6
Membisniskan Barang Publik Melalui Jasa Parkir Liar. Oleh : Amal Akbar Yasser Arafat Mahasiswa DIV Akuntansi STAN Email : [email protected] Abstrak - Jalan raya merupakan barang publik yang bisa dinikmati setiap orang, akan tetapi sekarang banyak terjadi penyalahgunaan barang publik demi memperoleh keutungan pribadi, salah satu contohnya adalah penyediaan parkir liar yang pada akhirnya menyebabkan kemacetan. Akibatnya masyarakat sebagai pengguna barang publik dalam hal ini jalan raya, dirugikan baik waktu dan biaya. Pada penulisan kali ini, penulis ingin mencari penyebab praktik parkir liar di Jakarta dan mencari solusi untuk mengurangi praktik parkir liar di Jakarta. Kata Kunci : Barang Publik, Parkir liar 1. Pendahuluan barang publik adalah barang yang memiliki sifat non-rival dan non-eksklusif, Ini berarti konsumsi atas barang tersebut oleh suatu individu tidak akan mengurangi jumlah barang yang tersedia untuk dikonsumsi oleh individu lainnya dan berarti semua orang berhak menikmati manfaat dari barang tersebut. Barang Publik ini seharusnya bisa dinikmati semua orang dan dijalankan sesuai fungsinya, Akan tetapi sangat disayangkan barang publik ini juga dimanfaatkan bagi sebagian orang untuk mengeruk keuntungan, salah satunya dengan cara menyediakan parkir liar di badan jalan sehingga menggangu hak yang pemakai jalan raya. Identifikasi masalah Dari latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah yaitu penyebab dari penyalahgunaan parkir liar serta menemukan solusinya. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Penyebab-penyebab atau kondisi yang menyebabkan parkir liar di jakarta.

Penyalahgunaan Public Goods

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mengalihfungsian barang publik

Citation preview

Membisniskan Barang Publik Melalui Jasa Parkir Liar.Oleh : Amal Akbar Yasser ArafatMahasiswa DIV Akuntansi STANEmail : [email protected]

Abstrak - Jalan raya merupakan barang publik yang bisa dinikmati setiap orang, akan tetapi sekarang banyak terjadi penyalahgunaan barang publik demi memperoleh keutungan pribadi, salah satu contohnya adalah penyediaan parkir liar yang pada akhirnya menyebabkan kemacetan. Akibatnya masyarakat sebagai pengguna barang publik dalam hal ini jalan raya, dirugikan baik waktu dan biaya. Pada penulisan kali ini, penulis ingin mencari penyebab praktik parkir liar di Jakarta dan mencari solusi untuk mengurangi praktik parkir liar di Jakarta.Kata Kunci : Barang Publik, Parkir liar1. Pendahuluanbarang publik adalah barang yang memiliki sifat non-rival dan non-eksklusif, Ini berarti konsumsi atas barang tersebut oleh suatu individu tidak akan mengurangi jumlah barang yang tersedia untuk dikonsumsi oleh individu lainnya dan berarti semua orang berhak menikmati manfaat dari barang tersebut. Barang Publik ini seharusnya bisa dinikmati semua orang dan dijalankan sesuai fungsinya, Akan tetapi sangat disayangkan barang publik ini juga dimanfaatkan bagi sebagian orang untuk mengeruk keuntungan, salah satunya dengan cara menyediakan parkir liar di badan jalan sehingga menggangu hak yang pemakai jalan raya.Identifikasi masalah Dari latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah yaitu penyebab dari penyalahgunaan parkir liar serta menemukan solusinya.Rumusan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:1. Penyebab-penyebab atau kondisi yang menyebabkan parkir liar di jakarta.2. Upaya-upaya solusi apa saja yang harus dilakukan untuk mengurangi parkir liar di Jakarta.Tujuan PenelitianAdapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah mendapatkan solusi untuk mengurangi praktik bisnis parkir liar di Jakarta.2. Landasan TeoriBarang Publik .Agus Prawoto dalam buku Pengantar Akuntasi Publik menerangkan bahwa Barang Publik adalah barang yang mempunyai ciri Nonrivalry in consumption dan Nonexcludable. Yang dimaksud dengan Nonrivalry in consumption adalah konsumsi atas barang public oleh seseorang tidak dipengaruhi orang lain untuk mengkonsumsi barang tersebut, tidak penting apakah barang yang dikonsumsi itu disukai atau tidak. Atau suatu barang dapat dikonsumsi oleh beberapa orang secara bersama dalam jumlah yang sama tanpa mengurangi kenikmatan orang lain. Sedangkan yang dimaksud Nonexcludableadalah bahwa tidak mungkin untuk mencegah /mengecualikan seorang anggota masyarakat untuk mengkonsumsi suatu barang public atau tidak mungkin untuk dilakukan. (Agus Prawoto : 89). Kedua karakteristik tersebut tidak selalu bersifat absolute.Barang publik yang bisa dinikmati secara bersama-sama tanpa mengurangi kenikmatan orang lain yang sama-sama menikmatinya dan siapapun tidak bisa dicegah untuk menimatinya dinamakan pure public goods karena manfaatnya tidak terbatas. Sedangkan barang publik yang apabila penggunanya banyak maka sifat Nonrivalry consumption-nya menjadi terbatas sehingga bila sudah penuh pengguna berikutnya sebagai bisa di exclude dalam mengkonsumsi barang tersebut disebut sebagai congestible good, dimana jika penggunanya sudah banyak bisa terjadi congestion (kemacetan). BisnisDalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.ParkirParkir adalah keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang bersifat sementara (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1996, 1). Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Daerah Kota Semarang No. 11 tahun 1998, Parkir adalah memangkalkan /menempatkan dengan memberhentikan kendaraan angkutan orang/barang (bermotor/tidak bermotor) 3. Pembahasan.Jalan Raya merupakan salah satu dari barang publik, karena Jalan raya memiliki sifat nonrival terbukti penggunaan jalan raya yang dilakukan seseorang tidak akan mengurangi hak orang lain untuk menggunakan jalan tersebut dan bersifat non-ekslusif karena tidak bisa mengecualikan seseorang untuk tidak menggunakan jalan raya karena jalan raya ini bisa dipakai semua orang. Akan tetapi karakteristik non-rival dari penggunaan jalan raya tidak absolute, karena jika pengguna jalan raya pada suatu jumlah tertentu kan mengakibatkan pengendara lain tidak bisa menggunakan atau terjadi kemacetan sehingga digolongkan menjadi congestible good.Jalan raya sebagai barang publik seharusnya bisa dinikmati oleh semua orang sesuai dengan fungsinya sebagai jalur transportasi. akan tetapi sekarang ini banyak terjadi penyalahgunaan gunaan barang public ini untuk dibisniskan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab yaitu dengan menjadikan bahu jalan raya sebagai lahan parkir liar.Dampak dari adanya praktik parkir liar yang memakan sebagian jalan raya adalah menyempitnya jalan raya yang pada akhirnya mengakibatkan kemacetan. Praktik parkir liar ini merugikan masyarakat sebagai pengguna barang publik karena tidak bisa menikmati fasilitas public ini dengan maksimal. Masyarakat seharusnya bisa menikmati jalan yang lebih luas dan arus lalu lintas yang lebih lancar jika tidak ada parkir liar ini. kerugian waktu dan biaya merupakan sebagian contoh nyata dari dampak parkir liar.Praktik parkir liar ini biasa ditemui di Kota-kota besar dengan jumlah kendaraan yang sangat tinggi, pembangunan gedung dan pusat perbelanjaan tinggi tapi tidak disertai diiringi dengan penyediaan lahan parkir yang cukup seperti kota Jakarta.Menurut Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Riza Hasyim dalam website harian republika, Di lima wilayah DKI setidaknya ada 33 titik yang ditenggarai menjadi lahan parkir liar. Masing-masing di Jakarta Pusat terdapat 14 titik, Jakarta Selatan 5 titik, Jakarta Barat 4 titik, Jakarta Utara 5 titik, dan Jakarta Timur 5 titik. Bahkan dari data Suku Dinas Perhubungan Jakarta selatan mencatat setidaknya ada 24 titik parkir liar yang menjadi penyebab kemacetan antara lain, Jalan Bulungan Raya, Jalan Melawai Raya, Jalan Abdullah Syafei, Jalan TB Simatupang, dan Jalan Kapten Tendean. Kemudian kawasan Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, kawasan Gandaria City, kawasan Kebayoran Lama, dan kawasan Pakubuwo. Kasie Penertiban Suku Dinas Perhubungan Jakarta Selatan, AB Nahor dalam website detik menjelaskan parkir liar berkembang seiring berdirinya gedung atau mall baru dan pihaknya sudah meminta kepada pengembang untuk memikirkan lahan parkir untuk pegawai dan tamunya. Sebagaimana kita ketahui, daerah-daerah tersebut merupakan daerah yang dipenuhi dengan pusat perbelanjaan, rumah makan dan gedung perkantoran, sehingga dari data tersebut bisa dijelaskan bahwa salah satu penyebab terjadinya praktik parkir liar yaitu adanya pembangunan kawasan bisnis dan tempat perkantoran dimana banyak masyarakat berkunjung dan bekerja di tempat tersebut tetapi tidak diiringi dengan penyediaan lahan parkir yang memadai. Hal ini mungkin disebabkan karena tata kota yang kurang baik dan perijinan pendirian bangunan yang kurang tepat. Diperlukan regulasi yang tegas untuk mengatur penyediaan fasilitas parkir untuk area perkantoran, rumah makan, pusat perbelanjaan dan fasilitas hiburan mengenai luas minimal lahan parkir yang harus disediakan. Selain regulasi tentunya harus adanya sikap yang tegas dan berintegritas dari pejabat instansi yang berwenang dalam hal pemberian ijin pembangunan, mengawasi izin yang telah diberikan dan mengenakan sanksi bagi pengembang yang menyalahi aturan, termasuk sanksi pembongkaran bangunan yang menyalahi aturan tersebut. Harusnya para pengusaha menyadari tentang pentingnya lahan parkir bagi kelangsungan usahanya, karena ketersediaan lahan parkir merupakan kebutuhan pelanggan sehingga dengan adanya tempat parkir yang memadai dapat manarik lebih banyak lagi pelanggan yang datang.Disamping ketiadaan lahan parkir yang memadai, penyebab lain dari maraknya parkir liar yaitu jumlah kendaraan bermotor yang sangat tinggi sedangkan lahan parkir yang tersedia terbatas. Berdasarkan data kendaraan yang tercatat di Subdit Regident Ditlantas Polda Metro Jaya, jumlah kendaraan di Jakarta tahun 2012 mencapai 14.618.313 unit. Dari angka tersebut, 10.825.973 unit di antaranya adalah motor, 2.742.414 mobil, 358.895 mobil penumpang, 561.918 mobil barang, dan 129.113 kendaraan khusus. Sementara di tahun 2013 dari Januari hingga 21 Desember, jumlah kendaraan di Jakarta sekitarnya mencapai 16.043.689 unit. Dengan perincian 11.929.103 unit moto, 3.003.499 mobil, 360.022 bus, 617.635 mobil barang dan 133.430 kendaraan khusus. Dari data tersebut jumlah total kendaraan di tahun 2012 ke 2013 trend peningkatannya mencapai 9,8 persen, akan tetapi penyediaan lahan parkir di Jakarta tidak bisa memenuhi kebutuhan parkir untuk jumlah kendaraan yang sangat banyak dan setiap tahunnya mengalami kenaikan. Tingginya jumlah kendaraan bermotor mungkin bisa disebabkan kenyamanan dan keamanan transportasi umum yang kurang terjamin dan jalur transportasi umum yang kurang terintegrasi. sebagai contohnya metromini yang tak laik jalan, tingkat kejahatan yang tinggi di transportasi umum dan stasiun kereta api yang tidak terhubung dengan bis atau metromini membuat masyarakat enggan menggunakan transportasi umum. Dengan demikian, pemerintah perlu meningkatkan kenyamanan , keamanan dan menyediakan transportasi umum yang terintegrasi sehingga menarik masyarakat untuk menggunakan trasnportasi umum yang selanjutya diharapkan akan menurunkan jumlah pemakai jasa parkir. Dengan penurunan pemakai jasa parkir, lahan parkir yang tersedia akan cukup menampung kendaraan pemakai jasa parkir. Tentunya masyarakat akan memilih jasa parkir yang resmi yang lebih aman dibandingkan dengan memakai jasa parkir yang tidak resmi atau liar

4. Kesimpulan.Parkir liar merupakan bentuk penyalahgunaan barang publik yang merugikan masyarakat sebagai pengguna jalan raya. Hal ini disebabkan karena banyaknya pengguna kendaraan bermotor yang setiap tahun terus meningkat akan tetapi lahan parkir yang tersedia terbatas. Perlu adanya upaya pemerintah untuk mengatasi hal ini, yaitu dengan membuat regulasi, pengawasan dan sanksi yang tegas mengenai ijin pendirian bangunan serta peningkatan kualitas sarana transportasi umum.

Daftar Referensi(1) Prawoto, Agus; Pengantar keuangan Publik; BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, 2013.(2) http://www.Bstp.hubdat.depdub.go.id, diakses tanggal 29 Maret 2014(3) http://www.dtk-jakarta.or.id, diakses tanggal 29 Maret 2014.(4) http://www.jakarta.go.id/web/news/1970/01/parkir-liar-dilindungi-oknum, diakses tanggal 31 Maret 2014(5) http://www.galeripustaka.com/2013/05/pengertian-cara-dan-jenis-parkir.html, diakses tanggal 31 Maret 2014(6) http://eprints.undip.ac.id/34024/5/1895_CHAPTER_II.pdf, diakses tanggal 31 Maret 2014(7) http://news.detik.com/read/2014/01/02/145715/2456741/10/jumlah-kendaraan-di-jakarta-tahun-ini-diperkirakan-terus-meningkat?nd771104bcj, diakses tanggal 31 Maret 2014(8) http://metro.news.viva.co.id/news/read/406010-ini-titik-parkir-liar-di-jakarta-selatan-yang-jadi-biang-macet, diakses tanggal 31 Maret 2014.