Upload
siti-anisa-fatmawati
View
41
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Penugasan Endokrin
Citation preview
Penugasan Blok Sistem Endokrin
LAPORAN KASUS DIABETES MELITUS
Disusun dalam rangka pelaporan kegiatan PPk di Puskesmas
Ngruwang
Disusun Oleh :
Dita Fitria (08711121)
Niufti Ayu Dewi Mahila (09711007)
Siti Anisa Fatmawati (09711301)
Kelompok Tutorial 12
dr. Farhan Ali Rahman
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Yogyakarta
2011
DAFTAR ISI
1. Status pasien…………………………………………………………… 1-4
2. Pendahuluan…………………………………………………………… 5
Latar belakang…………………………………………………………. 5
Tujuan kegiatan PPK………………………………………………….. 5
Latar belakang pemilihan kasus……………………………………….. 5
3. Epidemiologi…………………………………………………………... 5-6
4. Perjalanan alamiah penyakit…………………………………………... 6-7
5. Klasifikasi diabetes mellitus…………………………………………… 7-8
6. Faktor resiko…………………………………………………………… 8
7. Komplikasi…………………………………………………………….. 8-10
8. Patogenesis…………………………………………………………….. 10-11
9. Penanganan…………………………………………………………….. 11-13
10. Pembahasan home visit………………………………………………… 13-20
Anamnesis………………………………………………………………. 13-18
Pemeriksaan fisik……………………………………………………….. 18-19
Pemeriksaan penunjang…………………………………………………. 19
Penanganan ……………………………………………………………… 20
11. Penutup………………………………………………………………….. 21
Kesimpulan………………………………………………………………. 21
Saran……………………………………………………………………… 21
STATUS PASIEN
Nama : Bp. H. Hadi Purwanto
Usia : 70 tahun
Alamat : Ngablak, Ngluwar, Magelang
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Tanggal pemeriksaan : 1 Juni 2011
No. Rekam Medis : 030104007008001
Anamnesis
Diberikan oleh orang sakit
Keluhan utama
Kesemutan dan mati rasa pada bagian tangan dan kaki
Riwayat Penyakit Sekarang
Kesemutan dirasakan setiap hari sejak 4 tahun terakhir. Kesemutan dan
mati rasa terjadi terus-menerus, pasien mengeluh kakinya tidak bisa menapak
sempurna dan tangannya juga tidak bisa menggenggam sempurna. Selain itu
kakinya juga terasa sakit jika digunakan untuk berjalan jauh. Selain kesemutan
pasien juga mengeluh penglihatannya menjadi kabur. Keluhan dirasakan sejak 4
tahun yang lalu dan semakin memberat. Pasien sudah memeriksakan diri ke
dokter dan dokter mengatakan ada gangguan pada saraf mata kanan. Satu tahun
terakhir pasien merasakan mata kirinya juga menjadi kabur jika digunakan untuk
melihat dan saat diperiksakan ke dokter, dokter mengatakan bahwa pasien
mengalami katarak. Pasien juga selalu buang air kecil pada malam hari paling
sedikit 4 kali dalam semalam dan banyak minum. Setelah dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut dokter menetapkan diagnosis pasien adalah diabetes mellitus. Dokter
sudah memberikan obat dan menganjurkan pasien untuk kontrol rutin ke
puskesmas. Pasien merasa gejala membaik setelah minum obat dari dokter, tapi
jika berhenti minum obat gejala kembali seperti semula.
Anamnesis Sistem
Cerebrospinal : pusing +, demam -, kesemutan +, mati rasa +, mudah
ngantuk +.
Kardiovaskular : berdebar-debar -, nyeri dada -.
Respirasi : sesak napas -, batuk -, pilek -.
Digesti : mual -, muntah -, nafsu makan turun, berat badan turun,
BAB normal, diare -.
Urogenital : frekuensi BAK meningkat.
Reproduksi : dbn
Integumentum : gatal-gatal +, banyak keluar keringat.
Musculoskeletal : nyeri sendi +, nyeri otot +, gampang lelah +, ulkus -.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami sakit paru-paru (batuk berbulan-bulan dan
berdarah) tetapi tidak ada riwayat pengobatan selama 6 bulan.
Riwayat stroke –
Riwayat penyakit jantung –
Riwayat penyakit kuning –
Riwayat penyakit ginjal –
Riwayat Penyakit Keluarga
Kakak pasien menderita sakit gula
Keluarga pasien mengalami hipertensi
Stroke –
Penyakit jantung –
Penyakit ginjal dan kuning –
Lingkungan dan Kebiasaan
Pasien merokok sejak muda dan sekali merokok bisa menghabiskan lebih
dari 1 bungkus, tetapi sekarang sudah berhenti (sejak 4 sakit paru-paru)
Rumah pasien sangat lembab dan ventilasi serta cahaya kurang.
Lingkungan rumah kurang bersih.
Pasien jarang berolah raga tetapi rajin ke sawah.
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
o Tekanan Darah : 195/110 mmHg
o Suhu : 37,2 o C
o Nadi : 84x/menit irregular
o Respirasi : 24x/menit dangkal dan irregular
Kepala : mata rabun (terlihat ada selaput pada mata kiri dan sclera keruh),
konjunctiva tidak anemis dan sclera tidak ikterik
Leher : tidak ada pembesaran limfonodi, JVP n, tidak terlihat/teraba
masa, kelenjar tiroid normal.
Thorax : bentuk dinding dada seperti tong dan pada perkusi terdengar
keras. Sikatrik +, hiperpigmentasi -, S1 S2 murni irregular, bising -, ronki
-, vesicular +, batas jantung kiri SIC V > ictus cordis, batas jantung atas
SIC II, pinggang jantung SIC III.
Abdomen : peristaltic 12x/menit, bising aorta abdominal -, bising
arteri -.
Extremitas : dbn
Rencana pengelolaan
Pemeriksaan : kontrol paru dan gula darah
Farmakologi : obat untuk diabetes >> sulfoniluria dan metformin, untuk
hipertensi captopril dan suplemen vitamin A untuk gangguan pada mata
pasien.
Edukasi : kurangi asupan garam dan manis. Rajin olahraga, selalu
menggunakan alas kaki saat pergi ke sawah, selalu kontrol rutin dan
minum obat teratur.
Hasil pemeriksaan lab
GDS : 252 mg/dL pada 11 mei 2011
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang PPK
Kegiatan PPK untuk Blok Endokrin yang dilaksanakan di Puskesmas
Ngeluwar. Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan memenuhi tugas dari tim
blok Endokrin FKUII. Selain itu, penugasan ini dilatarbelakangi karena kasus-
kasus Diabetes Melitus tidak mudah dijumpai diwilayah akademik, untuk dapat
mengamati dan melihat langsung pasien Diabetes Melitus ini, maka kegiatan
PPK ini sangat menunjang untuk menambah pengetahuan mahasiswa terhadap
pasien.
B. Tujuan Kegiatan PPK
Tujuan dilaksanakannya kegiatan PPK di blok Endokrin ini, antara lain:
Melakukan orientasi kondisi tempat pelayanan kesehatan, jenis pelayanan
dan tenaga kesehatan.
Mempelajari kasus yang berhubungan dengan gangguan sistem Endokrin.
Dapat membedakan Diabetes Melitus tipe 1,Diabetes tipe 2 dan kasus
Diabetes Melitus lainnya.
C. Latar Belakang Pemilihan Kasus
Dalam pemilihan kasus, diutamakan terkait dengan gangguan sistem
Endokrin yang ada di puskesmas. Tentu saja, hal tersebut fleksibel, dan dari
kegiatan PPK ini, mahasiswa mendapatkan kasus dari pasien yang ditentukan
oleh dokter yang bersangkutan (rujukan).
Epidemiologi
Prevalensi Dm Tipe 2 pada bangsa kulit putih berkisar antara 3-6% dari
orang dewasanya. Angka ini merupakan baku emas untuk membandingkan
kekerapan diebetes melitus antar berbagai kelompok etnik di seluruh dunia.
(IPD,jilid II)
Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta orang
di seluruh dunia menderita Diabetes Melitus, atau sekitar 2,8% dari total
populasi. Insidennya terus meningkat dengan cepat dan diperkirakan pada
tahun 2003,angka ini akan bertambah menjadi 366 juta atau sekitar 4,4% dari
populasi dunia. Diabetes Melitus terdapat di seluruh dunia, namun lebih sering
(terutama DM tipe 2) terjadi di negara berkembang. Peningkatan prevalensi
gaya hidup, seperti pola makan “Westerm-style” yang tidak sehat.
(wordpres.com_rod’tobing weblog)
Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, dari 24417 responden berusia > 15 tahun, 10,2% dari
total Toleransi Glukusa Terganggu (Kadar glukosa 140-2—mg/dl setelah puasa
selama 14 jam dan diberi glukosa oral 75 gram). Sebanyak 1,5% mengalami
Diabetes Melitus yang terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus
yang tidak terdiagnosis. Baik DM maupun TGT lebih banyak ditemukan pada
wanita dibandingkan pria dan lebih sering pada golongan dengan tingkat
pendidikan dan status sosial rendah. Daerah dengan angka penderita DM paling
tinggi yaitu Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu 11,1%, sedangkan
kelompok usia penderita DM terbanyak adalah 55-64 tahun yaitu 13,5%.
Beberapa hal yang dihubungkan dengan risiko terkena DM adalah obesitas
(sentral), hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi sayur-buah kurang
dari 5 porsi perhari. (wordpres.com_rod’tobing weblog)
Perjalanan Penyakit
Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronis yang
disebabbkan oleh faktor lingkingan dan keturunan secara bersama-sama,
mempunyai karakteristik hiperglikemia kronis yang tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol (WHO). Pada orang yang sehat karbohidrat dalam
makanan yang dimakan akan diubah menjadi glikosa yang akan didistribusakan
keseluruh sel tubuh untuk dijadikan energi dengan bantuan insulin. Pada orang
yang menderita diabetes melitus, glukosa sulit masik ke dalam sel karena
sedikit atau tidak adanya insulin dalam tubuh. Akibatnya kadar glukosa dalam
darah menjadi tinggi yang nantinya dapat memberikan efek samping yang
bersifat negatif atau merugikan.
Kadar gula yang tinggi akan dibuang melalui air seni. Dengan demikian
air seni penderita kencing manis akan mengandung gula sehingga sering
dilebung atau dikerumuni semut. Selanjutnya orang tersebut akan kekurangan
energi atau tenaga,mudah lelah,lemas, mudah haus dan lapar, sering
kesemutan, sering buang air kecil, gatal-gatal dan sebagainya. Kandungan a tau
kadar gula penderita diabetes melitus saaat puasa adalah lebih dari 126 mg/dl
dan saat tidak puasa atau normal lebih dari 200 mg/dl. Pada orang normal kadar
gulanya berkisar 60-120 mg/dl.
Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi sel resisten insulin pada diabetes melitus tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaingan. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus
terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin berlebih dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi Diabetes Melitus tipe II. (Brunner dan
suddarth,2001)
Klasifikasi Diabetes mellitus ( American diabetes Association)
- Tipe 1 :
Autoimmun
Idiopatik
- Tipe 2
- Tipe Diabetes Gestasional ( Diabetes Melitus pada kehamilan )
- Tipe Spesifik Lain
Cacat genetik fungsi sel beta
Cacat genetic kerja insulin : sindrom resistensi insulin berat
Endokrinopati : sindrom Cushing, akromegali.
Penyakit eksokrin pancreas
Obat atau diinduksi secara kimia
Infeksi
- Gangguan Toleransi Glukosa (GGT)
- Gangguan Glukosa Puasa (IFG)
Faktor Resiko Diabetes mellitus :
- Faktor Genetik Diabetes mellitus
- Usia >45 tahun.
- Obesitas
- Hipertensi (≥ 140/90 mmHg )
- Riwayat abortus berulang.
- Life style (pola makanan tidak seimbang, diet tinggi karbohidrat, lemak,
dan kolesterol)
- Tidak suka mengkonsumsi sayur dan buah
- Jarang olah raga
- Pengonsumsian obat-obatan yang bisa merusak sel Beta.
Komplikasi diabetes mellitus
Dibagi menjadi 2 kategori :
1. Komplikasi metabolik akut
2. Komplikasi-komplikasi vaskular jangka panjang.
Komplikasi Metabolik Akut
Disebabkan karena adanya perubahan yang relatif akut dari
konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi metabolik yang sering terjadi adalah :
o Ketoasidosis diabetik (DKA)
o Hiperglikemia, hiperosmolar, koma non ketotik (HHNK)
Komplikasi Vaskular Jangka Panjang
Melibatkan pembuluh-pembuluh kecil, sedang dan besar ( mikroangiopati dan
makroangiopati)
Mikroangiopati adalah lesi yang spesifik pada diabetes yang menyerang kapiler
dan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal (nefropati diabetic) dan
saraf-saraf perifer (neuropati diabetik). Berdasarkan histokimia, lesi-lesi ini
ditandai dengn adanya penimbunan glikoprotein, dan juga karena senyawa kimia
dari membrane dasar dapat berasal dari glukosa, maka hiperglikemia akan
menyebabkan bertambahnya kecepatan pembentukan sel-sel membran dasar.
Manifestasi komplikasi dari penyakit vascular ini biasanya baru muncul setelah
15-20 tahun, sesudah awitan diabetes.
Hiperglikemia memiliki kaitan yang sangat erat terhadap terjadinya retinopati,
retinopati dapat terjadi lebih dini berupa mikroaneurisma ( pelebaran sakular yang
kecil ) dari arteriola retina, akibatnya dapat menyebabkan perdarahn,
neovaskularisasi dan jaringan parut pada retina yang dapat menyebabkan
kebutaan.
Manifestasi dini nefropati berupa proteinuria dan hipertensi, apabila hilangnya
fungsi nefron terus berlanjut, pasien dapat mengalami insufisiensi ginjal dan
anemia.
Neuropati dan katarak disebabkan oleh gangguan jalur poliol (glukosa → sorbitol
→ fruktosa) akibat kekurangan insulin.
Adanya penimbunan sorbitol dalam lensa dapat menyebabkan terjadinya
kebutaan. Adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa pada jaringan saraf serta
penurunan kadar mioinositol yang menimbullkan neuropati. Perubahan biokimia
dalam jaringan saraf akan mengganggu kegiatan metabolic sel Schwann dan
menyebabkan hilangnya akson.kecepatan konduksi motorik akan berkurang pada
tahap dini neuropati, selanjutnya timbul juga rasa nyeri, parestesia, berkurangnya
sensasi getar, kelemahan otot dan atrofi.
Neuropati dapat menyerang saraf- saraf perifer (mononeuropati dan
polineuropati), saraf-saraf cranial atau sistem saraf otonom. Gangguan pada saraf
otonom dapat di sertai diare nocturnal, pengosongan lambung gastroparesis,
hipotensi postural dan impotensi.
Pasien dengan neuropati otonom diabetic dan bisa juga kehilangan respons
katekolamin terhadap Hipoglikemia.
Makroangiopati diabetic memiliki gambaran histopatologis berupa aterosklerosis.
Gangguan makroangiopati diabetik berupa :
1. Penimbunan sorbitol dalam intima vascular
2. Hiperlipoproteinemia
3. Kelainan pembekuan darah.
Gangguan-gangguan tersebut dapat mengakibatkan penyumbatan vascular, jika
mengenai arteri perifer, maka akan menyebabkan insufisiensi vascular perifer
yang disertai klaudikasio intermiten, gangren pada ekstremitas dan insufisiensi
serebral dan stroke. Jika arteri koronaria dan aorta terkena, maka akan
menyebabkan terjadinya angina dan infark miokardium.
Pada diabetes gestasional, juga menyebabkan abortus spontan pada kehamilan,
kematian janin intrauterine, ukuran janin besar, bayi lahir prematur, sindrom
distress pernapasan, dan malformasi janin.
Patogenesis Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
hiperglikemia. Hiperglikemia yang terjadi merupakan akibat dari defisiensi
insulin atau resistensi dari reseptor insulin. Insulin dalam tubuh berfungsi untuk
memasukan glukosa ke dalam sel. Untuk bisa bekerja dengan baik insulin harus
berikatan denga reseptor yang spesifik. Jika salah satu dari 2 faktor tersebut
(insulin dan reseptornya) mengalami gangguan maka pemasukan glukosa ke
dalam sel akan terganggu dan akan menimbulkan kadar glukosa dalam darah
meningkat karena meskipun pemasukan ke dalam sel menurun produksi glukosa
dalam tubuh tetap. Defisiensi insulin terjadi karena ada kerusakan pada sel yang
memproduksi hormone tersebut yaitu sel beta yang terdapat pada pankreas.
Kerusakan sel beta ini merupakan penyebab utama pada diabetes mellitus type 1
yang disebut juga insulin dependent diabetes mellitus (IDDM). Sedangkan untuk
diabetes mellitus type 2 terjadi karena adanya resistensi reseptor insulin terhadap
insulin sehingga meskipun kadar insulin dalam tubuh normal, insulin tetap tidak
bisa bekerja untuk memasukan glukosa ke dalam sel yang akhirnya akan
mengakibatkan hiperglikemia. Diabetes mellitus ini adalah diabetes type 2 yang
tidak tergantung dengan kadar insulin dalam tubuh (NIDDM). Hiperglikemia
yang dibiarkan dalam jangka waktu lama akan menimbulkan gangguan pada saraf
dan pembuluh darah sehingga akan menimbulkan komplikasi pada organ-organ
tertentu yang biasa disebut dengan komplikasi diabetic.
Penanganan
1. Peningkatan kesehatan
Memberikan informasi tentang hidup bersih, sehat dan seimbang, pola
asupan makanan yang seimbang, olahraga yang teratur, perbaikan life
style, edukasi, dan penyuluhan secara rutin.
2. Pencegahan penyakit
Pendekatan populasi/ masyarakat
Mendidik masyarakat agar menjalankan cara hidup yang sehat dan
menghindari pola hidup yang menjadi faktor resiko dari penyakit
diabetes mellitus maupun penyakit lainnya.
Upaya pendekatan ini dapat dilakukan oleh semua pihak, karena semua
pihak memiliki hak dan kewajiban untuk sama-sama menjaga
kesehatan.
Pendekatan individu beresiko tinggi
Melakukan pendekatan dan memberikan edukasi kepada masyarakat
yang memiliki faktor resiko diabetes mellitus, seperti orang yang
memiliki usia >40 tahun, gemuk, hipertensi, riwayat keluarga DM,
dislipidemia, dll)
Pencegahan primer
Pencegahan ini dilakukan dan di tujukan untuk semua kalangan
masyarakat yang belum sakit, dengan cara mempropagandakan pola
hidup sehat, dan menghindari pola hidup yang beresik. Menjelaskan
kepada masyarakat bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati.
Menganjurkan untuk menjaga asupan pola makanan yang sehat dan
seimbang. Memberikan informasi tentang pentingnya berolah raga
secara teratur.
Pencegahan sekunder
Ditujukan untuk orang yang sudah terkena dan diketahui menderita
diabetes mellitus, serta telah melakukan pengobatan (non farmakologis
di utamakan dan dilakukan secara maksimal, kemudian baru dilakukan
pengobatan farmakologis).
Pencegahan dilakukan dengan cara memberikan informasi kepada
pasien untuk berobat secara teratur, menjaga pola hidup yang sehat dan
seimbang, rajin berolahraga, selalu mengontrol kadar glukosa darah
secara teratur, tidak merokok , mengkonsumsi asupan makanan dan
minuman yang sehat.
Pencegahan tersier
Ditujukan kepada orang yang telah diketahui menderita diabetes
mellitus, sebagai upaya pencegahan agar tidak terjadi komplikasi dan
kecacatan pada pasien tersebut.
Upaya ini ada tiga tahap, yaitu :
a. Pencegahan komplikasi diabetes mellitus.
b. Mencegah terjadinya progresivitas penyakit, agar tidak mengenai
penyakit organ.
c. Mencegah terjadinya kecacatan yang dapat disebabkan oleh adanya
keagagalan organ atau jaringan.
Pencegahan pada tahap ini, dibutuhkan kerjasama yang baik antara
tenaga medis (dokter) dengan pasien, agar mendapatkan hasil yang
baik, dan sesuai dengan yang di harapkan.
3. Penyembuhan penyakit
Untuk mendapatkan prognosis penyakit yang baik, maka penyakit harus di
diagnosis sejak dini dan segera dilakukan pengobatan secara teratur ( non
farmakologis dan farmakologis ( oral maupun insulin) ). Pasien diharapkan
selalu mengontrol penyakitnya secara teratur, dan mematuhi saran-saran
yang di berikan pleh tenaga medis.
Hal yang perlu di kontrol dan di perhatikan secara khusus pada penderita
diabetes mellitus adalah, cek rutin kadar glukosa darah agar dapt di pantau
secara maksimal, cek tekanan darah, cek berat badan, dan beberapa hal
yang masuk ke dalam faktor resiko diabetes mellitus.
Pasien dapat di rujuk ke puskesmas ataupun rumah sakit, untuk
mendapatkan pengobatan yang lebih baik.
4. Pemulihan kesehatan.
Melakukan tindak lanjut dan pemantauan terhadap pasien (pengobatan
pasien dan keadaan pasien) secara berkala atau rutin.
Memberiakan edukasi kepada keluarga pasien, untuk selalu memberikan
motivasi kepada pasien agar tetap melakukan pengobatab secara rutin,
tetap sabar, semangat dan memiliki rasa optimis untuk sembuh.
Memberikan motivasi kepada pasien untuk tetap rutin memeriksakan
penyakitnya kepada dokter, dan melakukan pengobatan secara rutin ( non
farmakologis dan farmakologis ).
Pembahasan Home Visit
Evaluasi Kasus Pasien
Status Pasien
Nama : Bp. H. Hadi Purwanto
Usia : 70 tahun ( usia > 45tahun masuk ke dalam faktor resiko
Diabetes mellitus)
Alamat : Ngablak, Ngluwar, Magelang
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Tanggal pemeriksaan : 1 Juni 2011
No. Rekam Medis : 030104007008001
Anamnesis
Diberikan oleh orang sakit
Keluhan utama
- Kesemutan dan mati rasa pada bagian tangan dan kaki
( salah satu manifestasi klinis dari diabetes mellitus, yang di sebabkan
karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa serta penurunan kadar
mioinositol, yang akan menyebabkan terganggunya metabolic sel
Schwann dan hilangnya akson, sehingga kecepatan konduksi motorik akan
menurun dan selanjutnya dapat menyebabkan manifestasi, salah satunya
adalah parestesi).
Riwayat Penyakit Sekarang
- Kesemutan dan mati rasa terjadi terus-menerus, pasien mengeluh kakinya
tidak bisa menapak sempurna dan tangannya juga tidak bisa
menggenggam sempurna
( kesemutan yang terjadi secara terus menerus dan pasien tidak bisa
menggenggam tangannya secara sempurna di akibatkan karena adanya
neuropati ).
- kakinya juga terasa sakit jika digunakan untuk berjalan jauh
(di akibatkan karena adanya parestesi dan ketegangan otot (spasme otot)
yang di akibatkan karena adanya neuropati).
- Penglihatannya menjadi kabur. sejak 4 tahun yang lalu dan semakin
memberat
(adanya kerusakan atau lesi pada arteriola retina sebagai suatu komplikasi
khas dari diabetes mellitus, kerusakan arteriola retina di akibatkan karena
adanya kaitan dengan hiperglikemia).
- Satu tahun terakhir pasien merasakan mata kirinya juga menjadi kabur jika
digunakan untuk melihat dan saat diperiksakan ke dokter, dokter
mengatakan bahwa pasien mengalami katarak.
(katarak adalah salah satu komplikasi dari diabetes mellitus yang di
akibatkan karena adanya gangguan jalur poliol
( glukosa→sorbitol→fruktosa) akibat defisiensi insulin. Penimbunan
sorbitol dalam lensa mata mengakibatkan terjadinya katarak, bahkan
berpotensi menjadi kebutaan).
- Pasien buang air kecil pada malam hari paling sedikit 4 kali dalam
semalam
( salah satu manifestasi Trias DM, poliuri di akibatkan karena adanya
defisiensi insulin, yang mengakibatkan kadar glukosa dalam darah tinggi,
dan apabila kadar gula dalam darah telah mencapai ambang batasnya,
maka glukosa juga akan di keluarkan melalui urin (glikosuria), dan ini
akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran
urin. (poliuria).
Pasien banyak buang air kecil pada malam hari, karena pada malam hari
aktivitas fisik lebih sedikit di banding dengan siang hari, sehingga
produksi keringat lebih sedikit, dan cara yang lebih efektif untuk
mengeluarkan glukosa yang telah melewati ambang batas adalah dengan
cara melalui urin, sehingga terjadilah poliuria pada malam hari,
- Pasien banyak minum. (salah satu manifestasi Trias DM, rangkaian akibat
dari poliuri)
Anamnesis Sistem
Cerebrospinal : pusing (salah satu akibat dari hipertensi)
Kesemutan dan mati rasa (neuropati)
mudah ngantuk (akibat kehilangan kalori yang disebabkan
poliuria)
demam (-)
Kardiovaskular : berdebar-debar (-)
nyeri dada (-).
Respirasi : sesak napas (-)
batuk (-)
pilek (-).
Digesti : mual (-)
muntah (-)
nafsu makan meningkat ( disebabkan karena kehilangan
kalori)
berat badan turun (karena glukosa hilang bersama urin,
maka pasien akan mengalami keseimbangan kalori
negatif, yang mengkibatkan berat badan menurun).
BAB normal
diare (-).
Urogenital : frekuensi BAK meningkat. ( salah satu manifestasi Trias
DM, poliuri di akibatkan karena adanya defisiensi insulin,
yang mengakibatkan kadar glukosa dalam darah tinggi,
dan apabila kadar gula dalam darah telah mencapai
ambang batasnya, maka glukosa juga akan di keluarkan
melalui urin (glikosuria), dan ini akan mengakibatkan
diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin.
(poliuria).
Reproduksi : dalam batas normal.
Integumentum : gatal-gatal +.
Musculoskeletal : nyeri sendi , nyeri otot +, gampang lelah +, ulkus -.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami sakit paru-paru (batuk berbulan-bulan dan
berdarah) tetapi tidak ada riwayat pengobatan selama 6 bulan. ( curiga
TBC )
Riwayat stroke – ( untuk mengetahui adanya komplikasi lain )
Riwayat penyakit jantung – ( untuk mengetahui adanya komplikasi dari
Diabetes Melitus)
Riwayat penyakit kuning –
Riwayat penyakit ginjal – ( untuk mengetahui kondisi ginjal, karena salah
satu organ yang dapat terkena akibat dari komplikasi DM adalah ginjal)
Riwayat Penyakit Keluarga
Kakak pasien menderita sakit gula ( memiliki riwayat keluarga atau
genetic diabetes mellitus)
Keluarga pasien mengalami hipertensi ( salah satu faktor genetic yang
menyebabkan pasien juga mengalami hipertensi, dimana hipertensi juga
salah satu manifestasi yang terdapat pada komplikasi diabetes mellitus)
Stroke –
Penyakit jantung –
Penyakit ginjal dan kuning –
Lingkungan dan Kebiasaan
Pasien merokok sejak muda dan sekali merokok bisa menghabiskan lebih
dari 1 bungkus, tetapi sekarang sudah berhenti (sejak 4 sakit paru-paru).
( merokok adalah salah satu faktor resiko dari diabetes mellitus)
Rumah pasien sangat lembab dan ventilasi dan cahaya kurang.
( lingkungan tidak sehat)
Lingkungan kurang bersih.
Pasien jarang berolah raga tetapi rajin ke sawah. ( salah satu faktor resiko
yang berkaitan dengan life style pada penyakit diabetes mellitus)
Pasien hobi mengkonsumsi makanan dan minuman manis dan pasien
gemuk ( salah satu faktor resiko dari diabetes mellitus).
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
o Tekanan Darah : 195/110 mmHg
Menurut klasifikasi JNC VII pasien mengalami hipertensi grade II
karena tekanan sistol berada di atas 140 mmHg dan diastole lebih
dari 100 mmHg.
o Suhu : 37,2 o C >> normal
o Nadi : 84x/menit irregular
Frekuensi nadi pasien normal karena masih berada dalam rentang
600-100x/menit, tetapi denyut yang dirakana saat pemeriksan tidak
beraturan, hal ini kemungkinan karena pengaruh dari penyakit
diabetes mellitus yang diderita pasien.
o Respirasi : 24x/menit dangkal dan irregular
Pasien mengalami takipneu, frekuensi napas yang normal adalah
16-20x/menit. Ini merupakan salah satu kompensasi dari hipertensi
yang diderita pasien.
Kepala : mata rabun (terlihat ada selaput pada mata kiri dan sclera keruh),
konjunctiva tidak anemis dan sclera tidak ikterik
Rabun saat melihat yang dirasakan pasien adalah akibat dari katarak yang
diderita pasien, selaput yang terdapat pada mata kiri mengganggu
masuknya cahaya ke mata. Sedangakn pada mata kanan pasien sudah
dijelaskan diatas bahwa pasien sudah memeriksakan diri ke dokter dan
dokter mengatakan ada gangguan pada saraf mata kanan pasien.
Leher : tidak ada pembesaran limfonodi, JVP n, tidak terlihat/teraba
masa, kelenjar tiroid normal.
Thorax : bentuk dinding dada seperti tong dan pada perkusi terdengar
keras. Sikatrik +, hiperpigmentasi -, S1 S2 murni irregular, bising -, ronki
-, vesicular +, batas jantung kiri SIC V > ictus cordis, batas jantung atas
SIC II, pinggang jantung SIC III.
Bentuk dinding dada yang seperti tong kemungkinan merupakan akibat
dari penyakit paru-paru pasien. Meskipun pasien mengatakan bahwa
penyakit paru-paru nya sudah sembuh tapi dari informasi yang kami
dapatkan pasien tidak mempunyai riwayat pengobatan selama 6 bulan
yang merupakan terapi untuk penyakit yang berhubungan dengan saluran
pernapasan terutama bagian bawah. Batas-batas jantung masih normal
yang berarrti pasien tidak mengalami kardiomegali.
Abdomen : peristaltic 12x/menit, bising aorta abdominal -, bising
arteri -.
Peristatik normal karena masih dalam rentang 5-35x/menit.
Extremitas : dbn
Rencana pengelolaan
Pemeriksaan : kontrol paru dan gula darah
Farmakologi : obat untuk diabetes >> sulfoniluria dan metformin, untuk
hipertensi captopril dan suplemen vitamin A untuk gangguan pada mata
pasien.
Edukasi : kurangi asupan garam dan manis. Rajin olahraga, selalu
menggunakan alas kaki saat pergi ke sawah, selalu kontrol rutin dan
minum obat teratur.
Hasil pemeriksaan lab
GDS : 252 mg/dL pada 11 mei 201
Kadar gula darah sewaktu pada pasien tersebut masih berada di atas
normal yaitu lebih dari 200mg/dL (hiperglikemia).
Faktor Resiko
Pada pasien tersebut, factor-faktor yang meningkatkan resiko untuk menderita
diabetes mellitus adalah:
Kakak pasien menderita sakit gula
Pasien mengalami hipertensi
Pasien merokok
Penanganan
Penanganan untuk pasien tersebut sama seperti dijelaskan pada status pasien,
karena psien sudah mendapat obat dari puskesmas berupa metformin dan pernah
mendapat sulfoniluria (saat GDS pasien mencapai 425mmHg) pasien tinggal
melanjutkan pengobatan dengan menjalani edukasi yang diberikan dan kontrol
rutin serta minum obat dengan teratur. Selain itu karena pasien mempunyai
riwayat penyakit paru-paru, kami menyarankan pasien untuk memeriksakan paru-
parunya ke dokter untuk mengetahui apakah penyakitnya sudah benar-benar
sembuh seperti yang dikatakan pasien atau masih ada.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien yang bernama bapak Hadi Purwanto ini menderita diabetes mellitus
type 2 yang sudah mengalami komplikasi diabetic retinopathy. Selain itu
pasien juga mengalami hipertensi dan mempunyai riwayat sakit paru-paru
tanpa riwayat pengobatan 6 bulan. Selama pasien selalu kontrol ke Puskesmas
Ngruwang dan mendapatkan pengobatan metformin, serta suplemen vitamin
A untuk gangguan pada penglihatannya.
B. Saran
Secara umum kegiatan PPK di Puskesmas Nruwang sudah berjalan dengan
baik, tetapi ada beberapa saran yang mungkin bisa membantu untuk membuat
kegiatan PPK kedepannya menjadi lebih baik. Beberapa saran yang kami
berikan diantaranya adalah:
1. informasi dari tim blok untuk penugasan kurang lengkap dan kurang
jelas sehingga mahasiswa kebingungan dalam pengerjaan tugas.
2. Kurangnya peranan dari dokter pendamping dari fakultas dalam
membimbing mahasiswa.
sekian saran dari kami, semoga untuk kedepannya kegiatan PPK bisa lebih
baik dan lebih terorganisir dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, arif. Suprohaita, dkk, kapita selekta kedokteran. Media
Aesculapius, fakultas kedokteran universitas Indonesia.2008
Sudoyo, A.W., Setyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K., Setiati, S., 2007.
Buku Ajara Ilmu Penyakit Dalam, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta:Indonesia.
Price, S.A. RN. PhD., Wilson, L.M. RN. PhD., 2002. Pathophysiology:
Clinical Concepts of Disease Processes (6th ed.). Pendit, B.U. dr., Hartanto, H.
dr., Wulansari, P. dr., Mahanani, D.A. dr., 2005 (Alih Bahasa), Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Schmieder, R.E., Martin, S., Lang, G.E., Bramlage, P., Bohm, M., 2009.
Angiotensin Blockade to Reduce Microvascular Damage in Diabetes Mellitus,
Deutsches Arzteblatt International, 106 (34-35):556-62.
Wong, T.Y., et all., 2009. Rates of Progression in Diabetic Retinopathy
During Different Time Periods, American Diabetes Association, 12:32.
Mahoney, P.R.A., Wong, D.T., Ray, J.G., 2008. Retinal Vein Occlusion and
Traditional risk Factors for Atherosclerosis, American Medical Association,
5:126.