33
Penugasan Blok Sistem Endokrin LAPORAN KASUS DIABETES MELITUS Disusun dalam rangka pelaporan kegiatan PPk di Puskesmas Ngruwang Disusun Oleh : Dita Fitria (08711121) Niufti Ayu Dewi Mahila (09711007) Siti Anisa Fatmawati (09711301) Kelompok Tutorial 12 dr. Farhan Ali Rahman FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Yogyakarta 2011

Penugasan Blok Sistem Endokrin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penugasan Endokrin

Citation preview

Page 1: Penugasan Blok Sistem Endokrin

Penugasan Blok Sistem Endokrin

LAPORAN KASUS DIABETES MELITUS

Disusun dalam rangka pelaporan kegiatan PPk di Puskesmas

Ngruwang

Disusun Oleh :

Dita Fitria (08711121)

Niufti Ayu Dewi Mahila (09711007)

Siti Anisa Fatmawati (09711301)

Kelompok Tutorial 12

dr. Farhan Ali Rahman

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Yogyakarta

2011

Page 2: Penugasan Blok Sistem Endokrin

DAFTAR ISI

1. Status pasien…………………………………………………………… 1-4

2. Pendahuluan…………………………………………………………… 5

Latar belakang…………………………………………………………. 5

Tujuan kegiatan PPK………………………………………………….. 5

Latar belakang pemilihan kasus……………………………………….. 5

3. Epidemiologi…………………………………………………………... 5-6

4. Perjalanan alamiah penyakit…………………………………………... 6-7

5. Klasifikasi diabetes mellitus…………………………………………… 7-8

6. Faktor resiko…………………………………………………………… 8

7. Komplikasi…………………………………………………………….. 8-10

8. Patogenesis…………………………………………………………….. 10-11

9. Penanganan…………………………………………………………….. 11-13

10. Pembahasan home visit………………………………………………… 13-20

Anamnesis………………………………………………………………. 13-18

Pemeriksaan fisik……………………………………………………….. 18-19

Pemeriksaan penunjang…………………………………………………. 19

Penanganan ……………………………………………………………… 20

11. Penutup………………………………………………………………….. 21

Kesimpulan………………………………………………………………. 21

Saran……………………………………………………………………… 21

Page 3: Penugasan Blok Sistem Endokrin

STATUS PASIEN

Nama : Bp. H. Hadi Purwanto

Usia : 70 tahun

Alamat : Ngablak, Ngluwar, Magelang

Pekerjaan : Petani

Status : Menikah

Tanggal pemeriksaan : 1 Juni 2011

No. Rekam Medis : 030104007008001

Anamnesis

Diberikan oleh orang sakit

Keluhan utama

Kesemutan dan mati rasa pada bagian tangan dan kaki

Riwayat Penyakit Sekarang

Kesemutan dirasakan setiap hari sejak 4 tahun terakhir. Kesemutan dan

mati rasa terjadi terus-menerus, pasien mengeluh kakinya tidak bisa menapak

sempurna dan tangannya juga tidak bisa menggenggam sempurna. Selain itu

kakinya juga terasa sakit jika digunakan untuk berjalan jauh. Selain kesemutan

pasien juga mengeluh penglihatannya menjadi kabur. Keluhan dirasakan sejak 4

tahun yang lalu dan semakin memberat. Pasien sudah memeriksakan diri ke

dokter dan dokter mengatakan ada gangguan pada saraf mata kanan. Satu tahun

terakhir pasien merasakan mata kirinya juga menjadi kabur jika digunakan untuk

melihat dan saat diperiksakan ke dokter, dokter mengatakan bahwa pasien

mengalami katarak. Pasien juga selalu buang air kecil pada malam hari paling

sedikit 4 kali dalam semalam dan banyak minum. Setelah dilakukan pemeriksaan

lebih lanjut dokter menetapkan diagnosis pasien adalah diabetes mellitus. Dokter

Page 4: Penugasan Blok Sistem Endokrin

sudah memberikan obat dan menganjurkan pasien untuk kontrol rutin ke

puskesmas. Pasien merasa gejala membaik setelah minum obat dari dokter, tapi

jika berhenti minum obat gejala kembali seperti semula.

Anamnesis Sistem

Cerebrospinal : pusing +, demam -, kesemutan +, mati rasa +, mudah

ngantuk +.

Kardiovaskular : berdebar-debar -, nyeri dada -.

Respirasi : sesak napas -, batuk -, pilek -.

Digesti : mual -, muntah -, nafsu makan turun, berat badan turun,

BAB normal, diare -.

Urogenital : frekuensi BAK meningkat.

Reproduksi : dbn

Integumentum : gatal-gatal +, banyak keluar keringat.

Musculoskeletal : nyeri sendi +, nyeri otot +, gampang lelah +, ulkus -.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami sakit paru-paru (batuk berbulan-bulan dan

berdarah) tetapi tidak ada riwayat pengobatan selama 6 bulan.

Riwayat stroke –

Riwayat penyakit jantung –

Riwayat penyakit kuning –

Riwayat penyakit ginjal –

Riwayat Penyakit Keluarga

Kakak pasien menderita sakit gula

Keluarga pasien mengalami hipertensi

Page 5: Penugasan Blok Sistem Endokrin

Stroke –

Penyakit jantung –

Penyakit ginjal dan kuning –

Lingkungan dan Kebiasaan

Pasien merokok sejak muda dan sekali merokok bisa menghabiskan lebih

dari 1 bungkus, tetapi sekarang sudah berhenti (sejak 4 sakit paru-paru)

Rumah pasien sangat lembab dan ventilasi serta cahaya kurang.

Lingkungan rumah kurang bersih.

Pasien jarang berolah raga tetapi rajin ke sawah.

Pemeriksaan Fisik

Vital Sign

o Tekanan Darah : 195/110 mmHg

o Suhu : 37,2 o C

o Nadi : 84x/menit irregular

o Respirasi : 24x/menit dangkal dan irregular

Kepala : mata rabun (terlihat ada selaput pada mata kiri dan sclera keruh),

konjunctiva tidak anemis dan sclera tidak ikterik

Leher : tidak ada pembesaran limfonodi, JVP n, tidak terlihat/teraba

masa, kelenjar tiroid normal.

Thorax : bentuk dinding dada seperti tong dan pada perkusi terdengar

keras. Sikatrik +, hiperpigmentasi -, S1 S2 murni irregular, bising -, ronki

-, vesicular +, batas jantung kiri SIC V > ictus cordis, batas jantung atas

SIC II, pinggang jantung SIC III.

Abdomen : peristaltic 12x/menit, bising aorta abdominal -, bising

arteri -.

Extremitas : dbn

Rencana pengelolaan

Pemeriksaan : kontrol paru dan gula darah

Page 6: Penugasan Blok Sistem Endokrin

Farmakologi : obat untuk diabetes >> sulfoniluria dan metformin, untuk

hipertensi captopril dan suplemen vitamin A untuk gangguan pada mata

pasien.

Edukasi : kurangi asupan garam dan manis. Rajin olahraga, selalu

menggunakan alas kaki saat pergi ke sawah, selalu kontrol rutin dan

minum obat teratur.

Hasil pemeriksaan lab

GDS : 252 mg/dL pada 11 mei 2011

Page 7: Penugasan Blok Sistem Endokrin

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang PPK

Kegiatan PPK untuk Blok Endokrin yang dilaksanakan di Puskesmas

Ngeluwar. Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan memenuhi tugas dari tim

blok Endokrin FKUII. Selain itu, penugasan ini dilatarbelakangi karena kasus-

kasus Diabetes Melitus tidak mudah dijumpai diwilayah akademik, untuk dapat

mengamati dan melihat langsung pasien Diabetes Melitus ini, maka kegiatan

PPK ini sangat menunjang untuk menambah pengetahuan mahasiswa terhadap

pasien.

B. Tujuan Kegiatan PPK

Tujuan dilaksanakannya kegiatan PPK di blok Endokrin ini, antara lain:

Melakukan orientasi kondisi tempat pelayanan kesehatan, jenis pelayanan

dan tenaga kesehatan.

Mempelajari kasus yang berhubungan dengan gangguan sistem Endokrin.

Dapat membedakan Diabetes Melitus tipe 1,Diabetes tipe 2 dan kasus

Diabetes Melitus lainnya.

C. Latar Belakang Pemilihan Kasus

Dalam pemilihan kasus, diutamakan terkait dengan gangguan sistem

Endokrin yang ada di puskesmas. Tentu saja, hal tersebut fleksibel, dan dari

kegiatan PPK ini, mahasiswa mendapatkan kasus dari pasien yang ditentukan

oleh dokter yang bersangkutan (rujukan).

Epidemiologi

Prevalensi Dm Tipe 2 pada bangsa kulit putih berkisar antara 3-6% dari

orang dewasanya. Angka ini merupakan baku emas untuk membandingkan

kekerapan diebetes melitus antar berbagai kelompok etnik di seluruh dunia.

(IPD,jilid II)

Page 8: Penugasan Blok Sistem Endokrin

Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta orang

di seluruh dunia menderita Diabetes Melitus, atau sekitar 2,8% dari total

populasi. Insidennya terus meningkat dengan cepat dan diperkirakan pada

tahun 2003,angka ini akan bertambah menjadi 366 juta atau sekitar 4,4% dari

populasi dunia. Diabetes Melitus terdapat di seluruh dunia, namun lebih sering

(terutama DM tipe 2) terjadi di negara berkembang. Peningkatan prevalensi

gaya hidup, seperti pola makan “Westerm-style” yang tidak sehat.

(wordpres.com_rod’tobing weblog)

Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2007, dari 24417 responden berusia > 15 tahun, 10,2% dari

total Toleransi Glukusa Terganggu (Kadar glukosa 140-2—mg/dl setelah puasa

selama 14 jam dan diberi glukosa oral 75 gram). Sebanyak 1,5% mengalami

Diabetes Melitus yang terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus

yang tidak terdiagnosis. Baik DM maupun TGT lebih banyak ditemukan pada

wanita dibandingkan pria dan lebih sering pada golongan dengan tingkat

pendidikan dan status sosial rendah. Daerah dengan angka penderita DM paling

tinggi yaitu Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu 11,1%, sedangkan

kelompok usia penderita DM terbanyak adalah 55-64 tahun yaitu 13,5%.

Beberapa hal yang dihubungkan dengan risiko terkena DM adalah obesitas

(sentral), hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi sayur-buah kurang

dari 5 porsi perhari. (wordpres.com_rod’tobing weblog)

Perjalanan Penyakit

Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronis yang

disebabbkan oleh faktor lingkingan dan keturunan secara bersama-sama,

mempunyai karakteristik hiperglikemia kronis yang tidak dapat disembuhkan

tetapi dapat dikontrol (WHO). Pada orang yang sehat karbohidrat dalam

makanan yang dimakan akan diubah menjadi glikosa yang akan didistribusakan

keseluruh sel tubuh untuk dijadikan energi dengan bantuan insulin. Pada orang

yang menderita diabetes melitus, glukosa sulit masik ke dalam sel karena

sedikit atau tidak adanya insulin dalam tubuh. Akibatnya kadar glukosa dalam

Page 9: Penugasan Blok Sistem Endokrin

darah menjadi tinggi yang nantinya dapat memberikan efek samping yang

bersifat negatif atau merugikan.

Kadar gula yang tinggi akan dibuang melalui air seni. Dengan demikian

air seni penderita kencing manis akan mengandung gula sehingga sering

dilebung atau dikerumuni semut. Selanjutnya orang tersebut akan kekurangan

energi atau tenaga,mudah lelah,lemas, mudah haus dan lapar, sering

kesemutan, sering buang air kecil, gatal-gatal dan sebagainya. Kandungan a tau

kadar gula penderita diabetes melitus saaat puasa adalah lebih dari 126 mg/dl

dan saat tidak puasa atau normal lebih dari 200 mg/dl. Pada orang normal kadar

gulanya berkisar 60-120 mg/dl.

Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah utama yang

berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi

insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada

permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,

terjadi sel resisten insulin pada diabetes melitus tipe II disertai dengan

penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif

untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaingan. Untuk mengatasi

resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus

terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan pada penderita toleransi

glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin berlebih dan kadar

glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.

Namun untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar

glukosa akan meningkat dan terjadi Diabetes Melitus tipe II. (Brunner dan

suddarth,2001)

Klasifikasi Diabetes mellitus ( American diabetes Association)

- Tipe 1 :

Autoimmun

Idiopatik

- Tipe 2

- Tipe Diabetes Gestasional ( Diabetes Melitus pada kehamilan )

- Tipe Spesifik Lain

Page 10: Penugasan Blok Sistem Endokrin

Cacat genetik fungsi sel beta

Cacat genetic kerja insulin : sindrom resistensi insulin berat

Endokrinopati : sindrom Cushing, akromegali.

Penyakit eksokrin pancreas

Obat atau diinduksi secara kimia

Infeksi

- Gangguan Toleransi Glukosa (GGT)

- Gangguan Glukosa Puasa (IFG)

Faktor Resiko Diabetes mellitus :

- Faktor Genetik Diabetes mellitus

- Usia >45 tahun.

- Obesitas

- Hipertensi (≥ 140/90 mmHg )

- Riwayat abortus berulang.

- Life style (pola makanan tidak seimbang, diet tinggi karbohidrat, lemak,

dan kolesterol)

- Tidak suka mengkonsumsi sayur dan buah

- Jarang olah raga

- Pengonsumsian obat-obatan yang bisa merusak sel Beta.

Komplikasi diabetes mellitus

Dibagi menjadi 2 kategori :

1. Komplikasi metabolik akut

2. Komplikasi-komplikasi vaskular jangka panjang.

Komplikasi Metabolik Akut

Disebabkan karena adanya perubahan yang relatif akut dari

konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi metabolik yang sering terjadi adalah :

o Ketoasidosis diabetik (DKA)

o Hiperglikemia, hiperosmolar, koma non ketotik (HHNK)

Page 11: Penugasan Blok Sistem Endokrin

Komplikasi Vaskular Jangka Panjang

Melibatkan pembuluh-pembuluh kecil, sedang dan besar ( mikroangiopati dan

makroangiopati)

Mikroangiopati adalah lesi yang spesifik pada diabetes yang menyerang kapiler

dan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal (nefropati diabetic) dan

saraf-saraf perifer (neuropati diabetik). Berdasarkan histokimia, lesi-lesi ini

ditandai dengn adanya penimbunan glikoprotein, dan juga karena senyawa kimia

dari membrane dasar dapat berasal dari glukosa, maka hiperglikemia akan

menyebabkan bertambahnya kecepatan pembentukan sel-sel membran dasar.

Manifestasi komplikasi dari penyakit vascular ini biasanya baru muncul setelah

15-20 tahun, sesudah awitan diabetes.

Hiperglikemia memiliki kaitan yang sangat erat terhadap terjadinya retinopati,

retinopati dapat terjadi lebih dini berupa mikroaneurisma ( pelebaran sakular yang

kecil ) dari arteriola retina, akibatnya dapat menyebabkan perdarahn,

neovaskularisasi dan jaringan parut pada retina yang dapat menyebabkan

kebutaan.

Manifestasi dini nefropati berupa proteinuria dan hipertensi, apabila hilangnya

fungsi nefron terus berlanjut, pasien dapat mengalami insufisiensi ginjal dan

anemia.

Neuropati dan katarak disebabkan oleh gangguan jalur poliol (glukosa → sorbitol

→ fruktosa) akibat kekurangan insulin.

Adanya penimbunan sorbitol dalam lensa dapat menyebabkan terjadinya

kebutaan. Adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa pada jaringan saraf serta

penurunan kadar mioinositol yang menimbullkan neuropati. Perubahan biokimia

dalam jaringan saraf akan mengganggu kegiatan metabolic sel Schwann dan

menyebabkan hilangnya akson.kecepatan konduksi motorik akan berkurang pada

tahap dini neuropati, selanjutnya timbul juga rasa nyeri, parestesia, berkurangnya

sensasi getar, kelemahan otot dan atrofi.

Page 12: Penugasan Blok Sistem Endokrin

Neuropati dapat menyerang saraf- saraf perifer (mononeuropati dan

polineuropati), saraf-saraf cranial atau sistem saraf otonom. Gangguan pada saraf

otonom dapat di sertai diare nocturnal, pengosongan lambung gastroparesis,

hipotensi postural dan impotensi.

Pasien dengan neuropati otonom diabetic dan bisa juga kehilangan respons

katekolamin terhadap Hipoglikemia.

Makroangiopati diabetic memiliki gambaran histopatologis berupa aterosklerosis.

Gangguan makroangiopati diabetik berupa :

1. Penimbunan sorbitol dalam intima vascular

2. Hiperlipoproteinemia

3. Kelainan pembekuan darah.

Gangguan-gangguan tersebut dapat mengakibatkan penyumbatan vascular, jika

mengenai arteri perifer, maka akan menyebabkan insufisiensi vascular perifer

yang disertai klaudikasio intermiten, gangren pada ekstremitas dan insufisiensi

serebral dan stroke. Jika arteri koronaria dan aorta terkena, maka akan

menyebabkan terjadinya angina dan infark miokardium.

Pada diabetes gestasional, juga menyebabkan abortus spontan pada kehamilan,

kematian janin intrauterine, ukuran janin besar, bayi lahir prematur, sindrom

distress pernapasan, dan malformasi janin.

Patogenesis Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan

hiperglikemia. Hiperglikemia yang terjadi merupakan akibat dari defisiensi

insulin atau resistensi dari reseptor insulin. Insulin dalam tubuh berfungsi untuk

memasukan glukosa ke dalam sel. Untuk bisa bekerja dengan baik insulin harus

berikatan denga reseptor yang spesifik. Jika salah satu dari 2 faktor tersebut

(insulin dan reseptornya) mengalami gangguan maka pemasukan glukosa ke

dalam sel akan terganggu dan akan menimbulkan kadar glukosa dalam darah

meningkat karena meskipun pemasukan ke dalam sel menurun produksi glukosa

dalam tubuh tetap. Defisiensi insulin terjadi karena ada kerusakan pada sel yang

Page 13: Penugasan Blok Sistem Endokrin

memproduksi hormone tersebut yaitu sel beta yang terdapat pada pankreas.

Kerusakan sel beta ini merupakan penyebab utama pada diabetes mellitus type 1

yang disebut juga insulin dependent diabetes mellitus (IDDM). Sedangkan untuk

diabetes mellitus type 2 terjadi karena adanya resistensi reseptor insulin terhadap

insulin sehingga meskipun kadar insulin dalam tubuh normal, insulin tetap tidak

bisa bekerja untuk memasukan glukosa ke dalam sel yang akhirnya akan

mengakibatkan hiperglikemia. Diabetes mellitus ini adalah diabetes type 2 yang

tidak tergantung dengan kadar insulin dalam tubuh (NIDDM). Hiperglikemia

yang dibiarkan dalam jangka waktu lama akan menimbulkan gangguan pada saraf

dan pembuluh darah sehingga akan menimbulkan komplikasi pada organ-organ

tertentu yang biasa disebut dengan komplikasi diabetic.

Penanganan

1. Peningkatan kesehatan

Memberikan informasi tentang hidup bersih, sehat dan seimbang, pola

asupan makanan yang seimbang, olahraga yang teratur, perbaikan life

style, edukasi, dan penyuluhan secara rutin.

2. Pencegahan penyakit

Pendekatan populasi/ masyarakat

Mendidik masyarakat agar menjalankan cara hidup yang sehat dan

menghindari pola hidup yang menjadi faktor resiko dari penyakit

diabetes mellitus maupun penyakit lainnya.

Upaya pendekatan ini dapat dilakukan oleh semua pihak, karena semua

pihak memiliki hak dan kewajiban untuk sama-sama menjaga

kesehatan.

Pendekatan individu beresiko tinggi

Melakukan pendekatan dan memberikan edukasi kepada masyarakat

yang memiliki faktor resiko diabetes mellitus, seperti orang yang

memiliki usia >40 tahun, gemuk, hipertensi, riwayat keluarga DM,

dislipidemia, dll)

Pencegahan primer

Page 14: Penugasan Blok Sistem Endokrin

Pencegahan ini dilakukan dan di tujukan untuk semua kalangan

masyarakat yang belum sakit, dengan cara mempropagandakan pola

hidup sehat, dan menghindari pola hidup yang beresik. Menjelaskan

kepada masyarakat bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati.

Menganjurkan untuk menjaga asupan pola makanan yang sehat dan

seimbang. Memberikan informasi tentang pentingnya berolah raga

secara teratur.

Pencegahan sekunder

Ditujukan untuk orang yang sudah terkena dan diketahui menderita

diabetes mellitus, serta telah melakukan pengobatan (non farmakologis

di utamakan dan dilakukan secara maksimal, kemudian baru dilakukan

pengobatan farmakologis).

Pencegahan dilakukan dengan cara memberikan informasi kepada

pasien untuk berobat secara teratur, menjaga pola hidup yang sehat dan

seimbang, rajin berolahraga, selalu mengontrol kadar glukosa darah

secara teratur, tidak merokok , mengkonsumsi asupan makanan dan

minuman yang sehat.

Pencegahan tersier

Ditujukan kepada orang yang telah diketahui menderita diabetes

mellitus, sebagai upaya pencegahan agar tidak terjadi komplikasi dan

kecacatan pada pasien tersebut.

Upaya ini ada tiga tahap, yaitu :

a. Pencegahan komplikasi diabetes mellitus.

b. Mencegah terjadinya progresivitas penyakit, agar tidak mengenai

penyakit organ.

c. Mencegah terjadinya kecacatan yang dapat disebabkan oleh adanya

keagagalan organ atau jaringan.

Pencegahan pada tahap ini, dibutuhkan kerjasama yang baik antara

tenaga medis (dokter) dengan pasien, agar mendapatkan hasil yang

baik, dan sesuai dengan yang di harapkan.

3. Penyembuhan penyakit

Page 15: Penugasan Blok Sistem Endokrin

Untuk mendapatkan prognosis penyakit yang baik, maka penyakit harus di

diagnosis sejak dini dan segera dilakukan pengobatan secara teratur ( non

farmakologis dan farmakologis ( oral maupun insulin) ). Pasien diharapkan

selalu mengontrol penyakitnya secara teratur, dan mematuhi saran-saran

yang di berikan pleh tenaga medis.

Hal yang perlu di kontrol dan di perhatikan secara khusus pada penderita

diabetes mellitus adalah, cek rutin kadar glukosa darah agar dapt di pantau

secara maksimal, cek tekanan darah, cek berat badan, dan beberapa hal

yang masuk ke dalam faktor resiko diabetes mellitus.

Pasien dapat di rujuk ke puskesmas ataupun rumah sakit, untuk

mendapatkan pengobatan yang lebih baik.

4. Pemulihan kesehatan.

Melakukan tindak lanjut dan pemantauan terhadap pasien (pengobatan

pasien dan keadaan pasien) secara berkala atau rutin.

Memberiakan edukasi kepada keluarga pasien, untuk selalu memberikan

motivasi kepada pasien agar tetap melakukan pengobatab secara rutin,

tetap sabar, semangat dan memiliki rasa optimis untuk sembuh.

Memberikan motivasi kepada pasien untuk tetap rutin memeriksakan

penyakitnya kepada dokter, dan melakukan pengobatan secara rutin ( non

farmakologis dan farmakologis ).

Pembahasan Home Visit

Evaluasi Kasus Pasien

Status Pasien

Nama : Bp. H. Hadi Purwanto

Usia : 70 tahun ( usia > 45tahun masuk ke dalam faktor resiko

Diabetes mellitus)

Alamat : Ngablak, Ngluwar, Magelang

Pekerjaan : Petani

Page 16: Penugasan Blok Sistem Endokrin

Status : Menikah

Tanggal pemeriksaan : 1 Juni 2011

No. Rekam Medis : 030104007008001

Anamnesis

Diberikan oleh orang sakit

Keluhan utama

- Kesemutan dan mati rasa pada bagian tangan dan kaki

( salah satu manifestasi klinis dari diabetes mellitus, yang di sebabkan

karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa serta penurunan kadar

mioinositol, yang akan menyebabkan terganggunya metabolic sel

Schwann dan hilangnya akson, sehingga kecepatan konduksi motorik akan

menurun dan selanjutnya dapat menyebabkan manifestasi, salah satunya

adalah parestesi).

Riwayat Penyakit Sekarang

- Kesemutan dan mati rasa terjadi terus-menerus, pasien mengeluh kakinya

tidak bisa menapak sempurna dan tangannya juga tidak bisa

menggenggam sempurna

( kesemutan yang terjadi secara terus menerus dan pasien tidak bisa

menggenggam tangannya secara sempurna di akibatkan karena adanya

neuropati ).

- kakinya juga terasa sakit jika digunakan untuk berjalan jauh

(di akibatkan karena adanya parestesi dan ketegangan otot (spasme otot)

yang di akibatkan karena adanya neuropati).

- Penglihatannya menjadi kabur. sejak 4 tahun yang lalu dan semakin

memberat

Page 17: Penugasan Blok Sistem Endokrin

(adanya kerusakan atau lesi pada arteriola retina sebagai suatu komplikasi

khas dari diabetes mellitus, kerusakan arteriola retina di akibatkan karena

adanya kaitan dengan hiperglikemia).

- Satu tahun terakhir pasien merasakan mata kirinya juga menjadi kabur jika

digunakan untuk melihat dan saat diperiksakan ke dokter, dokter

mengatakan bahwa pasien mengalami katarak.

(katarak adalah salah satu komplikasi dari diabetes mellitus yang di

akibatkan karena adanya gangguan jalur poliol

( glukosa→sorbitol→fruktosa) akibat defisiensi insulin. Penimbunan

sorbitol dalam lensa mata mengakibatkan terjadinya katarak, bahkan

berpotensi menjadi kebutaan).

- Pasien buang air kecil pada malam hari paling sedikit 4 kali dalam

semalam

( salah satu manifestasi Trias DM, poliuri di akibatkan karena adanya

defisiensi insulin, yang mengakibatkan kadar glukosa dalam darah tinggi,

dan apabila kadar gula dalam darah telah mencapai ambang batasnya,

maka glukosa juga akan di keluarkan melalui urin (glikosuria), dan ini

akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran

urin. (poliuria).

Pasien banyak buang air kecil pada malam hari, karena pada malam hari

aktivitas fisik lebih sedikit di banding dengan siang hari, sehingga

produksi keringat lebih sedikit, dan cara yang lebih efektif untuk

mengeluarkan glukosa yang telah melewati ambang batas adalah dengan

cara melalui urin, sehingga terjadilah poliuria pada malam hari,

- Pasien banyak minum. (salah satu manifestasi Trias DM, rangkaian akibat

dari poliuri)

Anamnesis Sistem

Cerebrospinal : pusing (salah satu akibat dari hipertensi)

Kesemutan dan mati rasa (neuropati)

Page 18: Penugasan Blok Sistem Endokrin

mudah ngantuk (akibat kehilangan kalori yang disebabkan

poliuria)

demam (-)

Kardiovaskular : berdebar-debar (-)

nyeri dada (-).

Respirasi : sesak napas (-)

batuk (-)

pilek (-).

Digesti : mual (-)

muntah (-)

nafsu makan meningkat ( disebabkan karena kehilangan

kalori)

berat badan turun (karena glukosa hilang bersama urin,

maka pasien akan mengalami keseimbangan kalori

negatif, yang mengkibatkan berat badan menurun).

BAB normal

diare (-).

Urogenital : frekuensi BAK meningkat. ( salah satu manifestasi Trias

DM, poliuri di akibatkan karena adanya defisiensi insulin,

yang mengakibatkan kadar glukosa dalam darah tinggi,

dan apabila kadar gula dalam darah telah mencapai

ambang batasnya, maka glukosa juga akan di keluarkan

melalui urin (glikosuria), dan ini akan mengakibatkan

diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin.

(poliuria).

Reproduksi : dalam batas normal.

Page 19: Penugasan Blok Sistem Endokrin

Integumentum : gatal-gatal +.

Musculoskeletal : nyeri sendi , nyeri otot +, gampang lelah +, ulkus -.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami sakit paru-paru (batuk berbulan-bulan dan

berdarah) tetapi tidak ada riwayat pengobatan selama 6 bulan. ( curiga

TBC )

Riwayat stroke – ( untuk mengetahui adanya komplikasi lain )

Riwayat penyakit jantung – ( untuk mengetahui adanya komplikasi dari

Diabetes Melitus)

Riwayat penyakit kuning –

Riwayat penyakit ginjal – ( untuk mengetahui kondisi ginjal, karena salah

satu organ yang dapat terkena akibat dari komplikasi DM adalah ginjal)

Riwayat Penyakit Keluarga

Kakak pasien menderita sakit gula ( memiliki riwayat keluarga atau

genetic diabetes mellitus)

Keluarga pasien mengalami hipertensi ( salah satu faktor genetic yang

menyebabkan pasien juga mengalami hipertensi, dimana hipertensi juga

salah satu manifestasi yang terdapat pada komplikasi diabetes mellitus)

Stroke –

Penyakit jantung –

Penyakit ginjal dan kuning –

Lingkungan dan Kebiasaan

Pasien merokok sejak muda dan sekali merokok bisa menghabiskan lebih

dari 1 bungkus, tetapi sekarang sudah berhenti (sejak 4 sakit paru-paru).

( merokok adalah salah satu faktor resiko dari diabetes mellitus)

Rumah pasien sangat lembab dan ventilasi dan cahaya kurang.

( lingkungan tidak sehat)

Page 20: Penugasan Blok Sistem Endokrin

Lingkungan kurang bersih.

Pasien jarang berolah raga tetapi rajin ke sawah. ( salah satu faktor resiko

yang berkaitan dengan life style pada penyakit diabetes mellitus)

Pasien hobi mengkonsumsi makanan dan minuman manis dan pasien

gemuk ( salah satu faktor resiko dari diabetes mellitus).

Pemeriksaan Fisik

Vital Sign

o Tekanan Darah : 195/110 mmHg

Menurut klasifikasi JNC VII pasien mengalami hipertensi grade II

karena tekanan sistol berada di atas 140 mmHg dan diastole lebih

dari 100 mmHg.

o Suhu : 37,2 o C >> normal

o Nadi : 84x/menit irregular

Frekuensi nadi pasien normal karena masih berada dalam rentang

600-100x/menit, tetapi denyut yang dirakana saat pemeriksan tidak

beraturan, hal ini kemungkinan karena pengaruh dari penyakit

diabetes mellitus yang diderita pasien.

o Respirasi : 24x/menit dangkal dan irregular

Pasien mengalami takipneu, frekuensi napas yang normal adalah

16-20x/menit. Ini merupakan salah satu kompensasi dari hipertensi

yang diderita pasien.

Kepala : mata rabun (terlihat ada selaput pada mata kiri dan sclera keruh),

konjunctiva tidak anemis dan sclera tidak ikterik

Rabun saat melihat yang dirasakan pasien adalah akibat dari katarak yang

diderita pasien, selaput yang terdapat pada mata kiri mengganggu

masuknya cahaya ke mata. Sedangakn pada mata kanan pasien sudah

dijelaskan diatas bahwa pasien sudah memeriksakan diri ke dokter dan

dokter mengatakan ada gangguan pada saraf mata kanan pasien.

Leher : tidak ada pembesaran limfonodi, JVP n, tidak terlihat/teraba

masa, kelenjar tiroid normal.

Page 21: Penugasan Blok Sistem Endokrin

Thorax : bentuk dinding dada seperti tong dan pada perkusi terdengar

keras. Sikatrik +, hiperpigmentasi -, S1 S2 murni irregular, bising -, ronki

-, vesicular +, batas jantung kiri SIC V > ictus cordis, batas jantung atas

SIC II, pinggang jantung SIC III.

Bentuk dinding dada yang seperti tong kemungkinan merupakan akibat

dari penyakit paru-paru pasien. Meskipun pasien mengatakan bahwa

penyakit paru-paru nya sudah sembuh tapi dari informasi yang kami

dapatkan pasien tidak mempunyai riwayat pengobatan selama 6 bulan

yang merupakan terapi untuk penyakit yang berhubungan dengan saluran

pernapasan terutama bagian bawah. Batas-batas jantung masih normal

yang berarrti pasien tidak mengalami kardiomegali.

Abdomen : peristaltic 12x/menit, bising aorta abdominal -, bising

arteri -.

Peristatik normal karena masih dalam rentang 5-35x/menit.

Extremitas : dbn

Rencana pengelolaan

Pemeriksaan : kontrol paru dan gula darah

Farmakologi : obat untuk diabetes >> sulfoniluria dan metformin, untuk

hipertensi captopril dan suplemen vitamin A untuk gangguan pada mata

pasien.

Edukasi : kurangi asupan garam dan manis. Rajin olahraga, selalu

menggunakan alas kaki saat pergi ke sawah, selalu kontrol rutin dan

minum obat teratur.

Hasil pemeriksaan lab

GDS : 252 mg/dL pada 11 mei 201

Kadar gula darah sewaktu pada pasien tersebut masih berada di atas

normal yaitu lebih dari 200mg/dL (hiperglikemia).

Page 22: Penugasan Blok Sistem Endokrin

Faktor Resiko

Pada pasien tersebut, factor-faktor yang meningkatkan resiko untuk menderita

diabetes mellitus adalah:

Kakak pasien menderita sakit gula

Pasien mengalami hipertensi

Pasien merokok

Penanganan

Penanganan untuk pasien tersebut sama seperti dijelaskan pada status pasien,

karena psien sudah mendapat obat dari puskesmas berupa metformin dan pernah

mendapat sulfoniluria (saat GDS pasien mencapai 425mmHg) pasien tinggal

melanjutkan pengobatan dengan menjalani edukasi yang diberikan dan kontrol

rutin serta minum obat dengan teratur. Selain itu karena pasien mempunyai

riwayat penyakit paru-paru, kami menyarankan pasien untuk memeriksakan paru-

parunya ke dokter untuk mengetahui apakah penyakitnya sudah benar-benar

sembuh seperti yang dikatakan pasien atau masih ada.

Page 23: Penugasan Blok Sistem Endokrin

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pasien yang bernama bapak Hadi Purwanto ini menderita diabetes mellitus

type 2 yang sudah mengalami komplikasi diabetic retinopathy. Selain itu

pasien juga mengalami hipertensi dan mempunyai riwayat sakit paru-paru

tanpa riwayat pengobatan 6 bulan. Selama pasien selalu kontrol ke Puskesmas

Ngruwang dan mendapatkan pengobatan metformin, serta suplemen vitamin

A untuk gangguan pada penglihatannya.

B. Saran

Secara umum kegiatan PPK di Puskesmas Nruwang sudah berjalan dengan

baik, tetapi ada beberapa saran yang mungkin bisa membantu untuk membuat

kegiatan PPK kedepannya menjadi lebih baik. Beberapa saran yang kami

berikan diantaranya adalah:

1. informasi dari tim blok untuk penugasan kurang lengkap dan kurang

jelas sehingga mahasiswa kebingungan dalam pengerjaan tugas.

2. Kurangnya peranan dari dokter pendamping dari fakultas dalam

membimbing mahasiswa.

sekian saran dari kami, semoga untuk kedepannya kegiatan PPK bisa lebih

baik dan lebih terorganisir dengan baik.

Page 24: Penugasan Blok Sistem Endokrin

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, arif. Suprohaita, dkk, kapita selekta kedokteran. Media

Aesculapius, fakultas kedokteran universitas Indonesia.2008

Sudoyo, A.W., Setyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K., Setiati, S., 2007.

Buku Ajara Ilmu Penyakit Dalam, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta:Indonesia.

Price, S.A. RN. PhD., Wilson, L.M. RN. PhD., 2002. Pathophysiology:

Clinical Concepts of Disease Processes (6th ed.). Pendit, B.U. dr., Hartanto, H.

dr., Wulansari, P. dr., Mahanani, D.A. dr., 2005 (Alih Bahasa), Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Schmieder, R.E., Martin, S., Lang, G.E., Bramlage, P., Bohm, M., 2009.

Angiotensin Blockade to Reduce Microvascular Damage in Diabetes Mellitus,

Deutsches Arzteblatt International, 106 (34-35):556-62.

Wong, T.Y., et all., 2009. Rates of Progression in Diabetic Retinopathy

During Different Time Periods, American Diabetes Association, 12:32.

Mahoney, P.R.A., Wong, D.T., Ray, J.G., 2008. Retinal Vein Occlusion and

Traditional risk Factors for Atherosclerosis, American Medical Association,

5:126.