Upload
hoangnhan
View
236
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN HUMAS PT. PLN (PERSERO) AREA SAMARINDA DALAM
PROGRAM HEMAT LISTRIK DI KOTA SAMARINDA
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Strata 1
Oleh
KHAIRIYAH WAHYUNINGRUM
NIM. 1102055157
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2017
PERAN HUMAS PT. PLN (PERSERO) AREA SAMARINDA DALAM
PROGRAM HEMAT LISTRIK DI KOTA SAMARINDA
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Strata I
Disusun Oleh :
KHAIRIYAH WAHYUNINGRUM
NIM 1102055157
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2017
ABSTRAK
Khairiyah Wahyuningrum, 2011. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman, Samarinda. Peran Humas PT PLN (Persero) Area
Samarinda dalam Program Hemat listrik di Kota Samarinda, Di bawah bimbingan
ABSTRAK
Khairiyah Wahyuningrum, 2011. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman, Samarinda. Peran Humas PT PLN (Persero) Area
Samarinda dalam Program Hemat listrik di Kota Samarinda, Di bawah bimbingan
Chairul Aftah, S. IP, MIA selaku dosen pembimbing I, dan Nurliah, S.Sos,
M.Ikom selaku dosen pembimbing II.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Peran Peran Public
Relations PT PLN (Persero) Area Samarinda dalam Program Hemat listrik di
Kota Samarinda. Penelitian ini termasuk studi deskriptif kualitatif dan data primer
diperoleh melalui wawancara.
Hasil penelitian diperoleh gambaran yaitu peranan Public Relations PT
PLN (Persero) Area Samarinda dalam Program Hemat listrik di Kota Samarinda
sebagai peranan yang dilakukan Humas sebagai penasehat ahli adalah turut serta
memberikan nasehat kepada perusahaan bila terjadi masalah atau sedang membuat
kebijakan baru yang berhubungan dengan khalayak. Sebagai fasilitator
komunikasi telah menjelaskan bahwa semaksimal mungkin memberikan
pemahaman kepada masyarakat dengan adanya pertemuan yang dilakukan setiap
hari kerja kepada pelanggan mengenai hemat listrik ini, Peranan sebagai fasilitator
proses pemecah masalah sudah merespon dengan cepat terhadap masalah yang
terjadi di PLN Peranannya sebagai teknisi komunikasi dalam menyebarluaskan
informasi hemat listrik maka PT. PLN (Persero) juga menggunakan media
komunikasi sebagai alat bantu dalam menyampaiakan informasi hemat listrik
kepada pelanggan.
Kata Kunci:Peran, Humas, Hemat listrik
RIWAYAT HIDUP
Khairiyah Wahyuningrum, lahir pada tanggal 31 Agustus
1993 di Tanjung Selor, Kalimantan Utara. Merupakan anak
ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak
Soedjarwo dan Ibunda Sri Hariyati.
Pada Tahun 1996 memulai Pendidikan Taman Kanak-kanak
di TK Negeri Islam Tanjung Selor. Pendidikan wajib 12
tahun penulis dimulai pada tahun 1999 di Sekolah Dasar Negeri 001 Tanjung
Selor dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama melanjutkan Pendidikan
di Sekolah Menengah Pertama Negeri 02 Tanjung Selor dan lulus pada tahun
2008. Kemudian melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 01
Tanjung Selor pada tahun 2008 dan berhasil diselesaikan pada tahun 2011.
Pendidikan Strata satu (S1) penulis dimulai pada tahun 2011 di Universitas
Mulawarman Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Program Studi Ilmu
Komunikasi. Penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler pada
bulan Juni s/d Juli tahun 2014 di Desa Tanjung Palas Tengah, Kecamatan Tanjung
Palas Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara.
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim,
Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Alhamdulillah, Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT beserta
Rasulullah Muhammad SAW yang merupakan pencipta alam semesta dan sebagai
sumber dari segala ilmu, serta Muhammad SAW sebagai tauladan bagi umat,
karena atas rahmat dan karunia-Nya serta petunjuk-Nya saya dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar sarjana Strata satu (S1).
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
sebagai persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman.
Saya menyadari dalam penulisan skripsi ini adalah berkat bimbingan dan
dorongan serta bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Masjaya, Msi selaku Rektor Universitas Mulawarman
yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menempuh
perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Mulawarman
2. Bapak Dr. H. Muhamad Noor, M.si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman atas dukungan yang diberikan
kepada kami Mahasiswa FISIPOL.
3. Ibu Dra. Rosa Anggraeiny, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman beserta
staf yang telah membantu saya selama kuliah hingga selesainya skripsi ini.
4. Ibu Hj. Hairunnisa, S. Sos. MM selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Mulawarman yang telah member fasilitas selama perkuliahan untuk kami
Mahasiswa Ilmu Komunikasi.
5. Bapak Chairul Aftah, S.ip M.IA selaku pembimbing I yang banyak
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis mulai dari persiapan
hingga penyusunan serta penyelesaian skripsi ini.
6. Ibu Nurliah, S.Sos, M.Ikom selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis mulai dari persiapan
hingga penyusunan serta penyelesaian skripsi ini.
7. Ibu Silviana Purwanti,S.Sos., M.Si dan Ibu Hj. Hairunnisa, S. Sos. MM
Selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik untuk
penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen serta para staf pengajar yang telah memberikan
pengetahuan dan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan, dan juga
staf tata usaha dan staf akademik yang banyak membantu penulis dalam
kepengurusan administrasi selama kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Mulawarman.
9. Kepada kepala dan Staf di Kantor PT. PLN (Persero) Area Samarinda
yang sedia memberikan informasi serta data-data untuk melengkapi hasil
penelitian Skripsi ini.
10. Kepada kedua Orang Tua tercinta, Ayahanda Soedjarwo dan Ibunda Sri
Hariyati yang telah mendidik serta tiada hentinya memanjatkan doa,
semangat, kasih saying dan senantiasa memberikan bantuan moril serta
materil guna penyelesaian tugas akhir ini.
11. Sahabat terbaikku Tiwy, Ade Ndutz, Nisa, Asma, Sance, Ayu, Dini, Sintia,
Icha, Eka, Estin serta Andi Maman yang senantiasa selalu ada menemani
dan memberikan dukungan moril maupun materil dalam proses
penyelesaian tugas akhir ini.
12. Teman-teman Ilmu Komunikasi Kelas A (Sore) angkatan 2011 yang tidak
bisa disebutkan satu-persatu tanpa mengurangi rasa hormat, terima kasih
atas doa dan dukungan kalian. Semoga dapat sukses bersama yang
senantiasa dapat mengharumkan almamater tercinta.
13. Semoga bantuan, dukungan dan kerjasamanya yang diberikan kepada
penulisakan mendapat pahala dan balasan dari Allah SWT. Amin.
WassalamualaikumWarahmatullahWabarakatuh.
Samarinda, Nopember 2017
Khairiyah Wahyuningrum
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. v
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.1 Rumusan Masalah ................................................................................ 6
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
BAB II TEORI DAN KONSEP .............................................................. 8
2.1 Teori dan Konsep....................................................................... 8
2.1.1 Definisi Humas ................................................................. 8
2.1.2 Karakteristik Humas ......................................................... 12
2.1.3 Tujuan Humas................................................................... 16
2.1.4 Fungsi Humas ................................................................... 18
2.1.5 Peranan Humas ................................................................. 22
2.1.6 Tugas Humas .................................................................... 28
2.1.7 Kegiatan Humas ............................................................... 30
2.1.8 Hemat Listrik .................................................................... 32
2.2 Definisi Konsepsional................................................................ 34
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 36
3.1 Jenis Penelitian .......................................................................... 36
3.2 Fokus Penelitian ........................................................................ 36
3.3 Sumber dan Jenis Data Penelitian ............................................. 37
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 38
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 43
4.1 Hasil Data Penelitian ................................................................... 43
4.1.1 Sejarah PT. PLN (Perser) ................................................... 43
4.1.2 Visi dan Misi PT. PLN (Persero) ....................................... 45
4.1.3 Logo PT. PLN (Persero) .................................................... 46
4.1.4 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) .............................. 48
4.2 Hasil Penelitian ........................................................................... 53
4.2.1 Peran Humas PT. PLN Area Samarinda dalam Program
Hemat Listrik Sebagai Penasehat Ahli ............................... 53
4.2.2 Peran Humas PT PLN Area Samarinda dalam Program
Hemat Listrik sebagai Fasilitator Komunikasi ................... 57
4.2.3 Peran Humas PT PLN Area Samarinda dalam Program
Hemat Listrik sebagai Fasilitator Proses Pemecahan
Masalah .............................................................................. 62
4.2.4 Peran Humas PT PLN Area Samarinda dalam Program
Hemat Listrik sebagai Teknisi Komunikasi ...................... 66
4.2.5 Pendapat Masyarakat mengenai PT. PLN (Persero) Area
Samarinda dalam Program Hemat Listrik .......................... 70
4.3 Pembahasan ................................................................................. 72
4.3.1 Peran Humas PT. PLN Area Samarinda dalam
Program Hemat Listrik Sebagai Penasehat Ahli .............. 74
4.3.2 Peran Humas PT PLN Area Samarinda dalam
Program Hemat Listrik sebagai Fasilitator Komunikasi .... 76
4.3.3 Peran Humas PT PLN Area Samarinda dalam Program
Hemat Listrik sebagai Fasilitator Proses Pemecahan
Masalah ............................................................................ 78
4.3.4 Peran Humas PT PLN Area Samarinda dalam
Program Hemat Listrik sebagai teknisi komunikasi ......... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 83
5.1Kesimpulan .................................................................................. 83
5.2 Saran ............................................................................................ 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan Umum Listrik Negara atau lebih dikenal dengan nama
Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah suatu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) di Wilayah Republik Indonesia bergerak dalam bidang bisnis pelayanan
jasa yaitu di beri hak monopoli (sesuai dengan UUD 1945 pasal 33) untuk
memasok listrik kepada masyarakat (konsumen) yang membutuhkannya sehingga
pelanggan harus mendapatkan pelayanan yang baik dan bermutu, karena
pelayanan yang baik dan bermutu akan menimbulkan kesan yang baik dan dengan
sendirinya citra perusahaan akan baik pula. PT. PLN (Persero) Area Samarinda
merupakan kantor cabang pelayanan dari kantor PT. PLN (Persero) Wilayah
Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dari PLN. Pelayanan
yang diberikan PT. PLN (Persero) Area Samarinda berupa Pelayanan Pelanggan,
Pembacaan Meter, Pengelolaan Rekening, Pembukuan Pelanggan, Penagihan,
Pengawasan Kredit dan P2TL (Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik), serta
tersedianya Cara Hemat Energi sebagai media informasi PLN dengan
pelanggannya.
Listrik merupakan energi yang tidak mudah untuk didapat karena bukan
energi yang bebas. Pengelolaan listrik tergantung dari sumber daya alam yang
tidak tersedia untuk selamanya. Dewasa ini, suplai listrik ke rumah-rumah
penduduk semakin berkurang, diakibatkan oleh makin menipisnya sumber energi
yang dipakai untuk memproduksi listrik, yaitu energi kinetik air, minyak bumi
dan sumber lainnya seperti batubara dan panas bumi. Hal ini mengakibatkan harga
listrik juga semakin mahal dan menipis. Namun, seperti diketahui keberadaan
listrik sangat dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari, dengan listrik dapat
memudahkan masyarakat beraktivitas akan tetapi apabila tidak digunakan dengan
bijak akan dapat menimbulkan suatu kerugian.
Pemborosan listrik yang dilakukan oleh pelanggan biasanya disebabkan
karena pelanggan tidak memahami betapa pentingnya berhemat listrik demi
kelangsungan hidup, seperti membiarkan listrik yang tidak digunakan tetap
menyala. Akibat dari pemborosan tersebut sering terjadinya pemadaman listrik
sementara untuk suatu wilayah yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Area
Samarinda. Akan tetapi, selama ini masyarakat tidak pernah memahami akibat
pemadaman listrik yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Area Samarinda yang
disebabkan oleh permintaan listrik yang terus meningkat di masyarakat sementara
kapasitas pembangkit listrik yang ada pun terbatas. Terjadinya pemadaman secara
bergiliran di sejumlah wilayah di wilayah Samarinda karena adanya kelebihan
beban listrik di wilayah tersebut. Untuk mengurangi beban, PLN mengajak
masyarakat untuk melakukan penghematan listrik.
Menghemat listrik adalah suatu kegiatan yang dapat membuat konsumsi
energi listrik berkurang. Hemat energi, bukan sekedar menghemat isi dompet,
tetapi lebih jauh lagi membantu menyelamatkan bumi dari kerusakan akibat
pemanasan global (Global warming) lantaran pemakaian energi fosil (BBM-bahan
bakar minyak) yang berlebihan.
Penghematan listrik yang dilakukan, misalnya dengan cara mengurangi
konsumsi listrik terutama pada waktu beban puncak (17.00 – 22.00 WIB) menjadi
kunci utama menghindari pemadaman. Apabila 50% pelanggan PLN Area
Samarinda melakukan penghematan dengan mengurangi pemakaian energi listrik
50-100 watt setiap harinya atau setara dengan memadamkan dua titik lampu di
rumah dengan kapasitas masing-masing 25 watt, maka akan terjadi pengurangan
beban sekitar 200 MW yang setara dengan kekurangan daya yang terjadi.
Sementara itu, apabila seluruh pelanggan area Samarinda melakukan
penghematan secara berjamaah maka akan didapat penghematan sebesar 400 mw
atau setara dengan kapasitas satu pembangkit dan pemadaman bergilir tidak akan
terjadi.
Efisiensi yang di butuhkan saat ini bukan hanya mematikan alat yang tidak
sedang terpakai. PLN membutuhkan sebuah perubahan perilaku yang mendasar
dalam kehidupan, atau yang biasa disebut sebagai budaya hemat listrik. Artinya
masyarakat harus mulai jeli pada peralatan listrik yang di pakai sehari-hari.
Misalnya dengan menggunakan peralatan hemat energi (watt kecil). Selama ini
masyarakat memiliki salah persepsi. Imbauan hemat energi bukan berarti
masyarakat tidak mampu membayar. Masyarakat mampu, akan tetapi bila
menghemat energi yang tidak perlu akan lebih efektif. Dananya pun bisa
dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Melalui Program hemat listrik masyarakat
diharapkan lebih siap dan mengerti jika kelak terjadi masalah pada pembangkit
listrik. Lebih jauh dari itu, masyarakat akan memiliki antisipasi dengan energi
alternatif.
Untuk membantu masyarakat agar lebih mengetahui cara menghemat
energi khususnya energi listrik, PLN Area Samarinda telah membuat suatu
terobosan yang efektif dan efisien dalam memberikan edukasi kelistrikan kepada
pelanggan yaitu dengan cara melakukan kegiatan Hemat Listrik. Kegiatan edukasi
publik tentang pentingnya penggunaan listrik secara efisien terus dilakukan.
Kegiatan ini disediakan oleh PLN dibentuk sebagai upaya untuk meningkatkan
komunikasi antara PLN dengan pelanggannya, sehingga pelayanan PLN bisa lebih
optimal.
Posisi Humas di PT. PLN (Persero) Area Samarinda merupakan sebuah
tim yang memiliki tujuan yang selaras yaitu membangun citra perusahaan dan
sebagai ujung tombak interaksi dengan masyarakat. Humas memiliki misi yang
sama yaitu sebagai penyambung lidah PLN kepada masyarakat.
Penelitian tentang program hemat listrik akan lebih fokus ke wilayah
Samarinda. Wilayah Samarinda cukup penting sebagai obyek penelitian karena
merupakan Ibukota provinsi dimana seluruh kegiatan perkantoran dan bisnis
berpusat di Samarinda. Dengan kondisi tersebut menjadikan Samarinda sebagai
daerah tujuan pencari kerja. Tak aneh jika kebutuhan akan listrik tiap tahunnya
semakin meningkat. Saat ini jumlah pelanggan PT.PLN (Persero) Area Samarinda
yaitu 362.032 pelanggan, yang terdiri dari pelanggan rumah tangga, industri,
bisnis/usaha, sosial, gedung kantor pemerintahan serta penerangan jalan umum.
Komposisi pelanggan terbanyak masih didominasi oleh pelanggan rumah tangga,
bisnis, sosial, gedung kantor kemudian yang terkecil oleh pelanggan industri.
(sumber : arsip PLN)
Penerapan kegiatan ini kepada masyarakat tentu tidak mudah, oleh karena
itu disinilah peran Humas diperlukan. Untuk mensosialisasikan budaya
penghematan dalam masyarakat tentunya tak mudah banyak sekali melibatkan
beberapa kalangan untuk menjalankan program ini, salah satunya pihak yang
terkait adalah media. Media yang digunakan oleh PT PLN Persero yaitu media
komunikasi baik searah maupun dua arah. Media komunikasi searah meliputi
baliho, iklan layanan masyarakat, dan media cetak. Sedangkan media komunikasi
dua arah meliputi talkshow, presentasi dan komunikasi tatap muka. (Hafied
Cangara, 2008;123-126)
Maka dari itu, dalam kegiatan hemat listrik ini, Humas PT. PLN (Persero)
Area Samarinda berperan penting dalam mempublikasikan cara hemat listrik.
Serta untuk itu Humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda melakukan kegiatan
kehumasan sebagai bentuk dari peran humas antara lain membuat sebuah program
kegiatan yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan sebagai tujuan
manajemen.
Program hemat listrik yang merupakan kegiatan kehumasan PT. PLN
(Persero) Area Samarinda dalam mempublikasikan ke konsumen dan juga sebagai
kegiatan Marketing Humas. Humas PT PLN (Persero) Area Samarinda ini sangat
berperan dalam program hemat listrik di Samarinda. Salah satu peran yang perlu
dilakukan yaitu menyadarkan masyarakat untuk hidup hemat listrik. Humas
mengupayakan berbagai cara untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat
melalui sosialisasi maupun media. Humas PT PLN (Persero) Area Samarinda
dihadapkan pada kondisi dan tugas yang berat dalam perannya. Berbagai peran
penting harus diemban oleh Humas PT PLN (Persero) Area Samarinda bukan
sekedar sebagai corong perusahaan tetapi juga menjembatani kepentingan
masyarakat dengan mendorong hubungan responsive antara perusahaan dan
masyarakat. Humas harus berperan dan bersikap sebagai komunikator perusahaan
dalam penyebarluasan informasi hemat listrik dan mengupayakan berbagai cara
untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan baik perusahaan dan
masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis disini tertarik untuk
mengangkatnya kedalam sebuah tulisan atau skripsi yang berjudul “Peran Humas
PT. PLN (Persero) Area Samarinda dalam program hemat listrik di Kota
Samarinda”.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan apa yang telah di uraikan pada latar belakang masalah
diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini ialah “
Bagaimana Peran Humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda dalam program
hemat listrik di Kota Samarinda? “
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang penulis laksanakan adalah “Untuk
mengetahui dan mendeskripsikan Peran Humas PT. PLN (Persero) Area
Samarinda dalam program hemat listrik di Kota Samarinda”.
1.4 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan, diharapkan akan mendapatkan suatu
yang berguna bagi semua pihak. Sejalan dengan tujuan penelitian yang ingin
dicapai, maka penelitian ini diharapkan juga dapat berguna dan bermanfaat antara
lain:
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan akan berguna dalam memberikan informasi tentang
sejauh mana Peran Humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda dalam program
hemat listrik di Kota Samarinda.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini akan memberikan kontribusi atau manfaat bagi kalangan
akademis khususnya yang berkonsentrasi di bidang kehumasan.
BAB II
KERANGKA DASAR TEORI
2.1 Teori dan Konsep
Teori dan konsep dalam suatu penelitian merupakan bagian yang sangat
penting dalam mendukung keilmiahan dalam suatu penelitian yang sedang
dilakukan. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menggunakan teori dan konsep
yang dianggap sesuai untuk dijadikan pedoman dan landasan bagi peneliti. Teori
dan konsep juga akan memberikan batasan dan gambaran secara jelas dari setiap
penelitian yang akan dilakukan.
2.1.1 Definisi Humas
Membedakan mana yang humas dan mana yang bukan humas, baik itu
dalam pengertian humas sebagai sebuah aktivitas, divisi, ataukah profesi, tidaklah
mudah. Untuk memahami diperlukan adanya batasan atau definisi. Sementara ini
definisi tentang humas ada ratusan bahkan mungkin ribuan, karena semua orang
sepertinya boleh membuat batasan ini. Baik itu para praktisi, akademis, bahkan
orang yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan humas pun
membuat definisi.
Dari beberapa definisi di atas, dapat kita tarik benang merahnya menjadi 2
klasifikasi. Pertama, tentang karakteristik humas atau ciri-ciri humas. Kedua,
keberadaan humas dalam organisasi yang meliputi tujuan humas, fungsi humas,
tugas dan kegiatan humas.
Ada beberapa definisi Humas menurut beberapa ahli yang sering
digunakan dalam praktik Humas sehari-hari, diantaranya:
a. Definisi Public Relations dari Public Relations News
“Public Relations is the management function which evaluates public
attitudes identifies the policies and prosedures of an individual or an organization
with the public interest and executes a program of action to earn public
understanding and acceptance”.
Dalam Public Relations News didefinisikan bahwa Publik Relations adalah
fungsi manajemen yang menilai sikap publik, menyatakan kebijaksanaan dan
prosedur dari individu atau organisasi atas dasar kepentingan publik, dan
melaksanakan program kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan dari
publiknya.
Dari definisi diatas, bahwa pada prinsipnya Public Relations menekankan
pada fungsi manajemen. Dalam hal ini terlihat bahwa Public Relations erat
kaitannya dengan manajemen, dimana setiap ada suatu sistem manajemen, sudah
pasti didalamnya terkandung kegiatan Public Relations (Hairunnisa 2015:17).
Sebagai fungsi manajemen, public relations berarti mempunyai kontribusi
yang sangat penting untuk membantu lancarnya kegiatan manajemen khususnya
dalam membantu hal-hal yang berkaitan dengan upaya untuk menilai sikap publik
terhadap organisasinya (Yulianita, 2012:26). Didalam sikap terdapat komponen-
komponen, yakni:
1. Aspek kognitif, dalam hal ini PRO harus dapat mengamati, seberapa jauh
pengetahuan publik terhadap organisasi/lembaganya. Contohnya meliputi
program-program yang dijalankan, kualitas dan kuantitas produk, dan lain
sebagainya.
2. Aspek afektif, dalam aspek ini, PRO harus mengetahui bagaimana perasaan
publik terhadap organisasi/lembaga yang dinaunginya. Seperti apakah mereka
peduli, peka dan perhatian pada perusahaan kita mengenai kegiatan-kegiatan
yang dilakukan, dan lain sebagainya.
3. Aspek konatif, dalam hal ini PRO harus dapat mengamati dan menilai
bagaimana perilaku publik terhadap organisasi/lembaganya. Contohnya seperti
apakah mereka mau bekerjasama dengan organisasi/lembaga kita, membantu
melaksanakan dan melakukan program-program perusahaan, dan lain
sebagainya.
b. Definisi Public Relations dari Frank Jefkins
“Public relations consist of all forms of planned communication, out-wards
and inwards, between and organization and its publics for the purposes of
achieving specific objectives concerning mutual understanding”.
Definisi diatas mengatakan, Public Relations merupakan keseluruhan bentuk
komunikasi yang terencana, baik itu keluar maupun kedalam, yakni antara suatu
organisasi dengan publiknya dalam rangka mencapai tujuan yang spesifik atas
dasar adanya saling pengertian.
Setelah dilakukan analisis terhadap definisi diatas, dapat diketahui bahwa pada
prinsipnya public relations menekankan pada suatu bentuk komunikasi. Ini
memberikan pemahaman bahwa public relations adalah bagian dari komunikasi,
yang artinya setiap kegiatannya adalah berupa kegiatan komunikasi yang
bertujuan untuk menciptakan pengertian antar berbagai publik. Dari pengertian
inilah diharapkan tujuan dari organisasi/lembaga dapat tercapai dengan mudah.
c. Definisi Public Relations dari Public Relations Society of America (PRSA)
“Public Relations membantu suatu organisasi dan publiknya untuk beradaptasi
satu sama lain. Public Relations adalah upaya organisasi untuk meraih kerjasama
dengan sekelompok orang. Public Relations membantu organisasi berinteraksi dan
berkomunikasi secara efektif dengan public utama mereka”.
d. Definisi Public relations dari Chartered Institute of Public relations (CIPR)
“Public Relations adalah tentang reputasi-hasil dari apa yang anda lakukan, apa
yang anda katakana, dan apa yang orang lain katakan tentang anda. Praktik PR
adalah disiplin ilmu yang bertugas menjaga reputasi dengan tujuan untuk
mendapatkan pemahaman dan dukungan, serta mempengaruhi opini dan perilaku.
Kegiatan ini merupakan usaha yang terencana dan berkesinambungan untuk
membangun dan mempertahankan niat baik dan saling pengertian antara suatu
organisasi dengan publiknya”.
e. Definisi Public Relations dari World Assembly of Public Relations
“Public Relations adalah seni dan ilmu sosial yang menganalisis tren,
memprediksi konsekuensi dari tren tersebut, memberikan masukan bagi para
pemimpin organisasi, dan mengimplementasikan tindakan dari program yang
direncanakan, yang akan melayani organisasi dan kepentingan publik.
f. Definisi menurut Seitel menyatakan Humas merupakan fungsi manajemen
yang membantu menciptakan dan saling memelihara alur komunikasi,
pengertian, dukungan, serta kerjasama suatu organisasi atau perusahaan
dengan publiknya dan ikut terlibat dalam menangani masalah-masalah atau
isu-isu manajemen. Humas membantu manajemen dalam penyampaian
informasi dan tanggap terhadap opini publik.
g. Definisi menurut Cutlip, Center & Broom menyatakan Humas adalah fungsi
manajemen secara khusus yang mendukung terbentuknya saling pengertian
dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan dan kerja sama antara organisasi
dengan berbagai publiknya.
Dari beberapa definisi di atas, dapat kita tarik benang merahnya menjadi 2
(dua) klasifikasi. Pertama, tentang karakteristik humas atau ciri-ciri humas.
Kedua, keberadaan humas dalam organisasi yang meliputi tujuan humas, fungsi
humas, tugas dan kegiatan humas.
2.1.2 Karakteristik Humas
Mencermati definisi humas di atas, kita dapat menguraikan bahwa ada 4
(empat) cirri utama humas yang disebut sebagai karakteristik humas, melalui
karakteristik inilah kita dapat menilai apakah suatu aktivitas komunikasi dapat
dikatakan humas atau bukan.
2.1.2.1 Adanya Upaya Komunikasi yang Bersifat Dua Arah
Hakikat humas adalah komunikasi. Namun, tidak semua komunikasi dapat
dikatakan humas. Komunikasi yang menjadi cirri kehumasan adalah komunikasi
dua arah yang memungkinkan terjadinya arus informasi timbal balik.
Komunikasi timbal balik dalam praktik kehumasan bukan berarti
komunikasi yang harus bersifat langsung, melainkan bersifat tertunda (delayed).
Oleh karena itu, setiap upaya yang memungkinkan terjadinya arus timbale balik
dapat disebut sebagai komunikasi kehumasan. Upaya-upaya tersebut misalkan
dengan menyediakan sarana/media komunikasi seperti kotak surat, bulletin atau
media internal (IngGriya), suatu forum atau pertemuan yang diformat untuk
terjadinya dialog semisal program orientasi bagi karyawan baru, rapat, pertemuan
dan forum bebas, dan sebagainya.
Pemanfaatan sarana/media/ area komunikasi tersebut harus menjadi
perhatian bagian/petugas humas. Petugas/bagian humas di sini merupakan
dinamisator dan pendorong bagi public untuk memanfaatkan sarana/media
komunikasi secara efektif. Bagian/petugas humas haruslah membudayakan
timbulnya komunikasi dua arah.
2.1.2.2 Sifatnya yang Terencana
Humas adalah suatu kerja manajemen atau fungsi manajemen. Oleh karena
itu, kerja humas haruslah menerapkan prinsip-prinsip manajemen, supaya hasil
kerjanya dapat diukur.
Banyak kalangan menganggap bahwa hasil kerja humas bersifat intangible
(abstrak) sehingga orang sulit mempercayai bahwa humas bermanfaat bagi
organisasi/lembaganya, sebab tidak diketahui apa hasil kontribusinya.
Anggapanan ini dikarenakan kesalahan penerapan humas itu sendiri. Penerapan
humas cenderung tidak terintegrasi dengan bagian yang lain, bahkan sering pula
tidak terencana dengan baik berdasarkan kebutuhan dan kondisi yang sebenarnya
(sesuai fakta). Humas dianggap mampu sebagai “tukang sihir” yang dapat
seketika membuat hitam menjadi putih. Padahal humas tidak beda dengan fungsi
manajemen yang lain, yang memerlukan fact finding, perencanaan,
pengorganisasian, aksi dan evaluasi. Artinya aktivitas humas perlu direncanakan,
dirumuskan tujuannya, dan ditentukan ukuran keberhasilannya.
Sifat humas yang terencana akhirnya mengandung pengertian bahwa
kerja/aktivitas humas merupakan kerja/aktivitas yang berkesinambungan,
memiliki metode, terintegrasi dengan bagian lain dan hasilnya tangible (nyata).
Syarat terencana dan berkesinambungan ini merupakan salah satu syarat yang
dinilai dalam kompetisi tertinggi program PR internasional, yakni Golden Word
Award for Excellence in PR (GWA) yang diselnggarakan IPRA (International
Public Relations Association).
2.1.2.3 Berorientasi pada Organisasi/lembaga
Bila humas merupakan aktivitas komunikasi dua arah yang terencana
(memiliki metode), maka pertanyaan selanjutnya adalah apa yang
dikomunikasikannya? Kerja yang dianggap identik dan berdekatan dengan humas
adalah marketing. Akan tetapi, tidak jarang rancu antara kerja marketing dan
humas. Seolah terjadi overlape karena hakikatnya marketing dan humas sama-
sama sebagai aktivitas komunikasi. Namun, kalau dicermati kedua bidang tersebut
sebenarnya berbeda orientasi. Bila marketing berorientasi pada produk (output)
untuk mencapai tingkat sales (penjualan) yang tinggi, maka humas berorientasi
pada organisasi/lembaga (penghasil produk) untuk mencapai pengertian,
kepercayaan, dan dukungan publik. Bila tujuan marketing adalah orang membeli
produk, maka dengan humas masih dipertanyakan, apakah orang yang membeli
produk tersebut bearti mencintainya? Mencintai perusahaan yang
memproduksinya?
Dengan mencermati orientasi tersebut, maka syarat mutlak dalam kerja
humas adalah pemahaman yang tinggi terhadap visi, misi, dan budaya
organisasi/lembaga. Visi, misi, dan budaya organisasi/lembaga inilah yang
menjadi materi utama humas, sehingga dapat mencapai tujuan humas dan
mendukung tujuan manajemen lainnya, termasuk tujuan marketing.
Analisis sederhana untuk menjelaskan hubungan marketing dan humas
adalah bila orang memahami dan percaya pada suatu perusahaan, maka orang
akan percaya terhadap produk yang dihasilkannya.
2.1.2.4 Sasarannya adalah Publik
Sasaran humas adalah publik, yakni suatu kelompok dalam masyarakat
yang memiliki karakteristik kepentingan yang sama. Jadi, sasaran humas bukanlah
perorangan. Hal ini perlu disampaikan sebab masih ada orang yang
mengistilahkan PR sebagai personal relations. Terjemahan public relations
menjadi hubungan masyarakat juga harus dibedakan dengan pengertian
masyarakat sebagai “society”. Cara termudah untuk membedakannya adalah
terletak pada adanya “interest”.
Dalam praktik publik ini dikelompokkan menjadi dua, yakni publik
internal dan publik eksternal. Publik internal meliputi publik karyawan, yakni
mereka yang bekerja dalam organisasi/lembaga dengan karakteristik kepentingan
berupa kesejahteraan (penghasilan), promosi jabatan atau penghargaan prestasi
kerja, publik pemegang saham yang memiliki karakteristik kepentingan investasi
yang aman, terjaganya aset, publik pengelola, yang memiliki kepentingan
terhadap peningkatan kinerja organisasi/lembaga.
Publik eksternal, masing-masing organisasi/lembaga biasanya memiliki
publik eksternal yang berbeda. Namun, pada prinsipnya publik ini berada di luar
organisasi/lembaga. Publik eksternal misalnya komunitas local (tetangga) yang
memiliki karakteristik kepentingan, rasa aman, rasa bangga, keindahan dan
kesehatan lingkungan, kesempatan kerja, penambahan penghasilan, publik pers
yang memiliki kepentingan terhadap peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai
berita dan sumber-sumber berita, publik pemerintah yang memiliki kepentingan
terhadap mitra pengelola sumber daya alam dan lingkungan, pemasukan pajak,
penyerapan tenaga kerja, dan sebagainya.
Pekerjaan humas harus dikerjakan orang tertentu, bukan sembarang orang.
Seorang humas harus memahami hakikat komunikasi, hakikat manajemen, visi
dan misi organisasi/lembaganya, serta dapat menentukanm publik dengan
karakteristiknya. Tentu saja diperlukan pengetahuan, keahlian dan kreatifitas.
2.1.3 Tujuan Humas
Humas pada hakikatnya adalah aktivitas, maka sebenarnya tujuan humas
dapat dianalogikan dengan tujuan komunikasi, yakni adanya penguatan dan
perubahan kognisi, afeksi dan perilaku komunikannya. Bila kita bawa ke dalam
tujuan humas, maka tujuan humas adalah terjaga dan terbentuknya kognisi, afeksi,
dan perilaku positif publik terhadap organisasi/lembaga.
Namun, karena kata “relations” menunjukkan kata kerja aktif, maka harus
dilihat tujuan ini berdasarkan kepentingan kedua belah pihak (organisasi dan
publik). Artinya, meskipun humas pada dasarnya “milik” organisasi/lembaga yang
membayarnya, namun tujuan humas hendaknya dipandang sebagai tujuan yang
netral atau bersifat katalisator antara tujuan organisasi/lembaga dengan tujuan
publik.
Dalam buku Frida Kusumastuti yang berjudul “Dasar-dasar Humas”
dikatakan ada beberapa tujuan dari Public Relations, diantaranya adalah sebagai
berikut:
2.1.3.1 Terpelihara dan Terbentuknya Saling Pengertian (Aspek Kognisi)
Untuk mencapai saling pengertian tentunya juga dimulai dari saling
mengenal atau mengetahui. Mengetahui bagaimana, seperti apa, siapa, dan seperti
apa organisasi/lembaga kita dan orang lain. Pada akhirnya tujuannya adalah
membuat publik dan organisasi/lembaga saling mengenal. Baik mengenal
kebutuhan, kepentingan, harapan, maupun budaya masing-masing.
Komunikasinya bersifat normatif yang menunjukan adanya usaha komunikasi
untuk mencapai saling mengenal dan mengerti.
2.1.3.2 Menjaga dan Membentuk Saling Percaya (Aspek Afeksi)
Bila tujuan yang pertama mengarah pada penguatan dan perubahan
pengetahuan (kognisi), maka tujuan berikutnya adalah lebih pada tujuan emosi,
yakni pada sikap (afeksi) saling percaya (mutual confidence). Sikap saling
percaya keberadaannya masih bersifat laten (tersembunyi), yakni ada pada
keyakinan seorang (publik) akan “kebaikan/ketulusan” orang lain
(organisasi/lembaga) dan juga pada keyakinan organisasi/lembaga akan
“kebaikan/ketulusan” publiknya. Kebaikan/ketulusan masing-masing dapat diukur
dengan etika moral maupun materil yang ditanamkan dan ditunjukkan masing-
masing. Disinilah humas menggunakan prinsip-prinsip komunikasi persuasif
untuk mempersuasi publik agar percaya kepada organisasi/lembaga, dan
sebaliknya.
2.1.3.3 Memelihara dan Menciptakan Kerja Sama (Aspek Psikomotoris)
Dengan komunikasi diharapkan akan terbentuknya bantuan dan kerja sama
nyata. Artinya bantuan dan kerja sama ini sudah dalam bentuk perilaku atau
tindakan tertentu. Dapat diambil kesimpulan dari ketiga tujuan diatas, bahwa
setelah pengetahuan/pikiran dibuka, emosi/kepercayaan disentuh maka
selanjutnya perilaku positif dapat diraih. Pada akhirnya semua itu kembali pada
tujuan yang lebih besar, yakni terbentuknya citra/image yang favourable terhadap
organisasi lembaga dimana humas itu berada.
2.1.4 Fungsi Humas
Berbicara fungsi berarti berbicara masalah kegunaan humas dalam
mencapai tujuan organisasi/lembaga. Dalam praktiknya, Humas tentunya
mempunyai fungsi dan peranannya masing-masing. Dalam buku Public relations
teori dan Praktek yang ditulis oleh Djanalis Djanaid (1993) disebutkan bahwa
public relations memiliki dua fungsi, yakni fungsi konstruktif dan fungsi korektif.
Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Fungsi Konstruktif
Seperti dilihat dari arti kata konstruktif sendiri, yang artinya mengkonstruk
atau membangun. Djanalis menganalogikan fungsi ini sebagai “perata jalan”. Jadi
PR merupakan “garda” terdepan yang dibelakangnya terdiri dari “rombongan”
tujuan-tujuan perusahaan (Kusumastuti, 2002:23). Artinya PR merupakan suatu
alat atau jalan keluar untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ada tujuan
marketing, tujuan produksi, tujuan personalia, dan sebagainya. Fungsi ini
mendorong PR untuk membuat aktifitas ataupun kegiatan-kegiatan terencana,
berkesinambungan yang cenderung bersifat proaktif. Dan tentunya dengan tujuan
untuk membangun image dan citra yang baik dimata publik.
2. Fungsi Korektif
Fungsi ini lebih sulit dibanding fungsi konstruktif. Fungsi korektif lebih
kepada memperbaiki apabila suatu organisasi/lembaga terjadi masalah-masalah
(krisis) dengan publik. Artinya peran PR disini adalah untuk mengatasi dan
menangani masalah yang ada, agar semuanya kembali berjalan dengan baik sesuai
rencana.
Fungsi yang kedua ini memang menjadi berat, sama halnya dengan suatu
penyakit, ketika orang sudah dalam keadaan sakit, maka upaya selanjutnya adalah
mengobati menuju kesembuhan. Karena mengobati adalah salah satu upaya
penyembuhan, maka dapat jadi upaya ini gagal total sehingga menyebabkan
kematian (Kusumastuti, 2002:23).
Adapun fungsi-fungsi PR yang lainnya menurut beberapa para ahli,
diantaranya menurut Betrand R Canfield, Onong Uchjana Effendy, Cutlip and
Center. Betrand R Canfield dalam bukunya “Public Relations Principles and
Problems” mengatakan bahwa PR memiliki tiga fungsi, yakni :
1. It should serve the public’s interest (mengabdi kepada kepentingan publik)
2. Maintain good communication (memelihara komunikasi yang baik)
3. And stress good morals and manners (menitikberatkan moral dan tingkah
laku yang baik)
Menurut Onong Uchjana Effendy, dalam bukunya “Hubungan Masyarakat”
mengemukakan ada empat fungsi yang dimiliki PRO, yakni:
1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.
2. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik, baik publik
eksternal maupun publik internal.
3. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dengan menyebarkan
informasi dari organisasi kepada publik dan menyalurkan opini publik kepada
organisasi.
4. Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan
umum.
Sementara menurut Cutlip and Center ada tiga fungsi PR yang disebutkan
dalam bukunya yang berjudul “Effective Public Relations”, yaitu:
1. To ascertain and evaluate public opiniom as it relates to his organization
(menjamin dan menilai opini publik yang ada dari organisasi).
2. To counsel executvies on ways of dealing with public opinion as it exist
(untuk memberikan nasihat/penerangan pada manajemen dalam hubungannya
dengan opini publik yang ada).
3. To use communication to influence public opinion (untuk menggunakan
komunikasi dalam rangka mempengaruhi opini publik).
Dalam buku Neni Yulianita yang berjudul “Dasar-Dasar Public Relations”
disimpulkan mengenai beberapa fungsi PR yang disebutkan oleh Betrand R
Canfiled, Onong Uchjana Effendy, dan Cutlip and Center secara universal
sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh seorang PRO yaitu hanya
menyangkut dua fungsi PR yang pada prinsipnya adalah:
1. Menyampaikan kebijakan manajemen kepada public
Haruslah disadari bahwa keberhasilan suatu organisasi adalah atas dasar
orang lain, dalam hal ini adalah publik yang ada sangkut pautnya dengan
organisasi kita. Dalam tujuannya mencapai image yang baik dilakukan upaya
dalam rangka public understanding, public confidence, public support, dan public
coorperation, oleh karena itu agar tujuan untuk mencapai adanya image yang
baik, maka dalam hal ini PRO berfungsi menyampaikan policy/kebijaksanaan
yang berlaku dalam organisasi kepada publik. Misalnya mempromosikan suatu
produk, kebijaksanaan kenaikan gaji, atau gaji tidak naik walau harga naik, dan
contoh lain sebagainya (Yulianita, 2012:54).
Dengan adanya fungsi PR ini diharapkan tidak ada kesalahpahaman diantara
masing-masing publik mengenai organisasi kita. Menurut Applbaum Cs dalam
komunikasi harus memperhatikan beberapa hal, di antaranya:
a) Validity, yaitu apakah pesan itu adalah sah dalam arti sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai/sesuai dengan kebijaksanaan yang telah diputuskan oleh
pimpinan organisasi/sesuai antara realitas dengan situasi (Yulianita, 2012:56).
b) Ethicial Acceptibility, yaitu secara etis pesan yang disampaikan oleh seorang
PRO dapat diterima oleh publiknya. Etis yang dimaksud adalah etis yang
dilihat dari segi audience/receiver-nya.
c) Quality of Appeal, dalam hal ini PRO harus memperhatikan kualitas pesan
dibanding seruan pesan tersebut.
d) Clarity, berasal dari Bahasa Inggris Clear yang artinya jelas, jadi Clarity
adalah kejelasan. PRO harus dapat menyampaikan pesan dengan jelas dan
tepat.
e) Attention, dalam penyampaian pesan seorang PRO harus dapat menarik
perhatian dari audience-nya sehingga pesan yang akan disampaikan dapat
dengan lancar dan baik serta diterima dengan baik oleh audience-nya.
Dalam buku Neni Yulianita juga disebutkan, tujuan kebijaksanaan
disampaikan kepada publik adalah selain publik dapat mengetahui kebijaksanaan
manajemen organisasi, juga agar publik-publik tersebut dapat menyesuaikan diri
dengan apa yang tercakup dalam kebijakan-kebijakan tersebut.
2. Menyampaikan opini publik pada manajemen
Dalam hal ini PRO harus mampu merekam segala informasi yang didapatnya
dari publik, baik itu informasi yang bersifat baik maupun yang bersifat buruk
terhadap organisasi/lembaganya. Setelah informasi tersebut diterima dan
direkam, PRO mengolah informasi yang didapatkannya tersebut yang kemudian
pada akhirnya disampaikan kepada manajemen tentang informasi yang
didapatnya tersebut. Perlu diperhatikan pula, informasi yang telah didapat oleh
seorang PRO tidak boleh ditambah-tambahi atau dibumbu-bumbui dengan
pendapat PRO itu sendiri, harus sesuai fakta yang ada (Hairunnisa, 2015:26).
2.1.4 Peranan Humas
2.1.4.1 Peranan Humas menurut Dozier & Broom
Perkembangan Profesionalisme humas yang berkaitan dengan
pengembangan peranan PR, baik sebgai praktisi maupun professional dalam suatu
organisasi atau perusahaan menurut Dozier D.M., (1995) merupakan salah satu
kunci untuk memahami fungsi Humas dan komunikasi organisasi. Selain itu, hal
tersebut juga merupakan kunci untuk pengembangan peranan praktisi PRO
(pejabat Humas) dan pencapaian profesionalisme dalam humas (Ruslan, 2006:19).
Peranan humas dalam suatu organisasi dapat dibagi empat kategori Dozier
& Broom, 1995):
1. Penasehat ahli (Expert Prescriber)
Seorang praktisi pakar humas yang berpengalaman dan memiliki kemampuan
tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah
hubungan dengan publiknya (public relationship). Hubungan praktisi pakar
humas dengan manajemen organisasi seperti hubungan antara dokter dan
pasiennya. Artinya, pihak manajemen bertindak pasif untuk menerima atau
mempercayai apa yang telah disarankan atau usulan dari pakar humas (Expert
prescriber) tersebut dalam memecahkan dan mengatasi persoalan humas yang
tengah dihadapi oleh organisasi bersangkutan. Adapun beberapa indikator
yang menunjukkan seseorang memainkan peran ini adalah:
a. Membuat kebijakan komunikasi
b. Mendiagnosa masalah – masalah humas
c. Merencanakan dan merekomendasikan tindakan yang harus dilakukan
d. Bertanggung jawab atas semua keberhasilan maupun kegagalan
e. Orang lain menilai bahwa ia seorang pakar.
2. Fasilitator komunikasi (Communication Fasilitator)
Dalam hal ini, praktisi humas bertindak sebagai komunikator atau mediator
untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang
diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Dipihak lain, dia juga dituntut
mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi
kepada pihak publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut
dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan
toleranis yang baik dari kedua belah pihak. Adapun beberapa indikator yang
menunjukkan peran sebagai fasilitator komunikasi adalah:
a. Menjaga agar pihak manajemen selalu mendapat informasi terbaru
b. Melaporkan setiap hasil survei opini publik
c. Menciptakan peluang agar pihak manajemen selalu mendengarkan
pandangan-pandangannya
d. Menjaga agar setiap orang dalam organisasi tersebut memperoleh
informasi
e. Mewakili organisasi dalam setiap pertemuan dan acara-acara
3. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem solving process fasilitator)
Peranan praktisi humas dalam proses pemecahan persoalan humas ini
merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk
membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga
mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau
krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan professional. Biasanya dalam
menghadapi suatu krisis yang terjadi, maka dibentuk suatu tim posko yang
dikoordinir praktisi ahli humas dengan melibatkan berbagai departemen dan
keahlian dalam satu tim khusus untuk membantu organisasi, perusahaan dan
produk yang tengah menghadapi atau mengatasi persoalan krisis tertentu.
Indikator-indikator yang menunjukkan seseorang berperan sebagai fasilitator
proses pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
a. Memahami kebutuhan akan perencanaan humas yang sistematis
b. Bekerja sama dengan pihak manajemen dalam meningkatkan keterampilan
c. Meningkatkan partisipasi manajemen
d. Menjaga agar pihak manajemen selalu terlibat secara efektif
e. Membuat beberapa alternatif untuk keperluan memecahkan masalah
4. Teknisi Komunikasi (Communication technician)
Berbeda dengan tiga peranan praktisi humas professional sebelumnya yang
terkait erat dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi. Peranan
communication technician ini menjadikan praktisi humas sebagai journalist in
resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal
dengan methode of communication in organization. Sistem komunikasi dalam
organisasi tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan (level), yaitu
secara teknis komunikasi, baik arus maupun media komunikasi yang
dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari
bawahan ke tingkat atasan. Umumnya pekerjaan yang dilakukan antara lain,
menulis press release, website, annual report, mempersiapkan pidato dan
pekerjaan teknis lainnya. Hal yang sama juga berlaku pada arus dan media
komunikasi antara satu level, misalnya komunikasi antar karyawan satu
departemen dengan lainnya (employee relations and communication media
model). Beberapa indikator yang menunjukkan peran seorang teknisi
komunikasi adalah sebagai berikut:
a. Menulis materi-materi humas
b. Mengedit/menulis kembali untuk pengecekan tata Bahasa
c. Memelihara kontak dengan media dan mengirim press release.
Ketiga peran utama dikelompokkan ke dalam peran manajerial karena
memerlukan kemampuan strategic thingking dalam melakukan pekerjaannya.
Sedangkan peran sebagai teknisi komunikasi masuk ke dalam kategori teknisi
karena pekerjaannya semata-mata menggunakan keterampilan dan ia tidak terlibat
dalam proses pengambilan keputusan.
2.1.4.2 Peranan Humas menurut Scott M. Cutlip dan Glen M. Broom
Dalam bukunya “Effective Publik Relations” Scott M. Cutlip dan Glen
M. Broom menjelaskan bahwa peranan seorang Humas dalam sebuah
perusahaan adalah :
1. Penasehat Ahli (Expert Prescriber)
Seorang praktisi pakar Publik Relations yang berpengalaman dan memiliki
kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian
masalah hubungan dengan publiknya (publik relationship). Hubungan
praktisi pakar Publik Relations dengan manajemen organisasi seperti
hubungan antara dokter dan pasiennya. Artinya,pihak manajemen bertindak
pasif untuk menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan atau
usulan dari pakar Publik Relations (expert prescriber) tersebut dalam
memecahkan dan mengatasi persoalan publik relations yang tengah
dihadapi oleh organisasi bersangkutan.
2. Fasilitator Komunikasi (Communications Facilitator)
Peran fasilitator komunikasi menjadikan praktisi sebagai pendengar yang
sensitive dan pialang informasi. Fasilitator komunikasi berfungsi sebagai
penghubung, penerjemah, dan mediator antara organisasi dan publik.
Mereka mengelola komunikasi dua arah, memfasilitasi perubahan dengan
menyingkirkan rintangan dalam hubungan, dan membuat saluran
komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah menyediakan informasi yang
diperlukan manajemen organisasi maupun publik sehingga mereka dapat
membuat keputusan yang saling menguntungkan. Sebagai fasilitaor
komunikasi, praktisi mendapatkan diri sebagai sumber informasi dan
kontak resmi organisasi dengan publiknya. Mereka menjadi wasit
menetapkan agenda diskusi, meringkas dan mengulangi pandangan,
memancing reaksi dan membantu partisipan mendiagnosa dan mengoreksi
kondisi yang mengganggu hubungan komunikasi. Fasilitator komunikasi
memegang peran penting batasa dan fungsi sebagai penghubung antara
organisasi dan publik. Mereka beroperasi dibawah anggapan bahwa
komunikasi dua arah akan meningkatkan kualitas keputusan kebijakan
prosedur dan tindakan kedua belah pihak yang dibuat oleh organisasi dan
publik.
3. Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process Facilitator)
Praktisi yang mengambil peran fasilitator pemecahan masalah bekerjasama
dengan manajer lainnya dalam mendefiniskan dan menyelesaikan masalah.
Mereka menjadi bagian dari tim perencanaan strategis. Manajer lini
berperan penting dalam menganalisa situasi masalah karena mereka adalah
yang paling banyak tahu dan paling terlibat jauh dalam kebijakan, produk,
prosedur, dan tindakan organisasi. Jika para manajer lini berpartisipasi
dalam proses perencanaan strategis hubungan masyarakat, maka mereka
memahami motivasi dan sasaran program, mendukung keputusan strategis
dan taktis, berkomitmen untuk membuat perubahan, dan menyediakan
sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan program.
4. Teknisi Komunikasi (Communication Technician)
Praktisi teknisi komunikasi ditujukan untuk menulis dan menyunting
majalah karyawan, menulis siaran pers, dan cerita feature, mengembangkan
isi situs web, dan berurusan dengan kontak media. Praktisi yang memegang
peran ini biasanya tidak ikut serta saat manajemen mendefinisikan masalah
dan mencari jalan keluar. Mereka baru dilibatkan untuk memproduksi
komunikasi dan menetapkan program. Mereka adalah pihak yang
dilimpahkan tugas member penjelasan kepada karyawan dan pers.
2.1.6 Tugas Humas
Ada tiga tugas humas dalam organisasi/lembaga yang berhubungan erat
dengan tujuan dan fungsi humas. Ketiga tugas tersebut adalah sebagai berikut.
1. Menginterpretasikan, menganalisis dan mengevaluasi kecenderungan perilaku
publik
Direkomendasikan kepada manajemen untuk merumuskan kebijakan
organisasi/lembaga. Kecenderungan perilaku publik diklasifikasikan dengan baik
oleh Frank Jeffkins menjadi 4(empat) situasi/kondisi kecenderungan publik yang
dihadapi oleh humas, yakni tidak tahu, apatis, prasangka dan memusuhi. Mengacu
pada klasifikasi publik menurut jeffkins tersebut, maka tugas humas adalah
merubah publik yang tidak tahu menjadi tahu, yang apatis menjadi peduli, yang
berprasangka menjadi menerima, dan yang memusuhi menjadi simpati. Tugas ini
melekat dengan kemampuan praktisi humas mengamati dan meneliti perilaku
berdasarkan kajian ilmu-ilmu sosial.
2. Mempertemukan kepentingan organisasi/lembaga dengan kepentingan publik
Kepentingan organisasi/lembaga dapat jadi jauh berbeda dengan
kepentingan publik dan sebaliknya, namun dapat juga kepentingan ini sedikit
berbeda bahkan dapat juga kepentingannya sama. Dalam kondisi yang manapun,
tugas humas adalah mempertemukan kepentingan ini menjadi saling dimengerti,
dipahami, dihormati, dan dilaksanakan. Bila kepentingannya berbeda, maka
humas dapat bertugas untuk menghubungkannya.
3. Mengevaluasi program-program organisasi/lembaga, khususnya yang berkaitan
dengan publik
Tugas mengevaluasi program manajemen ini mensyaratkan kedudukan
dan wewenang humas yang tinggi dan luas. Karena tugas ini dapat berarti humas
memiliki wewenang untuk member nasihat apakah suatu program sebaiknya
diteruskan ataukah ditunda ataukah dihentikan. Disini humas bertugas untuk
senantiasa memonitor semua program.
Sementara Astrid S. Sutanto mengutip pendapat Cutlip & Center
menyatakan tugas PR perusahaan adalah sebagai berikut.
1. Mendidik melalui kegiatan nonprofit suatu publik untuk menggunakan
barang/jasa instansinya.
2. Mengadakan usaha untuk mengatasi salah paham antara instansi dengan
publik.
3. Meningkatkan penjualan barang/jasa.
4. Meningkatkan kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan
masyarakat sehari-hari
5. Mendidik dan meningkatkan tuntutan serta kebutuhan masyarakat akan barang
dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
6. Mencegah pergeseran penggunaan barang atau jasa yang sejenis dari pesaing
perusahaan oleh konsumen.
2.1.7 Kegiatan Humas
Kegiatan merupakan implementasi dari tugas. Dengan demikian, kegiatan
humas sebenarnya adalah implementasi dari tugas humas untuk mencapai tujuan
humas dan menjalankan fungsi dan peranannya secara menyeluruh.
Kegiatan itu akan semakin banyak bila menghadapi event-event khusus
atau berhadapan dengan situasi krisis. Sejumlah pertemuan dan hubungan
semakin sering dilakukan setiap harinya, pelacakan dan pencarian informasi
mengikuti perkembangan media terbaru, mencermati hasil riset, mencari bahan-
bahan tambahan di pusat-pusat informasi yang lain, konsolidasi dengan staf
semakin dikuatkan, dan sebagainya.
Kegiatan humas pada hakikatnya adalah kegiatan berkomunikasi dengan
berbagai macam symbol komunikasi, verbal maupun nonverbal. Kegiatan
komunikasi verbal, sebagian besar adalah pekerjaan mulai dari menulis proposal,
artikel, progress report, menulis untuk presentasi, menulis untuk pers (press
release), membuat rekomendasi, dan sebagainya. Sedangkan verbal lisan antara
lain jumpa pers, guest guide/open house, announcer, presenter, desk informations,
dan sebagainya.
Kegiatan komunikasi dapat pula berarti kegiatan dalam proses komunikasi
itu sendiri. Meliputi mencari informasi (fact finding melalui observasi, riset,
keperpustakaan, media seeking, dan sebagainya). Kemudian mengolah informasi,
meliputi mengedit, merangkum, identifikasi, analisis data, dan sebagainya.
Kemudian mendistribusikan informasi baik secara verbal tulis maupun verbal
lisan, dan nonverbal. Semua itu adalah kegiatan berkomunikasi, yakni kegiatan
yang berkaitan dengan proses pentransferan dan penerimaan ide, gagasan, dan
segala macam informasi dengan tujuan tertentu.
Diantara kegaiatan-kegiatan tersebut di atas, mana yang paling dominan
atau sering dilakukan oleh praktisi humas? Elizabeth G. Ananto pernah
melakukan penelitian di Indonesia terhadap 292 responden. Dari hasil riset
ternyata kegiatan terbesar humas adalah menulis, editing, media relations, special
event, berbicara, produksi, riset, programming, dan konseling (konsultasi).
Sedangkan penggunaan waktu terbesar petugas humas adalah untuk koordinasi,
perencanaa, dan negosiasi. Sementara secara awam terlihat bahwa penanganan
hubungan dengan pers juga merupakan kegiatan yang paling kontinyu dan sering
dilakukan oleh petugas humas. Kegiatannya antara lain, jumpa pers, membuat dan
mengirim perss release, kunjungan pers, pers tour, pers kliping, dan counter
press.
2.1.8 Hemat Listrik
Kehidupan modern memungkinkan manusia hidup dalam suasana
yang nyaman dan serba praktis. Hal ini semua dimungkinkan dengan adanya
energi listrik. Dengan berbagai jenis peralatan listrik, energi listrik dapat diubah
menjadi energi putar, panas, cahaya, serta sinyal audio-video, sesuai kebutuhan.
Proses perubahan energi hingga listrik siap pakai di rumah-rumah atau di kantor-
kantor membutuhkan biaya. Besarnya biaya yang harus disediakan tergantung dari
jumlah tenaga listrik yang dimanfaatkan, atau sering disebut dengan jumlah kWh
terpakai.
Hemat Energi telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini.
Selain karena harga sumber energi yang cukup mahal juga sumber energi yang
tersedia jumlahnya terbatas. Hemat sama dengan pakai seperlunya. Hemat listrik
adalah penggunaan energi secara efisien dengan mematikan energi yang tidak
diperlukan. Penghematan energi listrik dapat dilakukan dengan memanfaatkan
energi alternatif, membuka jendela untuk sumber pencahayaan, serta memilih dan
menggunakan peralatan listrik sesuai kebutuhan.
Menghemat listrik adalah suatu kegiatan yang dapat membuat konsumsi
energi listrik menjadi berkurang, sehingga secara tidak langsung ini juga akan
berdampak terhadap lingkungan terutama disaat issue terkait krisis energi semakin
marak akhir-akhir ini. Ancaman krisis listrik harus diatasi dengan cara :
1. Pemerintah perlu meningkatkan efisiensi kerja pembangkit listrik, mulai
dari menghilangkan kebocoran pada proses penyaluran aliran listrik dari
pembangkit sampai ke rumah-rumah. Intinya, pengelolaan listrik yang baik.
2. Konsumen atau pelanggan harus ikut mendorong penyusunan kebijakan listrik
yang efisien dan yang paling penting adalah dengan hemat listrik.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dan menumbuhkan sikap hemat
energi listrik di rumah tangga, antara lain : Menyambung daya listrik dari PLN
sesuai dengan kebutuhan. Rumah Tangga kecil misalnya, cukup dengan daya 450
VA atau 900 VA, rumah tangga sedang cukup dengan daya 900 VA hingga 1300
VA. Memilih peralatan rumah tangga yang tepat dan sesuai kebutuhan.
Membentuk perilaku anggota rumah tangga yang hemat listrik, seperti:
Menyalakan alat-alat listrik hanya saat diperlukan. Menggunakan alat-alat listrik
secara bergantian. Menggunakan tenaga listrik untuk menambah pendapatan
rumah tangga (produktif). Peralatan listrik rumah tangga pada umumnya sudah
dirancang untuk pemakaian listrik yang hemat, namun pada prakteknya masih
ditemukan pemborosan energi listrik. Hal ini dapat terjadi antara lain karena
penggunaan peralatan dengan cara yang kurang tepat.
Mulai sedari dini kita harus dapat membiasakan hidup hemat. Demi
menghemat listrik, hendaknya kita perlu menghemat listrik di rumah, guna
menjamin kelangsungan pasokan energi listrik oleh PT. PLN (Persero) dan juga
dapat menjaga keawatan barang elektronik. Hemat energi berarti juga menghemat
biaya.
2.2 Definisi Konsepsional
Definisi konsepsional merupakan batasan konsep yang dipakai peneliti
dalam skripsi, maka definisi konsepsionalnya adalah dari “ Peran HumasPT PLN
(Persero) Area Samarinda dalam program hemat listrik di Kota Samarinda”
adalah penguraian tentang peran public relations dalam program hemat listrik
yaitu :
Peran pertama Penasehat ahli (Expert Prescriber), berpengalaman dan
memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam
penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (public relationship). Humas
dapat berperan sebagai penasehat ahli sehingga peran humas pada PT. PLN
(Persero) Area Samarinda bisa menjelaskan program hemat listrik melalui
penyuluhan atau sosialisasi
Kedua, Fasilitator komunikasi (Communication Fasilitator), praktisi PR
bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen
dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya
dari organisasi yang bersangkutan, sekaligus harus mampu menjelaskan kembali
keinginan publiknya. Dengan komunikasi timbal balik yang dilaksanakan oleh
humas bersangkutan dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai
dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak. Berperan sebagai fasilitator
komunikasi, humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda sebagai penghubung antar
masyarakat dengan manajemen, sehingga dapat mengetahui apa saja keinginan
dari masyarakat.
Ketiga, Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem solving process
fasilitator) yaitu proses untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai
penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam
mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan
professional. Sebagai komunikator untuk membantu dalam mensosialisasikan
program hemat listrik terhadap masyarakat.
Dan terakhir, Teknisi Komunikasi (Communication technician) yaitu
peran humas sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan
teknis komunikasi atau dikenal dengan methode of communication in organization
dan sistem komunikasi dalam organisasi tergantung dari masing-masing bagian
atau tingkatan. Disini peran humas dapat menyediakan layanan komunikasi
kepada masyarakat.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian Deskriptif
Kualitatif, yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan atau mendeskripsikan
obyek yang diteliti berdasarkan fakta yang ada dilapangan (Sugiyono, 2006: 212).
Hal ini di karenakan data yang disajikan oleh peneliti berupa cerita dari para
narasumber tentang pengalaman, opini maupun pengetahuan.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka penelitian deskriptif kualitatif disini
yaitu jenis penelitian yang berusaha memaparkan dan menggambarkan mengenai
Peran Humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda dalam program hemat listrik di
Kota Samarinda.
3.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi hal yang diteliti, sehingga
dengan pembatasan tersebut akan mempermudah penelitian dalam hal
pengelolaan data yang kemudian menjadi sebuah kesimpulan. Berdasarkan hal
tersebut maka peneliti menentukan fokus penelitian ini yaitu tentang Peran Humas
PT. PLN (Persero) Area Samarinda dalam program hemat listrik di Kota
Samarinda. Sehingga yang menjadi fokus penelitian, yaitu:
1. Penasehat Ahli (Expert prescriber): Peran humas pada PT. PLN (Persero)
Area Samarinda bisa menjelaskan program hemat listrik melalui
penyuluhan atau sosialisasi.
2. Kedua, Fasilitator komunikasi (Communication Fasilitator): Peran humas
PT. PLN (Persero) Area Samarinda sebagai penghubung antar masyarakat
dengan manajemen, sehingga dapat mengetahui apa saja keinginan dari
masyarakat.
3. Ketiga, Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem solving process
fasilitator): Sebagai komunikator untuk membantu dalam
mensosialisasikan program hemat listrik terhadap masyarakat.
4. Dan terakhir, Teknisi Komunikasi (Communication technician): Peran
humas dapat menyediakan layanan komunikasi kepada masyarakat.
3.3 Sumber data dan Jenis Data Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan informan sebagai sumber data
untuk penulisan skirpisi ini. Pemilihan informan didasarkan pada subjek yang
memiliki banyak informasi yang berkualitas dengan permasalahan yang diteliti
dan bersedia memberikan data.
Peneliti menunjuk informan berdasarkan pertimbangan antara lain
informan yang peneliti tunjuk adalah orang yang peneliti anggap paling tahu dan
menguasai tentang apa yang peneliti ingin teliti. Pengambilan informan dengan
cara ini dapat disebut pula dengan cara purposive (Soegiyono, 2006:55). Adapun
yang menjadi narasumber dalam penelitian ini berjumlah 4 orang key informan
dan informan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kepala Humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda
2. Salah satu staf humas sebagai asisten analis humas PT. PLN (Persero) Area
Samarinda
3. Serta 2 orang pelanggan PT. PLN (Persero) Area Samarinda
Jenis data penelitian adalah subjek dimana data dapat diperoleh
berdasarkan sumber pengembaliannya, data dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau
tangan pertama di lapangan. Sumber data ini bias responden atau subyek
penelitian, dari hasil pengisian kuisioner, wawancara, dan observasi.
Dalam analisis isi, data primernya adalah isi komunikasi yang diteliti.
2. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh melalui sumber informasi antara lain:
a. Dokumentasi
b. Buku-buku referensi
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menggunakan beberapa cara untuk
menggunakan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan penyusunan skripsi
ini, yaitu :
1. Riset Kepustakaan (Library Research)
Library research, yaitu penelitian kepustakaan, dimana di dalam penelitian
ini peneliti mengumpulkan data dari literature dan mempelajari buku-buku
petunjuk teknis serta teori-teori yang dapat digunakan sebagai bahan
penelitian skripsi.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Field Research, yaitu penelitian lapangan, dimana peneliti berusaha
mendapatkan data dan informasi dengan mengadakan pengamatan
langsung dengan obyek yang diteliti dengan cara:
a. Observasi
Bentuk penelitian dan pengumpulan data serta keterangan-keterangan
dengan melakukan pengamatan dilapangan secara langsung. Dari
objek itu, penulis dapat melihat kenyataan yang ada, kegiatan-kegiatan
dan hasilnya. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk
mendapatkan dan mengumpulkan data-data yang valid tentang “Peran
Public Relations PT. PLN (Persero) Area Samarinda dalam program
hemat listrik di Kota Samarinda”, serta melengkapi data primer dan
data sekunder yang dilakukan baik secara formal maupun informal.
b. Wawancara
Mengadakan wawancara atau percakapan langsung dengan orang yang
ingin diwawancarai (Informan) dengan maksud untuk mendapatkan
informasi secara langsung yang berhubungan dengan penelitian dan
data yang diperlukan.
c. Dokumentasi
Pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan data sekunder
berupa dokumen atau arsip, dan karya ilmiah yang relevan dengan
penelitian ini.
3.5 Teknik Analisi Data
Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sehingga
penelitian ini berusaha memberikan gambaran dari data – data yang dikumpulkan
untuk ditarik suatu kesimpulan mengenai Peran Public Relations PT. PLN
(Persero) Area Samarinda dalam program hemat listrik di Kota Samarinda. Dalam
teknik analisis datanya, peneliti mengacu pada Model Interaktif oleh Matthew B.
Miles dan A. Michael Huberman sebagai berikut (Soegiyono, 2006:247):
Gambar 1 : Bagan Metode Analaisis Data
\
Sumber: Miles dan Huberman (2007:20)
Adapun penjelasan dari Model Interaktif yang dikembangkan oleh Miles
dan Huberman dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah data pertama atau data mentah dikumpulkan dalam
suatu penelitian. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan riset
lapangan dan riset kepustakaan mengenai penggunaan media masa sebagai media
sosialisai PLN untuk menghemat penggunaan energi listrik masyarakat.
2. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
Pengumpulan data
Penyajian
Data
Verifikasi
Reduksi data
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari
catatan–catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisasi data dengan cara yang sedemikian rupa sehingga kesimpulan
– kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
3. Penyajian data
Penyajian data adalah kesimpulan informasi yang memberikan pegangan pada
peneliti untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data ini
dapat membantu untuk memahami peristiwa yang telah terjadi dan mengarah pada
analisa atau tindak lebih lanjut berdasarkan pemahaman. Sehingga dalam
penelitian ini, setiap data – data yang telah dikumpulkan akan disajikan, baik
dalam bentuk table, matrix, ataupun hasil wawancara dari informan mengenai
penggunaan media masaa sebagai media sosialisasi PLN untuk menghemat
pemakaian listrik masyarakat di Kota Samarinda.
4. Penarikan Kesimpulan atau verifikasi
Menarik kesimpulan adalah data yang telah diproses dan telah tersusun
kemudian diambil kesimpulan atau makna dari data yang telah disederhanakan
untuk disajikan dan sekaligus untuk memprediksi melalui pengamatan dari data
yang ada.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab 4 ini penulis menjelaskan gambaran umum PT PLN (Persero)
dan mendeskripsikan hasil penelitian mengenai Peran Humas PT PLN (Persero)
Area Samarinda dalam program hemat listrik di Kota Samarinda.
4.1 Hasil Data Penelitian
4.1.1 Sejarah PT. PLN (Persero)
Sejarah keberadaan listrik di Indonesia berawal di akhir abad ke 19.
Perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa
perusahaan asal Belanda mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan sendiri.
Diantaranya perusahaan pengolah gula dan pabrik teh.Kemudian, antara 1942-
1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan- perusahaan Belanda tersebut oleh
Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara Jepang di awal Perang
Dunia II.
Tak cukup sampai disitu, proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di
akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi
Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pimpinan KNI Pusat
berinisiatif menghadap Presiden Soekarno. Mereka meminta supaya perusahaan-
perusahaan tersebut menyerahkannya kepada Pemerintah Republik Indonesia.
Pada tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan
Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW. Kemudian tanggal
1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan
Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas
dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama,
dua perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola
tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola
gas diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status
Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik
Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan
tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.
Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan
kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak
tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi
kepentingan umum hingga sekarang. Selanjutnya, dengan diterbitkan UU Nomor
30 tahun 2009, PLN bukan lagi sebagai PKUK namun sebagai Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan
umum.
Dalam hal ini, perusahaan yang berdasarkan Peraturan Pemerintah ini
diberi hak dan wewenang khusus serta tanggung-jawab pembangkitan, transmisi
dan distribusi tenaga listrik yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia.
4.1.2 Visi dan Misi PT. PLN (Persero)
Falsafah perusahaan: pembawa kecerahan dan kegairahan dalam
kehidupan masyarakat yang produktif. Falsafah perusahaan melandasi keyakinan
PLN, bahwa PLN bukan sekedar penyedia energi listrik, akan tetapi juga
berkontribusi pada pengembangan masyarakat. Dengan visi “ Diakui sebagai
Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh Kembang, Unggul dan Terpercaya
dengan Bertumpu pada Potensi Insani”.
Dalam menjalankan operasinya, PLN memiliki misi, yaitu:
a. Menjalankan bisinis kelistrikan dan di bidang lain yang terkait,
berorientasi kepada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan
pemegang saham.
b. Menjadi tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
PT. PLN (Persero) memiliki motto perusahaan sebagai berikut : “
Elecricity For A Better Life (Listrik Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik)”.
Untuk mewujudkan Visi dan Misi Perusahaan, PLN mengembangkan
wawasan bersama sebagai panduan bekerja dan berkarya dengan menjungjung
tinggi nilai-nilai perusahaan yang terdiri dari : Saling Percaya (Mutual Trust),
Intregitas (Intregity), Peduli (care) dan Pembelajaran (Learner).
4.1.3 Logo PT. PLN (Persero)
Gambar 2 : Logo PT. PLN (Persero)
Sumber : buku panduan Logo PLN
Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang digunakan
adalah sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan
Umum Listrik Negara No. : 031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai
Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara.
1. Bidang Persegi Panjang Vertikal
Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lainnya,
melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah
atau organisasi yang terorganisir dengan sempurna.
Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan,
seperti yang diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan
bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan semangat yang
menyala-nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan ini.
2. Petir dan Kilat
Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya
sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan.
Selain itu petir pun mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT
PLN (Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi para
pelanggannya. Warnanya yang
merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di
Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insan
perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan
jaman
3. Tiga Gelombang
Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oteh
tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu
pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang seiring sejalan dengan kerja
keras para insan PT PLN (Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi
pelanggannya. Diberi warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu
yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan
manusia. Di samping itu biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki
insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para
pelanggannya.
4.1.4 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero)
Lihat di Halaman Lampiran
Sumber : Arsip PT PT PLN (Persero) Area Samarinda
PT. PLN (Persero) Area Samarinda terdiri dari Sepuluh Kecamatan, yaitu
Kecamatan Sungai Kunjang, Samarinda Ulu, Samarinda Utara,Samarinda ilir,
Samarinda Seberang, Palaran, Samarinda Kota, Loajanan Ilir, Sambutan, dan
Kecamatan Sungai Pinang. Luas wilayah layanan Area Samarinda meliputi
sepuluh Kecamatan yang dilayani oleh tujuh Rayon adalah seluas 32.595 km2.
Untuk detail wilayah pelayanan Area Samarinda adalah sebagai berikut:
1. Rayon Samarinda Kota
2. Rayon Samarinda Ulu,
3. Rayon Samarinda Ilir,
4. Rayon Sebrang,
5. Rayon Tenggarong,
6. Rayon Kota Bangun, dan
7. Rayon Kota Melak.
Kedudukan Public Relations atau humas adalah menilai sikap masyarakat
agar tercipta keserasian antara masyarakat dan kebijaksanaan organisasi/instansi.
Karena dari mulai aktivitasnya, program humas, tujuan (gol) dan hingga sasaran (
target) yang hendak dicapai oleh organisasi/ instansi tersebut tidak terlepas dari
dukungan, serta kepercayaan citra positif dari pihak publiknya. Humas PT. PLN
(Persero) Area Samarinda memiliki dua kegiatan, yaitu kegiatan internal dan
eksternal. Untuk aktivitas internalnya yaitu dengan melakukan kegiatan yang
mencakup hanya di dalam perusahaan, yaitu Humas membuat hak jawab di media
massa agar semua keluhan yang datang segera di jawab dengan baik dan
memberikan jawaban yang memuaskan kepada konsumen yang mengeluhkan
kinerja PT. PLN (Persero) Area Samarinda, baik itu tentang pemadaman listrik,
kenaikan tarif dasar listrik, pencurian listrik dan sebagainya. Selain itu humas
memantau berita dan informasi di media massa tersebut apakah ada berita yang
menguntungkan atau merugikan pihak perusahaan atas dimuatnya berita tersebut.
Memproduksi alat-alat kehumasan seperti brosur, leaflet, poster, majalah internal
“Suluh Etam” dan lain-lain untuk mensosialisasikan program yang diadakan oleh
PT. PLN (Persero) Area Samarinda.
Untuk aktivitas eksternal Humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda
selalu menjalin hubungan baik dengan media, yaitu:
a. Media Relations
Media Relations, yaitu membina hubungan baik dengan kalangan pers
yang mengelola media cetak atau elektronik. Kunjungan ini bisa juga disebut
Press Tour atau membina ajang silahturahmi antara PT. PLN (Persero) Area
Samarinda dengan media (Press Conferens) penting sekali dalam sebuah
kegiatan Humas untuk menjalin media relations yang baik dengan para
pemimpin dan reporter/wartawan surat kabar, majalah, radio, dan televisi.
Pihak Humas PT. PLN (Persero) berkunjung ke media-media elektronik
ataupun media massa untuk memonitor berita apa saja yang ada di
masyarakat.
b. Community Relations
Menerima kunjungan dari khalayak (mahasiswa, pelajar, LSM,
perusahaan, konsumen), menyelenggarakan berbagai bentuk kegiatan sosial
untuk masyarakat, melayani kebutuhan masyarakat, menjawab dan
menanggapi pertanyaan, saran dan masukan baik melalui telepon, surat kabar
publik keluhan konsumen atau website, mewakili perusahaan dalam
pertemuan-pertemuan sosial.
Upaya memelihara citra positif perusahaan dimata publiknya, bagian
Humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda akan selalu memantau umpan
balik publik yang memungkinkan besar atau ditulis media massa cetak dalam
bentuk surat pembaca atau komentar di surat kabar atau majalah dan website
perusahaan yang bersangkutan. Bentuk opini itu bisa berbentuk saran, kritik,
keluhan, meminta informasi atau tanggapan terhadap suatu masalah.
Fungsi dan Peranan Humas sesuai Keputusan Direksi PT. PLN (Persero)
No. 227.K/DIR/2005. Tanggal 13 Oktober 2005 tentang pedoman
Pelaksanaan Komunikasi Perusahaan PT. PLN (Persero) meliputi:
1. Menyelenggarakan Penyuluhan Internal
2. Membuat Produk Print Ad (Barang Cetakan)
3. Memonitor pemberitaan media massa
4. Menjadi juru bicara
5. Membuat siaran pers
6. Menyelenggarakan konferensi pers
7. Menyelenggarakan safari jurnalistik
8. Melakukan anjangsana ke media
9. Membina hak jawab media massa
10. Membina hubungan baik dengan media massa
11. Menanggapi keluhan konsumen
12. Menerbitkan iklan dan pariwara
13. Menyelenggarakan talkshow
14. Menyelenggarakan seminar
15. Menyelenggarakan pameran
16. Membinan hubungan baik dengan konsumen
17. Menyelenggarakan temu konsumen
Selain fungsi dan peranan di atas, humas mempunyai uraian tugas
penanggung jawab dalam menangani keluhan sebagai berikut :
1. Memantau berita dan informasi di media massa dan media lainnya
yang berkaitan dengan aspek bisnis perusahaan.
2. Mengkordinir tindak lanjut keluhan konsumen dan masyarakat yang
disampaikan melalui media massa, media internet dan media lainnya.
3. Menanggapi berita negative dan mengapresiasi berita positif di media
massa dan media lainnya.
4. Proaktif menyelesaikan krisis yang terjadi di unit, missal unjuk rasa,
bencana alam dan lain-lain.
5. Menyelenggarakan penyuluhan tatap muka kepada konsumen dan
masyarakat.
6. Menyelenggarakan acara temu konsumen dan masyarakat.
7. Menyelenggarakan talkshow di media elektronik.
8. Membina dan memelihara hubungan baik dengan pers
a. Melayani keperluan informasi wartawan
b. Mengatur kunjungan manajemen ke redaksi media setempat
c. Memberikan ucapan selamat kepada media pada event-event
tertentu missal hari pers nasional, hari ulang tahun media dan lain-
lainnya
d. Menyelenggarakan pertandingan olahraga persahabatan
e. Dan lain-lain
9. Membina dan memelihara hubungan baik dengan lembaga/instansi
pemerintah daerah lainnya.
10. Membina dan memelihara hubungan baik dengan komunitas atau
masyarakat sekitar instansi.
11. Membina dan memelihara hubungan baik dengan tokoh masyarakat.
12. Melaksanakan komunikasi internal (kordinasi dengan bidang terkait)
a. Menyelenggarakan coffe morning/ tea morning
b. Menyelenggarakan family gathering
c. Mengelola media internal online
d. Mengelola kotak saran
e. Menyelenggarakan penyuluhan internal
f. Menjalin hubungan baik dengan serikat bekerja
g. Melaksanakan dokumentasi kegiatan-kegiatan perusahaan
13. Melaksanakan protokoler acara-acara perusahaan.
14. Memproduksi alat-alat kehumasan seperti brosur, leaflet, poster dan
lain-lain.
15. Mengelola anggaran kehumasan dan membuat laporan triwulan kepada
kantor distribusi bagian komunikasi.
16. Melaksanakan program partisipasi dan pemberdayaan lingkungan
(P3L) atau bina lingkungan.
17. Melaksanakan tugas-tugas lain yang dibebankan atasan.
4.2 Hasil Penelitian
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian, yaitu mengenai
Peran Humas PT PLN (Persero) Area Samarinda dalam Program hemat listrik di
Kota Samarinda. Adapun hasil penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan
data melalui wawancara. Peneliti menguraikan hasil penelitian dengan mengacu
pada identifikasi masalah yang peneliti buat yaitu Peran Humas PT PLN
(Persero) Area Samarinda dalam Program hemat listrik di Kota Samarinda
sebagai penasehat ahli, fasilitator komunikasi, pemecah masalah, serta teknisi
komunikasi Berikut pembahasan yang telah diolah oleh peneliti:
4.2.1 Peran Humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda dalam Program
Hemat Listrik Sebagai Penasehat Ahli
Humas dianggap menjadikan perusahaan menjadi lebih baik lagi karena
dalam kinerjanya harus bisa membangun citra perusahaan, agar penilaian orang
terhadap perusahaan tersebut positif. Pekerjaan Humas bukan saja mengumpulkan
artikel namun dalam pekerjaannya Humas harus melakukan hal-hal penting
seperti survey tempat, memberikan sosialisasi dan edukasi, memberikan informasi
yang akurat dan benar secara berkala kepada publiknya, serta melakukan evaluasi
terhadap apa yang sudah dilakukan. Untuk itulah Humas pasti dibutuhkan oleh
setiap perusahaan. Dalam pekerjaannya Humas pasti melakukan peranannya untuk
memajukan perusahaan yang sedang dinaunginya.
Peranan Humas sebagai penasehat ahli juga penting dilakukan oleh
seorang Humas agar ia bisa memberikan input-input atau masukan-masukan
kepada perusahaan mengenai kebijakan atau apa yang harus dilakukan perusahaan
dalam menghadapi suatu masalah. Apalagi sekarang sudah menjadi era digital
dimana setiap perusahaan sudah menggunakan banyak sekali media-media digital
untuk mendukung pekerjaannya di kantor. Seorang praktisi atau pakar Public
Relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu
mencarikan solusi dalam menyelesaikan masalah hubungan dengan publiknya.
Hubungan praktisi atau pakar Publik Relations dengan manajemen
organisasi seperti hubungan antara dokter dan pasiennya. Artinya, pihak
manajemen bertindak pasif untuk menerima atau mempercayai apa yang telah
disarankan atau usulan dari pakar Publik Relations tersebut dalam memecahkan
dan mengatasi persoalan public relations yang tengah dihadapi oleh organisasi
yang bersangkutan.
Dalam mencari solusi penyelesaian masalah, Humas memberikan usulan
atau pendapat yang langsung diterima dan dipercayai pihak manajemen. Ketika
humas menjalankan peran ahli, maka tentunya humas akan dipandang oleh pihak
lain sebagai yang berwenang atas masalah dan penyelesaian atas hal yang
berhubungan dengan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian berikut merupakan
pernyataan Bapak Pupung Eko Cahyono selaku Humas di PT. PLN (Persero) Area
Samarinda, berkaitan dengan hal ini:
“Kalo disini sih lebih banyaknya di tahap awalnya ya, misalnya
perencanaannya nih, kan ada hasil edukasi dari yang sebelumnya atau
sosialisasi yang sebelumnya, nah itu dijadiin bahan buat sosialisasi atau
edukasi atau program kedepannya. Jadi analisanya berdasarkan masalah
yang sebelumnya. Tentunya dari ini pihak humaslah yang mengevaluasi
permasalahan, penyebabnya apa, mengumpulkan data-datanya, kita
melihat langsung juga ke lapangan”. ( Wawancara 10 Januari 2017)
Ibu Endah Alwati berpendapat mengenai peranan Humas PT. PLN
(Persero) sebagai penasihat ahli.
“Setiap masalah yang terjadi di PLN, kita tidak langsung ambil keputusan
ya’ tetap melalui alur yang sudah ada mulai evaluasi permasalahan,
kumpulin data hingga ke lapangan langsung”. (Wawancara 4 Oktober
2017)
Menurut kedua informan bahwa setiap masalah yang terjadi di PT. PLN
(Persero) Area Samarinda awalnya memberikan masukan atau inputan
berdasarkan analisa masalah atau kasus yang terjadi sebelumnya. Jadi Humas
akan membuat tahap perencanaan dimana perencanaan tersebut berisi saran atau
masukan yang akan diajukan ke manajemen. Saran atau masukan dari Humas
biasanya juga akan dijadikan bahan untuk melakukan sosialisasi atau edukasi
yang akan dijalankan oleh pihak manajemen. Sosialisasi atau edukasi yang
dijalankan oleh Humas bisa ditujukan untuk publik internal atau publik ekstenal.
Tergantung dari situasi dan kondisi yang dibutuhkan. Saran atau nasihat yang
dilontarkan kepada manajemen biasanya akan menjadi pertimbangan manajemen
untuk membuat suatu keputusan atau kebijakan tertentu. Selain itu juga
mengatakan bahwa Humas selalu diikut sertakan dalam setiap rapat internal
perusahaan, baik itu rapat mengenai program-program baru yang akan dijalankan
ataupun mengenai pembahasan masalah yang terjadi di perusahaan. Jadi Humas
PT PLN (Persero) melakukan peranannya sebagai penesehat ahli di
perusahaan tersebut.
Dalam hal ini, Bapak Pupung juga menambahkan pernyataannya, yaitu
sebagai berikut:
“Masalah yang sering muncul terkait dengan PLN seperti pemadaman
listrik, karena pemadaman ini bukan kemauan dari PLN ya, bisa saja
karena perawatan jaringan, ada tiang listrik yang roboh terkena pohon, dan
juga makin menipisnya sumber energi yang dipakai untuk memproduksi
listrik, seperti minyak bumi, batu bara. Kita dari PLN sih maunya semua
kebutuhan listrik masyarakat untuk tetap terus terpenuhi. dan dari kejadian
inilah humas dengan manajemen berinisiatif membuat kegiatan hemat
listrik guna memberikan informasi serta edukasi kepada masyarakat dan
menjelaskan tips dan trik hemat listrik seperti yang tertera pada brosur,
cara-cara penghematan peralatan listrik yang biasa digunakan dirumah
tangga”, (Wawancara 10 Januari 2017)
Ibu Endah Alwati berpendapat mengenai peranan Humas PT PLN
(Persero) sebagai penasihat ahli :
“kalau dalam masalah hemat listrik ini PT. PLN membuat suatu perubahan
terhadap perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi listrik sehari-hari
yaitu dengan menjelaskan trik dan tips hemat listrik melalui brosur,
pamflet serta iklan layanan masyarakat lainnya”. (Wawancara 4 Oktober
2017)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat dikatakan bahwa pihak
humas PT PLN (Persero) Area Samarinda memberikan saran atau masukan dari
adanya pemadaman listrik serta tersedianya bahan bakar yang kian menipis dan
permintaan masyaratat terhadap listrik kian meningkat sehingga dari itu pihak
humas memberi saran kepada manajemen untuk membuat suatu program hemat
listrik kepada pelanggan dan menjelaskan tips dan trik hemat listrik tersebut.
Dalam memberikan informasi hemat listrik kepada pelanggan, biasanya
menjelaskan apa itu hemat listrik, kemudian menerangkan bagaimana cara
menghemat listrik dengan baik dan benar dengan menjelaskan tips dan trik hemat
listrik di rumah tangga. Cara penggunaan alat-alat kelistrikkan perlu
diinformasikan kepada pelanggan agar pelanggan dapat menghemat pemakaian
listrik setiap bulan. Penjelasan tips dan trik hemat listrik yang diberikan oleh
manajemen terhadap hemat listrik maka pelanggan yang tadinya mengeluh
dengan pengeluaran rutin tiap bulannya kini dapat mengerti penyebab tunggakan
yang terjadi, dan untuk selanjutnya dapat menerapkan tips dan trik hemat listrik
tersebut di kehidupan sehari-hari.
4.2.2 Peran Humas PT PLN (Persero) Area Samarinda dalam Program
Hemat Listrik sebagai Fasilitator Komunikasi
Peran fasilitator komunikasi menjadikan praktisi sebagai pendengar yang
sensitive dan pialang informasi. Fasilitator komunikasi berfungsi sebagai
penghubung, penerjemah, dan mediator antara organisasi dan publik. Mereka
mengelola komunikasi dua arah, memfasilitasi perubahan dengan menyingkirkan
rintangan dalam hubungan, dan membuat saluran komunikasi tetap terbuka.
Tujuannya adalah menyediakan informasi yang diperlukan manajemen organisasi
maupun publik sehingga mereka dapat membuat keputusan yang saling
menguntungkan.
Peran humas sebagai fasilitator komunikasi bertindak sebagai
komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk
mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya, dari organisasi
sekaligus harus mampu menjelaskan kembali keinginan publiknya. Dengan
komunikasi timbal balik yang dilakukan oleh humas, agar dapat terciptanya saling
pengertian, mempercayai, menghargai dan toleransi yang baik dari kedua belah
pihak. Berikut pernyataan dari Bapak Pupung Eko Cahyono selaku Humas PT.
PLN (Persero) Area Samarinda, yaitu:
“Diperlukannya kerja keras dari humas untuk menjaga hubungan baik
kepada masyarakat, dan sebisa mungkin kami membuka akses bagi
masyarakat untuk berkomunikasi dengan PLN mengenai pentingnya tips
dan trik hemat listrik sehingga komunikasi yang terjalin menghasilkan
dukungan antara kedua belah pihak”. (wawancara tanggal 10 Januari
2017)
Ibu Endah Alwati berpendapat mengenai peranan Humas PT PLN
(Persero) sebagai fasilitator komunikasi.
“Namanya fasilitator memfasilitasi yaa.. jadinya yaa fasilitasi. Biasanya
sih antar bidang atau antar stakeholder. Misalnya kalo kayak penertiban
nih, penertiban tenaga listrik, kita butuh berhubungan sama pemda, sama
polisi, sama satpol pp, nah kayak gitu-gitu kan kita yang memfasilitasi
pertemuannya”.(Wawancara 4 Oktober 2017)
Berdasarkan wawancara dengan humas dan staf humas PT PLN (Persero)
Area samarinda sebagai fasilitator komunikasi sudah menjalankan tugasnya
dengan baik yaitu menyangkut dengan kegiatan hemat listrik ini humas
mengatakan bahwa pihak manajemen sudah membuka akses bagi masyarakat dan
memberi pemahaman bagaimana cara menghemat pemakaian listrik di rumah
tangga, mulai dari tips dan trik hemat listrik untuk masyarakat dan bagaimana
penggunaan alat-alat elektronik yang baik dan benar. Ibu Endah juga mengatakan
bahwa PLN memfasilitasi setiap pertemuan dengan siapapun yang dibutuhkan.
Ini sudah sesuai dengan konsep Humas sebagai fasilitator bahwa Humas
mengelola komunikasi dua arah, memfasilitasi, dan membuat saluran komunikasi
tetap terbuka. Tujuannya adalah untuk menyediakan informasi yang diperlukan
manajemen organisasi maupun publik sehingga mereka dapat membuat keputusan
yang saling menguntungkan. Sebagai fasilitator komunikasi, Humas
menempatkan diri sebagai sumber informasi dan kontak resmi organisasi dengan
publiknya. Misalnya pelanggan lebih baik menggunakan peralatan elektronik yang
memiliki daya watt kecil. Memilih peralatan elektronik yang berdaya watt kecil
bukan berarti mengurangi mutu produk karena saat ini banyak peralatan
elektronik yang telah dirancang khusus untuk menghasilkan hemat energi listrik
serta kualitas produk yang berdaya saing tinggi dengan produk lainnya. Jadi,
dibutuhkan kejelian pelanggan untuk pintar memilih dan menggunakan peralatan
elektronik sehingga tidak mengakibatkan boros listrik dan tunggakan disetiap
bulannya.
Adanya komunikasi timbal balik tersebut dapat terciptanya saling
pengertian, mempercayai, menghargai, dan toleransi yang baik dari kedua belah
pihak. Fasilitator komunikasi berfungsi sebagai penghubung, penerjemah, dan
mediator antara organisasi dan publik. Humas mengelola komunikasi dua arah,
memfasilitasi perubahan dengan menyingkirkan rintangan dalam hubungan, dan
membuat saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah menyediakan
informasi yang diperlukan manajemen organisasi ataupun publik, sehingga humas
dapat membuat keputusan yang saling menguntungkan.
Humas bertugas sebagai mediator antara perusahaan dengan masyarakat,
baik internal maupun eksternal, karena humas merupakan pihak yang senantiasa
berhubungan dan penyambung antara perusahaan dengan stakeholdernya. Sebagai
mediator dalam menyampaikan kegiatan atau program perusahaan kepada
masyarakat, humas sangat penting karena seringkali tujuan perusahaan dengan
harapan atau kepentingan masyarakat itu tidak sama. Pada saat kepentingan
tersebut berbeda maka peranan mediator dalam hal ini, humas sangat besar untuk
mengambil jalan tengah atas perbedaan tersebut. Dengan melakukan komunikasi
yang intens dengan masyarakat.
Untuk menciptakan komunikasi dua arah yang baik antara perusahaan
dengan masyarakat, humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda harus melakukan
komunikasi dua arah secara informal dengan aktif melakukan pertemuan-
pertemuan dengan pelanggan. Berikut pernyataan Bapak Pupung berkaitan dengan
hal ini :
“Setiap hari pada hari dan jam kerja yaitu dari hari senin s/d jumat dari
pukul 08.00-16.00 WITA”. Petugas melakukan percakapan tatap muka
dengan pelanggan mengenai hemat listrik dengan jumlah yang tidak
ditentukan setiap harinya. Dan pada saat acara sosialisasi ke warga, serta
melakukan kegiatan kampanye hemat listrik kepada masyarakat luas yang
dilakukan pada waktu tertentu ke daerah-daerah yang ada dikota
Samarinda disaat itulah masyarakat banyak menyampaikan masukan,
kritikan dan inilah salah satu cara kami dapat berkomunikasi dengan
pelanggan. Serta menggunakan media seperti TV, radio, media sosial
seperti facebook, twitter, brosur, pamflet, baliho serta iklan layanan
masyarakat dll”. (wawancara tanggal 10 Januari 2017)
Kemudian informan Ibu Endah Alwati mengatakan bahwa:
“Setiap hari biasanya petugas melakukan percakapan tatap muka dengan
pelanggan di kegiatan hemat energi listrik dengan jumlah yang tidak
ditentukan setiap harinya. Serta waktu yang dipergunakan tidak menentu
sampai pelanggan merasa puas dengan informasi yang diberikan oleh
petugas”. (Wawancara tanggal 4 Oktober 2017)
Berdasarkan jawaban wawancara tersebut dapat dikatakan tidak adanya
ketetapan yang mengharuskan berapa kali pertemuan atau berapa jumlah
pelanggan yang ditetapkan dalam sehari ataupun seminggu. Karena disini
pelangganlah yang datang ke kegiatan hemat listrik untuk berkonsultasi
menanyakan informasi seputar masalah kelistrikkan. Jadi, pada setiap hari waktu
kerja dari senin hingga jumat dalam seminggu, kegiatan hemat listrik ini selalu
didatangi pelanggan yang ingin berkonsultasi. Petugas pun tidak membatasi
jumlah pelanggan yang datang dalam sehari, selama pelanggan tersebut
berkunjung ke kegiatan hemat listrik maka petugas akan senatiasa melayani dan
menerimanya dengan baik. Dapat kita lihat peranan humas PT PLN (Persero)
Area Samarinda sebagai fasilitator komunikasi telah menjelaskan bahwa pihak
manajemen semaksimal mungkin memberikan pemahaman kepada masyarakat
dengan adanya pertemuan yang dilakukan setiap hari kerja kepada pelanggan
mengenai hemat listrik ini,serta bagaimana cara menanggulangi masalah yang
dihadapi pelanggan yaitu, menanggulangi boros listrik. Kegiatan hemat listrik ini
juga dilakukan diluar dari kantor PLN yaitu melakukan kampanye hemat listrik ke
masyarakat luas. Kampanye ini dilakukan pada waktu tertentu ke daerah-daerah
yang berada di wilayah Kota Samarinda. Serta kita juga memanfaatkan media
sebagai wadah informasi bagi masyarakat untuk bisa melihat tips dan trik hemat
listrik ini seperti email, tv, radio, media sosial seperti facebook, twitter, brosur,
pamflet, baliho serta iklan layanan masyarakat atau melalui wawancara TV dan
Radio, dengan adanya ini masyarakat yang aktif di media sosial bisa memperoleh
informasi hemat listrik dengan sangat mudah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Humas PT PLN (Persero) Area
Samarinda dapat diinterpretasikan oleh peneliti bahwa Humas PT PLN (Persero)
Area Samarinda sudah melakukan peranan sebagai fasilitator komunikasi dengan
baik. Menurut peneliti dalam melakukan perannya sebagai fasilitator Humas PT.
PLN (Persero) Area Samarinda sudah menyampaikan informasi dengan baik
kepada khalayak internal maupun eksternal terkait dengan hemat listrik ini,
karena peran fasilitator merupakan praktisi yang memfasilitasi atau menjembatani
antara berbagai macam pihak. Dalam melakukan peranannya sebagai fasilitator,
Humas sudah mencakup pada publik internal dan eksternal perusahaan. Serta bisa
melihat tips dan trik hemat listrik ini melalui email, tv, radio, media sosial seperti
facebook, twitter, brosur, pamflet, baliho serta iklan layanan masyarakat atau
melalui wawancara TV dan Radio.
4.2.3 Peran Humas PT PLN (Persero) Area Samarinda dalam Program
Hemat Listrik sebagai Fasilitator Proses Pemecahan Masalah
Peran humas sebagai fasilitator proses pemecahan masalah, berusaha
mencari jalan keluar yang terbaik, terutama permasalahan yang berkaitan dengan
cara menumbuhkan dan menciptakan keharmonisan dengan publik eksternal.
Dalam hal ini humas merupakan tim dari manajemen yang membantu pimpinan
perusahaan baik sebagai penasehat hingga mengambil keputusan dalam mengatasi
persoalan atau krisis yang tengah dihadapi oleh sebuah perusahaan.
Humas yang mengambil peran komunikasi pemecahan masalah bekerja
sama dengan bagian atau divisi yang lain dalam mendefinisikan dan
menyelesaikan masalah. Humas menjadi bagian dari tim perencanaan strategis.
Kerjasama dan konsultasi diawali dengan pertanyaan pertama, dan berlanjut
hingga evaluasi program akhir.
Peran humas sebagai fasilitator proses pemecahan masalah, yaitu
bagaimana humas mampu mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi oleh
sebuah perusahaan, baik secara proaktif, antisipatif, inovatif, dinamis, dan solutif.
Berikut pernyataan Bapak Pupung, selaku Humas PT. PLN (Persero) Area
Samarinda, yaitu:
“Fasilitator proses pemecahan masalah maksudnya disini saya melakukan
menginisiasi dengan manajemen untuk mengatasi permasalahan yang
sering terjadi di PLN dan juga terkait kegiatan hemat listrik ini. Tentunya
juga humas dilibatkan dari awal sampai akhir masalah yang dihadapi,
artinya mulai dari identifikasi masalah sampai pengambilan keputusan
serta menyelesaikan secara bijaksana, dengan memperhatikan kepentingan
bersama, antara perusahaan dengan masyarakat”. (Wawancara tanggal 10
Januari 2017)
Ibu Endah Alwati juga menambahkan masalah yang terjadi di hemat listrik
sebagai berikut:
“Misalnya saja yang terjadi seperti hambatan teknis, kegiatan hemat listrik
tidak menyediakan berbagai peralatan listrik karena jumlahnya yang
sangat banyak (seperti tv, kulkas, mejikom dll) oleh karena itu petugas
hanya memberikan penjelasan tips dan trik hemat dari brosur dalam
penyampaian tatap muka dan pelanggan dapat bertanya langsung apabila
ada hal yang kurang dimengerti”. (Wawancara 4 Oktober 2017)
Berdasarkan hasil wawancara dengan humas di PT PLN (Persero) Area
Samarinda bahwa peranan sebagai fasilitator proses pemecahan masalah, humas
ikut berpartisipasi dalam menjalankan kegiatan hemat listrik serta jika terjadi
suatu masalah dalam kegiatan tersebut humas pasti dilibatkan dari awal sampai
masalah tersebut selesai, misalnya saja jika kurangnya tim dalam hemat listrik ini
karena proses penyampaian pesan kegiatan hemat listrik ini berlangsung secara
tatap muka, dialogis dan mendapatkan feedback (umpan balik) yang langsung dari
pelanggan. Apabila pelanggan belum memahami atau tidak mengerti dengan
informasi yang disampaikan oleh petugas, maka pelanggan diberikan kesempatan
bertanya seluas-luasnya sehingga dapat mengurangi terjadinya miss
communication atau salah persepsi diantara petugas dengan pelanggan. Hambatan
lain berupa peralatan atau media cetak seperti brosur yang terbatas jumlahnya.
Adapun hambatan yang mungkin ditemui diluar dari kegiatan hemat
listrik, misalnya saat melakukan kampanye ke masyarakat luas adalah
terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki untuk menyebarluaskan
informasi hemat listrik kepada setiap pelanggan sehingga tidak langsung dapat
menjangkau secara keseluruhan pelanggan PT. PLN (Persero) Area Samarinda.
Hal ini juga dikatakan oleh Bapak Pupung yaitu :
“Hambatan dalam penyampaian pesan pada saat melakukan kampanye
yaitu kurangnya petugas atau sumber daya manusia (SDM) untuk
menginformasikan kepada pelanggan mengenai hal menghemat listrik ini.
Hambatan lain berupa brosur yang disediakan dalam jumlah terbatas”.
(Wawancara 10 Januari 2017)
Langkah yang ditempuh dalam menangani hambatan dengan menyediakan
display atau alat peraga. Jika keluhan yang dihadapi oleh pelanggan tidak
menemukan kesepakatan bersama atau pemecahan masalah maka petugas
meminta bantuan dan kerja sama dari staff lainnya apabila memang diperlukan
penjelasan dan penanganan lebih lanjut yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi. Menurut Ibu Endah Alwati berpendapat bahwa :
“Langkah yang ditempuh dengan menyediakan display atau alat peraga
dan jika keluhan yang dihadapi oleh pelanggan tidak menemukan
kesepakatan bersama atau pemecahan masalah maka petugas meminta
bantuan dan kerja sama dari staff lainnya apabila memang diperlukan
penjelasan dan penanganan lebih lanjut yang berhubungan dengan masalah
yang dihadapi”. (Wawancara 4 Oktober 2017)
Langkah lain yang ditempuh dalam menangani hambatan yang terjadi
dalam kegiatan hemat energi listrik dengan menambah pengetahuan seputar
informasi kelistrikkan. Karena seorang petugas harus paham dengan informasi
yang akan diberikannya. Petugas harus dapat memberikan informasi dengan benar
dalam menjawab pertanyaan atau keluhan dari pelanggan.
Penanggulangan hambatan yang terjadi diluar dari pada kegiatan hemat
energi ditempuh dengan cara meminimalisir keterbatasan sumber daya manusia
yang dimiliki dengan menanamkan sikap peduli bagi setiap karyawan PT. PLN
(Persero) untuk ikut mensosialisasikan atau mengenalkan pentingnya hemat
energi listrik ke lingkungan sekitarnya. Pada kampanye diluar dari kegiatan
petugas bekerja sama dengan seluruh staff termasuk atasan atau pimpinan
perusahaan untuk turut membantu proses penyebaran informasi hemat listrik ini
kepada pelanggan. Selain itu, perusahaan juga menggunakan media massa baik
cetak maupun elektronik untuk membantu proses penyampaian informasi hemat
listrik agar dapat tersebar luas dan cepat kepada seluruh pelanggan PT. PLN
(Persero).
Berdasarkan uraian dan beberapa hasil wawancara diatas, peran humas
sebagai fasilitator proses pemecahan masalah juga telah dilaksanakan dengan
cukup baik. Humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda cukup membantu
menyelesaikan permasalahan yang pernah dialami oleh PT. PLN (Persero) Area
Samarinda, solusi dan jalan keluar terhadap permasalahan yang dihadapi berkaitan
dengan program hemat listrik sudah maksimal dilaksanakan. Sebagai fasilitator
pemecah masalah untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah, Humas PT.
PLN (Persero) Area Samarinda melibatkan petugas hemat listrik untuk mengambil
kesimpulan, sehingga tidak menimbulkan kebimbangan dalam proses pemecahan
masalah. Humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda cukup tanggap terhadap isu-
isu, bersikap aktif, dimana ketika adanya permasalahan yang terjadi PT. PLN
(Persero) Area Samarinda langsung memiliki inisiatif untuk mengatasi masalah
yang ada.
4.2.4 Peran Humas PT PLN (Persero) Area Samarinda dalam Program
Hemat Listrik sebagai Teknisi Komunikasi
Dengan berkembangnya hal-hal yang berkaitan dengan pembinaan
membuat peran humas pada PT. PLN (Persero) sangat komplek tidak hanya
sebagai penasehat ahli, fasilitator komunikasi, fasilitator pemecahan masalah.
Tetapi juga bisa sebagai teknisi komunikasi sehingga peran humas juga bisa
menjadi kreator maupun journalist in resident, maksudnya disini peran humas
dapat menyediakan layanan komunikasi antara publik dengan suatu organisasi.
Dan dapat menjadi seorang mediator baik yang bersifat lisan maupun tertulis
dalam penyampaian pesan atau informasi dari organisasi kepada publiknya.
Maksudnya, dalam teknisi komunikasi dimana praktisi humas dapat melakukan
gagasan atau ide-ide tentang hubungan komunikasi dalam suatu perusahaan baik
dengan menggunakan arus media komunikasi yang dipergunakan dalam suatu
organisasi kepada sasarannya atau publiknya.
Peran humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda sebagai teknisi
komunikasi juga sangat penting. Dimana humas harus mampu menjalin hubungan
yang baik dengan media, karena media berperan dalam penciptaan citra
perusahaan dan pembentukan opini publik. Berikut pernyataan Bapak Pupung
berkaitan dengan hal ini:
“Dalam penyampaian informasi hemat listrik kita menggunakan media
cetak maupun elektronik. Media cetak seperti halnya pamflet, leaflet,
brosur, stiker, poster, spanduk dan sebagainya. Sedangkan media
elektronik antara lain melaui radio yang ada di Samarinda seperti RRI,
televisi melalui TVRI dan Tepian TV serta menggunakan alat display.
Media ini bertujuan untuk membantu proses penyebaran informasi hemat
listrik kepada seluruh pelanggan PT. PLN (Persero), sehingga pentingnya
budaya hemat listrik dapat diketahui oleh masyarakat luas. (Wawancara 10
Januarai 2017)
Media cetak merupakan segala sumber informasi yang secara fisik nyata
dan berbentuk tulisan. Media cetak yang digunakan dalam memberikan informasi
hemat listrik meliputi, penggunaan brosur, spanduk, stiker, tabloid, banner,
booklet, pamflet, leaflet. Media ini ditaruh di tempat-tempat strategis yang mudah
dijangkau dan menarik perhatian pelanggan yang datang dalam kegiatan
mengenai hemat energi PT. PLN (Persero) Area Samarinda.
Media elektronik yang digunakan dalam memberikan informasi hemat
listrik kepada pelanggan berupa penggunan alat peraga atau display digunakan
pada saat kegiatan hemat listrik agar pelanggan dapat lebih memahami apa yang
diterangkan oleh petugas dan juga sebagai bukti nyata yang dapat
membandingkan langsung akibat yang ditimbulkan apabila menggunakan alat
listrik yang hemat energi dengan peralatan yang tidak hemat energi. Melalui Talk
show interaktif siaran radio masyarakat dibuat mendapatkan informasi lebih
mudah, hanya dengan mendengar mereka mendapat banyak informasi.
Keuntungan lainnya ialah radio membuat manusia masih dapat melakukan
aktivitas dan tetap dapat mendengarkan informasi yang disampaikan melalui
siaran radio. Adanya talk show interaktif di radio memberikan kesempatan bagi
pelanggan untuk bertanya seputar masalah hemat listrik dan akan dijawab
langsung oleh pihak dari PLN. Serta Iklan layanan masyarakat di televisi, seperti
iklan pangkas listrik 17.00-22.00 dan “Earth Hour”.
Iklan 17.00-22.00 bertujuan untuk menurunkan beban maksimal karena
pada jam ini konsumsi listrik relatif tinggi. Pemadaman ini diperlukan untuk
menjamin adanya ketersediaan cadangan listrik yang akan mengamankan sistem
kelistrikan. Untuk pelanggan PLN industri, program ini tidak hanya bersifat
himbauan saja. PLN lebih mengedepankan himbauan agar pelanggan (rumah
tangga) menekan konsumsi listrik pada waktu beban puncak. Ajakan mengurangi
konsumsi listrik bagi pelanggan rumah tangga sebenarnya tidak terlalu banyak,
cukup 50 watt selama 5 jam beban puncak. Namun efek 50 watt ini akan sangat
besar pengaruhnya bila dilakukan oleh 10 juta pelangan rumah tangga.
Earth Hour adalah sebuah kegiatan global yang diadakan oleh WWF
(World Wide Fund for Nature, juga dikenal sebagai World Wildlife Fund) dan
diadakan pada Sabtu terakhir bulan Maret setiap tahunnya yang mengajak
kalangan individu, bisnis, pemerintahan, dan komunitas masyarakat untuk
mematikan lampu selama satu jam sebagai bentuk dukungan terhadap perubahan
iklim dunia. Iklan ini terselenggara atas kerjasama PT. PLN (Persero) dengan
WWF.
Tugas dan fungsi utama humas tidak terlepas dari bidang penyebaran
pesan, informasi, dan komunikasi mengenai kegiatan perusahaan untuk
disampaikan kepada publik sebagai sasaran atau targetnya. Pembentukkan,
pemeliharaan dan peningkatan citra dan positif perusahaan harus didukung
kebijakan dan komitmen pimpinan.
Kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan adalah salah
satu penyampaian pesan, ide, dan gagasan program kerja dan sekaligus
membentuk opini atau menguasai pendapat umum sesuai dengan yang diinginkan
komunikator. Selain mampu berkomunikasi secara efektif, humas pun harus
mampu menggunakan media secara efektif. Berikut pernyataan Ibu Endah Alwati,
berkaitan dengan hal ini:
“Nah kalau dengan media PLN (Persero) Area Samarinda sudah lama
memiliki media seperti call centre 123, kotak saran, dan website resmi
www.PLN.co.id, twitter, facebook. Hal ini cukup efektif dalam
menyebarkan informasi tentang hemat listrik, dengan adanya media ini
masyarakat sudah terbantu serta jika ada keluhan dari pelanggan bisa
melaporkan lewat media tersebut. (Wawancara 4 Oktober 2017)
Secara operatif, humas merupakan fungsi manajemen yaitu memelihara
saluran komunikasi kedalam dan keluar, agar tercapai saling pengertian atau
kerjasama antara perusahaan dengan publiknya, termasuk mengidentifikasi, dalam
menggapai opini publik yang sesuai atau tidak dengan kebijaksanaan yang
dilaksanakan oleh perusahaan yang bersangkutan, serta membantu fungsi
manajemen dalam mengantisipasi, memonitor, dan memanfaatkan berbagai
kesempatan, serta tantangan atau perubahan yang terjadi di dalam masyarakat.
Berdasarkan uraian dan beberapa hasil wawancara di atas, peran humas
sebagai teknisi komunikasi sudah dilaksanakan. Hal ini terlihat dalam kegiatan
hemat listrik ini PT PLN (Persero) Area samarinda dalam kegiatan hemat listrik
memiliki media massa baik media cetak maupun media elektronik, dalam
penggunaannya juga sudah sangat baik dapat membantu menjelaskan kepada
masyarakat mengenai trik dan tips hemat listrik. PT PLN (Persero) Area
Samarinda juga memiliki call centre 123, kotak saran, dan website resmi
www.PLN.co.id, twitter, facebook. Terkait dengan peran PR yang lebih dominan
dalam aspek komunikasi, PR juga berperan secara teknis. Dalam hal ini, PR
berperan sebagai teknisi komunikasi.
4.2.5 Pendapat Masyarakat mengenai PT. PLN (Persero) Area Samarinda
dalam Program Hemat Listrik
Selain mewawancarai pihak Humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda
mengenai perananannya dalam program hemat listrik, peneliti juga
mewawancarai masyarakt atau pelanggan PLN. Tujuan peneliti mewawancarai
pelanggan PLN adalah agar peneliti tahu apakah yang sudah dilakukan PLN
untuk menyebarkan serta memberikan informasi kepada publik mengenai hemat
listrik sudah cukup di pahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini peneliti mengambil 2 informan yang pernah datang dalam
kegiatan hemat listrik di PT. PLN (Persero) Area Samarinda. Informan ini adalah
Ibu Rini dan Ibu Feni. Berikut pernyataan Ibu Feni terkait dengan citra PLN:
“Menurut saya sih citra PLN sekarang masih sama saja ya.masih suka
naikin tarif listrik. Kadang saya aja gatau kalo udah naik. Tiba-tiba itu
bayar listrik udah naik aja. Suka gak ada pengumumannya sih kalo mau
naik. Kalo untuk pelayanan sih mereka sudah semakin membaik.” (Wawancara 5 Oktober 2017)
Menurut pendapat yang dilontarkan oleh Ibu Feni, citra PLN saat ini
kurang begitu baik karena PLN masih suka menaikan tarif listrik tanpa
pengumuman terlebih dahulu. Selain suka menaikan tarif listrik tanpa adanya
pemberitahuan. Selanjutnya ini adalah penyataan dari Ibu Rini terkait dengan citra
PLN :
“kalo untuk citra PLN sih menurut saya hmmm gimana yaa, saya sih
liatnya udah cukup bagus sih. Apalagi sekarang pelayanannya makin di
tingkatkan ya. Jadi kita lebih gampang untuk ngurus ini itu ke PLN.”
(Wawancara 5 Oktober 2017)
Ibu Rini mengatakan pendapatnya mengenai citra PLN saat ini.
Menurut Ibu Rini citra PLN saat sudah cukup bagus, itu dikarenakan pelayanan
PLN yang kini semakin di tingkatkan, sehingga membuat para pelanggan
makin mudah untuk melakukan transaksi dengan pihak PLN. Berikut
pernyataan Ibu Feni terkait program hemat listrik yang di jalankan oleh PT.
PLN (Persero) :
“Menurut saya kegiatan hemat listrik ini sangat bagus sekali ya,
karenakan pelanggan banyak tidak tahu secara detail penggunaan listrik
ini, taunya cuma pakai, bayar. Ya setidaknya dengan adanya penjelasan
seperti ini masyarakat bisa lebih bijak lagi menggunakan listrik,
termasuk saya”. (Wawancara 5 Oktober 2017)
Menurut Ibu Feni mengenai kegiatan hemat listrik ini sangat membantu
sekali dirinya karena beliau selama ini hanya menggunakan saja perabotan
elektronik yang ada dirumah tanpa mengetahui akibat jika menggunakan listrik
berlebihan. Ibu Feni menyatakan bahwa kegiatan menghemat listrik merupakan
kegiatan yang dapat membuat konsumsi energi listrik berkurang. Hemat energi
listrik bukan sekedar menghemat biaya pengeluaran, tetapi lebih jauh lagi dapat
mencegah krisis pasokan listrik dan membantu menyelamatkan bumi dari
kerusakan akibat pemanasan global lantaran pemakaian energi listrik yang
berlebihan. Berikut pernyataan Ibu Rini terkait kegiatan hemat listrik :
“Kegiatan ini luar biasa sekali ya menurut saya, banyak yang saya tidak
pahami dengan listrik, tetapi setelah datang dalam kegiatan hemat
listrik ini jadi terbantu untuk hemat menggunakan listrik sehari-hari
dirumah ya mba, semoga kegiatan seperti ini sering-sering diadain biar
masyarakat lebih sadar lagi dengan kondisi kelistrikan kita sekarang”.
(Wawancara 5 Oktober 2017)
Ibu Rini mengatakan bahwa beliau tersadarkan dengan perilaku sehari-hari
dalam menggunakan barang elektronik yang ada dirumah. Beliau juga
mengharapkan kegiatan seperti ini terus digerakan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan penggunaan pemakaian energi listrik karena kebanyakan
masyarakat mempunyai anggapan bahwa mereka yang membayar tagihan listrik
tiap bulannya, maka masyarakat juga yang berhak menentukan seberapa banyak
pemakaian listrik mereka.
4.3 Pembahasan
Pada bab berikut ini peniliti masuk kepada tahap berikutnya yaitu tahap
pembahasan. Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Peran Humas
PT. PLN (Persero) Area Samarinda Dalam Program Hemat Listrik di Samarinda.
peran yang di lakukan oleh Humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda ini
memperkenalkan dan mengedukasi cara yang tepat menggunakan barang
elektronik yang ada dirumah kepada masyarakat melalui kegiatan hemat listrik.
Dari hasil wawancara penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
sejumlah narasumber yaitu Bapak Pupung Eko Cahyono yang merupakan Humas
PT. PLN (Persero) Area Samarinda, Ibu Endah Alwati yang merupakan Asisten
Analis Humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda. Serta 2 orang sebagai
pelanggan PT. PLN (Persero) Area Samarinda yaitu ada Ibu Rini dan Ibu Feni.
Maka peneliti mengidentifikasikan peran yang dilakukan oleh Humas PT. PLN
(Persero) Area Samarinda dalam Kegiatan Hemat listrik ini.
Selain untuk medukung dan memperkuat penelitian, peneliti mengacu pada
konsep yang di terapkan Cutlip, Center & Broom menyatakan Humas adalah
fungsi manajemen secara khusus yang mendukung terbentuknya saling pengertian
dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan dan kerja sama antara organisasi
dengan berbagai publiknya. Peran Humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda
dalam Program Hemat Listrik di Kota Samarinda yaitu humas sebagai sumber
informasi yang dilakukan petugas pada kegiatan hemat energi listrik adalah
menerangkan segala informasi kelistrikkan yang mencakup cara-cara atau tips dan
trik menghemat listrik dalam kehidupan sehari-hari. Berikut peneliti akan
membahas masing-masing fokus yang telah diteliti :
4.3.1 Peran Humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda dalam Program
Hemat Listrik Sebagai Penasehat Ahli
Seorang praktisi pakar Public Relations yang berpengalaman dan memiliki
kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian
masalah hubungan dengan publiknya (public relationship). Hubungan praktisi
pakar Public Relations dengan manajemen organisasi seperti hubungan antara
dokter dan pasiennya. Artinya, pihak manajemen bertindak pasif untuk menerima
atau mempercayai apa yang telah disarankan atau usulan dari pakar Public
Relations (expert prescriber) tersebut dalam memecahkan dan mengatasi
persoalan public relations yang tengah dihadapi oleh organisasi bersangkutan.
Bila dikaitkan dengan Cutlip and Center dalam bukunya yang berjudul
“Effective Public Relations” salah satu tugas utama seorang humas adalah untuk
memberikan nasihat/penerangan pada manajemen dalam hubungannya dengan
opini publik yang ada. Ini berarti, ada hubungannya dengan peranan Humas
sebagai penasehat ahli. Karena praktisi penesehat ahli merupakan orang yang
memberikan nasehat kepada perusahaan bila terjadi masalah pada perusahaan atau
sedang ingin membuat kebijakan baru mengenai perusahaan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Humas
PT PLN (Persero) Area Samarinda, peranan yang dilakukan Humas sebagai
penasehat ahli adalah dengan memberikan saran-saran berdasarkan kasus yang
sering terjadi sebelumnya, yaitu adanya pemadaman listrik. Jadi Humas akan
membuat tahap perencanaan dimana perencanaan tersebut berisi saran atau
masukan yang akan diajukan ke manajemen. Saran atau masukan dari Humas
biasanya juga akan dijadikan bahan untuk melakukan sosialisasi atau edukasi
yang akan dijalankan oleh pihak manajemen. Sosialisasi atau edukasi yang
dijalankan oleh Humas bisa ditujukan untuk publik internal atau publik ekstenal.
Tergantung dari situasi dan kondisi yang dibutuhkan.
Saran atau nasehat yang dilontarkan oleh pihak Humas kepada manajemen
biasanya akan menjadi pertimbangan manajemen untuk membuat suatu keputusan
atau kebijakan tertentu. Selain itu Humas selalu di ikut sertakan dalam setiap
rapat internal perusahaan, baik itu rapat mengenai program-program baru yang
akan dijalankan ataupun mengenai pembahasan masalah yang terjadi perusahaan.
Jadi Humas PT PLN (Persero) melakukan peranannya sebagai penesehat ahli di
perusahaan tersebut.
Menurut peneliti, Humas PT PLN (Persero) Area Samarinda dalam
melakukan peranannya sebagai penasehat ahli, sudah sesuai dengan landasan
yang memang seharusnya dilakukan oleh seorang Humas. menyatakan bahwa
Humas merupakan praktisi yang terlibat dalam menangani masalah, berarti
Humas PT PLN (Persero) Area Samarinda sudah memerankan fungsinya sebagai
penasehat ahli. Humas memang turut serta memberikan nasehat kepada
perusahaan bila terjadi masalah atau sedang membuat kebijakan baru yang
berhubungan dengan khalayak.
4.3.2 Peran Humas PT PLN (Persero) Area Samarinda dalam Program
Hemat Listrik sebagai Fasilitator Komunikasi
Dalam hal ini, praktisi PR bertindak sebagai komunikator atau mediator
untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang
diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Dipihak lain, dia juga dituntut mampu
menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak
publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling
pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari
kedua belah pihak.
Sebagai fasilitator komunikasi, praktisi mendapatkan diri sebagai sumber
informasi dan kontak resmi organisasi dengan publiknya. Mereka menjadi wasit
menetapkan agenda diskusi, meringkas dan mengulangi pandangan, memancing
reaksi dan membantu partisipan mendiagnosa dan mengoreksi kondisi yang
mengganggu hubungan komunikasi. Fasilitator komunikasi memegang peran
penting batasan dan fungsi sebagai penghubung antara organisasi dan publik.
Mereka beroperasi dibawah anggapan bahwa komunikasi dua arah akan
meningkatkan kualitas keputusan kebijakan prosedur dan tindakan kedua belah
pihak yang dibuat oleh organisasi dan publik.
Bila dikaitkan dengan fungsi humas menurut Onong Uchjana Effendy,
dalam bukunya “Hubungan Masyarakat” yaitu Menciptakan komunikasi dua arah
timbal balik dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada publik dan
menyalurkan opini publik kepada organisasi. Ini berarti ada hubungannya dengan
peranan Humas point yang kedua, yaitu sebagai fasilitator komunikasi. Karena
praktisi fasilitator komunikasi juga bertugas sebagai orang yang menyampaikan
informasi mengenai perusahaan baik itu kepada publik internal ataupun publik
eksternal.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, Humas PT PLN
(Persero) Area Samarinda dalam melakukan perannya sebagai fasilitator adalah
dengan memfasilitasi setiap pertemuan dengan siapapun yang dibutuhkan. Ini
sudah sesuai dengan konsep Humas sebagai fasilitator bahwa Humas mengelola
komunikasi dua arah, memfasilitasi, dan membuat saluran komunikasi tetap
terbuka. Tujuannya adalah untuk menyediakan informasi yang diperlukan
manajemen organisasi maupun publik sehingga mereka dapat membuat keputusan
yang saling menguntungkan. Sebagai fasilitator komunikasi, Humas
menempatkan diri sebagai sumber informasi dan kontak resmi organisasi dengan
publiknya. Saran atau nasehat yang dilontarkan oleh pihak Humas kepada
manajemen biasanya akan menjadi pertimbangan manajemen untuk membuat
suatu keputusan atau kebijakan tertentu.
Dapat kita lihat peranan humas PT PLN (Persero) Area Samarinda sebagai
fasilitator komunikasi telah menjelaskan bahwa pihak manajemen semaksimal
mungkin memberikan pemahaman kepada masyarakat dengan adanya pertemuan
yang dilakukan setiap hari kerja kepada pelanggan mengenai hemat listrik ini,
serta bagaimana cara menanggulangi masalah yang dihadapi pelanggan yaitu,
menanggulangi boros listrik. Kegiatan hemat listrik ini juga dilakukan diluar dari
kantor PLN yaitu melakukan kampanye hemat listrik ke masyarakat luas.
Kampanye ini dilakukan pada waktu tertentu ke daerah-daerah atau di pusat
perbelanjaan seperti mall yang berada di wilayah Kota Samarinda. Serta kita juga
memanfaatkan media sebagai wadah informasi bagi masyarakat untuk bisa
melihat tips dan trik hemat listrik ini seperti email, tv, radio, media sosial seperti
facebook, twitter, brosur, pamflet, baliho serta iklan layanan masyarakat atau
melalui wawancara TV dan Radio, dengan adanya ini masyarakat yang aktif di
media sosial bisa memperoleh informasi hemat listrik dengan sangat mudah.
4.3.3 Peran Humas PT PLN (Persero) Area Samarinda dalam Program
Hemat Listrik sebagai Fasilitator Proses Pemecahan Masalah
Peranan praktisi PR dalam proses pemecahan persoalan public relations
ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan
eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi
secara rasional dan professional. Biasanya dalam menghadapi suatu krisis yang
terjadi, maka dibentuk suatu tim posko yang dikoordinir praktisi ahli PR dengan
melibatkan berbagai departemen dan keahlian dalam satu tim khusus untuk
membantu organisasi, perusahaan dan produk yang tengah menghadapi atau
mengatasi persoalan krisis tertentu.
Praktisi yang mengambil peran fasilitator pemecahan masalah
bekerjasama dengan manajer lainnya dalam mendefiniskan dan menyelesaikan
masalah. Mereka menjadi bagian dari tim perencanaan strategis. Manajer lini
berperan penting dalam menganalisa situasi masalah karena mereka adalah yang
paling banyak tahu dan paling terlibat jauh dalam kebijakan, produk, prosedur,
dan tindakan organisasi. Jika para manajer lini berpartisipasi dalam proses
perencanaan strategis hubungan masyarakat, maka mereka memahami motivasi
dan sasaran program, mendukung keputusan strategis dan taktis, berkomitmen
untuk membuat perubahan, dan menyediakan sumber yang diperlukan untuk
mencapai tujuan program. Praktisi pemecah masalah juga bertugas untuk
menjawab keluhan-keluhan pelanggan.
Sesuai dengan fungsi Public relations Dalam buku Public relations teori
dan Praktek yang ditulis oleh Djanalis Djanaid (1993) bahwa ada fungsi korektif
dimana fungsi ini lebih kepada memperbaiki apabila suatu organisasi/lembaga
terjadi masalah-masalah (krisis) dengan publik. Artinya peran PR disini adalah
untuk mengatasi dan menangani masalah yang ada, agar semuanya kembali
berjalan dengan baik sesuai rencana.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, peneliti sudah menemukan
bahwa Humas PT PLN (Persero) Area Samarinda sudah merespon dengan cepat
terhadap masalah yang terjadi di PLN serta masalah yang terjadi saat melakukan
sosialisasi ke pelanggan mengenai hemat listrik, humas ikut berpartisipasi dalam
menjalankan kegiatan hemat listrik serta jika terjadi suatu masalah dalam kegiatan
tersebut humas pasti dilibatkan dari awal sampai masalah tersebut selesai. Apabila
pelanggan belum memahami atau tidak mengerti dengan informasi yang
disampaikan oleh petugas, maka pelanggan diberikan kesempatan bertanya
seluas-luasnya sehingga dapat mengurangi terjadinya miss communication atau
salah persepsi diantara petugas dengan pelanggan. Hambatan lain berupa
peralatan atau media cetak seperti brosur yang terbatas jumlahnya serta kurangnya
penyediaan berbagai peralatan listrik karena jumlahnya yang sangat banyak
(seperti tv, kulkas, mejikom dll) oleh karena itu petugas hanya memberikan
penjelasan tips dan trik hemat dari brosur dalam penyampaian tatap muka dan
pelanggan dapat bertanya langsung apabila ada hal yang kurang dimengerti.
Selain itu, salah satu peranan Humas sebagai praktisi pemecah masalah
adalah dalam menangani hambatan dengan menyediakan display atau alat
peraga. Jika keluhan yang dihadapi oleh pelanggan tidak menemukan kesepakatan
bersama atau pemecahan masalah maka petugas meminta bantuan dan kerja sama
dari staff lainnya apabila memang diperlukan penjelasan dan penanganan lebih
lanjut yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Penanggulangan
hambatan yang terjadi diluar dari pada kegiatan hemat energi ditempuh dengan
cara meminimalisir keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki dengan
menanamkan sikap peduli bagi setiap karyawan PT. PLN (Persero) untuk ikut
mensosialisasikan atau mengenalkan pentingnya hemat energi listrik ke
lingkungan sekitarnya. Selain itu, perusahaan juga menggunakan media massa
baik cetak maupun elektronik untuk membantu proses penyampaian informasi
hemat listrik agar dapat tersebar luas dan cepat kepada seluruh pelanggan PT.
PLN (Persero).
4.3.4 Peran Humas PT PLN (Persero) Area Samarinda dalam Program
Hemat Listrik sebagai teknisi komunikasi
Peranan communication technician ini menjadikan praktisi PR sebagai
journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau
dikenal dengan methode of communication in organization. Sistem komunikasi
dalam organisasi tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan (level),
yaitu secara teknis komunikasi, baik arus maupun media komunikasi yang
dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari bawahan
ke tingkat atasan. Umumnya pekerjaan yang dilakukan antara lain, menulis press
release, website, annual report, mempersiapkan pidato dan pekerjaan teknis
lainnya. Kegiatan teknisi komunikasi bermaksud memberikan informasi kepada
masyarakat untuk memperoleh dukungan dan kepercayaan publik. Pemberitaan
yang dimuat di media massa diharapkan memberikan pengetahuan dan pengertian
publiknya.
Komunikasi dalam praktik public relations tidak harus bersifat langsung,
tetapi dapat juga bersifat tertunda (delayed). Artinya komunikasi yang terjadi
dalam praktik public relations tidak harus selalu bertatap muka, tetapi dapat
menggunakan media-media yang ada, seperti surat, bulletin, brosur, dan lain
sebagainya yang tentunya menghasilkan timbal balik berupa informasi yang
diharapkan.
Humas PT PLN (Persero) Area Samarinda dalam peranannya sebagai
teknisi komunikasi dalam menyebarluaskan informasi hemat listrik maka PT.
PLN (Persero) juga menggunakan media komunikasi sebagai alat bantu dalam
menyampaikan informasi hemat listrik kepada pelanggan. Menggunakan media
cetak maupun media elektronik. Media cetak yang digunakan dalam memberikan
informasi hemat listrik meliputi, penggunaan brosur, spanduk, stiker, tabloid,
banner, booklet, pamflet, leaflet. Sedangkan media elektronik antara lain melaui
radio yang ada di Samarinda seperti RRI, televisi melalui TVRI dan Tepian TV
serta menggunakan alat display. Media ini ditaruh di tempat-tempat strategis yang
mudah dijangkau dan menarik perhatian pelanggan yang datang dalam kegiatan
mengenai hemat energi PT. PLN (Persero) Area Samarinda. Serta Iklan layanan
masyarakat di televisi, seperti iklan pangkas listrik 17.00-22.00 dan “Earth Hour”.
Penggunaan media ini sangat membantu dalam menyebarluaskan informasi hemat
listrik, meningkatkan pengetahuan serta pemahaman pelanggan mengenai cara-
cara berhemat listrik.
Media cetak dan elektronik yang digunakan oleh PT. PLN (Persero) dalam
membudayakan hemat listrik sejauh ini dianggap cukup efektif karena dianggap
telah to the point atau langsung kepada pokok permasalahan hemat listrik. media
tersebut dapat menjangkau seluruh pelanggan perusahaan dan informasi hemat
listrik yang ingin disampaikan PLN dapat tersebar luas, tidak hanya untuk
pelanggan yang datang dalam kegiatan hemat listrik tetapi juga pelanggan yang
belum mengetahui keberadaan kegiatan ini. Pelanggan yang tadinya tidak tahu
kiat hemat listrik menjadi tahu pentingnya menghemat pemakaian energi listrik
serta mendapatkan manfaat dari program hemat listrik ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis kualitatif yang telah dilakukan pada PT PLN
(Persero) Area Samarinda dengan judul Peran Humas PT PLN (Persero) Area
Samarinda dalam Program Hemat Listrik di Samarinda, maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Sebagai penasehat ahli Humas PT PLN (Persero) Area Samarinda dalam
menjalankan perannya dengan memberikan nasehat berdasarkan kasus atau
kejadian yang terjadi sebelumnya. Sehingga Humas mempunyai landasan
dalam memberikan nasehat, memberikan saran-saran yang positif sehingga
dapat membantu proses kegiatan hemat listrik, yaitu dengan berperan aktif
sebagai seorang yang professional dan berpengalaman serta dapat dipercaya.
2. Sebagai fasilitator komunikasi Humas PT PLN (Persero) Area Samarinda
bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan perusahaan.
Humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda menjelaskan kegiatan hemat listrik
ini dilakukan setiap hari pada hari dan jam kerja yaitu dari hari senin s/d jumat
dari pukul 08.00-16.00 WITA”. Pada saat acara sosialisasi ke warga, serta
melakukan kegiatan kampanye hemat listrik serta menggunakan media seperti
TV, radio, media sosial seperti facebook, twitter, brosur, pamflet, baliho serta
iklan layanan masyarakat dll.
3. Sebagai praktisi pemecah masalah Humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda
membantu menyelesaikan permasalahan yang pernah dialami oleh PT PLN
(Persero), humas juga ikut berpartisipasi dalam menjalankan kegiatan hemat
listrik serta jika terjadi suatu masalah dalam kegiatan tersebut humas pasti
dilibatkan dari awal sampai masalah tersebut selesai. Humas PT PLN
(Persero) melibatkan manajemen lain untuk mengambil kesimpulan, sehingga
tidak menimbulkan kebimbangan dalam proses pemecahan masalah.
4. Sebagai teknisi komunikasi humas PT. PLN (Persero) Area Samarinda
memiliki media cetak maupun media elektronik seperti yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan pada umumnya. Media cetak yang digunakan dalam
memberikan informasi hemat listrik meliputi, penggunaan brosur, spanduk,
stiker, tabloid, banner, booklet, pamflet, leaflet. Sedangkan media elektronik
antara lain melaui radio yang ada di Samarinda seperti RRI, televisi melalui
TVRI dan Tepian TV serta menggunakan alat display.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang
peniliti sampaikan. Saran-saran tersebut antara lain :
1. PT. PLN (Persero) Area Samarinda harus tetap menjaga cara berkomunikasi
dengan cara bersikap dan bersahabat kepada pelanggan agar pelanggan tetap
merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh perusahaan sehingga
perusahaan dapat mempertahankan kepuasan pelanggan.
2. Untuk mendukung program hemat listrik ini dapat ditingkatkan penyampaian
informasi melalui media massa baik cetak maupun elektronik, melalui iklan-iklan
ataupun sosialisasi, agar pelanggan lebih mengenal serta dapat menerapkan
program hemat listrik ini dikehidupan sehari-hari.
3. Diharapkan kepada masyarakat/pelanggan agar senantiasa selalu membina
hubungan kerjasama yang baik dengan pihak perusahaan terutama dalam hal
hemat listrik demi menjaga kelangsungan sumber daya energi yang ada. Serta
diharapkan pelanggan dapat membudayakan kebiasaan hemat listrik sebagai
perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro dan Soemirat Soleh. 2012. Dasar-dasar public relations.
Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.
Cangara, Hafied. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Hairunnisa, 2015. Public Relations. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kriyantono, Rachmat. 2008. PR Writing: Teknik Produksi Media Public Relations
dan Publisitas Korporat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Kusumastuti, Frida. 2002. Dasar-dasar Hubungan Masayarakat. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Fajar, Marhaeni. 2008. Ilmu komunikasi teori dan praktik. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Morisson. 2010. Manajemen public relations strategi menjadi humas. Jakarta :
Prenada Media Group.
Ruslan, Rosady. 2006. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi:
Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sugiyono,. 2006. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sutrisno, Bambang. 2010. ENERGI: Jakarta: PT Strategi Aliansi Komunika.
Scott M. Cutlip & Glen M. Broom. 2009. Effective Public Relations: Kencana
Yulianita, Neni. 2012. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Pusat Penerbit.
Universitas Islam Bandung.
Sumber lain:
Data Humas PT PLN (Persero) Area Samarinda PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten. 2009. Klinik Hemat Listrik
Berkelit di Masa Sulit. Bandung
(Sumber: http://balikpapankota.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/4 )
(diakses 25 Agustus 2015)
www.pln.co.id (diakses 11 Desember 2015)
http://esdm.go.id/berita/55-siaran-pers/1694-sosialisasi-kebijakan-penghematan-
pemakaian-listrik.html?tmpl=component&print=1&page= (20 maret 2016)
LAMPIRAN
Alat display hemat listrik
Twitter PLN Area Samar
Brosur Hemat Listrik
Brosur Hemat Listrik
Iklan Pangkas Listrik 17.00-22.00
Facebook PT. PLN (Persero) Area Samarinda
Stiker Hemat Listrik
Poster Hemat Listrik
Sosialisasi PLN