21
LANDASAN KULTURAL BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Setiap bangsa di dunia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara senantiasa memiliki suatu pandangan hidup, filsafat hidup serta pegangan hidup agar tidak terombang-ambing dalam kancah pergaulan masyarakat internasional. Sehingga setiap bangsa memiliki ciri khas serta pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain. Negara komunisme dan liberalism meletakkan dasar filsafat negaranya pada suatu konsep ideologitertentu, misalnya komunisme mendasarkan ideologinya pada konsep pemikiran Karl Marx. Berbeda dengan bangsa-bangsa lain. Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukanlah hanya merupakan suatu hasil konsep seseorang saja. Melainkan merupakan suatu hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara seperti Soekarno, M Hatta, M Yamin, Sepomo serta para tokoh pendiri negara lainnya. Satu-satunya karya besar bangsa Indonesia yang sejajar dengan karya besar bangsa lain di dunia ini adalah hasil pemikiran tentang bangsa dan negara yang mendasarkan pandangan hidup suatu prinsip nilai yang tertuang dalam sila-sila Pancasila. Oleh karena itu para generasi penerus bangsa terutama dalam kalangan intelektual kampus sudah seharusnya untuk mendalami secara dinamis dalam arti mengembangkannya sesuai dengan tuntutan zaman. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan / dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal. Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan

Pentingnya Pendidikan Multikultural Di Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pentingnya Pendidikan Multikultural Di Indonesia

LANDASAN KULTURAL

BAB IPendahuluan

1.1 Latar BelakangSetiap bangsa di dunia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

senantiasa memiliki suatu pandangan hidup, filsafat hidup serta pegangan hidup agar tidak terombang-ambing dalam kancah pergaulan masyarakat internasional. Sehingga setiap bangsa memiliki ciri khas serta pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain. Negara komunisme dan liberalism meletakkan dasar filsafat negaranya pada suatu konsep ideologitertentu, misalnya komunisme mendasarkan ideologinya pada konsep pemikiran Karl Marx.

Berbeda dengan bangsa-bangsa lain. Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukanlah hanya merupakan suatu hasil konsep seseorang saja. Melainkan merupakan suatu hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara seperti Soekarno, M Hatta, M Yamin, Sepomo serta para tokoh pendiri negara lainnya.

Satu-satunya karya besar bangsa Indonesia yang sejajar dengan karya besar bangsa lain di dunia ini adalah hasil pemikiran tentang bangsa dan negara yang mendasarkan pandangan hidup suatu prinsip nilai yang tertuang dalam sila-sila Pancasila. Oleh karena itu para generasi penerus bangsa terutama dalam kalangan intelektual kampus sudah seharusnya untuk mendalami secara dinamis dalam arti mengembangkannya sesuai dengan tuntutan zaman. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan / dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal.

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk mnjemput masa depan.

Pada awal perkembangannya, suatu kebudayaan terbentuk berkat kemampuan manusia mengatasi kehidupan alamiahnya dan kesengajaan manusia menciptakan lingkungan yang cocok bagi kehidupannya. Setiap individu yang lahir selalu memasuki lingkungan kebudayaan dan lingkungan alamiah itu, dan menghadapi dua sistem sekaligus yaitu sistem kebudayaan dan sistem lingkungan alam.     1.2  Rumusan MasalahDari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang timbul adalah :

a)      Apa pengertian landasan kultural dan penjelasannya?b)      Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidkan Nasional.

Page 2: Pentingnya Pendidikan Multikultural Di Indonesia

1.3              TujuanAdapun tujuan masalah yang dibahas pada makalah ini, yaitu :

a)      Agar mahasiswa tahu pengertian landasan kultural sekaligus penjelasannya.b)      Agar mahasiswa mengetahui bahwa Kebudayaan Nasional sebagai landasan Sistem

Pendidikan Nasional ( Sikdiknas )

BAB IIPembahasan

A.   Pengertian Landasan Kultural            Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni,hukum, moral, adat, dan kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggotamasyarakat (Imran Manan,1989).            Hal ini tidak di setujui  Hassan (1983), Ia mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan hasil manusia hidup bermasyarakat yang berisi aksi-aksi  terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakatyang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,adat istiadat dan lain-lain kepandaian.            Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat (Imran Manan,1989).Ada 8 Komponen Kebudayaan sbb:

1.    Gagasan                                        5. Benda2.    Ideologi                                         6. Kesenian3.    Norma                                           7. Ilmu4.    Teknologi                                     8. Kepandaian

Landasan kultural mengandung makna norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan berbudaya yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan berbudaya suatu bangsa kita harus memusatkan perhatian kita pada berbagai dimensi (Sastrapratedja, 1992:145): kebudayaan terkait dengan ciri manusia sendiri sebagai mahluk yang “belum selesai” dan harus berkembang, maka kebudayaan juga terkait dengan usaha pemenuhan kebutuhan manusia yang asasi:   

(1)  Kebudayaan dapat dipahami sebagai strategi manusia dalam menghadapi lingkungannya, dan (2) Kebudayaan merupakan suatu sistem dan terkait dengan sistem sosial. Kebudayaan dari satu

pihak mengkondisikan suatu sistem sosial dalam arti ikut serta membentuk atau mengarahkan, tetapi juga dikondisikan oleh sistem sosial.Kebudayaan dapat dikelompokan menjadi tiga macam,yaitu:

1.      Kebudayaan umum,misalnya kebudayaan Indonesia2.      Kebudayaan daerah,misalnya kebudayaan Jawa,Bali,Sunda,dan sebagainya3.      Kebudayaan populer,suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek

daripada kedua macam kebudayaan terdahulu.Misalnya,lagu-lagu populer,model film musiman dan sebagainya.

Kneller mengemukakan ada dua tonggak yang membuat kebudayaan berkembang dengan pesat  (Imran manan,1989).Kedua tonggak itu adalah:

Page 3: Pentingnya Pendidikan Multikultural Di Indonesia

1Revolusi Industri I dengan diketemukannya mesin uap abad ke-18,yang membuat hasil produksi-produksi berlimpah-limpah serta memberi keuntungan yang besar.Hidup orang-orang menjadi bertambah makmur.

2. Revolusi industri II sejak tahun 1945 yang menggunakan bahan atom,kimia,mempergunakan alat komputer,yang membuat serba otomatis dengan menggunakan tenaga-tenaga profesional. Revolusi inilah yang membuat zaman sekarang menjadi era globalisasi dan informasi.

Ada tiga hal yang menimbulkan perubahan kebudayaan.Ketiga hal itu menurut Kneller ialah:1.  Originasi,yaitu sesuatu yang baru atau penemuan-penemuan baru.

Contoh:         Teori bumi bulat menggeser teori bumi lempeng         Teori dua garis sejajar akan berpotongan di suatu tempat memperbarui teori yang

menyatakan tidak berpotongan         Konsep anak sebagai orang dewasa dalam bentuk kecil diubah oleh teori baru yang

menyatakan anak-anak adalah kesatuan potensi yang sedang berkembang dan tumbuh.2. Difusi,yaitu pembentukan kebudayaan baru akibat masuknya elemen-elemen budaya yang

baru kedalam budaya yang lama.Contoh:

         Musik yang menggabungakan musik barat dengan gamelan sebagai musik timur         Teknik pengairan yang memakai bendungan adalah difusi antara teknologi baru dengan

teknologi tradisional.    Tarian-tarian kontemporer ada kalanya merupakan difusi antara tarian klasik dengan tarian

modern.3. Reinterpretasi,yaitu perubahan kebudayaan akibat terjadinya modifikasi elemen-elemen

kebudayaan yang telah ada agar sesuai dengan keadaan zaman.Contoh:

     Surat kawin diadakan karena kebutuhan administrasi,zaman dulu kawin cukup disahkan oleh warga setempat.

         Berbagai bentuk bangunan disesuaikan dengan selera zaman.         Pesawat baling-baling diganti dengan pesawat jet.

Sejak dini anak-anak perlu dididik berpikir kritis. Kemampuan untuk mempertimbangkan secara bebas dikembangkan.Hal ini dapat dapat dilakukan dengan cara memberi kesempatan mengamati, melaksanakan,menghayati, dan menilai kebudayaan itu. Cara ini tidak menerima begitu saja suatu kebudayaan melalui pemahaman dan perasaan dikala berada dalam kandungan kebudayaan itu,yang akhirnya menimbulkan penilaian menerima,merevisi, atau menolak budaya itu.

Kerber dan Smith menyebutkan ada enam fungsi utama kebudayaan dalam kehidupan manusia,yaitu:

1.      Penerus keturunan dan pengasuh anak.Suatu fungsi yang menjamin kelangsungan hidup biologis kelompok sosial,budaya mendidik yang baik akan banyak orang melaksanakan KB,proses persalinan yang tidak menakutkan,dan pengasuhan anak secara profesional.

2.      Pengembangan kehidupan berekonomi.

Page 4: Pentingnya Pendidikan Multikultural Di Indonesia

Pendidikan sebagai budaya akan membuat orang mampu menjadi pelaku ekonomi yang baik, bisa berproduksi secara efektif dan efisien, dan mengembangkan bakat ekonomi bidang tertentu.

3.      Transmisi budaya.Mampu membentuk dan mengembangkan generasi baru menjadi orang-orang dewasa yang berbudaya,terutama berbudaya nasional.

4.      Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha EsaPendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya.

5.      Pengendalian sosialYaitu pelembagaan konsep-konsep untuk melindungi kesejahteraan individu dan kelompok. Ada sejumlah lembaga yang berfungsi melindungi kesejahteraan masyarakat,, seperti lembaga hukum, lembaga konsumen,badan pelestarian lingkungan, lembaga permasyarakatan, lembaga pendidikan, dan sebagainya.

6.      RekreasiKegiatan-kegiatan yang memberi kesempatan kepada orang untuk memuaskan kebutuhannya akan permainan-permainan atau untuk main-main.

B.        Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidikan NasionalPelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya

pendidikan sebagai wujud dari kebhineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini haruslah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.

Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedang setiap manusia selalu menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Oleh karena itu, dalam UU RI No 2 Tahun 1989 Pasal 1 ayat 2 ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yag berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Karena masyarakat Indonesia sebagai pendukung kebudayaan itu adalah masyarakat yang majemuk, maka kebudayaan bangsa Indonesia tersebut lebih tepat disebut kebudaayan Nusantara yang beragam. Puncak-puncak kebudayaan Nusantara itu dan yang diterima secara nasional disebut kebudayaan nasional..

Di bidang pendidikan nasional misalnya penataan laporan pikir harus dilakukan dalam sistem pendidikan nasional dengan tujuan menghilangkan unsur-unsur yang mendorong orientasi persaingan yang berlebihan dan tidak fair, atau bahkan telah menimbulkan semacam permusuhan (dimulai dari sistem ranking, perbedaan jenis dan kualitas sekolah, lengkap dengan istilahnya seperti sekolah unggulan dan bukan sekolah unggulan, hingga persaingan antar sekolah yang berwujud tawuran pelajar dan perbuatan negatif lainnya). Persaingan harus sebatas berlomba, bukan eksklusivisme yang mengakibatkan renggangnya kerukunan sosial. Penataan pola pikir sistem pendidikan nasional harus menumbuhkan pola  kerjasama antar siswa, misalnya melalui praktek-praktek kegiatan belajar yang diisi “proyek bersama” siswa dalam pembahasan materi pelajar, atau pelaksanaan seni-budaya dan reaksi bersama antar sekolah-sekolah, menanamkan kesadaran sebagai siswa sekolah Indonesia, dimanapun tempat bersekolahnya.Ciri-ciri kebudayaan nasional menurut Umar Khayam :

Page 5: Pentingnya Pendidikan Multikultural Di Indonesia

1.      Afeksi yang memiliki atau mengandung :a)      Sikap jujur dalam semua bidang.b)      Tidak munafik, tidak berbeda antara apa yang dipikirkan dengan diucapkan atau dikerjakan.c)      Tulus dan ikhlas dalam semua pekerjaan yang harus dilakukan, tidak terlalu banyak

pertimbangan untung dan rugi.2.      Sistem politik yang ban penghalang demokratis, yaitu ;a)      Pemerintahan dari rakyat dan untuk rakyat.b)      Rakyat selalu mendapat kesempatan untuk mempertanyakan perihal pemerintahannya.3.      Sistem Ekonomi yang :a)      Memberi kesempatan adil kepada semua warga negara untuk mendapat penghidupan dan

kehidupan yang layak sesuai dengan harkat kemanusiaan.b)      Mampu menciptakan pasar luas untuk bersaing.c)      Menyalurkan hasil penjualan untuk kesejahteraan yang relatif merata pada seluruh

masyarakat.4.      Sistem pendidikan yang :a.       Sanggup menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk

mendapatkan pendidikan, yang menjamin dapat menemukan atau mengadakan lapangan pekerjaan yang dipilihnya.

b.      Mampu mendorong perimbangan ilmu dan teknologi yang setinggi-tingginya.5.      Sistem kesenian yang :a)      Mampu mengembangkan sussana kehidupan kesenian yang kaya dan penuh vitalitas.b)      Tanpa adanya beban terhadap pernyataan kesenian.6.      Sistem kepercayaan yang :a.       Sehat, toleransi, dan damaib.      Memberi tempat seluas-luasnya kepada semua bentuk agama untuk berlangsung secara

selamat dan tentram.

BAB IIIPenutup

31.   Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat kami simpulkan, Kebudayaan adalah cara hidup dan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manusia itu sendiri sebagai warga masyarakat. Peradaban adalah kebudayaan yang sudah maju.Kesimpulan kebudayaan nasional versi Umar Khayam yang mengandung unsur-unsur :

a.       Afeksi yang jujur, tidak munafik, dan ikhlas.b.      Politik yang demokratis.c.       Ekonomi yang member hidup dan kehidupan yang layak bagi semua lapisan masyarakat.d.      Pendidikan yang demokrasi, memberi bekal untuk bekerja dan memajukan ilmu serta

teknologi setinggi-tingginya.e.       Kesenian yang kaya tanpa beban penghalang.f.       Memberi kesempatan yang luas untuk beragama, toleransi dan damai satu sama lain.

Page 6: Pentingnya Pendidikan Multikultural Di Indonesia

Dengan memperhatikan berbagai dimensi kebudayaan tersebut di atas dapat dikemukakan, bahwa landasan kultural pendidikan di Indonesia haruslah mampu memberi jawaban terhadap masalah berikut:

(1)   Semangat kekeluargaan dalam rumusan Undang-Undang Dasar 1945 sebagailandasan pendidikan,

(2)   Rule of law dalam masyarakat yang berbudaya kekeluargaan dan kebersamaan,(3)   Apa yang menjadi “etos” masyarakat Indonesia dalam kaitan waktu, alam, dan kerja, serta

kebiasaan masyarakat Indonesia yang menjadi “etos” sesuai dengan budaya Pancasila; beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras tangguh bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil, sehat jasmani dan rohani, dan

(4)   Cara bagaimana masyarakat menafsirkan dirinya, sejarahnya, dan tujuan-tujuannya. Bagaimana tiap warga memandang dirinya dalam masyarakat yang integralistik, bagaimana perkembanga cara peningkatan hrkat dan martabat sebagai manusia, apa yang menjadi tujuan pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

LANDASAN SOSIAL BUDAYA

Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan

sehari-hari. Sebab sebagian terbesar dari kegiatan manusia dilakukan secara kelompok.

Pekerjaan di rumah, di kantor, di perusahaan, di perkebunan, di bengkel, dan sebagainya,

hampir semuanya dikerjakan oleh lebih dari seorang. Ini berarti unsur sosial ada pada

kegiatan-kegiatan itu. Selanjutnya tentang apa yang dikerjakan dan cara mengerjakannya

serta bentuk yang diinginkan adalah merupakan unsur dari suatu budaya. Membenahi kebun

di rumah misalnya, dikerjakan oleh pembantu di bawah arahan ibu rumah tangga, adalah

bertujuan agar kebun itu bersih dan indah. Ini merupakan suatu budaya. Alat untuk bekerja

dan cara mengerjakan dengan baik juga merupakan suatu budaya.

Sosial mengacu kepada hubungan antarindividu, antarmasyarakat, dan individu

dengan masyarakat. Unsur sosial ini merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu

telah ada sejak manusia dilahirkan. Di samping tugas pendidikan mengembangkan aspek

sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam membantu anak itu dalam upaya

mengembangkan dirinya. Maka segi sosial ini perlu di perhatikan dalam proses pendidikan.

            Sama halnya dengan sosial, aspek budaya inipun sangat berperan dalam proses

pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya.

Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu

pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Dengan

demikian budaya tidak pernah lepas dari proses pendidikan itu sendiri.

            Dari uraian di atas, dapat disimpulkan dan dinilai bahwa bahasan tentang landasan

pendidikan dalam aspek sosial dan kebudayaan, mencakup dua masalah pokok, yaitu

hubungan antara sosiologi dan

            Pada umumnya, sosiologi diartikan sebagai bidang induk ilmu sosial yang

mempelajari hubungan di antara manusia individu dalam kelompok-kelompok menurut

Page 7: Pentingnya Pendidikan Multikultural Di Indonesia

struktur sosialnya. Sasaran studi sosiologi adalah bagaimana manusia individu saling

berhubungan di dalam kelompoknya, dan bagaimana struktur sosial kelompok masyarakat,

serta bagaimana hubungan di antara kelompok masyarakat itu. Jadi, dapat dinilai bahwa

dalam hubungannya dengan sosiologi, pendidikan mempunyai persoalan pokok, yaitu

bagaimana mendirikan moral keberadaban dalam dinamika yang kreatif.

            Atas pengaruh sosiologi, proses pendidikan yang ideal adalah terarah kepada

mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup, baik dalam interaksi sosial,

stratifikasi sosial, maupun dalam hubungan di antara kelompok sosial. Keselarasan hidup

dalam tiga dimensi sosial itu berfungsi agar selanjutnya kehidupan masyarakat tidak terjebak

ke dalam pandangan-pandangan liberalisme positivistik. Karena pengaruh sosiologi terhadap

pendidikan sedemikian eratnya, lahirlah satu bidang studi yang disebut sosiologi pendidikan.

Di dalam sosiologi pendidikan, sudah barang tentu inti persoalannya adalah mengenai

pengembangan interaksi sosial secara lebih efektif. Sasarannya adalah menjadikan seseorang

atau kelompok yang masih rendah tingkat sosialisasinya menjadi lebih tinggi.

            Akhirnya, dari hubungan antara sosiologi dan pendidikan dapat disimpulkan sebagai

berikut. Sosiologi dapat mendorong sosialisasi peserta didik dalam setiap tahapan kegiatan

pendidikan. Selanjutnya terhadap metode pendidikan, sosiologi memberi bantuan dalam hal

usaha analisis terhadap proses sosialisasi, seperti tentang bentuk interaksi sosial, sistem

komunikasi, dan sebagainya.

            Bagaimana halnya tentang persoalan hubungan antara kebudayaan dan pendidikan,

dapat dijelaskan sebagai berikut.

            Telah diketahui secara umum bahwa kebudayaan adalah suatu keseluruhan sistem

daya upaya untuk menciptakan perubahan dan perkembangan kehidupan. Adapun hasilnya

mencakup adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pengetahuan, filsafat, ilmu, seni, teknologi,

dan kemampuan-kemampuan yang diperoleh untuk menentukan sikap dan perilaku hidup

dalam rangka pencapaian tujuan hidup bermasyarakat.

            Dari pembatasan tersebut, tampak jelas ada keterkaitan yang saling berpengaruh

antara kebudayaan dengan pendidikan. Karena kebudayaan selalu actual dalam prosesnya,

maka pasti akan selalu berada dalam perubahan. Sedangkan pendidikan sasaran utamanya

adalah perubahan, yaitu menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi yang ada di

dalam diri manusia menjadi cerdas spiritual, intelektual, dan moral. Dengan kecerdasan

tersebut, diharapkan manusia mampu mengembangkan kehidupan individual, sosial, dan

religiusnya menuju pencapaian tujuan kehidupannya.

            Dari uraian di atas, dapat dinilai bahwa seluruh langkah kegiatan pendidikan adalah

berupaya mengembangkan nilai-nilai kebudayaan itu sendiri. Sebaliknya, seluruh materi

kebudayaan menjadi isi dari pendidikan. Jadi, jelas terdapat hubungan timbal balik antara

kebudayaan dan pendidikan yang bersifat kausaldialektik.

            Jika seluruh kegiatan pendidikan mengikuti nilai-nilai kebudayaan yang ada, hal itu

bisa mengakibatkan kehidupan masyarakat menjadi statis dan cenderung tidak berkembang

dan terancam punah. Sedangkan jika seluruh kegiatan pendidikan diarahkan pada penciptaan

Page 8: Pentingnya Pendidikan Multikultural Di Indonesia

nilai-nilai baru, kehidupan masyarakat menjadi dinamis dan cenderung mengalami perubahan

pesat, dan pada gilirannya justru bisa merusak tata kehidupan masyarakat itu sendiri.

            Dari aspek sosial budaya, dapat disimpulkan dan dinilai bahwa dalam hubungannya

dengan kebudayaan, eksistensi pendidikan yang menjadi persoalan seluruh eksistensi

manusia menjadi lebih jelas. Oleh sebab itu, seharusnya isi pendidikan meliputi seluruh aspek

lingkungan di mana manusia hidup. Begitu juga proses pendidikan, tidak harus terbatas pada

pendidikan sekolah saja, melainkan perlu dikembangkan di setiap lingkungan sosial di mana

manusia berada. Pendidikan berproses secara berkelanjutan mulai dari kehidupan keluarga,

lembaga sekolah, dan di lingkungan masyarakat luas. Pada hakikatnya, dimana ada manusia

dan masyarakatnya, di situ perlu diselenggarakan pendidikan.

PENTINGNYA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA

BAB IPENDAHULUAN

A.      Latar BelakangMultikulturalisme berasal dari adanya suatu kebudayaan. Secara etimologi,

multikulturalisme terdiri dari multi yang berarti “banyak”, kultur yang berarti “budaya”, dan isme yang berarti paham “aliran”. Jadi, multikulturalisme adalah suatu paham, corak, kegiatan, yang terdiri dari banyak budaya pada suatu daerah tertentu.

Multikulturalisme di Indonesia merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan. Namun pada kenyataannya kondisi demikian tidak pula diiringi dengan keadaan sosial yang membaik. Bahkan banyak terjadinya ketidak teraturan dalam kehidupan sosial di Indonesia pada saat ini yang menyebabkan terjadinya berbagai ketegangan dan konflik. 

Seiring dengan perkembangan zaman yang dipengaruhi oleh adanya globalisasi banyak terjadi krisis sosial-budaya yang terjadi di masyarakat. Misalnya seperti merosotnya penghargaan dan kepatuhan terhadap hukum, etika, moral, dan kesantunan sosial. Semakin luasnya penyebaran narkotika dan penyakit-penyakit sosial lainnya.

Oleh karena itu, pendidikan dianggap tempat yang tepat untuk membangun kesadaran multikulturalisme di Indonesia. Melalui pendidikan multikultural, diharapkan dapat mewujudkan keteraturan dalam kehidupan sosial-budaya di Indonesia.

BAB IIPENTINGNYA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA

A.      Pengertian Pendidikan MultikulturalPendidikan multikultural hingga saat ini belum dapat didefinisikan secara baku. Namun,

ada beberapa pendapat para ahli mengenai pendidikan multikultural. Diantaranya adalah Andersen dan Cusher (1994:320) mengartikan pendidikan multikultural sebagai pendidikan mengenai keragaman kebudayaan. Kemudian, James Banks (1993: 3) mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk people of color. Artinya, pendidikan multikultural ingin mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan (anugerah Tuhan). Dimana dengan adanya kondisi tersebut kita mampu untuk menerima perbedaan dengan penuh rasa toleransi.

Page 9: Pentingnya Pendidikan Multikultural Di Indonesia

Seperti definisi di atas, Muhaemin el Ma’haddi berpendapat bahwa pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai pendidikan keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan.

Adapun Paulo Freire seorang pakar pendidikan pembebasan mendefinisikan bahwa pendidikan bukan merupakan “menara gading” yang berusaha menjauhi realitas sosial dan budaya. Melainkan pendidikan itu harus mampu menciptakan tatanan masyarakat yang terdidik dan berpendidikan, bukan sebuah masyarakat yang hanya mengagungkan suatu kelas sosial sebagai akibat dari kekayaan dan kemakmuran yang diperolehnya.[1]

Pendidikan multikultural merupakan respons terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan yang mencakup seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-kelompoknya, seperti gender, etnis, ras, budaya, strata sosial, dan agama.

James Bank menjelaskan, bahwa pendidikan multikultural memiliki beberapa dimensi yang saling berkaitan satu dengan yang lain, yaitu:

1.   Content Integration, yaitu mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep dasar, generalisasi, dan teori dalam mata pelajaran / disiplin ilmu.

2.  The knowledge construction process, yaitu membawa siswa untuk memahami implikasi budaya kedalam sebuah mata pelajaran.

3.   An equity paedagogy, yaitu menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam baik dari segi ras, budaya, ataupun sosial.

4.  Prejudice reduction, yaitu mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan metode pengajaran mereka. Kemudian, melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, berinteraksi dengan seluruh staff dan siswa yang berbeda etnis dan ras dalam upaya menciptakan budaya akademik yang toleran dan inklusif.

Dalam aktivitas pendidikan manapun, peserta didik merupakan sasaran (objek) dan sekaligus sebagai subjek pendidikan, oleh karena itu, dalam memahami hakikat pendidikan perlu dilengkapi pemahaman tentang ciri-ciri umum peserta didik. Setidaknya, secara umum peserta didik memiliki lima ciri, yaitu:

1. 1. Peserta didik sedang dalam keadaan berdaya untuk menggunakan kemampuan, kemauan, dan sebagainya.

2. 2.    Mempunyai keinginan untuk berkembang kearah dewasa.3. 3.    Peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.4. 4.  Peserta didik melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya dengan potensi-

potensi dasar yang dimiliki secara individual.

Istilah pendidikan multikultural dapat digunakan baik pada tingkat deskriptif, maupun normatif, yang menggambarkan isu-isu dan masalah-masalah pendidikan yang berkaitan dengan masyarakat multikultural. Lebih jauh ia juga mencakup pengertian tentang pertimbangan terhadap kebijakan-kebijakan dan strategi-strategi pendidikan dalam masyarakat multikultural. Dalam konteks deskriptif ini, kurikulum pendidikan multikultural mestilah mencakup subjek-subjek seperti: toleransi, tema-tema tentang perbedaan etno-kultural dan agama, bahaya diskriminasi, penyelesaian konflik dan mediasi, HAM, demokrasi dan pluralitas, multikulturalisme, kemanusiaan universal, dan subjek-subjek lain yang relevan.

Page 10: Pentingnya Pendidikan Multikultural Di Indonesia

Dalam konteks teoritis, belajar dari model-model pendidikan multikultural yang pernah ada dan sedang dikembangkan oleh negara-negara maju, dikenal dengan lima pendekatan, yaitu:

1.         Pendidikan mengenai perbedaan kebudayaan atau multikulturalisme2.         Pendidikan mengenai perbedaan kebudayaan atau pemahaman kebudayaan.3.         Pendidikan bagi pluralisme kebudayaan.4.         Pendidikan dwi-budaya.5.         Pendidikan multikultural sebagai pengalaman moral manusia.

B.       Pendekatan Pendidikan MultikulturalMerancang pendidikan dalam tatanan masyarakat yang penuh dengan permasalahan

antar kelompok seperti di Indonesia memang tidaklah mudah. Hal ini ditambah sulit lagi jika tatanan masyarakat yang ada masih penuh diskriminasi dan bersifat rasis.

Dalam kondisi seperti ini, pendidikan multikultural diarahkan sebagai advokasi untuk menciptakan masyarakat yang toleran. Adapun untuk mencapai sasaran tersebut, diperlukan sejumlah pendekatan. Dan beberapa pendekatan dalam pendidikan multikultural tersebut adalah sebagai berikut.

1.         Tidak lagi menyamakan pandangan pendidikan dengan persekolahan, atau pendidikan multikultural dengan program-program sekolah formal.

2.         Menghindari pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnik.3.  Mempertahankan dan memperluas solidaritas kelompok akan menghambat sosialisasi kedalam

kebudayaan baru. Pendidikan multikultural bagi pluralisme budaya dan pendidikan multikultural tidak dapat disamakan dengan logis.

4.     Pendidikan multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kebudayaan mana yang akan diadopsi, itu ditentukan oleh situasi dan kondisi secara proporsional.

Pendekatan ini meningkatkan kesadaran akan multikulturalisme sebagai pengalaman normal manusia. Kesadaran ini mengandung makna bahwa pendidikan multikultural berpotensi untuk menghindari dikotomi dan mengembangkan apresiasi yang lebih baik melalui kompetensi kebudayaan yang ada pada diri peserta didik.

Keempat pendekatan tersebut haruslah diselaraskan dengan kondisi masyarakat Indonesia. Masyarakat adalah kumpulan manusia atau individu-individu yang  hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama serta diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan, dan agama.

Masyarakat mempunyai peranan penting dalam perkembangan intelektual dan kepribadian individu peserta didik. Sebab, masyarakat merupakan tempat yang penuh alternatif dalam upaya memperkaya pelaksanaan proses pendidikan berbasis multikultural.

Untuk itu, setiap anggota masyarakat memiliki peranan dan tanggung jawab  moral terhadap terlaksananya proses pendidikan multikultural. Hal ini disebabkan adanya hubungan timbal balik antara masyarakat dan pendidikan. Dalam upaya memberdayakan masyarakat dalam dunia pendidikan merupakan satu hal yang penting untuk kemajuan pendidikan di masa kini dan di masa yang akan datang.[2]

C.      Pendidikan Berbasis MultikulturalSejak awal kemunculannya, pendidikan berbasis multikulturalisme atauMulticultural

Based Education, telah didefinisikan dalam banyak cara dan berbagai perspektif. Dalam terminologi ilmu-ilmu pendidikan dikenal dengan pendidikan multikultural (multicultural education) seperti yang digunakan dalam konteks kehidupan di negara-negara barat.

Page 11: Pentingnya Pendidikan Multikultural Di Indonesia

[3] Sejumlah definisi tersebut terikat dalam disiplin ilmu tertentu, seperti pendidikan antropologi, sosial, psikologi, dan lain sebagainya.

Dalam buku Multicultural Education: A Teacher Guide to Linking Context, Process, and Content mengungkapkan definisi klasik mengenai Multicultural Based Education yang penting bagi para pendidik. Definisi pertama yaitu menekankan esensi Multicultural Based Learning sebagai perspektif yang dialami oleh masing-masing individu dalam pertemuan manusia yang kompleks dan beragam secara kultur. Definisi ini juga merefleksikan pentingnya budaya, ras, gender, etnisitas, agama, status sosial, ekonomi, dan pengecualian-pengecualian dalam proses pendidikan.  

Definisi lain mengartikan bahwa Multicultural Based Education adalah sebuah visi tentang pendidikan yang selayaknya dan seharusnya bisa untuk semua anak didik.Multicultural Based Education manyiapkan anak didik untuk berkewarganegaraan dalam komunitas budaya dan bahasa yang majemuk dan saling terkait.

Multicultural Based Education juga berkenaan dengan perubahan pendidikan yang signifikan. Ia menggambarkan realitas sosial, ekonomi, dan politik secara luas dan sistematis sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang terjadi di dalam sekolah dan luar sekolah. Multicultural Based Education memperluas kembali praktek yang patut dicontoh, dan berupaya memperbaiki berbagai kesempatan pendidikan optimal yang tertolak. Ia membahas pula seputar penciptaan lembaga-lembaga pendidikan yang menyediakan lingkungan pembelajaran yang dinamis, yang mencerminkan cita-cita persamaan, kesetaraan, dan keunggulan.

D.      Pentingnya Pendidikan Multikultural di Indonesia       Indonesia adalah negara yang terdiri dari beragam masyarakat yang berbeda seperti agama, suku, ras, kebudayaan, adat istiadat, bahasa, dan lain sebagainya menjadikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang majemuk. Dalam kehidupan yang beragam seperti ini menjadi tantangan untuk mempersatukan bangsa Indonesia menjadi satu kekuatan yang dapat menjunjung tinggi perbedaan dan keragaman masyarakatnya.       Hal ini dapat dilakukan dengan pendidikan multikultural yang ditanamkan kepada anak-anak lewat pembelajaran di sekolah maupun di rumah. Seorang guru bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan terhadap anak didiknya dan dibantu oleh orang tua dalam melihat perbedaan yang terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Namun pendidkan multikultural bukan hanya sebatas kepada anak-anak usia sekolah tetapi juga kepada masyarakat Indonesia pada umumnya lewat acara atau seminar yang menggalakkan pentingnya toleransi dalam keberagaman menjadikan masyarakat Indonesia dapat menerima bahwa mereka hidup dalam perbedaan dan keragaman.       Ada tiga tantangan besar dalam melaksanakan pendidikan multikultural di Indonesia, yaitu:

1.      Agama, suku bangsa dan tradisi    Agama secara aktual merupakan ikatan yang terpenting dalam kehidupan orang Indonesia sebagai suatu bangsa. Bagaimanapun juga hal itu akan menjadi perusak kekuatan masyarakat yang harmonis ketika hal itu digunakan sebagai senjata politik atau fasilitas individu-individu atau kelompok ekonomi. Di dalam kasus ini, agama terkait pada etnis atau tradisi kehidupan dari sebuah masyarakat.   Masing-masing individu telah menggunakan prinsip agama untuk menuntun dirinya dalam kehidupan di masyarakat, tetapi tidak berbagi pengertian dari keyakinan agamanya pada pihak lain. Hal ini hanya dapat dilakukan melalui pendidikan multikultural untuk mencapai tujuan dan prinsip seseorang dalam menghargai agama.

Page 12: Pentingnya Pendidikan Multikultural Di Indonesia

2.      Kepercayaan      Unsur yang penting dalam kehidupan bersama adalah kepercayaan. Dalam masyarakat yang plural selalu memikirkan resiko terhadap berbagai perbedaan. Munculnya resiko dari kecurigaan/ketakutan atau ketidakpercayaan terhadap yang lain dapat juga timbul ketika tidak ada komunikasi di dalam masyarakat/plural. 

3.      Toleransi        Toleransi merupakan bentuk tertinggi, bahwa kita dapat mencapai keyakinan. Toleransi dapat menjadi kenyataan ketika kita mengasumsikan adanya perbedaan. Keyakinan adalah sesuatu yang dapat diubah. Sehingga dalam toleransi, tidak harus selalu mempertahankan keyakinannya.Untuk mencapai tujuan sebagai manusia Indonesia yang demokratis dan dapat hidup di Indonesia diperlukan pendidikan multikultural.[4]

Adapun pentingnya pendidikan multikultural di Indonesia yaitu sebagai sarana alternatif pemecahan konflik, peserta didik diharapkan tidak meninggalkan akar budayanya, dan pendidikan multikultural sangat relevan digunakan untuk demokrasi yang ada seperti sekarang.

1.         Sarana alternatif pemecahan konflikPenyelenggaraan pendidikan multikultural di dunia pendidikan diakui dapat menjadi

solusi nyata bagi konflik dan disharmonisasi yang terjadi di masyarakat, khususnya di masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai macam unsur sosial dan budaya. Dengan kata laun, pendidikan multikultural dapat menjadi sarana alternatif pemecahan konflik sosial-budaya.[5]

Struktur kultural masyarakat Indonesia yang amat beragam menjadi tantangan bagi dunia pendidikan untuk mengolah perbedaan tersebut menjadi suatu aset, bukan sumber perpecahan. Saat ini pendidikan multikultural mempunyai dua tanggung jawab besar, yaitu menyiapkan bangsa Indonesia untuk mengahadapi arus budaya luar  di era globalisasi dan menyatukan bangsa sendiri yang terdiri dari berbagai macam budaya.

Pada kenyataannya pendidikan multikultural belum digunakan dalam proporsi yang benar. Maka, sekolah dan perguruan tinggi sebagai instirusi pendidikan dapat mengembangkan kurikulum pendidikan multikultural dengan model masing-masing sesuai dengan otonomi pendidikan atau sekolahnya sendiri.

Model-model pembelajaran mengenai kebangsaan memang sudah ada. Namun, hal itu masih kurang untuk dapat mengahargai perbedaan masing-masing suku, budaya maupun etnis. Hal ini dapat dilihat dari munculnya berbagai konflik dari realitas kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Hal ini berarti bahwa pemahaman mengenai toleransi di masyarakat masih sangat kurang.

Maka, penyelenggaraan pendidikan multikultural dapat dikatakann berhasil apabila terbentuk pada diri setiap peserta didik sikap saling toleransi, tidak bermusuhan, dan tidak berkonflik yang disebabkan oleh perbedaan budaya, suku, bahasa, dan lain sebagainya.

Menurut Stephen Hill, pendidikan multikultural dikatakan berhasil apabila prosesnya melibatkan semua elemen masyarakat. Hal itu dikarenakan adanya multidimensi aspek kehidupan yang tercakup dalam pendidikan multikultural.

Perubahan yang diharapkan adalah pada terciptanya kondisi yang nyaman, damai, toleran dalam kehidupan masyarakat, dan tidak selalu muncul konflik yang disebabkan oleh perbedaan budaya dan SARA.

2.         Agar peserta didik tidak meinggalkan akar budayaSelain sebagai sarana alternatif pemecahan konflik, pendidikan multikultural juga

signifikan dalam upaya membina peserta didik agar tidak meninggalkan akar budaya yang ia miliki sebelumnya, saat ia berhubungan dengan realitas sosial-budaya di era globalisasi.

Page 13: Pentingnya Pendidikan Multikultural Di Indonesia

Pertemuan antar budaya di era globalisasi ini bisa menjadi ‘ancaman’ serius bagi peserta didik. Untuk menyikapi realitas tersebut, peserta didik tersebut hendaknya diberikan pengetahuan yang beragam. Sehingga peserta didik tersebut memiliki kemampuan global, termasuk kebudayaan. Dengan beragamnya kebudayaan baik di dalam maupun di luar negeri, peserta didik perlu diberi pemahaman yang luas tentang banyak budaya, agar siswa tidak melupakan asal budayanya.

Menurut Fuad Hassan, saat ini diperlukan langkah antisipatif terhadap tantangan globalisasi, terutama dalam aspek kebudayaan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek) dapat memperpendek jarak dan memudahkan adanya persentuhan antar budaya.

Tantangan dalam dunia pendidikan kita, saat ini sangat berat dan kompleks. Maka, upaya untuk mengantisipasinya harus dengan serius dan disertai solusi konkret. Jika tidak ditanggapi dengan serius terutama dalam bidang pendidikan yang bertanggung jawab atas kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) maka, peserta didik tersebut akan kehilangan arah dan melupakan asal budayanya sendiri.

Sehingga dengan pendidikan multikultural itulah, diharapkan mampu membangun Indonesia yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Karena keanekaragaman budaya dan ras yang ada di Indonesia itu merupakan sebuah kekayaan yang harus kita jaga dan lestarikan.

3.         Sebagai landasan pengembangan kurikulum nasionalPendidikan multikultural sebagai landasan pengembangan kurikulum menjadi sangat

penting apabila dalam memberikan sejumlah materi dan isi pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik dengan ukuran dan tingkatan tertentu.

Pengembangan kurikulum yang berdasarkan pendidikan multikultural dapat dilakukan berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut.

a.     Mengubah filosofi kurikulum dari yang berlaku secara serentak seperti sekarang menjadi filosofi pendidikan yang sesuai dengan tujuan, misi, dan fungsi setiap jenjang pendidikan dan unit pendidikan.

b.       Harus merubah teori tentang konten (curriculum content) yang mengartikannya sebagai aspek substantif yang berisi fakta, teori, generalisasi, menuju pengertian yang mencakup nilai moral, prosedur, proses, dan keterampilan (skills) yang harus dimiliki generasi muda.

c.         Teori belajar yang digunakan harus memperhatikan unsur keragaman sosial, budaya, ekonomi, dan politik.

d.        Proses belajar yang dikembangkan harus berdasarkan cara belajar berkelompok dan bersaing secara kelompok dalam situasi yang positif. Dengan cara tersebut, perbedaan antarindividu dapat dikembangkan sebagai suatu kekuatan kelompok  dan siswa terbiasa untuk hidup dengan keberanekaragaman budaya.

e.      Evaluasi yang digunakan harus meliputi keseluruhan aspek kemampuan dan kepribadian peserta didik sesuai dengan tujuan dan konten yang dikembangkan.

4.         Menuju masyarakat Indonesia yang MultikulturalInti dari cita-cita reformasi Indonesia adalah mewujudkan masyarakat sipil yang

demokratis, dan ditegakkan hukum untuk supremasi keadilan, pemerintah yang bersih dari KKN, terwujudnya keteraturan sosial serta rasa aman dalam masyarakat yang menjamin kelancaran produktivitas warga masyarakat, dan kehidupan ekonomi yang mensejahterakan rakyat Indonesia.

Corak masyarakat Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika bukan hanya merupakan keanekaragaman suku bangsa saja melainkan juga menyangkut tentang keanekaragaman budaya yang ada dalam masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Eksistensi

Page 14: Pentingnya Pendidikan Multikultural Di Indonesia

keberanekaragaman tersebut dapat terlihat dari terwujudnya sikap saling menghargai, menghormati, dan toleransi antar kebudayaan satu sama lain. 

Berbagai konsep yang relevan dengan multikulturalisme antara lain adalah demokrasi, keadilan dan hukum, nilai-nilai budaya dan etos, kebersamaan dalam perbedaan yang sederajat, suku bangsa, kesukubangsaan, kebudayaan suku bangsa, keyakinan keagamaan, ungkapan-ungkapan budaya, domain privat dan publik, HAM, hak budaya komuniti, dan kosnep-konsep lain yang relevan.[6]

Page 15: Pentingnya Pendidikan Multikultural Di Indonesia

BAB IIIKESIMPULAN

Pendidikan di Indonesia yang masyarakatnya terdiri dari berbagai macam ras, suku budaya, bangsa, dan agama dirasa penting untuk menerapkan pendidikan multikultural. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa dengan masyarakat Indonesia yang beragam inilah seringkali menjadi penyebab munculnya berbagai macam konflik.

Seiring dengan perkembangan zaman dan waktu juga dapat mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga banyak terjadi berbagai macam perubahan di masyarakat yang diakibatkan oleh masuknya berbagai macam budaya baru dari luar negeri ke Indonesia. Melalui pendidikan multikultural yang memperkenalkan budaya asli kepada peserta didik diharapkan agar peserta didik tidak melupakan asal budayanya sendiri.

Namun demikian, pendidikan multikultural tidak hanya dipelajari dalam pendidikan normal saja. Melainkan pendidikan multikultural itu harus dipelajari oleh masyarakat luas, secara non formal melalui berbagai macam diskusi, presentasi. Agar dapat terciptanya masyarakat Indonesia yang tentram dan damai.           

Page 16: Pentingnya Pendidikan Multikultural Di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Fay, Brian. 1996. Contemporary Philosophy of Social Sience: A Multicultural Approach. Oxrofd:Backwell.

Freire, Paulo. 2000. Pendidikan Pembebasan. Jakarta: LP3S.Hernandez, Hilda. 2002. Multicultural Education: A Teacher Guide to Linking Context, Process,

and Content. New Jersey & Ohio: Prentice Hall.Media Indonesia, Rabu, 08 September 2008.Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press.