16
PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN KERETA API STUDI TENTANG KERETA REL LISTRIK (KRL) LINGKAR JABODETABEK OLEH PT.KAI (Persero) (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat) Implementation Of Services Rail Transport Study On Electric Rail Train (ERT) Jabodetabek Circular Line By PT.KAI (Persero) (Based on the Act No. 5 of 1999 on the Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair Business Competition) Lia Amalia (E1A008005) Dosen Pembimbing I : SUTOYO Dosen Pembimbing II : SUKIRMAN Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Jl. Prof. Dr. HR. Boenjamin No. 708 Grendeng Purwokerto 53122 Telepon : (0281) 638339 Faks. (0281) 627203 Laman : www.fh.unsoed.ac.id , Email : [email protected] Alamat korespondensi: [email protected] ABSTRAK Penyelenggaraan perkeretaapian kini telah menunjukkan peningkatan peran yang penting dalam menunjang dan mendorong kegiatan perekonomian. Terbitnya Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2011 tentang Penugasan PT.KAI untuk menyelenggarakan prasarana dan sarana kereta Bandara Soekarno-Hatta dan Jalur Lingkar Jabodetabek, justru menegaskan monopoli PT KAI, sehingga dalam perkembangannya menimbulkan kekhawatiran adanya suatu praktek monopoli yang terjadi dalam penyelenggaraan jasa angkutan KRL. Penelitian ini dilakukan dengan penelitian yuridis normatif, dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan adanya data sekunder maupun data primer mengenai monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Melalui penelitian studi kepustakaan yang kemudian diolah dan dianalisa dengan menggunakan metode normatif kualitatif yang akhirnya disajikan dalam bentuk deskriptif. Pada hasil penelitian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa penyelenggaraan kereta rel listrik (KRL) lingkar Jabodetabek di Daop I Jakarta tidak dapat digolongkan sebagai praktek monopoli yang dapat dipidana menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Perkeretaapian diselenggarakan dengan prinsip dan tujuan yang tidak sama dengan prinsip-prinsip yang

PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN KERETA API …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Jurnal On-Line S-I.pdf · jasa angkutan kereta rel listrik yang dilakukan oleh PT.KAI dikategorikan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN KERETA API …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Jurnal On-Line S-I.pdf · jasa angkutan kereta rel listrik yang dilakukan oleh PT.KAI dikategorikan

PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN KERETA API STUDI TENTANG

KERETA REL LISTRIK (KRL) LINGKAR JABODETABEK OLEH PT.KAI

(Persero)

(Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat)

Implementation Of Services Rail Transport Study On Electric Rail Train (ERT) Jabodetabek

Circular Line By PT.KAI (Persero)

(Based on the Act No. 5 of 1999 on the Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair

Business Competition)

Lia Amalia (E1A008005)

Dosen Pembimbing I : SUTOYO

Dosen Pembimbing II : SUKIRMAN

Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Jl. Prof. Dr. HR. Boenjamin No. 708 Grendeng – Purwokerto 53122

Telepon : (0281) 638339 Faks. (0281) 627203

Laman : www.fh.unsoed.ac.id, Email : [email protected]

Alamat korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Penyelenggaraan perkeretaapian kini telah menunjukkan peningkatan peran yang

penting dalam menunjang dan mendorong kegiatan perekonomian. Terbitnya Peraturan

Presiden Nomor 83 Tahun 2011 tentang Penugasan PT.KAI untuk menyelenggarakan

prasarana dan sarana kereta Bandara Soekarno-Hatta dan Jalur Lingkar Jabodetabek, justru

menegaskan monopoli PT KAI, sehingga dalam perkembangannya menimbulkan

kekhawatiran adanya suatu praktek monopoli yang terjadi dalam penyelenggaraan jasa

angkutan KRL.

Penelitian ini dilakukan dengan penelitian yuridis normatif, dengan menggunakan

pendekatan perundang-undangan dan adanya data sekunder maupun data primer mengenai

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Melalui penelitian studi kepustakaan yang

kemudian diolah dan dianalisa dengan menggunakan metode normatif kualitatif yang

akhirnya disajikan dalam bentuk deskriptif.

Pada hasil penelitian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa penyelenggaraan kereta

rel listrik (KRL) lingkar Jabodetabek di Daop I Jakarta tidak dapat digolongkan sebagai

praktek monopoli yang dapat dipidana menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Perkeretaapian

diselenggarakan dengan prinsip dan tujuan yang tidak sama dengan prinsip-prinsip yang

Page 2: PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN KERETA API …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Jurnal On-Line S-I.pdf · jasa angkutan kereta rel listrik yang dilakukan oleh PT.KAI dikategorikan

dilarang dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, karena PT.KAI (Persero)

dalam hubungannya dengan penyelenggaraan KRL Lingkar Jabodetabek adalah dalam

rangka melaksanakan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2011 tentang Penugasan PT.KAI

untuk Menyelenggarakan Prasarana dan Sarana Kereta Bandara Soekarno-Hatta dan Jalur

Lingkar Jabodetabek.

Kata kunci : Monopoli, Persaingan Usaha, Kereta Rel Listrik (KRL).

ABSTRACT

Operation of railways has now demonstrated increased a significant role in

supporting and encouraging economic activity. The issuance of Presidential Decree No.

83/2011 on assignment PT.KAI to organize railway infrastructure Soekarno-Hatta Airport

and Jabodetabek Circle Line it is asserted monopoly PT KAI. However their development

raises fears of a monopoly that occurs in the operation of freight services electric train.

The research was carried out with normative juridical studies, using approaches

legislation and the secondary data and primary data on halal certification and labeling.

Through the bibliography research afterwards was processed and analyzed by using

qualitative methods are ultimately normative presented in descriptive form.

On these findings, the conclusion in implementation of electric train in Jabodetabek

circumference Daop I Jakarta can not be classified as a monopoly may be liable under the

Act No. 5 of 1999 on the Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair Business

Competition. Railways organized by the principles and objectives that are not the same as the

principles are prohibited under Article 17 of Law No. 5 of 1999, because PT.KAI (Persero) in

relation to holding of Electric Train Jabodetabek Circle Line is an order to implement the

Presidential Decree No. 83 Year 2011 Assignment of PT.KAI for Railway Infrastructure

Conducting Soekarno-Hatta Jabodetabek Circle Line.

Keywords : Monopoly, Business Competition, electric train (KRL).

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suara sumbang mengenai monopoli memang banyak terdengar. Adanya kelompok

tertentu yang memonopoli suatu bidang atau produk tertentu mulai menjangkiti dan mewabah

di Indonesia. Sebagai bentuk penguasaan pangsa pasar atas produk tertentu, monopoli bukan

saja dapat menarik keuntungan sebesar-besarnya tetapi dapat mengganggu sistem dan

mekanisme perekonomian.1

Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 monopoli dikategorikan sebagai salah

satu kegiatan yang dilarang untuk dilakukan yaitu penyalahgunaan posisi monopoli yang

1 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja. 1999. “Anti Monopoli”. Jakarta: Rajawali Pers.hal 3.

Page 3: PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN KERETA API …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Jurnal On-Line S-I.pdf · jasa angkutan kereta rel listrik yang dilakukan oleh PT.KAI dikategorikan

dimiliki oleh pelaku usaha untuk melakukan tindakan-tindakan persaingan usaha tersebut,

sehingga mengakibatkan persaingan usaha menjadi tidak sehat pada pasar yang bersangkutan.

Semangat dan ruh utama dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang

Perkeretaapian adalah menghilangkan monopoli PT.KAI, karena berdasarkan undang-undang

perkeretaapian dimungkinkan lebih dari satu operator yang mengoperasikan kereta api dalam

satu lintasan. Artinya, di lintasan KRL Jabodetabek maupun lintasan kereta api ke Bandara

dimungkinkan beberapa operator kereta mengoperasikan sarananya.

Dalam Pasal 50 huruf (a) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat disebutkan bahwa :

“Yang dikecualikan dari ketentuan undang-undang ini adalah perbuatan dan atau

perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang

berlaku”

Dari Pasal 50 huruf (a) tersebut jelas bahwa penyelenggaraan sarana dan prasarana kereta rel

listrik jalur lingkar Jabodetabek dikecualikan dari praktek monopoli dan persaingan usaha

tidak sehat. Akan tetapi, dalam perkembangannya menimbulkan kekhawatiran adanya suatu

praktek monopoli yang terjadi dalam penyelenggaraan jasa angkutan KRL. Menurut Sigit

yang merupakan Anggota Panja (Panitia Kerja) Kereta Api Komisi V DPR RI dari Fraksi

Partai Keadilan Sejahtera, terbitnya Peraturan Presiden No.83 Tahun 2011 tentang Penugasan

PT.KAI untuk menyelenggarakan prasarana dan sarana kereta Bandara Soekarno-Hatta dan

Jalur Lingkar Jabodetabek, justru menegaskan monopoli PT KAI. 2

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat ditarik suatu perumusan masalah

sebagai berikut: Apakah usaha jasa angkutan KRL (Kereta Rel Listrik) yang dilakukan

PT.KAI sebagai pelaku usaha, dapat dikategorikan sebagai praktik monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dapat atau tidakkah penyelenggaraan

jasa angkutan kereta rel listrik yang dilakukan oleh PT.KAI dikategorikan sebagai badan

2 Ade Mulyana, 06 Desember 2011, “Pemerintah Harus Pertegas Dukung Industri Kereta Api”, tersedia

di website http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=48068, diakses tanggal 12 Maret 2012.

Page 4: PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN KERETA API …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Jurnal On-Line S-I.pdf · jasa angkutan kereta rel listrik yang dilakukan oleh PT.KAI dikategorikan

usaha yang melakukan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat berdasarkan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang monopoli ditinjau dari hukum

persaingan usaha, sehingga hukum dapat selalu selaras dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna bagi

masyarakat dan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam memberntuk

aturan mengenai perkeretaapian sehingga aturan tentang penyelenggaraan KRL lebih

diperhatikan.

METODE PENELITIAN

1. Metode Pendekatan : Yuridis Normatif.3

2. Spesifikasi Penelitian : Deskriptif

3. Lokasi Penelitian : PT. KCJ (KAI Commuter

Jabodetabek) DAOP 1 Jakarta

4. Sumber Bahan Hukum : Data Sekunder meliputi bahan

hukum primer, sekunder dan

tersier dan Data Primer

5. Metode Pengumpulan Bahan Hukum : Inventarisasi peraturan perundang-

undangan, Dokumentasi dan Studi

Kepustakaan

6. Metode Penyajian Bahan Hukum : Teks naratif

7. Metode Analisis Bahan Hukum : Analisis Normatif Kualitatif

3 Ronny Hanitijo Soemitro. 1988. “Metode Penelitian Hukum Dan Jurimetri“.Cetakan Ketiga. Jakarta :

Ghalia Indonesia. hal 13-14

Page 5: PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN KERETA API …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Jurnal On-Line S-I.pdf · jasa angkutan kereta rel listrik yang dilakukan oleh PT.KAI dikategorikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1. Data Sekunder

1.1. Pendirian dan Kegiatan Usaha PT. KAI (Persero)

PT. Kereta Api Indonesia (KAI) adalah Badan Usaha Milik Negara

Indonesia yang menyelenggarakan jasa angkutan kereta api. Layanan PT Kereta

Api Indonesia (Persero) meliputi angkutan penumpang dan barang. Pelayanan

KRL di wilayah Jabotabek berada di bawah PT KAI Commuter Jabodetabek

yang merupakan anak perusahaan dari PT KERETA API INDONESIA (Persero).

Perusahaan ini mendapatkan Izin Usaha Penyelenggaraan Sarana Perkeretaapian

Umum Nomor: KP. 260 Tahun 2010 dan Izin Operasi Penyelenggara Sarana

Perkeretaapian Nomor: KP. 264 Tahun 2010 yang semuanya dikeluarkan oleh

Menteri Perhubungan Republik Indonesia.

1.1.1 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP. 260 Tahun 2010 tentang Izin

Usaha Penyelenggaraan Sarana Perkeretaapian Umum PT. KAI Commuter

Jabodetabek

Pertimbangan dikeluarkannya Izin Usaha Penyelenggaraan Sarana

Perkeretaapian Umum PT. KAI Commuter Jabodetabek adalah:

a. bahwa berdasarkan Pasal 32 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2007 tentang Perkeretaapian dan Pasal 305 ayat (2) huruf a

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan

Perkeretaapian telah diatur bahwa badan usaha yang menyelenggarakan

sarana perkeretaapian wajib memiliki izin usaha dan izin operasi;

b. bahwa berdasarkan hasil berita acara evaluasi Nomor

21A/KI.3/BA/DJKA/III/10 tanggal 8 Maret 2010, terhadap permohonan

PT. KAI Commuter Jabodetabek, telah memenuhi persyaratan sebagai

penyelenggara sarana perkeretaapian umum.

Dalam surat keputusan Nomor: KP. 260 Tahun 2010, Menteri

Perhubungan memberikan 7 (tujuh) keputusan yaitu:

PERTAMA : Memberikan Surat Izin Usaha Penyelenggaraan Sarana

Perkeretaapian Umum kepada:

a. Nama Perusahaan: PT. KAI Commuter Jabodetabek

b. Akta Pendirian: No. 457 Tanggal 15 September 2008,

dibuat dihadapan Notaris Ilmiawan Dekrit Supatmo, SH

Page 6: PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN KERETA API …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Jurnal On-Line S-I.pdf · jasa angkutan kereta rel listrik yang dilakukan oleh PT.KAI dikategorikan

yang diubah terakhir dengan Akta Notaris No. 7 Tanggal 6

November 2009 oleh Notaris Vidya Syah, SH, yang telah

disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM No. AHU-

74707.AH.01.01 Tahun 2008

c. Alamat Perusahaan: Jl. Ir. H. Juada 1B No. 8-10, Kel.

Kebon Kelapa, Kec. Gambir, Jakarta Pusat

d. NPWP: 02.491.6835.074.000

e. Nama Direktur Utama: Bambang Wibiyanto

KEDUA : Izin usaha penyelenggaraan sarana perkeretaapian umum oleh

PT. KAI Commuter Jabodetabek berlaku diseluruh wilayah

Republik Indonesia dan di luar negeri sepanjang memenuhi

ketentuan yang berlaku di Negara yang bersangkutan.

KETIGA : Pemegang Izin Usaha sebagaimana dimaksud pada Diktum

PERTAMA berkewajiban:

a. Memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang

perkeretaapian;

b. Melaporkan perubahan kepemilikan perusahaan atau

domisili perusahaan apabila terjadi perubahan;

c. Mengusahakan sarana perkeretaapian umum sesuai

ketentuan yang berlaku; dan

d. Melaporkan kegiatan usahanya setiap tahun kepada

Direktur Jenderal Perkeretaapian.

KEEMPAT : Pemegang Izin Usaha yang tidak melaksanakan kewajiban

sebagaimana dimaksud pada Diktum KETIGA dikenakan

sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

KELIMA : Izin Usaha Penyelenggaraan Sarana Perkeretaapian Umum ini

berlaku selama PT. KAI Commuter Jabodetabek masih

menjalankan usahanya.

KEENAM : Direktur Jenderal Perkeretaapian melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan Keputusan ini.

KETUJUH : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

1.1.2 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP. 264 Tahun 2010 tentang Izin

Operasi Sarana Perkeretaapian Umum PT. KAI Commuter Jabodetabek

Page 7: PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN KERETA API …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Jurnal On-Line S-I.pdf · jasa angkutan kereta rel listrik yang dilakukan oleh PT.KAI dikategorikan

Pertimbangan dikeluarkannya Izin Operasi Sarana Perkeretaapian

Umum PT. KAI Commuter Jabodetabek yaitu:

a. bahwa berdasarkan Pasal 32 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2007 tentang Perkeretaapian dan Pasal 305 ayat (2) huruf a

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan

Perkeretaapian telah diatur bahwa badan usaha yang menyelenggarakan

sarana perkeretaapian wajib memiliki izin usaha dan izin operasi;

b. bahwa berdasarkan hasil berita acara evaluasi Nomor

21A/KI.3/BA/DJKA/III/10 tanggal 8 Maret 2010, terhadap permohonan

PT. KAI Commuter Jabodetabek, telah memenuhi persyaratan sebagai

penyelenggara sarana perkeretaapian umum;

c. bahwa PT. KAI Commuter Jabodetabek telah memiliki izin usaha

penyelenggaraan sarana perkeretaapian umum berdasarkan Keputusan

Menteri Perhubungan Nomor KP. 260 tahun 2010 tentang Izin Usaha

Penyelenggaraan Sarana Perkeretaapian Umum PT. KAI Commuter

Jabodetabek;

Dalam surat keputusan Nomor: KP. 264 Tahun 2010, Menteri

Perhubungan memberikan 7 (tujuh) keputusan yaitu:

PERTAMA : Memberikan Izin Operasi Sarana Perkeretaapian Umum

kepada:

a. Nama Perusahaan: PT. KAI Commuter Jabodetabek

b. Akta Pendirian: No. 457 Tanggal 15 September 2008,

dibuat dihadapan Notaris Ilmiawan Dekrit Supatmo, SH

yang diubah terakhir dengan Akta Notaris No. 7 Tanggal 6

November 2009 oleh Notaris Vidya Syah, SH, yang telah

disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM No. AHU-

74707.AH.01.01 Tahun 2008

c. Alamat Perusahaan: Jl. Ir. H. Juada 1B No. 8-10, Kel.

Kebon Kelapa, Kec. Gambir, Jakarta Pusat

d. NPWP: 02.491.6835.074.000

e. Nama Direktur Utama: Bambang Wibiyanto

KEDUA : Izin Operasi Sarana Perkeretaapian Umum oleh PT. KAI

Commuter Jabodetabek meliputi jaringan pelayanan Jakarta,

Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi dengan lintas pelayanan

Page 8: PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN KERETA API …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Jurnal On-Line S-I.pdf · jasa angkutan kereta rel listrik yang dilakukan oleh PT.KAI dikategorikan

sebagaimana tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan

dari Keputusan ini.

KETIGA : Pemegang Izin Operasi sebagaimana dimaksud pada Diktum

PERTAMA berkewajiban:

a. mematuhi peraturan perundang-undangan dibidang

Perkeretaapian dan bidang lain yang terkait;

b. mengoperasikan dan merawat sarana perkeretaapian umum

sesuai standar dan tata cara yang telah ditetapkan;

c. melaksanakan pengoperasian sarana perkeretaapian sesuai

dengan grafik perjalanan kereta api;

d. menjamin tersediaanya pelayanan perkeretaapian umum

sesuai ketentuan yang berlaku;

e. mematuhi ketentuan pelaksanaan perjalanan kereta api luar

biasa yang mengutamakan pelayanan perkeretaapian umum,

kecuali untuk kepentingan perawatan, bantuan dan angkutan

khusus;

f. bertanggung jawab atas pengoperasian sarana

perkeretaapian;

g. melaporkan kegiatan operasional sarana perkeretaapian

secara berkala kepada Direktur Jenderal Perkeretaapian.

KEEMPAT : Pemegang Izin Operasi yang tidak melaksanakan kewajiban

sebagaimana dimaksud pada Diktum KETIGA dikenakan sanksi

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

KELIMA : Izin Operasi Sarana Perkeretaapian Umum berlaku selama 5

(lima) tahun sejak diterbitkannya Keputusan ini dan dapat

diperpanjang sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan

yang berlaku.

KEENAM : Direktur Jenderal Perkeretaapian melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan Keputusan ini.

KETUJUH : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

2. Data Primer

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Karina Amanda selaku

Legal Business Assistant Manager PT. KAI Commuter Jabodetabek, diperoleh data

sebagai berikut:

Page 9: PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN KERETA API …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Jurnal On-Line S-I.pdf · jasa angkutan kereta rel listrik yang dilakukan oleh PT.KAI dikategorikan

2.1 Bidang perkeretaapian sifatnya adalah sarana publik (public utility) ketika masuk

pasar, tarif dan pelayanan, keseluruhannya diatur oleh peraturan. Kereta api

merupakan moda transportasi yang sesuai untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu,

seperti mengangkut muatan berjumlah besar dalam jarak jauh, membawa sejumlah

besar penumpang dalam jarak sedang, dan sebagai sarana angkutan Commuter di

kota-kota besar.

2.2 Bidang perkeretaapian diberikan pengecualian monopoli dengan dasar pemberian

proteksi kepada suatu bidang tertentu yang dianggap masih memerlukan

perlindungan dengan alasan industri ini masih belum mampu menghadapi

persaingan karena salah satu faktor yang sangat mempengaruhinya adalah

keterbatasan modal. Untuk bisa membangun suatu usaha di bidang perkeretaapian

membutuhkan modal yang sangat banyak. Infrastruktur kereta api sangat mahal.

Suatu perusahaan yang ingin membuka usaha dalam bidang perkeretaapian harus

menyediakan investasi yang besar yang digunakan untuk pembiayaan dalam

menyediakan seluruh peralatan basis dan fasilitas operasi dari kereta api.

Pembahasan

Menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007, perkretaapian

adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana sarana dan sumber daya manusia

serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta

api.

Persaingan usaha dalam rumusan Pasal 1 angka (6) Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

yaitu:

Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam

menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang

dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat

persaingan usaha.

Diperoleh gambaran, bahwa persaingan pelaku usaha dalam menjalankan kegiatannya

dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum dan implikasinya akan

menghambat persaingan usaha secara sehat.

Dalam rangka penyelenggaraan prasarana dan sarana perkeretaapian Jalur Lingkar

Jabodetabek, Pasal 3 ayat (2) Perpres Nomor 83 Tahun 2011 menyebutkan bahwa:

Page 10: PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN KERETA API …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Jurnal On-Line S-I.pdf · jasa angkutan kereta rel listrik yang dilakukan oleh PT.KAI dikategorikan

Dalam rangka penyelenggaraan prasarana dan sarana perkeretaapian Jalur Lingkar

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, PT Kereta Api Indonesia (Persero):

a. bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta dalam pengembangan, pemanfaatan, dan pengusahaan aset

properti PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang berada di wilayah Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

b. dapat bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Jawa Barat

dalam pengembangan, pemanfaatan, dan pengusahaan aset properti PT Kereta

Api Indonesia (Persero) yang berada di wilayah Provinsi Jawa Barat; dan

c. dapat bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Banten dalam

pengembangan, pemanfaatan, dan pengusahaan aset properti PT Kereta Api

Indonesia (Persero) yang berada di wilayah Provinsi Banten.

Secara lebih lanjut, dalam Pasal 23 dan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2007 tentang Perkeretaapian merumuskan bahwa:

Pasal 23

(1) Penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 18 dilakukan oleh Badan Usaha sebagai penyelenggara, baik

secara sendiri-sendiri maupun melalui kerja sama.

(2) Dalam hal tidak ada Badan Usaha yang menyelenggarakan prasarana

perkeretaapian umum, Pemerintah atau Pemerintah Daerah dapat

menyelenggarakan prasarana perkeretaapian.

Pasal 31

(1) Penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 18 dilakukan oleh Badan Usaha sebagai penyelenggara, baik

secara sendiri-sendiri maupun melalui kerja sama.

(2) Dalam hal tidak ada Badan Usaha yang menyelenggarakan prasarana

perkeretaapian umum, Pemerintah atau Pemerintah Daerah dapat

menyelenggarakan prasarana perkeretaapian.

Berdasarkan hasil penelitian baik dalam data sekunder maupun yang didukung

dengan data primer, belum ada pihak swasta yang ikut atau bekerjasama dalam

penyelenggaraan KRL atau perkeretaapian umum, sebab dibutuhkan modal investasi yang

jumlahnya sangat besar. Mereka akan mengalami kerugian yang cukup besar karena

dalam hal kereta penumpang untuk pengembalian modalnya atau memperoleh

keuntungan sangatlah sulit, mereka harus memenuhi pelayanan yang baik dengan harga

yang cukup murah. Perkeretaapian umum berbeda dengan perkeretaapian khusus yang

hanya digunakan untuk menunjang kegiatan pokok badan usaha tertentu dan tidak

digunakan untuk melayani masyarakat umum, seperti PT Bukit Asal di Sumatera Selatan

yang telah bekerjasama dengan PT.KAI (Persero) dan Pemerintah juga telah memberikan

Page 11: PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN KERETA API …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Jurnal On-Line S-I.pdf · jasa angkutan kereta rel listrik yang dilakukan oleh PT.KAI dikategorikan

persetujuan kepada Bupati Kutai Timur untuk menerbitkan persetujuan pembangunan

perkeretaapian khusus kepada PT. Trans Kutai.4

Menurut pendapat Praptono Djunaedi, pertimbangan dasar bidang perkeretaapian

dikuasai oleh negara adalah Pasal 33 UUD 1945 bahwa bidang yang mencakup

kehidupan atau hajat hidup orang banyak seharusnya dikuasai oleh Negara. Undang-

Undang tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

memungkinkan adanya monopoli oleh suatu Badan Usaha Milik Negara yang dirumuskan

dalam Pasal 51 atau merupakan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan

sebagaimana diatur dalam Pasal 50 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

Latar belakang filosofis yuridis mengenai pengecualian Pasal 51 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 adalah berdasarkan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yaitu bumi, air dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan

untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selain pengecualian yang terdapat dalam

Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, ada beberapa alasan pengecualian lain yang diberlakukan

dalam hukum persaingan usaha yaitu:

a. Industri atau badan yang dikecualikan umumnya telah diregulasikan atau

diatur oleh badan pemerintah yang lain dengan tujuan memberikan

perlindungan khusus atas nama kepentingan umum, misalnya transportasi, air

minum, listrik dan lain-lain. Atau disebut dengan monopoli alamiah (natural

monopoly).

b. Suatu industri membutuhkan adanya perlindungan khusus karena praktek

kartelisme tidak dapat lagi dihindarkan atau lebih baik memberikan proteksi

yang jelas kepada suatu pihak daripada berupaya memberlakukan undang-

undang.

c. Suatu industri diberikan pengecualian dengan dasar pemberian proteksi

kepada suatu industri tertentu yang dianggap masih memerlukan perlindungan

dengan alasan industri ini masih belum mampu menghadapi persaingan karena

berbagai faktor, misalnya keterbatasan modal, belum efisien, distribusi, belum

inovatif sehingga tidak akan mampu bertahan di pasar.

4 Hen. Harian Ekonomi Neraca: 28 April 2010. PT KA Lepas Monopoli, Undang Investor Swasta.

http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/95911-[_Konten_]-PT%20KA-Hen.pdf. diakses

tanggal 10 September 2012

Page 12: PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN KERETA API …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Jurnal On-Line S-I.pdf · jasa angkutan kereta rel listrik yang dilakukan oleh PT.KAI dikategorikan

d. Pemberian proteksi terhadap jenis pelaku usaha tertentu pada umumnya bukan

saja diberikan berdasarkan kemampuan, tetapi juga dengan melihat jumlah

mereka dalam roda ekonomi, apakah sifatnya mayoritas atau tidak.5

Berdasarkan pengecualian yang diberlakukan dalam hukum persaingan usaha,

adanya pengecualian pada PT. KAI (Persero) dalam penyelenggaraan bidang

perkeretaapian adalah karena bidang perkeretaapian merupakan bidang-bidang usaha

yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak. Didukung pula hasil wawancara

dengan Karina Amanda selaku Legal Business Assistant Manager PT. KCJ, yang

mengatakan bahwa PT.KAI dalam penyelenggaraan KRL lingkar Jabodetabek tidak

melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 sebab bidang perkeretaapian sifatnya

adalah sarana publik (public utility) dimana masuk pasar, tarif dan pelayanan,

keseluruhannya diatur oleh peraturan. Kereta api merupakan moda transportasi yang

sesuai untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu, seperti mengangkut muatan berjumlah besar

dalam jarak jauh, membawa sejumlah besar penumpang dalam jarak sedang, dan sebagai

sarana angkutan Commuter di kota-kota besar.

Monopoli diatur dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun1999

yaitu:

Penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan

jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.

Sementara itu dalam Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,

disebutkan bahwa adanya penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau

jasa dapat patut diduga atau dianggap jika:

Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan

atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

apabila:

a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau

b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan

usaha barang dan atau jasa yang sama; atau

c. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari

50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Penyelenggaraan KRL bila dikaitkan dengan unsur-unsur dalam Pasal 17 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 maka dapat dideskripsikan:

a. Barang dan/atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya.

5 Ningrum Natasya Sirait. 2004. Hukum Persaingan di Indonesia. Medan: Pustaka Bangsa Press. hal

21.

Page 13: PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN KERETA API …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Jurnal On-Line S-I.pdf · jasa angkutan kereta rel listrik yang dilakukan oleh PT.KAI dikategorikan

Dalam pembahasan ini PT.KAI (Persero) menyediakan jasa angkutan umum

orang khususnya di daerah Jabodetabek dengan kereta rel listrik (KRL) yaitu

sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun

dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang

bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api. Mulai 1

Oktober 2012 biaya angkutan KRL lingkar Jabodetabek naik Rp 2000,- hanya

KRL non subsidi saja yang naik sedangkan KRL Ekonomi tidak ada kenaikan,

hal ini demi peningkatan pelayanan terhadap masyarakat jabodetabek yang

pada umumnya mempunyai mobilitas yang tinggi, dan per-hari-nya KRL ini

dapat mengangkut lebih dari empat ratus ribu penumpang per hari. Hal ini

berarti yang dimaksud substitusi adalah jasa angkutan umum orang/publik

dengan KRL untuk Daerah Operasi I Jakarta yang diharapkan dapat berfungsi

sebagai pilihan bagi konsumen sesuai dengan harga dan kualitas yang

ditawarkan, maka dapat dikatakan unsur ini dapat dipenuhi dikarenakan tidak

adanya substitusi untuk barang yang sama dilihat dari sifat fisik dan tujuan

pemakaian sehingga tidak dapat dipertukarkan.

b. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan

usaha barang dan/atau jasa yang sama.

Dalam penyelenggaraan perkeretaapian tidak dapat dikatakan sebagai

menghambat pelaku usaha lain untuk melakukan kegiatan usaha dan/atau jasa

yang sama, walaupun dalam penyelenggaraan perkeretaapian khususnya KRL

di wilayah Jabodetabek hanya terdapat satu pelaku usaha yaitu PT.KAI

(Persero), unsur menghambat pelaku usaha lain untuk masuk ke dalam

persaingan usaha dan/atau jasa yang sama tidak dapat terpenuhi sebab

Undang-Undang tentang Perkeretaapian telah membuka peluang kerjasama

bagi Pihak Swasta maupun Pemda.

c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok usaha menguasai lebih dari 50% (lima

puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang dan/atau jasa tertentu.

Dalam penyelenggaraan KRL dapat dikatakan satu pelaku usaha karena PT.

KAI (Persero) merupakan satu-satunya BUMN yang bergerak di bidang

perkeretaapian dan menguasai seluruh pangsa pasar.

Dalam penyelenggaraan jasa angkutan kereta api telah memenuhi unsur patut

diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi barang dan/atau pemasaran

Page 14: PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN KERETA API …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Jurnal On-Line S-I.pdf · jasa angkutan kereta rel listrik yang dilakukan oleh PT.KAI dikategorikan

barang dan/atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau

persaingan usaha tidak sehat sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 17 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999. Dari ketiga unsur yang ditetapkan sebagai pilihan yang

alternatif (dilihat dari kata “atau”), pada penyelenggaraan KRL hanya dua unsur saja yang

terpenuhi yaitu barang dan/atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya dan satu

pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh

persen) pangsa pasar satu jenis barang dan/atau jasa tertentu. Dengan demikian walaupun

hanya salah satu unsur saja yang tidak terpenuhi namun penyelenggaraan KRL lingkar

Jabodetabek tersebut dapat dijadikan parameter yang menunjukkan adanya penguasaan

atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa sebagaimana Pasal 17 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

Apabila penyelenggaran KRL lingkar Jabodetabek dapat digolongkan sebagai

monopoli yang dilarang menurut salah satu unsur Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999, tidak berarti terhadap penyelenggaraan KRL lingkar Jabodetabek

oleh PT.KAI itu dapat langsung diterapkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999, karena Pasal 50 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengatur hal-hal

yang dikecualikan, sebagai berikut:

a. perbuatan dan atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan

perundang-undangan yang berlaku; atau

b. perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual seperti lisensi,

paten, merek dagang, hak cipta, desain produk industri, rangkaian elektronik

terpadu, dan rahasia dagang, serta perjanjian yang berkaitan dengan waralaba;

atau

c. perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan atau jasa yang tidak

mengekang dan atau menghalangi persaingan; atau

d. perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat ketentuan untuk

memasok kembali barang dan atau jasa dengan harga yang lebih rendah

daripada harga yang telah diperjanjikan; atau

e. perjanjian kerjasama penelitian untuk peningkatan atau perbaikan standar

hidup masyarakat luas; atau

f. perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik

Indonesia; atau

g. perjanjian dan atau perbuatan yang bertujuan untuk ekspor yang tidak

mengganggu kebutuhan dan atau pasokan pasar dalam negeri; atau

h. pelaku usaha yang tergolong dalam usaha kecil; atau

i. kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan untuk melayani

anggotanya.

Didukung pula hasil wawancara dari Karina Amanda selaku Legal Business

Assistant Manager PT. KCJ, yang mengatakan bahwa Bidang perkeretaapian diberikan

Page 15: PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN KERETA API …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Jurnal On-Line S-I.pdf · jasa angkutan kereta rel listrik yang dilakukan oleh PT.KAI dikategorikan

pengecualian monopoli dengan dasar pemberian proteksi kepada suatu bidang tertentu

yang dianggap masih memerlukan perlindungan dengan alasan industri ini masih belum

mampu menghadapi persaingan karena salah satu faktor yang sangat mempengaruhinya

adalah keterbatasan modal.

Tujuan dari pengecualian atas perbuatan dan/atau perjanjian tertentu dari

pemberlakuan ketentuan hukum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah

agar suatu perbuatan walaupun menghilangkan persaingan sehat tetapi mempunyai tujuan

yang lebih besar bagi masyarakat pada umumnya, maka akan dikecualikan. Perbuatan

dan/atau perjanjian tertentu itu akan mendapatkan legitimasi atas penyelenggaraan

monopoli.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tidak semua

monopoli adalah dilarang menurut hukum persaingan usaha, karena ada monopoli yang lahir

secara alamiah dan didukung oleh iklim usaha, sehingga penyelenggaraan kereta rel listrik

(KRL) lingkar Jabodetabek di Daop I Jakarta tidak dapat digolongkan sebagai praktek

monopoli yang dapat di pidana menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Perkeretaapian

diselenggarakan dengan prinsip dan tujuan yang tidak sama dengan prinsip-prinsip yang

dilarang dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, karena PT.KAI (Persero)

dalam hubungannya dengan penyelenggaraan KRL Lingkar Jabodetabek adalah dalam

rangka melaksanakan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2011 tentang Penugasan PT.KAI

untuk Menyelenggarakan Prasarana dan Sarana Kereta Bandara Soekarno-Hatta dan Jalur

Lingkar Jabodetabek.

SARAN

Pemerintah hendaknya mengeluarkan peraturan perundang-undangan mengenai

kerjasama/kemitraan antara PT KAI dengan badan usaha lainnya yang berkaitan dengan

operasional KRL di wilayah Jabodetabek dan mengawasi penyelenggaraan pengangkutan

kereta api khususnya kereta rel listrik agar tidak merugikan kepentingan umum dan dapat

mencapai tujuan yang telah direncanakan.

Page 16: PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN KERETA API …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Jurnal On-Line S-I.pdf · jasa angkutan kereta rel listrik yang dilakukan oleh PT.KAI dikategorikan

DAFTAR PUSTAKA

Sirait, Ningrum Natasya. 2004. Hukum Persaingan di Indonesia. Medan: Pustaka Bangsa

Press.

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1988. Metode Penelitian Hukum. Cetakan Ketiga. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Suharsil dan Mohammad Taufik Makarao. 2010. Hukum Larangan Praktik Monopoli Dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja. 1999. Anti Monopoli. Jakarta: Rajawali Pers.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak sehat

Undang-Undang No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian

Peraturan Presiden No.83 Tahun 2011 tentang Penugasan Kepada PT. KAI untuk

Menyelenggarakan Prasarana dan Sarana Kereta Api Bandar Udara Soekarno-Hatta

dan Jalur Lingkar Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi

Sumber Lain

Ade Mulyana, 06 Desember 2011, “Pemerintah Harus Pertegas Dukung Industri Kereta

Api”, tersedia di website http://www.rakyatmerdekaonline.com/ news.php?id=48068,

diakses tanggal 12 Maret 2012.

Hen. Harian Ekonomi Neraca: 28 April 2010. PT KA Lepas Monopoli, Undang Investor

Swasta. http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital /95911-

[_Konten_]-PT%20KA-Hen.pdf. diakses tanggal 10 September 2012.