125
PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM DI PESANTREN ASSANUSI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : Muhamad Hasan Habibi NIM. 1112011000092 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

PERAN K.H.M. SANUSI DALAM

MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM DI

PESANTREN ASSANUSI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Muhamad Hasan Habibi

NIM. 1112011000092

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk
Page 3: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk
Page 4: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk
Page 5: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk
Page 6: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

ABSTRAK

Nama : M. Hasan Habibi

Nim : 1112011000092

Judul : Peran KH. M. Sanusi Dalam Mengembangkan

Pendidikan Islam di Pesantren Assanusi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran KH. M. Sanusi dalam

mengembangkan pendidikan Islam di pesantren Assanusi. Penelitian ini bersifat

kualitatif deskriptif, data diperoleh dari buku tanwir Al-Qulub dan wawancara

dengan KH Ali Munir kemudian data dipilah dan dipilih berdasarkan yang

berkaitan dengan KH. M. Sanusi dan pesantren, tehnik penulisan berdasarkan

buku pedoman akademik. KH. M. Sanusi telah banyak berkiprah dalam pesantren

secara materil dan non materil, penulis katakana juga memang Al-Maghfurlah

KH. M. Sanusi itu hidupnya didedikasikan untuk ilmu itu terbukti dalam kisah

hidup perjuangan dalam membangun dan mengembakan pesantren.

Hasil menunjukkan bahwa ide dan gagasanya yang fenomenal adalah

tentang penerapan metode Tahriran dan Madrasi (klasikal), Tahriran merupakan

media pengajaran dan Tahriran yang dimaksud adalah alat pembelajaran yaitu

penerapan tulis menulis dan menggunakan papan tulis. Dalam perjuangannya

menerapkan kedua sistem tersebut mendapati tantangan yang luarbiasa dari

Ulama-ulama se-Cirebon. Pada masa kemerdekaan beliau terlibat secara langsung

dalam perjuangannya. Bahkan ketika pesantren diserang oleh penjajah beliau

adalah orang yang mempunyai perhatian besar terhadap pesantren.

Page 7: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

v

ABSTRACT

Name : M. Hasan Habibi

Nim : 1112011000092

Title : The Role Of KH. M. Sanusi in Developing Islamic

Education in Assanusi Boarding School.

This study aims to determaine the role of KH. M. Sanusi in developing

Islamic education is related to what KH. M. Sanusi in developing Islamic

education inthis case related to Islamic boarding schools. This reaserch is

qualitative descriptive, data obtained from books and interviews then data are

sorted and selected based on those related to KH. M. Sanusi and pesantren,

writing techniques based on academic guidelines. KH. M. Sanusi has been active

in Islamic boarding schools materially and non materially, the wiriter also said

that Al-Maghfurlah KH. M. Sanusi was dedicated to the knowledge of his life as

evidenced in the life story of the struggle to build and build pesantren.

The phenomenal ideas and ideas are about the application of the method of

Tahriran and Madrasi (klasikal), Tahriran is a teaching and learning media that is

meant is a learning tool that is the application of writing and using the

blackboard.in his struggle to deliver the two systems an extraordinary challenge

from the Ulama scholar of Cirebon. During the independenc period he was

directly involved in his struggle. Even when the Pesantren was attacked by

invaders he was a person who had great attention to the pesantren.

Page 8: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

vi

KATA PENGATAR

Tiada kata dan bahasa yang pantas terucap, selain ucapan rasa syukur yang

teramaat mmendalam kehadirat ilahi Rabbi kuasa tunggal kerajaan langit dan

bumi yang kekuasaannya tak berujung tak bertepi. Semua limpahan berbagai

kenikmatan dan karunianya yang tiada terhinggasehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Kami memuji, memohon pertolongan dan memohon

ampunan serta berlindung kepada Allah Swt dari kejahatan-kejahatan diri kami

dan keburukan-keburukan perbuatan kami. Aku bersaksi tiada tuhan yang patut

disembah kecuali Allah yang maha esa dan tidak ada sekutu baginya, dan aku

bersaksi Nabi Muhammad Saw utusan Allah.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada revolusioner dan

reformer sejati, baginda Nabi besar Muhammad Saw, juga kepada keluarga,

sahabat setianya dan juga kepada umatnya semoga kelak dihari yang sudah

ditentukan semua mendapat syafaat darinta.

Penulis benar benar menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak

sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami dan dihadapi penulis, baik

menyangkut waktu, bahan-bahan tulisan, pembiayaan dan lain-lain. Namun,

berkat berbagai pihak, segala kesulitan hambatan bisa diatasi sehingga penulisan

ini dapat diselesaikan.

Oleh karena itu, penulis sampaikan terimakasih yang tiada terhingga dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Selaku ketua jurusan pendidikan Agama

Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarifhidaytullah

Jakarta.

3. Marhamah Saleh, Lc, M.A. Selaku sekertaris jurusan pendidikan Agama

Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarifhidaytullah

Jakarta.

Page 9: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

vii

4. Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

membimbing selama penulisan skripsi.

5. Dr. Muhammad Dahlan, M.Hum. Selaku pembimbing akademik yang

membimbing dan mengarahkan, memberi nasehat kepada penulis.

6. Seluruh jajaran dosen hususnya dosen jurusan pendidikan Agama Islam

dan seluruh dosen fakultas Ilmu Tarbiyah dan pendidikan yang telah

memberikan bekal Ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Pengasuh pondok pesantren Assanusi KH. Ali Munir. Yang telah

memfasilitasi selama penulis melakukan penelitian. Terimakasih atas

kesedihan, dorongan, dukungan dan bimbingan. Barokallah.

8. Jajaran pengurus pondok pesantren Assanusi Babakan yang sudah yang

sudah banyak membantu penulis selama penelitian.

9. KH. Tasrifien yang telah bersedia untuk menjadi narasumber dan sudah

membantu mendorong dan membimbing penulis dalam pengupulan bahan

tulisan. Barokallah.

10. Terkhusus kepada orang tua tercinta, bapak Drs. H. Muksin dan ibunda Hj

Sri Rahayu f. bagaimana aku melupakanmu. Engkau telah mengorbankan

segalanya kepadaku serta tak bosan-bosannya memberikan bantuan moral,

materil, semangat dan Doa untuk penulis, maafkan atas segala dosa dan

khilafku, doaku selalu mengiringi dimana kalian berada.

11. Tidak ketinggalan pula teruntuk kekasih tercinta Euis Lestari yang sudah

sabar dan selalu turut memberi motivasi selama penulisan.

Tidak sanggup rasanya penulis membalas budi dan jasa mereka, hanya

Doa yang terpanjat semoga segala perhatian, motivasi, inspirasi dan

bantuannya dibalas oleh Allah Swt, sebagai amal kebaikan, jazakumullah

khairan katsiro.

Akhirnya dengan kepala terunduk, penuh kesadaran diri, kesadaran hati

penulis menyadari bahwa hanya Allah Swt yang maha sempurna, maha

perkasa, maha segala-galanya. Karena itulah saran dan kritik konstruktif dari

semua pihak sangat penulis harapkan, agar tercipta suatu sinergi dengan

Page 10: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

viii

harapan akan membuat pemikiran ini bisa lebih disempurnakan lagi dimasa

mendatang untuk kemudian menjadi manfaat bagi halayak banyak. Amiin.

Wallahumuwafiq ila aqwamithariq.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 09 Januari 2019

Penulis

M. Hasan Habibi

Page 11: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

x

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAN LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................... 8

C. Pembatasan Masalah ............................................................... 8

D. Perumusan Masalah ................................................................ 8

E. Tujuan Penelitian .................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian .................................................................. 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pesantren .............................................................................. 10

1. Pengertian Dan Tujuan Pesantren ................................... 10

2. Unsur-Unsur Pesantren .................................................. 12

a. Kyai .......................................................................... 12

b. Santri ......................................................................... 13

c. Kitab Kuning ............................................................ 14

d. Masjid ....................................................................... 15

e. Pondok ..................................................................... 16

Page 12: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

xi

3. Model Model Pesantren ................................................. 17

a. Pondok Pesantren Tradisional (klasikal) .................. 17

b. Pondok Pesantren Modern (Khalaf) ......................... 18

4. Metode Pembelajaran Di Pesantren ............................... 18

a. Sorogan .................................................................... 18

b. Bandongan ............................................................... 19

c. Wetonan ................................................................... 19

B. Pendidikan Islam .................................................................. 20

1. Pengertian Pendidikan ................................................... 20

2. Tujuan Pendidikan .......................................................... 21

3. Pengertian Pendidikan Agama Islam ............................. 22

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ................................... 24

5. Dasar Pendidikan Agama Islam ..................................... 26

C. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................ 28

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu, Dan Tempat Penelitian ............................................ 31

1. Waktu Penelitian ............................................................ 31

2. Tempat Penelitian ........................................................... 31

B. Metode Penelitian ................................................................. 31

C. Tehnik Pengumpulan Data ................................................... 32

1. Penelitian Kepustakaan .................................................. 32

2. Observasi ........................................................................ 32

3. Wawancara ..................................................................... 33

4. Dokumentasi .................................................................. 34

D. Tehnik Pengolahan Data ...................................................... 35

E. Tehnik Analisa Data .............................................................. 35

1. Reduksi Data .................................................................. 35

2. Penyajian Data ............................................................... 36

3. Penarikan Kesimpulan ................................................... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN

Page 13: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

xii

A. K.H. M. Sanusi .................................................................... 37

1. Biografi Kh. M. Sanusi .................................................. 37

2. Riwayat Pendidikan ....................................................... 39

3. Paham Tasawuf ............................................................. 41

B. Pondok Pesantren Assanusi ................................................. 53

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Assanusi ............ 53

2. Struktur Organisasi ........................................................ 55

3. Visi Dan Misi Pondok Pesantren Assanusi ................... 57

a. Visi Pondok Pesantren ............................................. 57

b. Misi Pondok Pesantren ............................................ 57

4. Jadwal Ngaji Pesantren ................................................. 58

C. Peran Kh. M. Sanusi ............................................................ 62

1. Gagasan ......................................................................... 62

a. Media Pengajaran .................................................... 63

b. Alat Pengajaran ....................................................... 64

c. Keberhasilan Belajar Pembelajaran ......................... 66

2. Ide dan Pemikiran .......................................................... 66

a. Etika Peserta Didik ................................................... 66

b. Metode Pembelajaran .............................................. 68

1) Metode Pembiasaan ............................................ 68

2) Metode Ketauladanan ........................................ 68

3) Metode Pemberian Nasihat ................................ 69

c. Syarat Dalam Keberhasilan Belajar ........................ 70

d. Syarat Bagi Orang Yang Mencari Ilmu ................... 70

e. Pendidikan Akhlaq .................................................. 71

f. Kitab Bahasa Jawa Dan Karya-Karya ..................... 73

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 77

B. Saran ..................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 79

Page 14: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

DAFTAR TABEL DAN LAMPIRAN

A. Daftar Tabel

Tabel 4.1. Kurikulum Pesantren ............................................................. 57

Tabel 4.2. Kurikulum Madrasah Klasikal .............................................. 58

Tabel 4.3. Daftar Pengajar ..................................................................... 60

Tabel 4.4. Jadwal Pengajian Pasholatan ................................................ 60

B. Lampiran-Lampiran

Lampiran I Wawancara

Lampiran II Dokumentasi

Page 15: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan manusia dengan pendidikan sebenarnya bisa di telusuri dari awal

penciptaan manusia yaitu Nabi Adam as. Dimana kemampuan dan pengetahuan

Adam bersumber dari Allah Swt. Dibekali dengan potensi pendengaran

pengelihatan hati dan otak untuk berfikir. Sehingga itu mengindikasikan bahwa

manusia adalah mahluk yang mampu mengembangkan segala bentuk potensi yang

ada. Dalam tahap pengembangan potensi manusia membutuhkan intervensi dari

luar, yakni pendidikan. Itu juga menunjukan bahwa manusia adalah mahluk yang

berpotensi untuk di didik. Dengan aktivitas pendidikan manusia dapat

dikembangkan menjadi mahluk yang berperadaban.1

Berkaitan dengan pendidikan, Negara Kesatuan Republik Indonesia

mempunyai tiga macam jenis pendidikan yang bisa juga disebut dengan

Pendidikan Formal, Non Formal, dan Informal. Jalur formal adalah jalur

pendidikan yang terstruktur dan berjenjang terdiri atas Pendidikan Dasar,

Menengah dan Tinggi, pendidikan non formal adalah jalur pendidikan diluar

pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, dan

pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Lembaga pendidikan keagamaan yang diselenggarakan oleh masyarakat atau

individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk kedalam

Sistem Pendidikan Nasional. Yang dimaksud lembaga pendidikan keagamaan

adalah seperti Diniyah, Pesantren, Pasraman, Pesantian, Pabajja, dan Dhuyuan.

Menurut Samsul Nizar pendidikan Formal yang kini termasuk dalam Sistem

Pendidikan Nasional merupakan kelanjutan dari sekolah-sekolah yang didirikan

oleh pemerintah kolonial seperti HIS, MULO, AMS. Yang merupakan cikal bakal

1 Jalaludin, Pendidikan Islam Pendekatan Sistem dan Proses, (Jakarta: PT Raja Gravindo

Persada 2016), cet. 1, h. 12.

Page 16: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

2

berdirinya sekolah-sekolah tingkat SD, Mengah Pertama SMP, dan Menengah

Atas SMA yang menjadi sistem persekolahan sejak masa kemerdekaan.2

Lembaga pendiidkan keagamaan dalam hal ini pesantren, awal kelahiranya

sangat sederhana yaitu dimana seorang kyai setelah mempelajari kitab kuning

diberbagai pesantren atau bahkan sampai ke Timur Tengah lalu datang ke sebuah

kampung kemudian mendirikan langgar, musholla, atau surau untuk menampung

masyarakat dalam shalat berjamaah. Kepandaian dan kealiman seorang Kyai

semakin hari semakin tersebar luas sehingga kemudian seluruh khazanah islam

yang dikuasai Kyai disuguhkan dalam suatu forum pengajian.3

Maka bisa dilihat bahwa perkembangan lembaga pendidikan di Indonesia ini

secara histori memang terbentuk dari dua kultur berbeda yaitu kultur yang

terbentuk dari rakyat indonesia dan kultur yang dibawa oleh bangsa kolonial

penjajah yang kini keduanya termasuk ke dalam Sistem Pendidikan Nasional dan

dampaknya masih dirasakan sampai saat ini.

Kedua model pendidikan tersebut mengalami dinamika yang luar biasa dalam

perjalananya. Eksistensi pendiidkan keagamaan indonesia ditantang oleh

kehadiran lembaga pendidikan Barat dalam bentuk sekolah Sekuler yang

dikembangkan oleh Kolonial. Sehingga lembaga pendiidkan keagamaan

mempunyai respon terhadap itu yang bersifat isolatif, dimana pendidikan islam

mengasingkan diri dari pengaruh pendidikan modern. Pada zaman pemerintahan

Hindia-Belanda. Dr. Ahmad Fauzan bahkan menegaskan bahwa sekolah yang

didirikan pihak Belanda yaitu untuk menghilangkan sistem pesantren dengan

materi umum untuk meminimalisir materi Agama yang telah menjadikan santri

anti barat.4

2 Syamsul Nizar dan Muhammad Syaifuddin, Isu-Isu Kontemporer Dalam Dunia

Pendiidkan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia 2010), cet. 1, h. 31. 3 Saifullah Ma’sum, Dinamika Pesantren, (Depok: Yayasan Islam Al-Hamidyah 1998),

cet. 1, h.24. 4 Fauzan, Sejarah Pendidikan Islam Analisis Modern Klasik, (Jakarta: UIN Jakarta Press

2016), cet.1, h. 36.

Page 17: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

3

Pemerintah kolonial Belanda pernah mengeluarkan kebijakan terhadap lembaga

pendiidkan islam yang disebut dengan Ordonansi. Yaitu ordonansi guru dan

ordonansi sekolah liar. Ordonansi guru merupakan kebijakan untuk mewajibkan

guru agama memiliki surat izin dari pemerintah, ordonansi sekolah liar

merupakan kebijakan yang mengatur bahwa penyelenggaraan lembaga pendidikan

harus mendapat izin dari pemerintah.

Oleh hasbullah dijelaskan lebih lanjut menjadi tiga periode, yaitu:

1. Pada tahun 1882 pemerintah Belanda membentuk suatu badan husus yang

betugas untuk mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan Islam yang

mereka sebut Priesteraden. Dari nasehat badan inilah maka pada tahun

1905. Pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan baru yang isinya

bahwa orang yang memberikan pengajaran atau pengajian Agama Islam

harus terlebih dahulu memijnta izin kepada pemerintah Belanda.

2. Tahun 1925 keluar lagi peraturan yang lebih ketat terhadap pendidikan

Agama Islam yaitu bahwa tidak semua orang (Kyai) boleh memberikan

pengajaran mengaji kecuali telah mendapat izin dari pemerintah Hindia-

Belanda.

3. Pada tahun 1932 keluar lagi peraturan yang isinya berupa kewenangan

untuk memberantas dan menutup madrasah dan sekolahyang tidak ada

izinya atau memberikan pelajaran yang tidak disukai oleh pemerintah

Belanda yang disebut dengan Ordonansi sekolah liar (Wilde School

Orodonantie).5

Kebijakan tersebut bersifat menekan dan menghambat perkembangan

pendidikan Islam, sebagaimana pemerintah kolonial memandang bahwa

pendidikan pribumi bersifat jelek, berkaitan dengan membaca teks arab yang

hanya di hafal tanpa disertai makna dan pengertian. Karena kebiasaan menghafal

tidak dapat diterima sebagai titik tolak untuk mengembangkan suatu sistem

pendidikan umum. Para santri pondok masih dianggap buta huruf, pada waktu itu

5 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada

2013), cet. 1, h. 52.

Page 18: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

4

umat Islam keberatan dan menolak kebijakan tersebut sehingga kemudian

menimbulkan reaksi yang cendrung menjadikan pemerintah sebagai lawan. Disisi

lain terbitnya kebijakan tersebut dilatar belakangi oleh kehawatiran pemerintah

Belanda terhadap bangkitnya militansi kaum muslimin terpelajar.

Politik pendidikan yang di jalankan pemerintah Belanda yang

menomorsatukan anak-anak Pejabat dan Pembesar dan membatasi pendidikan

Pribumi justru mengiring putera pribumi tersebut pergi ke pondok-pondok atau

pesantren. Ini lah pangkal tolak mengapa terjadi tarik menarik antara sistem

pendidikan pesantren klasik konservatif dengan sistem pendidikan ala Eropa Barat

awal abad 20 yang notabenya sudah melesat jauh tingkat kemajuan dan

perkembanganya. Persaingan yang terjadi bukan ahanya ranah ideologi dan cita-

cita saja melainkan juga muncul dalam bentuk perlawanan politis dan bahkan fisik

(peperangan). Perlawanan pemerintah kolonial Belanda pada abad Ke-19

bersumber atau paling tidak mendapatkan dukungan penuh dari pesantren.

Begitulah dinamika lembaga pendidikan Indonesia dalam lintasan sejarah yang

pengaruhnya sangat kuat sampai saat ini.

Di tengah arus globalisasi yang sangat kental ini pendidikan umum dan

pendidikan Agama seakan akan mempunyai gengsi tersendiri. Masyarakat

mempunyai alasan masing-masing untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang

pendidikan umum atau ke pendidikan Agama. Kedua model pendidikan tersebut

mempunyai ciri yang berbeda. Lembaga pendidikan Agama lebih menghususkan

keilmuan Agama dan lembaga pendidikan umum lebih menghususkan muatan

pelajaran umum, Meskipun ada muatan Agama tetapi hanya sedikit.

Menurut Dawam disekolah umum kini memilkiki proporsi 30% muatan

Agama dan 70% muatan umum yang awalnya 60% muatan Agama dan 40%

muatan umum, hal ini secara tidak sadar telah melemahkan eksistensi pendidikan

islam Indonesia. Mengakibatkan adanya masalah dalam pandangan masyarakat

seperti semakin berkurangnya materi pendidikan Agama, hal ini dilihat sebagai

Page 19: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

5

upaya pendangkalan pemahaman keagamaan, karena kurikulum dianggap bisa

mencetak muslim yang sejati.6

Said Aqil Siradj mengatakan bahwa pada era kolonial tahun 1990,

memperkenalkan pendidikan sekolah yang hanya mengajarkan Ilmu-ilmu

keduniaan dengan dasar rasional semata. Rasional disini dipandang sebagai mesin

Modernitas, dan dari sinilah kemudian muncul paradigma adanya dualisme

pendidikan, pendidikan kolonial tidak mengenal Agama sedangkan pendidikan

pesantren memadukan keduanya.7

Sedangkan Badrut Tamam memandang bahwa ada dualisme dalam kurikulum

pesantren, yang brekembang sehingga ahir-ahir ini terjadi tarik menarik antara dua

kurikulum berbeda yang secara otomatis tidak bisa dihindari lagi, akibatnya tentu

sangat fatal bagi perkembangan mutu dan keahlian santri. Santri akan kesulitan

mencerna apalagi menguasai dua-duanya. Akibatnya, kualitas dan kemampuan

anak didik yang kemudian menjadi korbanya, sebab mereka sama-sama

mendapatkan keduanya Sejalan dengan apa yang di lihat oleh Jazuli Juwaini

dalam pandangan Dhiya Habibi pendidikan Agama yang dilaksanakan di sekolah

umum di rasa masih kurang dapat memberi bekas yang cukup dalam memperbaiki

moral generasi bangsa. Karena itu para siswa tidak mempunyai bekal yang cukup

untuk membentengi diri dari pengaruh negatif di era globalisasi.8

Paradigma dualisme antara pendidikan Islam dan umum ini merupakan pola

pikir yang sempit cendrung membuka kesenjangan antara Ilmu Agama dan Ilmu

umum. Seolah-olah muncul Islam dan bukan Islam. Kedua hal tersebut sampai

saat ini masih mempunyai tingkat resistensi yang sangat tinggi dan

menghawatirkan bagi perkembangan Sistem Pendidikan Nasional mendatang.

6 Dawan dan Ta’arifin, Managemen Madrasah Berbasis Pesantren, (Jakarta: Lista

Fariska 2005), cet. 2, h. 5. 7 Said Aqil Siroj, Islam Sumber Inspirasi Budaya Nusantara, (Jakarta: LTN NU 2015 ),

cet. 2, h. 1. 8 Badrud Tamam, Pesantren Nalar Dan Trdisi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2015), cet.

1, h. 51-52.

Page 20: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

6

Ada fakta lain juga yang cukup signifikan menarik untuk disimak yaitu

Azyumardi Azra dalam memandang masyarakat Indonesia mengindikasikan

bahwa ada kerinduan para orang tua Indonesia yang notabenya muslim untuk

mendapatkan pendidikan Islam yang baik tetapi sekaligus kompetitif bagi anak-

anaknya. Atau sebaliknya, boleh jadi mengindikasikan bahwa kepasrahan orang

tua muslim terutama diwilayah urban yang merasa tidak mampu lagi mendidik

anaknya secara islami atau tidak yakin bahwa anaknya akan mendapat pendidikan

Agama yang memadai dari sekolah – sekolah umum. Karena itu lalu para orang

tua menyerahkan anaknya ke pesantren atau lebih jauh lagi karena pesantren

dengan proses pendidikanya 24 jam dipandang mampu menjinakan anak mereka

dari dislokasi sosial yang mulai muncul dewasa ini sebagai ekses globalisasi

nilai.9

Pendidikan keagamaan mempunyai peran yang besar dalam mengembangkan

dan membangun peradaban bangsa Indonesia. Pendidikan Islam dalam hal ini

pesantren, merupakan khazanah peradaban nusantara yang telah ada sejak jaman

kapitayan, sebelum hadirnya Agama-agama besar seperti Hindu, Budha, Islam.

Misi dan risalah pesantren tidak berubah yaitu memberkan nilai muatan moral dan

spiritual pada prilaku masyarakat sehari-hari dalam kegiatan sosial, keagamaan

maupun kenegaraan.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan paling awal di Indonesia, tersebar

di beberapa wilayah di Sumatera disebut dengan Surau, di Aceh disebut dengan

Dayah atau Meunasah, sedangkan pesantren sendiri sebutan untuk masyarakat di

Jawa. Pesantren juga bisa disebut sebagai lembaga pendidikan islam Tradisional.

Peran pesantren dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa tidaklah

diragukan. Disinilah umat Islam dan bangsa Indonesia dapat menikmati

pendidikan disamping juga ia sangat berjasa dalam menumbuhkan semangat

9 Ma’sum, op. cit., h. 5.

Page 21: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

7

Patriotisme dan Nasionalisme yang pada giliranya tercapai kemerdekaan yang

sudah di idamkan sejak lama. 10

Praktik pendidikan yang dikembangkan pesantren secara signifikan dapat

menghindari terjadinya tiga kesenjangan pendidikan yaitu; kesenjangan

Akademik dan kesenjangan okupasional dan kesenjangan kultural. Kesenjangan

Akademik menunjukan bahwa Ilmu yang dipelajari tidak ada kaitanya dengan

kehidupan masyarakat sehari-hari. Kesenjangan okupasional menunjukan pada

ketidak atau kurang keterkaitan antara dunia pendiidkan pendidikan dan dunia

kerja. Kesenjangan kultural, menunjukan ketidakmampuan peserta didik

memahami persoalan – persoalan yang sedang dan akan di hadapi bangsanya di

masa mendatang.11

Ditengah dahsyatnya arus globalisasi industrialisasi dan perkembangan

teknologi modern Hasbullah melihat bahwa pada sebuah kenyataan sekarang

yang terjadi adalah kemerosotan moral, dan spiritualitas umat Islam ahir-ahir ini.

Pesantren yang bisa dikategorikan dewasa sudah selayaknya mampu mencetak

generasi muslim indonesi yang terdidik, bermoral tangguh, dan berwawasan luas,

pesantren sebagai satu-satunya lembaga pendidikan Islam tertua Indonesia

setidaknya harus bertanggung jawab atas pemberdayan umat Islam Indonesia.

Keaslian dan kekhasan pesantren disamping sebagai khazanah tradisi budaya

bangsa juga merupakan kekuatan penyangga pilar pendidikan untuk

memunculkan pemimpin bangsa yang bermoral.

Sebagaimana telah diuraikan diatas dalam lintasan sejarah pendidikan

Indonesia menghadapi berbagai dinamikanya. Pesantren memiliki peranan yang

besar dalam membangun masyarakat berbudaya dan berkeadaban. Peranya tidak

bisa dilepaskan dari kehidupan kultural masyarakat Indonesia, sebagaimana

Haidari memberikan pandangan terhadap pesantren bahwa peran pesantren

menemukan momentumnya terutama dalam menjawab tantangan zaman atau

10

Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad Ke-20, (Jakarta: Kencana

2002), cet. 1, h. 75. 11

Imam bawani, pesantren buruh pabrik, (yogyakarta: Lkis 2011), cet. 1, h. 55.

Page 22: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

8

proses modernisasi yang terus berlangsung. Dualisme pendidikan yang dipandang

Oleh para Ahli memposisikan pesantren menjadi poros tersendiri yang secara

tidak langsung menjadi kekuatan tersendiri, dan selalu menarik untuk di bicarakan

dan diteliti. Berdasarkan hal itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian

ilmiah terhadap K.H.M. Sanusi, oleh karena itu penulis menulis sebuah karya

ilmiah yang berjudul “Peran K.H.M. Sanusi Dalam Mengembangkan Pendidikan

Islam di Pesantren Assanusi”.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat di identifikasikan permasalahanya

sebaga berikut:

1. Upaya yang dilakukan K.H.M. Sanusi dalam membentuk santri yang

sesuai dengan keislaman.

2. Karya apa saja yang dapat K.H.M. Sanusi lahirkan.

3. Masyarakat luas banyak yang belum mengenal sosok K.H.M. Sanusi.

4. Kontribusi K.H.M. Sanusidalam pengembangan pendiidkan Islam di

pesantren assanusi hususnya dan masyarakat cirebon pada umumnya.

5. Ide dan gagasan K.H.M. Sanusi dalam mengembangkan pendidikan

Islam di lingkungan pesantren.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis memberikan batasan masalah

hanya pada bagaimana peran K.H.M. Sanusi yakni di bidang ide dan gagasan

beliau dalam mengembangkan pendidikan Islam di pesantren Assanusi.

D. Perumusan Masalah

1. Bagaimana gagasan K.H.M. Sanusi dalam mengembangkan

pendidikan Islam di pesantren Assanusi.

2. Bagaimana ide dan pemikiran K.H.M. Sanusi dalam mengembangkan

pendidikan Islam di pesantren Assanusi.

E. Tujuan Penelitian

Page 23: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

9

Setiap karya ilmiah tentunya mempunyai maksud dan tujuan tertentu yang

hendak dicapai, begitupun dengan penulisan ini dengan segala pemaparan diatas

maka penulisan ini empunyai target yang bertujuan sebagai berikut:

1. Agar dapat mengetahui peran K.H.M. Sanusi dalam mengembangkan

Pendidikan Islam di lingkungan Babakan Cirebon.

2. Dapat mengetahui upaya apa yang dilakukan K.H.M. Sanusi dalam

memajukan pondok pesantren.

F. Manfaat Penelitian

1. Agar dapat membantu penelitian selanjutnya jika dilakukan ditempat

yang sama sebagai rujukan dan perbandingan.

2. Untuk memperkaya Khazanah Ilmu pengetahuan dunia Pesantren dan

pendidikan Islam. Umumnya untuk masyarakat luas hususnya untuk

Penulis.

3. Untuk pihak pesantren semoga dapat dijadikan bahan yang bisa dikaji

dalam rangka perkembangan pesantren dan kemajuan Islam.

4. Bagi peneliti semoga menjadi proses pembelajaran yang sebenar-

benarnya pembelajaran sebagai mahluk hidup yang dinamis.

Page 24: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pesantren

1. Pengertian dan Tujuan Pesantren

C. C. Berg dalam Zamakhsyari Dhofier berpendapat bahwa

Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe- di

depan dan ahiran an- dibelakang, berarti tempat tiggal para santri.

Sedangkan istilah tersebut berasal dari istilah Shastri yang dalam bahasa

india berarti orang yang tahu buku-buku suci Agama hindu. Kata Shastri

berasal dari kata I yang berarti buku-buku suci buku Agama. 1

Sedangkan Nurcholis Madjid mengemukakan bahwa “Sastri” adalah

sebuah kata dari bahasa Sansakerta yang artinya melek huruf. Agaknya,

dulu pada permulaan tumbuhnya kekuasaan politik Islam di Demak, kaum

santri adalah kelas “literary” bagi orang Jawa. Ini disebabkan

pengetahuan mereka tentang Agama melalui kitab-kitab bertuliskan dan

berbahasa Arab. Keudian juga menjelaskan bahwa santri, sesungguhnya

berasal dari bahasa Jawa, persisnya dari kata Cantrik, yang artinya

seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru pergi

menetap.2

Pesantren merupakan tempat berkumpulnya para santri. Perkataan

santri digunakan untuk menunjuk pada golongan orang-orang Islam di

Jawa yang memiliki kecendrungan lebih kuat pada ajaran-ajaran

Agamanya. Kata santri pada mulanya hanya ditujukan kepada masyarakat

yang menuntut Ilmu Agama. Di Indonesia istilah pesantren lebih popular

dengan sebutan pondok pesantren. Lain halnya dengan pesantren, pondok

1 Zamakhzyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:

LP3ES 1982), cet. Pertama, h. 18. 2 Nurcholish Madjid, Bilik bilik Pesantren, (Jakarta: Paramadina 1997), Cet. Pertama, Hal.

19.

Page 25: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

11

berasal dari bahasa Arab Funduq, yang berarti hotel asrama, rumah, dan

tempat tinggal sederhana.3

Sebagai lembaga pendidikan, pondok pesantren dengan demikian

tidak hanya berfungsi sebagai lembaga yang mencetak kyai atau pemimpin

keagamaan saja tetapi juga mencetak pemimpin bangsa yang shalih dan

tenaga professional dalam bidang tertentu yang dijiwai oleh semangat

moral Agama sebagaimana yang dicita citakan oleh Sistem Pendidikan

Nasional. Menurut Mugist “Pondok” secara etimologis berarti bangunan untuk

sementara; rumah; bangunan tempat tinggal yang berpetak-petak yang berdinding

dan beratap rumbia; madrasah dan asrama (tempat mengaji atau belajar Agama

Islam).4

Keberhasilan pemimpin pesantren dalam membentuk ulama yang

berkualitas tinggi adalah karena metode pendidikan yang dikembangkan

oleh kyai. Tujuan pedidikan tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran

murid dengan penjelasan-penjelasan, tetapi untuk meninggikan moral,

melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan

kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan

bermoral, meyiapkan murid yang sederhana dan bersih hati.

Tujuan pendidikan pesantren bukanlah untuk mengejar kepetingan

kekuasaan, uang dan kepentingan duniawi, tetapi ditanamkan kepada

mereka bahwa belajar adalah semata-mata kewajiban dan pengabdian

kepada Tuhan yang maha Esa.

Diantara cita-cita pendidikan pesantren adalah latihan untuk dapat

berdiri sendiri dan membina diri agar tidak menggantungkan sesuatu

kepada orang lain kecuali kepada tuhan yang maha esa. Pendidikan

pesantren itu titik tekanya bukan hanya pada aspek kognitif saja seperti

pada lembaga pendidikan modern teteapi justru pada aspek afektif dan

psikomotorik juga. Bagaimana santri mau dan mampu menyadari nilai-

3 Clifford Greertz, Agama Jawa Abangan, Santri, Priyayi Dalam Kebudayaan Jawa Terj.

Dari The Religion Of Java Oleh, Aswab Mahasin Dan Bur Rasuanto, (Depok: Komunitas Bambu

2014) cet. Pertama, h. 174. 4 Abdul mughits, Kritik Nalar Fiqih Pesanttren, (Jakarta: Kencana 2008), cet. Pertama, h.

119.

Page 26: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

12

nilai ajaran Islam dan menginternalisasikan pada dirinya, kemudian mau

dan mampu mewujudkan dalalm prilaku kehidupan. Dengan demikian

penulis berkesimpulan pesantren adalah tempat tinggal santri atau asrama

santri.

2. Unsur-Unsur Pesantren

a. Kyai

Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren.

Biasanya merupakan seorang pendiri pesantren, maka sewajarnya apabila

perkembangan pesantren tergantung kepada Kyainnya. Kendatipun

demikian tidak semua kyai mempunyai pesantren, namun yang jelas

adalah kyai yang mempunyai pesantren mempunyai pengaruh yang lebih

besar dari pada yang tidak memilikinya.5

Menurut Hamdan Kyai adalah seorang Ahli Agama yang banyak

berperan sebagai konsultan Agama dilingkungan masyarakat tradisiona,

terutama didaerah pedesaan, meski tidak memangku pesantren, sehinggga

sering dikenal sebagai kyai (imam) langgar atau kyai (imam) masjid,

meskipun demikian, kyai jenis ini pada umumnya justru memiliki banyak

akses sosial yang kuat dengan lingkugan masyarakatnya. Menurut

Hamdan Kyai berkhidmat menjadi pendidik, mengorbankan waktu, tenaga

pikiran dan harta. Penyebutan kyai karena terutama adalah penguasanya

dalam Ilmu Agama. sehingga ia dipercaya oleh masyarakat dalam

kepemimpinan ibadah dan upacara keagaamaan.6

Dalam bahasa Jawa Yasmadi mengklasifikasikan kata kyai

kedalam tiga jenis gelar yang berbeda:

1) Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat.

2) Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.

5 Endang Turmudi, Perselingnkuhan Kyai dan Kekuasaan Terj. Dari Strugling For The

Umma:Changing Leadership Roles of Kyai In Jombang East Java Oleh, Supriyanto Abdi,

(Yogyakarta: LKiS 2004), cet. Pertama h. 29. 6 Hamdan Arrayah dan Jejen Musfah, Pendidikan Islam Memajukan Umat dan Memperkuat

Kesadaran Bela Negara, (Jakarta: Kencana 2016), cet. Pertama, h. 109.

Page 27: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

13

3) Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli Agama

Islam yang memilikik atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar

kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya.7

Ada beberapa Jenis Kyai yang bisa di ketahui yakni kepada; Kyai

Pesantren, Kyai Tarekat, Kyai panggung dan Kyai politik. Kyai Pesantren

memusatkan perhatianya pada mengajar dipesantren untuk meningkatkan

sumber daya masyarakat melalui pendidikan. Hubungan antara Kyai

dengan santri menyebabkan keluarga santri ssecara tidak langsung

menjadi pengikut kyai. Ketika orang tua mengirimkan anak-anaknya ke

kyai secara tidak langsung mereka juga mengakui bahwa Kyai itu adalah

orang yang patut diikuti dan seorang pengajar yang tepat untuk

mengembangkan ajaran Islam.

Di Jawa Ulama sering disebut kyai, Kyai merupakan pimpinan

pesantren tidak semua umat bisa tinggal di pesantren kecuali mereka yang

telah diperkenankan oleh kyai untuk mondok kepadanya. sosok Kyai juga

merupakan seorang yang harismatik seorang yang dipandang istimewa

oleh santri. di pulau Jawa Kyai sangatlah menjadi figur.

b. Santri

Mengutip Zainul Milal Bizawie, Dalam perkembanganya santri

memiliki pengertian, yaitu:

Santri adalah kelompok yang taat menjalankan rukun Islam serta sangat

memperhatikan penafsiran moral dan sosial dari doktrin Islam.

Kelompok ini sangat memperhatikan iman dan keyakinan akan

kebenaran Agama Islam. Santri adalah kelompok sosial yang lebih

kosmopolitan karena mempunyai orientasi kekotaan dan sistem

pemikiran yang rasional.8

Kemudian dijelaskan bahwa santri merupakan pengertian kolektif,

bukan individu seperti kyai. Statusnya sebagai penghuni pesantren, tunduk

7 Yasmadi, Modernisasi Pesantren, (Jakarta: Ciputat Press 2002), Cet. Pertama, h. 61.

8 Zainul Milal Bizawie, Laskar Ulama-Santri dan Resolusi Jihad Garda Depan Menegakan

Indonesia (1945-1949), (Tangerang: Pustaka Compass 2014), cet. Pertama, h. 11.

Page 28: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

14

dan patuh terhadap kyai, apa yang disampaikan kyai merupakan

bersumber dari kebenaran dan wajib dipatuhi.

Secara sederhana santri adalah murid atau siswa yang sedang belajar

Ilmu keAgamaan dibawah asuhan kyai dengan cara bermukim disebuah

tempat yang disebut pesantren.

Dhofier mengelompokan santri kedalam 2 bagian yaitu:

1) Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh

dan menetap dalam kelompok pesantren.

2) Santri Kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di

sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren.

untuk mengikuti pelajaranya dipesantren mereka bolak-balik rumah-

pesantren.9

Santri adalah sumber daya manusia yang tidak hanya mendukung

keberadaan pesantren, tapi juga menopang pengaruh kyai dalam

masyarakat. Dengan demikian Santri menjadi unsur penting dalam dunia

pesantren.

c. Kitab-Kitab Klasik (Kuning)

Agus Iswanto mengemukakan bahwa kata kitab berasal dari bahasa

Arab “Kitab”. dalam bahasa indonesia dapat diartikan dengan “buku”.

Dalam konteks pesantren biasanya mengacu pada buku-buku bertuliskan

arab yang berisi tentang berbagai aspek keIlmuan Islam. Kata kitab juga

biasanya mendapat tambahan kata “Kuning” dibelakangnya. Disebut

kuning karena biasanya kertas berwarna kuning yang dibawa dari timur

tengah pada awal abad ke-20. Secara kultur karena ketahananya dari abad

ke-abad. 10

Di pesantren santri mengaji kitab kuning tersebut, sebagai salah satu

unsur mutlak dari proses belajar-mengajar di pesantren, sangat penting

dalam membentuk kecerdasan intelektual dan moralitas kesalehan pada

9 Dhofier, op. cit., h. 51.

10 Agus Iswanto. Et.al. Kontekstualisasi Kajian Kitab Kuning di Pesantren, (Jakarta: Balai

Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta 2015), cet. Pertama, h. 1-2.

Page 29: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

15

diri santri. Ilmu yang diperoleh dari membaca kitab tersebut langsung

diamalkan dalam lingkugan pesantren. Interaksi santri-kyai dan hubungan

antar teman, bisa terjadi setiap saat. Menjadi ajang penempaan

kepribadian para santri dan disana terjadi penanaman nilai.11

Istilah Kitab kuing merupakan asli Indonesia, sebagai identitas tradisi

pesantren dan untuk membedakan jenis kitab yang ditulis di atas kertas

putih. Disisi lain juga mengandung nilai budaya, yaitu pengaguganya

terhadap kitab-kitab warisan ulamam terdahulu sebagai ajaran suci dan

sudah bulat (final). Inilah kemudian di Indonesia dikenal dengan nama

“kitab kuning” sebagai ciri has kegiatan yang ada di pesantren.

d. Masjid

Masjid memang merupakan tempat ibadah orang muslim, berbeda

dengan musala (langgar, surau) yang hanya untuk solat lima waktu,

selain Jumat dan „Ied. Di pesantren, masjid adalah pusat kegiatan

intelektual dan spiritual. Biasanya untuk kajian kitab-kitab utama yang

dengan sistem Bandongan oleh Kyai atau kerabat ndalem menempati

masjid.

Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren

merupakan manifestasi Universallisme dari sistem pendidikan Islam

tradisional. Lembaga-lembaga pesantren di Jawa memelihara tradisi ini.

Para kyai selalu mengajar santrinya di masjid dan menganggap masjid

sebagai tempat yang paling tepat untuk menanamkan disiplin para murid

dalam melaksanakan ibadah dan mendapatkan Ilmu pengetahuan Agama.

Selain fungsinya sebagai pusat upacara keagamaan, masjid sekaligus

merupakan juga tempat kehiidupan bagi pesantren. Seperti Ziemek

“masjid (adalah) juga merupakan pusat sebenarnya pesantren untuk

11

Arrayah, op. cit., h. 107.

Page 30: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

16

pengajaran Islam tradisional dan dengan demikian merupakan

komponen-koponen dasar lembaga ini”.12

e. Pondok

Pondok atau bisa juga disebut sebagai asrama, merupakan untuk

tempat tinggal para santri yang berada di dalam lingkungan komplek

pesantren bersama dengan kyai yang juga berada didalam lingkungan

pesantren.

Dhofier mengemukakan beberapa alasan mengapa pesantren harus

menyediakan asrama. Pertama, kemasyhuran kyai, kedalaman

pengetahuanya tentang Islam menarik santri-santri dari jauh. Untuk dapat

menggali Ilmu dari kyai tersebut dalam waktu yang lama, para santri

harus meninggalkan kampung halaman dan menetap di dekat kyai.

Kedua, hampir semua pesantren di desa-desa di mana tidak tersedia

perumahan yang cukup untuk dapat menampung santri-santri, dengan

demikian perlulah adanya suatu asrama khusus bagi para santri. Ketiga,

ada sikap timbal balik antara kyai-santri, dimana santri menganggap kyai

itu seolah-olah sebagai bapaknya sendiri, sedangkan kyai menganggap

santri sebagai titipan tuhan yang harus dilindungi.13

Seperti yang dialami penulis yang hidup waktu mesantren, tinggal di

sebuah asrama, dalam satu kamar berisi tujuh sampai sebelas orang, maka

sudah wajar jika bersempit-sempitan untuk istirahat. Disediakan juga

asrama bagi santriwati dengan bangunan yang terpisah dan tembok yang

tinggi sehingga tidak memungkinkan untuk adanya aktifitas komunikasi

antara santri dan santriwati. Disediakan juga asrama husus bagi pengurus

pondok.

Komposisi setiap kamar biasanya telah diatur oleh pengurus pondok,

seperti dalam satu kamar terdiri dari santri baru - santri senior dan

12

Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M 1986), cet. Pertama,

h. 115. 13

Dhofier, op. cit., h. 47.

Page 31: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

17

pengurus yang bertugas sebagai kepala kamar. Yang bertugas untuk

mengurus keseharian santri di dalam kamar.

3. Model-Model Pesantren

a. Model Pondok Tradisional

Tradisi pesantren merupakan kerangka sistem pendidikan Islam

tradisional di Jawa dan madura. Menurut Dhofier istilah tradisional berasal

dari kata tradisi yang berarti adat istiadat; turun-temurun yang masih

dijalankan dalam masyarakat; dan penilaian atau angggapan bahwa cara-

cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan benar.14

Dengan demikian bahwa tradisional adalah sesuatu yang telah

dilakukan oleh nenek moyang dan masih berjalan sampai sekarang dijaga

dan dilestarikan keberlangsunganya. Kehidupan tradisi pesantren

tradisional identik dengan kesederhanaan; kesederhanaan bangunan,

kesederhanaan cara hidup para santri, kepatuhan mutlak dari santri kepada

kyai dan mempelajari pengajaran kitab-kitab klasik dan praktek upacara

peribadatan, pendidikan yang secara tradisioinal diberikan dalam pegajian-

pengajian yang diselenggarakan di rumah guru ngaji di langgar atau di

masjid.

Pesantren yang paling sederhana masjid digunakan sekaligus seagai

tempat pengajaran Agama. jenis ini merupakan yang paling awal dalam

pembentukan pesantren. Bentuk dasar yang dilengkapi dengan pondok

yang pisah, yaitu asrama untuk santri, tempa tinggal, tempat belajar yang

sederhana untuk santri. Berikutnya komponen pesantren tradisional

dengan tambahan bangunan madrasah, anak-anak yang tinggal di

pesantren itu belajar di madrasah sebagai alternatif terhadap sekolah dasar

pemerintah.

b. Model pondok modern

14

Mughits, op. cit., h.131.

Page 32: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

18

Jenis pesantren modern ini selain mengadakan pendidikan klasik juga

mencakup semua tingkat sekolah formal dari tingkat sekolah dasar hingga

universitas dan dibarengi dengan penyelenggaraan pendidikan

keterampilan.

Sebagai contoh pondok pesantren gontor, pada awalnya pesantren ini

diluar garis modernisasi, tapi kemudian trejadi perubahan seperti tetap

mempertahan kan sebagian tradisi pesantren salaf dan mengubah metode

pengajaran pesantren yang menggunakan wetonan (masal) sorogan

(individu) menjadi seperti sekolah umum. Dalam perkembanganya

meningnkat dengan di dirikanya Kulliyatul Mu’alimin Al-Islamiyah (KMI)

yang setara dengan tingkat sekolah menengah dan pada tahun 1963M

gontor mendirikan Institusi Studi Darussalam (Isid). Kemoderenan pondok

gonntor juga terlihat melalui visi nya yaiu: “Sebagai lembaga pendidian

pencetak kader-kader pemimpin umat, menjadi tempat ibadah (Talab Al-

‘Ilmi); dan menjad sumber pengetahuan Islam, bahasa al-quran, dan Ilmu

pengetahuan umum, dengan tetap berjiwa pesantren”.15

4. Metode pembelajaran di pesantren

Metode metode yang akan diurai dibawah merupakan secara garis besar

dan sebagai metode yang dilestarikan dan di pertahankan di pondok

modern yaitu Sorogan, Bandongan, dan Wetonan.

a. Sorogan

Pengajian yang merupakan permintaan dari seseorang atau beberapa

orang santri kepada kyainya untuk diajarkan kitab tertentu. Biasanya

diberikan kepada santri-santri yang cukup maju khususnya yang berminat

hendak menjadi kyai. Aktivitas pengajaran di mana setiap santri

menghadap ustadz atau kyai secara bergiliran untuk membaca di

hadapanya sebagai cara pengecekan penguasaan santri terhadap materi

15

Direktorat Jendral Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam

Kementrian Agama Republik Indonesia 2011, Profil Dan Pedoman Penyelenggaraan Pondok

Pesantren Mu’adalah, h. 15.

Page 33: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

19

kitab sebelumnya, jika santri sudah dianggap menguasai materi, maka

ditambah lagi materi berikutnya. 16

b. Bandongan

Menurut Arief Subhan istilah Sorog adalah berarti menyodorkan kitab

ke hadapan kyai. Seorang santri membaca kitab dihadapan kyai,

sementara kyai akan memberikan koreksi yang bersifat mendasar dan

memberi petunjuk yang berkaitan dengan cara membaca, memahami teks

secara benar sesuai dengan struktur bahasa arab.17

Metode pengajaran di mana seorang kyai atau ustadz itu membaca,

menerjemahkann, mengupas, seperlulnya kitab tertentu, keudian santri

secara bergerombol, duduk di depanya atau mengelilingi dengan seksama

mendengarkan, menerjemahkan, dan memberi catatan-catatan seperlunya

dengan bahasa Jawa dengan huruf Arab (arab pegon). Metode ini disebut

juga metode weton karena biasanya kegiatan dilaksanakan dalam waktu-

waktu tertentu, seperti setelah shalat wajib dan lain-lain.

Bandongan atau wetonan mirip dengan metode kuliah, yaitu santri

mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai yang menerangkan

secara kuliah dan para santri menyimak kitab masing-masing dan

memmbuat catatan. Mendengarkan kyai membaca, menerjemahkan,

menjelaskan. Santri membuat catatan diantara dua alinea atau di pinggiran

kitabnya.

c. Wetonan

Menurut Syukri Zarkasyi weton adalah pengajian yang inisiatifnya

berasal dari kyai sendiri baik dalam memnentukan tempat, waktu,

maupun lebih lagi kitabnya. Cara belajar berkelompok yang di ikuti para

16

Yasmadi, op. cit, h. 67. 17

Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad-20, (Ciputat: Uin Press 2009),

cet. Pertama, h. 75.

Page 34: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

20

santri dan biasanya kyai menggunakan bahasa daerah yang langsung

menerjemah kan kalimat demi kalimat dari kitab yang dipelajari.18

B. Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan

Menurut Darsono Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses

memberitahu dan mendidik peserta didik. Memberi tahu artinya

memasukan suatu pengertian, pernyataan dan penalaran kedalam otak

peserta didik agar mereka tahu tentang sesuatu. Darsono Mengemukkan

bahwa mendidik adalah mengubah prilaku peserta didik sesuai degan nilai

dan aturan sosial yang berlaku. Jadi kalau kondisi alam dan sosial berubah

maka penididkan harus berubah mengikuti kondisi alam dan sosial.19

Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi

manusia aspek; rohaniah dan jasmaniah, juga harus berlangsung secara

bertahap. Oleh karena itu, titik kematangan baru akan tercapai melalui

proses demi proses kearah tujuan ahir. Pendidikan sebagai aktivitas dan

fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya secara sadar

dirancang untuk membantu seseorang atau kelompok dalam

mengembangkan pandangan hidup (bagaimana orang akan menjalani dan

memanfaatkan hidup dan kehidupanya), sikap hidup, dan keterampilan

hidup. Pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara

dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu

pandangan hidup, sikap hidup atau keterampilan hidup pada salah satu

atau beberapa pihak.20

Dalam undang undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional disebutkan bahwa :

18

Abdullah Syukri Zarkasyi. Gontor Dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta: PT

Grafindo Persada 2005), Edisi. Satu, .h. 74. 19

Darsono Prawironegoro, Filsafat Ilmu Pendiidkan, (Jakarta: Nusantara Consulting 2010),

cet. Pertama, h. 85. 20

Muhaimin dan Sut‟iah Dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam Disekolah, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya 2012), cet. Kelima, h. 37

Page 35: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

21

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan spiritual

keagamaan pengendalian diri kepribadian kecerdasan ahlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan diriya masyarakat bangsa dan Negara.

Kosmajadi memberikan pandangan bahwa secara sederhana pendidikan

dimaknai sebagai aktivitas manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya

sebagai individu dan masyarakat. Dari segi bahasa, dalam bahasa Yunani

pendidikan disebut Pedagogic, yaitu Ilmu untuk mengenali, menuntun dan

tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa sejak lahir.21

2. Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan secara universal ialah menciptakan

keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh

dengan cara melatih jiwa, akal pikiran, perasaan, dan fisik manusia.

Dengan begitu maka pendidikan harus mengupayakan tumbuhnya seluruh

potensi manusia baik yang bersifat spritual, intelektual, daya khayal,

fisik, Ilmu pengetahuan, maupun bahasa, secara perorangan maupun

kelompok, dan mendorong tumbuhnya seluruh aspek tersebut agar

mencapai kebaikan dan kesempurnaan.22

Tugas pendidikan adalah membantu peserta didik untuk:

a. Meningkatkan kecerdasan intelektual agar dapat mengembangkan

Ilmu dan teknologi.

b. Meningkatkan kecerdasan emosional agar dapat bersikap dan bertidak

empati dan simpati.

c. Meningkatkan semangat hidup agar dapat mengelola alam dan sosial

sesuai kebutuhan.23

Roh pendidikan yaitu mencipta manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada tuhan yang maha esa. Setiap kerja manusia harus mempunyai nilai

ketuhanan. Kehidupan dunia atau keidupan sosial merupakan sarana

21

Yunus dan Kosmajadi, filsafat pendidikan Islam, (Majalengka: Universitas Majalengka

2015), cet. Pertama, h. 75. 22

Abuddin Nata, studi Islam komprehensif, (Jakarta: Kencana 2011), cet. Pertama, h. 212. 23

Muzayyin Arifin, filsafat pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Ksara 2016), cet. Revisi, h.

12.

Page 36: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

22

untuk menuju ke kehidupan spiritual yaitu: pertama, yang berbasis pada

iptek iman dan taqwa. kedua, yang ukuranya adalah keterampilan

intelektual kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

Pokok yang terkandung dalam pendidikan adalah bahwa pendidikan

itu mengandung “pengarahan” ke suatu tujuan. Pendidikan tidak hanya

menumbuhkan, juga mengembangkan kearah tujuan ahir. Dalam

pengertian analisis pendidikan pada hakikatnya adalah membentuk

kemanusiaan dalam citra tuhan.

Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa keoada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia,

sehat, berIlmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggung Jawab.

Sehingga penulis ingin katakan bahwa Tujuan pendidikan yaitu

membimbing peserta didik agar dapat hidup mandiri melalui transformasi

Ilmu pengetahuan dan ketermpilan, penekanan adalah pada upaya

pengenalan terhadap nilai-nilai yang baik dan kemudian

menginternalisasikan serta mengaplikasikan dalam sikap dan prilaku

melalui pembiasaan.

3. Pengertian pendidikan Islam

Seperti yang sudah diterangkan sebelumnya tentang pendidikan

maka ada beberapa kata yang merujuk kepada pendidikan Islam,

diantaranya; Al-Tarbiyah, Al-Ta’lim, dan Al-Ta’dib.

Menurut Jalaluddin kata Tarbiyah dapat mengandung beberapa

makna. Pertama, Tarbiyah berasal dari kata Rabaa, Yarbu, Tarbiyatan

dapat berarti proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada

pada diri peserta didik, baik psikis, sosial, fisik, spiritual. Kedua, berasal

dari kata Rabaa, Yurbi, Tarbiyatan, yang memiiki makna tumbuh menjadi

besar dan atau dewasa. Dengan ini maka Tarbiyah berarti usaha

Page 37: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

23

menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik baik psikis, fisik dan

spiritual. Ketiga, dari kata Rabaa, Yarubbu, Tarbiyatan yang mengandung

arti memperbaiki, menguasai urusan, memelihara dan merawat,

memperindah, memberi makna, mengasuh, memiliki peserta didik agar

dapat survive lebih baik dalam hidupnya.24

Konsep Tarbiyah merupakan proses mendidik manusia dengan

tujuan untuk memperbaiki kehidupan kearah yang lebih baik dan

sempurna.

Menurut Abuddin Nata kata Ta’lim berasal dari ‘Allam Yu’allimu

Ta’liman, menunjukan sebuah proses pengajaran, yaitu menyampaikan

sesuatu berupa Ilmu pengetahuan, hikmah, kandungan kitab suci, wahyu,

sesuatu yang belum diketahui manusia, keterampilan membuat alat

pelindung dan segala sesuatu yang berkaitan dengan alam jagat raya.

Ta’dib berasal dari kata Addaba, Yuaddibu, Ta’diban yang dapat berarti

Education (pendidikan), Discipline (disiplin, patuh dan tunduk),

Punishment (hukuman atau peringatan), kata Ta‟dib digunakan untuk

menunjukan pada kegiatan pendiidkan yang dilaksanakan di istana-istana

raja yang para muridnya terdiri dari para putra mahkota atau pangeran

calon pengganti raja.25

Dalam pandangan Islam, peyelenggaraan pendidikan dilandasi nilai-

nilai Islami sehingga tujuanya pun ditetapkan berdasarkan ajaran Islam.

Ilmu pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses

kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis ajaran Islam

berdasarkan al-quran dan hadits.

Sebagai sebuah disiplin Ilmu, pendidikan Islam pun bersifat

akademik, yang merupakan sebuah prinsip, struktur, metodologi dan

objek yang memiliki karakteristik epistimologi Ilmu Islami. Namun tidak

sepenuhnya tunduk kepda budaya Ilmu modern yang cendrung anti

24

Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2002), cet. Kedua, h.

95. 25

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multi Disipliner, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada 2010), cet. Kedua, h. 14.

Page 38: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

24

Agama. bahkan Armai Arief mengungkapkan bahwa “Ilmu pendidikan

Islam bertolak belakang dengan pendidikan Ilmu non-Islam”.Ilmu

pendidikan Islam yang berkarakter Islam itu adalah pendidikan yang

sejalan dengan nilai-nilai luhur yang terdapat pada Al-Quran dan Sunnah.

Dengan demikian maka Ilmu pendidikan Islam tidak mendikotomikan

Agama dan Ilmu. Dalam Islam Agama menetapkan tujuan yang harus

dicapai manusia, sedangkan Ilmu membantu manusia mempercepat

sampainya pada tujuan tersebut.26

Pendidikan Islam ialah usaha pembinaan dan pengembangan potensi

manusia secara optimal sesuai dengan statusnya, dengan berpedoman

kepada syariat Islam yang disampaikan kepada Rosul Allah agar supaya

manusia dapat berperan sebagai pengabdi Allah yang ssetia dengan

segala aktivitasnya guna tercipta suatu kondisi kehidupan Islami yang

ideal selamat, aman, sejahtera dan berkualitas, serta memperoleh jaminan

(kesejahteraan) hidup didunia dan jaminan yang baik bagi kehidupan

ahirat.

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa Pendidikan Agama Islam,

yakni upaya mendidikkan Agama Islam serta nilai-nilainya agar menjadi

Way Of Life (pandangan dan sikap hidup) seseorang.

4. Tujuan pendidikan Islam

Sebagaimana rumusan tentang pengertian pendidikan Islam yang

dipahami dan di kembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamenal yang

terkandung dalam sumber dasarnya yaitu; al-quran dan hadist. pendidikan

yang dibangun atas kedua sumber tersebut terdapat beberapa visi, yaitu

(1) pemikiran, teori dan praktik penyelenggaraanya melepaskan diri dan

atau kurang mempertimbagkan situasi konkret dinamika pergumulan

masyarakat muslim (era klasik dan konotemporer); (2) pemikiran, teori

dan praktik penyelenggaraanya hanya mempertimbangkan pengalaman

dan khazanah intelektual uama klasik; (3) pemikiran, teori dan praktik

26

Armai Areif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press

2002), Cet. Pertama, h. 3.

Page 39: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

25

penyelenggaraanya hanya mempertimbangkan situasi kondisi sosio-

historis dan kultural masyarakat kontemporer dan melepaskan diri dari

khazanah intelektual ulama klasik; (4) pemikiran, teori dan praktik

penyelenggaraanya mempertimbangkan pengalaman dan khazanah

intelektual muslim klasik serta mencermati situasi sosio-historis dan

kulturan masyarakat kontemporer.27

Pendidikan berdasarkan Islam yang mengharapkan adanya

integrasi nilai-nilai keIslaman yang bersumber pada al-quran dan hadist,

jalaludin mengemukakan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam Islam

sebagai berikut; (1) dimensi yang mengandung nilai yang meningkatkan

kesejahteraan manusia di dunia; (2) dimensi yang mengandung nilai yang

mendorong manusia untuk berusaha keras meraih kehidupan ahirat yang

bahgia; (4) dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan

antara kepentingan hidup dunia-ukhrawi.28

Kemudian dijelaskan oleh Jalaludin nilai yang pertama itu untuk

medorong manusia mengelola dan memanfaatkan dunia untuk bekal di

akhirat. Kedua, menuntut manusia agar tidak terbelenggu oleh rantai

kekayaan duniawi atau materi, dimensi ketiga, merupakan perpaduan

keserasian dan keseimbangan antara kedua nilai terdulu.

Dengan nilai-nilai itulah menrutnya proses pendidikan Islam

dibangun di atasnya. Itu menunjukan bahwa pendidikan secara optimal

harus mampu mendidik anak agar memiliki kedewasaan atau kematangan

dalam beriman, bertaqwa, dan mengamalkan hasil pendidikan yang

diperoleh, sehinggga menjadi pemikir yang sekaligus pengamal ajaran

Islam, yang dialogis terhadap perkembangan kemajuan jaman.

H.M Arifin dalam Abuddin Nata merumuskan tujuan pendidikan

Islam sebagai berikut; pertama, melakukan pembuktian terhadap teori-

teori kependidikan Islam yang merangkum aspirasi atau cita-cita Islam

yang harus diikhtiarkan menjadi kenyataan; kedua, memberikan bahan-

27

Jalaluddin, Ibid. 28

Muzayyin arifin, op. cit, h. 109.

Page 40: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

26

bahan informasi tentang pelaksanaan pendidikan dalam segala aspeknya

bagi pengembangan Ilmu pendidikan Islam; ketiga, menjadi korektor

terhadap kekurangan teori-teori yang dipegangi oleh Ilmu pendidikan

Islam sehingga kemungkinan pertemuan antara teori dan praktik semakin

dekat dan hubungan antara keduanya bersifat interaktif. Tujuan

pendidikan Islam pada hakikatnya identik dengan tujuan Islam itu sendiri.

Tujuan dimaksud menyatu dalam hakikat penciptaan manusia. Yakni

menjadikan manusia sebaga mahluk pengabdi setia kepada Allah swt.29

Menurut Al-Syathibi dalam Abuddin Nata menerangkan bahwa

tujuan penciptaan ini mencakup tiga masalah utama. pertama, tujuan yang

bersifat Dharuriyah (primer), tujuan yang meesti dicapai untuk

menegakan Agama dan dunia dengan ketentuan jika tujuan ini tidak

tercapai maka kemashlahatan dunia tidak tercapai bahkan mengancam

keberlangsungan hiudp manusia; kedua tujuan yang bersifat Hajiyat

(sekunder) berbagai kebutuhan yang dapat menyampaikan seseorang pada

tujuan utama serta menghilangkan berbagai kesulitan yang umumnya

terjadi; ketiga, tujuan yang bersifat Tahsinyah (tersier) suatu upaya

melengkapi atau meghiasi dengan sesuatu yang sesuai dan memperindah

kebiasaan hidup, menjauhi hal yang tercela berdasarkan pertimbangan

akal sehat.30

Menjadi manusia seutuhnya sesuai dengan syari‟at Allah dengan

segala ketentuan yang berlaku dalam kehidupan untuk kebaikan ahirat.

Begitu kira--kira hakikat tujuan pendidikan Islam.

5. Dasar Pendidikan Islam

Sebagaimana uraian terdahulu tentang pendidikan Islam maka

rujukan yang dijadikan landasan pemikiran pendidikan Islam itu identik

dengan sumber ajaran Islam. Kata dasar dengan sumber itu berbeda, dasar

itu seperti dalam istilah bangunan yaitu fondasi, yang diatasnya terdapat

29

Jalaluddin, op. cit., h. 142. 30

Abuddin nata, op. cit., h. 108-109.

Page 41: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

27

bangunan berdiri, sedangkan kata sumber itu sesuatu yang senantiasa

memberikan nilai bagi kebutuhan pendidikan.

Dengan demikian secara sederhana bahwa dasar pendidikan Islam

itu dibangun diatas nilai-nilai dan atau sumber Islam. Sumber ajaran

Islam, al-quran dan hadist. Selanjutnya di kembangkan oleh para ulama

dalam bentuk qiyas syar‟i, ijma yang diakui, ijtihad dan tafsiir yang benar

yang terkemas dalam pemikiran yang menyeluruh dan terpadu.31

Abuddin Nata mengemukakan bahwa secara harfiah Al-Quran

berarti bacaan atau yang dibaca. Secara istilah berarti firman Allah SWT

yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada Rasul-Nya, yang

disampaikan kepada generasi bearikutnya secara mutawatir (tidak

diragukan). Fungsi al-quran sebagai sumber pendidikan dapat dilihat;

pertama, dari namanya mengisyaratkan bahwa dirinya kitab pendidikan;

kedua, dari surat pertama yng diturunkan yaitu ayat satu sampai lima surat

Al-Alaq, juga berkaitan dengan pendidkan; ketiga, dari fungsinya sebagai

Al-Huda, Al-Furqan, Al-Hakim, Al-Bayyinah, dan Rahmatal Lil Alamin

ialah berkaitan dengan pendidikan yang seluas luasnya; keempat,

kandungan Al-Quran yang berisi ayat-ayat yang mengadung aspek

pendidikan; kelima, dari sumbernya yaitu Al-Rabb Al-Murabbi, yakni

sebagai pendidik, dan orang pertama kali didik atau diberi pengajaran

oleh Allah SWT adalah Nabi Adam as.32

Selanjutnya Hadis adalah sesuatu yang didapatkan dari Nabi SAW

yang terdiri dari ucapan, perbuatan dan persetujuan, sifat fisik atau budi,

atau biografi sebelum masa kenabian dan sesudah kenabian. Hadis

sebagai sumber pendidikan Islam dilihat dari; pertama, Nabi Muhammad

SAW sebagai pemproduksi hadis menyatakan dirinya sebagai guru;

kedua, Nabi Muhammad tidak hanya memiliki kopetensi pengetahuan

yang mendalam dan luas dalam Ilmu Agama, psikologi, sosial, ekonomi,

politik, hukum dan budaya, melainkan juga memiliki kompetensi

31

Jalaluddin, op. cit., h. 141. 32

Abuddin Nata, op. cit., h. 75.

Page 42: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

28

kepribadian terpuji, kompetensi keterampilan mengajar, dan mendidik

yang prima, sertaa kompetensi sosial; ketiga, Nabi Muhammad pernah

menyelanggarakan pendidikan di Darul Al-Arqan dan tempat-tempat lain

secara tertutup.

Dengan berdasarkan Al-Quran dan Hadist, Ilmu pendidikan Islam

tidak hanya akan menemukan berbagai isyarat tentang pentingnya

membangun sistem pendidikan Islam yang lengkap, visi, misi, kurikulum

dan lain-lain, juga akan menemukan prinsip-prinsip yang harus di pegang

teguh dalam mengembangkan pendidikan Islam. Dengan mengkaji kedua

sumber tersebut maka akan ditemui beberapa prinsip antara lain; Al-

Quran dan hadist menawarkan prinsip hubungan yang erat harmonis dan

seimbang dengan tuhan, manusia dan alam, pendidikan untuk semua,

pendidikan seumur hidup, pendidikan yang berorientasi pada kualitas,

pendidikan yang unggul, pendidikan yang terbuka, demokratis, adil,

egaliter, dinamis, manusiawi dan sesuai dengan fitrah manusia, seimbang

antara pendidikan yang medukung kecerdasan akal, spiritual, emosional,

sosial, kinestetis, seni, etika, profesional berorientasi pada masa depan,

pendidikan sebagai alat untuk mewujudkan kedamaian, kesejahteraan,

keamanan dan ketentraman.

C. Penelitian Terdahulu

Setelah penulis meneliti pada studi-studi terdahulu, ternyata skripsi

“peranan mbah sanusi dalam mengembangkan pendidikan Agama Islam

dipesantren Assanusi” belmi pernah dikaji, meskipun terdapat judul yang

memiliki kesamaan:

“Peranan Kh Zainal Abidin Dalam Pengembangan Pendidikan Agama

Islam Di Pesantren Ar-Ridwan Jatiluhur Bekasi “. Yang ditulis oleh

Muhamad Ubaidillah Karim (109011000128) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan KH. Zainal Abidin

dalam pengembangna pendidikan Agama Islam dipesantren Ar-Ridwan

Jatiluhur, upaya yang dilakukan dalam memajukan pesantren Ar-Ridwan

yakni dengan cara memajukan SDM terlebih dahulu hal tersebut apat

Page 43: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

29

dilihat dari banyaknya penghargaan dalam hal keIlmuan yang diraih oeh

ondok pesantren. 33

Memiliki persamaan, penelitian terhadap tokoh. Yaitu sosok kyai

dalam perjuanganya memperjuangkan pendidikan Islam dalam lingkup

pengembangan pesantren

“Peran Abuya Kh. Abdurrahman Nawi Dalam Mengembangkan

Pendidikan Islam Di Pondok Pesantren Al-Awwabin Depok”. Yang ditulis

oleh Muhammad Dhiya Habibi (1112011000065) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Dalam skripsi Muhammad Dhiya Habibi mengemukakan bahwa

peran K.H. Abdurrahman Nawi dalam mengembangkan pedidikan Islam

yaitu, membangun pendidikan Islam menjadi seorang inovator dalam

memberikan ide gagasan yang dapat diterapkan dipesantren. Kedua,

membangun lembaga pendidikan formal dan non formal dalam rangka

agar peserta didik tidak hanya cerdas dalam sisi keAgamaan saja, namun

juga peserta didik cerdas dalam Ilmu umum dan tehnologi yang sedang

berkembang.34

Memiliki kesamaan dalam penelitian seorang tokoh dalam

perjuanganya membangun dan mengembangkan pondok pesantren

“Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammmad Zainuddin Abdul Majid

Dalam Mengembangkan Pendidikan Islam Di Nahdlatul Wathan Jakarta”.

Yang ditullis oleh Yusron Khaidir (106011000725) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Berikut beberapa point dari skripsi tersebut pertama,

lembaga pendidikan di Nahdlatul Wathan Jakarta mayoritas bersifat umum

namun bernuansa Islami dari tingkat bawah sampai tingkat atas dari tk

sampai SMA. Kedua, sarana dan prasarana tidak luput dari campur tangan

TGKH Muhammad Zainuddin Abdu Majid, hususnya dalam pembelian

dan pembebasan tanah. Ketiga, para guru yang mengajar di Nahdlatul

33

Muhamad Ubaidillah Karim, Peranan Kh Zainal Abidin Dalam Pengembangan

Pendidikan Agama Islam di Pesantren Ar-Ridwan Jatiluhur Bekasi, Skripsi Pada Jurusan PAI

Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014m/1435, h. 89. 34

Muhamad Dhiya Habibi, Peran Abuya KH. Abdurrahman Nawi Dalam Mengembagkan

Pendidikan Agama Islam Di Pondok Pesantren Al-Awwabin Depok, Skripsi Pada Jurusan Pai

Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016m/1438, h. 120.

Page 44: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

30

Wathan adalah alumnus Ma‟had Darul Quran dan Hadits Nahdlatul

Wathan NTB. Dengan ini dapat dikatakan bahwa guru yang mengajar

tersebut adalah murid Maulana Syeikh dan secara otomatis memiliki bekal

perjuangan yang dimiliki Mauana Syaikh pula. Keempat, menerapkan

pembiasaan-pembiasaan yang baik dalam bagi para siswa dan siswi,

semua ini dilakukan dikarenakan Nahdlatul Wathan berada dalam

lingkungan pondok pesantren. Kelima, pembelajaran di Nahdlatul Wathan

sarat dengan nasehat-nasehat TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid,

terutama sekali ialah tradisi yang ada di Pancor Lombok Timur di

abadikan di Jakarta.35

Begitu juga dengan yang ini, memiliki persamaan meneliti tentang

seorang tokoh dalam perjuanganya mengembagkan pendidikan Islam.

Dari tiga penelitian diatas mumpunyai persamaan dalam meneliti

seorang tokoh dalam perjuanga dan mengembangkan pendidikan Islam

dalam lingkup pesantren. sedang perbedaanya, hapir seluruhnya berbeda

seperti perbedaan tokoh yang diteliti tempat penelitian waktu penelitian.

Meskipun demikian penelitian diatas mencoba menganalisa dan

menemukan titik perjuangan dari objek penelitianya masing-masing.

35

Yusron Khaidir, Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammmad Zainuddin Abdul Majid

Dalam Mengembangkan Pendidikan Islam Di Nahdlatul Wathan Jakarta, Skripsi Pada Jurusan

PAI Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012/1434, h. 94.

Page 45: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian yang dilakukan penulis adalah 7 July sampai

5 Agustus 2018.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Assanusi dan

perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang dilakukan penelitian untuk

melakukan penelitian. Herdiansyah menjelaskan bahwa metodologi penelitian

adalah serangkaian hukum, aturan, dan tata cara tertentu yang diatur dan

ditentukan berdasarkan kaidah ilimiah dalam menyelenggarakan suatu penelitian

dalam koridor keilmuan tertentu yang hasilnya dapat di pertanggung jawabkan

secara ilmiah.1 Dalam penyusunan ini peneliti menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif. Menurut Nana Saodih penelitian kualitatif adalah suatu

penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, presepsi, pemikiran orang secara

individual maupun kelompok.2

Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan

data deskriptif mengenai kata-kata maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat

diamati dari orang-orang yang diteliti. Adapun metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif. Yaitu metode yang meneliti status

kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode kualitatif yang

1 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:

Salemba Humanika 2012), Cet. 1, h. 3. 2 Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya 2011), Cet. 1, h. 60.

Page 46: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

32

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan

prilaku yang dapat diamati. 3

Penelitian deskriptif dapat dilakukan untuk memperoleh gambaran situasi

atau informasi tentang gejala atau temuan dilapangan pada saat penelitian

dilakukan. Setelah data diperoleh kemudian data dianalisis dengan pendekatan ini

peneliti diharapkan dapat mengungkap situasi dan fenomena yang akan diteliti

yaitu hal-hal yang berkaitan dengan peran K.H.M. Sanusi dalam mengembangkan

pendidikan Islam di pesantren Assanusi.

C. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan

untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. penelitian ini dilakukan

dengan beberapa metode yaitu Observasi, Wawancara, Dokumentasi dan Studi

Kepustakaan. untuk memudahkan data dan informasi yang akan menunjang pada

penulisan karya ilmiah ini.

1. Penelitian Kepustakaan

Dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari buku-

buku serta referensi yang ada hubunganya dengan objek yang akan akan

diteliti. penelitian kepustakaan inipun ditujukan untuk mencari landsan

teori yang berhubungan dengan penyusunan karya ilmiah ini. metode ini

dimaksudkan untuk mendpatkan pengertian secara teoritis bahkan yang

mendasari pengumpulan data dilapangan.

2. Observasi

Merupakan tehnik pengumpulan data yang paling utama dalam

penelitian kualitatif. Menurut Djam’an Satori Observasi penelitian

kualitatif adalah pengamatan langsung terhadap objek untu kmengetahui

keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya, dalam mengumpulkan

3 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia 2009), Cet. 9, h. 54.

Page 47: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

33

data dengan mengadakan kunjungan langsung ketempat penelitian dan

mengamati keadaaan pesantren. kegiatan yang berlangsung sarana

prasarana serta data yang mendukung lainya.4

Observasi atau disebut juga dengan pengamatan merupakan suatu

teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap

lapangan penelitian. dalam penelitian ini peneliti melakukan teknik

observasi non partisipatif yakni peneliti datang kelokasi penelitian secara

langsung tetapi kemudian peneliti tidak terlibat secara langsung dalam

kegiatan, peneliti hanya mengamati kegiatan dan tidak ikut dalam

kegiatan. Model ini bisa juga disebut dengan observasi tidak terstruktur.

keudian peneliti mengamati dan mencatat kegiatan yang berhubungan

dengan program ada di pesantren.

Peneliti tidak mempersiapkan instrumen observasi secara

sistematis dari awal karena peneliti belum mengetahui pasti apa yang akan

terjadi dilapangan jenis data apa yang berkembang dan dengan cara apa

data baru itu paling sesuai untuk dieksplorasi. Namun sebagai alat bantu

dalam penelitian ini peneliti membuat pedoman observasi secara garis

besar.

3. Wawancara

Yaitu tehnik pengumpulan data dengan memberikan beberapa

pertanyaan kepada yang diwawancarai. Wawancara yang akan digunakan

adalah wawancara semi terstruktur. Yaitu peneliti melakukan wawancara

berbentuk dialog bersama nara sumber dengan penggabungan antara

pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan dan pertanyaan yang lebih

4 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta

2013), Cet.1, h. 105.

Page 48: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

34

luas dan mendalam dengan mengabaikan pertanyaan yang sudah ada

namun tetap berpatokan kepada pedoman yang telah disiapkan.5

Adapun dalam melakukan penelitian ini peneliti mewawancarai

Pengasuh Pesantren K.H. Ali Munir, Kepala Pondok Kang Adi, dan K.H.

Tasrifien, sebagai murid yang bertemu secara langsung dengan Al-

Maghfurlah Ki Sanusi. kemudian dicatat hasil wawancara itu sebagai

bahan data penelitian. instrumen dalam tehnik wawancara peneliti telah

menyiapkan pedoman wawancara yang berisi aspek pertanyaaan yang

berkaitan dengan objek penelitian.

4. Studi Dokumentasi

Metode ini dalam penelitian kualitatif kedudukanya sebagai pelengkap

dari penggunaan metode observasi dan wawancara. yaitu mengumpulkan

dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian

lalau ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah

kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya dari

seseorang. misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi,

peraturan kebijakan. Yang berbentuk foto misalnya, gambar hidup sketsa.

yang berbentuk karya lain misalnya gambar, karya seni, karya tulisan.

hasil penelitian observasi dan wawancara akan lebih kredibel kalau

didukung oleh sejarah pribadi kehidupan masa kecil, disekolah, tempat

kerja, masyarakat atau autobiografi.

Dokumen yang akan dikumpulkan peneliti dapat meliputi data keadaan

pesantren secara umum, profil pesantren, keadaan warga pesantren, foto

yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan serrta data-data lainya yang

berkaitan dengan oenelitian yang dilakukan.

5 Afifuddin dan Beni Ahmad, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia

2009), Cet. 1, h. 133.

Page 49: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

35

D. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul lengkap semuanya, kemudian penulis membaca,

memahami data demi data, meneliti, menyeleksi, dan mengklasifikasi data yang

relevan dan yang mendukung pokok bahsan untuk kemudian penulis analisis,

simpulkan dalam suatu bahasan utuh.

E. Tehnik Analisis Data

Tehnik analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan

data. Data-data yang penulis peroleh akan dianalisis dengn analisis data deskriptif.

dengan tujuan untuk mendeskriptifkan atau menggambarkan secara sistematis,

aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat yang diteliti.

Sugiono mengutip Miles dan Huberman bahwa aktifitas dalam analisis

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secar terus menerus sampai

tuntas sehingga datanya sudah jenuh. aktifitas dalam analisis data yaitu melalui

reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.6

1. Reduksi Data

Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber yang telah dikumpulkan. setelah itu langkah

selanjutnya adallah mengadakan reduksi data. bisa diartikan sebagai

proses pemilihan, pemusatan perharian pada penyederhanaan dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis

dilapangan. adapun langkahnya dengan proses menyeleksi, memfokuskan

dan mentransformasikan data mentah yang telah diperoleh oleh peneliti.7

Dalam penenlitian ini setelah peneliti menelaah data yang tersedia baik

dari observasi, wawancara maupun studi dokumen, peneliti melakukan

reduksi data untuk memilah dari semua data yang ditemukan kemudian

6 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta 2012), Cet. 17,

h. 225. 7 Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman

Penulisan Skripsi, h. 70.

Page 50: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

36

peneliti mengambil hanya hal-hal yang sesuai dengan penelitian. dan

reduksi data dalam penelitian ini penulis lakukan selama proses penelitian.

2. Penyajian Data

Penyajian data yang dilakukan secara umum dalam penelitian kualitatif

adalah teks naratif yang diceritakan secara panjang lebar, tetapi ada teks

naratif tertentu yang dialihkan menjadi gambar bagan dan tabel yang dapat

mempermudah pembaca dalam memahami isi penelitian ini.

Data disusun sehingga memudahkan untuk dipahami apa yang terjadi,

mengambil tindakan selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami tersebut

dalam penelitian ini penyajian data disajikan dalam bentuk teks naratif.

3. Penarikan Kesimpulan

Setelah melakukan penyajian data, peneliti melakukan penarikan

kesimpulan dari data yang telah disajikan. kesimpulan awal yang

dikemukakan sifatnya masih smentara, sehingga peneliti masih berpeluang

untuk menerima masukan. penarikan kesimpulan sementara, masih dapat

diuji kembali dengan data di lapangan, dengan cara merefleksikan kembali

peneliti dapat bertukar pikiran dengan teman sejawat, triangulasi sehingga

kebenaran ilmiah dapat tercapai.

Setelah data yang terkumpul maka mulai mereduksi data dan

menyajikan data yang selanjutnya menarik kesimpulan. Penarikan

kesimpulan dari data yang diperoleh peneliti untuk mengambil kesimpulan

bila masih awal biasanya penarikan kesimpulan perlu dikaji ulang karena

terkadang masih belum terstruktur dengan baik.

Page 51: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. KH. M. Sanusi

1. Biografi

KH. M Sanusi merupakan salah serang ulama besar yang berasal

dari cirebon. Meskipun Beliau telah lama wafat, pengaruh dan jasa·jasanya

masih membekas dan diamalkan oleh banyak orang hingga sekarang. ia di kenai

sebagai seorang ulama yang sangat 'Alim- 'Allarnah dan Zuhud. Kyai

Muhammad Sanusi bemama asli Makrab, lahir di desa Windu Haji, Kuningan-

Jawa Barat pada malam Jumat 14 Rabiul awal 1322H, bertepatan dengan 12

Januari 1904M dari pasangan Kyai Agusnia'ani bin Kyai Akinatakariya bin

Kyai Asmaluddin dengan ibu Nyai Asnita binti Kiyai Kauri.1

KH. M Sanusi yang biasa disapa rnbah merupakan anak ketiga dari tujuh

bersaudara, adapun saudara-saudaranya antara lain; Aminah (meninggal saat

umur 8 tahun), Mir' ati (meninggal saat usia 6 tahun), Sarpan (Abdur Rahim,

Zaenab, Suknasih, Kasem (meninggal dunia sat usia 7 hari), sedangkan sodara

yang beda ibu adalah Kun'ah dan Saodah (meninggal saat usia 5 tahun.

Tidak banyak riwayat hidup Mbah Sanusi yang bisa diungkap pada masa

kecilnya, kecuali ada beberapa catatan beliau yang menjelaskan bahwa ketika

umur 4 tahun pemah terjatuh dari bangku ketika hendak mengambil genting.

Umur 6 tahun terserang penyakit panas yang sangat hebat, saat itulah sang ibu

benadzar jika sembuh akan berziarah ke makam Nyai Manis Kuningan, pada

usia 8 tahun Mbah di khitan (Sunnat) oleh dukun sunat Murkawi.2

Setelah cukup lama mesantren, KH. M Sanusi diminta menjadi

menantu oleh kyai Ma'ruf (saudara Kyai Zen). Sikap Tawadhu' dan patuhnya

terhadap guru, maka Mbah hanya Sami 'Na Wa Atho 'Na maka pada tanggal 24

Dzulhijjah 1341 H secara resmi Mbah dinikahkan dengan Nyai Qona'ah binti KH.

1ldham Kholid, K.H.M. Sanuusi Al-Babakani Filsafat, Nilai, Paham Kagamaan dan

Perjuanganya, (Bekasi; Pustaka Isfahan 2011), cet. Pertama, h. 25.

2 Lihat Muhammad Mudzakkir, al-Maghfitrlah K.H.M. Sanusi kakek dan Guruku, ttp.

t.p . t.t.

Page 52: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

38

Ma'ruf.

Pada hari kamis tanggal 27 Muharam 1341H, KH. M. Sanusi berangkat

lagi mesantren di Cikalong Tasikmalaya mengikuti jejak guru terdahulunya, Kyai

Zakaria. Tentunya setelah memohon pengertian dan keihlasan dari istri dan

mertuanya. Namun, agar lebih berkonsentrasi dan lebih Thuma'ninah dalam

be1ajar, mbah meminta restu dari mertua dan istrinnya untuk mentalak. Hingga

pada ahimya tanggal 15 Rajab 1341 H, pada saat ini pula istri KH. M. Sanusi

yaitu Nyai Qona'ah di-talak.

Pada suatu hari ketika KH. M. Sanusi mesantren di Babakan medapat

panggilan dari kyai Amin Sepuh dan di beri tau bahwa kyai mejodohkan Mbah

dengan saudari ipamya. Padahal di rumah, Mbah pun di jodohkan dengan

puteri Kuwu bemama Nyai Robi' ah. Mbah shalat istikharah dan mendapat

jawaban bahwa harus menikah dengan apa yang di jodohkan kyainya. Maka pada

tanggal 10 syawal 1344 H(l926), Mbah menikah dengan Nyai Hj. Sa'adah binti

KH. Ali bin Kyai Masinah, seorang janda dari Kyai Halif (Desa Lontang Jaya).

Nyai Sa'adah merupakan kakak ipar dari KH. Amin Sepuh dan telah mempunyai

putera benama Atho'illah.

Meskipun secara status mbah adalah saudara tua KH. Amin Sepuh, namun

mbah tetap Takdzim (hormat) dan menghormati KH. Amin Sepuh sebagai

gurunya. Hingga di kemudian KH. Amin Sepuh di juluki sebagai Kyai Sepuh, dan

Mbah dijuluki sebagai Kyai Anom.3

Pada hari jumat tanggal 31 Mei 1974M Ba'da Isya, semua Putera-Puteri

Mbah Sanusi di panggil menghadap mbah dikarenakan Mbah mengalami

sakit yang cukup parah. Sambil menasehati dan dan membenkari wasiat minta

dipijiti hingga pukul 23.00 WIB mereka disuruh pulang kembali. Esok harinya

Sabtu 1 Juni 1974 pukul 08.00 WIB Mbah Sanusi kembali memangil puteranya

untuk diantar ke RSUD Gunung Jati Cirebon yang ternyata menurut diagnosa

dokter bahwa jantung mbah telah pecah. Hingga kemudian beberapa saat

tepatnya pukul 12.30 WIB Mbah menghembuskan nafas terahir. Menjelang

3 Rohaiman hidayat, KH. Muhammad Sanusi Al-Babakani (1904-1974), diakses pada 15

November, (http://kebonjambu.org).

Page 53: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

39

Maghrib, jenazah mbah dikebumikan di pekuburan keluarga di depan masjid Jami'

Raudlatul At-Tholibien Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon,

berdampingan dengan makam gurunya, KH. Amin Sepuh.

Sesaat sebelum wafat, tiba-tiba beliau menjawab salam

"wa’alaikumsalam wr.wb" sebanyak dua kali seperti ada tamu, setelah itu

mengucapkan takbir bak orang hendak shalat lalu perlahan-lahan mata tertutup.

Dunia telah kehilangan satu sosok ulama Kharismatiknya, suasana tampak redup

seolah turut bersedih mengiringi kepergian mbah selamanya, namun wajah mbah

terlihat berseri kendati diiringi isak tangis putra-putri, sahabat, santri-santrinya

telah kehilangan orang yang paling dicintai, kagumi, dihormati.

2. Pendidikan

Pada usia 10 tahun Mbah Sanusi disekolahkan di Volk School (sekolah

rakyat) yang terletak di Desa Ciporang. Dalam buku catatan Mbah Sanusi, setiap

sore selalu mengaji di pesantren Kyaai Ghazali. Pada masa kecilnya, Mbah diberi

julukan "anak kecil yang pandai menjawab” dikarenakan selalu bisa menjawab

setiap pertanyaan KH. Ghazali tentang Ilmu faraidh (Ilmu mawaris) yang terkenal

rumit secara spontanitas dengan benar. Padahal para santri yang lain tidak ada

yang bisa menjawab setiap pertanyaan tentang waris. Tanggal 10 Juli 1915 M,

mbah menerima surat tanda tamat belajar dari sekolah Ciporang dengan prestasi

juara satu.

Setelah tamat sekolah rakyat dan tamat pengajian di Kiyai Ghazali, Mbah

Sanusi meneruskan pendidikanya di sekolah Dinas (sekolah calon birokrat)

di Kabupaten Kuningan. Di sekolah inilah Mbah mendalami hobi menulisnya

hingga ia pernah memenangkan kejuaraan penulis lagu terbaik. Tanggal 11

Dzulqo'dah 1337 H, Mbah mulai pesantren di Kyai Damanhuri Pakebon selama

kurang lebih 6 bulan, lalu Mbah dipindahkan oleh kyai Damanhuri ke pesantren

Sarajaya Karangsembung, sindang laut, Cirebon, di Kyai Zen karena terlalu

pintar. Saat itu mbah sanusi masih menginjak usia 15 tahun. Di pesantren inilah

diperlakukan lebih istimewa dengan memperoleh kamar yang juga dihuni ileh

Kyai-nya, sehingga setiap saaat mbah bisa mesuri tauladani sosok gurunya.

Page 54: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

40

Baru setengah tahun di pesantren Sarajaya, Mbah Sanusi mendapat kabar

ibunda tercintaya sakit dan disuruh pulang. Setelah diberitahu hngga tiga kali

masih belum pulang, ahirnya mbah dijemput paksa pulang oleh saudaranya yang

bernama Kerta Adiwangsa karena kegigihanya dalam belajar. Mbah menolak

untuk pulang dan memilih tinggal di pesantren untuk mengaji. Menurut cerita dari

Kyai Mudzakir cucu Mbah Sanusi sampai pada ahirnya pengasuh memerintahkan

mbah sanusi untuk pulang.

Tiga hari meningggal ibundanya, Mbah memilih berangkat kembali ke

pesantren untuk menimba Ilmu yang sempat tertinggal. Ujian yang

menghalangi Mbah Sanusi dalam belajar tidak hanya itu. Di pesantren,

Mbah dibenci oleh teman-temanya yang iri dengn mbah. Kejahilanya selalu

mengancam keselamatan mbah. Tak hanya itu. mbah diberi musibah berupa

penyakit kulit yang sangat menjijikan. Kulitnya bernanah dan berbau amis. Akibat

itulah mbah semakin dijauhi oleh seluruh tcmanya. Apabila saatnya mengaji,

mbah selalu dipisah tempatnya di bawah kolong (saat itu langgar berupa rumah

panggung yang terbuat dari kayu).

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Mbah menjadi kaligrafer bayaran.

Karya-karyanya sering dijual bahkan hingga sering mendapat orderan karena

tulisan Mbah (baik arab maupun latin) sangat bagus sekali. Hasil uang yang

didapat selalu digunakan untuk membeli kitab. Bahkan sering pula mengirimkan

uang kerumah untuk kebutuhan sekolah adiknya. Kendati secara materi telah

tercukupi Mbah selalu hidup dalam ke­ Zuhudan, bahkan pernah suatu ketika

Mbah makan nasi yang dicampuri sedikit pasir bersih dengan tujuan

rnenghilangkan rasa nafsu hayawani. Mbah tidak pernah mau makan sebelurn ia

hafal setiap mata pelajaran yang ia pelajari.

Rabu, 4 Sya'ban 1341 H (1922M) Mbah Sanusi pindah mesantren di

Babakan - Ciwaringin - Cirebon, Jawa Barat. Jumlah santri saat itu masih 60

orang dengan lurah pondoknya bemarna Kyai Nawawi dari Majalengka.

Sementara pengasuhnya adalah Kyai Isma'il, Kyai Dawud, Kyai Muhammad dan

Kyai Amin Sepuh.

Meski sudah sebulan rnondok di Babakan , mbah mengalarni tidak betah

Page 55: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

41

.

di situ karenanya Mbah menghadap kyai untuk meminta nasihat berupa "orang

mesantren itu sama dengan orang yang bertapa, kalau tidak kuat mengahadapi

godaan, tidak akan sukses. Orang yang akan sukses besar tentu godaanya besar

pula. lbarat pohon yang menjulang tinggi, maka akan semakin besar angin yag

menerpa. Maka bersabarlah". Karena kecerdasan ide dan kepintaran ilmunya.

Mbah dipercaya menjadi kepala pondok. Diamanahi mejadi kepala pondok

membuat banyak meyita waktu mbah karena harus membagi waktu antara

mengurus santri dan mengaji.

3. Paham Tasawuf KH. M. Sanusi

Dalam karya-karya KHM Sanusi terdapat pemikiran yang bisa disamakan

dengan maqamat dalam sufi, yang selanjutnya akan dibahas tentang beberapa

pandangan KH. M. Sanusi tentang tasawuf di bawah.

Berkaitan dengan maqamat mengutip penjelasan Schiemel sebagai berikut,

"Maqam adalah suatu taraf yang berlangsung terus, yang dicapai oleh manusia

berkat usahanya sendiri". Kemudian menerangkan bahwa Maqamat

"persinggahan-persinggahan" menggambarkan berbagai taraf yang telah diraih

oleh santri dalam ketekunanya di bidang pertapaan dan bidang moral.4 Maqam itu

sejenis Adab yang didapatkan seorang hamba dalam upaya peningkatan

rohaninya, yang harus dicapai melalui ikhtiyar dan kerja keras dan bersifat tetap.5

Mengenai adab Muhammad Fauqi Hajjaj berpendapat bahwa adab identik

dengan akhlak yang berarti pengajaran tata krama lahir dan batin agar selaras

dengan arahan-araham syariat. Mengutip pendapatnya "jika batin seseorang telah

terdidik tata krama dan pengaruhnya termanifestasikan dalam prilaku lahiriahnya

maka ketika itu ia Ielah bertasawuf secara hakiki". Begitu banyak pendapat

tentang pengertian tentang tasawuf, pertama-tama kata Tasawuf itu berasal dari

kata Ash-Shafa berarti bening6 atau Ash-Shaf Al­ Awwal yang berarti barisan,

4 Anne marie Schiemel, Dimensi Mistik Dalam Islam Terj. Mistical dimension of Islam,

oleh Saprdi Djoko Damono, dkk, (Jakarta; pustaka firdaus 2009), cet ke-3, h. 125 5 Simuh, Tasawuf Dan Perkembanganya Dalam Islam, (Jakarta; PT Raja

Grafindo Persada 1996), Cet. Pertama, h. 74. 6 Abu Al-Wafa' Al-Ghanimi Al-Taftazami, Sufi Dari Zaman Ke Zaman Terj. Madkha ila

At­tashawwuf AI-Islam, oleh Ahmad Rofi' "usmani (Bandung; Penerbit Pustaka 1997), cet. kedua

Page 56: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

42

sebab para sufi berada dibarisan pertama di hadapan Allah atau dari kata Shuffah

Masjid Nabawi. Kata tasawuf juga berasal dari bahasa Yunani, Shopia yang

berarti bijaksana. Ada juga yang menunjukan bahwa kata tasawuf berakar dari

kata Ash-Shuf yang seberati baju woll seebagai akar kata tasawuf”. 7

Menurut Idham Kholid bahwa ide pokok daari ajaran tasawuf KH. M.

Sanusi cendrung mengarah kepada nasehat-nasehat untuk santrinya agar selalu

berpegang teguh kepada ajaran Islam.

Selain dari pada itu Schimmel menyebut Tasawuf dengan Sufisme.

Perkataan yang digunakan untuk menyebut tentang Mistik dalam Islam, Mistik

berasal dari bahasa yunanai yaitu Myein yang berarti menutup mata. Dalam arti

yang luas mistik bisa di definisikan sebagai kesadaran terhadap kenyataan tunggal

yang mungkin disebut kearifan cahaya, cinta. Selanjutnya Schimmel

mendefinisikan mistik sebagai cinta kepada sang mutlak - sebab kekuatan yang

memisahkan mistik sejati dari sekedar Tapa Brata adalah cinta.8

Tasawuf atau mistisme mempuyai lima ciri yang bersifat psikis, moral, dan

epistimologis, yaitu; 1) Peningkatan moral. Dalam tasawuf atau mistisme

mempunyai parameter sendiri tentang nilai-nilai moral yang tujuanya untuk

membersihkan jiwa untuk pereaisasian niiai-nilai itu; 2) Pemenuhan fana (sima)

dalam realitas mutlak. Dengan latian fisik dan psikis pada tahap tertentu seorang

sufi atau mistikus akan sampai pada kondisi yang dimana dia tidak lagi akan

adanya diri atau keakuanya.

Bahkan dia merasa kekal-abadi dalam realitas tertinggi; 3) Pengetahuan

intuitif langsung. Inilah yang membedakan antara Tasauf atau Mistisme

dengan Filsafat. Dalam filsafat proses memahami realitas seseorang

menggunakan metode-metode intelektual. Sedang dalam sufi dalam memahami

realitas tidak dengan metode seperti yang digunakan dalam filusuf, yaitu dengan

metode lain selain pendekatan inderawi dan penalaran intelektual yang disebut

h. 21.

7 Muhamd Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam Dan Akhlak Terj. Tushawwuf AI- Islam Wa

Al­Akhlaq, oleh Kamran As'at Irsyadi dan Fakhri Ghazali, (Jakarta; Bumi Aksara 2013), Cet.

Kedua, h. 317. 8 Anne, op. cit.,h. 1-2.

Page 57: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

43

kasyf atau intuisi; 4) Ketentraman atau kebahagiaan. Dalam rangka pengendalian

atas hawa-nafsu serta pembangkit keseimbangan psikis yang berorientasi

pada kesejukan pada terbebas dari rasa takut dan mempunyai ketentraman

jiwa, sehingga terwujudlah kebahagiaan; 5) Penggunaan simbol dan ungkapan-

ungkapan. Ungkapan para sufi atau mistiskus biasanya mengandung dua

pengertian, ada yang menggunakan kata-kata dan ada yang di timba dari analisa

serta pendalaman (simbol).9

Tasawuf atau mistisme bisa juga dikatakan falsafah hidup, yang

dimaksdkan untuk meningkatkan jiwa seseorang secara moral, lewat latian-latian

praktis tertentu, kadang untuk pemenuhan fana dalam realitas yang tertinggi serta

pengetahuan tentang-Nya secar intuituf tidak secara raisona yang buahnya adalah

kebahagiaan rohaniah. yang hakikat realitasnya sulit diungkapkan dengan kata.

Disini akan diikuti pembagian dan susunan KH. M. Sanusi dalam

Idham Khalid yang telah melakukan kajian terhadap karya KH. M Sanusi

hususnnya yang berkaitan dengan Maqomat dalam Sufi. Yaitu sebagai berikut:

a. Zuhud

Zuhud pada dasarnya merupakan prilaku menjauhi yang syubhat dan

setiap yang haram, maka zuhud pada dasamy adalah tidak tamak atau tidak ingin

dan tidak menngutamakan kesenangan duniawi. Dalam tasawuf zuhud di jadikan

maqam dalam upaya melatih diri dan menyucikan hati untuk melepas ikatan hati

dengan dunia.

Simpul kata, Al-Quran memberikan perhatian besar terhadap penggalakan

prilaku zuhud di dunia namun zuhud yang di tuntut Al-Quran dari seorang

mukmin adalah zuhud dalam batas-batas kewajaran dan moderat. Bahwa tujuan

Al-Quran meyemaikan sikap zuhud terhadap keduniaan bukan lah berpaling dari

segalu perhiasan dunia secara total, sebab harta kekayaan merupakan sarana untuk

bertindak di jalan kebaikan.

Dalam pandangan sufi hawa nafsu dunialah yang menjadi sumber

kerusakan moral manusia, penguasaan hawa nafsu ini bisa mengakibatkan

kebrutalan dalam mengejar kepuasan nafsunya. Sekali lagi maka jelaslah bahwa

9

Al-Taftazami. Op.cit., h. 4-5.

Page 58: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

44

Zuhud adalah suatu sikap batin terhadap dunia, dimana hati dan jiwanya sama

sekali tidak memiliki ketergantungan tetrhadap dunia. Tetapi juga bersifat aktif

kepada tugas dunia dan bagian dunia.10

Ada dua pandangan KH. M. Sanusi

tentang zuhud ini;

1) Tidak boleh mencaari-cari kebutuhan dunia dengan cara menumpuk

kekayaan yang berlebih.

Menurui KH M sanusi, seseorang tidak boieh memaksakan diri

mencari­cari kebutuhan dunia dengan cara menumpuk kekayaan

yang berlebih, apalagi dengan rnenggunakan cara yang dilarang Agama.

"Mboten kenging molak-malik pikirane lan badane kangggeg

ngumpulaken dunya maksud kesugihan". Seseorang tidak diperbolehkan

untuk memutar otaknya dan badanya untuk mengumpulkan harta dengan

mabud untuk menumpuk harta kekayaan.

2) Tidak boleh mengagungkan ahli dunia karena melihat harta bendanya.

Menurut KHM sanusi, seseorang tidak boleh mengagungkan ahli

dunia karena melihat harta bendanya. "mboten kenging ngagungaken

dateng ahli dunya. marginingal dunyane”. Tidak boleh mengagungkan

ahli dunia karena mclihat hartanya.

b. Wara

Sikap Wara ditunjukan dengan keberanian oleh Salik dalam menghadapi

dirinya sendiri, nafsu, tabiat, setan, dan hal lain yang mengandung unsur

kejelekan. Kaum sufi memandang bahwa Wara merupakan sikap meninggalkan

segala sesuatu yang tidak berguna, meninggalkan hal-hal yang Syubhat, yang

tidak pasti, atau hal yang tidak berguna, serta upaya meninggalkan berbagai hal

yang tidak berhubungan dengan Allah.

Selalu merasa di awasi Allah Swt sehingga selalu berhati hati dalam

melakukan sesuatu agar terhindar dari kebencian allah dan selalu dalam jalan yang

lurus. Dalam pandangan sufi, wara adalah sebagai pintu sikap dan sifat dari

10 Muhammad Solikhin, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar, (Jakarta; Narasi 2007)

cet.Pertama, h. 315-316.

Page 59: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

45

zuhud. Wara adalah meningalkan segala hal yang syubhat yakni menjauhi atau

meninggalkan segala hal yang belum jelas hukumnya (halal-haram).11

KH. M. Sanusui memunyai beberapa pandangan tentang wara, yaitu:

1) Supaya baik semua makanan dan minumanya

Makan dan minum merupakan kebutuhan manusia sehari-hari

yang sangat prinsip, karena makan dan minum merupakan kebutuhan

hidup yang harus dipenuhi agar fisik kita tumbuh menjadi sehat dan kuat.

Mbah Sanusi menyuruh santrinya untuk selalu makan minum dan

berpakaian baik. "kedah apik sedaya daharane ian inhumane”. Harus

baik makan dan minumanya.

2) Supaya baik dalam hal berpakaian

KH. M. Sanusi menyuruh santrinya umuk selallu memakai

pakaian yang baik. "Ian kedah apik sandangane". dan supaya baik

pakaianya semua makanan dan miuman. Menjauhi barang yang makruh

dan haram.

Selain menyuruh makan dan minum dan berpakaian yang baik juga

KH. M. Sanusi menyuruh para santrinya untuk menjauhi hal-halyang

makruh dan haram. ''Adohana barang makruh barang haram”. Jauhi

barang makruh dan haram. "Iamon kita ngakehaken mubah makruh,

arti kita maring setan ngajak wawuh". Kalau kita memperbanyak

mubah makruh, berarti kita pada setan mengajak bersahabat.

3) Menjauhi Barang yang Haram atau Subhat

KH. M. Sanusi juga menyuruh untuk menjauhi barang yang

Subhat. "Kedah apik sedaya kedaharane lan inumane ian sandangane

milih kang halal boten ngalap kang haram atawa subhat”. Harus baik

semua makanan dan minuman serta pakaian, memilih yang halal

tidak memilih yang haram atau subhat.

c. Kefakiran

Mengosongkan seluruh hati dari ikatan dan keinginan terhadap apa saja

11 Rosihon Anwar dan Mukhtar Solihin, Ilmu Tasawuf , (Bandung; CV. Pustaka Setia

2000), cet. Pertama, h. 59.

Page 60: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

46

selain Tuhan. Yakni, ajaran untuk membelakangni atau membuang dunia. Yang

ditujn dalam konsep fakir adalah hanya dengan memutuskan persangkutan hati

dengan dunia, sehingga hatinya hanya terisi pada kegandrungan pada keindahan

penghayatan makrifat pada Tuhan sepanjang keadaan.

Sedangkan Abu al-Wafa' al-Ghanimi al- Taftazami mcmberikan

rumusan fakir sebagai "tidak punya apa-apa, juga tidak menginginkan apa-

apa." Sikap Fakir ini sikap yang menganttisipasi kepada sikap keserakan. yang

dalam ajaran sufi itu sangat tidak diperkenankan, maka sikap merasa cukup

dengan apa yang dimiliki sangatlah harus diusahakan.12

KH. M. Sanusi mengajak para santrinya untuk ihlas menerima

pemberian atau rizki Allah SWT. Menurut KHM Sanusi seseorang harus

menerima peberian rezeki duniawi walau sekecil apapun. "Kedah nerima sakedik

dunya". Harus menerima sekecil apapun rezeki duiawi. “Neja damel sebab kuat

ibadah, boten bade dame/ maksiat". Sengaja membuat kuat ibadah , tidak akan

membuat masiat.

d. Sabar

Menurut Rijaluddin Secara etimologi Sabar berasal dari bahasa Arab yaitu

Shabr merupakan bentuk masdar dari kata Shabaro Yashbiru yang diantara

artinya adalah menahan. Secara terminoogi sabar adalah mengendalikan diri

terhadap apa yang dikehendaki oleh akal dan syara' atau keduanya.13

Sabar adalah mcnerima segala bencana dengan laku sopan dan rela.

Kiatnya adalah dengan cara berlatih sehingga akan lebih siap dan

berani mengahadapi kenyataan berupa mnsibah atau cobaan seberat apapun.

Orang yang ditimpa musibah dan ditimpa kesulitan-kesulitan hidup apabila

bersabar dan mampu tidak mengeluh kesana kemari niscaya ia dapat

mematahkan tipu daya musuhnya yang besar dalam hal ini adalah syetan. Orang

yang bersabar niscaya akan sampapi pada kesuksesan, dan mendapat hikmah dan

keadilan dari Allah SWT.

Sikap sabar dibutuhkan disegala tempat waktu dan aktivitas hidup. Orang

12

Al-Taftazami, Op. cit., h. 63. 13

Ridjaluddin, Sabar dalam Pandangan Imam Al-Ghazali, (Ciputat: Lembaga Kajian

Islam Nugraha, 2009), cet. Pertama, h. 3.

Page 61: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

47

yang tidak sabar dalam mewujudkan keinginanya, maka segala usaha yang

diakukan tidak akan membawa kepada hasil yang benar bear sepetii yang

diharapkan. Sabar bukan saja dibutuhkan dalam menghadapi cobaan atau ujian

dari Allah, sabar juga mesti di implementasikan dalam rangka patuh terhadap-Nya

yakni menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.14

Sabar adalah separuh dari iman, rahasia kebahagiaan manusia, sumber

keselamatan, dan keteguhan hati tatkala mendapat ujian, dan merupakan bekal

seorang mukmin tatkala bencana dan cobaan datang. Sikap sabar dilandasi oleh

keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan kehendak tuhan. Apabila

seseorang telah yakin bahwa jalan yang ditempuh adalah benar maka akan teguh

dalam pendirianya walaupun menghadapi banyaknya cobaan. 15

Jika sayikh 'Abdul Qadir 'Isa mempunyai tigu karakter dalam sabar yaitu;

sabar dalam ketaatan; sabar dari maksiat; sabar dari dalam kemalangan yang

menimpa. Maka KH. M. Sanusi Punya dua pandangan tentang sabar, yaitu; a.

sabar dalam menjalani hidup, sabar dari cobaan, sabar dari hinaan, ataupun sabar

dari orang orang yang memusuhinya; b. sabar dalam hal kurang makan dan

kurang tidur. "Kedah sabar kirang dahar ian kiranng sare". Harus sabar kurang

makan dan tidur. "Kedah sabar sedaya cobiyane tiyang kang binehu Ilmu, kados

boten betah, dipun ina, dipun musuhi''. Harus sabar terhadap segala cobaan bagi

orang yang sedang mencari Ilmu scperti tidak betah, dihina, dimusuhi.

e. Tawakal

Tawakal dilakukan sesudah segala daya upaya dilakukan. Jadi, yang

digantungkan pada rohmat Allah adalah hasil usaha sesudah scgala ikhtiar

dilakukan, dengan kata lain tawakal dilandasi oleh aktif kerja keras. Tawakal

sebagai tangga untuk memalingkan dan menyucikan hati manuia agar tidak terikat

dan tidak ingin dan memikirkan keduniaan serta apa saja selain Allah.

Ikhtiar usaha dan tawakal sebagai satu kesatuan proses kerja manusia

14

Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung; CV. Pustaka Setia 2009), eel. Pertama, h.

79.

15 Syaikh 'Abdul Qadir „Isa, Cetak Biru Tasawuf Spiritual Ideal Dalam Islam, Terj.

Haqaa 'iq'anit Tashawwuf, oleh Tim Ciputat Press di Mesir, (ciputat; Ciputat Press 2007), cet.

Pertama, h.210.

Page 62: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

48

dalam menuju kesempurnaan hidupnya, ikhtiar menjadi kodrat manusia untuk

mencukupi kebutuhan hidup tetapi mengenai hasil akan di tentukan oleh

allah SWT. Dengan deikian tawakai bukan sikap yang pasif yang kemudian

selalu menunggu apa yg akan terjadi terhadapnya atau bahkaan melarikan dri

dari dari kenyataan tanpa ada usaha dan ikhtiar sebelumnya.

Hakikat tawakal adalah memutuskan tali perantara tuhan-tuhan selain

Allah serta membebaskan hati dan batin dari daya dan kekuatan untuk kemudian

berserah diri pada Tuhan. Tawakal merupakan gambaran hati seorang muslim

dalam penyerahan sepenuhnya diri kepada tuhanya. Sebagaimana disebutkan di

atas tawakal bukan berrti semata-mata penyerahan penuh terhadap tuhan tanpa

adanya usaha-usaha. Dalam pada itu berserah terhadap hasil yang akan terj adi

atau tercapai dipasrahkan sepenuhnya kepada Tuhan, jika yang terjadi ternyata

tidak sesuai ekspektasi maka seorang yang betawakal akan tetap

menyerahkan semuanya itu datang alas tuhan, menyandarkan sepcnuhnya,

tidak mcminta. tidak menolak dan tidak menduga.16

Bahkan oleh Hamka terkait tawakal memberikan gambaran

tentang pengobatan terhadap penyakit. Bahwa berobat ketika sakit itu tidak

mengurangi tawakal, mengutip perkataanya, "mengobati penyakit bukanlah

berlawan dengan tawakal, bukan pula menunjukan kurang terima atas lakdir dan

kelenluan Tuhan”.17

KH. M. Sanusi menyuruh para santrinya untuk selalu tawakkal kepada

Allah dalam segala persoalan yang di hadapinya. "Kedah ketanggenan dateng

gusti allah dateng sedaya perkawise". Supaya berserah diri kepada allah dalam

segala urusanya.

f. Ridha

Ridha merupakan sikap menanggapi dan mengubah segala bentuk

penderitaan, kesengsaraan dan kesusahan menjadi kegembiraan dan kenikmatan.

Dalam arti lain yaitu sikap menerima apa adanya. Ridha berlaku atas qadha dan

qadar Allah SWT didalam keadaan dirinya, keluarga, dan seluruh mahluk.

16

Rivay Siregar, Tasawuf Dari Sufisme Klasik, (Jakarta; PI Raja Grafindo Peresadal999),

cet. Pertama, h. 121. 17

Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta; Pustaka Panjimas 1990), cet. Pertama, h. 234-236.

Page 63: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

49

Segala yang lelah dan sedang dialaminya itulah yang terbaik baginya,

tidak ada yang lebih baik selain yang telah dan sedang dialaminya. Dengan ridha

segala derita dan cobaan dari tuban ditanggapinya sebagai rahrnat nikmat Allah

SWT. Kegembiraan atas reaksi dari cobaan tersebut maksudnya bahwa meraka

bisa melewatinya dan itu dianggap sebagai kcnikmatan dengan asumsi bahwa

masih di perhatikan oleh Allah SWT yailu melalui penganugerahan lewal cobaan

tersebut.

Ridha mendorong manusia untuk selalu berusaha sekuat tenaga dalam

mencapai apa yang dicintai Allah SWT. Untuk itu orang yang ridha tidak akan

mengeluh atas kondisi apapun yang lerjadi dalam hidupnya. Sikap mental ridha

merupakan kelanjutan dari atau perpaduan rasa cinta dan sabar sehingga

konsekuensi sufi menjadi lapang dada dan terbuka hati. Terhadap apa saja yang

datang dari Tuhan, serta dengan senang hati menjalankan segala syariatnya.

Rivay Siregar menemukan tiga tanda terhadap orang yang ridha yaitu;

mempercayakan hasil usaha sebellum terjadi kerentuan, lenyapnya resah gelisah

sesudah terjadi ketentuan, dan cinta yang bergelora dikala turunya mala petaka.18

Pandangan KH. M. Sanusi yang berkaitan dengan ridha; a. Ridha terhadap

pemberian Allah dalam rezeki, b. Ridha dalam memberikan pertolongan, c. Ridha

beramal. "Amal ira kabeh kudu ikhlas , aja njaluk1aluk upah dasar welas". Amal

kamu haruslah ikhlas, jangan meminta upah karena kasihan. “Wong kang bodo

poma-poma wurukana, wong kang susah poma-poma tulungana". Orang yang

bodoh harus diajari, orang yang susah harus ditolongi. “Ridha dateng paparing

saking allah dateng parkawis rezeki". Ridha terhadap pemberian Allah dalam

masalah rezeki.

g. Tawadhu

As-Suhrawadi mengatakan tawadlu' sesungguhnya. adalah menjaga

keseimbangnan antara sikap tinggi hati dan rendah hati. Selanjutnya diterangkan

bahwa tinggi hati berarti meninggikan diri melebihi kadamya, rendah hati berarti

menempatkan diri pada pusisi yang membuatnya di cemooh dan bisa berakibat

18

Siregar, Op. cit., h. 122.

Page 64: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

50

padad penyia-nyiaan haknya.19

Tawadhu' juga meniscayakan pelakunya untuk memandang dirinya

dengan pandangan minor (kecil) demi meghilangkan kecendrungan sornbong dan

angkuh. Sebaliknya, ia dituntut untuk memandang orang lain dengan pandangan

apresiatif (penuh pengormatan) agar tidak ada hasrat untuk berbuat zalim terhadap

mereka.

1) Tawadhu' Kepada Guru, Orang Tua, dan Penguasa

"Kedah nekadaken yen guru, tiyang sepuh, lan ratu punika

langkung muliya tinimbang piyambeke , langkung agung derajate ian

langkung katah Ilmune." Harus meyakini bahwa guru, orang tua, dan

penguasa lebih mulia dibandingkan dirinya sendiri, lebih tinggi

derajatnya dan lebih banyak Ilmunya. Selain dari pada itu durhaka

kepada kedua orang tua dan berbuat jahat terhadapnya merupakan

perbuatan dosa besar.

Berkaitan dengan tawadlu kcpada guru sayikh 'Abdul Qadir 'Isa

menulis etika antara murid dan guru yaitu meliputi dua bagian; batin dan

lahiriah. Yang termasuk bathiniah; 1) penyarahan atau kepasrahan

kepada gurunya dan mematuhi segala perintah dan nasehatnya; 2) tidak

menilak terhadap gurunya dalam cara pengajaran kepada murid-

muridnya. Dan yang berkhaitan dengan lahiriah diantaranya; 1)

mematuhi larangan dan perintah gurunya, 2) merasakan katengan dan

kedamaian di daam majlisnya, sehingga berperilaku sangat sopan, 3)

selalu menghadiri majlisnya, 4) mengambil inisiatif untuk mengabdikan

dirinya, dengan kadar kemampuan.20

2) Tawadhu' dalam melaksanakan semua perintah-perintah Allah dalam

bentuk ibadah.

"Kedah husyu' Zan tawadhu' dateng sedaya ibadahe". Seseorang harus

dengan khusyu' dan tawadhu' dalam ibadahnya. Kewajiban mukmin

dalam konteks hubunganya dengan tuhan maka seorang musilm harus

19 Hajjaj, op. cit., h. 332.

20 Isa. Op. cit., h.53-57.

Page 65: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

51

senantiasa menjaga apa yang di perintahkan oleh tuhanya yaitu

menyembah hanya kepada Nya dan tidak menyekutukan dengan apapun.

h. Takwa

KH. M. Sanusi dalam kitabnya Tanwir Al-Kulub mengajarkan para

santrinya untuk selalu bertakwu kepada Allah. Dalam pandanganya takwa

merupakan unsur penting bagi muslim dengan takwa akan dapat menempatkan

pelakunya ada posisi sebagai orang yang mulia dan terhonnat disisi allah dan

manusia. Orang tidak akan tahan terhadap godaan hidup, dan godaan setan yang

mengarah pada sifat Ujub, Riya, Dan Takabbur.

Kewajiban meneladani Rasulullah dengan mengikuti dan memegang teguh

sunah-sunahnya merupakan indikator atau bukti ketaqwaan kepada Allah SWT.

Dengan demikian barang tentu apa yang diperintah Rasulullah akan membawa

kebaikan dan apa yang dilarang jika dijauhi akan membawa kebahagiaan.21

Allah akan meridhai orang-orang yang bertaqwa, dan taqwa adalah yang

taat dan ihlas dalam melaksanakan tuntunan Agama dalam hal ini terkait dengan

al-quran dan sunnah secara konsekuen dan selurus-lurusnya. Ketaatan dalam

melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya dengan penuh ikhlas dan

rela berkorban agar tujuan dalam pengabdian itu dapat tercapai yaitu mendapat

ridha Allah SWT.

K.H.M Sanusi mempunyai pandangan terkait itu seperti, "Para nabi cukup

ngupai pitutur. Lamon sira takwa tentu setan mundur" Para nabi telah cukup

memberimu petunjuk. Kalau kamu takwa tentu setan akan mundur. "Wong toat

den goda ken ujub riya, kon takabbur gonta ganti reka daya". Orang yang taat

digoda setan suppaya ujub riya, supaya takabbur gonta­ ganti rekayasa.

Jika syetan tersebut diidentikkan dengan hawa nafsu yang oleh Imam Al­

Ghazali hawa nafsu bisa memberikan kebahagiaan juga bisa membawa manusia

terjerumus dalam kemaksiatan dan kejahatan, menurut Imam Al­ Ghazali nafsu

menipu melalui cara berangan-angan kosong dan tipu daya. Beberapa karakter

tipu daya tersebut diantaranya berbentuk merasa aman, lengah, santai, lambat dan

malas. Semua ajakanya bathil dan segala sessuatu yang timbul darinya adalah tipu

21

Hajjaj, op. cit., h. 231-232.

Page 66: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

52

daya belaka.

i. Ikhlas

Ridjaluddin mempunyai pandangan bahwa Ikhlas adalah membersihkan

sesuatu hingga bersih. Ikhlas melakkan sesuatu karena Allah. lkhlas juga berarti

apa yang sekarang didapatkan adalah hasil tingkah laku yag dulu dikerjakan.22

Ikhlas merupakan sebagai sesuatu yang bersih, tidak ada campuran, ibarat

emas ia adalah emas tulen tidak ada bercampur perak berapa persenpun. Dalam

contohnya, seseorang mengerjakan upahan, semata-mata karena mengharapkan

pujian majikan, maka ihlas amalnya itu kepada majikanya. Dalam pandangan

sufi segala dalam kehidupan merupakan pengembalian kepada allah maka ikhlas

dalam pandangan sufi adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Allah SWT.

Muhammad Solikhin dalam penelitianya mengenai ajaran ma'rifat syekh

siti jenar mengungkapkan bahwa ihklas itu mengandung dua nilai sifat yaitu nilai

ketuhanan dan nilai kemanusiaan yang berarti jika manusia tidak mempunyai sifat

ihklas itu sama halnya dengan mengabaikan hak allah sekaligus hak manusia.

Sehingga dalam melaksanakan hak allah harus berdampak pada kemaslahatan

manusia, jika tidak, maka seseorang hanya beramal sebatas mengikuti diri sendiri,

egois, dan tidak mendapat manfaat apapun. Selanjutnya muhammad solikhin

menuturkan ciri orang yang ihlas sebagai berikut "ketika seseorang tidak melirik

kepada pujian mahuk dan tidak juga kepada caci makinya, tidak berambisi kepada

apapun yang mereka miliki".23

Seseorang yang berbuat sesuatu hanya karena Allah semata itu

bahkan tidak mengaharpkan pahala atau ganjaran atau kenikmatan yang telah

Allah janjikan. meski demikian tidak disalah kan ketika kemudian perbuatan yang

dilandas kan dengan harapan mendapat ganjaran, hanya saja berbeda derajatnnya.

Begini, orang yang berbuat dengan berharap timbal balik Allah maka berada pada

derajat yang disebutnya dengan Abraar (orang yang sungguh baik), sedangkan

orang yang benar-benar berbuat hanya karena kecintaanya kepada allah dan

tanpa mengharap apapun maka berada di derajat muqarribiin (orang yang

22

Ridjaluddin, op. cit., h.188. 23

Solikhin, op. cit., h. 337-338.

Page 67: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

53

mendekatkan diri kepada Allah).

Berlaku ikhlas itu semata hanya karena Allah yaitu karen keimanan

kepada Allah. Sehingga ibadat yang dipandang shah olehNya ialah ibadat yang

dikerjakan karena dan untuk Allah tidak dicemari oleh sesuatu tujuan yang lain.

KH. M. Sanusi dalam kitabnya tanwirul kulub menyuruh santrinya untuk selalu

ikhas dalam beramal yakni tidak meminta-minta imbalan atas dasar kasihan.

“Amal ira kabeh kudu ikhlas. Aja enjaluk-jaluk upah dasar welas''. Ketika bennal

kamu harus ikkhlas dan tidak meminta-minta imbalan atas dasar kasian.

B. Pondok Pesantren Assanusi

1. Sejarah

Pesantren Assanusi terletak di Desa Babakan Kecamatan Ciwaringin

Kabupaten Cirebon Jawa Barat, di Cirebon sendiri merupakan daerah yang

terdapat pesantren besar sepeti Buntet dan Kempek. Pesantren Babakan adalah

salah satu pesantren besar di Cirebon, yanag dimana Assanusi berada di

dalamnya. Pada awalnya pesantren di Babakan sendiri cuma ada satu pesantren

hingga berkembang menjadi banyak hingga saat ini.

Sejarah Assanusi sudah tentu berawal dari setidaknya sejarah berdirinya

Pesantren Babakan, namun tidak akan di bahas secara melebar hingga

perkembangan Islam di Cirebon. Pesantren di Desa Babakan ini mempunyai

sejarah yang panjang berawal dari lahimya pesantren yang dirintis oleh Kyai

Hasanuddin sekitar tahun 1715 M. beliau seorang pejuang Agama dan penegak

kebenaran yang diharapkan keberadaanya oleh masyarakat Babakan untuk

menyebarkan Ilmu pengetahuanya dan menghindari ancaman dari penjajah

pada saat itu, sehingga dirintislah sebuah pesantren sederhana ber-Atapkan

ilalang dan berdaun kelapa berdinding kayu dan bambu.24

Setelah KH. Hasanuddin wafat, kaderisasi pesantren terhambat bahkan

konon sampai tidak ada bekas fisik jejak pesantren. Kemudian KH. Nawawi tidak

lain adalah menantu Kyai Jatira membangun kembali pesantren babakan,

dalam pengasuhanya beliau dibantu oleh KH. Adzro'i. setelah itu pesantren

24 Zamzami Amin, Baban kana Sejarah Pesantren Babakan Ciwaringin dan

Perang Nasianal Kedongdong, (Bandung: Humaniora 2014), cet. ke empat, h. 144-147.

Page 68: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

54

dipegangn oleh KH. Ismail putera KH. Adzro'i tahun l225H/1800M. Mulai tahun

1916M pesantren diasuh oleh KH. Amien Sepuh bin KH Arsyad yang masih

merupakan ahlul bait dari garis keturunan Sunan Gunung Jati. 25

Pada masa inilah pesantren babakan mengalami masa keemasan mencetak

tokoh-tokoh Agama yang handal, hampir semua kyai sepuh Wilayah III Cirebon

adalah muridnya diantaranya Kang Ayip Muh (Kota Cirebon), KH. Syakur Yasin,

KH. Abdullah Abbas (Buntet), KH. Makmun, KH. Abdul Hannan dan KH.

Sanusi. Sampai pada tahun 1955 M pesantren tidak dapat lagi menampung para

santri yang semakin mel,mp hingga santrinya dititipkan di rumah rumah

ustadznya seperti; KH Abdul Hanan; KH Sanusi. Hingga kelak anak cucunya

membentuk dan mengembangkan pesantren-pesantren sarnpai sekarang. Sehingga

pondok pesantren yang awalnya satu yaitu Raudlatut Thalibin atau juga bisa

disebut Pondok Gede sehingga menjadi banyak.

Almagfurlah Ki Sanusi itu sebetulnya rumah pusakanya itu di At-

Taqwa dekat dengan komplek pesantren Tholibin (Pondok Gede). Memang

didirikan oleh leluhur-leluhur yang lebih dahulu. selanjutnya sebagai pengasuh

penanggung jawab Ki Sanusi kemudian, karena semakin turun temurun banyak

anak cucu. Mbah Sanusi membuat cabang, tapi pada saat itu baru At-Taqwa

(Rumah Pusaka) itu. 1968 dibangun atau dibimbingnya. kemudian kesini

(komplek Assanusi).

Dahulu kala komplek pesantren Assanusi masih berupa kebun, dan ternak

seperti temak kambing ternak ayam dan yang lainya. Mbah Sanusi diakhir hayat

membuat mushola. Dulunya masih pondasi tapi sudah ada bangunan kamar-

kamar, menjelang akhir hayat. Tahun 1969M mulai merambah ke sini sampai

pada akhimya taun 1974M beliau meninggal sudah ada tanda-tanda pembuatan

pesantren pondasi untuk mushola kemudian kamar yang sudah berdiri.

Pada awalnya pesantren Assanusi ini bemama pesantren Kebon Melati.

Sepeninggal Ki Sanusi tepatnya pada tahun 1974M. Nama itu dirubah oleh

keputusan keluarga, namanya jangan Kebon Melati sebab kebon melati itu bukan

disini, di sebelah Timur (sebelah timur pesantren Assanusi) yang sebetulnya

25

Amin. Op. cit., h.159.

Page 69: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

55

Kebun Melati disana banyak. kemudian diganti namanya menjadi Assanusi dalam

rangka untuk kebaikan, Ngalap Berkah. Mengangkat nama orang tua akhimya

dirubah-lah padan tahun 1994M. Husus Assanusi sebetulnya berdiri mulai dari

masa Ki Sanusi Tahun1968-1974M, rintisan pesantren ini dilanjutkan oleh anak

cucunya sanmpai sekarang diasuh oleh KH. Ali Munir (Cucu KH Muhammad

Sanusi).

2. Struktur Organisasi

SRUKTUR KEPENGURUSAN PONDOK PESANTREN

ASSANUSI MASA KHIDMAT 2017-2019

Pengasuh

KH. Ali Munir

Ust. M. Nur, Ust. Ahmad Roja'I, Ust. Saefuddin Asep

Ust. Sutrisno, Ust. Abdullatif, Ust. Abdul Ghani

Kepala Pondok

Ust. Moh Nasir

Wakil Kepala Pondok

Ust. Adi Kamadi

Bendahara

Ust. M Burhanudin

Sekretaris

Ust. Syamsu M

Ust. Anton Ahyari

Sie Keamanan

Ust. A. Maulana

Ust. A. Haris

Ust. Saefullah

Ust. Eep Saefullah

Ust. Hamdan N

Mudir Madrasah

Ust. M. Solihin

Sie Kegiatan

Ust. FathuiTohman

Ust. M. J alaludin

Kg. M.Ahyar

Kg. Zaini Hariri

Sie Pendidikan

Ust. M. Solihin

Kg.Hilman N

Kg. K. Khuluq

Kg.Muta'ali

Page 70: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

56

Keterangan:

a. Pengasuh adalah pemegang otoritas tertinggi pesantren. Sebagai mana

dibahas dalam bab sebelumnya, pengasuh disini merupakan pimpinan

tertinggi yaitu kyai dari pesantren tersebut.

b. Ustadz-ustadz yang berada di bawah garis pengasuh di atas garis kepala

pondok (lurah pondok) adalah sebagai pendamping kepala pondok

dalam hal ini mencakup berjalanya kegiatan pesantren.

c. Kepala pondok adalah sebagai penanggung jawab atas apa yang terjadi

di pondok pesantren.

d. Bendahara pondok bertugas sebagaimana tugas bendahara secara

umum yaitu mengurus hal yang berkairan dengan finansial dalam

pesantren.

e. Sekertaris pondok bertugas sebagai mana sekertaris pada umumnya

yaitu mcncatat hususnya yang bersifat administratif segala tentang

pesantren misalnya membuat brosur pondok.

f. Sie keamanan bcrtugas menjaga tegaknya peraturan kebijakan

pesantren.

g. Sie kegiatan bertugas untuk menjaga kelancaran berlangsungan

kegiatan pesantren.

h. Sie pendidikan bertugas mengatur kegiatan belajar mengaJar di

Sie Kebersihan

Ust. M. Zidni F

Kg. M. Rahmat

Kg. Sufyan J

Kg. Rizki N

Sie Pengairan

Ust. Muttaqin

Ust. lbnu U

Kg. Akhyarudin

Sie Humas

Ust. Khoirul Imam

Ust. Burhanudin

Sie DKM

Ust. Faisal A

Kg. A Mahasin

Kg. Ramdan Bariki

Darul Wiqor

Ust. Abdurrohman

Darul Falah

Kg. M. Lutfi

Darul Aman

Kg. Muhali

Page 71: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

57

pesantren seperti contoh membuat dan atau membentuk jadwal Ngaji di

pesantren.

i. Mudir madrasah bertugas sebagai penanggungjawab atas madrasah.

j. Sie kebersihan bertugas mengatur keindahan pesantren.

k. Sie pengairan bertugas sebagai pengatur segala kebutuhan air seperti

untuk wudlu mandi dan lain-lain.

l. Sie humas bertugas untuk menjalin dengan kordinasi hubungan luar

dan dalam pesantren.

m. Sie DKM bertugas mengatur segala kegiatan yang berkaitan dengan

masjid seperti jadwal imam.

3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Assanusi

a. Visi: Pondok pesantren Assanusi sebagai sarana pengembangan

Ilmu kepesantrenan dan pembinaan akhlaqul karimah.

b. Misi:

1) Membina santri agar menjadi manusia yang memililki

aqidah yang kuat dan keluasan Ilmu kepesantrenan

(Ahlussunnah Waljama'ah).

2) Mentranformasi dan memberikan pencerahan nilai-nilai Ilmu

kepesantrenan bagi masyarakat.

Di lansir dari pimpinan pesantren bahwa Visi Misi tersebut masih sama

dengan apa yang dulu Mbah Sanusi terapkan. Artinya, Visi Misi tersebut secara

tidak langsung memang karya Al-Maghfurlah KH. M. Sanusi.

4. Jadwal Mengaji

Ada dua macam jenis pengajian. yang di laksanakan di pesantren Assanusi

pertama adalah kurikulum pesantren dan kedua adalah menggunakan kurikulum

madrasah yang menggunakanjenjang.

Tabel 4.1

Kurikulum Pesantren

Tingkat Waktu I II III

Ashar Fashlotan Jurumiah Imrithi

Page 72: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

58

Maghrib Madrasah

Isya Sorogan Sorogan Taqrib

Shubuh Juz „Amma Al-Qur‟an I Al-Qur‟an II

Dhuhur Istirahat

Tingkat Waktu IV V VI

Ashar Ilmu Shorof Alfiah Alfiah

Maghrib Madrasah

Isya Minhajul Qowim Minhajul Qowim Fathul Muin

Shubuh Tafsir Juz „Amma Tafsir Jalalain Tafsir Jalalain

Dhuhur Istirahat

Sumber: Dewan Qoriin

Tabel 4.2

Kurikulum Madrasah

HARI KELAS I A WAKTU USTADZ

Sabtu Kitab Adab

Bada Mahrib

1

Minggu Aqidatulawam 24

Senin Ahwalulinsan 12

Selasa Hidayatussibyan 18

Rabu Fiqihjawani 20

Kamis Matanbatai 27

HARI KELAS I B WAKTU USTADZ

Sabtu Kitab Adab

Bada Mahrib

1

Minggu Aqidatulawam 26

Senin Ahwalulinsan 23

Selasa Hidayatussibyan 25

Rabu Fiqihjawani 29

Kamis Matanbatai 22

HARI KELAS II WAKTU USTADZ

Sabtu Tahfatul Athfal

Bada Mahrib

11

Minggu Qowaidulilal 1

Senin Safinaunnajah 3

Selasa Safinaunnajah 3

Rabu Khoridatulbahiya 21

Kamis Tansirul kholaq 8

Page 73: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

59

HARI KELAS III WAKTU USTADZ

Sabtu Hidayatul mustafid

Bada Mahrib

2

Minggu Dzurotulyatimah 13

Senin Talim mutaalim 1

Selasa Riyadhulbadhiah 28

Rabu Jawahirulkalami 3

Kamis Riyadhulbadhiah 28

HARI KELAS IV WAKTU USTADZ

Sabtu Ilmulurudh

Bada Mahrib

18

Minggu Jazuriyah 6

Senin Qowaidulirob 19

Selasa Qowaidulirob 19

Rabu Mabadiulawaliyah 2

Kamis Fathukmajid 5

HARI KELAS V WAKTU USTADZ

Sabtu Addasuqi

Bada Mahrib

10

Minggu Addasuqi 10

Senin Mustholahulhadist 4

Selasa Ilmufaraidh 14

Rabu Bidayahalhidayah 6

Kamis Ilmuhisab 9

HARI KELAS VI WAKTU USTADZ

Sabtu Jawahirulmaknun

Bada Mahrib

15

Minggu Jawahirulmaknun 15

Senin Aliksiir 16

Selasa Waroqoot 8

Rabu Addasuuqii 14

Kamis Ilmumantiq 1

Sumber: Dewan Qoriin

Tabel 4.3

Nama-nama Ustadz yang Mengajar di Pesantren Assanusi

Page 74: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

60

No

Ustadz Nama Ustadz

No

Ustadz Nama Ustadz

1 Kyai Ali Munir 15 Ustad Muhamad Natsir

2 Kh Umar Syahid 16 Ustad Adi Karnadi

3 Ustad Muhamad Nur 17 Ustad Samsi Maarif

4 Ustad Hasan Bisri 18 Ustad Muhamad Solih

5 Ustad Muhamad Ikbas 19 Ustad Maryadi

6 Ustad Ahmad Jakaria 20 Ustad Saefullah

7 Ustad Rismadi 21 Ustad Ahmad Maulana

8 Ustad Ulinnuha 22 Ustad Muhamad

Burhanudin

9 Ustad Nurrahman 23 Ustad Ahmad Mahasin

10 Ustad Ahmad Rojai 24 Ustad Muhali

11 Ustad Saefudin Asep 25 Ustad Mutaali

12 Ustad Sutarsono 26 Ustad Hamdan Naian

13 Ustad Abdul Latif 27 Ustad Abdul Harits

14 Ustad Abdul Ghani 28 Ustad Jalaludin

Sumber: Dewan Qoriin

Tabel 4.4

Jadwal Pembagian Pengajian Kitab Pasholatan

Kang Saiful

No Nama Santri No Nama Santri

1 A Wildan Niam 14 Ibrahim A

2 Abdul Hakim 15 Jihan Praoga

3 Adit Hakim 16 M. Arif Maulana

4 Afnal Renaldi 17 M. Fhilip K

5 Ahmad Abdullah 18 M. Nadzirul U

6 Ahmad Nur Fiqri 19 M. Rizki

7 Bagas Saputra 20 M. Gilang Farhan

8 Deden Alfiansyah 21 M. Marzuki

9 Dimas Adi C 22 Muhamad Asyari

10 Ibnu Hasan 23 Muhamad Topik

11 Naufal Karim P 24 Pribowo A

Page 75: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

61

12 Sandi Aji Saputra 25 Windaa F

13 Yahya

Kang Haris

No Nama Santri No Nama Santri

1 Shayid Abdi Ri 13 Masdar Chilmi

2 Adly Afandi 14 Hiakal Pratama

3 Mujni Imam S 15 Isadul Rofiq

4 M. Zaenudin 16 Fadly Afandi

5 Rizwali R 17 Adam Gio V

6 Salman AlFarisi 18 M. Naif Satria A

7 Yusuf Fajar 19 Maulana Subakti

8 Agung Wahyudi 20 Moh Hafidz M

9 M. Naif Satria A 21 Dede Romansyah

10 Niko Adew 22 Agung Wahyudi

11 M. Vicki Zulfikar 23 Mujni Imam S

12 Sekun 24 M. Vicky Zulfikar

Kang Hamdan

No Nama Santri No Nama Santri

1 Nipda Ismayadi 14 Wudan Walyudin

2 Adnan R 15 Dani R

3 M. Zidane Rifqi 16 Muhamad Koiril

4 Ilyas Ftahul Muzi 17 Sahidaturahman

5 Ahmad Johari 18 Dwi Wirandi

6 Fatkhur Riyadi 19 Farhan M. Akbar

7 M. Dimas R 20 Zain Farodis

8 Azham Fadillah 21 Oby Pratama

9 A. Triana N 22 Muhamad Rizki

10 Andika Putra P 23 MOh Tubagus P

11 Maulana Subekti 24 Faiz Khaidir

12 A Ghani Kharir 25 Saipul Bahri

13 Andika Pratama

Kang Mutaali

No Nama Santri No Nama Santri

1 M. Baihaqi 13 Ismail

2 Bagas Amar S 14 M. Hafaludin

3 Soleh Segap 15 Dimas Agung

Page 76: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

62

4 Angga Pratama 16 Niko Astrio

5 Agus Nur Endang 17 Raja Daffa Ba

6 Agus Maulana 18 Muhamad Rifki

7 M. Musad M. H 19 Whayu

8 Caridin 20 Dimas Furyanto

9 Candra Saputra 21 Bintang M. Dwi

10 Raihan Arif R 22 Didi Musadi

11 Imam Saifudin 23 Adi Ardiansyah

12 Mihammad Rizki 24 M. Rijal

C. Peran K.H.M. Sanusi

Peran K.H.M. Sanusi di pondok pesantren Assanusi pada hususnya dan

lingkungan pesantren babakan pada umumnya lebih luas lagi bagi masyarakat

umum. Dapat dilihat dalam berbagai sudut pandang, pada penelitian ini akan

dilihat dari sisi gagasan, ide dan pemikiran. Yang penulis anggap sebagai bagian

dari peran K.H.M. Sanusi dalam mengembangkan pendidikan Islam di pesantren

dan sebagai wadah untuk menyalurkan, merealisasikan gagasan, ide dan

pemikiran beliau yang akan dibahas dibawah ini serta sebagai bukti kecerdasan

beliau dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dalam keseimbangan pendidikan.

1. Gagasan

Gagasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terkait dengan belajar

pembelajaran. guru bukan saja sebagai pemberi informasi, melainkan juga sebagai

agent yang menggerakan terjadinya proses pembelajaran santri atau peserta didik,

sehingga peserta didik mau belajar dengan giat dan sungguh-sungguh, melahirkan

gagasan, pemikiran dengan aktivitasnya sendiri. keadaan ini pada tahap

selanjutnya menempatkan guru sebgai Motivator, Katalisator, Inspirator,

Imaginator, Fasilitator dan sebaginya.

Pengajaran terkait dengan upaya menjelaskan dan mentransformasikan

pengertian tentang berbagai teori, konsep, prinsip yang terdapat dalam disiplin

Ilmu. Di dalam proses belajar pembelajaran dikenal juga dengan adanya metode

pengajaran. Yakni, cara-cara atau langkah yang digunakan dalam menyampaikan

Page 77: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

63

suatu gagasan pemikiran, wawasan yang disusun secara sistematis dan terencana

serta didasarkan pada teori.26

K.H.M. Sanusi mempunyai gagasan yang luar biasa dalam

mengembangkan pendidikan Islam yang akan dijabarkan dibawah ini.

a. Media Pengajaran

Media pengajaran sesungguhnya merupakan bagian dari sumber

pengajaran yang didalamnya pelajaran disampaikan. Media pengajaran

yang dimaksud disini adalah yang mengandung pesan atau bahan

pengajaran yang akan disampaikan. Atau dengan kata lain disebut juga

dengan perangkat pembelajaran.27

Sewaktu K.H.M. Sanusi mulai mengajar di pondok pesantren

babakan tahun 1922M, dimulailah pengajian nahwu dengan menggunakan

sistem Tahriran serta diajarkan tulis-menulis secara kurikulum madrasah

atau klasikal. Hal ini belum pernah terjadi di pondok manapun hususnya

se-Wilayah tiga Cirebon.

Istilah Tahriran berasal dari bahasa arab yang diambil dari kata

Harra-Yuharriru-Tahriran. secara leksikal kata tahriran berarti kebebasan,

kemerdekaan, dan emansipasi. maksudnya metode ini diterapkan dengan

cara K.H.M. Sanusi menuliskan gagasanya tentang tata bahasa arab dalam

bentuk matan arab beserta arti dan pemahaman dalam bahasa Jawa dengan

tulisan arab Pegon. selain itu Tahriran juga berarti tulis menulis,

menyusun dan mengedit. mengutip K.H. Syakur Yasin Tahriran adalah

cara mengaji kitab yang diambil dari berbagai sumber kitab. Misalnya

diambil dari kitab safinah, kitab sulam dan sebagainya lalu diberi makna

dan I‟rab.28

Gagasan tentang metode Tahriran ini muncul sejaran dengan latar

belakang pendidikan K.H.M. Sanusi yang pernah mengikuti pendidikan

26

Abuddin Nata, Prespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana

2009), cet. 1, h. 176. 27

Ibid., 28

Kholid, Op. Cit., h. 284.

Page 78: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

64

pada HIS sekolah belanda setingkat SMA sekarang. dan metode madrasi

atau klasikal ini sistem yang dialaminya sewaktu di HIS sedangkan

Tahriran adalah metode pengajian kitab menggunakan rangkuman kitab-

kitab oleh K.H.M. Sanusi yang merupakan kesimpulan-kesimpulan lalu

diajarkan ke santri dengan metode yang lebih modern sehingga mudah

dicerna dan dipahami oleh santri.

b. Alat Pengajaran

Abuddin Nata mengemukakan bahwa Alat Pengajaran adalah

setiap peralatan yang dapat menunjang efektivitas dan efesiensi

pengajaran. Alat pengajaran ini juga termasuk bagian dari sumber

pengajaran, karena dapat memengaruhi tingkah laku para santri.29

Sewaktu Mbah mulai mengajar di pondok pesantren babakan tahun

1922M, dimulailah pengajian nahwu dengan diajarkan tulis-menulis

menggunakan papan tulis. Dan ini belum ada yang pernah menerapkan

papan tulis setidaknya se-wilayah tiga Cirebon.

Oleh karena itu banyak tokoh Ulama sekitar yang tidak

menyetujuinya karena dianggap sistem tahriran dan penggunaan papan

tulis karena dianggap Tasyabbuh (Meniru) dengan penjajah Belanda,

karenanya harus dihindarkan. Sebenarnya tujuan utama Mbah Sanusi

hanya ingin mengarahkan bagaimana cara belajar yang efektif. Mbah

berfikir, jika cara itu dihentikan maka jelas akan berakibat akan

memperlambat kemampuan bernalar, optimalisasi penguasaan isi materi

menjadi tidak sempurna.

Dalam menanggapi penolakan tersebut Mbah pura-pura tidak

mendengar saja dan terus menjalankan keyakinan menjalankan program

tersebut. hingga pada suatu hari datanglah sepucuk surat dari kantor POS

Jamblang yang ditujukan untuk Mbah Sanusi, isinya berupa ancaman

berupa “Sanusi, kamu harus menghentikan sistem pengajian dan

madrasah. Mending kamu mampus aja ke Kuningan !. Wassalam, Johor

29

Abuddin Nata, Op. Cit., h. 301.

Page 79: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

65

Balarante”.

Setelah menerima surat itu hati Mbah terayuh dan sedih, untuk itu

Mbah berniat mengecek kebenaran surat itu dan sekaligus Tabayyun atau

klarifikasi ke Kyai Johar Balatrante. Ternyata sesampainya disana tidak

terjadi apa-apa, bahkan disambut dengan hangat.

Untuk lebih meyakinkan, ahirnya Mbah memberanikan diri

menanyakan langsung kepada beliau berbunyi “maaf Rama, apa benar

Rama kirim surat ke saya?” dijawab oleh Kyai Johar “tidak, apa ada surat?

lewat mana datangnya?” Mbah pun menjawab “ ada Rama, dari kantor

POS”.

Kemudian dibacalah surat itu oleh Kyai Johar dan klarifikasi oleh

Kyai Johar bahwa tidak pernah mengirimkan surat itu. Kyai Johar hanya

tidak mengizinkan Mbah mengajar dengan sistem seperti orang Kafir.

Namun, jika tidak ada metode lain, gunakan saja lembaran kertas yang

lebar kemudian ditulisi. Agar ketika selese digunakan bisa digulung dan

ketika dibutuhkan lagi bisa dibuka. Menurut Kyai Johar yang terpenting

jangan sampai menggunakan papan tulis kapur yang digunakan untuk

menulis Al-Quran dan Hadist. Karena apabila dihapus akan menjadi debu

yang beterbangan, dan apabila diinjak sama artinya menginjak Al-Quran.

Mbah pun menuruti saran Kyai Johar namun setekah itu tahun

dijalani dirasa kurang efektif, maka Mbah melakukan taktik baru yaitu

tetap menggunakan papan tulis yang diberi bingkai asbak bertujuan supaya

menjadi wadah bagi debu kapur yang telah dihapus.

Namun demikian Mbah tetap Tawadhu‟ dan menghormati semua

Kyai sepuh meskipun banyak orang tau bahwa karismatik Mbah tinggi

dari pada para Kyai sepuh lainya. Sifat Tawadhu‟ Mbah yang patut disuri

tauladani seperti kepada Kyai K.H. Amin Sepuh (Adik Iparnya) tetap tidak

berani berjalan mendahuluinya atau shalat di depanya. Bahkan Mbah

untuk hal semacam sendalpun jika kebetulan berada ditempat yang sama

Mbah tidak pernah berada didepan sendal milik K.H. Amin Sepuh

dikarenakan rasa Takzim-nya terhadap beliau.

Page 80: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

66

c. keberhasilan belajar mengajar

keberhasilan belajar mengajar merupakan hal yang sangat penting

karena dari seluruh komponen pendidikan seperti biaya, sarana prasarana,

guru, proses belajar mengajar yang selanjutnya diarahkan pada tercapainya

tujuan belajr mengajar yang selanjutnya diarahkan pada tercapainya tujuan

pendidikan yang akan berdampak pada pengetahuan, keterampilan,

tingkah laku sikap, nilai-nilai dan kebiasaan. tutjuan Mbah Sanusi dalam

penerapan metode Tahriran dan pengajaran papan tulis dan penggunaan

papan tulis hanya ingin mengarahkan bagaimana cara belajar yang efektif.

Berkaitan dengan tujuan pengajaran ini Abuddin Nata membagi

menjadi: 1). Meningkatkan motivasi belajar, 2). Meningkatkan perhatian

para siswa kepada guru, 3). Meningkatkan keberhasilan kegiatan belajar

mengajar, 4). Menghilangkan kejenuhan belajar-mengajar.

2. Ide dan Pemikiran

a. Etika Peserta Didik

Etika peserta didik dimaksudkan untuk mengatur kegiatan peserta

didik agar menunjang proses pembelajaran sehingga berjalan lancar dan

tertib teratur serta berkontribusi bagi pecapaian tujuan yang diinginkan.

mengatur etika peserta didik atau managemen prilaku peserta didik

merupakan hal yang sangat penting karena sentral layanan pendidikan

adalah peseta didik.

Baharuddin mengemukakan Fungsi bahwa dalam mengatur peserta

didik adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri

seoptimal mungkin, baik kdari segi individualistis sosial, aspirasi sosial

ataupun kebutuhan potensinya.30

K.H.M. Sanusi mempunyai pandangan terkait etika santri dalam

menuntut Ilmu yang harus dihindari.

30

Baharuddin, Manajemen Pendidikan Islam, (Malang: UIN Maliki Press 2016), cet. 1, h.

98-101.

Page 81: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

67

1) Aja Lok Jajan (Jangan Boros Jajan). Belanja harus dibatasi, jangan

menuruti hawa nafsu karena kalo dituruti akan berdampak orang tua

tidak mampu lagi untuk membekalinya, sehingga berdampak Drop

Out belajarnya. K.H.M. Sanusi selalu mewanti-wanti santrinya agar

tidak berlaku boros.

2) Aja Doyan Turu (Jangan Suka Turu). karena akan berakibat hatinya

keras dan otaknya tumpul. waktu tidur dalam sehari semalam harus

diatur paling banyak 6 jam, yaitu dari pukul 22.00 sampai 04.00.

3) Aja Lok Plesiran (jangan suka rekreasi). karena akan mengakibatkan

hatinya beku tidak ingin pandai. mungkin, jika terlalu sering rekreasi

akan jadi lupa daratan dengan statusnya yangsedang mencari Ilmu di

pesantren.

4) Aja Sok Nonton (jangan suka nonton). sekalipun tontonan kecil,

karena nonton itu merupakan kesenangan hawa nafsu, kalau dituruti

akan lupa kepada belajar. kaitanya dengan menonton ini dalam

konteks tontonan yang kurang berfaedah.

5) Aja Lok Maen Bal (jangan suka ikut maen bola). Dan yang serupa

dengan itu, akibatnya akan selalu ketinggalan mengaji dan jama‟ah.

6) Aja Lok Jambulan lan Tinggal Topong (jangan memelihara rambut

dan jangan meninggalkan kopeah). karena hukumnya makruh,

akibatnya sifat kekanak-kanakanya akan terbawa sampe usia senja.

karenanya apabila rambut sudah kira-kira 5cm maka harus segera

dipotong.

7) Aja Lok Nganggo Srowal Pokek (jangan suka memakai celana

pendek). karena nanti merasa seperti anak-anak, akibatnya tidak punya

rasa malu. Tentu saja, didalam pesantren juga sangat mengedepankan

estetika berbusana. Pesantren diperbolehkan celana panjang biasanya

untuk seperti kegiatan seragam sekolah dan Ro‟an atau bersih-bersih

itupun celana panjang.

Page 82: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

68

8) Aja Sering Balik (jangan sering pulang). Akibatnya tidak betah tinggal

di pesantren, K.H.M. Sanusi santrinya pulang diizinkan minimal 6

bulan sekali.

9) Aja Ngalih/Boyong Yen Durung Pinter (jangan pindah sebelum

pintar). K.H.M. Sanusi mempunyai pandangan bahwa orang yang

mencari Ilmu di pesantren sekurang-kurangnya selama 7 tahun,

apabila kurag dari itu kurang bisa dipertanggung jawabkan hasilnya.

contoh, seperti orang menggali sumur, jika baru dapat satu dua meter

pindah, tentu tidak akan mendapatkan air bahkan sepuluh kali

pindahpun air tidak akan keluar.

b. Metode Pembelajaran

1) Metode Pembiasaan

Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilaukan

untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai

dengan tuntutan. pembiasaan dinilai sangat efektif jika penerapanya

dilakukan terhadap peserta didik yang masih kecil, karena ingatanya

yang masih kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang.

Sehingga peserta didik akan mudah terlarut dengan kebiasaan-

kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. Untuk itu Armai Arief

menilai bahwa metodologi pembiasaan ini dinilai sangat penting dalam

menanamkan nilai moral kedalam jiwa anak.31

Berkaitan dengan metode ini sebagaimana dijelaskan lebih

dahulu K.H.M. Sanusi selalu memberikan nasihat dan larangan kepada

para santri atau peserta didiknya bahkan keluarganya untuk selalu

memellihara diri dari hal yang berkemungkinan menghambat proses

belajar.

2) Metode Ketauladanan

Yang dimaksud dengan metode ini adalah hal-hal yang dapat

31

Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat

Press 2002), cet. 1, h. 110.

Page 83: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

69

ditiru dan dicontoh oleh seorang dari orang lain. Dan yang dimaksud

disini tentunya keteladanan yang baik. Metode ini digunakan untuk

merealisasikan tujuan pendiidkan dengan memberi contoh keteladanan

yang baik kepada santri agar mereka berkembang secara fisik, mental

dan memiliki ahlak yang baik dan benar. Imam Bawani mengatakan

bahwa faktor pendukung keberhasilan pendidikan pesantren adalah

terwujudnya keteladanan Kyai.32

Dalam metode ini sudah barang tentu K.H.M. Sanusi

merupakan sosok yang harismatik dan menjadi tuladan sebagaimana

cucu dan santriny yang selalu meneladani beliau. sebagaimana yang

terkenang oleh K.H. Ali Munir yang memberikan gambaran bahwa

kakeknya seorang tauladan yang baik. Sebagaimana juga K.H.

Tasrifien yang sekarang banyak mengadopsi sistem dan nilai yang

diajarkan oleh Al-Maghfurlah K.H.M. Sanusi untuk diterapkan di

pesantrenya.

3) Metode Pemberian Nasihat

Sebagaimana ditulis oleh Mukti Ali berkaitan dengan metode

pemberian nasihat K.H. Hasyim Asy‟ari bahwa peserta didik harus

memiliki anggapan dalam dirinya bahwa pendidik itu mempunyai

kelebihan tersendiri dan sangat berwibawa, sehingga peserta didik

harus mengetahui dan mengamalkan etika berbicara dengan pendidik.33

Berkaitan dengan metode pemberiannasihat ni Mbah Sanusi

selalu memberi nasihat kepada santri dan keluarganya seperti “orang

yang sedang mencari Ilmu, apabila ingin mendapat Ilmu yang

bermanfaat, maka harus menjalani aturan-aturanya, supaya mendapat

ridha Allah, serta mendapat doan dan berkah dari ulama sholihin, untuk

itu harus rajin ngaji dan jama‟ah”. Beliau selalu mengajak untuk

mengaji dan berjama‟ah menurutnya kedua itu sangat penting dan tidak

32

Bawani, Op.cit., h. 120. 33

Mukti Ali, Pemikiran K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari Dalam Pendidikan Pesantren,

Tesis Pada Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005. Tidak

dipublikasikan, h. 131.

Page 84: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

70

dapat dipisahkan. Yang menurutnya dengan kedua itu tergolong

menjadi golongan Ahl As-sunnah Wa Al-jama’ah.

c. Syarat Dalam Mencapai Keberhasilan Belajar

K.H.M. Sanusi memandang bahwa dalam belajar agar

seseorang memiliki hati yang tenang dan bening sehingga akan

memudahkan dalam menerima Ilmu itu ada syaratnya, yaitu:

1) Harus Memlunyai Motivasi Ingin Pandai

Seorang yang mencari Ilmu harus memiliki keinginan yang

kuat untuk menjadi pandai, untuk menjadi pandai tentu diperlukan

adanya semangat dan motivasi yang tinggi untuk dapat menjadi sukses

dalam belajarnya. Dengan demikian diharapkan akan mendorong

dalam upaya tercapainya ciita-cita.

2) Harus Diusahakan Selalu Punya Wudhu

Orang yang sedang mencari Ilmu harus mau membiasakan

mempunyai wudhu. Ilmu adalah cahaya maka Allah tidak akan

menunjukan kepada orang yang maksiat. Wudhu membuat

seseorangmenjadi suci, dengan kondisi yang suci sangat dimungkinkan

cahaya itu akan mudah ditangkap oleh seseorang yang suci.

3) Jangan Suka Ngobrol Nganggur

Perbuatan tersebut sebagai suatu yang sia-sia. tentunya bagi

yang sedang mencari Ilmu harus bisa membagi waktu dengan baik.

Untuk itu seseorang yang menginginkan keberhasilan dalam belajar

maka harus menghindarkan diri dari obrolan-obrolan yang tidak jelas,

bersifat buang-buang waktu, apalagi sampai ghibah, itu akan

menghambat dalam proses belajar.

d. Syarat-Syarat Bagi Yang Mencari Ilmu

Menurut K.H.M. Sanusi bahwa orang yang sedang mencari Ilmu

harus memenuhi syarat pokok, karena mencari Ilmu itu ibadah sehingga

kegiatan mencari Ilmu itu sesuatu yang suci. Adapun syaratnya sebagai

Page 85: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

71

berikut:

1) Harus memiliki niat baik ketika hendak menuntut Ilmu dan harus

membaca niat sesuai dengan keinginanya dalam menuntut Ilmu.

2) Harus melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi segala

laranganya.

3) Harus mempunyai niat yang luhur dan cukup dengan bekal yang

sedikit.

4) Harus meneguhkan ihtiar supaya cepat pandai dengan

menyedikitkan minum dan makan serta menyedikitkan tidur.

5) Dalam hal mencari Ilmu seseorang harus menjalankan dengan

tertib, yaitu dengan dimulai dari Ilmu yang bersifat fardu ‘Ain.

6) Harus dipastikan bekal dan uang untuk kehidupan sehari-hari.

7) Harus akur dengan teman, tolong-menolong dan saling hormat

menghormati sesama teman.

8) Harus mencari teman begaul yang memiliki intelejensia yang lebih

jika dibandingkan kita serta memiliki moralitas yang tinggi.

9) Harus patuh pada semua peraturan guru tidak boleh senang-senang.

10) Harus memberi nasihat pada teman yang tidak melaksanakan

aturan mencari Ilmu.

e. Pendidikan Ahlak

Menurut Ardani pengertian Ahlak dari segi bahasa itu berasal dari

bahasa arab yang berarti perangai, tabiat. watak dasar kebiasaan, sopan

santun Agama. Dalam konsepnya Ahlak adalah suatu sikap mental yang

mendorong untuk berbuat tanpa fikir dan pertimbangan. Keadaan sikap

jiwa ini terbagi menjadi dua ada yang berasal dari watak dan ada yang

dari kebiasaan atau latihan.34

Penerapan nilai Ahlak dalam pengajaran bisa dilakukan secara

dirancang atau secaraa penggunaan siap pakai. penanaman nilai dapat

dilakukan secara spontan apabila timbul suasana yang memungkinkan

34

Moh Ardani, Ahlak Tasawuf, (Jakarta: CVMulia 2006), cet. 2, h. 27.

Page 86: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

72

ahlak pelajar dapat diperbaiki. Untuk itu guru perlu menjadi contoh ahlak

mulia terlebih dulu kepada muridnya supaya diikuti dengan baik oleh

muridnya. Setiap guru atau Kyai harus memahami bahwa pelajar atau

santri lebih banyak melihat dari pada apa yang didengar.35

Pendidikan Ahlak yang diajarkan oleh K.H.M. Sanusi secara jelas

menunjukan ajaran etika seorang muslim dalam keseharianya dan bisa

dibagi menjadi ahlak kepada Allah, Ahlak kepada sesama manusia dan

Ahlak kepada Lingkungan. berkaitan dengan ahlak kepada Allah terdapat

dalam kitab Tanwir Al-Qulub yang sebagian berisi tentang fikih.

K.H.M. Sanusi melarang untuk merendahkan Allah Swt dengan

cara menyamakan dengan mahluk-Nya. Mempersamakan Allah dengan

mahluknya merupakan ahla tercela dan perbuatan yang dilarang. juga

beliau menekankan harus renndah hati dalam menjalani segala ibadahnya.

Yang berkitan ahlak kepada sesama manusia diantaranya: 1). tata

krama murid terhadap guru, anak terhdap orang tua, rakyat terhadap

penguasa. murid harus yakin bahwa guru, orang tua, penguasa itu lebih

mulia dibandingkan denganya karena Ilmu, derajat dan kedudukan yang

mereka miliki. Harus mentaati semua perintahnya dan menjauhi

laranganya, sepanjang guru, orang tua, penguasa tersebut itdak melanggar

Syari‟ah. Murid harus selalu menjawab ketika mendapat panggilan dari

mereka. 2). tata krama persahabatan, mendahulukan kepentingan teman.

Harus menutupi rahasia teman, harus rela menolong teman baik secara

moril maupun materil. harus memanggil dengan nama yang disukai.

Yang berkaitan dengan ahlak lingkungan K.H.M. Sanusi

memberikan pandangan 1). Tentang memilih lingkungan tempat makan

2). memilih makanan 3). etika makanan, dimana disana diterangkan

seputar tatacara dan memilih makanan dan tempat yang baik.

Pendidikan Ahlak yang diberikan K.H.M. Sanusi ini tertulis dalam

kitabnya yaitu karanganya sendiri yang berjudul Al-addab Fi Al-durus Al-

35

Abdul Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Press

2013), cet. 1, h.147.

Page 87: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

73

Awwaliyah Li Al-Ahlak Al-Mardhiyyah dan kitab Tanwir Al-qulub.

Dalam kitab tersebut terdapat beberapa pasal tentang ahlak:

1) Tata krama murid terhadap guru, anak terhadap orang tua, rakyat

terhadap penguasa

2) Tata krama orang yang mencari Ilmu.

3) Tata krama persahabatan.

4) Tata krama orang alim untuk diri sendiri.

5) Tata krama orang yang mengajak untuk bersedekah.

6) Tata krama orang yang diajak bersedekah.

7) Tata krama makan secara umum.

8) Tata krama makan pada acara undangan.

9) Tata krama ketika makan.

10) Tata krama minum.

11) Tata krama menghidangkan minuman kepada tamu.

12) Tata krama menghidangkan makanan kepada tamu.

Sebagaimana pada uraian sebelumnya kedua kitab tersebut

diajarkan dan masuk kedalam kurikulum pengajian pesantren. Disisi

lain juga penulis ingin katakan bahwa itu adalah bukti besar penekanan

K.H.M. Sanusi terhadap pendidikan ahlak. Karena selain di ajarkan

dalam proses ngaji juga perhatianya terlihat dari kebiasaan dan

ketaladanan beliau dalam membina ahlak santri dilingkungan

pesantren.

f. Kitab Bahasa Jawa dan Karya-Karyanya.

Penggunaan bahasa lokal menjadi pilihan utama K.H.M. Sanusi

dan sebagai langkah nyata kiprahnya dalam menyebarkan ajaran Agama

terutama bagi santrinya di pesantren. Untuk tujuan tersebut K.H.M.

Sanusi sebagai pengarang yang produktif banyak menulis kitab-kitab

menggunakan bahasa jawa dengan menggunkan tulisan arab pegon. karya

nya yang dikenal masyarakat santri sebagai berikut:

Page 88: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

74

1) Kitabul Adab Fi Al-Durus Al-Awwaliyah Fi Al-Ahlakqil

Mardhiyyah. Kitab yang ditulis dalam bahasa jawa ini berisi

tentang tata krama seorang murid kepada guru, tata krama seorang

yang sedang mencari Ilmu, murid terhadap guru, anak terhadap

orang tua, rakyat terhadap penguasa tata krama persahabatan dan

lain-lain. ada sebelas pasal semuanya membicarakan tentang ahlak.

2) Tanwir Al-Qulub. Kumpulan syair dalam bahasa jawa mengupas

tentang aqidah diantaranya membahas tentang siapa yang dimaksud

dengan golongan ahl al-sunnah wa al-jamaah. masalah-masalah

kejadian dalam ahirat seperti nikmat dan azab kubur, hisab dan

lain-lain.

3) Bisyaril Anam Bifadloilil Ahkam As-Siyamu Ala Madzhabil

Aimmah. Kitab ini berbahasa arab dan membicarakan seputar

ibadah puasa dan keutamaanya.

4) Ironu Kalamu Fi Si’ri ‘Ilmuan-Nahwu Bilughotil Jawi. Syair kitab

jurumiyah dalam bahasa jawadiantaranya berisi Ilmu nahwu yang

diambil dari berbagai kitab dan berbagai sumber kemudian

dimaknai dalam bahasa jawa.

5) Babul Jumu’ah Wa Duhri. Mengupas seputar syarat rukun dan

kaitan dengan shalat jumat dan duhur.

6) Kitab Fasholatan. Tentang seputar doa-doa dan niat shalat wajib

sebagai imam, makmum, sendirian, shalat wajib, istisqa, dhuha,

istikharah, mayit juga doa dan tahlil.

7) Jadual Sholat Abadi. Hampir semua masjid diwilayah III Cirebon

menggunakan jadwal ini.

8) Tadzkirotul Ahwan. Kitab syair berbahasa arab yang membicarakan

tentang aqidah ahlak terdiri dari beberapa bab antara lain bab Fi

Adli Fi As-Sulthan Fi Bayani As-Sholah Fi Sakhoi Al-Aghniya.

Ini adalah bukti nyata bahwa K.H.M. Sanusi merupakan Kyai

yang produktif. mempunyai karya karya berupa karangan kitab yang

Page 89: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

75

belum tentu semua kyai yang sezaman atau se-masa mempunyai krya

seperti K.H.M. Sanusi.

Mulai sekitar tahun 1901M sampai 1945M beberapa pesantren

telah mengalami pembaharuan metode. Metode yang diterapkan

pesantren pada prinsipnya memang tergantung selera Kyai dalam

prinsip metodik, pesantren terpolarisasi menjaadi tiga kelompok:

kelompok pesantren yang hanya menggunakan metode bersifat

tradisional dalam mengajarkan kitab islam klasik, kelompok pesantren

yang hanya menggunakan metode-metode hasil penyesuaian dengan

metode yang dikembangkan pendidikan formal, dan kelompok

pesantren yang menggunakan metode bersifat tradisional dan

mengadakan penyesuaian denganmetode pendidikan yang dipakai

dalam lembaga pendiidkan formal.36

Pesantren yang melakukan kombinasi berbagai metode dengan

sistem klasikal dlam bentuk madrasah, maka pesantren tidak lagi

dipandang anti kemajuan dan sarang kebekuan, melainkan telah

tumbuh dinamika metodik yang memberikan warna baru bagi

kehidupanya. Dengan begitu pesantren yang mengakami modifikasi

berarti telah menunjukan bahw pesantren telah menempuh sikap

adaptif terhadap perkembangan pendidikan dilingkunganya.

Sebagaimana yang dilakukan K.H.M. Sanusi yang melakukan

pembaruan metode pembelajaran dengan tujuan agar mempermudah

pemahaman, maka K.H.M. Sanusi telah berlaku adaptif terhadap

pesantren sebagai perubahan yang positif.

Selain dari pada itu K.H.M. Sanusi adalah seorang Kyai yang

diisplin terhadap keilmuan dan peribadatan. sebagaimana terkenang

K.H. Tasrifien “jadi setiap pelajaran Mbah Sanusi itu menghafal kalo

ngga hafal ya dihukum. maka santrinya jadi-jadi (berhasil). Saya

pernah dihukum gara-gara ga hafal. K.H.M. Sanusi merupakan seorang

36

Mujammil Qomar, Pesantren Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi,

(Jakarta: Erlangga 2016), cet. 1, h. 150.

Page 90: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

76

„alim alamah yang selalu tetap pada pendirianya terutama dalam

mengaji dan shalat berjama‟ah, walau sesibuk apapun yang namanya

ngaji dan jama‟ah tidak pernah tinggal.

Page 91: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, maka pada bab ini akan

ditarik beberapa kesimpulan secara umum tentang “Peran KH. M. Sanusi

dalam mengembangkan pendidikan Islam di pondok pesantren Assanusi”

yang telah penulis teliti, adapun kesimpulannya sebagai berikut:

1. Peran Al-Maghfurlah KH. M. Sanusi adalah mempertahankan dan

mengembangkan pendidikan Islam dengan amat sungguh-sungguh.

Seluruh perhatiannya terhadap pendidikan Islam ide dan gagasannya

yang luar biasa yang diterapkan pada pesantren dibawah asuhannya.

sebagai sosok inovatif, kreatif serta tidak serta merta meninggalkan

kebudayaan lama yang baik, juga beliau mengadopsi sesuatu yang

bukan hanya datang dari Islam. Terlihat dari Gagasan, ide dan

pemikiranya.

2. Menjadi hal menarik melihat apa yang di perjuangkan oleh K.H.M.

Sanusi yakni menggagas penggunaan papan tulis dalam proses belajar-

pembelajaran. Terdapat idealisme yang sangat kuat dalam

mempertahankan penggunaan papan tulis yaitu agar proses belajar

menjadi mudah.

B. Saran

Dalam hal memberi saran secara jujur meskipun telah meneliti

sebelumnya penulis bukan orang yang tepat untuk memberikan saran

terhadap pondok pesantren. Tapi, setidaknya setelah penulis

menyelesaikan penulisan ini ada beberapa hal yang bisa disampaikan:

1. Diharapkan pesantren Assanusi dapat Istiqomah dalam berpegang pada

nilai-nilai dan ajaran yang telah diemban dan dikembangkan oleh Al-

Maghfurlah mbah Sanusi sebagai ppendiri pesantren Assanusi pada

hususnya dan pesantren babakan pada umumnya. Karena beliau

Page 92: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

78

merupakan sosok yang telah terbukti dan berhasil mengembangkan

pendidikan Islam secara totaliter.

2. Kepada para santri, atau siapapun yang memebaca tulisan ini. Yang

sudah menjadi santri atau belum menjadi santri bahwa mendengarkan

nasihat guru, hormat kepada guru itu amatlah penting. Karna Ilmu itu

akan berkah dan manfaat itu terletak pada ke-Ridhoan guru.

Page 93: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

79

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Beni dan Afifuddin. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka

Setis, 2009.

Al-Taftazami, ’Abu Al-wafa Al-Ghanimi. Sufi dari Zaman ke Zaman

Terj.Madkhal Ila At-Tashawuf Al-Islam Oleh, Ahmad Rofi’ “Usmani,

Bandung; Penerbit Pustaka, 1997.

Amin, Zamzami. Baban Kana Sejarah Pesantren Babakan Ciwaringin Dan

Perang Nasional kedongdong, Bandung: Humaniora, 2014

Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf, Bandung; Cv. Pustaka Setia, 2009.

-------. Dan Solihin, Mukhtar. Ilmu Tasawuf, Bandung: Cv. Pustaka Setia, 2000.

Aqil, Said Siroj. Islam Sumber Inspirasi Budaya Nusantara, Jakarta: Ltn Nu,

2015.

Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat

Pers, 2002.

-------. Revormulasi Pendidikan Islam, Jakarta: Carrd Pres, 2005.

Arifin, Muzaayin. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pt Bumi Aksara, 2016.

Arrayah Hamdan Dan Musfah, Jejen. Pendidikan Islam Memajukan Umat dan

Memperkuat Kesadaran Bela Negara, Jakarta: Kencana, 2016.

‘Abdul, Syaikh Qadir ‘Isa. Cetak Biru Tasawuf Spiritual Ideal Dalam Islam,

Terj.Haqaa’iq ‘Anit Tashawuf Oleh Tim Ciputat Press di Mesir, Ciputat;

Ciputat Press, 2007.

Bawani, Imam, Dkk. Pesantren Buruh Pabrik, Yogyakarta: Lkis, 2011.

Direktorat Jendral Diniyyah Dan Pondok Pesantren Diroktorat Jendral Pendidikan

Islam Kementrian Agama Republik Indonesia, Profil dan Pedoman

Penyelenggaraan Pondok Pesantren Mu’adalah, 2011.

Dhofier, Zamakhzyari. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup kyai,

Jakarta: Lp3es, 1982.

Fauqi, Muhamad Hajjaj. Tasawuf Islam dan Akhlak Terj. Tashawwuf Al-Islam

Wa Al-Akhlaq Oleh, Kamran As’at Irsyadi Dan Fakhri Ghazali, Jakarta;

Bumi Aksara, 2013.

Page 94: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

80

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman

Penulisan Skripsi, 2015.

Fauzan. Sejarah Pendidikan Islam Analisis Klasik Modern, Jakarta: Uin Jakarta

Press. 2016.

Greetz, Clifford. Agama Jawa Abangan, Santri Priyayi Dalam Kebudayaan Jawa

Terj. Dari The Religion Of Java Oleh, Aswad Mahasin Dan Bur Rasuanto,

Depok: Komunitas Bambu, 2014.

Haedari, Amin Dkk. Masa Depan Pesantren, Jakarta Ird Press, 2004.

Halida Dkk. Prinsip-Prinsip Prilaku Organisasi, Jakarta: Airlangga, 2002.

Hamka. Tasawuf Modern, Jakarta; Panjimas, 1990.

Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta; Pt Raja Grafindo

Persada, 1995.

Herdianyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilimu Sosial,

Jakarta: Salemba Humanika, 2012.

Hidayat, Rohaiman. Kh. Muhammad Sanusi Al-Babakani (1904-1974), Diakses

Pada 15 November, (Http://Kebonjambu. Org), 2018.

Idi, Abdullah. Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: TW Tiara Kencana,

2006.

Iswanto, Agus. Et. Al. Kontekstualisasi Kajian Kitab Kuning di Pesantren,

Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2015.

J. Lexy Moeleong. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda

Karya, 2016.

Jalaludin. Pendidikan Islam: Pendekatan Sistem dan Proses, Jakarta: PT Raja

Grafindo Perseda, 2016.

-------. Teologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda, 2002.

Karnadi. Wawancara, Cirebon: 2018.

Kholid, Idham. KH. M. Sanusi Al-Babakani Filsafat, Nilai, Paham Keagamaan

Nan Perjuangannya, Bekasi: Pustaka Isfahan, 2011.

M, Mahi Hikmat, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Graha Ilmu 2011.

Madjid, Nurcholis. Bilik-Bilik Pesantren, Jakarta: Paramadina:2011.

Page 95: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

81

Maksun, Muhammad. Politik Kebijakan Pp No. 55/2007 Terhadap Pesantren,

Jurnal Pesantren Vol 11, 2008.

Marie, Anne Schiemel. Dimensi Mistik DalamIslam, Terj. Mistical Dimension Of

Islam Oleh Sapardi DJoko Damono Dkk, Jakarta; Pustaka Firdaus, 2009.

Ma’sun, Saifullah. Dinamika Pesantren, Depok: Yayasan Islam Al-Hamidiyah,

1998.

Milal, Zainul Bizawie. Laskar Ulama-Santri Dan Resolusi Jihad Garda Depan

Menegakkan Indonesia (1945-1949), Tangerang: Pustaka Compass, 2014.

Mudzakkkir, Muhammad. Al-Maghfurlah KH. M. Sanusi Kakek Dan Guruku,

Cirebon: t,t.

Mughits, Abdul. Kritik Nalar Fiqih Pesantren, Jakarta: Kencana, 2008.

Muhaimin, Dan Sut’imah Dkk. Paradigma Pendidikan Islam Upaya

Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Bandung: PT

Remaja Rosda Karya, 2012.

Munir, Ali. Wawancara, Cirebon: 2018.

Nata, Abuddin. Studi Islam Komprehensif, Jakarta: Kencana, 2011.

-------. Ilmu pendidikan islam dengan pendekatan multi disipliner, Jakarta: PT

Raja Grafindo Persad, 2010.

Nazir, Moh. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis Dan Karya Ilmiah, Jakarta:

Kencana, 2011.

Prawironegoro, Darsono. Filsafat Ilmu Pendidikan, Jakarta: Nusantara Consulting

2010.

Qomar, Mujammil. Psantren Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi

Institusi, Jakarta: Erlangga, t,t.

Ridjaluddin. Sabar Dalam Pandangan Imam Al-Ghazal, Ciputat: Lembaga Kajian

Islam Nugraha, 2009.

-------. Mengungkap Rahasia Tasauf Versi Hamka, Jakarta: Pusat Kajian Islam Fai

Uhamka, 2008.

S, Astrid Susanto. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung: Karya

Nusantara, 1977.

Page 96: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

82

Saepuddin, Asep Jahar Dkk. Sosiologi Sebuah Pengantar, Tangerang:

Laboratorium Sosiologi Agama, 2010.

Satori, Djam’an Dan Komariah, Aan. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung:

Alfabeta, 2013.

Simuh. Tasawuf dan Perkembangan Dalam Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 1996.

Sanusi. Tanwir Al-Qulub, Cirebon: Pesantren Babakan Ciwaringin: t,t.

-------. Pasholatan, Cirebon Ciwaringin: t,t.

-------. Al-Addab Fi Al-Durus Al-Awwaliyah Li Al-Akhlak Al-Mardhiyyah,

Cirebon: t,t.

Siregar Rivai. Tasawuf dari Sufisme Klasik, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1999.

Soekanto, Soerjono. Memperkenalkan sosiologi, Jakarta: CV Rajawali, 1985.

Solikhin, Muhammad. Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar, Jakarta: Narasi, 2007.

Syamsul, Nizar dan Muhammad, Syaifudin. Iisu Isu Kontemporer Dalam Dunia

Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2010.

Subhan, Arief. Lembaga Pendidikan Indonesia Abad ke-20, Jakarta: Kencana

2012.

-------. Lembaga Pendidikan Islam Abad ke-20, Ciputat: Uin Press 2009.

Sugiono. memahami penelitian kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2016.

-------. Memahami penelitian kualitatif, Dan R & D, Bandung: Al-Fabeta, 2012.

Syaodih, Nana Sukmadinata. Metode penelitian pendidikan, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011.

Syukri, Abdullah Zarkasyi. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren,

Jakarta: PT Grafindo Persada, 2005.

Tamam, Badrut. Pesantren Nalar dan Tradisi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Tasrifien. Wawancara, Subang: 2018.

Thoha, Miftah. Prilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2005.

Page 97: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

83

Turmudi, Endang. Perselingkuhan Kyai dan Kepemimpinan Terj. Dari Sreuglling

For The Umma: Changing Leadership Roles Of Kiai In Jombang East

Java Oleh, Supriyanto Abdi, Yogyakarta: Lkis, 2004.

Yasmadi. Modernisasi Pesantren, Jakarta: Ciputat Press, 2002.

Yunus dan Kosmajadi, Filsafat Pendidikan Islam, Majalengka: Universitas

Majalengka, 2015.

Ziemek, Manfred. Pesantren Dalam Perubahan Sosial: P3m, 1986.

Page 98: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

Lampiran I

Pedoman Wawancara

Nama : KH. Ali Munir

Jabatan : Pengasuh Pesantren Assanusi

Tempat wawancara : Rumah kediaman KH. Ali Munir

Tanggal wawancara : 7 July 2018

1. Bagaimana kiprah Mbah Sanusi di pesantren?

Jadi kiprah mbah snusi di bidanng pesatren ya seperti ini, ini tata tertib

loh. Bukti fisik, sejarahnya ada semua, Cuma bagian seksi seksi tidak

tercantum disitu. Tugas bendahara tugas sekertaris semua ada, tinggal minta

dipengurus tinggal difoto. Dan sistim yang digunakan istilahnya ada sistim

klasikal, dikelas sistim madrasi gitu dan waktunya magrib, untuk pengajian

yang maktubah itu yang inti , spesialisasinya seperti asar itu dari mulai

tingkat2, tingkat pertama pengenalan saja maka pasolatan, tingkat 2 mulai

penguasaan bidang nahwujurmiyah, tingkat 3 imriti, tingkat 4 itu sorof dan

nahwu, qawaidul I’rab terus tingkat 5&6 itu pendalaman alfiyah. asar itu

nahwu semua nahwu sorof setiap hari, nanti abis isa fiqih semua . untuk tingkat

1&2 itu masih pembelajaran baca kitab, penguasaan isi dan materi baru sekitar

30% ditingkat ini. Mulai tingkat 3 dan seterusnya itu pendalman fikih dengan

sistem bandongan, kolektif. Setiap hari fiqih, dalam satu minggu itu ada

musawaroh. waktu subuh itu quran dari mulai iqra juz amma Al-quran

kemudian tafsir. Sedangkan magrib itu pendukkung fiqih nahwu sorof tauhid

ahlak dimadrosah. Jadi prioritas 3 quran ilmu nahwu sorof ilmu fiqih. Lain

lainya seperti usul fiqih qawaid itu semua ditaro dimadrosah. Adalagi setoran

hafalan iqroran semiggu sekali, tingkat satu hafalan aqidatul awam, tingkt 2

jurmiyah tingkat 3 imriti, tingkat 4,5&6 itu alfiyah, seminggu sekali malam

sabtu. Musyawaroh fikih itu setiap malam senen.

Page 99: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

Pokonya peraturan dan profil yang sekarang itu tidak jauh dengan

peraturan dan profil pda jaman mbah sanusi. Yang saya terapkan. Jadi sistim

keamananya seperti apa dan lain lainya ngobrol sama pengurus.

Ada istilah penngasuh saya ada penasehat atau pembimbing itu senior

ustad kemudian ada kepala pondok wakil sekertaris dan bendahara turun

kebawah garis kordinasi itu bidang masing masing departemen, dalam satu

bidang keamanan itu ada ketua sekertaris bendahara dan anggota .mengurus

semua hal keamanan dari mulai kontrol absensi nngaji absensi madrosah sampe

tindak anjut barangkali ada yang melanggar kemudia kenakalan anak termasuk

rajia hal hal yang dilarang oleh pesantren barang elektronik itu semua tugas

keamanan. Pelnggaran dipengajian madrosah disekitsr lingkungan pesantren

dan diluar lingkungan pesantren yang nangani keamanan. Sampe disekolah

misal ada anak yg ngga sekolah itu yang nangani keamanan.

Bagian pendidikan juga sama dari mulai memprogramkan pengajian bada

solat kitab sampe gurunya absensi nya termasuk dibidang madrosah sama,

jadwal pengajian kitab apa saja tenga guru penugasan bagan tugasnya dewan

qoriin disini namanya.

Seksi kegiatan itu pengembangan bakat ada yang bakatnya dibidang

kaligrafi, dua orang husus yang mengelola kegiatan ekstra bidang kaligrafi

dilakukan dalam satu minggu sekali yaitu hari jumat, adalagi bidang hitobah

dakwah didatangkan tutornya.

Jadi anak itu ditawarkan ada yang ikutnya kaligravi, hot quran, tilawah jurnalis,

retorika dakwah itu bagian kegiatan. Sampe dkm pun ada husus mengelol

musola.

Saya sendiri ngimamin magrib aja biar sebior senior termasuk adik saya, saya

suruh terjun biar nanti pas pulang ngga keder ngimamin musola.

2. Bagaimana pandangan pak kyai mengnhadapi misalnya pesantren modern dan

sekolah formal? apa strategi pak kyai untuk terus mengembangkan pesantren?

Page 100: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

Ya karna saya masih fokus ke pesantren memaksimalkan pesantren, ddari

mulai konsep pembelajaran, pengajiansampe palaksanan dan hasilnya, saya

mapankan pesantren. Karna santrinya mayoritas plus sekolah yah, maka saya

kondisikan , saya husus ngurus pesantren kerjasama dengan pendidikan formal

yang ada disekitar sini, jadi tidak satu atap tapi bagaimana saya memanage satu

atap distu jelas ada kordinasi dengan sekolah, seperti sekolah dibatasi misalnya

maksimal belajar sampe jam satu siang itu atau setegah dua itu harus udah

selese anak harus sudah pulang kepondok, makanya say disini tidak waijb

habis duhur ngaji itu. Pulang sekolah makan solat istirahat tidur, nanti bangun

menjelang asar, asar langsung ngaji. Magrib ngaji isa ngaji subuh ngaji. Ngga

mungkin pulang sekolah sannegn yah, trus disini wajib ngaji tenaga terbuang

ustad dan santri yah, hasil ngga maksimal gitu biar ada waktunya istirahat

mesin saja kan harus ada istirahatnya, iya.

3. Apa sudah ada cita cita membuat sekolah sendiri pak kyai ?

Kalau keinginan ada, cuman lokasi atau fasilitas belum mendukung. Saya

tidak mau asal mendirikan sekolah, takut nanti pondok lg mapan terganggu.

Kalau rung beljarnya layak saja ya bismilah. Y konsep si adalah tenaga guru

sudah kebabyang kemudian yang bertanggung jawab seperti kepala sekolah

dan bagian managemen lainya ade saya sudah siap, tapi ya menurut saya tidak

asal berangkat, tenaga guru sudah disiapkan dan kalo semuanya sudah bener

bener siap i. allah bismillah. Yakalo pesantren kan ditempat seperti ini suddah

cukup lah ya, tapi kan kalo butat sekolah kurang layak yah. Kalo pesantren si

asal glepor bae dadi.ngga maen maen lah saya bikin sekolah ngga maen maen,

walaupun ada istilah sekolah alam ya kan begitu yah,

Ada, jadi konsep saya si saya mapankan pesantren, kondisikan pesantren.

Karna maoyoritas santri kan sekolah, alhamdulillah sekolah sekolah idirikan

oleh pesatren, yang penting say akordinasi jadi tidak satu atap tapi saya

manage satu atap, itu saja. Kan enak, ga susah.

Page 101: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

Contoh gini, ada anak kelas 2 smk ada penugasan dari sekolah untuk pkl, 2

bulan. Harus ada yang kalah, saya ngga melarang. Silakan pkl ini tugas sekolah

tapi ada yang dikorbankan, ngaji 2 bulan ditinggal, itu resiko. Cuan, anak

berangkat pkl saya titip kamu pkl disana untuk arama keseharianya cari yg

dekat musola sekaligus disitu sampean pkl pesantren. Saya manfaatkan begitu,

kayane durung ana santri mengkonon kuh durung ana. Ya, alhamdulillah yang

pkl pkl itu padahal disini baru dua tahun, pulang dari sana itu gitu, kang saya

disuruh diam disana bantu musola bantu madrosah, anak santri 2 tahun loh.

Apalagi yang sudah lima taahun enam tahun kan gitu. Serinng anak pulang pkl

sering begitu iinta sama warga setempat, padahal esantrenya baru dua tahun,

karna saya sarankan begitu sih, sepuang dari pkl disitu berinteraksi dengan

syarakat dimusola kalo misalnya diminta untuk bantu ngajar ya bantu ngajar,

pagi berangkat selese pulang kemasyarakat.

4. Bagaimana Sejarah berdirinya pesantren Asanusi ?

Jadi, almagfurlah ki sanusi itu sebetulnya rumah pusakanya itu yang

sekarang ditempati ade saya itu At-taqwa ada pesanren Tholibin, nah disitu.

Memng didirikan oleh leluhur-leluhur yang lebih dahulu gitu yah, selanjutnya

sebagai pengasuh penanggungjawab ki sanusi kemudian, karena semakin turun

temurun banyak anak cucu. Mbah sanusi membuat cabang, tapi pada saat itu

baru At-taqwa ya, itu 1968 dibanngun atau dibimbingnya, kemudian kesini.

Dulunya mah kebun, dan ternak disini kambing ayam macem macem. Mbah

sanusi diahir hayat itu bikin musola disitu, yang sekarang itu. Itu dulunya msih

pondasi tapi sudah ada bangunan kamar-kamar itu menjelang ahir hayat. 1969

mulai merambah ke ini gitu sampe pada ahirnya taun 1974 beliau meninggal

itu sudah ada tanda tanda pembuatan pesantren pondasi untuk musola

kemudian kamar yang sudah berdiri juga ada. Dulu namanya pesantren kebon

melati, sepeninggal ki sanusi itu. 1994 nama itu dirubah oleh keputusan

keuarga itu namanya jangan kebon melati sebab kebon melati itu bukan disini,

disebelah timur itu yag sebetulnya kebun melati itu disitu banyak, kemudian

diganti namanya menjadi assanusi istilahnya untuk kebaikan ngalap berkah

Page 102: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

mengangkat nama orang tua ahirnya dirubah disitu tahun 1994. Ya husus

assanusi sebetulnya berdiri mulai dari masa ki sanusi ditahun 1968-1974 itu

rintisan pesantren ini dilanjutkan oleh anank cucunya. Kira kira begitu profil d

an sejarahnya.

5. ceritakan sejarah hidup Mbah Sanusi ?

Lahir dikuningan, kelrahan windu haji keamatan windu haji. Tahun 1904.

Saat kecil ngaji di kyai setempat dan sekolah. Saat usia belasan tahun udah

mesantren ke cirebon daerah karang sembung. Bukan orang kaya bukan

turunan kyai, tapi dengan ketekunanya keprihatinanya . juga belajar ngaji

didaerah pasundan mangun jaya daerah sana dan cukup lumyan, kemudian

mesantren dibabakan penuh cerita dalam perjalanan pesantren. Baru dua tahun

itu kena penyakit dihina temn temmanyatapi kuat dan sabar, sampe suatu

ketika pernah dijauhi teman temanya sampai ngaji dikolong mejanya kyai karn

agra gara punya penyakit kulit tapi mbah sanusi bertahan. Banyak ujianya,

pada suatu saat ada masalah dalam musyawaroh idak ada yang menjawab

ahirnya, coba tanya kesanusi gitu, ternyata ki sanusi bisa menjawab dengan

kitab yang sorih yang jelas, nah mulai saat itu dikenal kyai cilik padahal masih

jadi santri.

Mesantren dua tahun disitu langsung dijodohkan oleh kyai dengan kaka

iparnya, jadi secara kekluargaan ya sepuh secara kekeluargaan dengan kyai

amin sepuh, kyai amin sepuh guru. Dijodohkan oleh gurunya untuk mengawini

kaka iparnya. Bukan orang kaya hanya bekal orang tua dan doa, terus tulisanya

bagus sehingga banyak yang minta tuliskan sebuah kitab kemudian dijual gitu.

Jadi bisa buat bekal sendiri, rajin puasa.

Sampe suatu hari ada cerita karna dulu kan podok itu bangunanya

panggung yah terus dibawah ada tukang sate gitu, nh mbah sanusi itu makan

Cuma pake nasi sambil ngirup asapnya tukang sate. Sampe begitu almagfurlah

mbah sanusi.

Page 103: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

6. Bagaimana perjuangan mbah sanusi dalam mengembangkan pendidikan agama

islam dilingkungan sekitar ?

Semasa mesantren beliau itu sangat bermasyarakat, merangkul masyarakat

ngaji di masyarakat sehingga masyarakat sekitar pada waktu itu banyak juga

yang ikut mengaji dipesantren. Jadi dakwah dilingkungan sekitarnya

merangkul semua masyarakat, dengan dakwah merangkul orang untuk bekerja

sambil beribadah. Termasuk keorganisasian kemasyarakatan. Mbah snusi itu

termasuk yang menyokong persenjataan mensuplaijaman di tiijaman pki masuk

pertempuran 10 november itu berangkat kesurabayaresolusi jihad. Itu kan

termasuk keputusan bagaimana ketika agresi belanda. Itu kan mbah hasyim itu

kan minta keputusan beberapa kyai diantaranya dari cerbon yang dipimpin oleh

kyai abbas buntet terus dari ciwaringiny k amin sepuh dan k sanusi itu berangat

kesana.

Kebon kebon mbah sanusi itu ketika panen ngga pernah dijual tapi dibagikan

kemasyarakat sekittar.

7. Apa saja karya mbah sanusi?

Yang baru dicetak itu tanwirul qulub ahwalu insan, kitabul adab,

pasolatan, attafsir watahdir, tanpoma, risalatul jamaah, taadud jumat ilmu

faraid ilmu falak.

Cirebon, 8 july 2018

Pewawancara

Narasumber

M. Hasan habibi KH. Ali Munir

Page 104: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

Pedoman Wawancara

Nama : Ust. Adi Karnadi

Jabatan : Wakil lurah Pesantren Assanusi

Tempat wawancara : Kantor ponpes Assanusi

Tanggal wawancara : 7 July 2018

1. Apa yang mas adi ketahui tentang mbah sanusi

Mbah sanusi itu adalah sesepuh pondok pesantren babakan ciwaringin,

termasuk diantara jajaran para kyai dibabakan yang sangat berjasa besar

dalam pembanngunan pessantren di babakan. Saya kira beliau dengan mbah

amin merupakan simbol dari tokoh babakan.

Waktu itu mbah sanusi mondok di mbah amin, setelah mbah sanusi lama

dipondok kemudian diangkat menjadi lurah pondok, kemudian dijodohkan

oleh kyai amin. Dan jadilah beiau orang babakan stilahnya.

2. Bagaimana latar kehidupan mbah sanusi ?

Mbah sanusi itu lahir dikuningan desa windnu haji, beliau ketika masih

kecil bernama makam nama oranng tua beiau itu kh agus maani, beliau juga

bersekolah disekolah rakyat. Semasa mesantren dibabakan itu mbah sanusi

dijuluki ebaga anak kecil yang pandai menjawab, karna mbah sanusi itu

sangat mudah emahami pelajaran sehingga pertanyaan apappun ketika santri

lain tiak bisa menjawab tapi mbah sanusi bisa menjawab. Semenjak kecil

beliau memang cerdas. Kemudian, namun ditegah perjalanan mesantren mbah

sanusi terkena musibah terkena penyakit cengkreng, sehingga dijauhi oleh

santri santri yang lain. Tapi mbah sanusi terus mengikuti pengajian.

Page 105: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

Suatu ccerita ibunda mbah sanusi sakit, tapi mbah sanusi enggan untnuk

pulang. Hingga datang kabar ibunda mbah sanusi meninggal dunia, lantas

beliau tidak menjadi sedih tapi malah berkata “alhamdulilllah saya bisa

belajar dengan tenang”. Memang hidupnya itu didedikasikan untuk belajar,

beliau juga sangat rajin ibadah berjamaah.

3. Apa kontribusi mbah sanusi dalam dunia kepesantrenan

Pada jaman penjajahan, budaya tulis menulis belum ada. Pembeajaran

dipesantren hususnya masih menggunakan pola mendengarkan, guru

menerangkan santri mendengarkan. Nah mbah sanusi mempunyai pandangan

bahwa pola seperti itu kurang efektif, sulit untuk dipahami apalagi untuk

pelajaran nahwu dan shorof, dimana harus ada tulisan tulisan coretan, sarana.

Mbah sanusi mencoba enerapkan pembelajaran menggunakan papan tulis

hitam, namun semua kyai dibabakan itu tidak setuju dengan alasan karena itu

meniru belanda para penjajah dan itu tidak boleh sebagai sanri harus berbeda

dengan penjajah. Sampai kemudian para kyai dibabakan mengakui efektifnya

metode mengajar degan papan tulis, dibabakan sendiri kan ada utara selatan,

babakan selatan sendiri terkenal lebih unggul dalam ilmu pengetahuanya,

karna mbah sanusi memberikan sarana mengajar dengan papan tulis.

4. Bagaimana sejarah berdirinya pesantren sanusi?

Tanah yang sekarang kita duduki ini adalah tanah mbah sanusi, setiap

malam selalu bermujahadah dimusolah ini. Dulu pondok ini namnya kebon

melati diasuh oleh kh muhammad atas restu dari mbah sanusi kemudian pada

tahun 1994 trejadiperubahan nama menjadi ponpes sanusi dan juga

pengalihan kh muhammad pindah ke pondok kebon jambu jadid pondok ini

resmi menjadi assanusi pada tahun 1994 diasuh oleh kh abd rohman dan kh

abdull qohar, tapi yang jelas tanah ini punya mbah sanusi dan atas restu mbah

sanusi.

Semuanya masih keturunan mbah sanusi sampe sekarang

5. Kurikulum seperti apa yang diterapkan dipesantren ini ?

Page 106: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

Yang pertama madrasah, klasifikasi. Diisni ada sorogan wetonan,

madrasah ini ada enam tingkatan.

Bada asar untuk santri baru ngaji pasolatan kelas duanya itu nahwu

aljurumiyah kelas 3 nya amriti kelas empat fokus sorof kitab dari tegalrejo

kelas lima itu alfiyah awal tingkat enam alfiyah sani . jadi alfiyah itu dua

tahun.

Bada magrib itu madrasah berjenjang dari kelas satu sampe kelas enam,

dan untuk bada isya itu sorogan kelas satu kitabnya safinah kelas dua kitab

sebelas kitab kitab kecil paling besarnya taqrib kelas tiganya fiqih ngaji

badungan kitab fathul qorib dalam satu minggu itu ada dua hari musywaroh

fiqih kelas empat itu kitab minhajul kowil juzz awal kelas lima itu minhajul

kowi sani untuk tingkat enam dipersilahkan untuk belajar mengajar bada

subuh itu untuk ilmu ilmu alquran tingkat satu juzz amma tingkat dua

alquran awal tingkat tiga alquran sani tingkat empat tafsir juzz ama dan

tingkat lima dan enam itu tafsir jalalain.

6. Sistim ijazah madrasah

Setiap lulus tingkat enam diahir tahun akan diberikan ijazah dan itu sejajar

dengan setingkat sma, dan itu baru berjalan dua tahun ini sebelumnya bukan

ijazah tapi surat pernyataan bahwa santri sudah selesai pendidikan pesantren.

7. Ada berapa kitab mbah sanusi yang dikaji dipesantren ?

Kitabnya banyak yah sebenernya, dari berbagai van ilmu. Yang dikaji

disini itu hanya dua, karna yang lain itu belum sampai dicetak masih

manuskrip tulisan tngan asli mbah sanusi yang disimpan oleh pengasuh.

Pertama kitabul adab, bahasa jawa tentang tatakrama dan yang kedua itu at

tafsir wa tahdir itu kitab tentang kehidupan mulai dari jaman penciptaan

sampai nanti dihari kiamat.

Kami juga berharap kitab kitab mbah sanusi bisa dikaji oleh para santri.

Page 107: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

Dua kitab diatas sudah diajarkan sejak dahulu kala, dua kitab tu merupakan

kitab ajaran pokok untuk para santri.

8. Apakah sistim madrosah mempunyai struktur sendiri?

Madrosah disini, masih nyatu dengan struktur pondok. Pengurus madrosah

itu bagian dari struktur pondok, dibawah pengasuh luraah dan seterusnya,

merupakan bagian dari seksi pengurus pondok

Cirebon, 8 july 2018

Pewawancara

Narasumber

M. Hasan habibi Ust. Adi Karnadi

Page 108: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

Pedoman Wawancara

Nama :KH. Tasrifien, AS

Jabatan :Pengasuh ponpes As-Syifa

Tempat wawancara :Rumah kediaman KH. Tasrifien, AS

Taggal wawancara :20 juni 2018

1. Apa yang kyai ketahui sosok ki sanusi?

Alim alamah istiqomah selain itu kyai sanusi seorang ulama yang disiplin

waktu baik dalam ibadah atau dalam masalah mengajar tepat waktu. Kenapa saya

katakan tepat waktu? Saya sedikit terlambat saja dihukum, disiplin bener. Yang

diajarkan oleh kyai sanusi terutama kaitanya degan ahlak dan aqidah, ngajar dari

jam 6 sampe jam 7 pagi selain imam tetap 5 waktu ada ngajar lagi adanya malam

abis isya. Antara lain kitaabnya itu jawahirul kalami, aqidatul awam yang kecil

termasuk yang tasaswuf sulam taufik nya .

Jadi kyai sanusi itu terbilang kyai langkah, menurut saya. Dalam segi

keihlasan ketekunan dan disiplin sehingga ribuan santri ki sanusi itu pada jadi,

minimal jadi ustad lah. Kalo yang taat sama ki sanusi. Dan ki sanusi itu

megeluarkan sembilan peraturan, sembilan yang wajib sembilan yang dilarang

yang wajib solat, taat ngaji, yang dituangkan dalam kitab talim itu terus ki sanusi

itu melarang santri banyak tidur, banyak makan, ngobrol, maen bola, bergaul

bebas, sering pulang gaboleh, ngelawan orang tua . kalo udah taat yang sembilan

ini insyaallah jadi, santrinya ki sanusi itu.

2. Metode ngajar mbah sanusi?

Bandungan, sorogan, hafalanjadi setiap pelajaran mbah sanusi itu menghafal

kalo ngga hafal dihukum maka santrinya jadi-jadi. Saya pernah dihukum sekali

gara gara ga hafal. Makanya diterapkan disini hafalan (pesantren saya).

Page 109: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

3. Apa betul mbah sanusi itu orang yang pertama kali nerapin ngajar

menggunakan papan tulis?

Iya, betul. Sebelum ki sanusni belum pernah ada. Kyai ngajar pake papan

tulis, dibawah pohon belajarnya dan duduknya juga masih glepor, belum ada

bangku. Pertama kali kisanusi ngajar pake papan tulis. Dan mbah sanusi itu

tamatan SMA bukan dari madrasah.

4. Jaman pa kyai itu sudah merasakan belajar menggunakan papan tulis?

Sudah, sudah mulai. Pertama kali itu gelombang saya, alhamdulillah.

5. Perjuangan mbah sanusi dalam membangun pesantren dibabakan itu seperti

apa?

Mbah sanusi dalam membangun pesantren tidak memungut biaya kepada

siappapun, kebetulan saya pernah jadi hodim nya, jadi orang sedatangnya

semaunya yang mau ngaji. Tidak pernah mencari kemana mana itulah hebatnya ki

sanusi.

Karna beliau itu dulu belajar sama belanda, mungkin penemuan mengajar

menggunakan dengan papan tulis itu dikira eefktif jadi diterapkan dipesantren

sampe sekarang.

6. Sejarah pesantren yang diasuh sama mbah sanusi ?

Kyai sanusi itu dulu bersama kyai amin sepuh ya, tinggal di yang namanya

roudlatul tholibin itu. Ada semacam job deskripsi yah. Sepeninggal kyai amin

tahun 1971, kemuduian diambil alih oleh kyai sanusi pesantren masjid, belio

memanfaatkan santri seniornya untuk mengajar dipesantren. Sehingga sekian

banyaknya santri semua bisa ditampung. Termasuk saya mengajar disana. Punya

putra kang maimun tapi kurang sehat, adalagi kan hariri tapi aktip terus dipolitik

digolkar.

Kang munir, itu cucunya itu. Jadi sekarang cucunya kang munir yang nerusin,

kalo anaknya ngga ada. Termasuk pa mudakir almrh itu cucunya

Page 110: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

7. Pakyai masuk babakan tahun berapa?

Masuk tahun 1968 pulang tahun 73. Awalnya dilirboyo, trus ampir

dibabakan. Andon ngeliwet.

Kang munir kang kohar juga sering pada kesini, saya penasaran awalnya saya

tanya, kenapa si pada nyari saya gitu, trus kata kang munir itu katanya dapet

amanat dari mama (kang maimun) jangan putus silaturahmi sama kyai tasripin, itu

amana dari mbah sanusi. Begitu ceritanya. Sering keluarga ki sanusi pada kesini,

ya sebulan sekali minimal.

Subang, 20 juni 2018

Pewawancara

Narasumber

M. Hasan habibi KH. Tasrifien, AS

Page 111: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

LAMPIRAN II

Keterangan:

Koleksi buku bacaan (arab dan non arab) dan tulisan otentik Al-Maghfurlah KH.

M Sanusi.

Page 112: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

Keterangan:

Tulisan otentik Al-maghfurlah KH. Msanusi tentang peraturan pondok.

Page 113: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

Keterangan:

Foto teratas adalah merupakan logo pondok pesantren assanusi.

Foto Kiri bawah adalah founding father pesantren babakan dan Assanusi.

Foto kanan bawah adalah struktur kepengurusan Assanusi masa hidmat 2017-

2019.

Page 114: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

Keterangan:

Foto kanan diatas adalah dokumentasi penulisan tentang silsilah para pendiri

pesantren babakan yang di susun dan diketik oleh Al- Maghfurlah KH. M Sanusi.

Foto diatas kiri merupakan dokumentasi tulisan tangan Al-maghfurlah KH. M

Sanusi. Tentang sembilan larangan bagi santri ketika mesantren di pesantren

asuhan Almaghfurlah KH. M Sanusi.

Page 115: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

Keterangan :

kiri atas adalah dokumentasi penulis bersama kepala pondok.

Kanan atas adalah dokumentasi penulis bersama KH Tasrifien.

Paling bawah adalah dokumentasi penulis bersama KH Ali Munir.

Page 116: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk

Keterangan:

Brosur pondok pesantren Assanusi tahun 2018-2019. Dalam brosur dari tahun

ketahun selalu mencantumkan visi dan misi pesantren.

Page 117: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk
Page 118: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk
Page 119: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk
Page 120: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk
Page 121: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk
Page 122: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk
Page 123: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk
Page 124: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk
Page 125: PERAN K.H.M. SANUSI DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ISLAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · individu masuk kedalam jalur pendidikan non formal dan termasuk