26

Penyimpangan penerapan sila di indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Banyak penyimpangan yang terjadi di Indonesia, yang tidak sesuai dengan sila sila di indonesia

Citation preview

Page 1: Penyimpangan penerapan sila di indonesia
Page 2: Penyimpangan penerapan sila di indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Negara hanya dapat dikemudikan secara terarah dan efisien apabila ada

gambaran yang jelas tentang hakikat, tujuan dan susunannya. Dalam proses

penyusunan Undang-undang Dasar Negara, harus senantiasa berlandaskan pada

suatu konsepsi dasar yang jelas tentang negara dan tujuannya. Dengan kata lain

realisasi pembentukan negara beserta konstitusinya harus berlandaskan pada

ideologi Negara. Penetapan pancasila sebagai dasar Negara bukan berasal dari

pemikiran seseorang seperti halnya ideologi-ideologi di negara lain seperti sosialis

dan liberalism, pembentukan dan penetapan pancasila sebagai ideologi bangsa

Indonesia sebenarnya adalah suatu proses panjang sejarah bangsa Indonesia.

Nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila merupakan nilai-nilai yang menjadi

ciri khas bangsa Indonesia sendiri yang berasal dari adat istiadat , kebudayaan

dan nilai religius bangsa Indonesia.

Pancasila adalah falsafah atau pandangan hidup, jiwa dan kepribadian serta

tujuan hidup bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila

mempunyai nilai-nilai yang dijadikan dasar dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara, selain itu nilai-nilai Pancasila telah memberikan ciri-ciri (identitas)

bangsa yang membedakan bangsa Indonesia dari bangsa lain dalam bersikap,

bertingkah laku secara perorangan maupun secara kemasyarakatan. Pancasila

Page 3: Penyimpangan penerapan sila di indonesia

sebagai filsafat negara indonesia memiliki visi dasar yang bersumber pada hakikat

manusia. Visi dasar inilah yang memberi visi dan arah bagi seluruh kehidupan

kemasyarakatan dan kenegaraan Indonesia. Sifat dasar filsafat Pancasila

bersumber pada hakikat kodrat manusia karena pada hakikatnya manusia adalah

sebagai pendukung pokok negara. Inti kemanusiaan itu terkandung dalam sila

kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

Dalam sila ke-dua mengandung nilai yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia sehari-hari. Hal itu karena seorang manusia dalam melakukan

aktifitas sehari-hari tidak lepas dari manusia lain. Sehingga sila ke-dua tersebut

mampu memberikan dasar kepada kita sebagai manusia agar senantiasa

memanusiakan orang lain dalam kehidupan. Selain itu, dalam sila ke-dua juga

terdapat nilai keadilan dimana menuntut kita sebagai manusia yang tidak dapat

lepas dari manusia lainnya harus menghormati, menghargai dan menjunjung

tinggi keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam sila

kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat

dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. Oleh karena itu, dalam

kehidupan kenegaraan terutama dalam peraturan perundang-undangan negara

harus mewujudkan tercapainya tujuan ketinggian harkat dan martabat manusia,

terutama hak-hak kodrat manusia sebagai hak dasar (hak asasi) harus dijamin

dalam peraturan perundang-undangan negara.

Di dalam sila ke-dua terdapat butiran-butiran yang dapat menjelaskan lebih

rinci apa yang ada di dalam Pancasila sila ke-dua tersebut. Dengan adanya

butiran-butiran sila ke-dua tersebut diharapkan manusia atau lebih tepatnya

bangsa Indonesia dapat memahami dam mengamalkan apa yang ada dalam sila

Page 4: Penyimpangan penerapan sila di indonesia

ke-dua tersebut. Sehingga bangsa Indonesia senantiasa berdasar

kepada kemanusiaan yang adil dan beradap dalam bermasyarakat.

II. Rumusan Masalah

a. Apa makna sila pertama dari pancasila “Ketuhanan yang Maha Esa” ?

b. Bagaimana penerapan nilai-nilai pancasila sila pertama dalam kehidupan

masyarakat?

c. Bagaimana penerapan nilai-nilai pancasila sila pertama dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara?

III. Tujuan penulisan

a. Untuk mengtahui dan mempelajari makna nilai yang terkandung dalam sila

pertama “Ketuhanan yang Maha Esa”

b. Untuk mengetahui penerapan nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam

sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa” dalam kehidupan masyarakat

c. Untuk mengetahui penerapan nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam

sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa” dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara

IV. Manfaat Penulisan

a. Untuk mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan terwujud dalam

kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Page 5: Penyimpangan penerapan sila di indonesia

Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas beberapa golongan dan

agama, kebudayaan dan beranekaragam kepentingan.

b. Untuk perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan

kepentingan bersama diatas kepentingan bersama dan golongan, diarahkan

pada perilaku yang mendukung upaya terwujudnya keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Arti Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Pancasila sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa berarti bahwa

negara mengakui adanya Tuhan. Tuhan merupakan pencipta seluruh alam semesta ini. Yang

Maha Esa berarti Maha Tunggal, tiada sekutu bagiNya, Esa dalam zatNya, dalam sifatNya

Page 6: Penyimpangan penerapan sila di indonesia

maupun dalam perbuatanNya. Tuhan sendirilah yang maha mengetahui, dan tiada yang

sanggup menandingi keagunganNya. Tidak ada yang bisa mengaturNya karena Tuhan

mengatur segala aturan. Tuhan tidak diciptakan oleh makhluk lain melainkan Tuhan yang

Menciptakan segalanya. Bahagia, tertawa, sedih, tangis, duka dan gembira juga Tuhan yang

menentukan.

Dengan demikian Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna adanya keyakinan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa Tunggal, yang menciptakan alam semesta beserta isinya.

Dan diantara makhluk ciptakan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini ialah

manusia. Sebagai Maha Pencipta, kekuasaan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan selainNya

adalah terbatas.

1. Kehidupan bangsa Indonesia yang beragama

Kehidupan berbangsa dan bernegara ini telah diatur sedemikian rupa dengan

peraturan-peraturan yang ada. Sepertihalnya yang telah diatur dalam Undang-Undang

Dasar Tahun 1945 bahwa Negara Indonesia menjamin kebebasan bangsa Indonesia

untuk menganut agama dan keyakinan sesuai dengan agama masing-masing. Jadi

ketika kita telah meyakini suatu agama, kita harus mempertahankan keyakinan itu

karena negara melindungi hak warga negara dalam beragama. Negara Indonesia bukan

negara agama, tetapi kehidupan beragama sangat dihormati dan dijunjung tinggi. Dimana

sila pertama mendasari dan menjiwai sila-sila berikutnya. Mengapa demikian? Karakter

seseorang terbentuk secara fitrah yang telah dituliskan Tuhan. Dan bagaimana kualitas

hidup manusia ditentukan oleh kualitas hubungan manusia itu dengan Tuhan, apabila

hubungan (ibadah) dengan Tuhan baik maka hal-hal yang lain seperti akademik,

pekerjaan, dan sosial akan baik pula. Beragama bukan suatu kewajiban seseorang.

Page 7: Penyimpangan penerapan sila di indonesia

Beragama merupakan hak manusia yang dapat dipenuhi oleh individu sesuai dengan

cara pemenuhan masing-masing. Manusia beragama karena suatu sebab kebutuhan,

yakni merasa tidak berdaya dan butuh perlindungan dari Dzat yang memiliki kekuatan.

Seiring dengan berubahnya zaman dengan tuntutan harga diri kemanusiaan dan

perkembangan peradaban manusia maka diakuilah hak asasi pribadi (personal rights),

salah satunya adalah hak memeluk agama dan beribadah sesuai dengan agama masing-

masing. Warga negara merupakan aspek penting dalam negara. Peranan aktif warga

negara merupakan tunas terbentuk dari kehidupan berbangsa yang baik. Ada pun peran

warga negara dalam agama mempengaruhi kebijakan negara agar tetap bersifat

religius, menciptakan tri kerukunan umat beragama, menyediakan sarana dan

prasarana ibadah serta mendirikan organisasiorganisasi keagamaan.

2. Bukti bangsa Indonesia bangsa religius

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang agamis. Negara-negara di dunia telah

mengakuinya sejak dahulu. Banyak faktor-faktor yang memperkuat statement bangsa

Indonesia bangsa yang religius. Hal itu masih lestari hingga sekarang. Beberapa aspek

tersebut adalah:

a. Banyak peninggalan-peninggalan bersejarah yang ditemukan yang berbau

agama. Sebagai contoh Candi Prambanan yang beralirkan Hindu, Candi

Borobudur yang beralirkan Budha, prasasti, peninggalan kerajaan-kerajaan serta

makam-makam. Dari peninggalan-peninggalan tersebut terdapat tulisan-tulisan

kuno bahkan pahatan-pahatan yang menggambarkan betapa nenek moyang

bangsa Indonesia sangat taat kepada Tuhan.

b. Budaya dan tradisi leluhur yang masih lestari. Kadang kita tidak tahu asal muasal

suatu budaya yang sering kita lakukan bahkan tidak tahu kapan awal

Page 8: Penyimpangan penerapan sila di indonesia

budaya itu ada. Misal ada kembar mayang dalam adat pernikahan, tukar

cincin dalam pernikahan, kenduri, selamatan orang meninggal (memperingati

kematian seseorang), tedak siten, mitoni, dan masih banyak lagi. Dari budaya-

budaya itulah kemudian terjadi asimilasi sebagai contoh dalam kenduri. Dahulu

orang-orang kenduri yang melakukan hanya orang hindu sekarang tidak. Orang

islam pun begitu hanya saja mantra-mantra umat hindu dibacakan doa-doa

sesuai dengan doa umat islam.

c. Kepercayaan masyarakat yang bersumber dari pengetahuan nenek moyang.

Kepercayaan ini ada yang bersifat rasional maupun bersifat irasional.

Kepercayaan yang bersifat rasional seperti ketika masyarakat melihat

bintang untuk menentukan masa tanam dan kecepatan angin ketika hendak

melaut. Sedang kepercayaan bersifat irasional seperti larangan pergi pada

waktu tertentu dan larangan mengenakan pakaian berwarna hijau ketika di

pantai selatan.

3. Fakta pada masyarakat saat ini

Masyarakat di Indonesia memang mengakui adanya Tuhan atau suatu Dzat yang

memiliki kekuatan melebihi kekuatan manusia untuk mengendalikan alam raya. Meski

pun berbeda agama namun tetap beribadah sesuai dengan agama masing-masing.

Disinilah bangsa Indonesia sebagai hamba Tuhan memikili kewajiban untuk meng-Esa-kan

Tuhan.

Mungkin dari cara berbicara dan berpakaian masih mencerminkan sebagai umat beragama.

Namun cerminan itu tidak selalu benar. Orang-orang yang memiliki jabatan mungkin

tidak selamanya “konsisten” akan janjinya ketika belum mendapatkan suatu jabatan.

Seperti yang pernak dikatakan oleh seorang bijak, “Kejahatan terjadi karena ada niat dan

Page 9: Penyimpangan penerapan sila di indonesia

kesempatan”. Tentu jika orang tersebut berpegang teguh akan agamanya maka akan

teringat bahwa manusia memang tidak akan mengetahui perbuatan buruk yang

dilakukan namun Sang Pencipta pasti melihat dan menyadari bahwa suatu hari nanti

semua perbuatan akan dipertanggung jawabkan pada-Nya. Sayangnya manusia seperti itu

tipe orang yang sebenarnya tahu tetapi tidak mau tahu.Itu merupakan krisis yang telah

menjadi virus akut yang menyebar diseluruh masyakat. Bahkan para produsen

makanan, pedagang juga anak kecil sudah pandai berbohong hanya untuk memenuhi

keinginan yang sebenarnya tidak begitu penting. Tentu hal ini lebih untuk mengais

pundi pundi uang ataupun yang lainnya, sesuatu yang berbau materialis.

4. Faktor-faktor penyebab terkikisnya jiwa religius

Iman seseorang itu seperti air di pantai, ada kalanya pasang pun kala surut. Ketika pasang

seseorang akan menjadi hamba Tuhan yang taat dan ketika surut disebabkan oleh

kealfaan maupun hal lain. Penyebab-penyebab itu bisa datang dari dalam diri seseorang

maupun dari luar. Pemahaman yang minim tentang agama membuat orang bertindak

sesuka

hati tanpa mengetahui arah yang benar. Minim pemahaman juga dapat diartikan

sebagai pemahaman parsial. Yakni pemahaman tentang agama yang tidak utuh dan hanya

ditelan mentah-mentah bahkan ada juga yang sama sekali tidak ingin tahu betapa indah

hidup dengan agama itu. Orang-orang yang mempelajari tentang hukum dan ilmu tata

negara sebenarnya juga belajar tentang tata cara beragama, hanya saja tidak

menyadari untuk diindahkan dalam kehidupan. Dalam dasar Negara, pembukaan,

Undang-Undang Dasar Tahun 1945, kitab perundang-undangan dan lain sebagainya.

Sebagai contoh sesuatu yang tidak asing lagi yang dahulu sering kita dengar, pembukaan

Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Pada alenia ketiga dapat kita petik bahwa bangsa

Page 10: Penyimpangan penerapan sila di indonesia

Indonesia mengakui adanya Tuhan dan hukum Tuhan, “…Atas berkat rahmat Allah Yang

Maha Kuasa…”, yang disusul dengan hukum etis, “…dengan didorong oleh keinginan

luhur...”. Sehingga agama menjadi prioritas utama dalam hidup berbanga dan

bernegara. Kita merasa aman dan nyaman ketika tidak mengetahui suatu ancaman

yang nyata. Sesuatu yang kadang terlihat tidak ada masalah, justru menyimpan

masalah yang dijaga kerahasiaanya dari dunia luar. Sebagai contoh ketika terdapat

kontroversi dalam suatu organisasi agama yang terjadi karena anggota-anggotanya lebih

mengedepankan logika daripada bisikan hati nurani.

Umat beragama yang beragam di Indonesia tentu sangat memerlukan dukungan

materiil dan non-materiil juga dukungan yang dari lingkungan sekitarnya. Sesuatu yang

dirasa sepele adalah dukungan yang utama yakni dukungan dari keluarga. Dengan

alasan terlalu sibuk mencari sesuap nasi pendidikan agama sering terabaikan sehingga

kebutuhan akan rohani seseorang belum terpenuhi. Selain dukungan dari keluarga

diperlukan juga dukungan-dukungan dari pemerintah yang dirasa masih kurang. Selama

ini seolah-olah pemerintah kurang dalam urusan ini. Seperti ketika terjadi konflik

antara umat muslim dengan umat nasrani. Hingga kini mungkin masih terjadi di berbagai

tempat. Tidak adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran yang bersifat

melecehkan suatu agama menjadikan masyarakat bertindak melewati batas-batas norma.

Banyak sedikitnya pencitraan diri masyarakat Indonesia saat ini mendapat pengaruh dari

media masa dan perkembangan IPTEK. Kemajuan yang diharapkan dapat memberikan

manfaat untuk kehidupan yang lebih baik malah berdampak buruk. Hal ini karena

manusia-manusia tidak tepat dalam penggunaan teknologi. Sebagai contoh kamera,

ketika seseorang kameramen menggunakan kameranya untuk mengambil gambar obyek

Page 11: Penyimpangan penerapan sila di indonesia

yang baik tentu bermanfaat untuk dokumentasinya. Beda ketika seorang yang tidak

beretika

mengambil gambar-gambar yang vulgar maka kerugian dan kerusakan moral dampaknya.

5. Solusi untuk meningkatkan kualitas takwa kepada tuhan

Di Indonesia terdapat suatu lembaga non-formal yang bergerak untuk agama islam

yakni MUI. MUI ini berfungsi untuk menjawab ketidakpuasan terhadap peranan

pemerintah dalam mengatur kehidupan beragama. Fatwafatwa yang dikeluarkan pun

sesuai dengan syariat agama islam. Sehingga peran MUI ini sangat membantu umat Islam

menyikapi fenomena-fenomena kehidupan yang terdapat dalam zona abu-abu (sesuatu

yang masih diragukan).Untuk mengasah kepekaan batin seseorang dilakukan acara ESQ.

Acara ini berisikan motivasi-motivasi yang membangun agar terbentuk jiwa-jiwa yang

taat kepada Tuhan. Sugesti-sugesti yang diberikan pada acara ini biasanya menyentuk

hati sehingga setelah acara ESQ diharapkan pesertanya semangat untuk

beribadah.Masing-masing agama memiliki cara tersendiri dalam menjalankan

kewajibannya dalam beribadah. Untuk lebih dekat dengan Tuhan umat beragama

sering mengadakan pembaharuan ilmu (mengkaji ilmu agama secara berkelompok).

Umat Islam mengadakan pengajian-pengajian, mentoring, liqo’, tahfidz maupun yang

lainnya. Sedang umat nasrani berkumpul pada malam hari di salah satu rumah umat

nasrani untuk melakukan sembayang bersama.Ketika hari raya Idul Kurban ada beragam

kegiatan keagamaan umat Islam untuk merayakan hari bahagia itu. Acara yang sering

dilakukan pasca penyembelihan hewan kurban

Page 12: Penyimpangan penerapan sila di indonesia

B. Butir-butir pancasila sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima

asas dalam Pancasila menjadi 45 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi

pelaksanaan Pancasila. Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR no. I/MPR/2003.

1. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan

agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan

beradab.

2. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antra pemeluk agama

dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

3. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa

4. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang

menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

5. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai

dengan agama dan kepercayaanya masing masing.

6. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

kepada orang lain.

Dari butir-butir yang telah disebutkan di atas, telah di sebutkan bahwa dalam

kehidupan beragama itu tidak diperbolehkan adanya suatu paksaan. Setelah ketetapan ini

Page 13: Penyimpangan penerapan sila di indonesia

dicabut, tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar

diamalkan dalam keseharian warga Indonesia.

Manusia selain merupakan mahluk ciptaan Tuhan juga merupakan mahluk sosial,

yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan manusia lainnya. Setiap

manusia perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya.

Bangsa Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing - masing

dimana pemeluk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak

terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka hendaknya dikembangkan

sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat menghormati sesama pemeluk agama yang

berbeda, sikap menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai ajaran agama masing-

masing, dan tidak boleh memaksakan suatu agama kepada orang lain. Tolenransi beragama

tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu bercampur aduk dengan ajaran agama lainnya.

Makna sila Ketahuan Yang Maha Esa

Makna sila ini adalah:

a. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan

kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan

beradab.

b. Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan

penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina

kerukunan hidup.

c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan

kepercayaan masing-masing.

Page 14: Penyimpangan penerapan sila di indonesia

d. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.

e. Frasa Ketahuan Yang Maha Esa bukan berarti warga Indonesia harus memiliki

agama monoteis namun frasa ini menekankanke-esaan dalam beragama.

f. Mengandung makna adanya Causa Prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang

Maha Esa.

g. Menjamin peenduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah

menurut agamanya.

h. Negara memberi fasilitas bagi tumbuh kembangnya agama dan dan iman

warga negara dan mediator ketika terjadi konflik agama.

i. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam

beribadah menurut agama masing-masing.

Penerapan nilai –nilai dalam kehidupan dimasyarakat:

a. Negara kita adalah negara yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

b. Negara memberikan jaminan kebebasan kepada warga negara untuk memeluk

salah satu agama atau kepercayaan sesuai dengan keyakinan masing-masing.

c. Kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk memeluk agama kita atau

memaksa seseorang pindah dari satu agama ke agama yang lain.

Page 15: Penyimpangan penerapan sila di indonesia

d. Dalam hal ibadah negara memberikan jaminan seluas-luasnya kepada semua

umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.

e. Setiap warga negara Indonesia harus percaya dan beriman kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

Penerapan nilai –nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

a. Membina Kerukunan Hidup Diantara Sesama Umat Beragama & Kepercayaan

Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Manusia selain merupakan mahluk ciptaan

Tuhan juga merupakan mahluk sosial, yang berarti bahwa manusia memerlukan

pergaulan dengan manusia lainnya. Setiap manusia perlu bersosialisasi dengan

anggota masyarakat lainnya.

b. Saling tolong menolong. Tidak perlu melakukan permusuhan ataupun

diskriminasi terhadap umat yang berbeda agama, berbeda keyakinan maupun

berbeda adat istiadat.

c. Hanya karena merasa berasal dari agama mayoritas tidak seharusnya bersikap

merendahkan umat yang berbeda agama ataupun membuat aturan yang secara

langsung dan tidak langsung memaksakan aturan agama yang dianut atau

standar agama tertentu kepada pemeluk agama lainya dengan dalih moralitas.

d. Tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk dijadikan tolak

ukur nilai moralitas bangsa Indonesia. Karena akan terjadi chaos dan timbul

gesekan antar agama.

Page 16: Penyimpangan penerapan sila di indonesia

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

a. Pancasila merupakan sistem filsafat yang sekiranya dapat menjembatani segala

keanekaragaman bangsa Indonesia yang sebenarnya sudah berurat-berakar

dalam hati sanubari, adat-istiadat, dan kebudayaan Nusantara, bahkan jauh

sejak masa Nusantara kuno.

b. Kebebasan memeluk agama adalah salah satu hak yang paling asasi diantara hak-

hak asasi manusia, sebab kebebasan agama itu langsung bersumberkan kepada

martabat manusia sebagai mahluk Tuhan.

c. Dari butir-butir yang telah disebutkan di atas, telah di sebutkan bahwa dalam

kehidupan beragama itu tidak diperbolehkan adanya suatu paksaan.

d. Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka

hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama, saling tolong menolong,

dan tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk dijadikan tolak

ukur nilai moralitas bangsa Indonesia.

Page 17: Penyimpangan penerapan sila di indonesia

2. Saran

Berdasarkan pembahasan di atas, ada beberapa saran untuk meningkatkan

pemahaman tentang nilai pancasila, yaitu sebagai berikut:

a. Untuk semakin memperkokoh rasa bangga terhadap pancasila perlu

adanyapeningkatan pengamalan butir-bitir pancasila khususnya sila Ketuhanan

yag Maha Esa. Salah satu caranya adalah dengan saling menghargai antar umat

beragama.

b. Untuk menjadi sebuah Negara pancasila yang nyaman bagi rakyatnya diperlukan

adanya jaminan terhadap keamanan dan kesejahteraan setiap masyarakat yang

ada di dalamnya. Khususnya jaminan keamanan dalam melaksanakan kegiatan

beribadah.

Page 18: Penyimpangan penerapan sila di indonesia

DAFTAR PUSTAKA

a. Dharmodiharjo, Darji. 1985. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Malang : IKIP Malang.

b. Ir. Soekarno. 2006. Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno. Yogyakarta : Medi Pressindo.

c. Sunoto. 1984. Mengenal Filsafat Pancasila Pendekatan Melalui Sejarah dan Pelaksanaannya. Yogyakarta : PT. Hanimdita.

d. Wiyono, suko. 2011. Reaktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Malang : Wisnu Wardhana Press Malang.