96
i

PENULIS : ...2013, peserta didik diajak berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Buku ini merupakan edisi ke-1. Oleh sebab itu buku

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

  • 1

    PENULIS :

    Lita Akhimelita

    www.e

    book

    anak

    .com

  • 2

    KATA PENGANTAR Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Di dalamnya

    dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik serta rumusan proses pembelajaran dan penilaian yang diperlukan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diinginkan.

    Faktor pendukung terhadap keberhasilan Implementasi Kurikulum 2013 adalah ketersediaan Buku Siswa dan Buku Guru, sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang ditulis dengan mengacu pada Kurikulum 2013. Buku Siswa ini dirancang dengan menggunakan proses pembelajaran yang sesuai untuk mencapai kompetensi yang telah dirumuskan dan diukur dengan proses penilaian yang sesuai.

    Sejalan dengan itu, kompetensi keterampilan yang diharapkan dari seorang lulusan SMK adalah kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Kompetensi itu dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) melalui kegiatan-kegiatan berbentuk tugas (project based learning), dan penyelesaian masalah (problem solving based learning) yang mencakup proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Khusus untuk SMK ditambah dengan kemampuan mencipta .

    Sebagaimana lazimnya buku teks pembelajaran yang mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi, buku ini memuat rencana pembelajaran berbasis aktivitas. Buku ini memuat urutan pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. Buku ini mengarahkan hal-hal yang harus dilakukan peserta didik bersama guru dan teman sekelasnya untuk mencapai kompetensi tertentu; bukan buku yang materinya hanya dibaca, diisi, atau dihafal.

    Buku ini merupakan penjabaran hal-hal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan kurikulum 2013, peserta didik diajak berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Buku ini merupakan edisi ke-1. Oleh sebab itu buku ini perlu terus menerus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan.

    Kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya sangat kami harapkan; sekaligus, akan terus memperkaya kualitas penyajian buku ajar ini. Atas kontribusi itu, kami ucapkan terima kasih. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kontributor naskah, editor isi, dan editor bahasa atas kerjasamanya. Mudah-mudahan, kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan menengah kejuruan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045). Jakarta, Januari 2014

    Direktur Pembinaan SMK

    Drs. M. Mustaghfirin Amin, MBA

  • 3

    DAFTAR ISI

    PENULIS : ........................................................................................................................ 1

    KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2

    DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3

    BAB II .................................................................................................................................. 9

    KEGIATAN PEMBELAJARAN ................................................................................................ 9

    Ruang Lingkup Teknik Tata Cara Kerja ............................................................... 9

    Ruang Lingkup Teknik Tata Cara Kerja ............................................................. 18

    BAB II .............................................................................................................................. 20

    PETA-PETA KERJA ..................................................................................................... 20

    BAB IV .............................................................................................................................. 49

    PENGUKURAN WAKTU KERJA .......................................................................................... 49

    Diunduh dari ebookanak.com

  • 4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Analisa Perancangan Kerja (APK) adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari

    prinsip– prinsip dan teknik–teknik untuk mendapatkan suatu rancangan sistem

    kerja yang terbaik, yang terdiri dari manusia, mesin, material, dan peralatan kerja

    serta lingkungan kerja agar sistem kerja tersebut efektif dan efisien.

    Dilihat dari sejarahnya, disiplin Ilmu Teknik Industri dimulai dari perbaikan sebuah

    system kerja yang dianggap sebagai sebuah teknik manajemen, maka dapat

    dikatakan bahwa Teknik Tata Cara Kerja sebagai disiplin ilmu Teknik Industri

    yang pertama.

    A. Deskripsi

    Analisis perancangan kerja pada awalnya dikembangkan oleh F.W. Taylor dan

    F.B. Gilberth. Penelitian-penelitian mereka sesungguhnya tidak dilakukan secara

    bersamaan, namun hasil-hasil penelitian mereka telah digabungkan dan

    dikembangkan sehingga akhirnya dikenal sebagai Teknik Tata Cara Kerja atau

    Methods Engineering.

    F.W. Taylor merupakan tokoh yang pertama melakukan penelitian mengenai

    pengukuran waktu (time study) yang merupakan cikal bakal dari lahirnya displin

    ilmu Teknik Industri. Ia bekerja di pabrik baja di Amerika pada tahun 1981

    sebagai seorang pengawas. Selama menjadi pengawas ia melihat pekerja-

    pekerja tidak berprestasi sebagaimana mestinya. Taylor berpendapat bahwa

    seharusnya pekerja-pekerja tersebut dapat memberikan hasil yang lebih

    maksimal. Setelah melakukan pengamatan Taylor menduga bahwa yang menjadi

    penyebab adalah pengaturan jam kerja yang tidak baik. Dari situlah Taylor

    melakukan penelitian terhadap pekerja, dan hasil penelitian menyatakan bahwa

    kerja kerja dipengaruhi oleh lamanya waktu kerja, waktu istirahat dan frekwensi

    istirahat. Kemudian Taylor melakukan pengukuran waktu kerja dengan

    menggunakan jam henti (stop watch) untuk mengetahui waktu yang efektif untuk

  • 5

    mendapatkan hasil yang maksimal. Ilmu-ilmu di bidang pengukuran waktu

    selanjutnya mengalami perkembangan, seperti lahirnya Data waktu Standard,

    Data Waktu Gerakan, dan penggunaan work sampling sebagai salah satu

    alternatif lain dalam pengukuran waktu.

    Pada tempat dan waktu yang berbeda F.B. Gilbreth juga melakukan penelitian

    mengenai waktu gerak, hal ini didasari dari semasa dia bekerja sebagai seorang

    kontraktor melihat cara kerja para pekerjanya, dia melihat ketidakefisienan

    gerakan-gerakan kerja menyusun batu bata. Sejak itulah Gilbreth bersama

    istrinya lilian seorang psikolog melakukan penelitian mengenai studi gerakan.

    Mereka mengamati gerakan-gerakan kerja yang dilakukan pekerja dengan

    menggunakan kamera untuk merekamnya. Penelitian tersebut berujung pada

    penemuan suatu prosedur untuk menganalisa gerakan kerja dan

    memperbaikinya. Prosedur tersebut adalah membagi gerakan-gerakan kerja

    menjadi elemen-elemen gerakan dasar yang merupakan bagian dari suatu

    gerakan. Elemen-elemen gerakan yang dikembangkan oleh Gilberth berjumlah

    17 buah dan dan dengan elemen-elemen inilah perbaikan-perbaikan gerakan

    dilakukan. F.B. Gilberth menerbitkan bukunya pada tahun 1991 berjudul ―Motion

    Study‖. Selain itu, ia mengembangkan prinsip-prinsip perancangan sistem kerja

    yang dikenal sebagai Ekonomi Gerakan. Prinsip-prinsip ini dimaksudkan untuk

    mendapatkan suatu sistem kerja yang terancang baik sehingga memudahkan

    dan menyamankan gerakan-gerakan kerja untuk sejauh mungkin menghindarkan

    atau melambatkan datangnya kelemahan (fitique).

    Dalam perkembangan selanjutnya karena kedua hasil penelitian tersebut saling

    melengkapi dan dipandang sebagi satu kesatuan, akhirnya keduanya

    digabungkan dan dikembangkan sehingga akhirnya dikenal sebagai Teknik Tata

    Cara Kerja atau Methods Engineering.

  • 6

    B. Prasyarat

    C. Petunjuk Penggunaan

    D. Tujuan Akhir

    E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

  • 7

    KOMPETENSI INTI (KELAS X) KOMPETENSI DASAR

    KI-1

    Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

    1.1 Menyadari sempurnanya konsep Tuhan tentang penciptaan manusia dengan segala kemampuan dalam mengerjakan suatu pekerjaan yang dapat dijadikan acuan dalam menentuakan faktor-faktor kelelahan dalam perhitungan waktu kerja.

    1.2 Mengamalkan nilai-nilai ajaran agama sebagai tuntunan dalam menghitung waktu baku yang sesuai dengan batas wajar kemampuan yang dimiliki manusia.

    KI-2

    Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

    2.1 Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu, inovatif dan tanggung jawab dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan waktu kerja

    2.2 Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis, dalam melakukan perhitungan waktu kerja

    2.3 Menunjukkan sikap responsif, proaktif, konsisten, dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam penentuan waktu kerja

    KI-3

    Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

    3.1 Memahami prosedur penggunaan stop watch

    3.2 Memahami komponen-komponen yang harus dicatat dalam perhitungan waktu gerak

    3.3 Menguraikan langkah-langkah penyusunan laporan hasil Analisa

    3.4 Menganalisa data waktu gerak

  • 8

    F. Cek Kemampuan Awal

    kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.

    3.5 Memahami perhitungan waktu Task Time proses produksi

    3.6 Mengidentifikasi pekerjaan sesuai perkiraan waktu Task Time

    KI-4

    Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

    4.1 Menggunakan stop watch untuk mengukur waktu gerak (time motion study)

    4.2 Mencatat data waktu gerak

    4.3 Melaporkan hasil Analisa

    4.4 Melakukan analisa sederhana data waktu gerak

    4.5 Memperkirakan waktu Task Time proses produksi

    4.6 Melakukan pekerjaan sesuai perkiraan waktu Task Time

  • 9

    BAB II

    KEGIATAN PEMBELAJARAN

    A. Deskripsi B. Kegiatan Belajar 1. Kegiatan Belajar 1 : PENGERTIAN DAN

    RUANG LINGKUP TEKNIK TATA CARA KERJA

    a. Tujuan Pembelajaran

    b. Uraian Materi

    Definisi dan Pengertian :

    1. Analisa Perancangan Kerja : Ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-

    prinsip untuk mendapatkan rancangan (desain) yang terbaik dari sistem

    kerja.

    2. Sistem Kerja terdiri dari : manusia, bahan, peralatan dan lingkungan kerja

    3. Sistem Kerja terbaik memiliki efisiensi dan produktivitas setinggi-tingginya.

    4. Efisiensi dan produktivitas dapat diukur berdasarkan waktu yang dihabiskan,

    tenaga yang digunakan serta akibat-akibat psikologis dan sosiologis yang

    ditimbulkan.

    Ruang Lingkup Teknik Tata Cara Kerja

    * Pengaturan Kerja

  • 10

    Prinsip-prinsip mengatur komponen komponen sistem kerja untuk mendapatkan

    alternatif-alternatif sistem kerja terbaik. Pengaturan kerja meliputi:faktor

    manusia,studi gerakan, ekonomi gerakan.

    * Pengukuran Kerja

    Bagian dari teknik tata cara kerja yang mempelajari cara-cara pengukuran sistem

    kerja. Pengukuran kerja meliputi: pengukuran waktu, tenaga, psikologis dan

    sosiologis.

    * Penggunaan Teknik Tata Cara Kerja. Penurunan biaya produksi. Penentuan

    waktu baku untuk sistem upah Tenaga kerja.

    ° Penurunan biaya Produksi

    Menurunkan Biaya Produksi, saluran distribusi yang lebih pendek membuat

    perusahaan dapat mengendalikan harga produk.Merancang sebuah saluran

    distribusi dengan hanya beberapa perantara mungkin akan menurunkan biaya

    distribusi, yaitu dengan cara mengurangi atau menghilangkan kenaikan harga

    perantara.Selain menghilangkan kenaikan harga, jumlah perantara yang lebih

    sedikit juga memungkinkan penarikan pajak secara umum yang lebih rendah.

    Sebagian Negara menarik pajak untuk tiap penambahan nilai produk yang

    melalui saluran distribusi.Barang-barang dikenakan pajak setiap kali berpindah

    tangan. Pajak tersebut dapat berupa pajak kumulatif maupun tidak.

    Ada tiga sistem pembayaran upah, yaitu:

    1. Sistem upah menurut waktu,yang menentukan bahwa besar kecilnya upah

    yang akan dibayarkan kepada masing-masing tenaga kerja,tergantung pada

    banyak sedikitnya waktu kerja mereka.

    2. Sistem upah menurut unit hasil,yang menentukan besar-kecilnya upah yang

    diterima tenaga kerja , tergantung pada banyaknya unit yang dihasilkan. Semakin

    banyak unit yang dihasilkan , semakin banyak upah yang diterima.

    3. Sistem upah dengan insentif, yang menentukan besar-kecilnya upah yang

    akan dibayarkan kepada masing-masing tenaga kerja tergantung pada waktu

  • 11

    lamanya bekerja,jumlah unit yang dihasilkan ditambah dengan insentif

    (tambahan upah) yang besar-kecilnya didasarkan pada prestasi dan

    keterampilan tenaga kerja.

    Teknik Tata Cara Kerja / Analisis Perancangan dan Pengukuran Kerja (Methods Engineering)

    Teknik Tata Cara Kerja / Analisis Perancangan dan Pengukuran Kerja

    adalah suatu ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip dan teknik-teknik untuk

    mendapatkan suatu rancangan system kerja yang lebih baik. Ilmu ini

    pertama dikembangkan oleh Frederick Taylor yang melakukan penelitian

    time study dan method study, serta Gilbert dan istrinya Lylian yang

    melakukan penelitian motion study dan method study ditempat yang

    terpisah. Bidang-bidang tersebutlah yang kemudian dikelompokan dalam

    disiplin Methods Engineering.

    Secara garis besar siklus penelitian yang dilakukan baik Taylor maupun

    Gilberth adalah sebagai berikut :

    ANALISIS CARA KERJA

    PENGUKURAN CARA KERJA

    PERANCANGAN CARA KERJA

  • 12

    Gambar 1. Siklus Perbaikan Kerja

    Pada sisklus perbaikan kerja diatas terlihat prosesnya selalu berulang atau

    merupakan siklus, dengan demikian sebenarnya kita tidak boleh merasa

    puas terhadap perbaikan yang sudah kita lakukan, karena pada dasarnya

    selalu ada cara yang lebih baik.

    A. Analisis Cara Kerja (Method Study)

    Method Study adalah suatu penvatatan, analisa dan pemeriksaan masalah

    kritis secata sistematis kondisi sekarang dan cara usulan dalam

    menyelesaikan pekerjaan dan mengembangkan dan menerapkan cara yang

    lebih baik mudah dan method yang lebih efektif.

    Method Study atau Analisis Cara Kerja berhubungan dengan perencanaan

    dan standarisasi usaha manusia (human effort) dan peralatan untuk

    menjaga agar produksi berjalan lancer. Dalam analisisnya method study

    juga memperhatikan aspek biaya dalam pemakaian bahan, pelayanan,

    gudang, fasilitas dan sebagainya. Contoh hasil yang dapat diperoleh dengan

    penerapan Method study anatara lain pemakaian bahan dengan lebih efektif,

    pemakaian pabrik dan peralatan dengan lebih efektif, pemakaian sumber

    daya manusia dengan lebih efektif dan sebagainya.

    Method Study bukanlah metoda baru untuk memecahkan masalah seperti

    tersebut diatas, tetapi lebih merupakan penyajian baru prinsip-prinsip yang

    telah lama dikenal.

  • 13

    Gambar 2. Sasaran Analisis Cara Kerja Meningkatkan Produktivitas

    Sasaran (Object) Method Study

    - Memperbaiki proses dan prosedur

    - Memperbaiki tata letak pabrik, bengkel dan stasiun kerja dan merancang

    peralatan pabrik/tempat kerja.

    - Mengekonomiskan usaha manusia dan menghindarkan dari kelelahan

    yang tidak perlu

    - Memperbaiki pemakaian bahan, mesin dan sumber daya manusia

    - Mengembangkan lingkungan kerja fisik yang lebih baik

    Ruang Lingkup Method Study

    Ruang lingkup Method Study tidak terbatas, Method Study dapat

    diterapkan dimana saja selama terjadi aktivitas manusia. Method Study

    diterapkan di industri manufacturing, pekerjaan perkantoran dan

    administrative, supermarket dan penjual eceran, rumah sakit, restoran,

    pertambangan, konstruksi bangunan, transfortasi, pertanian dan

    sebagainya. Teknik terbaru dari Method Study dikembangkan untuk

    menganalisis beban kerja tenaga kerja administrative dan manajerial.

  • 14

    Gambar 3. Analisis Cara Kerja untuk Memecahkan Ketidakpastian

    Hal yang diperlukan untuk menerapkan Method Study

    Untuk dapat menerapkan Method Study dengan berhasil, diperlukan

    kemampuan berfikir dan pemahaman pengetahuan serta teknik secara

    benar. Hal ini tidak saja diperuntukkan baga para calon penelitiannya,

    tetapi juga bagi pemimpin/manajemen yang bertanggungjawab atas

    penelitian yang akan dilaksanakan.

    Berikut empat hal penting yang diperlukan dalam melakukan penelitian

    berdasarkan Method Study yaitu :

    1. Pemikiran logis dan kesepakatan, bebas dari prasangka

    2. Keinginan untuk mencapai kondisi yang lebih baik

    3. Kemampuan memberikan hasil nyata

    4. Apresiasi terhadap permasalahan manusia yang tercakup dalam

    setiap kasus

  • 15

    Gambar 4. Menginginkan Kuat dan Sakti

    Langkah-langkah dasar

    Untuk menerpakan keilmuan Method Study dengan berhasil, berikut ini

    prosedur dasar sederhana yang dapat diterapkan :

    1. Memilih pekerjaan yang akan diteliti

    2. Mencatat semua fakta yang relevan dari metoda atau prosedur kerja

    sekarang secara sistematis melalui pengamatan atau wawancara

    3. Memeriksa fakta dengan teliti dan mencari hubungannya dengan

    menerapkan teknik yang sesuai dengan permasalahannya

    4. Mengembangkan pemecahan (metoda/prosedur) yang dapat diterapkan,

    ekonomis dan efektif

    5. Menerapkan

    6. Memonitor dan evaluasi

  • 16

    Gambar 5. Sikap Ahli yang Sungguhan dan Palsu

    Bidang apa saja yang dapat diteliti ?

    - Sering terjadi bottlenecks

    - Sering menumpuk barang/bahan yang akan diproses

    - Pekerjaan administrative yang sering idle

    - Pekerjaan administrasi yang sering lembur

    - Pegawai banyak yang absen

    - Turnover pegawai tinggi

    - Modal/biaya besar

    - Banyak terdapat cacat/kesalahan

    - dsb

    Bagaimanana mencatat fakta ?

    - Peta proses operasi (operation Proses chart)

    - Peta aliran proses (Flow Proses Chart)

    - Peta kelompok Kerja (Gang Chart)

    - Diagram aliran (Flow Diagram) atau string Diagram

    - Peta Manusia Mesin (Man-Machine Chart)

    - Peta tangan kiri dan kanan (Two-handed Process Chart)

    Bagaimana memeriksa fakta dan mencari hubungannya ?

    Bisa menggunakan metoda Dot and Check Technique

    Bagaimana memilih teknik yang sesuai ?

  • 17

    Tergantung pada waktu yang tersedia, jumlah anggota team yang akan

    terlibat, anggaran yang tersedia dan sebagainya

    Apa yang dapat dihasilkan ?

    Metoda / prosedur yang lebih ekonomis dan efektif

    Bagaimana menerapkannya ?

    Harus hasil kesepakatan. Untuk menghindari/mengurangi resistance to

    changes

    Bagaimana untuk memonitor dan evaluasi implementasinya ?

    Melakukan pengukuran kerja, misalnya time study

  • 18

    c. Rangkuman Definisi dan Pengertian :

    1. Analisa Perancangan Kerja : Ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan

    prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan (desain) yang terbaik dari

    sistem kerja.

    2. Sistem Kerja terdiri dari : manusia, bahan, peralatan dan lingkungan kerja

    3. Sistem Kerja terbaik memiliki efisiensi dan produktivitas setinggi-

    tingginya.

    4. Efisiensi dan produktivitas dapat diukur berdasarkan waktu yang

    dihabiskan, tenaga yang digunakan serta akibat-akibat psikologis dan

    sosiologis yang ditimbulkan.

    Ruang Lingkup Teknik Tata Cara Kerja * Pengaturan Kerja

    * Pengukuran Kerja

    * Penggunaan Teknik Tata Cara Kerja.

    * Penurunan biaya produksi.

    * Penentuan waktu baku untuk sistem upah Tenaga kerja.

    * Penurunan biaya Produksi

    Ada tiga sistem pembayaran upah, yaitu:

    1. Sistem upah menurut waktu,yang menentukan bahwa besar kecilnya upah

    yang akan dibayarkan kepada masing-masing tenaga kerja,tergantung pada

    banyak sedikitnya waktu kerja mereka.

    2. Sistem upah menurut unit hasil,yang menentukan besar-kecilnya upah yang

    diterima tenaga kerja , tergantung pada banyaknya unit yang dihasilkan. Semakin

    banyak unit yang dihasilkan , semakin banyak upah yang diterima.

    3. Sistem upah dengan insentif, yang menentukan besar-kecilnya upah yang

    akan dibayarkan kepada masing-masing tenaga kerja tergantung pada waktu

  • 19

    lamanya bekerja,jumlah unit yang dihasilkan ditambah dengan insentif

    (tambahan upah) yang besar-kecilnya didasarkan pada prestasi dan

    keterampilan tenaga kerja.

    d. Tugas

    e. Tes Formatif

    f. Kunci Jawaban Tes Formatif

    g. Lembar Kerja Peserta Didik

  • 20

    BAB II

    PETA-PETA KERJA

    Peta-peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk

    berkomunikasi secara luas dan sekaligus melalui peta-peta kerja ini kita bisa

    mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu

    metode kerja.

    Contoh informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu

    metoda kerja, terutama dalam suatu proses produksi adalah sebagai berikut

    : jumlah kerja yang harus dibuat, waktu operasi mesin, kapasitas mesin,

    bahan-bahan khusus yang harus disediakan, alat-alat khusus yang harus

    disediakan, dan sebagainya.

    Jadi peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja

    secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini

    kita bisa melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu

    benda kerja dari mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku) kemudian

    menggambarkan semua langkah yang dialaminya seperti transformsi,

    operasi mesin, pemeriksaan dan perakitan sampai akhirnya menjadi sebuah

    produk jadi, baik produk lengkap atau merupakan bagian dari suatu produk

    lengkap.

    Apabila kita melakukan studi yang seksama terhadap suatu peta kerja, maka

    pekerjaan kita dalam usaha memperbaiki metoda kerja dari suatu proses

    produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan yang mungkin dilakukan

    antara lain : kita bisa menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu,

    menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya, menemukan urut-

    urutan kerja/proses produksi yang lebih baik, menentukan mesin yang lebih

    ekonomis, menghilangkan waktu menunggu antar operasi, dan sebagainya.

    Pada dasarnya semua perbaikan tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya

    produksi secara keseluruhan. Dengan demikian peta merupakan alat yang

  • 21

    baik untuk menganalisa suatu pekerjaan sehingga mempermudah dalam

    perencanaan perbaikan kerja.

    2.1. Lambang-lambang yang digunakan

    Gilberth mengusulkan 40 buah lambing yang bisa dipakai. Kemuduan pada

    tahun berikutnya jumlah lambing-lambang tersebut disederhanakan

    sehingga hanya tinggal 4 macam.

    Dalam tahun 1947, America Society of Mechanical Engineers (ASME)

    membuat standar lambing-lambang yang terdiri dari 5 macam lambang.

    Lambang-lambang ini merupakan modifikasi dari lambang yang digunakan

    oleh Gilberth, yaitu lingkaran kecil diganti dengan anak panah untuk kejadian

    transfortasi dan menambah lambang baru (D) untuk kejadian menunggu.

    Lambang-lambang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

    OPERSI

    Suatu kejadian operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan

    sifat, baik fisik maupun kimiawi, mengambil informasi maupun memberikan

    informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi. Operasi merupakan

    kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu proses, dan biasanya

    terjadi pada suatu mesin atau stasiun kerja.

    Contohnya :

    - Pekerjaan menyerut kayu dengan mesin serut

    - Pekerjaan mengeraskan logam

    - Pekerjaan merakit

  • 22

    Dalam prakteknya lambang ini juga bisa digunakan untuk menyatakan

    aktivitas administrasi, misalnya : aktivitas perencanaan atau perhitungan.

    PEMERIKSAAN

    Suatu pemerikasaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami

    pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas. Lambang ini

    digunakan jika kita melakukan pemeriksaan terhadap suatu objek atau

    membandingkan objek tertentu dengan suatu standar.

    Suatu pemeriksaan tidak menjuruskan bahan kea rah menjadi suatu barang

    jadi, contohnya:

    - Mengukur dimensi benda

    - Memeriksa warna benda

    - Membaca alat ukur tekanan uap pada suatu mesin uap

    TRANSPORTASI

  • 23

    Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja atau

    perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan

    bagian dari suatu operasi.

    MENUNGGU

    Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan

    tidak mengalami pencatatan apa-apa selain menunggu (biasanya sebentar).

    Kejadian ini menunjukkan bahwa suatu objek ditinggalkan untuk sementara

    tanpa pencatatan sampai diperlukan kembali.

    PENYIMPANAN

    Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka

    waktu yang cukup lama. Jika benda kerja tersebut akan diambil kembali,

    biasanya memerlukan suatu prosedur perizinan tertentu. Lambang ini

    digunakan untuk menyatakan suatu objek yang mengalami penyimpanan

    permanen, yaitu ditahan atau dilindungi terhadap pengeluaran tanpa izin

    tertentu. Prosedur perizinan dan lamanya waktu adalah hal yang

    membedakan antara kegiatan menunggu dan penyimpanan.

    AKTIVITAS GABUNGAN

  • 24

    Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan

    dilakukan secara bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja yang

    sama.

  • 25

    Gambar 6. Lambang-lambang ASME beserta contohnya.

    2.2. Macam-macam Peta Kerja

    Pada dasarnya peta-peta kerja yang ada sekarang bisa dibagi dalam dua

    kelompok besar berdasarkan kegiatannya yaitu :

    1. Peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja

    keseluruhan

    2. Peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja setempat.

    Kalau dibuatkan flow chart dari langkah-langkah untuk melakukan perbaikan

    kerja, maka kira-kira akan diperoleh gambar seperti terlihat pada gambar 7

    dibawah ini.

  • 26

    Peta-peta Kerja Keseluruhan

    Cara Sekarang

    Peta-peta Kerja Setempat

    Cara Sekarang

    Peta-peta Kerja

    Setempat

    Analisa Tidak

    Peta-peta Kerja Setempat

    Cara Usulan

    Peta-peta Kerja Keseluruhan

    Cara Sekarang

    Peta-peta Kerja Keseluruhan Analisa Tidak

    Peta-peta Kerja Keseluruhan

    Cara Usulan

    SELESAI

  • 27

    Gambar 7. Flow Chart Analisa Cara Kerja dengan Peta-peta Kerja

    Masing-masing peta kerja yang akan dibahas berikut ini semuanya

    termsuk dalam kedua kelompok diatas, antara lain :

    1. Yang termasuk kelompok kegiatan kerja keseluruhan

    a. Peta proses operasi

    b. Peta aliran proses

    c. Peta proses kelompok kerja

    d. Diagram aliran

    2. Yang termasuk kelompok kegiatan kerja setempat

    a. Peta Pekerja dan mesin

    b. Peta tangan kiri dan tangan kanan

    Keenam macam peta kerja diatas merupakan peta-peta yang paling banyak

    digunakan dan yang akan dibahas secara cukup lengkap dalam tulisan ini.

    2.2.1. Peta Proses Operasi (Flow Process Chart) Sebelum dilakukan penelitian secara terperinci disetiap stasiun kerja terlebih

    dahulu kita perlu mengetahui proses yang terjadi sekarang secara keseluruhan.

    Keadaan ini bisa diperoleh dengan menggunakan peta proses operasi. Kalau kita

    perhatikan peta proses operasi (gambar 4) maka dapat dikatakan bahwa peta

    proses operasi ini merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-

    langkah proses yang akan dialami bahan-bahan baku mengenai urut-urutan

    operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi produk jadi utuh

    maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasi-informasi yang

    diperlukan untuk analisa lebih lanjut seperti : waktu yang dihabiskan, material

    yang digunakan, dan tempat atau alat atau mesin yang dipakai.

  • 28

    Jadi dalam suatu peta proses operasi, yang dicatat hanyalah kegiatan-kegiatan

    operasi dan pemerikasaan saja, kadang-kadang pada akhir ptoses dicatat

    tentang penyimpanan.

    Kegunaan Peta Proses Operasi

    Dengan adanya informasi-informasi yang dicatat melalui peta proses operasi, kita

    bisa memperoleh banyak manfaat diantaranya :

    - Bisa mengetahui kebutuhan mesin dan pengganggarannya

    - Bisa memperkirakan kebutuhan bahan baku (dengan

    memperhitungkan efesiensi disetiap operasi/pemeriksaan)

    - Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik

    - Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang

    dipakai

    - Sebagai alat untuk latihan kerja dan lain-lain

    Gambar 8. Contoh Peta Proses Operasi

  • 29

    Gambar 9. Modifikasi dalam Pembuatan Peta Proses Operasi

    Analisa Suatu Peta Operasi

    Ada empat hal yang perlu diperhatikan/pertimbangkan agar diperoleh

    suatu proses kerja yang baik melalui analisa peta proses operasi yaitu :

    a. Bahan-bahan

    Semua alternative bahan harus dipertimbangkan untuk menekan

    biaya tanpa mengurangi nilai fungsi dan spesifikasi yang diperlukan

    untuk produk

    b. Operasi

    Perbaikan yang mungkin dilakukan untuk operasi bisa dilakukan

    dengan menghilangkan operasi. Menggabungkan atan

    menyederhanakan operasi yang dikerjakan.

    c. Pemeriksaan

    Kualitas merupakan hal yang sangat penting, pemeriksaan ini

    berkaitan dengan kualitas. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan

    teknik sampling atau pemeriksaan satu persatu. Pemerikasaan

    menjadi efisien jika dapat digabung dengan operasi.

    d. Waktu

    Untuk mempersingkat waktu penyelesaian, kita dapat

    mempertimbangkan semua alternative mengenai metoda, mesin, dan

    peralatan dan sebagainya.

  • 30

    2.2.2. PETA ALIRAN PROSES (FLOW PROCESS CHART)

    Peta aliran proses memperlihatkan semua aktivitas dasar operasi pemeriksaan,

    delay (menunggu), transportasi dan penyimpanan setiap komponen. Peta aliran

    proses dapat dikelompokan dalam tiga jenis, yaitu :

    1. Peta aliran proses jenis orang, yang menggambarkan apa yang

    dikerjakan tenaga kerja/operator

    2. Peta aliran proses jenis bahan, yang menggambarkan apa yang terjadi

    pada bahan yang digunakan

    3. Peta aliran proses jenis peralatan, yang menggambarkan bagaimana

    peralatan tersebut digunakan.

    Gambar 10. Contoh Peta Aliran Proses

    Kegunaan Peta Aliran Proses

    Secara lebih rinci kegunaan peta aliran proses sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui aliran bahan atan aktivitas orang mulai awal proses

    sampai dengan aktivitas terakhir pembuatan suatu komponen

    2. Memberikan informasi waktu dan penyelesaian pembuatan suatu komponen\

    3. Alat untuk memperbaiki metoda kerja

  • 31

    4. Alat untuk menganalisa dimana tempat-tempat terjadinya ketidakefisienan

    atau terjadinya ketidaksempurnaan pekerjaan untuk menghilangkan

    ongkos/biaya yang tidak perlu.

    Analisa Suatu Peta Aliran Proses

    Ada lima kemungkinan tindakan yang bisa dilaksanakan untuk memperbaiki peta

    aliran proses yaitu :

    1. Menghilangkan aktivitas yang tidak perlu

    2. Menggabungkan atau merubah tempat kerja

    3. Menggabungkan atau merubah urutan kerja

    4. Menggabungkan atau merubah tugas operator (orang)

    5. Menyederhanakan atau memperbaiki metoda kerja

    Salah satu metoda sederhana tetapi efektif untuk menganalisa peta aliran proses

    adalah dengan menggunakan Dot and Check Technique yaitu dengan

    mengajukan enam buah pertanyaan :

    2.2.3. PETA PROSES KELOMPOK (REGU) KERJA (GANG PROCESS CHART)

    Peta kelompok kerja dikembangkan oleh John A Aldridge berdasarkan peta

    aliran proses yang dikerjakan oleh sekelompok (lebih dari seorang) pekerja. Hal

    Apa yang dikerjakan dan apa tunjuannya ? dan Mengapa ?

    Dimana dikerjakan ? dan Mengapa ?

    Kapan dikerjakan ? dan Mengapa ?

    Siapa yang mengerjakan ? dan Mengapa ?

  • 32

    utama yang ditunjukkan dalam peta proses kelompok kerja adalah

    ketergantungan proses antara pekerja yang satu dengan pekerja yang lain

    sehingga menimbulkan Delay (menunggu) yang harus diminimumkan.

    Gambar 11. Contoh Peta Proses Regu Kerja Cara Sekarang

    Kegunaan Peta Proses Kelompok Kerja

    Sesuai dengan namanya, peta ini digunakan sebagai alat untuk menganalisa

    aktivitas suatu kelompok kerja. Sehingga tujuan utama dari analisis peta proses

    kelompok kerja untuk meminimumkan waktu menunggu atau delay untuk

    mencapai tujuan yang nyata misalnya :

    1. Mengurangi ongkos produksi atau proses

    2. Mempercepat waktu penyelesaian produksi atau proses

  • 33

    Gambar 12. Contoh Peta Proses Regu Kerja atau Proses

    2.2.4. Diagram Aliran (Flow Diagram)

    Walaupun peta aliran proses atau peta kelompok kerja merupakan suatu

    peta yang memuat informasi-informasi lengkap dengan kegiatan

    transportasi. Tetapi kadang kita memerlukan gambaran mengenai lokasi

    dimana terjadinya masing-masing aktivitas tersebut. Jika memang

    demikian yang terjadi yang diperlukan adalah diagram aliran, yaitu

    diagram yang merupakan gabungan antara peta aliran proses atau peta

    proses kelompok kerja dengan denah atau layout dari lokasi dimana

    kativitas-aktivitas tersebut dilaksanakan.

    Kegunaan Diagram Aliran

    Disamping untuk lebih memperjelas peta aliran proses atau peta proses

    kelompok kerja tentang dimana masing-masing aktivitas terjadi, diagram

    aliran juga berguna dalam memperbaiki tata letak (layout) tempat kerja.

    Gambar 13. Contoh Diagram Aliran

  • 34

    2.2.5. PETA PEKERJA DAN MESIN (MAN MACHINE CHART)

    Peta pekerja dan mesin merupakan suatau grafik yang menggambarkan

    koordinasi antara waktu bekerja dan waktu menganggur dari kombinasi

    antara pekerja dan mesin.

    Kegunaan Peta Pekerja dan Mesin

    Peta ini merupakan alat yang baik digunakan untuk mengurangi waktu

    menganggur, yang selanjutnya meningkatkan efektivitas penggunaan dan

    perbaikan keseimbangan kerja, misalnya dengan cara :

    - Merubah tata letak tempat kerja

    - Mengatur kembali gerakan-gerakan kerja

    - Dan sebagainya

    Gambar 14. Contoh Peta Pekerja dan Mesin

  • 35

    2.2.6. PETA TANGAN KIRI DAN KANAN (TWO HANDLE PROCESS CHART)

    Untuk mendapatkan gerakan-gerakan yang lebih terperinci, agar dapat

    menyempurnakan cara kerja disetiap stasiun kerja terutama dengan mengurangi

    gerakan yang tidak perlu dan untuk mengatur kembali gerakan sehingga

    diperoleh urutan kerja yang baik, dapat digunakan peta tangan kiri dan kanan.

    Peta ini menggambarkan semua gerakan-gerakan saat bekerja dan saat

    menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan.

    Kegunaan Peta Tangan Kiri dan Kanan

    Peta ini sangat praktis untuk memperbaiki pekerjaan manual dimana tiap siklus

    dari pekerjaan terjadi dengan cepat dan terus menerus. Secara lebih rinci

    dengan peta ini kita dapat :

    - Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan

    - Menghilangkan gerakan yang tidak perlu untuk menghemat waktu

    - Untuk menganalisa tata letak stasiun kerja

    - Melatih operator baru dengan cara ideal

    Gambar 15. Contoh Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

  • 36

    BAB III

    PERANCANGAN KERJA (Study Gerakan)

    Setiap perancangan cara kerja selalu didasarkan pada Motion Study atau

    studi gerakan yaitu proses analisa terhadap beberapa gerakan bagian badan

    dalam menyelesaikan pekerjaannya untuk dapat menghilangkan gerakan-

    gerakan yang tidak efektif untuk dapat menghemat waktu kerja maupun

    pemakaian peralatan/fasilitas kerja.

    Dalam proses analisis gerakan-gerakan dari pekerjaan diuraikan menjadi

    gerakan dasar yang menyusunnya. Gerakan dasar ini dikembangkan oleh

    Gilbreth dah Lylian. Gerakan dasar ini dinamakan Therblig dan berjumlah

    tujuh belas gerakan dasar. Lihat tabel 1 berikut ini.

    Tabel 1. Lambang-lambang Therblig

  • 37

    Seorang konsultan Methods Engineering ternama dari Jepang Mr. Sigeo

    Singo membuat klasifikasifikasi yang bermanfaat dari Therblig yang telah

    disebutkan sebelumnya. Klasifikasi yang dilakukan Mr. Sigeo Singo

    membagi Therblig menjadi empat kelompok yaitu :

    a. Kelompok Utama

    - A Assemble

    - DA Disassemble

    - U Use

    Kelompok utama ini adalah kelompok yang memberikan nilai tambah,

    usaha yang dapat kita lakukan adalah bagaimana mengefisienkan

    aktivitas ini.

    b. Kelompok Penunjang

    - RE Reach

    - G Grasp

    - M Move

    - RL Released Load

    Kelompok penunjang tidak memberikan nilai tambah, tetapi diperlukan,

    sehingga usaha perbaikan yang bisa kita lakukan adalan bagaimana

    meminimumkan elemen gerakan tersebut.

    c. Kelompok Pembantu

    - SH Search

    - ST Select

    - P Position

    - H Hold

    - I Inspect

    - PP Preposition

    Kelompok pembantu tidak memberikan nilai tambah, jika memungkinkan

    ditiadakan dengan penerapan alat bantu atau pengaturan yang baik.

    d. Kelompok Elemen Gerakan Luar

    - R Rest

    - PN Plan

  • 38

    - UD Unavoidable delay

    - AD Avoidable delay

    Kelompok elemen gerakan yang terakhir ini sedapat mungkin dihilangkan

    Kelompok Gerakan

    Untuk dapat menghasilkan kerja yang baik system kerja harus dirancang dengan

    memadukan gerakan-gerakan yang benar dan hemat tenaga (ekonomis).

    Prinsip-prinsip yang demikian disebut Ekonomi Gerakan yang secara garis besar

    terdiri dari tiga kelompok, yaitu berhubungan dengan :

    - Tubuh manusia dan gerakannya

    - Pengaturan tata letak tempat kerja

    - Perancangan peralatan

    Prinsip Ekonomi gerakan yang berhubungan dengan tubuh manusia dan

    gerakannya :

    a. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan secara

    bersamaan

    b. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur bersamaan kecuali sedang

    istirahat

    c. Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya

    simetris dan berlawanan arah

    d. Gerakan tangan atau tubuh sebaiknya dihemat dan memperhatikan

    alam/natural dari gerakan tubuh atau tangan

    e. Sebaiknya para pekerja dapat memanfaatkan momentum untuk

    membantu pekerjaannya, pemanfaatan ini timbul karena kurangnya kerja

    otot dalam bekerja

    f. Gerakan yang patah-patah, banyak perubahan arah ajan memperlambat

    gerakan tersebut

    g. Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan dan lebih teliti dari

    pada gerakan yang dikendalikan.

    h. Pekerjaan sebaikanya dirancang semudah-mudahnya dan jika

    memungkinkan irama yang alamiah dari pekerjanya.

    i. Usahakan sedikit mungkin gerakan mata

  • 39

    Prinsip Ekonomi Gerakan yang berhubungan dengan pengaturan tata letak

    tempat kerja

    a. Sebaiknya diusahakan agar peralatan dan bahan baku dapat diambil dari

    tempat tertentu dan tetap

    b. Tempat bahan dan peralatan ditempatkan ditempat yang mudah, cepat

    dan enak dicapai

    c. Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan, akan lebih

    menghemat tenaga dan biaya jika memanfaatkan prinsip gaya berat

    sehingga bahan yang akan diproses selalu siap ditempat yang mudah

    untuk diambil

    d. Sebaiknya untuk menyalurkan benda yang telah diproses dirancang

    mekanisme yang memudahkan dan sederhana

    e. Bahan dan peralatan kerja sebaiknya disusun sedemikian rupa untuk

    bekerja dengan duduk dan atau sambil berdiri

    f. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya memungkinkan operator untuk

    bekerja dengan duduk atau sambil berdiri

    g. Tipe dan tinggi kursi harus sedemikian rupa pekerja yang bersikap

    (mempunyai postur) yang baik dan aman

    h. Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sehingga dapat

    membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan

    Prinsip ekonomi gerakan yang berhubungan dengan perancangan peralatan :

    a. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila

    penggunaan perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakkan kaki

    dapat ditingkatkan

    b. Sebaiknya peralatan dirancang multi fungsi

    c. Peralatan perlu dirancang agar mudah dipegang dan mudah disimpan

    d. Bila masing-masing jari tangan melalukan tugasnya masing-masing,

    beban harus didistribusikan sesuai dengan kemampuan masing-masing

    jari

  • 40

    Fakator-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerja

    Jika sesorang pekerja sangat banyak faktor-faktor yang terlibat dan

    mempengaruhi keberhasilan kerja. Secara garis besar faktor-faktor tersebut

    termasuk kedalam dua kelompok yaitu kelompok faktor-faktor diri (individual) dan

    kelompok situasional. Faktor diri datangnya dari pekerja itu sendiri dan seringkali

    sudah ada sebelum pekerja yang bersangkutan datang dipekerjaannya. Kecuali

    hal-hal seperti pendidikan dan pengalaman semuanya adalah faktor-faktor yang

    tidak mudah bahkan tidak dapat dirubah. Artinya faktor-faktor yang sudah tetap

    ini adalah hal-hal yang sudah ada (giben) dan harus dapat diterima apa adanya.

    Bebeda dengan faktor pertama, kelompok kedua terdiri dari faktor-faktor yang

    hamper sepenuhnya berada diluar diri pekerja dan umumnya dalam penguasaan

    pemimpin perusahaan untuk mengubah-ubahnya. Memang hampir semua faktor-

    faktor ini dapat dirubah dan diatur-atur, karenanya faktor-faktor ini disebut juga

    faktor-faktor manajemen. Kelompok faktor-faktor situasional terbagi dalam dua

    subkelompok yaitu yang terdiri dari faktor-faktor

    ………………………………………………………..

  • 41

    Ergonomi

    Ergonomi adalah suatu ilmu yang sistematis yang memanfaatkan informasi-

    informasi mengenai sifat alamiah ("natural"), kemampuan dan keterbatasan

    manusia untuk digunakan dalam perancangan sistem kerja sehingga orang dapat

    hidup dan bekerja dengan efektif, aman

    din

    Salah sate klasifikasi bidang-bidang Ergonomi dikelompokkan

    sebagai berikut :

    a. Penyelidikan tentang display

    Yang dimaksud dengan display adallah bagian dari lingknngan yang

    mengkomunikasikan keadaannya kepada manusia. Contohnya, kalau kita ingin

    mengetahui betapa kecepatan motor yang sedang kita kemudikan, maka dengan

    melihat jarum speedometer, kita akan mengetahui keadaan lingkungan: dalam

    hal ini kecepatan motor.

    Gambar 17. Contoh Display yang Baik dan Jelek

    2 8

  • 42

    b. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendaliannya.

    Dalam hal ini diselidiki tenting aktifitas-nktifitas manusia ketika bekerja dan

    kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktifitas tersebut; dimana"

    penyelidikan ini banyak berhubungan dengan Blomekanik. Contoh bagaimana

    cara mengangkat beban yang efektif, aman dan nyaman.

    Gambar 18. Contoh Hasil Kerja dan Pengendaliannya.

  • 43

    c. Penyelidikan mengenai tempat kerja.

    Agar diperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti kata sesuai dengan

    kemampuan dan keterbatasan manusia, maka ukuran-ukuran dari tempat kerja

    tersebut harus sesuai dengan tubuh manusia. hal-hal yang bersangkutan dengan

    tubuh manusia ini dipelajari dalam Antropometri. Contoh layout stasiun kerja

    berdasarkan anthropometri, meja kerja dsb.

    Gambar 19. Contoh Penerapan Anthropometri.

  • 44

    d. Penyelidikan mengenai lingkungan'fisik.

    Yang dimaksud dengan lingkungan fisik disini meliputi runngan dan fasilitas-

    fasilitas yang biasa diguoaknn oleh manusia, serta kondisi lingkungan kerja, yang

    kedua-duanya banyak menpengaruhi tingkah laku manusin. Contoh temperatur

    ruangan, kelembaban udara, ambang batas dan jenis debu, penerangan dsb.

    Gambar 20. Temperatur Rerja dan Pencahayaan.

  • 45

  • 46

    Ergonomi berkaitan erat dengan Sistem Manusia Mesin dengan memperhatikan

    kelemahan dan kekuatan masing-masing komponen sistem tersebut, yaitu

    dengan menutup kelemahan satu komponen sistem dengan kekuatan komponen

    sistem lainnya maka diharapkan dicapai dicapai satu komponen sistem yang

    optimal.

    Tabel 2. Perbedaan Manusia dan Mesin.

    No. Masalah Manusia Mesin

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    Kecepatan

    Tenaga

    Keseragaman

    Kegiatan

    Kompleks

    Lambat

    Kira-kira 2 Daya Kuda (DK)

    untuk 10 detik, 0,5 DK

    untuk beberapa detik, dan

    0,2 DK untuk pekerjaan

    terus menerus sehari

    Tidak dapat

    dipercaya, perlu

    dimonitor dengan

    mesin

    Satu saluran

    Bisa mengingat segala

    macam, dengan

    pendekatan dari berbagai

    Sangat Cepat

    Dapat diatur dengan

    baik: bisa besar dan

    tetap.

    Cocok untuk pekerjaan-

    pekerjaan rutin,

    berulang dan perlu

    ketetapan.

    Banyak saluran

    Baik untuk

    memproduksi sesuatu

    yang sudah ditentukan

  • 47

    No. Masalah Manusia Mesin

    6.

    7.

    8.

    Ingatan

    Berpikir

    Hitung

    menghitung

    Kemampuan

    Mengindera

    sudut baik untuk

    menentukan dasar-dasar

    pikiran maupun strategi.

    Induktif baik

    Lambat dan sangat

    mungkin Melakukan

    kesalahan, tetapi cukup

    kemampuan untuk koreksi.

    - Menerima rangsangan

    dari berbagai energi dan

    kemudian mengolahnya

    bersama-sama untuk

    kemudian memberikan

    reaksi.

    - Dipengaruhi oleh kondisi

    Iingkungan (temperatur,

    kelembaban, kebisingan

    dan getaran) yang

    melampaui batas.

    Degradasi

    dan bisa menyimpan

    ingatan dalam jangka

    pendek

    Deduktif baik

    Cepat dan tepat, tetapi

    tidak memiliki

    kemampuan untuk

    koreksi.

    - Dapat menjadi indera

    penambah seperti

    kemampuan

    menangkap

    gelombang.

    - Dapat dibuat tidak

    peka terhadap

    rangsangan-

    rangsangan luar.

    Kerusakan tiba-tiba.

  • 48

    No. Masalah Manusia Mesin

    9.

    10.

    11.

    Reaksi terhadap

    beban yang

    berlebihan

    Kepintaran

    Kecakapan

    manipulasi

    - Dapat menyesuaikan

    sesuatu yang tak terduga

    atau tak dapat diduga.

    Dapat meramal,

    menginterpolasi dan

    estrapolasi dan membuat

    keputusan

    Sangat besar

    - Tidak ada, hanya bisa

    memutuskan ya atau

    tidak.

    Khusus

  • 49

    BAB IV

    PENGUKURAN WAKTU KERJA

    4.1. PENGUKURAN WAKTU DENGAN JAM HENTI (STOP WATCH) Langkah-Langkah Pengukuran :

    Penetapan Tujuan Pengukuran

    Untuk Dasar Upah Perangsang

    Tingkat Ketelitian dan Keyakinan haws tinggi, karena menyangkut prestasi dan

    pendapatan Tenaga Kerjsa dan keuntungan perusahaan.

    Untuk Perkiraan Kasar Pengambilan Barang oleh Pemesan Tingkat Keyakinan

    dan Ketelitian tidak perlu tinggi.

    Penelitian Pendahuluan

    Kondisi Kerja

    Waktu Kerja

    Cara Kerja

    Pengetahuan

    Pembakuan Sistem Kerja Terbaik

    Operator yang diukur

    Petugas yang mengukur - Standar Pengukuran

    3. Memilih Operator

    Berkemampuan Normal

    - Dapat diajak bekerja sama (bukan kerja sama negatif mis. manipulasi)

  • 50

    4. Melatih Operator

    Melatih Operator pada kondisi dan cara kerja yang dipakai pada saat pengukuran

    dan bukan pada kondisi dan cara kerja yang biasa dijalankan oleh operator.

    Operator baru dapat diukur biia sudah berada pada tingkat penguasaan

    maksimum. Latihan lebih lanjut tidak akan banyak merubah tingkat penguasaan.

    Penguasaan Maksimum tercermin pada gerakan-gerakan yang halus (tidak

    kaku), berirama dan tanpa banyak melakukan perencanaan gerakan kerja.

    Menguraikan Pekerjaan menjadi Elemen-elemen Pekerjaan Pekerjaan dipecah

    menjadi elemen-elemen pekerjaan kemudian diukur waktunya, akan diketahui

    waktu siklusnya sehingga akan diperoleh jumlah waktu setiap elemen pekerjaan.

    kAhictu Sik!us adalah waktu penyelesaien sate satuan produk seiak bahan Baku

    mulai diproses ditempat kerja yang bersangkutan.

    Penyiapan Alat-alat Pengukuran

    - Jam

    - Jam Henti (Stop Watch)

    Alat-alat Tulis

    - Lembaran Pengamatan

    Papan Pengamatan

    Alat-alat Ukur lain seperti Pita Ukur, Mistar Baja dll.

  • 51

  • 52

  • 53

  • 54

    Selain kotak kotak untuk mencatat waktu, lembaran pengamatan juga rnemuat

    baris untuk mencantumkan keterangan-keterangan yang juga diperlukan seperti

    nama pekerjaan yang diukur, mesin yang dipakai, operator yang diukur,

    pengukur waktunya dan lain-lain. Begitu pula disediakan kotak-kotak berjudul

    waktu siklus rata-rata, penyesuaian, waktu normal, kelonggaran, dan waktu baku,

    yang cara mendapatkannya akan dijelaskan kemudian.

  • 55

    Gambar 23. Contoh Sebuah Lembaran Pengamatan Pengukuran Siklus

  • 56

  • 57

  • 58

  • 59

    TINGKAT KETELIT1AN DAN KEYAKINAN

    TINGKAT KETELITIAN

    Menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dan waktu

    penyelesaian sebenamya.

    TINGKAT KEYAKINAN

    Besamya keyakinan pengukuran bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat

    ketelitian.

    Tingkat ketelitian 10 % dan Tingkat keyakinan 95 % artinya pengukur

    membolehkan rata-rata hash pengukurannya MENYIMPANG sejauh/sebesar 10

    % dari rata-rata sebenamya, dan kernungkinan berhasilnya adalah 95 %.

    PENGUJIAN KESERAGAMAN DATA

    Digunakan untuk mengetahui apakah data-data tersebut berada dalam batas

    kontrol atau tidak. Jika berada diatasidibawah batas kontroi, maka rata-rata

    subgrup tersebut tidak seragam, sehingga dibuang dari perhitungan berikutnya.

    Harga rata-rata yang berada diantara Batas Kontrol (Atas dan Bawah) dikatakan

    Seragam.

  • 60

    Confoh

    Diperoleh hash pengukuran pendahuluan tahap pertama sebagai berikut :

    Pengukuran Ke 1 2 3 4 5 6 7 8 Waktu 14 10 12 15 17 18 15 16

    Pengukuran Ke 9 10 11 12 13 14 15 16 Waktu 11 9 14 16 10 18 14 15

    sub grup ke Waktu penyelesaian

    berturut-turut

    Harga rata - rata

    1 14 10 12 15 1235

    2 17 18 15 16 16,50 3 11 9 14 16 12,50 4 10 18 14 15 14,25 Jumlah 56,00

    Hitung harga rata-rata dari harga rata-rata subgrup dengan:

    dimana: x adalah harga rata rata dari subgrup ke -

    1

    k adalah banyaknya subgrup yang

    terbentuksehingga:

  • 61

    Hitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian dengan:

    dimana: N adalahjurnlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan.

    x adalah waktu penyelesaian yang terarnati selama pengukuran

    pendahuluan yang telah dilakukan:

    sehingga:

    Hitung Standard deviasi dari distribusi harga rata-rata sub grups dengan:

    dimana: n adalah besarnya sub grup sehingga

    Tentukan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah (BKA dan BKB) dengan:

  • 62

    sehingga: BKA = 14 + 3 (1,455) = 18,365

    BKB = 14 3 (1,455) = 9,635

    Batas-batas kontrol inilah yang merupakan batas apakah suatu sub grup

    "seragam" atau tidak. Untuk contoh kita ternyata semua rata-rata sub grup

    berada dalam batas-batas tersebut. Ini menunjukkan karena semua rata-

    rata sub grup berada dalam batas kontrol maka semua harga yang ada

    dapat digunakan untuk menghitung banyaknya pengukuran yang

    diperlukan yaitu dengan menggunakan rumus:

    dimana N adalah jumlah pengamatan yang telah dilakukan. Rumus ini adalah

    untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95%.*

    Dengan memasukkan harga-harga diatas kedalam rumus tadi didapat:

    Penurunan rumus ini serta rumus-rurnus yang sama untuk tingkat ketelitian dan

    keyakinan yang lain diperlihatkan pada lampiran.

    Ini berarti untuk tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan tersebut masih

    diperlukan sekitar (64,19 — 16) = atau 49 kali pengukuran lagi. Maka harus

  • 63

    dilakukan pengukuran tahap kedua. Andaikan hasilnya seperti terlihat berikut

    ini:

    Pengukuran ke 17 18 19 …………………… 31 32

    Waktu 13 12 16 …………………… 12 10

    Dalam contoh ini diperlihatkan bahwa jumlah pengukuran tahap kedua dan

    pertarna adalah 32. Memang kita tidak perlu melakukan pengukuran tahap kedua

    sedemikian sehingga jumlah totalnya 49 atau lebih karena umumnya dengan

    bertambahnya jumlah data harga N' cenderung mengecil. Gejala ini disebabkan

    juga karena operator telah semakin terbiasa dengan pekerjaannya sehingga

    fluktuasi waktu yang dihabiskannya mengecil.

    PENYESUAIAN

    Selama pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja

    yang ditunjukkan oleh operator. Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya tidak

    sungguh-sungguh, sangat cepat seperti diburu waktu, atau karena menjumpai

    kesulitan seperti .kondisi ruangan. Hal ini dapat berakibat pada kecepatan kerja

    sehingga waktu penyelesaian pekerjaan menjadi terlalu singkat atau terlalu

    panjang. Padahal waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari

    kondisi dan cara kerja yang baku dan diselesaikan secara wajar, maka agar

    harga rata-rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus menormalkannya dengan

    melakukan penyesuaian.

    pengukur berpendapat bahwa operator bekerja diatas normal (terlalu cepat)

    maka harga p akan lebih besar dari 1 ( p > 1), sebaliknya bila operator bekerja

    dibawah normal (terialu lambat) maka harga p akan lebih kecil dari 1 ( p < 1),

    sedangkan bila operator bekerja normal maka harga p akan sama dgn 1 ( p = 1 ).

  • 64

    BEBERAPA CARA MENENTUKAN FAKTOR PENYESUAIAN

    Cara Pertama adalah cara persentase yang merupakan cara yang paling awal

    digunakan dalam melakukan penyesuaian, besarnya penyesuaian sepenuhnya

    ditentukan oleh pengukur melalui pengamatannya selama pengukuran. Jadi

    sesuai dengan pengukuran, pengukur menentukan harga p yang menurut

    pendapatnya akan menghasilkan waktu normal bila harga ini dikalikan dengan

    waktu

    Misal :

    Pengukur berpendapat bahwa p = 110 %. Jika waktu siklusnya telah terhitung

    sama dengan 14.6 menit, maka waktu normalnya :

    Wn = 14.6 x 1.1 = 16.6 menit

    Terlihat bahwa penyesuaian dilakukan dengan cara sederhana, sehingga terlihat

    adanya kekurangtelitian sebagai akibat dari kasarnya cara penilaian.

    Berdasarkan kelemahan tersebut, dikembangkanlah cara-cara lain yang

    dipandang lebih obyektif, yaitu cara Shumard, Westinghouse, dan Objektif.

    Cara Shumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas

    performance kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri.

    Tabel 9.1. menunjukkan hal ini :

    KELAS PENYESUAIAN

  • 65

    Disini pengukur diberi patokan untuk rnenilai performance kerja operator menurut

    kelas-

    kelas Superfast, Fast +, Fast, Fast —, Excellent dan seterusnya.

    Seorang yang dipandang bekerja normal diberi nilai 60, dengan nama

    performance kerja yang lain dibandingkan untuk menghitung faktor penyesuaian.

    Bila performance seorang operator dinilai Excellent maka dia mendapat nilai 80,

    dan karenanya faktor penyesuaiannya adalah

    p = 80/60 = 1 ,33

    Jika waktu siklus rata-ratanya sama dengan 276,4 detik, maka waktu norrnalnya:

    wn = 276,4 x 1,33 = 367,6 detik

    Berbeda dengan cara Shumard diatas, cara Westinghouse mengarahkan

    penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau

    ketidakwajaran dalam bekerja yaitu Keterampilan, Usaha, Kondisi kerja dan

    Konsistensi Setiap faktor terbagi kedalam kelas-kelas dengan nilainya masing-

    masing.

    Keterampilan atau Skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja

    yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai

    Superfast

    Fast +

    Fast

    Fast —

    Excellent

    Good +

    Good

    100

    .95 90

    85 80 75

    70

    KELAS PENYESUAIAN

    Good —

    Normal

    Fair +

    Fair

    Fair — Poor

    65

    60

    55

    50

    45

    40

  • 66

    ke tingkat tertentu saja, tingkat mana merupakan kemampuan maksimal yang

    dapat diberikan pekerja yang bersangkutan. Secara psikologis keterampilan

    merupakan aptitude pekerja untuk pekerjaan yang bersangkutan. Keterampilan

    dapat juga menurun yaitu bila telah terlampau lama tidak menangani pekerjaan

    tersebut, atau karena sebab-sebab lain seperti karena kesehatan yang

    terganggu, rasa fatique yang berlebihan, pengaruh lingkungan sosial dan

    sebagainya.

    Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan

    ciri-ciri dari setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini:

    SUPER SKILL: 1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.

    2. Bekerja dengan sempurna.

    3. Tampak seperti telah berlatih dengan sangat balk.

    4. Gerakan-gerakannya halus tapi sangat cepat sehingga

    sulit untuk diikuti.

    5. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan

    gerakan-gerakan mesin.

    6. Perpindahan, dari satu elemen pekerjaan ke elemen

    lainnya tidak terlampau terlihat karena lancarnya.

    7. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan

    merencana tentang apa yang dikerjakan (sudah sangat

    otomatis).

    8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang

    bersangkutan adalah pekerja terbaik.

    EXCELLENT: 1. Percaya pada diri sendiri

    SKILL 2. Tampak cocok dengan pekerjaannya.

    3. Terlihat telah terlatih baik

    4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan

    pengukuranpengukuran atau pemeriksaan-pemeriksaan.

  • 67

    5. Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya

    dijalankan tanpa kesalahan.

    6. Menggunikan peralatan dengan baik

    7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu

    8. Bekerjanya cepat tetapi halus.

    9. Bekerja berirama dan terkoordinasi

    GOOD SKILL : 1. Kualitas hasil baik

    2. Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan

    pekerja umumnya

    3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang

    keterampilannya lebih rendah.

    4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap

    5. Tidak memerlukan banyak pengawasan

    6. Tiada keragu-raguan

    7. Bekerjanya "stabil"

    8. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik

    9. Gerakan-gerakannya cepat.

    AVERAGE : 1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri

    SKILL 2. Gerakan-gerakannya tidak cepat tetapi tidak lambat

    3. Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan perencanaan

    4. Tampak sebagai pekerja yang cakap

    5. Gerakah-gerakannya cukup menunjukkan tiadanya ke ragu-

    raguan

    6. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik

    7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk

    beluk pekerjaannya

    8. Bekerjanya cukup teliti

    9. Secara keseluruhan cukup memuaskan.

  • 68

    FAIR SKILL : 1. Tampak terIatilih tetapi belum cukup baik

    2. Mengenai peralatan dan lingkungan secukupnya

    3. Terllhat adanya perencanaan-perencanaan sebelurn

    melakukan gerak-. an

    4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup

    5. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya

    tetapi telah ditempatkan dipekerjaan itu sejak lama.

    6. hiengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan

    tetapi tampak tidak selalu yakin.

    7. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan

    sendiri.

    8. Jika tidak bekerja sungguh-sungguh outputnya akan

    sangat rendah.

    9. Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-

    gerakannya.

    POOR SKILL: 1. Tidak bisa mengkoorinasikan tangan dan pikiran

    2. Gerakan-gerakannya kaku

    3. KeIihatan ketidak yakinannya pada urut-urutan gerakan

    4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang

    bersangkutan

    5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya.

    6. Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja.

    7. Sering melakukan kesalahan-kesalahan

    8. Tidak ada kepercayaan pada diri sendiri

    9. Tidak bisa mengambil inisiatl sendiri.

    Secara keseluruhan tampak pada kelas-kelas diatas bahwa yang membedakan

    kelas keterampilan seseorang adalah keragu-raguan, ketelitian gerakan,

    kepercayaan diri, koordinasi, irama gerakan, "bekas bekas" latihan dan hal-haI

    4

  • 69

    lain yang serupa.

    Dengan pembagian ini pengukur akan lebih terarah dalam menilai kewajaran

    pekerja dilihat dari segi keterampilannya. Karenanya faktor penyesualan yang

    nantinya diperoleh dapat lebih objektif.

    Untuk Usaha atau Effort card Westinghouse membagi juga atas kelas-kelas

    dengan ciri masing-masing. Yang dimaksud dengan usaha disini adalah

    kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan

    pekerjaannya. Berikut ini adalah enam kelas usaha dengan cirri-cirinya.

    EXCESSIVE : 1. Kecepatannya sangat berlebihan

    EFFORT 2. Usahanya sangat sungguh-sungguh tetapi dapat

    membahayakan kesehatannya

    3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan

    sepanjang hari kerja.

    EXCELLENT 1. Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi

    EFFORT 2. Gerakan-gerakannya Iebih "ekonomis" daripada operator-

    operator biasa.

    3. Penuh perhatian pada pekerjaannya

    4. Banyak memberi saran-saran

    5. Menerima saran-saran dan petunjuk-petunjuk dengan

    senang

    6. Percaya kepada kebaikan maksud pengukuran waktu

    7. Tidak dapat bertahan lebih dan beberapa hari..

    8. Banaoa atas kelebihannya,

    9. Gerakan-gerakan yang salah tezjadi sangat jarang sekaii.

    10. Bekerjanya. sistematis

    11. Karena lancarnya, perptndartan dari suatu elemen ke

    elemen lain tidak terlihat.

  • 70

    GOOD EFFORT: 1. Bekerja berirarna

    2. Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan

    kadang-kadang tidal( ada.

    3. Penuh perhatian pada pekerjaannya

    4. Senang pada pekerjaannya.

    5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan

    sepanjang hari.

    6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu

    7. Menerima saran-saran dan petunjuk-petunjuk dengan

    senang.

    8. Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja.

    9. Tempat kerjanya diatur baik dan rapih

    10. Menggunalcan alat-alat yang tepat dengan balk

    11. Memellara dengan bailc kondisi peralatan.

    AVERAGE : 1. Tidak sebailc good, tetapi lebih baik dari poor.

    EFFORT 2. Bekezja dengan stabil

    3. Menerima saran saran tetapi tidak melaksanakannya.

    4. Set up dilaksanakan dengan baik

    5. Melalcukan kegiatan kegiatan perencanaan

    FAIR EFFORT:. 1. Saran saran perbalan diterima dengan kesal.

    2. Kadang kadang perhatian-tidak ditujukan pada

    pekerjaannya.

    3. Kurang sungguh sungguh •

    4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya

    5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku

    6. .Alat alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik

    7. Terlihat. adanya kecenderungan kurang perhatian

    pada pekerjaannya

  • 71

    8. Terlarnpau hati hati '

    9. Sistematila kerjanya sedang sedang saja

    10. Gerakan gerakinnya tidak terencana.

    POOR EFFORT : 1. Banyak membuang buang waldu

    2. Tidak niemperlihafican adanya minai kerja

    3. Tidak mau menerimi-saran saran

    4. Tampak malas dan bekerja Iambat•

    5. Melakukan gerain gerakan yang tidak perlu untuk

    mengambil alat alat dan bahan bahan

    6. Tempat kerjanya.tidakdiatur rapih,

    7. Tidak perduli pada cooOk/baik tidaknya peralatan

    yang

    dipakai

    8. Mengubah ubah tafa letak temvat kerja yang telah

    diatur

    9. Set up kerjanya terlihr.t tidak baik.

    Dari uraian diatas terlihat adanya korelasi antara keterampilan dengan usaha.

    Dalam prakteknya banyak terjadi pekerja yang mempunyai keterampilan rendah

    bekerja dengan usaha yang lebih sungguh-sungguh sebagai imbangannya.

    Kadang-kadang usaha ini begitu besarnya sehingga tampak berlebihan dan

    tidak banyak menghasilkan. SebalBcnya seseorang yang mempunyai keteram-

    pilan tinggi tidak jarang bekerja dengan usaha yang tidak mendukung

    dihasilkannya performance yang lebih balk Iagi. Jadi walaupun hubungan

    antara "kelas tinggi" pada keterampilan dengan usaha tampak erat

    sebagaimana juga dengan kelas-kelas rendahnya (misalnya Excellent dengan

    Excellent, Fair dengan Fair dan sebagainya), kedua faktor ini adalah hal-hal

    yang dapat terjadi secara terpisah didalarn pelaksanaan pekerjaan. Karenanya

    cara Westinghouse memisahkan faktor keterampilan dari usaha dalam rangka

    penyesuaian.

  • 72

    Yang dimaksud dengan kondisi kerja atau Condition pada cara Westing house

    adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperatur

    dan kebisingan ruangan. Bila tiga faktor lainnya yaitu keterampilan, usaha dan

    konsisten merupakan apa yaag dicerminkan operator, maka kondisi kea

    merupakan sesuatu diluar operator yang diterirna aria adanya oleh operator

    tanpa banyak ke.anarnpuan merubahnya. Oleh sebab itu faktor kondi sating

    disebut sebagai faktor manajernen, karena pihak inilah yang dapat dan

    berwenang met ibah atau memperbaikinya.

    Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas yaitu Ideal, Excellent, Good, Average,

    Fair dan Poor. Kondisi yang ideal tidak selalu sama bagi setiap pekerjaan

    karena berg asarkan karakteristiknya masing-masing pekerjaan membutuhkan

    kondisi ideal sendiri-sendiri Suatu kondisi yang dianggap good untuk suatu

    pekerjaan dapat saja dirasakan sebagai fair a:au bahkan poor bagi pekerjaa'n

    yang lain. Pada dasarnya kondisi ideal adalah kondisi yang paling cocok untuk

    pekerjaan yang bersangkutan, yaitu yang memungkinkan performance

    maksimal dart pekerja. Sebaliknya kondisi poor adalah kondisi lingkungan yang

    tidak membantu jalannya pekerjaan bahkan sangat menghambat pencapaian

    performance yang balk. Sudah tentu suatu pengetahuan tentang keadaan

    bagaimana yang disebut ideal, dan bagaimana pula yang disebut poor perlu

    dimiliki agar perulaian terhadap kondisi kerja dalam rangka melakukan

    penyesuaian dapat dilakukan dengan seteliti mungkin.

    Faktor lain yang harus diperhatikan adalah konsistensi atau Consistency.

    Faktor ini perlu diperhatikan karena kenyataan bahwa pada setiap pengukuran

    waktu angka-angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama; waktu

    penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari satu sikius ke

    sliklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dart hari ke hari. Selama ini masih

    dalam batas-batas kewajaran masalah tidak timbul, tetapi jika variabilitasnya

    tinggi maka hal tersebut harus diperhatikan. Sebagaimana halnya dengan

    faktor-faktor lain, konsistensi juga dibagi mertjadi enam kelas yaitu: Perfect,

    Excellent, Good, Average, FAir dan Poor, Seseorang yang bekerja perfect

    adalah yang dapat bekerja dengan waktu penyelesaian yang boleh dikatakan

    tetap dart saat ke saat. Secara teoritis mesin atau pekerjaan yang waktunya

  • 73

    dikendalikan mesin merupakan contoh &mans variasi waktu tidak diharapkan

    tenadi. Sebaliknya konsistensi yang poor terjadi bila wakt-n-waktu

    penyelesaiannya berselisai jauh dart rata-rata secara acak. Konsia tensi rata-

    rata atau average adalah bila selisili antara waktu penyelesaian dengan rata-

    ratanya tidak besar walaupun aria satu dua yang "Ietaknya" jauh.

    Angka-angka yang diberikan bagi setiap kelas dan faktor-faktor diatas

    diperlihatkan pada tabel 9.2. Dalarn meragbitun.g faktor penvesuaian. bassi

    keadaan yang dianggap wajar diberi harga

    p = 1, sedangkan terhadap penyimpangan dart keadaan ini harga p nya

    ditambah dengan angkaangka yang sesuai dengan ke empat faktor diatas.

    Sebagai contoh jika waktu siklus rata-rata sama dengan 124,6 detik dan waktu

    ini dicapai dengan keterampilan pekerja yang dinilai fair (E 1 ), usaha good

    (C_,), kondisi excellent (8) dan konsistensi poor (F), maka tambahan terhadap

    p = 1 adalah:

    Keterampilan: Fair (Ei) = — 0,05

    Usaha : Good (C2) - = + 0,02 Kondisi Excellent

    (B)

    = + 0,04 Konsistensi : Poor (F). = — 0,04 Jumlah 0,03

    Jadi p = (1-0,03) atau p = 0,97 sehingga waktu normalnya: Wn = 124,6 x 0,97 =

    120,9 detik

    Agar diperhatfkal oleh pars pembaca bahwa p yang besarnya sama dengan

    0,97 bukanlah sekedar hasil penjumlahan nilai dart kelas kelas yang

    bersangkutan tctapi juga merupakan

    hasil interaksi kelas-kelas keempat falctor:tersebut. Artinya nilai-nilai tersebut

    hanya

    dapat berlaku setelah dijumlahkan (baca: diinteraksikan) satu sama lain. Jika

    penilaian hanya dilakukan terhadap sebagian dart 4 faktor terscbut, angka-

  • 74

    angka tersebut tidak berlaku, dan te.n:anya akar, memberikan harga p yang

    tidak tepat.

    a 5-2rnpailah kita dengan cara penyesuaian terakhir yang akan dibahas di-

    sini yaitu cara yaitu carts yang memperhatikan 2 faktor: kecepatan kerja dan

    ting_kat kesulitaz. pekerjaan. Kedua faktor inilah yang dipandang secara

    bersama-sama inars.enentukan besarnya harga p untuk mendapatkan

    waktu normal.

    Kecepa:a7 kerja adalah kecepatan dalam melakukan pckerjaan dalam

    pengertian

    biasa. Disini harus melakukan penilaian tentang kewajaran kecepatan kerja

    yang ditunjukk_a..-. oleh operator. Jika operator bekerja dengan kecepatan

    wajar kepadanya

    diberi nilai satu: atau p = L Notasi p adalah bagian dart faktor penyesuaian yaitu

    untuk keccpatan kerjanya. Jikci kecepatannya dianggap terlalu tinggi maka p 1)

    1 dan sebaliknya p i< jika terlalu larnbat. Cara menentukan, besarnya p, ini

    tidak berbcda dengan cara me nentukan faktor penyesuaian dengan cara

    presentase yang telah dibicarakan diatas. Perbedaannya terletak pada yang

    dinilainya. Pada yang ditulis terakhir Yan,g dinilai adalah keadaan keseluruhan

    yaitu semua keadaan yang dianggap berpengaruh pada kewajaran kerja,

    sedangkan pada cara objektif yang dinilai hanya kecepatannya saja.

    Untuk kesulitan kerja disediakan sebuah tabel yang menunjukkan bcrhagai

    keadaan kesulitan kerja seperti apakah pekerjaan tersebut memerlukan banyak

    anggota badan, apakah ada pedal kaki dan sebagainya. Ini semua

    diperlihatkan pada tabel 9.3. Angka angka yang ditunjukkan disini adalah dalarn

    perseratus'.dan jika nilai dari setiap kondisi kesulitan kerja yang bersangkutan

    dengan pekerjaan yang sedang- diukur dijumlahkan akan menghasilkan p2

    yaitu notasi bagi bagian penyesuaian objektif untuk tingkat kesulitan pekerjaan.

    Jadi jika untuk suatu pekerjaan diperlulcan gerakan-gerakan lengan bagian

    atas, siku, pergelangan tangan dan jari (C), tidak ada pedal kaki (F), kedua

    tangan bekerja bergantian (H), koordinasi mata dengan tangan sangat dekat

  • 75

    (L), alat yang dipakai hanya memerlukan sedikit control 0), dan berat benda

    yang ditangani 2,3 kg. maka:

    Bagian badan yang

    dipakai :

    Pedal kaki

    Cara mengguaakan

    kekuatan

    C 2

    F = 0

    tangan • 1-1= 0 Koordinasi mata

    dengan tangan

    L = 7

    Peralatan : 0 = 1 Berat : 13-5 = 13

    J u m l a h = 23

    sehingga p 2= ( i + 0,23) atau p 2 =

    1,23. Faktor penyesuaiannya

    dihitung dengan:

    P P 1 x P 2

    Jadi kalau p telah dinilai besarnya sama dengan 0,9 maka faktor

    penyesuaian untuk operator yang bersangkutan adalah:

    p = 0,9 x 1,23 = 1,11

    Suatu Perbandingan.

    Di awal IX.1.c diatas dikemukakan bahwa cara Shumard, Westinghouse

    dan obyektif dirnaksudkan untuk lebih mengobyektifkan penyesuaian

    karena cara presentase sangat dipengaruhi oleh subyektifitas pengukur.

    Memang pada cara yang disebut terakhir, seorang pengukur melakukan

    penilaian keseluruhan, yaitu menilai semua faktor yang dianggap

    berpengaruh sekaligus. Dengan eara ini pengukur tidak mempunyai

    sistematika yang jelas sehingga jika dia memberi harga p = 1,20, dan

    kepadanya ditanyakan seberapa misalnya besar faktor kondisi telah

    diperhitungkan dal= angka tersebut, is akan sulit menjawabnya.

  • 76

    Tabel…… Penyesuaian Menurut Westinghouse

    FAKTOR KELAS LAM B AN G PENYESUAIAN

    KETRAMPILAN Su perskill A1 + 0,15 A2 + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B2 + 0,08 Good C1 + 0,06 C2 + 0,03 Average D 0,00 Fair El -0,05 E2 - 0,10 Poor F1 - 0,16

    . F2 - 0,22

    USAHA Excessive Al + 0,13

    A-, + 0.12

    Excellent B1 + 0,10 B2 + 0,08 Good CI + 0,05 C2 + 0,02 Average D 0,00 Fair El - 0,04 E2 - 0,08 Poor Fl - 0,12 F2 - 0,17

    KONDISI KERJA

    Ideal A + 0,06 Ex cellen ty B + 0,04

    Good C + 0,02 Average D 0,00 Fair E 0,03 Poor F - 0,07

    KONSISTENSI Perfect A + 0,04 F. x cellent B + 0,03 Good C + 0,01 Average D 0,00

  • 77

    FAKTOR KELAS LAM B AN G PENYESUAIAN

    Fair E - 0,02 Poor F - 0,04

    Tabel …….. Penyesuaian Menurut Tingkat Kesulitan, Cara Obyektif

    KEADAAN LAMBANG PENYESUAIAN

    ANGGOTA BADAN TERPAKAI

    Jari A 0

    Pergelangan tangan dan jari B 1

    Lengan bawah, pergelangan tangan dan jari C 2

    Lengan atas, lengan bawah dst D 5

    Badan E 8

    Mengangkat beban dari lantai dengan kaki E 2 10

    PEDAL KAKI

    Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu

    dibawah kaki F 0

    Satu atau dua pedal dengan sumbu tidak

    dibawah kaki

    G 5

    PENGGUNAAN TANGAN

    Kedua tangan saling bantu atau bergantian H 0

    Kedua tangan mengerjakan gerakan yang H 2 18

  • 78

    sama pada saat yang sama

    KOORDINASI MATA DENGAN TANGAN

    Sangat sedikit I 0

    Cukup dekat J 2

    Konstan dan dekat K 4

    Sangat dekat L 7

    Lebih kecil dari 0,04 cm M 10

    PERALATAN

    Dapat ditangani dengan mudah N 0

    Dengan sedikit control O 1

    Perlu control dan penekanan P 2

    Perlu penanganan hati-hati Q 3

    Mudah pecah, patah R 5

    Tabel ………….. (Lanjutan)

    Penyesuaian Menurut Tingkat kesulitan, Cara Obyektif

    KEADAAN LAMBANG PENYESUAIAN

    BERAT BEBAN (kg)

    Tangan Kaki

    0,45 B – 1 2 1

    0,90 B – 2 5 1

  • 79

    1,35 B – 3 6 1

    1,80 B – 4 10 1

    2,25 B – 5 13 3

    2,70 B – 6 15 3

    3,15 B – 7 17 4

    3,60 B – 8 19 5

    4,05 B – 9 20 6

    4,50 B – 10 22 7

    4,95 B – 11 24 8

    5,40 B – 12 25 9

    5,85 B – 13 27 10

    6,30 B – 14 28 10

    Bila pekerjaan yang sama dinilai secara Westinghouse misalnya, pengukur

    diarahkan penilaiannya melalui faktor-faktor yang berpengaruh dan melalui kelas-

    kelas dari setiap faktor. Dengan cara seperti ini mungkin saja diperoleh p = 1,28

    atau p = 1,16 yang berbeda dengan p yang diperoleh dengan cara presentase.

    Tidaklah mudah untuk menyatakan yang mana yang lebih baik karena keduanya

    diperoleh dari penilaian pribadi pengukur. Namun bagaimanapun perbedaan

    pendapat diantara cara-cara diatas jelas kiranya bahwa cara-cara seperti

    Shumard, Westinghouse, objektif dan lain-lainnya (seperti Bedaux dan sintesis

    yang tidak dibahas dalam buku ini) dimaksudkan lebih mengobjektifkan cara, dan

    memang dirasakan lebih objektif.

  • 80

    KELONGGARAN

    Didalam praktek banyak terjadi penentuan waktu baku dilakukan hanya dengan

    menjalankan beberapa kali pengukuran dan menghitung rata-ratanya. Pada bab

    sebelumnya telah ditunjukan bagaimana langkah-langkah sebelum dan pada

    saat pengukuran seharusnya dilakukan. Selain data yang seragam, jumlah

    pengukuran yang cukup dan penyesuaian, ada satu hal yang seringkali

    terlupakan adalah menambah kelonggaran atas waktu normal yang telah

    didapat.

    Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi,

    menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat

    dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh

    pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun

    dihitung. Karenanya setelah pengukuran dan mendapatkan waktu normal,

    kelonggaran perlu ditambahkan kedalam perhitungan waktu baku.

    Kelonggaran untuk Kebutuhan Pribadi

    Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah hal-hal seperti minum

    sekadarnya untuk menghilangkan rasa haus, kekamar kecil, bercakap-cakap

    dengan teman sekerja untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan

    kerja. Kebutuhan-kebutuhan ini merupakan sebagai sesuatu yang mutlak untuk

    diberikan toleransi, tidak bisa seseorang harus bekerja terus menerus dengan

    rasa dahaga, atau melarang pekerja untuk sama sekali tidak bercakap-cakap

    sepanjang jam kerja. Larangan demikian tidak saja merugikan pekerja (karena

    merupakan tuntutan psikologis dan fisiologis yang wajar) tetapi juga merugikan

    perusahaan karena dengan kondisi demikian pekerja tidak dapat bekerja dengan

    baik bahkan hampir dipastikan produktivitas menurun.

    Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti berbeda-

    beda dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya, karena setiap pekerjaan

  • 81

    mempunyai karakteristik sendiri-sendiri dengan tuntutan yang berbeda-beda.

    Penelitian yang khusus perlu dilakukan untuk menentukan besarnya kelonggaran

    ini secara tepat seperti dengan sampling pekerjaan ataupun secara fisiologis.

    Berdasarkan penelitian ternyata besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria

    berbeda dari pekerja wanita, misalnya untuk pekerjaan-pekerjaan ringan pada

    kondisi-kondisi normal pria memerlukan 2 – 2,5% dan wanita 5% (presentase ini

    adalah dari waktu normal). Tabel ….. menunjukkan besarnya kelonggaran untuk

    kebutuhan pribadi dan untuk menghilangkan rasa fatique untuk berbagai kondisi

    kerja.

    Kelonggaran untuk Menghilangkan Rasa fatique

    Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik dari segi

    jumlah maupun kualitas. Karenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya

    kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan

    mencatat pada saat-saat mana hasil produksi menurun. Tetapi masalahnya

    adalah kesulitan dalam menentukan pada saat-saat mana menurunnya hasil

    produksi disebabkan oleh timbulnya rasa fatique (kelelahan) karena masih

    banyak kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya.

    Jika rasa fatique telah datang dan pekerja harus bekerja untuk menghasilkan

    produk dengan jumlah dan kualitas normal, maka usaha yang dikeluarkan

    pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatique. Bila hal ini

    berlangsung terus menerus pada akhirnya terjadi fatique total yaitu anggota

    badan yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja sama

    sekali walaupun sangat dikehendaki. Hal demikian jarang terjadi karena

    berdasarkan pengalamannya pekerja dapat mengukur kecepatan kerjanya

    sedemikian rupa, sehingga lambatnya gerakan-gerakan kerja ditunjukan untuk

    menghilangkan rasa fatique ini.

  • 82

    IX.2.c. Kelonggaran Untuk Hambatan-hambatan Tak Terhindarkan.

    Dalarn melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari

    berbagai "hambatan". Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti

    mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja ada pula

    harnbatan yang tidak dapat dihindarkan karena berada diluar

    kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Bagi hambatan yang

    pertama jelas tidak ada pilihan selain menghliangkannya, sedangkan

    bagi yang terakhir walaupur hams diusahakan serendah mungkin,

    hambatan akan tetap ada dan karenanya harus diperhitungkan dalam

    perhitungan waktu baku. Beberapa contoh yang termasuk kedalam

    hambatan tak terhindarkan adalah:

    menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas

    melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin

    memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti

    alat potong yang patah, memasang kembali ban yang lepas dan

    sebagainya.

    mengasah peralatan potong

    mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus da,ri

    gudang

    hambatan-himbatan karena kesalahan pemakaian alat ataupun

    bahan mesin berhenti karena inatinya aliran listrik.

    Besamya hambatan untuk kejadian-kejadian seperti situ sangat

    hervariasi ciari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain balikan darfsatu

    stasiun kerja ke stasiun kerja lain karena banyaknya penyebab

    seperti mesin, kondisi mesin, prosedur kerja, keteiitian suplai alat dan

    bahan dan sebagainya. Salah satu cars yang baik yang biasanya

    digunakan untuk rnenentukan besarnya kelonggaran bagi hambatan

    tak terhindarkan adalah dengan nielakukan sampling pekerjaan yang

    tekniknya dibahas dalam bab yang akan datang.

  • 83

    IX.2.d. Menyertakan Kelonggaran Dalam Perhitungan Waktu Baku.

    Langkah pertama adalah menentukan besarnya kelonggaran untuk

    ketiga hal diatas yaitu untuk kebutuhan pribadi, merighilangkan rasa

    fatigue dan hambatan yang tidak terhindarkan. Dua hal yang pertama

    antara lain dapat diperoleh dari label 9.4. yaitu dengan memperhatikan

    kondisi-kondisi yang sesuai dengan pekerjaan yang bersangkutan.

    Untuk yang ketiga dapat diperoleh melalui pengukuran khusus seperti

    sampling pekerjaan. Kesemuanya, yang biasanya masing-masmg

    dinyatakan dalam presentase dijumlahkan; dan kemudian mengalikan

    jumlah ini dengan waktu normal yang telah dihitung scbelumnya.

    Misalkan suatu pekerjaan yang swat ringan yang dilakukan sarnbit dnduk

    dengan gerakan-gerakan• yang.. terbatas, membutuhkan pengawasan mata

    terus menerus dengan pencahayaan yang kurang memadai, temperatur dan

    kelembaban ruangan normal, sirkulasi udara baik, tidak bising. Dan tabel

    didepan didapat prosentase kelonggaran untuk kebutuhan pribadi dan untuk

    fatigue sebagai berikut:

    ( 7+ 0 + 3 + 5 + 2,5 + 0 + 2) % 19,5%

    Jika dari sampling pekerjaan didapat bahwa kelonggaran untuk

    hambatan yang tidak terhindarkan adalah 5%, maka kelonggaran total

    yang harus diberikan untuk pekcrjaan itu adalah (19,5 + 5) %= 24,5 %.

    Jika waktu norm alnva telah dihitung sarna dengan 5,5 menit, maka

    waktu bakunva oda-

    5,5 + 0.245 (5.5) 6,85 menit.

  • 84

  • 85

    .Tabel 9.4. ,

    I3ESARNYA KELONGCARAN I3ERDASARKAN FA.kTOK FAKTOR YANG BERPFNGARUH.

    - F A K T O R .

    CONTOH PEKERJAAN

    KELONGGARAN (%)

    A. TENAGA YANG DIKELUARKAN Ekivalen beban

    pria wanita

    . 1. Dapat diabaikan bekerja dimeja, duduk tanpa b6ban 0,0 - 6.0 0,0 - 6,0 2. Sangat ringan bekerja dimeja, berdiri 0,00 - 2,25 kg, 6,0 - 7,5 . 6,0 - 7,5 3. Ringan menyekop, ringan 2,25 - 7,00 7,5 .- 12,0 7,5 -

    16,0 4. Sedate" mencangkut 9,00 - 18,00 12,0 - 19,0 16,0 - :0,0

    5. Berat ' mengayun palu yang berat 18,00 - 27,00 19,0 - 30,0 k 6. Sangat Jerat

    7. Luar biasa berat

    memanggul beban 27,00 - 50;00

    memanggul karung berat diatas 50 kg.

    30,0 -- 50,0

    • B. SIKAP KERJA ..

    1. Dudux bekerja duduk, ringan 0,0 - 1,0 2. Berdiri diatas dua Kaki badan tegak, ditumpu'dua kaki 1,0 - 2,S 3. Berdiri diatas satu kaki . satu kakinengetjakan alat kont.ol 2,5 - 4,0 4. Berbaring pada bagian sisi, belakang atau depan

    badan

    2,5 - 4,0 5. Membungkuk badan dibungkukkan bertumpu pada

    keclua kaki

    4 ,0 - 10,0

    • C. GERAKAN KERJA . l . Normal ayunan bebas dari palu ' 0

    2. Agak tcroatas ayunan terbatas dari palu 0 - 5 3. Sulit membawa beban berat dengan satu

    tangan

    0 - '5

  • 86

    4. pada anggota

    anggota ba