13
PENYEBAB KECELAKAAN KERJA DAN CARA PENANGGULANGANYA Penyebab kecelakaan kerja dikategorikan menjadi 3 sebab, yaitu: penyebab dasar, penyebab langsung, dan penyebab tidak langsung. A. Penyebab Dasar 1. Kurangnya prosedur/aturan 2. Kurangnya sarana dan prasarana 3. Kurangnya kesadaran 4. Kurangnya kepatuhan 5. Faktor manusia/personal (personal factor) 1) Kurang kemampuan fisik, mental dan psikologi 2) Kurangnya /lemahnya pengetahuan dan skill 3) Stres 4) Latar Belakang Pendidikan Latar belakang pendidikan banyak mempengaruhi tindakan seseorang dalam bekerja. Orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi cenderung berpikir lebih panjang atau dalam memandang sesuatu pekerjaan akan melihat dari berbagai segi. Misalnya dari segi keamanan alat atau dari segi keamanan diri. Lain halnya dengan orang yang berpendidikan lebih rendah, cenderung akan berpikir lebih pendek atau bisa dikatakan ceroboh dalam bertindak. Misalnya Ketika kita melakukan pekerjaan yang sangat beresiko terhadap kecelakaan kerja tetapi kita tidak memakai peralatan safety dengan benar. Hal ini yang tentunya dapat menimbulkan kecelakaan. 5) Keterampilan

Penyebab Kecelakaan Kerja Dan Cara Penanggulanganya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penyebab Kecelakaan Kerja Dan Cara Penanggulanganya

PENYEBAB KECELAKAAN KERJA DAN CARA

PENANGGULANGANYA

Penyebab kecelakaan kerja dikategorikan menjadi 3 sebab, yaitu: penyebab dasar, penyebab

langsung, dan penyebab tidak langsung.

A.    Penyebab Dasar

1.      Kurangnya prosedur/aturan

2.      Kurangnya sarana dan prasarana

3.      Kurangnya kesadaran

4.      Kurangnya kepatuhan

5.      Faktor manusia/personal (personal factor)

1)      Kurang kemampuan fisik, mental dan psikologi

2)      Kurangnya /lemahnya pengetahuan dan skill

3)      Stres

4)      Latar Belakang Pendidikan

Latar belakang pendidikan banyak mempengaruhi tindakan seseorang dalam bekerja. Orang

yang  memiliki pendidikan yang lebih tinggi cenderung berpikir lebih panjang atau dalam

memandang sesuatu pekerjaan akan melihat dari berbagai segi. Misalnya dari segi keamanan

alat atau dari segi keamanan diri. Lain halnya dengan orang yang berpendidikan lebih rendah,

cenderung akan berpikir lebih pendek atau bisa dikatakan ceroboh dalam bertindak. Misalnya

Ketika kita melakukan pekerjaan yang sangat beresiko terhadap kecelakaan kerja tetapi kita

tidak memakai peralatan safety dengan benar. Hal ini yang tentunya dapat menimbulkan

kecelakaan.

5)      Keterampilan

Keterampilan disini bisa diartikan pengalaman seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan.

Misalnya melakukan start/stop pada sebuah peralatan, memakai alat-alat keselamatan, dsb.

Pengalaman sangat dibutuhkan ketika melakukan pekerjaan untuk menghindari kesalahan-

kesalahan yang berakibat timbulnya kecelakaan kerja.

6)      Fisik

Lemahnya kondisi fisik seseorang berpengaruh pada menurunnya tingkat konsentrasi dan

motivasi dalam bekerja. Sedangkan kita tahu bahwa konsentrasi dan motivasi sangat

dibutuhkan ketika bekerja. Bila sudah terganggu, kecelakaan sangat mungkin terjadi. Contoh

faktor fisik ini adalah : kelelahan, menderita suatu penyakit

6.      Faktor kerja/lingkungan kerja (job work enviroment factor)

Page 2: Penyebab Kecelakaan Kerja Dan Cara Penanggulanganya

1)      Factor fisik yaitu, kebisingan, radiasi, penerangan, iklim dll.

2)      Factor kimia yaitu debu, uap logam, asap, gas dst

3)      Factor biologi yaitu bakteri,virus, parasit, serangga

4)      Ergonomi dan psikososial

Termasuk dalam faktor penyebab dasar kecelakaan kerja ialah lemahnya manajemen dan

pengendaliannya, kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya sumber daya, kurangnya

komitmen, dsb.

7.      Kelemahan pengawasan oleh manajemen (lack of control management).

Pengawasan ini diartikan sebagai fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian

kepemimpinan (pelaksana) dan pengawasan. Partisipasi aktif manajemen sangat menetukan

keberhasilan usaha pencegahan kecelakaan seorang pimpinan unit disamping memahami

tugas operasional tapi juga harus mampu :

- memahami program pencegahan kecelakaan

- memahami standard, mencapai standard

- membina, mengukur, dan mengevaluasi performance bawahannya. Inilah yang dimaksud

dengan control

             

B.     Penyebab Tidak Langsung

Termasuk dalam faktor penyebab tidak langsung kecelakaan kerja ialah:

1.      Faktor pekerjaan

Misalnya: pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja, pekerjaan tidak sesuai sesuai dengan

kondisi sebenarnya, pekerjaan beresiko tinggi namun belum ada upaya pengendalian di

dalamnya, beban kerja yang tidak sesuai, dst.

2.      Faktor pribadi (personal)

Termasuk dalam faktor pribadi antara lain : mental/kepribadian tenaga kerja tidak sesuai

dengan pekerjaan, konflik, stress, keahlian yang tidak sesuai. Psikologis juga sangat

mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Psikologis seseorang sangat berpengaruh pada

konsentrasi dalam melakukan suatu pekerjaan. Bila konsentrasi sudah terganggu maka akan

mempengaruhi tindakan-tindakan yang akan dilakukan ketika bekerja. Sehingga kecelakaan

kerja sangat mungkin terjadi. Contoh faktor psikologis yang dapat mempengaruhi konsentrasi

adalah :

a)      Masalah-masalah dirumah yang terbawa ke tempat kerja.

b)      Suasana kerja yang tidak kondusif.

c)      Adanya pertengkaran dengan teman sekerja.

Page 3: Penyebab Kecelakaan Kerja Dan Cara Penanggulanganya

3.      Takdir/nasib dan lain-lain.

    Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan kerja

Pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan :

1.        Pengamatan resiko bahaya di tempat kerja

Pengamatan resiko bahaya di tempat kerja merupakan basis informasi yang berhubungan

dengan banyaknya dan tingkat jenis kecelakaan yang terjadi ditempat kerja.

Ada 2 ( dua ) tipe data untuk mengamati resiko bahaya di tempat kerja

a.      Pengukuran resiko kecelakaan, yaitu mengkalkulasi frekwensi kecelakaan dan mencatat

tingkat jenis kecelakaan yang terjadi sehingga dapat mengetahui hari kerja yang hilang atau

kejadian fatal pada setiap pekerja.

b.      Penilaian resiko bahaya, yaitu mengindikasikan sumber pencemaraan, faktor bahaya yang

menyebabkan kecelakaan, tingkat kerusakaan dan kecelakaan yang terjadi. Misalnya bekerja

di ketinggian dengan resiko terjatuh dan luka yang diderita pekerja atau bekerja di

pemotongan dengan resiko terpotong karena kontak dengan benda tajam dan lain-lain.

2.      Pelaksanaan SOP secara benar di tempat kerja

Standar Opersional Prosedur adalah pedoman kerja yang harus dipatuhi dan dilakukan

dengan benar dan berurutan sesuai instruksi yang tercantum dalam SOP, perlakuan yang

tidak benar dapat menyebabkan kegagalan proses produksi, kerusakaan peralatan dan

kecelakaan.

3.      Pengendalian faktor bahaya di tempat kerja

Sumber pencemaran dan faktor bahaya di tempat kerja sangat ditentukan oleh proses

produksi yang ada, teknik/metode yang di pakai, produk yang dihasilkan dan peralatan yang

digunakan. Dengan mengukur tingkat resiko bahaya yang akan terjadi, maka dapat

diperkirakan pengendalian yang mungkin dapat mengurangi resiko bahaya kecelakaan.

Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan :

a.      Eliminasi dan Substitusi, yaitu mengurangi pencemaran atau resiko bahaya yang terjadi

akibat proses produksi, mengganti bahan berbahaya yang digunakan dalam proses produksi

dengan bahan yang kurang berbahaya.

b.      Engineering Control, yaitu memisahkan pekerja dengan faktor bahaya yang ada di tempat

kerja, membuat peredam untuk mengisolasi mesin supaya tingkat kebisingannya berkurang,

memasang pagar pengaman mesin agar pekerja tidak kontak langsung dengan mesin,

pemasangan ventilasi dan lain-lain.

Page 4: Penyebab Kecelakaan Kerja Dan Cara Penanggulanganya

c.       Administrative control, yaitu pengaturan secara administrative untuk melindungi pekerja,

misalnya penempatan pekerja sesuai dengan kemampuan dan keahliannya, pengaturan shift

kerja, penyediaan alat pelindung diri yang sesuai dan lain-lain.

4.      Peningkatan pengetahuan tenaga kerja terhadap keselamatan kerja

Tenaga kerja adalah sumber daya utama dalam proses produksi yang harus dilindungi, untuk

memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan perlu memberikan pengetahuan kepada

tenaga kerja tentang pentingnya pelaksanaan keselamatan kerja saat melakukan aktivitas

kerja agar mereka dapat melaksanakan budaya keselamatan kerja di tempat kerja.

Peningkatan pengetahuan tenaga kerja dapat dilakukan dengan memberi pelatihan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada awal bekerja dan secara berkala untuk penyegaran

dan peningkatan wawasan. Pelatihan ini dapat membantu tenaga kerja untuk melindungi

dirinya sendiri dari faktor bahaya yang ada ditempat kerjanya.

5.      Pemasanngan peringatan bahaya kecelakaan di tempat kerja

Banyak sekali faktor bahaya yang ditemui di tempat kerja, pada kondisi tertentu tenaga kerja

atau pengunjung tidak menyadari adanya faktor bahaya yang ada ditempat kerja, untuk

menghindari terjadinya kecelakaan maka perlu dipasang rambu-rambu peringatan berupa

papan peringatan, poster, batas area aman dan lain sebagainya.

Selain upaya pencegahan juga perlu disediakan sarana untuk menanggulangi kecelakaan yang

terjadi di tempat kerja yaitu :

1.       Penyediaan P3K

Peralatan P3K yang ada sesuai dengan jenis kecelakaan yang mungkin terjadi di tempat kerja

untuk mengantisipasi kondisi korban menjadi lebih parah apabila terjadi kecelakaan,

peralatan tersebut harus tersedia di tempat kerja dan mudah dijangkau, petugas yang

bertanggung jawab melaksanakan P3K harus kompeten dan selalu siap apabila terjadi

kecelakaan di tempat kerja.

2.       Penyediaan peralatan dan perlengkapan tanggap darurat

Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja terkadang tanpa kita sadari seperti terkena

bahan kimia yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit / mata atau

terjadinya kebakaran, untuk menanggulangi keadaan tersebut perencanaan dan penyediaan

perlatan / perlengkapan tanggap darurat di tempat kerja sangat diperlukan seperti pemadam

kebakaran, hidran, peralatan emergency shower, eye shower dengan penyediaan air yang

cukup, semua peralatan ini harus mudah dijangkau.

Page 5: Penyebab Kecelakaan Kerja Dan Cara Penanggulanganya

DAYA DAN KEMAMPUAN KERJA KARYAWAN/SESEORANG

Kemampuan (ketrampilan) kerja yaitu kemampuan, pengetahuan dan penguasaan pegawai

atas teknis pelaksanaan tugas yang diberikan.

Setiap perusahaan didirikan memiliki tujuan dan untuk mencapai tujuan tersebut harus

didukung beberapa faktor. Salah satunya adalah kinerja dari karyawan perusahaan tersebut

dalam mencapai produktivitas yang telah ditetapkan perusahaan. Kinerja seorang karyawan

dipengaruhi oleh beberapa variabel dimana salah satunya adalah motivasi dan kemampuan.

Untuk itu penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar pengaruh motivasi dan

kemampuan karyawan terhadap kinerja. Terkait dengan hal diatas, maka hipotesis yang

diajukan adalah kinerja karyawan dipengaruhi secara positif oleh variabel motivasi dan

kemampuan kerja karyawan.

Istilah kemampuan kerja atau kinerja merupakan pengalihbahasaan dari kata performance.

Menurut Bernardin dan Russel (dalam Ruky : 2002) definisi performance adalah catatan

tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu

selama kurun waktu tertentu. kemampuan menekankan pengertian sebagai hasil atau apa

yang keluar (outcomes) dari sebuah pekerjaan dan kontribusi mereka pada organisasi.

Jadi, kemampuan kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan

tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan

kesungguhan serta waktu (Hasibuan, 2003:94).

PENILAIAN KEMAMPUAN KERJA

Penilaian kemampuan kerja amat penting bagi suatu organisasi. Dengan penilaian

kemampuan tersebut suatu organisasi dapat melihat sampai sejauh mana faktor manusia dapat

menunjang tujuan suatu organisasi. Penilaian terhadap kemampuan dapat memotivasi

karyawan agar terdorong untuk bekerja lebih baik. Oleh karena itu diperlukan penilaian

prestasi yang tepat dan konsisten.

Penilaian kemampuan merupakan sebuah proses formal untuk melakukan peninjauan ulang

dan evaluasi prestasi kerja seseorang secara periodik. Proses penilaian kemampuan ini

ditujukan untuk memahami prestasi kerja seseorang, dimana kegiatan ini terdiri dari

identifikasi, observasi, pengukuran dan pengembangan hasil kerja karyawan dalam sebuah

organisasi (Panggabean : 2002). Tahapan pada proses penilaian meliputi :

Page 6: Penyebab Kecelakaan Kerja Dan Cara Penanggulanganya

1. Identifikasi

Identifikasi merupakan tahap awal dari proses yang terdiri atas penentuan unsur-unsur yang

akan diamati. Kegiatan ini diawali dengan melakukan analisis pekerjaan agar dapat

mengenali unsur-unsur yang akan dinilai dan dapat mengembangkan skala penilaian. Apa

yang dinilai adalah yang berkaitan dengan pekerjaan, bukan yang tidak berkaitan dengan

pekerjaan.

2. Observasi

Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara seksama dan periodik. Semua

unsur yang dinilai harus diamati secara seksama agar dapat dibuat penilaian yang wajar dan

tepat. Observasi yang jarang dilakukan dan tidak berkaitan dengan prestasi kerja akan

menghasilkan hasil penilaian sesaat dan tidak akurat.

3. Pengukuran

Dalam pengukuran, para penilai akan memberikan penilaian terhadap tingkat kemampuan

karyawan yang didasarkan pada hasil pengamatan pada tahap observasi.

4. Pengembangan

Pihak penilai selain memberikan penilaian terhadap kemampuan kerja karyawan juga

melakukan pengembangan apabila ternyata terdapat perbedaan antara yang diharapkan oleh

pimpinan dengan hasil kerja karyawan. kemampuan kerja dihasilkan oleh adanya 3 (tiga) hal,

yaitu :

a. Kemampuan (ability) dalam wujudnya sebagai kapasitas untuk berprestasi (capacity to

perform).

b. Kemampuan, semangat, hasrat atau motivasi dalam wujudnya sebagai kesediaan untuk

berprestasi (willingness to perform).

Maka hal-hal pokok yang harus dinilai dalam kegiatan penilaian individu pegawai meliputi

faktor performance, ability, motivation dan potency pegawai dengan pola keterkaitan

Era Globalisasi dan Otonomi Daerah mengharuskan perusahaan mengembangkan potensi-

potensi keunggulannya dalam persaingan (competitive advantage) yang sangat ditentukan

oleh kompetensi sumber daya manusia sebagai power drive bidang-bidang fungsional

perusahaan.

Adapun elemen-elemen pokok sistem penilaian kemampuan kerja mencakup kriteria-kriteria

yang ada hubungannya dengan pelaksanaan kerja, ukuran-ukuran kriteria tersebut, dan

pemberian umpan balik kepada karyawan seperti ditunjukkan pada gambar dibawah 2.1.

(Handoko, 2001:138).

Page 7: Penyebab Kecelakaan Kerja Dan Cara Penanggulanganya

TUJUAN PENILAIAN KEMAMPUAN KERJA

Penilaian kemampuan kerja karyawan berguna bagi organisasi dan harus bermanfaat bagi

karyawan. Tujuan penilaian kemampuan karyawan sebagai berikut :

1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi, demosi,

pemberhentian dan penetapan besarnya balas jasa.

2. Untuk mengukur sejauh mana karyawan bisa sukses dalam pekerjaannya.

3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan didalam organisasi.

4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal kerja, metode

kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja dan peralatan kerja.

5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan yang berada

didalam organisasi.

6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga tercapai tujuan untuk

mendapatkan prestasi kerja yang baik.

7. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan atasan untuk mengobservasi perilaku

bawahan supaya diketahui minat dan kebutuhan-kebutuhan bawahannya.

8. Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan dimasa lampau dan meningkatkan kemampuan

karyawan selanjutnya.

9. Sebagai kriteria dalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan.

10. Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian pekerjaan.

FAKTOR PENILAIAN KEMAMPUAN KERJA

Menurut Richard William (dalam Wungu, 2003:48) menunjuk adanya sembilan kriteria

faktor penilaian kemampuan kerja keryawan, yaitu :

1. Reliable, harus mengukur prestasi kerja dan hasilnya secara obyektif.

2. Content valid, secara rasional harus terkait dengan kegiatan kerja.

3. Defined spesific, meliputi segenap perilaku kerja dan hasil kerja yang dapat diidentifikasi.

4. Independent, perilaku kerja dan hasil kerja yang penting harus tercakup dalam kriteria

yang komprehensif.

5. Non-overlaping, tidak ada tumpang tindih antar kriteria.

6. Comprehensive, perilaku kerja dan hasil kerja yang tidak penting harus dikeluarkan.

7. Accessible, kriteria haruslah dijabarkan dan diberi nama secara komprehensif.

8. Compatible, kriteria harus sesuai dengan tujuan dan budaya organisasi.

9. Up to date, sewaktu-waktu kriteria perlu ditinjau ulang menilik kemungkinan adanya

Page 8: Penyebab Kecelakaan Kerja Dan Cara Penanggulanganya

perubahan organisasi.

Kemampuan kerja dihasilkan oleh adanya 3 (tiga) hal, yaitu :

a. Kemampuan (ability) dalam wujudnya sebagai kapasitas untuk berprestasi (capacity to

perform).

b. Kemampuan, semangat, hasrat atau motivasi dalam wujudnya sebagai kesediaan untuk

berprestasi (willingness to perform).

c. Kesempatan untuk berprestasi (opportunity to perform)

kemampuan kerja sebagai hasil kerja (output) yang berasal dari adanya perilaku kerja serta

lingkungan kerja tertentu yang kondusif. Dalam menentukan faktor penilaian individu

karyawan, maka lingkungan kerja sebagai kesempatan untuk berprestasi yang dapat

dipengaruhi oleh adanya peralatan kerja, bahan, lingkungan fiskal kerja, perilaku kerja

pegawai yang lain, pola kepemimpinan, kebijakan organisasi, informasi serta penghasilan

secara keseluruhan akan dianggap konstan karena bersifat pemberian, berasal dari luar diri

karyawan dan bukan merupakan perilaku karyawan

Apabila dilihat dari sistematikanya, maka potensi atau kemampuan dapat dikategorikan

sebagai faktor penilaian yang berasal dari kelompok masukan (input) dan ability bersama-

sama motivation sebagai suatu kesatuan dapat disebut sebagai faktor penilaian dalam

kelompok proses, dan performance merupakan faktor penilaian dari kelompok keluaran

(output)..

Perkembangan dunia usaha yang begitu kompleks, menuntut setiap perusahaan untuk tanggap

setiap pergeseran, serta perubahan yang terjadi pada lingkungan dunia usaha penuh dengan

ketidakpastian dan ketidakmampuan. Ketidakpastian dan ketidakmampuan mengikuti

perubahan akan menjadi awal dari kemunduran dan kelumpuhan setiap perusahaan oleh

karena itu dalam rangka mempertahankan eksistensi dan kontinuitas usahanya, maka

perusahaan dituntut kesiapannya dalam membuat konsep dan menyusun strategi kebijakan

yang berorientasi pada perubahan.