Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ii
PERAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU TERHADAP
PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA SMAN 15 PANGKEP
DESA SABARU KECAMATAN LIUKANG TANGAYYA
KABUPATEN PANGKEP
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Komunikasidan Penyiaran Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
HARFIN
NIM : 105270001815
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
iii
1442 H/ 2020 M
iv
v
vi
ABSTRAK
HARFIN. 1105270001815. 2020. Peran Komunikasi Interpersonal Guru
Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa SMAN 15 Pangkep Desa Sabaru
Kecamatan Liukang Tangayya Kabupaten Pangkep. Dibimbing oleh M. Ilham
Muchtar dan Abdul Fattah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Bagaimana akhlak
siswa SMAN 15 Pangkep. 2) Bagaimana peran kumonikasi interpersonal
guru terhadap pembentukan akhlak siswa SMAN 15 Pangkep. Penelitian ini
bersifat deskriptif kualitatif, objek dalam penelitian ini guru, siswa, dan orang
tuasiswa SMAN 15 Pangkep. Metode pengumpulan data yang penulis
gunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Adapun teknik analisis data, penulis menggunakan editing
data, reduksi data, penyajian data, danverifikasi data.
Adapun hasil penelitian ini: 1) Akhlak siswa SMAN 15 Pangkep ada
duayaitu : a) Akhlakterpuji, yang mencakup : Akhlak kepada Allah SWT.
seperti, siswa SMAN 15 Pangkep melaksanakan sholat, berpuasa pada
bulan suci ramadan, membaca Al-Qur`an, dan membaca doa sebelum dan
sesudah belajar. Akhlak kepada sesama, seperti mengucapkan salam,
sopan, dansantun. Kemudian akhlak kepada lingkungan, seperti menjaga
kebersihan. b) Akhlak tercela, akhlak tercela yang terdapat di SMAN 15
Pangkep yaitu siswa yang tidak disiplin, merokok, dan pacaran. 2) peran
komunikasi interpersonal guru terhadap pembentukan akhlak siswa SMAN 15
Pangkep ada tiga yaitu : 1) Menyampaikan pengetahuan, guru sebagai
komunikator, dalam proses penyampaian pesan atau dalam proses
mentransferkan ilmu pengetahuan kepada para siswa untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas siswa. 2) Mengubah sikap dan
perilaku, guru memberikan nasehat dan motivasi kepada siswa untuk
memperbaiki diri dan senantiasa berakhlakul karimah. 3) Keteladanan, guru
memberikan contoh positif yang baik agar bisa mempengaruhi sikap dan
perilaku siswa demi terciptanya siswa yang berakhlakul karimah.
Kata Kunci: Komunikasi interpersonal, akhlak siswa.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah milik Allah SWT. Rabb seru sekalian alam,
Dialah pemilik udara yang dengannya kita bernafas, pemberi petunjuk yang
dengannya kita berjalan, pemilik tubuh dari darah hingga tulang ini, maka kita
persembahkan seluruh potensi pikir dan tenaga kita hanya untuk kembali
padaNya. Atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis
telah menyelesaikan karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul “Peran
Komunikasi Interpersonal Guru Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa
SMAN 15 Pangkep Desa Sabaru Kecamatan Liukang Tangayya
Kabupaten Pangkep”.
Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag. selaku rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Syaikh Dr. ( Hc ). Muhammed Muhammed Thayyib Khoory selaku
donatur AMCF.
3. Drs H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. Abbas, Lc. MA. selaku Ketua Prodi Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
viii
5. Dr. M. Ilham Muchtar, Lc. MA. selaku Pembimbing Utama yang telah
banyak meluangkan waktu serta pikirannya dalam mengarahkan dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Dr. Abdul Fattah, S.Th.I.,M. Th.I. selaku Pembimbing Kedua yang
telah banyak meluangkan waktu serta pikirannya dalam mengarahkan
dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Muhammadiyah Makassar.
8. Seluruh Staf Universitas Muhammadiyah Makassar atas didikan ilmu
yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan program
perkuliahan Strata Satu (S1).
9. Kepada Bapak, Ibu dan saudaraku tercinta yang selalu memberikan
dukungan materi maupun non materi dan menyayangiku setulus hati
sejak lahir hingga sekarang.
10. Bapak Drs. H. Syamsuddin, M.Si selaku kepala sekolah dan semua
guru SMAN 15 Pangkep yang telah banyak membantuku dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran
Islam Fakultas Agama Islam Unifersitas Muhammadiyah Makassar.
ix
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh mencapai
kesempurnaan dalam arti sebenarnya dan masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan baik isi dan tata bahasanya, namun
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan para pembaca pada umumnya.
Makassar, 2 November 2020 M
Penulis
Harfin
NIM : 105270001815
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
HALAMAN JUDUL...................................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................ iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ............................................................... iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ v
ABSTRAK ................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Identifikasi Masalah........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 10
A. Ruang Lingkup Komunikasi Interpersonal ......................................... 10
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal .......................................... 10
2. Model-Model Komunikasi Interpersonal ....................................... 15
3. Tujuan Komunikasi Interpersonal ................................................. 15
4. Peran dan Fungsi Komunikasi Interpersonal ................................ 20
B. Guru ................................................................................................. 20
1. Pengertian Guru .......................................................................... 20
2. Kompetensi Guru ......................................................................... 23
3. Tugas dan Fungsi Guru ............................................................... 24
xi
4. Sifat-Sifat Guru ............................................................................ 28
5. Peran Guru ................................................................................. 29
C. Akhlak .............................................................................................. 32
1. Pengertian Akhlak ........................................................................ 32
2. Macam-Macam Akhlak ................................................................ 29
3. Ruang Lingkup Akhlak ................................................................. 35
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 38
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 38
B. Lokasi dan Objek Penelitian .............................................................. 39
C. Fokus Penelitian .............................................................................. 40
D. Deskripsi Fokus Penelitian ................................................................ 40
E. Sumber Data ..................................................................................... 45
F. Instrumen Penelitian ......................................................................... 45
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 46
H. Analisis Data ..................................................................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 50
A. Profil SMAN 15 Pangkep .................................................................. 50
B. Akhlak Siswa SMAN 15 Pangkep...................................................... 56
C. Peran Komunikasi Interpersonal Guru Dalam Membentuk Akhlak
Siswa SMAN 15 Pangkep ................................................................. 65
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 72
A. Kesimpulan ....................................................................................... 72
B. Saran ................................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 75
LAMPIRAN ................................................................................................. 78
BIODATA PENULIS......................................................................................81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Identifikasi Masalah
Akhlak mulia merupakan landasan yang paling mendasar untuk
membangun kebudayaan dan peradaban umat manusia.Akhlak manusia
merupakan potret perilaku manusia, termasuk dalam konteks kehidupan di
lingkungan dalam bermasyarakat.Terjadinya aksi dan tindak kekerasan
akhir-akhir ini merupakan fenomena yang sering kita saksikan dan bahkan
telah menjadi hiasan kehidupan sosial dalam bermasyarakat, sebagai contoh
adalah terjadinya tawuran antar pelajar, pemerkosaan, pembunuhan, mabuk-
mabukan, penyalahgunaan narkoba, aksi begal, tindakan anarkis oleh geng
motor dan lain sebagainya.
Itulah salah satu fenomena krisis akhlak yang telah menimpa umat,
seperti krisis multidimensional yang melanda bangsa ini, salah satu
penyebabnya adalah krisis moral atau akhlak.Karena pada hakikatnya
akhlaklah yang menentukan jalan pikiran serta sikap manusia terhadap setiap
hal.Dengan demikian seluruh dan segenap kehidupan umat manusia
2
dipengaruhi serta dikemudikan oleh akhlaknya, dan secara tidak langsung
perkembangan masyarakat dipengaruhinya.1
Krisis moral terjadi karena sebagian besar orang tidak mau lagi
mengindahkan tuntunan agama yang secara normatif mengajarkan kita untuk
melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk.Sebagaimana juga
bahwa yang menjadi salah satu tujuan diutusnya Rasulullah Saw Ialah untuk
menyempurnakan akhlak-akhlak yang baik. Rasulullah Saw Bersabda :
Artinya :
Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak-
akhlak yang mulia.2
Agama Islam merupakan agama yang syumul (universal) yang
mencakup segala aspek kehidupan umat manusia, khususnya dalam proses
perkembangan seorang anak, agama Islam sangat memperhatikan dan
mengutamakan pembentukan siswa, sebagai generasi penerus bangsa yang
akan memegang amanah kepemimpinan di masa yang akan datang, maka
sangat dibutuhkan generasi yang mempunyai intelektual dan spritual yang
baik, generasi yang mempunyai akhlakul karimah.
1Djarnawi Hadikusuma, Ilmu Akhlak Teori Dan Praktik, (Yogyakarta, Persatuan
Yogyakarta : 1990), Cet.-4, hal. 3 2Abu Bakar Al-Baihaqi, Sunan Al-Kubra Lilbaihaqi, (Libanon, Darul Kutub Ilmiyyah :
2003), Jilid 10, Cet. Ke-3, No. 20782, hal. 323
3
Pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan orang
tuanyalah yang menjadikan dia Majusi, Nasrani, dan Yahudi.3 Sebagaimana
Hadist Rasulullah Saw.
Artinya :
“Setiap yang lahir dilahirkan dalam keadaan fitrah, ibu dan bapaknyalah yang meyahudikannya, menasranikanya, atau memamajusikanya”.4
Dan Allah Swt Berfirman dalam Al-Qur’an surah Ar-Rum ayat 30,
Terjemahnya :
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.5
3 Umar Dan Sartono, Bimbingan Dan Penyuluhan, (Bandung, CV PustakaSetia :
2001), Cet.-2, hal. 72 4 Sahih Bukhori, Muhammad Bin Ismail Abu Abdillah Al-Bukhori Al-Ja’fi, Tahqiq,
Muhammad Zuhair Bin Nasir Nasir, (Daru At-Turqu An-Najah : 1422H.), Cet. Ke-1, No. 2, hal. 100
5 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim Dan Terjemahnya, (Surabaya, Halim
Publishing &Distributing : 2014), hal. 407
4
Ayat di atas menunjukan bahwa manusia itu lahir dengan membawa
fitrah (potensi), dan potensi itu dapat berkembang sesuai dengan usaha
manusia itu sendiri.Dalam hal ini perkembangan fitrah (potensi yang dimiliki
oleh manusia) tersebuat dapat berkembang dengan melalui pendidikan.
Pendidikan nasioanal berdasarkan pancasila dan bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, meningkatkan kualitas Indonesia, meningkatkan iman dan taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, ketrampilan, mempertinggi budi
pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal kebangsaan agar dapat
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun
dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa, adalah suatu strategi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
yang menurut kemampuan dan keahlian serta ketrampilan dan
pelaksanaannya dan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai.
Dalam sebuah riwayat Rasulullah Saw menjelaskan bahwa,
pelaksanaan pendidikan adalah sebuah keharusan, Rasulullah Saw
bersabda :
Artinya :
5
“Dari anas bin malik dia berkata : Rasululullah SAW. Bersabda :Mencari
ilmu adalah wajib bagi setiap muslim”.6
Berkomunikasi merupakan kebutuhan manusia setiap manusia dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya, bahkan hampir tidak mungkin lagi
ada seorang manusia yang dapat menjalani hidupnya tanpa berkomunikasi
dengan orang lain. Sebab, tanpa berkomunikasi manusia tidak bisa
menjalankan fungsinya sebagai pembawa amanah dari Allah di muka Bumi
(khalifah).Komunikasi merupakan hubungan kontak langsung maupun tidak
langsung antar manusia, baik itu individu maupun kelompok.Dalam
kehidupan seahari-hari disadari atau tidak, komunikasi adalah bagian dari
komunikasi kehidupan itu sendiri, karena manusia melakukan komunikasi
dalam pergaulan dan kehidupannya.7
Pada umumnya komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia,
makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan satu sama lain
saling membutuhkan. Hubungan individu dengan yang lainnya dapat
dilakukan dengan berkomunikasi, dengan kamunikasi manusia mencoba pula
melaksanakan kewajibannya.8Perlu disadari bahwa peran komunikasi sangat
diperlukan dalam kehidupan bersosialisasi, khususnya pada proses belajar
6 Ibnu Majah Abu Abdillah Muhammad Ibnu Yazid Alqzuuniy, Sunan Ibnu Majah,
Tahqiq, Muhammad Fuadu Abdul Baaqiy, (Faisal Isaa Albaqi Alhilbi, Darul Ihyaul Kutubul `Arabiyyah : 1905) jilid 1, No 224, hal. 81
7 H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta, PT Rineka Cipta :
2000), Cet. Ke-2, hal. 26 8 Toto Asmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta, Gaya Media Pratama : 1997), Cet.
Ke-2, Hal. 6
6
mengajar. Karena proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses
komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan (guru)
melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan(siswa). Pesan yang
akan dikomunikasikan adalah bahan atau materi pelajaran yang ada dalam
kurikulum.Komunikasi dalam pendidikan dan pengajaran berfungsi sebagai
pengalihan ilmu pengetahuan yang mendorong perkembangan intelektual,
pembentukan akhlak dan ketrampilan serta kemahiran yang diperlukan pada
semua sektor kehidupan.9
Hal ini sejalan dengan tugas dan fungsi guru yang
tugaspokoknyamendidik, mengajarkan pengetahuan dan
menstranformasikan nilai-nilai agama ke dalam pribadi anak didik yang
tekanan utamanya adalah mengubah sikap dan mental anak didik ke arah
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mampu
mengamalkan ajaran agama.Komunikasi ini erat kaitanya dengan pendidikan.
Dimana pendidikan merupakan suatu proses pemeberdayaan potensi yang
ada pada manusia sebagai individu dan masyarakat yang fungsinya selain
untuk memberdayakan potensi manusia juga untuk mengembangkan dan
mengontrol potensi tersebut agar bermanfaat bagi peningkatan kualitas
manusia itu sendiri.
9H.A.W. Widjaja, Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta, Bumi Aksara :
1997), Cet. Ke-3, hal. 11
7
Komunikasiterbagi menjadi beberapa bagian, salah satunya adalah
komunikasi interpersonal (antarpribadi). Komunikasi interpersonal
(komunikasi antarpribadi), menurut Agus M. Hardjana, komunikasi antar
pribadi merupakan interaraksi tatap muka antar dua atau beberapa orang
dimana pengirim informasi dapat menyampaikan informasi secara langsung
dan penerima informasi dapat menerima dan menanggapi secara langsung
pula.10 Secara umum komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai proses
pertukaran informasi antara komunikator dan komunikan. Jenis komunikasi
ini dianggap paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat, dan tingkah
laku seseorang, karna sifatnya dialogis berupa percakapan.’
Dengan ringkaspenulis menyimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal guru mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk
kepribadian siswa yang spritualitasdan intelektualitas. Dari latar belakang
inilah, maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian secara
langsung dengan mengangkat judul skripsi “Peran Komunikasi
Interpersonal Guru Dalam Pembentukan Akhlak Siswa SMAN 15
Pangkep Desa Sabaru Kecamatan Liukang Tangayya Kabupaten
Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan”
10
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta, Garaha Ilmu : 2011), Cet. -1, hal. 3
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka
dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana akhlak siswa SMAN 15 Pangkep Desa Sabaru Kec.
Liukang tangayya Kab. Pangkep Prov. Sulawesi Selatan?
2. Bagaimana peran komunikasi interpersonal guru dalam Membentuk
akhlak siswa SMAN 15 Pangkep Desa Sabaru Kec. Liukang
tangayya Kab. Pangkep Prov. Sulawesi Selatan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pada penelitian ini untuk mendeskripsikan :
1. Untuk mengetahui akhlak siswa SMAN 15 Pangkep Desa Sabaru
Kec. Liukang tangayya Kab. Pangkep Prov. Sulawesi Selatan?
2. Untuk mengetahui peran komunkasi interpersonal guru dalam
membentuk akhlak siswaSMAN 15 Pangkep Desa Sabaru Kec.
Liukang tangayya Kab. Pangkep Prov. Sulawesi Selatan?
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitin ini,semoga dapat bermanfaat dan berguna
bagi para pembimbing atau guru agama dan pembaca, dari hasil peneltian ini
mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut :
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian
dalam bidang pendidikan ,khususnya untuk para guru, serta sebagai
9
bahan referensi bagi semua pihak, terkhusus bagi para mahasiswa
Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Secara praktis
a) Bagi semua guru dalam menyikapi betapa pentingnya membina,
mendidik, serta membentuk akhlak siswa, agar jangan sampai
melakukan hal-hal yang menyimpang.
b) Bagi penulis untuk menambah pengetahuan, dan untuk melatih
kemampuan untuk menganalisa masalah-masalah komunikasi,
pendidikan dan keguruan.
c) Bagi almamater Universitas Muhammadiyah Makassar, sebagai
bahan referensi untuk menambah perbendaharaan kepustakaaan,
khususnya bagi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Agama Islam, serta sebagai kontribusi pemikiran terkait
dengan peran komunikasi interpersonal guru dalam membentuk
akhlak siswa.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Ruang Limgkup Komunikasi Interpersonal
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Secara bahasa sebagaimana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Pada
umumnya komunikasi dilakukan melalui lisan atau verbal yang dimengerti
oleh dua pihak (komunikator dan komunikan).
Secara istilah, para ahli mengemukakan definisi tentang komunikasi
sebagai berikut :
a) Carl Hovland, Janis & Kelley, komunikasi adalah suatu proses melalui
dimana seseorang (komunikator) menyamkan stimulus (biasanya
dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah dan membentuk
perilaku orang lainya (khalayak).
b) Bernard Berelson & Gary A.Steiner, komunikasi adalah suatu proses
penyaman informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui
penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka,
dan lain-lain.
11
c) Weaver, komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran
seseorang dapat mempengaruhi orang lain.
d) Gode, komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari
semula yang dimiliki oleh seorang (monopoli seseorang) menjadi
dimiliki oleh dua orang atau lebih.11
e) Everett. M. Rogers, komunikasi merupakan proses dimana suatu ide
dialihkan dari sumber satu penerima atau lebih dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka. Definisi kemudian dikembangkan
bersama denagn Laurence D. Kincaid, sehingga melahirkan suatu
devinisi yang lebih maju dengan meyatakan, kamunikasi merupakan
suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau
melakukan pertukarang informasi dengan satu sama lainya, yang pada
gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.12
f) Arni Muhammad, komunikasi adalah suatu proses dimana individu
dalam hubungan dengan individu lainya, dalam kelompok, dalam
organisasi, dan dalam masyarakat guna memberikan suatu
informasi.13
11
Riswandi, Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta, Graha Ilmu : 2009), Cet. Ke-1, hal. 2 12
Hafied Cangara, Perencanaan Dan Strategi Komunikasi, (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada : 2013), Cet.-6, hal. 33
13 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta, Bumi Aksara : 2001), Cet. Ke-
4, hal. 3
12
Dari beberapa definisi tentang komunikasi tersebut terlihat jelas
bahwa, para ahli memberikan devinisi sesuai dengan sudut pandangnya
masing-masing dalam melihat komunikasi dengan konteks yang berbeda.
Akan tetapi memiliki tujuan dan maksud yang sama. Yaitu komunikasi
merupakan suatu proses penyampaian atau pengiriman pesan yang
disampaikan oleh komunikator (sumber pesan) kepada komunikan (penerima
pesan).
Adapun komunikasi interpersonal merupakan komunikasi
antarpribadi, yang dimaksud di sini ialah proses komunikasi yang
berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka.Menurut Ruesch
dan Bateson dalam Litle John yangditerjemahkan oleh AloLiliweri
mengungkapkan sebagai berikut:“Tingkatan yang palingpenting
dalamkomunikasimanusia adalah komunikasi antar pribadi. Komunikasiantar
pribadi(Interpersonal Communication)yang diartikan sebagai relasi individu
denganorang lain dalam konteks sosialnya. Melalui proses ini
individumenyesuaikandirinya dengan orang lain lewat peranyang
disebuttransmittingdanreceiving.”14
Selainitu Devito berpendapat dalambukunya“The
InterpersonalCommunication Book”yang dikutip oleh Prof. Onong Uchana
14Alo Liliweri,Prespektif Teoritis Komunikasi Antar Pribadi(Bandung, Citra Aditya Bakti :
1994) hal. 3
13
Effendymenyebutkan definisikomunikasi interpersonal:“The process of
sending andreceiving messages between two person, or among asmallgroup
of persons, withsome effect and some immediate feedback”Yaitu proses
pengirimandanpenerimaan pesan-pesan dua orang atau diantarasekelompok
kecil orang denganbeberapa efek dan umpan balik seketika.15Sebagai
makhluk sosial dan juga sebagai makhluk komunikasi, manusia dalam
hidupnya diliputi oleh berbagai macam simbol, baik yang diciptakan oleh
manusia itu sendiri maupun yang bersifat alami.
Manusia dalam keberadaannya memang memiliki keistimewaan
dibanding dengan makhluk lainnya. Selain kemampuan daya pikirnya (super
rasional), manusia juga memiliki keterampilan berkomunikasi yang lebih
indah dan lebih canggih (super sophisticated system of communication),
sehingga dalam berkomunikasi mereka bisa mengatasi rintangan jarak dan
waktu. Manusia mampu menciptakan simbol-simbol dan memberi arti pada
gejala-gejala alam yang ada disekitarnya, sementara hewan hanya dapat
mengandalkan bunyi dan bau secara terbatas.16
Dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang selalu hadir dalam
setiap komunikasi, yaitu seumber komunikasi (receiver), saluran (media), dan
15
Onong Uchjana Effendy,Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi(Bandung, Citra
AdityaBakti : 2000) Cet. Ke 2 hal. 60
16 Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta, RajaGrafindo Persada : 2002)
hal. 101-102
14
penerima informasi (audience). Sumber informasi adalah seseorang atau
institusi yang memiliki bahan informasi (pemberitaan) untuk disebarkan
kepada masyarakat luas. Saluran adalah media yang digunakan untuk
kegiatan pemberitaan oleh sumber berita, berupa media interpersonal yang
digunakan secara tatap muka maupun media masa yang digunakan untuk
khalayak umum. Sedangkan audience adalah per orang atau kelompok dan
masyarakat yang menjadi sasaran informasi atau yang menerima informasi.
Selain tiga unsur tersebut diatas, yang terpenting dalam komunikasi
adalah aktivitas yang memaknakan informasi yang disampaikan oleh sumber
informasi dan pemaknaan yang dibuat oleh audience terhadap informasi
yang diterimanya itu. Pemaknaan kepada informasi bersifat subjektif dan
kontekstual. Subjektif artinya masing-masing pihak (sumber informasi dan
audience) memiliki kapasitas untuk memaknakan informasi yang disebarkan
atau yang diterimanya berdasarkan pada apa yang ia rasakan, ia yakni, dan
ia mengerti serta berdasarkan pada tingkat pengetahuan kedua pihak.
Sedangkan sifat konstektual adalah bahwa pemaknaan itu berkaitan erat
dengan kondisi waktu dan tempat dimana informasi itu ada dan dimana
kedua belah pihak itu berada. Dengan demikian, konteks sosial budaya ikut
mewarnai kedua pihak dalam memaknakan informasi yang disebarkan dan
yang diterima itu. Oleh karena itu, maka sebuah proses komunikasi memiliki
15
dimensi yang sangat luas dalam pemaknaannya, karena dilakukan oleh
subjek-subjek yang beragam dan konteks sosial yang majemuk pula.17
2. Model-Model Komunikasi Interpersonal
Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua
macam, yakni Komunikasi Diadik (Dyadic Communication) dan Komunikasi
Kelompok Kecil (Small Group Communication).Komunikasi diadik ialah
proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap
muka. Komunikasi diadik menurut Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk,
yakni percakapan, dialog, dan wawancara.Percakapan langsung dalam
suasana yang bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi
yang lebih intim, lebih dalam dan lebih personal, sedangkan wawancara
sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya
dan yang lainnya pada posisi menjawab.
a) Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang
berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, di
mana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.
Komunikasi kelompok kecil oleh banyak kalangan dinilai sebagai
tipe komunikasi antarpribadi karena: anggota-anggotanya terlibat
17
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan di Kursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Surabaya, Kencana Prenada Media Group : 2007) hal. 57-58
16
dalam suatu proses komunikasi yang berlangsung secara tatap
muka.
b) pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong di mana semua
peserta bisa berbicara dalam kedudukan yang sama, dengan kata
lain tidak ada pembicara tunggal yang mendominasi situasi.
c) sumber dan penerima sulit diidentifikasi.Dalam situasi seperti ini,
semua anggota bisa berperan sebagai sumber dan juga sebagai
penerima.Karena itu pengaruhnya bisa bermacam-macam.
Misalnya si A bisa terpengaruh dari si B, dan si C bisa
mempengaruhi si B. Proses komunikasi seperti ini biasanya banyak
ditemukan dalam kelompok studi dan kelompok diskusi.
Tidak ada batas yang menentukan secara tegas berapa besar jumlah
anggota suatu kelopok kecil.Biasanya antara 2-3 orang, bahkan ada yang
mengembangkan sampai 20-30 orang, tetapi tidak lebih dari 50
orang.Sebenarnya untuk memberi batasan pengertian terhadap konsep
komunikasi antarpribadi tidak begitu mudah. Hal ini disebabkan adanya pihak
yang memberi definisi komunikasi antarpribadi sebagai proses komunikasi
yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka.
Di lain pihak, mempertanyakan bagaimana kalau proses komunikasi
itu terjadi melalui telepon dan surat-menyurat yang sifatnya lebih
personal.Menurut Everett M. Rogers, proses komunikasi yang menggunakan
17
telepon kurang kena bila digolongkan sebagai komunikasi massa atau
komunikasi antarpribadi.Tetapi sarjana komunikasi Amerika lainnya Mc-
Croskey memasukkan peralatan komunikasi yang menggunakan gelombang
udara dan cahaya seperti halnya telepon dan telex sebagai saluran
komunikasi antarpribadi.Sebab itu timbul kelompok yang lebih senang
memakai istilah komunikasi antarpribadi yang beralat (memakai media
mekanik) dan komunikasi antarpribadi yang tidak beralat (berlangsung secara
tatap muka).18Istilah ini muncul diiringi perkembangan teknologi dari waktu ke
waktu.
3. Tujuan Komunikasi Interpersonal
Ada 6 tujuan Komunikasi interpersonal sebagai berikut:
a) Mengenali diri sendiri dan orang lain
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan .pada kita untuk
memperbincangkan tentang diri kita sendiri. Dengan berbincang dengan
orang lain, kita menjadi mengenal memahami din' kita sndiri , dan
memahami sikap dan perilaku kita. Dengan membicarakan tentang diri
kita sendin' dan memahami lebih dalam tentang sikap dan perilaku kita.
Dalam kenyataannya, presepsi kita sebagian besar mempakan hasil dari
18
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta, Rajagrafindo Persada : 2002) hal. 32-33
18
apa yang telah kita pelajari tentang diri kita sendiri, danorang lain melalui
komunikasi interpersonal.
b) Mengetahui dunia luar
Komunikasi interpersonal memungkinkan kita memahami lingkungan kita
dengan baik seperti obyek dan peristiwa-peristiwa. Banyak informasi
yang kita miliki berasal dari hasil interaksi dengan orang lain. Meskipun
ada yang mengatakan bahwa, sebagian besar informasi dapat kita
peroleh dari media masa, tetapi sesungguhnya informasi dari media
masa tersebut dimantapkan dan diperdalam melalui interaksi
interpersonal. Bahan pembicaraan kita dengan teman, tetangga, teman
sekantor, atau dengan keluarga kita sendiri seringkali diambil dari ben'ta-
berita media masa. Nilai, kepercayaan, dan harapan kita sebagai pribadi
banyak dipengaruhi oleh komunikasi interpersonal dibandingkan dengan
yang diperoleh dari media masa.
c) Menciptakan dan memilihara hubungi menjadi bermakna
Sebagai mahluk sosial, manusia cenderung untuk mencari dan
berhubungan dengan orang lain di mana ia mengadu, berkeluh kesah,
menyampaikan isi hati, dan sebagainya.
d) Mengubah sikap dan perilaku
Dalam komunikasi interpersonal, kita sering berusaha mengubah sikap
danperilaku orang lain. Misalnya kita ingin orang lain: mencoba makanan
19
tertentu, membaca buku tertentu, mendengarkan musik tertentu, dan
sebagainya. Singkatnya, kita banyak mempergunakan waktu untuk
mempersuasi orang lain melalu komunikasi interpersonal.
e) Bermain dan mencari hiburan
Kita melakukan komunikasi interpersonal dengan tujuan untuk
menghilangkan kejenuhan, dan ketegangan. Misalnya bercerita dengan
teman, membicarakan anekdot, dan sebagainya.
f) Membantu
Melalui komunikasi Interpersonal, orang membantu dan memberikan
saran-saran pada orang lain.
Dari tujuh komunikasi interpersonal tersebut di atas, dapat dj
kelompokanke dalam 2 perspektif sebagai berikut:
1. Prespektif pertama; tujuan-tujuan itu dapat dilihat sebagai faktor-faktor
motivasi atau alasan-alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi
interpersonal. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa kita
terlibat dalam komunikasi interpersonal untuk memperoleh kesenangan,
untuk membantu orang lain, dan untuk mengubah sikap dan perilaku
orang lain.
2. Prespektif kedua; tujuan-tujuan itu dapat dipandang sebagi hasil atau
akibat umum dari komunikasi interpersonal, dengan demikinan kita dapat
mengatakan bahwa sebagai hasil dari komunikasi interpersonal, kita
20
dapat mengenali diri kita sendiri, membuathubungan lebih bermakna, dan
memperoleh ilmu pengetahuan tentang dunia luar.19
4. Peran dan Fungsi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal yang efektif, jika orang lain memahami
pesan anda dengan benar, dan memberikan tanggapan sesuai dengan yang
anda ingjnkan. Kounikasi interpersonal yang efektif berfungsi membantu
Anda untuk : Memmbentuk dan menjaga hubungan baik antarindividu,
Menyampaikan pengetahuan/informasi, Mengubah sikap dan perilaku,
Pemecah masalah hubungan antar manusia, Citra diri menjadi lebih baik,
dan Jalan menuju sukses. Dalam semua aktivitas tertsebut, esensi
komunikasi interpersonal yang berhasil adalah saling berbagi (sharing)
informasi yang menguntukan kedua belah pihak, Anda dan orang-orang
yang berkomunikasi dengan anda.
B. Guru
1. Pengertian Guru
Secara bahasa, sebagaimana yang terdapat dalamKamus Besar
Bahasa Indonesia,guru adalah manusia yang tugasnya (profesional)
mengajar.20 Adapun menurut Vembrianto,dalam Kamus Pendidikan, guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utamanya mengajar. Pada sisi lain,
19
Ridwan, Ilmu Komunikasi (Jakarta: Graha ilmu, 2009), Cet. Ke- 1, hal. 87-88 20
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta, PT Gramedia : 2008), Cet. Ke-1 Edisi IV,hal.469
21
guru diidentikan dengan istilah pendidik sebagai usaha untuk membimbing,
mengarahkan mentransfer ilmu dapat dilakukan secara umum. Istilah guru
biasa dipakai untuk pendidik pada lembaga formal, seperti sekolah,
madrasah, dan dosen dalam dunia perguruan tinggi tinggi.
Secara linguistik, istilah yang bermakna guru terdapat di seluruh
bahasa di dunia. Dalam bahasa inggris, umpamanya, dikenal istilah teacher
yang padanan bahasa Indonesia adalah guru. Teacher memiliki arti: A person
whose occupation is teaching others, seseorang yang pekerjaanya mengajar
orang lain. Adapun dalam bahasa arab penyebutan guru dikenal dengan
istilah yang salah satunya mu`allim, yaitu orang yang menjadikan orang lain
berilmu atau orang yang menyamkan suatu informasi kepada orang lain.
Secara keprofesian formal, guru adalah sebuah jabatan akademik
yang yang memiliki tugas sebagai pendidik. Pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran melakukan pembimbingan dan latihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian terhadap masyarakat (Undang-
Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat2). Guru sebagai
seorang tenaga pendidikan yang profesional berbeda pekerjaannya dengan
profesi lain. Karena ia sebuah profesi yang membutuhkan kemampuan dan
keahlian khusus dalam melaksanakan tugas danfungsinya.
22
Secara konstitusional, pasal 1 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional menjelaskan bahwa pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar widyaswar, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalammenyelenggarakan
pendidikan. Adapun dalam pasal 39 ayat 2 UU yang sama dijelaskan pula
bahwa, gurudisebut dengan istilah pendidik, merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan pendidikan dan
pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi.
Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005
mendefinisikan guru sebagai pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikna anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.21
21Mahmud dan Ijan Suntana, Antropologi Pendidikan, (Bandung, Pustaka Setia : 2012),
Cet ke- 1 hal. 153-155.
23
2. Kompetensi Guru
Guru akan menunaikan tugasnya dengan baik atau dapat bertindak
sebagai pengajar yang efektif, jika padanya terdapat kompetensi keguruan
dan melaksanakan fungsinya sebagai guru. Pada mulanya kompetensi ini
diperoleh dari “presevice trainning” yang kemudian dikembagkan dalam
pekerjaan profesionalitas guru dan dibina melalui “in service training”. Pada
dasarnya guru harus memiliki 3 kompetensi yaitu, kompetensi kepribadian,
kompetensi penguasaan, dan komptensi cara-cara mengajar.
a. Kompetensi kepribadian, kompetensi kepribadian meliputi :
1) Mengenal dan mengakui harkat dan potensi diri dari setiap individu
atau murid yang diajarkannya.
2) Membina suatu suasana sosial yang meliputi interaksi belajar
mengajar sehingga amat bersifat menunjang secara moral terhadap
murid bagi terciptanya kesepahaman dan kesamaan arah dalam
pikiran serta perbuatan murid dan guru.
3) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung
jawab dan saling mempercayai antara guru dan murid.
b. Kompentesi penguasaan atas bahan pengajaran, Penguasaan yang
mengarah kepada spesialisasi atas ilmu atau kecakapan yang diajarkan,
antara lain.
24
1) Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa-apa yang
harus diajarkannya ke dalam bentuk komponen-komponen dan
informasi-informasi yang sebenarnya dalam bidang ilmu atau
kecakapan yang bersangkutan.
2) Menyususn komponen-komponen atauinformasi-informasi itu
sedemikian rupa baiknya sehingga akan memudahkan murid untuk
mempelajari pelajaran yang diterimanya.
c. Kompetensi Cara-Cara Mengajar
1) Merencanakan atau menyusunsetiap program suatu pelajaran.
2) Mempergunakan dan mengebangkan media pendidikan (alat bantu
atau alat peraga) bagi murid dalam proses belajar yang di
perlukanya.
3) Mengembangkan dan mempergunakan semua metode-metode
mengajar sehingga terjadilah kombinasi-kombinasi dan variasinya
yang efektif.22
3. Fungsi dan tugas guru
Pekerjaan jabatan guru agama adalah luas, yaitu untuk membina
seluruh kempuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid sesuai
dengan ajaran Islam. Hal ini berarti bahwa perkembangan sikap dan
kepribadiantidak terbatas pelaksanaanya melalui pembinaan di dalam kelas
saja. Dengan kata lain, tugas atau fungsi guru dalam membina tidak terbatas
22
Zakiah Drajat Dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Pt Bumi Aksara : 2004), Cet. Ke-3, hal.264
25
pada interaksi pada belajar mengajarsaja.Fungsi sentral guru adalah
mendidik (fungsi educational). Fungsi sentral ini berjalan sejajar dengan atau
dalam melakukan kegiatan mengajar (fungsi intruksional) dan kegiatan
bimbingan, bahkan dalam setiap tingkah lakunya dalam berhadapan dengan
murid senantiasa terkandung fungsi mendidik.
Adapun tugas guru pendidikan agama Islam sebagai berikut :
a) Tugas pengajaran atau guru sebagai pengajaran.
Sepanjang sejarah keguruan, tugas guru yang sudah tradisional
adalah “mengajar”. Karenanya sering orang salah duga, tugas guru hanyalah
semata-mata mengajar. Bahkan masih banyak di kalangan para guru yang
beranggapan demikian atau tampak masih dominan dalam karier sebagian
besar guru, sehingga dua tugas lainnya menjadi tersisihkan atau
terabaikan.Sebagai pengajar, guru bertugas membina perkembangan,
pengetahuan,sikap dan ketrampilan. Guru mengetahui bahwa pada akhir
setiap satuan pelajaran kadang-kadang hanya terjadi perubahan dan
perkembangan pengetahuan saja. Mungkin pula guru telah bersenang hati
bila telah terjadi perubahan dan perkembangan di bidang pengetahuan dan
keterampilan, karena dapat diharapkannya efek tidak langsung, melalui
proses transfer bagi perkembangan di bidang sikap dan minat murid.
Dengan kata lain, bahwa kemungkinan selama proses belajar-
mengajar hanya terca perkembangan di bagian minat. Sedang efek dan
transfernya kepada keseluruhan perkembangan sikap dan kepribadian
26
berlangsung di luar situasi belajar-mengajar itu sendiri. Hal demikian itu
tampaknya bersifat umum, walaupun sesungguhnya kurang memenuhi
harapan dari pengajaran agama. Dari kenyataan itu pulalah terbukti bahwa
peranan sebagai pendidik dan pembimbing masih berlangsung terus
walaupun tugasnya sebagai pengajar telah selesai.
b) Tugas bimbingan dan penyuluhan atau guru seabagi pembimbing dan
pemberi bimbingan.
Guru bertugas sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan adalah
dua macam peranan yang mengandung banyak perbedaan dan
persamaannya.Keduannya sering dilakukan oleh guru yang ingin
mendidikdan yang bersikap mengasihi dan mencintai murid.Sebagai
pembimbing, guru lebih suka kalau mendapat kesempatan menghadapi
sekumpulan murid-muridnya di dalam interaksi belajar mengajar. Ia memberi
dorongan dan menyalurkan semngat kepada mereka, sehingga mereka
dapat melepaskan diri kepada ketergantungannya kepada ornag lain dengan
tenaganya sendiri.Sebagai pemberi bimbingan, guru sering berhadap-
hadapan dengan sekelompok kecil dari muri-murid dan bahkan hanya
seorang murid saja. Semua murid memerlukan bimbingan. Untuk murid yang
memerlukan bantuan khusus, dia berikan bantuan khusus pula. Bimbingan
khusus secara individual yang dilakukan pada tempat yang disediakan untuk
itu, dinamakan penyuluhan. Penyuluhan ialah bimbingan yang intensif sekali.
27
Perlu pula diingat bahwa pemberian bimbingan itu, bagi guru bagi
guru agama memberikan bimbingan belajar dan perkembangan sikap
keagamaan. Dengan demikian membimbing dan memberikan bimbingan di
maksudkan agar setiap murid diinsyafkan mengenai belajar dan bersikap.
Jangan sampai murid-murid menganggap rendah dan meremehkan
kemampuannya sendiri dalam potensinya untuk belajar dan bersikap sesuai
dengan ajaran agama Islam.
c) Tugas administrasi atau guru sebagai pemimpin(manajer kelas).
Guru bertugas sebagai tenaga administrasi, bukan berarti sebagai
pegawai kantor, melainkan sebagai pengelola kelas atau pengelola interaksi
dalam belajar dan mengajar. Meskipun masalah pengelolaan ini dapat
dipisahkan dari masalah mengajar dan bimbngan. Tetapi tidak sepenuhnya
dapat diidentifikasi, karna pada hakikatnya ke tiga hal itu saling berhubungan
dan tidak terpisahkan dari mengajar itu sendiri.
Adapun yang menjadi konsenkuensi dari pengelolaan kelas yang
baik adalah meningkatnya prestasi guru dalam memberikan edukasi
keagamaan terhadap siswa. Terdapat dua aspek dari masalah pengelolaan
yang perlu mendapat perhatian, yaitu :
1) Membantu perkembangan murid sebagai individu dan kelompok
28
2) Memelihara kondisi kerja dan kondisi belajar yang sebaik-baiknya di
dalam maupun di luar kelas.
Sekurang-kurangnya yang harus dipelihara oleh seorang guru secara
terus menerus adalah suasana keagamaan, kerja sama, rasa persatuan, dan
perasaan puas pada murid, terhadap pekerjaan dan kelasnya. Dengan
terjadinya pengelolaan yang baik, maka guru akan lebih mudah
mempengaruhi di kelasnya dalam rangka pendidikan dan pengajaran agama
Islam khususnya.23
4. Sifat-Sifat Guru
Adapun sifat-sifat guru pendidikan agama Islam adalah sebagai
berikut :
a) Zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari
keridhaan Allah Swt,
b) Ikhlas dalam pekerjaan,
c) Suka pemaaf,
d) Harus mengetahui tabiat murid,
e) Sesuai perbuatan dengan perkataan, dan
f) Harus menguasai mata pelajaran.24
23
Zakiah Drajat Dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta, Pt Bumi Aksara : 2004), Cet. Ke-3,hal. 268
24Mohd. Athyah Al-Abrasyi, Dasar Dasar Pokok Pendidikan Islam,(Jakarta, PT Bulan
Bintang : 1990) Cet. Ke- 6, hal. 136-139
29
5. Peran Guru
Penanaman keyakinan terhadap Allah Swt Hanya bisa dilakukan
melalui proses pendidikan baik dirumah, sekolah, maupun lingkungan.
Pendidikan Islam merupakan kebutuhan manusia,karena sebagai makhluk
pedagogis manusia dilahirkan dengan membawa potensi dapat dididik dan
mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, serta mendukung dan
memegang kebudayaan.25
Islam adalah suatu syariat Allah Swt yang diturunkan kepada umat
manusia sebagai landasan normatif yang telah mengatur segala sisi dan
aspek kehidupan manusia, mulai dari bangun tidur hingga tertidur kembali, itu
semua telah diatur dalam ajaran agama Islam. Oleh karena itu guru
komunikator di lingkungan sekolah mempunyai peranan penting dalam
menyebarkan ajaran agama Islam ini, agar Islam yang rahmatan lil’alamin ini
benar-benar dirasakan oleh seluruh umat.
Secara sosiologis guru mempunyai tanggung jawab terhadap
masyarakat yang berada di sekitar madrasah. Karena keberadaan madrasah
akan mempunyai dampak yang positif bagi masyarakat manakala madrasah
memainkan peranan dalam membantu pembangunan masyarakat. Selain itu
guru juga mempunyai tanggung jawab dalam memantau perkembangan anak
25
Abdul Majdid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung, PT Rosdakarya : 2006) Cet. Ke-3, hal.17
30
didik yang berada dilingkungan sekitar madrasah. Bagaimana pergaulan
anak dan peranan apa yang dimainkan anak. Guru mempunyai tugas
mengontrolnya sekalipun guru sendiri secara sosiologis punya kewajiban
untuk menjadi dinamisator dalam kehidupan masyarakat. Pada masa klasik,
guru memegang peran yang penting dalam proses pendidikan anak, mulai
dari menentukan perencanaan sam melaksanakannya.26
Menurut Hasan Hafizd, secara umum peran guru dapat dibedakan
menjadi 2 (dua), yakni sebagai murobbi dan penggerak masyarakat. Sebagai
murobbi ia mempunyai tanggung jawab menjaga kepribadian anak dan
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Sedangkan sebagai penggerak
masyarakat, ia mempunyai kewajiban untuk memberikan layanan kepada
masyarakat dengan baik, membangkitkannya dan mengangkatnya
keperadaban yang lebih maju.
Dalam pandangan Al-Ghazali, guru sebagai murobbi hendaknya
dapat memberikan pendidikan dan pengajaran terhadap anak melalui konsep
dan latihan budi pekerti dan dihubungkan dengan lahirnya kebaikan dan
kualitas moral serta akhlak yang baik. Menurutnya, anak mempunyai hati
yang bening dan lembut bagai permata dan lilin yang suatu saat dapat
dibentuk dan dikembangkan. Apabila ia diberi contoh budi pekerti yang baik
26
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Perengahan, (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada : 2004) Cet.-4, hal. 150.
31
dan dibiasakan untuk mengerjakannya, niscaya ia akan berkembang secara
perlahan dan pasti akan mengarah kepada kebaikan.
Sedangkan guru sebagai penggerak masyarakat, ia diharapkan tidak
membatasi diri sibuk dalam kegiatan kelas yang dibatasi oleh dinding yang
memisahkan dirinya dengan kehidupan masyarakat. Namun ia dapat
menyatu dengan kehidupan masyarakat di mana ia hidup dan sambil
mengontrol perkembangan anak didiknya dalam kehidupan masyarakat.27
Dengan berbagai permasalahan yang begitu kompleks yang melanda
peserta didik yang nota benenya sebagai generasi muda yang akan
menentukan nasib umat dan bangsa ini ke depan, seperti tawuran antar
pelajar, pergaulan bebas yang hingga menyebapkan banyak siswi yang hamil
di luar nikah, mengosumsi narkoba, dan lain sebagainya. Jawaban atas
permasalahan di atas adalah kembali pada sosok guru sebagai teladan dan
sumber kosentrasi remaja yang menjadi peserta didiknya, yang memberikan
bimbingan keagamaan, berupa akidah, akhlak, dan ibadah. Jadi, tidak bisa
dinafikan bahwa, guru pendidikan agama Islam mempunyai peran yang
sangat besar, dalam pembinaan para peserta didik, baik itu dari segi akidah,
ibadah, maupun moral atau akhlakul karimah demi terbentuknya generasi
yang robbani yang betul- betul mempunyai kepribadian muslim yang baik
sebagai bentuk manifestasi untuk memajukan peradaban suatu bangsa.
27
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Perengahan, (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada : 2004) Cet.-4, hal. 151.
32
C. AKHLAK
1. Pengertian Akhlak
Menurut istilah bahasa perkataan akhlak berasal dari bahasa arab
yaitu اخلاق (akhlaqun) yang bentuk jamaknya خلق (khuluqun) ini mengandung
arti “budi pekerti, tingkah laku, perangai dan tabiat”. Dalam lisan al arab,
makna akhlak adalah perilaku seseorang yang sudah menjadi kebiasaannya,
dan kebiasaan atau tabiat tersebut selalu terjelma dalam perbuaatannya
secara lahir.28
Sedangkan menurut istilah ada beberapa definisi tentang akhlak
menurut istilah yang diutarakan oleh para ahli dalam bidangnya masing-
masing.
a) Menrut Miqdakd Yaljan : akhlak adalah setiap tingkah laku yang
mulia yang dilakukan oleh manusia oleh kemauan yang mulia dan
untuk tujuan yang mulia pula. Sedangkan manusia yang memiliki
akhlak adalah seorang manusia yang mulia dalam kehidupannya
secara lahir dan batin, sesuai dengan dirinya sendiri dan juga sesuai
dengan orang lain.
b) Menurut Ahmad Khamis : akhlak adalah ajaran, sekumpulan
peraturan dna ketetapan,baik secara lisan ataupun tulisan yang
28
Muhammad Abdurrahman, Akhlak : Menjadi Seorang Muslim Yang Berakhlak Mulia, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada : 2016), Cet. 1, hal. 5.
33
berkenaan tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak
sehingga dengan setiap tindakan dan perbuatan yang menjadikanya
sebagai manusia yang baik.
c) Menurut Abdul Karim Zaidan : akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat
yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangan
sesorang dapat menilai apakah perbuatannya baik atau buruk,
selanjutnya ia dapat memilih baik untuk melakukannya atau
meninggalkannya.
Dari beberapa pengertian diatas maka, maka ditarik sebuah
kesimpulan bahwa, Akhlak menurut terminologi (istilah) adalah perangai,
tingkah laku dan tabiat. Namun, secara istilah makna akhlak adalah tata cara
pergaulan atau bagaimana seorang hamba berhubungan dengan Allah
Swtdan bagaimana seorang hamba bergaul dengan sesama manusia yang
lainnya.29
2. Macam-Macam Akhlak
a) Akhlak terpuji
Imam Hasan Al-Bashri mendefinisikan akhlak terpuji dengan definisi
yang singkat namun pada, “akhlak terpuji adalah , wajah berseri-seri, penuh
29
Muhammad Abdurrahman, Akhlak : Menjadi Seorang Muslim Yang Berakhlak Mulia, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada : 2016), Cet. 1, hal. 6
34
kemurahan hati, dan menahan diri dari menyakiti orang lain”.30Imam Ali Bin
Abi Thalib Ra. Juga memberikan definisi tentang akhlak terpuji dengan
definisi yang sangat tepat. Dia menyederhanakan akhlak terpuji ke dalam tiga
perilaku, yaitu menjauhi keharaman, mencari kehalalan, dan berbuat baik
kepada keluarga.31Allah Swt berfirman dalam surah Al-Qolam ayat 4 :
Terjemahnya : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung”.32
Hubungan antara keimanan dan akhlak sangat erat sekali. Bila
seseorang mempunyai akhlak yang baik, maka itu menandakan bahwa
keimanannya sempurna. Orang yang mukanya tanpak cerah dan ceria, selalu
menahan diri agar ucapan dan tindakannya tindakannya tidak menyakiti
orang lain dan selalu berusaha memberikan kemanfaatan kepada orang lain
adalah orang mulia di sisi Allah Swt33 Yang termaksud akhlak mahmudah
(akhlak terpuji) yaitu segala tingkah laku, tabiat, watak dan perangai yang
30
Abdul Mun’im Al- Hasyimi, Akhlak Rasul Menurut Bukhari dan Muslim, ( Jakarta, Gema Insani :2009), Cet. Ke-1,hal. 261
31Abdul Mun’im Al- Hasyimi, Akhlak Rasul Menurut Bukhari dan Muslim, ( Jakarta,
Gema Insani :2009), Cet. Ke-1,hal. 261 32
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, (Surabaya, Halim Publishing &Distributing : 2014), hal. 564
33Abdul Mun’im Al- Hasyimi, Akhlak Rasul Menurut Bukhari dan Muslim, ( Jakarta,
Gema Insani :2009), Cet. Ke-1,hal. 262
35
sifatnya benar, seperti : ikhlas, sabar, tawakal, istikamah, rida, amanah,
syukur, takwa, tolong menolong, tobat, muhsin, dan dermawan.34
b) Akhlak tercela
Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak tercela ini dikenal dengan sifat-sifat
muhlikat, yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya
kepada kebinasaan dan kehancuran diri, yang tentunya bertentangan dengan
fitrahnya untuk selalu mengarah pada kebaikan.35 Akhlak tercela merupakan
kebalikan dari akhlak yang terpuji yaitu akhlak yang buruk. Akhlak yang buruk
meliputi, segala tingkah laku, watak, perangai dan tabiat, yang sifatnya buruk,
seperti, tergesa-gesa, kikir, zalim, keluh kesah, menyombongkan diri,
berlebih-lebihan, melampaui batas, khianat, berbohong, dan putus asa.36
3. Ruang Lingkup Akhlak
Adapun ruang lingkup akhlak adalah sebagai berikut :
a) Akhlak kepada Allah Swt,Akhlak terhadap Allah Swt merupakan
segala perilaku dan amalan yang dilakukan seseorang yang ditujukan
kepada Tuhannya. Akhlak ini adalah yang paling agung dan
34
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, Pt RajaGrafindo Persada : 2000), Cet. Ke-3, hal.347
35 Zahruddin, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada : 2004)
Cet. Ke-1, hal.154 36
Zahruddin, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada : 2004) Cet. Ke-1,hal. 348
36
diwajibkan bagi umat manusia.37Dalam melaksanakan pendidikan
terhadap siswa, seorang guru harus menitikberatkan pada aspek ini,
yaitu dengan jalan memperdalam hubungan dengan Tuhannya.
Hanya Allah yang berhak disembah dan hanya kepada-Nyalah rasa
syukur dipanjatkan. Dialah pemilik karunia, yang maha pencipta,
yang maha pemberi rezki, yang maha pemberi nikmat, dan yang
berhak menerima kedudukan serta kecintaan yang sempurna.
b) Akhlak terhadap sesama manusia, akhlak terhadap sesama manusia
merupakan suatu sifat dan bentuk perlakuaan kita terhadap sesama
manusia. larangan untuk melakukan hal-hal negatif seperti
membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan
yang benar, melainkan juga sam kepada menyakiti hati deangan
jalan menceritakan aib seseorang di belakangnya.
c) Akhlak terhadap lingkungan, yaitu segala sesuatu yang disekitar
manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda
yang tak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an
terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusaia sebagai
khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia
dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan
37
Adna Hasan Shalih Baharist, Mendidik Anak Laki-Laki, (Saudi Arabia, Darul Mujtama :1991), Cet. Ke- 2, hal.66
37
mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar
setiap makhluk menca tujuan penciptaanya.38
Dalam pandangan lain, ruang lingkup akhlak dalam Islam
sebenarnya meliputi semua aktifitas manusia dalam segala bidang hidup dan
kehidupan. Dalam garis besarnya akhlak dibagi menjadi dua :
1) Allah terhadap Allah atau Khalik (pencipta)
2) Akhlak terhadap makhluk (semua ciptaan Allah).
Akhlak terhadap makhluk dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu :
a) Akhlak terhadap manusia. Dan akhlak terhadap manusia dibagi
lagi menjadi dua yaitu : Pertama,Akhlak terhadap diri sendiri.
Seperti, menjaga kesehatan dan lain sebagainya. Kedua, Akhlak
terhadap orang lain. Seperti, akhlak terhadap Rasulullah, akhlak
terhadap orang tua, akhlak terhadap karib kerabat, akhlak
terhadap tetangga, dan akhlak terhadap masyarakat.
b) Akhlak terhadap bukan manusia, yang meliputi: akhlak terhadap
tumbuh-tumbuhan (flora),hewan (fauna), tanah, air dan
sebagainya. Dan jenis akhlak ini diistilahkan dengan akhlak
terhadap lingkungan hidup.39
38
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta, RajaGrafindo Persada : 2014), Cet. 13, hal.129
39Adna Hasan Shalih Baharist, Mendidik Anak Laki-Laki, (Saudi Arabia, Darul
Mujtama :1991), Cet. Ke- 2,hal.353
38
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu,
yang mempunyai langkah-langkah sistematis.40
Jadi metode penelitian
adalah suatu langkah-langkah yang terdapat dalam penelitian. Adapun
langkah-langkah peneliti dalam melakukan penelitian ini sebagai berikut :
A. Jenis Penelitian
Apa bila ditinjau dari tujuannya, penelitian ini berjenis penelitian
deskriptif dan merupakan penelitian kualitatif.Penelitian deskriptif adalah
suatu penelitian yang melukiskan dan menafsirkan keadaaan yang ada
sekarang. Penelitian ini berkenaan dengan kondisi atau hubungan yang
ada,praktek-praktek yang sedang berlaku, keyakinan, sudut pandang, atau
sikap yang dimiliki seperti, proses-proses yang sedang berlangsung,
pengaruh-pengaruh yang sedang dirasakan, atau kecenderungan-
kecenderuangan yang sedang berkembang. Tujuan utama penelitian
deskriptif ialah melukiskan keadaan sesuatu yang sedang terjadi pada saat
penelitian berlangsung.41 Sedangkan Penelitian kualitatif merupakan suatu
penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami
40
Husaini Usman Dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta, PT Bumi Aksara : 2004), Cet. Ke-5, hal. 42.
41Arief Furhan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, (Yogyakarta, Pustaka
Pelajar : 2004), Cet. Ke-1, hal. 39.
39
oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain-lain.42
Penelitian kualitatif juga merupakan penelitian yang bertujuan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, yaitu peneliti sebagai
instrumen kunci.43
Berdasarkan uraian di atas, penulis berkesimpulan bahwa, penelitian
deskriptif kualitatif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomen-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah,
maupun fenomena buatan manusia, fenomena itu bisa berupa bentuk,
aktifitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan
antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lain, dan peneliti sebagai
instrumen kunci.
B. Lokasi Dan Objek Penelitian
Adapun lokasi penelitian yaituSMAN 15 Pangkep Desa Sabaru Kec.
Liukang Tangayya Kab.Pangkep Prov. Sulawesi Selatan.Sedangkan objek
penelitian adalahpara pendidik (guru), orang tua siswa sertasiswa yang ada
di sekolah tersebut.
42
Tohiri, Metode Penelitian Kulitatif Dalam Pendidikan Dan Bimbingan Konseling, ( Jakarta, PT Rajagrafindo Persada : 2012), Cet. Ke-1, H. 3.
43Arifudin, Metode Dakwah Dalam Masyarakat, (Makassar, Alaudin Uneversity Press
: 2011), Cet.-1, H. 126
40
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah pemusatan kosentrasi pada tujuan dari
penelitian yang dilakukan. Fokus penelitian harus dinyatakan secara eksplisit
untuk memudahkan peneliti sebelum melakukan observasi. Fokus penelitian
juga merupakan garis besar dari pengamatan penelitian, sehingga observasi
dan analisa hasil penelitian lebih terarah. Dalam penelitian ini, peneliti
memfokuskan penelitian pada:
1) Peran Komunikasi guru,
2) Akhlak siswa, dan
3) Peran komunikasi guru dalam pembentukan akhlak siswa
D. Deskripsi Fokus Penelitian
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi penelitian dan
menghindari adanya ketidakpahaman serta membatasi kajian teoritis yang
masih umum maka penulis memberikan deskripsi fokus penelitian dalam
judul tersebut sebagai berikut :
1) Peran komunikasi guru
Komunikasi guru merupakan proses penyampaian informasi,
gagasan, pikiran, (materi dan bahan pelajaran) oleh guru sebagai
komunikator kepada komunikan (siswa) dengan tujuan mengembangkan
41
potensinya, memberikan pengetahuan dan wawasan serta mencerdaskan
siswa.
Guru sesuai dengan tugas dan fungsi utamanya yaitu mendidik,
yang dilakukan dalam bentuk mengajar, memberikan dorongan, memuji,
menghukum dan memberikan contoh membiasakan(keteladanan).44 Fungsi
guru pada umumnya adalah sebagai berikut :
a) Pemeliharaan sistem nilai yang merupakan sumber norma
kedewasaan, dan pengembang sistem nilai pengetahuan.
b) Penerus sistem nilai di atas, terhadap para siswanya.
c) Penterjemah sistem nilai dengan melalui pribadi dan perilakunya
dalam proses interaksi dengan para siswa.
d) Penyelenggara terciptanya proses pendidikan yang dapat
dipertanggung jawabkan baik secara formal (kepada atasan yang
mengangkat), maupun secara moral (kepadasasaran didik dan
kepada Allah swt).45
Berdasarkan uraian di atas, komunikasi guru dalam mendidik dan
membina kehidupan beragama di sekolah memberikan pengaruh positif
dalam pembentukan kepribadian seorang muslim, pembentukan keagamaan
44
Ahmad tafsir, ilmu pendidikan agama Islam, (bandung, PT remaja rosdakarya, 2012), cet. Ke-1, h. 119
45Mohd. Athyah Al-Abrasyi, Dasar Dasar Pokok Pendidikan Islam,(Jakarta, PT Bulan
Bintang : 1990) Cet. Ke- 6, hal. h. 138
42
siswa serta pembinaan siswa. karena guru merupakan sumber utama dalam
menentukan kesuksesan belajar siswa. Paham dan tidaknya seorang siswa
tergantung gurunya bagaimana menjelaskan mata pelajarannya. Untuk itu,
Ada tiga komponen kerja profesional guru sebagai berikut :
a) Gaya mengajar, Louis Rubin, mendeskripsikan gaya mengajar
sebagai berikut : guru menjelaskan materi pelajaran dan aspek-aspek
lain yang terkait dengan pelajaran, guru memotivasi siswa, guru
menyajikan informasi melalui pernyataan-pernyataan verbal, dan
guru memfasilitasi perkembangan ide-ide siswa melauli dialogis.
b) Kemampuan berinteraksi dengan siswa, kemampuan berinteraksi
dengan siswa dimanisfestasikan melalui dua bentuk yaitu :
komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Adapun komunikasi
verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau
kata-kata, baik yang dinyatakan secara lisan maupun tulisan.
Sedangkan Komunikasi non verbal, adalah proses pertukaran
informasi dengan tidak menggunakan kata-kata seperti, komunikasi
yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, kontak mata,
ekspresi muka, dan lain sebagainya.46
46
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta, Bumi Aksara : 2001), Cet. Ke-4, hal. 130
43
c) Karakteristik pribadi, menurut David Riyans karakteristik pribadi
meliputi 4 dimensi yaitu kreatif, imajinatif terorganisasi,kehangatan.47
2) Akhlak siswa
Untuk memudahkan penyelesaian penelitian ini dan sekaligus
membatasi kajian teoritis yang masih umum mengenai akhlak siswa, maka
penulis fokuskan penelitian ini pada beberapa poin sebagai berikut :
a) Akhlak siswa terhadap Allah Swt
b) Akhlak siswa terhadap orang tua.
c) Akhlak siswa terhadap guru.
d) Akhlak siswa terhadap lingkungan
Pembentukan akhlak mulia kepada peserta didik harus diberikan
secara berkelanjutan agar mereka dapat meneladaniakhlak mulia yang
dicontohkan oleh Rasulullah Saw, serta mampu menjauhi sifat-sifat yang
buruk yang harus dihindarkan oleh anak, dan guru harus mampu
membimbing akhlak peserta didik agar mereka dapat istiqomah dalam
mempergunakan akhlak yang baik, yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran
Islam.
47
Syansu Yusuf L.N dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada : 2014) cet. Ke-5 hal. 147.
44
3) Pembentukan akhlak siswa
Pemebentukan Akhlak siswa yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah pembentukan yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam hal ini guru-
guru yang ada di sekolah, khususnya guru dan Kepala Sekolah di sekolah
tersebut.
Pembentukan akhlakul karimah kepada peserta didik harus diberikan
secara berkelanjutan agar mereka dapat meneladani akhlak mulia yang
dicontohkan oleh Rasulullah Saw, serta mampu menjauhi sifat-sifat yang
buruk yang harus dihindarkan oleh anak, dan guru harus mampu
membimbing akhlak peserta didik agar mereka dapat istiqomah dalam
mempergunakan akhlak yang baik, yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran
Islam.
Pembentukan tersebut melalui berbagai macam metode salah
satunya adalah metode keteladanan oleh guru. Dalam hal ini, guru tersebut
dapat memberikan keteladanan dan mengintegrasikan secara langsung nilai-
nilai akhlak kepada siswa. Dari uraian di atas, maka pebentukan akhlak
adalah proses, perbuatan, tindakan, penanaman nilai-nilai perilaku budi
pekerti, perangai dan tingkah laku oleh guru kepada peserta didiknya.
45
E. Sumber Data
Data kalau digolongkan menurutasal sumbernya dapat dibagi
menjadi dua yaitu :
1) Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang akan
diteliti (responden).
2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari lembaga atau institusi
tertentu.48
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang dipakai oleh peneliti dalam
melakuakan kegiatan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi
instrumen atau alat penelitian adalah berupa test, pedoman wawancara,
pedoman observasidan dokumentasi.49
1) Pedoman wawancara. Pedoman secara bahasa, sebagaimana yang
terdapat dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah kumpulan
ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus
dilakukan, atau hal pokok yang menjadi dasar (pegangan, petunjuk
dan lain seabagainya) untuk menentukan dan melaksanakan
48
Bagong suyanto, sutinah dkk., metode penelitian sosial berbagai alternatif pendekatan, (jakarta, kencana prenada media groop : 2011), cet. Ke-6, hal. 55
49Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan
R&D, (Bandung, Alvabeta CV : 2013), Cet. Ke-16, hal. 305s
46
sesuatu.50 Berdasarkan uraian itu, maka penulis berkesimpulan
bahwa pedoman wawancara merupakan suatu pentujuk atau acuan
yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan wawancara untuk
mendapatkan informasi dan data-data mengenai peran guru dalam
pembentukan akhlak siswa.
2) Pedoman observasi, merupakan suatu acuan yang digunakan untuk
mendapatkan data, baik mengenai, fungsi dan tugas guru , maupun
peran dan urgensi guru dalam pembentukan akhlak siswa.
3) Dokumentasi, instrumen ini digunakan peneliti dalam pencarian data-
data dengan fokus penelitian yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, dan sebagainya. Dokumentasi juga digunakan
untuk mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
fokus penelitian, seperti jumalah guru maupun siswa, gambaran
umum tentang SMAN 15 Pangkep, sejarah singkat berdirinya,
keadaan guru, siswa, dan sarana prasarana.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama kita melakukan penelitian adalah
untuk mendapatkan data. Jika dilihat sumber datanya, maka pengumpulan
data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber
50
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta, PT Gramedia : 2008), Cet. Ke-1 Edisi IV, hal.1036
47
primer, yaitu data yang di peroleh langsung dari objek yang akan di teliti
(responden), dan sumber sekunder, yaitu data yang diperoleh dari lembaga
atau institusi tertentu.51 Dalam penelitian kualitatif, untuk mengumpulkan
dapat menggunakan beberapa cara atau teknik, yaitu sebagai berikut :
1) Observasi, yaitu melakukan pengamatan lanngsug terhadap kondisi
di lapangan, dalam artian Peneliti mengamati kegiatan yang
sekiranya diperlukan sebagai penunjang data yang dibutuhkan dalam
skripsi. Metode ini berguna untuk memperoleh data-data yang lebih
tentang bimbingan guru dalam pembentukan akhlak siswa SMAN 15
Pangkep Kec. Liukang Tanggayya Kab. Pangkep Prov. Sulawesi
Selatan.
2) Wawancara/interview, Metode wawancara adalah sebuah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden
atau orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedomam (guide) wawancara.52Dengan di bantu oleh alat-alat tulis
dan rekaman (audio hp). Dalam hal ini peneliti mewawancaraiguru-
guru di sekolah tersebut. Agar wawancara ini lebih terarah, terfokus
51
Bagong suyanto,sutinah dkk., metode penelitian sosial berbagai alternatif pendekatan, (jakarta, kencana prenada media groop : 2011), cet. Ke-6, hal. 55
52M. Burhan Bungin,Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta, Kencana Prenada
Media Group : 2009), Cet. Ke-4, hal. 133
48
pada tujuan sesuai dengan penelitian, maka peneliti terlebih dahulu
menyiapkan pedoman wawancara.
3) Metode dokumnetasi, yaitu metode yang digunakan untuk menelusuri
data historis,yaitu pelengkap dan penunjang metode observasi dan
interview. Dalam hal ini mempelajari dan menggali data-data yang
ada. Metode dokumentasi ini di gunakan untuk mendapatkan data-
data yang berkaitan dengan fokus penelitian seperti latar belakang
sejarah berdirinya sekolah SMAN 15 Pangkep, visi dan misi, keadaan
guru, serta sarana dan prasarana.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami. Analisis data kualitatif
adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh.
Adapun proses analisis data melalui beberapa tahapan sebagai berikut yaitu :
1) Editing Data, yaitu memeriksa data yang ada dan melengkapi
kekuranganya.53
2) Reduksi data, yaitu perangkat metode dengan cara merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting
53
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, ( Bandung, PT Remaja Rosdakarya : 1999), Cet. Ke-3, hal. 89
49
terhadap data-data yang telah dikumpulkan dan membuang hal-hal
yang tidak penting atau di anggap tidak perlu.
3) Penyajian data, yaitu setelah data direduksi, maka langkah
selanjutnya adalah menyajikan data, dalam penelitian kualitatif
penyajian data dengan bersifat naratif.
4) Verifiasi Data, yaitu penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
jika ditemukan bukti-bukti yang kuat, tetapi apabila kesimpulan yang
ditemukan diawal mempunyai bukti-bukti yang kuat maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil SMAN 15 Pangkep
Profil atau gambaran umum sekolah SMAN 15 Pangkep Desa Sabaru
Kecamatan Liukang Tangayya Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan.Sebagai berikut :
1. Sejarah singkat berdirinya SMAN 15 Pangkep
Berdirinya SMAN 15 Pangkep diawali dengan banyaknya SMP Satap
yang didirikan oleh pemerintah khususnya dinas pendidikan(dirjen pendidikan
dasar dan menengah pusat/jakarta) dan bekerjasama dengan pihak luar
negri khususunya pihak Australia. Adapun SMP Satap yang berada di wilyah
timur Liukang Tangaya antara lain, SMP Satap Sabaru (di pulau sabaru),
SMP Sanane (di pulau Sanane), SMP Satap Sumanga (di pulau Sumanga),
SMP Satap Matalaang (di pulau Matalaang), dan SMP Satap Balo-baloang
(di pulau balo-baloang). Jadi, sekolah SMAN 15 Pangkep didirikan sebagai
penyangga untuk menerima untuk menerima tamatan/lulusan dari semua
SMP Satap di wilayah timur kecamata Liukang tangaya. Sekolah SMAN 15
Pangkep merupakan satu-satunya sekolah jenjang menengah atas yang
menjadi harapan para orang tua siswa untuk menampung anak-anaknya
yang telah tamat/lulus dari SMP Satap yang telah kami sebutkan di atas di
sebabkan karna banyaknya para orang tua siswa yang kurang mampu
51
menyekolahkan anaknya di deretan sekolah (Makassar, Maros,Pangkajene,
Takalar, dan Gowa.) Karna foktor biaya dan khususnya jarak yang sangat
jauh. Lebih lanjut beliau juga menjelaskan bahwa ada beberapa harapan
yang di capai dengan berdirinya SMAN 15 Pangkep sebagai berikut :
a) Harapan para orang tua, yaitu dengan berdirinya SMAN 15 Pangkep
ini mereka dapat menyekolahkan anak-anak mereka di jenjang
pendidikan sekolah menengah atas (SMA) dengan jarak dan biaya
yang terjangkau.
b) Harapan pemerintah,yaitu dengan berdirinya SMAN 15 Pangkep ini
akses pendidikan di daerah terpencil bertambah luas sehingga
harapan untuk menambah tamatan/lulusan SMA tercapai. 54
2. Visi dan misi SMAN 15 Pangkep
Visi :
Terciptanya sumber daya manusia yang unggul dalam berprestasi dan
berbudi pekerti luhur.
Misi :
a) Mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berbudi
pekerti yang luhur.
b) Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan berakhlak, kreatif,
berprestasi, berwawasan iptek, dan lingkungan.
54
Sapiun P.Pd, SD, Perintis Berdirinya SMAN 15 Pangkep, Wawancara Tanggal 3 Desember 2018
52
c) Mengembangkan seluruh potensi siswa secara optimal baik dalam
bidang akademis maupun non akademis.
d) Menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, indah, hijau, nyaman,
dan berwawasan wiata mandala.55
3. Keadaan guru
Guru merupakan unsur yang memegang peranan yang paling penting
dalam upaya mencapai keberhasilan pendidikan. Pasalnya kualitas peserta
didik berbanding sama dengan kualitas guru di sebuah lembaga pendidikan,
Baik ataupun tidaknya kualitas guru akan sangat berpengaruh pada kualitas
peserta didik di suatu lembanga pendidikan tersebut.Berdasarkan wawancara
dengan Sainuddin selaku Wakil Kepala Sekolah mengenai keadaan tenaga
pengajar (guru) SMAN 15 Pangkep, mengatakan bahwa
di SMAN 15 Pangkep ini masih kekurangan tenaga pengajar (guru), di
sini hanya terdapat 6 guru honorer dan 1 guru PNS.56
Berkaitan dengan keadaan guru SMAN 15 Pangkep, perhatikan tabel
berikut :
Table 4.1
Pembagian tugas guru dalam proses belajar dan mengajar SMAN 15
Pangkep
No. Nama/NIP Status Jenis Mata Tugas Tamabahan
55
Sap Ari, S.Pd, Operator Dapodik Sekolah SMAN 15 Pangkep, Wawancara, 10 Desember 2018
56Sainuddin, S.Or, Wakil Kepala Sekolah SMAN 15 Pangkep, Wawancara, 12
Desember 2018
53
Guru Pelajaran
1.
Drs. Syamsuddin M.Si
19591231988031081
PNS
GT
Fisika
Kep. Sekolah
Pembina Pramuka Bahasa
Indonesia
BK 24
2.
Satriani Ismail, S.Pd
Guru Honorer
GTT
Sejarah
Pembina Pramuka
PKN
Seni
Budaya
3.
Syarif Hidayat, S.Pd
Guru Honorer
GTT Matematika Pembina OSIS
Kimia
4. Sap Ari, S.Pd Guru Honorer GTT TIK Operator Dapodik
5.
Sainuddin, S.Or
Guru Honorer
GTT
PJOK
Wk. Kepala
Sekolah BK 12
Prakarya
6.
Syakban, S.Pd
Guru honorer GTT PAI Pembina PMR Pa
Bahasa
Inggris
7.
Supiani, S.Pd
Guru honorer GTT Biologi Pembina PMR Pi
BK 18
Sumber : Arsip SMAN 15 Pangkep.57
Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama berada di lapangan
dalam melakukan penelitian, penulis menyaksikan terkadang guru
mengajarkan yang bukan jurusannya, seperti guru mata pelajaran Sejarah
beliau juga terkadang mengajarkan mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan (PKN) disebabkan karna tidak adanya guru pendidikan
57
Arsip SMAN 15 Pangkep, Data Guru SMAN 15 Pangkep
54
kewarganegaraan (PKN).58Dari data-data ini, mengenai tenaga pengajar
(guru) di SMAN 15 Pangkep perlu mendapatkan perhatian lebih serius, yang
lebih mendalam oleh pemerintah setempat, pasalnya guru di sekolah SMAN
15 Pangkep masih sangat minim.
4. Keadaan siswa (peserta didik)
Siswa (peserta didik) adalah foktor yang tidak kalah pentingnya bagi
berlangsungnya proses belajar dan mengajar di suatu lembaga pendidikan
termaksud di sekolah SMAN 15 Pangkep. Saat ini sekolah SMAN 15
Pangkep membina 55 siswa (peserta didik). Masing-masing terdiri dari 19
orang kelas X, 12 orang kelas XI, dan 24 orang kelas XII.59
Perhatikan tabel berikut :
Table 4.1
Keadaan peserta didik di SMAN 15 Pangkep
No
.
Kelas Laki-laki Perempua
n
Jumlah
1. Kelas X 8 11 18
2. Kelas XI 6 6 12
3. Kelas XII 11 13 24
Total 25 30 55
Sumber : Arsip SMAN 15 Pangkep60
58
Peneliti, Oservasi Lapangan, Tanggal 12 Desember 2018 59
Sainuddin, S.Or, Wakil Kepala Sekolah SMAN 15 Pangkep. Wawancara 13 Desmber 2018
60Arsip SMAN 15 Pangkep, Data Peserta Didik SMAN 15 Pangkep
55
5. Sarana dan prasarana
Sejak berdirinya SMAN 15 Pangkep sampai saat ini, tentunya SMAN
15 Pangkep berusaha untuk meningkatkan sarana dan prasarana sekolah
untuk memfasilitasi dan untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran
siswa. Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melakukan penelitian
ini, di sekolah SMAN I5 Pangkep terdapat 3 ruangan belajar (kelas) untuk
kelas X, XI, dan XII masing-masing satu ruangan, 1 ruangan guru (kantor), 1
ruangan perpustakaan, 1 ruangan laboratorium.
Untuk ruangan laboratorium, selain di pake untuk praktek untuk
praktek komputer, para siswa-siswi (peserta didik) juga mereka
manfaatkannya untuk beribadah kepada Allah swt.yaitu, mereka pada setiap
hari jumat di arahkan untuk melaksanakan sholat sunnah dhuha. Kemudian
tersedia juga beberapa sarana olahraga seperti, lapangan bola takro, bola
volly, dan tenis meja.61 Untuk lebih jelasnya perhatikan table berikut :
Tabel 4.3 Keadaan saran dan prasaran SMAN 15 Pangkep
No. Nama sarana/prasarana
Jumlah
1. Ruangan kelas 3
2. Ruangan guru 1
4. Ruangan perpustakaan 1
5. Ruangan laboratorium 1
6. Lapangan bola takrow 1
7. Lapangan bola volly 1
8. Lapangan tenis meja 1
Sumber : arsip SMAN 15 Pangkep62
61
Peneliti, Observasi, Tanggal 14 Desember 2018 62
Data Arsip SMAN 15 Pangkep
56
B. Akhlak Siswa SMAN 15 Pangkep
Sebagaimana yang telah dijelaskan di bab awal bahwa pendidikan
nasional berdasarkan pancasila dan bertujuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Indonesia, meningkatkan
iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, ketrampilan,
mempertinggi budi pekerti, dan memperkuat kepribadian. Dengan ini sebagai
guru pendidik, sudah menjadi sebuah keharusan untuk membimbing dan
mengarahkan para peserta didik agar mereka memiliki akhlak yang baik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Supiani, beliau menerangkan
bahwa :
Akhlak siswa SMAN 15 Pangkep sudah bisa dikatakan cukup baik(bagus) meskipun masih banyak yang harus dibenahi, dalam lingkungan sekolah siswa-siswinya sudah bisa bersikap dengan baik, sopan santun dalam bertutur, baik itu kepada guru-gurunya maupun kepada teman-teman mereka. Sedangkan di luar lingkungan sekolah atau di tengah-tengah masyarakat, sebagian besar siswa sudah mampu menunjukan jati dirinya sebagai orang terpelajar atau terdidik, sebagai contoh siswa sudah sopan dalam berpakaian (tidak seksi) meskipun belum sempurna, yaitu belum memenuhi standar syar`i sebagaimana yang diajarkan oleh agama Islam.63
Menjadi guru adalah menjadi da`i (juru dakwah) yaitu menyeru kepada
yang ma`ruf dan mencegah yang mungkar. Guru mempunyai peluang yang
besar untuk mebentuk akhlak manusia teruntuk akhlak generasi muda yaitu
63
Supiani, S.Pd, Guru Biologi dan Bimbingan Konseling, Wawancara Tanggal 15 Desember 2018.
57
siswa, memberikan semangat dan motifasi, mengarahkan untuk selalu
memperbaiki diri maupun memberikan bimbingan keagamaan dalam
kegiatan-kegiatan yang bersifat religius, demikian pula jika ada siswa-siswi
(peserta didik) yang jauh dari nilai-nilai akhlak islamiyah (nakal), guru
mempunyai kewajiban untuk mencegahnya atau memberikan peringatan
kepada siswa tersebut dan menfasilitasi mereka dengan aktifitas-aktifitas
yang positif yang bisa membentuk akhlak islamiyahnya.Sedangkan menurut
Sapiun salah satu orang tua murid yang saya wawancarai, dalam wawancara
itu beliau menjelaskan mengenai akhlak Islami siswa SMAN 15 Pangkep
bahwa :
Pada dasarnya akhlak siswa di SMAN 15 Pangkep itu sudah lebih dari cukup, namun perlu kita berfikir, memutar akal dan pikiran kita lebih mendalam lagi bahwa persoalan akhlak adalah persoalan potensi diri yang fundamental yang harus mendapatkan perhatian, penanganan lebih serius, lebih mendalam, lebih berskesinambungan dengan pendekatan-pendekatan yang lebih bijak sesuai dengan usia anak yang ada di lembaga pendidikan (SMAN 15 Pangkep).64
Kemudian beliau juga menjelaskan bahwa, harus ada pendekatan-
pendekatan tertentu yang diberikan kepada anak peserta didik di usia yang
mengarah kepada usia yang lebih dewasa dan pendewasaan :
Sebagai guru, dalam upaya membentuk akhlak islami siswa harus melakukan pendekatan-pendekatan yang bijak yaitu memberikan semangat, dorongan untuk terus belajar dan memperbaiki diri, memberikan contoh dan keteladanan. Dan semangat, dorongan, dan keteladanan yang di berikan kepada siswa harus sesuai dengan usia
64
Sapiun, S.Pd. SD., Orang Tua Murid, Wawancara, 17 Desember 2018
58
anak dan tidak jauh dari lingkunang sekitar siswa, agar siswa lebih cepat dan lebih tanggap dalam menerima apa yang diberikan kepada mereka.
65
Akhlak yang sebagaimana berdasarkan pembagiannya dapat dibagi
menjadi dua yaitu :
1. Akhlak terpuji
Peneliti menilai akhlak islami siswa (peserta didik) SMAN 15
Pangkep berdasarkan empat aspek yaitu :
a) Akhlak kepada Allah Swt.
Akhlak islami siswa (peserta didik) SMAN 15 Pangkep kepada
Allah Swt. yang penulis teliti meliputi ; sholat 5 waktu, tadarus Al-Qur`an
dan berpuasa pada bulan suci ramadan, dan untuk perempuan memakai
jilbab.Dari hasil wawancara peneliti dengan enam siswa kelas XI SMAN
15 Pangkep, dapat di ketahui bahwa siswa 1, 2, 3, dan 4 melaksanakan
sholat 5 waktu dengan alasan yang umum bahwa mereka merasa sangat
bersalah dan berdosa jika tidak melaksanakannya karna sholat adalah
kewajiban setiap muslim dan muslimah. Sedangkan siswa 5 dan 6 masih
bolong-bolong.Dengan alasan banyaknya aktifitas dan kesibukan harian
sehingga sholat 5 waktu kadang-kadang terlewatkan.
65
Sapiun, S.Pd. SD., Orang Tua Murid, Wawancara, 17 Desember 2018
59
Berkaitan dengan tadarus Al-Qur`an, siswa 1, 2, 3, dan 5 rutin
melakukan tadarus Al-Qur`an setiap hari. Siswa 1 melakukan tadarus 10-
20 ayat pada setiap kali tadarus dan itu ia lakukan pada setiap selesai
sholat 5 waktu, siswa 2 selalu berusaha menyempatkan dirinya untuk
membaca surat-surat pendek sebelum belajar pada malam harinya,
siswa 3 berusaha untuk tadaruds setiap harinya,dengan alasan hatinya
bisa menjadi tenang sesudah membaca ayat-ayat suci Al-Qur`an. Siswa
5 selalu berusaha untuk melakukan tadarus Al-Qur`an khususnya pada
malam dan hari jumat. sedangkan siswa 4 dan 6 kadang-kadang, bahkan
hanya pada malam kegiatan pengajian saja melakukan tadarus dan
pada saat mata pelajaran pendidikan agama Islam.
Melaksanakan puasa pada bulan suci ramadan merupakan
kewajiban setiap pada setiap muslim dan muslimah yang sudah dewasa
atau dalam bahasa syariatnya yaitu mukallaf. Siswa 1, 2, 3, 4, 5, dan 6
selalu melaksanakan puasa pada bulan suci ramadan. Ke enam siswa
yang peneliti wawancari tersebut mengatakan bahwa senantiasa
berpuasa pada bulan suci ramadan. mereka memhami bahwa puasa
pada bulan suci ramadan merupakan bagian rukun Islam yang ke empat.
Setiap wanita muslimah yang sudah dewasa di wajibkan menutup
auratnya terutamanya rambut, karna rambut wanita muslimah merupakan
termasuk aurat yang harus ditutupi, dan itu sudah menjadi perintah Allah
60
Swt.. berdasarkan hasil pengamatan penulis dalam melakukan penelitian
di lapangan, penulis mengamati bahwa para siswi Sekolah SMAN 15
Pangkep memakai jilbab pada saat keberadaan mereka di sekolah.66
Siswa 2, 3, dan 6 selalu berusaha memakai jilbab pada saat keluar
rumah, karna mereka memahami bahwa berhijab adalah bagian dari
ajaran yang agama Islam yang harus mereka taati sebagai wanita
muslimah.
b) Akhlak kepada guru
Akhlak siswa kepada guru mencakup, sopan, santun, hormat, dan
patuh terhadap guru. Berdasarkan hasil wawancara kepada enam
siswa, mereka mengatakan bahwa mereka mengucapkan salam, sapa,
senyum, dan mencium tangan jika bertemu dengan salah seorang guru.
Ketika guru sedang menjelaskan, siswa 2, 3, dan 4 memperhatikan guru
yang sedang memberikan pelajaran, siswa 1, 5, dan 6 kadang-kadang
memperhatikan penjelasan guru. Mereka beralasan karena kelasnya
panas, cara guru dalam memberikan penjelasan tidak sesuai dengan
keinginan mereka, sehingga membuat malas, selain itu ada temanya
yang ajak ngobrol dan ini biasanya terjadi pada jam terakhir mata
pelajaran. Jika dimintai tolong oleh guru, siswa 2, 3, 4, 5, dan 6
mengikuti dan melaksanakan perintah guru.Sedangkan siswa 1 melihat
situasi terlebih jika tidak ada pekerjaan di rumahnya baru melaksanakan
66
Penulis, observasi 21 januari 2018
61
dan membantu guru, adapun jika ada pekerjaan di rumahnya, maka dia
dahulukan pekerjaan di rumah.
c) Akhlak siswa kepada orang tua
Akhlak kepada kedua, keenam siswa berusaha untuk bersikap
sopan, santun, taat, patuh, serta menghormati kedua orang tua. Ketika
disuruh orang tua, siswa 2, 3, 4, 5, dan 6 segera melaksanakannya,
dengan alasan yang umum bahwa, sebagai anak harus berbakti kepada
kedua orang tua. Adapun siswa 1 mengatakan kadang-kadang langsung
melaksanakannya, kadang juga tidak.Biasanya sampai 2 dan 3 kali baru
bergerak untuk melaksanakannya.Keenam siswa juga sering membantu
kedua orang tua.Misalnya siswa siswa 1 dan 5, membantu ayahnya
dalam menopang kebutuhan ekonomi keluarga (pergi melaut) jika pulang
dari sekolah atau sedang libur sekolah.
Kemudian, siswa 2, 3, 4, dan 6 membantu seorang ibu dalam
mengurusi rumah tangga (menjaga adiknya dan membersihkan
rumah).Selain itu keenam siswa pamit dan cium tangan kepada orang tua
ketika akan berangkat sekolah.
d) Akhlak kepada lingkungan
Berkaitan dengan akhlak siswa kepada lingkungan, peneliti
memberikan pertanyaan, “ketika anda melihat sampah/kotoran, apakah
anda langsung membersihkanya?” siswa 1, 2, 3, dan 4 langsung
62
membersihkannya. Adapun siswa 5 tergantung kondisi, kalau tidak
mempunyai aktifitas, maka langsung di bersihkan, tetapi jika sibuk, maka
ia diamkan dulu.67
2. Akhlak tercela
akhlak tercela ini sebagaimana yang telah kami jelaskan di bab
sebelumnya, dikenal dengan sifat-sifat muhlikat, yakni segala tingkah laku
manusia yang dapat membawanya kepada kebinasaan dan kehancuran diri,
yang tentunya bertentangan dengan fitrahnya untuk selalu mengarah pada
kebaikan. Berdasarkan hasil observasi peneliti selama berada di lapangan,
akhlak tercela siswa yang cukup nampak di sekolah SMAN 15 Pangkep
adalah, pacaran, merokok dan kurangnya kedisiplinan siswa.68Dengan
demikian akhlak harusnya menjadi titik fokus bagi seorang guru, untuk
memberikan membenahan, perhatian, serta pembinaan yang
berkeinambungan agar terciptanya siswa-siswi yang berakhlakul karimah.
a) Pacaran, ini sudah menjadi hal yang sering kita lihat yang dilakukan
oleh kaum muda-mudi saat ini begitupun dengan dikalangan siswa.
Peneliti pernah memberikan pertanyaan kepada siswa “apa tujuan dan
manfaat pacaran?” beliau mengatakan bahwa :
67
Muhammad Ifdhal,Syarifuddin, Finki, Asrianti, Darawati, Tutu Perawati, Siswa Kelas XI, Wawancara, 21 Januari 2018
68Peneliti, Observasi, Tanggal 17 Desember 2018
63
Pacaran bisa membuat saya tampil lebih percaya diri, menimbulkan dorongan semangat untuk lebih rajin belajar, karna terkadang biasanya, ketika guru memberikan pertanyaan tentang pelajaran tertentu, dengan cepat mengacungkan tangan untuk menjawab demi mendapatkan perhatian teman(pacar).69
b) Merokok, salah satu sifat tercela yang telah masuk di dunia
pendidikan, khususnya di SMAN 15 Pangkep, bukan hanya satu atau
dua orang saja, tapi lebih dari itu terdapat siswa yang mencoba
mengisap rokok. Menurut pengakuan salah seorang siswa
Saya menghisap rokok sejak di SMA kelas X, awalnya penasaran dengan rokok, sebab rokok bisa dikatakan sudah menjadi kebutuhan dasar setiap manusia. dengan demikian saya mencoba merokok dan akhirnya ketagihan, dan sampai saat ini masih menghisap rokok, bahkan setiap hari. Biasanya saya lakukan pada saat nongkrong sama teman-teman.70
c) Kurangnya kedisiplinan siswa,berdasarkan hasil observasi peneliti
selama berada di lapangan, kurangnya kedisiplinan siswa masih
terlihat di SMAN 15 Pangkep, yaitu masih adanya siswa yang
terlambat masuk kelas pada waktu yang telah ditentukan. Dan hal ini
tentunya menjadi salah satu penyebab terhambatnya proses belajar
dan mengajar.
Akhlak tercela yang dialami pada anak didik merupakan hasil dari
proses pendidikan yang tidak sehat, pembinaan yang kurang baik serta
69
Candra Tri Munandar, Siswa Kelas XII IPA, Wawancara, 17 Desmber 2018 70
Yusran, Siwa Kelas XII IPA, Wawancara, 17desember 2018
64
kurangnya bimbingan keagamaan.baik itupendidikan, pembinaan, dan
bimbingan dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan sekolah.
Karena pada hakikatnya manusia itu dilahirkan dalam keadaam fitrah, fitrah
dalam artian kecenderungan dalam berperilaku atau akhlak yang baik, serta
kecenderungan dalam menjalankan perintah agama dengan baik.Untuk
menangani para peserta didik yang memiliki sifat yang kurang baik ini,
tentunya tidak terlepas dari pembinaan yang baik serta bimbingan
keagamaan yang lebih maksimal dan berkesinambungan. Sedangkan Syarif
Hidayat mengatakan bahwa, untuk menangani peserta didik yang jauh dari
nilai-nilai islamiyah (nakal), ada beberapa hal yang dilakukan yaitu :
a) Seorang guru wajib memberikan peringatan kepada siswa-siswi (peserta didik) yang jauh dari nilai-nilai islamiyah (nakal) dan memberikan kesibukan kepada mereka ke hal yang baik yang bisa memebentuk akhlak mereka baik secara langsung maupun tidak langsung.
b) Menjalin hubungan baik, yaitu mencoba mengakrabkan diri dengan siswa-siswi tersebut agar mereka dapat dipengaruhi pola pikirnya dan selanjutnya mengarahkan mereka ke hal-hal yang positif yang bisa membentuk akhlak islami mereka.
c) Selalu memberikan isnpirasi yang positif kepada siswa tersebut dengan cara selalu memberikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi tentang ajaran agama Islam agar bisa menambah wawasan mereka, dengan demikian siswa tersebut bisa membedakan hal yang baik dan yang buruk.71
Akhlak merupakan, tingkah laku (perbuatan/perkataan) yang apa
bila dilaksanakan terus-menerus akan menjadi suatu kebiasaan. Akhlak
71
Syarif Hidayat, S.Pd., Guru Mate-Matika dan Pembina OSIS SMAN 15 Pangkep, Wawacara, 17 Desember 2018.
65
tidak hanya berkaitan antara hubungan muamalah manusia yang satu
dengan yang lain atau proses interaksi individu yang satu dengan yang
lainnya, kelompok yang satu dengan kelompok yang lainya, tetapi juga
hubungan antara hamba dengan Tuhannya itu merupakan bagian
daripada ruang lingkup akhlak.
C. Peran Komunikasi Interpersonal Guru Dalam Pembentukan Akhlak
Siswa SMAN 15 Pangkep
Komunikasi interpersonal diartikan sebagai proses pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan, antara dua orang atau di antara sekelompok kecil
orang dengan beberapa efek dan umpan balik seketika. Berkomunikasi
interpersonal bisa berlangsung antara dua orang atau lebih, dengan cara
dialogis, yaitu masing-masing saling menyampaikan dan memberi pesan
secara timbal balik. Dengan komunikasi dialogis berarti terjadi interaksi yang
masing-masing dapat berfungsi secara bersama, baik sebagai pembicara
maupun pendengar.Keduanya saling memasukan pesan dan informasi,
keduanya saling memberi dan menerima.Perlu disadari bahwa peran
komunikasi interpersonal sangat diperlukan dalam bersosialisasi, khususnya
dalam proses belajar dan mengajar, karena proses belajar dan mengajar
pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaikan
pesan(materi pelajaran) dari sumber pesan(guru) secara langsung ataupun
melalui media atau saluran tertentu ke penerima pesan(siswa).
66
Mengajar dan proses belajar, merupakan suatu sistem yang tidak
bisa dipisahkan, keduanya berhubungan erat dan saling berkaitan, hal ini
terlihat jelas bahwa proses belajar tidak akan terjadi apabila tidak ada yang
mengajar, begitupun sebaliknya apabila tidak ada yang belajar, maka tentu
tidak akan ada yang mengajar. Dan proses belajar mengajar baru akan
berjalan secara efektif jika telah terbentuk komunikasi yang baik antara
pendidik (guru) dan peserta didik (siswa) baik di dalam ruangan kelas
maupun di luar ruangan kelas.
Adapun peran komunikasi interpersonal guru dalam pembentukan
akhlak islami siswa SMAN 15 Pangkep, dalam penganalisaan ini, peneliti
menganalisa tentang bagaimanakemampuan peran komunikasi guru untuk
membentuk akhlak islami siswa SMAN 15 Pangkep dalam lingkungan
sekolah, yaitu dalam ruangan kelas dengan waktu yang terbatas melalui
proses belajar dan mengajar serta kegiatan-kegiatan di luar kelas yang
mendukung pembentukan dan perkembangan akhlak islami siswa (peserta)
SMAN 15 Pangkep.
1. Menyampaikan informasi/ilmu pengetahuan kepada siswa
Proses belajar mengajar adalah pada hakikat proses pengiriman dan
penerimaan pesan. Guru merupakan komunikator dalam menyampaikan
pesan, mentransfer ilmu pengetahuan yang berupa materi pelajaran kepada
penerima pesan yaitu para peserta didik. Dalam pembentukan akhlak islami
67
siswa SMAN 15 Pangkep melalui kemampuan komunikasiinterpersonal guru
yang sebagaimana berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru
pendidikan agama Islam, yaitu bapak syakban, beliau menerangkan
bahwa,ada beberapa upaya-upaya yang kami lakukan dalam membentuk
akhlak islami siswa SMAN 15 Pangkep melalui komunikasi interpersonal
yaitu :
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa, gunu untuk pengembangan diri, memperluas wawasan siswa, serta memberikan bimbingan keagamaan, arahan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat religius, serta motivasi untuk terus belajar agama dan memperbaiki diri.72
Berkaitan dengan hal ini, penulis memberikan analisis bahwa,
pendidik dalam proses belajar mengajar merupakan guru yang memegang
peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas atau keberhasilan
pengajaran yang akan dilaksanakanya. Oleh karena itu berhasil atau tidaknya
peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran/pendidikan tersebut, tak
terlepas dari peran komunikasi guru dalam membentuk akhlak islami peserta
didik dan itu merupakan salah satu cara untuk membentuk sikap mental
manusia agar mempunyai pribadi yang berbudi pekerti yang luhur.
2. Mengubah sikap dan perilaku siswa
72
Syakban, S.Pd, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawncara 23 Januari 2019
68
Penerima pesan yaitu siswa-siswi SMAN 15 Pangkep, hakikatnya
merupakan sasaran dakwah para tenaga pendidik (guru) dalam aktifitas
komunikasi, baik komunikasi secara langsung maupun tidak langsung dalam
pengajaran yang berada di lingkungan lembaga pendidikan SMAN 15
Pangkep.Memberikan bimbingan keagamaan, arahan, serta motivasi adalah
aktifitas komunikasi verbal atau komunikasi secara langsung.syakban
menjelaskan lebih detil bahwa :
Guru memberikan bimbingan keagamaan, misalnyasebelum memulai dan mengahkhiri pelajaran, para siswa dianjurkan untuk berdoa serta sholat zuhur berjama`ah dimasjid. Kemudian guru juga memberikan arahan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat religius, misalnya mengikuti kegiatan pengajian pekanan yang dilakukan di masjid secara rutin.Ini dilakukan untuk membentuk akhlak siswa terhadap Allah SWT.selain itu, guru juga memberikan nasehat.yaitu di setiap akhir pertemuan kami selalu memberikan kultum singkat dengan membahas mengenai, berbakti kepada kedua orang tua, menjaga kebersihan, pengembangan diri, serta kedisiplinan. Kultum singkat ini dilakukan untuk memberikan wawasan keislaman kepada siswa agar siswa dapat membedakan yang baik dan yang buruk, dengan wawasan keislaman ini akhlak islami siswa dapat terbentuk.73
Berdasarkan observasi peneliti selama berada di lapangan, peneliti
mengamati dan menyaksikan para siswa, berdoa sebelum memulai pelajaran
dan ketika akan mengakhiri/menutup pelajaran, dan hal ini sudah menjadi
rutinitas mereka pada saat proses belajar dan mengajar.74 Berdoa
merupakan adab-adab dalam menuntut ilmu, sebagai seorang muslim
73
Syakban, S.Pd, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara 23 Januari 2019 74
Peneliti, Observasi, 23 Januari 2019
69
tentunya kita meyakini bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini itu
berasal dari Allah SWT. Dengan ini, berdoa adalah untuk merendahkan diri,
mendekatkan diri kepada-Nya.Sertasuatu bentuk pengakuan seorang hamba
terhadap Allah SWT.bahwa sebagai hamba, kita tidak mempunyai daya dan
kekuatan untuk memiliki sesuatu, kecuali sesuatu itu di berikan oleh Allah
SWT.
3. Menunjukan citra diri yang lebih baik (keteladan)
Komunikasi interpersonal salah satu peran dan fungsinya adalah
menunjukan citra diri yang lebih baik (keteladanan).Sikap dan perilaku siswa
di sekolah akan berbanding lurus dengan sikap dan perilaku para
pendidiknya yaitu, kepala sekolah, guru-gurunya yang mengarahkan,
melakukan bimbingan termaksud juga dalam memberikan contoh positif dan
keteladanan yang baik.kemudian bapak syakban juga menjelaskan :
Yang kedua, guru memberikan keteladanan. Guru harus memberikan keteladanan, contoh yang baik tehadap peserta didiknya. Sebab guru adalah tokoh dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat, ia sebagai publik figureuntuk semua orang wa bilkhusus untuk anak didiknya, peserta didikk cenderung mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang yang ada di sekitarnya, dalam artian apa yang dilihatnya itu akan diikutinya.75
Adapun membentuk akhlak islami siswa (peserta didik) SMAN 15
Pangkep dengan cara memberikan keteladanan adalah mencoba
memberikan contoh dengan kelakuan-kelakuan, penuturan dalam berbicara,
75
Syakban, S.Pd, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawncara 23 Januari 2019
70
dan penampilan. Pendidik berperilaku yang baik, berbapakaian yang bagus
dan rapi secara islami, secara tidak langsung pasti para siswa(peserta didik)
SMAN 15 Pangkep akan termotivasi untuk mengikuti. Lalu berbicara dengan
baik dengan membiasakan dalam memulai kegiatan selalu melafaskan
basmalah dan di akhir kegiatan selalu diakhiri dengan hamdalah.Dengan
demikian para siswa (peserta didik) SMAN 15 Pangkep akan termotivasi
untuk meniru, kemudian akan terbiasakan dengan perilaku-perilaku yang
positif sehingga bisa menjadi akhlak islami.
Tentunya pendidikan akhlak tidak hanya cukup memberikan siswa
teori semata tetapi juga perlu adanya tindakan semua guru pendidik, yang
berperan sebagai tokoh pembina utama menjadi contoh bagi seluruh siswa
dalam upaya membentuk pribadi siswa (peserta didik) yang berakhlakul
karimah.Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti memberikan kesimpulan
bahwa keteladanan atau contoh yang baik merupakan peranan guru yang
cukup sentral dalam mendidik. Sebab pada hakikatnya dalam setiap tingkah
laku pendidik dalam berhadapan dengan murid senantiasa terkandung
fungsi mendidik.
Tujuan pendidik (guru) dalam berkomunikasi menyampaikan materi
pelajarannya kepada semua siswa-siswinya (peserta didik), selain
menjadikan mereka sebagai generasi yang mampu bersaing, tentunya juga
menjadikan anak didiknya sebagai generasi yang memiliki akhlakul karimah,
71
baik dalam berperilaku terhadap dirinya sendiri, orang tua, maupun
masyarakat secara umum.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
72
Dari penelitian tentang peran komunikasi interpersonal guru dalam
pembentukan akhlak siswa di SMAN 15 Pangkep desa Sabaru Kecamatan
Liukang Tangayya Kabupaten Pangkep, dapat di bagi menjadi dua yaitu :
1. Akhlaksiswa di SMAN 15 Pangkep ada duayaitu : a) Akhlak terpuji.
Yang mencakup : akhlakkepada Allah SWT.,yaituberibadah. Seperti
melaksanakan sholat, berpuasa pada bulan suci ramadan membaca Al-
Qur`an,serta membaca doa sebelum dan sesudah selesai belajar.
Akhlak kepada sesama manusia, seperti mengucapkan salam, sopan,
dan santun. Kemudian akhlak kepada lingkungan, seperti menjaga
kebersihan, dan membuat taman bunga di halaman sekolah. b) Akhlak
tercela, akhlak tercela yang masih terdapat di SMAN 15 Pangkep yaitu
siswa pacaran, merokok, dan kurangnya kedisiplinan siswa.
2. Peran komunikasi interpersonalgurudalam pembentukan akhlak islami
siswa di SMAN 15 Pangkep melalui ada tiga yaitu : a) menyampaikan
pengetahuan, guru sebagai komunikator dalam penyampaian pesan
atau dalam proses mentransferkan ilmu pengetahuan kepada
penerima pesan yaitu peserta didik untukmengembangkan dan
meningkatkan kualitas siswa. b) Mengubah sikap dan perilaku, guru
memberikan nasehat dan motivasi kepada siswa untuk memperbaiki
diri dan senantiasa berakhlakul karimah.c) Keteladanan, guru
memberikan teladan yang positif, contoh yang baik agar bisa
73
mempengaruhi sikap dan perilaku siswa demi terciptanya siswa yang
berakhlakul karimah.
B. Saran
Dengan tidak bermaksud untuk menggurui, penulis memberikan saran,
yang penulis harapkan sifatnya membangun dengan didasarkan pada hasil
penelitian ini, yaitu :
1. Peneliti berharap, pada semua guru untuk memberhentikan proses
belajar dan mengajar ketika telah masuk waktu sholat dzuhur,
kemudian mengarahkan seluruh siswa SMAN 15 Pangkep menuju di
masjid untuk melaksanakan sholat berjama`ah.
2. Setiap guru yang mengajar pada hari jum`at jam pertama
mengarahkan dan membimbing siswa untuk membaca Al-Qur`an
selama 10-15 menit.
3. Setiap guru diharapkan untuk lebih memperhatikan siswa pada saat
berdoa agar setiap siswa lebih khusyu lagi dalam berberdoa dan
disiplin.
4. Untuk kepala sekolah dan semua guru diharapkan disiplin dan
amanah dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik profesional,
memperhatiakan setiap hal-hal yang bisa menodai nila-nilai pendidikan
dan pengajaran.
74
5. Bagi penulis, setelah melakukan penelitian ini hubungan silaturrohim
dengan pihak sekolah masih bisa terjalin dengan baik.
75
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Al-karim.
Abdurrahman, Muhammad. 2016. Akhlak.Menjadi Seorang Muslim Yang
Berakhlak Mulia, Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Al-Abrasyi, Mohd. Athyah. 1990. Dasar Dasar Pokok Pendidikan Islam.
Jakarta : PT. Bulan Bintang.
Al-Baihaqi, Abu Bakar. 2003. Sunan Al-Kubra Lilbaihaqi. Libanon : Darul
Kutub Ilmiyyah.
Al-Hasyimi, Abdul Mun’im. 2009. Akhlak Rasul Menurut Bukhari Dan Muslim.
Jakarta : Gema Insani.
Ali, Mohammad Daud. 2000. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada.
Al-Ja’fi, Muhammad Bin Ismail Abu Abdillah Al-Bukhori.1422 H. Shahih
bukhori, Tahqiq, Muhammad Zuhair Bin Nasir Nasir. Daru At-Turqu
An-Najah.
Alqzuuniy, Ibnu Majah Abu Abdillah Muhammad Ibnu Yazid. 1905. Sunan
Ibnu Majah. Tahqiq Muhammad Fuadu Abdul Baaqiy Faisal Isaa
Albaqi Alhilbi. Darul Ihyaul Kutubul `Arabiyyah.
Arifudin. 2011. Metode Dakwah Dalam Masyarakat. Makassar : Alaudin
Uneversity Press.
Asmara, Toto. 1997. Komunikasi Dakwah,Jakarta : Gaya Media Pratama.
AW, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta : Garaha Ilmu.
Baharist, Adna Hasan Shalih. 1991. Mendidik Anak Laki-Laki. Saudi Arabia :
Darul Mujtama.
Bungin, M. Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta:Kencana
Prenada Media Group.
Bungin, Burhan, 2007. Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan di Kursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat . Surabaya: Kencana Prenada
Media Group.
76
Cangara, Hafied. 2013. Perencanaan Dan Strategi Komunikasi, Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada.
Departemen Agama RI. 2009. Mushaf Al-Qu’an Dan Terjemahannya.Jakarta
: CV. Pustaka Al-Kautsar.
Departemen PendidikanNasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pusat Bahasa.Jakarta :PT. Gramedia.
Drajat, Zakiah Dkk.. 2004. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam.Jakarta
: PTBumi Aksara.
Hadi, Aslam. 1986. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta : Rajawali.
Hadikusuma, Djarnawi. 1990. Ilmu Akhlak Teori Dan Praktik, Yogyakarta :
Persatuan Yogyakarta.
Hafied, Canggara H. 2008. Pengantar Ilmu Komuinkasi, Jakarta : Rajawali
Pers.
L.N, Syansu Yusuf dan Nani M. Sugandhi. 2014. Perkembangan Peserta
Didik,Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Liliweri, Alo. 1994. Prespektif Teoritis Komunikasi Antar Pribadi.
Bandung:CitraAditya Bakti.
Majdid, Abdul. 2006. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep
Dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung : PT. Rosdakarya.
Muhammad, Arni. 2001. Komunikasi Organisasi,Jakarta : Bumi Aksara.
Nata, Abuddin. 2014. Akhlak Tasawuf Dan Karakter Mulia. Jakarta :
Rajagrafindo Persada.
_____________. Pendidikan Islam Pada Periode Klasik Dan
Perengahan.Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Ridwan. 2009.Ilmu Komunikasi Jakarta: Graha ilmu.
Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi, Yogyakarta : Graha Ilmu.
Soehartono, Irawan. 1999. Metode Penelitian Sosial, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alvabeta CV.
Suyanto, Bagong,Sutinah Dkk.. 2011. Metode Penelitian Sosial Berbagai
Alternatif Pendekatan. Jakarta : Kencana Prenada Media Groop.
Tafsir, Ahmad. 2000. Pendidikan Agama Dalam Keluarga.Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
77
Tohiri. 2012.Metode Penelitian Kulitatif Dalam Pendidikan Dan Bimbingan
Konseling. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Umar danSartono. 2001. Bimbingan Dan Penyuluhan. Bandung : CV.
Pustaka Setia.
Usman, Husaini Dan Purnomo Setiady. 2004. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Widjaja, H.A.W.. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta : PT
Rineka Cipta.
_____________. 1997. Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat, Jakarta :
Bumi Aksara.
Zahruddin. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : PT. Rajagrafindo
Persada.
78
L
A
M
P
I
R
A
N
79
Dokumentasi wawancara
Wawancara kepada bapak Syakban S.Pd selaku Guru PAI
SMA 15 Pangkep Wawancara kepada bapak Sainuddin S.Or. selaku wakil
kepala sekolah SMA 15 Pangkep
Wawancara kepada Orang Tua, Siswa Bapak Sapiun Wawancara kepada Muh. Ifdhal, Siswa SMAN Pangkep
80
Dokumentasi kegiatan pembentukan akhlak islami siswa
`
81
BIODATA PENULIS
Harfin dilahirkan di Muna Barat pada tanggal 3 agustus
1996 dari Ayah La Damu dan Ibu Wasaluna. Penulis
adalah anak ke enam dari sembilan bersaudara. Adapun
pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis adalah :
SDN 19 Sawerigadi, Sulawesi Tenggara, lulus pada tahun
2008. MTS.s Khairul Ummah, Sulawesi Tenggara, lulus tahun 2011.Sulawesi
Selatan, MAS Khairul Ummah.Lulus tahun 2014. Kemudian melanjutkan
pendidikan pada tahun 2014 di Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar, (D2
Pendidikan Bahasa Arab Dan Studi Islam) Lulus Pada Tahun 2017. Dan
penulis melanjutkan pendidikan pada Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar / Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Dan Lulus
pada Tahun 2019.
Penulis pernah mengikuti pelatihan Da’i (Tadribuddu’aat) di Ma’had Al-
Birr Unismuh Makassar pada tahun 2017 dan dikirim ke Desa Sabaru
Kecamatan Liukang Tangayya Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan
Provinsi Sulawesi Selatan selama 1tahun sebagai pengabdian terhadap
masyarakat yaitu pada tahun 2018 – 2019.