27
BAB I PENDAHULUAN . A. Latar belakang Suhu tubuh pada manusia adalah hasil akhir dari produksi panas oleh proses metabolik dan aktivitas otot, kehilangan panas dihantar oleh aliran darah ke struktur subkutan dan kutan dan disebarkan oleh keringat. Suhu sekitar jelas memainkan peranan dalam mencapai keseimbangan dan dalam pengaturan panas oleh individu. Suhu tubuh biasanya 37 0 C pada kebanyakan individu, dengan variasi diurnal dari rendah 35 0 C pada pagi hari dan naik sampai 37 0 C pada sore hari. Pusat pengaturan suhu tubuh terletak pada hypothalamus, yang berperan sebagai thermostat, yang secara langsung mengendalikan sistem saraf otonom dan secara tidak langsung mempengaruhi aliran darah ke perifer. Suhu tubuh mencerminkan metabolisme, menunjukkan penurunan yang sama dari masa bayi sampai maturitas. Termoregulasi merupakan suatu respon adaptasi bayi yang paling penting selama masa transisi dari kehidupan intrauteri ke ekstrauteri. Pada neonatus yang sehat hipotermi dapat menyebabkan beberapa konsekuensi metabolik negatif seperti hipoglikemia, peningkatan kadar bilirubin, dan asidosis metabolik (Bliss-Holtz, 1995). B. Tujuan 1 | Anak dengan Peningkatan Suhu Tubuh

Peningkatan Suhu Pada Anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KEPERAWATAN ANAK

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

.

A. Latar belakang

Suhu tubuh pada manusia adalah hasil akhir dari produksi panas oleh proses metabolik

dan aktivitas otot, kehilangan panas dihantar oleh aliran darah ke struktur subkutan dan kutan

dan disebarkan oleh keringat. Suhu sekitar jelas memainkan peranan dalam mencapai

keseimbangan dan dalam pengaturan panas oleh individu. Suhu tubuh biasanya 370C pada

kebanyakan individu, dengan variasi diurnal dari rendah 350C pada pagi hari dan naik sampai

370C pada sore hari. Pusat pengaturan suhu tubuh terletak pada hypothalamus, yang berperan

sebagai thermostat, yang secara langsung mengendalikan sistem saraf otonom dan secara tidak

langsung mempengaruhi aliran darah ke perifer.

Suhu tubuh mencerminkan metabolisme, menunjukkan penurunan yang sama dari masa

bayi sampai maturitas. Termoregulasi merupakan suatu respon adaptasi bayi yang paling

penting selama masa transisi dari kehidupan intrauteri ke ekstrauteri. Pada neonatus yang

sehat hipotermi dapat menyebabkan beberapa konsekuensi metabolik negatif seperti

hipoglikemia, peningkatan kadar bilirubin, dan asidosis metabolik (Bliss-Holtz, 1995).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

a. Mengetahui tentang anak dengan peningkatan suhu tubuh.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian peningkatan suhu tubuh anak

b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya peningkatan suhu tubuh anak

c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan suhu tubuh anak

d. Untuk mengetahui manifestasi klinis peningkatan suhu tubuh anak

e. Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan peningkatan

suhu tubuh

1 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

PENINGKATAN SUHU

A. Pengertian

Titik set adalah suhu disekitar suhu tubuh diatur oleh mekanisme seperti termostat

didalam hipotalamus. Demam adalah peningkatan pada titik set dimana suhu tubuh diatur

pada tingkat yang lebih tinggi ( > 380). Hipertermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh

melebihi titik set, biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh atau eksternal yang menciptakan

lebih banyak panas daripada yang dapat dikeluarkan oleh tubuh, seperti sengatan panas,

toksisitas, aspirin, kejang, atau hipertiroidisme (Wong, 2003).

Demam ditunjukkan pada suhu rektal yang lebih dari 380C (100,40F). Suhu normal dapat

berfluktuasi sepanjang hari, berkisar antara 36,10C -380C (970F-100,40F). Umumnya suhu

tubuh pada anak lebih tinggi, kemudian menurun hingga pada tingkat dewasa pada usia 13-14

tahun pada anak perempuan, dan 17-18 tahun pada anak laki-laki(Klein & Phelp).

Demam tidak menyebabkan kerusakan otak kecuali jika suhunya melebihi 41,70C

(1070F) yang berlangsung dalam jangka waktu lama (berjam-jam). Lebih lanjut, demam yang

disebabkan oleh infeksi tidak cepat naik; dan suhu tidak akan melebihi 41,20C. Pada anak-

anak area luas permukaan tubuh relative per unit volumenya lebih kecil daripada orang

dewasa; oleh karena itu, permukaan tubuh yanga ada untuk mendinginkan menjadi lebih

sedikit. Suhu inti tubuh normal pada anak-anak dapat mencapai 380C. suhu rectal yang diukur

secara benar mencerminkan suhu inti tubuh; suhu oral dan aksila,berturut-turut, 0.60C dan

1,10C lebih rendah dari suhu rectal. Suplai darah ke membran timpani memiliki suhu yang

sama seperti suplai darah ke daerah preoptik hipotalamus, pusat pengaturan suhu (Schwartz,

2004).

kemampuan regulasi yang tidak stabil pada periode neonatal mengakibatkan produksi

panas menurun saat bayi tumbuh sampai memasuki masa anak-anak perbedaan individu

0,50C sampai 10C adalah normal terkadang anak-anak menunjukkan suhu tinggi atau rendah

yang tidak umum. Dimulai pada usia kira-kira 12 tahun, anak perempuan menujukkan suhu

yang relative stabil, sedangkan suhu pada anak laki-laki terus menurun selama beberapa tahun

berikutnya. Wanita mempertahankan suhu tubuh yang sedikit lebih tinggi dari suhu tubuh pria

2 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h

selama hidupnya.Walaupun regulasi suhunya sudah membaik, bayi dan anak kecil sangat-

rentan terhadap fluktuasi suhu. Suhu tubuh berespon terhadap perubahan suhu lingkungan dan

meningkat saat latihan fisik aktif, menangis dan kemarahan emosional.

Suhu Normal pada anak-anak

Usia 0C

3 bulan 37,5

6 bulan 37,5

1 tahun 37,7

3 tahun 37,2

5 tahun 37,0

7 tahun 36,8

9 tahun 36,7

11 tahun

13 tahun

36,7

36,6

B. Pengaturan Suhu Tubuh

1. Keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas

Pengaturan suhu tubuh memerlukan mekanisme perifer yang utuh, yaitu

keseimbangan produksi dan pelepasan panas, serta fungsi pusat pengatur suhu di hipotlamus

yang mengatur seluruh mekanisme. Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar

daripada laju hilangnya panas, timbul panas dalam tubuh dan temperatur tubuh meningkat.

Sebaliknya, bila kehilangan panas tubuh lebih besar, panas tubuh dan temperatur akan

menurun.

2. Produksi panas

Dalam tubuh, panas diproduksi melalui peningkatkan Basal Metabolic Rate (BMR).

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan Basal Metabolic Rate antara lain:

a) laju metabolisme dari semua sel tubuh.

3 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h

b) laju cadangan metabolisme yang disebabkan oleh aktivitas otot.

c) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh tiroksin, epinefrin, norepinefrin

dan perangsangan simpatis terhadap sel.

d) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas kimiawi didalam

sel sendiri.

Pada keadaan istirahat, berbagai organ seperti otak, otot, hati, jantung, tiroid,

pankreas dan kelenjar adrenal berperan dalam menghasilkan panas pada tingkat sel yang

melibatkan adenosin trifosfat (ATP). Bayi baru lahir menghasilkan panas pada jaringan

lemak coklat, yang terletak terutama dileher dan skapula. Jaringan ini kaya akan

pembuluh darah dan mempunyai banyak mitokondria. Pada keadaan oksidasi asam lemak

pada mitokondria dapat meningkatkan produksi panas sampai dua kali lipat. Dewasa dan

anak besar mempertahankan panas dengan vasokonstriksi dan memproduksi panas

dengan menggigil sebagai respon terhadap kenaikan suhu tubuh. Aliran darah yang diatur

oleh susunan saraf pusat memegang peranan penting dalam mendistribusikan panas

dalam tubuh.

Pada lingkungan panas atau bila suhu tubuh meningkat, pusat pengatur suhu

tubuh di hipotalamus mempengaruhi serabut eferen dari sistem saraf otonom untuk

melebarkan pembuluh darah (vasodilatasi). Peningkatan aliran darah dikulit

menyebabkan pelepasan panas dari pusat tubuh melalui permukaan kulit ke sekitarnya

dalam bentuk keringat. Sedangkan pada lingkungan dingin akan terjadi vasokonstriksi

pembuluh darah sehingga akan mempertahankan suhu tubuh.

3. Kehilangan Panas

Berbagai cara panas hilang dari kulit ke lingkungan dapat melalui beberapa cara

yaitu:

a. Radiasi

Cara ini tidak menggunakan sesuatu perantara apapun. Secara umum enam puluh

persen panas dilepas secara radiasi.

b.Konduksi

4 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h

Kehilangan panas melalui permukaan tubuh ke benda-benda lain yang

bersinggungan dengan tubuh, dimana terjadi pemindahan panas secara langsung antara

tubuh dengan objek pada suhu yang berbeda. Di bandingkan dengan posisi berdiri, anak

pada posisi tidur dengan permukaan kontak yang lebih luas akan melepas panas lebih

banyak melalui konduksi.

c.Konveksi

Pemindahan panas melalui pergerakan udara atau cairan yang menyelimuti

permukaan kulit.

d.Evaporasi

Kehilangan panas tubuh sebagai akibat penguapan air melalui kulit dan paru-paru,

dalam bentuk air yang diubah dari bentuk cair menjadi gas; dan dalam jumlah yang

sedikit dapat juga kehilangan panas melalui urine dan feses.

Faktor fisik jelas akan mempengaruhi kemampuan respon perubahan suhu.

Pelepasan panas pada bayi sebagian besar disebabkan oleh karena permukaan

tubuhnya lebih luas dari pada anak yang lebih besar.

4. Konsep “Set-Point” dalam pengaturan suhu tubuh

Konsep “Set-Point” dalam pengaturan temperatur yaitu semua mekanisme

pengaturan temperatur yang terus-menerus berupaya untuk mengembalikan temperatur

tubuh kembali ke tingkat “Set-Point”. Set-point disebut juga tingkat temperatur krisis,

yang apabila suhu tubuh seseorang melampaui diatas set-point ini, maka kecepatan

kehilangan panas lebih cepat dibandingkan dengan produksi panas, begitu sebaliknya.

Sehingga suhu tubuhnya kembali ke tingkat set-point. Jadi suhu tubuh dikendalikan untuk

mendekati nilai set-point.

5. Peranan Hipotalamus dalam Pengaturan Suhu Tubuh.

Suhu tubuh diatur hampir seluruhnya oleh mekanisme persarafan umpan balik,

dan hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak

pada area preoptik hipotalamus anterior. Telah dilakukan percobaan pemanasan dan

pendinginan pada suatu area kecil di otak dengan menggunakan thermode. Alat ini

dipanaskan dengan elektrik atau dialirkan air panas, atau di dinginkan dengan air dingin.

5 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h

Dengan menggunakan thermode, area preoptik hipotalamus anterior diketahui

mengandung sejumlah besar neuron yang sensitif terhadap panas dan dingin. Neuron-

neuron ini diyakini berfungsi sebagai sensor suhu untuk mengontrol suhu tubuh. Apabila

area preoptik di panaskan, kulit diseluruh tubuh dengan segera mengeluarkan banyak

keringat, sementara pada waktu yang sama pembuluh darah kulit diseluruh tubuh

berdilatasi. Jadi hal ini merupakan reaksi yang cepat untuk menyebabkan tubuh

kehilangan panas, dengan demikian membantu mengembalikan suhu tubuh kembali

normal. Oleh karena itu, jelas bahwa area preoptik hipotalamus anterior memiliki

kemampuan untuk berfungsi sebagai termostatik pusat kontrol suhu tubuh. Walaupun

sinyal yang ditimbulkan oleh reseptor suhu dari hipotalamus sangat kuat dalam mengatur

suhu tubuh, reseptor suhu pada bagian kulit dan beberapa jaringan khusus dalam tubuh

juga mempunyai peran penting dalam pengaturan suhu.

Daerah spesifik dari interleukin-1 (IL-1) adalah regio preoptik hipotalamus

anterior, yang mengandung sekelompok saraf termosensitif yang berlokasi di dinding

rostral ventrikel III, disebut juga sebagai korpus kalosum lamina terminalis (OVLT) yaitu

batas antara sirkulasi dan otak. Saraf termosensitif ini terpengaruh oleh daerah yang

di aliri darah dan masukan dari reseptor kulit dan otot. Saraf yang sensitif terhadap

hangat terpengaruh dan meningkat dengan penghangatan atau penurunan dingin, sedang

saraf yang sensitif terhadap dingin meningkat dengan pendinginan atau penurunan

dengan penghangatan. Telah dibuktikan bahwa IL-1 menghambat saraf sensitif terhadap

6 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h

hangat dan merangsang cold-sensitive neurons. Korpus kalosum lamina terminalis

(OVLT) mungkin merupakan sumber prostaglandin. Selama demam, IL-1 masuk

kedalam ruang perivaskular OVLT melalui jendela kapiler untuk merangsang sel untuk

memproduksi prostaglandin E-2 (PGE-2), secara difusi masuk kedalam regio preoptik

hipotalamus anterior untuk menyebabkan demam atau bereaksi dalam serabut saraf dalam

OVLT. PGE-2 memainkan peran penting sebagai mediator, terbukti dengan adanya

hubungan erat antara demam, IL-1 dan peningkatan kadar PGE-2 di otak. Penyuntikan

PGE-2 dalam jumlah kecil kedalam hipotalamus binatang, memproduksi demam dalam

beberapa menit, lebih cepat dari pada demam yang diinduksi oleh IL-1.

Hasil akhir mekanisme kompleks ini adalah peningkatan thermostatic set-point

yang akan memberi isyarat serabut saraf eferen, terutama serabut simpatis untuk memulai

menahan panas (vasokonstriksi) dan produksi panas (menggigil). Keadaan ini dibantu

dengan tingkah laku manusia yang bertujuan untuk menaikkan suhu tubuh, seperti

mencari daerah hangat atau menutup tubuh dengan selimut. Hasil peningkatan suhu

melanjut sampai suhu tubuh mencapai peningkatan set-point. Peningkatan set-point

kembali normal apabila terjadi penurunan konsentrasi IL-1 atau pemberian antipiretik

dengan menghambat sintesis PGE-2. PGE-2 diketahui mempengaruhi secara negative

feed-back dalam pelepasan IL-1, sehingga dapat mengakhiri mekanisme ini yang awalnya

diinduksi demam. Sebagai tambahan, arginin vasopresin (AVP) beraksi dalam susunan

saraf pusat untuk mengurangi pyrogen induced fever. Kembalinya suhu menjadi normal

diawali oleh vasodilatasi dan berkeringat melalui peningkatan aliran darah kulit yang

dikendalikan oleh serabut saraf simpatis.

C. Etiologi

Suhu diatur di dalam hipotalamus. Selama infeksi, titik set meningkat, dan

hipotalamus meningkatkan produksi panas sampai suhu inti tubuh konsisten dengan

titik set ini. Gemetaran dan vasokontriksi selama fase mengigil membantu tubuh

mencapai titik set yang baru dengan menghemat dan membangkitkan panas. Mekanisme

pengaturan suhu pada bayi dan anak kecil belum berkembang dengan baik, dan fluktuasi

yang dramatis dapat terjadi (Engel, 2008).

7 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h

Faktor lingkungan dan infeksi minor relative dapat mengakibatkan peningkatan

suhu pada bayi dan anak kecil daripada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa.

Pada sebagian kasus, peningkatan suhu mengakibatkan demam dan merupakan salah

satu manifestasi paling umum penyakit pada anak yang masih kecil. Pada bayi yang

sangat muda, demam merupakan salah satu tanda adanya gangguan. Pada toodler,

kejang karena panas dapat sama dengan demam dan merupakan masalah yang penting.

Demam pada Bayi yang berusia kurang dari 90 hari

Demam pada bayi yang berusia kurang dari 3 bulan merupakan perhatian khusus

karena tingginya angka infeksi serius pada kelompok usia ini. Pendekatan terhadap bayi

yang mengalami peningkatan suhu tubuh tanpa adanya focus infeksi yang dapat

diidentifikasikan sebaiknya mengatagorikannya bayi tersebut ke dalam yang berisiko

rendah atau berisiko tinggi terhadap penyakit serius.

Anak berusia 3-24 bulan dengan demam tanpa ada sebabnya.

Anak berusia 2-24 ulan yang terlihat sehat, dengan suhu tubuh lebih dari 39,40C,

dan tanpa sumber infeksi yang dapat diidentifikasi memiliki kemungkinan 3% menderita

bakterimia. Jika hitung leukosit lebih dari 15.000 sel/mm3,hal ini meningkatkan

kemungkinan adanya bakterimia tersembunyi sekitar 10%. Hampir semua anak dengan

bakterimia,organism penyebabnya akan menghilang secara spontan tanpa infeksi fokal.

Masih terjadi kontroversi apakah terapi presumtif diindikasikan untuk anak-anak yang

berada pada risiko berkembangnya bakterimia tersembunyi.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan suhu tubuh

1. Aktifitas fisik berlebihan dapat meningkatkan suhu tubuh sementara.

2. Emosi.

3. Perubahan metabolisme.

4. Proses infeksi.

5. Pengobatan.

6. Jumlah dan jenis pakaian mempengaruhi suhu tubuh.

7. Suhu tubuh dapat bervariasi sesuai suhu lingkungan/ruangan.

8 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h

8. Variasi diurnal (suhu tubuh lebih rendah antara pukul 1.00 dan 4.00 dini hari.dan

paling tinggi antara pukul 16.00 dan 18.00).

D. Patogenesis

Peningkatan suhu tubuh saat demam dikarenakan terjadi peningkatan pirogen

dalam tubuh yang disebabkan oleh infeksi, radang, alergi, tumbuh gigi dan dampak

pemberian imunisasi tertentu. Ketika terkena infeksi tubuh dengan sengaja menciptakan

demam sebagai upaya membantu menyingkirkan infeksi. Caranya dengan mengerahkan

leukosit,agar daya tempurnya kuat leukosit butuh artileri diantaranya pirogen.

Fungsi pirogen ;

1. Membawa leukosit ke tempat infeksi.

2. Mengeluarkan panas tubuh melalui demam, virus penyebab infeksi biasanya tidak

tahan suhu tinggi.

Sebagian besar demam adalah akibat kondisi yang ditimbulkan oleh perubahan

dalam pusat pengatur panas melalui pengaruh sitokin yang dihasilkan oleh makrofag.

Sumber pirogen endogen adalah fagosit mononuklear,atau makrofag. Interleukin 1(IL-1),

produk dari fagosit mononuklear yang terangsang,adalah sitokin yang merangsang

pelepasan asam arakhidonat produk prostalglandin E2, yang jelas mengatur-menaikkan

fungsi pusat pengatur panas. Akibatnya adalah vasokontriksi perifer sering disertai

keadaan menggigil, yang dapat ditampakkan sebagai dingin menggigil,menghasilkan

produksi panas, penghematan panas dan kenaikan suhu. Sitokin lain seperti nekrosisi

tumor,juga dihasilkan oleh makrofag, sehingga mampu menaikkan suhu tubuh.

9 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h

E. Manifestasi Klinis Peningkatan suhu tubuh

1. Frekuensi denyut nadi meningkat.

2. Frekuensi pernafasan meningkat.

3. Membran mukosa kering.

4. Kulit memerah.

10 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h

5. Turgor kulit menurun.

6. Konsentrasi urin pekat dan sedikit.

7. Kulit hangat jika disentuh

8. Kejang demam

F. Fase-fase Demam

1. Fase I: awal (awitan dingin atau menggigil)

a. Peningkatan denyut jantung.

b. Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan.

c. Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot.

d. Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi.

e. Merasakan sensasi dingin.

f. kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi.

g. Pengeluaran keringat berlebihan.

h. Peningkatan suhu tubuh.

2. Fase II: proses demam

a. Proses menggigil hilang.

b. Kulit terasa hangat / panas.

c. Merasa tidak panas atau dingin.

d. Peningkatan nadi dan laju pernafasan.

e. Dehidrasi ringan hingga berat.

f. Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf.

g. Lesi mulut herpetic.

h. Kehilangan nafsu makan ( jika demam memanjang ).

i. Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein

3. Fase III: pemulihan

11 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h

a. Kulit tampak merah dan hangat.

b. Berkeringat.

c. Menggigil ringan.

d. Kemungkinan mengalami dehidrasi.

G. Perawatan di rumah pada Anak Demam

Berikut perawatan yang dapat anda lakukan di rumah saat anak demam:

1. Pastikan suhu ruangan tidak terlalu panas atau terlalu dingin,atau bisa dengan

menghidupkan kipas angin atau AC dengan suhu yang di sesuaikan.

2. Beri pakaian tipis, jangan membungkus anak dengan pakaian dan selimut tambahan

kecuali anak mengigil.

3. Teruskan pemberian gizi yang seimbang.

4. Jangan berikan obat demam apabila panasnya tidak terlalu tinggi. Beri banyak

minum,termasuk ASI. Ini sebagi antisipasi terjadi komplikasi dehidrasi.

5. Lakukan mengompresan dengan mendudukkan pasien di bath tub dengan air hangat

(300-320 C). Atau membasuh anak dengan washlap yang telah dicelupkan air hangat ke

sekujur tubuhnya.

6. Berilah dosis dan tipe obat yang benar. Gunakan berat badan anak sebagai pedoman

untuk dosis yang benar. Bila menggunakan tetes obat pada bayi, jangan

menggantikannya dengan sirup karena jumlah obat pada kedua botol tersebut berbeda.

H. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Peningkatan Suhu

1. Pengkajian

a. Observasi manifestasi klinis.

b. Peningkatan suhu tubuh diatas rentan normal.

c. Kulit kemerahan.

d. Peningkatan frekuensi pernafasan

2. Diagnosa keperawatan

12 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h

No Diagnosa Intervensi RasionalHasil yg

diharapkan

1. Termoregulasi tidak

efektif berhubungan

dengan proses

imflamasi,

peningkatan suhu

tubuh lingkungan.

1.Berikan obat antipiretik

dalam dosis yag sesuai

dengan berat badan anak

2.Gunakan tindakan

pendinginan,lebih baik 1

jam setelah pemberian

antipiretik untuk

menurunkan titik set;

a.Tingkatkan sirkulasi

udara

b.Kurangi suhu

lingkungan

c.Kenakan pakaian tipis

d.Pajankan kulit pada

udara

e.Pantau suhu tubuh

1. Karena

kedinginan

meningkatkan

laju metabolism

tubuh.

2. Untuk

menentukan

keefektifan

tindakan

Suhu tubuh

tetap berada

dalam batas

yang dapat

diterima

2 Hipertermia 1.Berikan selimut 1.Untuk Suhu dikurangi

13 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h

berhubungan dengan

peningkatan produksi

panas

pendingin atau matras

2.Berikan mandi kompres-

durasi 20-30 menit

3.Berikan handuk dingin,

lembab atau washlap-

pajankan area tubuh satu

persatu;ganti sesuai

kebutuhan;lanjutkan kira-

kira 30 menit.

4.Hindari mengigil

5.Jangan gunakan isapan

isopropyl alcohol saat

mandi atau untuk kompres

6.Pantau suhu

terjadinya

vasodilatasi.

2. Untuk

mencegah

terjadinya

peningkatan

suhu.

3. Untuk

mencegah

terjadinya

penigkatan

suhu.

4. Dapat

menyebabkan

kejang.

5.Karena dapat

menyebabkan

efek

neurotoksik

6.Untuk

mencegah

pendinginan

tubuh yang

berlebihan

sampai batas

yang dapat

diterima

14 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

A.Kasus

Klien An. D umur 3 tahun 6 bulan dirawat di RSF dari tanggal 10 Juni 2008 dengan

keluhan kejang demam selama dirumah 3 kali selama 24 jam, kejang pertama ± 15 menit,

kejang kedua ±10 menit, kejang ketiga ± 5 menit, tangan dan kaki mengepal pada saat

kejang, suhu klien 39,5O C. Keadaan umum klien lemah,nadi 120x/menit, RR 26

kali/menit, Suhu 39,5O C, klien terlihat gelisah, ubun-ubun besar cekung, mukosa mulut

kering, BB saat masuk RS IGD 9,5 kg,Berat badan saat ini 8,1 kg, Lingkar lengan atas 14

cm (ideal 16 cm) ,Tb 75 cm, muntah sebanyak ½ aqua geas (120cc) berisi cairan kuning

kecoklatan, sebelum & saat dirawat klien tidak mau makan. Intake klien minum sebanyak

300 cc & infuse 400 cc, total 700 cc, Output BAK&BAB :340 cc, Iwl 110 cc, Total :450

cc, Balance : 250 cc Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 10 Juni 2008 Hb: 11,6 g/dl

(N:13,2-17,3 g/dl), Ht: 38% (N:31-59%), Leukosit : 13.500/ul, Trombosit: 81 ribu/ul,

Eritrosit: 3.51 juta/ul. Leukosit: 13.500/µL(N= 6.000 – 17.500/µL), Trombosit :

400.000 /µL (N= 150.000 – 440.000/µL), Eritrosit : 5juta/µL(N= 3,60 – 5,20 juta/µL),

Natrium : 131 mmol/L (N= 135 – 145 mmol/L), Kalium: 2,4 mmol/L (N= 3,5 – 5,5

mmol/L), Clorida : 100 mmol/L (N= 98 – 105 mmol/L)

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Data subjektif : kejang dirumah 3 kali selama 24 jam, kejang pertama kejang

pertama ± 15 menit, kejang kedua ±10 menit, kejang ketiga ± 5 menit, tangan dan kaki

mengepal pada saat kejang.

Data objektif : Keadaan umum klien lemah,nadi 120x/menit, RR 26 kali/menit,

Suhu 39,5O C, klien terlihat gelisah, ubun-ubun besar cekung, mukosa mulut kering,

BB saat masuk RS IGD 9,5 kg,Berat badan saat ini 8,1 kg, Lingkar lengan atas 14 cm

(ideal 16 cm) ,Tb 75 cm, muntah sebanyak ½ aqua geas (120cc) berisi cairan kuning

kecoklatan, sebelum & saat dirawat klien tidak mau makan. Intake klien minum

15 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h

sebanyak 300 cc & infuse 400 cc, total 700 cc, Output BAK&BAB :340 cc, Iwl 110 cc,

Total :450 cc, Balance : 250 cc Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 10 Juni 2008

Hb: 11,6 g/dl (N:13,2-17,3 g/dl), Ht: 38% (N:31-59%), Leukosit : 13.500/ul, Trombosit:

81 ribu/ul, Eritrosit: 3.51 juta/ul. Leukosit: 13.500/µL(N= 6.000 – 17.500/µL),

Trombosit : 400.000 /µL (N= 150.000 – 440.000/µL), Eritrosit : 5juta/µL(N= 3,60 –

5,20 juta/µL), Natrium : 131 mmol/L (N= 135 – 145 mmol/L), Kalium: 2,4 mmol/L

(N= 3,5 – 5,5 mmol/L), Clorida : 100 mmol/L (N= 98 – 105 mmol/L)

2. Diagnosa, Intervensi, dan Evaluasi Keperawatan

Diagnosa 1 : Kekurangan Volume cairan b.d mual dan muntah. Ditandai dengan :

DS : -. DO : keadaan umum lemah, mucosa mulut kering,konjungtiva anemis, capilarry

refill 3 detik, muntah ± ½ aqua gelas (120cc) berisi cairan kuning kecoklatan,

Nadi :120x/menit, RR 26x/menit, Suhu : 39,5º C, Hasil Lab 10 Juni 2008 Natrium: 131

mmol/L (N= 135 – 145 mmol/L), Kalium: 2,4 mmol/L (N= 3,5 – 5,5 mmol/L),

Clorida : 100 mmol/L (N= 98 – 105 mmol/L).

Perencanaan keperawatan : Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam kebutuhan cairan klien terpenuhi. Kriteria hasil : Tanda – tanda vital

dalam batas normal :N : 60 – 80 x / mnt, S : 36º - 37ºC, RR : 16 – 20 x / mnt, mukosa

mulut lembab, muntah teratasi,konjungtiva tidak anemis, capilarry refill < style="">

hasil laboratorium normal Natrium: 135 – 145 mmol/L, Kalium: 3,5 – 5,5 mmol/L,

Clorida : N= 98 – 105 mmol/L.

Intervensi : Ukur dan catat jumlah muntah yang dikleuarkan, warna, konsistensi.

Berikan makanan dan cairan, Berikan support verbal dalam pemberian cairan,

kolaborasi berikan pengobatan seperti obat antimual, pantau hasil pemeriksaan

laboratorium.

Evaluasi : S : Klien mengatakan sudah dapat minum. O : Tanda – tanda vital

dalam batas normal :N : 60 – 80 x / mnt, S : 36º - 37ºC, RR : 16 – 20 x / mnt, mukosa

mulut lembab, muntah teratasi, Lingkar lengan atas ideal 16 cm, hasil laboratorium

normal Natrium: 135 – 145 mmol/L, Kalium: 3,5 – 5,5 mmol/L, Clorida : N= 98 – 105

mmol/L.. A: Masalah kekurangan cairan dapat teratasi. P : hentikan intervensi.

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak

16 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h

adekuat Ditandai dengan data – data sebagai berikut : DS: Ibu klien mengatakan

sebelum dan saat dirawat tidak napsu makan. DO: K.U: lemah, BB awal mei 2008 9,5

kg saat masuk RS IGD 8,1 kg, muntah ½ gelas Aqua(120cc), Lingkar lengan atas 14 cm

( ideal 16 cm), Hasil Laboratorium tanggal 10 Juni 2008 Hb: 11,6 g/dl (N:13,2-17,3

g/dl), Ht: 38% (N:31-59%).

Perencanaan keperawatan, Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperwatan 3 x

24 jam nutrisi terpenuhi dan berat badan meningkat. Kriteria hasil : BB naik

0.25kg(ideal 12kg), mual dan muntah klien dapat teratasi, nafsu makan bertambah,

Hb&Ht dalam batas normal (Hb:10.8-15.6 g/dl & Ht: 35-43%).

Intervensi : Tingkatkan intake makanan dengan menjaga privasi klien,

mengurangi gangguan seperti bising/berisik, menjaga kebersihan ruangan. Bantu klien

makan, selingi makan dengan minum, Monitor hasil lab seperti HB & Ht, Atur posisi

semifowler saat memberikan makanan.

Diagnosa 3 : Resiko injuri berhubungan dengan kejang berulang. Ditandai

dengan data – data sebagai berikut : DS : ibu klien bertanya penanganan kejang. DO :

penghalang tempat tidur tidak terpasang, S : 38.3ºC, N: 124x/menit, RR:42X/menit

Perencanaan keperawatan, Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam injuri tidak terjadi. Kriteria hasil : orang tua dapat mengidentifikasi

faktor yang dapat menimbulkan cidera, mampu melakukan penanganan kejang,

menunjukan koping positif.

Intervensi : berikan posisi yang aman, memasang pengaman tempat tidur,

memberikan penjelasan kepada orang tua tentang penanganan kejang.

Implementasi : observasi suhu(penyebab kejang), memberikan posisi yang aman,

memberikan penjelaan kepada orang tua tentang penanganan kejang..

Evaluasi akhir : S : ibu klien mengatakan sudah tidak terjadi kejang, sudah

memasang penghalang. O : S : 37,2ºC, N: 124x/menit, RR: 42X/menit. Klien tidak

kejang, pengaman tempat tidur sudah terpasang dengan baik A : masalah resiko injuri

tidak terjadi. P: Lanjutkan intervensi Dx.

17 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h

PENUTUP

A. Kesimpulan

Demam adalah peningkatan pada titik set dimana suhu tubuh diatur pada tingkat

yang lebih tinggi ( > 380). Hipertermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh melebihi

titik set, biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh atau eksternal yang menciptakan lebih

banyak panas daripada yang dapat dikeluarkan oleh tubuh.

Pengaturan Suhu Tubuh oleh ;

1. Keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas

2. Produksi panas

3. Kehilangan panas

4. “Set-Point” dalam pengaturan suhu tubuh

5. Peranan hipotalamus

B. Saran

1. Untuk keluarga, peningkatan suhu tubuh adalah hal penting yang harus diperhatikan.

Karena hal ini mengindikasikan telah terjadi sesuatu pada tubuh. Oleh sebab itu jangan

anggap hal sepele peningkatan suhu tubuh.

2. Untuk perawat, selalu memantau suhu sianak. Untuk mencegah peningkatan suhu yang

ekstrim, sehinggga dapat menyebabkan kejang.

DAFTAR PUSTAKA

18 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h

Schwartz, M. William. 2004. Pedoman klinis pediatric. Jakarta: EGC

Joyce Engel, Joyce. 2008. Seri Pedoman Praktis Pengkajian Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1. Jakarta: EGC

Donna l Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik .Edisi 4. Jakarta: EGC.

Guyton. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

19 | A n a k d e n g a n P e n i n g k a t a n S u h u T u b u h