Click here to load reader
Upload
vanida
View
228
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PENYUSUNAN SURAT DAKWAAN DAN SURAT TUNTUTAN TINDAK PIDANA KORUPSI Dr. SETYO UTOMO, SH., M.Hum. SURAT DAKWAAN TINDAK PIDANA KORUPSI. Pendahuluan. Indonesia negara hukum (Psl. 1(3) UUD’ 45) - PowerPoint PPT Presentation
Citation preview
PENYUSUNAN SURAT DAKWAAN DAN
SURAT TUNTUTAN TINDAK PIDANA KORUPSI
Dr. SETYO UTOMO, SH., M.Hum
Indonesia negara hukum (Psl. 1(3) UUD’ 45)
Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan, dst. (Psl. 1(1) UU 16 Th.2004)
Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim (Psl.1 angka 6 b KUHAP)
Penuntutan, adalah tindakan penuntut umum utk melimpahkan perkara ke PN dg permintaan spy diperiksa & diputus oleh hakim di sidang pengadilan.(Psl. 1 angka 7 KUHAP)
Bagi Hakim : sbg dasar dan sekaligus membatasi ruling pemeriksaan, dasar pertimbangan dlm memutuskan;
Bagi PU : sbg dasar pembuktian/analisis yuridis, tuntutan pidana dan upaya hukum
Bagi Terdakwa / Penasehat Hukum : dasar utk mempersiapkan pembelaan
Pasal 14 d KUHAP : wewenang membuat surat dakwaan ;
Pasal 137 KUHAP : wewenang melakukan penuntutan;
140 (1) KUHAP : Surat Dakwaan di buat apabila PU berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan.
Catatan : Surat dakwaan merupakan:Penataan konstruksi yuridis atas fakta-fakta hasil penyidikan dg cara merangkaikan perpaduan antara fakta perbuatan dg unsur-unsur tindak pidana dlm UU
DASAR HUKUM SURAT DAKWAAN :
1. Pasal 250 ayat (4) R.I.B
Memuat syarat surat tuduhan, yang
pada dasarnya sama dengan ketentuan Pasal
143 ayat (2) KUHAP
2. Pasal 12 UU No. 15 tahun 1961:
Ayat (1) :
Jaksa membuat surat tuduhan
Ayat (3) :
Surat tuduhan harus terang dan
dapat dimengerti oleh terdakwa
3 Pasal 15 UU No. 3 Tahun 1971 :
Surat tuduhan dibuat dengan perumusan
secara singkat terang perbuatan yang dituduhkan
dengan menguraikan waktu dan tempat perbuatan
itu dilakukan.
4.Pasal 143 ayat (2) KUHAP :
a. Syarat pembuatan akta / surat resmi :
- diberi tanggal dan ditanda tangani
b. Uraian lengkap identitas terdakwa
c. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap
mengenai tindak pidana yang didakwakan
d. Dengan menyebutkan waktu dan tempat
tindak pidana itu dilakukan
Sebelum Menyusun Surat Dakwaan :
• Surat Dakwaan dirumuskan dari hasil penyidikan
• Yang berwenang melakukan penyidikan
• Pasal tindak pidana yang didakwakan
• Fakta perbuatan / kejadian mendukung semua unsur delik
• Bukti-bukti yang mendukung fakta / unsur
• Bukti-bukti diperoleh dari alat bukti yang sah
Pada Saat Membuat Surat Dakwaan :
• Syarat sah surat dakwaan
• Bentuk surat dakwaan
• Matrik surat dakwaan
• Bahasa Indonesia yang benar
• Tidak membuktikan fakta
Setelah Surat Dakwaan Selesai : - Teliti kembali apakah :
• Syarat telah terpenuhi
• Pasal sangkaan sudah tepat
• Bentuk dakwaan telah benar
• Semua unsur telah didukung dengan fakta
PENGERTIAN SURAT DAKWAAN
1. Merupakan Akta
2. Dibuat oleh Penuntut Umum
3. Memuat perumusan secara singkat
tetapi jelas mengenai tindak
pidana yang didakwakan
4. Rumusan bersumber dan ditarik dari
hasil pemeriksaan penyidikan
(bukan resume penyidik)
5. Sebagai dasar pemeriksaan di sidang
pengadilan
6. Sebagai dasar Penuntut Umum
mengajukan tuntutan pidana dan
Hakim mengambil keputusan
URAIAN SUSUNAN SURAT DAKWAAN
1. Kejaksaan Negeri yang berwenang menuntut. Pasal
4 ayat (3), UU No.16 tahun 2004, Pasal
15 dan Pasal 137 KUHAP
2. Kepala Surat Dakwaan :
Pasal 8 ayat (3) UU No. 16 tahun 2004 :
“ Demi Keadilan dan Kebenaran berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa “
3. Identitas Terdakwa (ada 8 item)
4. Uraian singkat tapi jelas mengenai tindak pidana
yang didakwakan
5. Pasal tindak pidana yang didakwakan
6. Diberi tanggal dan ditandatangani Penuntut Umum
Catatan :
1. Surat dakwaan diberi nomor
2. Masa penangkapan dan pemahaman tidak wajib
dicantumkan, kecuali dalam surat tuntutan (Pasal 22 ayat
(4) KUHAP)
URAIAN TINDAK PIDANA YANG DIDAKWAKAN
1. Tidak harus merumuskan unsur delik yang didakwakan kemudian baru
diikuti dengan rumusan perbuatan, kejadian atau fakta yang mendukung unsur delik.
2. Kalau tetap memasukkan maka tidak semua unsur delik alternatif
dimasukkan, akan tetapi cukup yang didukung oleh fakta
3. Kalau tetap memasukkan unsur delik, maka uraian fakta, perbuatan dan
kejadian setelah kata : “ yaitu dengan cara-cara sebagai berikut” , tetap
harus diuraikan secara sempurna sehingga tidak ada unsur delik yang tertinggal.
4. Lebih baik unsur delik tidak diuraikan akan tetapi fakta yang mendukung setiap bagian inti delik telah diuraikan singkat jelas tapi sempurna.
5. Uraian fakta perbuatan tidak sekaligus dibuktikan dengan bukti-bukti surat atau bukti keterangan ahli dalam
dakwaan.
URAIAN PASAL TINDAK KORUPSI YANG
DIDAKWAKAN
1. Meskipun pasal tindak pidana yang didakwakan bukan merupakan syarat sah surat dakwaan namun tetap harus dicantumkan dalam bagian akhir dakwaan
2. Penyebutan pasal yang didakwakan harus memenuhi rumusan tindak pidana yang didakwakan
3. Pasal yang dijunctokan (jo) dengan pasal tindak pidana yang didakwakan, contoh :
- Pasal ……….., jo Pasal 53 KUHP
- Pasal ……….., jo Pasal 55 ayat (1) ke 2 KUHP
- Pasal ……….., jo Pasal 56 ayat (2) KUHP
- Pasal ……….., jo Pasal 64 KUHP
4. Pasal yang tidak harus dijunctokan, contoh :
- Pasal ……….., jo Pasal 65 ayat (1) KUHP dalam hal dakwaan disusun dalam bentuk kumulasi, kecuali
disusun dalam bentuk tunggal
- Pasal ……….., jo Pasal 34 c UU No. 3 Tahun 1971
- Pasal ……….., jo Pasal 18 ayat (1) b UU No. 31 tahun 1999
Pasal-pasal tersebut bukan tindak pidana dan tidak dirumuskan, dalam surat dakwaan
BENTUK DAKWAAN
1. Dalam hal Penuntut Umum ragu apakah
Pasal 2 ayat (1) ataukah Pasal 3 UU No. 31 tahun
1999 maka untuk kepentingan pembuktian
seyogyanya disusun dalam bentuk alternatif, lagi pula
kedua pasal ini saling mengecualikan
2. Akan tetapi kalau disusun secara subsidiair
juga tidak salah, hanya harus membuktikan
lebih dahulu dakwaan primair
3. Dalam hal terdakwanya orang swasta, lebih
tepat didakwakan Pasal 2, sedang pegawai
negerinya atau Penyelenggara Negara didakwakan
Pasal 3
4. Dalam hal Penuntut Umum ragu apakah
Pasal 12.a atau Pasal 11 UU No. 20 tahun 2001,
maka surat dakwaan disusun dalam bentuk subsidiair.
5. Tindak pidana Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 6
ayat (2) UU No. 20 tahun 2001 tidak boleh
didakwakan; melainkan yang didakwakan adalah Pasal
12. a,b dan Pasal 12. c,d UU No. 20 tahun 2001.
1. Penelitian Berkas perkara2. Menelaah Ketentuan Hukum
Pidana3. Pemilihan Bentuk Surat
Dakwaan4. Matrik Surat Dakwaan5. Diskusi Surat Dakwaan6. Konsep Surat Dakwaan
Focus terpenuhinya kelengkapan formil dan materiil utk mengetahui apakah fakta-
fakta memenuhi rumusan surat dakwaan
Identifikasi / inventarisasi :◦ alat-alat bukti memiliki keabsahan
dan kekuatan pembuktian◦ kelemahan utk siapkan fakta-fakta
yg mantap dan akurat guna antisipasi kendala yg timbul dlm
pembuktian
Telaah ketentuan pidana terkait guna menetapkan
ketentuan pidana yg paling mantap dan tepat utk
diterapkan dlm dakwaan, setelah :
Diperoleh kepastian tentang :◦ Pelaku tindak pidana
◦ Kualifikasi dan ketentuan pidana yg akan didakwakan
◦ Akibat dari tindak pidana◦ Motif terdakwa melakukan tindak
pidana
Setelah diidentifikasi :◦ Jenis◦ Sifat◦ Ketentuan yang dilanggar
Pilih bentuk Surat Dakwaan yg paling tepat utk tindak pidana yg dilakukan terdakwa.
Sebelum merumuskan Surat Dakwaan
Buat matrik yang menggambarkan :◦ Kualifikasi delik◦ Pasal yg dilanggar◦ Unsur tindak pidana◦ Fakta-fakta perbuatan ◦ Alat bukti yg mendukung (+ barang
bukti)
1. Syarat Formal (Pasal 143 (2) a KUHAP)
• Tanggal• Ditandatangani• Identitas Terdakwa
2. Syarat Materiil (Psl,143(2) b KUHAP)
1. Uraian cermat, jelas, lengkap (CERJELENG) tindak pidana
2. Waktu dan tempat
Didasarkan ketentuan pidana
Tanpa ada kekurangan
Tanpa kekeliruan
Uraian bulat dan utuh
Mampu menggambarkan unsur-unsur tindak pidana
Uraian waktu dan tempat
Cara penguraian :◦ Unsur-unsur lengkap disusul uraian
fakta perbuatan◦ Masing-masing unsur sekaligus
diuraikan fakta perbuatan
Berlakunya hukum pidana Residive Alibi Batas usia Kedaluwarsa Hal-hal yang memberatkan Dapat/tidaknya dipidana
(perang) Kualitas terdakwa (PNS, Ibu)
Kompetensi relatif pengadilan (Psl. 84, 137, 148 KUHAP )
Ruang lingkup berlakunya UU Pidana ( Psl. 2 s/d 9 KUHP)
Unsur tindak pidana ( dimuka umum : Psl. 154, 156, 156a, 160 KUHP )
26
FORMULASI DAKWAAN PASAL 2 AYAT (1)
DAN PASAL 3 UU
NOMOR 31 TAHUN
1999 JO UU NOMOR 20
TAHUN 2001
DALAM BENTUK
SUBSIDIARITAS
1. Pasal 2 (1) dan Pasal 3 adalah delik yang sejenis hanya saja cakupan “Unsur Melawan Hukum” dalam Pasal 2 (ayat (1) lebih luas dari unsur “Menyalahgunakan wewenang dala Pasal 3.
2. Secara historis Pasal 2 Ayat (1) normanya berasal Pasal 1 (1) huruf a UU No. 3 Tahun 1971 dan Pasal 3 bersal dari Pasal 1 ayat (1) huruf b, formulasi dakwaannya tidak pernah alternatif.
ALASAN
BENTUK DAKWAAN
SEBAGIAN PIHAK
MEMANDANG PASAL 2 AYAT (1) DAN PASAL
3 TIDAK SEJENIS
SEHINGGA FORMULASI DAKWAAN
BERBENTUK ALTERNATIF
-Tunggal-Subsidiair-Alternatif-Kumulatif-Kombinasi
Surat JAM Pidsus
Nomor : B-209/F/Ft.1/1
/2009 tanggal 30
Januari 2009
Primair : Ps. 2 ayat
(1) Subsidiair
: Ps.3
Tunggal
Alternatif
Subsidair
Kumulatif
Kombinasi
Hanya satu dakwaan
Tidak ada dakwaan lain sebagai alternatif maupun pengganti
Disusun berlapis Lapisan yang satu meniadakan
yang lain dg menggunakan kata “atau”
Digunakan krn belum diperoleh kepastian ttg tindak pidana mana yang dapat dibuktikan
Apabila satu terbukti yg lain tidak perlu dibuktikan
Digunakan apabila satu tindak pidana menyentuh beberapa
ketentuan pidana Belum dapat diyakini kepastian
ttg kualifikasi dan ketentuan pidana yg tepat dibuktikan
Disusun dari yang berat >> ringan
Dalam kelompok jenis tipid yg sama
Persamaan : Hanya satu dakwaan yang dibuktikan
Perbedaan :◦ Dakwaan subsider lapisan
penyusunan dan pembuktiannya secara berurutan dari primair ke
lapisan berikutnya◦ Dakwaan alternatif bebas untuk dipilih mana yang dapat dibuktikan
Digunakan bila ada concursus realis
Harus dibuktikan satu demi satu
Dakwaan yg tidak terbukti dituntut bebas
Merupakan perkembangan baru
Terdiri dari dakwaan kumulatif dan Subsidair
Pengertian perbuatan (feit) Penggunaan istilah lapisan dakwaan
Uraian dalam masing-masing dakwaan
Penggabungan dakwaan tindak pidana khusus dan tindak pidana umum
Perbuatan dari sudut “materiele feiten”◦ “Menselijke handeling”
Perbuatan ditinjau dari unsur-unsurnya◦ Unsur obyektif : berkenaan dg
bentuk, jenis, sifat tindak pidana ◦ Unsur subyektif : menyangkut diri
pelaku – menyangkut pertanggungjawaban pidana
Jangan sampai terjadi :◦ Uraian bertentangan satu dengan
yang lain◦ Bentuk tidak sesuai dengan hasil
penyidikan◦ Hanya menunjuk uraian terdahulu◦ Menggabungkan uraian tindak
pidana yang berbeda◦ Menggabungkan APC dengan APB◦ Ketidak jelasan kualitas/peranan
terdakwa
Dapat dibenarkan Berpegang azas peradilan cepat, sederhana dan biaya
ringan Penyidikan oleh kejaksaan,
dakwaan tidak disusun kumulatif tetapi disusun
alternatif
Untuk sempurnakan dakwaan agar memenuhi syarat formil +
materiil Tidak dibatasi sepanjang dari
hasil penyidikan Waktu :
◦ Setelah perkara dilimpahkan◦ Sebelum penetapan hari sidang
◦ Atau 7 hari sebelum sidang dimulai
Distribusi : PN, Penasehat Hukum/Terdakwa
SURAT TUNTUTANTINDAK PIDANA KORUPSI
• Dasar hukum Pasal 182 ayat (1) KUHAP
•Tuntutan pidana harus disusun dari hasil pemeriksaan di sidang
pengadilan
• Fakta sidang harus diperoleh dari alat bukti yang sah
• Nilai kebenaran masing-masing alat bukti
• Fakta hukum diperoleh dari persesuaian alat bukti yang satu
dengan alat bukti yang lain
• Pembuktian unsur delik didasarkan atas fakta hukum yang diperoleh di
sidang pengadilan
TUNTUTAN PIDANA
Pertanggungjawaban PU kepada negara, Pemerintah
(Pimpinan), masyarakat terhadap perkara yang
ditanganinya Sebagai bahan yang penting
bagi hakim dalam pertimbangan putusannya
Bagi terdakwa merupakan hal yang menentukan bagi
nasibnya Bagi PU sebagai
landasantuntutannya dan tolok ukur upaya hukum
TUNTUTAN PIDANA
DASAR HUKUM :Pasal 182 ayat ( 1 ) a KUHAP; setelah
pemeriksaan selesai Penuntut Umum mengajukan tuntutan pidana.Syarat :
Pasal 182 ayat ( 1 ) c; diajukan secara tertulis
Sesuaikan dengan syarat sah putusan pemidanaan :
1. Kepala Tuntutan2. Identitas lengkap terdakwa3. Dakwaan yang tercantum dalam surat dakwaan
4. Fakta dan analisis fakta dan keadaan yang diperoleh darialat pembuktian dari hasil pemeriksaan di sidang
5. Pernyataan telah terpenuhinya semua unsur delik yangdidakwakan disertai kualifikasinya
6. Pernyataan kesalahan dan pertanggungjawaban pidanaterhadap terdakwa
7. Pernyataan pemidanaan dan tindakan yang harusdijatuhkan
8. Pernyataan supaya terdakwa ditahan, atau tetap dalamtahanan atau dibebaskan
9. Perintah membayar biaya perkara dengan menyebutkanjumlahnya
10. Hal yang beratkan dan yang meringankan
11. Pasal perundang-undangan yang menjadi dasarpemidanaan dan tindakan dan yang menjadi dasar hukumdari tuntutan pidana
12. Amar Tuntutan
13. Diberi tanggal dan ditandatangani
Muatan :
SISTEMATIKA SURAT TUNTUTAN :
I. KEPALA TUNTUTAN II. PENDAHULUAN III. FAKTA SIDANG IV. ANALISIS FAKTA V. ANALISIS YURIDIS VI. TUNTUTAN ( MENUNTUT ) VII. PENUTUP
I. Muatan Kepala Tuntutan
1. Kejaksaan Negeri yang mengajukan tuntutan pidana2. Demi Keadilan Dan Kebenaran Berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa3. Tuntutan Pidana dan Nomor Perkara
II. Muatan Pendahuluan
1. Prakata2. Latar Belakang3. Identitas Terdakwa ( Lengkap )4. Status Tahanan5. Dakwaan ( Sesuai Surat Dakwaan )6. Nomor/Tanggal Surat Pelimpahan Perkara dan Surat
Penetapan Hakim
III. Muatan Fakta Sidang :Fakta Sidang yang diperoleh dari :
1. Keterangan Saksi ( a carge / a de carge )2. Keterangan Ahli3. Keterangan Terdakwa
4. Surat ( dokumen / pembukuan, dll )
5. Barang Bukti
IV. Muatan Analisis Fakta
1.
III. Muatan Fakta Sidang :Fakta Sidang yang diperoleh dari :
1. Keterangan Saksi ( a carge / a de carge )
IV. Muatan Analisis Fakta
1. Analisis keabsahan masing-masing jenis alat bukti2. Analisis persesuaian alat bukti antara satu dengan yang
lain3. Fakta hukum yang diperoleh dari persesuaian alat bukti
yang satu dengan yang lain
1. Analisis masing-masing Unsur Delik yang didakwakandengan memperhatikan bentuk dakwaan
2. Pernyataan telah terpenuhinya semua unsur delikdisertai kualifikasinya
3. Pernyataan kesalahan dan pertanggungjawaban pidanaterhadap terdakwa
4. Pernyataan pidana dan tindakan yang harus dijatuhkanberupa :a. Pidana penjara dan dendab. Pidana tambahan perampasan barang bukti yang digunakan, diperoleh, hasil atau yang ada hubungan langsung dengan tindak pidanac. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sama dengan harta yang diperoleh dari korupsi, kalau tidak dibayar harta bendanya disita dan dijual lelang dan kalau tidak ada / tidak cukup diganti dengan pidana penjarad. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan tertentue. Pencabutan seluruh atau sebagian hak - hak tertentu atau keuntungan tertentu ( dalam tindak pidana korupsi )f. Dengan dikurangkan selama ditangkap dan ditahan
5. Pernyataan barang bukti atau Surat dikembalikan kepada
orang tertentu atau dilampirkan dalam berkas perkara6. Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap ditahan
atau dibebaskan7. Perintah membayar biaya perkara dengan menyebut-
kan jumlahnya
8. Hal-hal yang memberatkan dan meringankan9. Pasal perUndang-Undangan yang menjadi dasar
pemidanaan / tindakan dan yang menjadi Dasar Hukumdari tuntutan pidana
V. Muatan Analisis Yuridis
1. Menuntut supaya terdakwa dinyatakan terbukti secarasah dan meyakinkan melakukan tindak pidana ( sebutkankualifikasi deliknya )
2. Dan seterusnya disesuaikan dengan analisis pernyataanpada butir 4 s/d butir 7 angka V di atas. (tidak ada hal yang dituntut tanpa analisis sebelumnya)
1. Menyebutkan hari dan tanggal pembacaan tuntutanpidana
2. Diberi tanggal dan ditandatangani Penuntut Umum
VI. Muatan Tuntutan
VII. Muatan Penutup
Perbuatan terdakwa :◦Kepentingan negara
◦Menarik perhatian masy◦Merusak generasi muda
Keadaan diri Pelaku: Pendidikan, status, motiv,
peranan
Dampak perbuatan terdakwa: kerugian negara, stabilitas
pembangunan
PENUNTUTAN merupakan tugas utama Penuntut Umum
Tuntutan pidana merupakan puncak proses pemeriksaan
perkara pidana
Diperlukan sosok Jaksa yang profesional, sikap tingkah laku
yang terpuji dan disiplin.