7
PENUNTUN LATIHAN KETERAMPILAN KLINIK RESUSITASI NEONATUS A. Sasaran Pembelajaran Setelah kegiatan ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. Mengetahui indikasi untuk dilakukan resusitasi neonatus. 2. Melakukan informed consent tentang tindakan resusitasi neonatus. 3. Memperagakan prosedur resusitasi neonatus secara legeartis. B. Pelaksanaan 1. Landasan Teori Neonatus adalah bayi baru lahir sampai berusia 28 hari. Neonatus terkadang mengalami masalah pernapasan pada saat lahir, yang dinamakan asfiksia neonatorum. Ada tidaknya gangguan napas pada neonatus dapat dinilai dengan skor APGAR. Untuk menangani masalah tersebut perlu dilakukan resusitasi neonatus dengan tujuan untuk mengoptimalkan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi secepat mungkin. Kebutuhan akan resusitasi perlu diantisipasi jika terdapat faktor-faktor risiko antepartum maupun intrapartum. Untuk membuka jalan napas pada neonatus dapat digunakan maneuver untuk orang dewasa. Karakteristik yang khas pada jalan napas anak adalah: a. Lidah yang besar, proporsional dengan rongga mulut. b. Laring yang lebih tinggi dan terletak lebih anterior. c. Epiglotis yang panjang dan lentur. d. Daerah subglotis merupakan bagian laring bayi yang paling sempit. e. Kepala yang besar ketika berbaring telentang, leher cenderung dalam keadaan fleksi akibat oksiput yang besar sehingga dapat menghambat jalan napas jika tidak ada tanda-tanda trauma. Untuk itu, dapat ditempatkan handuk di belakang kepala dan bahu untuk membantu menjaga posisi jalan napas. Apabila gangguan napas disertai gangguan sirkulasi, maka dapat dilakukan tindakan resusitasi jantung paru. Kompresi jantung pada neonatus dimulai saat tidak teraba adanya denyut nadi (a. brachialis atau a. femoralis) atau denyut jantung <60 kali per menit dan jelas terlihat tanda perfusi sistemik yang buruk. Hipotensi pada neonatus dikatakan apabila tekanan darah sistolik <60 mmHg. Obat-obatan yang dapat digunakan untuk melakukan resusitasi pada neonatus menurut American Heart Assosciation 2005 adalah: a. Epinefrin merupakan obat pilihan pada keadaan henti jantung paru. Obat ini memiliki sifat alfa dan beta adrenergik. Sifatnya yang paling penting adalah vasokonstriksi yang diperantarai oleh alfa adrenergik untuk mengembalikan tekanan diastolik aorta. Katekolamin menjadi tidak terlalu efektif apabila pasien mengalami asidosis dan hipoksemia

Penuntun LKK Resusitasi Neonatus.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fk muhammadiyah palembang

Citation preview

PENUNTUN LATIHAN KETERAMPILAN KLINIKRESUSITASI NEONATUSA. Sasaran PembelajaranSetelah kegiatan ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1. Mengetahui indikasi untuk dilakukan resusitasi neonatus.2. Melakukan informed consent tentang tindakan resusitasi neonatus.3. Memperagakan prosedur resusitasi neonatus secara legeartis.B. Pelaksanaan

1. Landasan Teori

Neonatus adalah bayi baru lahir sampai berusia 28 hari. Neonatus terkadang mengalami masalah pernapasan pada saat lahir, yang dinamakan asfiksia neonatorum. Ada tidaknya gangguan napas pada neonatus dapat dinilai dengan skor APGAR. Untuk menangani masalah tersebut perlu dilakukan resusitasi neonatus dengan tujuan untuk mengoptimalkan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi secepat mungkin. Kebutuhan akan resusitasi perlu diantisipasi jika terdapat faktor-faktor risiko antepartum maupun intrapartum.

Untuk membuka jalan napas pada neonatus dapat digunakan maneuver untuk orang dewasa. Karakteristik yang khas pada jalan napas anak adalah:

a. Lidah yang besar, proporsional dengan rongga mulut.

b. Laring yang lebih tinggi dan terletak lebih anterior.

c. Epiglotis yang panjang dan lentur.

d. Daerah subglotis merupakan bagian laring bayi yang paling sempit.

e. Kepala yang besar ketika berbaring telentang, leher cenderung dalam keadaan fleksi akibat oksiput yang besar sehingga dapat menghambat jalan napas jika tidak ada tanda-tanda trauma. Untuk itu, dapat ditempatkan handuk di belakang kepala dan bahu untuk membantu menjaga posisi jalan napas.

Apabila gangguan napas disertai gangguan sirkulasi, maka dapat dilakukan tindakan resusitasi jantung paru. Kompresi jantung pada neonatus dimulai saat tidak teraba adanya denyut nadi (a. brachialis atau a. femoralis) atau denyut jantung