Upload
trandang
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI
MODEL QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS IV SDN 02
PERENG MOJOGEDANG KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
YAYUK KRISTIN SRIWIYANA
K7108023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI
MODEL QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS IV SDN 02
PERENG MOJOGEDANG KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
YAYUK KRISTIN SRIWIYANA
K7108023
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Yayuk Kristin Sriwiyana. K7108023. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI MODEL QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS IV SDN 02 PERENG MOJOGEDANG KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi melalui model quantum learning pada siswa kelas IV SDN 02 Pereng Mojogedang Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan/tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 02 Pereng Mojogedang Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa yang diteliti adalah 43 siswa, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan. Sedangkan objeknya adalah keterampilan menulis narasi oleh siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pada tahap prasiklus nilai rata-rata keterampilan menulis narasi siswa yaitu 62,93 dengan prosentase klasikal sebesar 44,18% atau sebanyak 19 siswa. Pada siklus I nilai rata-rata keterampilan menulis narasi siswa mengalami peningkatan yaitu 73,42 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 74,42% atau sebanyak 32 siswa. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata keterampilan menulis narasi siswa mengalami peningkatan kembali menjadi 81,80 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 93,02% atau sebanyak 40 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan ketuntasan klasikal dari tindakan pra siklus ke tindakan siklus I sebesar 30,24%, peningkatan ketuntasan klasikal dari tindakan siklus I ke tindakan siklus II sebesar 18,60%, dan peningkatan ketuntasan klasikal dari tindakan pra siklus ke tindakan siklus II sebesar 48,84%.
Simpulan penelitian ini adalah melalui penerapan model quantum learning dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas IV SDN 02 Pereng Mojogedang Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
Kata kunci : keterampilan, menulis narasi, quantum learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Yayuk Kristin Sriwiyana. K7108023. IMPROVING NARRATIVE WRITING SKILLS IN QUANTUM LEARNING MODEL OF 4th GRADE STUDENTS OF SDN PERENG MOJOGEDANG KARANGANYAR. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University Surakarta 2012. This purpose of the research is to improve narrative skills in quantum learning model of 4th grade students of SDN Pereng Mojogedang Karanganyar in the academic year of 2011/2012. The research (PTK) that carried out in two cycle. Each cycle consist of 4 step, that is Planning, implementation/action, observation, and reflection. The subject of the study in this research is the 4th grade students of SDN Pereng Mojogedang Karanganyar in the academic year of 2011/2012. There were 43 students consisting 18 male students and 25 female students. While the object is narrative writing skill by students. The technique used for collecting data is interview, observation test and documentation. The validity of the data used for is triangulation of the data and triangulation methods. In this study, the technique used for collecting data is the interactive analysis technique.
Base on the result of the study, it is known that in the pre-cycle step the average value of narrative writing skill of the students is 62.93, with the classical percentage of 44,18% or as many as 19 students. In the 1st cycle the average value of narrative writing skill of the student was improved that is 73, 42 with the percentage which is the classical completeness of 74,42% or as many as 32 students. Whereas in the 2nd cycle the average value of narrative writing skill of the students improved become 81,80 with the percentage classical completeness of 93,02% or as many as 40 students. It is prove that there is a improve classical completeness by the action of pre-cycle to the action of 1st action cycle of 30,24%, the improving classical from the action 1st cycle to the 2nd cycle is 18,60%, and the improving classical completeness from the pre-cycle action to the 2nd action is 48,84%.
The result of the study is the application of quantum learning model can improve the narrative writing skill of 4th grade students of SDN Pereng Mojogedang Karanganyar of the academic year of 2011/2012.
Key Word : skill, narrative writing, quantum learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Rahasia kesuksesan adalah persiapan, kerja keras, dan belajar dari kegagalan
(Collin Powel)
karya itu dengan
kecemerlangan
(Anies Baswedan)
"Nilai prestasi terletak dalam mencapainya."
(Albert Einstein)
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Dengan mengharap kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ku persembahkan skripsi ini
kepada:
Bapak dan Ibuku (Bapak Supriyanto dan Ibu Sriatun)
Doa kalian yang tiada henti di setiap sujudmu, dukungan secara materiil dan
spiritual, serta kasih sayang yang tiada terbatas engkau berikan kepadaku.
Kakak dan adikku tercinta (Arik dan Dhita)
Terima kasih telah memberi bantuan, semangat, dan dukungan selama ini.
Sahabat-sahabatku (Okta dan Tia)
Terima kasih karena telah memberi semangat, motivasi, dan selalu ada di sampingku dalam suka maupun duka.
Rendra Wijaya
Terima kasih atas segala bantuan dan dukungan selama ini.
Teman-teman Kelas A S1 PGSD UNS angkatan 2008
Terimakasih atas segala bantuan, semangat, dan kerjasamanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat,
rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
Penelitian Tindakan Kelas Peningkatan Keterampilan Menulis
Narasi Melalui Model Quantum Learning Pada Siswa Kelas IV SDN 02 Pereng
Mojogedang Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012
untuk memenuhi salah satu syarat melakukan penelitian dan guna memperoleh
gelar Sarjana pada program PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam menyusun skripsi ini, tentunya peneliti tidak lepas dari bantuan
maupun kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan
terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Dra. Yulianti, M. Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dra. Noer Hidayah, M. Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan
kepada penulis selama menjadi mahasiswi di Program Studi PGSD FKIP
UNS.
8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PGSD UNS yang secara tulus
memberikan ilmunya kepada penulis.
9. Kepala Sekolah SDN 02 Pereng yang telah memberikan izin penulis untuk
melaksanakan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
10. Sugeng Riyadi, A. Ma. Pd. selaku guru kelas IV SDN 02 Pereng yang
bersedia untuk berkolaborasi dengan penulis.
11. Para siswa SDN 02 Pereng yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam
pelaksanaan penelitian ini.
12. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan tugas
ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan,bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca.
Surakarta, Juni 2012
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 7
A. Kajian Pustaka ......................................................................... 7
1. Hakikat Keterampilan menulis narasi ................................. 7
a. Pengertian Keterampilan ................................................ 7
b. Pengertian Menulis Narasi .............................................. 8
c. Tahap- tahap Menulis ..................................................... 11
d. Tujuan Menulis ................................................................ 14
e. Manfaat Menulis .............................................................. 15
f. Jenis- jenis Karangan Narasi ........................................... 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
g. Ciri- ciri Karangan Narasi ............................................... 19
h. Langkah- langkah Menulis Narasi .................................. 19
i. Penilaian Menulis Narasi ................................................. 21
j. Keterampilan Menulis Narasi di SD ............................... 23
2. Hakikat Model Quantum Learning .................................... 25
a. Pengertian Model ........................................................... 25
b. Pengertian Model Quantum Learning ........................... 26
c. Karakteristik Model Quantum Learning ....................... 27
d. Asas Utama Model Quantum Learning ......................... 28
e. Prinsip- Prinsip Model Quantum Learning ................... 29
f. Kerangka Model Quantum Learning ............................ 30
g. Langkah- Langkah Model Quantum Learning .............. 31
h. Kelebihan dan Kelemahan Model Quantum Learning .. . 32
B. Penelitian Yang Relevan .......................................................... 34
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 37
D. Hipotesis Tindakan ................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 40
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 40
B. Subjek Penelitian ..................................................................... 40
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................ 41
D. Sumber Data ........................................................................... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 44
F. Validitas Data .......................................................................... 46
G. Teknik Analisis Data ............................................................... 47
H. Indikator Kinerja ...................................................................... 48
I. Prosedur Penelitian .................................................................. 49
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN ............................... 54
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................... 54
B. Deskripsi Kondisi Awal ........................................................ 55
C. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .................................. 57
1. Tindakan Siklus I ............................................................... 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
2. Tindakan Siklus II ............................................................. 67 D. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus ........................... 78
E. Pembahasan .......................................................................... 80
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ........................................ 82 A. Simpulan .................................................................................. 82
B. Implikasi .................................................................................. 82
C. Saran ....................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 85
LAMPIRAN ................................................................................................... 89
`
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 perbedaan narasi ekspositoris dan narasi sugestif........................... 18
Tabel 2.2 Penilaian Keterampilan Menulis Narasi ........................................... 21
Tabel 4.1 Data Nilai Keterampilan Menulis Narasi Tahap Prasiklus .............. 56
Tabel 4.2 Data Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siklus I ............................ 65
Tabel 4.3 Perbandingan Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Narasi
Antara Tahap Prasiklus Dan Siklus I ............................................... 66
Tabel 4.4 Data Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siklus II .......................... 75
Tabel 4.5 Perbandingan Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Narasi
Antara Prasiklus, Siklus I, Dan Siklus II .......................................... 77
Tabel 4.6 Peningkatan Rata-Rata Nilai Keterampilan Menulis Narasi dan
Prosentase Ketuntasan Klasikal pada Tahap Prasiklus, Siklus I,
dan Siklus II ................................................................................ 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ................................................................ 38
Gambar 3.1 Siklus Model Kurt Lewin ..................................................... 43
Gambar 3.2 Siklus Analisis Interaktif ...................................................... 48
Gambar 3.3 Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) .................. 53
Gambar 4.1 Grafik Nilai Keterampilan Menulis Narasi Tahap Prasiklus 55
Gambar 4.2 Grafik Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siklus I ............. 65
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Ketuntasan Nilai Keterampilan
Menulis Narasi Antara Prasiklus dan Siklus I ..................... 67
Gambar 4.4 Grafik Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siklus II ........... 76
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Ketuntasan Nilai Keterampilan
Menulis Narasi Antara Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II .... 77
Gambar 4.6. Grafik Peningkatan Nilai Keterampilan Menulis Narasi
Pada Tahap Prasiklus, Siklus I, dan Siklus
II.......................................................................................... 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................ 89
Lampiran 2. Silabus Pembelajaran......................................................... 90
Lampiran 3. Kisi- Kisi Soal ................................................................... 94
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I .......... 95
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ........ 126
Lampiran 6. Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Diterapkan
Model Quantum Learning ................................................. 154
Lampiran 7. Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Diterapkan
Model Quantum Learning ................................................. 156
Lampiran 8. Daftar Nilai Keterampilan Menulis Narasi Tahap
Prasiklus ............................................................................ 158
Lampiran 9. Daftar Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siklus I
Pertemuan1 ........................................................................ 160
Lampiran 10. Daftar Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siklus I
Pertemuan 2 ....................................................................... 162
Lampiran 11. Daftar Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siklus II
Pertemuan1 ........................................................................ 164
Lampiran 12. Daftar Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siklus II
Pertemuan 2 ....................................................................... 166
Lampiran 13. Nilai Rata-rata Keterampilan Menulis Narasi Tahap
Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II ........................................ 168
Lampiran 14. Pedoman Penilaian Keteranpilan Menulis Narasi ............. 170
Lampiran 15. Pedoman Lembar Observasi Guru kepada Peneliti
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ....................... 172
Lampiran 16. Pedoman Lembar Penilaian Kemampuan Guru ................ 174
Lampiran 17. Penjelasan Deskriptor Observasi RPP .............................. 177
Lampiran 18. Penjelasan Deskriptor Penilaian Kemampuan Guru ......... 181
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Lampiran 19. Lembar Observasi Guru kepada Peneliti Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan 1 ... 189
Lampiran 20. Lembar Observasi Guru kepada Peneliti Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan 2 .. 191
Lampiran 21. Lembar Observasi Guru kepada Peneliti Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan ..... 193
Lampiran 22. Lembar Observasi Guru kepada Peneliti Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan 2 .. 195
Lampiran 23. Lembar Penilaian Kemampuan Guru Siklus I Pertemuan
1 ......................................................................................... 197
Lampiran 24. Lembar Penilaian Kemampuan Guru Siklus I Pertemuan
2 ......................................................................................... 200
Lampiran 25. Lembar Penilaian Kemampuan Guru Siklus II Pertemuan
1 ......................................................................................... 203
Lampiran 26. Lembar Penilaian Kemampuan Guru Siklus II Pertemuan
2 ......................................................................................... 206
Lampiran 27. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ..... 209
Lampiran 28. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ..... 211
Lampiran 29. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1... 213
Lampiran 30. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 215
Lampiran 31. Dokumentasi Penelitian ................................................... 217
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat atau sarana yang sangat penting dalam kehidupan
manusia karena bahasa digunakan untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada
orang lain, serta dapat digunakan untuk mengembangkan ekspresi dan
kemampuan intelektual yang dimiliki oleh seseorang. Menurut St. Y. Slamet
(2008 : 6) mengemukakan bahwa pembelajaran bahasa yang utama ialah sebagai
alat komunikasi seseorang, anak belajar bahasa karena didesak oleh kebutuhan
dengan orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu sedini mungkin anak-anak
diarahkan agar mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
untuk keperluan berkomunikasi dalam berbagai situasi. Komunikasi yang
dipergunakan antarmanusia tersebut tidak lain adalah bahasa. Pada hakikatnya,
belajar bahasa ialah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa
Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi
dengan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis.
Keterampilan berbahasa ada beberapa aspek, menurut Henry Guntur
Tarigan(2008: 1) mengemukakan bahwa keterampilan berbahasa mencakup empat
aspek, yaitu (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3)
keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Keempat keterampilan ini
saling berkaitan satu sama lain, tidak terpisah pisah sehingga membentuk
kesatuan yang utuh dalam proses pemerolehan bahasa setiap orang. Menurut St.
Y. Slamet (2008 : 6) mengemukakan bahwa keterampilan menyimak dan
membaca merupakan keterampilan berbahasa yang reseptif sedangkan
keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang
produktif. Keterampilan berbicara dan menulis digunakan untuk menyampaikan
informasi. Salah satu keterampilan bahasa Indonesia yang penting dalam
kehidupan sehari-hari ialah keterampilan menulis sebagai media komunikasi
tertulis yang efektif. Menurut Suparno dan M. Yunus (2003: 1.3) menulis dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya. Sejalan dengan pendapat
tersebut menurut Sabarti Akhadiah (1997: 1.3) menulis didefinisiskan sebagai
suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulisan sebagai
mediumnya. Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
menulis itu bukan hanya berupa melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan
juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup
seseorang dalam bahasa tulis. Dalam menulis seseorang dapat menyampaikan dan
menuangkan ide-ide serta gagasan yang dimilikinya kepada pembaca.
Dalam keterampilan menulis diperlukan beberapa keterampilan dasar
untuk menghasilkan suatu karya tulisan. Sejalan dengan hal tersebut M. Atar Semi
(1990: 10) mengungkapkan bahwa untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik
mengharuskan setiap penulis memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis
yaitu sebagai berikut:
(1) Keterampilan berbahasa, keterampilan berbahasa ini merupakan keterampilan yang paling penting. Pada hakekatnya menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa, merupakan kegiatan perekaman bahasa lisan ke dalam bentuk bahasa tulis. Keterampilan berbahasa yang diperlukan seorang penulis mencakup keterampilan menggunakan ejaan, tanda baca, pembentukan kata, dan penggunaan kalimat efektif, (2) Keterampilan penyajian, yaitu keterampilan pembentukan dan pengembangan paragraf, keterampilan memerinci pokok bahasan menjadi subpokok bahasan, menyusun pokok bahasan dan subpokok bahasan ke dalam susunan yang sistematis, dan (3) Keterampilan perwajahan, yaitu keterampilan tipografi dan pemanfaatan sarana tulis secara efektif dan efisien, seperti penyusunan format, pemilihan ukuran kertas, tipe huruf, penjilidan, penyusunan tabel, dan lain-lain.
Berdasar pada uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang
penulis jika akan menghasilkan suatu tulisan yang baik harus mempunyai
keterampilan dasar, ketiga keterampilan dasar tersebut diantaranya yaitu (1)
keterampilan berbahasa, (2) keterampilan penyajian, dan (3) keterampilan
perwajahan karena. Ketiga keterampilan tersebut sangat penting dan menunjang
dalam keberhasilan dalam menulis. Jika tidak memiliki ketiga keterampilan
tersebut seseorang akan mengalami kesukaran dalam menghasilkan tulisan yang
menarik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Saat ini pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar masih
didominasi oleh aspek-aspek pengetahuan. Para pelajar lebih banyak belajar
tentang bahasa, bukan belajar berbahasa sehingga kemampuan para siswa untuk
menyusun sebuah karya pikir baik dalam bentuk tulis ataupun lisan kurang
berkembang secara optimal. Karena selama ini pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya menulis hanya menfokuskan pada penyampaian materi atau teori
menulis. Kemudian siswa diminta menulis menurut imajinasi mereka masing-
masing. Pada kenyataannya banyak siswa yang belum mampu menulis dengan
baik dan benar dalam menulis narasi atau cerita,sehingga siswa banyak
menemukan kesulitan dan siswa cenderung pasif untuk mengembangkan ide
kreatifnya.
Berdasarkan hasil tes kemampuan awal menulis narasi pada siswa kelas IV
SDN 02 Pereng (lampiran 8 halaman 158), diperoleh data sebagai berikut 44,18%
atau sebanyak 19 siswa mendapat nilai diatas KKM dan terdapat 55,82% atau 24
siswa mendapat nilai dibawah KKM. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui
bahwa masih banyak siswa kelas IV SDN 02 Pereng yang mendapat nilai dibawah
KKM dan ini berarti kemampuan siswa kelas IV SDN 02 Pereng dalam menulis
narasi masih rendah.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan antara peneliti dengan guru
kelas IV SDN 02 Pereng sebelum tindakan (lampiran 6 halaman 154) diketahui
beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya keterampilan menulis narasi antara
lain dikarenakan pertama siswa kurang berminat atau termotivasi dalam kegiatan
menulis, yang kedua siswa terlalu pasif karena pembelajaran banyak didominasi
oleh guru, faktor ketiga yang menyebabkan rendahnya keterampilan menulis
adalah kurangnya latihan keterampilan menulis yang diterapkan dalam
pembelajaran, dan faktor yang terakhir adalah faktor yang sangat berpengaruh
yaitu guru masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional sehingga
mengurangi minat dan antusiasme siswa, dan membuat pembelajaran bahasa
Indonesia dalam keterampilan menulis menjadi membosankan.
Berpijak dari ulasan diatas, maka perlu segera dilakukan tindakan
perbaikan untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
SDN 02 Pereng agar tidak berkelanjutan. Sebagai salah satu solusinya, seorang
guru dituntut kemampuannya untuk menggunakan model pembelajaran yang
tepat. Model dalam pembelajaran memang banyak dan baik tetapi tidak semua
model tepat digunakan dalam pencapaian tujuan pembelajaran tertentu. Di
jelaskan Sri Anitah (2009:45) bahwa model pembelajaran ialah suatu kerangka
berpikir yang dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas
diperlukan penggunaan model pembelajaran yang tepat agar tercipta kondisi
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan materi dapat tersampaikan
secara efektif sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai
dengan optimal. Salah satu model yang dapat diterapkan secara tepat dan
melibatkan siswa aktif untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa sekolah
dasar adalah model Quantum Learning.
Quantum Learning adalah sebuah model pembelajaran yang
menyenangkan yang digagas oleh Bobbi DePorter. Model ini mempunyai
kerangka pembelajaran TANDUR yaitu (Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) ( Sugiyanto, 2009:84) di dalam model ini
siswa akan diajak belajar dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan,
sehingga peserta didik akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman
baru dalam belajarnya. Pembelajaran kuantum atau Quantum Learning
mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung
lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.
Adapun alasan pemilihan model Quantum Learning adalah dengan
pertimbangan bahwa model ini dirasa lebih tepat yaitu lebih efektif dan lebih
efisien untuk diterapkan dalam pembelajaran keterampilan menulis narasi. Model
Quantum Learning ini diterapkan untuk menjawab permasalahan berbagai
penyebab rendahnya keterampilan menulis narasi siswa. Model Quantum
Learning ini dikatakan efektif dan efisien karena Quantum Learning memiliki
unsur demokrasi dalam setiap pengajarannya sehingga memberikan kesempatan
yang luas kepada seluruh siswa untuk terlibat aktif dan berpartisipasi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
pembelajaran. Selain itu, Quantum Learning
sehingga diharapkan dengan mengakui setiap kegiatan dan usaha yang dilakukan
oleh anak, anak akan merasa senang dan terus termotivasi untuk terus
meningkatkannya. Dan yang paling menonjol dari Quantum Learning adalah
penciptaan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, jadi diharapkan
dalam pembelajaran menulis narasi jika dapat tercipta suasana yang sedemikian
rupa, ide-ide kreatif dan gagasan-gagasan yang ada dalam diri anak dapat tertuang
dalam tulisan-tulisan yang baik selain itu siswa akan merasa senang dan tertarik
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Berdasar pada uraian diatas, peneliti terdorong untuk melakukan upaya
peningkatan keterampilan menulis narasi melalui penelitian tindakan kelas yang
berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Model
Quantum Learning Pada Siswa Kelas IV SDN 02 Pereng Mojogedang
Karanganyar Tahun P
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah
Quantum Learning dapat
meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas IV SDN 02 Pereng
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi melalui
model Quantum Learning pada siswa kelas IV SDN 02 Pereng Mojogedang
Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang
menulis narasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
b. Dengan penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan dalam proses
pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya menulis narasi.
c. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengajar (guru)
dalam memilih model pembelajaran yang tepat salah satunya yaitu model
Quantum Learning yang memberikan cara belajar dalam suasana nyaman dan
menyenangkan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1. Meningkatkan keaktifan siswa untuk belajar bahasa Indonesia khususnya
pelajaran menulis karangan narasi.
2. Bertambahnya kreatifitas siswa dalam menuangkan ide-ide atau gagasan-
gagasan serta pengalamannya secara tertulis dalam bentuk karangan.
b. Bagi Guru
1. Bertambahnya pengetahuan tentang pemanfaatan Quantum Learning
sebagai model pembelajaran
2. Meningkatnya motivasi guru dalam menerapkan model-model
pembelajaran yang lebih bervariasi dan inovatif sehingga pembelajaran
akan lebih menarik dan optimal.
3. Meningkatnya kualitas pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya menulis
narasi dengan menggunakan model Quantum Learning.
4. Meningkatnya kinerja guru dalam mengajar yang profesional.
c. Bagi Sekolah
1. Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan
proses pembelajaran, untuk menciptakan pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kualitas
peserta didik dan sekolah.
2. Meningkatkan iklim pembelajaran yang kondusif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Keterampilan Menulis Narasi
a. Pengertian Keterampilan
Keterampilan seseorang di dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau
bidang tertentu jelas berbeda-beda. Keterampilan itu hanya dapat diperoleh
melalui proses belajar dan latihan yang berkesinambungan. Dengan
keterampilan, seseorang akan mampu menghasilkan suatu pola pikir dan karya
inovatif dengan penyelesaian yang efektif dan efisien. Menurut Soemarjadi,
Muzni Ramanto, dan Wikdati Zahri (2001: 2) berpendapat bahwa kata
keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan
adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar.
Ruang lingkup keterampilan cukup luas meliputi kegiatan berupa perbuatan,
berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan sebagainya.
Menurut Oemar (2010: 174) keterampilan meliputi beberapa
karakteristik. Karakteristik tersebut antara lain rangkaian respon, berupa
koherensi, kontinuitas dan kompleksitas.
Keterampilan menurut Muhibbin (2010: 117) diartikan sebagai suatu
kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang
lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik,
olahraga, dsb. Meskipun sifatnya motorik, tetapi keterampilan itu memerlukan
koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
Berpijak dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa keterampilan adalah kemampuan bertindak atau melakukan suatu
pekerjaan (tugas) dengan baik, cermat, cepat, dan tepat. Seseorang yang dapat
melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil.
Demikian pula, apabila seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan benar
tetapi lambat juga tidak dapat dikatakan terampil. Jadi, keterampilan itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
berlandaskan pada kecepatan dan ketepatan tertentu sehingga seseorang tidak
akan merasakan kesulitan-kesulitan yang berarti dalam pekerjaannya.
b. Pengertian Menulis Narasi
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Dalam
kehidupan sehari-hari kitasering menggunakan bahasa tulis untuk
berkomunikasi.Menulis merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi yang
efektif dan efisien. Oleh karena itu, menulis memegang peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari.Menurut Suparno dan M. Yunus (2003: 1.3) menulis
dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)
dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya.
J. D Parera (1986: 3) mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu
proses. Kegiatan menulis harus mengalami tahap prakarsa, tahap pelanjutan,
tahap revisi, dan tahap pengakhiran. Sedangkan Yant Mujiyanto, dkk (1992:
63) mengemukakan bahwa menulis adalah menyusun buah pikiran atau data
informasi yang diperoleh menurut organisasi penulisan sistematis sehingga
tema karangan/tulisan yang disampaikan mudah dipahami oleh pembaca.
H.G Tarigan (2008: 21) berpendapat bahwa menulis adalah
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat
membaca lambang tersebut. Sedangkan menurut, Trudy Wallace (2004: 15)
writing is the final product of several separate acts
Artinya menulis
merupakan produk akhir dari beberapa tindakan yang terpisah, diantara
kegiatan yang terpisah antara lain memperhatikan, mengidentifikasi ide
pokok, membuat garis besar, membuat konsep, dan mengedit.
Sementara itu menurut Sabarti Akhadiah (1997: 1.3) menulis
didefinisiskan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan
menggunakan bahasa tulisan sebagai mediumnya.
Menurut pendapat Mulyono Abdurrahman (2003: 224) kegiatan
menulis adalah kegiatan yang menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dalam bentuk lambang-lambang bahasa grafis dan kegiatan menulis dilakukan
untuk keperluan mencatat dan komunikasi.
Pengertian menulis menurut Elina Syarif (2010: 5) merupakan suatu
komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan
dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan
menggunakan simbol-simbol. Sehingga dapat dibaca seperti yang diwakili oleh
simbol tersebut.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan yang
melahirkan pikiran-pikiran atau ide-ide dan menyampaikan maksudnya
kepada pihak lain secara tertulis.
Narasi merupakan salah satu jenis karangan yang biasanya
menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Menurut Gorys Keraf (2003: 135)
pengertian narasi adalah:
1) Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu.
2) Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu.
3) Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
Pengertian narasi menurut Jazir Burhan dan Undang Misdan (1980:
47) ialah suatu bentuk karangan yang bersifat cerita, menyajikan suatu
kejadian atau beberapa kejadian dan bagaimana berlangsungnya kejadian itu.
Menurut Lamuddin Finoza (2001:194) karangan narasi (berasal dari
narration = bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan,
mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk, perbuatan manusia dalam sebuah
peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan
waktu.
Menurut Mudrajad Kuncoro (2009: 77) narasi berasal dari kata to
narrate yang berarti bercerita. Cerita adalah rangkaian peristiwa atau kejadian
secara kronologis, baik fakta maupun rekaan atau fiksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Sementara itu menurut Suparno dan M. Yunus (2003:4.28)
mengungkapkan:
Narasi atau yang sering disebut dengan naratif berasal dari bahasa inggris narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan) jadi karangan narasi adalah karangan yang berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis) dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.
Pengertian narasi menurut Liang Gie (1992: 18) ialah suatu bentuk
pengungkapan yang menyampaikan pengalaman dalam kerangka urutan
waktu kepada pembaca dengan maksud untuk meninggalkan kesan tentang
perubahan atau gerak sesuatu dari pangkal awal sampai titik akhir.
Menurut Marjorie Lylod dalam international journal (2009: 6)
mengemukakan bahwa : Narratives provide us with stories or accounts of
everyday events that are often taken for granted. Yang artinya narasi
merupakan suatu cerita yang menceritakan kebenaran dari peristiwa sehari-
hari.
Sedangkan menurut Sabarti Akhadiah (1997: 1.14) mengungkapkan
bahwa narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu
peristiwa. Sasarnnya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya
kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan, atau rangkaian terjadinya
sesuatu hal.
Berdasar pada uraian pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa narasi adalah suatu karangan yang menceritakan suatu kejadian atau
peristiwa berdasarkan urutan waktu. Di Sekolah Dasar kegiatan menulis narasi
lebih mudah karena menulis narasi itu sendiri menulis yang menceritakan
suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu. Sehingga dalam kegiatannya anak
dapat menceritakan pengalamannya sendiri ataupun pengalaman orang-orang
disekitarnya yang dengan mudah untuk dituangkan dalam tulisan karena anak
menceritakannya berdasarkan urutan waktu kejadiannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
c. Tahap- Tahap Menulis
Kegiatan keterampilan menulis ada beberapa tahap dalam kegiatannya
untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik. Menurut Suparno dan M. Yunus
(2003: 1.13) sebagai suatu proses menulis merupakan serangkaian aktivitas
yang terjadi dan melibatkan beberapa fase yaitu fase prapenulisan (persiapan),
penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi
atau penyempurnaan tulisan).
Sejalan dengan pendapat diatas tahap-tahap menulis menurut Sabarti
Akhadiah (1997: 1.21-1.31) antara lain :
a) Tahap Prapenulisan Pada tahap prapenulisan mencakup aktivitas-aktivitas sebagai berikut : (1) Menentukan topik (2) Mempertimbangkan maksud atau tujuan penulisan (3) Memperhatikan sasaran karangan (pembaca) (4) Mengumpulkan informasi pendukung (5) Mengorganisasikan ide dan informasi
b) Tahap Penulisan Pada tahap ini adalah tahap mengembangkan ide-ide menjadi sebuah karangan. Pada tahap ini jika telah menyelesaikan buram (draft) pertama karangan. Tahap selanjutnya ialah memeriksa, menilai, dan memperbaiki buram itu sehingga benar-benar menjadi karangan yang baik.
c) Tahap Pascapenulisan Tahap ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang dihasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi).
Menurut Haryadi dan Zamzani (1996: 77-81) proses penulisan terdiri
atas lima tahap antara lain:
a) Pramenulis Pramenulis merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini seorang
penulis melakukan berbagai kegiatan, seperti menemukan ide gagasan, menentukan judul karangan, menentukan tujuan, memilih bentuk atau jenis tulisan, membuat kerangka, dan mengumpulkan bahan-bahan.
b) Menulis Tahap menulis dimulai dengan menjabarkan ide ke dalam bentuk
tulisan. Pada tahap ini diperlukan pula berbagai pengetahuan kebahasaan dan teknik penulisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
c) Merevisi Tahap merevisi ini dilakukan koreksi terhadap keseluruhan
karangan. Koreksi dilakukan terhadap berbagai aspek, misalnya struktur karangan dan kebahasaan.
d) Mengedit Tahap pengeditan ini diperlukan format baku yang akan menjadi
acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk tulisan, dan pengaturan spasi. e) Mempublikasikan
Mempublikasikan mempunyai dua pengertian. Pengertian pertama publikasi berarti menyampaikan karangan dalam bentuk cetakan, sedangkan pengertian kedua menyampaikan dalam bentuk non cetakan. Penyampaian non cetakan dapat dilakukan dengan pementasan, penceritaan, peragaan, dan sebagainya. Agar hasil tulisan menjadi lebih baik, maka dalam kegiatannya akan
dibutuhkan beberapa tahap-tahap menulis. Menurut St.Y. Slamet (2008: 97)
bahwa menulis merupakan serangkaian aktivitas (kegiatan) yang terjadi dan
melibatkan beberapa fase (tahap) yaitu fase pramenulis (persiapan), penulisan
(pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau
penyempurnaan tulisan).
Sehubungan dengan hal itu DePorter dan Hernacki (2006: 194)
menyatakan ada tujuh tahapan dalam proses penulisan:
(1) persiapan, yaitu mengelompokkan dan memulai menulis; (2) draft-kasar, yaitu mencari dan mengembangkan gagasan; (3) berbagi, memberikan draft tulisan untuk di baca orang lain dan mendapatkan umpan balik; (4) perbaikan, yaitu memperbaiki tulisan; (5) penyuntingan, adalah memperbaiki semua kesalahan, tata bahasa, dan tanda baca; (6) penulisan kembali, memasukkan isi yang baru dan perubahan penyuntingan; dan (7) evaluasi, yaitu memeriksa apakah sudah selesai ataukah belum.
Menurut M. Atar Semi (1990: 11-merupakan mengalami suatu proses yang secara sadar dilalui dan secara sadar pula dilihat hubungan satu dengan yang lain, sehingga berakhir pada suatu tujuan yang jelas. Sebagai suatu proses, menulis itu dilaksanakan secara garis besar atas tujuh langkah antara lain: a) Pemilihan dan Penetapan Topik
Memilih dan menetapkan topik merupakan suatu langkah awal yang
penting, sebab tidak ada tulisan tanpa ada sesuatu yang hendak ditulis. Di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dalam memilih dan menetapkan topik ini diperlukan pula danya
keterampilan dan kesungguhan.
b) Pengumpulan Informasi
Langkah kedua yang harus ditempuh adalah mengumpulkan informasi dan
data bagi kelengkapan serta pengayan topik yang telah dipilih. Hal ini
dilakukan agar tulisan tersebut menjadi tulisan yang berbobot dan
meyakinkan.
c) Penetapan Tujuan
Menerapkan tujuan tulisan adalah langkah ketiga yang merupakan langkah
penting sebelum mulai menulis, karena tujuan itu sangat berpengaruh
dalam menetapkan bentuk, panjang, sifat, dan cara penyajian tulisan.
d) Perancangan Tulisan
Langkah keempat yaitu merancang tulisan dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan menilai kembali informasi dan data, memilih subtopik yang perlu
dimuat, melakukan pengelompokkan topik-topik kecil ke dalam suatu
kelompok yang lebih besar dan memilih suatu sistem notasi dan sistem
penyajian yang dianggap paling baik.
e) Penulisan
Langkah kelima dari tahap menulis yaitu penulisan. Di dalam penulisan
perlu dipilih organisasi dan sistem penyajian yang tepat. Artinya, tepat
menurut jenis tulisan, tepat menurut topik, dan tepat menurut tujuan atau
sasaran tulisan.
f) Penyuntingan atau Revisi
Langkah yang ketujuh ialah kegiatan menyunting, kegiatan ini amatlah
penting. Bahkan dapat dikatakan menyunting sama pentingnya dengan
menulis. Sebuah tulisan belum selesai ditulis sebelum selesai disunting.
Cara menyunting yang paling baik adalah dengan membiarkan tulisan itu
terendap beberapa waktu setelah penulisan dan kemudian melakukan
suntingan dengan membaca teliti serta menganggap bahwa tulisan yang
dihadapi sewaktu menyunting itu adalah tulisan orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
g) Penulisan Naskah Jadi
langkah ketujuh setelah penyuntingan langkah terakhir tentu saja harus
ditulis kembali agar menjadi tulisan yang selesai, rapi dan bersih. Dalam
pengetikan terakhir ini perlu diperhatikan kembali masalah ejaan dan
tanda baca.
Menurut Ahmad dan Darmiyati (2001: 51) menuturkan bahwa menulis
dipandang sebagai rangkaian akvitas yang bersifat fleksibel. Rangkaian
aktivitas yang dimaksud meliputi: (1) pramenulis, (2) penulisan draft, (3)
revisi, (4) penyuntingan, dan (5) publikasi.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa tahap-tahap menulis narasi meliputi tiga tahap utama, yaitu: tahap
prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap merevisi. Dalam tiap tahap tersebut
ada proses yang lebih rinci yaitu persiapan, draft-kasar, berbagi, perbaikan,
penyuntingan, dan penulisan kembali. Evaluasi juga perlu dilakukan di akhir
kegiatan menulis, supaya menghasilkan tulisan yang baik dan bermutu.
d. Tujuan Menulis
Menulis pada dasarnya adalah sarana untuk menyampaikan pendapat
atau gagasan dalam bentuk tulisan agar dapat dipahami dan diterima oleh
orang lain. Oleh karena itu, menulis mempunyai tujuan-tujuan dalam
penyampaiannya. Menurut M. Atar Semi (1990: 19) tujuan menulis antara
lain:
a) Memberikan arahan, yakni memberikan petunjuk kepada orang lain dalam mengerjakan sesuatu.
b) Menjelaskan sesuatu, yakni memberikan uraian atau penjelasan tentang suatu hal yang harus diketahui oleh orang lain.
c) Menceritakan kejadian, yaitu memberikan informasi tentang suatu yang berlangsung di suatu tempat pada suatu waktu.
d) Meringkaskan, yaitu membuat rangkuman suatu tulisan sehingga menjadi lebih singkat.
e) Meyakinkan, yaitu tulisan yang berusaha meyakinkan orang lain agar setuju atau sependapat dengannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Tujuan menulis menurut Tarigan (2008 : 24) antara lain sebagai
berikut:
a) memberitahukan atau mengajar
b) meyakinkan atau mendesak
c) menghibur atau menyenangkan
d) mengutarakan atau mengespresikan perasaan dan emosi yang berapi-api
Sejalan dengan hal tersebut, ada beberapa tujuan menulis yang
diungkapkan oleh Elina Syarif (2009: 6), di antaranya:
1) Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data, maupun peristiwa termasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data maupun peristiwa agar khalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal yang terjadi di muka bumi ini.
2) Membujuk kepada pembaca, melalui tulisannya, seorang penulis mengharapkan pembaca dapat menentukan sikap, akan menyetujui atau mendukung yang dikemukakan. Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif. Oleh karena itu, tulisan akan dapat menghasilkan apabila penulis mampu menyajikan dengan gaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat, dan mudah dicerna.
3) Mendidik merupakan salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan. Melalui membaca hasil tulisan, wawasan dan pengetahuan seseorang akan terus bertambah dan kecerdasan terus diasah yang pada akhirnya akan menetukan perilaku seseorang.
4) Menghibur khalayak pembaca. Melalui tulisan maupun bacaan ringan yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu dapat menjadi bacaan penglipur lara.
Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
menulis yaitu menyampaikan informasi kepada pembaca. Sehingga pembaca
memperoleh informasi dari tulisan yang telah dibacanya. Karena pembelajaran
menulis di sekolah dasar melatih anak untuk menghasilkan suatu karya tulisan
yang bertujuan untuk menyampaikan apa yang telah ditulis kepada guru
ataupun temannya.
e. Manfaat Menulis
Kegiatan menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
proses belajar yang dialami oleh siswa, terutama siswa Sekolah Dasar.
Menurut St. Y. Slamet (2008 : 104) dijelaskan manfaat menulis antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
a) Peningkatan kecerdasan
b) Pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas
c) Penumbuhan keberanian
d) Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi
Menurut Sabarti Akhadiah (1994: 1), manfaat menulis diantaranya:
1) Menulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dalam diri kita, terutama yang berkaitan dengan pengetahuan mengenai suatu topik.
2) Menulis akan mengembangkan berbagai gagasan maupun ide yang akan dikemukakan.
3) Kegiatan menulis dapat menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang akan kita tulis.
4) Kegiatan menulis akan memperluas wawasan baik secara teoritis maupun praktis.
5) Menulis dapat menjelaskan permasalahan yang masih samar dan tersurat, sehingga permasalahan yang ada menjadi konkret dan dapat menganalisisnya secara tersurat.
6) Melalui tulisan, akan dapat meninjau serta menilai suatu gagasan secara lebih obyektif.
7) Menulis akan memotivasi dan mendorong kita belajar lebih giat dan aktif dalam menanggapi suatu masalah.
8) Kegiatan menulis yang terencana dan terstruktur akan melatih kita berpikir dan berbahasa secara tertib dan sistematis.
Menurut Elina (2010: 15-16) adapun keuntungan dan manfaat dari
menulis antara lain:
1) Menggali pengetahuan dan pengalaman yang kadang tersimpan di alambawah sadar serta mengembangkan daya nalar;
2) Memperluas wawasan, baik mengenai teori maupun mengenai fakta yangberhubungan;
3) Menjelaskan masalah yang semula masih samar bagi diri sendiri; 4) Dapat meninjau serta menilai gagasan sendiri secara lebih objektif; 5) Lebih mudah memecahkan masalah, yaitu dengan menganalisisnya
secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret; 6) Mendorong kita belajar secara aktif, menjadi penemu sekaligus pemecah
masalah; 7) Menulis terencana membiasakan kita berpikir dan berbahasa secara
tertib.
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa manfaat menulis antara lain : (1) meningkatkan
kecerdasan, (2) mengembangkan daya kreatifitas, (3) menumbuhkan
keberanian, (4) mendorong kemauan mengumpulkan informasi, (5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
memotivasi diri untuk belajar lebih giat, (6) memperluas wawasan, dan (7)
mendorong siswa untuk belajar aktif.
f. Jenis- Jenis Karangan Narasi
Karangan narasi adalah suatu karangan yang menceritakan suatu
peristiwa atau kejadian berdasarkan urutan waktu, karangan narasi terdiri atas
beberapa macam. Menurut Gorys Keraf (2003:135) karangan narasi terbagi
atas dua macam yaitu karangan narasi ekspositoris dan karangan narasi
sugestif.
(1) Narasi Ekspositoris
Pengertian narasi ekspositoris ialah narasi yang memiliki sasaran
penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan
memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi
ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang
sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya, satu orang. Pelaku
diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau sampai terakhir dalam
kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka
ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositoris.
Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis,
berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat
objektif.
Narasi ekspositoris mempunyai dua sifat yaitu khas atau khusus
dan generalasasi. Narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah
narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat
dilakukan siapa saja dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang.
Sedangkan narasi yang bersifat khusus ialah narasi yang berusaha
menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali.
Peristiwa yang khas ialah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali,
karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu
saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
(2) Narasi Sugestif
Menurut Gorys Keraf (2003: 138) pengertian narasi sugestif ialah
suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga
merangsang daya khayal para pembaca.
Menurut Lamuddin Finoza (2001:194-195) mengungkapkan
bahwa:
Karangan narasi memiliki dua macam sifat, yaitu narasi ekspositoris/ narasi faktual dan narasi sugestif/ narasi berplot. Narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang mampu menimbulkan daya khayal pembaca, mampu menyampaikan makna kepada para pembaca melalui daya khayal disebut narasi sugestif.
Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif (Gorys Keraf, 2001:
138-139)
Narasi Ekpositoris Narasi Sugestif 1. Memperluas pengetahuan.
2. Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian.
3. Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan nasional.
4. Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan pengunaan kata-kata denotatif.
1. Menyampaikan suatu makna atau makna secara tersirat.
2. Menimbulkan daya khayal.
3. Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna.
4. Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan penggunaan kata-kata konotatif.
Tabel 2.1. Tabel Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif
Berdasar pada uraian-uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
jenis-jenis narasi ada dua, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi
ekspositoris adalah narasi yang isinya tentang pengetahuan sedangkan narasi
sugestif adalah narasi yang isinya menceritakan tentang dunia khayal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
g. Ciri-ciri Karangan Narasi
Karangan narasi mempunyai ciri-ciri tersendiri yang dapat
membedakan dengan jenis karangan yang lain. Menurut Gorys Keraf
(2003:136) ciri-ciri karangan narasi antara lain sebagai berikut :
(1) Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.
(2) Dirangkai dalam urutan waktu.
(3) Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?
(4) Ada konfliks.
Lebih lanjut menurut M. Atar Semi (2003: 31) mengungkapkan bahwa
narasi mempunyai ciri penanda sebagai berikut:
(1) Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia; (2) Kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau
kejadian yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi, atau gabungan keduannya;
(3) Berdasarkan konflik. Karena, tanpa konflik biasanya narasi tidak menarik; (4) Memiliki nilai estetika karena isi dan cara penyampainnya bersifat sastra,
khususnya narasi yang berbentuk fiksi; (5) Menekankan susunan kronologis (catatan: menekankan susunan ruang) (6) Biasanya memiliki dialog
Sementara itu menurut Elina (2010: 9) menyatakan bahwa karangan
narasi mempunyai suatu ciri khusus yaitu lebih menekankan pada dimensi
latar dan adanya alur atau konflik.
Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
karangan narasi mempunyai mempunyai ciri-ciri yang menonjol yaitu
menceritakan suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktu kejadian
dengan adanya alur dan konflik.
h. Langkah-langkah Menulis Narasi
Kegiatan menulis karangan narasi ada langkah-langkah yang harus
diterapkan dalam pelaksanaanya. Menurut Suparno dan M. Yunus (2003:
4.45-4.46) menjelaskan bahwa langkah-langkah menulis narasi yaitu :
(1) Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan. (2) Tetapkan sasaran pembaca kita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
(3) Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur.
(4) Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita.
(5) Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita.
(6) Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang. Menurut Haryadi dan Zamzani (1996: 77-81) proses penulisan terdiri
atas lima tahap antara lain: (1) Pramenulis, (2) Menulis, (3) Merevisi, (4)
Mengedit, dan (5) Mempublikasikan. Dalam menulis narasi tahap-tahap
tersebut harus dilakukan dengan runtut dan urut mulai dari tahap pramenulis
hingga pembublikasian, karena menulis narasi itu sendiri menulis suatu
karangan yang berdasarkan pada urutan waktu kejadian atau peristiwa.
Sehingga keruntutan waktu dari kejadian itulah yang menjadi ciri menonjol
dari karangan narasi.
Sementara itu menurut Sabarti Akhadiah (1997:7.22) mengungkapkan
bahwa dalam merencanakan karangan narasi ada beberapa hal yang harus
dipersiapkan antara lain:
(1) Menentukan tema dan amanat (2) Menetapkan sasaran (3) Merancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam
bentuk skema alur (4) Membagi peristiwa-peristiwa utama ke dalam bagian pendahuluan,
perkembangan, dan penutup cerita (5) Merinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam peristiwa-peristiwa
pendukung (6) Menyusun tokoh dan perwatakan, latar dan pusat pengisahan atau sudut
pandang.
Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah dalam menulis karangan narasi antara lain : (1) menentukan
tema dan amanat, (2) menetapkan sasaran atau tujuan, (3) mengklasifikasikan
urutan peristiwa, dan (4) menyusun tokoh, perwatakan, latar, Dan sudut
pandang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
i. Penilaian Keterampilan Menulis Narasi
Penilaian merupakan bagian dari proses pendidikan yang dapat
memacu dan memotivasi peserta didik untuk lebih berprestasi, meraih tingkat
dan level yang setinggi-tingginya sesuai dengan potensi peserta didik. Potensi
peserta didik sangat beragam sehingga sulit untuk dapat secara tepat
mengakomodasi kebutuhan setiap individu peserta didik dalam proses
pendidikan. Dalam penilaian keterampilan menulis ada beberapa model-
model penilaian. Salah satu model yang memiliki kerincian dan ketelitian
dalam memberikan skor dan dapat dipertanggungjawabkan adalah model
penilaian yang dipergunakan pada program ESL (English as a Second
Language). Hal ini dikemukakan oleh Burhan Nurgiyantoro (1995: 305-306).
Penilaian dengan model tersebut ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
PROFIL PENILAIAN KARANGAN NAMA SISWA : JUDUL :
ASPEK YANG
DINILAI
SKOR
KRITERIA
I
S I
27-30 22-26
17-21
13-16
SANGAT BAIK-SEMPURNA: padat informasi *substansif *pengembangan tesis tuntas *relevan dengan permasalahan dan tuntas CUKUP-BAIK: informasi cukup *substansi cukup *pengembangan tesis terbatas *relevan dengan masalah tetapi tak lengkap SEDANG-CUKUP: informasi terbatas *substansi cukup *pengembangan tesis tak cukup *permasalahan tak cukup SANGAT-KURANG: tak berisi *tak ada substansi *tak ada pengembangan tesis *tak ada permasalahan
O R G A N I S A S I
18-20
14-17 10-13
7-9
SANGAT BAIK-SEMPURNA: ekspresi lancar, gagasan diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis, dan kohesif. CUKUP-BAIK: kurang lancar *kurang terorganisir tetapi ide utama terlihat *bahan pendukung terbatas *urutan logis tetapi tak lengkap SEDANG-CUKUP: tak lancar *gagasan kacau, terpotong-potong *urutan dan pengembangan tak logis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
SANGAT-KURANG: tak komunikatif *tak terorganisir *tak layak nilai
K
O
S
A
K
A
T
A
18-20 14-17
10-13
7-9
SANGAT BAIK-SEMPURNA: pemanfaatan potensi kata canggih *pilihan kata dan ungkapan tepat *menguasai pembentukan kata CUKUP-BAIK: pemanfaatan potensi kata agak canggih *pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tak mengganggu SEDANG-CUKUP: pemanfaatan potensi kata terbatas *sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna SANGAT-KURANG: pemanfaatan potensi kata asal-asalan *pengetahuan tentang kosa kata rendah *tak layak nilai
P E N G
B A H A S A
22-25
18-21 11-17
5-10
SANGAT BAIK-SEMPURNA: konstruksi kompleks tetapi efektif *hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan CUKUP-BAIK: konstruksi sederhana tetapi efektif *kesalahan kecil pada konstruksi kompeks *terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tak kabur SEDANG-CUKUP: terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat *makna membingugkan atau kabur SANGAT-KURANG: tak menguasai aturan sintaksis *terdapat banyak kesalahan *tak komunikatif *tak layak nilai
M E K A N I K
5
4
3
2
SANGAT BAIK-SEMPURNA: menguasai aturan penulisan *hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan CUKUP-BAIK: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tak mengaburkan makna SEDANG-CUKUP: sering terjadi kesalahaan ejaan *makna membingungkan atau kabur SANGAT-KURANG: tak menguasai aturan penulisan *terdapat banyak kesalahan ejaan *tulisan tak terbaca *tak layak nilai
JUMLAH: KOMENTAR:
PENILAI :
Tabel 2.2. Tabel Penilaian Keterampilan Menulis
Pembobotan yang dicontohkan oleh model di atas, tidak bersifat
mutlak. Setiap guru dapat membuat atau memilih model yag dianggap cocok
dan sesuai dengan kemampuan siswa. Akan tetapi, dalam menilai sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
karangan hendaknya seobjektif dan secermat mungkin agar hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan kemampuan siswa.
j. Keterampilan Menulis Narasi di SD
Keterampilan menulis merupakan salah bentuk keterampilan berbahasa
yang sangat penting bagi siswa, disamping keterampilan menyimak, berbicara,
dan membaca, baik selama mereka masih sekolah maupun dalam
kehidupannya nanti di masyarakat. Keterampilan menulis siswa sangat
menentukan keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
Oleh sebab itu, pembelajaran menulis mempunyai kedudukan yang sangat
strategis dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah. Keterampilan menulis
tidak terlepas dengan keterampilan-keterampilan berbahasa yang lain.
Keterampilan-keterampilan itu saling berkaitan satu sama lain dan mendukung
dalam keberhasilan menghasilkan tulisan. Menurut Mulyono Abdurrahman
(2003: 224) proses belajar menulis melibatkan rentang waktu yang panjang,
yang dalam prosesnya tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan proses belajar
berbicara dan membaca.
Sejalan dengan pendapat di atas Darmiyati Zuchdi dan Budiasih
(2001:116-118) mengemukakan bahwa keterampilan menulis terkait dengan
keterampilan bahasa yang lain yaitu keterampilan berbicara dan keterampilan
membaca.Dalam berbicara dan menulis dibutuhkan kemampuan menyandikan
simbol-simbol, simbol lisan dalam berbicara dan simbol tertulis dalam
menulis. Sementara itu membaca dan menulis merupakan keterampilan yang
saling melengkapi. Tidak ada yang perlu ditulis kalau tidak ada yang
membacanya, dan tidak ada yang dapat dibaca kalau belum ada yang ditulis.
Menurut M. Atar Semi (1990: 10) mengungkapkan bahwa untuk
menghasilkan suatu tulisan yang baik mengharuskan setiap penulis memliki
tiga keterampilan dasar dalam menulis yaitu sebagai berikut:
1) Keterampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa ini merupakan keterampilan yang paling
penting. Pada hakekatnya menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa, merupakan kegiatan perekaman bahasa lisan ke dalam bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
bahasa tulis. Keterampilan berbahasa yang diperlukan seorang penulis mencakup keterampilan menggunakan ejaan, tanda baca, pembentukan kata, dan penggunaan kalimat efektif.
2) Keterampilan Penyajian Yaitu keterampilan pembentukan dan pengembangan paragraf,
keterampilan memerinci pokok bahasan menjadi subpokok bahasan, menyusun pokok bahasan dan subpokok bahasan ke dalam susunan yang sistematis.
3) Keterampilan Perwajahan Yaitu keterampilan tipografi dan pemanfaatan sarana tulis secara
efektif dan efisien, seperti penyusunan format, pemilihan ukuran kertas,
tipe huruf, penjilidan, penyusunan tabel, dan lain-lain.
Menurut Elina (2010: 6) mengemukakan bahwa keterampilan menulis
bersifat mekanistik. Ini berarti bahwa penguasaan keterampilan menulis
tersebut harus melalui latihan atau praktik. Dengan perkataan lain semakin
banyak seseorang melakukan kegiatan menulis semakin terampil menulis
yang bersangkutan. Karakteristik keterampilan menulis seperti ini menuntut
pembelajaran menulis yang memungkinkan siswa banyak latihan, praktek,
atau mengalami berbagai pengalaman kegiatan menulis.
Berpijak pada pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
dalam keterampilan menulis narasi perlu memperhatikan keterampilan-
keterampilan berbahasa yang lain seperti keterampilan berbicara, keterampilan
membaca, dan keterampilan mendengarkan. Begitu pula keterampilan menulis
narasi di SD di perlukan model, metode, ataupun media yang tepat agar siswa
lebih mudah untuk menghasilkan tulisan yang baik dan bermutu.
Pembelajaran keterampilan narasi terutama di kelas IV siswa sudah
dapat menceritakan pengalaman-pengalaman yang pernah dialami oleh anak
dalam bentuk karangan narasi. Keterampilan menulis narasi lebih mudah
untuk dikembangkan karena menceritakan suatu kejadian atau peristiwa
berdasarkan urutan waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2. Hakikat Model Quantum Learning
a. Pengertian Model
Model di dalam pembelajaran memegang peranan yang sangat penting
karena merupakan tata cara dalam menentukan langkah-langkah pembelajaran
untuk mencapai suatu tujuan. Melalui penggunakan model secara tepat dan
akurat, guru akan mampu mencapai tujuan dalam pembelajaran. Jadi, guru
sebaiknya menggunakan model pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan
belajar-mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang paling efektif
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Sri Anitah (2009: 45)
mengemukakan bahwa model adalah suatu kerangka berpikir yang dipakai
sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan
tertentu.
Sementara itu Anton Sukarno (2006: 144) mengemukakan bahwa model
ialah sebagai suatu kerangka konseptual, benda tiruan atau barang. Secara
umum model diartikan sebagai sebagai barang atau benda tiruan umpama
globe. Sedangkan secara khusus model diartikan sebagai kerangka konseptual
dipergunakan sebagai pedoman melakukan suatu kegiatan.
Pengertian model dalam pembelajaranseperti yang dikemukakan oleh
Soli Abimanyu (2008: 3-20) diartikan sebagaisuatu kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran.
Menurut Rusman (2011: 133) mengartikan model pembelajaran dapat
dijadikan pola pilihan artinya para guru boleh memilih model pembelajaran
yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Sejalan dengan pendapat-pendapat di atas pengertian model dalam
suatu kegiatan pembelajaran atau yang sering disebut dengan model
pembelajaran menurut Trianto (2010: 51) mendefinisikan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran. Model pembelajaran merupakan pedoman baik dalam
merancang maupun melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Sementara itu menurut Hidayati (2008: 7-29) megungkapkan bahwa
model dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu. Ini berarti model dapat
dijadikan acuan untuk mengoperasikan sesuatu atau melakukan suatu hal.
Berpijak pada pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
model ialah suatu kerangka konseptual atau acuan dari sesuatu yang akan
dihasilkan atau dibuat dalam pembelajaran model digunakan sebagai pedoman
untuk melaksanakan suatu kegiatan pembelajaran.
b. Pengertian Model Quantum Learning
Model Quantum Learning merupakan suatu model pembelajaran yang
digagas oleh dePorter. Menurut (DePorter dan Hernacki 2006: 16) Quantum
Learning didefinisikan sebagai :
adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah Massa kali
kecepatan cahaya kuadrat sama dengan Energi. Rumus ini biasa dikenal
dengan 2mcE . Tubuh kita secara fisik adalah materi, sebagai pelajar tujuan
kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi
agar menghasilkan energi cahaya.
Quantum merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Quantum learning merupakan seperangkat metode atau falsafah belajar yang
telah terbukti efektif di sekolah dan bisnis kerja untuk semuat tipe orang dan
segala usia. Quantum learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov,
seorang psikolog yang berupaya mengembangkan prinsip yang disebut
atau Menurutnya sugesti dapat dan pasti
mempengaruhi hasil belajar dan setiap kali keadaan apapun memberikan
sugesti positif atau negatif (Bobbi de Porter dan Hernacki, 2006:14).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Sementara itu menurut Made Wena (2009: 160) mengemukakan bahwa
pembelajaran kuantum merupakan cara baru yang memudahkan proses
belajar, yang memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah, untuk
segala macam pelajaran.
Lebih lanjut menurut Agus Nggermanto (2008: 24) dijelaskan bahwa
Quantum Learning mengungkapkan bahwa setiap orang sebenarnya memiliki
potensi otak yang sama besar dengan Einstein. Dalam Quantum Learning
terdapat tiga tipe modalitas belajar manusia yaitu tipe visual, auditorial, dan
kinestesial. Bila seseorang mampu mengenali tipe belajarnya dan melakukan
pembelajaran yang sesuai maka belajar akan terasa sangat menyenangkan dan
memberikan hasil yang optimal. Pembelajaran dapat dilakukan diberbagai
tempat dan tidak harus mengambil bentuk kelas sekolah. Quantum Learning
mengerahkan segenap usaha untuk menemukan cara belajar paling efektif dan
cepat. Jadi dengan Quantum Learning kita belajar cara belajar. Kita akan
mendapatkan cara membaca cepat, menghafal cepat, dan menjadi kreatif
sesuai dengan gaya kita masing-masing.
Berpijak pada pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Quantum Learning adalah suatu model pembelajaran yang mengarahkan siswa
untuk belajar yang efektif dan menyenangkan sehingga pembelajaran dapat
berhasil dengan optimal.
c. Karakteristik Model Quantum Learning
Model Quantum Learning memiliki karakteristik yang dapat
memantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik yang tampak
membentuk sosok pembelajaran kuantum menurut Sugiyanto (2009: 73-78)
meliouti 12 karakteristik, yaitu:
1) Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika
kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.
2) Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3) Pembelajaran kuantum lebih konstruktivistis, bukan positivistis-empiris,
behavioristis.
4) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang
bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.
5) Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
6) Pembelajaran kuantum sangat menentukan kealamiahan dan kewajaran
proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.
7) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan
kebermutuan proses pembelajaran.
8) Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi
pembelajaran.
9) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan
keterampilan akademis, keterampilan dalam hidup, dan prestasi fisikal
atau material.
10) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian
penting proses pembelajaran.
11) Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan,
bukan keseragaman dan ketertiban.
12) Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam
proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
karakteristik Quantum Learning adalah menekankan kebermaknaan proses
pembelajaran dengan menintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran untuk
menghasilkan suatu pembelajaran dengan taraf keberhasilan yang tinggi.
d. Asas Utama Model Quantum Learning
Model Quantum Learning mempunyai asas utama dalam
pembelajarannya. Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie
(2005: 6-7) mengemukakan asas utama, alasan dibalik segala strategi, model,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dan keyakinan Quantum Learning
dalam diri kita harus mampu membawa siswa untuk memahami dan mencoba
menerapkannya dalam kehidupan.
Cara agar memudahkan perjalanan siswa menuju ilmu pengetahuan yang
lebih luas, guru harus mengajarkannya dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau
perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, seni, atletik, rekreasi,
atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, maka dapat membawa
siswa ke dalam dunia guru dan memberikan pemahaman mengenai isi dunia
itu, maka kosa kata baru, model, mental, rumus, dan lain-lain dapat
dibeberkan. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan lebih
mendalam, siswa dapat membawa apa yang dipelajari ke dalam dunia siswa
dan menerapkannya pada situasi baru.
e. Prinsip- Prinsip Model Quantum Learning
Pembelajaran kuantum memiliki prinsip-prinsip dalam dalam
pelaksanaannya. Menurut Sri Anitah (2009: 77) mengemukakan bahwa ada
lima prinsip utama yang membangun sosok pembelajaran kuantum. Kelima
prinsip utama itu yaitu:
1) Segalanya berbicara
Segala sesuatu di lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas
yaang dibagikan sampai rancangan pembelajaran, semuanya mengirim
pesan tentang belajar.
2) Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam pengubahan mempunyai tujuan.
3) Berangkat dari pengalaman
Proses belajar paling baik terjadi ketika peserta didik telah mengalami
informasi sebelum memperoleh label untuk sesuatu yang dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
4) Hargai setiap usaha
Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari
kenyamanan. Pada saat peserta didik mengambil langkah ini, patut
mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan dirinya.
5) Rayakan setiap keberhasilan
Perayaan memberikan tentang umpan balik tentang kemajuan belajar dan
mengingatkan asosiasi emosi positif.
Berpijak pada uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-
prinsip dari pembelajaran kuantum atau Quantum Learning adalah dalam
setiap pembelajarannya Quantum Learning menggunakan prinsip-prinsip yang
dapat membuat segala yang dipelajari mempunyai tujuan dan menghargai
setiap usaha dari peserta didik dengan memberikan penghargaan dari setiap
usaha yang dilakukan oleh peserta didik.
f. Kerangka Model Quantum Learning
Setiap model pembelajaran ada kerangka utama yang membangun,
begitu juga model Quantum Learning ada kerangka-kerangka utama yang
membangun dalam kegiatan pembelajarannya. Menurut Sri Anitah (2009: 79)
mengemukakan bahwa kerangka pembelajaran kuantum antara lain:
1) Tumbuhkan
Tumbuhkan minat belajar siswa dengan mengatakan Apakah Manfaat
Bagiku (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan peserta didik.
2) Alami
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua
peserta didik.
3) Namai
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah masukan.
4) Demonstrasikan
Sediakan kesempatan bagi peserta didik untuk menunjukkan bahwa
mereka tahu.
5) Ulangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tunjukkan kepada peserta didik cara-cara mengulang materi dan
6) Rayakan
Pengakuan untuk suatu penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan
pengetahuan dan keterampilan. Perayaan adalah ekspresi kelompok atau
seseorang yang telah berhasil mengerjakan sesuatu tugas atau kewajiban
dengan baik. Jadi, jika siswa sudah mengerjakan tugas dan kewajibannya
dengan baik, layak untuk dirayakan lewat : Bertepuk tangan, bernyanyi
bersama-sama, atau secara bersama-
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kerangka
pembelajaran kuantum jika diterapkan dengan baik dalam kegiatan
pembelajaran, maka pembelajaran akan berlangsung lebih nyaman, menarik,
dan menyenangkan.
g. Langkah-langkah Model Quantum Learning
Model Quantum Learning dalam pelaksanaannya terdapat langkah-
langkah yang harus diterapkan. Menurut Sugiyanto (2009: 84-93)
mengemukakan bahwa langkah-langkah dalam melaksanakan Quantum
Learning antara lain:
1) Tumbuhkan
Yaitu apersepsi menarik perhatian siswa, memfokuskan perhatian siswa,
caranya tidaklah harus dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari
materi sebelumnya, namun caranya dapat bermacam-macam, seperti:
penyajian gambar/ media yang menarik, penyajian peta konsep, puisi,
cerita menarik atau lucu, isu-isu mutakhir, dan sebagainya. Garis besar
Tumbuhkan adalah memberi kebermaknaan yang cepat dan mudah
dipahami siswa.
2) Alami
Dalam langkah ini gunakan jembatan keledai, permainan atau simulasi.
Gunakan pengalaman untuk menciptakan ikatan emosional, seperti yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
kita ketahui bahwa pengalaman adalah menciptakan peluang untuk
pemberian makna (Penamaan).
3) Namai
Disinilah kita bisa memuaskan otak siswa, yaitu membuat mereka
penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka. Penamaan
merupakan informasi, fakta, rumus pemikiran, tempat dan sebagainya.
4) Demonstrasikan
Dalam langkah ini kita benar-benar mengaitkan pengalaman dan nama
dengan cara menunjukkan dan melakukannya. Kesempatan
mendemonstrasikan apa yang dipelajari akan mempatrikan pengetahuan
dan pengalaman dalam memori kita.
5) Ulangi
Dalam langkah ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk mengajarkan
pengetahuan baru kepada orang lain (kelompok lain) menirukan orang-
orang terkenal seperti guru, ahli, tokoh.
6) Rayakan
Pada langkah ini hal yang dapat dilakukan ialah memberikan pujian,
bernyanyi bersama, pesta kelas, pemberian reward berupa tepukan, dan
lain-lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam
pembelajaran kuantum sangatlah membantu siswa menemukan suasana
belajar yang nyaman dan menyenangkan sehingga minat dan potensi siswa
dapat tergali secara maksimal dari setaip langkah yang dilakukan.
h. Kelebihan dan Kelemahan Model Quantum Learning
Model Quantum Learning terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan.
Menurut Miftahul A la (2010: 41- 43) kelebihan Quantum Learning antara
lain sebagai berikut:
1) Kelebihan :
(1) Adanya unsur demokrasi dalam pengajaran (2) Adanya kepuasan pada diri si anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
(3) Adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan.
(4) Adanya unsur kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan si anak, dalam bentuk konsep, teori, model dan sebagainya.
Menurut Hidayat (2010: 70) dalam model Quantum Learning
mempunyai keunggulan yaitu adanya teknik permainan yang merupakan salah
satu strategi dari kerangka pembelajaran TANDUR yaitu Alami melalui
teknik permainan siswa akan merasa senang sehingga dapat dengan mudah
membawa siswa ke dalam dunia pembelajaran yang menyenangkan.
Sementara itu menurut Dadan Djuanda (2006: 88) mengungkapkan bahwa
permainan akan meningkatkan partisipasi aktif anak, sehingga pembelajaran
lebih efektif. Karena kesenangan anak-anak bermain dapat dipakai sebagai
kesempatan untuk belajar hal-hal yang konkrit, sehingga daya cipta, imajinasi,
dan kreativitas anak berkembang.
Menurut Budhi Setiawan (2010: 203) dalam international journal
mengemukakan bahwa Quantum Learning memiliki keunggulan dalam
pembelajaran yaitu:
It is a theory of learning which (tanamkan) the information in their mind, 2) to experience (alami sendiri) what they have read from the material in their learning process, 3) to name (nama) what they have acquired from the learning process so that what they have learned could become a long term memory, 4) to demonstrate (demonstrasikan) their competence obtained from their learning so that the competence is (ulangi) obtained from their learning so that it becomes more internalized, and 6) to celebrate (rayakan) that they have succeeded in their learning process new competence have been reached.
Yang artinya dalam pembelajaran kuantum memiliki keunggulan dalam
kegiatan pembelajarannya yaitu membuat pembelajaran yang mana
memungkinkan para siswa: 1) untuk menanamkan (tanamkan) informasi di
dalam mereka pikiran, 2) untuk mengalami (alami sendiri) apa yang mereka
sudah membaca dari material di dalam proses pelajaran mereka, 3) untuk
menamai apa yang mereka yang diperoleh dari pelajaran proses sedemikian
sehingga apa yang mereka sudah mempelajari bisa yang dijadikan suatu
memori jangka panjang, 4) untuk mempertunjukkan (demonstrasikan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
kemampuan yang diperoleh dari pelajaran sehingga kemampuan dapat
ditempelkan di dalam pikiran para siswa, 5) untuk mengulangi kemampuan
mereka (ulangi) yang diperoleh dari pelajaran, dan 6) untuk merayakan
(rayakan) bahwa mereka sudah berhasil di dalam pelajaran.
Berdasarkan uraian-uraian pendapat di atas maka peneliti menyimpulkan
bahwa dengan adanya kelebihan-kelebihan dalam model Quantum Learning
dan jika model ini diterapkan dengan baik maka dapat meningkatkan
pembelajaran keterampilan menulis narasi.
2) Kelemahan :
Menurut Hidayat (2010: 70) menyatakan bahwa pembelajaran
kuantum memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
(1) Membutuhkan pengalaman yang nyata
(2) Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar
(3) Kesulitan mengidentifikasi keterampilan siswa
Sementara itu menurut Dini Nurhadyani (2011: 4) menyatakan bahwa
pembelajaran kuantum memiliki kelemahan yaitu :
(1) Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru dan siswa
(2) Siswa yang kurang aktif akan semakin tertinggal (3) Jika guru tidak dapat menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman,
maka tujuan pembelajaran juga tidak akan tercapai secara maksimal (4) Siswa memerlukan ide dan kreativitas untuk mengaitkan dengan
kehidupan sendiri Berdasarkan uraian pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kelebihan quantum learning memiliki beberapa kelemahan namun dapat
ditutupi dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh model tersebut, yang
pada dasarnya model quantum learning adalah suatu model pembelajaran
yang menciptakan suasana belajar menjadi senyaman mungkin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian peningkatan keterampilan menulis narasi melalui model
Quantum Learning pada siswa kelas IV SDN 02 Pereng ini tidak terlepas atau
mengacu dari penelitian sebelumnya. Penelitian yang relevan dalam penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh :
1.
Kemampuan Menulis Narasi Dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping)
Pada Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta Tahun Pelajaran
proses pembelajaran menulis narasi setelah diadakan tindakan kelas dengan
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Hal itu dapat ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata kegiatan guru pada siklus I nilainya 2,56 dengan
kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,67 dengan
kriteria sangat baik. Nilai rata-rata kegiatan siswa pada siklus I nilainya 2,67
dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,75
dengan kriteria sangat baik. Kedua ada peningkatan kemampuan menulis
narasi setelah diadakan tindakan kelas dengan Metode Peta Pikiran (Mind
Mapping). Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan
menulis narasi siswa sebelum dan sesudah tindakan. Pada siklus I ada
peningkatan kemampuan menulis narasi dari rata-rata 61,2 menjadi 65,8
dengan ketuntasan klasikal 68% dan pada siklus II ada peningkatan
kemampuan menulis narasi dari rata-rata 65,8 menjadi 73,4 dengan ketuntasan
kalsikal 84%. Dengan demikian, dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping)
dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa kelas
V SD Negeri Karangasem III Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Sujiati (2011)
Memahami Sifat-sifat Cahaya Dalam Pembelajaran IPA Melalui Model
Quantum Learning Pada Peserta Didik Kelas V SD Negeri 1 Karangpelem
kemampuan memahami sifat-sifat cahaya setelah diadakan tindakan kelas
dengan model quantum learning. Hal itu dapat ditunjukkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
meningkatnya nilai kemampuan memahami sifat-sifat cahaya peserta didik
sebelum dan sesudah tindakan. Pada siklus I ada peningkatan kemampuan
memahami sifat-sifat cahaya dari rata-rata 57,02 menjadi 66,61 dengan
ketuntasan klasikal 74% dan pada siklus II ada peningkatan kemampuan
memahami sifat-sifat cahaya dari rata-rata 66,61 menjadi 74,63 dengan
ketuntasan klasikal 85%. Dengan demikian model Quantum Learning dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya
pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem Tahun Ajaran
2010/2011.
3.
Pernapasan Manusia Dengan Model Pembelajaran Quantum Learning Pada
Siswa Kelas V SD Negeri Paten I Dukun Kabupaten Magelang Tahun
Pembelajaran 2010-
prosentase pemahaman alat pernapasan manusia pada siswa dari kondisi awal
sebesar 30% kemudian pada siklus pertama meningkat menjadi 68,14% dan
pada siklus kedua meningkat menjadi 75,74%. Dengan demikian model
Quantum Learning dapat diterapkan untuk meningkatkan pemahaman alat
pernapasan manusia Siswa Kelas V SD Negeri Paten I Dukun Kabupaten
Magelang Tahun Pembelajaran 2010-2011
Berdasarkan beberapa hasil penelitian diatas maka peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa pemilihan metode dan model pembelajaran yang tepat
digunakan pada materi pembelajaran dapat meningkatkan keberhasilan
pembelajaran pada peserta didik. Perbedaan dari penelitian Eny Sulistyaningsih,
Sujiati, dan Haryanto dengan penelitian ini adalah variabel yang diteliti adalah
kemampuan menulis narasi, kemampuan memahami sifat-sifat cahaya, dan
pemahaman alat pernapasan manusia. Sementara itu persamaan dari penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan model Quantum Learning dan hasil
penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari apa yang
diteliti.
Sehubungan dengan hal itu, peneliti merasa perlu untuk meningkatkan
keterampilan menulis narasi dan menjadikan pembelajaran lebih nyaman dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
menyenangkan bagi peserta didik. Berpijak pada penelitian-penelitian yang
terdahulu maka peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul
peningkatan keterampilan menulis narasi melalui model quantum learning pada
siswa kelas IV SDN 02 Pereng Mojogedang Karanganyar Tahun Pelajaran
2011/2012.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema
masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teoritis. Pada kondisi awal
pembelajaran Bahasa Indonesia menulis narasi siswa masih rendah hal ini terbukti
dari 55,82% siswa mendapat nilai di bawah KKM. Hal tersebut disebabkan karena
pembelajaran masih terpusat pada guru, guru lebih banyak menggunakan metode
ceramah dalam penyampaian materi, guru belum menggunakan model
pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan yang dapat mengaktifkan siswa.
Siswa cenderung pasif hanya mendengar, mencatat, dan menghafal, akibatnya
motivasi siswa untuk mengikuti mengikuti pelajaran menjadi berkurang. Sehingga
siswa merasa bosan karena guru jarang melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan di atas diperlukan adanya upaya perbaikan
pada proses pembalajaran. Untuk itu peneliti menerapkan suatu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa.
Diantara berbagai model dalam pembelajaran, model Quantum Learning dengan
kerangka pembelajaran TANDUR adalah model pembelajaran yang diharapkan
dapat membantu meningkatkan keterampilan menulis narasi. Melalui kolaborasi
peneliti dan guru kelas, model Quantum Learning ini akan diterapkan dalam dua
siklus dengan indikator ketercapaian sebanyak 80% ke atas siswa mencapai
ketuntasan secara klasikal yaitu mendapatkan nilai di atas KKM (70).
Setelah dilakukan tindakan pada kondisi akhir dengan menerapkan model
Quantum Learning dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa
kelas IV SDN 02 Pereng Mojogedang Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.
Secara skematis kerangka berfikir dapat digambarkan pada gambar di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Gambar 2.1. Gambar Kerangka Berpikir
Kondisi
Awal
Kondisi
akhir
Tindaka
n
Guru belum menggunakan model Quantum Learning dalam pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan menulis narasi
Dengan menggunakan model Quantum Learning dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi
Guru menggunakan model Quantum Learning dalam pembelajaran keterampilan menulis narasi
Keterampilan menulis narasi siswa masih rendah
Siklus II 1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi
Siklus I 1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir
diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini sebagai
Melalui Model Quantum Learning Keterampilan Menulis Narasi Pada
Siswa Kelas IV SDN 02 Pereng Mojogedang Karanganyar Tahun Pelajaran
2011/2012 dapat meningkat .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Pereng yang terletak di
Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar. Pemilihan SD Negeri 02
Pereng sebagai lokasi penelitian adalah berdasarkan beberapa pertimbangan
sebagai berikut :
1) Hasil pembelajaran Bahasa Indonesia dalam keterampilan menulis narasi
khususnya pada siswa kelas IV masih rendah.
2) Sekolah tersebut belum pernah diadakan penelitian yang serupa, sehingga
terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang.
3) Lokasi SDN 02 Pereng mudah dijangkau oleh peneliti karena letaknya dekat
dengan tempat tinggal peneliti.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan berlangsung selama enam bulan, yang terdiri dari tahap
persiapan sampai dengan tahap pelaporan penelitian, yaitu mulai dari bulan
Januari 2012 sampai dengan bulan Juni 2012. Adapun rincian penelitian tersebut
sebagai berikut : penyusunan dan pengajuan proposal, seminar proposal,
mengurus ijin penelitian, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, analisis
data, penyusunan skripsi dan sidang skripsi. Adapun rencana waktu penelitian
selengkapnya terlampir (pada lampiran 1):
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 02 Pereng, Tahun
Pelajaran 2011/2012, dengan jumlah siswa 43 anak yang terdiri dari 18 siswa laki-
laki dan 25 siswa perempuan dengan Bapak Sugeng Riyadi, A.Ma.Pd bertindak
sebagai guru kelas IV.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis
narasi dengan menerapkan model Quantum Learning. Dikategorikan sebagai
bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena penelitian ini berupa suatu
tindakan dengan menggunakan model Quantum Learning untuk mengatasi
rendahnya keterampilan menulis narasi siswa terkait kegiatan proses belajar
mengajar pada suatu kelas dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Prinsip utama
PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang bertahap dan berkelanjutan
sampai memperoleh hasil yang ditetapkan atau ditargetkan. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (2006: 98-101), bahwa PTK dilaksanakan
dalam bentuk siklus berulang yang didalamnya terdapat empat tahap utama
kegiatan, yaitu :
a. Menyusun rancangan tindakan dan dikenal dengan perencanaan
b. Pelaksanaan tindakan
c. Pengamatan
d. Refleksi atau pantulan
2. Strategi Penelitian
Strategi yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini, adalah
tindakan siklus. Tindakan ini menggunakan cara putaran atau putaran berkali-kali,
artinya PTK bisa menggunakan beberapa siklus tindakan. Di dalam setiap siklus
tindakan terdapat beberapa kegiatan sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia
materi menulis karangan dengan kerangka pembelajaran TANDUR.
2) Membuat dan menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi
pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
3) Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
4) Mempersiapkan media yang akan digunakan.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran
sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pelaksanaan pembelajaran
diamati dan direfleksikan.
c. Tahap Observasi
Observasi berupa pengamatan hasil atau dampak dari tindakan-tindakan yang
dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan dengan
mengamati penerapan tindakan yang sudah direncanakan pada pembelajaran
yang sesungguhnya.
d. Tahap Refleksi
Refleksi adalah kekuatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
terjadi (Suharsimi Arikunto, 2006 : 99). Dalam refleksi ini kegiatan-kegiatan
yang dilakukan antara lain mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil
atau dampak dari tindakan pada tahap awal refleksi diawali dengan
menganalisis hasil pengamatan sehingga diperoleh simpulan tentang bagian
yang telah mencapai tujuan penelitian dan bagian yang masih perlu diperbaiki.
Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah
siklus atau kegiatan berulang. Siklus inilah yang menjadi salah satu ciri utama
dari penelitian tindakan, yaitu bahwa penelitian tindakan harus dilaksanakan
dalam bentuk siklus.
Apabila digambarkan dalam bentuk visualisasi, maka model Kurt Lewin
akan tergambar dalam lingkaran sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Gambar 3.1. Gambar Siklus Model Kurt Lewin
Suharsimi Arikunto (2006: 92)
D. Sumber Data
Sumber data adalah segala sumber informasi yang digunakan dalam
penelitian tindakan kelas tersebut. Sumber data dijadikan acuan dalam penelitian
sehingga sesuai dengan fakta di lapangan. Sumber data tersebut meliputi:
1. Data nilai pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan keterampilan menulis
narasi yang berlangsung di dalam kelas dengan model quantum learning.
2. Informan: informasi data yang diperoleh dari narasumber ketika wawancara,
sebagai informan yaitu guru kelas IV.
3. Hasil observasi: data yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas
IV saat pembelajaran keterampilan menulis narasi dengan menggunakan
model Quantum Learning.
4. Dokumen: Dokumen yang berupa catatan wawancara dengan guru mengenai
pembelajaran Bahasa Indonesia menulis narasi, hasil tes siswa, rancangan
pedoman pembelajaran yang dibuat guru, silabus yang ditetapkan oleh pihak
sekolah, dan daftar nilai proses keterampilan menulis yang akan digunakan
untuk mendapatkan data nilai siswa sebelum dilakukan tindakan.
Perencanaan
Refleksi
Pengamatan
Perlakuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk dan sumber data maka teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah:
1. Dokumentasi
Teknik mencatat dokumen ini oleh H. B. Sutopo (2006: 81) disebut
sebagai content analysis, sebagai cara untuk menemukan beragam hal sesuai
dengan kebutuhaan dan tujuan penelitiannya. Metode ini akan digunakan sebagai
perekam data-data penelitian baik data yang berupa foto maupun video yang
memuat semua kegiatan siswa kelas IV SDN 02 Pereng Mojogedang Karanganyar
saat penelitian berlangsung.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan di saat proses pembelajaran
keterampilan menulis narasi untuk mengumpulkan data perkembangan
pembelajaran menulis narasi yang dilakukan oleh peneliti sebagai guru dan siswa
kelas IV SDN 02 Pereng. Menurut Sarwiji Suwandi (2009: 38) menyatakan
bahwa obeservasi adalah segala upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan
yang terjadi selama tindakan dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan
berlangsung dengan atau tanpa alat bantu. Sementara itu menurut Iskandar (2009:
68) menjelaskan bahwa observasi merupakan pengamatan (pengambilan data)
untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Observasi
yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung. Observasi
langsung adalah observasi yang dilakukan tanpa perantara (langsung) terhadap
objek yang diamati.
Observasi ini dilakukan oleh guru kelas IV terhadap peneliti sebagai
guru dan siswa kelas IV SDN 02 Pereng untuk mengetahui keterampilan menulis
narasi. Dalam pelaksanaan penelitian dengan menggunakan model quantum
learning yaitu dalam masing-masing siklus yang dilaksanakan peneliti diharapkan
peserta didik berperan aktif dan merasa nyaman serta menyenangkan selama
kegiatan pembelajaran, sehingga diharapkan keterampilan menulis narasi dapat
meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
3. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian.
Wawancara adalah suatu tanya jawab peneliti dengan orang-orang yang relevan
untuk dijadikan sumber data (Iskandar, 2009: 99). Wawancara dilakukan terhadap
guru kelas IV SDN 02 Pereng Mojogedang Karanganyar untuk menggali
informasi guna memperoleh data yang berkenaan dengan aspek-aspek
pembelajaran, penentuan tindakan, dan respon yang timbul sebagai akibat dari
tindakan yang diberikan.
4. Tes
Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar keterampilan
menulis narasi siswa. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 150) mengemukakan
bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Sementara itu menurut Sarwiji
Suwandi (2009: 59) menjelaskan bahwa tes mengarang diberikan pada awal
kegiatan penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan siswa
dalam mengarang dan setiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan mutu
hasil karangan siswa. Dengan perkataan lain, tes disusun dan dilakukan untuk
mengetahui tingkat perkembangan kemampuan menulis siswa sesuai dengan
siklus yang ada.
Penelitian ini menggunakan teknik tes, tes digunakan untuk mengetahui
peningkatan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas IV SDN 02 Pereng
Mojogedang Karanganyar setelah menggunakan model Quantum Learning. Tes
yang diberikan yaitu tes tertulis menulis narasi. Tes atau evaluasi dilaksanakan
pada akhir pembelajaran pada setiap pertemuan. Pemberian tes dimaksudkan
untuk mengukur keterampilan siswa dalam menulis narasi setelah pemberian
tindakan.
F. Validitas Data
Untuk menjamin kepercayaan data yang diperoleh melalui penelitian
maka perlu dilakukan validitas data agar dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Menurut Suharsimi
Arikunto (2006: 168) mengemukakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Sementara itu menurut Iskandar (2009: 84) triangulasi merupakan teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap suatu data. Dapat
diartikan bahwa untuk menarik simpulan yang mantap dan bisa diterima
kebenarannya, peneliti perlu mengkajinya dari berbagai sudut pandang. Dalam
penelitian ini untuk menguji validitas data dengan menggunakan triangulasi.
Teknik triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi sumber data dan triangulasi
metode. Pengertian triangulasi sumber data dan triangulasi metode menurut
Iskandar (2009: 84) adalah:
1. Triangulasi sumber data
Triangulasi data adalah data yang diperoleh selalu dikomparasikan
dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi sumber yang sama
atau berbeda. Data yang sama atau sejenis, akan lebih valid kebenarannya bila
digali dan dikomparasikan dari beberapa sumber data yang berbeda. Pada
penelitian ini peneliti membandingkan data/informasi terkait pembelajaran
mata pelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan menulis karangan yaitu
sumber data yang diperoleh dari: data nilai nilai keterampilan menulis narasi
sebelum tindakan menggunakan model quantum learning, hasil observasi
pembelajaran keterampilan menulis narasi, data nilai keterampilan menulis
narasi. Hasil perbandingan data dari sumber data yang berbeda tersebut
kemudian disimpulkan.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi Metode yaitu peneliti mengumpulkan data sejenis dengan
menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti
menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi terhadap kegiatan
pembelajaran guru dan partisipasi siswa kelas IV SDN 02 Pereng
Mojogedang Karanganyar, kemudian diuji dengan pengumpulan data sejenis
dengan menggunakan teknik dokumentasi pada pelaku kegiatan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Bahasa Indonesia materi menulis karangan di kelas IV SDN 02 Pereng
Mojogedang Karanganyar. Dari beberapa data yang diperoleh lewat teknik
pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dapat dibandingkan,
kemudian ditarik simpulan sehingga data benar-benar mendekati kevalidan.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
model interaktif yang merupakan interaksi dari tiga komponen utama, yaitu: (1)
reduksi data, (2) penyajian data (display data), dan (3) penarikan simpulan.
Menurut Miles dan Huberman (2007: 16-19) teknik analisis interaktif terdiri dari:
(1) Reduksi data, merupakan proses pengumpulan data, seleksi, pemfokusan,
penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Selama proses reduksi data
peneliti dapat melanjutkan meringkas, mengkode, menemukan tema, reduksi data
berlangsung selama penelitian di lapangan sampai pelaporan penelitian selesai. (2)
Display data atau penyajian data, merupakan penyajian data ke dalam sejumlah
matriks atau daftar kategori setiap data yang didapat, penyajian data biasanya
digunakan berbentuk teks naratif. Kemudian seluruh hasil analisis yang terdapat
dalam reduksi data maupun penyajian data diambil suatu simpulan. (3) Penarikan
simpulan tentang peningkatan yang terjadi dilaksanakan secara bertahap.
Interaksi ketiga komponen utama tersebut dapat divisualisasikan pada
gambar 3 sebagai berikut:
Gambar 3.2. Siklus Analisis Interaktif
Analisis Model Miles dan Huberman
Iskandar (2009: 76)
Data Collection
Penyediaan Data
Reduksi Data
Display Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini peneliti gunakan sebagai acuan
dalam keberhasilan penelitiannya. Menurut Sarwiji Suwandi (2009: 21) indikator
kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur
dalam menentukan keberhasilan/ keefektifan penelitian. Indikator kinerja yang
ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya
keterampilan menulis narasi pada siswa kelas IV SDN 02 Pereng Mojogedang
Karanganyar dengan menerapkan model quantum learning. Indikator penelitian
ini berdasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 70.
Menurut E. Mulyasa (2006: 209) kualitas pembelajaran dan
pembemtukan kompetensi dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari
segi proses, pembelajaran atau pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta
didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses
pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat
belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil
dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan yang positif pada diri peserta didik
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%).
Berpijak pada pendapat di atas peneliti menentukan indikator
ketercapaian sendiri agar nantinya dapat menjadi masukan bagi sekolah untuk
meningkatkan keterampilan menulis narasi. Indikator kinerja yang digunakan
yaitu 80% siswa mencapai ketuntasan secara klasikal. Penelitian dinyatakan
berhasil apabila 80% ke atas siswa telah mencapai ketuntasan secara klasikal
dengan mendapatkan nilai di atas KKM (70) pada keterampilan menulis karangan
narasi. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada penelitian ini berdasarkan KKM
yang telah ditentukan oleh SD Negeri 02 Pereng untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia kelas IV yaitu 70.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal
hingga akhir. Menurut Iskandar ( 2009: 113) secara umum Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang-ulang, empat bagian
utama yang ada didalam setiap siklus adalah sebagai berikut: 1) perencanaan
(planning), 2) pelaksanaan (acting), 3) pengamatan (observing), dan 4) refleksi
(reflecting). Dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan
tercapai. Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang
bertahap dan berkelanjutan sampai memperoleh hasil yang ditetapkan. Siklus
yang dinamis dengan tindakan yang sama.
Apabila peneliti sudah mengetahui letak keberhasilan dan hambatan dari
tindakan yang dilaksanakan pada siklus I peneliti menentukan rancangan
tindakan berikut pada siklus II. Jika hasil penelitian telah menemukan hasil yang
memuaskan dalam perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran di kelas,
maka peneliti dapat menghentikan dan mengambil kesimpulan, namun
disarankan sebaiknya prosedur PTK dilaksanakan paling kurang dua siklus.
Rancangan prosedur penelitian tindakan kelas ini diuraikan sebagai
berikut:
1. Prasiklus
Sebelum Siklus I dan Siklus II dilaksanakan, peneliti melakukan
kegiatan prasiklus terlebih dahulu meliputi survei ke obyek penelitian. Hal
ini, akan memudahkan peneliti untuk mengenal situasi awal di sekolah,
terutama pada saat kegiatan pembelajaran di kelas. Wawancara kepada guru
kelas dilakukan sebelum dilaksanakannya tindakan dengan menggunakan
pedoman wawancara yang telah disusun dan dikembangkan sesuai dengan
tujuannya. Tujuan wawancara untuk mengidentifikasi latar belakang masalah
yang ada pada sekolah tersebut khususnya siswa kelas IV dalam hal menulis
karangan narasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2. Rancangan Siklus Pertama ( Siklus I )
a. Perencanaan
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata Bahasa
Indonesia dengan materi menulis karangan.
2) Menyusun instrumen untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis.
3) Mempersiapkan media yang akan digunakan yaitu gambar tempat-tempat
umum dan tempat-tempat wisata.
4) Menyiapkan peralatan dokumentasi, yaitu kamera.
b. Tindakan
Setelah membuat rencana yang matang maka langkah selanjutnya
adalah melaksanakan rencana tersebut sebagai tindakan yang mengacu pada
langkah kegiatan mengajar. Pada tahap ini dilakukan dengan mengadakan
kegiatan menulis karangan narasi menggunakan model Quantum Learning
sesuai dengan RPP yang telah disusun sebelumnya oleh peneliti. Pelaksanaan
tindakan pada siklus I sebanyak 2x pertemuan dan masing-masing pertemuan
selama 3 x 35 menit. Pertemuan ke-1 mempelajari mengenai langkah-langkah
menulis karangan narasi, pertemuan ke-2 mempelajari tentang penulisan
karangan narasi dengan memperhatikan ejaan dan tanda baca yang tepat.
c. Observasi
Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa
ketika mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi menulis
karangan narasi. Peneliti sebagai guru pelaksana KBM, sedangkan guru kelas
IV sebagai kolabolator melakukan observasi terhadap aktivitas siswa dan
kinerja guru (peneliti).
d. Refleksi
Tahap refleksi dilakukan analisis terhadap pelaksanaan proses
kegiatan belajar mengajar dan hasil tes keterampilan menulis narasi siswa.
Dari data rata-rata nilai tes keterampilan menulis narasi siswa pada siklus I
diketahui hanya 74,42% atau sebanyak 32 siswa dari 43 jumlah siswa yang
mencapai ketuntasan. Hal tersebut belum mencapai target penelitian yaitu
80%. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar pemikiran untuk tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
pada siklus II karena hasil pada siklus I yang diperoleh belum maksimal.
Maka perlu dilakukan tindakan siklus II.
3. Rancangan Siklus Kedua ( Siklus II )
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan penerapan
model Quantum Learning yang didasarkan pada hasil refleksi pada siklus I.
Rencana perbaikan pada siklus II ini dilaksanakan untuk memperoleh hasil
yang lebih baik. Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan
masalah.
2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran Bahasa
Indonesia dengan materi menulis karangan narasi dengan menggunakan
gambar seri dan video.
3) Menyusun instrumen untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis.
4) Mempersiapkan gambar seri dan video yang akan digunakan.
5) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam mengajar, misalnya buku-
buku penunjang, dan alat tulis.
6) Menyiapkan peralatan dokumentasi, yaitu kamera.
b. Tindakan
Tindakan yang dilakukan adalah dengan memperbaiki tindakan
pada siklus pertama sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dan memantau proses
peningkatan keterampilan menulis narasi.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II sebanyak 2x pertemuan dan
masing-masing pertemuan selama 3 x 35 menit. Untuk memperbaiki
pembelajaran pada siklus II, peneliti sebagai guru kelas menggunakan media
dan kegiatan-kegiatan yang lebih menarik dalam pembelajaran.Pada
pertemuan ke-1, guru menggunakan LCD untuk menayangkan power point
materi dan rangkaian contoh-contoh gambar seri. Kemudian siswa maju
untuk mengurutkan gambar seri yang telah disediakan oleh guru. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
membacakan sebuah cerita narasi dan siswa menjawab pertanyaan dari isi
cerita yang dibacakan oleh guru dengan cara memetik soal cerita dari pohon
cerita tersebut. Pada pertemuan ke-2, guru menggunakan video cerita narasi
dalam pembelajaran menulis narasi, melalui video tersebut siswa
memperhatikan cerita dalam video kemudian menulis isi ceritanya.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati aktivitas siswa
ketika mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia dalam menulis karangan
narasi. Observasi dilakukan dengan mengkaji hasil pada siklus pertama dan
memantau serta membantu siswa jika menemui kesulitan di dalam
pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan observasi ini juga dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan seperti pada siklus 1 baik observasi
terhadap aktivitas siswa maupun observasi terhadap kegiatan guru di dalam
pembelajaran. Aktivitas siswa selama pembelajaran menulis narasi juga tetap
dipantau oleh peneliti dan guru kelas IV.
d. Refleksi
Menganalisis hasil pengamatan untuk memperoleh gambaran tentang
dampak dari tindakan yang dilakukan. Pada siklus II peningkatan
keterampilan menulis narasi sebesar 93,02% atau sebanyak 40 siswa dari 43
jumlah siswa, ini berarti sudah berhasil memenuhi target dari indikator yang
ingin dicapai yaitu lebih dari 80% dari keseluruhan siswa sudah mendapat
nilai di atas atau sama dengan KKM (70). Keterampilan menulis narasi siswa
meningkat dan memenuhi target yang dicapai, ini berarti bahwa pembelajaran
keterampilan menulis narasi melalui penerapan model Quantum Learning
tersebut telah berhasil dan penelitian dapat dihentikan.
Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah
ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gambar 3.3. Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Suharsimi Arikunto (2006: 73)
Refleksi
Perencanaan
Siklus I
Pengamatan
Perencanaan
Siklus II
Pengamatan
Pelaksanaan
Pelaksanaan Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Secara geografis SDN 02 Pereng Mojogedang Karanganyar terletak di
Dukuh Sarirejo RT 01 RW 04, Kelurahan Pereng, Kecamatan Mojogedang,
Kabupaten Karanganyar. Sekolah ini berstatus negeri dengan Nomor Statistik
Sekolah (NSS) 101031315016 yang dikepalai oleh Bapak Withono, S.Pd.
Letak geografis SDN 02 Pereng Mojogedang Karanganyar memang tidak
tepat di jantung kota Karanganyar. Meskipun demikian, letak sekolah ini sangat
strategis, karena dekat dengan pemukiman penduduk. Sarana komunikasi dan
transportasi yang ada juga cukup menunjang untuk berkembangnya SD tersebut.
Keadaan lingkungan yang dapat mendukung siswa dalam kegiatan belajar
adalah lingkungan yang luas, sejuk, dan bersih. Keadaan demikian sudah
selayaknya tercipta dalam kondisi dan situasi belajar mengajar yang
membutuhkan adanya pemusatan perhatian. Keadaan lingkungan belajar yang
tercipta di SD Negeri 02 Pereng antara lain:
a. Kondisi gedung atau bangunan yang permanen serta dalam kondisi yang baik,
antara lain terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1
perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang lab. komputer, 1 mushola, 1 gudang, 4
kamar mandi, dan 1 tempat parkir.
b. Tersedianya kursi dan meja belajar dalam kondisi yang baik serta dalam
jumlah yang memadai.
c. Penataan ruang kelas yang baik, rapi, dan teratur yang meliputi meja, kursi,
gambar-gambar dan media belajar lainnya.
d. Penanaman pohon di halaman serta penataan taman yang baik dan teratur
juga menambah suasana menjadi nyaman, sejuk, serta asri.
e. Adanya pagar yang mengelilingi sekolah sehingga keamanan siswa terjamin
walaupun sekolah ini terletak di tepi jalan raya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
B. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan tindakan atau penelitian, terlebih dahulu peneliti
melaksanakan kegiatan prasiklus dengan mengadakan tes kemampuan awal dan
melakukan wawancara dengan guru kelas IV. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru kelas IV (lampiran 6 halaman 154), peneliti menemukan beberapa
kesulitan belajar yang dialami oleh sebagian besar siswa kelas IV pada
pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu pada kegiatan pembelajaran menulis.
Dalam pembelajaran yang dilaksanakan, ternyata guru belum menggunakan
model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan menulis bagi
siswa, sehingga siswa merasa jenuh pada saat pembelajaran dan hasil yang
diperoleh oleh siswa belum maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata
yang diperoleh pada pembelajaran menulis karangan narasi kelas IV sebesar
62,93 pada tahap prasiklus (lampiran 8 halaman 158). Siswa yang memperoleh
70 (KKM) hanya 19 siswa dari 43 siswa atau sebesar 44,18% dan siswa
yang tidak tuntas sebanyak 24 siswa dari jumlah siswa 43 siswa atau sebesar
55,82%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 44,18% siswa mendapatkan nilai yang
masih berada di bawah batas KKM (70) yang ditetapkan. Oleh sebab itu
pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi perlu dilakukan perbaikan
dengan pelaksanaan tindakan yang di dalamnya terdapat alternatif untuk
memecahkan permasalahan tersebut. Tindakan yang berupa alternatif sebagai
pemecahan masalah tersebut berupa suatu model pemblejaran inovatif yang akan
digunakan dalam pembelajaran yaitu model Quantum Learning. Penggunaan
model ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi
siswa.
Agar lebih jelas, perolehan hasil penilaian pembelajaran keterampilan
menulis narasi siswa kelas IV pada tahap prasiklus dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 4.1. Data Nilai Keterampilan Menulis Narasi Tahap Prasiklus
No Interval Frekuensi
(fi) Nilai Tengah
(xi) fi.xi Prosentase
(%) 1 40 46 7 43 301 16,28 2 47 53 4 50 200 9,30 3 54 60 3 57 171 6,98 4 61 67 10 64 640 23,25 5 68 74 12 71 852 27,90 6 75 81 7 78 546 16,28
Jumlah 43 2710 100%
Nilai rata-rata = 2706 : 43 = 62,93
Ketuntasan klasikal = (19 : 43) x100% = 44,18 % Nilai Di bawah KKM = (24 : 43) x 100% = 55,82 %
Nilai Terendah = 40 Nilai Tertinggi = 81
Dari tabel di atas, dapat dibuat grafik yang dapat divisualisasikan pada gambar di
bawah ini:
Gambar 4.1. Grafik Nilai Keterampilan Menulis Narasi Tahap Prasiklus
Berdasarkan tabel 4.1. dapat dinyatakan bahwa nilai keterampilan
menulis narasi pada tahap prasiklus diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 62,93.
Pada gambar 4.1 dapat dinyatakan bahwa nilai keterampilan menulis narasi
menunjukkan siswa yang mendapatkan nilai 40- 46 sebanyak 7 siswa atau sebesar
16,27%. Siswa yang mendapatkan nilai 47-53 sebanyak 4 siswa atau sebesar
9,30%. Siswa yang mendapatkan nilai 54-60 sebanyak 3 siswa atau sebesar
7
43
10
12
7
0
2
4
6
8
10
12
14
40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
Banyak Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
6,97%. Siswa yang mendapatkan nilai 61-67 sebanyak 10 siswa atau sebesar
23,25 %. Siswa yang mendapatkan nilai 68-74 sebanyak 12 siswa atau sebesar
27,90%. Siswa yang mendapatkan nilai 75-81 sebanyak 7 siswa atau sebesar
16,27%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang belum
mencapai KKM dan perlu adanya tindakan guna meningkatkan keterampilan
menulis narasi siswa.
C. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari dua kali
pertemuan pada setiap siklusnya. Dalam setiap pertemuan alokasi waktu yang
digunakan adalah 3 jam pelajaran (3 x 35 menit). Dalam setiap siklus yang
dilaksanakan, terdiri dari empat komponen/tahapan pokok yang dilakukan, di
antaranya: a) perencanaan atau planning; b) tindakan atau acting; c) pengamatan
atau observing; d) refleksi atau reflecting.
a. Deskripsi Siklus I
Tindakan pada siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan dengan
jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya oleh peneliti dengan kolaborator
yaitu guru kelas IV. Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat,
20 April 2012 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 April
2012. Adapun tahapan pelaksanaannya yaitu:
1) Tahap Perencanaan
Berdasarkan data yang diperoleh, sebanyak 24 siswa dari 43 siswa
masih mendapatkan nilai menulis karangan dibawah 70. Selain itu, berdasarkan
hasil wawancara dengan guru kelas IV keterampilan menulis karangan siswa
masih rendah. Oleh karena itu, peneliti mengadakan koordinasi dengan guru
kelas untuk membahas tentang alternatif pemecahan yang dapat dilaksanakan
untuk meningkatkan keterampilan menulis, khususnya dalam menulis karangan
narasi siswa kelas IV SDN 02 Pereng. Alternatif yang akan digunakan adalah
penggunaan model Quantum Learning dengan kerangka pembelajaran
TANDUR.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Pada tahap perencanaan siklus I peneliti mempersiapkan beberapa hal
sebagai berikut:
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam hal ini, peneliti bersama guru kelas sebagai kolaborator
menyusun rencana pembelajaran Bahasa Indonesia materi menulis karangan
narasi yang akan digunakan dalam penelitian. Rencana pelaksanaan
pembelajaran yang disusun adalah rencana pembelajaran yang di dalamnya
terdapat kerangka pembelajaran TANDUR.
b) Menyiapkan fasilitas dan sarana yang akan digunakan
Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan
pembelajaran adalah menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan,
pada siklus pertama peneliti menggunakan media gambar-gambar tempat-
tempat umum dan tempat wisata.
c) Mempersiapkan lembar penilaian
Lembar penilaian yang digunakan berupa lembar penilaian kognitif
yang akan digunakan dalam menilai keterampilan menulis karangan narasi
siswa dan lembar aktivitas siswa. Selain lembar penilaian aktivitas siswa, juga
ada lembar penialaian RPP dan lembar penilaian pelaksanaan pembelajaran dan
dinilai oleh guru kelas sebagai observer.
2) Tahap Pelaksanaan/tindakan
Pada tahap pelaksanaan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada
hari Jumat, 20 April 2012 selama tiga jam pelajaran (3x35 menit). Kegiatan
pembelajaran dimulai pada pukul 07.00 WIB - 08.45 WIB. Pada pertemuan
pertama peneliti sudah mengunakan model pembelajaran Quantum Learning
yang sudah disusun dalam RPP (lampiran 4 halaman 95). Peneliti bertindak
sebagai pengajar dan guru kelas IV bertindak sebagai observer yang melakukan
pengamatan terhadap aktivitas siswa di dalam mengikuti pembelajaran. Urutan
pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan 1 adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
(1) Menyiapkan siswa secara fisik dan psikis sebelum proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
(2) Berdoa dan melaksanakan presensi kepada siswa.
(3) Memotivasi siswa sebelum pembelajaran dimulai.
(4) Apersepsi: Tanya jawab mengenai pernah berlibur kemana saja, setelah itu
Belajar Mengarang
(5) Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan guru yaitu
mengenai menulis karangan narasi
b) Kegiatan inti
(1) Eksplorasi
(a) Siswa secara aktif menyebutkan tempat-tempat wisata dan tempat-
tempat umum yang pernah dikunjunginya.
(b) Guru menjelaskan tentang pengertian karangan
(c) Guru menunjukkan gambar delman
(d) Siswa mengamati gambar yang ditunjukkan oleh guru
(e)
(f) Siswa bersahutan menjawab
(g) Guru menjelaskan langkah-langkah menyusun karangan narasi
(h) Guru bertanya jawab tentang langkah-langkah menyusun karangan
narasi
(i) Guru mencontohkan cara membuat kerangka karangan dengan
memperhatikan ejaan yang benar berdasarkan gambar yang telah
ditunjukkan
(2) Elaborasi
(a) Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 4-6 orang
(b) Guru menyuruh ketua dari masing-masing kelompok untuk
mengambil undian untuk nama masing-masing kelompok
(c) Guru memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk
membuat kerangka karangan berdasarkan gambar yang telah dipilih
oleh masing-masing kelompok
(d) Tiap-tiap kelompok mengerjakan tugas dari guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
(e) Guru mengarahkan jalannya diskusi
(f) Guru memberikan tanggapan dari hasil diskusi siswa.
(g) Guru memberikan kesimpulan dari hasil diskusi
(3) Konfirmasi
(a) Guru memberikan penguatan kepada siswa
(b) Guru memberikan kesempatan bagi siswa yang kurang jelas tentang
materi untuk bertanya
(c) Guru memberikan penghargaan kepada kepada siswa
(d) Guru memberikan motivasi belajar kepada siswa
c) Kegiatan akhir
(1) Bersama dengan guru, siswa membuat kesimpulan tentang materi yang
dipelajari
(2) Guru merefleksi materi yang sudah dipelajari
(3) Guru memberikan soal evaluasi individu untuk membuat karangan narasi
berdasarkan panduan dari kerangka karangan yang telah didiskusikan
secara kelompok.
(4) Salam penutup
Siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 21April 2012
yang dilaksanakan dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Pertemuan kedua,
dimulai jam pertama pada pukul 07.00 WIB 08.45 WIB. Pembelajaran
pertemuan kedua ini dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Ada
pun urutan pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua adalah sebagai
berikut:
a) Kegiatan awal
(1) Berdoa
(2) Salam pembuka dan presensi
(3) Mengkondisikan kelas
(4) Apersepsi -sama
(5) Motivasi: guru memberikan semangat belajar kepada siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
b) Kegiatan inti
(1) Eksplorasi
(a) Guru sedikit mengulas materi yang lalu
(b) Guru menjelaskan tentang penggunaan tanda baca dalam penulisan
karangan
(c) Siwa memperhatikan penjelasan guru
(d) Guru memberikan contoh cerita narasi dan membacakannya
(e) Siswa memperhatikan contoh yang dibacakan guru
(f)
(2) Elaborasi
(a) Guru menyuruh siswa untuk berkelompok seperti pertemuan yang lalu
(b) Guru menugaskan kepada masing-masing kelompok untuk
memperbaiki sebuah cerita narasi sesuai dengan tanda baca yang benar
(c) Tiap-tiap kelompok mengerjakan tugas dari guru
(d) Guru mengarahkan jalannya diskusi
(e) Guru memberikan tanggapan dari hasil diskusi siswa.
(f) Guru memberikan kesimpulan dari hasil diskusi
(3) Konfirmasi
(a) Guru memberikan penguatan kepada siswa
(b) Guru memberikan kesempatan bagi siswa yang kurang jelas tentang
materi untuk bertanya
(c) Guru memberikan penghargaan kepada kepada siswa
(d) Guru memberikan motivasi belajar kepada siswa
c) Kegiatan akhir
(1) Bersama dengan guru, siswa membuat kesimpulan tentang materi yang
dipelajari
(2) Guru merefleksi materi yang sudah dipelajari
(3) Guru memberikan soal evaluasi individu untuk membuat karangan
dengan panduan gambar
(4) Salam penutup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
3) Tahap Observasi
Tahap observasi ini, dilakukan observasi/pengamatan terhadap
kegiatan siswa di dalam pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan pengamatan
oleh guru terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model
Quantum Learning. Pengamatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan penelitian
untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas IV SDN 02
Pereng. Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas IV yaitu Bapak Sugeng
Riyadi, A.Ma. Pd. Guru kelas IV bertindak sebagai observer. Guru kelas IV
diminta mengamati pelaksanaan pembelajaran, kesesuaian RPP yang disusun
peneliti, pengamatan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses belajar
serta kinerja peneliti dalam mengajar. Selain itu, peneliti juga meminta bantuan
teman sejawat untuk merekam proses pembelajaran serta dokumentasi foto
menggunakan kamera. Pengamatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan
penelitian untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas
IV SDN 02 Pereng. Dari data observasi pada siklus I selama dua kali
pertemuan diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Hasil Observasi Terhadap Peneliti yang Berperan Sebagai Guru
a) Penilaian RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Penilaian RPP dilakukan oleh guru kelas IV terhadap peneliti
dilihat pada (lampiran 19 dan 20 halaman 189 dan 191). RPP yang
disusun guru sudah sesuai dengan tujuan dan kegiatan pembelajaran
yang dilakukan. Perumusan tujuan pembelajaran dan dampak pengiring
sudah jelas dan cukup baik. Ketepatan pemilihan materi ajarnya dengan
tujuan dan karakteristik sudah baik. Sistematika materi dan kesesuaian
dengan alokasi waktu sudah baik. Pemilihan sumber belajar yang sesuai
dengan tujuan, materi, dan alokasi waktu sudah baik. Langkah-langkah
dalam setiap skenario pembelajarannya sudah baik, sudah sesuai
dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Setiap langkah juga
telah diberi keterangan metode, alokasi waktu dan nilai karakter.
Penggunaan media dalam pembelajaran sudah baik. Penggunaan model
pembelajaran yaitu Quantum Learning yang sudah sesuai dengan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
yang digunakan dalam penelitian. Kesesuaian media dengan tujuan
pembelajaran sudah baik. Kelengkapan instrumen asesmen sudah baik.
b) Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
Observasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai
aktivitas peneliti dalam kesesuaian antara rencana pembelajaran yang
disusun dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan. Dari data
observasi aktivitas guru dalam siklus I selama dua kali pertemuan
diperoleh hasil sebagai berikut (dilihat pada lampiran 21 dan lampiran
22 halaman 193 dan 195) :
Penilaian pelaksanaan pembelajaran tersebut dilakukan dengan
mengisi lembar observasi kinerja guru berdasarkan pedoman
pengamatan kinerja guru dalam pembelajaran keterampilan menulis
karangan narasi menggunakan model Quantum Learning. Hasil
pengamatan kinerja guru dalam pembelajaran keterampilan menulis
karangan narasi menggunakan model Quantum Learning pada siklus I
sebagai berikut:
1) Pada saat pra pembelajaran guru sudah mempersiapkan ruang,
alat, dan media pembelajaran dengan baik. Serta guru sudah
mengkondisikan siswa dengan mengatur tempat duduk siswa.
2) Pada kegiatan awal, guru sudah membuka pembelajaran dengan
baik. Guru sudah melakukan kegiatan absensi.
3) Pada kegiatan inti pembelajaran guru sudah menguasai materi
pembelajaran serta guru sudah menerapkan model Quantum
Learning dalam kegiatan pembelajaran menulis narasi. Guru juga
kurang mampu menguasai kelas.
4) Guru sudah melibatkan siswa untuk membuat rangkuman pada
kegiatan penutup. Serta guru sudah memberikan tes akhir sebagai
tindak lanjut pembelajaran.
Penelitian pada siklus I, diperoleh rata-rata penilaian RPP dan
penilaian pelakanaan pembelajaran keterampilan menulis karangan
narasi sebesar 3,22. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
dilakukan oleh guru dapat dikategorikan baik, meskipun masih ada
beberapa kekurangan yang dilakukan guru. Oleh karena itu perlu
ditingkatkan lagi guna tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
2) Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa
Observasi aktivitas siswa dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang
dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas IV
SDN 02 Pereng. Dari data observasi aktivitas siswa dalam siklus I
selama dua kali pertemuan (dilihat pada lampiran 27 dan lampiran 28
halaman 209 dan 211) diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
a) Keterlibatan siswa dalam penggunaan media pembelajaran. Siswa
sudah terlibat dalam penggunaan media namun belum sepenuhnya.
b) Dalam melaksanakan tugas dari guru, siswa sudah tertib. Tetapi
masih ada beberapa siswa yang tidak tepat waktu dalam
mengumpulkan tugas.
c) Keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapat maupun bertanya
masih kurang, hanya ada beberapa siswa yang berani untuk
bertanya.
d) Dalam mengerjakan soal evaluasi ada beberapa siswa yang tidak
mandiri, ada yang masih mencontek maupun menjiplak.
3) Penilaian keterampilan menulis narasi siswa
Penilaian keterampilan menulis narasi yang dinilai adalah
aspek kognitif, dalam hal ini yang diukur adalah kompetensi produk
yang tercermin di dalam hasil tes tertulis yang ada pada karangan
narasi. Nilai keterampilan menulis karangan narasi yang dilaksanakan
pada siklus I dapat diketahui bahwa masih ada 11 siswa yang
mendapatkan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu
70. Rata-rata nilai keterampilan menulis karangan narasi yang
didapatkan siswa sebesar 73,42. Dari 43 siswa, yang mendapatkan nilai
di atas KKM sebanyak 32 siswa (74,42%), sedangkan 11 siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
(25,58%) masih mendapat nilai dibawah KKM (lampiran 13 halaman
168). Berikut ini data nilai yang dapat disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan grafik nilai keterampilan menulis karangan
narasi, sebagai berikut:
Tabel 4.2. Data Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siswa Siklus I
D
a
r
i
t
a
Dari tabel 4.2. dapat dibuat grafik yang divisualisasikan pada gambar
di bawah ini:
Gambar 4.2. Grafik Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siswa Siklus I
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui nilai keterampilan menulis
narasi siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I dapat diketahui nilai rata-rata
kelas dari aspek kognitif siswa pada keterampilan menulis karangan narasi
adalah 73,42 (lampiran 13 halaman 168). Pada gambar 4.2 menunjukan
35
8
18
7
202468
101214161820
55-60 61-66 67-72 73-78 79-84 85-90
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
Banyak Siswa
No Interval Frekuensi Nilai tengah FiXi Prosentase 1 55-60 3 57.5 172.5 6.98% 2 61-66 5 63.5 317.5 11.63% 3 67-72 8 69.5 556 18.60% 4 73-78 18 75.5 1359 41.86% 5 79-80 7 79.5 556.5 16.28% 6 85-90 2 87.5 175 4.65%
Jumlah 43 3136,5 100,00% Rata-rata Nilai = 3157 : 43 = 73,42
Ketuntasan Klasikal = (32 : 43) x 100 % = 74,42% Nilai Di bawah KKM = (11 : 43) x 100 % = 25,58%
Nilai Terendah = 55 Nilai Tertingi = 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
bahwa siswa yang mendapatkan nilai 55-60 sebanyak 3 siswa atau sebesar
6,98%. Siswa yang mendapatkan nilai 61-66 sebanyak 5 siswa atau sebesar
11,63%. Siswa yang mendapatkan nilai 67-72 sebanyak 8 siswa atau sebesar
18,60%. Siswa yang mendapatkan nilai 73-78 sebanyak 18 siswa atau sebesar
41,86%. Siswa yang mendapatkan nilai 78-84 sebanyak 7 siswa atau sebesar
16,28%. Siswa yang mendapatkan nilai 85-90 sebanyak 2 siswa atau sebesar
4,65%. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebanyak 32 siswa
atau sebasar 74,42% dari dan siswa yang mendapat nilai <70 sebanyak 11
siswa atau sebesar 25,58% dari 43 siswa dan ini berarti belum mencapai
ketuntasan belajar yang telah ditetapkan yaitu sebesar 80
70 (KKM). Sehingga perlu ditingkatkan pada siklus berikutnya.
4) Tahap Analisis dan Refleksi
Data yang telah didapatkan saat dilakukan observasi siklus I pada
pertemuan pertama dan kedua dianalisis kemudian direfleksi kembali. Peneliti
bersama kolaborator (guru kelas) melakukan analisis dan refleksi terhadap nilai
keterampilan menulis karangan narasi pada saat tahap prasiklus dan nilai
keterampilan menulis karangan narasi setelah dilaksanakan tindakan pada
siklus I. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah
direncanakan. Indikator kinerja yang telah direncanakan adalah penelitian
dinyatakan berhasil apabila 80% ke atas siswa mendapatkan nilai di atas KKM
(70). Perbandingan ketuntasan nilai keterampilan menulis karangan narasi
antara prasiklus dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I dapat dilihat
pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Perbandingan Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Karangan
Narasi antara Prasiklus dan Siklus I
Keterangan Prasiklus Siklus I
Jumlah siswa yang tuntas 19 32
Prosentase 44,18% 74,42%
Dari tabel 4.3. dapat dibuat grafik yang divisualisasikan pada gambar 4.3. di
bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis
Narasi antara Prasiklus dan Siklus I
Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa pada
saat prasiklus ada 19 siswa yang sudah mendapatkan nilai diatas KKM (70)
atau ketuntasan klasikal sebesar 44,18%. Setelah dilaksanakan tindakan pada
siklus I ternyata ketuntasan klasikal pada keterampilan menulis karangan narasi
meningkat sebesar 74,42% atau 32 siswa sudah mendapatkan nilai diatas KKM
pembelajaran. Hal ini menunjukan adanya peningkatan dari prasiklus ke siklus
I. Indikator kinerja dalam siklus I masih belum tercapai dari target yang
ditentukan. Ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa pada keterampilan
menulis karangan narasi masih kurang dari 80% sehingga perlu diadakan
kembali tindakan selanjutnya pada siklus II.
b. Deskripsi Siklus II
Tindakan pada siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan dengan
jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya oleh peneliti dengan kolaborator
yaitu guru kelas IV. Siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
Senin, 23 April 2012 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 24
April 2012. Adapun tahapan pelaksanaannya yaitu:
1) Tahap Perencanaan
Perencanaan tindakan yang dilakukan untuk siklus II mengacu pada
hasil refleksi pada siklus I. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada
siklus I dapat diketahui bahwa indikator kinerja untuk keterampilan
menulis karangan narasi siswa masih belum tercapai. Peneliti
19
32
0
10
20
30
40Ju
mla
h Si
swa
Yan
g T
un
tas
Prasiklus
Prasiklus Siklus I
Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
merencanakan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian siklus
II ini untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan bahwa target
yang dicapai adalah 80% siswa tuntas.
Adapun tahap-tahap perencanaan pada siklus II antara lain:
a) Merencanakan tindakan selanjutnya sebagai alternatif pemecahan
masalah yang berasal dari refleksi pada siklus I.
Setelah mengetahui masalah pada siklus I yang mengakibatkan
tidak dapat tercapainya target 80% siswa tuntas dari KKM (70) maka
peneliti dapat melakukan perbaikan pada siklus II. Dengan
memperbaiki media yang digunakan maupun proses pembelajaran yang
dilakukan.
b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Tahap ini penyusunan RPP ini, peneliti bersama guru kelas
sebagai kolaborator menyusun rencana pembelajaran Bahasa Indonesia
materi menulis karangan narasi yang akan digunakan dalam penelitian.
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun adalah rencana
pembelajaran yang di dalamnya terdapat kerangka pembelajaran
TANDUR. Dengan alokasi waktu 3x35 menit tiap pertemuan sehingga
dalam siklus II ini terdapat alokasi waktu 6x35 menit. Skenario
kegiatan pembelajaran pada siklus II disusun hampir sama dengan
kegiatan pada siklus I yaitu dengan menggunakan model Quantum
Learning. Hanya saja terdapat beberapa perbedaan di dalamnya yaitu
media yang digunakan lebih bervariasi seperti penggunaan gambar seri
pada pertemuan I dan pada pertemuan kedua menggunakan media audio
visual berupa video cerita.
c) Mempersiapkan kembali sarana dan fasilitas yang akan digunakan
Sarana dan media yang digunakan pada siklus II harus lebih
baik daripada siklus I. Ada beberapa sarana dan fasilitas yang
dipersiapkan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, di
antaranya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
1) Mempersiapkan media pembelajaran, media pembelajaran yang
digunakan pada siklus II berupa gambar seri dan menggunakan
laptop serta LCD untuk menayangkan video cerita narasi.
2) Mempersiapkan alat dokumentasi, alat dokumentasi yang akan
digunakan pada siklus II untuk dokumentasi di lapangan yaitu
kamera digital agar setiap peristiwa yang dilakukan dapat terekam
dengan baik.
d) Mempersiapkan lembar penilaian
Lembar penilaian yang digunakan sama dengan lembar
penilaian pada siklus I yaitu berupa lembar penilaian kognitif yang akan
digunakan dalam menilai keterampilan menulis karangan narasi siswa
dan lembar aktivitas siswa pada saat mengikuti pembelajaran di kelas.
Selain lembar penilaian aktivitas siswa, juga ada lembar penialaian RPP
dan lembar penilaian pelaksanaan pembelajaran dan dinilai oleh guru
kelas sebagai observer.
2) Tahap Pelaksanaan/Tindakan
Pelaksanaan siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
Senin, 23 April 2012 selama tiga jam pelajaran (3x35 menit). Kegiatan
pembelajaran dimulai pada pukul 07.00 WIB- 08.45 WIB. Peneliti
bertindak sebagai pengajar dan guru kelas IV bertindak sebagai observer
yang melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa di dalam mengikuti
pembelajaran. Urutan pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan 1
adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
(1) Menyiapkan siswa secara fisik dan psikis sebelum proses
pembelajaran
(2) Berdoa dan melakukan presensi
(3) Ayo Belajar -sama
(4) Motivasi : guru memberikan semangat belajar kepada siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
(5) Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan guru yaitu
mengenai menulis karangan narasi
b) Kegiatan inti
(1) Eksplorasi
(a) Guru sedikit mengulas materi yang lalu
(b) Guru menjelaskan tentang penggunaan tanda baca dalam penulisan
karangan
(c) Siwa memperhatikan penjelasan guru
(d) Guru me
(e) Siswa mengikuti permainan yang diadakan oleh guru.
(2) Elaborasi
(a) Guru menyuruh siswa untuk kembali berkelompok seperti
pertemuan yang lalu
(b) Guru menugaskan kepada masing-masing kelompok untuk
membuat kerangka karangan dengan panduan gambar seri
(c) Tiap-tiap kelompok mengerjakan tugas dari guru
(d) Guru mengarahkan jalannya diskusi
(e) Setelah selesai, melalui perwakilan dari kelompok, salah satu siswa
mempresentasikan hasil diskusinya
(f) Guru memberikan tanggapan dari hasil diskusi siswa.
(g) Guru memberikan kesimpulan dari hasil diskusi
(3) Konfirmasi
(a) Guru memberikan penguatan kepada siswa
(b) Guru memberikan kesempatan bagi siswa yang kurang jelas
tentang materi untuk bertanya
(c) Guru memberikan penghargaan kepada kepada siswa
(d) Guru memberikan motivasi belajar kepada siswa
c) Kegiatan akhir
(1) Bersama dengan guru, siswa membuat kesimpulan tentang materi yang
dipelajari
(2) Guru merefleksi materi yang sudah dipelajari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
(3) Guru memberikan soal evaluasi individu untuk membuat karangan
narasi dengan panduan gambar seri.
(4) Salam penutup
Pelaksanaan penelitian siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada
hari Selasa, 24 April 2012 yang dilaksanakan dengan alokasi waktu 3 x 35
menit. Pertemuan kedua, dimulai jam pertama pada pukul 07.00 WIB 08.45
WIB. Pembelajaran pertemuan kedua ini dilaksanakan sesuai dengan RPP yang
telah dibuat. Ada pun urutan pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan kedua
adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
(1) Menyiapkan siswa secara fisik dan psikis sebelum proses pembelajaran
(2) Berdoa dan melakukan presensi
(3) Ayo Belajar -sama
(4) Motivasi : guru memberikan semangat belajar kepada siswa
(5) Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan guru yaitu
mengenai menulis karangan narasi
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Guru sedikit mengulas materi yang peretemuan yang lalu
(b) Guru menjelaskan tentang penggunaan tanda baca dalam penulisan
karangan
(c) Guru menayangkan contoh video cerita narasi
(2) Elaborasi
(a) Guru menyuruh siswa untuk kembali berkelompok seperti pertemuan
yang lalu
(b) Guru menugaskan kepada masing-masing kelompok untuk mengisi
teka-teki silang yang berkaitan tentang karangan narasi
(c) Tiap-tiap kelompok mengerjakan tugas dari guru
(d) Guru mengarahkan jalannya diskusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
(e) Setelah selesai, melalui perwakilan dari kelompok, salah satu siswa
mempresentasikan hasil diskusinya
(f) Guru memberikan tanggapan dari hasil diskusi siswa.
(g) Guru memberikan kesimpulan dari hasil diskusi
(3) Konfirmasi
(a) Guru memberikan penguatan kepada siswa
(b) Guru memberikan kesempatan bagi siswa yang kurang jelas tentang
materi untuk bertanya
(c) Guru memberikan penghargaan kepada kepada siswa
(d) Guru memberikan motivasi belajar kepada siswa agar semakin giat
untuk belajar
c) Kegiatan Akhir
(1) Bersama dengan guru, siswa membuat kesimpulan tentang materi yang
dipelajari
(2) Guru merefleksi materi yang sudah dipelajari
(3) Guru memberikan soal evaluasi individu untuk membuat karangan
narasi dengan panduan dari video cerita narasi yang ditayangkan oleh
guru.
(4) Salam penutup
3) Tahap Observasi
Tahap observasi untuk siklus II dilakukan sama seperti pada siklus
I yaitu dan observasi terhadap aktivitas siswa, penilain terhadap RPP serta
pelaksanaan pembelajaran dan penilaian keterampilan menulis narasi
siswa. Selain itu, peneliti juga meminta bantuan teman sejawat untuk
merekam proses pembelajaran serta dokumentasi foto menggunakan
kamera. Pengamatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan penelitian untuk
meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas IV SDN 02
Pereng.
Berikut data hasil obervasi yang dilakukan pada siklus II selama dua
kali pertemuan yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
1) Hasil Observasi Terhadap Peneliti yang Berperan Sebagai Guru
a) Penilaian RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Aspek-aspek penilaian yang dilakukan pada siklus II sama
dengan aspek-aspek yang dinilai sama pada siklus I. Penilaian RPP
dilakukan oleh guru kelas IV terhadap peneliti (dilihat pada lampiran
23 dan 24 halaman 197 dan 200). RPP yang disusun guru sudah sesuai
dengan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Perumusan
tujuan pembelajaran dan dampak pengiring sudah jelas dan baik.
Ketepatan pemilihan materi ajarnya dengan tujuan dan karakteristik
sudah baik. Sistematika materi dan kesesuaian dengan alokasi waktu
sudah baik. Pemilihan sumber belajar yang sesuai dengan tujuan,
materi, dan alokasi waktu sudah baik. Langkah-langkah dalam setiap
skenario pembelajarannya sudah baik, sudah sesuai dengan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan.Setiap langkah juga telah diberi
keterangan metode, alokasi waktu dan nilai karakter. Penggunaan
media dalam pembelajaran sudah baik. Penggunaan model
pembelajaran yaitu Quantum Learning yang sudah sesuai dengan
model yang digunakan dalam penelitian. Kesesuaian media dengan
tujuan pembelajaran sudah baik. Kelengkapan instrumen asesmen
sudah baik.
b) Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
Penialain pelaksanaan pembelajaran tersebut dilakukan dengan
mengisi lembar observasi kinerja guru berdasarkan pedoman
pengamatan kinerja guru dalam pembelajaran keterampilan menulis
karangan narasi menggunakan model Quantum Learning. Hasil
pengamatan kinerja guru dalam pembelajaran keterampilan menulis
karangan narasi menggunakan model Quantum Learning pada siklus
II sebagai berikut:
1) Pada saat pra pembelajaran guru sudah mempersiapkan ruang,
alat, dan media pembelajaran dengan baik. Serta guru sudah
mengkondisikan siswa dengan mengatur tempat duduk siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
2) Pada kegiatan awal, guru sudah membuka pembelajaran dengan
baik. Guru sudah melakukan kegiatan absensi.
3) Pada kegiatan inti pembelajaran guru sudah menguasai materi
pembelajaran serta guru sudah menerapkan model Quantum
Learning dalam kegiatan pembelajaran menulis narasi. Guru juga
sudah menguasai kelas dengan baik.
4) Guru sudah melibatkan siswa untuk membuat rangkuman pada
kegiatan penutup. Serta guru sudah memberikan tes akhir sebagai
tindak lanjut pembelajaran.
Pada siklus II, diperoleh rata-rata penilaian RPP dan
penilaian pelakanaan pembelajaran keterampilan menulis karangan
narasi sebesar 3,71. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dapat dikategorikan baik, dalam pelaksanaannya
walaupun masih ada sedikit kekurangan yang dilakukan guru. Namun
peningkatan yang signifikan dari kinerja guru sudah tampak dalam
proses pembelajarannya.
2) Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa
Observasi aktivitas siswa dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang
dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas IV
SDN 02 Pereng. Dari data observasi aktivitas siswa dalam siklus II
selama dua kali pertemuan (dilihat pada lampiran 29 dan lampiran 30
halaman 213 dan 215) diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
1) Keterlibatan siswa dalam penggunaan media pembelajaran. Siswa
telah terlibat dan mau menggunakan media pembelajaran.
2) Dalam melaksanakan tugas dari guru, siswa sudah tertib. Dan
sudah tepat waktu dalam mengumpulkan tugas.
3) Keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapat maupun bertanya
sudah baik, dan banyak siswa yang telah berani untuk bertanya.
4) Dalam mengerjakan soal evaluasi ada siswa sudah mandiri, hanya
sedikit yang masih menyontek ataupun menjiplak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
3) Penilaian keterampilan menulis narasi siswa
Penilaian keterampilan menulis narasi yang dinilai adalah
aspek kognitif, dalam hal ini yang diukur adalah kompetensi produk
yang tercermin di dalam hasil tes tertulis yang ada pada karangan
narasi. Nilai keterampilan menulis karangan narasi yang dilaksanakan
pada siklus II selama dua kali pertemuan rata-rata nilai pada siklus II
adalah 81,80 dengan ketuntasan klasikal 93,02% atau sebanyak 40
siswa mendapat nilai (KKM) dan siswa yang belum tuntas
sebanyak 3 siswa atau sebesar 6,98% mendapat nilai dibawah KKM
(70). Berikut ini data nilai yang dapat disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan grafik nilai keterampilan menulis karangan
narasi, sebagai berikut:
Tabel 4.4. Data Nilai Keterampilan Menuli Narasi Siswa Siklus II
Dari tabel 4.4. dapat dibuat grafik yang divisualisasikan pada gambar
di bawah ini:
No Interval Frekuensi
(Fi) Nilai
Tengah (Xi) Fi.Xi Presentase 1 60-65 1 62,5 62,5 2,33% 2 66-71 6 71,5 286 9,30% 3 72-77 5 74,5 372,5 11,63% 4 78-83 13 80,5 1046,5 30,23% 5 84-89 16 86,5 1384 37,21% 6 90-95 4 92,5 370 9,30%
Jumlah 43 3521,5 100,00% Nilai Rata-rata Kelas = 3517,5 : 43 = 81,80
Ketuntasan Klasikal = 40 : 43 x 100% = 93,02% Nilai di bawah KKM = 3 : 43 x 10% = 6,98%
Nilai Terendah = 60 Nilai Tertinggi = 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Gambar 4.4. Grafik Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siswa Siklus
II
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan nilai keterampilan
menulis narasi siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II dapat
diketahui nilai rata-rata kelas dari aspek kognitif siswa pada
keterampilan menulis karangan narasi adalah 81,80 (lampiran 13
halaman 168). Pada gambar 4.4 menunjukkan bahwa siswa yang
mendapatkan nilai 60-65 sebanyak 1 siswa atau sebesar 2,33%. Siswa
yang mendapatkan nilai 66-71 sebanyak 4 siswa atau sebesar 9,30%.
Siswa yang mendapatkan nilai 72-77 sebanyak 5 siswa atau sebesar
11,63%. Siswa yang mendapatkan nilai 78-83 sebanyak 13 siswa atau
sebesar 30,23%. Siswa yang mendapatkan nilai 84-89 sebanyak 16
siswa atau sebesar 37,21%. Siswa yang mendapatkan nilai 90-95
sebanyak 4 siswa atau sebesar 9,30%. Hal ini dapat diartikan bahwa
sebanyak 40 siswa atau sebasar 93,02% sudah mencapai KKM (70)
dan 3 siswa atau sebesar 6,98% belum tuntas. Dan ini berarti sudah
mencapai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan yaitu sebesar 80%
Dan pada siklus II terbukti adanya
peningkatan yang signifikan dalam aspek kognitif dari keterampilan
menulis narasi siswa.
14 5
1316
402468
1012141618
60-65 66-71 72-77 78-83 84-89 90-95
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
Banyak Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
4) Tahap Analisis dan Refleksi
Data yang telah didapatkan saat dilakukan observasi siklus II pada
pertemuan pertama dan kedua dianalisis kemudian direfleksi kembali.
Peneliti bersama kolaborator (guru kelas) melakukan analisis dan refleksi
terhadap nilai keterampilan menulis karangan narasi pada saat tahap
prasiklus dan nilai keterampilan menulis karangan narasi setelah
dilaksanakan tindakan pada siklus II. Kemudian hasilnya dibandingkan
dengan indikator kinerja yang telah direncanakan. Indikator kinerja yang
telah direncanakan adalah penelitian dinyatakan berhasil apabila 80% ke
atas siswa mendapatkan nilai di atas KKM (70). Perbandingan ketuntasan
nilai keterampilan menulis karangan narasi antara prasiklus dan siklus I dan
setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.5 Perbandingan Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Karangan
Narasi antara, Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Keterangan Prasiklus Siklus I Siklus II
Jumlah siswa yang tuntas 19 32 40
Prosentase 44,18% 74,42% 93,02%
Dari tabel 4.5 dapat dibuat grafik yang divisualisasikan pada gambar 4.5 di
bawah ini:
Gambar 4.5. Grafik Perbandingan Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis
Narasi antara Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II
19
3240
0
10
20
30
40
50
Pes
erta
Did
ik Y
ang
Tu
nta
s Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
Banyak Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Pada tabel 4.5 dan gambar 4.5 dapat disimpulkan bahwa pada saat
prasiklus ada 19 siswa yang sudah mendapatkan nilai diatas KKM (70) atau
ketuntasan klasikal sebesar 44,18%. Setelah dilaksanakan tindakan pada
siklus I ternyata ketuntasan klasikal pada keterampilan menulis karangan
narasi meningkat sebesar 74,42% atau 32 siswa sudah mendapatkan nilai
diatas 70 (KKM) pembelajaran dan pada siklus II keterampilan menulis
narasi siswa meningkat sangat signifikan yaitu sebanyak 40 siswa atau
sebesar 93,02% mendapat nilai 70 KKM. Hal ini menunjukan adanya
peningkatan dari prasiklus ke siklus I dan ke siklus II. Indikator kinerja
dalam siklus I masih belum tercapai dari target yang ditentukan dan pada
siklus II inilah indikator kinerja yang telah ditetapkan yaitu 80% sudah
dapat tercapai.
Dalam penelitian ini terdapat siswa yang tidak tuntas sebanyak 3
siswa. Upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi masalah tersebut
adalah dengan melakukan pendekatan untuk memberikan bimbingan yang
sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing siswa. Untuk langkah dan
tindakan selanjutnya akan diarahkan dan diberikan bimbingan secara khusus
oleh guru kelas.
D. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I dan siklus II dapat
disimpulkan bahwa ada peningkatan yang cukup signifikan dari tindakan yang
dilakukan pada siklus I yang dilanjutkan dengan tindakan siklus II yang dilihat
pada aspek kognitif yaitu hasil tes tertulis keterampilan menulis narasi, pada saat
pembelajaran keterampilan menulis narasi. Selain itu ketuntasan klasikal yang
terjadi pada tahap pra siklus, siklus I, dan siklus II juga mengalami peningkatan
yang baik. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6. Peningkatan Rata-Rata Nilai Keterampilan Menulis Narasi dan
Prosentase Ketuntasan Klasikal pada Tahap Prasiklus, Siklus I, dan
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Nilai Terendah 40 55 60
Nilai Tertinggi 81 90 95
Jumlah Siswa 43 43 43
Siswa Tidak Tuntas 24 11 3
Siswa Sudah Tuntas 19 32 40
Nilai Rata-Rata Kelas 62,93 73,42 81,80
Ketuntasan Klasikal 44,18% 74,42% 93,02%
Dari tabel 4.6 di atas, dapat dibuat grafik yang divisualisasikan pada gambar 4.6.
di bawah ini, sebagai berikut:
Gambar 4.6. Grafik Peningkatan Nilai Keterampilan Menulis Narasi pada
Tahap Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan tabel 4.6 dan gambar 4.6, maka dapat disimpulkan bahwa
peningkatan terjadi pada nilai rata-rata kelas pembelajaran keterampilan menulis
narasi. Dari gambar 4.6 tersebut terlihat bahwa prasiklus lebih mendominasi pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
interval nilai rendah, siklus I mendominasi interval nilai sedang, dan siklus II
dominasi pada interval nilai tinggi.
Berdasarkan tabel 4.6 dan gambar 4.6 diatas, dapat diketahui adanya
peningkatan dari kondisi awal, siklus I sampai siklus II sebagai berikut:
a. Nilai terendah yang diperoleh siswa pada kondisi awal adalah 40 mengalami
peningkatan menjadi 55 pada siklus I, dari siklus I mengalami peningkatan
menjadi 60 pada siklus II.
b. Nilai tertinggi siswa pada kondisi awal adalah 81 mengalami peningkatan
menjadi 90 pada siklus I, dan dari siklus II ke siklus mengalami peningkatan
yaitu menjadi 95.
c. Nilai rata-rata siswa pada kondisi awal adalah 62,93 mengalami peningkatan
pada siklus I menjadi 73,42 dari siklus I mengalami peningkatan menjadi 81,80
pada siklus II.
d. Prosentase ketuntasan klasikal pada kondisi awal adalah 44,18% mengalami
peningkatan menjadi 74,42% pada siklus I, dan dari siklus I sampai siklus I
mengalami peningkatan menjadi 93,02% pada siklus II.
Berdasarkan tabel tabel 4.6 dan gambar 4.6 di atas dapat diketahui
adanya peningkatan nilai keterampilan menulis narasi pada tiap siklusnya. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis narasi yang berlangsung
selama dua siklus. Dan ini berarti pembelajaran Bahasa Indonesia dalam
keterampilan menulis narasi melalui model Quantum Learning dapat meningkat.
E. Pembahasan Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilakukan dalam penelitian dengan
menerapkan model Quantum Learning dalam pembelajaran menulis narasi.
Setelah dilakukan analisis, dapat ditemukan peningkatan yaitu peningkatan nilai
keterampilan menulis narasi, peningkatan aktivitas siswa saat pembelajaran serta
peningkatan kinerja guru. Hal ini menandakan bahwa kelebihan yang ada dalam
model Quantum Learning terbukti kebenarannya. Perincian selengkapnya sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Menurut St. Y. Slamet (2008 : 104) dijelaskan manfaat menulis antara
lain:
e) Peningkatan kecerdasan
f) Pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas
g) Penumbuhan keberanian
h) Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi
Kelebihan Model Quantum Learning teknik menurut Miftahul A la
(2010: 41- 43) kelebihan antara lain sebagai berikut:
(5) Adanya unsur demokrasi dalam pengajaran. Dengan adanya unsur demokrasi
tersebut siswa dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam
menulis narasi siswa dapat bebas untuk mengembangkan ide-ide kreatifnya
dengan mudah.
(6) Adanya kepuasan pada diri si anak. Melalui penerapan model Quantum
Learning anak merasa puas atas hasil usahanya karena model Quantum
Learning memiliki prinsip
dilakukan oleh anak akan mendapat pengakuan sehingga siswa termotivasi
untuk meningkatkan.
(7) Adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan
yang diajarkan.
Quantum Learning ini materi yang diajarkan akan diulangi hingga anak
benar-benar merasa mantap dan yakin telah menguasainya
(8) Adanya unsur kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan temuan
yang dihasilkan si anak, dalam bentuk konsep, teori, model dan sebagainya.
Dari hasil penelitian pada keterampilan menulis narasi dengan
menerapkan model Quantum Learning yang telah dilakukan sebanyak dua siklus
yang tiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan dapat diketahui bahwa pada
siklus I jumlah siswa yang tuntas adalah sebanyak 32 atau sebesar 74,42% dan
yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 11 siswa atau sebesar 25,58%. Dan
pada siklus II jumlah kektuntasan klasikal sebesar 93,02% atau sebanyak 40 siswa
dan yang mendapat nilai dibawah KKM sebesar 6,98% atau sebanyak 3 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada
siklus I dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Quantum
Learning dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SDN
02 Pereng Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran
2011/2012. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya keterampilan menulis narasi
siswa pada setiap siklusnya. Pada tahap prasiklus nilai rata-rata keterampilan
menulis narasi siswa yaitu 62,93 dengan prosentase klasikal sebesar 44,18% atau
sebanyak 19 siswa. Pada siklus I nilai rata-rata keterampilan menulis narasi siswa
mengalami peningkatan yaitu 73,42 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar
74,42% atau sebanyak 32 siswa. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata
keterampilan menulis narasi siswa mengalami peningkatan kembali menjadi 81,80
dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 93,02% atau sebanyak 40 siswa.
Hal ini menunjukan bahwa adanya peningkatan ketuntasan klasikal dari tindakan
pra siklus ke tindakan siklus I sebesar 30,24%, peningkatan ketuntasan klasikal
dari tindakan siklus I ke tindakan siklus II sebesar 18,60%, dan peningkatan
ketuntasan klasikal dari tindakan pra siklus ke tindakan siklus II sebesar 48,84%.
Dengan demikian penerapan model Quantum Learning dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas IV SDN 02 Pereng, khususnya
pada pembelajaran keterampilan menulis narasi.
B. Implikasi
Penerapan model Quantum Learning pada pembelajaran keterampilan
menulis narasi terdiri dari 2 siklus yang pada setiap siklusnya dilaksanakan
sebanyak dua pertemuan. Dalam pelaksanaan siklus tersebut terdapat empat
tahapan yang dilakukan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan,
tahap observasi, dan tahap analisis dan refleksi. Keberhasilan yang didapatkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
berasal dari refleksi pada siklus yang telah dilaksanakan dan perencanaan yang
matang untuk tindakan pada siklus selanjutnya.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, terbukti bahwa keterampilan menulis
narasi dapat ditingkatkan melalui penggunaan model Quantum Learning.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka implikasi yang didapatkan dari penelitian
yang telah dilaksanakan, antara lain:
1. Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan model
Quantum Learning untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi dapat
dipertimbangkan untuk digunakan sebagai model pembelajaran dalam
memberikan materi pelajaran bagi siswa. Penerapan model Quantum
Learning digunakan agar proses pembelajaran lebih menarik dan lebih
menyenangkan, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan, dan dapat
menciptakan suasan pembelajaran yang nyaman. Dari hasil penelitian ini,
maka penggunaan model Quantum Learning dapat dioptimalkan untuk
meningkatkan keterampilan menulis narasi.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru dalam peningkatan nilai keterampilan menulis narasi siswa dan
kualitas pembelajaran dengan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi pembelajaran yaitu: penggunaan metode, model dan media
pembelajaran yang tepat, efektif, dan efisien.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti dapat
mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Pada pelaksanaan pembelajaran, siswa seharusnya lebih aktif, kreatif, dan
bisa mengembangkan ide maupun gagasannya sehingga keterampilan
menulis narasi siswa dapat berkembang secara optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
2. Bagi Guru
a. Guru hendaknya menggunakan model Quantum Learning dalam kegiatan
belajar mengajar khususnya pada pembelajaran bahasa Indonesia dalam
menulis narasi, karena model Quantum Learning lebih efektif dan efisien.
Dimaksudkan agar pembelajaran tidak terasa membosankan dan membantu
siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis narasi.
b. Guru hendaknya tidak membiasakan siswa untuk sekedar mendengarkan
ceramah dengan menghafal saja, tetapi siswa diharapkan dapat
meningkatkan materi yang dipelajari.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini, dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pembelajaran
bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi dengan
menerapkan model Quantum Learning agar pada nantinya tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan dapat tercapai dengan baik dan maksimal.