Upload
vandan
View
276
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENINGKATAN PEMAHAMAN PERAN TOKOH-TOKOH PERSIAPAN
KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN
(ROLE-PLAYING) DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V
SD MUHAMMADIYAH 24 GAJAHAN SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
HABIB FAIZIN NIM: X 7108679
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya. (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa
ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.
(3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
(4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional maupun global (E. Mulyasa,
2007 : 125-126).
Dari pendapat ahli di atas Tujuan akan dapat terwujud manakala dilakukan
proses belajar mengajar. Sebagai suatu proses, belajar mengajar merupakan suatu
proses yang berkesinambungan dan tidak terbatas pada penyampaian materi pelajaran
di kelas. Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana agar materi yang diterima
siswa di kelas dapat diterapkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui proses belajar mengajar diharapakan tujuan-tujuan tersebut diatas
dapat tercapai. Proses belajar mengajar yang dapat mencapai tujuan diatas adalah
pross belajar-mengajar yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektifitas
layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan,
serta proses belajar mengajar yang melatih siswa baik secara individu maupun 1
kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan sendiri berbagai konsep yang
dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif.
Menurut Piaget dalam Nyimas Aisyah, dkk (2007:2-4) anak umur 2-7 tahun
berada pada pra-operasional, sedangkan anak atau siswa usia 7 sampai 12 tahun
berada pada tingkat operasional kongkret. Dalam periode ini disebut operasi kongkret
sebab berpikir logisnya didasarkan atas manipulasi fisik dari objek-objek. Menurut
Ingridwati Kurnia, dkk (2007:1.21) karakteristik perkembangan masa anak akhir 6-12
tahun adalah anak senang bermain dalam kelompoknya dengan melakukan permainan
yang konstruktif dan olahraga. Minat dan kegiatan bermain anak semakin meluas
dengan kegiatan yang semakin bervariasi.
Kenyataan menunjukkan bahwa pelaksanaan proses belajar mengajar di
sekolah sebagian besar masih dilakukan secara konvensional dengan bercerita dan
mencatat. Hal ini tentu saja menghambat ketercapaian tujuan IPS itu sendiri yang
dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu
pendekatan interdisipliner dan cabang-cabang ilmu sosial. Maka dalam rangka
memenuhi ketercapaian tujuan diperlukan proses belajar mengajar alternatif dengan
menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak
Sekolah Dasar khususnya anak kelas V.
Keadaan di SD Muhammadiyah 24 Surakarta membuat peneliti sekaligus
sebagai pendidik merasa sangat berperan dalam mendidik siswa-siswi Sekolah Dasar
yang mana hasil dari siswa-siswi sekolah dasar banyak yang tidak mampu
memperoleh hasil belajar yang tuntas sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang
telah ditetapkan. Salah satu penyebab ketidakmampuan siswa dalam memperoleh
hasil belajar yang optimal karena dalam menyajikan pembelajaran IPS masih sering
menggunakan metode ceramah dan siswa hanya disuruh mencatat bacaan.
Dengan alasan tersebut penulis menjadi tertarik untuk mengubah sistem
pembelajaran IPS di kelas V (lima) SD Muhammadiyah 24 Surakarta dengan
menyajikan pembelajaran IPS melalui metode bermain peran pada bab peran tokoh-
tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia.
Metode pada dasarnya adalah cara yang digunakan untuk menyampaiakan
pelajaran kepada siswa dengan tujuan untuk mempermudah penyampaian materi dan
menjadikan siswa lebih mudah menyerap semua ilmu yang telah diterimanya.
Penggunaan metode dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa, membantu
meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi.
Penggunaan metode bukan hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien,
tetapi juga membantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh. Bila
hanya dengan mendengarkan informasi verbal dari guru saja, siswa mungkin kurang
memahami pelajaran secara baik. Tetapi jika hal itu diperkaya dengan kegiatan
melihat, mendengar, menyentuh dan mengalami sendiri, maka pemahaman siswa
pasti akan lebih baik sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil belajar atau
prestasi belajar.
Bermain peran merupakan kegiatan menjadi orang lain sesuai dengan karakter
dan skenario yang ada. Siswa diajak untuk menjadi atau memerankan tokoh-tokoh
pahlawan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Siswa diberikan skenario
yang berisi diantaranya profil, karakter, peranan, hingga riwayat hidup sang tokoh.
Kemudian siswa bermain peran secara berkelompok yang dipentaskan secara
sederhana di depan kelas. Siswa akan memahami karakter, peranan, jabatan, hingga
riwayat hidup sang tokoh.
Dengan bermain peran siswa dapat secara aktif melakukan kegiatan melihat,
mendengar, menyentuh, dan mengalami sendiri. Masnur Muslich (2008 : 54)
menyatakan bahwa kita belajar: 10 % dari apa yang kita baca, 20 % dari apa yang
dengar-lihat, 30 % dari apa yang kita demonstrasikan, 50 % dari diskusi kelompok,
75 % dari apa yang kita kerjakan. Dari pendapat ahli di atas diharapkan pemahaman
meningkat, dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan siswa tuntas dalam
belajar sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sementara itu Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) perlu mempertimbangkan tiga hal yaitu: kemampuan
akademis siswa, kompleksitas indikator, dan daya dukung (guru, sarana). Selajutnya
dikatakan bahwa jika siswa telah memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan
indikator yang telah ditentukan pada KKM maka siswa yang bersangkutan
dinyatakan telah tuntas belajar. Begitu pula sebalikya.
Berdasarkan uraian di atas, mendorong penulis untuk mengangkat masalah
ini menjadi bahan penelitian dengan judul “Peningkatan Pemahaman Peran
Tokoh-Tokoh Persiapan Kemerdekaan Indonesia Melalui Metode Bermain
Peran Pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta Tahun
Pelajaran 2009/2010.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Kurang antusiasnya siswa dalam pembelajaran
2. Minimnya pemanfaatan metode-metode pembelajaran
3. Masih menggunakan kebiasaan lama dalam pembelajaran dengan ceramah dan
mencatat
4. Kurangnya semangat guru untuk menciptakan metode pembelajaran
5. Masih kurang maksimal pembelajaran siswa
C. PEMBATASAN MASALAH
1. Pemahaman peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia pada siswa
kelas V SD Muhammadiyah 24 Surakarta. Diantaranya pada sidang BPUPKI,
PPKI, dan peristiwa Rengasdengklok.
2. Metode bermain peran yang dimaksud merupakan kegiatan menjadi orang lain
sesuai dengan karakter dan skenario yang ada agar anak mengalami sendiri seperti
kejadian yang sesungguhnya.
D. RUMUSAN MASALAH
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penggunaan metode bermain peran
di kelas dengan membandingkan hasil belajar siswa dari tiga siklus yang dilakukan
dalam pembelajaran IPS di SD Muhammadiyah 24 Surakarta tahun 2009/2010.
Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas peneliti merumuskan
permasalahan yaitu :
1. Apakah proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode bermain peran
dapat meningkatkan pemahaman peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan
Indonesia pada siswa kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta?
2. Apakah metode bermain peran dapat meningkatkan keaktifan siswa pada
peningkatkan pemahaman peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia
kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta?
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian yang berorientasi pada pembelajaran IPS yang menggunakan
metode bermain peran sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan pemahaman peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan
Indonesia melalui metode bermain peran pada siswa kelas V SD Muhammadiyah
24 Gajahan Surakarta?
2. Untuk meningkatkan keaktifan siswa pada pemahaman peran tokoh-tokoh
persiapan kemerdekaan Indonesia melalui metode bermain peran siswa kelas V
SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta?
F. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempunyai beberapa manfaat
yaitu:
1. Manfaat Teoretis
Manfaat hasil penelitian secara teoritis diharapkan dapat memberikan
sumbangan untuk memperbaiki dan mengembangkan kualitas pendidikan atau
pembelajaran, khususnya yang bersangkutan dengan “Peningkatan pemahaman siswa
dalam mengenal tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia pada pembelajaran
IPS siswa kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi siswa :
a. Meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran IPS khususnya materi
peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia.
b. Meningkatkan keaktifan siswa mengalami sendiri dalam pembelajaran IPS
melalui metode bermain peran.
c. Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan
Surakarta.
2) Bagi guru :
a. Memberikan pengalaman langsung pada guru saat menerapkan metode bermain
peran dalam pembelajaran IPS.
b. Memberikan pengetahuan pada guru tentang pentingnya perpaduan antar metode
khususnya pada materi peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan
3) Bagi sekolah, memberikan wawasan dan pengaruh kepada guru lainnya
untuk berupaya menciptakan pembelajaran yang berkualitas.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Hakikat Pemahaman IPS
a. Pengertian IPS
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) secara resmi mulai dipergunakan di
Indonesia sejak tahun 1975 adalah istilah Indonesia untuk pengertian Social Studies
seperti di Amerika Serikat.
Ilmu Pengetahuan Sosial meupakan suatu program pendidikan yang
mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk
tujuan pembinaan warga Negara yang baik (Faqih Samiawi & Bunyamin Maftuh,
2001 : 1).
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu pelajaran yang diberikan
mulai dari SD/MI/SD sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada
jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan
ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi
warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia
yang cinta damai ( E. Mulyasa, 2007 : 125).
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah
dasar pada hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari disiplin ilmu-ilmu sosial
dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk tujuan pendidikan. Artinya, berbagai tradisi
dalam ilmu sosial termasuk konsep, struktur, cara kerja ilmuwan sosial, aspek metode
maupun aspek nilai yang dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosial, dikemas secara
psikologis, pedagogis, dan sosial-budaya untuk kepentingan pendidikan (Ridwan
Effendi, dkk, 2007:12).
Menurut Nasution dalam A. Dakir, dkk (2002:6) IPS adalah suatu program
pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan
manusia dalam lingkungan fisiknya maupun dalam lingkungan sosial yang bahannya
diambil dari berbagai ilmu sosial seperti sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi,
antropologi, ilmu politik dan psikologi.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perhatian
terhadap kehidupan manusia di masyarakat harus dibina dari usia yang paling muda
9
sampai menjadi dewasa dengan harapan terciptanya manusia atau warga negara yang
baik. Oleh karena itu pengajaran tentang kehidupan manusia di masyarakat harus
dimulai dari tingkat sekolah dasar bahkan mungkin sebelumnya dengan menggunakan
strategi dan metode pembelajarannya yang harus disesuaikan dengan perkembangan
umur anak didik pada tingkat dan jenjangnya masing-masing.
b. Tujuan IPS
1) Tujuan Umum IPS
Tujuan pendidikan IPS di tingkat Sekolah Dasar (SD) ditujukan untuk
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dasar siswa yang berguna untuk
kehidupan sehari harinya. IPS sangat erat kaitannya dengan persiapan anak didik
untuk berperan aktif atau berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia dan terlibat
dalam pergaulan masyarakat dunia (global society). IPS harus dilihat sebagai suatu
komponen penting dari keseluruhan pendidikan kepada anak. IPS memerankan
peranan yang signifikan dalam mengarahkan dan membimbing anak didik pada nilai-
nilai dan perilaku yang demokratis, memahami dirinya dalam konteks kehidupan masa
kini, memahami tanggung jawabnya sebagai bagian dari masyarakat global yang
interdependen (Ridwan Effendi, dkk, 2007:7-8).
Melalui mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar para siswa diharapkan dapat
memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan
humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di
lingkungannya, serta memilik keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah-
masalah sosial tersebut. Melalui mata pelajaran IPS diharapkan para siswa dapat
terbina menjadi warga Negara yang baik dan bertanggung jawab (Faqih Samlawi &
Bunyamin Maftuh, 2001 : 1).
Menurut Fenton dalam A. Dakir, dkk, (2002:9) dikemukakan ada 3 tujuan
utama IPS yaitu :
a) Mempersiapkan anak didik menjadi warga Negara yang baik.
b) Mengajar anak didik berkemampuan berpikir.
c) Agar anak dapat melanjutkan kebudayaan bangsa.
Melihat pada rumusan di atas nampak bahwa IPS di Indonesia secara
konseptual telah mencoba menganut pendekatan integrative yang mencakup paling
tidak ilmu-ilmu sosial yang pokok bahkan juga ilmu budaya dan filsafat. Hal itu
dengan sendirinya akan menuntut pendekatan-pendekatan dan pertimbangan-
pertimbangan tertentu dalam memilih metode belajar guna membantu siswa mencapai
Tujuan-tujuan tersebut.
2) Tujuan Pembelajaran IPS di Indonesia
a) Aspek pengetahuan dan pemahaman (kognitif)
(1) Pemahaman tentang sejarah kebudayaan bangsa sendiri dan umat manusia
(2) Lingkungan geografis tempat manusia hidup serta interaksi antara manusia
dan lingkungan fisiknya
(3) Cara manusia memerintah negaranya
(4) Struktur kebudayaan dan cara hidup manusia di Negara ssendiri dan di
Negara lain
(5) Cara manusia membudayakan lingkungannya untuk menjamin hidupnya
dan mempertinggi kesejahteraan bangsanya
(6) Pengaruh perkembangan IPTEK terhadap kehidupan manusia
(7) Pengaruh pertambahan penduduk terhadap lingkungan fisik dan sumber
tenaga alam
b) Aspek nilai dan sikap (afektif)
(1) Mengakui dan menghormati sikap harkat manusia
(2) Mengakui dan menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
(3) menghayati nilai-nilai dalam agama masing-masing
(4) Menghormati perbedaan adat istiadat, kebudayaan setiap suku bangsa dan
bangsa lain
(5) Bersikap positif terhadap bangsa dan negaranya, rela membangun dan
mempertahankannya
c) Aspek keterampilan
(1) Kecakapan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi
(2) Keterampilan berfikir, menginterpretasi dan mengorganisir informasi dari
berbagai sumber
(3) Kecakapan untuk meninjau informasi secara kritis, membedakan antara
fakta dan sumber
(4) Kecakapan untuk mengambil keputusan berdasarkan fakta dan pendapat
c. Pengertian Pemahaman
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008:1103) pemahaman artinya
perihal menguasai (mengerti, menguasai). Memahami mengerti benar
(akan);mengetahui benar.
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian ;
pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran ; pandangan, (4) mengerti
benar (akan) ; tahu benar (akan) ; (5) pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat
imbuhan me-I menjadi memahami, berarti : (1) mengerti benar (akan) ; mengetahui
benar, (2) memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pe-an menjadi pemahaman,
artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari
baik-baik supaya paham) (Depdikbud, 1994:74). Sehingga dapat diartikan bahwa
pemahaman adalah suatu proses, cara memahami atau cara mempelajari baik-baik
supaya paham dan memperoleh banyak pengetahuan.
Menurut Nana sudjana (1992:24) pemahaman dapat dibedakan dalam tiga
kategori antara lain ; (1) tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari
menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan prinsip-prinsip, (2) tingkat
kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu bagian-bagian terendah dengan yang
diketahui berikutnya, atau yang menghubungkan kejadian, membedakan yang pokok
dengan yang bukan pokok, dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat tertinggi yaitu
pemahaman ektrapolasi.
Bloomfield dalam Depdiknas (2008:688) mengemukakan bahwa
pemahaman adalah proses untuk mengetahui apa yang dikomunikasikan atau gagasan
yang terkandung di dalam baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Pemahaman
meliputi penafsiran (interpretation) dan harapan (expectancy). Penafsiran adalah
proses menafsirkan terhadap apa yang diperoleh dari teks, dan harapan untuk
menemukan dan menggunakan hal-hal yang ditemukan dalam teks tersebut atau yang
diajarkan.
Weaver dalam Depdiknas (2008:688) mengemukakan bahwa pemahaman itu
mencakup ; (1) pemahaman literal, (2) pemahaman interpretative, (3) pemahaman
kritis, (4) pemahaman kreatif.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah proses
mengetahui, mengenal, mengerti benar tentang sesuatu yang dipelajari dengan baik-
baik dan sebenar-benarnya. Hal ini dapat dicapai oleh siswa jika didalam pengerjaan
evaluasi hasil belajar, tingkat kesalahan sedikit atau siswa dapat mengerjakan dengan
hasil dia atas KKM yaitu 60.
2. Hakikat Metode Bermain Peran
a. Pengertian Metode
Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada murid-murid yang merupakan
proses pengajaran (proses belajar mengajar) itu dilakukan oleh guru di sekolah dengan
menggunakan cara-cara atau metode-metode tertentu. Cara-cara demikianlah yang
dimaksudkan sebagai metode pengajaran di sekolah (B. Suryosubroto, 2001:148).
Metode menurut Sagala dalam Ruminiati (2007:2-3), adalah cara yang
digunakan oleh guru/siswa dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data dan
konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi. Dalam
pembelajaran metode yang digunakan banyak sekali ragamnya. Sebagai guru harus
pandai menggunakan atau memilih metode yang tepat dan sesuai dengan materi dan
kondisi siswa.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode
merupakan suatu strategi di dalam pembelajaran yang digunakan baik guru atau siswa
untuk menerima atau menyampaikan materi sesuai dengan materi, kondisi siswa atau
guru. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal diperlukan metode
pembelajaran yang tepat. Pada saat menetapkan metode yang digunakan guru harus
cermat memilih dan menetapkan metode yang sesuai.
Tujuan akan dapat tercapai secara optimal jika pemilihan strategi dan
metodenya tepat. Agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik, dalam
pelaksanaan pembelajaran dapat dipilih satu atau lebih metode. Setiap metode
memilliki kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu diperlukan kombinasi beberapa
metode untuk menetralisir kelemahan-kelemahan yang ada.
b. Kriteria Pemilihan Metode Pembelajaran
Di dalam pembelajaran penggunaan metode pembelajaran yang baik dapat
secara optimal tercapai dengan mensinergikan satu atau lebih metode lainnya. Setiap
metode memiliki kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu diperlukan sinergi atau
kombinasi beberapa metode untuk melengkapi kelemahan-kelemahan yang ada yang
berupa strategi pembelajaran yang sesuai kriteria. Terdapat beberapa kriteria yang bisa
dijadikan acuan dalam pemilihan metode pembelajaran Walter E. Sistrunk dan Robert
C Maxson dalam Abdul Aziz Wahab (2007-85) antara lain:
1) The nature of the topic determines methods to some degree.
2) The needs of students and the class are the mayorfactor in identifying the proper
methodology.
3) Variety is a factor in selecting methods. Learning takes place when there is
interest.
4) Individual, small-group, and large group experience should be provided.
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang terpenting bagi
seorang guru adalah mengetahui secara tepat dan sadar mengapa memilih
metode/teknik/strategi mengajar tersebut. Dalam penerapannya hendaknya
menghubungkan dirinya dengan pengalaman yang telah dimiliki siswa. Selain itu
membutuhkan ketelitian, kecermatan, dan kesungguhan dengan melibatkan guru dan
siswa.
c. Pengertian Metode Bermain Peran
Menurut Ruminiati (2007:2) Metode bermain peran (role playing) adalah
suatu cara menyajikan bahan ajar dengan mendramasasikan tingkah laku dalam
hubungan sosial dengan suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan masalah
sosial. Metode bermain drama bertujuan untuk mempertunjukkan suatu perbuatan dari
suatu pesan yang ingin disampaikan dari peristiwa yang pernah dilihat. Metode ini
juga menjadikan siswa menjadi senang, sedih dan tertawa jika pemerannya dapat
menjiwai dengan baik.
Bermain peran adalah berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan
terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu seperti menghidupkan kembali suasana
historis misalnya mengungkapkan kembali perjuangan para pahlawan kemerdekaan
atau mengungkapkan kemungkinan keadaan yang akan datang … . (Abdul Aziz
Wahab, 2007:109).
Role-play ialah pemeranan sebuah situasi dalam hidup manusia dengan tanpa
diadakan latihan; dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan
analisa oleh kelompok (Slameto, 2003:102-103).
Menurut beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan metode bermain
peran merupakan kegiatan menjadi orang lain sesuai peran yang telah ditentukan
dengan tujuan mempertunjukkan peristiwa sosial yang berisi pesan-pesan sosial dan
dilakukan oleh dua orang atau lebih. Metode bermain peran dapat dilakukan dengan
latihan terlebih dahulu atau tanpa latihan pun dan dalam pelaksanaannya metode
bermain peran dapat menjadikan siswa menjadi senang, sedih dan tertawa jika
pemerannya dapat menjiwai dengan baik.
1) Kelebihan Metode Bermain Peran
Menurut Mansyur dalam Ruminiati (2007:2-8) menerangkan bahwa metode
bermain peran memiliki kelebihan seperti,
a) melatih siswa untuk berkreatif dan berinisiatif,
b) melatih siswa untuk memeahami sesuatu dan mencoba melakukannya,
c) memupuk siswa yang memiliki bakat seni dengan baik melalui bermain peran
yang sering dilakukannya dalam metode ini.
d) memupuk kerja sama antar teman dengan lebih baik pula,
e) membuat siswa merasa senang, karena dapat menghibur oleh fragmen teman-
temannya.
Menurut Slameto (2003:105) menerangkan keunggulan Role-Play,
a) Segera mendapat perhatian,
b) Dapat dipakai pada kelompok besar dan kecil,
c) Membantu anggota untuk menganalisa situasi,
d) menambah rasa percaya diri pada peserta,
e) Membantu anggota dan siswa untuk menyelami masalah,
f) Membantu mendapatkan pengalaman dari pemikiran orang lain
g) Membangkitkan minat dan perhatian pada saat untuk pemecahan masalah.
2) Kekurangan Metode Bermain Peran
Kekurangan tersebut antara lain adalah :
a) pada umumnya yang aktif hanya yang berperan saja
b) ini cenderung dominan unsure rekreasinya dari pada kerjanya, karena untuk
berlatih bermain peran memerlukan banyak waktu dan tenaga,
c) membutuhkan ruang yang cukup luas,
d) sering mengganggu kelas di sebelahnya (Mansyur dalam Ruminiati, 2007:2-8).
Abdul Aziz Wahab (2007:111) sebagaimana metode-metode mengajar
lainnya metode ini mengandung beberapa kelemahan diantaranya:
a) Jika siswa tidak disiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan melakukan
dengan sungguh-sungguh
b) Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak
mendukung
c) Bermain peran tidak selamanya menuju arah yang diharapkan seseorang yang
memainkannya. Bahkan juga mungkin akan berlawanan dengan apa yang
diharapkannya.
d) Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik
khususnya jika siswa tidak diarahkan dengan baik. Siswa perlu mengenal
dengan baik apa yang akan diperankannya.
e) Bermain memerlukan waktu yang banyak.
f) Untuk dapat berjalan dengan baik, dalam bermain peran diperlukan kelompok
yang sensitif, imajinatif, terbuka, saling mengenal sehingga dapat bekerjasama
dengan baik.
d. Fungsi Metode Bermain Peran
Untuk membantu guru dalam pembelajaran IPS khususnya dalam
mengenalkan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia.
1) Tujuan Penggunaan Metode Bermain Peran
Menurut Shaftel and Shaftel dalam Abdu Aziz Wahab (2007:109-110)
a) To help children understand that behavior is caused
b) To develop sensitivity to the feelings of others
c) To release tension and feelings
d) To diagnose the needs of chidren
e) To improve the child’s self concept
f) The explore roles
g) The explore the core values of American culture
Secara umum dalam penelitian ini tujuannya adalah :
a) Mengenal Tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia
b) Mengenal peranan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia
c) Menghargai jasa para tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia
2) Penggunaan Metode Bermain Peran
a) Metode Bermain Peran digunakan secara berkelompok.
b) Metode Bermain Peran terdiri dari ringkasan cerita, profil tokoh-tokoh
persiapan kemerdekaan Indonesia beserta peranannya di dalam persiapan
kemerdekaan Indonesia, dan naskah/skenario yang digunakan untuk simulasi
bermain peran.
c) Penggunaan metode bermain peran disesuaikan dengan materi pembelajaran
IPS.
3) Langkah-langkah bermain peran
a) Persiapan bermain peran
(1) Memilih permasalahan beserta pemecahannya
(2) Mengarahkan siswa pada situasi dan masalah yang akan dihadapi
b) Memilih Pemain
(1) Memilih secara sukarela, jangan dipaksa.
(2) Memilih pemain yang dapat mengenali peran yang dibawakannya
(3) Hindari pemain yang ditunjuk sendiri oleh siswa
(4) Memilih beberapa pemain agar tidak memainkan dua peran sekaligus
(5) Setiap kelompok pemain paling banyak 5 orang
(6) Hindari siswa membawakan peran yang dekat dengan kehidupan
sebenarnya
c) Mempersiapkan penonton
(1) Harus yakin bahwa penonton mengetahui tujuan bermain peran
(2) Mengarahkan penonton dalam berperilaku
d) Persiapan para pemain
(1) Biarkan siswa mempersiapkan dengan sedikit campur tangan guru
(2) Pemain harus sudah memahami apa yang diperankannya
(3) Permainan harus lancar dan sebaiknya ada kata pembukdi awal cerita
tetapi hindari berlatih kembali saat akan mulai bermain peran
(4) Menyiapkan tempat dengan baik
(5) Kadang-kadang “kelompok kecil bermain peran” merupakan cara yang
baik untuk bermain peran
e) Pelaksanaan
(1) Upayakan agar singkat, bagi pemula lima menit sudah cukup, dan bermain
sampai habis, jangan diinterupsi
(2) Spontanitas menjadi kunci
(3) Jangan menilai aktingnya, bahasanya dan lain-lain
(4) Biarkan siswa bermain bebas
(5) Jika terjadi kemacetan hal yang dilakukan:
(a) Dibimbing dengan pertanyaan
(b) Mencari orang lain untuk peran itu
(c) Menghentikan dan melangkah ke tindak lanjut
(6) Jika pemain tersesat dilakukan:
(a) Rumuskan kembali keadaan dan masalah
(b) Simpulkan apa yang sudah dilakukan
(c) Hentikan dan arahkan kembali
(d) Mulai kembali setelah ada penjelasan singkat
(7) Jika siswa mengganggu :
(a) Tugasi dengan pean khusus
(b) Jangan pedulikan dia
(c) Jika ada siswa yang tidak setuju dengan cara temannya memerankan
beri ia kesempatan untuk memerankannya.
f) Tindak lanjut
(1) Diskusi
(a) Diskusi tindak lanjut yang dapat memberi pengaruh yang besar
terhadap sikap dan pengetahuan siswa
(b) Diskusi juga dapat menganalisis, menafsirkan, member jalan keluar
atau merekreasi
(c) Di dalam diskusi sebaiknya dinilai apa yang telah dipelajari
(2) Melakukan bermain peran kembali
Memainkan kembali dapat memberi pemahaman yang lebih baik (Abdul
Aziz Wahab, 2007:112-113).
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Ada beberapa penelitian yang dipandang relevan dengan penelitian ini yaitu :
Pujianti (2008) dalam penelitiannya berjudul: Pembelajaran Kuantum Pada
Pokok Bahasan Gerak Melalui Teknik Bermain Peran Dan Teka-Teki Silang Ditinjau
Dari Semangat Belajar Fisika Siswa SMPN I Sawit Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009.
Menyimpulkan bahwa dengan menggunakan teknik bermain peran dan teka-teki silang
terhadap prestasi belajar fisika pada sub pokok bahasan gerak memberikan perbedaan
prestasi belajar siswa, yaitu melalui teknik bermain peran prestasi belajar fisika lebih baik
dari pada melalui teka-teki silang.
Nularsih (2008) dalam penelitiannya berjudul: Studi Komparasi Antara Teknik
Pembelajaran Peta Konsep Dan Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa
Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta Tahun 2008. Menyimpulkan bahwa teknik
bermain peran lebih baik dari pada teknik peta konsep. Hal ini ditunjukkan berdasarkan
hasil nilai rerata pada kelompok eksperimen sebesar 7,73 lebih tinggi daripada nilai rerata
kelompok kontrol sebesar 7,00.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di atas dapat dijadikan tolak ukur dan
pembanding dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu terbukti dengan penggunaan
metode bermain peran dalam pembelajaran mampu meningkatkan hasil pembelajaran.
Dalam penelitian ini peneliti lebih menekankan peningkatan pemahaman peran
tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia dengan metode bermain peran pada
pembelajaran IPS siswa kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta tahun
pelajaran 2009/2010.
C. KERANGKA BERPIKIR
Pemahaman peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia masih rendah,
hal ini disebabkan karena pembelajaran siswa kurang aktif. Pembelajaran lebih banyak
berpusat pada guru kemudian siswa hanya memperhatikan penjelasan guru. Siswa belum
secara aktif dan mengalami sendiri di dalam pembelajaran. Dengan alasan tersebut
penulis menjadi tertarik untuk mengubah sistem pembelajaran IPS di kelas V (lima) SD
Muhammadiyah 24 Surakarta dengan menyajikan pembelajaran IPS melalui metode
bermain peran pada bab peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia.
Metode bermain peran sangat menarik banyak perhatian siswa SD. Sebagai suatu
pembelajaran di dalamnya dapat melibatkan aspek-aspek kognitif (problem solving,
pemecahan masalah) dan afektif (sikap, nilai-nilai pribadi atau orang lain,
membandingkan dan mempertentangkan nilai-nilai mengembangkan empati dan
sebagainya) atas dasar tokoh yang mereka perankan. Penggunaan metode bermain peran
(role playing) mendorong siswa dapat mengalami, merasakan, memahami sendiri
sehingga yang mereka pelajari dapat melekat dalam ingatan untuk meningkatkan
pemahaman pengenalan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu
dengan optimalisasi penggunaan metode bermain peran diharapkan dapat memperkuat
ingatan dan pemahaman siswa.
Dengan demikian, penggunaan metode bermain peran pada pembelajaran IPS
khususnya materi peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas diperoleh kerangka
pemikiran dalam penelitian pada gambar 1 :
Pembelajaran lebih
banyak berpusat pada
guru
Kondisi Awal
- Pemahaman siswa tentang
peran tokoh-tokoh persiapan
kemerdekan Indonesia
rendah.
- Nilai IPS masih di bawah
KKM yaitu nilai 60.
BAB III
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan,
penelitian ini diharapkan dapat membawa perubahan ke arah perbaikan dan
peningkatan kualitas pembelajaran IPS khususnya pemahaman peran tokoh-
tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Muhammadiyah 24
Surakarta. Sehingga dapat diajukan sebuah hipotesis tindakan sebagai berikut:
Penerapan pembelajaran melalui metode bermain
peran.
Pemahaman siswa tentang peran tokoh-tokoh persiapan
kemerdekan Indonesia meningkat.
Kondisi Akhir
Tindakan
Siklus 1 dengan target siswa mampu memahami dan
mendeskripsikan 5 tokoh persiapan kemerdekaan.
siklus 2 dengan target siswa mampu memahami dan
mendeskripsikan 8 tokoh persiapan kemerdekaan.
Melalui metode bermain peran dapat meningkatkan pemahaman peran
tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V
SDMuhammadiyah 24 Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta Kecamatan
Pasar Kliwon, kota Surakarta. Alasan memilih tempat penelitian adalah sebagai berikut:
a. Peneliti sebagai guru di SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta.
b. Di SD Muhammadiyah 24 Surakarta khususnya kelas V dalam mata pelajaran IPS
pencapaian nilainya masih di bawah KKM.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester GENAP tahun pelajaran 2009/2010
selama 4 bulan yaitu bulan Februari sampai dengan Mei tahun 2010.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Data yang akan diperoleh atau dikumpulkan berupa data yang langsung tercatat
dari kegiatan di lapangan maka bentuk pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) sebanyak dua siklus. Menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam Trisno Martono dan
Pardjono (2009:2) action research is a form of collective self-reflective enquiry
undertaken by partisipans in social situations in order to improve the rationality and
justice of their own social or educational practices, as well as their understanding of
these practices and the situations in which these practices are carried out. Dari
pengertian yang diberikan ini ada beberapa hal yang bisa dijelaskan, yaitu (1) PTK
merupakan penelitian kolektif (2) peningkatan cara berpikir dan kepekaan terhadap rasa
keadilan dan komuitasnya, (3) PTK merupakan penelitian praktis dan kontekstual.
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian untuk mengatasi permasalahan terkait
dengan kegiatan belajar mengajar yang terjadi pada suatu kelas.
Adapun model Penelitian Tindakan Kelas ini menggambarkan sebagai
serangkaian langkah yang membentuk siklus atau putaran tindakan. Setiap langkah
planning acting
29
memiliki empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflecting) (Taggart dalam Zainal Aqib, 2006: 127). Langkah-
langkah tersebut dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Tahapan PTK
Tahap-tahap di atas digambarkan sebagai siklus, yang dapat dilanjutkan ke siklus
berikutnya secara ulang sampai permasalahan yang dihadapi dapat teratasi/terpecahkan.
Pada tahap perencanaan berisi rencana pelaksanaan pembelajaran yang disiapkan
sebelum pelaksanaan tindakan/aksi. Kemudian dilakukan tindakan sebagai implementasi
perencanaan.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas V SD Muhammadiyah 24 Surakarta,
tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah 25 siswa. Dengan rincian: 9 siswa Laki-laki,
16 siswa Perempuan.
D. Sumber Data
Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam
penelitian ini sebagian besar berupa kualitatif. Informasi tersebut akan digali dari
berbagai sumber data dan jenis data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini
meliputi:
1. Informan atau nara sumber yaitu siswa Kelas V SD Muhammadiyah 24 Surakarta,
Kecamatan Pasar Kliwon.
2. Arsip nilai ulangan harian hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan
metode bermain peran.
3. Informasi tentang kondisi sekolah tempat penelitian dilakukan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai bentuk Penelitian Tindakan Kelas dan jenis sumber data yang
dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Observasi
Bentuk observasi dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi, dimana peneliti
(pengamat) dalam penelitian ini, berperan aktif dalam semua pembelajaran di kelas.
Observasi ini digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan sebagai dasar
untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut, dan dengan observasi ini akan
diperoleh data mengenai seluruh aktivitas atau keaktifan siswa dalam pembelajaran
IPS materi peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia melalui metode
bermain peran SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta.
2. Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 53) (sebelum adanya Ejaan Yang
Disempurnakan dalam bahasa Indonesia ditulis dengan test), adalah merupakan alat
atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara atau aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes dalam penelitian
ini digunakan untuk mengukur keberhasilan peningkatan pemahaman peran tokoh-
tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia melalui metode bermain peran siswa kelas V
SD Muhammadiyah 24 Gajahan secara tertulis. Data yang diperoleh dari pelaksanaan
tes adalah hasil nilai siswa.
3. Dokumen
(Slamet Widodo 2004:79-80) berpendapat bahwa teknik pengambilan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen. Keuntungan menggunakan dokumentasi ialah
biayanya relative murah, waktu dan tenaga lebih efisien. Data-data yang diperoleh
dari dokumen yaitu keadaan administrasi siswa yang sudah ada yang akan digunakan
sebagai data awal keadaan siswa sebelum pelaksanaan siklus juga setelah pelaksanaan
siklus.
F. Validitas Data
Untuk menjamin validitas data dan pertanggungjawaban dapat dijadikan dasar
yang kuat untuk menarik kesimpulan, teknik yang digunakan yaitu triangulasi data atau
trianggulasi sumber. Cara ini mengarahkan agar di dalam mengumpulkan data, wajib
menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis,
akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
Dengan mengenali data dari sumber yang berbeda-beda dan juga teknik pengumpulan
data yang berbeda itu pun data sejenis bisa tertuju kemantapan dan kebenarannya. Data
yang akan di triangulasi adalah keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS materi peran
tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia melalui metode bermain peran pada siswa
kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta. Untuk soal-soal tes evaluasi akan
divalidasi dengan validasi isi yang disesuaikan dengan silabus.
G. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis
interaktif Miles dan Huberman. Model analisis interaktif mempunyai tiga buah
komponen pokok yaitu; Reduksi data, Sajian data, Penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai
suatu proses siklus.
Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan dengan skema
pada gambar 3
Gambar 3
Skema proses analisis interaktif
H. Indikator Pencapaian
Dengan adanya penelitian, maka akan adanya peningkatan kemampuan
pemahaman IPS, yaitu ;
Reduksi Data Sajian Data
Pengumpulan Data
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
1. Siswa mampu mendeskripsikan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan dengan
menggunakan metode bermain peran. 5 tokoh pada siklus I dan 8 tokoh pada siklus II.
2. Meningkatnya keaktifan siswa dalam belajar IPS dengan adanya metode bermain
peran. Pada siklus I 60% dari jumlah siswa yang hadir dan pada siklus II 90% dari
jumlah siswa yang hadir.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap-tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah ada dalam
permasalahan yang diteliti. Untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan
rendahnya pemahaman belajar IPS siswa kelas V SD Muhammadiyah 24 Surakarta
dilakukan observasi dan wawancara terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
siswa. Melalui langkah-langkah tersebut akan dapat ditentukan tindakan yang tepat dalam
rangka meningkatkan pemahaman pembelajaran IPS khususnya dalam peran tokoh-tokoh
persiapan kemerdekaan Indonesia.
Langkah yang paling tepat untuk meningkatkan pemahaman IPS adalah dengan
penanaman konsep melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan
konsep lain yang telah dikuasai siswa. Sehubungan hal tersebut, maka tindakan yang
diduga paling tepat adalah dengan menggunakan metode bermain peran dalam
pengenalan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia pada pembelajaran IPS.
Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka prosedur pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini meliputi; perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi, dalam setiap siklus.
Secara rinci prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dijabarkan dalam
uraian berikut:
Pada siklus I
1) Tahap perencanaan
a. Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi
b. Merencanakan skenario pembelajaran IPS dengan cara membuat rencana
pembelajaran (RPP)
c. Merencanakan kegiatan pembelajaran penggunaan metode bermain peran yang
disimulasikan oleh guru.
d. Merencanakan kegiatan pembelajaran penggunaan metode bermain peran yang
dilaksanakan oleh siswa.
2) Tahap pelaksanaan tindakan
a. Memberikan materi pembelajaran tentang pengenalan tokoh-tokoh persiapan
kemerdekaan Indonesia.
b. Menerapkan pembelajaran dengan penggunaan metode bermain peran
Setelah guru menerangkan tentang tokoh-tokoh persiapan kemerdakaan Indonesia
kemudian siswa mensimulasikan penggunaan metode bermain peran, agar siswa
lebih paham tentang cara penggunaan metode bermain peran. Dalam simulasi
metode bermain peran yang dilaksanakan oleh guru, sebagian siswa diajak
langsung mensimulasikan metode bermain peran.
c. Siswa belajar dengan menggunakan metode bermain peran.
Setelah guru mensimulasikan metode bermain peran, kemudian secara
berkelompok siswa melaksanakan pembelajaran IPS tentang tokoh-tokoh
persiapan kemerdekaan Indonesia dengan bermain peran. Setelah siswa sudah
mampu bermain peran dengan benar, kemudian guru memberikan soal tentang
tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia dengan pemecahan masalah
berdasarkan pengetahuan yang didapat melalui bermain peran.
d. Membantu siswa jika menemui kesulitan
Membimbing kelompok siswa jika terlihat kesulitan dalam mensimulasikan
bermain peran dan dalam mengerjakan lembar kerja siswa, kemudian guru
membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa.
a. Setelah siswa sudah mampu bermain peran dengan benar, guru menilai hasil dari
siswa bermain peran melalui pelaksanaan mengerjakan soal IPS tentang tokoh-
tokoh persiapan kemerdekaan.
3) Tahap observasi
a. Melakukan pengamatan pada proses pembelajaran
Melaksanakan pengamatan ketika siswa bermain peran dan dalam mengerjakan
lembar kerja siswa. Untuk aktifitas guru dalam pembelajaran akan diamati oleh
teman sejawat yang mengamati seluruh aktifitas guru dalam menerapkan metode
bermain peran kepada siswa. Saat melaksanakan pengamatan guru dan teman
sejawat bisa minyimpulkan bahwa siswa dan guru sudah tepat atau belum dalam
menggunakan metode bermain peran.
b.Mengarahkan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
Memberikan pengarahan kepada semua siswa ketika siswa merasa sedikit ada
kesulitan dalam bermain peran. Dengan pengarahan guru, siswa melanjutkan
pengetahuan yang didapat saat bermain peran dalam mengerjakan soal.
4) Tahap refleksi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari pembelajaran bila hasil refleksi dan evaluasi
siklus I menunjukkan adanya peningkatan pemahaman mengenal tokoh-tokoh
persiapan kemerdekaan Indonesia. Siswa kelas V tidak perlu dilanjutkan dengan
menggunakan siklus II. Namun apabila belum memperlihatkan adanya peningkatan
pemahaman IPS maka dibuat siklus II yang meliputi tahap perencanaan tindakan,
tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan refleksi. Hal ini dilaksanakan untuk
memperbaiki kinerja siswa dan guru yang kurang tepat dalam penerapan metode
bermain peran. Sehingga dapat meningkatkan kinerja dari siswa dan guru sampai
pemahaman tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia meningkat.
Siklus II
1) Tahap perencanaan
a. Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi
b. Merencanakan skenario pembelajaran IPS dengan cara membuat rencana
pembelajaran (RPP)
c. Merencanakan kegiatan pembelajaran penggunaan metode bermain peran yang
disimulasikan oleh guru dengan menambah gambar peristiwa kemerdekaan
sebagai media.
d. Merencanakan kegiatan pembelajaran penggunaan metode bermain peran yang
dilaksanakan oleh siswa.
2) Tahap pelaksanaan tindakan
a. Memberikan materi pembelajaran tentang pengenalan tokoh-tokoh persiapan
kemerdekaan Indonesia menggunakan tambahan gambar peristiwa persiapan
kemerdekaan Indonesia.
b. Menerapkan pembelajaran dengan penggunaan metode bermain peran
Setelah guru menerangkan tentang tokoh-tokoh persiapan kemerdakaan Indonesia
kemudian guru menjelaskan tata cara bermain peran, agar siswa lebih paham
tentang cara penggunaan metode bermain peran. Dalam simulasi metode bermain
peran yang dilaksanakan oleh guru, sebagian siswa diajak langsung
mensimulasikan metode bermain peran.
c. Siswa belajar dengan menggunakan metode bermain peran.
Setelah guru mensimulasikan metode bermain peran, kemudian secara
berkelompok siswa melaksanakan pembelajaran IPS tentang tokoh-tokoh
persiapan kemerdekaan Indonesia dengan bermain peran. Untuk menarik
perhatian siswa, kelompok lain yang tidak bermain peran oleh guru diberi tugas
mengerjakan lembar kerja siswa tentang peran tokoh-tokoh persiapan
kemerdekaan Indonesia dengan pemecahan masalah berdasarkan pengetahuan
yang didapat melalui bermain peran dari kelompok di depan kelas.
d. Membantu siswa jika menemui kesulitan
Membantu kelompok siswa jika mengalami kesulitan dalam bermain peran dan
dalam mengerjakan lembar kerja. Kemudian guru membantu memecahkan
masalah sesuai yang dihadapi siswa.
e. Setelah siswa sudah mampu bermain peran dengan benar guru menilai hasil dari
siswa bermain peran melalui pelaksanaan mengerjakan soal IPS tentang tokoh-
tokoh persiapan kemerdekaan.
5) Tahap observasi
a. Melakukan pengamatan pada proses pembelajaran
Melaksanakan pengamatan ketika siswa bermain peran dan dalam mengerjakan
lembar kerja siswa. Untuk aktifitas guru dalam pembelajaran akan diamati oleh
teman sejawat yang mengamati seluruh aktifitas guru dalam menerapkan metode
bermain peran kepada siswa. Saat melaksanakan pengamatan guru dan teman
sejawat bisa minyimpulkan bahwa siswa dan guru sudah tepat atau belum dalam
menggunakan metode bermain peran.
b. Mengarahkan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
Memberikan pengarahan kepada semua siswa ketika siswa kurang mampu
bermain peran. Dengan pengarahan guru, siswa melanjutkan pengetahuan yang
didapat saat bermain peran dalam mengerjakan soal.
6) Tahap refleksi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari pembelajaran bila hasil refleksi dan evaluasi
siklus II menunjukkan adanya peningkatan pemahaman mengenal tokoh-tokoh
persiapan kemerdekaan Indonesia sesuai dengan KKM yang ditentukan maka
pembelajaran siswa kelas V berhasil atau tuntas. Namun apabila belum
memperlihatkan adanya peningkatan pemahaman IPS yang sesuai KKM maka
penelitian yang dilakukan dinyatakan belum berhasil. Sehingga dapat disimpulkan
tepat atau tidaknya penggunaan metode bermain peran dalam pembelajaran IPS
khususnya peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia.
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat digambarkan sebagai berikut
pada gambar 4
Gambar 4. Siklus I dan II
Sumber: Basuki Wibowo (2003: 17)
refleksi Tindakan
Observas
Rencana
Siklus I refleksi Tindakan
Observas
Rencana
Siklus II
Siklus
Rekomendas
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Tempat Penelitian
Lembaga pendidikan yang digunakan sebagai tempat penelitian ini adalah
Sekolah Dasar Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta.
SD Muhammadiyah 24 didirikan pada tahun 1979 berada di Jalan Nusa Indah I
No. 16 Kelurahan Gajahan, Kecamatan Pasarkliwon, Kota Surakarta. SD
Muhammadiyah dikelola oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah Gajahan, dan
merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Dasar yang menyiapkan generasi bangsa
yang mempunyai landasan aqidah yang kokoh dan berakhlak mulia, serta membekali
siswa dengan materi keilmuan secara mantap di tingkat pendidikan dasar untuk
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Lembaga ini selalu meningkatkan sarana dan
prasarana dengan gedung berlantai 2 yang terdiri : 6 ruang kelas, 1 kantor guru, 1 kantor
kepala sekolah, 1 ruang perpustakaan dan laboratorium komputer, serta kantin. Dari
tahun ke tahun SD Muhammadiyah 24 Gajahan selalu mengalami peningkatan baik
kualitas maupun kuantitas. Jumlah siswa yang selalu bertambah, dan kualitas lulusan
yang cukup baik dan memuaskan. Diasuh oleh tenaga – tenaga muda yang professional di
bidangnya dan rata – rata sudah lulus Sarjana ( S1 ).
SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta dipimpin oleh seorang kepala sekolah
dengan jumlah tenaga pengajar seluruhnya ada 10 orang yaitu 6 guru kelas, 2 guru
Agama Islam, 1 guru bahasa Inggris, dan 1 karyawan.
Demi kelancaran program-program sekolah dan semakin meningkatnya mutu
42
pendidikan di sekolah, maka segenap komponen pengelola baik kepala sekolah, komite
sekolah, guru, karyawan senantiasa melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab
masing-masing sebagaimana tertuang dalam program kerja yang telah direncanakan pada
setiap tahun pelajaran. Mekanisme kerja segenap pengelola Sekolah Muhammadiyah 24
Gajahan Surakarta tersebut berada di bawah koordinasi dan pengawasan kepala sekolah.
Karakter siswa-siswi kelas V tidak jauh berbeda dengan kelas lain dalam
pembelajaran IPS. Kebanyakan siswa menganggap IPS sebagai suatu mata pelajaran yang
biasa dan kurang menantang, sehingga hasil belajar IPS dan partisipasi siswa dalam
pembelajaran IPS kurang optimal. Siswa masih banyak tergantung pada guru dalam
memahami materi, hal itu menyebabkan rendahnya kemampuan pemahaman serta hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS khususnya dalam pengenalan tokoh persiapan
kemerdekaan. Latar belakang ini yang dijadikan pangkal dalam upaya meningkatkan
kemampuan pemahaman IPS khususnya dalam pengenalan tokoh persiapan kemerdekaan
yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar IPS.
Dengan penelitian ini diharapkan siswa SD Muhammadiyah 24 Gajahan lebih
tertarik dan termotivasi untuk belajar IPS, sehingga pemahaman IPS siswa dapat
meningkat dengan ditandai meningkatnya hasil belajar siswa.
B. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan proses penelitian keadaan nyata yang ada di lapangan
antara lain:
1. Rendahnya kemampuan pemahaman IPS khususnya dalam peran tokoh-
tokoh persiapan kemerdekaan yang ditunjukkan rendahnya nilai siswa.
Berdasarkan data hasil pengamatan langsung oleh peneliti pada bulan Maret
2010 dimana (peneliti juga sebagai guru di SD 24 Muhammadiyah),
terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas V dalam
menyampaikan pembelajaran IPS mengenai peran tokoh persiapan
kemerdekaan Indonesia, sebagai gambaran awal kegiatan pembelajaran di
kelas V masih terdapat banyak kekurangan, antara lain penyampaian materi
kurang diperhatikan siswa, karena guru dalam melaksanakan pembelajaran
belum menggunakan metode yang sesuai sehingga suasana belajar kurang
menyenangkan, aktivitas siswa kurang, dan ketuntasan belajar mengenai
materi peran tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD
Muhammadiyah 24 Surakarta belum berhasil.
Hasil tes awal materi peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan
Indonesia terdapat pada lampiran 6. Dari lampiran 6 diperoleh tabel 1 di
bawah ini :
Tabel 1. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Peran Tokoh-Tokoh Persiapan Kemerdekaan
Indonesia Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 24 Surakarta Sebelum
Tindakan:
Nomor Nilai Frekuensi Persentase 1 91 – 100 0 0% 2 81 – 90 3 12% 3 71 – 80 4 16% 4 61 – 70 6 24% 5 51 – 60 6 24% 6 41 – 50 1 4% 7 31 – 40 2 8% 8 21 – 30 2 8% 9 10 – 20 1 4%
Jumlah 25 100% Rata-rata 58,84 -
Berdasarkan tabel 1 persentase hasil belajar maka dapat digambarkan
pada grafik gambar 5.
1
2 2
1
6 6
4
3
00
1
2
3
4
5
6
Fre
kuen
si N
ilai
10 –20
21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Nilai Siswa
Berdasarkan data nilai pada tabel 1 dapat dilihat bahwa sebelum
dilaksanakan tindakan, siswa kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan
sebanyak 25 siswa hanya 13 siswa atau 52% yang memperoleh nilai sesuai
dan diatas batas nilai ketuntasan minimal. Sebanyak 12 siswa atau 48%
memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60. Maka peneliti
melaksanakan pembelajaran melalui metode yang sesuai yaitu menggunakan
metode bermain peran.
Gambar 5. Grafik Nilai Hasil Belajar Peran Tokoh-Tokoh Persiapan
Kemerdekaan Indonesia Siswa Kelas V SD Muhammadiyah
24 Gajahan Surakarta Sebelum Tindakan
Analisis hasil evaluasi dari tes awal siswa pada tabel 1 diperoleh nilai
rata-rata pemahaman siswa menjawab soal dengan benar adalah 58,84 di
mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata nilai yang diinginkan dari
pihak guru sekaligus peneliti, dan sekolah yaitu sebesar 70. Besarnya
persentase siswa tuntas pada materi peran tokoh-tokoh persiapan
kemerdekaan 52% saja, dari pihak sekolah ketuntasan siswa diharapkan
mencapai lebih dari 70%. Dari hasil analisis tes awal tersebut, maka
dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan Kemampuan pemahaman,
hasil belajar, aktivitas siswa pada kegiatan KBM, khususnya untuk materi
pokok peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia.
Dari hasil tes awal pada tabel di atas dapat disimpulkan sementara
bahwa pemahaman materi peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan oleh
siswa kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan masih kurang. Adanya
beberapa indikator yang masih memiliki porsi jawaban yang kurang dari
70% memberikan indikasi bahwa siswa masih belum begitu paham pada
beberapa indikator belajar materi pokok pengenalan tokoh-tokoh persiapan
kemerdekaan.
C. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Tindakan Siklus I
Tindakan siklus 1 dilaksanakan selama 1 minggu mulai tanggal 19 April 2010
sampai 24 April 2010 (2 kali pertemuan). Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Perencanaan
Dengan berpedoman Kurikulum Pendidikan Dasar kelas V mengenai pengenalan
tokoh periapan kemerdekaan, peneliti melakukan langkah-langkah untuk merencanakan
pembelajaran melalui metode bermain peran antara lain:
1. Memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai dengan pengenalan tokoh-tokoh
kemedekaan Indonesia. Alasan memilih pokok bahasan atau indikator tersebut adalah
:
a. Pokok bahasan/indikator tentang peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan
Indonesia belum menggunakan metode pembelajaran yang dapat menarik
perhatian siswa sehingga materi kurang dikuasai siswa, karena hal tersebut
pemahaman IPS siswa juga kurang.
b. Pokok bahasan /indikator tentang peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan
Indonesia tersebut nantinya dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan indikator yang telah dibuat. Rencana
pembelajaran yang disusun oleh peneliti memuat 2 kali pertemuan, masing-masing
pertemuan dalam waktu 2 jam pelajaran. Mengenai langkah-langkah dan susunan
rencana pembelajaran terlampir pada lampiran 1.
3. Menyiapkan instrumen metode bermain peran yang akan digunakan dalam
pembelajaran antara lain, skenario dan ringkasan cerita.
4. Setiap kali akan mengadakan pembelajaran guru mempersiapkan kelompok dan meja
yang digunakan sebagai perlengkapan bermain peran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran melalui metode bermain peran
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Pembelajaran ini akan
dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan.
* Pertemuan ke - 1
Pada pertemuan ke -1 materi IPS yang diajarkan tentang peran tokoh-tokoh
persiapan kemerdekaan dengan indikator mendeskripsikan peran 5 tokoh persiapan
kemerdekaan Indonesia. Sebagai kegiatan awal guru mengajak bernyanyi dengan tujuan
untuk memusatkan perhatian siswa dan mengarahkan minat siswa untuk mengikuti
pembelajaran.
Kegiatan inti dimulai dengan membagi siswa untuk menjadi tiga kelompok
(jumlah siswa 25 anak). Siswa mendengarkan guru dalam menceritakan ringkasan cerita
persiapan kemerdekaan Indonesia. Skenario dibagikan kepada masing-masing siswa
untuk berlatih bermain peran dengan kelompoknya. Kemudian siswa bermain peran di
depan kelas menggunakan teks. Kegiatan demikian diulang beberapa kali dengan
menunjuk kelompok siswa maju ke depan kelas untuk bermain peran mengenai tokoh-
tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia.
Guru mulai memberi lembar kerja untuk masing-masing kelompok. Siswa
mengerjakan lembar kerja dengan menyimak kelompok yang bermain peran di depan
kelas. Guru membimbing siswa bermain peran sambil menerangkan jalannya cerita
kepada siswa lain yang sedang menyimak kegiatan bermain peran. Guru juga mengamati
aktivitas/partisipasi siswa dalam pembelajaran melalui lembar observasi yang telah
dipersiapkan. Sementara itu aktifitas guru dalam pembelajaran diamati oleh teman
sejawat. Setelah siswa mengerjakan lembar kerja dan dikumpulkan, guru memberikan
evaluasi dengan membagi lembar soal pada siswa. Soal evaluasi menggunakan instrumen
pertemuan ke-1 siklus I.
Pembelajaran diakhiri dengan evaluasi selama 15 menit kemudian dibahas
bersama (dicocokkan) dan setelah itu guru memberikan penilaian secara individu.
* Pertemuan ke -2
Pada pertemuan ke -2 materi IPS yang diajarkan tentang peran tokoh-tokoh
persiapan kemerdekaan dengan indikator mendeskripsikan peran 8 tokoh persiapan
kemerdekaan Indonesia. Sebagai kegiatan awal guru membagikan gambar urutan
persiapan kemerdekaan Indonesia. Guru juga menceritakan kembali ringkasan cerita
persiapan kemerdekaan Indonesia.
Kegiatan inti dimulai dengan membagikan nomor tokoh persiapan
kemerdekaan kepada siswa sesuai dengan yang diperankannya. Misalnya, 1 untuk Ir.
Sukarno, 2 untuk Moh. Hatta, 3 untuk Rajiman dan seterusnya. Kemudian siswa bermain
peran ke depan kelas tanpa membaca skenario. Kegiatan demikian diulang beberapa kali
dengan menunjuk kelompok siswa maju ke depan kelas untuk bermain peran mengenai
tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia.
Guru memadukan metode bermain peran dengan metode lainnya yaitu metode
pemberian tugas yaitu dengan memberi lembar kerja untuk masing-masing kelompok.
Siswa mengerjakan lembar kerja mengenai peran 8 tokoh persiapan kemerdekaan dengan
menyimak kelompok yang bermain peran di depan kelas. Guru membimbing siswa
bermain peran sambil menerangkan jalannya cerita kepada siswa lain yang sedang
menyimak kegiatan bermain peran. Pada tahap kegiatan ini guru juga memadukan
metode bermain peran dengan metode tanya jawab. Guru akan memberikan pertanyaan
kepada siswa saat siswa mengalami kesulitan dalam bermain peran. Kemudian guru
mengamati aktivitas/partisipasi siswa dalam pembelajaran melalui lembar observasi yang
telah dipersiapkan. Sementara itu aktifitas guru dalam pembelajaran diamati oleh teman
sejawat. Setelah siswa mengerjakan lembar kerja dan dikumpulkan, guru memberikan
evaluasi dengan membagi lembar soal pada siswa. Soal evaluasi menggunakan
instrument pertemuan ke-2 siklus I.
Pembelajaran diakhiri dengan evaluasi selama 15 menit kemudian dibahas
bersama (dicocokkan) dan setelah itu guru memberikan penilaian secara individu.
c. Observasi
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan pengamatan terhadap pembelajaran dengan
menggunakan metode bermain peran yang dilaksanakan dengan menggunakan lembar
observasi. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data (1) Aktivitas siswa dalam
pembelajaran, (2) Hasil pembelajaran IPS mengenai pemahaman peran tokoh-tokoh
persiapan kemerdekaan.
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data aktivitas siswa dalam
pembelajaran peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia melalui metode
bermain peran. Siswa dikatakan partisipasinya rendah apabila kurang dari 60% siswa
yang aktif dari seluruh siswa. Dikatakan sedang apabila antara 60% - 80% siswa aktif.
Dikatakan tinggi apabila ada 90% siswa yang aktif dari seluruh siswa.
Untuk aktivitas yang dilaksanakan oleh siswa dan ditunjukan pada lampiran 4 hasil
observasi yang dilaksanakan menunjukkan bahwa aktivitas dan keaktifan yang
dilaksanakan oleh siswa dikatakan sedang. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan rata-
rata skor yaitu 2,25. Penjelasan yang didapat dari lampiran 4 adalah sebagai berikut,
keaktifan siswa dikatakan sedang yaitu: (1) Aktif bermain peran, (2) Aktif
memperhatikan kelompok lain bermain peran, (3) Aktif memperhatikan penjelasan guru
(4) Kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran, (5) Rasa ingin tahu siswa meningkat,
(6) Keaktifan dalam kelompok. Keaktifan siswa dikatakan tinggi yaitu: (1) Aktif
menjawab pertanyaan guru, (2) Kerjasama dalam kelompok.
Setelah dilaksanakan tindakan siklus I, dengan menerapkan metode bermain peran
dalam pembelajaran dan diperoleh kenaikan peningkatan keaktifan siswa maka diperoleh
data hasil penilaian belajar siswa kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta pada
lampiran. Dari lampiran 7 diperoleh data seperti terlihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Peran Tokoh-Tokoh Persiapan Kemerdekaan
Indonesia Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan pada Siklus I
No. Nilai Frekuensi Persentase Kategori 1 91 – 100 2 8 % Istimewa 2 81 – 90 3 12 % Baik sekali 3 71 – 80 8 32 % Baik 4 61 – 70 7 28 % Cukup 5 51 – 60 3 12 % Hampir cukup 6 41 – 50 2 8 % Kurang 7 31 – 40 0 0 % Kurang sekali 8 21 – 30 0 0 % Sangat kurang sekali
Jumlah 25 100 % - Rata-rata 70,92 - -
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I,
siswa yang memperoleh nilai dengan kategori hampir cukup sebanyak 3 siswa atau 12 %,
kategori cukup 7 siswa atau 28 % kategori baik 8 siswa atau 32 %, kategori baik sekali 3
siswa atau 12 %, kategori istimewa 2 siswa atau 8 %. Jumlah keseluruhan siswa yang
memperoleh nilai diatas 60 sebanyak 20 siswa atau 80 %. Data frekuensi nilai hasil
belajar peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD
Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta pada tabel 2 dapat digambarkan pada gambar 6 di
bawah ini.
0 0
23
78
32
012345678
Fre
kuen
si N
ilai
21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Nilai Siswa
Gambar 6. Grafik Nilai Hasil Belajar Peran Tokoh-Tokoh Persiapan Kemerdekaan
Indonesia Siswa Kelas V SD Muhammadiyah pada siklus I
Berdasarkan lampiran 7, pelaksanaan pada siklus I ini dicapai nilai rata-rata kelas
72 mengenai materi peran 5 tokoh persiapan kemerdekaan, nilai rata-rata kelas 69,84
mengenai materi peran 8 tokoh persiapan kemerdekaan.
Pencapaian hasil yang diharapkan adalah tercapainya nilai
KKM yaitu nilai 60 atau lebih serta tercapainya nilai rata-rata kelas yaitu 70 atau lebih
pada materi yang diajarkan yaitu peran 5 tokoh persiapan kemerdekaan. Dari hal tersebut
maka pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran untuk materi peran 5
tokoh persiapan kemerdekaan sudah sesuai dengan yang diharapkan. Pada siklus I materi
peran 8 tokoh persiapan kemerdekaan belum mencapai kriteria yang diharapkan. Maka
dari itu sesuai indikator pencapaian yang telah dibuat akan dilanjutkan pada siklus II
dengan target rata-rata kelas diatas 70 untuk materi peran 8 tokoh kemerdekaan.
d. Refleksi
Data yang diperoleh dari pembelajaran materi peran tokoh persiapan kemerdekaan
Indonesia melalui observasi kemudian dikumpulkan dan dianalisis. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan yang terlampir pada
lampiran 4 dan 5, pembelajaran IPS telah menunjukkan peningkatan pada keaktifan siswa
yaitu pada peran 5 tokoh persiapan kemerdekaan. Dari hal pencapaian hasil belajar yaitu
mengenai peran 5 tokoh persiapan kemerdekaan juga meningkat. Perubahan menjadi
lebih baik dikarenakan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada peran 5 tokoh
persiapan kemerdekaan sudah menggunakan metode bermain peran dengan baik serta
menggunakan langkah-langkah yang tepat, hal tersebut membuat siswa lebih mudah
memahami materi, karena siswa belajar dengan cara yang menyenangkan dan dapat
menarik perhatian. Selain itu siswa juga ikut aktif dalam pembelajaran untuk mengalami
sendiri dengan bermain peran menjadi tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia.
Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian penggunaan metode bermain peran dalam
pembelajaran IPS mengenai peran 5 tokoh persiapan kemerdekaan. Untuk materi peran 8
tokoh persiapan kemerdekaan belum menunjukkan perubahan yang berarti, hal tersebut
akan dituntaskan pada siklus berikutnya yaitu siklus II. Berdasarkan kegiatan siklus I
belum tuntasnya pembelajaran IPS peran 8 tokoh persiapan kemerdekaan dikarenakan
siswa belum memahami sepenuhnya urutan cerita proses persiapan kemerdekaan
Indonesia. Siswa memerlukan waktu untuk pemahaman materi. Guru harus menggunakan
langkah-langkah yang mudah dipahami oleh siswa pada pembelajaran siklus II karena
materi peran 8 tokoh persiapan kemerdekaan memerlukan pemahaman materi lebih
banyak dibandingkan siklus I. Hal tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertemuan : I (satu)
Indikator : 1. Mendeskripsikan peranan 5 tokoh perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia.
2. Memberi contoh menghargai jasa para tokoh perjuangan dalam
mempersiapkan kemerdekaan.
Metode : Bermain peran
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung siswa
cukup aktif memperhatikan penjelasan guru dan bermain peran, namun beberapa siswa
masih belum mendalami materi. Kemampuan pemahaman siswa dalam mendeskripsikan
peranan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan daikatakan baik, sehingga hasil belajar
siswa pada pertemuan ke -1 sudah menunjukkan perubahan yang berarti, karena nilai
rata-ratanya kelas mencapai 72, siswa yang memperoleh nilai > 60 adalah 18 siswa (72%)
dari 25 siswa kelas V.
Pembelajaran peran tokoh persiapan kemerdekaan dikatakan berhasil apabila
nilai rata-rata kelas lebih dari 70 dan siswa yang memperoleh nilai > 60 mencapai
persentase 70%. Dengan demikian nilai rata-rata kelas yang mencapai 72 dan siswa yang
memperoleh nilai > 6,0 sebanyak 72% menunjukkan bahwa pembelajaran yang
menggunakan metode bermain peran yang dilakukan sudah berhasil.
Pertemuan : ke -2
Indikator : Mendeskripsikan peranan 8 tokoh perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia.
Metode : Bermain Peran
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung siswa
cukup aktif memperhatikan penjelasan guru dan bermain peran, kerjasama dan
keberanian siswa meningkat. Begitu juga perasaan senang saat pembelajaran IPS terlihat
pada sebagian besar siswa. Akan tetapi dari pemantauan hasil belajar diperoleh nilai nilai
rata-rata kelas mencapai 69,84 dan siswa yang memperoleh nilai > 60 sebanyak 19 siswa
(76%) dari 25 siswa kelas V. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa siswa yang belum
memahami jalannya cerita persiapan kemerdekaan.
Pembelajaran berhasil apabila nilai rata-rata kelas lebih dari 70 dan siswa yang
memperoleh nilai > 60 mencapai persentase 70%. Dengan demikian data nilai rata-rata
kelas yang mencapai 67,32 dan siswa yang memperoleh nilai > 60 sebanyak 19 (76%)
menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan metode bermain peran yang
dilakukan belum berhasil untuk mencapai rata-rata kelas lebih dari 70. Daftar nilai dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Daftar nilai hasil belajar siswa pada pertemuan ke-2
No Nilai No Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9
48 68 46 78 70 72 86 56 86
14 15 16 17 18 19 20 21 22
90 52 46 60 82 66 84 68 64
10 11 12 13
70 72 92 78
23 24 25
76 74 62
Nilai rata-rata 69,84
Dari perhitungan rata-rata kelas dan jumlah siswa yang memperoleh nilai rata-rata
kelas dalam setiap pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran pada siklus
I dapat diketahui bahwa 1 (satu) dari 2 (dua) pertemuan telah menunjukkan perubahan
yang signifikan pada peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan siswa kelas V. Sebagai
catatan, untuk siswa yang memperoleh nilai kurang dari rata-rata kelas harus diberikan
perbaikan dengan menambah waktu belajar dan hafalan serupa supaya kemampuan
pemahaman siswa dalam peran 8 tokoh kemerdekaan dapat dikatakan tuntas.
Karena dari dua pertemuan pembelajaran yang menggunakan metode bermain
peran hanya satu pembelajaran yang telah dapat menunjukkan perubahan yang signifikan
pada peningkatan nilai belajar IPS mengenai pengenalan tokoh persiapan kemerdekaan
serta aktifitas guru dan siswa kelas V, maka harus dilanjutkan pada siklus ke-2 untuk
materi pengenalan 8 tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia.
2. Tindakan Siklus II
Siklus II dilaksanakan dalam waktu satu minggu mulai 10-15 Mei 2010 (2 kali
pertemuan). Tahapan kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus I
diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran yang
dilaksanakan pada pertemuan ke-2 tentang materi peran 8 tokoh kemerdekaan belum
berhasil (belum dapat meningkatkan kemampuan pemahaman materi). Oleh karena itu
peneliti kembali menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan metode Bermain
Peran untuk mengulang pembelajaran materi IPS yaitu dengan indikator mendeskripsikan
peranan 8 tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia. Langkah-langkah penyusunan
rencana pembelajaran seperti siklus I. adapun indikator yang dibuat sebagai dasar
penyusunan rencana pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan peranan 8 tokoh perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan.
2. Memberi contoh sikap cara menghargai jasa para tokoh perjuangan dalam
mempersiapkan kemerdekaan.
Mengingat hasil analisis terhadap pekerjaan siswa pada siklus I tersebut sebagian
siswa masih mengalami kesalahan menjawab mengenai peran-peran 8 tokoh persiapan
kemerdekaan, maka rancangan kegiatan belajar mengajarnya menekankan pada
pemahaman cerita jalannya persiapan kemerdekaan sesuai peranan kedelapan tokoh
tersebut. Jadi segala kegiatan ditujukan untuk memantapkan dan memperluas
pengetahuan siswa tentang cerita 8 tokoh persiapan kemerdekaan yang telah dipelajari
sekaligus merupakan pengulangan dari kegiatan pada pertemuan ke-1 siklus I.
Pembelajaran direncanakan dalam dua kali pertemuan 2 jam pelajaran. Pertemuan
pertama siswa bermain peran dengan membaca skenario sedangkan pada pertemuan
kedua siswa bermain peran tanpa menggunakan skenario.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran IPS dengan penggunaan metode Bermain Peran sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah disusun.
Pertemuan ke-1
Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama, mengabsen siswa,
kemudian untuk memusatkan konsentrasi siswa diberikan cerita mengenai seorang tokoh
perjuangan kemerdekaan yaitu Ir. Sukarno. Sambil membagikan gambar urutan peristiwa
persiapan kemerdekaan Guru mengadakan tanya jawab tentang urutan cerita dan
beberapa tokoh yang berperan dalam peristiwa persiapan kemerdekaan. Siswa dengan
bimbingan guru bermain peran sesuai dengan peran yang telah ditunjuk oleh guru.
Kemudian siswa berlatih bermain peran dengan kelompok masing-masing.
Memasuki materi guru menunjuk kelompok siswa secara bergiliran untuk maju ke
depan kelas bermain peran dengan membaca skenario.
Langkah-langkah:
Langkah 1 : Menata bangku untuk setting bermain peran :
Mengatur meja dan kursi sesuai dengan kebutuhan cerita. Sebagian besar cerita
terdiri dari rapat dan pertemuan. Oleh karena itu meja dan kursi disusun sesuai dengan
bentuk rapat dan pertemuan.
Langkah 2 : Narator sebagai dalang dalam cerita.
Narator membacakan narasi cerita kemudian memanggil tokoh yang bersangkutan
sesuai peranan dalam persiapan kemerdekaan Indonesia.
Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan guru membagi lembar kerja secara
kelompok untuk dikerjakan secara kelompok dengan memperhatikan kegiatan bermain
peran di depan kelas. Guru mengamati siswa bermain peran sambil menjelaskan cerita
yang sedang berlangsung. Guru juga memberikan bimbingan pada siswa yang
membutuhkan bimbingan dalam menyelesaikan soal-soal latihan. Setelah selesai
mengerjakan soal-soal, kemudian dibahas bersama. Soal evaluasi menggunakan
instrument pertemuan ke-1 siklus II. Daftar nilai dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Pertemuan ke-1
No Nilai No Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
70 70 60 80 70 90 90 65 95 80 80 100
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
90 65 50 70 85 70 90 70 70 75 75 75
13 85
Rata-rata 76,8
Pertemuan ke-2
Pada kegiatan awal setelah berdoa dan mengabsen guru megajak siswa bernyanyi
lagu Maju Tak Gentar dan mengadakan tanya jawab pelajaran kemarin sebagai apersepsi.
langkah-langkah sebagai berikut :
Langkah 1 : Membagikan gambar urutan persiapan kemerdekaan.
Guru membagikan gambar urutan persiapan kemerdekaan kepada kelompok
bermain peran. Gambar ini dimulai dengan pertentangan pendapat antara golongan muda
dengan golongan tua. Kemudian berlanjut dengan penculikan Bung Karno dan Hatta ke
Rengasdengklok hingga proklamasi kemerdekaan dilaksanakan. Pemahaman siswa
kurang dalam mendeskripsikan peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan khususnya
setelah terjadi pertentangan antara golongan tua dengan golongan muda. Setelah
dibagikan guru menceritakan urutan cerita berdasarkan gambar.
Langkah 2 : Siswa Bermain Peran tanpa membaca skenario :
Bermain peran tanpa membaca skenario membuat siswa harus menghafal urutan,
nama tokoh, dan hal-hal yang ada di cerita sehingga pemahaman siswa meningkat.
Langkah 3 :Guru membimbing siswa dalam bermain peran :
Karena dalam bermain peran siswa tidak membaca skenario, maka guru perlu
membimbing ketika siswa mengalami kebuntuan dalam bermain peran dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan atau pun boleh dengan melihat skenario
Kegiatan tersebut diulang bergantian dengan kelompok lain agar siswa
memahami betul mengenai peran 8 tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia. Kegiatan
dilanjutkan dengan membagi lembar kerja dan siswa mengerjakan secara kelompok
dengan menyimak kelompok bermain peran di depan kelas. Setelah selesai siswa
mengerjakan soal-soal evaluasi secara individu. Soal evauasi menggunakan instrument
pada RPP pertemuan ke-2 siklus II. Nilai dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Pertemuan ke-2
No Nilai No Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
73 72 80 79 80 81 87 70 96 90 86 95 76
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
100 74 55 61 93 78 94 72 82 82 76 78
Rata-rata 80,4
c. Observasi
Dalam tahap ini guru kelas sekaligus peneliti melaksanakan observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran pada masing-
masing pertemuan. Observasi ini ditujukan pada aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan
hasil pembelajaran peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan dan ditujukan untuk aktivitas siswa
dalam pelaksanaan pembelajaran sudah meningkat, hal tersebut dapat diketahui
Penjelasan yang didapat dari lampiran 7 sebagai berikut, keaktifan siswa dikatakan
sedang hanya satu kegiatan yaitu: Aktif memperhatikan kelompok lain bermain peran.
Keaktifan siswa dikatakan tinggi yaitu: (1) aktif bermain peran, (2) Aktif menjawab
pertanyaan guru, (3) Kerjasama dalam kelompok, (4) Aktif memperhatikan penjelasan
guru (5) Kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran, (6) Rasa ingin tahu siswa
meningkat, (7) Keaktifan dalam kelompok.
Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II dengan menerapkan pembelajaran
bermain peran pada pembelajaran IPS dengan diperoleh peningkatan aktifitas guru dan
siswa yang signifikan serta diperoleh data hasil penilaian hasil belajar siswa kelas V SD
Muhammadiyah 24 Gajahan yang terdapat pada lampiran 8. Berdasarkan lampiran 8
diperoleh data seperti terlihat pada tabel 6.
Tabel 6. Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Peran Tokoh-Tokoh Persiapan
Kemerdekaan Indonesia Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan pada
Siklus II
No. Nilai Frekuensi Persentase Kategori 1 91 – 100 3 12 % Istimewa 2 81 – 90 5 20 % Baik sekali 3 71 – 80 12 48 % Baik 4 61 – 70 4 16 % Cukup 5 51 – 60 1 4 % Hampir cukup 6 41 – 50 0 0 % Kurang 7 31 – 40 0 0 % Kurang sekali 8 21 – 30 0 0 % Sangat kurang sekali
Jumlah 25 100 % -
Rata-rata 78,6 - Baik
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II,
maka didapat hasil keseluruhan nilai siswa di atas 60 sebanyak 24 siswa atau 96 % dan
hanya tinggal 1 siswa 4 % yang memperoleh kategori hampir cukup. Untuk kategori nilai
kurang sekali dan sangat kurang sekali sudah tidak ada siswa yang memperolehnya.
Data pada tabel 6 dapat digambarkan dalam bentuk grafik pada gambar 7.
0 0 01
4
12
5
3
0
2
4
6
8
10
12
Fre
kuen
si N
ilai
21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Nilai Siswa
Gambar 7. Grafik Nilai Hasil Belajar Peran Tokoh-Tokoh Persiapan Kemerdekaan
Indonesia Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan pada siklus II
Pelaksanaan pada siklus dua ini dicapai nilai rata-rata kelas 76,8 tentang peran 8
tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia pertemuan I, nilai rata-rata kelas 80,4 tentang
peran 8 tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia pertemuan ke II. Dari kedua pertemuan
diperoleh rata-rata kelas keseluruhan yaitu 78,6.
Pencapaian hasil yang diharapkan adalah tercapainya KKM yaitu nilai 60 atau
bahkan lebih, serta tercapainya nilai rata-rata kelas yaitu 70 pada materi peran 8 tokoh
persiapan kemerdekaan. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini termasuk
pencatatan hasil tes akan digunakan sebagai bahan masukan untuk menganalisis
perkembangan pemahaman siswa pada peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan
Indonesia.
d. Refleksi
Hasil analisis data dan diskusi balikan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode bermain peran pada siklus II, secara umum telah menunjukkan
perubahan yang signifikan, dimana keaktifan siswa dalam pembelajaran juga meningkat,
mereka lebih banyak memperhatikan dan menjawab pertanyaan guru, lebih berinisiatif
dan kreatif. Pemahaman peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia lebih
meningkat, yang tentunya berpengaruh terhadap materi peran 8 tokoh persiapan
kemerdekaan. Keaktifan siswa dalam pembelajaran yang semakin meningkat, suasana
kelas pun menjadi hidup dan lebih menyenangkan.
Dari analisis hasil tes pada siklus II diketahui bahwa pertemuan pertama
mencapai nilai rata-rata kelas 76,8 dan siswa yang memperoleh
nilai > 60 sebanyak 23 siswa (92%). Pertemuan ke-2 nilai rata-rata kelas mencapai 80,4
dengan jumlah siswa yang mendapat nilai > 60 sebanyak 24 siswa (96%). Dari kedua
pertemuan tersebut diperoleh rata-rata kelas 78,6 dengan jumlah siswa yang mendapat
nilai > 60 sebanyak 24 siswa.
Dari penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila
partisipasi siswa dalam pembelajaran peran 8 tokoh persiapan kemerdekaan meningkat.
Selain itu hasil yang dicapai siswa melalui tes akhir pembelajaran mencapai nilai rata-rata
kelas diatas 70 dan persentase siswa yang memperoleh nilai > 60 mencapai 70% atau
lebih dari 18 siswa.
Atas dasar ketentuan hasil yang diperoleh pada masing-masing pertemuan, maka
pembelajaran melalui metode bermain peran dilaksanakan pada siklus II dikatakan
berhasil, sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Namun guru harus tetap
melaksanakan bimbingan belajar untuk perbaikan hasil belajar siswa yang mendapatkan
dibawah rata-rata kelas dan melaksanakan pengayaan untuk siswa yang memperoleh nilai
diatas rata-rata kelas sebagai tindak lanjut.
D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang ada, dapat dilihat adanya
peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Selain keaktifan juga diperoleh
peningkatan hasil belajar materi peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia
siswa kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan Kecamatan Pasarkliwon Surakarta.
Berdasarkan lampiran 4 dan 5 Peningkatan aktivitas siswa dari siklus 1 ke siklus 2
dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
No Aspek yang diamati Ren
dah
Se
dang
Ting
gi
Ren
Dah
Se
dang
Ting
gi
1. Aktif bermain peran ü ü
2. Aktif memperhatikan kelompok
lain bermain peran
ü ü
3. Aktif memperhatikan penjelasan
guru
ü ü
4. Aktif menjawab pertanyaan guru ü ü
5. Kesungguhan siswa dalam
mengikuti pelajaran
ü ü
6. Rasa ingin tahu siswa meningkat ü ü
7. Kerjasama dalam kelompok ü ü
8. Keaktifan dalam kelompok ü ü
Jumlah 18 23
Rata-rata 2,25 2,9
Dilihat dari tabel 7 diperoleh 6 aspek dengan kriteria sedang dan 2 aspek dengan
kriteria tinggi serta rata-rata 2,25 untuk siklus I. Pada siklus II diperoleh 7 aspek dengan
kriteria tinggi dan 1 aspek dengan kriteria sedang serta rata-rata 2,9. Dilihat dari tabel 8.
Dengan demikian maka keaktifan dalam pembelajaran siswa sudah ada peningkatan
kenaikan aktifitas.
Dari lampiran 4, 5, serta tabel 7 di atas, maka dapat diketahui peningkatan
aktifitas siswa dan guru dalam pembelajaran antara lain:
1. Peningkatan aktivitas siswa:
a. Aktif bermain peran
b. Aktif memperhatikan kelompok lain bermain peran
c. Aktif memperhatikan penjelasan guru
d. Aktif menjawab pertanyaan guru
e. Kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran
f. Rasa ingin tahu siswa meningkat
g. Kerjasama dalam kelompok
h. Keaktifan dalam kelompok
2. Peningkatan aktivitas guru diantaranya :
a. Melakukan kegiatan apersepsi
b. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
c. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
d. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
e. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa
Peningkatan pemahaman pada pengenalan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan
dapat dilihat dengan adanya peningkatan persentase siswa memperoleh nilai di atas 60
serta tercapainya nilai rata-rata kelas 70 atau lebih seperti yang tercantum dalam tabel
frekuensi nilai peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia kelas V SD
Muhammadiyah 24 Gajahan sebelum tindakan, sesudah tindakan siklus I, dan sesudah
tindakan siklus II.
Secara lebih rinci perkembangan hasil belajar peran tokoh-tokoh persiapan
kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan dalam penelitian
dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kelas Materi Peran Tokoh-Tokoh Persiapan
Kemerdekaan Sebelum Tindakan, Sesudah Tindakan Siklus I dan Siklus II.
Rata-rata Nilai No Materi IPS
Sebelum Siklus I Siklus II 1 5 tokoh - 72 76,8 2 8 tokoh 58,84 69,84 80,4
Rata-Rata 58,84 70,92 78,6
Berdasarkan tabel 8 dapat dibuat grafik nilai rata-rata siswa sebelum tindakan,
siklus I, siklus II pada gambar 8.
58,84
70,9278,6
01020304050607080
Fre
kuen
si N
ilai
Nilai Siswa
Gambar. 8 Grafik Nilai Rata-rata Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II.
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode
bermain peran yang dilaksanakan pada siklus I sudah memperlihatkan keberhasilan
pemahaman siswa pada peran 5 tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V.
Hal ini secara klasikal dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata kelas diatas jumlah
yang diharapkan yaitu 72 sehingga tidak dilanjutkan pada siklus II. Untuk materi peran 8
tokoh persiapan kemerdekaan secara klasikal dilihat dari nilai rata-rata kelas belum
memperlihatkan adanya peningkatan pemahaman peran tokoh-tokoh kemerdekaan.
Meskipun peningkatan tersebut belum maksimal, sesuai dengan indikator pencapaian
dalam penelitian ini, siklus I dikatakan berhasil. Dengan demikian penelitian dilanjutkan
pada siklus II untuk materi pengenalan 8 tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia
Setelah dilaksanakan tindakan untuk materi pengenalan 8 tokoh persiapan
kemerdekaan Indonesia pada siklus II yang menekankan pada pemahaman urutan
jalannya cerita persiapan kemerdekaan selama dua kali pertemuan, terlihat adanya
peningkatan pemahaman pada pengenalan tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia
dibandingkan siklus I.
Dari tabel 8 di atas pembelajaran melalui metode bermain peran yang
dilaksanakan pada siklus II untuk materi peran 8 tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia
dinyatakan berhasil, karena secara klasikal diperoleh rata-rata kelas 76,8 untuk pertemuan
I, 80,4 pada pertemuan II, dan 78,6 untuk rata-rata keseluruhan pertemuan.
Dari keseluruhan tindakan atau siklus yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan
bahwa peningkatan pemahaman peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia
siswa kelas V dapat dilakukan melalui metode bermain peran. Hal ini nampak jelas
dengan adanya peningkatan aktifitas siswa dan peningkatan nilai rata-rata kelas pada
setiap siklus sebagaimana terlihat pada tabel 8.
Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan pemahaman peran tokoh-tokoh
persiapan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan
Kecamatan Pasarkliwon Surakarta.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua
siklus selama 4 kali pertemuan dapat disimpulkan pembelajaran menggunakan metode
bermain peran dapat meningkatkan pemahaman peran tokoh-tokoh persiapan
kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan Kecamatan
Pasarkliwon Surakarta hal ini dapat dibuktikan dengan data-data sebagai berikut :
1. Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan
pemahaman pada peran 5 tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia dengan ditandai
meningkatnya hasil belajar IPS untuk materi peran 5 tokoh persiapan kemerdekaan
Indonesia. Untuk materi peran 5 tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia, nilai rata-
rata siswa mencapai 72 dengan persentase siswa yang mencapai nilai di atas 60
sebanyak 72%. Sementara untuk materi peran 8 tokoh persiapan kemerdekaan
Indonesia yang diulang pada siklus II juga menunjukkan peningkatan cukup berarti.
Semula nilai rata-rata pada siklus I 69,84 dengan persentase siswa yang mendapat
nilai diatas 60 sebanyak 76% pada akhir siklus II nilai rata-rata mencapai 78,6%
dengan persentase siswa yang memperoleh nilai di atas 60 sebanyak 96%.
2. Penggunaan metode bermain peran dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman 72
peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD
Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
II siklus selama 4 kali pertemuan yang terdiri dari 2 kali pertemuan pada siklus I dan 2
kali pertemuan pada siklus II tersebut di atas sesuai hipotesis yang dirumuskan telah
terbukti kebenarannya, artinya bahwa dengan menerapkan metode bermain peran dapat
meningkatkan pemahaman peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia siswa
kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Dengan
demikian pembelajaran IPS melalui metode bermain peran dapat dilaksanakan untuk
meningkatkan pembelajaran IPS materi peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan
Indonesia di kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
B. Implikasi
Penetapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada
pembelajaran dengan penggunaan metode bermain peran dalam pembelajaran IPS. Model
yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model siklus, adapun prosedur
penelitiannya terdiri dari 2 (dua) siklus. Siklus I dilaksanakan selama 1 (satu) minggu
untuk materi peran 5 tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia dan 8 tokoh persiapan
kemerdekaan Indonesia, sedangkan siklus II dilaksanakan selama 1(satu) minggu untuk
mengulang satu materi IPS yang belum berhasil pada siklus I yaitu peran 8 tokoh
persiapan kemerdekaan. Setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan kegiatan, yaitu
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Sebelum melaksanakan tindakan dalam tahap siklus, perlu perencanaan.
Perencanaan ini selalu memperhatikan setiap perubahan yang dicapai pada siklus
sebelumnya terutama pada setiap tindakan yang dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Hal ini didasarkan pada hasil analisis perkembangan dari pertemuan yang satu ke
pertemuan yang lain dalam satu siklus pertama sampai kedua.
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang
diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini layak dipergunakan untuk membantu guru
dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu perlu penelitian lanjut
tentang upaya guru mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan prestasi belajar
siswa. Pembelajaran melalui metode bermain peran pada hakikatnya layak digunakan dan
dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis, terutama untuk
mengatasi masalah peningkatan pemahaman siswa. Adanya kendala yang dihadapi dalam
pembelajaran IPS melauli metode bermain peran harus diatasi semaksimal mungkin.
Oleh karena itu kreativitas dan keaktifan guru sangat diperlukan untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan
sebagai bahan pertimbangan dan sebagai bahan uraian penutup skripsi ini antara lain :
1. Bagi Guru
Peneliti menyarankan kepada para guru untuk menggunakan metode bermain
peran dalam pembelajaran IPS pada materi peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan
Indonesia pada Sekolah Dasar.
2. Bagi Siswa
Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran melalui metode
bermain peran dan selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru serta
meningkatkan usaha belajar sehingga pemahaman pada peran tokoh-tokoh persiapan
kemerdekaan Indonesia dalam pembelajaran IPS dapat tercapai dengan baik.
3. Bagi Sekolah
Peneliti menyarankan penggunaan metode bermain peran sebagai metode
alternatif materi peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Wahab. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung : Alfabeta.
Dakir. A, dkk. Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Depdiknas. 2008. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Balitbang Depdiknas.
Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Bahasa Indonesia.
Masnur Muslich. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Nyimas Aisyah. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional.
Paul Suparno. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta : Kanisius.
Ridwan Effendi dkk. 2007. Pengembangan Pendidikan IPS SD PJJ S1-PGSD. Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional.
Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional.
Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Bandung : Bumi Aksara.
Slamet Widodo. 2004. Metodologi Penelitian. Surakarta : Sebelas Maret University Press.
Suharsimi Arikunto. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta : Bumi Aksara.
Suryosubroto, B. 2001. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta.