(1e) Because there are two past events, use past perfect for the event that
happened first and past tense for second even’.
93
(2e) Because there are two persons as the subject of the sentence so the
verb must be in v1 or plural form.
(3e) Because the subject is 2 persons so should answer (they) play, (the
verb is in plural form).
f) Kesalahan Penggunaan Preposisi.
Contoh kesalahan ini adalah sebagai berikut.
1) Because the adverb of time should be put in front of or in the last
sentence.
2) Because should be put adverb of time in front of sentences or the last of
the sentences.
3) The adverb of place must be put on the end of the sentence.
Jawaban benar adalah sebagai berikut.
(1f) Because the adverb of place and time should be put after a verb or
object in a sentence.
(2f) Because it should be adverb of place and adverb of time after a verb or
object.
(3f) Adverb of place and time must be put after object/complement.
KE pada siklus II adalah (1) Because verb should be followed by pronoun
and infitive dan (2) Because a time is a oncauntable noun. Jawaban benar
adalah (1) Because linking verb should be followed by complement pronoun and
infinitive dan (2) Because a time is an uncountable noun.
94
KD yang ditemukan pada siklus II adalah (1) Time is uncountable thing so
use ‘was’, (2) Because time is uncountable thing so it should be was, (3) Past
continuous tense (formulation) : s + to be (was/were) + verb (ing),dan (4) It is
suppose to be the complement of place in front of the complement of time.
Jawaban benar adalah (1) A time’ as the subject is uncountable noun so use
‘was’, (2) Because time is uncountable noun so it should be ‘was’, (3) Past
continuous tense (formula/pattern) is: s + to be (was/were) + verb (ing) which
tells about one activity that happened first before other activity
interrupted/occurred, dan (4) In a sentence after object/complement it is
supposed to be the adverb of place in front of the adverb of time’.
Jenis kesalahan TMJ pada tes awal siklus II dari 10 buah soal yang
dikerjakan oleh 32 orang mahasiswa ditemukan 30 nomor soal dengan kesalahan
TMJ dan berkurang menjadi 8 nomor soal pada hasil tes akhir. Hal ini
menunjukkan peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa sehingga
mereka berupaya menuliskan jawaban pada kolom 5. Di samping itu mereka
mulai mampu memanfaatkan waktu tes akhir dengan lebih baik sehingga peluang
untuk tidak menuliskan jawaban pada kolom 5 berkurang.
Lebih lanjut, hasil tes awal dan tes akhir siklus II dianalisis berdasarkan
jumlah kesalahan pada kolom 3 dan kolom 4 serta jenis jawaban pada kolom 5
untuk mengetahui pokok bahasan mana yang perlu mendapatkan perhatian pada
proses belajar mengajar selanjutnya. Hal ini perlu dilakukan agar proses belajar
mengajar menjadi lebih komunikatif dan efektif. Adapun hasil siklus II tersebut
dapat dilihat tabel di bawah ini.
95
Tabel 4.7 Jumlah Kesalahan K3 dan K4 serta Jenis Jawaban K5 - Siklus II
No. Soal
Pokok Bahasan Jumlah kesalahan
K3
Jumlah kesalahan
K4
Jumlah Jenis Jawaban - K5
Tes awal
Tes akhir
Tes awal
Tes akhir
Jenis Jawaban
Tes awal
Tes akhir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. Penggunaan to
infinite 0 0 7 0 IS-TBS 18 16
IB-TBS 7 5 IB-KTB 12 24
KE 0 0 KD 1 1 TMJ 5 0
2. Penggunaan verb 1 + complement pronoun + infinitive
0 20 0 2 IS-TBS 13 11 IB-TBS 4 0 IB-KTB 11 21
KE 1 1 KD 1 1 TMJ 5 1
3. Penggunaan subject pronoun sesudah verb be
22 0 9 1 IS-TBS 9 8 IB-TBS 3 0 IB-KTB 14 20
KE 2 1 KD 2 1 TMJ 4 0
4. kesesuaian subject dan verb
5 1 27 1 IS-TBS 8 6 IB-TBS 6 2 IB-KTB 16 29
KE 2 1 KD 2 1 TMJ 1 1
5. Penggunaan past perfect for the past action that happened first
0 0 25 4 IS-TBS 13 11 IB-TBS 6 2 IB-KTB 4 9
KE 1 1 KD 1 1 TMJ 1 1
6. Kesesuaian subject dan verb
3 0 3 0 IS-TBS 3 2 IB-TBS 10 4 IB-KTB 11 23
KE 2 1 KD 2 1 TMJ 2 1
96
1 2 3 4 5 6 7 8 9 7. Kesesuaian
subject dan verb 11 1 11 1 IS-TBS 8 7
IB-TBS 11 7 IB-KTB 7 20
KE 1 1 KD 1 1 TMJ 4 2
8. Penggunaan past progressive/past continuous (was/were + (verb + ing)
5 0 21 6 IS-TBS 10 9 IB-TBS 6 1 IB-KTB 5 8
KE 2 1 KD 2 1 TMJ 4 2
9. Urutan yang benar dalam kalimat subject/verb/complement/modifier
4 0 8 1 IS-TBS 7 6 IB-TBS 5 2 IB-KTB 12 20
KE 0 0 KD 1 2 TMJ 4 2
10. Urutan modifier yang benar dalam kalimat yaitu modifier of place + modifier of time
3 0 3 0 IS-TBS 1 1 IB-TBS 6 0 IB-KTB 18 20
KE 1 0 KD 1 1 TMJ 1 0
Dari hasil jenis jawaban pada kolom 5 dapat disimpulkan bahwa pokok
bahasan yang harus mendapat perhatian untuk proses belajar mengajar selanjutnya
adalah penggunaan past perfect for the past action that happened first (soal
nomor 5) dan soal nomor 8 yaitu penggunaan past progressive/past continuous
(was/were + (verb + ing). Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari dua nomor
soal tersebut dapat dilihat jawaban IB-TBB menunujukkan perkembangan yang
kurang sigfikan dari 4 jawaban benar menjadi 9 dan 5 jawaban benar menjadi 8.
Peningkatan yang signifikan ditemukan pada soal nomor 4, 6 dan 7 di mana soal-
soal ini diujikan dengan tujuan untuk mengurangi kesalahan ketidaksesuaian
97
verba dan kata kerja yang paling banyak terjadi pada siklus I. Hasil tes akhir
menunjukkan peningkatan jawaban IB-TBB dari ketiga soal tersebut masing-
masing 16 menjadi 29, 11 menjadi 23 dan 7 menjadi 20.
Sama seperti pada pelaksanaan siklus I, selanjutnya analisis per pokok
bahasan difokuskan pada analisis kesalahan tata bahasa IB-TBS untuk mengetahui
jenis kesalahan tata bahasa yang lebih banyak dilakukan oleh mahasiswa untuk
dijadikan rujukan sebagai fokus pembahasan pada proses belajar mengajar
selanjutnya. Jenis dan tingkat kesalahan IB-TBS dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 4.8 Analisis Kesalahan Tata Bahasa IB-TBS – Siklus II
No Jenis Kesalahan Jumlah Jawaban Tes Awal Tes Akhir
1 Ketidaksesuaian Subject dan Verba 8 3 2 Kesalahan Penggunaan Preposisi 5 1 3 Penggunaan Verba Ganda 3 0 4 Kesalahan dalam Pembentukan Kalimat Pasif 16 3 5 Kesalahan Penggunaan to be 7 1 6 Ketidaksesuaian Jumlah dan Nomina 20 15
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa kesalahan Ketidaksesuaian Subjek dan
Verba yang ditemukan pada siklus I sudah jauh berkurang. Hasil tes awal
menunjukkan ada 8 kesalahan dan berkurang menjadi 3 pada tes akhir. Kesalahan
yang perlu mendapat perhatian pada proses belajar mengajar selanjutnya adalah
Ketidaksesuaian Jumlah dan Nomina karena ditemukan 20 kesalahan pada tes
awal namun hanya mengalami sedikit peningkatan menjadi 15 kesalahan pada tes
akhir.
98
4.3.1.3 Refleksi Siklus II
Hasil siklus II menunjukkan adanya peningkatan pemahaman tata bahasa
Inggris mahasiswa yang dapat dilihat dari perbandingan hasil tes awal dan tes
akhir. Nilai terendah tes awal K3 dan K4 adalah 70 dan 40 meningkat menjadi 90
dan 60 pada hasil tes akhir. Nilai rata-rata tes awal K3 dan K4 adalah 84 dan 53,4
meningkat menjadi 99 dan 94 pada hasil tes akhir. Dari hasil tindakan siklus II
dari aspek pembelajaran dapat disimpulkan bahwa semua mahasiswa telah
melampaui nilai 55 atau nilai SKM. Dari aspek linguistik menunjukkan
peningkatan pemahaman khususnya kesalahan ketidaksesuaian subjek dan verba
yang banyak terjadi pada siklus I. Pada silkus I prosentase kesalahan ini adalah
41% dan berkurang menjadi 13% pada siklus II. Ada lima kesalahan tata bahasa
yang sama seperti pada siklus I kecuali Kesalahan Penggunaan Artikel. Kesalahan
tata bahasa lainnya yang ditemukan pada siklus II adalah Ketidaksesuaian Jumlah
dan Nomina. Selanjutnya kesalahan tata bahasa pada siklus I dan II dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.9 Perbandigan Kesalahan Tata Bahasa pada Siklus I dan II
K3 K4 K5 1 2 1 2 IS-TBS IB-TBS IB-TBB KE KD TMJ
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 43 22 114 16 90 77 64 23 110 194 12 7 14 11 30 8
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada peningkatan pemahaman tata
bahasa Inggris, contohnya pada kolom 4 pada tes awal ditemukan 114 kesalahan
penulisan jawaban benar meningkat menjadi 16 kesalahan pada tes akhir.
Contoh lainnya, pada kolom 5 jenis jawaban IB-TBB pada tes awal ditemukan
99
110 jawaban benar meningkat menjadi 194 jawaban benar pada hasil tes akhir.
Demikian pula dengan kesalahan bukan tata bahasa seperti KE, pada tes awal
ditemukan 12 kesalahan berkurang menjadi 7 kesalahan pada tes akhir. Hasil
pelaksanaan siklus I dan II menunjukkan bahwa pengaplikasian ERWRT terbukti
dapat meningkatkan pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa dapat juga
meningkatkan keterampilan menulis mereka yang tampak pada kolom 5.
4.4 Perbandingan Hasil Pra-tindakan, Siklus I dan Siklus II
Selanjutnya hasil pra-tindakan (p-t), Siklus I (S I) dan Siklus II (S II)
dianalisis sebagai berikut.
Tabel. 4.10 Hasil Pra-tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Bobot
P-t K3 SI
(tes awal) K4 SI
(tes awal) K3 SII
(tes akhir) K4 SII
(tes akhir) Jumlah Mahasiswa: 35 orang
Jumlah Mahasiswa : 29 orang
Jumlah Mahasiswa: 32 orang
0—44 7 0 0 0 0 45—54 4 0 0 0 0 55—69 11 0 0 0 1 70—84 3 0 0 0 3 85--100 10 29 29 32 28
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada hasil pra-tindakan, dari 35 orang
mahasiswa ada 11 orang mahasiswa memeroleh nilai di bawah nilai 55 sebagai
nilai SKM. Pada kolom 3 dan kolom 4 siklus I dan II semua mahasiswa
memenuhi SKM. Perbandingan nilai tersebut dapat dilihat dengan lebih jelas
pada grafik di bawah ini.
100
Grafik 4.8 Perbandingan Nilai Pra-tindakan, K3- K4 Siklus I dan II
Perbandingan peningakatan pemahaman melalui pemilihan opsi pada
kolom 3 dan penulisan jawaban benar pada kolom 4 dapat dilihat pada grafik 4.9
di bawah ini.
Grafik 4.9 Perbandingan Peningkatan Pemahaman Tata Bahasa Inggris
(Tes Awal dan Tes Akhir - Kolom 3 dan 4 pada Siklus I dan II)
0
5
10
15
20
25
30
35
0-44 45-54 55-69 70-84 85-100
P-t
K3 SI Tes Awal
K4 SI Tes Awal
K3 SI Tes Akhir
K4 SII Tes Akhir
0
20
40
60
80
100
120
140
Siklus I Siklus II
Tes Awal K3
Tes Akhir K3
Tes Awal K4
Tes Akhir K4
101
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa pada pelaksanaan siklus I
ditemukan 5 kesalahan pemilihan opsi tes awal kolom 3 namun pada hasil tes
akhir kesalahan ini tidak ditemukan. Pada kolom 4 hasil tes awal menunjukkan
ada 62 kesalahan penulisan jawaban dan kesalahan ini berkurang pada tes akhir
menjadi 15. Pada siklus II, hasil tes awal kolom menunjukkan bahwa ada 43
kesalahan pemilihan opsi dan berkurang menjadi 22 kesalahan pada hasil tes
akhir. Sedangkan pada kolom 4 ditemukan 121 kesalahan penulisan jawaban pada
tes awal dan berkurang menjadi 16 kesalahan pada hasil tes akhir. Selanjutnya
untuk melihat peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa khususnya
pada kajian linguistik baik kesalahan tata bahasa dan bukan tata bahasa dapat
dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 4.10 Perbandingan Peningkatan Pemahaman Tata Bahasa Inggris
(Kesalahan Tata Bahasa – Tes Awal dan Tes Akhir Siklus I dan II)
0
50
100
150
200
250
IS-TBS IB-TBS IB-TBB
K5 SI Tes Awal
K5 SI Tes Akhir
K5 SII Tes Awal
K5 SII Tes Akhir
102
Pada grafik di atas tergambar peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris
dari aspek linguistiknya di mana ada tiga jenis kesalahan tata bahasa dari dimensi
isi dan tata bahasa. Kesalahan IS-TBS, contohnya pada grafik di atas
menunjukkan bahwa hasil kegiatan tes awal siklus I ditemukan 136 kesalahan
dan berkurang menjadi 54. Jumlah kesalahan IB-TBS pada tes awal adalah 29,
bertambah menjadi 105. Peningkatan yang lebih baik ada pada jenis jawaban IB-
TBB, ditemukan peningatan dari 29 jawaban benar pada tes awal menjadi 105
pada tes akhir. Demikian pula pada hasil siklus II perbandingan hasil tes awal
dan akhir tampak pada 90 kesalahan IS-TBS yang berkurang menjadi 77 dan
jumlah kesalahan IB-TBS berkurang dari 64 kesalahan menjadi 23. Peningkatan
yang signifikan ditemukan pada jenis jawaban IB-TBB karena dari 110 jawaban
benar meningkat menjadi 194.
Kesalahan IB-TBS pada siklus I dan II selanjutnya dianalisis guna
mengetahui secara detil peningkatan pemahaman berdasarkan hasil tes yang ada.
Hasil analisis IB-TBS dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.11 Perbandingan Kesalahan IB-TBS Siklus I dan II
No
Jenis Kesalahan SI SII Tes
Awal Tes
Akhir Tes
Awal Tes
Akhir 1 Ketidaksesuaian Subject dan Verba 45 30 8 3 2 Kesalahan Penggunaan Preposisi 15 9 5 1 3 Penggunaan Verba Ganda 9 6 3 0 4 Kesalahan dalam Pembentukan Kalimat
Pasif 12 5 16 3
5 Kesalahan Penggunaan to be 5 3 7 1 6 KesalahanPenggunaan Artikel 4 1 0 0 7 Ketidaksesuaian Jumlah dan Nomina 0 0 20 15
103
Pada siklus I kesalahan IB-TBS yang paling sering dilakukan mahasiswa
adalah ketidaksesuain Subjek dan Verba, namun kesalahan ini berkurang pada
siklus II. Pada hasil siklus II kesalahan IB-TBS yang paling sering dilakukan
mahasiswa adalah Ketidaksesuaian Jumlah dan Nomina sehingga perlu menjadi
fokus penjelasan pada proses belajar mengajar selanjutnya. Perbandingan
kesalahan IB-TBS siklus I dan II lebih jelasnya ditampilkan pada grafik 4.11 di
bawah ini di mana nomor pada tabel 4.11 merupakan representasi dari kesalahan-
kesalahan tersebut.
Grafik 4.11 Perbandingan Kesalahan IB-TBS Siklus I dan II
Perbandingan kesalahan non tata bahasa dapat dilihat pada grafik 4.12 di
bawah ini.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
KSdV KPPrep PVG KdPKPas KPtb KPArt KJdN
Tes Awal SI
Tes Akhir SI
Tes Awal SII
Tes Akhir SII
104
Grafik 4.12 Perbandingan Peningkatan Pemahaman Tata Bahasa Inggris
(Kesalahan Non Tata Bahasa – Tes Awal dan Tes Akhir Siklus I dan II)
Pada grafik 4.12 di atas dapat dilihat peningkatan pemahaman tata bahasa
Inggris dari kesalahan non tata bahasa. Perbandingan kesalahan ini dilihat
berdasarkan hasil tes awal dan tes akhir. Pada siklus I KE berkurang dari 10
kesalahan menjadi 5, KD berkurang dari 11 kesalahan menjadi 7, dan kesalahan
TMJ berkurang dari 14 menjadi 5. Hasil tes awal dan tes akhir siklus II juga
menunjukkan berkurangnya kesalahan KE, KD dan TMJ. KE berkurang dari 12
kesalahan menjadi 7, KD berkurang dari 14 kesalahan menjadi 7, dan TMJ
berkurang dari 30 kesalahan menjadi 8.
Berdasarkan hasil kuesioner yang diisi oleh mahasiswa, tanggapan
terhadap penerapan jenis tes ERWRT dalam membantu pemahaman tata bahasa
Inggris mereka adalah (1) ERWRT sangat membantu dalam memahami tata
bahasa Inggris karena harus memberikan alasan yang benar atas pilihan;
(2) membantu dalam pemilihan kata yang tepat sehingga jawaban yang diberikan
0
5
10
15
20
25
30
35
KE KD TMJ
K5 SI Tes Awal
K5 SI Tes Akhir
K5 SII Tes Awal
K5 SII Tes Akhir
105
tidak dipahami secara salah; (3) tidak boleh asal menjawab karena jawaban yang
salah akan merugikan; dan (4) lebih teliti dalam menganalisis kesalahan yang ada
di dalam kalimat karena jika salah menganalisis maka alasan yang diberikan pun
akan salah.
Dengan memperhatikan peningkatan nilai dan tanggapan mahasiswa maka
dapat disimpulkan bahwa ERWRT sangat efektif untuk meningkatkan
pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa dari baik kesalahan tata bahasa
maupun kesalahan non tata bahasa. Secara tidak langsung model evaluasi ini juga
meningkatkan kemampuan menulis mahasiwa. Analisis per pokok bahasan
merupakan upaya untuk mengetahui pokok bahasan yang belum dipahami secara
baik oleh mahasiswa. Di samping itu, analisis kesalahan tata bahasa dari aspek isi
dan tata bahasa sangat membantu dosen dalam menyiapkan bahan ajar untuk
proses belajar mengajar selanjutnya.
106
BAB V KURIKULUM, SILABUS, SATUAN ACARA PERKULIAHAN
DAN EVALUASI
5.1 Kurikulum
Menurut Sukmadinata (2003:1), kurikulum merupakan inti dari proses
pendidikan. Sebab di antara bidang-bidang pendidikan, yaitu manajemen
pendidikan, kurikulum, dan layanan siswa. Kurikulum merupakan bidang yang
paling langsung berpengaruh terhadap hasil pendidikan. Dalam pengembangan
kurikulum, minimal dapat dibedakan antara “desain kurikulum atau kurikulum
tertulis (design, written, ideal, official, formal, document curriculum) dan
implementasi kurikulum atau kurikulum perbuatan (curriculum implementation,
curriculum in action, aktual curriculum, real curriculum)”.
Kurikulum perguruan tinggi yang ada di Universitas Maharaswati
(Unmas) merupakan pengembangan dari kurikulum yang ada sebelumnya yaitu
Kurikulum 1994, Kurikulum 2000, Kurikulum 2004, Kurikulum 2006 dan
Kurikulum 2008. Unmas Denpasar menggunakan Kurikulum 2008 untuk Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) disusun dengan memerhatikan (1) Undang
Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(2) Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, (3) Keputusan Mendiknas RI No. 232/U/2000 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Perguruan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa,
dan (4) Keputusan Mendiknas RI No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti
Perguruan Tinggi yang berlaku saat ini.
107
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru,
yang pada prinsipnya memberikan otonomi, peluang, dan kesempatan sekaligus
tantangan bagi setiap perguruan tinggi untuk mengatur dan mengembangkan
kurikulumnya sesuai dengan standar nasional dan kebutuhan masyarakat yang
bersifat aktual. Dengan adanya peraturan tersebut, setiap perguruan tinggi dan
struktur yang berada di dalamnya diharapkan memiliki misi, visi, tujuan, dan
sasaran yang jelas serta memiliki kekhasan sendiri.
Kebutuhan akan dunia pendidikan yang ada si dalam masyarakat melandasi
pengembangan Kurikulum 2008 di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris.
Dunia pendidikan secara umum dan khususnya masyarakat sangat membutuhkan
guru profesional dan ahli di bidangnya. Sejalan dengan hal tersebut kurikulum
yang berlaku di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris memerlukan
penyempurnaan dan perubahan dari kurikulum sebelumnya. Selain perubahan dan
penyempurnaan kurikulum, hal lain yang memengaruhinya adalah tuntutan
kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing lulusan
di dunia kerja, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris rnenyajikan mata kuliah
yang dipandang dapat mendukung maksud tersebut dalam bentuk mata kuliah
keterampilan praktik mengajar, mata kuliah praktik keterampilan berbahasa, dan
mata kuliah pendukung yang disesuaikan dengan kebutuhan satuan pendidikan
sekolah dasar dan menengah. Selain peningkatan keterampilan akademik di atas,
mahasiswa juga dibekali dengan seperangkat keterampilan lainnya berupa
program sertifikasi dan pelatihan.
108
5.1.1 Profil Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Universitas Mahasaraswati adalah sebuah universitas swasta yang
berlokasi di Jalan Kamboja No. 11A Denpasar. Universitas Mahasaraswati
Denpasar yang selanjutnya disingkat Unmas Denpasar adalah salah satu
perguruan tinggi yang ada di lingkungan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta
(Kopertis) Wilayah VIII, di bawah pengelolaan Yayasan Rakyat Saraswati
Denpasar. Unmas Denpasar bermula dari didirikannya Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (IKIP) Saraswati pada 8 Desember 1963 dengan status terdaftar
Nomor: 134/B/Swt/P/65; pada 2 Desember 1965 yang terdiri atas Jurusan
Sejarah/Antropologi dan Bahasa Inggris.
Situasi politik tahun 1965, yaitu meletusnya G.30.S/PKI mengakibatkan
IKIP Saraswati pada tahun 1965 tidak aktif sampai dengan tahun 1979. Pada 23
Agustus 1979 IKIP Saraswati diaktifkan kembali dan dikembangkan dengan
membuka Fakultas Sastra dan Seni dengan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Fakultas Keguruan Jurusan Eksakta terdiri atas Jurusan Matematika dan Ilmu
Hayat serta Fakultas Ilmu Pendidikan dengan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
(BP) dan Jurusan Pendidikan Umum (PU).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, IKIP Saraswati ditetapkan kembali dengan status terdaftar
Nomor:039/0/1981, 22 Januari 1981 yang memiliki Fakultas Keguruan dengan
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Biologi, Jurusan
109
Sejarah/Antropologi, Jurusan Matematika, dan Jurusan Bahasa Inggris dan
Fakultas Ilmu Pendidikan dengan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan (BP) dan
Jurusan Pendidikan Umum (PU). Program Studi Bahasa Inggris Unmas
berdasarkan Izin Operasional Dikti berakreditasi B tertanggal 4 Maret 2003
sampai dengan 15 Juni 2013.
Mahasiswa yang menempuh pendidikan di Unmas berasal dari Provinsi
Bali dan dari luar provinsi seperti Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara
Timur. Keberagaman mahasiswa ini menunjukkan bahwa Unmas memiliki
kredibiltas yang baik di mata masyarakat. Agar dapat diterima di Unmas calon
mahasiswa harus mengikuti tes masuk perguruan tinggi. Mahasiswa pada
semester IV Kelas K, Program Studi Bahasa Inggris umumnya adalah pegawai
yang bekerja pada pagi hari dan mengikuti kuliah pada sore hari. Hal ini
merupakan suatu tantangan tersendiri di mana mereka harus lebih disiplin
mengatur waktu kerja dan belajar.
5.1.2 Manfaat Penelitian bagi Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Berdasarkan hasil penelitian ini yang bermanfaat bagi pengembangan
kurikulum bahasa Inggris adalah proses evaluasi. Evaluasi ini berkaitan dengan
pengembangan jenis tes. Selama ini jenis tes yang digunakan untuk mengevaluasi
hasil proses belajar mengajar masih terbatas pada jenis tes pilihan ganda.
Peningkatana pemahaman yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur tingkat
110
pemahaman tata bahasa mahasiswa masih terbatas pada pemilihan opsi bukan
pada penjelasan.
Dengan memberikan pemahaman tata bahasa yang baik dan benar sejak
dini khusunya lewat mata kuliah Structure I – IV, mahasiswa diharapkan mampu
mengembangkan pemahaman dan kompetensi bahasa Inggris mereka sehingga
memiliki daya saing yang kompetitif di dunia kerja. Selain itu, dengan
pemahaman tata bahasa Inggris yang baik dan benar mereka akan lebih mampu
memberikan penjelasan teoretis kepada anak didik.
Jenis tes ERWRT ini direkomendasikan untuk digunakan pada mata kuliah
Structure karena dapat meningkatkan pemahaman tata bahasa Inggris dan
keterampilan menulis mahasiswa. Mahasiswa dapat mengurangi kesalahan tata
bahasa mereka baik kesalahan diksi, ejaan, maupun pola tata bahasa itu sendiri.
Jenis tes ini juga dapat dikombinasikan lewat bahan bacaan bahasa Inggris, di
mana mahasiswa diminta untuk menganalisis kesalahan tata bahasa yang ada dan
memberikan alasan teoretisnya. Disamping itu melalui analisis kesalahan per
nomor soal dapat dikaji pokok bahasan yang akan menjadi fokus pengajaran pada
proses belajar mengajar selanjutnya.
5.2 Silabus
Silabus merupakan pengembangan atau jabaran dari kurikulum yang
berisikan sinopsis mata kuliah, kompetensi mata kuliah, indikator kompetensi,
topik/subtopik, dan referensi. Agar kurikulum dapat diimplementasikan dengan
baik dalam perkuliahan di kelas, maka silabus perlu dijabarkan/dikembangkan
111
menjadi Satuan Acara Perkuliahan (SAP). Penyusunan dan pengembangan silabus
merupakan bagian integral dari pengembangan kurikulum dan sekaligus menjadi
tugas penting dosen di perguruan tinggi. Dalam silabus dimuat kerangka materi
kuliah (bahan ajar) yang harus disampaikan dosen kepada mahasiswa. Adapun
silabus yang digunakan di Unmas untuk mata kuliah Structure IV adalah sebagai
berikut.
SILABUS MATA KULIAH STRUCTURE IV
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
1. Identitas Mata Kuliah
Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris
Mata Kuliah : Structure IV
Kode Mata Kuliah : MKB53
Jenjang/SKS : S1 / 2 SKS
Semester : Genap
Nama Dosen/Kode Dosen : Bonari, S.Pd / 152
2. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini memberikan pemahaman dan pengalaman kepada para
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris tentang
keterampilan berbahasa secara terpadu dengan memerhatikan kepentingan
mahasiswa dalam dunia kerja nantinya sebagai calon sarjana berbasis
pendidikan bahasa Inggris. Mata kuliah ini meliputi pola-pola kalimat
dasar dan utama yang mutlak harus dikuasai dalam bahasa Inggris dan
gramatika lanjutan terutama yang menunjang profesi kesarjanaannya.
3. Tujuan Umum Mata Kuliah Structure IV (MKB53)
a. Meningkatkan kemampuan bahasa Inggris yang tercakup dalam aspek
–aspek keterampilan penggunaan bahasa secara terpadu dengan
112
penekanan utama pada keterampilan membaca dan memahami tata
bahasa pada bacaan dengan tepat, sebagai alat untuk memeroleh dan
meningkatkan ilmu pengetahuan mereka.
b. Mengantar mahasiswa kepada peningkatan kemampuan penggunaan
bahasa melalui kegiatan praktikum dalam upaya mengembangkan
pemahaman tata bahasa Inggris mereka.
4. Pendekatan Pengajaran
a. Pendekatan pengajaran yang diterapkan lebih mengarah keterampilan
menggunakan bahasa melalui pemberian pengajaran keterampilan
secara terpadu dan komprehensif dengan memberikan bobot
pengajaran keterampilan berbahasa yaitu 60% untuk keterampilan tata
bahasa dan keterampilan menulis 40%.
b. Proses belajar-mengajar ditetapkan dengan cara menetapkan pokok
bahasan, cakupan dan judul-judul materi pelajaran yang tercakup
minimal dalam enam belas kali pertemuan pengajaran meliputi bahan
pelajaran dan latihan.
5. Media dan Sumber Pembelajaran
a. Media Pembelajaran: Bahan Ajar Structure IV
b. English Text- Book
6. Tugas dan Latihan
- Tugas dan latihan di kelas diberikan, baik untuk perorangan maupun
kelompok, dalam setiap pertemuan.
- Setiap pertemuan diberikan tugas rumah yang harus dikumpulkan pada
pertemuan berikutnya dan dibahas dalam proses belajar mengajar.
7. Evaluasi
- Evaluasi terhadap kemampuan mahasiswa secara formal dilakukan
dengan memberikan tes melalui ujian tengah semester dan ujian ahir
semester.
113
8. Materi Pengajaran
1. Pertemuan Pertama : Simple Present Tense with linking verbs
2. Pertemuan Kedua : Reflexive pronoun, possessive adjectives
3. Pertemuan Ketiga : Infinite, complement pronoun + infinite
4. Pertemuan Keempat : Agreement between subject and verb
5. Pertemuan Kelima : Modifier
6. Pertemuan Keenam : Auxiliary verbs
7. Pertemuan Ketujuh : Past perfect tense
8. Pertemuan Kedelapan : Ujian Tengah Semester
9. Pertemuan Kesembilan : Gerund
10. Pertemuan Kesepuluh : Uncount noun
11. Pertemuan Kesebelas : Modals
12. Pertemuan Kedua belas : Affirmative agreement rule
13. Pertemuan Ketiga belas : Noun phrase
14. Pertemuan Keempat belas : Conjunction
15. Pertemuan Kelima belas : Preposition
16. Pertemuan Keenam belas : Ujian Semester
9. Buku Sumber
1. Utama : TOEFL Preparation Test
2. Rujukan :
Hewings, Martin. Advanced Grammar In Use
Denpasar, Januari 2013
Ketua Program Studi Bahasa Inggris Dosen Pengampu
I Komang Budiarta, S.Pd. Bonari, S.Pd.
114
Kelemahan dari silabus di atas adalah penggunaan bahan ajar yang
terbatas dan lemahnya evaluasi karena evaluasi hanya diadakan melalui ujian
tengah semester dan ujian semester. Di samping itu pengalokasian pengembangan
keterampilan sebesar 40% tidak bisa dilakukan secara maksimal karena dalam
proses belajar mengajar yang dilakukan keterampilan menulis lebih cenderung
dilakukan dalam bentuk ujaran bukan dalam bentuk tulisan. Dalam diskusi di
dalam kelas tidak ditemukan bentuk keterampilan menulis dalam bentuk tulisan
mahasiswa.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut di atas, lewat penelitian ini
direkomendasikan silabus yang memadukan evaluasi ERWRT untuk peningkatan
pemahaman tata bahasa Inggris dan keterampilan menulis mahasiswa yang dapat
dilakukan melalui tes dan materi bacaan berbahasa Inggris. Pada silabus yang
direkomendasikan penggunaan sumber bahan ajar lebih dari tiga buku. Dari segi
evaluasi yang awalnya hanya dilakukan melalui ujian tengah semester dan ujian
semester ditambahkan dengan pemberian tes awal dan tes akhir pada setiap proses
belajar mengajar. Pengalokasian pengembangan keterampilan sebesar 40% bisa
dilakukan secara maksimal karena dalam proses belajar mengajar karena melalui
penerapan ERWRT, alasan pemilihan opsi pada kolom 3 dan penulisan jawaban
benar pada kolom 4 dituliskan pada kolom 5. Dari penulisan alasan ini dapat
dikaji tingkat pemahaman tata bahasa mahasiswa dan juga kemampuan menulis
mereka.
115
5.3 Satuan Acara Perkuliahan (SAP)
SAP terdiri dari 8 komponen yaitu (1) standar kompetensi, (2) kompetensi
dasar, (3) indikator kompetensi, (4) materi perkuliahan dan uraiannya, (5)
pengalaman belajar (strategi pembelajaran), (6) media/alat pembelajaran,
(7) sistem penilaian, dan (8) referensi. SAP merupakan proyeksi kegiatan atau
aktivitas yang akan dilakukan oleh dosen dalam perkuliahan. Untuk mata kuliah
Structure IV penyusunan SAP dibuat sebagai berikut.
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
( S A P )
Mata kuliah : Structure IV
Kode mata kuliah : MKB53
SKS : 2
Semester : IV
Tahun Ajaran : 2012/2013
Jurusan/Program Studi : S1 Pendidikan Bahasa Inggris
Waktu Pertemuan : 2 x 45 menit
Pertemuan ke : 2
Pengajar : Bonari, S.Pd.
A. Tujuan Instruksional :
1. TIU : Setelah mengikuti mata ajaran ini maka
mahasiswa akan dapat memahami tata
bahasa Inggris dengan baik dan benar.
2. TIK : Setelah mengikuti pokok bahasan ini
mahasiswa dapat berkomunikasi dengan tata
bahasa Inggris yang baik dan benar.
B. Pokok Bahasan : Review Structure I to Structure III
116
C. Subpokok Bahasan : Simple Present Tense untuk present time with
stative (linking) verbs); past perfect; simple
past untuk waktu yang spesifik pada masa
lampau); reflexive pronoun); penggunaan
bukan count noun); penggunaan gerund (verb
+ ing) sesudah preposition); penggunaan
possessive adjective sebelum gerund);
agreement of verbs antara kalimat utama dan
anak kalimat); affirmative agreement rule) dan
penggunaan gerund).
D. Kegiatan Belajar dan Mengajar
hTahap Kegiatan Pengajar Kegiatan
Mahasiswa
Alokasi
waktu
Media
Pendahuluan • Mengumpulkan
tugas rumah
sebelum
dibahas
• Mereview
pokok bahasan
sebelumnya
Tanya jawab
5 menit
20
menit
Lembar
pekerjaan
mahasiswa
Penyajian Menjelaskan setiap
pokok bahasan yang
ada pada setiap soal.
Diskusi 60
menit
Lembar
soal
Penutup • Memberikan
tugas rumah
5 menit Lembar
soal
E. Evaluasi :
117
- Memberikan tugas pekerjaan rumah
- Buku Sumber : Bahan Ajar Structure IV
Denpasar, Januari 2013
Ketua Program Studi Bahasa Inggris Dosen Pengampu
I Komang Budiarta, S.Pd Bonari, S.Pd
Berdasarkan hasil obeservasi, SAP yang dibuat oleh dosen pengampu
memiliki kelemahan karena pada proses belajar mengajar yang dilakukan,
mahasiswa diberikan 10 nomor soal pilhan ganda (error recognition test) sebagai
tugas rumah untuk dikerjakan dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Pada
pertemuan tersebut setelah tugas rumah dikumpulkan, dibahas per nomor soal
melalui proses diskusi. Kelemahan dari pemberian tugas rumah dan error
recognition test adalah ketidakpastian apakah mahasiswa sendiri yang
mengerjakan tugas rumah tersebut dan jenis tespilihan ganda memiliki kelemahan
karena memiliki tingkat spekulasi yang tinggi sehingga tidak dapat dipakai
sebagai tolak ukur tingkat pemahaman mahasiswa. Selain itu pada proses belajar
mengajar tidak ada buku bahan ajar yang diberikan. Bahan ajar yang diberikan
hanya 10 nomor soal sebagai tugas rumah. Untuk mengatasi kelemahan SAP di
atas, direkomendasikan SAP yang memuat pengaplikasian ERWRT dan
pelaksanaan tes awal dan tes akhir pada proses belajar mengajar yang lebih pasti
menggambarkan tingkat pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa.
118
5.4 Evaluasi
Evaluasi digunakan untuk mengetahui proses dan hasil akhir belajar yang
dicapai oleh mahasiswa. Pada program studi Pendidikan Bahasa Inggris informasi
sistem evaluasi dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1) Berkala melalui hasil ujian, penyelesaian tugas, dan secara berlanjut
melalui pengamatan aktivitas mahasiswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar.
2) Bentuk ujian terdiri atas kuis, ujian tengah semester, ujian akhir
semester, unjuk kerja, penugasan, portofolio, sikap, dan ujian
skripsi.
3) Penilaian dengan huruf A, B, C, D dan E , yang masing - masing
bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0. Nilai ini dapat digunakan untuk menentukan
kelulusan dalam menempuh mata kuliah.
SKOR NILAI BOBOT NILAI
85 –100 A 4,00
70 – 84 B 3,00
55—69 C 2,00
45 – 54 D 1,00
0 – 44 E 0 Tabel 5.1 Perincian Pembobotan
119
Selanjutnya syarat kelulusan dan penilaian dijabarkan sebagai berikut.
1) Kelulusan dan suatu program studi didasarkan pada pemenuhan jumlah
satuan kredit semester yang telah ditetapkan, yaitu 154 sks.
2) Kelulusan mahasiswa ditentukan dengan predikat sebagai berikut.
a. 1K 2,00 -- 2,75 = memuaskan
b. IPK 2,76 -- 3,50 sangat memuaskan
c. IPK 3,51-- 4,00 = dengan pujian
120
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut.
1) Ada tiga faktor internal dan dua faktor eksternal yang berpengaruh
terhadap rendahnya tingkat pemahaman tata bahasa Inggris mahasiswa.
Faktor internalnya adalah (1) kurangnya kegiatan praktik berbahasa yang
dilakukan secara langsung dengan penutur asli/native speaker dan waktu
terbatas dalam me-review bahan ajar yang diberikan dosen; (2) kurangnya
penguasaan kosakata bahasa Inggris serta perubahan kata kerja yang
sangat membingungkan khususnya dalam tenses; dan (3) kurangnya rasa
percaya diri karena takut melakukan kesalahan saat berkomunikasi dan
kesadaran dan upaya belajar mahasiswa tentang pentingnya bahasa Inggris
bagi masa depan. Faktor eksternalnya, yakni (1) kurangnya fasilitas yang
disiapkan oleh kampus misalnya laboratorium bahasa yang tidak
sebanding dengan jumlah mahasiswa dan (2) penyampaian materi ajar oleh
dosen yang kurang baik karena tidak tersedianya modul/bahan ajar.
2) Penerapan ERWRT telah berhasil meningkatkan kemampuan tata bahasa
Inggris mahasiswa yang dapat dilihat dari pencapaian mahasiswa pada
kegiatan pra-tindakan, siklus I dan II.
a) Perbandingan hasil pra-tindakan, siklus I, dan II menunjukkan bahwa
pada hasil pra-tindakan ada dari 35 orang mahasiswa ditemukan 11
121
orang tidak mencapai nilai 55 yang merupakan SKM yang ditetapkan
oleh program studi. Pada kolom 3 siklus I dan II tampak bahwa semua
mahasiswa memenuhi SKM. Pada kolom 4 siklus I dari 29 orang
mahasiswa ditemukan 1 orang memeroleh nilai di bawah SKM. Nilai
rata-rata kolom 3 tes awal siklus I adalah 98 meningkat menjadi 99
pada hasil tes akhir. Nilai rata-rata tes awal kolom 4 adalah 77
meningkat menjadi 97 pada tes akhir. Nilai rata-rata teas awal kolom 3
adalah 84 dan meningkat menjadi 98 pada tes akhir. Nilai rata-rata tes
awal kolom 4 adalah 53 meningkat menjadi 92 pada tes akhir.
b) Pada siklus I ditemukan enam KTB yaitu (1) Ketidaksesuaian subjek
dan verba, (2) Kesalahan penggunaan preposisi, (3) Kesalahan
penggunaan artikel, (4) Kesalahan dalam pembentukan kalimat pasif,
(5) Kesalahan penggunaan to be, dan (6) Penggunaan verba ganda.
Ada tiga KNTB yaitu KE, KD dan TMJ. Pada siklus II masih
ditemukan tiga KNTB yang sama serta enam KTB. Ada lima KTB
pada siklus II yang sama seperti KTB pada siklus I kecuali Kesalahan
penggunaan artikel. KTB baru yang ditemukan pada siklus II adalah
Ketidaksesuain jumlah dan nomina. Pada siklus II frekuensi kesalahan-
kesalahan yang ditemukan pada siklus I sudah jauh berkurang.
c) Tes ini dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman tata bahasa
dan keterampilan menulis. Tes ini juga dapat dipadukan dalam
menganalisis kesalahan tata bahasa melalui bahan bacaan tetapi tes ini
122
belum dapat diaplikasikan dalam meningkatkan keterampilan
mendengarkan dan berbicara.
d) Tanggapan mahasiswa terhadap penerapan jenis tes ERWRT dalam
membantu pemahaman tata bahasa Inggris mereka adalah (1) ERWRT
sangat membantu dalam memahami tata bahasa Inggris karena harus
memberikan alasan yang benar atas pilihan; (2) membantu dalam
pemilihan kata yang tepat sehingga jawaban yang diberikan tidak
dipahami secara salah; (3) tidak boleh asal menjawab karena jawaban
yang salah akan merugikan; dan (4) lebih teliti dalam menganalisis
kesalahan yang ada di dalam kalimat karena jika salah menganalisis
maka alasan yang diberikan pun akan salah.
6.2 Saran
Saran-saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1) Penelitian dengan menerapkan model evaluasi ERWRT telah berhasil
berhasil meningkatkan pemahaman tata bahsa Inggris mahasiswa. Oleh
karena itu, dosen atau staf pengajar dapat mengembangkan evaluasi
belajar melalui pengaplikasian jenis tes ERWRT untuk mengukur
tingkat pemahaman peserta didik secara lebih tepat khususnya dalam
pemahaman tata bahasa dan peningkatan keterampilan menulis.
Peningkatan pemahaman tata bahasa Inggris ini erat kaitannya dengan
123
peningkatan kognitif dan memperkuat daya saing mereka di dunia kerja
nantinya.
2) Kolom 5/kolom alasan, dapat juga digunakan untuk meningkatkan
kompentensi mahasiswa melalui bahan bacaan berbahasa Inggris yang
telah disusun sebagai tes yang diberikan kepada mahasiswa untuk
melakukan analisis kesalahan tata bahasa, ejaan, dan diksi. Kesalahan
tata bahasa dapat digunakan sebagai acuan penyusunan bahan ajar dan
fokus pembahasan dalam proses belajar mengajar.
3) Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menerapkan metode lain
yang dapat meningkatkan kemampuan keterampilan mendengarkan dan
berbicara.