254
PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI LAMPUNG: ANALISIS KETERKAITAN ANTARSEKTOR DAN AGLOMERASI INDUSTRI DISERTASI MUHAMMAD IRFAN AFFANDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

  • Upload
    hadang

  • View
    232

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN

WILAYAH PROVINSI LAMPUNG: ANALISIS KETERKAITAN ANTARSEKTOR DAN

AGLOMERASI INDUSTRI

DISERTASI

MUHAMMAD IRFAN AFFANDI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Page 2: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala penyataan dalam

disertasi saya yang berjudul :

“PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI LAMPUNG: ANALISIS KETERKAITAN ANTARSEKTOR

DAN AGLOMERASI INDUSTRI”

merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri, dengan bimbingan

Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi

ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di

perguruan tinggi lain. Seluruh sumber data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Februari 2009

Muhammad Irfan Affandi NRP. A161020051

Page 3: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

ABSTRACT

MUHAMMAD IRFAN AFFANDI. The Roles of Agroindustry in the Regional Economy of Lampung Province: Analysis of Intersectoral Linkages and Agglomeration of Industries. (D.S. PRIYARSONO as Chairman, MANGARA TAMBUNAN and BONAR M. SINAGA as Members of Advisory Committee). The objectives of this study are to analyze intersectoral linkages among agroindustry in the regional economy of Lampung Province, to identify the existence of spatial concentration and agglomeration of agroindustry, to analyze agglomeration economies in the agroindustrial sectors, and to analyze some policies that are potentially improve the roles of agroindustry in the regional economy. This study used data of provincial Input-Output Table of 2000 and 2005 aggregated into 26 sectors (12 agroindustrial sectors and 14 non agroindustrial sectors) and results of Medium and Large Industrial Survey 1998-2005. In addition, it used indices to measure the size of agglomeration. It utilized also Cobb-Douglas production function to measure the agglomeration economies. Some policy simulations were analyzed to identify the effects of changes of final demand on sectoral outputs, income, and labor. The results show that in terms of linkages and multipliers of sectoral output, income, and labor, agroindustrial sectors have the biggest roles in the regional economy. The sectors also boost the other sectors’ growth. They have strong backward as well as forward linkages that are greater than those of other sectors. Most agroindustrial sectors are concentrated in one or few districts/municipalities. These concentrations significantly effect the production outputs. Most economies of localization and urbanization exist in the agroindustrial sectors.

The combined policies of increasing government expenditure, investment, and export that are proportionally allocated to all of the agglomerated agroindustrial sectors result in the greatest positive change of sectoral output, households’ income, and labors absorption. The impact of economic policy on the agglomerated agroindustrial sectors are greater than that of similar policy that are applied to non agglomerated agroindustrial sectors. Keywords: agroindustry, linkages, agglomeration, input-output, policy

Page 4: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

RINGKASAN MUHAMMAD IRFAN AFFANDI. Peran Agroindustri dalam Perekonomian Wilayah Provinsi Lampung: Analisis Keterkaitan Antarsektor dan Aglomerasi Industri. (D.S. PRIYARSONO sebagai Ketua, MANGARA TAMBUNAN dan BONAR M. SINAGA sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi potensial untuk

pengembangan agroindustri di luar Jawa. Berdasarkan Tabel Input-Output

Provinsi Lampung Tahun 2005, peringkat terbesar dalam kontribusi output

sektoral adalah sektor agroindustri. Sektor agroindustri menyumbang sekitar 28%

output daerah atau senilai Rp 22 156 435 juta, memiliki kontribusi sekitar 12%

dari total PDRB Provinsi Lampung dalam kurun waktu tahun 2001-2004,dan

menyerap sekitar 77% tenaga kerja yang bekerja di lapangan usaha industri dalam

kurun waktu tahun 2000-2005. Berdasarkan kontribusi output dan penyerapan

tenaga kerja, agroindustri berperan sebagai leading sector sehingga

pengembangan agroindustri di Provinsi Lampung memiliki arti yang sangat

strategis.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan sektor agroindustri

dalam perekonomian wilayah, mengidentifikasi terjadinya konsentrasi spasial dan

aglomerasi pada sektor agroindustri, menganalisis penghematan aglomerasi sektor

agroindustri, dan menganalisis dampak kebijakan ekonomi yang berpotensi

meningkatkan peran agroindustri dalam perekonomian wilayah.

Analisis data menggunakan Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun

2000 dan 2005 yang diagregasi ke dalam 26 sektor (12 sektor agroindustri dan 14

sektor non agroindustri) dan hasil Survei Industri Sedang dan Besar Tahun 1988-

2005. Selain itu, analisis data menggunakan indeks-indeks untuk mengetahui

kekuatan aglomerasi dan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas untuk

mengetahui besarnya agglomeration economies. Simulasi kebijakan di sektor

agroindustri dilanjutkan untuk mengetahui dampak perubahan permintaan akhir

terhadap output sektoral, pendapatan dan tenaga kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditinjau dari nilai keterkaitan dan

pengganda output sektoral, pendapatan dan tenaga kerja sektor agroindustri

mempunyai peran terbesar dalam perekonomian wilayah dan mendorong

Page 5: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

pertumbuhan sektor-sektor lain. Sektor agroindustri mempunyai keterkaitan ke

belakang dan ke depan lebih besar dibandingkan sektor non agroindustri.

Sebagian besar agroindustri berkonsentrasi pada satu atau beberapa

kabupaten/kota yang berdekatan. Ada pengaruh nyata dari subsektor-subsektor

agroindustri yang beraglomerasi terhadap output produksi. Penghematan akibat

lokalisasi (localization economies) dan penghematan akibat urbanisasi

(urbanization economies) pada setiap subsektor agroindustri sebagian besar

memberikan pengaruh positif terhadap output produksi.

Kebijakan ekonomi sektor agroindustri di Provinsi Lampung yang

mempunyai dampak paling besar terhadap perubahan output sektoral, pendapatan

rumah tangga, dan penyerapan tenaga kerja adalah kebijakan gabungan

peningkatan pengeluaran pemerintah, investasi, dan ekspor yang dialokasikan

pada semua sektor agroindustri yang beraglomerasi secara proporsional. Dampak

kebijakan ekonomi terhadap sektor-sektor agroindustri yang beraglomerasi lebih

besar daripada dampak kebijakan ekonomi sektor-sektor agroindustri yang tidak

beraglomerasi.

Pengembangan agroindustri disarankan untuk memperhatikan konsentrasi

dan spesialisasi industri, daya dorong yang menyebabkan terjadinya aglomerasi,

dan promosi pengembangan ekonomi daerah melalui aglomerasi industri.

Pengembangan agroindustri yang beraglomerasi hendaknya didukung oleh

kebijaksanaan fiskal guna pengembangan produktivitas dan pembangunan

infrastruktur (penataan ruang kawasan industri, sarana transportasi, pengendalian

pencemaran dan lainnya). Infrastruktur yang diperlukan untuk peningkatan

ekspor adalah sarana transportasi, komunikasi dan pelabuhan ekspor yang

memadai bagi transportasi komoditas agroindustri.

Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar

industri antar wilayah dengan membangun Tabel Input-Output Interregional antar

kabupaten/kota atau antar provinsi, dan penelitian tentang aglomerasi dengan

model simultan yang menggambarkan hubungan antar produksi industri yang

beraglomerasi, pendapatan regional, pengeluaran pemerintah, investasi dan

ekspor.

Kata kunci: agroindustri, keterkaitan, aglomerasi, input-output, kebijakan

Page 6: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber

a.Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisankarya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 7: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI LAMPUNG:

ANALISIS KETERKAITAN ANTARSEKTOR DAN AGLOMERASI INDUSTRI

Oleh:

MUHAMMAD IRFAN AFFANDI

Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Page 8: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Muhammad Firdaus, M.Si

Penguji pada Ujian Terbuka : Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.Sc

Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec

Page 9: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Judul Disertasi : PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI LAMPUNG: ANALISIS KETERKAITAN ANTARSEKTOR DAN AGLOMERASI INDUSTRI

Nama Mahasiswa : Muhammad Irfan Affandi

Nomor Pokok : A161020051

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. D.S. Priyarsono, MS Ketua

Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, M.Sc Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Anggota Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Ekonomi Pertanian Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS Tanggal Ujian: 29 Oktober 2008 Tanggal Lulus :

Page 10: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah,

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga disertasi yang berjudul "Peran Agroindustri

dalam Perekonomian Wilayah Provinsi Lampung: Analisis Keterkaitan

Antarsektor dan Aglomerasi Industri" dapat diselesaikan. Tulisan ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu

Ekonomi Pertanian (EPN), Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis secara tulus mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada Dr. Ir. D.S.

Priyarsono, MS, Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, M.Sc., dan Prof. Dr. Ir. Bonar

M. Sinaga, MA. selaku Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing, yang telah

memberikan arahan dan bimbingan terutama mengenai pemodelan, pengolahan

data, penyajian dan konsistensi dalam penyusunan disertasi, serta dorongan

semangat untuk mempercepat penyelesaian studi. Terima kasih pula kepada

Dr. Muhammad Firdaus, M.Si. selaku Penguji Luar Komisi Ujian Tertutup, serta

Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.Sc. dan Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec. selaku

Penguji Luar Komisi Ujian Terbuka atas saran dan masukan yang telah diberikan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ketua Program Studi Ilmu

Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor beserta para

Dosen di lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, khususnya

pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, atas arahan, bimbingan dan ilmu

yang diberikan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan

kepada Rektor Universitas Lampung, Dekan Fakultas Pertanian dan Ketua

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang

telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti Program Doktor di

Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ditjen Pendidikan Tinggi

Depdiknas, melalui BPPS, yang telah memberikan beasiswa kepada penulis untuk

mengikuti Program Doktor di IPB, serta Lembaga Penelitian Universitas

Lampung dan Yayasan Dana Mandiri yang telah memberikan bantuan fasilitasi

dan dana penelitian disertasi. Tak lupa juga terima kasih kepada teman-teman

Page 11: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

seperjuangan Program S-3 Ilmu Ekonomi Pertanian Angkatan 2001 dan 2002,

kolega dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lampung, serta pihak-pihak yang tidak dapat disebut satu persatu.

Terutama untuk kedua orang tuaku Bapak M. Hasyim (almarhum) dan Ibu

Hj. Akmaliyah, kedua mertuaku Bapak Abd Rachman (almarhum) dan Ibu Hj.

Subaidijah, serta kakak-kakak dan adik-adik atas perhatian dan dorongan

semangat. Rasa terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada istri tercinta

Dr. Ir. Sussi Astuti, M.Si, ananda Muhammad Riza Darmawan, Safira Nuril Izzah,

dan Muhammad Rafi Naufal, yang telah setia dan sabar mendampingi dengan

penuh pengertian dan pengorbanan selama penulis mengikuti program doktor ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Amin.

Bogor, Februari 2009 Muhammad Irfan Affandi

Page 12: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 24 Juli 1964 sebagai anak

kelima dari pasangan M. Hasyim dan Hj. Akmaliyah. Pendidikan sarjana

ditempuh di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Brawijaya Malang, lulus pada tahun 1987. Pada tahun 1991, penulis melanjutkan

studi di Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

(PWD) Program Pascasarjana IPB dan menyelesaikannya pada tahun 1994. Pada

tahun 2002, dengan beasiswa BPPS Departemen Pendidikan Nasional, penulis

mendapat kesempatan melanjutkan studi program Doktor pada Program Studi

Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana IPB.

Sejak tahun 1989 penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Jurusan Sosial

Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung sampai sekarang.

Penulis pernah menjadi Sekretaris Pusat Pengembangan Wilayah LPM

Universitas Lampung Tahun 1998-2003 dan Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung Tahun 2001-2002, serta aktif dalam

kegiatan perencanaan tata ruang wilayah. Sebagian hasil penelitian disertasi

penulis diseminarkan pada :

1. Seminar The IRSA 1st International Institute di ITB Bandung

The Impacts of Agro Industry Development on The Regional Economic

Growth And Employment In Province of Lampung

2. Seminar Internasional IRSA 2008 di Univertsitas Sriwijaya Palembang

Improving Regional Economic Development Through Promoting

Agglomeration Economies: The Case of Agroindustry in Lampung, Sumatra

Dua artikel jurnal dari sebagian disertasi yang sudah diterbitkan yaitu :

1. Peranan Agroindustri Dalam Perekonomian Provinsi Lampung: Analisis

dengan Pendekatan Tabel Input-Output

Jurnal Media Ekonomi Universitas Trisakti Volume 13 Nomor 2 Agustus

2007.

2. Aglomerasi dan Pengembangan Klaster Industri Guna Meningkatkan Daya

Saing Jurnal Ekonomi Universitas Tarumanegara Tahun XIII No.2 Juli Tahun

2008

Page 13: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

i

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ……………………………………………………... iv

DAFTAR GAMBAR …………………………………………….…… vi

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………... vii

I. PENDAHULUAN ………………………………………………......... 1

1.1. Latar Belakang ………………………………………………….. 1

1.2. Perumusan Masalah …………………………………………….. 3

1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………………...... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ………………………………………......... 8

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan ………………………….......... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………… 11

2.1. Aglomerasi ……………………………………………………..... 11

2.2. Keterkaitan Antarsektor ………………...……………………….. 19

2.3. Agroindustri, Peran dan Kebijakan …………………………….. 23

2.4. Klaster Industri dan Kebijakan Pengembangannya ……………… 26

2.5. Geografi dan Lokasi Industri …………………………………….. 30

2.6. Teori Lokasi, Kutub Pertumbuhan dan Pengembangan Wilayah ... 33

2.7. Skala Pengembalian ……….…………………………………...… 38

2.8. Tinjauan Studi Terdahulu Model I-O dalam Analisis Perekonomian 40

2.9. Tinjauan Studi Terdahulu Aglomerasi Industri …............………... 41

III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 46

3.1. Kerangka Teori ………………………………………………........ 46

3.1.1. Tabel Input-Output, Perekonomian dan Industri …………... 46

3.1.2. Konsentrasi Spasial dan Kekuatan Aglomerasi ………….…. 55

3.1.3. Keterkaitan Model Input-Output dan Ekonometrika ………… 63

3.2. Kerangka Pemikiran …………………………………………......... 65

3.2.1. Peran Agroindustri dalam Perekonomian Wilayah Lampung 65

3.2.2. Konsentrasi Spasial, Klaster dan Kekuatan Aglomerasi ……. 66

3.2.3. Penghematan Akibat Aglomerasi di Sektor Agroindustri …..... 67

Page 14: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

ii

3.2.4. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap

Perekonomian Wilayah ……………………………………… 68

3.3. Hipotesis ……………………………………………………………. 71

IV. METODE PENELITIAN ………………………………………….……. 72

4.1. Lokasi Penelitian ……………………………………………….. 72

4.2. Jenis, Sumber dan Pengolahan Data ……………………………….. 72

4.3. Analisis Input-Output ………………………………………………. 73

4.4. Analisis Konsentrasi Spasial dan Kekuatan Aglomerasi …………... 77

4.5. Analisis Penghematan Aglomerasi ………………………………… 81

4.6. Konstruksi Keterkaitan Input-Output Ekonometrika ………………. 83

4.7. Analisis Simulasi ………………………………………………….... 85

V. KETERKAITAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROPINSI LAMPUNG ……………………………….……. 90

5.1. Kontribusi Agroindustri dalam Perekonomian di Provinsi Lampung 90

5.1.1. Struktur Output ……………………………….……..….. 90

5.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto ………………………………… 91

5.2. Keterkaitan Antarsektor Agroindustri dengan Sektor Ekonomi

Lainnya ……………………………………………….…………….. 92

5.2.1. Keterkaitan Antarsektor ke Belakang ……………...….……. 92

5.2.2. Keterkaitan Antarsektor ke Depan ………………….………. 95

5.2.3. Kombinasi Keterkaitan Antarsektor …………………….….. 99

5.2.4. Penelusuran Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang ….….... 101

5.3. Pengganda Sektor Agroindustri …………………..………….......... 103

5.3.1. Pengganda Output …………………………………..……..... 103

5.3.2. Pengganda Pendapatan Rumah Tangga …………………….. 107

5.3.3. Pengganda Tenaga Kerja ……………...…………………..... 109

VI. KONSENTRASI SPASIAL DAN PENGHEMATAN AGLOMERASI AGROINDUSTRI ………………………………………………………. 114

6.1. Konsentrasi Spasial ………...................…………………………… 114

6.2. Kekuatan Aglomerasi …………………………………………… ... 118

6.3. Sumber-sumber Aglomerasi ………….…………………………… 125

6.4. Penghematan Akibat Aglomerasi dan Produktivitas Agoindustri di

Page 15: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

iii

Provinsi Lampung ………………………………………………… 129

6.4.1. Hasil Pengujian Statistik Model …………………………… 129

6.4.2. Produktivitas Agroindustri di Provinsi Lampung …………. 131

6.4.3. Penghematan Akibat Aglomerasi Agoindustri ……………. 133

VII. DAMPAK KEBIJAKAN DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG ……….….. 144

7.1. Output Sektoral …………………………………………………… 144

7.2. Pendapatan Rumah Tangga ……………………………………….. 150

7.3. Kesempatan Kerja …………………………………………………. 154

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………….….. 159

8.1. Kesimpulan ………………………………….…………………..... 159

8.2. Impikasi Kebijakan …………………………………….………..... 161

8.3. Saran Penelitian Lanjutan …………………….…….…………….. 162

DAFTAR PUSTAKA …………….............……….………………...... 164

LAMPIRAN ................................................................................…….… 170

Page 16: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

iv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Implikasi Aglomerasi Berkat Skala dan Keanekaragaman ….......….… 15

2. Contoh Penelitian Aglomerasi yang Menggunakan Ekonometrika/OLS 42

3. Contoh Penelitian Aglomerasi yang Menggunakan Tabel Input-Output 44

4. Contoh Penelitian Aglomerasi yang Menggunakan Indeks …………. 45

5. Model dasar Tabel Input-Output …………………………….………… 48

6. Nama dan Kode Sektor berdasarkan Agregasi Sektor Tabel Input-Output Provinsi Lampung …………….………………………………….……. 75 7. Klasifikasi Subyek Agroindustri berdasarkan Tabel I-O dan KBLI …… 84

8. Output Sektor Agroindustri di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan Tahun 2005 …………………………………….………...…….……… 91

9. Keterkaitan ke Belakang Agroindustri dengan Sektor Lain di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan Tahun 2005 ………………...…….………. 94

10. Keterkaitan ke depan Agroindustri dengan Sektor Lain di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan Tahun 2005 ………………...…….………. 96

11. Kombinasi Keterkaitan Antarsektor Ekonomi di Provinsi Lampung Tahun 2005 ……………………………………...……...…….……….. 99

12. Penelusuran Keterkaitan ke Belakang Sektor Agroindustri Provinsi Lampung Tahun 2005 ….........................................................….…….. 102 13. Penelusuran Keterkaitan ke Depan Sektor Agroindustri Provinsi Lampung Tahun 2005 ......….…....................................................….... 103 14. Pengganda Output Sektor Agroindustri di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan Tahun 2005 ……………………………….…...…….……… 105

15. Pengganda Pendapatan Tahun 2000 dan Tahun 2005 ………………... 108

16. Pengganda Tenaga Kerja Sektor Agroindustri ……………...………... 110

17. Rekapitulasi Peringkat Keterkaitan dan Pengganda Sektor Agroindustri Tahun 2005 …...........................................................……....……….... 111

Page 17: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

v

18. Indeks Gini Lokasional Sektor Agroindustri di Provinsi Lampung …. 115

19. Indeks Spesialisasi Krugman (KSpec) Sektor Agroindustri di Provinsi Lampung …………………………………….……………....………... 116 20. Indeks Ellison-Glaeser ( EGγ ) Sektor Agroindustri Provinsi Lampung 118

21. Penetapan Klaster Agroindustri di Provinsi Lampung ……...……….. 124

22. Sumber-sumber Aglomerasi Sektor Agroindustri di Provinsi Lampung …………………………………….………………….…… 126

23. Koefisien Produksi pada Agroindustri di Provinsi Lampung .............. 132 24. Koefisien Akibat Aglomerasi pada Agroindustri di Provinsi Lampung 134

25. Dampak Kebijakan Ekonomi Tunggal di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Output Sektoral Tahun 2005 ……….…… 146

26. Dampak Kebijakan Ekonomi Gabungan di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Output Sektoral Tahun 2005 ……….…… 151

27. Dampak Kebijakan Ekonomi Tunggal di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Pendapatan Rumah Tangga Sektoral Tahun 2005 …………….………………….………………….……..... 152

28. Dampak Kebijakan Ekonomi Gabungan di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Pendapatan Rumah Tangga Sektoral Tahun 2005 …………….…………………….………………….……. 155

29. Dampak Kebijakan Ekonomi Tunggal di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Kesempatan Kerja Sektoral Tahun 2005 156

30. Dampak Kebijakan Ekonomi Gabungan di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Kesempatan Kerja Sektoral Tahun 2005 161

Page 18: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Perkembangan Pemikiran tentang Aglomerasi …….……....….….……. 12

2. Pertumbuhan Jalur Seimbang dan Tidak Seimbang …....…….…….…..... 22

3. Skala Pengembalian ………….………….….......…….......................… 40

4. Strategi Model Integrasi I-O dan Ekonometrika …….…...….……....… 64

5. Kerangka Pemikiran Penelitian ……….…………….…….……....…... 70

6. Kerangka Operasional Penelitian ……….…………….…..……....….. 87

7. Pemetaan Klaster Agroindustri Provinsi Lampung……….…..….…...... 123

Page 19: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2000 ……….……….… 171 2. Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2005 ……….……….… 176 3. Kontribusi Output Sektor Ekonomi Provinsi Lampung Tahun 2000 dan 2005 ….....................…….……….………….……….………….... 182 4. Lokasi Pengembangan Klaster Industri Agro ….........................…….… 183 5. Kontribusi Industri Pengolahan dalam PDRB Propinsi Lampung Atas Dasar Harga yang Berlaku …......…….……….………….……….….... 184 6. Perkembangan Ekspor Industri di Provinsi Lampung Tahun 2001-2005 185 7. Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Provinsi Lampung Tahun 2000-2005 ……….……….………….……….…………....…….….... 186 8. Peta Penyebaran Industri Provinsi Lampung….………….................. 187 9. Metode Pembaharuan Data …….…………….…………….…………. 188 10. Keterkaitan ke Belakang Sektor Agroindustri dengan Sektor Lain di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan 2005 ….…………....……......... 191 11. Keterkaitan ke Depan Sektor Agroindustri dengan Sektor Lain di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan 2005 ….…………....……......... 192 12. Pangsa Keterkaitan ke Belakang Sektor Agroindustri di Provinsi Lampung Tahun 2005 ……….………….……….…………....…….… 193 13. Pangsa Keterkaitan ke Depan Sektor Agroindustri di Provinsi Lampung Tahun 2005 ……….………….……….…………....…….… 194 14. Daya Sebar dan Derajat Kepekaan Sektor Ekonomi di Provinsi Lampung Tahun 2005 ….…………….…………….…………….…... 196 15. Pengganda Output Sektor Ekonomi di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan 2005 ……….………….……….…………....…….…….………… 197 16. Pengganda Pendapatan Sektor Ekonomi di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan 2005 ….…………….…………….…………….…………... 198 17. Pengganda Kesempatan Kerja Sektor Ekonomi di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan 2005 ….…………………….…………….…………. 199

Page 20: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

viii

18. Rekapitulasi Peringkat Keterkaitan dan Pengganda Sektor Ekonomi Tahun 2000 ….…………….…………….…………….…………....... 200 19. Rekapitulasi Peringkat Keterkaitan dan Pengganda Sektor Ekonomi Tahun 2005 ….…………….…………….…………….…………....... 201 20. PDRB Sektor Agroindustri Provinsi Lampung Tahun 2000 (jutaan

rupiah) ……….……….………….……….…………....…….…........... 202

21. PDRB Sektor Agroindustri Provinsi Lampung Tahun 2005 (jutaan rupiah) ……….……….………….……….…………....…….…........... 203

22. Nilai LQ Sektor Agroindustri Kabupaten/ Kota di Provinsi Lampung Tahun 2000 ……….……….………….……….…………....…….…... 204

23. Nilai LQ Sektor Agroindustri Kabupaten/ Kota di Provinsi Lampung Tahun 2005 ……….……….………….……….…………....…….….... 205

24. Peta Rencana Sistem Pelayanan Perkotaan Provinsi Lampung........... 206 25. Direktori Industri Sedang dan Besar Provinsi Lampung Tahun 2005 207 26. Tingkat Pendidikan Pekerja Sektor Agroindustri di Provinsi Lampung Tahun 1997 ….…………….…………….…………….…………....... 215 27. Hasil Estimasi Model dan Statistik t Tabel .…………….………….... 216 28. Alternatif Kebijakan Ekonomi Tunggal di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Output Sektoral Tahun 2005 .…………. 221 29. Alternatif Kebijakan Ekonomi Tunggal di Sektor Agroindustri

Provinsi Lampung terhadap Pendapatan Rumah Tangga Tahun 2005 223

30. Alternatif Kebijakan Ekonomi Tunggal di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Kesempatan Kerja Tahun 2005 .………. 225

31. Alternatif Kebijakan Ekonomi Gabungan di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Output Sektoral Tahun 2005 .…………. 227 32. Alternatif Kebijakan Ekonomi Gabungan di Sektor Agroindustri

Provinsi Lampung terhadap Pendapatan Rumah Tangga Sektoral Tahun 2005 ……….…………….…………….………….................. 229

33. Alternatif Kebijakan Ekonomi Gabungan di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Kesempatan Kerja Sektoral Tahun 2005 231

Page 21: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2004-2009

di Sektor Industri Manufaktur, Pemerintah Pusat memprioritaskan pengembangan

agroindustri. Prioritas tersebut bertujuan untuk meningkatkan perekonomian

wilayah, khususnya di luar Jawa. Rencana tersebut beralasan karena agroindustri

merupakan subsektor industri yang selama ini memberikan kontribusi besar dalam

penyerapan tenaga kerja dan ekspor non migas. Pengembangan agroindustri pada

dasarnya ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah sektor pertanian.

Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 telah memberikan

pengaruh yang besar terhadap perekonomian Indonesia pada tahun 1998. Krisis

ekonomi yang diawali oleh turunnya nilai rupiah terhadap US dollar menyebabkan

semakin mahalnya harga barang-barang impor. Hal ini pada gilirannya

menyebabkan semakin meningkatnya biaya produksi yang harus ditanggung oleh

produsen dalam negeri, yang banyak menggantungkan produksi melalui

ketersediaan bahan baku impor. Krisis ekonomi yang berkepanjangan tersebut

menyebabkan output menjadi berkurang sehingga mengakibatkan penurunan produk

domestik bruto (PDB) Indonesia pada tahun 1998. Pertumbuhan ekonomi Indonesia

pada tahun tersebut mengalami kontraksi sekitar -13.1%, yang mengakibatkan

banyak sektor ekonomi terpuruk, terutama industri dan konstruksi.

Menurut Departemen Perindustrian (2005), perekonomian Indonesia mulai

mengarah pada pemulihan krisis ekonomi yang tercermin dari membaiknya kondisi

ekonomi makro dengan indikator terkendalinya inflasi, stabilnya nilai tukar terhadap

nilai mata uang asing khususnya dolar Amerika Serikat, rendahnya suku bunga bank

dan sebagainya. Sejalan dengan kemajuan itu, sektor industripun mengalami

Page 22: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

2

perbaikan kinerja, baik dalam hal pertumbuhan, kontribusi, maupun peranannya.

Meskipun ada perbaikan yang cukup berarti, harus diakui bahwa peran sektor

industri dalam ekonomi nasional, serta sektor riil lainnya masih lebih rendah

dibandingkan dengan kondisi sebelum krisis.

Herjanto (2003) menyebutkan bahwa sebelum terjadi krisis ekonomi pada

pertengahan tahun 1997, perkembangan jumlah unit usaha, tenaga kerja, nilai

produksi, nilai investasi dan nilai ekspor agroindustri menunjukkan peningkatan

yang cukup menggembirakan. Dari jumlah unit usaha, pada tahun 1995 tercatat

sebanyak 2 068 unit usaha sedangkan pada tahun 1997 telah mencapai 2 416 unit

usaha atau naik rata-rata 8.41% pertahun. Penyerapan tenaga kerja juga mengalami

peningkatan, apabila pada tahun 1995 sebesar 817 466 orang, pada tahun 1997 telah

mencapai 971 896 orang. Perkembangan ekspor juga menunjukkan peningkatan

yang tajam. Pada tahun 1995 nilai ekspor tercatat sebesar US$ 1.65 milyar, pada

tahun 1997 telah mencapai US$ 2.39 milyar atau mengalami pertumbuhan rata-rata

20.5% pertahun.

Saat awal krisis ekonomi pada tahun 1997, agroindustri masih bertahan. Hal

ini ditunjukkan dengan tingkat utilitas rata-rata sekitar 75.3%. Setelah krisis

melanda Indonesia, terjadi penurunan tingkat utilitas menjadi sekitar 6.9% pada

tahun 1998. Nilai ekspor juga mengalami penurunan, di mana pada tahun 1997 nilai

ekspor mencapai US$ 2.39 milyar sedangkan tahun 1998 menjadi US$ 1.96 milyar

(turun -17.8%). Meskipun demikian, kontribusi sektor agroindustri terhadap

perekonomian masih tetap tinggi. Pada tahun 1998, saat pertumbuhan ekonomi

negatif, sektor agroindustri menyumbang Rp 39.87 trilyun pada PDB ekonomi atau

sebesar 17.56% dari kontribusi sektor industri pengolahan non-migas.

Pada tahun 2000 sumbangan sektor agroindustri terhadap PDB ekonomi

mencapai Rp 51.5 trilyun. Kelompok industri berbasis hasil pertanian (skala

Page 23: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

3

menengah besar) berjumlah 2 190 unit usaha dengan nilai investasi sebesar Rp 27

trilyun. Nilai produksi mencapai Rp 39.1 trilyun dan total ekspor mencapai US$ 3

milyar. Sedangkan untuk skala kecil menengah berjumlah lebih dari 545 000 unit

usaha dengan nilai produksi mencapai Rp 12.5 trilyun dan nilai investasi sebesar Rp

2.97 trilyun, serta total ekspor sebesar US$ 112.5 juta.

Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi potensial untuk

pengembangan agroindustri di luar Jawa. Besarnya potensi tersebut dapat dilihat dari

kontribusi agroindustri terhadap output sektoral dalam perekonomian wilayah

Lampung. Berdasarkan Lampiran 1, 2 dan 3 yang merupakan data Tabel Input-

Output Provinsi Lampung Tahun 2000 dan 2005, peringkat terbesar dalam

kontribusi output sektoral adalah sektor-sektor dalam kelompok agroindustri.

Sektor-sektor agroindustri tersebut menyumbang sekitar 28% output daerah, dimana

persentase ini lebih besar dibandingkan sektor pertanian.

Jika dibandingkan dengan sektor produksi primer (perkebunan, padi,

perikanan, peternakan dan kehutanan), perolehan output dan nilai tambah pada

sektor agroindustri tersebut sangat besar. Sektor agroindustri memberikan

sumbangan sekitar 50% terhadap ekspor non migas Provinsi Lampung selama tahun

2001-2005 (lihat Lampiran 6 dan 7). Pada tahun 2001 nilai ekspor industri hasil

pertanian mencapai US $ 245 812.64 ribu. Nilai ekspor komoditas ini terus bergerak

naik hingga mencapai US $ 586 216.46 ribu pada tahun 2005.

1.2. Perumusan Masalah

Kebijakan dalam pembangunan industri manufaktur diarahkan untuk

menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia serta mampu mengantisipasi

perkembangan perubahan lingkungan yang cepat. Persaingan internasional

merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara, sehingga fokus dari strategi

Page 24: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

4

pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing industri

manufaktur yang berkelanjutan di pasar internasional.

Untuk membangun daya saing yang berkelanjutan, upaya pemanfaatan

seluruh potensi sumber daya yang dimiliki bangsa serta kemampuan untuk

memanfaatkan peluang-peluang yang ada di luar maupun di dalam negeri harus

dilakukan secara optimal. Oleh karena itu, daya saing yang berkelanjutan tersebut

terletak pada upaya menggerakkan dan mengorganisasikan seluruh potensi sumber

daya produktif untuk menghasilkan produk inovatif yang lebih murah, lebih baik,

dan lebih mudah diperoleh dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan permintaan

pasar.

Menurut Pandjaitan (2000), dalam rangka untuk meningkatkan daya saing

industri, diperlukan pengelompokan industri yang saling berhubungan secara

intensif, dan merupakan aglomerasi perusahaan-perusahaan yang membentuk

kemitraan. Pentingnya perhatian tentang aglomerasi, berkait dengan sejumlah

argumen bahwa aglomerasi muncul karena pelaku ekonomi berupaya mendapatkan

penghematan aglomerasi baik karena lokasi perusahaan (localization economies),

maupun urbanisasi (urbanization economies) (Kuncoro, 2000). Hal ini sejalan

dengan pemikiran O’Sullivan (2000) bahwa kedua macam penghematan ekonomi

tersebut merupakan konsentrasi ekonomi secara spasial. Kedua macam

penghematan ini, yang sering disebut agglomeration economies, secara implisit

memperlihatkan hubungan antara industrialisasi dan urbanisasi dalam proses

pembangunan. Penghematan akibat lokalisasi terjadi apabila biaya produksi

perusahaan pada suatu industri menurun ketika produksi total dari industri tersebut

meningkat. Dengan berlokasi di dekat perusahaan lain dalam industri yang sama,

suatu perusahaan dapat menikmati beberapa manfaat. Tiga tipe agglomeration

economies yaitu internal returns to scale, localization economies, dan urbanization

Page 25: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

5

economies (O’Sullivan, 2000; Capello, 2007). Fujita et al. (1999) menyatakan

terjadinya aglomerasi didasari oleh pentingnya hasil yang meningkat akibat skala

ekonomi, biaya transportasi, serta keterkaitan ke belakang dan ke depan yang besar.

Penghematan lokalisasi yang berkaitan dengan perusahaan-perusahaan yang

memiliki aktifitas dan berhubungan satu sama lain, telah memunculkan fenomena

klaster industri, atau sering disebut industrial clusters atau industrial districts.

Klaster industri pada dasarnya merupakan kelompok aktivitas produksi yang amat

terkonsentrasi secara spasial dan biasanya berspesialisasi pada hanya satu atau dua

industri. Menurut Markusen (1996), aglomerasi industri merupakan kumpulan

klaster-klaster industri.

Keterkaitan aglomerasi industri dengan kebijaksanaan industri nasional

adalah kebijakan persebaran lokasi industri melalui penguatan klaster industri.

Kebijakan klaster industri secara formal tercantum dalam Undang-undang No. 25

Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas), dinyatakan bahwa

dalam rangka konsolidasi pembangunan sektor primer, sekunder dan tersier,

termasuk persebaran pembangunan sektor-sektor tersebut dapat ditempuh melalui

klaster industri. Klaster industri merupakan bentukan organisasi yang paling sesuai

guna menjawab tantangan globalisasi. Kebijakan ini dilanjutkan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2004-2009 yang berkaitan

dengan sektor industri (Bappenas, 2005).

Dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2004-2009, disebutkan

bahwa peningkatan daya saing industri manufaktur dilakukan melalui penguatan

klaster. Klaster-klaster tersebut tersebut adalah (1) industri makanan dan minuman,

(2) industri pengolahan hasil laut, (3) industri tekstil dan produk tekstil, (4) industri

alas kaki, (5) industri kelapa sawit, (6) industri barang kayu (termasuk rotan dan

Page 26: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

6

bambu), (7) industri karet dan barang karet, (8) industri pulp dan kertas, (9) industri

mesin listrik dan peralatan listrik, serta (10) industri petrokimia. Kriteria penentuan

klaster adalah berdasarkan peranan industri terhadap (1) penyerapan tenaga kerja,

(2) pemenuhan kebutuhan dasar dalam negeri, (3) pengolahan hasil pertanian dan

sumberdaya alam, (4) potensi pengembangan ekspor, serta (5) terkait dengan

industri masa depan.

Menurut Departemen Perindustrian (2005), industri masa depan adalah

industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, didasarkan pada besarnya

potensi sumberdaya alam, kemampuan atau daya kreasi dan ketrampilan, serta

profesionalisme sumberdaya manusia. Industri masa depan sebagai industri yang

pengembangannya diprioritaskan pada masa yang akan datang, meliputi: (1) industri

berbasis agro, (2) industri alat angkut, serta (3) industri teknologi informasi dan

peralatan telekomunikasi (telematika). Pengembangan industri berbasis agro

(agroindustri) dilakukan melalui pendekatan klaster. Lokasi pengembangan klaster

agroindustri dapat dilihat pada Lampiran 4.

Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi potensial untuk

pengembangan agroindustri di luar Jawa dan lokasi utama klaster agroindustri.

Berdasarkan Lampiran 5 diketahui bahwa agroindustri di Provinsi Lampung

memiliki kontribusi yang besar dalam PDRB dan penyerapan tenaga kerja. Dari

lampiran tersebut terlihat bahwa agroindustri menyumbang sekitar 12% dari total

PDRB Provinsi Lampung dalam kurun waktu tahun 2000-2004 dan menyerap

sekitar 75% dari tenaga kerja yang bekerja di lapangan usaha industri dalam kurun

waktu tahun 2000-2005. Berdasarkan kontribusi output dan penyerapan tenaga

kerja, agroindustri berperan sebagai leading sector sehingga pengembangan

agroindustri di Provinsi Lampung memiliki arti yang sangat strategis. Salah satu

syarat tercapainya transformasi struktural dari pertanian ke industri adalah adanya

Page 27: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

7

keterkaitan antara pertanian dan industri yang tangguh. Dengan demikian, penelitian

keterkaitan antarsektor agroindustri di Provinsi Lampung diperlukan untuk melihat

peran agroindustri sebagai leading sector menuju tercapainya transformasi struktural

dari pertanian ke industri.

Aglomerasi agroindustri di Provinsi Lampung terjadi karena posisi Provinsi

Lampung dekat dengan kawasan Jabotabek sebagai daerah pemasaran, dan dekat

dengan sumber bahan baku (lihat Lampiran 8). Oleh karena itu, diperlukan

penelitian tentang aglomerasi industri dan peranannya dalam perekonomian Provinsi

Lampung. Analisis peranan agroindustri dalam perekonomian wilayah dilakukan

agar target agroindustri dalam meningkatkan output, pendapatan dan penyerapan

tenaga kerja wilayah memberikan kontribusi yang besar.

Dari latar belakang dan gambaran kondisi agroindustri di Provinsi Lampung,

maka ada beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana keterkaitan antarsektor agroindustri terhadap sektor-sektor lain

dalam perekonomian wilayah?

2. Apakah terjadi konsentrasi spasial dan aglomerasi pada sektor-sektor

agroindustri di Provinsi Lampung?

3. Apakah aglomerasi menimbulkan penghematan (agglomeration economies)

dalam produksi sektor agroindustri?

4. Kebijakan ekonomi apakah yang berpotensi meningkatkan peran sektor

agroindustri dalam perekonomian wilayah?

1.3. Tujuan Penelitian

Secara lebih spesifik, tujuan penelitian adalah :

1. Menganalisis keterkaitan sektor agroindustri dalam perekonomian wilayah.

2. Mengidentifikasi terjadinya konsentrasi spasial dan aglomerasi pada sektor

agroindustri.

Page 28: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

8

3. Menganalisis penghematan aglomerasi (agglomeration economies) dalam sektor

agroindustri.

4. Menganalisis dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri dalam

perekonomian wilayah.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat :

1. Memberikan kontribusi bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam

pengambilan keputusan guna mengoptimalkan peranan agroindustri dalam

perekonomian Provinsi Lampung melalui pendekatan aglomerasi, keterkaitan

dan kontribusi agroindustri dalam output, pendapatan, dan tenaga kerja.

2. Memperkaya khasanah pengetahuan tentang ekonomi pembangunan, ekonomi

pertanian, geografi ekonomi, ekonomi regional, ekonomi publik, dan

perencanaan wilayah.

3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lanjutan yang lebih mendalam.

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan

Penelitian ini mengkaji dampak eksternalitas aglomerasi dan peran

agroindustri dalam perekonomian wilayah Provinsi Lampung dengan ruang lingkup

dan keterbatasan sebagai berikut :

1. Penelitian ini meliputi langkah-langkah berikut: (1) pengkajian struktur ekonomi

wilayah, (2) pembaharuan data (updating) Tabel Input-Output Tahun 2000 ke

Tahun 2005, (3) pengkajian keterkaitan ke belakang dan ke depan, serta dampak

pengganda agroindustri, (4) pengkajian besarnya konsentrasi spasial dan

kekuatan aglomerasi, (5) pengkajian faktor-faktor penentu penyebab tumbuhnya

penghematan akibat aglomerasi agroindustri (agglomeration economies), (6)

pemodelan simulasi/skenario kebijakan, dan (7) perumusan implikasi kebijakan.

Page 29: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

9

2. Lingkup wilayah penelitian dibatasi pada tingkat makro wilayah Provinsi

Lampung dan tidak menganalisis keterkaitan antar wilayah (inter region). Salah

satu alat analisis data yang dipergunakan adalah Model Input-Ouput (I-O)

sehingga berlaku asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam model tersebut.

Asumsi-asumsi tersebut adalah : (1) keseluruhan kegiatan ekonomi dibagi habis

menurut klasifikasi tertentu ke dalam sektor dan institusi, (2) jumlah penerimaan

dan jumlah pengeluaran dari masing-masing sektor/institusi berimbang (adanya

prinsip keseimbangan umum), dan (3) distribusi koefisien antar sektor/berlaku

konstan.

3. Asumsi yang digunakan dalam analisis input-output yaitu: (1) keseragaman

(homogeneity), yang mensyaratkan bahwa tiap sektor memproduksi suatu output

tunggal dengan struktur input tunggal dan tidak ada substitusi otomatis terhadap

input dari output sektor yang berbeda-beda, (2) kesebandingan (proportionality),

yang menyatakan hubungan antara input dan output di dalam tiap sektor

merupakan fungsi liniar, yaitu jumlah tiap jenis input yang diserap oleh sektor

tertentu naik atau turun sebanding dengan kenaikan atau penurunan output dari

sektor-sektor tersebut, (3) penjumlahan (additivity), yang berarti bahwa efek

total dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan efek masing-masing

kegiatan, dan (4) ekses kapasitas atau kapasitas sumberdaya berlebih. Artinya

sisi penawaran selalu dapat merespon perubahan sisi permintaan dan penawaran

tidak pernah menimbulkan kesenjangan antara keduanya. Konsekuensinya

harga-harga tidak pernah berubah atau harga tetap (fixed price) dan bersifat

eksogen.

4. Tidak membangun Tabel Input-Output Interregional antar kabupaten/kota

ataupun antar provinsi.

Page 30: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

10

5. Analisis pengaruh penghematan akibat aglomerasi (agglomeration economies)

agroindustri dibatasi pada maanfaatnya bagi produksi atau output industri besar

dan sedang karena berhubungan dengan konfigurasi spasial dan keterbatasan

data.

6. Analisis konsentrasi spasial dan kekuatan aglomerasi sektor agroindustri dibatasi

pada unit spasial kabupaten atau kabupaten yang berdekatan (co-location).

7. Analisis knowledge spillovers dibatasi pada tingkat pendidikan pekerja,

sedangkan natural advantage berkaitan dengan bahan baku agroindustri.

Page 31: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Aglomerasi

Montgomery (1988) mendefinisikan aglomerasi sebagai konsentrasi spasial

dari aktivitas ekonomi di kawasan perkotaan karena penghematan akibat lokasi yang

berdekatan (economies of proximity), yang diasosasikan dengan klaster spasial dari

perusahaan, para pekerja, dan konsumen. Markusen (1996) menyatakan bahwa

aglomerasi merupakan suatu lokasi yang "tidak mudah berubah" akibat adanya

penghematan eksternal yang terbuka bagi semua perusahaan yang letaknya

berdekatan dengan perusahaan lain dan penyedia jasa-jasa, dan bukan akibat

kalkulasi perusahaan atau para pekerja secara individual. Aglomerasi merupakan

kumpulan klaster-klaster industri. Namun suatu klaster, atau superklaster di Brazil,

atau bahkan kumpulan klaster tidak dapat diidentikkan dengan suatu kota. Nama-

nama populer seperti Silicon Valley di AS atau Sinos Valley di Brazil menunjukkan

bentuk-bentuk geografis yang berbeda. Negara Bagian Minnesota juga merupakan

aglomerasi industri dari masing-masing bagian wilayah yang berspesialisasi yaitu

Twin Cities untuk industri jasa, Southeast Minnesota untuk industri mesin,

Southwest Minnesota untuk industri peralatan pertanian, Northwest Minnesota

untuk industri pengolahan hasil pertanian, dan Northeast Minnesota untuk industri

hasil hutan dan rekreasi (Munnich, 2005).

Perkembangan konsep dan pemikiran tentang aglomerasi dapat dirangkum

dalam Gambar 1. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa setiap studi atau teori

mengenai aglomerasi dapat digolongkan dalam perspektif klasik atau moderen.

Ditinjau dari perspektif klasik, aglomerasi merupakan suatu bentuk spasial dan

diasosiasikan dengan konsep "penghematan akibat aglomerasi" (economies of

agglomeration) melalui konsep eksternalitas. Para pendukung perspektif ini telah

Page 32: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

12

meletakkan dasar-dasar model mikro mengenai eksternalitas akibat skala ekonomis

(Kuncoro, 2000).

Sumber: Kuncoro (2000)

Gambar 1. Perkembangan Pemikiran tentang Aglomerasi

Jalur pemikiran tersebut dikembangkan dengan berbagai studi empiris yang

mencoba menganalisis dan mengestimasi besarnya skala ekonomis. Sementara itu,

para ahli ekonomi regional mendefinisikan kota sebagai hasil dari produksi

aglomerasi secara spasial. Hal ini pada gilirannya mendorong tumbuhnya literatur

mengenai formasi kota.

Menurut Hoover (1985), penghematan aglomerasi adalah penghematan yang

terjadi akibat terkonsentrasinya aktivitas ekonomi secara spasial. Penghematan

tersebut dapat terjadi dalam industri yang sama atau beberapa industri yang berbeda.

KLASIK

Penghematan Eksternal

Formasi Perkotaan

Eksterna-litas Dinamis

Pertumbuhan Kota

Biaya Transaksi

Lokalisasi vs Urbanisasi

Marshall- Arrow Romer

Jacobs Central Place vs Network System

Increasing return

(Penghematan akibat skala)

Knowledge spill over akibat keanekaragaman

Ketergantungan skala vs netralitas

Minimisasi biaya transaksi akibat skala

AGLOMERASI

MODERN

Page 33: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

13

Hoover (1985) menyatakan bahwa ada 2 macam penghematan akibat aglomerasi,

yaitu penghematan lokalisasi dan penghematan urbanisasi. Penghematan lokalisasi

terjadi karena konsentrasi spasial dalam industri yang sama, meliputi penghematan

transfer yang terjadi pada keseluruhan perusahaan dalam industri dan saling terkait

satu sama lain. Hal ini menyebabkan penurunan biaya produksi perusahaan pada

suatu industri ketika produksi total dari industri tersebut meningkat (economies of

scale). Penghematan urbanisasi terjadi apabila industri-industri pada suatu wilayah

terasosiasi dan terakumulasi dalam berbagai tingkatan aktivitas ekonomi secara

keseluruhan. Penghematan urbanisasi mendorong terciptanya pendukung dari

aktivitas ekonomi secara keseluruhan dan menciptakan keuntungan secara kumulatif

bagi seluruh industri.

Berdasarkan Pemikiran Hoover tentang localization economies dan

urbanization economies, Glaeser et al. (1992) mengklasifikasikan dua macam

knowledge spillovers, yaitu intraindustry spillovers dan interindustry spillovers.

Intraindustry spillovers adalah knowledge spillovers yang terjadi pada suatu industri

yang dikembangkan berdasarkan pemikiran Romer. Sedangkan interindustry

spillovers, yang dikembangkan oleh Jacob, merupakan knowledge spillovers yang

terjadi antar industri yang berkaitan dalam suatu lokasi.

Jacob (1969) mengembangkan pemikiran Hoover tentang penghematan

urbanisasi. Jacob menyatakan bahwa terjadi ekternalitas positif antar industri berupa

interindustry spillovers yang biasa disebut sebagai Jacobs externalities sebagai

dampak terkonsentrasinya dan terasosiasinya industri-industri pada suatu wilayah.

Henderson (1994) melengkapi pemikiran Jacob dan menyatakan bahwa penelitian

dan pengembangan (R&D) berpengaruh positif terhadap Jacobs externalities.

Perspektif moderen menunjukkan beberapa kritik terhadap teori Klasik

mengenai aglomerasi. Pada konteks ini, tiga jalur pemikiran dapat diidentifikasi.

Page 34: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

14

Pertama, teori-teori baru mengenai eksternalitas dinamis (dynamic externalities).

Kedua, mahzab pertumbuhan perkotaan. Ketiga, paradigma berbasis biaya transaksi.

Dalam kaitannya dengan aglomerasi, sebagian besar ekonom mendefinisikan

kota sebagai hasil dari proses produksi aglomerasi secara spasial. Quigley (1998)

mengidentifikasi empat macam pemikiran studi aglomerasi dan yang diidentifikasi

menjadi empat periode evolusi pemikiran. Periode pertama, yaitu beberapa

dasawarsa setelah Perang Dunia I, fokus analisis adalah pada faktor-faktor yang

mempengaruhi lokasi perusahaan dan rumah tangga dalam suatu kota. Pada periode

kedua, yang dimulai pada pertengahan dasawarsa 1960-an, kebanyakan studi

mencoba menjelaskan daya tarik lokasi kawasan perkotaan. Periode ketiga muncul

dari analisis yang intensif mengenai kota-kota utama di AS dan memperkenalkan

konsep eksternalitas, yang muncul akibat skala ekonomis.

Menurut Quigley (1998), saat ini kita berada dalam pertengahan periode

keempat dalam mencoba memahami perekonomian kota. Pada periode ini, kota

digunakan untuk menganalisis hakikat dan sebab-sebab pertumbuhan ekonomi.

Kebanyakan analisis aglomerasi secara implisit mengasumsikan bahwa formasi dan

perkembangan kota dapat dipahami bila mekanisme konsentrasi produksi secara

spasial telah dimengerti dengan benar.

Kuncoro (2000) menyatakan bahwa aglomerasi tidak selalu memunculkan

suatu kota. Perbedaan antara aglomerasi dan kota terutama terletak pada perbedaan

antara kesederhanaan (simplicity) dan kompleksitas. Teori klasik mengenai

aglomerasi berargumen bahwa aglomerasi muncul karena para pelaku ekonomi

berupaya mendapatkan penghematan akibat aglomerasi (agglomeration economies),

baik karena penghematan akibat lokasi maupun penghematan akibat urbanisasi,

dengan mengambil lokasi yang saling berdekatan satu sama lain. Aglomerasi ini

mencerminkan adanya sistem interaksi antara pelaku ekonomi yang sama: apakah

Page 35: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

15

antar perusahaan dalam industri yang sama, antar perusahaan dalam industri yang

berbeda, ataupun antar individu, perusahaan dan rumah tangga. Di lain pihak, kota

adalah suatu daerah keanekagaman yang menawarkan manfaat kedekatan lokasi

konsumen maupun produsen. Beberapa faktor kunci yang memiliki implikasi

terhadap skala dan keberagaman kota disajikan pada Tabel 1. Faktor-faktor ini

meliputi skala ekonomis, penghematan akibat berbagi input baik dalam proses

produksi maupun konsumsi, penurunan biaya transaksi, dan penurunan variabilitas

akibat keanekaragaman aktivitas ekonomi.

Tabel 1. Implikasi Aglomerasi Berkat Skala dan Keanekaragaman

Faktor Contoh Argumen Teori

1. Penghematan skala (Scale economies) Dalam produksi, di

dalam perusahaan Dalam konsumsi

Skala pabrik yang lebih besar Barang publik: taman, stadion olah raga

Mills, Dixit Arnott & Stiglizt

2. Berbagi bahan baku (Shared inputs) Dalam produksi Dalam konsumsi

Perbaikan, akuntansi, hukum, iklan Teater, restoran, kultur tinggi/rendah

Krugman Rivera-Batiz

3. Biaya transaksi (Transaction cost) Dalam produksi

Dalam konsumsi

Kesesuaian pasar tenaga kerja Kawasan perbelanjaan

Heisley & Strange, Acemoglu, Artle

4. Penghematan statistik (Statistical economies) Dalam produksi Dalam konsumsi

Asuransi bagi penganggur Penjualan kembali aset Barang-barang substitusi

David & Rosenbloom Heisley & Strange

Sumber: Quigley (1998)

Pendekatan lain adalah mengaitkan aglomerasi sebagai suatu bentuk spasial

dengan konsep "penghematan akibat aglomerasi" melalui konsep eksternalitas. Scott

and Storper (1992) membedakan konsep eksternalitas antara: (1) penghematan

internal dan eksternal (internal economies dan external economies); dan (2)

Page 36: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

16

penghematan akibat skala dan cakupan (economies of scale dan economies of

scope).

Penghematan internal adalah suatu pengurangan biaya secara internal di

dalam suatu perusahaan atau pabrik. Seberapa jauh pengurangan biaya dapat dicapai

pada suatu perusahaan tergantung apakah efisiensi dapat ditingkatkan atau

dipertahankan. Beberapa faktor yang berperan dalam pengurangan biaya secara

internal meliputi: pembagian kerja (spesialisasi), digantinya tenaga manusia dengan

mesin, melakukan subkontrak beberapa aktivitas proses produksi kepada perusahaan

lain, dan menjaga titik optimal operasi yang meminimalkan biaya.

Penghematan eksternal merupakan pengurangan biaya yang terjadi akibat

aktivitas di luar lingkup perusahaan atau pabrik. Sebagaimana halnya suatu

perusahaan dapat mencapai penghematan biaya secara internal dengan memperluas

produksi atau meningkatkan efisiensi, suatu atau beberapa industri dapat meraih

penghematan eksternal dengan beraglomerasi secara spasial. Penghematan biaya

terjadi akibat perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama bersaing satu sama

lain dalam memperoleh pasar atau konsumen. Penghematan juga terjadi karena

adanya tenaga terampil dan bahan baku pada daerah tersebut yang menopang

jalannya usaha perusahaan. Manfaat aglomerasi industri diperkuat oleh sarana dan

prasarana seperti pendidikan, air, transportasi, dan hiburan, yang memungkinkan

adanya penghematan biaya.

Penghematan akibat skala muncul karena perusahaan menambah produksi

dengan cara memperbesar pabrik (skala). Penghematan biaya terjadi dengan

meningkatkan skala pabrik sehingga biaya produksi per unit dapat ditekan. Ini

berbeda dengan penghematan akibat cakupan yang terjadi karena sejumlah aktivitas

atau sub-unit usaha secara internal maupun eksternal dapat dilakukan pada saat yang

bersamaan sehingga menghemat biaya. Penghematan eksternal maupun

Page 37: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

17

penghematan skala ekonomis dan cakupan secara khusus berkaitan dengan proses

aglomerasi. Penghematan akibat aglomerasi merupakan fungsi dari sejumlah barang-

barang konsumsi, variabilitas input antara, dan angkatan kerja (Kuncoro, 2000).

Dewasa ini teori-teori klasik yang dianggap standar ditantang dan

disempurnakan oleh tiga jalur paradigma: (1) teori-teori baru mengenai eksternalitas

dinamis yang menekankan peranan transfer informasi dan inovasi, (2) paradigma

pertumbuhan perkotaan, dan (3) paradigma yang berbasis biaya transaksi.

Teori-teori baru mengenai eskternalitas dinamis percaya bahwa akumulasi

informasi pada suatu lokasi tertentu akan meningkatkan produktivitas dan

kesempatan kerja. Pendekatan ini menjelaskan secara simultan bagaimana kota-kota

terbentuk dan mengapa mereka tumbuh. Berbeda dengan eksternalitas statis,

Menurut Henderson et al. (1995) eksternalitas dinamis menekankan pada pentingnya

transfer pengetahuan (knowledge spillovers) antar perusahaan dalam suatu industri,

yang diperoleh lewat komunikasi yang terus berlangsung antar perusahaan lokal

dalam industri yang sama. Porter (1990) membuat argumen yang serupa bahwa

pertumbuhan didorong oleh transfer pengetahuan pada industri yang berspesialisasi

pada produk tertentu dan terkonsentrasi secara spasial.

Pertumbuhan kota-kota ternyata meliputi berbagai faktor yang lebih

kompleks daripada sekedar penghematan akibat aglomerasi. Teori skala kota yang

optimal (theories of optimum city size), yang dikaji ulang oleh Fujita and Thisse

(2002) menggambarkan ekuilibrium konfigurasi spasial dari aktivitas ekonomi

sebagai hasil yang menarik antara kekuatan sentripetal dan sentrifugal. Kekuatan

sentripetal (centripetal forces), yang ditunjukkan oleh penghematan aglomerasi,

adalah semua kekuatan menarik aktifitas ekonomi ke daerah perkotaan. Kekuatan

sentrifugal (centrifugal forces) adalah kebalikan dari kekuatan sentripetal.

Page 38: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

18

Ronald Coase (Pemenang Hadiah Nobel dalam llmu Ekonomi tahun 1991)

merupakan ekonom yang mengembangkan analisis biaya transaksi (ABT). Menurut

Coase (1992), untuk melakukan suatu transaksi pasar diperlukan identifikasi dengan

siapa seseorang bertransaksi, menginformasikan kepada masyarakat bahwa

seseorang ingin berurusan beserta persyaratannya, melakukan negosiasi hingga

penawaran, menulis kontrak, melakukan pemeriksaan yang diperlukan untuk

meyakinkan bahwa syarat-syarat kontrak telah diikuti, dan seterusnya. Biaya

transaksi tidak hanya mempengaruhi penyusunan kontrak tetapi juga mempengaruhi

barang dan jasa yang diproduksi. Adanya biaya transaksi akan mendorong

munculnya perusahaan.

Sumber-sumber aglomerasi ekonomi terdiri dari spillovers (rembesan)

informasi, input lokal tidak diperdagangkan, dan sumber tenaga kerja lokal terlatih

(Mccann, 2001; Capello, 2007). Jika beberapa perusahaan pada industri yang sama

terkumpul pada lokasi yang sama, ini berimplikasi bahwa pemilik perusahaan relatif

mudah dalam mengakses tenaga kerja dari perusahaan lokal lainnya. Tenaga kerja

yang berkumpul pada lokasi yang sama memudahkan rembesan (spillovers)

informasi melalui kontak langsung atau tidak langsung (Cohen, 2005). Pada situasi

di mana beberapa perusahaan ada di lokasi yang sama, ada kemungkinan terdapat

input lokal tidak diperdagangkan seperti infrastruktur tersebut, dengan cara yang

lebih efisien dibandingkan jika perusahaan terdispersi/menyebar. Konsentrasi

spasial menurunkan biaya transaksi informasi. Konsentrasi spasial meningkatkan

kemungkinan informasi yang tepat akan ditransmisikan, dan ketersediaan tenaga

kerja terlatih pada lokasi tersebut relatif lebih banyak dari pada tenaga kerja yang

terdispersi.

Page 39: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

19

2.2. Keterkaitan Antarsektor

Debat ahli ekonomi mengenai pertumbuhan seimbang (balanced growth)

dan tidak seimbang (unbalanced growth) telah memberikan sumbangan bagi studi

kuantitatif pola-pola pembangunan. Pendukung pertumbuhan seimbang seperti

Nurkse (1953) atau Rosenstein-Rodan (1963) mengargumentasikan bahwa negara

harus membanguan berbagai industri secara simultan jika ingin mencapai

pertumbuhan berkelanjutan. Tipe pembangunan ini sering disebut sebagai

pertumbuhan seimbang pada sisi permintaan, karena pembangunan industri

ditentukan oleh permintaan atau pola pengeluaran dari konsumen dan investor.

Pertumbuhan seimbang pada sisi penawaran menunjukkan kebutuhan untuk

membangun beberapa industri secara bersamaan untuk mencegah kemacetan

penawaran.

Salah satu masalah terkait dengan argumen pertumbuhan seimbang

berkaitan dengan nasehat suatu negara miskin dengan sedikit atau tanpa industri

disarankan untuk membangun beberapa industri secara bersamaan atau terus

mengalami stagnasi. Program ini terkadang disebut sebagai big push atau critical

minimum effort. Saran tersebut tidak mendorong negara miskin yang memiliki

beban sumberdaya manajerial dan finansial yang membatasinya untuk mendirikan

beberapa pabrik baru.

Dalam pembahasan mengenai pola pembangunan industri, ditunjukkan

bahwa sedikit bukti yang menunjukkan bahwa semua negara mengikuti pola

tertentu. Beberapa negara memberikan penekanan pada satu industri tertentu,

sedangkan negara lain terkonsentrasi pada set industri yang berbeda. Pendukung

pola pertumbuhan tidak seimbang (unbalanced growth), khususnya Hirschman

(1958), menyadari perbedaan tersebut dan menggunakannya untuk mengusulkan

Page 40: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

20

pola pembangunan industrial yang berbeda. Suatu negara dapat mengkonsentrasikan

energinya hanya pada beberapa sektor pada tahap awal pembangunannya.

Menurut Perkins (2001), pertumbuhan tidak seimbang yang diusulkan oleh

Hirschman, tidak berisi cara melepaskan diri dari dilema pertumbuhan seimbang.

Hirschman membangun ide pertumbuhan tidak seimbang tertuju bagaimana

seharusnya pembangunan berjalan. Konsep sentral dari teori Hirschman (1958)

adalah keterkaitan. Industri dikaitkan dengan industri lain dengan cara-cara yang

dapat diperhitungkan dalam memutuskan suatu strategi pembangunan. Industri

dengan backward linkages menggunakan input dari industri lain. Keterkaitan ke

depan terjadi dalam industri yang memproduksi barang yang menjadi input industri

lain.

Keterkaitan ke depan dan ke belakang menghasilkan tekanan yang

mengawali penciptaan industri baru yang pada gilirannya menciptakan tekanan

tambahan dan seterusnya. Tekanan ini dapat berbentuk peluang profit baru bagi

pengusaha swasta atau tekanan yang dibangun melalui proses politik agar

pemerintah mengambil kebijakan. Investor swasta misalnya memutuskan

membangun pabrik tanpa memberikan fasilitas perumahan bagi pekerjanya.

Pemerintah mengambil kebijakan untuk membangun infrastruktur dan jalan.

Perkins (2001) menyatakan bahwa meskipun di permukaan pola

pembangunan seimbang dan tidak seimbang nampak tidak konsisten satu sama lain,

namun dapat dipandang sebagai sisi yang berlawanan dari koin yang sama. Tidak

ada pola tunggal dalam industrialisasi yang harus diikuti semua negara. Di sisi lain,

analisis kuantitatif menunjukkan bahwa beberapa pola sangat mirip antar kelompok

negara. Meskipun negara dengan jumlah perdagangan luar negeri yang besar dapat

mengikuti strategi tidak seimbang untuk beberapa lama, suatu negara tidak dapat

Page 41: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

21

mengandalkan industri yang diinginkannya dan selanjutnya terfokus pada industri

tersebut di seluruh tahap pembangunan negara tersebut.

Konsep keterkaitan menunjukkan bahwa ketidakseimbangan yang kaku akan

menghasilkan tekanan yang memaksa suatu negara kembali ke jalur pertumbuhan

seimbang. Jadi, tujuan mendesaknya adalah derajat keseimbangan dalam program

pembangunan. Tetapi perencana memiliki pilihan antara berusaha menjaga

keseimbangan melalui proses pembangunan atau terlebih dulu menciptakan

ketidakseimbangan dengan pemahaman bahwa tekanan keterkaitan akan

memaksanya kembali ke keseimbangan. Pilihan-pilihan tersebut adalah mengikuti

jalur pertumbuhan seimbang yang ditunjukkan oleh garis lurus atau pertumbuhan

tidak seimbang diperlihatkan ditunjukkan oeh garis kurva, yang dilustrasikan pada

Gambar 2.

Saling ketergantungan antar sektor dapat dirumuskan dalam tiga jenis efek

keterkaitan, yaitu: (1) efek keterkaitan antar industri (interindustry linkage effect),

mengukur efek peningkatan satu unit permintaan akhir (final demand) terhadap

tingkat produksi dalam setiap sektor, (2) efek keterkaitan ketenagakerjaan

(employment linkage effect), mengukur penggunaan total tenaga kerja dalam satu

sektor sebagai akibat perubahan satu unit permintaan akhir, dan (3) efek keterkaitan

penciptaan pendapatan (income generation linkage effect) mengukur efek perubahan

salah satu variabel eksogen dalam permintaan akhir terhadap peningkatan

pendapatan (Chenery and Clark, 1959).

Peningkatan satu unit permintaan akhir pada variabel eksogen dapat

meningkatkan produksi dalam setiap sektor melalui efek keterkaitan antar industri

dan tingkat penyerapan tenaga kerja melalui efek keterkaitan ketenagakerjaan.

Peningkatan output dan ketenagakerjaan timbul dari keterkaitan ini, juga

dicerminkan oleh penciptaan pendapatan tenaga kerja melalui keterkaitan penciptaan

Page 42: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

22

pendapatan mendorong peningkatan permintaan barang-barang konsumsi,

menginduksi lebih banyak output dan kesempatan kerja.

Gambar 2. Jalur Pertumbuhan Seimbang dan Tidak Seimbang

Menurut Meier (1995), dua mekanisme yang bekerja dalam sektor aktivitas

produksi secara langsung adalah pertama, penyediaan input yang menghasilkan

permintaan atau backward linkage effects, yaitu setiap aktivitas ekonomi non primer

akan mempengaruhi upaya untuk mensuplai melalui produksi domestik input yang

diperlukan oleh aktivitas tersebut. Kedua, pemanfaatan output atau forward linkage

effects, yaitu setiap aktivitas yang menurut sifatnya tidak menjadi barang akhir, akan

mempengaruhi usaha untuk memanfaatkan output sebagai input pada aktivitas baru.

Pengembangan agroindustri di satu pihak meningkatkan permintaan input

antara (intermediate input) seperti bahan baku tanaman pangan, tanaman

perkebunan, perikanan dan lain-lain yang dipasok oleh sektor pertanian. Hal ini

Output sektor B

Out

put s

ekto

r A

Jalur pertumbuhantidak seimbang

Jalur pertumbuhan seimbang

a

b

Page 43: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

23

disebut keterkaitan ke belakang (backward linkage). Di pihak lain, sektor

agroindustri meningkatkan penawaran output untuk sektor-sektor lain seperti

perdagangan dan industri lainnya, di samping ada yang digunakan sendiri oleh

agroindustri. Hal ini disebut keterkaitan ke depan (forward linkage). Jadi, kedua

aspek ini yang dikenal sebagai efek keterkaitan antar industri (interindustry linkage

effect), yang mengarah ke belakang dan ke depan.

Selain itu, pengembangan sektor agroindustri akan meningkatkan penyediaan

kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga, yang selanjutnya meningkatkan

permintaan terhadap barang-barang konsumsi yang dihasilkan sektor lain. Keinginan

untuk mengkonsumsi barang-bararig tersebut merupakan dorongan untuk

meningkatkan produktivitas dan akhirnya meningkatkan tabungan di sektor

agroindustri. Hubungan ini dikenal sebagai efek keterkaitan ketenagakerjaan

(employment linkage effect) dari efek keterkaitan penciptaan pendapatan (income

generation linkage effect).

2.3. Agroindustri, Peran dan Kebijakan

Istilah agroindustri tidak dapat dipisahkan dari istilah agribisnis. Keduanya

memang menyangkut unsur yang sama, yaitu agro, tetapi memiliki ruang lingkup

yang berbeda. Berikut beberapa kutipan yang dapat membedakan keduanya.

Davis dan Golberg dari Harvard University, yang dikenal sebagai pencetus

istilah agribisnis, mendefinisikan agribisnis sebagai jumlah total dari semua operasi

yang terlibat dalam manufaktur dan distribusi suplai usahatani; aktivasi produksi

pada usahatani; dan penyimpanan atau pengolahan dan distribusi komoditas

usahatani dan barang-barang dagangan yang dihasilkannya (Herjanto, 2003).

Sedangkan, Downey and Erickson (1987) dalam memberikan pengertian tentang

agribisnis mencakup semua bisnis dan aktivitas manajemen yang dilakukan perusahaan

Page 44: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

24

yang memberikan input untuk sektor usahatani, menghasilkan produk usahatani, dan/atau

pemrosesan, transport, pembiayaan, penanganan atau pemasaran produk usahatani.

Austin (1992) memberikan definisi agroindustri sebagai suatu usaha yang

mengolah bahan-bahan yang berasal dari tanaman dan hewan. Pengolahannya

mencakup transformasi dan preservasi melalui perubahan secara fisik dan kimiawi,

penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Karakteristik pengolahan dan derajat

transformasi dapat sangat beragam, mulai dari pembersihan, grading dan

pengemasan, pemasakan, pencampuran dan perubahan kimiawi yang menciptakan

makanan sayur-sayuran yang berserat.

Hubungan antara sektor pertanian dengan sektor industri dalam agribisnis

menurut Sinaga (1998) adalah agribisnis mencakup seluruh kegiatan di sektor

pertanian dan sebagian dari sektor industri. Subsektor industri tersebut menghasilkan

sarana produksi pertanian dan mengolah hasil-hasil pertanian dan dikenal sebagai

agroindustri.

Dari beberapa definisi di atas jelas bahwa agroindustri mempunyai ruang

lingkup yang lebih kecil dibandingkan agribisnis. Agroindustri terbatas pada

kegiatan pengolahan produk yang berbasiskan pertanian, sedangkan agribisnis

mencakup semua kegiatan sejak menyediakan input, membudidayakan, mengolah,

menyediakan dana, memasarkan, dan mendistribusikan produk-produk berbasiskan

pertanian.

Agroindustri dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu agroindustri hulu

(upstream agrobusiness) yaitu subsektor industri yang menghasilkan sarana

produksi pertanian, dan agroindustri hilir (downstream agrobusiness) yaitu

subsektor industri yang mengolah hasil-hasil pertanian (Sinaga, 1998).

Dalam konsep pembangunan ekonomi, suatu sektor disebut sebagai sektor

yang memimpin (a leading sector) jika sektor tersebut memenuhi beberapa kriteria

Page 45: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

25

sebagai berikut: (1) memiliki pangsa yang besar dalam perekonomian secara

keseluruhan, (2) memiliki pertumbuhan dan nilai tambah yang relatif tinggi, serta (3)

memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward and backward linkages)

yang cukup besar. Kondisi tersebut umumnya dicirikan oleh tingginya elastisitas

harga untuk permintaan dan penawaran, elastisitas pendapatan untuk permintaan

yang relatif besar, multiplier pendapatan dan kesempatan kerja yang relatif besar,

kemampuan menyerap bahan baku dan kemampuan memberikan sumbangan input

yang besar, serta memiliki keterkaitan erat dengan sektor ekonomi lain yang juga

memiliki pangsa yang relatif besar dalam struktur ekonomi. Berdasarkan pemikiran

di atas dan menelaah kondisi yang terjadi di Indonesia, Saragih (1992) melihat

bahwa agroindustri dapat berperan sebagai sektor yang memimpin.

Dengan menggunakan pendekatan input-output, Saragih (1996) melakukan

kajian peran sektor agroindustri dalam perekonomian Indonesia. Selama periode

1971-1995, pangsa agroindustri terhadap ekspor industri nonmigas mengalami

pertumbuhan, demikian pula pangsa terhadap impor juga mengalami peningkatan.

Meskipun keduanya mengalami peningkatan, tetapi proporsi ekspor masih lebih

besar daripada impor, sehingga selalu menjadi penghasil surplus devisa. Dengan

neraca perdagangan yang terus positif, agroindustri tetap menjadi penyumbang

terbesar dalam devisa non migas.

Untuk mengukur kinerja ekonomi agroindustri menggunakan tiga kriteria

ekonomi: nilai tambah per tenaga kerja, nilai tambah per output, dan nilai tambah

per unit input tidak termasuk modal tetap. Agroindustri dapat berperan penting

dalam pertumbuhan ekonomi serta sebagai prime mover dalam industrialisasi

pedesaan. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Pryor and Holt (1998) yang

menunjukkan bahwa kontribusi agrobisnis dalam perkembangan ekonomi nasional

Page 46: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

26

(GDP) mencapai 53%, lebih tinggi dari Malaysia, Korea Selatan, Argentina maupun

Brazil.

Menurut Rusastra et al. (2005), dalam rangka mewujudkan struktur

perekonomian yang seimbang, kebijakan ekonomi di sektor agroindustri memiliki

beberapa sasaran menarik pembangunan sektor pertanian, menciptakan nilai tambah,

menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan penerimaan devisa, dan

meningkatkan pembagian pendapatan. Agar agroindustri dapat berperan sebagai

penggerak utama perekonomian maka harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut : berlokasi di pedesaan, terintegrasi vertikal ke bawah, mempunyai kaitan

input-output yang besar dengan industri lainnya, dan padat tenaga kerja

(Simatupang dan Purwoto, 1990).

2.4. Klaster Industri dan Kebijakan Pengembangannya

Menurut Porter (1998), klaster adalah sekelompok perusahaan dan lembaga

terkait yang berdekatan secara geografis, memiliki kemiripan yang mendorong

kompetisi serta juga bersifat komplementer. Kedekatan produk dari perusahaan-

perusahaan ini pada tahap awal akan memacu kompetisi dan kemudian mendorong

adanya spesialisasi dan peningkatan kualitas serta mendorong inovasi dalam

diferensiasi pasar. Porter (1998) menggambarkan bahwa klaster merupakan

konsentrasi geografis atas berbagai industri yang terkait, penyedia jasa pendukung

dan berbagai institusi yang mendukungnya.

Klaster dapat berupa sebuah kawasan tertentu, sebuah kota sampai wilayah

yang lebih luas. Bahkan klaster juga berupa sebuah wilayah lintas negara seperti

Jerman Selatan dengan wilayah Swiss yang berbahasa Jerman. Kriteria geografisnya

terletak pada apakah efisien ekonomis atas jarak tersebut ada dan terwujud dalam

berbagai aktivitas bisnis yang menguntungkan atau tidak.

Page 47: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

27

Porter (1998) berpendapat bahwa klaster disebabkan oleh (1) keunggulan

kompetitif, (2) sejarah, dan (3) institusi. Keunggulan kompetitif berkaitan dengan

faktor yang berhubungan dengan kondisi penawaran dan permintaan, hubungan

industri, dan persaingan lokal yang memberikan keuntungan bagi perusahaan lokal.

Sejarah berkaitan dengan faktor yang mendasari industri atau penggunaan teknologi

yang menyebabkan keunggulan kompetitif. Institusi adalah kelembagaan formal dan

informal yang mempengaruhi pengembangan klaster guna mendukung kreasi, difusi,

dan impor pengetahuan.

Proses pembentukan klaster pertama kali diamati oleh Alfred Marshall pada

tahun 1919. Marshall mengidentifikasi manfaat dari berkumpulnya perusahaan

dalam sebuah ruang geografis tertentu. Karakteristik manfaat ini tidak dinikmati

secara pribadi dan mikro oleh sebuah perusahaan serta dapat dinikmati bersama oleh

perusahaan lain. Manfaat seperti ini sering juga disebut sebagai economies of

localization.

Menurut Hartarto (2004), fenomena pengklasteran merupakan suatu

fenomena yang terjadi sejak permulaan awal industrialisasi. Fenomena ini terjadi

dari penenunan kapas di Lancashire dan industri mobil di Detroit sampai industri

tekstil di Ahmadabad dan Bombay serta penyamakan kulit di Calcutta dan Arcot.

Markusen (1996) membuat tesis tentang pola klaster industri beradasarkan

studinya di Amerika Serikat. Berdasarkan variabel struktur bisnis dan skala

ekonomi, keputusan investasi, jalinan kerjasama dengan pemasok, jaringan

kerjasama sesama pengusaha dalam klaster, jaringan kerjasama dengan perusahaan

di luar klaster, pasar dan migrasi tenaga kerja, keterkaitan identitas budaya lokal,

peranan pemerintahan daerah, dan peranan asosiasi, pola klaster dibedakan menjadi

empat distrik yaitu Distrik Marshallian, Distrik Hub & Spoke, Distrik Satelit, dan

Distrik State-anchored.

Page 48: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

28

Kebijakan pengembangan klaster industri di Indonesia secara formal

tercantum dalam Program Pembangunan Nasional 1999-2004. Dalam Program

Pembangunan Nasional tersebut dijelaskan bahwa dalam rangka

mengkonsolidasikan pembangunan sektor-sektor primer, sekunder, dan tersier,

termasuk keseimbangan persebaran pembangunannya ditempuh pendekatan klaster

industri. Melalui pendekatan ini diharapkan pola keterkaitan antar kegiatan baik di

dalam sektor industri sendiri (keterkaitan horisontal) maupun antara sektor industri

dengan seluruh jaringan produksi dan distribusi terkait (keterkaitan vertikal) akan

dapat secara responsif menjawab tantangan persaingan global yang semakin ketat.

Dipilihnya pendekatan klaster industri didorong oleh pemikiran bahwa

berbagai kebijakan yang lalu bersifat parsial dan memberi preferensi lebih pada

kegiatan industri tertentu yang cenderung kurang memperhatikan keterkaitan

horisontal maupun vertikal, sehingga menimbulkan ekonomi biaya tinggi dan pada

gilirannya justru melemahkan pengembangan klaster dan daya saing nasional.

Berdasarkan RPJM Tahun 2004-2009 dan Kebijakan Menteri Perindustrian

2005-2009, peningkatan daya saing industri manufaktur dilakukan melalui

penguatan klaster. Strategi pengembangan industri di masa depan terdiri atas strategi

pokok dan strategi operasional. Strategi pokok tersebut meliputi: (1) memperkuat

keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai pada klaster dari industri yang

bersangkutan, (2) meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai, (3)

meningkatkan sumber daya yang digunakan industri, dan (4) menumbuh-

kembangkan industri kecil dan menengah. Sedangkan untuk strategi operasional

terdiri dari: (1) menumbuh-kembangkan lingkungan bisnis yang nyaman dan

kondusif, (2) penetapan prioritas industri dan penyebarannya, (3) pengembangan

industri dilakukan dengan pendekatan klaster, dan (4) pengembangan kemampuan

inovasi teknologi.

Page 49: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

29

Sesuai dengan permasalahan mendesak yang dihadapi serta terbatasnya

kemampuan sumberdaya pemerintah, fokus utama pengembangan industri

manufaktur ditetapkan pada beberapa sub-sektor yang memenuhi satu atau lebih

kriteria sebagai berikut: (1) menyerap banyak tenaga kerja, (2) memenuhi kebutuhan

dasar dalam negeri (seperti makanan-minuman dan obat-obatan), (3) mengolah hasil

pertanian dalam arti luas (termasuk perikanan) dan sumber-sumber daya alam lain

dalam negeri, dan (4) memiliki potensi pengembangan ekspor. Diturunkan dari

keempat kriteria di atas berdasarkan analisis keunggulan komparatif dan kompetitif,

prioritas dalam tahun 2005-2009 adalah pada penguatan klaster-klaster: (1) industri

makanan dan minuman, (2) industri pengolah hasil laut, (3) industri tekstil dan

produk tekstil, (4) industri alas kaki, (5) industri kelapa sawit; (6) industri barang

kayu (termasuk rotan dan bambu), (7) industri karet dan barang karet, (8) industri

pulp dan kertas, (9) industri mesin listrik dan peralatan listrik, dan (10) industri

petrokimia.

Intervensi langsung pemerintah secara fungsional dalam bentuk investasi dan

layanan publik diarahkan pada hal-hal di mana mekanisme pasar tidak dapat

berlangsung. Dalam tataran ini, aspek tersebut meliputi: (1) pengembangan riset

untuk pembaruan dan inovasi teknologi produksi, termasuk pada pengembangan

manajemen produksi yang memperhatikan kesinambungan lingkungan dan teknik

produksi yang ramah lingkungan (clean production), (2) peningkatan kompetensi

dan keterampilan tenaga kerja, (3) layanan informasi pasar produk dan faktor

produksi baik di dalam maupun luar negeri, (4) pengembangan fasilitasi untuk

memanfaatkan aliran masuk dana asing sebagai potensi sumber alih teknologi dan

perluasan pasar ekspor, (5) sarana dan prasarana umum pengendalian mutu dan

pengembangan produk, dan (6) prasarana klaster lainnya, terutama dalam

mendorong penyebaran industri ke luar Jawa.

Page 50: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

30

2.5. Geografi dan Lokasi Industri

Aktivitas industri membutuhkan fasilitas fisik, bangunan instalasi

permesinan, perlengkapan dan faktor lingkungan kerja. Dari seluruh fasilitas fisik,

maka lokasi merupakan faktor penentu sebelum kegiatan tersebut berlangsung. Di

samping itu, lokasi menjadi tempat melangsungkan suatu kegiatan dan dapat

menentukan atau mempengaruhi hal teknis yang berhubungan dengan kegiatan

perusahaan, seperti pengangkutan bahan baku, permesinan dan perlengkapan

lainnya, pemasaran dan perlengkapan lainnya

Sejumlah faktor yang ikut menentukan munculnya industri di suatu wilayah,

antara lain faktor ekonomis, historis, manusia, politis, dan akhirnya geografis.

Menurut Richardson (1977), faktor geografis terdiri atas bahan mentah, sumberdaya

tenaga, suplai tenaga kerja, suplai air, pemasaran, dan fasilitas transportasi.

1. Bahan mentah

Tak ada barang dapat dibuat jika tak ada bahan-mentahnya; misalnya untuk

industri pensil dibutuhkan tambang grafit dan kayu jenis khusus tentunya.

Industri kulit pasti berlatarbelakang daerah peternakan di mana jenis ternak

dapat menyediakan kulit yang diperlukan. Industri semen membutuhkan jenis

lempung yang mengandung kapur. Selanjutnya masih perlu dipikirkan,

bagaimana mengangkut bahan mentah tersebut ke kota yang mempunyai industri

tersebut.

2. Sumberdaya tenaga

Sumberdaya tenaga yang diperlukan dalam industri adalah sumberdaya untuk

menggerakkan mesin pabrik, yaitu tenaga air atau perlistrikan. Untuk

mendatangkan bahan-bahan seperti itu, lokasi pabrik dapat mendekat ke

pelabuhan pengimpor bahan tersebut atau mendekat ke lokasi sumber air dan

pembangkit listrik.

Page 51: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

31

3. Suplai tenaga kerja

Suplai tenaga kerja menyangkut dua segi, yaitu kuantitatif artinya banyaknya

orang yang direkrut dan kualitatif yaitu tenaga kerja berdasarkan ketrampilan

tekniknya.

4. Suplai air

Industri amat memerlukan persediaan air, misalnya pabrik kertas, pabrik pangan,

dan pabrik kimiawi. Bahkan ada yang memerlukan air bersih atau air yang keras

atau lunak secara kimiawi, serta air yang bebas dari pencemaran. Hal ini penting

dalam pelayanan industri pembuatan kertas, minuman dan tekstil.

5. Pemasaran

Tujuan industri adalah memproduksi barang-barang untuk dijual sehingga

pemasaran mempunyai kedudukan yang penting. Pemasaran tergantung pada

luasnya pasar, kuatnya pasaran, dan taraf hidup para pelanggan.

6. Fasilitas transportasi

Transportasi lewat darat, air atau udara amat diperlukan bagi industri. Hal ini

bertalian dengan usaha untuk mendatangkan bahan mentah dan usaha untuk

melempar produksi ke pasar.

Kajian lokasi industri sebagaimana dikemukakan oleh McCann (2001)

bertujuan untuk menemukan lokasi optimal (optimum location) bagi setiap pabrik

atau industri, yaitu lokasi yang terbaik secara ekonomis. Keuntungan tertinggi akan

diperoleh apabila biaya yang ditanggung paling rendah, namun diperoleh

pendapatan yang tertinggi. Teori Weber menyatakan bahwa lokasi industri mengacu

pada tempat yang biayanya paling minimal. Inilah prinsip dari least cost location, di

mana untuk mendapatkan hal itu perlu dilakukan evaluasi pada beberapa prakondisi

sebagai berikut: (1) wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim, dan

penduduknya, (2) sumberdaya atau bahan mentah, (3) upah buruh, (4) biaya

Page 52: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

32

transportasi yang tergantung dari bobot bahan mentah dan jarak antara terdapatnya

sumberdaya (bahan mentah) dan lokasi pabrik, dan (5) terdapatnya kompetisi

antarindustri.

Masalah lokasi bisa muncul baik sebelum pendirian suatu perusahaan

maupun setelah perusahaan berproduksi. Bisa saja suatu perusahaan yang sudah

lama berproduksi mendadak harus pindah lokasi, sehubungan dengan perkembangan

perusahaan, perubahan pasar, atau sumber penawaran bahan baku. Dengan

demikian, dalam situasi persaingan yang melibatkan masalah biaya, maka penentuan

lokasi industri menjadi faktor penting. Hal ini sesuai dengan dasar teori lokasi

perusahaan, yaitu penentuan lokasi perusahaan pada titik geografis yang terbanyak

memberi kesempatan pada peningkatan daya saing atau potensi pasar perusahaan.

Tingkat persaingan dalam pasar dapat diketahui dari posisi suatu perusahaan

dalam suatu industri. Struktur (structure) menentukan perilaku (conduct) dan pada

gilirannya juga akan menentukan kualitas dari kinerja industri-industri. Struktur

mengacu pada sifat industri yang mempengaruhi keadaan proses persaingan.

Struktur mencakup ukuran dan distribusi ukuran perusahaan, penghalang-

penghalang dan syarat-syarat masuk dalam industri, diferensiasi produk, struktur

harga/biaya, dan aturan pemerintah.

Struktur pasar bisa mempengaruhi kebijakan perusahaan (conduct), misalnya

kebijakan personalia, syarat-syarat kerja, dan berbagai faktor lain, baik secara

langsung maupun tidak langsung, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap

alokasi sumber daya perusahaan tersebut dan produk-produk dihasilkannya. Perilaku

(conduct) perusahaan dalam industri perlu mempertimbangkan faktor-faktor desain

produk, diferensiasi produk, cara penetapan harga, aktivitas-aktivitas promosi

penjualan, dan iklan. Kinerja merupakan suatu penilaian tentang pencapaian

Page 53: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

33

ekonomi dari tujuan-tujuan yang telah direncanakan, misalnya efisiensi,

pertumbuhan ekonomi, ekspor, dan kesempatan kerja.

2.6. Teori Lokasi, Kutub Pertumbuhan dan Pengembangan Wilayah

Dari sekian banyak teori lokasi dan teori perwilayahan yang telah

diintrodusksi oleh para pencetusnya dapat diketengahkan beberapa di antaranya

yang dianggap penting, yaitu Von Thunen pada tahun 1826, A. Weber pada tahun

1909, W. Christaller pada tahun 1933, A. Losch pada tahun 1944, F. Perroux pada

tahun 1955, W. Isard pada tahun 1956, dan J. Friedmann pada tahun 1964.

Von Thunen telah mengembangkan hubungan antara perbedaan lokasi pada

tata ruang (spatial location) dan pola penggunaan lahan. Menurut Von Thunen, jenis

pemanfaatan lahan dipengaruhi oleh tingkat sewa lahan dan didasarkan pula pada

aksesibilitas relatif. Lokasi berbagai jenis produksi pertanian (seperti menghasilkan

tanaman pangan, perkebunan, dan sebagainya) ditentukan oleh kaitan antara harga

barang-barang hasil dalam pasar dan jarak antara daerah produksi dengan pasar

penjualan. Kegiatan yang mampu menghasilkan panen fisik tertinggi per hektar akan

ditempatkan pada kawasan konsentris yang pertama di sekitar kota, karena

keuntungan yang tinggi per hektar memungkinkan untuk membayar sewa lahan

yang tinggi. Kawasan produksi berikutnya kurang intensif dibandingkan dengan

kawasan produksi yang pertama, demikian seterusnya.

Menurut von Thunen, produsen-produsen tersebar di daerah luas, sedangkan

pembeli-pembeli terkonsentrasi pada titik sentral (buyers concentrated, seller

dispersed). Titik sentral pada umumnya merupakan kota, dan tidak terdapat

perbedaan lokasi di antara para pembeli di dalam kota. Semua pembeli membayar

suatu harga tertentu, tetapi unit penghasilan bersih di antara para produsen berbeda-

beda, tergantung pada jaraknya dari pusat konsumsi. Model von Thunen ini

termasuk dalam kategori satu unit pasar dan banyak unit produksi.

Page 54: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

34

Jika terdapat kenaikan biaya transpor, maka harga barang akan naik, dan

sebaliknya penurunan biaya transpor akan menurunkan harga pasar dan

memperbesar penjualan. Manfaat dari penjualan yang bertambah tersebut akan

dinikmati oleh para penjual yang jaraknya lebih jauh, yang berarti lebih

banyak penjual yang melayani suatu pasar sehingga mengakibatkan meningkatnya

permintaan.

Meskipun model Von Thunen masih sangat sederhana, namun sumbangan

pemikirannya bagi pengembangan wilayah cukup penting yaitu mengenai penentuan

kawasan (zoning) menurut berbagai jenis kegiatan usaha (pertanian).

Analisis penentuan lokasi optimum seperti dikemukakan oleh von Thunen

telah mendapat perhatian utama dalam pemikiran Alfred Weber. Ia menekankan

pentingnya biaya transportasi sebagai faktor pertimbangan lokasi. Teori Weber

sebenarnya menekankan dua kekuatan lokasional primer, yaitu selain orientasi

transportasi juga orientasi tenaga kerja. Weber telah mengembangkan pula dasar-

dasar analisis wilayah pasar dan merupakan seorang ahli teori lokasi yang pertama

membahas mengenai aglomerasi. Pemikiran Weber telah memberikan sumbangan

ilmiah dalam banyak aspek, di antaranya yaitu penentuan lokasi yang optimal dan

kontribusinya yang esensial dalam pengembangan wilayah yaitu mengenai

munculnya pusat-pusat kegiatan ekonomi (industri).

Christaller mengembangkan pemikirannya tentang penyusunan suatu model

wilayah perdagangan yang berbentuk segi enam atau heksagonal. Teorinya adalah

teori tempat sentral (central place theory). Heksagonal yang terbesar memiliki pusat

paling besar, sedangkan heksagonal yang terkecil memiliki pusat paling kecil.

Secara horisontal, model Christaller menunjukkan kegiatan-kegiatan manusia yang

tersusun dalam tata ruang geografis, dan tempat-tempat sentral (pusat-pusat) yang

lebih tinggi ordenya mempunyai wilayah perdagangan atau wilayah pelayanan yang

Page 55: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

35

lebih luas dibandingkan pusat-pusat yang kecil; sedangkan secara vertikal, model

tersebut memperlihatkan bahwa pusat-pusat yang lebih tinggi ordenya mensuplai

barang-barang ke seluruh wilayah dan kebutuhan akan bahan-bahan mentah di

pusat-pusat yang lebih tinggi ordenya disuplai oleh pusat-pusat yang lebih rendah

ordenya. Prinsip pemasaran dengan susunan piramidal pada model tempat sentral

dapat menjamin minimisasi biaya-biaya transportasi. Menurut Christaller, seluruh

wilayah perdagangan dapat dilayani, sedangkan dalam kenyataannya sebagian dari

wilayah-wilayah tersebut tidak sepenuhnya dapat terlayani karena terbatasnya

fasilitas transportasi dan hambatan-hambatan geografis.

Teori tempat sentral menjelaskan pola geografis dan struktur herarkis pusat-

pusat kota (wilayah-wilayah nodal) tetapi tidak menjelaskan bagaimana pola

tersebut mengalami perubahan-perubahan pada masa depan, atau dengan perkataan

lain tidak menjelaskan gejala-gejala (fenomena) pembangunan. Teori ini bersifat

statis, agar teori tempat sentral dapat menjelaskan gejala-gejala dinamis, maka perlu

ditunjang oleh teori-teori pertumbuhan wilayah yang menjelaskan mengenai proses

perubahan-perubahan struktural. Salah satu dari teori pertumbuhan wilayah adalah

teori kutub pertumbuhan (growth pole theory) yang diformulasikan oleh Perroux.

Sumbangan positif teori tempat sentral karena teori tersebut relevan bagi

perencanaan dan pengembangan wilayah yaitu sistem herarki pusat merupakan

sarana yang efisien untuk perencanaan wilayah. Distribusi tata ruang dan besarnya

pusat-pusat kota merupakan unsur yang sangat penting dalam struktur wilayah nodal

dan melahirkan konsep-konsep dominasi dan polarisasi.

Losch mengintroduksikan pengertian-pengertian wilayah pasar sederhana,

jaringan wilayah pasar, dan sistem jaringan wilayah pasar. Prasarana transportasi

merupakan unsur pengikat wilayah-wilayah pasar. Unit-unit produksi pada

umumnya ditetapkan pada pusat-pusat pasar yang juga merupakan pusat-pusat

Page 56: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

36

urban. Perusahaan-perusahaan akan memilih lokasinya pada suatu tempat dimana

terdapat permintaan maksimum.

Menurut Fujita et al. (1999), ada tiga arus pemikiran teori lokasi yaitu arus

pertama dari analisis von Thunen mengenai land rent dan land use. Arus kedua,

berhubungan dengan Alfred Weber dan pengikutnya, memfokuskan pada

permasalahan lokasi optimal pabrik. Arus ketiga teori lokasi pusat dari Christaller

dan Losch menawarkan jawaban terhadap pertanyaan bagaimana ekonomi skala dan

biaya transportasi berinteraksi dalam menghasilkan ekonomi spasial.

Berdasar struktur herarkis tempat sentral yang telah ditunjukkan oleh

Christaller di atas, Isard telah menekankan pentingnya kedudukan pusat-pusat urban

tingkat nasional (metropolis) dalam kaitannya dengan aglomerasi industri.

Selanjutnya Isard mengembangkan gejala locational economies (penghematan

lokasi), dan urbanization economies (penghematan urbanisasi) sebagai akibat dari

pengaruh lokasi. Urutan besarnya peranan kota-kota dapat ditentukan dengan cara

meranking pusat-pusat yang bersangkutan (rank size rule) menurut jumlah

penduduknya.

Dalam kerangka dasar pemikiran Perroux, suatu tempat merupakan suatu

kutub pertumbuhan apabila di tempat tersebut terdapat industri kunci (key industry

dalam bahasa Inggris atau industries clef dalam bahasa Perancis) yang memainkan

peranan sebagai pendorong yang dinamik karena industri tersebut mempunyai

kemampuan untuk melakukan inovasi. Suatu kutub pertumbuhan dapat merupakan

pula suatu kompleks industri, yang berkelompok di sekitar industri kunci. Industri

kunci adalah industri yang mempunyai dampak berantai ke depan (forward linkage)

yang kuat.

Istilah industri pendorong dan industri kunci agar digunakan secara tepat.

Industri pendorong adalah yang mempunyai pengaruh penting terhadap kegiatan-

Page 57: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

37

kegiatan pada industri-industri lainnya, baik sebagai pensuplai atau langganan untuk

barang-barang atau jasa-jasa, sedangkan industri kunci adalah industri yang

menentukan peningkatan aktivitas maksimum (Richardson, 1977).

Konsep kutub pertumbuhan merupakan suatu konsep yang sangat menarik

bagi para perencanaan wilayah. Persoalan utama yang dihadapi dalam penerapan

konsep tersebut adalah pemilihan industri kunci atau industri yang menonjol

(leading industry) sebagai penggerak dinamika perturnbuhan. Dalam kasus suatu

kompleks industri yang harus diperhatikan yaitu mengidentifikasikan

ketergantungan di antara kegiatan-kegiatan ekonomi dan persoalan proses

pemindahan perturnbuhan, serta dimensi lokasional dan geografis dari kegiatan-

kegiatan tersebut. Pemilihan industri yang menonjol yang ditetapkan di kutub

perturnbuhan pada umumnya merupakan industri terberat atau terbesar yang terdapat

di daerah tersebut. Hal ini tidak hanya menyangkut pengertian dampak berantai ke

belakang dan ke depan, tetapi berkaitan pula dengan jaringan ketergantungan secara

teknik dan ekonomi. Di daerah-daerah non industri banyak mengalami gejala-gejala

bahwa industri-industri yang dianggap menonjol tidak memiliki ciri-ciri

sebagaimana dinyatakan dalam konsep di atas karena keterbatasan skala teknik dan

ekonominya, sehingga penerapan kriteria pemilihan industri-industri tersebut

tergantung pada kondisi setempat, artinya bersifat relatif.

Konsepsi Perroux merupakan langkah utama untuk memberi bentuk konkrit

pada aglomerasi. Dinyatakan bahwa pembangunan atau pertumbuhan tidak terjadi di

segala tempat, akan tetapi hanya terbatas pada beberapa tempat tertentu. Perroux

lebih memberikan tekanan pada aspek konsentrasi proses pembangunan dan

menganggap industri pendorong (propulsive industries) sebagai titik awal perubahan

unsur yang esensial untuk menunjang pembangunan selanjutnya.

Page 58: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

38

Dimensi geografis telah dimasukkan dalam pengaruh kutub pengembangan.

Antara kota dan pedesaan terdapat kaitan yang sangat erat, satu sama lain saling

melengkapi seperti dikemukakan Isard (1956). Friedmann (1964) meninjau dari

ruang lingkup yang luas dengan menampilkan teori core region (wilayah inti).

Wilayah inti dikaitkan dengan fungsinya yang dominan terhadap perkembangan

wilayah-wilayah di sekitarnya, misalnya sebagai pusat perdagangan atau pusat

industri. Wilayah-wilayah di sekitar wilayah inti disebut wilayah-wilayah pinggiran

(periphery regions).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan lokasi suatu industri

atau unit produksi pada umumnya dikaitkan dengan lokasi sumber bahan mentah

dan wilayah pasarnya. Kriteria penentuan yang digunakan bermacam-macam, yaitu

biaya transportasi yang terendah, sumber tenaga kerja yang relatif murah,

ketersediaan sumberdaya air, energi ataupun daya tarik lainnya berupa

penghematan-penghematan lokasional dan penghematan-penghematan aglomerasi.

Dimensi wilayah dan aspek tata ruang telah dimasukkan sebagai variabel tambahan

yang penting dalam kerangka teori pembangunan.

2.7. Skala Pengembalian

Skala pengembalian (returns to scale) menunjukkan hubungan perubahan

input secara bersama-sama (dalam persentase) terhadap perubahan output. Menurut

Nicholson (2000), skala pengembalian merupakan suatu keadaan di mana output

meningkat sebagai respon adanya kenaikan proporsional dari seluruh input.

Berkaitan dengan efek skala, skala pengembalian dibedakan menjadi tiga macam

yaitu skala pengembalian konstan (constant returns to scale), skala pengembalian

menurun (decreasing returns to scale), dan skala pengembalian meningkat

(increasing returns to scale).

Page 59: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

39

Sebuah fungsi produksi dikatakan menunjukkan skala pengembalian konstan

(constant returns to scale) jika peningkatan seluruh input sebanyak dua kali lipat

berakibat pada peningkatan output sebanyak dua kali lipat pula. Jika penggandaan

seluruh input menghasilkan output yang kurang dari dua kali lipatnya, maka fungsi

produksi tersebut dikatakan menunjukkan skala pengembalian menurun (decreasing

returns to scale). Jika penggandaan seluruh input menghasilkan output lebih dari

dua kali lipatnya, maka fungsi produksi mengalami skala hasil meningkat

(increasing returns to scale).

Menurut Sugiarto et al. (2002), spesialisasi pekerja dan teknologi skala besar

sering disebut sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi baik increasing returns to

scale maupun decreasing returns to scale. Sebagai ilustrasi, pekerja spesialis

biasanya memiliki kinerja yang membaik dengan bertambahnya waktu dan

pengalaman. Tetapi bila mereka secara terus menerus menggeluti pekerjaan tersebut,

kemungkinan timbul kejenuhan yang pada akhirnya menurunkan kinerja. Teknologi

skala besar terkait dengan economic of scale. Sampai pada tingkat produksi tertentu

di mana kapasitas maksimal faktor produksi belum terlampaui, produksi masih bisa

dioptimalkan. Namun apabila kapasitas optimal faktor produksi telah terlampaui,

penambahan produksi walaupun sangat kecil akan berdampak pada peningkatan

biaya produksi.

Secara umum increasing returns to scale muncul pada saat skala operasi

perusahaan masih kecil hingga sedang, diikuti munculnya kondisi constant returns

to scale dan selanjutnya muncul kondisi decreasing returns to scale saat skala

operasi perusahaan sudah besar. Gambar 3 mengilustrasikan keadaan tersebut, yaitu

dari titik A ke titik D berlaku kondisi increasing return to scale, dari titik D ke titik

F berlaku kondisi constant return to scale dan di atas F berlaku kondisi decreasing

returns to scale.

Page 60: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

40

Gambar 3. Skala Pengembalian

2.8. Studi Terdahulu Model I-O dalam Analisis Perekonomian

Kerangka analisis dengan model I-O telah diterapkan secara luas oleh para

peneliti sebelumnya untuk mengungkapkan berbagai aspek ekonomi regional.

Beberapa peneliti seperti Sumartono (1985), Sarkaniputra (1986), dan Sastrowiharjo

(1989) menggunakan kerangka analisis input output tersebut.

Sumartono (1985), dalam studinya menggunakan Tabel I-O Indonesia tahun

1980 mengungkapkan keterkaitan dan ketergantungan sektor pertanian dalam

struktur perekonomian di Indonesia. Studinya menemukan bahwa keterkaitan

langsung sektor pertanian dengan sektor bukan pertanian masih relatif lemah, yang

ditunjukkan oleh koefisien keterkaitan langsung ke depan sebesar 0.44 dan koefisien

keterkaitan ke belakang sebesar 0.34. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa output

sektor pertanian belum banyak digunakan oleh sektor lain, sebaliknya sektor

pertanian belum banyak menggunakan output sektor lain. Temuan ini menunjukkan

bahwa keadaan struktur ekonomi Indonesia pada tahun 1980 belum menggambarkan

Page 61: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

41

keadaan ekonomi yang seimbang antara sektor pertanian dengan sektor bukan

pertanian.

Sarkaniputra (1986), menggunakan model I-O sebagai kerangka strategi

pembangunan pertanian. Dari hasil studinya dirumuskan strategi pembangunan

pertanian, antara lain (1) kebijakan yang berorientasi pada perluasan lapangan kerja

di sektor agribisnis yang disertai dengan perbaikan penghasilan melalui sistem bagi

hasil, (2) kebijakan yang berorientasi pada pembangunan organisasi yang ditujukan

untuk memperkuat institusi sosial yang telah ada, pengaturan kapasitas pemilikan

tanah, besar sewa dan bagi hasil, pembangunan agraria, dan pengaturan kegiatan

produksi, serta (3) kebijakan yang berorientasi pada pembangunan ekonomi di

daerah pedesaan.

Sastrowiharjo (1989), menggunakan model I-O untuk mengetahui

pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi Provinsi Jambi. Dan hasil studinya

ditemukan bahwa proses pertumbuhan perekonomian Provinsi Jambi ditentukan

oleh pertumbuhan permintaan akhir berupa konsumsi rumahtangga, pengeluaran

pemerintah rutin, pengeluaran pemerintah untuk proyek-proyek pembangunan,

investasi swasta, stok dan ekspor. Dalam jangka pendek, pertumbuhan permintaan

akhir untuk setiap komoditi bersifat independen, artinya tidak ditentukan oleh sistem

produksi itu sendiri, tetapi oleh faktor-faktor lain. Temuan lainnya yaitu struktur

perekonomian provinsi Jambi pada tahun 1984 mengalami perubahan yang jelas, di

mana kelompok sektor pertanian yang pada tahun 1978 memberikan sumbangan

PDRB sebesar 53.46% turun menjadi sebesar 44.46% tahun 1984.

2.9. Studi Terdahulu Aglomerasi Industri

Penelitian tentang aglomerasi industri dengan pendekatan ekonomi belum

banyak dilakukan oleh peneliti. Dari beberapa penelitian tersebut terdapat penelitian

Page 62: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

42

menggunakan metode ekonomi geografi, metode ekonometrika/ OLS (lihat Tabel 2),

metode Input-Output (lihat Tabel 3), dan metode indeks (lihat Tabel 4).

Penelitian aglomerasi dengan pendekatan ekonomi geografi dimulai dengan

Markusen (1996) membuat tesis tentang pola klaster industri atau aglomerasi

beradasarkan studinya di Amerika Serikat. Berdasarkan variabel struktur bisnis dan

skala ekonomi, keputusan investasi, jalinan kerjasama dengan pemasok, jaringan

kerjasama sesama pengusaha dalam klaster, jaringan kerjasama dengan perusahaan

di luar klaster, pasar dan migrasi tenaga kerja, keterkaitan identitas budaya lokal,

peranan pemerintah lokal daerah, dan peranan asosiasi, maka pola klaster dibedakan

menjadi empat distrik yaitu Distrik Marshallian, Distrik Hub & Spoke, Distrik

Satelit, dan Distrik State-anchored.

Tabel 2. Contoh Penelitian Aglomerasi yang Menggunakan Ekonometrika/OLS

Peneliti Variabel

Dependen Variabel Penjelas

Kesimpulan

Kim (1995) Lokalisasi Regional

Intensitas sumberdaya, skala ekonomis, variabel boneka industri dan variable boneka waktu

Perubahan dalam penggunaan sumberdaya dan skala ekonomi, secara signifikan menjelaskan kecenderungan lokalisasi regional di Amerika Serikat

Kuncoro (2000) Indeks Spesialisasi Industri Manufaktur

Intensitas sumberdaya, kandungan impor, biaya tenaga kerja, skala ekonomis, orientasi ekspor, investasi asing langsung, indeks persaingan, umur, dan pendapatan per kapita

Variabel-variabel yang signifikan antara lain skala ekonomis, kandungan impor, biaya tenaga kerja, orientasi ekspor, investasi asing, indeks persaingan, dan umur mempengaruhi spesialisasi regional secara signifikan. Pendapatan regional per kapita sebagai variable spesifik regional juga mampu menjelaskan spesialisasi regional dengan baik

Page 63: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

43

Tabel 2. Lanjutan

Peneliti Variabel Dependen

Variabel Penjelas

Kesimpulan

Somik et al. (2004)

Output Industri Kapital, Labor, Energi, Material, penghematan akibat lokal dan penghematan akibat urbanisasi

Semua variabel memiliki efek positif terhadap output industri

Subana (2005) Produk Domestik Bruto (PDRB) kabupaten

Proksi investasi (modal), angkatan kerja, proksi aglomerasi tenaga kerja

Proksi investasi (modal) dan urbanisasi tenaga kerja berpengaruh positif tenaga kerja

Doriza (2005) Output Kapital, Labor, Energi, Material, penghematan akibat lokal, dan penghematan akibat urban

Semua variabel memiliki efek positif terhadap output industri

Kuncoro (2000) menganalisis dinamika dan kekuatan aglomerasi industri di

Jawa tahun 1976-1995 dengan metode ekonometrika yang menggunakan data panel

dan regresi berganda OLS (ordinary least squre). Variabel penelitian yang

digunakan adalah Indeks Spesialisasi Industri Manufaktur sebagai variabel

dependen. Variabel penjelasnya adalah intensitas sumberdaya, kandungan impor,

biaya tenaga kerja, skala ekonomis, orientasi ekspor, investasi asing langsung,

indeks persaingan, umur, dan pendapatan per kapita.

Wahyudin (2004) meneliti lokasi dan konsentrasi spasial industri manufaktur

Indonesia yang berorientasi ekpor pada tingkat kabupaten/kota. Penelitian tersebut

menggunakan analisis statistik deskriptif, indeks entropi theil guna mengamati

konsentrasi dan dispersi.

Hamzah (1997) meneliti pergerakan faktor produksi pada aglomerasi industri

dengan model Cobb-Douglas yang menunjukkan bahwa perpindahan faktor-faktor

produksi seperti tenaga kerja, investasi, dan inovasi mempengaruhi tingkat

pertumbuhan ekonomi daerah. Sedangkan Harmidi (2001) menganalisis aglomerasi

Page 64: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

44

industri manufaktur besar dan sedang di DKI Jakarta menggunakan model linier

OLS dan panel data Tahun 1975-1998.

Tabel 3. Contoh Penelitian Aglomerasi yang Menggunakan Analisis Input-Output No. Peneliti Model Implikasi

1. Okamoto (2004a)

Multi-regional Input-output untuk China (CMRIO) untuk analisa aglomerasi dan keterkaitan intra dan inter regional China

Wilayah-wilayah industri yang beraglomerasi mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang cukup besar dibandingkan wilayah lain

2. Okamoto (2004b) Tabel Input-Output untuk analisis aglomerasi dan daya saing industri di Malaysia

Industri yang beraglomerasi mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang cukup besar dibandingkan wilayah lain

3. Kuncoro (2005) Tabel Input-Output untuk masing-masing daerah yang diperbandingkan eksternalitas aglomerasinya

Wilayah yang lebih besar kekuatan aglomerasinya mempunyai indeks aglomerasi yang lebih dibandingkan daerah lain

4. Humphrey Institute of Public Affairs University of Minnesota (2005)

Tabel Input-Output dipergunakan untuk menganalisis peran dan keterkaitan klaster industri

Wilayah dalam klaster mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang lebih besar dibandingkan wilayah lain

Penelitian aglomerasi menggunakan metode input-output dilakukan oleh.

Okamoto (2004a) dan Okamoto (2004b). Okamoto (2004a) mengalisis aglomerasi

industri di China guna melihat keterkaitan intra dan inter regional (lihat Tabel 3).

Sedangkan Okamoto (2004b) mengunakan model input-output untuk menganalisis

aglomerasi dan daya saing internasional produk industri Malaysia. Indikator yang

digunakan Okamoto (2004a) dalam menganalisis aglomerasi adalah besarnya

keterkaitan setiap industri. Industri yang mempunyai keterkaitan ke belakang dan ke

depan yang besar akan cenderung beraglomerasi.

Penelitian klaster industri dilakukan oleh Humphrey Institute of Public

Affairs University of Minnesota (2005) di Negara Bagian Minnesota. Penelitian

tersebut menggunakan pendekatan Markusen (1996) dalam menganalisis pola

Page 65: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

45

klasternya, sedangkan keterkaitan klaster indutri menggunakan input-output dan

jaringan klaster dalam pembangunan ekonomi menggunakan pendekatan Porter

(1998).

Beberapa peneliti aglomerasi yang menggunakan sejumlah indeks adalah

Ellison and Glaeser (1999); Lafourcade and Mion (2003). Adapun indeks-indeks

yang digunakan antara lain Indeks Gini Lokasional, Indeks Ellison dan Glaeser, dan

Location Quotient (lihat Tabel 4).

Tabel 4. Contoh Penelitian Aglomerasi yang Menggunakan Indeks

No. Peneliti Indeks Implikasi

1. Ellison and Glaeser (1999)

Indeks Gini Lokasional, Indeks Ellison dan Glaeser

Industri yang terspesialisasi, konsentrasi spasial terjadi karena natural advantage dan knowledge spillover (disebut juga Marshal-Arrow-Romer atau MAR eksternalitas).

2. Lafourcade and Mion (2003)

Location Quotient (LQ) Spesialisasi relatif (agroindustri) pada suatu wilayah terjadi apabila spesialisasi industri pada suatu wilayah lebih besar dari pada spesialisasi industri pada wilayah agregat

Page 66: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

46

III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Teori

3.1.1. Tabel Input-Output, Perekonomian Wilayah dan Industri

Tabel Input-Output (Tabel I-O) telah dikenal sejak pertengahan abad ke-18,

khususnya oleh Francois Quesnay pada tahun 1758 dengan Tableau

De'economique-nya. Semula Quesnay hanya mengkonstruksi model makro ekonomi

I-O khususnya antara petani dan buruh (farmers and laborers), tuan tanah

(landowners) dan pihak lainnya (others, sterile class). Leon Walras pada tahun 1877

dengan general equilibrium membuatnya menjadi lebih terinci melalui pemisahan

sektor yang lebih baik dan jelas. Perkembangan Tabel Input-Output menuju bentuk

yang mendasari Tabel Input-Output modern adalah Tabel I-O yang dikembangkan

oleh Leontief pada tahun 1947.

Tujuan Leontief mengembangkan Tabel I-O adalah untuk menjelaskan

besarnya arus interindustri dalam hal tingkat produksi dalam tiap-tiap sektor. Saat

ini, analisis I-O telah berkembang luas menjadi model analisis standar untuk melihat

struktur keterkaitan perekonomian nasional, wilayah dan antar wilayah, serta

dimanfaatkan untuk berbagai peramalan perkembangan struktur perekonomian.

Menurut Nicholson (2001), model keseimbangan umum dari Walras

menjelaskan adanya dua lembaga ekonomi yaitu rumah tangga dan perusahaan. Di

antara kedua lembaga tersebut terjadi, penawaran barang-barang jadi (final good)

dari perusahaan dan permintaan terhadap barang-barang jadi oleh rumahtangga,

tetapi secara bersamaan terjadi permintaan terhadap faktor-faktor produksi dari

perusahaan terhadap rumah tangga. Apabila jumlah yang diminta sama dengan

jumlah yang ditawarkan, maka keseimbangan umum tercapai.

Page 67: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

47

Konsep dasar Model Input-Output Leontief adalah: (1) struktur

perekonomian tersusun dari berbagai sektor atau industri yang satu sama lain

berinteraksi melalui transaksi jual beli, (2) output suatu sektor dijual kepada sektor

lainnya untuk memenuhi permintaan akhir rumah tangga, pemerintah, pembentukan

modal dan ekspor, (3) input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya, dan rumah

tangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, pemerintah dalam bentuk pajak tidak

langsung, penyusutan, surplus usaha dan impor, (4) hubungan input-output bersifat

linier, (5) dalam suatu kurun waktu analisa selama satu tahun, total input sama

dengan total output, dan (6) suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan.

Suatu sektor hanya menghasilkan suatu output yang dihasilkan oleh suatu teknologi.

Model dasar Tabel Input-Output disajikan pada Tabel 5.

Tabel input-output digunakan untuk: (1) memperkirakan dampak permintaan

akhir terhadap output, nilai tambah, impor, dan penyerapan tenaga kerja di berbagai

sektor produksi, (2) menyusun proyeksi variabel-varibel ekonomi makro, (3)

menganalisis perubahan harga, (4) mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya

paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang pengaruhnya

paling dominan terhadap pertumbuhan perekonomian nasional, (5) melihat

komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa, terutama dalam analisis

terhadap kebutuhan dan kemungkinan substitusinya, dan (6) melihat konsistensi dan

kelemahan berbagai data statistik yang pada gilirannya dapat digunakan sebagai

landasan perbaikan, penyempurnaan dan pengembangan lebih lanjut (BPS, 2000).

Model input-output juga dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain

sebagai: (1) analisis struktural yang melukiskan hubungan permintaan dan

penawaran pada tingkat keseimbangan, (2) alat evaluasi pengaruh ekonomi pada

investasi masyarakat terhadap perekonomian wilayah dan nasional, (3) alat

peramalan dan perencanaan melalui mekanisme tertentu, (4) alat analisis regional

Page 68: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

48

dan interregional, (5) analisis dampak antar sektor ekonomi, tenaga kerja,

pendapatan, dan lain-lain, (6) analisis kepekaan dan uji kelayakan, (7) bersama-sama

dengan metode linear programming dapat digunakan untuk tujuan perencanaan, dan

(8) bersama-sama dengan analisis comparative cost, untuk analisis industrial

kompleks dalam suatu rangkaian analisis ekonomi regional (BPS, 2000).

Tabel 5. Model Dasar Tabel Input-Output

Sektor 1 2 … J … N C G I E

Total Output

1 X11 … … Xij … Xin C1 G1 I1 E1 X1 2 X21 … … X2j … X2n C2 G2 I2 E2 X2 … … … … … … … … … … … … I … … … Xij … … Ci Gi Ii Ei Xi .. … … … … … … … … … … …

Input Antara

N Xn1 … … Xnj … Xnn Cn Gn In En Xn W W1 … … Wj … Wn CW GW IW EW W T T1 … … Tj … Tn CT GT IT ET T

Input Primer

S S1 … … Sj … Sn CS GS IS ES S Impor M M1 Mj Mn CM GM IM - M Total Input X1 Xj Xn C G I E X

Keterangan : i,j : Sektor ekonomi, i =1,2,...n, dan j =1,2, ...n Xij : Total output sektor i yang dipergunakan sebagai input sektor j Xi : Total ouput sektor i, X j total input sektor j, untuk sektor yang sama (i=j) , total output sama dengan total input (Xi= Xj). Ci : Pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap output sektor i Gi : Pengeluaran pemerintah yaitu belanja rutin dan pembangunan terhadap output sektor i. Ii : Pengeluaran pembentukan modal tetap netto (investasi) dari output sektor i, output i, ouput sektor i yang menjadi barang modal. Ei : Ekspor barang dan jasa sektor i, output sektor i yang disekpor/ dijual ke luar wilayah, permintaan wilayah eksternal terhadap output sektor i. Yi : Total permintaan akhir terhadap output sektor i (Yi=Ci+Gi+Ii+E i) Wj : Balas jasa rumah tangga yaitu upah dan gaji dari sektor j, nilai tambah sektor j yang dialokasikan sebagai upah dan gaji anggota rumah tangga yang bekerja di sektor j. Tj : Pendapatan pemerintah yaitu pajak dari sektor j, nilai tambah sektor j yang menjadi pendapatan asli daerah dari sektor j. Sj : Surplus usaha sektor j, nilai tambah sektor j yang menjadi surplus usaha Mj : Impor sektor j, komponen input produksi sektor j yang diperoleh/ dibeli dari luar wilayah.

Page 69: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

49

Secara sederhana, tabel input output pada Tabel 5 terdiri dari : pemintaan

antara, permintaan akhir, input antara, input primer, total input dan total output.

Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa pada sektor 1, output sebesar X1 dialokasikan

sebesar X11, X21, X31 dan X14 berturut-turut kepada sektor 1, 2, 3 dan 4, sebagai

permintaan antara, serta Fi yaitu konsumsi rumahtangga, pengeluaran pemerintah,

investasi, dan ekspor, untuk memenuhi permintaan akhir. Alokasi output secara

keseluruhan dapat dirumuskan ke dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut :

11131211 XFXXX =+++

22232221 XFXXX =+++

33333231 XFXXX =+++

Persamaan diatas selanjutnya ditulis kembali sebagai berikut :

11113112111 XFXaXaXa =+++

22213222221 XFXaXaXa =+++

33333332331 3 XXaXaXa =+++

Dimana jijij XXa /= dan menyatakan koefisien (teknik) secara langsung. Dalam

bentuk matriks persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut :

AX + F = X (3.1)

Dimana : [ ijα ] merupakan matriks koefisien, X menyatakan matriks total dan F

menyatakan matriks permintaan akhir. Persamaan 3.1 dapat dinyatakan sebagai

berikut :

FAIX .)( 1−−= (3.2)

Tabel input-output sederhana dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu

kuadran I, II, III dan IV. Menurut Bendavid (1991), pembagian tabel input-output

ke dalam empat kuadran tersebut sangat penting untuk memahami ketergantungan

ekonomi dan gambaran holistik masing-masing sektor.

Page 70: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

50

Kuadran Antara (kuadran I) atau intermediate quadrant disebut juga kuadran

interindustri atau kuadran prosesing, yaitu suatu matriks dalam tabel input-output

yang menunjukkan transaksi antar sektor produksi atau industri dalam

perekonomian. Menurut Bendavid (1991), analisis input output berbeda dengan

perhitungan sosial, dimana pendapatan dan nilai tambah sudah dalam permintaan

akhir (final demand). Kuadran ini merupakan sumber yang membedakan antara

sistem perhitungan sosial (misalnya pendapatan dan pengeluaran) nasional atau

regional dengan perhitungan sosial lainnya, karena transaksi antara yang

menyebabkan timbulnya perhitungan ganda terhadap nilai output transaksi.

Analisis keterkaitan antar sektor atau ketergantungan ekonomi bertitik tolak

dari kuadran ini sehingga kuadran ini menjadi suatu bagian terpenting dalam model

input-output. Dari kuadran ini pula akan dapat disusun matriks koefisien input yang

merupakan dasar analisis linkages, yaitu perbandingan antara penggunaan input

antara dengan nilai output dari sektor yang bersangkutan atau dengan kata lain

kuadran antara (kuadran I) memiliki peranan penting karena kuadran inilah yang

menunjukkan antara sektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya. Kuadran

antara menunjukkan keterkaitan antar sektor perekonomian. Keterkaitan ini penting

untuk melihat perubahan output suatu sektor terhadap pendapatan, ketenagakerjaan

dan output sektor-sektor lainnya.

Kuadran pemintaan akhir (kuadran II) atau final demand quadrant

menunjukkan penjualan barang dan jasa yang diproduksi oleh sektor-sektor

perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Isian sel pada kuadran II ada dua

jenis, yaitu: (1) transaksi permintaan akhir, dan (2) komponen penyediaan pada

masing-masing sektor produksi. Permintaan akhir terdiri dari enam komponen, yaitu

pengeluaran konsumsi rumahtangga, pengeluaran konsumsi pemerintah,

pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok, ekspor barang dan ekspor jasa.

Page 71: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

51

Jumlah permintaan merupakan jumlah permintaan antara ditambah dengan jumlah

permintaan akhir.

Isian sepanjang baris pada kuadran II memperlihatkan komposisi permintaan

akhir terhadap suatu sektor produksi dan bagaimana komposisi penyediaannya.

Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan distribusi masing-masing

komponen permintaan akhir dan penyediaan menurut sektor. Secara umum

komponen permintaan akhir yang terdiri dari pengeluaran rumahtangga, pengeluaran

pemerintah, pembentukan modal, perubahan stok, dan ekspor merupakan sisi

pengeluaran dalam sistem perhitungan nasional atau merupakan komponen

perhitugan gross domestic regional product dari sisi pengeluaran.

Kuadran input primer (kuadran III) atau primary input quadrant disebut juga

dengan kuadran nilai tambah yang menunjukkan pembelian input yang dihasilkan

diluar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Isian kuadran III

terdiri dari sel-sel nilai tambah bruto atau input primer. Nilai tambah bruto terdiri

dari upah dari gaji, surplus usaha/penyusutan, pajak tak langsung dan subsidi. Isian

sepanjang baris pada kuadran III menunjukkan distribusi penciptaan masing-masing

komponen nilai tambah bruto menurut sektor. Sedangkan isian sepanjang kolom

menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah bruto oleh masing-masing sektor

menurut komponennya.

Dalam banyak analisis, nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh masing-

masing sektor pada umumnya dikonversikan ke produk domestik regional bruto.

Untuk keperluan ini maka nilai tambah bruto sektor perdagangan terlebih dahulu

harus ditambah pajak penjualan impor dan bea masuk. Di samping melalui nilai

tambah bruto, dapat juga diturunkan dari permintaan akhir, yaitu jumlah seluruh

permintaan akhir dikurangi dengan impor barang dan impor jasa.

Page 72: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

52

Kuadran input primer permintaan akhir (kuadran IV) atau kuadran input

primer permintaan akhir menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input

primer dan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara.

Umumnya kuadran IV ini jarang terdapat dalam tabel input-output. Tabel transaksi

menggambarkan tentang arus (flow) komoditi barang dan jasa yang dinyatakan

dalam nilai uang diantara sektor-sektor dalam satuan waktu dan sistem ekonomi

tertentu. Penjualan dan pembelian diantara sektor ekonomi diproyeksikan dalam

suatu matriks yang terdiri dari baris dan kolom, pada suatu sektor tertentu ke sektor-

sektor lainnya serta kepada konsumen akhir, seperti ditunjukkan pada Tabel 5.

Pembelian sektor tertentu terhadap output sektor lainnya serta pembelian

faktor-faktor produksi primer (nilai tambah bruto didistribusikan menurut kolom).

Sedangkan isian angka menurut baris memperlihatkan bagaimana output suatu

sektor dialokasikan unruk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Isian

angka menurut kolom menunjukkan permintaan input antara maupun input primer

yang disediakan oleh input-input lain untuk melaksanakan proses produksi.

Menurut Kuncoro (2004b), analisis tabel input-output dapat dipergunakan

untuk mengukur struktur dan perilaku industri. Untuk mengetahui struktur industri

digunakan analisis keterkaitan antarsektor ke depan dan ke belakang dan analisis

konsentrasi industri. Perilaku industri dipergunakan analisis angka pengganda

output, pendapatan dan tenaga kerja. Analisis perilaku (conduct) merupakan salah

satu elemen dasar analisis klasik yang dikenal pada ekonomi industri. Perilaku

perusahaan-perusahaan dalam suatu industri tidak pernah lepas dari struktur industri

dan pasar yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan.

Menurut Miller and Blair (1985), ada tiga angka pengganda yang

dipergunakan untuk mengestimasi efek dari perubahan eksogen guna mengukur

perilaku industri, yaitu :

Page 73: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

53

Output Multiplier (Efek Pengganda Output)

Rumus efek pengganda output adalah sebagai berikut :

∑=

=n

iijjO

1

α (3.3)

dimana :

i = nomor baris

j = nomor kolom

Oj = efek pengganda sektor j

α = elemen dalam matriks Leontief invers

Income Multiplier (Efek Pengganda Pendapatan)

Rumus efek pengganda pendapatan adalah sebagai berikut :

∑=

==n

iijinj aH

1...1 α (3.4)

dimana :

Hj = efek pengganda pendapatan

a = koefisien pendapatan

α = elemen dalam matriks Leontief invers

Employment multipler (Efek pengganda tenaga kerja)

ij

n

inj WE α∑

=+=

11 (3.5)

dimana:

Eij = efek pengganda tenaga kerja

w = koefisien tenaga kerja

α = elemen dalam matriks Leontief invers

Rasmussen (1956) mengukur keterkaitan antarsektor berdasarkan

penjumlahan kolom (atau baris) pada matrix invers Leontief, (I–A)-1. Keterkaitan ke

Page 74: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

54

belakang dan keterkaitan ke depan menurut metode ini masing-masing diukur

dengan cara :

∑=

=n

iij

Rj gBL

1

(3.6)

dan,

∑=

=n

jij

Rj gFL

1 (3.7)

Di mana RjBL dan R

jFL berturut-turut menunjukkan ukuran keterkaitan ke belakang

dan keterkaitan ke depan untuk metode Rasmussen, sedangkan ujg adalah elemen

pada matriks invers Leontief, (I–A)-1. Oleh karena model Rasmussen menggunakan

matriks invers Leontief, maka ukuran keterkaitan antarsektor yang diperoleh bisa

dikatakan merupakan ukuran keterkaitan secara tidak langsung, yang menghitung

dampak tidak langsung dari suatu sektor dalam perekonomian.

Rasmussen (1956) juga memberikan dua jenis ukuran indeks lainnya yang

disebut : (1) kemampuan penyebaran (power of dispersion), dan (2) kepekaan

penyebaran (sensitivity of dispersion). Dengan dua indeks ini kita bisa melakukan

perbandingan besarnya derajad keterkaitan antarsektor, yang nantinya bisa

ditentukan sektor-sektor mana saja yang dapat dijadikan sebagai sektor kunci atau

sektor pemimpin dalam pembangunan ekonomi.

∑∑∑==

i jijn

n

jiij

j g

ga

1 (3.8)

dan,

jβ =∑∑∑=

i jijn

n

jiij

g

g

1 (3.9)

Page 75: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

55

Dari persamaan 3.8 dan 3.9, jα menunjukkan indeks daya penyebaran dari sektor j

dalam perekonomian, dan iβ merupakan indeks derajat kepekaan dari sektor i.

Sedangkan iig adalah elemen matriks invers Leontief, G = (1-A)-1. Invers Leontief

dipergunakan untuk multiplier (angka pengganda), baik pengganda output,

pendapatan rumah tangga (RT) dan tenaga kerja.

Analisis keterkaitan dipergunakan untuk mengukur keterkaitan antara sektor

pertanian dan industri. Salah satu syarat perlu (necessary condition) agar dapat

mencapai transformasi struktural dari pertanian ke industri manufaktur adalah

adanya keterkaitan sektor pertanian dan sektor industri yang tangguh. Kaitan yang

paling sesuai menuju industri yang tangguh adalah pengolahan produk-produk

pertanian ke dalam pengembangan sektor agroindustri.

3.1.2. Konsentrasi Spasial dan Kekuatan Aglomerasi

Konsentrasi spasial merupakan pengelompokan setiap industri dan aktivitas

ekonomi secara spasial berlokasi pada suatu wilayah tertentu (Fujita et al., 1999).

Definisi tersebut melengkapi pandangan Krugman (1991) yang menyatakan bahwa

konsentrasi spasial merupakan aspek yang ditekankan dari aktivitas ekonomi secara

geografis dan sangat penting penentuan lokasi industri. Krugman (1991)

menyatakan bahwa dalam konsentrasi aktivitas ekonomi secara spasial, ada tiga hal

yang saling terkait yaitu interaksi antara skala ekonomi, biaya transportasi, dan

permintaan. Untuk mendapatkan dan meningkatkan kekuatan skala ekonomis,

perusahaan-perusahaan cenderung berkonsentrasi secara spasial dan melayani

seluruh pasar dari suatu lokasi. Sedangkan untuk meminimumkan biaya transportasi,

perusahaan cenderung berlokasi pada wilayah yang memiliki permintaan lokal yang

besar, akan tetapi permintaan lokal yang besar cenderung berlokasi di sekitar

terkonsentrasinya aktivitas ekonomi. Selanjutnya, Fujita et al. (1999) menjelaskan

Page 76: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

56

bahwa pada dasarnya, pemikiran tentang terjadinya aglomerasi didasari oleh

pentingnya hasil yang meningkat akibat skala ekonomi dan biaya transportasi, serta

keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan yang besar merupakan

argumentasi logis yang dapat menjelaskan terjadinya aglomerasi.

Menurut Aiginger and Hansberg (2003), konsentrasi spasial merupakan

regional share yang menunjukkan distribusi lokasional dari suatu industri.

Sedangkan spesialisasi industri didefinisikan sebagai distribusi share industri dari

suatu wilayah. Pada wilayah terspesialisasi, konsentrasi spasial menunjukkan

tingkatan aktivitas dan distribusi lokasional dari industri pada wilayah tersebut.

Adanya spesialisasi, konsentrasi spesial di industri utama relatif lebih tinggi dari

pada konsentrasi spesial di luar industri utama. Dengan demikian, kontribusi industri

utama pada suatu wilayah menimbulkan distribusi spasial yang cenderung

terkonsentrasi pada suatu wilayah. Suatu industri yang terpesialisasi atau industri

utama akan cenderung terkonsentrasi pada wilayah secara spasial.

Dasar analisis pada penelitian ini bersumber pada dua indikator yang

merupakan dasar dalam penyusunan indeks spesialisasi dan konsentrasi spasial

seperti yang dikemukakan oleh Kuncoro (2000) yang menggunakan PDRB yaitu:

i

sis

i PDRBPDRB

V = (3.10)

dimana :

SiV = pangsa dari PDRB subsektor Agroindustri s di kota atau kabupaten i

terhadap PDRB sektor industri manufaktur kabupaten atau kota i

secara keseluruhan.

i = kota atau kabupaten di Provinsi Lampung

s = subsektor industri/ agroindustri berdasarkan klasifikasi ISIC

Page 77: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

57

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Aiginger and Hansberg (2003),

kontribusi PDRB subsektor industri manufaktur s di kabupaten atau kota i terhadap

PDRB kabupaten secara keseluruhan dapat menunjukkan subsektor industri

manufaktur apa yang merupakan spesialisasi sektor dan kabupaten i.

i

sis

i PDRBPDRB

V = (3.11)

Spesialisasi pada tingkatan yang lebih luas dilambangkan oleh sV yang merupakan

pangsa dari PDRB subsektor agroindustri s terhadap PDRB sektor agroindustri

Provinsi Lampung secara keseluruhan. sV menunjukkan subsektor agroindustri

yang merupakan spesialisasi dari sektor agroindustri. Penggunaan data PDRB dalam

menganalisis spesialisasi didasarkan pada penelitian Kuncoro (2000).

S

SiS

i PDRBPDRB

S = (3.12)

dimana :

S Si = konsentrasi spesial

SiPDRB = PDRB subsektor S di kota/ kabupaten i

SPDRB = PDRB subsektor S di seluruh provinsi

Pada sisi lain, Aiginger and Hansberg (2003) menyatakan bahwa konsentrasi

dapat didefinisikan sebagai regional pangsa yang menunjukkaan distribusi

lokasional dari suatu industri. Konsentrasi spesial yang dilambangkan S Si

menunjukkan kontribusi PDRB subsektor s di kota/ kabupaten i terhadap PDRB

subsektor s di seluruh Provinsi Lampung. Penggunaan data PDRB pada konsentrasi

spasial berdasarkan penelitian yang dilakukan Sjoberg and Sjoholm (2001).

PDRBPDRB

X ii = (3.13)

dimana :

Page 78: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

58

X i = kontribusi kabupaten/ kota i terhadap agroindustri Provinsi Lampung

Perbandingan nilai X i antara daerah i = (1…..n) menunjukkan distribusi lokasional

agroindustri di Provinsi Lampung.

Salah satu pendekatan yang paling sering digunakan adalah menganalisis

spesialisasi daerah adalah Location Quotient (LQ), yang juga disebut Koefisien

Hoover-Balassa (Lafourcade and Mion, 2003). Pendekatan ini menyatakan bahwa

spesialisasi relatif (agroindustri) pada suatu wilayah terjadi apabila spesialisasi

industri pada suatu wilayah lebih besar dari pada spesialisasi industri pada wilayah

agregat (Kuncoro, 2000).

XS

VVLQ

i

Si

S

Si == (3.14)

dimana :

LQ = Location Quotient atau Koefisien Hoover-Balassa

SiV = pangsa subsektor agroindustri s di kabupaten/ kota terhadap

industri provinsi

SV = pangsa sektor agroindustri kabupaten/ kota terhadap agroindustri

provinsi

SiS = kontribusi subsektor agroindustri di kabupaten/ kota terhadap

agroindustri provinsi

iX = kontribusi sektor agroindustri kabupaten/ kota terhadap

agroindustri provinsi

Apabila VV SSi > atau XS i

Si > maka 1>LQ ; Apabila VV SS

i < atau

XS iSi > maka 1<LQ . Nilai 1>LQ , menunjukkan bahwa subsektor s

terspesialisasi secara relatif di wilayah i. Menurut Bendhavid (1991), subsektor s

merupakan subsektor unggulan yang layak untuk dikembangkan di wilayah i dan

Page 79: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

59

demikian pula sebaliknya apabila 1<LQ maka subsektor s bukan merupakan

subsektor unggulan daerah tersebut.

Pada sisi lain, Krugman (1991) menyatakan tentang perbedaan struktur

industri pada suatu wilayah dengan struktur industri pada suatu wilayah lain maupun

seluruh wilayah akan mempengaruhi daya saing wilayah yang menjadi standar.

Hasil penilaian menunjukkan tingkat spesialisasi wilayah yang dianalisis. Oleh

karena itu, dalam menganalisis spesialisasi suatu daerah digunakan indikator yang

digunakan oleh Krugman (1991) yaitu Indeks spesialisasi regional atau K SPEC .

Kim (1999) menyatakan bahwa nilai yang menjadi ukuran K SPEC berkisar antara

nilai nol dan dua. Nilai nol menunjukkan bahwa adanya kesamaan struktur industri

antara wilayah yang dianalisis dengan wilayah yang dijadikan benchmark. Nilai dua

menunjukkan tidak adanya kesamaan struktur antara wilayah yang dianalisis

sehingga masing-masing wilayah yang dinalisis terspesialisasi pada industri

unggulan masing-masing.

∑ −==

N

S

SSiSPEC VVK

1 (3.15)

dimana :

K SPEC = indeks spesialisasi regional.

SiV = pangsa subsektor agroindustri s di kabupaten/ kota terhadap

agroindustri di tingkat provinsi

SV = pangsa sektor agroindustri kabupaten/ kota terhadap agroindustri

provinsi

K SPEC atau indeks spesialisasi regional menunjukkan tingkatan spesialisasi suatu

wilayah bila dengan wilayah lain dengan wilayah bersama sebagai benchmark.

Dalam konteks Provinsi Lampung, yang menjadi benchmark dalam menganalisis

K SPEC pada i adalah struktur agroindustri Provinsi Lampung. K SPEC bernilai dua

Page 80: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

60

apabila struktur agroindustri pada wilayah i memiliki tidak memiliki kesamaan

dengan struktur agroindustri di Lampung secara keseluruhan. K SPEC bernilai nol

apabila persamaan struktur agroindustri daerah i sama dengan struktur agroindustri

Lampung secara keseluruhan. K SPEC wilayah i bernilai lebih besar daripada satu

sampai dengan lebih kecil sama dengan dua menunjukkan bahwa wilayah i lebih

terspesialisasi daripada wilayah lain di Lampung.

Pendekatan lain untuk menganalisis konsentrasi spasial adalah Indeks

Herfindahl yang dilambangkan HS yang menunjukkan distribusi lokasi pada

subsektor s di wilayah tertentu. Nilai HS berkisar antara nol dan satu, semakin tinggi

HS maka distribusi lokasi semakin tidak merata dan industri manufaktur pada

subsektor S cenderung terkonsentrasi pada wilayah tertentu.

( )∑==

M

i

SS SH i1

2 (3.16)

dimana :

HS = distribusi lokasi pada subsektor s di wilayah tertentu

SiS = konsentrasi spasial subsektor s di kabupaten/ kota i

Ellison and Glaeser (1997) menganalisis konsentrasi spasial dengan

menggunakan indeks yang berbasis tenaga kerja :

( )∑== −M

iEG XSg i

si1

2 (3.17)

dimana :

g EG = Indikator Gini Lokasional

siS = kontribusi subsektor agroindustri di kabupaten/ kota terhadap

agroindustri provinsi

iX = kontribusi sektor agroindustri kabupaten/ kota terhadap agroindustri

provinsi

Page 81: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

61

Indikator ini menunjukkan tingkat spesialisasi suatu sektor dan konsentrasi spasial

antara beberapa wilayah.

Indeks yang dikembangkan dari g EG telah digunakan oleh Ellison and

Glaeser (1999) untuk menganalisa konsentrasi spasial dari industri manufaktur di

Amerika Serikat, berdasarkan analisa yang telah dilakukan berkesimpulan bahwa

pada industri yang terspesialisasi, konsentrasi spasial terjadi karena natural

advantage dan knowledge spillover (disebut juga Marshal-Arrow-Romer atau MAR

eksternalitas). Akan tetapi sangat sulit untuk mengukur dorongan dari knowledge

spillover terhadap konsentrasi spasial. Oleh karena itu, Ellison and Glaeser (1999)

mengemukakan tentang kontribusi natural advantages berdasarkan factor

endowment yang secara simultan mempengaruhi dan mendorong skala ekonomi

internal perusahaan. Ellison and Glaeser (1999) membangun indikator untuk

merefleksikan kontribusi dari natural advantages dan knowledge spillover, yaitu :

f

fEG

EG HHG

−−

=1γ (3.18)

dimana :

EGγ = Indeks Ellison dan Glaeser

EGG = besarnya kekuatan aglomerasi

fH = indeks Herfindahl

Indikator tersebut dibangun dari persamaan (3.19) dan (3.20)

( )∑−=

=

M

i

EGEG

X

gG

i1

21 (3.19)

dimana :

EGG = besarnya kekuatan aglomerasi

EGg = indeks konsentrasi spasial

Page 82: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

62

iX = kontribusi kabupaten/ kota terhadap agroindustri provinsi

GEG atau yang biasa disebut dengan raw concentration menunjukkan besarnya

kekuatan aglomerasi yang mendorong konsentrasi spasial dan disusun berdasarkan

persamaan (3.17)

( )2

1∑=

=L

f

SfZH (3.20)

H f merupakan firm size Herfindahl yang menunjukkan distribusi tenaga kerja pada

industri, sedangkan SfZ adalah firm size yang dikalkulasi berdasarkan pangsa tenaga

kerja firm terhadap tenaga kerja industri. Lafourcade and Mion (2003)

menggunakan H sebagai proxy untuk menggantikan H f dengan memakai data

PDRB (salah unsurnya adalah upah tenaga kerja ) dimana :

( )∑==

M

i

SM SH i

1

21 (3.21)

H = Indeks Herfindahl

SiS = konsentrasi spasial subsektor s di kabupaten/ kota i

Oleh karena itu, dengan mengganti H f dengan H maka persamaan (3.18) akan

berubah menjadi:

H

HGEGEG −

−=

1γ (3.22)

dimana :

EGγ = Indeks Ellison dan Glaeser

EGG = besarnya kekuatan aglomerasi

H = Indeks Herfindahl

Berdasarkan pengamatan empiris yang dilakukan oleh Ellison dan Glaeser,

γ EG menunjukkan pengaruh natural advantage dan knowledge spillover terhadap

konsentrasi spasial dari industri. Ellison and Glaeser (1997) menyatakan bahwa

standar pengukuran dari indeks tersebut berdasarkan beberapa perhitungan empiris

Page 83: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

63

adalah: di bawah 0.02 menunjukkan dispersi spasial dan di atas 0.05 menunjukkan

terjadinya aglomerasi yang kedua-duanya disebabkan oleh pengaruh natural

advantage dan knowledge spillover.

3.1.3. Keterkaitan Model Input-Output dan Ekonometrika

Ada tiga strategi yang dipergunakan dalam menggabungkan model input-

output dan ekonometrika yaitu (1) embedding, (2) linking, dan (3) coupling.

Perbedaan utama ketiga strategi ini terletak pada rezim integrasi dan struktur

integrasi tenaga kerja. Rezim integrasi berhubungan dengan sifat dasar dan kuatnya

interaksi antara model input-output dan ekonometrika, interaksi antar model dapat

berupa sistem persamaan rekursif atau simultan. Struktur integrasi terdiri atas

persamaan matematis dan metode solusi optimal yang dipilih. Struktur tersebut

dapat bersifat komposit dan modular. Struktur komposit menyatakan bahwa kedua

model di dalam sekuensial persamaan linear dan atau non-linear yang kemudian

diselesaikan dengan algoritma iterasi yang tepat. Sedangkan struktur modular

menunjukkan bahwa suatu model dapat dijalankan sampai konvergen sebagai sub-

sekuensial kemudian berinteraksi dengan sub-sekuensial model yang lain.

Integrasi model dengan strategi embedding, didominasi oleh model

ekonometrika, sedangkan model input-output hanya bersifat memberikan informasi

keterkaitan antar sektor-sektor perekonomian. Akibatnya rezim integrasinya tidak

bersifat rekursif dan simultan karena satu model lebih berpengaruh dari model yang

lain. Struktur integrasi dari strategi dari strategi embedding ini bersifat komposit.

Dalam strategi linking, model input-output tidak terlalu tergantung dengan

model ekonometrika. Rezim integrasi dari strategi ini bersifat rekursif karena satu

model digunakan sebagai input atau informasi bagi model yang lain secara rekursif

(satu arah). Strategi integrasi Model I-O dan Ekonometrika dapat dilihat pada

Gambar 4.

Page 84: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

64

Sumber : Rey, 1999

Gambar 4. Strategi Integrasi Model I-O dan Ekonometrika

Strategi yang terakhir adalah coupling, strategi ini menggambarkan eratnya

hubungan dan kuatnya interaksi antara model input-output dan ekonometrika. Model

ini memandang satu kesatuan antara model input-output dan ekonometrika, yang

dihubungkan oleh permintaan akhir. Strategi integrasi coupling, terdiri dari atas

beberapa bagian yang saling tumpah tindih, mirip seperti embedding, sedangkan

bagian lain mirip dengan strategi linking.

Studi-studi yang menggunakan model integrasi input-output dan

ekonometrika banyak dilakukan di Amerika Serikat. Strategi integrasi embedding

digunakan oleh Glemon and Lane (1990) untuk Kentucky. Strategi integrasi linking

digunakan oleh King et al. (1977) untuk Ohio. Sedangkan strategi integrasi coupling

digunakan oleh Conway Jr. (1990) untuk Washington dan Israilevich et al. (1996)

untuk Chicago.

Page 85: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

65

3.2. Kerangka Pemikiran

3.2.1. Peran Agroindustri dalam Perekonomian Wilayah Provinsi Lampung

Agroindustri merupakan pengolahan produk berbasis pertanian. Agroindustri

terdiri dari agroindustri hulu (upstream agrobusiness) yaitu subsektor industri yang

menghasilkan sarana produksi pertanian, dan agroindustri hilir (downstream

agrobusiness) yaitu subsektor industri yang mengolah hasil-hasil pertanian.

Agroindustri merupakan merupakan subsistem agribisnis yang berperan untuk

meningkatkan nilai tambah subsistem produksi pertanian.

Agroindustri merupakan salah satu sektor yang berpotensi menjadi leading

sector dalam perekonomian nasional atau regional. Indikator suatu sektor menjadi

leading sector antara lain memiliki pangsa yang besar dalam perekonomian secara

keseluruhan, pertumbuhan dan nilai tambah yang relatif tinggi; dan memiliki

keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward and backward linkages) yang cukup

besar. Pada tahun 2005, agroindustri di Provinsi Lampung memberikan kontribusi

terhadap total output sebesar 28%, sementara sektor pertanian berkontribusi sebesar

27%.

Agroindustri mempunyai keterkaitan ke belakang (hulu) sangat besar karena

menggunakan input dari bahan baku sektor pertanian. Sektor pertanian di Provinsi

Lampung merupakan sektor yang berkontribusi besar setelah sektor agroindustri.

Agroindustri mempunyai keterkaitan ke depan (hilir) besar karena outputnya

dipergunakan sebagai input industri atau sektor lain. Keterkaitan industri

merupakan salah satu proses yang mendorong terjadinya aglomerasi.

Aglomerasi agroindustri di Provinsi Lampung terjadi karena posisi wilayah

provinsi dekat dengan kawasan megapolitan Jabotabek dan adanya ekspor langsung

ke pasar internasional melalui Pelabuhan Panjang dan pelabuhan khusus yang

Page 86: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

66

dibangun oleh industri. Selain industri berorientasi ekspor, juga berkembang

industri berbasis bahan baku yang tersebar di wilayah sentra produksi pertanian.

Selain keterkaitan, agroindustri juga memberikan dampak pengganda bagi

output sektoral, pendapatan rumah tangga sektoral, dan kesempatan kerja sektoral.

Angka pengganda output menghitung output total yang tercipta dari satu unit uang

permintaan akhir. Karena output sektor-sektor agroindustri yang paling besar, maka

keterkaitan antarsektor dan dampak pengganda agroindustri dalam perekonomian

wilayah Provinsi Lampung menjadi lebih besar dibandingkan sektor lain.

3.2.2. Konsentrasi Spasial, Klaster dan Kekuatan Aglomerasi

Konsentrasi spasial merupakan pengelompokan setiap industri dan aktivitas

ekonomi secara spasial yang berlokasi pada suatu wilayah tertentu. Klaster adalah

konsentrasi spasial dari industri-industri yang sama atau sejenis. Aglomerasi

merupakan berkumpulnya atau terkonsentrasinya suatu kegiatan ekonomi pada suatu

wilayah atau area tertentu yang memberikan manfaat bagi kegiatan sektor ekonomi.

Aglomerasi merupakan suatu proses yang menyebabkan industri

berkonsentrasi secara spasial. Suatu industri yang terpesialisasi atau industri utama

(share besar) akan cenderung terkonsentrasi pada wilayah secara spasial.

Agroindustri di Provinsi Lampung merupakan sektor utama atau industri yang

terspesialisasi sehingga cenderung terkonsentrasi secara spasial

Aglomerasi menimbulkan manfaat bagi pembangunan wilayah yaitu

pergerakan barang, pergerakan sumberdaya manusia, dan kemudahan informasi.

Pada beberapa industri yang lokasinya berdekatan, commuting cost untuk

memudahkan pergerakan barang di antara industri tersebut menjadi lebih murah.

Pasar tenaga kerja menjadi lebih besar di kawasan industri yang teraglomerasi,

informasi mengenai ketenagakerjaan menjadi lebih banyak, sedangkan biaya lain

yang ditimbulkan adalah biaya hidup, commuting, dan biaya lainnya.

Page 87: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

67

Kekuatan aglomerasi disebabkan oleh natural advantage dan knowledge

spillover. Natural advantage bagi sektor agoindustri di Provinsi Lampung didukung

ketersediaan bahan baku dan sarana infrastruktur penunjang. Sedangkan faktor

knowledge spillover ditunjang oleh semakin meningkatnya derajat pendidikan

pekerja.

3.2.3. Penghematan Akibat Aglomerasi di Sektor Agroindustri

Aglomerasi muncul karena para pelaku ekonomi berupaya mendapatkan

penghematan aglomerasi (agglomeration economies), baik karena penghematan

lokasi maupun penghematan urbanisasi, dengan mengambil lokasi yang saling

berdekatan satu sama lain.

Penghematan aglomerasi merupakan fungsi dari sejumlah barang-barang

kapital, skala ekonomi, bahan baku, upah tenaga kerja dan jumlah pekerja.

Interaksi dalam aglomerasi industri mencerminkan adanya sistem interaksi antara

pelaku ekonomi, antar perusahaan dalam industri yang sama, antar perusahaan

dalam industri yang berbeda, ataupun antar individu, perusahaan dan rumah tangga.

Faktor-faktor yang menentukan ouput agroindustri di Provinsi Lampung yang

beraglomerasi (agglomeration economies) adalah kapital, bahan baku, upah tenaga

kerja, energi, penghematan akibat lokasi, dan penghematan akibat urbanisasi.

Penghematan akibat lokalisasi terjadi jika biaya produksi dari perusahaan

secara individu menurun sebagai akibat dari meningkatnya jumlah output dari

wilayah perkotaan. Salah satu alasan mengapa penghematan akibat lokalisasi akan

meningkatkan produktivitas karena alasan tenaga kerja, di mana pada daerah industri

tertentu, tenaga dengan keahlian yang dibutuhkan oleh industri tersebut berkumpul

dan memudahkan industri dalam mencari tenaga kerja sesuai kebutuhan sehingga

menurunkan biaya pencarian.

Page 88: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

68

Penghematan akibat urbanisasi merupakan keuntungan-keuntungan yang

bcrsifal eksternal bagi industri, terutama dirasakan di daerah perkotaan. Aglomerasi

yang bersifat penghematan akibat urbanisasi akan mempengaruhi aktifitas ekonomi

wilayah perkotaan/metropolitan karena pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja

(kepadatan penduduk) mencerminkan pertumbuhan ekonomi daerah. Masuknya

unsur penghematan akibat aglomerasi ke dalam fungsi produksi menyebabkan

terjadinya kenaikan penggunaan input. Akibatnya, output akan terdorong naik

dengan derajat yang lebih tinggi dibanding kenaikan input itu sendiri, sehingga

penghematan akibat aglomerasi akan membawa dampak positif bagi perekonomian

wilayah.

3.2.4. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Perekonomian Wilayah

Guna mewujudkan struktur perekonomian yang seimbang, kebijakan

ekonomi di sektor agroindustri memiliki beberapa sasaran menarik pembangunan

sektor pertanian, menciptakan nilai tambah, menciptakan lapangan pekerjaan,

meningkatkan penerimaan devisa, dan meningkatkan pembagian pendapatan. Agar

agroindustri dapat berperan sebagai penggerak utama perekonomian, persyaratan

yang harus dipenuhi adalah: berlokasi di pedesaan, terintegrasi vertikal ke bawah,

mempunyai kaitan input-output yang besar dengan industri lainnya, dan padat

tenaga kerja.

Sesuai dengan permasalahan mendesak yang dihadapi, serta terbatasnya

kemampuan sumberdaya pemerintah, maka kebijakan ekonomi di sektor

agroindustri sejalan dengan fokus utama kebijakan pengembangan industri.

Kebijakan ekonomi tersebut ditetapkan pada sub-sektor yang memenuhi kriteria

sebagai berikut: (1) menyerap banyak tenaga kerja, (2) memenuhi kebutuhan dasar

dalam negeri (seperti makanan-minuman dan obat-obatan), (3) mengolah hasil

Page 89: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

69

pertanian dalam arti luas (termasuk perikanan) dan sumber-sumber daya alam lain

dalam negeri, dan (5) memiliki potensi pengembangan ekspor.

Kebijakan ekonomi pada sektor agroindustri berupa stimulus ekonomi, baik

peningkatan pengeluaran pemerintah, peningkatan investasi maupun peningkatan

ekspor akan meningkatkan output sektor agroindustri. Pendapatan regional yang

dimodifikasi dari rumus Keyness merupakan penjumlahan konsumsi, investasi,

pengeluaran pemerintah dan selisih antara ekspor dan impor.

Dalam analisis input-output, ada tiga hal yang berpengaruh terhadap output

atau pertumbuhan ekonomi yaitu investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor.

Pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) merupakan pembelian barang dan

jasa yang merupakan injeksi terhadap perekonomian wilayah. Pengeluaran

pemerintah dalam pengembangan agroindustri berupa program pengembangan

produktivitas agroindustri, penyediaan infrastruktur dan pengembangan kawasan.

Investasi agroindustri diperlukan untuk meningkatkan stok kapital guna

meningkatkan kapasitas produksi. Peningkatan investasi dilakukan melalui

penambahan pabrik agroindustri dan peningkatan kapasitas produksi. Peningkatan

ekspor di Provinsi Lampung akan dapat meningkatkan pertumbuhan regional karena

sebagian besar produk agroindustri berorientasi ekspor. Kebijakan pengeluaran

pemerintah, peningkatan investasi dan peningkatan ekspor ditujukan untuk

meningkatkan kinerja perekonomian wilayah dalam peningkatan output, pendapatan

rumah tangga, dan kesempatan kerja.

Dampak kebijakan ekonomi pada sektor agroindustri melalui keterkaitan

antarsektor akan meningkatkan pertumbuhan output sektor ekonomi lainnya.

Peningkatan output akan mendorong peningkatan permintaan tenaga kerja, baik

tenaga kerja sektor agroindustri maupun non sektor agroindustri, serta permintaan

terhadap modal yang dipenuhi oleh rumah tangga dan perusahaan. Hal ini akan

Page 90: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

70

Spasial

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Penelitian

PEREKONOMIAN WILAYAH

SEKTOR AGROINDUSTRI Kontribusi/ Pangsa Keterkaitan Antarsektor Pengganda

Industri Beraglomerasi (Klaster)

Industri Tidak Beraglomerasi/ (Klaster)

PENGHEMATAN AGLOMERASI Penghematan Lokalisasi Penghematan Urbanisasi

KEBIJAKAN EKONOMI Pengeluaran Pemerintah Investasi Ekspor

KINERJA MENINGKAT Output Pendapatan Rumah Tangga Kesempatan Kerja

Page 91: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

71

berdampak lebih lanjut pada peningkatan pendapatan rumah tangga dan perusahaan.

Proses ini akan terus berlangsung melalui efek pengganda.

Keterkaitan antarsektor dan dampak pengganda agroindustri yang

beraglomerasi dalam perekonomian wilayah Provinsi Lampung lebih besar dari

pada keterkaitan antarsektor dan dampak pengganda sektor lain. Oleh karena itu,

kebijakan yang meningkatkan kinerja perekonomian wilayah dalam hal output,

pendapatan rumah tangga, dan kesempatan kerja sektoral adalah kebijakan gabungan

pengeluaran pemerintah, peningkatan investasi dan peningkatan ekspor ditujukan

pada sektor agroindustri yang beraglomerasi. Kerangka pemikiran yang

menghubungkan peran agroindustri dalam perekonomian wilayah, aglomerasi

industri dan dampak kebijakan ekonomi dapat dilihat pada Gambar 5.

3.3. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran, maka disusun hipotesis yaitu :

1. Konstribusi, keterkaitan antarsektor dan dampak pengganda agroindustri dalam

perekonomian wilayah Provinsi Lampung lebih besar daripada peranan,

keterkaitan antarsektor dan dampak pengganda non agroindustri.

2. Terjadi konsentrasi spasial dan aglomerasi pada sektor agroindustri.

3. Faktor-faktor yang menentukan ouput industri yang beraglomerasi adalah

kapital, bahan baku, upah tenaga kerja, energi, penghematan akibat lokalisasi

(localization economies) dan penghematan akibat urbanisasi (urbanization

economies).

4. Kebijakan yang meningkatkan kinerja perekonomian wilayah dalam hal output,

pendapatan rumah tangga, dan kesempatan kerja sektoral adalah kebijakan

gabungan pengeluaran pemerintah, peningkatan investasi dan peningkatan

ekspor pada sektor agroindustri yang beraglomerasi.

Page 92: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

72

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Provinsi Lampung, yang didasarkan atas

beberapa pertimbangan, yaitu: (1) Provinsi Lampung memiliki aktivitas agroindustri

yang dominan dibandingkan provinsi lain yang ada di Sumatera, sehingga layak

menjadi sebuah obyek kajian ekonomi makro regional, (2) Provinsi Lampung

merupakan lokasi utama pengembangan klaster agroindustri berdasarkan Kebijakan

Pembangunan Industri Nasional 2004-2009, dan (3) Provinsi Lampung telah

melaksanakan desentralisasi fiskal sehingga dapat lebih leluasa dalam mengelola

kebijakan fiskalnya.

4.2. Jenis, Sumber dan Pengolahan Data

Data yang digunakan sebagai bahan analisis dalam penelitian adalah data

yang diperoleh dari berbagai sumber. Data utama yang diperlukan dalam penelitian

adalah PDRB Kabupaten/ Kota, PDRB Provinsi Lampung, Tabel Input-Output

Provinsi Lampung Tahun 2000, serta Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi

Lampung 1988-2005.

Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2005 diperoleh dengan cara

meng-update dari Tabel Input-Output Tahun 2000 dengan metode RAS (lihat

Lampiran 22). Untuk meng-update Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun

2000 ke Tahun 2005 dilakukan dengan mencari data : Total Input Antara, Total

Input Primer, Total Output Antara, dan Permintaan Akhir pada tahun 2005. Total

Input merupakan penjumlahan Total Input Antara dengan Total Input Primer (Nilai

Tambah). Total Output merupakan penjumlahan Total Output Antara dan

Permintaan Akhir.

Page 93: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

73

Data lain yang digunakan sebagai bahan analisis dalam penelitian ini adalah

data sekunder yang diperoleh dari Departemen Perindustrian, Badan Pusat Statistik,

Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung, Bappeda

Provinsi Lampung, Dinas Kebudayaan Pariwisata Promosi dan Investasi Provinsi

Lampung, asosiasi perusahaan, dinas/instansi tingkat kabupaten/kota, serta

berbagai sumber lain yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian. Survei

terhadap departemen/ dinas/ instansi di samping untuk mengumpulkan data

sekunder, juga untuk mengetahui kebijakan/strategi/ program yang berkaitan dengan

aglomerasi dan klaster industri. Survei dilakukan pada Bulan November 2006

sampai dengan Juli 2007.

Pengolahan data penelitian menggunakan bantuan software Microsoft Office

2003, IO Windows for Practioners 1.0.1 , SAS/ ETS 6.12 dan GRIMP 7.2.

4.3. Analisis Input-Output

Data utama yang diperlukan dalam penelitian analisis Input-Output adalah

Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2000 dan 2005 (dua titik waktu).

Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2005 diperoleh dengan cara

mengestimasi data input-output pada tahun 2000, sebagai data perekonomian setelah

krisis ekonomi di Indonesia, khususnya di provinsi Lampung. Selain itu, diperlukan

data-data lain yang dapat mendukung analisis dan pembahasan penelitian ini.

Rancang bangun Tabel Input-Output Provinsi Lampung 2005 memerlukan

beberapa jenis data antara lain dari Tabel Input-Output Provinsi Lampung 2000,

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), dan Statistik Keuangan Daerah. Data

Tabel I-O Tahun 2000 meliputi : (1) alokasi nilai tambah faktor produksi tenaga

kerja dan modal, (2) transaksi antar sektor produksi menurut harga pembelian, (3)

ekspor, impor dan investasi, (4) marjin perdagangan dan pengangkutan, dan (5)

pajak tidak langsung netto. Data Susenas meliputi : (1) pengeluaran golongan rumah

Page 94: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

74

tangga atas komoditas, dan (2) pajak langsung masing-masing golongan rumah

tangga, sedangkan Statistik Keuangan Daerah meliputi: (1) penerimaan pemerintah

daerah, (2) pengeluaran pemerintah untuk rutin (APBD), (3) pengeluaran pemerintah

untuk infrastruktur ekonomi, dan (4) pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur

sosial.

Tabel Input-Output (I-O) Provinsi Lampung Tahun 2000 merupakan tabel

dasar untuk penyusunan Tabel Input-Output (I-O) Provinsi Lampung Tahun 2005.

Pada prinsipnya Tabel I-O Provinsi Lampung Tahun 2005 yang dibangun disusun

dengan struktur sebagai berikut :

1. Kuadran I, yaitu kuadran transaksi antar sektor atau permintaan antara, yang

terdiri dari atas 70 sektor.

2. Kuadran II, yaitu kuadran permintaan akhir, yang terdiri dari 5 jenis permintaan,

yaitu: (1) konsumsi rumahtangga (C), (2) konsumsi pemerintah (G), (3)

pembentukan modal tetap/ investasi (I), (4) perubahan stok (R), dan (5) ekspor

(X).

3. Kuadaran III, yang merupakan kuadran nilai tambah atau input primer, terdiri

dari : (1) upah dan gaji, (2) surplus usaha, (3) penyusutan, dan (4) pajak tidak

langsung.

Tabel Input-Ouput tahun 2005 dibangun dengan cara mengagregasi Tabel

Input-Ouput Tahun 2000 yang terdiri dari 70 sektor menjadi 26 sektor. Hasil agegasi

26 sektor terdiri dari 12 sektor-sektor agroindustri dan 14 sektor-sektor non

agroindustri. Nama dan kode transaksi Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2000

dan agregasi sektor-sektor pada Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2005

disajikan pada Tabel 6.

Page 95: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

75

Tabel 6. Nama dan Kode Sektor berdasarkan Agregasi Sektor Tabel Input-Output Provinsi Lampung Nomor Sektor

Sektor Tahun 2000 Agregasi Sektor Tahun 2005

Kode

1 Padi 2. Jagung 3 Ubi Kayu 4 Sayur-sayuran 5 Pisang 6 Nanas 7 Buah-buahan lainnya 8 Tanaman bahan makanan lainnya

Tanaman Pangan TPGN

9 Karet 10 Tebu 11 Kelapa 12 Kelapa Sawit 13 Kopi 14 Cengkeh 15 Kakao 16 Lada 17 Tanaman perkebunan lainnya 18 Tanaman lainnya

Tanaman Perkebunan TKBN

19 Peternakan dan hasil-hasilnya 20 Unggas dan hasil-hasilnya

Peternakan PTK

21 Kayu 22 Hasil hutan lainnya

Kehutanan KHTN

23 Perikanan laut 24 Perikanan darat 25 Udang

Perikanan IKAN

26 Penambangan minyak/gas dan panas bumi

27 Penambangan dan penggalian lainnya

Pertambangan dan Penggalian

TBNG

28 Industri pengolahan buah/ sayuran Industri Buah dan Sayur

IBS

29 Industri pengolahan ikan dan udang Industri Ikan dan Udang

IKUD

30 Industri pengolahan/ pengawetan makanan lainnya

Industri Tapioka & Tepung Lain

ITKT

31 Industri kopra Industri Kopra/ Kelapa IKKL 32 Industri minyak/lemak Industri Minyak/

Lemak IML

33 Industri penggilingan padi Industri Padi IPD 34 Industri gula Industri Gula IGL 35 Industri pengupasan biji kopi 36 Industri penggilingan kopi

Industri Kopi IKP

37 Industri pakan ternak Industri Pakan Ternak IPKT 38 Industri pengupasan/ penggilingan

tanaman lainnya 39 Industri makanan lainnya

Industri Makanan Lainnya

IMLN

40 Industri minuman Industri Minuman IMN 47 Industri barang karet dan plastik Industri Pengolahan

Karet IKRT

Page 96: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

76

Tabel 6. Lanjutan Nomor Sektor

Sektor Tahun 2000 Agregasi Sektor Tahun 2005

Kode

41 Industri permintalan dan rajutan 42 Industri tekstil, pakaian dan kulit 43 Industri bambo, kayu dan kulit 44 Industri kertas, barang kertas dan karton 45 Industri pupuk, pestisida dan kimia 46 Industri pengilangan minyak bumi 48 Industri barang mineral bukan logam 49 Industri dasar besi/baja, logam dasar

bukan besi 50 Industri mesin, alat/perlengkapan bukan 51 Industri alat angkut dan perbaikannya 52 Industri barang lainnya

Industri Lainnya ILNY

53 Listrik, gas dan air minum Listrik, Gas dan Air Minum

LGA

54 Bangunan Bangunan/Konstruksi BKST 55 Perdagangan 56 Restoran 57 Hotel

Perdagangan, Hotel &Restoran

PHR

58 Angkutan darat 59 Angkutan air 60 Angkutan udara 61 Jasa penunjang angkutan 62 Komunikasi

Transportasi dan Komunikasi

TRKM

63 Bank dan lembaga keuangan lainnya 64 Usaha bangunan dan jasa perusahaan

Lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

LKJP

65 Pemerintahan umum dan pertahanan Pemerintahan Umum PTUM 66 Jasa kesehatan, pendidikan dan jasa

pemerintahan lainnya 67 Jasa kesehatan, pendidikan dan jasa

swasta lainnya 68 Jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan

swasta 69 Jasa perbengkelan, perorangan, dan jasa

rumah tangga 70 Kegiatan yang tidak jelas batasannya

Jasa-jasa dan Lainnya JJLN

Sektor-sektor agroindustri dalam Tabel Input-Output Provinsi Lampung

Tahun 2005 diagregrasi berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia

(KBLI) 2005 dan International Standard of Industrial Clasification (ISIC), yaitu

industri pengolahan buah/sayuran, industri pengolahan ikan dan udang, industri

pengolahan/ pengawetan makanan lainnya, industri kopra, industri minyak/ lemak,

Page 97: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

77

industri padi, industri gula, industri kopi, industri pakan ternak, industri makanan

lainnya, dan industri minuman.

Uji Perbedaan Kelompok Agroindustri dan Non Agroindustri Mann-Whitney

Uji Mann-Whitney (Mann-Whitney Test) disebut juga Uji U atau Uji Jumlah

Peringkat Wilcoxon (Wilcoxon Rank Sum Test). Uji Mann-Whitney merupakan

alternatif dari uji-t dua sampel independen. Uji Mann-Whitney berdasarkan jumlah

peringkat (rank) data. Uji ini digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan

ranking yang diberikan kepada kelompok agroindustri dan kelompok non

agroindustri. Data dari kedua sampel digabungkan dan diberi peringkat dari terkecil

hingga terbesar.

Bentuk hipotesis untuk Uji Tanda :

210 : ηη =H

211 : ηη ≠H

dimana :

1η = median peringkat pada group 1 (kelompok agroindustri)

2η = median peringkat pada group 2 (kelompok non agroindustri)

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak dan menerima Ho berdasarkan P-

value adalah :

Jika P-value < α, maka Ho ditolak

Jika P-value ≥ α, maka Ho diterima

4.4. Analisis Konsentrasi Spasial dan Kekuatan Aglomerasi

1. Koefisien Hoover-Balassa

Pendekatan yang paling sering digunakan untuk menganalisis spesialisasi

daerah adalah Location Quotient (LQ), yang juga disebut Koefisien Hoover-Balassa.

Pendekatan ini menyatakan bahwa spesialisasi relatif (agroindustri) pada suatu

Page 98: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

78

wilayah terjadi apabila spesialisasi industri pada suatu wilayah lebih besar dari pada

spesialisasi industri pada wilayah agregat.

XS

VVLQ

i

Si

S

Si == (3.14)

dimana :

LQ = Location Quotient atau Koefisien Hoover-Balassa

SiV = pangsa subsektor agroindustri s di kabupaten/ kota terhadap

industri provinsi

SV = pangsa sektor agroindustri kabupaten/ kota terhadap agroindustri

provinsi

SiS = konsentrasi spasial industri s di kota/ kabupaten

iX = kontribusi kabupaten/ kota i terhadap agroindustri provinsi

Nilai 1>LQ , menunjukkan bahwa subsektor s terspesialisasi secara relatif di

wilayah i, subsektor s merupakan subsektor unggulan yang layak untuk

dikembangkan di wilayah i. Nilai 1<LQ maka subsektor s bukan merupakan

subsektor unggulan daerah tersebut.

2. Indeks Spesialisasi Regional

Indeks Spesialisasi Regional atau K SPEC merupakan indeks yang

dipergunakan untuk menganalisis perbedaan struktur industri pada suatu wilayah

dengan struktur industri pada suatu wilayah lain maupun seluruh wilayah menjadi

standar. Hasil penilaian menunjukkan tingkat spesialisasi wilayah yang dianalisis.

Kim (1999) menyatakan bahwa nilai yang menjadi ukuran K SPEC berkisar antara

nilai nol dan dua.

∑ −==

N

S

SSiSPEC VVK

1 (3.15)

dimana :

Page 99: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

79

K SPEC = indeks spesialisasi regional.

SiV = pangsa subsektor agroindustri s di kabupaten/ kota terhadap

agroindustri di tingkat provinsi

SV = pangsa sektor agroindustri kabupaten/ kota terhadap agroindustri

provinsi

K SPEC atau indeks spesialisasi regional menunjukkan tingkatan spesialisasi suatu

wilayah bila dengan wilayah lain dengan wilayah bersama sebagai benchmark.

Dalam konteks Provinsi Lampung, yang menjadi benchmark dalam menganalisis

K SPEC pada i adalah struktur agroindustri Provinsi Lampung. K SPEC bernilai dua

apabila struktur agroindustri pada wilayah i memiliki tidak memiliki kesamaan

dengan struktur agroindustri di Lampung secara keseluruhan. K SPEC bernilai nol

apabila persamaan struktur agroindustri daerah i sama dengan struktur agroindustri

Lampung secara keseluruhan. K SPEC wilayah i bernilai lebih besar daripada satu

sampai dengan lebih kecil sama dengan dua menunjukkan bahwa wilayah i lebih

terspesialisasi daripada wilayah lain di Lampung.

3. Indeks Gini Lokasional

Indeks Gini Lokasional digunakan untuk menganalisis tingkat spesialisasi

suatu sektor dan konsentrasi spasial antara beberapa wilayah.

( )∑== −M

iEG XSg i

si1

2 (3.17)

dimana :

g EG = Indeks Gini Lokasional

siS = kontribusi subsektor agroindustri di kabupaten/ kota terhadap

agroindustri provinsi

iX = kontribusi sektor agroindustri kabupaten/ kota terhadap

Page 100: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

80

agroindustri provinsi

4. Indeks Kekuatan Aglomerasi

Indeks Kekuatan Aglomerasi atau GEG yang biasa disebut raw concentration

menunjukkan besarnya kekuatan aglomerasi yang mendorong konsentrasi spasial.

( )∑−=

=

M

i

EGEG

X

gG

i1

21 (3.19)

dimana :

EGG = besarnya kekuatan aglomerasi

EGg = Indeks Gini Lokasional (konsentrasi spasial)

iX = kontribusi sektor agroindustri kabupaten/ kota terhadap

agroindustri provinsi

5. Indeks Ellison-Glaeser atau Pengaruh Aglomerasi

Indeks Ellison-Glaeser diperlukan untuk menganalisis pengaruh natural

advantage dan knowledge spillovers terhadap konsentrasi spasial dari industri.

H

HGEGEG −

−=

1γ (3.22)

dimana :

EGγ = Indeks Ellison-Glaeser

EGG = besarnya kekuatan aglomerasi

H = Indeks Herfindahl

Ellison and Glaeser (1997) menyatakan bahwa standar pengukuran dari

indeks tersebut berdasarkan beberapa perhitungan empiris : di bawah 0.02

menunjukkan dispersi dan di atas 0.05 menunjukkan terjadinya aglomerasi yang

kedua-duanya disebabkan oleh pengaruh natural advantage dan knowledge

spillovers.

Page 101: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

81

4.5. Analisis Penghematan Akibat Aglomerasi

Spesifikasi model yang dilakukan merupakan pengembangan model Somik

(2004) dan Kanemoto (1996). Model tersebut mengikuti bentuk model yang menguji

kontribusi faktor eksternal dalam suatu fungsi produksi sesuai model Moomaw

(1983), Nakamura (1985) dan Henderson (1995). Model tersebut secara matematis

dinyatakan sebagai berikut :

)()(^

iii KXAgY = (4.1)

),()( UrbLocfAg i =

=)(^

iKX f(kapital, upah, bahan baku, energi)

Dimana Yi adalah output pada industri i, g(Ai) menunjukkan pengaruh

eksternal dari sumber-sumber aglomerasi; Loc merupakan ukuran penghematan

akibat lokalisasi, sedangkan Urb merupakan ukuran penghematan akibat urbanisasi.

^)( iKX merupakan input industri i, yang terdiri dari kapital, upah (labor), bahan

baku (material) dan energi.

Spesifikasi model dalam penelitian ini merupakan fungsi produksi Cobb-

Douglas dalam bentuk linier logaritma yaitu :

+++++= itititititit laborcapitalurbanlocalLnY lnˆlnˆlnˆlnˆˆ 2121 ββααα (4.2)

ititit energimaterial εββ ++ lnˆlnˆ43

Dimana Yi merupakan output agroindustri industri yang tergantung pada jenis

penghematan akibat aglomerasi yang terdiri dari penghematan akibat lokalisasi

(lokalt) dan penghematan akibat urbanisasi (urbant). Jenis input produksi terdiri dari

kapital, upah, bahan baku, dan energi.

Page 102: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

82

Hipotesis yang digunakan adalah menduga bahwa 432121 ,,,,, ββββαα

adalah positif. Seluruh variabel memiliki efek positif terhadap output industri. Nilai

koefisien tersebut merupakan elastisitas output kapital, elastisitas output labour,

elastisitas output material, elastisitas output energi.

Metode untuk menganalisis faktor-faktor penentu penghematan aglomerasi

adalah uji regresi ols dan panel data untuk berbagai macam agroindustri pada

industri besar dan sedang di Provinsi Lampung pada tahun 1988-2005.

Variabel terikat yang digunakan adalah output, sedangkan variabel-variabel

bebasnya adalah kapital, bahan baku, upah tenaga kerja, energi, penghematan akibat

lokasi, dan penghematan akibat urbanisasi. Output produksi (OP) didefinisikan

sebagai total nilai output yang dihasilkan oleh kelompok industri atau subsektor

agroindustri dalam ribuan rupiah. Kapital (KPT) didefinisikan sebagai taksiran

modal yang diperlukan dalam industri, terdiri dari taksiran gedung, mesin dan

barang kapital lainnya dalam ribuan rupiah. Bahan Baku (BBK) atau material

didefinisikan sebagai total nilai input yang diperlukan oleh kelompok industri dalam

ribuan rupiah. Upah Tenaga Kerja (UTK) didefinisikan sebagai total upah tahunan

pekerja dalam ribuan rupiah. Energi (ENG) didefinisikan sebagai energi yang

dipergunakan dalam proses produksi yang dihitung dari total pembelian listrik dan

bahan bakar dalam ribuan rupiah.

Penghematan Lokalisasi (PLK) didefinisikan sebagai jumlah tenaga kerja

pada sektor agroindustri. Penggunaan ukuran jiwa pekerja ini sejalan dengan

manfaat spillovers karena lokalisasi ekonomi berasal dari aktivitas di suatu daerah.

Penghematan Urbanisasi (PUB) didefinisikan sebagai kepadatan penduduk yang

menggambarkan konsentrasi spasial. Penggunaan jiwa penduduk per km persegi

sebagai ukuran konsentrasi spasial.

Page 103: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

83

OPt = f (KPT, BBK, UTK, ENG, PAL, PUB) (4.3) LnOPt = bo + b1LnKPTt+b2LnBBKt+ b3LnUTKt+b4LnENGt+ b5LnPALt +b6LnPUBt

Paramater yang diharapkan : b1, b2, b3, b4, b5, b6 >0

dimana Sektor Agroindustri (berdasarkan ISIC/KLUI) yang dianalisis adalah :

1 = Industri Pengolahan Buah/ Sayuran

2 = Industri Ikan, Daging dan Udang

3 = Industri Tapioka dan Tepung Lain

4 = Industri Kopra/ Kelapa

5 = Industri Minyak/ Lemak

6 = Industri Padi

7 = Industri Gula

8 = Industri Kopi

9 = Industri Pakan Ternak

10 = Industri Makanan Lainnya

11 = Industri Minuman

12 = Industri Pengolahan Karet

Kemudian dilakukan perbandingan antara industri yang beraglomerasi dan tidak

beraglomerasi, dengan menggunakan persamaan gabungan sektor agroindustri

sebagai berikut :

OPit = f (KPT, BBK, UTK, ENG, PLK, PUB, DAG) (4.4) DAG = Dummy aglomerasi, jika sektor agroindustri beraglomerasi

(berklaster) maka dinilai 1 dan yang tidak beraglomerasi dinilai 0.

LnOPit=bo+b1LnKPTit+b2LnBBKit+b3LnUTKit+b4LnENGit+b5LnPLKit+ b6LnPUBit+ dAGit

Paramater yang diharapkan : b1, b2, b3, b4, b5, b6 , d>0

4.6. Konstruksi Keterkaitan Model Input-Output dan Ekonometrika

Strategi integrasi model input dan ekonometrika yang digunakan dalam

penelitian ini adalah linking, dengan tahapan :

Page 104: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

84

1. Dalam penelitian ini pendugaan parameter menggunakan metode Ordinary Least

Square (OLS). Pada dasarnya, setiap persamaan yang terbaik memenuhi tiga

kriteria yaitu : (1) ekonomi (tanda dan besaran), (2) statistika (R2, uji statistik F

dan uji statistik t), dan (3) ekonometrika (multikolinearitas, heteroskedastis dan

autokorelasi). Koefisien diterminasi digunakan untuk melihat kemampuan model

dalam menjelaskan perilaku variabel endogen. Untuk mengetahui dan menguji

apakah variabel penjelas secara bersama-sama menjelaskan atau tidak terhadap

variabel yang dijelaskan digunakan uji statistik F, sedangkan untuk menguji

apakah masing-masing variabel penjelas berpengaruh nyata atau tidak terhadap

variabel yang diterangkan digunakan uji statistik t.

2. Model OLS juga digunakan untuk menentukan koefisien ),()( UrbLocfAg i =

yang mengindikasikan besarnya pengaruh aglomerasi terhadap produktivitas.

Masing-masing produktivitas output pada kelompok agroindustri diuji dengan

model tersebut.

3. Industri-industri dalam kelompok agroindustri tersebut masuk dalam Tabel I-O

yang dibangun pada tahun 2000 dan di-update tahun 2005 (lihat Tabel 7).

Tabel 7. Klasifikasi Subyek Agroindustri berdasarkan Tabel I-O dan KBLI

No. Subyek Agroindustri Tabel Input-output Kode I-O

Ekonometrika KBLI

1. Industri Pengolahan Buah/ Sayuran

Kode 28 Kode 151 Kode 1513

2 Industri Pengolahan Ikan dan Udang

Kode 29 Kode 151 Kode 1512

3. Industri Pengolahan/ Pengawetan Makanan Lainnya

Kode 30 Kode 153

4. Industri Kopra/ Kelapa Kode 31 Kode 153 5. Industri Minyak/ Lemak Kode 32 Kode 151 6. Industri Padi Kode 33 Kode 153 7. Industri Gula Kode 34 dan 35 Kode 154 8. Industri Kopi Kode 36 dan 37 Kode 153

9. Industri Pakan Ternak Kode 38 Kode 153

10. Industri Makanan Lainnya Kode 39 Kode 154

11. Industri Minuman Kode 40 Kode 155

12. Industri Pengolahan Karet Kode 47 Kode 251

Page 105: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

85

4. Masukan dari ekonometrika yang diperlukan dalam Model Input-Output adalah

besarnya koefisien, elastisitas produksi, dan tanda positif atau negatif yang

menentukan apakah sektor agroindustri beraglomerasi atau tidak, yang

digunakan untuk menentukan kisaran permintaan akhir dalam simulasi

kebijakan.

5. Masukan dari Model Input-Output adalah besarnya input antara, nilai tambah,

dan output pada tahun 2000 dan 2005 yang dibandingkan dengan hasil survei

industri besar dan sedang.

4.7. Analisis Simulasi

Analisis dampak digunakan untuk mengetahui dampak perubahan variabel

eksogen (injeksi) terhadap neraca eksogen pada Tabel Input-Output Provinsi

Lampung Tahun 2005. Tujuan analisis simulasi adalah untuk mengetahui dampak

perubahan variabel eksogen (injeksi) pada permintaan akhir terhadap neraca

endogen yaitu output, pendapatan rumah tangga, dan kesempatan kerja di Provinsi

Lampung. Hasil analisis simulasi dipakai sebagai perumusan implikasi kebijakan

(lihat Gambar 6).

Dalam Model Input-Output, output memiliki hubungan timbal balik dengan

permintaan akhir. Jumlah output yang dapat diproduksi tergantung pada jumlah

permintaan akhirnya. Kenaikan output sektoral diikuti secara proporsional oleh

kenaikan pendapatan rumah tangga dan jumlah kesempatan atau penyerapan tenaga

kerja.

1. Dampak Permintaan Akhir terhadap Output FAIX 1)( −−= (4.5)

dimana :

X = matriks output

Page 106: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

86

1)( −− AI = matriks pengganda

F = permintaan akhir

2. Dampak Permintaan Akhir terhadap Pendapatan Rumah Tangga FAIIn 1)( −−= τν (4.6) dimana :

In = matriks pendapatan

τ = matriks pendapatan

ν = matriks koefisien nilai tambah

3. Dampak Permintaan Akhir terhadap Kesempatan Kerja

FAIL 1)( −−= γ (4.7)

dimana :

L = matriks kesempatan kerja

γ = matriks koefisien tenaga kerja

Simulasi perubahan dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri meliputi :

1. Kebijakan Pengeluaran Pemerintah

S1 : simulasi peningkatan pengeluaran pemerintah 30%, yang dialokasikan pada

sektor agroindustri yang beraglomerasi secara proporsional.

S2 : simulasi peningkatan pengeluaran pemerintah 30%, yang dialokasikan pada

sektor agroindustri yang tidak beraglomerasi secara proporsional.

S3 : simulasi peningkatan pengeluaran pemerintah 30%, yang dialokasikan pada

pembangunan infrastruktur.

Tujuan: Untuk mengetahui dampak kebijakan pengeluaran pemerintah terhadap

perubahan output, pendapatan rumah tangga dan kesempatan kerja sektoral.

Page 107: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

87

Gambar 6. Kerangka Operasional Penelitian

TABEL I-O TAHUN 2000

INDEKS KONSENTRASI SPASIAL

Updating Data

TABEL I-O TAHUN 2005

KLASTER INDUSTRI & BESARNYA AGREGASI 12

SEKTOR AGROINDUSTRI

PENGHEMATAN AKIBAT AGLOMERASI

PENGGANDA

KETERKAITAN

SIMULASI DAN ANALISIS

KEBIJAKAN

Pemetaan Agroindustri

Survei Industri

IMPLIKASI KEBIJAKAN

Page 108: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

88

2. Kebijakan Investasi

S4 : simulasi peningkatan investasi 20%, yang dialokasikan pada semua sektor

agroindustri yang beraglomerasi secara proporsional.

S5 : simulasi peningkatan investasi 20%, yang dialokasikan pada semua sektor

agroindustri yang tidak beraglomerasi secara proporsional.

Tujuan: Untuk mengetahui dampak kebijakan investasi terhadap perubahan

output, pendapatan rumah tangga dan kesempatan kerja sektor agroindustri yang

beraglomerasi dan yang tidak beraglomerasi.

3. Kebijakan Ekspor

S6 : simulasi peningkatan ekspor 25%, yang dialokasikan pada semua sektor

agroindustri yang beraglomerasi secara proporsional.

S7 : simulasi peningkatan ekspor 25%, yang dialokasikan pada semua sektor

agroindustri yang tidak beraglomerasi secara proporsional.

Tujuan: Untuk mengetahui dampak kebijakan ekspor terhadap perubahan

output, pendapatan rumah tangga dan kesempatan kerja.

4. Kebijakan Tunggal Komparasi

S8 : simulasi peningkatan pengeluaran pemerintah sebesar 25% yang

dialokasikan pada semua sektor agroindustri secara proporsional.

S9 : simulasi peningkatan investasi sebesar ekspor 25% yang dialokasikan

pada semua sektor agroindustri secara proporsional.

S10 : simulasi peningkatan ekspor 25% yang dialokasikan pada semua sektor

agroindustri secara proporsional.

Tujuan: Untuk mengetahui dampak kebijakan tunggal pengeluaran pemerintah,

investasi dan ekspor (besar perubahan yang sama) terhadap perubahan output,

pendapatan rumah tangga dan kesempatan kerja.

Page 109: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

89

5. Kebijakan Gabungan

S11 : simulasi peningkatan pengeluaran pemerintah 30%, investasi 20%, dan

ekspor 25% yang dialokasikan pada semua sektor agroindustri yang

beraglomerasi secara proporsional.

S12 : simulasi peningkatan pengeluaran pemerintah 30% , investasi 20%, dan

ekspor 25% yang dialokasikan pada semua sektor agroindustri yang tidak

beraglomerasi secara proporsional.

S13 : simulasi gabungan peningkatan pengeluaran pemerintah 30%, investasi

20%, dan ekspor 25% yang dialokasikan pada tiga sektor agroindustri

penyumbang output dan beraglomerasi terbesar secara proporsional.

S14 : simulasi gabungan peningkatan pengeluaran pemerintah 30%, investasi

20%, dan ekspor 25% yang dialokasikan pada tiga sektor agroindustri

yang merupakan penyerap tenaga kerja dan beraglomerasi terbesar

secara proporsional.

Tujuan : Untuk mengetahui dampak kebijakan gabungan pengeluaran

pemerintah, investasi dan ekspor terhadap perubahan output, pendapatan

rumah tangga dan kesempatan kerja

Besaran angka pengeluaran pemerintah 30%, investasi 20% dan ekspor 25%

di Provinsi Lampung merupakan rata-rata kenaikan pengeluaran pemerintah

kabupaten/kota dan provinsi dalam program pengembangan agroindustri,

pertumbuhan investasi industri PMA/PMDN, dan peningkatan ekspor agroindustri

selama tahun 2001-2005. Simulasi peningkatan pengeluaran pemerintah, investasi

dan ekspor 25% pada kebijakan tunggal komparasi merupakan besaran rata-rata

peningkatan pengeluaran pemerintah 30%, pertambahan investasi 20%, dan

peningkatan ekspor 25%.

Page 110: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

90

V. KETERKAITAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI LAMPUNG

5.1. Kontribusi Agroindustri dalam Perekonomian di Provinsi Lampung

Kontribusi agroindustri dalam perekonomian wilayah di Provinsi Lampung

dilihat dari struktur output dan nilai tambah bruto (value added). Kedua nilai

tersebut merupakan indikator makro yang menunjukkan besarnya sektor unggulan

daerah secara makro.

5.1.1. Struktur Output

Output merupakan nilai produksi (baik barang ataupun jasa) yang dihasilkan

oleh sektor-sektor ekonomi di Provinsi Lampung. Dengan menelaah besarnya output

yang diciptakan oleh masing-masing sektor, berarti akan diketahui sektor-sektor

yang mampu memberikan sumbangan besar dalam pembentukan output secara

keseluruhan di Provinsi Lampung.

Berdasarkan klasifikasi sektor ekonomi, terlihat bahwa sektor agroindustri

merupakan sektor terbesar menurut peringkat outputnya. Output sektor agroindustri

tersebut memberikan andil sebesar Rp 21 766 835 juta atau 27.93%, diikuti sektor

perdagangan sebesar Rp 10 693 953 juta atau 13.72%, dan sektor pertanian tanaman

pangan sebesar Rp 9 999 424 juta atau 12.83%. Sektor bangunan dan konstruksi

menduduki peringkat ke 4 dengan kontribusi sebesar Rp 6 021 228 juta atau 7.48%.

Jika dilakukan perbandingan antarsektor agroindustri pada tahun 2000 dan

tahun 2005, peringkat pertama pada tahun 2000 adalah industri padi sebesar

Rp 3 301 974 juta atau 7.85%, peringkat kedua industri makanan lainnya sebesar

Rp 2 744 860 juta atau 6.53%, sedangkan peringkat ketiga adalah industri kopi

sebesar Rp 1 715 973 juta atau 4.08% (lihat Lampiran 3). Pada tahun 2005,

peringkat pertama adalah industri makanan lainnya sebesar Rp 3 784 981 juta atau

Page 111: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

91

4.86%, peringkat kedua adalah industri gula sebesar Rp 3 348 117 juta atau 4.30%,

sedangkan peringkat ketiga adalah industri tapioka dan tepung lain sebesar Rp 2 868

404 juta atau 3.68%.

Tabel 8. Output Sektor Agroindustri di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan Tahun 2005 No.

Kode Sektor

Nilai Tahun 2000

(Rp juta)

Pangsa Total

Output (%)

Pering-kat

Nilai Tahun 2005

(Rp juta)

Pangsa Total

Output (%)

Pering-kat

1. IBS 786 890 1.8699 8 1 150 181 1.4756 9 2. IKUD 1 309 108 3.1109 4 2 380 795 3.0544 4 3. ITKT 949 206 2.2556 6 2 868404 3.6799 3 4. IKKL 271 063 0.6441 11 413 558 0.5306 11 5. IML 723 487 1.7192 9 1 208 335 1.5502 8 6. IPD 3 301 974 7.8467 1 2 163 021 2.7750 5 7. IGL 1 166 162 2.7712 5 3 348 117 4.2954 2 8. IKP 1 715 973 4.0778 3 2 060 497 2.6435 6 9. IPKT 925 555 2.1994 7 1 343 493 1.7236 7 10 IMLN 2 744 860 6.5228 2 3 784 981 4.8558 1 11 IMN 58 321 0.1385 12 95 832 0.1229 12 12 IKRT 334 287 0.7944 10 949 621 1.2183 10

5.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta

karena adanya kegiatan produksi. Dalam Tabel Input-Output, nilai tambah ini dirinci

menurut upah dan gaji, surplus usaha (sewa, bunga dan keuntungan), penyusutan

dan pajak tak langsung neto. Besarnya nilai tambah pada tiap-tiap sektor ditentukan

oleh besamya output (nilai produksi) yang dihasilkan serta jumlah biaya yang

dikeluarkan dalam proses produksi. Oleh sebab itu, sektor yang memiliki output

besar belum tentu memiliki nilai tambah yang besar, tergantung dari biaya produksi

yang dikeluarkan.

Berdasarkan klasifikasi 26 sektor ekonomi Provinsi Lampung, terlihat bahwa

sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam perekonomian Provinsi Lampung

adalah sektor pertanian tanaman pangan sebesar Rp 7 875 793 juta atau 19.35%,

Page 112: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

92

sektor perdagangan sebesar Rp 6 781 912 juta atau 16.67%, dan tanaman

perkebunan sebesar Rp 4 693 007 juta atau 11.53%.

Pada sektor-sektor agroindustri, kontribusi nilai tambah terbesar dihasilkan

oleh industri gula sebesar Rp 881 594 juta atau 2.17%, industri tapioka dan tepung

lainnya sebesar Rp 656 005 juta atau 1.61%, sedangkan industri makanan lainnya

sebesar Rp 241 378 juta atau 0.59%.

5.2. Keterkaitan Antarsektor Agroindustri dengan Sektor Ekonomi Lainnya

5.2.1. Keterkaitan Antarsektor ke Belakang

Keterkaitan antarsektor ke belakang menunjukkan seberapa besar input

yang digunakan oleh suatu sektor dari output sektor lain akibat peningkatan satu

satuan permintaan akhir sektor tersebut. Analisis keterkaitan, baik keterkaitan ke

depan maupun keterkaitan ke belakang digunakan untuk mengetahui struktur

agroindustri. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan ke belakang dengan klasifikasi

26 sektor, terlihat bahwa sektor agroindustri di Provinsi Lampung mempunyai

keterkaitan ke belakang paling besar dibandingkan sektor-sektor ekonomi yang lain

(lihat Lampiran 10).

Sektor-sektor non agroindustri yang mempunyai keterkaitan ke belakang

yang besar pada tahun 2005 adalah industri lainnya sebesar 1.0694 untuk keterkaitan

langsung dan sebesar 1.1175 untuk keterkaitan langsung dan tak langsung (total),

keterkaitan langsung sektor listrik, gas dan air sebesar 1.0718 dan keterkaitan total

sebesar 1.0912, sedangkan keterkaitan langsung sektor bangunan dan konstruksi

sebesar 0.9101 dan keterkaitan total sebesar 1.1901.

Pada tahun 2005, besarnya keterkaitan ke belakang sektor agroindustri pada

industri pengolahan ikan dan udang untuk keterkaitan langsung adalah 1.3817 dan

keterkaitan total sebesar 1.6528. Pada industri pakan ternak, keterkaitan langsung

Page 113: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

93

sebesar 1.2428 dan keterkaitan total sebesar 1.6224, pada industri gula keterkaitan

langsung sebesar 1.5502 dan keterkaitan total sebesar 1.6132, pada industri padi

keterkaitan langsung sebesar 1.1856 dan keterkaitan total sebesar 1.6124, pada

industri makanan lainnya keterkaitan langsung sebesar 1.2148 dan keterkaitan total

sebesar 1.6011, pada industri tapioka dan tepung lain keterkaitan langsung sebesar

1.2743 dan keterkaitan total sebesar 1.5834, pada industri pengolahan karet

keterkaitan langsung sebesar 1.2001 dan keterkaitan total sebesar 1.5802, pada

industri buah dan sayur keterkaitan langsung sebesar 1.1882 dan keterkaitan total

sebesar 1.5792, pada industri kopra/kelapa keterkaitan langsung sebesar 1.1668 dan

keterkaitan total sebesar 1.5518, pada industri kopi keterkaitan langsung sebesar

1.2200 dan keterkaitan total sebesar 1.319, pada industri minyak/lemak keterkaitan

langsung sebesar 1.0941 dan keterkaitan total sebesar 1.2158, sedangkan pada

industri minuman keterkaitan langsung sebesar 0.8942 dan keterkaitan total sebesar

0.9783.

Apabila data pada tahun 2000 dibandingkan dengan data tahun 2005 (Tabel

9), terlihat bahwa terjadi perubahan/pergeseran peringkat pada industri tapioka dan

tepung lain (dari peringkat 7 ke peringkat 6), industri padi (dari peringkat 3 ke

peringkat 4), industri gula (dari peringkat 5 ke peringkat 3), industri makanan

lainnya (dari peringkat 4 ke peringkat 5), dan industri pengolahan karet (dari

peringkat 6 ke peringkat 7).

Berdasarkan data angka keterkaitan ke belakang sektor-sektor ekonomi pada

Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2000, terdapat dua kelompok yaitu

sektor-sektor agroindustri dan sektor-sektor non agroindustri. Jumlah sektor-sektor

agroindustri dalam Tabel Input-Output Provinsi Lampung sebanyak 12 sektor,

sedangkan jumlah sektor-sektor non agroindustri sebanyak 14 sektor. Hasil

perhitungan menunjukkan bahwa nilai P-value sebesar 0.000039 yang lebih kecil

Page 114: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

94

dibandingkan nilai α = 0.05, sehingga Ho ditolak. Dengan demikian, besarnya

angka keterkaitan ke belakang sektor-sektor agroindustri dengan sektor-sektor non

agroindustri berbeda, di mana angka keterkaitan ke belakang sektor-sektor

agroindustri lebih besar dibandingkan angka keterkaitan ke belakang sektor-sektor

non agroindustri.

Tabel 9. Keterkaitan ke Belakang Agroindustri dengan Sektor Lain di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan Tahun 2005

Kaitan ke Belakang Tahun 2000

Kaitan ke Belakang Tahun 2005

No. Sektor

Langsung

Langsung dan Tak

Langsung

Peringkat Langsung

Langsung dan Tak

Langsung

Peringkat

1. IBS 1.1181 1.7842 8 1.1882 1.5792 8 2. IKUD 1.3103 2.1079 1 1.3817 1.6528 1 3. ITKT 1.1924 1.8705 7 1.2743 1.5834 6 4. IKKL 1.1731 1.7837 9 1.1668 1.5518 9 11. IML 1.0484 1.3171 11 1.0941 1.2158 11 12. IPD 1.1122 1.9210 3 1.1856 1.6124 4 13. IGL 1.6838 1.8792 5 1.5502 1.6132 3 14. IKP 1.0856 1.3193 10 1.2200 1.3191 10 15. IPKT 1.1785 1.9391 2 1.2428 1.6299 2 16. IMLN 1.1671 1.8895 4 1.2148 1.6011 5 17. IMN 0.6689 0.8202 12 0.8942 0.9783 12 18. IKRT 1.1628 1.8740 6 1.2001 1.5802 7

Berdasarkan data angka keterkaitan ke belakang sektor-sektor ekonomi

pada Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2005, terdapat dua kelompok

yaitu sektor-sektor agroindustri dan sektor-sektor non agroindustri. Jumlah sektor-

sektor agroindustri dalam Tabel Input-Output Provinsi Lampung sebanyak 12

sektor, sedangkan jumlah sektor-sektor non agroindustri sebanyak 14 sektor. Hasil

perhitungan menunjukkan bahwa nilai P-value sebesar 0.000039 yang lebih kecil

dibandingkan nilai α = 0.05, sehingga Ho ditolak. Dengan demikian besarnya angka

keterkaitan ke belakang sektor-sektor agroindustri dengan sektor-sektor non

agroindustri berbeda, di mana angka keterkaitan ke belakang sektor-sektor

agroindustri lebih besar dibandingkan sektor-sektor non agroindustri.

Page 115: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

95

5.2.2. Keterkaitan Antarsektor ke Depan

Keterkaitan ke depan menunjukkan peran suatu sektor dalam menyediakan

output untuk digunakan sebagai input oleh sektor-sektor lain akibat peningkatan satu

satuan permintaan akhir sektor tersebut. Berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi

Lampung Tahun 2005, peringkat pertama keterkaitan ke depan pada 26 sektor di

Provinsi Lampung adalah sektor tanaman perkebunan dengan keterkaitan langsung

sebesar 1.3341 dan keterkaitan total sebesar 1.9743. Selanjutnya, sektor tanaman

pangan dengan keterkaitan langsung sebesar 1.2148 dan keterkaitan total sebesar

1.9032.

Keterkaitan ke depan agroindustri dengan sektor lain di Provinsi Lampung

tahun 2000 dan tahun 2005 disajikan pada Tabel 10. Keterkaitan ke depan sektor

agroindustri Provinsi Lampung tahun 2005 yang terbesar adalah industri pengolahan

karet dengan keterkaitan langsung sebesar 1.2484 dan keterkaitan total sebesar

1.7699, pada industri gula keterkaitan langsung sebesar 1.0315 dan keterkaitan total

sebesar 1.3087, pada industri tapioka dan tepung lain keterkaitan langsung sebesar

0.6043 dan keterkaitan total sebesar 1.2396, pada industri padi keterkaitan langsung

sebesar 0.6336 dan keterkaitan total sebesar 1.0911, pada industri pakan ternak

keterkaitan langsung sebesar 0.9476 dan keterkaitan total sebesar 1.0122, pada

industri pengolahan ikan dan udang keterkaitan langsung sebesar 0.3771 dan

keterkaitan total sebesar 0.8030, pada industri minuman keterkaitan langsung

sebesar 0.5228 dan keterkaitan total sebesar 0.6608, pada industri makanan lainnya

keterkaitan langsung sebesar 0.1245 dan keterkaitan total sebesar 0.7933, pada

industri buah dan sayur keterkaitan langsung sebesar 0.0203 dan keterkaitan total

sebesar 0.6941, pada industri minyak/lemak keterkaitan langsung sebesar 0.4728

dan keterkaitan total sebesar 0.7933, pada industri kopi keterkaitan langsung sebesar

Page 116: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

96

0.1253 dan keterkaitan total sebesar 0.6241, sedangkan pada industri kopra/kelapa

keterkaitan langsung sebesar 0.3458 dan keterkaitan total sebesar 0.6121.

Apabila data pada tahun 2000 dibandingkan dengan data pada tahun 2005,

terlihat bahwa terjadi perubahan/pergeseran peringkat pada industri buah dan sayur

(dari peringkat 9 ke peringkat 8), industri pengolahan ikan dan udang (dari peringkat

8 ke peringkat 6), industri tapioka dan tepung lain (dari peringkat 5 ke peringkat 3),

industri padi (dari peringkat 2 ke peringkat 4), industri gula (dari peringkat ke

peringkat 2), industri pengolahan karet (dari peringkat 4 ke peringkat 5), dan industri

minuman (dari peringkat 6 ke peringkat 9).

Tabel 10. Keterkaitan ke Depan Agroindustri dengan Sektor Lain di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan Tahun 2005

Kaitan ke depan tahun 2000 Kaitan ke depan tahun 2005 No. Sektor

Langsung

Langsung dan Tak

Langsung

Peringkat Langsung

Langsung dan Tak

Langsung

Peringkat

1. IBS 0.2167 0.7837 9 0.2203 0.6941 8 2. IKUD 0.4371 0.8509 8 0.3771 0.8030 6 3. ITKT 0.4352 1.0530 5 0.6043 1.2396 3 4. IKKL 0.3395 0.6895 12 0.3458 0.6121 12 5. IML 0.4771 0.7344 10 0.4728 0.6265 10 6. IPD 0.1857 1.3058 2 0.6336 1.0911 4 7. IGL 0.8976 1.2102 3 1.0315 1.3087 2 8. IKP 0.1900 0.7303 11 0.1253 0.6241 11 9. IPKT 0.6584 1.1966 4 0.9476 1.0122 5 10. IML 0.5724 1.0143 7 0.1245 0.7933 7 11. IMN 0.3795 1.0390 6 0.5228 0.6608 9 12. IKRT 1.2106 1.4206 1 1.2484 1.7699 1

Pada tahun 2000 dan tahun 2005, terlihat adanya pergeseran angka dan

peringkat keterkaitan ke depan pada sektor agroindustri, namun peringkat pertama

tetap dihasilkan oleh industri pengolahan karet.

Berdasarkan data angka keterkaitan ke depan sektor-sektor ekonomi pada

Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2000 (lihat Lampiran 11), terdapat dua

kelompok yaitu sektor-sektor agroindustri dan sektor-sektor non agroindustri.

Page 117: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

97

Jumlah sektor-sektor agroindustri dalam Tabel Input-Output Provinsi Lampung

sebanyak 12 sektor, sedangkan jumlah sektor-sektor non agroindustri sebanyak 14

sektor. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai P-value sebesar 0.00049 yang

lebih kecil dari nilai α = 0.05, sehingga Ho ditolak. Dengan demikian, besarnya

angka keterkaitan ke depan sektor-sektor agroindustri dengan sektor-sektor non

agroindustri berbeda, di mana angka keterkaitan ke depan sektor-sektor agroindustri

lebih besar dibandingkan angka keterkaitan ke depan sektor-sektor non agroindustri.

Berdasarkan data angka keterkaitan ke depan sektor-sektor ekonomi pada

Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2005 (lihat Lampiran 11), ada dua

kategori pengelompokan, yaitu sektor agroindustri dan sektor non agroindustri.

Jumlah sektor agroindustri dalam Tabel Input-Output Provinsi Lampung sebanyak

12 sektor, sedangkan jumlah sektor non agroindustri sebanyak 14 sektor. Hasil

perhitungan menunjukkan bahwa nilai P-value sebesar 0.00059 yang lebih kecil

dibandingkan nilai α = 0.05 sehingga Ho ditolak. Dengan demikian besarnya angka

keterkaitan ke depan sektor-sektor agroindustri dengan sektor-sektor non

agroindustri berbeda, di mana angka keterkaitan ke depan sektor-sektor agroindustri

lebih besar dibandingkan angka keterkaitan ke depan sektor-sektor non agroindustri.

Berdasarkan data analisis keterkaitan ke belakang dan depan, terlihat bahwa

sektor agroindustri mempunyai keterkaitan yang besar dengan sektor lain. Nilai

keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang lebih besar dari pada nilai

keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan. Hal ini mengindikasikan bahwa

sektor agroindustri di Provinsi Lampung lebih mampu mendorong sektor pertanian

sebagai pemasok bahan baku dibandingkan penciptaan kenaikan output apabila

terjadi peningkatan satu-satuan permintaan akhir (final demand).

Keterkaitan ke belakang sektor agroindustri adalah keterkaitan dengan

sektor-sektor yang memasok bahan baku yaitu tanaman pangan, tanaman

Page 118: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

98

perkebunan, peternakan, dan perikanan. Sektor-sektor primer juga mempunyai nilai

ouput yang sebagian besar merupakan input sektor agroindustri. Sedangkan

keterkaitan ke depan sektor agroindustri merupakan keterkaitan dengan sektor yang

memanfaatkan output sektor agroindustri. Output sektor agroindustri sebagian besar

ditujukan untuk keperluan ekspor dan sebagian dimanfaatkan untuk industri lain.

Kondisi tersebut menyebabkan nilai rata-rata keterkaitan ke belakang sektor industri

lebih besar dibandingkan nilai rata-rata keterkaitan ke depan, sehingga nilai rata-

rata daya penyebaran sektor agroindustri lebih besar dari pada nilai rata-rata daya

kepekaannya (lihat Lampiran 14).

Okamoto (2004a) menyatakan bahwa keterkaitan merupakan salah satu

proses untuk mempercepat terjadinya aglomerasi atau terkonsentrasinya industri.

Hasil penelitian Okamoto di Cina menunjukkan bahwa nilai keterkaitan yang tinggi

menyebabkan terjadinya aglomerasi. Fujita et al. (1999) menyatakan bahwa

terjadinya aglomerasi didasarkan pada hasil yang meningkat akibat skala ekonomi,

biaya transportasi, keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan yang besar.

Dengan demikian nilai keterkaitan sektor agroindustri dengan sektor lain yang besar

mengindikasikan terjadinya aglomerasi pada sektor agroindustri di Provinsi

Lampung.

Lebih lanjut Fujita et al. (1999) menyatakan bahwa intraindustry dan

interindustry spillover merupakan salah satu pendorong terjadinya aglomerasi

industri atau clustering. Mekanisme trade off antara centripetal forces dan

centrifugal forces menyebabkan terjadinya aglomerasi. Centripetal forces atau

agglomeration forces adalah kekuatan yang mendorong terjadinya konsentrasi

spasial, sedangkan centrifugal forces atau dispersion forces adalah kekuatan yang

berlawanan dan mendorong terjadinya distribusi spasial. Centripetal forces terdiri

dari keterkaitan (linkages), pasar yang besar (thick market), knowledge spillover,

Page 119: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

99

serta eksternalitas yang menguntungkan (pure external economies). Centrifugal

forces terdiri input/faktor yang tidak cepat bergerak (immobile factor), nilai lahan

(land rent and comuting), kemacetan (congestion and other pure), dan

diseconomies. Jika persyaratan utama aglomerasi adalah keterkaitan, nilai

keterkaitan ke belakang dan depan yang besar pada sektor agroindustri di Provinsi

Lampung mengindikasikan bahwa terjadi aglomerasi pada sektor tersebut.

5.2.3. Kombinasi Keterkaitan Antarsektor

Pengelompokkan keterkaitan antarsektor yang didasarkan pada kombinasi

antara forward dan backward linkage, yaitu forward rendah dan backward tinggi,

forward tinggi dan backward tinggi, forward tinggi dan backward rendah, serta

forward rendah dan backward rendah disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Kombinasi keterkaitan antarsektor ekonomi di Provinsi Lampung

Forward

Rendah Tinggi

Backward Tinggi Forward Rendah Backward Tinggi IBS IKUD IKKL IML IKP JJLN IMLN

Forward Tinggi Backward Tinggi ITKT IPD IGL IPKT IKRT

Rendah Forward Rendah Backward Rendah IMN BKST PTUM

Forward Tinggi Backward Rendah TPGN TKBN PTK KHTN IKAN TBNG ILNY LGA PHR TRKM LKJP

Page 120: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

100

Agroindustri yang mempunyai kaitan ke depan (forward) dan ke belakang

(backward) yang tinggi adalah tapioka dan tepung lain, industri gula, industri pakan

ternak dan industri karet. Peningkatan investasi di sektor-sektor agroindustri ini

akan memberikan dampak yang luas tidak hanya terhadap sektor input, tetapi juga

pada sektor output. Tingginya kaitan ke belakang menunjukkan tingginya

penyebaran dampak perubahan sektor tersebut terhadap subsektor lainnya, yang

tergolong pada industri hulu (sektor input). Output sektor-sektor ini akan menjadi

input bagi sektor lain yang lebih hilir.

Agroindustri yang mempunyai klasifikasi kaitan ke depan tinggi dan kaitan

ke belakang rendah tidak ada. Sektor pertanian masuk dalam klasifikasi tersebut.

Sektor pertanian umumnya masih perlu untuk dilakukan proses pengolahan oleh

sektor industri pengolahan, khususnya pengolahan hasil pertanian. Dengan

demikian, sektor-sektor ini lebih peka terhadap perubahan sektor lain akibat

perubahan permintaan akhir terhadap masing-masing sektor. Sementara itu,

perubahan permintaan akhir terhadap sektor-sektor ini tidak memberikan dampak

yang besar terhadapsektor lain karena kaitan ke belakangnya rendah.

Agroindustri yang memiliki kaitan ke belakang tinggi dan kaitan ke depan

rendah adalah industri buah dan sayur, industri pengolahan ikan dan udang, industri

kopra/ kelapa, industri minyak/ lemak, industri kopi, dan industri makanan lainnya.

Kaitan ke belakang yang tinggi merupakan alasan utama mengapa agroindustri

menjadi prioritas dalam pembangunan ekonomi wilayah. Sedangkan kaitan ke depan

yang rendah pada sektor tersebut tidak mengherankan mengingat sektor tersebut

merupakan sektor hilir dalam proses input-output. Investasi pada industri-industri

tersebut akan menumbuhkan industri hulu, khususnya sektor pertanian.

Page 121: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

101

Agroindustri yang mempunyai kaitan ke depan dan ke belakang rendah

adalah industri minuman. Di samping tidak peka terhadap perubahan sektor lain,

sektor ini juga tidak dapat diandalkan untuk menumbuhkan sektor lain apabila

investasi pada sektor ini ditingkatkan.

Menurut Setiawan (2006), sektor-sektor industri makanan dan minuman

(agroindustri) di Provinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat merupakan sektor

yang memiliki daya mengait ke sektor hulu atau backward linkages dan sekaligus

memiliki daya dorong ke sektor hilir atau forward linkages yang tinggi. Hasil

penelitian Supriyati dan Suryani (2006) di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera

Utara menunjukkan tingginya daya kepekaan sektor agroindustri karena pengaruh

pertumbuhan ekonomi wilayah yang memiliki kaitan ke belakang yang kuat serta

mampu menarik pertumbuhan output industri hulunya. Nilai derajat kepekaan

menunjukkan efek relatif yang disebabkan oleh perubahan sektor agroindustri yang

menimbulkan perubahan output sektor-sektor lain dengan menggunakan output

dari sektor agroindustri tersebut, baik langsung maupun tidak langsung.

5.2.4. Penelusuran Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang

Analisis penelusuran keterkaitan ke depan dan ke belakang digunakan untuk

mengetahui secara rinci keterkaitan sektor-sektor agroindustri dengan sektor-sektor

ekonomi dalam perekonomian wilayah. Penelusuran dilakukan dengan cara

mengetahui persentase sektor-sektor dari nilai keterkaitan .

Berdasarkan Tabel 12 dan Lampiran 12 terlihat bahwa keterkaitan ke

belakang terdiri dari keterkaitan dengan sektor itu sendiri, sektor yang memasok

bahan baku, sektor perdagangan, sektor transportasi dan komunikasi, serta sektor

lainnya. Keterkaitan dengan sektor itu sendiri berkisar antara 40.50–56.12%.

Keterkaitan sektor diri sendiri merupakan keterkaitan sesama sektor agroindustri

Page 122: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

102

dalam menggunakan input. Penggunaan input sesama sektor dalam prakteknya

merupakan kerjasama antar perusahaan sejenis. Keterkaitan ke belakang dengan

sektor yang memasok bahan baku berkisar antara 9.29–35.59%. Keterkaitan tersebut

merupakan keterkaitan sektor agroindustri dengan sektor-sektor pertanian seperti

tanaman pangan, tanaman perkebunan, dan perikanan. Keterkaitan dengan sektor

perdagangan berkisar antara 5.57–12.43%. Sektor perdagangan berkaitan dengan

transaksi ekspor-impor. Dengan demikian sebagian sektor agroindustri

menggunakan input dari impor dan jasa perdagangan lainya.

Tabel 12. Penelusuran Keterkaitan Ke Belakang Sektor Agroindustri Provinsi Lampung Tahun 2005 No. SEKTOR Nilai

KeterkaitanSektor

1 (%)

Sektor 2 (%)

Sektor 3

(%)

Sektor 4 (%)

Sektor Lain (%)

1. IBS 1.5792 IBS (43.98)

TPGN (35.59)

PHR (9.01)

TRKM (2.50 )

(8.92)

2. IKUD 1.6528 IKUD (44.23)

IKAN (28.68)

PHR (12.43)

TRKM (3.29)

(11.37)

3. ITKT 1.5834 ITKT (46.73)

TPGN (14.13)

PHR (12.24)

TKBN (4.57)

(22.33)

4. IKKL 1.5518 IKKL (46.04)

TKBN (34.607)

PHR (9.61)

TRKM (3.13)

(6.613)

5. IML 1.2158 IML (40.50)

TKBN (32.379)

IKKL (10.26)

PHR (8.60)

(8.261)

6. IPD 1.6124 IPD (44.28)

TPGN (43.980(

PHR (5.57)

TRKM (1.89)

(4.28)

7. IGL 1.6132 IGL (56.12)

TKBN (25.240)

PHR (7.20)

TRKM (3.33)

(8.11)

8. IKP 1.3191 IKP (45.47)

TKBN (28.532)

PHR (10.41)

TRKM (8.38)

(7.208)

9. IPKT 1.6299 IPKT (42.58)

TPGN (33.90)

PHR (9.96)

TRKM (2.62)

(10.94)

10. IML 1.6011 IML (42.58)

TPGN (26.207)

TKBN (11.222)

PHR (8.67)

(11.321)

11. IMN 0.9783 IMN (53.70)

TKBN (9.29)

IGL (6.96)

PHR (11.14)

(18.91)

12. IKRT 1.5802 IKRT (50.47)

TKBN (31.771)

PHR (8.28)

TRKM (2.98)

(6.499)

Berdasarkan Tabel 13 dan Lampiran 13 terlihat bahwa keterkaitan ke depan

terdiri dari keterkaitan dengan sektor itu sendiri, sektor yang memanfaatkan output

Page 123: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

103

untuk bahan baku, sektor perdagangan, sektor, jasa-jasa lainnya dan sektor lainnya.

Keterkaitan dengan sektor diri sendiri berkisar antara 72.48–98.94%. Keterkaitan

diri sendiri merupakan keterkaitan sesama sektor agroindustri dalam menggunakan

input. Penggunaan input sesama sektor dalam prakteknya merupakan kerjasama

antar perusahaan sejenis.

Keterkaitan ke depan sektor agroindustri yang menggunakan output berkisar

antara 0.65–18.47%. Keterkaitan dengan sektor perdagangan berkisar antara 0.38–

0.70%. Sektor perdagangan berkaitan dengan transaksi ekspor-impor. Dengan

demikian sebagian besar sektor agroindustri menggunakan output untuk diekspor ke

luar wilayah dan jasa perdagangan lainya.

Tabel 13. Penelusuran Keterkaitan ke Depan Sektor Agroindustri Provinsi Lampung Tahun 2005 No. SEKTOR Nilai

KeterkaitanSektor

1 (%)

Sektor 2 (%)

Sektor 3 (%)

Sektor 4

(%)

Sektor Lain (%)

1. IBS 0.6941 IBS (94.57)

PHR (3.08)

JJLN (1.06)

(1.29)

2. IKUD 0.8030 IKUD (96.12)

PHR (3.23)

(1.65)

3. ITKT 1.2396 ITKT (78.44)

PHR (6.52)

JJLN ( 7.54)

IMN (1.04)

(7.5)

4. IKKL 0.6121 IKKL (74.75)

IML (18.47)

IPKT (3.69)

(3.09)

5. IML 0.6265 IML (88.97)

IPKT (1.62)

IMLN (1.42)

ITKT (1.33)

(7.99)

6. IPD 1.0911 IPD (84.98)

IKAN (1.62)

PHR (1.46)

JJLN (2.63)

(11.94)

7. IGL 1.3087 IGL (72.48)

ITKT (11.67)

IMN (9.26)

JJLN (1.55)

(6.59)

8. IKP 0.6241 IKP (89.35)

PHR ( 7.21)

(3.44)

9. IPKT 1.0122 IPKT (75.95)

PTK (11.68)

PHR (5.67)

ITKT (3.85)

(6.7)

10. IMLN 0.7933 IMLN (95.49)

ITKT (0.65)

IPKT (0.94)

PHR (0.38)

(2.92)

11. IMN 0.6608 IMN (98.94)

PHR (0.21)

(0.85)

12. IKRT 1.7699 IKRT (81.55)

BKST (2.52)

ILNY (2.31)

IMN (1.49)

(13.44)

Page 124: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

104

5.3. Pengganda Sektor Agroindustri

5.3.1. Pengganda Output

Model Input-Output yang dipergunakan adalah model input-output terbuka

yang menganggap rumah tangga (household) sebagai exogenous factor. Rumah

tangga merupakan salah satu konsumen akhir yang mengkonsumsi sejumlah output

yang dipergunakan sebagai konsumsi akhir.

Angka pengganda (multiplier) menggambarkan dampak yang terjadi

terhadap variabel endogen tertentu akibat perubahan terhadap variabel eksogen

dalam perekonomian. Angka pengganda tipe I menganggap rumah tangga

(household) sebagai exogenous factor. Angka pengganda tipe II menganggap rumah

tangga (household) sebagai endogenous factor. Sedangkan variabel-variabel

endogen adalah output sektoral. Pada penelitian ini dipergunakan angka -engganda

tipe I.

Nilai pengganda (multiplier) output dari suatu sektor menunjukkan besarnya

peningkatan output pada sektor tersebut akibat kenaikan satu satuan permintaan

akhir. Suatu sektor yang memiliki nilai pengganda output tinggi akan memberikan

pangaruh yang besar terhadap peningkatan kesejahteraan pekerjanya jika terjadi

kenaikan permintaan pada output yang diproduksinya. Angka pengganda juga

dipergunakan untuk mengetahui perilaku industri.

Apabila ditinjau dari angka pengganda output klasifikasi 26 sektor ekonomi

Provinsi Lampung, pemegang nilai pengganda output yang besar dicapai oleh

sektor-sektor agroindustri (terutama urutan 1 sampai 10). Sektor-sektor tersebut

adalah sektor industri pengolahan ikan dan udang, industri pengolahan karet,

industri tapioka dan tepung lain, industri pakan ternak, industri makanan lainnya,

Page 125: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

105

industri kopi, industri buah dan sayur, industri padi, industri gula dan industri

minuman.

Nilai pengganda output terbesar sektor agroindustri adalah pada industri

pengolahan ikan dan udang sebesar 2.6480. Artinya, terjadinya peningkatan output

pada sektor industri pengolahan ikan, daging dan udang sebesar satu rupiah

mengakibatkan peningkatan jumlah output pada semua sektor sebesar 2.6480 rupiah

(lihat Tabel 14).

Berdasarkan Tabel 14, apabila dilakukan perbandingan angka pengganda

output sektor agroindustri pada tahun 2000 dan 2005, terdapat pergeseran/

perubahan nilai peringkat pada ITKT (dari peringkat 6 ke peringkat 3), IML (dari

peringkat 10 ke peringkat 11), IPKT (dari peringkat 3 ke peringkat 4), IMLN (dari

peringkat 4 ke peringkat 6), dan IMN (dari peringkat 4 ke peringkat 5). Sedangkan

peringkat angka pengganda output untuk industri lain tetap.

Tabel 14. Pengganda Output Sektor Agroindustri di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan Tahun 2005

No. Sektor Nilai Tahun 2000

Peringkat Nilai Tahun 2005

Peringkat

1. IBS 2.3625 7 2.8607 72. IKUD 2.7686 1 3.2984 13. ITKT 2.3939 6 2.9948 34. IKKL 1.7288 12 1.9146 125. IML 1.7380 10 2.0989 116. IPD 2.3501 8 2.8207 87. IGL 1.8578 9 2.4548 98. IKP 2.4571 5 2.9336 59. IPKT 2.4903 3 2.9523 410. IMLN 2.4661 4 2.9206 611. IMN 1.7332 11 2.4002 1012. IKRT 2.5196 2 3.0585 2

Berdasarkan data angka pengganda output sektor-sektor ekonomi pada

Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2000 (lihat Lampiran 15), terdapat dua

kategori yaitu sektor agroindustri dan non agroindustri. Jumlah sektor agroindustri

dalam Tabel Input-Output Provinsi Lampung sebanyak 12 sektor, sedangkan jumlah

Page 126: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

106

sektor non agroindustri sebanyak 14 sektor. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa

nilai P-value sebesar 0.000093 yang lebih kecil dibandingkan nilai α = 0.05

sehingga Ho ditolak. Dengan demikian besarnya angka pengganda output antara

sektor-sektor agroindustri dengan sektor-sektor non agroindustri berbeda, di mana

angka pengganda output antara sektor-sektor agroindustri lebih besar dibandingkan

sektor-sektor non agroindustri.

Berdasarkan data angka pengganda output sektor-sektor ekonomi pada

Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2005 (lihat Lampiran 15), terdapat dua

kelompok yaitu sektor-sektor agroindustri dan sektor-sektor non agroindustri.

Jumlah sektor-sektor agroindustri dalam Tabel Input-Output Provinsi Lampung

sebanyak 12 sektor, sedangkan jumlah sektor-sektor non agroindustri sebanyak 14

sektor. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai P-value sebesar 0.000093

yang lebih kecil dibandingkan nilai α = 0.05 sehingga Ho ditolak. Dengan

demikian besarnya angka pengganda output antara sektor-sektor agroindustri dengan

sektor-sektor non agroindustri berbeda, di mana angka pengganda output antara

sektor-sektor agroindustri lebih besar dibandingkan angka pengganda output sektor-

sektor non agroindustri.

Dampak pengganda output sektor agroindustri dapat dirinci melalui

disagregasi. Disagregasi yang dimaksud dalam pembahasan ini mempunyai

pengertian bahwa dampak berganda output dari suatu sektor agroindustri akan

dirinci secara sektoral, di mana penjumlahan dampak dari seluruh sektor tersebut

merupakan besarya dampak pengganda output terhadap perekonomian Provinsi

Lampung. Dengan cara ini akan diketahui dengan jelas ke mana saja dampak

pengganda output sektor agroindustri itu disebar, sehingga dapat menunjukkan

sektor ekonomi mana yang paling diuntungkan apabila dilakukan pengembangan

Page 127: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

107

sektor agroindustri. Dampak injeksi awal permintaan akhir pada sektor agroindustri

adalah :

1. Sektor ekonomi yang paling diuntungkan ketika ada injeksi awal permintaan

akhir sebesar 1 rupiah pada sektor industri pengolahan ikan dan udang adalah

sektor perikanan sebesar 0.9459 rupiah atau 28.68% dari dampak total sektor

industri pengolahan ikan dan udang terhadap perekonomian Provinsi Lampung

sebanyak 3.2984 rupiah.

2. Sektor ekonomi yang paling diuntungkan ketika ada injeksi awal permintaan

akhir sebesar 1 rupiah pada sektor industri pengolahan karet adalah sektor

tanaman perkebunan sebesar 0.9716 rupiah atau 31.77% dari dampak total sektor

sektor industri pengolahan karet terhadap perekonomian Provinsi Lampung

sebanyak 3.0584 rupiah.

3. Sektor ekonomi yang paling diuntungkan ketika ada injeksi awal permintaan

akhir sebesar 1 rupiah pada sektor industri tapioka dan tepung lain adalah sektor

peternakan (PTK) sebesar 0.4231 rupiah atau 14.13% dampak total sektor

industri tapioka dan tepung lain terhadap perekonomian Provinsi Lampung

sebanyak 2.9948 rupiah dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR)

sebesar 0.3665 atau 12.24% dampak total sektor sektor industri tapioka dan

tepung lain terhadap perekonomian Provinsi Lampung sebanyak 2.9948 rupiah.

4. Sektor ekonomi yang paling diuntungkan ketika ada injeksi awal permintaan

akhir sebesar 1 rupiah pada sektor industri pakan ternak adalah sektor tanaman

pangan sebesar 1.0008 rupiah atau 33.90% sektor industri pakan ternak terhadap

perekonomian Provinsi Lampung sebanyak 2.9523 rupiah.

5. Sektor ekonomi yang paling diuntungkan ketika ada injeksi awal permintaan

akhir sebesar 1 rupiah pada sektor industri makanan lainnya adalah sektor

tanaman pangan sebesar 0.7654 rupiah atau 26.21% sektor industri makanan

Page 128: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

108

lainnya terhadap perekonomian Provinsi Lampung sebanyak 2.9206 rupiah dan

sektor tanaman perkebunan sebesar 0.2613 rupiah atau 11,22% sektor industri

makanan lainnya terhadap perekonomian Provinsi Lampung sebanyak 2.9206

rupiah.

5.3.2. Pengganda Pendapatan Rumah Tangga Nilai pengganda pendapatan rumah tangga dari suatu sektor menunjukkan

besarnya peningkatan pendapatan rumahtangga yang bekerja pada sektor tersebut

akibat kenaikan satu satuan permintaan akhir. Suatu sektor yang memiliki nilai

pengganda pendapatan tinggi akan memberikan pangaruh yang besar terhadap

peningkatan kesejahteraan pekerjanya jika terjadi kenaikan permintaan pada output

yang diproduksinya.

Tabel 15 memperlihatkan nilai pengganda pendapatan sektor-sektor

agroindustri di Provinsi Lampung Tahun 2005. Berdasarkan data tersebut terlihat

bahwa urutan sektor yang memberikan pengganda yang besar adalah industri

pengolahan ikan dan udang sebesar 20.7939, industri pakan ternak sebesar 20.5521,

industri pengolahan karet sebesar 15.7328, dan industri makanan lainnya sebesar

12.3682. Sektor industri pengolahan ikan dan udang memiliki nilai pengganda

pendapatan sebesar 20.7939, artinya apabila terjadi peningkatan output pada sektor

industri tersebut sebesar satu rupiah hanya akan mengakibatkan peningkatan

pendapatan rumah tangga sebesar 20.7939 rupiah baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Tabel 15. Pengganda Pendapatan Rumah Tangga Tahun 2000 dan Tahun 2005 No. Sektor Pengganda

Pendapatan Tahun 2000

Peringkat Pengganda Pendapatan Tahun 2005

Peringkat

1 IBS 3.4430 8 9.9603 62 IKUD 9.8197 1 20.7939 1

Page 129: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

109

3 ITKT 4.0219 7 7.6987 84 IKKL 2.7136 10 5.0786 115 IML 2.7271 9 6.0044 96 IPD 6.4481 3 5.3231 107 IGL 1.5350 12 8.4118 78 IKP 4.7591 5 12.1358 59 IPKT 6.5972 2 20.5521 2

10 IMLN 4.4004 6 12.3682 411 IMN 1.7450 11 3.0947 1212 IKRT 6.0017 4 15.7328 3

Berdasarkan data angka pengganda pendapatan rumah tangga sektor-sektor

ekonomi pada Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2000 (lihat Lampiran

16), terdapat dua kelompok yaitu sektor-sektor agroindustri dan sektor-sektor non

agroindustri. Jumlah sektor-sektor agroindustri dalam Tabel Input-Output Provinsi

Lampung sebanyak 12 sektor, sedangkan jumlah sektor-sektor non agroindustri

sebanyak 14 sektor. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai P-value sebesar

0.000025 yang lebih kecil dibandingkan nilai α = 0.05 sehingga Ho ditolak. Dengan

demikian besarnya pendapatan rumah tangga antara sektor-sektor agroindustri

dengan sektor-sektor non agroindustri berbeda, di mana angka pengganda

pendapatan rumah tangga sektor-sektor agroindustri lebih besar dibandingkan angka

pengganda sektor-sektor non agroindustri.

Berdasarkan data angka pengganda pendapatan rumah tangga sektor-sektor

ekonomi pada Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2005 (lihat Lampiran

16), terdapat dua kelompok yaitu sektor-sektor agroindustri dan sektor-sektor non

agroindustri. Jumlah sektor-sektor agroindustri dalam Tabel Input-Output Provinsi

Lampung sebanyak 12 sektor, sedangkan jumlah sektor-sektor non agroindustri

sebanyak 14 sektor. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai P-value sebesar

0.000025 yang lebih kecil dibandingkan nilai α = 0.05 sehingga Ho ditolak. Dengan

demikian besarnya pendapatan rumah tangga sektor-sektor agroindustri dengan

sektor-sektor non agroindustri berbeda, di mana angka pengganda pendapatan rumah

Page 130: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

110

tangga sektor-sektor agroindustri lebih besar dibandingkan angka pengganda

pendapatan rumah tangga sektor-sektor non agroindustri.

5.3.3. Pengganda Tenaga Kerja Nilai pengganda tenaga kerja dari suatu sektor menunjukkan besarnya

peningkatan tenaga kerja akibat kenaikan satu satuan permintaan akhir. Berdasarkan

hasil analisis tabel input-output diperoleh nilai pengganda tenaga kerja pada sektor-

sektor agroindustri Provinsi Lampung tahun 2005 berkisar antara 3.6307 sampai

44.4494.

Nilai pengganda tenaga kerja terbesar adalah pada industri pengolahan ikan

dan udang, yaitu sebesar 44.4494. Artinya, apabila terjadi peningkatan output

industri pengolahan ikan dan udang sebesar satu rupiah hanya akan mengakibatkan

peningkatan tenaga kerja sebesar 44.4494. Berdasarkan angka yang diperoleh,

terlihat bahwa sektor-sektor agroindustri mempunyai pengganda yang sangat besar

terhadap tenaga kerja. Pada Tabel 16 terlihat bahwa peringkat pengganda tenaga

kerja sektor agroindustri antara tahun 2000 dan tahun 2005 menunjukkan pergeseran

peringkat pada beberapa industri sektor agroindustri.

Tabel 16. Peringkat Pengganda Tenaga Kerja Sektor Agroindustri

No. Sektor Pengganda Tenaga kerja Tahun 2000

Peringkat Pengganda Tenaga kerja Tahun 2005

Peringkat

1. IBS 16.1178 7 18.2218 82. IKUD 39.2294 1 44.4494 13. ITKT 14.8172 8 25.2196 44. IKKL 9.7087 11 10.6087 115. IML 10.0656 9 11.1682 96. IPD 22.0238 4 22.2228 67. IGL 21.2912 5 23.4915 58. IKP 9.7634 10 10.8540 109. IPKT 30.9823 2 32.9436 210. IMLN 20.8743 6 20.9656 711. IMN 2.4587 12 3.6307 1212. IKRT 25.5432 3 28.5534 3

Page 131: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

111

Berdasarkan data angka pengganda tenaga kerja sektor-sektor ekonomi pada

Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2000 (lihat Lampiran 17), terdapat dua

kelompok yaitu sektor-sektor agroindustri dan sektor-sektor non agroindustri.

Jumlah sektor-sektor agroindustri dalam Tabel Input-Output Provinsi Lampung

sebanyak 12 sektor, sedangkan jumlah sektor-sektor non agroindustri sebanyak 14

sektor. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai P-value sebesar 0.00006 yang

lebih kecil dibandingkan nilai α = 0.05 sehingga Ho ditolak. Dengan demikian

besarnya pengganda tenaga kerja sektor-sektor agroindustri dengan sektor-sektor

non agroindustri berbeda, di mana angka pengganda tenaga kerja sektor-sektor

agroindustri lebih besar dibandingkan angka pengganda tenaga kerja sektor-sektor

non agroindustri.

Berdasarkan data angka pengganda tenaga kerja sektor-sektor ekonomi

pada Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2005 (lihat Lampiran 17),

terdapat dua kelompok yaitu sektor-sektor agroindustri dan sektor-sektor non

agroindustri. Jumlah sektor-sektor agroindustri dalam Tabel Input-Output Provinsi

Lampung sebanyak 12 sektor, sedangkan jumlah sektor non agroindustri sebanyak

14 sektor. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai P-value sebesar 0.00006

yang lebih kecil dibandingkan nilai α = 0.05 sehingga Ho ditolak. Dengan demikian

besarnya pengganda tenaga kerja antara sektor-sektor agroindustri dengan sektor-

sektor non agroindustri berbeda, di mana angka pengganda tenaga kerja sektor-

sektor agroindustri lebih besar dibandingkan angka pengganda tenaga kerja sektor-

sektor non agroindustri.

Berdasarkan rekapitulasi peringkat pengganda pada Tabel 16, urutan

peringkat pengganda kesempatan kerja sektor agroindustri adalah industri

pengolahan ikan dan udang, industri pakan ternak, industri pengolahan karet,

industri tapioka dan tepung lain, industri gula, industri makanan lainnya, industri

Page 132: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

112

padi, industri buah dan sayur, industri kopi, industri minyak/lemak, industri

kelapa/kopra, dan industri minuman.

Tabel 17. Rekapitulasi Peringkat Keterkaitan dan Pengganda Sektor Agroindustri Tahun 2005 Sektor

Peringkat Keterka-itan ke Belakang

Peringkat Keterka-itan ke Depan

Peringkat Penggan-da Output

Peringkat Penggan-da Pend. RT

Peringkat Pengganda Kesempatan Kerja

Total Nilai

Pering- kat

IBS 8 8 7 6 8 37 8IKUD 1 6 1 1 1 10 1ITKT 6 3 3 8 4 24 4IKKL 9 12

12 11 11 55 11

IML 11 10 11 9 9 50 10IPD 4 4 8 10 6 32 7IGL 3 2 9 7 5 26 5IKP 10 11 5 5 10 41 9IPKT 2 5 4 2 2 15 2IMLN 5 7 6 4 7 29 6IMN 12 9 10 12 12 55 12IKRT 7 1 2 3 3 16 3

Hasil penelitian Supriyati dan Suryani (2006) di Jawa Barat, Jawa Timur,

dan Sumatera Utara tentang pengganda agroindustri terhadap output, pendapatan

dan tenaga kerja menunjukkan bahwa sektor agroindustri mempunyai nilai

pengganda yang tinggi, baik terhadap output, pendapatan maupun tenaga kerja

dibandingkan dengan sektor non agroindustri. Nilai pengganda di Jawa Timur lebih

besar dibandingkan agregat maupun wilayah lain, namun masih di bawah nilai

pengganda sektor agroindustri Provinsi Lampung.

Pengganda output yang tinggi tersebut disebabkan agroindustri yang

memanfaatkan bahan baku pada sektor pertanian cukup besar, ditunjang dengan

potensi sektor pertanian yang cukup besar pula. Pengganda pendapatan akan tinggi

apabila output agroindustri mampu diserap, baik sebagai konsumsi langsung

maupun untuk memenuhi permintaan dalam dan luar negeri. Sektor agroindustri

Page 133: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

113

yang mempunyai pengganda tenaga kerja tinggi perlu distimulasi sehingga akan

dapat mengatasi permasalahan pengangguran yang semakin meningkat.

Menurut Setiawan (2006), suatu sektor dinyatakan sebagai unggulan dalam

pembangunan ekonomi daerah dengan melihat kriteria sebagai berikut: (1)

sumbangan sektor produksi pada total output, (2) sumbangan sektor produksi

terhadap nilai tambah bruto, (3) daya penyebaran dan daya penyebaran dan derajat

kepekaan yang merupakan keterkaitan sektoral ke hulu dan hilir, (4) nilai pengganda

output, nilai tambah dan tenaga kerja, dan (5) prospek sektor tersebut di masa

mendatang. Jika dilihat dari kinerja agroindustri di Provinsi Lampung dari peranan,

angka pengganda dan keterkaitan antar sektoral maka sektor agroindustri merupakan

sektor pemimpin (leading sector) dalam pembangunan ekonomi wilayah.

Sektor-sektor agroindustri yang merupakan industri prioritas berdasarkan

peringkat pada Tabel 17 serta Lampiran 18 dan 19 di Provinsi Lampung adalah

industri pengolahan ikan dan udang, industri pakan ternak, industri pengolahan

karet, industri tapioka dan tepung lain, industri gula dan industri makanan lainnya

(enam peringkat teratas). Pengembangan industri tersebut memerlukan dukungan

kelembangan dan politik dari pemerintah. Pemerintah pusat dan daerah memainkan

peran penting yang memberikan manfaat industri-industri tersebut melalui kebijakan

fiskal (pengeluaran pemerintah), serta mendorong investasi dan ekspor.

Oleh karena itu, kebijakan dan program pemerintah provinsi dan kabupaten/

kota se Provinsi Lampung menjadikan sektor agroindustri sebagai prioritas, tanpa

mengabaikan potensi dan peluang sektor-sektor lainnya. Prioritas tersebut perlu

diwujudkan dalam program atau kegiatan pengembangan agroindustri yang dapat

direalisasikan, terlebih sektor ini bisa menggerakkan sektor pertanian karena adanya

keterkaitan yang besar antara sektor pertanian dengan sektor agroindustri.

Page 134: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

114

VI. KONSENTRASI SPASIAL DAN PENGHEMATAN AKIBAT AGLOMERASI

6.1. Konsentrasi Spasial

Menurut Fujita et al. (1999) konsentrasi spasial merupakan pengelompokan

setiap industri dan aktivitas ekonomi yang secara spasial berlokasi pada suatu

wilayah tertentu. Aiginger and Hansberg (2003) menyatakan bahwa konsentrasi

spasial dapat didefinisikan sebagai pangsa output regional yang menunjukkaan

distribusi lokasional dari suatu industri.

Komposisi dan besaran produk domestik regional bruto (PDRB) sektor

agroindustri berdasarkan sebaran sektor dan kabupaten/ kota tahun 2000 dan 2005

dapat dilihat pada Lampiran 20 dan 21. Berdasarkan lampiran tersebut, urutan

besarnya PDRB Provinsi Lampung adalah industri gula sebesar Rp 992 872 juta

atau 20.86%, industri pengolahan ikan dan udang sebesar Rp 646 442 juta atau

14.39%, industri tapioka dan tepung lain sebesar Rp 627 400 juta atau 13.18%,

industri makanan lainnya Rp 465 961 juta atau 9.79%, industri pengolahan karet

Rp 378 668 juta atau 7.96%, industri pakan ternak Rp 312 024 juta atau 6.55%,

industri kopi Rp 285 965 juta atau 6.00%, industri padi Rp 262 152 juta atau 5.50%,

industri buah dan sayur Rp 256 626 juta atau 5.39%, industri minyak/lemak Rp 124

188 juta atau 2.60%, industri kopra/kelapa Rp 97 094 juta atau 2.04%, dan industri

minuman Rp 43 266 juta atau 0.90%. Besaran PDRB per sektor agroindustri dari

urutan pertama hingga urutan dua belas di Provinsi Lampung menunjukkan

ketidakseimbangan kontribusi antara beberapa agroindustri tersebut.

Apabila ditinjau dari kontribusi kabupaten/kota terhadap PDRB sektor

agroindustri di Provinsi Lampung, kabupaten yang memberikan kontribusi output

terbesar pada tahun 2005 adalah Kabupaten Tulang Bawang sebesar Rp 1 207 738

juta atau 26.88%, diikuti Kabupaten Lampung Tengah Rp 870 839 juta atau

Page 135: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

115

19.38%, dan Kota Bandar Lampung Rp 836 951 juta atau 18.63%. Ketiga

kabupaten/kota tersebut merupakan sentra produksi utama agroindustri di Provinsi

Lampung (lihat Lampiran 20, 21, 22 dan 23).

Kontribusi kabupaten/kota lainnya dalam PDRB sektor agroindustri Provonsi

Lampung adalah Kabupaten Lampung Selatan sebesar Rp 571 285 juta atau 12.72%,

Kabupaten Lampung Utara Rp 414 662 juta atau 9.23%, Kabupaten Lampung

Timur Rp 264 840 juta atau 5.89%, Kabupaten Tanggamus Rp 202 177 juta atau

4.50%, Kabupaten Way Kanan Rp 77 971 juta atau 1.74%, Kabupaten Lampung

Barat Rp 29 621 juta atau 0.66%, dan Kota Metro Rp 16 572 juta atau 0.37%.

Besaran PDRB Sektor Agroindustri per kabupaten/ kota di Provinsi Lampung

menunjukkan ketidakmerataan kontribusi antara beberapa kabupaten/kota.

Indeks Gini Lokasional (gEG) merupakan tingkat spesialisasi suatu sektor

dan konsentrasi spasial antara beberapa wilayah. Nilai Gini Lokasional Sektor

Agroindustri di Provinsi Lampung atau indeks ketidakmerataan lokasi disajikan

pada Tabel 18.

Tabel 18. Indeks Gini Lokasional Sektor Agroindustri di Provinsi Lampung 2000 2005 No. Sektor Agroindustri

gEG Klasifikasi gEG Klasifikasi

1 Industri Buah dan Sayur 0.2712 Terkonsentrasi 0.2739 Terkonsentrasi

2 Industri Ikan, Daging & Udang 0.1469 Terkonsentrasi 0.2511 Terkonsentrasi

3 Industri Tapioka & Tepung Lain 0.2702 Terkonsentrasi 0.2738 Terkonsentrasi

4 Industri Kopra/ Kelapa 0.0249 Menyebar 0.0252 Menyebar

5 Industri Minyak/ Lemak 0.0158 Menyebar 0.0156 Menyebar

6 Industri Padi 0.1351 Terkonsentrasi 0.1364 Terkonsentrasi

7 Industri Gula 0.4517 Terkonsentrasi 0.4181 Terkonsentrasi

8 Industri Kopi 0.0695 Menyebar 0.0695 Menyebar

9 Industri Pakan Ternak 0.1039 Terkonsentrasi 0.1004 Terkonsentrasi

10 Industri Makanan Lainnya 0.6143 Terkonsentrasi 0.6295 Terkonsentrasi

11 Industri Minuman 0.0215 Menyebar 0.0218 Menyebar

12 Industri Pengolahan Karet 0.0629 Menyebar 0.0974 Menyebar

Page 136: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

116

Pada Tabel 18, terlihat bahwa sebagian besar sektor agroindustri di Provinsi

Lampung pada tahun 2005 terkonsentrasi secara spasial. Nilai Gini Lokasional

sektor agroindustri terbesar adalah industri makanan lainnya sebesar 0.6295, diikuti

industri gula sebesar 0.4181, industri buah sayur sebesar 0.2739, industri tapioka

dan tepung lain sebesar 0.2738, serta industri ikan, daging dan udang sebesar

0.2511. Hasil nilai Gini Lokasional menunjukkan ketidakmerataan lokasi

agroindustri di Provinsi Lampung.

Indeks Spesialisasi Krugman (KSpec) menunjukkan perbedaan struktur

industri pada suatu wilayah dengan struktur industri pada suatu wilayah lain maupun

seluruh wilayah, yang akan mempengaruhi daya saing wilayah yang menjadi

standar. Hasil penilaian menunjukkan tingkat spealisasi wilayah yang dianalisis.

Indeks Spesialisasi Krugman pada tahun 2000 dan 2005 disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19. Indeks Spesialisasi Krugman (KSpec) Sektor Agroindustri di Provinsi Lampung

2000 2005 No.

Sektor Agroindustri

Kspec Klasifikasi Kspec Klasifikasi

1 Industri Buah dan Sayur 1.041829 Terspesialisasi 1.004104 Terspesialisasi

2 Industri Ikan, Daging & Udang 1.164160 Terspesialisasi 1.507187 Terspesialisas

3 Industri Tapioka & Tepung Lain 1.375592 Terspesialisasi 1.390984 Terspesialisas

4 Industri Kopra/ Kelapa 0.355566 Kurang terspesialisasi

0.353130 Kurang terspesialisasi

5 Industri Minyak/ Lemak 0.327284 Kurang terspesialisasi

0.312591 Kurang terspesialisasi

6 Industri Padi 0.681447 Kurang terspesialisasi

0.689609 Kurang terspesialisasi

7 Industri Gula 2.111491 Terspesialisasi 2.034469 Terspesialisasi

8 Industri Kopi 0.774254 Kurang terspesialisasi

0.766481 Kurang terspesialisasi

9 Industri Pakan Ternak 0.835137 Kurang terspesialisasi

0.786864 Kurang terspesialisasi

10 Industri Makanan Lainnya 1.752682 Terspesialisasi 1.688222 Terspesialisasi

11 Industri Minuman 0.301427 Kurang terspesialisasi

0.299717 Kurang terspesialisasi

12 Industri Pengolahan Karet 0.718105 Kurang terspesialisasi

0.828129 Kurang terspesialisasi

Page 137: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

117

Hasil analisis menunjukkan bahwa industri gula mempunyai nilai Indeks

Spesialisasi Krugman terbesar, yang berarti bahwa Provinsi Lampung mempunyai

tingkat spesialisasi yang tinggi pada industri gula. Urutan selanjutnya terhadap nilai

Indeks Spesialisasi Krugman adalah industri makanan lainnya, industri pengolahan

ikan dan udang, industri tapioka dan tepung lain, serta industri buah dan sayur.

Menurut Marshal (1920) dalam McCann (1991), ketersediaan tenaga kerja

spesialis akan menguntungkan perusahaan yang terspesialisasi di wilayah tersebut.

Sedangkan Porter (1990) menyatakan bahwa tenaga kerja yang terspesialisasi

merupakan bagian dan faktor determinan dalam keunggulan ekonomi suatu wilayah.

Adanya tenaga kerja yang terspesialisasi akan mendorong perusahaan yang

terspesialisasi untuk terkonsentrasi pada wilayah tersebut (Lafourcade and Mion,

2003). Graham (2007) melihat perlunya penggunaan kedekatan lokasi (co-location)

untuk mengidentifikasi industri yang teraglomerasi dan berklaster. Oleh karena itu,

klaster agroindustri yang berbasis bahan baku layak dikembangkan di Kabupaten

Lampung Tengah dan Kabupaten Tulang Bawang karena Kabupaten Lampung

Tengah dan Kabupaten Tulang Bawang merupakan wilayah yang lokasinya

berdekatan. Industri berorientasi ekspor-impor cocok untuk dikembangkan di Kota

Bandar Lampung karena kedekatannya dengan pelabuhan ekspor-impor.

Pada sisi lain, konsentrasi spasial pada agroindustri di Kota Bandar Lampung

terjadi akibat adanya aglomerasi yang disebabkan oleh upaya mengurangi biaya

transportasi. Kondisi tersebut sejalan dengan pendapat Krugman (1991) yang

menyatakan bahwa aglomerasi yang disebabkan oleh upaya mengurangi biaya

transportasi berlokasi di sekitar local demand yang besar serta upaya memperoleh

akses pasar yang luas. Industri-industri yang mengalami konsentrasi spasial tersebut

adalah industri pengolahan kopi, industri minyak/ lemak, dan industri minuman.

Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung yang cukup banyak merupakan pasar yang

Page 138: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

118

potensial bagi output industri tersebut. Selain itu, pelabuhan Panjang di Kota Bandar

Lampung mempermudah akses menuju pasar ekspor-impor bagi industri pakan ternak,

pengolahan karet, dan industri-industri lain.

6.2. Kekuatan Aglomerasi Ellison and Glaeser (1997) mengemukakan peranan knowledge spillover dan

eksternalitas yang disebabkan oleh natural advantages dalam mendorong terjadinya

konsentrasi spasial sebagai kekuatan aglomerasi. Kontribusi natural advantages

berdasarkan factor endowment secara simultan mempengaruhi dan mendorong skala

ekonomi internal perusahaan. Ellison and Glaeser (1997) membuat suatu indeks

( EGγ ) dengan standard pengukuran sebagai berikut : di bawah 0.02 menunjukkan

dispersi, sedangkan di atas 0.05 menunjukkan terjadinya aglomerasi, di mana kedua-

duanya disebabkan oleh pengaruh natural advantage dan knowledge spillover.

Tabel 20. Indeks Ellison-Glaeser Sektor Agroindustri Provinsi Lampung 2000 2005 No. Sektor Agroindustri

EGγ Klasifikasi Pering-kat EGγ Klasifikasi Pering-

kat 1 Industri Buah dan

Sayur 0.244708 Aglomerasi 3 0.24741368 Aglomerasi 3

2 Industri Ikan, Daging & Udang

0.132928 Aglomerasi 5 0.22424705 Aglomerasi 5

3 Industri Tapioka & Tepung Lain

0.230377 Aglomerasi 4 0.23278537 Aglomerasi 4

4 Industri Kopra/ Kelapa

0.021578 Dispersi 0.02190139 Dispersi

5 Industri Minyak/ Lemak

0.013836 Dispersi 0.01356651 Dispersi

6 Industri Padi 0.116101 Aglomerasi 6 0.11748674 Aglomerasi 6

7 Industri Gula 0.424831 Aglomerasi 2 0.39360045 Aglomerasi 2

8 Industri Kopi 0.059059 Aglomerasi 8 0.05894218 Aglomeras 9

9 Industri Pakan Ternak 0.093962 Aglomerasi 7 0.09033555 Aglomerasi 7

10 Industri Makanan Lainnya

0.547666 Aglomerasi 1 0.56691352 Aglomerasi 1

11 Industri Minuman 0.018969 Dispersi 0.01927654 Dispersi

12 Industri Pengolahan Karet

0.050537 Aglomerasi 9 0.082884 Aglomerasi 8

Page 139: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

119

Berdasarkan Tabel 20, nilai Indeks Ellison-Glaeser ( EGγ ) atau terbesar pada sektor

agroindustri di Provinsi Lampung tahun 2005 adalah industri makanan lainnya,

diikuti industri gula, industri buah sayur, industri tapioka dan tepung lain, industri

ikan, daging, dan udang, industri padi, industri pakan ternak, industri karet, dan

industri kopi. Sektor agroindustri yang mempunyai nilai indeks Ellison-Glaeser

( EGγ ) di atas 0.05 dinyatakan beraglomerasi. Nilai tersebut tidak berbeda jauh

dengan indeks Ellison-Glaeser pada tahun 2000, namun pada tahun 2005 industri

kopi yang menempati peringkat 8 pada tahun 2000 turun menjadi peringkat 9

(terendah) pada tahun 2005.

Industri makanan lainnya mempunyai nilai indeks Ellison-Glaeser sebesar

0.5669. Nilai indeks Ellison-Glaeser pada industri makanan lainnya tersebut

merupakan indeks terbesar di antara sektor agroindustri di Provinsi Lampung pada

tahun 2005. Industri makanan lainya terkonsentrasi pada kota Metro. Besarnya nilai

indeks tersebut menjelaskan terjadinya MAR (Marshall-Arrow-Romer) eksternalitas

(knowledge spillover) dan eksternalitas yang disebabkan oleh natural advantage.

Faktor natural advantage berkaitan dengan potensi kawasan budidaya yang

dimanfaatkan untuk budidaya pertanian sebagai bahan baku agroindustri.

Berdasarkan RTRW Provinsi Lampung Tahun 2006, 70% dari luas wilayah Provinsi

Lampung yaitu sebesar 3 301 545 ha dimanfaatkan untuk kawasan budidaya.

Mayoritas penggunaan budidaya digunakan untuk budidaya pertanian lahan kering

dan lahan basah sesuai dengan kesesuaian lahannya.

Nilai indeks Ellison-Glaeser ( EGγ ) untuk industri kopra dan kelapa sebesar

0.02190139, industri minyak lemak sebesar 0.0135665, dan industri minuman

sebesar 0.01927654. Ketiga sektor tersebut memiliki nilai indeks Ellison-Glaeser

dibawah 0.02 yang menunjukkan adanya dispersi (penyebaran) atau tidak adanya

aglomerasi. Pada ketiga sektor agroindustri tersebut juga tidak ditemukan peranan

Page 140: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

120

eksternalitas knowledge spillover dan peranan eksternalitas yang disebabkan oleh

natural advantage.

Dinamika nilai indeks Ellison-Glaeser ( EGγ ) tahun 2000 dan tahun 2005

dipengaruhi pula oleh dinamika pada nilai Indeks Gini Lokasional (gEG) dan

indeks kekuatan aglomerasi (GEG). Terjadi penurunan gEG pada industri

minyak/lemak pada tahun 2000 sebesar 0.0158 menjadi sebesar 0.0156 pada tahun

2005. Penurunan gEG menunjukkan bahwa keanekaragaman karakteristik antar

wilayah pada industri minyak/lemak semakin berkurang. Penurunan gEG pada

industri minyak/lemak menunjukkan penurunan eksternalitas yang disertai dengan

penurunan kekuatan aglomerasi (terlihat dari penurunan gEG dari 0.015913 pada

tahun 2000 menjadi 0.015645 pada tahun 2005). Penurunan nilai gEG terjadi pula

pada industri kopra/ kelapa dan industri minuman.

Pada industri buah dan sayur di Provinsi Lampung terjadi peningkatan gEG dari

0,2712 pada tahun 2000 menjadi 0,2739 pada tahun 2005. Hal ini menunjukkan

peningkatan perbedaan kerakteristik dan spesialisasi antar wilayah sektor tersebut. Hal

ini diikuti oleh peningkatan kekuatan aglomerasi tersebut (peningkatan kekuatan

aglomerasi terlihat dari kenaikan GEG dari 0.27231 tahun 2000 menjadi 0.27485 pada

tahun 2005). Kenaikan dorongan aglomerasi disebabkan oleh peningkatan

eksternalitas yang disebabkan knowledge spillover natural advantage (diperlihatkan

oleh kenaikan EGγ dari sebesar 0.244708 pada tahun 2000 menjadi 0.247413 pada

tahun 2005).

Industri buah dan sayur di Provinsi Lampung mengalami peningkatan gEG dari

0,2712 pada tahun 2000 menjadi 0,2739 pada tahun 2005 menujukkan peningkatan

perbedaan kerakteristik dan spesialisasi antar wilayah subsektor tersebut. Hal ini

diikuti oleh peningkatan kekuatan aglomerasi tersebut (peningkatan kekuatan

aglomerasi terlihat dari kenaikan GEG dari 0.27231 tahun 2000 menjadi 0.27485 pada

Page 141: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

121

tahun 2005. Kenaikan dorongan aglomerasi disebabkan oleh peningkatan eksternalitas

yang disebabkan knowledge spillover natural advantage (diperlihatkan oleh kenaikan

EGγ dari sebesar 0.244708 pada tahun 2000 menjadi 0.2474137 pada tahun 2005).

Industri ikan, daging dan udang, industri tapioka dan tepung lainnya, industri

padi, industri gula, industri kopi, industri pakan ternak, industri makanan lainnya,

dan industri pengolahan karet, dalam kurun waktu tahun 2000 ke 2005 mengalami

peningkatan gEG. Peningkatan gEG ini menunjukkan peningkatan perbedaan

kerakteristik dan spesialisasi antar wilayah sektor tersebut.

Menurut Ellison and Glaeser (1999), jumlah penduduk sebagai pasar yang

potensial dan pelabuhan laut yang mendukung industri merupakan natural

advantages wilayah yang berperan penting dalam proses aglomerasi. Fujita and Mori

(1996) menyatakan bahwa adanya pelabuhan laut memperbesar skala kota dan

meningkatkan ektemalitas positif dari konsentrasi spasial. Pendapat ini didukung oleh

Porter (1990) yang menyatakan bahwa demand condition dan factor condition (termasuk

di dalamnya akses transportasi dan infrastruktur) merupakan determinan keunggulan

industri suatu wilayah.

Provinsi Lampung memiliki enam pelabuhan laut, meliputi satu pelabuhan

umum yang diusahakan dan lima pelabuhan yang tidak diusahakan, serta satu

pelabuhan khusus yang dikelola oleh agroindustri udang PT Dipasena Citra Darmaja

di Pantai Timur Provinsi Lampung. Pelabuhan laut yang diusahakan di Provinsi

Lampung adalah Pelabuhan Panjang yang dikelola oleh PT (Persero) PELINDO II

Cabang Panjang. Kelima pelabuhan yang tidak diusahakan adalah Kota Agung,

Teluk Betung, Labuhan Maringgai, Menggala, dan Mesuji.

Penghematan urbanisasi terjadi ketika efisiensi perusahaan meningkat akibat

meningkatnya produksi dan efisiensi seluruh perusahaan dalam wilayah yang sama.

Penghematan karena berlokasi di wilayah yang sama ini terjadi akibat skala

Page 142: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

122

perekonomian kota dan wilayah yang besar serta beranekaragam, dan bukan akibat

skala suatu jenis industri. Penghematan urbanisasi memunculkan fenomena yang

disebut dengan aglomerasi perkotaan yang menyebabkan terjadinya perluasan

wilayah metropolitan (extended metropolitan regions) dan mendorong industrialisasi

pada suatu wilayah (Kuncoro, 2000). Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah

tenaga kerja pada sektor agroindustri di Provinsi Lampung, yaitu sebesar 37 042

pekerja pada tahun 2000 menjadi 61 522 pekerja pada tahun 2005. Peningkatan

jumlah tenaga kerja pada sektor agroindustri tersebut didorong oleh perkembangan

industri di Provinsi Lampung akibat penghematan urbanisasi.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang nasional (Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 26 Tahun 2008), kawasan perkotaan Bandar Lampung merupakan

pusat kegiatan nasional (PKN). PKN merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi

untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional dan beberapa provinsi atau

pelayanan primer (Departemen Pekerjaan Umum, 2008). Sedangkan kota-kota lain

di Provinsi Lampung yaitu Metro, Kalianda, Liwa, Menggala, Kotabumi dan

Kotaagung merupakan pusat kegiatan wilayah atau pelayanan sekunder yang

melayani kegiatan provinsi atau kabupaten/kota (Bappeda Provinsi Lampung, 2006).

Konfigurasi sistem perkotaan yang berpengaruh pada aglomerasi secara spasial

dapat dilihat pada Lampiran 24.

Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri-industri yang sama atau

sejenis. Penetapan klaster tersebut didasarkan pada Indeks Spesialisasi Krugman,

Indeks Ellison-Gleaser, dan pemetaan agroindustri. Pemetaan agroindustri dilakukan

untuk mengelompokkan sektor agroindustri berdasarkan kedekatan lokasi dalam

kabupaten atau kabupaten yang berdekatan (lihat Gambar 7). Berdasarkan kriteria-

kriteria tersebut, pengelompokkan sektor agroindustri yang berklaster dan yang tidak

berklaster dapat dilihat pada Tabel 21.

Page 143: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

123

Gambar 7. Pemetaan Klaster Agroindustri Provinsi Lampung

Page 144: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

124

Tabel 21. Penetapan Klaster Agroindustri di Provinsi Lampung

Agroindustri Indeks Spesialisasi

Krugman 2005

Indeks Ellison Gleaser

2005

Pemetaan Agroindustri Penetapan Klaster

Industri Buah dan Sayur

Terspesialisasi Aglomerasi Ada klaster di Kab. LampungTengah & Tulang Bawang

Klaster

Industri Ikan, Daging & Udang

Terspesialisasi Aglomerasi Ada klaster di Kab. Tulang Bawang

Klaster

Industri Tapioka & Tepung Lain

Terspesialisasi Aglomerasi Ada klaster di Kab Lampung Tengah dan Tulang Bawang

Klaster

Industri Kopra/ Kelapa

Kurang terspesialisasi

Dispersi Tidak ada klaster Tidak Berklaster

Industri Minyak/ Lemak

Kurang terspesialisasi

Dispersi Tidak ada klaster Tidak Berklaster

Industri Padi Kurang terspesialisasi

Aglomerasi Ada Klaster di Kab Lampung Tengah & Tanggamus

Klaster

Industri Gula Terspesialisasi Aglomerasi Ada klaster di Kab.

Lampung Tengah & Tulang Bawang

Klaster

Industri Kopi Kurang terspesialisasi

Aglomerasi Ada Klaster di Kota Bandar Lampung

Klaster

Industri Pakan Ternak

Kurang terspesialisasi

Aglomerasi Ada Klaster di Kota Bandar Lampung

Klaster

Industri Makanan Lainnya

Terspesialisasi Aglomerasi Ada Klaster di Kota Metro Klaster

Industri Minuman Kurang terspesialisasi

Dispersi Tidak Ada klaster Tidak Berklaster

Industri Pengolahan Karet

Kurang terspesialisasi

Aglomerasi Ada Klaster di Bandar Lampung dan Lampung Selatan

Klaster

Sektor agroindustri yang berklaster adalah adalah industri makanan lainnya,

industri gula, industri buah sayur, industri tapioka dan tepung lain, industri ikan,

daging, dan udang, industri padi, industri pakan ternak, industri karet, dan industri

kopi. Sektor agroindustri yang tidak berklaster adalah industri kopra dan kelapa,

industri minyak/lemak, dan industri minuman.

Page 145: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

125

6.3. Sumber-sumber Aglomerasi

Menurut MacCann (1991) terdapat tiga sumber-sumber aglomerasi, yaitu

spillovers informasi, input lokal tidak diperdagangkan, dan sumber tenaga kerja

lokal terlatih. Spillovers informasi pemilik perusahaan relatif mudah dalam

mengakses tenaga kerja dari perusahaan lokal lainnya. Tenaga kerja yang

berkumpul pada lokasi yang sama memudahkan rembesan (spillovers) informasi

melalui kontak langsung atau tidak langsung. Input lokal tidak diperdagangkan

seperti infrastruktur tersebut, menyebabkan perusahaan lebih efisien dibandingkan

apabila perusahaan terdispersi / menyebar. Ketersediaan tenaga kerja terlatih pada

lokasi tersebut relatif lebih banyak dari pada tenaga kerja yang terdispersi.

Dalam analisis sumber-sumber aglomerasi pada sektor agroindustri di

Provinsi Lampung, spillovers informasi didekati dengan afiliasi perusahaan pada

kelompok yang dapat mempercepat kwoledge spillovers, input lokal yang tidak

diperdagangkan dilihat dari infrastruktur yang mendukung pengembangan

agroindustri, dan tenaga terlatih yang didekati dari tingkat pendidikan pekerja.

Salah satu infrastruktur penting yang mendukung pengembangan agroindustri

adalah jalan. Jaringan prasarana jalan di Provinsi Lampung terdiri dari ruas-ruas

jalan nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Sumber-sumber aglomerasi sektor

agroindustri di Provinsi Lampung disajikan pada Tabel 22.

Berdasarkan Tabel 22, terlihat bahwa pada sektor agroindustri di Provinsi

Lampung terdapat kelompok mayoritas pada setiap cabang agroindustri, adanya

infrastruktur yang mendukung pengembangan agroindustri, serta mayoritas pekerja

yang berpendidikan SMA. Adanya kelompok perusahaan akan memudahkan

pekerja untuk mendapatkan informasi ketenagakerjaan pada perusahaan

kelompoknya. Infrastruktur yang mendukung merupakan salah satu input yang

Page 146: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

126

tidak diperdagangkan. Rincian nama perusahaan agroindustri, produksi utama,

jumlah tenaga kerja, dan alamatnya dapat dilihat pada Lampiran 25.

Tabel 22. Sumber-sumber Aglomerasi Sektor Agroindustri di Provinsi Lampung

No Agroindustri Jumlah Perusa-haan

Kelompok Mayoritas

Infrastruktur Pendukung

Sumberdaya Manusia

1. Industri buah dan sayur

3 PT Great Giant Pineapple

Jalan lintas tengah Sumatera yang relatif terawat dan dipelihara oleh Negara

Tingkat pendidikan pekerja mayoritas adalah SMA (67.98 %),

2. Industri ikan, daging dan udang

3 PT Central Proteinaprima Tbk

Pantai timur Provinsi Lampung yang sudah dilengkapi pelabuhan ekspor

Tingkat pendidikan pekerja mayoritas adalah SMA (67.98 %),

3. Industri minyak dan lemak

3 Tidak ada mayoritas, 1 perusahaan berada di lokasi bahan baku dan 2 lainnya tidak

Infrastruktur yang mendukung kedua kelompok tersebut berbeda

Mayoritas pekerja berpendidikan SD (60.69 %)

4. Industri padi 11 Asosiasi Terpeliharanya jaringan irigasi dan jalan pada sentra produksi padi

Mayoritas pekerja berpendidikan SMA (42.67 %)

5. Industri kelapa/ kopra

3 Tidak ada Infrastruktur berbeda antar beberapa kabupaten/kota

Mayoritas pekerja berpendidikan SD (38.26 %)

6. Industri tapioka dan tepung lain

39 CV Bumi Waras dan Budi Acid Jaya

Infrastruktur sentra produksi tapioka yang dibangun mulai dari zaman transmigrasi hingga sekarang

Mayoritas pekerja berpendidikan SD dan SMP

7. Industri pengolahan kopi

6 Berafiliasi pada AEKI, salah satu grup adalah PT Aman Jaya Perdana

Mayoritas pada kawasan industri di sekitar Pelabuhan Panjang dan infrastruktur perkotaan

Mayoritas pekerja berpendidikan SMA (48 %)

8. Industri pengolahan makanan lainnya

35 Berafiliasi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Infrastruktur perkotaan pada sentra industri

Mayoritas pekerja berpendidikan SMA (34 %)

9. Industri gula 5 Sugar Group Company

Jalan Lintas Tengah dan Timur Sumatera, dan infrastruktur perkebunan antar perusahaan yang baik

Mayoritas pekerja berpendidikan SMA (60 %)

Page 147: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

127

Tabel 22. Lanjutan No Agroindustri Jumlah

Perusa-haan

Kelompok Mayoritas

Infrastruktur Pendukung

Sumberdaya Manusia

10. Industri pakan ternak

6 PT Vista Grain Perusahaan berada pada kawasan industri di sekitar Pelabuhan Panjang dan infrastruktur perkotaan

Mayoritas pekerja berpendidikan SMA (31 %)

11. Industri minuman

8 Salah satu industri PT Keong Nusantara Abadi, yang lainnya menyebar

Infrastruktur berbeda antar beberapa kabupaten/kota

Mayoritas pekerja berpendidikan SMA (58 %)

12. Industri pengolahan karet

9 PTP Nusantara VII

Infrastruktur jalan kebun, jalan antar kabupaten dan prasarana perkotaan

Mayoritas pekerja berpendidikan SD dan SMP masing-masing 45 % dan 25%

Dalam kurun waktu tahun 1997 – 2005, tingkat pendidikan pekerja pada

sektor agroindustri menunjukkan peningkatan. Tingkat pendidikan pekerja industri

buah sayur pada tahun 2005 adalah SMA (67.98%), apabila dibandingkan dengan

tahun 1997 terjadi peningkatan derajat pendidikan untuk lulusan D3 dan sarjana

(masing-masing menjadi sebesar 5%). Tingkat pendidikan pekerja industri buah

sayur pada tahun 2005 adalah SMA (67.98 %), apabila dibandingkan dengan tahun

1997 terjadi peningkatan derajat pendidikan untuk lulusan D3 dan sarjana (masing-

masing menjadi sebesar 12% dan 9%). Sedangkan mayoritas pekerja pada industri

tapioka adalah berpendidikan SD dan SMP masing-masing sebesar 25%, apabila

dibandingkan dengan tahun 1997 terjadi peningkatan pada jumlah pekerja yang

berpendidikan tingkat D3 dan sarjana, masing-masing menjadi 6% dan 4% (lihat

Lampiran 24).

Pekerja pada industri kopi mayoritas berpendidikan SMA (48%), apabila

dibandingkan dengan tahun 1997 terjadi peningkatan pada jumlah pekerja yang

berpendidikan tingkat D3 dan sarjana, masing-masing menjadi 5% dan 4% pada

Page 148: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

128

tahun 2005. Pada industri pengolahan makanan, terjadi peningkatan pada jumlah

pekerja yang berpendidikan tingkat D3 dan sarjana, masing-masing menjadi 3%

dan 2%. Sedangkan pekerja pada industri gula terjadi peningkatan jumlah pekerja

yang berpendidikan tingkat D3 dan sarjana, masing-masing menjadi 11% dan 9%.

Mayoritas pekerja pada industri pakan ternak adalah berpendidikan SMA

(31%), apabila dibandingkan dengan tahun 1997 terjadi peningkatan pada jumlah

pekerja yang berpendidikan tingkat D3 dan sarjana, masing-masing menjadi 4.5%

dan 3% pada tahun 2005. Pada industri minuman terjadi peningkatan jumlah

pekerja yang berpendidikan tingkat D3 dan sarjana, masing-masing menjadi 3.2%

dan 2.5%. Pada industri pengolahan karet terjadi peningkatan pendidikan pada

jumlah pekerja, tetapi yang meningkat adalah tingkat D3 dan sarjana, masing-

masing menjadi 3% dan 2.4%.

Selama tahun 1997 – 2005, tingkat pendidikan pekerja sektor agroindustri di

Provinsi Lampung yang mengalami peningkatan adalah pada tingkat D3 dan sarjana

dari mayoritas pekerja yang berpendidikan SMA. Hal ini menunjukkan semakin

meningkatnya kualitas pekerja dalam kurun waktu tersebut. Tenaga berkualitas

merupakan sumber tenaga kerja lokal terlatih yang merupakan salah satu sumber

aglomerasi.

Berdasarkan Tabel 22, disimpulkan bahwa sebagian besar agroindustri besar

dan sedang yang beraglomerasi di Provinsi Lampung terdiri dari :

1. Agroindustri besar dan sedang, terutama industri buah dan sayur, industri ikan,

daging, dan udang, industri tapioka dan tepung lain, dan mempunyai kelompok

mayoritas atau merupakan bagian atau anak perusahaan dari group besar.

2. Agroindustri berada pada sentra produksi pada jalur jalan negara atau provinsi

yang mempunyai akses ke kota pusat pelayanan atau ke pelabuhan ekspor.

3. Mayoritas pekerja berpendidikan setingkat SMA.

Page 149: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

129

6.4. Produktivitas dan Penghematan Akibat Aglomerasi

6.4.1. Hasil Pengujian Statistik Model

Spesifikasi model yang dilakukan merupakan pengembangan dari model

Somik (2004), Cohen (2005) dan Kanemoto (1996). Model tersebut mengikuti

bentuk model yang menguji kontribusi faktor eksternal dalam suatu fungsi produksi

sesuai model Moomaw (1983), Nakamura (1985) dan Henderson (1995). Model

yang dipergunakan dalam analisis produktivitas dan penghematan akibat aglomerasi

adalah :

)()(^

iii KXAgY = ),()( UrbLocfAg i = (4.1)

),,,()(^

EnegiBahanbakuUpahKapitalfKX i =

Di mana Yi adalah output pada subsektor agroindustri/ industri tertentu i,

g(Ai) menunjukkan pengaruh eksternal dari sumber-sumber aglomerasi; dimana Loc

merupakan ukuran penghematan akibat lokalisasi dan Urb merupakan ukuran

penghematan akibat urbanisasi. ^

)( iKX merupakan input industri i, yang terdiri dari

kapital, upah (labor), bahan baku (material) dan energi.

Spesifikasi model dalam penelitian ini merupakan fungsi produksi cobb-

douglas dalam bentuk linier logaritma yaitu :

+++++= itititititit laborcapitalurbanlocalLnY lnˆlnˆlnˆlnˆˆ 2121 ββααα (4.2)

ititit energimaterial εββ ++ lnˆlnˆ43

Dimana Yit merupakan output agroindustri/ industri tertentu i pada tahun ke t yang

tergantung pada jenis penghematan akibat aglomerasi yang terdiri dari penghematan

akibat lokalisasi (lokalt) dan penghematan akibat urbanisasi (urbant). Jenis input

produksi terdiri dari kapital, upah, bahan baku, dan energi.

Page 150: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

130

Hipotesis yang digunakan dengan menduga bahwa 432121 ,,,,, ββββαα

adalah positif. Seluruh variabel memiliki efek positif terhadap output industri. Nilai

koefisien tersebut merupakan elastisitas output kapital, elastisitas output labour,

elastisitas output material, elastisitas output energi.

Hasil regresi berdasarkan pengujian pendekatan model estimasi output sektor

agroindustri di Provinsi Lampung secara umum menunjukkan pengaruh yang nyata

(lihat Lampiran 27). Hasil tersebut dibuktikan antara lain: (1) nilai R-squared yang

menunjukkan seluruh variabel bebas menerangkan variabel ln output berkisar antara

0.7 sampai dengan 0.97, (2) nilai F statistik menunjukkan bahwa variabel bebas

secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

terikatnya, dan (3) tidak ditemukan gangguan autokorelasi, multikolinearitas, dan

heterokedastisitas pada semua data 12 sektor agroindustri yang dianalisis.

Pengujian variabel secara parsial menggunakan uji t-statistik. Uji tersebut

digunakan untuk menguji signifikansi parameter atau koefisien industri buah dan

sayur, industri ikan, daging dan udang, industri tapioka dan tepung lain, industri

kopra/kelapa, industri minyak/lemak, industri padi, industri gula, industri kopi,

industri pakan ternak, industri makanan lainnya, industri minuman, dan industri

pengolahan karet. Variabel bebas terdiri dari ln kapital, ln bahan baku, ln upah

tenaga kerja dan ln energi berpengaruh nyat terhadap ln output industri. Nilai uji t-

hitung lebih besar dibandingkan t-tabel (untuk α sebesar 1.5 dan 10%) sehingga

seluruh variabel tersebut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ln output.

Hasil pengujian secara statistik menunjukkan bahwa output prooduksi sektor

agroindustri di Provinsi Lampung secara signifikan dipengaruhi oleh fungsi

produksi atau variabel faktor produksi dan fungsi eksternal atau variabel unsur

eksternal. Hasil ini sejalan dengan penelitian Somik (2004) dan Cohen (2005) yang

membuktikan adanya kontribusi faktor eksternal dalam suatu fungsi produksi.

Page 151: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

131

6.4.2. Produktivitas Agroindustri di Provinsi Lampung Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara input dengan output. Suatu

persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan

kombinasi input tertentu. Dua aspek fungsi produksi yang bisa diukur adalah konsep

return to scale dan marginal physical product (MPP).

MPP adalah perubahan output sebagai akibat perubahan satu satuan input

yang diperoleh melalui turunan pertama dan fungsi produksi Cobb-Douglass (CD).

Pemahaman tentang MPP penting untuk mengetahui produktivitas masing-masing

faktor input. Apabila nilai MPP untuk tiap-tiap input di atas dikaitkan dengan

elastisitas inputnya, maka akan diperoleh keistimewaan dalam fungsi produksi CD.

Elastisitas input adalah persentase perubahan output sebagai akibat persentase

perubahan input. Tujuannya adalah untuk: (1) menjelaskan input mana yang lebih

elastis dibandingkan dengan input lainnya, dan (2) mengetahui intensitas faktor

produksinya, apakah bersifat padat kerja atau padat modal.

Fungsi produksi menggambarkan hubungan input, ouput, dan waktu, dikenal

dengan efisiensi menurut Hicks (Hicksian neutral technical progress) yang

dinyatakan dalam bentuk logaritma natural (ln A). Nilai ini dapat disebabkan oleh

kapital, labor, energi, bahan baku, penghematan akibat aglomerasi dan sebagainya.

Dengan kata lain, efisiensi menurut Hicks, dapat menggambarkan tingginya

penggunaan teknologi untuk mcnghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi.

Koefisien produktivitas agroindustri di Provinsi Lampung berdasarkan

pengujian model disajikan pada Tabel 23. Skala pengembalian (return to scale)

agroindustri di Provinsi Lampung pada tahun 1988-2005 berkisar antara 0.2827

(industri padi) dan 1.227 (industri pakan ternak). Rendahnya elastisitas pada industri

padi menunjukkan bahwa terjadi fenomena berlakunya hukum diminishing marginal

Page 152: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

132

productivity of energy, di mana penambahan terhadap energi justru akan

menurunkan total produksi industri.

Tabel 23. Koefisien Produksi pada Agroindustri di Provinsi Lampung

Agroindustri Elastisitas Output Kapital

Elastisitas Output

Bahan Baku

Elastisitas Output Upah

Tenaga Kerja

Elastisitas Output Energi

Return to Scale (RTS)

Industri Buah dan Sayur 0.0264 0.5744 0.2858 0.1293 1.0159 Industri Ikan, Daging & Udang

0.2866 0.7815 -0.024 -0.1489 0.895

Industri Tapioka & Tepung Lain

0.0415 0.5903 0.2923 0.1275 1.0516

Industri Kopra/ Kelapa -0.0472 0.2911 0.3863 0.1044 0.7346

Industri Minyak/ Lemak 0.016 0.4112 0.0323 0.0922 0.5517

Industri Padi -0.2296 0.614 0.0629 -0.165 0.2827

Industri Gula 0.2332 -1.4695 1.2841 1.0748 1.1226

Industri Kopi -0.0178 0.3262 0.6219 0.0275 0.9578

Industri Pakan Ternak 0.0802 0.5267 0.57 0.0501 1.227

Industri Makanan Lainnya 0.0996 0.9245 -0.121 -0.0136 0.8894

Industri Minuman 0.0105 0.2874 0.3966 0.0541 0.7486

Industri Pengolahan Karet 0.092 -0.00285 0.2382 0.73 1.05735

Terdapat empat agroindustri yang memiliki nilai increasing return to scale

(IRTS) yaitu industri buah dan sayur sebesar 1.0159, industri tapioka dan tepung

lain sebesar 1.0516, industri gula sebesar 1.226, dan industri pakan ternak sebesar

1.227. RTS tertinggi terjadi pada industri pakan ternak sebesar 1.227, yang

menunjukkan karakter increasing return to scale, artinya bahwa penambahan faktor

produksi sebanyak 1 unit menyebabkan peningkatan output sebesar 1.227 unit.

Elastisitas output kapital/marjinal produksi kapital berkisar antara -0.2296 (industri

gula) dan 0.2866 (industri ikan, daging dan udang). Kecilnya elastisitas output

kapital/marjinal produksi di antara marjinal produksi input lainnya terkait dengan

perkembangan agoindustri di Provinsi Lampung periode tahun 2000 – 2005, di mana

penambahan investasi kurang nyata untuk peningkatan stok kapital.

Page 153: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

133

Elastisitas output bahan baku/marjinal produksi bahan baku berkisar antara

-0.00285 (industri pengolahan karet) dan 0.9245 (industri makanan lainnya). Hampir

seluruh agroindustri di Provinsi Lampung menunjukkan elastisitas output bahan

baku/marjinal produksi bahan baku yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap

output produksi. Elastisitas output upah tenaga kerja/marjinal produksi upah tenaga

kerja berkisar antara -0.0242 (industri ikan, daging dan udang) dan 1.3841 (industri

gula). Tingkat efisiensi perusahaan berkaitan erat dengan biaya-biaya faktor input

terutama tenaga kerja yang digunakan untuk setiap unit output yang dihasilkan

dalam proses produksi.

Elastisitas output energi/marjinal produksi energi berkisar antara -0.0136

(industri makanan lainnya) dan 1.0748 (industri gula). Hampir seluruh agroindustri

di Provinsi Lampung menunjukkan elastisitas output energi/marjinal produksi energi

yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap output produksi. Dengan kata lain,

produktivitas energi terhadap output produksi efisien karena kebutuhan dan

permintaan terhadap input energi pada tiap sektor agroindustri tersebut mengalami

peningkatan sehingga mampu meningkatkan jumlah output produksi.

6.4.3. Penghematan Akibat Aglomerasi Agoindustri

Hasil regresi terhadap masing-masing output sektor agroindustri di Provinsi

Lampung menunjukkan bahwa jenis aglomerasi yang terjadi memberikan pengaruh

signifikan (positif atau negatif) terhadap agregat output yang diwakili oleh variabel

output industri. Interpretasi berkaitan dengan aglomerasi lebih menekankan pada

tanda signifikansi. Koefisien penghematan akibat aglomerasi pada agroindustri

disajikan pada Tabel 24.

Agroindustri yang mempunyai pengaruh positif dari penghematan akibat

lokalisasi yaitu: industri buah dan sayur, industri pengolahan ikan, daging dan

Page 154: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

134

udang, industri tapioka dan tepung lain, industri padi, industri gula, industri kopi,

industri makanan lainnya, dan industri minuman.

Tabel 24. Koefisien Penghematan Akibat Aglomerasi pada Agroindustri

No. Agroindustri Lokal Urban

1 Industri Buah dan Sayur 0.024 4.522 2 Industri Ikan, Daging & Udang 0.05 7.1304 3 Industri Tapioka & Tepung Lain 0.096 4.201 4 Industri Kopra/ Kelapa -0.0837 -7.67 5 Industri Minyak/ Lemak 0.0573 3.1878 6 Industri Padi 1.742 4.6547 7 Industri Gula 2.163 60.418 8 Industri Kopi 0.0275 1.916 9 Industri Pakan Ternak -0.271 0.2217 10 Industri Makanan Lainnya 0.199 3.7155 11 Industri Minuman 0.0658 -8.534 12 Industri Pengolahan Karet -0.048 4.212

Pertimbangan pemilihan lokasi industri buah dan sayur disebabkan

perusahaan pengolahan buah dan sayur memilih dekat dengan sumber bahan

bakunya. Industri buah dan sayur memerlukan lokasi dan kondisi agroklimat yang

sesuai. Sebagian besar industri buah dan sayur berada di Kabupaten Lampung

Tengah karena agroklimat yang sesuai, serta memiliki akses yang baik ke pelabuhan

Panjang dan Kota Bandar Lampung sebagai transit tujuan ekspor industri buah dan

sayur.

Industri pengolahan ikan, daging, dan udang memilih berlokasi di daerah

sentra produksinya karena berorientasi pada input (resources based oriented).

Kontributor terbesar industri pengolahan ikan, daging, dan udang di Provinsi

Lampung berasal dari industri pengolahan udang PT Dipasena Citra Darmaja dan PT

Central Pertiwi Bratasena di Kabupaten Tulang Bawang. Dilihat dari fungsi

produksi industri pengolahan ikan, daging, dan udang Provinsi Lampung pada

tahun 1988-2005, keseluruhan input yang digunakan lebih efektif dalam

Page 155: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

135

meningkatkan output, namun penggunaan tenaga kerja yang tinggi akan

menurunkan output.

Industri tapioka dan tepung lain berlokasi di daerah sentra produksi di

Kabupaten Tulang Bawang, Lampung Tengah dan Lampung Timur karena

berorientasi pada input (resources based oriented). Agroindustri ini cenderung

didirikan pada lokasi bahan baku. Secara historis, Kabupaten Lampung Tengah

merupakan daerah transmigran yang lebih banyak ditanami singkong sebagai bahan

baku tapioka sebelum menghasilkan tanaman lain. Dilihat dari fungsi produksi

industri tapioka dan tepung lain di Provinsi Lampung pada tahun 1988-2005,

keseluruhan input yang digunakan (kapital, bahan baku, tenaga kerja dan energi)

lebih efektif dalam meningkatkan output.

Dua macam pertimbangan untuk pemilihan lokasi industri minyak/lemak di

daerah sentra agroindustri di Kabupaten Lampung Tengah karena berorientasi pada

input (resources based oriented) dan berlokasi dekat dengan Kota Bandar Lampung

sehingga lebih berorientasi pada konsumen dan kelancaran transportasi pemasaran.

Berdasarkan fungsi produksi industri minyak/lemak Provinsi Lampung pada tahun

1988-2005, keseluruhan input yang digunakan (kapital, bahan baku, tenaga kerja dan

energi) efektif dalam meningkatkan output.

Pertimbangan pemilihan lokasi industri pengolahan padi (beras) di daerah

sentra produksi padi di Kabupaten Lampung Tengah dan Tanggamus karena industri

padi berorientasi pada input (resources based oriented). Agroindustri ini cenderung

berlokasi dekat dengan bahan bakunya. Berdasarkan fungsi produksi industri padi

Provinsi Lampung pada tahun 1988-2005, keseluruhan input yang digunakan

(kapital, bahan baku, tenaga kerja dan energi) efektif dalam meningkatkan output.

Industri gula berlokasi di daerah sentra produksi tebu di Kabupaten Tulang

Bawang dan Lampung Tengah. Industri ini berorientasi pada input (resources based

Page 156: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

136

oriented) karena agroindustri gula cenderung berlokasi dekat dengan bahan

bakunya. Berdasarkan fungsi produksi industri gula Provinsi Lampung pada tahun

1988-2005, keseluruhan input yang digunakan (kapital, bahan baku, tenaga kerja dan

energi) efektif dalam meningkatkan output.

Sebagian besar industri pengolahan kopi di Provinsi Lampung berlokasi di

Kota Bandar Lampung karena berorientasi pada ekspor. Agroindustri pengolahan

kopi cenderung berlokasi di dekat Pelabuhan Panjang sebagai sarana pelabuhan

ekspor utama di Provinsi Lampung. Berdasarkan fungsi produksi industri kopi

Provinsi Lampung pada tahun 1988-2005, keseluruhan input yang digunakan

(kapital, bahan baku, tenaga kerja dan energi) efektif dalam meningkatkan output.

Pertimbangan pemilihan lokasi industri minuman di daerah sentra produksi

yaitu di Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan berorientasi pada

input produksi (resources based oriented). Agroindustri ini cenderung berlokasi

dekat dengan bahan bakunya. Berdasarkan fungsi produksi industri minuman

Provinsi Lampung pada tahun 1988-2005, keseluruhan input yang digunakan

(kapital, bahan baku, tenaga kerja dan energi) efektif dalam meningkatkan output.

Agroindustri yang mempunyai pengaruh negatif dari penghematan akibat

lokalisasi yaitu: industri kopra/kelapa, industri pakan ternak, dan industri

pengolahan karet. Industri kopra/kelapa masih beroperasi dalam skala kecil dan

menengah, sehingga pengaruh penghematan lokalisasi dicerminkan dari spillovers

yang masih negatif terhadap output.

Industri kopra/kelapa beroperasi dalam jumlah perusahaan yang terbatas,

sehingga pengaruh penghematan lokalisasi yang dicerminkan dari spillovers masih

negatif terhadap output. Industri pakan ternak masih beroperasi dalam kapasitas

terbatas dan belum ada penambahan investasi, sehingga pengaruh penghematan

lokalisasi yang dicerminkan dari spillovers masih negatif terhadap output.

Page 157: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

137

Penghematan akibat urbanisasi akan mempengaruhi aktivitas ekonomi

daerah, antara lain pertumbuhan tenaga kerja yang mencerminkan pertumbuhan

ekonomi daerah. Masuknya unsur penghematan akibat aglomerasi ke dalam fungsi

produksi menyebabkan terjadinya kenaikan penggunaan input sehingga output akan

terdorong naik dengan derajat yang lebih tinggi dibanding kenaikan input itu sendiri.

Dengan demikian, penghematan akibat aglomerasi akan membawa dampak positif

bagi pertumbuhan daerah. Timbulnya penghematan akibat urbanisasi memerlukan

peningkatan produktivitas industri yang berpengaruh pada lokasi perusahaan.

Penghematan akibat urbanisasi ekonomi dapat dilihat dari pengaruh positif dan

negatif terhadap outputnya.

Agroindustri yang mempunyai pengaruh positif terhadap output dari

penghematan akibat urbanisasi yaitu: industri buah dan sayur, industri pengolahan

ikan, daging dan udang, industri tapioka dan tepung lain, industri minyak/lemak,

industri padi, industri gula, industri kopi, industri pakan ternak, industri makanan

lainnya, dan industri pengolahan karet.

Industri buah dan sayur berlokasi pada suatu area dengan pertimbangan

kedekatan dengan perusahaan lain yang memberikan manfaat ekonomi. Tingginya

kepadatan penduduk di Provinsi Lampung diharapkan mampu meningkatkan

permintaan dan penjualan produk industri buah dan sayur.

Pemilihan lokasi industri pengolahan ikan, daging dan udang dengan

pertimbangan kedekatan dengan perusahaan lain yang memberikan manfaat

ekonomi. Tingginya kepadatan penduduk di Provinsi Lampung diharapkan mampu

meningkatkan permintaan dan penjualan produk industri ikan, daging dan udang.

Pada industri ini terjadi diminishing marginal productivity of energy, di mana

penambahan terhadap energi justru akan menurunkan total produksi industri.

Page 158: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

138

Industri tapioka dan tepung lain berlokasi pada suatu area dengan

pertimbangan kedekatan dengan perusahaan lain yang memberikan manfaat

ekonomi. Tingginya kepadatan penduduk di Provinsi Lampung diharapkan mampu

meningkatkan permintaan dan penjualan produk industri tapioka dan tepung lain .

Industri minyak/lemak berlokasi pada suatu area dengan pertimbangan

kedekatan dengan perusahaan lain yang memberikan manfaat ekonomi. Tingginya

kepadatan penduduk di Provinsi Lampung diharapkan mampu meningkatkan

permintaan dan penjualan produk industri minyak/lemak.

Industri pengolahan padi berlokasi dengan pertimbangan kedekatan dengan

perusahaan lain yang memberikan manfaat ekonomi. Tingginya kepadatan penduduk

di Provinsi Lampung diharapkan mampu meningkatkan permintaan dan penjualan

produk industri padi (beras). Pada industri ini terjadi diminishing marginal

productivity of capital, di mana penambahan terhadap kapital justru akan

menurunkan total produksi industri.

Iindustri gula berlokasi pada suatu area dengan pertimbangan kedekatan

dengan perusahaan lain yang memberikan manfaat ekonomi. Tingginya kepadatan

penduduk di Provinsi Lampung diharapkan mampu meningkatkan permintaan dan

penjualan produk industri gula. Pada industri ini terjadi diminishing marginal

productivity of capital, di mana penambahan terhadap kapital justru akan

menurunkan total produksi industri.

Industri pengolahan kopi berlokasi pada suatu area dengan pertimbangan

kedekatan dengan perusahaan lain yang memberikan manfaat ekonomi. Tingginya

kepadatan penduduk di Provinsi Lampung diharapkan mampu meningkatkan

permintaan dan penjualan produk industri kopi (kopi bubuk). Pada industri ini

terjadi diminishing marginal productivity of capital, di mana penambahan terhadap

kapital justru akan menurunkan total produksi industri.

Page 159: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

139

Pemilihan lokasi industri pakan ternak pada suatu area dengan pertimbangan

kedekatan dengan perusahaan lain yang memberikan manfaat ekonomi. Tingginya

kepadatan penduduk di Provinsi Lampung diharapkan mampu meningkatkan

konsumsi ternak, sehingga permintaan dan penjualan ternak meningkat. Pada

industri ini terjadi diminishing marginal productivity of capital, di mana

penambahan terhadap kapital justru akan menurunkan total produksi industri.

Agroindustri yang mempunyai pengaruh negatif dari penghematan akibat

urbanisasi yaitu industri kopra/kelapa dan industri minuman. Industri kopra/kelapa

masih beroperasi dalam skala kecil dan menengah serta jumlah perusahaan terbatas,

sehingga penghematan urbanisasi yang dicerminkan dari pengaruh kepadatan

penduduk masih negatif terhadap output. Pada industri ini terjadi diminishing

marginal productivity of capital, di mana penambahan terhadap kapital justru akan

menurunkan total produksi industri.

Industri minuman juga masih beroperasi dalam jumlah perusahaan terbatas,

sehingga penghematan urbanisasi yang dicerminkan dari pengaruh kepadatan

penduduk terhadap output secara makro masih negatif. Adanya kenaikan jumlah

kepadatan penduduk dapat mengurangi output produksi karena biaya yang

dikeluarkan perusahaan masih lebih besar dari pada manfaat yang diperoleh oleh

industri minuman.

Perbandingan antara industri yang beraglomerasi (berklaster) dan tidak

beraglomerasi (berklaster) menggunakan persamaan gabungan sektor agroindustri

sebagai berikut :

OPit = f (KPT, BBK, UTK, ENG, PLK, PUB, DAG) (4.4)

LnOPit = bo+b1LnKPTit+b2LnBBKit+b3LnUTKit+b4LnENGit+b5LnPLKit+

b6LnPUBit+ dAGit

Page 160: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

140

dimana KPT merupakan kapital, BBK merupakan bahan baku, UTK merupakan

upah tenaga kerja, ENG merupakan energi, PLK merupakan penghematan lokasi,

PUB merupakan penghematan urbanisasi dan DAG merupakan dummy aglomerasi,

dengan ketentuan apabila sektor agroindustri beraglomerasi/ berklaster maka dinilai

1, sedangkan yang tidak beraglomerasi/ tidak berklaster dinilai 0. Variabel dummy

digunakan untuk mengindikasikan sektor agroindustri yang beraglomerasi atau

berklaster dan yang tidak beraglomerasi (tidak berklaster)pada satu atau beberapa

kabupaten yang berdekatan. Jika sektor agroindustri beraglomerasi/berklaster maka

dinilai 1 dan yang tidak beraglomerasi (tidak berklaster) dinilai 0.

Hasil estimasi model pada persamaan 4.4 adalah:

OP = 1.235410 + 0.046605 KPT + 0.751021 BBK+ 0.132418 UTK +

0.052742 ENG + 0.021854 PLK + 0.063572 PUB + 0.146681 DAG

Hasil estimasi persamaan 4.4 tersebut menghasilkan nilai return to scale

(RTS) sebesar 1.00464, artinya penambahan faktor produksi 1% unit

menyebabkan output bertambah 1.00464%. Hasil RTS ini menunjukkan output

berada di antara constant return to scale dan increasing return to scale.

Koefisien pada persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan

elastisitas, terdiri dari elastisitas output kapital, elastisitas output bahan baku,

elastisitas output upah tenaga kerja, elastisitas output energi, elastisitas output

penghematan lokalisasi dan elastisitas output penghematan urbanisasi. Interpretasi

hasil pengujian setiap koefisien adalah :

1. Kapital

Koefisien kapital positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi kapital

menyebabkan output semakin tinggi. Elastisitas output kapital sebesar 0.046605,

artinya penambahan kapital 1% menyebabkan output bertambah 0.046605 %.

Page 161: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

141

2. Bahan Baku

Koefisien bahan baku positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi bahan baku

menyebabkan output semakin tinggi. Elastisitas output bahan baku sebesar

0.751021, artinya penambahan bahan baku 1 % menyebakan output bertambah

0.751021%.

3. Upah Tenaga Kerja.

Koefisien upah tenaga kerja positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi upah

tenaga kerja menyebabkan output semakin tinggi. Elastisitas output upah tenaga

kerja sebesar 0.132418, artinya penambahan upah tenaga kerja 1% unit

menyebabkan output bertambah 0.132418%.

4. Energi

Koefisien energi yang positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi energi

menyebabkan output semakin tinggi. Elastisitas output energi sebesar 0.052742,

artinya penambahan energi 1% unit menyebabkan output bertambah 0.132418%.

5. Penghematan Lokalisasi

Koefisien penghematan lokalisasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi

penggunaan tenaga kerja menyebabkan output semakin tinggi. Elastisitas

penghematan lokasi sebesar 0.021854, artinya penambahan tenaga kerja 1% unit

menyebabkan output bertambah 0.021854%.

6. Penghematan Urbanisasi

Koefisien penghematan urbanisasi positif mengindikasikan bahwa semakin

tinggi kepadatan penduduk menyebabkan output semakin tinggi. Elastisitas

penghematan urbanisasi sebesar 0.063572, artinya penambahan kepadatan

penduduk 1% menyebabkan output bertambah 0.063572%.

Jika dilihat dari hasil estimasi yang menggunakan fungsi Cobb-Douglas,

semua variabel berpengaruh nyata terhadap output sektor agroindustri. Output

Page 162: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

142

produksi sektor agroindustri di Provinsi Lampung berdasarkan data pada tahun

1988–2005 dipengaruhi oleh kapital, bahan baku, upah tenaga kerja dan energi,

penghematan akibat lokalisasi, penghematan akibat urbanisasi, dan penetapan sektor

agroindustri yang beraglomerasi atau tidak beraglomerasi.

Sektor-sektor agroindustri yang beraglomerasi (industri buah dan sayur,

industri ikan, daging dan udang, industri tapioka dan tepung lain, industri padi,

industri gula, industri kopi, industri pakan ternak, industri makanan lainnya, dan

industri pengolahan karet) berbeda secara signifikan dengan sektor-sektor

agroindustri yang tidak beraglomerasi (industri kopra/kelapa, industri minyak/lemak,

dan industri minuman).

Hasil tersebut dibuktikan antara lain: (1) nilai R-squared yang menunjukkan

seluruh variabel bebas menerangkan variabel ln output sebesar 0.97, (2) nilai F

statistik menunjukkan bahwa variabel bebas secara bersama-sama mempunyai

pengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya, dan (3) tidak ditemukan gangguan

autokorelasi, multikolinearitas, dan heterokedastisitas.

Jika dilihat dari manfaat industri yang mengkonsentrasikan lokasinya melalui

tiga manfaat yaitu ekonomi internal untuk perusahaan (economies of scale), ekonomi

eksternal untuk perusahaan tetapi internal untuk industri (localization economies),

dan ekonomi eksternal untuk perusahaan dan eksternal untuk industri (urbanization

economies), maka aglomerasi pada sembilan sektor agroindustri memberikan

manfaat nyata.

Pengembangan agroindustri hendaknya memperhatikan konsentrasi spasial

dan spesialisasi industri, daya dorong yang menyebabkan terjadinya aglomerasi, dan

promosi pengembangan ekonomi daerah melalui promosi pentingnya manfaat dari

aglomerasi industri. Oleh karena itu, pemerintah daerah seyogyanya memberi ruang

Page 163: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

143

bagi dunia usaha yang berinvestasi di sektor agroindustri berlokasi dengan

mempertimbangkan keterkaitan dan kedekatannya dengan industri lainnya.

Page 164: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

144

VII. DAMPAK KEBIJAKAN DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG

7.1. Output Sektoral Kebijakan ekonomi di sektor agroindustri berupa stimulus ekonomi baik

peningkatan pengeluaran pemerintah, peningkatan investasi maupun peningkatan

ekspor akan meningkatkan output sektor agroindustri. Dampak kebijakan ekonomi

di sektor agroindustri melalui keterkaitan antarsektor akan meningkatkan

pertumbuhan output sektor ekonomi lainnya. Peningkatan output akan mendorong

peningkatan permintaan tenaga kerja, baik tenaga kerja sektor agroindustri maupun

sektor non agroindustri, dan permintaan terhadap modal yang dipenuhi oleh rumah

tangga dan perusahaan. Hal ini akan berdampak lebih lanjut terhadap peningkatan

pendapatan rumah tangga dan perusahaan. Proses ini akan terus berlangsung melalui

efek pengganda (multiplier effect).

Simulasi kebijakan ekonomi di sektor agroindustri Provinsi Lampung yang

diskenariokan terdiri dari simulasi kebijakan ekonomi tunggal dan gabungan.

Simulasi kebijakan ekonomi tunggal adalah simulasi kebijakan pada satu variabel

permintaan akhir, yaitu pengeluaran pemerintah, investasi, dan ekspor. Sedangkan

simulasi kebijakan ekonomi gabungan/kombinasi adalah simulasi kebijakan pada

gabungan/kombinasi lebih dari satu variabel permintaan akhir. Kebijakan ekonomi

gabungan/kombinasi terdiri dari kebijakan gabungan dan kebijakan prioritas tiga

agroindustri. Dampak kebijakan ekonomi terhadap perekonomian difokuskan pada

pencapaian output sektoral, pendapatan rumah tangga sektoral, dan kesempatan

kerja sektoral.

Simulasi kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap output sektoral

dapat dilihat pada Tabel 25 dan 26. Sedangkan alternatif atau sumber simulasi

Page 165: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

145

kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap output sektoral dapat dilihat pada

Lampiran 28 dan 31.

Tabel 25. Dampak Kebijakan Ekonomi Tunggal di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Output Sektoral Tahun 2005

(%)

DAMPAK TERHADAP OUTPUT SEKTORAL

PENGELUARAN PEMERINTAH INVESTASI EKSPOR No. SEKTOR

S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7

1 TPGN 17.777 4.198 6.010 18.559 4.198 18.559 4.198

2 TKBN 9.132 26.492 3.005 8.280 26.492 8.280 26.492

3 PTK 3.146 1.561 2.225 3.138 1.561 3.138 1.561

4 KHTN 0.070 0.069 0.490 0.070 0.069 0.070 0.069

5 IKAN 4.154 1.098 1.618 4.147 1.098 4.147 1.098

6 TBNG 0.372 0.301 5.175 0.369 0.301 0.369 0.301

7 IBS 2.055 0.084 0.122 2.052 0.084 2.052 0.084

8 IKUD 4.882 0.115 0.168 4.875 0.115 4.875 0.115

9 ITKT 6.712 1.388 1.996 6.687 1.388 6.687 1.388

10 IKKL 0.311 14.265 0.201 0.504 14.265 0.504 14.265

11 IML 0.669 23.848 0.711 0.675 23.848 0.675 23.848

12 IPD 8.029 2.156 3.104 7.999 2.156 7.999 2.156

13 IGL 5.270 0.814 0.835 5.204 0.814 5.204 0.814

14 IKP 3.829 0.156 0.209 3.824 0.156 3.824 0.156

15 IPKT 2.948 0.286 0.409 7.163 0.286 7.163 0.286

16 IMLN 7.818 1.060 1.518 3.530 1.060 3.530 1.060

17 IMN 0.065 1.926 0.095 0.065 1.926 0.065 1.926

18 IKRT 2.591 0.573 1.713 2.588 0.573 2.588 0.573

19 ILNY 0.813 0.757 6.237 0.814 0.757 0.814 0.757

20 LGA 0.493 0.482 0.743 0.494 0.482 0.494 0.482

21 BKST 0.740 0.929 34.852 0.725 0.929 0.725 0.929

22 PHR 10.316 10.002 15.730 10.437 10.002 10.437 10.002

23 TRKM 3.983 3.617 5.040 3.992 3.617 3.992 3.617

24 LKJP 2.573 2.444 5.863 2.563 2.444 2.563 2.444

25 PTUM 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

26 JJLN 1.252 1.378 1.931 1.244 1.378 1.244 1.378

Total Dampak (%) 100 100 100 100 100 100 100

Nilai Dasar (Juta Rp) 77 947 008 77 947 008 77 947 008 77 947 008 77 947 008 77 947 008 77 947 008

Perubahan (Juta Rp) 4 393 381 4 247 942 4 334 485 3 313 230 3 207 790 7 824 872 7 575 853

Perubahan (%) 5.636 5.450 5.561 4.251 4.115 10.039 9.719

Page 166: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

146

Tabel 26. Dampak Kebijakan Ekonomi Gabungan di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Output Sektoral Tahun 2005 (%)

DAMPAK TERHADAP OUTPUT SEKTORAL

KEBIJAKAN TUNGGAL KOMPARASI

KEBIJAKAN GABUNGAN No. SEKTOR

S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14

1 TPGN 16.6713 16.6713 16.6713 18.5591 4.1983 15.6002 5.9342

2 TKBN 10.5450 10.5450 10.5450 8.2801 26.4917 10.6076 6.7942

3 PTK 3.0174 3.0174 3.0174 3.1375 1.5609 4.7569 5.0709

4 KHTN 0.0697 0.0697 0.0697 0.0697 0.0693 0.0688 0.0602

5 IKAN 3.9055 3.9055 3.9055 4.1467 1.0981 1.1582 11.6432

6 TBNG 0.3661 0.3661 0.3661 0.3693 0.3008 0.3422 0.5735

7 IBS 1.8946 1.8946 1.8946 2.0520 0.0842 0.0883 0.0890

8 IKUD 4.4939 4.4939 4.4939 4.8754 0.1153 0.1204 16.4855

9 ITKT 6.2790 6.2791 6.2791 6.6872 1.3879 12.0815 13.1519

10 IKKL 1.4471 1.4472 1.4472 0.5045 14.2652 0.2632 0.2301

11 IML 2.5555 2.5556 2.5555 0.6755 23.8483 0.8468 0.6493

12 IPD 7.5508 7.5508 7.5508 7.9992 2.1563 2.4031 2.4880

13 IGL 4.9071 4.9071 4.9071 5.2043 0.8140 10.5857 11.3485

14 IKP 3.5304 3.5304 3.5304 3.8240 0.1563 0.1513 0.1539

15 IPKT 2.7310 2.7310 2.7310 7.1634 0.2857 0.7828 1.1435

16 IMLN 7.2678 7.2678 7.2678 3.5299 1.0595 19.2536 1.2098

17 IMN 0.2165 0.2165 0.2165 0.0650 1.9262 0.0674 0.0699

18 IKRT 2.4270 2.4270 2.4270 2.5876 0.5732 0.6330 0.7126

19 ILNY 0.8089 0.8089 0.8089 0.8139 0.7573 0.8450 0.7188

20 LGA 0.4920 0.4920 0.4920 0.4945 0.4819 0.5153 0.5710

21 BKST 0.7553 0.7553 0.7553 0.7246 0.9285 0.7604 0.8733

22 PHR 10.2902 10.2902 10.2902 10.4369 10.0020 10.4462 11.8942

23 TRKM 3.9534 3.9534 3.9534 3.9924 3.6165 3.6945 3.9166

24 LKJP 2.5625 2.5625 2.5625 2.5631 2.4441 2.6308 2.8490

25 PTUM 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

26 JJLN 1.2619 1.2619 1.2619 1.2440 1.3784 1.2970 1.3688

Total Dampak (%)

100 100 100 100 100 100 100

Nilai Dasar (Juta Rp)

77 947 008 77 947 008 77 947 008 77 947 008 77 947 008 77 947 008 77 947 008

Perubahan (Juta Rp)

3 549 516 4 015 254 10 367 040 15 531 483 15 037 209 15 346 596 14 605 061

Perubahan (%)

4.554 5.151 13.300 19.926 19.292 19.688 18.737

Page 167: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

147

Kebijakan tunggal pada sektor agroindustri Provinsi Lampung yang

menghasilkan dampak besar bagi peningkatan output sektoral secara berurutan

adalah kebijakan ekspor, kebijakan pengeluaran pemerintah dan kebijakan investasi.

Kebijakan pengeluaran pemerintah, peningkatan investasi, dan peningkatan ekspor

pada sektor agroindustri yang beraglomerasi lebih besar dibandingkan sektor

agroindustri yang tidak beraglomerasi.

Kebijakan ekspor pada sektor agroindustri yang beraglomerasi (S6)

menghasilkan dampak perubahan output sebesar 10.89%. Nilai perubahan output

tersebut merupakan perubahan output terbesar di antara kebijakan tunggal lainnya.

Kebijakan pengeluaran pemerintah pada sektor agroindustri yang beraglomerasi (S1)

menghasilkan dampak perubahan output lebih besar dari pada kebijakan pengeluaran

pemerintah pada sektor agroindustri yang tidak beraglomerasi (S2) dan kebijakan

pengeluaran pemerintah untuk pengembangan infrastruktur (S3). Demikian pula,

kebijakan investasi pada sektor agroindustri yang beraglomerasi (S4) menghasilkan

dampak perubahan output lebih besar dari pada kebijakan pengeluaran pemerintah

pada sektor agroindustri yang tidak beraglomerasi (S5).

Kebijakan pengeluaran pemerintah untuk pengembangan infrastruktur (S3)

sebesar 30% menghasilkan kinerja yang lebih baik dibandingkan S2. Pengembangan

agroindustri yang beraglomerasi hendaknya didukung oleh kebijaksanaan fiskal

guna pengembangan produktivitas dan pembangunan infrastruktur (penataan ruang

kawasan industri, sarana transportasi, pengendalian pencemaran dan lainnya).

Infrastruktur yang diperlukan untuk peningkatan ekspor adalah sarana transportasi,

komunikasi dan pelabuhan ekspor yang memadai bagi transportasi komoditas

agroindustri. Infrastruktur bukan hanya tanggung jawab pemerintah tetapi juga bagi

investor atau dunia usaha, yang diadakan melalui pengembangan investasinya.

Page 168: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

148

Terdapat tiga kombinasi pada kebijakan komparasi tunggal, yaitu kebijakan

pengeluaran pemerintah (S8), kebijakan investasi (S9), serta kebijakan ekspor (S10).

Di antara tiga kombinasi tersebut, kombinasi kebijakan kebijakan ekspor (S9)

menghasilkan dampak perubahan output sebesar 13.3% atau paling besar di antara

perubahan output dan dari berbagai kebijakan komparasi tunggal.

Kebijakan kombinasi/gabungan yang terdiri dari kebijakan peningkatan

pengeluaran pemerintah sebesar 30%, investasi sebesar 20%, dan ekspor sebesar

25%, dialokasikan pada semua sektor agroindustri yang beraglomerasi secara

proporsional (S11). Sedangkan kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah

sebesar 30%, investasi sebesar 20%, dan ekspor sebesar 25% dialokasikan pada

semua sektor agroindustri yang tidak beraglomerasi secara proporsional (S12).

Simulasi kebijakan memperlihatkan bahwa S11 menghasilkan dampak perubahan

output dan nilai pengganda output S12. Sejalan dengan dengan kebijakan tunggal,

kebijakan pengeluaran pemerintah, kebijakan peningkatan investasi, dan

peningkatan ekspor pada sektor agroindustri yang beraglomerasi lebih besar dari

pada sektor agroindustri yang tidak beraglomerasi.

Dua simulasi kebijakan pengembangan tiga agroindustri prioritas (S13 dan

S14) memberikan dampak perubahan yang besar terhadap output, masing-masing

sebesar 19.69% dan 18.74%. Nilai perubahan tersebut lebih kecil dibandingkan S11

yang merupakan kebijakan kombinasi/gabungan yang terdiri dari kebijakan

peningkatan pengeluaran pemerintah sebesar 30%, investasi sebesar 20%, dan

ekspor sebesar 25%, yang dialokasikan pada semua sektor agroindustri yang

beraglomerasi secara proporsional. S11 memberikan perubahan yang paling besar

dibandingkan dengan simulasi-simulasi kebijakan yang lain.

Simulasi dampak kebijakan ekonomi pada sektor agroindustri yang

beraglomerasi (S1, S4, S6, S11, S13, dan S14) terhadap output sektoral

Page 169: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

149

menghasilkan perubahan dampak sektoral terbesar terhadap output sektor pertanian

(tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan, dan perikanan) yang berkisar

antara 3–18%, output sektor agroindustri berkisar antara 2–12%, dan output sektor

perdagangan (ekspor-impor) berkisar 10%. Hal ini menunjukkan bahwa dampak

kebijakan ekonomi pada sektor agroindustri yang beraglomerasi terhadap output,

sektor hulu atau pemasok bahan baku agroindustri yang berasal dari sektor pertanian

merupakan sektor yang memperoleh manfaat terbesar.

Dampak peningkatan ekspor pada dasarnya merupakan efek kebijakan

peningkatan investasi agroindustri dan kebijakan pengeluaran pemerintah berkaitan

dengan agroindustri yang menghasilkan produksi untuk ekspor. Namun apabila

peningkatan ekspor tersebut merupakan suatu kebijakan untuk mencapai target

ekspor tertentu, maka kebijakan tersebut harus diikuti dengan upaya lain untuk

mendorong percepatan ekspor, misalnya melakukan perluasan pasar, mengaktifkan

pendekatan ke pihak yang memiliki saluran distribusi ke luar negeri, peningkatan

kualitas sarana dan prasarana ekspor seperti pelabuhan, jalan dan infrastruktur lain,

upaya-upaya perbaikan mutu produk ekspor, serta diversifikasi produk olahan untuk

meningkatkan nilai tambah ekspor.

Pengembangan agroindustri harus disertai penciptaan iklim investasi yang

kondusif dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah terhadap peningkatan peran

dunia usaha dan swasta untuk meningkatkan output sektor agroindustri dan

pendapatan rumah tangga. Iklim investasi yang kondusif antara lain berkaitan

dengan penyederhanaan sistem dan perizinan, penurunan berbagai pungutan yang

tumpang tindih, serta transparansi biaya perizinan sektor agroindustri dari instansi/

dinas pemerintahan yang berwenang di bidang investasi (BKPM/ BKPMD).

Page 170: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

150

7.2. Pendapatan Rumah Tangga

Seperti halnya dampak kebijakan terhadap output sektoral, kebijakan

ekonomi yang ditujukan ke agroindustri akan menghasilkan peningkatan pendapatan

rumah tangga. Dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri melalui keterkaitan

antarsektor lebih lanjut akan meningkatkan pertumbuhan output sektor ekonomi

lainnya. Peningkatan output akan mendorong peningkatan pendapatan rumah

tangga, baik pendapatan rumah tangga agroindustri maupun non agroindustri. Proses

ini akan terus berlangsung melalui efek pengganda (multiplier effect).

Simulasi kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap pendapatan

rumah tangga sektoral dapat dilihat pada Tabel 27 dan 28. Sedangkan alternatif atau

sumber simulasi kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap pendapatan

rumah tangga sektoral dapat dilihat pada Lampiran 29 dan 32.

Pada kebijakan tunggal, kebijakan ekspor pada sektor agroindustri yang

beraglomerasi (S6) menghasilkan dampak perubahan pendapatan rumah tangga

sebesar 5.611% terhadap total pendapatan rumah tangga. Nilai perubahan

pendapatan rumah tangga tersebut merupakan perubahan pendapatan rumah tangga

sektoral terbesar diantara kebijakan tunggal lainnya.

Kebijakan pengeluaran pemerintah pada sektor agroindustri yang

beraglomerasi (S1) menghasilkan dampak perubahan pendapatan rumah tangga

lebih besar daripada kebijakan pengeluaran pemerintah pada sektor agroindustri

yang tidak beraglomerasi (S2) dan kebijakan pengeluaran pemerintah untuk

pengembangan infrastruktur (S3). Kebijakan investasi pada sektor agroindustri yang

beraglomerasi (S4) menghasilkan dampak perubahan pendapatan rumah tangga

lebih besar daripada kebijakan pengeluaran pemerintah pada sektor agroindustri

yang tidak beraglomerasi (S5).

Page 171: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

151

Tabel 27. Dampak Kebijakan Ekonomi Tunggal di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Pendapatan Rumah Tangga Sektoral Tahun 2005

(%) DAMPAK TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA SEKTORAL

PENGELUARAN PEMERINTAH INVESTASI EKSPOR No. SEKTOR

S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7

1 TPGN 26.708 6.328 6.334 28.043 6.328 28.043 6.328

2 TKBN 16.377 47.665 3.780 14.934 47.665 14.934 47.665

3 PTK 4.584 2.281 2.273 4.597 2.281 4.597 2.281

4 KHTN 0.100 0.100 0.494 0.101 0.100 0.101 0.100

5 IKAN 6.748 1.790 1.844 6.775 1.790 6.775 1.790

6 TBNG 0.791 0.642 7.724 0.790 0.642 0.790 0.642

7 IBS 0.430 0.018 0.018 0.432 0.018 0.432 0.018

8 IKUD 0.440 0.010 0.011 0.442 0.010 0.442 0.010

9 ITKT 4.256 0.883 0.888 4.264 0.883 4.264 0.883

10 IKKL 0.124 5.705 0.056 0.202 5.705 0.202 5.705

11 IML 0.045 1.602 0.033 0.045 1.602 0.045 1.602

12 IPD 0.674 0.182 0.183 0.676 0.182 0.676 0.182

13 IGL 4.946 0.766 0.550 4.912 0.766 4.912 0.766

14 IKP 0.714 0.029 0.027 0.717 0.029 0.717 0.029

15 IPKT 0.292 0.028 0.028 0.714 0.028 0.714 0.028

16 IMLN 1.337 0.182 0.182 0.607 0.182 0.607 0.182

17 IMN 0.039 1.171 0.040 0.040 1.171 0.040 1.171

18 IKRT 0.363 0.080 0.168 0.364 0.080 0.364 0.080

19 ILNY 0.644 0.602 3.465 0.648 0.602 0.648 0.602

20 LGA 0.372 0.365 0.394 0.376 0.365 0.376 0.365

21 BKST 1.225 1.543 40.479 1.207 1.543 1.207 1.543

22 PHR 15.028 14.619 16.075 15.292 14.619 15.292 14.619

23 TRKM 7.079 6.449 6.283 7.136 6.449 7.136 6.449

24 LKJP 2.789 2.658 4.459 2.795 2.658 2.795 2.658

25 PTUM 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

26 JJLN 3.892 4.300 4.213 3.891 4.300 3.891 4.300

Total Dampak (%)

100 100 100 100 100 100 100

Nilai Dasar (Juta Rp)

15 131 408 15 131 408 15 131 408 15 131 408 15 131 408 15 131 408 15 131 408

Perubahan (Juta Rp)

476 716 462 452 672 716 359 511 347 230 849 059 820 054

Perubahan (%)

3.151 3.056 4.446 2.376 2.295 5.611 5.420

Page 172: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

152

Tabel 28. Dampak Kebijakan Ekonomi Gabungan di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Pendapatan Rumah Tangga Sektoral Tahun 2005

(%) DAMPAK TERHADAP PENDAPATAN KERJA SEKTORAL

KEBIJAKAN TUNGGAL KOMPARASI KEBIJAKAN GABUNGAN No. SEKTOR

S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14

1 TPGN 25.0538 25.0538 25.0538 28.0429 6.3284 22.4063 8.5630

2 TKBN 18.9159 18.9159 18.9159 14.9341 47.6651 18.1858 11.7025

3 PTK 4.3969 4.3969 4.3969 4.5969 2.2813 6.6248 7.0952

4 KHTN 0.1000 0.1000 0.1000 0.1006 0.0998 0.0944 0.0830

5 IKAN 6.3459 6.3460 6.3460 6.7747 1.7897 1.7987 18.1659

6 TBNG 0.7792 0.7792 0.7792 0.7902 0.6421 0.6961 1.1721

7 IBS 0.3966 0.3966 0.3966 0.4319 0.0177 0.0177 0.0179

8 IKUD 0.4048 0.4048 0.4048 0.4416 0.0104 0.0104 1.4259

9 ITKT 3.9823 3.9823 3.9823 4.2643 0.8829 7.3232 8.0093

10 IKKL 0.5770 0.5770 0.5770 0.2022 5.7046 0.1003 0.0881

11 IML 0.1711 0.1711 0.1711 0.0455 1.6019 0.0542 0.0418

12 IPD 0.6344 0.6344 0.6344 0.6758 0.1817 0.1930 0.2007

13 IGL 4.6067 4.6067 4.6067 4.9124 0.7665 9.4978 10.2298

14 IKP 0.6588 0.6588 0.6588 0.7175 0.0293 0.0270 0.0276

15 IPKT 0.2709 0.2709 0.2709 0.7143 0.0284 0.0742 0.1089

16 IMLN 1.2437 1.2437 1.2437 0.6073 0.1819 3.1489 0.1988

17 IMN 0.1313 0.1313 0.1313 0.0396 1.1714 0.0390 0.0407

18 IKRT 0.3397 0.3397 0.3397 0.3641 0.0805 0.0847 0.0958

19 ILNY 0.6408 0.6408 0.6408 0.6483 0.6018 0.6398 0.5468

20 LGA 0.3719 0.3719 0.3719 0.3758 0.3653 0.3723 0.4144

21 BKST 1.2510 1.2510 1.2510 1.2067 1.5425 1.2037 1.3889

22 PHR 14.9952 14.9952 14.9952 15.2919 14.6194 14.5487 16.6427

23 TRKM 7.0280 7.0280 7.0280 7.1361 6.4486 6.2770 6.6855

24 LKJP 2.7787 2.7787 2.7787 2.7946 2.6584 2.7265 2.9665

25 PTUM 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

26 JJLN 3.9252 3.9252 3.9252 3.8907 4.3005 3.8558 4.0884

Total Dampak (%)

100 100 100 100 100 100 100

Nilai Dasar (Juta Rp)

15 131 408 15 131 408 15 131 408 15 131 408 15 131 408 15 131 408 15 131 408

Perubahan (Juta Rp)

386 315 4 37 004 1 128 307 1 685 286 1 627 714 1 663 176 1 639 493

Perubahan (%)

2.553 2.888 7.457 11.138 10.757 10.992 10.835

Page 173: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

153

Pada kebijakan komparasi tunggal terdapat tiga kombinasi, yaitu kebijakan

pengeluaran pemerintah (S8), kebijakan investasi (S9), dan kebijakan ekspor (S10).

Di antara tiga kombinasi tersebut, kebijakan ekspor (S9) menghasilkan dampak

perubahan pendapatan rumah tangga sebesar 7.455% atau paling besar di antara

perubahan pendapatan rumah tangga dari berbagai kebijakan komparasi tunggal.

Dua kebijakan gabungan tiga agroindustri prioritas (S13 dan S14)

memberikan dampak perubahan yang besar terhadap pendapatan rumah tangga

sektoral, masing-masing sebesar 10.039% dan 9.719%. Nilai perubahan tersebut

lebih kecil daripada kebijakan kombinasi/gabungan yang terdiri dari kebijakan

peningkatan pengeluaran pemerintah sebesar 30%, investasi sebesar 20%, dan

ekspor sebesar 25% yang dialokasikan pada semua sektor agroindustri yang

beraglomerasi secara proporsional (S11), yang memberikan persentase perubahan

pendapatan rumah tangga paling besar (11.138 %).

Simulasi dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri yang

beraglomerasi (S1, S4, S6, S11, S13, dan S14) menghasilkan perubahan dampak

sektoral terbesar terhadap pendapatan rumah tangga sektor pertanian (tanaman

pangan, tanaman perkebunan, peternakan, dan perikanan) yang berkisar antara 4–

28%, pendapatan rumah tangga sektor agroindustri yang berkisar antara 0,2–7%, dan

pendapatan rumah tangga sektor perdagangan yang berkisar 15%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri yang

beraglomerasi terhadap pendapatan rumah tangga, sektor yang memperoleh manfaat

terbesar adalah sektor hulu atau pemasok bahan baku yang berasal dari sektor

pertanian.

Page 174: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

154

7.3. Kesempatan Kerja

Dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri melalui keterkaitan antar

sektor lebih lanjut akan meningkatkan pertumbuhan output sektor ekonomi lainnya.

Peningkatan output akan mendorong peningkatan permintaan tenaga kerja, baik

tenaga kerja pertanian di sektor agroindustri maupun non agroindustri. Proses ini

akan terus berlangsung melalui efek pengganda (multiplier effect).

Simulasi kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap kesempatan

kerja sektoral dapat dilihat pada Tabel 29 dan 30. Sedangkan alternatif atau sumber

simulasi kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap output sektoral dapat

dilihat pada Lampiran 30 dan 33.

Pada kebijakan tunggal, kebijakan pengeluaran pemerintah pada sektor

agroindustri yang beraglomerasi (S1) menghasilkan dampak perubahan kesempatan

kerja sebesar 6.08% terhadap total kesempatan kerja. Nilai perubahan kesempatan

kerja tersebut merupakan perubahan kesempatan kerja sektoral terbesar diantara

kebijakan tunggal lainnya.

Kebijakan pengeluaran pemerintah pada sektor agroindustri yang

beraglomerasi (S1) menghasilkan dampak perubahan kesempatan kerja lebih besar

daripada kebijakan pengeluaran pemerintah pada sektor agroindustri yang tidak

beraglomerasi (S2) dan kebijakan pengeluaran pemerintah untuk pengembangan

infrastruktur (S3). Kebijakan investasi pada sektor agroindustri yang beraglomerasi

(S4) menghasilkan dampak perubahan kesempatan kerja lebih besar daripada

kebijakan pengeluaran pemerintah pada sektor agroindustri yang tidak

beraglomerasi (S5).

Kebijakan komparasi tunggal terdiri dari kebijakan pengeluaran pemerintah

(S8), kebijakan investasi (S9), dan kebijakan ekspor (S10). Di antara tiga kombinasi

tersebut, kebijakan ekspor (S9) menghasilkan dampak perubahan kesempatan kierja

Page 175: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

155

sebesar 13.982% atau paling besar di antara perubahan pendapatan rumah tangga

dari berbagai kebijakan komparasi tunggal.

Tabel 29. Dampak Kebijakan Ekonomi Tunggal di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Kesempatan Kerja Sektoral Tahun 2005

(%) DAMPAK TERHADAP KESEMPATAN KERJA SEKTORAL

PENGELUARAN PEMERINTAH INVESTASI EKSPOR No. SEKTOR

S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7

1 TPGN 8.793 8.793 19.347 40.240 8.793 40.240 8.793

2 TKBN 66.225 66.225 11.547 21.430 66.225 21.430 66.225

3 PTK 3.170 3.170 6.944 6.596 3.170 6.596 3.170

4 KHTN 0.139 0.139 1.508 0.144 0.139 0.144 0.139

5 IKAN 2.487 2.487 5.633 9.721 2.487 9.721 2.487

6 TBNG 0.057 0.057 1.498 0.072 0.057 0.072 0.057

7 IBS 0.010 0.010 0.023 0.262 0.010 0.262 0.010

8 IKUD 0.006 0.006 0.014 0.268 0.006 0.268 0.006

9 ITKT 0.518 0.518 1.146 2.586 0.518 2.586 0.518

10 IKKL 3.349 3.349 0.073 0.123 3.349 0.123 3.349

11 IML 0.940 0.940 0.043 0.028 0.940 0.028 0.940

12 IPD 0.107 0.107 0.236 0.410 0.107 0.410 0.107

13 IGL 0.450 0.450 0.710 2.979 0.450 2.979 0.450

14 IKP 0.017 0.017 0.035 0.435 0.017 0.435 0.017

15 IPKT 0.017 0.017 0.037 0.433 0.017 0.433 0.017

16 IMLN 0.107 0.107 0.235 0.368 0.107 0.368 0.107

17 IMN 0.688 0.688 0.052 0.024 0.688 0.024 0.688

18 IKRT 0.047 0.047 0.217 0.221 0.047 0.221 0.047

19 ILNY 0.353 0.353 4.472 0.393 0.353 0.393 0.353

20 LGA 0.054 0.054 0.127 0.057 0.054 0.057 0.054

21 BKST 0.306 0.306 17.679 0.248 0.306 0.248 0.306

22 PHR 7.785 7.785 18.820 8.411 7.785 8.411 7.785

23 TRKM 2.133 2.133 4.568 2.437 2.133 2.437 2.133

24 LKJP 0.135 0.135 0.496 0.146 0.135 0.146 0.135

25 PTUM 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

26 JJLN 2.108 2.108 4.540 1.970 2.108 1.970 2.108

Total Dampak (%)

100 100 100 100 100 100 100

Nilai Dasar (Jiwa)

4 121 960 4 121 960 4 121 960 4 121 960 4 121 960 4 121 960 4 121 960

Perubahan (Jiwa)

250 627 235 602 160 866 189 008 176 755 446 381 417 443

Perubahan (%)

6.080 5.716 3.903 4.585 4.288 10.829 10.127

Page 176: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

156

Tabel 30. Dampak Kebijakan Ekonomi Gabungan di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Kesempatan Kerja Sektoral Tahun 2005

(%) DAMPAK TERHADAP KESEMPATAN KERJA SEKTORAL

KEBIJAKAN KOMPARASI TUNGGAL KEBIJAKAN GABUNGAN No. SEKTOR S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14

1 TPGN 35.8286 35.8286 35.8285 40.2401 8.7926 33.5132 13.3101

2 TKBN 27.0509 27.0509 27.0509 21.4296 66.2252 27.2005 18.1902

3 PTK 6.2878 6.2878 6.2878 6.5962 3.1697 9.9087 11.0286

4 KHTN 0.1431 0.1431 0.1431 0.1444 0.1386 0.1411 0.1291

5 IKAN 9.0751 9.0751 9.0751 9.7213 2.4866 2.6903 28.2366

6 TBNG 0.0708 0.0708 0.0708 0.0720 0.0567 0.0661 0.1157

7 IBS 0.2397 0.2397 0.2397 0.2619 0.0104 0.0112 0.0117

8 IKUD 0.2446 0.2446 0.2446 0.2677 0.0061 0.0066 0.9365

9 ITKT 2.4065 2.4065 2.4065 2.5857 0.5184 4.6284 5.2606

10 IKKL 0.3487 0.3487 0.3487 0.1226 3.3492 0.0634 0.0579

11 IML 0.1034 0.1034 0.1034 0.0276 0.9404 0.0342 0.0274

12 IPD 0.3834 0.3834 0.3834 0.4097 0.1067 0.1220 0.1318

13 IGL 2.7837 2.7837 2.7837 2.9786 0.4500 6.0028 6.7190

14 IKP 0.3981 0.3981 0.3981 0.4351 0.0172 0.0171 0.0181

15 IPKT 0.1637 0.1637 0.1637 0.4331 0.0167 0.0469 0.0715

16 IMLN 0.7515 0.7515 0.7515 0.3683 0.1068 1.9902 0.1306

17 IMN 0.0793 0.0793 0.0793 0.0240 0.6878 0.0247 0.0267

18 IKRT 0.2053 0.2053 0.2053 0.2208 0.0472 0.0535 0.0629

19 ILNY 0.3873 0.3873 0.3873 0.3931 0.3533 0.4044 0.3591

20 LGA 0.0563 0.0563 0.0563 0.0571 0.0538 0.0590 0.0682

21 BKST 0.2558 0.2558 0.2558 0.2476 0.3064 0.2574 0.3087

22 PHR 8.2193 8.2193 8.2193 8.4105 7.7853 8.3406 9.9154

23 TRKM 2.3922 2.3922 2.3922 2.4373 2.1325 2.2346 2.4734

24 LKJP 0.1447 0.1447 0.1447 0.1460 0.1345 0.1485 0.1679

25 PTUM 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

26 JJLN 1.9804 1.9804 1.9804 1.9697 2.1081 2.0347 2.2421

Total Dampak (%) 100 100 100 100 100 100 100

NilaDasar (Jiwa) 4 121 960 4 121 960 4 121 960 4 121 960 4 121 960 4 121 960 4 121 960

Perubahan (Jiwa) 197 323 223 214 576 319 886 015 828 578 812 238 817 441

Perubahan (%) 4.787 5.415 13.982 21.495 20.102 19.705 19.831

Page 177: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

157

Dua kebijakan tiga agroindustri prioritas (S13 dan S14) memberikan dampak

perubahan yang besar terhadap kesempatan kerja sektoral, masing-masing sebesar

19.705% dan 19.831%. Nilai perubahan tersebut lebih kecil daripada kebijakan

kombinasi/gabungan yang terdiri dari kebijakan peningkatan pengeluaran

pemerintah sebesar 30%, investasi sebesar 20%, dan ekspor sebesar 25% yang

dialokasikan pada semua sektor agroindustri yang beraglomerasi secara proporsional

(S11), yang memberikan perubahan kesempatan kerja paling besar (28.9441%).

Simulasi dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri yang

beraglomerasi (S1, S4, S6, S11, S13, dan S14) menghasilkan perubahan dampak

sektoral terbesar terhadap kesempatan kerja sektor pertanian (tanaman pangan,

tanaman perkebunan, peternakan, dan perikanan) yang berkisar antara 2 – 66%,

kesempatan kerja sektor agroindustri berkisar 0,1–9 %, sedangkan kesempatan kerja

sektor perdagangan berkisar 7 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa dampak

kebijakan ekonomi di sektor agroindustri yang beraglomerasi terhadap kesempatan

kerja, sektor yang memperoleh manfaat terbesar adalah sektor hulu atau pemasok

bahan baku yang berasal dari sektor pertanian.

Menurut Rusastra et al. (2005), dalam rangka mewujudkan struktur

perekonomian yang seimbang, kebijakan pengembangan agroindustri memiliki

beberapa sasaran menarik pembangunan sektor pertanian, menciptakan output/nilai

tambah, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan penerimaan devisa, dan

meningkatkan pembagian pendapatan. Simulasi-simulasi kebijakan ekonomi sektor

agroindustri di Provinsi Lampung menunjukkan kinerjanya untuk mencapai sasaran-

sasaran tersebut.

Kebijakan ekonomi pada sektor agroindustri yang beraglomerasi pada

pencapaian output, pendapatan rumah tangga, dan kesempatan kerja menunjukkan

kinerja lebih besar daripada sektor agroindustri yang tidak beraglomerasi. Hal

Page 178: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

158

tersebut disebabkan pada sektor agroindustri yang beraglomerasi, nilai pengganda

dan keterkaitan output, pendapatan rumah tangga, dan kesempatan kerja lebih besar

daripada sektor agroindustri yang tidak beraglomerasi.

Page 179: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

159

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8. 1. Kesimpulan

1. Kontribusi, keterkaitan antarsektor dan dampak pengganda agroindustri dalam

perekonomian wilayah Provinsi Lampung lebih besar daripada peranan,

keterkaitan antarsektor dan dampak pengganda non agroindustri.

a. Kontribusi output sektor-sektor agroindustri terbesar dibandingkan sektor-

sektor lain dalam perekonomian Provinsi Lampung

b. Sektor agroindustri di Provinsi Lampung mempunyai keterkaitan ke

belakang paling besar di antara sektor-sektor ekonomi yang lain. Sektor

agroindustri mempunyai nilai keterkaitan ke belakang yang tertinggi adalah

industri pengolahan ikan dan udang. Sektor yang mempunyai nilai

keterkaitan ke depan yang tinggi adalah industri pengolahan karet.

c. Keterkaitan antarsektor ke belakang sektor agroindustri ditujukan pada

sektor-sektor yang menyediakan bahan baku, sedangkan keterkaitan

antarsektor ke depan sektor agroindustri pada sektor perdagangan dan

transportasi.

d. Nilai pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja terbesar dalam

perekonomian Provinsi Lampung diberikan oleh sektor industri pengolahan

ikan dan udang, industri pakan ternak, dan industri pengolahan karet.

e. Sektor-sektor agroindustri yang merupakan industri prioritas (nilai ranking

keterkaitan dan pengganda yang besar) yaitu industri pengolahan ikan dan

udang, industri pakan ternak, industri pengolahan karet, industri tapioka dan

tepung lain, industri gula dan industri makanan lainnya.

2. Terjadinya konsentrasi spasial dan aglomerasi pada sektor agroindustri di

Provinsi Lampung.

Page 180: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

160

a. Sebagian besar agroindustri berkonsentrasi (berklaster) dan berspesialisasi

pada satu atau beberapa kabupaten/kota. Industri yang berklaster adalah

industri buah sayur, industri pengolahan ikan dan udang, industri tapioka dan

tepung lain, industri padi, industri gula, industri kopi, industri pakan ternak,

industri makanan lainnya, dan industri pengolahan karet. Sedangkan industri

yang tidak berklaster adalah industri minyak/lemak, industri kopra/kelapa,

dan industri minuman.

b. Adanya ketidakmerataan lokasi sektor agroindustri di Provinsi Lampung

pada industri makanan lainnya, diikuti oleh industri gula, industri buah

sayur, industri tapioka dan tepung lain, serta industri ikan, daging dan udang.

c. Sektor agroindustri di Provinsi Lampung yang mempunyai kekuatan atau

dorongan aglomerasi terbesar adalah industri makanan lainnya, diikuti

industri gula, industri buah sayur, industri tapioka dan tepung lain, serta

industri ikan, daging, dan udang.

3. Sektor agroindustri di Provinsi Lampung sebagian besar mengalami

penghematan akibat aglomerasi (agglomeration economies) yang mempengaruhi

output produksi.

a. Penghematan akibat aglomerasi pada setiap sektor agroindustri berbeda.

Setiap penghematan akibat aglomerasi yang terjadi memberikan pengaruh

yang positif dan negatif terhadap output produksi.

b. Industri yang mengalami penghematan akibat lokalisasi dan penghematan

akibat urbanisasi terjadi pada industri buah dan sayur, industri pengolahan

ikan, daging dan udang, industri tapioka dan tepung lain, industri padi,

industri gula, industri kopi, dan industri makanan lainnya.

c. Penghematan akibat lokalisasi terjadi dan memberikan pengaruh terhadap

output industri. Agroindustri yang mempunyai pengaruh positif dari

Page 181: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

161

penghematan akibat lokalisasi yaitu: industri buah dan sayur, industri

pengolahan ikan, daging dan udang, industri tapioka dan tepung lain,

industri padi, industri gula, industri kopi, industri makanan lainnya, dan

industri minuman.

d. Penghematan akibat urbanisasi terjadi dan memberikan pengaruh terhadap

output industri. Agroindustri yang mempunyai pengaruh positif terhadap

output dari penghematan akibat urbanisasi yaitu : industri buah dan sayur,

industri pengolahan ikan, daging dan udang, industri tapioka dan tepung

lain, industri minyak/ lemak, industri padi, industri gula, industri kopi,

industri pakan ternak, industri makanan lainnya, dan industri pengolahan

karet.

e. Klasifikasi sektor-sektor agroindustri beraglomerasi dan sektor-sektor

agroindustri yang tidak beraglomerasi berpengaruh terhadap output produksi.

4. Kebijakan ekonomi pada sektor agroindustri yang beraglomerasi pada

pencapaian output, pendapatan rumah tangga, dan kesempatan kerja

menunjukkan kinerja lebih besar dibandingkan sektor agroindustri yang tidak

beraglomerasi. Skenario kebijakan yang memberikan dampak perubahan output,

pendapatan rumah tangga, dan kesempatan kerja terbesar adalah kebijakan

kombinasi/gabungan yang terdiri dari kebijakan peningkatan pengeluaran

pemerintah, investasi, dan ekspor yang dialokasikan pada semua sektor

agroindustri yang beraglomerasi secara proporsional.

8.2. Impikasi Kebijakan

1. Pengembangan sektor agroindustri memerlukan dukungan kelembagaan dan

fasilitasi dari pemerintah. Oleh karena itu, kebijakan dan program pemerintah

provinsi dan kabupaten/kota se Provinsi Lampung menjadikan sektor

Page 182: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

162

agroindustri sebagai prioritas, tanpa mengabaikan potensi dan peluang sektor-

sektor lainnya.

2. Pengembangan agroindustri hendaknya memperhatikan konsentrasi dan

spesialisasi industri, daya dorong yang menyebabkan terjadinya aglomerasi, dan

promosi pengembangan ekonomi daerah melalui promosi pentingnya manfaat

dari aglomerasi industri. Oleh karena itu, pemerintah daerah seyogyanya

memberi ruang bagi dunia usaha yang berinvestasi di sektor agroindustri

berlokasi dengan mempertimbangkan keterkaitan dan kedekatannya dengan

industri lainnya.

3. Pengembangan agroindustri yang beraglomerasi hendaknya didukung oleh

kebijaksanaan fiskal guna pengembangan produktivitas dan pembangunan

infrastruktur (penataan ruang kawasan industri, sarana transportasi, pengendalian

pencemaran dan lainnya). Infrastruktur yang diperlukan untuk peningkatan

ekspor adalah sarana transportasi, komunikasi dan pelabuhan ekspor yang

memadai bagi transportasi komoditas agroindustri.

4. Pengembangan agroindustri harus disertai penciptaan iklim investasi yang

kondusif dari pemerintah daerah bagi peningkatan peran dunia usaha dan swasta,

guna meningkatkan output sektor agroindustri dan pendapatan masyarakat.

8.3. Saran Penelitian Lanjutan 1. Penelitian tentang aglomerasi dengan model persamaan simultan yang

menggambarkan hubungan antar persamaan produksi industri yang

beraglomerasi, pendapatan regional, pengeluaran pemerintah, investasi dan

ekspor.

Page 183: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

163

2. Untuk menganalisis keterkaitan antarindustri antarwilayah disarankan untuk

membangun Tabel Input-Output Interregional kabupaten/kota ataupun antar

provinsi.

3. Pengembangan model penelitian integrasi Input-Output-Ekonometrika tipe

Coupling yang menggabungkan penyesuaian output dan harga guna

menganalisis perekonomian wilayah.

4. Penelitian aglomerasi dengan memasukkan variabel-variabel lain seperti

perkembangan inovasi dalam produksi dan networking antar perusahaan.

Page 184: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

164

DAFTAR PUSTAKA

Aiginger, K. and E. Hansberg. 2003. Specialization versus Concentration: A Notes of Theory and Evidence. Empirica, 44(4):255-266.

Austin, J.E. 1992. Agroindustrial Project Analysis: Critical Design Factors. John Hopkins University Press, Baltimore.

Bappenas. 2005. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2004-2009. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta.

Bappeda Provinsi Lampung. 2006. Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Lampung. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Lampung, Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik. 2000. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output.

Center for Statistical Services, Badan Pusat Statistik, Jakarta. Bendavid, A.V. 1991. Regional and Local Economic Analysis for Practitioners.

Fourth Edition. Praeger, London. Capello, R. 2007. Regional Economics. Routledge, Taylor and Francis Group,

London Chenery, H. and P. Clark. 1959. Interindustry Economics. John Wiley and Sons

Inc., New York. Coase, R.H. 1992. The Institutional Structure of Production. American Economic

Review, 28(4):713-720. Cohen, J.P. and C.J.M. Paul. 2005. Agglomeration Economies and Industry

Location Decisions: The Impacts of Spatial and Industrial Spillovers. Regional Science and Urban Economics, 35(3):215-237.

Conway Jr., R.S. 1990. The Washington Projection and Simulation Model: A

Regional Interindustry Econometric Model. International Regional Science Review, 13(1):141-165.

Departemen Pekerjaan Umum. 2007. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Departemen Perindustrian. 2005. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional.

Departemen Perindustrian, Jakarta. Downey, W.D. and S.P. Erickson. 1987. Agribusiness Management. McGraw Hill,

New York.

Page 185: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

165

Doriza, S. 2005. Penghematan Akibat Aglomerasi dan Produktivitas Industri di Jawa Timur. Tesis Magister. Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok.

Ellison, G. and E. Glaeser. 1997. Geographic Concentration in US Manufacturing

Industries: A Dartboard Approach. Journal Political Economy, 105(5):889-927.

________. and E. Glaeser. 1999. The Geographic Concentration of Industry: Does

Natural Advantage Explain Agglomeration? American Economic Review, 89(2):311-316.

Friedmann, J. 1964. Regional Development and Planning. MIT Press, Cambridge. Fujita, M. and T. Mori. 1996. The Role of Ports in Making of Major Cities: Self

Agglomeration and Hub Effect. Journal of Development Economics, 49(1):93-120.

________., P. Krugman and A.J. Venagbles. 1999. The Spatial Economy: Cities,

Regions, and International Trade. The MIT Press, Cambridge. ________. and J.F. Thisse. 2002. Economics of Agglomeration: Cities, Industrial

Location, and Regional Growth. Cambridge University Press, Cambridge. Glaeser, E., H.D. Kallal, J.A. Scheinkman and A. Shleifer. 1992. Growth in Cities.

Journal of Political Economy, 100(6):1126-1152. Glennon, D. and J. Lane. 1990. Input-Output Restrictions, Regional Structural,

Models and Econometric Forecast. In: Anselin and Madden (Eds). New Directions in Regional Analysis. Belhaven, London.

Graham, D.J. and H.Y. Kim. 2007. An Empirical Analytical Framework for

Agglomeration Economies. The Annals of Regional Science, 42(2):267-289. Hamzah, L.M. 1997. Pergerakan Faktor Produksi dan Aglomerasi Industri. Tesis

Magister. Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok.

Harmidi, S.H.B. 2001. Analisis Aglomerasi Industri Manufaktur Besar dan Sedang

di DKI Jakarta Tahun 1975-1998. Tesis Magister. Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok.

Hartarto, A. 2004. Strategi Clustering dalam Industrialisasi Indonesia. Penerbit

Andi, Yogyakarta. Henderson, J.V., A. Kuncoro and M. Turner. 1995. Industrial Development in

Cities. Journal of Political Economy, 103(5):67-90. Herjanto, E. 2003. Dampak Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Terhadap Kinerja

Sektor Agroindustri Indonesia. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 186: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

166

Hirchman, A.O. 1958. The Strategy of Economic Development. Yale University Press, New Heaven.

Hoover, E. 1985. An Introduction to Regional Economics. Third Edition. Alfred

A. Knopf, New York. Humphrey Institute of Public Affairs. 2005. Industry Cluster and Quantitative

Analysis. Working Paper. University of Minnesota, Minneapolis. Isard, W. 1956. Location and Space Economy. John Wiley and Sons Inc., New

York. Israilevich, P.R., R. Mahidhara and G.J.D. Hewings. 1996. The Choice of Input-

Output Table Embedded in Regional Econometric Input-Output Models. Regional Science, 75(2):103-119.

Jacobs, J. 1969. Economy of Cities. Vintage, New York.

Kanemoto, Y., T. Ohkawara and T. Suzuki. 1996. Agglomeration Economies and Test For Optimal City in Japan. TCER-NBER-CEPR Trilateral Conference in Tokyo. University of Tokyo, Tokyo.

King, A.E, R. Sines and W.L. L’Esperance. 1977. Conjoining an Input-Output

Model with an Econometric Model of Ohio. Regional Science Perspectives, 7(2):54-77.

Kim, S. 1995. Expansion of Markets and the Geographic Distribution of Economics

Activities: The Trends in U.S. Regional Manufacturing Structure 1860-1987. The Quarterly Journal of Economics. 110(4):881-908.

Kuncoro, M. 2000. Beyond Agglomeration and Urbanization. Gadjah Mada

International Journal of Business, 2(3):307-325. ___________. 2004a. Adakah Perubahan Konsentrasi Spasial Industri Manufaktur

di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 19(4):1-20. ___________. 2004b. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP

AMP YKPN, Yogyakarta. ___________. 2005. Agglomeration Externalities Within Metropolitan Regions: An

Input-Output Analysis of Jabotabek and Singapore. The Journal of Accounting, Management, and Economic Research, 5(1):1-32.

Krugman, P. 1991. Geography and Trade. MIT Press, Cambridge. Lafourcade, M. and G. Mion. 2003. Concentration, Spatial Clustering and Size of

Plants: The Sources of Co-location Externalities. CORE Working Paper No. 2003/91. Catholiq University of Louvain, Louvain.

Mccann, P. 2001. Urban and Regional Economics. Oxford University Press, New

York.

Page 187: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

167

Markusen, A. 1996. Sticky Places in Slipppery Space: A Typology of Industrial Districts. Economic Geography, 72(3):293-313.

Marshall, A. 1920. Principles of Economics. Macmillan, London. Meier, G.M. 1995. Leading Issues in Economic Development. Oxford University

Press, New York. Miller, R.E. and P.D. Blair. 1985. Input-Output Analysis: Foundation and

Extensions. Printice Hall Inc., New Jersey. Montgomery, M.R. 1988. How Large is Too Large? Implication of the City Size

Literature for Population Policy and Research. Economic Development and Cultural Change, 36(4):691-720.

Moomaw, R.L. 1983. Is Population Scale a Worthless Surrogate for Bussines

Agglomeration Economies? Regional Science and Urban Economics. 13(4): 524-545.

Munnich, L. 2005. Knowledge Clusters as a Means of Promoting Regional

Economic Development. Humphrey Institute of Public Affairs, University of Minnesota, Minneapolis.

Nakamura, R. 1985. Agglomeration Economies in Urban Manufacturing Industries:

A Case of Japanese Cities. Journal of Urban Economics, 17(1):108-124. Nicholson, W. 2001. Intermediate Microeconomics: And Its Application. Eight

Edition. Amherst College, Massachusetts. Nurkse, R. 1953. Problem of Capital Development in Underdeveloped Countries.

Oxford University Press, New York. Okamoto, N. 2004a. Agglomeration, Intraregional and Interregional Linkage in

China. In: Okamoto and Ihara (Eds). Spatial Structure and Regional Development in China: Input-Output Approach. IDE Development Prespective Series 5. Institute of Developing Economic, JETRO, Tokyo.

________,Y. 2004b. Agglomeration and International Competitiveness: Can

Malaysia’s Growth be Sustainable. In: Kuchiki and Tsuji (Eds). Industrial Clusters in Asia: Analysis of Their Competition and Cooperation. IDE Development Prespective Series 6. Institute of Developing Economic, JETRO, Tokyo.

O’Sullivan, A. 2000. Urban Economics. Irwin McGraw-Hill, Boston. Pandjaitan, L. 2000. Kebijakan Nasional Sektor Industri: Aglomerasi dengan

Kemitraan. Departemen Perindustrian, Jakarta. Perkins, D.H., S. Radeler, D.R. Snodgrass, M. Gillis and M. Romer. 2001.

Economics of Development. W.W. Norton & Company, New York.

Page 188: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

168

Porter, M.E. 1998. Clusters and the New Economics of Competition. Harvard Business Review, 76(6):77-91.

Pryor, J. and T. Holt. 1998. Agribusiness as An Engine of Growth. USAID,

Washington D.C. Quigley, J.M. 1998. Urban Diversity and Economic Growth. Journal of Economic

Prespectives, 12(2):127-138. Richardson, H.W. 1977. Regional Economics. Macmillan, London. Rey, S.J. 1999. Integrated Regional Economic and Input-Output Modeling. Working

Paper. Department of Geography, San Diego State University, San Diego. Rosenstein-Rodan, P.N. 1963. Problem of Industrialization of Eastern and

Southestern Europe. In: Agarwal and Singh (Eds). The Economic of Under Development. Oxford University Press, New York.

Rasmussen, P.N. 1956. Studies in Intersectoral Relations. PC, Amsterdam. Rusastra, I.W., K. M. Noekman, Supriyati, Erma Suryani dan R. Elizabeth. 2005.

Analisis Ekonomi Ketenagakerjaan Sektor Pertanian dan Pedesaan di Indonesia. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian Agro Ekonomi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.

Saragih, B. 1992. Dinamika Pemikiran tentang Pembangunan Pertanian.

Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia, Jakarta. Saragih, B. 1996. Agroindustri sebagai Suatu Sektor yang Memimpin Pembangunan Jangka Panjang (PJP) II. Yayasan Bina Desa, Jakarta. Sarkaniputra, M. 1986. Analisa Input-Output Sebagai Kerangka Strategi

Pembangunan Pertanian. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta .

Sastrowiharjo, M. 1989. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi Provinsi

Jambi. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Scott, A.J. and M. Storper. 1992. Regional Development Reconsidered. Belhaven

Press, London. Setiawan, D.M.D. 2006. Peranan Sektor Unggulan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Daerah. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sjoberg, O. and F. Sjoholm. 2001. Trade Liberalization and the Geography of

Production: Agglomeration, Concentration and Dispersal in Indonesia’s Manufacturing Industry. Working Paper No. 138. Stocholm School of Economics, Stocholm.

Page 189: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

169

Simatupang, P. dan A. Purwoto. 1990. Pengembangan Agroindustri Sebagai Penggerak Pembangunan Desa. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian Agro Ekonomi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.

Sinaga, R.S. 1998. Peluang Perekonomian Indonesia Melalui Pemahaman Konsep

dan Peran Agribisnis. Dies Natalis XI STIE IBII. IBII, Jakarta. Somik, V.L, Z. Shalizi and U. Deichman. 2004. Agglomeration Economies and

Productivity in Indian Industry. Journal of Development Economics, 73(2):643-673.

Sugiarto, T., Herlambang, Brastoro, R. Sudjana dan S. Kelana 2002. Ekonomi

Mikro: Sebuah Kajian Komprehensif. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Subana, P.A. 2005. Analisis Pengaruh Spasial Tingkat Urbanisasi Tenaga Kerja

Terhadap PDRB Kabupaten/Kota di Pulau Jawa. Tesis Magister. Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok.

Supriyati dan E. Suryani. 2006. Peranan, Peluang dan Kendala Pengembangan

Agroindustri di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 24(2):92-106. Wahyudin, M. 2004. Industri dan Orientasi Ekspor: Dinamika dan Analisis Spasial.

Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Page 190: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

LAMPIRAN

Page 191: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 1. Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2000 (juta rupiah) SEKTOR TPGN TKBN PTK KHTN IKAN TBNG TPGN 146 905 9 19 065 0 12 824 0 TKBN 0 44 265 725 0 0 0 PTK 9 678 2 507 567 0 113 0 KHTN 1 798 735 133 34 245 22 IKAN 0 0 0 0 70 283 0 TBNG 0 0 1 0 12 562 1 238 IBS 0 0 0 0 0 0 IKUD 0 0 94 0 0 0 ITKT 0 0 84 0 573 0 IKKL 0 0 55 0 141 0 IML 0 0 212 0 61 0 IPD 0 0 16 634 0 18 859 0 IGL 0 0 3 0 140 0 IKP 0 0 0 0 36 0 IPKT 0 0 152 055 0 31 435 0 IML 0 0 3 0 637 0 IMN 0 0 0 0 0 0 IKRT 3 204 3 107 786 4 1 844 74 ILNY 42 766 14 176 1 212 618 2 196 850 LGA 0 771 2 289 155 1 104 181 BKST 1 803 18 696 1 995 2 652 6 571 3 011 PHR 286 687 100 842 52 261 2 834 63 195 14 550 TRKM 36 928 28 729 8 191 2 951 4 806 8 189 LKJP 36 747 15 479 1 519 350 8 973 14 652 PTUM 0 0 0 0 0 0 JJLN 438 3 476 441 249 1 950 1 469 TOTAL 566 954 232 792 258 325 9 847 238 548 44 236 UPGJ 1 051 669 621 322 259 557 10 310 311 115 163 897 PJK+IMPOR 5 064 330 2 655 889 1 150 972 50 175 1 238 301 608 557 TOTAL 5 631 284 2 888 681 1 409 297 60 022 1 476 849 652,793 NT LAIN 4 012 661 2 034 567 891 415 39 865 927 186 444 660

Page 192: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 1. Lanjutan

(juta rupiah SEKTOR IBS IKUD ITKT IKKL IML IPD TPGN 438 725 0 5 967 0 0 2 589 265 TKBN 29 661 0 3 644 159 103 352 868 0 PTK 0 0 221 693 0 0 0 KHTN 0 133 3 29 6 1 IKAN 0 677 707 0 0 0 0 TBNG 145 3 438 0 166 12 0 IBS 1 362 0 0 0 0 0 IKUD 0 163 089 0 0 0 0 ITKT 153 9 32 826 0 265 0 IKKL 14 44 589 7 589 182 967 0 IML 2 284 182 6 831 0 1 203 0 IPD 0 0 0 0 0 28 006 IGL 12 158 0 101 990 0 0 0 IKP 0 0 0 0 0 0 IPKT 0 0 0 0 0 0 IML 820 2 184 3 957 0 5 0 IMN 0 0 0 0 0 0 IKRT 2 841 3 230 2 191 6 480 1 250 ILNY 650 1 078 444 20 162 70 LGA 598 1 664 1 596 452 166 960 BKST 0 2 340 194 101 270 19 PHR 119 862 310 336 165 733 42 552 87 811 130 305 TRKM 11 920 28 099 15 416 4 575 7 342 33 740 LKJP 4 165 14 728 3 609 986 923 5 937 PTUM 0 0 0 0 0 0 JJLN 1 127 2 273 1 384 896 206 97 TOTAL 626 485 1 210 534 568 067 216 475 634 686 2 789 650 UPGJ 47 700 28 786 110 824 25 574 11 730 91 277 PJK+ IMPOR 160 405 98 574 381 139 54 588 88 801 512 324 TOTAL 786 890 1 309 108 949 206 271 063 723 487 3 301 974 NT LAIN 112 705 69 788 270 315 29 014 77 071 421 047

Page 193: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 1. Lanjutan (juta rupiah) SEKTOR IGL IKP IPKT IML IMN IKRT TPGN 0 9 124 505 409 1 057 652 345 0 TKBN 288 478 840 500 1 050 577 577 2 769 174 948 PTK 0 0 26 2 080 0 0 KHTN 0 0 0 9 0 0 IKAN 0 0 0 2 083 0 0 TBNG 3 942 0 0 420 0 428 IBS 0 0 0 0 0 0 IKUD 0 0 7 0 0 0 ITKT 0 0 78 6 402 60 0 IKKL 0 0 50 620 501 0 0 IML 0 38 15 664 38 595 0 0 IPD 0 0 4 339 25 856 0 0 IGL 15 345 0 76 37 072 4 286 0 IKP 0 90 357 0 0 286 0 IPKT 0 0 17 598 0 0 0 IML 0 92 10 629 111 664 44 0 IMN 0 0 0 0 241 0 IKRT 3 249 1 745 1 150 2 297 372 48 435 ILNY 6 786 226 389 885 194 420 LGA 703 434 1 163 2 391 128 1 010 BKST 3 443 0 41 814 21 171 PHR 73 328 308 681 170 331 386 251 6 356 41 668 TRKM 18 206 176 836 15 203 35 860 957 5 718 LKJP 15 103 1 761 1 028 8 027 1 402 2 536 PTUM 0 0 0 0 0 0 JJLN 2 066 548 73 1 225 1 360 1 868 TOTAL 430 649 1 430 342 794 874 2 297 661 18 821 277 202 UPGJ 164 407 76 301 26 703 130 600 5 463 11 432 PJK+IMPOR 735 513 285 631 130 681 447 199 39 500 57 085 TOTAL 1 166 162 1 715 973 925 555 2 744 860 58 321 334 287 NT LAIN 571 106 209 330 103 978 316 599 34 037 45 653

Page 194: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 1. Lanjutan (juta rupiah) SEKTOR ILNY LGA BKST PHR TRKM LKJP TPGN 0 0 0 36 946 0 0 TKBN 2 337 0 0 41 942 0 0 PTK 52 0 0 127 578 0 0 KHTN 11 492 0 9 043 519 0 0 IKAN 6 0 0 96 369 0 0 TBNG 57 425 13 800 227 638 1 0 0 IBS 5 0 0 2 558 0 0 IKUD 0 0 0 6 178 0 0 ITKT 112 0 0 57 538 0 0 IKKL 0 0 0 9 0 0 IML 597 0 0 42 100 0 0 IPD 0 0 0 77 367 0 0 IGL 206 0 0 8 859 0 0 IKP 0 0 0 8 343 0 0 IPKT 0 0 0 0 0 0 IML 78 0 0 12 855 250 0 IMN 0 0 0 7 048 17 3 IKRT 3 391 626 39 361 15 093 8 502 490 ILNY 33 974 13 916 300 121 6 694 1 549 1 698 LGA 3 703 17 243 1 795 33 076 4 266 5 435 BKST 1 614 3 777 5 067 8 253 16 741 76 077 PHR 131 998 36 764 615 717 215 916 70 886 24 376 TRKM 20 064 3 631 50 253 258 003 83 162 16 055 LKJP 15 243 13 296 138 813 117 783 60 689 105 523 PTUM 0 0 0 0 0 0 JJLN 5 079 630 6 539 35 998 5 328 7 078 TOTAL 287 376 103 683 1 394 347 1 217 026 251 390 236 735 UPGJ 83 836 30 760 631 408 1 064 328 341 317 207 735 PJK+ IMPOR 336 956 139 587 1 629 076 5 055 865 1 457 434 1193 314 TOTAL 624 332 243 270 3 023 423 6 272 891 1 708 824 1430 049 NTLAIN 253 120 108 827 997 668 3 991 537 1 116 117 985 579

Page 195: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 1. Lanjutan (juta rupiah) SEKTOR PTUM JJLN TOTAL KONS RT PA LAIN TOTAL TPGN 0 5 286 4 827 522 624 960 803 762 5 631 284 TKBN 0 432 2 520 299 167 048 368 382 2 888 681 PTK 0 24 690 388 984 673 919 1020 313 1 409 297 KHTN 0 36 24 238 1 967 35 784 60 022 IKAN 0 27 260 873 708 523 813 603 141 1 476 849 TBNG 0 423 321 639 1 173 331 154 652 793 IBS 0 281 4 206 71 506 782 684 786 890 IKUD 0 3 731 173 099 48 879 1136 009 1 309 108 ITKT 0 35 765 133 865 456 427 815 341 949 206 IKKL 0 0 242 529 0 28 534 271 063 IML 0 1 790 109 557 270 551 613 930 723 487 IPD 0 27 132 198 193 2 731 106 3103 781 3 301 974 IGL 0 3 329 183 464 265 486 982 698 1 166 162 IKP 0 61 99 083 112 863 1616 890 1 715 973 IPKT 0 0 201 088 13 099 724 467 925 555 IML 0 2 477 145 695 946 114 2599 165 2 744 860 IMN 0 26 7 335 46 470 50 986 58 321 IKRT 0 10 240 153 968 113 299 180 319 334 287 ILNY 0 13 850 444 944 127 446 179 388 624 332 LGA 0 7 437 88 720 134 577 154 550 243 270 BKST 0 15 709 169 380 0 2854 043 3 023 423 PHR 0 141 174 3 600 414 2 306 739 2672 477 6 272 891 TRKM 0 17 121 891 955 700 416 816 869 1 708 824 LKJP 0 30 820 620 092 781 372 809 957 1 430 049 PTUM 0 0 0 0 1272 406 1 272 406 JJLN 0 16 486 98 284 744 527 1001 488 1 099 772 TOTAL 0 385 556 16 522 261 0 25558518 42080 779 UPGJ 1 211 815 544 662 0 0 0 0 PJK+IMPOR

1 272 406 714 216 25 558 518 0 2854 043 28412 561

TOTAL 1 272 406 1 099 772 42 080 779 0 28412561 70493 340 NT LAIN 60 591 169 554

Page 196: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 2. Tabel Input-Output Provinsi Lampung Tahun 2005 (juta rupiah) SEKTOR TPGN TKBN PTK KHTN IKAN TBNG TPGN 801 076 56 116 176 0 79 478 0 TKBN 0 206 979 3 334 0 0 0 PTK 33 055 9 729 2 164 0 439 0 KHTN 9 313 4 326 770 317 1 442 171 IKAN 0 0 0 0 309 502 0 TBNG 0 0 4 0 53 955 7 013 IBS 0 0 0 0 0 0 IKUD 0 0 428 0 0 0 ITKT 0 0 568 0 3 939 0 IKKL 0 0 207 0 540 0 IML 0 0 862 0 252 0 IPD 0 0 41 809 0 48 210 0 IGL 0 0 12 0 593 0 IKP 0 0 0 0 114 0 IPKT 0 0 435 103 0 91 485 0 IML 0 0 11 0 2 312 0 IMN 0 0 0 0 0 0 IKRT 14 607 16 094 4 004 33 9 554 506 ILNY 156 158 58 815 4 946 4 064 9 114 4 653 LGA 0 3 763 10 988 1 199 5 390 1 166 BKST 7 618 89 752 9 419 20 178 31 554 19 070 PHR 820 952 328 111 167 236 14 615 205 674 62 457 TRKM 153 228 135 447 37 981 22 051 22 665 50 935 LKJP 125 712 60 168 5 807 2 156 34 888 75 138 PTUM 0 0 0 0 0 0 JJLN 1 913 17 254 2 153 1 959 9 682 9 620 TOTAL 2 123 630 930 494 843 982 66 572 920 782 230 727 UPH GJ 1 635 503 1 097 888 451 075 32 364 549 896 382 076 SRPLS 6 091 656 3 263 667 1 437 189 97 112 1 472 737 972 396 PNYST 99 962 246 739 73 724 7 104 112 212 43 451 PJKTL+IMP 48 672 84 713 38 243 3 940 53 854 20 743 TOTAL 9 999 423 5623 502 2 844 213 207 092 3 109 481 1 649 393 EMPLOY 1 194 654 801 953 329 488 23 641 401 672 17 725

Page 197: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 2. Lanjutan (juta rupiah) SEKTOR IBS IKUD ITKT IKKL IML IPD TPGN 845 108 0 36 012 0 0 3045 343 TKBN 43 119 0 16 597 295 428 701 053 0 PTK 0 0 838 023 0 0 0 KHTN 0 359 17 68 15 1 IKAN 0 1 369 090 0 0 0 0 TBNG 194 6 774 0 283 22 0 IBS 1 623 0 0 0 0 0 IKUD 0 346 359 0 0 0 0 ITKT 327 28 219 762 0 774 0 IKKL 17 77 2 195 11 528 297 381 0 IML 2 936 345 27 515 0 2 114 0 IPD 0 0 0 0 0 13 586 IGL 16 001 0 420 544 0 0 0 IKP 0 0 0 0 0 0 IPKT 0 0 0 0 0 0 IML 925 3 636 13 984 0 8 0 IMN 0 0 0 0 0 0 IKRT 4 575 7 678 11 055 12 1 056 1 229 ILNY 838 2 052 1 794 33 286 55 LGA 907 3 727 7 588 876 344 889 BKST 0 5 155 907 193 551 17 PHR 121 248 463 347 525 255 54 980 121 395 80 481 TRKM 17 472 60 791 70 795 8 565 14 707 30 196 LKJP 5 033 26 270 13 664 1 522 1 524 4 381 PTUM 0 0 0 0 0 0 JJLN 1 739 5 177 6 692 1 766 434 91 TOTAL 1 062 062 2 300 866 2 212 399 3 75 254 1 141 664 3 176 270 UPH GJ 26 204 23 341 197 996 17 945 8 807 30 617 SRPLS 56 972 45 615 422 084 17 236 53 517 131 175 PNYST 3 773 5 948 30 735 2 975 3 981 9 682 PJK+IMPR 1 170 5 025 5 190 148 366 373 TOTAL 1 150 181 2 380 795 2 868 404 413 558 1 208 335 3 348 117 EMPLOY 8 088 7 204 61 113 5 539 2718 9 450

Page 198: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 2. Lanjutan (juta rupiah) SEKTOR IGL IKP IPKT IML IMN IKRT TPGN 0 17 547 962 453 2 001 727 1 400 0 TKBN 914 987 1 219 874 1 509 824 958 8 482 570 864 PTK 0 0 31 2 466 0 0 KHTN 0 0 0 16 0 0 IKAN 0 0 0 2 801 0 0 TBNG 11 482 0 0 551 0 1 282 IBS 0 0 0 0 0 0 IKUD 0 0 10 0 0 0 ITKT 0 0 165 13 441 270 0 IKKL 0 0 59 514 585 0 0 IML 0 49 19 908 48 752 0 0 IPD 0 0 3 408 20 184 0 0 IGL 44 063 0 99 47 937 11 886 0 IKP 0 89 013 0 0 595 0 IPKT 0 0 15 737 0 0 0 IML 0 104 11 852 123 751 105 0 IMN 0 0 0 0 607 0 IKRT 11 416 2 806 1 831 3 634 1 262 175 081 ILNY 19 098 291 496 1 122 527 1 216 LGA 2 328 658 1 745 3 565 409 3 440 BKST 11 212 0 60 1 194 66 573 PHR 161 840 311 746 170 335 383 888 13 548 94 611 TRKM 58 224 258 781 22 030 51 644 2 956 18 813 LKJP 39 822 2 125 1 228 9 531 3 570 6 879 PTUM 0 0 0 0 0 0 JJLN 6 956 844 111 1 857 4 423 6 471 TOTAL 1 281 427 1 903 837 1 272 522 3 543 603 50 107 879 230 UPH GJ 221 003 41 849 14 502 70 492 6 324 14 465 SRPLS 609 944 91 219 41 626 137 735 33 981 46 368 PNYST 28 614 15 221 13 325 20 630 3 146 5 643 PJK+IMPR 22 033 8 371 1 518 12 521 2 274 3 916 TOTAL 2 163 021 2 060 497 1 343 493 3 784 981 95 832 949 622 EMPLOY 68 214 12 917 4 476 21 758 1 952 4 465

Page 199: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 2. Lanjutan (juta rupiah) SEKTOR ILNY LGA BKST PHR TRKM LKJP TPGN 0 0 0 173 776 0 0 TKBN 11 096 0 0 148 878 0 0 PTK 205 0 0 375 848 0 0 KHTN 68 679 0 39 062 2 319 0 0 IKAN 27 0 0 322 068 0 0 TBNG 250 389 58 090 717 416 3 0 0 IBS 19 0 0 7 443 0 0 IKUD 0 0 0 21 706 0 0 ITKT 782 0 0 300 208 0 0 IKKL 0 0 0 26 0 0 IML 2 507 0 0 132 161 0 0 IPD 0 0 0 150 096 0 0 IGL 886 0 0 28 469 0 0 IKP 0 0 0 20 101 0 0 IPKT 0 0 0 0 0 0 IML 287 0 0 35 405 1 086 0 IMN 0 0 0 20 565 78 12 IKRT 17 837 3 179 149 645 59 349 52 726 2 679 ILNY 143 133 56 600 913 909 21 083 7 694 7 435 LGA 18 353 82 505 6 430 122 554 24 929 27 995 BKST 7 868 17 775 17 853 30 076 96 218 385 425 PHR 436 119 117 265 1470 387 533 309 276 132 83 701 TRKM 96 057 16 782 173 894 923 401 469 410 79 882 LKJP 60 166 50 665 396 027 347 552 282 429 432 871 PTUM 0 0 0 0 0 0 JJLN 25 600 3 066 23 823 135 645 31 663 37 077 TOTAL 1 140 010 405 927 3 908 446 3912 040 1 242 363 1 057 077 UPH GJ 150 429 53 284 1 085 390 1696 054 836 912 387 382 SRPLS 374 763 153 568 765 792 4261 232 1 824 385 1 606 606 PNYST 53 108 20 958 166 434 402 770 283 722 127 718 PJK+IMPOR 26 308 13 988 95 166 421 856 138 220 103 574 TOTAL 1 744 618 647 725 6 021 228 10 693 952 4 325 602 3 282 357 EMPLOY 46 431 4 122 113 354 474 850 145 505 10 305

Page 200: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 2. Lanjutan (juta rupiah) SEKTOR PTUM JJLN TOTAL KONS RT KONS PM TPGN 0 26 399 8 106 550 1 054 738 0 TKBN 0 1 628 4 968 786 207 358 1 151 PTK 0 77 233 1 339 192 969 929 0 KHTN 0 171 127 045 4 400 0 IKAN 0 96 734 2 100 223 784 076 0 TBNG 0 1 464 1 108 922 1 725 0 IBS 0 868 9 953 106 850 0 IKUD 0 13 918 382 421 97 126 0 ITKT 0 198 139 738 403 1 192 372 0 IKKL 0 0 372 070 0 0 IML 0 5 966 243 368 444 257 0 IPD 0 55 891 333 184 2 687 488 0 IGL 0 11 359 581 849 427 170 0 IKP 0 156 109 979 165 497 0 IPKT 0 0 542 324 15 782 0 IML 0 7 244 200 708 1 357 929 0 IMN 0 81 21 343 62 073 0 IKRT 0 42 755 594 601 223 068 24 412 ILNY 0 46 318 1 461 730 104 576 6 271 LGA 0 29 259 361 006 219 269 67 450 BKST 0 60 786 813 520 0 114 407 PHR 0 370 249 7 388 880 1 709 118 95 767 TRKM 0 65 064 2 861 770 917 265 124 229 LKJP 0 96 564 2 085 692 1 148 857 40 634 PTUM 0 0 0 0 3 740 115 JJLN 0 65 961 401 978 1 230 486 641 988 TOTAL 0 1 274 208 37 255 500 15 131 409 4 856 424 UPH GJ 3 562 014 775 762 13 369 574 0 0 SRPLS 0 184 414 24 192 991 0 0 PNYST 178 101 49 860 2 009 536 0 0 PJK+IMP 0 7 221 1 119 403 0 0 TOTAL 3 740 115 2 291 465 77 947 004 15 131 409 4 856 424 EMPLOY 150 445 199 921 4 121 960 0 0

Page 201: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 2. Lanjutan (juta rupiah) SEKTOR PTK MDL STOK EKSPOR TOTAL TPGN 0 358 188 479 948 9 999 423 TKBN 0 114 044 332 163 5 623 502 PTK 10 037 91 521 433 534 2 844 213 KHTN 0 1 535 74 112 207 092 IKAN 0 0 225 182 3 109 481 TBNG 0 228 538 518 1 649 393 IBS 0 43 285 990 093 1 150 181 IKUD 0 123 389 1 777 859 2 380 795 ITKT 0 52 371 885 258 2 868 404 IKKL 0 10 471 31 017 413 558 IML 0 26 288 494 422 1 208 335 IPD 0 51 827 275 618 3 348 117 IGL 0 46 500 1 107 502 2 163 021 IKP 0 70 357 1 714 664 2 060 497 IPKT 0 10 817 774 570 1 343 493 IML 0 10 874 2 215 470 3 784 981 IMN 0 723 11 693 95 832 IKRT 0 6 212 101 329 949 622 ILNY 44 240 7 288 120 513 1 744 618 LGA 0 0 0 647 725 BKST 5 093 301 0 0 6 021 228 PHR 295 333 0 1 204 854 10 693 952 TRKM 50 734 0 371 604 4 325 602 LKJP 0 0 7 174 3 282 357 PTUM 0 0 0 3 740 115 JJLN 0 0 17 013 2 291 465 TOTAL 5 493 645 1 025 918 14 184 110 77 947 006 UPH GJ 0 0 0 13 369 574 SRPLS 0 0 0 24 192 991 PNYST 0 0 0 2 009 536 PJK+IMPR 0 0 0 1 119 403 TOTAL 5 493 645 1 025 918 14 184 110 118 638 510 EMPLOY 0 0 0 4 121 960

Page 202: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 3. Kontribusi Output Sektor Ekonomi Provinsi Lampung Tahun 2000 dan 2005 No. Sektor Output

Tahun 2000 (juta)

Pangsa (%)

Output Tahun 2005 (juta)

Pangsa (%)

1 Pertanian Tanaman Pangan 5 631 284 13.382 9 609 824 12.3282 Tanaman Perkebunan 2 888 681 6.865 5 623 502 7.2153 Peternakan 1 409 297 3.349 2 844 213 3.6494 Kehutanan 60 022 0.143 207 092 0.2665 Perikanan 1 476 849 3.510 3 109 481 3.9896 Pertambangan dan

Penggalian 652 793 1.551 1 649 393 2.1167 Industri Buah dan Sayur 786 890 1.870 1 150 181 1.4768 Industri Pengolahan Ikan

dan Udang 1 309 108 3.111 2 380 795 3.0549 Industri Tapioka dan

Tepung Lain 949 206 2.256 2 868 404 3.68010 Industri Kopra/ Kelapa 271 063 0.644 413 558 0.53111 Industri Minyak/ Lemak 723 487 1.719 1 208 335 1.55012 Industri Padi 3 301 974 7.847 3 348 117 4.29513 Industri Gula 1 166 162 2.771 2 552 620 3.27514 Industri Kopi 1 715 973 4.078 2 060 497 2.64315 Industri Pakan Ternak 925 555 2.199 1 343 493 1.72416 Industri Makanan Lainnya 2 744 860 6.523 3 784 981 4.85617 Industri Minuman 58 321 0.139 95 832 0.12318 Industri Pengolahan Karet 334 287 0.794 949 622 1.21819 Industri Lainnya 624 332 1.484 1 744 618 2.23820 Listrik Gas dan Air Minum 243 270 0.578 647 725 0.83121 Bangunan/Konstruksi 3 023 423 7.185 6 021 228 7.72522 Perdagangan Hotel dan

Restoran 6 272 891 14.907 10 693 952 13.72023 Transportasi dan

Komunikasi 1 708 824 4.061 4 325 602 5.54924 Lembaga keuangan

persewaan dan jasa perusahaan 1 430 049 3.398 3 282 357 4.211

25 Pemerintahan Umum 1 272 406 3.024 3 740 115 4.79826 Jasa-jasa dan Lainnya 1 099 772 2.613 2 291 465 2.940

Jumlah 42 080 779 100 77 947 006 100

Page 203: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 4. Lokasi Pengembangan Klaster Industri Agro No. Jenis Klaster Lokasi

1 Industri Makanan dan Minuman

1.1 Industri Pengolahan Kakao dan Cokelat

Banten, Jabar, Jatim, Sulteng, Sultra, Sumut, Lampung

1.2 Industri Pengolahan Buah Sumut, Kep. Riau, Sumsel, Lampung, Jabar, Jatim

1.3 Industri Pengolahan Kelapa Riau, Jawa, Sulawesi 1.4 Industri Pengolahan Kopi Lampung, Sumut, Jatim, Sulsel 1.5 Industri Pengolahan Gula Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim 1.6 Industri Pengolahan

Tembakau Sumut, Jabar, Jateng, Jatim, NTB

2 Industri Pengolah Hasil Laut Jatim, Bali, NTT, Sulsel, Sulut, Maluku, Maluku Utara, Lampung, Papua, Sumut, Sulteng, Kaltim, Jateng

3 Industri Kelapa Sawit Sumut, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumsel, Jatim, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Papua

4 Industri Barang Kayu Sumatera, Jawa, Kalimantan 5 IKM Makanan Ringan NAD, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi,

Bengkulu, Lampung, Sumsel, DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulsel, Sulteng, Sultra, Sulut, Maluku, Papua

Sumber : Departemen Perindustrian, 2005.

Page 204: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 5. Kontribusi Industri Pengolahan dalam PDRB Propinsi Lampung Atas Dasar Harga yang Berlaku ( %)

Tahun No. Industri Pengolahan 2001 2002 2003 2004

2005

1. Minyak dan Gas Bumi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 a. Pengolangan Minyak Bumi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 b. Gas Alam Cair 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2. Non Minyak dan Gas Bumi 13.23 12.95 12.88 12.88 12.80a. Makanan, minuman dan

tembakau 12.27 11.86 11.72 11.66 11.73

b. Tekstil dan Kulit 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 c. Barang dari kayu dan hasil hutan 0.31 0.36 0.38 0.45 0.36 d. Kertas dan barang cetakan 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 e. Kimia dan barang dari karet 0.35 0.39 0.40 0.38 0.37

Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2005.

Page 205: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 6. Perkembangan Ekspor Industri di Provinsi Lampung Tahun 2001- 2005

(ton) No. Komoditas 2001 2002 2003 2004 2005A Hasil Pertanian 136 548 184 471 281 277 234 288 409 488

1 Kopi 51 879 84 337 125 078 124 067 230 8912 Udang Beku 37 373 63 240 103 270 80 785 128 9443 Rempah-rempah 37 602 28 191 37 144 23 103 23 0174 Biji Coklat 1 215 5 632 12 280 1 993 19 4265 Ikan dan Lainnya 2 807 1 215 241 721 2 2216 Damar dan getah

damar 295 304 624 297 -

7 Buah-buahan 156 84 427 1 188 2 0108 Hasil Pertanian

Lainnya 5 218 1 467 51 072 0 2 975

B Hasil Industri 245 812 326 135 368 612 393 430 586 2161 Kayu Olahan 10 670 13 587 25 769 19 853 12 3452 Besi/ baja 108 620 1 767 82 4193 Karet Alam Olahan 4 343 5 046 11 226 17 104 27 1464 Makanan Ternak 1 454 3 761 5 432 972 7 3205 Minyak Nabati 8 501 23 458 32 688 60 165 135 6786 Makanan Olahan 93 809 132 175 115 766 122 714 147 5347 Bahan Kimia 24 450 22 504 18 730 14 333 14 0878 Kaca/ barang dari

kaca 4 852 6 254 5 488 4 486 5 396

9 Kertas/ barang dari kertas

10 811 106 973 1 699 1 098 155 343

10 Industri Lainnya 86 811 11 754 160 439 - 80 942C Hasil Tambang 20 729 6 390 89 904 41 974 88 058

1 Batubara 5 572 21 031 27 387 41 575 87 6152 Hasil Tambang

Lainnya 818 101 - 442

Page 206: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 7. Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Provinsi Lampung Tahun 2001-2005 No. Indikator 2001 2002 2003 2004 2005

1. Pertumbuhan Ekonomi

3.59 5.62 5.76 5.07 4.02

2. Inflasi 12.94 10.32 5.44 5.22 21.17 3. PDRB Harga Konstan

2000 (Milyar Rp) 24 079.60 25 433. 27 26 898. 05 28 262. 28 29 397. 24

4. PDRB per Kapita (Rp)

4 274 064 4 218 733 4 647 890 5 098 641 5 748 422

5. Neraca Perdagangan Luar Negeri

a. Ekspor (Ribu US $)

388.8 531.7 739.8 669.7 1 083.8

b. Impor (Ribu US $) 892.0 1 154.0 951.3 1 338.6 3 473.8 6. Investasi

a. PMDN (Ribu Rp) 184 064 2 785 086.3 148 900 618 000 1 440 039 b. PMA (Ribu Rp) - 87 391 97 440 280 068 63 497

7. Suku Bunga Deposito Berjangka Bank Umum 1 Bulan (%)

17.88 14.33 9.65 13.50 14.00

Page 207: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 8. Peta Penyebaran Industri Provinsi Lampung

Page 208: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 9. Metode Pembaharuan Data Tahapan untuk meng-update atau memperbaharui Tabel Input-Output

Provinsi Lampung Tahun 2000 ke Tahun 2005 adalah:

1. Mencari data Total Input Antara, Total Input Primer, Total Output Antara, dan

Permintaan Akhir. Total Input merupakan penjumlahan Total Input dengan Total

Input Primer (Nilai Tambah). Total Output merupakan penjumlahan Total

Output Antara dan Total Permintaan Akhir (Final Demand).

2. Matriks Transaksi Antara (A) Tahun 2005 dibuat dengan meng-up date Matriks

Transaksi Antara (A) Tahun 2000 dengan metode RAS.

Seperti dijelaskan pada Bab III bahwa Tabel input-output umumnya terdiri

dari kuadran I, II dan III. Kuadran I tidak lain merupakan matriks input antara atau

disebut juga koefisien teknis (matriks A). Dua kuadran berikutnya berkaitan dengan

matriks permintaan akhir dan nilai tambah yang secara praktis lebih mudah disusun

dibanding matriks A, karena data/informasi yang tersedia seperti data pendapatan

nasional, matriks ekspor impor dan lain-lain sudah sangat membantu. Jika

pendekatan ketiga atau tidak langsung yang digunakan untuk memperbaiki matriks

A, maka kita mau tidak mau harus berhadapan dengan pendekatan matematis.

Metode RAS merupakan salah satu dari beberapa metode yang dapat dipakai

untuk memperbaharui data input-ouput, terutama koefisien teknis (matriks A). Hal

ini dilakukan karena metode ini dari segi metodologi cukup sederhana, banyak

dipakai, dan hasilnya cukup memuaskan.

Metode RAS pertama kali dikembangkan oleh Prof. Richard Stone dari

Cambridge University, Inggris. Metode ini secara intensif telah dimanfaatkan oleh

lembaga statistik untuk keperluan pembuatan tabel input-output up-dating. Secara

sederhana metode RAS merupakan suatu metode untuk memperkirakan matriks

koefisien input yang baru pada tahun t “A(t)” dengan menggunakan informasi

Page 209: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

koefisien input tahun dasar “A(0)”, total permintaan antara tahun t, dan total input

antara tahun t.

Secara matematis metode RAS dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Andaikan matriks koefisien input pada tahun dasar adalah A(0) = {a,j(0)}, i,,j

=1,2,...,n. Matriks koefisien input untuk tahun proyeksi t diperkirakan dengan

rumus A(t) = R A(0) S di mana R = matriks diagonal yang elemen-elemennya

menunjukkan pengaruh substitusi, dan S = matriks diagonal yang elemen-

elemennya menggambarkan pengaruh fabrikasi. Pengaruh substitusi

menunjukkan seberapa jauh suatu komoditi (baca menurut baris dalam tabel

input-output) dapat digantikan oleh komoditi lain dalam proses produksi.

Pengaruh fabrikasi menunjukkan seberapa jauh suatu sektor (baca menurut

kolom dalam tabel input-output) dapat menyerap input antara dari total input

yang tersedia.

2. Andaikan r, dan s, berturut-turut merupakan elemen matriks diagonal R dan S.

Misalkan pula Xij(O) adalah input antara sektor j yang berasal dari output sektor

i pada tahun dasar. Untuk menjaga konsistensi hasil estimasi r, dan Sj, perlu

ditambahkan dua persamaan pembatas seperti tertera di bawah ini.

∑=

==n

jijijj nibsxr

1........,2,1,)0(

∑=

==n

ijjijj niksxr

1........,2,1,)0(

dimana:

bi = jumlah permintaan antara sektor i pada tahun t

kj = jumlah input antara sektor j pada tahun t

Page 210: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Dengan dua persamaan pembatas tersebut diperoleh 2n persamaan dengan 2n

bilangan yang tidak diketahui (n buah n dan n buah Sj). Akan tetapi jika kita

perhatikan lebih jauh, sebenarnya hanya ada 2n-1 persamaan yang bebas, sedangkan

persamaan yang satunya bergantung dengan persamaan lainnya.

Page 211: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 10. Keterkaitan ke Belakang Sektor Agroindustri dengan Sektor Lain di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan 2005

Kaitan ke Belakang Tahun 2000

Kaitan ke Belakang Tahun 2005

No. Sektor

Langsung

Langsung dan Tak Langsung

Pering-kat

Langsung

Langsung dan Tak Langsung

Pering-kat

1. TPGN 0.1897 0.7241 25 0.3632 0.6923 23 2. TKBN 0.1556 0.7422 24 0.2830 0.6614 24 3. PTK 0.3934 0.8374 16 0.5075 0.8344 18 4. KHTN 0.3429 0.7763 21 0.5498 0.8173 20 5. IKAN 0.3335 0.8133 18 0.5064 0.7812 21 6. TBNG 0.1371 0.7694 22 0.2392 0.6410 25 7. IBS 1.1181 1.7842 9 1.1882 1.5792 9 8. IKUD 1.3103 2.1079 1 1.3817 1.6528 1 9. ITKT 1.1924 1.8705 8 1.2743 1.5834 7 10. IKKL 1.1731 1.7837 10 1.1668 1.5518 10 11. IML 1.2484 1.9871 2 1.2941 1.6158 4 12. IPD 1.1122 1.9210 4 1.1856 1.6224 2 13. IGL 1.6838 1.8792 6 1.5502 1.6132 5 14. IKP 1.0856 1.3193 11 1.2200 1.3191 11 15. IPKT 1.1785 1.9391 3 1.2428 1.6199 3 16. IMLN 1.1671 1.8895 5 1.2148 1.6011 6 17. IMN 0.6689 0.8202 17 0.8942 0.9783 16 18. IKRT 1.1628 1.8740 7 1.2001 1.5802 8 19. ILNY 0.8347 0.8952 15 1.0694 1.1175 12 20. LGA 0.9063 0.9365 14 1.0718 1.0912 13 21. BKST 0.9698 1.0422 13 1.1101 1.0901 14 22. PHR 0.4159 0.8011 19 0.6256 0.8503 17 23. TRKM 0.3046 0.7813 20 0.4912 0.7694 22 24. LKJP 0.3665 0.7561 23 0.5508 0.8236 19 25. PTUM 0.0000 0.4033 26 0.0000 0.4218 26 26. JJLN 0.7301 1.2735 12 0.9510 1.0598 15

Page 212: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 11. Keterkaitan ke Depan Sektor Agroindustri dengan Sektor Lain di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan 2005

Kaitan ke depan Tahun 2000

Kaitan ke depan Tahun 2005

No. Sektor

Langsung

Langsung dan Tak Langsung

Pering-kat

Langsung

Langsung dan Tak Langsung

Pering-kat

1. TPGN 1.4477 1.6265 2 1.2148 1.9032 2 2. TKBN 1.1849 1.6740 1 1.3341 1.9743 1 3. PTK 0.8509 1.1940 14 1.1054 1.0390 15 4. KHTN 0.8482 1.2461 11 1.4402 1.2907 10 5. IKAN 1.1638 1.5333 5 1.5856 1.1646 13 6. TBNG 0.7822 1.5155 6 1.5783 1.2150 12 7. IBS 0.2167 0.7837 21 0.2203 0.6941 21 8. IKUD 0.4371 0.8509 19 0.3771 0.8030 17 9. ITKT 0.4352 1.0530 16 0.6043 1.2396 11 10. IKKL 0.3395 0.6895 24 0.3458 0.6121 25 11. IML 0.4771 0.7344 22 0.4728 0.6265 23 12. IPD 0.1857 1.3058 10 0.6336 1.0911 14 13. IGL 0.8976 1.2102 12 1.0315 1.3087 8 14. IKP 0.1900 0.7303 23 0.1253 0.6241 24 15. IPKT 0.6584 1.1966 13 0.9476 1.0122 16 16. IMLN 0.5724 1.0143 18 0.1245 0.7933 18 17. IMN 0.3795 1.0390 17 0.5228 0.6608 22 18. IKRT 1.2106 1.4206 7 1.2484 1.7699 3 19. ILNY 1.1537 1.5547 4 1.1587 1.3669 7 20. LGA 1.1118 1.3820 9 1.2427 1.3084 9 21. BKST 0.1699 0.5007 25 0.3172 0.7507 20 22. PHR 0.9997 1.1718 15 1.2531 1.6220 4 23. TRKM 1.3111 1.5937 3 1.3203 1.5531 5 24. LKJP 1.3169 1.4053 8 1.3019 1.4917 6 25. PTUM 0.0000 0.4298 26 0.0000 0.3845 26 26. JJLN 0.2750 0.7885 20 0.4118 0.7825 19

Page 213: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 12. Pangsa Keterkaitan ke belakang Sektor Agroindustri di Provinsi Lampung Tahun 2005 (%)

No. SEKTOR IBS IKUD ITKT IKKL IML IPD IGL IKP IPKT IML IMN IKRT 1 Tanaman Pangan 35.592 2.521 3.792 0.472 0.419 43.980 0.358 0.921 33.900 26.207 1.566 0.418 2 Tanaman Perkebunan 2.639 0.765 4.570 34.607 32.379 0.301 25.240 28.532 2.572 11.222 9.298 31.771 3 Peternakan 0.54 0.60 14.13 0.52 0.47 0.40 0.39 0.53 0.57 0.58 0.74 0.46 4 Kehutanan 0.07 0.05 0.03 0.07 0.06 0.08 0.07 0.05 0.07 0.07 0.05 0.06 5 Perikanan 0.33 28.68 0.45 0.36 0.32 0.20 0.27 0.38 0.36 0.35 0.54 0.32 6 Pertambangan dan Penggalian 0.19 0.81 0.20 0.26 0.21 0.17 0.62 0.22 0.18 0.20 0.32 0.31 7 Industri Buah dan Sayur 43.98 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 8 Industri Ikan dan Udang 0.02 44.23 0.03 0.03 0.02 0.01 0.02 0.03 0.03 0.02 0.05 0.02 9 Industri Tapioka & Tepung Lain 0.31 0.46 46.73 0.34 0.32 0.18 0.26 0.35 0.33 0.46 0.77 0.31 10 Industri Kopra/ Kelapa 0.06 0.10 0.30 46.04 10.26 0.02 0.03 0.04 2.13 0.19 0.05 0.03 11 Industri Minyak/ Lemak 0.23 0.18 0.64 0.13 40.50 0.07 0.10 0.14 0.77 0.69 0.16 0.11 12 Industri Padi 0.15 0.64 0.40 0.16 0.14 44.28 0.12 0.17 0.27 0.38 0.25 0.14 13 Industri Gula 0.70 0.12 7.04 0.08 0.08 0.05 56.12 0.09 0.09 0.67 6.96 0.08 14 Industri Kopi 0.02 0.03 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 45.47 0.02 0.02 0.37 0.02 15 Industri Pakan Ternak 0.09 0.95 2.20 0.09 0.08 0.07 0.07 0.09 42.58 0.10 0.13 0.08 16 Industri Makanan Lainnya 0.07 0.15 0.30 0.04 0.03 0.02 0.03 0.04 0.43 44.44 0.11 0.03 17 Industri Minuman 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.02 0.02 0.02 53.70 0.02 18 Industri Pengolahan Karet 0.42 0.47 0.49 0.29 0.30 0.19 0.62 0.43 0.28 0.28 1.20 50.47 19 Industri Lainnya 0.79 0.40 0.41 0.63 0.58 0.83 1.08 0.58 0.74 0.73 0.83 0.67 20 Listrik, Gas dan Air Minum 0.21 0.36 0.43 0.32 0.22 0.13 0.25 0.27 0.25 0.22 0.55 0.40 21 Bangunan/Konstruksi 0.35 0.76 0.48 0.88 0.80 0.26 1.10 0.90 0.34 0.48 0.88 0.86 22 Perdagangan, Hotel &Restoran 9.01 12.43 12.24 9.61 8.60 5.57 7.20 10.41 9.96 8.67 11.14 8.28 23 Transportasi dan Komunikasi 2.50 3.00 3.29 3.13 2.67 1.89 3.33 8.38 2.62 2.47 3.86 2.98 24 Lembaga keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan 1.42 1.85 1.39 1.40 1.17 1.15 2.24 1.60 1.26 1.29 3.63 1.54 25 Pemerintahan Umum 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 26 Jasa-jasa dan Lainnya 0.26 0.42 0.38 0.50 0.33 0.13 0.44 0.35 0.21 0.23 2.86 0.62 TOTAL 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Page 214: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 13. Pangsa Keterkaitan ke Depan Sektor Agroindustri di Provinsi Lampung Tahun 2005 (%)

No. SEKTOR TPGN TKBN PTK KHTN IKAN TBNG IBS IKUD ITKT IKKL IML IPD IGL IKP 1 Industri Buah dan

Sayur 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 95.57 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.02 2 Industri Ikan dan

Udang 0.02 0.02 0.04 0.04 0.02 0.02 0.04 98.12 0.07 0.05 0.05 0.03 0.03 0.05 3 Industri Tapioka

& Tepung Lain 0.26 0.22 0.29 0.39 0.38 0.18 0.51 0.87 78.44 0.55 0.57 0.30 0.34 0.58 4 Industri Kopra/

Kelapa 0.03 0.02 0.60 0.04 0.16 0.02 0.11 0.19 0.51 74.75 18.47 0.04 0.04 0.07 5 Industri Minyak/

Lemak 0.13 0.10 0.36 0.16 0.18 0.07 0.47 0.43 1.33 0.25 88.97 0.15 0.15 0.28 6 Industri Padi 0.15 0.12 1.44 0.21 1.62 0.09 0.28 1.44 0.80 0.30 0.30 84.98 0.19 0.33 7 Industri Gula 0.06 0.05 0.07 0.09 0.10 0.04 1.13 0.22 11.67 0.13 0.13 0.07 72.48 0.14 8 Industri Kopi 0.02 0.02 0.02 0.03 0.02 0.01 0.04 0.06 0.05 0.04 0.04 0.02 0.02 98.35 9 Industri Pakan

Ternak 0.11 0.07 11.68 0.09 2.55 0.04 0.16 1.88 3.85 0.15 0.15 0.12 0.09 0.16 10 Industri Makanan

Lainnya 0.04 0.03 0.17 0.05 0.15 0.02 0.15 0.36 0.65 0.08 0.08 0.05 0.05 0.09 11 Industri Minuman 0.02 0.02 0.02 0.03 0.02 0.01 0.04 0.06 0.05 0.04 0.04 0.02 0.03 0.05 12 Industri

Pengolahan Karet 0.25 0.39 0.28 0.50 0.42 0.16 0.64 0.82 0.75 0.43 0.50 0.29 0.74 0.65

Page 215: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 13. Lanjutan

(%) No. SEKTOR IPKT IML IMN IKRT ILNY LGA BKST PHR TRKM LKJP PTUM JJLN TOTAL 1 Industri Buah dan Sayur 0.02 0.01 0.02 0.01 0.03 0.02 0.02 3.08 0.01 0.01 0.00 0.06 100 2 Industri Ikan dan

Udang 0.05 0.04 0.07 0.05 0.08 0.07 0.08 0.23 0.03 0.03 0.00 0.67 100 3 Industri Tapioka &

Tepung Lain 0.57 0.77 1.04 0.55 0.94 0.74 0.86 6.52 0.30 0.31 0.00 7.54 100 4 Industri Kopra/ Kelapa 3.69 0.32 0.06 0.06 0.12 0.08 0.10 0.29 0.03 0.03 0.00 0.18 100 5 Industri Minyak/ Lemak 1.62 1.42 0.26 0.24 0.53 0.35 0.42 1.26 0.12 0.11 0.00 0.64 100 6 Industri Padi 0.54 0.75 0.39 0.30 0.49 0.41 0.48 1.46 0.16 0.15 0.00 2.63 100 7 Industri Gula 0.15 1.11 9.26 0.13 0.26 0.18 0.21 0.62 0.07 0.07 0.00 1.55 100 8 Industri Kopi 0.04 0.04 0.65 0.04 0.06 0.05 0.06 7.21 0.02 0.02 0.00 0.05 100 9 Industri Pakan Ternak 75.95 0.18 0.18 0.15 0.22 0.19 0.22 5.67 0.07 0.07 0.00 1.01 100 10 Industri Makanan

Lainnya 0.94 95.49 0.20 0.08 0.14 0.11 0.13 0.38 0.07 0.04 0.00 0.46 100 11 Industri Minuman 0.05 0.04 98.94 0.04 0.06 0.06 0.07 0.21 0.02 0.02 0.00 0.05 100 12 Industri Pengolahan

Karet 0.44 0.43 1.49 81.55 1.31 0.93 2.52 0.74 1.29 0.51 0.00 1.97 100

Page 216: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 14. Daya Sebar dan Derajat Kepekaan Sektor Ekonomi di Provinsi Lampung Tahun 2005 Sektor Daya Penyebaran Derajat Kepekaan Tanaman Pangan 0.9928 0.7938 Tanaman Perkebunan 0.8023 0.6774 Peternakan 1.0341 0.8583 Kehutanan 0.8945 0.7186 Perikanan 0.7469 0.9018 Pertambangan dan Penggalian

0.8571 0.7821

Industri Buah dan Sayur 1.4986 1.4416 Industri Ikan dan Udang 1.1823 1.4239 Industri Tapioka & Tepung Lain

0.8772 1.1096

Industri Kopra/ Kelapa 1.4916 0.7821 Industri Minyak/ Lemak 1.2405 1.0773 Industri Padi 1.8016 1.2389 Industri Gula 1.3460 1.0905 Industri Kopi 1.2430 1.4323 Industri Pakan Ternak 1.4288 0.8827 Industri Makanan Lainnya 1.1326 1.4108 Industri Minuman 0.7124 1.0090 Industri Pengolahan Karet 1.2654 0.8389 Industri Lainnya 0.8288 0.7576 Listrik, Gas dan Air Minum

0.7320 0.7911

Bangunan/Konstruksi 0.8694 1.1596 Perdagangan, Hotel &Restoran

0.5233 0.7365

Transportasi dan Komunikasi

0.8882 0.7335

Lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

1.0083 0.7649

Pemerintahan Umum 0.0000 1.4637 Jasa-jasa dan Lainnya 0.8117 1.1235

Page 217: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 15. Pengganda Output Sektor Ekonomi di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan 2005

No. Sektor Pengganda Tahun 2000

Peringkat Pengganda Tahun 2005

Peringkat

1. TPGN 1.5301 26 1.8764 262. TKBN 1.5684 25 1.8807 253. PTK 1.7695 15 2.1832 184. KHTN 1.6403 22 2.2085 175. IKAN 1.7185 19 2.1408 206. TBNG 1.6257 23 1.9173 237. IBS 2.3625 8 2.8607 98. IKUD 2.7686 1 3.2984 19. ITKT 2.3939 7 2.9948 410. IKKL 1.7288 18 1.9146 2411. IML 1.7380 16 2.0989 2212. IPD 2.3501 9 2.8207 1013. IGL 1.8578 14 2.4548 1314. IKP 2.4571 6 2.9336 715. IPKT 2.4903 4 2.9523 616. IMLN 2.4661 5 2.9206 817. IMN 1.7332 17 2.4002 1518. IKRT 2.5196 3 3.0585 319. ILNY 1.8916 13 2.7079 1220. LGA 1.9789 11 2.7107 1121. BKST 2.2023 10 2.9751 522. PHR 1.6928 20 2.2755 1623. TRKM 1.6509 21 2.1642 1924. LKJP 1.5976 24 2.1107 2125. PTUM 1.9652 12 2.4495 1426. JJLN 2.6909 2 3.2753 2

Page 218: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 16. Pengganda Pendapatan Rumah Tangga Sektor Ekonomi di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan 2005

No. Sektor Pengganda Tahun 2000

Peringkat Pengganda Tahun 2005

Peringkat

1. TPGN 1.0920 23 1.3065 232. TKBN 1.0732 24 1.2213 243. PTK 1.1966 19 1.4319 194. KHTN 1.2230 18 1.5977 175. IKAN 1.1571 20 1.4151 216. TBNG 1.0546 25 1.1561 257. IBS 3.4430 8 9.9603 68. IKUD 9.8197 1 20.7939 19. ITKT 4.0219 7 7.6987 810. IKKL 2.7136 10 5.0786 1111. IML 2.7271 9 6.0044 912. IPD 6.4481 3 5.3231 1013. IGL 1.5350 14 8.4118 714. IKP 4.7591 5 12.1358 515. IPKT 6.5972 2 20.5521 216. IMLN 4.4004 6 12.3682 417. IMN 1.7450 11 3.0947 1218. IKRT 6.0017 4 15.7328 319. ILNY 1.6716 12 2.9688 1320. LGA 1.6686 13 2.9279 1421. BKST 1.4204 15 1.9110 1522. PHR 1.2469 17 1.5836 1823. TRKM 1.1506 21 1.3860 2224. LKJP 1.2717 16 1.7539 1625. PTUM 1.0000 26 1.0000 2626. JJLN 1.1488 22 1.4290 20

Page 219: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 17. Pengganda Kesempatan Kerja Sektor Ekonomi di Provinsi Lampung Tahun 2000 dan 2005 No. Sektor Pengganda

2000 Peringkat Pengganda

2005 Peringkat

1. TPGN 1.1631 22 1.1731 242. TKBN 1.0126 25 1.1028 253. PTK 1.1878 21 1.2898 214. KHTN 1.0346 24 1.1741 235. IKAN 1.1619 23 1.2617 226. TBNG 1.5653 18 1.6693 187. IBS 16.1178 7 18.2218 88. IKUD 39.2294 1 44.4494 19. ITKT 14.8172 8 25.2196 410. IKKL 9.7087 11 10.6087 1111. IML 10.0656 9 11.1682 912. IPD 22.0238 4 22.2228 613. IGL 21.2912 5 23.4915 514. IKP 9.7634 10 10.8540 1015. IPKT 30.9823 2 32.9436 216. IMLN 20.8743 6 20.9656 717. IMN 2.4587 16 3.6307 1418. IKRT 25.5432 3 28.5534 319. ILNY 2.6826 15 2.5826 1620. LGA 6.1013 12 6.1114 1221. BKST 3.0995 14 3.0990 1522. PHR 1.5862 17 1.7862 1723. TRKM 1.3742 20 1.4742 2024. LKJP 4.6536 13 5.6536 1325. PTUM 1.0000 26 1.0000 2626. JJLN 1.5153 19 1.6155 19

Page 220: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 18. Rekapitulasi Peringkat Keterkaitan dan Pengganda Sektor Ekonomi Tahun 2000 Sektor Peringkat

Keterkaitan Ke Belakang

Peringkat Keterkaitan Ke Depan

Peringkat Pengganda Output

Peringkat Pengganda Pend. RT

Peringkat Pengganda Kesempatan Kerja

Total Nilai

Pering-kat

TPGN 25 2 26 23 22 98 24 TKBN 24 1 25 24 25 99 25 PTK 16 14 15 19 21 85 18 KHTN 21 11 22 18 24 96 23 IKAN 18 5 19 20 23 85 19 TBNG 22 6 23 25 18 94 22 IBS 8 21 8 8 7 52 8 IKUD 1 19 1 1 1 23 1 ITKT 7 16 7 7 8 45 6 IKKL 9 24 18 10 11 72 13 IML 11 22 16 9 9 67 12 IPD 3 10 9 3 4 29 4 IGL 5 12 14 14 5 50 7 IKP 10 23 6 5 10 54 9 IPKT 2 13 4 2 2 23 2 IMLN 4 18 5 6 6 39 5 IMN 17 17 17 11 16 78 16 IKRT 6 7 3 4 3 23 3 ILNY 15 4 13 12 15 59 10 LGA 14 9 11 13 12 59 11 BKST 13 25 10 15 14 77 15 PHR 19 15 20 17 17 88 21 TRKM 20 3 21 21 20 85 20 LKJP 23 8 24 16 13 84 17 PTUM 26 26 12 26 26 116 26 JJLN 12 20 2 22 19 75 14

Page 221: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 19. Rekapitulasi Peringkat Keterkaitan dan Pengganda Sektor Ekonomi Tahun 2005 Sektor Peringkat

Keterkaitan Ke Belakang

Peringkat Keterkaitan Ke Depan

Peringkat Pengganda Output

Peringkat Pengganda Pend. RT

Peringkat Pengganda Kesempatan Kerja

Total Nilai

Pering-kat

TPGN 23 2 26 23 24 98 23 TKBN 24 1 25 24 25 99 24 PTK 18 16 18 19 21 91 21 KHTN 20 10 17 17 23 87 19 IKAN 21 13 20 21 22 97 22 TBNG 25 12 23 25 18 103 25 IBS 7 21 9 6 8 52 8 IKUD 1 15 1 1 1 19 1 ITKT 6 11 4 8 4 33 4 IKKL 9 25 24 11 11 80 18 IML 11 23 22 9 9 74 14 IPD 4 14 10 10 6 44 7 IGL 3 8 13 7 5 36 5 IKP 10 24 7 5 10 56 9 IPKT 2 17 6 2 2 29 3 IMLN 5 18 8 4 7 42 6 IMN 16 22 15 12 14 79 17 IKRT 8 3 3 3 3 20 2 ILNY 12 7 12 13 16 60 11 LGA 13 9 11 14 12 59 10 BKST 14 20 5 15 15 69 12 PHR 17 4 16 18 17 72 13 TRKM 22 5 19 22 20 88 20 LKJP 19 6 21 16 13 75 15 PTUM 26 26 14 26 26 118 26 JJLN 15 19 2 20 19 75 16

Page 222: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 20. PDRB Sektor Agroindustri Provinsi Lampung Tahun 2000 (jutaan rupiah) Industri LB TGM LS LTM LT LU WK TB BL MT Total Industri Buah dan Sayur

404 644 20 578 840 128 421 0 19730 0 0 0 170 618

Industri Ikan Daging & Udang

0 644 94 660 0 4 086 0 0 175 844 3 118 0 278 352

Industri Tapioka & Tepung Lain

1 615 902 0 75 617 163 445 52 146 11 274 50 241 31 175 0 386 416

Industri Kopra/ Kelapa

4 038 0 16 463 5 041 0 0 0 0 37 411 0 62 952

Industri Minyak/ Lemak

1 615 2 577 8 231 0 0 0 0 0 68 586 0 81 009

Industri Padi 4 576 47 671 2 058 8 402 46 699 20 858 0 31 401 0 906 162 570 Industri Gula 269 1 933 1 235 504 239 330 99 077 0 263 765 0 0 606 114 Industri Kopi 4 307 15 461 41 157 0 0 0 0 0 124 702 0 185 626 Industri Pakan Ternak

673 0 6 174 4 201 11 675 0 0 0 180 818 109 203 648

Industri Makanan Lainnya

6 191 45 094 102 892 47 051 11 675 33 895 0 31 401 37 411 10 142 325 751

Industri Minuman 1 346 6 442 0 0 0 0 0 0 18 705 1 811 28 304 Industri Pengolahan Karet

0 773 82 313 1 344 17 512 44 324 5 637 12 560 43 646 0 208 110

Jumlah 25 034 122 141 375 761 143 000 622 842 250 301 36 642 565 212 545 570 12 967 2 699 470 Keterangan : LB = Kabupaten Lampung Barat LU = Kabupaten Lampung Utara TGM = Kabupaten Tanggamus WK = Kabupaten Way Kanan LS = Kabupaten Lampung Selatan TB = Kabupaten Tulang Bawang LTM = Kabupaten Lampung Timur BL = Kabupaten Bandar Lampung LT = Kabupaten Lampung Tengah MT = Kota Metro

Page 223: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 21. PDRB Sektor Agroindustri Provinsi Lampung Tahun 2005 (jutaan rupiah) Sektor Agroindustri

LB TGM LS LTM LT LU WK TB BL MT TOTAL

Industri Buah dan Sayur

478 1 066 31 987 1 556 179 555 0 41 984 0 0 0 256 626

Industri Ikan Daging & Udang

0 1 066 147 140 0 5 713 0 0 487 741 4 783 0 646 442

Industri Tapioka & Tepung Lain

1 911 1 493 0 140 045 228 524 90 707 23 991 92 903 47 826 0 627 400

Industri Kopra/ Kelapa

4 778 0 25 589 9 336 0 0 0 0 57 391 0 97 094

Industri Minyak/ Lemak

1 911 4 265 12 795 0 0 0 0 0 105 217 0 124 188

Industri Padi 5 415 78 909 3 199 15 561 65 293 34 555 0 58 064 0 1 157 262 152 Industri Gula 319 3 199 1 919 934 334 624 164 137 0 487 741 0 0 992 872 Industri Kopi 5 096 25 592 63 974 0 0 0 0 0 191 303 0 285 965 Industri Pakan Ternak

796 0 9 596 7 780 16 323 0 0 0 277 389 139 312 024

Industri Makanan Lainnya

7 326 74 644 95 961 87 139 16 323 56 152 0 58 064 57 391 12 962 465 961

Industri Minuman 1 593 10 663 0 0 0 0 0 0 28 695 2 315 43 266 Industri Pengolahan Karet

0 1 280 179 126 2 490 24 485 69 110 11 996 23 226 66 956 0 378 668

Jumlah 29 621 202 177 571 285 264 840 870 839 414 662 77 971 1 207 738 836 951 16 572 4 492 658 Keterangan : LB = Kabupaten Lampung Barat LU = Kabupaten Lampung Utara TGM = Kabupaten Tanggamus WK = Kabupaten Way Kanan LS = Kabupaten Lampung Selatan TB = Kabupaten Tulang Bawang LTM = Kabupaten Lampung Timur BL = Kabupaten Bandar Lampung LT = Kabupaten Lampung Tengah MT = Kota Metro

Page 224: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 22. Nilai LQ Sektor Agroindustri Kabupaten/ Kota di Provinsi Lampung Tahun 2000 INDUSTRI LB(LQ) TGM(LQ) LS(LQ) LTM(LQ) LT(LQ) LU(LQ) WK(LQ) TB(LQ) BL(LQ) MT(LQ)

1 IBS 0.255189 0.083448 0.86647 0.09296 3.262216 0 8.519403 0 0 0 2 IKUD 0 0.05115 2.443101 0 0.063624 0 0 3.01717 0.055417 0 3 ITKT 0.450704 0.051584 0 3.694082 1.833231 1.4554 2.149513 0.62097 0.399195 0 4 IKKL 6.916336 0 1.878698 1.511679 0 0 0 0 2.940431 0 5 IML 2.149868 0.703016 0.729966 0 0 0 0 2.95E-06 4.189172 0 6 IPD 3.035317 6.480843 0.090936 0.975615 1.244984 1.383748 0 0.922498 0 1.159565 7 IGL 0.04789 0.070471 0.014634 0.015701 1.71137 1.762937 0 2.07841 0 0 8 IKP 2.501935 1.840822 1.592825 0 0 0 0 0 3.323999 0 9 IPKT 0.356332 0 0.21778 0.389411 0.248464 0 0 0 4.393267 0.11108

10 IMLN 2.049453 3.059517 2.269146 2.726601 0.155331 1.122187 0 0.460384 0.568246 6.48139 11 IMN 5.127584 5.030225 0 0 0 0 0 0 3.269934 13.32026 12 IKRT 0 0.082097 2.841483 0.12194 0.364706 2.297013 1.995595 0.288253 1.03771 0

Page 225: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 23. Nilai LQ Sektor Agroindustri Kabupaten/ Kota di Provinsi Lampung Tahun 2005 INDUSTRI LB(LQ) TGM(LQ) LS(LQ) LTM(LQ) LT(LQ) LU(LQ) WK(LQ) TB(LQ) BL(LQ) MT(LQ)

1 IBS 0.2823651 0.092335 0.98021 0.102859217 3.609616 0 9.426652 0 0 0 2 IKUD 0 0.036655 1.78999 0 0.045594 0 0 2.806659 0.039713 0 3 ITKT 0.4619843 0.052875 0 3.786534278 1.879112 1.566416 2.20331 0.550827 0.409186 0 4 IKKL 7.4630797 0 2.07261 1.631178399 0 0 0 0 3.172875 0 5 IML 2.3339562 0.763214 0.81022 0 0 0 0 1.5E-06 4.54788 0 6 IPD 3.1326804 6.688727 0.09596 1.006909778 1.284919 1.428134 0 0.823923 0 1.19676 7 IGL 0.0486549 0.071597 0.0152 0.015951504 1.738719 1.79111 0 1.827367 0 0 8 IKP 2.7028861 1.988674 1.7593 0 0 0 0 0 3.590977 0 9 IPKT 0.3870548 0 0.24186 0.42298591 0.269886 0 0 0 4.772055 0.120657

10 IMLN 2.3845081 3.559702 1.61955 3.172359447 0.180726 1.305648 0 0.463544 0.661146 7.541 11 IMN 5.5827055 5.476705 0 0 0 0 0 0 3.560171 14.50256 12 IKRT 0 0.075091 3.72007 0.111533418 0.333581 1.977395 1.825287 0.228161 0.949149 0

Page 226: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 24. Peta Rencana Sistem Pelayanan Perkotaan Provinsi Lampung Sumber : Bappeda Provinsi Lampung, 2006

Page 227: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 25. Direktori Industri Sedang dan Besar Provinsi Lampung Tahun 2005 1. Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging Ikan, Buah-Buahan, Sayuran

No Kode Nama Perusahaan Jenis Produksi Utama Tenaga Kerja Alamat

1 IKUD-LT PT. Great Giant Pineapple Coy (GGPC)

Nanas Kemasan 5576 Terbanggi Besar KM 7 Lampung Tengah

2 IKUD-LT PT. Tris Delta Agrindo Nenas Kaleng 150 Jl. Raya Trans Sumatera KM. 55-56 Lampung Tengah 3 IML-BL PT. Tunas Baru Lampung Minyak Goreng (KLP) 154 Jl. Yos Sudarso No.29 Panjang Bandar Lampung 35244 4 IML-LT PTPN VII (Persero)

BEKRI Minyak Sawit 863 Sinar Banten, Gn Sugih Lampung Tengah

5 IKUD-TB PT. Dipasena Citra Darmaja Udang Beku 10211 Desa Bumi Dipasena, Tulang Bawang 6 IKUD-LS PT. Keong Nusantara

Abadi Bekicot Olahan 1860 Desa Bumi Sari RK II Lampung Selatan

7 IML-BL CV. Sinar Laut Minyak Goreng (SWT) 93 Jl. Sukarno Hatta Km.6, Bandar Lampung 8 IKUD-TB PT. Central Pertiwi Bahari Udang Beku 2648 Adiwarna, Tulang Bawang 9 IBS-WK PT. Kencana Acilindo

Perkasa Nanas Kaleng 101 Pakuan Ratu, Way Kanan

10 IML-BL PT. Tunas Baru Lampung Miyak Goreng (SWT) 112 Jl. Yos Sudarso 29 Panjang Bandar Lampung

Page 228: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 25. Lanjutan 2. Industri Penggilingan Padi-Padian, Tepung dan Makanan Ternak

No Kode Nama Perusahaan Jenis Produksi Utama

Tenaga Kerja Alamat

1 ITKT-BL CV. Setia Utama Jagung Pipil (Sortasi) 55 Jl.Ir. Sutami Km. 14 No.22, Bandar Lampung 2 ITKT-

LTM PT. Inti Sumber Agung Lancar Tepung Tapioka 36 Desa Sumber Agung Lampung Timur 34181

3 IKP-BL Tri Panca Grup Kopi Biji (Sortasi) 252 Jl. Yos Sudarso No 41 Ketapang Bandar Lampung 35241 4 IKP-BL PT. Abdina Jaya Kopi Biji (Sortasi) 23 Jl. Ir. Sutami Km 4.5 Bandar Lampung 35241 5 ITKT-LT Tapioka Karya Kencana Tepung Tapioka 27 Desa Rantau Jaya Baru, Lampung Tengah 34157 6 ITKT-TB PT. Budi Acid Jaya Tepung Tapioka 392 Desa Penumangan Tulang Bawang 34593 7 IKP-BL CV. Antara Saudara Kopi Biji (Sortasi) 204 Jl. Soekarno Hatta No.3, Bandar Lampung 35241 8 IKP-BL PT. Sungai Budi Kopi Biji (Sortasi) 29 Jl. Yos Sudarso No. 29, Bandar Lampung 35241 9 ITKT-LT PT. Eka Inti Tapioka Murni Tepung Tapioka 54 Setia Bumi 7. Lampung Tengah 34156

10 ITKT-LTM

PT. Eka Inti Tapioka Tepung Tapioka 87 Ds I Sukaraja Nuban, Lampung Timur 34156

11 ITKT-LT PT. Eka Inti Tapioka Tepung Tapioka 41 Bumi Nabung Timur, Lampung Tengah 34157 12 ITKT-LT Tapioka Serba Jaya Tepung Tapioka 87 Dusun Gaya Baru II, Lampung Tengah 13 IMLN-BL CV. Mustika Kencana Coklat (Sortasi) 34 Jl. Kgs.Anang No.23, Bandar Lampung 35241 14 IKP-BL PT. Aneka Sumber Kencana Kopi Biji (Sortasi) 150 Jl. Ian Koki No.5,Bandar Lampung 15 ITKT-LT PT. Budi Acid Jaya Tepung Tapioka 300 Jl. Trans Sumatra Km.223, Lampung Utara 34564 16 IKP-BL PT. Aman Jaya Perdana Lada Hitam & Kopi

(Sortasi) 300 Jl.Ir. Sutami Km. 7 Bandar Lampung 35121

18 IKKL-BL PT. Sari Segar Husuda Tepung kelapa 600 JL. Raya Bakauhuni Km.16 Lampung Selatan 35453 19 ITKT-TB PT. Wira Kencana Adiperdana Tepung Tapioka 111 Jl. Raya Unit II Banjar Agung,Tulang Bawang 34596 20 ITKT-TB Bumi Sakti Perdana Laujaya Tepung Tapioka 23 Desa Sukajaya, Tulang Bawang 34593

Page 229: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 25. Lanjutan

No Kode Nama Perusahaan Jenis Produksi Utama

Tenaga Kerja

Alamat

21 ITKT-TB PT. Budi Acid Jaya Tepung Tapioka 236 Desa Kibang Yekti Unit VI, Tulang Bawang 34596 22 IPKT-BL PT. Sierad Produce, Tbk Pakan Ternak 222 Jl.Ir.Sutami Km.12, Lampung Selatan 35361 23 ITKT-LT PT. Budi Acid Jaya Tepung Tapioka 456 Desa Gunung Batin Udik, lampung Tengah 34163 24 ITKT-LU PT. Budi Acid Jaya Tepung Tapioka 399 Desa Gedung Ketapang,Lampung Utara 34554

25 IKP-BL PT. Istana Lampung Jaya Megah Sortasi Lada 27 Jl.M. Salim No. 26 Way Lunik, Bandar lampung

26 ITKT-TB PT. Bumi Jaya Murni Tepung Tapioka 27 Desa Jaya Murni, Tulang Bawang 34593 27 ITKT-WK Gunung Sugih Agung Tepung Tapioka 25 Serupa indah, Way Kanan 28 ITKT-TB PT. Teguh Wibawa Bhakti Tepung Tapioka 138 Desa Banjar Agung, Tulang Bawang 29 ITKT-TB PT. Budi Acid Jaya Tepung Tapioka 483 Desa Bujuk Agung, Tulang Bawang 30 ITKT-LT Tapioka Sangga Buana Tepung Tapioka 39 Desa Sangga Buana, Lampung Tengah 34156 31 ITKT-TB PT. Sinar Pematang Mulia Tepung Tapioka 111 Desa Rejomulyo, Tulang Bawang 32 ITKT-LT CV. Sinar Bintang Tepung Tapioka 67 Desa Bumi Raharjo, Lampung Tengah 34161 33 ITKT-LT Tapioka Bangun Tepung Tapioka 50 Desa Buyut Ilir, Lampung Tengah 34161 35 ITKT-LT PT. Budi Acid Jaya Tepung Tapioka 384 Desa Terbanggi Besar, Lampung Tengah 34163 36 ITKT-LT Tapioka Gunung Intan Tepung Tapioka 37 Desa Rukti Basuki, Lampung tengah 34157 37 ITKT-LT PT. Budi Acid Jaya Tepung Tapioka 439 Desa Buyut Ilir, Lampung Tengah 34161 38 ITKT-LT Tapioka Gayatri Tepung Tapioka 29 Ds. IV Reno Basuki Lampung Teangah 39 ITKT-LT Tapioka Sidokerto Tepung Tapioka 43 Desa Sidokerto, Lampung Tengah 34161 40 ITKT-BL Sagu Aren Nasional Tepung Sagu 84 Jl. Imam Bonjol Gg. Ruyung, No.10 Bandar lampung 35145 41 ITKT-LT Tapioka Bangun Tepung Tapioka 27 Desa Gaya Baru I, Lampung Tengah 34158 42 ITKT-LT Tapioka Gaya Baru III Tepung Tapioka 23 Dsn. Gaya Baru III, Lampung tengah 34158 43 IKP-BL CV. Maja Raya Kopi Biji (Sortasi) 20 Jl. Kgs.Hi.Anang No.36, Bandar Lampung 44 ITKT-LT PT. Budi Sanwa Starch Sagu Halus 126 Ds. Buyut Ilir,Lampung Tengah 34161 45 ITKT-LU Lpmd Tapioka 154 Jl. Raya Trans Sumatra Km.19, Simpang Perungung, Lampng

Utara 34501

Page 230: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 25. Lanjutan

No Kode Nama Perusahaan Jenis Produksi Utama Tenaga Kerja

Alamat

46 IKP-BL PT. Lembah Gunung Kopi Biji (Sortasi) 20 JL. Soekarno Hatta No.12, Bandar Lampung 35241 47 IPD-LTM Beras Sri Rejeki Beras 24 Persil 2 Desa Raman Aji, Lampung Timur 34154 48 ITKT-LT Pabrik Sagu Gaya Baru IV Sagu kasar 29 Desa Gaya Baru IV, Lampung Tengah 34158 49 IPD-TG Beras Kurnia Jaya Beras 23 Desa Margodadi, Tanggamus 35373 50 IKP-BL CV. Bali Kencana Kopi Biji (Sortasi) 25 Jl. Yos Sudarso No.275 Bumi Waras, Bandar Lamping

35226 51 ITKT-LT Tapioka Santosa/Bumi Nabung Tepung Tapioka 25 Ds. Bumi Nabung Ilir, Lampung Tengah 34157 52 IPD-LT Beras Jaya Makmur Beras 21 Desa Bangun Rejo, Lampung Tengah 34161 53 IPKT-BL PT. Sinar Mutiara Agro Kencana Jagung Pipil (Sortasi) 64 Jl.Ir.Sutami No.36, Bandar Lampung 54 ITKT-LTM PT. Budi Acid Jaya Tepung Tapioka 300 Ds. Labuhan Ratu, Lampung Timur 34196 55 ITKT-LT Tapioka Siswo Bangun XVI Tepung Tapioka 39 Desa Siswo Bangun, Lampung Tengah 34156 56 IPKT-BL PT. Vistagrain Corporation Pakan Ternak 112 Jl. Yos Sudarso No.257, Bandar Lampung 35227 57 IPKT-BL PT. Jaka Utama Kratfutter Pakan Ternak 20 Jl. Raya Kalianda Km.12, Bandar Lampung 35241 58 IPD-LT Beras Bubur Jaya/Atun Beras 23 Desa untoro Dusun II, Lampung Tengah 59 IKP-LS PT. Indra Brothers Kopi Biji (Sortasi) 182 JL. Raya Bakauhuni Km.16 Lampung Selatan 35453 60 IPKT-BL PT. Japfa Kompeed Indonesia Pakan Ternak 147 Jl. Raya Ir. Sutami Km.18, 2 Lampung Selatan 61 IPKT-BL PT. Sentra Profeed Intermitra Pakan Ternak 71 Jl. Soekarno Hatta Km.8,5 Bandar Lampung 35121

62 IPKT-BL PT. Sumber Mustika Pengeringan Jagung (Sortasi) 53 Jl. Ir. Sutami, Bandar Lampung 35241

63 IPD-LT Beras Maju Jaya Beras 26 Trimurjo No.10 Lk 3, Lampung Tengah 34172 64 ITKT-LT PT. Budi Acid Jaya Tepung Tapioka 320 Desa Gunung Agung Km 87. Lampung Tengah 34163 65 IPKT-BL PT. Indonesian Peleting CO. Ltd Pakan Sapi 38 Jl. Ir. Sutami Km 18,2 Lampung Selatan 35361

Page 231: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 25. Lanjutan

No Kode Nama Perusahaan Jenis Produksi Utama

Tenaga Kerja

Alamat

67 IKP-BL PT. Putra Bali Adyamulya Kopi Biji (Sortasi) 41 Jl Jend Gatot Subroto No 79 Bandar Lampung 35226 68 ITKT-LTM Aci Way Raman Tepung Tapioka 24 Desa Raman Endra, Lampung Timur 34154 69 ITKT-LTM CV. Sukabumi Tepung Tapioka 33 Jl. Batang Hari, Lampung Timur 34191 70 ITKT-LT PT. Wiratapioka Mandiri Tepung Tapioka 106 Rumbia Lampung Tengah 71 ITKT-LTM PT. Umas Jaya Agro Tama Tepung Tapioka 212 Jl. Raya Panjang-Sribahwono Km 36, Lampung Timur 72 IPD-TG Rukun Beras 23 Kp. Waluyojati, Tanggamus 73 ITKT-TB PT. Bumi Tapioka Jaya Tapioka 80 Ds. Karta, Tulang Bawang 74 ITKT-LTM Wirakencana Adiperdana Industri Tapioka 103 Kedaton Buring, Lampung Timur 75 ITKT-TB Pa.Menggala " C " Tapioka 32 Desa Suka Jaya, Tulang Bawang

3. Industri Makanan Lainnya

No Kode Nama Perusahaan Jenis Produksi Utama

Tenaga Kerja

Alamat

1 IMN-LTM PT. Indomiwon Citra Inti Micin 638 Gunung Pasir. Jaya, Lampung Timur 2 IMLN-LT PT.Vewong Budi Indonesia Penyedap Masakan 364 Jl. Raya Gunung Sugih Kota Gajah, Lampung tengah 486122 3 IMLN-TG Sinar Mustika Jaya Kerupuk (Chiki) 149 Jl. Baru Kodomoro, Tanggamus 35373 4 IGL-TB PT. Indo Lampung Perkasa Gula Putih 4765 Jl. Lintas Timur Km. 108 Tulang Bawang 5 IMLN-LS Bihun Sumber Alam Bihun 20 Desa Suka Raja Lampung Selatan 35371 6 IMLN-LS CV. Pelita Jaya Kerupuk Chiki 56 Candi Mas, Lampung Selatan 7 IMLN-LT Suhun Komsrudin Ali Suhun 32 Desa Gunung Sugih Pasar, Lampung Tengah 34161

Page 232: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 25. Lanjutan

No Kode Nama Perusahaan Jenis Produksi Utama

Tenaga Kerja

Alamat

8 IMLN-MT Bihun Mudah Harapan Bihun 20 Jl. Tiram No. 3 15 A, Metro 34111 9 IMLN-LS Roti Mitra Agung, UD Roti 38 Desa Candi Mas, Lampung Selatan 35362

10 IMLN-LS Roti Maju Jaya Roti 51 Sukarame, Lampung Selatan 35362 11 IMLN-LS PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Mie Instan 205 Jl.Ir. Sutami Km 15, Tanjung Bintang, Lampung Selatan 12 IMLN-BL Keripik Pisang Suseno Keripik Pisang 20 Jl. Hayam Wuruk, Bandar Lampung 35211 13 IMLN-MT Roti Agogo Roti 125 Jl. Imam Bonjol No. 35, Metro 34113 14 IMLN-MT Roti Ak.100 Roti 63 Jl. Sere 21 C, Metro 34112 15 IMLN-MT Roti Sagon Monas Roti 23 Jl. Imam Bonjol No. 56/57 Metro 47927 16 IKP-BL PT. Nestle Beverages Indonesia Coffe Instan 224 Jl. Raya Kalianda Km. 12 Bandar Lampung 35241 17 IKP-BL PT. Elyana & Co Kopi Biji (Sortasi) 50 Jl. Prof. Dr.Ir.Sutami Km.7 Bandar Lampung 35241 18 IMLN-TG Kue Ratimin Roti 50 Ds.Pringkumpul, Pringsewu No. 1340, Tanggamus 35373 19 IMLN-LS Sinar Surya Keriupuk 30 Desa Bumi Sari, Lampung Selatan, 20 IMLN-TG Roti Semanis Madu Roti 20 Jl.Kh.Dewantoro No.68, Pringsewo, Tanggamus 35373 21 IMLN-LS PT. Air Jadi Es Balok 29 Jl Raya Natar Km 16 Po Box 77, Lampung Selatan 35362 22 IMLN-MT PT. Metro Abadi Makmur Es Balok 31 Jl. Imam Bonjol Banjar Km. 68, Metro 34117 23 IMLN-LT PT. Iglo Mekar Es Balok 20 Jalan Negara Km.68, Lampung Tengah 34163 24 IGL-LT PT. Gunung Madu Plantations Gula Pasir 569 Km 90 Ds Gunung Batin Baru Lamping Tengah 34163 25 IMLN-

LTM PT. Air Kuala Es Balok 31 Desa Tulung Patik Lampung Timur 34199

26 IMLN-LS PT. Air Kali Urang Es Balok 31 Jl. Raya Trans Sumatra, Lampung Selatan 35551

27 IGL-LU PTPN. VII ( P ) Bunga Mayang Gula Pasir 1495 Desa Negara Tulang Bawang Tungkai Selatan Po Box 125, Lampung Utara 34554

28 IMLN-LT PT. Batu Salju Bening Es Balok 20 Jl. Raya Punggur, Lampung Tengah 34152 29 IGL-LT PT. Gula Putih Mataram Gula Pasir 4018 Desa Mataram Udik, Lampung Tengah 34164 30 IMLN-LS Kecap Kawan Setia Kecap 35 Desa Negri Sakit, Lampung Selatan

Page 233: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 25. Lanjutan

No Kode Nama Perusahaan Jenis Produksi Utama

Tenaga Kerja

Alamat

31 IGL-TB PT. Sweet Indo Lampung Gula Pasir 368 Desa Astra Kesetra, Tulang Bawang 32 IMLN-BL Cv. Jaya Raya Abadi Kecap (Kg) 26 Jl. Pagar Alam No. 181 Bandar Lampung

33 IMLN-BL Permen Timur Jaya Permen 22 Jl. Merauke No. 84 Teluk Betung selatan, Bandar Lampung 35226

34 IMLN-BL PD. Andalas Mekar Sentosa Keripik Pisang 52 Jl. Imam Bonjol Gg.Kelana No. 24 Bandar Lampung 35154

35 IMLN-LT PT. Budi British Bahan Pangan Glukosa Dari Tapioka 98 Desa Gunung Batik Udik, Lampung Tengah 34163

36 IMLN-LS Cv. L. Brana Kerupuk 25 Candi Mas I No. 314 Km.25, Lampung Selatan 35362 37 IMLN-LS Kerupuk Sinar Palembang Kerupuk 58 Batu Ceper Km. 27, Lampung Selatan 35362 38 IMLN-LT Kerupuk Dua Saudara Kerupuk 40 Desa Seputih Jaya, Lampung Tengah 34161 39 IMLN-LS PD. Mitra Perkasa Kerupuk Chiki 56 Desa Candi Mas, Lampung Selatan 40 IMLN-LS Kerupuk Sinar Pagi Kerupuk 20 Desa Candi Mas, Lampung Selatan 41 IMLN-LU Pilus Cap Dua Anak Kerupuk (Pilus) 23 Jl.A Akuan Gg. Cempaka No. 414, Lampung Utara 34511 42 IMLN-LU Kerupuk Pada Suka Kerupuk 23 Jl. Cemara No. 65, Lampung Utara 34511 43 IMLN-MT Roti Mawar Roti 202 Jl. Jendral Sudirman No. 193, Metro 44 IMLN-LS Kerupuk Bintang Tiga Kerupuk (Chiki) 55 Desa Candi Mas, Lampung Selatan 35362 45 IMLN-LS Chiki Jempol Jaya Kerupuk (Chiki) 62 Desa Tanjung Sari, Lampung Selatan 46 IMLN-LS Kerupuk Rubi Makmur Sakti Kerupuk (Chiki) 20 Desa Bumisari, Lampung Selatan, 47 IMLN-LS Chiki Bumi Jaya Kerupuk (Chiki) 86 Desa Bumi Sari, Lampung Selatan,

Page 234: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 25. Lanjutan 4. Industri Minuman No Kode Nama Perusahaan Jenis Produksi Utama Tenaga

Kerja Alamat

1 IMN-BL PT. Tirta Investama Air Mineral (Aqua) 126 Jl.Kh.A. Dahlan No. 202, Bandar Lampung 35211 2 IMN-BL Umum Sumatra Limun 30 Jl. Selat Malaka I No. 12, Bandar Lampung 3 IMN-BL PT. Sari Segar Husada Minuman Sari Kelap 30 Jl.Kh. Agus Anang No. 31, Bandar Lampung 4 IMN-BL PT. Multilamindo Abadi Lestari Air Mineral (Amila) 28 Jl. Pagar Alam Gg. Landak, Bandar Lampung

5 IMN-TG PD. Sarialam Marisa Limun 25 Jl. Melati Ii No. 25 Pringimbo Pringsewu, Tanggamus 35373

6 IMN-BL Limun Metro Limun 25 Jl. Lembang No.1 Bandar Lampung 7 IMN-BL PT. Coca Cola Panjava Bottling Co Minuman Ringan 207 Jl. Raya Sri Bowono Km. 13,5 Lampung Selatan 35361 8 IMN-TG Limun Metro Jaya "Cap Panda" Limun 22 Jl.Kh.Gholib, Pringsewu, Tanggamus 35373 9 IMN-BL PT. Tri Jaya Tirta Darma Ari Minum Kemasan 112 Jl. Saleh Raja Kasuma Yudi, Bandar Lampung

5. Industri Karet dan Bahan dari Karet No Kode Nama Perusahaan Jenis Produksi Utama Tenaga

Kerja Alamat

1 IKRT-WK PTPN.VII (P) Tulang Buyut Karet Remah (SIR) 667 Desa Kali Papan, Way Kanan 2 IKRT-LS PTPN.VII (P) Kedaton

(Way Galih) Karet Remah (SIR) 170 Desa Way Galih, Tromol Poe No. 70, Lampung Selatan

35361 3 IKRT-LS PTPN.VII (P) Way Berlulu Karet Remah (SIR) 750 Desa Kebagusan Gd. Tataan, Lampung Selatan 4 IKRT-BL PT. Garuntang Karet Remah (SIR) 227 Jl. Udang No. 279 Bumi Waras, Bandar Lampung 5 IKRT-BL PT. Way Kandis Karet Remah (SIR) 129 Jl.Hi.Komarudin No. 9, Bandar Lampung 35144 6 IKRT-LU PT. Nakau Pengolahan Karet (RSS) 410 Ds Candi Mas, Po Box 102 Kotabumi, Lampung Utara 7 IKRT-BL PT. Gunung Putra Surya Vulkanishir Ban 72 Jl.Hm. Salim No. 52a, Bandar Lampung 8 IKRT-TB PD. Sinar Jaya Karet Remah (SIR) 64 Desa Penumangan Baru, Tulang Bawang 9 IKRT-LS PTPN.VII (P) Kebun Rejosari Karet Remah (SIR) 288 Jl. Raya No. 71 A (Pewa, Kebon Rejo sari) 10 IKRT-TB PT. Humah Indah Mekar Karet Asap 143 Desa Panumargah Tulang Bawang 34543

Page 235: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 26. Tingkat Pendidikan Pekerja Sektor Agroindustri di Provinsi Lampung Tahun 1997

No Kode Industri

Jumlah Perusa-

haan (buah)

Jumlah Pekerja (jiwa)

TT SD

(jiwa)

SD (jiwa)

SMP (jiwa)

SMA (jiwa)

D3/SM (jiwa)

S1 (jiwa)

S2 (jiwa)

S3 (jiwa)

1. Ind. Buah & Sayur 4 2 748 15 226 397 1 868 101 140 1 0 2. Ind. Pengolahan Ikan

dan Udang 3 11 260 138 727 2 723 5 885 996 597 68 1 3 Industri Minyak dan

Lemak 4 1 338 2 812 184 314 11 15 0 0 4. Industri Padi 9 389 24 106 75 166 6 7 1 0 5. Ind. Kopra/ Kelapa 58 1 404 27 536 318 486 21 12 1 0 6. Ind. Gula 4 4 453 0 427 678 2 935 213 199 1 0 7. Ind. Tapioka &

Tepung 43 3 700 455 1 104 920 974 74 36 0 0

8. Ind. Kopi 12 973 19 279 151 470 22 29 1 0 9. Ind. Peng. Mkn

Lainnya 41 2 065 56 717 483 717 11 15 0 0

10. Ind. Pakan Ternak 7 697 58 196 72 169 2 9 0 0 11. Ind. Minuman 10 748 14 112 141 437 18 0 0 0 12. Industri Karet 12 4 100 162 2 484 749 563 10 42 0 0 Total 147 33 508 1 461 9 472 9 465 19 322 1 724 1 379 77 1 Persentase 3.358 21.771 21.755 44.410 3.962 3.170 0.177 0.002

Page 236: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 27. Hasil Estimasi Model dan Statistik t Tabel IBS Industri Buah dan Sayur Intercept KPT BBK UTK ENG PLK PUB koef -20.2814 0.0264 0.5744 0.2858 0.1293 0.024 4.522Sb 8.93453 0.01195 0.1094 0.1387 0.068 0.0112 1.4494Thit -2.27 2.21 5.25 2.06 1.9 2.15 3.12Kpts 1 %

N N Y N N N Y

Kpts 5 %

Y Y Y Y Y Y Y

Kpts 10 %

Y Y Y Y Y Y Y

IKUD Industri Pengolahan Ikan dan Udang Intercept KPT BBK UTK ENG PLK PUB koef -29.8748 0.2866 0.7815 -0.024 -0.1489 0.0496 7.1304Sb 10.2918 0.176 0.1223 0.0134 0.0902 0.0212 2.2144Thit -2.9 2.63 4.75 -1.81 -1.65 2.34 3.22Kpts 1 %

N Y N N N Y

Kpts 5 %

Y Y Y N Y Y

Kpts 10 %

Y Y Y Y Y Y

ITKT Industri Tapioka dan Tepung Lain Intercept KPT BBK UTK ENG PLK PUB koef 22.2933 0.0415 0.5903 0.2923 0.1275 0.096 4.201Sb 11.20266 0.01781 0.124274 0.1372 0.0817 0.0478 1.0912Thit 1.99 2.33 4.75 2.13 1.56 2.01 3.85Kpts 1 %

N N Y N N N Y

Kpts 5 %

Y Y Y Y N Y Y

Kpts 10 %

Y Y Y Y Y Y Y

Lampiran 27. Lanjutan

Page 237: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

IKKL Industri Kopra/ Kelapa Intercept KPT BBK UTK ENG PLK PUB koef 35.9702 -0.0472 0.2911 0.3863 0.1044 -0.084 -7.670Sb 13.7291 0.0254 0.0558 0.1961 0.0746 0.0457 0.6039Thit 2.62 -1.86 5.22 1.97 1.4 -1.83 -12.7Kpts 1 %

N N Y N N N N

Kpts 5 %

Y Y Y N N Y Y

Kpts 10 %

Y Y Y Y Y Y Y

IML Industri Minyak/ Lemak Intercept KPT BBK UTK ENG PLK PUB koef -13.5935 0.016 0.4112 0.0323 0.0922 0.0573 3.1878Sb 7.347838 0.00751 0.107 0.0141 0.0452 0.0318 1.5626Thit -1.85 2.13 6.64 2.29 2.04 1.8 2.04Kpts 1 %

N Y N N N N

Kpts 5 %

Y Y Y Y Y Y

Kpts 10 %

Y Y Y Y Y Y

IPD Industri Padi Intercept KPT BBK UTK ENG PLK PUB koef -20.5896 -0.2296 0.614 0.0629 -0.165 1.742 4.6547Sb 11.19 0.12084 0.15049 0.0446 0.0876 0.9416 1.6332Thit -1.84 -1.9 4.08 1.41 -1.88 1.85 2.85Kpts 1 %

N N Y N N N N

Kpts 5 %

Y Y Y N Y Y Y

Kpts 10 %

Y Y Y Y Y Y Y

Page 238: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 27. Lanjutan IGL Industri Gula Intercept KPT BBK UTK ENG PLK PUB koef -231.471 -0.7332 -1.1695 1.4841 1.4748 2.163 60.418Sb 110.5295 0.312 0.71311 -0.613 0.7972 1.1692 18.999Thit -2.09 -2.35 -1.64 -2.42 1.85 1.85 3.18Kpts 1 %

N N N N N N Y

Kpts 5 %

Y Y N Y N N Y

Kpts 10 %

Y Y Y Y Y Y Y

IKP Industri Kopi Intercept KPT BBK UTK ENG PLK PUB koef -1.5964 -0.0178 0.3262 0.6219 0.0275 0.6677 1.916Sb 0.7787 0.0093 0.1623 0.3173 0.0126 0.3649 0.9438Thit -2.05 -1.92 2.01 1.96 2.19 1.83 2.03Kpts 1 %

N N N N N N N

Kpts 5 %

Y Y Y Y Y Y Y

Kpts 10 %

Y Y Y Y Y Y Y

IPKT Industri Pakan Ternak Intercept KPT BBK UTK ENG PLK PUB koef 1.9654 -0.0802 0.5267 0.57 0.0501 -0.271 0.2217Sb 0.704444 0.04774 0.1593 0.2549 0.0202 0.1419 0.0729Thit 2.79 -1.68 3.31 2.24 2.48 -1.91 3.04Kpts 1 %

N N Y N N N N

Kpts 5 %

Y N Y Y Y Y Y

Kpts 10 %

Y Y Y Y Y Y Y

Page 239: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 27. Lanjutan IMLN Industri Makanan Lainnya Intercept KPT BBK UTK ENG PLK PUB koef -12.0682 -0.0996 0.9245 -0.121 -0.0136 0.199 3.7155Sb 4.388436 0.04116 0.201856 0.0738 0.0061 0.1301 1.2426Thit -2.75 -2.42 4.58 -1.64 -2.22 1.53 2.99Kpts 1 %

N N Y N N N Y

Kpts 5 %

Y Y Y Y Y N Y

Kpts 10 %

Y Y Y Y Y Y Y

IMN Industri Minuman Intercept KPT BBK UTK ENG PLK PUB koef 42.891 0.0105 0.2874 0.3966 0.0541 0.0658 -8.534Sb 19.4571 0.00438 0.154516 0.1638 0.2953 0.0323 3.8269Thit 2.2 2.4 1.86 2.42 1.88 2.04 -2.23Kpts 1 %

N N N N N N N

Kpts 5 %

Y Y N Y Y Y Y

Kpts 10 %

Y Y Y Y Y Y Y

IKRT Industri Pengolahan Karet Intercept KPT BBK UTK ENG PLK PUB koef 29.3402 -0.092 -0.00285 0.2382 0.73 -0.048 4.212Sb 7.3692 0.0431 0.001939 0.1498 0.0862 0.0262 1.381Thit 3.98 -2.13 -1.47 1.59 8.47 -1.83 3.05Kpts 1 %

Y N N N Y N N

Kpts 5 %

Y Y N N Y Y Y

Kpts 10 %

Y Y Y Y Y Y Y

Page 240: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 27. Lanjutan FUNGSI GABUNGAN KPT BBK UTK ENG PLK PUB AGL koef 0.0226 0.75102 0.13241 0.05274 0.02185 0.06357 0.14668Sb 0.01102 0.02876 0.03828 0.02054 0.00916 0.03045 0.06835Thit 2.04988 26.1059 3.45853 2.56739 2.38415 2.08768 2.14576Kpts 1 %

N Y Y N N N N

Kpts 5 %

Y Y Y Y Y Y Y

Kpts 10 %

Y Y Y Y Y Y Y

Keterangan : Taraf nyata t tabel 1 % =3.10; 5 % =1.796; 10 % =1.363 Y = hasil pengujian nyata (tolak H0) N = hasil pengujian tidak nyata (terima H0) KPT = Kapital BBK = Bahan Baku UTK = Upah Tenaga Kerja ENG = Energi PLK = Penghematan Lokasi PUB = Penghematan Urbanisasi AGL = Aglomerasi

Page 241: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 28. Alternatif Kebijakan Ekonomi Tunggal di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Output Sektoral Tahun 2005

(%) DAMPAK TERHADAP OUTPUT SEKTORAL

PENGELUARAN PEMERINTAH INVESTASI EKSPOR No. SEKTOR P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10

1 Tanaman Pangan 16.671 17.777 4.198 6.010 16.671 18.559 4.198 14.549 18.559 4.198 2 Tanaman Perkebunan 10.545 9.132 26.492 3.005 10.545 8.280 26.492 11.164 8.280 26.492 3 Peternakan 3.017 3.146 1.561 2.225 3.017 3.138 1.561 2.516 3.138 1.561 4 Kehutanan 0.070 0.070 0.069 0.490 0.070 0.070 0.069 0.068 0.070 0.069 5 Perikanan 3.906 4.154 1.098 1.618 3.906 4.147 1.098 5.443 4.147 1.098 6 Pertambangan dan Penggalian 0.366 0.372 0.301 5.175 0.366 0.369 0.301 0.395 0.369 0.301 7 Industri Buah dan Sayur 1.895 2.055 0.084 0.122 1.895 2.052 0.084 3.307 2.052 0.084 8 Industri Ikan dan Udang 4.494 4.882 0.115 0.168 4.494 4.875 0.115 6.877 4.875 0.115 9 Industri Tapioka & Tepung Lain 6.279 6.712 1.388 1.996 6.279 6.687 1.388 4.532 6.687 1.388 10 Industri Kopra/ Kelapa 1.447 0.311 14.265 0.201 1.447 0.504 14.265 0.828 0.504 14.265 11 Industri Minyak/ Lemak 2.556 0.669 23.848 0.711 2.556 0.675 23.848 2.277 0.675 23.848 12 Industri Padi 7.551 8.029 2.156 3.104 7.551 7.999 2.156 3.191 7.999 2.156 13 Industri Gula 4.907 5.270 0.814 0.835 4.907 5.204 0.814 3.877 5.204 0.814 14 Industri Kopi 3.530 3.829 0.156 0.209 3.530 3.824 0.156 5.970 3.824 0.156 15 Industri Pakan Ternak 2.731 2.948 0.286 0.409 2.731 7.163 0.286 3.110 7.163 0.286 16 Industri Makanan Lainnya 7.268 7.818 1.060 1.518 7.268 3.530 1.060 8.560 3.530 1.060 17 Industri Minuman 0.217 0.065 1.926 0.095 0.217 0.065 1.926 0.104 0.065 1.926 18 Industri Pengolahan Karet 2.427 2.591 0.573 1.713 2.427 2.588 0.573 2.212 2.588 0.573 19 Industri Lainnya 0.809 0.813 0.757 6.237 0.809 0.814 0.757 0.784 0.814 0.757 20 Listrik, Gas dan Air Minum 0.492 0.493 0.482 0.743 0.492 0.494 0.482 0.499 0.494 0.482

Page 242: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 28. Lanjutan.

(%) DAMPAK TERHADAP OUTPUT SEKTORAL

PENGELUARAN PEMERINTAH INVESTASI EKSPOR No. SEKTOR P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10

21 Bangunan/Konstruksi 0.755 0.740 0.929 34.852 0.755 0.725 0.929 0.790 0.725 0.929 22 Perdagangan, Hotel &Restoran 10.290 10.316 10.002 15.730 10.290 10.437 10.002 10.783 10.437 10.002 23 Transportasi dan Komunikasi 3.953 3.983 3.617 5.040 3.953 3.992 3.617 4.298 3.992 3.617 24 Lembaga keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan 2.563 2.573 2.444 5.863 2.563 2.563 2.444 2.599 2.563 2.444

25 Pemerintahan Umum 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 26 Jasa-jasa dan Lainnya 1.262 1.252 1.378 1.931 1.262 1.244 1.378 1.266 1.244 1.378 Total Dampak 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Persentase Perubahan dari nilai dasar (Rp 77 947 008 juta) 5.465 5.636 5.450 5.561 4.121 4.251 4.115 9.870 10.039 9.719

Page 243: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 29. Alternatif Kebijakan Ekonomi Tunggal di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Pendapatan Rumah Tangga Tahun 2005

(%)

DAMPAK TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PENGELUARAN PEMERINTAH INVESTASI EKSPOR No. SEKTOR P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10

1 Tanaman Pangan 25.054 26.708 6.328 6.334 25.054 28.043 6.328 21.954 28.043 6.328 2 Tanaman Perkebunan 18.916 16.377 47.665 3.780 18.916 14.934 47.665 20.108 14.934 47.665 3 Peternakan 4.397 4.584 2.281 2.273 4.397 4.597 2.281 3.682 4.597 2.281 4 Kehutanan 0.100 0.100 0.100 0.494 0.100 0.101 0.100 0.099 0.101 0.100 5 Perikanan 6.346 6.748 1.790 1.844 6.346 6.775 1.790 8.880 6.775 1.790 6 Pertambangan dan Penggalian 0.779 0.791 0.642 7.724 0.779 0.790 0.642 0.844 0.790 0.642 7 Industri Buah dan Sayur 0.397 0.430 0.018 0.018 0.397 0.432 0.018 0.695 0.432 0.018 8 Industri Peng. Ikan & Udang 0.405 0.440 0.010 0.011 0.405 0.442 0.010 0.622 0.442 0.010 9 Industri Tapioka dan Tepung

Lain 3.982 4.256 0.883 0.888 3.982 4.264 0.883 2.886 4.264 0.883 10 Industri Kopra/ Kelapa 0.577 0.124 5.705 0.056 0.577 0.202 5.705 0.332 0.202 5.705 11 Industri Minyak/ Lemak 0.171 0.045 1.602 0.033 0.171 0.045 1.602 0.153 0.045 1.602 12 Industri Padi 0.634 0.674 0.182 0.183 0.634 0.676 0.182 0.269 0.676 0.182 13 Industri Gula 4.607 4.946 0.766 0.550 4.607 4.912 0.766 3.655 4.912 0.766 14 Industri Kopi 0.659 0.714 0.029 0.027 0.659 0.717 0.029 1.119 0.717 0.029 15 Industri Pakan Ternak 0.271 0.292 0.028 0.028 0.271 0.714 0.028 0.310 0.714 0.028 16 Industri Makanan Lainnya 1.244 1.337 0.182 0.182 1.244 0.607 0.182 1.471 0.607 0.182 17 Industri Minuman 0.131 0.039 1.171 0.040 0.131 0.040 1.171 0.063 0.040 1.171 18 Industri Pengolahan Karet 0.340 0.363 0.080 0.168 0.340 0.364 0.080 0.311 0.364 0.080 19 Industri Lainnya 0.641 0.644 0.602 3.465 0.641 0.648 0.602 0.624 0.648 0.602 20 Listrik, Gas dan Air Minum 0.372 0.372 0.365 0.394 0.372 0.376 0.365 0.379 0.376 0.365

Page 244: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 29. Lanjutan.

(%) DAMPAK TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA

PENGELUARAN PEMERINTAH INVESTASI EKSPOR No. SEKTOR P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10

21 Bangunan/Konstruksi 1.251 1.225 1.543 40.479 1.251 1.207 1.543 1.315 1.207 1.543 22 Perdagangan, Hotel & Restoran 14.995 15.028 14.619 16.075 14.995 15.292 14.619 15.778 15.292 14.619 23 Transportasi dan Komunikasi 7.028 7.079 6.449 6.283 7.028 7.136 6.449 7.671 7.136 6.449 24 Lembaga keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan 2.779 2.789 2.658 4.459 2.779 2.795 2.658 2.830 2.795 2.658 25 Pemerintahan Umum 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 26 Jasa-jasa dan Lainnya 3.925 3.892 4.300 4.213 3.925 3.891 4.300 3.953 3.891 4.300 Total Dampak 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Persentase Perubahan dari nilai dasar (Rp 15 131 408 juta) 3.064 3.056 3.151 4.446 2.310 2.295 2.376 5.511 5.611 5.420

Page 245: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 30. Alternatif Kebijakan Ekonomi Tunggal di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Kesempatan Kerja Tahun 2005

(%)

DAMPAK TERHADAP KESEMPATAN KERJA Pengeluaran Pemerintah Investasi Ekspor No. SEKTOR

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 1 Tanaman Pangan 35.829 8.793 8.793 19.347 35.829 40.240 8.793 31.516 40.240 8.793 2 Tanaman Perkebunan 27.051 66.225 66.225 11.547 27.051 21.430 66.225 28.866 21.430 66.225 3 Peternakan 6.288 3.170 3.170 6.944 6.288 6.596 3.170 5.285 6.596 3.170 4 Kehutanan 0.143 0.139 0.139 1.508 0.143 0.144 0.139 0.141 0.144 0.139 5 Perikanan 9.075 2.487 2.487 5.633 9.075 9.721 2.487 12.748 9.721 2.487 6 Pertambangan dan Penggalian 0.071 0.057 0.057 1.498 0.071 0.072 0.057 0.077 0.072 0.057 7 Industri Buah dan Sayur 0.240 0.010 0.010 0.023 0.240 0.262 0.010 0.422 0.262 0.010 8 Industri Ikan dan Udang 0.245 0.006 0.006 0.014 0.245 0.268 0.006 0.377 0.268 0.006 9 Industri Tapioka & Tepung Lain 2.406 0.518 0.518 1.146 2.406 2.586 0.518 1.750 2.586 0.518 10 Industri Kopra/ Kelapa 0.349 3.349 3.349 0.073 0.349 0.123 3.349 0.201 0.123 3.349 11 Industri Minyak/ Lemak 0.103 0.940 0.940 0.043 0.103 0.028 0.940 0.093 0.028 0.940 12 Industri Padi 0.383 0.107 0.107 0.236 0.383 0.410 0.107 0.163 0.410 0.107 13 Industri Gula 2.784 0.450 0.450 0.710 2.784 2.979 0.450 2.217 2.979 0.450 14 Industri Kopi 0.398 0.017 0.017 0.035 0.398 0.435 0.017 0.679 0.435 0.017 15 Industri Pakan Ternak 0.164 0.017 0.017 0.037 0.164 0.433 0.017 0.188 0.433 0.017 16 Industri Makanan Lainnya 0.752 0.107 0.107 0.235 0.752 0.368 0.107 0.892 0.368 0.107 17 Industri Minuman 0.079 0.688 0.688 0.052 0.079 0.024 0.688 0.038 0.024 0.688 18 Industri Pengolahan Karet 0.205 0.047 0.047 0.217 0.205 0.221 0.047 0.189 0.221 0.047 19 Industri Lainnya 0.387 0.353 0.353 4.472 0.387 0.393 0.353 0.378 0.393 0.353 20 Listrik, Gas dan Air Minum 0.056 0.054 0.054 0.127 0.056 0.057 0.054 0.058 0.057 0.054

Page 246: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 30. Lanjutan.

(%)

DAMPAK TERHADAP KESEMPATAN KERJA PENGELUARAN PEMERINTAH INVESTASI EKSPOR No. SEKTOR

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 21 Bangunan/Konstruksi 0.256 0.306 0.306 17.679 0.256 0.248 0.306 0.270 0.248 0.306 22 Perdagangan, Hotel &Restoran 8.219 7.785 7.785 18.820 8.219 8.411 7.785 8.682 8.411 7.785 23 Transportasi dan Komunikasi 2.392 2.133 2.133 4.568 2.392 2.437 2.133 2.621 2.437 2.133 24 Lembaga keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan 0.145 0.135 0.135 0.496 0.145 0.146 0.135 0.148 0.146 0.135 25 Pemerintahan Umum 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 26 Jasa-jasa dan Lainnya 1.980 2.108 2.108 4.540 1.980 1.970 2.108 2.002 1.970 2.108 Total Dampak 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Persentase Perubahan dari nilai dasar (4 121 960 orang) 5.745 6.080 5.716 3.903 4.332 4.585 4.288 10.294 10.829 10.127

Page 247: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 31. Alternatif Kebijakan Ekonomi Gabungan di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Output Sektoral Tahun 2005

(%) DAMPAK TERHADAP OUTPUT SEKTORAL

KEBIJAKAN GANDA KEBIJAKAN GABUNGAN KEBIJAKAN TIGA AGROINDUSTRI No. SEKTOR

P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 1 Tanaman Pangan 16.6713 15.3054 15.1742 15.5947 18.5591 4.1983 15.6002 5.9342 2 Tanaman Perkebunan 10.5450 10.9434 10.9817 10.8590 8.2801 26.4917 10.6076 6.7942 3 Peternakan 3.0174 2.6948 2.6638 2.7631 3.1375 1.5609 4.7569 5.0709 4 Kehutanan 0.0697 0.0688 0.0687 0.0690 0.0697 0.0693 0.0688 0.0602 5 Perikanan 3.9055 4.8950 4.9901 4.6854 4.1467 1.0981 1.1582 11.6432 6 Pertambangan dan Penggalian 0.3661 0.3848 0.3866 0.3809 0.3693 0.3008 0.3422 0.5735 7 Industri Buah dan Sayur 1.8946 2.8034 2.8907 2.6109 2.0520 0.0842 0.0883 0.0890 8 Industri Ikan dan Udang 4.4939 6.0281 6.1754 5.7031 4.8754 0.1153 0.1204 16.4855 9 Industri Tapioka & Tepung Lain 6.2791 5.1543 5.0463 5.3925 6.6872 1.3879 12.0815 13.1519 10 Industri Kopra/ Kelapa 1.4472 1.0488 1.0106 1.1332 0.5045 14.2652 0.2632 0.2301 11 Industri Minyak/ Lemak 2.5555 2.3764 2.3592 2.4143 0.6755 23.8483 0.8468 0.6493 12 Industri Padi 7.5508 4.7446 4.4751 5.3390 7.9992 2.1563 2.4031 2.4880 13 Industri Gula 4.9071 4.2444 4.1807 4.3847 5.2043 0.8140 10.5857 11.3485 14 Industri Kopi 3.5304 5.1004 5.2512 4.7678 3.8240 0.1563 0.1513 0.1539 15 Industri Pakan Ternak 2.7310 2.9749 2.9983 2.9232 7.1634 0.2857 0.7828 1.1435 16 Industri Makanan Lainnya 7.2678 8.0996 8.1795 7.9234 3.5299 1.0595 19.2536 1.2098 17 Industri Minuman 0.2165 0.1441 0.1371 0.1594 0.0650 1.9262 0.0674 0.0699 18 Industri Pengolahan Karet 2.4270 2.2885 2.2752 2.3178 2.5876 0.5732 0.6330 0.7126 19 Industri Lainnya 0.8089 0.7928 0.7913 0.7962 0.8139 0.7573 0.8450 0.7188 20 Listrik, Gas dan Air Minum 0.4920 0.4965 0.4969 0.4955 0.4945 0.4819 0.5153 0.5710

Page 248: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 31. Lanjutan

(%)

DAMPAK TERHADAP OUTPUT SEKTORAL KEBIJAKAN GANDA KEBIJAKAN GABUNGAN KEBIJAKAN TIGA

AGROINDUSTRI No. SEKTOR

P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 21 Bangunan/Konstruksi 0.7553 0.7779 0.7801 0.7732 0.7246 0.9285 0.7604 0.8733 22 Perdagangan, Hotel &Restoran 10.2902 10.6077 10.6382 10.5404 10.4369 10.0020 10.4462 11.8942 23 Transportasi dan Komunikasi 3.9534 4.1749 4.1962 4.1280 3.9924 3.6165 3.6945 3.9166 24 Lembaga keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan 2.5625 2.5862 2.5885 2.5812 2.5631 2.4441 2.6308 2.8490 25 Pemerintahan Umum 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 26 Jasa-jasa dan Lainnya 1.2619 1.2642 1.2645 1.2637 1.2440 1.3784 1.2970 1.3688 Total Dampak 100 100 100 100 100 100 100 100

Persentase Perubahan dari nilai dasar (Rp 77 947 008 juta) 9.586 15.334 13.991 19.455 19.926 19.292 18.737 19.688

Page 249: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 32. Alternatif Kebijakan Ekonomi Gabungan di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Pendapatan Rumah Tangga Sektoral Tahun 2005

(%)

DAMPAK TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA SEKTORAL KEBIJAKAN GANDA KEBIJAKAN GABUNGAN KEBIJAKAN TIGA

AGROINDUSTRI No. SEKTOR

P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 1 Tanaman Pangan 25.0538 23.0614 22.8695 23.4843 28.0429 6.3284 22.4063 8.5630 2 Tanaman Perkebunan 18.9159 19.6820 19.7558 19.5194 14.9341 47.6651 18.1858 11.7025 3 Peternakan 4.3969 3.9371 3.8929 4.0347 4.5969 2.2813 6.6248 7.0952 4 Kehutanan 0.1000 0.0991 0.0990 0.0993 0.1006 0.0998 0.0944 0.0830 5 Perikanan 6.3460 7.9747 8.1316 7.6290 6.7747 1.7897 1.7987 18.1659 6 Pertambangan dan Penggalian 0.7792 0.8212 0.8252 0.8123 0.7902 0.6421 0.6961 1.1721 7 Industri Buah dan Sayur 0.3966 0.5884 0.6069 0.5477 0.4319 0.0177 0.0177 0.0179 8 Industri Ikan dan Udang 0.4048 0.5444 0.5579 0.5148 0.4416 0.0104 0.0104 1.4259 9 Industri Tapioka & Tepung Lain 3.9823 3.2776 3.2097 3.4272 4.2643 0.8829 7.3232 8.0093 10 Industri Kopra/ Kelapa 0.5770 0.4193 0.4041 0.4527 0.2022 5.7046 0.1003 0.0881 11 Industri Minyak/ Lemak 0.1711 0.1596 0.1584 0.1620 0.0455 1.6019 0.0542 0.0418 12 Industri Padi 0.6344 0.3997 0.3771 0.4495 0.6758 0.1817 0.1930 0.2007 13 Industri Gula 4.6067 3.9950 3.9361 4.1248 4.9124 0.7665 9.4978 10.2298 14 Industri Kopi 0.6588 0.9543 0.9828 0.8916 0.7175 0.0293 0.0270 0.0276 15 Industri Pakan Ternak 0.2709 0.2958 0.2982 0.2905 0.7143 0.0284 0.0742 0.1089 16 Industri Makanan Lainnya 1.2437 1.3897 1.4037 1.3587 0.6073 0.1819 3.1489 0.1988 17 Industri Minuman 0.1313 0.0876 0.0834 0.0969 0.0396 1.1714 0.0390 0.0407 18 Industri Pengolahan Karet 0.3397 0.3211 0.3193 0.3251 0.3641 0.0805 0.0847 0.0958 19 Industri Lainnya 0.6408 0.6298 0.6287 0.6321 0.6483 0.6018 0.6398 0.5468 20 Listrik, Gas dan Air Minum 0.3719 0.3762 0.3767 0.3753 0.3758 0.3653 0.3723 0.4144

Page 250: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 32. Lanjutan

(%)

DAMPAK TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA SEKTORAL

KEBIJAKAN GANDA KEBIJAKAN GABUNGAN KEBIJAKAN TIGA AGROINDUSTRI No. SEKTOR

P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 21 Bangunan/Konstruksi 1.2510 1.2919 1.2958 1.2832 1.2067 1.5425 1.2037 1.3889 22 Perdagangan, Hotel &Restoran 14.9952 15.4984 15.5469 15.3916 15.2919 14.6194 14.5487 16.6427 23 Transportasi dan Komunikasi 7.0280 7.4412 7.4810 7.3535 7.1361 6.4486 6.2770 6.6855 24 Lembaga keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan 2.7787 2.8118 2.8150 2.8048 2.7946 2.6584 2.7265 2.9665 25 Pemerintahan Umum 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 26 Jasa-jasa dan Lainnya 3.9252 3.9428 3.9445 3.9391 3.8907 4.3005 3.8558 4.0884 Total Dampak 100 100 100 100 100 100 100 100

Persentase Perubahan dari nilai dasar (Rp 15 131 408 juta) 5.374 8.575 7.821 10.885 11.138 10.757 10.992 10.835

Page 251: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 33. Alternatif Kebijakan Ekonomi Gabungan di Sektor Agroindustri Provinsi Lampung terhadap Kesempatan Kerja Sektoral Tahun 2005 (%)

DAMPAK TERHADAP KESEMPATAN KERJA SEKTORAL KEBIJAKAN GANDA KEBIJAKAN GABUNGAN KEBIJAKAN TIGA

AGROINDUSTRI No. SEKTOR

P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 1 Tanaman Pangan 35.8285 33.0604 32.7931 33.6491 40.2401 8.7926 33.5132 13.3101 2 Tanaman Perkebunan 27.0509 28.2157 28.3282 27.9680 21.4296 66.2252 27.2005 18.1902 3 Peternakan 6.2878 5.6442 5.5820 5.7811 6.5962 3.1697 9.9087 11.0286 4 Kehutanan 0.1431 0.1420 0.1419 0.1422 0.1444 0.1386 0.1411 0.1291 5 Perikanan 9.0751 11.4324 11.6600 10.9311 9.7213 2.4866 2.6903 28.2366 6 Pertambangan dan Penggalian 0.0708 0.0748 0.0752 0.0739 0.0720 0.0567 0.0661 0.1157 7 Industri Buah dan Sayur 0.2397 0.3564 0.3677 0.3316 0.2619 0.0104 0.0112 0.0117 8 Industri Ikan dan Udang 0.2446 0.3298 0.3380 0.3117 0.2677 0.0061 0.0066 0.9365 9 Industri Tapioka & Tepung Lain 2.4065 1.9854 1.9448 2.0750 2.5857 0.5184 4.6284 5.2606 10 Industri Kopra/ Kelapa 0.3487 0.2540 0.2448 0.2741 0.1226 3.3492 0.0634 0.0579 11 Industri Minyak/ Lemak 0.1034 0.0966 0.0960 0.0981 0.0276 0.9404 0.0342 0.0274 12 Industri Padi 0.3834 0.2421 0.2285 0.2722 0.4097 0.1067 0.1220 0.1318 13 Industri Gula 2.7837 2.4200 2.3849 2.4974 2.9786 0.4500 6.0028 6.7190 14 Industri Kopi 0.3981 0.5781 0.5955 0.5398 0.4351 0.0172 0.0171 0.0181 15 Industri Pakan Ternak 0.1637 0.1792 0.1807 0.1759 0.4331 0.0167 0.0469 0.0715 16 Industri Makanan Lainnya 0.7515 0.8418 0.8505 0.8226 0.3683 0.1068 1.9902 0.1306 17 Industri Minuman 0.0793 0.0531 0.0505 0.0587 0.0240 0.6878 0.0247 0.0267 18 Industri Pengolahan Karet 0.2053 0.1945 0.1935 0.1968 0.2208 0.0472 0.0535 0.0629 19 Industri Lainnya 0.3873 0.3815 0.3809 0.3827 0.3931 0.3533 0.4044 0.3591 20 Listrik, Gas dan Air Minum 0.0563 0.0571 0.0572 0.0570 0.0571 0.0538 0.0590 0.0682

Page 252: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 33. Lanjutan (%)

DAMPAK TERHADAP KESEMPATAN KERJA SEKTORAL KEBIJAKAN GANDA KEBIJAKAN GABUNGAN KEBIJAKAN TIGA

AGROINDUSTRI No. SEKTOR

P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 21 Bangunan/Konstruksi 0.2558 0.2648 0.2657 0.2629 0.2476 0.3064 0.2574 0.3087 22 Perdagangan, Hotel &Restoran 8.2193 8.5160 8.5446 8.4529 8.4105 7.7853 8.3406 9.9154 23 Transportasi dan Komunikasi 2.3922 2.5391 2.5533 2.5078 2.4373 2.1325 2.2346 2.4734 24 Lembaga keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan 0.1447 0.1468 0.1470 0.1464 0.1460 0.1345 0.1485 0.1679 25 Pemerintahan Umum 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 26 Jasa-jasa dan Lainnya 1.9804 1.9942 1.9955 1.9913 1.9697 2.1081 2.0347 2.2421 Total Dampak 100 100 100 100 100 100 100 100

Persentase Perubahan dari nilai dasar (4 121 960 orang) 10.077 16.038 14.626 20.371 21.495 20.102 19.705 19.831

Page 253: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

Lampiran 33. Lanjutan Keterangan Pilihan-pilihan kebijakan pada Lampiran 28-33 No. Kode Uraian Alternatif Kebijakan 1. P1 Peningkatan pengeluaran pemerintah 30 %, yang dialokasikan

pada semua sektor agroindustri secara proporsional 2. P2 Peningkatan pengeluaran pemerintah 30 %, yang dialokasika

pada sektor agroindustri yang beraglomerasi secara proporsional

3. P3 peningkatan pengeluaran pemerintah 30 %, yang dialokasikan pada sektor agroindustri yang tidak beraglomerasi secara proporsional

4. P4 peningkatan pengeluaran pemerintah 30 %, yang dialokasikan pada pembangunan infrastruktur

5. P5 peningkatan investasi 20 %, yang dialokasikan pada semua sektor agroindustri secara proporsional.

6. P6 peningkatan investasi 20 %, yang dialokasikan pada semua sektor agroindustri yang beraglomerasi secara proporsional

7. P7 peningkatan investasi 20 %, yang dialokasikan pada semua sektor agroindustri yang tidak beraglomerasi secara proporsional

8. P8 peningkatan ekspor 25 %, yang dialokasikan pada semua sektor agroindustri secara proporsional.

9. P9 peningkatan ekspor 25 %, yang dialokasikan pada semua sektor agroindustri yang beraglomerasi secara proporsional

10. P10 peningkatan ekspor 25 %, yang dialokasikan pada semua sektor agroindustri yang tidak beraglomerasi secara proporsional

11. P11 pengeluaran pemerintah dinaikkan sebesar 30 % dan investasi dinaikkan sebesar 20 % yang dialokasikan kepada semua sektor agroindustri secara proporsional

12. P12 pengeluaran pemerintah dinaikkan sebesar 30 % dan ekspor dinaikkan sebesar 25 % yang dialokasikan kepada semua sektor agroindustri secara proporsional

13. P13 investasi dinaikkan sebesar 20 % dan ekspor dinaikkan sebesar 25 % yang dialokasikan kepada semua sektor agroindustri secara proporsional

14. P14 pengeluaran pemerintah pengeluaran pemerintah dinaikkan sebesar 30 %, investasi dinaikkan sebesar 20 % dan ekspor dinaikkan sebesar 25 % yang dialokasikan kepada semua sektor agroindustri secara proporsional,

15. P15 pengeluaran pemerintah pengeluaran pemerintah dinaikkan sebesar 30 %, investasi dinaikkan sebesar 20 % dan ekspor dinaikkan sebesar 25 % yang dialokasikan kepada semua sektor agroindustri yang beraglomerasi secara proporsional

16. P16 pengeluaran pemerintah pengeluaran pemerintah dinaikkan sebesar 30 %, investasi dinaikkan sebesar 20 % dan ekspor

Page 254: PERAN AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH … · ekspor adalah sarana transportasi, ... Penelitian lanjutan disarankan untuk menganalisis keterkaitan antar industri antar

dinaikkan sebesar 25 % yang dialokasikan kepada semua sektor agroindustri yang tidak beraglomerasi secara proporsional

17. P17 pengeluaran pemerintah pengeluaran pemerintah dinaikkan sebesar 30 %, investasi dinaikkan sebesar 20 % dan ekspor dinaikkan sebesar 25 % yang dialokasikan kepada tiga sektor agroindustri penyumbang output dan beraglomersi terbesar secara proporsional

18 P18 pengeluaran pemerintah pengeluaran pemerintah dinaikkan sebesar 30 %, investasi dinaikkan sebesar 20 % dan ekspor dinaikkan sebesar 25 % yang dialokasikan kepada tiga sektor agroindustri yang mempunyai penyerap tenaga kerja dan beraglomersi terbesar secara proporsional