Click here to load reader
Upload
m-hannifan
View
262
Download
34
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Merupakan suatu penugasan, yang mengharuskan penganalisaan suatu resep yang ditulis secaa acak oleh seorang dokter.Tugas ini merupakan simulasi untuk mahasiswa kedokteran dalam memahami penulisan resep yang baik dan benar.
Citation preview
PENUGASAN ANALISIS RESEP
disusun oleh :
Nama : Syarief Muhammad Hannifan
NIM : 08711158
Kelompok : 3
Tutor : dr. M. Ichwan Zein
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2009
ANALISIS RESEP
1. ANALISIS IDENTITAS DOKTER
Identitas dokter dengan lengkap yaitu :
a. Nama dokter : dr. Medita
b. Alamat
Praktek : Jl. Kesehatan No.17 B, Kaliurang, Yogyakarta
Telp. 0274 - 896448
Rumah : Jl. Manokwari No. 5 Condong Catur, Sleman
Telp. 0274 - 387264
c. Nomer SIP dokter : 01.01.IV.1.01.0870
1.1. Nama
Nama yang tertulis dalam resep yang dianalisis ini adalah dr. Medita.
Sesuai dengan aturan dalam peresepan, maka resep yang tertulis tersebut adalah
tanggung jawab dari dr. Medita. Selain itu, dilihat dari gelarnya, dr. Medita
mempunyai kompetensi untuk membuat resep untuk pasien, dalam kasus ini
adalah saudara Budi (8 tahun). Kesimpulannya, dalam penulisan nama dokter
pada resep ini, sudah benar.
1.2. Alamat
Alamat yang dicantumkan dalam resep adalah alamat praktek maupun
alamat rumah dari dokter yang menuliskan resep ini. Selain itu, dicantumkan juga
nomor telepon agar mudah dihubungi, apabila ada hal-hal yang ingin
dikonfirmasikan oleh apoteker ataupun pasien. Pada blanko resep, sebaiknya juga
dilengkapi dengan hari serta jam prakteknya.
1.3 Nomor SIP (Surat Izin Praktek) Dokter
Nomor Surat Izin Praktek (SIP) sudah tertulis dalam blanko resep.
Nomornya yaitu SIP. KP. 01.01.IV.1.01.0870. Hal ini perlu ditulis karena dokter
tersebut membuka prakteknya sendiri. Dimana, nomor tersebut adalah bukti legal
bagi seorang dokter untuk melakukan praktek.
2. ANALISIS SUPERSCRIPTIO
2.1. R/
Pada bagian superscriptio terdapat tulisan R/ (recipe, yang berarti
‘ambillah’). Bagian ini merupakan kelengkapan dari suatu resep. Pada resep yang
dianalisis ini, terdapat 2 simbol R/, karena dokter ingin memberikan lebih dari
satu formula resep. Berdasar aturannya, penulisan R/ pada resep ini sudah benar.
2.2. Formula Resep
Formula yang dipakai dalam penulisan resep ini ada dua, yaitu formula
magistralis dan formula officinalis. Disini, tedapat formula magistralis karena
terdapat racikan obat antara Antasida, Simetidin, dengan ditambahkan Saccharine.
Sedangkan formula officinalis, pada vitamin B1, dimana obat tersebut merupakan
obat baku/standar dalam buku/formularium resmi atau obat generik jadi berlogo.
3. ANALISIS INSCRIPTIO
3.1. Spesifikasi Sediaan Jadi
Penulisan nama obat dalam resep ini menggunakan nama generik, yaitu
pada formula pertama (formula magistralis) Antasida dan Simetidin. Pada
formula yang kedua (formula officinalis) menggunakan nama generik juga, yaitu
Vitamin B1, dimana semua penulisan nama obatnya sudah benar.
3.2. Penulisan Satuan Berat, Volume, dan Unit
Penulisan satuan berat ataupun volume pada resep ini salah, karena pada
semua formula obatnya, tidak dicantumkan satuan dari berat ataupun volume obat
tersebut. Penulisan satuan berat dan volume memakai angka arab, dimana pada
resep ini tidak dicantumkan. Sedangkan penulisan satuan unit obatnya, sudah
benar, dengan menggunakan angka romawi.
3.3. Jumlah Jenis Obat / Sediaan
Dalam resep ini terdapat tiga jenis obat, yaitu Antasida, Simetidin, dan
Vitamin B1. Dari ketiga obat tersebut, terdapat dua obat yang memiliki fungsi
yang sama, obat maag, atau dapat juga sebagai obat antirefluks dan anti ulserasi,
yaitu Antasida dan Simetidin. Sedangkan Vitamin B1 sendiri, termasuk dalam
golongan vitamin, yang indikasinya untuk defisiensi dari vitamin B1 ataupun
dapat juga sebagai pengganti sementara dari asupan yang tidak memadai. Jumlah
sediaan masing-masing obat pada resep adalah 10 puyer untuk racikan Antasida
dan Simetidin, dan 10 tablet untuk Vitamin B1. Jumlah tersebut sudah memadai,
karena paling tidak puyer dipakai selama 3 hari, dan Vitamin B1 selama 10 hari.
Namun, jika dikaji lebih mendalam, kemungkinan bisa terdapat polifarmasi obat
dalam resep, karena Antasida dan Simetidin, sama-sama merupakan obat maag.
Akan tetapi, Antasida bekerja dengan menetralkan asam lambung, sedangkan
Simetidin menghambat reseptor H2 dalam lambung. Jadi, dalam kasus ini bisa saja
efek kedua obat ini adalah sinergis.
3.4. Satuan Tablet
Satuan biji dari tiap obat sudah ditulis secara benar, yaitu dengan
menggunakan angka romawi.
3.5. Penggunaan Kombinasi Obat
Penggunaan kombinasi obat dari ketiga obat trsebut menimbulkan
beberapa analisis. Pertama, dalam sediaan puyer terdapat Antasida dan Simetidin
dimana secara fungsi, obat ini sama-sama untuk mengobati maag, atau sebagai
antirefluks dan anti ulserasi. Maka, disini dapat diindikasikan polifarmasi. Akan
tetapi, keja dari kedua obat ini berbeda, Antasida lebih cenderung menetralkan
asam yang ada di lambung, sedangkan Simetidin bekerja dengan menghambat
reseptor H2 di lambung. Jadi, bisa dibilang kedua obat ini mempunyai efek yang
sinergis dalam mengatasi penyakit maag atau gastritis. Sedangkan, pemberiannya
dengan Vitamin B1 tidak bermasalah, karena pada dasarnya Antasida dan
Simetidin diminum sebelum makan, sedangkan Vitamin B1 diminum sesudah
makan. Selain itu, efek dari Antasida dan Simetidin, mungkin menyebabkan mual,
sehingga pasien asupan gizinya jadi kurang, jadi pemberian Vitamin B1
diharapkan dapat menutupi kekurangan tersebut.
3.6. Dosis Individual
Pemberian dosis pada resep ini salah, karena tidak dicantumkan sama
sekali. Seharusnya dosis Antasida untuk anak-anak (umur 6-12 tahun) adalah 300
mg/hari. Sedangkan Simetidin adalah 20 – 40 mg/kgBB/hari. Serta, Vitamin B1
10 – 25 mg/hari.
3.7. Penggunaan Singkatan
Penggunaan singkatan semuanya sudah benar, yaitu dengan menggunakan
bahasa latin. Akan tetapi, ada beberapa yang perlu dikoreksi lagi, yaitu :
a. tab → tab.
b. qs → q.s.
c. m.f.l.a → m.f.l.a.
d. S 3d. d → S 3.d.d.
e. S. id.d. → S i.d.d.
3.8. Tanda Pemisah Antar R/
Pada resep ini, tanda pemisah antar R/ tidak terdapat, otomatis ini menjadi
tidak sesuai dengan aturan penulisan resep yang benar. Karena setelah menuliskan
satu formula resep, harus diakhiri dengan garis (penutup) dan paraf dokternya.
Pada resep ini, kesalahan terdapat setelah formula pertama, yaitu tidak diakhiri
dengan garis dan paraf dokter. Sedangkan, pada formula yang kedua, sudah benar
karena setelah akhir dari formula tersebut, ditutup dengan garis dan paraf dokter.
Selain itu, pada resep ini juga sang dokter tidak meninggalkan tempat yang tersisa
pada blanko resep, sehingga bisa lebih terjaga keamanannya. Karena, bisa saja
bila masih ada tempat kosong pada blanko resep, dapat dipergunakan oleh orang-
orang yang tidak bertanggung jawab, untuk menuliskan sesuatu disana (misal,
suatu jenis obat). Tanda tangan tidak diperlukan pada resep ini, karena jenis obat
yang diresepkan, tidak termasuk dalam golongan narkotika, atau golongan
berbahaya lainnya.
4. ANALISIS SUBSCRIPTIO
Pada pembuatan bentuk sediaan, ini hanya berlaku untuk formula yang
pertama saja, karena pada formula yang kedua, itu sudah dibentuk dalam sediaan
tablet. Pada formula pertama, kesalahannya dapat dilihat dulu dari obat Antasida
dan Simetidin, dimana kedua obat ini tidak dicantumkan takarannya (satuan berat
atau volume). Kemudian, pada resep dituliskan m.f.l.a pulv. d.t.d no X kemudian
S 3 d.d tab I. Disini, kesalahan terdapat pada instruksi atau anjuran meminum
obatnya. Karena, pada cara pembuatan sediaan sudah ditulis, bahwa obat
(Antasida dan Simetidin) disiapkan dalam sediaan puyer, maka anjuran untuk
meminumnya tidak 3 d.d tab I, tapi 3 d.d. pulv I.
5. ANALISIS SIGNATURA
5.1. Simbol S
Dalam resep ini sudah dituliskan tanda S (tandailah), maka bagian ini
sudah benar. Tapi pada formula yang pertama (Antasida dan Ranitidin), S tidak
memakai titik, sedangkan pada formula yang kedua (Vitamin B1), S memakai
titik. Disini yang benar adalah, S tanpa penggunaan titik tersebut. Jadi, pada
formula yang kedua, titik setelah simbol S, tidak perlu dipakai.
5.2. Aturan Penggunaan Obat
Informasi dalam resep dituliskan, S 3 d.d tab I (formula pertama) dan S.
id.d. tab I (formula kedua). Informasi pada formula pertama, hanya menjelaskan
frekuensi dan jumlah obat yang diminum, tanpa menjelaskan obat tersebut
diminum sesudah makan atau sebelum makan, padahal pada formula pertama
terdapat obat maag yang seharusnya diminum sebelum makan, selain itu obat ini
juga diminum saat diperlukan saja. Sedangkan, pada formula kedua juga
dijelaskan hanya frekuensi dan jumlah obat yang diminum saja, padahal
penggunaan vitamin B1 sebaiknya sesudah makan.
5.3. Informasi Tambahan
Tidak ada informasi tambahan dalam resep ini.
6. PENULISAN YANG BANAR