126
PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA AIR (STUDI KASUS DAS GUMBASA KABUPATEN DONGGALA PROVINSI SULAWESI TENGAH) MUH. ANSAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

  • Upload
    haduong

  • View
    233

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

(STUDI KASUS DAS GUMBASA KABUPATEN DONGGALA PROVINSI SULAWESI TENGAH)

MUH. ANSAR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Page 2: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Peran dan Koordinasi Lembaga Lintas Sektoral dalam Konservasi Sumber Daya Air (Studi Kasus DAS Gumbasa Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis.

Bogor, Januari 2009

Muh. Ansar NRP. A352060011

Page 3: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

ABSTRACT MUH. ANSAR. Role and Coordination of Cross Sectoral Institutions in Water Resource Conservation (Case Study in Gumbasa Watershed Donggala Regency Center Sulawesi Province). Under Academic Supervision of SURIA DARMA TARIGAN as chairman, and DWI PUTRO TEJO BASKORO as member of advisory committee.

Watershed management consists of multi stakeholders. Therefore, institutional aspect for regulating interaction among stakeholders is very important to be taken into consideration in watershed management. Watershed management will only be efficient if institutional aspect functioning in harmony. Objective of this research is to study role and coordination of cross sectoral government institutions in management of water resource conservation. In this research five elements of water resource conservation were analized, there are: 1) involved organizations, 2) related regulations, 3) management function performance (planning, execution, and controlling), 4) coordination aspect, and 5) priority instrument. Each of those elements was sub-divided into sub-elements according to analysis model used in this research. Two models were used in this analysis. Those are Interpretative Structural Modelling (ISM) and Analytical Hierarchy Process (AHP). Base on the analysis it is concluded that Big Agency of Lore Lindu National Park (BBTNLL), Agency of Watershed Management (BPDAS) Palu-Poso, and Forestry and Plantation Service of Donggala Regency were the most influencial organizations in planning, execution, and controlling water resources conservation. Role of those organizations in the management activities were mainly regulated in the respectives regulations. Coordination among acting organization is stell weak due so the sectoral-ego and lack of qualified human resources.

Keywords: institutions, sectoral, water resources, conservation, gumbasa watershed

Page 4: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran dan Koordinasi Lembaga Lintas Sektoral dalam Konservasi Sumber Daya Air (Studi Kasus DAS Gumbasa Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah). Dibimbing oleh SURIA DARMA TARIGAN sebagai ketua, dan DWI PUTRO TEJO BASKORO sebagai anggota komisi pembimbing.

Perambahan hutan yang sangat intensif untuk dikonversi menjadi lahan pertanian oleh masyarakat di dalam Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), khususnya di DAS Gumbasa sejak tahun 1999 hingga sekarang telah menyebabkan penurunan fungsi hidrologi yang signifikan, sehingga dapat mengancam keseimbangan dinamika sumber daya air di taman nasional tersebut. Selain indikator ekologi, indikator yang penting untuk dipantau dan dievaluasi adalah kelembagaan DAS. Koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi dalam kelembagaan DAS perlu dipertimbangkan sebagai kriteria-kriteria dalam pemantauan dan evaluasi DAS, karena pengelolaan DAS melibatkan multi stakeholders. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis untuk mengetahui kondisi aktual peran dan koordinasi lembaga lintas sektoral dalam manajemen program konservasi sumber daya air dengan ruang lingkup studi kasus di DAS Gumbasa. Dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak lima elemen yang dianalisis berkaitan dengan konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, yaitu: 1) Organisasi yang berperan; 2) peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan; 3) kinerja fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan), 4) fungsi koordinasi; dan 5) instrumen prioritas. Setiap elemen dijabarkan atas sejumlah sub elemen berdasarkan model Interpretative Structural Modelling (ISM) dan model Analytical Hierarchy Process (AHP). Berdasarkan analisis kondisi aktual peran dan koordinasi lembaga lintas sektoral dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL), Balai Pengelolaan DAS (BPDAS) Palu-Poso, dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Donggala adalah organisasi pemerintah yang berperan penting. Peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan kuat adalah UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air, UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, PP No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan, dan UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kinerja fungsi koordinasi antar organisasi pemerintah lintas sektoral termasuk kategori lemah yang dipengaruhi oleh faktor sifat multisektor/multidisiplin dan rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM). Penerapan sistem teknologi informasi dan basis data, penerapan teknologi konservasi, pengefektifan penyuluhan lapangan, peningkatan partisipasi masyarakat, dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani merupakan instrumen prioritas kunci yang perlu dikembangkan. Sedangkan penyebab utama ketidakberhasilan program konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa dari segi fungsi manajemen adalah lemahnya kinerja perencanaan.

Kata kunci: lembaga, sektoral, konservasi, sumber daya air, DAS gumbasa

Page 5: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis

ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

Page 6: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

(STUDI KASUS DAS GUMBASA KABUPATEN DONGGALA PROVINSI SULAWESI TENGAH)

MUH. ANSAR

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Page 7: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis : Peran dan Koordinasi Lembaga Lintas Sektoral dalam Konservasi Sumber Daya Air (Studi Kasus DAS Gumbasa Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah)

Nama : Muh. Ansar

NRP : A352060011

Program Studi : Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, M.Sc Ketua

Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, M.Sc

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS Tanggal Ujian: 19 Januari 2009 Tanggal Lulus:

Page 8: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, MS

Page 9: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

Untuk yang tercinta: Istriku Ummi Kalsum, SP.

Putriku Nadhifa Raihanah Ansar Ibunda St. Humrah

Ayahanda Sofyan Said Ibunda Mertua Hj. St. Rada

Kakak-kakakku dan Keponakan-keponakanku

Page 10: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan hasil penelitian ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan April sampai September 2008 ini adalah “Peran dan Koordinasi Lembaga Lintas Sektoral dalam Konservasi Sumber Daya Air (Studi Kasus DAS Gumbasa Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah)”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, M.Sc. selaku ketua komisi pembimbing, dan Bapak Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc. selaku anggota komisi pembimbing, serta Bapak Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, M.S. selaku penguji luar komisi pada ujian tesis, atas kesediaannya memberikan bimbingan pada pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini. Terima kasih penulis juga ucapkan kepada Bapak Bapak Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, M.Sc. dan Bapak/Ibu Dosen pengajar pada Program Studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

Kepada Pimpinan Proyek BPPS Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, terima kasih atas bantuan dana pendidikan yang telah diberikan. Kepada Bapak Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, M.Sc. penulis mengucapkan terima kasih bantuan biaya yang telah diberikan pada pelaksanaan penelitian ini.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan ayahanda Sofyan Said, ibunda St. Humrah, ibunda mertua Hj. St. Rada, istriku tercinta Ummi Kalsum, SP, putriku tersayang Nadhifa Raihanah, serta seluruh keluarga atas kesabaran, keikhlasan, doa restu dan kasih sayangnya.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2009

Muh. Ansar

Page 11: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Mei 1973 dari ayah Sofyan Said dan ibu St. Humrah. Penulis merupakan putra bungsu dari tiga bersaudara.

Tahun 1992 penulis lulus dari SMA Negeri I Bulukumba dan lulus ujian seleksi masuk Universitas Hasanuddin pada tahun 1993 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), selesai tahun 1997. Penulis memilih Program Studi Ilmu Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian dan Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah pada tahun 1994/1997, mata kuliah Hidrologi pada tahun 1995/1997, dan mata kuliah Konservasi Tanah dan Air pada tahun 1996/2000.

Penulis bekerja sebagai Staf Pengajar di Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian dan Kehutanan, Universitas Hasanuddin sejak tahun 2001. Mata kuliah yang menjadi tanggung jawab penulis adalah Hidrologi, dan Konservasi Tanah dan Air.

Page 12: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu usaha untuk mengatur sumber daya alam utama, yaitu hutan (vegetasi), tanah dan air. Pengelolaan DAS diperlukan untuk meminimumkan kerusakan-kerusakan lahan yang terdapat di dalam suatu DAS. Tujuan pengelolaan DAS adalah: 1) penggunaan sumber daya lahan secara rasional untuk mencapai produksi optimum yang lestari; 2) menekan kerusakan menjadi seminimal mungkin; 3) distribusi air yang merata sepanjang tahun dan tersedianya air pada musim kemarau; serta 4) mampu mempertahankan DAS yang bersifat lentur (resilient) serta adanya peningkatan pendapatan masyarakat di dalam DAS (Sinukaban 2007a). Pengelolaan DAS yang tidak tepat akan mengakibatkan banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Oleh karena itu, perlu diwujudkan dalam suatu perencanaan pengelolaan DAS yang baik, sehingga tujuan tersebut menjadi lebih jelas dan mudah dilaksanakan.

Dengan diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, masalah pengelolaan sumber daya air menjadi lebih kompleks mengingat Satuan Wilayah Sungai (SWS) atau Daerah Aliran Sungai (DAS) secara teknis tidak dibatasi oleh batas-batas administratif tetapi oleh batas-batas fungsional. Oleh karena itu, masalah koordinasi antar daerah otonom yang berada dalam satu SWS atau DAS menjadi sangat penting. Di era otonomi daerah saat ini, terjadi banyak pelanggaran aturan dalam kegiatan pengelolaan DAS, sehingga kawasan lindung yang seharusnya dikonservasi menjadi rusak.

Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) merupakan daerah konservasi lingkungan di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah yang mempunyai luas 217.991 ha yang telah menarik perhatian dunia dalam kaitannya dengan fungsinya sebagai daerah resapan air, suaka keanekaragaman hayati, penyimpanan karbon dalam bentuk tegakan hutan, pendidikan lingkungan, penelitian, dan konservasi budaya masyarakat di sekitarnya, serta daerah tujuan wisata lokal dan mancanegara. Dalam peranannya mendukung kelestarian hutan, tanah, dan pemanfaatan sumber daya air bagi masyarakat di sekitarnya, TNLL telah memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah setiap tahun (Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam et al. 2001).

Salah satu DAS yang berada dalam kawasan TNLL adalah DAS Gumbasa yang terletak di bagian Utara kawasan TNLL, dengan kepadatan penduduk yang

Page 13: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

2

tidak merata, antara 4 sampai 570 jiwa/km2, dan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, yaitu 6,28 %/tahun (BPS 2006). Mata pencaharian utama masyarakat di DAS Gumbasa adalah sebagai petani yang menyebabkan kebutuhan lahan untuk pengembangan pertanian merupakan masalah mendasar di daerah tersebut.

DAS Gumbasa merupakan salah satu dari 22 DAS super prioritas, yang ditetapkan melalui surat keputusan bersama tiga menteri, yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan dan Menteri Pekerjaan Umum dengan Nomor 19 Tahun 1984; Nomor 059/Kpts-II/1984; dan Nomor 124/Kpts/1984, tanggal 4 April 1984, tentang Penanganan Konservasi Tanah dalam Rangka Pengamanan Daerah Aliran Sungai Prioritas. Dasar penetapan prioritas DAS tersebut adalah atas kriteria: 1) Daerah tersebut memiliki hidro-orologis kritis, ditandai oleh besarnya angka perbandingan antara debit maksimum (musim hujan) dan debit minimum (musim kemarau) serta kandungan lumpur (sediment load) yang berlebihan; 2) di daerah tersebut akan dibangun bangunan vital dengan investasi besar, berupa bendungan dan jaringan irigasinya; 3) daerah dengan tingkat kesadaran masyarakat terhadap usaha konservasi tanah dan air masih rendah; 4) daerah perladangan berpindah atau daerah dengan penggarapan tanah yang merusak tanah dan lingkungan; dan 5) daerah dengan kepadatan penduduk tinggi dan tingkat penutupan vegetasi yang rendah.

Perambahan hutan yang sangat intensif untuk dikonversi menjadi lahan pertanian oleh masyarakat di dalam Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), khususnya di DAS Gumbasa sejak tahun 1999 hingga sekarang telah menyebabkan penurunan fungsi hidrologi yang signifikan, sehingga dapat mengancam keseimbangan dinamik sumber daya air di taman nasional tersebut. Hasil penelitian Thaha (2001) dan Widjajanto et al. (2003) menunjukkan bahwa erosi tanah yang tinggi dan laju pengangkutan sedimen melayang (suspended load) pada Sungai Gumbasa bagian Hulu sekitar 14.000-20.000 ton/hari, hal ini berarti bahwa ekosistem DAS tersebut telah mengalami gangguan. Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinukaban et al. (2006) menunjukkan bahwa konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian tanaman coklat rakyat, tanaman pertanian semusim (jagung dan kacang tanah), semak belukar dan kebun vanili di DAS Nopu Hulu yang merupakan salah satu Sub DAS Gumbasa yang berada dalam wilayah TNLL telah menyebabkan terjadinya peningkatan erosi dan aliran permukaan yang sangat nyata dan menurunkan fungsi hidrologi DAS.

Page 14: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

3

Permasalahan

Pada tahun 1984, Pemerintah membangun bendungan pada outlet Sungai Gumbasa dan jaringan irigasinya dalam rangka peningkatan produksi pangan, khususnya beras (Ponulele 1988), dengan sistem irigasi teknis yang dapat mengairi sawah seluas ± 12.000 ha di Lembah Palu. Pada waktu itu, debit maksimum Sungai Gumbasa yang dibendung adalah 1.250 m3/detik dan debit minimum adalah 30 m3/detik. Jaringan irigasi Gumbasa membutuhkan suplai air dari Sungai Gumbasa, debit air yang diperlukan pada saluran induk kanan adalah 19,67 m3/detik atau 620 juta m3/tahun, sedangkan pada saluran induk kiri adalah 1,02 m3/detik atau 32 juta m3/tahun. Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdullah et al. (2005) menunjukkan bahwa data debit tahunan dari Sungai Gumbasa pada tahun 2004 hanya bisa memenuhi 48 % kebutuhan jaringan irigasi Gumbasa atau setara dengan 376 juta m3/tahun atau 12 m3/detik dari kebutuhan jaringan irigasi Gumbasa sebesar 779 juta m3/tahun atau 24,7 m3/detik. Selama musim kemarau, yaitu sekitar 70-80 hari (bulan September sampai Oktober) dalam setahun, seluruh air dari Sungai Gumbasa masuk ke saluran induk irigasi Gumbasa dengan debit rata-rata 6-8 m3/detik. Suplai air tersebut jauh di bawah kebutuhan air normal untuk daerah irigasi Gumbasa, yaitu 17 m3/detik atau 536 juta m3/tahun. Sungai Gumbasa telah bergeser dari kritis dengan Qmaks/Qmin sebesar 42 pada tahun 1984 menjadi sangat kritis dengan Qmaks/Qmin antara 156-208 pada tahun 2004.

Efektivitas pengelolaan DAS hanya dapat dicapai apabila ada kerjasama lintas sektor yang harmonis. Prinsip ”One Plan Strategy” merupakan paradigma yang penting untuk dikembangkan dalam sistem pengelolaan DAS dan konservasi tanah di Indonesia. Konsep pengembangan sumber daya lahan (hutan, tanah dan air) yang didasarkan atas pertimbangan DAS sebagai satuan pemantauan dan evaluasi dalam perencanaan pengembangan sumber daya akan memudahkan bagi seseorang perencana untuk membuat prakiraan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi di masa depan dan masalah ketidakpastian dalam perencanaan pengembangan sumber daya lahan dapat ditekan sekecil mungkin. Menurut Kartodihardjo et al. (2004), selain indikator ekologi, indikator yang penting untuk dipantau dan dievaluasi adalah kelembagaan DAS. Koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi dalam kelembagaan DAS perlu dipertimbangkan sebagai kriteria-kriteria dalam pemantauan dan evaluasi DAS, karena pengelolaan DAS melibatkan multi stakeholders.

Page 15: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

4

Fokus dan Ruang Lingkup Penelitian

Dipandang perlu melakukan penelitian yang difokuskan pada evaluasi kondisi aktual peran dan koordinasi lembaga lintas sektoral dalam konservasi sumber daya air dengan ruang lingkup studi kasus di DAS Gumbasa yang sebagian besar wilayahnya berada dalam kawasan TNLL.

Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini akan dilakukan kajian terhadap komponen lembaga dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa yang sebagian besar wilayahnya berada dalam kawasan TNLL, yaitu: peran organisasi, landasan peraturan perundang-undangan, fungsi koordinasi, instrumen prioritas, dan kinerja fungsi manajemen. Kerangka pemikiran penelitian ini disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis kelembagaan untuk mengetahui kondisi aktual peran dan koordinasi lembaga lintas sektoral dalam manajemen program konservasi sumber daya air dengan ruang lingkup studi kasus di DAS Gumbasa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam membenahi model konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa dan kawasan TNLL oleh organisasi pemerintah atau pihak-pihak lain yang terkait.

Degradasi Sumber Daya Air Di DAS Gumbasa

Konservasi Sumber Daya Air: Perencanaan bersifat top down, Pelaksanaan tidak

terkoordinasi, dan Pengawasan/kontrol yang lemah

Organisasi: Pemerintah (Pusat dan Daerah), Non Pemerintah (LSM),

Independen (Perguruan Tinggi, Pusat-Pusat Studi)

Pengelolaan Sumber Daya Air yang Tidak Optimal

Koordinasi Lintas Sektoral

Elemen yang Dikaji: 1. Organisasi yang berperan dalam konservasi sumber daya air. 2. Peraturan perundang-undangan yang melandasi konservasi sumber daya air. 3. Fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan) dalam konservasi sumber daya air. 4. Fungsi koordinasi dalam konservasi sumber daya air. 5. Instrumen prioritas dalam konservasi sumber daya air.

Kebijakan: UU, PP, Kepmen, Permen, Perda

Provinsi, Perda Kabupaten

Ketersediaan dan Akses Terhadap Data/Informasi dan Teknologi Konservasi

Sumber Daya Air

Mengetahui kondisi aktual peran dan koordinasi lembaga lintas sektoral dalam konservasi sumber daya air dengan ruang lingkup studi kasus di DAS Gumbasa

Page 16: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

TINJAUAN PUSTAKA

Daerah Aliran Sungai (DAS)

Pengertian DAS

Suatu alur yang panjang di permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan di sebut alur sungai dan perpaduan antara alur sungai dengan aliran yang di dalamnya disebut sungai (Sosrodarsono et al. 1985). Sungai adalah torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur air hujan secara alamiah dan material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu daerah pengaliran ke tempat yang lebih rendah dan akhirnya bermuara ke laut (Soewarno 1991).

Daerah aliran sungai (DAS) mempunyai karakter yang spesifik serta berkaitan erat dengan unsur-unsur utamanya, seperti: jenis tanah, topografi, geologi, geomorfologi, vegetasi dan tata guna lahan (Seyhan 1977). Karakteristik DAS dalam merespon curah hujan yang jatuh ditempat tersebut dapat memberi pengaruh terhadap besar kecilnya evapotranspirasi, infiltrasi, perkolasi, aliran permukaan, kandungan air tanah dan aliran sungai.

Dalam mempelajari ekosistem DAS, daerah aliran sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. Daerah hulu DAS dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut: merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lebih besar (15%), bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakai air ditentukan oleh pola drainase. Sementara daerah hilir DAS dicirikan sebagai berikut: merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai sangat kecil (< 8%), pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi, pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan). Daerah aliran sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua keadaan DAS yang berbeda tersebut di atas (Asdak 2004).

Definisi DAS menurut UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

Page 17: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

6

Menurut Sinukaban (2007b), dari segi erosi dan sedimentasi, DAS dapat dianggap sebagai suatu ekosistem, di mana perubahan yang terjadi di suatu bagian akan mempengaruhi bagian lain dalam DAS tersebut. Berbagai kegiatan dalam pengembangan DAS yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas air, yang pada gilirannya kualitas seluruh lingkungan hidup, adalah antara lain: penebangan hutan, penambahan permukiman, pembangunan pabrik, perubahan penggunaan lahan, penerapan teknik konservasi tanah dan air, perkembangan pertanian lahan kering termasuk tanaman pangan, tanaman perkebunan seperti tebu, karet, kelapa sawit, dan perubahan agroteknologi.

Definisi DAS untuk keperluan kajian institusi, yaitu: DAS dapat dipandang sebagai sumberdaya alam yang berupa stock dengan ragam pemilikan (private, common, state property), dan berfungsi sebagai penghasil barang dan jasa, baik bagi individu dan/atau kelompok masyarakat maupun bagi publik secara luas serta menyebabkan interdependensi antar pihak, individu dan/atau kelompok masyarakat. Definisi DAS secara teknis yang memberikan pemahaman terhadap faktor-faktor biofisik DAS biasanya akan mengantarkan para pengambil keputusan dan/atau para peneliti untuk mencari solusi masalah-masalah DAS dari sudut pandang teknologi. Sedangkan definisi DAS dari sudut pandang institusi akan mengantarkan pengambilan keputusan menunjuk pada hak-hak terhadap sumberdaya di dalam DAS, batas yurisdiksi pihak-pihak yang berada dalam DAS maupun bentuk-bentuk aturan perwakilan yang diperlukan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, wacana yang digunakan dalam pengambilan keputusan bukan seputar cara-cara yang digunakan (teknologi), melainkan bagaimana para pihak mempunyai kapasitas dan kemampuan untuk mewujudkan aturan main di antara mereka, termasuk kesepakatan dalam penggunaan teknologi itu sendiri, sehingga masing-masing pihak mempunyai kepastian hubungan yang sejalan dengan tujuan yang telah ditetapkan (Kartodihardjo et al. 2004)

Pengelolaan DAS

Pengelolaan DAS berarti pengelolaan sumber daya alam yang dapat pulih (renewable), seperti hutan, tanah dan air dalam sebuah DAS dengan tujuan untuk memperbaiki, memelihara dan melindungi keadaan DAS agar dapat menghasilkan hasil air (water yield), dan adanya peningkatan pendapatan masyarakat di dalam DAS. Menurut Kartodihardjo et al. (2004), pengelolaan DAS adalah pengelolaan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan yang ada di dalam DAS secara rasional

Page 18: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

7

dengan tujuan mencapai keuntungan maksimum dalam waktu yang tidak terbatas dengan risiko kerusakan lingkungan seminimal mungkin.

Mangundikoro (1985) mengemukakan bahwa untuk mencapai tujuan akhir dari pengelolaan DAS, yaitu terwujudnya kondisi yang optimal dari sumber daya hutan, tanah dan air, maka kegiatan pengelolaan meliputi empat upaya pokok, yaitu: 1) pengelolaan lahan melalui upaya konservasi tanah dalam arti yang luas; 2) pengelolaan air melalui pengembangan sumber daya air; 3) pengelolaan hutan, khususnya pengelolaan hutan yang memiliki fungsi perlindungan terhadap tanah dan air; dan 4) pembinaan kesadaran dan kemampuan manusia dalam penggunaan sumber daya alam secara bijaksana melalui usaha penerangan dan penyuluhan.

Hufschmidt (1986) dalam Asdak (2004), kerangka pemikiran pengelolaan DAS melibatkan tiga dimensi pendekatan analisis (standar). Ketiga dimensi pendekatan analisis pengelolaan DAS tersebut adalah: 1) pengelolaan DAS sebagai proses yang melibatkan langkah-langkah perencanaan dan pelaksanaan yang terpisah tetapi erat berkaitan; 2) pengelolaan DAS sebagai sistem perencanaan pengelolaan dan sebagai alat implementasi program pengelolaan DAS melalui kelembagaan yang relevan dan terkait; dan 3) pengelolaan DAS sebagai serial aktivitas yang masing-masing berkaitan dan memerlukan perangkat pengelolaan yang spesifik. Kombinasi ketiga unsur utama tersebut diharapkan memberikan gambaran yang menyeluruh tentang proses dan mekanisme pengelolaan DAS.

Pengelolaan sumber daya alam DAS adalah kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Karena itu masyarakat sebagai social capital harus diperhitungkan. Contoh keterkaitan sumber daya alam (natural capital) dan jumlah penduduk (social capital) dikemukakan oleh Helweg (1985), antara lain ketepatan mengestimasi kebutuhan air sangat bergantung pada keakuratan proyeksi jumlah penduduk. Di sinilah pentingnya pemahaman karakteristik sosial, ekonomi dan budaya masyarakat pada suatu DAS.

Permasalahan DAS adalah permasalahan lingkungan dan penyelesaiannya dapat ditempuh dalam dua versi. Pertama, penyelesaian permasalahan melalui solusi-solusi konkrit, misalnya masalah erosi dan sedimentasi harus diselesaikan melalui paket teknologi anti erosi dan anti sedimentasi. Kedua, pandangan yang mengarah pada solusi-solusi menyangkut tatanan sosial, ekonomi dan budaya. Artinya, penangananan masalah lingkungan DAS tidak selamanya mengarah pada aspek fisik, melainkan juga pada tatanan sosial yang dianggap mampu

Page 19: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

8

menyelesaikan persoalan lewat aplikasi yang bersifat sosial, ekonomi dan budaya (William 1995).

Menurut Widjajanto (2006), faktor-faktor penting yang mempengaruhi penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian di DAS Gumbasa adalah tipe penggunaan lahan, kesesuaian lahan, pendapatan petani, kerjasama lintas sektoral dalam pengelolaan DAS, konservasi tanah dan teknologi pasca panen. Faktor-faktor penting yang mempunyai pengaruh tinggi dan ketergantungan tinggi adalah tipe penggunaan lahan, kesesuaian lahan, pendapatan petani, kerjasama lintas sektoral dalam pengelolaan DAS. Sedangkan faktor-faktor penting yang mempunyai pengaruh tinggi dan ketergantungan rendah adalah konservasi tanah dan teknologi pasca panen.

Sumber Daya Air

Pengertian sumber daya air

Definisi dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air menyebutkan bahwa air adalah semua air yang terdapat pada, di atas maupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Sedangkan Kodoatie dan Sjarief (2005) mengemukakan bahwa air merupakan bagian dari sumber daya alam, juga bagian dari ekosistem secara keseluruhan.

UUD 1945 Pasal 33 ayat (3) menyebutkan bahwa pendayagunaan sumber daya air harus ditujukan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Pengertian yang terkandung di dalam amanat tersebut adalah bahwa negara bertanggungjawab terhadap ketersediaan dan pendistribusian potensi sumber daya air bagi seluruh masyarakat Indonesia, dan dengan demikian pemanfaatan potensi sumber daya air harus direncanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi prinsip-prinsip kemanfaatan, keadilan, kemandirian, kelestarian dan keberlanjutan. Sumber daya air adalah kemampuan dan kapasitas potensi air yang dapat dimanfaatkan oleh kegiatan manusia untuk kegiatan sosial ekonomi. Terdapat berbagai jenis sumber air yang umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat, seperti air laut, air hujan, air tanah, dan air permukaan. Dari keempat jenis air tersebut, sejauh ini air permukaan merupakan sumber air tawar yang terbesar digunakan oleh masyarakat.

Menurut Lier et al. (1994), sumber daya air mempererat hubungan antara perlindungan sumber daya alam dengan pengembangan daerah pertanian pada masa yang akan datang. Sehubungan dengan itu, pengelolaan sumber daya lahan,

Page 20: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

9

tanah dan air dalam sebuah DAS harus dilaksanakan dengan tetap mempertimbangkan fungsi ganda sumber daya tersebut (ekologis, ekonomi, dan sosial), secara terpadu dengan menggunakan pendekatan integrated watershed management yang meliputi bagian hulu sampai hilir (SMERI-UNDP 1997).

Pengelolaan sumber daya air

Grigg (1996) mendefinisikan pengelolaan sumber daya air sebagai aplikasi dari cara struktural dan non struktural untuk mengendalikan sistem sumber daya air alam dan buatan manusia untuk kepentingan/manfaat manusia dan tujuan-tujuan lingkungan. Pengelolaan sumber daya air terpadu (integrated water resources management) adalah sebuah proses yang mempromosikan koodinasi pengembangan dan pengelolaan air, tanah dan sumber-sumber terkait dengan tujuan untuk mengoptimalkan resultan ekonomis dan kesejahteraan sosial dalam perilaku yang cocok tanpa mengganggu kestabilan dari ekosistem-ekosistem penting (Global Water Pertnership Technical Advisory Commitee 2001 dalam Kodoatie dan Sjarief 2005).

Mengingat keberadaan air di suatu tempat dan di suatu waktu tidak tetap, artinya bisa berlebih atau kurang, maka air harus dikelola dengan bijak dengan pendekatan terpadu dan menyeluruh. Terpadu mencerminkan keterikatan dengan berbagai aspek, berbagai pihak (stakeholders) dan berbagai disiplin ilmu. Menyeluruh mencerminkan cakupan yang luas (broad coverage), melintas batas antar sumber daya, antar lokasi, hulu dan hilir, antar para pihak. Dengan kata lain pendekatan pengelolaan sumber daya air harus holistik dan berwawasan lingkungan. Semua aspek dan ilmu, antara lain: sosial, budaya, ekonomi, teknik, lingkungan, hukum dan bahkan politik terlibat dan saling bergantung. Semua pihak harus terlibat dan diperhitungkan baik langsung maupun tak langsung.

Kebanyakan persoalan sumber daya air berkaitan dengan waktu dan penyebaran aliran air. Kekeringan dan banjir adalah dua contoh klasik yang kontras tentang perilaku aliran air sebagai akibat perubahan kondisi tata guna lahan dan faktor meteorologi. Pengelolaan vegetasi, khususnya vegetasi hutan dapat mempengaruhi waktu dan penyebaran aliran air. Penebangan hutan yang meluas di hutan tropis Indonesia dapat memberikan kemungkinan yang lebih besar dalam meningkatkan debit aliran. Hal ini terutama berkaitan dengan kenyataan bahwa sumber air hujan yang jatuh di hutan tropis Indonesia sebagian besar berasal dari penguapan air laut, bukan dari hasil evapotranspirasi vegetasi hutan tropis di tempat tersebut. Oleh karenanya, berkurangnya kapasitas simpan

Page 21: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

10

tajuk (canopy storage capacity) sebagai akibat penebangan hutan akan meningkatkan debit aliran di daerah tersebut karena besarnya masukan curah hujan relatif tidak berubah (Asdak, 2004).

Hubungan kondisi hutan dan hasil air Perubahan tata guna lahan pada kawasan konservasi menjadi kawasan

terbangun dapat menimbulkan banjir, tanah longsor dan kekeringan. Banjir

adalah aliran/genangan air yang menimbulkan kerugian ekonomi atau bahkan

menyebabkan kehilangan jiwa (Asdak 2004). Aliran/genangan air ini dapat

terjadi karena adanya luapan-luapan pada daerah di kanan atau kiri sungai akibat

alur sungai tidak memiliki kapasitas yang cukup bagi debit aliran yang lewat

(Sudjarwadi 1988). Hal tersebut terjadi karena pada musim penghujan air hujan

yang jatuh pada daerah tangkapan air (catchments area) tidak banyak yang dapat

meresap ke dalam tanah melainkan lebih banyak melimpas sebagai debit air

sungai. Jika debit sungai ini terlalu besar dan melebihi kapasitas tampung sungai,

maka akan menyebabkan banjir.

Hutan mempunyai peranan sangat penting dalam pengendalian besar

limpasan permukaan, terutama sekali fungsi hutan dalam intersepsi dan infiltrasi.

Gerakan air tampungan di dalam tanah dipengaruhi oleh ukuran butiran tanah,

bahan-bahan organik dan flora dan fauna tanah. Perubahan penggunaan lahan

mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap laju dan kapasitas infiltrasi

tanah. Apabila suatu kawasan hutan alam dengan lapisan mulsa tebal dikonversi

menjadi lahan pertanian, menyebabkan kehilangan vegetasi penutup di atasnya

dan dapat menimbulkan kerusakan tanah. Hal ini antara lain disebabkan oleh

karena meningkatnya temperatur tanah yang meningkatkan kegiatan mikroba

tanah. Akibatnya proses pelapukan bahan organik berlangsung lebih cepat. Laju

infiltrasi menurun cepat setelah pembukaan hutan. Hal ini disebabkan oleh karena

pengaruh gaya pukul butir-butir hujan yang langsung menimpa permukaan tanah,

sehingga merusak struktur tanah di permukaan (Harto 1993).

Sinukaban et al. (2000) telah mempelajari perubahan sistem hidrologi di

DAS Way Besay sebagai akibat perubahan penggunaan lahan hutan menjadi areal

budidaya pertanian. Berkurangnya luas hutan sejak periode 1975-1998

menyebabkan meningkatnya debit sungai yang melebihi kriteria lebih besar dari

15, 25, dan 35 m3/detik. Perubahan tersebut disebabkan karena berkurangnya

Page 22: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

11

tajuk pohon, berkurangnya evapotranspirasi, dan kerusakan struktur tanah lapisan

atas (top soil) sebagai akibat terjadinya erosi tanah.

Menurut Priyono (2002), pembukaan lahan karena penebangan hutan alam

juga akan mempengaruhi kecepatan dekomposisi bahan organik, aktivitas mikroba

dan fauna tanah di samping mempengaruhi karakteristik infiltrasi tanah dan

erodibilitas tanah. Pengertian umum bahwa kompleks tanah hutan, perakaran dan

serasah maupun mulsa akan berfungsi seperti spon yang menyerap air selama

musim hujan dan melepaskannya kembali pada musim kemarau. Meskipun tanah

hutan umumnya mempunyai laju dan kapasitas infiltrasi yang tinggi dibandingkan

dengan tanah yang bahan organiknya rendah, tetapi lebih banyak kandungan air

ini dikonsumsi kembali oleh hutan daripada untuk kontinuitas aliran. Hal inilah

yang menyebabkan adanya vegetasi hutan bisa mengurangi hasil air di sungai. Di

sisi lain penyerapan curah hujan oleh tajuk hutan melalui intersepsi dapat

mencapai 35% dari curah hujan, yang kemudian diuapkan kembali ke atmosfer.

Kondisi penutupan vegetasi akan mempengaruhi kondisi hidrologi suatu

DAS, atau dengan kata lain kondisi vegetasi dalam suatu DAS akan

menggambarkan tingkat kondisi DAS yang bersangkutan. DAS dengan kondisi

vegetasi yang terbuka (jelek) dapat memberikan gambaran bahwa kondisi

hidrologi DAS yang bersangkutan sangat kritis, sebaliknya DAS dengan kondisi

penutupan vegetasi yang baik dapat memberikan gambaran bahwa hidrologi DAS

yang bersangkutan dalam kondisi yang baik pula (Ngadiono 2004).

Sinukaban (2006) mengemukakan bahwa dampak kerusakan DAS terhadap

kondisi sumber daya air dapat menyebabkan banjir di musim hujan dan

kekeringan di musim kemarau. Penyebab banjir karena sebagian besar dari air

hujan yang jatuh ke bumi, tidak masuk ke dalam tanah mengisi aquifer, tetapi

mengalir di atas permukaan tanah lalu masuk ke sungai dan mengalir sebagai

banjir ke bagian hilir. Hal ini dapat terjadi disebabkan karena kapasitas infiltrasi

tanah sudah menurun. Faktor utama penyebab kerusakan DAS yang

mengakibatkan menurunnya infiltrasi adalah: 1) alih fungsi lahan yang

menyebabkan hilang/rusaknya penutupan vegetasi permanen/hutan di bagian hulu;

2) penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya; dan 3) teknologi

pengelolaan lahan/DAS yang tidak memenuhi syarat yang diperlukan.

Page 23: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

12

Menurut Sinukaban (2007b), apabila ada kegiatan di bagian atas suatu DAS,

maka kegiatan tersebut dapat mempengaruhi aliran air di bagian hilir, baik dari

segi kuantitatif maupun kualitatif. Penebangan hutan secara sembarangan di

daerah hulu suatu DAS dapat mengganggu distribusi aliran di bagian hilir. Pada

musim hujan jumlah air akan terlalu banyak, bahkan sering menimbulkan banjir,

tetapi di musim kemarau jumlah air akan sangat sedikit (kering). Di samping itu

kualitas air sungai pun akan menurun, karena sedimen yang terangkut akibat

meningkatnya erosi. Perubahan penggunaan lahan atau penerapan agroteknologi

yang tidak cocok pun dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas air yang

mengalir ke bagian hilir.

Berkaitan dengan hasil sedimen dalam suatu aliran air, hasil-hasil penelitian

menyimpulkan bahwa ada atau tidaknya vegetasi hutan alam akan sangat

menentukan jumlah sedimen dalam aliran air sungai sebagai hasil erosi

permukaan. Terjadinya gerakan tanah yang dangkal juga akan meningkat dengan

hilangnya vegetasi hutan alam. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka

disarankan untuk tidak melakukan konversi hutan alam menjadi penggunaan lahan

yang lainnya.

Kelembagaan Pengelolaan DAS

Pengertian kelembagaan

Menurut Kartodihardjo et al. (2000), kelembagaan adalah seperangkat

ketentuan yang mengatur masyarakat, yang mana masyarakat tersebut telah

mengakses kesempatan-kesempatan yang tersedia, bentuk-bentuk aktivitas yang

dapat dilakukan oleh pihak tertentu terhadap pihak lainnya, hak-hak istimewa

yang telah diberikan serta tanggungjawab yang harus mereka lakukan.

Kesempatan yang tersedia adalah kesempatan dalam lingkungan, tergantung dari

aturan-aturan yang digunakan, baik yang bersifat formal seperti aturan

pemerintah, maupun non formal seperti kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, dan

sebagainya.

Menurut Tajuddin (1999), kelembagaan adalah seperangkat tata nilai, aturan

main, dan aspirasi yang bersifat unik dalam dimensi ruang dan waktu, di mana

secara formal kelembagaan itu sendiri harus bersifat dinamis dalam arti adaptif

terhadap perubahan. Berdasarkan pandangan sebagai aturan main, dapat dipahami

Page 24: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

13

adanya perbedaan pengertian antara kelembagaan sebagai institusi dan

kelembagaan sebagai organisasi.

Hayami dan Kikuchi (1987) mengemukakan bahwa kelembagaan sebagai

aturan main (rule of the game) dalam interaksi interpersonal diartikan sebagai

seperangkat aturan, baik formal, maupun informal tentang tata hubungan manusia

dan lingkungannya yang menyangkut hak-hak dan tanggung jawab. Sedangkan

kelembagaan dalam konteks organisasi lebih mengarah kepada mekanisme

administrasi dan kewenangan.

Kelembagaan sebagai aturan main berarti memberikan kesempatan

sekaligus kendala (tergantung darimana kita melihatnya) bagi perkembangan

perilaku masyarakat terhadap sumber daya alam, misalnya tata air. Sedangkan

sebagai organisasi, dapat merupakan potensi atau sebaliknya, tergantung apakah

organisasi itu bersifat adaptif atau inovatif (Pakpahan 1997).

Dalam pengelolaan DAS, apakah kelembagaan itu dipandang sebagai aturan

main atau organisasi juga diuraikan oleh Danida (1998), yaitu untuk

mengembangkan perencanaan pengelolaan sumber daya DAS dengan merangkum

seluruh pihak-pihak terkait yang multi sektor/multi disiplin, melalui kerjasama

untuk mendorong partisipasi masyarakat secara langsung dalam pengelolaan

DAS. Berdasarkan pengertian ini, berarti aturan main yang sesuai dengan tujuan

yang seharusnya dicapai akan memberikan kesempatan kepada stakeholders untuk

berperilaku yang mendukung tercapainya tujuan.

Menurut Pasaribu (1996), status kelembagaan sebagai suatu organisasi, di

mana suatu organisasi dapat dikatakan melembaga apabila organisasi tersebut

telah mendapatkan status khusus dan pengakuan (legitimate) dari masyarakat,

karena mereka telah mendapatkan kepuasan atas kebutuhan mereka. Kebijakan

tidak akan berjalan jika tidak ditunjang oleh wadah organisasi yang melembaga di

masyarakat. Gejala ketidakmelembagaan suatu organisasi merupakan salah satu

bukti lemahnya fungsi pengorganisasian (regulative institution) yang ada di

dalamnya.

Didu (2001) mengemukakan bahwa dalam kelembagaan terdapat tiga

komponen utama, yaitu: 1) organisasi, 2) fungsi, dan 3) aturan main. Komponen

yang ketiga, yaitu aturan main yang mengatur organisasi (pemerintah/swasta) dan

individu, agar dapat berperan melakukan tugas sesuai dengan kewenangan

Page 25: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

14

masing-masing. Oleh karena itu, kelembangaan merupakan suatu sistem yang

mengatur apa yang seharusnya dan yang tidak seharusnya dilakukan oleh

organisasi dan/atau individu. Sebagai suatu sistem, di dalamnya terdapat tiga

aturan yang sangat mendasar, yaitu: 1) batas kewenangan (yurisdictional

boundary), 2) hak kepemilikan (property right), dan 3) aturan perwakilan (rules of

representation).

Batas kewenangan adalah menentukan siapa, dan apa yang tercakup dalam

suatu organisasi (Kartodihardjo et al. 2000). Sedangkan Anwar (2000)

mengemukakan bahwa batas kewenangan terhadap sumber daya, dana, dan tenaga

dalam suatu organisasi, termasuk mengatur laju pemanfaatan dan pendistribusian

manfaat sumber daya sehingga dapat diperoleh keberlanjutan.

Hak kepemilikan adalah mengatur seluruh aktivitas untuk mencapai

keteraturan interaksi antara manusia dan lingkungannya, sehingga mencerminkan

kedua prinsip umum, yaitu spesifikasi sosial dan lingkup ekosistem. Dari

pengertian ini dapat disimpulkan bahwa hak kepemilikan adalah hak sosial yang

dimiliki baik secara individu, kelompok, dan atau masyarakat umum atas sumber

daya tertentu yang diatur oleh aturan, baik secara formal, non formal (adat

kebiasaan) yang berlaku dan mengatur hubungan-hubungan sosial

kemasyarakatan. Hak kepemilikan yang berlaku di masyarakat seperti

dikemukakan oleh Kartodihardjo (1999), misalnya adanya perbedaan bentuk

kepemilikan terhadap lahan, yaitu: 1) pemilikan individu (private property), 2)

pemilikan kelompok (common property), dan 3) pemilikan negara (state

property). Aturan representasi (rules of reprecentation), mengatur siapa saja yang

boleh dan tidak boleh ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Aturan

representasi mengatur siapa saja yang berhak berpartisipasi dalam proses

pengambilan keputusan, keputusan apa yang akan diambil, dan apa akibatnya

terhadap keragaan (performance) yang ditentukan oleh aturan perwakilan atau

representasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan.

Peranan kelembagaan dalam pengelolaan DAS Apabila kelembagaan diartikan sebagai aturan main dalam pengelolaan

DAS, maka dapat dipastikan bahwa kelembagaan tersebut sangat menentukan

kelangsungan fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan, khususnya

dalam pengelolaan sumber daya air dan kehutanan. Kartodihardjo et al. (2000)

Page 26: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

15

mengemukakan bahwa terdapat dua faktor yang menghambat, sehingga fungsi

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan tidak berjalan, yaitu: 1) aspek

kebijakan (policy), seperti lemahnya koordinasi antar instansi terkait dalam

penyelenggaraan pengelolaan DAS; 2) aspek teknis pelaksanaan pengelolaan

DAS, seperti kurangnya program peningkatan SDM, rendahnya inovasi teknologi

dan belum tersedianya standar pelaksanaan kegiatan dan standar hasil. Kedua

faktor ini sudah merupakan masalah umum kelembagaan, khususnya dalam

kelembagaan pengelolaan DAS.

Menurut Darajati (2001), pemerintah pusat dan daerah, serta masyarakat

pada umumnya memiliki empat faktor pokok beban/tanggung jawab dalam

pengelolaan DAS, yaitu: 1) pengelolaan lahan; 2) pengelolaan air; 3) pengelolaan

vegetasi; dan 4) pengelolaan aktivitas manusia dalam menggunakan sumber daya

alam. Keempat faktor tersebut merupakan kegiatan utama dalam pengelolaan

DAS yang harus melibatkan berbagai organisasi/kelompok dan individu, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Untuk melibatkan berbagai organisasi,

diperlukan koordinasi dan ini merupakan faktor yang sangat penting, bahkan

menjadi kunci keberhasilan pengelolaan DAS. Lemahnya koordinasi sering

menjadi kendala utama, sehingga hubungan antar komponen dalam sistem

pengelolaan DAS menjadi tidak stabil.

Terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan kelembagaan

pengelolaan DAS, yaitu: 1) lemahnya koordinasi sektor-sektor pemerintah daerah

sebagai unsur institusi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air, baik

dari segi kuantitas maupun kualitas, padahal mereka adalah tenaga teknis dan

fasilitator yang paling dekat dengan wilayah DAS; 2) perencanaan pengelolaan

DAS belum sepenuhnya terintegrasi dalam perencanaan pembangunan daerah

serta masih rendahnya partisipasi masyarakat; 3) adanya situasi yang kurang

kondusif bagi peningkatan produktivitas yang diperlukan untuk mendukung

peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan sebagai usaha pelestarian

keseimbangan lingkungan; 4) adanya sikap yang kurang responsif terhadap upaya

pembangunan jangka panjang demi peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui

pengelolaan sumber daya alam lestari; 5) pembangunan pertanian dan

pembangunan pada umumnya lebih terkonsentrasi pada daerah hilir (low land),

sehingga daerah hulu (up land), tidak merasa diuntungkan oleh program-program

Page 27: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

16

yang didanai oleh pemerintah; dan 6) rendahnya produktivitas pertanian di

berbagai daerah, sehingga lahan tidak dapat dijadikan satu-satunya penopang

kehidupan masyarakat miskin di pedesaan.

Timbulnya masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai akibat

adanya fungsi perencanaan dan analisis strategi yang tidak kondusif.

Kartodihardjo et al. (2000) mengemukakan bahwa hal ini disebabkan oleh

lemahnya aspek kebijakan dan teknis pelaksanaan. Demikian pula menurut

Bastaman (2000) bahwa permasalahan kelembagaan dalam pengelolaan DAS

berkaitan dengan ketiadaan ikatan koordinatif yang kuat dalam pencapaian tujuan,

sehingga kebijakan pengelolaan DAS sering tidak sejalan dengan kebijakan

masing-masing sektor.

Lemahnya koordinasi juga telah dikeluhkan oleh pemerintah, baik di tingkat

pusat maupun di daerah. Diperlukan adanya penataan kelembagaan dan

penegakan hukum dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Kegiatan pokok yang perlu dilakukan antara lain adalah: 1) menata institusi dan

aparatur pengelola sumber daya alam dan lingkungan di provinsi dan

kabupaten/kota; 2) menetapkan peraturan yang mengatur kewenangan dan

tanggung jawab daerah dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan

hidup; 3) menguatkan institusi pengendalian dampak lingkungan di daerah; 4)

menyusun undang-undang dan perangkat hukum di bidang pengelolaan sumber

daya alam dan lingkungan hidup; 5) meningkatkan peranserta dan pengakuan atas

hak/kepemilikan masyarakat lokal dan adat dalam pengelolaan sumber daya alam

dan lingkungan; dan 6) mengembangkan kelembagaan pendanaan pengelolaan

sumbedaya alam dan lingkungan hidup melalui insentif/disinsentif mekanisme

pasar. Sehubungan dengan hal tersebut, Sudradjat dan Yustina (2002)

mengharapkan adanya satu lembaga yang bisa menghubungkan antara

kepentingan pusat, provinsi dan kabupaten serta seluruh stakeholder terkait dalam

pemecahan masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan secara sendiri-sendiri

dalam bentuk forum kerjasama.

Untuk mewujudkan realisasi kebijakan yang belum terwujud dalam

penyusunan rencana strategi daerah (Renstrada) masing-masing dinas di provinsi

dan kabupaten/kota, maka kapabilitas individu (personil) merupakan faktor

penting. Kapabilitas individu yang dimaksudkan tidak hanya sebatas kemampuan

Page 28: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

17

intelektual, tetapi juga kemampuan kerjasama dalam tim, meliputi aspek

psikososial, seperti kemampuan memahami pendapat orang lain, menghargai

kesepakatan dan gagasan yang berbeda-beda, serta bermoral tinggi. Pakpahan

(1997) mengemukakan bahwa kapabilitas individu bergantung pada pengetahuan

intelektual maupun nilai-nilai moral yang mampu mewarnai perilakunya. Oleh

karena itu, pengembangan institusi tanpa diikuti pengembangan sikap dan nilai-

nilai moral sebagai basis peningkatan kapabilitas individu akan kurang bermakna,

bahkan sebaliknya kelembagaan yang ada akan melahirkan beban sosial baru bagi

masyarakat.

Menurut Kartodihardjo et al. (2000), berkaitan dengan kelembagaan

pengelolaan DAS dapat dinilai efisien tetapi tidak efektif, di satu sisi pemerintah

pusat sangat kuat dalam hal penetapan kebijakan, tetapi pada sisi lainnya tidak

berdaya dalam hal pelaksanaan dan pengendaliannya. Pemerintah dan juga

masyarakat mengetahui bahwa kinerja administrasi kurang dapat menggambarkan

realita di lapangan, tetapi hal tersebut masih tetap dilakukan. Sepanjang kinerja

administrasi belum dapat dibenahi, akan semakin banyak kebijakan yang hanya

mampu berperan sebagai kebijakan birokrasi, yang pertanggungjawabannya hanya

sebatas laporan-laporan berkala yang tidak sesuai dengan realita di lapangan.

Permasalahan kelembagaan dalam pengelolaan DAS bukan hanya sebatas

permasalahan seberapa banyak kebijakan yang telah dan akan dirumuskan.

Namun, yang terpenting adalah bagaimana kebijakan yang dihasilkan dapat

diterapkan dan diadopsi oleh masyarakat. Di sinilah perlunya keterpaduan antara

pemangku kepentingan, mulai dari aparat pemerintah hingga ke masyarakat petani

sebagai pelaksana kunci di lapangan. Untuk merubah perilaku kelembagaan ke

dalam suatu kondisi yang diharapkan, harus dimulai dari perubahan tatanan nilai-

nilai, sikap dan moral individu antar sektor maupun masyarakat umum.

Barlowe (1986) mengemukakan bahwa faktor kelembagaan yang

berpengaruh terhadap pola penggunaan lahan selain aturan dan perundang-

undangan yang dibuat oleh pemerintah, juga faktor-faktor yang terkait dengan

sosial budaya masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Sys and Debaveye. (1991) bahwa selain sumber daya fisik,

sumber daya manusia dan sumber daya modal juga merupakan sumber daya

utama yang mempengaruhi penggunaan lahan.

Page 29: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

18

Kedua pendapat tersebut memberikan konsep pemikiran bahwa

bagaimanapun kelembagaan itu dapat melahirkan kebijakan-kebijakan yang

dinilai bagus, tetapi jika tidak sinkron dengan sosial ekonomi dan budaya

masyarakat, maka mustahil akan teradopsi oleh sektor-sektor terkait dalam

masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, kelembagaan yang baik adalah

adanya suatu lembaga yang mampu melahirkan kebijakan-kebijakan yang dapat

mengatur fungsi dan aktivitas sumber daya manusia dan penggunaan modal ke

arah terwujudnya penggunaan lahan yang rasional serta mampu menekan laju

kerusakan sumber daya air dan kehutanan.

Konflik kelembagaan pengelolaan DAS dapat diidentifikasi dengan

mencermati berbagai paradoks, seperti diuraikan oleh Kartodihardjo et al. (2000),

misalnya: 1) lahan kritis digunakan sebagai lahan pertanian dengan hasil jangka

pendek yang rendah, meskipun diketahui jika ditanami tanaman jangka panjang

akan memberikan keuntungan ekonomi yang lebih tinggi; 2) pelaksanaan

reboisasi dan penghijauan lebih berhasil di wilayah hilir, sedangkan sebenarnya

yang lebih diperlukan adalah di wilayah hulu; dan 3) pelaksanaan reboisasi dan

penghijauan hanya berhasil sampai tahun ke empat, sedangkan manfaat yang

diharapkan adalah tujuan jangka panjang. Hal ini merupakan bukti bahwa peran

kelembagaan selama ini belum seperti yang diharapkan, sehingga kebijakan yang

dihasilkanpun belum memuaskan pihak masyarakat dan pemerintah.

Selama periode orde baru dan era reformasi, perumusan kebijakan

pengelolaan DAS didasarkan pada masalah-masalah yang menyangkut kondisi

fisik DAS, yaitu: 1) luas dan semakin meluasnya lahan kritis; 2) semakin

berkurangnya tutupan hutan permanen; 3) erosi dan sedimentasi yang semakin

meningkat; 4) semakin besarnya fluktuasi debit air sungai; dan 5) terjadinya

peristiwa banjir dan kekeringan yang silih berganti. Kondisi yang tidak

diinginkan tersebut langsung diatasi melalui berbagai kebijakan, baik berupa

perintah untuk melakukan sesuatu, atau pelarangan yang disertai petunjuk

pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis). Kartodihardjo et al. (2000)

mengemukakan bahwa dari pengalaman-pengalaman masa lalu, pendekatan

tersebut terbukti tidak dapat lagi digunakan sebagai titik tolak perumusan

kebijakan. Oleh karena itu, diperlukan identifikasi permasalahan melalui

Page 30: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

19

pendekatan yang dianggap lebih akurat dalam merumuskan kebijakan yang sesuai,

yaitu kebijakan yang mampu merubah perilaku masyarakat, termasuk dunia usaha.

Perencanaan tidak berarti selesai setelah dihasilkannya dokumen rencana,

tetapi sebagai proses yang berulang dan mengait aktivitas-aktivitas pengelolaan

DAS. Langkah-langkah penyusunan pengelolaan DAS, yaitu: 1) identifikasi

karakteristik DAS; 2) identifikasi masalah; 3) perumusan tujuan dan sasaran; 4)

identifikasi dan evaluasi alternatif kegiatan, penyusunan rencana indikatif dan

kegiatan, serta legitimasi dan sosialisasi rencana. Hal tersebut yang dimaksudkan

oleh Rustiadi et al. (2007) bahwa proses perencanaan dilakukan dengan menguji

berbagai arah pencapaian tujuan, mengkaji berbagai ketidakpastian, mengukur

kemampuan (kapasitas) yang kita miliki, kemudian memilih sasaran yang terbaik

dan menentukan langkah-langkah untuk mencapai tujuan. Dalam memilih sasaran

terbaik dan menentukan langkah-langkah untuk mencapai tujuan, dibutuhkan

sejumlah pengetahuan yang komprehensif. Oleh karena itu, pendekatan rasional

dapat juga disebut pendekatan yang komprehensif. Perencanaan, kebijakan dan strategi tidak dapat dipahami secara terpisah,

karena kebijakan dan strategi adalah bagian dari perencanaan. Hal tersebut dijelaskan oleh Swastha dan Sukotjo (2000) bahwa perencanaan dapat dilihat dari enam sudut pandang, yaitu: 1) tujuan (objective); 2) kebijakan (policy); 3) strategi; 4) prosedur; 5) aturan (rule); dan 6) program. Kebijakan adalah suatu pernyataan atau pengertian untuk menyalurkan pikiran dalam mengambil keputusan terhadap tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan, sedangkan strategi adalah tindakan penyesuaian dari rencana yang telah dibuat akibat dari adanya berbagai reaksi.

Perbedaan antara kebijakan dan strategi juga dikemukakan oleh Didu (2001) bahwa kebijakan adalah rangkaian konsep dan dasar yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan dan lebih bersifat makro. Sedangkan strategi lebih mengarah pada aturan-aturan yang menyangkut perencanaan dan pelaksanaan secara teknis dalam skala jangka pendek dan lebih bersifat mikro.

Jika dipandang dari kepentingan fungsi-fungsi manajemen pembangunan, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan, maka yang terpenting adalah fungsi perencanaan. Menurut David (1998), semua aktivitas manajemen untuk mendukung upaya pencapaian tujuan pembangunan harus dilaksanakan setelah fungsi perencanaan dilaksanakan lebih dahulu.

Page 31: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

METODOLOGI

Waktu dan Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan April-September 2008 di DAS

Gumbasa yang memiliki luas 126.617 ha, di mana 49.178 ha (38,84 %) berada di

luar kawasan TNLL dan 77.439 ha (61,16 %) dalam kawasan TNLL. DAS ini

terletak di bagian Utara kawasan TNLL yang berada sekitar 60 kilometer sebelah

Selatan Kota Palu dan secara geografis terletak antara 01°08’ - 01°54’ LS dan

119°58’ - 120°16’BT. DAS Gumbasa merupakan salah satu sub DAS dari DAS

Palu yang terletak di Kecamatan Palolo, Kecamatan Gumbasa, dan Kecamatan

Konservasi Lindu, Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Lokasi

penelitian disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Bahan dan Peralatan

Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner,

literatur, alat tulis, tape recorder, kamera, komputer PC, perangkat lunak model

ISM VAXO, Microsoft Office 2003 dan ArcView 3.3.

DAS Gumbasa Hilir DAS Lindu DAS Sopu

Page 32: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

21

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui pendekatan sistem pakar (expert system approach) dengan menggunakan metode survei. Dalam penelitian ini digunakan kombinasi antara model Interpretative Structural Modelling (ISM) dan model Analytical Hierarchy Process (AHP).

Tahapan Penelitian

Penelitian dibagi ke dalam empat tahap kegiatan, yaitu: 1) persiapan penelitian dan studi pustaka; 2) pengumpulan data lapangan; 3) pengolahan data dan analisis data; dan 4) pembahasan hasil penelitian tentang kondisi aktual peran dan koordinasi lembaga lintas sektoral dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa. Tahapan kegiatan penelitian seperti ditunjukkan pada Gambar 3.

Penetapan sampel/responden

Penetapan sampel dilakukan melalui teknik purposive sampling, di mana sampel atau responden ditentukan oleh peneliti dengan ketentuan mewakili personil pada bidang atau lembaga masing-masing. Menurut Saaty (1986) dan Eriyatno (1998), penelitian dengan model analisis ISM dan AHP tidak membutuhkan jumlah sampel yang besar. Jumlah ahli/praktisi yang dijadikan sebagai sampel yang disyaratkan cukup beberapa orang dengan prioritas yang memiliki tingkat pemahaman, penguasaan, dan terlibat langsung dalam bidang tugas konservasi sumber daya air. Untuk memenuhi kebutuhan data yang dapat menunjang pencapaian tujuan dalam penelitian ini, ditetapkan sejumlah responden yang terdiri atas pakar/praktisi yang terdistribusi pada instansi pemerintah, perguruan tinggi dan tokoh masyarakat adat/pendatang serta petani, seperti tersaji pada Tabel 1.

Jenis dan sumber data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder (dokumentasi) seperti disajikan pada Tabel 2. Data primer yang digunakan adalah data kualitatif berupa informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan diskusi dengan responden atau stakeholder yang terlibat langsung dalam perumusan dan implementasi konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan melalui penelusuran berbagai pustaka yang tersedia, baik di instansi pemerintah dan swasta, publikasi hasil penelitian, dan berbagai kajian, serta peta-peta yang mendukung.

Page 33: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

22

Gambar 3. Tahapan Penelitian

Sumber:

Survei melalui wawancara dengan responden terdiri dari stakeholder yang mengetahui permasalahan dan kondisi sumber daya air dalam DAS Gumbasa dan kawasan TNLL dari berbagai organisasi pemerintah terkait, perguruan tinggi, masyarakat pendatang dan masyarakat adat di dalam dan di sekitar DAS Gumbasa dan kawasan TNLL.

Sumber: 1. Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL) 2. Balai Pengelolaan DAS (BPDAS) Palu-Poso 3. Balai Wilayah Sungai Sulawesi III (BWSS III) 4. Badan Pertanah Nasional (BPN) 5. Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan 6. Dinas Kehutanan 7. Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah 8. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 9. Dinas Tata Ruang

Tujuan Penelitian

Pengolahan dan Analisis Data: Interpretative Structural Modelling (ISM)

Analytical Hierarchy Process (AHP)

Identifikasi Permasalahan

Telah terjadi penurunan fungsi hidrologi DAS dan peningkatan beban erosi tanah di

DAS Gumbasa Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah

Data Primer Data Sekunder

Studi Pustaka

Pengumpulan Data: Organisasi, peraturan perundang-undangan,

fungsi koordinasi, instrumen Prioritas, dan fungsi manajemen

Pembahasan Hasil Penelitian: Kondisi Aktual Peran dan Koordinasi Lembaga Lintas Sektoral dalam Konservasi

Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Kondisi Umum Wilayah DAS Gumbasa

Page 34: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

23

Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Organisasi Pemerintah dan Masyarakat

No. Organisasi Pemerintah dan Masyarakat Responden Keterangan 1. Seksi Program Balai Pengelolaan DAS (BPDAS) Palu-Poso 1 Kuisioner 2. Seksi Kelembagaan Balai Pengelolaan DAS (BPDAS) Palu-

Poso 1 Kuisioner

3. Seksi Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Balai Wilayah Sungai Sulawesi III (BWSS III) 1 Kuisioner

4. Bidang Teknis Konservasi Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL) 1 Kuisioner

5. Bidang Sumber Daya Air Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah 1 Kuisioner

6. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah 1 Kuisioner

7. Bidang Lingkungan Hidup Bappedalda Provinsi Sulawesi Tengah 1 Kuisioner

8. Bidang Pemantauan dan Pemulihan Bappedalda Provinsi Sulawesi Tengah 1 Kuisioner

9. Subdin Penatagunaan Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah 1 Kuisioner

10. Subdin Perlindungan Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah 1 Kuisioner

11. Subdin Pengembangan Sumber Daya Air Dinas Kimpraswil Provinsi Sulawesi Tengah 1 Kuisioner

12. Subdin Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tengah 1 Kuisioner

13. Subdin Prasarana Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tengah 1 Kuisioner

14. Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSL) Universitas Tadulako 1 Kuisioner 15. Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda Kabupaten Donggala 1 Kuisioner 16. Subdin Rehabilitasi Lahan dan Perlindungan Hutan Dinas

Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Donggala 1 Kuisioner

17. Seksi Irigasi Dinas Prasarana Wilayah Kabupaten Donggala 1 Kuisioner 18. Bapedalda Kabupaten Donggala 1 Kuisioner 19. Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan Kantor BPN

Kabupaten Donggala 1 Kuisioner

20. Subdin Sarana Prasarana dan Agribisnis Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Donggala 1 Kuisioner

21. Badan Koordinasi Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah 1 Kuisioner

22. Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan Kanwil BPN Provinsi Sulawesi Tengah 1 Kuisioner

23. Tokoh Adat dan Pendatang dalam wilayah DAS Gumbasa 2 Lisan 24. Masyarakat dalam wilayah DAS Gumbasa 4 Lisan

Jumlah Responden 28

Page 35: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

24

Tabel 2. Data Primer dan Sekunder yang Digunakan Dalam Penelitian

No. Jenis Data Kegunaan Data Sumber Data

Datar Primer:

1. Informasi tentang organisasi yang berperan dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

Untuk mengidentifikasi organisasi yang berperan utama dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

Wawancara dengan Responden

2. Informasi tentang peraturan perundang-undangan yang melandasi konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

Untuk Mengidentifikasi peraturan perundang-undangan yang melandasi konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

Wawancara dengan Responden

3. Informasi tentang fungsi koordinasi dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

Untuk menganalisis fungsi koordinasi dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

Wawancara dengan Responden

4. Informasi tentang instrumen prioritas dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

Untuk menganalisis Informasi tentang instrumen prioritas dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa

Wawancara dengan Responden

5. Informasi tentang kinerja fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan) dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

Untuk menganalisis fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan) dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

Wawancara dengan Responden

Data Sekunder:

1. Biofisik : - Penggunaan lahan - Status hutan

Mendeskripsikan luas dan sebaran geografis jenis penggunaan lahan DAS Gumbasa

BPDAS BTNLL BPN DISHUT

2. Sosial Ekonomi - Kependudukan - Mata Pencaharian - Pengusahaan Lahan - Tekanan dan kebergantungan

penduduk terhadap lahan

- Mendeskripsikan penyebaran penduduk DAS Gumbasa

- Mendeskripsikan jenis mata pencaharian penduduk DAS Gumbasa.

- Mendeskripsikan perbedaan luas lahan garapan penduduk DAS Gumbasa.

- Mendeskripsikan kemampuan lahan dalam mendukung kehidupan penduduk DAS Gumbasa.

- Mendeskripsikan pengaruh sektor pertanian terhadap kehidupan ekonomi penduduk DAS Gumbasa.

BPDAS BTNLL BPS

3. Perangkat Kelembagaan - Kelembagaan formal - Kelembagaan masyarakat

Mendeskripsikan keberadaan dan kegiatan organisasi pemerintah dan sosial/ kemasyarakatan di DAS Gumbasa.

BPDAS BBTNLL

Page 36: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

25

Pengumpulan data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dirinci sebagai berikut:

a) Penetapan elemen dan sub elemen

Elemen adalah unsur penelitian yang ditetapkan dengan mengacu pada tujuan penelitian. Dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak lima elemen yang akan dianalisis, yaitu: 1) Organisasi yang berperan dalam konservasi sumber daya air; 2) Peraturan perundang-undangan yang melandasi konservasi sumber daya air; 3) Kinerja fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan) dalam konservasi sumber daya air; 4) Fungsi koordinasi dalam konservasi sumber daya air; dan 5) Instrumen prioritas dalam konservasi sumber daya air.

Setiap elemen dijabarkan atas sejumlah sub elemen berdasarkan pertimbangan: 1) tujuan penelitian yang ingin dicapai; 2) model analisis yang akan digunakan, yaitu : model Interpretative Structural Modelling (ISM) dan model Analytical Hierarchy Process (AHP); dan 3) hasil konsultasi pakar atau pejabat lembaga yang berkaitan dengan penanganan masalah sumber daya air.

Identifikasi organisasi yang berperan dalam konservasi sumber daya air dianalisis dengan menggunakan model Interpretative Structural Modelling (ISM), ada 33 sub elemen sebagai organisasi yang diduga berperan, terdiri atas organisasi pemerintah di tingkat pusat, provinsi, kabupaten, dan organisasi lokal seperti disajikan pada Kuisioner Seri I (Lampiran 6).

Peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan konservasi sumber daya air dianalisis dengan menggunakan model Interpretative Structural Modelling (ISM), ada 25 sub elemen yang diduga menjadi landasan, seperti disajikan pada Kuisioner Seri II (Lampiran 7).

Fungsi koordinasi dalam konservasi sumber daya air dianalisis dengan menggunakan model Interpretative Structural Modelling (ISM), ada 18 sub elemen sebagai faktor dugaan yang terdiri atas kebijakan, pengorganisasian, dan kelembagaan, seperti disajikan pada Kuisioner Seri III (Lampiran 8).

Instrumen prioritas dalam konservasi sumber daya air dianalisis dengan menggunakan model Interpretative Structural Modelling (ISM), ada 11 sub elemen sebagai kegiatan dugaan yang terdiri atas kegiatan pengembangan basis data, teknologi konservasi, dan pengembangan fungsi sosial kemasyarakatan, seperti disajikan pada Kuisioner Seri IV (Lampiran 9).

Page 37: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

26

Sedangkan kinerja fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan) dalam konservasi sumber daya air dianalisis dengan menggunakan model Analytical Hierarchy Process (AHP), ada 12 sub elemen yang terdiri atas tiga level, seperti disajikan pada Kuisioner Seri V (Lampiran 10).

b) Penyusunan kuisioner

Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas lima seri sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Kuisioner yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 3, sedangkan bentuk kuisionernya dapat dilihat pada Lampiran 6-10.

Tabel 3. Jumlah Pertanyaan Setiap Seri Kuisioner Berdasarkan Model Analisis yang Digunakan

Seri Jumlah Sub Elemen Jumlah Pertanyaan Model Analisis

I 33 528 ISM

II 25 300 ISM

III 18 153 ISM

IV 11 55 ISM

V 12 66 AHP

c) Wawancara

Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengonstruksi

mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan, dan

sebagainya yang dilakukan dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai (interviewee) atau

responden. Wawancara adalah metode pengumpulan data yang amat populer,

karena itu banyak digunakan di berbagai penelitian (Irianto dan Bungin 2001).

Menurut Sudikan (2001), sebelum mengumpulkan data di lapangan dengan

metode wawancara, peneliti sebaiknya menyusun daftar pertanyaan sebagai

pedoman di lapangan. Namun, daftar pertanyaan bukanlah sesuatu yang bersifat

ketat, tetapi dapat mengalami perubahan sesuai situasi dan kondisi di lapangan.

Hubungan yang komunikatif antara pewawancara dengan responden sangat

menentukan kualitas data. Karena itu, sebelum memulai wawancara, perlu

dilakukan sosialisasi yang baik terhadap responden.

Page 38: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

27

Pengolahan data

Pengolahan data dimulai dengan memeriksa (editing) kelengkapan,

kejelasan, konsistensi dan kesesuaian jawaban responden, apakah ada

kesalahpahaman responden atau kesalahan pencatatan pada saat wawancara.

Kuisioner yang datanya akan dianalisis melalui model ISM, menggunakan

kode jawaban : V, A, X, dan O (Eriyatno 1998), yang bermakna:

V, jika eij = 1, dan eji = 0 (elemen i lebih penting daripada j)

A, jika eij = 0, dan eji = 1 (elemen i tidak lebih penting daripada j)

X, jika eij = 1, dan eji = 1 (elemen i dan j sama penting)

O, jika eij = 0, dan eji = 0 (elemen i dan j sama tidak penting)

Kuisioner yang datanya akan dianalisis dengan model AHP, menggunakan

skala penilaian kuantitatif perbandingan elemen berpasangan yang dikemukakan

oleh Saaty (1986), disajikan pada Tabel 5. Skala penilaian kuantitatif pada kolom

2 dalam Tabel 4, digunakan langsung dalam pengisian kuisioner.

Berdasarkan data yang sudah diedit, kemudian dilakukan proses

(processing) data, yaitu melakukan penghitungan sesuai dengan model analisis

yang digunakan, yaitu model Interpretative Structural Modelling (ISM) dan

model Analytical Hierarchy Process (AHP).

Tabel 4. Skala Penilaian Perbandingan Elemen Berpasangan (Saaty 1986)

Kategori Perbandingan Skala Kuantitatif Kedua elemen sama berpengaruh .................................................. 1 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lainnya (moderate) ...................................................................................... 3

Elemen yang satu jelas lebih penting daripada elemen lainnya (strong) ........................................................................................... 5

Elemen yang satu sangat jelas lebih penting daripada elemen lainnya (very strong) ...................................................................... 7

Elemen yang satu mutlak lebih penting daripada elemen lainnya (extreme) ........................................................................................ 9

Apabila ragu-ragu antara dua nilai elemen berdekatan ................. 2, 4, 6, 8 Kebalikan kepentingan .................................................................. 1/(1-9)

Analisis data

a) Model Interpretative Structural Modelling (ISM)

Untuk menganalisis data atau informasi tentang: 1) Organisasi yang berperan dalam konservasi sumber daya air; 2) Peraturan perundang-undangan yang melandasi konservasi sumber daya air; 3) Fungsi koordinasi dalam

Page 39: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

28

konservasi sumber daya air; dan 4) Instrumen prioritas dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa digunakan model Interpretative Structural Modelling (ISM) dengan menggunakan perangkat lunak ISM VAXO, seperti yang digunakan oleh Eriyatno (1998). Tahapan utama model ISM disajikan pada Gambar 4, yaitu:

1) Menyusun structural self interaction matrix (SSIM) dengan menggunakan agregat pendapat para responden.

2) Menyusun tabel reachability matrix dengan mengganti simbol-simbol V, A, X, O dengan angka 1 dan 0.

3) Menyusun matrix driver power – dependence (DP-D) yang terdiri dari empat sektor seperti disajikan pada Gambar 5.

4) Menyusun model struktural atau tingkat level setiap sub elemen.

Gambar 4. Diagram Alir Teknik Analisis Model Interpretative Structural Modelling (ISM) (Eriyatno 1998)

PROGRAM

Uraikan program menjadi perencanaan program

Uraikan elemen jadi sub elemen

Tentukan hubungan kontekstual antar sub elemen

Susun SSIM untuk setiap sub elemen

Bentuk RM setiap sub elemen

Uji matriks dengan aturan transivity

OK Modifikasi SSIM Tidak

Ya

Uraikan RM jadi format Lower Tringular RM

Tentukan level melalui pemilihan

Tentukan DP dan D setiap sub elemen

Susunlah diagram dari Lower Tringular RM

Susunlah ISM dari setiap elemen

Tentukan Rank dan Hierarki dari sub elemen

Tetapkan Driver Dependence Matriks

Plot sub elemen pada empat sektor

Klasifikasi sub elemen pada empat peubah kategori

Page 40: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

29

1,0 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0

Gambar 5. Matrix Driver Power-Dependence (DP-D) Relatif Berdasarkan ke empat sektor yang dimaksudkan pada Gambar 5, dapat

ditetapkan posisi setiap sub elemen yang perlu diterapkan berdasarkan bobot Driver Power (DP)-Dependence (D) relatif masing-masing, yaitu:

1) Posisi Autonomous, menunjukkan bahwa sub elemen yang ada di kuadran ini tidak berkaitan dengan sistem atau hubungannya sangat kecil, meskipun keterkaitannya mungkin saja kuat.

2) Posisi Dependent, menunjukkan bahwa sub elemen yang ada di kuadran ini adalah tidak bebas, artinya semua variabel yang ada merupakan akibat dari tindakan terhadap variabel lainnya.

3) Posisi Linkage, menunjukkan bahwa sub elemen yang ada di kuadran ini sangat penting dan harus dikaji secara hati-hati, karena hubungan dengan variabel lainnya tidak stabil. Setiap tindakan terhadap sub elemen tersebut akan memberikan dampak terhadap sub elemen lainnya dan umpan balik pengaruhnya bisa memperbesar atau menimbulkan dampak yang baru. Dengan kata lain, setiap tindakan pada sub elemen tersebut akan menghasilkan sukses, sebaliknya lemahnya perhatian terhadap kegiatan tersebut akan menyebabkan kegagalan program.

4) Posisi Independent, menunjukkan bahwa sub elemen di kuadran ini merupakan variabel bebas, artinya merupakan kekuatan penggerak (driver power) yang besar, tetapi kebergantungan terhadap sub elemen lainnya kecil.

Dependence (D) Relatif

Independent Linkage

Autonomou

Dri

ver P

ower

(DP)

Rel

atif

Dependent

Page 41: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

30

b) Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

Model Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah model analisis yang digunakan untuk melakukan analisis data atau informasi tentang kinerja fungsi manajemen, sehingga dapat diidentifikasi yang mana di antara ketiga fungsi manajemen, apakah perencanaan, pelaksanaan, atau pengawasan sebagai penyebab ketidakberhasilan program konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

Penggunaan model AHP, secara operasional melalui tahapan-tahapan seperti diuraikan pada Gambar 6 (Saaty 1986).

Terdapat lima tahapan secara umum, sebagai berikut: 1) Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan atau

analisis kebutuhan. 2) Menyusun struktur hierarki berdasarkan urutan mulai dari tujuan utama atau

fokus, aktor, kriteria, dan solusi atau alternatif seperti yang disajikan pada Gambar 7.

3) Melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Bila vektor pembobotan sub elemen operasi A1, A2, A3, ..., An dinyatakan sebagai vektor w = w1, w2, w3, ..., wn dapat dinyatakan sebagai bobot perbandingan A1 terhadap A2, yaitu w1/w2 yang sama dengan A12. Matrik perbandingan antar sub elemen dikemukakan pada Tabel 5, yang disusun dengan menggunakan data yang diperoleh dari kuisioner seri V.

4) Menyusun matriks perbandingan berpasangan yang dimaksudkan untuk menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan setingkat.

5) Menghitung matriks pendapat responden, pengolahan horizontal, vektor prioritas atau vektor ciri (eigen vector), akar ciri atau nilai ciri (eigen value) maksimum, dan pengolahan vertikal.

Tabel 5. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Elemen

Vektor A1 A2 A3 ......... An

A1 w1/w1 w1/w2 w1/w3 ......... w1/wn

A2 w2/w1 w2/w2 w2/w3 ......... w2/wn

A3 w3/w1 w3/w2 w3/w3 ......... w3/wn

......... ......... ......... ......... ......... .........

An wn/w1 wn/w2 wn/w3 ......... wn/wn

Page 42: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

31

Gambar 6. Diagram Alir Proses Analisis Hierarki pada Model Analytical Hierarchy Process (AHP) (Saaty 1986)

Gambar 7. Struktur Kriteria Analisis yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa.

Analisis Kebutuhan

Penyusunan Hierarki

Pengolahan Horizontal: 1. Perkalian sub elemen 2. Perhitungan vektor prioritas 3. Perhitungan nilai eigen 4. Perhitungan indeks konsistensi 5. Perhitungan rasio konsistensi

CI dan CR

CI, CR memenuhiRevisi Pendapat

Penyusunan Matriks Gabungan

Perhitungan Vektor Prioritas Gabungan

Tidak

Ya

CI, CR memenuhi Revisi Pendapat

Ya

Tidak

Pengolahan Vertikal

Perhitungan Vektor Prioritas Sistem

Kinerja Fungsi Manajemen

Tingkat Pusat Tingkat Provinsi Tingkat Kabupaten

Koordinasi Antar Sektor

Tumpang Tindih Tugas dan

Kewenangan

Sifat Multisektor

Peran Stakeholders

Penegakan Hukum

Kebijakan Top down

Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan

Level 1 : Fokus

Level 2 : Aktor

Level 3 : Kriteria

Level 4 : Alternatif

Koordinasi Antar Sektor

Page 43: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

DAS Gumbasa dengan luas ± 126.617 ha adalah bagian dari DAS Palu bagian hulu yang menjadi bagian integral DAS Palu. DAS Gumbasa terbagi dalam tiga sub DAS, yaitu DAS Lindu seluas 57.575 ha (45 %), DAS Sopu seluas 45.654 ha (36 %) dan DAS Gumbasa Hilir seluas 23.389 ha (18 %). Kawasan ini cukup terkenal selain karena adanya Danau Lindu, kawasan ini juga memiliki kekayaan alam yang tak ternilai harganya berupa keanekaragaman hayati flora dan fauna, termasuk keragaman sosial budaya masyarakat yang bermukim di dalamnya. Kawasan DAS Gumbasa juga memiliki nilai strategis karena letaknya di bagian hulu DAS Palu, sehingga memiliki fungsi perlindungan dan pelestarian, antara lain sebagai pengatur tata air terhadap seluruh bagian DAS, utamanya Sungai Palu yang bermuara di Kota Palu yang merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Tengah. Oleh karena itu, pengelolaan DAS Gumbasa menjadi fokus perencanaan mengingat adanya keterkaitan biogeofisik melalui daur hidrologi antara daerah hulu dan hilir DAS Palu (BPDAS Palu-Poso 2007).

Kondisi Fisik DAS Gumbasa

Kondisi fisik DAS Gumbasa saat ini terindikasi mengalami degradasi, baik lingkungan fisik maupun biotik yang ditunjukkan antara lain oleh besarnya fluktuasi debit air pada musim penghujan dan kemarau. Ada kecenderungan penurunan debit di musim kemarau pada outlet Sungai Gumbasa yang sekaligus menjadi sumber air utama bagi bendung Irigasi Gumbasa yang terletak di Desa Pandere Kecamatan Gumbasa, sehingga kebutuhan air pada areal Irigasi Gumbasa tidak terpenuhi pada musim kemarau. Laju erosi dan sedimentasi yang tinggi, ditengarai sebagai akibat tingginya tekanan terhadap lahan dan sumber daya alam lainnya, antara lain berupa pembalakan liar (illegal loging), perambahan hutan terutama pada wilayah-wilayah yang berlereng bergelombang sampai bergunung yang rawan untuk pembukaan lahan untuk dikonversi menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Pada wilayah DAS Gumbasa juga terjadi penurunan jumlah populasi dan spesies dari flora dan fauna yang ada akibat perburuan dan penangkapan secara berlebihan terhadap berbagai jenis flora dan fauna di wilayah ini, termasuk yang sifatnya endemik di wilayah ini.

Geomorfologi

Di DAS Gumbasa terdapat lima unit geomorfologi yang didominasi oleh unit geomorfologi perbukitan metamorf terkikis (25,41 %), sedangkan yang

Page 44: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

33

tersempit adalah unit geomorfologi berupa kipas aluvial (7,61 %). Distribusi unit geomorfologi di DAS Gumbasa disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Pembagian Unit Geomorfologi DAS Gumbasa

No. Unit Geomorfologi Luas (ha) Persentase (%) 1 Dataran Aluvial 23.034 18,19 2 Kipas Aluvial 9.633 7,61 3 Kipas Koluvial 27.138 21,43 4 Perbukitan Metamorf Terkikis 32.174 25,41 5 Pegunungan Metamorf Terkikis 31.187 24,63 Danau Lindu 3.451 2,73

Total 126.617 100,00 Sumber : BPDAS Palu-Poso 2008

Jenis tanah

Di wilayah DAS Gumbasa ditemukan empat jenis tanah yang menyebar membentuk delapan satuan peta tanah (SPT), yaitu: Aluvial Coklat (Tropofluvents), Aluvial Kelabu (Udifluvents), Kambisol Dystrik (Distropepts), Kambisol Eutrik (Eutropepts), Komplek Latosol Coklat dan Litosol, Komplek Podsolik Coklat dan Litosol, Latosol Coklat (Tropudalfs), dan Podsolik Coklat (Tropudults). Distribusi SPT di DAS Gumbasa disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Penyebaran Jenis Tanah DAS Gumbasa

No. Satuan Peta Tanah (SPT) Luas (ha) Persentase (%) 1 Aluvial Coklat (Tropofluvents) 20.298 16,03 2 Aluvial Kelabu (Udifluvents) 183 0,14 3 Kambisol Dystrik (Distropepts) 3.358 2,65 4 Kambisol Eutrik (Eutropepts) 8.374 6,61 5 Komplek Latosol Coklat dan Litosol 15.519 12,26 6 Komplek Podsolik Coklat dan Litosol 15.507 12,25 7 Latosol Coklat (Tropudalfs) 27.845 21,99 8 Podsolik Coklat (Tropudults) 32.082 25,34 Danau Lindu 3.451 2,73

Total 126.617 100,00 Sumber: BPDAS Palu-Poso 2008

Jenis tanah yang mendominasi wilayah DAS Gumbasa adalah Ordo Entisols, Inceptisols, Alfisols, dan Ultisols. Tanah-tanah Entisols banyak mendominasi kawasan hilir dan lembah-lembah yang dicirikan oleh meningkatnya aktivitas usaha tani sawah karena keadaan tanah yang relatif cukup subur. Sedangkan tanah-tanah Inceptisols, Alfisols, dan Ultisols mendominasi bagian tengah dan hulu DAS Gumbasa. Ketiga ordo tanah tersebut umumnya dicirikan oleh pola penggunaan lahan sebagai areal perkebunan dan hutan sekunder.

Page 45: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

34

Topografi

Keadaan topografi di Sub DAS Sopu dan Gumbasa Hilir bervariasi dari landai hingga bergunung. Kawasan ini didominasi oleh daerah yang datar-landai dengan kemiringan 0-15 %, yaitu sebesar 25,85 % dari total luas DAS Gumbasa, sedangkan daerah yang sangat curam (bergunung) dengan kemiringan > 45 % hanya sebesar 24,55 % dari total luas kawasan tersebut. Pembagian kelas kemiringan lahan di DAS Gumbasa disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Kemiringan Lahan DAS Gumbasa

No. Kelas Kemiringan Lahan (%) Luas (ha) Persentase (%) 1 0 – 8 (datar) 20.611 16,28 2 8 – 15 (landai) 12.122 9,57 3 15 – 25 (bergelombang) 27.068 21,38 4 25 – 45 (berbukit) 32.283 25,50 5 > 45 (bergunung) 31.082 24,55 Danau Lindu 3.451 2,73

Total 126.617 100,00 Sumber: BPDAS Palu-Poso 2008

Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar (71,43 %) kondisi lahan di wilayah DAS Gumbasa merupakan lahan yang berlereng bergelombang sampai bergunung, sehingga sangat rawan terjadi erosi. Bahaya erosi terjadi terutama pada suatu kawasan yang mempunyai kemiringan lereng 15 % atau lebih. Timbulnya erosi yang tinggi dapat semakin diperparah oleh adanya kekeliruan dalam pengelolaan sumber daya lahan.

Iklim

DAS Gumbasa memiliki dua tipe iklim yang berbeda, yaitu tipe iklim D1 di sebelah Timur dan tipe iklim E1 di sebelah Barat. Berdasarkan kriteria Oldeman, tipe iklim D1 dicirikan oleh 3-4 bulan basah dan bulan kering kurang dari 2 bulan dalam satu tahun, sedangkan tipe iklim E1 dicirikan oleh bulan basah kurang dari 2 bulan dan bulan kering lebih dari 2 bulan dalam satu tahun. Rata-rata curah hujan di DAS Dumbasa disajikan pada Gambar 8. Kelembaban relatif di wilayah DAS Gumbasa berkisar antara 70-90 %.

Berdasarkan data iklim DAS Gumbasa (BPDAS Palu-Poso 2007), pada umumnya curah hujan terendah terjadi pada bulan Pebruari hingga mencapai 39 mm/bulan, selanjutnya berangsur-angsur meningkat dan mencapai puncak pertama pada bulan April dan puncak kedua pada bulan November dengan rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November, yakni sebesar 226

Page 46: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

35

mm/bulan. Sedangkan curah hujan rata-rata tahunan di dataran Lindu mencapai 2.300 mm/tahun dan daerah ini merupakan wilayah yang selalu basah.

Gambar 8. Rata-Rata Curah Hujan Bulanan 10 Tahun Terakhir Di DAS Gumbasa

Hidrologi dan sumber daya air Kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) mempunyai fungsi tangkapan

air yang besar, didukung oleh dua sungai besar, yaitu: Sungai Gumbasa dan Danau Lindu di bagian Utara yang bergabung dengan Sungai Palu di bagian Barat serta Sungai Lariang di bagian Timur, Selatan, dan Barat. Fungsi hidrologis ini sangat besar manfaatnya bagi masyarakat di wilayah DAS Palu dan Sulawesi Tengah umumnya.

Sungai utama yang terdapat dalam DAS Gumbasa yang mengalir sepanjang tahun (perennial stream), yaitu Sungai Gumbasa. Sungai ini memanjang dari arah Timur dan bermuara di bagian Barat DAS Gumbasa langsung masuk ke Sungai Palu. Aliran Sungai Gumbasa merupakan perpaduan dari beberapa aliran sungai-sungai yang terletak di bagian hulu, antara lain Sungai Sopu dan Sungai Gumbasa Hulu yang berasal dari Danau Lindu. Kedua sungai ini juga merupakan tipe sungai perennial.

Debit aliran sungai dan sedimen melayang yang pengamatannya dilakukan di Sungai Sopu yang mengalir melalui empat desa, yakni Kamarora, Bahagia, Rahmat dan Makmur (BPDAS Palu-Poso 2007). Aliran air yang terdapat pada Sungai Sopu yang mengalir dari Kamarora hingga Makmur mempunyai variasi debit aliran sungai yang cukup tajam, yaitu berkisar antara 11,08 m3/detik di

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Bulan

Cur

ah H

ujan

Bul

anan

(mm

)DAS Lindu

DAS Gumbasa Hilir

DAS Sopu

Page 47: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

36

Kamarora, 12,73 m3/detik di Bahagia, 24,99 m3/detik di Rahmat, hingga 35,99 m3/detik di Makmur. Pada kawasan aliran Sungai Sopu banyak dijumpai erosi tebing sungai dan pendangkalan sungai. Hal ini menyebabkan semakin menurunnya dimensi dan kapasitas aliran sungai. Gejalanya adalah tampaknya (munculnya) pengikisan yang cukup hebat pada lahan masyarakat yang dipergunakan sebagai areal budidaya tanaman, sehingga masyarakat setempat menderita kerugian yang tinggi sebagai akibat meluapnya aliran Sungai Sopu yang tinggi pada musim hujan. Luas DAS Sopu yang besar yang diikuti dengan curah hujan yang tinggi menyebabkan kawasan ini mempunyai debit aliran puncak (peak runoff) yang tinggi, sehingga penampang Sungai Sopu tidak mampu menampung volume aliran air yang mengalir di atasnya. Total muatan sedimen melayang berkisar antara 2.802,50 ton/tahun di Kamarora, 3.153,70 ton/tahun di Bahagia, 6.128,98 ton/tahun di Rahmat, dan 11.233,77 ton/tahun di Makmur.

Debit aliran sungai di Sungai Gumbasa Hilir yang pengamatannya dilakukan di Desa Pakuli (33,26 m3/detik) dan Pandere (43,48 m3/detik). Sedangkan total muatan sedimen melayang berkisar antara 17.589,52 ton/tahun di Pakuli dan 31.400,14 ton/tahun di Pandere.

Debit rata-rata tahunan air sungai yang keluar dari Danau Lindu mencapai

18,656 m3/detik. Kondisi hidrologis kawasan Lindu dibentuk oleh aliran sungai-

sungai yang umumnya berukuran kecil dan tersebar di seluruh sisi danau, di

antaranya Sungai Katti (debit sesaat pada minggu ketiga bulan Maret 2001)

sebesar 7,510 m3/detik, Sungai Lombosa sebesar 1,260 m3/detik, Sungai Langko

sebesar 0,631 m3/detik, Sungai Wongkodono sebesar 0,104 m3/detik, dan Sungai

Pada sebesar 0,107 m3/detik. Debit aliran air keluar Danau Lindu cukup besar

jika dibandingkan dengan jumlah debit dari kelima sungai inletnya. Hal ini

menunjukkan sumber masukan air ke Danau Lindu cukup banyak dan tersebar

dalam jumlah aliran yang kecil-kecil (BWSS III 2008).

Hasil survei lapangan menunjukkan bahwa penggunaan air yang berasal dari

saluran primer (Sungai Sopu dan Sungai Gumbasa) untuk memenuhi kebutuhan

rumah tangga, sebagian besar hanya dibutuhkan untuk mandi, cuci, dan kakus.

Sedangkan kebutuhan air minum masyarakat di sekitar sungai banyak

mempergunakan air tanah yang berasal dari sumur dan pompa injeksi.

Uji laboratorium terhadap kualitas air yang dilakukan di desa Kamarora

(bagian hulu DAS), Makmur (bagian tengah DAS), dan Pandere (bagian hilir

Page 48: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

37

DAS), seperti pH, kandungan logam berat (Hg dan Fe), kesadahan (CaCO3),

kandungan Nitrat (NO3), zat organik (KMnO4), dan deterjen menunjukkan bahwa

kandungannya masih berada di bawah ambang kritis sebagai sumber air bersih

dan air minum, walaupun demikian pada kawasan desa Makmur dan Pandere

menunjukkan kecendrungan meningkatnya zat organik terlarut yang hampir

mencapai ambang kritis yang diperbolehkan bagi kebutuhan air bersih dan air

minum. Meningkatnya zat organik terlarut pada kawasan tersebut disebabkan

oleh adanya peningkatan aktifitas manusia untuk mempergunakan wilayah

tersebut sebagai lahan pertanian, kebun, pemukiman dan industri rumah tangga di

sekitar sungai Gumbasa. Penggunaan zat organik yang mudah larut dalam air di

lahan pertanian, seperti pupuk, pestisida, limbah industri merupakan permasalahan

kualitas air yang harus mulai mendapat perhatian secara khusus pada bagian hilir

sungai Gumbasa.

Penggunaan lahan

Penggunaan lahan di DAS Gumbasa terdiri dari tujuh tipe utama seperti

ditunjukkan pada Tabel 9, didominasi oleh tiga penggunaan lahan, yaitu: hutan

lahan kering sekunder sebesar 62,70 % dari total luas DAS Gumbasa, hutan lahan

kering primer 18,16%, dan pertanian lahan kering campur semak sebesar 12,88 %

dari total luas kawasan tersebut. Sedangkan penggunaan lahan lainnya masing-

masing kurang dari 10 %.

Tabel 9. Penggunaan Lahan DAS Gumbasa

No. Jenis Penggunaan Lahan

Luas (ha) Total Luas (ha)

Persentase (%) Dalam Kawasan

TNLL Luar Kawasan

TNLL 1 Hutan lahan kering

primer 22.997 0 22.997 18,16

2 Hutan lahan kering sekunder 49.787 29.607 79.394 62,70

3 Hutan rawa sekunder 845 0 845 0,67 4 Pertanian lahan kering 404 2.708 3.112 2,46 5 Pertanian lahan kering

campur semak 3.406 7.749 11.155 8,81

6 Sawah campur pemukiman dan tanah terbuka

0 5.154 5.154 4,07

7 Semak belukar 0 509 509 0,40 Danau Lindu 0 3.451 3.451 2,73

Total 77.439 49.178 126.617 100,00 Sumber: BPDAS Palu-Poso 2008

Page 49: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

38

Penggunaan lahan untuk kawasan budidaya umumnya berada pada

kemiringan 0-3 %, menunjukkan penggunaan lahan yang baik dan tidak

mengancam kawasan lindung. Namun demikian, hal tersebut perlu mendapat

perhatian karena kawasan aktivitas manusia yang mencakup tegalan, kebun kopi,

sawah dan pemukiman yang mencapai 15,34 % dari luas kawasan, berpotensi

sebagai pemasok utama padatan tersuspensi dan material anthrofogenik yang

dapat mengancam kualitas perairan danau.

Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya DAS Gumbasa

Masalah degradasi lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini seringkali

berpangkal pada aktifitas manusia, baik yang bersumber dari dalam maupun dari

luar kawasan DAS Gumbasa. Pertumbuhan populasi manusia yang cepat

menyebabkan perbandingan jumlah penduduk dengan ketersediaan lahan

pertanian menjadi tidak seimbang. Terbatasnya luas lahan yang dapat

dipergunakan untuk areal budidaya tanaman, sempitnya lapangan pekerjaan, dan

kendala tingkat pengetahuan maupun keterampilan masyarakat desa yang rendah

merupakan faktor-faktor yang dominan dalam mendorong meningkatnya upaya

eksploitasi hutan dan sumber daya alam lainnya (BPDAS Palu-Poso 2007).

Jumlah penduduk

Kependudukan merupakan salah satu aspek penting untuk diperhatikan

dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Laju pertambahan

penduduk yang pesat dan tidak diimbangi oleh ketersediaan lapangan kerja yang

memadai, telah akan terus mengakibatkan terjadinya pemanfaatan lahan yang

tidak atau kurang memperhatikan daya dukung lahan, sehingga mengakibatkan

terjadinya kerusakan hutan dan sumber daya air. Perincian jumlah penduduk

berdasarkan KK dan jiwa di wilayah DAS Gumbasa disajikan pada Tabel 10

berikut ini.

Desa yang memiliki jumlah penduduk terbesar adalah Desa Pakuli

Kecamatan Gumbasa dengan jumlah penduduk sebesar 4.057 jiwa, jumlah KK

sebesar 822, dan rata-rata penduduk per KK sebesar 5 jiwa. Sedangkan desa yang

memiliki jumlah penduduk terendah adalah Desa Anca Kecamatan Lindu dengan

Page 50: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

39

jumlah penduduk sebesar 528 jiwa, jumlah KK sebesar 149, dan rata-rata

penduduk per KK sebesar 4 jiwa.

Tabel 10. Jumlah Penduduk Berdasarkan KK dan Jiwa di Wilayah DAS Gumbasa

Kecamatan Desa Kepala Keluarga (KK) Jiwa Rata-Rata

Penduduk/KKLindu Puroo 245 930 9 Langko 183 894 8 Tomado 443 1.719 14 Anca 149 528 4 Gumbasa Pakuli 822 4.057 5 Pandere 616 2.379 4 Palolo Sintuwu 399 1.435 4 Tongoa 402 1.942 5 Bahagia 267 1.007 4 Berdikari 265 1.020 4 Rejeki 248 1.032 4 Ranteleda 362 1.475 3 Rahmat 588 1.839 4 Makmur 469 1.837 4 Kamarora A 491 1.771 5 Lembantongoa 404 1.979 5 Uwenuni 595 1.735 3 Kamarora B 362 1.395 4 Kadidia 212 646 3 Sopu 221 791 4 Bulili 347 1.601 5 Sejahtera 375 1.540 4

Total 8.465 33.552 Sumber: Data BPS Kabupaten Donggala 2006

Kepadatan penduduk

Kepadatan penduduk pada suatu wilayah dapat memberikan gambaran

tentang tekanan penduduk terhadap sumber daya alam, khususnya terhadap hutan

dan sumber daya air di suatu wilayah. Tekanan penduduk muncul sebagai akibat

dari bertambahnya jumlah penduduk di suatu lokasi, dan berdampak terhadap

meningkatnya kebutuhan terhadap lahan garapan dan berbagai aktivitas penduduk

dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya melalui pemanfaatan sumber daya

alam. Pada Tabel 11 disajikan data kepadatan penduduk di tiga kecamatan yang

terdapat dalam wilayah DAS Gumbasa.

Ciri utama penduduk desa-desa di wilayah DAS Gumbasa adalah

penyebarannya secara geografis yang sangat tidak merata. Desa Uwenuni dan

Desa Sejahtera Kecamatan Palolo memiliki kepadatan penduduk yang tinggi,

masing-masing sebesar 811 jiwa/km2 dan 570 jiwa/km2. Sebaliknya di Desa Anca

Page 51: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

40

Kecamatan Lindu, memiliki tingkat kepadatan yang terkecil, yaitu hanya sebesar

4 jiwa/km2.

Tabel 11. Kepadatan Penduduk di Wilayah DAS Gumbasa

Kecamatan Desa Luas (km2)

Jumlah Penduduk (jiwa)

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

Lindu Puroo 106.94 930 9 Langko 107,35 894 8 Tomado 120,83 1.719 14 Anca 131,43 528 4 Gumbasa Pakuli 32,05 4.057 127 Pandere 18,16 2.379 131 Palolo Sintuwu 19,23 1.435 75 Tongoa 31,51 1.942 62 Bahagia 2,14 1.007 471 Berdikari 2,64 1.020 386 Rejeki 2,14 1.032 482 Ranteleda 4,27 1.475 340 Rahmat 5,47 1.839 336 Makmur 76,91 1.837 24 Kamarora A 12,12 1.771 146 Lembantongoa 12,82 1.979 154 Uwenuni 2,14 1.735 811 Kamarora B 11,10 1.395 146 Kadidia 2,42 646 266 Sopu 7,35 791 352 Bulili 2,27 1.601 218 Sejahtera 2,70 1.540 570 Sumber: Data BPS Kabupaten Donggala 2006

Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah memberikan gambaran mengenai intensitas pemanfaatan sumber daya alam, baik di saat ini maupun di masa yang akan datang. Tekanan penduduk terhadap lahan yang ditandai oleh laju pertambahan penduduk yang tinggi, merupakan faktor dominan yang mendorong intensitas pembukaan lahan hutan. Hal tersebut terkait dengan kebutuhan dasar yang dimiliki masyarakat, utamanya di pedesaan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Aktifitas pembukaan lahan hutan tersebut berdampak langsung terhadap menurunnya kemampuan menahan laju degradasi lahan. Pertumbuhan penduduk di wilayah DAS Gumbasa sejak tahun 1990-2006 disajikan pada Tabel 12.

Desa yang memiliki laju pertumbuhan penduduk terbesar di antaranya adalah Desa Lembantongoa dan Desa Tongo Kecamatan Palolo, masing-masing sebesar 6,28 % dan 6,16 %. Sedangkan desa yang memiliki laju pertumbuhan

Page 52: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

41

penduduk rendah diantaranya Desa Kamarora B dan Desa Kamarora A Kecamatan Palolo, masing-masing sebesar -5,35 % dan -3,87 %.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Donggala tahun 2006, sekitar 30 % masyarakat di DAS Gumbasa tergolong pada keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan, 36 % tergolong pada keluarga miskin, dan 34 % tergolong pada keluarga sejahtera.

Tabel 12. Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Wilayah DAS Gumbasa

Kecamatan Desa Jumlah Penduduk Tahun Pertumbuhan Penduduk (%) 1990 (jiwa) 2006 (jiwa)

Lindu Puroo 707 930 1,71 Langko 635 894 2,14 Tomado 1.345 1.719 1,53 Anca 505 528 0,28 Gumbasa Pakuli 2.802 4.057 2,31 Pandere 2.026 2.379 1,00 Palolo Sintuwu 796 1.435 3,68 Tongoa 725 1.942 6,16 Bahagia - 1.007 - Berdikari - 1.020 - Rejeki - 1.032 - Ranteleda - 1.475 - Rahmat - 1.839 - Makmur - 1.837 - Kamarora A 3.290 1.771 -3,87 Lembantongoa 725 1.979 6,28 Uwenuni - 1.735 - Kamarora B 3.285 1.395 -5,35 Kadidia 3.290 646 4,22 Sopu - 791 - Bulili - 1.601 - Sejahtera - 1.540 - Sumber: Data BPS Kabupaten Donggala 2006

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS Gumbasa

Peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga kelestarian DAS. Usaha menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya: 1) kesempatan masyarakat untuk ikut dalam kegiatan, 2) kemampuan untuk berpartisipasi, dan 3) kemauan untuk memanfaatkan kesempatan. Faktor-faktor yang termasuk dalam kesempatan, yaitu peluang petani untuk menjadi peserta program. Sedangkan faktor-faktor yang termasuk dalam kemampuan, yaitu pendidikan formal dan non formal, pengalaman petani dalam berusaha tani, usia petani, dan luas lahan. Sedangkan faktor yang termasuk dalam kemauan, yaitu motivasi yang dimiliki petani.

Page 53: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

42

a). Komunitas masyarakat di DAS Lindu Masyarakat Di Desa Puro’o hanya menerima informasi dan himbauan untuk

tidak melakukan konversi lahan hutan dan lahan di sekitar sempadan sungai. Sedangkan kegiatan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat, utamanya yang terkait langsung dengan pelestarian DAS belum pernah dilakukan di desa ini. Sedangkan masyarakat di Desa Tomado memiliki tingkat patisipasi yang lebih tinggi, di mana masyarakat dan pemerintah daerah bersama-sama membentuk kelembagaan, yaitu Lembaga Konservasi Desa (LKD) yang berfungsi dan berperan mempertahankan kelestarian sumber daya DAS. Demikian pula di Desa Langko, di mana Dinas Praswil bersama-sama masyarakat setempat memperbaiki saluran-saluran drainase dan pengairan guna mengurangi resiko terjadinya musibah banjir. b) Komunitas masyarakat di DAS Sopu

Desa-desa yang berada di DAS Sopu memiliki tingkat partisipasi yang beragam dalam kegiatan pengelolaan DAS. Di Desa Sejahtera, Rejeki dan Rahmat, kegiatan ataupun program-program yang terkait dengan upaya konservasi sumber daya hutan dan sumber daya air DAS Gumbasa belum sepenuhnya melibatkan peran aktif masyarakat. Pihak pemerintah desa dan pihak BTNLL masih sebatas memberikan informasi dan larangan bagi masyarakat untuk mengkonversi hutan. Beberapa utusan dari desa-desa tersebut pernah mengikuti kegiatan pelatihan dan lokakarya di Desa Bahagia, namun keberadaan mereka masih sebatas peserta undangan dan mereka tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan. Sedangkan di Desa Bahagia partisipasi masyarakat tergolong tinggi, di mana pemerintah melalui instansi terkait telah melakukan sejumlah kegiatan terprogram yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Salah satu wujud konkrit program penguatan kelembagaan yang melibatkan stakeholders perwakilan Kecamatan Palolo adalah pelatihan petani tentang pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya lahan yang memperhatikan kaidah konservasi, penanaman tanaman obat-obatan, seperti jahe, serei, serta menanami sempadan sungai dengan tanaman bambu sebagai salah satu upaya mengurangi laju erosi dan degradasi lahan di DAS Sopu. Dalam kegiatan ini masyarakat Desa Bahagia berperan secara aktif di setiap tahapan kegiatan. Perbedaan tingkat partisipasi masyarakat di beberapa desa tersebut akan mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya lahan, hutan dan air ke arah konservatif atau sebaliknya eksploitatif.

Page 54: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

43

c) Komunitas masyarakat di DAS Gumbasa Hilir Desa Pakuli dan Pandere yang terletak di DAS Gumbasa Hilir memiliki

tingkat partisipasi yang tinggi, di mana pemerintah selain menghimbau dan melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan dan sumber daya air DAS Gumbasa, juga memberikan dukungan berupa bantuan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, misalnya pelaksanaan program normalisasi sungai yang pernah mengalami musibah banjir.

Potensi konflik di DAS Gumbasa

Keberhasilan pengelolaan sumber daya alam termasuk di dalamnya DAS Gumbasa sangat ditentukan oleh keeratan hubungan antara masyarakat dan sumber daya alam. Hal ini dapat terwujud bila didukung oleh eksistensi kelembagaan masyarakat dalam mengelola DAS Gumbasa.

Kelembagaan masyarakat merupakan modal dasar masyarakat (social capital) yang dapat dipandang sebagai aset produktif yang dapat mendorong individu-individu anggotanya untuk bekerjasama menurut aturan perilaku tertentu yang disepakati bersama dalam rangka meningkatkan produktifitas anggotanya secara individu maupun produktifitas masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, agar pengelolaan DAS Gumbasa benar-benar menjadi bagian dalam proses pengembangan produktifitas masyarakat, maka kelembagaan masyarakat harus diperhatikan eksistensinya, kemudian dipertahankan dan dikembangkan secara bertahap, sehingga ikatan yang melembaga dalam masyarakat dapat terpelihara.

Ditinjau dari segi kelembagaan, maka kegagalan dalam mencapai pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan sering disebabkan oleh hak penguasaan dan batas yurisdiksi yang tidak jelas serta belum adanya aturan, sehingga penggunaan sumber daya alam milik bersama, misalnya Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) cenderung bersifat akses terbuka. Dalam kondisi akses terbuka, maka setiap individu atau kelompok tertentu akan saling berlomba dalam memanfaatkan dan menguasai sumber daya sebesar-besarnya tanpa mempertimbangkan resiko terjadinya kerusakan lingkungan.

Aktifitas pencurian hasil hutan dan penyerobotan lahan hutan untuk dijadikan lahan pertanian, khususnya di kawasan TNLL sudah lama terjadi. Di awal tahun 1990an, ditemukan gejala tekanan manusia terhadap lahan yang tinggi pada beberapa desa di seputar TNLL, selanjutnya laju konversi lahan hutan secara besar-besaran terjadi sejak tanaman kakao memiliki nilai ekonomi tinggi.

Page 55: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

44

BPDAS Palu-Poso 2007 mengemukakan bahwa secara mikro dijumpai permasalahan yang berpotensi terhadap munculnya konflik di DAS Gumbasa, di antaranya:

1) Ketidakjelasan hak penggunaan lahan yang disebabkan oleh tidak jelasnya batas kawasan TNLL di lapangan, sehingga menciptakan konflik antara masyarakat dengan BTNLL, bahkan antara sesama masyarakat.

2) Perencanaan pengelolaan DAS Gumbasa yang dikembangkan belum sepenuhnya diintegrasikan ke dalam perencanaan pembangunan oleh pemerintah daerah provinsi maupun kebupaten dan belum banyak melibatkan partispasi aktif masyarakat melalui pendekatan partisipatif dalam mengelola lahan yang sesuai dengan kemampuan dan kesesuaiannya.

3) Adanya keterbatasan sarana dan prasarana sosial ekonomi yang mengakibatkan terjadinya keterbatasan akses masyarakat terhadap penguasaan teknologi, informasi, komunikasi, permodalan, bahan baku maupun pemasaran produksi.

4) Keterbatasan peranan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat lokal, sehingga menciptakan situasi yang kurang kondusif bagi peningkatan produktifitas yang diperlukan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus melestarikan lingkungan.

5) Kehidupan ekonomi masyarakat di sekitar TNLL yang bersifat subsistem cenderung memunculkan sikap yang kurang responsif atau pasif dan acuh tak acuh terhadap upaya-upaya pembangunan jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan sumber daya alam secara lestari.

6) Infrastruktur fisik dan sosial, seperti fasilitas jalan, listrik, pelayanan kesehatan dan penyuluhan di bagian hulu DAS Gumbasa lebih buruk dibandingkan di daerah hilir DAS Gumbasa.

7) Pola pemanfaatan lahan yang masih berpeluang terhadap terjadinya kondisi lahan garapan yang rawan erosi. Permasalahan-permasalahan tersebut berpotensi kuat dalam menciptakan

konflik horisontal maupun vetikal dalam pemanfaatan sumber daya alam yang berdampak pula terhadap degradasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

Page 56: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebijakan pengelolaan sumber daya air berdasarkan UU No. 7 Tahun 2004

tentang Sumber Daya Air dan PP No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber

Daya Air, mencakup empat aspek, yaitu: 1) konservasi sumber daya air; 2)

pendayagunaan sumber daya air; 3) pengendalian daya rusak air; dan 4) sistem

informasi sumber daya air yang disusun dengan memperhatikan kondisi wilayah

masing-masing. Kajian ini difokuskan pada pembahasan peran dan koordinasi

lembaga lintas sektoral dalam konservasi sumber daya air DAS Gumbasa yang

erat kaitannya dengan pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan

kawasan pelestarian alam, serta kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan di wilayah

DAS Gumbasa.

Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan,

keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia

dalam kualitas dan kuantitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan mahluk

hidup, baik pada waktu sekarang maupun pada generasi yang akan datang.

Konservasi sumber daya air dilaksanakan pada sungai, danau, waduk, rawa,

cekungan air tanah, sistem irigasi, daerah tangkapan air, kawasan suaka alam,

kawasan pelestarian alam, kawasan hutan, dan kawasan pantai. Konservasi

sumber daya air dilakukan melalui kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber

air, pengawetan air, serta pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran

air dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada

setiap wilayah sungai.

Organisasi yang Berperan dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Hasil analisis ISM menunjukkan bahwa dari 33 organisasi yang dianalisis,

terdapat 1 organisasi yang berperan di posisi independent, 2 organisasi yang

berperan di posisi linkage, 11 organisasi yang berperan di posisi dependent, dan

19 organisasi yang berperan di posisi autonomous. Besarnya peran setiap

organisasi diidentifikasi melalui besarnya daya penggerak (driver power) dan

ketergantungan (dependence), seperti ditunjukkan pada Gambar 9.

Page 57: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

46

Gambar 9. Diagram Indikator Besarnya Peran Setiap Organisasi dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Posisi dan perbandingan besarnya bobot driver power- dependence (DP-D)

relatif setiap organisasi ditunjukkan pada Gambar 10 dan Tabel 13.

Gambar 10. Posisi Peran Setiap Organisasi yang Berperan dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

0,0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1,0

0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0

Dependence (D)

Driv

er P

ower

(DP)

(1,16)

(3)

(4)

(2,6,7,8,10,22,27,28) (5,12,17,18,20,21,25,29,32,33) (9,14,19,24,26,30,31) (11,13,15) (23)

Independent Linkage

Autonomous Dependent

Dri

ver P

ower

(DP)

Dependence (D) Relatif

Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan nomor/kode organisasi

0

5

10

15

20

25

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

Nomor/Kode Organisasi

Driv

er P

ower

(DP)

-Dep

ende

nce

(D) Driver Power

Dependence

Page 58: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

47

Tabel 13. Posisi dan Bobot Organisasi yang Berperan dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Posisi Organisasi Bobot DP D

Independent (Pengaruh terhadap program besar, tetapi ketergantungannya dengan lembaga lainnya kecil)

3. Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL)

1,00

0,20

Rata-rata 1,00 0,20 Linkage (Pengaruh terhadap program dan ketergantungannya dengan lembaga lainnya besar)

1. Balai Pengelolaan DAS (BPDAS) Palu-Poso 16. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

Donggala

0,52 0,52

0,60 0,60

Rata-rata 0,52 0,60 Dependent (Pengaruh terhadap program kecil, tetapi ketergantungannya dengan lembaga lainnya besar)

9. Dinas Kehutanan Provinsi Sulteng 11. Bappeda Kabupaten Donggala 13. BPN Kabupaten Donggala 14. Dinas Pertanian Kabupaten Donggala 15. Dinas PU Kabupaten Donggala 19. Dinas Prasarana Wilayah Kab. Donggala 23. Dinas Pariwisata Kabupaten Donggala 24. DPRD Kabupaten Donggala 26. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) 30. LSM Lingkungan 31. Kelompok Tani

0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04

0,80 1,00 1,00 0,80 1,00 0,80 0,60 0,80 0,80 0,80 0,80

Rata-rata 0,04 0,84 Autonomous (Pengaruh terhadap program dan ketergantungannya dengan lembaga lainnya kecil)

2. Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) III 4. Bappeda Provinsi Sulteng 5. Bapedalda Provinsi Sulteng 6. BPN Provinsi Sulteng 7. Dinas Pertanian Provinsi Sulteng 8. Subdin PSDA Dinas Kimpraswil Provinsi

Sulteng 10. DPRD Provinsi Sulteng 12. Bapedalda Kabupaten Donggala 17. Dinas Tata Ruang Kabupaten Donggala 18. PPL/PKL 20. Dinas Perindag Kabupaten Donggala 21. Dinas Kependudukan Kab. Donggala 22. Dinas Pendapatan Daerah Kab. Donggala 25. Perguruan Tinggi 27. Perbankan 28. UKM/KUD 29. Wartawan (Pers) 32. Kepolisian 33. Kejaksaan

0,04 0,26 0,04 0,04 0,04 0,04

0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04

0,20 0,20 0,40 0,20 0,20 0,20

0,20 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40 0,20 0,40 0,20 0,20 0,40 0,40 0,40

Rata-rata 0,05 0,31 Keterangan :

DP = Driver Power Relatif DP-D < 0,50 = Kecil/lemah/tidak penting D = Dependence Relatif DP-D ≥ 0,50 = Besar/kuat/penting

Page 59: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

48

Hasil analisis ISM pada Gambar 10 dan Tabel 13, menunjukkan bahwa ada

satu organisasi pemerintah yang berperan penting, yaitu Balai Besar Taman

Nasional Lore Lindu (BBTNLL). Organisasi pemerintah tersebut berdasarkan

analisis ISM berada pada posisi independent yang berarti pengaruhnya terhadap

program yang berkaitan dengan konservasi sumber daya air sangat besar, tetapi

ketergantungannya dengan lembaga lainnya kecil. dengan rata-rata bobot DP

relatif tertinggi, yaitu 1,00, tetapi memiliki bobot D relatif yang rendah, yaitu

0,20. Hal ini berarti organisasi pemerintah tersebut berperan sangat penting

terhadap konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, khususnya pada wilayah

DAS Gumbasa yang berada di dalam kawasan TNLL. Besarnya peran (driver

power) mengindikasikan bahwa pengaruh organisasi pemerintah tersebut sangat

besar. Sedangkan kecilnya ketergantungan (dependence) menunjukkan bahwa

pengaruh organisasi lain sangat kecil.

Besarnya peran BBTNLL menunjukkan bahwa organisasi pemerintah ini

merupakan variabel penyebab sukses atau gagalnya implementasi kebijakan

konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, khususnya dalam kawasan TNLL.

Meskipun BBTNLL merupakan organisasi pemerintah yang memiliki peran kunci

dalam implementasi kebijakan konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa,

organisasi pemerintah ini tidak memiliki kewenangan untuk mengatur hubungan

hulu-hilir antar organisasi pemerintah terkait di Provinsi Sulawesi Tengah dan

Kabupaten Donggala, karena kewenangan dan otoritas BBTNLL terbatas hanya

dalam kawasan TNLL.

Hal ini sesuai dengan tugas pokok yang emban oleh BBTNLL, yaitu

menyelenggarakan fungsi: 1) penataan zonasi, penyusunan rencana kegiatan,

pemantauan dan evaluasi pengelolaan kawasan TNLL; 2) pengelolaan kawasan

TNLL; 3) penyidikan, perlindungan dan pengamanan kawasan TNLL; 4)

pengendalian kebakaran hutan; 5) promosi, informasi konservasi sumber daya

alam hayati dan ekosistemnya; 6) pengembangan bina cinta alam serta

penyuluhan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya; 7) kerjasama

pengembangan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya serta

pengembangan kemitraan; 8) pemberdayaan masyarakat sekitar TNLL; 9)

Page 60: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

49

pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam; dan 10)

pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

BBTNLL merupakan Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional Kelas I yang

ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-II/2007

tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional, yaitu

organisasi pelaksana teknis pengelolaan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL)

yang berada dan bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Jenderal

Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Organisasi pemerintah ini melakukan

penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan

pengelolaan kawasan TNLL berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

BBTNLL berperan di posisi independent karena memiliki otoritas penuh

pada wilayah DAS Gumbasa yang berada di dalam kawasan TNLL, di mana

setiap individu atau organisasi yang akan melakukan kegiatan di dalam kawasan

TNLL harus mendapatkan Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI)

dari pihak BBTNLL. Hal tersebut juga berlaku bagi organisasi pemerintah yang

wilayah kerjanya berada dalam kawasan TNLL, seperti Balai Pengelolaan DAS

(BPDAS) Palu-Poso dan Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) III, serta

organisasi pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten Donggala.

BBTNLL memiliki tugas dan kewenangan menyusun rencana dan

melaksanakan program perlindungan dan pelestarian hutan di kawasan TNLL.

Hal tersebut ditujukan untuk menekan berbagai kasus perambahan hutan dan

illegal logging di kawasan TNLL yang dalam setahun terakhir kembali marak,

sehingga petugas Polisi Hutan yang terbatas harus bekerja keras mengamankan

kawasan hutan TNLL seluas 217.991 hektar. BBTNLL hanya memiliki 54 orang

petugas Polisi Hutan, maka setiap petugas harus menjaga kurang lebih empat ribu

hektar. Selama tahun 2008, sekitar 40 hektar hutan lindung di Kecamatan

Konservasi Lindu Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah, telah beralih

fungsi jadi lahan perkebunan kakao dan kopi. Karena kekurangan personil ini,

BBTNLL harus merekrut 40 tenaga partisipatif dari masyarakat lokal yang ada di

sekitar kawasan. Guna menekan kasus illegal logging dan perambahan hutan di

Page 61: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

50

kawasan TNLL, pihak BBTNLL menggencarkan operasi rutin terbuka maupun

tertutup. Perambahan hutan dan Illegal logging untuk lahan perkebunan di

kawasan TNLL dikhawatirkan menyusutkan beberapa vegetasi yang dilindungi

seperti: Eucalyptus, Deglupta, Pteros permum, serta tumbuhan obat-obatan dan

rotan. Masyarakat lokal yang terlibat jual-beli lahan pada areal hutan lindung

TNLL di Dataran Lindu akan diproses melalui Lembaga Adat setempat.

Berdasarkan hukum adat di Dataran Lindu, telah ditetapkan sanksi adat terhadap

warga yang terlibat dalam kasus perambahan hutan di kawasan hutan lindung

hanya berlaku bagi masyarakat lokal. Tetapi, Lembaga Adat akan menyerahkan

sepenuhnya penanganan kasus perambahan hutan di kawasan hutan lindung

kepada BBTNLL bila yang melakukan pelanggaran adalah penduduk pendatang

di daerah itu untuk ditindak sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sesuai ketentuan dalam UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya

Alam (SDA) Hayati dan Ekosistemnya, serta UU No. 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan, para pelaku perambahan hutan dan illegal logging di kawasan hutan

lindung diancam hukuman kurungan maksimal 10 tahun penjara atau denda lima

miliar rupiah.

Walaupun demikian, hingga saat ini BTNLL belum melaksanakan fungsinya

dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan secara optimal, sehingga

konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa tidak berjalan sebagaimana

mestinya. Hal ini disebabkan karena BBTNLL tidak melibatkan organisasi

pemerintah terkait dari Kabupaten Donggala di mana wilayah DAS Gumbasa

berada, khususnya dalam hal perumusan kebijakan pengelolaan TNLL, dan 2)

belum berhasil membangun koordinasi lintas sektor antar organisasi pemerintah di

tingkat Provinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten Donggala dan Poso.

Lemahnya kinerja fungsi koordinasi dan manajemen kawasan TNLL oleh

BBTNLL terlihat dari telah terjadinya alih fungsi lahan hutan sejak tahun 1998-

2007, pada kawasan TNLL diperkirakan sekitar 3.500 ha lahan hutan di Dongi-

Dongi dan sepanjang garis batas bagian Utara kawasan TNLL telah dialih

fungsikan sebagai lahan pemukiman dan pertanian khususnya tanaman kakao

(Montesari, 2002). Selain dirambah, secara resmi pemerintah juga memberikan

Page 62: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

51

izin kepada pihak investor swasta untuk membangun perkebunan. Menurut

Hikam (2002), dalam kawasan TNLL ada 8 perusahaan yang mengelola sekitar

13.813 ha lahan perkebunan, yang terdiri atas tanaman kopi seluas 5.400 ha,

kakao seluas 298 ha, cengkeh seluas 375 ha dan tanaman lainnya seluas 7.740 ha.

Hasil analisis ISM pada Gambar 10 dan Tabel 13, menunjukkan bahwa

Balai Pengelolaan DAS (BPDAS) Palu-Poso; dan Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Kabupaten Donggala berperan di posisi linkage dengan rata-rata

bobot DP relatif= 0,52 dan D relatif= 0,60. Pentingnya peran yang diemban

kedua organisasi pemerintah tersebut dalam konservasi sumber daya air di DAS

Gumbasa dan besarnya ketergantungannya pada organisasi lain, maka fungsi

kedua organisasi pemerintah tersebut harus dioptimalkan agar terhindar dari

kemungkinan timbulnya pengaruh organisasi lain yang tidak sejalan dengan

tujuan program konservasi sumberdaya air, khususnya pada wilayah DAS

Gumbasa yang berada di luar kawasan TNLL. Pengaruh-pengaruh organisasi lain

yang tidak sejalan dengan tujuan program konservasi sumberdaya air dapat

memperbesar atau menjadi penyebab timbulnya masalah baru dalam konservasi

sumber daya air di DAS Gumbasa.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor: 665/Kpts-II/2002

tanggal 7 Maret 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelolaan

Dareah Aliran Sungai, pada Bab II tentang Susunan Organisasi dan Bab IV

tentang Lokasi, maka Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Palu-

Poso merupakan Balai Pengelolaan Dareah Aliran Sungai Tipe A dengan susunan

organisasi sebagai berikut: 1) Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas

melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata persuratan, perlengkapan dan

rumah tangga Balai; 2) Seksi Program Daerah Aliran Sungai mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan inventarisasi dan identifikasi potensi dan kerusakan

daerah aliran sungai, serta penyusunan program dan rencana pengelolaan daerah

aliran sungai; 3) Seksi Kelembagaan Daerah Aliran Sungai mempuyai tugas

melakukan penyiapan bahan inventarisasi dan identifikasi sistem kelembagaan

dan kemitraan pengelolaan daerah aliran sungai; 4) Seksi Evaluasi Daerah Aliran

Sungai mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan dan evaluasi

Page 63: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

52

tata air, penggunaan lahan, sosial ekonomi, kelembagaan, dan pengelolaan sistem

informasi pengelolaan daerah aliran sungai.

BPDAS Palu-Poso sebagai organisasi pemerintah pusat yang beroperasi di

daerah adalah salah satu organisasi pemerintah yang memiliki bobot DP relatif=

0,52 dan D relatif= 0,60. Organisasi pemerintah ini tidak menyandang predikat

organisasi pemerintah yang memiliki peran kunci dalam konservasi sumber daya

air di DAS Gumbasa karena sebagian besar (61,16 %) wilayah DAS Gumbasa

berada dalam kawasan TNLL, sehingga otoritas BBTNLL lebih besar dibanding

BPDAS dalam kasus konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

Peran BPDAS Palu-Poso di posisi linkage sangat relevan dengan tugas

pokok yang embannya, yaitu menyelenggarakan fungsi: 1) penyusunan rencana

dan pengembangan model pengelolaan DAS Gumbasa; 2) penyusunan dan

penyajian informasi DAS Gumbasa; 3) pengembangan kelembagaan dan

kemitraan pengelolaan DAS Gumbasa; serta 4) pemantauan dan evaluasi

pengelolaan DAS Gumbasa; dan 5) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah

tangga. Sedangkan visi BPDAS Palu-Poso pada tahun 2005-2009 adalah

“Terselenggaranya Pengelolaan DAS Palu-Poso Secara Terpadu dan

Berkelanjutan“. Untuk mewujudkan visi tersebut, BPDAS Palu-Poso menetapkan

misi: “Mendorong terwujudnya hubungan hulu dan hilir dalam ekosistem DAS

yang berkeadilan melalui sistem perencanaan, monitoring, evaluasi dan

pengembangan kelembagaan pengelolaan DAS yang efisien dan efektif”. Oleh

karena itu, Bappeda Kabupaten Donggala yang merupakan organisasi pemerintah

di tingkat kabupaten, diharapkan dapat berperan sebagai fasilitator dan

berkoordinasi dengan BPDAS Palu-Poso sambil merangkum sektor-sektor terkait

di Kabupaten Donggala dan Kota Palu melalui koordinasi yang efektif dalam

manajemen program konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Donggala juga merupakan

salah satu organisasi pemerintah yang berdasarkan analisis ISM menunjukkan

bobot DP relatif= 0,52 dan D relatif=0,60. Berdasarkan Perda No. 3 Tahun 2003

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Donggala

dijelaskan bahwa Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Donggala

Page 64: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

53

mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan otonomi daerah di bidang

perkebunan dan kehutanan dengan fungsi merumuskan kebijakan teknis di bidang

perkebunan dan kehutanan, pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan

umum, pembinaan terhadap cabang dinas dan pengelolaan urusan ketatausahaan.

Dalam Renstra Dishutbun Kabupaten Donggala 2004-2009 dijelaskan

bahwa tugas pokok dan fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

Donggala telah dijabarkan dengan Keputusan Bupati Donggala No. 66 Tahun

2003 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten Donggala yang dibagi dalam tiga sub dinas, yaitu: Sub Dinas

Produksi dan Usaha Perkebunan yang mempunyai tugas pokok melaksanakan

pembinaan operasional, mengkoordinasikan dan melakukan pengawasan serta

merumuskan kebijaksanaan operasional di bidang produksi dan usaha perkebunan

yang terbagi dalam empat seksi, yaitu: 1) Seksi Sumber daya Lahan; 2) Seksi

Pengendalian dan Pengawasan Usaha Perkebunan serta Pengelolaan Hasil; 3)

Seksi Pengembangan Budidaya Tanaman Semusim dan Tanaman Tahunan; dan 4)

Seksi Perlindungan Tanaman Perkebunan, Peredaran Pupuk dan Pestisida.

Sedangkan Sub Dinas Pengembangan Usaha Kehutanan mempunyai tugas pokok

melaksanakan pembinaan operasional, mengkoordinasikan dan melaksanakan

pengawasan serta merumuskan kebijakan operasional di bidang usaha kehutanan,

yang dibagi ke dalam tiga seksi, yaitu: 1) Seksi Inventarisasi dan Pemetaan Hutan;

2) Seksi Pengembangan Aneka Usaha Kehutanan; serta 3) Seksi Produksi dan

Peredaran Hasil Hutan. Selanjutnya Sub Dinas Rehabilitasi Lahan dan

Perlindungan Hutan, memiliki tugas pokok dalam melaksanakan pembinaan

operasional, mengkoordinasikan, melakukan perumusan kebijaksanaan

operasional di bidang rehabilitasi lahan dan perlindungan hutan dengan empat

seksi, yaitu: 1) Seksi Penghijauan dan Konservasi Tanah; 2) Seksi Rehabilitasi

Hutan Lindung; 3) Seksi Perlindungan dan Pengawasan Hutan; serta 4) Seksi

Penyuluhan Kehutanan.

Fakta di lapangan menunjukkan peran BPDAS Palu-Poso, dan Dinas

Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Donggala di posisi linkage adalah dalam

perencanaan dan pelaksanaan Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan

Page 65: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

54

Lahan (GN-RHL/Gerhan). GN-RHL/Gerhan merupakan program strategis dalam

upaya merehabilitasi lahan kritis di Indonesia termasuk di Provinsi Sulawesi

Tengah yang mencakup wilayah kerja BPDAS Palu-Poso yang dicanangkan oleh

Departemen Kehutanan, khususnya di DAS Gumbasa dilaksanakan oleh BPDAS

Palu-Poso bekerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

Donggala, khususnya pada wilayah DAS Gumbasa yang berada di luar kawasan

TNLL. BPDAS Palu-Poso melakukan perencanaan program dan menetapkan

wilayah kritis yang menjadi prioritas pelaksanaan program GN-RHL/Gerhan,

pengadaan bibit pohon, melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program.

Sedangkan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Donggala melakukan

koordinasi kelompok-kelompok tani dalam kegiatan penanaman pohon di wilayah

DAS Gumbasa yang telah ditetapkan oleh BPDAS Palu-Poso.

Pelaksanaan program GN-RHL/Gerhan dilaksanakan melalui kegiatan

model rehabilitasi hutan di wilayah DAS Gumbasa yang bertujuan untuk

memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan,

sehingga dapat berfungsi optimal sebagai perlindungan sistem penyangga

kahidupan, pengatur tata air, pencegah bencana banjir, pengendalian erosi, dan

memelihara kesuburan tanah, serta mendukung kelestarian produktivitas sumber

daya hutan dan keanekaragaman hayati, serta pemberdayaan masyarakat di

wilayah DAS Gumbasa yang berada di luar Kawasan TNLL. Sejak dicanangkan

tahun 2003, pelaksaanaan program GN-RHL/Gerhan di DAS Gumbasa lebih

difokuskan oleh BPDAS Palu-Poso pada lahan kritis di wilayah DAS Gumbasa

yang berada di luar kawasan TNLL belum memberikan hasil sesuai dengan

direncanakan.

Hasil analisis ISM pada Gambar 10 dan Tabel 13, menunjukkan bahwa ada

11 organisasi berperan di posisi dependent dalam konservasi sumber daya air di

DAS Gumbasa, yaitu: Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah, Bappeda

Kabupaten Donggala, BPN Kabupaten Donggala, Dinas Pertanian Kabupaten

Donggala, Dinas PU Kabupaten Donggala, Dinas Prasarana Wilayah Kabupaten

Donggala, Dinas Pariwisata Kabupaten Donggal, DPRD Kabupaten Donggala,

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), LSM Lingkungan, dan Kelompok Tani.

Page 66: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

55

Organisasi yang berada di posisi dependent dengan rata-rata bobot DP

relatif= 0,04 dan D relatif= 0,84, menunjukkan bahwa organisasi tersebut

memiliki peran yang sangat lemah terhadap konservasi sumber daya air di DAS

Gumbasa tetapi ketergantungannya terhadap organisasi lain besar.

Untuk meningkatkan peran organisasi tersebut dalam konservasi sumber

daya air di DAS Gumbasa, tidak perlu dilakukan melalui program tersendiri,

melainkan cukup dengan memanfaatkan pengaruh organisasi pemerintah yang

berada pada posisi independent dan linkage. Untuk membangkitkan peran

organisasi pemerintah yang berada di posisi dependent tersebut, dapat dilakukan

melalui upaya menumbuhkan dan mengembangkan koordinasi antar sektor di

tingkat Pusat, Provinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten Donggala.

Kelompok organisasi yang berada pada posisi autonomous berdasarkan hasil

analisis ISM pada Gambar 10 dan Tabel 13, terdiri atas 19 lembaga, yaitu: BWSS

III; Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah, Bapedalda Provinsi Sulawesi Tengah,

BPN Provinsi Sulawesi Tengah, Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah,

Subdin PSDA Dinas Kimpraswil Provinsi Sulawesi Tengah, DPRD Provinsi

Sulawesi Tengah, Bapedalda Kabupaten Donggala; Dinas Tata Ruang Kabupaten

Donggala, PPL/PKL, Dinas Perindag Kabupaten Donggala, Dinas Kependudukan

Kabupaten Donggala, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Donggala, Perguruan

Tinggi, Perbankan, UKM/KUD, Wartawan (Pers), Kepolisian, dan Kejaksaan.

Organisasi yang berada di posisi autonomous dengan rata-rata bobot DP

relatif= 0,05 dan D relatif= 0,31, menunjukkan bahwa organisasi tersebut

memiliki peran yang sangat lemah terhadap konservasi sumber daya air di DAS

Gumbasa dan ketergantungan terhadap organisasi lainnya juga kecil. Hal ini

berarti bahwa posisi organisasi tersebut sangat otonom, yaitu di samping

menunjukkan peran yang lemah, juga tidak tergantung pada organisasi lainnya.

Oleh karena itu, organisasi tersebut tidak terlalu berpengaruh dalam hal

pengembangan konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

Page 67: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

56

Struktur Peran Organisasi dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Keterkaitan organisasi yang berperan dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa disusun dalam bentuk struktur peran setiap organisasi, disajikan pada Gambar 11. Gambar tersebut menunjukkan urutan posisi peran organisasi yang mencerminkan urutan kepentingan peran masing-masing dalam mengimplementasikan kebijakan konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa. BBTNLL menempati level kunci sebagai organisasi pemerintah yang paling besar peranannya dalam implementasi kebijakan konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, selanjutnya menyusul di level dua ditempati oleh BPDAS Palu-Poso dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Donggala. Level tiga ditempati oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah. Selanjutnya pada level empat ditempati oleh Bappeda Kabupaten Donggala dan BPN Kabupaten Donggala. Level lima ditempati oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Donggala. Level enam, ditempati oleh Dinas Pertanian Kabupaten Donggala dan Dinas PU Kabupaten Donggala. Level tujuh ditempati oleh Dinas Prasarana Wilayah Kabupaten Donggala dan Kelompok Tani. Level delapan ditempati oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan LSM Lingkungan. Terakhir level sembilan ditempati oleh DPRD Kabupaten Donggala

Berdasarkan Gambar 11, dapat disimpulkan bahwa organisasi yang berperan dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa terdiri atas satu lembaga di posisi independent dan dua organisasi pemerintah di posisi linkage. Kedua organisasi pemerintah di posisi linkage di samping berperan sangat penting dalam program konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, juga sangat tergantung pada organisasi lain. Oleh karena itu, kedua organisasi pemerintah di posisi linkage menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa yang terdiri atas organisasi pemerintah kabupaten/lokal, yaitu Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Donggala, dan organisasi pemerintah pusat, yaitu BPDAS Palu-Poso sebagai pemeran sangat penting yang berada di level 2. Organisasi pemerintah di posisi independent juga sangat berperan dalam implementasi kebijakan konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa yang merupakan organisasi pemerintah pusat, yaitu BTNLL berada di level 1 sebagai pemeran kunci menunjukkan peran yang juga sangat menentukan melalui koordinasi dengan organisasi lain di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten. Besarnya peran dan kecilnya ketergantungan pada

Page 68: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

57

organisasi lainnya menunjukkan bahwa organisasi pemerintah ini harus dikembangkan melalui peningkatan efektivitas fungsi dan kewenangannya terhadap konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

Gambar 11. Struktur Peran Organisasi yang Berperan dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Peraturan Perundang-Undangan yang Melandasi Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Hasil analisis ISM menunjukkan bahwa dari 25 peraturan perundang-

undangan yang dianalisis, terdapat 4 peraturan perundang-undangan yang

melandasi di posisi independent, 1 peraturan perundang-undangan yang melandasi

di posisi linkage, 11 peraturan perundang-undangan yang melandasi di posisi

dependent, dan 9 peraturan perundang-undangan yang melandasi di posisi

autonomous. Besarnya peran setiap peraturan perundang-undangan diidentifikasi

melalui besarnya daya penggerak (driver power) dan ketergantungan

(dependence), seperti ditunjukkan pada Gambar 12.

Level 7

3) BBTNLL

16) Dishutbun Kab. Donggala 1) BPDAS Palu-Poso2) BWSS III

9) Dishut Prov. Sulteng

11) Bappeda Kabupaten Donggala

14) Dinas Pertanian Kabupaten Donggala

13) BPN Kabupaten Donggala

15) Dinas PU Kabupaten Donggala

19) Dinas Prasarana Wilayah Kab. 31) Kelompok Tani

26) Perusahaan Daerah Air Minum

30) LSM Lingkungan

23) Dinas Pariwisata Kabupaten Donggala

24) DPRD Kabupaten Donggala

8) Subdin PSDA Dinas Kimpraswil Provinsi Sulteng

10) DPRD Provinsi Sulteng

4) Bappeda Provinsi Sulteng

6) BPN Provinsi Sulteng

7) Dinas Pertanian Provinsi Sulteng

5) Bapedalda Provinsi Sulteng

18) PPL/PKL

25) Perguruan Tinggi

17) Dinas Tata Ruang Kab. Donggala

22) Dinas Pendapatan Daerah Kab.

Donggala

29) Wartawan (Pers) 32) Kepolisian 33) Kejaksaan

20) Dinas Perindag Kab. Donggala

28) UKM/KUD

21) Dinas Kependudukan Kab. Donggala

27) Perbankan

Level 1

Level 2

Level 3

Level 4

Level 5

Level 6

Level 8

Level 9

12. Bapedalda Kabupaten Donggala

Page 69: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

58

Gambar 12. Diagram Indikator Peraturan Perundang-Undangan yang Melandasi Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Posisi dan perbandingan besarnya bobot driver power-dependence (DP-D)

relatif setiap peraturan perundang-undangan ditunjukkan pada Gambar 13 dan

Tabel 14.

Gambar 13. Posisi Peraturan Perundang-Undangan yang Melandasi Konservasi

Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

0,0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1,0

0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0

Dependence (D)

Driv

er P

ower

(DP)

(1)

Independent Linkage

Autonomous Dependent

(2)

(3)

(6) (12)

(4,14,15) (5,7)

(8,10,21) (9,11)

(13)

(16) (17)

(18,19,20,22)

(23,24) (25)

Dri

ver P

ower

(DP)

Rel

atif

Dependence (D) Relatif

Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan nomor/kode peraturan perundang-undangan

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Nomor/Kode Peraturan Perundang-Undangan

Driv

er P

ower

(DP)

-Dep

ende

nce

(D) Driver Power

Dependence

Page 70: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

59

Tabel 14. Posisi dan Bobot Peraturan Perundang-Undangan yang Melandasi Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Posisi Peraturan Perundang-Undangan Bobot DP D

Independent (Pengaruh terhadap program kuat, tetapi keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya lemah)

1. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air2. UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 3. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya 12. PP No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan

1,00 0,94 0,71

0,65

0,13 0,13 0,13

0,25

Rata-rata 0,83 0,16 Linkage (Pengaruh terhadap program dan keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya kuat)

6. UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

0,65

0,50

Rata-rata 0,65 0,50 Dependent (Pengaruh terhadap program lemah, tetapi keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya kuat)

8. UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

10. PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

16. RPP Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam

18. Kepmen Kehutanan No. SK.421/Menhut-II/2006 tentang Fokus Kegiatan Pembangunan Kehutanan

19. Kepmen Kehutanan dan Perkebunan No. 146/Kpts-II/1999 Tentang Pedoman Reklamasi Bekas Tambang Dalam Kawasan Hutan

20. Kepmenneg LH No. 4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan Pemukiman Terpadu

21. Kepmen Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1451 K/10/Mem/2000 tentang Pedoman Teknis Evaluasi Potensi Air Bawah Tanah

22. Permen Kehutanan No. P.12/Menhut-II/2004 tentang Penggunaan Kawasan Hutan Lindung Untuk Kegiatan Pertambangan

23. Permen Kehutanan No. P.19/Menhut-II/2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam

24. Peraturan Daerah (Perda) provinsi 25. Peraturan Daerah (Perda) kabupaten

0,06

0,06

0,06

0,06

0,06

0,06

0,06

0,06

0,12 0,12 0,06

0,63

0,63

1,00

0,75

0,75

0,75

0,63

0,75

0,75 0,75 0,88

Rata-rata 0,07 0,75 Autonomous (Pengaruh terhadap program dan keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya lemah)

4. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang5. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional 7. UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 9. PP No 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom 11. PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan

Air Minum 13. PP No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai 14. PP No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa 15. RPP Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air 17. RPP Tahun 2007 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Terpadu

0,06 0,06

0,06 0,06

0,06 0,18 0,06 0,06

0,12

0,25 0,13

0,13 0,38

0,38 0,25 0,25 0,25

0,13

Rata-rata 0,08 0,24 Keterangan :

DP = Driver Power Relatif DP-D < 0,50 = Kecil/lemah/tidak penting D = Dependence Relatif DP-D ≥ 0,50 = Besar/kuat/penting

Page 71: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

60

Hasil analisis ISM pada Gambar 13 dan Tabel 14, menunjukkan bahwa ada empat peraturan perundang-undangan yang berada di posisi independent, sehingga memiliki pengaruh sangat besar dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa dan keterkaitannya pada perangkat kebijakan lain sangat kecil, terdiri tiga undang-undang, yaitu: UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air, UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dan satu peraturan pemerintah, yaitu PP No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan.

Peraturan perundang-undangan tersebut berdasarkan analisis ISM berada pada posisi independent dengan rata-rata bobot DP relatif= 0,83 dan D relatif= 0,16. Hal ini berarti peraturan perundang-undangan tersebut menjadi landasan yang sangat kuat terhadap konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa. Besarnya peran (driver power) mengindikasikan bahwa pengaruh peraturan perundang-undangan tersebut sangat besar. Sedangkan kecilnya ketergantungan (dependence) karena peraturan perundang-undangan tersebut memiliki keterkaitan yang lemah dengan peraturan perundang-undangan lain.

UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air sebagai pengganti UU No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan yang sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan perkembangan keadaan dan perubahan dalam kehidupan masyarakat dalam hal memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan empat aspek penting dalam pengelolaan sumber daya air, yaitu: 1) konservasi sumber daya air; 2) pendayagunaan sumber daya air; 3) pengendalian daya rusak air; dan 4) sistem informasi sumber daya air. 1) Konservasi sumber daya air

Konservasi sumber daya air mencakup perlindungan dan pelestarian sumber daya air dilakukan dalam cakupan wilayah resapan air, tangkapan air, sempadan, hulu, hilir, hutan dan kawasan pelestarian alam atas dasar pendekatan kesatuan tatanan ekosistem. Konservasi juga menekankan pengawetan air yang pada dasarnya mencakup prinsip penghematan penggunaan air, penampungan air pada waktu hujan, dan pengendalian penggunaan air tanah sampai pada tingkatan yang sustainable. Tujuan konservasi sumber daya air adalah: a) menjaga kelangsungan keberadaan sumber daya air, yaitu terjaganya keberlanjutan keberadaan air dan sumber air, termasuk potensi yang terkandung di dalamnya; b) menjaga kelangsungan daya dukung sumber daya air; yaitu kemampuan sumber daya air untuk mendukung perikehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya; serta c)

Page 72: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

61

menjaga kelangsungan daya tampung air dan sumber air, yaitu kemampuan air dan sumber air untuk menyerap zat, energi, atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya. 2) Pendayagunaan sumber daya air

Pendayagunaan sumber daya air dilakukan melalui kegiatan penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai. Konsekuensi dari kegiatan ini adalah penetapan zona pemanfaatan dan peruntukan air yang harus dijadikan acuan untuk penyusunan rencana tata ruang dan rencana pengelolaan sumber daya air. Prinsip-prinsip penetapan zona ini adalah keseimbangan antara fungsi lindung dan budidaya, keseimbangan kepentingan setiap jenis pemanfaatan air, kesesuaian dengan fungsi kawasan, pelestarian wilayah sempadan, penggunaan data teknis yang akurat, dan pelibatan peran masyarakat. 3) Pengendalian daya rusak air

Pengendalian daya rusak air dilakukan secara menyeluruh yang mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan. Pengendalian daya rusak air diutamakan pada upaya pencegahan melalui perencanaan pengendalian daya rusak air yang disusun secara terpadu dan menyeluruh dalam pola pengelolaan sumber daya air. Pengendalian daya rusak air diselenggarakan dengan melibatkan masyarakat. Pengendalian daya rusak air menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah, serta pengelola sumber daya air wilayah sungai dan masyarakat. 4) Sistem informasi sumber daya air.

Untuk mendukung pengelolaan sumber daya air, Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi sumber daya air sesuai dengan kewenangannya. Informasi sumber daya air meliputi informasi mengenai kondisi hidrologis, hidrome-teorologis, hidrogeologis, kebijakan sumber daya air, prasarana sumber daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air. Sistem informasi sumber daya air merupakan jaringan informasi sumber daya air yang tersebar dan dikelola oleh berbagai institusi. Jaringan informasi sumber daya air harus dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan dalam bidang sumber daya air.

Page 73: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

62

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air ini banyak dikritik oleh pakar lingkungan, karena dinilai dapat memicu terjadinya degradasi lingkungan dan kerusakan ekologi, dan sangat membuka peluang terjadinya komersialisasi dan privatisasi sumber daya air sehingga pengelolaan salah satu sumber kehidupan itu lepas dari kontrol negara dan bias kepentingan publik. Air yang seharusnya memiliki fungsi sosial dan seharusnya dikuasai dan dikelola bersama karena berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, justru dikomersialisasikan dan diprivatisasi karena hanya dipandang sebagai komoditas yang memiliki potensi ekonomi tinggi. Dengan adanya privatisasi, sebuah perusahaan, apalagi yang berbasis pada penanaman modal asing, menjadi terjebak dalam sistem kapitalisme yang cenderung hanya mengejar keuntungan. Sementara itu, aspek-aspek lain, seperti aspek ekologi dan sosial menjadi terabaikan.

UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang direvisi melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2004, kemudian revisi tersebut ditetapkan menjadi undang-undang melalui UU No. 19 Tahun 2004.

Dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, tercermin bahwa paradigma pembangunan di bidang kehutanan mengalami perubahan mendasar, yaitu dari orientasi timber management menjadi forest resources management yang melihat hutan dan lahan sebagai satu kesatuan yang utuh, khususnya di dalam suatu wilayah pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Besarnya dampak kerusakan hutan dan terbatasnya kapasitas pemerintah dalam upaya konservasi sumber daya air, pendekatan yang dilakukan haruslah bersifat strategik, komprehensif, operasional sesuai dengan lokalitas, melibatkan seluruh stakeholders, mampu memberdayakan masyarakat melalui pemberdayaan dalam menjaga pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam, sehingga dapat memberikan perlindungan kawasan di bawahnya dalam rangka menjamin ketersediaan air tanah, air permukaan dan unsur hara tanah.

Dalam UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dikemukanan bahwa konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Ekosistem sumber daya alam hayati adalah sistem hubungan timbal balik antara unsur dalam alam, baik hayati maupun nonhayati yang saling

Page 74: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

63

tergantung dan berpengaruh mempengaruhi. Sedangkan kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Dalam PP No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan dikemukakan bahwa perencanaan kehutanan adalah proses penetapan tujuan, penentuan kegiatan dan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari untuk memberikan pedoman dan arah guna menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan. Maksud perencanaan kehutanan adalah untuk memberikan pedoman dan arah bagi pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, masyarakat, pelaku usaha, lembaga profesi, yang memuat strategi dan kebijakan kehutanan untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan kehutanan. Tujuan perencanaan kehutanan adalah mewujudkan penyelenggaraan kehutanan yang efektif dan efisien untuk mencapai manfaat fungsi hutan yang optimum dan lestari.

Kebijakan konservasi sumber daya air dimaksudkan untuk mempercepat pulihnya kondisi sumber daya air dan hutan yang rusak serta mempertahankan dan melindungi kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya. Dalam kaitan dengan tujuan pemenuhan kebutuhan kayu, kebijakan ini dimaksudkan untuk mewujudkan hutan tanaman yang produktif dan bernilai tinggi. Oleh karena itu, perlu dipahami hal-hal sebagai berikut: 1) keberhasilan rehabilitasi hutan memerlukan komitmen pemerintah pusat, propinsi, kabupaten/kota dan para pemangku kepentingan dengan dukungan dana, iptek dan SDM yang memadai; 2) Daerah Aliran Sungai (DAS) harus dijadikan unit analisis/perencanaan dalam konservasi sumber daya air; 3) Pembangunan Hutan Kemasyarakatan (HKM) harus mencirikan jenis tanaman pokok hutan unggulan setempat yang dipadukan dengan jenis tanaman yang bernilai tinggi; 4) model pembangunan hutan yang berkolaborasi dengan masyarakat perlu dikembangkan, termasuk model Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang dikembangkan oleh Perhutani. Namun demikian perlu diikuti dengan evaluasi atas keberhasilannya.

Maksud konservasi sumber daya air adalah untuk memberikan arahan dan pedoman bagi stakeholders (para pihak) dalam menyelenggarakan dan

Page 75: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

64

melaksanakan konservasi sumber daya air, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu terpulihnya sumber daya air yang rusak sehingga berfungsi optimal yang dapat memberikan manfaat kepada seluruh stakeholders, menjamin keseimbangan lingkungan dan tata air DAS, dan mendukung kelangsungan pembangunan sumber daya air dan kehutanan.

Namun, hingga saat ini keempat perangkat kebijakan tersebut belum dilaksanakan secara optimal, sehingga konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa belum memberikan hasil sesuai yang diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan tersebut tersebut.

Hasil analisis ISM pada Gambar 13 dan Tabel 14, menunjukkan bahwa hanya ada satu peraturan perundang-undangan yang berada di posisi linkge yang memiliki pengaruh besar dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, tapi keterkaitan pada perangkat kebijakan lain juga besar, yaitu: UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Peraturan perundang-undangan tersebut berdasarkan analisis ISM berada pada posisi linkage dengan rata-rata bobot DP relatif= 0,65 dan D relatif= 0,50. Hal ini berarti peraturan perundang-undangan tersebut menjadi landasan yang kuat terhadap konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa. Besarnya peran (driver power) mengindikasikan bahwa pengaruh peraturan perundang-undangan tersebut sangat besar, tapi besarnya ketergantungan (dependence) karena peraturan perundang-undangan tersebut sangat dipengaruhi oleh peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.

Pemberlakuan UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup belum sepenuhnya dilaksanakan, sehingga lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan Indonesia berada di ambang kehancuran akibat eksploitasi berlebihan selama 32 tahun. Berlakunya otonomi daerah dengan tidak disertai tanggung jawab dan tanggung gugat dari pemerintah di tingkat pusat dan daerah, rakyat semakin terpinggirkan dan termarjinalkan haknya, sementara perusakan lingkungan dan sumber kehidupan berlangsung di depan mata. Keadaan ini kian memburuk seiring dengan reformasi yang setengah hati. Isu dan permasalahan lingkungan dan sumber kehidupan tidak menjadi perhatian serius para pengambil kebijakan. Akibatnya, korban akibat konflik dan salah urus kebijakan terus bertambah dan yang lebih menyedihkan sebagian besar adalah kelompok masyarakat yang rentan. Salah urus ini terjadi akibat paradigma pembangunanisme dan pendekatan sektoral yang digunakan. Sumber-sumber

Page 76: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

65

penghidupan diperlakukan sebagai aset dan komoditi yang bisa dieksploitasi untuk keuntungan sesaat dan kepentingan kelompok tertentu, akses dan kontrol ditentukan oleh siapa yang punya akses terhadap kekuasaan. Masalah ketidakadilan dan jurang sosial dianggap sebagai harga dari pembangunan. Pembangunan dianggap sebagai suatu proses yang perlu kedisiplinan dan kerja keras, dan tidak dipandang sebagai salah satu cara cara dan proses untuk mencapai kemerdekaan untuk sejahtera lahir dan batin.

Dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan, sumber daya alam dan lingkungan hidup perlu memperhatikan penjabaran lebih lanjut mandat yang terkandung dari Program Pembangunan Nasional, yaitu pada dasarnya merupakan upaya untuk mendayagunakan sumber daya alam yang dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal serta penataan ruang.

Hasil analisis ISM pada Gambar 13 dan Tabel 14, menunjukkan bahwa ada 11 peraturan perundang-undangan sebagai landasan lemah dalam implementasi kebijakan konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, yaitu: UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, RPP Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, Kepmen Kehutanan No. SK.421/Menhut-II/2006 tentang Fokus Kegiatan Pembangunan Kehutanan, Kepmen Kehutanan dan Perkebunan No. 146/Kpts-II/1999 Tentang Pedoman Reklamasi Bekas Tambang Dalam Kawasan Hutan, Kepmenneg LH No. 4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan Pemukiman Terpadu, Kepmen Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1451 K/10/Mem/2000 tentang Pedoman Teknis Evaluasi Potensi Air Bawah Tanah, Permen Kehutanan No. P.12/Menhut-II/2004 tentang Penggunaan Kawasan Hutan Lindung Untuk Kegiatan Pertambangan, Permen Kehutanan No. P.19/Menhut-II/2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, Peraturan Daerah (Perda) provinsi, dan Peraturan Daerah (Perda) kabupaten.

Kelompok peraturan perundang-undangan tersebut berada di posisi dependent dengan rata-rata bobot DP relatif= 0,07 dan D relatif= 0,75, menunjukkan bahwa peraturan perundang-undangan tersebut menjadi landasan

Page 77: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

66

yang lemah dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa tetapi keterkaitannya terhadap perangkat kebijakan lain besar.

Kelompok peraturan perundang-undangan yang berada pada posisi autonomous berdasarkan hasil analisis ISM pada Gambar 13 dan Tabel 14, terdiri atas sembilan peraturan perundang-undangan, yaitu: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, PP No 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom, PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, PP No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai, PP No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa, RPP Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air, dan RPP Tahun 2007 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu.

Peraturan perundang-undangan yang berada di posisi autonomous dengan rata-rata bobot DP relatif= 0,08 dan D relatif= 0,24, menunjukkan bahwa peraturan perundang-undangan tersebut menjadi landasan yang lemah dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa dan keterkaitan terhadap peraturan perundang-undangan lainnya juga kecil.

Struktur Peraturan Perundang-Undangan yang Melandasi Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Keterkaitan peraturan perundang-undangan dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa dapat dilihat melalui struktur kepentingan setiap peraturan perundang-undangan, disajikan pada Gambar 14 yang menunjukkan urutan posisi kepentingan peraturan perundang-undangan, sehingga dapat dijelaskan urutan kepentingan peran masing-masing dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air, UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya menempati level kunci, yakni sebagai peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan paling kuat dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa. Selanjutnya menyusul di level dua ditempati oleh PP No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan. Level tiga ditempati oleh UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Level empat ditempati oleh UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Peraturan Daerah (Perda) provinsi, dan Peraturan Daerah (Perda) kabupaten, serta Permen Kehutanan No. P.19/Menhut-II/2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

Page 78: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

67

Gambar 14. Struktur Peraturan Perundang-Undangan yang Melandasi Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Level lima ditempati oleh PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, RPP Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, Kepmen

Kehutanan No. SK.421/Menhut-II/2006 tentang Fokus Kegiatan Pembangunan

Kehutanan; Kepmen Kehutanan dan Perkebunan No. 146/Kpts-II/1999 Tentang

Pedoman Reklamasi Bekas Tambang Dalam Kawasan Hutan, Kepmenneg LH No.

1) UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air

2) UU No. 41 Tahun 1999

tentang Kehutanan

3) UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

6) UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

12) PP No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan

Kehutanan

23) Permen Kehutanan No. P.19/Menhut-II/2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka

Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam 24) Peraturan Daerah

(Perda) provinsi

13) PP No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai

17) RPP Tahun 2007 tentang Pengelolaan Daerah Aliran

Sungai (DAS) Terpadu 25) Peraturan Daerah

(Perda) kabupaten

15) RPP Tahun 2004 tentang Pengelolaan

Sumber Daya Air

8) UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat

dan Daerah

10) PP No. 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air

16) RPP Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Kawasan Suaka Alam dan Kawasan

Pelestarian Alam

18) Kepmen Kehutanan No. SK.421/Menhut-

II/2006 tentang Fokus Kegiatan Pembangunan

Kehutanan

19) Kepmen Kehutanan dan Perkebunan No. 146/Kpts-II/1999 Tentang Pedoman

Reklamasi Bekas Tambang Dalam Kawasan Hutan

20) Kepmenneg LH No. 4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan

Pembangunan Pemukiman Terpadu

21) Kepmen Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1451 K/10/Mem/2000 tentang

Pedoman Teknis Evaluasi Potensi Air Bawah Tanah

22) Pernen Kehutanan No. P.12/Menhut-II/2004 tentang

Penggunaan Kawasan Hutan Lindung Untuk

Kegiatan Pertambangan

14) PP No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa

4) UU No. 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang

5) UU No. 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

7) UU No 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan

Daerah

9) PP No 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan

Propinsi Sebagai Daerah Otonom

11) PP No. 16 Tahun 2005 tentang

Pengembangan Sistem Penyediaan

Air Minum

Level 2

Level 3

Level 4

Level 5

Level 1

Page 79: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

68

4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan

Pemukiman Terpadu, Kepmen Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1451

K/10/Mem/2000 tentang Pedoman Teknis Evaluasi Potensi Air Bawah Tanah, dan

Permen Kehutanan No. P.12/Menhut-II/2004 tentang Penggunaan Kawasan Hutan

Lindung Untuk Kegiatan Pertambangan.

Berdasarkan Gambar 14, dapat disimpulkan bahwa peraturan perundang-

undangan yang menjadi landasan kuat dalam konservasi sumber daya air di DAS

Gumbasa terdiri atas empat peraturan perundang-undangan di posisi independent

dan satu peraturan perundang-undangan di posisi linkage. Keempat peraturan

perundang-undangan di posisi independent menjadi landasan sangat kuat dalam

konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, tapi tidak terkait perangkat

kebijakan lain. Sedangkan peraturan perundang-undangan di posisi linkage

menjadi landasan kuat dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa dan

sangat terkait dengan peraturan perundang-undangan lain.

Fungsi Koordinasi dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Kinerja fungsi koordinasi

Skor penilaian kinerja fungsi koordinasi antar lembaga dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa disajikan pada Gambar 15 dan Lampiran 4.

Gambar 15. Skor Penilaian Fungsi Koordinasi Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Kinerja fungsi koordinasi antar organisasi pemerintah dalam konservasi

sumber daya air di DAS Gumbasa dievaluasi berdasarkan penilaian oleh 22 pakar

atas tiga kriteria koordinasi, yaitu: tugas pokok (task), kegiatan (activity), dan

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

Tugas Pokok(task)

Kegiatan (activity) Sumberdaya(resources)

Rata-Rata

Kriteria Koordinasi

Kin

erja

Fun

gsi K

oord

inas

i

Keterangan : 1 = Sangat Lemah 2 = Lemah 3 = Cukup Baik 4 = Baik 5 = Sangat Baik

Page 80: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

69

sumber daya (resources). Hasilnya menunjukkan bahwa nilai skor rata-rata 2,6

yang berarti kinerja fungsi koordinasi kondisinya masih dalam kategori lemah.

Lemahnya kinerja fungsi koordinasi di antara organisasi pemerintah yang

terkait dengan sumber daya air disebabkan karena belum terbentuknya lembaga

yang menjadi wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air di Provinsi Sulawesi

Tengah, maupun di Kabupaten Donggala. Padahal disadari bahwa koordinasi

antar organisasi pemerintah lintas sektor adalah kunci utama keberhasilan

program konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa. Fungsi koordinasi lintas

sektor yang lemah dan berjalan tidak efektif menyebabkan program konservasi

sumber daya air di DAS Gumbasa pada tiga kriteria koordinasi, yaitu tugas pokok

(task), kegiatan (activity), dan sumber daya (resources) mengalami banyak

hambatan.

Rencana Pembentukan Forum DAS Sulawesi Tengah yang ditetapkan

berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah, juga diharapkan

menjadi wadah koordinasi yang dinamis dan berkesinambungan antar instansi dan

kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air dan kehutanan di

Sulawesi Tengah. Forum ini dibentuk dengan pertimbangan bahwa pengelolaan

DAS merupakan kegiatan yang sangat penting dan strategis dalam upaya

pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup serta pemberdayaan ekonomi

masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar DAS.

Keanggotaan Forum DAS Sulawesi Tengah terdiri dari pejabat organisasi

pemerintah tingkat pusat, dinas-dinas tingkat provinsi, dan perguruan tinggi di

Sulawesi Tengah. Organisasi pemerintah yang terlibat dalam forum ini adalah:

Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL), Balai Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai (BPDAS) Palu-Poso, Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) III,

Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah, Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah,

Dinas Kimpraswil Provinsi Sulawesi Tengah, Bapedalda Provinsi Sulawesi

Tengah, dan pakar lingkungan dari Universitas Tadulako Palu.

Forum DAS Sulawesi Tengah mempunyai tugas melakukan koordinasi multi

pihak, pengkajian terhadap kebijakan, rencana, pelaksanaan kegiatan, dan dampak

kegiatan pengelolaan DAS, sebagai masukan kepada pengambil keputusan baik

eksekutif, maupun legislatif di Provinsi Sulawesi Tengah dengan tetap

Page 81: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

70

mempertahankan independensinya, terbuka, adil dan tidak memihak salah satu

kepentingan. Forum ini secara berkala menyampaikan hasil-hasil kegiatan,

termasuk kesepakatan-kesepatan kepada Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah dan

para bupati/walikota sebagai bahan petimbangan pengambilan keputusan lebih

lanjut serta pertanggungjawaban kepada Gubernur Sulawesi Tengah.

Dewan Sumber daya Air atau disebut juga dengan parlemen air yang akan

dibentuk berdasarkan Perpres No. 12 Tahun 2008 tentang Dewan Sumber Daya

Air, merupakan satu wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air yang

mempunyai kegiatan hukum untuk dapat menghasilkan kebijakan-kebijakan

sebagai dasar dari penetapan peraturan selanjutnya. Pembentukan Dewan Sumber

Daya Air diharapkan mampu mengkoordinasikan berbagai kepentingan instansi,

lembaga, masyarakat, dan para pemangku kepentingan lainnya dalam pengelolaan

sumber daya air. Kedudukan, tugas dan fungsi dari Dewan tersebut bersifat

nonstruktural dan berada di bawah serta bertanggung jawab kepada Presiden dan

bertugas membantu Presiden dalam menyusun dan merumuskan kebijakan

nasional serta strategi pengelolaan sumber daya air. Tugas Dewan Sumber daya

Air juga menyusun dan merumuskan kebijakan pengelolaan sistem informasi

hidrologi, hidrometeorologi dan hidrogeologi pada tingkat nasional, provinsi, dan

kabupaten/kota.

Terlepas dari kontroversi terhadap UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber

Daya Air dan Perpres No. 12 Tahun 2008 tentang Dewan Sumber Daya Air,

keberadaan Dewan Sumber Daya Air pada tingkat nasional, provinsi, dan

kabupaten/kota adalah lembaga yang sangat penting untuk mengurai konflik

pemanfaatan sumber daya air, karena: a) Dewan Sumber Daya Air terdiri dari

individu-individu yang memiliki perhatian atas konservasi alam baik dari unsur

pemerintah maupun non pemerintah; b) Dewan Sumber Daya Air adalah lembaga

di bawah pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mengatur tata kelola

sumber daya air secara spesifik dan komprehensif, sehingga penanganan konflik

pemanfaatan sumber daya air diharapkan akan lebih efektif diselesaikan oleh

adanya lembaga ini; dan c) pemanfaatan sumber daya air berperan sebagai filter

untuk menekan kemungkinan terjadinya komersialisasi air.

Page 82: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

71

Masalah konflik kewenangan, tumpang tindih, dan perebutan penggunaan

sumber daya air yang selama ini selalu menjadi masalah, berusaha diatasi dengan

cara pembentukan Dewan Sumber daya Air tingkat nasional, propinsi,

kabupaten/kota, dan wilayah sungai untuk mengintegrasikan kepentingan lintas

sektoral/multidisiplin, lintas wilayah, dan berbagai pihak yang berkepentingan

(stakeholders). Wadah yang dibentuk pemerintah namun beranggotakan unsur

pemerintah dan wakil non pemerintah dalam jumlah seimbang ini memiliki

hubungan kerja antar wadah yang bersifat konsultatif dan koordinatif.

Kewenangan dibagi secara tegas antara emerintah di tingkat pusat, propinsi, dan

pemerintah kabupaten/kota dalam keseluruhan rangkaian pengelolaan sumber

daya air. Ditegaskan posisi masyarakat sebagai pihak yang memiliki hak besar

untuk tidak dirugikan dalam pengelolaan air. Tetapi, masyarakat juga

berkewajiban untuk memperhatikan kepentingan umum. Implikasi dari kewajiban

tersebut adalah mengutamakan kepentingan konservasi dan pengamanan

infrastruktur sumber daya air.

Keberadaan Dewan Sumber Daya Air dan Forum DAS pada tingkat

nasional, provinsi, dan kabupaten/kota diharapkan bisa menjadi wadah koordinasi

dan motor penggerak dari proses pengelolaan sumber daya air yang menyeluruh

dan terpadu dengan dasar kerja secara koordinatif dan konsultatif, terlebih

keberadaannya telah lama dinantikan untuk mengatasi berbagai persoalan

pengelolaan sumber daya air di Indonesia.

Khusus di DAS Gumbasa, masalah rendahnya koordinasi lintas sektor dalam

program konservasi sumber daya air diharapkan dapat menjadi lebih harmonis

dengan terbentuknya Forum DAS dan Dewan Sumber Daya Air Provinsi Sulawesi

Tengah, serta Forum DAS dan Dewan Sumber Daya Air Kabupaten Donggala.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi koordinasi

Hasil analisis ISM menunjukkan bahwa dari 18 faktor yang dianalisis, terdapat 2 faktor yang mempengaruhi fungsi koordinasi di posisi independent, tidak ada faktor yang mempengaruhi fungsi koordinasi di posisi linkage, 3 faktor yang mempengaruhi fungsi koordinasi di posisi dependent, dan 13 faktor yang mempengaruhi fungsi koordinasi di posisi autonomous. Besarnya pengaruh setiap

Page 83: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

72

faktor diidentifikasi melalui besarnya daya penggerak (driver power) dan ketergantungan (dependence), seperti ditunjukkan pada Gambar 16.

Gambar 16. Diagram Indikator Pengaruh Setiap Faktor Terhadap Fungsi

Koordinasi dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Posisi dan perbandingan besarnya bobot driver power-dependence (DP-D) relatif setiap faktor ditunjukkan pada Gambar 17 dan Tabel 15.

Gambar 17. Posisi Setiap Faktor dalam Mempengaruhi Fungsi Koordinasi dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

0,0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1,0

0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0

Dependence (D)

Driv

er P

ower

(DP)

Independent Linkage

Autonomous Dependent

(1,2,3,4,5,7,8,9,11,12,13,15,16)

(6,10)

(14,17) (18)

Dri

ver P

ower

(DP)

Rel

atif

Dependence (D) Relatif) Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan nomor/kode faktor yang mempengaruhi fungsi koordinasi

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Nomor/Kode Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Koordinasi

Driv

er P

ower

(DP)

-Dep

ende

nce

(D)

Driver PowerDependence

Page 84: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

73

Tabel 15. Posisi dan Bobot Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Koordinasi Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Posisi Faktor-Faktor Bobot DP D

Independent (Pengaruh terhadap program kuat, tetapi keterkaitannya dengan faktor lainnya lemah)

6. Rendahnya kualitas SDM 10. Sifat multisektor/multidisiplin

1,00 1,00

0,33 0,33

Rata-rata 1,00 0,33 Linkage (Pengaruh terhadap program dan keterkaitannya dengan faktor lainnya kuat)

- - -

- - -

- - -

Rata-rata - - Dependent (Pengaruh terhadap program lemah, tetapi keterkaitannya dengan faktor lainnya kuat)

14. Kesenjangan kebijakan Pengelolaan DAS dan sektor 17. Kurangnya pembinaan 18. Lemahnya kontrol sosial

0,33 0,33 0,33

0,67 0,67 1,00

Rata-rata 0,33 0,78 Autonomous (Pengaruh terhadap program dan keterkaitannya dengan faktor lainnya lemah)

1. Adanya kebijakan yang top down 2. Lemahnya pengorganisasian 3. Ketidakterlibatan lembaga dalam perencanaan 4. Lemahnya fungsi oprasional institusi 5. Lemahnya fungsi regulasi institusi 7. Adanya sikap sektoralisentris 8. Konflik vertikal 9. Konflik horisontal 11. Lemahnya kontrol vertikal 12. Ketidakjelasan lembaga koordinator 13. Ketergantungan pada juklak/juknis 15. Lemahnya dukungan insentif 16. Lemahnya komitmen aparat pemerintah

0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

Rata-rata 0,33 0,33 Keterangan :

DP = Driver Power Relatif DP-D < 0,50 = Kecil/lemah/tidak penting D = Dependence Relatif DP-D ≥ 0,50 = Besar/kuat/penting

Hasil analisis ISM pada Gambar 17 dan Tabel 15, menunjukkan bahwa ada dua faktor di posisi independent yang mempengaruhi lemahnya fungsi koordinasi, yaitu: rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), dan sifat multisektor/ multidisiplin (heterogenitas organisasi), dengan bobot rata-rata DP relatif= 1,00 dan D relatif= 0,33. Kedua faktor ini memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap lemahnya fungsi koordinasi dan ketergantungan pada faktor lainnya kecil, sehingga merupakan faktor kunci.

Rendahnya kualitas SDM merupakan masalah umum di daerah dalam wilayah DAS Gumbasa. Kualitas SDM sering dikaitkan dengan jenjang pendidikan formal, sehingga memunculkan persepsi bahwa daerah kekurangan SDM yang bermutu. Meskipun demikian, harus disadari bahwa kualitas SDM tidak hanya diukur dengan pendidikan formal, tetapi juga dari sisi kualifikasi dan pendidikan non formal. Karena itu guna mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan pembinaan SDM. Pembinaan SDM yang dimaksudkan tidak hanya dalam bentuk pendidikan formal, tetapi juga termasuk segala upaya untuk melibatkan stakeholders dalam berbagai bentuk instrumen, misalnya melalui penyelenggaraan pendidikan luar sekolah (PLS). Melalui keterlibatan ini

Page 85: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

74

stakeholders akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan. Untuk meningkatkan kesejahteraan warga, kuncinya adalah peningkatan kualitas SDM. Alam menyediakan banyak potensi, diperlukan kerja keras, tanggung jawab, dan kejujuran pemerintah daerah untuk mewujudkan peningkatan kualitas SDM dan potensi daerahnya.

Harus diakui bahwa di dalam konservasi sumber daya air, selain dana yang memadai juga harus didukung oleh SDM yang mumpuni. SDM seringkali masih belum mendukung, di mana personil yang seharusnya bertugas melaksanakan konservasi sumber daya air (termasuk aparat pemda) banyak yang belum memahami secara baik tentang arti pentingnya kelestarian sumber daya air.

Sifat multisektor/multidisiplin (heterogenitas organisasi) adalah salah satu faktor yang harus mendapat perhatian serius dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa. Penanggulangan bencana banjir dan longsor meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, mitigasi, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Penanggulangan banjir dan longsor tersebut tidak bisa dilakukan oleh hanya satu sektor atau satu departemen teknis saja, melainkan harus bersifat multisektor dan multi pihak serta melibatkan beberapa wilayah administrasi pemerintahan. Dengan demikian diperlukan koordinasi, integrasi, sinergi dan sinkronisasi (KISS) para pihak tersebut dalam tingkat perumusan kebijakan, perencanaan program, implementasi kegiatan dan penganggaran/ pembiayaannya, termasuk mengoptimalkan peran Dewan SDA, Forum DAS, MKTI, dan Masyarakat Hidrologi Indonesia. Sangat diperlukan komitmen Pemerintah, Pemerintah Daerah dan para pihak lain yang berkepentingan (BUMN/BUMD/BUMS dan masyarakat) dalam pembiayaan kegiatan-kegiatan konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa secara berkelanjutan.

Kelembagaan konservasi sumber daya air yang mantap ditentukan oleh sumber daya manusia yang kompeten, organisasi yang efektif menurut kerangka kewenangan masing-masing dan tata hubungan kerja yang fungsional. Untuk membangun fungsi koordinasi konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, ada dua progran yang harus dilakukan, yaitu: 1) meningkatkan kualitas SDM, dan 2) memperbaiki koordinasi antar sektor/disiplin pada setiap program instrumen konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

Hasil analisis ISM pada Gambar 17 dan Tabel 15, menunjukkan bahwa ada tiga faktor di posisi dependent, yaitu: kesenjangan kebijakan pengelolaan DAS dan sektor, kurangnya pembinaan, dan lemahnya kontrol sosial. Ketiga faktor

Page 86: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

75

tersebut berada pada posisi dependent dengan rata-rata bobot DP relatif= 0,33 dan D relatif= 0,78. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga faktor tersebut memiliki pengaruh kecil terhadap lemahnya fungsi koordinasi, tetapi ketergantungan terhadap faktor lain besar.

Faktor-faktor tersebut secara umum kurang mempengaruhi fungsi koordinasi. Meskipun ada pengaruhnya, namun hal itu merupakan akibat yang ditimbulkan oleh faktor-faktor lain. Sebagai contoh munculnya kesenjangan kebijakan pengelolaan DAS dan sektor merupakan akibat dari sifat multisektor/multidisiplin (heterogenitas organisasi). Upaya pemecahan masalah kesenjangan kebijakan pengelolaan DAS dan sektor ini tidak perlu diprioritaskan dan akan selesai dengan sendirinya jika faktor penyebabnya sudah diatasi. Oleh karena itu, untuk mengefektifkan fungsi koordinasi konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, pengembangan ketiga faktor ini tidak perlu diprioritaskan secara khusus.

Kelompok faktor-faktor yang berada pada posisi autonomous berdasarkan hasil analisis ISM pada Gambar 17 dan Tabel 15, terdiri atas 13 faktor, yaitu: adanya kebijakan yang top down, lemahnya pengorganisasian, ketidakterlibatan lembaga dalam perencanaan, lemahnya fungsi oprasional institusi, lemahnya fungsi regulasi institusi, adanya sikap sektoralisentris, konflik vertikal, konflik horisontal, lemahnya kontrol vertikal, ketidakjelasan lembaga koordinator, ketergantungan pada juklak/juknis, lemahnya dukungan insentif; dan lemahnya komitmen aparat pemerintah.

Faktor-faktor yang berada di posisi autonomous dengan rata-rata bobot DP relatif= 0,33 dan D relatif= 0,33, menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh yang lemah terhadap implementasi kebijakan konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa dan ketergantungan terhadap faktor lainnya juga kecil. Hal ini berarti bahwa posisi faktor-faktor tersebut sangat otonom, yaitu di samping tidak menunjukkan pengaruh, juga tidak tergantung pada faktor lainnya. Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut tidak perlu diprioritaskan dalam hal pengembangan konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

Struktur Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lemahnya Fungsi Koordinasi dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Untuk melihat struktur faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi koordinasi konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, disusun struktur yang ditunjukkan pada Gambar 18. Gambar tersebut mencerminkan bahwa faktor rendahnya

Page 87: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

76

kualitas SDM, dan sifat multisektor/multidisiplin (heterogenitas organisasi), menduduki posisi level satu atau faktor kunci yang berarti kedua faktor ini paling besar pengaruhnya terhadap lemahnya fungsi koordinasi. Level dua ditempati oleh faktor kesenjangan kebijakan pengelolaan DAS dan sektor. Sedangkan level tiga ditempati oleh faktor lemahnya kontrol sosial.

Berdasarkan Gambar 18, dapat disimpulkan bahwa hanya ada satu kelompok faktor yang mempengaruhi lemahnya fungsi koordinasi, yaitu faktor-faktor di posisi independent yang mana pengaruhnya terhadap fungsi koordinasi besar tetapi ketergantungan terhadap faktor lainnya kecil. Oleh karena itu, pengembangan kedua faktor di posisi ini harus diprioritaskan, karena merupakan faktor kunci. Artinya, jika masalah rendahnya kualitas SDM, dan sifat multisektor/multidisiplin (heterogenitas organisasi) tidak dapat diatasi, maka koordinasi dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa akan semakin lemah. Tetapi, sebaliknya jika rendahnya kualitas SDM sudah ditingkatkan, dan sifat multisektor/multidisiplin (heterogenitas organisasi) sudah dikoordinir, maka fungsi koordinasi akan semakin efektif menyongsong tercapainya tujuan konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa. Sehingga, upaya mengefektifkan fungsi koordinasi konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, prioritas utama yang harus ditangani adalah dua faktor di posisi independent tersebut.

Gambar 18. Struktur Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Koordinasi

Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

6) Rendahnya kualitas SDM

10) Sifat multisektor/ multidisiplin

14) Kesenjangan kebijakan Pengelolaan DAS dan sektor

17) Kurangnya pembinaan

18) Lemahnya kontrol sosial

1) Adanya kebijakan yang top down

2) Lemahnya pengorganisasian

3) Ketidakterlibatan lembaga dalam perencanaan

4) Lemahnya fungsi oprasional institusi

5) Lemahnya fungsi regulasi institusi

7) Adanya sikap sektoralisentris

8) Konflik vertikal

9) Konflik horisontal

11) Lemahnya kontrol vertikal

12) Ketidakjelasan lembaga koordinator

13) Ketergantungan pada juklak/juknis

15) Lemahnya dukungan insentif

16) Lemahnya komitmen aparat pemerintah

Level 1

Level 2

Level 3

Page 88: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

77

Instrumen Prioritas dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Hasil analisis ISM menunjukkan bahwa dari 11 instrumen yang diduga, terdapat 3 instrumen di posisi independent, 2 instrumen di posisi linkage, 2 instrumen di posisi dependent, dan 4 instrumen di posisi autonomous. Besarnya peran setiap instrumen diidentifikasi melalui besarnya daya penggerak (driver power) dan ketergantungan (dependence), seperti ditunjukkan pada Gambar 19.

Gambar 19. Diagram Indikator Instrumen Prioritas dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Posisi dan perbandingan besarnya bobot driver power-dependence (DP-D)

relatif setiap instrumen prioritas ditunjukkan pada Gambar 20 dan Tabel 16.

Gambar 20. Posisi Setiap Instrumen Prioritas dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

0,0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1,0

0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0

Dependence (D)

Driv

er P

ower

(DP)

Independent Linkage

Autonomous Dependent

(5,7,10)

(1,2)

(9,11)

(3,6)

(4)

(8)

Dependence (D) Relatif

Dri

ver P

ower

(DP)

Rel

atif

Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan nomor/kode instrumen prioritas

0

1

2

3

4

5

6

7

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Nomor/Kode Instrumen Prioritas

Driv

er P

ower

(DP

)-Dep

ende

nce

(D)

Driver PowerDependence

Page 89: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

78

Tabel 16. Posisi dan Bobot Setiap Instrumen Prioritas dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Posisi Instrumen Prioritas Bobot DP D

Independent (Pengaruh terhadap program besar, tetapi ketergantungannya dengan instrumen lainnya kecil)

1. Penerapan sistem teknologi informasi dan basis data

2. Penerapan teknologi konservasi 4. Pengefektifan penyuluhan lapangan

1,00

1,00 0,60

0,17

0,17 0,33

Rata-rata 0,87 0,22 Linkage (Pengaruh terhadap program dan ketergantungannya dengan instrumen lainnya besar)

9. Peningkatan partisipasi masyarakat 11. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan

petani

0,80 0,80

0,50 0,50

Rata-rata 0,80 0,50 Dependent (Pengaruh terhadap program kecil, tetapi ketergantungannya dengan instrumen lainnya besar)

3. Penerapan teknologi pasca panen 6. Pengembangan sistem pertanian konservasi

0,20 0,20

1,00 1,00

Rata-rata 0,20 1,00 Autonomous (Pengaruh terhadap program dan ketergantungannya dengan instrumen lainnya kecil)

5. Pelestarian dan pengembangan kearifan budaya masyarakat

7. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan aparat

8. Pengefektifan peran lembaga pemerintah 10. Legitimasi dan sosialisasi program

0,20

0,20

0,20 0,20

0,17

0,17

0,33 0,17

Rata-rata 0,20 0,21 Keterangan :

DP = Driver Power Relatif DP-D < 0,50 = Kecil/lemah/tidak penting D = Dependence Relatif DP-D ≥ 0,50 = Besar/kuat/penting

Hasil analisis ISM pada Gambar 20 dan Tabel 16, menunjukkan bahwa pada posisi independent terdapat tiga instrumen, yaitu: penerapan sistem teknologi informasi dan basis data, penerapan teknologi konservasi, dan pengefektifan penyuluhan lapangan dengan rata-rata bobot DP relatif= 0,87 dan D relatif= 0,22. Hal ini berarti ketiganya memiliki pengaruh yang besar terhadap konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa dan ketergantungan terhadap instrumen lainnya kecil.

Sistem informasi merupakan kumpulan dari komponen dalam organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Sering orang salah mengartikan antara sistem informasi dengan teknologi informasi. Teknologi informasi sendiri merupakan pengembangan dari teknologi komputer yang dipadukan dengan teknologi telekomunikasi. Kata Informasi sendiri telah disepakati sebagai hasil dari pengolahan data yang secara prinsip memiliki nilai yang lebih dibandingkan dengan data mentah. Sebagai contoh komputer, ini adalah suatu bentuk teknologi informasi. Dalam perkembangannya teknologi informasi berkembang dengan sangat pesatnya sampai dunia terasa sempit. Komputer di sini adalah hanya merupakan produk dari teknologi informasi. Suatu sistem informasi tidaklah harus memiliki komponen teknologi informasi.

Page 90: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

79

Sedangkan basis data (database) tidak hanya merupakan kumpulan file. Lebih dari itu, basis data adalah pusat sumber data yang caranya dipakai oleh banyak pemakai untuk berbagai aplikasi. Inti dari basis data adalah database management system (DBMS), yang membolehkan pembuatan, modifikasi, dan pembaharuan basis data; mendapatkan kembali data; dan membangkitkan laporan. Tujuan basis data yang efektif yaitu: 1) memastikan bahwa data dapat dipakai di antara pemakai untuk berbagai aplikasi; 2) memelihara data baik keakuratan maupun kekonsistenannya; 3) memastikan bahwa semua data yang diperlukan untuk aplikasi sekarang dan yang akan datang akan disediakan dengan cepat; 4) membolehkan basis data untuk berkembang dan kebutuhan pemakai untuk berkembang; dan 5) membolehkan pemakai untuk membangun pandangan personalnya tentang data tanpa memperhatikan cara data disimpan secara fisik.

Secara garis besar penyusunan sistem basis data untuk sumber daya air di DAS Gumbasa terbagi menjadi dua kegiatan utama, yaitu: 1) pengumpulan data, baik itu data sekunder maupun data primer berikut dengan proses verifikasi di lapangan untuk beberapa data dasar; dan 2) analisis terhadap data yang sudah berhasil dikumpulkan secara menyeluruh sehingga dapat dihasilkan praksarsa strategis yang tepat.

Pengaruh penerapan teknologi konservasi dan peningkatan partisipasi masyarakat terhadap konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa sangat besar. Kontribusi instrumen ini dapat dibangkitkan setelah efektifitas penyuluhan lapangan terwujud dalam instrumen pengembangan sistem pertanian konservasi, yang juga berada pada posisi independent. Kerusakan biofisik, kerugian, dan penderitaan saat dan setelah banjir tidak dapat dihindari oleh masyarakat. Kerugian harta benda dan hilangnya nyawa selalu menghantui masyarakat ketika musim hujan tiba. Tingginya curah hujan tidak dapat diminimalkan oleh teknologi konservasi. Air kiriman dari kawasan hulu dapat diminimalkan oleh penerapan teknologi konservasi. Dari sumber datangnya air, antisipasi yang dapat dilakukan adalah prediksi besarnya debit air kiriman dari hulu. Nilai prediksi yang diperoleh dapat digunakan untuk melakukan rekayasa teknologi konservasi tanah dan air.

Konservasi tanah berhubungan erat dengan konservasi air, karena setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air, dan usaha untuk mengkonservasi tanah juga merupakan konservasi air. Salah satu tujuan konservasi tanah adalah meminimumkan erosi pada suatu lahan. Laju erosi

Page 91: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

80

yang masih lebih besar dari erosi yang dapat ditoleransikan merupakan masalah yang bila tidak ditanggulangi akan menjebak petani kembali ke dalam siklus yang saling memiskinkan. Tindakan konservasi tanah merupakan cara untuk melestarikan sumber daya alam.

Penyuluhan adalah pemberian informasi kepada masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memakai media informasi. Untuk mengefektifkan penyuluhan lapangan harus dimulai dari penataan lembaga yang mewadahinya. Hal ini perlu dilakukan karena selama otonomi daerah, kelembagaan penyuluhan lapangan di bidang petanian dan kehutanan memerlukan pembenahan, mengingat banyaknya penyuluh yang dialihfungsikan ke dinas/ instansi teknis lainnya, sehingga peran yang sesungguhnya semakin tidak efektif.

Hasil analisis ISM pada Gambar 20 dan Tabel 16, menunjukkan bahwa pada posisi linkage terdapat dua instrumen, yaitu: peningkatan partisipasi masyarakat; dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dengan rata-rata bobot DP relatif= 0,80 dan D relatif= 0,50. Hal ini berarti kedua instrumen tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, tapi ketergantungan terhadap instrumen lainnya juga besar.

Pendekatan partisipatif disadari mutlak diperlukan dalam mencapai keberhasilan pembangunan. Lahirnya metode partisipasi masyarakat dalam pembangunan dikarenakan adanya kritik bahwa masyarakat diperlakukan sebagai obyek, bukan subyek. Metode Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan perkembangan dari metode-metode terdahulu, di antaranya RRA (Rapid Rural Appraisal). Definisi yang tepat tentang PRA masih terus diperdebatkan, namun yang perlu dipertegas adalah perbedaannya dengan RRA, di mana RRA adalah bentuk pengumpulan informasi/data oleh “orang luar” yang kemudian dibawa keluar dan dianalisisnya sendiri. Sebaliknya PRA merupakan kegiatan yang partisipatif. Walaupun teknik yang dipergunakan bisa sama, tetapi “orang luar” hanya berperan sebagai pemandu, perantara atau fasilitator. Masyarakat didorong untuk melakukan kegiatan menggali informasi tentang permasalahan mereka, kemudian menganalisis dan menentukan cara terbaik dalam mengatasi masalah.

Peningkatan pengetahuan/keterampilan petani dan pengefektifan penyuluhan lapangan adalah dua instrumen prioritas yang saling berkaitan. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani adalah instrumen yang sangat penting mengingat petani sebagai ujung tombak dalam mencapai keberhasilan program konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa. Meskipun program sudah tertata

Page 92: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

81

sedemikian bagus, tetapi tidak disertai dengan kemampuan dalam pelaksanaannya di lapangan, hasilnya akan berujung dengan kegagalan. Upaya peningkatan pengetahuandan keterampilan petani dapat dilakukan melalui pelatihan teknis, sekolah lapang/demonstrasi paket teknologi, dan temu usaha.

Pemberdayaan petani dengan penyuluhan, kampanye, dan bimbingan tentang pelestarian lingkungan diintensifkan sebagai program pembangunan pemerintah daerah. Dalam hal ini, peran pemerintah sebagai fasilitator, tokoh, dan pemuka masyarakat sebagai sosok anutan, lembaga swadaya masyarakat (LSM) sebagai pendamping pembangunan, dan perguruan tinggi sebagai pengembang teknologi sangat berarti untuk melangkah bersama dalam memberdayakan peran aktif petani sebagai upaya pengendalian banjir atau kekeringan di DAS Gumbasa.

Kelima instrumen di posisi independent dan linkage merupakan instrumen prioritas kunci dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa. Tindakan pengelolaan DAS meliputi bidang-bidang biofisik, pemberdayaan masyarakat, dan kelembagaan. Bidang biofisik adalah rehabilitasi kondisi lahan kawasan daerah aliran sungai untuk dijadikan arahan di dalam program perencanaan konservasi sumber daya air di Das Gumbasa secara terpadu.

Hasil analisis ISM pada Gambar 20 dan Tabel 16, menunjukkan bahwa pada posisi ini terdapat dua instrumen, yaitu: penerapan teknologi pasca panen, dan pengembangan sistem pertanian konservasi. Kedua instrumen tersebut berada pada posisi dependent dengan rata-rata bobot DP relatif= 0,20 dan D relatif= 1,00. Hal ini menunjukkan bahwa kedua instrumen tersebut memiliki pengaruh yang sangat lemah terhadap program konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, tetapi ketergantungan terhadap instrumen lain besar.

Kelompok instrumen yang berada pada posisi autonomous berdasarkan hasil analisis ISM pada Gambar 20 dan Tabel 16, terdiri atas 4 instrumen, yaitu : pelestarian dan pengembangan kearifan budaya masyarakat, peningkatan pengetahuan dan keterampilan aparat, pengefektifan peran lembaga pemerintah, dan legitimasi dan sosialisasi program.

Instrumen-instrumen yang berada di posisi autonomous dengan rata-rata bobot DP relatif= 0,20 dan D relatif= 0,21, menunjukkan bahwa instrumen-instrumen tersebut memiliki pengaruh yang sangat lemah terhadap implementasi kebijakan konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa dan ketergantungan terhadap instrumen lainnya juga kecil. Hal ini berarti bahwa posisi instrumen-

Page 93: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

82

instrumen tersebut sangat otonom, yaitu di samping tidak menunjukkan pengaruh, juga tidak tergantung pada instrumen lainnya. Oleh karena itu, instrumen-instrumen tersebut tidak perlu diprioritaskan dalam hal pengembangan konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

Struktur Instrumen Prioritas dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Untuk melihat struktur prioritas setiap instrumen, maka disusun struktur instrumen prioritas tersaji pada Gambar 21, yang mencerminkan bahwa: penerapan sistem teknologi informasi dan basis data, dan penerapan teknologi konservasi sebagai instrumen prioritas kunci atau menempati level 1 dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa. Selanjutnya level dua ditempati oleh instrumen pengefektifan penyuluhan lapangan. Level tiga ditempati oleh instrumen peningkatan partisipasi masyarakat dan Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani. Sedangkan pada level empat ditempati oleh instrumen penerapan teknologi pasca panen, dan pengembangan sistem pertanian konservasi.

Gambar 21. Struktur Instrumen Prioritas dalam Konservasi Sumber Daya Air di

DAS Gumbasa

Berdasarkan uraian pada Gambar 21, dapat disimpulkan bahwa dari tiga instrumen di posisi independent yang diprioritas untuk mencapai tujuan program konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, semua instrumen prioritas tersebut ketergantungan pada instrumen lainnya kecil. Sedangkan dua instrumen prioritas yang berada di posisi linkage, di samping menjadi instrumen yang diprioritaskan, juga ketergantungan pada instrumen lainnya besar.

1) Penerapan sistem teknologi informasi dan basis data 2) Penerapan teknologi konservasi

11) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani

4) Pengefektifan penyuluhan lapangan

9) Peningkatan partisipasi masyarakat

6) Pengembangan sistem pertanian konservasi

3) Penerapan teknologi pasca panen

5) Pelestarian dan pengembangan kearifan

budaya masyarakat

7) Peningkatan pengetahuan dan

keterampilan aparat

8) Pengefektifan peran lembaga

pemerintah

10) Legitimasi dan sosialisasi program

Level 1

Level 3

Level 4

Level 2

Page 94: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

83

Kinerja Fungsi Manajemen (Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan) dalam Konservasi Sumber Daya Air DAS Gumbasa

Hasil analisis AHP terhadap kewenangan pemerintahan (aktor) menunjukkan bahwa tingkat pusat dan provinsi mendominasi peran di tiga fungsi manajemen dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa yang ditandai dengan bobot masing-masing 0,455, sedangkan aktor di kabupaten memiliki peran lebih kecil dengan bobot sebesar 0,091, seperti ditunjukkan pada Gambar 22.

Gambar 22. Hasil Pembobotan Kewenangan Pemerintahan (Aktor) dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Hasil analisis AHP terhadap penilaian kinerja aktor (kriteria) dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa menunjukkan bahwa arah kebijakan top down memberikan bobot yang paling tinggi, yaitu 0,193, sedangkan tumpang tindih tugas dan kewenangan memberikan bobot paling kecil, yaitu 0,152, seperti ditunjukkan pada Gambar 23.

Gambar 23. Hasil Pembobotan Penilaian Kinerja Aktor (Kriteria) dalam

Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

0,000

0,050

0,100

0,150

0,200

0,250

KAS TTTK SMS PH KTD PS

Penilaian Kinerja Aktor (Kriteria)

Bob

ot

Keterangan:

KAS = Koordinasi Antar Sektor

TTTK = Tumpang Tindih Tugas dan Kewenangan

SMS = Sifat Multi Sektor PH = Penegakan Hukum KTD = Arah Kebijakan Top

Down PS = Peran Stakeholders

0,0000,0500,1000,1500,2000,2500,3000,3500,4000,4500,500

Pusat Provinsi Kabupaten

Kewenangan Pemerintah (Aktor)

Bob

ot

Page 95: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

84

Sedangkan hasil analisis AHP terhadap kinerja manajemen (alternatif) dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa pada Gambar 24 menunjukkan bahwa perencanaan memiliki bobot yang paling tinggi, yaitu 0,401 dibandingkan dengan pelaksanaan dan pengawasan dengan bobot masing-masing 0,307 dan 0,292.

Gambar 24. Hasil Pembobotan Kinerja Manajemen (Alternatif) dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Dominasi peran aktor tingkat pusat dan provinsi dalam pengelolaan DAS

Palu tidak bertentangan dengan kewenangan yang diamanatkan dalam UU No. 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, PP No. 25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom.

Namun dalam pelaksanaannya harus dalam kerangka kerjasama lintas sektor

bahkan lintas daerah. Sedangkan dalam konservasi sumber daya air pada wilayah

DAS Gumbasa, maka kewenangan kabupaten menjadi lebih besar dari provinsi,

karena wilayah DAS Gumbasa hanya berada di wilayah teritorial Kabupaten

Donggala.

Lemahnya perencanaan dalam pengambilan keputusan konservasi sumber

daya air di DAS Gumbasa seperti di tunjukkan pada Gambar 24, juga berkaitan

dengan kebijakan yang bersifat top down. Berdasarkan hasil analisis AHP seperti

di sajikan pada Gambar 23, di mana kebijakan yang bersifat top down merupakan

kriteria lemahnya perencanaan yang berada di urutan pertama dengan nilai 0,193.

Kebijakan yang bersifat top down adalah proses perencanaan pembangunan yang

berawal ketika pada level pemerintahan yang lebih tinggi menetapkan

acuan/kebijakan secara sepihak untuk diimplementasikan pada level di bawahnya.

0,0000,0500,1000,1500,2000,2500,3000,3500,4000,450

Perencanaan Pelaksanaan Pengaw asan

Kinerja Manajemen (Alternatif)

Bob

ot

Page 96: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

85

Perencanaan konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa yang disusun

berdasarkan pola dan acuan dari atas menimbulkan permasalahan, khususnya

terhadap pelaksanaan di lapangan yang tidak sesuai dengan karakteristik biofisik

dan sosial DAS. Karena itu banyak program yang tidak terlaksana atau terlaksana

tapi tidak membawa hasil sesuai dengan tujuan yang direncanakan, maka dalam

konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, harus dimulai melalui

pengefektifan fungsi perencanaan. Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa

lemahnya perencanaan sangat ditentukan oleh adanya dominasi peran organisasi

pemerintah di tingkat pusat dan provinsi, yang gagal membangun koordinasi

lintas sektor.

Perubahan paradigma arah penentuan kebijakan dari bersifat top down

menjadi bottom up, di mana Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai satu kesatuan

atau unit perencanaan mempunyai makna bahwa perencanaan pengelolaan DAS

harus dapat menampung seluruh kepentingan sektoral dalam rangka pembangunan

berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, di mana perlu dikembangkan pola

tata ruang yang menyerasikan tata guna lahan, air, serta sumber daya lainnya

dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang

oleh pola perkembangan kependudukan yang serasi. Menghadapi era otonomi

daerah yang semakin kondusif, perkembangan pembangunan di berbagai sektor

akan menimbulkan dinamika yang berkaitan dengan pengelolaan DAS yang tidak

hanya menuntut ditingkatkannya teknik pengelolaan DAS dan penyelenggaraan

kegiatan konservasi sumber daya air.

Beberapa prinsip konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa yang perlu

diupayakan adalah sebagai berikut: 1) perencanaan rehabilitasi hutan dan lahan

menggunakan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai unit analisis keberhasilan

yang menyangkut "on site dan off site cost" serta "benefit" dan sebagai unit dasar

manajemen; 2) pemanfaatan potensi masyarakat lokal yang tidak mengandung

risiko ekologi terutama pada hutan lindung, suaka alam dan taman nasional; 3)

penentuan tujuan rehabilitasi hutan dan lahan baik untuk tujuan tata air/lindung,

tujuan produksi (kayu dan non kayu) maupun tujuan konservasi; 4) pemberdayaan

masyarakat perlu diupayakan dengan menempatkan pemerintah sebagai fasilitator

Page 97: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

86

dan masyarakat sebagai peran utama (inisiator) penyelenggaraan rehabilitasi hutan

dan lahan; 5) adanya keterpaduan secara horizontal dan vertikal, khususnya dalam

kerangka otonomi daerah menjadi sangat penting, baik menyangkut akuntabilitas

lokal dan regional dan nasional yang berdimensi lintas sektor dimana Daerah

Aliran Sungai (DAS) dijadikan sebagai unit analisis keberhasilan; 6) konservasi

sumber daya air di DAS Gumbasa harus menjadi bagian kebutuhan masyarakat

yang disesuaikan dengan fungsi hutan dan dinamika masyarakat yang hidup dan

kehidupannya sangat dekat dan tergantung dengan sumber daya air; 7) adanya

dukungan informasi yang meliputi akurasi data, personil, metode, dukungan

teknologi dan dana yang dipergunakan untuk menata kembali struktur informasi

dalam melayani efektivitas rencana, pelaksanaan, monitoring serta pengendalian

konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa; dan 8) adanya pemahaman dan

penguasaan struktur dan proses konflik di suatu kawasan hutan dalam rangka

mengurangi potensi konflik yang mungkin terjadi, terutama adanya intervensi

budaya luar pada masyarakat lokal.

Dampak Kondisi Aktual Peran dan Koordinasi Lembaga Lintas Sektoral dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Terjadinya kelangkaan sumber daya air di beberapa daerah adalah sebagai

akibat ketidaksinkronan antara tujuan masyarakat atau petani dengan kebijakan

yang dibuat pemerintah. Motif petani mengacu pada tujuan untuk memperoleh

manfaat dan keuntungan sesegera mungkin, sedangkan kebijakan pemerintah

mengacu pada tujuan jangka panjang dan berkelanjutan untuk generasi masa kini

dan yang akan datang. Kesenjangan antara tujuan petani dan tujuan pemerintah

tersebut, menjadi konflik kepentingan khususnya dalam konservasi sumber daya

air.

Kesenjangan antara luaran dan tujuan konservasi sumber daya air di DAS

Gumbasa berkaitan dengan adanya perbedaan cara pandang antara pembuat

kebijakan dan masyarakat dalam wilayah DAS. Pembuat kebijakan memandang

konservasi sumber daya air sebagai pembangunan yang berorientasi pada

produktivitas jangka panjang, sementara harapan masyarakat adalah

pembangunan yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat dalam jangka pendek.

Page 98: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

87

Karena itu, proses perumusan kebijakan GN-RHL/Gerhan melalui pendekatan top

down, sedangkan harapan masyarakat DAS Gumbasa adalah pendekatan buttom

up yang melibatkan lapisan masyarakat mulai dari bawah.

Pengelolaan DAS Gumbasa ditandai dengan stakeholders yang multisektor,

multifungsi, multidisiplin, beranekaragam kepentingan terhadap sumber daya

alam DAS. Karena itu muncul sekian banyak aturan dan kebijakan yang berkaitan

dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam DAS. Kadang-kadang

kebijakan yang dibuat tumpang tindih, sehingga menimbulkan masalah baru

dalam pelaksanaannya.

Kondisi aktual peran dan koordinasi lembaga lintas sektoral dalam

konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, berdampak dalam perumusan dan

implementasi kebijakan organisasi pemerintah terkait yang seharusnya dilakukan

dalam satu ikatan koordinasi berasarkan fungsi masing-masing. Namun, pada

kenyataannya, perencanaan kebijakan GN-RHL/Gerhan di DAS Gumbasa

dirumuskan, organisasi pemerintah terkait yang ada di daerah dilibatkan hanya

pada tahap pembahasan dan sosialisasi dari program yang sudah tersusun. Oleh

karena itu, dapat dikemukakan bahwa perumusan kebijakan GN-RHL/Gerhan di

DAS Gumbasa melalui pendekatan yang bersifat top down, didominasi oleh peran

organisasi pemerintah pusat tanpa melibatkan organisasi pemerintah yang ada di

daerah. Hal inilah kemudian menjadi tantangan implementasi, di mana organisasi

pemerintah di daerah tidak mengadopsi kebijakan GN-RHL/Gerhan ke dalam

kebijakan instansi masing-masing.

Kebijakan konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, seperti: Gerakan

Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL/Gerhan) dirumuskan melalui

formulasi program yang kebanyakan merupakan arahan dari pusat, atas dasar

kepentingan organisasi pemerintah tertentu tanpa mengembangkan integrasi

fungsional antar sektor, sehingga melahirkan egoisme sektoral pada masing-

masing organisasi pemerintah dalam konservasi sumber daya air di DAS

Gumbasa.

12) Bapedalda Kabupaten Donggala

Page 99: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisis kondisi aktual peran dan koordinasi lembaga lintas sektoral dalam konservasi sumberdaya air di DAS Gumbasa, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL), Balai Pengelolaan DAS

(BPDAS) Palu-Poso, dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Donggala adalah organisasi pemerintah yang berperan penting dalam program konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

2. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air, UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, PP No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan, dan UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan kuat terhadap konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

3. Kinerja fungsi koordinasi antar organisasi pemerintah dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa termasuk kategori lemah yang dipengaruhi oleh faktor sifat multisektor/multidisiplin (heterogenitas organisasi) dan rendahnya kualitas SDM.

4. Penerapan sistem teknologi informasi dan basis data, penerapan teknologi konservasi, pengefektifan penyuluhan lapangan, peningkatan partisipasi masyarakat, dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani merupakan instrumen prioritas yang penting untuk dikembangkan.

5. Penyebab utama ketidakberhasilan program konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa dari segi fungsi manajemen adalah lemahnya kinerja perencanaan.

Saran

Dalam rangka peningkatan peran dan kinerja fungsi koordinasi lembaga lintas sektoral dalam konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa, disarankan untuk menyusun rencana pengelolaan DAS Gumbasa secara terpadu melalui koordinasi organisasi pemerintah pusat dan provinsi dengan melibatkan semua organisasi pemerintah terkait di kabupaten dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program konservasi sumber daya air di DAS Gumbasa.

Page 100: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah K, Mulyana N, Idung R (Indonesian Team), and Alcamo J, Priess J, Nitschulze J, Mimmler M (German Team). 2005. Use of Powersim to Study Water Balance at Gumbasa Catchment, Central Sulawesi. Bogor. Research Project on Stability of Rain Forest Margins (STORMA). Phase II 2003-2006. Bogor Agricultural University, University of Tadulako, University of Goettingen and University of Kassel.

Anwar A. 2000. Masalah Ekonomi dan Kelembagaan Perikanan. Bogor. Tesis Magister Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana IPB.

Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor. IPB Press.

Asdak C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Barlowe R. 1986. Land Recources Economic : The Economic of Real Estate. New Jersey. Prentice-Hall Inc.

Bastaman H. 2000. Kebijakan Dalam Pengelolaan Terpadu Daerah Aliran Sungai (DAS) Di Dalam Tim ProLH-GTZ, (editor). Prosiding Diskusi Panel Sistem Pengelolaan Terpadu Daerah Aliran Sungai. Jakarta. Kantor Menteri Negara LH. Tanggal 14-15 September 2000.

BPDAS Palu-Poso. 2007. Laporan Akhir Identifikasi Karakteristik Daerah Tangkapan Gumbasa Sub DAS Palu Hulu DAS Palu. Palu. Pusat Kajian Pengembangan Sumber daya Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan.

_______________. 2008. Basis Data DAS Palu. Palu. Kerjasama BPDAS Palu-Poso Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan dan Fakultas Geografi UGM Yogyakarta.

BPS. 2006. Donggala Dalam Angka. Palu. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah.

BBTNLL. 2008. Taman Nasional Lore Lindu. Palu. Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah.

BWSS III. 2008. Perencanaan Konservasi Danau Lindu Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Palu. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber daya Air Balai Wilayah Sungai Sulawesi III.

Danida. 1998. The Philipines Strategy for Improved Watershed Resources Management: Under The Auspices of The Government of The Philipines/World Bank Water Resources Development. Quezon City : Project Watershed Management Improvement Componenet.

Darajati W. 2001. Perencanaan Daerah Pengaliran Sungai Dalam Rencana Pembangunan Nasional. Prosiding Seminar Sistem Pengelolaan Daerah Pengaliran Sungai. Kerjasana Pemerintah Indonesia-Jerman. Jakarta. Kantor Menteri Negara LH/BAPEDAL – GTZ.

Page 101: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

90

David FR. 1998. Concepts of Strategy Management. Upper Saddle River New Jersey. Prentice – Hall Inc.

Didu MS. 2001. Analisis Posisi dan Peran Lembaga serta Kebijakan Dalam Proses Pembentukan Lahan Kritis. Jurnal Teknologi Lingkungan. Volume 2. Nomor 1. Januari 2001. ISSN 1411-318X. Hlm. 93-105.

Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Balai Taman Nasional Lore Lindu, dan The Nature Concervancy. 2001. Draft Rencana Pengelolaan Taman Nasional Lore Lindu Tahun 2002-2027. Palu.

Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem : Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Edisi Kedua. Bogor. IPB Press.

Grigg N. 1996. Water Resources Management : Principles, Regulations and Cases. McGraw-Hill.

Harto SBr. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hayami Y, Kikuchi M. 1987. Dilema Ekonomi Desa : Suatu Pendekatan Ekonomi Terhadap Perubahan Kelembagaan Di Asia. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.

Helweg OJ. 1985. Water Resources : Planning and Management. New York : Copyright by John Wiley and Sons, Inc. United States of Amerika.

Hikam Z. 2002. Koflik tapal batas di Taman Nasional Lore Lindu. Dalam M Nasir Abas,T Siera dan SA Awang (Editors) Interaksionisme Simbolik Dongi-Dongi. Yogyakarta. Debut Press.

Irianto H dan Bungin B. 2001. Pokok-Pokok Penting Tentang Wawancara. Dalam : Burhan Bungin (Editor) Metodologi Penelitian Kualitatif : Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Kartodiharjo H. 1999. Masalah Kebijakan Pengelolaan Hutan Alam Produksi. Bogor. Pustaka Latin.

____________, Murtilaksono K, Pasaribu HS, Suhadi U, dan Nuryantono N. 2000. Kajian Institusi Pengelolaan DAS dan Konservasi Tanah. Kelompok Pengkajian Pengelolaan Sumber daya Berkelanjutan (K3SB). Bogor. Koperasi Sodaliti.

____________, Murtilaksono K, dan Suhadi U. 2004. Institusi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai : Konsep dan Pengantar Analisis Kebijakan. Bogor. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Kodoatie RJ, Sjarief R. 2005. Pengelolaan Sumber daya Air Terpadu. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Lier HNV, Jaarsma CF, Jurgens CR, De Buck AJ. 1994. Sustainable Land Use Planning. Amsterdam : Elsevier.

Mangundikoro A. 1985. Dasar-Dasar Pengelolaan DAS Terpadu. Yogyakarta. Lokakarya Pengelolaan DAS Terpadu.

Page 102: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

91

Montesari. 2002. Tumpang tindih peruntukan lahan di Taman Nasional Lore Lindu. Dalam M Nasir Abas,T Siera dan SA Awang (Editors) Interaksionisme Simbolik Dongi-Dongi. Yogyakarta. Debut Press.

Ngadiono. 2004. 35 Tahun Pengelolaan Hutan Indonesia. Refleksi dan Prospek. Bogor. Yayasan Adi Sanggoro.

Pakpahan A. 1997. Pengembangan Sumber daya Manusia dan Kelembagaan Dalam Memantapkan Pelaksanaan Gerakan Hemat Air. Di Dalam Baharsiah JS, et al. (Editor). Sumber daya Air dan Iklim Dalam Mewujudkan Pertanian Efisien. Jakarta : Kerjasama Departemen Pertanian dengan Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia (PERHIMPI).

Pasaribu SH. 1996. Pengembangan Kelembagaan Pembangunan RRL Dalam Konteks Pengelolaan DAS. Alas Ketu Wonogiri : 1 – 5 Oktober 1996. Kursus Penyegaran Kepala Balai/Sub Balai RLKT.

Ponulele A. 1988. Pemantauan Dampak Proyek Irigasi Gumbasa Terhadap Lingkungan Biologi di Lembah Palu Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Bogor. Tesis Magister Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

Priyono CNS. 2002. Pinus dan Hasil Air : Ekstraksi Hasil-Hasil Penelitian tentang Pengaruh Hutan Pinus terhadap Erosi dan Tata Air yang dilaksanakan oleh: UGM, IPB, UNIBRAW dan BP2TPDAS Surakarta. Bogor.

Rustiadi E, Saefulhakim S, Dyah RP. 2007. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Bogor : Fakultas Pertanian IPB.

Saaty TL. 1986. Decision Making for Leaders : The Analytical Hierarchy Process for Decision in Complex World. Pittsburgh. RWS Publications.

Seyhan E. 1977. The Watershed as an Hydrologic Unit. Utrecht Geografisch Instituut der Rijkuniversiteit.

Sinukaban N, Tarigan SD, Purwakusuma B, Baskoro DPT, and Wahyuni ED. 2000. Analysis of Watershed Function. Sediment Transfer Across Various Types of Filter Strips. Bogor. IPB.

___________, Pawitan H, Tarigan SD, dan Hidayat Y. 2006. Kajian Dampak Perambahan Hutan Taman Nasional Lore Lindu Terhadap Fungsi Hidrologi dan Beban Erosi. Bogor. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing (XIII) Tahun Anggaran 2005-2006.

___________. 2006. Pengelolaan Sumber daya Air Ditinjau Dari Aspek Ekologi, Ekonomi, dan Sosial Budaya. Bandar Lampung. Makalah Disampaikan pada Seminar Sehari Pengelolaan Sumber daya Air, Dewan Air Kota Bandar Lampung, 28 Nopember 2006.

___________. 2007a. Catatan Kuliah Pengelolaan DAS. Bogor. Program Studi Pengelolaan DAS Pascasarjana IPB.

___________. 2007b. Konservasi Tanah dan Air Kunci Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta. Direktorat Jenderal RLPS Departemen Kehutanan.

Page 103: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

92

SMERI-UNDP. 1997. Agenda 21 Indonesia : A National Strategi for Sustainable Development. Jakarta. State Ministry for Environment Republik of Indonesia United Nation Development Programme.

Soewarno. 1991. Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai (Hidrometri). Bandung : Nova.

Sosrodarsono S, Tominaga M, Gayo MM. 1985. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Sudikan SY. 2001. Ragam Metode Pengumpulan Data : Mengulas Kembali Pengamatan, Wawancara, Analisis Life History, Analisis Folklore. Di Dalam Metodologi Penelitian Kualitatif : Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Burhan Bungin (Editor). Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Sudjarwadi, 1988. Model Hidrologi. Yogyakarta : PAU Ilmu Teknik Universitas Gadjah Mada.

Sudradjat A dan Yustina I. 2002. Mencari Format Desentralisasi Kehutanan pada Masa Transisi. Jakarta. Nectar Indonesia.

Swastha DHB dan Sukotjo W. 2000. Pengantar Bisnis Modern : Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern. Edisi Ketiga. Yogyakarta. Liberty.

Sys RV, and Debaveye. 1991. Land Evaluation : Part 11, Methods in Land Evaluation. Agricultural Publication No. 7. General Administration for Development Cooperation. Brusel Belgium. Place du Camp de Mars 5.

Tajuddin D. 1999. Model Kelembagaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan Produksi. Bogor. Pustaka Latin.

Thaha AR. 2001. Studi Erosi Tanah di Kawasan Taman Nasional Lore Lindu dan Sekitarnya. Palu. The Nature Concervancy, Lore Lindu Field Office.

Widjajanto D, Monde A, Sudhartono A, dan Paada A. 2003. Studi Air di Daerah Aliran Sungai Gumbasa. Palu. J. Agroland. 10 : 36 – 61.

___________. 2006. Model Penggunaan Lahan Untuk Pengembangan Pertanian Berkelanjutan : Studi Kasus Daerah Aliran Sungai Gumbasa, Donggala. Bogor. Disertasi Doktor Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

William J. 1995. Community Development : Creating Community Alternatives, Vision, Analysis and Practice. Melbourne : Longman Austalia Pty Ltd.

Page 104: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

LAMPIRAN

Page 105: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

93Lampiran 1.

Structural Self Interaction Matrix (SSIM) Tabel 1. Structural Self Interaction Matrix (SSIM) Organisasi yang Berperan dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 1 O O O O O O O V O V O V V V X O O V O O O O V O V O O O V V O O 2 O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O3 O V O O O V O V V V O V V V V V O V O V V V O O O V V V V V 4 O O O O O O V O V O V O O O O V O O V O O O O O O O O O O 5 O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O 6 O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O 7 O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O 8 O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O 9 O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O 10 O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O 11 O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O 12 O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O13 O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O 14 O O O O O O O O O O O O O O O O O O O 15 O O O O O O O O O O O O O O O O O O 16 O O O O O O O O O O O O O O O O O 17 O O O O O O O O O O O O O O O O 18 O O O O O O O O O O O O O O O 19 O O O O O O O O O O O O O O 20 O O O O O O O O O O O O O 21 O O O O O O O O O O O O 22 O O O O O O O O O O O 23 O O O O O O O O O O 23 O O O O O O O O O 25 O O O O O O O O 26 O O O O O O O 27 O O O O O O 28 O O O O O 29 O O O O 30 O O O 31 O O 32 O 33

Page 106: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

94

Tabel 2. Structural Self Interaction Matrix (SSIM) Peraturan Perundang-Undangan yang Melandasi Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 O O V O V O O O V O O V V V O O O O V V O O V V 2 O O O V O O O V O V O O O V O O O O O O O O O 3 O O V O O O O O O O O O O O O O O O O V V O 4 O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O 5 O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O 6 O V O O O O O O O O O V V V V V V V V 7 O O O O O O O O O O O O O O O O O O 8 O O O O O O O O O O O O O O O O O 9 O O A O O O O O O O O O O O O O

10 O A A O O O O O O O O O O O O 11 A O O O O O O O O O O O O O 12 O O O V O V V O O V V V V 13 O O O O O O V O O O O O 14 O O O O O O O O O O O 15 O O O O O O O O O O 16 A O O O O O A O O 17 O O O O O O O O 18 O O O O O O O 19 O O O O O O 20 O O O O O 21 O O O O 22 O O O 23 O O 24 V 25

Page 107: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

95

Tabel 3. Structural Self Interaction Matrix (SSIM) Fungsi Koordinasi Dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 O O O O O O O O O O O O O O O O O 2 O O O O O O O O O O O O O O O O 3 O O O O O O O O O O O O O O O 4 O O O O O O O O O O O O O O 5 O O O O O O O O O O O O O 6 O O O O O O O V O O O V 7 O O O O O O O O O O O 8 O O O O O O O O O O 9 O O O O O O O O O 10 O O O O O O V V 11 O O O O O O O 12 O O O O O O 13 O O O O O 14 O O O O 15 O O O 16 O O 17 O 18

Tabel 4. Structural Self Interaction Matrix (SSIM) Instrumen Prioritas Dalam

Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 O V V O V O V O O O

2 V O O V O O O O V

3 A O O O O O O A

4 O V O O O O O

5 O O O O O O

6 O O A O A

7 O O O O

8 O O O

9 O X

10 O

11

Page 108: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

96

Lampiran 2. Reachability Matriks

Tabel 5. Reachability Matriks Final Organisasi yang Berperan dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Page 109: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

97

Tabel 6. Reachability Matriks Final Peraturan Perundang-Undangan yang Melandasi Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 2 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 3 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 7 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Page 110: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

98

Tabel 7. Reachability Matriks Final Fungsi Koordinasi Dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 7 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Tabel 8. Reachability Matriks Final Instrumen Prioritas Dalam Konservasi

Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0

2 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1

3 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

4 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

9 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1

10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

11 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1

Page 111: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

99

Lampiran 3. Revisi Reachability Matriks

Tabel 9. Revisi Reachability Matriks Final Organisasi yang Berperan dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 DP 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 12 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 23 4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 16 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 12 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 D 3 1 1 1 2 1 1 1 4 1 5 2 5 4 5 3 2 2 4 2 2 1 3 4 2 4 1 1 2 4 4 2 2

Page 112: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

100

Tabel 10. Revisi Reachability Matriks Peraturan Perundang-Undangan yang Melandasi Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 DP 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17 2 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 16 3 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 7 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 12 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 11 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

D 1 1 1 2 1 4 1 5 3 5 3 2 2 2 2 8 1 6 6 6 5 6 6 6 7

Page 113: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

101

Tabel 11. Revisi Reachability Matriks Final Fungsi Koordinasi Dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 DP 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 3 7 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 3 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

D 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 3

Tabel 12. Revisi Reachability Matriks Final Instrumen Prioritas Dalam

Konservasi Sumber Daya Air DAS Gumbasa

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 DP

1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 5

2 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 5

3 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

4 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 3

5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1

6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1

7 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1

8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1

9 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 4

10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1

11 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 4

D 1 1 6 2 1 6 1 2 3 1 3 Keterangan :

DP = Driver Power D = Dependence

Page 114: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

102Lampiran 4.

Penilaian Responden Tentang Koordinasi Konservasi Sumber Daya Air Tabel 13. Hasil Penilaian Responden Terhadap Fungsi Koordinasi dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

No. Indikator Koordinasi Penilaian Responden Rata-Rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

I

Tugas Pokok (task) : 1. Tugas dan Fungsi 2 4 2 2 3 3 4 4 3 3 2 2 2 2 3 3 3 1 3 2 4 3 2,7 2. Kewenangan 2 3 2 2 3 3 4 4 3 3 2 2 2 2 3 3 2 1 2 1 4 2 2,5 3. Kebijakan 2 3 2 2 3 3 4 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 1 2 2,5 Rata-Rata 2 3,3 2 2 3 3 4 4 3 3 2,3 2 2 2 3 3 2,7 1,3 2,3 1,7 3 2,3 2,6

II Kegiatan (activity) 2 3 2 2 4 3 3 3 4 2 2 2 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 2,5

III

Sumber daya (resources) : 1. Pendanaan 2 3 2 2 4 3 3 3 4 2 2 2 3 3 3 4 3 1 2 1 2 2 2,5 2. Kebutuhan Informasi 2 3 2 2 4 3 3 3 4 2 2 2 2 3 3 3 3 1 4 2 2 4 2,7 Rata-Rata 2 3 2 2 4 3 3 3 4 2 2 2 2,5 3 3 3,5 3 1 3 1,5 2 3 2,6

Nilai Fungsi Koordinasi 2 3,1 2 2 3,7 3 3,3 3,3 3,7 2,3 2,1 2 2,2 2,7 3 3,2 2,9 1,1 2,4 1,7 2,3 2,4 2,6Keterangan : Nilai 1 = Sangat lemah, Nilai 2 = Lemah, Nilai 3 = Cukup baik, Nilai 4 = Baik, Nilai 5 = Sangat Baik

1. Seksi Program Balai Pengelolaan DAS (BPDAS) Palu-Poso 12. Subdin Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah 2. Seksi Kelembagaan Balai Pengelolaan DAS (BPDAS) Palu-Poso 13. Subdin Bina Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah 3. Seksi Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Balai Wilayah Sungai Sulawesi III (BWSS III) 14. Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSL) Universitas Tadulako 4. Bidang Teknis Konservasi Balai Taman Nasional Lore Lindu (BTNLL) 15. Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda Kabupaten Donggala 5. Bidang Sumber daya Air Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah 16. Subdin Rehabilitasi Lahan dan Perlindungan Hutan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten Donggala 6. Bidang Sumber daya Alam dan Lingkungan Hidup Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah 17. Seksi Irigasi Dinas Prasarana Wilayah Kabupaten Donggala 7. Bidang Lingkungan Hidup Bappedalda Provinsi Sulawesi Tengah 18. Bapedalda Kabupaten Donggala 8. Bidang Pemantauan dan Pemulihan Bappedalda Provinsi Sulawesi Tengah 19. Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan Kantor BPN Kabupaten Donggala 9. Subdin Penatagunaan Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah 20. Subdin Sarana Prasarana dan Agribisnis Dinas Pertanian Kabupaten Donggala

10. Subdin Perlindungan Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah 21. Badan Koordinasi Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sulteng 11. Subdin Pengembangan Sumber daya Air Dinas Kimpraswil Provinsi Sulawesi Tengah 22. Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan Kanwil BPN Provinsi Sulawesi Tengah

Page 115: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

103

Lampiran 5.

Matriks Perbandingan Berpasangan Tabel 14. Perbandingan Peran Aktor (Level 2)

Aktor Pusat Provinsi Kabupaten Bobot Pemeran Pusat 1 1 5 0,455 1 Provinsi 1 1 5 0,455 2 Kabupaten 1/5 1/5 1 0,091 3

Tabel 15. Perbandingan Pengaruh Kriteria Berdasarkan Peran Aktor Tingkat

Pusat (Level 3)

Kriteria KAS TTTK SMS PH KTD PS Bobot Prioritas KAS 1 1 1 1 1 1 0,160 2 TTTK 1 1 1 1 1/5 1 0,134 6 SMS 1 1 1 1 1 1 0,160 3 PH 1 1 1 1 1 1 0,160 4 KTD 1 5 1 1 1 1 0,226 1 PS 1 1 1 1 1 1 0,160 5 Tabel 16. Perbandingan Pengaruh Kriteria Berdasarkan Peran Aktor Tingkat

Provinsi (Level 3)

Kriteria KAS TTTK SMS PH KTD PS Bobot Prioritas KAS 1 1 1 1 1 1 0,167 1 TTTK 1 1 1 1 1 1 0,167 2 SMS 1 1 1 1 1 1 0,167 3 PH 1 1 1 1 1 1 0,167 4 KTD 1 1 1 1 1 1 0,167 5 PS 1 1 1 1 1 1 0,167 6 Tabel 17. Perbandingan Pengaruh Kriteria Berdasarkan Peran Aktor Tingkat

Kabupaten (Level 3)

Kriteria KAS TTTK SMS PH KTD PS Bobot Prioritas KAS 1 3 3 1 1 1 0,237 1 TTTK 1/3 1 3 1 1 1 0,168 2 SMS 1/3 1/3 1 1 1 1 0,119 3 PH 1 1 1 1 1 1 0,158 4 KTD 1 1 1 1 1 1 0,158 5 PS 1 1 1 1 1 1 0,158 6

Keterangan : KAS = Koordinasi Antar Sektor TTTK = Tumpang tindih tugas/kewenangan SMS = Sifat Multi Sektor PH = Penegakan Hukum KTD = Arah Kebijakan Top Down PS = Peran Stakeholders

Page 116: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

104

Tabel 18. Perbandingan Alternatif Berdasarkan Pertimbangan Kriteria Koordinasi Antar Sektor

Alternatif Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan Bobot Prioritas Perencanaan 1 1 1 0,33 1 Pelaksanaan 1 1 1 0,33 2 Pengawasan 1 1 1 0,33 3

Tabel 19. Perbandingan Alternatif Berdasarkan Pertimbangan Kriteria Tumpang

Tindih Tugas/Kewenangan

Alternatif Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan Bobot Prioritas Perencanaan 1 1 3 0,45 1 Pelaksanaan 1 1 1 0,32 2 Pengawasan 1/3 1 1 0,23 3

Tabel 20. Perbandingan Alternatif Berdasarkan Pertimbangan Kriteria Sifat Multi

Sektor

Alternatif Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan Bobot Prioritas Perencanaan 1 1 1 0,33 1 Pelaksanaan 1 1 1 0,33 2 Pengawasan 1 1 1 0,33 3

Tabel 21. Perbandingan Alternatif Berdasarkan Pertimbangan Kriteria Penegakan

Hukum

Alternatif Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan Bobot Prioritas Perencanaan 1 1 1 0,33 1 Pelaksanaan 1 1 1 0,33 2 Pengawasan 1 1 1 0,33 3

Tabel 22. Perbandingan Alternatif Berdasarkan Pertimbangan Kriteria Arah

Kebijakan Top Down

Alternatif Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan Bobot Prioritas Perencanaan 1 3 3 0,60 1 Pelaksanaan 1/3 1 0,20 2 Pengawasan 1/3 1 1 0,20 3

Tabel 23. Perbandingan Alternatif Berdasarkan Pertimbangan Kriteria Peran

Stakeholders

Alternatif Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan Bobot Prioritas Perencanaan 1 1 1 0,33 1 Pelaksanaan 1 1 1 0,33 2 Pengawasan 1 1 1 0,33 3

Page 117: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

105

Tabel 24. Pembobotan dan Prioritas Kriteria Aktor Pusat, Provinsi dan Kabupaten (Level 3)

Kriteria Pusat Provinsi Kabupaten Bobot Prioritas KAS 0,07 0,07 0,04 0,170 2 TTTK 0,06 0,07 0,03 0,152 6 SMS 0,07 0,07 0,02 0,159 3 PH 0,07 0,07 0,03 0,163 4 KTD 0,09 0,07 0,03 0,193 1 PS 0,07 0,07 0,03 0,163 5 Tabel 25. Pembobotan dan Prioritas Alternatif Berdasarkan Kriteria Koordinasi

Tingkat Pusat(Level 4)

Alternatif KAS TTTK SMS PH KTD PS Bobot Prioritas Perencanaan 0,05 0,06 0,05 0,05 0,14 0,05 0,410 1 Pelaksanaan 0,05 0,04 0,05 0,05 0,05 0,05 0,301 2 Pengawasan 0,05 0,03 0,05 0,05 0,05 0,05 0,289 3 Tabel 26. Pembobotan dan Prioritas Alternatif Berdasarkan Kriteria Koordinasi

Tingkat Provinsi (Level 4)

Alternatif KAS TTTK SMS PH KTD PS Bobot Prioritas Perencanaan 0,06 0,08 0,06 0,06 0,10 0,06 0,398 1 Pelaksanaan 0,06 0,05 0,06 0,06 0,03 0,06 0,309 2 Pengawasan 0,06 0,04 0,06 0,06 0,03 0,06 0,293 3 Tabel 27. Pembobotan dan Prioritas Alternatif Berdasarkan Kriteria Koordinasi

Tingkat Kabupaten (Level 4)

Alternatif KAS TTTK SMS PH KTD PS Bobot Prioritas Perencanaan 0,08 0,08 0,04 0,05 0,10 0,05 0,396 1 Pelaksanaan 0,08 0,05 0,04 0,05 0,03 0,05 0,310 2 Pengawasan 0,08 0,04 0,04 0,05 0,03 0,05 0,294 3 Tabel 28. Rata-Rata Pembobotan dan Prioritas Alternatif Berdasarkan Kriteria

Koordinasi Tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten

Alternatif Pusat Provinsi Kabupaten Bobot Prioritas Perencanaan 0,41 0,40 0,40 0,401 1 Pelaksanaan 0,30 0,31 0,31 0,307 2 Pengawasan 0,29 0,29 0,29 0,292 3

Keterangan :

KAS = Koordinasi Antar Sektor TTTK = Tumpang tindih tugas/kewenangan SMS = Sifat Multi Sektor PH = Penegakan Hukum KTD = Arah Kebijakan Top Down PS = Peran Stakeholders

Page 118: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

106

Lampiran 6. KUISIONER Seri I

Organisasi yang Berperan dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS

Gumbasa Sub elemen atau Organisasi yang diduga berperan adalah :

1 = Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Palu-Poso. 2 = Balai Wilayah Sungai Sulwesi III (BWSS III) 3 = Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BTNLL). 4 = Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) provinsi. 5 = Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) provinsi. 6 = Badan Pertanahan Nasional (BPN) provinsi. 7 = Dinas Pertanian dan Perkebunan provinsi 8 = Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah provinsi (Subdin PSDA). 9 = Dinas Kehutanan provinsi. 10 = Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) provinsi 11 = Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) kabupaten. 12 = Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) kabupaten. 13 = Badan Pertanahan Nasional (BPN) kabupaten. 14 = Dinas Pertanian kabupaten 15 = Dinas Pekerjaan Umum (PU) kabupaten. 16 = Dinas Kehutanan dan Perkebunan kabupaten. 17 = Dinas Tata Ruang Kabupaten. 18 = Penyuluh Pertanian/Kehutanan Lapangan (PPL/PKL). 19 = Dinas Prasarana Wilayah kabupaten. 20 = Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) kabupaten. 21 = Dinas Kependudukan kabupaten. 22 = Dinas Pendapatan Daerah kabupaten. 23 = Dinas Pariwisata kabupaten. 24 = Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten 25 = Perguruan Tinggi. 26 = Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). 27 = Perbankan. 28 = Usaha Kecil Menengah (UKM)/Koperasi Unit Desa (KUD). 29 = Wartawan (Pers). 30 = LSM Lingkungan. 31 = Kelompok Tani 32 = Kepolisian 33 = Kejaksaan

Petunjuk Pengisian :

Isilah kolom bebas arsir dengan huruf V, A, X, dan O untuk menunjukkan sub elemen yang lebih berperan :

V, jika eij = 1, dan eji = 0 (elemen i lebih penting daripada j) A, jika eij = 0, dan eji = 1 (elemen i tidak lebih penting daripada j) X, jika eij = 1, dan eji = 1 (elemen i dan j sama penting) O, jika eij = 0, dan eji = 0 (elemen i dan j sama tidak penting)

Contoh : Mana yang lebih berperan antara BPDAS (A) dibanding BTNLL (C) dalam program konservasi sumberdaya air DAS Gumbasa? Jika A dan C sama berperan, maka pada kolom A-C diisi dengan huruf X.

Page 119: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

107

Lanjutan Lampiran 6. Kuisioner Seri I No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 23 25 26 27 28 29 30 31 32 33

Page 120: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

108

Lampiran 7. KUISIONER Seri II

Peraturan Perundang-Undangan yang Melandasi Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Sub elemen atau peraturan perundang-undangan yang diduga menjadi landasan adalah : 1 = Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air. 2 = Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. 3 = Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya. 4 = Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. 5 = Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 6 = Undang-Undang No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 7 = Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 8 = Undang-Undang No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. 9 = Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan

Propinsi Sebagai Daerah Otonom. 10 = Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air. 11 = Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air

Minum. 12 = Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan. 13 = Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai. 14 = Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 tentang Rawa. 15 = Rancangan Peraturan Pemerintah Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air. 16 = Rancangan Peraturan Pemerintah Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan

Kawasan Pelestarian Alam. 17 = Rancangan Peraturan Pemerintah Tahun 2007 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

(DAS) Terpadu. 18 = Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.421/Menhut-II/2006 tentang Fokus-Fokus Kegiatan

Pembangunan Kehutanan. 19 = Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 146/Kpts-II/1999 Tentang Pedoman

Reklamasi Bekas Tambang Dalam Kawasan Hutan. 20 = Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2000 tentang Panduan

Penyusunan Amdal Kegiatan Pembangunan Pemukiman Terpadu. 21 = Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No. 1451 K/10/Mem/2000 tentang

Pedoman Teknis Evaluasi Potensi Air Bawah Tanah. 22 = Peraturan Menteri Kehutanan No. P.12/Menhut-II/2004 tentang Penggunaan Kawasan Hutan

Lindung Untuk Kegiatan Pertambangan. 23 = Peraturan Menteri Kehutanan No. P.19/Menhut-II/2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan

Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam. 24 = Peraturan Daerah (Perda) provinsi. 25 = Peraturan Daerah (Perda) kabupaten.

Petunjuk Pengisian :

Isilah kolom bebas arsir dengan huruf V, A, X, dan O untuk menunjukkan sub elemen yang lebih melandasi :

V, jika eij = 1, dan eji = 0 (elemen i lebih penting daripada j) A, jika eij = 0, dan eji = 1 (elemen i tidak lebih penting daripada j) X, jika eij = 1, dan eji = 1 (elemen i dan j sama penting) O, jika eij = 0, dan eji = 0 (elemen i dan j sama tidak penting)

Contoh : Mana yang lebih melandasi antara Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air (A) dibanding Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (B) dalam program konservasi sumber daya air DAS Gumbasa? Jika A lebih mengatur daripada B, maka pada kolom A-B diisi dengan huruf V.

Page 121: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

109

Lanjutan Lampiran 7. Kuisioner Seri II No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Page 122: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

110

Lampiran 8. KUISIONER Seri III

Fungsi Koordinasi dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Sub elemen atau fungsi koordinasi yang diduga berpengaruh adalah :

1 = Adanya kebijakan yang top down 2 = Lemahnya pengorganisasian 3 = Ketidakterlibatan lembaga dalam perencanaan 4 = Lemahnya fungsi oprasional institusi 5 = Lemahnya fungsi regulasi institusi 6 = Rendahnya kualitas SDM 7 = Adanya sikap sektoralisentris 8 = Konflik vertikal 9 = Konflik horisontal 10 = Sifat multisektor/multidisiplin 11 = Lemahnya kontrol vertikal 12 = Ketidakjelasan lembaga koordinator 13 = Ketergantungan pada juklak/juknis 14 = Kesenjangan kebijakan pengelolaan DAS dan kebijakan sektor 15 = Lemahnya dukungan insentif 16 = Lemahnya komitmen aparat pemerintah 17 = Kurangnya pembinaan 18 = Lemahnya kontrol sosial

Petunjuk Pengisian :

Isilah kolom bebas arsir dengan huruf V, A, X, dan O untuk menunjukkan sub

elemen yang lebih berpengaruh : V, jika eij = 1, dan eji = 0 (elemen i lebih penting daripada j) A, jika eij = 0, dan eji = 1 (elemen i tidak lebih penting daripada j) X, jika eij = 1, dan eji = 1 (elemen i dan j sama penting) O, jika eij = 0, dan eji = 0 (elemen i dan j sama tidak penting)

Contoh : Mana yang lebih berpengaruh antara Adanya kebijakan yang top down (A) dibanding Lemahnya pengorganisasian (B) terhadap lemahnya fungsi koordinasi konservasi sumberdaya air di DAS Gumbasa? Jika A tidak lebih berpengaruh daripada B, maka pada kolom A-B diisi dengan huruf A.

Page 123: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

111

Lanjutan Lampiran 8. Kuisioner Seri III

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Page 124: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

112

Lampiran 9. KUISIONER Seri IV

Instrumen Prioritas dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Sub elemen atau Instrumen yang diduga menjadi prioritas adalah :

1 = Penerapan sistem teknologi informasi dan basis data 2 = Penerapan teknologi konservasi 3 = Penerapan teknologi pasca panen 4 = Pengefektifan penyuluhan lapangan 5 = Pelestarian dan pengembangan kearifan budaya masyarakat 6 = Pengembangan sistem pertanian konservasi 7 = Peningkatan pengetahuan dan keterampilan aparat 8 = Pengefektifan peran lembaga pemerintah 9 = Peningkatan partisipasi masyarakat 10 = Legitimasi dan sosialisasi program 11 = Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani

Petunjuk Pengisian :

Isilah kolom bebas arsir dengan huruf V, A, X, dan O untuk menunjukkan sub elemen yang lebih diprioritaskan :

V, jika eij = 1, dan eji = 0 (elemen i lebih penting daripada j) A, jika eij = 0, dan eji = 1 (elemen i tidak lebih penting daripada j) X, jika eij = 1, dan eji = 1 (elemen i dan j sama penting) O, jika eij = 0, dan eji = 0 (elemen i dan j sama tidak penting)

Contoh : Mana yang lebih diprioritaskan antara instrumen Penerapan sistem teknologi

informasi dan basis data (A) dibanding Penerapan teknologi koservasi (B) dalam program konservasi sumberdaya air di DAS Gumbasa ? Jika A dan B sama berperan, maka pada kolom A-B diisi dengan huruf X.

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Page 125: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

113

Lampiran 10. KUISIONER Seri V

Kinerja Fungsi Manajemen (Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan) dalam Konservasi Sumber Daya Air di DAS Gumbasa

Petunjuk Pengisian :

Isilah kotak yang telah disediakan pada setiap nomor pertanyaan, dengan menuliskan angka sebagai berikut :

A. Jika sub elemen pertama sama penting dengan sub elemen yang kedua .................... 1 B. Jika sub elemen yang pertama sedikit lebih penting dari yang kedua ............................ 3 C. Jika sub elemen yang pertama jelas lebih penting dari yang kedua ............................ 5 D. Jika sub elemen yang pertama gangat jelas lebih penting dari yang kedua ................ 7 E. Jika sub elemen yang pertama mutlak jelas lebih penting dari yang kedua ................ 9 F. Jika ragu-ragu antara A dan B ...................................................................................... 2 G. Jika ragu-ragu antara B dan C ...................................................................................... 4 H. Jika ragu-ragu antara C dan D ...................................................................................... 6 I. Jika ragu-ragu antara D dan E ...................................................................................... 8 J. Jika kebalikan dari A, B, C, D, dan E ................................................................. 1/3 – 1/9

Penilaian Sub Elemen Level 2

Sehubungan dengan penerapan fungsi manajemen terhadap program konservasi sumberdaya air di DAS Gumbasa, mana yang lebih berperan antara :

1. Tingkat Pusat dan Tingkat Provinsi ...................................................................... 2. Tingkat Pusat dan Tingkat Kabupaten .................................................................. 3. Tingkat Provinsi dan Tingkat Kabupaten ..............................................................

Penilaian Sub Elemen Level 3

Sehubungan dengan aktor tingkat pusat, mana lebih berpengaruh antara : 1. Koordinasi antar sektor dan Tumpang Tindih Tugas/Kewenangan ...................... 2. Koordinasi antar sektor dan sifat multisektor ....................................................... 3. Koordinasi antar sektor dan kontrol/penegakan hukum ....................................... 4. Koordinasi antar sektor dan arah kebijakan ......................................................... 5. Koordinasi antar sektor dan keterlibatan stakeholders ........................................ 6. Tumpang Tindih Tugas/Kewenangan dan sifat multisektor .................................. 7. Tumpang Tindih Tugas/Kewenangan dan kontrol/penegakan hukum ................. 8. Tumpang Tindih Tugas/Kewenangan dan arah kebijakan ................................... 9. Tumpang Tindih Tugas/Kewenangan dan keterlibatan stakeholders ................... 10. Sifat multisektor dan kontrol/penegakan hukum ................................................... 11. Sifat multisektor dan arah kebijakan .................................................................... 12. Sifat multisektor dan keterlibatan stakeholders .................................................... 13. Kontrol/penegakan hukum dan arah kebijakan .................................................... 14. Kontrol/penegakan hukum dan keterlibatan stakeholders .................................... 15. Arah kebijakan dan keterlibatan stakeholders ......................................................

Sehubungan dengan aktor tingkat provinsi, mana lebih berpengaruh antara :

1. Koordinasi antar sektor dan Tumpang Tindih Tugas/Kewenangan ...................... 2. Koordinasi antar sektor dan sifat multisektor ....................................................... 3. Koordinasi antar sektor dan kontrol/penegakan hukum ....................................... 4. Koordinasi antar sektor dan arah kebijakan ......................................................... 5. Koordinasi antar sektor dan keterlibatan stakeholders ........................................ 6. Tumpang Tindih Tugas/Kewenangan dan sifat multisektor .................................. 7. Tumpang Tindih Tugas/Kewenangan dan kontrol/penegakan hukum ................. 8. Tumpang Tindih Tugas/Kewenangan dan arah kebijakan ................................... 9. Tumpang Tindih Tugas/Kewenangan dan keterlibatan stakeholders ...................

Page 126: PERAN DAN KOORDINASI LEMBAGA LINTAS SEKTORAL … · RINGKASAN MUH. ANSAR. Peran ... UU No. 23 tahun 1997 tentang ... memberikan sumbangan finansial setara dengan 89,9 milyar rupiah

114

10. Sifat multisektor dan kontrol/penegakan hukum ................................................... 11. Sifat multisektor dan arah kebijakan .................................................................... 12. Sifat multisektor dan keterlibatan stakeholders .................................................... 13. Kontrol/penegakan hukum dan arah kebijakan .................................................... 14. Kontrol/penegakan hukum dan keterlibatan stakeholders .................................... 15. Arah kebijakan dan keterlibatan stakeholders ......................................................

Sehubungan dengan aktor tingkat kabupaten, mana lebih berpengaruh antara :

1. Koordinasi antar sektor dan Tumpang Tindih Tugas/Kewenangan ...................... 2. Koordinasi antar sektor dan sifat multisektor ....................................................... 3. Koordinasi antar sektor dan kontrol/penegakan hukum ....................................... 4. Koordinasi antar sektor dan arah kebijakan ......................................................... 5. Koordinasi antar sektor dan keterlibatan stakeholders ........................................ 6. Tumpang Tindih Tugas/Kewenangan dan sifat multisektor .................................. 7. Tumpang Tindih Tugas/Kewenangan dan kontrol/penegakan hukum ................. 8. Tumpang Tindih Tugas/Kewenangan dan arah kebijakan ................................... 9. Tumpang Tindih Tugas/Kewenangan dan keterlibatan stakeholders ................... 10. Sifat multisektor dan kontrol/penegakan hukum ................................................... 11. Sifat multisektor dan arah kebijakan .................................................................... 12. Sifat multisektor dan keterlibatan stakeholders .................................................... 13. Kontrol/penegakan hukum dan arah kebijakan .................................................... 14. Kontrol/penegakan hukum dan keterlibatan stakeholders .................................... 15. Arah kebijakan dan keterlibatan stakeholders ......................................................

Penilaian Sub Elemen Level 4

A. Sehubungan dengan kriteria koordinasi antar sektor, mana lebih berpengaruh terhadap kegagalan program antara : 1. Perencanaan program dan pelaksanaan program .................................... 2. Perencanaan program dan pengawasan program .................................... 3. Pelaksanaan program dan pengawasan program .....................................

B. Sehubungan dengan kriteria Tumpang Tindih Tugas/Kewenangan, mana lebih berpengaruh terhadap kegagalan program antara : 1. Perencanaan program dan pelaksanaan program .................................... 2. Perencanaan program dan pengawasan program .................................... 3. Pelaksanaan program dan pengawasan program .....................................

C. Sehubungan dengan kriteria sifat multi sektor, mana lebih berpengaruh terhadap kegagalan program antara : 1. Perencanaan program dan pelaksanaan program .................................... 2. Perencanaan program dan pengawasan program .................................... 3. Pelaksanaan program dan pengawasan program .....................................

D. Sehubungan dengan kriteria kontrol/penegakan hukum, mana lebih berpengaruh terhadap kegagalan program antara : 1. Perencanaan program dan pelaksanaan program .................................... 2. Perencanaan program dan pengawasan program .................................... 3. Pelaksanaan program dan pengawasan program .....................................

E. Sehubungan dengan kriteria arah kebijakan, mana lebih berpengaruh terhadap kegagalan program antara : 1. Perencanaan program dan pelaksanaan program .................................... 2. Perencanaan program dan pengawasan program .................................... 3. Pelaksanaan program dan pengawasan program .....................................

F. Sehubungan dengan kriteria keterlibatan stakeholders, mana lebih berpengaruh terhadap kegagalan program antara : 1. Perencanaan program dan pelaksanaan program .................................... 2. Perencanaan program dan pengawasan program .................................... 3. Pelaksanaan program dan pengawasan program .....................................