Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENJERNIHAN MINYAK GORENG BEKAS DARI ARANG
AKTIF TEMPURUNG KEMIRI TERAKTIVASI H3PO4
SKRIPSI
YUSTINA BAPA
8112025
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TRIBUANA KALABAHI
2020
PENJERNIHAN MINYAK GORENG BEKAS DARI ARANG
AKTIF TEMPURUNG KEMIRI TERAKTIVASI H
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK
MEMPEROLEH GELAR SARJANA (S1)
PADA PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TRIBUANA KALABAHI
ii
SKRIPSI
PENJERNIHAN MINYAK GORENG BEKAS DARI ARANG
AKTIF TEMPURUNG KEMIRI TERAKTIVASI H
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK
MEMPEROLEH GELAR SARJANA (S1)
PADA PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
TRIBUANA KALABAHI
YUSTINA BAPA 8112025
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TRIBUANA KALABAHI
2020
PENJERNIHAN MINYAK GORENG BEKAS DARI ARANG
AKTIF TEMPURUNG KEMIRI TERAKTIVASI H3PO4
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK
MEMPEROLEH GELAR SARJANA (S1)
PADA PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Yustina Bapa
Nim : 8112025
Program Studi : Kimia
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan
tugas akhir yang berjudul : PENJERNIHAN MINYAK GORENG BEKAS
DARI ARANG AKTIF TEMPURUNG KEMIRI TERAKTIVASI H3PO4
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam tugas akhir saya tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang
undangan yang berlaku.
Kalabahi, Januari 2020
Yustina Bapa
8112025
PENJERNIHAN MINYAK GORENG BEKAS DARI ARANG AKTIF
TEMPURUNG KEMIRI TERAKTIVASI H
Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Diujikan
Pembimbing I
Loth Botahala, S. T., M.Si
NIDN. 0824057201
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
PENJERNIHAN MINYAK GORENG BEKAS DARI ARANG AKTIF
TEMPURUNG KEMIRI TERAKTIVASI H3PO
OLEH
YUSTINA BAPA
NIM. 8112025
Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Diujikan
Pada Tanggal, 21 Januari 2020
Pembimbing I
Loth Botahala, S. T., M.Si
NIDN. 0824057201
Pembimbing II
Faryda V. Lamma Koly, S.P
NIDN.0806029001
PENJERNIHAN MINYAK GORENG BEKAS DARI ARANG AKTIF
PO4
Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Diujikan
Pembimbing II
Faryda V. Lamma Koly, S.Pd.,M.Sc
NIDN.0806029001
PENJERNIHAN MINYAK GORENG BEKAS DARI ARANG AKTIF
TEMPURUNG KEMIRI TERAKTIVASI H
Skripsi Ini Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Dan Dinyatakan
Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Penguji I Rosalina Y. Kurang, S.Si., M.Si.
NIDN. 0805078903
Penguji II Zakarias A. Mautuka, S.T., M.Si.
NIDN. 0827018401
Penguji III Martasiana Karbeka, S.Si.,M.Sc.
NIDN
Penguji IV Loth Botahala, S.T., M.Si.
NIDN.
Penguji V Faryda V. Lamma Koly S.P
NIDN. 0806029001
Ketua Program Studi Kimia
Rosalina Y. Kurang, S.Si., M.Si NIDN. 0805078903
v
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
PENJERNIHAN MINYAK GORENG BEKAS DARI ARANG AKTIF
TEMPURUNG KEMIRI TERAKTIVASI H3PO
OLEH:
YUSTINA BAPA
NIM: 8112025
Skripsi Ini Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Dan Dinyatakan
Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
(S.Si)
Pada Tanggal 21 Januari 2020
Rosalina Y. Kurang, S.Si., M.Si.
NIDN. 0805078903
………………...
Zakarias A. Mautuka, S.T., M.Si.
NIDN. 0827018401
………………...
Martasiana Karbeka, S.Si.,M.Sc.
NIDN. 0811038901
……
Loth Botahala, S.T., M.Si.
NIDN. 0824057201
…………………
Faryda V. Lamma Koly S.Pd., M.Sc.
DN. 0806029001 ………………
Ketua Program Studi Kimia
Rosalina Y. Kurang, S.Si., M.Si NIDN. 0805078903
PENJERNIHAN MINYAK GORENG BEKAS DARI ARANG AKTIF
PO4
Skripsi Ini Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Dan Dinyatakan
Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
………………...
………………...
……………..
…………………
………………..
vi
BIODATA PENULIS
YUSTINA BAPA, akrab dipanggil Yustin lahir di
Nadda, pada tanggal 14Juni 1996. Agama Kristen
Protestan, Kewarganegaraan Indonesia. Penulis
adalah anak dari pasangan BapakJhonan Bapa dan
Mama Ariance Bapa sebagai anak ke Tiga dari
lima bersaudara.
Pada tahun 2001 penulis masuk Sekolah Dasar
Inpres Kayang 03 dan tamat tahun 2007. Pada
tahun yang sama penulis melanjutkan ke sekolah Menengah pertama Kristen 01
Kalabahi dan tamat tahun 2010. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan studi ke
Sekolah Menengah Atas Negri Baranusa dan tamat tahun 2014. Pada tahun 2015
penulis melanjutkan studi ke perguruan tinggi Universitas Tribuana Kalabahi,
pada tanggal 21 Januari 2019 penulis dinyatakan lulus ujian skripsi pada Program
Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
vii
MOTTO
Tanpa Tuhan kehidupan tidak memiliki tujuan. Tanpa tujuan hidup tidak
memiliki makna. Tanpa makna kehidupan tidak memiliki harapan.
(Anonim)
Karena itu aku berkata kepadamu :
Apa saja yang kamu minta dan doakan,
percayalah bahwa kamu telah menerimanya,
maka hal itu akan diberikan kepadamu
Markus 11:24
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini merupakan kado yang sederhana kupersembahankan kepada:
1. Orangtua tercinta Bapak Jhonan Bapa, Mama Ariance Bapa, yang selalu
memberi motivasi saat penulis mulai menyerah, memberi semangat saat
penulis lelah dan selalu memberi teguran saat penulis mulai salah arah,
terima kasih yang tulus untuk setiap doa-doanya.
2. Kak Ibu Ona Erni Bapa, kak Zet Pelimas Bapa, yang selalu bersama-sama
untuk setiap waktu yang selalu ada disetiap langkah juang, memberi
semangat baru, harapan baru, motivasi dan setiap doa-doa yang tulus bagi
penulis.
3. Keluargaku tercinta (Opa) Teofilus Bapa (Oma) Amelia A. Bapa, Bpk.
Osias Bapa, mama me’e kawa Om Abraham S. Ismail tanta Diana Bapa,
tanta Wasni Bapa terima kasih yang tulus untuk setiap doa-doanya
menghantarkanku ke gerbang kesuksesan.
4. Keluarga Angkat Ibu paulina Maro, yang dengan tulus hati menerima
penulis bersama-sama selama kurang lebih 3 tahun, terima kasih untuk
semua kasih sayang, motivasi, disetiap langkah juang.
5. Almamaterku tercinta Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tribuana Kalabahi khususnya Program Studi Kimia
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Yesus Kristus Sang pemilik kehidupan atas penyertaan
dan pertolonganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsiini
dengan judul “Penjernihan Minyak Goreng Bekas Dari Arang Aktif
Tempurung Kemiri Teraktivasi H3PO4”. Dalam penulisan skripsi ini, penulis
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan
hati penulis menyampaikan terima kasih kepada.
1. Tuhan Yesus penolongku disetiap langkah juang.
2. Ibu Erna J.Malaikosa, S.Kom., M.Kom. selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Ibu Rosalina Y. Kurang S.Si., M.Si. selaku Ketua Program Studi Kimia.
4. Bapak Loth Botahala, S.T.,M.Si, dan Ibu Faryda V. L. Kolly, S.pd, M.Sc
selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu guna
memberikan bimbingan dalam menyelesaikan Skripsi ini.
5. IbuRosalina Y. Kurang, S.Si.,M.Si., Bapak Zakarias A. Mautuka, ST.,
M.Si, ibu Martasiana karbeka S.Si.,M.Sc selaku dosen penguji I, II, dan III
yang telah banyak membantu penulisan ini dengan berbagai pemikiran,
tenaga, serta waktu dan arahan.
6. Bapak Loth Botahala, S.T., M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik yang
selalu membantu penulis dalam memberikan arahan dan nasehat dalam
penyelesaian studi.
7. Dosen-dosen Program Studi Kimia Universitas Tribuana Kalabahi yang
telah memberikan ilmunya kepada penulis.
8. Bapak dan Mama beserta saudara-saudari tercinta yang selalumendoakan
dan mendukung guna keberhasilan penulis.
9. Keluargaku tercinta yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
10. Teman-teman seperjuangan Program Studi Kimia angkatan 2015terima
kasih atas dukungan dan kebersamaannya.
11. Almamaterku tercinta Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tribuana Kalabahi khususnya Program Studi Kimia.
x
12. Semua pihak yang telah membantu penulis selama proses perkuliahan
hingga pada penyelesaian Skripsi ini kiranya Tuhan Yesus memberkati.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
guna menyempurnakan skripsi ini. Harapan penulis, kiranya skripsi ini dapat
berguna bagi para pembaca khususnya mahasiswa programstudi kimia.
Kalabahi, 21 Januari 2020
Penulis
xi
ABSTRAK
Penelitian tentang Perbandingan Waktu Kontak Arang Kulit Kemiri
Teraktivasi dengan H3PO4 pada Proses Pemurnian Minyak Goreng Bekas telah
dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk menentukan kemampuan cangkang kemiri
yang diaktivasi dengan H3PO4 terhadap penjernihan minyak goreng bekas. Variasi
jumlah cangkang kemiri yang digunakan yakni 1 gram, 2 gram, dan 3 gram serta
variasi waktu kontak yakni 10 menit, 30 menit, dan 60 menit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktivasi arang cangkang kemiri menggunakan H3PO4
memenuhi syarat SNI 16-3730-1995 masing-masing kadar air 1,535%, kadar abu
3,225%. Sedangkan hasil penjernihan minyak goreng bekas dengan jumlah arang
aktif 2 gram pada waktu 60 menit menghasilkan penurunan bilangan peroksida
sebesar64,58% dan asam lemak bebas sebesar 54,84%.
Kata kunci: arang aktif, minyak goreng bekas, asam lemak, aktivasi kimia,
H3PO4.
xii
ABSTRACT
Research on Comparison of the Contact Time of Candlenut Charcoal with
H3PO4 Activator in the Process of Purifying Used Cooking Oil has been
conducted. The purpose of this study was to determine the ability of candlenut
shells activated with H3PO4 against purifying used cooking oil. The variation of
the number of candlenut shells used is 1 grams, 2 grams, and 3 grams and the
variation of contact time is 10 minutes, 30 minutes and 60 minutes. The results
showed that the activation of hazelnut shell using H3PO4 fulfills terms SNI 16-
3730-1995, while the results of used cooking oil purification with 2 grams of
activated charcoal in 60 minutes resulted in a decrease in peroxide number of
64.58% and free fatty acids of 54, 84%.
Keywords: activated charcoal, cooking oil, fatty acids, chemical activation,
H3PO4.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… ii
PERNYATAAN ORISINALITAS.......................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................... v
BIODATA PENULIS............................................................................... vi
MOTTO................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN.....................................................................................
KATAPENGANTAR................................................................................
viii
ix
ABSTRAK................................................................................................. xi
DAFTAR ISI............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xv
DAFTAR TABEL..................................................................................... Xvi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Goreng............................................................................... 4
2.2 Minyak Goreng Bekas.................................................................... 7
2.2.1 Proses Penjernihan.......................................................................... 10
2.2.2 Analisis Kualitas Minyak Goreng Hasil Penjernihan..................... 11
2.3 Kemiri ............................................................................................ 12
2.4 Arang Aktif..................................................................................... 14
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................. 20
3.2Bahan danAlat............................................................................................. 20
3.3 Prosedur Penelitian...................................................................................... 20
xiv
3.4 Analisis Kualitas Minyak Goreng ....................................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian kualitas Arang Aktif............................................................ 25
4.2 Penjernihan minyak goreng bekas....................................................... 25
4.3 Analisis kualitas Minyak Goreng bekas.............................................. 26
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan.........................................................................................
5.2 Saran ……………………………………..........................................
28
28
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 29
LAMPIRAN.............................................................................................. 32
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur trigliserida……….................................................. 5
Gambar 2.2 Struktur pembentukan trigliserida…................................... 7
Gambar 4.1 Reaksi Trigliserida............................................................... 27
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Standar mutu minyak goreng …………................................. 9
Tabel 2.2 Komposisi kimia cangkang kemiri …..................................... 13
Tabel 2.3 Syarat mutu karbon aktif…………………………….............. 19
Tabel 4.1 Hasil variasi waktu kontak arang cangkang kemiri dengan minyak goreng bekas............................................................... 26
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Perhitungan analisis hasil sifat arang aktif cangkang
kemiri................................................................................ 32
Lampiran 2 Perhitungan analisis hasil angka peroksida dan asam
lemak bebas …………….................................................. 33
Lampiran 3 Foto-foto penelitian……………………………………... 39
Lampiran 4 Hasil Laboratorium ……………………………….......... 41
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai
bahan pengolahan makanan. Minyak goreng berfungsi untuk memperbaiki rupa
dan tekstur fisik bahan pangan, memberikan cita rasa gurih dan menambah nilai
gizi (Ketaren, 2005 dalam Aisyah, 2010). Minyak dapat bersumber dari tanaman
misalnya minyak zaitun, minyak jagung, minyak kelapa, minyak nabati, minyak
kelapa sawit dan minyak biji bunga matahari. Minyak juga dapat bersumber dari
hewani misalnya, ikan sarden, ikan paus dan lain-lain (Ketaren, 1986 dalam
Irmawati, 2013).
Tempat usaha gorengan merupakan salah satu tempat usaha gorengan yang
memproduksi jajanan seperti pisang goreng, bakwan, tahu isi dan sejenisnya.
Kebanyakan pengelola tidak menggunakan minyak yang baru, tetapi
memanfaatkan minyak goreng bekas pakai untuk penggorengan selanjutnya
karena dianggap lebih ekonomis dan irit. Namun, dengan adanya kenaikan harga
minyak goreng mengakibatkan kecenderungan konsumen menggunakan minyak
goreng bekas secara berulang-ulang tanpa mempertimbangkan resiko bagi
kesehatan. Pemakaian minyak goreng bekas yang berkelanjutan dapat merusak
kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat
mengurangikan kecerdasan generasi berikutnya (Rukmini, 2007 dalam Mau Sir,
2015). Oleh karena ituperlupenanganan yang tepat agar limbah minyak goreng
2
bekas ini dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian bagi aspek
kehidupan manusia dan lingkungan.
Berbagai penelitian tentang penjernihan dan peningkatan kualitas minyak
goreng bekas telah dilakukan, Menurut Hartini dkk.,(2011) telah melakukan
penelitian terhadap adsorpsi minyak goreng bekas menggunakan arang aktif dari
sabut kelapa dengan aktivator H3PO4 mampu menjernihkan minyak goreng bekas
dan meningkatkan kualitas minyak goreng bekas menjadi lebih baik, Botahala
dkk., (2016) telah melakukan penelitian tentang penjernihan minyak goreng bekas
menggunakan cangkang kemiri dengan aktivator HCl. Tempurung kemiri sebagai
bahan baku pembuatan arang (Bukasa dkk., 2012 dan Lempang dkk., 2012) dan
penggunaan arang aktif dari limbah pertanian merupakan bahan mentah yang
potensial untuk preparasi arang aktif (Zakir dkk.,2013).
Arang adalah suatu bahan padat berpori yang dihasilkan melalui proses
karbonisasi dari bahan-bahan yang mengandung karbon Lempang (2014). Arang
aktif adalah arang yang diaktifkan dengan cara perendaman dalam bahan kimia
atau dengan cara mengalirkan uap panas kedalam bahan sehingga pori bahan
menjadi lebih terbuka, karena semakin banyak arang aktif semakin tinggi pula
daya serap bahan tersebut terhadap suatu gas atau cairan (Botahala L., 2019).
Aktivasi arang bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang
dengan membuka pori-pori yang tertutup, agar dapat memperbesar daya serap
(Nur, 2012), sehingga dapat digunakan sebagai penyerap untuk memucatkan
minyak, dapat juga menyerap suspensi koloid yang menghasilkan bau yang tidak
dikehendaki dan mengurangi jumlah peroksida sebagai hasil degradasi minyak
3
(Wahjuni dan dkk., 2008 dalam Nur, 2012). Hal inilah yang mendasari peneliti
untuk menjernihkan minyak goreng bekas dari tempurung kemiri menggunakan
aktivator H3PO4.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kualitas arang aktif tempurung kemiri teraktivasi H3PO4?
2. Bagaimana pengaruharang aktif tempurung kemiripada proses penjernihan
minyak goreng bekas?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menentukan kualitas arang aktif tempurung kemiri teraktivasi H3PO4.
2. Menganalisis pengaruh arang aktif tempurung kemiri pada proses penjernihan
minyak goreng bekas.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi ilmiah tentang penjernihan minyak goreng bekas dari
tempurung kemiri teraktivasi H3PO4.
2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah untuk melakukan tindakan
pengolahan limbah cangkang kemiri dan minyak goreng bekas.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Goreng
Salah satu kebutuhan penting yang diperlukan oleh masyarakat Indonesia
adalah minyak goreng. Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak
tumbuhan dan hewan yang dimurnikan berbentuk cair dalam suhu kamar melalui
atau tanpa proses kimiawi, termasuk hidrogenasi dan biasanya digunakan sebagai
bahan pangan untuk menggoreng bahan makanan (Fauziah dkk, 2013; Irmawati,
2013). Minyak goreng dapat diproduksi dari berbagai macam bahan mentah,
misalnya kelapa, kopra, kelapa sawit, kacang kedelai, biji jagung (lembaganya),
biji bunga matahari, biji zaitun (olive) dan lain-lain. Minyak goreng berfungsi
sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih, penambah nilai kalori dan
membuat makanan menjadi renyah, kering, berwarna keemasan/kecoklatan, akan
tetapi jika minyak goreng digunakan secara berulang kali akan membahayakan
kesehatan (Widayat dkk., 2006 dalam Fauziah dkk., 2013).
Minyak goreng juga merupakan sumber energi yang lebih efektif
dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak dapat menghasilkan 9
kkal energi, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram.
Penggunaan minyak khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam lemak
esensial yang banyak mengandung HDL (high-density lipoprotein) yang dapat
mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol (Irmawati,
2013).
5
Kualitas minyak goreng ditentukan oleh komponen asam lemak
penyusunnya yaitu asam lemak jenuh atautidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh
mengandung ikatan rangkap. Sedangkan, asam lemak jenuh tidak mempunyai
ikatan rangkap (Suroso, 2013).
Minyak dan lemak terdiri dari campuran trigliserida, yang merupakan ester
dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak dan lemak tidak berbeda
dalam bentuk umum trigliseridanya. Minyak dan lemak tidak larut dalam air
dingin tetapi sedikit larut dalam alkohol, terutama minyak dengan berat molekul
rendah (kecuali minyak jarak). Minyak dan lemak dapat larut sempurna dalam
ester, hidrokarbon, benzene, karbon disulfida dan pelarut-pelarut halogen.
Kelarutan minyak dan lemak dalam suatu pelarut ditentukan oleh sifat polaritas
asam lemaknya. Asam lemak yang bersifat polar cenderung larut dalam pelarut
polar, sedangkan asam lemak nonpolar larut dalam pelarut nonpolar. Daya
kelarutan asam lemak biasanya lebih tinggi dari komponen gliseridanya, dan
dapat larut dalam pelarut organik yang bersifat polar dan nonpolar. Semakin
panjang rantai karbon asam lemak maka minyak atau lemak tersebut semakin
sukar larut. Minyak dan lemak yang tidak jenuh lebih mudah larut dalam pelarut
organik dari pada asam lemak jenuh dengan panjang rantai karbon sama (Ketaren,
1986 dalam Irmawati, 2013) Sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Struktur Trigliserida
6
Sifat daya tahan minyak sangat bergantung pada komponen penyusunnya,
terutama kandungan asam lemak dan non lemak berupa zat pengotor
(Raharjo,2011). Asam lemak umumnya semakin reaktif terhadap oksigen dengan
bertambah hanya jumlah ikatan rangkap pada rantai molekul (Mahatta dalam
Suroso, 2013). Kecepatan oksidasi lemak yang dibiarkan di udara akan bertambah
dengan kenaikan suhu dan berkurang dengan penurunan suhu Menurut Taufiq
(2007). Kecepatan akumulasi peroksida selama proses penambahan (aierasi)
minyak pada suhu 100-115°C kurang lebih dua kali lebih besar dibandingkan pada
suhu 10°C (Aisya dkk., 2010).
Minyak merupakan senyawa trigliserida hasil kondensasi dari 1 molekul
gliserol dengan 3 molekul asam lemak terlihat pada Gambar 2.2. Menurut
Padalowa (2015), gliserol dengan 3 gugus hidroksil dapat mengikat 3 rantai asam
lemak membentuk trigliserida dengan melepaskan 3 molekul air. Menurut
Kusnandar (2010), ikatan yang terbentuk adalah antara gugus karboksil pada asam
lemak dan gugus hidroksil pada gliserin. Setiap pembentukan ikatan kovalen akan
membebaskan satu molekul air sehingga reaksinya disebut reaksi polimerasi
kondensasi. Karena gliserol memiliki tiga gugus hidroksil maka gliserol dapat
mengikat maksimum tiga rantai asam lemak dan dapat melepaskan maksimal tiga
molekul air untuk membentuk trigliserida. Reaksi pembentukan trigliserida dapat
dilihat pada Gambar 2.2
7
Gambar 2.2 Struktur pembentukan trigliserida
2.2 Minyak Goreng Bekas
Kenaikan harga minyak goreng yang cukup tinggi tentu dapat
menimbulkan dampak yang signifikan sehingga masyarakat cenderung memakai
kembali minyak goreng bekas untuk menggoreng makanan dan dipakai berulang-
ulang demi penghematan tanpa mempertimbangkan risiko bagi kesehatan
(Istighfaro, 2010). Semakin sering digunakan tingkat kerusakan minyak akan
semakin tinggi. Penggunaan minyak berkali-kali mengakibatkan minyak menjadi
cepat berasap atau berbusa dan meningkatkan warna coklat serta rasa yang tidak
disukai pada bahan makanan yang digoreng (Aisyah dkk., 2010). Kerusakan
minyak goreng yang berlangsung selama penggorengan akan menurunkan nilai
gizi dan berpengaruh terhadap mutu dan nilai bahan pangan yang digoreng karena
telah mengalami perubahan secara kimiawi sehingga dapat menyebabkan
penurunan kualitas minyak.
Semakin banyak ikatan rangkap yang dimiliki oleh asam lemak, akan
semakin reaktif terhadap oksigen sehingga cenderung mudah teroksidasi.
8
Sementara itu, asam lemak yang rantainya dominan mengandung ikatan tunggal
cenderung lebih mudah terhidrolisis. Kedua proses kerusakan tersebut dapat
menurunkan kualitas minyak (Suroso, 2013). Oksidasi minyak akan menghasilkan
senyawa aldehid, keton, hidrokarbon, alkohol, lakton, serta senyawa aromatis
yang mempunyai bau tengik dan rasa getir (Raharjo, 2011). Asam lemak bebas
adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat sebagai
trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi
biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit
adalah gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya
faktor-faktor seperti panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama
reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar asam lemak bebas yang
terbentuk (Ketaren, 1986 dalam Irmawati, 2013).
Minyak yang rusakakibat oksidasi dan polimerisasi akan menghasilkan
senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, serta kerusakan sebagian vitamin
dan asam lemak esensial yang terdapat dalam minyak (Istighfaro, 2010) akan
mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan menimbulkan berbagai macam
penyakit, seperti diare, pengendapan lemak dalam pembuluh darah, kanker
menurunkan nilai cerna lemak, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi
kecerdasan generasi berikutnya (Widayat, 2006). Standar mutu minyak goreng
menurut Anonim (2013) sebagaimana tertera pada Tabel 2.1
9
Tabel 2.1 Standar mutu minyak goreng
No Kriteria Uji Persyaratan 1 Bau Normal 2 Warna Normal 3 Bilangan asam Maks. 0,6 mg KOH/g 4 Minyak pelican Negatif 5 Kadar Air Maksimal 0,15% 6 Asam Lemak Bebas Maksimal 2 % 7 Angka Peroksida Maksimal 10 meq/kg
Hasil penelitian oleh Botahala L.,dkk.(2016), menunjukkan jumlah kadar
asam lemak bebas dan bilangan peroksida pada minyak goreng bekas di
kabupaten Alor mencapai masing-masing sebesar 1,97 % dan 58,7 meq.
Menurut Aminuddin (2010) dalam Irmawati, 2013), Kadar asam lemak
bebas merupakan banyaknya asam lemak bebas yang dihasilkan dari proses
hidrolisis minyak. Banyaknya asam lemak bebas dalam minyak menunjukkan
penurunan kualitas minyak. Penentuan asam lemak bebas atau biasa disebut
dengan FFA (Free Faty Acid) sangat penting kualitasnya minyak. Sedangkan
bilangan asam digunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang
terdapat pada minyak. Semakin besar angka ini berarti kandungan asam lemak
bebas semakin tinggi, hal ini dapat berasal dari proses hidrolisis ataupun proses
pengolahan yang kurang baik. Struktur asam lemak yang tidak jenuh yang
memiliki ikatan rangkap bersifat tidak stabil dan mudah berubah menjadi asam
lemak jenuh atau asam lemak trans yang berbahaya untuk kesehatan. Makin
banyak jumlah ikatan rangkapnya makin banyak terbentuk asam lemak trans,
terutama jika minyak ini digunakan berulang ulang lebih dari tiga kali. Selain
strukturnya berubah, maka akan terbentuk senyawa lain yang bersifat toksik
(Aprilio, 2010 dalam Irmawati, 2013).
10
2.2.1 Proses penjernihan minyak goreng bekas
Penjernihan merupakan tahap dari proses pemanfaatan minyak goreng
bekas, yang hasilnya dapat digunakan sebagai minyak goreng kembali. Tujuan
utama penjernihan minyak goreng bekas adalah menghilangkan rasa serta bau
yang tidak enak, warna yang kurang menarik dan memperpanjang daya simpan
sebelum digunakan kembali (Susinggih dkk, 2005 dalam Mau sir, 2015). Menurut
Botahala, dkk. (2019), penjernihan minyak goreng bekas meliputi 3 proses yakni
proses penghilangan bumbu, proses netralisasi, dan proses penjernihan.
1. Proses penghilangan bumbu (Despicing)
Penghilangan bumbu (despicing) merupakan proses pengendapan dan
pemisahan kotoran akibat bumbu dan kotoran dari bahan pangan yang bertujuan
menghilangkan partikel halus tersuspensi atau terbentuk koloid seperti protein,
karbohidrat, garam, gula, dan bumbu rempah-rempah yang digunakan mengoreng
bahan pangan.
2. Proses netralisasi
Netralisasi merupakan proses untuk menurunkan nilai asam lemak bebas
dari minyak goreng bekas dengan mereaksikan asam lemak bebas tersebut dengan
larutan basa. Sabun yang terbentuk pada awal proses netralisasi tidak dapat larut
dalam minyak dan dapat dipisakan dengan cara sentrifugasi. Selain itu proses
netralisasi juga untuk menghilangkan bahan penyebab warna gelap, sehingga
minyak menjadi lebih jernih.
11
3. Proses penjernihan (Bleaching)
Penjernihan (bleaching) merupakan usaha untuk menghilangkan zat warna
alami dan zat warna lain yang merupakan degradasi zat warna alamiah, pengaruh
logam dan warna akibat oksidasi.
2.2.2 Analisis kualitas minyak goreng hasil penjernihan
1. Penentuan bilangan peroksida
Menurut Padalowa (2015), peroksida merupakan senyawa antara
rangkaian proses ketengikan minyak oleh peristiwa oksidasi. Bilangan peroksida
adalah bilangan yang menggambarkan jumlah oksigen dalam miliequivalen yang
terdapat dalam 1000 gram minyak. Apabila jumlah senyawa peroksida dalam
minyak makin banyak menunjukan minyak tersebut akan cepat menjadi tengik
atau “rancid”. Dengan demikian peroksida tidak dikehendaki dalam minyak,
kalau senyawa tersebut terdapat dalam minyak maka jumlahnya perlu dibatasi.
bilangan peroksida dapat ditentukan dalam beberapa cara, diantaranya adalah
dengan cara titrasi-yodometri, polarometri dan spektrofotometri. Menurut
Sudardji, (1997) dalam Nur, (2012) rumus yang digunakan untuk menghitung
bilangan peroksida adalah sebagai berikut:
Bilanganperoksida:����������.�����������
������(����)..........................1)
Keterangan: mL Na�S�O� = Volume titranNa�S�O�
N. Na�S�O� = Normalitas larutanNa�S�O� (= 0,1)
2. Penentuanasam lemak bebas
Menurut Ketaren (2005), dalam Mau Sir, (2015) Adanya asam lemak
bebas dalam minyak goreng tidak bagus dalam kesehatan. Makin besar kadar
12
asam lemak bebas dalam minyak maka kualitasnya semakin rendah. Minyak yang
banyak mengandung asam lemak bebas tidak tahan disimpan lama. Asam lemak
bebas walaupun berada dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak lezat,
menyebabkan karat dan warna gelap jika dipanaskan dalam wajan besi.
Menurut Julisti (2010) dalam Mau Sir (2015), Penentuan asam lemak
dapat dipergunakan untuk mengetahui kualitas dari minyak atau lemak. Hal ini
dikarenakan bilangan asam dapat dipergunakan untuk mengukur dan
mengetahui jumlah asam lemak bebas dalam suatu bahan atau sampel. Semakin
besar angka asam maka dapat diartikan kandungan asam lemak bebas dalam
sampel semakin tinggi. Besarnya asam lemak bebas yang terkandung dalam
sampel dapat diakibatkan dari proses hidrolisis karena proses pengolahan yang
kurang baik. Menurut Sudardji, (1997) dalam Nur, (2012) rumus yang
digunakan untuk menghitung asam lemak bebas adalah sebagai berikut:
% ��� = ������������� .������������
�����������×����× 100......(2)
Keterangan:
%FFA : Kadar asam lemak bebas
mL NaOH : Volume titran NaOH
N NaOH : Normalitas Larutan NaOH = 0,1
BM : Berat molekul asam palmintat (256,42 g/mol)
2.3 Kemiri
Kemiri merupakan jenis tanaman komoditi yang banyak terdapat di
Daerah Kabupaten Alor. Menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi NTT
menunjukkan bahwa produksi kemiri di Daerah Kabupaten Alor dari tahun 2010
13
sampai dengan tahun 2012 berturut-turut sebesar 3.218, 3.421, dan 3.423 ton.
Menurut Siahaan poltak (2009) dalam Mau Sir (2015) cangkang kemiri yang
dihasilkan adalah 35% dan 65% merupakan daging biji kemiri sehingga limbah
dari cangkang kemiri yang dihasilkan dari tahun 2010 sampai dengan 2012
berturut-turut sebesar 1126.3, 1197.35, 1198.05 ton,dan akan meningkat setiap
tahunnya.
2.3.1 Cangkang kemiri
Cangkang kemiri ketebalanya sekitar 3-5 mm, berwarna coklat atau
kehitaman. Kulit biji inilah yang merupakan bagian buah paling keras. Biji kemiri
memiliki bentuk bulat dan limas, agak gepeng dengan salah satu ujungnya
meruncing. Diameter biji mencapai 1,5-2 cm. Didalamnya terdapat daging biji
berwarna putih yang kaku. Sehingga jika ditelusuri dari luar kedalam bagian buah
kemiri berturut-turut adalah kulit luar, lapisan kayu, lapisan biji, endosperm dan
katiledon (Paimin, dalam Pally 2013).
Komposisi kimia dari cangkang kemiri menurut Paimin, dalam Pally,
(2013) dapat di lihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Cangkang Kemiri
No Komponen Kadar (%)
1 Holoselulosa 49,22 2 Pentosa 14,55 3 Lignin 54,46 4 Ekstraktif : Kelarutan dalam air 1,96 Kelarutan dalam air panas 6,18
Kelarutan dalam alcohol benzene 2,69 5 Kelarutan dalam NaOH 1 % 17,14 6 Abu 8,73
14
2.4 Arang Aktif
Sampah biomassa seperti sampah pertanian merupakan bahan mentah
yang potensial untuk preparasi arang aktif (Zakir dkk.,2013). Menurut Ismadji
dkk.(2005), digunakan sebagai adsorben untuk pemisahan dan penjernihan
campuran gas dan cairan. Arang aktif dapat dibuat dari berbagai jenis bahan baku
yang mempunyai kandungan arang cukup tinggi dengan berbagai macam cara
pengolahan yang berbeda (Wibowo dkk.,2004). Mutu permukaan arang aktif yang
dihasilkan sangat berpengaruh pada bahan baku, bahan pengaktif, suhu dan cara
pengaktifannya (Ismadji dkk., 2005).
Arang Aktif adalah arang yang sudah diaktifkan sehingga pori-porinya
terbuka dan daya serapnya lebih besar dari arang biasa (Surest dkk., 2008). Pori-
pori pada arang aktif menurut IUPAC (International Union of Pure dan Applied
Chemistry), dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan yakni makropori dengan
diameter > 25 nm, mesopori dengan diameter 1 – 25 nm, dan mikropori dengan
diameter < 1 nm (Botahala L., 2019). Dari ketiga golongan tersebut, menurut
(Botahala L., 2019),mikropori dapat lebih efektif dalam proses penjerapan, karena
luas permukaannya jauh lebih besar dari mesopori dan makropori. Menurut
Junaedi dkk. (2010) dalam Botahala L. (2019), bahwa semakin kecil ukuran
partikel arang/karbon aktif akan memperbesar luas permukaan arang.
2.4.1 Proses pembuatan arang aktif
Arang aktif diperoleh dengan proses pembakaran (karbonisasi) dan
aktivasi. Karbonisasi atau pengarangan adalah suatu proses pemanasan pada suhu
tertentu dari bahan-bahan organik dalam jumlah oksigen sangat terbatas, biasanya
15
dilakukan di dalam Maffle Furnace.Menurut Surest (2008) dalam Botahala L.
(2019), menyatakan laporan dari Cheresmisinoff (1993) bahwa proses ini
menyebabkan terjadinya proses penguraian senyawa organik yang menyusun
struktur bahan membentuk methanol, uap-uap asam asetat, tar–tar dan
hidrokarbon. Material padat yang tinggal setelah karbonisasi adalah karbon
dalam bentuk arang dengan area permukaan spesifik yang sempit. Menurut
Botahala L. (2013), suhu pembakaran untuk pembentukan arang berkisar antara
350–500o C. Tahap karbonisasi akan menghasilkan arang yang memiliki daya
serap lemah karena permukaan arang masih ditutupi dengan senyawa
hidrokarbon. Oleh karena itu arang masih memerlukan perbaikan struktur porinya
melalui proses aktivasi.
2.4.2 Proses aktivasi
Setelah melakukan proses karbonisasi dilanjutkan dengan proses aktivasi
dimana proses ini bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara
memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul yang
menutupi permukaan arang sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika
maupun kimia, serta luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh
terhadap daya penyerapan (2019). Menurut Botahala L. (2019), suhu aktivasi
yang biasa digunakan berkisar antara 200-500o C.Sedangkan waktu aktivasi
berkisar antara 1-3 jam.
Aktivator adalah zat atau senyawa kimia yang berfungsi sebagai reagen
pengaktif dan zat ini akan mengaktifkan atom-atom karbon sehingga daya
serapnya menjadi lebih baik. Zat aktivator bersifat mengikat air yang
16
menyebabkan air yang terikat kuat pada pori-pori arang yang tidak hilang pada
saat karbonisasi menjadi lepas (Botahala L., 2019). Selanjutnya zat aktivator
tersebut akan memasuki pori dan membuka permukaan arang yang tertutup
(Dahlan dkk., 2013).
1. Aktivasi fisika
Aktivasi fisika merupakan proses pemutusan rantai arang dari
senyawa organik melalui pemanasan. Aktivasi arang secara fisika menggunakan
oksidator lemah, antara lain oksigen (O2), uap air (H2O), gas CO2, dan nitrogen
(Guerrero, 1970 dalam lempang dkk., 2011 dan Aznar, 2011 dalam Botahala L.,
2019). Gas-gas tersebut berfungsi untuk mengembangkan struktur rongga yang
ada pada arang sehingga memperluas permukaan, menghilangkan materi-materi
yang mudah menguap dan menghanguskan hidrokarbon pengotor pada arang.
Sehingga aktivasi dengan uap panas tidak hanya memindahkan material yang
tidak dikelola tetapi juga cukup efektif dalam membentuk dan melebarkan
mikropori dengan naiknya suhu (Darmawan dkk., 2009).
2. Aktivasi kimia
Aktivasi kimia merupakan proses pemutusan rantai karbon dari
senyawa organik dengan pemakaian bahan-bahan kimia (Botahala dkk.,2018).
Aktivasi secara kimia biasanya menggunakan bahan-bahan pengaktif seperti
garam kalsium klorida (CaCl2), magnesium klorida (MgCl2), seng klorida
(ZnCl2), natrium hidroksida (NaOH), natrium karbonat (Na2CO3) dan natrium
klorida (NaCl). Aktivasi kimia dilakukan dengan cara perendaman arang dalam
larutan senyawa kimia sebelum dipanaskan (Manocha, 2003 dalam Lempang dkk,
17
2012). Menurut Aznar J.S. (2011) dalam Botahala L. (2019), bahan-bahan
pengaktif yang terlibat dalam aktivasi kimia memiliki ciri umum sebagai agen
dehidrasi yang mempengaruhi penguraian selama proses pemanasan dan
menghambat pembentukan tar yang meningkatkan hasil karbon. Srinivasakanna
dan Abu Beaker (2006), telah menggunakan ZnCl2, dan H3PO4 sebagai aktivator
pada karbon aktif dengan hasil yang menunjukkan bahwa aktivasi kimia ZnCl2
dan H3PO4 menghasilkan arang aktif dengan kapasitas adsorpsi yang tinggi.
Bahan-bahan pengaktif yang terlibat dalam aktivasi kimia memiliki ciri umum
sebagai agen dehidrasi yang mempengaruhi penguraian selama proses pemanasan
dan menghambat pembentukan yang mempengaruhi kualitas arang.
2.4.3 Pengujian kualitas arang aktif
Kualitas arang aktif dipengaruhi oleh jenis bahan baku. Bahan baku yang
keras mempunyai berat jenis tinggi sehingga akan menghasilkan daya serap yang
tinggi dibandingkan dengan bahan baku yang ringan dan mempunyai berat jenis
rendah. Pengujian kualitas arang aktif dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan arang aktif agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kualitas
arang aktif dapat ditentukan melalui beberapa metode pengujian antara lain
pengujian terhadap kadar air dan kadar abu (Botahala L., 2019).
Penetapan kadar airbiasanya dilakukan dalam suhu antara 100o C–130o C
dengantujuan untuk mengetahui sifat higroskopis arang aktif (Pujiarti R. dkk.,
2005 dalam Botahala L., 2019). Kadar air pada arang aktif disebabkan oleh sifat
higroskopis arang aktif itu sendiri sehingga pada waktu proses pendinginan, uap
air dari udara terjerap ke dalam pori. Kandungan air merupakan banyaknya air
18
yang terkandung dalam karbonaktif setelah bahan baku melalui tahapan
karbonisasi dan aktivasi, baik yang terikat secara kimiawi maupun akibat
pengaruh kondisi luarseperti iklim, ukuran butiran maupun proses penyaringan.
Kadar air yang tinggi akan menurunkan mutu karbon aktif karena air yang
teradsoprsi pada karbon aktif akan menurunkan kapasistas dan daya adsoprsi
terhadap cairan maupun gas (Rahmawati, 2006 dalam Botahala L., 2019).
Abu di dalam karbon aktif merupakan kadar mineral dari materi yang
terkandung di dalamnya yang tidak terbakar sempurna pada proses karbonisasi
dan tidak terpisah pada proses aktivasi. Penentuan kadar abu bertujuan untuk
menentukan kandungan oksida logam arang aktif (Botahala L., 2019). Abu
merupakan komponen organik yang tertinggal setelah bahan dipanaskan pada
suhu 600-800℃ dan menurut Al-Qodah dkk., (2009) dalam Botahala L. (2019),
abu menggandung mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan
komponen lain dalam jumlah kecil.
Kadar abu yang tinggi dalam sampel dapat mengurangi kemampuan arang
aktif untuk menyerap gas dan larutan karenakandungan mineral yang terdapat
dalam abu tersebut akan menyebar ke dalam sisi-sisi arang aktif sehingga
menutupi pori-pori arang aktif (Botahala L., 2019). Besarnya nilai kadar abu
disebabkan proses pengarangan yang tidak tertutup rapat sehingga terjadi kontak
udara yang mengakibatkan proses pembentukan arang menjadi tidak sempurna
dan kemungkinan terbentuknya abu semakin besar (Benaddi dkk., 2002 dalam
Darmawan S., dkk., 2009).
19
Kualitas arang aktif berdasarkan persyaratan SNI-06-3730-1995 (Anonim,
1995 dalam Botahala L., 2019) adalah sebagaimana terlihat dalam Tabel 2.3
Tabel 2.3 Syarat Mutu Arang Aktif
Jenis persyaratan Parameter
Kadar air Kadar abu Kadar zat menguap Kadar karbon terikat
Maks. 15% Maks. 10% Maks. 25% Maks. 65%
Penelitian tentang penjernihan minyak goreng dengan menggunakan
karbon aktif sebagai adsorben telah banyak dilakukan oleh Istighfaro, (2010) dan
Aisyah dkk. (2010) menggunakan arang aktif buah dan biji kelor dengan aktivator
NaCl serta Botahala L., dkk. (2016) menggunakan arang aktif cangkang kemiri
dengan aktivator HCl menurunkan bilangan peroksida masing-masing sebesar
48% dan 31,4% serta85,6% dari minyak goreng bekas.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September
2019 di Laboratorium Kimia Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa
Cendana Kupang.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tempurung kemiri dari
Desa Lembur Barat RT 1 RW 1 Dusun 1,Kabupaten Alor, Minyak goreng bekas
diambil dari Kecamatan Teluk Mutiara, Kelurahan Mutiara RT 02 RW 01,
Kabupaten Alor,Aquadest, larutan H3PO4, Kloroform 97%, larutan Kalium Iodida
(KI) 15 %, Natrium Thiosulphat (Na2S2O3) 0,1 N, asam asetat (CH3COOH) 95%,
Natrium Hidroksida (NaOH) 16%, etanol 95%, dan indikator PP (phenolphtaline).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tanur (Muffle furnace),
Oven, Kertas Saring, Penangas Air, Pengaduk Magnetik, pH meter, Ayakan 100
mesh, Neraca Analitik, Cawan Porselin, Lumpang, Pompa Vakum, Desikator,
Mortal Porselin, Thermometer, Erlenmeyer, Corong Pisah, dan Gelas Piala.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Pembuatan arang aktif tempurung kemiri
Tempurung kemiri dibersihkan, kemudian dipanaskan pada Mufflefurnace
dengan suhu 500Cselama 90 menit. Selanjutnya arang tempurung kemiri
didinginkan selama 24 jam dan dihaluskan hingga berbentuk bubuk. Bubuk arang
21
tempurung kemiri diayak dan ditimbang beratnya. Bubuk arang diaktivasi dengan
larutan H3PO4 1M dengan cara direndam selama 1 hari. Arang aktif kemudian
disaring dan dicuci sampai bersih dengan aquades hingga pH hasil cucian menjadi
netral (pH = 7). Arang aktif kemudian dimasukkan kedalam cawan porselin dan
dipanaskan dalam muffle furnace pada suhu 400C selama 2 jam. Arang aktif siap
digunakan.
3.3.2 Pengujian kualitas arang aktif
Arang aktif yang dihasilkan dari proses aktivasidisesuaikan standar SNI
(Botahala L., dkk., 2016). Parameter yang digunakan adalah uji kadar air dan
kadar abu.
1) Uji kadar air
Ditimbang Arang aktif sebanyak 1 gram dan dimasukkan kedalam cawan
porselin yang telah dikeringkan, Setelah itu masukkan ke dalam oven pada suhu
100° C selama 3 jam. kemudian sampel dinginkan dalam desikator dan ditimbang.
Kadar air dapat dihitung dengan persamaan rumus sebagai berikut:
100%
a
baAirKadar
Keterangan:
a= berat cawan + sampel sebelum pemanasan ( gram)
b= berat cawan + sampel setelah pemanasan (gram)
2) Uji kadar abu
Ditimbang arang aktif sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke dalam cawan
porselin, Setelah itu dipanaskan wadah dan arang aktif dalam Tanur (Muffle
Furnace) pada suhu 500°C selama 3 jam. kemudian dinginkan dalam desikator
22
dan ditimbang. Kadar abu dapat dihitung dengan persamaan rumus sebagai
berikut:
100%
ab
acAbuKadar
Keterangan :
a = berat cawan kosong (gram)
b = berat cawan + sampel sebelum pemanasan ( gram)
c = berat cawan + sampel setelah pemanasan (gram)
Prosedur penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh Botahala L., dkk. (2016) dan Botahala L., dkk. (2019). Hasil
preparasi sampel arang aktif selanjutnya digunakan dalam proses penjernihan
minyak goreng bekas.
3.3.3 Penjernihan minyak goreng
Proses penghilangan bumbu (despicing). Sebanyak 250 mL minyak
goreng bekas ditimbang kemudian ditambahkan air dengan perbandingan minyak
250 mL dan air 250 mL adalah 1:1. Campuran dimasukkan ke dalam beaker gelas
500 mL. Selanjutnya, wadah dan sampel dipanaskan sampai air dalam beaker
gelas tersisa sebagian dari volume awal. Campuran dimasukkan ke dalam corong
pisah dan didiamkan selama 1 jam. Fraksi air pada bagian bawah dipisahkan
sehingga diperoleh minyak bebas air. Setelah itu dilakukan penyaringan dengan
kertas saring untuk memisahkan kotoran yang tersisa. Hasil penyaringan
digunakan dalam proses netralisasi.
Proses netralisasi.Minyak goreng hasil despicing sebanyak 190 mL
dimasukkan dalam erlemeyer, dipanaskan sampai temperatur 35°C, kemudian
23
ditambahkan 6 mL larutan NaOH 16%. Campuran diaduk selama 10 menit pada
temperatur 40°C, selanjutnya didinginkan selama10 menit dan disaring. Hasil
netralisasi ini kemudian ditambahkan arang aktif dengan variasi waktu tertentu
untuk penjernihan atau pemucatan minyak goreng bekas.
Proses penjernihan/bleaching.Sebanyak 1 gram karbon aktif tempurung
kemiri diinteraksikan dengan 10 mL minyak goreng bekas hasil netralisasi dengan
variasi waktu 10, 30, dan 60 menit. Perlakuan ini dibuat juga terhadap massa
karbon aktif 2 gram dan 3 gram. Hasil penjernihan inilah yang digunakan untuk
penentuan bilangan peroksida dan Asam lemak bebas.
3.4 Analisis Kualitas Minyak Goreng
Analisis kualitas ini dilakukan terhadap minyak goreng bekas sebelum dan
setelah proses penjernihan sebagai berikut:
a. Penentuan bilangan peroksida.
Masing-masing sebanyak 2,5 mL minyak goreng bekas dimasukkan
kedalam erlenmeyer kemudian ditambahkan 30 mL larutan asam asetat 95% dan
Klroroform 97% (3:2), dikocok sampai homogen. Selanjutnya campuran
ditambahkan larutan KI 0,5%. Didiamkan selama 1 menit sambil dishaker, setelah
itu ditambahkan 30 ml aquades. Campuran dititrasi dengan 0,1 N Na2S2O3 sampai
warna kuning hampir hilang, kemudian ditambahkan 0,5 mL larutan pati 1% dan
dititrasi kembali hingga warna biru akan hilang. Dihitung bilangan peroksida yang
dinyatakan dalam miliequivalen dari peroksida dalam setiap 1000 gram sampel.
Hasilnya dihitung menggunakan persamaan (1).
24
b. Penentuanasam lemak bebas (Free Fatty Acid/FFA).
Masing-masing sebanyak 2,0 mL minyak goreng bekas diukur dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, lalu ditambahkan 25 mL etanol dan
dipanaskan pada suhu 40°C. Setelah itu campuran ditambahkan 2 mL Indikator
PP, dilakukan titrasi dengan larutan 0,05 M NaOH hingga muncul warna merah
jambu dan tidak hilang selama 30 detik.Hasilnya dihitung menggunakan
persamaan (2).
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Pengujian Kualitas Arang Aktif
Proses pembuatan arang aktif dengan aktivasi secara kimia menggunakan
H3PO4, diperoleh hasil pengujian kadar air dan kadar abu masing-masing sampel
adalah nilai kadar air sebesar 1,535% dan nilai kadar abu sebesar 3,225%. Nilai
ini lebih bagus dibanding dengan hasil yang diperoleh dari Botahala L. dkk.
(2016) menggunakan aktivator HCl, dan memperoleh kadar air sebesar 13 % dan
kadar abu sebesar 10%. Selain itu, hasil-hasil ini telah memenuhi syarat yang
ditetapkan dalam SNI06-3730-1995 yakni maksimum kadar air sebesar 15% dan
maksimum kadar abu sebesar 10%. Dengan demikian maka arang aktif ini
selanjutnya dapat digunakan dalam proses penjernihan minyak goreng bekas.
4.2Penjernihan Minyak Goreng
Penghilangan bumbu dengan menggunakan air dimaksudkan bahwa ketika
minyak dan air sudah tercampur dan semua bumbu sudah terlarut setelah
dipisahkan, fraksi air akan membawa semua kotoran berupa bumbu dan hasil yang
diperoleh yakni warna minyak jelantah berubah dari warnacoklat tua menjadi
kuning keruh. Proses netralisasi menggunakan larutan NaOH bertujuan membantu
dalam mengurangi zat warna dan kotoran yang berupa getah dan lendir dalam
minyak. Sedangkan untuk proses bleacing arang aktif ketika diinteraksikan
dengan minyak goreng dalam variasi waktu kontak maka hasil yang diperoleh
sebagaimana yang ditampilkan dalam Tabel 4.1.
26
4.3 Analisis Kualitas Minyak Goreng Bekas
Hasil pengujian bilangan peroksida dan asam lemak bebas pada minyak
goreng bekas sebelum dan sesudah penjernihan menggunakan arang aktif
cangkang kemiri dapatdilihat padaTabel 4.1
Tabel 4.1. Hasil Variasi Waktu Kontak Arang Aktif Cangkang Kemiri Dengan
Minyak Goreng Bekas
Massa Arang Aktif (gr)
Waktu Kontak (menit)
Bilangan Peroksida (meq/kg)
Kadar Asam Lemak Bebas (%)
0 0 1.054,95 1,55
1
10 30 60
654,94 602,97 698,90
0,56 0,84 0,56
2
10 30 60
435,65 439,56 373,63
0,70 0,70 0,70
3
10 30 60
404,40 492,31 703,30
0,70 1,13 0,56
Bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari Botahala L., dkk
(2016), yang memperoleh nilai bilangan peroksida pada sampel awal sebesar 58,7
meq/kg, maka dapat diduga bahwa sampel minyak goreng bekas yang digunakan
saat ini bersumber dari minyak goreng yang telah digunakan berulang kali
sehingga memperoleh bilangan peroksida yang cukup tinggi yakni 1.054,95
meq/kg. Sedangkan kadar asam lemak bebas tidak berdampak pada kerusakan
minyak berdasarkan SNI3741-2013. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kerusakan
minyak karena adanya reaksi oksidasi.
27
4.3.1. Hasil uji bilangan peroksida
Pada penambahan 2 gram arang aktif cangkang kemiri dengan waktu
kontak 60 menit menunjukkan bahwa bilangan peroksida minyak goreng bekas
setelah absorbsi turun hingga angka terendah yaitu 373,63 meq/kg dari nilai awal
yaitu 1.054,93 meq/kg atau turun sebesar 64,58%.
4.3.2. Hasil uji asam lemak bebas
Meskipun asam lemak bebas minyak goreng bekas yang diperoleh dalam
penelitian ini mencapai 1,55%, namun tidak berdampak pada kerusakan minyak
berdasarkan SNI 3741-2013 (Anonim, 2013) yang menetapkan maksimum kadar
asam lemak bebas dalam minyak goreng sebesar 2%.
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Aktivasi arang cangkang kemiri menggunakan H3PO4 memenuhi syarat
SNI 16-3730-1995 yaitu : nilai kadar air sebesar 1,535% dan nilai kadar
abu sebesar 3,225 %.
2. Minyak goreng bekas yang digunakan dalam proses penjernihan ini
memiliki bilangan peroksida sebesar 1.054,95 meq/kg dan asam lemak
bebas sebesar 1,55 meq/kg. Setelah proses penjernihan dengan arang
aktif2 gram dengan waktu kontak 60 menit menghasilkan penurunan
bilangan peroksida sebesar 64,58%. Sedangkan kadar asam lemak bebas
tidak berdampak pada kerusakan minyak berdasarkan SNI 3741-2013
(Anonim, 2013)
5.2 Saran
Disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan aktivator lain
dan waktu kontak yang lebih lama atau meningkatkan konsentrasi waktu.
29
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S. Yulianti, E. Fasya, A, dan Ghanaim., 2010.Penurunan Angka
Peroksida dan Asam Lemak Bebas (FFA) pada Proses Bleaching Minyak
Goreng Bekas oleh Karbon Aktif Polong Buah Kelor (Moring Oliefera
Lamk) dengan Aktivator NaCl, Alchemy, Vol. 1., No. 2., Hal. 93-103.
Anonim, 2013.SNI3741-2013.Minyak Goreng. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
Botahala, L., Padalowa, N., dan Kaben, M., 2016. Variation Of Contact Time Of
The Candlenut Shell Charcoal Purification Process Used Cooking Oil.
Indonesia Chimica Acta, 9(2), 15-19.
Botahala, L., Zakir, M., Patarru, O., dan Yasser, M., 2018. Comparison Of The
Effectiveness Of The Adsorption Power Of Rice Husk And The Hazelnut
shell Of The Ferrous Metal. e-Journal Universitas Tribuana Kalabahi, 1(1).
Botahala Loth, Malailak Yanti, Maure Herlin Silvia, dan Karlani Hagar,
2019,Determination Of Effectiveness Absorption Of The RiceHusk And
Hazelnut Shell To Purification Used Cooking Oil
Dahlan, M. H, Siregar, H. P., dan Yusra M., 2013. Penggunaan Karbon Aktif dari
Biji Kelor Dapat Memurnikan Minyak Jelantah, Jurnal Teknik Kimia, Vol.
19., No.3., Hal. 44-53.
Darmawan S., Pari G., dan Sofyan K., 2009. Optimasi Suhu dan Lama Aktifasi
dengan Asam Phosfat dalam Produksi Arang Aktif Tempurung Kemiri,
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan,Vol.2., (2) : 51-56.
Fauziah, S. Najamuddin U., 2013.Analisis Kadar AsamLemak Bebas Dalam
Gorengan DanMinyak Bekas HasilPenggorengan Makanan Jajanan Di
Workshop Unhas, Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Hasanuddin Makassar.
Hartini, Y., 2011.Adsorbsi minyak goreng bekas menggunakan arang aktif dari
sabut kelapa. Jurusan Teknik kimia, Fakultas teknik, Universitas
muhammadiyah Jakarta.
Irmawati, Elis, 2013.Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Pada Minyak
Yang Digunakan Oleh Pedagang Gorengan Diseputaran Jalan Manek Roo
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.Aceh Barat:
Universitas Teuku Umar.
30
Ismadji, S., Sudaryanto Y., Hartono, S. B., Setiawan L. E. K., dan Ayucitra A.,
2005.Activated Carbon from Char Obtained from Vacuum of Taek Dust
PoreStructureDevelopmentandCharacterization
Biores.Technol.,Vol.,9613641369.
Istighfaro, N., 2010.Peningkatan Kualitas Minyak Goreng Bekas Dengan Metode
Adsorpsi Menggunakan Bentonit-Karbon Aktif Biji Kelor (Moring Oleifera
Lamk), Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Kusnander, F., 2010.Kimia pangan: Komponen Makro, PT. Dian Rakyat, Jakarta
Lempang, M., Syafii W., dan Pari G., 2012. Sifat Mutu Arang Aktif Tempurung
Kemiri, Jurnal Penelitian Hasil Hutan,Vol. 30 (2) : 100-113.
Lempang, M., 2014.Pembuatan dan Kegunaan Arang Aktif. Info TeknisEBONI,
11 (2), 65-80.
Mau SirTin Tabita, 2015.Uji Efektifitas Arang Aktif Sekam Padi Dan Cangkang
Kenari Terhadap Penurunan Angka Peroksida Dan Kadar Asam Lemak
Bebas Pada Minyak Goreng Bekas,Skripsi, Program Studi Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tribuana Kalabahi.
Nur R., 2012.Pemurnian Minyak Goreng Bekas Menggunakan Arang Aktif dari
Sabut Kelapa, Skripsi, Prodi Kimia, FMIPA Universitas Negeri Papua.
Padalowa N., 2015.Pengaruh Variasi Waktu Kontak Karbon Aktif Cangkang
Kemiri terhadap Proses Penjernihan Minyak Goreng Bekas di Kelurahan
Kalabahi Kota Kabupaten Alor – NTT,Skripsi, Program Studi Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tribuana
Kalabahi.
Pally M., 2013.Analisis Pengaruh Jenis Bahan Baku (Tempurung Kelapa,
Cangkang Kemiri dan Kenari) Terhadap Mutu Asap Cair dengan Proses
Pirolisis dan Destilasi,Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Tribuana Kalabahi
Raharjo, S, 2011.Kerusakan Oksidatif pada Makanan, Pusat Studi Pangan dan
Gizi, UGM, Yogyakarta.
Surest, H. A., Fitri J. A., dan Wisanti A., 2008. Pengaruh Suhu, Konsentrasi Zat
Aktivator Dan Waktu Aktivasi Terhadap Daya Serap Karbon Aktif dari
Tempurung Kemiri, Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 15 : 17 – 22.
Suroso, A., Sulistijowati, 2013.Kualitas Minyak Goreng Habis PakaiDitinjau dari
Bilangan Peroksida, Bilangan Asam dan Kadar Air, Pusat Biomedis dan
Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes, Kemenkes RI
31
Taufiq M., 2007. Pemurnian Minyak Goreng Bekas (Jelantah) Menggunakan Biji
Kelor (Moringa Oleifera Lamk,Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Wibowo N., Setiawan J, dan Ismadji S., 2004. Modifikasi Gugus Aktif Suatu
Karbon Aktif dan Karakterisasinya, Jurnal Teknik Kimia Indonesia,Vol.
3(1):39-46.
Widayat, S, dan Haryani K., 2006. Optimasi Proses Adsorpsi Minyak Goreng
Bekas dengan Adsorbent Zeolit Alam : Studi Pengurangan Bilangan Asam,
Jurnal Penelitian Teknik Kimia, Vol.17 No.01.
Zakir M., Botahala L., Ramang M., Fauziah St., dan Abdussamad B., 2013..
Elektrodeposisi Logam Mn pada Permukaan Karbon Aktif Sekam Padi
dengan Iradiasi Ultrasonik, Indo. Chim.Act.,Vol. 6 (2) : 9-13.
32
LAMPIRAN
Lampiran 1.Perhitunganan alisis hasil sifat arang aktif cangkang kemiri.
1. Analisis hasil Kadar Air
100%
a
baAirKadar
Dimana:
a = berat cawan + sampel sebelum pemanasan ( gram)
b= berat cawan + sampel setelah pemanasan (gram)
100a
baAirKadar%
1008063,4
7325,48063,4
%535,11008063,4
0738.0
2. Analisis hasil Kadar Abu
100%
ab
acAbuKadar
Dimana:
a = berat cawan kosong (gram)
b = berat cawan + sampel sebelum pemanasan ( gram)
c = berat cawan + sampel setelah pemanasan (gram)
% 100ab
acAbuKadar%
10075,3737,38
75,3777,37
33
%225,310062,0
02.0
Lampiran 2. Perhitungan analisis hasil angka peroksida, asam lemak bebas
1. Analisis hasil angka peroksida
Analisis minyak goreng bekas sebelum perlakuan dengan arang aktif
Diketahui :
a.mLNa2S2O3 = 24,0��
b. m�Sampel = 2,275 mg
c. N(Na2S2O3))= 0,1 N
Ditanya :Bilangan peroksida =…?
Dijawab :
Bilangan peroksida = gram sampel
1000 OSNaN OSNamL 322322
= kgmeq /95,054.1 275,2
400,2
275,2
1000 1.0 24
Analisisi minyak goreng bekas sesudah perlakuan menggunakan arang
aktif tempurung kemiri dengan variasi waktu kontak 1gram, 2 gram dan 3 gram
1. Variasi Waktu Kontak 1gram
a. Perlakuan 10 menit
Bilangan peroksida = gram sampel
1000 OSNaN OSNamL 322322
= kgmeq /95,654 275,2
490,1
275,2
1000 1.0 9,14
34
b. Perlakuan 30 menit
Bilangan peroksida = gram sampel
1000 OSNaN OSNamL 322322
= kgmeq /197,602 275,2
370,1
275,2
1000 1.0 7,13
c. Perlakuan 60 menit
Bilangan peroksida = gram sampel
1000 OSNaN OSNamL 322322
= kgmeq /9,698 275,2
590,1
275,2
1000 1.0 9,15
2. Variasi Waktu Kontak 2 gram
a. Perlakuan 10 menit
Bilangan peroksida = gramsampel
1000 OSNaN OSNamL 322322
= kgmeq /165,435 275,2
990
275,2
1000 1.0 9,9
b. Perlakuan 30 menit
Bilangan peroksida = gramsampel
1000 OSNaN OSNamL 322322
= kgmeq /56,439275,2
1000
275,2
10001.00,10
c. Perlakuan 60 menit
Bilangan peroksida = gram sampel
1000 OSNaN OSNamL 322322
= kgmeq /63,373 275,2
850
275,2
1000 1.0 5,8
35
3. Variasi waktu kontak 3 gram
a. Perlakuan 10 menit
Bilangan peroksida = gram sampel
1000 OSNa N OSNa mL 322322
= kgmeq /396,404 275,2
920
275,2
1000 1.0 2,9
b. Perlakuan 30 menit
Bilangan peroksida = gram sampel
1000 OSNa N OSNamL 322322
= kgmeq /308,492 275,2
120,1
275,2
1000 1.0 2,11
c. Perlakuan 60 menit
Bilangan peroksida = gram sampel
1000 OSNaN OSNamL 322322
= kgmeq /297,703275,2
1600
275,2
1000 1.0 0,16
d. Persentase penurunan bilanagan peroksida
Bilangan peroksida = �.���,�����/������,�����/��
�.���,�����/��100% = 64,58%
2.Analisis hasil % Asam Lemak Bebas
Analisis minyak goreng bekas sebelum perlakuan dengan arang aktif
Diketahui :
a.mLNaOHperlakuan = 1,1 mL
b.BeratSampel = 1,82mg
36
c.N(NaOH) = 0,1 N
Ditanya : % FFA Perlakuan =…?
Dijawab :
% FFA = 100 1000 sampel berat
Palmitat asam BM NaOH N NaOH mL
= %55,1 1820
62,820,2 100
1000 82,1
42.256 1.0 1,1
Analisis minyak goreng bekas setelah perlakuan dengan arang aktif
tempurung kemiri dengan variasi waktu kontak 1 gram, 2 gram dan 3 gram.
1. Variasi waktu kontak 1 gram
a. Perlakuan 10 menit
% FFA = 100 1000 sampel berat
Palmitat asam BM. NaOH N NaOH mL
= %56.0 1820
256.10 100
1000 82,1
42.256 1.0 4.0
b. Perlakuan 30 menit
% FFA = 100 1000 sampelberat
Palmitat asam BM. NaOH N NaOH mL
= %84.0 1820
385,15 100
1000 82,1
42.256 1.0 6.0
c. Perlakuan 60 menit
% FFA = 100 1000 sampelberat
Palmitat BM.asam NaOH N NaOHmL
= %56.0 1820
256.10 100
1000 82,1
42.256 1.0 4.0
37
2.Variasi waktu kontak 2 gram
a. Perlakuan 10 menit
% FFA =
= %70.0 1820
821.12 100
1000 82,1
42.256 1.0 5.0
b. Perlakuan 30 menit
% FFA = 100 1000 sampelberat
Palmitat BM.asam NaOH N NaOHmL
= %70.0 1820
821.12 100
1000 82,1
42.256 1.0 5.0
c. Perlakuan 60 menit
% FFA = 100 1000 sampelberat
Palmitat BM.asam NaOH N NaOHmL
= %70.0 1820
821.12 100
1000 82,1
42.256 1.0 5.0
2. Variasi waktu kontak 3 gram
a. Perlakuan 10 menit
% FFA = 100 1000 sampel berat
Palmitat BM.asam NaOH N NaOHmL
= %70.0 1820
821.12 100
1000 82,1
42.256 1.0 5.0
b. Perlakuan 30 menit
38
% FFA = 100%1000 sampelberat
Palmitat BM.asam NaOHN NaOHmL
= %13.1 1820
5136.20 100
1000 82,1
42.256 1.0 8.0
c. Perlakuan 60 menit
% FFA = 100 1000 sampel berat
Palmitat BM.asam NaOH N NaOHmL
= %56.0 1820
3852.15 100
1000 82,1
42.256 1.0 4.0
d.Penurunan kadar asam lemak bebas
% asam lemak bebas =�,��% ��,��%
�,��%100% = 63,87 %
39
Lampiran 2. Foto-foto Penelitian
Proses Pembuatan Arang Aktif
Tempurung kemiri Arang kemiri
Proses pencucian arang Pengaktifan secara fisika Hasil arang aktif
Proses Penjernihan Minyak Goreng Bekas
Minyak goreng bekas Minyak hasil Despicing
40
Minyak hasil Netralisasi
Minyak hasil Bleaching
Hasil Titrasi dengan Na2S2O3
Hasil Titrasi dengan NaOH