Peningkatan Sumberdaya Manusia Dengan Sertifikasi Kompetensi

Embed Size (px)

Citation preview

PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DENGAN SERTIFIKASI KOMPETENSIOleh Setiyo Agustiono (ketua BKSP Jatim)

Latar BelakangPosisi sumber daya manusia (SDM) Indonesia di era globalisasi dengan persaingan yang ketat seperti menjadi kebenaran umum, ditetapkan standardisasi dan berlaku di seluruh wilayah kehidupan serta adanya perubahan IPTEK yang pesat dan perkembangan perekonomian yang berbasis pengetahuan menciptakan fenomena baru ditempat kerja dan dunia pendidikan. Seluruh aspek proses bisnis yang berbasis pengetahuan memerlukan SDM dan pengelolaan yang berbasis pengetahuan pula. Pada era persaingan perusahaan tidak lagi semata-mata mengejar pencapaian produktifitas yang tinggi, tetapi lebih memperhatikan kinerja dalam proses pencapaiannya, yang berarti standardisasi kompetensi sumber daya manusia (SDM) sangat diperhatikan. Pencapaiannya target pekerjaan/bisnis yang jelas memberikan kepastian bahwa sebuah pekerjaan dilakukan oleh ahli di bidangnya. Dengan begitu, produk hasil akhir mampu dikontrol dan memiliki konsistensi terhadap kualitas. SDM yang telah menjalani uji kompetensi memiliki jaminan bahwa dirinya mampu meningkatkan kualitas pada suatu di sebuah wilayah kerja. Hal ini diperlukan tak hanya pasar local tetapi pasar internasional pun memungkinkan untuk ditembus karena sistem uji kompetensi telah terintegrasi dengan standar-standar bertaraf internasional.

Peningkatan kompetensi SDM dapat dilihat dari Kinerja (performance) karena kinerja bagi setiap kegiatan dan individu merupakan kunci pencapaian produktivitas. Kinerja adalah suatu hasil dimana orang, sumber-sumber daya dan lingkungan kerja tertentu secara bekerja bersama menghasilkan suatu hasil akhir yang didasarkan pada tingkat mutu dan standar yang telah ditetapkan. Pada akhirnya pembinaan SDM adalah suatu aspek strategis yang dapat mendorong kompetensi SDM yang dapat melakukan peningkatan kualitas kinerja dan produktivitas individu dan perusahaan.Pembinaan SDM berbasis kompetensi merupakan salah satu model yang dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan dan sasaran pembinaan SDM dan perusahaan yang berbasis strandar kinerja yang telah ditetapkan. Model ini lebih spesifik, fleksibel, mempunyai relevansi dengan tugas dan pekerjaan, lebih bermutu dan dalam waktu relatif singkat.Peningkatan kualitas SDM Indonesia, terutama yang berkaitan dengan aspek pendidikan dan kompetensinya, telah diatur dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional dan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Ke dua undang-undang tersebut mengamanatkan peningkatan kualitas SDM berbasis kompetensi. Yang berarti terciptanya SDM Indonesia yang kompeten, profesional dan produktif dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Setiap tenaga kerja, sesuai dengan kemampuannya, dapat mengikuti pelatihan kerja untuk menguasai jenis dan tingkat kompetensi kerja tertentu.

Pengembangan SDMPermasalahan kompetensi dalam kaitannya dengan pengembangan SDM merupakan wacana yang tengah berkembang, ketika perusahaan dihadapkan pada berbagai tantangan dan persaingan yang semakin tajam. Perusahaan di negara maju telah menunjukkan keberhasilan dengan menggunakan praktek pengelolaan SDM yang efektif melalui cara peningkatan kompetensi dalam keterampilan dan keahlian SDM . Dalam pengelolaan SDM suatu perusahaan di era kompetisi ini memberi kesadaran bahwa dunia kerja masa kini dan yang akan datang telah mengalami perubahan. Peran SDM dalam perusahaan mempunyai arti yang sama pentingnya dengan pekerjaan itu sendiri, sehingga interaksi antara perusahaan dan SDM menjadi perkembangan kompetensi sebagai konsep maupun praktek dalam manajemen tidak dapat dipisahkan dengan sejarah perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia itu sendiri. Timbulnya teori motivasi pada dekade empat puluhan dengan Maslow sebagai pelopornya merupakan bukti konkrit bahwa penekanan pentingnya sumberdaya manusia sebagai aset, potensi yang memiliki pengaruh besar terhadap kemajuan perusahaan di sektor bisnis maupun publik. Salah satu kebutuhan yang diperlukan perusahaan/organisasi adalah menyangkut kompetensi SDM. Hal ini mengingat kini perusahaan menghadapi berbagai kemajuan di bidang informasi dan teknologi sehingga diperlukan orang yang memiliki keahlian tertentu. Kompetensi dapat berupa penguasaan masalah, ketrampilan kognitif maupun ketrampilan perilaku, tujuan,perangai, konsep diri, sikap atau nilai. Setiap orang dapat diukur dengan jelas dan dapat ditunjukkan untuk membedakan perilaku unggul atau yang berprestasi rata-rata. Penguasaan masalah dan ketrampilan relatif mudah diajarkan, mengubah sikap dan perilaku relatif lebih sukar. Sedangkan mengubah tujuan dapat dilakukan tetapi prosesnya panjang,lama dan mahal.

SDM Berdasar Sertifikasi KompetensiPengelolaan SDM berasaskan Competency Based yang merupakan suatu pilihan pengelolaan SDM kombinasi dari keterampilan, pengetahuan dan sikap (skill,knowledge,attitude) yang dimiliki SDM agar dapat melaksanakan tugas dan peran pada posisi yang diduduki secara professional dan produktif. Aspek personal qualities (sikap/etika/attitude/spirit) mendapat perhatian khusus didalam pengelolaannya, disamping perhatian terhadap skill dan knowledge. Kompetensi adalah suatu uraian ketrampilan, pengetahuan dan sikap/attitude utama diperlukan untuk mencapai kinerja yang efektif dalam pekerjaan. Uraian kompetensi ini terdapat penjelasan detail adalah :Pertama , kompetensi menjelaskan fungsi-fungsi utama kelompok keterampilan suatu pekerjaan, yang umumnya bersifat luas, dan kemudian diuraikan dalam bagian (unsur) yang lebih spesifik dan merupakan elemen dan kompetensi. Elemen kompetensi ini menggantikan tugas (taks) spesifik yang termasuk dalam fungsi utama atau kelompok keterampilan sesuai dengan spesifikasi dari tugas spesifik sebagai suatu kriteria kinerja untuk mencapai hasil. Kedua, pada setiap kinerja yang akan dicapai harus didukung oleh suatu kondisi kerja yang ditetapkan sehingga tercapai kinerja yang memuaskan. Sejumlah peran kunci dalam suatu pekerjaan atau jabatan yang menggambarkan kegiatan-kegiatan secara umum dimana seorang terlibat dalam pekerjaan, misalnya seorang manajer mungkin mempunyai peran dalam manajemen keuangan, manajemen SDM dan juga beberapa peran teknik seperti rekayasa.

Setiap peran terdiri dari beberapa unit kompetensi sebagai refleksi dari fungsi utama kegiatan atau keterampilan. Pada setiap peran dalam menyelesaikan pekerjaan. Setiap unit kompetensi terdiri dari : a. Elemen kompetensi yang menggambarkan unit-unit lebih terinci, menjelaskan keluaran yang harus dicapai.b. Kriteria kerja yang menjelaskan tingkat atau standar yang harus dicapai pada setiap elemen kompetensi.Setiap elemen kompetensi mempunyai persyaratan dan keadaan dimana kompetensi diterapkan termasuk peralatan yang digunakan, buku pedoman, sistem dan prosedur, dan lain-lain yang akan membantu dalam melakukan tugas dan pekerjaan.

Sertifikasi kompetensi menjadi sangat perlu karena: Sertifikat kompetensi kerja dapat menjadi jaminan untuk rekruitmen tenaga kerja kompeten. Sertifikat kompetensi kerja dapat menjadi dasar penetapan remunerasi. Sertifikat kompetensi kerja dapat menjadi dasar untuk pengembangan karir tenaga kerja. Sertifikat kompetensi dapat menjadi acuan untuk perundingan Mutual Recognition Arrangement (MRA) antar negara dalam rangka kesepakatan WTO dan AFTA.

Tujuan sertifikasi kompetensi kerja adalah untuk memberikan pengakuan dan penghargaan kompetensi serta penjaminan dan pemeliharaan mutu kompetensi. Sertifikasi kompetensi dapat diikuti oleh peserta dan atau lulusan program pelatihan kerja atau tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman kerja yang memadai. Tujuan Khusus dari Sertifikasi kompetensi adalah: 1. Meningkatkan kualitas produk 2. Meningkatkan kualitas jasa/pelayanan 3. Meningkatkan kualitas keselamatan Guna mencapai tujuan penjaminan dan pemeliharaan mutu kompetensi, sertifikasi kompetensi profesi dilaksanakan dengan prinsip dasar sebagai berikut :a. Keterukuran, artinya sertifikasi kompetensi haruslah jelas tolok ukurnya. Oleh karena itu, sertifikasi kompetensi hanya dapat dilakukan untuk bidang, jenis, serta kualifikasi profesi tertentu yang standar kompetensinya telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; b. Obyektifitas, artinya sertifikasi kompetensi harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu harus dihindarkan sejauh mungkin, kemungkinan terjadinya konflik kepentingan dalam penyelenggaraan sertifikasi kompetensi.c. Ketelusuran, artinya keseluruhan proses sertifikasi dari awal sampai akhir, harus jelas acuannya dan dapat ditelusuri secara mudah, cepat dan akurat, baik untuk kepentingan surveilen maupun audit. Untuk itu, sertifikasi kompetensi harus mengacu pada peraturan atau pedoman tertentu dan prosesnya didokumentasikan dengan baik.d. Akuntabilitas, artinya pelaksanaan sertifikasi kompetensi harus dapat dipertanggung-jawabkan kepada publik, baik secara teknis, administratif maupun juridis.

Sesuai dengan kebutuhan di sektor atau bidang usaha yang bersangkutan, sertifikasi kompetensi dapat diselenggarakan melalui 3 (tiga) skema sertifikasi sebagai berikut :a. Skema Sertifikasi Pihak Pertama (First Party Certification) : yaitu sertifikasi kompetensi yang dilakukan oleh organisasi/perusahaan atas karyawannya sendiri, dengan menggunakan standar khusus, dan atau SKKNI.b. Skema Sertifikasi Pihak Kedua (Second Party Certification) : yaitu sertifkasi kompetensi yang dilakukan oleh suatu organisasi/perusahaan terhadap karyawan perusahaan lain yang menjadi supplyer atau agen dari organisasi/perusahaan dimaksud. Biasanya dilakukan dalam rangka menjamin mutu supply barang atau jasa. Sertifikasi ini dapat menggunakan standar khusus dan atau SKKNI.c. Skema Sertifikasi Pihak Ketiga (Third Party Certification) : yaitu sertifikasi terhadap tenaga kerja yang dilakukan olah LSP yang telah mendapatkan lisensi dari BNSP, dalam rangka menjamin mutu kompetensi secara nasional. Sertifikasi ini menggunakan SKKNI atau standar internasional.

Lembaga yang sangat diperlukan didalam sertifikasi kompetensi adalah: Lembaga Sertifikasi Profesi(LSP) Pihak Pertama (First Party) adalah LSP yang dibentuk oleh organisasi/perusahaan untuk kepentingan sendiri. LSP Pihak Kedua (Second Party) adalah LSP yang dibentuk atas kepentingan dua pihak (hubungan pemasokan/sub kontrak) LSP Pihak Ketiga (Third Party) adalah LSP yang dibentuk oleh asosiasi pengguna/industri untuk kepentingan bersama (secara nasional).

Manfaat Sertifikasi KompetensiBagi dunia kerja: (1) Dapat memperoleh tenaga kerja berkualitas tinggi; (2) Dapat meringankan biaya usaha; (3) Dapat membantu memajukan dan mengembangkan usaha.

Bagi masyarakat: (1) Dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat; (2) Dapat meningkatkan peoduktivitas nasional, jadi dapat meningkatkan penghasilan Negara; (3) Dapat mengurangi pengangguran.

Manfaat untuk Industri Identifikasi dan penyesuaian yang lebih baik atas ketrampilan yang dibutuhkan untuk industri Akses yang lebih besar terhadap Pendidikan dan Pelatihan sektor public yang relevan terhadap industri Ditetapkannya dasar pemahaman yang umum dan jelas atas hasil Pendidikan dan Pelatihan industri melalui sertifikasi pencapaian kompetensi individu Percaya diri yang lebih besar karena kebutuhan industri telah terpenuhi sebagai hasil penilaian berbasis standar Ditetapkannya dasar sistem kualifikasi nasional yang relevan untuk industry Efisiensi penyampaian yang lebih besar dan berkurangnya usaha Pendidikan dan Pelatihan ganda Meningkatnya tanggung jawab dunia pendidikan dan penyedia Pendidikan dan Pelatihan atas hasil Pendidikan dan Pelatihan Mendorong pengembangan ketrampilan yang luas dan relevan di masa Depan

Manfaat bagi Ekonomi Daerah dan NasionalMeningkatnya formasi ketrampilan untuk bersaing dipasar domestik dan internasional Mendorong investasi internasional baru pada industri dimana angkatan kerja terampil sangat diperlukan Lebih efisien dari segi biaya, pendidikan kejuruan dan standar pendidikan dan pelatihan yang relevan dan bertanggung jawab Akses individu pada industri yang diakui, dari kompetensi yang relevan dan sesuai dengan keinginan industriMeningkatnya modal dan akses individu melalui diketahuinya kebutuhan industri yang jelas dan melalui pengakuan pembelajaran sebelumnya terhadap standar yang ada.

Yang terpenting adalah SDM Indonesia mempunyai Wawasan profesionalisme bermaksud untuk menanamkan sikap profesionalitas yakni sesuatu yang tertanam dalam diri seseorang yang mempengaruhi perilaku: peduli kepada mutu; bekerja cepat, tepat, dan efisien, diawasi ataupun tidak oleh orang lain; menghargai waktu; dan menjaga reputasi dengan etika keprofesionalan.