50

Click here to load reader

Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

Tugas : Keperawatan Medikal Bedah

Penyakit Parotis, Hipersaliva dan

Kanker Rongga Mulut

Di susun oleh:

G3 Keperawatan

Kelompok : I

INDRA

IRMAYANTI

LINDA SUKMA

HASWATI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA

KENDARI

2010

Page 2: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Medikal Bedah ini tepat

pada waktunya yang berjudul “Penyakit Parotitis,Hipersaliva, dan Kanker Rongga Mulut “.

Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan

dalam penyusunan askep ini, baik dari isi maupun penulisannya. Untuk itu kritik dan saran

dari semua pihak yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan

askep ini di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas

segala bantuan semua pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kendari, April 2010

P E N U L I S

Page 3: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II KONSEP DASAR MEDIS

1. Penyakit Parotitis

2. Hipersaliva

3. Penyakit Kanker Rongga Mulut

BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

B. Diagnosa Keperawatan

C. Intervensi Keperawatan

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Parotitis

Parotitis epidemika adalah penyakit virus1,2,3,4,5,6,7,9,18 menyeluruh, akut, yang

kelenjar ludahnya membesar nyeri, terutama kelenjar parotis, merupakan tanda-tanda yang

biasa ada. Nama parotitis epidemica2,9 kurang tepat sebab tidak selalu ada radang di parotis

dan penyakit tersebut tidak selalu mewabah. Penyakit ini merupakan suatu penyakit menular

yang akut.1,2,3,4,5,6,7

Mumps virus adalah ssRNA2 virus yang termasuk dalam genus Rubulavirus. Virus ini

merupakan virus yang memiliki amplop dan pada sepanjang permukaannya terdapat tonjolan-

tonjolan yang terlihat menyerupai paku-paku yang besar. 5 Penyakit akibat infeksi dari

mumps virus adalah penyakit beguk, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut mumps. Virus ini

akan menyerang kelenjar air liur ( kelenjar parotid). Umumnya penderita mumps adalah anak-

anak usia 5 sampai 15 tahun. Cara penularan mumps adalah melalui droplet ludah atau kontak

langsung dengan bahan yang terkontaminasi oleh ludah yang terinfeksi. Komplikasi beguk

terjadi satu minggu setelah gejala penyakit ini muncul. Meningitis, orchitis, pankreasitis,

oophoritis, dan keguguran merupakan komplikasi dari mumps.7 Gejala yang paling umum

apabila seseorang terinfeksi mumps virus adalah pembengkakan pada kelenjar parotid, panas

tinggi, dan sakit pada saat menelan. Perawatan dapat dilakukan dengan cara memberi

Paracetamol atau Acetaminophen pada anak yang menderita gejala demam. Penyakit beguk

atau mumps dapat dicegah dengan cara imunisasi. Nama imunisasi untuk mencegah infeksi

mumps virus adalah MMR (untuk pertahanan terhadap Measles, Mumps, dan Rubella) 8,9.

Kanker Rongga mulut

Masalah kedokteran gigi dewasa ini tidak hanya membahas gigi geligi saja, tetapi

telah meluas ke rongga mulut yang terdiri dari jaringan keras maupun jaringan lunak.

Penyakit-penyakit jaringan lunak rongga mulut telah menjadi perhatian serius oleh para ahli

terutama dengan meningkatnya kasus kematian yang diakibatkan oleh kanker yang ada di

rongga mulut terutama sekali pada Negara - negara yang sedang berkembang. Menurut

Page 5: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

Lynch, 1994, kanker rongga mulut merupakan kira-kira 5% dari semua keganasan yang

terjadi pada kaum pria dan 2% pada kaum wanita (Lynch,1994).

Telah dilaporkan bahwa kanker rongga mulut merupakan kanker utama di India

khususnya di Kerala dimana insiden rata-rata dilaporkan paling tinggi, sekitar 20% dari

seluruh kanker (Balaram dan Meenattoor,1996). Walaupun ada perkembangan dalam

mendiagnosa dan terapi, keabnormalan dan kematian yang diakibatkan kanker mulut masih

tinggi dan sudah lama merupakan masalah didunia. Beberapa alasan yang dikemukakan untuk

ini adalah terutama karena kurangnya deteksi dini dan identifikasi pada kelompok resiko

tinggi, serta kegagalan untuk mengontrol lesi primer dan metastase nodus limfe servikal

(Lynch,1994; Balaram dan Meenattoor,1996).

Untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh kanker mulut, WHO telah membuat

petunjuk untuk mengendalikan kanker mulut, terutama bagi Negara - negara yang sedang

berkembang. Pengendalian tersebut berdasarkan pada tindakan pencegahan primer dimana

prinsip utamanya mengurangi dan mencegah paparan bahan-bahan yang bersifat karsinogen.

Pendekatan kedua adalah melalui penerapan pencegahan sekunder, yaitu berupa deteksi dini

lesi-lesi kanker dan prakanker rongga mulut (Subita,1997). Folson dkk, 1972, memperkirakan

bahwa 80% dari semua kasus kematian akibat kanker rongga mulut dapat dicegah dengan

deteksi dini keganasan dalam mulut (Folson dkk,1972). Pada umumnya, untuk mendeteksi

dini proses keganasan dalam mulut dapat dilakukan dengan melalui anamnese, pemeriksaan

klinis dan diperkuat oleh pemeriksaan tambahan secara laboratorium. Dalam makalah ini akan

dikemukakan langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh dokter gigi untuk mendeteksi dini

proses keganasan dalam mulut. Dengan demikian diharapkan dokter gigi dapat menemukan

lesi-lesi yang dicurigai sebagai proses keganasan lebih awal sehingga prognosis kanker

rongga mulut lebih baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada makalah ini

antara lain adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep dasar medis penyakit Parotitis ?

2. Bagaimana Sekresi Saliva?

Page 6: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

3. Bagaimana konsep dasar medis penyakit Kanker Rongga Mulut ?

4. Bagaimana konsep dasar keperawatan penyakit Kanker Rongga Mulut ?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui konsep dasar medis penyakit Parotitis

2. Untuk mengetahui Sekresi Saliva

3. Untuk mengetahui konsep dasar medis penyakit Kanker Rongga Mulut

4. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan penyakit Kanker Rongga Mulut

Page 7: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP DASAR MEDIS

1. PAROTITIS

A. DEFINISI

Merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus 1,2,3,4,5,7, di

masyarakat indonesia penyakit ini disebut gondongan atau radang kelenjar gondok. Disebut

juga parotitis infectiosa 8,9. Gejala klinis ditandai dengan timbulnya demam, pembengkakan

dan melemahnya satu-satu atau lebih kelenjar ludah 10,21,22. Parotitis epidemika adalah

penyakit virus, akut, yang kelenjar ludahnya membesar nyeri, terutama kelenjar parotis,

merupakan tanda-tanda yang biasa ada. Nama parotitis epidemica kurang tepat sebab tidak

selalu ada radang di parotis dan penyakit tersebut tidak selalu mewabah. Merupakan suatu

penyakit menular yang akut.

B. ETIOLOGI

Disebabkan oleh virus 1, 2, 3, 4, 6. Virus ini adalah anggota kelompok paramiksovirus

yang juga mencakup parainfluenza, campak, dan vius penyakit Newcastle. Hanya diketahui

ada satu serotip. Biakan manusia atau sel ginjal kera terutama digunakan untuk isolasi virus.

Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi

lain. Mumps merupakan virus RN rantai tunggal dan anggota dari family Paramyxoviridae,

genus Paramyxovirus. Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-

neuramidase dan perpaduan protein 1, 3, 6. Virus mumps sensitif terhadap panas dan sinar

ultraviolet.

Page 8: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

a) Klasifikasi 2

Group : V (-) ssRNA

Ordo : Mononegavirales

Famili : Paramyxoviridae

Genus : Rubulavirus

Spesies : Mumps Virus

b) Morfologi 2

Merupakan virus yang beramplop dan memiliki suatu nukleokapsid/kapsid. Kapsid

ditutupi oleh amplop. Berdiameter 150-300 nm dan panjang 1000-10000 nm.

Permukaannya tertutupi oleh tonjolan-tonjolan yang terlihat menyerupai paku-paku yang

besar. Kapsidnya berfilamen dan memiliki panjang 600-1000 nm dan lebar 18 nm.

c) Masa inkubasi 2

Masa inkubasi terjadi selama 15-18 hari (rata-rata sekitar 14-25 hari). Masa tunas

14-24 hari. Gejala prodromal 1-2 hari berupa demam, anoreksia, sakit kepala, muntah dan

nyeri otot. Kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral

dan kemudian menjadi bilateral, disertai rasa nyeri spontan ataupun pada perabaan

terlebih-lebih saat pasien makan atau minum sesuatu yang asam. Dapat terjadi trismus dan

disfagia. Kadang-kadang kelenjar submandibularis dan sublingualis dapat terkena.

d) Masa penularan 2

Virus dapat diisolasi dari urine 6 hari sebelum dan 15 hari sesudah onset dan dari

ludah 6-7 hari sebelum terjadi parotitishingga 9 hari sakit. Penularan tertinggi dapat terjadi

antara 2 hari sebelum hingga 4 hari setelah sakit. Infeksi yang laten dapat menular.

Page 9: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

e) Kerentanan dan kekebalan 2

Kekebalan yang timbul umumnya seumur hidup. Kekebalan dapat terbentuk setelah

mengalami infeksi yang tidak kelihatan atau infeksi dengan gejala klinis. Sebagian besar

orang dewasa, umumnya yang lahir sebelum tahun 1957, kemungkinan sudah terinfeksi

secara alamiah dan kemungkinan sekali sudah kebal, walaupun mereka tidak

menunjukkan gejala klinis. Ditemukannya antibodi IgG terhadap mumps melalui

pemeriksaan serologis sebagai bukti adanya imunitas terhadap mumps. Mumps adalah

penyakit yang jarang ditemukan jika dibandingkan dengan penyakit-penyakit lain yang

umum menyerang anak seperti campak, cacar air, walaupun jarang terjadi namun pada

masyarakat yang yang tidak diimunisasi, dalam suatu penelitian ditemukan 85% diantara

mereka sampai dewasa sudah mengalami inveksi virus mumps. Kira-kira sepertiga mereka

yang rentan dengan infeksi virus mumps merupakan infeksi tanpa gejala. Kebanyakan

infeksi yang terjadi pada anak-anak usia di bawah 2 tahun subklinis. Penyakit ini paling

sering muncul pada musim dingin dan musim semi. Dan penularan dapat terjadi melalui

udara, melalui percikan ludah, atau karena kontak langsung dengan ludah orang yang

terinfeksi.

C. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

Penyakit tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau

epidemik11,12,14,16,19,20. Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan

ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat diisolasi dari faring dua hari sebelum

sampai enam hari setelah terjadi pembesaran kelenjar parotis. Pada penderita parotitis

epidemika tanpa pembesaran kelenjar parotis, virus dapat pula diisolasi dari faring. Virus

dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi

pembesaran kelenjar. Baik infeksi klinis maupun subklinis menyebabkan imunitas seumur

hidup. Bayi sampai umur 6 – 8 bulan tidak dapat terjangkit parotits epidemika karena

dilindungi oleh anti bodi yang dialirkan secara transplasental dari ibunya. Insiden tertinggi

pada umur antara 5 sampai 9 tahun, kemudian diikuti antara umur 1 sampai 4 tahun,

kemudian umur antara 10 sampai 14 tahun.

Page 10: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

D. PATOFISIOLOGI

Biasanya kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis, kelenjar sublingualis dan

kelenjar submaksilaris. Dapat terjadi orchitis unilateral dan menyerang 20-30% dari laki-laki

setelah pubertas. Sedangkan pada wanita dapat terjadi mastitis yang mengenai sekitar 31%

dari wanita berusia 15 tahun keatas walaupun dapat terjadi sterilitas namun kasusnya sangat

jarang. Kira-kira 40-50% infeksi oleh virus mumps ini dapat menimbulkan gejala pada

saluran pernafasan terutama pada anak usia 5 tahun.

Gejala sisa yang permanen berupa paralysis, kejang, seperti halnya pada kematian

pada penderita mumps juga sangat jarang terjadi. Mumps yang terjadi pada trisemester

pertama kehamilan dapat meningkatkan terjadinya aborsi, namun belum terbukti infeksi

mumps dapat menyebabkan kecacatan pada janin 2. Infeksi akut oleh virus mumps

dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan

serum konvalesens. Pemeriksaan serologis yang umum digunakan untuk mendiagnosa adanya

infeksi mumps akut atau atau yang baru saja terjadi adalah ELISA,tes HI dan CF. virus dapat

juga diisolasi dari mukosa buccal, 7 hari sebelum dan 9 hari sesudah terjadi pembesaran

kelenjar ludah. Virus dapat juga diisolasi dari air seni 6 hari sebelum dan 15 hari sesudah

terjadi parotitis 9.

Virus masuk tubuh mungkin via hidung/mulut; proliferasi terjadi di parotis/epitel traktus

respiratorius kemudian terjadi viremia dan selanjutnya virus berdiam di jaringan

kelenjar/saraf dan yang paling sering terkena ialah glandula parotis. Pada manusia selama fase

akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Mumps ialah suatu

infeksi umum2.

Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel tubuli

seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan2.

E. GEJALA KLINIS

Gejala timbul dalam waktu 12-24 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa2:

menggigil

sakit kepala

Page 11: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

nafsu makan berkurang

merasa tidak enak badan

demam ringan sampai sedang (terjadi 12-24 jam sebelum 1 atau beberapa kelanjar liur

membengkak).

muntah 7

Tetapi 25-30% penderita tidak menunjukkan gejala-gejala tersebut. Gejala pertama

dari infeksi kelenjar ludah adalah nyeri ketika mengunyah atau menelan, terutama jika

menelan cairan asam (misalnya jus jeruk). Jika kelenjar liur disentuh, akan timbul nyeri. Pada

saat ini suhu biasanya naik sampai 38,9-40o Celsius. Pembengkakan terjadi pada hari kedua.

Gejala lain yang mungkin ditemukan2:

nyeri testis

benjolan di testis

pembengkakan skrotum (kantung zakar).

Masa tunas 14 sampai 24 hari. Dimulai dengan stadium prodromal, lamanya 1 sampai

2 hari dengan gejala demam, anoreksia, sakit kepala, muntah dan nyeri otot. Suhu tubuh

biasanya naik sampai 38,5 0C sampai 39,50C kemudian timbul pembengkakan kelenjar

parotis yang mula-mula unilateral tetapi kemudian dapat menjadi bilateral. Pembengkakan

tersebut terasa nyeri baik spontan maupun perabaan, terlebih-lebih bila penderita makan atau

minum sesuatu yang masam, ini merupakan gejala khas untuk parotitis epidemika2.

Infeksi Kelenjar Ludah. Perjalanan penyakit klasik dimulai dengan demam, sakit kepala,

anoreksia dan malaise. Dalam 24 jam anak mengeluh sakit telinga yang bertambah dengan

gerakan mengunyah, esok harinya tampak glandula parotis membesar yang cepat bertambah

besar, mencapai ukuran maksimal dalam 1 sampai 3 hari.

Biasanya demam menghilang 1 sampai 6 hari dan suhu menjadi normal sebelum

hilangnya pembengkakan kelenjar. Bagian bawah daun telinga terangkat ke atas dan keluar

oleh pembengkakan glandula parotis. Pembengkakan dapat disertai nyeri hebat; nyeri mulai

berkurang setelah tercapai pembengkakan maksimal berlangsung kira-kira selama 6 – 10 hari.

Biasanya satu glandula parotis membesar kemudian diikuti yang lainnya dalam beberapa hari.

Page 12: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

Adakalanya kanan dan kiri membesar bersamaan. Parotis unilateral ditemukan kira-kira 25 %.

Pembengkakan glandula submaksilaris dapat dilihat dan diraba di depan angulus mandibulae.

Mumps glandula submaksilaris tanpa parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan dengan

adenitis cervical2.

Epididymo-orchitis

Menduduki tempat kedua pada lelaki dewasa menurut frekuensi manifestasi klinis,

biasanya timbul sporadik parotitis dapat mendahului parotitis atau sebagai manifestasi sendiri

daripada mumps. Epididimitis selalu disertai orchitis. Ditemukan 20-30%, unilateral pada

lelaki yang menderita mumps sesudah pubertas, insiden orchitis bilateral rendah, kira-kira 2

%.2 Orchitis kebanyakan terjadi dalam 2 minggu pertama. Adakalanya di minggu ketiga.

Diagnosis mumps orchitis tanpa parotitis ditegakkan dengan titer complement fixing

antibodies yang meningkat selama masa rekonvalesensi.2 Orchitis dimulai dengan tiba-tiba

demam, menggigil, sakit kepala, nausea, muntah dan nyeri abdomen bagian bawah. Keluhan-

keluhan tersebut biasanya paralel dengan beratanya orchitis. Lamanya demam jarang lebih

dari 1 mingggu, demam turun secara krisis atau lysis. Bersama timbulnya demam, testis

membengkak cepat disertai nyeri yang hebat.

Tidak ada kekhawatiran akan impotensi atau sterilitas sebab2:

Orchitis kebanyakan unilateral

Bila ada orchitis bilateral, sangat jarang terjadi atrofi total pada kedua testis.

Meningoencephalitis

Insiden kira-kira 10%, biasanya timbul 3-10 hari sesudah parotitis, dapat juga

mendahului parotitis. Ditandai oleh demam, sakit kepala, nausea, muntah, kaku kuduk,

gangguan kesadaran dan jarang ada kejang. Positive Brudzinski’s and Kernig’s Signs. Liquor

menunjukkan plecytosis dengan kebanyakan limfosit, protein meninggi, glukosa dan klorida

normal. Biasanya demam menurun secara lysis dalam 3-10 hari. Perjalanan penyakit serupa

benign aseptic meningitis dan biasanya tanpa sequelae2.\

Pankreatitis

Kelainan berat teapi jarang skali, tia-tiba ada keluhan hebat di epigastrium disertai

Page 13: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

demam, menggigil, lemah sekali,nausea dan muntah. Keluh kesah hilang perlahan – lahan

dalam 37 hari, biasanya sembuh sempurna. Bila seorang perempuan menderita mumps

disertai nyeri abdomen bagian bawah berarti ada oophoritis, bila ovarium kanan yang sakit

maka keadaan tersebut mungkin tidak dapat dibedakan dengan acute appendicitis. Kelenjar

lain yang dapat meradang pada mumps, walaupun jarang ialah tiroiditis, mastitis,

dacryoadenitis dan bartholinitis.4

F. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding ini mencakup parotitis sebab lain, seperti pada infeksi virus

termasuk infeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV), influenza, parainfluenza 1 dan 3,

sitomegalovirus, atau keadaan koksakivirus yang jarang dan infeksi koriomeningitis

limfositik.

Infeksi-infeksi ini dapat dibedakan dengan uji laboratorium spesifik 2;

Parotitis supuratif, dimana nanah sering dapat dikeluarkan dari duktus

Parotitis berulang, suatu keadaan yang sebabnya belum diketahui, tetapi mungkin

bersifat alergi yang sering berulang dan mempunyai sialogram khas

Kalkulus salivarius, menyumbat saluran parotis, atau lebih sering saluran

submandibuler dimana pembengkakan intermitten,

Limfadenitis preaurikuler atau servikal anterior karena sebab apapun,

Limfosarkoma atau tumor parotis lain yang jarang

Orkitis akibat infeksi selain daripada parotitis epidemika, misalnya infeksi yang jarang

oleh koksakivirus atau virus koriomeningitis limfositik, atau parotitis yang disebabkan

oleh sitomegalovirus pada anak yang terganggu imunnya.

G. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis epidemika pada

pemeirksaan fisis. Disamping leucopenia dengan limfosiotsis relative, didapatkan pula

Page 14: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

kenaikan kadar amylase dengan serum yang mencapai puncaknya setelah satu minggu dan

kemudian menjadi normal kembali dalam dua minggu.

Keterangan klinis berupa :

ada kontak dengan penderita mumps 2-3 minggu sebelumnya

gambaran klinis serupa parotitis

tanda-tanda aseptIc meningitis

Pemeriksaan Laboratorium

Jumlah lekosit normal atau terdapat leukopenia dengan limfositosis relatif. Sebagai

pemeriksaan tambahan dapat dilakukan complement-fixing antibody test, neutralization test,

isolasi virus, uji intradermal dan pengukuran kadar amylase dalam serum8. Iksolasi virus

mumps dan test serologic tidak diperlukan pada mumps yang klasik tetapi pada keadaan-

keadaan yang meragukan seperti bila tidak ada parotitis atau pada recurrent parotitis.

Sekurang-kurang ada 3 uji serologic untuk mebuktikan spesifik mumops antibodies2:

Complement fixation antibodies (CF)

Hemagglutination inhibitor antibodies (HI)

Virus neutralizing antibodies (NT)

CF paling praktis dan paling dipercaya. Countries antibodies dapat dibuktikan di darah pada

minggu ke-1 dan pada akhir minggu ke-2 sudah ada peninggian jelas. Titer meningkaty lebih

ari 4 kali atau lebih berarti mumps 7. Keterangan Laboratorium tambahan

Kadar amylase dalam serum meninggi pada mumps paraparotitis dan pankreatitis. Kadar

amylase rupanya berjalan parallel dengan pembengkakan paroits, puncaknya tercapai di

minggu ke-1, berangsur-angsur menjadi normal pada minggu ke-2 atau 3. kira-kira 70%

mumps disertai amylase yang meninggi 4.

H. KOMPLIKASI

Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi

kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Komplikasi bisa terjadi pada

organ selain kelenjar liur, terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas. Komplikasi bisa

Page 15: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

terjadi sebelum, selama maupun sesudah kelenjar liur membengkak; atau terjadi tanpa disertai

pembengkakan kelenjar liur 11.

a. Orkitis ; peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena

mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen sehingga terjadi

kemandulan.

b. Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri perut yang

ringan dan jarang menyebabkan kemandulan.

c. Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit

kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami

meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang

mengalami enserfalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen,

seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.

d. Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita

merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu

1 minggu dan penderita akan sembuh total.

e. Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air kemih yang kental

dalam jumlah yang banyak

f. Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi.

I. PENGOBATAN

Istirahat di tempat tidur selama masa panas dan pembengkakan kelenjar parotis.

Simtomatik diberikan kompres panas atau dingin dan juga diberikan analgetika. Diet makanan

cair dan lunak. Kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin

diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis. Self limiting disease. Perjalanan penyakit

tidak dapat dipengaruhi oleh anti mikroba.

Karena terdapat gangguan menelan/mengunyah, sebaiknya diberikan makanan lunak

dan hindari minuman asam karena bisa menimbulkan nyeri. Daerah pipi/leher bisa juga

dikompres secara bergantian dengan panas dan dingin. Obat pereda nyeri (misalnya

Page 16: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

asetaminofen dan ibuprofen) bisa digunakan untuk mengatasi sakit kepala dan tidak enak

badan. Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya

sindroma Reye. Jika terjadi pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani tirah baring.

Untuk mengurangi nyeri, bisa dikompres dengan es batu. Jika terjadi mual dan muntah akibat

pankreatitis, bisa diberikan cairan melalui infus.

J. PROGNOSIS

Pada umumnya bagus sekali, kematian sangat jarang. Meningoencephalitis biasanya

tidak ganas dabn jarang bersequele walaupun insiden setelah atrofi testis setelah orchitis

tinggi tetapi kemandulan sangat jarang ditemukan. Hanya persentasi kecil yang mendapat tuli

permanen

K. PENCEGAHAN

a. Perlindungan pasif

Gammaglobulin biasanya tidak efektif. Khasiat mumps immunoglobulin juga tidak jelas.

b. Imunisasi aktif

1. Inactivated mumps virus vaccine tidak efektif

2. Live attenuated mumps virus vaccine Jery Lin mulai digunakan 1968 di USA, tidak

disertai demam.

3. Suntikan subkutan, kira-kira 95% akan membuat mumps antibodies tetapi antibodinya

jauh lebih rendah daripada diperoleh sesudah menderita mumps. Vaksinasi memberikan

perlindungan yanhg bagus sekali paling sedikit 4 tahun. Tidak dianjurkan kepada:

Anak dibawah 1 tahun yang alergi terhadap protein telur/neomycin

Yang mendapat obat-obatan immunosupresif. Ada kombinasi dengan vaksin

morbili dan vaksin rubella.2

Page 17: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

L. CARA - CARA PEMBERANTASAN

a. Cara pencegahan

1. Berikan penyuluhan kepada masyarakat, anjurkan masyarakat untuk

mengimunisasikan anak-anak mereka yang berusia di atas satu tahun yang lahir pada

tahun 1957 atau setelah itu.

2. Vaksin yang dibuat dari virus mumps yang telah dilemahkan dengan menggunakan

strain virus jeryl lynn, sudah beredar di AS sejak tahun 1967 sebagai vaksin tunggal

atau dalam bentuk kombinasi dengan vaksin lain(MMR).Timbulnya reaksi samping

yang berat setelah pemberian imunisasi tergantung dari jenis virus yang dipaai untuk

membuat vaksin. Pada salah satu uji coba yang dilakukan, insidensi timbulnya demam

pada mereka yang imunisasi dibandingkan dengan mereka yang diberikan sama besar.

Pemberian imunisasi kepada orang yang sudah kebal karena infeksi alamiah tidak

meningkatkan risiko timbunya efek samping pasca imunisasi. Lebih dari 95% mereka

yang diimunisasi kemungkinan kebal seumur hidup. Vaksin umps dapat diberikan

kapan saja setelah usia satu tahun, dalam bentuk MMR diberikan pada usia 12-18

bulan. Dosis pertama diberikan pada usia 12 bulan dan dosis kedua dianjurkan untuk

diberikan pada 4-5 tahun. Namun pada saat dilakukan upaya akselerasi jadwal

imunisasi MMR dan pada saat dilakukan upaya untuk meningkatkan cakupan

imunisasi maka dosis kedua diberikan 1 bulan setelah dosis pertama. Upaya khusus

perlu dilakukan untuk memberikan imunisasi kepada anak-anak yang tidak jelas status

imunisasinya sebelum mereka mencapai usia akil baliq. Dan wanita yang sedang

hamil atau wanita yang merencanakan hamil 3 bulan lagi, tidak dianjurkan untuk

diberikan imunisasi mumps dengan alasan teoritis dikhawatirkan akan terjadinya

kelainan pada bayi mereka, walaupun secara praktis hal ini tidak pernah terjadi.

b. Penanganan penderita, kontak dan lingkungan

Adapun penanganannya

1. Laporan kepada instansi kesehatan setempat: laporan bersifat selektif.

Page 18: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

2. Isolasi: Lakukan isolasi terhadap saluran pernafasan dan sediakan ruangan khusus

selama 9 hari setelah timbulnya parotitis apabila disekitar mereka banyak orang yang

rentan (tidak diimunisasi).

3. Disinfeksi serentak: Lakukan disinfeksi terhadap semua barang-barang yang tercemar

oleh sekret hidung dan tenggorokan.

4. Karantina: Liburkan mereka yang rentan dan yang pernah terpajan, dengan penderita

dari sekolah atau pekerjaan selama 12-25 hari setelah terpajan, apabila di lingkungan

sekolah atau pekerjaan mereka banyak anak atau orang yang rentan.

5. Imunisasi kontak: Walaupun pemberian imunisasi setelah seseorang terpajan tidak

melindungi merekauntuk menjadi sakit. Namun terhadap kontak yang telah diimunisasi

yang kemudian tidak sakit maka pemberian imunisasi ini akan melindungi mereka

terhadap infeksi berikutnya. Pemberian immune globulin tidak efektif dan tidak

dianjurkan.

6. Investigasi terhadap kontak dan sumber penularan infeksi: cari orang-orang yang rentan

dan kepada mereka yang harus diimunisasi.

Page 19: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

HIPERSALIVA

A. DEFINISI

Hipersalivasi adalah suatu gejala terjadinya produksi saliva yang

berlebihan. Hipersalivasi dikenal juga dengan sebutan Ptyalism atau Drooling.

Pseudoptyalism adalah adanya saliva yang berlebihan karena terakumulasi di di

rongga mulut. Pada pseudoptyalism, produksi saliva tidak bertambah namun saliva

tidak dapat ditelan sehingga mengalami akumulasi dan mneyebabkan gejala

yang mirip dengan hipersalivasi.

Hipersalivasi dapat tejadi pada anjing atau kucing. Pada hewan muda

umumnya akibat problem kongenital (portosistemik shunt) atau akibat

menelan bahan kaustik, toksin atau benda asing. Bangsa anjing yang sering

mengalami problem kongenital portosistemik shunt adalah Yorkshire terrier,

Maltese terrier, Australian cattle dog, miniature Schnauzer, Irish wolfhound. Bangsa

anjing besar seperti Saint Bernard dan Mastiff juga sering mengalami masalah

hipersalivasi.

SEKRESI SALIVA

Glandula salivaria ; sifat – sifat saliva.

Kelenjar utama saliva adalah glandula parotidea, submaksilaris ( juga dinamai

submandibularis ), dan sublingualis, disamping glandula bukalis yang kecil. Sekresi saliva

tiap hari dalam keadaan normal berkisar antara 1000 dan 1500mililiter. Saliva mengandung

dua jenis sekresi protein; (1) sekresi serosa yang mengandung ptyalin (suatu α-amilase), yang

merupakan suatu enzim untuk pencernaan pati, dan (2) sekresi mukosa, yang mengandung

mucus untuk tujuan pelumasan. Glandula parotidea semata-mata menyekresi secret jenis

serosa dan kelenjar submaksilaris menyekresi jenis secret serosa dan mucus. Glandula

sublingualis dan bukalis hanya menyekresi mucus. saliva mempunyai pH antara 6,0 dan 7,4

suatu batas yang baik sekali untuk kerja pencernan ptyalin.

Page 20: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

Sekresi ion – ion dalam saliva.

Saliva mengandung kalium dan ion bikarbonat dalam jumlah sangat besar. Sebaliknya,

konsentrasi ion natrium dan klorida sangat sedikit dalam saliva dibandingkan dalam plasma.

Konsentrasi ion – ion dalam saliva yang khas ini dapat dipahami dan dari penjelasan

mengenai mekanisme sekresi saliva.

Sekresi oleh glandula submaksilaris, suatu kelenjar majemuk yang mengandung asinus

dan duktus salivarius. Sekresi saliva merupakan kerja dua tahap : stadium pertama melibatkan

asinus dan yang kedua duktus salivarius. Asinus mengeluarkan sekresi primer yang

mengandung tialin atau mucus atau keduanya dalam larutan ion – ion yang mempunyai

konsentrasi yang tidak banyak berbeda dengan cairan ekstra sel yang khas. Tetapi, waktu

secret priimer mengalir melalui duktus, berlangsung dua proses transport aktif yang utama

yang dengan nyata mengubah susunan ion saliva. Pertamaa, dalam bagian pertama duktus

salivaria, didekat sambungannya dengan asinus, ion bikarbonat disekresi secara aktif

sementara ion klorida konsentrasi: kedua, ion natrium secara aktif direabsorbsi dari duktus,

dan ion kalium secara aktif disekresi untuk menukar natrium. Oleh karena itu, konsentrasi

natrium saliva sangat berkurang, sementara konsentrasi ion kalium meningkat. Banyaknya

kelebihan reabsorbsi natrium terhadap sekresi kalium menghasilkan muatan negative sekitar -

70mV didalam duktus salivarius, dan ini masih menyebabkan reabsorbsi jauh lebih banyak

ion klorida secara pasif.

Hasil bersih proses tranpor aktif ini adalah bahwa keadaan istirahat, konsentrasi ion

natrium dan klorida hanya sekitar 15mEq./liter mendekati 1/7 sampai 1/10 konsentrasinya

didalam plasma. Dipihak lain, konsentrasi ion kalum sekitar 30 mEq./liter, 7x sebesar

konsentrasinya didalam plasma dan konsentrasi ion bikarbonat 50-90mEq./liter, sekitar 2 – 4

kali dari konsentrasi dalam plasma.

Selama salvias maksimum, konsentrasi ion saliva sangat berubah karena kecepatan

pembentukan sekresi primer oleh asinus dapat meningkatkan sebanyak 20x lipat sebagai

akibatnya, kemudian sekresi ini mengalir melalui duktus – duktus begitu cepat sehingga

perbaikan duktus untuk sekresi sangat berkurang. Sehingga bila saliva yang disekresikan

berlebih – lebihan, maka konsentrasi natrium klorida meningkat sampai sekitar setengah

Page 21: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

sampai 2/3 kadar plasma., sementara konsentrasi kalium turun sampai hanya 4x dari kadar

plasma.

Dengan adanya kelebihan sekresi aldosteron, maka reabsorbsi natrium dan klorida

serta sekresi kalium menjadi sangat meningkat sehingga konsentrasi natrium klorida dalam

saliva kadang – kadang menurun hamper 0, sementara konsentrasi kalium makin terus

meningkat.

Fungsi saliva untuk kebersihan mulut.

Dalam keadaan basal, 0,5 – 1 ml/menit saliva, yang semata – mata hamper bersifat

mukosa, disekresi setiap saat. Sekresi ini memegang peranan yang sangat penting dalam

mempertahankan kesehatan jaringan mulut. Mulut banyak mengandung bakteri pathogen

yang dapat dengan mudah menghancurkan jaringan dan dapat juga menyebabkan karies

dentis. Akan tetapi, saliva membantu mencegah proses pemburukan melalui beberapa jalan.

Pertama, aliran saliva sendiri membantu membersihkan bakteri pathogen maupun partikel

makanan yang memberikan sokongan metaboliknya. Kedua, saliva juga mengandung

beberapa factor yang sebenarnya menghancurkan bakteri, termaksud ion tiosianat dan juga

beberapa enzim proteolitik yang (a) menyerang bakteri, (b) membantu ion tiosianat memasuki

bakteri, tempat merekaa berubah menjadi bakterisida (c) mencernakan partikel makanan, jadi

membantu lebih lanjut untuk membuang penyokong metabolic bakteri. Ketiga, sering saliva

mengandung protein anti bodi dalam jumlah yang bermakna, yang dapat menghancurkan

bakteri mulut, termasuk yang menyebabkan karier dentis.

Pengaturan saraf atas sekresi saliva.

Kelenjar submaksilaris dan sublingualis terutama diatur oleh impuls saraf dari bagian

superior nucleus salivatorius dan glandula parotideaa oleh impuls dari inverior nucleus

tersebut. Nukleu salivatorius terletak dekat pada perbatasan medulla oblongata dan pons serta

dirangsang oleh rangsang kecap dan taktil dari lidah dan daerah mulut lainnya. Sebagian besar

rangsang kecap, khususnya rasa asam, menimbulkan sekresi saliva dalam jumlah besar (sering

sebanyak 5ml/menit atau 8 sampai 20 kali kecepatan sekresi basal). Juga, rangsang taktil

tertentu seperti adanya objek yang halus dalam mulut (misalnya batu kerikil), menyebabkan

Page 22: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

salvias yang nyata, sedangkan objek yang kasar menyebabkan salvias yang lebih sedikit dan

kadang – kadang malahan menghambat salvias.

Salvias juga dapat dirangsang atau dihambat oleh impuls yang datang pada nucleus

salivatorius dari pusat – pusat yang lebih tinggi pada SSP. Misalnya, bila seseorang mambau

atau makan makanan yang dia sukai salvasi jauh lebih banyak dari pada bila membau atau

makan makanan yang tidak disukai.

B. ETIOLOGI

Penyakit oral dan faring

Benda asing, neoplasia, gingivitis, stomatitis, uremia, ingesti bahan kaustik atau

terbakar (menggigit kabel listrik)

Neurologis

Rabies, pseudorabies pada anjing, gangguan yang menyebabkan disfagia, gangguan

yang menyebabkan syaraf fasial rusak atau drop jaw, gangguan yang menyebabkan

seizure. Esophagus, gastrointestinal, gangguan metabolic hepatoencephalopati,

hipertermi, uremia.

Obat atau toksin

Bisa (venom) laba-laba black widow, North American scorpion, Gila monster. Bahan

kaustik untuk pembersih peralatan rumah tangga atau kebun. Pembasmi serangga

(organophosphate, pyrethrin, pyrethroid, organochlorine), ivermectin,

obat kolinergik, asam bensoat, cafein, cocain, opiat.

C. PATOFISIOLOGI

Saliva diproduksi dan disekresi ke dalam rongga mulut secara konstan oleh kelenjar

saliva. Produksi saliva yang normal akan tampak seperti berlebihan pada penderita yang

mengalami anatomi abnormal sehingga saliva menetes dari mulut atau suatu kondisi

yang menyebabkan hewan sulit menelan. Sedangkan produksi saliva meningkat

akibat eksitasi nukleus saliva di batang otak. Produksi saliva juga meningkat akibat

stimulasi pada rasa dan sensasi taktil pada mulut dan lidah. Pusat yang lebih tinggi dari

Page 23: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

sistem syaraf pusat juga mampu menghambat atau merangsang produksi saliva

melalui nukleus saliva. Sehingga lesi pada SSP juga akan merangsang produksi saliva.

Penyakit pada faring, esofagus, mukosa gastrik dapat merangsang produksi saliva.

D. GEJALA KLINIS

Hewan umumnya mengalami anoreksia (lesi oral, penyakit gastrointestinal atau

penyakit sistemik). Perubahan perilaku makan, perubahan lain seperti agresif, pendiam

terutama pada kondisi kesakitan. Regurgitasi pada penderita penyakit esofagus, vomit

pada penderita gastrointestinal atau penyakit sistemik. Mengusap wajah atau sekitar

hidung pada pasien yang merasa tidak nyaman atau sakit di sekitar mulut. Gejala

neurologi terutama seizure akibat terpapar oabat atau toksin dan pada pasien yang

mengalami hepatoencephalopati.

Dari pemeriksaan fisik ditemukan beberapa perubahan seperti penyakit periodontal

(inflamasi), stomatitis (ulserasi dan inflamasi), massa di rongga mulut, lesi lidah

(inflamasi, ulserasi, massa,benda asing), lesi oropharing (inflamasi, ulserasi, massa, terutama

disekitar palatum lunak atau glossopharingeal), bercak darah pada saliva ( perdarahan

pada rongga mulut , faring atau esofagus), halitosis (penyakit rongga mulut, esophagus atau

lambung), disfagia (penyakit rongga mulut, faring, neuromuskular atau pembesaran limfe

nodus retrofaringeal), defisit syaraf (lesi syaraf trigeminal, fasial, glosofaringeal,

vagus, hipoglosal), Kelenjar saliva (inflamasi, bengkak, nekrotik atau sakit).

E. DIAGNOSA

Bedakan hipersaliva dengan pseudoptyalisim melalui anamnesis yang lengkap

(termasuk vaksinasi, pengobatan yang pernah dilakukan atau kemungkinan mengingesti

toksin). Lakukan pemeriksaan fisik dengan teliti pada rongga mulut dan leher serta

pemeriksaan system saraf. Hemogram umumnya normal. Lekositos biasanya terjadi pada

pasien yang mengalami inflamasi. Stress leukogram ditemukan pada hewan yang meingesti

bahan kaustik atau organofosfat.

Hasil pemeriksaan biokimia serum umumnya normal kecuali pada penderita uremia

atau hepatoencephalopati. Radiografi dapat membantu mendeteksi adanya benda asing atau

Page 24: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

neoplasia dirongga mulut. USG atau portal venografi dapat membantu mendiagnosis

portosistemik shunt.

.

F. TERAPI

Lakukan terapi pada penyebab utama hipersalivasi. Terapi simptomatis tidak begitu

bermanfaat bagi penderita bahkan mengaburkan penyebab utama hipersalivasi. Terapi

simptomatis hanya diperlukan bila hipersalivasi sangat berlebihan dan lama, dan jika

mungkin diberikan setelah diagnosis ditetapkan. Atropin 0,05 mg/kg PO atau SQ q8 jam

akan menurunkan produksi saliva secara simptomatis. Petrolium jelly dapat diberikan

pada area yang terkena saliva agar tidak terjadi moist dermatit

Page 25: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

3. KANKER RONGGA MULUT

A. DEFINISI

Kanker rongga mulut adalah kanker yang berasal dari mukosa atau kelenjar liur

pada dinding rongga mulut dan organ dalam mulut. Batas-batas rongga mulut:

Depan : tepi vermilion bibir atas dan bawah

Atas : palatum durum dan molle

Lateral : bukal kanan dan kiri

Bawah : dasar mulut dan lidah

Belakang : arkus faringeus anterior kanan kiri, dan uvula, arkus glossopalatinus

kanan kiri, tepi lateral pangkal lidah, papilla sirkumvalata lidah.

Ruang lingkup kanker rongga mulut meliputi daerah spesifik di bawah ini:

bibir

lidah 2/3 anterior

mukosa bukal

dasar mulut

ginggiva atas dan bawah

trigonum retromolar

palatum durum,

palatum molle

Tidak termasuk kanker rongga mulut ialah:

sarkoma dan tumor ganas odontogen pada maksila atau mandibula

sarkoma jaringan lunak dan syaraf perifer pada bibir atau pipi

karsinoma kulit bibir atau kulit pipi

B. ETIOLOGI

Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu proses yang

terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan tumor

(Scully,1992). Secara garis besar, etiologi kanker rongga mulut dapat dikelompokkan atas :

1. Faktor lokal, meliputi kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis dari

restorasi, gigi-gigi karies/akar gigi, gigi palsu (Smith,1989; Bolden,1982;

Tambunan,1993).

Page 26: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

2. Faktor luar, antara lain karsinogen kimia berupa rokok dan cara penggunaannya,

tembakau, agen fisik, radiasu ionisasi, virus, sinar matahari (Scully,1992;

Bolden,1982; Smith,1989).

3. Faktor host, meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi imunologi dan genetic

(Scully,1992; Smith,1989).

Faktor-faktor etiologi tersebut tidak bekerja 'secara terpisah, kombinasi dari

berbagai factor sering dijumpai bersama-sama. Pada dasawarsa terakhir, patogenesis

molekular neoplasma menunjukkan bahwa neoplasma merupakan penyakit genetik.

Terbentuknya tumor sebagai akibat terjadinya penyimpangan genetik yang disebabkan oleh

faktor-faktor etiologi sehingga terjadi pembelahan gel yang berlebihan dan tidak terkendali.

Gen yang menjadi sasaran perubahan genetik adalah onkogen (gen yang meningkatkan

pertumbuhan), anti onkogen (gen yang menghambat pertumbuhan) dan gen yang mengatur

apoptosis (Scully,1992).

C. PATOFISIOLOGI

Kepala dan leher telah vascularity daerah kaya, yang merupakan keuntungan untuk

mengobati kanker di daerah ini. Selain itu, vascularity ini meningkatkan metastasis

tersebut. Cangkang tumor yang bermetastasis ke kepala dan leher yang lebih kaya dalam

vascularity dari jaringan tumor itu sendiri.

D. MANIFESTASI KLINIS

Banyak kanker oral tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Keluhan pasien

yang paling sering adalah luka yang tidak nyeri atau massa yang tidak sembuh. Lesi khas

pada kanker oral adalah ulkus keras ( mengeras ) dengan tepi menonjol. Adanya ulkus

rongga mulut yang tidak sembuh dalam 2 minggu harus diperiksa dengan biopsi. Bila

kanker berlanjut, pasien dapat mengeluh nyeri tekan; sulit menguyah, menelan, atau bicara;

batuk disertai sputum mengandung darah; atau pembesaran nodul limfe servikal.

E. EVALUASI DIAGNOSTIK

Evaluasi diagnostik terdiri dari pemeriksaan oral serta pengkajian nodus limfe

servikal untuk mengevaluasi kemungkinan metastasis. Biopsi dilakukan pada lesi yang

dicurigai kanker. Lesi yang dicurigai adalah yang tidak sembuh dalam 2 minggu. Area oral

Page 27: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

resiko tinggi mencakup mukosa bukal dan gusi pada orang yang menghisap atau merokok

tembakau atau pipa. Untuk orang yang merokok tembakau dan minuman alkohol, area

resiko tinggi mencakup dasar mulut, lidah ventrolateral, dan kompleks palatum lunak

( yang mencakup palatum lunak, aarea tonsilar anterior dan posterior, uvula, dan area

dibelakang pertemuan lidah dan molar )

F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan bervariasi sesuai dengan sifat lesi, pilihan dokter, dan pilihan

pasien. Bedah reseksi, terapi radiasi, kemoterapi, dan kombinasi terapi – terapi ini mungkin

efektif. Pada kanker bibir, lesi kecil biasanya dieksisi secara bebas; lesi yang lebih besar

dan melibatkan lebih dari sepertiga bibir mungkin lebih tepat diobati dengan terapi radiasi

karena lebih mengutamakan hasil kosmetik. Pilihannya tergantung pada luasnya lesi,

keterampilan ahli bedah atau ahli radiologi, dan pengobatan terpilih sambil tetap

mempertahankan penampilan terbaik pasien. Untuk tumor yang lebih besar 4 cm terdapat

laju kekambuhan tinggi.

Kanker lidah biasanya diatasi secara agresif, karena laju pertumbuhan tinggi. Untuk

kanker largin lateral lidah, dua pengobatan mayor pilihan adalah terapi radiasi dan bedah.

Seringkali hemiglosektomi ( pengangkatan bedah setengah dari lidah ) perlu dilakukan.

Bila kanker ada pada dasar lidah, reseksi bedah lebih menyulitkan. Sering terapi

radiasi menjadi pengobatan primer. Kombinasi implan insterstisial radioaktif dan radiasi

sinar eksternal dapat dilakukan. Untuk lesi yang lebih besar, terapi eksternal sendiri

digunakan. Sering kanker rongga oral lebih metastase kesaluran limfatik luas dibagian

leher, karenanya memerlukan diseksi leher dan kemungkinan bedah rekonstruktif rongga

oral. Tehnik rekonstruktif intraoral yang umum digunakan mencakup penggunaan flap

bebas lengan radial (penggunaan lapisan tipis kulit dari lengan bawah disertai dengan arteri

radial).

Page 28: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Aktivitas/ istirahat

Gejala :kelemahan dan /atau keletihan

Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari;

adanya faktor – fakor yang mempengaruhi tidur.

2. Sirkulasi

Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja

Kebiasaan : takikardia Perubahan pada TD

3. Integritas ego

Gejala : Faktor stress ( keuangan, pekerjaan, perubahan peran ) dan cara

mengatasi stress ( misalnya, merokok, minum alkohol, menunda mencari

pengobatan, keyakinan religius/spiritual )

Masalah tentang perubahan dalam penampilan misalnya, lesi cacat,

pembedahan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa

tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.

Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah

4. Makanan/Cairan

Gejala : Kebiasaan diet buruk ( misalnya, rendah serat, tinggi lemak, aditif,

bahan pengawet ).

Anoreksia, mual/muntah

Intoleransi makanan

Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema

5. Neurosensori

Gejala : Pusing

6. Pernapasan

Tanda : Merokok ( tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang

merokok ) Pemanjaan asbes

Page 29: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita penyakit

kanker rongga mulut yaitu:

Perubahan membrane mukosa oral yang berhubungan dengan kondisi patologis,

infeksi, atau trauma kimia atau mekanis ( mis, obat, sakit akibat gigi palsu )

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan untuk

mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral.

Gangguan harga diri yang berhubungan dengan ansietas

Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan rencana pengobatan yang

berhubungan dengan kesalahan interprestasi informasi,mitos.

Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan penyakit atau pengobatan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Diagnosa : Perubahan membrane mukosa oral yang berhubungan dengan

kondisi patologis, infeksi, atau trauma kimia atau mekanis ( mis, obat, sakit akibat

gigi palsu )

Tujuan :.Perbaikan pada kondisi membran mukosa oral

Kriteria hasil : menunjukkan bukti membaran mukosa oral utuh, bebas dari nyeri

dan ketidak nyamanan pada rongga oral

Intervensi :

Kaji kesehatan gigi dan higiene oral pada penerimaan dan secara periodik.

R/: mengidentifikasi pengobatan profilaksis yang mungkin diperlukan sebelum

memulai kemoterapi atau radiasi dan memberikan data dasar pada

perawatan higiene oral saat ini.

Kaji rongga mulut setiap hari, perhatikan perubahan pada integritas membran

mukosa oral (mis. Kering, kemerahan). Pastikan apakah pasien mengeluh rasa

terbakar di mulut, perubahan pada kualitas suara, kemampuan untuk menelan,

indera pengecap, terjadinya kental/banyak.

R/: Inflamasi mukosa oral (stomatitis) secara umum terjadi 7-14 hari setelah

mulainya pengobatan, tetapi tanda mungkin terlihat paling dini hari ke-3

sampai ke-4, khususnya bila ada masalah oral sebelumnya. Rentang respon

meluas dari eritema sedang sampai ulserasi berat, yang sangat nyeri,

Page 30: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

menghambat masukan oral dan potensial mengancam hidup. Identifikasi

awal memungkinkan pengobatan cepat.

Gunakan pencuci mulut yang dibuat dari salin hangat, larutan pelarut dari

hidrogen peroksida atau soda kue dan air

R/: Dapat menyejukkan membran. Pencucian sebelum makan dapat

mempervaiki indra pengecap pasien. Pencucian setelah makan dan pada

saat tidur melarutkan asam mulut dan menghilangkan xerostomia

Pantau dan jelaskan tanda – tanda pasien tentang superinfeksi oral ( misalnya

sariawan )

R/: Pengenalan dini menjamin tindakan segera

2. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak

mampuan untuk mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral.

Tujuan : .Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : Mencapai dan mempertahankan berat badan yang diinginkan

Intervensi:

Kaji status nutrisi

R/: memantau kebutuhan nutrisi pada klien

Konsul diet bila perlu

R/: menentukan jenis makan yang akan diberikan pada klien

Berikan perawatan mulut sebelum makan

R/:menghilangkan rasa tidak enak dan dapat meningkatkan nafsu makan.

Ciptakan lingkungan yang nyaman saat makan

R/: suasana yang nyaman membantu pasien untuk meningkatkan keinginan

untuk makan

3. Diagnosa : Gangguan harga diri yang berhubungan dengan ansietas

Tujuan : Pasien mendapatkan harga diri yang positif .

Kriteria hasil : Mampu menerima perubahan dan mengubah konsep diri dengan

sesuai

Intervensi:

Diskusikan dengan pasien/orang terdekat bagaimana diagnosis dan pengobatan

yang mempengaruhi kehidupan pribadi pasien/rumah dan aktivitas kerja.

Page 31: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

R/: Membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan

masalah

Akui kesulitan pasien yang mungkin dialami. Berikan informasi bahwa

konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi.

R/: Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk tindakan

apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.

Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan

fase pengobatan.

R/: Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek

kanker atau efek samping terapi; banyak memerlukan dukungan tambahan

selama periode ini.

4. Diagnosa : Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan rencana

pengobatan yang berhubungan dengan kesalahan interprestasi informasi,mitos.

Tujuan :.Pemahaman tentang penyakit dan pengobatannya

Kriteria hasil :Mendapatkan informasi tentang proses penyakit dan program

pengobatan

Intervensi :

Minta pasien untuk umpan balik verbal, dan perbaiki kesalahan konsep tentang

konsep tentang tipe kanker individu dan pengobatannya.

R/: Kesalahan konsep tentang kanker lebih mengganggu dari pada kenyataan

dan mempengaruhi pengobatan/penurunan penyembuhan.

Instrusikan pasien untuk mengkaji membran mukosa oral secara rutin,

perhatikan eritema,ulserasi.

R/: Pengenalan dini tentang masalah meningkatkan intervensi dini,

miminimalkan komplikasi yang merusak masukan oral.

Berikan materi tertulis tentang kanker, pengobatan, dan ketersediaan sistem

pendukung.

R/: Ansietas dan berpikir terus menerus dengan pikiran tentang kehidupan dan

kematian sering mempengaruhi kemampuan pasien untuk mengasimilasi

informasi adekuat. Materi tertulis yang dibawa pulang memberi penguatan dan

klarifikasi tentang informasi sesuai kebutuhan pasien.

Page 32: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

5. Diagnosa : Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan penyakit atau

pengobatan

Tujuan :.Tidak adanya infeksi

Kriteria hasil : Menunjukkan nilai – nilai laboratorium normal, tidak demam, dan

melakukan higiene oral setiap setelah makan dan pada saat tidur

Intervensi :

Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan pengunjung.

Batasi pengunjung yang mengalami infeksi. Tempatkan pada isolasi sesuai

indikasi.

R/: Lindungi pasien dari sumber-sumber infeksi seperti pengunjung dan staf.

Tekankan pentingnya higiene oral yang baik

R/: Terjadinya stomatitis meningkatkan resiko terhadap infeksi/pertumbuhan

sekunder.

Tingkatkan istirahat adekuat/periode latihan.

R/: Membatasi keletihan, mendorong gerakan yang cukup untuk mencegah

komplikasi stasis mis. Pembentukan trombus.

D. IMPLEMENTASI

Dilakukan sesuai intervensi yang direncanakan.

E. EVALUASI

Menunjukkan membran mukosa oral utuh. Bebas dari nyeri, ketidak nyamanan

membran mukosa oral dan tidak terlihat perubahan pada integritas membran

Mencapai dan mempertahankan berat badan yang dinginkan

Mampu menerima perubahan dan mengubah konsep diri dengan sesuai

Mendapatkan informasi tentang proses penyakit dan program pengobatan

Menunjukkan nilai – nilai laboratorium normal, tidak demam, dan melakukan

higiene oral setiap setelah makan dan pada saat tidur

Page 33: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

. Parotitis epidemika adalah penyakit virus, akut, yang kelenjar ludahnya membesar

nyeri, terutama kelenjar parotis, merupakan tanda-tanda yang biasa ada. Nama parotitis

epidemica kurang tepat sebab tidak selalu ada radang di parotis dan penyakit tersebut tidak

selalu mewabah. Merupakan suatu penyakit menular yang akut.

Hipersalivasi adalah suatu gejala terjadinya produksi saliva yang

berlebihan. Hipersalivasi dikenal juga dengan sebutan Ptyalism atau Drooling.

Pseudoptyalism adalah adanya saliva yang berlebihan karena terakumulasi di di

rongga mulut. Pada pseudoptyalism, produksi saliva tidak bertambah namun

saliva tidak dapat ditelan sehingga mengalami akumulasi dan mneyebabkan

gejala yang mirip dengan hipersalivasi.

Kanker rongga mulut adalah kanker yang berasal dari mukosa atau kelenjar liur

pada dinding rongga mulut dan organ dalam mulut. Batas-batas rongga mulut:

Depan : tepi vermilion bibir atas dan bawah

Atas : palatum durum dan molle

Lateral : bukal kanan dan kiri

Bawah : dasar mulut dan lidah

Belakang : arkus faringeus anterior kanan kiri, dan uvula, arkus glossopalatinus

kanan kiri, tepi lateral pangkal lidah, papilla sirkumvalata lidah.

Page 34: Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut

DAFTAR PUSTAKA

1. suddart & brunner, kmb voluma 2 edisi 8. kedokteran. Jakarta 1997

2. adrianto petrus Dr. Guyton, fisiologi manusia & mekanisme penyakit, kedokteran

Jakarta. 1987

3. http://oncejevuska.blogspot.com/2007/04/mumps-parotitis-epidemika.html

4. http://oncejevuska.blogspot.com/2007/04/mumps-hipersaliva.html

5. http://oncejevuska.blogspot.com/2007/04/mumps-kanker rongga mulut.html