51
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN ... TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang Pajak Penghasilan yang berlaku sejak 1 Januari 1984 adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Undang-Undang Pajak Penghasilan ini dilandasi falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang di dalamnya tertuang ketentuan yang menjunjung tinggi hak warga negara dan menempatkan kewajiban perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan dan merupakan sarana peran serta rakyat dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional. 2. Dengan pesatnya perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional dan globalisasi serta reformasi di berbagai bidang, dipandang perlu untuk dilakukan perubahan Undang-Undang tersebut guna meningkatkan fungsi dan peranannya dalam rangka mendukung kebijakan pembangunan nasional khususnya di bidang ekonomi. 3. Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan dimaksud tetap berpegang pada prinsip-prinsip perpajakan yang dianut secara universal, yaitu keadilan, kemudahan, dan efisiensi administrasi, serta peningkatan dan optimalisasi penerimaan negara dengan tetap mempertahankan sistem self assessment. Oleh karena itu, arah dan tujuan penyempurnaan Undang-Undang Pajak Penghasilan ini adalah sebagai berikut: a. lebih meningkatkan keadilan pengenaan pajak; b. lebih memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak; c. lebih memberikan kesederhanaan administrasi perpajakan; d. lebih memberikan kepastian hukum, konsistensi, dan transparansi; dan e. lebih menunjang kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan daya saing dalam menarik investasi langsung di Indonesia baik penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri di bidang-bidang usaha tertentu dan daerah-daerah tertentu yang mendapat prioritas. 4. Dengan berlandaskan pada arah dan tujuan penyempurnaan tersebut, perlu dilakukan perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17

PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

PENJELASAN

ATASUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ... TAHUN ...

TENTANGPERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG

NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

I. UMUM1. Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang Pajak Penghasilan

yang berlaku sejak 1 Januari 1984 adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Undang-Undang PajakPenghasilan ini dilandasi falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 yang di dalamnya tertuang ketentuan yangmenjunjung tinggi hak warga negara dan menempatkan kewajiban perpajakan sebagaikewajiban kenegaraan dan merupakan sarana peran serta rakyat dalam pembiayaannegara dan pembangunan nasional.

2. Dengan pesatnya perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil pembangunan nasionaldan globalisasi serta reformasi di berbagai bidang, dipandang perlu untuk dilakukanperubahan Undang-Undang tersebut guna meningkatkan fungsi dan peranannyadalam rangka mendukung kebijakan pembangunan nasional khususnya di bidangekonomi.

3. Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan dimaksud tetap berpegang padaprinsip-prinsip perpajakan yang dianut secara universal, yaitu keadilan, kemudahan,dan efisiensi administrasi, serta peningkatan dan optimalisasi penerimaan negaradengan tetap mempertahankan sistem self assessment. Oleh karena itu, arah dantujuan penyempurnaan Undang-Undang Pajak Penghasilan ini adalah sebagai berikut:

a. lebih meningkatkan keadilan pengenaan pajak;b. lebih memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak;

c. lebih memberikan kesederhanaan administrasi perpajakan;d. lebih memberikan kepastian hukum, konsistensi, dan transparansi; dan

e. lebih menunjang kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan daya saingdalam menarik investasi langsung di Indonesia baik penanaman modal asingmaupun penanaman modal dalam negeri di bidang-bidang usaha tertentu dandaerah-daerah tertentu yang mendapat prioritas.

4. Dengan berlandaskan pada arah dan tujuan penyempurnaan tersebut, perlu dilakukanperubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilansebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17

Page 2: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983tentang Pajak Penghasilan meliputi pokok-pokok sebagai berikut:

a. dalam rangka meningkatkan keadilan pengenaan pajak maka dilakukan perluasansubjek dan objek pajak dalam hal-hal tertentu dan pembatasan pengecualian ataupembebasan pajak dalam hal lainnya;

b. dalam rangka meningkatkan daya saing dengan negera-negara lain,mengedepankan prinsip keadilan dan netralitas dalam penetapan tarif, danmemberikan dorongan bagi berkembangnya usaha-usaha kecil, struktur tarif pajakyang berlaku juga perlu diubah dan disederhanakan. Perubahan danpenyederhanaan struktur tarif ini meliputi penurunan tarif secara bertahap,terencana, pembedaan tarif, serta penyederhanaan lapisan yang dimaksudkanuntuk memberikan beban pajak yang lebih proporsional bagi tiap-tiap golonganWajib Pajak tersebut; dan

c. untuk lebih memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak, sistem self assessmenttetap dipertahankan dan diperbaiki. Perbaikan terutama dilakukan pada sistempelaporan dan tata cara pembayaran pajak dalam tahun berjalan agar tidakmengganggu likuiditas Wajib Pajak dan lebih sesuai dengan perkiraan pajak yangakan terutang. Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha ataupekerjaan bebas, kemudahan yang diberikan berupa peningkatan batas peredaranbruto untuk dapat menggunakan norma penghitungan penghasilan neto.Peningkatan batas peredaran bruto untuk menggunakan norma ini sejalan denganrealitas dunia usaha saat ini yang makin berkembang tanpa melupakan usaha danpembinaan Wajib Pajak agar dapat melaksanakan pembukuan dengan tertib dantaat asas.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal IAngka 1

Pasal 1Undang-Undang ini mengatur pengenaan Pajak Penghasilan terhadapsubjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima ataudiperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajakapabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak yangmenerima atau memperoleh penghasilan, dalam Undang-Undang inidisebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yangditerima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenaipajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajibanpajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.

Yang dimaksud dengan “tahun pajak” dalam Undang-Undang ini adalahtahun kalender, tetapi Wajib Pajak dapat menggunakan tahun buku yangtidak sama dengan tahun kalender, sepanjang tahun buku tersebut meliputijangka waktu 12 (dua belas) bulan.

Angka 2

Pasal 2Ayat (1)

Huruf aOrang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atauberada di Indonesia ataupun di luar Indonesia. Warisan yang belumterbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak pengganti,

Page 3: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukanwarisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak penggantidimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasaldari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.

Huruf bBadan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakankesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidakmelakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroankomanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara ataubadan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun,firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasilainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrakinvestasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

Badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerahmerupakan subjek pajak tanpa memperhatikan nama danbentuknya sehingga setiap unit tertentu dari badan Pemerintah,misalnya lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki olehPemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang menjalankan usahaatau melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilanmerupakan subjek pajak.Dalam pengertian perkumpulan termasuk pula asosiasi, persatuan,perhimpunan, atau ikatan dari pihak-pihak yang mempunyaikepentingan yang sama.

Huruf cCukup jelas.

Ayat (1a)Cukup jelas.

Ayat (2)Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dansubjek pajak luar negeri. Subjek pajak orang pribadi dalam negerimenjadi Wajib Pajak apabila telah menerima atau memperolehpenghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak.Subjek pajak badan dalam negeri menjadi Wajib Pajak sejak saatdidirikan, atau bertempat kedudukan di Indonesia. Subjek pajak luarnegeri baik orang pribadi maupun badan sekaligus menjadi WajibPajak karena menerima dan/atau memperoleh penghasilan yangbersumber dari Indonesia atau menerima dan/atau memperolehpenghasilan yang bersumber dari Indonesia melalui bentuk usahatetap di Indonesia. Dengan perkataan lain, Wajib Pajak adalah orangpribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subjektif danobjektif. Sehubungan dengan pemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak(NPWP), Wajib Pajak orang pribadi yang menerima penghasilan dibawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tidak wajibmendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP.Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak dalam negeri dan WajibPajak luar negeri terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya,antara lain:

a. Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baik yangditerima atau diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak hanya ataspenghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia;

Page 4: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

b. Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilanneto dengan tarif umum, sedangkan Wajib Pajak luar negeridikenai pajak berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif pajaksepadan;

c. Wajib Pajak dalam negeri wajib menyampaikan SuratPemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebagai sarana untukmenetapkan pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak,sedangkan Wajib Pajak luar negeri tidak wajib menyampaikanSurat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan karena kewajibanpajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final.

Bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukankegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia, pemenuhankewajiban perpajakannya dipersamakan dengan pemenuhan kewajibanperpajakan Wajib Pajak badan dalam negeri sebagaimana diatur dalamUndang-Undang ini dan Undang-Undang yang mengatur mengenaiketentuan umum dan tata cara perpajakan.

Ayat (3)Huruf a

Pada prinsipnya orang pribadi yang menjadi subjek pajak dalamnegeri adalah orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada diIndonesia. Termasuk dalam pengertian orang pribadi yangbertempat tinggal di Indonesia adalah mereka yang mempunyainiat untuk bertempat tinggal di Indonesia. Apakah seseorangmempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia ditimbangmenurut keadaan.Keberadaan orang pribadi di Indonesia lebih dari 183 (seratusdelapan puluh tiga) hari tidaklah harus berturut-turut, tetapiditentukan oleh jumlah hari orang tersebut berada di Indonesiadalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak kedatangannya diIndonesia.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cWarisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh orang pribadisubjek pajak dalam negeri dianggap sebagai subjek pajak dalamnegeri dalam pengertian Undang-Undang ini mengikuti statuspewaris. Adapun untuk pelaksanaan pemenuhan kewajibanperpajakannya, warisan tersebut menggantikan kewajiban ahliwaris yang berhak. Apabila warisan tersebut telah dibagi,kewajiban perpajakannya beralih kepada ahli waris.

Warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh orang pribadisebagai subjek pajak luar negeri yang tidak menjalankan usahaatau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap diIndonesia, tidak dianggap sebagai subjek pajak pengganti karenapengenaan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehorang pribadi dimaksud melekat pada objeknya.

Ayat (4)Huruf a dan huruf b

Subjek pajak luar negeri adalah orang pribadi atau badan yangbertempat tinggal atau bertempat kedudukan di luar Indonesia yangdapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia, baik

Page 5: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

melalui maupun tanpa melalui bentuk usaha tetap. Orang pribadiyang tidak bertempat tinggal di Indonesia, tetapi berada diIndonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) haridalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan maka orang tersebutadalah subjek pajak luar negeri.Apabila penghasilan diterima atau diperoleh melalui bentuk usahatetap maka terhadap orang pribadi atau badan tersebut dikenaipajak melalui bentuk usaha tetap. Orang pribadi atau badantersebut, statusnya tetap sebagai subjek pajak luar negeri. Dengandemikian, bentuk usaha tetap tersebut menggantikan orang pribadiatau badan sebagai subjek pajak luar negeri dalam memenuhikewajiban perpajakannya di Indonesia. Dalam hal penghasilantersebut diterima atau diperoleh tanpa melalui bentuk usaha tetapmaka pengenaan pajaknya dilakukan langsung kepada subjek pajakluar negeri tersebut.

Ayat (5)

Suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatu tempatusaha (place of business) yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dangedung termasuk juga mesin-mesin, peralatan, gudang dan komputeratau agen elektronik atau peralatan otomatis (automated equipment)yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksielektronik untuk menjalankan aktivitas usaha melalui internet.

Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan digunakan untukmenjalankan usaha atau melakukan kegiatan dari orang pribadi yangtidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidakbertempat kedudukan di Indonesia.

Pengertian bentuk usaha tetap mencakup pula orang pribadi atau badanselaku agen yang kedudukannya tidak bebas yang bertindak untuk danatas nama orang pribadi atau badan yang tidak bertempat tinggal atautidak bertempat kedudukan di Indonesia. Orang pribadi yang tidakbertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempatkedudukan di Indonesia tidak dapat dianggap mempunyai bentukusaha tetap di Indonesia apabila orang pribadi atau badan dalammenjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesiamenggunakan agen, broker atau perantara yang mempunyaikedudukan bebas, asalkan agen atau perantara tersebut dalamkenyataannya bertindak sepenuhnya dalam rangka menjalankanperusahaannya sendiri.

Perusahaan asuransi yang didirikan dan bertempat kedudukan di luarIndonesia dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesiaapabila perusahaan asuransi tersebut menerima pembayaran premiasuransi atau menanggung risiko di Indonesia melalui pegawai,perwakilan atau agennya di Indonesia. Menanggung risiko diIndonesia tidak berarti bahwa peristiwa yang mengakibatkan risikotersebut terjadi di Indonesia. Yang perlu diperhatikan adalah bahwapihak tertanggung bertempat tinggal, berada, atau bertempatkedudukan di Indonesia.

Ayat (6)

Penentuan tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badanpenting untuk menetapkan Kantor Pelayanan Pajak mana yangmempunyai yurisdiksi pemajakan atas penghasilan yang diterima ataudiperoleh orang pribadi atau badan tersebut.

Page 6: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Pada dasarnya tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukanbadan ditentukan menurut keadaan yang sebenarnya. Dengandemikian, penentuan tempat tinggal atau tempat kedudukan tidakhanya didasarkan pada pertimbangan yang bersifat formal, tetapi lebihdidasarkan pada kenyataan.Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh Direktur Jenderal Pajakdalam menentukan tempat tinggal seseorang atau tempat kedudukanbadan tersebut, antara lain domisili, alamat tempat tinggal, tempattinggal keluarga, tempat menjalankan usaha pokok, atau hal-hal lainyang perlu dipertimbangkan untuk memudahkan pelaksanaanpemenuhan kewajiban pajak.

Angka 3Pasal 2A

Pajak Penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang kewajibanpajaknya melekat pada subjek pajak yang bersangkutan, artinya kewajibanpajak tersebut dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan kepada subjek pajaklainnya. Oleh karena itu, dalam rangka memberikan kepastian hukum,penentuan saat mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif menjadipenting.

Ayat (1)Kewajiban pajak subjektif orang pribadi yang bertempat tinggal diIndonesia dimulai pada saat ia lahir di Indonesia. Untuk orang pribadiyang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, kewajiban pajaksubjektifnya dimulai sejak hari pertama ia berada di Indonesia.Kewajiban pajak subjektif orang pribadi berakhir pada saat iameninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

Pengertian meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya harusdikaitkan dengan hal-hal yang nyata pada saat orang pribadi tersebutmeninggalkan Indonesia. Apabila pada saat ia meninggalkan Indonesiaterdapat bukti-bukti yang nyata mengenai niatnya untuk meninggalkanIndonesia untuk selama-lamanya, maka pada saat itu ia tidak lagimenjadi subjek pajak dalam negeri.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Bagi orang pribadi yang tidak bertempat tinggal dan berada diIndonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari danbadan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan diIndonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan diIndonesia melalui suatu bentuk usaha tetap, kewajiban pajaksubjektifnya dimulai pada saat bentuk usaha tetap tersebut berada diIndonesia dan berakhir pada saat bentuk usaha tetap tersebut tidak lagiberada di Indonesia.

Ayat (4)

Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau berada di Indonesiatidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dan badan yangtidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yangtidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentukusaha tetap di Indonesia, adalah subjek pajak luar negeri sepanjang

Page 7: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

orang pribadi atau badan tersebut mempunyai hubungan ekonomisdengan Indonesia. Hubungan ekonomis dengan Indonesia dianggapada apabila orang pribadi atau badan tersebut menerima ataumemperoleh penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan diIndonesia.Kewajiban pajak subjektif orang pribadi atau badan tersebut dimulaipada saat orang pribadi atau badan mempunyai hubungan ekonomisdengan Indonesia, yaitu menerima atau memperoleh penghasilan darisumber-sumber di Indonesia dan berakhir pada saat orang pribadi ataubadan tersebut tidak lagi mempunyai hubungan ekonomis denganIndonesia.

Ayat (5)

Kewajiban pajak subjektif warisan yang belum terbagi dimulai padasaat timbulnya warisan yang belum terbagi tersebut, yaitu pada saatmeninggalnya pewaris. Sejak saat itu pemenuhan kewajibanperpajakannya melekat pada warisan tersebut. Kewajiban pajaksubjektif warisan berakhir pada saat warisan tersebut dibagi kepadapara ahli waris. Sejak saat itu pemenuhan kewajiban perpajakannyaberalih kepada para ahli waris.

Ayat (6)

Dapat terjadi orang pribadi menjadi subjek pajak tidak untuk jangkawaktu satu tahun pajak penuh, misalnya orang pribadi yang mulaimenjadi subjek pajak pada pertengahan tahun pajak, atau yangmeninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya pada pertengahantahun pajak. Jangka waktu yang kurang dari satu tahun pajak tersebutdinamakan bagian tahun pajak yang menggantikan tahun pajak.

Angka 4

Pasal 3Ayat (1)

Sesuai dengan kelaziman internasional, kantor perwakilan negaraasing beserta pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, konsulat danpejabat-pejabat lainnya, dikecualikan sebagai subjek pajak di tempatmereka mewakili negaranya.

Pengecualian sebagai subjek pajak bagi pejabat-pejabat tersebut tidakberlaku apabila mereka memperoleh penghasilan lain di luarjabatannya atau mereka adalah Warga Negara Indonesia.Dengan demikian apabila pejabat perwakilan suatu negara asingmemperoleh penghasilan lain di Indonesia di luar jabatan ataupekerjaannya tersebut, maka ia termasuk subjek pajak yang dapatdikenai pajak atas penghasilan lain tersebut.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Angka 5Pasal 4

Ayat (1)Undang-Undang ini menganut prinsip pemajakan atas penghasilandalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap

Page 8: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh WajibPajak dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsiatau menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut.Pengertian penghasilan dalam Undang-Undang ini tidakmemperhatikan adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi padaadanya tambahan kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuanekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak merupakan ukuranterbaik mengenai kemampuan Wajib Pajak tersebut untuk ikutbersama-sama memikul biaya yang diperlukan pemerintah untukkegiatan rutin dan pembangunan.

Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepadaWajib Pajak, penghasilan dapat dikelompokkan menjadi:

i. penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaanbebas seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktek dokter,notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya;

ii. penghasilan dari usaha dan kegiatan;

iii. penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta takgerak, seperti bunga, dividen, royalti, sewa, dan keuntunganpenjualan harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha;

iv. penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.

Dilihat dari penggunaannya, penghasilan dapat dipakai untukkonsumsi dan dapat pula ditabung untuk menambah kekayaan WajibPajak.Karena Undang-Undang ini menganut pengertian penghasilan yangluas maka semua jenis penghasilan yang diterima atau diperoleh dalamsuatu tahun pajak digabungkan untuk mendapatkan dasar pengenaanpajak. Dengan demikian, apabila dalam satu tahun pajak suatu usahaatau kegiatan menderita kerugian, maka kerugian tersebutdikompensasikan dengan penghasilan lainnya (kompensasi horisontal),kecuali kerugian yang diderita di luar negeri. Namun demikian,apabila suatu jenis penghasilan dikenai pajak dengan tarif yangbersifat final atau dikecualikan dari objek pajak, maka penghasilantersebut tidak boleh digabungkan dengan penghasilan lain yangdikenai tarif umum.

Contoh-contoh penghasilan yang disebut dalam ketentuan inidimaksudkan untuk memperjelas pengertian tentang penghasilan yangluas yang tidak terbatas pada contoh-contoh dimaksud.Huruf a

Semua pembayaran atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan,seperti upah, gaji, premi asuransi jiwa, dan asuransi kesehatanyang dibayar oleh pemberi kerja, atau imbalan dalam bentuklainnya adalah objek pajak.

Pengertian imbalan dalam bentuk lainnya termasuk imbalan dalambentuk natura yang pada hakikatnya merupakan penghasilan.

Huruf bDalam pengertian hadiah termasuk hadiah dari undian, pekerjaan,dan kegiatan, seperti hadiah undian tabungan, hadiah daripertandingan olahraga.

Yang dimaksud dengan “penghargaan” adalah imbalan yangdiberikan sehubungan dengan kegiatan tertentu, misalnya imbalan

Page 9: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

yang diterima sehubungan dengan penemuan benda-bendapurbakala.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dApabila Wajib Pajak menjual harta dengan harga yang lebih tinggidari nilai sisa buku atau lebih tinggi dari harga atau nilai perolehan,maka selisih harga tersebut merupakan keuntungan. Dalam halpenjualan harta tersebut terjadi antara badan usaha dan pemegangsahamnya, maka harga jual yang dipakai sebagai dasar untukpenghitungan keuntungan dari penjualan tersebut adalah hargapasar.

Misalnya PT S memiliki sebuah mobil yang digunakan dalamkegiatan usahanya dengan nilai sisa buku sebesar Rp40.000.000,00(empat puluh juta rupiah). Mobil tersebut dijual dengan hargaRp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). Dengan demikiankeuntungan PT S yang diperoleh karena penjualan mobil tersebutadalah Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah). Apabila mobiltersebut dijual kepada salah seorang pemegang sahamnya denganharga Rp55.000.000,00 (lima puluh lima juta rupiah), maka nilaijual mobil tersebut tetap dihitung berdasarkan harga pasar sebesarRp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). Selisih sebesarRp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) merupakan keuntunganbagi PT S, dan bagi pemegang saham yang membeli mobil tersebutselisih sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) merupakanpenghasilan.

Apabila suatu badan dilikuidasi, keuntungan dari penjualan harta,yaitu selisih antara harga jual berdasarkan harga pasar dan nilaisisa buku harta tersebut, merupakan objek pajak. Demikian jugaselisih lebih antara harga pasar dan nilai sisa buku dalam halterjadi penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, danpengambilalihan usaha merupakan penghasilan.

Dalam hal terjadi pengalihan harta sebagai pengganti saham ataupenyertaan modal, maka keuntungan berupa selisih antara hargapasar dari harta yang diserahkan dan nilai bukunya merupakanpenghasilan.

Keuntungan berupa selisih antara harga pasar dan nilai perolehanatau nilai sisa buku atas pengalihan harta berupa hibah, bantuanatau sumbangan merupakan penghasilan bagi pihak yangmengalihkan kecuali harta tersebut dihibahkan kepada keluargasedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat. Demikian juga,keuntungan berupa selisih antara harga pasar dan nilai perolehanatau nilai sisa buku atas pengalihan harta berupa bantuan atausumbangan dan hibah kepada badan keagamaan, badanpendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orangpribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yangketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan MenteriKeuangan bukan merupakan penghasilan, sepanjang tidak adahubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, ataupenguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.

Dalam hal Wajib Pajak pemilik hak penambangan mengalihkansebagian atau seluruh hak tersebut kepada Wajib Pajak lain, makakeuntungan yang diperoleh merupakan objek pajak.

Page 10: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Huruf ePengembalian pajak yang telah dibebankan sebagai biaya pada saatmenghitung Penghasilan Kena Pajak, merupakan objek pajak.Sebagai contoh, Pajak Bumi dan Bangunan yang sudah dibayardan dibebankan sebagai biaya, yang karena sesuatu sebabdikembalikan, maka jumlah sebesar pengembalian tersebutmerupakan penghasilan.

Huruf f

Dalam pengertian bunga termasuk pula premium, diskonto danimbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang.

Premium terjadi apabila misalnya surat obligasi dijual di atas nilainominalnya, sedangkan diskonto terjadi apabila surat obligasidibeli di bawah nilai nominalnya. Premium tersebut merupakanpenghasilan bagi yang menerbitkan obligasi dan diskontomerupakan penghasilan bagi yang membeli obligasi.

Huruf g

Dividen merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang sahamatau pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil usahakoperasi yang diperoleh anggota koperasi. Termasuk dalampengertian dividen adalah:

1. pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung,dengan nama dan dalam bentuk apa pun;

2. pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlahmodal yang disetor;

3. pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetorantermasuk saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agiosaham;

4. pembagian laba dalam bentuk saham;

5. pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;6. jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima

atau diperoleh pemegang saham karena pembelian kembalisaham-saham oleh perseroan yang bersangkutan;

7. pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yangdisetorkan, jika dalam tahun-tahun yang lampau diperolehkeuntungan, kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibatdari pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan secarasah;

8. pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasukyang diterima sebagai penebusan tanda-tanda laba tersebut;

9. bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;

10. bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;11. pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi;

12. pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegangsaham yang dibebankan sebagai biaya perusahaan.

Dalam praktek sering dijumpai pembagian atau pembayarandividen secara terselubung, misalnya dalam hal pemegang sahamyang telah menyetor penuh modalnya dan memberikan pinjamankepada perseroan dengan imbalan bunga yang melebihi kewajaran.

Page 11: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Apabila terjadi hal yang demikian maka selisih lebih antara bungayang dibayarkan dan tingkat bunga yang berlaku di pasar,diperlakukan sebagai dividen. Bagian bunga yang diperlakukansebagai dividen tersebut tidak boleh dibebankan sebagai biaya olehperseroan yang bersangkutan

Huruf h

Royalti adalah suatu jumlah yang dibayarkan atau terutang dengancara atau perhitungan apa pun, baik dilakukan secara berkalamaupun tidak, sebagai imbalan atas :1. Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang

kesusasteraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, disain ataumodel, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang,atau bentuk hak kekayaan intelektual / industrial atau hakserupa lainnya;

2. Penggunaan atau hak menggunakan peralatan / perlengkapanindustrial, komersial atau ilmiah;

3. Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah,teknikal, industrial atau komersial;

4. Pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungandengan penggunaan atau hak menggunakan hak-hak tersebutpada angka 1., penggunaan atau hak menggunakanperalatan/perlengkapan tersebut pada angka 2., atau pemberianpengetahuan atau informasi tersebut pada angka 3., berupa:a) Penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau

rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan kepadamasyarakat melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologiyang serupa;

b) Penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar ataurekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi atauradio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel,serat optik, atau teknologi yang serupa;

c) Penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruhspektrum radio komunikasi;

5. Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motionpicture films), film atau pita video untuk siaran televisi, ataupita suara untuk siaran radio;

6. Pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaandengan penggunaan atau pemberian hak kekayaanintelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimanatersebut di atas.

Huruf iDalam pengertian sewa termasuk imbalan yang diterima ataudiperoleh dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungandengan penggunaan harta gerak atau harta tak gerak, misalnyasewa mobil, sewa kantor, sewa rumah, dan sewa gudang.

Huruf j

Penerimaan berupa pembayaran berkala, misalnya "alimentasi"atau tunjangan seumur hidup yang dibayar secara berulang-ulangdalam waktu tertentu.

Huruf k

Page 12: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Pembebasan utang oleh pihak yang berpiutang dianggap sebagaipenghasilan bagi pihak yang semula berutang, sedangkan bagipihak yang berpiutang dapat dibebankan sebagai biaya. Namundemikian, dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan bahwapembebasan utang debitur kecil misalnya Kredit Usaha KeluargaPrasejahtera (Kukesra), Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit UsahaRakyat (KUR), kredit untuk perumahan sangat sederhana, sertakredit kecil lainnya sampai dengan jumlah tertentu dikecualikansebagai objek pajak.

Huruf l

Keuntungan yang diperoleh karena fluktuasi kurs mata uang asingdiakui berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukansecara taat asas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yangberlaku di Indonesia.

Huruf mSelisih lebih karena penilaian kembali aktiva sebagaimanadimaksud dalam Pasal 19 merupakan penghasilan.

Huruf n

Dalam pengertian premi asuransi termasuk premi reasuransi.Huruf o

Cukup jelas.Huruf p

Tambahan kekayaan neto pada hakikatnya merupakan akumulasipenghasilan baik yang telah dikenai pajak dan yang bukan Objekpajak serta yang belum dikenai pajak. Apabila diketahui adanyatambahan kekayaan neto yang melebihi akumulasi penghasilanyang telah dikenai pajak dan yang bukan objek pajak, makatambahan kekayaan neto tersebut merupakan penghasilan.

Huruf qKegiatan usaha berbasis syariah memiliki landasan filosofi yangberbeda dengan kegiatan usaha yang bersifat konvensional. Namundemikian, penghasilan yang diterima atau diperoleh dari kegiatanusaha berbasis syariah tersebut tetap merupakan objek pajakmenurut Undang-Undang ini.

Huruf rCukup jelas.

Huruf sCukup jelas.

Ayat (2)Sesuai ketentuan pada ayat (1), penghasilan-penghasilan sebagaimanadimaksud pada ayat ini merupakan objek pajak. Namun, berdasarkanpertimbangan-pertimbangan antara lain:

- perlu adanya dorongan dalam rangka perkembangan investasidan tabungan masyarakat;

- kesederhanaan dalam pemungutan pajak;- berkurangnya beban administrasi baik bagi Wajib Pajak

maupun Direktorat Jenderal Pajak;

Page 13: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

- pemerataan dalam pengenaan pajaknya; dan- memperhatikan perkembangan ekonomi dan moneter,

atas penghasilan-penghasilan tersebut perlu diberikan perlakuantersendiri dalam pengenaan pajaknya.

Perlakuan tersendiri dalam pengenaan pajak atas jenis penghasilantersebut termasuk sifat, besarnya, dan tata cara pelaksanaanpembayaran, pemotongan, atau pemungutan diatur dengan PeraturanPemerintah.

Obligasi sebagaimana dimaksud pada ayat ini termasuk surat utangberjangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun, seperti Medium Term Note,Floating Rate Note yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun.Surat Utang Negara yang dimaksud pada ayat ini meliputi ObligasiNegara dan Surat Perbendaharaan Negara.

Ayat (3)

Huruf aBantuan atau sumbangan bagi pihak yang menerima bukanmerupakan objek pajak sepanjang diterima tidak dalam rangkahubungan kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan, atauhubungan penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.Zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakatyang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerimazakat yang berhak serta sumbangan keagamaan yang sifatnyawajib bagi pemeluk agama lainnya yang diakui di Indonesia yangditerima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkanoleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yangberhak diperlakukan sama seperti bantuan atau sumbangan.

Yang dimaksud dengan “zakat” adalah zakat sebagaimanadimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai zakat.

Hubungan usaha antara pihak yang memberi dan yang menerimadapat terjadi, misalnya PT A sebagai produsen suatu jenis barangyang bahan baku utamanya diproduksi oleh PT B. Apabila PT Bmemberikan sumbangan bahan baku kepada PT A, sumbanganbahan baku yang diterima oleh PT A merupakan objek pajak.Harta hibahan bagi pihak yang menerima bukan merupakan objekpajak apabila diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunanlurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badanpendidikan atau badan sosial termasuk yayasan atau orang pribadiyang menjalankan usaha mikro dan kecil termasuk koperasi yangditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang diterima tidak dalamrangka hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan,atau hubungan penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

Huruf b

Cukup jelas.Huruf c

Pada prinsipnya harta, termasuk setoran tunai, yang diterima olehbadan merupakan tambahan kemampuan ekonomis bagi badantersebut. Namun karena harta tersebut diterima sebagai penggantisaham atau penyertaan modal, maka berdasarkan ketentuan ini,harta yang diterima tersebut bukan merupakan objek pajak.

Huruf d

Page 14: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatanberkenaan dengan pekerjaan atau jasa merupakan tambahankemampuan ekonomis yang diterima bukan dalam bentuk uang.Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura seperti beras, guladan sebagainya, dan imbalan dalam bentuk kenikmatan, sepertipenggunaan mobil, rumah, dan fasilitas pengobatan bukanmerupakan objek pajak.Apabila yang memberi imbalan berupa natura atau kenikmatantersebut bukan Wajib Pajak atau Wajib Pajak yang dikenai PajakPenghasilan yang bersifat final dan Wajib Pajak yang dikenaiPajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khususdeemed profit, maka imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatantersebut merupakan penghasilan bagi yang menerima ataumemperolehnya.

Misalnya, seorang penduduk Indonesia menjadi pegawai padasuatu perwakilan diplomatik asing di Jakarta. Pegawai tersebutmemperoleh kenikmatan menempati rumah yang disewa olehperwakilan diplomatik tersebut atau kenikmatan-kenikmatanlainnya. Kenikmatan-kenikmatan tersebut merupakan penghasilanbagi pegawai tersebut, sebab perwakilan diplomatik yangbersangkutan bukan merupakan Wajib Pajak.

Huruf e

Penggantian atau santunan yang diterima oleh orang pribadi dariperusahaan asuransi sehubungan dengan polis asuransi kesehatan,asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransibea siswa, bukan merupakan objek pajak. Hal ini selaras denganketentuan dalam Pasal 9 ayat (1) huruf d, yaitu bahwa premiasuransi yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi untukkepentingan dirinya tidak boleh dikurangkan dalam penghitunganPenghasilan Kena Pajak.

Huruf fBerdasarkan ketentuan ini, dividen yang dananya berasal dari labasetelah dikurangi pajak dan diterima atau diperoleh perseroanterbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, dan badan usaha miliknegara atau badan usaha milik daerah, dari penyertaannya padabadan usaha lainnya yang didirikan dan bertempat kedudukan diIndonesia, dengan penyertaan sekurang-kurangnya 25% (dua puluhlima persen), tidak termasuk objek pajak.

Yang dimaksud dengan “badan usaha milik negara” dan “badanusaha milik daerah” dalam ayat ini, antara lain, adalah perusahaanperseroan (Persero), bank pemerintah, dan bank pembangunandaerah.

Perlu ditegaskan bahwa dalam hal penerima dividen atau bagianlaba adalah Wajib Pajak selain badan-badan tersebut di atas,seperti orang pribadi baik dalam negeri maupun luar negeri, firma,perseroan komanditer, yayasan dan organisasi sejenis dansebagainya, maka penghasilan berupa dividen atau bagian labatersebut tetap merupakan objek pajak.

Huruf gPengecualian sebagai objek pajak berdasarkan ketentuan ini hanyaberlaku bagi dana pensiun yang pendiriannya telah mendapatpengesahan dari Menteri Keuangan. Yang dikecualikan dari objekpajak adalah iuran yang diterima dari peserta pensiun, baik atas

Page 15: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

beban sendiri maupun yang ditanggung pemberi kerja. Padadasarnya iuran yang diterima oleh dana pensiun tersebutmerupakan dana milik dari peserta pensiun, yang akan dibayarkankembali kepada mereka pada waktunya. Pengenaan pajak atasiuran tersebut berarti mengurangi hak para peserta pensiun, danoleh karena itu iuran tersebut dikecualikan sebagai objek pajak.

Huruf hSebagaimana tersebut dalam huruf g, pengecualian sebagai objekpajak berdasarkan ketentuan ini hanya berlaku bagi dana pensiunyang pendiriannya telah mendapat pengesahan dari MenteriKeuangan. Yang dikecualikan dari objek pajak dalam hal iniadalah penghasilan dari modal yang ditanamkan di bidang-bidangtertentu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. Penanamanmodal oleh dana pensiun dimaksudkan untuk pengembangan danpemupukan dana untuk pembayaran kembali kepada pesertapensiun di kemudian hari sehingga penanaman modal tersebutperlu diarahkan pada bidang-bidang yang tidak bersifat spekulatifatau yang berisiko tinggi. Oleh karena itu penentuan bidang-bidangtertentu dimaksud ditetapkan dengan Keputusan MenteriKeuangan.

Huruf iUntuk kepentingan pengenaan pajak, badan-badan sebagaimanadisebut dalam ketentuan ini yang merupakan himpunan paraanggotanya dikenai pajak sebagai satu kesatuan, yaitu pada tingkatbadan tersebut. Oleh karena itu, bagian laba yang diterima olehpara anggota badan tersebut bukan lagi merupakan objek pajak.

Huruf jCukup jelas.

Huruf kYang dimaksud dengan “Perusahaan Modal Ventura” adalah suatuperusahaan yang kegiatan usahanya membiayai badan usaha(sebagai pasangan usaha) dalam bentuk penyertaan modal untuksuatu jangka waktu tertentu. Berdasarkan ketentuan ini, bagianlaba yang diterima atau diperoleh dari perusahaan pasangan usahatidak termasuk sebagai objek pajak, dengan syarat perusahaanpasangan usaha tersebut merupakan perusahaan kecil, menengah,atau yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dalamsektor-sektor tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dansaham perusahaan tersebut tidak diperdagangkan di bursa efek diIndonesia.

Apabila pasangan usaha perusahaan modal ventura memenuhiketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf f, makadividen yang diterima atau diperoleh perusahaan modal venturabukan merupakan objek pajak.

Agar kegiatan perusahaan modal ventura dapat diarahkan kepadasektor-sektor kegiatan ekonomi yang memperoleh prioritas untukdikembangkan, misalnya untuk meningkatkan ekspor non migas,maka usaha atau kegiatan dari perusahaan pasangan usaha tersebutdiatur oleh Menteri Keuangan.Mengingat perusahaan modal ventura merupakan alternatifpembiayaan dalam bentuk penyertaan modal, maka penyertaanmodal yang akan dilakukan oleh perusahaan modal ventura

Page 16: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

diarahkan pada perusahaan-perusahaan yang belum mempunyaiakses ke bursa efek.

Huruf lCukup jelas.

Huruf mBahwa dalam rangka mendukung usaha peningkatan kualitassumber daya manusia melalui pendidikan serta penelitianpengembangan diperlukan sarana dan prasarana yang memadai.Untuk itu dipandang perlu memberikan fasilitas perpajakan berupapengecualian pengenaan pajak atas sisa lebih yang diterima ataudiperoleh sepanjang sisa lebih tersebut ditanamkan kembali dalambentuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasaranakegiatan dimaksud. Penanaman kembali sisa lebih dimaksud harusdirealisasikan paling lama dalam jangka waktu 4 (empat) tahunsejak sisa lebih tersebut diterima atau diperoleh.Untuk menjamin tercapainya tujuan pemberian fasilitas ini, makalembaga atau badan yang menyelenggarakan pendidikan harusbersifat nirlaba. Pendidikan, penelitian dan pengembangan yangdiselenggarakan bersifat terbuka kepada siapa saja dan telahmendapat pengesahan dari instansi yang membidanginya.

Huruf nBantuan atau santunan yang diberikan oleh Badan PenyelenggaraJaminan Sosial (BPJS) kepada Wajib Pajak tertentu adalah bantuansosial yang diberikan khusus kepada Wajib Pajak atau anggotamasyarakat yang tidak mampu atau sedang mendapat bencanaalam atau tertimpa musibah. Ketentuan lebih lanjut diatur denganatau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Angka 6Pasal 6

Ayat (1)Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapatdibagi dalam 2 (dua) golongan, yaitu beban atau biaya yangmempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun dan yangmempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Beban yangmempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun merupakanbiaya pada tahun yang bersangkutan, misalnya gaji, biaya administrasidan bunga, biaya rutin pengolahan limbah dan sebagainya, sedangkanpengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun,pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melaluiamortisasi. Disamping itu apabila dalam suatu tahun pajak didapatkerugian karena penjualan harta atau karena selisih kurs, makakerugian-kerugian tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.Huruf a

Biaya-biaya yang dimaksud dalam ayat ini lazim disebut biayasehari-hari yang boleh dibebankan pada tahun pengeluaran. Untukdapat dibebankan sebagai biaya, pengeluaran-pengeluaran tersebutharus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsungdengan kegiatan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih,dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak.

Page 17: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Dengan demikian pengeluaran-pengeluaran untuk mendapatkan,menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakanobjek pajak, tidak boleh dibebankan sebagai biaya.Contoh:

Dana Pensiun A yang pendiriannya telah mendapat pengesahandari Menteri Keuangan memperoleh penghasilan bruto yang terdiridari:a. penghasilan yang bukan merupakan objek pajak sesuai dengan Pasal 4 ayat (3) huruf h Rp100.000.000,00b. penghasilan bruto lainnya sebesar Rp300.000.000,00 Jumlah penghasilan bruto Rp400.000.000,00

Apabila seluruh biaya adalah sebesar Rp200.000.000,00, biayayang boleh dikurangkan untuk mendapatkan, menagih danmemelihara penghasilan adalah sebesar 3/4 x Rp200.000.000,00 =Rp150.000.000,00.

Demikian pula bunga atas pinjaman yang dipergunakan untukmembeli saham tidak dapat dibebankan sebagai biaya sepanjangdividen yang diterimanya tidak merupakan objek pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f. Bungapinjaman yang tidak boleh dibiayakan tersebut dapat dikapitalisasisebagai penambah harga perolehan saham.

Pengeluaran-pengeluaran yang tidak ada hubungannya denganupaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk keperluan pribadipemegang saham, pembayaran bunga atas pinjaman yangdipergunakan untuk keperluan pribadi peminjam serta pembayaranpremi asuransi untuk kepentingan pribadi, tidak boleh dibebankansebagai biaya.Pembayaran premi asuransi oleh pemberi kerja untuk kepentinganpegawainya boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan, namunbagi pegawai yang bersangkutan premi tersebut merupakanpenghasilan.Pengeluaran-pengeluaran sehubungan dengan pekerjaan yangboleh dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalambentuk uang. Pengeluaran yang dilakukan dalam bentuk naturaatau kenikmatan, misalnya fasilitas menempati rumah dengancuma-cuma, tidak boleh dibebankan sebagai biaya, dan bagi pihakyang menerima atau menikmati bukan merupakan penghasilan.Namun demikian, pengeluaran dalam bentuk natura ataukenikmatan tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1)huruf e, boleh dibebankan sebagai biaya dan bagi pihak yangmenerima atau menikmati bukan merupakan penghasilan.Pengeluaran-pengeluaran yang dapat dikurangkan dari penghasilanbruto harus dilakukan dalam batas-batas yang wajar sesuai denganadat kebiasaan pedagang yang baik. Dengan demikian apabilapengeluaran yang melampaui batas kewajaran tersebut dipengaruhioleh hubungan istimewa, maka jumlah yang melampaui bataskewajaran tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.Selanjutnya lihat ketentuan dalam Pasal 9 ayat (1) huruf f danPasal 18 beserta penjelasannya.Pajak-pajak yang menjadi beban perusahaan dalam rangkausahanya selain Pajak Penghasilan, misalnya Pajak Bumi dan

Page 18: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Bangunan (PBB), Bea Meterai (BM), Pajak Hotel, dan PajakRestoran, dapat dibebankan sebagai biaya.

Mengenai pengeluaran untuk promosi perlu dibedakan antara biayayang benar-benar dikeluarkan untuk promosi dan biaya yang padahakikatnya merupakan sumbangan. Biaya yang benar-benardikeluarkan untuk promosi boleh dikurangkan dari penghasilanbruto.Besarnya biaya promosi dan penjualan yang diperkenankansebagai pengurang penghasilan bruto diatur dengan atauberdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Huruf bPengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud danharta tak berwujud serta pengeluaran lain yang mempunyai masamanfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya dilakukanmelalui penyusutan atau amortisasi.Selanjutnya lihat ketentuan Pasal 9 ayat (2), Pasal 11, dan Pasal11A beserta penjelasannya.Pengeluaran yang menurut sifatnya merupakan pembayaran dimuka, misalnya sewa untuk beberapa tahun yang dibayarsekaligus, pembebanannya dapat dilakukan melalui alokasi.

Huruf cIuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan olehMenteri Keuangan boleh dibebankan sebagai biaya, sedangkaniuran yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannyatidak atau belum disahkan oleh Menteri Keuangan tidak bolehdibebankan sebagai biaya.

Huruf dKerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang menuruttujuan semula tidak dimaksudkan untuk dijual atau dialihkan yangdimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan atau yang dimilikiuntuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan dapatdikurangkan dari penghasilan bruto.

Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimilikitetapi tidak digunakan dalam perusahaan, atau yang dimiliki tetapitidak digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memeliharapenghasilan, tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.

Huruf eKerugian karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui berdasarkansistem pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asassesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku diIndonesia.

Huruf f

Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan diIndonesia dalam jumlah yang wajar untuk menemukan teknologiatau sistem baru bagi pengembangan perusahaan boleh dibebankansebagai biaya perusahaan.

Huruf gBiaya yang dikeluarkan untuk keperluan beasiswa, magang danpelatihan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusiadapat dibebankan sebagai biaya perusahaan, dengan

Page 19: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

memperhatikan kewajaran, termasuk beasiswa yang dapatdibebankan sebagai biaya adalah beasiswa yang diberikan kepadapelajar, mahasiswa, dan pihak lain.

Huruf h

Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dapat dibebankansebagai biaya sepanjang Wajib Pajak telah mengakuinya sebagaibiaya dalam laporan laba-rugi komersial dan telah melakukanupaya-upaya penagihan yang maksimal atau terakhir.

Yang dimaksud dengan penerbitan tidak hanya berarti penerbitanberskala nasional, melainkan juga penerbitan internal asosiasi dansejenisnya.Tata cara pelaksanaan persyaratan yang ditentukan dalam ayat (1)huruf h ini diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PeraturanMenteri Keuangan.

Huruf iCukup jelas.

Huruf jCukup jelas.

Huruf kCukup jelas.

Huruf lCukup jelas.

Huruf mCukup jelas.

Ayat (2)Jika pengeluaran-pengeluaran yang diperkenankan berdasarkanketentuan pada ayat (1) setelah dikurangkan dari penghasilan brutodidapat kerugian, maka kerugian tersebut dikompensasikan denganpenghasilan neto atau laba fiskal selama 5 (lima) tahun berturut-turutdimulai sejak tahun berikutnya sesudah tahun didapatnya kerugiantersebut.Contoh :

PT A dalam tahun 2009 menderita kerugian fiskal sebesarRp1.200.000.000,00. Dalam 5 (lima) tahun berikutnya laba rugi fiskalPT A sebagai berikut :2010 : laba fiskal Rp200.000.000,002011 : rugi fiskal (Rp300.000.000,00)2012 : laba fiskal Rp N I H I L2013 : laba fiskal Rp100.000.000,002014 : laba fiskal Rp800.000.000,00

Kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut :Rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.200.000.000,00)Laba fiskal tahun 2010 Rp 200.000.000,00 (+)Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00)Rugi fiskal tahun 2011 (Rp 300.000.000,00)Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00)Laba fiskal tahun 2012 Rp N I H I L (+)Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp1.000.000.000,00)

Page 20: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Laba fiskal tahun 2013 Rp 100.000.000,00 (+)Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp 900.000.000,00)Laba fiskal tahun 2014 Rp 800.000.000,00 (+)Sisa rugi fiskal tahun 2009 (Rp 100.000.000,00)

Rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp100.000.000,00 yang masih tersisapada akhir tahun 2014 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan labafiskal tahun 2015, sedangkan rugi fiskal tahun 2011 sebesarRp300.000.000,00 hanya boleh dikompensasikan dengan laba fiskaltahun 2015 dan tahun 2016, karena jangka waktu lima tahun yangdimulai sejak tahun 2012 berakhir pada akhir tahun 2016.

Ayat (3)

Dalam menghitung Laba Kena Pajak Wajib Pajak orang pribadi dalamnegeri, kepadanya diberikan pengurangan berupa Penghasilan TidakKena Pajak (PTKP) berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 7.

Angka 7

Pasal 7Ayat (1)

Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak dari Wajib Pajakorang pribadi dalam negeri, penghasilan netonya dikurangi denganjumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak. Disamping untuk dirinya,kepada Wajib Pajak yang sudah kawin diberikan tambahanPenghasilan Tidak Kena Pajak.Bagi Wajib Pajak yang isterinya menerima atau memperolehpenghasilan yang digabung dengan penghasilannya, maka Wajib Pajaktersebut mendapat tambahan Penghasilan Tidak Kena Pajak untukseorang isteri sebesar Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratusempat puluh ribu rupiah).

Wajib Pajak yang mempunyai anggota keluarga sedarah dan semendadalam garis keturunan lurus yang menjadi tanggungan sepenuhnya,misalnya orang tua, mertua, anak kandung, anak angkat, diberikantambahan Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk paling banyak 3 (tiga)orang. Yang dimaksud dengan “anggota keluarga yang menjaditanggungan sepenuhnya” adalah anggota keluarga yang tidakmempunyai penghasilan dan seluruh biaya hidupnya ditanggung olehWajib Pajak.

Contoh:Wajib Pajak A mempunyai seorang isteri dengan tanggungan 4(empat) orang anak. Apabila isterinya memperoleh penghasilan darisatu pemberi kerja yang sudah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha suamiatau anggota keluarga lainnya, besarnya Penghasilan Tidak KenaPajak yang diberikan kepada Wajib Pajak A adalah sebesarRp21.120.000,00 {Rp15.840.000,00 + Rp1.320.000,00 + (3 xRp1.320.000,00)}, sedangkan untuk isterinya, pada saat pemotonganPajak Penghasilan Pasal 21 oleh pemberi kerja diberikan PenghasilanTidak Kena Pajak sebesar Rp15.840.000,00. Apabila penghasilan isteriharus digabung dengan penghasilan suami, besarnya PenghasilanTidak Kena Pajak yang diberikan kepada Wajib Pajak A adalahsebesar Rp36.960.000,00 (Rp21.120.000,00 + Rp15.840.000,00).

Page 21: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Ayat (2)Penghitungan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditentukan menurut keadaan Wajib Pajak padaawal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak.

Misalnya, pada tanggal 1 Januari 2009 Wajib Pajak B berstatus kawindengan tanggungan 1 (satu) orang anak. Apabila anak yang kedua lahirsetelah tanggal 1 Januari 2009, besarnya Penghasilan Tidak KenaPajak yang diberikan kepada Wajib Pajak B untuk tahun pajak 2009tetap dihitung berdasarkan status kawin dengan 1 (satu) anak.

Ayat (3)

Berdasarkan ketentuan ini Menteri Keuangan diberikan wewenanguntuk mengubah besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimanadimaksud pada ayat (1) setelah berkonsultasi dengan DewanPerwakilan Rakyat Republik Indonesia dengan mempertimbangkanperkembangan ekonomi dan moneter serta perkembangan hargakebutuhan pokok setiap tahunnya.

Angka 8Pasal 8

Sistem pengenaan pajak berdasarkan Undang-Undang ini menempatkankeluarga sebagai satu kesatuan ekonomis, artinya penghasilan ataukerugian dari seluruh anggota keluarga digabungkan sebagai satu kesatuanyang dikenai pajak dan pemenuhan kewajiban pajaknya dilakukan olehkepala keluarga. Namun, dalam hal-hal tertentu pemenuhan kewajibanpajak tersebut dilakukan secara terpisah.

Ayat (1)Penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin pada awaltahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak dianggap sebagaipenghasilan atau kerugian suaminya dan dikenai pajak sebagai satukesatuan. Penggabungan tersebut tidak dilakukan dalam halpenghasilan isteri diperoleh dari pekerjaan sebagai pegawai yang telahdipotong pajak oleh pemberi kerja, dengan ketentuan bahwa:a. penghasilan isteri tersebut semata-mata diperoleh dari satu pemberi

kerja, danb. penghasilan isteri tersebut berasal dari pekerjaan yang tidak ada

hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atauanggota keluarga lainnya.

Contoh:Wajib Pajak A, yang memperoleh penghasilan dari usaha sebesarRp100.000.000,00 mempunyai seorang isteri yang menjadi pegawaidengan penghasilan sebesar Rp50.000.000,00. Apabila penghasilanisteri tersebut diperoleh dari satu pemberi kerja dan telah dipotongpajak oleh pemberi kerja dan pekerjaan tersebut tidak adahubungannya dengan usaha suami atau anggota keluarga lainnya,penghasilan sebesar Rp50.000.000,00 tidak digabung denganpenghasilan A dan pengenaan pajak atas penghasilan isteri tersebutbersifat final.

Apabila selain menjadi pegawai, isteri A juga menjalankan usaha,misalnya salon kecantikan dengan penghasilan sebesarRp75.000.000,00, seluruh penghasilan isteri sebesar Rp125.000.000,00(Rp50.000.000,00 + Rp75.000.000,00) digabungkan denganpenghasilan A. Dengan penggabungan tersebut A dikenai pajak atas

Page 22: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

penghasilan sebesar Rp225.000.000,00 (Rp100.000.000,00 +Rp50.000.000,00 + Rp75.000.000,00). Potongan pajak ataspenghasilan isteri tidak bersifat final, artinya dapat dikreditkanterhadap pajak yang terutang atas penghasilan sebesarRp225.000.000,00 tersebut yang dilaporkan dalam SuratPemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

Ayat (2) dan ayat (3)Dalam hal suami-isteri telah hidup berpisah berdasarkan keputusanhakim, penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan pengenaan pajaknyadilakukan sendiri-sendiri. Namun, apabila suami-isteri mengadakanperjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis atau jikaisteri menghendaki untuk menjalankan hak dan kewajibanperpajakannya sendiri, penghitungan pajaknya dilakukan berdasarkanpenjumlahan penghasilan neto suami-isteri dan masing-masingmemikul beban pajak sebanding dengan besarnya penghasilan neto.Contoh:

Penghitungan pajak bagi suami-isteri yang mengadakan perjanjianpemisahan penghasilan secara tertulis adalah sebagai berikut:

Dari contoh pada ayat (1), apabila isteri menjalankan usaha salonkecantikan, pengenaan pajaknya dihitung berdasarkan jumlahpenghasilan sebesar Rp225.000.000,00.Misalnya pajak yang terutang atas jumlah penghasilan tersebut adalahsebesar Rp 56.250.000,00, maka untuk masing-masing suami dan isteripengenaan pajaknya dihitung sebagai berikut:

- Suami : 100.000.000,00 x Rp56.250.000,00 = Rp25.000.000,00 225.000.000,00

- Isteri : 125.000.000,00 x Rp56.250.000,00 = Rp31.250.000,00

225.000.000,00Ayat (4)

Penghasilan anak yang belum dewasa dari manapun sumberpenghasilannya dan apa pun sifat pekerjaannya digabung denganpenghasilan orang tuanya dalam tahun pajak yang sama.Yang dimaksud dengan “anak yang belum dewasa” adalah anak yangbelum berumur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah.Apabila seorang anak belum dewasa, yang orang tuanya telahberpisah, menerima atau memperoleh penghasilan, pengenaanpajaknya digabungkan dengan penghasilan ayah atau ibunyaberdasarkan keadaan sebenarnya.

Angka 9Pasal 9

Ayat (1)Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan Wajib Pajak dapat dibedakanantara pengeluaran yang boleh dan yang tidak boleh dibebankansebagai biaya.

Pada prinsipnya biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan brutoadalah biaya yang mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau

Page 23: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilanyang merupakan objek pajak yang pembebanannya dapat dilakukandalam tahun pengeluaran atau selama masa manfaat dari pengeluarantersebut. Pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilanbruto meliputi pengeluaran yang sifatnya adalah pemakaianpenghasilan, atau yang jumlahnya melebihi kewajaran.

Huruf aPembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasukpembayaran dividen kepada pemilik modal, pembagian sisa hasilusaha koperasi kepada anggotanya, dan pembayaran dividen olehperusahaan asuransi kepada pemegang polis, tidak bolehdikurangkan dari penghasilan badan yang membagikannya karenapembagian laba tersebut merupakan bagian dari penghasilan badantersebut yang akan dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang ini.

Huruf bTidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan adalahbiaya-biaya yang dikeluarkan atau dibebankan oleh perusahaanuntuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota,seperti perbaikan rumah pribadi, biaya perjalanan, biaya premiasuransi yang dibayar oleh perusahaan untuk kepentingan pribadipara pemegang saham atau keluarganya.

Huruf c

Cukup jelas.Huruf d

Premi untuk asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransijiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa yang dibayarsendiri oleh Wajib Pajak orang pribadi tidak boleh dikurangkandari penghasilan bruto, dan pada saat orang pribadi dimaksudmenerima penggantian atau santunan asuransi, penerimaan tersebutbukan merupakan objek pajak.

Apabila premi asuransi tersebut dibayar atau ditanggung olehpemberi kerja, maka bagi pemberi kerja pembayaran tersebut bolehdibebankan sebagai biaya dan bagi pegawai yang bersangkutanmerupakan penghasilan yang merupakan objek pajak.

Huruf eSebagaimana telah diuraikan dalam penjelasan Pasal 4 ayat (3)huruf d, penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dankenikmatan dianggap bukan merupakan objek pajak. Selarasdengan hal tersebut maka dalam ketentuan ini, penggantian atauimbalan dimaksud dianggap bukan merupakan pengeluaran yangdapat dibebankan sebagai biaya bagi pemberi kerja. Namun,dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, pemberiannatura dan kenikmatan berikut ini dapat dikurangkan daripenghasilan bruto pemberi kerja dan bukan merupakanpenghasilan pegawai yang menerimanya:

a) penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatanyang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerahtersebut dalam rangka menunjang kebijaksanaan pemerintah untukmendorong pembangunan di daerah terpencil;

b) pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusandalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja

Page 24: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya, sepertipakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragampetugas keamanan (Satpam), antar jemput karyawan sertapenginapan untuk awak kapal dan yang sejenisnya; dan

c) pemberian atau penyediaan makanan dan atau minuman bagiseluruh pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.

Huruf fDalam hubungan pekerjaan, kemungkinan dapat terjadipembayaran imbalan yang diberikan kepada pegawai yang jugapemegang saham. Karena pada dasarnya pengeluaran untukmendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bolehdikurangkan dari penghasilan bruto adalah pengeluaran yangjumlahnya wajar sesuai dengan kelaziman usaha, makaberdasarkan ketentuan ini, jumlah yang melebihi kewajarantersebut tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Misalnya seorangtenaga ahli yang adalah pemegang saham dari suatu badan,memberikan jasa kepada badan tersebut dengan memperolehimbalan sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

Apabila untuk jasa yang sama yang diberikan oleh tenaga ahli lainyang setara hanya dibayar sebesar Rp2.000.000,00 (dua jutarupiah), maka jumlah sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah)tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Bagi tenaga ahli yang jugasebagai pemegang saham tersebut jumlah sebesar Rp3.000.000,00(tiga juta rupiah) dimaksud dianggap sebagai dividen.

Huruf gCukup jelas.

Huruf hYang dimaksudkan dengan Pajak Penghasilan dalam ketentuan iniadalah Pajak Penghasilan yang terutang oleh Wajib Pajak yangbersangkutan.

Huruf iBiaya untuk keperluan pribadi Wajib Pajak atau orang yangmenjadi tanggungannya, pada hakikatnya merupakan penggunaanpenghasilan oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. Oleh karena itubiaya tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan brutoperusahaan.

Huruf jAnggota firma, persekutuan dan perseroan komanditer yangmodalnya tidak terbagi atas saham diperlakukan sebagai satukesatuan sehingga tidak ada imbalan sebagai gaji. Dengandemikian gaji yang diterima oleh anggota persekutuan, firma, atauperseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham,bukan merupakan pembayaran yang boleh dikurangkan daripenghasilan bruto badan tersebut.

Huruf kCukup jelas.

Ayat (2)Sesuai dengan kelaziman usaha, pengeluaran yang mempunyaiperanan terhadap penghasilan untuk beberapa tahun, pembebanannyadilakukan sesuai dengan jumlah tahun lamanya pengeluaran tersebut

Page 25: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

berperan terhadap penghasilan. Sejalan dengan prinsip penyelarasanantara pengeluaran dengan penghasilan, dalam ketentuan inipengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memeliharapenghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahuntidak dapat dikurangkan sebagai biaya perusahaan sekaligus padatahun pengeluaran, melainkan dibebankan melalui penyusutan danamortisasi selama masa manfaatnya sebagaimana diatur dalam Pasal11 dan Pasal 11A.

Angka 10

Pasal 11Ayat (1) dan ayat (2)

Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masamanfaat lebih dari 1 (satu) tahun harus dibebankan sebagai biaya untukmendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dengan caramengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat hartatersebut melalui penyusutan. Pengeluaran-pengeluaran untukmemperoleh tanah hak milik, termasuk tanah berstatus hak gunabangunan, hak guna usaha dan hak pakai yang pertama kali tidak bolehdisusutkan, kecuali apabila tanah tersebut dipergunakan dalamperusahaan atau dimiliki untuk memperoleh penghasilan dengan syaratnilai tanah tersebut berkurang karena penggunaannya untukmemperoleh penghasilan, misalnya tanah dipergunakan untukperusahaan genteng, perusahaan keramik atau perusahaan batu bata.

Yang dimaksud dengan “pengeluaran untuk memperoleh tanah hakguna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai yang pertama kali”adalah biaya perolehan tanah berstatus hak guna bangunan, hak gunausaha atau hak pakai dari pihak ketiga dan pengurusan hak-haktersebut dari instansi yang berwenang untuk pertama kalinya.sedangkan biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha,dan hak pakai diamortisasikan selama jangka waktu hak-hak tersebut.Metode penyusutan yang dibolehkan berdasarkan ketentuan ini adalah:

a. dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yangditetapkan bagi harta tersebut (metode garis lurus atau straight-linemethod); atau

b. dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarifpenyusutan atas nilai sisa buku (metode saldo menurun ataudeclining balance method).

Penggunaan metode penyusutan atas harta harus dilakukan secara taatasas.

Untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkandengan metode garis lurus. Harta berwujud selain bangunan dapatdisusutkan dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun.Dalam hal Wajib Pajak memilih menggunakan metode saldo menurun,nilai sisa buku pada akhir masa manfaat harus disusutkan sekaligus.Sesuai dengan pembukuan Wajib Pajak, alat-alat kecil (small tools)yang sama atau sejenis dapat disusutkan dalam satu golongan.Contoh penggunaan metode garis lurus:

Page 26: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Sebuah gedung yang harga perolehannya Rp100.000.000,00 dan masamanfaatnya 20 (dua puluh) tahun, penyusutannya setiap tahun adalahsebesar Rp5.000.000,00 (Rp100.000.000,00 ÷ 20).Contoh penggunaan metode saldo menurun:

Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Januari 2000dengan harga perolehan sebesar Rp150.000.000,00. Masa manfaat darimesin tersebut adalah 4 (empat) tahun. Kalau tarif penyusutanmisalnya ditetapkan 50% (lima puluh persen), maka penghitunganpenyusutannya adalah sebagai berikut:

Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa BukuHarga Perolehan 150.000.000,00

2000 50% 75.000.000,00 75.000.000,002001 50% 37.500.000,00 37.500.000,002002 50% 18.750.000,00 18.750.000,002003 Disusutkan

sekaligus18.750.000,00 0

Ayat (3) dan ayat (4)Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, atau padabulan selesainya pengerjaan suatu harta sehingga penyusutan padatahun pertama dihitung secara pro-rata. Namun berdasarkanpersetujuan Direktur Jenderal Pajak, saat mulainya penyusutan dapatdilakukan pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan,menagih dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta tersebutmulai menghasilkan.

Yang dimaksud dengan mulai menghasilkan dalam ketentuan inidikaitkan dengan saat mulai berproduksi dan tidak dikaitkan dengansaat diterima atau diperolehnya penghasilan.Contoh 1.

Pengeluaran untuk pembangunan sebuah gedung adalah sebesarRp100.000.000,00. Pembangunan dimulai pada bulan Oktober 2000dan selesai untuk digunakan pada bulan Maret 2001. Penyusutan atasharga perolehan bangunan gedung tersebut dimulai pada bulan Marettahun pajak 2001.Contoh 2.

Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Juli 2000dengan harga perolehan sebesar Rp100.000.000,00. Masa manfaat darimesin tersebut adalah 4 (empat) tahun. Kalau tarif penyusutanmisalnya ditetapkan 50% (lima puluh persen), maka penghitunganpenyusutannya adalah sebagai berikut:

Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa BukuHarga Perolehan 100.000.000,00

2000 ½ X 50% 25.000.000,00 75.000.000,002001 50% 37.500.000,00 37.500.000,002002 50% 18.750.000,00 18.750.000,002003 50% 9.375.000,00 9.375.000,002004 Disusutkan

sekaligus9.375.000,00 0

Page 27: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Contoh 3.

PT X yang bergerak di bidang perkebunan membeli traktor pada tahun1999. Perkebunan tersebut mulai menghasilkan (panen) pada tahun2000. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, penyusutan traktortersebut dapat dilakukan mulai tahun 2000.

Ayat (5)Cukup jelas.

Ayat (6)Untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Pajak dalammelakukan penyusutan atas pengeluaran harta berwujud, ketentuan inimengatur kelompok masa manfaat harta dan tarif penyusutan baikmenurut metode garis lurus maupun saldo menurun.Yang dimaksud dengan “bangunan tidak permanen” adalah bangunanyang bersifat sementara dan terbuat dari bahan yang tidak tahan lamaatau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan, yang masa manfaatnyatidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun, misalnya barak atau asrama yangdibuat dari kayu untuk karyawan.

Ayat (7)Dalam rangka menyesuaikan dengan karakteristik bidang-bidangusaha tertentu, seperti perkebunan tanaman keras, kehutanan, danpeternakan, perlu diberikan pengaturan tersendiri untuk penyusutanharta berwujud yang digunakan dalam bidang-bidang usaha tertentutersebut yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PeraturanMenteri Keuangan.

Ayat (8) dan ayat (9)

Pada dasarnya keuntungan atau kerugian karena pengalihan hartadikenai pajak dalam tahun dilakukannya pengalihan harta tersebut.

Apabila harta tersebut dijual atau terbakar, maka penerimaan neto daripenjualan harta tersebut, yaitu selisih antara harga penjualan dan biayayang dikeluarkan berkenaan dengan penjualan tersebut dan ataupenggantian asuransinya dibukukan sebagai penghasilan pada tahunterjadinya penjualan atau tahun diterimanya penggantian asuransi, dannilai sisa buku dari harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dalamtahun pajak yang bersangkutan.Dalam hal penggantian asuransi yang diterima jumlahnya baru dapatdiketahui dengan pasti pada masa kemudian, Wajib Pajak dapatmengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak agar jumlahsebesar kerugian tersebut dapat dibebankan dalam tahun penggantianasuransi tersebut.

Ayat (10)Menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (8),dalam hal pengalihan harta berwujud yang memenuhi syaratsebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b,nilai sisa bukunya tidak boleh dibebankan sebagai kerugian oleh pihakyang mengalihkan.

Ayat (11)Dalam rangka memberikan keseragaman kepada Wajib Pajak untukmelakukan penyusutan, Menteri Keuangan diberi wewenang

Page 28: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

menetapkan jenis-jenis harta yang termasuk dalam setiap kelompokmasa manfaat yang harus diikuti oleh Wajib Pajak.

Angka 11

Pasal 11AAyat (1)

Harga perolehan harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya termasukperpanjangan hak-hak atas tanah (seperti hak guna usaha, hak gunabangunan dan hak pakai) dan muhibah (goodwill) yang mempunyaimasa manfaat lebih dari satu tahun, diamortisasi dengan metode:

a. dalam bagian-bagian yang sama setiap tahun selama masa manfaat;atau

b. dalam bagian-bagian yang menurun setiap tahun dengan caramenerapkan tarif amortisasi atas nilai sisa buku.

Khusus untuk amortisasi harta tak berwujud yang menggunakanmetode saldo menurun, pada akhir masa manfaat nilai sisa buku hartatak berwujud atau hak-hak tersebut diamortisasi sekaligus.

Ayat (1a)

Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran sehinggaamortisasi pada tahun pertama dihitung secara pro-rata.

Dalam rangka menyesuaikan dengan karakteristik bidang-bidangusaha tertentu, perlu diberikan pengaturan tersendiri untuk amortisasiyang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan MenteriKeuangan.

Ayat (2)Penentuan masa manfaat dan tarif amortisasi atas pengeluaran hartatak berwujud dimaksudkan untuk memberikan keseragaman bagiWajib Pajak dalam melakukan amortisasi. Wajib Pajak dapatmelakukan amortisasi sesuai dengan metode yang dipilihnyasebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berdasarkan masa manfaat yangsebenarnya dari tiap harta tak berwujud. Tarif amortisasi yangditerapkan didasarkan pada kelompok masa manfaat sebagaimanayang diatur dalam ketentuan ini. Untuk harta tidak berwujud yangmasa manfaatnya tidak tercantum pada kelompok masa manfaat yangada, maka Wajib Pajak menggunakan masa manfaat yang terdekat.Misalnya harta tak berwujud dengan masa manfaat yang sebenarnya 6(enam) tahun dapat menggunakan kelompok masa manfaat 4 (empat)tahun atau 8 (delapan) tahun. Dalam hal masa manfaat yangsebenarnya 5 (lima) tahun, maka harta tak berwujud tersebutdiamortisasi dengan menggunakan kelompok masa manfaat 4 (empat)tahun.

Ayat (3)

Cukup jelas.Ayat (4)

Metode satuan produksi dilakukan dengan menerapkan persentaseamortisasi yang besarnya setiap tahun sama dengan persentaseperbandingan antara realisasi penambangan minyak dan gas bumi padatahun yang bersangkutan dengan taksiran jumlah seluruh kandunganminyak dan gas bumi di lokasi tersebut yang dapat diproduksi.

Page 29: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Apabila ternyata jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dariyang diperkirakan, sehingga masih terdapat sisa pengeluaran untukmemperoleh hak atau pengeluaran lain, maka atas sisa pengeluarantersebut boleh dibebankan sekaligus dalam tahun pajak yangbersangkutan.

Ayat (5)

Pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain minyak dangas bumi, hak pengusahaan hutan, atau hasil alam lainnya seperti hakpengusahaan hasil laut diamortisasi berdasarkan metode satuanproduksi dengan jumlah paling tinggi 20% (dua puluh persen) setahun.

Contoh:Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan hutan, yangmempunyai potensi 10.000.000 (sepuluh juta) ton kayu, sebesarRp500.000.000,00 diamortisasi sesuai dengan persentase satuanproduksi yang direalisasikan dalam tahun yang bersangkutan. Jikadalam satu tahun pajak ternyata jumlah produksi mencapai 3.000.000(tiga juta) ton yang berarti 30% (tiga puluh persen) dari potensi yangtersedia, maka walaupun jumlah produksi pada tahun tersebutmencapai 30% (tiga puluh persen) dari jumlah potensi yang tersedia,besarnya amortisasi yang diperkenankan untuk dikurangkan daripenghasilan bruto pada tahun tersebut adalah 20% (dua puluh persen)dari pengeluaran atau Rp100.000.000,00.

Ayat (6)Dalam pengertian pengeluaran yang dilakukan sebelum operasikomersial, adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum operasikomersial, misalnya biaya studi kelayakan dan biaya produksipercobaan tetapi tidak termasuk biaya-biaya operasional yang sifatnyarutin, seperti gaji pegawai, biaya rekening listrik dan telepon, danbiaya kantor lainnya. Untuk pengeluaran operasional yang rutin initidak boleh dikapitalisasi tetapi dibebankan sekaligus pada tahunpengeluaran.

Ayat (7)

Contoh:PT X mengeluarkan biaya untuk memperoleh hak penambanganminyak dan gas bumi di suatu lokasi sebesar Rp500.000.000,00.Taksiran jumlah kandungan minyak di daerah tersebut adalahsebanyak 200.000.000 (dua ratus juta) barel. Setelah produksi minyakdan gas bumi mencapai 100.000.000 (seratus juta) barel, PT X menjualhak penambangan tersebut kepada pihak lain dengan harga sebesarRp300.000.000,00. Penghitungan penghasilan dan kerugian daripenjualan hak tersebut adalah sebagai berikut:Harga perolehan Rp500.000.000,00

Amortisasi yang telah dilakukan:100.000.000/200.000.000 barel (50%) Rp250.000.000,00

Nilai buku harta Rp250.000.000,00Harga jual harta Rp300.000.000,00

Dengan demikian jumlah nilai sisa buku sebesar Rp250.000.000,00dibebankan sebagai kerugian dan jumlah sebesar Rp300.000.000,00dibukukan sebagai penghasilan.

Ayat (8)

Page 30: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Cukup jelas.

Angka 12Pasal 14

Informasi yang benar dan lengkap tentang penghasilan Wajib Pajak sangatpenting untuk dapat mengenakan pajak yang adil dan wajar sesuai dengankemampuan ekonomis Wajib Pajak. Untuk dapat menyajikan informasidimaksud, Wajib Pajak harus menyelenggarakan pembukuan. Namundisadari bahwa tidak semua Wajib Pajak mampu menyelenggarakanpembukuan. Semua Wajib Pajak badan dan bentuk usaha tetap diwajibkanmenyelenggarakan pembukuan. Wajib Pajak orang pribadi yangmenjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas dengan jumlahperedaran bruto tertentu, tidak diwajibkan untuk menyelenggarakanpembukuan.

Untuk memberikan kemudahan dalam menghitung besarnya penghasilanneto bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha ataupekerjaan bebas dengan peredaran bruto tertentu, Direktur Jenderal Pajakmenerbitkan norma penghitungan.

Ayat (1)Norma Penghitungan adalah pedoman untuk menentukan besarnyapenghasilan neto yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak dandisempurnakan terus-menerus. Penggunaan Norma Penghitungantersebut pada dasarnya dilakukan dalam hal-hal:a. tidak terdapat dasar penghitungan yang lebih baik, yaitu

pembukuan yang lengkap; ataub. pembukuan atau catatan peredaran bruto Wajib Pajak ternyata

diselenggarakan secara tidak benar.Norma Penghitungan disusun sedemikian rupa berdasarkan hasilpenelitian atau data lain, dan dengan memperhatikan kewajaran.Norma Penghitungan akan sangat membantu Wajib Pajak yang belummampu menyelenggarakan pembukuan untuk menghitung penghasilanneto.

Ayat (2), ayat (3) dan ayat (4)Norma Penghitungan Penghasilan Neto hanya boleh digunakan olehWajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha ataupekerjaan bebas yang peredaran brutonya kurang dari jumlahRp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). Untukdapat menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto tersebutWajib Pajak orang pribadi harus memberitahukan kepada DirekturJenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahunpajak yang bersangkutan. Wajib Pajak orang pribadi yangmenggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto tersebut wajibmenyelenggarakan pencatatan tentang peredaran brutonyasebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Perpajakan. Pencatatan tersebut dimaksudkan untukmemudahkan penerapan norma dalam menghitung penghasilan neto.

Apabila Wajib Pajak orang pribadi yang berhak bermaksud untukmenggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, tetapi tidakmemberitahukannya kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangkawaktu yang ditentukan, maka Wajib Pajak tersebut dianggap memilihmenyelenggarakan pembukuan.

Page 31: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Ayat (5)Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan ataupencatatan dan/atau wajib menyelenggarakan pencatatan dan/ataudianggap memilih menyelenggarakan pembukuan, tetapi:

a. tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan kewajibanpencatatan atau pembukuan;

b. tidak bersedia memperlihatkan pembukuan atau pencatatan ataubukti-bukti pendukungnya pada waktu dilakukan pemeriksaan;

sehingga mengakibatkan peredaran bruto dan penghasilan neto yangsebenarnya tidak diketahui maka peredaran bruto Wajib Pajak yangbersangkutan dihitung dengan cara lain yang diatur dengan atauberdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, dan penghasilan netonyadihitung dengan menggunakan Norma Penghitungan PenghasilanNeto.

Ayat (6)Cukup jelas.

Ayat (7)Menteri Keuangan dapat menyesuaikan besarnya batas peredaranbruto sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan memerhatikanperkembangan ekonomi dan kemampuan masyarakat Wajib Pajakuntuk menyelenggarakan pembukuan.

Angka 13Pasal 16

Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untukmenentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang. Dalam Undang-Undang ini dikenal dua golongan Wajib Pajak, yaitu Wajib Pajak dalamnegeri dan Wajib Pajak luar negeri.

Bagi Wajib Pajak dalam negeri pada dasarnya terdapat dua cara untukmenentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak, yaitu penghitungan dengancara biasa dan penghitungan dengan menggunakan Norma Penghitungan.Di samping itu terdapat cara penghitungan dengan mempergunakanNorma Penghitungan Khusus, yang diperuntukkan bagi Wajib Pajaktertentu yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan MenteriKeuangan.Bagi Wajib Pajak luar negeri penentuan besarnya Penghasilan Kena Pajakdibedakan antara:(1) Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan

kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia;(2) Wajib Pajak luar negeri lainnya.

Ayat (1)Bagi Wajib Pajak dalam negeri yang menyelenggarakan pembukuan,Penghasilan Kena Pajaknya dihitung dengan menggunakan carapenghitungan biasa dengan contoh sebagai berikut:

- Peredaran bruto Rp 6.000.000.000,00- Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan Rp 5.400.000.000,00(-)- Laba usaha (penghasilan neto usaha) Rp 600.000.000,00

Page 32: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

- Penghasilan lainnya Rp 50.000.000,00- Biaya untuk mendapatkan,

menagih dan memelihara penghasilan lainnya tersebut (Rp 30.000.000,00)

Rp 20.000.000,00(+)- Jumlah seluruh penghasilan neto Rp 620.000.000,00- Kompensasi kerugian dari kegiatan usaha aktif (Rp 10.000.000,00)- Penghasilan Kena Pajak (bagi Wajib Pajak badan) Rp 610.000.000,00- Pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk Wajib Pajak orang pribadi (isteri + 2 anak) Rp 19.800.000,00 (-)- Penghasilan Kena Pajak (bagi Wajib Pajak orang pribadi) Rp 590.200. 000,00

Ayat (2)

Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang berhak untuk tidakmenyelenggarakan pembukuan, Penghasilan Kena Pajaknya dihitungdengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dengancontoh sebagai berikut:

- Peredaran bruto Rp 4.000.000.000,00- Penghasilan neto (menurut Norma Penghitungan) misalnya 20% Rp 800.000.000,00- Penghasilan neto lainnya Rp 5.000.000,00- Jumlah seluruh penghasilan neto Rp 805.000.000 00- Penghasilan Tidak Kena Pajak (isteri + 3 anak) (Rp 21.120.000,00)- Penghasilan Kena Pajak Rp 783.880.000,00

Ayat (3)Bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukankegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, carapenghitungan Penghasilan Kena Pajaknya pada dasarnya sama dengancara penghitungan Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak badandalam negeri. Oleh karena bentuk usaha tetap berkewajiban untukmenyelenggarakan pembukuan, maka Penghasilan Kena Pajaknyadihitung dengan cara penghitungan biasa.

Contoh:- Peredaran bruto Rp10.000.000.000,00- Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan Rp 8.000.000.000,00(-)

Rp 2.000.000.000,00- Penghasilan bunga Rp 50.000.000,00- Penjualan langsung barang oleh kantor pusat yang sejenis

dengan barang yang dijual bentuk usaha tetap Rp 2.000.000.000,00- Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan Rp 1.500.000.000,00 (-)

Rp 500.000.000,00(-) Dividen yang diterima atau diperoleh kantor pusat yang mempunyai hubungan

Page 33: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

efektif dengan bentuk usaha tetap Rp 1.000.000.000,00 (+)Rp 3.550.000.000,00

- Biaya-biaya menurut Pasal 5 ayat (3) Rp 2.500.000,00(-)- Penghasilan Kena Pajak Rp 1.050.000.000,00

Ayat (4)

Contoh:Misalnya orang pribadi tidak kawin yang kewajiban pajak subjektifnyasebagai subjek pajak dalam negeri adalah 3 (tiga) bulan, dan dalamjangka waktu tersebut memperoleh penghasilan sebesarRp30.000.000,00 maka penghitungan Penghasilan Kena Pajaknyaadalah sebagai berikut:

Penghasilan selama 3 (tiga) bulan Rp150.000.000.00Penghasilan setahun sebesar:360/(3x30) x Rp150.000.000,00 Rp 600.000.000,00

Penghasilan Tidak Kena Pajak (isteri+2 anak) Rp 19.800.000,00 (-)Penghasilan Kena Pajak Rp 580.200.000,00

Angka 14

Pasal 17Ayat (1)

Huruf aContoh penghitungan pajak terutang untuk Wajib Pajak orang pribadi:

Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp600.000.000,00.Pajak Penghasilan terutang:

5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,0015% x Rp200.000.000,00 = Rp 30.000.000,00

25% x Rp250.000.000,00 = Rp 62.500.000,0030% x Rp100.000.000,00 = Rp 30.000.000,00

Rp 125.000.000,00Huruf b

Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib Pajakbadan dalam negeri dan bentuk usaha tetap:

Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp 1.250.000.000,00Pajak Penghasilan yang terutang:

28% x Rp1.250.000.000,00 = Rp350.000.000,00Ayat (2)

Perubahan tarif sebagaimana dimaksud dalam ayat ini akandiberlakukan secara nasional, dimulai per 1 Januari dan diumumkanselambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum tarif baru itu berlakuefektif, serta dikemukakan oleh Pemerintah kepada Dewan PerwakilanRakyat Republik Indonesia, untuk dibahas dalam rangka penyusunanRancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Ayat (2a)

Page 34: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Cukup jelas.Ayat (2b)

Cukup jelas.Ayat (2c)

Cukup jelas.Ayat (2d)

Cukup jelas.Ayat (3)

Besarnya lapisan Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf a tersebut akan disesuaikan dengan faktor penyesuaian,antara lain tingkat inflasi, yang ditetapkan dengan Peraturan MenteriKeuangan.

Ayat (4)Contoh:

Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp5.050.900,00 (lima juta lima puluhribu sembilan ratus rupiah) untuk penerapan tarif dibulatkan ke bawahmenjadi Rp5.050.000,00 (lima juta lima puluh ribu rupiah).

Ayat (5) dan ayat (6)

Contoh:Penghasilan Kena Pajak setahun (dihitung sesuai dengan ketentuandalam Pasal 16 ayat (4)): Rp580.200.000,00Pajak Penghasilan setahun:5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,0015% x Rp 200.000.000,00= Rp 30.000.000,0025% x Rp250.000.000,00= Rp 62.500.000,0030%x Rp80.200.000,00= Rp 24.060.000,00

Rp 119.060.000,00Pajak Penghasilan yang terutang dalam bagian tahun pajak (3 bulan)

(3x30) ÷ 360 x Rp119.060,00 = Rp29.765.000,00Ayat (7)

Ketentuan dalam ayat ini memberi wewenang kepada Pemerintahuntuk menentukan tarif pajak tersendiri yang dapat bersifat final atasjenis penghasilan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat(2), sepanjang tidak lebih tinggi dari tarif pajak tertinggi sebagaimanadiatur dalam ayat (1). Penentuan tarif pajak tersendiri tersebutdidasarkan atas pertimbangan kesederhanaan, keadilan dan pemerataandalam pengenaan pajak.

Angka 15

Pasal 18Ayat (1)

Undang-Undang ini memberi wewenang kepada Menteri Keuanganuntuk memberi keputusan tentang besarnya perbandingan antara utangdan modal perusahaan yang dapat dibenarkan untuk keperluanpenghitungan pajak. Dalam dunia usaha terdapat tingkat perbandingantertentu yang wajar mengenai besarnya perbandingan antara utang danmodal (debt to equity ratio). Apabila perbandingan antara utang danmodal sangat besar melebihi batas-batas kewajaran, maka padaumumnya perusahaan tersebut dalam keadaan tidak sehat. Dalam hal

Page 35: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

demikian, untuk penghitungan Penghasilan Kena Pajak, Undang-Undang ini menentukan adanya modal terselubung.

Istilah modal disini menunjuk kepada istilah atau pengertian ekuitasmenurut standar akuntansi, sedangkan yang dimaksud dengan“kewajaran atau kelaziman usaha” adalah adat kebiasaan atau praktikmenjalankan usaha atau melakukan kegiatan yang sehat dalam duniausaha.

Ayat (2)

Dengan makin berkembangnya ekonomi dan perdaganganinternasional sejalan dengan era globalisasi, dapat terjadi bahwa WajibPajak dalam negeri menanamkan modalnya di luar negeri. Untukmengurangi kemungkinan penghindaran pajak, maka terhadappenanaman modal di luar negeri selain pada badan usaha yang menjualsahamnya di bursa efek, Menteri Keuangan berwenang untukmenentukan saat diperolehnya dividen.Contoh:

PT A dan PT B masing-masing memiliki saham sebesar 40% dan 20%pada X Ltd. yang bertempat kedudukan di negara Q. Saham X Ltd.tersebut tidak diperdagangkan di bursa efek. Dalam tahun 2009 X Ltd.memperoleh laba setelah pajak sejumlah Rp1.000.000.000,00.

Dalam hal demikian, Menteri Keuangan berwenang menetapkan saatdiperolehnya dividen dan dasar penghitungannya.

Ayat (3)Maksud diadakannya ketentuan ini adalah untuk mencegah terjadinyapenghindaran pajak, yang dapat terjadi karena adanya hubunganistimewa. Apabila terdapat hubungan istimewa, kemungkinan dapatterjadi penghasilan dilaporkan kurang dari semestinya ataupunpembebanan biaya melebihi dari yang seharusnya. Dalam haldemikian, Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukankembali besarnya penghasilan dan atau biaya sesuai dengan keadaanseandainya di antara para Wajib Pajak tersebut tidak terdapathubungan istimewa. Dalam menentukan kembali jumlah penghasilandan atau biaya tersebut digunakan metode perbandingan harga antarapihak yang independen (comparable uncontrolled price method),metode harga penjualan kembali (resale price method), metode biaya-plus (cost-plus method), atau metode lainnya seperti metodepembagian laba (profit split method) dan metode laba bersihtransaksional (transactional net margin method).

Demikian pula kemungkinan terdapat penyertaan modal secaraterselubung, dengan menyatakan penyertaan modal tersebut sebagaiutang, maka Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukanutang tersebut sebagai modal perusahaan. Penentuan tersebut dapatdilakukan misalnya melalui indikasi mengenai perbandingan antaramodal dan utang yang lazim terjadi di antara para pihak yang tidakdipengaruhi oleh hubungan istimewa atau berdasar data atau indikasilainnya.

Dengan demikian, bunga yang dibayarkan sehubungan dengan utangyang dianggap sebagai penyertaan modal itu tidak diperbolehkanuntuk dikurangkan, sedangkan bagi pemegang saham yang menerimaatau memperolehnya dianggap sebagai dividen yang dikenai pajak.

Ayat (3a)

Page 36: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Kesepakatan harga transfer (Advance Pricing Agreement/APA) adalahkesepakatan antara Wajib Pajak dan Direktur Jenderal Pajak mengenaiharga jual wajar produk yang dihasilkannya kepada pihak-pihak yangmempunyai hubungan istimewa (related parties) dengannya. Tujuandiadakannya APA adalah untuk mengurangi terjadinya praktikpenyalahgunaan transfer pricing oleh perusahaan multi nasional.Persetujuan antara Wajib Pajak dan Direktur Jenderal Pajak tersebutdapat mencakup beberapa hal, antara lain, harga jual produk yangdihasilkan, dan jumlah royalti, tergantung pada kesepakatan.Keuntungan dari APA selain memberikan kepastian hukum dankemudahan penghitungan pajak, Fiskus tidak perlu melakukan koreksiatas harga jual dan keuntungan produk yang dijual Wajib Pajakkepada perusahaan dalam grup yang sama. APA dapat bersifatunilateral, yaitu merupakan kesepakatan antara Direktur Jenderal Pajakdengan Wajib Pajak atau bilateral, yaitu kesepakatan antara DirekturJenderal Pajak dan otoritas perpajakan negara lain yang menyangkutWajib Pajak yang berada di wilayah yurisdiksinya

Ayat (3b)

Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah penghindaran pajak olehWajib Pajak yang melakukan pembelian saham/penyertaan pada suatuperusahaan Wajib Pajak dalam negeri melalui perusahaan luar negeriyang didirikan khusus untuk tujuan tersebut.

Ayat (3c)Contoh:

X Ltd. yang didirikan dan berkedudukan di negara A, sebuah negarabebas pajak (Tax Haven Country), memiliki 100% saham PT X yangdidirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia. X Ltd. ini adalahsuatu perusahaan antara (conduit company) yang didirikan dan dimilikisepenuhnya oleh Y Co, sebuah perusahaan di negara B, dengan tujuansebagai perusahaan antara dalam kepemilikannya atas seluruh sahamPT X.ApabilaY Co. menjual seluruh kepemilikannya atas saham X Ltd.kepada PT Z yang merupakan Wajib Pajak dalam negeri, secara legalformal, transaksi di atas merupakan pengalihan saham perusahaan luarnegeri oleh Wajib Pajak luar negeri. Namun, pada hakikatnya transaksiini merupakan pengalihan kepemilikan (saham) perseroan Wajib Pajakdalam negeri oleh Wajib Pajak luar negeri, sehingga atas penghasilandari pengalihan ini terutang Pajak Penghasilan.

Ayat (3d)Cukup jelas.

Ayat (3e)Cukup jelas.

Ayat (4)Hubungan istimewa di antara Wajib Pajak dapat terjadi karenaketergantungan atau keterikatan satu dengan yang lain yangdisebabkan karena:

a. kepemilikan atau penyertaan modal;b. adanya penguasaan melalui manajemen atau penggunaan

teknologi.

Page 37: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Selain karena hal-hal tersebut di atas, hubungan istimewa di antaraWajib Pajak orang pribadi dapat pula terjadi karena adanya hubungandarah atau karena perkawinan.Huruf a

Hubungan istimewa dianggap ada apabila terdapat hubungankepemilikan yang berupa penyertaan modal sebesar 25% (duapuluh lima persen) atau lebih secara langsung ataupun tidaklangsung.

Misalnya, PT A mempunyai 50% (lima puluh persen) saham PT B.Pemilikan saham oleh PT A merupakan penyertaan langsung.

Selanjutnya apabila PT B tersebut mempunyai 50% (lima puluhpersen) saham PT C, PT A sebagai pemegang saham PT B secaratidak langsung mempunyai penyertaan pada PT C sebesar 25%(dua puluh lima persen). Dalam hal demikian antara PT A, PT B,dan PT C dianggap terdapat hubungan istimewa. Apabila PT Ajuga memiliki 25% (dua puluh lima persen) saham PT D, antara PTB, PT C, dan PT D dianggap terdapat hubungan istimewa.Hubungan kepemilikan seperti tersebut di atas dapat juga terjadiantara orang pribadi dan badan.

Huruf b

Hubungan istimewa di antara Wajib Pajak dapat juga terjadikarena penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi,walaupun tidak terdapat hubungan kepemilikan.Hubungan istimewa dianggap ada apabila satu atau lebihperusahaan berada di bawah penguasaan yang sama. Demikianjuga hubungan di antara beberapa perusahaan yang berada dalampenguasaan yang sama tersebut.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “hubungan keluarga sedarah dalam garisketurunan lurus satu derajat” adalah ayah, ibu, dan anak,sedangkan “hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan kesamping satu derajat” adalah saudara.

Yang dimaksud dengan “keluarga semenda dalam garis keturunanlurus satu derajat” adalah mertua dan anak tiri, sedangkan“hubungan keluarga semenda dalam garis keturunan ke sampingsatu derajat” adalah ipar.

Ayat (5)Cukup jelas.

Angka 16

Pasal 19Ayat (1)

Adanya perkembangan harga yang mencolok atau perubahankebijakan di bidang moneter dapat menyebabkan kekurangserasianantara biaya dan penghasilan, yang dapat mengakibatkan timbulnyabeban pajak yang kurang wajar. Dalam keadaan demikian, MenteriKeuangan diberi wewenang menetapkan peraturan tentang penilaiankembali aktiva tetap (revaluasi) atau indeksasi biaya dan penghasilan.

Ayat (2)

Page 38: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Cukup jelas.

Angka 17Pasal 21

Ayat (1)Ketentuan ini mengatur tentang pembayaran pajak dalam tahunberjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang diterimaatau diperoleh oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negerisehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan. Pihak yang wajibmelakukan pemotongan pajak adalah pemberi kerja, bendaharapemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan, dan penyelenggarakegiatan.

Huruf aPemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan pajak adalahorang pribadi ataupun badan yang merupakan induk, cabang,perwakilan atau unit perusahaan, yang membayar atau terutanggaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain dengannama apa pun kepada pengurus, pegawai atau bukan pegawai,sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatanyang dilakukan. Dalam pengertian pemberi kerja termasuk jugaorganisasi internasional yang tidak dikecualikan dari kewajibanmemotong pajak.

Yang dimaksud dengan “pembayaran lain” adalah pembayarandengan nama apa pun selain gaji, upah, tunjangan, danhonorarium, dan pembayaran lain seperti bonus, gratifikasi,tantiem.

Yang dimaksud dengan “bukan pegawai” adalah orang pribadiyang menerima atau memperoleh penghasilan dari pemberi kerjasehubungan dengan ikatan kerja tidak tetap, misalnya artis yangmenerima atau memperoleh honorarium dari pemberi kerja.

Huruf bBendahara pemerintah termasuk bendahara Pemerintah Pusat,Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia diluar negeri yang membayar gaji, upah, tunjangan, honorarium, danpembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, ataukegiatan.Termasuk juga dalam pengertian bendahara adalah pemegang kasdan pejabat lain yang menjalankan fungsi yang sama.

Huruf c

Dana pensiun atau badan lain seperti badan penyelenggara jaminansosial tenaga kerja yang membayarkan uang pensiun, tunjanganhari tua, tabungan hari tua, dan pembayaran lain yang sejenisdengan nama apa pun.

Dalam pengertian uang pensiun atau pembayaran lain termasuktunjangan-tunjangan baik yang dibayarkan secara berkala ataupuntidak, yang dibayarkan kepada penerima pensiun, penerimatunjangan hari tua, penerima tabungan hari tua.

Huruf d

Page 39: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Dalam pengertian badan termasuk organisasi internasional yangtidak dikecualikan berdasarkan ayat (2). Termasuk tenaga ahliorang pribadi misalnya dokter, pengacara, akuntan, yangmelakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanyasendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya.

Huruf e

Penyelenggara kegiatan wajib memotong pajak atas pembayaranhadiah atau penghargaan dalam bentuk apa pun yang diterima ataudiperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaandengan suatu kegiatan. Dalam pengertian penyelenggara kegiatantermasuk antara lain badan, badan pemerintah, organisasitermasuk organisasi internasional, perkumpulan, orang pribadiserta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan. Kegiatanyang diselenggarakan, misalnya kegiatan olahraga, keagamaan,dan kesenian.

Ayat (2)

Cukup jelas.Ayat (3)

Bagi pegawai tetap besarnya penghasilan yang dipotong pajak adalahpenghasilan bruto dikurangi dengan biaya jabatan, iuran pensiun, danPenghasilan Tidak Kena Pajak. Dalam pengertian iuran pensiuntermasuk juga iuran tunjangan hari tua atau tabungan hari tua yangdibayar oleh pegawai.Bagi pensiunan besarnya penghasilan yang dipotong pajak adalahjumlah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun danPenghasilan Tidak Kena Pajak. Dalam pengertian pensiunan termasukjuga penerima tunjangan hari tua atau tabungan hari tua.

Ayat (4)

Besarnya penghasilan yang dipotong pajak bagi pegawai harian,mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya adalah jumlahpenghasilan bruto dikurangi dengan bagian penghasilan yang tidakdikenai pemotongan yang besarnya ditetapkan dengan PeraturanMenteri Keuangan, dengan memperhatikan Penghasilan Tidak KenaPajak yang berlaku.

Ayat (5)Cukup jelas.

Ayat (5a)Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dapat dibuktikanoleh Wajib Pajak antara lain dengan cara menunjukkan kartu NPWP.Contoh : Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp75.000.000,00

Pajak Penghasilan yang harus dipotong bagi Wajib Pajak yangmemiliki NPWP adalah:

5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,0015% x Rp 25.000.000,00 Rp 3.750.000,00

Jumlah Rp 6.250.000,00PPh yang harus dipotong jika Wajib Pajak tidak memiliki NPWPadalah:5% x 120% x Rp 50.000.000,00 Rp 3.000.000,00

Page 40: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

15% x 120% x Rp 25.000.000,00 Rp 4.500.000,00Jumlah Rp 7.500.000,00

Ayat (6)Cukup jelas.

Ayat (7)Cukup jelas.

Ayat (8)Cukup jelas.

Angka 18

Pasal 22Ayat (1)

Berdasarkan ketentuan ini, yang dapat ditunjuk sebagai pemungutpajak adalah:

- bendahara pemerintah, termasuk bendahara pada Pemerintah Pusat,Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah danlembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaranatas penyerahan barang, termasuk juga dalam pengertianbendahara adalah pemegang kas dan pejabat lain yangmenjalankan fungsi yang sama;

- badan-badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swastaberkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain, seperti kegiatan usaha produksi barang tertentu antaralain otomotif dan semen; dan

- Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeliatas penjualan barang yang tergolong sangat mewah. Pemungutanpajak oleh Wajib Pajak badan tertentu ini akan dikenakan terhadappembelian barang yang memenuhi kriteria tertentu sebagai barangyang tergolong sangat mewah baik dilihat dari jenis barangnyamaupun harganya, seperti kapal pesiar, rumah sangat mewah,apartemen dan kondominium sangat mewah, serta kendaraansangat mewah.

Dalam pelaksanaan ketentuan ini Menteri Keuanganmempertimbangkan antara lain:- penunjukan pemungut pajak secara selektif, demi pelaksanaan

pemungutan pajak secara efektif dan efisien;- tidak mengganggu kelancaran lalu lintas barang; dan

- prosedur pemungutan yang sederhana sehingga mudahdilaksanakan.

Pemungutan pajak berdasarkan ketentuan ini, dimaksudkan untukmeningkatkan peran serta masyarakat dalam pengumpulan danamelalui sistem pembayaran pajak dan untuk tujuan kesederhanaan,kemudahan, dan pengenaan pajak yang tepat waktu. Sehubungandengan hal tersebut, pemungutan pajak berdasarkan ketentuan inidapat bersifat final.

Ayat (2)

Page 41: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Cukup jelas.Ayat (3)

Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat dibuktikan oleh WajibPajak antara lain dengan cara menunjukkan kartu Nomor Pokok WajibPajak.

Angka 19Pasal 23

Ayat (1)Cukup jelas.

Ayat (1a)Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat dibuktikan oleh WajibPajak antara lain dengan cara menunjukkan kartu Nomor Pokok WajibPajak.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Angka 20

Pasal 24Pada dasarnya Wajib Pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruhpenghasilan, termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luarnegeri. Untuk meringankan beban pajak ganda yang dapat terjadi karenapengenaan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luarnegeri, ketentuan ini mengatur tentang perhitungan besarnya pajak ataspenghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapatdikreditkan terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan WajibPajak dalam negeri.Ayat (1)

Pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yangdapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia hanyalahpajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima ataudiperoleh Wajib Pajak.

Contoh:PT A di Indonesia merupakan pemegang saham tunggal dari Z Inc. diNegara X. Z Inc. tersebut dalam tahun 1995 memperoleh keuntungansebesar US$100,000.00. Pajak Penghasilan yang berlaku di negara Xadalah 48% dan Pajak Dividen adalah 38%. Penghitungan pajak atasdividen tersebut adalah sebagai berikut:

Keuntungan Z Inc US$ 100,000.00Pajak Penghasilan (Corporate income tax)atas Z Inc. (48%) US$ 48,000.00 (-)

US$ 52,000.00

Page 42: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Pajak atas dividen (38%) US$ 19,760.00 (-)Dividen yang dikirim ke Indonesia US$ 32,240.00

Pajak Penghasilan yang dapat dikreditkan terhadap seluruh PajakPenghasilan yang terutang atas PT A adalah pajak yang langsungdikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri,dalam contoh di atas yaitu jumlah sebesar US$19,760.00. PajakPenghasilan (Corporate income tax) atas Z Inc. sebesar US$48,000.00tidak dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang atasPT A, karena pajak sebesar US$48,000.00 tersebut tidak dikenakanlangsung atas penghasilan yang diterima atau diperoleh PT A dari luarnegeri, melainkan pajak yang dikenakan atas keuntungan Z Inc. dinegara X.

Ayat (2)Untuk memberikan perlakuan pemajakan yang sama antarapenghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri danpenghasilan yang diterima atau diperoleh di Indonesia, maka besarnyapajak yang dibayar atau terutang di luar negeri dapat dikreditkanterhadap pajak yang terutang di Indonesia tetapi tidak boleh melebihibesarnya pajak yang dihitung berdasarkan Undang-Undang ini.Cara penghitungan besarnya pajak yang dapat dikreditkan ditetapkanoleh Menteri Keuangan berdasarkan wewenang sebagaimana diaturpada ayat (6).

Ayat (3) dan (4)Dalam perhitungan kredit pajak atas penghasilan yang dibayar atauterutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak yangterutang menurut Undang-Undang ini, penentuan sumber penghasilanmenjadi sangat penting. Selanjutnya, ketentuan ini mengatur tentangpenentuan sumber penghasilan untuk memperhitungkan kredit pajakluar negeri tersebut.Mengingat Undang-Undang ini menganut pengertian penghasilan yangluas, maka sesuai dengan ketentuan pada ayat (4) penentuan sumberdari penghasilan selain yang tersebut pada ayat (3) dipergunakanprinsip yang sama dengan prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (3)tersebut, misalnya A sebagai Wajib Pajak dalam negeri memilikisebuah rumah di Singapura dan dalam tahun 1995 rumah tersebutdijual. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan rumah tersebutmerupakan penghasilan yang bersumber di Singapura karena rumahtersebut terletak di Singapura.

Ayat (5)Apabila terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilanyang dibayar di luar negeri, sehingga besarnya pajak yang dapatdikreditkan di Indonesia menjadi lebih kecil dari besarnya perhitungansemula, maka selisihnya ditambahkan pada Pajak Penghasilan yangterutang menurut Undang-Undang ini.

Misalnya dalam tahun 1996, Wajib Pajak mendapat penguranganpajak atas penghasilan luar negeri tahun pajak 1995 sebesarRp5.000.000,00 yang semula telah termasuk dalam jumlah pajak yangdikreditkan terhadap pajak yang terutang untuk tahun pajak 1995,maka jumlah sebesar Rp5.000.000,00 tersebut ditambahkan pada PajakPenghasilan yang terutang dalam tahun pajak 1996.

Ayat (6)Cukup jelas.

Page 43: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Angka 21

Pasal 25Ketentuan ini mengatur tentang penghitungan besarnya angsuran bulananyang harus dibayar oleh Wajib Pajak sendiri dalam tahun berjalan.Ayat (1)

Contoh 1:Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan Surat PemberitahuanTahunan Pajak Penghasilan tahun 2009 Rp50.000.000,00dikurangi :a. Pajak Penghasilan yang dipotong

pemberi Kerja (Pasal 21) Rp 15.000.000,00b. Pajak Penghasilan yang dipungut

oleh pihak lain (Pasal 22) Rp 10.000.000,00c. Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pihak lain (Pasal 23) Rp 2.500.000,00d. Kredit Pajak Penghasilan

luar negeri (Pasal 24) Rp 7.500.000,00 (+) Jumlah kredit pajak Rp35.000.000,00 (-) Selisih Rp15.000.000,00

Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri setiap bulan untuktahun 2010 adalah sebesar Rp1.250.000,00 (Rp15.000.000,00 dibagi12).Contoh 2:

Apabila Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam contoh diatas berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh untukbagian tahun pajak yang meliputi masa 6 (enam) bulan dalam tahun2009, besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri setiapbulan dalam tahun 2010 adalah sebesar Rp2.500.000,00(Rp15.000.000,00 dibagi 6).

Ayat (2)Mengingat batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan TahunanPajak Penghasilan bagi Wajib Pajak orang pribadi adalah akhir bulanketiga tahun pajak berikutnya, dan bagi Wajib Pajak badan adalahakhir bulan keempat tahun pajak berikutnya, maka besarnya angsuranpajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk bulan-bulansebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilandisampaikan belum dapat dihitung sesuai dengan ketentuan ayat (1).

Berdasarkan ketentuan ini, besarnya angsuran pajak untuk bulan-bulansebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilandisampaikan sebelum batas waktu penyampaian Surat PemberitahuanTahunan adalah sama dengan angsuran pajak untuk bulan terakhir daritahun pajak yang lalu.Contoh:

Apabila Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikanoleh Wajib Pajak orang pribadi pada bulan Pebruari 2010 makabesarnya angsuran pajak yang harus dibayar Wajib Pajak tersebutuntuk bulan Januari 2010 adalah sebesar angsuran pajak bulanDesember 2009, misalnya sebesar Rp1.000.000,00.

Page 44: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Apabila dalam bulan September 2009 diterbitkan keputusanpengurangan angsuran pajak menjadi nihil, sehingga angsuran pajaksejak bulan Oktober sampai dengan Desember 2009 menjadi nihil,maka besarnya angsuran pajak yang harus dibayar Wajib Pajak untukbulan Januari 2010 tetap sama dengan angsuran bulan Desember, yaitunihil.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Apabila dalam tahun berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuktahun pajak yang lalu maka angsuran pajak dihitung berdasarkan suratketetapan pajak tersebut. Perubahan angsuran pajak tersebut berlakumulai bulan berikutnya setelah bulan diterbitkannya surat ketetapanpajak.

Contoh:Berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahunpajak 2009 yang disampaikan Wajib Pajak dalam bulan Pebruari 2010,perhitungan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar adalahsebesar Rp1.250.000,00. Dalam bulan Juni 2010 telah diterbitkan suratketetapan pajak tahun pajak 2009 yang menghasilkan besarnyaangsuran pajak setiap bulan sebesar Rp2.000.000,00.Berdasarkan ketentuan dalam ayat ini, maka besarnya angsuran pajakmulai bulan Juli 2010 adalah sebesar Rp2.000.000,00. Penetapanbesarnya angsuran pajak berdasarkan surat ketetapan pajak tersebutbisa sama, lebih besar atau lebih kecil dari angsuran pajak sebelumnyaberdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan.

Ayat (5)Cukup jelas.

Ayat (6)Pada dasarnya besarnya pembayaran angsuran pajak oleh Wajib Pajaksendiri dalam tahun berjalan sedapat mungkin diupayakan mendekatijumlah pajak yang akan terutang pada akhir tahun. Oleh karena ituberdasarkan ketentuan ini, dalam hal-hal tertentu Direktur JenderalPajak diberikan wewenang untuk menyesuaikan penghitunganbesarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajakdalam tahun berjalan, apabila terdapat kompensasi kerugian, WajibPajak menerima atau memperoleh penghasilan tidak teratur, atauterjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.

Contoh 1:- Penghasilan PT X tahun 2009 Rp 120.000.000,00- Sisa kerugian tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan Rp 150.000.000,00- Sisa kerugian yang belum Dikompensasikan tahun 2009 Rp 30.000.000,00

Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 tahun 2009 adalah:Penghasilan yang dipakai dasar penghitungan angsuran PajakPenghasilan Pasal 25 = Rp120.000.000,00 – Rp30.000.000,00 =Rp90.000.000,00.

Pajak Penghasilan terutang:28% x Rp90.000.000,00 = Rp25.200.000,00

Page 45: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Apabila pada tahun 2009 tidak ada Pajak Penghasilan yang dipotongatau dipungut oleh pihak lain dan pajak yang dibayar atau terutang diluar negeri sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 24 maka besarnyaangsuran pajak bulanan PT X tahun 2010 = 1/12 x Rp25.200.000,00=Rp2.100.000,00Contoh 2:

Dalam tahun 2009, penghasilan teratur Wajib Pajak A dari usahadagang Rp48.000.000,00 dan penghasilan tidak teratur sebesarRp72.000.000,00. Penghasilan yang dipakai sebagai dasarpenghitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 dari Wajib Pajak A padatahun 2010 adalah hanya dari penghasilan teratur tersebut.Contoh 3:

Perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak dapat terjadikarena penurunan atau peningkatan usaha. PT B yang bergerak dibidang produksi benang dalam tahun 2009 membayar angsuranbulanan sebesar Rp15.000.000,00.

Dalam bulan Juni 2009 pabrik milik PT B terbakar, oleh karena ituberdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak mulai bulan Juli 2009angsuran bulanan PT B dapat disesuaikan menjadi lebih kecil dariRp15.000.000,00.

Sebaliknya apabila PT B mengalami peningkatan usaha, misalnyaadanya peningkatan penjualan dan diperkirakan Penghasilan KenaPajaknya akan lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya,maka kewajiban angsuran bulanan PT B dapat disesuaikan olehDirektur Jenderal Pajak.

Ayat (7)

Pada prinsipnya penghitungan besarnya angsuran bulanan dalam tahunberjalan didasarkan pada Surat Pemberitahuan Tahunan PajakPenghasilan tahun yang lalu. Namun ketentuan ini memberikewenangan kepada Menteri Keuangan untuk menetapkan dasarpenghitungan besarnya angsuran bulanan selain berdasarkan prinsiptersebut di atas. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mendekati kewajaranperhitungan besarnya angsuran pajak karena didasarkan kepada dataterkini kegiatan usaha perusahaan.

a. Bagi Wajib Pajak baru yang mulai menjalankan usaha ataumelakukan kegiatan dalam tahun pajak berjalan perlu diaturperhitungan besarnya angsuran, karena Wajib Pajak belum pernahmemasukkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.Penentuan besarnya angsuran pajak didasarkan atas kenyataanusaha atau kegiatan Wajib Pajak.

b. Bagi Wajib Pajak yang bergerak dalam bidang perbankan, BadanUsaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, Wajib Pajakmasuk bursa dan Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuandiharuskan membuat Laporan Keuangan berkala perlu diaturperhitungan besarnya angsuran tersendiri, karena terdapatkewajiban menyampaikan kepada instansi Pemerintah laporanyang berkaitan dengan pengelolaan keuangan dalam suatu periodetertentu, yang dapat dipakai sebagai dasar penghitungan untukmenentukan besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan.

c. Bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu, yaitu WajibPajak orang pribadi yang mempunyai tempat usaha lebih dari satuatau mempunyai tempat usaha yang berbeda alamat dengan

Page 46: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

domisili, besarnya angsuran pajaknya perlu diatur tersendiri agarbesarnya angsuran mendekati keadaan yang sebenarnya.

Ayat (8)Pajak yang dibayar Wajib Pajak orang pribadi yang tidak memilikiNomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang bertolak ke luar negerimerupakan pembayaran angsuran pajak dalam tahun berjalan.Angsuran pajak ini dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan yangterutang pada akhir tahun bersangkutan setelah Wajib Pajak tersebutmemiliki NPWP.

Ayat (8a)

Cukup jelas.Ayat (9)

Cukup jelas.

Angka 22Pasal 26

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeridari Indonesia, Undang-Undang ini menganut dua sistem pengenaanpajak, yaitu pemenuhan sendiri kewajiban perpajakannya bagi WajibPajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatanmelalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, dan pemotongan oleh pihakyang wajib membayar bagi Wajib Pajak luar negeri lainnya.

Ketentuan ini mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yangbersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luarnegeri selain bentuk usaha tetap.Ayat (1)

Pemotongan pajak berdasarkan ketentuan ini wajib dilakukan olehbadan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan,bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnyayang melakukan pembayaran kepada Wajib Pajak luar negeri selainbentuk usaha tetap di Indonesia, dengan tarif sebesar 20% (dua puluhpersen) dari jumlah bruto.

Jenis-jenis penghasilan yang wajib dilakukan pemotongan dapatdigolongkan dalam:

1. penghasilan yang bersumber dari modal dalam bentuk dividen,bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminanpengembalian utang, royalti, dan sewa serta penghasilan lainsehubungan dengan penggunaan harta;

2. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, atau kegiatan;3. hadiah dan penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apa pun;

4. pensiun dan pembayaran berkala lainnya;5. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan

6. keuntungan karena pembebasan utang.Sesuai dengan ketentuan ini, misalnya suatu badan subjek pajak dalamnegeri membayarkan royalti sebesar Rp100.000.000,00 (seratus jutarupiah) kepada Wajib Pajak luar negeri, maka subjek pajak dalamnegeri tersebut berkewajiban untuk memotong Pajak Penghasilan

Page 47: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

sebesar 20% (dua puluh persen) dari Rp100.000.000,00 (seratus jutarupiah).

Sebagai contoh lain, seorang atlet dari luar negeri yang ikutmengambil bagian dalam perlombaan lari maraton di Indonesia, dankemudian merebut hadiah uang maka atas hadiah tersebut dikenaipemotongan Pajak Penghasilan sebesar 20% (dua puluh persen).

Ayat (1a)Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang menjalankanusaha atau melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap diIndonesia yang menerima penghasilan dari Indonesia ditentukan olehtempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak yang sebenarnyamenerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner). Olehkarena itu, negara domisili tidak hanya ditentukan berdasarkan SuratKeterangan Domisili, tetapi juga tempat tinggal atau tempatkedudukan dari penerima manfaat dari penghasilan dimaksud.Dalam hal penerima manfaat adalah orang pribadi, negara domisilinyaadalah negara tempat orang pribadi tersebut bertempat tinggal atauberada, sedangkan bila penerima manfaat adalah badan maka negaradomisilinya adalah negara tempat pemilik atau lebih dari 50% (limapuluh persen) pemegang saham baik sendiri-sendiri, maupun bersama-sama berkedudukan atau efektif manajemennya berada.

Ayat (2)

Ketentuan ini mengatur tentang pemotongan pajak atas penghasilanyang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri yang bersumberdi Indonesia, selain dari penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat(1), yaitu penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta, dan premiasuransi, termasuk premi reasuransi. Atas penghasilan tersebutdipotong pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari perkiraanpenghasilan neto dan bersifat final. Menteri Keuangan diberikanwewenang untuk menetapkan besarnya perkiraan penghasilan netodimaksud, serta hal-hal lain dalam rangka pelaksanaan pemotonganpajak tersebut.

Ketentuan ini tidak diterapkan dalam hal Wajib Pajak luar negeritersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatubentuk usaha tetap di Indonesia, atau apabila penghasilan daripenjualan harta tersebut telah dikenai pajak berdasarkan ketentuanPasal 4 ayat (2).

Ayat (2a)

Cukup jelas.Ayat (3)

Cukup jelas.Ayat (4)

Atas Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari bentukusaha tetap di Indonesia dipotong pajak sebesar 20% (dua puluhpersen).Contoh:

Penghasilan Kena Pajak bentuk usaha tetap di Indonesia dalam tahun2009 sebesar Rp17.500.000.000,00

Pajak Penghasilan:28% x Rp17.500.000.000,00 =Rp4.900.000.000,00

Page 48: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Penghasilan Kena Pajak setelah pajak Rp12.600.000.000,00Pajak Penghasilan Pasal 26 yang terutang

20% X Rp12.600.000.000 = Rp2.520.000.000,00Namun apabila penghasilan setelah pajak sebesarRp12.600.000.000,00 tersebut ditanamkan kembali di Indonesia sesuaidengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, maka ataspenghasilan tersebut tidak dipotong pajak.

Ayat (5)

Pada prinsipnya pemotongan pajak atas Wajib Pajak luar negeri adalahbersifat final, namun atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalamPasal 5 ayat (1) huruf b dan huruf c, dan atas penghasilan Wajib Pajakorang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status menjadiWajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, pemotonganpajaknya tidak bersifat final sehingga potongan pajak tersebut dapatdikreditkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.Contoh:

A sebagai tenaga asing orang pribadi membuat perjanjian kerja denganPT B sebagai Wajib Pajak dalam negeri untuk bekerja di Indonesiauntuk jangka waktu 5 (lima) bulan terhitung mulai tanggal 1 Januari2009. Pada tanggal 20 April 2009 perjanjian kerja tersebutdiperpanjang menjadi 8 (delapan) bulan sehingga akan berakhir padatanggal 31 Agustus 2009.

Jika perjanjian kerja tersebut tidak diperpanjang maka status A adalahtetap sebagai Wajib Pajak luar negeri. Dengan diperpanjangnyaperjanjian kerja tersebut maka status A berubah dari Wajib Pajak luarnegeri menjadi Wajib Pajak dalam negeri terhitung sejak tanggal 1Januari 2010. Selama bulan Januari sampai dengan Maret 2010 ataspenghasilan bruto A telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 26 olehPT B.Berdasarkan ketentuan ini, maka untuk menghitung Pajak Penghasilanyang terutang atas penghasilan A untuk masa Januari sampai denganAgustus 2010, Pajak Penghasilan Pasal 26 yang telah dipotong dandisetor PT B atas penghasilan A sampai dengan Maret tersebut, dapatdikreditkan terhadap pajak A sebagai Wajib Pajak dalam negeri.

Angka 23

Pasal 29Ketentuan ini mewajibkan Wajib Pajak untuk melunasi kekuranganpembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan Undang-Undang inisebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikandan paling lambat pada batas akhir penyampaian Surat PemberitahuanTahunan. Apabila tahun buku sama dengan tahun kalender makakekurangan pajak tersebut wajib dilunasi paling lambat tanggal 31 Maretbagi Wajib Pajak orang pribadi atau 30 April bagi Wajib Pajak badansetelah tahun pajak berakhir, sedangkan apabila tahun buku tidak samadengan tahun kalender, misalnya dimulai tanggal 1 Juli sampai dengan 30Juni, maka kekurangan pajak wajib dilunasi paling lambat tanggal 30September bagi Wajib Pajak orang pribadi atau 31 Oktober bagi WajibPajak badan

Page 49: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Angka 24Pasal 31A

Ayat (1)Salah satu prinsip yang perlu dipegang teguh di dalam Undang-Undang perpajakan adalah diberlakukan dan diterapkannya perlakuanyang sama terhadap semua Wajib Pajak atau terhadap kasus-kasusdalam bidang perpajakan yang hakikatnya sama, dengan berpegangpada ketentuan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, setiapkemudahan dalam bidang perpajakan jika benar-benar diperlukanharus mengacu pada kaidah di atas dan perlu dijaga agar di dalampenerapannya tidak menyimpang dari maksud dan tujuan diberikannyakemudahan tersebut.

Tujuan diberikannya kemudahan pajak ini adalah untuk mendorongkegiatan investasi langsung di Indonesia baik melalui penanamanmodal asing maupun penanaman modal dalam negeri di bidang-bidangusaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu yang mendapatprioritas tinggi dalam skala nasional.Demikian pula ketentuan ini dapat digunakan untuk menampungkemungkinan perjanjian dengan negara-negara lain dalam bidangperdagangan, investasi, dan bidang lainnya.

Ayat (2)Cukup jelas.

Angka 25Pasal 31B

Cukup jelas.

Angka 26Pasal 31C

Cukup jelas.

Angka 27Pasal 31D

Cukup jelas.

Pasal 31EAyat (1)

Contoh 1:Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2009 sebesarRp4.500.000.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesarRp500.000.000,00.

Penghitungan pajak yang terutang:Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran brutotersebut dikenakan tarif sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilanbadan yang berlaku karena jumlah peredaran bruto PT Y tidakmelebihi Rp4.800.000.000,00.

Page 50: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

Pajak Penghasilan yang terutang:50% x 28% x Rp500.000.000,00 = Rp70.000.000,00

Contoh 2:

Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2009 sebesarRp30.000.000.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesarRp3.000.000.000,00.

Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:1. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang

memperoleh fasilitas:(Rp4.800.000.000,00 : Rp30.000.000.000,00) xRp3.000.000.000,00 = Rp480.000.000,00

2. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yangtidak memperoleh fasilitas:Rp3.000.000.000,00 – Rp480.000.000,00 = Rp2.520.000.000,00

Pajak Penghasilan yang terutang:- 50%x 28% x Rp480.000.000,00 = Rp 67.200.000,00- 28% x Rp2.520.000.000,00 = Rp 705.600.000,00Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang Rp772.800.000,00

Angka 28Pasal 32

Cukup jelas.

Angka 29Pasal 32B

Dalam rangka memperluas pasar Obligasi Negara, pemerintah dapatmengenakan tarif khusus yang lebih rendah atau membebaskan pengenaanpajak atas Obligasi Negara yang diperdagangkan di bursa negara lain.Pemerintah hanya dapat mengenakan perlakuan khusus ini sepanjangnegara lain tersebut juga memberikan perlakuan yang sama atas ObligasiNegara tersebut yang diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

Angka 30

Pasal 35Dengan peraturan pemerintah diatur lebih lanjut hal-hal yang belum cukupdiatur dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang ini, yaitu semuaperaturan yang diperlukan agar Undang-Undang ini dapat dilaksanakandengan sebaik-baiknya, termasuk pula peraturan peralihan.

Pasal IIAngka 1

Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang berakhir tanggal 30 Juni2001 atau sebelumnya (tidak sama dengan tahun kalender), tahun bukutersebut adalah tahun pajak 2000. Pajak yang terutang dalam tahun tersebuttetap dihitung berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983

Page 51: PENJELASAN ATAS NOMOR TAHUN TENTANG I. UMUM · TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan perundang-undangan perpajakan

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-UndangNomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, sedangkan Wajib Pajak yang tahunbukunya berakhir setelah tanggal 30 Juni 2001 wajib menghitung pajaknyamulai tahun pajak 2001 berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983tentang Pajak Penghasilan, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketigaatas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Angka 2Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang berakhir tanggal 30 Juni2009 atau sebelumnya (tidak sama dengan tahun kalender), tahun bukutersebut adalah tahun pajak 2008. Pajak yang terutang dalam tahun tersebuttetap dihitung berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-UndangNomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-UndangNomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, sedangkan Wajib Pajak yangtahun bukunya berakhir setelah tanggal 30 Juni 2009 wajib menghitungpajaknya mulai tahun pajak 2009 berdasarkan Undang-Undang Nomor 7Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Undang-Undang ini.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ….