29
HUKUM BISNIS HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA Pertemuan 14 Disusun Oleh : KELOMPOK 2 Bella Chintia L. 1206316881 Charity Olivia W. 1206316931 Devyana Indah F. 1206317032 Dewita Rahmayan a 1206317045 Husna Aisyah 1206317373 Risty Rahmaniat ami 1206317953 UNIVERSITAS INDONESIA 2014

Penyelesaian Sengketa (Compile)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 1/29

HUKUM BISNIS

HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA

Pertemuan 14

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

Bella Chintia L. 1206316881

Charity Olivia W. 1206316931

Devyana Indah F. 1206317032

Dewita Rahmayana 1206317045

Husna Aisyah 1206317373

Risty Rahmaniatami 1206317953

UNIVERSITAS INDONESIA

2014

Page 2: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 2/29

PENYELESAIAN MELALUI PROSES LITIGASI

Berdasarkan penelusuran kami, tidak ditemukan definisi litigasi secara eksplisit di

 peraturan perundang-undangan. Namun, Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun

1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (“UU Arbitrase dan APS”)

 berbunyi:

“Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para pihak melalui

alternatif penyelesaian sengketa yang didasarkan pada itikad baik dengan

mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri.” 

Dr. Frans Hendra Winarta, S.H., M.H. dalam bukunya Hukum Penyelesaian

Sengketa (hal. 1-2) mengatakan bahwa secara konvensional, penyelesaian sengketa dalam

dunia bisnis, seperti dalam perdagangan, perbankan, proyek pertambangan, minyak dan

gas, energi, infrastruktur, dan sebagainya dilakukan melalui proses litigasi.

Dalam proses litigasi menempatkan para pihak saling berlawanan satu sama lain, selain itu

 penyelesaian sengketa secara litigasi merupakan sarana akhir (ultimum remidium) setelah

alternatif penyelesaian sengketa lain tidak membuahkan hasil.

Litigasi adalah sistem penyelesaian sengketa melalui lembaga peradilan. Sengketa

yang terjadi dan diperiksa melalui jalur litigasi akan diperiksa dan diputus oleh hakim.

Penyelesaian melalui Litigasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman, mengatur penyelasaian melalui peradilan umum, peradilan militer,

 peradilan agama, peradilan tata usaha negara, dan peradilan khusus seperti peradilan anak,

 peradilan niaga, peradilan pajak, peradilan penyelesaian hubungan industrialdan lainnya.

Melalui sistem ini tidak mungkin akan dicapai sebuah win-win solution  (solusi yang

memperhatikan kedua belah pihak) karena hakim harus menjatuhkan putusan dimana salah

satu pihak akan menjadi pihak yang menang dan pihak lain menjadi pihak yang kalah.

Page 3: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 3/29

Litigasi merupakan mekanisme penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan dengan

menggunakan pendekatan hukum dengan lembaga penyelesaian sebagai berikut :

1.  Pengadilan umum

Pengadilan Negeri berwenang memeriksa sengketa bisnis, mempunyai karakteristik :

a.  Prosesnya sangat formal

 b.  Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (hakim)

c.  Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan

d.  Sifat keputusan memaksa dan mengikat (Coercive and binding)

e. 

Orientasi ke pada fakta hukum (mencari pihak yang bersalah)

f.  Persidangan bersifat terbuka

2.  Pengadilan niaga

Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di lingkungan pengadilan

umum yang mempunyai kompetensi untuk memeriksa dan memutuskan Permohonan

Pernyataan Pailit dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan sengketa

HAKI. Pengadilan Niaga mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a.  Prosesnya sangat formal

 b.  Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara (hakim)

c.  Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan

d.  Sifat keputusan memaksa dan mengikat (coercive and binding)

e.  Orientasi pada fakta hukum (mencari pihak yang salah)

f.  Proses persidangan bersifat terbuka

g. 

Waktu singkat

Kebaikan dan kelemahan sistem litigasi

Kebaikan dari sistem ini adalah:

Page 4: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 4/29

1.  Ruang lingkup pemeriksaannya yang lebih luas (karena sistem peradilan di

Indonesia terbagi menjadi beberapa bagian yaitu peradilan umum, peradilan agama,

 peradilan militer dan peradilan Tata Usaha Negara sehingga hampir semua jenis

sengketa dapat diperiksa melalui jalur ini)

2.  Biaya yang relatif lebih murah (Salah satu asas peradilan Indonesia adalah

Sederhana, Cepat dan Murah)

Kelemahan dari sistem ini adalah:

1.  Kurangnya kepastian hukum (karena terdapat hierarki pengadilan di Indonesia yaitu

Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung dimana jika

Pengadilan Negeri memberikan putusan yang tidak memuaskan salah satu pihak,

 pihak tersebut dapat melakukan upaya hukum banding ke Pengadilan Tinggi atau

kasasi ke Mahkamah Agung sehingga butuh waktu yang relatif lama agar bisa

 berkekuatan hukum tetap)

2.  Hakim yang “awam” (pada dasarnya hakim harus paham terhadap semua jenis

hukum. namun jika sengketa yang terjadi terjadi pada bidang yang tidak dikuasai

oleh hakim, maka hakim tersebut harus belajar lagi. Hal ini dikarenakan para pihak

tidak bisa memilih hakim yang akan memeriksa perkara. Tentunya hal ini akan

mempersulit penyusunan putusan yang adil sesuai dengan bidang sengketa. Hakim

 juga tidak boleh menolak untuk memeriksa suatu perkara karena hukumnya tidak

ada atau tidak jelas. Jadi tidak boleh ada hakim yang menolak perkara. apalagi

hanya karena dia tidak menguasai bidang sengketa tersebut.)

Berdasarkan konsekuensi bahwa putusan hakim akan memenangkan salah satu

 pihak dan mengalahkan pihak yang lain, maka berdasarkan hukum acara perdata di

Indonesia , hakim wajib memerintahkan para pihak untuk melaksanakan mediasi (nanti

akan dibahas lebih lanjut) untuk mendamaikan para pihak. Jika tidak dicapai perdamaian

maka pemeriksaan perkara akan dilanjutkan. Meskipun pemeriksaan perkara dilanjutkan

kesempatan untuk melakukan perdamaian bagi para pihak tetap terbuka (dan hakim harus

tetap memberikannya meskipun putusan telah disusun dan siap untuk dibacakan).

Page 5: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 5/29

Jika para pihak sepakat untuk berdamai, hakim membuat akta perdamaian (acte van

daading) yang pada intinya berisi para pihak harus menaati akta perdamaian tersebut dan

tidak dapat mengajukan lagi perkara tersebut ke pengadilan. Jika perkara yang sama

tersebut tetap diajukan ke pengadilan maka perkara tersebut akan ditolak dengan alasan ne

 bis in idem (perkara yang sama tidak boleh diperkarakan 2 kali) karena akta perdamaian

tersebut berkekuatan sama dengan putusan yang final dan mengikat (tidak dapat diajukan

upaya hukum).

Sebelum keluarnya Undang-undang Hubungan Industrial penyelesaian sengketa

 perburuhan dalam perusahaan diatur didalam Undang-undang No.22 tahun 1957 melalui

 peradilan P4D dan P4P. Untuk mengantisipasi penyelesaian dan penyaluran sengketa

Buruh dan Tenaga Kerja sejalan dengan tuntutan kemajuan zaman dibuat dan di undangkan

Undang-undang No.2 Tahun 2004 sebagai wadah peradilan Hubungan Industrial disamping

 peradilan umum.

Dalam Pasal 56 Undang-undang No.2 Tahun 2004 mengatakan Pengadilan

Hubungan Industrial bertugas dan berwenang memeriksa dan memutuskan :

1.  di tingkat pertama mengenai perselisihan hak

2.  di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan

3.  di tingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan hubungan kerja

4.  di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antar serikat pekerja/serikat

 buruh dalam satu perusahaan.

Adapun susunan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri terdiri

dari:

1.  Hakim

2. 

Hakim ad Hoc

3.  Panitera Muda, dan

4.  Panitera Pengganti.

Untuk Pengadilan Kasasi di Mahkamah Agung terdiri dari :

Page 6: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 6/29

1.  Hakim Agung

2.  Hakim ad Hoc pada Mahkamah Agung ; dan

3.  Panitera

Syarat-syarat untuk dapat diangkat menjadi Hakim Ad Hoc pada Pengadilan

Hubungan Industrial dan Hakim Ad Hoc pada Mahkamah Agung RI harus mempunyai

syarat-syarat sebagai berikut :

1.  warga negara Indonesia

2.   bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

3.  setia kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945

4.   berumur paling rendah 30 (tiga puluh) tahun

5.   berbadan sehat sesuai dengan keterangan dokter

6.   berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela

7.   berpendidikan serendah-rendahnya Starata Satu (S-1) kecuali bagi Hakim Ad Hoc

 pada Mahkamah Agung, syarat pendidikan Sarjana Hukum serta berpengalaman

dibidang hubungan industrial minimal 5 (lima) tahun.

Pengangkatan dan penunjukan Hakim Ad Hoc tersebut pad pengadilan Hubungan

Industrial berdasarkan SK. Presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Sebelum memangku jabatan Hakim Ad Hoc wajib disumpah atau memberikan janji

menurut agama dan kepercayaannya masing-masing serta Hakim Ad Hoc tersebut tidak

 boleh merangkap Jabatan sebagaimana dituangkan dalam Pasal 66 Undang-Undang No.2

Tahun 2004.

Hukum acara yang dipakai untuk mengadili sengketa perburuan tersebut adalah

Hukum Acara Perdata yang berlaku dilingkungan Pengadilan Umum, kecuali di atur secara

khusus oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2004 serta menuggu keputusan Presiden untuk

menentukan Tata Cara pengangkatan Hakim Ad Hoc Ketenaga Kerjaan.

Page 7: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 7/29

  Sebelum Undang-Undang ini berlaku secara effektif didalam masyarakat dalam

 penyelesaian pemutusan Hubungan Kerja masih memakai KEP/MEN/150 Tahun 2000 dan

Undang-Undang No.13 Tahun 2003, tentang Undang-Undang Ketenagakerjaan .

Penyelesaian Perselisihan Melalui Pengadilan Hubungan Industrial PHI bertugas

dan berwenang memeriksa dan memutus:

1.  Tingkat pertama mengenai perselisihan hak;

2.  Tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan;

3.  Tingkat pertama mengenai perselisihan PHK;

4.  Tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antar serikat pekerja/serikat

 buruh dalam satu perusahaan.

Ketentuan Beracara dalam PHI tidak berbeda seperti Hukum Acara Perdata. Kecuali

hal-hal yang diatur secara khusus dalam UU No. 2 Tahun 2004 (Pasal 81 –  Pasal 115).

Putusan PHI mengenai Perselisihan Hak dan PHK dapat diajukan ke MA melalui

Upaya Hukum Permohonan Kasasi paling lama 14 hari setelah putusan dibacakan, atau

menerima pemberitahuan putusan.

Para pihak yang terlibat dalam dunia perusahaan ingin agar segala sesuatunya dapat

 berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Akan tetapi, dalam praktik ada kalanya apa

yang telah disetujui oleh kedua belah pihak tidak dapat dilaksanakan karena salah satu

 pihak mempunyai penafsiran yang berbeda dengan apa yang telah disetujui sebagaimana

yang tercantum dalam kontrak sehingga dapat menimbulkan perselisihan.

Apabila suatu sengketa terjadi dan diselesaikan melalui badan pengadilan, hakim

harus memutuskannya berdasarkan sumber hukum yang ada secara teori salah satu yang

dapat dijadikan rujukan sebagai sumber hukum adalah yurisprudensi. Selain untuk menjaga

agar tidak terjadi kesimpangsiuran putusan, yang berakibat pada ketidakpastian hukum bagi

 pihak-pihak yang berperkara, yurisprudensi juga berguna untuk menyederhanakan

 pertimbangan hukum dalam pengambilan putusan.

Page 8: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 8/29

  Sengketa yang diselesaikan melalui Pengadilan, ada beberapa hal yang perlu

dipertimbangkanoleh kedua belah pihak selain waktu dan biaya yang harus dikeluarkan

cukup banyak, juga identitas para pihak yang bersengketa akan diketahui oleh masyarakat.

Sebagaimana diketahui prinsip yang dianut oleh lembaga peradilan adalah pada asasnya

terbuka untuk umum. Masalah lainnya adalah bahwa penyelesaian sengketa melalui

 pengadilan prosesnya cukup lama. Hal ini tiada lain karena proses pengadilan ada beberapa

tingkatan yang harus dilalui, yakn tingkat pertama di pengadilan negeri (PN); tingkat kedua

di pengadilan tinggi (PT) untuk tingkat banding, dan tingkat ketiga adalah mahkamah

agung (MA) sebagai tingkat kasasi yang merupakan instansi terakhir dalam hierarki

lembaga peradilan.

Sengketa terjadi jika salah satu pihak menghendaki pihak lain untuk berbuat atau

tidak berbuat sesuatu tetapi pihak lainnya menolak berlaku demikian. Penyelesaian ini

harus dilakukan menurut hukum atau berdasarkan kesepakatan awal di antara para pihak.

Salah satu penyelesaian sengketa dalam dunia ekonomi yaitu melalui melalui badan

 pengadilan (litigasi). Litigasi dianggap sebagai yang paling tidak efisien oleh para pelaku

dunia ekonomi komersial dalam penyelesaian sengketa dibandingkan dengan non-litigasi,

 berkaitan dengan waktu dan biaya yang dibutuhkan. Rendahnya kesadaran hukum juga ikut

mempengaruhi, di mana para pihak yang berperkara di pengadilan bukan untuk mencari

keadilan melainkan untuk memenangkan perkara. Beberapa faktor lain yang

mengakibatkan pengadilan bersikap tidak responsif, kurang tanggap dalammerespon

tanggapan umum dan kepentingan rakyat miskin (ordinary citizen). Hal yang palingutama

adalah kemampuan hakim yang sifatnya generalis (hanya menguasai bidang hukum secara

umum tanpa mengetahui secara detil mengenai suatu perkara).

Page 9: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 9/29

Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan

Pengertian autentik alternatif penyelesaian sengketa menurut UU Nomor 30 Tahun

1999 dinyatakan dalam Pasal 1 butir 10 adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda

 pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar

 pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli.

1.  Mediasi

Istilah mediasi disebut dalam Pasal 1 butir 10  namun indikasi rumusan tindakan

dan pengertiannya tidak disebutkan dalam Pasal 6, melainkan hanya disebutkan orangnya,

yaitu mediator disebut dalam Pasal 6 ayat (3). Black’s Law Dictionary merumuskan

mediasi sebagai : “ A Method of non binding dispute resolution involving a neutral third

 party who tries to help the disputing parties reach a mutually agreeable solution . Dengan

demikian mediasi adalah proses penyelesaian sengketa dengan melibatkan pihak ketiga

sebagai penghubung (mediator) untuk mencapai kesepakatan penyelesaian di antara para

 pihak atas sengketa yang terjadi.

Alasan Melakukan Mediasi

  Para pihak sulit mencapai kesepakatan melalui negosiasi.

  Para pihak tidak mungkin bertemu karena faktor lokasi tempat tinggal yang

 berjauhan atau memang para pihak tidak mau bertemu dikarenakan hambatan-

hambatan psikologis.

  Penyelesaian melalui mediasi tidak hanya dilakukan di luar pengadilan saja, akan

tetapi Mahkamah Agung berpendapat prosedur mediasi patut untuk ditempuh bagi

 para pihak yang beracara di pengadilan. Langkah ini dilakukan pada saat sidang

 pertama kali digelar.

  Adapun pertimbangan dari Mahkamah Agung, mediasi merupakan salah satu solusi

dalam mengatasi menumpuknya perkara di pengadilan.

Page 10: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 10/29

  Proses ini dinilai lebih cepat dan murah, serta dapat memberikan akses kepada para

 pihak yang bersengketa untuk memperoleh keadilan atau penyelesaian yang

memuaskan atas sengketa yang dihadapi.

  Di samping itu institusionalisasi proses mediasi ke dalam ststem peradilan dapat

memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga pengadilan dalam penyelesaian

sengketa di samping proses pengadilan yang bersifat memutus (ajudikatif).

Unsur-unsur Mediasi 

  Sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan perundingan.

 

Adanya pihak ketiga yang bersifat netral yang disebut sebagai mediator (penengah)terlibat dan diterima oleh para pihak yang bersengketa dalam perundingan itu.

  Mediator tersebut bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencari

 penyelesaian atas masalah-masalah sengketa.

  Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan-keputusan selama

 proses perundingan berlangsung.

  Mempunyai tujuan untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang dapat

diterima pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengketa.

Mediator harus independen dan netral serta mampu menciptakan suasana yang

kondusif. Sekalipun demikian ia tidak mempunyai kewenangan untuk memaksakan kepada

 para pihak yang bersengketa agar segera mencapai kesepakatan. Artinya kesepakatan untuk

mengakhiri sengketa tetap berada pada kewenangan dan kehendak para pihak. Secara teknis

dalam menjalankan tugasnya, setelah ditunjuk para pihak, mediator bertemu dengan atau

mempertemukan para pihak untuk mengetahui duduk persoalan sengketa yang sebenarnya,

selanjutnya ia dapat saja membuat catatan-catatan tentang fakta-fakta yang disampaikan

 para pihak sambil memberikan pendapat hukumnya tentang kelemahan dan kekuatan

kedudukan hukum masing-masing pihak. Atas dasar itu kemudian membuat rumusan

usulan tentang penyelesaian sengketanya agar dapat dijadikan pertimbangan para pihak ;

apakah mereka akan menyetujuinya atau tidak. Tindakan-tindakan mediator tersebut dapat

Page 11: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 11/29

dilakukan dalam suatu pertemuan yang dihadiri para pihak maupun dilakukan sendiri

 berdasarkan informasi atau fakta-fakta yang diterima dari para pihak dalam kesempatan

yang terpisah.

Berdasar ketentuan Pasal 6 ayat (4) dapat dikatakan bahwa Undang-Undang

membedakan mediator ke dalam:

a)  Mediator yang ditunjuk secara bersama oleh para pihak ; dan

 b)  Mediator yang ditunjuk oleh lembaga arbitrase atau lembaga alternatif

 penyelesaian yang ditunjuk para pihak. Pengertian lembaga arbitrase sebagai

dimaksud ketentuan diatas tentunya adalah lembaga arbitase permanen, sebab

arbitrase adhoc hanya diadakan untuk menyelesaikan sengketa bukan untuk

memberikan pendapat. Dengan demikian lembaga arbitrase disamping

 berfungsi sebagai lembaga ajudikasi dan pemberi pendapat hukum sebagaimana

telah dikemukakan diatas, juga berfungsi sebagai penyedia mediator.

Adapun tentang lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang permanen

sebagaimana dimaksud ketentuan diatas, keberadaannya masih belum dikenal. Dengan

demikian suatu ketika dapat saja organisasi-organisasi kemasyarakatan tertentu yang

didirikan dengan maksud untuk mengembangkan suatu profesi membentuk lembaga

alternatif penyelesaian sengketa untuk bertindak sebagai penyedia mediator bagi sengketa-

sengketa antar stake holdernya, misalnya saja organisasi Lembaga Pengembangan Jasa

Konstruksi (LPJK) yang keanggotaannya meliputi unsur-unsur wakil perusahaan jasa

konstruksi, perwakilan asosiasi profesi jasa konstruksi, para pakar dan perguruan tinggi

yang berkaitan dengan bidang jasa konstruksi dan instansi Pemerintah yang terkait

membentuk lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang permanen. Catatan lainterhadap rumusan Pasal 6 ayat (3) dan (4) UU Nomor 30 Tahun 1999   adalah tentang

 jumlah mediator yang hanya seorang.

Page 12: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 12/29

Berkaitan dengan lembaga mediasi Mahkamah Agung dengan Surat Edaran

Nomor 1 Tahun 2002 tanggal 39 Januari 2002  telah menerbitkan Surat Edaran tentang

Pemberdayaan Pengadilan Tingkat Pertama Menerapkan Lembaga Dading. Dalam Surat

Edaran tersebut dinyatakan bahwa dalam perkara perdata di pengadilan negeri, sebelum

majelis hakim memeriksa pokok perkaranya hendaknya hakim mengupayakan perdamaian

melalui mediasi dengan menunjuk hakim lain yang bukan anggota mejelis untuk menjadi

mediator guna membantu para pihak menyelesaikan sengketanya dengan damai. Lembaga

ini diadakan guna mengurangi jumlah beban perkara pada pengadilan diatasnya. Sebab bila

 perkara dapat diselesaikan dengan damai di peradilan tingkat pertama tentunya tidak akan

ada lagi upaya hukum para pihak untuk meninjau keputusan tersebut.

Mediasi di Pengadilan 

  Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 2 Tahun 2003 tentang Prosedur

Mediasi di Pengadilan memberikan definisi sebagai:

“penyelesaian sengketa melalui proses perundingan para pihak dengan dibantu oleh

mediator”. 

 

Mediasi dilaksanakan melalui suatu perundingan yang melibatkan pihak ketiga

yang bersikap netral (non intervensi) dan tidak berpihak (impartial) kepada pihak-

 pihak yang bersengketa serta diterima kehadirannya oleh pihak-pihak yang

 bersengketa.

  Pihak ketiga tersebut adalah “mediator” atau “penengah” yang tugasnya hanya

membantu pihak-pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan masalahnya dan

tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan.

  Dapat dikatakan seorang mediator hanya bertindak sebagai fasilitator saja.

  Melalui mediasi diharapkan dicapai titik temu penyelesaian masalah atau sengketa

yang dihadapi para pihak, yang selanjutnya dituangkan sebagai kesepakatan

 bersama.

Page 13: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 13/29

  Pengambilan keputusan tidak berada di tangan mediator, tetapi berada di tangan

 para pihak yang bersengketa.

Keuntungan Mediasi

Para pihak yang bersengketa dapat tetap berhubungan baik. Hal ini sangat baik bagi

hubungan bisnis karena pada dasarnya bertumpu pada good relati onship  dan mutual trust

  Lebih murah dan cepat

  Bersifat rahasia (confidential ), sengketa yang timbul tidak sampai diketahui oleh

 pihak luar, penting untuk menjaga reputasi pengusaha karena umumnya tabu untuk

terlibat sengketa

  Hasil-hasil memuaskan semua pihak

 

Kesepakatan-kesepakatan lebih komprehensif

Fungsi Mediator

  Sebagai katalisator (mendorong suasana yang kondusif). 

  Sebagai pendidik (memahami kehendak, aspirasi, prosedur kerja, dan kendala usaha

 para pihak). 

  Sebagai penerjemah (harus berusaha menyampaikan dan merumuskan usulan pihak

yang satu kepada pihak yang lain). 

  Sebagai nara sumber (mendaya gunakan informasi). 

Proses Mediasi

  Tahap pertama: menciptakan forum. 

  Rapat gabungan. 

 

Pernyataan pembukaan oleh mediator, dalam hal ini yang dilakukan adalah:   Mendidik para pihak; 

  Menentukan pokok-pokok aturan main; 

  Membina hubungan dan kepercayaan. 

  Pernyataan para pihak, dalam hal ini yang dilakukan adalah: 

Page 14: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 14/29

o  dengar pendapat (hearing ); 

o  menyampaikan dan klarifikasi informasi; 

o  cara-cara interaksi. 

  Tahap kedua: mengumpulkan dan membagi-bagi informasi.

  Dalam tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan mengadakan rapat-

rapat terpisah yang bertujuan untuk:

  Mengembangkan informasi selanjutnya;

  Mengetahui lebih dalam keinginan para pihak ;

  Membantu para pihak untuk dapat mengetahui kepentingannya ;

 

Mendidik para pihak tentang cara tawar menawar penyelesaian masalah.

  Tahap ketiga: pemecahan masalah.

  Dalam tahap ketiga yang dilakukan mediator mengadakan rapat bersama atau

lanjutan rapat terpisah, dengan tujuan untuk:

  Menetapkan agenda.

  Kegiatan pemecahan masalah.

  Menfasilitasi kerja sama.

 

Identifikasi dan klarifikasi isu dan masalah.  Mengembangkan alternatif dan pilihan-pilihan.

  Memperkenalkan pilihan-pilihan tersebut.

  Membantu para pihak untuk mengajukan, menilai dan memprioritaskan

kepentingan-kepentingannya.

  Tahap keempat : pengambilan keputusan.

  Dalam tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

  Rapat-rapat bersama.

  Melokalisasikan pemecahan masalah dan mengevaluasi pemecahan masalah.

  Membantu para pihak untuk memperkecil perbedaan-perbedaan.

  Mengkonfirmasi dan klarifikasi kontrak.

Page 15: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 15/29

  Membantu para pihak untuk memperbandingkan proposal penyelesaian

masalah dengan alternatif di luar kontrak.

  Mendorong para pihak untuk menghasilkan dan menerima pemecahan masalah.

  Mengusahakan formula pemecahan masalah berdasarkan “win-win solution”

dan tidak ada satu pihakpun yang merasa kehilangan muka.

  Membantu para pihak untuk mendapatkan pilihannya.

  Membantu para pihak untuk mengingat kembali kontraknya.

Untuk mediasi, di sebutkan dalam Pasal 6 ayat (4) yang mediatornya ditunjuk para

 pihak, diberi tenggat waktu 14 hari dimana harus sudah diputuskan apakah konsultasi

menghasilkan kesepakatan para pihak. Tidak sama dengan tenggat waktu dalam proses

negosiasi yang kesulitan dalam menentukan saat terhitungnya, maka tenggat waktu untuk

 proses konsultasi dan mediasi dapat ditafsirkan terhitung sejak adanya kesepakatan tertulis

tentang penunjukan pihak ketiga sebagai konsultan atau mediator. Adapun untuk mediasi

yang mediatornya ditunjuk lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa

sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (5) ada dua tenggat waktu yaitu tenggat waktu yang

menentukan saat dimulainya proses mediasi yaitu tujuh hari setelah penunjukkan mediator

dan tenggat waktu pelaksanaan proses mediasi yang tidak boleh lebih dari 30 (tiga puluh)

hari sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (6).

JG Merrils menyatakan perbedaan antara konsiliasi dengan mediasi adalah dalam

mediasi umumnya usulan-usulan penyelesaian lebih bersifat informal dan fakta-fakta yang

diperoleh mediator terbatas pada informasi para pihak saja, sedangkan pada konsiliasi

fakta-fakta yang diperoleh berdasarkan penyelidikannya sendiri, bahkan John Collier dan

Vaughan Lowe berpendapat bahwa konsiliasi merupakan kombinasi yang di dalamnya

terdapat karakter inquiry (penyelidikan) dan mediasi. Walaupun kemudian JG Merrilsmenyatakan bahwa dalam praktek perbedaan antara mediasi dan konsultasi sering menjadi

kabur

Page 16: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 16/29

Konsiliasi

Ditinjau dari konteks hukum internasional publik, sengketa dapat didefinisikan

sebagai ketidaksepakatan salah satu subyek mengenai sebuah fakta, hukum, atau kebijakan

yang kemudian dibantah oleh pihak lain atau adanya ketidaksepakatan mengenai masalah

hukum atau fakta-fakta atau konflik mengenai penafsiran atau kepentingan antara 2 bangsa

yang berbeda.

Untuk mencegah penggunaan kekerasan oleh negara dalam suatu persengketaan

dengan negara lain perlu ditempuh suatu penyelesaian secara damai. Usaha ini mutlak

diperlukan sebelum perkara itu mengarah pada suatu pelanggaran terhadap perdamaian.

Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan kewajiban kepada negara anggotanya

 bahkan kepada negara-negara lainnya yang bukan anggota PBB untuk menyelesaikan setiap

 persengketaan internasional secara damai sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan

 perdamaian keamanan internasional serta keadilan.

Konsiliasi merupakan salah satu bentuk penyelesaian sengketa internasional diluar

 pengadilan yang berarti bahwa, proses penyelesaian sengketa tersebut dilakukan secaradamai apabila para pihak yang bersengketa telah sepakat untuk menemukan solusi yang

 bersahabat. Selain dengan cara konsiliasi, ada beberapa metode penyelesaian sengketa

internasional secara damai lainnya seperti, mediasi, arbitrase, negosiasi, penyelesaian

 judicial, jasa-jasa baik, penyelidikan dan penyelesaian di bawah naungan organisasi PBB.

Penyelesaian sengketa melalui cara konsiliasi menggunakan intervensi pihak ketiga.

Pihak ketiga yang melakukan intervensi ini biasanya adalah negara, namun bisa jugasebuah komisi yang dibentuk oleh para pihak. Komisi konsiliasi yang dibentuk oleh para

 pihak dapat saja terlembaga atau bersifat ad hoc, yang kemudian memberikan persyaratan

 penyelesaian yang diterima oleh para pihak. Fungsi komisi konsiliasi adalah untuk

menyelidiki sengketa dan batas penyelesaian yang mungkin, memberikan informasi dan

Page 17: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 17/29

nasehat tentang pokok masalah posisi pihak-pihak dan untuk menyarankan suat u

 penye lesaian yang bertali an dengan apa yang mereka teri ma, bukan apa yang

mereka tuntut.

1. APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN KONSILIASI?

Konsiliasi merupakan salah satu bentuk penyelesaian sengketa internasional diluar

 pengadilan yang berarti bahwa, proses penyelesaian sengketa tersebut dilakukan secara

damai apabila para pihak yang bersengketa telah sepakat untuk menemukan solusi yang

 bersahabat. Selain dengan cara konsiliasi, ada beberapa metode penyelesaian sengketa

internasional secara damai lainnya seperti, mediasi, arbitrase, negosiasi, penyelesaian

 judicial, jasa-jasa baik, penyelidikan dan penyelesaian di bawah naungan organisasi PBB.

Konsiliasi (Conciliation) menurut the Institute of International Law melalui the

Regulations the Procedur of International Conciliation yang diadopsi pada tahun 1961

dalam Pasal 1 disebutkan sebagai suatu metode penyelesaian pertikaian bersifat

internasional dalam suatu komisi yang dibentuk oleh pihak-pihak, baik sifatnya permanen

atau sementara berkaitan dengan proses penyelesaian pertikaian.

Istilah konsiliasi (conciliation) mempunyai arti yang luas dan sempit. Pengertianluas konsiliasi mencakup berbagai ragam metode di mana suatu sengketa diselesaikan

secara damai dengan bantuan negara-negara lain atau badan-badan penyelidik dan komite-

komite penasehat yang tidak berpihak. Pengertian sempit, konsiliasi berarti penyerahan

suatu sengketa kepada sebuah komite untuk membuat laporan beserta usul-usul kepada para

 pihak bagi penyelesaian sengketa tersebut.

Sengketa adalah hal yang lumrah dalam kehidupan bermasyarakat, yang dapat

terjadi saat dua orang atau lebih berinteraksi pada suatu peristiwa/ situasi dan merekamemiliki persepsi, kepentingan, dan keinginan yang berbeda terhadap peristiwa/situasi

tersebut.

Page 18: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 18/29

Konsiliasi sebagai suatu cara untuk menyelesaikan sengketa internasional mengenai

keadaan apapun dimana suatu Komisi yang dibentuk oleh pihak-pihak, baik yang bersifat

tetap atau ad hoc untuk menangani suatu sengketa berada pada pemeriksaan yang tidak

memihak atas sengketa tersebut dan berusaha untuk menentukan batas penyelesaian yang

dapat diterima oleh pihak-pihak, atau memberi pihak-pihak pandangan

untuk menyelesaikannya seperti bantuan yang mereka pinta.

Konsiliasi merupakan kombinasi antara penyelidikan (enquiry) dan mediasi

(mediation). Pada prakteknya, proses penyelesaian sengketa melalui konsiliasi mempunyai

kemiripan dengan mediasi. Pembedaan yang dapat diketahui dari kedua cara ini adalah

konsiliasi memiliki hukum acara yang lebih formal jika dibandingkan dengan mediasi.

Karena dalam konsiliasi ada beberapa tahap yang biasanya harus dilalui, yaitu penyerahan

sengketa kepada komisi konsiliasi, kemudian komisi akan mendengarkan keterangan lisan

 para pihak, dan berdasarkan fakta-fakta yang diberikan oleh para pihak secara lisan tersebut

komisi konsiliasi akan menyerahkan laporan kepada para pihak disertai dengan kesimpulan

dan usulan penyelesaian sengketa.1[3]

Perbedaan diantaranya yaitu konsiliator memiliki peran intervensi yang lebih besar

daripada mediator. Dalam konsiliasi pihak ketiga (konsiliator) secara aktif memberikan

nasihat atau pendapatnya untuk membantu para pihak menyelesaikan sengketa, sehingga

 para pihak memiliki kebebasan untuk memutuskan atau menolak syarat-syarat penyelesaian

sengketa yang diusulkan. Sedangkan mediator hanya mempunyai kewenangan untuk

mendengarkan, membujuk dan memberikan inspirasi bagi para pihak. Mediator tidak boleh

memberikan opini atau nasihat atas suatu fakta atau masalah (kecuali diminta oleh para

 pihak). Jadi konsiliasi merupakan proses dari suatu penyelidikan tentang fakta-fakta dimana

 para pihak dapat menerima atau menolak usulan rekomendasi resmi yang telah dirumuskanoleh badan independen.

Page 19: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 19/29

Perjanjian pertama untuk mengatur konsiliasi diadakan antara Swedia dan Chili (1920).

Tahun 1975 ditandai dengan dua perkembangan penting. Pertama suatu perjanjian antara

Prancis  –   Swiss mendefinisan fungsi komisi konsiliasi pe r m a n e n yaitu “ tugas komisi

konsiliasi permanen ialah untuk menjelaskan masalah dalam sengketa, dengan

mengumpulkan semua keterangnan yang berguna melalui penyelidikan atau dengan cara

lain,da n b e r u s a h a u n t u k membawa pihak-pihak pada persetujuan. Komisi ini, setelah

mempelajari kasus itu, dapat mendekatkan pada pihak-pihak batas penyelesaian yang

kelihatannya sesuai dan menetapkan batas waktu kapan mereka harus membuat keputusan.

Pada akhir pemeriksaannya komisi konsiliasi akan membuat suatu laporan yang

menyatakan bahwa pihak-pihak harus mencapai persetujuan da n jika perlu, batas

 persetujuan, atau bahwa terbukti tidak mungkin untuk melakukan penyelesaian.

Pemeriksaan komisi, kecuali jika pihak-pihak tidak setuju, harus diakhiri dalam waktu

enam bulan terhitung sejak hari diserahkannya sengketa itu pada komisitersebut”. Periode

antara tahun 1925 dan Perang Dunia Kedua konsiliasi berkembang luas dan hampir dibuat

200 perjanjian pada tahun 1940. Sebagian 5 besar berdasarkan pada perjanjian antara

Prancis –  Swiss tahun 1925.

2. KAPAN PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL DILAKUKAN

DENGAN CARA KONSILIASI ?

Proses penyelesaian sengketa yang sudah dikenal sejak lama adalah melalui proses

litigasi di pengadilan. Seiring dengan perkembangan zaman, proses penyelesaian sengketa

di luar pengadilan menjadi alternatif dalam menyelesaikan sengketa. Penyelesaian sengketa

di luar pengadilan yang bersifat tertutup untuk umum dan proses beracara lebih cepat dan

efisien menjadikan penyelesaian sengketa di luar pengadilan lebih banyak diminati dalam

menyelesaikan sengketa. Salah satunya ialah dengan cara konsiliasi.

Konsiliasi sebagai salah satu bentuk penyelesaian sengketa di luar pengadilan (atau

yang sering disebut sebagai penyelesaian sengketa secara damai) lazimnya diadakan

Page 20: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 20/29

 berhubungan dengan jasa baik atau perantaraan. Penyelesaian sengketa melalui cara

konsiliasi menggunakan intervensi pihak ketiga,yang mana pihak ketiga memberikan jasa-

 jasanya untuk mempertemukan pihak-pihak yang bersengketa dan menyarankan

 penyelesaian secara damai. Pihak ketiga mempunyai peranan yang lebih aktif dan ikut serta

dalam perundingan-perundingan dan memimpin pihak-pihak yang bersengketa sedemikian

rupa sehingga ditemukan penyelesaian secara damai, sekalipun saran-saran perantara tidak

mengikat.

Pihak ketiga yang melakukan intervensi ini biasanya adalah negara, namun bisa

 juga sebuah komisi yang dibentuk oleh para pihak. Komisi konsiliasi yang dibentuk oleh

 para pihak dapat saja terlembaga atau bersifat ad hoc, yang kemudian memberikan

 persyaratan penyelesaian yang diterima oleh para pihak. Konsiliasi memiliki hukum acara

yang lebih formal jika dibandingkan dengan mediasi. Karena dalam konsiliasi ada beberapa

tahap yang biasanya harus dilalui, yaitu penyerahan sengketa kepada komisi konsiliasi,

kemudian komisi akan mendengarkan keterangan lisan para pihak, dan berdasarkan fakta-

fakta yang diberikan oleh para pihak secara lisan tersebut komisi konsiliasi akan

menyerahkan laporan kepada para pihak disertai dengan kesimpulan dan usulan

 penyelesaian sengketa.

Proses konsiliasi pada umumnya diberikan kepada sebuah komisi yang terdiri dari

 beberapa orang anggota, tapi terdapat juga yang hanya dilakukan oleh seorang konsiliator.

Komisi-komisi Konsiliasi diatur dalam Konvensi-konvensi the Hague 1899 dan 1907 untuk

Penyelesaian Damai Sengketa-Sengketa Internasional. Komisi tersebut dapat dibentuk

melalui perjanjian khusus antara para pihak dan tugasnya harus menyelidiki serta

melaporkan tentang situasi fakta dengan ketentuan bahwa isi laporan itu bagaimanapun

tidak mengikat para pihak dalam sengketa. Ketentuan-ketentuan yang actual dalamkonvensu-konvensi itu menghindari kata-kata yang dapat dapat dianggap mewajibkan para

Page 21: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 21/29

 pihak untuk menerima suatu laporan Komisi.2[5] Laporan dari komisi konsiliasi hanya

sebagai proposal atau permintaan dan bukan merupakan konstitusi yang sifatnya mengikat.

Konsiliasi terbukti paling berguna untuk sengketa-sengketa mengenai hukum, tapi

 para pihak menginginkan kompromi yang sama. Sengketa jenis ini ialah sengketa antara

Italian Republic dan Holy See, konsiliasi akan muncul untuk menawarkan suatu alternatif

yang jelas. Pertama, cara konsiliasi itu diatur melalui dialog dengan dan antara pihak-pihak

 –  tidak terdapat resiko konsiliasi yang memberikan akibat yang sangat mengejutkan pihak-

 pihak, seperti yang kadang terjadi dalam acara pemeriksaan hukum. Kedua, proposal

komisi tidak mengikat dan jika tidak dapat diterima , boleh di tolak. Komisi konsiliasi pada

daerah landas kontinen antara Islandia dan Jan Mayen 1981, komisi ini telah membuat

rekomendasi tertentu untuk bagian batas daerah khusus kedua belah pihak. Dalam

 praktek konsiliasi yang umum, cukup mendapat tempat sederhana di antara prosedur yang

terdapat dalam negara, dan kasus Jan Mayen kebetulan merupakan peringatan akan

nilainya. Seperti penyelidikan, proses yang mengembangkan konsiliasi dapat diterima

dalam semua kebutuhan dan memperlihatkan kelebihan yang berasal dari struktur

keterlibatan pihak luar dalam menyelesaikan sengketa internasional.

3. BAGAIMANAKAH CARA PENYELESAIAN MASALAH DENGAN CARA

KONSILIASI?

Konsiliasi merupakan suatu cara penyelesaian sengketa oleh suatu organ yang

dibentuk sebelumnya atau dibentuk kemudian atas kesepakatan para pihak yang

 bersengketa. Organ yang dibentuk tersebut mengajukan usul-usul penyelesaian kepada para

 pihak yang bersengketa. Rekomendasi yang diberikan oleh organ tersebut tidak bersifat

mengikat. Organ tersebut disebut dengan komisi konsiliasi.

Page 22: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 22/29

  Fungsi komisi konsiliasi adalah untuk menyelidiki sengketa dan batas penyelesaian

yang mungkin. Fungsi komisi konsiliasi adalah memberikan informasi dan nasehat tentang

 pokok masalah posisi pihak-pihak dan untuk menyarankan suatu penyelesaian yang

 bertalian dengan apa yang mereka terima, bukan apa yang mereka tuntut. Karena proposal

komisi konsiliasi dapat diterima atau ditolak, praktek yang umum untuk komisi itu adalah

memberikan pihak-pihak jangka waktu tertentu selama beberapa bulan guna

memperlihatkan tanggapan mereka.

Prosedur konsiliasi sangat bermanfaat dan sangat penting, karena dalam

 pelaksanaan penyelesaian sengketa melalui konsiliasi ada beberapa tahap yang harus

dilalui, yaitu :

   penyerahan sengketa kepada komisi konsiliasi,

  kemudian komisi akan mendengarkan keterangan lisan para pihak,

  dan berdasarkan fakta-fakta yang diberikan oleh para pihak secara lisan tersebut

komisi konsiliasi akan menyerahkan laporan kepada para pihak disertai dengan

kesimpulan dan usulan penyelesaian sengketa.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa konsiliasi merupakan kombinasi

antara penyelidikan (enquiry) dan mediasi (mediation). Salah satu penyebab munculnya

sengketa antar negara adalah karena adanya ketidaksepakatan para pihak mengenai fakta.

Untuk menyelesaikan sengketa ini, akan bergantung pada penguraian fakta-fakta para pihak

yang tidak disepakati. Yang mana untuk dapat mengetahui kebenaran fakta-fakta yang

diberikan oleh para pihak secara lisan tersebut komisi konsiliasi akan melakukan

 penyelidikan. Tujuan dari suatu penyelidikan, tanpa membuat rekomendasi-rekomendasi

yang spesifik, adalah untuk menetapkan fakta, yang mungkin dengan cara demikian

memperlancar penyelesaian sengketa yang dipermasalahkan.

Sama halnya dengan mediasi, pihak-pihak yang melakukan konsoliasi bersifat aktif

dan ikut serta dalam negosiasi-negosiasi demi tercapainya penyelesaian terhadap sengketa

tersebut, melibatkan pihak ketiga (third party) yang dipilih oleh para pihak yang

Page 23: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 23/29

 bersengketa. Pihak ketiga dapat berupa individu atau kelompok (individual or group),

negara atau kelompok negara atau organisasi internasional. Dalam mediasi, negara ketiga

 bukan hanya sekedar mengusahakan agar para pihak yang bersengketa saling bertemu,

tetapi juga mengusahakan dasar-dasar perundingan dan ikut aktif dalam perundingan,

Setelah dapat menyimpulkan duduk perkara yang dipersengketakan oleh masing-

masing pihak, komisi konsiliasi kemudian memberikan persyaratan penyelesaian yang

diterima oleh para pihak. . Namun keputusan yang diberikan oleh komisi konsiliasi ini tidak

mengikat para pihak. Para pihak memiliki kebebasan untuk memutuskan apakah akan

menerima atau menolak syarat-syarat panyelesaian yang diusulkan oleh komisi konsiliasi.

Jika proposal komisi diterima komisi itu membuat proces-verba (persetujuan) yang

mencatat fakta konsiliasi dan menentukan batas penyelesaian.Jika batas penyelesaian yang

diusulkan ditolak, maka konsiliasi itu gagal dan para pihak tidak mempunyai kewajiban

lagi.3[8]

Contoh dari konsiliasi adalah pada sengketa antara Thailand dan Perancis, kedua

 belah pihak sepakat untuk membentuk Komisi Konsiliasi. Dalam kasus ini Thailand selalu

menuntut sebagian dari wilayah Laos dan Kamboja yang terletak di bagian Timur tapal

 batasnya. Karena waktu itu Laos dan Kamboja adalah protektorat Perancis maka sengketa

ini menyangkut antara Thailand dan Perancis.

ARBITRASE

Pengertian

Menurut Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa, Pasal 1 ayat (1 ” arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa

 perdata diluar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat

Page 24: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 24/29

secara tertulis oleh  para pihak yang bersengketa.” 

Objek Arbitrase

Objek perjanjian arbitrase (sengketa yang akan diselesaikan di luar pengadilan

melalui lembaga arbitrase dan atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa lainnya)

menurut Pasal 5 ayat 1 Undang Undang Nomor 30 tahun 1999 (“UU Arbitrase”) hanyalah

sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan

 perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.

Adapun kegiatan dalam bidang perdagangan itu antara lain: perniagaan, perbankan,

keuangan, penanaman modal, industri dan hak milik intelektual. Sementara itu Pasal 5 (2)

UU Arbitrase memberikan perumusan negatif bahwa sengketa-sengketa yang dianggap

tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan

 perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian sebagaimana diatur dalam KUH

Perdata Buku III bab kedelapan belas Pasal 1851 s/d 1854.

Hal-hal Prinsip dalam Arbitrase 

1.  Penyelesaian sengketa dilakukan diluar peradilan

2.  Keinginan untuk menyelesaikan sengketa diluar peradilan harus berdasarkan atas

kesepakatan tertulis yang dibuat oleh pihak yang bersengketa.

3.  Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanyalah sengketa dalam bidang

 perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-

undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersangkutan.

4. 

Para pihak menunjuk arbiter/wasit di luar pejabat peradilan seperti hakim, jaksa, panitera tidak dapat diangkat sebagai arbiter.

5.  Pemeriksaan sengketa dilaksanakan secara tertutup. Pihak yang bersengketa

mempunyai hak yang sama dalam mengemukakan pendapat masing-masing.

Page 25: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 25/29

6.  Penyelesaian sengketa melalui arbitrase dapat dilakukan menggunakan lembaga

arbitrase nasional atau internasional.

7.  Arbiter/majelis arbiter mengambil putusan berdasarkan ketentuan hukum atau

 berdasarkan keadilan dan kepatutan.

8.  Putusan diucapkan dalam waktu paling lama 30 hari sejak pemeriksaan ditutup

Putusan arbitrase bersifat final and binding artinya final dan mempunyai kekuatan

hukum tetap serta mengikat.

9.  Putusan arbitrase diserahkan dan didaftarkan oleh arbiter kepada panitera

 pengadilan Negeri, dan dalam hal para pihak tidak melaksanakan putusan arbitrase

secara sukarela, maka putusan dilaksanakan berdasarkan perintah Ketua PN, atas

 permohonan salah satu pihak yang bersengketa. Yang berwenang menangani

masalah pengakuan dan pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional adalah

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Klausula Arbitrase 

Dalam Pasal 1 angka 3 UU nomor 30/1999 ditegaskan bahwa “Perjanjian arbitrase

adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian

tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa atau suatu perjanjian sutau

 perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa.

Jenis Arbitrase 

1.  Arbitrase Ad Hoc (Arbitrase Volunteer)

Arbitrase Ad-hoc dilaksanakan berdasarkan aturan-aturan yang sengaja dibentuk

untuk tujuan arbitrase, misalnya UU No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa atau UNCITRAL Arbitarion Rules. Pada

umumnya arbitrase ad-hoc direntukan berdasarkan perjanjian yang menyebutkan

 penunjukan majelis arbitrase serta prosedur pelaksanaan yang disepakati oleh para

Page 26: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 26/29

 pihak. Penggunaan arbitrase Ad-hoc perlu disebutkan dalam sebuah klausul

arbitrase.

2.  Arbitrase Institusional

Arbitrase institusial adalah suatu lembaga permanen yang dikelola oleh berbagai

 badan arbitrase berdasarkan aturan-aturan yang mereka tentukan sendiri. Saat ini

dikenal berbagai aturan arbitrase yang dikeluarkan oleh badan-badan arbitrase

seperti Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), atau yang internasional seperti

The Rules of Arbitration dari The International Chamber of Commerce (ICC) di

Paris, The Arbitration Rules dari The International Centre for Settlement of

Investment Disputes (ICSID) di Washington. Badan-badan tersebut mempunyai

 peraturan dan sistem arbitrase sendiri-sendiri.

BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia) memberi standar klausul arbitrase sebagai

 berikut:

"Semua sengketa yang timbul dari perjanjianini, akan diselesaikan dan diputus oleh

 Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) menurut peraturan-peraturan

 prosedur arbitrase BANI,yang keputusannya mengikat kedua belah pihak yang

bersengketa,sebagai keputusan dalam tingkat pertama dan terakhir". 

Standar klausul arbitrase UNCITRAL (United Nation Comission ofInternational Trade

Law) adalah sebagai berikut:

"Setiap sengketa, pertentangan atau tuntutan yang terjadi atau sehubungan dengan

 perjanjian ini, atau wan prestasi, pengakhiran atau sah tidaknya perjanjian akan

diselesaikan melalui arbitrase sesuai dengan aturan-aturan UNCITRAL.” 

Menurut Priyatna Abdurrasyid, Ketua BANI, yang diperiksa pertama kali adalahklausul arbitrase. Artinya ada atau tidaknya, sah atau tidaknya klausul arbitrase, akan

menentukan apakah suatu sengketa akan diselesaikan lewat jalur arbitrase. Priyatna

menjelaskan bahwa bisa saja klausul atau perjanjian arbitrase dibuat setelah sengketa

timbul.

Page 27: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 27/29

 

Keunggulan dan Kelemahan Arbitrase

Keunggulan arbitrase dapat disimpulkan melalui Penjelasan Umum Undang

Undang Nomor 30 tahun 1999 dapat terbaca beberapa keunggulan penyelesaian sengketa

melalui arbitrase dibandingkan dengan pranata peradilan. Keunggulan itu adalah :

  kerahasiaan sengketa para pihak terjamin ;

  keterlambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif dapat

dihindari ;

 

 para pihak dapat memilih arbiter yang berpengalaman, memiliki latar belakang yang

cukup mengenai masalah yang disengketakan, serta jujur dan adil ;

   para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk penyelesaian masalahnya ;

 para pihak dapat memilih tempat penyelenggaraan arbitrase ;

   putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak melalui prosedur

sederhana ataupun dapat langsung dilaksanakan.

Para ahli juga mengemukakan pendapatnya mengenai keunggulan arbitrase.

Menurut Prof. Subekti bagi dunia perdagangan atau bisnis, penyelesaian sengketa lewat

arbitrase atau perwasitan, mempunyai beberapa keuntungan yaitu bahwa dapat dilakukan

dengan cepat, oleh para ahli, dan secara rahasia. Sementara HMN Purwosutjipto

mengemukakan arti pentingnya peradilan wasit (arbitrase) adalah:

1.  Penyelesaian sengketa dapat dilakasanakan dengan cepat.

2.  Para wasit terdiri dari orang-orang ahli dalam bidang yang diper-sengketakan, yang

diharapkan mampu membuat putusan yang memuaskan para pihak.

3. 

Putusan akan lebih sesuai dengan perasaan keadilan para pihak.

4.  Putusan peradilan wasit dirahasiakan, sehingga umum tidak mengetahui tentang

kelemahan-kelemahan perushaan yang bersangkutan. Sifat rahasia pada putusan

 perwasitan inilah yang dikehendaki oleh para pengusaha.

Page 28: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 28/29

Disamping keunggulan arbitrase seperti tersebut diatas, arbitrase juga memiliki

kelemahan arbitrase. Dari praktek yang berjalan di Indonesia, kelemahan arbitrase adalah

masih sulitnya upaya eksekusi dari suatu putusan arbitrase, padahal pengaturan untuk

eksekusi putusan arbitrase nasional maupun internasional sudah cukup jelas.

Keterkaitan antara Arbitrase dengan Pengadilan

A.  Hubungan Arbitrase dan Pengadilan 

Lembaga arbitrase masih memiliki ketergantungan pada pengadilan, misalnya

dalam hal pelaksanaan putusan arbitrase. Ada keharusan untuk mendaftarkan putusan

arbitrase di pengadilan negeri. Hal ini menunjukkan bahwa lembaga arbitrase tidak

mempunyai upaya pemaksa terhadap para pihak untuk menaati putusannya.

Peranan pengadilan dalam penyelenggaraan arbitrase berdasar UU Arbitrase antara

lain mengenai penunjukkan arbiter atau majelis arbiter dalam hal para pihak tidak ada

kesepakatan (pasal 14 (3)) dan dalam hal pelaksanaan putusan arbitrase nasional maupun

nasional yang harus dilakukan melalui mekanisme sistem peradilan yaitu pendafataran

 putusan tersebut dengan menyerahkan salinan autentik putusan. Bagi arbitrase internasional

mengembil tempat di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

B.  Pelaksanaan Putusan Arbitrase 

1.  Putusan Arbitrase Nasional 

Pelaksanaan putusan arbitrase nasional diatur dalam Pasal 59-64 UU No.30 Tahun

1999. Pada dasarnya para pihak harus melaksanakan putusan secara sukarela. Agar putusan

arbitrase dapat dipaksakan pelaksanaanya, putusan tersebut harus diserahkan dan

didaftarkan pada kepaniteraan pengadilan negeri, dengan mendaftarkan dan menyerahkanlembar asli atau salinan autentik putusan arbitrase nasional oleh arbiter atau kuasanya ke

 panitera pengadilan negeri, dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah putusan arbitase

diucapkan. Putusan Arbitrase nasional bersifat mandiri, final ddan mengikat.

Page 29: Penyelesaian Sengketa (Compile)

7/27/2019 Penyelesaian Sengketa (Compile)

http://slidepdf.com/reader/full/penyelesaian-sengketa-compile 29/29

Putusan Arbitrase nasional bersifat mandiri, final dan mengikat (seperti putusan

yang mempunyai kekeuatan hukum tetap) sehingga Ketua Pengadilan Negeri tidak

diperkenankan memeriksa alasan atau pertimbangan dari putusan arbitrase nasional

tersebut. Kewenangan memeriksa yang dimiliki Ketua Pengadilan Negeri, terbatas pada

 pemeriksaan secara formal terhadap putusan arbitrase nasional yang dijatuhkan oleh arbiter

atau majelis arbitrase. Berdasar Pasal 62 UU No.30 Tahun 1999 sebelum memberi perintah

 pelaksanaan , Ketua Pengadilan memeriksa dahulu apakah putusan arbitrase memenuhi

Pasal 4 dan pasal 5 (khusus untuk arbitrase internasional). Bila tidak memenuhi maka,

Ketua Pengadilan Negeri dapat menolak permohonan arbitrase dan terhadap penolakan itu

tidak ada upaya hukum apapun.

2.  Putusan Arbitrase Internasional 

Semula pelaksanaan putusan-putusan arbitrase asing di indonesia didasarkan pada

ketentuan Konvensi Jenewa 1927, dan pemerintah Belanda yang merupakan negara peserta

konvensi tersebut menyatakan bahwa Konvensi berlaku juga di wilayah Indonesia. Pada

tanggal 10 Juni 1958 di New York ditandatangani UN Convention on the Recognition and

Enforcement of Foreign Arbitral Award. Indonesia telah mengaksesi Konvensi New York

tersebut dengan Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1981 pada 5 Agustus 1981 dan

didaftar di Sekretaris PBB pada 7 Oktober 1981. Pada 1 Maret 1990 Mahkamah Agung

mengeluarkan Peraturan mahkamah Agung Nomor 1 tahun 1990 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Putusan arbitrase Asing sehubungan dengan disahkannya Konvensi New York

1958. Dengan adanya Perma tersebut hambatan bagi pelaksanaan putusan arbitrase asing di

Indonesia seharusnya bisa diatasi. Tapi dalam prakteknya kesulitan-kesulitan masih ditemui

dalam eksekusi putusan arbitrase asing.