Upload
friskhaputri
View
1.064
Download
29
Embed Size (px)
Citation preview
PEPER PEMBUATAN RORAK
Disusun Oleh :
FRISKHA HERDIANTINI PUTRI
10/13679/SMBP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Pedoman teknis pembuatan Rorak dalam rangka upaya konservasi tanah
dan air ini disusun dalam rangka memberikan acuan atau arahan pelaksanaan
kepada para petugas teknis Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten/Kota serta
para petugas lapangandalam melakukan pengembangan dan pembinaan
pengelolaan usaha tani konservasi lahan di lapangan.
Isi dan substasi pedoman ini hanya memuat garis besarnya saja antara lain:
ruang lingkup kegiatan, spesifikasi teknis, pelaksanaan kegiatan, monitoring dan
pelaporan, indikator kinerja serta uraian tentang pembuatan bangunan Rorak
sebagai salah satu bentuk bangunan konservasi dalam rangka mengendalikan erosi
pada lahan usahatan. Untuk itu maka Dinas Pertanian Propinsi dan
Kabupaten/Kota untuk selanjutnya dapat menyusun petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis yang lebih spesifik berdasar kondisi sosial, ekonomi, budaya
lokal, kebutuhan lapang serta karakterisitik bio-fisik lokasi kegiatan setempat,
tanpa mengurangi standar teknis dan manfaat yang diperoleh.
Semoga pedoman teknis ini dapat memberi manfaat sebagai pedoman
kerja para petugas dalam upaya melestarikan sumber daya lahan sekaligus
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para petani .
PENDAHULUAN
Tanah dan air adalah merupakan sumber daya alam dan sekaligus juga
lingkungan hidup yang tidak terlepas dari peran manusia (masyarakat) sebagai
pengelola sumber daya alam. Pada dasarnya pembangunan pertanian harus
berwawasan lingkungan.
Pembangunan pertanian yang berwawasan lingkungan adalah merupakan
upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumberdaya secara
secara arif dan bijaksana untuk meningkatkan hasil produksi dan sekaligus
menjaga kelestarian lahan dan air.
Kebutuhan manusia akan tanah dan air semakin meningkat dari waktu ke
waktu. Bukan saja diakibatkan karena pertammbahan penduduk, tetapi juga
karena meningkatnya intensitas (jumlah) dan ragam kebutuhannya, padahal
ketersediaan tanah dan air sangat terbatas.
Usaha peningkatan produksi hasil pertanian selalu tidak dapat
mengimbangi kecepatan pertumbuhan penduduk. Hal ini antara lain karena
kondisi tanah dan air sebagai sumber daya alam pada umumnya sudah mengalami
penurunan produktivitasnya sedemikian rupa sehingga memerlukan usaha
konservasi.
Usahatani konservasi tanah dan air ini penting karena di berbagai daerah
telah terjadi kerusakan lahan yang berakibat menurunkan tingkat produktivitas
tanah dan kualitas air, terutama karena erosi dan aliran permukaan (run off).
Berbagai contoh bencana alam yang terjadi atau yang kita dengar dan lihat
selama ini, salah satu faktor utamanya adalah akibat erosi dan sedimentasi,
misalnya : banjir, kekeringan, tanah longsor dan lain-lain sering terjadi di beberpa
daerah di Indonesia. Hal ini disebabkan antara lain karena pengolahan tanah dan
air tidak/ kurang memperhatikan dan menerapkan kaidah-kaidah konservasi tanah
dan air.
Untuk mengatasi hal – hal tersebut diatas, maka sangat dirasakan
pentingnya dilakukan pembinaan terhadap masyarakat tani, sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam melakukan usaha tani
konservasi tanah dan air khususnya dalam pembuatan Rorak.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk membekali para petugas di lingkup
dinas pertanian propinsi dan kabupaten/ kota dalam melaksanakan tugas dan
fungsiya yang berkaitan dengan aspek konservasi tanah dan air, maka perlu ada
pedoman teknis pembuatan Rorak dalam upaya penerapan kaidah-kaidah
konservasi tanah dan air.
PEMBAHASAN
Pengertian dan Fungsi
Rorak adalah lubang-lubang buntu dengan ukuran tertentu yang dibuat
pada bidang olah dan sejajar dengan garis kontur. Fungsi rorak adalah untuk
menjebak dan meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen-sedimen
dari bidang olah.
Pembuatan rorak dapat dikombinasikan dengan mulsa vertikal untuk
memperoleh kompos.
Rorak dan Pengendalian Banjir
Rorak adalah bangunan konservasi tanah dan air yang relatif mudah diuat.
Adanya rorak akan menjebak aliran permukaan dan memberikan kesempatan
kepada air hujan untuk terinfiltrasi ke dalam tanah. Dengan demikian rorak akan
menurunkan aliran permukaan yang keluar dari persil lahan secara signifikan. Hal
ini tentu saja akan ikut berkontribusi terhadap pengendalian banjir.
Ukuran dan Jarak Rorak
Ukuran dan jarak rorak yang direkomendasikan cukup beragam. Arsyad
(2006) merekomendasikan dimensi rorak: dalam 60 cm, lebar 50 cm dengan
panjang berkisar antara satu meter sampai 5 meter. Jarak ke samping disarankan
agar sama dengan panjang rorak dan diatur penempatannya di lapangan dilakukan
secara berselang-seling seperti pada gambar agar terdapat penutupan areal yang
merata. Jarak searah lereng berkisar dari 10 sampai 15 meter pada lahan yang
landai (3% – 8%) dan agak miring (8% – 15%), 5 sampai 3 meter untuk lereng
yang miring (15% – 30%).
Pembuatan rorak/saluran buntu adalah merupakan salah satu upaya
penerapan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air dalam upaya pengendalian erosi
pada lahan-lahan usaha pertanian.serta selakigus meningkatkan produktivitas
lahan, dan pendapatan petani setempat. Oleh karena itu, indikator keberhasilan
pembuatan rorak/saluran buntu ini terletak bukan saja pada penurunan tingkat
erosi, perbaikan fungsi hidrologis/resapan, dan peningkatan produktifitas, tetapi
juga pada peningakatan pendapatan petani.
Disadari bahwa untuk tahun anggaran 2006 ini, cakupan kegiatannya baru
meliputi 513 hektar/15.390 unit yang tersebar di 10 Propinsi pada 22 Kabupaten.
Namun demikian, dibandingkan dengan luas lahan usaha tani yang memiliki
potensi degradasi akibat erosi sangatlah belum memadai. Untuk tahun anggaran
mendatang, diharapkan kegiatannya akan lebih luas mencakup seluruh propinsi
terutama pada daerah-daerah lahan kering yang peka terhadap erosi.
Untuk lebih menjamin keberhasilan kegiatan pembuatan rorak/saluran
buntu dalam upaya konservasi tanah dan air ini koordinasi vertikal maupun
horizontal dengan instansi terkait serta pemberdayaan petani dan petugas,
terutama petugas penyuluh lapangan, harus menjadi prioritas utama. Pada
akhirnya pedoman ini diharapkan dapat dijadikan acuan pelaksanaan bagi para
petugas Dinas Pertanian baik di tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota, maupun
lapangan sehingga pelaksanaan kegiatan ini dapat memberikan hasil dan manfaat
sesuai tujuan dan sasaran yang diharapkan dan dapat dikembangkan lebih lanjut
ke lokasi lain dengan dana APBD Propinsi ataupun Kabupaten
Pembuatan Rorak dan Optimalisasi Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit
Faktor-faktor yang saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain
dalam menunjang pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit adalah :1)
lingkungan, 2) bahan tanaman, dan 3) tindakan kultur teknis.
Pengaruh faktor yang sulit dilawan namun dapat dieliminasi menjadi
faktor pendukung adalah faktor lingkungan khususnya iklim..
Tabel 1. Faktor Pembatas kondisi iklim berdasarkan Kelas Lahan untuk
Perkebunan Kelapa sawit.
Faktor Pembatas Iklim
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Curah hujan/tahun (mm)
2000-2500 1800-2000 1500-1800 1500
Defisit air/tahun (mm)
0-150 150-250 240-400 400
Hari terpanjang tidak hujan
10 10 10 10
Lama Penyinaran matahari (jam)
6 6 6 6
Kelembaban 80 80 80 80
Tabel 2 menunjukkan bulan kemarau cukup panjang dengan pola
penyebaran yang bervariasi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap target produksi
dan sebaran produksi yang telah diperkirakan pada pembuatan Budget. Realisasi
bisa menjadi tidak sesuai pencapaiannya. Tentunya pula kebijakan yang sudah
ditetapkan berdasarkan budget tersebut harus disesuaikan dengan kondisi yang
ada. Dan kita cukup prihatin terhadap hasil sensus produksi semesterI tahun 2005
yang menunjukkan angka yang kurang menggembirakan.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk optimalisasiproduktivitas
tanaman kelapa sawit antara lain:
1. Pembuatan Rorak.
Fungsi rorak adalah sebagai penyimpan air yang berasal dari air hujan.
Air yang tertampung di rorak tersebut (H2O), banyaknya helai daun pelepah
(zat Chlorofil), serta lamanya penyinaran matahari merupakan syarat mutlak
bagi proses fotosintesis. Saat hujan turun di siang hari ataupun setelah hujan
berhenti biasanya langit masih diselimuti awan yang cukup tebal, hal ini jelas
dapat mengurangi lama penyinaran dan intensitas cahayamatahari yang masuk
(H2O cukup, lama penyinarankurang, fotosintesis tidak optimal).
Beberapa hari mungkin hujan tidak lagi turun, panasnya sinar
matahari akan mengurangi kelembaban tanah (Evaporasi) hingga pada saatnya
kelembaban tanah mencapai titik kritis air (penyinaran cukup, H2O kurang,
fotosintesis tidak optimal). Defisit air yang berkepanjangan dapat
mempengaruhi sex differentation pada tanaman yang dapat
menghambat proses pembentukan buah, dan efek ini dapat dirasakan sampai
23 bulan kedepan.
Gambar 1 menunjukkan efek dari defisit air terhadap sex
differentation tanaman kelapa sawit. Tabel 3 menunjukkan rata-rata volume
air berkurang 26 liter per hari akibat evaporasi dan konsumsi oleh tanaman.
Tabel 4 menunjukkan pengaruh rorak yang sangat nyata terhadap peningkatan
BJR, efek positif dari pembuatan rorak baru terlihat setelah lebih dari 1
tahun. Gambar 2 adalah posisi rorak yang dibuat di antara pokok .
Tabel 3 . Rata –Rata Pengurangan Volume Air Akibat Evaporasi dan
Asimilasi oleh
Tanaman
Pengamatan Hari Ke Volume air berkurangKondisi Cuacasehari sebelumnya
Pertama 35 Liter cerah
Kedua 16,5 Liter Mendung
Ketiga 27 Liter Sedikit mendung
Rata-rata per hari 26 Liter
Catatan : Pengamatan dilakukan jam 06.30 Witaterhadap 10 buah rorak yang
telah terisi penuh oleh air hujan yang turun lebat sehari sebelumnya.
2.Menutup sebagian parit alam atau parit buatan .
Menutup hanya sebagian pada parit alam atau buatan harus
diperhitungkan agar tidak terjadi banjir yang menyebabkan areal tanaman
sawit tergenang pada musim hujan dan air tidak habis terbawa ke hilir pada
musim kemarau.
3.Pembuatan tapak kuda, teras bersambung , benteng teras, serta sistim
draenase (parit buatan).
Pembuatan sarana pencegah run off yang memang membutuhkan
biaya tinggi sering terabaikan, padahal akibat yang ditimbulkan membuat
kerugian yang tidak sedikit. Hanya sebagian kecil pupuk yang di aplikasi
dapat dimanfaatkan tanaman, selebihnya pupuk akan hilang percuma larut
dan terbawa air. Pembuatan parit dan pintu air pada areal rawa bertujuan
untuk menjaga ketinggian air dari permukaan tanah setinggi 75 cm selama
musim kering, dan kelebihan air dapat dikeluarkan selama musim hujan.
4.Meningkatkan Pengawasan dan Supervisi Tunas progressif .
Meningkatkan pengawasan kualitas tunasan dengan pemeriksaan
mutu tunasan bersamaan dengan pemeriksaan mutu hancak panen
yang dilakukan setiap hari secara bersama-sama oleh asisten, mandor I,
mandor panen dan seminggu sekali bersama manager dan semua staff untuk
masing-masing afdeling. Pola yang dilakukan adalah setiap pemeriksa
mengambil 1 pasar rintis secara berurutan, minimal 4 pasar rintis/pemeriksa
(240 pokok/pemeriksa).
Contoh. Setiap hari Jum’at minggu pertama pemeriksaan dilakukan di
Afdeling 1, Urutan pembagian hancak pemeriksaan adalah sebagai berikut:
PemeriksaBlok F 31 Blok F 32
No baris No baris No baris No baris
Asisten Afdeling I 11 dan 12 65 dan 66 27 dan 28 71 dan 72Asisten Afdeling III 13 dan 14 67 dan 68 29 dan 30 73 dan 74Manager 15 dan 16 69 dan 70 31 dan 32 75 dan 76Mandor I Afdeling I 17 dan 18 71 dan 72 33 dan 34 77 dan 78Asisten Afdeling IV 19 dan 20 73 dan 74 35 dan 36 79 dan 80
Mandor Panen A 21 dan 22 75 dan 76 37 dan 38 81 dan 82Asisten Afdeling II 23 dan 24 77 dan 78 39 dan 40 83 dan 84
Mandor PanenB 25 dan 26 79 dan 80 41 dan 42 85 dan 86Dengan pola tersebut akan memperkecil peluang tenaga melakukan
kesalahan karena cukup banyak pokok dan baris yang diperiksa, serta
dengan no baris yang berdekatan bila dijumpai hal-hal yang perlu
didiskusikan akan mudah untuk memanggil dan mengumpulkan semua
pemeriksa.Penerapan sanksi denda mutlak diberlakukan bagi tenaga yang
melanggar aturan,
Contoh:
Penyusunan pelepah harus menyebar, tidak boleh menumpuk tinggi
Tahun tanam 98 dan 97 harus songgo 3
Tahun tanam 96 harus songgo 2
Tahun tanam 95 harus songgo 1
Bila penyusunan pelepah tidak beraturan dan ada pokok yang tidak
ditunas atau over prunning maka denda per pokok adalah Rp 1500.-
5. Pemeliharaan gawangan yang selektif, , penanaman pakis jenis neprolepis,
penanaman Casia, serta aplikasi janjangan kosong/effluent.
Tidak semua tanaman yang tumbuh diareal kebun sawit adalah
gulma yang boleh diberantas habis. Clean weeding dapat mengundang
serangan hama khususnya ulat api dan mengurangi kelembaban tanah.
Beberapa jenis seperti Neprolepsis, Casiacubanensis,
dan Turnera subulata layak dipertahankan. Jenis pakis Neprolepis berguna
untuk mempertahankan kelembaban tanah, Casia dan Turnera adalah
sebagai inang dariCantheconidea (predator hama ulat api). Aplikasi
Janjangan kosong atau effluen selain menambah unsur hara juga berfungsi
untuk menjaga kelembaban tanah.
6. Block Manuring System (BMS) yang terencana dan teraplikasi dengan
benar.
Penentuan dosis pupuk adalah berdasarkan analisa daun yang
dilakukan oleh riset. Pengambilan sample daun ke 17 oleh tenaga afdeling
tentunya menuntut kejujuran dan ketelitian yang tinggi. Peran asisten
kebun serta supervisi menjadi sangat penting dalam memilih tenaga yang
mampu melakukan pekerjaan tersebut.
Pengadaan kedatangan pupuk di kebun dengan memperhatikan
musim penghujan dan kemarau sangatlah penting artinya. Pengadaan
pupuk yang ter akumulasi pada 1 atau 2 bulan tertentu (sering
terjadikedatangan pupuk pada 2 bulan terakhir) tentunya sangat
menyulitkan kebun untuk dapat melakukan aplikasi pupuk dengan benar.
Koordinasi dan kerja sama yang baik antara purchasing department dengan
pihak kebun akan dapat menghilangkan kerugian yang ditimbulkan akibat
aplikasi yang tidak tepat waktu.
PENUTUP
Pembuatan rorak/saluran buntu adalah merupakan salah satu upaya
penerapan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air dalam upaya pengendalian erosi
pada lahan-lahan usaha pertanian.serta selakigus meningkatkan produktivitas
lahan, dan pendapatan petani setempat. Oleh karena itu, indikator keberhasilan
pembuatan rorak/saluran buntu ini terletak bukan saja pada penurunan tingkat
erosi, perbaikan fungsi hidrologis/resapan, dan peningkatan produktifitas, tetapi
juga pada peningakatan pendapatan petani.
Disadari bahwa untuk tahun anggaran 2006 ini, cakupan kegiatannya baru
meliputi 513 hektar/15.390 unit yang tersebar di 10 Propinsi pada 22 Kabupaten.
Namun demikian, dibandingkan dengan luas lahan usaha tani yang memiliki
potensi degradasi akibat erosi sangatlah belum memadai. Untuk tahun anggaran
mendatang, diharapkan kegiatannya akan lebih luas mencakup seluruh propinsi
terutama pada daerah-daerah lahan kering yang peka terhadap erosi.
Untuk lebih menjamin keberhasilan kegiatan pembuatan rorak/saluran
buntu dalam upaya konservasi tanah dan air ini koordinasi vertikal maupun
horizontal dengan instansi terkait serta pemberdayaan petani dan petugas,
terutama petugas penyuluh lapangan, harus menjadi prioritas utama. Pada
akhirnya pedoman ini diharapkan dapat dijadikan acuan pelaksanaan bagi para
petugas Dinas Pertanian baik di tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota, maupun
lapangan sehingga pelaksanaan kegiatan ini dapat memberikan hasil dan manfaat
sesuai tujuan dan sasaran yang diharapkan dan dapat dikembangkan lebih lanjut
ke lokasi lain dengan dana APBD Propinsi ataupun Kabupaten.
PEPER TATA CARA DAN FUNGSI PEMUPUKAN
Disusun Oleh :
FRISKHA HERDIANTINI PUTRI
10/13679/SMBP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2011
Dalam arti luas yang dimaksud pupuk ialah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Termasuk dalam pengertian ini adalah pemberian bahan kapur dengan maksud untuk meningkatkan pH tanah yang masam, pemberian legin bersama benih tanaman kacang-kacangan serta pemberian pembenah tanah (soil conditioner) untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Demikian pula pemberian urea dalam tanah yang miskin akan meningkatkan kadar N dalam tanah tersebut. Semua usaha tersebut dinamakan pemupukan. Dengan demikian bahan kapur, legin, pembenah tanah dan urea disebut pupuk.
Dalam pengertian yang khusus pupuk ialah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman. Dengan pengertian ini, dari kegiatan yang disebutkan di atas hanya urea yang dianggap pupuk karena bahan tersebut yang mengandung hara tanaman yaitu nitrogen.
Bahan pupuk selain mengandung hara tanaman umumnya mengandung bahan lain, yaitu: Zat pembawa atau karier (carrier). Double superfosfat (DS): zat pembawanya adalah CaSO4 dan hara tanamannya fosfor (P).
1.Senyawa-senyawa lain berupa kotoran (impurities) atau campuran bahan lain dalam jumlah relatif sedikit. Misalnya ZA (zwavelzuure amoniak) sering mengandung kotoran sekitar 3% berupa khlor, asam bebas (H2SO4) dan sebagainya.
2.Bahan mantel (coated) ialah bahan yang melapisi pupuk dengan maksud agar pupuk mempunyai nilai lebih baik misalnya kelarutannya berkurang, nilai higroskopisnya menjadi lebih rendah dan mungkin agar lebih menarik. Bahan yang digunakan untuk selaput berupa aspal, lilin, malam, wax dan sebagainya. Pupuk yang bermantel harganya lebih mahal dibandingkan tanpa mantel.
3.Filler (pengisi). Pupuk majemuk atau pupuk campur yang kadarnya tinggi sering diberi filler agar ratio fertilizer nya dapat tepat sesuai dengan yang diinginkan, juga dengan maksud agar mudah disebar lebih merata
Dalam praktek perlu diketahui istilah-istilah khusus yang sering digunakan dalam pupuk antara lain ialah: Mutu pupuk atau grade fertilizer artinya angka yang menunjukkan kadar hara tanaman utama (N,P, dan K) yang dikandung oleh pupuk yang dinyatakan dalam prosen N total, P2O5 dan K2O. Misalnya pupuk Rustika Yellow 15-10-12 berarti kadar N 15%, P2O5 10% dan K2O 12%.
1.Perbandingan pupuk atau ratio fertilizer ialah perbandingan unsur N,P dan K yang dinyatakan dalam N total, P2O5 dan K2O merupakan penyederhanaan dari grade ferilizer. Misalnya gradefertilizer 16-12-20 berarti ratio fertilizernya 4:3:5.
2.Mixed ferilizer atau pupuk campuk ialah pupuk yang berasal dari berbagai pupuk yang kemudian dicampur oleh pemakainya. Misalnya pupuk Urea, TSP dan KCl dicampur menjadi satu dengan perbandingan tertentu sesuai dengan mutu yang diinginkan. Hal ini berbeda dengan pupuk majemuk yaitu pupuk yang mempunyai dua atau lebih hara tanaman dibuat langsung dari pabriknya.