4
 Peran dan Pemberdayaan BUMD Dalam Rangka Peningkatan Perekonomian Daerah Rustian Kamaluddin * 1.  Latar Belakang Sebagaimana yang diamanatkan dalam GBHN 1999 dan Undang-undang No. ! "ahun ### tentang Program Pembangunan Na$ional %Pro&ena$' "ahun ### ( ##) adalah bah*a  &er*u+udan otonomi daerah dalam &ertumbuh an ekonomi dan &emerataan anta r daerah dilak$anakan melalui berbagai arah kebi+akan, u tamanya adalah %a' mengembangkan otonomi daerah $eara lua$, nyata, dan bertanggung +a*ab dalam rangka &emberdayaan ma$yarakat, $erta berbagai lembaga ekonomi dan ma$yarakat di daerah/ %b' melakukan  &engka+ian dan $aran kebi+akan leb ih lan+ut tentang berlakunya otonomi daerah bagi daerah  &ro0in$i, daerah kabu &aten dan kota $erta daerah & erde$aan/ dan %' me*u+udkan  &erimbangan keuangan antara &u$at dan daerah $eara adil dengan mengutamakan ke&entingan daerah yang lebih lua$ melalui de$entrali$a$i &eriinan dan in0e$ta$i $erta  &engelolaan $umber d aya di daerah. Dalam hubungan ini, $ebagai $umber-$umber &enerimaan daerah ke$eluruhanny a dalam  &elak$anaan otonomi dan de$entrali$a$i i ni adalah %a' Penda&atan 2$li Daerah/ %b' Dana Perimbangan/ %' Pin+aman Daerah dan %d' 3ain-lain Penerimaan yang $ah. Dan $umber P2D ter$ebut meli&uti/ %a' ha$il &a+ak daerah/ %b' ha$il retribu$i daerah/ %' ha$il &eru$ahaan milik daerah dan ha$il kekayaan daerah lainnya yang di&i$ahkan dan %d' lain- lain P2D yang $ah. Sehubungan dengan itu, $e$ungguhnya u$aha dan kegiatan ekonomi daerah yang ber$umber dari ha$il badan u$aha milik daerah %BUMD' telah ber+alan $e+ak lama. BUMD ter$ebut dibentuk berda$arkan UU No. ! " ahun 194 tentang Peru$ahaan Daerah, yang di&erkuat oleh UU No. ! " ahun 195) tentang Pokok-&okok Pemerintahan di Daerah %Nota 6euangan dan R2PBN, 199571998'. "u+uan dibentukny a BUMD ter$ebut adalah untuk melak$anakan &embangunan daerah melalui & elayanan +a$ a ke&ada ma$yarakat,  &enyelenggaraan kemanaa tan umum dan &eningka tan &engha$ilan &emerin tah daerah. Da&at dikemukakan lebih lan+ut bah*a BUMD itu berda$arkan kategori $a$arannya da&at dibedakan dua golongan, yait u &eru$ahaan daerah untuk melayani ke&enti ngan umum dan  &eru$ahaan daerah untuk tu+uan &eningkatan &enerimaan daerah dalam P 2D- nya. Dan BUMD itu bergerak dalam berbagai bidang u$aha, yaitu +a$a keuangan dan &erbankan %BPD dan Bank Pa$ar', +a$a air ber$ih %PD2M' dan berbgai +a$a dan u$aha &rodukti lainnya &ada indu$tri, &erdagangan dan &erhotelan, &ertanian-&erkebun an, &er& arkiran, &eretakan, dan lain-lain. Berda$arkan la&oran ha$il $tudi Biro 2nali$a 6euangan De&keu %1995 ' dikemukakan bah*a memang &erkembangan BUMD $eara kuantitati telah berlang$ung : Pro. Dr. Ru$tian 6amaluddin adalah Guru Be$ar ;< "ri$akti dan mantan 6etua Ba&&eda Pro0in$i Sumatera Barat. Pokok- &okok  &ikiran dalam tuli$an ini, na$kah a$linya dalam b entuk dan anali$i$ yang berbeda di$u $un dan di$a+ikan &ada Ra& at 6oordina$i Pemberdayaan BUMD oleh De&dagri dan =tda di >akarta, ) ( 4 De$ember ###- red. ?@AND=AS@De$kto&@Ma+alah Perenaan Pembangu nan@<di$i C "h ##1@Ru$tian 6amaluddin.do  1

PERAN BUMD

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PERAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

Citation preview

Peran dan Pemberdayaan BUMD Dalam Rangka Peningkatan Perekonomian Daerah Rustian Kamaluddin * Latar Belakang Sebagaimana yang diamanatkan dalam GBHN 1999 dan Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000 2004 adalah bahwa perwujudan otonomi daerah dalam pertumbuhan ekonomi dan pemerataan antar daerah dilaksanakan melalui berbagai arah kebijakan, utamanya adalah: (a) mengembangkan otonomi daerah secara luas, nyata, dan bertanggung jawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat, serta berbagai lembaga ekonomi dan masyarakat di daerah; (b) melakukan pengkajian dan saran kebijakan lebih lanjut tentang berlakunya otonomi daerah bagi daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota serta daerah perdesaan; dan (c) mewujudkan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah secara adil dengan mengutamakan kepentingan daerah yang lebih luas melalui desentralisasi perizinan dan investasi serta pengelolaan sumber daya di daerah. Dalam hubungan ini, sebagai sumber-sumber penerimaan daerah keseluruhannya dalam pelaksanaan otonomi dan desentralisasi ini adalah: (a) Pendapatan Asli Daerah; (b) Dana Perimbangan; (c) Pinjaman Daerah dan (d) Lain-lain Penerimaan yang sah. Dan sumber PAD tersebut meliputi; (a) hasil pajak daerah; (b) hasil retribusi daerah; (c) hasil perusahaan milik daerah dan hasil kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan dan (d) lain- lain PAD yang sah. Sehubungan dengan itu, sesungguhnya usaha dan kegiatan ekonomi daerah yang bersumber dari hasil badan usaha milik daerah (BUMD) telah berjalan sejak lama. BUMD tersebut dibentuk berdasarkan UU No. 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, yang diperkuat oleh UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah (Nota Keuangan dan RAPBN, 1997/1998). Tujuan dibentuknya BUMD tersebut adalah untuk melaksanakan pembangunan daerah melalui pelayanan jasa kepada masyarakat, penyelenggaraan kemanfaatan umum dan peningkatan penghasilan pemerintah daerah. Dapat dikemukakan lebih lanjut bahwa BUMD itu berdasarkan kategori sasarannya dapat dibedakan dua golongan, yaitu perusahaan daerah untuk melayani kepentingan umum dan perusahaan daerah untuk tujuan peningkatan penerimaan daerah dalam PAD- nya. Dan BUMD itu bergerak dalam berbagai bidang usaha, yaitu jasa keuangan dan perbankan (BPD dan Bank Pasar), jasa air bersih (PDAM) dan berbgai jasa dan usaha produktif lainnya pada industri, perdagangan dan perhotelan, pertanian-perkebunan, perparkiran, percetakan, dan lain-lain. Berdasarkan laporan hasil studi Biro Analisa Keuangan Depkeu (1997) dikemukakan bahwa memang perkembangan BUMD secara kuantitatif telah berlangsung Prof. Dr. Rustian Kamaluddin adalah Guru Besar FE Trisakti dan mantan Ketua Bappeda Provinsi Sumatera Barat. Pokok- pokok pikiran dalam tulisan ini, naskah aslinya dalam bentuk dan analisis yang berbeda disusun dan disajikan pada Rapat Koordinasi Pemberdayaan BUMD oleh Depdagri dan Otda di Jakarta, 4 6 Desember 2000-red. C:\WINDOWS\Desktop\Majalah Perencaan Pembangunan\Edisi 23 Th 2001\Rustian Kamaluddin.doc 1 cukup pesat, yaitu dari sejumlah 122 buah pada awal Pelita I hingga mencapai 651 buah pada tahun 1996 (Catatan: data BPS untuk tahun 1996 sebanyak 611 buah). Namun cukup pesatnya peningkatan jumlah BUMD ini kurang disertai dengan peningkatan pada sisi kualitasnya, yang antara lain dapat dilihat dari kemampuan BUMD dalam memobilisasi dan menghasilkan pendapatannya. Sebagai contoh, pada tahun 1989/1990 kontribusi penerimaan Bagian laba BUMD terhadap PAD Pemda tingkat I hanya mencapai rata-rata 1,91% dan bahkan pada tahun 1994/1995 kontribusinya menurun menjadi 1,18%. Demikian pula untuk Daerah tingkat II, dimana besarnya kontribusi penerimaan Bagian laba BUMD terhadap PAD Pemda tingkat II pada tahun 1989/1990 hanya mencapai rata-rata 2,94% dan pada tahun 1993/1994 mengalami penurunan pula menjadi 2,79%. Sehubungan dengan latar belakang yang dikemukakan di atas, berikut ini dalam makalah ini akan dibahas dan dianalisis lebih lanjut secara ringkas tentang: peran BUMD dalam menunjang keuangan daerah per daerah dan menurut jumlah daerah keseluruhannya, hambatan dan permasalahan dalam pembinaan dan pengembangan BUMD, serta kebijakan, upaya dan pemberdayaan yang telah atau perlu ditempuh dalam melaksanakan tugas dan fungsinya serta beberapa kesimpulan dan penutup, yang dapat dikemukakan dan dikembangkan dari uraian dan pembahasan sebelumnya. Peran BUMD dalam Menunjang Keuangan Daerah Sebagaimana yang dikemukakan di atas bahwa yang menjadi dasar pendirian BUMD adalah UU No. 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah. Dalam hal ini, berbagai fungsi dan peranan yang dibebankan kepada dan dilaksanakan oleh BUMD tersebut (BPS, 1997), utamanya adalah: (a) melaksanakan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan daerah; (b) pemupukan dana bagi pembiayaan pembangunan daerah; (c) mendorong peran serta masyarakat dalam bidang usaha; (d) memenuhi kebutuhan barang dan jasa bagi kepentingan publik, dan (e) menjadi perintis kegiatan dan usaha yang kurang diminati swasta. Mengingat dipandang cukup pentingnya peran BUMD khususnya sebagai salah satu sumber PAD di Daerah, maka tentu saja BUMD dituntut agar lebih profesional dan lebih efisien dalam melaksanakan usahanya. Kebijakan dan upaya ke arah itu telah banyak dilakukan, namum karena berbagai kendala, ternyata BUMD pada umumnya, khususnya di luar PDAM dan BPD menunjukkan hasil yang belum menggembirakan. Hal ini tampak, antara lain, relatif masih kecilnya peran dan kontribusi laba BUMD dalam penerimaan PAD di daerah, baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota. Berikut ini pertama-tama dikemukakan seberapa jauh peran atau kontribusi PAD, baik provinsi maupun kabupaten/kota, dalam penerimaan daerah seluruhnya. Kemudian dilanjutkan dengan seberapa jauh pula peran atau kontribusi Bagian laba perusahaan daerah dalam penerimaan PAD tersebut. Data-data olahan yang dicantumkan dalam tabel dan tabel 2 berikut ini meliputi total penerimaan daerah provinsi dan kabupaten/kota selama 4 tahun, yaitu tahun 1997/98 hingga tahun 2000. Tabel 1 Penerimaan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia : Jumlah & Proporsi, 1997/1998 s/d 2000 (Penjumlahan) Provinsi Kabupaten/Kota C:\WINDOWS\Desktop\Majalah Perencaan Pembangunan\Edisi 23 Th 2001\Rustian Kamaluddin.doc 2 No. Uraian Jumlah (Rp.miliar) Proporsi (%) Jumlah (Rp.miliar) Proporsi (%) Jumlah Proporsi (%) 2 3 4 5 6 7 81. 2. 3. 4. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Alokasi Pinjaman Daerah Sisa lebih tahun sebelumnya 22.536,91 20.470,76 638,91 3.538,32 47,76 43,38 1,35 7,50 21.535,64 68.445,08 616,06 3.215,30 22,81 73,10 0,66 3,43 43.890,55 88.915,84 1.254,97 6.753,62 31,17 63,14 0,89 4,80 Jml. penerimaan

APBD Prov. Dan Kab./Kot. 47.184,90 100,00 93.630,08 100,00 140.814,98 100,00 Sumber : Diolah dari data Nota Keuangan dan RAPBN Tahun Anggaran 2000 dan 2001 Dari tabel 1 di atas tampak bahwa peran PAD provinsi selama periode 1997/1998- 2000 (penjumlahan) adalah sebesar 47,76% dari jumlah penerimaan APBD provinsi seluruhnya. Sedangkan peranan PAD kabupaten/kota dalam periode yang sama hanyalah sebesar 22,81%. Jika keduanya dijumlahkan maka peranan PAD provinsi dan kabupaten/kota adalah sebesar 31,17 % dari jumlah penerimaan APBD provinsi dan kabupaten/kota keseluruhannya. Dengan demikian tampak dengan jelas relatif masih kecilnya PAD sebagai sumber pendapatan yang berasal dari daerah sendiri, yang berarti ketergantungan daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota, kepada pusat, dalam pembiayaan rutin dan pembangunannya masih sangat tergantung pada alokasi dana dari pemerintah pusat . Selanjutnya dari tabel 2 di bawah ini dapat dikemukakan bahwa peran atau kontribusi yang terbesar dalam penerimaan PAD untuk provinsi keseluruhannya adalah Pajak daerah (81,60%), kemudian disusul oleh Retribusi daerah (9,64%) dan seterusnya hingga yang terkecil adalah Bagian laba perusahaan daerah (2,33%). Demikian pula pada kabupaten/kota keseluruhannya yang tertinggi perannya adalah pajak daerah (45,25%), kemudian menyusul retribusi daerah (41,26%) dan seterusnya hingga yang terkecil tetap Bagian laba perusahaan daerah (2,77%). Dan secara totalitas provinsi dan kabupaten/kota keseluruhannya proporsi Bagian laba perusahaan daerah terhadap jumlah PAD keseluruhannya selama periode 1997/1998 hingga 2000 adalah sebesar 2,50%. C:\WINDOWS\Desktop\Majalah Perencaan Pembangunan\Edisi 23 Th 2001\Rustian Kamaluddin.doc 3