Penyalahgunaan Wewenang Jabatan Dalam Perspektif Hukum Islam

Embed Size (px)

Citation preview

2

PENYALAHGUNAAN WEWENANG JABATAN DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam I, Semester II, Tahun Akademik 2013 - 2014

Disusun Oleh : Nama : Yadi Supriatna

Npm :131000303 Kelas : G

Kelompok: II

Dibawah Bimbingan :

Drs. Ahmad Abdul Gani, , S.H., M.A.

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

2014/ 1434ABSTRAK

Penyalahgunaan wewenang dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi dalam perumusan pasal 3 UUPTK 1999 secara expressive verbis. Untuk kali pertama di Indonesia, penyalahgunaan wewenang dibentuk dan dirumuskan dalam pasal 1 ayat (1) huruf b untuk UUPTK 1973. Pasal 1 ayat (1) huruf b untuk UUPTK 1973 tersebut dipandang sebagai salah satu inovasi dari UU No.24 Prp Tahun 1960 yang hanya mengatur "memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan" sebagai tindak pidana di luar KUHP. Dalam pembahasan kasus yang menimpa Wawan ini merupakan sebuah perbuatan yang merenggut Hak Asasi masyarakat. Dalam undang-undang tentang korupsi dan penyalahgunaan jabatan barulah seumur jagung. Berbeda dengan Ajaran agama Islam yang sudah lama ajaran tentang tidak boleh menyalahgunakan wewenang dan korupsi.

Korupsi merupakan perbuatan maksiat yang dilarang oleh syara meskipun nash tidak menjelaskan had atau kifarahnya. Akan tetapi pelaku korupsi dikenakan hukuman tazir atas kemaksiatan tersebut. Perbuatan maksiat mempunyai beberapa kemiripan, diantaranya ialah mengkhianati janji, menipu, sumpah palsu, dan lain sebagainya. Maka perbuatan tersebut termsuk dalam jarimah tazir yang penting.

ABSTRACT

Abuse of authority categorized as corruption in the formulation of article 3 in the expressive verbis UUPTK 1999 . For the first time in Indonesia, misuse of authority is formed and defined in article 1, paragraph ( 1 ) letter b for UUPTK 1973. Article 1 paragraph ( 1 ) letter b for the 1973 UUPTK regarded as one of the innovations of the Act 24 Prp/1960 that just set " enrich themselves or another person or entity " as a criminal offense outside the Criminal Code .

In discussing the case of Henry 's is an act that claimed the rights of society . In the law on corruption and abuse of office then the rest of the corn . In contrast to the teachings of Islam which had long been the doctrine of the authority must not misuse and corruption .

Corruption is an immoral act that is prohibited by Personality ' although nash had not explained or kifarahnya . However, corruption is punishable ta'zir over the disobedience . Sins which have some similarities , such is betraying promises , cheating , perjury , and so forth . So the act termsuk in jarimah ta'zir important.

KATA PENGATAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat dan karunianya saya diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah mengenai Penyalah Gunaan Wewenang Jabatan dalam Perspektif Hukum Islam dengan lancar.

Dalam penyusunan makalah ini kami berterimakasih kepada para pihak yang memberikan saran dan kritiknya. Terimakasih juga kepada para penulis buku dan penulis artikel website yang telah saya kutip pendapatnya dalam isi makalah ini.

Semoga materi dalam makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Bandung, 3 Maret 2014

Penyusun

Yadi Supriatna

DAFTAR ISI

ABSTRAK..2KATA PENGANTAR...4DAFTAR ISI..5BAB I PENDAHULUAN.6A. LATAR BELAKANG.6B. IDENTIFIKASI MASALAH.7C. TUJUAN..7D. KERANGKA PEMIKIRAN..7E. METODOLOGI..8F. SISTEMATIKA..9BAB II APA YANG SEHARUSNYA11BAB III APA KENYATAANNYA14BAB IV PEMBAHASAN151. MACAM _ MACAM PENYALAHGUNAAN WEWENANG...152. TINJAUAN HUKUM ISLAM JIKA DITERAPKAN DALAM KASUS YANG MENIMPA CHAERI WARDANA153. UPAYA PENANGGULANGANNYA...20BAB V PENUTUP...22A. KESIMPULAN22B. SARAN.23DAFTAR PUSTAKA..24BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kekuasaan merupakan kuasa untuk mengurus, kuasa untuk memerintah, kemampuan, kesanggupan kemampuan orang atau golongan untuk menguasai orang atau golongan lain, fungsi menciptakan dan memanfaatkan keadilan serta mencegah pelanggaran keadilan.Namun didalam kekuasaan tersebut banyak disalahgunakan untuk mencari kekayaan. Sehingga banyak penguasa mencari kekayaan tersebut dengan berbagai cara termasuk menggunakan kekuasaan yang telah di amanahkan rakyat kepadanya. Banyak penguasa yang menyalahgunakan kekuasaan demi kepentingan peribadi sehinga HAM rakyat rela dikorbankan. Banyaknya kasus-kasus penyalahgunaan kekuasaan seperti korupsi, mafia hukum, pengelapan sehingga membutuhkan hukum pidana untuk mengatur masalah penyalahgunaan kekuasaan, dan menghindari jatuhnya korban akibat penyalahgunaan kekuasaan tersebut.

Secara umum, fungsi hukum acara pidana adalah untuk membatasi kekuasaan negara dalam bertindak serta melaksanakan hukum pidana materiil. Ketentuan-ketentuan dalam Hukum Acara Pidana dimaksudkan untuk melindungi para tersangka dan terdakwa dari tindakan yang sewenang-wenang aparat penegak hukum dan pengadilan. Pada sisi lain, hukum juga memberikan kewenangan tertentu kepada negara melalui aparat penegak hukumnya untuk melakukan tindakan yang dapat mengurangi hak asasi warganya. Hukum acara pidana juga merupakan sumber kewenangan bagi aparat penegak hukum dan hakim serta pihak lain yang terlibat (penasehat hukum). Permasalah yang muncul adalah penggunaan kewenangan yang tidak benar atau terlalu jauh oleh aparat penegak hukum.Penyalahgunaan kewenangan dalam sistem peradilan pidana yang berdampak pada terampasnya hak-hak asasi warga negara merupakan bentuk kegagalan negara dalam mewujudkan negara hukum.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan wewenang?2. Apa saja penyalahgunaan wewenang?

3. Seperti apakah hukum Islah jika diterapkan dalam kasus penyalahgunaan wewenang dalam jabatan yang dilakukan oleh Chaeri Wardana?

C. TUJUAN

1. Mengetahui yang dimaksud dengan wewenang2. Mengetahui Jenis-jenis penyalahgunaan wewenang3. Mengetahui tinjauan Hukum Islam jika diterapkan dalam kasus yang menimpa Chaeri WardanaD. KERANGKA PEMIKIRAN

Penyalahgunaan wewenang dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi dalam perumusan pasal 3 UUPTK 1999 secara expressive verbis. Untuk kali pertama di Indonesia, penyalahgunaan wewenang dibentuk dan dirumuskan dalam pasal 1 ayat (1) huruf b untuk UUPTK 1973. Pasal 1 ayat (1) huruf b untuk UUPTK 1973 tersebut dipandang sebagai salah satu inovasi dari UU No.24 Prp Tahun 1960 yang hanya mengatur "memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan" sebagai tindak pidana di luar KUHP. Dengan demikian, Pasal 3 UUPTPK 1999 bukan merupakan peniruan dan pemodifikasian dari Konvensi Korupsi PBB.

E. METODOLOGI

1. Spesifikasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian normative. Spesifikasi yang digunakan adalah bersifat deskriptif analitis. Deskriptif analitis adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada, yaitu gejala keadaan yang apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif analisis juga merupakan gambaran yang bersifat sistematik, factual dan akurat mengenai fakta-fakta. Dengan kata lain peneliti dapat mendeskripsikan suatu peristiwa dan kejadian yang terjadi pada saat di kehidupan.2. Metode Pendekatan

Metode yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis alternative, yaitu pendekatan atau penelitian hukum dengan menggunakan metode pendekatan teori/konsep dan metode analisis yang termasuk dalam disiplin ilmu hukum yang dogmatis.

3. Tahapan PenelitianBerkenaan dengan metode yuridis normative yang digunakan maka penyusunan makalah ini dilakukan dengan dua tahapan, yaitu :

Penelitian kepustakaan

Penelitian ini merupakanpenelitian yang utama yaitu menganalisis, meneliti dan mengkaji :1. Bahan primer

A. Undang Undang Dasar 1945

B. Al-Quran

C. Al-Hadits

2. Bahan tersier

a. Ensiklopedia

b. Televisi

c. Internet4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Studi dokumen. Studi dokumen ini yaitu melakukan penelitian terhadap data sekunder dengan cara menganalisis kasus yang menimpa Chaeri Wardana.

5. Alat Pengumpul DataAlat pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan cara studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data dengan mengkaji literature yang berkaitan dengan kasus Chaeri Wardana yang ditinjau dari segi hukum Islam.6. Analisis DataAnalisis data dapat dirumuskan dengan suatu proses penguraian secara sistematis dan konsisten terhadap kasus yang menimpa Chaeri Wardana. Setelah data primer dan sekunder terkumpul maka dilakukan analisis yuridis kualitatif yaitu analisis data dengan penguraian deskriftif analisis.F. SISTEMATIKA

a. Bagian Awal

Bagian ini terdiri atas :

Halaman sampul

Abstrak

Kata pengantar

Daftar isi

b. Bagian IntiBagian ini terdiri atas :

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGB. IDENTIFIKASI MASALAH

C. TUJUAN

D. KERANGKA PEMIKIRAN

E. METODOLOGI

F. SISTEMATIKABAB II APA YANG SEHARUSNYA

BAB III APA KENYATAANNYABAB IV PEMBAHASAN1. MACAM _ MACAM PENYALAHGUNAAN WEWENANG2. TINJAUAN HUKUM ISLAM JIKA DITERAPKAN DALAM KASUS YANG MENIMPA CHAERI WARDANA3. UPAYA PENANGGULANGANNYABAB V PENUTUP

A. KESIMPULANB. SARANc. Bagian akhir

Daftar Pustaka

BAB II APA YANG SEHARUSNYAPelayanan merupakan tugas utama yang hakiki dari sosok aparatur, sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Tugas ini telah jelas digariskan dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang meliputi 4 (empat) aspek pelayanan pokok aparatur terhadap masyarakat, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dan diperjelas lagi dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 tahun 2003 yang menguraikan pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publicPelayanan sebagai proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara lansung, merupakan konsep yang senantiasa aktual dalam berbagai aspek kelembagaan. Bukan hanya pada organisasi bisnis, tetapi telah berkembang lebih luas pada tatanan organisasi pemerintah (Sinambela, 2006:42-43)

Di Dalam al-Quran Allah SWT berfirman :Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetakan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.Di dalam ayat lain disebutkan :Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.Di dalam salah satu Hadis Rasulullah SAW bersabda :Artinya : Laksanakanlah amanah kepada orang yang memberikannya kepadamu dan janganlah kamu melakukan pengkhianatan (sekalipun) terhadap orang yang pernah mengkhianatimu.Di dalam hadis lain juga disebutkan :Artinya : Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah dan tidak sempurna agama seseorang yang tidak menunaikan janji.Korupsi dalam pandangan agama Islam dapat juga dimasukkan dalam kategori al-Gosysy dan atau al-Ghulul (penipuan), sebab korupsi termasuk dalam kategori menipu orang banyak ataupun menipu negara untuk kepentingan peribadinya.Di dalam salah satu hadis, Rasulullah SAW bersabda :Artinya : Siapa yang menipu, maka dia tidak termasuk ummatKu.Pada hadis lain disebutkan :Artinya : Tidak diterima sholat seseorang kecuali dalam keadaan suci dan tidak sah sedekah seseorang yang bersumber dari penipuan.Selain hal tersebut di atas, korupsi sangat dekat dengan istilah Risywah (suap menyuap) dalam ajaran agama Islam, sebab korupsi itu salah satu bentuknya adalah melakukan penyuapan atas seseorang dengan imbalan tertentu untuk mendapatkan jabatan tertentu pula. Masalah suap menyuap ini mendapat perhatian yang sangat serius dari Rasulullah SAW, sehingga banyak sekali hadis-hadis yang disampaikan oleh Rasulullah SAW berkaitan dengan suap menyuap (risywah).Di dalam salah satu hadis, Rasulullah SAW bersabda :Artinya : Dari Abdullah ibnu Amar berkata : Rasulullah SAW melaknat orang yang menyuap dan penerima suap.

Al-Khatibi ra dalam Syarh Sunan Abu Daud yang berjudul Maalim As-Sunan berkata, Ar-Rosyi adalah orang yang memberikan suap dan al-Murtasyi adalah orang yang menerima suap. Keduanya diberi hukuman kalau mereka benar terlibat dalam persekongkolan suap menyuap dengan maksud bathil dari orang yang menyuap, dan memberikannya pada orang yang menerima dengan cara yang tidak benar pula. Tapi jika memberikannya pada orang yang berhak, atau memberi untuk menebus dirinya dari suatu kezhaliman, maka hal itu tidak dilarang.

Atas dasar penjelasan-penjelasan tersebut di atas, dan menghubungkannya dengan sumber-sumber hukum Islam, baik yang tertuang dalam al-Quran maupun dalam al-Hadis, maka dapat disimpulkan bahwa korupsi hukumnya adalah HARAM. Keharamannya ini bersifat mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar lagi, apalagi di dalamya terdapat dua dosa sekaligus yaitu pertama, dosa kepada bangsa dan negara dan yang kedua dosa kepada Allah SWT.

BAB IIIAPA KENYATAANNYAkorupsi adalah salah satu bentuk pengkhianatan terhadap agama sebab ia mengkianati amanah yang dibebankan di pundaknya. Ia juga menyelewengkan dan menyalahgunakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu ia harus dihukum dan diberikan sanksi hukum yang jelas dan berat sebab dalam hal ini ada dua dosa yang dia pikul. Pertama adalah dosa kepada bangsa dan negara sebab dia menyalahgunakan keuangan dan perekonomian negara, dan kedua adalah dosa kepada Allah SWT sebab dia mengkhianati amanah yang dibebankan kepadanya.Korupsi merupakan peramasan hak asasi manusia. Dimana pada hakikatnya uang rakyat yang dikorupsi tersebut tadinya untuk kepentingan masyarakat yang mana hal tersebut menjadi hak yang harus didapatkan, dengan korupsi tersebut maka hak masyarakat menjadi terenggut.BAB IV

PEMBAHASAN

1. Macam _ Macam Penyalahgunaan wewenangPenyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan penguasa berupa

1. Pelanggaran hukum (korupsi, mafia hukum, penggelapan, melakukan kejahatan).2. Pelanggaran HAM (kekerasan thd rakyat, pengabaian hak rakyat atau pembiaran pelanggaran HAM.Tindak pemerintahan yang menyalahi hukum menimbulkan korban, maka dibutuhkan perlindungan hukum bagi rakyat. Perlindungan hukum dapat dilakukan melalui perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif.Pada perlindungan hukum preventif diberikan kesempatan kepada korban untuk mengajukan keberatan atau pendapat sebelum keputusan pemerintah mendapat bentuk definitif. Perlindungan ini bertujuan mencegah terjadi perkara pidana. Perlindungan hukum represif adalah melalui peradilan umum dilakukan terhadap korban untuk memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar oleh penguasa. Misalnya pembelaan hak rakyat oleh penagak hukum.2. Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif jika diterapkan dalam kasus yang menimpa Chaeri WardanaTinjauan Hukum Positif Indonesia

Penyalahgunaan wewenang dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi dalam perumusan pasal 3 UUPTK 1999 secara expressive verbis. Untuk kali pertama di Indonesia, penyalahgunaan wewenang dibentuk dan dirumuskan dalam pasal 1 ayat (1) huruf b untuk UUPTK 1973. Pasal 1 ayat (1) huruf b untuk UUPTK 1973 tersebut dipandang sebagai salah satu inovasi dari UU No.24 Prp Tahun 1960 yang hanya mengatur "memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan" sebagai tindak pidana di luar KUHP. Dengan demikian, Pasal 3 UUPTPK 1999 bukan merupakan peniruan dan pemodifikasian dari Konvensi Korupsi PBB.Tinjauan Hukum Positif yang dikaitkan dengan Hukum Islam

Ada sebagian yang menggunakan istilah ikhtilas untuk menyebutkan prilaku koruptor, meskipun dalam kamus di temukan arti aslinya yaitu mencopet atau merampas harta orang lain. Sementara itu terdapat pengungkapan Ghulul dan mengistilahkan Akhdul Amwal Bil Bathil, sebagaimana disebutkan oleh al-quran dalam surat al-baqarah : 188

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.

Korupsi merupakan perbuatan maksiat yang dilarang oleh syara meskipun nash tidak menjelaskan had atau kifarahnya. Akan tetapi pelaku korupsi dikenakan hukuman tazir atas kemaksiatan tersebut. Perbuatan maksiat mempunyai beberapa kemiripan, diantaranya ialah mengkhianati janji, menipu, sumpah palsu, dan lain sebagainya. Maka perbuatan tersebut termsuk dalam jarimah tazir yang penting. Sebagaimana yang terdapat dalam hadis nabi yang diriwayatkan oelh ahmad dan tirmizy, yang artinya :

Diriwayatkan oleh Jabir RA dari nabi SAW, Nabi bersabda : Tidak ada (hukuman) potong tangan bagi pengkhianat, perampok dan perampas/pencopet. (HR.Ahmad dan Tirmizy).

Sebagai aturan pokok islam membolehkan menjatuhkan hukuan tazir atas perbuatan maksiat apabila dikehendaki oleh kepentingan umum, artinya perbuatan-perbuatan dan keadaan yang dapat dijatuhi hukuman tazir tidak mungkin ditentukan hukumannya sebelumnya, sebab hal tersebut tergantung pada sifat-sifat tertentu, dan apabila sifat tersebut tidak ada maka perbuatan tersebut tidak lagi dilarang dan tidak dikenakan hukuman. Sifat tersebut merugikan kepentingan dan ketertiban umum, dan apabila perbuatan tersebtu telah dibuktikan didepan pengadilan maka hakim tidak boleh membebaskannya, melainkan harus menjatuhkan hukuman tazir yang sesuai untuknya. Perjatuhan hukuman tazir untuk kepentingan dan ketertiban umum ini merujuk terhadap perbuatan rasulullah saw, dimana ia pernah menahan seorang laki-laki yang dituduh mencuri unta setelah diketahui buktinya ia tidak mencurinya, maka nabi membebaskannya. Syariat islam sendiri tidak menentukan macam-macam hukuman untuk tazir, akan tetapi hanya menyebutkan sekumpulan hukuman, dimulai dari hukuman yang seringan-ringannya, seperti nasehat, ancaman, sampai hukuman yang seberat-beratnya.

Penerapan sepenuhnya diserahkan terhadap hakim (penguasa), dengan kewenagan yang dimilikinya, ia dapat menetapkan hukuman yang sesuai dengan kadar kejahatan dan keadaan pelakunya, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan umum islam dalam menjatuhkan hukuman yaitu:

a. Tujuan penjatuhan hukuman, yaitu menjaga dan memelihara kepentingan umum.

b. Efektifita hukuman dalam menghadapi korupsi tanpa harus merendahkan martabat pelakunya.

c. Sepadan dengan kejahatannya sehingga terasa adil.

d. Tanpa ada pilih kasih, yaitu semua sama kedudukannya didepan hokum.Seorang hakim dapat mempertimbangkan dan menganalisa bedat dan ringannya perbuatan yang dilakukan oleh pelaku korupsi. Kejahatan yang telah ditetapkan sanksi hukuman oleh nash, seorang hakim tidak punya pilihan lain kecuali menerapkannya. Meskpun sangsi hukuman bagi pelaku korupsi tidak dijelaskan dalam nash secara tegas, akan tetapi perampasan dan penghianatan dapat diqiyaskan sebagai penggelapan dan korupsi.

1. pengertian dan jenis-jenis tazir

Tazir ialah hukuman terhadap terpidana yang tidak ditentukan secara tegas bentuk sangsinya didalam nash. Hukuman ini dijatuhkan unutk memberikan pelajaran terhadap terpidana agar ia tidak mengulangi kejahatan yang pernah ia lakukan, jadi jenis hukumannya disebut dengan Uqubah Mukhayyarah (hukuman pilihan). Jarimah sendiri yang dikenal dengan hukuman tazir ada dua jenis yaitu :

a) Jarimah yang dikenakan hukuman had dan qishash, apabila tidak terpenuhi salah satu rukunnya seperti pada jarimah pencurian dihukum tazir bagi orang yang mencuri barang yang tidak disimpan dengan baik, atau bagi orang yang mencuri barang yang tidak mencapai nishab pecurian. Pada jarimah zina dihuk tazir bagi yang menyetubuhi pada selain pada oral sex. Pada jarimah qadzaf dihukum tazir bagi yang mengqadzaf dengan tuduhan berciuman bukan berzina.b) Jarimah yang tidak dikenakan hukuman had dan qishash, seperti jarimah penghianatan terhadap sesuatu amanah yang telah diberikan jarimah pembakaran, suap dan lain sebagainya.

2. Penerapan Tazir bagi pelaku korupsi

Hukuman tazir dapat diterapkan kepada pelaku korupsi. Dapat diketahui bahwa korupsi termasuk dalam salah satu jarimah yang tidak disebutkan oleh nash secara tegas, oleh sebab itu ia tidak termasuk dalam jenis jarimah yang hukumannya adalah had dan qishash. Korupsi sama halnya seperti hokum Ghasab, meskipun harta yang dihasikan sipelaku korupsi melebihi dari nashab harta curian yang hukumannya potong tangan. Tidak bisa disamakan dengan hukuman terhadap pecuri yaitu potong tangan, hal ini disebabkan oleh masuknya syubhat. Akan tetapi disamakan atau diqiyaskan pada hukuman pencurian yang berupa pencurian pengambilan uang hasil curian.

Dalam jarimah sendiri korupsi ada tiga unsure yang dapat dijadikan pertimbangan bagi hakim dalam menentukan besar hukuman, yaitu :

1) Perampasan harta orang lain

2) Penghianatan atau penyalahgunaan wewenang

3) Kerjasama atau kongkalikong dalam kejahatan

Ketiga unsur tersebut telah jelas dilarang dalam syariat islam. Selanjutnya tergantung kepada kebijaksanaan akal sehat keyakinan dan rasa keadilan hakim yang didasarkan pada rasa keadilan masyarakat untuk menentukan hukuman bagi pelaku korupsi. Meskipun seorang hakim diberi kebebasan untuk mengenakan tazir, akan tetapi dalam menentukan hukuman seorang hakim hendaknya memperhatikan ketentuan umum perberian sangsi dalam hokum pidana islam yaitu :

a. Hukuman hanya dilimpahkan kepada orang yang berbuat jarimah, tidak boleh orang yang tidak berbuat jahat dikenai hukuman.

b. Adaya kesengajaan seseorang dihukum karena kejahatan apabila ada unsur kesengajaan untuk berbuat jahat, tidak ada kesengajaan berarti karena kelalaian, salah, atau lupa. Meskipun demian karena kelalaian salah atau lupa tetap diberikan hukuman, meskipun bukan hukuman kejahatan, melainkan untuk kemaslahatan yang bersifat mendidik.

c. Hukuman hanya akan dijatuhkan apabila kejahatan tersebut secara meyakinkan telah diperbuatnya.

d. Berhati-hati dalam menentukan hukuman, membiarkan tidak dihukum dan menyerahkannya kepada allah apabila tidak cukum bukti.Batas minimal hukuman tazil tidak dapat ditentukan, akan tetapi adalah semua hukuman menyakitkan bagi manusia, bisa berupa perkataan, tindakan atau diasingkan. Terkadang seseorang dihukum tazir dengan memberinya nasehat atau teguran, terkadang juga seorang dihukum tazir dengan mengusirnya dengan meninggalkannya sehingga ia bertaubat. Uraian tersebut menegaskan bahwa hukuman jarimah tazir sangatlah bervariasi mulai dari pemberian teguran sampai pada pemenjaraan dan pengasingan. Mengenai Uqubah sendiri dibagi menjadi dua yaitu :

a. Pidana atas jiwa (Al-Uqubah Al-Nafsiyah), yaitu hukuman yang berkaitan dengan kejiwaan seseorang, seperti peringatan dan ancaman.

b. Pidana atas badan (Al-Uqubah Al-Badaniyyah), yaitu hukuman yang dikenakan pada bagan manusia seperti hukuman mati atau hukuman dera, dan lain sebagainya.

c. Pidana atas harta (Al-Uqubah Al-Maliyah), yaitu hukuman yang dijatuhkan atas harta kekayaan seseorang, seperti diyat, denda, dan perampasan.

d. Pidana atas kemerdekaan, yaitu hukuman yang dijatuhkan kepada kemerdekaan manusia seperti hukuman pengasingan (Al-Hasb) atau penjara (Al-Sijn).3. Upaya Penanggulangannya

Memberantas korupsi bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi di bumi Indonesia tercinta ini, sebab peraktek korupsi sudah menjadi semacam wabah penyakit yang senantiasa menggerogoti tubuh manusia dan terjadi pada semua lini dan sektor kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itulah maka tidak salah apabila ada yang mengatakan bahwa korupsi sudah menjadi bahagian dari budaya bangsa Indonesia. Dengan demikian maka untuk mencegah dan memberantasnyapun bukanlah merupakan pekerjaan mudah bagaikan membalik telapak tangan, akan tetapi diperlukan keseriusan, keterpaduan dan komitmen dari pemerintah dan aparat penegak hukum dan bila perlu bangsa Indonesia harus menyatakan perang terhadap korupsi, sebab tanpa ini maka mustahil korupsi dapat dibasmi dibumi nusantara.

Adapun cara-cara yang dapat ditempuh untuk memberantas korupsi tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan Penghayatan Ajaran Agama.2) Meluruskan Pemahaman Keagamaan3) Merubah Sistem 4) Meningkatkan Mentalitas 5) Meningkatkan Penghasilan 6) Merubah Budaya yang Mendorong Korupsi7) Menghilangkan Kebiasaan dan Kebersamaan 8) Meningkatkan Penegakan Hukum. 9) Menumbuhkan rasa bersalah dan rasa malu. 10) Menumbuhkan sifat Kejujuran dalam diri 11) Menghilangkan Sikap Tamak dan Serakah 12) Menumbuhkan budaya kerja keras 13) Menghilangkan Sifat Materialistik, Kapitalistik dan Hedonistik.

BAB VPENUTUP

A. KESIMPULAN

a. Macam _ Macam Penyalahgunaan wewenang

Penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan penguasa berupai. Pelanggaran hukum (korupsi, mafia hukum, penggelapan, melakukan kejahatan).ii. Pelanggaran HAM (kekerasan tehadap rakyat, pengabaian hak rakyat atau pembiaran pelanggaran HAM.b. Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif jika diterapkan dalam kasus yang menimpa Chaeri WardanaTinjauan Hukum Positif Indonesia

Penyalahgunaan wewenang dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi dalam perumusan pasal 3 UUPTK 1999 secara expressive verbis.Tinjauan Hukum Positif yang dikaitkan dengan Hukum Islam

Korupsi merupakan perbuatan maksiat yang dilarang oleh syara meskipun nash tidak menjelaskan had atau kifarahnya. Akan tetapi pelaku korupsi dikenakan hukuman tazir atas kemaksiatan tersebut. Perbuatan maksiat mempunyai beberapa kemiripan, diantaranya ialah mengkhianati janji, menipu, sumpah palsu, dan lain sebagainya. Maka perbuatan tersebut termsuk dalam jarimah tazir yang penting. Sebagaimana yang terdapat dalam hadis nabi yang diriwayatkan oelh ahmad dan tirmizy, yang artinya :

Diriwayatkan oleh Jabir RA dari nabi SAW, Nabi bersabda : Tidak ada (hukuman) potong tangan bagi pengkhianat, perampok dan perampas/pencopet. (HR.Ahmad dan Tirmizy).

c. Upaya PenanggulangannyaAdapun cara-cara yang dapat ditempuh untuk memberantas korupsi tersebut antara lain adalah sebagai berikut :1) Meningkatkan Penghayatan Ajaran Agama.2) Meluruskan Pemahaman Keagamaan3) Merubah Sistem 4) Meningkatkan Mentalitas 5) Meningkatkan Penghasilan 6) Merubah Budaya yang Mendorong Korupsi7) Menghilangkan Kebiasaan dan Kebersamaan 8) Meningkatkan Penegakan Hukum. 9) Menumbuhkan rasa bersalah dan rasa malu. 10) Menumbuhkan sifat Kejujuran dalam diri

11) Menghilangkan Sikap Tamak dan Serakah

12) Menumbuhkan budaya kerja keras

13) Menghilangkan Sifat Materialistik, Kapitalistik dan Hedonistik84. SARAN

Semoga dengan adanya pemaparan materi yang telah disampaikan sekiranya dapat menjadi suatu pembelajaran dan dapat mengambil manfaat dari materi ini. Mudah-mudahan kita bias menjadi generasi baru yang anti KKN agar terciptanya Negara yang haromonis dan maju serta tentram. DAFTAR PUSTAKAAl-Quram

Rahmat Illahi Besri. 2011. Makalah : Penyalahgunaan Wewenang. https://ibelboyz.wordpress.com/2011/06/09/makalah-penyalahgunaan-wewenang/, Diakses pada 4 Maret 2014 Pukul 20.00Budi Parmono. 2011. Penyalahgunaan Wewenang Tindak Pidana Korupsi. http://prasetya.ub.ac.id/berita/Dr-Budi-Parmono--Penyalahgunaan-Wewenang-Tindak-Pidana-Korupsi-5458-id.html Diakses pada 4 Maret 2014 pukul 20.10Sopriadi Ahmad.2013. Makalah Kualitas pelayanan public. http://makalahme02.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-kualitas-pelayanan.html#_. Diakses pada 4 Maret 2014 Pukul 20.30Ahmad Supardi Hasibuan. 2013. KORUPSI DAN PENCEGAHANNYA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. http://petir-fenomenal.blogspot.com/2013/03/korupsi-dan-pencegahannya-dalam.html, Diakses Pada 4 Maret 2014 Pukul 2014IBRAHIM. 2012. MAKALAH KORUPSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM. http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/10/makalah-korupsi-dalam-perspektif-islam.html Diakses pada 4 Maret 2014 Pukul 20.50 Rahmat Illahi Besri, Makalah : Penyalahgunaan Wewenang, HYPERLINK "https://ibelboyz.wordpress.com/2011/06/09/makalah-penyalahgunaan-wewenang/" https://ibelboyz.wordpress.com/2011/06/09/makalah-penyalahgunaan-wewenang/, Diakses pada 4 Maret 2014 Pukul 20.00

HYPERLINK "http://prasetya.ub.ac.id/berita/Dr-Budi-Parmono--Penyalahgunaan-Wewenang-Tindak-Pidana-Korupsi-5458-id.html" Budi Parmono, Penyalahgunaan Wewenang Tindak Pidana Korupsi , HYPERLINK "http://prasetya.ub.ac.id/berita/Dr-Budi-Parmono--Penyalahgunaan-Wewenang-Tindak-Pidana-Korupsi-5458-id.html" http://prasetya.ub.ac.id/berita/Dr-Budi-Parmono--Penyalahgunaan-Wewenang-Tindak-Pidana-Korupsi-5458-id.html Diakses pada 4 Maret 2014 pukul 20.10

Sopriadi Ahmad, Makalah Kualitas pelayanan public, HYPERLINK "http://makalahme02.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-kualitas-pelayanan.html#_" http://makalahme02.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-kualitas-pelayanan.html#_, Diakses pada 4 Maret 2014 Pukul 20.30

Ahmad Supardi Hasibuan, HYPERLINK "http://petir-fenomenal.blogspot.com/2013/03/korupsi-dan-pencegahannya-dalam.html" \t "_blank" KORUPSI DAN PENCEGAHANNYA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM, HYPERLINK "http://petir-fenomenal.blogspot.com/2013/03/korupsi-dan-pencegahannya-dalam.html" http://petir-fenomenal.blogspot.com/2013/03/korupsi-dan-pencegahannya-dalam.html, Diakses Pada 4 Maret 2014 Pukul 2014

7 IBRAHIM, MAKALAH KORUPSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM, HYPERLINK "http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/10/makalah-korupsi-dalam-perspektif-islam.html" http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/10/makalah-korupsi-dalam-perspektif-islam.html Diakses pada 4 Maret 2014 Pukul 20.50

Ahmad Supardi Hasibuan, KORUPSI DAN PENCEGAHANNYA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM, HYPERLINK "http://petir-fenomenal.blogspot.com/2013/03/korupsi-dan-pencegahannya-dalam.html" http://petir-fenomenal.blogspot.com/2013/03/korupsi-dan-pencegahannya-dalam.html, Diakses Pada 4 Maret 2014 Pukul 20.55