Upload
mohammad-fandy-rahmatu
View
224
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
diagnosis PAK
Citation preview
KESEHATAN KERJA
Kesehatan kerja ini merupakan terjemahan dari occupational health yang cenderung
diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi masalah- masalah kesehatan secara
menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti usaha- usaha preventif, promotif,
kuratif dan rehabilitative, hygiene, penyesuaian factor manusia dan pekerjaannya, dsb.
Sejumlah kaum professional yang terlibat dalam bidang ini seperti :
Dokter
Ahli higiene kerja
Ahli toksikologi
Ahli mikrobiologi
Ahli ergonomi
Perawat
Sarjana hukum
Ahli laboratorium
Ahli epidemiologi
Insinyur keselamatan
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya
sendiri maupun masyarakat disekelilingnya
Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan suatu prakondisi yang menguntungkan bagi
masyarakat pekerja tersebut. Prakondisi inilah yang disebut sebagai determinan kesehatan kerja
yang meliputi beban kerja, kapasitas kerja dan lingkungan kerja.
PENYAKIT AKIBAT KERJA
Penyakit akibat kerja adalah penyakit umum yang berkaitan dengan pekerjaan atau akibat
terpapar oleh lingkungan kerjanya. Lingkungan kerja yang terdiri dari lingkungan fisik,
kimia, biologi, fisiologi dan psikologi dapat menimbulkan penyakit apabila terjadi secara
terus menerus dan melebihi jumlah waktu kontak dan melampaui nilai ambang batas tertentu.
Dengan demikian penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artificial atau man
made disease. WHO membedakan empat kategori penyakit akibat kerja:
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan
2. Penyakit yang salah satunya penyebabnya adalah pekerjaan
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor
penyebab lainnya
4. Penyakit di mana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya.
Dalam masa pembangunan jangka panjang (PJP) II, yang disebut juga sebagai era
industririalisasi, salah satu fokus utama pembangunan adalah pengembangan SDM. Tenaga
kerja merupakan segmen populasi yang menjadi sangat penting dalam era ini, sehubungan
dengan produktivitas industri. Sehingga dengan demikian penyelenggaraan program
kesehatan dan keselamatan kerja yang bertujuan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal serta melindungi tenaga kerja dari resiko yang membahayakan kesehatan dan
keselamatan kerja menjadi sangat penting.
Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Untuk dapat mendiagnosis penyakit akibat kerja pada individu perlu dilakukan
pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasikannya secara tepat.
Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai
pedoman:
1. Tentukan diagnosa klinis
Diagnosa klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-
fasilitas penunjang yang ada seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosa suatu
penyakit. Setelah dignosa klinis ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah
penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.
2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama berada dalam pekerjaannya.
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial
untuk dapat menghububungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu
dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang
mencakup:
Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara
kronologis
Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan
Bahan yang diproduksi
Materi (bahan baku) yang digunakan
Jumlah pajanannya
Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
Pola waktu terjadinya gejala
Informasi mengenai tenaga kerja yang lainnya (apakah ada yang mengalami
gejala serupa)
Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan
Pajanan yang dialami digolongkan berdasarkan:
Bentuk:
Fisik : Bising, sinar, iklim, tekanan, getaran, radiasi
Kimia: Cair, padat, gas, uap, asap
Biologi: Bakteri, virus, jamur, parasit
Ergonomi: Sikap kerja, cara kerja, penataan tempat kerja, kelelahan
Psikososial: Jadwal kerja, beban kerja
Cara Masuk:
Pernapasan
Pencernaan
Kulit
Reaktivitas
Gangguan kesehatan
3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut.
Apakah terdapat bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa
pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak
ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat
ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung,
perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat
menyebabkan penyakit yang diderita.
4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar unuk dapat mengakibatkan
penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka
pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut
dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan
diagnosis penyakit akibat kerja.
5. Tentukan apakah ada faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi.
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat
mengubah keadaan pajanannya, misalnya APD, riwayat adanya pajanan serupa
sebelumnya sehingga resikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat
kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan terhadap
pajanan yang dialami.
6. Cari kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit.
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit. Apakah penderita
mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun
demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan
penyebab di tempat kerja.
7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya.
Sesudah menerapkan ke tujuh langkah di atas maka perlu dibuat suatu keputusan
berdasarkan informasi yang telah didapatkan yang memiliki dasar ilmiah.
Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa
melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita
penyakit tersebut saat ini.
Pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul
pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya
memperberat timbulnya penyakit.
Adapun cara untuk memperoleh informasi tentang hubungan pekerjaan dengan penyakit
yang diderita yaitu melalui:
1. Anamnesis riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan
2. Pemeriksaan klinis
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Pemeriksaan radiology
5. Pemeriksaan tempat kerja
Faktor penyebab
Hasil pengukuran
6. Diagnosa kerja dan diagnosa banding
7. Diagnosa okupasi: ada hubungan diagnosa kerja dengan pekerjaan/proses
kerja/lingkungan kerja.
Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyekit Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang didapatkan baik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan) dan data epidemiologis
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA
Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktor fisik,
kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial yang mempengaruhi pekerjaan dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Kesehatan lingkungan kerja adalah ilmu dan seni yang ditunjukkan untuk mengenal,
mengevaluasi dalam mengendalikan semua faktor-faktor dan stres lingkungan di tempat kerja
yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, kesejahteraan, kenyamanan dan efisiensi
dikalangan pekerjaan dan masyarakat.
Tujuan kesehatan lingkungan kerja adalah:
Mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja melalui usaha-usaha
pengenalan (recognizion), penilaian (evaluation), dan pengendalian (control) bahaya
lingkungan kerja atau occupational health hazard
Menciptakan kondisi tenpat dan lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman,
memberikan keuntungan baik kepada perusahaan maupun kepada karyawan, guna
meningkatkan derajat kesehatan, moral dan produktivitas kerja karyawan.
Tujuan utama dari kesehatan lingkungan kerja adalah melindungi pekerja dan masyarakat
sekitar suatu RS atau perusahaan dari bahaya-bahaya yang mungkin timbul. Untuk dapat
mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya lingkungan kerja yang diperkirakan dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja, utamanya terhadap pekerja, ditempuh tiga langkah utama
yaitu: pengenalan, penilaian dan pengendalian dari berbagai bahaya dan resiko kerja.
Program kesehatan lingkungan kerja:
Program kesehatan lingkungan kerja membicarakan hal-hal yang menyangkut faktor-faktor
yang terdapat atau muncul di lingkungan kerja yang merupakan hazard kesehatan yaitu: faktor
fisik, kimia, biologi, psikososial dan ergonomi.
a. Faktor fisik yang merupakan hazard kesehatan kerja dapat berupa kebisingan, getaran,
radiasi, dan temperatir ekstrim. Faktor-faktor ini penting diperhatikan dalam tempat kerja,
karena pengaruhnya terhadap kesehatan pekerja dapat berlangsung dengan segera maupun
secara kumulatif.
Noise (kebisingan) dapat diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki yaitu dalam
bentuk gelombang yang disalurkan melalui benda padat, cair dan gas. Bunyi dapat
didengar oleh telinga karena ada rangsangan pada telinga oleh getaran. Kualitas suara
dapat ditentukan oleh 2 faktor yaitu frekuensi dan intensitas suara.
Identifikasi kebisingan di tempat kerja. Kebisingan dapat muncul di tempat kerja karena
penggunaan peralatan produksi yang mengeluarkan suara (seperti mesin-mesin produksi).
Jenis-jenis kebisingan yang dapat ditemukan di tempat kerja adalah:
1. Kebisingan kontinyu, yaitu kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang
beroperasi terus menerus misalnya suara generator.
2. Kebisingan intermitten, yaitu jenis kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-mesin
yang tidak beroperasi secara terus menerus melainkan terputus-putus, misalnya
mesin gerenda.
3. Kebisingan impulsif, yaitu kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin atau peralatan
yang oleh karena penggunaannya terjadi hentakan-hentakan, misalnya mesin pres
dan mesin tumbuk.
Pengaruh kebisingan
Pengaruh kebisingan terhadap karyawan dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. pengaruh terhadap kenyamanan yaitu dapat menimbulkan gangguan pembicaraan,
gangguan konsentrasi berpikir serta dapat menimbulkan stres.
b. pengaruh terhadap kesehatan yaitu dapat menimbulkan tuli pada telinga.
Fibrasi (Getaran Mekanik)
Identifikasi Fibrasi
Terdapat beberapa peralatan yang waktu digunakan menimbulkan getaran, dimana
getaran tersebut berakibat timbulnya resonansi pada alat-alat tubuh sehingga
pengaruhnya bersifat mekanis. Biasanya disalurkan melalui lantai, tempat duduk atau
melalui alat tangan yang digunakan. Misalnya pada saat mengendarai mobil, traktor
dan forklif.
Pengaruh fibrasi
Pengaruh getaran terhadap tubuh karyawan adalah
1. Menimbulkan gangguan kenyamanan sehingga saat bekerja merasa tidak nyaman
karena penggunaan alat yang menghasilkan getaran
2. Menimbulkan kelelahan
3. Menimbulkan bahaya kesehatan,
Radiasi
Identifikasi radiasi di tempat kerja
Radiasi adalah hazard kesehatan di lingkungan tempat kerja dan dibagi menjadi 2
golongan yaitu radiasi mengion dan radiasi tidak mengion
Radiasi mengion
Umumnya dapat ditemui di tempat kerja karena penggunaan alat yang menggunakan
bahan radiasi. Atau mempunyai inti yang tersusun dari proton dan neutron. Proton
mempunyai muatan positif dan neutron bermuatan negatif.
Radiasi mengion dibagi menjadi 5 jenis yaitu: radiasi sinar alfa, beta, gamma, sinar X
dan neutron
Radiasi tidak mengion
Sinar adalah murni energi disebut sebagai energi elektromagnetik dan keran
karakternya barbagai jenis sinar mengacu pada karasteristik gelombang. Energi sinar
berkaitan dengan panjang gelombang. Panjang gelombang yang lebih pendek
energinya lebih tinggi. Yang termasuk radiasi tidak mengion adalah gelombang mikro
(microwave), sinar laser, sinar inframerah dan sinar ultraviolet.
Pengaruh radiasi terhadap kesehatan tergantung dari jenis radiasi yang terdapat di
lingkungan tempat kerja. Efek radiasi umumnya akan menimbulkan luka bakar pada
jaringan tubuh yang terkena.
Pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh terutama adalah gangguan terhadap
faali tubuh
Sinar inframerah dapat menyebabkan katarak pada mata
Sinar ultraviolet dapat meyebabkan konjungtivitis, bagi orang yang kulitnya
kurang pigmen yang terpapar dapat menyebabkan kanker kulit.
Sinar X dan gamma dapat mnenyebabkan luka bakar, impotensi, kerusakan
pada hipoitik dan leukimia.
Sinar alfa dan beta dapat menyebabkan kelainan pada daerah yang terkena
/terpapar dan menimbulkan kelainan kronis yang akhirnya dapat terjadi pada
jaringn-jaringan yang lebih peka.
Temperatur Ekstrim
Suhu ekstrim merupakan hazard kesehatan di tempat kerja yang disebabkan karena
suhu sangat rendah atau suhu sangat tinggi. Keadaan ini biasa disebabkan karena iklim
yang ada, juga dapat ditimbulkan karena dalam proses produksi memerlukan
temperatur ekstrim.
Temperatur rendah
Untuk mengidentifikasi adanya hazard temperatur dingin (rendah) dapat ditemui pada
karyawan yang bekerja pada pabrik freezer, pengepala daging, fasilitas cold storage,
dan pertanian di daerah kutub (northterm areas). Terdapat kumpulan sinyal dari kulit
dan core (kumpulan organ-organ dalam tubuh) yang terintegrasi dengan porsi otak
yaitu hipotalamus. Hipotalamus berfungsi sebagai pengatur fungsi organ-organ tubuh
termasuk temperatur tubuh dan bekerja seperti termostat yang mengatur dan
memelihara temperatur normal. Tetapi karena terdapat pengaruh temperatur luar tubuh
sangat dingin maka kerja hipotalamus menjadi terganggu dan hal ini akan
mempengaruhi tubuh, diantaranya:
- Hipotermia yaitu perasaan yang sangat dingin sampai menggigil dan
menyebabkan denyut jantung pelan dan kadang-kadang tidak teratur, tekanan
darah lemah, kulit dingin, pernapasan tidak teratur, dan bisa terjadi kolaps. Hal ini
terjadi pada temperatur 2-100C, pengruh tersebut juga tergantung dari keadaan
individu yaitu: tergantung dari daya tahan tubuh, keadaan fitness, umur dan
budaya.
- Raynound’s phenomenon adalah keadaan pucat pada daerah jari. Raynound’s
phenomenon ini dikaitkan dengan jumlah penyakit termasuk sistemik
skleroderma, pulmonary hipertension, multiple sklerosis yang juga disebut
penyekit Raynound’s.
- Chilblains adalah kelainan pada bagian-bagian tubuh menjadi bengkak, merah,
panas, dan sakit yang diselingi dengan gatal-gatal.
- Trench foot adalah kerusakan anggota tubuh terutama pada kaki oleh kelembaban
yang dingin.
- Frostbite adalah akibat terpaapr temperatur yang sangat dingin dan dapat
menimbulkan gangren.
Temperatur tinggi (Heat Stres)
Hazards temperatur tinggi (heat stres) dapat ditemukan pada operasi perusahaan yang
menggunakan peralatan yang memerlukan panas tinggi, misalnya pengecoran biji besi
atau baja, ruang pembakaran, ruang boiler, atau peralatan-peralatan lainnya yang
dalam operasinya memerlukan suhu tinggi.
Pengaruh heat stres terhadap tubuh adalah:
Heat Train adalah serangkaian respon fisiologis terhadap heat stres yang
direfleksikan pada derajat heat stres yang dapat menimbulkan gangguan
perasaan tidak nyaman sampai terjadi heat disorder.
Heat Cramps adalah gangguan yang disebabkan oleh karena terpapar suhu
yang sangat tinggi yang dapat menyebabkan meningkatnya temperatur tubuh,
kekurangan cairan dalam tubuh yang menyebabkan kekurangan garam natrium
dalam tubuh.
Heat Exhaution adalah terjadi oleh karena pengaruh cuaca yang sangat panas,
terutama bagi mereka yang tidak teraklimatisasi. Penderita keluar keringat
banyak, tetapi suhu badan dalam keadaan normal atau subnormal, tekanan
darak menurun, dan nadi lebih cepat, terasa lemah, dan bisa terjadi pingsan.
Heat Stroke adalah terjadi karena terpapar panas yang sangat tinggi dan dengan
pekerjaan yang sangat berat dan belum teraklimatisasi. Gejalanya adalah suhu
badan naik, kulit kering dan panas, vertigo, tremor, dan konvulsi
b. Faktor kimia
Dalam program kesehatan lingkungan kerja, masalah hazard kimia mempunyai
permasalahan yang sangat kompleks dan memerlukan perhatian khusus. Hal ini karena hazards
kimia disamping jumlahnya yang beredar di sektor industri sangat banyak, maka pengaruhnya
terhadap kesehatan pun sangat bervariasi. Mulai dari yang dapat menimbulkan gangguan, luka,
alergi sampai menimbulkan penyakit, malah dalam konsentrasi tertentu bahan kimia yang masuk
ke dalam tubuh dapat langsung menimbulkan kematian.
- Identifikasi hazards kimia dan identifikasi bahwa di dalam udara tempat kerja terdapat
hazards kimia, kita harus mengetahui bahan kimia yang digunakan sebagai raw materials,
hasil produksi, dan hasil sampingannya (by-product). Informasi penting lainnya yng
diperlukan dapat diperoleh dari Material Safety Data Sheet (MSDS), yaitu yang harus
disuplai oleh pabrik atau importir bahan kimia tersebut.
- Jenis kontaminan udara
Pembagian bahan kimia yang merupakan kontamina (pencemar) udara dapat digolongkan
menjadi:
1. Dust (Debu)
Debu adalah partikel padat yang dihasilkan oleh perlakuan, penghancuran,
pengendaraan, ledakan, dan pemecahan terhadap material organik dan anorganik,
seperti batu, biji besi, metal, batu bara, kayu, dan biji-bijian.
Debu yang mempunyai ukuran 5-10 mikrometer akan tertahan pada saluran
pernapasan bagian atas.
Partikel atau debu berukuran 3-5 mikrometer akan tertahan pada saluran pernapasan
bagian tengah, sedangkan debu yang berukuran 1-3 mikrometer akan tertinggal pada
permukaan alveoli paru-paru. Debu yang berukuran kurang dari 0.1 mikrometer akan
bergerak keluar masuk alveoli.
2. Fumes (upa cair)
Fumes adalah partikel padat yang terbentuk dari kondensasi tahap gas, umumnya
terjadi karena penguapan setelah benda terlebur dan diameter kurang dari 1.0
mikrometer. Pengelasan (welbing), penyolderan yang tidak cukup panas dan
pekerjaan lainnya akan menghasilkan fumes.
3. Smoke (asap)
Asap terdiri dari unsur karbon atau partikel jelaga yang ukurannya kurang dari 0.1
mikrometer. Dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna dari benda yang
mengandung karbon seperti batu bara dan minyak. Asap umumnya mengandung
titik-titik (droplets) partikel kering.
4. Mists (Kabut)
Kabut adalah titik-titik cairan halus (liquid droplets) yang terbentuk dari kondensasi
uap kembali menjadi bentuk cair, atau pemecahan dari bentuk cair menjadi tingkat
terdepresi, seperti proses deburan air (spashing, forming, pemecahan atom
cairan/atomizing).
5. Gas
Gas adalah bentuk zat yang tidak mempunyai bangun tersendiri, melainkan mengisi
ruangan tertutup pada kondisi suhu dan tekanan normal. Bentuknya dapat berubah
menjadi cair pada kondisi suhu dan tekana yang tinggi
6. Vaspors (uap)
Vaspor (uap) adalah bentuk penguapan dari benda yang dalam keadaan normal
dalam bentuk padat atau cair. Penguapan adalah proses dari sautu bentuk cair ke
bentuk uap bercampur dengan udara sekitarnya. Dengan mengetahui mengetahui
bentuk dan ukuran- ukuran bahan pencemaran udara adalah penting dalam program
kesehatan lingkungan kerja (pengenalan, evaluasi, pengendalian hazards) dan juga
dalam menentukan pemilihan alat pelindung diri yang tepat.
Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh
Terdapat 3 cara dimana bahan kimia dapat masuk ke dalam tubuh manusia, yaitu melalui:
1. Saluran Pernapasan
Bahan kimia yang merupakan kontaminan udara dapat langsung terhirup melalui alat
pernapasan. Bahan kimia yg masuk melalui paru- paru dapat langsung masuk ke dalam aliran
darah, dan oleh darah tersebut terbawa ke seluruh tubuh.
2. Kulit
Kulit juga merupakan pintu masuk bahan kimia ke dalam tubuh, yaitu melalui car absorpsi.
Beberapa bahan kimia dapat terserap oleh lubang rambut, terserap pada lemak dan minyak
kulit seperti senyawa organik, pestisida organopirospate. Bahan kimia yg tereabsorpsi
melalui kulit tersebut dapat menimbulkan kercunan secara sistemik.
3. Saluran pencernaan
Di tempat kerja orang tidak sadar dan sengaja terminum atau termakan bahan kimia beracun.
Oleh karena itu pekerja tidak diperkenankan makan, minum, atau merokok ditempat kerja.
Sebelum makan dan minum diharuskan mencuci tangan dengan bersih. Bahan kimia beracun
yang terserap melalui cairan alat pencernaan dapat masuk ke dalam darah melalui sistem
saluran pencernaan tersebut.
c. Faktor Biologi
Hazards biologis dapat berupa binatang, bakteri, jamur dan virus. Hazards biologis yang
berupa binatang dapat dikenali/ diidentifikasi dengan adanya kehidupan binatang yang dapat
dilihat, seperti binatang buas dan binatang penyebar penyakit ( lalat, nyamuk, dan tikus).
Akan tetapi untuk jenis2 bakteri, jamur dan virus tidak mudah dilakukan identifiikasi
terutama bagi kesehatan. Hal ini dapat dilakukan denga melakukan observasi terhadap
karyawan2 yang sedang menderita penyakit. Pengaruhnya terhadap karyawan adalah :
Binatang buas bukan merupakan hazards kesehatan, akan tetapi dapat mengggangu
keselamatan jiwa, misalnya karyawan penebang kayu ditengah hutan mempunyai resiko
terhadap ancaman binatnag buas. Sedangkan binatang seperti nyamuk, lalat, dantikus dapat
menyebabkan penyakit menular.
Bakteri, jamur, dan virus dapat menyebabakan penyakit menular, seperti influenza, tbc,
kolera, disentri,dsb.
d. Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat menyebabkan
stres :
1. Pelayanan kesehatan seringkali bersifat emergensi dan menyangkut hidup mati seseorang.
Untuk itu pekerja di lab. Kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan
cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahtamahan
2. Pekerjaan pada unit2 tertentu yg sangat monoton.
3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman
kerja
4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di nsektor formal ataupun
informal.
e. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses, dan
lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya
kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan tercapai efisiensi yg setinggi-
tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara popular kedua
pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man to the Job. Sebagian besar
pekerja diperkantoran atau pelayanan kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang
kurang ergonomis, misalnya tnaga operator peralatan, hal ini disebakna peralatan yan g
digunakan pada umumnya barang impor yang desainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja
Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga
kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik
dan psikologis (stres) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low
back pain). Work station design adalah bagaimana kita mendesain atau membuat suatu
tempat kerja menjadi nyaman dan tidak menimbulkan kelelahan, termasuk disini adalah
bagaimana mengatur atau meletakkan peralatan kerja yang digunakan.
Workplace design adalah menyangkut masalah berapa kebutuhan minimal ruangan yang
diperlukan sehingga seseorang dapat melakukan pekerjaannya dengan cukup leluasa.
HIGIENE INDUSTRI
Dalam penerapan Kesehatan lingkungan kerja dikenal tiga aspek utama yakni
pengenalan, penilaian dan pengendalian lingkungan kerja. Teknik identifikasi/ pengenalan
lingkungan kerja dapat dilakukan melalui suatu “ walk through survey “ atau survey
pendahuluan berupa pencatatan data dan observasi secara umum seperti nama bagian, jumlah
pekerja, proses produksi/ lay out proses, bagan perusahaan dan dilanjutkan dengan
pengamatan tentang potensi bahaya, jenis mesin/ peralatan, tanda peringatan, tata rumah
tangga, tanggap darurat, teknologi pengendalian yang ada dan sebagainya.
Kegiatan tersebut dilakukan oleh ahli hygiene perusahaan, yang berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman yang dimilikinya, seringkali telah dapat menentukan permasalahan
lingkungan kerja di perusahaan, secara garis besar. Dengan demikian, pengenalan lingkungan
bermanfaat guna mengetahui secara kualitatif bahaya potensial di tempat kerja, menentukan
lokasi, jenis dan metode pengujian yang perlu dilakukan.
Pada tahap penilaian / evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran, pengambilan sampel
dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat ditentukan kondisi
lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dan
standar yang berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian,
ada atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan lingkungannya,
serta sekaligus merupakan dokumen data di tempat kerja.
Penerapan pengendalian merupakan metode teknik untuk menurunkan tingkat faktor
bahaya lingkungan sampai batas yang masih dapat ditolerir dan sekaligus melindungi
pekerja.
WALK THROUGH SURVEY
Merupakan sebuah survey awal, kadang disebut sebuah survey pengamatan, melibatkan
perjalanan ditempat kerja ( maka sering disebut “walk through”). Beberapa manfaat dari
survey awal termasuk :
Memperoleh gambaran dari seluruh operasi,
Mengidentifikasi tombol bahaya disetiap daerah, dan
Menilai efektivitas, metode pengendalian apapun di tempat.
Selama berjalan melalui, occupational hygienes yang akan ditanya:
Apakah pengukuran dibutuhkan di daerah ini?
Jika demikian, bahaya apa yang harus diukur?
Dimana bahan berbahaya tersebut harus diambil?
Pekerja mana yang harus menilai paparan tersebut?
Kapan pengukuran harus dilakukan?
Kesimpulan apa yang dapat diambil dari hasil?
Mungkin saja higienis yang kemudian merekomendasikan pemantauan survey untuk
mendapatkan kuantitatif tingkat eksposur atau bahkan penilaian resiko kesehatan kerja yg
formal.
Walk Through Survey merupakan teknik utama yang penting untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi potensi bahaya di lingkungan kerja yang dapat memberikan efek atau
gangguan pada kesehatan pekerja yang terpajan. Walk through survey adalah survey untuk
mendapatkan informasi yang relatif sederhana tapi cukup lengkap dalam waktu yang relatif
singkat sehingga diperlukan upaya pengumpulan data untuk kepentingan penilaian umum
dan analisa sederhana.
Tujuan dari survey ini adalah agar sebagai seorang pakar kesehatan lingkungan kerja kita
dapat memahami proses produksi, denah tempat kerja. Kemudian dapat mendengarkan
pandangan pekerja dan pengawas kesehatan dan keselamatan kerja (K3) mengenai
lingkungan kerjanya, memahami pekerja dan tugas pekerja, memahami dan mengenal bahaya
lingkungan kerja serta menginventarisir upaya K3 tehadap kebijakan, pengendalian dan
pemenuhan perundang- undangan.
Secara umum, survey ini bermula pada pengenalan akan fasilitas manajemen pada
lingkungan kerja itu dan diskusi tentang tujuan survey tersebut sebab pemahaman yang jelas
ttg manajemen pekerja2 serta hubungannya denga fasilitas di lingkungan pekerja tsb sangat
penting. Sebelum survey, terlebih dahulu ada lobi dengan menejemen perusahaan ttg rencana
survey guna menerangkan maksud dan tujuan survey sehingga koita dapat memperoleh
dukungan atas survey tersebut. Setelah itu, dapat dilakukan diskusi untuk mendapatkan
informasi riwayat singkat ttg industri atau RS tersebut dan proses yg terlibat didalamnya
seperti denah perusahaan, bagaimana pengaturan dan populasi pekerja, kebijakan perusahaan
atau RS ttg K3, tanyakan pula pandangan atau pemahaman pimpinan dan pekerja ttg K3,
gambaran penerapan K3 yg dilakukan di lingkungan pekerja tsb serta diskusi menyeluruh ttg
masalah2 yg pernah timbul di lingkungan kerja tsb.
Kunjungan ke lapangan sebaiknya ditemani petugas setempat, survey tersebut dimulai
dari awal proses atau tempat penyimpanan bahan baku atau bahan mentah yang akan
digunakan dalam kegiatan industri. Buatkan dalam daftar periksa mengenai bahan baku
selama proses dengan melihat potens misalnya label peringatan ttg komposisi bahan
bakunya, debu yg beterbangan, uap atau gas yg tercium, sumber panas radisi,dsb.
Dari sisi pekerja sendiri, pada setiap survey akan proses pembuatan bahan, pakar
kesehatan lingkungan kerja harus mengobservasi juga prosedur penangangan bahan yg
digunakan pekerja dan segala sesuatu tindakan proteksi diri yang harus digunakan oleh
pekerja. Kemudian meninjau fasilitas yg menunjang kesejahteraan pekerja sendiri spt
kelengkapan obat2n, kondisi sanitasi lingkngan, penyediaan air minum, t4 sampah dan
penerangan, letak sumber bahaya, pola paparannya, serta alat pengendali sumber bahaya, dan
letak alat keselamatannya. Jumlah pekerja pada setiap tingkat proses pembuatan bahan harus
diperhatikan pula dengan data2 yg relevan mengenai jenis kelamin, etnik, ataupun umur yang
mungkin memberi efek sensitvitas terhadap bahan kimia di ling. Kerja tsb. Jika dada
kesempatan pakar kesling harus berdiskusi dengan para pekerja scr langsung.
Survey diakhiri dgn klarifikasi semua informasi yg tlh diperoleh dgn menjelaskan potensi
bahaya yg ditemukaqn, laporkan hail pengamatan, evaluasi, dan berikan saran / rekomendasi
utk perbaikan.
KESELAMATAN KERJA
Definisi :
Adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin , pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, landasan, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan.
Merupakan sarana utama untuk pencegahan kerugian; cacat dan kematian sebagai
kecelakaan kerja, kebakaran dan ledakan.
Sasaran
Tempat kerja; darat; udara; dalam tanah, permukaan air, dalam air.
Mencakup: proses produksi dan distribusi (barang dan jasa)
Sasaran keselamatan kerja ditujukan untuk melindungi tenaga kerja dan orang lain yang
berada di tempat kerja. Terjadinya kecelakaan kerja, peledakan, penyakit akibat kerja,
kebakaran dan polusi yang memberi dampak negatif terhadap korban, keluarga korban,
perusahaan, teman sekerja korban, pemerintah dan masyarakat.
Terdapat 3 faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja, yaitu :
1. Unsafe action, adalah merupakan faktor manusia yang melakukan tidakan tidak
aman dalam bekerja, misalnya : bergurau ketika bekerja.
2. Unsafe condition, adalah apabila tempat kerja yang tidak mengikuti aturan
kesehatan dan keselamatan kerja, misalnya : penerangan yang tidak memadai,
lantai yang licin.
3. Management factors, adalah apabila tidak adanya peraturan yang melindungi
keselamatan pekerja dengan semestinya
Pencegahan kecelakaan kerja:
1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan- ketentuan yang diwajibkan mengenai
kondisi- kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan
pemeliharaan, pengawasan, pengujian, cara kerja peralatan industry, tugas- tugas
pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi, yaitu penetapan standar- standar resmi, setengah resmi atau tak resmi
misalnya mengenai kontruksi yang memenuhi syarat- syarat keselamatan, jenis- jenis
peralatan indistri tertentu, praktek- praktek keselamatan dan hygiene umum, atau alat-
alat perlindungan diri.
3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang kepatuhan terhadap ketentuan perundang-
undangan yang diwajibkan.
4. Penelitian teknik, yang meliputi sifat dan ciri- ciri bahan- bahan yang berbahaya,
penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat- alat perlindungan diri,
penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu, atau penelaahan tentang
bahan- bahan dan desain paling tepat untuk peralatan pengangkat, dsb.
5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek- efek fisiologis dan
patologis factor- factor lingkungan dan teknologis, dan keadaan- keadaan fisik yang
mengakibatkan kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola- pola kejiwaan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
7. Penelitian secara statistik
8. Pendidikan
9. Latihan- latihan
10. Asuransi
TUGAS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN TUGAS JANUARI 2012
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
OLEH
OLEH :
Mohammad Fandy (110 206 118)
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARATKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2012