Upload
iqbal-fanshuri
View
226
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Banyak penyimpangan yang terjadi di Indonesia, yang tidak sesuai dengan sila sila di indonesia
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Negara hanya dapat dikemudikan secara terarah dan efisien apabila ada
gambaran yang jelas tentang hakikat, tujuan dan susunannya. Dalam proses
penyusunan Undang-undang Dasar Negara, harus senantiasa berlandaskan pada
suatu konsepsi dasar yang jelas tentang negara dan tujuannya. Dengan kata lain
realisasi pembentukan negara beserta konstitusinya harus berlandaskan pada
ideologi Negara. Penetapan pancasila sebagai dasar Negara bukan berasal dari
pemikiran seseorang seperti halnya ideologi-ideologi di negara lain seperti sosialis
dan liberalism, pembentukan dan penetapan pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia sebenarnya adalah suatu proses panjang sejarah bangsa Indonesia.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila merupakan nilai-nilai yang menjadi
ciri khas bangsa Indonesia sendiri yang berasal dari adat istiadat , kebudayaan
dan nilai religius bangsa Indonesia.
Pancasila adalah falsafah atau pandangan hidup, jiwa dan kepribadian serta
tujuan hidup bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila
mempunyai nilai-nilai yang dijadikan dasar dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, selain itu nilai-nilai Pancasila telah memberikan ciri-ciri (identitas)
bangsa yang membedakan bangsa Indonesia dari bangsa lain dalam bersikap,
bertingkah laku secara perorangan maupun secara kemasyarakatan. Pancasila
sebagai filsafat negara indonesia memiliki visi dasar yang bersumber pada hakikat
manusia. Visi dasar inilah yang memberi visi dan arah bagi seluruh kehidupan
kemasyarakatan dan kenegaraan Indonesia. Sifat dasar filsafat Pancasila
bersumber pada hakikat kodrat manusia karena pada hakikatnya manusia adalah
sebagai pendukung pokok negara. Inti kemanusiaan itu terkandung dalam sila
kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Dalam sila ke-dua mengandung nilai yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia sehari-hari. Hal itu karena seorang manusia dalam melakukan
aktifitas sehari-hari tidak lepas dari manusia lain. Sehingga sila ke-dua tersebut
mampu memberikan dasar kepada kita sebagai manusia agar senantiasa
memanusiakan orang lain dalam kehidupan. Selain itu, dalam sila ke-dua juga
terdapat nilai keadilan dimana menuntut kita sebagai manusia yang tidak dapat
lepas dari manusia lainnya harus menghormati, menghargai dan menjunjung
tinggi keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam sila
kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. Oleh karena itu, dalam
kehidupan kenegaraan terutama dalam peraturan perundang-undangan negara
harus mewujudkan tercapainya tujuan ketinggian harkat dan martabat manusia,
terutama hak-hak kodrat manusia sebagai hak dasar (hak asasi) harus dijamin
dalam peraturan perundang-undangan negara.
Di dalam sila ke-dua terdapat butiran-butiran yang dapat menjelaskan lebih
rinci apa yang ada di dalam Pancasila sila ke-dua tersebut. Dengan adanya
butiran-butiran sila ke-dua tersebut diharapkan manusia atau lebih tepatnya
bangsa Indonesia dapat memahami dam mengamalkan apa yang ada dalam sila
ke-dua tersebut. Sehingga bangsa Indonesia senantiasa berdasar
kepada kemanusiaan yang adil dan beradap dalam bermasyarakat.
II. Rumusan Masalah
a. Apa makna sila pertama dari pancasila “Ketuhanan yang Maha Esa” ?
b. Bagaimana penerapan nilai-nilai pancasila sila pertama dalam kehidupan
masyarakat?
c. Bagaimana penerapan nilai-nilai pancasila sila pertama dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara?
III. Tujuan penulisan
a. Untuk mengtahui dan mempelajari makna nilai yang terkandung dalam sila
pertama “Ketuhanan yang Maha Esa”
b. Untuk mengetahui penerapan nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam
sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa” dalam kehidupan masyarakat
c. Untuk mengetahui penerapan nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam
sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa” dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
IV. Manfaat Penulisan
a. Untuk mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan terwujud dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas beberapa golongan dan
agama, kebudayaan dan beranekaragam kepentingan.
b. Untuk perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan
kepentingan bersama diatas kepentingan bersama dan golongan, diarahkan
pada perilaku yang mendukung upaya terwujudnya keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Pancasila sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa berarti bahwa
negara mengakui adanya Tuhan. Tuhan merupakan pencipta seluruh alam semesta ini. Yang
Maha Esa berarti Maha Tunggal, tiada sekutu bagiNya, Esa dalam zatNya, dalam sifatNya
maupun dalam perbuatanNya. Tuhan sendirilah yang maha mengetahui, dan tiada yang
sanggup menandingi keagunganNya. Tidak ada yang bisa mengaturNya karena Tuhan
mengatur segala aturan. Tuhan tidak diciptakan oleh makhluk lain melainkan Tuhan yang
Menciptakan segalanya. Bahagia, tertawa, sedih, tangis, duka dan gembira juga Tuhan yang
menentukan.
Dengan demikian Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna adanya keyakinan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa Tunggal, yang menciptakan alam semesta beserta isinya.
Dan diantara makhluk ciptakan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini ialah
manusia. Sebagai Maha Pencipta, kekuasaan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan selainNya
adalah terbatas.
1. Kehidupan bangsa Indonesia yang beragama
Kehidupan berbangsa dan bernegara ini telah diatur sedemikian rupa dengan
peraturan-peraturan yang ada. Sepertihalnya yang telah diatur dalam Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 bahwa Negara Indonesia menjamin kebebasan bangsa Indonesia
untuk menganut agama dan keyakinan sesuai dengan agama masing-masing. Jadi
ketika kita telah meyakini suatu agama, kita harus mempertahankan keyakinan itu
karena negara melindungi hak warga negara dalam beragama. Negara Indonesia bukan
negara agama, tetapi kehidupan beragama sangat dihormati dan dijunjung tinggi. Dimana
sila pertama mendasari dan menjiwai sila-sila berikutnya. Mengapa demikian? Karakter
seseorang terbentuk secara fitrah yang telah dituliskan Tuhan. Dan bagaimana kualitas
hidup manusia ditentukan oleh kualitas hubungan manusia itu dengan Tuhan, apabila
hubungan (ibadah) dengan Tuhan baik maka hal-hal yang lain seperti akademik,
pekerjaan, dan sosial akan baik pula. Beragama bukan suatu kewajiban seseorang.
Beragama merupakan hak manusia yang dapat dipenuhi oleh individu sesuai dengan
cara pemenuhan masing-masing. Manusia beragama karena suatu sebab kebutuhan,
yakni merasa tidak berdaya dan butuh perlindungan dari Dzat yang memiliki kekuatan.
Seiring dengan berubahnya zaman dengan tuntutan harga diri kemanusiaan dan
perkembangan peradaban manusia maka diakuilah hak asasi pribadi (personal rights),
salah satunya adalah hak memeluk agama dan beribadah sesuai dengan agama masing-
masing. Warga negara merupakan aspek penting dalam negara. Peranan aktif warga
negara merupakan tunas terbentuk dari kehidupan berbangsa yang baik. Ada pun peran
warga negara dalam agama mempengaruhi kebijakan negara agar tetap bersifat
religius, menciptakan tri kerukunan umat beragama, menyediakan sarana dan
prasarana ibadah serta mendirikan organisasiorganisasi keagamaan.
2. Bukti bangsa Indonesia bangsa religius
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang agamis. Negara-negara di dunia telah
mengakuinya sejak dahulu. Banyak faktor-faktor yang memperkuat statement bangsa
Indonesia bangsa yang religius. Hal itu masih lestari hingga sekarang. Beberapa aspek
tersebut adalah:
a. Banyak peninggalan-peninggalan bersejarah yang ditemukan yang berbau
agama. Sebagai contoh Candi Prambanan yang beralirkan Hindu, Candi
Borobudur yang beralirkan Budha, prasasti, peninggalan kerajaan-kerajaan serta
makam-makam. Dari peninggalan-peninggalan tersebut terdapat tulisan-tulisan
kuno bahkan pahatan-pahatan yang menggambarkan betapa nenek moyang
bangsa Indonesia sangat taat kepada Tuhan.
b. Budaya dan tradisi leluhur yang masih lestari. Kadang kita tidak tahu asal muasal
suatu budaya yang sering kita lakukan bahkan tidak tahu kapan awal
budaya itu ada. Misal ada kembar mayang dalam adat pernikahan, tukar
cincin dalam pernikahan, kenduri, selamatan orang meninggal (memperingati
kematian seseorang), tedak siten, mitoni, dan masih banyak lagi. Dari budaya-
budaya itulah kemudian terjadi asimilasi sebagai contoh dalam kenduri. Dahulu
orang-orang kenduri yang melakukan hanya orang hindu sekarang tidak. Orang
islam pun begitu hanya saja mantra-mantra umat hindu dibacakan doa-doa
sesuai dengan doa umat islam.
c. Kepercayaan masyarakat yang bersumber dari pengetahuan nenek moyang.
Kepercayaan ini ada yang bersifat rasional maupun bersifat irasional.
Kepercayaan yang bersifat rasional seperti ketika masyarakat melihat
bintang untuk menentukan masa tanam dan kecepatan angin ketika hendak
melaut. Sedang kepercayaan bersifat irasional seperti larangan pergi pada
waktu tertentu dan larangan mengenakan pakaian berwarna hijau ketika di
pantai selatan.
3. Fakta pada masyarakat saat ini
Masyarakat di Indonesia memang mengakui adanya Tuhan atau suatu Dzat yang
memiliki kekuatan melebihi kekuatan manusia untuk mengendalikan alam raya. Meski
pun berbeda agama namun tetap beribadah sesuai dengan agama masing-masing.
Disinilah bangsa Indonesia sebagai hamba Tuhan memikili kewajiban untuk meng-Esa-kan
Tuhan.
Mungkin dari cara berbicara dan berpakaian masih mencerminkan sebagai umat beragama.
Namun cerminan itu tidak selalu benar. Orang-orang yang memiliki jabatan mungkin
tidak selamanya “konsisten” akan janjinya ketika belum mendapatkan suatu jabatan.
Seperti yang pernak dikatakan oleh seorang bijak, “Kejahatan terjadi karena ada niat dan
kesempatan”. Tentu jika orang tersebut berpegang teguh akan agamanya maka akan
teringat bahwa manusia memang tidak akan mengetahui perbuatan buruk yang
dilakukan namun Sang Pencipta pasti melihat dan menyadari bahwa suatu hari nanti
semua perbuatan akan dipertanggung jawabkan pada-Nya. Sayangnya manusia seperti itu
tipe orang yang sebenarnya tahu tetapi tidak mau tahu.Itu merupakan krisis yang telah
menjadi virus akut yang menyebar diseluruh masyakat. Bahkan para produsen
makanan, pedagang juga anak kecil sudah pandai berbohong hanya untuk memenuhi
keinginan yang sebenarnya tidak begitu penting. Tentu hal ini lebih untuk mengais
pundi pundi uang ataupun yang lainnya, sesuatu yang berbau materialis.
4. Faktor-faktor penyebab terkikisnya jiwa religius
Iman seseorang itu seperti air di pantai, ada kalanya pasang pun kala surut. Ketika pasang
seseorang akan menjadi hamba Tuhan yang taat dan ketika surut disebabkan oleh
kealfaan maupun hal lain. Penyebab-penyebab itu bisa datang dari dalam diri seseorang
maupun dari luar. Pemahaman yang minim tentang agama membuat orang bertindak
sesuka
hati tanpa mengetahui arah yang benar. Minim pemahaman juga dapat diartikan
sebagai pemahaman parsial. Yakni pemahaman tentang agama yang tidak utuh dan hanya
ditelan mentah-mentah bahkan ada juga yang sama sekali tidak ingin tahu betapa indah
hidup dengan agama itu. Orang-orang yang mempelajari tentang hukum dan ilmu tata
negara sebenarnya juga belajar tentang tata cara beragama, hanya saja tidak
menyadari untuk diindahkan dalam kehidupan. Dalam dasar Negara, pembukaan,
Undang-Undang Dasar Tahun 1945, kitab perundang-undangan dan lain sebagainya.
Sebagai contoh sesuatu yang tidak asing lagi yang dahulu sering kita dengar, pembukaan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Pada alenia ketiga dapat kita petik bahwa bangsa
Indonesia mengakui adanya Tuhan dan hukum Tuhan, “…Atas berkat rahmat Allah Yang
Maha Kuasa…”, yang disusul dengan hukum etis, “…dengan didorong oleh keinginan
luhur...”. Sehingga agama menjadi prioritas utama dalam hidup berbanga dan
bernegara. Kita merasa aman dan nyaman ketika tidak mengetahui suatu ancaman
yang nyata. Sesuatu yang kadang terlihat tidak ada masalah, justru menyimpan
masalah yang dijaga kerahasiaanya dari dunia luar. Sebagai contoh ketika terdapat
kontroversi dalam suatu organisasi agama yang terjadi karena anggota-anggotanya lebih
mengedepankan logika daripada bisikan hati nurani.
Umat beragama yang beragam di Indonesia tentu sangat memerlukan dukungan
materiil dan non-materiil juga dukungan yang dari lingkungan sekitarnya. Sesuatu yang
dirasa sepele adalah dukungan yang utama yakni dukungan dari keluarga. Dengan
alasan terlalu sibuk mencari sesuap nasi pendidikan agama sering terabaikan sehingga
kebutuhan akan rohani seseorang belum terpenuhi. Selain dukungan dari keluarga
diperlukan juga dukungan-dukungan dari pemerintah yang dirasa masih kurang. Selama
ini seolah-olah pemerintah kurang dalam urusan ini. Seperti ketika terjadi konflik
antara umat muslim dengan umat nasrani. Hingga kini mungkin masih terjadi di berbagai
tempat. Tidak adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran yang bersifat
melecehkan suatu agama menjadikan masyarakat bertindak melewati batas-batas norma.
Banyak sedikitnya pencitraan diri masyarakat Indonesia saat ini mendapat pengaruh dari
media masa dan perkembangan IPTEK. Kemajuan yang diharapkan dapat memberikan
manfaat untuk kehidupan yang lebih baik malah berdampak buruk. Hal ini karena
manusia-manusia tidak tepat dalam penggunaan teknologi. Sebagai contoh kamera,
ketika seseorang kameramen menggunakan kameranya untuk mengambil gambar obyek
yang baik tentu bermanfaat untuk dokumentasinya. Beda ketika seorang yang tidak
beretika
mengambil gambar-gambar yang vulgar maka kerugian dan kerusakan moral dampaknya.
5. Solusi untuk meningkatkan kualitas takwa kepada tuhan
Di Indonesia terdapat suatu lembaga non-formal yang bergerak untuk agama islam
yakni MUI. MUI ini berfungsi untuk menjawab ketidakpuasan terhadap peranan
pemerintah dalam mengatur kehidupan beragama. Fatwafatwa yang dikeluarkan pun
sesuai dengan syariat agama islam. Sehingga peran MUI ini sangat membantu umat Islam
menyikapi fenomena-fenomena kehidupan yang terdapat dalam zona abu-abu (sesuatu
yang masih diragukan).Untuk mengasah kepekaan batin seseorang dilakukan acara ESQ.
Acara ini berisikan motivasi-motivasi yang membangun agar terbentuk jiwa-jiwa yang
taat kepada Tuhan. Sugesti-sugesti yang diberikan pada acara ini biasanya menyentuk
hati sehingga setelah acara ESQ diharapkan pesertanya semangat untuk
beribadah.Masing-masing agama memiliki cara tersendiri dalam menjalankan
kewajibannya dalam beribadah. Untuk lebih dekat dengan Tuhan umat beragama
sering mengadakan pembaharuan ilmu (mengkaji ilmu agama secara berkelompok).
Umat Islam mengadakan pengajian-pengajian, mentoring, liqo’, tahfidz maupun yang
lainnya. Sedang umat nasrani berkumpul pada malam hari di salah satu rumah umat
nasrani untuk melakukan sembayang bersama.Ketika hari raya Idul Kurban ada beragam
kegiatan keagamaan umat Islam untuk merayakan hari bahagia itu. Acara yang sering
dilakukan pasca penyembelihan hewan kurban
B. Butir-butir pancasila sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima
asas dalam Pancasila menjadi 45 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi
pelaksanaan Pancasila. Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR no. I/MPR/2003.
1. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
2. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antra pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
3. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
4. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
5. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaanya masing masing.
6. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
Dari butir-butir yang telah disebutkan di atas, telah di sebutkan bahwa dalam
kehidupan beragama itu tidak diperbolehkan adanya suatu paksaan. Setelah ketetapan ini
dicabut, tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar
diamalkan dalam keseharian warga Indonesia.
Manusia selain merupakan mahluk ciptaan Tuhan juga merupakan mahluk sosial,
yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan manusia lainnya. Setiap
manusia perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya.
Bangsa Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing - masing
dimana pemeluk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak
terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka hendaknya dikembangkan
sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat menghormati sesama pemeluk agama yang
berbeda, sikap menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai ajaran agama masing-
masing, dan tidak boleh memaksakan suatu agama kepada orang lain. Tolenransi beragama
tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu bercampur aduk dengan ajaran agama lainnya.
Makna sila Ketahuan Yang Maha Esa
Makna sila ini adalah:
a. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
b. Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina
kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
d. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.
e. Frasa Ketahuan Yang Maha Esa bukan berarti warga Indonesia harus memiliki
agama monoteis namun frasa ini menekankanke-esaan dalam beragama.
f. Mengandung makna adanya Causa Prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang
Maha Esa.
g. Menjamin peenduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah
menurut agamanya.
h. Negara memberi fasilitas bagi tumbuh kembangnya agama dan dan iman
warga negara dan mediator ketika terjadi konflik agama.
i. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam
beribadah menurut agama masing-masing.
Penerapan nilai –nilai dalam kehidupan dimasyarakat:
a. Negara kita adalah negara yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Negara memberikan jaminan kebebasan kepada warga negara untuk memeluk
salah satu agama atau kepercayaan sesuai dengan keyakinan masing-masing.
c. Kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk memeluk agama kita atau
memaksa seseorang pindah dari satu agama ke agama yang lain.
d. Dalam hal ibadah negara memberikan jaminan seluas-luasnya kepada semua
umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.
e. Setiap warga negara Indonesia harus percaya dan beriman kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Penerapan nilai –nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
a. Membina Kerukunan Hidup Diantara Sesama Umat Beragama & Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Manusia selain merupakan mahluk ciptaan
Tuhan juga merupakan mahluk sosial, yang berarti bahwa manusia memerlukan
pergaulan dengan manusia lainnya. Setiap manusia perlu bersosialisasi dengan
anggota masyarakat lainnya.
b. Saling tolong menolong. Tidak perlu melakukan permusuhan ataupun
diskriminasi terhadap umat yang berbeda agama, berbeda keyakinan maupun
berbeda adat istiadat.
c. Hanya karena merasa berasal dari agama mayoritas tidak seharusnya bersikap
merendahkan umat yang berbeda agama ataupun membuat aturan yang secara
langsung dan tidak langsung memaksakan aturan agama yang dianut atau
standar agama tertentu kepada pemeluk agama lainya dengan dalih moralitas.
d. Tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk dijadikan tolak
ukur nilai moralitas bangsa Indonesia. Karena akan terjadi chaos dan timbul
gesekan antar agama.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Pancasila merupakan sistem filsafat yang sekiranya dapat menjembatani segala
keanekaragaman bangsa Indonesia yang sebenarnya sudah berurat-berakar
dalam hati sanubari, adat-istiadat, dan kebudayaan Nusantara, bahkan jauh
sejak masa Nusantara kuno.
b. Kebebasan memeluk agama adalah salah satu hak yang paling asasi diantara hak-
hak asasi manusia, sebab kebebasan agama itu langsung bersumberkan kepada
martabat manusia sebagai mahluk Tuhan.
c. Dari butir-butir yang telah disebutkan di atas, telah di sebutkan bahwa dalam
kehidupan beragama itu tidak diperbolehkan adanya suatu paksaan.
d. Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka
hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama, saling tolong menolong,
dan tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk dijadikan tolak
ukur nilai moralitas bangsa Indonesia.
2. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, ada beberapa saran untuk meningkatkan
pemahaman tentang nilai pancasila, yaitu sebagai berikut:
a. Untuk semakin memperkokoh rasa bangga terhadap pancasila perlu
adanyapeningkatan pengamalan butir-bitir pancasila khususnya sila Ketuhanan
yag Maha Esa. Salah satu caranya adalah dengan saling menghargai antar umat
beragama.
b. Untuk menjadi sebuah Negara pancasila yang nyaman bagi rakyatnya diperlukan
adanya jaminan terhadap keamanan dan kesejahteraan setiap masyarakat yang
ada di dalamnya. Khususnya jaminan keamanan dalam melaksanakan kegiatan
beribadah.
DAFTAR PUSTAKA
a. Dharmodiharjo, Darji. 1985. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Malang : IKIP Malang.
b. Ir. Soekarno. 2006. Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno. Yogyakarta : Medi Pressindo.
c. Sunoto. 1984. Mengenal Filsafat Pancasila Pendekatan Melalui Sejarah dan Pelaksanaannya. Yogyakarta : PT. Hanimdita.
d. Wiyono, suko. 2011. Reaktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Malang : Wisnu Wardhana Press Malang.