Upload
vandang
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERANAN PEMBIMBING ROHANI ISLAM DALAM
MEMBINA AKHLAKUL KARIMAH DI PANTI
SOSIAL BINA REMAJA BAMBU APUS JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Sri Hesti Hardiyati
NIM. 109052000005
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
i
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Universitas Islam Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Desember 2013
Sri Hesti Hardiyati
NIM. 109052000005
iii
iv
ABSTRAK
Sri Hesti Hardiyati
109052000005
Peranan Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina Akhlakul Karimah
Di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta
Pada dasarnya manusia memiliki potensi untuk berbuat baik dan
sebaliknya. Pembinaan akhlakul karimah atau perbuatan mulia menduduki
posisi penting dalam kehidupan manusia. Pembinaan akhlakul karimah tidak
bisa diabaikan begitu saja karena bagaimanapun pembinaan akhlakul karimah
harus dilakukan sedini mungkin. Seorang pembimbing dalam menjalankan
tugasnya harus mampu melakukan peranan yang berbeda-beda sesuai situasi
dan kondisi yang dialami para remaja saat ini. Pembinaan akhlakul karimah
yang dilakukan oleh pembimbing di Panti Sosial Bina Remaja bertujuan agar
mereka terbiasa untuk berbuat baik dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Teori yang digunakann adalah teori peranan yaitu seperangkat
harapan yang dikenalkan pada individu yang menempati kedudukan sosial
tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma
sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan-peranan itu
ditentukan oleh norma-norma didalam masyarakat.
` Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus
Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research). Yang
menjadi objek dalam penelitian ini adalah peranan pembimbing dalam
membina akhlakul karimah di Panti Sosial Bina Remaja serta yang menjadi
subjeknya adalah 1 orang pembimbing rohani islam dan 3 orang masyarakat
di sekitar PSBR dan 3 orang siswa di PSBR.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tugas pembimbing rohani
islam dalam membina akhlakul karimah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu
Apus adalah sesuai dengan harapan masyarakat di Panti Sosial Bina Remaja
Bambu Apus Jakarta.
Kata kunci: Pembimbing Rohani Islam, Akhlakul Karimah,
Masyarakat.
v
KATA PENGANTAR
(In the name of Allah, the Beneficent the Merciful)
Puji dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu
wata’ala karena atas kuasanyalah penulis skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi yang berjudul “Peranan Pembimbing Rohani Islam dalam
Membina Akhlaqul Karimah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus
Jakarta”. Ini disusun untuk menempuh sidang akhir sarjana pada Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu saya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moril
maupun materil, khususnya kepada :
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan beserta jajaran di Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
3. Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam.
4. Nurul Hidayati, M.Pd, selaku pembimbing skripsi, yang sabar telah
meluangkan waktunya untuk membimbing saya dengan penuh kesabaran
hingga terselesaikannya skripsi ini.
vi
5. Seluruh Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta yang senantiasa tulus
memberikan banyak ilmunya kepada penulis.
6. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi
yang telah membantu dalam mendapatkan sumber penulisan skripsi ini.
7. Ketua Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian, serta segenap Pengurus
Panti Sosial dan pihak-pihak yang membantu yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.
8. Teristimewa, kedua orang tua yang penulis cintai Bapak Nursadmudin
selaku Ayahanda dan Ibu Misni selaku Ibunda serta adinda Sri Mulyani
Widyawati yang selalu memberikan kasih sayang, support dan doa tiada
henti.
9. Semua teman-teman BPI, khususnya BPI 2009 dan teman-teman di kosan
ibu nainggolan, terimakasih untuk support dan motivasinya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua
pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah memberkahi
mereka semua. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Ciputat, Desember 2013
,
Sri Hesti Hardiyati
NIM. 109052000005
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK ...............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.........................................5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................6
D. Metodologi Penelitian ................................................................7
E. Sistematika Penulisan ..............................................................11
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Teori Peranan
Pengertian Peranan ..................................................................13
B. Bimbingan
1. Pengertian Bimbingan .........................................................14
2. Tujuan Bimbingan ...............................................................16
viii
3. Fungsi Bimbingan ...............................................................17
4. Bimbingan Pada Remaja .....................................................18
5. Metode Bimbingan ..............................................................19
C. Syarat Kepribadian Seorang Pembimbing .............................20
D. Keterampilan Yang Dimiliki Pembimbing ..............................23
E. Masyarakat .............................................................................24
F. Akhlakul Karimah ..................................................................24
1. Definisi Akhlakul Karimah ................................................24
2. Macam-Macam Akhlakul Karimah .....................................27
G. Tujuan dan Fungsi Pembinaan Akhlak ...................................29
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA REMAJA BAMBU
APUS JAKARTA
A. Latar Belakang ........................................................................32
B. Sejarah Berdirinya ...................................................................33
C. Dasar Hukum, Visi, Misi, Fungsi dan Tugas ...........................34
D. Strategi Pelayanan ..................................................................36
E. Prinsip Dasar Pelayanan Sosial ..............................................36
F. Sasaran dan Jangka Waktu Pelayanan ....................................37
G. Alur .........................................................................................38
H. Program, Sarana dan Prasarana Panti Sosial ...........................38
I. Struktur Organisasi ..................................................................40
ix
J. Data Pegawai ...........................................................................41
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
A. Tugas Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina Akhlakul
Karimah remaja Di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus
Jakarta .....................................................................................42
B. Harapan Masyarakat Tentang Tugas Pembimbing Rohani Islam
Dalam Membina Akhlakul Karimah Di Panti Sosial Bina Remaja
Bambu Apus Jakarta ...............................................................47
C. Kesesuaian Antara Tugas Pembimbing Rohani Islam Dengan
Harapan Masyarakat ..............................................................49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................52
B. Saran ......................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................53
LAMPIRAN – LAMPIRAN
x
DAFTAR GRAFIK
1. Tabel 1. Alur ...................................................................................38
2. Tabel 2. Struktur Organisasi PSBR .................................................40
3. Tabel 3. Data pegawai PSBR berdasarkan Jenis Kelamin ..............40
4. Tabel 4. Data Pegawai PSBR Berdasarkan Riwayat Pendidikan....41
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Wawancara dengan Pembimbing PSBR
Lampiran 2. Daftar Wawancara dengan Masyarakat
Lampiran 3. Daftar Wawancara dengan Siswa PSBR
Lampiran 4. Tabel Kata Kunci Jawaban
Lampiran 5. Surat Keterangan Pembimbing
Lampiran 6. Surat Keterangan Izin Penelitian
Lampiran 7. Surat Keterangan Penelitian
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bimbingan merupakan proses layanan yang diberikan kepada
individu-individu guna membantu mereka dalam memperoleh pengetahuan
dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-
piihan, rencana dan interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri
dengan baik.
Hakikat bimbingan itu pada dasarnya merupakan suatu proses
usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain (siapa saja)
dalam segala usia, yang dilakukan secara terus menerus
(berkesinambungan) yang mana orang itu mengalami kesulitan atau
hambatan dalam hidupnya (secara psikis), sehingga dengan bantuan atau
pertolongan itu orang yang diberikan bantuan (terbimbing) dapat
mengarahkan dirinya, mampu menerima dirinya, dapat mengembangkan
potensinya untuk kebahagiaan dan kemanfaatan dirinya dan lingkungan
masyarakatnya. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa hal yang
prinsipal dalam bimbingan ialah pemberian bantuan atau pertolongan yang
dilakukan secara terus-menerus kepada siapa saja. Karena, sesungguhnya
hampir tidak ada seseorang yang secara utuh dan menyeluruh memiliki
kemampuan untuk mengembangkan dirinya dengan optimal tanpa adanya
bantuan dan pertolongan dari orang lain. Untuk itu, sejak lahir hingga akhir
2
hayatnya setiap orang di dunia ini jelas membutuhkan bimbingan dan
bantuan, supaya potensi (fitrah) yang ada pada dirinya dapat tumbuh dan
berkembang secara wajar.1
Pada dasarnya manusia memiliki potensi baik dan buruk,
sebagaimana dalam al-qur’an :
Artinya : “Maka dan Kami telah menunjukkan kepadanya
(manusia) dua jalan mendaki (baik dan buruk)” (al-Quran surat al-Balad :
10).
Kata akhlakul karimah berasal dari bahasa arab yang berarti budi
pekerti mulia atau tingkah laku mulia. Dalam al-munjid kata akhlak adalah
kata jamak yang berarti “budi pekerti, perangai, tingkah laku”. Dan akhlakul
karimah berarti “akhlak mulia atau tingkah laku mulia”. Di dalam al-mujam
al-wasit disebutkan akhlak adalah sifat yang tertanam didalam jiwa, yang
dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk tanpa
membutuhkan pemikiran atau pertimbangan.2
Pada hakikatnya akhlak merupakan suatu kondisi atau sifat yang
telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian manusia hingga timbul
berbagai perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan
1 Drs. M. lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif hidayatullah Jakarta, 2008), h.8 2 Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2009), h.7
3
tanpa memerlukan pikiran. Pada dasarnya Islam mengajarkan bahwa
manusia adalah mahluk yang baik. Fitrah menghasilkan penilaian yang
positif dan pandangan yang optimis tentang manusia.
Kesadaran moral atau perasaan berakhlak ini timbul dari hati.
Sebenarnya tidaklah dapat dikatakan bahwa manusia secara otomatis akan
berkembang kearah kesadaran moral. Manusia itu bisa membelok-belokkan
hidupnya kemana saja. Macam-macam masalah yang dapat membelokkan
dari kesadaran moralnya. Manusia itu agar menjadi manusia sebagaimana
seharusnya, harus berjuang. Kesadaran moral harus dibangun dan terus
dibangun, hal ini bukanlah hanya soal pengertian, ia soal praktik. Moral
harus diajarkan dengan menjalankan. Anak-anak harus disadarkan tentang
baik dan buruk, harus dipimpin menuju ke sana. Disamping itu harus diberi
contoh kongkret tentang perbuatan baik.3
Dalam Islam, budi pekerti merupakan refleksi iman dari seseorang
sebagai contoh yang pas dan benar ialah Rasulullah SAW. Beliau memiliki
akhlak yang sangat mulia, agung dan teguh. Akhlak dalam ajaran Islam
sangan rinci, berwawasan multi dimensional bagi kehidupan, sistematis dan
beralasan realistis. Akhlak Islam bersifat mengarahkan, membimbing,
mendorong, membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit
sosial dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dua simbolis tujuan inilah yang
3 Drs.Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, cet.ke-
1.1994), h.43
4
diidamkan manusia bukan semata berakhlak secara Islami hanya bertujuan
untuk kebahagiaan dunia saja. 4
Orang yang berakhlak baik melambangkan kesehatan hati dan
jiwanya. Akhlak dilihat dari spontanitas tingkah laku yang baik. Kesehatan
jiwa memunculkan suasana baru yang ceria, sehingga manusia tidak saja
mampu menikmati batas keindahan alam semesta tapi alam malakut. Kalau
segala penyakit hati musnah dan jiwa menjadi bersih dan suci, pasti akan
ditampakkan kekuasaan Allah (Qudratullah), bahkan jika jiwa dengan Allah
tidak ada jarak lagi pasti Allah SWT dapat disaksikan (al-Ghazali,
2005:09).5
Membina akhlak remaja merupakan kewajiban semua pihak,
bermula dari ibu bapak, pendidik, masyarakat, pemimpin dan yang lebih
penting adalah diri itu sendiri, oleh karena itu adanya bimbingan rohani
begitu membantu dalam membentuk akhlakul karimah pada diri mereka.
Tidak semua anak mendapatkan keberuntungan berada di tengah-
tengah keluarga harmonis serta memiliki kecukupan baik dari segi moril
maupun materil, namun banyak juga anak-anak yang kurang beruntung
sehingga ia harus belajar bagaimana caranya untuk hidup dan berusaha
menghidupkan dirinya sendiri.
Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur dapat
membantu anak putus sekolah dalam memberikan pendidikan umum
4 H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, cet.ke-1 1997) h. 153.
5 Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat (Jakarta: Pustaka irVan, 2008), h. 11.
5
maupun keterampilan. Di samping itu mereka yang sudah berada dalam
Panti dididik sebaik mungkin oleh pembimbing serta pihak-pihak yang
bersangkutan sehingga mereka dapat menjadi anak yang mandiri dan
berakhlak.
Untuk itulah maka dalam penyusunan Skripsi ini penulis
mengambil judul “PERANAN PEMBIMBING ROHANI ISLAM
DALAM MEMBINA AKHLAKUL KARIMAH DI PANTI SOSIAL
BINA REMAJA BAMBU APUS JAKARTA TIMUR”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Peranan pembimbing rohani dalam membina Akhlakul Karimah
terhadap remaja putus sekolah yang telah diasuh oleh Panti Sosial sangatlah
penting, guna memberikan tuntunan dalam menjalankan kehidupan sehari-
hari sehingga mereka menjadi remaja yang lebih baik dan berakhlak mulia.
Agar lebih memudahkan penulis dalam melakukan penelitian ini
sehingga sampai pada tujuannya, maka penulis membatasi penelitian ini
pada Peranan Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina Akhlakul
Karimah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur.
2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah mengenai peranan pembimbing rohani
Islam dalam membina Akhlakul Karimah remaja Panti Sosial Bina Remaja
Bambu Apus Jakarta Timur, sebagai berikut:
6
a. Bagaimana tugas pembimbing rohani Islam dalam membina
akhlakul karimah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta
Timur?
b. Apa harapan masyarakat tentang pembinaan akhlakul karimah ?
c. Apakah terdapat kesesuaian antara tugas pembimbing rohani Islam
dengan harapan masyarakat ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. Untuk mengetahui tugas pembimbing rohani Islam dalam membina
akhlakul karimah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta
Timur.
b. Untuk mengetahui harapan masyarakat tentang pembinaan
akhlakul karimah.
c. Untuk mengetahui apakah terdapat kesesuaian antara tugas
pembimbing rohani Islam dengan harapan masyarakat.
2. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
Sebagai sebuah wacana dalam rangka meningkatkan pengetahuan,
wawasan dan informasi bagi penulis, khususnya tentang peranan
pembimbing rohani dalam membina akhlakul karimah serta untuk
dijadikan sebagai bahan evaluasi, khususnya bagi pihak Panti Sosial
Bina Remaja Bambu Apus dalam membina Akhlakul Karimah serta
dijadikan sebagai rujukan untuk pembinaan Akhlakul Karimah
terhadap remaja binaan panti sosial.
7
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
jenis penelitian lapangan (field research) dimana peneliti mengumpulkan
data yang tepat untuk diteliti. Dalam hal ini mengenai peranan pembimbing
rohani dalam membina Akhlakul Karimah remaja warga binaan di Panti
Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif yaitu peneitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.6
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama dua minggu terhitung mulai tanggal
21 agustus 2013 sampai tanggal 31 oktober 2013.
Adapun tempat yang dijadikan objek penelitian adalah Panti Sosial
Bina Remaja yang beralamat di Jalan Panti Sosial (PPA) No. 1 RT. 06 RW.
01 Kel. Bambu Apus, Kec. Cipayung – Jakarta Timur.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun subjek penelitian adalah 1 orang pembimbing rohani Islam
3 orang masyarakat di sekitar panti dan 3 siswa didik di PSBR. Sedangkan
yang menjadi objek pada penelitian ini adalah peranan pembimbing dalam
6 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
2007) cet,ke-8, h.4
8
membina akhlakul karimah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus
Jakarta Timur.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah:
a. Observasi
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan. Yang direncanakan secara serius, memiliki kaitan
dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, dicatat secara
sistematik dan dihubungkan dengan proporsisi umum dan bukan
dipaparkan sebagai sesuatu yang hanya menarik perhatian serta
dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya.
b. Wawancara
Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
wawancara.7
c. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan data-data
tertulis yang terdapat di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus,
dengan masalah yang diteliti dan dokumen lainnya yang
7 Prof. Dr. H. M Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, cet.ke-4 2010), h.108,115
9
mendukung. Dokumentasi inipun disertakan sebagai pelengkap
untuk memperoleh identitas data siswa dan data Panti Sosial Bina
Remaja Bambu Apus Jakarta Timur.
Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.8
6. Sumber Data
Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam
penelitian untuk memperoleh data-data konkrit, dan yang dapat memberikan
informasi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini.9
Untuk menetapkan sumber data, penulis mengklasifikasi berdasarkan jenis
data yang dibutuhkan (dikumpulkan). Dalam penelitian ini penulis
menggunakan sumber data yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung
dari sumber asli atau sumber pertama melalui observasi atau
pengamatan langsung, artinya peneliti berperan serta sebagai pengamat
dan wawancara langsung dan mendalam kepada responden. Data primer
yang diperoleh dalam penelitian ini melalui pengamatan dan wawancara
dengan pembimbing, ,asyarakat sekitar panti dan beberapa peserta
didik.
8 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi: Mixed Methods (Bandung: Alfabeta, 2011),
h.326 9 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta:
LPSS,1998), Cet. Ke-1, hal.29.
10
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari melalui sumber-
sumber informasi tidak langsung, seperti catatan-catatan atau dokumen
yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder biasanya digunakan
sebagai pendukung data primer agar mendapatkan data yang tepat dan
sesuai dengan tujuan penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini diantaranya data yang diperoleh dari studi kepustakaan.
7. Instrumen dan Alat Bantu Penelitian
Dalam penelitian kualitatif (naturalistik) maka instrument
penelitiannya adalah peneliti itu sendiri, peneliti bukan sebagai objek
penelitian karena peneliti yang melakukan penelitian itu sendiri, peneliti
yang melakukan semua proses peneitian seperti wawancara mendalam,
observasi dan dokumentasi. Alat bantu penelitian menggunakan catatan
lapangan, kamera digital dan pedoman wawancara.
8. Teknik Analisis Data
Analisa data kualitatif berawal dari mengumpulkan data atau
informasi hasil wawancara atau observasi, selanjutnya “mengolahnya” dan
akhirnya adalah menarik makna dari balik kumpulan data tersebut sebagai
kesimpulan yang berupa konsep.10
Dengan ungkapan lain menganalisis
data pada hakekatnya adalah pemberitahuan peneliti kepada pembaca
tentang apa saja yang dilakukan terhadap data yang sedang dan telah
dikumpulkan, sebagai cara yang nantinya bisa memudahkan peneliti dalam
10
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan
Laporan Penelitian, cet. 2 (Malang: UMM Press, 2010), h. 63-64
11
memberi penjelasan dari interpretasi dari responden dengan tujuan akhir
menarik kesimpulan.11
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh
CeQDA Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah cetakan II,
April 2007.
Selanjutnya, untuk mempermudah penulisan dan memahami isi
skripsi ini, penulis membagi atas lima bab dengan sistematika penulisan
sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, serta Sistematika
Penulisan
Bab II: Landasan teori; terdiri dari Pengertian Peranan, Pengertian
Bimbingan, Syarat Kepribadian Seorang Pembimbing,
Pengertian Akhlak, serta Macam-macam Akhlakul Karimah
Bab III: Gambaran Umum Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus
Jakarta Timur: Terdiri dari Latar Belakang Berdirinya, Dasar
Hukum, Visi Misi, Fungsi dan Tugas, Strategi Pelayanan,
Prinsip Dasar Pelayanan Sosial, Sasaran dan Jangka Waktu
11
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan
Laporan Penelitian, cet. 2 (Malang: UMM Press, 2010), h. 64-65.
12
Pelayanan, Program-Program, Sarana dan Prasarana, Struktur
Organisasi
Bab IV: Temuan Lapangan dan Analisis Data: Tugas Pembimbing
Rohani Islam dalam Membina Akhlakul Karimah Remaja di
Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus, Harapan Masyarakat
Tentang Tugas Seorang Pembimbing Rohani Islam Dalam
Membina Akhlakul Karimah Menurut Warga Binaan Panti,
Kesesuaian Peranan Pembimbing Dalam Membina Akhlakul
Karimah Remaja di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus
Dengan Harapan Masyarakat
Bab V: Penutup yang terdiri dari atas kesimpulan dan saran
terhadap pembahasan sebelumnya.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peranan
Setiap manusia mempunyai peran dalam kehidupannya. Dan
berbeda perannya tergantung dengan kedudukan dalam masyarakatnya
masing-masing.
Dalam kamus bahasa Indonesia peranan kata dasarnya adalah
“peran” yang berarti tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat.1 Dalam kamus ilmiah popular, peranan
diartikan fungsi, kedudukan, bagian dari kedudukan.2
David Berry mendefinisikan “peranan” sebagai seperangkat
harapan yang dikenalkan pada individu yang menempati kedudukan sosial
tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-
norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan-peranan
itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat.3
Dengan artian bahwa kita diharuskan untuk melakukan hal-hal
yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaan dan di berbagai
peranan-peranan lainnya.
Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya juga mengemukakan hal
yang sama bahwa harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang
1 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet.II, h.854
2 Pius.A.Pratanto dan M.Dahlan AL Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola), h.
585 3 David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1955), Cet ke-3, h.99
14
lain pada umumnya tentang perilaku-perilaku yang pantas, yang
seyogyanya ditemukan seseorang yang mempunyai peran tertentu.4
Peran sangat penting karena dapat mengatur keperilakuan
seseorang, di samping itu peran menyebabkan seseorang dapat
meramalkan perbuatan orang lain pada batas-batas tertentu sehingga
seseorang dapat menyesuaikan perilakunya sendiri dengan perilaku orang
–orang sekelompoknya.5
Dari beberapa definisi diatas, dapat difahami bahwa peran
merupakan suatu pengharapan yang diharapkan ada pada individu yang
menduduki posisi tertentu yang nantinya akan mengimbangi aturan-aturan
dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat.
B. Bimbingan
1. Pengertian Bimbingan
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari
“guidance” berasal dari kata guide yang memiliki arti membimbing,
menuntun, menunjukan, mengarahkan, memandu, dan mengelola.
Para ahli memberikan pengertian berbeda sesuai dengan pola
pandang masing-masing. Untuk mendapat pengertian yang lebih jelas
berikut ini penulis mengutip beberapa definisi:
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus
menerus dari seorang pembimbing, yang dipersiapkan kepada individu yang
membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang
4 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi sosial (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1988.) Cet ke 4, h 235 5 J. dwi narwoko, Bagong suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (Jakarta:
Kencana, 2007) Cet III, h. 159
15
dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media
dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normative agar tercapai
kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri
maupun lingkungannya.6
Sedangkan menurut Smith dalam McDaniel 1959, bimbingan
merupakan proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna
membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan
yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan
interpretasi-interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang
baik.7
Selanjutnya menurut Stopps bimbingan adalah suatu proses yang
teru menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai
kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang
sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.8
Dari beberapa pendapat di atas dapat difahami bahwa proses
bantuan yang terus menerus terhadap individu baik anak, remaja, maupun
orang dewasa agar mereka mampu mengembangkan dirinya sendiri dan
bersikap mandiri dengan potensi yang dimilikinya dengan sarana-sarana
yang mendukung. Bimbingan adalah bantuan atau tuntunan yang
mengandung pengertian bahwa pembimbing memberikan bantuan kepada
yang dibimbingnya serta membantu mengarahkan kepada yang
6 Dra. Hallen A, M.Pd., Bmbingan dan Konseling (Jakarta: Quantum Teaching, 2002),
Cet I, h. 3 7 Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc.Ed., Drs. Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan
Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008) Cet II, h. 94 8 Drs. H.M.Umar, Drs. Sartono, Bimbingan danPenyuluhan : Untuk Fakultas Tarbiyah
Komponen MKDK. (Bandung: CV Pusataka Setia, 2001) Cet II, h. 10
16
dibimbingnya agar si terbimbing mampu mengembangkan berbagai potensi
yang ada dalam dirinya secara optimal agar dapat mencapai tujuan yang
diinginkan dengan usaha yang maksimal.
2. Tujuan Bimbingan
Tujuan dari bimbingan adalah agar peserta didik mengenal
kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif
dan dinamis sebagai sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.9
Sebagai manusia yang normal pastilah dalam diri setiap individu
terdapat hal-hal yang positif dan negatif, pribadi yang sehat ialah bagaimana
ia bisa menerima kekurangan serta kelebihan dirinya sendiri sebagaimana
adanya.
Sedangkan tujuan bimbingan menurut Prayitno adalah untuk
membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan
tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan
dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar
belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), sesuai dengan
tuntutan positif lingkungannya.10
Adapun tujuan dari bimbingan menurut Ainur Rahim Faqih adalah
memenberikan dorongan di dalam pengarahan diri.
a. Membantu mengembangkan pemahaman tentang apa yang
harus difahami.
b. Membantu proses sosialisasi.
9 Dra. Hallen A, M.Pd., Bmbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet
I, h. 57 10
Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc.Ed., Drs. Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan
Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008) Cet II, h. 114
17
c. Membantu memahami tigkah laku manusia.
d. Membantu memperoleh kepuasan pribadi dalam penyesuaian
diri secara maksimal.
e. Membantu untuk hidup di dalam kehidupan yang seimbang
dalam berbagai aspek fisik, mental dan sosial.11
Selanjutnya tujuan bimbingan terkait dengan aspek pribadi-sosial
individu yakni memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-
nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam
kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah,
tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya, serta memiliki rasa
tangung jawab dan mampu untuk mengambil keputusan secara efektif.12
3. Fungsi Bimbingan
Adapun fungsi bimbingan menurut Drs. Dewa Ketut Sukardi dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a. Menyalurkan ialah membantu siswa mendapatkan lingkungan sesuai
dengan keadaan dirinya, fungsi pemahaman yaitu yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu
sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik meliputi
pemahaman tentang diri dan lingkungan.
b. Fungsi pencegahan yaitu yang akan menghasilkan tercegahnya atau
terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin
11
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta:UII Press,
2001), Cet II, h. 54 12
Dr. Syamsu Yusuf, LN dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan
Konseling (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet II, h.14
18
timbul yang akan mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan
kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
c. Fungsi pengentasan yaitu membantu memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi oleh peserta didik, baik dalam sifatnya, jenisnya,
maupun bentuknya.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi yang akan
menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya beberapa potensi
dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya
secara terarah, mantap dan berkelanjutan.
e. Fungsi advokasi yang akan menghasilkan pembelaan (advokasi)
terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh
potensi secara optimal.13
4. Bimbingan Pada Remaja
Pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan kepribadian yang
signifikan sehingga berdampak pada perubahan emosional yang besar.
Periode yang berlangsung antara usia 12-18 ini sering disebut masa yang
bergejolak.
Dalam aspek kognitif, remaja juga mengalami peningkatan dalam
pemahaman mereka tentang dunianya. Berdasarkan teori Piaget, remaja
telah berada pada tahapan formal operation dan telah mengembangkan pola-
pola berpikir formal yang menyeluruh. Remaja memiliki keinginan yang
13
Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,
2010), Cet I, h.45
19
kuat untuk mulai mandiri, tidak terikat pada orang tua, tetapi juga masih
merasa bingung dalam menghadapi dunia barunya ini. 14
5. Metode Bimbingan
Ada beberapa metode yang lazim dipakai dalam bimbingan, berikut
ini pembahasannya: 15
a. Wawancara adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaaan
yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya
hidup kejiwaan anak bimbing pada saat tertentu yang memerlukan
bantuan.
b. Group guidance (bimbingan secara berkelompok) merupakan cara
pengungkapan jiwa/batin serta pembinaannya melalui kegiatan
kelompok seperti ceramah, diskusi, seminar, symposium, atau
dinamika kelompok (group dynamics).
c. Metode non-direktif (cara yang tidak mengarahkan) anak bimbing
diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menceritakan segala uneg-
uneg (tekanan batin) yang disadari menjadi hambatan jiwanya,
pembimbing bersikap memperhatikan dan mendengarkan serta
mencatat poin-poin penting yang dianggap rawan unruk diberi
bantuan. Pada akhirnya pembimbing memberikan patunjuk-petunjuk
tentang usaha apa sajakah yang baik bagi klien dengan cara yang tidak
bernada imperatif (wajib). Akan tetapi hanya berupa anjuran-anjuran
yang tidak mengikat.
14
Jeanette Murad Lesmana, Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: UI, 2005), h,168 15
Prof. H. M. Arifin. M.Ed., Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:
Golden Terayon Prss, 1992), Cet III, h.40-45
20
d. Metode psikoanalitis, metode ini berasal dari teori psiko-analise Freud
yang dipergunakan untuk mengungkapkan segala tekanan perasaan
terutama perasaan yang sudah tidak lagi disadari. Menganalisa gejala
tingkah laku baik melalui mimpi ataupun melalui tingkah laku yang
serba salah, dengan menitik beratkan pada perhatian atas hal-hal apa
sajakah perbuatan salah itu terjadi berulang-ulang
e. Metode direktif (metode yang bersifat mengarahkan) berusaha
mengatasi kesulitan (problema) yang dihadapi anak bimbing dengan
memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan
yang menjadi sebab kesulitan yang dihadapi/dialami anak bimbing.
C. Syarat Kepribadian Seorang Pembimbing
Menurut Prof. H.M Arifin, M.Ed., beberapa persyaratan mental
personality yang harus dimiliki seorang konselor agama adalah sebagai
berikut:
1. Meyakini akan kebenaran agama yang dianutnya, menghayati, dan
mengamalkan karena ia menjadi pembawa norma agama yang
konsekuen, serta menjadikan dirinya idola sebagai muslim sejati, baik
lahir maupun batin dikalangan anak bimbingnya.
2. Memiliki sikap dan kepribadian menarik, terutama terhadap anak
bimbingnya, dan juga terhadap orang-orang yang berada di
lingkungan sekitarnya.
3. Memiliki rasa tanggung jawab, berbakti tinggi dan loyalitas terhadap
tugas pekerjaannya secara konsisten di tengah-tengah pergolakan
masyarakat.
21
4. Memiliki kematangan jiwa dalam bertindak menghadapi
permasalahan yang memerlukan pemecahan.
5. Mampu mengadakan komunikasi timbal balik terhadap anak bimbing
dan lingkungan sekitarnya.
6. Mempunyai sikap dan perasaan terikat terhadap nilai-nilai
kemanusiaan yang harus ditegakkan, terutama dikalangan anak
bimbingnya sendiri. Hakikat dan martabat kemanusiaan harus
dijunjung tinggi di kalangan mereka.
7. Mempunyai keyakinan bahwa anak bimbing memiliki kemampuan
dasar yang baik dan dapat dibimbing menuju kearah perkembangan
yang optimal.
8. Memiliki rasa cinta yang mendalam, dan meluas kepada anak
bimbingnya.pembimbing selalu siap menolong memecahkan berbagai
kesulitan yang dialami oleh anak bimbingnya.
9. Memliki ketangguhan, kesabaran, serta keuletan dalam melaksanakan
tugas kewajibannya.
10. Memiliki sikap yang tanggap dan peka terhadap kebutuhan anak
bimbing.
11. Memiliki watak dan kepribadian yang familiar, sehingga yang berada
disekitar senang bergaul dengannya.
12. Memiliki jiwa yang progresif dalam karirnya dengan selalu
meningkatkan kemampuannya memalui belajar tentang pengetahuan
yang ada hubungannya dengan tugasnya.
13. Memiliki kepribadian yang bulat dan utuh.
22
14. Memiliki kemampuan teknis termasuk metode tentang bimbingan dan
penyuluhan serta mampu menerapkan dalam tugas.16
Sedangkan menurut Bimo Walgito, syarat-syarat seorang
pembimbing adalah sebagai berikut:
1. Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas,
baik dari segi teori maupun praktik.
2. Dalam segi psikologis seorang pembimbing akan dapat mengambil
tindakan yang bijaksana, yaitu adanya kemantapan atau kestabilan di
dalam psikologisnya terutama dalam segi emosi.
3. Seorang pembimbing harus sehat jasmani maupun psikisnya.
4. Seorang pembimbing harus mempunyai sikap kecintaan terhadap
pekerjaannya dan juga terhadap anak bimbing atau individu yang
dihadapinya.
5. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang cukup baik,
sehingga dengan demikian dapat diharapkan adanya kemajuan di
dalam usaha bimbingan dan penyuluhan ke arah yang lebih sempurna.
6. Seorang pembimbing harus bersifat supel, ramah-tamah, sopan santun
dalam bersikap dan berperilaku sehingga seorang pembimbing akan
mendapatkan kawan yang sanggup bekerja sama memberikan bantuan
secukupnya untuk kepentingan anak-anak.
7. Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat
menjalankan prinsip-psinsip serta kode etik bimbingan dan penyuluhan
dengan sebaik-baiknya.17
16
Prof. H. M. Arifin. M.Ed., Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:
Golden Terayon Prss, 1992), Cet III, h.29-30
23
Dari berbagai persyaratan yang dijelaskan tersebut kita mengetahui
apa saja syarat yang semestinya ada pada diri seorang pembimbing. Yang
mana segala sikap dan tingkah laku dirinya akan dicontoh oleh anak
bimbingnya.
D. Keterampilan yang Dimiliki Pembimbing
Adapun keterampilan yang perlu dimiliki seorang pembimbing
adalah keterampilan komunikasi, yaitu mendengarkan dan memerhatikan.
Disamping itu, juga kemampuan untuk menyelenggarakan konseling,
mengolah data individu, melakukan wawancara, dan menggunakan
sumber-sumber yang terdapat disekolah dan masyarakat (Jumhur & Surya,
1975)
Seorang pembimbing atau konselor perlu memperhatikan serta
menguasai beberapa hal berikut ini:18
1. Keterampilan mikro, meliputi squarely (jujur, face to face),
open (terbuka), lean (jarak konselor-klien tidak boleh terlalu
dekat atau terlalu jauh), eye contact (saling melihat), rileks.
Dengan demikian, konselor harus jujur, terbuka, menatap klien
untuk mengobservasi ekspresi yang diungkap lewat masalah
klien, tidak tegang dan tidak terbawa masalah.
2. Keterampilan non verbal (Johana,2000), artinya konselor harus
dapat menangkap arti reaksi ekspresi wajah, mimic, gerakan
17
Dr. Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset,
1993) Cet IV, hlm 30-31. 18
Elfi Mu’awanah, S.Ag., M.Pd. dan Rifa Hidayah, S.Ag., S.Psi., M.Si., Psi. Bimbingan
Konseling Islami di Sekolah Dasar (Jakarta :Bumi Aksara, 2009) h.143
24
mata, tubuh, tangan, untuk kemudian dapat melihat secara jelas
esensi masalah yang tengah terjadi.
3. Keterampilan bersama klien secara emosional.
E. Masyaraakat
Masyarakat adalah sekumpulan orang yang hidup bersama pada
suatu tempat atau wilayah dengan ikatan aturan tertentu.19
Menurut Peter L. Berger masyarakat adalah keseluruhan kompleks
hubungan manusia yang luas sifatnya. Pengertian keseluruhan kompleks
dalam definisi tersebut berarti bahwa kseluruhan itu terdiri atas bagian-
bagian yang membenuk suatu kesatuan.20
F. Akhlakul Karimah
1. Definisi Akhlakul Karimah
Islam menempatkan akhlak pada posisi penting yang harus
dipegang teguh oleh para pemeluknya. Bahkan, tiap aspek dari ajaran
agama islam selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak
yang mulia (Akhlakul Karimah).
Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa
arab) adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di dalam kamus Al-
Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.21
19
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h.924 20
Janu Murdiyatmoko, Sosoilogi Mengkaji dan Memahami Masyarakat (Bandung:
Gafindo Media Pratama, 2007) ,h.18 21
Drs. Asmaran As., M.A., Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1994), Cet II, h.2
25
Baik kata akhlak atau khulk keduanya dijumpai pemakaiannya
dalam al-Quran, sebagai berikut:
“Dan Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi
pekerti yang agung”. (QS.al-Qalam, 68:4).
Di dalam Al-Mu’jam Al-Wasit disebutkan definisi akhlak ialah
sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam
perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.22
Kata akhlakul karimah berasal dari bahasa arab yang berarti budi
pekerti mulia atau tingkah laku mulia. Dalam al-munjid kata akhlak adalah
kata jamak yang berarti “budi pekerti, perangai, tingkah laku”. Dan akhlakul
karimah berarti “akhlak mulia atau tingkah laku mulia”. Di dalam al-mujam
al-wasit disebutkan akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa, yang
dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk tanpa
membutuhkan pemikiran atau pertimbangan.23
Sedangkan akhlakul karimah menurut Abdullah adalah tingkah
laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman sesorang
22
Drs. Asmaran As., M.A., Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1994), Cet II, h.2 23
Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2009), h.7
26
kepada Allah. Akhlakul karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang
terpuji.24
Diantara perbuatan baik adalah pergaulan yang baik, perbuatan
mulia, perkataan yang lembut, menjamu tamu, menyebarkan salam,
mengunjungi orang muslim yang sakit, mengantarkan jenazah orang
muslim, bersikap baik kepada tetangga, menghormati orang tua, memenuhi
undangan makan dan mendoakannya, mendamaikan diantara manusia yang
bertikai, bermurah hati, memulai salam, menahan amarah, dan memaafkan
kesalahan manusia.
Akhlak Rasulullah menjadi panutan atau pedoman bagi manusia
sejak dulu hingga sekarang. Sifat beliau merupakan tauladan bagi anggota-
anggota masyarakat, dan pimpinan beliau menjadi sumber ilham kebaikan
bagi umat islam sejak dahulu hingga sekarang.
Dari keseluruhan definisi diatas tampak tidak ada yang
bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara yang satu dengan
lainnya dan saling melengkapi.
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan akhlakul karimah atau akhlak
yang mulia adalah tingkah laku, perbuatan yang muncul dari hasil
perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, dan kebiasaan yang
mendorong untuk melakukan hal-hal yang baik tanpa berpikir dan penuh
pertimbangan lebih dahulu.
24
Drs. M. Yatimin Abdullah, M.A, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta:
AMZAH, 2007) cet I, h.40
27
2. Macam-macam Akhlakul Karimah
Akhlakul karimah telah banyak dicontohkan oleh Rasulullah
Muhammad s.a.w. dalam kehidupan sehari-harinya, berinteraksi sosial,
berinteraksi dengan alam, dan bahkan berinteraksi dengan Sang
Penciptanya.
Akhlakul karimah atau akhlak yang mulia amat banyak jumlahnya,
namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia
dengan manusia. Akhlak mulia itu dapat dibagi menjadi tiga bagian.25
Berikut uraiannya:
a. Akhlak Terhadap Allah
Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran
bahwa tiada tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji
demikian Agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak
akan mampu menjangkau hakikat-Nya.
b. Akhlak yang Baik Terhadap Diri Sendiri
Selaku individu manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan segala
kelengkapan jasmaniah dan rohaniahnya. Berakhlak baik pada diri
sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan
menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa
dirinya sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggung
jawabkan dengan sebaik-baiknya. Misalnya: hindari minuman
beracun/keras, hindarkan perbuatan yang tidak baik, memelihara
25
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Nilai-nilai Akhlak/ Budi Pekerti dalam Ibadat, (Jakarta: CV
Karya Mulia, 2001) Cet I, h.43-45
28
kesucian jiwa, pemaaf dan pemohon maaf, sikap sederhana dan jujur,
serta menghindari perbuatan tercela.
c. Akhlak yang Baik Terhadap Sesama Manusia
Manusia adalah sebagai mahluk sosial yang kelanjutan
eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada
orang lain. Untuk itu ia perlu menciptakan suasana yang baik, bekerja
sama, saling tolong menolong dengan orang lain, dan satu sama
lainnya saling berakhlak yang baik.
Batasan-batasan akhlak di dalam agama Islam, baik akhlak
terhadap Sang Pencipta, sesama manusia maupun terhadap alam telah
ditentukan oleh al-Quran dan al-Hadits sehingga manusia dapat
menjadikan kedua sumber tersebut sebagai pedoman dalam berakhlak.
Lebih tegasnya, bahwa yang menjadi landasan dan sumber ajaran Islam
secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang baik
dan mana yang buruk ialah al-Qur’an dan al-Hadits.26
Perintah ber-akhlaqul Karimah
Perintah ialah suatu yang wajib dilakukan, secara individu maupun
kelompok. Perintah dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu pertama,
perintah dari Allah. Kedua, perintah dari manusia. Perintah dari Allah
yaitu perintah melaksanakan agama secara kaffah berupa syariat,
hukumnya wajib dilaksanakan.27
26
Abdullah Salim, Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakat (Jakarta:
Media Dakwah, 1994), cet.ke-4, h.12. 27
Drs. M. Yatimin Abdullah, M.A, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta:
AMZAH, 2007), h.193
29
Perintah berakhlakul karimah dalam al-quran adalah sebagai
berikut:
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan
yang baikbagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah. (QS.Al-Ahzab:21)
G. Tujuan dan Fungsi Pembinaan Akhlak
Tujuan Pembinaan Akhlak
Tujuan pembinaan akhlak sebenarnya ialah mengembangkan
potensi akhlak itu sendiri melalui pembinaan di sekolah, keluarga dan
masyarakat. Potensi yang dikembangkan sudah pasti adalah potensi yang
baik.
Adapun tujuan pembinaan akhlak secara spesifik telah dirumuskan
oleh para ahli Psikologi Islam, diantaranya sebagai berikut:
a. Menurut Mohammad Atiyah Al-Abrasyi mengatakan “Tujuan
pembinaan akhlak membentuk manusia bermoral baik, keras
kemauan, sopan dalam perkataan dan perbuatan, mulia dalam tingkah
laku, berperangai, bersifat bijaksana, ikhlas, jujur dan suci.”28
b. Mohammad Ali Hasan mengatakan bahwa “Tujuan pembinaan adalah
agar setiap orang berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai atau
28
Mohammad Atiyah Al-Abrsy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terjemah.H
Bustami dan A.Ghani (Jakarta: Bulan Bintang. 1984). Cet.Ke-4.h.104
30
beradat istiadat yang baik yang sesuai dengan perilaku Rasulullah
serta ajaran islam.”29
Menurut pendapat di atas tujuan pembinaan dilakukan agar setiap
yang dibina bisa berperilaku baik sesuai dengan ketentuan moral dan
agama.
Fungsi Pembinaan Akhlak
Pembinaan akhlak mempunyai dua fungsi yaitu:
a. Fungsi kuratif; membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa
dalam proses perkembangannya atau membenatu dalam mengatasi
masalahnya.
b. Fungsi preventif; fungsi ini pembina dapat memberikan beberapa
terapi sesuai dengan masalah dan keadaan siswa itu sendiri. Pembina
dapat menggunakan lima poin antara lain:
1. Memfasilitasi perubahan tingkahlaku siswa maksudnya adalah
kita sebagai pembina memberikan kesempatan kepada siswa
untuk dapat mengubah tingkah laku.
2. Menciptakan dan memelihara hubungan bukan hanya antara
Pembina dengan siswa melainkan bagaimana siswa dapat
berhubungan dengan lingkungan sekitarnya.
3. Meningkatkan keterampilan memecahkan masalah maksudnya
membantu siswa yang bermasalah tersebut agar dapat belajar
mengatasi situasi-situasi baru yang dihadapinya dengan
keterampilan untuk dapat memecahkan masalah tersebut.
29
Mohammad Ali Hasan, Tuntunan Akhlak (Jakarta: Bulan bintang, 1978). Cet ke-1,h.11
31
4. Meningkatkan kemampuan membuat keputusan yaitu
membantu siswa memperoleh dan memahami, bukan hanya
kemampuan, minat, kesempatan, tetapi juga emosi dan sikap
yang mempengaruhi siswa dalam membuat keputusannya.
5. Memfasilitasi perkembangan potensi siswa maksudnya, setiap
individu merupakan mahluk yang mempunyai kemampuan
atau potensi untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri.
Dengan menegembangkan potensi siswa merupakan tujuan
Pembina yang sering dilakukan di sekolah yaitu dalam
memberikan pembinaan terhadap siswa dengan berupaya
meningkatkan pertumbuhan dan perkmbangan siswa dengan
memberikan kesempatan kepadanya untuk belajar
menggunakan kemampuan dan minatnya secara optimal.30
Berdasarkan kerangka teori yang telah penulis ungkapkan di atas
bisa dicermati bahwa betapa pentinya peranan seorang pembimbing dalam
menumbuhkan nilai-nilai akhlak kepada siswa binaannya. Karena
penanaman nilai-nilai dan akhlak yang baik itu tidak akan mungkin
berhasil hanya dengan pendidikan formal saja tetapi juga membutuhkan
pembiasaan diri dan juga contoh dalam melakukan hal-hal yang baik
(akhlakul karimah) dalam kehidupan mereka sehari-hari.
30
Abubakar Baraja, Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. (Jakarta: Studia Press,
2004). Cet.Ke-1, h.12
32
BAB III
GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA REMAJA
A. Latar Belakang
Perhatian masyarakat umum terhadap anak-anak terlantar putus
sekolah banyak dikaitkan pada kondisi peperangan dan kemiskinan. Situs
internet “Sebuah Dunia Anak” (2003) mengulas panjang lebar tentang anak-
anak korban perang, anak-anak di tempat pengungsian, upasa lembaga
swadaya masyarakat untuk mengatasi, dan lain-lain, seolah kasus
penelantaran anak merupakan kasus dramatis dalam kancah politik
internasional.1
Keberadaan anak-anak terlantar bukanlah suatu kondisi luar biasa
akibat kemelut perang atau sebagai dampak politik suatu Negara, melainkan
sebuah peristiwa yang mungkin terjadi sehari-hari namun tidak disadari oleh
anggota masyarakat. Pendidikan terhadap anak sejatinya berlangsung
sepanjang masa (long live education). Dengan demikian, seorang anak akan
merasakan ketenangan dan ketentraman ketika mengarungi hidup ini. Untuk
mewujutkan hal itu tentunya dengan memasukkan mereka ke sekolah,
sehingga dapat mempengaruhi karakter, kepribadian, wawasan, life skill dan
sikap hidup si anak di masa mendatang agar kehidupan mereka menjadi
lebih layak dan lebih layak lagi.
1 Leaflet yang dikeluarkan oleh Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta
33
Tetapi, bagi sebagian masyarakat hal itu tidak dapat diperoleh,
selain karena biaya pendidikan yang mahal bagi masyarakat, rendahnya
ekonomi keluarga juga menjadi alasan bagi anak-anak untuk ikut membantu
meningkatkan penghasilan keluarga demi melanjutkan hidup. Hal ini
menjadi penyebab utama meningkatnya angka putus sekolah di Republik
tercinta ini. Pelayanan sosial bagi remaja terlantar dan putus sekolah
merupakan salah satu program pemerintah untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan remaja yang kurang “beruntung” agar turut
berperan aktif dalam pembangunan bangsa. Program pengembangan
tersebut menjadi hal yang sangan krusial mengingat semakin meningkatnya
jumlah remaja yang terlantar dan putus sekolah.
Pusat Pengembangan Bambu Apus Jakarta adalah salah satu Unit
Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Sosial RI yang memberikan
pelayanan sosial kepada remaja tersebut berupa bimbingan sosial dan
bimbingan keterampilan kerja, agar mereka memiliki kemampuan dan
kemandirian serta dapat berkembang secara wajar di tengah masyarakat,
sehingga dapat terampil dan aktif berpartisipasi dalam pembangunan.
B. Sejarah Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus berdiri sejak bulan
Juli 1972, namun kegiatan operasionalnya secara resmi baru dimulai pada
tanggal 15 September 1974. Panti ini diresmikan oleh Menteri Sosial RI
34
pada waktu itu yaitu HMS Mintaredja,SH. Pada tahun 1977 panti ini
memperoleh anggaran dari Direktorat Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial.2
Sebelum bernama PSBR, awalnya bernama Panti Asuhan
Percontohan selang beberapa tahun berganti nama menjadi Panti
Penyantunan Anak (PPA). Barulah tanggal 23 Apri 1994, berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 14/HUK/1994
berubah nama menjdi Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus. PSBR mulai
beroperasi tanggal 1 September 1994 sampai dengan saat ini yang
berkedudukan di Jl. PPA. No 1 Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur di
lahan seluas 103.400 m² dengan luas bangunan sluas 20.062 m².
C. Dasar Hukum, Visi, Misi, Fungsi dan Tugas
1. UUD 1945 pasal 2; Tiap-tiap warga Negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
2. UU Nomor: 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
3. UU Nomor: 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
4. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor; 106/HUK/2009 tentang
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di Lingkungan
Departemen Sosial.
Visi dari Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus ini adalah
mewujudkan Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus sebagai Lembaga
Penyelenggara Pelayanan Rehabilitasi Sosial Secara Prima bagi Remaja
Terantar Putus Sekolah.
2 Leaflet yang dikeluarkan oleh Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta
35
Sedangkan Misi Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus yakni :
a. Melaksanakan perencanaan program dan kegiatan
penyelenggaraan rehabilitasi sosial bagi remaja yang efektif dan
efisien;
b. Melaksanaan penyelenggaraan rehabilitasi soaial bagi remaja yang
prima, professional dan berkelanjutan sesua prosedur dan standar
pelayanan;
c. Meningkatkan dukungan manajemen penyelenggaraan rehabilitasi
sosial bagi remaja yang akuntabel, transparan dan profesional.
Fungsi :
Pusat pemberdayaan dan pengembangan diri remaja
Pusat informasi, pelatihan dan penelitian tentang perilaku
sosial remaja dan organisasi
Pusat rujukan penanganan masalah sosial remaja sebagai
upaya pencegahan, rehabilitasi, pemberdayaan, dukungan dan
pengembangan.
Tugas: Memberikan bimbingan dan pelayanan yang bersifat
preventif, rehabilitatif dan promotif dalam bentuk bimbingan fisik, mental,
sosial, pelatihan, keterampilan, resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi
remaja terlantar putus sekolah agar mampu mandiri dan berperan aktif
dalam kehidupan masyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar
pelayanan.
36
D. Strategi Pelayanan
Berikut adalah strategi pelayanan Panti Sosial Bina Remaja untuk
mencapai maksud dan tujuannya, yaitu:
1. Melalui perlindungan anak, penguatan keuarga dan
masyarakat.
2. Optimalisasi sumber-sumber lokal, kerjasama dan kemitraan.
3. Standarisasi pelayanan sosial dan pengembangan
kelembagaan.
4. Evaluasi pelaksanaan program.
5. Berjalan pada prinsip umum konvensi hak anak yang
meliputi; non-diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak,
perhatian terhadap partisipasi anak dan integrasi pelayanan
sosial dalam perlindungan hak-hak anak.
E. Prinsip Dasar Pelayanan Sosial
1. Penerimaan, bahwa setiap pelayanan yang diberikan selalu
didasarkan pada kondisi objektif dalam memahami sasaran.
Kondisi tersebut berkaitan dengan berbagi kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh remaja.
2. Individualisasi, setiap pelayanan yang diberikan adalah unik,
spesifik sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh
remaja, bukan berorientasi pada kepentingan pelaksanaan.
3. Partisipasi, bahwa setiap pelayanan haruslah melibatkan remaja
secara proaktif dalam setiap proses pelayanan yang dilakukan
37
terhadapnya. Termasuk didalamnya adalah memberikan peluang
seluas-luasnya kepada remaja untuk menentukan berbagai
pilihannya.
4. Kerahasiaan, setiap pelayanan sosial yang diberikan haruslah
berdasarkan pada konfidentilitas.
5. Mawas diri, setiap pelayanan yang dilakukan seyogyanya
didasarkan pada kepentingan pribadi.
6. Setiap pelayanan yang dilakukan harus dapat dipertanggung
jawabkan kepada publik.
F. Sasaran dan Jangka Waktu Pelayanan
a. Sasaran
Sasaran pelayanan PSBR Bambu Apus Jakarta adalah
Remaja terlantar putus sekolah berusia 15-18 tahun dirujuk oleh
Dinas Sosial atau Lembaga Sosial lainnya.
b. Jangka Waktu Pelaksanaan
Adapun waktu pelayanan di PSBR Bambu Apus Jakarta
dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, dengan menggunakan
sistem semester untuk 150 anak.
38
G. Alur
Grafik 1. Alur
H. Program, Sarana dan Prasarana Panti Sosial
1. Program dan Bentuk Pelayanan
a. Pemenuhan Kebutuhan Pokok
b. Bimbingan Fisik meliputi: Kedisiplinan, Senam Kesegaran
Jasmani, Volley Ball, Futsal, Badminton, Beladiri.
c. Bimbingan Mental meliputi: Keagamaan/kerohanian,
Outbound, Kunjungan Industri, Pembekalan Magang, Magang,
widya Wisata.
d. Bimbingan Sosial meliputi: kewirausahaan, Melamar
Pekerjaan, Etika Sosial, Remaja dan Permasalahannya,
Kepemimpinan dan Keorganisasian.
Pendekatan awal
(intake & engagement)
Pengungkapan dan
pemahaman masalah
(assessment)
Penyusunan rencana
pemecahan masalah (plan
of intervention)
Pelaksanaan pemecahan
masalah (intervention)
Evaluasi terminasi dan
rujukan (termination)
Bimbingan dan pembinaan lanjut (after
services)
39
e. Psikososial
f. Bimbingan Keterampilan meliputi: Montir (Automotive),
Elektronika (Electronica), Las (Welding), Menjahit (Sewing),
Salon (Beauty Care).
g. Layanan Kesehatan
2. Program Pengembangan
a. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
b. Taman Anak Sejahtera (TAS)
c. Layanan Luar Panti
d. Workshop Situation.
Sarana dan Prasarana
Fasilitas: Gedung Kantor, Ruang Serbaguna, Ruang Keterampilan
dan Peralatan, Rumah (cottage), Sarana Olahraga dan Seni, Masjid, Ruang
Laboraturium Komputer, Ruang Poliklinik, Ruang Kepustakaan, Ruang
Makan.
40
I. Struktur Organisasi
Grafik 2. Struktur Organisasi Panti Sosial Bina Remaja
J. Data Pegawai
Grafik 3. Data Pegawai Panti Sosial Bina Remaja Berdasarkan Jenis
Kelamin
Instalasi Produksi (Sheltered Workshop)
Kepala Panti
Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial
Kelompok Jabatan Fungsional/Peksos
Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial
Kasubag Tata USaha
perempuan 52%
laki-laki 48%
Berdasarkan Jenis Kelamin
41
Grafik 4. Data Pegawai Panti Sosial Bina Remaja Berdasarkan
Riwayat Pendidikan
S-2; 7
S-1; 8
D-IV; 10 D-III; 4
SLTA/SMPS; 13
SLTP; 5
SD; 1
Berdasarkan Riwayat Pendidikkan
S-2
S-1
D-IV
D-III
SLTA/SMPS
SLTP
SD
42
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
A. Tugas Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina Akhlakul
Karimah di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta
Tugas pembimbing rohani islam dalam membina akhlakul karimah
remaja bukan hal yang mudah. Setiap apa yang dilakukan oleh pembimbing
akan dicontoh oleh anak didiknya. Pembimbing rohani harus memiliki
pengetahuan yang mempuni dalam bidang agama. Untuk itu tidak sembarangan
orang bisa menjadi pembimbing. Begitu beratnya tugas sebagai seorang
pembimbing rohani apalagi yang dihadapinya adalah remaja, tidak hanya
pengetahuan agama saja yang harus dikuasai oleh pembimbing tapi juga
pengetahuan umum tentang masalah perkembangan dan psikologisnya pun
harus dikuasai karena hal itu berkaitan dengan pembinaan yang diberikan oleh
pembimbing.
Bimbingan rohani di Panti Sosial Bina Remaja ini dilaksanakan setiap
hari setelah solat maghrib sampai menjelang isya di Masjid Istqomah yang
berada dalam komplek Panti Sosial Bina Remaja dengan pengawasan
pembimbing rohani itu sendiri. Serta memberikan pengajaran tentang ilmu
agama khususnya tentang akhlak yang bersumber dari al-quran dan hadits agar
para siswa dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
43
Bimbingan rohani islam ini sangat penting, agar siswa yang mengikuti
bimbingan ini mampu menjalankan hidup mereka sesuai dengan ketentuan
agama islam dan merekapun dapat mengetahui serta berbagi ilmu pengetahuan
agama yang selama ini belum mereka dapatkan.
Setelah melakukan penelitian tentang apa saja tugas seorang
pembimbing dalam membina akhlakul karimah remaja di Panti Sosial Bina
Remaja, peneliti mendapatkan hasil tentang tugas-tugas yang dijalani oleh
pembimbing yaitu di antaranya sebagai berikut :
Dari penelitian yang penulis lihat di lapangan, metode bimbingan yang
dipakai oleh pembimbing dalam melaksanakan bimbingan rohani tersebut
adalah metode tabligh atau ceramah, metode diskusi kelompok, metode praktik
ceramah dan metode tanya-jawab. Serta pembimbing menggunakan absensi
agar anak-anak lebih disiplin dan rajin untuk mengikuti kegiatan di masjid.
Menurut wawancara yang dilakukan penulis, pembimbing rohani islam
di Panti Sosial Bina Remaja, pembimbing memaparkan bahwa tugas
pembimbing rohani islam dalam membina akhlakul karimah remaja “Tugas
saya dalam membimbing anak-anak tentunya memberikan contoh bagaimana
akhlak yang baik itu, misalnya saja menanamkan kejujuran, menghormati orang
yang lebih tua, pokoknya memberikan contoh akhlak yang baik dalam
kehidupan sehari-hari. Terus supaya anak juga bisa membedakan mana yang
44
boleh dikerjakan, dan mana yang ditinggalkan”1 dengan memberikan contoh
langsung kepada si anak maka anak akan mengikuti apa yang orang dewasa
lakukan, disini pembimbing bertindak sebagai contoh dan teladan yang
nantinya sikap dan perilaku pembimbing akan dilihat oleh anak bimbingnya.
Hal ini diperkuat dan bersumber dari ajaran al-quran dan hadits.
Sebagaimana tingkah laku Nabi Muhammad yang merupakan contoh suri
teladan bagi umat manusia, ini ditegaskan oleh Allah dalam al-quran :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS.Al-Ahzab (33):21)
Seorang pembimbing haruslah memiliki akhlak yang baik, segala
sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama dan memberi
manfaat bagi diri sendiri serta orang lain.2
Tugas seorang pembimbing yang selanjutnya adalah “Menurut saya
peranannya sebagai pencerah, karna saya jadi banyak tahu tentang banyak hal
mengenai islam seperti akhlak yang baik dan buruk dan lain-lain. Selain itu
juga peranannya sebagai pengganti orang tua yang selalu mengingatkan saya
1 Wawancara Pribadi dengan Bapak M.Imron Rosyadi, Jumat 30 agustus 20132 Drs. M. Yatimin Abdullah, M.A, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta:
AMZAH, 2007) h
45
ketika saya lupa dan lain-lain.”3 begitulah pemaparan Yulis salah satu anak
bimbingan di Panti Sosial Bina Remaja. Maksudnya adalah pembimbing
rohani memberikan pencerahan tentang banyak hal mengenai agama seperti
akhlak, ibadah dan masalah yang lainnya. Selain itu pembimbing membantu
mengarahkan dan mengingatkan anak-anak agar selalu berbuat baik dan
berada di jalan agama. Selain itu pembimbing bertugas mengingatkan anak
bimbingnya untuk selalu mengerjakan perintah agama, berbuat baik kepada
sesama dan menghormati kepada orang yang lebih tua.
Pembimbing rohani diberi tempat khusus oleh anak-anak karena
sebagai pengganti orang tua selama di panti atau sebagai orang tua asuh
pembimbing juga bertanggung jawab atas anak tersebut selama ada di panti
dan dalam bimbingannya.
Pembimbing rohani bukan hanya orang yang memberikan pendidikan
dan pengajaran tetapi pembimbing rohani juga berperan sebagai pengganti
orang tua siswa selama berada di Panti Sosial Bina Remaja ini.
Pembimbing rohani islam “Sebagai ustadz yang membimbing kita biar
meningkatkan pendidikan agama islam dan mengadakan siraman rohani.”4
Khusunya dalam hal akhlak, pembimbing melalui metode ceramah
memberikan gambaran bagaimana akhlak mulia yang di miliki Rasullah, agar
dapat di contoh oleh siswa siswi di Panti Sosial Bina Remaja.
3 Wawancara pribadi dengan Yulis Kurniawan, Rabu 4 September 20134 Wawancara Pribadi dengan Titin Hasanah, Rabu 4 September 2013
46
“Karena tidak adanya petunjuk pelaksanaan dari panti, memang
sebetulnya secara umum saya ingin mereka itu tertib dan disiplin lalu saya
menggunakan absensi dan absensi itu ternyata efektif karena untuk itu perlu
banyak yang dibiasakan dan dipaksakan.”5 Karena untuk mengubah sikap dan
tingkah laku remaja remaja perlu dibiasakan unuk selalu berbuat baik maka
kedepannya akan terbentuk dalam dirinya untuk selalu mengamalkan nilai
kebaikan tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.
Selanjutnya pembimbing tidah hanya menjadi tempat bertanya
pembimbing rohani juga menjadi pemberi nasehat dan masukan-masukan bagi
para siswa. Seorang pembimbing rohani memiliki tempat khusus bagi anak-
anak karena setiap ada masalah mereka selalu meminta pendapat dan nasehat
dari pembimbing. Anak-anak di Panti sosial Bina Remaja banyak yang
berkonsultasi dengan pembimbing mengenai masalah mereka yang tidak bisa
mereka selesaikan sendiri, contohnya mengenai masalah agama dan juga
kadang masalah pribadi. Oleh sebab itu pembimbing memiliki tugas ganda di
samping membina dan membimbing mereka, pembimbing juga harus siap dan
bijaksana dalam menghadapi serta membantu menyelesaikan masalah mereka
atau hanya sekedar menjadi pendengar yang baik saja. Di sinilah kenapa
seorang pembimbing diharapkan menguasai psikologi perkembangan remaja
agar permasalahan-permasalahan yang dialami remaja ini mampu difahami
dengan baik dan bisa membantu menyelesaikannya.
5 Wawancara Pribadi dengan Bapak M.Imron Rosyadi, Jumat 30 agustus 2013
47
Dari hasil wawancara yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan
secaraa garis besarnya tugas sebagai seorang pembimbing rohani islam di
Panti Sosial Bina Remaja adalah sebagai berikut :
1. Memberikan Contoh atau Teladan
2. Memberi Pencerahan
3. Sebagai Orang Tua Asuh
4. Sebagai Pendidik dan Pengajar
5. Menjadi Tempat Bertanya dan Pemberi Nasehat
B. Harapan Masyarakat Tentang Tugas Pembimbing Rohani Islamdalam Membina Akhlakul Karimah di Panti Sosial Bina RemajaBambu Apus Jakarta
Selain mewawancarai pembimbing rohani islam, peneliti juga
berdialog dengan masyarakat sekitar Panti Sosial Bina Remaja, masyarakat ini
adalah orang yang tinggal di sekitar komplek panti dan ada pula yang menjadi
jamaah di Masjid Istiqomah serta mengetahui adanya bimbingan yang
dilakukan pembimbing bagi remaja di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus.
Harapan masyarakat tentang tugas pembimbing rohani islam dalam
membina akhlakul karimah remaja di Panti Sosial Bina Remaja ini adalah bagi
pembimbing agar “…bimbingannya harus tepat sesuai kebutuhan remaja,
pembimbing harus bisa menjadi contoh bukan hanya memberikan contoh
tauladan sehari-hari”.6 Pembimbing menggunakan metode yang tepat terkait
6 Wawancara Pribadi dengan Bapak Nurdin, Selasa, 10 September 2013
48
pembinaan akhlakul karimah yang sesuai dengan keinginan remaja. Agar para
remaja dapat menerima materi bimbingan dengan baik.
“…harapan kami sebagai masyarakat tentu agar dalam membina para
remaja agar secara berkesinambungan, sebab merubah akhlak tidak cukup
dengan waktu yang sedikit, remaja saat ini mudah terpengaruh dengan dunia
luar yang begitu banyak memberi contoh yang kurang baik dan remaja sendiri
masih berpikiran labil.” 7 Untuk itu pembiasaan melakukan hal-hal yang baik
harus dilakukan sedini mungkin agar para remaja benar-benar tau apa yang
boleh mereka kerjakan dan apa yang harus mereka tinggalkan.
Kemudian “ harapan untuk kedepannya supaya menjadi lebih baik dari
sebelumnya, menjadi muslimah yang solehah serta berakhlak mulia dan lebih
taat lagi terhadap ajaran-ajaran yang diperintahkan oleh Allah SWT.”8 Dengan
pembinaan akhlak yang berlandaskan al-quran dan hadits diharapkan anak-anak
dapat mengamalkan apa yang mereka dapatkan dari bimbingan tersebut dalam
sikap dan perilaku sehari-harinya baik di dalam panti maupun nanti saat sudah
keluar dari panti.
Masyarakat juga berharap dengan adanya bimbingan ini khususnya
bimbingan tentang akhakul karimah agar remaja “…bisa mengoreksi diri agar
bisa menjadi remaja islam yang baik dan berkualitas.”9 Ilmu tentang akhlakul
karimah nantinya akan memberikan panduan kepada manusia agar dapat
7 Wawancara Pribadi dengan Bapak Sudirman, Senin, 2 September 20138 Wawancara Pribadi dengan Indah Rahmawati, Rabu, 4 September 20139 Wawancara pribadi dengan Yulis Kurniawan, Rabu 4 September 2013
49
menilai dan menentukan suatu perbuatan tersebut termasuk pada perbuatan
yang baik atau buruk.
Masyarakat disekitar Panti juga menjadi target penelitian, mereka
mengharapkan tugas seorang pembimbing rohani islam dalam membina
akhlakul karimah sangatlah penting, pembimbing rohani islam harus
menggunakan “metodenya harus tepat yang sesuai dengan karakter remaja,
kemudian mengutamakan dialog dan diskusi dan dikemas secara sederhana
tidak menggurui…”10 agar bimbingan tersebut dapat dengan mudah diterima
oleh remaja. Pembimbing bukan hanya bisa memberikan contoh tapi juga
harus bisa menjadi contoh bagi para remaja baik sikap maupun perilaku.
C. Kesesuaian Antara Tugas Pembimbing Rohani Islam dengan
Harapan Masyarakat
Setelah mendapatkan data dan melakukan penelitian melalui
wawancara kepada pembimbing dan masyarakat sekitar Panti Sosial Bina
Remaja Bambu Apus, peneliti dapat mengambil kesesuaian antara pendapat
kedua pihak tersebut.
Menurut pembimbing di Panti Sosial Bina Remaja tugasnya sebagai
seorang pembimbing adalah : memberikan contoh akhlak yang baik pada anak
dalam kehidupan sehari-hari, agar anak-anak bimbingannya terbiasa untuk
berbuat dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama. Menjadi pengarah bagi
10 Wawancara Pribadi dengan Bapak Nurdin, Selasa, 10 September 2013
50
anak-anak agar melakukan ibadah serta mengawasi dan selalu mengingatkan
anak bimbingnya agar selalu ada di jalan agama. Kemudian pembimbing
berperan sebagai orang tua asuh dimana pembimbing menjadi pengganti orang
tua bagi anak bimbingnya, disini pembimbing harus benar-benar menguasai
sosok orang tua. Pembimbing juga harus siap menjadi pendengar yang baik
ketika ada anak yang menyampaikan keluh kesah tentang masalah pribadi yang
dialami anak bimbingnya tersebut serta harus siap dan bijaksana jika diminta
memberikan nasehat kepada anak.
Menurut beberapa masyarakat yang ada di sekitar Panti Sosial Bina
Remaja mereka berpendapat bahwa tugas sorang pembimbing guna membina
akhlakul karimah remaja adalah: memberikan pembelajaran agama seperti
pendidikan akhlak, membaca al-quran kepada anak bimbingnya secara kontinyu
dan istiqomah serta membuat anak agar dapat membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk. Menjadi contoh dan teladan yang baik dalam perilaku
sehari-hari, mereka juga mengatakan bahwa bukan hanya pembimbing yang
menjadi penanggung jawab dan memberikan contoh untuk berakhlak yang baik
kepada remaja di Panti tetapi seluruh lapisan masyarakat khususnya pihak-
pihak yang berhubungan secara langsung dengan anak-anak di Panti Sosial
Bina Remaja Bambu Apus juga harus memiliki tanggung jawab atas kehidupan
mereka guna menjadi remaja yang berakhlak mulia (akhlakul karimah).
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa harapan
masyarakat di sekitar Panti Sosial Bina Remaja tentang tugas pembimbing
51
rohani islam dalam membina akhlakul karimah remaja sesuai dengan tugas
pembimbing rohani islam yang ada di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus
Jakarta menurut masyarakat di sekitar Panti Sosial Bina Remaja.
52
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Setelah melakukan hasil penelitian skripsi yang berjudul peranan
pembimbing rohani dalam membina akhlakul karimah remaja di Panti Sosial
Bina Remaja Bambu Apus Jakarta, akhirnya dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Tugas pembimbing dalam membina akhlakul karimah remaja di Panti
Sosial Bina Remaja yaitu memberikan contoh dan teladan kepada
anak bimbing, memberikan pencerahan, pembimbing bertindak
sebagai orang tua asuh yang mengawasi anak-anak selama ada dalam
panti, sebagai pendidik dan pengajar, serta menjadi tempat bertanya
dan pemberi nasehat.
2. Harapan masyarakat pada pembinaan akhlakul karimah ini agar anak-
anak bisa menjadi orang yang berakhlak mulia, mengamalkan ajaran-
ajaran agama dalam kehidupan sehari-harinya.
3. Harapan masyarakat di sekitar Panti Sosial Bina Remaja tentang tugas
pembimbing rohani islam dalam membina akhlakul karimah remaja
sesuai dengan tugas pembimbing rohani islam yang ada di Panti Sosial
Bina Remaja Bambu Apus Jakarta menurut masyarakat di sekitar Panti
Sosial Bina Remaja.
53
b. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperolah, peneliti dapat
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Pembimbing lebih meningkatkan lagi peranan mereka dalam
membina aklakul karimah remaja di panti
2. Menambah personil pembimbing agama agar bimbingan agama
dan pembinaan akhlak lebih efektif.
3. Diharapkan waktu bimbingan rohani tidak hanya ada pada malam
hari, tetapi juga pada siang atau pagi hari agar anak-anak saat
mengikuti bimbingan tidak dalamm keadaan lelah karena kegiatan
seharian.
53
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: AMZAH,
Cet. I, 2007.
Al-Abrsy, Mohammad Atiyah. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terjemah.H
Bustami dan A.Ghani, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. IV, 1984.
Amin, Samsul Munir. Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, Cet. I,
2010.
Ardani, Moh., Nilai-nilai Akhlak/ Budi Pekerti dalam Ibadat, Jakarta: CV. Karya
Mulia, Cet. I, 2001.
Asmaran. Pengantar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Cet. II, 1994.
Baraja, Abubakar. Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta: Studia Press,
Cet. I, 2004.
Berry, David. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
Cet. III, 1955.
Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik
dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, Cet. IV, 2010.
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. II, 2002.
Faqih, Ainur Rahim. Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: UII Press,
Cet. II, 2001
Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan
Laporan Penelitian, Malang: UMM Press, Cet. II, 2010.
Hasan, Mohammad Ali. Tuntunan Akhlak (Jakarta: Bulan bintang, Cet. I. 1978.
Hallen, Bimbingan dan Konselin., Jakarta: Quantum Teaching, Cet I, 2002.
---------. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat pres, 2002. Reprint, Jakarta:
Quantum Teaching, 2005.
Hidayati, Heny Narendrany. Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2009.
Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan,
Jakarta: Kencana, Cet. III, 2007.
54
Lesmana , Jeanette Murad. Dasar-Dasar Konseling, Jakarta: UIP, 2005.
Lutfi, Muhammad. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif hidayatullah Jakarta, 2008.
M. Arifin. Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden Terayon
Press, Cet. III, 1992.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
Cet. VIII, 2007.
Mu’awanah, Elfi, dan Rifa Hidayah. Bimbingan Konseling Islami di Sekolah Dasar,
Jakarta :Bumi Aksara, 2009.
Mustofa, A, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, Cet. I, 1997.
Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, Jakarta:
LPSS, Cet.I, 1998.
Pratanto, Pius A. dan M. Dahlan Al-Barry. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola
Prayitno, Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka
Cipta, Cet. II, 2008.
Salim, Abdullah. Akhlak Islam: Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, Jakarta:
Media Dakwah, Cet. IV, 1994
Sarlito Wirawan Sarwono. Teori-Teori Psikologi sosial. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, Cet. IV, 1988.
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi: Mixed Methods, Bandung: Alfabeta, 2011.
Tebba, Sudirman. Nikmatnya Shalat, Jakarta: Pustaka irVan, 2008.
Umar, M, dan Sartono. Bimbingan danPenyuluhan : Untuk Fakultas Tarbiyah
Komponen MKDK, Bandung: CV Pusataka Setia, Cet, II, 2001.
Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset,
Cet. IV, 1993.
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. Landasan Bimbingan dan Konseling,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. II, 2006.
HASIL WAWANCARA
Nama : Bapak M. Imron Rosyadi
Alamat : Bambu Apus
Tempat , tanggal lahir : Lubuk Linggau, 28 Juli 1973
Jabatan : Pembimbing Rohani Islam
Tanggal wawancara : 30 Agustus 2013
Lokasi wawancara : Rumah
Judul : Peranan Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina
Akhlakul Karimah Di PSBR Bambu Apus-Jakarta
Tugas pembimbing rohani islam dalam membina akhlakul karimah di Panti Sosial
Bina Remaja Bambu Apus Jakarta Timur
Pertanyaan dan jawaban :
1. Sudah berapa lama bapak menjadi pembimbing rohani islam di Panti Sosial
Bina Remaja?
Jawaban : Sudah 6 tahun
2. Apa tugas bapak sebagai seorang pembimbing dalam membina akhlakul
karimah?
Jawaban : Membuat mereka nyaman, faham dan membuat mereka betul-betul
terbuka bahwa jangan menganggap apa yang selama ini mereka
kerjakan itu paling benar dan yang lain itu salah. Karena merubah
sesuatu yang biasa mereka lakukan sehari-hari tiba-tiba berbeda
tidak gampang. Biasanya kondisi ini cuma satu bulan sampai satu
setengah bulan tapi setelah itu mereka faham dan nyaman
melaksanakan solat berbeda dari yang biasa mereka lakukan.
Kalau tentang tugas bapak untuk masalah akhlaknya sendiri bagaimana pak?
Jawaban: Tugas saya dalam membimbing anak-anak tentunya memberikan
contoh bagaimana akhlak yang baik itu, misalnya saja
menanamkan kejujuran, menghormati orang yang lebih tua,
pokoknya memberikan contoh akhlak yang baik dalam kehidupan
sehari-hari. Terus supaya anak juga bisa membedakan mana yang
boleh dikerjakan, dan mana yang ditinggalkan.
3. Bagaimana menjalankan tugas tersebut?
Jawaban : Karena tidak adanya petunjuk pelaksanaan dari panti, memang
sebetulnya secara umum saya ingin mereka itu tertib dan disiplin
lalu saya menggunakan absensi dan absensi itu ternyata efektif
karena untuk itu perlu banyak yang dibiasakan dan dipaksakan.
4. Materi apa yang biasanya bapak berikan untuk membina akhlakul karimah?
Jawaban : Materi akhlak yang saya berikan biasanya berkaitan dengan
pertanyaan anak-anak misalnya ya etika secara umum karena di
rumah itu di antaranya tidak diajari etika apalagi akhlak secara
khusus. Mereka tidak tau, tidak pernah belajar dan diajarin
tentang akhlak dirumah mereka. Maka saya ajarkan mereka juga
bagaimana cara bersikap atau menghormati orang yang lebih tua.
5. Metode apa yang bapak gunakan dalam membina akhlakul karimah?
Jawaban : Macam-macam ya terus salah satunya itu tabligh artinya ceramah
tapi lebih banyak dengan metode tanya jawab, lalu juga dengan
cara diskusi kelompok. Anak-anak saya bagi menjadi 10
kelompok lalu per kelompok mengungkapkan apapun tentang
suatu tema dan kelompok lain memberi pendapat dan
menyanggah. Dan kadang di luar waktu bimbingan mereka
menghadap saya untuk sekedar bercerita tentang masalah yang
mereka sedang hadapi begitu.
6. Media dan sarana apa saja yang digunakan dalam memberikan bimbingan
akhlakul karimah?
Jawaban : Media yang digunakan yaitu dengan menggunakan infocus,
termasuk juga ya kita menggunakan perpustakaan masjid
terutama memang.
7. Apa peranan pembimbing rohani islam dalam membina akhlakul karimah di
panti ini?
Jawaban : Peranannya artinya ya mengarahkan anak-anak supaya bisa
melaksanakan minimal ibadah yang baku, agama itu luas
termasuk ya tadi akhlaknya, yang namanya segala sesuatu bisa
bernilai amal shaleh asal dilakukan dengan benar yaitu ikhlas
karena Allah.
8. Apakah tujuan dilaksanakannya pembinaan akhlakul karimah di panti ini?
Jawaban : Tujuan pembinaan ini ya saya lebih mengatakan secara agama
mereka memiliki tanggung jawab, jangan mengakui islam saja
tetapi dilaksanakan prakteknya daripada teorinya dan juga tentu
saja membentuk pribadi yang islami tujuannya itu saja.
9. Apa saja faktor penghambat yang bapak temui dalam memberikan pembinaan
di panti ini?
Jawaban : Faktor penghambatnya kurangnya waktu yang tepat dan cukup
untuk melakksanakan pembinaan ini, dan juga jauh dari ideal 1
berhadapan dengan 150 orang terus yang saya hadapin itu jam-jam
kritis dimana saat anak-anak itu secara fisik dan mental tuh lelah
untuk mengikuti kegiatan di masjid.
HASIL WAWANCARA
Nama : Bapak Namin Sunarto. A.KS
Jabatan : Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial
Tanggal wawancara : 31 Oktober 2013
Lokasi wawancara : PSBR Bambu Apus
Judul : Peranan Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina
Akhlakul Karimah Di PSBR Bambu Apus-Jakarta
Harapan masyarakat tentang tugas pembimbing rohani islam dalam membina
akhlakul karimah remaja
Pertanyaan dan jawaban :
1. Menurut bapak apa saja tugas sebagai seorang pembimbing rohani islam
dalam membina akhlakul karimah remaja?
Jawaban :Saya pikir tugas dari pembimbing sebagai peningkatan keagamaan
dan keimanan si anak. Lalu pembimbing juga menanamkan pada
anak sopan santun, itu juga termasuk mendidik akhlak anak agar
anak memiliki akhlak yang baik. Ada juga pembelajaran tentang
pendidikan agar anak bisa membaca al-quran. Sebenarnya cukup
banyak ini lebih pada penanaman sikap, mental anak. Cuma ada
beberapa kendala menurut saya itu pada tingkat kejenuhan anak
kemudian belum tumbuh kesadaran pada diri si anak bahwa
agama dan ibadah itu penting karena mereka belum terbiasa. Jadi
secara umum itu lho, untuk meningkatkan tentang pemahaman
keagamaan si anak membiasakan mempunyai tanggung jawab
mengenai kewajiban-kewajiban tentang keagamaan. Ini terlalu
kompleks dengan karakter anak yang berbeda.
2. Bagaimana agar seorang pembimbing dapat mencapai tujuan yang
diharapkan?
Jawaban : Pembimbing harus mempunyai wawasan yang luas kita tidak bisa
memaksakan kalau si pembimbing tidak memiliki wawasan yang
luas karena bagaimana menyampaikan ke anak kalau tidak tahu
ilmunya.
3. Apa harapan bapak pada bimbingan yang diberikan untuk membina akhlakul
karimah remaja?
Jawaban : Kalau harapan saya sih mereka lebih meningkatkan tentang
pemahaman agama dan bisa melaksanakan kewajiban sehari-
harinya lebih meningkat. Saya pikirkan waktunya masih malam
hari, saya kepengan kan jam jam siang di 2014 ada. Ini
rencananya modelnya seperti konseling. Harapan saya juga setelah
mereka mengikuti ini mereka bisa lebih meningkat yang tadinya
belum mengerti agama setelah mengikuti jadi lebih faham dan
melaksanakannya sehari-hari . Ini memang PR berat kita.
4. Program-program pembinaan apa saja yang bapak harapkan dari pembimbing
agar program yang diberikan dapat membantu membina akhlakul karimah di
panti?
Jawaban : ini bagaimana saya berpikir anak itu tidak perlu disuruh-suruh tapi
pas jamnya datang gitu. Sampai sekarang saya belum ketemu
sampai sekarang. Kalau mba punya formulasi yang bagus, saya
minta, ya ya artinya saya tidak memaksakan itu tapi dia seneng
dari bentuk penyampaiannya, tempatnya. Program yang tidak
monoton, bagaimana anak-anak senang untuk mengikutinya.
HASIL WAWANCARA
Nama : Bapak Nurdin
Alamat : Bambu Apus
Tempat , tanggal lahir : Ngawi, 3 Januari 1958
Jabatan : Pengurus Masjid Istiqomah
Tanggal wawancara : 10 September 2013
Judul : Peranan Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina
Akhlakul Karimah Di PSBR Bambu Apus-Jakarta.
Harapan masyarakat tentang tugas pembimbing rohani islam dalam membina
akhlakul karimah remaja
Pertanyaan dan jawaban :
1. Menurut bapak apa saja tugas sebagai seorang pembimbing rohani islam
dalam membina akhlakul karimah remaja?
Jawaban : Tugas seorang pembimbing ini dalam rangka membina akhlak
remaja yang pertama adalah harus mendalami psikologi remaja,
yang kedua mempelajari islam secara komprehensip khususnya
terkait akhlakul karimah, lalu yang ketiga mempraktekan langsung
melaui ceramah, focus group discussion, konseling pribadi,
konseling pribadi ini penting, lalu pembimbing itu harus tau apa
tujuannya, yang ke empat yang lebih penting adalah pembimbing
menjadi contoh dalam perilaku sehari-hari.
2. Bagaimana agar seorang pembimbing dapat mencapai tujuan yang
diharapkan?
Jawaban : Metodenya harus tepat dan sesuai dengan karakteistik remaja,
kemudian mengutamakan dialog dan diskusi dan dikemas secara
sederhana tidak menggurui , kalau model pak Imron itu sudah
bagus, yang penting bisa menjadi contoh.
3. Apa harapan bapak sebagai masyarakat pada bimbingan yang diberikan untuk
membina akhlakul karimah remaja?
Jawaban : Harapannya yang pertama bimbingannya harus tepat sesuai
kebutuhan remaja, pembimbing harus bisa menjadi contoh bukan
hanya memberikan contoh tauladan sehari-hari.
4. Program-program pembinaan apa saja yang bapak harapkan dari pembimbing
agar program yang diberikan dapat membantu membina akhlakul karimah di
panti?
Jawaban : Harus lebih banyak penjelasan ada ceramah-ceramah tentang
akhlakul karimah, yang kedua ada bimbingan konseling pribadi
terutama ditujukan bagi remaja yang mempunyai perilaku
menyimpang, yang ketiga kalau bisa programnya ada roll playing
atau bermain peran, kemudian yang keempat adalah pengisian
waktu luang dengan kegiatan positif sehingga remaja terhindar
dari perilaku menyimpang.
HASIL WAWANCARA
Nama : Bapak Sudirman
Alamat : Bambu Apus
Tempat , tanggal lahir : Kebumen, 12 April 1958
Jabatan : Jamaah
Tanggal wawancara : 2 September 2013
Judul : Peranan Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina
Akhlakul Karimah Di PSBR Bambu Apus-Jakarta
Harapan masyarakat tentang tugas pembimbing rohani islam dalam membina
akhlakul karimah remaja
Pertanyaan dan jawaban :
1. Menurut bapak apa saja tugas sebagai seorang pembimbing rohani islam
dalam membina akhlakul karimah remaja?
Jawaban : Memberikan pembelajaran agama secara kontinyu dan istiqomah,
jangan merasa lelah untuk membina akhlak yang baik untuk para
anak didiknya walaupun banyak halangan dan rintangan.
2. Bagaimana agar seorang pembimbing dapat mencapai tujuan yang
diharapkan?
Jawaban : Dengan cara istiqomah dan sabar dalam menjalani tugasnya agar
tercapai tujuan-tujuan yang diharapkan
3. Apa harapan bapak sebagai masyarakat pada bimbingan yang diberikan untuk
membina akhlakul karimah remaja?
Jawaban : Harapan kami sebagai masyarakat tentu agar dalam membina para
remaja agar secara berkesinambungan, sebab merubah akhlak
tidak cukup dengan waktu yang sedikit, remaja saat ini mudah
terpengaruh dengan dunia luar yang begitu banyak memberi
contoh yang kurang baik dan remaja sendiri masih berpikiran
labil.
4. Program-program pembinaan apa saja yang bapak harapkan dari pembimbing
agar program yang diberikan dapat membantu membina akhlakul karimah di
panti?
Jawaban : Menambah pembimbing rohani islam, memberikan contoh-contoh
para orang yang berakhlak mulia, membiasakan untuk para siswa
untuk setiap hari membaca al-quran dan punya hafalan al-quran,
untuk banyak-banyak diajari bersyukur dan memahami orang-
orang yang tarafnya lebih rendah.
HASIL WAWANCARA
Nama : Indah Rahmawati
Alamat : Serang
Tempat , tanggal lahir : JagoBayo, 28 Januari 1997
Jabatan : Siswi PSBR
Tanggal wawancara : 4 September 2013
Lokasi wawancara : Perpustakaan Masjid
Judul : Peranan Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina
Akhlakul Karimah Di PSBR Bambu Apus-Jakarta.
1. Menurut kamu apa peranan pembimbing dalam membina akhakul karimah di
panti ini?
Jawaban : Ya sebagai pembimbing kerohanian kak, karena suka memberi
nasehat dan masukan tentang akhlak yang sebenarnya dalam islam
yang baik dan tidak, dapat juga mengetahui hal-hal yang tidak
tahu menjadi tahu tentang akhlak dan bagaimana
mempergunakannya sebagai mestinya menurut syariah islam.
2. Ingin pembimbing yang seperti apa?
Jawaban : Mau pembimbing yang dapat memberi ajaran-ajaran agama islam,
memberi jalan keluar disaat ada hal-hal yang kurang ngerti, terus
yang bisa memberi motivasi supaya mempertahankan akhlak
yang baik, sebagai tempat curahan hati kalau ada suatu masalah
yang menurut kita sendiri tidak bisa dipecahkan
3. Pendekatan yang digunakan pembimbing? Maksudnya cara pembimbing
menyampaikan/ memberikan pambinaan?
Jawaban : Tegas dan dapat dimengerti, apa yang disampaikan sesuai syariah
dan logika, yang disampaikannya pun penuh makna bagi
kehidupan kita kedepan tetapi terkadang apa yang disampaikan
kurang mendapat simpati remaja di sekitar.
4. Apa harapan kamu setelah mengikuti bimbingan rohani di panti ini?
Jawaban : Harapan untuk kedepannya supaya menjadi lebih baik dari
sebelumnya, menjadi muslimah yang solehah, serta berakhlak
mulia dan lebih taat lagi terhadap ajaran-ajaran yang
diperintahkan oleh Allah SWT.
5. Program-program pembinaan apa saja yang kamu harapkan dari pembimbing
agar program yang diberikan dapat membantu membina akhlakul karimah di
panti?
Jawaban : Program menghafal al-quran bukan hanya sekedar menghafal tetapi
harus diamalkan dan dikejakan sesuai yang diperintahkan al-quran.
Lebih mengutamakan shalat dan akhlakul karimah supaya akhlakul
karimah dapat melekat pada diri kita khususnya para remaja yang
sangat sulit untuk berbuat sesuai perintah islam. Sholat 5 waktu
seharusnya dilakukan di masjid agar terbiasa disiplin.
HASIL WAWANCARA
Nama : Yulis Kurniawan
Alamat : Lampung
Tempat , tanggal lahir : Lampung, 13 April 1995
Jabatan : Siswa PSBR
Tanggal wawancara : 4 September 2013
Lokasi wawancara : Perpustakaan Masjid
Judul : Peranan Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina
Akhlakul Karimah Di PSBR Bambu Apus-Jakarta.
1. Menurut kamu apa peranan pembimbing dalam membina akhakul karimah di
panti ini?
Jawaban : Menurut saya peranannya sebagai pencerah, karna saya jadi banyak
tahu tentang banyak hal mengenai islam seperti akhlak yang baik
dan buruk dan lain-lain. Selain itu juga peranannya sebagai
pengganti orang tua yang selalu mengingatkan saya ketika saya lupa
dan lain-lain.
2. Ingin pembimbing yang seperti apa?
Jawaban : Kalau saya inginnya pembimbing yang selalu memberikan contoh
yang baik, memberikan pencerahan kepada saya dan teman-teman
yang lain baik dalam hal akhlak, ibadah dan lain-lain.
3. Pendekatan yang digunakan pembimbing? Maksudnya cara pembimbing
menyampaikan/ memberikan pambinaan?
Jawaban : Pak imron selalu mengajarkan kedisiplinan, disiplin shalat, disiplin
belajar, dan lain-lainnya kak. Cara penyampaiannya sih pak imron
orangnya tegas tapi humoris juga. Jadi saya dan teman-teman
merasa betah di masjid.
4. Apa harapan kamu setelah mengikuti bimbingan rohani di panti ini?
Jawaban : Harapan saya yang pasti saya bisa banyak tahu tentang islam dan
bisa mengoreksi diri agar bisa menjadi remaja islam yang baik dan
berkualitas.
5. Program-program pembinaan apa saja yang kamu harapkan dari pembimbingagar program yang diberikan dapat membantu membina akhlakul karimah dipanti?
Jawaban : Program tentang akhlak sehari-hari lebih mendalam lagi agar sayadan teman-teman bisa menanamkannya dalam kehidupan sehari-hari.
HASIL WAWANCARA
Nama : Titin Hasanah
Alamat : Kuningan
Tempat , tanggal lahir : Kuningan, 27 Agustus 1997
Jabatan : Siswi PSBR
Tanggal wawancara : 4 September 2013
Lokasi wawancara : Perpustakaan Masjid
Judul : Peranan Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina
Akhlakul Karimah Di PSBR Bambu Apus-Jakarta.
1. Menurut kamu apa peranan pembimbing dalam membina akhakul karimah di
panti ini?
Jawaban : Sebagai ustadz yang membimbing kita biar meningkatkan
pendidikan agama islam dan mengadakan siraman rohani.
2. Ingin pembimbing yang seperti apa?
Jawaban : Yang pasti tulus membimbing kita, dan juga tidak pemarah tapi
kalau kita bandel sih gak apa-apa marah juga.
3. Pendekatan yang digunakan pembimbing? Maksudnya cara pembimbing
menyampaikan/ memberikan pambinaan/?
Jawaban : Campuran sih kak soalnya kadang kalau anak cowo pada ngobrol
pak imron suka tegas kadang ada becandanya kadang juga biasa
aja, tapi seru soalnya ngadain ceramah perkelompok jadi itu
ngajarin kita ngomong di depan.
4. Apa harapan kamu setelah mengikuti bimbingan rohani di panti ini?
Jawaban : Bisa lebih baik akhlaknya dan mudah-mudahan saya bisa ngaji dan
agama saya lebih baik lagi.
5. Program-program pembinaan apa saja yang kamu harapkan dari pembimbing
agar program yang diberikan dapat membantu membina akhlakul karimah di
panti?
Jawaban : Saya ingin adanya siraman setiap pagi soalnya kalau masih pagi
masih seger buat belajar. walaupun saya sendiri yang suka bangun
kesiangan tapi saya ingin adanya siraman rohani biar saya terbiasa
bangun pagi.
KATA KUNCI JAWABAN
No Pertanyaan PembimbingRohani
Kepala SeksiRehabilitasi Sosial
Masyarakat I Masyarakat II Masyarakat III Masyarakat IV Masyarakat V
1 Apa tugaspembimbingrohanidalammembinaakhlakulkarimahremaja diPSBR
Memberikancontoh akhlak yangbaik. Jadipengarah bagianak-anak agarmelakukan ibadah.Membuat anakagar menjadidisiplinmenjalankanperintah agamadenganmenerapkan sistemdibiasakan dandipaksakan.
Sebagaipeningkatankeagamaan dankeimanan si anak,Mendidik akhlakanak agar anakmemiliki akhlakyang baik, Untukmembiasakanmempunyaitanggung jawabmengenaikewajiban-kewajiban tentangkeagamaan.
Pembimbing tidakhanyamemberikancontoh tapi jugamenjadi contoh.memperdalampsikologi remajaterkaitpermasalahannya.
Pembimbingmemberikanpelajaran danpegajaran terkaitakhlak.Memberikanpelajaran agamasecara kontinyu.
memberinasehat,sebagai tempatbertanya.Mengawasiagar tidakberbuat nakal.
Sebagai orangtua asuh selamaberada di panti.Memberikancontoh yangbaik, sertamemberikanpencerahan.
Sebagai pemberisiraman rohani.Membimbingagarmeningkatkanpendidikan agamaislam
2 Apaharapananda padabimbinganyangdiberikanuntukmembinaakhlakulkarimah diPSBR
Membentukpribadi yangislami, sesuatu bisabernilai amal solehbila dilakukandengaa benar.
meningkatkantentangpemahaman agamadan bisamelaksanakankewajiban sehari-harinya.
Agar pembimbingbisa menjadicontoh yang baikyang bisa ditiruoleh anak.
Agar anak-anakmenjadi orang yangberakhlak bisamembedakan yangbaik dan buruk.
Menjadi lebihbaik,muslimah,sholehah, danberakhlakmulia serta taatpada Allah.
Agar bisamenjadi remajaislam yangberakhlak danberkualitas.
Bisa mengaji danmenjadi anakyang lebih baiklagi.
3 Programapa sajayang andaharapkanagarmembantuprosespembinaanakhlakulkarimah diPSBR
Jam bimbingandipindahkan kewaktu yang tidakkritis.
Program yangtidak monotonartinya dalambentukpenyampaiannyadan tempatnya agaranak senang dantidak harusdisuruh-suruh lagiuntuk datang.
Mengadakankonseling pribadi,bermain peran,mengisi waktukosong dengankegiatan positif.
Membiasakanmembaca al-quransetiap hari, banyakdiajari bersyukur.
Hafalanasmaul husna,sholat 5 waktuberjamaah,program yangmembuatremajamenjadiberakhlaksesuai islam.
Program sholatdan penanamanakhlak.
Adanya siramanrohani setiap pagisebelum memulaikegiatan.