Upload
toriq-pavana
View
25.398
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bagaimana pelaksanaan penyehatan sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman di RS dr, Saiful Anwar Malang
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan instansi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak
positif maupun negatif. Dampak positif dari kegiatan rumah sakit adalah meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatif dari kegiatan rumah sakit antara
lain adalah sampah dan limbah medis maupun non medis yang dapat menimbulkan penyakit
dan pencemaran lingkungan yang perlu perhatian khusus. (Rudiyanto, 2012)
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang
sakit maupun orang sehat, dengan berkumpulnya orang sakit dan sehat tersebut
memunculkan resiko yang dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan
terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Menurut Kepmenkes 1204,
2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit
Teori HM Bloom menyebutkan bahwa lingkungan merupakan salah satu unsur
penting di dalam kehidupan diantara host dan agent penyakit, dalam hal ini lingkungan
sebagai instrumen penyeimbang kehidupan, apabila kualitas lingkungan menurun, maka
agent penyakit akan naik dan derajat kesehatan masyarakat akan turun.
Penyehatan lingkungan rumah sakit merupakan kegiatan penunjang yang cukup
vital dalam kegiatan pelayanan rumah sakit. Pedoman Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, terdapat beberapa pokok pengelolahan
sanitasi kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan
limbah cair, pengelolaan sampah, pengelolaan sampah medis, pengelolaan makanan,
pengelolaan linen, sanitasi ruangan dan peralatan, serta pengendalian serangga dan tikus.
Semua kegiatan sanitasi di lingkungan rumah sakit berada di bawah program kerja
Instalasi Penyehatan Lingkungan (IPL). Instalasi penyehatan lingkungan sebagai unit kerja
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang mempunyai tanggung jawab terhadap kegiatan manajemen
2
penyehatan lingkungan rumah sakit. Kegiatan manajemen tersebut dilakukan dengan
program-program yang mengacu pada peraturan dan pedoman yang berlaku dengan tujuan
utama peningkatan mutu pengelolaan dan pemantauan lingkungan RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang. Salah satu program instalasi penyehatan lingkungan rumah sakit adalah sanitasi
bangunan, ruangan, dan halaman. Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan atau
alat yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatan, oleh karena itu
perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja
dengan produktif secara sosial ekonomis. Sarana dan bangunan umum dinyatakan
memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis
dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat
sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan.
(Fahmi, 2009)
WHO dan kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan
rumah sakit menyatakan bahwa Sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman rumah sakit
adalah suatu usaha untuk mengawasi berbagai faktor lingkungan fisik yang berpengaruh
terhadap manusia, terutama terhadap hal-hal yang yang mempunyai efek merusak
perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup semua ruang/unit dan halaman
yang ada di dalam batas pagar rumah sakit(bangunan fisik dan kelengkapannya) yang
dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah sakit.
Sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman terdapat berbagai macam persyaratan
yang harus dipenuhi untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan oleh konstruksi
bangunan, ruangan, dan halaman tersebut.
Ruangan rumah sakit terbagi berbagai zona resiko. Diantaranya zona resiko
rendah, resiko sedang, resiko tinggi, dan resiko sangat tinggi. Diantara zona-zona tersebut
persyaratannya tidak sama. Yang mana antara zona rendah dan zona yang lainnya ada
perbedaan persyaratan yang harus dipenuhi, baik fisik maupun mutu.
3
Salah satu contoh adalah ruangan di resiko sangat tinggi dindingnya harus mudah
dibersihkan, tidak boleh ada sudut, dinding pertemuan harus konus. Persyaratan ini mutlak
harus dipenuhi. Apabila persyaratan ini tidak dipenuhi maka dampak yang ditimbulkan akan
sangat besar baik bagi pasien maupun tenaga kesehatan ataupun orang yang ada di rumah
sakit tersebut.
Oleh karena itu diperlukan upaya penyehatan lingkungan rumah sakit khususnya
sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dan
karyawan akan bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari dampak kegiatan
rumah sakit tersebut.
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kegiatan lapangan di IPL RSUD dr. Saiful Anwar?
2. Bagaimana sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman di RSUD dr Saiful Anwar Malang
sudah sesuai dengan kepmenkes 1204/MENKES/SK/IX/2004 ?
3. Apa saja masalah-masalah yang terdapat dalam program sanitasi bangunan, ruangan, dan
halaman di RSUD dr. Saiful Anwar Malang?
4. Bagaimana solusi alternatif untuk memecahkan masalah yang ada di program sanitasi
bangunan, ruangan, dan halaman di RSUD dr. Saiful Anwar Malang?
1.3 TUJUAN
1.3.1. Tujuan umum
Memperoleh ketrampilan, penyesuaian, pengetahuan, dan sikap serta mendeskripsikan
kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman di
RSUD Saiful Anwar Malang
1.3.2. Tujuan khusus
1. Menggambarkan kegiatan lapangan di Instalasi Penyehatan Lingkungan (IPL)
RSUD dr. Saiful Anwar
2. Mengetahui apakah sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman di RSUD Saiful
Anwar sudah sesuai dengan Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang kesehatan
lingkungan rumah sakit
3. Mengidentifikasi masalah-masalah dalam program sanitasi bangunan, ruangan, dan
halaman di RSUD dr. Saiful Anwar Malang
4. Menganalisis solusi alternatif tentang pemecahan masalah yang ada di program
sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman di RSUD dr. Saiful Anwar
5
1.4. MANFAAT
1.4.1. Bagi Mahasiswa
Memperoleh wawasan, pemahaman, dan penghayatan serta pengalaman lapangan
ruang lingkup Instalasi Penyehatan Lingkungan di RSUD dr Saiful Anwar Malang
terutama di bidang sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman.
1.4.2. Bagi Program Studi
1. Mendapatkan masukan tentang perkembangan di bidang keilmuan dan teknologi
yang diterapkan dalam praktik kerja di instansi tersebut
2. Menjalin kerjasama yang baik antara lembaga pendidikan dengan instansi dalam
upaya memberikan bekal mahasiswa untuk mengetahui dunia kerja
1.4.3. Bagi Instansi atau RSUD dr. Saiful Anwar Malang
1. Sebagai bahan pertimbangan evaluasi dan penetapan kebijakan di IPL RSSA
khususnya sanitasi bangunan, ruang, dan halaman. Dalam pelaksanaan program
di wilayah kerja Instalasi Penyehatan Lingkungan (IPL) RSUD dr. Saiful Anwar
Malang.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kesehatan Lingkungan
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia.
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) mendefinisikan
kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut World Health Organization
(WHO), yaitu :
1. Penyediaan air minum
2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan sampah padat
4. Pengendalian vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
7
16. Tindakan sanitasi dihubungkan dengan epidemi, darurat, bencana, daerah urban dan
transmigrasi.
17. Tindakan pencegaan
2.2. Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Menurut WHO Sanitasi adalah suatu usaha untuk mengawasi berbagai faktor
lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap manusia, terutama terhadap hal-hal yang yang
mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup.
Sanitasi lebih menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor
lingkungan yang mempengarui derajat kesehatan manusia dengan mengutamakan usaha
pencegahan sehingga dapat menghindari munculnya penyakit. (Azwar, 1990)
Tempat-tempat umum adalah suatu tempat dimana banyak orang berkumpul
untuk melakukan kegiatan secara insidentil maupun terus menerus, secara membayar
maupun tidak membayar.(Soeparlan, 1989)
Jadi sanitasi tempat-tempat umum bisa diartikan sebagai usaha untuk mengawasi
dan mencegah kerugian akibat dari pemanfaatan tempat maupun hasil usaha (produk) oleh
dan untuk umum terutama terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya / menularnya
suatu penyakit. (Karbi, 2007)
2.2.1. Jenis tempat-tempat umum antara lain : (Karbi, 2007)
1. Yang berhubungan dengan sarana pariwisata :
a. Penginapan/losmen
b. Kolam renang
c. Bioskop
d. Tempat hiburan
e. Tempat rekreasi
f. Bilyard
g. Tempat bersejarah
8
2. Yang berhubungan dengan sarana perhubungan :
a. Terminal angkutan darat
b. Terminal angkutan sungai
3. Yang berhubungan dengan sarana komersial
a. Pemangkas rambut
b. Salon kecantikan
c. Pasar-pasar
d. Apotik
e. Toko obat perbelanjaan
4. Yang berhubungan dengan sarana sosial :
a. Tempat-tempat ibadah
b. Rumah sakit
c. Klinik bersalin
d. Sekolah-sekolah/asrama
e. Panti asuhan
5. Kantor-kantor pemerintahan dan swasta termasuk bank-bank pemerintah dan
swasta
2.2.2. Secara umum sanitasi tempat umum dapat dilihat dari :
1. Kualitas bangunan
a. Bahan bangunan dan konstruksinya bisa menentukan apakah bangunan
tersebut mudah rusak, terbakar, lembab, panas, sebagai sarang serangga
pembawa penyakit, bising, kecelakaan, kebakaran, penyakit ISPA, penyakit
bawaan vektor.
b. Denah bangunan dan kecukupan ruang sesuai dengan fungsinya.
9
2. Persyaratan kesehatan lingkungan dan bangunan
a. Bersih, kuat, mencegah sebagai tempat serangga dan binatang mengerat tata
ruang sesui dengan fungsinya
b. Kontruksi :
1. Lantai kuat, kedap air, rata, tidak licin, mudah dibersihkan, lantai kontak
air kemiringan 2-3%.
2. Dinding rata, mudah dibersihkan
3. Ventilasi : menjamin peredaran udara dalam ruang denga baik, atau bisa
diberi ventilasi mekanis
4. Atap tidak bocor, tidak menjadi genagan air
5. Langit-langit tinggi minimal 2,5 m, mudah dibersihkan.
6. Pintu dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.
7. Pencahayaan ruangan sesuai dengan aktifitas
3. Persyaratan kesehatan ruang/ kamar
Bersih, tersedia tempat sampah, bebas dari serangga dan tikus, udara tidak
berbau (terutama H2S dan Amoniak), tidak berasap, kadar debu kurang dari 0,26
mg/m3, suhu 18-28 C, kelembaban 40% – 70 %, Tingkat kebisingan sesuai
dengan fungsi ruangan.
4. Persyaratan kesehatan fasilitas sanitasi
a. Penyediaan air bersih kualitas dan kuantitas memenuhi syarat, selalu tersedia
pada setiap kegiatan secara berkesinanbungan, sistem perpiupaan dan
mempunyai tekanan positif.
b. Pembuangan air limbah sistem tertutup, kedap air, lancar dan diolah.
c. Tempat sampah kuat, ringan, tahan karat, tahan air, mudah dibuka dan ditutup,
sampah setiap hari dibuang, ada tempat pengumpul sampah
5. Ada peralatan yang mencegah masuknya serangga dan tikus.
10
2.3. Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan rumah sakit
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh instalasi penyehatan bangunan, ruangan,
dan halaman, antara lain:
1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang kelas,
dilengkapi dengan agar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau
binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.
b. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan
keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi
dengan rambu parkir.
c. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika
berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk
mengatasinya.
d. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok
e. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan intensitas
cahaya yang cukup.
f. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau tidak terdapat
genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia
lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman
g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah,
masing-masing dihubungkan langsung dengan
h. instalasi pengolahan limbah.
i. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu yang
menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.
j. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan
bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang
memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai
tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat, dan
binatang pengganggu lainnya
11
2. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit
a. Lantai, dengan persyaratan sebagai berikut:
1. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin,
warna terang, dan mudah dibersihkan.
2. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup
ke arah saluran pembuangan air limbah
3. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar mudah
dibersihkan
b. Dinding
c. Ventilasi
1. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang
dengan baik.
2. Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai
3. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara dengan
baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan buatan/mekanis.
4. Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan peruntukkan
ruangan.
d. Atap
1. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga,
tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
2. Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir.
e. Langit-langit
1. Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
2. Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
3. Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap.
f. Konstruksi
Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi
genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.
12
g. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
h. Jaringan Instalasi
1. Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik,
sistem pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain harus memenuhi
persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan
kesehatan.
2. Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air limbah
dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum.
i. Lalu Lintas Antar Ruangan
1. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didesain sedemikian
rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan
hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya
kecelakaan dan kontaminasi
2. Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana
pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang
mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus
dilengkapi ARD (Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang dapat mencari
lantai terdekat bila listrik mati.
3. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila
terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk
brankar.
j. Fasilitas Pemadam Kebakaran
Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
13
3. Ruang Bangunan
a. Zona dengan Risiko Rendah
Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer,
ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang
pendidikan/pelatihan. Dengan persyaratan sebagai berikut:
1. Permukaan dinding harus rata dan berawarna terang
2. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air,
berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus
berbentuk konus.
3. Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat,
warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal
2,70 meter dari lantai.
4. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang
bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
5. Ventilasi harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan
baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin
6. adanya pergantian udara dengan baik, harus dilengkapi dengan penghawaan
mekanis (exhauster) .
7. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter
dari lantai.
b. Zona dengan Risiko Sedang
Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit
menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan
bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada zona
risiko rendah.
c. Zona dengan Risiko Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif,
laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah mayat
(autopsy), dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut:
14
1. Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang.
a. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi
1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang.
b. Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap, dengan
ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan
dari peralatan yang dipasang di ruangan tersebut, tembok pembatas antara
ruang Sinar X dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette.
2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna
terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus
3. Langit-langit terbuat dari bahan mutipleks atu bahan yang kuat, warna
terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70
meter dari lantai.
4. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang
bawah jendela minimal 1,00 meter dari lanti.
5. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter
dari lantai.
d. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang
perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Dinding terbuat dari bahan porslin atau vinyl setinggi langit-langit, atau dicat
dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang.Langit-langit
terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal 2,70 meter dari
lantai.
2. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 m, dan semua
pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.
3. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan
berwarna terang.
15
4. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah
dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-
langit
5. Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai
6. Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang
dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan
ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara
bersih yang masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah.
Khusus untuk ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ harus
menggunakan pengaturan udara UCA (Ultra Clean Air) System
7. Tidak dibaenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu
harus dibuat ruang antara.
8. Hubungan dengan ruang scrub–up untuk melihat ke dalam ruang operasi
perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian
cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat diuka dan ditutup.
9. Pemasangan gas media secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau
di atas langit-langit.
10. Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.
4. Kualitas Udara Ruang
a. Tidak berbau (terutana bebas dari H2S dan Amoniak)
b. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan
rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 µg/m3, dan tidak
mengandung debu asbes.
5. Tata Laksana
a. Pemeliharaan Ruang Bangunan
1. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari.
2. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah
pembenahan/merapi-kan tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan
dokter, kunjungan keluarga, dan sewaktu-waktu bilamana diperlukan.
3. Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari.
16
4. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih (pel)
yang memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang tepat.
5. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel tersendiri.
2. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 (dua)
3. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera
dibersihkan dengan menggunakan antiseptik.
b. Pencahayaan
1. Lingkungan rumah sakit, baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat
cahaya dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya.
2. Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk menyimpan
barang/peralatan perlu diberikan penerangan. c. Ruang pasien/bangsal harus
disediakan penerangan umum dan penerangan untuk malam hari dan
disediakan saklar dekat pintu masuk, sekitar individu ditempatkan pada titik
yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan berisik.
c. Penghawaan (Ventilasi) dan Pengaturan Udara
1. Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit harus harus mendapat perhatian
yang khusus. Bila menggunakan sistem pendingin, hendaknya dipelihara dan
dioperasikan sesuai buku petunjuk sehingga dapat menghasilkan suhu, aliran
udara, dan kelembaban nyaman bagi pasien dan karyawan. Untuk rumah sakit
yang menggunakan pengatur udara (AC) sentral harus diperhatikan cooling
tower-nya agar tidak menjadi perindukan bakteri legionella dan untuk AHU
(Air Handling Unit) filter udara harus dibersihkan dari debu dan bakteri
atau jamur.
a. Suplai udara dan exhaust hendaknya digerakkan secara mekanis, dan
exhaustfan hendaknya diletakkan pada ujung sistem ventilasi.
b. Ruangan dengan volume 100 m3 sekurang-kurangnya 1 (satu) fan
dengan diameter 50 cm dengan debit udara 0,5 m3/detik,
17
2. Frekuensi pergantian udara per jam adalah 2 (dua) sampai dengan 12 kali.
a. Pengambilan supplai udara dari luar, kecuali unit ruang individual,
hendaknya diletakkan sejauh mungkin, minimal 7,50 meter dari
exhauster atau perlengkapan pembakaran.
b. Tinggi intake minimal 0,9 meter dari atap.
3. Sistem hendaknya dibuat keseimbangan tekanan.
4. Suplai udara untuk daerah sensitif, ruang operasi, perawatan bayi, diambil
dekat langit-langit dan exhaust dekat lantai, hendaknya ddisediakan 2 (dua)
buah exhaust fan dan diletakkan minimal 7,50 cm dari lantai.
5. Suplai udara di atas lantai.
6. Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari tiap ruang hendaknya
tidak digunakan sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara ke WC,
toilet, gudang.
7. Ventilasi ruang-ruang sensitif hendaknya dilenglengkapi dengan saringan 2
beds. Saringan I dipasang di bagian penerimaan udara dari luar dengan
efisiensi 30 % dan saringan II (filter bakteri) dipasang 90 %. Untuk
mempelajari sistem ventilasi sentral dalam gedung hendaknya mempelajari
khusus central air conditioning system.
8. Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang (cross
ventilation) dan dijaga agar aliran udara tidak
9. terhalang.
10. Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih tinggi
dibandingkan ruang-ruang lain dan menggunakan cara mekanis (air
conditioner)
11. Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan atau air conditioner
dipasang pada ketinggian minimum 2,00 meter di atas lantai atau minimum
0,20 meter dari langit-langit.
12. Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang (indoor) 1 (satu) kali
sebulan harus disinfeksi dengan menggunakan aerosol (resorcinol, trietylin
18
glikol), atau disaring dengan elektron presipitator atau menggunakan
penyinaran ultra violet.
13. Pemantauan kualitas udara ruang minimum 2 (dua) kali setahun dilakukan
pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman, debu,
dan gas).
d. Penghawaan (Ventilasi) dan Pengaturan Udara
1. Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kamar
dan ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari kebisingan.
2. Sumber-sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya agar
diupayakan untuk dikendalikan antara lain dengan cara :
a. Pada sumber bising di rumah sakit peredaman. Penyekatan, pemindahan,
pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber bising.
b. Pada sumber bising dari luar rumah sakit : penyekatan/penyerapan bising
dengan penanaman pohon (freen belt), meninggikan tembok, dan
meninggikan tanah (bukit buatan).
e. Fasilitas Penyediaan Air Minum dan Air Bersih
1. Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan.
2. Tersedia air bersih minimum 500 lt/tempat tidur/hari
3. Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang
membutuhkan secara berkesinambungan.
4. Distribusi air minum dan air bersih disetiap ruangan/kamar harus
menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif.
5. Persyaratan penyehatan air termasuk kualitas air minum dan kualitas air
bersih
f. Penyehatan Air.
1. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi
a. Harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersih.
b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna
terang, dan mudah dibersihkan.
19
c. Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan
tempat cuci tangan)tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan kamar
karyawan harus tersedia kamar mandi.
d. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan
penahan bau (water seal).
e. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan
dapur, kamar operasi, dan ruang khusus lainnya.
f. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar.
g. Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanit, unit rawat
inap dan karyawan, karyawan dan toilet pengunjung.
h. Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan
ada petunjuk arah, dan toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1
(satu) toilet untuk 1 – 20 pengunjung wanita, 1 (satu) toilet untuk 1 – 30
pengunjung pria.
i. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara
kebersihan.
j. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat
menjadi tempat perindukan nyamuk.
k. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi
20
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan tanggal 13 Februari sampai 10
Maret 2012 di Instalasi Penyehatan Lingkungan (IPL) RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Di
IPL terdapat beberpa program, sehingga dari 14 orang dibagi menjadi 4 kelompok yang
terdiri dari 4 dan 3 orang di dalam kelompok tersebut yang masing-masing terdapat
pembimbing. Di dalam pelaksanaan PKL sehari-hari dirolling sesuai dengan program kerja
pembimbing yang mana 1 pembimbing lapangan mendampingi PKL selama 3 hari sesuai
dengan program kerja pembimbing tersebut.
3.2 Sanitasi Bangunan, Ruangan, dan Halaman
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki
peran sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat,
maka kepuasan pasien adalah hal yang paling diutamakan, sehingga harus meningkatkan
kualitas pelayanan baik medis maupun non medis, termasuk didalamnya fasilitas sanitasi
sebagai penunjang pelayanan yang ada.
Berikut ini data RSUD Saiful Anwar yang berhubungan dengan sanitasi
bangunan, ruangan, dan halaman sebagai penunjan pelayanan kesehatan yang tercantum di
dalam tabel 3.1
21
Tabel 3.1. Rincian sanitasi bangunan, ruangan dan halaman RSUD dr. Saiful Anwar
No Jenis Jumlah satuan
1 Luas lahan 84.106,60 m2
2 Luas bangunan lantai I 54.718,38 m2
3 Luas seluruh bangunan 76.689,98 m2
4 Jumlah ruangan/ bangunan 86 buah
5 Jumlah KM / WC 278 buah
6 Jumlah westafel 404 buah
7 Luas selasar 15.106,16 m2
8 Luas saluran air/ got/ pagar 1.813,11 m2
9 Luas halaman, jalan aspal dan tempat
parkir
18.610,15 m2
10 Luas taman 8.964,96 m2
3.2.1. Sanitasi Kontruksi Bangunan dan Ruangan
a. Lantai
Kontruksi lantai di RSSA terbuat dari keramik, mudah dibersihkan, di
zona resiko rendah dan resiko sedang, diantara dinding dan lantai
pertemuananya membentuk sudut, sedangkan di zona resiko tinggi dan resiko
sangat tinggi pertemuan antara lantai dengan dinding tidak membentuk sudut
(konus).
22
Lantai RSUD Saiful Anwar terdapat gambar yang menuntun kita ke
pintu darurat (keluar) apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti
kebakaran ataupun gempa bumi.
Gambar 3.1 Kontruksi lantai
b. Dinding
Gambar 3.2 Kontruksi dinding
23
Kontruksi dinding di RSSA terbuat dari batu bata dengan cat yang cerah,
dan di zona resiko tinggi dan sangat tinggi dinding ruangannya terbuat dari
keramik atau batu bata dengan dicat minyak bertujuan supaya mudah
dibersihkan
c. Ventilasi
Ventilasi di ruang-ruang RSSA dibuat menurut zona resiko yang mana
bisa terdiri dari ventilasi alamiah, ventilasi buatan, ataupun keduanya. Ventilasi
alamiah terdapat di ruang-ruang dengan zona resiko rendah. Di zona sedang
bisa memakai keduanya baik ventilasi alami maupun buatan. Dan untuk
ventilasi buatan terdapat di ruangan zona tinggi dan sangat tinggi.
Ventilasi ruangan-ruangan di RSSA juga menggunakan cross
ventilation, dan masing-masing ventilasi terdiri dari ventilasi insidental dan
ventilasi permanen.
Gambar 3.3. Kontruksi ventilasi
24
d. Atap
Atap gedung RSSA terbuat dari genteng dan ada juga yang terbuat dari
beton, yang dilengkapi dengan penagkal petir
Gambar 3.4. Kontruksi atap genteng
Gambar 3.5. Kontruksi atap beton
25
e. Langit-langit
Langit-langit ada yang terbuat dari asbes, juga ada yang terbuat dari
beton dengan cat rata-rata warna putih, permukaan rata tidak berlobang,
sehingga mudah dibersihkan.
Gambar 3.6. Kontruksi langit-langit
f. Pintu
Gambar 3.7. Kontruksi pintu
26
Pintu yang ada di RSSA ada yang terbuat dari kayu dan dari kaca. Di
pintu masuk RSSA pintu membuka kedalam, sedangkan di pintu keluar pintu
dan pintu darurat membuka keluar. Dan lebar pintu minimal 1,5 meter
g. Lalu lintas antar ruangan (selasar)
Selasar utama di RSSA dari IRNA 1-4 luas selasar 4 meter, dan untuk
selasar menuju ruang-ruang perawatan lebarnya 3 meter. Dengan tujuan agar
lalu lintas karyawan, pasien, maupun barang di dalam rumah sakit lancar.
Gambar 3.8. Kontruksi selasar
h. Fasilitas pemadam kebakaran
Dimasing-masing gedung dan ruangan ada APAR (Alat Pemadam Api
Ringan) yang setiap bulan di kontrol oleh petugas IPL dan apabila sudah
kedualuarsa akan ditukar kembali ke CV APAR tersebut.
27
Gambar 3.9. APAR RSUD dr. Saiful Anwar
i. Jaringan instalasi
Jaringan instalasi di RSUD Saiful anwar sudah tertata dengan baik,
ditanam di bawah tanah. Jalur instalasi air maupun limbah sudah terpisahkan.
Di jalur air limbah sendiri sebelum menuju IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah) juga dipisahkan antara pipa air limbah dari dapur, pipa air limbah dari
kamar pasien, dan pipa air limbah dari laundry. Sebelum semuanya mengalir
ke saluran pipa yang menuju IPAL terlebih dahulu ditampung di dalam bak
Pre Treatment Basin (PTB) yang berfungsi untuk memperingan kerja dari
IPAL. Di setiap pipa yang dialiri oleh air limbah terpasang bak control yang
fungsinya sebagai control terhadap saluran, apabila tersumbat maka akan cepat
untuk dilakukan penanganan. Sehingga kemungkinan terjadinya kontaminasi
silang sangat kecil.
28
Gambar 3.10. Bak Pre Treatment Basin (PTB)
Gambar 3.11. Bak kontrol
29
j. Pencahayaan
Pencahayaan di masing-masing ruangan RSUD Saiful Anwar
menggunakan lampu listrik dengan saklar lampu ditaruh di dekat pintu dan
intensitas cahaya diatur berdasarkan jenis ruangan yang ada. Untuk ruangan
pelatihan akan tidak sama dengan ruangan operasi. Dan untuk mengkontrol
intensitas cahaya yang ada di masing-masing ruangan dilakukan kontrol setiap
6 bulan sekali menggunakan lux meter. Hal ini bertujuan supaya cahaya yang
ada masih tetap ada pada batas yang dianjurkan sesuai dengan kepmenkes 1204
tentang kesehatan lingkungan rumah sakit
Gambar 3.12. Pencahayaan di ruang pelatihan
30
k. Penghawaan
Penghawaan di ruang dengan resiko tinggi dan sangat tinggi sangat
penting. Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi bakteri maupun . Penghawaan
ini bisa memakai exhauster yang diletakkan 2 meter diatas lantai tepatnya
diatas jendela. Selain menggunakan exhaust fan juga bisa menggunakan AC
dan lampu tambahan. Di zona resiko tinggi yang penulis datangi lebih tepanya
di ruangan isolasi bayi, penghawaannya menggunakan exhauster dan lampu
tambahan.
Gambar 3.13. Penghawaan di ruang isolasi bayi
31
l. Penyehatan air bersih
Penyehatan air bersih yang ada di RSUD Saiful anwar adalah dengan
selalu mengkontrol sisa chlor agar selalu standar. Untuk mengontrol sisa chlor
petugas selalu mengecek di ruangan klorinasi setiap pagi dan sore. Di ruang
klorinasi ini terdapat alat digital yang berfungsi sebagai alat klorinasi secara
otomatis, dari kaleng yang sudah berisi air dan chlor, melalui alat ini secara
otomatis dialirkan ke tendon air. Untuk memastikan alat klorinasi otomatis
tersebut fungsi yang kita harapkan maka kita harus cek sisa chlor nya secara
manual. Apabila alat tersebut tidak sama dengan uji chlor secara manual,
maka alat klorinasi tersebut harus dikalibrasi. Sehingga alat klorinasi bekerja
sesuai yang kita harapkan
Gambar 3.14. Mengisi air sebagai pengenceran bahan chlor
32
m. Fasilitas toilet dan kamar mandi
Toilet/kamar mandi yang ada di RSUD Saiful Anwar terdapat 278 buah
yang tersebar di seluruh bangunan rumah sakit. Untuk keluarga pasien terletak
di dekat ruang tunggu pasien. Di perkantoran terdapat di masing2 bagian
ruangan. Kamar pasien setiap 2 ruangan yang terdiri dari 4 pasien terdapat 1
kamar mandi. Dan untuk setiap poli terdapat 1 wastafel. Untuk membersihkan
kamar mandi in memakai jasa pihak ketiga, pekerja outsourcing. Kondisi toilet
yang ada di RSUD Saiful Anwar yang terletak di ruang tunggu pasien kurang
terawat. Untuk di perkantoran dan ruang pasien sudah terawatt dengan baik.
Gambar 3.15. Toilet/kamar mandi karyawan yang terawat dengan baik
33
3.1.2. Sanitasi Ruang bangunan
Pembagian zona-zona menurut resiko adalah bertujuan untuk
meminimalisai infeksi nosokomial. Berikut adalah pembagian zona-zona ruangan
yang ada di RSSA antara lain:
a. Zona resiko rendah
Zona resiko rendah adalah zona yang terdiri dari ruangan-ruangan yang
di dalam kegiatannya tidak beresiko terhadap adanya pencemaran silang
ataupun infeksi nosokomial. Pada zona ini terdiri dari ruang perkantoran yang
tidak berhubungan langsung dengan pasien rumah sakit. Ruangan yang
termasuk di dalam zona resiko rendah adalah:
1. Ruang administrasi dan pertemuan
2. Koridor
3. Ruang komputer
4. Ruang perpustakaan
5. Ruang resepsionis/loket
6. Ruang lobby
7. Ruang pendidikan/pelatihan
8. Ruang arsip, rekam medik
34
b. Zona resiko sedang
Zona resiko sedang adalah zona yang terdiri dari ruangan-ruangan yang
di dalam kegiatannya tidak terlalu beresiko terhadap adanya pencemaran silang
ataupun infeksi nosokomial. Pada zona ini terdiri dari ruangan yang kontak
langsung dengan barang yang berhubungan dengan pelayanan pasien baik medis
maupun non medis. Ruangan yang termasuk di dalam zona resiko sedang
adalah:
1. Sterlilisasi
2. Dapur
3. Ruang pasien
4. Ruang tunggu pasien
5. Ruang ganti pakaian
6. Lift/tangga
7. Ruang rehabilitasi medis
8. Ruang bengkel
9. Ruang IPAL
10. Kantin/food center
c. Zona resiko tinggi
Zona resiko tinggi adalah zona yang terdiri dari ruangan-ruangan yang
di dalam kegiatannya beresiko terhadap adanya pencemaran silang ataupun
infeksi nosokomial. Pada zona ini terdiri dari ruangan yang kontak langsung
dengan pasien rumah sakit. Ruangan yang termasuk di dalam zona resiko tinggi
adalah:
35
1. Pemulihan, perawatan
2. Observasi bayi
3. Perawatan bayi
4. Perawatan premature
5. ICU
6. Jenazah/autopsy
7. Penginderaan medis
8. Laboratorium
9. Radiologi
10. Ruang luka bakar
11. Endoscopy
12. Ruang cuci/laundry
13. Ruang isolasi
14. Ruang khusus penyakit tetanus
15. Ruang bank darah
16. ICCU
17. Ruang hemodialisa
36
d. Zona resiko sangat tinggi
Zona resiko sangat tinggi adalah zona yang terdiri dari ruangan-ruangan
yang di dalam kegiatannya sangat beresiko terhadap adanya pencemaran silang
ataupun infeksi nosokomial. Pada zona ini terdiri dari ruangan yang kontak
langsung dengan pasien rumah sakit dan sangat rentan terjadi adanya infeksi.
Sehingga perlu dilakukan penanganan yang lebih khusus. Ruangan yang
termasuk di dalam zona resiko sangat tinggi adalah:
1. Operasi
2. Bersalin
3. Ruang poli gigi
4. Ruang patologi
5. Ruang poli bedah
37
3.2.3. Sanitasi Lingkungan Halaman Rumah Sakit
Sanitasi lingkungan halaman rumah sakit juga sangat penting, hal ini
dikarenakan penataan halaman yang terdiri dari halaman parkir, taman, dan ruang
terbuka hijau disamping mempengaruhi aktivitas rumah sakit juga akan
berpengaruh pada suplai udara bersih serta nilai estetika dan kenyamanan pasien
serta orang yang berada di rumah sakit.
a. Halaman rumah sakit
1. Pagar RSUD dr. Saiful Anwar
Pagar lingkungan rumah sakit terdiri dari dua jenis. Untuk pagar yang
ada di halaman depan rumah sakit menggunakan pagar besi, sedangkan di
halaman belakang rumah sakit menggunakan pagar yang terbuat dari
tembok. Pemberian pagar bertujuan supaya orang atau hewan peliharaan
tidak bebas keluar masuk. Khususnya para pengunjung, karena untuk
pengunjung yang bertujuan untuk menjenguk ada jam-jam tertentu.
Sehingga dengan adanya pagar rumah sakit petugas keamanan bisa
mengkontrol pengunjung.
RSUD dr. Saiful Anwar memiliki jam berkunjung antara jam 16.00-
18.00 wib. Sehingga diluar jam berkunjung tersebut orang yang akan masuk
ke lingkungan rumah sakit dengan tujuan menjenguk orang sakit akan
dilarang oleh security rumah sakit.
38
Gambar 3.16. Pagar halaman belakang rumah sakit
2. Halaman parkir
Halaman parkir di RSUD dr. Saiful Anwar telah dilengkapi dengan
rambu-rambu untuk keamanan pengendara, serta dilengkapi juga dengan
tempat sampah. Hal ini bertujuan agar halaman rumah sakit senantiasa
bersih.
Gambar 3.17. Halaman parkir yang dilengkapi dengan tempat sampah
39
3. Lingkungan rumah sakit
Lingkungan di RSUD dr. Saiful Anwar telah dilengkapi dengan
tempat sampah baik medis maupun non medis dengan ditandainya warna
tempat sampah. Hijau untuk sampah umum dan kuning untuk sampah medis
yang tersebar di seluruh lingkungan rumah sakit, dengan harapan petugas
IPL akan lebih mudah dalam mengelolanya. Di lingkungan rumah sakit juga
diberi papan peringatan yang berkaitan dengan ketertiban pengunjung.
Bahkan awal masuk rumah sakit sudah ada peringatan-peringatan bagi
pengunjung. Seperti contoh dialarang merokok di kawasan rumah sakit. Hal
ini bertujuan untuk ketertiban dan kenyamanan pengunjung serta pasien
yang ada di rumah sakit.
Akses jalan di lingkungan rumah sakit beraspal dan menggunakan
batako, sehingga saat hujan turun lingkungan rumah sakit tidak becek.
Gambar 3.18. Selasar RSUD dr. Saiful Anwar dengan papan peringatan
40
Gambar 3.19. Jalan beraspal di lingkungan RSUD dr. Saiful Anwar
Gambar 3.20. Tempat sampah umum yang ada di depan perkantoran
41
2. Taman atau ruang terbuka hijau rumah sakit
Taman/RTH yang berada di RSUD dr. Saiful Anwar selain bertujuan
untuk suplai udara bersih juga sebagai nilai estetika rumah sakit, sehingga RTH
rumah sakit secara psikologis bisa mempercepat penyembuhan pasien juga
menimbulkan kesan dingin dan sejuk berada di dalam rumah sakit.
Gambar 3.21. Salah satu RTH di lingkungan RSUD dr. Saiful Anwar
3.3. Permasalahan
Setiap program kerja IPL RSUD dr. Saiful Anwar pasti terdapat
permasalahan-permasalahan, begitu juga di program kerja penyehatan sanitasi
bangunan, ruangan, dan halaman.
Permasalahan ada di dalam sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman antara
lain:
1. Kurang sadarnya pengunjung untuk membuang sampah sembarang tempat
sehingga meskipun tersedia tempat sampah yang sudah tersebar di lingkungan
rumah sakit masih saja terlihat sampah berserakan di lingkungan RSUD dr. Saiful
Anwar
42
2. Sampah masih banyak terlihat terselip di antara rumput-rumput taman/RTH RSUD
dr. Saiful Anwar sehingga mengurangi nilai estetika rumah sakit
3. Taman/RTH dipakai jalan pintas pejalan kaki, sehingga mengurangi nilai estetika
taman.
4. Kamar mandi/toilet umum yang ada di ruang tunggu kondisi kebersihannya masih
kurang
5. Saluran air limbah menuju IPAL sering tersumbat oleh pembalut yang dibuang
oleh pengunjung yang berasal dari kamar mandi.
3.4. Alternatif Solusi
Adanya permasalahan yang terdapat di IPL RSUD dr. Saiful Anwar,
khususnya sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman, penyusun mencoba member
alternatif solusi yang mungkin berguna bagi instansi antara lain:
1. Memberikan sosialisasi terhadap pengunjung rumah sakit tentang dampak
membuang sampah sembarangan di lingkungan rumah sakit dalam bentuk poster,
brosur, artikel, yang tersebar di seluruh lingkungan maupun ruangan rumah sakit
2. Petugas selalu memotong atau merapikan taman-taman yang sudah mulai tidak
rapi secara rutin, sehingga pengunjung tidak lagi menyisipkan sampah mereka ke
dalam tanaman atau rumput yang tinggi
3. Menanam tanaman lebih banyak lagi dan bervariasai sehingga taman tidak lagi
dibuat jalan pintas oleh pejalan kaki
4. Memberikan poster yang memperingatkan pengunjung untuk selalu menjaga
kebersihan kamar mandi, selain itu juga memberikan sabun serta tempat sampah di
dalam kamar mandi. Sehingga kebersihan kamar mandi tetap terjaga dan tidak
menimbulkan bau serta pengunjung maupun pasien tidak lagi membuang sampah
atau pembalut ke dalam WC
43
3.5. Analisa masalah
Permasalahan yang ada di sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman,
penyusun akan membahas permasalahan tersebut dengan disiplin ilmu kesehatan
lingkungan antara lain:
1. Masih banyak sampah yang berserakan dimana-mana, sampah disini merupakan
limbah yang dihasilkan oleh individu akibat aktivitas mereka. Sampah yang
dihasilkan ini jenisnya sampah umum atau domestik. Rumah sakit menurut
kepmenkes no 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan, harus
bersih tidak boleh ada sampah berserakan. Tujuan semua itu adalah upaya untuk
mengurangi dampak yang ditimbulkan dari sampah tersebut. Karena sampah di
rumah sakit akan banyak mempengaruhi, antara lain:
a. Kesembuhan pasien, karena secara psikologi pasien akan dengan cepat sembuh
kalau suasana rumah sakit sangat nyaman dan bersih.
b. Sampah menjadi salah satu tempat perindukan bakteri, sehingga apabila sampah
berserakan akan mempengaruhi infeksi nosokomial ataupun pencemaran silang.
c. Sampah mempengaruhi nilai estetika bagi lingkungan rumah sakit. Apabila
dibiarkan nilai estetika berkurang karena sampah maka rumah sakit akan tidak
lagi menjadi rujukan masyarakat untuk berobat di rumah sakit tersebut.
2. Banyak sampah yang diselipkan di sela-sela rumput taman rumah sakit yang
meninggi. Sampah-sampah ini apabila dibiarkan maka akan menjadi tempat
perindukan bakteri maupun hewan vektor seperti nyamuk. Untuk mengatasi maslah
ini penyusun mencoba memberi alternatif solusi tentang perawatan dan pemotongan
rumput secara berkala, karena dengan rumput yang dirawat orang tidak akan
menyelipkan lagi sampah-sampah mereka kedalam rumput taman. Karena selama
pengamatan penyusun sampah yang diselipkan di dalam rumput taman adalah di
rumput yang sudah meninggi. Dengan tidak adanya sampah di taman rumah sakit
akan menambah nilai estetika rumah sakit.
44
3. Taman masih dipakai jalan pintas oleh pejalan kaki. Taman merupakan nilai
estetika bagi rumah sakit. Apabila taman ini dipakai jalan pintas oleh pejalan kaki,
maka selain merusak tanaman tersebut juga merusak nilai estetika dari taman
tersebut, sehingg penyusun memberikan alternatif solusi dengan menambah koleksi
tanaman untuk taman rumah sakit. Dengan beragamnya tanaman RTH selain
menambah nilai estetika, juga menambah suplai udara bersih rumah sakit, serta
orang tidak lagi membuat taman yang kosong/ kurang kolesi tanamannya sebagai
jalan pintas, karena sudah tidak ada lagi lahan kosong yang mereka gunakan
sebagai jalan pintas.
4. Kamar mandi/ toilet harus senantiasa bersih dan dibersihkan karena dengan
bersihnya toilet maka akan mengurangi pencemaran silang maupun infeksi
nosokomial di rumah sakit. Karena kamar mandi yang kotor adalah sumber
pencemaran silang maupun infeksi nosokomial
5. Saluran menuju IPAL tersumbat bisa menjadi sumber pencemaran silang maupun
infeksi nosokomial. Karena saluran ini berisi limbah yang harus segera diolah.
Apabila tersumbat, otomatis saluran ini akan terhenti. Terhentinya saluran air
limbah ini akan membuat bakteri dengan mudah berkembang biak di tempat ini.
Sehingga bisa denagan mudah menjadi sumber pencemaran silang maupun infeksi
nosokomial.
Jadi, untuk mengatasi permasalahan yang ada di sanitasi bangunan, ruangan, dan
halaman tidak hanya dibebankan pada petugas IPL, akan tetapi dibutuhkan peran aktif seluruh
elemen rumah sakit, baik petugas, pasien, maupun pengunjung.
45
BAB IV
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Instalasi penyehatan lingkungan rumah sakit yang ada di RSUD dr. Saiful Anwar
sudah merujuk pada Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan. 9 program kerja yang ada di IPL RSUD dr. Saiful Anwar sudah berjalan dengan
baik, mulai dari prosedur kerja sampai kerja di lapangan.
Sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman di RSUD dr. Saiful Anwar semua sudah
merujuk pada Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang persyaratan lingkungan rumah sakit.
Hanya ada sebagian kecil saja yang belum memenuhi, salah satunya adalah kontruksi dinding
di ruang isolasi bayi yang menurut Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang persyaratan
lingkungan rumah sakit, pertemuan dinding dengan lantai harus berbentuk konus tidak
membentuk sudut, akan tetapi di ruangan isolasi bayi tidak konus atau masih membentuk
sudut. Dinding harus konus mempunyai tujuan yaitu supaya mudah dibersihkan sehingga
tidak apabila dibersihkan benar-benar bersih tanpa meninggalkan sedikitpun kotoran, karena
kotoran adalah media bakteri untuk berkembang biak. Lepas dari itu semua kondisi lapangan
yang ada di ruang isolasi bayi menurut hasil laboratorium dari sampel sweap dinding, lantai,
melalui uji MPN, hasilnya adalah untuk bakteri di ruangan tersebut masih dalam batas
ambang normal. Sehingga dapat dikatakan bahwa metode sterilisasi dan desinfeksi yang
dilakukan petugas ruang isolasi bayi sangat baik.
Meskipun sudah terencana dengan baik dalam pelaksanaan program kerja di
Instalasi Penyehatan Lingkungan terutama di sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman, tidak
menutup kemungkinan terdapat permasalahan-permasalahan yang menghambat program
kerja tersebut. Di dalam sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman terdapat beberapa masalah
tentang habit baik dari pengunjung maupun dari petugas rumah sakit sendiri sehingga
penyusun memberikan alternatif solusi yang mungkin berguna bagi instansi. Untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada sebenarnya tidak hanya dibebankan kepada
46
petugas IPL, akan tetapi semua yang terkait dengan rumah sakit ikut berperan aktif didalam
mengatasi permasalahan yang ada di IPL terutama di sanitasi bangunan, ruangan, dan
halaman.
Dan alternatif solusi yang diberikan juga berkaitan dengan solusi kesehatan
lingkungan rumah sakit yang pada intinya adalah upaya untuk membuat sanitasi bangunan,
ruangan, dan halaman, lebih baik lagi seperti pada ulasan bab III.
5.2 SARAN
Program-program yang ada di Instalasi Penyehatan Lingkungan (IPL) RSUD dr.
Saiful Anwar terutama di sanitasi bangunan, ruangan, dan halaman sudah merujuk pada
Kepmenkes 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Hanya
ada sebagian kecil yang belum memenuhi. Untuk itu penyusun menyarankan agar ruangan
yang belum memenuhi persyaratan segera dipenuhi demi meminimallisasi dampak yang
ditimbulkan. Selain itu, kami sebagai mahasiswa S1 Kesehatan Lingkungan menyarankan
pada instansi IPL RSUD dr. Saiful Anwar umumnya dan laboratorium IPAL khususnya,
untuk ruangan laboratorium dipisahkan tersendiri dengan IPAL. Karena suara bising dari
mesin-mesin IPAL bisa mengganggu konsentrasi dalam pengujian sampel, selain itu seperti
yang telah kita ketahui bersama adalah efek kronis kebisingan dari suara mesin yang ada di
IPAL bisa menyebabkan ketulian.
47
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. laporan Tahunan IPL. Malang: IPL RSUD dr. Saiful Anwar
Arifin, Munif. 2010. Dasar Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
inspeksisanitasi.blogspot.com/2010/04/seri-kesehatan-lingkungan-rmuah-sakit.html
(sitasi tanggal 16 Maret 2012 pukul 10.30 wib)
Karbi, 2007. Pengantar Sanitasi Tempat-Tempat Umum. Malang: STIKES WIDYAGAMA
HUSADA
Kepmenkes,1204. 2004. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
www.jasamediavest.com/files/permenkes_1204-2004-persyaratan_kes_rs_pdf (sitasi
tanggal 16 Maret 2012 pukul 10.30 wib)
Nasibu, Edwin. 2011. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Malang: STIKES
WIDYAGAMA HUSADA
Rudiyanto, 2012. Laporan PKL Analisa limbah cair di Instalasi Pengolahan Air Limbah.
Malang: UIN MAULANA MALIK IBRAHIM
Zainurita, 2010. Evaluasi Terhadap Sanitasi Ruang Perawatan Rumah Sakit Yasmin
Banyuwangi. Surabaya: FKM Universitas Airlangga
48
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Orientasi dengan pembimbing lapangan
Lampiran 2. Insenerator IPL RSUD dr. Saiful Anwar
49
Lampiran 3. TPS RSUD dr. Saiful Anwar
Lampiran 4. Abu insenerator yang selanjutnya digiling hingga menjadi pasir.
50
Lampiran 5. Pengambilan sampel di IPAL
Lampiran 6. Pengecekan APAR
51
Lampiran 7. Pemasangan racun tikus di gedung pavilyun
Lampiran 8. Kegiatan Laboratorium