95
PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DAN MASYARAKAT SIPIL DALAM MENCEGAH RADIKALISME AGAMA DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk mendapatkan gelar Sarjana Agama (S. Ag) Oleh Sadawi NIM: 1113032100047 PROGRAM STUDI STUDI AGAMA AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT)

DAN MASYARAKAT SIPIL DALAM MENCEGAH RADIKALISME

AGAMA DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk mendapatkan gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh

Sadawi

NIM: 1113032100047

PROGRAM STUDI STUDI AGAMA AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …
Page 3: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …
Page 4: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …
Page 5: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

i

Abstrak

Peran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Masyarakat

Sipil dalam Mencegah Radikalisme Agama di Indonesia

BNPT melalui Perpres dan Undang-undang memilki wewenang dalam

menentukan strategi melalui soft approach maupun hard approach. Diantaranya;

pertama, kontra radikalisasi ini dilakukan secara langsung atau tidak langsung

melalui kontra narasi, kontra propaganda, atau kontra ideologi melalui seminar,

workshop dan FGD. Kedua, deradikalisasi merupakan upaya mentransformasi paham

radikal menjadi tidak radikal dalam konteks ini bisa melalui pembinaan, FGD,

workshop dan seminar. Selain itu dalam proses deradikalisasi juga, para narapidana

terorisme (Napiter) dibekali dengan tiga aspek, wawasan kebangasaan, wawasan

keagamaan dan yang tidak kalah penting adalah pelatihan kewirausahaan kepada para

Napiter. Dengan tujuan setelah dinyatakan bebas para napiter dapat membuat usaha

mandiri, tentunya dengan bantuan modal dari BNPT. Ketiga, membentuk Forum

Koodinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di 32 propinsi. Keempat, kerjasama dengan

seluruh Kementrian/Lembaga dan saat ini BNPT telah bekerjasama dengan 36 K/L.

dengan tujuan agar dapat mendeteksi radikalisme dini dalam masyarakat. Salain itu

BNPT juga mulai melakukan pendakatan sosial budaya terutama melalui kearifan

lokal (local wisdom).

Selain BNPT masyarakat sipil juga melakukan upaya pencegahan radikalisme.

Masyarakat sipil merupakan bagian dari masyarakat atau dari masyarakat itu sendiri

dan menjadi kontrol sosial. Keterlibatan masyarakat sipil memudahkan BNPT dalam

menganalisis perkembangan radikalisme pada masyarakat melalui laporan survei

masyarakat sipil. Karena masyarakat lebih terbuka kepada masyarakat sipil sehingga

pencegahan radikalisme dari akar rumput akan lebih mudah. Namun keterlibtan atau

peran masyarakat sipil hanya terbatas pada memberikan sumbangsih ide, melakukan

survei atau riset, FGD, seminar atau workshop dan membantu proses deradikalisasi

dalam konteks ini masyarakat sipil beperan aktif dalam memberikan wawasan

kebangasaan, wawasan keagamaan dan pelatihan kewirausahaan kepada para

Napiter. Dalam skripsi penulis menggunakan pendekatan sosiologis.

Kata kunci: radikalisme, pencegahan, BNPT dan masyarakat sipil.

Page 6: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

ii

Pedoman Transliterasi

Huruf Arab

Huruf Latin

Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b Be ب

t Te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h h dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d De د

dz de dan zet ذ

r Er ر

z Zet ز

s Es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis di bawah ص

d de dengan garis di bawah ض

t te dengan garis dibawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

gh ge dan غ

ha

f Ef ف

q I ق

k Ka ك

l L ل

m Em م

n En ن

w We و

ـ

ھ

h Ha

Page 7: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

iii

Kata Pengantar

Allahamdulillah adalah ucapan begitu indah untuk ucapan rasa syukur kepada

Tuhan yang maha kasih sebab dengan kasihnya penulis dapat berpikir secara kritis

dalam menguraikan permasalahan yang ada dalam skrisip ini secara terstruktur dan

sistematis.

Dengan selasainya skripsi ini, maka selasai pula tugas akademis Strata I pada

jurusan Studi Agama-agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis bangga dan bahagia bisa menjadi bagian dari kampus ini. Tugas akademis

sebagai mahasiswa telah paripurna. Dengan selesainya skripsi ini yang tentunya

dengan proses tidak singkat dan berbagai tantangan yang ada. Penulis sadar bahwa

karya ini bukan murni dari pikiran penulis, tetapi juga inspirasi dari karya-karya

terdahulu yang memberikan cakrawala pengetahuan terhadap pola dan sistematika

berpikir penulis.

Dalam perjaungan ini penulis sadar bahwa banyak telah terlibat baik langsung

atau tidak langsung. Maka dari itu sudah sepatutnya penulis mengucapkan banyak

terimakasih kepada mereka. Atas dukungannya penulis persembahkan karya ini

kepada:

1. Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin beserta jajarannya.

2. Syaiful Azmi, MA., selaku Ketua Program studi Studi Agama-agama.

3. Lisfa Sentosa Aisyah, MA., selaku Sekretaris Program studi Studi Agama-agama.

Page 8: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

iv

4. Dr. Media Zainul Bahri, MA., selaku pembimbing dalam perjuangan penyelesaian

skripsi ini.

5. Kepada seluruh dosen Ushuluddin khususnya Studi Agama-agama yang telah

dengan sabar memberikan arahan serta membuka cakrawala pengetahuan kepada

penulis.

6. Kapada Emak dan Bapak yang melimpahkan cinta, kasih penulisng, perjaungan

dan doa di sepertiga malamnya kepada penulis sehingga penulis bisa menjadi

bagian dari kampus ini. Sungguh sangat bangga penulis kepadamu dan anak petani

ini pun telah menjadi sarjana. Sekali lagi terimakasih Emak dan Bapak atas

segalanya.

7. Kepada kakakku terima kasih atas cinta dan kasihnya kau berikan pada adik

bungsumu ini.

8. Kepada Drs. Dadi Darmadi, MA., sebagai guru, panutan sekaligus teman dalam

diskusi-diskusi kecil. Yang memberikan isnpirasi dan dukungan kapada penulis

dalam upaya menjadi insan akademis yang berkualitas.

9. Kepada Mary Silvita, Khadori Mahdan Abddallah, dan Sabilurrasyad (mas Acun),

teman sekaligus kakak-kakaku yang luar biasa.

10. Kawan-kawan Forum Komunikasi Mahasiswa Santri Banyuanyar (FKMSB)

Jabodetabek yang telah menjadi bagian penting dalam petualangan penulis di

sini.

11. Kawan-kawan studi agama agama 2013 yang telah menjadi kawan akademik dan

kawan dalam senda gurau.

Page 9: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

v

12. Kawan-kawan sehimpun secita kaum akademisi yang juga menjadi bagian

penting dari kehidupan akademis di sini

13. Kawan kawan KKN BINTANG (Dadan H, Erlangga P, Fenindya N C, Kurnia

Nur I, Kurnia Dwi S, Marta D (Alm), Melinda O, Riska W, Vicky D, Yunita K

S.).

14. Kawan kawan FORMAD (Forum Mahasiswa Madura).

“Kehidupan adalah perjalanan singkat yang harus kau gunakan dengan baik

dan penuh perhitungan dalam setiap langkah.”

“Perjalananmu tak kan pernah usai meski dirimu telah berada di puncak. Justru

kau harus segara berfikir bagaimana jalan pulang.”

Penulis

Page 10: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

vi

DAFTAR ISI

Abstrak ...................................................................................................................... .. i

Pedoman Transliterasi ............................................................................................. . ii

Kata Pengantar......................................................................................................... iii

Daftar Isi ................................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... . 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 11

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 11

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 12

E. Kajian Pustaka .............................................................................. 12

F. Metode Penelitian ......................................................................... 13

G. Sistematika Penulisan ................................................................... 16

BAB II PROBLEMATIKAN RADIKALISME DI INDONESIA

A. Radikalisme .................................................................................. 18

B. Pencegahan Paham Radikal ......................................................... 24

C. Sejarah BNPT ............................................................................... 35

BAB III PERAN BNPT DAN MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA

A. Peran BNPT dalam Mencegah Radikalimse ................................ 40

B. Masyarakat sipil ........................................................................... 48

Page 11: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

vii

C. Peran masyarakat sipil dalam Mencegah Radikalisme ................ 53

BAB IV ANALISIS PERAN BNPT DAN MASYARAKAT SIPIL DALAM

MENCEGAH RADIKALISME

A. Badan nasional Penangulangan Terorisme (BNPT) .................... 66

B. Masyarakat sipil .......................................................................... 70

C. Tabel Analisis peran BNPT dan Masyarakat sipil ...................... 75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 77

B. Kritik dan saran ............................................................................ 79

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 81

Page 12: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tragedi bom Bali pada tanggal 12 Oktober 2002 merupakan aksi teror

terbesar dalam sejarah terorisme dan radikalisme di Indonesia, tragedi tersebut

menewaskan 202 korban jiwa dan 209 korban luka-luka. Bom yang terjadi secara

acak dengan modus utama adalah para turis atau orang asing yang sedang

menikmati liburan di Indonesia. Kejadian itu menimbulkan efek kepanikan dan

rasa takut bukan hanya bagi warga Indonesia tetapi juga warga asing sebagaimana

kita ketahui korban merupakan mayoritas warga asing terutama warga negara

Australia. Kejadian tersebut menimbukan citra negatif bagi Indonesia terutama

pada stabilitas keamanan negara dan sudah tentu sangat merugikan bagi Indonesia

bukan hanya yang bersifat materil tetapi juga moril.

Martha Crenshaw berpendapat bahwa terorisme merupakan aksi kekerasan

yang bertujuan untuk melawan pemerintah serta kebijakan negara.1Kejadian bom

Bali pada tahun 2002 merupakan terorisme baru (new terorism). Crenshaw

mendefinisikan new terorism adalah aksi yang berpegang pada paradigma sama

dengan bentuk terorisme masa lalu, namun cara yang digunakan berubah dan

1Martha Crenshaw, “The Causes of Terorism”, Comparative Politics13, no 4. (Juli 1981):

h. 379.

Page 13: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

2

sedikit berbeda seiring dengan perkembangan zaman. Cara tersebut dapat kita

ketahui dengan modus operasi untuk melakukan aksi teror.2

Terorisme bukan persoalan siapa pelaku, kelompok dan jaringannya.

Namun lebih dari itu terorisme merupakan tindakan yang memiliki akar

keyakinan, doktrin dan ideologi yang dapat menyerang kesadaran masyarakat.

Tumbuh suburnya terorisme tergantung lahan di mana ia tumbuh dan

berkembang. Jika ia hidup di tanah gersang, maka terorisme sulit menemukan

tempat, sebaliknya jika ia hidup di lahan yang subur maka ia akan cepat

berkembang. Ladang subur tersebut menurut Hendropriyono adalah masyakarat

yang dicemari oleh paham fundamentalisme ekstrem atau radikalisme

keagamaan.3

Terorisme selalu menjadi ancaman yang menakutkan bagi setiap kalangan,

baik pemerintah maupun masyarakat luas. Terorisme merupakan buah dari

radikalisme. Mengapa demikian, sebab radikalisme adalah paham yang

mengakibatkan seseorang atau kelompok melakukan aksi terror demi tercapainya

keinginan atau misi tertentu. Misalkan, menginginkan kekuasan atau membuat

ketakutan pada kelompok lain, seperti ISIS dan tindakan-tindakan bom bunuh diri

yang menimbulkan kepanikan pada kelompok dan masyarakat tertentu. Maka dari

itu radikalisme merupakan titik awal berkembangnya terorisme.

Radikalisme merupakan embrio lahirnya terorisme. Radikalisme

merupakan suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total dan bersifat

2 Jeli Agri Famela. “Pro dan Kontra pelaksanaan program deradikalisasi Badan

Nasional Penanggulangan Terorisme”. (Skripsi S1fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas

Indonesia,2013), h. 1. 3 BNPT “Strategi Menghadapi Paham Radikalisme Terorisme – ISIS”, h. 1.

Page 14: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

3

revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis lewat

kekeraan (violence) dan aksi-aksi yang ekstrem. Ada beberapa ciri yang bisa

dikenali dari sikap dan paham radikal. Pertama, intoleran (tidak mau menghargai

pendapat &keyakinan orang lain). Kedua, fanatik (selalu merasa benar sendiri;

menganggap orang lain salah). Ketiga, eksklusif (membedakan diri dari umat

Islam umumnya). Keempat, revolusioner (cenderung menggunakan cara-cara

kekerasan untuk mencapai tujuan).4

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “radikal” mempunyai

“makna secara mendasar atau perubahan yang amat keras untuk menuntut

pembaharuan”. Sedangkan “radikalisme” dalam KKBI adalah “paham atau aliran

yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara

kekerasan atau drastis”. Dari definisi tersebut dapat kita ketahui bahwa

radikalisme merupakan cara pandang yang dimiliki seseorang untuk suatu

perubahan dengan cara kekerasan, tentu tidak semua radikalisme melakukan hal

tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Petrus Reinhard Golose, radikalisme

menurutnya merupakan cara pandang yang dianut seseorang untuk perubahan

yang mendasar sesuai interprestasi ideologi dan kondisi sosial yang ada.

Perubahan tersebut dapat dilakukan secara persuasif damai namun juga terkadang

bersifat frontal atau dengan cara kekerasan fisik dan kekerasan simbolik. Namun

pada akhirnya radikalisme cenderung dan identik dengan kekerasan bahkan

sampai pada bunuh diri demi tercapainya kemuliaan hidup yang diyakini.5

4 BNPT “Strategi Menghadapi Paham Radikalisme Terorisme – ISIS”, h. 1.

5Petrus Reinhard Golose, Deradikalisasi Terorisme: Humanis, Soul Approach, dan

Menyentuh Akar Rumput (Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian, 2009), h. 38.

Page 15: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

4

Dari pemaparan Golose di atas memberikan asumsi bahwa radikalisme

selalu identik dengan ideologi dan realitas sosial yang ada. Maka kecenderungan

radikalisme adalah keinginan pada perubahan yang sesuai dengan interpretasi

ideologi penganut paham tersebut. Meskipun perubahan tersebut harus melalui

cara kekerasan atau bahkan dengan membunuh. Di dalam pemahaman agama,

radikalisme sering di artikan sebagai wujud dari pemurnian agama, seperti Islam

radikalis yang menginginkan suatu perubahan atau mengembalikan Islam pada

masa keemasannya (golden age). Pada dasarnya untuk mencapai masa itu tidak

harus dengan kekerasan tetapi dengan cara lain seperti ilmu pengetahuan,

peradaban dan lainnya. Namun ada sebagian orang yang menganggap bahwa cara

radikal adalah jalan terbaik untuk menggapai itu, dan mereka menggunakan ayat-

ayat Al-Qur’an sebagai pembenaran terhadap tindakannya seperti ayat berikut:

م وٱعل

ة

ظ

م غل

فيك

يجدوا

ار ول ف

ك

ن ٱل م م

ك

ىه

ذين يل

ٱل

ىا

تل

ق

ذين ءامنىا

ها ٱل ي

أه مع ي

ن ٱلل

أ

قينىا ت

(ٱل

٣٢١(

“Hai orang-orang yang beriman, perangilah (qatil) orang-orang kafir di

sekelingmu dan hendaklah mereka merasakan kekerasanmu (dan permusuhan

terhadap mereka) dan ketahuilah bahwa Allah sesungguhnya bersama orang

yang bertakwa (dan beramal kebaikkan) (Q.S. At. Taubah [9]: 123)”6

Jika dilihat dari teks ayat di atas maka tidak ada alasan untuk tidak

memerangi atau membunuh orang kafir. Akan tetapi apakah benar jika itu

dilakukan di masa sekarang khususnya di Indonesia.? Tentu saja tidak, bahkan hal

tersebut merupakan pelanggaran terhadap kebebasan beragama di negeri ini.

6 Al-Qur’an terjemah Kementrian Agama RI

Page 16: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

5

Sachedina memberikan gambaran, bahwa ayat tersebut turun pada abad ke-7

dimana pada waktu itu umat Islam berusaha untuk melindungi dirinya. Maka dari

itu, Islam dan al-Qur’an adalah suatu kewajiban moral religius yang diemban oleh

orang-orang yang bertakwa, untuk membela dirinya dari ancaman dan gangguan

orang-orang kafir waktu itu.7

Jika kita lihat dari teks al-Qur’an di atas, mungkin yang menjadi landasan

pengeboman di Bali pada tahun 2002 tersebut, merupakan hasil dari interprestasi

dalam al-Qur’an yang memerintahkan untuk memerangi bahkan membunuh

orang-orang non-Islam.

Pemahaman terhadap al-Qur’an yang bersifat radikal atau terhadap teks al-

Qur’an yang secara teks memang mengandung arti untuk berbuat radikal haruslah

menjadi perhatian khusus bagi BNPT, masyarakat sipil dan para cendekiawan

Muslim agar tindakan radikal yang mengatasnamakan agama tidaklah semakin

berkembang. Dengan memaparkan teks-teks al-Qur’an yang berhubungan dengan

kasih sayang, keadilan, dan juga menghormati perbedaan keyakinan, sebab agama

manapun tidak akan pernah setuju dengan kekerasan.

Paham-paham radikal dewasa ini semakin memperhatikan hal ini

dibuktikan oleh survei nasional BNPT bersama The Nusa Institute serta Forum

Koordinasi Pencegahan Terorisme di 32 Propinsi dengan mengambil 9.600

responden yang hasil cukup memprihatinkan terutama di lima provinsi; Bengkulu

58,58%, Gorontalo 58,48%, Sulsel 58,42%, Lampung 58,38% dan Kal.Utara

7Abdulaziz Sachedina, Beda Tapi Setara; Pandangan Islam Terhadap Non-Islam

(Jakarta; PT. Serambi Ilmu Semesta, cet, II 2004), h. 196.

Page 17: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

6

58,30%. Menurut Nasarudi Umar persentase tersebut merupakan peringatan bagi

bangsa Indonesia sehingga tidak menganggap hal ini sepele.8

Tidak hanya itu di lingkungan sekolah dan kampus pun paham radikal juga

begitu memprihatinkan, hal ini dapat dibuktian dengan survei yang dilakukan oleh

PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2017. Dengan 2.181 responden

terdiri dari siswa dan mahasiswa dan guru di 34 provinsi menunjukkan angka

37,71% setuju bahwa jihad itu berarti perang (qital) dan membunuh orang lain,

33,34 tidak masalah jika ada tindakan intoleran terhadap kelompok minoritas, dan

23,35% setuju bom bunuh diri sebagai salah satu bentuk jihad. Tidak hanya itu

saja paham radikal juga terjadi pada kalangan mahasiswa, survei PPIM UIN

Syarif Hidayatullah 2017 menunjukan angka yang begitu memperihatinkan

sebanyak 34% sangat radikal, 18% radikal, 22% netral, 10% moderat dan 15%

sangat moderat, maka jika kita asumsikan dari 1000 mahasiswa maka ada lebih

dari 500 mahasiswa yang berpaham radikal selebihnya netral dan moderat.

Melihat fenomena ini maka pemerintah sangat perlu waspada terhadap bahaya

paham radikal yang mengacu pada tindakan terorisme sebab ini akan merugikan

bangsa dan Negara.9

Selaian itu hasil riset Wahid Foundation dalam tiga tahun terakhir

menunjukkan bahwa paham radikal yang bersifat sosial keagamaan masih

8 Lihat https://m.merdeka.com/peristiwa/survei-BNPT-lima-daerah-ini-memiliki-potensi-

radikal-cukup-tinggi.html diakses pada 17 Juli 2017. 9 Andhika Chrisnayudhanto “Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Ekstrimisme

Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme” (Direktur Kerjasama Regional Dan

Multilateral Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, 2018) (dukomen ini didapatkan ketika

wawancara pertama bersama, Alamsyah M Djafar melalui Whatsapp pada tanggal 29 oktober

2018).

Page 18: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

7

Page 19: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

8

dalam pelaksanaan dan melaksanakan kebijakan dibidang penanggulangan

terorisme. Dan Ketiga, melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan

terorisme dengan membentuk Satuan-Tugas-Satuan Tugas yang terdiri dari unsur-

unsur instansi Pemerintah terkait sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan

masing-masing.

Tidak hanya cukup pada BNPT saja masyarakat atau lebih tepatnya

masyarakat sipil (civil society) harus berperan aktif. Sebab masyarakat sipil

merupakan masyarakat yang mempunyai sikap terbuka, egaliter, bebas dari

dominasi dan tekanan Negara.10

Maka dari itu masyarakat sipil dipandang penting

berpartisipasi, mencegah dan menanggulangi adanya gerakan radikalisme agama

yang mengacu pada tindakan terorisme terutama para LSM (lembaga Swadya

Masyarakat) yang memang konsen dibidangnya.

Peran masyarakat sipil begitu penting dalam mencegah radikalisme agama,

seperti yang di sampaikan oleh Hamka Hasan bahwa aksi terorisme harus dicegah

dengan langkah-langkah konkret, terkoordinasi, dan berkesinambungan dengan

bertumpu pada sinerginitas potensi dan peran aktif masyarakat di daerah, Selain

itu juga memberdayakan kemampuan masyarakat untuk melakukan sistem deteksi

dini terhadap kemungkinan munculnya aksi kelompok RT di sekitar tempat

tinggal masing-masing.11

Oleh sebab itu penting bagi BNPT untuk melakukan kerja sama dengan

berbagai LSM/masyarakat sipil terutama dalam bidang pencegahan, atau dalam

10

Ubaedillah dkk, Pendidikan Kewarganegaran (Civic Education) Demokrasi, Hak Asasi

Manusia Dan Masyarakat Madani (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidaytullah Jakarta edisi ketiga,

2009), h. 47. 11

Lihat http://id.beritasatu.com/home/nusa-institute-gandeng-BNPT-cegah-

terorisme/47244 diakses pada 17 Juli 2017.

Page 20: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

9

Page 21: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

10

Dari sekian banyak LSM (masyarakat sipil) yang bermitra dengan BNPT

ada dua LSM yang menurut penulis cukup sering berkolaborasi dengan BNPT

dalam hal pencegahan, perlindungan dan deradikasasi yaitu:

1. The Nusa Institute

Merupakan organisasi yang mempunyai konsen dalam hal permasalahan

radikalisme agama seperti yang tertera dalam visi dari organisasi ini yaitu menjadi

lembaga terkemuka dalam menciptakan masyarakat sipil yang ramah, toleran dan

berke-adaban.12

Dilihat dari visi lembaga ini maka The Nusa Institute merupakan lembaga

yang begitu peduli dan konsen terhadap permasalahan radikalisme agama yang

terjadi di negeri ini melihat problema radikalisme agama yang mengacu pada

tindakan teroris begitu memperihatinkan sehingga kiprah dari The Nusa Institute

sangat penting.

2. Wahid Foundation

Organisasi ini didirikan pada tanggal 7 September 2014, organisasi ini

memiliki visi yang sangat kental dengan pribadi Gus Dur yaitu kemanusiaan dari

KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam memajukan pengembangan toleransi,

keberagaman dalam masyarakat Indonesia, meningkatkan kesejahteraan

masyarakat miskin, membangun demokrasi dan keadilan fundamental, dan

memperluas nilai-nilai perdamaian dan non-kekerasan di Indonesia dan di seluruh

dunia.13

Dari visi ini sudah sangat jelas bahwa lembaga ini merupakan lembaga

yang menjunjung tinggi perdamaian dan mengecam kekerasan oleh sebab itu

12

Lihat https://thenusainstitute.wordpress.com/profil /, diakses pada 17 Juli 2017. 13

Lihat http://wahidfoundation.org/index.php/page/index/About-Us, diakses pada 17 Juli

2017.

Page 22: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

11

Wahid Foundation selalu menjadi yang terdepan dalam permasalahan toleransi

dan mengecam tindakan kekerasan dalam hal ini radikalisme agama yang

mengacu pada tindakan radikal sebagaimana kita ketahui bahwa tindakan RT

sangatlah merugikan bagi bangsa ini.

Dengan adanya kolaborasi atau kerja sama dengan masyarakat sipil diatas

tentu BNPT sebagai aktor utama berharap kerja sama dalam mencegah paham

radikalisme agama yang mengacu pada tindakan terorisme dapat ditekan dan

mengurangi angka paham RT yang tentu sangat merugikan dan mengkhawatirkan

stabilitas Nasional. Namun sejauh mana efektifitas organisasi diatas melakukan

kontra radikalisme agama dan menekan adanya pertumbuhan paham-paham

radikal yang ada di negara ini seperti yang telah dilakukan di berbagai daerah

diseluruh negeri ini sehinga presentase timbulnya tidakan RT dapat ditekan

bahkan mengurangi presentase14

tersebut. Tidak hanya semakin meningkatnya

radikalisme dan terorisme, akan tetapi masih ada beberapa mantan narapidana

terorisme yang sudah bebas kemabali menjadi dalang atau aktor tindakan teror,

seperti bom di Sarinah Jakarta Pusat. Maka dari ini penulis mengambil judul pada

skripsi ini “Peran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan

Masyarakat Sipil dalam Mencegah Radikalisme Agama di Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana peran BNPT dan Masyarakat sipil dalam mengatasi

radikalisme agama?

14

Sebegaimana yang survey yang dilkukan oleh The Nusa Institute serta Forum

Koordinasi Pencegahan Terorisme dengan mengambil 9.600 responden dari 32 provinsi

diantarnya; Bengkulu 58,58%, Gorontalo 58,48%, Sulsel 58,42%, Lampung 58,38% Kal.Utara

58,30% .

Page 23: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

12

C. Tujuan Penellitian

Mengetahui peran BNPT dan Masyarakat sipil dalam mengatasi

radikalisme agama

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut;

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan akhir

perkuliahan untuk meraih gelar Sarjana Agama (S.Ag) dalam Jurusan Studi

Agama-Agama Fakultas Ushuluddin (UIN) Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran atau

memperkaya konsep-konsep dan teori-teori terhadap ilmu pengetahuan dari

penelitian yang sesuai dengan bidangnya. Suatu penelitian secara teoritis dapat

memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang peran

masyarakat sipil dalam menghadapi dan mengatasi perkembangan paham

radikalisme agama, juga memberikan pemahaman tentang peran penting

masyarakat sipil dan BNPT dalam memberikan solusi agar radikalisme agama

tidak dapat terjadi atau bisa dicegah.

3. Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan penulis dapat mengerti apa itu

masyarakat sipil, BNPT, radikalisme, terorisme dan peran masyarakat sipil dan

BNPT dalam mencegah radikalisme dan terorisme yang beralasan Agama.

Page 24: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

13

E. Kajian Pustaka

Dewasa ini kajian radikalisme dan terorisme sangat banyak namun yang

menjadi konsentrasi adalah bagaimana mengatasi adanya terorisme dan

radikalisme yang mengancam stabilitas keamanan bagi bangsa dan Negara.

Meskipun telah banyak yang mengupas dan menulis karya ilmiah maupun skripsi,

namun penelusuran penulis tentang radikalisme agama dan masyarakat sipil dalam

penulisan skripsi, penulis menemukan dua, pertama, ditulis oleh Taufiqurrahan

mahasiswa jurusan hubungan Internasional Fakultas Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Malang tahun 2017 dengan judul Peran Nahdhatul Ulama

Dalam Menangkal Gerakan Radikalisme Global di Indonesia. Kedua, Tesis yang

ditlulis oleh Rima Sari Indra Putri Sekolah Kajian Pertahanan dan Strategi

Program Studi Menagemen Pertahanan Universitas Pertahanan Indonesia dengan

judul Badan Nasional Penangulangan Terorisme (BNPT) dan Masyarakat sipil

(Studi Kasus: Ketidakterlibatan Muhammadiyah Dalam Nota Kesepahaman

Bersama Antara BNPT dan Organisasi Islam Tahun 2011).

Sedangkan kajian yang saya bahas merupakan kajian yang berbeda dengan

judul skripsi, tesis, dan journal di atas, kajian yang akan saya tulis merupakan

kajian yang menurut saya merupakan kajian yang komprehensip mengenai BNPT

dan masyarakat sipil dalam menangani radikalisme agama di Indonesia yang lebih

fokus pada masyarakat sipil dan radikalisme agama yang dewasa ini menjadi

tantangan besar untuk tercapainya stabilitas keamanan tentu juga tidak

menjadikan agama sebagai kambing hitam akibat perbuatan kaum radikal.

Page 25: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

14

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan

Melihat jenis permasalahan di atas dan untuk menjelaskan permasalahan

yang terjadi maka penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, penelitian

kualitatif adalah kerangka penelitan yang disusun untuk mencari makna

pemahaman, pengertian, tentang suatu fenomena, kejadian, maupun kehidupan

manusia dengan cara terlibat langsung dan atau tidak langsung dalam setting yang

diteliti, kontekstual dan menyeluruh.15

Selanjutnya dalam memahami dan

menggambarkan suatu gejala sosial keagamaan, maka dipandang penting

penelitian kualitatif dengan penelitian diskriptif. Sebab penelitian diskriptif

merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengambarkan gejala sosial, politik,

ekomoni dan budaya.16

Dalam dalam kasus ini penelitian kualitatif dan deskriptif

berusaha menjelaskan permasahan mengambarkan sejauh mana BNPT dan

masyarakat sipil berusaha mengatasi dan mencegah radikalisme agama di

Indonesia dan bagaimana peran masyarakat sipil (LSM terkait; Wahid Foundation

dan The Nusa Institute) dalam menekan pertumbuhan paham RT.

Untuk memahami suatu gejala atau kejadian maka dibutuhkan pendekatan

yaitu pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis adalah pendekatan yang

melihat atau berusaha menjelaskan sejauh mana pengaruh agama terhadap prilaku

individu maupun kelompok dengan menggunakan teori-teori sosiologi.17

15

Prof. Dr. S. Nasution, MA, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung:

PT.Tarsito Bandung), h. 30. 16

Drs. U. Maman Kh., M.Si, dkk, Metodologi Penelitian Agama Teori Dan Praktik

(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 20012), h.29. 17

Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2003), h. 61.

Page 26: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

15

2. Sumber penelitian

a. Data Primer

Data disini merupakan data pokok yang dikaji sebagai bahan utama untuk

memperoleh jawaban atas persoalan yang ada. Data primer ini, digali dari

berbagai berupa wawancara dengan BNPT (Bapak Nanda), The nusa institute

(Syahrullah Iskandar) dan Wahid Foundation (Alamsyah M Djafar) dan literatur

yang ditulis secara langsung oleh tokoh yang dikaji dalan hal ini Wahid

Foundation, The Nusa Institute serta BNPT atau literatur yang ditulis oleh para

sarjana atau ahli dalam bidangnya.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data penunjang dari data primer. Diantaranya buku-

buku yang berhubungan dengan radikalisme agama, baik melalui literature

maupun media online, maupun media cetak dan juga hasil penelitian para ahli.

3. Teknik Pengumpulan Data dan Tahapan Penelitian

a. Metode Observasi

Metode observasi merupakan metode yang menggunakan pengamatan

langsung terhadap benda, kondisi, situasi, proses atau perilaku.18

Dari metode ini

maka penelitian ini berusaha untuk mengamati BNTP dan masyarakat sipil dalam

mengatasi paham radikalisme agama yang mengacu pada tindakan teroris yang

terjadi pada masyarakat dan pola yang dipakai oleh masyarakat sipil (The Nusa

Isntitute dan Wahid Foundation) dalam mengatasi adanya paham tersebut.

18

Sanapiah Faisal, Format Format Penelitian Sosial (Jakarta:PT Rajagrafindo Persada,

2008) h. 52.

Page 27: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

16

b. Metode wawancara

Medode wawancara merupakan metode untuk mendapatkan informasi dari

informan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan, metode ini pertanyaan yang

terkadang berubah sesuai dengan kebutuhan.19

Dalam metode ini penelitian

dilakukan dengan wawancara langsung kepada The Nusa Isntitute (Syahrullah

Iskandar) dan Wahid Foundation (Alamsyah M Djafar) tentang apa yang

dilakukan bersama BNPT (Bapak Nanda) dalam mencegah dan menangulangi

paham-paham radikal.

c. Studi Kepustakaan

Selain dari dua metode di atas, studi kepustakaan merupakan hal yang

penting. Sebab untuk menunjang penelitian ini maka dibutuhkan refrensi baik dari

jurnal, skripsi, tesis, disertasi maupun buku yang berhubungan dengan penelitian

yang diambil

4. Analisis Data

Seperti yang peneliti sebutkan di atas bahwa penelitian kualitatif dan

deskriptif dalam artian, bahwa penulis akan menguraikan dan menjelaskan secara

objektif terhadap temuan atau hasil dari penelitan. Oleh karena itu maka dalam

analisis data ini, metode diskriptif analitis sangatlah penting karena metode

tersebut meminta penulis untuk bisa menguraikan dan menjelaskan secara rinci

terhadap temuan-temuan yang diperoleh oleh peneliti agar menghasilkan

penelitian yang maksimal dan dapat diambil kesimpulan.20

19

Sanapiah Faisal, Format Format Penelitian Sosial, h. 52. 20

Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial

Humaniora Pada Umumnya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 337.

Page 28: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

17

Penyusunan skripsi ini berpedoman pada keputusan Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta nomor 507 tahun 2017 tentang pedoman penulisan karya

ilmiah (Skripsi, Tersis, dan Disertasi).

G. Sistematika Penulisan

Penulisan Skripsi ini dibagi mejadi lima bab atau lima bagian; Pertama

merupakan pendahuluan. Dalam bab ini tercakup di dalamnya lima pasal

pembahasan yang terdiri dari latar belakang masalah; rumusan masalah; tujuan

penelitian; metode penelitian; dan sistematika penulisan. Kedua, problematika

radikalisme dan upaya pencegahannya. Ketiga, menjelaskan bagaimana peran

Badan Nasionl Penangulangan Terorisme (BNPT) masyarakat sipil atau LSM

(Wahid Foundation, The Nusa Institute) dalam mencegah dan menangggulangi

radikalisme. Keempat, tetang anilisis peran BNPT dan masyarakat sipil dalam

uapaya pencegahan paham radikal. Dan yang kelima, kesimpulan, kritik dan

saran.

Page 29: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

18

BAB II

BNPT DAN PROBLEMATIKA RADIKALISME DI

INDONESIA

A. Radikalisme

Kata radikalisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti

“paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan

politik dengan cara kekerasan atau drastis”. Yang dimaksud dengan radikalisme

adalah gerakan yang berpandangan kolot dan sering menggunakan kekerasan

dalam mengajarkan keyakinan mereka. Mereka suka melakukan tindakan-

tindakan teror, yang berarti menakut-nakuti atau menyebabkan ketakutan.1 Dari

dua definisi tersebut maka dapat kita artikan bahwa radikalisme merupakan

paham yang bermuara pada tindakan kekerasan atau tidakan yang merugikan

berbagai pihak atau kelompok.

Manurut Horace M. Callen ada tiga ciri khas dari radikalisme, pertama.

radikalisme merupakan reaksi terhadap kondisi yang sedang berlangsung. Hal itu

bias memicu munculnya suatu evaluasi, penolakan atau perlawanan terhadap ide

yang dianggap bertentangan dengan kondisi yang ada. Kedua, radikalisme tidak

hanya berhenti pada sekedar penolakan, tetapi ada upaya untuk mengganti tatanan

yang sudah ada dengan tatanan lain karena ada keyakinan pada tatanan yang

1Nur Khamid, “Bahaya Radikalisme terhadap NKRI”, Millati, Journal of Islamic Studies

and Humanities1, no. 1 (juni 2016): h. 123-153.

Page 30: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

19

sudah dipersiapkan untuk menggantinya. Ketiga, berpegang teguh pada keyakinan

atau ideologi yang mereka bawa.2

Membahas masalah radikalisme sebenarnya tidak lepas dari pada spektrum

politik, maka tidak heran jika definisi radikalisme kental dengan aroma politik.

Seperti penjelasan pada paragraf pertama bahwa radikalisme adalah usaha politis

untuk mewujudkan suatu tujuan dengan berbagai cara, mulai dari tindakan yang

soft atau lobi politik dan tindakan yang keras seperti upaya tindakan kekerasan

demi tercapainya tujuan.

Ada beberapa faktor yang menimbul terjadinya paham radikal, pertama,

adalah faktor politik atau tekanan kekuasan, di berbagai dunia termasuk di

Indonesia fenomena radikalisme dan fundamentalisme muncul merupakan buah

dari otoritarianisme. Pada masa orde baru radikalisme merupakan common enemy

sehingga pemerintah membabat habis gerakan tersebut, permerintah waktu tidak

mebeda-bedakan antara radikalisme kanan dan kiri.3

Kedua, faktor keagamaan, tidak dapat dibantah lagi bahwa salah satu

penyebab munculnya radikalisme adalah faktor sentiment keagamaan. Termasuk

juga aksi solidariats kegamaan untuk suadara seimannya yang tertindas oleh

kalangan tertentu. Dalam kondisi seperti itu lebih tepat menggunakan istialah

keagamaan bukan agama, sebab radikalisme selalu menggunkan simbol atau

bendera sebagai dalih untuk membela Agama, jihad dan syahid. Maka dari itu

dalam konteks ini emosi keagamaan adalah agama sebagai pemahaman realitas

2 Horace M. Kallen. “Radicalism”, Dalam Encycolopedia of the Sosial Science, ed. Edwin

R. A Seligman, (The Macmillan Company XIII and XIV 1963), h. 51-52. 3 Sun Choirol Ummah, “Akar Radikalisme Islam Di Indonesia”, Humanika,no. 12 (Sept,

2012): h. 118-121.

Page 31: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

20

yang sifatnya inetepretatif.4 Sebagai contoh untuk kasus ini adalah kerusahan

sebelum reformasi di mana banyak geraja dan usaha, toko dan perusahaan etnis

Cina dijarah dirusak bahkan dibakar.

Ketiga, faktor kultural merupakan faktor yang efeknya cukup besar dalam

melatarbelakngi munculnya radikalisme, yang dimaksudnya dengan faktor

kulutural adalah sebagai antitesa terhadap budaya sekularisme. Oleh sebab itu

dalam kehidupam sosial, kita sering melihat ada beberapa bagian masyarakat yang

berusaha keluar dari kebudayaan yang dinggap tidak sesuai dengan kehidupan

secara umum, atau menyimpang dari kebiasaan sebelmunya seperti budaya

sekuler. Bahkan memushi sekulerisme, kerana mereka menganggap budaya

tersebut berasal dari Barat yang berusaha merongrong budaya Islam.5

Keempat, faktor ideologis antiwesternisme, westernisme merupakan suatu

pemikiran yang membahayakan dalam mengaplikasikan syariat Isalm. Sehingga

simbol-simbol Barat harus dihancurkan demi tegaknya syariat Islam. Tidak dapat

dipungkiri lagi bahwa, sikap antiweternisme menjadi salah faktor timbulnya

radikalisme. Meskipun cara radikal tersebut menunjukkan ketidakmampuan

meraka dalam memposisikan diri sebagai pesaing dalam budaya dan peradaban.

Kelima, faktor kebijakan pemerintah. Ketidakmampuan pemerintah di

negara-negara Islam Untuk bertindak memperbaiki situasi atas berkembangnya

frustasi dan kemarahan sebagian umat Islam disebabkan dominasi ideologi,

militer maupun ekonomi dari negera-negara besar. Seperti yang terjadi pada

negara-negara Islam. Sebab pemrintah dianggap tidak bisa menacari solusi

4 Sun Choirol Ummah, “Akar Radikalisme Islam Di Indonesia”, h. 118-121.

5 Sun Choirol Ummah, “Akar Radikalisme Islam Di Indonesia”, h. 118-121.

Page 32: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

21

terhadap apa yang terjadi pada negerinya. Sehinga tindakan kekerasan muncul

sebagai akibat dari ketidakmampuan pemerintah.6

Keenam, adalah faktor pers atau media massa Barat yang selalu

memojokan Islam juga menjadi faktor munculnya raeksi kekerasan yang

dilakukan oleh umat Islam, faktor ini juga menjadi salah faktor yang membuat

seakan akan radikalisme semakin masif dan semakin berkembang.7

Dalam kajian ideologis, radikalisme mempunyai dua makna; Pertama,

ideologi non-kompromis yang berhubungan dengan penerimaan pembangunan,

perubahan, dan konsep kemajuan. Kelompok yang memiliki pemikiran dan

orientasi tersebut merupakan radikal kanan sedangkan ideologi non kompromis

yang berpegang nilai-nilai berdasarkan masa lalu atau berpegang teguh pada nilai-

nilai yang ada di masa lalu dan tidak mau terhadap perubahan disebut radikal kiri.

Dalam perspektif politik, radikalisme adalah orientasi politik yang cenderung

melakukan perubahan melalui revolusi. Dalam perspektif ini istilah radikalisme

adalah suatu keyakinan akan adanya perubahan pada masyarakat dan perubahan

tersebut akan terwujud melalui cara-cara revolusi. Perspektif ini kemudian disebut

ekstrem kanan dan ekstrem kiri, lawan dari moderat. Dalam pemikiran

radikalisme kita dapat menemukan pada berbagai kelompok atau golongan, baik

modernis maupun tradisonalis, baik skularis maupun puritanis, pluralis maupun

konservatif dan globalis maupun nasionalis. Maka dari itu paham radikal atau

radikalisme terjadi jika antara satu sama lain tidak mau menerima perbedaan ide

pemikiran. Karena keduanya akan sama-sama mempertahankan kebenaran yang

6 Sun Choirol Ummah, “Akar Radikalisme Islam Di Indonesia”, h. 118-121.

7Sun Choirol Ummah, “Akar Radikalisme Islam Di Indonesiah. 118-121.

Page 33: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

22

mereka anut dan tidak mau menerima kebeneran yang lain, dan cendrung saling

menyalahkan.8

Di Indonesia masalah radikalisme yang selalu menjadi sorotan dan

menadatpakan lebel kaum radikal adalah kelompok kedua (tradisonalis,

konsevatif, puritanis, dan nasionalis) yang selalu menolak adanya perubahan yang

terjadi pada masyarakat. Namun pada kenyataannya kelompok pertama

(modernis, sekularis, pluralis dan globalis) juga tidak kalah ngototnya dalam

mempertahankan dan memaksakan pada kelompok lain.9

Kedua, radikalisme dalam gerakan mempunyai kecendurungan pendekatan

non-kompromis terhadap problematika sosial, politik, dan ekonomi. Hal tersebut

terjadi karena ketidakpuasan yang sangat tinggi terhadap status quo dan keinginan

adanya perubahan yang cepat dengan mengunakan cara-cara ekstrem. Dalam

gerakan radikal kita dapat menemukan ekstrem kanan dan ekstrem kiri.

Kaduannya sama menginginkan perubahan yang fundamental terhadap

masyarakat dan kemimpinan. Meskipun pada dasarnya mereka menggunakan cara

yang berbeda. 10

Radikalisme muncul dengan berbagai sudut pandang seperti radikalisme

Islam. Radikalisme dalam Islam sebenarnya tidaklah lepas dari spektrum politik

yang terjadi di masa lalu yang berujung pada bahwa agama sebagai simbol, pada

masa ke-khalifahan Umar, radikalisme sudah ada yang berujung pada

penyerangan khalifah Umar. Tidak hanya sampai di situ, puncak pemasalahnya

8 Achmad Jainuri, Radikalisme dan Terorisme (Surabaya: Intran Publishing, Juni 2016) h.

27. 9 Achmad Jainuri, Radikalisme, h. 27.

10 Achmad Jainuri, Radikalisme, h. 28.

Page 34: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

23

adalah peristiwa tahkim yang kemudian muncul aliran khawarij yang merupakan

awal dari pada gerakan radikal atau disebut radikalisme khawarij.11

Meskipun

Islam merupakan rahmatan lil alamin, namun melihat sejarah dan kejadian yang

terjadi dewasa ini dan sering dihubungkan dengan Islam radikal. Maka tidak bisa

dibantah, bahwa dalam perjalanan sejarahnya terdapat kelompok-kelompok Islam

tertentu yang menggunakan jalan kekerasan untuk mencapai tujuan politis, atau

mempertahankan paham keagamaannya secara kaku. Yang dalam bahasa

peradaban global sering disebut kaum radikalisme Islam.12

Paham radikal tidak hanya terjadi pada Islam, tetapi juga pada agama lain.

Istilah radikalisme terus berkembang dan ada pada setiap agama seperti Kristen,

Hindu dan Budha. Dalam agama Kristen radikalisme muncul sejak abad

pertengahan mulai dari perang salib, kolonialisme pada 18 dan 19 atas dunia

muslim bukan tanpa kekerasan tapi serat akan kekerasan. Sementara kasus

radikalisme dalam agama Kristen dimulai pada abab 15. Di mana Martin Luther

King seorang deklator Protestan diangggap sebagai radikalis oleh para pendeta

Katholik, sebab memunculkan perpecahan antar ummat Nasrani.13

Di Indonesia

pembakaran masjid pada 17 juli 2015 di Tolikara yang dilakukan oleh

sekelompok orang Kristen (Gidi) menjadi bukti bahwa radikalisme agama dalam

Kristen tidak dapat dipungkiri. Sedangkan radikalisme dalam agama Buddha

dapat kita lihat dalam kasus di Myanmar terhadap para menoritas muslim

Rohingya.

11

Anzar Abdullah “Gerakan Radikalisme dalam Islam: Perspektif Historis”. Addin 10, no.

1 (2016): h. 1-28. 12

Sun Choirol Ummah, “Akar Radikalisme Islam di Indonesia”, h. 112-124. 13

Ruslan Ismail Mage, “Prospek Gerakan Radikalisme di Indonesia”.Jurnal Populis 2,

No.3 (Juni 2017): h. 246.

Page 35: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

24

Di Indonesia gerakan Islam radikal di mulai pada awal 1950-an yang

disebut dengan Darul Islam, yang didirikan oleh Kartosuwirjo. Namun perlu

dicatat bahwa secara tidak resmi Darul Islam/Negara Islam Indonesia (DI/NII)

sudah berdiri sejak Mei 1948 namun baru diproklamasikan14

pada 7 Agustus 1949

di Cisamapak Kecamatan Cilugagar Kebupaten Tasikmalaya.15

Dalam sejarah

gerakan ini berhasil digagalkan. Kemudian pada 1976 muncul gerakan Komando

Jihad (Komji), gerakan ini melakukan aksinya dengan meledakkan tempat ibadah.

Pada 1977, Front Pembebasan Muslim Indonesia melakukan hal sama. Tidak lama

kemudian, setelah pasca reformasi muncul lagi gerakan yang beraroma radikal

yang dipimpin oleh Azhari dan Nurdin M. Top dan gerakan-gerakan radikal

lainnya yang bertebar di beberapa wilayah Indonesia, seperti Poso, Ambon dan

yang lainnya. Semangat radikalisme tentu tidak luput dari persoalan politik,

persoalan politik memang seringkali menimbulkan gejala-gejala tindakan yang

radikal. Sehingga berakibat pada kenyamanan umat beragama yang ada di

Indonesia dari berbagai ragamnya.16

B. Pencegahan Paham Radikal

Kata “pencegahan” berasal dari kata “cegah” dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) yang mempunyai arti “menahan atau merintangi” sendangkan

14

Bunyi proklmasi Darul Islam/Negara Islam Indonesia (DI/TII) “Kami umat Islam

Indonesia menyatakan berdirinnya negara Islam Indonesia. Maka hukum yang berlaku atas Negara

Islam adalah Islam”. Dikutip dari buku NII sampai JI Salafi Jihadisme di Indonesia oleh

Solehuddin. 15

Solahuddin, NII sampai JI Salafi Jihadisme di Indonesia (Jakarta: Komonitas Bambu,

2011), h. 65. 16

Ahmad Asrori, “Radikalisme di Indonesia: Antara Historis dan Antropisitas”.Kalam:

Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam 9, no. 2 (Des, 2015): h. 235-268.

Page 36: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

25

pencegahan sendiri mempunyai arti “proses, cara, perbuatan mencegah,

penegahan, dan penolakan.”

Dalam kaitannya dengan pencegahan radikalisme agama dan terorisme

adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan BNPT dalam menolak paham-

paham radikal yang terjadi pada masyarakat demi ketentraman dan utuhnya

NKRI. Sebagaimana kita ketahui bahwa radikalisme agama merupakan salah satu

pintu kejahatan yaitu terorisme. Maka dari itu pemerintah membuat beberapa

kebijakan yang berhubungan langsung bagaimana cara atau proses pemerintah

mecegah radikalisme agama tersebut. Seperti yang dijelasakan dalam blue print

BNPT yaitu ada dua kebijakan yang dilakukan untuk mencegah paham RT;

Pertama, mencegah penyebaran ideologi. Kedua, melindungi masyarakat dari aksi

terorisme dengan mengedepankan partisipasi aktif dari masyarakat, sinergi antar

Kementrian dan Lembaga terkait. Agar tercipta rasa aman di tengah masyarakat

guna menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dari kedua

kebijakan diatas maka untuk melakukan hal tersebut tidak hanya pemerintah saja

tetapi masyarakat dan masyarakat sipil mempunyai andil penting untuk mencegah

paham radikal.

Setidaknya ada tiga upaya yang harus dilakukan dalam mencegah paham

radikal atau radikalisme yang mengancam segala aspek di negara ini;

1. Bersifat Pre-emptif untuk mengeliminasi paham-paham tersebut sejak dini, hal

ini dapat dilakukan para permerhati sosio-struktural masyarakat dibidang

ideologi, politik, sosial, ekonomi, dan ketahanan keamanan untuk melihat

potensi-potensi ancaman paham radikal sejak dini. Aparat pemerintahan dan

Page 37: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

26

masyarakat lokal harus bekerjasama untuk menangani hal ini, secara sosiologis

kultural dan tidak mengedepankan otoritas apalagi kekuasaan. Tetapi, lebih

pada upaya saling asah, asih dan asuh. Upaya ini berlandaskan pada upaya

membangun kohesivitas sosial ditingkat komunitas, yang pada akhirnya

membangun otonomi secara devolusi dan bukan sekedar otonomi

administratif ruang publik harus disediakan pada tataran bawah.

2. Bersifat Preventif, pencegahan berupa mengurangi peluang (kesempatan)

penyebarannya, hal ini dilakukan oleh Pemerintah Daerah yang didukung oleh

aparat keamanan secara sinergi, yang mengedepankan ketertiban sebagai

tujuan sosial, dan tidak semata-mata mengedepankan hukum dan pene-

gakannya.

3. Bersifat Repressif, melakukan tindakan hukum bagi mereka melanggar hukum

sebab upaya pre-emtif dan preventif tidak lagi bisa menjadi solusi utama bagi

mereka yang melanggar hukum atau telah melakukan tindakan yang merugikan

bagi orang lain dan terutama bagi Negara.17

Dari tiga aspek tersebut tentu pemerintah tidak bisa melakukan sendiri

perlu ada kerjasama dengan semua elemen dan tentunya masyarakat luas sehingga

radikalisme dapat dicegah.

Sebagaimana kita ketahui bahwa radikalisme merupakan gejala awal

munculnya terorisme yang merupakan kejahatan dan bahkan tergolong extra

ordinary crime yang harus kita lawan dan cegah. Untuk mencegah tindak

17

Chairuddin Ismail. Paham Radikal dan Transisi Demokrasi serta Keutuhan NKRI.

http://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/minangwan-seminar-Penyebaran-Paham-Radikal-

Berbahaya-Bagi-NKRI-1435206305.pdf, diakses pada 22 Februari 2018.

Page 38: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

27

kejahatan harus mengunakan cara atau strategi yang tepat untuk mengatasinya,

setidaknya ada dua strategi untuk mencegah tindak kejahatan;

1. Strategi Tidak Langsung yaitu; pertama, Peningkatan kualitas hidup. Kedua,

Menyediakan pendidikan yang baik. Ketiga, Menyediakan kegiatan mengisi

waktu senggang yang konstruktif. Keempat, Menyediakan kesempatan kerja.

Kelima, Membangun masyarakat. Keenam, Kesejahteraan dan bantuan

keuangan.

2. Strategi Langsung yaitu; Pertama, Penyelesaian masalah. Kedua Mengurangi

kesempatan. Ketiga, Patroli. Keempat, Kampanye publikasi. Kelima, Kujungan

ke penjara.18

Lalu bagaimana dengan strategi pemerintah, Undang-undang, BNPT, dan

masyarakat sipil dalam mencegah paham radikal yang mengacu pada tindakan

terorisme yang sudah jelas menjadi ancaman bagi seluruh masyarakat kita bahkan

bagi keutuhan NKRI. Pemerintah melalui undang-undang nomor 5 tahun 2018

dalam pasal 43A ayat 3 tentang pencegahan terorisme; pencegahan dilaksanakan

melalui, a). Kesiapsiagaan Nasional. b), kontra radikalisasi. c). deradikalisasi.

Maka dari itu terbitnya undang-undang menjadi acuan langsung bagi BNPT dan

lembaga-lembaga terkait untuk mencegah agar paham RT. Tidak hanya itu,

masyarakat sipil dan seluruh masyarakat turut berperan aktif menangkal dan

mencegah paham-paham RT yang membahayakan bagi ketentraman dan keutuhan

NKRI

18

Jend. Pol. (Purn) Drs Kunarto, terj, Tern Kejahatan Dan Perdialan Pidana (Jakarata:

Cipta Manunggal,1996), h. 57-64.

Page 39: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

28

UU NO. 5. 2018

PASAL 34A AYAT 3

KESIAPSIAGAAN NASIONAL KONTRA RADIKALISASI DERADIKLALISASI

PEMERINTAH

BNPT

KEMENTRIAN/LEMBAGA

PEMERINTAH

BNPT

KEMENTRIAN/LEMABAG

TOKOH AGAMA/AKADEMISI

PEMERINTAH

BNPT

LEMABAGA/LEMABAG

MASYARAKAT SIPIL Melalui pemberdayaan

masyarakat, peningkatan

kemampuan aparatur,

pelindungan dan

peningkatan sarana

prasarana,

pengembangankajian

Terorisme, serta

pemetaan wilayah rawan

paham RT

Dilakukan secara

langsung atau tidak

langsung melalui

kontranarasi,kontra

propaganda,ataukontra

ideologi melaui seminar,

workshop dan FGD

a. Identifkasi

b. Rehabilitasi

c. Redeukasi

d. Resosialisasi

Selain itu untuk mencegah agar tidak kembali menjadi

radikal dan teroris maka

diberi pembakalan:

a. Wawasan kebangsaan

b. Wawsan

keagamaan

c. Wirausaha

Dari UU No. 5 Tahun 2018 Pemerintah melakukan berbagai upaya

tindakan strategi agar paham radikal tidak terus berkembang, meskipun pada

faktanya masih banyak paham radikal yang menghantui masyarakat.

Perubahan dari UU No 15 tahun 2003 pada UU No 5 tahun 2018 ada

beberapa elemen yang ikut terlibat diantaranya, a), pelibatan meliter, keterlibatan

meliter ini tentu dilakukan secara hati-hati dan mengacu pada Pasal 26 Perpu No 1

Tahun 2002 jo UU No 15 Tahun 2003 dan juga pelibatan TNI yang bersifat

temporer sesuai kondisi darurat yang terjadi. b), Lembaga Pengawasan

Penanggulangan Tindak Pidana Terorisme, lembaga ini diperlukan sebab untuk

Page 40: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

29

mengawasi dan menjaga kehormatan Hak Asasi Manusia (HAM). c), masa

Penangkapan, pada pembahasan ini dikembalikan pada ketentuan Kitab Undang

Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) 1x24 jam. d), penyadapan, hal ini tentut

harus ada izin dari pengadilan dan sesuai dengan pasa 31A dan sudah ada bukti

permulaan yang cukup sesuai pasal 31. e), masa penahanan. f), perlindungan

korban tindak pidana terorisme. g), penelitian berkas seperti barang bukti. h),

Deradikalisasi. j), BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme). i),

Keterlibatan anak dalam tindak pidana terorisme. k), Aksi terror di luar wilayah

teritori Indonesia. l), pelibatan koorporasi. m), munjungjung tinggi HAM dan

aparat yang melanggar dapat dipidana.19

Pelibatan ini tentu memberikan angina

segar pagi upaya pencegahan paham radikal yang terus berkembang. Upaya

pelibatan tersebut merupakan usaha penuh pemerintah untuk mencegah paham

radikal yang berkembang pada masyarakat dari hulu hingga hilir. Atau lebih

tepatnya pencegahan paham radikal mulai dari akar rumput.

Selain itu perubahan Undang-undang tersebut merupakan aksi nyata

pemerintah. Dan benar-benar serius dalam upaya mencegah paham radikalisme

dan terorisme (RT). Perubahan tersebut merupakan upaya penting untuk

mencegah RT. Sebab Undang-undang tersebut tidak hanya membahas masalah

radikalisme dan terorisme, tetapi juga membahas masalah cara atau aturan

bagaimana aparat dan hukum harus bertindak agar tidak melanggar Hak Asasi

Manusia (HAM). Undang undang tersebut juga membahas para korban tindak

pidana terorisme. Sebagaimana kita ketahui, korban tindak pidana terorisme

19

Muhammad Lutfi Zuhdi, dkk. Ketahanan Keluarga Paradoks Radikalisme dalam

Keluarga Indonesia (Jakarta: Pusat Riset Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas

Indonesia, 2018), h. 49-51.

Page 41: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

30

mengalami terauma fisik dan psikologis sehingga butuh pemdampingan atau

konseling agar bisa kembali beraktifitas seperti semula. Pendampingan tersebut,

bertujuan agar korban tidak terpapar paham radikal.

Dalam upaya pencagahan radikalisme pemerintah harus lebih waspada

dalam segala aspek terutama pada tiga aspek berikut:

1. Sektor keuangan.20

Mengapa sektor keungan harus diwaspadai dalam upaya pencegahan

radikalisme. Karena pada dasarnya suatu pergerakan tanpa adanya dukungan

secara finansial akan sulit terealisasi atau tidak akan mampu bergerak tanpa adanya

kepastian pendanaan. Dalam kegiatan radikalisasi yang terjadi ditangah tengah

masyarakat hampir dapat dipastiakan ada insiator dan pendana yang sepakat dan

bertemu untuk menyebarkan paham-paham tertentu. Yang pada akhirnya akan

mengganggu kesetabilan politik negara tersebut. Menurut Croissant & Barlow,

kawasan Asia tenggara merupakan kawasan yang subur akan dana dan infrastuktur

bagi para teroris. Semestinya publik sadar bahwa setiap gerakan pasti ada

pendanaan. Terdapat tiga cara cara utama pendanaan dari lokal maupun

internasional untuk para aktivis radikalis dan teroris di Asia Tenggara. Tiga cara

utama tersebut adalah criminal activities, charities, serta front companies and

investment

Aktivitas criminal atau criminal activities dalam hal pendanaan gerakan

teroris seringkali didapati dari hasil perdagangan obat terlarang dan penjualan kecil

persenjataan ke kelompok-kelompok kriminal lainnya. Pada kasus Bom Bali dan

20

Muhammad Lutfi Zuhdi, dkk. Ketahanan Keluarga Paradoks Radikalisme dalam

Keluarga Indonesia, h. 62.

Page 42: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

31

Bom JW Marriot di Jakarta, Al-Qaeda diketahui mendanai langsung Jama’ah

Islamiyah (JI) untuk aktivitas terornya. Dana yang didapat oleh Al-Qaeda

bersumber dari penjualan senjata api dan penjualan opium atau obat terlarang.

Terkadang juga didapat dari perampokan kepada orang-orang yang memang

diincar untuk diambil hartanya. Bahkan, pendanaan bisa datang melalui aktivitas

amal atau charity. Dari sini dapat kita pahami bahwa kegiatan kejahatan terutama

yang berhubungan dengan kegiatan terorisme dapat kita pastikan bahwa ada yang

menjadi inisiator atau pendana yang bergerak di belakang. Sehingga kegiatan

tersebut terus berlangsung dengan menggunakan jasa seseorang yang terkadang

tidak tahu dan bahkan seseorang tersebut hanya menjadi tumbal untuk melekukan

tindakan terorisme berkedok ideolgi agama.21

Yang menjadi catatan kita adalah pengumpulan dana untuk kegiatan-

kegiatan yang berafiliasi terhadap paham radikal melalui charity dan ini sering

dilakukan oleh Lembaga Swadya Masyarakat (LSM) yang berafiliasi dengan

kelompok atau kegiatan terorisme. Kegiatan LSM tersebut secara tidak lansung

membantu dan melancarkan kegiatan-kegiatan radikalisasi yang ada negeri ini

seperti yang dilakukan KOMPAK (Komite Penanggulangan Dampak Krisis) di

Indonesia yang disinyalir memiliki hubungan erat dengan pimpinan Jama’ah

Islamiyah (JI). Oleh karena itu masyarakat harus lebih hati-hati dalam memberikan

batuan kepada LSM terutama pada LSM yang tidak jelas payung hukumnya atau

tidak terdaftar di Kemenkumham.

21

Muhammad Lutfi Zuhdi, dkk. Ketahanan Keluarga Paradoks Radikalisme dalam

Keluarga Indonesia, h. 62.

Page 43: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

32

Investasi dari sebuah perusahaan kemudian menghasilkan keuntungan

yang sebagian diberikan secara cuma-cuma kepada kelompok tertentu guna

mendukung operasinya. Salah satu yang saat ini paling aktif melakukan metode ini

untuk mendanai kelompok-kelompok yang berafiliasi dengannya adalah ISIS atau

DAESH. ISIS merebut kilang-kilang minyak, lalu menjual hasilnya secara illegal

dan membagikan keuntungannya untuk operasional grup-grup terafiliasi di

berbagai belahan dunia. ISIS adalah grup teroris yang dilabeli Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai yang paling kaya di antara grup-grup teroris lain.

Beberapa perusahaan dari Timur Tengah memang disinyalir melakukan pendanaan

kepada beberapa kelompok di Asia Tenggara, salah satu penerimanya adalah JI,

simpatisan ISIS. Akan tetapi, ada kecenderungan juga ISIS didanai oleh negara-

negara adikuasa, seperti Amerika Serikat dan Israel untuk mempertahankan keka-

cauan di Timur Tengah dan negara-negara mayoritas Muslim.22

2. Sektor pendidikan

Sektor pendidikan menjadi salah satu sektor yang harus kita waspadai.

Sebab pada sektor ini pemahaman-pemahaman akan lebih mudah masuk dan

berkembang. Hal ini dapat kita lihat pada hasil penelitian BNPT dalam tiga tahun

terakhir telah terindentifikasi banyak kampus telah tepapar paham radikal sejak 30

tahun lalu. Tidak hanya itu PPIM telah merilis survei yang hasilnya 37,71% setuju

bahwa jihad itu berarti perang (qital) dan membunuh orang lain, 33,34 tidak

masalah jika ada tindakan intoleran terhadap kelompok minoritas, dan 23,35%

setuju bom bunuh diri sebagai salah satu bentuk jihad. Survei tersebut dilakukan

22

Muhammad Lutfi Zuhdi, dkk. Ketahanan Keluarga Paradoks Radikalisme dalam

Keluarga Indonesia, h. 63.

Page 44: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

33

di 34 provinsi dengan 2.181 responden terdiri dari siswa dan mahasiswa dan guru.

Yang memperihatinkan adalah kampus yang menajadi lahan yang subur dalam

menghasilkan paham ekslusif dan radikal.

Seharusnya, kampus menjadi tempat berkembangnya pemikiran-pe-

mikiran yang menunjang perbaikan pendidikan dan kehidupan pada bangsa.

Kampus bagi mahasiswa adalah surga pengembangan ide-ide brilian bagi

kemajuan, bukan tempat berkembangbiaknya paham-paham radikal yang

mengarah kepada terorisme dan kegiatan makar yang merugikan bangsa.

Penyebaran paham radikal tidak hanya terjadi di kampus, tetapi benihnya sudah

tertanam sejak Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA).23

Melihat fakta tersebut, maka sektor pendidikan harus kita awasi terutama

kurikulum yang digunakan. Sehingga pencegahan paham radikal melalui sektor

pendidikan dapat kita cegah sejak dini.

3. Sektor Media

Sektor menjadi salah sektor yang harus diperhatikan lebih maksimal.

Sebab di era digital ini penyebaran paham-paham radikal lebih mudah. Penyebran

paham radikal yang semakin masif malalui pesan singkat seperti telegram yang

berakibat pada pembelokiran pasan singkat (chatting) tersebut, karena pemerintah

menenukan berbagai indikasi yang menjurus pada paham radikal yang mengacu

pada tindakan teror. Hal ini dapat kita lihat pada kasus Dita Siska Millenia (18)

mangaku bahwa dia mendapat pemahaman radikal melalui grup WhatsApp dan

23

Muhammad Lutfi Zuhdi, dkk. Ketahanan Keluarga Paradoks Radikalisme dalam

Keluarga Indonesia, h. 64.

Page 45: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

34

channel Telegram sejak November 2017 yang dimasukan oleh ikhwannya yang

dia kenal lewat Instagram.24

Di satu sisi kehadiran media sosial mampu mempererat hubungan dan

memudahkan komunikasi banyak orang. Dari satu tempat ke tempat lainnya

dalam waktu singkat. Namun di sisi lain apabila media sosial tersebut

dimanfaatkan untuk penyebaran paham radikal, tentu dapat mendestruksi

tatanan sosial yang sudah terbentuk. Fungsi destruksi tersebut lebih mematikan

ketimbang fungsi disrupsi yang diciptakan oleh media sosial pada kehidupan

masyarakat. Orang-orang tertentu dipilih, lalu dibrainwash pemikirannya sehingga

ia memiliki ideologi radikal kemudian didorong untuk menyebarkan ke teman

terdekat atau keluarga mereka.25

Menurut Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial (PSBPS) pada tahun

2018 merilis penelitian dikutip dari Thoyibi dan Khisbiyah menunjukkan media

sosial dapat meningkatkan kesempatan individu atau kelompok untuk menjadi

radikal melalui jangkauan pengaruh, pelibatan aksi, penyebaran informasi,

komunikasi serta propaganda keyakinan berbahaya. Menurut Thoyibi dan

Khisbiyah pada akhir Mei 2017 menunjukkan setidaknya ada tiga media sosial

yang menjadi arus utama dan berpotensi menjadi wadah penyebaran paham

radikal dikarenakan penggunanya yang masif, yaitu Faceobok dengan 1,94 miliar

akun, Youtube dengan satu miliar akun dan Instagram dengan 700 juta akun

pengguna. Luasnya daya jangkau media sosial berbasis aplikasi ini menjadikan

24

Lihat https://nasiomal.tagar.id/abg-jadi-teroris-saya-belajar-dari-grup-whatsapp-

telegram-instagram, diakses pada 22 Februari 2018. 25

Muhammad Lutfi Zuhdi, dkk. Ketahanan Keluarga Paradoks Radikalisme dalam

Keluarga Indonesia, h. 67.

Page 46: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

35

perubahan pada pola hubungan sosial di masyarakat yang selalu lekat dengan

berbagi informasi pada setiap momen kepada pihak-pihak yang berada di lain

tempat.26

C. Sejarah BNPT

Setalah peristiwa bom bali I Presiden Indonesia pada waktu itu Megawati

memandatkan kepada MenkoPolkam yang pada waktu itu dijabat oleh Susilo

Bambang Yudhoyono membuat kebijakan untuk menanggulangi terorisme,

berdasarkan keputusan MenkoPolkam No.Kep-26/Menko/Polkam/11/2002 yang

merupakan satuan kerja yang bersifat non struktural yang berada di lingkungan

Kementrian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan untuk membantu

MenkoPolkam dalam upaya mengkoordinasi pemberantasan terorisme.27

Selanjutnya tugas dari pada DKPT adalah pertama, membantu MenkoPolkam

dalam merumuskan kebijakan bagi pemberantasan tindak pidana terorisme yang

meliputi aspek penangkalan, pencegahan, penanggulangan, penghentian,

penyelesaian dan segala tindakan hukum yang diperlukan. Kedua, membantu

MenkoPolkam dalam mengendalikan langkah-langkah operasional pemberantasan

terorisme. Ketiga, melaporkan pelaksanaannya secara berkala sewaktu-waktu

diperlukan oleh MenkoPolkam.28

Pemberantasan dan pencegahan terorisme terus ditingkatkan oleh

pemerintah Indonesia agar terorisme dan radikalisme berkurang dan juga bisa

26

Muhammad Lutfi Zuhdi, dkk. Ketahanan Keluarga Paradoks Radikalisme dalam

Keluarga Indonesia, h. 66. 27

Keputusan Menteri Koordinator Bidang Politik Dan Keamanan Republik Indonesia

Nomor: Kep-26 /Menko/Polkam/11/2002 T E N T A N G Pembentukan Desk Koordinasi

Pemberantasan Terorisme Menteri Koordinator Bidang Politik Dan Keamanan Republik

Indonesia, Pasal II. 28

Keputusan Menteri Koordinator Bidang Politik Dan Keamanan.

Page 47: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

36

mencegah adanya paham radikalisme dan terorisme. Oleh sebab itu dibentuklah

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), BNPT adalah lembaga non

kementerian yang dipimpin oleh seorang kepala setingkat Menteri. BNPT

dibentuk pada tahun 2010 melalui kebijakan politik negara dalam rangka

penanggulangan terorisme yang lebih komprehensif dan integratif. Dasar lahirnya

BNPT adalah Perpres No. 46 Tahun 2010 tentang pembentukan Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme (BNPT). Perpres ini kemudian diperkuat dengan

Perpres No. 12 Tahun 2012.

Pembentukan BNPT merupakan Kebijakan Nasional Pencegahan

Terorisme di Indonesia. Badan ini merupakan pengembangan dari Desk

Koordinasi Pemberantasan Terorisme (DKPT) yang dibuat pada tahun 2002. Saat

itu DKPT memiliki tugas membantu Menteri Koordinator Bidang Politik dan

Keamanan dalam merumuskan kebijakan bagi pemberantasan tindak pidana

terorisme, yang meliputi aspek penangkalan, pencegahan, penanggulangan,

penghentian penyelesaian dan segala tindakan hukum yang diperlukan.

Sebagaimana tertera dalam Perpres No. 46 Tahun 2010 pasal 2 ayat I yaitu

mengenai tugas BNPT;

1. Menyusun kebijakan, strategi, dan program nasional dibidang penanggu-

langan terorisme;

2. Mengkoordinasi instansi pemerintah terkait dalam pelaksanaan dan me-

laksanakan kebijakan dibidang penanggulangan terorisme;

3. Melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan terorisme dengan

membentuk Satuan-Tugas-Satuan Tugas yang terdiri dari unsur-unsur instansi

Page 48: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

37

Pemerintah terkait sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan masing-

masing

Maka dari itu kita bisa lihat bahwa BNPT merupakan kebijakan yang

menjadi leading sector yang memiliki wewenang untuk merumuskan, membuat

kebijakan, strategi dan menjadi koordinator dalam bidang pencegahan terorisme.

Sehingga dapat diharapkan kebijakan pencegahan terorisme dan radikalisme

berjalan secara efektif, efisien, terukur, konsisten, terintegrasi, terlembaga, dan

berkelanjutan.

Untuk mempermudah kinerja BNPT, maka BNPT membentuk beberapa

deperterent atau dalam susunan organisasi BNPT disebut dengan Deputi yaitu;

1. Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi; adapun tugas

dari deputi ini seperti yang dijelaskan pada pasal 13 Perpres No. 46 Tahun

2010 bahwa tugas dari pada deputi ini adalah; pertama, monitoring, analisa,

dan evaluasi mengenai ancaman terorisme di bidang pencegahan,

perlindungan, dan deradikalisasi. Kedua, penyusunan kebijakan, strategi, dan

program nasional penanggulangan terorisme di bidang pencegahan,

perlindungan, dan deradikalisasi. Ketiga, koordinasi pelaksanaan

penanggulangan terorisme di bidang pencegahan ideologi radikal. Keempat,

pelaksanaan kegiatan melawan propaganda ideologi radikal. Kelima,

pelaksanaan sosialisasi penanggulangan terorisme di bidang pencegahan,

perlindungan, dan deradikalisasi. Keenam, koordinasi pelaksanaan program-

program re-edukasi dan re-sosialisasi dalam rangka deradikalisasi. Ketujuh,

Page 49: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

38

koordinasi pelaksanaan program-program pemulihan terhadap korban aksi

terorisme.

2. Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan. Adapun tugas dari

deputi ini seperti yang dijelaskan pada pasal 16 Perpres No. 46 tahun 2010.

Pertama. monitoring, analisa, dan evaluasi mengenai ancaman terorisme di

bidang penindakan, pembinaan kemampuan, dan penyiapan kesiapsiagaan

nasional. Kedua, penyusunan kebijakan, strategi, dan program nasional

penanggulangan terorisme di bidang penindakan, pembinaan kemampuan,

dan penyiapan kesiapsiagaan nasional. Ketiga, koordinasi dalam penentuan

tingkat ancaman dan upaya persiapan penindakan. Keempat, koordinasi

pelaksanaan perlindungan korban, saksi, dan aparat penegak hukum terkait

ancaman terorisme. Kelima, koordinasi pelaksanaan pembinaan kemampuan

organisasi dan penyiapan kesiapsiagaan nasional dalam penanggulangan

terorisme. Keenam. pelaksanaan sosialisasi penanggulangan terorisme di

bidang penindakan, pembinaan kemampuan, dan penyiapan kesiapsiagaan

nasional.

3. Deputi Bidang Kerjasama Internasional. deputi ini seperti yang dijelaskan

pada pasal 16 Perpres No. 46 tahun 2010. Pertama, monitoring, analisa, dan

evaluasi mengenai ancaman terorisme internasional dan kerjasama

internasional dalam menanggulangi terorisme. Kedua, penyusunan kebijakan,

strategi, dan program kerjasama internasional di bidang penanggulangan

terorisme. Ketiga, pelaksanaan dan pengembangan kerjasama internasional di

bidang penanggulangan terorisme. Keempat, koordinasi pelaksanaan

Page 50: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

39

perlindungan warga negara Indonesia dan kepentingan nasional di luar negeri

dari ancaman terorisme.

Tentang peran dan fungsi terbentuknya BNPT tidak hanya tertera dalam

Perpres tahun 2010 tetapi juga dalam Udang-undang No. 5 tahun 2018 bab VIIB

pasal 43E hingg pasal 43H.

Page 51: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

40

BAB III

PERAN BNPT DAN MASYARAKAT SIPIL DALAM

MENCEGAH RADIKALISME DI INDONESIA

A. Peran BNPT Dalam Mecegah Radikalisme

BNPT selaku aktor utama dalam menangkal atau mencegah paham

radikalimse dan terorimse (RT) terus berupaya dan melakukan berbagai cara, baik

langsung atau tidak langsung. Upaya dan strategi BNPT dalam mencegah paham

radikal tidaklah jauh berbeda dengan yang termaksud pada undang-undang diatas

tetapi BNPT mempunyai kewenangan khusus untuk membuat cara atau stretegi

sebagaimana yang telah dimandatkan oleh pemerintah dan Undang-undang

Republik Indonesia.

BNPT sendiri mempunyai dua starategi khusus dalam mengatasi dan

mencegah radikalisme agama yang mengacu pada tindakan teror. Mengacu pada

Perpres No. 46 tahun 2010 yang telah diubah menejadi Perpres No. 12 tahun 2012

tentang Badang Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), BNPT memiliki

kewenangan khusus untuk menyusun dan mengeluarkan kebijakan, strategi,

sekaligus menjadi koordinator dalam bidang pencegahan, perlindungan,

deradikalisasi, (soft approach), penindakan (hard approach), penyiapan

kesiapsiagaan nasional serta kerja sama internasional. BNPT sendiri

mengimplementasikan strategi untuk mencegah paham radikal teroris lebih pada

pendekatan persuasive (soft approach), BNPT menggunakan dua strategi

pencegahan, pertama, strategi deradikalisasi merupakan upaya mentransformasi

paham radikal menjadi tidak radikal dalam konteks ini bisa melalui pembinaan,

Page 52: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

41

FGD, workshop dan seminar. Selain itu dalam proses deradikalisasi juga, para

narapidana terorisme (Napiter) juga dibekali dengan tiga aspek, wawasan

kebangasaan, wawasan keagamaan dan yang tidak kalah penting adalah pelatihan

kewirausahaan kepada para Napiter. Kedua, strategi kontra radikalisasi, ini

dilakukan secara langsung atau tidak langsung melalui kontranarasi, kontra

propaganda, atau kontra ideologi melaui seminar, workshop dan FGD.1 Selain itu

BNPT juga membentuk organisasi untuk membantu kinerja BNPT dalam

mencegah paham radikal teroris, yaitu FKTP (Forum Koordinsasi Pencegahan

Terorisme). FKPT dibentuk berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Forum

Koordinasi Pencegahan Terorisme di daerah, dituntut berperan aktif untuk

menggandeng berbagai elemen masyarakat dalam menggaungkan semangat

perdamaian dan anti radikalisme terorisme. Pada tahun 2016 telah terbentuk di 32

propinsi dan 500 kabupaten kota.2 Dengan terbentuknya forum ini maka

diharapkan kinerja BNPT akan lebih mudah dan menjadi wadah bagi masyarakat

untuk sama-sama mencegah paham RT. BNPT mendirikan organisasi tentu bukan

sendirian tetapi dibantu oleh bebagai lapisan masyarakat mulai dari Pemda dan

LSM atau masyarakat sipil seperti The Nusa Institute yang juga ambil bagian dari

salah satu pembentukan FKPT di Sumatera.3

Selaku aktor utama dalam pencegahan paham RT, BNPT mengadakan

seminar dan workshop serta FGD, yang merupakan bagian sterategi BNPT untuk

1Agus SB, Merintis Jalan Mencegah Terorisme: Sebuah Bunga Rampai (Jakarta:

Semarak Lautan Warna, 2014), h. 327-328. 2Laporan Akuntabilitas Kinerja Kedeputian VI (Kesbang 2016), h. v.

3 Wawancara dengan Nasrulllah Iskanadar sekretaris utama The Nusa Institute pada

tanggal 02 Oktober 2018.

Page 53: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

42

mencegah paham tersebut. Diantara beberapa materi yang disampaikan oleh

BNPT dan selalu menekankan akan bahaya paham RT, BNPT juga

menyampaikan beberapa strategi dengan beberapa pendekatan antaranya:

1. Bidang Ideologi

a. Memperkuat pancasila sebagai ideologi bangsa.

b. Memperkuat Islam moderat melalaui lembaga lemabaga orgainsasi

keislaman seperti, NU, Muhammadiyah dan MUI sebagai counter terhadap

paham radikal, pemahaman moderat terhadap doktrin agama (al-Qur‟an dan

Hadist), Pemahaman mendalam terhadap dinamika gerakan radikalisme

global dan keterkaitannya dengan radikalisme Indonesia dan Kajian khusus

radikalisme. Keterlibatan NU dan Muhammadiyah dalam hal tersebut

terutama dalam hal deradikalisasi, sejak tahun 2011 BNPT berinsiatif

melibatkan NU dan Muhammadiyah dalam upaya deradikalisasi. Meskipun

berbagai argumen muncul bahwa NU lebih sejalan dengan BNPT terutama

tentang istilah deradikalisai dan Muhammadiyah menkritik keras. Meskipun

begitu Muhammadiyah mengusulkan istilah lain yang dinilai cocok yaitu

moderasi karena Muhammadiyah menganggap bahwa dengan istilah

tersebut pelaku teror merasa lebih dimanusiakan. Tidak hanya itu

keterlibatan kedua ormas tersebut sangat penting. Sabab keduanya

mempunyai program dan jaringan pendidikan yang luas, mereka bisa

membuat program beasiswa afirmasi bagi anak-anak pelaku teror.4

4 Lihat https://www.tempo.co/abc/1677/nu-dan-muhammadiyah-dan-program-

deradikalisasi-di-indonesia, diakses pada 23 Juni 2018.

Page 54: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

43

2. Bidang Politik

a. Pemerintah dan DPR harus bersikap tegas dalam menghadapi tindakan

kekerasan dan anarkisme terutama yang berlatar belakang radikalisme atas

nama Agama dan isu SARA dengan cara; pertama, Kehadiran negara

secara cepat dan tepat dalam konflik SARA. Kedua, Polri harus didukung

agar berani menerapkan kewenangannya bertindak berdasarkan

pertimbangan sendiri (azas diskresi).5

b. Perlu segera dibangkitkan kesadaran para pemimpin bangsa (Pemerintah

dan kelompok Islam Moderat) tentang ancaman serius radikalisme

terhadap sendi-sendi bangsa dan negara.

c. Mensosialisasikan semangat Islam Damai (Rahmatan Lil Alamin). Pada 7

Desember 2017 BNPT melakukan seminar atau whorkshop di UIN Malang

juga bekerjasama Metro TV dengan tema “Generasi Pecinta Damai”.

Kagiatan ini dilakuakan untuk mengajak para generasi muda untuk

menjadi penggerak perdamaian agar terhindar dari paham kekerasan dan

terorisme. Pada acara tersebut juga dihadiri oleh Suci (mantan anggota

ISIS) yang telah bertaubat dan menyesali perbuatannya. Pada kesempatan

tersebut dia memeparkan kenapa dia terjarat oleh paham tersebut dan

mengajak para kaula muda untuk waspada terhadap paham paham RT.6

Selanjutnya pada 5 Juli 2018 Yayasan Lintas Peremupuan Nusatara (LPN)

mengadakan “Seminar dan Diskusi Islam Ramatan Lil Alamin antara

5Drs. Ansyaad Mbai MM, “Strategi Menangkal Propaganda ISIS (islamic state of Irak

and Syiria)”, (paper diperentasikan di Jakarta oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme pada Agustus 2014), h. 16-18. 6 Lihat https://www.bnpt.go.id/tangkal-radikalisme-generasi-muda-harus-cinta-

damai.html, diakses pada 15 Mei 2019.

Page 55: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

44

Ajaran dan Budaya” di jakarta yang dihadiri langsung oleh kepala BNPT

Suhardi Alius. Dia memaparkan bahwa masalah terorisme adalah masalah

intoleransi, masalah anti NKRI dan pancasila. Pada kesemapatan tersebut

Suhardi Alius juga memaparkan tentang pentingnya kaum perempuan

terutama ibu-ibu dalam upaya pencagahan paham radikal sejak usia dini.7

Tidak cukup sampai di situ, BNPT juga membuat situs

damailahindonesiaku.com. situs ini memuat tentang artikel Islam damai

dan toleran serta garakan pemuda cinta damai melalui situs ini juga BNPT

membuat terobosan baru yaitu berupa duta damai.

d. Sinergi pemimpin Islam Moderat dengan aparat penegak hukum untuk

merespon radikalisme.

3. Bidang Hukum

a. Merekomendasikan Undang-Undang untuk melindungi ideologi bangsa.

b. Memperkuat Undang-Undang Anti Teror antara lain; pertama,

Kriminalisasi propaganda yang mengarah pada penanaman kebencian dan

penyebaran permusuhan. Kedua, Kriminalisasi terhadap siapapun yang

melakukan pelatihan militer di luar negeri & dalam negeri (selain instansi

pemerintah yang berwenang). Ketiga. Perberat ancaman hukuman. Ke-

empat. Realisasikan asset freezing atau pembekuan aset dari kelompok

teroris.

7 Lihat https://www.bnpt.go.id/kepala-bnpt-berikan-pencerahan-dan-pemahaman-akan-

bahaya-radikalisme-dan-terorisme-pada-seminar-islam-rahamatan-lil-alamin-antara-ajaran-dan-

budaya.html, diakses pada 15 Mei 2019.

Page 56: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

45

c. Menegakan UU Kewarganegaraan (Pasal 23 (f) UU No.12/th.2006);

“WNI kehilangan kewarganegaraannya jika secara sukarela

mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing

atau bagian dari negara asing tersebut”.

d. Melakukan kajian Hukum tentang Radikalisme.

e. Memperketat Keimigrasian.8 Dalam upaya ini BNPT telah melakukan

kerja sama dengan Direktorat Jendral Imigrasi Kemenkumham

setidaknnya ada empat hal yang menjadi perhatian khusus dalam

perjanjian kerja sama ini: Pertama, pertukaran data dan informasi. Kedua,

penyalinan jaringan komunikasi data. Ketiga, penanganan orang atau

kelompok terpapar paham RT yang keluar masuk Indonesia dan keempat,

peningkatan kapasitas sumber daya manusia.9 Sebelumnya Menkumham

Yosana Laoly mengatkan bahwa pihaknya telah berkoodinasi dengan

BNPT, POLRI, dan BIN serta instansi terkait untuk mengantisipasi WNI

yang keluar negeri bergabung dengan ISIS. Tentu dengan data yang telah

BNPT, POLRI, dan BIN miliki tetang warga yang berafiliasi dan

terindikasi untuk bergabung dengan ISIS.10

8Drs. Ansyaad Mbai MM, “Strategi Menangkal Propaganda ISIS (Islamic State of Irak

and Syiria)”, (Paper diperentasikan di jakarta oleh Kepala Badan Nasional Penanggulanagn

Terorisme pada Agustus 2014), h. 16-18. 9Lihat https://www.bnpt.go.id/perkuat-peran-keimigrasian-dalam-penanggulangan-

terorisme-bnpt-direktorat-jendral-imigrasi-jaring-perjanjian-kerja-sama.html, diakses pada 15 Mei

2019. 10

Lihat https://www.voaindonesia.com/a/menkumham-antisipasi-wni-gabung-isis-

pemerintah-perketat-sistem-keimigrasian/2700985.html, diakses pada 15 Mei 2019.

Page 57: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

46

Melalui tiga perpektif diatas BNPT telah berupaya maksimal dalam

mencegah radikalisme. Sebab dengan tiga usur tesebut memungkinkan upaya

pencegahan akan lebih efektif serta efisien.

Selain itu BNPT terus berupaya meningkatkan kerjasama semua aspek

terutama kementrian dan lembaga agar paham RT bisa dicegah diantaranya BNPT

telah melakukan MoU dengan Kementrian Agama dan Kementrian Pendidikan

dan Kebudayaan dalam rangka mencegah berkembangnya paham radikal di

Indonesia.

Strategi tersebut membutuhkan kerja sama semua pihak. Sebab strategi

tersebut memerlukan peranan tokoh agama, akademisi, masyarakat sipil dan

seluruh masyarakat sangat penting. Sebab masyarakat dan lingkungan sosial juga

bisa berperan aktif dalam mencegah dan pendeteksian dini terhadap paham RT,

dan bahkan perannya sangat penting dalam upaya pencegahan dalam memutus

BNPT

Seminar, Workshop dan FGD

Ideologi

Pemerintah

Akademisi

Tokoh agama

Masyarakat

sipil

Politik

Pemerintah

DPR

Tokoh

Masyarakat

sipil

Hukum

Undang-Undang

Pemerintah

Imigrasi

Semua elemen Masyarakat

Ahli Hukum

Page 58: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

47

mata rantai terorisme. Maka BNPT terus berupaya meningkatkan kerjasama

dengan berbagai kelangan dari pemerintah hingga non pemerintah. Dari kalangan

pemerintah BNPT telah bekerja sama dengan 36 kementrian dan lembaga hal ini

serperti yang diungkapkan oleh Suhardi Alius kepada media online detik.com

bahwa “Pada awalnya koordinasi dalam rangka sinergisitas antar

kementerian/lembaga ini hanya terdiri dari 17 Kementerian/lembaga sebagai

anggota dari 4 kementerian koordinator. Namun selanjutnya bertambah menjadi

27 Kementerian/lembaga, kemudian menjadi 34 Kementerian/lembaga, dan

terakhir di akhir tahun 2017 menjadi 36 Kementerian/lembaga”.11

Selain telah maakukan kerja sama dengan berbagai kementrian dan

lembaga, BNPT juga menggunaka strategi pendekatan melalui kebudayaan atau

lebih tepatnya kearifan lokal (local wisdom). Dengan pendekatan ini BNPT yakin

dapat menecgah berkambangnya paham radikal atau radikalisme. Hal tersebut

berdasarkan pada survei yang dilakukan oleh BNPT pada 2018 menunjukan

kearifan lokal efektif menangkal atau mencegah paham radikal menujukkn 63.60

% dari 14.400 yang terdiri dari para akademisi di seluuh provinsi responden

survei percaya bahwa kearifan lokal mampu mencegah radikalisme. Meski

demikian pemahaman masyarakat tentang terhadap kearifan lokal hanyalah

30,09% hal tersebut menunjukan bahwa kearifan lokal hanyal sebatas

kepercayaan. Itu disebabkan oleh minimnya sosialisasi dan pemahaman dari

pemerintah, ujar Suhardi Alius kepada media Tempo online.12

11 Lihat https://m.detik.com/news/berita/d-4044872/bnpt-libatkan-36-kementrian-

lembaga-tanggulangi-terorisme , diakses pada 15 Mei 2019 12

Lihat https://nasional.tempo.co/read/11507781/survei-bnpt-kearifan-lokal-dipercaya-

efektif-tangkal-radikalism. diakses pada 15 Mei 2019.

Page 59: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

48

Dan jika kita lihat dari diagram diatas maka peran masyarakat sipil

sangatlah penting menjadi mediator BNPT dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya dalam upaya pencegahan paham RT. Sebagaimana kita ketahui salah

satu definsi atau fungsi dari pada masyarakat sipil adalah sebagai kontrol sosial,

sehingga untuk mencegah paham radikal masyarakat sipil mempunyai andil dan

peran yang cukup ideal.

B. Masyarakat Sipil

Masyarakat sipil (civil society) sebagai sebuah konsep kata ini merupakan

proses dari masyarakat Barat, menurut Dawam Raharjo menyatakan bahwa

secara harfiyah civi society merupakan terjemahan dari istilah Latin (civilis

societas), yang awalnya dipakai oleh Cicero (106-43 SM), adalah seorang orator

dan pujangga Roma yang hidup pada pertama sebelum Kristus yang

pengertiannya mengacu pada budaya individu dan masyarakat. Masyarakat sipil

disebut juga masyarakat politik (political society) yang memiliki kode hukum

sebagai dasar peraturan hidup. Adanya hukum yang mengatur kehidupan individu

menandai adanya jenis masyarakat tersendiri. Pengertian tersebut ada kaitannya

bahkan merupakan bagian dari konsep tentang bangsa atau warga romawi yang

umumnya hidup di kota-kota yang mempunyai kode hukum dan mempunyai ciri

khas masyarakat yang berpolitik dan beradab yang betolak belakang dengan

masyarakat luar romawi yang dianggap belum beradab. Masyarakat sipil dalam

Page 60: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

49

definisi ini merupakan sebuah tatanan masyarakat yang mempunyai kode hukum

dan juga sebagai pusat peradaban dan kebudayaan. 13

Dalam perkambanga sejarah para filsuf utamanya Hobbes dan Locke

mempunyai pandangan tesendiri tentang masyarakat sipil bagi Hobbes

kemunculan masyarakat sipil merupakan kontrol sosial dan harus memiliki

kekuasaan penuh untuk mengontrol dan mengawasi setiap interaksi masyarakat

terutama perilaku politiknya. Sedangkan Locke berpendapat bahwa masyarakat

sipil mempunyai tanggung jawab penuh untuk melindungi kebebasan dan hak

milik warga negara dan memberi perlindungan kepda warga dari keabsolutan raja

aatu pemerintah.14

Dari pemaparan Hobbes dan Locke kita bisa menggambarkan

pada fenomena yang terjadi pada sekeliling kita. Di mana masyarakat sipil

mempunyai peran pentingn dalam menyuarakan hak hak warga negara misalnya,

memperjuangkan kebebasan berpendapat, menyuarakan keadilan, kebebasan

beragama dll.

Masyarakat sipil dapat berfungsi sebagai “modal sosial” bagi masyarakat

atau negara yang bersangkutan. Modal sosial, dalam pengertian ini, mengacu

pada “norma-norma dan jaringan yang memungkinkan orang untuk bertindak

secara kolektif, memberikan kerangka acuan umum untuk melakukan percakapan

tentang isu-isu penting lintas disiplin, metodologis, ideologi, dan budaya,

merupakan percakapan yang penting, memang diperlukan untuk resolusi banyak

13

M. Dawam Raharjo, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah Dan Perubahan

Sosial ( Jakarta: LP3ES,Cet, pertama 1999), h.137. 14

Fahmi Huwaydi, Demokrasi, Oposisi Dan Msayarakat Madani (Bandung; Mizan cet.

Ke 1 1993), h. 296.

Page 61: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

50

masalah mereka sendiri, tetapi yang sebaliknya terjadi terlalu jarang”.15

Oleh

sebab itu peran masyarakat sipil dalam kehidupan sosial, agama dan politik

sangat dibutuhkan sebab masyarakat sipil bisa menjadi antitesa dari berbagai

masalah sosial, kebijakan hingga pada norma atau hukum yang berlaku.

Dawam Raharjo berpendapat bahwa masyarakat madani (masyarakat

sipil) adalah masyarakat yang mengacu pada nilai al-khair. Masyarakat seperti itu

harus dipertahankan dengan membentuk persekutuan-persekutuan, perkumpulan,

perhimpunan atau asosiasi yang memiliki visi dan pedoman prilaku. Dasar utama

masyarakat madani adalah persatuan atau integrasi sosial yang didasarkan pada

suatu pedoman hidup, menghindarkan diri dari konflik dan permusuhan yang

menyebabkan perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan.16

Dari pernyataan

ini kita dapat mengambil narasi bahwa masyarakat sipil mempunyai arti penting

dalam meyelesaikan berbagai masalah terutama radikalisme agama. Mengapa,

sebab adanya peran serta masyarakat sipil dalam mencegah paham RT pekerjaan

pemerintah terutama BNPT akan lebih mudah serta bisa mengoptimalkan potensi

yang ada dalam mencegah radikalisme agama yang mengacu pada tindakan

terorisme.

Di Indonesia sendiri istilah masyarakat madani diperkenalkan oleh P.M

Malaysia Anwar Ibrahim pada dasawarsa 90-an lebih tepatnya pada festival

Itiqlal tahun 1995. Pada acara tersebut Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa

agama merupakan sumber peradaban adalah proses dan masyarakat kota adalah

15

Asfa Widiyanto, “Constitution, civil society and The Fight Against Radicalism: The

Experience of Indonesia and Autria”.Analisa: Journal of Sosial Science and Religion 1, no. 2

(December 2016): h. 145. 16

Syamsul Arifin, “Konstruksi Wacana Pluralisme Agama di Indonesia”.HUMANITY 5,

no.1 (2009): h. 85.

Page 62: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

51

hasilnya. Maka itu masyarakat sipil diterjemahkan sebagai masyarakat madani

adalah mengandung tiga hal, agama, peradaban, dan perkotaan. Kalo kita melihat

dari sejarah maka bangsa kita sudah mengenal dan mempraktikkan masyarakat

sipil sejak zaman Kolonial hal ini dapat kita lihat dari berdirinya beberapa

organisasi-organisasi besar seperti Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, Taman

Siswa dll.17

Kenapa masyarakat sipil itu penting.? Keberdaan masyarakat sipil di

Indonesia menjadi sebuah wadah publik yang efektif untuk menampung semua

aspirasi dari semua kalangan tidak hanya dari pejabat publik dan politikus tetapi

juga semua elemen masyarakat dari semua lapisan hal ini dapat kita lihat dari

beberapa fungsi masyarakat sipil;

1. Masyarakat sipil memberikan batasan kekuasaan negara, kontrol negara oleh

masyarakat, dan menumbuhkan institusi-institusi politik.

2. Kehadiran masyarakat sipil sebagai pelengkap peran dari parpol dalam

merangsang partisipasi politik, meningkatkan efektivitas dan keterampilan

demokrasi warga negara.

3. Adanya masyarakat sipil yang membangun banyak saluran politik di luar

parpol untuk mengartikulasikan, menampung, dan mempresentasikan

berbagai kepentingan.

4. Masyarakat sipil nantinya dapat mendorong perubahan dari kekuasaan

segelintir orang menjadi milik warga negara secara luas.

17

M. Dawam Raharjo, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah Dan Perubahan

Social, h. 145-151.

Page 63: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

52

5. Masyarakat sipil diharapkan dapat meringankan adanya polaritas potensi

konflik politik dengan banyaknya teknis media dan resolusi konflik yang

dihasilkan dari berbagai peristiwa konflik.

6. Masyarakat sipil menjadi sarana dalam menciptakan pemimpin-pemimpin

masyarakat serta yang dapat berkontribusi dalam arena politik.

7. Masyarakat sipil memiliki tujuan pembangunan demokrasi yang jelas,

terutama dalam perubahan-perubahan kelembagaan politik.

8. Masyarakat sipil memiliki kontribusi dalam menyebar luaskan informasi

kepada seluruh warga negara sehingga pengetahuan akan hak-hak warga

negara dapat disampaikan dengan baik.

9. Masyarakat sipil nantinya diharapkan membantu dalam membangun

legitimasi sistem politik yang berbasiskan kepentingan sesungguhnya dari

warga negara.18

Dilihat dari uraian tersebut maka masyarakat sipil memilik peran penting

dalam aspek kehidupan social. masyarakat sipil menjadi rangkaian solusi untuk

mencegah adanya paham radikal, sebab masyarakat sipil merupakan warga, semua

individu, organisasi, institusi yang berada diantara keluarga dan negara yang

secara sukarela melakukan sesuatu demi kepentingan bersama.19

Maka dari itu

akan lebih mudah bagi BNPT untuk bertindak dan berkomunikasi langsung

dengan semua lapisan masyarakat bahkan pada yang cenderung memiliki paham

radikal.

18

Susanti “Kendala Radikalisme dalam Mewujudkan Civil Society di Indonesia”

Universitas Terbuka (2011): h, 5. http://repository.ut.ac.id/2448/1/fisip201211.pdf, diakses pada

23 Mei 2018. 19

Crelisnten. R, Counter Terrorism (Cambridge UK:Polity Press ,2009), h. 235.

Page 64: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

53

Masyarakat sipil di Indonesia selalu mengambil bagian dalam mengatasi

radikalisme agama, terutama Muhammadiyah dan NU selalu menjadi garda

terdepan dalam mencegah dan mangatasi paham RT, hal ini dapat kita lihat dari

peran para tokoh Muhammadiyah dan NU diantaranya, KH. Abduraman Wahid

(NU), Syafi‟i Maarif (Muhammadiyah), Said Aqil Sirajd, Din Syamsuddin dan

masih banyak tokoh yang lain. Bahkan Indonesia merupakan nagara yang

dianggap sukses dalam mencegah, mengatasi dan mengurangi paham-paham

radikal disebabkan oleh kuatnya peran masyarakat sipil dalam mempromosikan

Islam yang toleran,20

Seperti Islam Nusantara, kemudian Muhammadiyah dengan

„Islam Berkemajuan‟. Setidaknya ada tiga hal yang dilakukan oleh

Muhammadiyah yang pertama melalui sruktural, kedua ranah kultural, dan yang

ketiga ranah politik.21

C. Peran Masyarakat Sipil dalam Mencegah Radikalisme

Ada beberapa alasan mengapa peran masyarakat sipil begitu penting

dalam mencegah paham radikal yang berbuah tindakan terorisme. Pertama,

bagaimana pun pelaku teror merupakan dari masyarakat. Kelompok radikal yang

merupakan embrio terbentuknya kelompok terorisme berkembang mengikuti

perkembangan masyarakat. Sejak runtuhnnya orde baru kelompok radikal

semakin bermunculan yang semakin hari semakin jelas. pada tahun 2017 sekitar

100 orang terduga terorisme berhasil diamankan oleh pihak kepolisian yang

20

Asfa Widiyanto “Constitution, civil society and The Fight Against Radicalism: The

Experience of Indonesia and Autria”, h. 156. 21

Saefudin Zuhri. “Muhammadiyah dan Deradikalisasi Terorisme Di Indonesia:

Moderasi Sebagai Upaya Jalan Tengah” Ma’arif; Arus Pemikiran Sosial 12, no 2 (Desember

2017): h. 79.

Page 65: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

54

tersebar diberbagai daerah, Medam, Jambi Jakarta, Garut, Cianjur, Bandung dan

lain lain. Dan bahkan pada tahun 2016 tejadi pengeboman didepan apotek printis

farma, dusun Krajan Megelang Jawa Tengah dan pelakunya merupakan ketua RT

setempat. Dalam konteks ini masyarakat sipil yang merupakan bagian dari

masyarakat, tentu akan sangat efektif serta bertindak secara akurat sesuai dengan

kapasitasnya, bahkan melakukan dialog. Secara teoritis keberadaan masyarakat

sipil jauh lebih diterima kerana secara entitas mereka berada di kelas yang sama.

Dalam konteks tertentu aksi terorisme tersebut dialamatkan pada pemerintah.

Kedua, masyarakat sipil memiliki mekanisme independen dan dinamis sehingga

cara-cara kreatif atau alternatif pemecahan masalah terorisme dimungkinkan

berkembang dengan baik. Penemuan berbagai pihak menyebutkan bahwa

persoalan terorisme di Indonesia bukan hanya persoalan teologis tetapi juga

persoalan ekonomi dan sosial sehingga tidak mungkin bisa menyelesaikan

persoalan-persoalan terorisme tanpa memperhatikan dan menyelesaikan

persoalan tersebut. 22

Dengan posisi yang sentral dan memiliki peran peting dalam masyarakat

dan pemerintah.Tidak bisa dipungkiri, bahwa menciptakan sistem baru di luar

pemerintah yang lebih efektif sangat penting. Oleh sebab itu eksistensi

masyarakat sipil lebih diterima oleh masyarakat dari pada pemerintah, yang tidak

jarang memberikan kesan menghegemoni dan bahkan cenderung terkesan

memaksa. Sehingga pencegahan yang melibatkan masyarakat sipil meliputi

beberapa aspek inti sangatlah penting yaitu, a) sebagai early warning system dan

22

Imam Malik, “Peran Penting civil society Organization Dalam Penaganan Terorisme”.

CSAVE Indonesia masyarakat sipil against violent extremism, Jakarta: (2018): h. 3-5

Page 66: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

55

preventing violent extremism (PVE) mechanism atau sistem pencegahan dini

berkembangnya ideologi kekerasan. b) Masyarakat sipil sebagai vocal point of

disengagement atau titik pemisah antara mantan teroris dari komunitas teroris

sebelumnya. c) Masyarakat sipil sebagai media dan wadah pemasyarakatan

mantan napi teror untuk dapat hidup bermasyarakat secara “normal”.23

Peran masyarakat sipil dalam menjaga adanya radikalisme agama tidak

dapat dipungkiri lagi. Beberapa oragnisasi yang terlibat langsung dalam upaya

pencegahan radikalisme agama, yaitu The Nusa Institute, Wahid Foundation

Daulah Bangsa,24

IMCC (Indonesian Muslim Crisis Center), Yayasan Prasasti

Perdamain, KontraS, imparsial, INFID (International NGO forum on Indonesian

development), CDCC (center for dialogue and cooperation amang civilization),

SFCG Indonesia (Search For Common Ground Indonesia ), HRWG (Human

Right Working Group), C-SAVE (Masyarakat sipil Against Violent Extremism),

Pusat Kajian Ilmu Kepolisian dan Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stratejik dan

Global Universtas Indonesia dan masih banyak Organisasi-Organisasi di

Indonesia yang Memiliki Fokus terhadap Isu-Isu Radikalisme dan Terorisme25

seperti pada gambar berikut ini;

23

Imam Malik, “Peran Penting Civil Society Organization Dalam Penaganan Terorisme”.

CSAVE Indonesia Civil Society Against Violent Extremism, Jakarta: (2018): h. 3-5 24

Wawancara dengan Nasrullah Iskandar sekretaris The Nusa Institute pada 10 oktober

2018.

.25

Muhammad Lutfi Zuhdi, dkk. Ketahanan Keluraga Paradoks Radikalisme Dalam

Kelauraga Indonesia (Jakarta: Pusat Riset Seolah Kajian Stratejik Dan Global Universitas

Indonesia, cetakan pertama 2018), h, 83-85.

Page 67: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

56

Page 68: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

57

belakang yang sangat mendasar dan fundamental terhadap keutuhan NKRI dan

demi kenyamanan dan ketentraman umat Bergama.26

Penguatan Masyarakat Sipil (empowering civil soceity) sebuah upaya

untuk meningkatkan kemampuan dan kesadaran masyarakat atau warga negara

dalam membangun dirinya sebagai entitas yang merdeka dan mandiri dalam

merespon dinamika sosial, budaya, keagamaan, ekonomi, dan politik. Masyarakat

sipil harus terus didorong agar mampu berperan sebagai pelaku (main subjects)

pembangunan untuk menciptakan masyarakat yang berkeadaban (civilized

community). Masyarakat berkeadaban memiliki penghargaan yang tinggi terhadap

keragaman serta kesepakatan terhadap nilai-nilai dasar universal dalam dimensi

sosial, politik, budaya, dan agama. Masyarakat berkeadaban tidak dapat dibangun

dalam suatu sistem yang didasari pada klaim keunggulan nilai atau hegemoni

agama, sosial, dan budaya. Sesuai visinya, The Nusa Institute berusaha memberi

kontribusi pada sektor kajian, riset, pelatihan dan publikasi dan informasi serta

memfasilitasi berbagai inisiatif untuk penguatan masyarakat sipil yang

berorientasi pada interaksi yang inklusif dan konstruktif bagi terciptanya kultur

masyarakat yang damai, adil, toleran, dan demokratis.27

Orgnisasi ini mempunyai visi yaitu; “Menjadi lembaga terkemuka dalam

menciptakan masyarakat sipil yang ramah, toleran dan berkeadaban”. Sedangkan

misi terbentuknya organisasi ini diantaranya;

1. Berperan aktif dalam gerakan kontra radikalisme dan terorisme yang terkait

dengan faktor keagamaan, kemasyarakatan, dan kebangsaan.

26

Wawancara langsung dengan Nasrullah iskandar (sekretaris The Nusa Institute) pada

tanggal 10 Oktober 2018. 27

Wawancara dengan Nasrullah Iskandar pada 10 Oktober 2018.

Page 69: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

58

2. Melakukan riset, pelatihan, advokasi, dan konsultasi gerakan damai dalam

kehidupan sosial keagamaan.

3. Melakukan kajian kemasyarakatan dan keagamaan yang mendorong pada

pemahaman yang inklusif dan toleran.

4. Mengembangkan pendidikan yang berbasis multikulturalisme

5. Aktif dalam kajian Good Governance dan demokrasi.

6. Melakukan kegiatan-kegiatan bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat.

7. Menerbitkan karya-karya bermutu dan berkualitas bagi pengembangan Islam

yang damai, moderat, dan berkeadaban.

8. Mengembangkan jaringan kelembagaan bagi penguatan program. 28

Pada visi dan misi yang telah diuraikan diatas, dapat kita pahami bahwa

arah dan tujuan terbentuknya organisasi ini adalah terwujudnya Indonesia yang

toleran dan berupaya mencegah adanya paham radikal serta menjadi mediator

bagi seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah. Sehingga kemudian bisa

terbentuknya Good Governance. Dalam dua tahun terakhir ini The Nusa Institute

aktif bersama BNPT dalam program dan kegiatan yang berkaitan dengan isu-isu

ektrimisme dan radikalisme seperti yang dipaparkan oleh Nasrullah Iskandar

selaku sekretaris utama The Nusa Institute berikut:

Pada tahun 2016 setidaknya ada enam kegiatan bersama BNPT yang

bekaitan dengan isu-isu radikalisme terutama pada aspek pencegahan berupa;

1. Dialog Pelibatan Dai, Tokoh Pendidikan, Takmir Masjid di 26 Provinsi Kerja

Sama FKPT-BNPT. Kegiatan ini dilakukan selama 10 bulan di antara 26

28

Wawancara dengan Nasrullah Ikandar pada 10 Oktober 2018.

Page 70: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

59

provinsi tersebut adalah Gorontalo, Sumatra Selatan, Riau, Banten dan Jabar.

Kegiatan ini berupa FGD antara Dai, Imam Masjid, Pimpinan Pesantren dan

FKTP yang ada di provinsi tersebut.

2. Penyusunan modul keagamaan kerja sama BNPT dan penyusunan modul

pendidikan kerjasama dengan BNPT kegiatan ini dilakukan selama dua bulan

dan pembuatan modul tersebut untuk buku saku FKTP sebagai panduan khusus

dalam mencegah paham radikal.

3. Penelitian terhadap mantan narapidana terorisme di 10 Provinsi Kerjasama

dengan BNPT. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana kadar paham radikal yang dimiliki para mantan

Napiter, terutama bagi Napiter yang bebas bersyarat dalam penelitian ini

meliputi aspek yang menjadi perhatian khusus pertama, wawasan keagamaan,

kedua kebangsaan dan yang ketiga interpreneur yang mereka lakukan selama

ini, kegitan ini juga bekerja sama dengan Bapas Kemenkumham diantara 10

provinsi tersebut, Nusa Tenggara Barat, Aceh, Medan, Jawa Tengah, Jawa

Barat, dan Poso.

4. Penyusunan Buku Saku Islam Damai29

penyusunan buku ini merupakan bagian

dari nomor satu di atas.

Kemudian pada tahun 2017 The Nusa Institute bersama BNPT melakukan

kegiatan berupa penilitian dan pembinaan berupa; Pertama, survei Daya Tangkal

Masyarakat terhadap Potensi Radikalisme dan Terorisme di 32 Provinsi kerjasama

dengan BNPT-FKPT. hasil survei tersebut telah dipublikasikan pada 28

29

Wawancara dengan Nasrullah Iskandar pada 10 Oktober 2018.

Page 71: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

60

November 2017 dan hasilnya menunjukan bahwa kearifan lokal menjadi salah

satu daya tangkal paling efektif untuk mencegah adanya paham radikal yaitu

63,60% bahkan meskipun aktifitas keagamaan masyarakat masih tinggi yaitu

77,73% namun survei menunjukkan bahwa bekal pemahaman keagamaan masih

rendah yaitu di angka 25,82%.30

Namun perlu kita ketahui bahwa dari hasil survei

tersebut ada lima daerah yang tangkal rendah atau potensi radikalismenya tinggi

seperti yang terjadi pada beberapa provinsi berikut; Provinsi Bengkulu nilainya

58,58 % kemudian Gorontalo 58,48%, Sulawesi Selatan 58,42%, Lampung

58,38% serta Kalimantan Utara 58,30%.31

Kedua, pembinaan Dalam Lapas bagi

Narapidana Terorisme. Pembinaan meliputi tiga unsur, a), wawsan keagamaan

seperti tentang toleransi. b), wawasan kebangsaan seperti bagaimana pandangan

mereka terhadap upacara bendera. c), tentang enterpreneur atau wirausaha

kegiatan ini berjtuan agar para Napiter bebas bisa membuka usaha dan bisa

bertahan hidup sehingga tidak mudah tergoda lagi terhadap iming-iming dari luar

yang menjerumuskan lagi pada perbuatan radikal dan seterusnya seperti contoh

berdagang dan lain-lain.32

b. Wahid Foundation

Wahid Foundation (sebelumnya dikenal sebagai Wahid Institute) dibentuk

pada tanggal 7 September 2004, di Four Seasons Hotel di Jakarta. Didirikan pada

saat dunia belum sembuh dari rasa sakit dan panik yang disebabkan oleh tragedi

30

Lihat https://www.BNPT.go.id/BNPT-gelar-fgd-survei-nasional-efektivitas-kearifan-

lokal-dalam-menangkal-radikalisme-di-era-milenial-di-32-provinsi.html/amp, diakses pada 25 Mei

2018. 31

Lihat http://mentari.online/diklaim-valid-survei-nasional-daya-tangkal-masyarakat-

terhadap-radikalisme-tahun-2017/, diakses pada 25 Mei 2018. 32

Wawancara langsung Nasrullah Iskandar pada tanggal 10 Oktober 2018.

Page 72: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

61

2001/11/09 di New York, dan ketika Indonesia telah mengalami berbagai wabah

kekerasan komunal yang dipicu oleh sengketa atas nama agama

Organisasi ini berdiri tidak lepas dari tokoh utama yaitu KH.

Abdurrahman Wahid (Gus Dur) merupakan bapak pluralisme dan bapak bangsa,

sebagai tokoh pluralisme Gus Dur tidak hanya berterori tetapi juga aktif dalam

berbagai kegiatan yang menjunjung tinggi adanya sikap plural, maka tak jarang

Gus Dur mendapat tudingan sebagai penghianat ummat dan bahkan dituduh

sekuler. Meskipun tujuannya adalah untuk menujukkan sikap keislamannya secara

utuh dan maksimal, tidak hanya Islam simbolik.33

Sebagai contok konkrit sikap

plural Gus Dur dengan diakuinya Konghucu sebagai agama resmi di Indonesia

setelah menjabat sebagai presiden Republik Indonesia ke-4. Sebagaimana kita

ketahui bahwa Gus Dur merupakan mantan ketua PBNU yang membawa

perubahan besar terhadap NU dari yang sebelumnya eklusif menjadi inklusif,

modern dan moderat.34

Wahid Foundation didirikan untuk memajukan visi kemanusiaan dari KH

Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam memajukan pengembangan toleransi,

keberagaman dalam masyarakat Indonesia, meningkatkan kesejahteraan

masyarakat miskin, membangun demokrasi dan keadilan fundamental, dan

memperluas nilai-nilai perdamaian dan non-kekerasan di Indonesia dan di seluruh

dunia.

33

Indo Santalia “K.H. abdrahman wahid: Agama dan Negara, Pluralisme, Demokrasi dan

Pribumisasi”.Jurnal Al Adyan 1, no. 2(Desember 2015): h. 143. 34

Ahmad Syafii Maarif dan Muhamad Najib, “Upaya Memehami Sosok Kontrovrsial

Gus Dur” dalam Ahmad Suaedy dan Ulil Absar Abdallah, edit, Gila Gus Dur; Wacana Pemabaca

Abdurahman Wahid (Yogyakarta: LKIS, 2000), h. 4.

Page 73: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

62

Meskipun transisi demokrasi Indonesia dimulai dengan reformasi hukum

pada tahun 1998, diikuti oleh pemilihan umum yang bebas pada tahun 1999,

pecahnya kekerasan komunal membuat jelas bahwa prinsip-prinsip budaya dalam

demokrasi belum tertanam dalam masyarakat Indonesia. Banyak faktor yang

bermain, tapi salah satu yang paling penting adalah peran agama Islam khususnya

di negara Muslim terbesar di dunia yang dalam kombinasi dengan identitas etnis

telah lama membentuk karakter masyarakat. Sementara itu, dunia secara

keseluruhan penuh dengan ketakutan yang disebabkan oleh kekerasan dan aksi

teror.35

Organisasi ini mempunyai visi yaitu; “Terwujudnya cita-cita intelektual

Gus Dur untuk membangun kehidupan bangsa Indonesia yang sejahtera dan umat

manusia yang berkeadilan sosial dengan menjunjung tinggi pluralisme,

multikulturalisme, demokrasi, HAM yang diinspirasi nilai-nilai Islam”. Wahid

Foundation berusaha memperjuangkan terciptanya dunia yang damai dan adil

dengan mengembangkan pandangan Islam yang toleran dan moderat dan bekerja

untuk terbangunnya kesejahteraan bagi semua manusia. Sedangkan misi

terbentuknya organisasi ini diantaranya:

1. Mengembangkan, merawat dan menyebarluaskan nilai-nilai Islam yang damai

dan toleran.

2. Mengembangkan dialog-dialog antara budaya lokal dan internasional demi

memperluas harmoni Islam dengan berbagai kebudayaan dan agama di dunia.

35

Lihat wahidfoundation.org/index.php/page/index/About-Us diakses pada 25 Mei 2018.

Page 74: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

63

3. Mendorong beragam inisiatif untuk memperkuat masyarakat sipil dan tata

kelola pemerintah yang baik di Indonesia dalam penguatan demokrasi.

4. Mempromosikan partisipasi aktif dari beragam kelompok agama dalam

membangun dialog kebudayaan dan dialog perdamaian.

5. Mengembangkan inisiatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan keadilan

sosial.36

Melihat latar belakang, visi serta misi Wahid Foundation maka sangat

jelas bahwa organisasi ini merupakan organisasi yang ingin merawat cita-cita dan

perjuangan Gus Dur dalam memperkenalkan Islam yang ramah bukan islam

marah, Islam yang toleran bukan Islam yang intoleran, Islam anti terhadap segala

bentuk kekerasan dan Islam yang menolak adanya radikalisme maka sangat patut

jika BNPT melakukan kerja sama atau menjadikan Wahid Foundation salah satu

organisasi yang terlibat langsung dalam mencegah radikalisme agama karena

sudah jelas untuk melawan narasi radikalisme adalah dengan narasi toleran atau

bisa kita sebut dengan rahmatan lil alamin.

Untuk itu dalam dua tahun terakhir ini Wahid Foundation aktif dalam

pembinaan Napiter, dalam lapas kegiatan ini sama seperti yang dilakukan oleh

The Nusa Institute yaitu mengenai wawasan keagamaan, wawasan kebangsaan,

dan entrepreneur atau wirausaha. Tidak hanya itu Wahid Foundation menjadi

36

Lihat wahidfoundation.org/index.php/page/index/Vision-Mission, diakses pada 25 Mei

2018.

Page 75: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

64

bagian penting dalam terbentuknya blue print atau modul Rencana Aksi Nasioanl

Penanggulangan Ekstrimisne (RAN PE).37

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Ekstremisme (RAN PE) adalah

sebuah agenda strategis BNPT dalam upaya pencegahan radikalisme RAN PE

disebut sebagai Living Document sebagai prinsip “Whole of Government and

Whole of Society Approach” menjadi rujukan bagi seluruh pemangku kepentingan

(aktor utamas) pemerintah dan non pemerintah yang bekerja dan berkontribusi

pada upaya penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan mengarah pada

terorisme.

Yang menjadi tujuan terbentuknya RAN PE, Pertama, meningkatkan

koordinasi antar Kementerian/Lembaga (K/L) dalam rangka menanggulangi

ekstremisme berbasis kekerasan. Kedua, meningkatkan partisipasi dan sinergitas

pelaksanaan program-program penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan,

yang dilakukan baik oleh K/L, masyarakat sipil, dan mitra lainnya. Ketiga,

Meningkatkan penelitian dan pengembangan guna mendukung program-program

penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan, maupun memberikan opsi-opsi

kebijakan dalam penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan, yang berbasis

bukti (evidence based and informed decision)38

.

Keempat, meningkatkan kapasitas (pembinaan kemampuan) sumber daya

manusia di bidang penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan. Kelima,

37

Wawacara dengan Alamsyah M Djafar Wahid Foundation pada tanggal 9 Januari

2019. 38

Andhika Chrisnayudhanto “Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Ekstrimisme

Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme” (Direktur Kerjasama Regional Dan

Multilateral Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, 2018) (dukomen ini didapatkan ketika

wawancara pertama bersama, Alamsyah M Djafar melalui Whatsapp pada tanggal 29 oktober

2018).

Page 76: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

65

meningkatkan pengawasan, deteksi dini, dan cegah dini terhadap tindakan-

tindakan dan pesan-pesan ekstremisme berbasis kekerasan. Keenam,

meningkatkan pengembangan narasi dan nilai terkait cinta tanah air, kebhinekaan,

toleransi dan moderatisme dalam mencegah ekstremisme berbasis kekerasan.

Ketujuh, meningkatkan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan serta

pembinaan pemasyarakatan dalam sistem peradilan pidana terpadu sebagai bagian

yang tidak terpisahkan dari penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan.

Kedelapan, meningkatkan perhatian terhadap para korban tindak pidana teroris

dan perlindungan objek-objek vital serta infrastruktur kritis (ciritical

infrastructures) lainnya.

Kesembilan, melengkapi dan mengharmonisasi kerangka hukum dan

peraturan perundang-undangan dalam penanggulangan ekstremisme berbasis

kekerasan. Kesepuluh, mengembangkan lebih lanjut program-program pada pilar

pencegahan, yang terkait dengan kontra-radikalisasi, perlindungan, kesiapsiagaan,

dan deradikalisasi dalam rangka penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan.

Kesebelas, meningkatkan kerjasama Internasional baik yang bersifat formal

maupun informal dalam penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan.

Keduabelas, Mengefektifkan bantuan teknis dari kerja sama bilateral, regional dan

multilateral. Ketigabelas, Membangun mekanisme monitoring dan evaluasi dalam

pelaksanaan penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan.39

39

Andhika Chrisnayudhanto, “Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Ekstremisme

Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme”.

Page 77: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

66

BAB IV

ANALISIS PERAN BNPT DAN MASYARAKAT SIPIL DALAM

MENCEGAH PAHAM RADIKAL

A. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

Peran BNPT dan masyarakat sipil dalam mencegah paham radikal sangat

penting karena kombinasi peran kedua lembaga tersebut tentu akan lebih mudah

medeteksi penyebaran paham radikal. Mencegah berkembangnya paham tersebut

merupakan tugas besar BNPT, sebab paham radikal merupakan gejala awal

adanya tindakan terorisme yang menjadi musuh bersama.

BNPT merupakan bagian dari pemerintah terkadang sulit untuk mengakses

beberapa masyarakat yang mempunyai pandangan negatif terhadap BNPT atau

cenderung menghindar. Oleh sebab itu peran masyarakat sipil sangatl penting.

Sebab faktor psikologis masyarakat yang cenderung lebih menerima dan terbuka

terhadap mereka. Masyarakat sipil juga bagian dari masyarakat, sehingga dengan

pendekatan ini lebih mudah untuk mengedukasi atau mencari tahu sejauh mana

paham radikal yang ada di masayarkat.

Untuk melihat perkembangan yang tejadi pada masyarakat terkait paham

radikal, tentu diperlukan strategi khusus pemerintah (BNPT). Maka dari itu,

pemerintah menyusun beberapa kebijakan khusus untuk mencegah

berkembangnnya paham tersebut. Mulai dari RUU, UU, hingga Perpres. Maka

dari itu, pemerintah melalui Undang-undang Nomor 5 tahun 2018 melibatkan TNI

dalam mencegah, dan menaggulangi radikalisme dan terorisme yang semakin

Page 78: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

67

memperihatinkan. Tentu, melibatkan TNI sesuai kebutuhan dan Undang-undang

yang berlaku.

Peran BNPT tidak lepas dari fungsi yang telah ditetapkan oleh Perpres

nomor 46 tahun 2010 pasal 3 dan juga Undang-undang nomor 5 tahun 2018 pasal

34F. Inti dari dua pasal dan dua Undang-udang tersebut adalah memberikan

wewenang penuh pada BNPT untuk membentuk, menyusun, memonitoring dan

koordinasi terkait permasalahan radikalisme dan terorisme. Melihat Perpres dan

Undang-undang tersebut, maka BNPT mempunyai kebebasan untuk meyusun

strategi mulai dari bersifat soft approach hingga hard approach.

Pendekatan melalui soft approach merupakan pendekatan yang

mengunakan strategi, seperti pendekatan budaya, agama, psikologi dan lain-lain.

Pendekatan ini digunakan oleh Bidang Deradikalisasi dan Pencegahan. Meskipun

pendekatan ini dilakukan secara masif dan terstruktur. Akan tetapi masih banyak

yang harus dibenahi, seperti contoh masih ada mantan narapidana terorisme

(Napiter) yang sudah dideradikalasi dan bahkan sudah keluar dari penjara kembali

menjadi aktor dibalik kegiatan teror. Atau mantan napiter yang masih mempunyai

dendam atau tidak suka terhadap BNPT seperti yang dikatakan oleh Nasrullah

Iskandar The Nusa Institute, dia menyampaikan bahwa mereka tidak mau

diwawancara jika ada petugas BNPT yang ingin wawancara dengan mantan

Napiter tersebut. Dalam artian mereka tidak mau lagi berurusan dengan BNPT

dan cenderung memusuhi BNPT. Mengapa demikian, mungkinkah ini merupakan

efek dari hard approach yang dilakukan oleh BNPT. Misalnya, penggerebekan

yang dilakukan oleh pihak berwajib sehingga mengakibat beberapa temanya

Page 79: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

68

tewas, yang pada akhirnya ada rasa dendam atau memang deradikalisasi belum

sepenuhnya berhasil.

Mengingat beberapa kasus diatas maka BNPT harus lebih kreatif dalam

melakukan tindakan pencegahan. Pencegahan dengan pola hard approach

terutama dengan kekerasan seminimal mungkin harus dikurangi atau dicegah

kecuali dalam kondisi darurat. Sehingga BNPT tidak akan selalu berbenturan

dengan HAM dan membuat citra BNPT makin buruk dan cenderung dipandang

sebagai musuh.

BNPT seharusnya menggunkan metode pencegahan yang lebih halus atau

menggunakan pendekatan positif dalam artian lebih bisa membuat citra BNPT

tidak lagi negatif atau dimusuhi oleh berbagai pihak. Sebagai contoh misalkan

mengunakan pendekatan, keluarga (parenting) dan kebudayaan atau kearifan lokal

yang akhir-akhir ini BNPT gunakan. Pendekatan melalui kearifan lokal ini

membuat tugas BNPT lebih mudah, sebagaimana survei yang dilakukan The Nusa

Isntitute, menyatakan bahwa hampir 50% kearifan lokal mampu mencegah paham

radikal.

Upaya BNPT dalam mencegah paham radikal melalui pnedekatan kearifan

lokal merupakan sebuah terobosan baru. Pendekatan ini tentu akan memberikan

efek besar terhadap upaya tersebut. Kerana dengan pendekatan ini BNPT akan

lebih mudah dan menyentuh lansung pada tokoh atau budaya. Dalam kasus ini

teori Oteritas Tradisonal dan Oteritas Karismatik Weber menjadi landasan

penulis. Otoritas Tradisonal berfungsi mencagah paham paham yang tidak sesuai

dengan budaya setempat. Meskipun pada dasarnya otoritas tradisional merupakan

Page 80: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

69

terori yang digunakan pada sebuah kepercayaan yang mengkuduskan tradisi

zaman dahulu, akan tetapi pada kasus ini otoritas tradisional cukup relevan di

mana budaya serta legitimasinya mampu mencegah adanya paham paham luar

terutama paham radikal. Karena keterikatan dengan budaya dan adat istiadat yang

ada di daerah tersebut. Salain itu hubungan anatara tokoh (terutama tokoh adat)

yang memiliki otoritas dan bawahanya merupakan hubungan pribadi. Sebab kunci

dari hubungan tersebut adalah sebagai perpanjangan dari hubungan keluarga.

Yang pada dasarnya adalah kesetian kepada pimpinan atau tokoh adat begitupun

sebaliknya.1 Melihat kecendurungan dalam otoritas tradisional ini maka sangat

penting BNPT dan pemerintah pada umunya mengaktifkan kembali budaya dan

adat istiadat lokal. Sehingga masyarakat mempunyai tokoh yang dianggap penting

dan menjadi panutan.

Sedangkan Otoritas Karismatik istilah karismatik diambil dari “karisma”

yang mempunyai arti daya tarik pribadi seseorang sebagai pemimpin. Untuk itu

untuk mencagah adanya paham-paham radikal harus ada tokoh masyarakat

maupun tokoh adat sebuah wilayah mempunyai jiwa karismatik dan mempunyia

paham yang moderat bukan paham sebaliknya.2 Kehadiran tokoh yang

mempunyai jiwa kepemimpin karismatik yang berasal dari daerahnya sendiri

sangat penting. Oleh sebab itu BNPT harus bekerja keras untuk menukan bahkan

menciptakan tokoh tokoh tersebut apa lagi dengan terbentuknnya Forum

Koordinasi Pencegahan terorisme (FKPT), tentu akan mempermudah menukan

1 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiolgi Klasik dan Modern, terj. Robet M.Z Lawang

(Jakart: PT Gramedia, 1986), h, 22. 2 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi, h. 22.

Page 81: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

70

tokoh tokoh setempat yang karismatik, yang- mempu membarikan stimulun dan

arahan agar masyarakat jauh dari paham radikal.

B. Masyarakat Sipil

Lalu bagaimana dengan peran masyarakat sipil atau NGO, Pada dasarnya

Masyarakat sipil akan terus berupaya memperkenalkan akan bahaya paham

radikal. Meskipun tidak ada kerja sama dengan BNPT, seperti dilakukan Wahid

Foundation. Kerena masyarakat sipil adalah keseimbangan antara pemerintah dan

masyarakat atau lebih tepatnya sebagai kontrol sosial. Seperti yang dijelaskan

pada bab sebelumnya bahwa masyarakat sipil adalah modal sosial. Sehingga peran

masyarakat sipil sangat penting sabagai antitesa terhadap pemerintah yang

terkadang tidak sesuai dengan keinginan masyarakat atau sebaliknya. Tidak hanya

itu kehadiran masyarakat sipil juga memberikan kemudahan bagi pemerintah

untuk mengakses tentang kondisi masyarakat, karena masyarakat sipil merupakan

bagian dari masyarakat dan dekat dengannya.

Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa peran masyarakat

sipil hanyalah terbatas untuk membantu BNPT atau sebagai mitra dalam upaya

pencegahan paham radikal. Tentu masyarakat sipil menggunakan pencegahan soft

approach, seperti survey, riset, pelatihan bagi Napiter (dalam proses

deradikalisasi), workshop tentang Islam toleran terutama bagi para Da’i dan Imam

masjid atau seminar tentang bahaya paham radikalisme. Masyarakat sipil

menggunakan wewenangnya tidak lebih hanya sebatas membantu BNPT untuk

mempermudah BNPT dalam menganalisa dan menkaji sejauh mana masyarakat

tertentu telah terjaring paham radikal. Sehingga BNPT akan lebih muda mecari

Page 82: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

71

solusi agar masalah paham radikal tidak terus tumbuh dan dapat dicegah

semaksimal mungkin. Dan tentu dengan berkurangnya paham radikal maka

tindakan terorisme lebih mudah diatasi.

Peran masyarakat sipil sangat penting terutama dalam mempermudah

kinerja BNPT dalam mencegah berkembangnya paham radikal. Keberadaan

masyarakat sipil lebih mudah diterima oleh masyarakat. Sebagaimana dijelaskan

diatas bahwa terkadang masyarakat tertentu tidak menginginkan kedatangan

BNPT. Kehadiran masyarakat sipil ditengah-tengah masyarakat dalam upaya

mencari titik terang tentang sejauh mana kadar paham radikal berkembang akan

lebih mudah di deteksi, baik melalui wawancara langsung, pengamatan secara

berkala atau dengan menghadiri majlis-majlis tertentu, dengan tujuan mengetahui

paham yang dianut.

Selain itu kegiatan berupa survei dan riset mengenai radikalisme tentu

lebih mudah dilakukan oleh masyarakat sipil. Sebab, mereka mempunyai koneksi

langsung dengan masyarakat serta mempunyai mobilitas tinggi. Sehingga banyak

survei dan riset yang dilakukan oleh masyarakat sipil menjadi acuan BNPT dalam

mencegah paham radikal seperti riset yang dilakukan oleh The Nusa Institute

tentang daya tangkal Radikalisme di 34 Propinsi. Tidak hanya itu The Nusa

Institute juga melakukan riset tentang natpiter yang sudah bebas hal ini atas

permintaan BNPT. Karena BNPT paham bahwa jika BNPT langsung turun

kelapangan maka dapat dipastikan para mantan Napiter tidak akan menerima dan

bahkan tutup mulut.

Page 83: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

72

Masyarakat sipil tidak hanya fokus survei atau riset tetapi juga berperan

aktif dalam pemulihan Napiter agar tidak lagi menjadi teroris, biasa disebut

Deradikalisi. Hal ini biasa dilakukan oleh Wahid Foundation dan The Nusa

Institute dalam beberapa tahun terakhir ini mereka membantu BNPT agar para

Napiter bisa kembali kepada masyarakat dengan normal dalam artian tidak lagi

menganut paham radikal yang ujung-ujungnya melakukan tindakan teror. Tidak

hanya mengubah cara berfikir tetapi masyarakat sipil juga membekali mereka

dengan berbagai keahlian dalam dunia usaha dengan tujuan akan terciptanya

kemandirian usaha setelah mereka lepas dari penjara. Wahid foundation juga

menjadi salah aktor promotor sekaligus yang membuat draft blue print Rencana

Aksi Nasional Penangggulangan Ekstremisme (RAN PE).

Keterlibatan masyarakat sipil dalam upaya pencegahan radikalisme adalah

sebagai kontrol sosial tetapi juga sebagai kontrol terhadap keabsolutan pemerintah

hal ini senada dengan teori yang dikemukan olek Hobbes dan Locke. bagi Hobbes

kmunculan masyarakat sipil merupakan kontrol sosial. Dan harus memiliki

kekusaan penuh untuk mengontrol dan mengawasi setiap interaksi masyarakat

terutama perilaku politiknya. Sedangkan Locke memandang bahwa kehadiran

masyarakat sipil mempunyai tanggung jawab penuh untuk melindungi kebebasan

dan hak milik warga negara dan memeberi perlindungan kepda warga dari

keabsolutan raja atau pemerintah. Maka dari keterlibatan masyarakat sipil dalam

upaya pencegahan radikalisme sangat penting. Karena selain kontrol sosial dan

juga sebagai kontrol pemerintah dapat mememcah kebuntuan kominkasi antara

masyarakat yang tidak berhungan langsung terhadap pemerintah terutama BNPT

Page 84: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

73

karena stigma negatif terhadap BNPT dan juga menjadi kepanjangan tangan

pemerintah dalam uapaya menyebarkan bahaya paham radikal atau radikalisme.

Keterlibatan masyarakat sipil mempunyai arti penting bagi BNPT terutama

dalam pencegahan paham radikal yang semakin hari semakin memperihatinkan.

Namun keterlibatan masyarakat sipil hanyalah menyangkut tentang bagaimana

cara mencegah paham radikal dari akar rumput. Sehingga, kegiatan yang

dilakukan oleh masyarakat sipil hanya berupa survei, riset, workshop dan seminar

bahkan kegiatan-kegiatan yang bersifat seremonial seperti bina damai, festival

toleransi atau kegiatan yang berhubungan dengan bahaya radikalisme.

Masalah survei atau riset tetang radikalisme yang selalu menjadi acuan

BNPT dalam upaya pencegahan paham radikal. Yang juga menjadi konsumsi

publik akan mambentuk justifikasi terhadap wilayah yang rentan atau paham

radikal, yang ada pada wilayah tersebut cukup tinggi misalnya hampir atau lebih

50%. Munculnya citra negatif pada satu wilayah dengan asumsi bahwa

radikalisme pada wilayah tersebut cukup tinggi. Hal ini akan menimbulkan

keresahan tersendiri selain dianggap daerah paling retan terhadap radikalisme juga

dianggap sarang radikalisme. Padahal jika kita teliti dalam survei tersebut hanya

menggunakan sampel dari 100-1000 yang kemudian dianggap mewakili daerah

tersebut. Sehingga akan menimbulkan beberapa reaksi baik negatif atau positif

oleh masyarakat setempat diantaranya:

1. Meningkatnya kewaspadaan terhadap paham radikal di wilayahnya.

2. Merasa tidak aman karena wilyahnya banyak yang berpaham radikal.

Page 85: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

74

3. Menimbulkan gejolak di dalam masyarakat bahkan kemungkin akan

mengecam terhadap survei tersebut sebab mengakibatkan citra wilayah atau

kelompoknya buruk dan menjadi perhatian dunia luar.

4. Orang-orang radikal yang berada dalam wilayah tersebut akan pindah

ketempat lain dan akan membuat klan baru sehingga paham radikal tersebar

ke berbagai walayah yang sebelumnya tidak terpapar paham radikal. Sehinga

banyak kajadian teror bukanlah berasal dari wilyah tersebut.

Dari empat permaslahan yang terjadi di atas, merupakan akibat dari hasil

survie yang mengindikasikan sebuah wilayah radikal dengan presentase yang

cukup mengejutkan. Maka kemunculan respon terhadap hasil survei tersebut bisa

tidak terhindarkan. Hal tersebut juga didasarkan pada solidaritas yang terjadi

ditangah masyarakat yang tidak mau wilayahnya dicap sebagai wilayah ratan

radikal meskipun ada sebagian yang terima dan lebih waspada terhadap paham

radikal. Hal ini senada dengan teori yang dikemukan oleh Durkhiem tentang

ancamn solidaritas sosial,3 meskipun teori ini ditujakan kepada pada serikat buruh

atau pekerja. Namun pada kasus ini menurut saya sangat relevan, sebab hal ini

mengakibatkan terjadinya pemebelahan pada masyarakat. Pertama, masyarakat

yang merasa dirugikan yang kemudian dianggap mendukung gerakan radikal atau

tidak taat hukum. Kedua, masyarakat yang semakin waspada akan paham radikal

dan berusaha mencegahnya yang kemudian bisa kita sebut memdukung gerakan

pemerintah dalam upaya pencagahan radikalisme.

3 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiolgi Klasik dan Modern, h. 189

Page 86: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

75

C. Tabel Perbandinga Peran BNPT dan Masyarakat sipil

Berikut tabel analisis peran BNPT dan masyarakat sipil dalam mencegah

paham radikal

No BNPT Masyarakat sipil

1

Berpedoman pada UUD, perpres

No. 46 tahun 2010 dan Undang-

undang No. 5 tahun 2018

Berpedoman pada UUD

2 Terikat dengan pemerintah Tidak terikat dengan pemerintah

(NGO) independent

3

Bertanggung jawab terhadap

permasalahan radikalisme dan

terorisme (bertanggung jawab

langsung kepada presiden)

Bertanggung jawab terhadap

permasalahan radikalisme dan

terorisme (tetapi tidak bertanggung

jawab pada presiden) independent

4 Sebagai aktor utama

Sebagai praktisi lapangan secara

inedependent dan membantu serta

menjadi bagian dari BNPT

5

Menyusun kebijakan strategis

masalah pencegahan dan

penanggulangan radikalisme dan

terorisme (RT)

Ikut serta atau sumbangsih ide

terhadap strategi pencegahan RT

6 Melakukan deradikalisasi Membantu proses deradikalisasi

7

Mengadakan penyuluhan,

whorkshop, dan seminar tengtang

bahaya RT

a. Mengadakan penyuluhan,

whorkshop, dan seminar

tentang bahaya RT dengan

inisitif sendiri atau ada

seponsor dari pihak ketiga

b. Mengadakan penyuluhan,

whorkshop, dan seminar

tentang bahaya radikaliseme

Page 87: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

76

dan terorisme (membantu

BNPT atau bekerja sama

dengan BNPT)

8 Melakukan survei dan riset

dengan bantuan masyarakat sipil

Melakukan survei dan riset tentang

radikalisme

a. Atas inisiatif sendiri dengan

menggunakan dana pihak

ketiga (sponsor)

b. Bersama BNPT terutama

tentang mantan Napiter

9

Membentuk lembaga yang

bergerak dalam upaya pecegahan

paham RT seperti FKTP

Membantu pembentukan lembaga

yang bergerak dalam upaya pecegahan

paham RT seperti FKTP

Page 88: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada dasarnya radikalisme agama merupakan musuh bersama. Mengapa

demikian, sebab radikalisme dapat menganggu stabilitas dan kenyamanan

bersama serta mengancam keutuhan NKRI. Untuk itu pemerintah terus berupaya

mencegah radikalisme, sebab radikalisme merupakan titik awal munculnya

terorisme.

Pemerintah telah membuat Undang-undang dan lembaga khusus untuk

mencegah adanya paham radikalisme dan terorisme yaitu, Badan Nasional

Penangulangan Terorisme (BNPT). Dengan terbentuknya lembaga ini dan

undang-undang No. 5 tahun 2018 diharapkan dapat mencegah radikalisme dan

terorisme secara efektif. Dan BNPT dengan kewenangannya terus berupaya

mencegah paham radikal; Pertama, kontra radikalisasi ini dilakukan secara

langsung atau tidak langsung melalui kontra narasi, kontra propaganda, atau

kontra ideologi melalui seminar, workshop dan FGD. Kedua, deradikalisasi

merupakan upaya mentransformasi paham radikal menjadi tidak radikal dalam

konteks ini bisa melalui pembinaan, FGD, workshop dan seminar. Selain itu

dalam proses deradikalisasi juga, para narapidana terorsime (Napiter) dibekali

dengan tiga aspek, wawasan kebangasaan, wawasan keagamaan dan yang tidak

kalah penting adalah pelatihan kewirausahaan kepada para Napiter. Dengan tujuan

setelah dinyatakan bebas para napiter dapat membuat usaha mandiri, tentunya

dengan bantuan modal dari BNPT. Ketiga, membentuk Forum Koordinasi

Page 89: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

78

Pencegahan Terorisme (FKPT) di 32 propinsi. Keempat, kerjasama dengan

seluruh Kementrian/Lembaga dan saat ini BNPT telah bekerjasama dengan 36

K/L. Kelima, kerjasama dengan masyarakat sipil. Dengan terbentuknya FKTP

maka BNPT dapat dengan mudah berkomunikasi langsung dengan seluruh lapisan

masyarakat dan juga lebih mudah mendeteksi adanya paham-paham radikal dini

yang berkembang dikalangan masyarakat. Dengan kerjasama dengan seluruh

kementrian dan lembaga maka BNPT akan lebih mudah mengakses berbagai data

yang sesuai dengan kebutuhan misalnya dengan Lembaga Sensus dan Dinas

Catatan Sipil.

Selanjutnya peran masyarakat sipil menjadi sangat penting sebab

masyarakat sipil tidak hanya sebagai kontrol pemerintah tetapi juga menjadi

kontrol sosial. Keterlibatan masyarakat sipil dalam upaya pencegahan

radilkalisme agama mempermudah langkah BNPT dalam upaya pencegahan

paham radikal yang terjadi pada masyarakat. Sebab masyarakat sipil lebih dekat

dengan masyarakat, terutama dengan masyarakat yang sudah terpapar paham

radikal dan sudah mulai menjauh dari pemerintah. Maka masyarakat sipil

dianggap paling tepat untuk berkomunikasi dan berkonsiliasi kepada meraka

supaya tidak terus bersikukuh pada paham radikal. Pekerjaan ini telah dilakukan

oleh The Nusa Institute dan Wahid Foundation.

The Nusa Institute memiliki peran penting dalam upaya pencegahan

radikalisme agama. The Nusa Institute terus berkontribusi dan turun langsung

terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat misalkan dengan penyuluhan baik

dalam lapas maupun luar lapas. Selanjutnya Wahid Foundation juga ikut ambil

Page 90: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

79

bagian dalam upaya pencegahan radikalisme, Wahid Foundation mengambil

bagian penting terutama dengan terbentuknya rencana stertegis BNPT yaitu

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Ekstrimisme (RAN PE) dan juga aktif

dalam pembinaan dalam lapas.

Keterlibatan masyarakat sipil dalam upaya mencegah paham radikal

memberikan kemudahan tersendiri bagi BNPT, sebab masyarakat sipil lebih

mudah berinteraksi langsung dengan berbagai lapisan masyarakat. Namun

keterlibtan masyarakat sipil hanya terbatas pada memberikan sumbangsih ide,

melakukan survei atau riset, membantu proses deradikalisasi dalam konteks ini

masayarakat sipil beperan aktif dalam memberikan wawasan kebangasaan,

wawasan keagamaan dan pelatihan kewirausahaan kepada para Napiter.

B. Saran

BNPT harus lebih banyak lagi mambangun kerjasama dengan berbagai

elemen masyarakat tidak hanya melibatkan kapala daerah tetapi juga melibatkan

tokoh masyarakat atau katua Adat itu lebih penting. Sebab keterlibatan tokoh

masyarakat terutama ketua Adat akan lebih efektif dalam uapaya pencegahan

paham radikal. Apalagi pencegahan dengan metode pendekatan kearifan lokal.

Masyarakat sipil harus lebih aktif lagi dalam menyuarakan adanya

toleransi dan juga memberikan contoh langsung terhadap masyarakat bagaimana

berperilaku toleran. Sebagai bagian dari masyarakat masyarakat sipil harus berani

medampingi masyarakat dalam uapaya pencegahan paham radikal. Misalnya,

memberiakan pelatihan atau pendidikan tetang bahaya radikalisme yang bersifat

berkelanjutan bukan sekedar seremonial.

Page 91: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

80

Fakultas Ushuluddin seharusnya memperkaya perpustakan dengan

khazanah keilmuan terutama di bidang radikalisme dan teroisme. Dalam konteks

ini perpustakaan Ushuluddin harus mengumpulkan jurnal, artikel, buku, dan draft

dari BNPT yang kaitannya dengan radikalisme dan terorisme. Tidak hanya itu

fakultas juga mengumpulkan jurnal, artikel, dan buku dari masyarakat sipil yang

berkaitan dengan radikalisme dan terorisme.

Page 92: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

81

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Social. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2008.

Golose, Petrus Reinhard. Deradikalisasi Terorisme: Humanis, Soul Approach,

dan Menyenuh Akar Rumput. Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu

Kepolisian, 2009.

Jainuri, Achmad. Radikalisme dan Terorisme Surabaya: Intran Publishing, Juni

2016.

Johnson, Doyle Paul. Teori Sosiolgi Klasik dan Modern, terj Robet M.Z Lawang

Jakart: PT Gramedia, 1986.

Kallen, Horace M. “Radicalism”, Dalam Encycolopedia of the Sosial Science, ed.

Edwin R. A Seligman, The Macmillan Company XIII and XIV 1963.

KH, Maman U. dkk. Metodologi penelitian Agama teori dan praktik. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2012.

Kunarto. terj, Tren Kejahatan Dan Peradilan Pidana. Jakarta : Cipta Manunggal,

1996.

Maarif, Ahmad Syafii dan Muhamad Najib “Upaya Memahami Sosok

Kontroversial Gus Dur” dalam Ahmad Suaedy dan Ulil Absar Abdallah, edit,

Gila Gus Dur; Wacana Pembaca Abdurahman Wahid. Yogyakarta: LKIS,

2000.

Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik kualitatif. Bandung; PT. Tarsito

Bandung 2010.

R, Crelisnten. Counter Terrorism, Cambridge UK: Polity Press, 2009

Raharjo, M. Dawam. Masyarakat Madani; Agama, Kelas Menengah Dan

Perubahan Sosial. Jakarta: LP3ES, cet.pertama 1999.

Ratna, Nyoman, Kutha. Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial

Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Sachedina, Abdulaziz. Beda Tapi Setara; Pandangan Islam Terhadap Non-Islam.

Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, cet, II 2004.

Page 93: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

82

SB, Agus Merintis Jalan Mencegah Terorisme: Sebuah Bunga Rampai. Jakarta:

Semarak Lautan Warna, 2014.

Solahuddin, NII sampai JI Salafi Jihadisme di Indonesia. Jakarta: Komunitas

Bambu, 2011.

Ubaedillah dkk,. Pendidikan Kewarganegaran (Civic Education) Demokrasi, Hak

Asasi Manusia Dan Masyarakat Madani, ICCE UIN Syarif Hidaytullah

Jakarta edisi ketiga, 2009.

Yusuf, A. Muri. Metode penelitian kuatitatif, kualitatif & penelitian gabungan.

Jakarta: Kencana c et, 1, 2014.

Zuhdi, Muhammad Lutfi dkk. Ketahanan Keluraga Paradoks Radikalisme Dalam

Keluarga Indonesia, Jakarta: Pusat Riset Seolah Kajian Stratejik Dan Global

Universitas Indonesia, Cetakan Pertama 2018.

Journal dan Artikel

Abdullah, Anzar. “Gerakan Radikalisme dalam Islam Perspektif Historis”. Addin

10, no. 1 (2016): 1-28.

Ansyaad, “Strategi menangkal propaganda isis (ismlamic state of irak and

syiria)”. Paper diperentasikan di Jakarta oleh Kepala Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme pada Agustus 2014.

Asrori, Ahmad. “Radikalismedi Indonesia: Antara Historis dan Antropisitas”.

Kalam: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam 9, no, 2 (Des, 2015): 235-

268.

Chrisnayudhanto, Andhika “Rencana Aksi Nasional Penanggulangan

Ekstrimisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme” (Direktur

Kerjasama Regional Dan Multilateral Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme, 2018) dukomen ini didapatkan ketika wawancara pertama

bersama, Alamsyah M Djafar melalui Whatsapp pada tanggal 29 oktober

2018.

Crenshaw, Martha. “The Causes of Terrorism”. Comparative Politics 13 no. 4

(Juli 1981): 370-399.

Famela, Jeli Agri. “Pro dan Kontra pelaksanaan program deradikalisasi Badan

Nasional Penanggulangan Terorisme.” Skripsi S1 fakultas Ilmu Sosial dan

Politik, Universitas Indonesia, 2013.

Page 94: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

83

Ismail, Chairuddin “Paham Radikal dan Transisi Demokrasi serta Keutuhan

NKRI” diunduh pada laman web.

http://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/minangwan-seminar-Penyebaran-

Paham-Radikal-Berbahaya-Bagi-NKRI-1435206305.pdf, diakses pada 22

Februari 2018.

Khamid, Nur “Bahaya Radikalisme terhadap NKRI”.Millati, Journal of Islamic

Studies and Humanities1, no. 1 (Juni2016): 123-152.

Mage, Ruslan Ismail. “Prospek Gerakan Radikalisme di Indonesia”. Jurnal

Populis2, no.3 (Juni 2017): 237-252.

Malik, Imam “Peran Penting Civil Society Organization Dalam Penaganan

Terorisme” CSAVE Indonesia civil society against violent extremism Jakarta

2018.

Santalia, Indo “K.H. Abdurrahman Wahid: Agama dan Negara, Pluralisme,

Demokrasi dan Pribumisasi” Jurnal Al Adyan 1, no 2 (Desember 2015).

Susanti “Kendala Radikalisme dalam Mewujudkan Civil Society di Indonesia”

Universitas Terbuka 2011, http://repository.ut.ac.id/2448/1/fisip201211.pdf,

diakses pada 23 Mei 2018.

Ummah, Sun Choirol, “Akar Radikalisme Islam Di Indonesia” Humanika 12

(Sept, 2012): 112-124.

Widiyanto, Asfa “Constitution, Civil society and The Fight Against Radicalism:

The Experience of Indonesia and Austria” Analisa; Journal of Sosial Science

and Religion1, no. 2 (December 2016): 139-159.

Zuhri, Saefudin “Muhammadiyah dan Deradikalisasi Terorisme Di Indonesia:

Moderasi Sebagai Upaya Jalan Tengah”. Ma’arif: Arus Pemikiran Sosial 12,

no.2 (Desember 2017): 73-82.

Website Resmi dan Media

Bnpt.go.id

Mentari.onlie

Merdeka.com

Id.beritasatu.com

Sindonews.com

Page 95: PERAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME …

84

Detik.com

Tempo.com

Thenusainstitute,wordpress.com

Wahidfoundation.org

www.voaindonesia.com

Dokumen Pemerintah

Keputusan Menteri Koordinator Bidang Politik Dan Keamanan Republik

Indonesia Nomor: Kep-26 /Menko/Polkam/11/2002 Tentang Pembentukan

Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme Menteri Koordinator Bidang

Politik Dan Keamanan Republik Indonesia.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ke-deputian VI, Kesbang, Jakarta 2016

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Nomor Per-01 /

K.Bnpt/I/2017.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2010 Tentang Badan

Nasional Penanggulangan Terorisme.

UU. 5 Tahun 2018.

UU.15 Tahun 2003.

Wawancara Langsung

Wanawacara dengan Sayahrulllah Iskandar sekretaris utama The Nusa Institute

pada tanggal 02 Oktober 2018.

Wawancara dengan Alamsyah M Djafar Wahid Foundation pada tanggal 9

januari 2019.

Wawancara dengan Nasrullah Iskandar pada 10 Oktober 2018

Wawancara dengan Nasrullah Iskandar sekretaris The Nusa Institute pada 10

oktober 2018.