Upload
lamthien
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN KOMUNIKASI GURU DAN SISWA DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
SMP ISLAM BAIDHAUL AHKAM
TANGERANG SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dalam bidang
Manajemen Pendidikan
Disusun Oleh :
M R U S A N H A E T A M I NIM : 104018200675
PROGRAM KEPENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M / 1431 H
ABSTRAK Rus’an. Peran Komunikasi Guru dan Siswa dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di SMP Islam Baidhaul Ahkam Tangerang. Skripsi. Jurusan Kependidikan Islam. Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara peran komunikasi guru dengan prestasi belajar siswa. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli 2009 – Februari 2010 (semester 2 tahun pelajaran 2009/2010) di SMP Islam Baidhaul Ahkam Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen angket dengan menggunakan skala Likert. Hasil yang ditemukan dalam penelitian bahwa terdapat hubungan antara komunikasi guru dan siswa dengan prestasi belajar siswa meskipun sangat lemah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi guru dan siswa termasuk dalam kategori sedang, dengan skor tertinggi 81 dan terendah 58 dan nilai rata-rata 70,30 (rentang nilai 64,26-76,38). Sedangkan prestasi belajar siswa di SMP Islam Baidhaul Ahkam termasuk katagori sedang, skor tertinggi 81, skor terendah 65, dan nilai rata-rata 72,47 (rentang nilai 75,65 – 69,29). Dengan demikian terdapat hubungan antara komunikasi guru dan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Islam Baidhaul Ahkam dengan nilai rhitung sebesar 0,168 dan termasuk kategori sangat lemah (nilai rhitung pada rentang 0,00-0,20). Hal ini terjadi karena guru tidak memiliki sikap dan prilaku yang profesional dalam berkomunikasi serta kurang rasa tanggung jawab guru terhadap siswa dalam proses belajar mengajar. Kata kunci : Komunikasi Guru dan Siswa, Prestasi Belajar Siswa.
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Pembimbing ............................................................... ii
Lembar Uji Refrensi ................................................................................... iii
Lembar Pengesahan Panitia Ujian Munaqasah ........................................... iv
Lembar Pernyataan Karya Sendiri .............................................................. v
Abstrak ........................................................................................ vi
Kata Pengantar ........................................................................................ vii
Daftar Isi ........................................................................................ ix
Daftar Lampiran ........................................................................................ xii
Daftar Tabel ........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Pembatasan, dan Perumusan Masalah ................................ 8
1. Pembatasan Masalah ................................................... 8
2. Perumusan Masalah ..................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
PENELITIAN ................................................................... 10
A. Prestasi Belajar Siswa ......................................................... 10
1. Pengertian Prestasi Belajar .......................................... 10
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 14
a. Faktor Internal .......................................................... 15
1. Aspek Fisiologis .................................................. 15
a). Panca Indra ..................................................... 15
ix
b). Kesehatan Badan ............................................ 15
2. Aspek Psikologis ................................................. 16
a). Intelegensi ...................................................... 16
b). Sikap .............................................................. 16
c). Bakat .............................................................. 17
d). Minat .............................................................. 17
e). Motivasi ......................................................... 18
b. Faktor Eksternal ....................................................... 18
1. Lingkungan Keluarga .......................................... 19
2. Lingkungan Sekolah ............................................ 19
3. Lingkungan Masyarakat ...................................... 19
c. Faktor Instrumental .................................................. 20
B. Komunikasi Guru dan Siswa ............................................... 20
1. Pengertian Komunikasi ................................................ 20
2. Fungsi dan Tujuan Komunikasi .................................. 24
3. Jenis-jenis Komunikasi ................................................ 26
4. Komunikasi Efektif dan Tidak Efektif ........................ 28
5. Peran Komunikasi Guru dan Siswa ............................. 31
6. Komunikasi Guru dan Siswa Hubungannya dengan
Prestasi Belajar ............................................................. 39
C. Kerangka Berpikir ............................................................... 40
D. Hipotesis Penelitian ............................................................ 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................... 42
A. Tujuan Penelitian ................................................................. 42
x
xi
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 42
C. Variabel Penelitian .............................................................. 42
D. Populasi dan Sampel............................................................ 43
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 43
F. Uji Intrumen ....................................................................... 44
G. Instrumen Penelitian ........................................................... 46
H. Uji Prasyarat Analisis Data ................................................. 50
I. Teknik Pengolahan Data dan Pengujian Hipotesis .............. 51
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................... 54
A. Deskripsi Data ..................................................................... 54
1. Data Hasil Komunikasi Guru dan Siswa ..................... 54
2. Data Hasil Prestasi Belajar Siswa ............................... 56
B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ....................................... 59
1. Uji Normalitas .............................................................. 59
2. Uji Linearitas ................................................................ 59
C. Pengujian Hipotesis ........................................................... 59
D. Pembahasan ........................................................................ 60
E. Keterbatasan Penelitian ................................................. 61
BAB V PENUTUP ......................................................................... 62
A. Kesimpulan ......................................................................... 62
B. Saran-saran .......................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu transfer pengetahuan dari semua bentuk
kejadian yang terjadi di dunia dari makhluk hidup satu kepada makhluk hidup
lain yang nantinya akan mempengaruhi proses kebutuhan dasar (basic need)
manusia dalam perjalanan kehidupannya.1 Pendidikan merupakan usaha sadar
yang secara sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.2
Pendidikan dapat dilakukan dimana saja tidak mengenal ruang, tempat dan
waktu, serta dapat dilakukan oleh siapa saja, karena pada dasarnya pendidikan
merupakan pemberian pengetahuan dan bimbingan dari orang yang lebih
dewasa kepada orang yang lebih muda.
Dari pernyataan di atas, dapat diketahui pendidikan adalah sebuah
proses transformasi masyarakat dari kebodohan menuju kecerdasan dan
ketidakmampuan menjadi keahlian, juga mengubah kemalasan dan kejumudan
menjadi kesadaran dan kemajuan. Oleh karena itu, pendidikan menjadi
pondasi sangat penting dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan
1 Yunus M firdaus, Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2004) cet ke-1, hal 1
2 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), cet. ke-1, h. 1
1
2
suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber
daya manusia itu sendiri.
Kegiatan memajukan pendidikan di Indonesia telah dilakukan antara
lain melalui peningkatan pendidikan yang diwujudkan dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS).
Pasal 1 menyebutkan, bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3
Lebih jauh telah dijelaskan tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional pada pasal 3 yaitu:
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4 Dari dua pernyataan di atas, dapat difahami bahwa pendidikan
merupakan wadah yang sengaja dibuat untuk generasi muda agar bisa
mengembangkan potensi apapun yang ada didalam dirinya, dan tujuan
pendidikan tidak hanya menginginkan generasi muda yang cerdas dan
berintelektual yang tinggi dari segi kognitif, namun diharapkan juga menjadi
generasi muda yang memiliki sikap dan akhlak yang baik yang semua itu
tercipta setelah melalui proses pendidikan. Ketika suatu proses pendidikan
dapat berjalan dengan baik, maka apa yang diinginkan suatu Negara terhadap
generasi mudanya akan tercapai. Oleh karena itu, proses pendidikan yang
baik tergantung dari komunikasi guru dan siswa yang baik pula di sekolah.
3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hal. 5.
4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hal. 8.
3
Nunung Prajarto menyatakan bahwa komunikasi merupakan dasar
interaksi antarmanusia. Kesepakatan atau kesepahaman dibangun melalui
sesuatu yang berusaha bisa dipahami bersama sehingga interaksi berjalan
dengan baik5. Di dunia pendidikan terutama di sekolah tak terlepas dari
adanya interaksi yang utama, antara guru dan siswa. Interaksi yang
kadangkala bisa terjadi hanya dari guru ke siswa atau interaksi dua arah antara
guru dan siswa. Interaksi yang akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya
proses pembelajaran di kelas. Sama halnya terdapat di dalam bentuk
pelayanan kepada masyarakat umumnya yang terjadi pada dunia usaha.
Dengan istilah antara lain Public Service. Namun dengan pergeseran waktu,
istilah itu berkembang hingga ke semua bentuk aktifitas manusia dipermukaan
bumi. Tak terkecuali aktifitas manusia dalam dunia pendidikan.6
Dengan demikian guru adalah orang yang harus memberikan pelayanan
terhadap siswanya. Pelayanan yang dapat memberikan kepuasan dalam proses
pembelajaran. Kepuasan dalam memperoleh ilmu pengetahun dengan tingkat
keberhasilan pembelajaran yang tinggi, sehingga siswa mendapatkan prestasi
yang diinginkannya dan menjadi kebanggaan terhadap orang tua dan sekolah.
Oleh karena itu, komunikasi merupakan tempat yang tepat bagi guru dalam
memberikan pelayanan yang sebaik mungkin terhadap siswanya. Seperti yang
di katakan oleh Onong Uchjana Effendi, komunikasi berarti proses
penyampaian suatu pernyataan seseorang kepada orang lain.7
Komunikasi yang baik antara guru dan siswa dapat menjadikan sebuah
prestasi bagi siswa di dalam dunia pendidikan. Siswa akan mampu mencerna
pelajaran yang diberikan guru dengan baik apabila siswa memahami apa yang
disampaikan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Pentingnya komunikasi
dalam proses pembelajaran tidaklah dapat dipungkiri, ini bisa dilihat dari salah
5 Nunung Prajarto, dari artikel yang berjudul Menjalin Komunikasi Efektif.
(http://yanpraz.multiply.com/journal/item/5/Komunikasi_Efektif) 6 Dwi Sapno Nugrahanto, S.Pd. dari artikel yang ber judul Guru dan Pelayanan Public
Guru SMA Titian Teras Jambi, 26 juni 2008 7 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004)h. 4
4
satu fungsi komunikasi yaitu, Mass Education, yakni untuk memberi
pendidikan. Biasanya fungsi ini dilakukan oleh guru kepada muridnya untuk
meningkatkan pengetahuan atau oleh siapa saja yang mempunyai keinginan
untuk memberi pendidikan.
Di dalam lembaga sekolah, siswa yang berprestasi tidak terlepas dari
peran guru yang aktif berkomunikasi kepada siswanya. Guru selalu
berkomunikasi dengan cara memberikan nasihat-nasihat, masukkan-
masukkan, perhatian kepada siswa, memantau siswa dalam melakukan
kegiatan/aktifitas di lingkungan sekolah dll.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “prestasi belajar adalah hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu sebagai hasil dari aktivitas belajar”.8 Dapat dipahami bahwa prestasi
belajar merupakan gambaran dari hasil belajar yang di peroleh siswa akibat
dari proses atau kegiatan belajar, sehingga menghasilkan perubahan dalam
bidang pengetahuan, daya analisis sintesis dan evaluasi. Ditambah dengan
kesejahteraan guru dan sarana prasarana sekolah yang sedang di tingkatkan
akhir-akhir ini, dapat menjadikan guru-guru lebih giat lagi didalam kegiatan
proses belajar mengajar untuk mendidik siswanya agar brerprestasi. Disitus
ladangnet.com, penulis mengutip tentang kesejahteraan guru yang berisi:
Angin segar segar nampaknya akan dirasakan APBN tahun 2007 direncanakan para guru akan memperoleh tunjangan fungsional, tunjangan profesi pendidik, tunjangan khusus, tunjangan KJM guru SD daerah khusus, peningkatan kualifikasi akademik, biaya uji sertifikasi, maslahat tambahan, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah berkelanjutan, dan guru bantu. Tunjangan fungsional direncanakan akan diberikan kepada Tunjangan fungsional direncanakan akan diberikan kepada semua guru PNS sekitar 1,5 juta orang dan guru non PNS di lingkungan Diknas sekitar 474 ribu orang, dengan alokasi kurang lebih Rp. 1,8 juta perorang untuk satu tahun. Sedangkan tunjangan profesi direncanakan diberikan kepada sekitar 13 ribu orang guru PNS dan 7 ribu orang guru non PNS, yang masing-masing akan memperoleh dana kurang lebih Rp. 18 juta untuk satu tahun. Tunjangan khusus direncanakan akan diberikan untuk sekitar 10 ribu orang guru, dengan perolehan dana kurang lebih Rp. 16,2 juta
8Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar Siswa dan Kompetensi Guru, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1994), Cet I. h. 46.
5
perorang untuk satu tahun. Sementara, tunjangan KJM guru SD daerah khusus direncanakan diberikan kepada sekitar 91,5 ribu orang guru, yang masing-masing akan memperoleh dana kurang lebih Rp. 1,4 juta untuk satu tahun.9
Jelas guru tidak lagi disibukkan dengan mencari pekerjaan tambahan
untuk membiayai kehidupan keluarganya, sehingga ia tidak akan terganggu
dalam menjalankan profesinya sebagai seorang guru. Pada akhirnya bisa
berkonsentrasi dengan tanggung jawabnya sebagai seorang guru yang
memberikan pelayanan yang terbaik kepada siswanya. Pelayanan yang baik
terjadi karena komunikasi yang baik yang terjadi antara komunikator kepada
komunikan dan memberikan dampak perubahan yang baik kepada komunikan,
sehingga apabila terjadi komunikasi yang baik antara guru dan siswa maka
akan terciptanya perubahan yang baik pula terhadap siswa, dan akhirnya
proses kegiatan belajar mengajar disekolah akan banyak menghasilkan siswa-
siswa berprestasi yang memberikan keuntungan bagi dunia pendidikan dan
Negara.
Akan tetapi pada kenyataannya, yang kita lihat akhir-akhir ini masih
banyak kendala-kendala yang terjadi didalam komunikasi guru dan siswa di
sekolah. Bisa dilihat siswa sebagai subjek sekaligus objek belajar dalam
kesehariannya di sekolah, seringkali mengalami masalah dalam
berkomunikasi terutama di dalam proses belajar mengajar. Siswa kadangkala
tidak memahami apa yang dibicarakan guru dalam memberikan materi
pelajaran di kelas. Hal ini diperkuat oleh Husnaini Usman sebagaimana
dikutip oleh Suhartono S.Pd.10 menurut Husnaini Usman terdapat 18
hambatan komunikasi di kelas, yaitu:
1. komunikator menggunakan bahasa yang sukar dipahami 2. perbedaan persepsi akibat latar belakang yang berbeda 3. Terjemahan yang salah
9LadangNet.Com, Situs Web Resmi Irwan Prayitno, Prof., Dr., Psi, MSc. Artikel berjudul
Komitmen Anggaran untuk Pengingkatan Mutu Pendidikan dan Kesejahteraan Guru, 2007-2009. Diakses dari http://irwanprayitno.info/artikel/1195641999-komitmen-anggaran-peningkatan-mutu-dan-kesejahteraan-guru.htm.
10Suhartono S.Pd, artikel Hambatan Komunikasi di Kelas. Di akses dari http://nurulfikri.sch.id/index.php?option=com_content&view=article&id=142:hambatan-komunikasi-di-kelas&catid=43:kolom-guru&Itemid=133.
6
4. Kegaduhan (noises) 5. Gangguan fisik (gagap, buta, tuli) 6. Semantik, yaitu pesan bermakna ganda 7. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam 8. Kecurigaan 9. Teknik bertanya yang buruk 10. Teknik menjawab yang buruk 11. Tidak jujur 12. Tertutup 13. Destruktif 14. Kurang dewasa 15. Kurang respek 16. Kurang menguasai materi 17. Kurang persiapan 18. Kebiasaan menjadi pembicara yang baik dan pendengar yang
buruk
Hal-hal di atas masih sering terjadi di dalam proses belajar mengajar,
dimana guru masih sangat kurang dalam berkomunikasi terhadap siswanya.
Biasanya guru hanya datang kesekolah dan memberikan materi sesuai
kurikulum tanpa melihat kondisi atau kendala siswa yang dihadapi didalam
proses belajar mengajar, apalagi seorang guru yang memiliki jam pelajaran
lebih dari satu sekolah. Sehingga akan menghambat tanggung jawab sebagai
seorang guru yang menjadikan siswa menuju arah yang lebih baik.
Dan ini terjadi di SMP Islam Baidhaul Ahkam Tangerang. Sedikit
penulis memaparkan apa yang terjadi tentang komunikasi guru dan siswa
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah tersebut.
SMP Islam Baidhaul Ahkam merupakan suatu lembaga pendidikan
swasta yang didirikan oleh Yayasan Pendidikan Islam Baidhaul Ahkam.
Yayasan yang terletak dekat komplek perumahan tersebut memiliki 4 (empat)
Lembaga Pendidikan dalam satu tempat atau area yaitu, TK Raudhatul Athfal
Baidhaul Ahkam, SD Islam Baidhaul Ahkam, SMP Islam Baidhaul Ahkam,
dan SMK Baidhaul Ahkam. Di setiap masing-masing Lembaga Pendidikan
tersebut memiliki guru yang mengajar di SD juga mengajar di SMP begitupun
sebaliknya. Dan juga ada beberapa guru yang mengajar di luar Yayasan
tersebut. Adanya suatu komunikasi yang baik adalah terjadinya proses belajar
7
mengajar yang baik pula, proses belajar mengajar yang baik terletak pada
komunikasi yang efektif artinya adalah suatu proses komunikasi yang
membutuhkan aktivitas, cara dan sarana lain agar bisa berlangsung dan
mencapai hasil yang efektif.
Kebanyaan guru di SMP Islam Baidhaul Ahkam mengajar lebih dari
satu sekolah, bisa dibayangkan bagaimana seorang guru sangat mengatur
waktunya untuk berkomunikasi kepada siswa-siswanya yang tidak dalam satu
tempat. Jam masuk SMP Islam Baidhaul Ahkam mulai dari jam 12.30-17.15,
biasanya guru-guru yang berada di SMP tersebut telah mengajar dipagi hari di
tempat yang lain, sehingga kebanyakan mereka sudah kelelahan ketika datang
ke SMP tersebut, pada akhirnya konsentrasi proses belajar mengajar akan
sangat terganggu, juga beberapa guru free lance yang hanya datang pada jam-
jam tertentu saja, dan dari beberapa guru free lance tersebut menjadi wali
kelas. Bisa dibayangkan bagaimana komunikasi yang terjalin antara guru wali
kelas dengan siswanya yang sangat sedikit di sekolah. Padahal wali kelas
sangat berperan sekali dalam meningkatkan prestasi siswa, dia harus selalu
memberikan motivasi dan juga bimbingan kepada siswanya agar selalu
bersemangat dalam belajar ketika berada di lingkungan sekolah.
Dari permasalahan yang ada SMP Islam Baidhaul Ahkam
bagaimanapun juga seorang guru pasti memiliki tujuan yang mulia. Salah
satunya yaitu, menciptakan siswa yang berpendidikan tinggi dan berprestasi,
agar dapat membanggakan orang tua, lingkungan, guru dan sekolah. Oleh
karena itu penulis ingin meneliti sejauh mana komunikasi yang terjadi antara
guru dan siswa di sekolah SMP Islam Baidhaul Ahkam. Karena penulis
melihat dari jumlah siswa di sekolah tersebut lebih banyak dibandingkan dari
sekolah-sekolah swasta lainnya yang berada didaerah kecamatan periuk. Total
siswa saat ini saja berjumlah 509 orang, meningkat dari sebelumnya yang
berjumlah 433 orang, berarti ada komunikasi yang baik antara guru dan siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk
meneliti dan mengkaji tentang bagaimana peran komunikasi guru dan siswa
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di lembaga pendidikan tersebut.
8
Adapun judul skripsi yang penulis ajukan ialah “Peran Komunikasi Guru
Dan Siswa Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di SMP Islam
Baidhaul Ahkam Tangerang”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam hal prestasi belajar siswa, banyak factor-faktor yang
mendukung tentang bagaimana suatu proses yang kaitannya dengan prestasi
belajar siswa. Oleh karena itu penulis akan membatasi akan hal tersebut
agar pembahasan masalah dalam skripsi ini terarah pada tujuan yang
diinginkan penulis. Dan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. komunikasi guru dan siswa yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah peran komunikasi guru dan siswa didalam proses belajar
mengajar disekolah. Karena tidak semua siswa memiliki
kemampuan yang sama dari segi afektif, psikomotorik terlebih
khususnya dari segi koginitif.
b. Prestasi belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
nilai yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan
masalahnya adalah sebagai berikut :
a. Bagaiman peran komunikasi guru dan siswa di SMP Islam
Baidhaul Ahkam Tangerang?
b. Bagaimana prestasi belajar siswa yang dicapai di SMP Islam
Baidhaul Ahkam?
c. Bagaimana Hubungan komunikasi guru dan siswa dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa?
C. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
9
a. Yayasan Pendidikan Islam Baidhaul Ahkam, sebagai masukan
terhadap hasil prestasi belajar yang dicapai oleh siswa-siswanya.
b. Guru-guru SMP Islam Baidhaul Ahkam Tangerang, sebagai
masukan untuk meningkatkan keahlian dalam berkomunikasi.
Karena, komunikasi sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa.
c. Siswa-siswa SMP Islam Baidhaul Ahkam Tangerang, sebagai
masukan lebih ditingkatkan lagi untuk berkomunikasi kepada guru,
karena dari komunikasi itulah siswa dapat berprestasi dalam
belajar.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR,
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Prestasi Belajar Siswa 1. Pengertian prestasi belajar
Sebelum menjelaskan tentang pengertian prestasi belajar, terlebih
dahulu akan menjelaskan tentang prestasi. Kata prestasi dalam kamus
besar Bahasa Indonesia memiliki arti hasil yang telah dicapai (dari yang
telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).1 Sedangkan menurut S.P.
Hayeh dalam kamus populer, istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda
yaitu “prestatie” yang mengandung pengertian apa yang kerja keras.2
Jadi sudah sangat jelas bahwa prestasi merupakan suatu bentuk yang
baru yang tercipta dari seseorang yang merupakan hasil dari cara ia
berpikir untuk melakukan suatu perubahan yang baru. Dalam proses
belajar mengajar siswa bisa dikatakan prestasi apabila ia bisa melawati
mata pelajaran yang dipelajarinya dengan baik dan benar sehingga ia dapat
memperoleh hasil yang maksimal.
Sedangkan pengertian dari belajar menurut James O. Whittaker
dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah merumuskan ”belajar sebagai proses
di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. III, h. 895. 2 S.P. Hayeh, Kamus Populer, (Jakarta:1987), Cet. II, h. 296.
10
11
pengalaman”.3 Dikatakan belajar apabila ada dampak atau perubahan
terhadap seseorang dari apa yang ia lihat, maksudnya adalah apabila
seseorang mempunyai rasa ketertarikan akan suatu hal kemudian
berdampak kepada dirinya maka itu yang dinamakan belajar. Siswa akan
dikatakan belajar apabila dapat memahami materi yang diberikan guru,
apabila siswa tidak memahami materi tersebut walaupun guru sudah
menerangkan secara baik maka tidak akan dinamakan belajar. Oleh karena
tugas guru dalam memberikan materi kepada siswa jangan berpatokan
pada materi pelajaran, akan tetapi melihat bagaimana siswa yang
diajarkannya dapat memahami materi tersebut dengan baik dan benar.
Menurut Muhibbin Syah, “belajar adalah kegiatan yang berproses
dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaran jenis dan jenjang pendidikan”.4 Yang dikatakan Muhibbin
Syah pun hampir sama, hanya saja berada dalam kawasan dunia
pendidikan dan sudah dijelaskan di atas.
Menurut Slameto sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah
bahwa; “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.5 Apa yang dikatakan Slameto mudah difahami dalam
pengertian belajar, bahwa belajar adalah adanya tingkatan seseorang dari
yang sebelumnya yang berdasarkan pada pengalaman yang ia cari sendiri
dengan interkasi kepada lingkungannya. Seperti kepada orang tua, sekolah,
teman dan alam disekitarnya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa pengertian belajar merupakan akifitas yang dilakukan dengan
adanya tujuan untuk mencapai suatu pengetahuan, keterampilan, sikap dan
3 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar ..., h. 12. 4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), Edisi Revisi, h. 89. 5 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar ..., h. 13.
12
pengalaman yang baru. Yaitu dengan melalui perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
Juga dijelaskan bahwa kegiatan belajar merupakan aktifitas yang
menghasilkan perubahan ini di kemukakan oleh Alisuf Sabri, hal ini dapat
diketahui ketika ia menjelaskan tentang identifiksi ciri-ciri belajar yaitu :
a. Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual dan potensial.
b. Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
c. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).6
Apa yang dikatakan alisuf sabri tentang identifikasi ciri-ciri belajar
adalah benar. Belajar dapat membuat seseorang akan mendapatkan hal-hal
baru yang berdampak pada dirinya. Biasanya dilihat pada perubahan
prilaku orang tersebut, baik dilihat secara fsikis maupun fisik. Dan suatu
perubahan akan terjadi apabila dilakukan dengan cara disengaja, seseorang
tidak akan berubah jika tidak berusaha. Dalam dunia pendidikan, siswa
yang dikatakan berprestasi adalah siswa yang memiliki kelebihan terhadap
dirinya, kelebihan terjadi karena ada perubahan dan perubahan yang terjadi
karena ada usaha yang disengaja dari siswa tersebut.
Adanya perubahan pada individu yang diperolah dari kegiatan
belajar baik dengan cara interaksi dengan lingkungan ataupun dari
pengalaman pribadinya dapat membentuk kepada perubahan di sekitarnya.
Karena perubahan yang ia dapat tidak hanya dari pengetahuan yang ia
peroleh langsung dari lingkungan. Akan tetapi, pengetahuan yang ia
bentuk sendiri. Hal ini dinyatakan oleh Piaget bahwa “pengetahuan
dibentuk oleh individu, sebab individu melakukan interaksi terus menerus
dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan, dengan
6 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. II. h. 56.
13
adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin
berkembang”.7
Suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan
dalam diri siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan
belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri
perwujudan yang khas antara lain :
a. Perubahan Intensional
b. Perubahan Positif dan Aktif
c. Perubahan Efektif dan Fungsional.8
Perubahan Intensional artinya perubahan dalam proses berlajar
terjadi karena berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan secara
sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan kebetulan. Pada ciri ini
siswa menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan
pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.
Perubahan positif dan aktif, positif berarti perubahan tersebut baik
dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai dengan harapan karena
memperoleh sesuatu yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya.
Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha
dari siswa yang bersangkutan.
Perubahan efektif dan fungsional, perubahan dikatakan efektif
apabila berhasil guna artinya perubahan tersebut membawa pengaruh dan
manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya
perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila
dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan.
Dengan demikian, apabila ada perubahan dalam perilaku siswa yang
tidak sesuai dengan ciri khas perilaku belajar tersebut, maka hal tersebut
bukanlah perubahan yang diakibatkan oleh proses belajar.
Setelah adanya proses belajar siswa maka terciptanya suatu tujuan.
yaitu, prestasi belajar siswa. Menurut Syaiful Bahri Djamarah; “prestasi
7 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2006 h.13.
14
belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas
belajar”.9 Dijelaskan kembali bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang
dicapai dengan sengaja atau sudah terencana. Hal ini bisa dilihat dari
pengertian di atas bahwa prestasi belajar muncul karena adanya proses
belajar mengajar secara formal yang sudah terencana dan sistematis. Siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam sebuah lembaga
pendidikan diharuskan untuk selalu berprestasi dari hasil yang ia peroleh
dalam kegiatan belajar mengajar, karena apabila siswa tersebut berprestasi
setelah mengikuti suatu proses belajar mengajar maka akan berdampak
pada perubahan yang baru terhadap dirinya juga terhadap lingkungan
sekitar.
Nana Syaodih mengemukakan bahwa hasil belajar atau avhievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.10
Jadi jelas sekali apa yang telah dipaparkan di atas bahwa prestasi
belajar merupakan hasil dari suatu kegiatan individu baik secara formal
maupun informal yang dapat memberikan suatu hal yang baru ataupun
penyempurnaan dari suatu bentuk yang sudah ada sebelumnya. Hal ini bisa
dilihat dari perubahan pada prilaku individu baik dari penguasaan
pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik, dan juga
bisa dilihat dengan adanya perubahan pada lingkungan sekitanya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Pada dasarnya, prestasi belajar siswa yang optimal dalam kegiatan
pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Muhibbin
8 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru....., h.116-118. 9 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar Siswa dan Kompetensi Guru, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1994), Cet I. h. 46. 10 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007) h. 102.
15
Syah bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya
prestasi belajar seseorang itu di golongkan ke dalam tiga jenis, yaitu faktor
yang berasal dari dalam diri siswa sendiri (faktor internal) seperti faktor
fisiologis dan faktor psikologis, faktor instrumental, dan faktor yang
berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal).11 Berikut ini akan di jelaskan
masing-masing aspek dai faktor tersebut.
a. Faktor Internal
1. Aspek Fisiologis, yang termasuk aspek fisiologis yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah:
a) Panca Indra
Berfungsinya panca indra merupakan syarat supaya belajar
berlangsung dengan baik. Dalam system pendidikan di antara
panca indra yang paling memegang peranan penting dalam belajar
adalah mata dan telinga. Hal ini penting karena sebagian besar hal-
hal yang dipelajari oleh manusia diperoleh melalui penglihatan dan
pendengaran. Dengan demikian, seorang siswa yang memiliki cacat
fisik akan menghambat dirinya di dalam menangkap pelajaran
sehingga pada akhirnya aan mempengaruhi prestasi belajarnya di
sekolah.
b) Kesehatan Badan
Siswa memerlukan tenaga, karena itu untuk mencapai
prestasi balajar yang baik diperlukan badan yang sehat. Sebaliknya
anak yang sakit yang kurang makan, dan kurang tidur atau kurang
baik alat inderanya, maka ia tidak akan mengikuti pelajaran dengan
maksimal.
Kesehatan jasmani sangat besar pengaruhnya terhadap
kemampuan belajar. Untuk dapat belajar dengan baik dan bisa
berkonsentrasi dalam proses belajar mengajar, maka kesehatan itu
perlu diperhatikan dan dipelihara dengan sebaik-baiknya, karena
11 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), cet 1, h. 6.
16
dengan kesehatan yang baik maka siswa dapat melakukan segala
sesuatu dengan baik. Karena itu dalam proses belajar mengajar
guru harus selalu memperhatikan kondisi kesehatan siswanya,
sebab apabila siswa baik kesehatannya maka mereka akan
bersemangat untuk belajar, sehingga memperoleh prestasi belajar
yang optimal.
2. Aspek Psikologis, yang meliputi : intelegensi, sikap, bakat, minat,
motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan
persepsi, ingatan, berfikir dan kemampuan dasar pengetahuan
(bahan appersepsi) yang dimiliki siswa. Di bawah ini akan
dijelaskan lebih spesifik.
a) Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan siswa sejak lahir, yang
memungkinkan seseorang dapat berbuat sesuatu dengan cara yang
tertentu. Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat.
Tingkat kecerdasan atau siswa tidak dapat diragukan lagi,
hal ini sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini
bermakna semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa maka
semakin besar peluangnya untuk meraih sukses sebaliknya
semakin rendah kemampuan intelegensi siswa maka semakin kecil
peluang untuk memperoleh sukses.12
b) Sikap
Sikap adalah gejala yang berdimensi efektif berupa
kecendrungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara relatif
tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara
positif maupun negatif.13 Sikap merupakan faktor psikologis yang
12 Muhibbin Syah, Psikologi dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000) cet. 5 h.133.
13 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru ..., h.134.
17
mempengaruhi belajar, dalam hal ini sikap yang akan menunjang
belajar siswa ialah sikap positif terhadap bahan atau pelajaran yang
akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar, dan terhadap
lingkungan atau tempat di mana ia belajar. Seperti kondisi kelas,
teman-teman, sarana pengajaran dan sebagainya.14
c) Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan
demikian, sebenarnya setiap orang memiliki bakat yang ada dalam
dirinya yang berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat
tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.15
Dalam perkembangan selanjutnya bakat diartikan sebagai
kemampuan yang dimiliki setiap orang. Seseorang siswa yang
berbakat dalam bidang kesenian, misalnya akan jauh lebih mudah
menyerap informasi pengetahuan dan keterampilan yang
berhubungan dengan bidang tersebut dibanding dengan siswa
lainnya. Oleh karena itu untuk mencapai prestasi belajar yang baik,
perlu adanya kesesuaian antara bakat, minat, perhatian, cita-cita,
dan sikapnya. Kesesuaian ini akan membuat orang merasa senang
dalam belajar, dan merasa puas terhadap prestasi yang
diperolehnya.
d) Minat
Minat (Interest) berarti kecendrungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat besar
pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Minat
dalam belajar disebabkan berbagai hal, antara lain: Karena
keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh
pekerjaan yang baik, serta ingin hidup senang dan bahagia.
14 M. Alisuf sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional …, h. 84. 15 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru..., h.134.
18
Minat akan timbul bila ada perhatian, maka untuk
menimbulkan minat juga harus juga menimbulkan perhatian.
Karena itu minat dapat merupakan pendorong keberhasilan belajar
seseorang. Minat belajar yang tinggi yang tinggi cenderung
menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang
rendah akan menghasilkan prestasi yang rendah.
e) Motivasi
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme -
baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat
sesuatu.16 Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk
belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-
kebutuhan dalam diri seseorang. Dalam perkembangannya
motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu : motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan
yang berasal dari dalam siswa sendiri yang dapat mendorongnya
melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal
dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga
mendorongnya untuk melakukan tindakan belajar. Pujian dan
hadiah, peraturan sekolah, suru tauladan merupakan contoh
motivasi ekstrinsik.
Motivasi memiliki dua fungsi yaitu mengarahkan atau
directional function, dan kedua mengaktifkan dan meningkatkan
kegiatan atau activating and energizing function.17 Motivasi sangat
berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah siswa menjadi
tekun dalam proses belajar, dan dengan motivasi inilah kualitas
hasil belajar yang baik kemungkinan dapat terwujud. Siswa yang
dalam proses belajarnya mempunyai motivasi yang kuat dan jelas
pasti akan tekun dan berhasil belajarnya.
b. Faktor Eksternal
16 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru..., h. 136.
19
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang paling berpengaruh
terhadap prestasi siswa. Suatu dorongan semangat belajar yang
akan mempengaruhi siswa adalah dari lingkungan yang terdekat
yaitu keluarga.
Keluarga akan selalu memantau bagaimana perkembangan
siswa dari masa ke masa. Orang tua akan selalu memperhatikan si
siswa tersebut dalam hal apapun, terutama dalam prestasi belajar.
Ia akan selalu memberikan optimis yang baik terhadap siswa agar
selalu berprestasi di dalam belajar. Adik ataupun kakaknya pun
akan selalu memberi support kepada mereka dalam meningkatkan
prestasi belajar. Sehingga pada akhirnya siswa memiliki keinginan
yang kuat agar bagaimana ia harus berprestasi demi menggapai apa
yang diharapkan dari keluarga mereka.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu
lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang
lebih giat. Kedaan sekolah meliputi; cara penyajian pelajaran,
hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum.
Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik akan
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Di sini guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang
akan di ajarkan, dan memiliki peranan yang penting dalam
mengajar. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai
bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat
dalam mengajar.
3. Lingkungan Masyarakat
17 Nana Syaodih Sukmadinata , Landasan Psikologi Proses Pendidikan...., h. 62.
20
Keadaan masyarakat juga mempengaruhi prestasi belajar
siswa. Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri
dari orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata
bersekolah tinggi dan bermoral baik, hal ini akan mendorong anak
lebih giat belajar.
Dan juga biasanya lingkungan masyarakat juga dapat
menimbulkan kesulitan dalam belajar anak, terutama anak-anak
yang seumurnya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-
anak yang rajin belajar, maka anak akan ikut terangsang untuk
mengikuti jejak mereka. Sebaliknya apabila anak-anak di sekitar
lingkungannya merupakan anak-anak yang malas belajar, tidak
menutup kemungkinan akan terpengaruh pula.
c. Faktor Instrumental
Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas,
sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi
pelajaran serta strategi pelajar mengajar yang digunakan akan
mempengaruhi proses dari belajar siswa.18
B. Komunikasi Guru dan Siswa 1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan dasar interaksi antarmanusia. Kesepakatan
atau kesepahaman dibangun melalui sesuatu yang berusaha bisa dipahami
bersama sehingga interaksi berjalan dengan baik19. Sebelumnya penulis
akan menerangkan terlebih dahulu apa itu komunikasi. Secara etimologi
atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin
communication, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Arti
communis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama
18 M. Alisuf sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional… h. 59-61. 19 Nunung Prajarto, dari artikel yang berjudul Menjalin Komunikasi Efektif.
(http://yanpraz.multiply.com/journal/item/5/Komunikasi_Efektif)
21
makna mengenai suatu hal. 20 Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara
orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal
yang dikomunikasikan.
Secara terminologi komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan seseorang kepada orang lain.21 Jelas bahwa komunikasi
melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada
orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia.
Menurut William Akbig (1939) bahwa ”komunikasi adalah proses
pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu-individu”.
Kemudian Brelson dan Steiner (1964) juga merumuskan bahwa
”komunikasi adalah penyampaian informasi, idea, emosi, keterampilan,
dan seterusnya, melalui penggunaan symbol, angka, grafik, dan lain-lain”.
Demikian juga Astrid S. Susanto (1978) menulis: “komunikasi adalah
kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna”.22
Komunikasi yang dikatakan William Akbig adalah proses dimana
suatu bentuk penyampaian dalam bentuk utuh atau satu yang berdampak
pada orang lain, seperti halnya sebuah perintah yang diberikan manajer
kepada bawahannya untuk melakukan sesuatu untuk kemajuan atau
perkembangan kantornya, maka seorang bawahan akan mengerjakannya
karena akan berdampak pada kualitas kerja bawahan tersebut, dan menurut
Brelson dan Steiner sebenarnya hampir sama dengan pendapat William
Akbig hanya saja lebih bersifat umum. Brelson dan Steiner berpendapat
bahwa komunikasi adalah penyampaian suatu bentuk yang lebih bersifat
hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi seseorang. Misalkan seorang
manajer melakukan komunikasi kepada bawahannya agar puas dalam
pekerjaan, maka ia akan memberikan nasehat atau strategi-strategi dalam
pekerjaan. Menurut Astrid S. Susanto itu sama dengan pendapat William
20 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi..., h. 3-4. 21 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi…, h. 4. 22 Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2006), h. 25.
22
Akbig, jadi dapat disimpulkan komunikasi merupakan bentuk tertentu
yang harus dipahami oleh si penerima dengan tujuan agar si penerima
komunikasi dapat berubah dari sebelumnya.
Untuk lebih memahami tentang pengertian komunikasi, bisa dilihat
pengertian komunikasi secara sederhana menurut Dance (1970):
“komunikasi adalah pengungkapan respons melalui symbol-simbol
verbal”. Berikutnya menurut Colin Cherry (1964) ia merumuskan
komunikasi sebagai pembentukan satuan social yang terdiri dari individu-
individu melalui penggunaan bahasa dan tanda.23
Pengertian komunikasi menurut Dance adalah ungkapan terhadap
suatu hal, kemudian ungkapan tersebut disampaikan dalam bentuk yang
diinginkan. Misalkan guru itu galak maka yang akan dilakukan siswa
adalah bagaimana ia mengungkapkan bahwa guru itu galak seperti
memusuhi guru tersebut atau tidak suka mata pelajaran yang diajarkan
oleh guru tersebut. Komunikasi menurut Colin Cherry adalah komunikasi
yang gunanya sebagai penyampaian pada satu bentuk dari beberapa
individu kemudian disatukan yang tujuannya dapat memberikan
penyampaian yang berarti kepada individu lainnya, seperti LSM atau
organisasi yang berjalan di atas otoritas masyarkat luas. Jadi apabila
diambil kesimpulan dari dua pendapat di atas komunikasi merupakan
ungkapan suatu hal tertentu kemudian diimplementasikan yang tujuannya
dapat merubah kearah yang lebih baik, dan cara mengimplementasikannya
adalah dengan cara membentuk suatu kelompok yang terdiri dari beberapa
individu yang dapat menginformasikan implementasi tersebut.
Juga Dani Vardiansyah mengutip dari Havloand, Jenis & Kelly
(1953) bahwa komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata)
dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lainnya
23 Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas…, h. 26.
23
(khalayak).24 Pendapat Havloand, Jenis & Kelly yang dikutip Dani
Vardiansyah, komunikasi disini adalah komunikasi yang sering kita
jumpai disekitar kita yaitu proses penyampaian seseorang kepada orang
lain dalam bentuk kata-kata yang tujuannya membentuk prilaku orang lain
dari keadaan yang sebenarnya. Seperti guru menasehati muridnya dalam
lingkungan sekolah.
Selanjutnya Hafied Cangara mengutip dari Shannon dan Weaver
(1949) bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling
pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja25.
Dalam hal ini komunikasi menurut Shannon dan Weaver yang dikutip oleh
Hafied Cangara merupakan kesimpulan dari beberapa pengertian
komunikasi di atas yang intinya membentuk prilaku seseorang kearah yang
lebih baik dari sebelumnya dengan cara berinteraksi, adapun interaksi
disini adalah cara atau bentuk komunikasi yang kita inginkan dan secara
disengaja atau tidak disengaja.
Pada intinya komunikasi merupakan suatu proses yang dibuat
sengaja atau tidak sengaja untuk menyampaikan suatu bentuk yang
sifatnya ingin membentuk sebuah perubahan dari sebelumnya. seperti apa
yang dikatakan Havlond, Jenis & Kelly bahwa komunikasi adalah suatu
proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus
(biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau
membentuk perilaku orang lainnya (khalayak), tidak jauh berbeda dari
beberapa pendapat yang disampaikan oleh para tokoh di atas yang intinya
komunikasi merupakan alat perubahan atau perwujudan dari sebelumnya.
Pada hakekatnya tetap mengarah kepada fenomena komunikasi yang
sama dan searah, di mana seseorang menginginkan adanya perubahan
sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling
24 Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Indeks, 2005), h. 25.
25 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 20-21.
24
pengertian dari orang-orang yang ikut serta daam suatu proses komunikasi.
2. Fungsi dan Tujuan Komunikasi
Fungsi komunikasi pada umumnya ada empat, yakni:
a. Mass Information, yakni untuk memberi dan menerima informasi kepada halayak. Komunikasi dapat digunakan untuk menyampaikan dan menerima informasi.
b. Mass Education, yakni untuk memberi pendidikan. Biasanya fungsi ini dilakukan oleh guru kepada muridnya untuk meningkatkan pengetahuan atau oleh siapa saja yang mempunyai keinginan untuk memberi pendidikan.
c. Mass Persuasion, yaitu untuk mempengaruhi. Hal ini bisa dilakukan oleh setiap orang atau lembaga yang mencari dukungan. Dan ini lebih banyak digunakan oleh orang yang bisnis, dengan cara mempengaruhi melalui iklan yang dibuat.
d. Mass Entertainment, yaitu untuk menghibur. Biasanya dilakukan antara lain oleh amatir radio, televisi ataupun orang yang mempunyai profesi menghibur26.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diasumsikan. Mass Informaton,
maksudnya adalah adanya take and give yaitu keuntungan antara si
pemberi informasi dengan si penerima informasi. Contoh kecil, informan
yang ada di sebuah Mall atau pasar swalayan, informan tersebut dapat
menerima informasi yang kemudian harus diberikan lagi informasi
tersebut kepada khalayak ramai. Mass Education adalah memberikan
pendidikan, apa yang sudah dikatakan di atas biasanya dilakukan antara
guru dan siswa di sekolah. Tapi hal ini juga bisa dilakukan antara orang
tua dan anak, sahabat, kakak kepada adiknya. Yang intinya ada sifat
pendidikan yang terdapat dalam berkomunikasi yang tujuannya merubah
prilaku si penerima informasi kearah yang lebih baik. Mass Persuasion,
yaitu untuk mempengaruhi. Fungsi komunikasi ini biasanya bagaimana
komunikator bisa mempengaruhi seseorang dari keadaan sebelumnya.
Seperti dalam Pemilu, seorang tim sukses dari salah satu partai harus bisa
mempengaruhi khalayak ramai agar dapat memilih partai yang
26Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 52.
25
dianutnya.dan yang terakhir adalah Mass Entertainment, yaitu untuk
menghibur. Jelas bahwa fungsi komunikasi ini terjadi dalam dunia
entertainment, bagaimana komunikator harus bisa menghibur atau
merubah prilaku seseorang yang sedih menjadi senang.
Jelas bahwa fungsi komunikasi pada umumnya memberikan
pengetahuan yang baru dari komunikator (sumber) ke komunikan
(penerima) agar terjadi suatu perubahan yang dengan atau tanpa sengaja
yang telah disepakati. Dalam lembaga pendidikan fungsi komuniksi yang
tepat adalah Mass Education, yaitu guru atau lembaga sekolah dapat
memberikan pendidikan melalu proses belajar mengajar juga kegiatan-
kegiatan sekolah terhadap siswa yang tujuannya agar siswa tersebut dapat
berprestasi setelah melakukan komunikasi terhadap guru dan lembaga
sekolahnya.
Secara umum Harold D Lasswel dalam bukunya Roudhonah,
menyebutkan bahwa tujuan komunikasi ada empat, yaitu:
a. Social Change (perubahan social). Seseorang mengadakan komunikasi dengan orang lain, diharapkan adanya perubahan social dalam kehidupannya, seperti hal kehidupannya akan lebih baik dari sebelum berkomunikasi.
b. Attitude change (perubahan sikap). Seseorang berkomunikasi juga ingin mengadakan perubahan sikap.
c. Opinion change (perubahan pendapat). Seseoarang dalam berkomunikasi mempunyai harapan untuk mengadakan perubahan pendapat.
d. Behavior change (perubahan perilaku). Seseorang berkomunikasi juga
ingin mengadakan perubahan perilaku27.
Penulis akan mencoba menjabarkan tujuan komunikasi satu-persatu.
Social change, dikatakan juga perubahan social, tujuan komunikasi ini
adalah bagamaimana seseorang dapat merubah orang lain terhadap
kehidupan sosialnya. Misalkan dalam sebuah lingkungan RT, bagaimana
agar lingkungan Rt menjadi bersih dan rapih? Maka yang harus dilakukan
oleh seorang Rt memberikan informasi kepada warganya agar jangan
27Roudhonah, Ilmu Komunikasi..., h. 54.
26
buang sampah sembarangan dan bergotong royong setiap hari minggu.
Attitude change, atau perubahan sikap adalah tujuan komunikasi yang
lebih bersifat kepada perubahan personal individu, hal ini agak rumit
dibandingkan dengan perubahan sosial karena biasanya berkaitan dengan
kebiasaan seseorang. Misalkan seorang siswa yang tertutup terhadap
temannya, maka seorang guru harus melakukan komunikasi terhadap
siswa tersebut yaitu dengan memberikan beberapa pengertian bahwa
tertutup dengan teman sama saja memutuskan tali silaturrahmi, atau
pengertian lainnya agar siswa tersebut paham bahwa tertutup dengan
teman itu merugikan. Opinion change, atau perubahan pendapat. Tujuan
komunikasi disini adalah apabila komunikator memberikan pendapat
dalam suatu hal kepada khalayak, maka wajibalah komunikator juga
memberikan ruang kepada khalayak untuk merubah pendapat tersebut.
Maka inilah yang disebut fungsi komunikasi yang salah satunya adalah
Mass information. Behavior change atau perubahan prilaku, hal ini
sebenarnya sudah disinggung dalam pengertian komunikasi di atas, yang
mana komunikasi merupakan suatu proses yang sengaja atau tidak
disengaja untuk merubah prilaku seseorang kearah yang lebih baik.
Secara umum tujuan komuniksi adalah adanya perubahan yang telah
disepakati sebelumnya agar terciptanya suatu bentuk hal baru dari
sebelumnya sesuai dengan tujuan yang diinginkan secara sengaja.
3. Jenis-jenis Komunikasi
Setelah dijelaskan tentang fungsi dan tujuan komunikasi. Maka
akan dijelaskan pula tentang jenis-jenis komunikasi, agar lebih memahami
maksud dan tujuan dari komunikasi.
Jenis-jenis komunikasi dapat dikelompokkan menjadi beberapa
macam, akan dijelaskan berikut ini:
a. Komunikasi tertulis, adalah komunikasi yang disampaikan secara
tertulis. Namun sebagai salah satu cara menyampaikan pesan,
komunikasi tertulis memiliki keunikan tersendiri. Komunikasi tertulis
27
merupakan suatu keterampilan yang tentunya membutuhkan ketekunan
dan latihan untuk menguasainya. Tak seperti halnya komunikasi lisan
yang hampir setiap orang dapat menggunakan. Tentunya karena
komunikasi lisan diajarkan sejak manusia dilahirkan. Keuntungan
komunikasi tertulis antara lain bahwa komunikasi itu dapat
dipersiapkan terlebih dahulu dengan baik, dapat dibaca berulang-ulang,
menurut prosedur tertentu, mengurangi biaya.
b. Komunikasi lisan, adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan.
Komunikasi ini dapat dilakukan secara langsung berhadapan atau tatap
muka dan dapat pula memalui telepon. Di dalam komunikasi lisan, ada
dua cara dasar di dalam berkomunikasi, yaitu: komunikasi verbal dan
komunikasi non-verbal. Di dalam komunikasi verbal, kita
menyampaikan pesan menggunakan kata-kata (bahasa). Sedangkan di
dalam komunikasi non-verbal, kita mengirimkan pesan menggunakan
tanda-tanda, simbol, sikap tubuh (gesture), ekspresi wajah, nada bicara
dan tekanan kalimat.28
c. Komunikasi non verbal, merupakan salah satu bentuk dari komunikasi
lisan, dan sudah dijelaskan di atas.
Dijelaskan kembali komunikasi non verbal adalah proses komunikasi
dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh
komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh,
ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian,
potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara
seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya
berbicara.29
d. Komunikasi satu arah, adalah bentuk pesan yang disampaikan oleh
sumber kepada sasaran dan sasaran tidak dapat atau tidak mempunyai
28Purnawan Kristanto. Artikel Memahami Proses Komunikasi, (http://www.sabdaspace.org/ memahami_proses_komunikasi).
29Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_nonverbal).
28
kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya. komunikasi
ini bersifat koersif dapat berbentuk perintah, instruksi dan bersifat
memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi.
e. Komunikasi dua arah lebih bersifat persuasif dan memerlukan hasil
(feed back).
Seperti halnya antara guru dengan siswa satu persatu. Antara guru dan
siswa ada garis pemisah yang longgar. Siswa tidak hanya mendengar
dan mencatat tetapi siswa sudah dapat bertanya dan menjawab
pertanyaan guru.
Dan menurut Andri Hardiansyah, ada 10 hambatan komunikasi dua arah yaitu: 1. bahasa 2. budaya 3. kebenaran yang semu 4. penipuan 5. tujuan tidak jelas 6. salah paham 7.sisi historis atau pengalaman 8. menganggap enteng lawan bicara 9. mendominasi pembicaraan 10. pihak ketiga.30
Jenis-jenis komunikasi di atas merupakan beberapa bentuk atau cara
untuk berkomunikasi. biasanya seseorang apabila ingin melakukan
komunikasi maka ia akan menggunakan suatu jenis komunikasi yang
cocok cara ia berkomunikasi. misalkan orang tua, maka akan cocok
apabila berkomunikasi dengan anaknya menggunakan komunikasi lisan,
atau komunikasi satu arah. seperti nasehat. adapun guru maka akan
menggunakan semua jenis komunikasi di atas karena semuanya sangat
diperlukan dalam proses belajar mengajar.
4. Komunikasi Efektif dan tidak efektif
Hasil penelitian Johnson, Sutton dan Harris menunjukkan cara-cara
agar komunikasi efektif dapat dicapai. Menurut mereka, komunikasi
efektif dapat terjadi melalui atau dengan didukung oleh aktivitas role-
playing, diskusi, aktivitas kelompok kecil dan materi-materi pengajaran
yang relevan. Meskipun penelitian mereka terfokus pada komunikasi
efektif untuk proses belajar-mengajar, hal yang dapat dimengerti di sini
30 Hardiansyah Andri. 10 Hambatan Komunikasi Dua Arah,, (http://www.scribd.com/doc/8448519/10-Hambatan-Komunikasi-Dua-Arah).
29
adalah bahwa suatu proses komunikasi membutuhkan aktivitas, cara dan
sarana lain agar bisa berlangsung dan mencapai hasil yang efektif. 31
Maksud dari proses komunikasi membutuhkan aktifitas adalah
komunikasi yang sengaja dilakukan agar terciptanya komunikasi efektif.
Seperti sebuah diskusi, tujuan dari adanya diskusi adalah adanya
komunikasi efektif yang terjadi pada beberapa individu untuk sebuah
tujuan yang disepakati oleh individu-individu yang terlibat dalam tujuan
tersebut. Jelas bahwa komunikasi efektif membutuhkan aktifitas dalam
proses komunikasi yang memang sengaja dilakukan.
Adapun yang tidak dikatakan komunikasi tidak efektif adalah
penghambat suatu komunikasi. Menurut Onong Uchjana Effendy ada 4
macam faktor-faktor penghambat komunikasi,32 yaitu:
a. Hambatan sosio-antro-psikologi. Faktor ini banyak dipengaruhi oleh situasi ketika komunikasi dilangsungkan, sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi, terutama situasi yang berhubungan dengan factor-faktor sosiologi-antropologis-psikologis.
b. Hambatan Semantik. faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan.
c. Hambatan mekanis. Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi seperti telepon, surat kabar, radio, dan televisi
d. Hambatan ekologis. Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan.
Dalam praktek berkomunikasi biasanya seseorang akan menemui
berbagai macam hambatan yang jika tidak dapat ditanggapi dan disikapi
secara tepat akan membuat proses komunikasi yang terjadi menjadi sia-sia
karena pesan tidak tersampaikan atau yang sering terjadi adalah terjadinya
penyimpangan. Di antara guru dan siswa hambatan dalam komunikasi
sering terjadi, seperti hambatan semantik. Tidak semua perkataan guru
31 Nunung Prajarto, dari artikel yang berjudul Menjalin Komunikasi Efektif. (http://yanpraz.multiply.com/journal/item/5/Komunikasi_Efektif).
32Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi…, h. 11-16.
30
akan selalu didengar murid, dikarenakan faktor bahasa yang kadang-
kadang siswa tidak memahami apa yang dibicarakan oleh guru.
Terhadap hal ini, Green (2000) memberi sejumlah saran agar
komunikasi efektif dapat terjalin dengan baik. Saran yang diberikannya
antara lain:
a. Memikirkan pihak yang diajak berkomunikasi. Dengan menyadari pihak yang diajak berkomunikasi akan memudahkan pilihan terhadap cara berkomunikasi dan keterbatasan perkembangan kepribadian yang mereka miliki.
b. Memberi perhatian pada pesan-pesan non-verbal yang bisa ditangkap. Perubahan rona muka, gerak tangan dan posisi duduk sebagai contoh, perlu disikapi secara benar agar komunikasi dapat menjadi efektif.
c. Memosisikan diri sebagai pendengar yang aktif. Cara seperti ini dapat menguatkan kejiwaan lawan bicara karena merasa omongannya didengar sehingga lebih memudahkannya untuk semakin terbuka.
d. Memperbanyak frekuensi komunikasi. Di satu sisi hal ini sangat positif dan mampu memberi peneguhan, di sisi yang lain berpeluang menimbulkan kejenuhan.
e. Berkomunikasi secara jelas dan langsung (tidak berbelit-belit). f. Menggunakan pesan-Aku dan bukan pesan-Kamu. Contoh : ”Aku
pikir” pekerjaanmu kemarin masih bisa diperbaiki. jauh lebih efektif daripada ”Kamu” perbaiki pekerjaanmu kemarin ya. Pesan-Aku ini dipandang tidak bernada mengancam, menghakimi, menjatuhkan, menyalahkan dan mengecilartikan.
g. Lebih memberi penekanan pada hal positif.33
Neuman (2002), secara khusus memberi arahan lain untuk menjalin
komunikasi efektif, utamanya bila komunikannya bersifat jamak dan besar.
Dalam hal ini komunikasi efektif yang disarankannya adalah untuk
komunikasi kelompok (dalam kelas, sebagai contoh). Beberapa sarannya
antara lain:
a. Menguasai kelas; lihat susunan kursi, alat bantu yang ada dan mungkin dapat dipakai, lebar ruangan dan kategori audiensnya.
b. Bangkitkan partisipasi audiens, dengan menyatukan pengalaman yang sama-sama dimiliki. Dengan kata lain, ciptakan interaksi yang interaktif.
33 Nunung Prajarto. Dari artikel yang berjudul Menjalin Komunikasi Efektif, karangan Dr. Nunung Prajarto. (http://yanpraz.multiply.com/journal/item/5/Komunikasi_Efektif).
31
c. Mempertahankan kontak mata agar terjalin komunikasi non-verbal sebagai pendukung komunikasi verbal.
d. Komunikasi efektif membutuhkan suasana yang menghibur. Lelucon atau sumber-sumber multimedia yang memungkinkan hal itu akan membuat transfer informasi mengenai sasaran secara efektif.
e. Mempertahankan kontak dengan mereka hingga di luar kelas sekalipun. Artinya, email atau pertukaran pesan lewat sarana lain sangat membantu efektifitas komunikasi sebelumnya (di dalam kelas).
f. Kerjasama tim biasanya lebih memberi hasil yang efektif.34
Bila receiver (penerimanya) adalah murid dan hal ini untuk tujuan
komunikasi pendidikan yang efektif, maka hal-hal yang juga perlu
dikembangkan menurut University of California Davis adalah ketrampilan
menulis, berbicara, serta komunikasi antarpersonal dan komunikasi
kelompok.
5. Peran Komunikasi Guru dan Siswa
Salah satu tujuan komunikasi adalah adanya perubahan yang
diinginkan komunikator kepada orang lain yang diinginkan. begitupun
guru, tujuan seorang guru adalah membentuk suatu perubahan pada
peserta didik. maka seorang guru harus bisa berkomunikasi dengan baik
kepada peserta didik untuk tercapainya perubahan, seperti perubahan
prilaku, sikap, kehidupan sosial dsb.
Oleh karena itu peran komunikasi guru haruslah jelas, maka penulis
akan membahas apa yang semestinya dilakukan oleh guru dalam
berkomunkasi kepada siswanya yang bertujuan adanya perubahan yang
baik terhadap siswa.
a. Komunikasi Guru
Di dalam komunikasi guru dengan siswanya, banyak hal terjadi
yang maksud dan tujuannya adalah perubahan yang terjadi terhadap
34 Nunung Prajarto, dari artikel yang berjudul Menjalin Komunikasi Efektif, karangan Dr. Nunung Prajarto. (http://yanpraz.multiply.com/journal/item/5/Komunikasi_Efektif).
32
siswa kearah yang lebih baik. Ada dua uraian dibawah ini yang
dijadikan tuntutan agar fungsi komunikasi antara guru dan siswa
dilakukan sebagaimana mestinya, yaitu :
1. Profesionalisme guru
Di dalam buku ”wawasan tugas guru dan tenaga kependidikan”
seorang guru yang profesional adalah sangat sederhana dan wajar,
ialah guru yang baik, yang lahir dari manusia yang baik. Jadi tidak
harus terobsesi dengan menciptakan guru tanpa cacat. Ukuran
keberhasilan guru secara sederhana ialah apabila peserta didik
bertambah gairah belajar; bila hasil belajar peserta didik meningkat;
bila disiplin sekolah membaik; bila hubungan antara guru, orang tua
dan masyarakat menjadi mesra.35
Memang benar bahwa guru yang profesional tidak harus
sempurna dalam segala hal, akan tetapi bagaimana ia bisa menuntun
di sekelilingnya untuk kearah yang lebih baik. Dengan para siswa
guru yang profesional harus bisa mengubah siswa agar memiliki
watak untuk selalu meningkatkan belajaranya demi prestasi yang
akan diraih. Profesional guru akan terlihat oleh orang tua atau
masyarakat apabila siswa memiliki prestasi dari hasil belajar siswa di
sekolah.
Di dalam buku yang sama, dalam konteks yang luas, terutama
dalam kaitannya dengan perkembangan kehidupan bangsa selama ini
adalah mutlak bahwa:
a) Guru Memanusiakan Anak Bangsa, yakni Senantiasa membuka peluang dan potensi setiap manusia sebesar-besarnya hingga anak bangsa bebas dari keterbelengguan dan sekaligus berkembang dan berpotensi didalam hidup.
b) Guru Membudayakan Anak Bangsa, yakni Membuka peluang sebesar-besarnya untuk penghayatan, penerapan dan pengembangan nilai-nilai kehidupan yang beradab dan bemoral.
35 Departemen agama RI, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam 2005. hal. 12.
33
c) Guru Mengindonesiakan Anak Bangsa, yakni Guru bertanggung jawab untuk senantiasa mengindonesiakan anak bangsa, yang memupuk kebanggaan berbangsa, menghidupkan aspirasi kesatuan dan presatuan.36
Tugas guru terhadap bangsa memang tidak mudah, guru
dituntut untuk selalu mencerdaskan anak bangsa. Bangsa atau negara
yang baik bersumber pada sumber daya manusia yang baik. Sumber
daya manusia yang baik tercipta pada anak yang baik pula. Anak
yang baik muncul karena anak yang pintar, berprestasi, patuh kepada
orang tua dan guru. Oleh karena itu guru harus menciptakan siswa-
siswa yang cerdas agar dapat memajukan bangsanya.
Jelas bahwa guru profesional menjadikan komunikasi sebagai
wadah untuk membentuk siswa yang cerdas. Bagaimanapun prilaku
siswa akan bisa di atasai apabila guru memiliki tata cara komunikasi
yang baik. Tidak diharuskan ada guru yang pintar juga mapan untuk
membimbing siswanya. Oleh karena itu komunikasi yang baik
sangatlah penting terhadap guru dan siswa untuk mencapai tujuan
yang telah disepakati keduanya.
2. Tanggung jawab guru
Komunikasi guru dan siswa akan terjadi apabila guru memiliki
tanggung jawab terhadap siswanya. Yaitu dengan merencanakan dan
menunutun siswa melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang dinginkannya.
Guru harus membimbing siswanya agar mereka memperoleh
keterampilan-keterampilan, pemahaman, perkembangan berbagai
kemampuan, kebiasan-kebiasan yang baik, dan perkembangan sikap
yang serasi. Oleh karena itu ia harus melakukan banyak hal yang
kaitannya dengan komunikasi guru dan siswa agar pengajarannya
berhasil, antara lain.
a. Mempelajari setiap peserta didik dikelasnya.
36 Departemen agama RI, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan…, hal. 17-18.
34
b. Memilih dan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, kebutuhan dan kemampuan peserta didik dan dengan bahan bahan yang akan diberikan.
c. Memelihara hubungan pribadi seerat mungkin dengan peserta didik.
d. Membantu para peserta didik memecahkan berbagai masalah.
e. Mengadakan hubungan dengan orang tua peserta didik secara kontiniu dan penuh saling pengertian.
f. Mengadakan hubungan dengan masyarakat secara aktif dan kreatif guna kepentingan pendidikan para siswa.37
b. Komunikasi Siswa
Peran komunikasi siswa disini adalah bagaimana ia dapat
menangkap hal-hal yang diberikan oleh guru melalui lisan dalam proses
belajar-mengajar. Seperti materi pelajaran, nasehat-nasehat, teguran
atau pujian dll. Hal di atas akan terjadi apabila komunikasi guru dan
siswa terjalin dengan baik.
Ada beberapa hal yang menjadi penghambat bagaimana peran
siswa berkomunikasi kepada gurunya. disinilah para guru dapat
menggunakan perannya sebagai seorang komunikator.
ada dua hal yang dapat menyebabkan penghambat antara
komunikasi siswa dengan gurunya dalam proses belajar mengajar,
yaitu:
1. Kesulitan belajar
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor
intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi disebabkan
oleh faktor-faktor non intelegnsi. Dengan demikian, anak yang
memiliki intelegensi yang tinggi belum menjamin keberhasilan
belajar.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, kesulitan belajar yang
37 Departemen agama RI, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan…, Hal. 76-77.
35
dirasakan oleh anak didik bermacam-macam, yang dapat
dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut :
a. dilihat dari jenis kesulitan belajar: - ada yang berat; - ada yang sedang.
b. dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari: - ada yang sebagian mata pelajaran; dan - ada yang sifatnya sementara.
c. dilihat dari sifat kesulitannya: - ada yang sifatnya menetap; dan - ada yang sifatnya sementara.
d. dilihat dari segi faktor penyebabnya - ada yang karena faktor intelegensi; dan - ada yang karena faktor non intelegensi.38
Bermacam-macam kesulitan belajar sebagaimana disebutkan
di atas selalu ditemukan di sekolah. Apalagi suatu sekolah dengan
sarana prasarana yang kurang lengkap, dan tenaga guru apa adanya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi
dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan
adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan belajar.39
Di sinilah tugas guru untuk selalu memahami anak didik,
bagaimana ia ahli berkomunikasi dengan anak didik yang memiliki
ancaman, hambatan dan gangguan di dalam proses belajar mengajar.
Karena kesulitan belajar anak didik dapat terjadi setiap saat. Setiap
kali kesulitan belajar anak didik yang satu dapat di atasi, tetapi pada
waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar anak didik yang
lain. Dalam setiap bulan atau bahkan dalam setiap minggu tidak
jarang ditemukan anak didik yang berkesulitan belajar.
Menurut Muhibbin Syah didalam buku psikologi belajar
karangan syaiful bahri djamarah. Beberapa penyebab kesulitan
belajar yang ditinjau dari sudut intern anak didik dan ekstern anak
38 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) Ed, 2. h. 234-235.
39 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar..., h. 235.
36
didik. Menurutnya faktor-faktor anak didik meliputi gangguan atau
kekurangmampuan psiko-fisik anak didik, yakni berikut ini.
a. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi anak didik.
b. Yang bersifat afektif (rana rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
c. Yang bersikap psikomotor (ranah karsa) antara lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga). Sedangkan faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi
dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar anak didik. Faktor lingkungan ini meliputi: a. Lingkungan keluarga, contohnya; ketidakharmonisan
hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya; wilayah perkampungan kumuh (slum area) dan tema sepermainan (peer group) yang nakal.
c. Lingkungan sekolah, contohnya: konidisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.40
Dari pernyataan di atas dapat dibayangkan betapa mudahnya
anak didik menghadapi masalah-masalah yang akan terjadi didalam
kesulitan belajar. Maka disinilah peran guru, orang tua, dan
lingkungan sekitar untuk selalu memberikan banyak pengaruh hal
positif terhadap anak didik agar mampu menghadapi masalah-
masalah yang menyulitkan anak didik untuk belajar. Khususnya guru
yang lebih banyak berkomunikasi kepada siswa didalam proses
belajar mengajar, dengan cara memberikan nasehat, motivasi dan
saran ketika sedang memberikan materi pelajaran. Hal ini penting,
karena murid akan mencerna apa yang diberikan oleh guru didalam
proses belajar mengajar.
Guru sangatlah berperan penting kepada siswa-siswanya.
Bagaimanapun sikap dan prilaku siswa. Guru harus bisa mengerti
bahwa tidak semua siswa itu sama, perlu diingat pada dasarnya
37
seorang anak memiliki hati nur’ani yang sama. oleh karena itu tugas
guru adalah menemukan jatidiri siswa-siswanya agar mereka paham
bahwa setiap orang pasti memiliki kelebihan, dan pergunakanlah
kelebihan itu untuk menuntut ilmu. Karena, ilmu pengetahuan itu
penting dan bermanfaat bagi sekolah, keluarga, lingkungan dan
negara.
2. Perihal anak bermasalah
Tolok ukur keberhasilan seorang guru dapat ditentukan
berdasarkan sikap dan perilaku anak-anak didiknya. Sebagai
pendidik, seorang guru akan merasa berhasil apabila anak-nak
didiknya mau bekerjasama dalam proses belajar mengajar. Makna
kerjasama adalah bersama-sama melakukan tugas dalam rangka
proses pembelajaran. Tetapi adakalanya sikap dan perilaku anak-
anak didik menyebabkan seorang guru tidak tahan dan ingin cepat-
cepat menyelesaikan sesi pembelajarannya.
Sebenarnya sikap dan tingkah laku anak-anak didik yang tidak
mau bekerjasama merupakan dampak permasalahan dalam proses
belajar mengajar. Alasan kenapa anak-anak didik tidak mau bekerja
sama karena mereka memiliki masalah yang ada pada dirinya,
sangatlah berbeda antara anak yang mengalami kesulitan belajar
dengan anak yang bermasalah. Seorang siswa dikategorikan sebagai
anak yang bermasalah apabila ia menunjukkan gejala-gejala
penyimpangan dari prilaku yang lazim dilakukan oleh anak-anak
pada umumnya.
Siswa yang bermasalah tidak bisa dihadapkan hanya sebatas
komunikasi biasa saja. Akan tetapi diberikan perhatian lebih, seperti
memberikan nasehat dan motivasi, selalu komunikasi dengan orang
tua atau pihak dari keluarganya. Karena masalah yang muncul dari
siswa tidaklah merupakan satu aktifiras yang independen.
40 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar ..., h. 235-236.
38
Secara garis besar pangkal soal masalah-masalah siswa dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu Internal dan Eksternal:
a. Internal
masalah internal biasanya lebih disebabkan dari kondisi
siswa tersebut, hal ini disebabkan dari adanya kelainan fisik
maupun kelainan psikis
b. Eksternal
masalah eksternal hadir dari luar siswa. Biasanya muncul
dari keluarga, pergaulan, salah asuh atau pengalaman hidup
yang tidak menyenangkan.
Dari uraian di atas dipahami bahwa siswa tidaklah sempurna.
seorang peserta didik memiliki kekurangannya masing-masing dalam
berkomunikasi, ini mewakili dari kekurangan siswa yang sering
dijumpai dalam proses belajar mengajar. Di sini bagaimana peran
komunikasi guru berfungsi, guru yang pandai bekomunikasi dengan
siswanya adalah guru yang memahami kondisi dari siswa tersebut.
Karena tidak semua siswa yang berada dalam satu kelas bisa
menggunakan satu bentuk komunikasi yang sama, akan tetapi guru
harus menggunakan hal-hal yang dibutuhkan agar komunikasi
tersebut bisa berjalan dengan baik.
Menurut Olailani,41 ada tujuh opsi yang bermanfaat dan efektif
yang harus dilakukan guru dalam menghadapi siswa yang
bermasalah di sekolah, yaitu :
a. Memberi penjelasan apabila ada masalah atau kejadian insidentil di kelas.
b. Berperan sebagai seorang informan. c. Memberikan pilihan/opsi. d. Memberi perintah dengan pesan singkat atau satu kata. e. Berkomunikasi dengan gerakan atau bahasa tubuh. f. Mengungkapkan perasaan anda.
41 Olailani, artikel Opsi Seorang Pendidik Menghadapi Anak-anak yang Bermasalah, (http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1813790-opsi-seorang-pendidik-menghadapi-anak/).
39
g. Menyampaikan pesan atau perintah melalui tulisan.
Opsi di atas sangat mudah dilakukan bagi seorang guru. Anak-
anak didik yang bermasalah akan sangat bergantung kepada guru,
mereka akan melewati masalah dengan baik apabila seorang guru
selalu menuntun anak didiknya hingga mencapai tujuan yang telah
disepakati bersama didalam proses belajar mengajar yaitu prestasi
belajar.
C. Kerangka Berfikir
Dalam suatu perubahan dari satu hal yang lama menjadi baru akan
terwujud apabila adanya hubungan yang terjalin untuk mencapai tujuan
dari hal yang baru tersebut. Dengan apa hubungan itu terjalin? Yaitu
dengan adanya sebuah Komunikasi yang terjalin antara satu sama lain.
Dalam ruang lingkup lembaga pendidikan terjalinnya sebuah komunikasi
antara guru dan siswa akan terciptanya suatu perubahan yang telah
disepakati oleh guru dan siswa. Guru dapat berkembang dari cara ia
mengajar, siswa dapat meraih prestasi dengan belajar kepada guru
tersebut.
Komunikasi sangatlah diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar
disekolah. Dalam melaksanakan tugasnya seorang guru memerlukan
kesiapan yang matang agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan
lancer. Guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar tidak hanya
sekedar menjalankan tugasnya, namun haruslah diiringi dengan tanggung
jawab dan kemampuan berkomunikasi.
Keberhasilan proses belajar mengajar tidak lepas dari interaksi guru
dan siswanya sedangkan proses interaksi yang terjadi antara guru dan
siswa disebut komunikasi. Jadi, pola komunikasi antara guru dan siswa
yang efektif akan menghasilkan sebuah pemahaman antara kedua belah
pihak yang akan sangat membantu dalam menyukseskan proses belajar
40
mengajar.42 Proses belajar mengajar akan terlaksana dengan baik apabila
di antara guru dan siswa memiliki hubungan timbal balik dalam suasana
yang menyenangkan. Untuk itu, komunikasi yang baik perlu diciptakan
agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa disekolah.
Prestasi belajar siswa merupakan hasil yang telah dicapai seorang
siswa setelah melakukan suatu pekerjaan atau aktifitas belajar yang
diwujudkan dalam bentuk nilai raport.
Atau secara gamblangnya prestasi belajar adalah perubahan positif
yang mengarah kepada kemajuan atau perbaikan yang terjadi pada diri
individu. Kemajuan atau perbaikan itu bukan berarti orang tersebut sudah
memiliki pemahaman mengenai obyek tersebut hal ini disebabkan karena
pemahaman merupakan salah satu tingkat kognisi yang lebih tinggi dari
pengetahuan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diduga bahwa terdapat korelasi
antara komunikasi guru dan siswa dengan prestasi belajar siswa. Semakin
kurang peran antara komunikasi guru dan siswa maka akan semakin
rendah prestasi belajar siswa. Sebaliknya, diduga dengan semakin baiknya
peran antara komunikasi guru dan siswa maka akan semakin baik dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan kata lain, semakin positif
peran komunikasi guru dan siswa, maka akan meningkat pula prestasi
belajar siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori-teori dalam kerangka berfikir yang telah
dikemukakan di atas maka di atas maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian adalah:
Ho : tidak terdapat hubungan antara komunikasi guru dan siswa dengan
prestasi belajar siswa di SMP Islam Baidhaul Ahkam.
42 www.digilib.itb.ac.id tentang Fungsi Komunikasi Guru BP Bagi Siswa SMU PGRI BATU Dalam Memilih Jurusan Yang Sesuai Dengan Minat dan Bakat Siswa.
41
Ha : terdapat hubungan antara komunikasi guru dan siswa dengan prestasi
belajar siswa di SMP Islam Baidhaul Ahkam.
Keterangan:
Ho = Hipotesis nihil (nol)
Ha = Hipotesis alternatif
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Ditinjau dari sifatnya, penelitian ini adalah penelitian yang bersifat
Kuantitatif dengan tujuan adalah:
1. Mengetahui peran komunikasi guru dan siswa
2. Mengetahui prestasi belajar siswa yang dicapai disekolah
3. Mengetahui hubungan komunikasi guru dan siswa dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa di SMP Islam Baidhaul Ahkam Tangerang.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di SMP Islam Baidhaul Ahkam Tangerang
yang berlokasi Jl. Villa Tangerang Indah Sangiang, Periuk-Tangerang 15132
Kota Tangerang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2009 - 10
Februari 2010.
C. Variabel Penelitian
Variabel menurut Suharsimi Arikunto adalah objek penelitian, atau apa
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.1 Dalam penelitian ini terdapat
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002) Edisi revisi 5 cet keduabelas, h. 96.
42
43
dua variabel, satu variabel bebas yaitu komunikasi guru dan siswa, dan satu
variabel terikat yaitu prestasi belajar siswa.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.2 Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang terdaftar di SMP Islam
Baidhaul Ahkam tahun pelajaran 2008/2009 yang jumlahnya 147 siswa.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.3 Cara yang
digunakan adalah dengan purposive sampling, teknik sampling ini diberi nama
demikian karena di dalam pengambilan sampelnya, berdasarkan pertimbangan
penulis. Dikarenakan kemampuan peneliti dilihat dari keterbatasan waktu,
tenaga dan dana. Maka, dari jumlah 147 siswa yang ada, penulis hanya
mengambil sampel sebanyak 30% yaitu 44 siswa. 10 siswa dijadikan
responden untuk pengujicobaan instrumen penelitian. Karena 10 siswa akan
digunakan sebagai responden uji coba instrumen, maka sisa anggota populasi
dijadikan sampel sebagai masukan data penelitian adalah yaitu 34 siswa.
Pemilihan siswa kelas VIII sebagai sampel dalam penelitian ini,
karena kelas VIII merupakan kelas pertengahan antara kelas VII dan IX, yang
mana telah memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam berkomunikasi
dibandingkan dengan kelas VII, dan juga untuk kelas VIII sudah memiliki
nilai raport sedangkan kelas VII belum ada. Sedangkan siswa kelas IX tidak
dijadikan sebagai sampel karena sedang berkonsentrasi pada kegiatan belajar
untuk persiapan dalam menghadapi ujian nasional.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut :
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., h. 108.
3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., h. 109.
44
1. Angket/kuesioner merupakan suatu alat pengumpul informasi dengan cara
menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis
pula oleh responden. Angket ini berisi daftar beberapa pertanyaan dengan
jawaban alternatif yang berkenaan dengan komunikasi guru dan siswa.
Bentuk angket yang digunakan adalah angket langsung dan bersifat
tertutup dengan bentuk skala Likert, dimana responden diminta memilih
satu jawaban.
2. Data Dokumentasi : Dalam hal ini penulis memperoleh nilai raport siswa
semester I tahun pelajaran 2008/2009 guna melihat prestasi belajar siswa
kelas VIII secara keseluruhan.
F. Uji Instrumen
1. Validitas Instrumen
Uji validitas instrumen menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
itu mengukur apa yang ingin diukur.4 Dalam penelitian ini, untuk
mengukur validitas, digunakan rumus korelasi product moment.5 Adapun
maksud mengukur validitas intrumen adalah untuk mengetahui apakah
butir-butir pernyataan dalam instrumen yang digunakan pada penelitian ini
memiliki validitas yang tinggi atau rendah. Berikut ini adalah rumus
product moment:
{ }{ }∑ ∑−∑ ∑−∑ ∑∑−
=2222 )()(
))((yyNxxN
yxxyNrxy
Keterangan:
rxy : Angka indeks “r” Product Moment
4 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1989), h.124.
5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (IKAPI: CV Alfabeta), h. 121.
45
N : Number of Cases
∑XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
∑X : Jumlah hasil skor X
∑Y : Jumlah hasil skor Y
Hasil penghitungan setiap butir tersebut akan dikonsultasikan
dengan “r” tabel, dengan ketentuan jika “r” hitung lebih besar dari “r”
tabel (rhitung > rtabel) maka butir tersebut memiliki validitas dan dapat
digunakan untuk menjaring data yang dibutuhkan.
2. Reliabilitas Instrumen
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data
yang sama.6 Untuk menguji reliabilitas instrumen agar dapat dipercaya,
maka digunakan rumus Alpha.
Langkah-langkah perhitungan reliabilitas instrumen kedua variabel
adalah sebagai berikut:7
a. Membuat lembar kerja berdasarkan skor butir yang diperoleh
b. Menghitung varians tiap butir dengan menggunakan rumus:
c. Menghitung varians total dengan rumus:
d. Menghitung reliabilitas dengan rumus:
Keterangan:
r11 : reliabilitas k : banyaknya butir pertanyaan
6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, …, h. 121. 7 Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., h. 171-173.
46
: jumlah varians butir : varians total
G. Instrumen Penelitian
1. Variabel Komunikasi Guru dan Siswa (Variabel X)
a. Definisi Konseptual
Komunikasi guru dan siswa adalah kemampuan guru
berkomunikasi kepada siswa dalam proses belajar mengajar untuk
memberikan perubahan yang baik terhadap siswa dan meningkatkan
prestasi belajar siswa.
b. Definisi Operasional
Komunikasi guru dan siswa adalah kemampuan guru
berkomunikasi kepada siswa dalam proses belajar mengajar untuk
memberikan perubahan yang baik terhadap siswa dan meningkatkan
prestasi belajar siswa yang dapat dilihat dari dua aspek, yaitu peran
komunikasi guru yang indikatornya: guru memiliki sikap dan prilaku
yang professional dalam berkomunikasi serta siswa adalah tanggung
jawab guru dalam proses belajar mengajar. Dan peran komunikasi
siswa yang indikatornya: komunikasi siswa dan guru dalam proses
belajar mengajar serta kesulitan siswa dalam berkomunikasi kepada
guru
c. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Komunikasi Guru dan Siswa
(X)
Untuk mengumpulkan data, angket digunakan sebagai instrumen
pada variabel komunikasi guru dan siswa. Angket yang menggunakan
skala Likert tersebut dikembangkan berdasarkan kisi-kisi berikut:
47
Tabel 1
Kisi-kisi Instrumen Variabel Komunikasi Guru dan Siswa (X)
Variabel Indikator Butir soal
Komunikasi
guru dan siswa
1. Guru memiliki sikap dan
prilaku yang professional
dalam berkomunikasI
1,2,3,4,9, 16,
19,20, 21,24
2. Siswa adalah tanggung
jawab guru dalam proses
belajar mengajar
6,7,10,11,13,
22,23, 29,30
3. Komunikasi siswa dan guru
dalam proses belajar
mengajar
8,12,14,25,26
4. Kesulitan siswa dalam
berkomunikasi kepada guru
5,15,17,18,27,28
d. Skala Komunikasi Guru dan Siswa (X)
Dalam instrumen penelitian ini, penulis menggunakan skala Likert
untuk mengetahui bagaimana tingkat komunikasi guru dan siswa di
sekolah. Skala komunikasi guru dan siswa mempunyai empat
kemungkinan jawaban dan masing-masing diberi skor sebagai berikut:
Item Positif Skor Item Negatif Skor
Selalu (SL) 4 Selalu (SL) 1
Sering (SR) 3 Sering (SR) 2
Kadang-Kadang (KK) 2 Kadang-Kadang (KK) 3
Tidak Pernah (TP) 1 Tidak Pernah (TP) 4
Skala Komunikasi Guru dan Siswa penulis susun sebanyak 30 item.
Sebelum skala Komunikasi Guru dan Siswa digunakan untuk penelitian
48
yang sebenarnya maka diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui
tingkat validitas dan reabilitasnya.
Dari hasil uji validitas dapat diketahui bahwa pada skala
Komunikasi Guru dan Siswa terdapat 23 item yang valid dan 7 item
yang tidak valid. Dengan demikian, item pertanyaan yang digunakan
dalam penelitian sebanyak 23 item (Lampiran 4)
2. Variabel Prestasi Belajar Siswa (Variabel Y)
a. Definisi Konseptual
Prestasi belajar siswa adalah hasil yang dicapai atau diperoleh
siswa dalam kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah.
b. Definisi Operasional
Prestasi belajar siswa adalah hasil yang dicapai atau diperoleh
siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah yang dilihat dari
nilai raport siswa kelas VIII semester 1 tahun pelajaran 2008/2009.
c. Penelitian Variabel Prestasi Belajar Siswa dengan menggunakan Nilai
(Y)
Untuk penelitian variabel prestasi belajar siswa. penulis tidak
menggunakan angket yang menggunakan skala Likert. Karena variabel
ini mengacu pada prestasi siswa. Jadi, penulis hanya menggunakan
hasil dari nilai-nilai raport sampel.
Berikut adalah salah satu contoh nilai raport dari salah satu sampel:
Tabel 2
Raport Nilai Siswa Variabel Prestasi Belajar Siswa (Y)
No Komponen Aspek Penelitian KKM Nilai
Ket. Angka
Huruf
A MATA PELAJARAN
1 Pend. Agama Penguasaan konsep dan Nilai-nilai 71
85 Penerapan 90
49
2 Pand. Kewarganegaraan
Penguasaan konsep dan Nilai-nilai 60 80 Penerapan 76
3 Bahasa Indonesia Mendengarkan
60
70 Berbicara 70 Membaca 70 Menulis 70
4 Bahasa Inggris Mendengarkan
60
75 Berbicara 75 Membaca 80 Menulis 80
5 Matematika Pemahaman Konsep 60
75 Penalaran dan Komunikasi 75 Pemecahan Masalah 75
6 Ilmu Pengetahuan Alam
Pemahaman dan Penerapan Konsep 55 75 Kiinerja Ilmiah 75
7 Ilmu Pengetahuan social
Penguasaan konsep 62 70 Penerapan 70
8 Seni Budaya Apresiasi 62 80 Kreasi 70
9 Pend. Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Kemampuan Gerak Dasar
60
73 Keterampilan Cabang Olahraga 71 Kebugaran dan Kesehatan 76 Pilihan Akuatik/pend. Luar Sekolah 76
10 Pilihan a. Keterampilan Kreasi Produk Kerajinan
Kreasi Produk Teknologi b. Tekhnologi Informasi dan Komunikasi
Etika Pemanfaatan 62
83 Pengelolaan dan Pemanfaatan 72 Penugasan Proyek 72
B MUATAN LOKAL
1 Pendidikan Budi Penguasaan konsep dan Nilai-nilai
Pekerti Penerapan 2 Qur'an Hadits 70 80 3 Bahasa Arab 60 80 4 Ket. Jasa 60 85 5 Aqidah Akhlak 60 95
Nilai yang diambil adalah rata-rata dari nilai keseluruhan
(Lampiran 8)
50
H. Uji Prasyarat Analisis Data
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, langkah selanjutnya adalah
menganalisis data. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors
dengan menggunakan rumus:
Lo = F (Zi) – S (Zi)
Keterangan:
Lo : Harga mutlak terbesar
F (Zi) : Peluang angka baku
S (Zi) : Proporsi angka baku
Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, maka nilai Lo dikonsultasikan ke dalam tabel nilai
kritis L dengan taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujian populasi ini
dianggap berdistribusi normal jika harga Lhitung lebih kecil dari Ltabel
(angka kritis).
2. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif
dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel
independen mengalami kenaikan atau penurunan. Uji linieritas
menggunakan rumus regresi sederhana Ŷ = α + bx. Nilai a dan b dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:8
8 Duwi Priyatno, Mandiri Belajar SPSS, (Yogyakarta: PT. Buku Kita, 2009), Cet. III, h.
66-67.
51
I. Teknik Pengolahan Data dan Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data akan dilakukan dengan
cara sebagai berikut; memeriksa angket tentang kebenaran dan
kelengkapannya lalu dikelompokkan sesuai isi, membuat tabel-tabel untuk
memasukkan jawaban responden yang kemudian dicari potensinya untuk
dianalisis, menganalisis data yang telah diolah secara verbal sehingga hasil
penelitian mudah dipahami dan terakhir memberi kesimpulan dari hasil
analisis dan interpretasi data.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
koefisien korelasi bivariat yaitu statistik yang digunakan untuk menerangkan
keeratan hubungan antara dua variabel. Data yang diperoleh dari hasil
penelitian akan dipelajari kemudian dianalisis dalam rangka pengujian
hipotesis dengan cara mentabulasikan ke dalam tabel.
Teknik yang digunakan adalah teknik analisis statistik sebagai berikut:
1. Pengujian Hipotesis
Data yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya akan diolah
dengan menggunakan analisis statistik dengan menggunakan koefisien
korelasi product moment, guna membandingkan hasil pengukuran dua
variabel yang berbeda agar dapat diketahui tingkat hubungan antara dua
variabel tersebut, dengan rumus:9
{ }{ }∑ ∑∑ ∑∑ ∑∑
−−
−=
2222 )()(
))((
yyNxxN
yxxyNrxy
9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, …, h. 183.
52
Keterangan:
rxy : angka indeks “r” product moment
N : Number of Cases
∑XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
∑X : Jumlah hasil skor X
∑Y : Jumlah hasil skor Y
Selanjutnya, untuk memberikan interpretasi koefisien terhadap rxy
digunakan pedoman sebagai berikut:
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi:10
Besarnya “r”
Product Moment (rxy) Interpretasi
0,00 – 0,20
Antara variabel X dan variabel Y memang
terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu
sangat lemah atau sangat rendah sehingga
korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada
korelasi antara variabel X dan variabel Y).
0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang lemah atau rendah.
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sedang atau cukup.
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi.
0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.
10 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT . Raja Grafindo Persada,
2008), h. 193.
53
2. Interpretasi menggunakan tabel nilai “r” yaitu: df = N – nr. Hasilnya
dikonsultasikan pada tabel “r” product moment dari Pearson untuk df pada
taraf siginifikansi 1% dan 5%.
3. Mencari kontribusi variabel X dan variabel Y dengan rumus sebagai berikut:
KD = r2 x 100%.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti telah berhasil
mendapatkan data-data sebagai berikut:
1. Data Hasil Komunikasi Guru dan Siswa (X)
Sesuai dengan indikator kompetensi supervisi pengawas yang
diteliti dengan kuesioner yang terdiri dari 23 item pernyataan mengenai
Komunikasi guru dan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
di sekolah. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh skor tertinggi 81 dan
terendah 58, dengan rata-rata sebesar 70,32, simpangan baku (standar
deviasi) sebesar 6,06 dan jumlah sampel sebanyak 34 orang.
Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Komunikasi Guru dan Siswa
No. Kelas
Interval F Tepi Kelas Nt Fkum F (%) F.Nt 1. 58-61 4 57,5-61,5 59,5 4 11,77 238 2. 62-65 3 61,5-65,5 63,5 7 8,82 190,5 3. 66-69 10 65,5-69,5 67,5 17 29,41 675 4. 70-73 8 69,5-73,5 71,5 25 23,52 572 5. 74-77 3 73,5-77,5 74,5 28 8,82 223.5 6. 78-81 6 77,5-81,5 79,5 34 17,64 477 ∑ − 34 - − - 99,98 2376
54
55
Berdasarkan penyajian data dalam tabel distribusi frekuensi di
atas dapat dilihat bahwa dari 34 orang responden yang mendapat skor di
bawah rata-rata sebanyak 17 orang atau 50 %, sedangkan responden
yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 17 orang atau 50 %. Dari
data tabel tersebut dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik berikut
ini:
Grafik Distribusi Frekuensi Variabel X
Frek
uens
i
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
59,5 63,5 67,5 71,5 74,5 79,5 Titik Tengah
Skor distribusi komunikasi guru dan siswa dengan sumbu
horizontalnya diwakilkan dengan angka nilai tengah masing-masing
kelas. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa peminatan skor tertinggi
berada pada batas kelas 65,5 – 69,5 dengan nilai tengahnya 67,5 dan
frekuensi 10, sedangkan nilai terendah pada batas kelas 61,5 – 65,5
dengan nilai titik tengahnya 63,5 dan 73,5 – 77,5 dengan nilai titik
tengahnya 74,5 dan masing-masing frekuensinya 3.
Untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata dari komunikasi guru
dan siswa dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:
a. Mencari rentang nilai untuk kategori sedang diperoleh dengan cara
rata-rata skor komunikasi guru dan siswa dikurangi simpangan
baku sampai dengan rata-rata ditambah simpangan baku.
56
70,32 – 6,06 = 64,26
70,32 + 6,06 = 76,38
Jadi, untuk kategori sedang rentang nilainya 64,26 - 76,38.
Menentukan nilai rata-rata untuk kategori tinggi yaitu skor yang
berada di atas 76,38 sampai dengan skor tertinggi, yaitu 76,38 - 81
b. Untuk menentukan nilai rata-rata untuk kategori rendah yaitu
dengan menentukan skor yang berada di bawah 64,26 sampai skor
terendah yang diperoleh, dengan demikian skor untuk kategori
rendah berada antara 68 - 64,26. Lebih jelasnya akan
diinterpretasikan sebagai berikut:
68 – 64,26 adalah rata-rata tentang komunikasi guru dan
siswa yang rendah
64,26 – 76,38 adalah rata-rata tentang komunikasi guru dan
siswa yang sedang
76,38 - 81 adalah rata-rata tentang komunikasi guru dan
siswa yang tinggi
Berdasarkan ketentuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
nilai rata-rata tentang komunikasi guru dan siswa berada pada kategori
sedang dengan nilai rata-rata 70,32. Hal ini menunjukkan tingkat
komunikasi guru dan siswa memiliki gambaran yang cukup baik.
2. Data Hasil Prestasi Belajar Siswa (Y)
Indikator prestasi belajar siswa yang diteliti dengan menggunakan
nilai raport siswa pada semester genap tahun pelajaran 2008 / 2009.
Dari hasil penelitian Prestasi belajar siswa diperoleh skor tertinggi 81
dan terendah 65, skor rata-rata 72,47, dan simpangan baku (standar
deviasi) sebesar 3,18 dengan jumlah sampel sebanyak 34 orang.
Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
57
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa
No. Kelas Interval F Tepi Kelas Nt Fkum F (%) F.Nt
1. 65-67 1 64,5-67,5 66 1 2,94 66 2. 68-70 10 67,5-70,5 69 11 29,41 110 3. 71-73 11 70,5-73,5 72 22 32,36 242 4. 74-76 10 73,5-76,5 75 32 29,41 320 5. 77-79 0 76,5-79,5 78 32 0 0 6. 80-82 2 79,5-82,5 81 34 5,89 68
∑ 34 - − − 100,01 806
Berdasarkan penyajian data dalam tabel distribusi frekuensi di atas
bahwa dari 34 orang responden yang mendapat skor di bawah rata-rata
sebanyak 11 orang atau 33 %, sedangkan responden yang mendapat
skor di atas rata-rata sebanyak 23 orang atau 67 %. Dari data tabel di
atas dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Grafik Distribusi Frekuensi Variabel Y
Frek
uens
i
11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
66 69 72 75 78 81 Titik Tengah
Skor distribusi Prestasi belajar siswa dengan sumbu horizontalnya
diwakilkan dengan angka nilai tengah masing-masing kelas. Dari grafik
tersebut dapat dilihat bahwa peminatan skor tertinggi berada pada batas
58
kelas 70,5 - 73,5 dengan nilai tengahnya 72 dan frekuensi 11,
sedangkan nilai terendah pada batas kelas 76,5 – 79,5 dengan titik
tengahnya 78 dan frekuensinya 0.
Untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata dari Prestasi belajar
siswa dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:
a. Mencari rentang nilai untuk kategori sedang diperoleh dengan cara
rata-rata skor Prestasi belajar siswa dikurangi simpangan baku
sampai dengan rata-rata ditambah simpangan baku.
72,47 – 3,18 = 69,29
72,47 + 3,18 = 75,65
Jadi, untuk kategori sedang rentang nilainya 69,29 - 75,65
b. Menentukan nilai rata-rata untuk kategori tinggi yaitu skor yang
berada di atas 75,65 sampai dengan skor tertinggi, yaitu 75,65 - 81
c. Untuk menentukan nilai rata-rata untuk kategori rendah yaitu
dengan menentukan skor yang berada di bawah 69,29 sampai skor
terendah yang diperoleh, dengan demikian skor untuk kategori
rendah berada antara 65 - 69,29. Lebih jelasnya akan
diinterpretasikan sebagai berikut:
81 – 75,65 adalah rata-rata tentang prestasi belajar siswa yang
rendah
75,65 – 69,29 adalah rata-rata tentang prestasi belajar siswa yang
sedang
69,29 - 65 adalah rata-rata tentang prestasi belajar siswa yang
tinggi
Berdasarkan ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-
rata tentang Prestasi belajar siswa berada pada kategori sedang dengan
nilai rata-rata 72,47. Hal ini menunjukkan tingkat Prestasi belajar siswa
memiliki gambaran yang cukup baik.
59
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas
Berdasarkan pengujian normalitas yang menggunakan uji Liliefors,
nilai kritis L (Ltabel) dari N=34 dengan taraf signifikansi 5% adalah
0,152 dan untuk variabel (X) nilai Lhitung (Lo) adalah 0,151 (Lampiran
13), sedangkan variabel (Y) diperoleh nilai Lo adalah 0,139 (Lampiran
14). Dari nilai Lo kedua variabel tersebut terlihat bahwa Ltabel (angka
kritis) lebih besar dari Lhitung (Lo), yang berarti bahwa sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Linearitas Berdasarkan pengujian linearitas dengan menggunakan uji regresi
linier antara kedua variabel penelitian diperoleh persamaan Y = 66,81 +
0,08X (Lampiran 16). Selanjutnya adalah mencari nilai Fhitung yang
diperoleh nilainya yaitu 2,27, sedangkan nilai Ftabel dengan taraf
signifikansi 5% dan derajat kebebasan (df) yaitu F0,95 (16,12) setelah
dikonsultasikan dengan tabel F nilainya adalah 2,33 (Lampiran 16).
Dengan demikian, karena nilai Fhitung < Ftabel maka dapat disimpulkan
bahwa data berpola linier.
C. Pengujian Hipotesis.
Dari hasil perhitungan korelasi product moment, maka diperoleh
korelasi rhitung sebesar 0,168 (Lampiran 17), berdasarkan interpretasi nilai
rxy berada pada rentang 0,00-0,20 yang berarti antara variabel X
(komunikasi guru dan siswa) dengan variabel Y (prestasi belajar siswa) di
SMP Islam Baidhaul Ahkam terdapat korelasi yang sangat lemah.
Selanjutnya, untuk mengetahui apakah hubungan antara kedua
variabel tersebut signifikan atau tidak, maka nilai rxy atau rhitung hasil
perhitungan dibandingkan dengan rtabel, sebelum, membandingkannya
terlebih dahulu dihitung derajat kebebasannya (degree of freedom) dengan
menggunakan rumus berikut:
60
Dengan df sebesar 32 maka diperoleh rtabel pada taraf signifikansi 5%
sebesar 0,349. Dengan demikian dapat diketahui bahwa nilai rhitung
lebih kecil dari rtabel (0,168 < 0,349). Hal ini berarti terdapat hubungan
yang sangat lemah antara variabel X dengan variabel Y.
Kemudian, untuk mengetahui kontribusi variabel X terhadap variabel
Y dapat dicari koefisien determinasinya. Perhitungan KD dilakukan
sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
= 0,1682 x 100% = 0,029 x 100%
= 2,9%
Jadi angka koefisien penentu (deteminasi) kedua variabel yaitu
sebesar 2,9% menunjukkan bahwa kontribusi komunikasi guru dan siswa
terhadap Prestasi belajar siswa adalah sebesar 2,9%, sedangkan sisanya
adalah 97,1% adalah sumbangan dari faktor lain (Lampiran 15).
D. Pembahasan Berdasarkan hasil penghitungan korelasi product moment antara
komunikasi guru dan siswa dengan Prestasi belajar siswa di SMP Islam
Baidhaul Ahkam Tangerang dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian
(Ha) yang diajukan dapat diterima. Dengan demikian, diketahui adanya
korelasi yang sangat lemah antara komunikasi guru dan siswa dengan
Prestasi belajar siswa di SMP Islam Baidhaul Ahkam.
Adapun kontribusi yang diberikan oleh variabel komunikasi guru dan
siswa terhadap Prestasi belajar siswa adalah 2,9%. Dari nilai tersebut dapat
memberikan gambaran bahwa komunikasi guru dan siswa tidak terlalu
berdampak kepada prestasi belajar siswa, di karenakan memang
komunikasi antara guru dan siswa di SMP Islam Baidhaul Ahkam sangat
kurang sekali. Bisa dilihat dari guru-guru yang Free Lance dan mengajar
lebih dari satu sekolah. Sehingga tidak ada waktu yang cukup untuk
61
memperhatikan murid di sekolah. Meskipun begitu, tidak dipungkiri juga
kalau komunikasi guru dan siswa ada pengaruhnya terhadap prestasi
belajar siswa. Ini bisa dilihat dari kontirbusi variabel X (komunikasi guru
dan siswa) terhadap variabel Y (prestasi belajar siswa) sebesar 2,9%.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam hal ini penulis memiliki keterbatasan penelitian pada Nilai
Raport Siswa. Karena, ketika penulis meminta nilai raport siswa yang
dijadikan sampel, siswa-siswa tersebut sudah duduk dikelas 3, dan telah
berubah kelompok belajarnya. Sehingga mempersulit penulis dalam
pencarian data nilai raport tersebut.
Dan juga tentang komunikasi guru dan siswa. Karena kebanyakan
guru di sana mengajar sebagai guru Free Lance dan mengajar lebih dari
satu sekolah. Jadi tidak semua guru ada di sekolah setiap saat. Sehingga
mempersulit dalam mencari data untuk kegiatan penelitian.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan beberapa hal, sebagai berikut:
1. Guru dan Siswa SMP Islam Baidhaul Ahkam memiliki komunikasi
yang cukup (Rata-rata 70,30, skor tertinggi 81 dan terendah 58)
dan termasuk dalam kategori sedang (rentang nilai 64,26-76,38)
(Lampiran 9). Ini bisa dilihat dari guru-guru yang masih aktif hadir
untuk memberikan materi pelajaran dalam proses belajar mengajar
dikelas sesuai dengan jadwal mata pelajaran guru tersebut.
2. Prestasi siswa SMP Islam Baidhaul Ahkam termasuk katagori
sedang (rentang nilai 75,65 – 69,29), skor tertinggi 81, skor
terendah 65, dan nilai rata-rata 72,47 (Lampiran 10). ini bisa dilihat
dari hasil nilai raport siswa kelas VIII semester 1 tahun pelajaran
2008/2009 (lampiran 8).
3. Terdapat hubungan yang sangat lemah antara komunikasi guru dan
siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Islam
Baidhaul Ahkam dengan nilai rhitung sebesar 0,168 dan termasuk
kategori sangat lemah (nilai rhitung pada rentang 0,00-0,20)
(Lampiran 15), hal ini terjadi karena guru tidak memiliki sikap dan
prilaku yang profesional dalam berkomunikasi serta kurang rasa
tanggung jawab guru terhadap siswa dalam proses belajar
62
63
mengajar, bisa dilihat bagaimana guru memberikan materi
pelajaran hanya dengan menggunakan metode ceramah, selalu
memberikan tugas kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar
dan kurang aktifnya peran komunikasi guru dan siswa yang terjadi
disekolah. Adapun dari siswanya, kurang peran komunikasi siswa
kepada guru dalam proses belajar mengajar dan kesulitan yang
dihadapi siswa dalam berkomunikasi kepada guru.
4. komunikasi guru dan siswa berkonstribusi dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Dari hasil temuan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara komunikasi guru dan siswa akan tetapi tidak terlalu
berdampak dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Saran-saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, maka beberapa saran yang
dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Guru sebagai komunikator yang baik hendaknya selalu menjaga
komunikasi yang terjalin antara guru dan siswa di dalam proses
belajar mengajar, hal ini dilakukan dengan cara selalu
membimbing siswanya ketika mengalami kesulitan belajar, selalu
memahami siswa dari apa yang dibutuhkan dan diinginkan didalam
proses belajar mengajar dan siap menjadi pendengar yang baik
kepada siswa ketika menerima keluhan siswa diluar kegiatan
belajar mengajar, karena siswa merupakan menjadi tanggung
jawab guru disekolah dan akhirnya siswa dapat lebih meningkatkan
dan mengembangkan keterampilan serta kemampuan dirinya
sendiri dalam proses belajar di sekolah.
2. Agar komunikasi guru dan siswa dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa hendaknya sekolah selalu memantau guru dan siswa
dengan memperhatikan tata tertib yang berlaku bagi mereka di
sekolah, seperti: tugas guru dan siswa, disiplin guru dan siswa, dan
64
proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Juga sekolah harus
menyediakan sarana yang menunjang, seperti: ruang kelas yang
bersih dan rapih, lapangan olaharaga yang memadai agar guru dan
siswa bisa olahraga bersama dan kantin yang bisa dijangkau oleh
guru dan siswa, agar terjalin komunikasi yang baik antara guru dan
siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
3. Penulis, hendaknya lebih teliti lagi dalam melakukan penelitian.
Tidak harus terburu buru, akan tetapi singkat dan jelas dalam
menjelaskan hasil dari penelitian tersebut, dan juga harus banyak
bertanya kepada dosen-dosen yang memiliki kaitan dalam
pengerjaan skripisi ini, karena pemahaman yang mereka miliki
tidaklah sama dengan pemahaman penulis sebagai mahasiswa yang
harus banyak belajar. Karena meneliti tentang komunikasi tidak
mudah seperti yang kita bayangkan, dan komunikasi guru dan
siswa tidak sama dengan komunikasi yang terjadi disekeliling kita,
karena komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa adalah untuk
menciptakan generasi muda yang berprestasi.
DAFTAR PUSTAKA Akses Internet melalui situs LadangNet.Com, Situs Web Resmi Irwan Prayitno,
Prof., Dr., Psi, MSc. Dari artikel yang berjudul komitmen Anggaran untuk Pengingkatan Mutu Pendidikan dan Kesejahteraan Guru, 2007-2009. Diakses dari (http://irwanprayitno.info/artikel/1195641999-komitmen-anggaran-peningkatan-mutu-dan-kesejahteraan-guru.htm.)
Akses Internet mengenai artikel Dwi Sapno Nugrahanto, S.Pd. yang ber judul
guru dan pelayanan public, Guru SMA Titian Teras Jambi, 26 juni 2008. diakses dari (www.google.com)
Akses Internet mengenai Artikel mengenai Peran Psikologi Pendidikan dalam
kerangka totalitas Program Magister Manajemen dalam Upaya Pengembangan Kemampuan Profesional Lulusan. Diakses dari (http://images.fatimahrambutan.multiply.com/attachment/0/SXrbWgoKCGcAABQuoBs1/tugas%20Prof.Dr.%20Waspodo.doc?nmid=179440537).
Akses Internet mengenai artikel tentang Fungsi Komunikasi Guru BP Bagi Siswa
SMU PGRI BATU Dalam Memilih Jurusan Yang Sesuai Dengan Minat dan Bakat Siswa. di akses dari (http://digilib.itb.ac.id/gdl. php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2002-eny-8673-komunikasi&q=Fungsi%20Komunikasi%20Guru%20BP%20Bagi%20Siswa%20SMU%20PGRI%20BATU)
Akses Internet mengenai artikel tentang, Hambatan Komunikasi di Kelas,
Suhartono S.Pd. Di akses dari (http://nurulfikri.sch.id/index.php?option= com_content&view=article&id=142:hambatan-komunikasi-di-kelas&catid=43:kolom-guru&Itemid=133.)
Akses Internet mengenai Artikel Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
Diakses dari (http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_nonverbal). Akses Internet mengenai Artikel yang berjudul Menjalin Komunikasi Efektif,
karangan Prajarto, Dr. Nunung, M.A. Diakses dari (http://yanpraz.multiply.com/journal/item/5/komunikasi_Efektif).
Akses Internet mengenai artikel, 10 Hambatan Komunikasi Dua Arah, karangan
Hardiansyah Andri. diakses dari (http://kangandri.wordpress.com/2008 /11/10/10-hambatan-komunikasi-dua-arah/)
Akses Internet mengenai Artikel, Memahami Proses Komunikasi, karangan
Purnawan Kristanto. diakses dari (http://www.sabdaspace.org/ memahami_proses_komunikasi).
65
Akses Internet mengenai Artikel, Opsi Seorang Pendidik Menghadapi Anak-anak yang Bermasalahh, karangan Olailani. diakses dari (http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1813790-opsi-seorang-pendidik-menghadapi-anak/)
Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2006. Arikunto, Suharsimi. prosedur penelitian suatu pendekatan praktek (edisi revisi
V), jakarta PT Rineka Cipta, 2002. Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2007. Departemen agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, direktorat
jenderal kelembagaan agama islam, jakarta 2005. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Djamarah, Syaiful Bahri. Prestasi Belajar Siswa dan Kompetensi Guru, Surabaya:
Usaha Nasional, 1994. Effendi, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004. Firdaus, M. Yunus. Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, Yogyakarta: Logung
Pustaka, 2004. cet ke-1. Hayeh, S.P. Kamus Populer, Jakarta:1987, Cet. II. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Cet. III. Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007. Sabri, M. Alisuf. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1996, Cet. II. Santrock, Jhon W. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua, Jakarta: Kencana, 2008
Ed. 2, Cet. 2. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo, 2008. Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2007. Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, cet. 1.
66
67
_____________, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1997, Edisi Revisi. _____________, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. Ketigabelas. Syaiful Bahri Djamarah, psikologi belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008 Ed, 2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi suatu pengantar, Jakarta: PT
Indeks, 2005.