40
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari dan mengembangkan pengetahuan yang berkaitan dengan kebumian meliputi bentuk muka bumi, jenis material penyusun, sifat-sifat fisika dan kimia yang terjadi dalam proses-proses pembentukannya dan sejarah bumi, serta upaya-upaya pengendalian bumi demi mendukung kehidupan manusia. Sedangkan dalam proses-proses geologi dapat bersifat menguntungkan maupun merugikan bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satu bentuk proses yang merugikan seperti gerakan tanah, banjir, dan lain-lain. Oleh karena itu Penyelidikan Geoteknik dilaksanakan dengan memperhatikan aspek-aspek geologi dan melakukan rekayasa geoteknik untuk mengurangi dampak negatif yang merugikan bagi manusia secara langsung. Pendidikan Geologi dilaksanakan dengan membekali mahasiswa Teknik Geologi dengan keterampilan- keterampilan di bidang Teknologi Kebumian yang bersifat aplikatif serta berguna bagi masyarakat secara luas. Dalam mendukung tujuan pendidikan tersebut mahasiswa diberikan kesempatan untuk belajar secara langsung 1

penyelidikan geoteknik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

geoteknik

Citation preview

Page 1: penyelidikan geoteknik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Geologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari dan mengembangkan

pengetahuan yang berkaitan dengan kebumian meliputi bentuk muka bumi, jenis

material penyusun, sifat-sifat fisika dan kimia yang terjadi dalam proses-proses

pembentukannya dan sejarah bumi, serta upaya-upaya pengendalian bumi demi

mendukung kehidupan manusia. Sedangkan dalam proses-proses geologi dapat

bersifat menguntungkan maupun merugikan bagi kelangsungan hidup manusia.

Salah satu bentuk proses yang merugikan seperti gerakan tanah, banjir, dan lain-

lain. Oleh karena itu Penyelidikan Geoteknik dilaksanakan dengan

memperhatikan aspek-aspek geologi dan melakukan rekayasa geoteknik untuk

mengurangi dampak negatif yang merugikan bagi manusia secara langsung.

Pendidikan Geologi dilaksanakan dengan membekali mahasiswa Teknik

Geologi dengan keterampilan-keterampilan di bidang Teknologi Kebumian yang

bersifat aplikatif serta berguna bagi masyarakat secara luas. Dalam mendukung

tujuan pendidikan tersebut mahasiswa diberikan kesempatan untuk belajar secara

langsung melakukan Kerja Praktik agar memiliki pengalaman dalam melakukan

pekerjaan Geologi laboratorium, maupun di lapangan yang sesuai dengan bidang

yang diambil oleh pelaksanan kerja praktik.

Ilmu-ilmu geologi yang telah diterima selama perkuliahan di kampus akan

dipraktikan dan dianggap sebagai magang kerja di kantor, laboratorium, atau

lapangan. Pada kerja praktik kali ini, penulis mengambil pengalaman pekerjaan

berupa kegiatan penyelidikan tanah Bendungan Karangtalun, Kecamatan

Ngluwar, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah dibawah naungan PT.

Selimut Bumi Adhi Cipta.

1

Page 2: penyelidikan geoteknik

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. Maksud

Kerja Praktik ini dimaksudkan untuk memperkenalkan dan

membekali mahasiswa geologi pada dunia kerja dengan melakukan

pekerjaan yang berhubungan dengan geologi pada instansi terkait. Selain

itu, dimaksudkan pula sebagai salah satu syarat kurikulum pembelajaran

tingkat S1 Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas

Diponegoro.

1.2.2.Tujuan

1. Mengetahui prosedur dan proses suatu kerja secara langsung yang

berkaitan dengan kegiatan kegeologian.

2. Mampu melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan ilmu geologi

pada suatu institusi.

3. Mengetahui gambaran umum mengenai dunia pekerjaan sebelum

mahasiswa terjun langsung ke dunia pekerjaan.

1.3. Ruang Lingkup

Kerja praktik yang dilakukan merupakan pekerjaan yang berhubungan

dengan bidang geologi. Adapun pekerjaan yang telah dilakukan selama kerja

praktik yaitu :

1. Melakukan kegiatan lapangan berupa Penyelidikan Geoteknik Bendungan

Karangtalun, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa

Tengah dengan mengikuti Proses Pemboran dan Pemetaan.

2. Melakukan analisis laboratorium data-data lapangan hasil pemboran dan

pemetaan, serta melakukan interpretasi bawah permukaan berdasarkan hasil

pemboran dan pemetaan permukaan.

1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik

1.4.1. Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik

Pelaksanaan kerja praktik dilakukan selama 30 hari terhitung dari

tanggal 23 Juni 2014 sampai 23 Juli 2014.

2

Page 3: penyelidikan geoteknik

1.4.2. Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik

Kerja praktik dilaksanakan di PT. Selimut Bumi Adhi Cipta yang

beralamat di Jalan Karang Anyar Gunung No. 267 Semarang, Jawa

Tengah.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan Laporan Kerja Praktik dibagi dalam urutan sebagai

berikut :

Bab I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, ruang

lingkup, waktu pelaksanaan dan lokasi pelaksanaan kerja praktik, serta

sistematika penulisan laporan.

Bab II Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini berisi tentang profil perusahaan PT. Selimut Bumi Adhi Cipta

sebagai lokasi pelaksanaan kerja praktik.

Bab III Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tentang teori-teori sebagai landasan pelaksanaan pekerjaan

penyelidikan Geoteknik di lapangan serta teori yang digunakan sebagai

acuan dalam pelaksanaan analisa laboratorium

Bab IV Pelaksanaan Kerja Praktik

Bab ini menjelaskan mekanisme pekerjaan yang dilaksanakan mahasiswa

kerja praktik, meliputi pembahasan mengenai proses pekerjaan pemboran

yang dilakukan dan kegiatan analisa laboratorium.

Bab V Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari kerja praktik yang telah dilakukan

dan rekomendasi-rekomendasi yang perlu dicantumkan.

3

Page 4: penyelidikan geoteknik

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Profil PT. Selimut Bumi Adhi Cipta

2.2 Visi dan Misi PT. Selimut Bumi Adhi Cipta

4

Page 5: penyelidikan geoteknik

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Penyelidikan Geoteknik

Penyelidikan Geoteknik merupakan suatu pekerjaan pendahuluan dalam

rencana rekayasa geologi untuk mendapatkan informasi yang cukup mengenai

kondisi batuan bawah permukaan yang bersifat consolid maupun yang bersifat

unconsolid (soil) untuk membuat desain konstruksi yang aman dan ekonomis.

Tujuan utama dari penyelidikan tersebut adalah

1. Untuk menentukan urutan dan ketebalan lapisan tanah kearah lateral dan

konfigurasinya secara vertikal.

2. Untuk memperoleh contoh-contoh tanah maupun batuan yang mewakili

kondisi batuan bawah permukaan untuk keperluan identifikasi dalam uji

laboratorium guna menentukan parameter-parameter fisik tanah dan batuan

tergantung jenis dan fungsi proyek seperti permeabilitas, konsolidasi,

tegangan geser, batas-batas atterberg, kadar air, kadar pori, kepadatan

relatif, pembagian butir, kepekaan dan sebagainya.

3. Untuk mengidentifikasi kondisi air tanah.

Metode-metode yang digunakan dalam penyelidikan tanah secara lengkap

terdiri dari tiga tahapan seperti terdapat dalam bagan sebagai berikut

Tahap 1 Tahap Pengenalan dan Perencanaan, terdiri dari pekerjaan

pengenalan medan, interpretasi peta udara, pengambilan data dari

peta geologi dan peta lainnya, studi pustaka mengenai informasi-

informasi pendukung dan penyelidikan-penyelidikan terdahulu.

Tahap 2 Tahap Eksplorasi, meliputi penyelidikan geofisika sebagai

pendukung, seperti seismik dan geolistrik kalau ada, pembuatan

sumur-sumur uji, pengambilan contoh-contoh tanah, yang diikuti

dengan pekerjaan laboratorium, kegiatan pemboran dengan

deskripsi sampel cutting dan sampel tidak terganggu (undisturb

sample) yang kemudian diikuti dengan penyelidikan laboratorium.

5

Page 6: penyelidikan geoteknik

Tahap 3 Tahap Pungujian, meliputi pekerjaan-pekerjaan percobaan

penetrasi, vane test, penyelidikan muka airtanah yang diikuti

dengan penyelidikan tekanan pori, pompa uji, percobaan

pembebanan, dan uki pemampatan. Kedua pekerjaan dilakukan di

laboratorium.

1. Pemboran

Kegiatan Pemboran memberikan informasi data mengenai keadaan

bawah tanah melalui garis lubang pemboran. Pemboran dapat dilakukan

secara vertikal maupun menyudut. Dari sebuah pemboran dibuat sebuah

laporan pemboran. Di dalamnya dicatat dengan cermat material-material apa

saja yang ditemukan, dan selain itu juga kecepatan penetrasi dan perilaku dari

alat pemboran. Kita dapat menggunakan berbagai metode, yang bervariasi

mulai dari pendesakan sebuah besi sonda (sondir) atau pipa pancang ke dalam

bawah tanah, penjatuhan sebuah puls atau pahat (perkusi), penyemprotan

tanah hingga lepas dengan sebuah tombak semprot, sampai kepada pemutaran

atau teknik perkusi putar. Pada hampir semua metode ini, material akan

muncul dalam keadaan sangat terganggu di permukaan bumi. Dengan

demikian hanya dapat diterangkan jenis material yang ditemukan di

kedalaman tertentu (Verhoef, 1985).

Adapun beberapa macam metode dalam pemboran adalah sebagai

berikut :

Teknik Bor Tangan (Hand Bores)

Pemboran Dengan Mesin (Machine Drilling)

Metode pemboran yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan

pemboran mesin (machine drilling).

6

Page 7: penyelidikan geoteknik

Metode pemboran ini menggunakan mesin sebagai tenaga

penggeraknya, bukan dari tenaga penggerak manusia seperti pada pemboran

tangan. Motor penggerak alat bor pada umumnya terdiri dari bagian-bagian

berikut (Wesley 1977) :

1. Alat yang dapat memutar stang-stang bor dengan kecepatan yang

bisa diatur dan dapat memberikan gaya ke bawah.

2. Pompa untuk memancarkan air pencuci (wash water) kebawah,

melalui bagian dalam stang bor.

3. Roda pemutar (winches) dan derrick atau tripod untuk menaikan dan

menurunkan stang-stang dan alat-alat bor ke dalam lubang.

7

Page 8: penyelidikan geoteknik

Sistem pemboran mesin yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sistem

rotary drilling (pemboran putar). Berdasarkan sistem penetrasinya, metode

rotary drilling terdiri dari 2 sistem tricone dan drag bit. Disebut tricone jika

penetrasinya berupa gerusan (crushing) dan drag bit jika hasil penetrasinya

berupa potongan. Sistem tricone digunakan untuk tanah sedang hingga lunak

dan sistem drag bit pada tanah lunak.

2. Daya Dukung Tanah

Istilah tanah dipakai untuk mencakup semua bahan seperti lempung,

pasir, kerikil dan batu-batu yang besar (Wesley, 1977). Untuk membedakan

serta menunjukkan dengan tepat masing-masing sifat bahan-bahan ini, telah

dipakai metode-metode sistematik, sehingga untuk tanah-tanah tertentu dapat

diberikan nama yang tepat dan istilah-istilah tentang sifatnya dapat dipilih

dengan tepat. Metode sistematik ini pada umumnya disebut sistem klasifikasi.

Untuk membedakan dan menentukan berbagai tanah tentunya berbeda dengan

metoda-metoda yang dipakai dalam bidang geologi atau ilmu tanah. Sistem

klasifikasi yang dipakai dalam hal ini dimaksudkan untuk memberikan

keterangan mengenai sifat-sifat teknis dari bahan-bahan itu dengan cara yang

sama seperti halnya pernyataan-pernyataan secara geologis dimaksudkan

untuk memberikan keterangan mengenai asal geologis dari bahan-bahan itu.

Tanah dapat dibagi dalam tiga kelompok (Verhoef, 1994) :

1. Tanah berbutir kasar (pasir, kerikil)

2. Tanah berbutir halus (lanau, lempung)

3. Tanah campuran

Perbedaan antara pasir/kerikil dan lanau/lempung dapat diketahui dari

sifat-sifat material tersebut : lanau/lempung seringkali terbukti kohesif

(saling mengikat), sedangkan yang berbutir (pasir, kerikil) adalah tidak

kohesif (tidak saling mengikat).

Sifat tanah selalu tergantung pada ukuran butir-butirnya, dan ini

dipakai sebagai titik tolak untuk klasifikasi teknis dari tanah. Berdasarkan

ini, gambar berikut ini akan menunjukkan batas-batas interval ukuran

8

Page 9: penyelidikan geoteknik

butiran lempung, lanau, pasir, dan kerikil menurut Unfined Soil

Classification System, ASTM, MIT, dan International Nomenclature :

Gambar 2.1 Klasifikasi butiran tanah menurut Unfined Soil Classification System, ASTM, MIT, dan International Nomenclature

(Christady, 2010).

Sudah diketahui bahwa sifat-sifat tanah yang berbutir kasar sangat

tergantung pada ukuran butir-butirnya, jadi karena itu distribusi ukuran

butir-butir itu adalah satu-satunya sifat yang dipakai untuk

mengklasifikasikan tanah-tanah tersebut. Akan tetapi lain halnya dengan

tanah yang berbutir halus. Pada tanah-tanah ini diketahui bahwa tidak ada

hubungan langsung antara sifat-sifatnya dengan ukuran butir-butirnya. Oleh

karena itu, maka untuk menyatakan sifat-sifat dan mengklasifikasikannya

dipakai metoda-metoda lain, yaitu terutama percobaan Batas Atterberg dan

percobaan dilatasi.

2.1. Kadar Air Asli

Semua macam tanah, secara umum terdiri dari 3 fase, yaitu butiran

tanah, air serta udara yang terdapat dalam ruangan antara butir-butir tersebut,

dan ruangan ini di sebut pori. Tanah yang benar-benar kering tidak terdapat

air sama sekali didalam porinya, sehingga pori hanya berisi udara. Dengan

demikian tanah tersebut hanya terdiri dari dua unsur yakni butiran tanah dan

udara pengisi pori.

9

Page 10: penyelidikan geoteknik

Sebaliknya kita dapat menemukan keadaan dimana pori tanah tidak

mengandung udara sama sekali, jadi pori tersebut menjadi penuh terisi air.

Dalam hal ini tanah dikatakan jenuh sempurna (fully saturated).

Partikel padat, air dan udara yang terkandung di dalam tanah, masing-

masing mempunyai berat dan volume.

Va = volume udara

Vw = volume air

Vv = volume pori

Vs = volume butiran

V = volume total

Wa = berat udara

Ww = berat air(Ww = w . GS . ɣW)

Ws = berat butiran(Ws = GS . ɣW)

W = berat total

Untuk mencari kadar air, dapat di gunakan rumus :

Keterangan :

W1 = Berat cawan

W2 = Berat cawan +tanah basah

W3 = Berat cawan + tanah kering oven

2.2. Berat Isi (Density)

Berat isi adalah perbandingan antara berat tanah basah dan isi tanah.

Besaran tersebut dinyatakan dalam satuan gr/cm . Pengujian isi tanah ini

dilakukan untuk mengetahui besarnya berat isi yang dimiliki tanah dalam

keadaan padat. Berat isi dari suatu tanah juga mempengaruhi fungsi sebagai

dasar atau landasan bawah dari suatu kontruksi.

2.3. Berat Spesifik (Gs)

Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat volume butiran

padat dengan berat volume air pada temperature tertentu. Harga berat jenis

butiran tanah sering dibutuhkan dalam bermacam–macam perhitungan

10

Page 11: penyelidikan geoteknik

mekanika tanah, harga-harga tersebut diperoleh dari pengujian di

laboratorium. Berat jenis dari berbagai jenis tanah berkisar antara 2,6 – 2,9.

2.4. Menentukan Nilai Batas Atteberg

Nilai-nilai batas atterberg (konsistensi) ditemukan pada tahun 1919 oleh

seorang bernama Atterberg. Nilai-nilai ini terdapat pada tanah berbutir halus

(clay atau silt) yang terdiri dari :

a. Batas Cair (Liquit Limit) = LL

b. Batas Plastis (Plastis Limit) = PL

c. Batas Susut (Skrink Limit) = ST

Bayangkanlah satu sample tanah berbutir halus yang telah di campur air

sehingga mencapai keadaan cair. Jika campuran ini kemudian dibiarkan

menjadi kering sedikit demi sedikit, maka tanah ini akan melalui beberapa

tahapan keadaan, dari keadaan padat sampai keadaan cair.

Suatu hal yang sangat penting pada tanah berbutir halus adalah sifat

plastisnya. Plastisnya disebabkan oleh adanya partikel lempung dalam tanah.

Plastisitas digambarkan sebagai kemampuan tanah dalam menyesuaikan

perubahan bentuk dalam menyesuaikan perubahan bentuk pada volume yang

konstan tanpa retak-retak atau remuk.

Kadar air (w) membentuk tanah menjadi : Cair, Plastis, Semi plastis dan

padat. Hal ini berhubungan dengan konsistensi yakni gaya tarik menarik

antara partikel lempung. Batas cair dan batas plastis merupakan nilai yang

sangat penting, selisih antara batas cair dan batas plastis di sebut indeks

plastis.

Kadar air dinyatakan dalam persen,dimana terjadi transisi dari keadaan

padat ke keadaan semi-padat didefinisikan sebagai batas susut. Kadar air

dimana transisi dari keadaan semi-padat ke keadaan plastis terjadi dinamakan

batas plastis dan dari keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair,

dan batas-batas ini dinamakan dan dikenal juga sebagai batas-batas atterberg.

Batas cair (LL) adalah batas antara keadaan cair dan plastis atau kadar

air dimana tanah mempunyai kekuatan geser yang kecil, yang menyebabkan

11

Page 12: penyelidikan geoteknik

dapat dengan mudah mengalir menutup celah. Nilai LL diperoleh dari

pengujian dengan menggunakan alat Casagrande. Alat tersebut terdiri dari

mangkok kuningan yang bertumpu pada dasar karet yang keras. Mangkok

kuningan dapat di angkat dan di jatuhkan di atas dasar karet keras tersebut

dengan sebuah pengungkit eksentris di jalankan oleh suatu alat pemutar.

Untuk melakukan uji batas cair, pasta tanah di letakkan didalam mangkok

kuningan kemudian digores tepat di tengahnya dengan alat penggores

standar,dengan menjalankan alat pemutar,mangkok kemudian dinaik-

turunkan dari ketinggian 0,3937 in (10 mm). Kadar air dinyatakan dalam

persen, dari tanah yang dibutuhkan untuk menutup goresan yang berjarak 0.5

in (12,7 mm) sepanjang dasar contoh tanah di dalam mangkok sesudah 25

kali pukulan di definisikan sebagai batas cair.

Batas plastis adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis. Keadaan

ini ditandai dengan mulainya terjadi retak-retak rambut apabila tanah tersebut

dibentuk batang dengan dimeter 3,2 mm. Pengujian batas plastis di lakukan

dengan cara memplintir tanah kohesif (butiran halus) dengan kadar air

tertentu pada permukaan kaca datar, sehigga pada diameter sekitar 3 mm

tanah hasil plintiran tersebut menjadi retak-retak. Tanah akan berperilaku

plastis pada rentang kadar air antara batas plastis (PL) sampai batas cair (LL),

rentang kadar air tersebut di namakan indeks plastisitas yang dapat di hitung

dengan rumus :

P = LL-PL

Keterangan :

IP = indeks plastis

LL = Batas cair

PL = Batas plastis

Batas plastis didefinisikan sebagai kadar air, dinyatakan dalam persen,

dimana tanah apabila digulung samapai dengan diameter 1/8 in (3,2 mm)

menjadi retak-retak. Batas plastis merupakan batas terendah dari tingkat

keplastisitasan suatu tanah. Cara pengujiannya adalah sangat sederhana, yaitu

12

Page 13: penyelidikan geoteknik

dengan menggulung massa tanah berukuran elipsoida dengan telapak tangan

di atas kaca datar.

Sifat plastis dari suatu tanah disebabkan oleh air yang terserap di

sekeliling permukaan lempung, maka dapat diharapkan bahwa tipe dan

jumlah mineral lempung yang dikandung dalam suatu tanah akan

mempengaruhi batas batas plastis dan batas cair yang bersangkutan.

Skempton (1953) menyelidiki bahwa indeks plastis suatu tanah akan

bertambah menurut garis lurus sesuai dengan bertambahnya persentase dari

fraksi berukuran lempung yang di kandung oleh tanah.

Batas susut adalah kadar air dimana tanah mulai berbentuk padat. Pada

kadar air ini, apabila tanah tersebut dikeringkan lebih lanjut tidak akan terjadi

penyusutan volume.

Kegunaan batas-batas Atterberg

Batas Atterberg khususnya batas cair dan batas plastis tidak secara

langsung memberikan angka-angka yang dapat dipakai dalam perhitungan,

yang kita peroleh dari percobaab Atterberg adalah suatu gamabaran secara

garis besar akan sifat-sifat tanah yang bersangkutan. Tanah yang batas

cairnya tinggi biasanya mempunyai sifat teknik yang buruk, yaitu

kekuatannya rendah, kompresibilitasnya tinggi. Tanah yang indek

plastisitasnya besar biasanya mempunyai penyusutan dan pengembangan

volume yang besar.

13

Page 14: penyelidikan geoteknik

BAB III

PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK

3.1 Jenis Pekerjaan Yang Dilakukan

Pekerjaan yang dilakukan melakukan pengujian sampel yaitu uji

atterberg, uji soil test dan melakukan deskripsi core.

3.2 Peralatan Pekerjaan Yang Digunakan

3.2.1Peralatan Pekerjaan Uji Mekanika Tanah di Laboratorium

a. Uji Compaction

Uji Compaction adalah pengujian untuk mengetahui kadar air

optimum, berat isi kering maksimum dan kepadatan tanah. Alat-

alat yang digunakan untuk melakukan pengujian ini adalah sebagai

berikut :

1.Cetakan/Mould

Gambar 3.1 Mould

14

Page 15: penyelidikan geoteknik

2.Alat pemukul seberat 5,5 pound.

Gambar 3.2 Alat pemukul

3.Peralatan lain

Peralatan lain yang digunakan untuk uji compaction

adalah cetok, oli untuk pelumasan pada cetakan agar tanah tidak

melekat, cawan, timbangan

Gambar 3.3 Peralatan Uji Compaction

15

Page 16: penyelidikan geoteknik

b. Uji Atterberg

Uji Atterberg adalah pengujian untuk mengetahui sifat

keplastisan suatu tanah. Batas atterberg terdiri dari batas cair, batas

plastis, dan batas susut. Batas cair adalah kadar air dimana tanah

berada dalam batas keadan cair dan plastis. Batas plastis

merupakan kadar air tanah pada kedudukan antara daerah plastis

dan semi padat. Sedangkan batas susut merupakan kadar air pada

kedudukan antara daerah semi padat dan padat, yaitu persentase

kadar air dimana pengurangan kadar air selanjutnya tidak

mengakibatkan perubahan volume tanahnya. Pengujian atterberg

ini mencakup uji batas cair, batas plastis, dan batas susut. Alat-alat

yang digunakan untuk melakukan pengujian ini adalah sebagai

berikut :

1.Alat Casagrande

Gambar 3.4 Casagrande

16

Page 17: penyelidikan geoteknik

2.Spatula

Gambar 3.5 Spatula

3.Cawan Sample

Gambar 3.6 Cawan sample

4.Timbangan

Gambar 3.7 Timbangan

17

Page 18: penyelidikan geoteknik

5.Oven

Gambar 3.8 Oven

6.Alat penumbuk

Gambar 3.9 Alat penumbuk

7.Saringan berukuran 40μm

Gambar 3.10 Saringan

18

Page 19: penyelidikan geoteknik

c. Uji Soil Test

Uji soil test adalah pengujian untuk mengetahui kadar air dan

berat sampel, baik dalam keadaan basah maupun kering. Alat-alat

yang digunakan untuk melakukan pengujian ini adalah sebagai

berikut :

1.Cawan sampel ukuran kecil

Gambar 3.11 Cawan sampel

2.Timbangan

Gambar 3.12 Timbangan

19

Page 20: penyelidikan geoteknik

3.Oven

Gambar 3.13 Oven

4.Alat Cetakan

Gambar 3.14 Cetakan

3.3 Pelaksanaan Pekerjaan

3.3.1 Lingkup Pekerjaan

Ruang lingkup pekerjaan kerja praktik yang dilakukan di PT.

Selimut Bumi Adhi Cipta meliputi uji atterberg, unit weight, uji soil test

dan melakukan deskripsi core.

3.3.2 Deskripsi Pekerjaan Yang Dilakukan

Uji laboratorium yang kami laksanakan di kantor PT. Selimut

Bumi Adhi Cipta adalah Uji batas plastisitas tanah Atterberg, unit

weight, uji soil test dan melakukan deskripsi core. Sample yang kami

20

Page 21: penyelidikan geoteknik

uji adalah BH-1 kedalaman 4,5-15m , BH-1 kedalaman 9,5-10m, BH-1

kedalaman 14,5-15, BH-2 kedalaman 4,5-5m , BH-2 kedalaman 9,5-

10m, BH-2 kedalaman 14,5-15m, BH-3 kedalaman 4,5-10m, BH-3

kedalaman 9,5-10m, BH-3 kedalam 14,5-15 daerah kota lama, yang

digunakan untuk penyelidikan geologi dan mekanika tanah daerah kota

lama, semarang jawa tengah.

1. Uji Atteberg

Langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:

- Ambil sampel secukupnya, kemudian lakukan pengeringan

dengan menggunakan oven selama 24 jam

- Haluskan sampel yang telah kering dengan menggunakan alat

penumbuk, kemudian saring dengan ayakan berukuran 20µm.

- Campur lempung yang telah diayak dengan air

- Masukkan kedalam alat uji berupa cawan pada casagrande

hingga permukaannya merata

- Buat alur ditengah-tengah dengan menggunakan spatula.

- Ketuk menggunakan putaran pengungkit pada casagrande,

dengan kecepatan 1-2 ketukan per detik sampai tanah kembali

menyatu (1,25cm)

- Hitung jumlah ketukan

- Ambil sedikit sampel dan letakan didalam cawan

- Timbang cawan tersebut dan masukan ke dalam oven selama 24

jam.

- Timbang kembali cawan (dalam keadaan kering).

- Lakukan pengujian sebanyak 3 kali untuk satu sampel.

21

Page 22: penyelidikan geoteknik

Gambar 3.15 Uji Atterberg

2. Uji Soil Test

Uji soil test meliputi berbagai macam uji sifat – sifat tanah

yaitu water content dan unit weight.

a. Water content

Langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:

- Siapkan sampel yang akan diuji.

- Potong sampel secukupnya yang kemudian dimasukkan

kedalam cawan yang telah ditimbang terlebih dahulu pada

keadaan kosong.

- Selanjutnya sampel ditimbang yang menghasilkan berat tanah

basah.

- Kemudian sampel dioven selama 24 jam

- Timbang sampel ketika dalam keadaan kering.

b. Unit Weight

Langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:

- Siapkan sampel yang akan diuji.

- Selanjutnya sampel tersebut dipotong membentuk sebuah

tabung yang memiliki permukaan rata

22

Page 23: penyelidikan geoteknik

- Ukur diameter dan tinggi dari sampel yang telah dipotong

tersebut.

- Timbang sampel yang telah diukur. Apabila sampel terlalu

rapuh, maka sampel dapat dicetak menggunakan cetakan

yang ada.

3.3.3 Hasil Deskripsi Core

BH-1

a) Pasir, berwarna coklat kehitaman, bersifat lepas. Lapisan ini terdapat pada

kedalaman 0.0 – 0.5 m.

b) Tanah Urug, berwarna merah, bersifat setengah padat. Lapisan ini terdapat

pada kedalaman 0.5 – 1 m.

c) Pasir, berwarna hitam, bersifat lepas, terdapat pecahan cangkang. Lapisan

ini terdapat pada kedalaman 1.0 – 1.6 m.

d) Tanah Urug, berwarna merah, bersifat setengah padat. Lapisan ini terdapat

pada kedalaman 1.6 – 2.0 m.

e) Pasir, berwarna hitam, bersifat setengah padat dengan nilai SPT 16 – 20,

terdapat pecahan cangkang. Lapisan ini terdapat pada kedalaman 2.0 – 7.5

m. Sisipan pasir kelempungan pada kedalaman 6.2 – 6.4 m.

f) Lempung, berwarna abu-abu, bersifat lunak dengan nilai SPT 2 – 3,

terdapat pecahan cangkang. Lapisan ini terdapat pada kedalaman 7.5 –

15.0 m.

23

Page 24: penyelidikan geoteknik

Gambar 3.16 BH-I Kota Lama Kedalaman 0.5-5 m

BH-2

a) Pasir kelempungan, berwarna coklat, bersifat setengah padat, terdapat

pecahan batubata pada kedalaman 0.5 – 1 m. Lapisan ini terdapat pada

kedalaman 0.0 – 1.0 m.

b) Pasir, berwarna hitam, bersifat setengah padat dengan nilai SPT 12 – 13,

terdapat pecahan cangkang. Lapisan ini terdapat pada kedalaman 1.0 – 7.1

m. Sisipan lempung pasiran pada kedalaman 1.0 – 1.2 m.

c) Lempung, berwarna abu-abu, bersifat lunak dengan nilai SPT 2 – 3,

terdapat pecahan cangkang. Lapisan ini terdapat pada kedalaman 7.1 – 15

m.

Gambar 3.17 BH-II Kota Lama Kedalaman 10-15 m

24

Page 25: penyelidikan geoteknik

BH-3

a) Pasir kelempungan, berwarna coklat, bersifat setengah padat, terdapat

pecahan batubata pada kedalaman 0.5 – 1 m. Lapisan ini terdapat pada

kedalaman 0.0 – 1.2 m.

b) Pasir, berwarna hitam, bersifat lepas – setengah padat dengan nilai SPT 5

– 20, terdapat pecahan cangkang. Lapisan ini terdapat pada kedalaman 1.2

– 8.7 m.

c) Lempung, berwarna abu-abu, bersifat lunak dengan nilai SPT 3, terdapat

pecahan cangkang. Lapisan ini terdapat pada kedalaman 8.7 – 15 m.

Gambar 3.18 BH-III Kota Lama Kedalaman 0.5-5 m

25

Page 26: penyelidikan geoteknik

BAB IV

KESIMPULAN

5.1. Pekerjaan yang dilakukan di laboratorium meliputi uji atterberg, uji soil test

dan deskripsi sampel core.

5.2. Sampel yang digunakan dalam uji laboratorium berasal dari kota lama, yang

digunakan untuk penyelidikan geoteknik dan mekanika tanah kota lama,

Semarang.

5.3. Hasil uji laboratorium mekanika tanah mendapatkan nilai

Pada uji water content, BH-1 kedalaman 4,5-5 memiliki water content

43,41%, BH-1 kedalaman 9,5-10 memiliki water content 59,29%, BH-1

kedalaman 14,5-15 memiliki water content 60,94%, BH-2 kedalaman 4,5-

5 memiliki water content 45,91%, BH-2 kedalaman 9,5-10 memiliki water

content 61,17%, BH-2 kedalaman 14,5-15 memiliki water content 61,14%,

BH-3 kedalaman 4,5-5 memiliki water content 50,08%, BH-3 kedalaman

9,5-10 memiliki water content 55,54%, BH-3 kedalaman 14,5-15 memiliki

water content 55,51%.

Pada uji unit weight, BH-1 kedalaman 4,5-5 memiliki berat isi basah 1,72

gr/cm³, dan berat isi kering 1,200 gr/cm³. BH-1 kedalaman 9,5-10

memiliki berat isi basah 1,844% gr/cm³ dan berat isi kering 1,158 gr/cm³.

BH-1 kedalaman 14,5-15 memiliki berat isi basah 1,688% gr/cm³ dan

berat isi kering 1,549 gr/cm³. BH-2 kedalaman 4,5-5 memiliki berat isi

basah 1,984 gr/cm³, dan berat isi kering 1,359 gr/cm³. BH-2 kedalaman

9,5-10 memiliki berat isi basah 1,726 gr/cm³ dan berat isi kering 1,071.

BH-2 kedalaman 14,5-15 memiliki berat isi basah 1,717% gr/cm³ dan

berat isi kering 1,066 gr/cm³. BH-3 kedalaman 4,5-5 memiliki berat isi

basah 2,013 gr/cm³, dan berat isi kering 1,341 gr/cm³. BH-3 kedalaman

9,5-10 memiliki berat isi basah 1,669 gr/cm³, dan berat isi kering

1,073gr/cm³. BH-3 kedalaman 14,5-15 memiliki berat isi basah 1,738%

gr/cm³ dan berat isi kering 1,118 gr/cm³.

26

Page 27: penyelidikan geoteknik

Pada uji direct shear, BH-1 kedalaman 4,5-5 memiliki kohesi 0,056

kg/cm², dan sudut geser dalam 21,86˚. BH-1 kedalaman 9,5-10 memiliki

kohesi 0,096 kg/cm², dan sudut geser dalam 6,82˚. BH-1 kedalaman 14,5-

15 memiliki kohesi 0,096 kg/cm², dan sudut geser dalam 5,82˚. BH-2

kedalaman 4,5-5 memiliki kohesi 0,066 kg/cm², dan sudut geser dalam

18,30˚. BH-2 kedalaman 9,5-10 memiliki kohesi 0,107 kg/cm², dan sudut

geser dalam 6,82˚. BH-2 kedalaman 14,5-15 memiliki kohesi 0,102

kg/cm², dan sudut geser dalam 7,22˚. BH-3 kedalaman 4,5-5 memiliki

kohesi 0,061 kg/cm², dan sudut geser dalam 20,10˚. BH-3 kedalaman 9,5-

10 memiliki kohesi 0,102 kg/cm², dan sudut geser dalam 5,62˚. BH-3

kedalaman 14,5-15 memiliki kohesi 0,107 kg/cm², dan sudut geser dalam

6,82˚.

27

Page 28: penyelidikan geoteknik

DAFTAR PUSTAKA

http://civillabtech.blogspot.com/2011/12/pengujian-compaction-test-set.html

http://home-civil.blogspot.com/2011/06/uji-batas-batas-atterberg-tanah-batas.html

http://pocongkesurupan.blogspot.com/2010/12/klasifikasi-tanah-dan-atterberg-

limit.html

LAMPIRAN

28