8
PENYELIDIKAN GEOKIMIA REGIONAL SISTEMATIK KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA DAN TIMOR TENGAH SELATAN, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh : Yose Rizal Ramli, Ating Djumsari, Kisman, Jeni Rastaharja, Supriadi, Oman SUB DIT. MINERAL LOGAM S A R I Lokasi daerah penyelidikan termasuk wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan batas koordinat 123° 45’ - 124 °50’ BT dan 9°30’ - 11°25’ LS. Geologi daerah penyelidikan umumnya di tempati oleh batuan karbonat Pra Tersier yang terdiri dari batugamping terumbu pejal berisipan napal, kalsilutit, rijang, konglomerat dan tuf. Terdapat pada Formasi Maubisse, Bijane, Cable, Ofu, Kompleks Mutis dan Kompleks Bobonaro. Beberapa logam ditemukan seperti Mn dan Fe pada Formasi Komplek Bobonaro dan Formasi Nakfunu penyebarannya di daerah Amanuban bagian selatan. Cr, Ni dan Cu terdapat pada batuan ultrabasa, tersingkap di daerah Mollo Utara, Atapupu pada lereng selatan Pegunungan Mutis. Di daerah TTU tersingkap di Miamafo Barat dan Biboki Utara. Mineralisasi logam Cu dan Zn, tersebar dibeberapa tempat seperti di daerah pegunungan Mutis PENDAHULUAN Pemetaan Geokimia regional secara sistematik dengan skala lebih kecil atau sama dengan 1 : 250.000 adalah sebagai lanjutan dari kegiatan tahun lalu, dimana pemetaan geokimia regional dikerjakan lembar demi lembar peta untuk seluruh daratan pulau–pulau di seluruh Indonesia secara bersistem. Untuk tahun anggaran 2002 dilaksanakan di daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Daerah ini meliputi 2 lembar peta sekala 1 : 250.000 yaitu lembar Kupang dan Atambua. Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi daerah penyelidikan secara administratif termasuk dalam Kabupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara geografis terletak antara koordinat 123° 45’ - 124 °50’ BT dan 9°30’ - 11°25’LS. Daerah penyelidikan dapat dicapai dengan kendaraan umum (pesawat terbang) dari Jakarta sampai ke Kupang, untuk mencapai daerah pengambilan conto dapat ditempuh dengan mempergunakan kendaraan bermotor roda empat dan roda dua, dilanjutkan dengan berjalan kaki, (lihat gambar 1). Maksud dan tujuan Maksud melakukan pemetaan Geokimia regional secara sistematik dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai sebaran unsur di permukaan bumi, yang meliputi jenis unsur dan pola sebarannya. Dengan adanya anomali di suatu daerah diharapkan dapat ditafsirkan adanya keterkaitan antara sebaran unsur tertentu dengan kondisi geologi atau pemineralan tertentu pula. Metoda penyelidikan Metoda penyelidikan yang digunakan adalah metoda geokimia endapan sungai aktif secara regional yaitu dengan pengambilan conto – 80(mesh), kurang lebih 200 gram berat kering dengan kerapatan 15 hingga 20 km 2 setiap conto (lihat gambar 2). Hasil dari lapangan terkumpul conto sedimen sungai aktif (D), sebanyak 159 buah, yang dianalisis untuk 11 unsur yaitu Cu, Pb, Zn, Co, Ni, Mn, Ag, Li, K, Fe, Cr. GEOLOGI Geologi regional Kepulauan Nusatenggara terletak pada dua jalur geantiklin yang merupakan sambungan dari bagian barat Busur Sunda-Banda. Busur terdiri dari pulau-pulau : Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan Busur geantiklin dimulai dari timur ke barat sebelah selatan terdiri dari : Timor, Semau Roti, Sawu, Raijua dan Dana. Pematang Geantiklin tersebut bercabang dua di daerah Sawu, satu cabang masuk kearah barat menyeberangi P.Raijua dan P. Dana terus ke Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 25 - 1

Penyelidikan Geokimia Regional Sistematik Kabupaten Timor

  • Upload
    hatuong

  • View
    251

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

PENYELIDIKAN GEOKIMIA REGIONAL SISTEMATIK KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA DAN TIMOR TENGAH

SELATAN, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh : Yose Rizal Ramli, Ating Djumsari, Kisman, Jeni Rastaharja, Supriadi, Oman

SUB DIT. MINERAL LOGAM

S A R I Lokasi daerah penyelidikan termasuk wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan batas koordinat 123° 45’ - 124 °50’ BT dan 9°30’ - 11°25’ LS.

Geologi daerah penyelidikan umumnya di tempati oleh batuan karbonat Pra Tersier yang terdiri dari batugamping terumbu pejal berisipan napal, kalsilutit, rijang, konglomerat dan tuf. Terdapat pada Formasi Maubisse, Bijane, Cable, Ofu, Kompleks Mutis dan Kompleks Bobonaro.

Beberapa logam ditemukan seperti Mn dan Fe pada Formasi Komplek Bobonaro dan Formasi Nakfunu penyebarannya di daerah Amanuban bagian selatan. Cr, Ni dan Cu terdapat pada batuan ultrabasa, tersingkap di daerah Mollo Utara, Atapupu pada lereng selatan Pegunungan Mutis. Di daerah TTU tersingkap di Miamafo Barat dan Biboki Utara. Mineralisasi logam Cu dan Zn, tersebar dibeberapa tempat seperti di daerah pegunungan Mutis

PENDAHULUAN

Pemetaan Geokimia regional secara sistematik dengan skala lebih kecil atau sama dengan 1 : 250.000 adalah sebagai lanjutan dari kegiatan tahun lalu, dimana pemetaan geokimia regional dikerjakan lembar demi lembar peta untuk seluruh daratan pulau–pulau di seluruh Indonesia secara bersistem. Untuk tahun anggaran 2002 dilaksanakan di daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Daerah ini meliputi 2 lembar peta sekala 1 : 250.000 yaitu lembar Kupang dan Atambua.

Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi daerah penyelidikan secara administratif termasuk dalam Kabupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara geografis terletak antara koordinat 123° 45’ - 124 °50’ BT dan 9°30’ - 11°25’LS. Daerah penyelidikan dapat dicapai dengan kendaraan umum (pesawat terbang) dari Jakarta sampai ke Kupang, untuk mencapai daerah pengambilan conto dapat ditempuh dengan mempergunakan kendaraan bermotor roda empat dan roda dua, dilanjutkan dengan berjalan kaki, (lihat gambar 1).

Maksud dan tujuan Maksud melakukan pemetaan Geokimia regional secara sistematik dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai sebaran unsur di permukaan bumi, yang meliputi jenis unsur dan

pola sebarannya. Dengan adanya anomali di suatu daerah diharapkan dapat ditafsirkan adanya keterkaitan antara sebaran unsur tertentu dengan kondisi geologi atau pemineralan tertentu pula.

Metoda penyelidikan Metoda penyelidikan yang digunakan adalah metoda geokimia endapan sungai aktif secara regional yaitu dengan pengambilan conto –80(mesh), kurang lebih 200 gram berat kering dengan kerapatan 15 hingga 20 km2 setiap conto (lihat gambar 2). Hasil dari lapangan terkumpul conto sedimen sungai aktif (D), sebanyak 159 buah, yang dianalisis untuk 11 unsur yaitu Cu, Pb, Zn, Co, Ni, Mn, Ag, Li, K, Fe, Cr.

GEOLOGI

Geologi regional Kepulauan Nusatenggara terletak pada dua jalur geantiklin yang merupakan sambungan dari bagian barat Busur Sunda-Banda. Busur terdiri dari pulau-pulau : Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan Busur geantiklin dimulai dari timur ke barat sebelah selatan terdiri dari : Timor, Semau Roti, Sawu, Raijua dan Dana. Pematang Geantiklin tersebut bercabang dua di daerah Sawu, satu cabang masuk kearah barat menyeberangi P.Raijua dan P. Dana terus ke

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 25 - 1

Pematang submarin pada palung Jawa Selatan, cabang lainnya bersambung dengan busur Sunda-Banda melalui P. Sumba. Di Kepulauan Nusatenggara, merupakan tempat-tempat ditemukannya formasi Pra-Tersier terbatas di Pulau Timor dan Sumbawa, sedangkan pulau-pulau lainnya belum diketahui adanya singkapan Pra-Tersier. Pulau Timor termasuk kedalam tipe Pegunungan kelopak dimana intensitas tektoniknya cukup aktif dengan sesar sungkup yang cukup banyak ditemukan di bagian selatan, hal ini menyebabkan litologi yang menyusun daerah ini cukup rumit dan sering mengalami perulangan, (H.M.D. Rosidi, K. Suwitodirdjo, S. Tjokrosapoetro,1974/1975), lihat gambar 3.

Geologi daerah penyelidikan Geologi daerah penyelidikan hampir didominasi oleh Formasi Kompleks Bobonaro, yang menempati di bagian barat laut dan tenggara, seolah olah dipisahkan oleh Formasi Metan dan Formasi Konglomerat dan Kerakal yang memanjang ke arah timur laut - barat daya. Di Kompleks Bobonaro ini banyak di temukan logam dasar seperti tembaga, timbal dan seng. Ini terlihat dari hasil analisis kimia pada peta sebaran unsur. Dari data statistik Cu rata-rata 41,89 ppm dan standar deviasi 10,86 ppm, Pb rata-rata 34,97 ppm dan standar deviasi 30,55 ppm, Zn rata-rata 50,21 ppm dan standar deviasi 12,62 ppm.

Morfologi daerah penyelidikan Morfologi daerah penyelidikan terbagi menjadi 4 satuan yaitu : - Morfologi pegunungan kasar tersebar di daerah bagian utara, tersusun dari batuan beku dan batuan volkanik. Berlereng terjal dengan lembahnya yang sempit - Morfologi dataran tinggi, tersebar di bagian tengah, tersusun dari batugamping, batuan metamorf, puncak tertinggi Nuaf Mutis 2.427 m, umumnya memperlihatkan gejala kars. - Morfologi pegunungan bergelombang , tersebar di bagian selatan dan utara, batuan penyusunnya terdiri dari sedimen dan breksi gunungapi. - Morfologi dataran rendah di bagian pantai selatan yang umumnya ditempati oleh aluvial.

Litologi Litologi daerah penyelidikan batuan diendapkan dimulai pada Zaman Perm dimana batuan karbonat Pra Tersier yang terdiri dari batugamping terumbu pejal berisipan napal, kalsilutit, rijang, konglomerat dan tuf yang masuk dalam Formasi Maubisse. Di atas F. ini secara tak selaras diendapkan Formasi Nahfunu dan Waibasa, yaitu batuan sedimen laut berumur Kapur Awal yang terdiri dari serpih radiolaria,

rijang dan batulanau, napal, rijang gampingan, rijang radiolaria, serpih kalsilutit, radiolarit. Selanjutnya secara menjemari diendapkan Formasi Seical dan Formasi Ofu berumur Paleosen, batuan sedimen karbonat laut dalam yang terdiri dari kalsilutit, napal, serpih, rijang radiolarit dan serpih radiolaria, bersisipan batugamping foraminifera dan arenit. Pada Kala Holosen diendapkan beberapa endapan antara lain endapan undak sungai berupa bongkah, kerakal, kerikil, pasir, kemudian batugamping koral dan endapan aluvial berupa kerikil, pasir, lempung dan lumpur.

Struktur geologi Struktur geologi daerah penyelidikan sangat rumit, tercermin dengan adanya macam-macam batuan, atau campur aduknya batuan. Pada umumnya struktur didaerah penyelidikan sesar mendata yang berarah barat–timur, meskipun ada yang berarah timurlaut-baratdaya.

Pengolahan Data Geokimia Tahap pengolahan data penyelidikan geokimia, keluaran yang diperoleh berupa informasi mengenai data tersebut, dalam bentuk peta sebaran unsur tunggal maupun hubungan dari masing-masing unsur itu. Pengolahan awal dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tentang perilaku serta sebaran , lewat ringkasan statistik berikut grafik dan histogramnya. Dari sini didapat nilai latar belakang dan anomali serta pertimbangan ada dan tidaknya nilai eratik, di samping estimasi tentang populasi unsurnya, akhirnya digambarkan dengan pewarnaan (image). Digunakan juga program SPSS, untuk mencari hubungan multi unsur/kekerabatan melalui analisis faktor, cluster dll, yang kesemuanya bertujuan untuk memudahkan di dalam pembacaan serta penafsiran hasil pengolahan data yang sekaligus juga untuk menentukan daerah penyelidikan yang akan ditindak lanjuti.

Pembahasan Kondisi geologi daerah penyelidikan yang hampir 50% ditempati oleh Formasi Kompleks Bobonaro, dari hasil analisis kimia unsur conto endapan sungai aktif memperlihatkan bahwa Kompleks Bobonaro ini sebagian besar sebagai tempat keterdapatan logam-logam dasar. Berdasarkan analisis statistic univariate dan peta sebaran unsur, maka dapat disimpulkan ke 11 unsur logam sebagai berikut :

Tembaga (Cu) Penyebaran tembaga di bagian utara – barat laut dan selatan-tenggara daerah penyelidikan,

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 25 - 2

yaitu di sekitar Kapan, Oetuka, Lokopin dan Katbao. Hasil analisis kimia nilai kisaran tertinggi antara 54 ppm – 76 ppm. Dari data statistic Cu rata-rata 41,89 ppm dan standar deviasi 10,86 ppm. Sebaran pada umumnya menempati Formasi Kompleks Bobonaro, (lihat Gbr. 4).

Timbal (Pb) Penyebaran timbal di bagian barat, utara dan timur daerah penyelidikan, yaitu di sekitar Soe dan senen; Kefamenanu bagian selatan hingga Musi; sekitar Haumeni dan Katbao. Hasil analisis kimia nilai kisaran tertinggi antara 104 ppm – 245 ppm. Dari data statistic Pb rata-rata 34,97 ppm dan standar deviasi 30,55 ppm. Sebaran pada umumnya menempati Formasi Noele dan Formasi Kompleks Bobonaro, (lihat Gbr. 5)

Seng (Zn) Penyebaran seng sebagian besar di bagian utara – barat laut daerah penyelidikan, yaitu di sekitar Kapan sampai selatan Kefamenanu, sebagian kecil di tenggara sekitar Oetuka. Hasil analisis kimia nilai kisaran tertinggi antara 63 ppm – 105 ppm. Dari data statistic Zn rata-rata 50,21 ppm dan standar deviasi 12,62 ppm. Sebaran pada umumnya menempati Formasi Kompleks Bobonaro di barat laut, F. Noele, F. Metan sekitar G. Mutis, (lihat gbr. 6)

Kobal (Co) Penyebaran kobal hanya di bagian utara – barat laut saja daerah penyelidikan, yaitu di sekitar Kapan. Hasil analisis kimia nilai kisaran tertinggi antara 38 ppm – 44 ppm. Dari data statistic Co rata-rata 24,49 ppm dan standar deviasi 7,02 ppm. Sebaran pada umumnya menempati Formasi Noele dan Formasi Kompleks Bobonaro sekitar G. Mutis.

Nikel (Ni) Penyebaran nikel sama dengan penyebaran kobal yaitu di bagian utara – barat laut dan selatan-tenggara daerah penyelidikan, di sekitar Kapan sampai Soe dan Sene. Hasil analisis kimia nilai kisaran tertinggi antara 258 ppm – 386 ppm. Dari data statistic Ni rata-rata 79,91 ppm dan standar deviasi 98,89 ppm. Sebaran pada umumnya menempati Formasi Noele dan Formasi Kompleks Bobonaro.

Mangan (Mn) Penyebaran mangan sebagian besar di bagian timur – timur laut daerah penyelidikan, yaitu di sekitar Haumeni sampai utra Niki-Niki; di selatan-barat daya sekitar Oetaman sampai Oetune. Hasil analisis kimia nilai kisaran tertinggi antara 1.726 ppm – 2.546 ppm. Dari data statistic Mn rata-rata 1148 ppm dan standar deviasi 410

ppm. Sebaran pada umumnya menempati Formasi Kompleks Bobonaro.

Perak (Ag) Penyebaran perak di bagian selatan dan tengah sebagian kecil daerah penyelidikan, yaitu di sekitar Oetaman dan Kualin, utara Niki-Niki. Hasil analisis kimia nilai kisaran tertinggi antara 3,3 ppm – 6 ppm. Dari data statistic Ag rata-rata 1,86 ppm dan standar deviasi 0,82 ppm. Sebaran pada umumnya menempati Formasi Kompleks Bobonaro, F. Batuputih dan F. Konglomerat dan Kerakal.

Litium (Li) Penyebaran litium hanya di bagian utara daerah penyelidikan, yaitu di sekitar Kapan, Oetuka, Lokopin dan Katbao. Hasil analisis kimia nilai kisaran tertinggi antara 22 ppm – 23 ppm. Dari data statistic Li rata-rata 11,02 ppm dan standar deviasi 3,62 ppm. Sebaran pada umumnya menempati Formasi Maubisse dan Formasi Konglomerat dan Kerakal.

Kalium (K) Penyebaran kalium sebagian besar di bagian barat laut dan tenggara sebagian kecil daerah penyelidikan, yaitu di sekitar Kapan dan Lokopin. Hasil analisis kimia nilai kisaran tertinggi antara 9.218 ppm – 10.587 ppm. Dari data statistic K rata-rata 6.640 ppm dan standar deviasi 1.760 ppm. Sebaran pada umumnya menempati Formasi Kompleks Bobonaro, F. Metan di sekitar G. Mutis dan Formasi Noele.

Besi (Fe) Penyebaran besi mirip dengan sebaran seng yang dominan di bagian barat laut sampai utara daerah penyelidikan, yaitu di sekitar Sene, Kapan, Oetulu dan Musi. Hasil analisis kimia nilai kisaran tertinggi antara 45,57 % – 52,98%. Dari data statistic Fe rata-rata 29,48% dan standar deviasi 10,47%. Sebaran pada umumnya menempati Formasi Noele, F. Kompleks Bobonaro, F. Metan, F. Maubisse dan F. Konglomerat dan Kerakal.

Khrom (Cr) Penyebaran khrom sama dengan sebaran besi yang dominant di bagian barat laut-utara, sebagian kecil di tengan daerah penyelidikan, yaitu di sekitar Sene, Kapan, Oetulu dan Musi, di bagian tengan sebelah timur Niki-Niki. Hasil analisis kimia nilai kisaran tertinggi antara 229 ppm – 358 ppm. Dari data statistic Cr rata-rata 94,45 ppm dan standar deviasi 91,77 ppm. Sebaran pada umumnya menempati Formasi Kompleks Bobonaro, F. Noele, F. Metan, F. Maubisse dan F. Konglomerat dan Kerakal.

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 25 - 3

Analisis faktor pada data set dikerjakan seperti yang telah diuraikan diatas, yaitu dengan menggunakan perangkat lunak (program) SPSS. Dimana angka faktor tiga vektor Eigen menggambarkan korelasinya ( > 0.5 )). Seperti :

a. Co-Ni-K-Fe-Cr b. Zn-Mn-Ag-Li c. Cu-Zn-Li-K

KESIMPULAN

1. Struktur geologi yang dijumpai didaerah penyelidikan sangat rumit, dimana batuannya terdiri dari macam-macam batuan, sehingga tidak jelas mana yang bagian atas dan mana yang bagian bawah. Dari analisis pengolahan data geokimia.

2. Dari proses pengolahan data geokimia terlihat korelasi yang menarik diantara unsur Co-Ni dan Cr.

3. Untuk mineralisasi logam Zn-Ag di daerah ini, dilihat dari sebaran faktornya berada di sebelah barat.

4. Mineralisasi logam Cu dan juga Zn, tersebar dibeberapa tempat seperti di daerah pegunungan Mutis (utara Kapan), di daerah bagian selatan Kefamenanu (di sungai Mutis) .

DAFTAR PUSTAKA

1. Bemmelen, R.W. van, 1949, The Geology of Indonesia: v.1A, 732 p., Martinus Nijhoff, The Hague.

2. Darwis M., Kanwil Ujungpandang, 1985/1986 Laporan Inventarisasi Bahan Galian di daerah Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara Propinsi Nusa Tenggara Timur.

3. Davis & Hartati, 1991.Metoda analisis

4. H.M.D. Rosidi, K. Suwitodirdjo, S. Tjokrosapoetro, 1974/1975. Laporan Geologi lembar Kupang-Atambua, Timor.

5. Hamilton, Warren, 1979, Tectonics of the Indonesian Region: Geological Survey Professional Paper 1078, US Govt. Printing Office, Wash., p.308.

6. Suwitodirjo, K & Tjokrosapoetro, S, 1996. Peta geologi lembar Kupang dan Atambua, Timor.

7. Tjia, H.D., 1979, Examples of young tectonism in eastern Indonesia: In press.

8. Katili, J.A., 1975,Volcanism and plate tectonics in the Indonesian island arcs: Tectonophysics, v.26, p.165-188.i

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 25 - 4

Gbr.1. Peta Lokasi daerah penyelidikan Gambar 2. Lokasi Conto Endapan Sungai Aktif, Kab. Timor Timur Utara dan

Kab. Timor Timur Selatan, Prov. Nusa Tenggara Timur.

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 25 - 5

Gambar 3. Peta Geologi Kab. Timor Tengah Utara dan Kab. Timor Tengah Selatan , Prov. Nusa Tenggara Timur.

Gbr. 4. Peta Sebabara Logam Tembaga (Cu) Kab. Timor Timur Utara dan Kab. Timor Timur Selatan, Prov. Nusa Tenggara Timur

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 25 - 6

Gbr. 5. Peta Sebabara Logam Timbal (Pb) Kab. Timor Timur Utara dan Kab. Timor Timur Selatan, Prov. Nusa Tenggara Timur

Gbr. 6. Peta Sebabara Logam Seng (Zn) Kab. Timor Timur Utara dan Kab. Timor Timur Selatan, Prov. Nusa Tenggara Timur

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 25 - 7

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 25 - 8