Upload
others
View
10
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN KOMUNITAS ANAK KALI
CILIWUNG (KANCIL) PONDOK CINA
DALAM MEMELIHARA EKOLOGI
SUNGAI CILIWUNG
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Abdul Rahman
NIM : 1113054000030
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2019
ABSTRAK
ABDUL RAHMAN
Peran Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) Pondok Cina
Dalam Memelihara Ekologi Sungai Ciliwung.
Dosen Pembimbing: Dr. Tantang Hermansah, M.Si
Komunitas Anak Ciliwung (Kancil) memiliki peran
penting dalam menjaga kesehatan lingkungan sungai Ciliwung
wilayah Depok. Kali Ciliwung telah berubah menjadi salah satu
wilayah ekowisata bagi Kota Depok berkat kerjasama antara
Kancil dengan beberapa instansi serta masyarakat dalam menjaga
ekologi sungai.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana peran Kancil dalam memelihara ekologi di wilayah
Sungai Ciliwung Pondok Cina serta mengetahui faktor
penghambat dan faktor pendukung Kancil dalam meliharaan
ekologi di wilayah Sungai Ciliwung Pondok Cina. Dengan
rumusan masalah (1) bagaimana peran Kancil dalam memelihara
ekologi di wilayah Sungai Ciliwung Pondok Cina?, (2) Apa
faktor penghambat dan faktor pendukung Kancil dalam
meliharaan ekologi di wilayah Sungai Ciliwung Pondok Cina?.
Metodologi yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Dengan analisis deskriptif yang didapatkan
dari data-data yang telah berhasil diolah secara sistematis baik
berupa kata-kata, tertulis atau lisan dari orang yang dapat diamati.
Subjek penelitian ini adalah Kancil.
Hasil studi menemukan bahwa peran komunitas yang
dilakukan oleh Kancil yang berfokus pada peran dalam
memelihara ekologi sungai ketika mereka melakukan semangat
sosial, mediator dan negosiator, dukungan, pengorganisir dapat
melakukan perubahan diwilayahnya. Faktor pendukung keaktifan
anggota, partisipasi masyarakat, solidaritas dan aparatur RT/RW
serta kelurahan. Faktor penghambat adalah aparatur Kota,
pendanaan dan masyarakat sekitar sungai Ciliwung
Key Word: Peran, Pengembangan Masyarakat, Komunitas
Anak Ciliwung (KANCIL)
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahhirabbil „alamin. Segala puji syukur saya
panjatkan kepada Allah SWt yang telah melimpahkan rahmat dan
kasih sayang-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Shalawat salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW.
Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi merupakan
salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi strata satu (S1)
guna memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagian yang tidak ternilai bagi
penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan hasil yang
terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga dan pihak-pihak
yang telah ikut andil dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terliskan penulis,
sampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Armany Burhanuddin Umar Lubis , Lc,MA,
selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Muhtadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi
4. Dr. Tantan Hermansah, M.Si, selaku Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan
ii
dan pengarahan serta membantu literature dalam proses
penyelesaian tugas akhir ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi khususnya Dosen Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, yang senantiasa memberikan ilmu,
membimbing dan memberikan pengarahan selama
perkuliahan.
6. Alm. Bapak Ramin, ibu Suratmi, serta adik-adik
Khaerunnisa dan Nurcholis terimakasih atas segala
perhatian, kasih sayang, semangat, motivasi, do‟a,
dukungan moril dan materil dalam penulisan dalam studi.
7. Kacuy, Bang Sule, Bang Zaki, Bang Zaenal serta seluruh
anggota Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) dan warga
Pondok Cina Depok yang telah banyak membantu dalam
memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan
dalam penyusunan skripsi.
8. Sahabat - sahabat saya terutama Nurul Andani, Rafi
Fajrin, M Nur Muhaimin, Agung Prasetyo Nugroho yang
selalu memberikan menemani untuk menyelesaikan
skripsi ini.
9. Pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Periode 2015 atas
pengalamannya selama menjabat dan dukungan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Angakatan 2013.
Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu
persatu dengan iringan do‟a kepada Allah SWT, semoga Allah
SWT akan selalu melimpahkan balasan yang tiada tara kepada
semua pihak tang telah membantu hingga terselesaikannya
penulisan skripsi ini. Akhirnya, dengan harapan semoga
iii
penyususnan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 25 Januari 2019
Abdul Rahman
NIM: 1113054000030
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL vii
BAB PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
E. Metodologi Penelitian 6
F. Tinjauan Pustaka 12
G. Sistematika Penulisan 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Peran 18
1. Pengertian Peran 18
2. Tinjauan Sosiologis Tentang Peranan 19
B. Komunitas 24
1. Pengertian 24
2. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Komunitas 26
v
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah 40
1. Sejarah Ciliwung 40
2. Sejarah KANCIL 43
B. Asas dan Tujuan 46
C. Fungsi 46
D. Keanggotaan 46
E. Struktur Komunitas 48
F. Pendanaan 48
G. Program/Kegiatan 50
BAB IV TEMUAN LAPANGAN
A. Peran Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) dalam
Memelihara Ekologi di Wilayah Sungai Ciliwung Pondok
Cina 53
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunitas Anak
Ciliwung (KANCIL) dalam Memelihara Ekologi di
Wilayah Sungai Ciliwung Pondok Cina 77
vi
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisis Peran Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL)
dalam Memelihara Ekologi di Wilayah Sungai Ciliwung
Pondok Cina 83
B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Komunitas
Anak Ciliwung (KANCIL) dalam Memelihara Ekologi di
Wilayah Sungai Ciliwung Pondok Cina 89
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan 94
B. Implikasi 96
C. Saran 97
DAFTAR PUSTAKA 98
LAMPIRAN 103
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Informan ............................................................................ 9
Tabel Model Praktek Pengorganisasian Masyarakat ................ 29
Tabel Matriks Faktor Penghambat dan Pendukung ................... 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Air sebagai sumber daya alam sangat penting dan mutlak
diperlukan semua makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun
tumbuhan. Air merupakan unsur utama dalam tumbuhan, tubuh
hewan dan tubuh manusia. Air digunakan untuk berbagai
kepentingan seperti rumah tangga, pertanian, perikanan. Kebutuhan
air pada manusia ditentukan oleh tingkat kemajuan peradaban
manusia. Kualitas air adalah salah satu aspek yang sangat penting
bagi persyaratan air minum penduduk dan penggunaan lainnya. Air
yang dipergunakan untuk air minum penduduk, kualitasnya harus
memenuhi beberapa persyaratan yang tidak membahayakan
kesehatan manusia (Manik, 2009: 132).
Perairan yang menjadi bagian yang terluas dari wilayah
Indonesia menjadikan Indonesia menjadi negara dengan kepulauan
terluas di dunia. Dengan kondisi Indonesia yang seperti itu patut
kita syukuri karena berlimpahnya air yang dapat kita gunakan
sehari-hari. Air merupakan sumber daya alam yang sangat
bermanfaat untuk makhluk hidup. Maka dari itu peranan air bagi
kita makhluk hidup itu sangat penting dan perlu perhatian lebih
agar air tetap terjaga kualitasnya. Menurut Djarismawati dalam
kutipan skripsi Silvia Dini, sumber air yang digunakan secara
menyeluruh sebagai bahan pokok adalah air sungai, namun dengan
adanya pembangunan sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa
terdapat pencemaran air dari dampak pembangunan tersebut
(Djarismawati, 1993: Jurnal Kesehatan). Beberapa aliran sungai
yang sudah mulai tercemar tidak dapat dikonsumsi untuk
2
masyarakat ataupun makhluk hidup lainnya, disisi lain fungsi
sungai sangat strategis untuk penunjang pengembangan wilayah
tertentu.
Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNBP) mencatat
pada Januari 2017 hingga Februari 2017 di Indonesia bencana
banjir terjadi di 25 provinsi dan 121 kabupaten/kota, dan dampak
dari kejadian tersebut bahwa terdapat 87.234 rumah terendam
banjir (Michico, 2017: Detik News). Pada bulan April 2017
bencana banjir kembali terjadi di wilayah Indonesia yaitu wilayah
Jabodetabek, bencana banjir tersebut terjadi akibat meluapnya air di
Kali Ciliwung. Dampak dari meluapnya air di Kali Ciliwung
terdapat dua (2) wilayah terendam banjir yaitu di wilayah Pejaten
Timur dan wilayah Kramat Jati, sehingga warga setempat harus
diungsikan ke wilayah bebas banjir (Haryanto, 2017: Detik news).
Jika melirik kembali pada tahun 1996, 2007, 2010 dan 2015
khususnya wilayah Jabodetabek bahwa berkurangnya daerah
resapan air akibat terjadinya alih fungsi lahan dan penyempitan
bantaran anak sungai, maka ketika wilayah Puncak Bogor diguyur
hujan, air mengalir ke anak-anak sungai dan tumpah ruah ke Kali
Ciliwung, sehingga ketika curah hujan di wilayah Bogor terhitung
tinggi maka wilayah Jakarta memiliki status siaga I atau dapat
dikatakan siaga banjir Jakarta (Sudarsono, 2016: Liputan6.com).
Kota Depok merupakan salah satu wilayah yang ada di Jawa
Barat. Kota depok terletak di antara wilayah Jakarta dan Bogor.
Kota Depok merupakan salah satu wilayah sebagai penyangga
Kota Jakarta, dengan demikian Kota Depok memiliki peran penting
dalam kelangsungan aktivitas Kota Jakarta. Kota Depok dan DKI
Jakarta memiliki keterkaitan satu sama lain, salah satu keterkaitan
antara Kota Depok dan Kota Jakarta yaitu Kali Ciliwung.
3
Hulu sungai Ciliwung berasal dari Telaga Mandalawangi di
Kabupaten Bogor yang bermuara ke Teluk Jakarta. Panjang Kali
Ciliwung dari hulu sampai muara Tanjung Priok adalah + 76 km
(Hendrawan, 2008: Jurnal). Kali Ciliwung melewati Kabupaten
Bogor, Kota Bogor, Depok, Condet, Manggarai, Gunung Sahari,
Pantai Indah Kapuk dan bermuara di pantai utara DKI Jakarta
(Londo, 2012: Kompasiana). Dengan demikian jika terjadinya
peningkatan curah hujan di wilayah Jabodetabek maka wilayah-
wilayah bantaran Kali Ciliwung menjadi wilayah pertama yang
mengalami bencana banjir. Akibat dari sering meluapnya air Kali
Ciliwung maka beberapa aktivis pecinta lingkungan tergerak untuk
membentuk sebuah komunitas di wilayah bantaran Kali Ciliwung
guna menjaga kelestarian wilayah bantaran kali serta
menanggulangi masalah-masalah terkait pencemaran ataupun
perusakan khususnya di wilayah kali Ciliwung.
Jika melihat banyaknya wilayah yang menjadi jalur bagi
Kali Ciliwung, maka dibeberapa wilayah memiliki komunitas yang
menjadi penjaga serta pelindung bagi Kali Ciliwung untuk
mengurangi terjadinya luapan air di sekitar bantaran Kali.
Komunitas-komunitas tersebut bergerak pada bidang yang sama,
yaitu kelestarian dan kesehatan lingkungan bantaran Kali dengan
menggunakan metode pemberdayaan masyarakat. Salah satu
komunitas yang menjadi penjaga serta pelindung bagi Kali
Ciliwung adalah Komunitas Anak Ciliwung yang ada di Depok.
Kancil memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan
lingkungan Kali Ciliwung wilayah Depok. Jika melirik kembali
pada tahun 2013 bahwa Kali Ciliwung dapat dikatakan tidak layak
disebut sebagai Kali, dikarenakan Kali tersebut didominasi oleh
sampah sehingga Kali tersebut memiliki perubahan alih fungsi
4
lahan dan penyempitan bantaran anak sungai. Akan tetapi, saat ini
Kali Ciliwung terjadi perubahan sangat pesat. Pada zaman dahulu
Kali Ciliwung terkenal sebagai wilayah yang memiliki berbagai
macam habitat ikan dan menjadi sumber kehidupan bagi
masyarakat. Seiring berjalannya waktu perubahan fungsi Kali
terjadi, sehingga habitat ikan terganggu dan terjadinya perusakan
ekosistem di wilayah Kali Ciliwung, akan tetapi saat ini Kali
Ciliwung telah mengalami perubahan pesat, Kali Ciliwung telah
berubah menjadi salah satu wilayah ekowisata bagi Kota Depok
berkat kerjasama antara Komunitas Anak Kali Ciliwung dengan
pemerintah Kota Depok dalam menjaga ekologi Kali.
Dengan demikian perubahan kondisi di wilayah Kali
Ciliwung Depok terlihat bahwa Komunitas Kali Ciliwung wilayah
depok memiliki peran penting dalam menjaga ekologi wilayah
Bantaran Kali Ciliwung Depok. Maka dari itu peneliti akan
melakukan penelitian skripsi yang berjudul: “Peran Komunitas
Anak Ciliwung (KANCIL) Pondok Cina Dalam Memelihara
Ekologi Sungai Ciliwung “.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Karena demikian luasnya permasalahan yang terdapat
dalam kegiatan memelihara ekologi yang dilakukan oleh
Kancil, maka peneliti membatasi penelitian ini pada ruang
lingkup pada peran komunitas serta faktor penghambat dan
faktor pendukung yang ditimbulkan oleh kegiatan
pemeliharaan ekologi oleh Kancil.
5
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka peneliti
merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
a. Bagaimana Peran Kancil dalam memelihara ekologi di
wilayah Sungai Ciliwung Pondok Cina?
b. Apa faktor Penghambat dan faktor Pendukung Kancil
dalam meliharaan ekologi di wilayah Sungai Ciliwung
Pondok Cina?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana peran Kancil dalam memelihara
ekologi di wilayah Sungai Ciliwung Pondok Cina.
2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung
Kancil dalam meliharaan ekologi di wilayah Sungai Ciliwung
Pondok Cina.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan penelitian ini diharapkan
memiliki manfaat baik secara akademik maupun praktik:
1. Manfaat Akademik
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kekayaan wacana mengenai konsep pemeliharaan ekologi bagi
jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI). Selain itu,
diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan peneliti dan pembaca tentang konsep pemeliharaan
ekologi yang dilakukan oleh Komunitas Anak Ciliwung serta
6
memberikan informasi kepada pembaca bahwa kesehatan
lingkungan memiliki kaitan erat dengan kehidupan manusia.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
Pemerintah Kota Depok pada khususnya untuk terus
mendukung kegiatan dalam memelihara ekologi bantaran Kali
Ciliwung serta dapat menyadarkan masyarakat sekitar bantaran
kali untuk terus menjaga lingkungan bantaran kali.
E. Metodologi Penelitian
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui
sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan
metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-
peraturan suatu metode. Jadi, metodologi penelitian ialah suatu
pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat
dalam penelitian (Usman, 2008: 41). Selain itu, metode dalam
penelitian merupakan prasyarat dan hal mutlak yang harus
dilakukan dalam suatu penelitian. Dalam sub-bab pembahasan ini
maka akan dibahas pendekatan penelitian, jenis penelitian, teknik
pengumpulan data, lokasi serta teknik analisis data yang
dipergunakan untuk melakukan penelitian terhadap kajian tentang
peran Kancil. Pemilihan metode yang tepat dan sesuai dengan jenis
penelitian akan menjadikan penelitian tersebut dapat dipertanggung
jawabkan.
1. Metode dan Pendekatan Penelitian
Di dalam buku Lexy J Moleong yang berjudul
Metodologi Penelitian Kualitatif, ia mengutip pernyataan
Bogdan dan Taylor bahwa metode kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
7
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku dapat diamati.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut
secara utuh (Moleong, 1991: 3). Dalam pendekatan kualitatif
peneliti menghimpun data, mengolah, menganalisis, dan
menafsirkan secara mendetail (Bachtiar, 1997: 21). Jadi, dalam
hal ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena lebih
tepat dengan objek yang diamati oleh peneliti, dimana peneliti
tidak hanya meneliti bentuk partisipasi objek tetapi peneliti
juga meneliti perilaku objek terhadap lingkungan sekitarnya.
2. Macam dan Sumber Data.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi dua macam, yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data primer
Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
objek penelitian yaitu Komunitas Anak Ciliwung, serta
orang-orang yang dapat menjadi sumber informasi dan
dapat memberikan data yang sesuai dengan masalah yang
diteliti (Bungin, 2007: 68).
b. Data Sekunder
Data-data yang peneliti kumpulkan dari catatan-catatan di
lapangan dan data-data pelengkap lainnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data, peneliti menganggap teknik
yang peneliti gunakan ialah teknik pengumpulan data kualitatif,
yaitu berupa pengumpulan data dalam bentuk kata, kalimat,
pernyataan dan gambar (Yulistiani, 2001: 40).
8
Dalam penelitian ini bahwasanya peneliti melakukan
teknik pengumpulan data melalui:
a. Observasi
Observasi adalah usaha untuk memperoleh dan
mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan
langsung di lapangan terhadap suatu kegiatan secara akurat,
serta mencatat fenomena yang muncul dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena
tersebut (Yulistiani, 2001: 16).
Dalam observasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang
diteliti. Observasi digunakan untuk mengetahui bagaimana
peran komunitas dalam memelihara ekologi Kali Ciliwung
wilayah Pondok Cina serta dampak yang ditimbulkan dari
pemeliharaan tersebut.
b. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan suatu alat
pengumpulan informasi secara langsung tentang beberapa
jenis data (Hadi, 1989: 49). Penulis menggunakan
wawancara purposive sampling yaitu penulis
mewawancarai sampel dari suatu kelompok yang diteliti.
Dalam purposive sampling tidak ada kriteria baku
mengenai berapa jumlah responden. Purposive sampling
termasuk satu dari beberapa jenis pengambilan sample
nonprobabilitas (nonprobability sampling) yang biasanya
digunakan dalam penelitian kualitatif (Mulyana, 2003:
187).
9
Peneliti dalam wawancara ini untuk memperoleh
data melalui informasi yang didengar, yang sebelumnya
ditayakan terlebih dahulu kepada responden, berkaitan
dengan masalah penelitian, sehingga dapat menemukan
data atau keterangan mengenai peran komunitas tersebut
terkait pemeliharaan ekologi Kali Ciliwung wilayah
Pondok Cina dengan cara tanya jawab secara langsung
terhadap anggota komunitas dan masyarakat. Ada pun yang
menjadi Informan dalam penelitian ini adalah: Pendiri
komunitas, Ketua komunitas, Anggota Komunitas dan
Masyarakat Pondok Cina Depok.
Tabel 1
INFORMAN
No Penentuan
Informan Nama
Info Yang
Dicari
Teknik
Pengumpulan
Data
1 Pendiri
Komunitas SS
Sejarah dan
latar belakang
berdirinya
KANCIL
Wawancara
2 Ketua
Komunitas SL
Profil dan
kegiatan
KANCIL
Wawancara
3 Anggota
Komunitas ZM
Seputar
kegiatan serta
pandangan
terhadap
KANCIL
Wawancara
4 Anggota
Komunitas WA
Seputar
kegiatan serta
pandangan
terhadap
KANCIL
Wawancara
10
No Penentuan
Informan Nama
Info Yang
Dicari
Teknik
Pengumpulan
Data
5 Anggota
Komunitas AJ
Seputar
kegiatan serta
pandangan
terhadap
KANCIL
Wawancara
6 Anggota
Komunitas AM
Seputar
kegiatan serta
pandangan
terhadap
KANCIL
Wawancara
7 Anggota
Komunitas AA
Seputar
kegiatan serta
pandangan
terhadap
KANCIL
Wawancara
8 Masyarakat
Sekitar MJ
Pandangan
masyarakat
dengan adanya
KANCIL
Wawancara
9 Masyarakat
Sekitar AD
Pandangan
masyarakat
dengan adanya
KANCIL
Wawancara
10 Masyarakat
Sekitar AS
Pandangan
masyarakat
dengan adanya
KANCIL
Wawancara
11 Masyarakat
Sekitar MH
Pandangan
masyarakat
dengan adanya
KANCIL
Wawancara
11
No Penentuan
Informan Nama
Info Yang
Dicari
Teknik
Pengumpulan
Data
12 Masyarakat
Sekitar RD
Pandangan
masyarakat
dengan adanya
KANCIL
Wawancara
c. Studi Dokumen
Studi Dokumen biasanya digunakan untuk
memperoleh data yang tidak didapat oleh wawancara atau
pengamatan, tetapi hanya diperoleh dengan cara melakukan
penelusuran data dengan menelaah buku, majalah, surat
kabar, jurnal, internet (Suprayogo, 2004: 34). dan sumber
lain yang berkaitan dengan Komunitas Anak Ciliwung
Pondok Cina.
4. Teknik Analisis Data
Nasir mengemukakan analisis data merupakan bagian
yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan
analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna
dalam memecahkan masalah penelitian (Nasir, 1993: 405).
Menurut Lexy J. Moleong bahwa analisis lebih kepada
pembentukan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah
dikumpulkan, kemudia dikelompokkan. Jadi teori disini dari
bawah ke atas, yaitu sejumlah bagian yang banyak data yang
dikumpulkan dan saling berhubungan (Moleong, 2007: 247).
Dalam menganalisis data penelitian ini, penulis
menggunakan analisis deskriptif, dengan menggunakan proses
induktif, menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai
12
sumber data dengan hasil yang diperoleh pengamatan peneliti
secara langsung di lapangan. Pada saat menganalisis data
observasi, peneliti menginterpretasikan catatan lapangan yang
ada kemudian menyimpulkannya. Setelah itu peneliti
menganalisis kategori-kategorinya.
5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menjaga keabsahan dan validitas data dalam
rangka penelitian, tentunya diperlukan teknik pemeriksaan data
guna menjaga keabsahan data da validitas data. Dalam hal ini
peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut
(Moleong, 2007: 124):
a. Kredibilitas
Derajat kepercayaan atau kredibilitas menggunakan
teknik triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai
dengan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan
hasil wawancara.
2. Membandingkan dengan keadaan dan perspektif
seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan
orang lain.
3. Membandingkan hasil wawancara dengan data
dokumen yang berkaitan, masalah yang diajukan
penelitian pemanfaatan dokumen atau data sebagai
bahan perbandingan (Taybnafis, 2013: 116).
13
b. Kriteria Kepastian
Scriven mengutarakan bahwa masih banyak unsur
kualitas yang melekat pada konsep objektif, dalam hal ini
dapat digali dari pengertian bahwa sesuatu objektif berarti
dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Dari sisi
peneliti dapat membuktikan bahwa data-data ini terpercaya.
Kepercayaan ini didasarkan pada hasil data-data yang dapat
diperoleh dari hasil rekaman wawancara terhadap subyek
penelitian (Taybnafis, 2013: 166).
6. Instrumen dan Alat Bantu
Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah manusia (peneliti) itu sendiri. Disini peneliti harus
berperan aktif terhadap suatu masalah yang akan diteliti di
lapangan. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat
karena ia menjadi segala dari keseluruhan proses penelitian
(Moleong, 2007: 168).
Dalam penelitian kualitatif pada awalnya dimana
permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi
instrumen adalah penulis sendiri, namun selanjutnya setelah
fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan
dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang
diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan data
yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara
(Sugiyono, 2010: 60).
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber utama
dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/
audio tapes, pengambilan foto atau film (Moleong, 2006: 15).
14
Pada penelitian ini, peneliti dibekali dengan beberapa alat
sebagai pembantu catatan dan ingatan, seperti alat-alat tulis,
kamera, dan perekam suara.
7. Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan di Komunitas Anak
Ciliwung Pondok Cina, Depok. Sedangkan waktu penelitian
dilakukan selama 6 bulan, terhitung sejak Desember 2017
hingga Juni 2018.
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas perpustakaan
(literature) yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian
yang dilakukan pada penulisan skripsi ini. Tinjauan pustaka
digunakan sebagai acuan untuk membantu dan mengetahui dengan
jelas penelitian yang akan dilakukan untuk penulisan skripsi ini,
terkait dengan memilih metode penelitian, melaksanakan
penelitian, dan menyusun argumentasi dalam pembahasan (Nasuhi,
2007: 20).
Dalam penyusunan skripsi ini sebelum peneliti mengadakan
penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya sebagai karya
ilmiah, maka langkah awal yang peneliti tempuk adalah merangkai
terlebih dahulu beberapa karya tulis penelitian yang memiliki tema
yang sama dengan yang akan peneliti teliti. Maksud pengkajian ini
adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang peneliti teliti sekarang
tidak sama dengan peneliti sebelumnya.
Adapun setelah peneliti mengadakan suatu kajian
kepustakaan peneliti akhirnya menemukan beberapa karya tulis
15
hasil penelitian yang memiliki tema yang sama dengan yang akan
peneliti teliti. Judul-judul tersebut anatara lain :
1. Jurnal yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat Miskin di
Bantaran Kali Ciliwung yang ditulis oleh Dormiana Yustina
Manurung pada tahun 2014. Di dalam jurnal tersebut
bahwasanya membahas terkait pemberdayaan masyarakat
miskin bantaran kali melalui program yang diselenggarakan
oleh Yayasan Ciliwung Merdeka (YCM) serta membahas
terkait dinamika dan relasi sosial masyarakat miskin yang
tinggal disekitaran bantaran kali Ciliwung (Manurung, 2014:
Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial).
2. Skripsi Silvia Dini yang berjudul Evaluasi Kualitas Air Sungai
Ciliwung Di Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Tahun
2000-2010, program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia 2011. Dalam skripis tersebut membahas
terkait kualitas air di Kali Ciliwung tahun 2000-2010 dan
dibandingkan dengan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.
582/1995 (Dini, 2011: Jurnal Kesehatan).
3. Jurnal yang berjudul Modal social: Kekuatan dan Pertahanan
di Bantaran Sungai ditulis oleh Sjarifah Salmah pada tahun
2012. Jurnal tersebut membahas terkait gambaran karakter
tentang modal social masyarakat bantaran kali, implikasi modal
social masyarakat bantaran kali serta model penerapan
pemberdayaan modal social pada penataan bantaran sungai
(Salmah, 2012: Jurnal Kesehatan Masyarakat).
4. Buku yang berjudul Peran Manusia dan Etika Lingkungan
dalam Ekologi dan Ekosistem karya milik Liany Dianita
Suwito, tahun 2015. Kajian buku ini lebih terfokus pada
tingkatan sederhana hingga paling kompleks, dikarenakan
16
pembahasan buku ini lebih cenderung pada hubungan
organisme atau kelompok organisme terhadap lingkungan
timbal baliknya. Perbedaan antara buku dengan penelitian ini
adalah lebih bterfokus pada peran komunitas Kancil dalam
menjaga ekosistem Kali Ciliwung (Suwito, 2015: Jurnal
Ekologi).
Dari kempat refrensi di atas dapat dijadikan sebagai acuan
dalam penulisan skripsi ini. Akan tetapi, dalam penulisan skrispsi
ini terdapat perbedaan konsep dengan judul-judul di atas. Dalam
skripsi ini lebih spesifik membahas tentang bagaimana peran
komunitas dalam memelihara ekologi daerah aliran sungai (DAS)
Kali Ciliwung wilayah Pondok Cina serta factor penghambat dan
factor pendukung dari pemeliharaan ekologi tersebut.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini maka
digunakanlah sistematika penulisan. Penulis mengunakan acuan
pendoman penulisan Karya Ilmiah standar Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta terbitan CeQDA. Sistematika penulisan
bertujuan untuk memudahkan pemahaman mengenai penelitian ini.
Maka dari itu, penulis membagi skripsi ini ke dalam enam BAB.
Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN.
Pada Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar
Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian Tinjauan Pustaka dan
Sistematika Penulisan.
17
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab II ini berisi tentang landasan teori diantaranya:
Definisi peran, Definisi Komunitas, Definisi
Pengembang masyarakat Definis Lingkungan Hidup,
dan Definisi Ekologi
BAB III : GAMBARAN UMUM KANCIL
Bab III berisi Gambaran Umum, meliputi: Sejarah
singkat berdirinya Komunitas Anak Ciliwung,
Struktur organisasi Komunitas Anak Ciliwung.
BAB IV : TEMUAN LAPANGAN
Berisi tentang Temuan Lapangan meliputi: Peran
Komunitas Anak Ciliwung dalam memelihara
ekologi Kali Ciliwung wilayah Pondok Cina serta
dampak yang ditimbulkan dari praktik pemeliharaan
tersebut.
BAB V : PEMBAHASAN
Berisi tentang analisis hasil temuan lapangan dari
Bab IV yang dikaitkan dengan Tinjauan Teori di Bab
II.
BAB VI : PENUTUP
Penutup, meliputi Kesimpulan dan Saran.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Peran
Berbicara tentang peran, merupakan pembicaraan yang
berkaitan dengan segala aspek dan elemen yang ada, peran bisa
menyentuh segala aspek baik itu aspek individu maupun sosial.
Berikut ini adalah pemaparan mengenai peran menurut para ahli:
1. Pengertian Peran
Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto (2002:243),
yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status),
apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan..
Maksud peran di atas adalah salah satu tingkah ataupun suatu
perbuatan yang dimiliki oleh orang yang ada di masyarakat.
Kata peran (role) dipinjam dari teater dan sebagaimana dalam
teater bahwa kata peran merujuk dari aksi yang diharapkan dari
mereka yang memegang suatu posisi sosial tertentu, ketika
memegang peran sosial yang baru, pada awalnya kita mungkin
akan merasakan perasaan yang aneh, namun kesulitan ini pasti
akan berakhir (Myres: 2012: 174).
Sedangkan menurut N. Grass W Massan dan A. W. Mc
Eachen dikutip dari David Berry mengartikan peran sebagai
perangkat harapan-harapan yang dikenalkan kepada individu
yang menempati atau berkedudukan sosial tertentu (Berry,
1995: 99). Sedangkan menurut Nathaniel Hawthorne dalam
kutipan David G.Myres bahwa definisi peran ialah (Myres,
2012: 174):
19
“Tidak ada seorangpun, untuk periode yang cukup
besar, dapat memakai satu wajah untuk dirinya sendiri
dan lainnya untuk orang banyak tanpa akhirnya
mendapatkan kebingungan sebagai sesuatu yang
mungkin benar”.
Dalam pandangan psikologi sosial, peranan didefinisikan
dengan suatu perilaku atau tindakan yang diterapkan oleh orang
lain dari seseorang yang memiliki suatu status di dalam
kelompok tertentu. Selain itu peran juga memiliki makna
sebagai fungsi yang terwujud jika seseorang berada di dalam
satu kelompok sosial tertentu dan peran juga merupakan suatu
perilaku yang memiliki status dan biasa terjadi dengan atau
tanpa adanya batasan-batasan job description bagi para
pelakunya (Gerungan, 1998: 135).
2. Tinjauan Sosiologis Tentang Peranan
Manusia adalah mahluk sosial yang tidak bisa terlepas
dari ketergantungan kepada mahluk lain ataupun manusia
lainnya, maka pada posisi seperti inilah peranan dapat
menentukan kelompok sosial masyarakat tersebut. Ketika
melakukan peran dikutip dari David Berry terdapat dua macam
harapan, yaitu: harapan-harapan dari masyarakat terhadap
pemegang peranan dan harapan-harapan yang dimiliki oleh
pemegang peranan kepada masyarakat (Berry, 1995: 99).
Dalam teori peran menurut Biddle & Thomas dikutip dari
buku Sarlito Wirawan Sarwono, membagi peristilahan teori
peran membagi dalam 4 golongan yaitu (Sarwono, 1984: 234):
20
a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi
social, yaitu: orang-orang yang mengambil bagian yang
dimaksud adalah komunitas ataupun anggota komunitas
tersebut dalam melakukan interaksi dengan mayarakat.
b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut, yaitu:
sebuah tindakan yang ada dalam kegiatan komunitas dalam
interaksi kepada masyarakat ataupun subjek terhadap
objek.
c. Kedudukan orang-orang dan perilaku, yaitu: sebagai pegiat
lingkungan yang merupakan bagian masyarakat harus
memposisikan orang-orang serta tingkah lakunya.
d. Kaitan antara orang dan perilaku, yaitu: hubungan antara
orang dan tingkah laku apa yang dilakukan dalam
mengatasi ataupun melakukan sebuah kewajibannya.
Peran juga dapat membimbing seseorang dalam
berperilaku, karena fungsi peran sendiri yaitu, memberi arah
pada proses sosialisasi, pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-
nilai, norma-norma dan pengetahuan, dapat mempersatukan
kelompok atau masyarakat, Menghidupkan sistem
pengendalian dan kontrol, sehingga dapat melestarikan
kehidupan masyarakat (Narwoko, 2011: 159-160).
Menurut Jim Ife yang dikutip oleh Adi Fachrudin dalam
bukunya yang berjudul Pemberdayaan Partisipasi dan
Penguatan kapasitas Masyarakat peran yang terkait dengan
pengembangan/pemberdayaan masyarakat adalah yang ada
kaitannya dengan intervensi kepada masyarakat, antara lain
sebagai berikut (Fahrudin, 2011: 61):
21
1. Peran pertama adalah memfasilitasi komunitas sasaran.
Artinya dapat melakukan mediasi dan negosiasi,
memberikan dukungan, memfasilitasi kelompok,
memanfaatkan sumber daya dan keterampilan dan
mengorganisir.
2. Peran yang kedua ialah meliputi aspek pendidikan.
Membangkitkan kesadaran masyarakat, meyampaikan
informasi, mengkonfrontasikan dan pelatihan.
3. Peran yang ketiga dalah peran sebagai wakil masyarakat
dalam hal mencari sumber daya, advokasi, memanfaatkan
media, membina hubungan masyarakat, mengembangkan
jaringan dan membagi pengetahuan dan pengalaman.
Berbagai peran praktik yang dikelompokan sebagai peran
memfasilitasi adalah yang berkaitan dengan stimulasi dan
penunjang pengembangan masyarakat. Dalam hal ini sejumlah
peran spesifik ditemukan, yaitu (Ife, 2014: 558);
a. Semangat Sosial
Semangat sosial menggambarkan bahwa pekerja
masyarakat bukanlah menjadi seseorang yang mampu
melakukan segala hal oleh dirinya sendiri namun yang
mampu membuat orang lain ikut terlibat beraktivitas dalam
berbagai proses pemberdayaan. Oleh karena pekerja
masyarakat memiliki kemampuan untuk menginspirasi,
mengantusiasi, mengaktivasi, menstimulasi, menggerakan,
dan memotivasi orang lain untuk melakukan tindakan (Ife,
2014: 559).
22
b. Mediasi dan Negoisasi
Dalam menghadapi sebuah konflik yang terjadi di
dalam kelompok, seorang pekerja masyarakat terkadang
harus memainkan peran sebagai Mediator. Hal ini
mensyaratkan keterampilan untuk mendengar dan
memahami kedua belah pihak, untuk merefleksikan
berbagai pandangan dari masing-masing pihak, untuk
membuat penduduk menghormati legitimasi pandangan
orang lain, serta untuk membantu penduduk mencari area-
area yang bisa menjadi kesepakatan dan kemudian
membantu mereka membuat konsensus. Apabila Mediasi
menjadi sesuatu yang tidak mungkin dilakukan, dalam
kondisi demikian, hal yang dapat dilakukan adalah dengan
Negoisasi (Ife, 2014: 560).
c. Dukungan
Dukungan merupakan hal penting yang harus
dilakukan dalam memelihara dan menyetujui orang lain,
serta menjaga jarak dengan berbagai aspek glamour dari
pekerjaan. Namun, pengembangan masyarakat dapat
menjadi sebuah pengalaman yang sulit bagi semua orang
yang terlibat, dan jika sebuah proyek atau program itu
menghasilakan, maka penting untuk menyediakan
dukungan terus-menerus untuk membangun dan
mempertahankan kepercayaan diri. Itulah fondasi bagi
tujuan peningkatan kesadaraan dan pemerdayaan (Ife,
2014: 564).
23
d. Mengorganisasi
Melalui pengorganisasian sehari-hari seperti sadar
apa yang harus dilakukan, dan memastikan (jika
memungkinkan bersikap rendah hati) hal itu semua terjadi,
menjadi sifat dasar bagi seorang pekerja msayarakat.
Ketidakkakuan dan sifat fleksibel pada kerja masyarakat
berarti bahwa seorang pekerja harus secara efisien dan
teratur dalam berbagai keadaan, contohnya, mengatur
waktu, menjaga dokumen, sadar akan batas waktu dan
menjaga janji. Peran ini merupakan salah satu yang sangat
penting untuk dilakukan, melalui pengorganisasian sehari-
hari inilah seorang bisa sering melakukan pemberdayaan
efektif dan peningkatan kesadaran kerja pada para anggota
masyarakat; hal itu dapat menjadi cara yang paling mudah
untuk mengkonfirmasi berbagai keterampilan dan nilai
orang banyak yang menjadi terbiasa untuk melihat diri
mereka sendiri seperti memiliki sedikit hal untuk
ditawarkan. Penawaran dilakukan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat (Ife, 2014:
569).
e. Pelatihan
Pelatihan merupakan peran edukatif yang paling
spesifik, karena hal tersebut melibatkan bagaimana
mengajarkan penduduk untuk melakukan sesuatu. Pelatihan
akan sangat efektif bila hal itu memang diberikan untuk
merespond permintaan masyarakat sendiri yang telah
mengindentifikasi kebutuhan akan pelatihan itu.
24
Pelatihan bisa jadi lebih spesifik jika disesuaikan
pada perkembangan ekonomi, unuk memberikan
masyarakat berbagai keterampilan yang dapat mereka
gunakan untuk memperoleh pekerjaan dan bekerja secara
produktif dalam sebuah lapangan kerja, atau berbagai
keterampilan yang dapat mereka gunakan untuk memulai
sebuah proyek ekonomi masyarakat lokal (Ife, 2014: 570).
B. Komunitas
Penjelasan komunitas, merupakan pembicaraan yang
berkaitan dengan teori selanjutkan yang akan dijelaskan, komunitas
bisa menyentuh segala aspek baik itu aspek individu maupun sosial.
Berikut ini adalah pemaparan mengenai komunitas menurut para
ahli:
1. Pengertian
Menurut Hermawan (2008:12), komunitasi adalah
sekelompok manusia yang memiliki rasa peduli satu sama lain
lebih dari yang seharusnya. Dapat diartikan bahwa
komunitas adalah kelompok orang yang saling mendukung
dan saling membantu antara satu sama lain. Sedangkan
menurut Larry Lyon dalam buku Aritonan, dkk komunitas
adalah kelompok orang yang bertempat tinggal di suatu
wilayah tertentu, mempunyai kepentingan bersama, saling
berinteraksi satu dengan lainnya (Aritongang, 2011: 40). Dalam
beberapa terminologi dari Ilmu Kesejahteraan sosial ada dua
intervensi untuk mengubah taraf hidup masyarakat, yaitu (Adi,
2001: 33):
a. Intervensi Mikro (individu, keluarga dan kelompok)
dengan istilah lain community work (terminologi ini
25
digunakan dalam praktek pengorganisasisan dan
pengembangan masyarakat di Inggris dan Autralia.)
b. Intervensi Makro ( komunitas dan organisasi) dengan
istilah lain community organization ataupun social work
macro practice (terminologi ini yang banyak digunakan di
Amerika Serikat).
Adapun ciri-ciri komunitas sebagai bentuk organisasi
sosial menurut Jim Ife dan Frank Tesoriero adalah sebagai
berikut (Ife, 2014: 578):
1. Skala Manusia: suatu komunitas melibatkan interaksi-
interaksi pada suatu skala yang mudah dikendalikan dan
digunakan oleh individu-individu.
2. Identitas dan kepemilikan: bagi kebanyakan orang, kata
komunitas akan memasukkan sebentuk perasaan
„memiliki‟, atau perasaan diterima dan dihargai dalam
lingkup kelompok tersebut.
3. Kewajiban-kewajiban: keanggotaan dari sebuah komunitas
membawa baik hak maupun tanggung jawab, dan sebuah
komunitas juga menuntut kewajiban tertentu dari para
anggotanya.
4. Gemeinschaft: struktur-struktur dan hubungan-hubungan
gemeinschaft terkandung dalam konsep komunitas,
sebagai lawan dari struktur dan hubungan gesellschaft dari
masyarakat massa (mass society).
5. Kebudayaan: sebuah komunitas memungkinkan pemberian
nilai, produksi dan ekspresi dari suatu kebudayaan lokal
atau berbasis-masyarakat, yang akan mempunyai ciri-ciri
unik yang berkaitan dengan komunitas yang bersangkutan,
26
yang akan memungkingkan orang untuk menjadi produsen
aktif dari kultur tersebut ketimbang konsumen pasif, dan
yang akan datang kemudian mendorong baik
keanekaragaman diantara komunitas maupun partisipasi
yang berbasis-lebar.
2. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Komunitas
a. Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberi
kuasa (empowerment). Berasal dari kata “Power”
(kekuasaan atau keberdayaan. Karenanya ide utama
pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai
kekuasaan. Kekuasaan sering diartikan dengan kemampuan
kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita
inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka
(Suharto, 2007: 57).
Dalam kutipan Pyne (1997: h.266) dalam buku karya
Isbandi Rukminto bahwa pemberdayaan adalah bagaimana
menolong klien atau orang dalam memperoleh daya untuk
membuat keputasan dan bertindak yang akan ia lakukan
terhadap diri mereka, serta menolong mereka dalam
mengurangi efek dari hambatan pribadi maupun hambatan
sosial dalam melakukan sebuah tindakan. Hal ini bisa
terjadi jika individu atau kelompok meningkatkan
kemampuan dan percaya diri untuk menggunakan daya
mereka sendiri (Adi, 2001: 32).
Berikut adalah kumpulan pendapat yang
dikemukakan oleh ahli tentang bagaimana pemberdayaan
dilihat dari tujuan, proses dan cara pemberdayaan yaitu
(Mardikanto, 2013: 29):
27
1. Rappaport: pemberdayaan adalah suatu cara dari
individu atau kelompok diarahkan agar dapat
menguasai atas kehidupannya.
2. Sumodiningrat: menyatakan bahwa pemberdayaan
adalah kekuatan atau daya yang ada dalam diri individu
atau kelompok, dengan kata lain individu atau
kelompok Sebagai tolak ukur dari perorangan,
struktural maupun kelembagaan.
3. Anthony Bebbington: pemberdayaan adalah sebuah
proses sehingga individu cukup kuat untuk
berkontribusi dalam pengontrolan, dan berpengaruh
terhadap kehidupan sehari-harinya setelah kejadian-
kejadian yang ada di lembaga.
Menurut Ife dalam buku Edi Suharto pemberdayaan
memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasaan dan
kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan bukan hanya
menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit,
melainkan kekuasaan atau penguasa klien atas (Suharto,
2005: 59):
a. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan
hidup: kemampuan dalam membuat keputusan-
keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal,
pekerjaan.
b. Pendefisian kebutuhan: kemampuan menentukan
kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keingginannya.
c. Ide atau gagasan: kemampuan mengepresikan dan
menyembungkan gagasan dalam suatu forum atau
diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.
28
d. Lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau,
menggunakan dan mempengaruhi pranata-pranata
masayarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial,
pendidikan, kesehatan.
e. Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-
sumber formal, informal dan kemasayarakatan.
f. Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan
mengelola mekanisme produksi, distribusi, dan
pertukaran barang serta jasa.
g. Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan
proses kelahiran, perawatan anak, pendidikan dan
sosialisasi.
b. Pemberdayaan Masyarakat berbasis Komunitas
Menurut Rothman dan Tropman dalam buku Isbandi
Rukminto, menggambarkan perbedaan dari model praktek
pengorganisasian masyarakat, sebagai berikut (Adi, 2001:
43-45):
29
Tabel 2
Model Praktek Pengorganisasian Masyarakat menurut
Rotman dan Tropman
Model A
(Pengembangan
Masyarakat
Lokal)
Model B
(Perencanaan
Sosial)
Model C
(Aksi Sosial)
1. Kategori
tujuan
tindakan
terhadap
masyara
kat
Kemandirian;
pengembangan
kapasitas dan
pengintegrasian
masyarakat
(tujuan yang
dititikberatkan
pada proses =
process goals)
Pemecahan
masalah
dengan
memperhatikan
masalah yang
penting yang
ada pada
masyarakat
(tujuan
dititikberatkan
pada tugas =
task goals)
Pergeseran
(pengalihan)
sumber daya dan
relasi kekuasaan ;
perubahan intuisi
dasar (task
ataupun process
goals)
2. Asumsi
mengen
ai
struktur
komunit
as dan
kondisi
permasa
lahanny
a
Adanya anomie
dan
„kemurungan‟
dalam
masyarakat;
kesenjangan
relasi dan
kapasitas dalam
memecahkan
maslah secara
demokratis;
komunitas
berbentuk
tradisional statis.
Masalah sosial
yang
sesungguhnya;
kesehatan fisik
dan mental,
perumahan dan
rekreasional.
Populasi yang
dirugikan;
kesenjangan
sosial,
perampasan hak,
dan
ketidakadilan.
3. Strategi
perubah
an dasar
Pelibatan
berbagai
kelompok warga
dalam
menentukan dan
memecahkan
masalah mereka
sendiri.
Pengumpulan
data terkait
dengan
masalah, dan
memilih serta
menentukan
bentuk
tindakan yang
paling rasional.
Kristalisasi dari
isu dan
pengorganisasian
massa untuk
menghadapi
sasaran yang
menjadi „musuh‟
mereka.
30
Model A
(Pengembangan
Masyarakat
Lokal)
Model B
(Perencanaan
Sosial)
Model C
(Aksi Sosial)
4. Karakter
istik
taktik
dan
tehnik
perubah
an
Konsensus;
komunikasi antar
kelompok dan
kelompok
kepentingan
dalam
masyarakat
(komunitas);
diskusi kelompok
Konsensus atau
konflik
Konflik atau
kontes;
konfrontasi; aksi
yang bersifat
langsung,
negosiasi.
5. Peran
praktisi
yang
menonjo
l
Sebagai
enablerkatalis,
koordinator;
orang yang
mengajarkan
keterampilan
memcahkan
masalah dan
nilai-nilai etnis
Pengumpul dan
penganalisis
data,
pengimplement
asi program,
dan fasilitator
Aktivis, advokat;
agitator, pialang,
negosiator,
partisan
6. Media
perubah
an
Manipulasi
kelompok kecil
yang berorientasi
pada
terselesaikannya
suatu tugas
(small task
oriented groups)
Manipulasi
formal dan data
yang tersedia
Manipulasi
organisasi massa
dan proses-proses
politik
31
\
Model A
(Pengembangan
Masyarakat
Lokal)
Model B
(Perencanaan
Sosial)
Model C
(Aksi Sosial)
7. Orientas
i
terhadap
struktur
kekuasa
an
Anggota struktur
kekuasaan
bertindak sebagai
kolaburatior
dalam suatu
„ventura‟ yang
bersifat umum
Struktur
keukasaan
sebagi
„pemilik‟
sponsor
(pendukung)
Struktur
kekuasaan
sebagai sasaran
eksternal dari
tindakan yang
dilakukan;
mereka yang
memberikan
„tekanan‟ harus
dilawan dengan
„tekanan‟ balik
8. Batasan
definisi
sistem
klien
dalam
komunit
as
(konstit
uensi)
Keseluruhan
komunitas
geografis
Keseluruhan
komunitas atau
dapat pula
suatu segmen
dalam
komunitas
(termasuk
komunitas
fungsional)
Segmen dalam
komunitas
32
Model A
(Pengembangan
Masyarakat
Lokal)
Model B
(Perencanaan
Sosial)
Model C
(Aksi Sosial)
9. Asumsi
mengen
ai
kepentin
gan dari
kelompo
k-
kelompo
k di
dalam
suatu
komunit
as
Kepentingan atau
permufakatan
dari berbagai
perbedaan
Permufakatan
kepentingan
atau konflik
Konflik
kepentingan yang
sulit dicapai kata
mufakat;
kelangkaan
sumber daya
10. Konseps
i
mengen
ai
populasi
klien
(konstit
uensi)
Warga
masyarakat
Konsumen
(pengguna jasa) „korban‟
11. Konseps
i
mengen
ai peran
klien
Partisipan pada
proses
interaksional
pemecahan
masalah
Konsumen atau
resipien
(penerima
pelayanan)
Employer,
konsistuen,
anggota.
33
Dari tabel diatas Rothman dan Tropman
menggambarkan perbedaaan dari model A,B dan C dilihat
dari 11 variabel utama, yaitu (Adi, 2001: 45-56):
1. Kategori tujuan tindakan terhadap masyarakat
a. Model A (pengembangan masyarakat lokal):
Kategori tujuannya lebih memberikan penekanan
pada proces goal, dimana masyarakat dicoba untuk
diintegrasikan serta kembangkan kapasitasnya untuk
menolong diri sendiri.
b. Model B (perencanaan sosial): Pada kategori ini
lebih bertujuan kepada task goal, biasanya ada
hubungan antara bagian (departemen) dnegan
masalah-masalah sosial yang konkrit.
c. Model C (aksi sosial): Untuk kategori aksi sosial ini
bertujuan kepada keduanya dimana proces goal dan
task goal. Biasanya tujuan ini mengakibatkan
adanya modifikasi kebijakan organisasi-organisasi
formal.
2. Asumsi yang terkait dengan struktur komunitas dan
kondisi permasalahannya
a. Model A (pengembangan masyarakat lokal):
Komunitas lokal seringkali tertutupi oleh
masyarakat yang lebih luas (large society), dan
memunculkan kesenjangan antara harapan antara
kenyataan.
b. Model B (perencanaan sosial): Seorang perencana
sosial lebih melihat komunitas terdiri dari masalah
sosial inti atau masalah inti yang bersifat khusus
dengan minat dan kepentingan tertentu.
34
c. Model C (aksi sosial): Untuk praktisi aksi sosial
melihat komunitas sebagai (terdiri dari) hirarki dari
privilege dan kekuasaan (tidak mendapatkan
keadilan, diabaikan, dieksploitasi dan lain
sebagainya oleh pihak tertentu.
3. Strategi perubahan dasar
a. Model A (pengembangan masyarakat lokal): Dalam
pengembangan masyarakat lokal strategi
perubahannya dicirikan dengan ungkapan ”marilah
bersama-sama membahas masalah ini”.
b. Model B (perencanaan sosial): Strategi dalam model
ini tergambar dari ungkapan “marilah kita
kumpulkan fakta dan lakukan langkah-langkah
logis berikutnya”.
c. Model C (aksi sosial): Strategi perubahan dari aksi
sosial terlihat dari ungkapan “mari kita
mengorganisir diri agar dapat melawan para
penekan kita”.
4. Karakteristik taktik dan teknik perubahan
a. Model A (pengembangan masyarakat lokal): Taktik
dalam pengembangan masyarakat lokal ini adalah
pencapaian konsensus. Biasanya hal ini dilakukan
dengan komunikasi dan proses diskusi antara
individu, kelompok maupun faksi (factions).
Blakely juga menekankan pentingnya teknik
deliberatif dan kooperatif.
35
b. Model B (perencanaan sosial): Taktik dan teknik
yang diterapkan dalam perencanaan sosial adalah
teknik pengumpulan data, keterampilan untuk
menganalisis sedangkan taktiknya dalah dengan
konser maupun konflik.
c. Model C (aksi sosial): Para praktisi aksi sosial lebih
menekankan menggunakan taktik konflik dengan
melakukan konfrontasi aksi-aksi langsung. Selain
itu juga dibutuhkan kemampuan untuk memobilisasi
massa sebanyak mungkin.
5. Peran praktisi
a. Model A (pengembangan masyarakat lokal): Pada
pengembangan masyarakat lokal, peranan yang
dilakukan oleh community worker ataupun para
praktisi lebih banyak mengacu pada peran sebagai
enabler.
b. Model B (perencanaan sosial): Peran yang biasanya
digunakan oleh para praktisi perencaan sosial adalah
peranan expert (pakar).
c. Model C (aksi sosial): Peran yang dilakukan oleh
para praktisi aksi sosial atau community worker
adalah peran sebagai advokat dan aktivis.
6. Media perubahan
a. Model A (pengembangan masyarakat lokal): Media
perubahan bagi pratisi ini adalah melalui penciptaan
(kreasi) dan manipulasi (dalam arti yang positif)
kelompok-kelompok kecil yang berorientasi pada
tugas (small task-oriented groups).
36
b. Model B (perencaan sosial): Media perubahannya
adalah manipulasi organisasi (termasuk didalamnya
adalah relasi antar organisasi) seperti juga dengan
pengumpulan dan analisis data.
c. Model C (aksi sosial): Media perubahan yang
dilakukan oleh praktisi aksi sosial adalah
menciptakan dan memanipulasi pengorganisasian
dan pergerakan massa untuk mempengaruhi proses
politis.
7. Orientasi terhadap struktur kekuasaan
a. Model A (pengembangan masyarakat lokal): Pada
pengembangan masyarakat lokal struktur kekuasaan
sudah tercakup di dalam konsepsi mengenai
komunitas itu sendiri. Setiap segmen komunitas
dianggap sebagai bagian dari sistem klien.
b. Model B (perencaan sosial): Pada perencanaan
sosial struktur kekuasaan biasanya muncul sebagai
sponsor atau „boss‟ (employer) dari praktisi
perencanaan. Oleh karena itu, Morris dan Binstock
menyatakan bahwa sangatlah sulit bagi seseorang
untuk membedakan antara para perencana dengan
organisasi yang mempekerjakannya.
c. Model C (aksi sosial): Struktur kekuasaan oleh para
praktisi aksi sosial dianggap sebagai target eksternal
dari suatu tindakan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa struktur kekuasaan berada di luar sistem
klien (konsitituensi).
37
8. Batasan definisi dari sistem klien dalam komunitas
(konstituensi)
a. Model A (pengembangan masyarakat lokal): Dalam
pengembangan masyarakat lokal, total komunitas
biasanya didasarkan pada kesatuan geografis
(seperti, Rukun Warga, desa, kota). Mereka dalam
kesatuan tersebutlah yang menjadi klien dari
community worker.
b. Model B (peencaan sosial): Klien dari perencanaan
sosial bisa merupakan kesatuan geografis, tetapi
dapat pula merupakan kesatuan fungsional
(kelompok pecinta buku, kelompok profesi dokter
dan sebagainya).
c. Model C (aksi sosial): Klien dari praktisi aksi sosial
biasanya merupakan bagian (subpart) atau segmen
masyarakat yang membutuhkan bantuan. Dalam
aksi sosial, para praktisi lebih melihat kelompok
tersebut sebagai “teman-teman partisan”
dibandingkan sekelompok klien.
9. Asumsi mengenai kepentingan kelompok-kelompok
(subpart) dalam suatu komunitas
a. Model A (pengembangan masyarakat lokal): Dalam
pengembangan masayarakat lokal, berbagai
kepentingan kelompok dan faksi dalam masyarakat
dilihat secara mendasar merupakan
permufakatanyang responsif terhadap pengaruh dari
persuasi yang rasional,komunikasi dan niat baik
38
bersama. Kepentingan dari masing-masing
kelompok pada model A, seolah-olah sudah
membaur.
b. Model B (perencanaan sosial): Pada perencanaan
sosial tidak ada asumsi yang pervasif mengenai
tingkat intraktabilitas ataupun konflik kepentingan.
Sehingga permufakatan ayaupun konflik dapat
ditolerir dalam pendekatan ini,selama tidak halangi
proses pencapaian tujuan.
c. Model C (aksi sosial): Pada aksi sosial ada asumsi
bahwa kepentingan masing-masing bagian (subpart)
dalam masyarakat sangat bervariasi dan sulit
diambil kata mufakat. Dorongan-dorongan dari
kepentingan pribadilah yang menyebabkan mereka
merasa bodoh kalu mereka melepaskan apa yang
sudah mereka miliki.
10. Konsepsi mengenai populasi klien (konstituensi)
a. Model A (pengembangan masyarakat lokal): Dalam
pengembangan masyarakat lokal, klien dipandang
sebagai warga yang sederajat yang memiliki
kekuatan-kekuatan yang pelu diperhatikan, tetapi
belum semuanya dapat dikembangkan dengan baik.
b. Model B (perencanaan sosial): Dalam perencanaan
sosial klien lebih dilihat sebagai konsumen dari
suatu layanan (services), dan mereka akan
menerima serta memanfaatkan program dan layanan
sebagai hasil dari proses perencanaan. Bahkan
Morris dan Binstock lebih senang menggunakan
39
istilah konsumen dibandingkan istilah klien dalam
perencanaan sosial.
c. Model C (aksi sosial): Dalam aksi sosial , klien atau
konstituen lebih dilihat sebagai „korban‟ (victim)
dari suatu system
11. Konsepsi mengenai peran klien
a. Model A (pengembangan masyarkat lokal): Para
klien dalam pengembangan masyarakat lokal
dikonsepsikan sebagai partisipan aktif dalam proses
interaksional satu dengan lainnya, juga dengan
community worker-nya.
b. Model B (perencanaan sosial): Dalam perencanaan
sosial, para klien memainkan peranan sebagai
resipient (penerima) pelayanan.
c. Model C (aksi sosial): Dalam aksi sosial, para klien
biasanya merupakan „bawahan‟ (employer) bersama
dengan para praktisi aksi sosial, mereka berusaha
„mendobrak‟ sistem yang ada.
40
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah
1. Ciliwung
Jika menengok mundur kebelakang, keberadaan sungai
Ciliwung sebenarnya sangat penting bagi pertumbuhan Kota
Jakarta. Sungai ini dahulu menjadi pusat dan jalur transportasi.
Tapi kini, sungai itu tidak terawat dan malah dijadikan
pembuangan sampah. Sungai Ciliwung ini berhulu di Gunung
Pangrango, Jawa Barat. Sungai ini mengalir melalui kawasan
Puncak, Ciawi, lalu membelok ke utara melalui Bogor, Depok,
Jakarta dan bermuara di Teluk Jakarta. Dari Kota Jakarta,
alirannya bercabang dua di daerah Manggarai: yang satu
melalui tengah kota, antara lain sepanjang daerah Gunung
Sahari, dan yang lain melalui pinngir kota, antara lain melalui
Tanah Abang (Hasits, Merdeka.com, 2013).
Sungai yang mengalir di tengah kota Jakarta ini,
mengalir lurus dan membelok ke timur setibanya di seberang jl.
Labu Hayam Wuruk dan menumpahkan airnya ke kali Tangki
di sisi jalan tersebut. Air Ciliwung masih terus ke utara,
menyusuri sisi timur Medan Glodok dan baru membelok ke
timur setelah melewati gedung Bioskop Pelangi (pertokoan
Harco), sebagian lagi menumpahkan air ke kali Besar yang
masa itu membentang dari timur ke barat, menyusuri Jl.
Pancoran (di seberang Glodok Building) sampai melewati
Jembatan Toko Tiga. Bagian Kali Besar yang menyusuri jl.
41
Pancoran sudah tidak ada, mungking telah menjadi roil
tertutup.
Bagian Sungai Ciliwung yang lurus dari Harmoni ke
utara, dulu merupakan kali swasta dengan aturan membayar tol
apabila melaluinya. Kali yang oleh orang Belanda dinamakan
Molenvliet itu dibuat oleh Kapitein der Chinezen (kepala warga
Cina di Betawi), Phoa Beng Gan sehingga terkenal dengan
nama Beng Gan. Tahun 1648 Beng Gan mendapatkan izin dari
kompeni untuk membuat kali tersebut dan memungut tarif dari
sampan-sampan yang lewat di sana, tahun 1654 diambil alih
oleh kompeni dengan harga 1.000 real.
Sungai Ciliwung merupakan tempat Belanda pertama
kali membangun kastilnya di tepi timur muara. Sedang di tepi
Barat muaranya terdapat gedung Culemborg dan kantor Pabean
jl. Pakin juga menyebrangi sungai ini. Sungai ini juga
membentang di Kampung Muka Timur. Aliran lurus sungai
Ciliwung di sebelah selatan disebut kali BEsar. Di sebelah
barat sungai terdapat Weltervreden dan di sebelah timur di
daerah prapatan terdapat sebuah rumah pribadi yang pernah
menjadi kantor Sultan Hamengkubuwoni IX dari Yogyakarta.
Muara sungainya juga menjadi tempat pelabuhan Sunda
Kalapa.
Pada masa awal Batavia, perahu kecil berlayar dari
sepanjang Ciliwung untuk mengangkut barang dari gudang
dekat kali besar ke kapal yang berlabuh di laut. Pada
pertengahan 1630, sungai Ciliwung mengalami pengendapan.
Untuk mengatasinya dibangun sebuah parit sepanjang 800 m ke
laut yang secara rutin digali untuk melancarkan aliran air.
42
Panjang parit bertambah sampai 1.350 m (1827) dari muata
sungai akibat pasir dan lumpur yang terus bertumpuk apalagi
dengan adanya gempa bumi pada bulan Januari 1699.
Cabang sungai Ciliwung yang bermuara ke samudera
digunakan sebagai jalan masuk kasteel lewat kapal dari kanal
ke Waterpoort. Pembangunan Molenvliet juga dihubungkan
dengan sungai ini sebagai sumber tenaga bagi berbagai
industry. Dahulu sungai Ciliwung airnya digunakan sebagai
sumber air minum penduduk.
Air sungai ini pada tahun 1689 belum tercemar dan bisa
digunakan sebagai air minum. Gempa bumi yang terjadi pada
bulan Januari 1699, mengakibatkan kenaikan tingkat
pengendapan. Timbunan lumpur dan tanah liat bertumpuk di
parit yang digali untuk melancarkan aliran air ked an dari
sungai. Sayang, sejak tahun 1740 air sungai ini sudah dianggap
tidak sehat karena segala sampah dan buangan air limbah
rumah sakit yang dialirkan ke sungai. Banyak pasien menderita
disentri dan kolera. Air minum yang kurang bersih ini
meyebabkan angka kematian yang sangat tinggi di antara
warga Batavia. Sebaliknya kebanyakan ornag China yang
minum teh jarang terjaring penyakit akibat air. Menyadari hal
ini banyak orang BElanda makan daun the agar tetap sehat.
Tentu saja usaha ini tidak berhasil.
Pada akhir abad ke 18, Dokter c.p Thunberg masih
meresepkan daun the daripada air the yang dimasak. Pada
zaman itu belum diketahui bahwa kuman dalam air akan mati
kalau airnya dimasak sampai mendidih. Sampai abad ke-19 air
kali Ciliwung oleh orang Belanda digunakan sebagai air
43
minum. Air kali mula-mula ditampung dalam semacam waduk
(waterplaats atau aquada), yang dibangun dekat Benteng
Jacatra, bagian utara kota, kemudian dipindahkan ke tepi
Molenvliet sekitar daerah Medan Glodok. Waduk dilengkapi
dengan pancuran-pancuran kayu yang mengucurkan air dari
ketinggian kira-kira 10 kaki (kurang dari 3m), sehingga daerah
sekitar oleh orang Betawi dinamakan Pancuran.
Dulu ketika Ciliwung masih dapat dilayari oleh perahu
yang cukup besar sampai ke tengah kota, di daerah sekitar jl.
Gajah Mada dan Harmoni, sering diselenggarakan perayaan
tahunan pek cun atau peh cun, yakni perayaan perahu berhias
bagi orang China di Jakarta. Kini air sungai sudah tidak keruh
ketika mencapai Jakarta, karena daerah alirannya merupakan
tempat pembuangan limbah. Akibatnya, dasar sungai itu
semakin dangkal dan alirannya semakin lambat. (Sumber:
Ensiklopedi Jakarta).
2. KANCIL (Komunitas Anak Ciliwung) Pondok Cina Depok)
Depok merupakan salah satu Kota penyokong DKI
(Daerah Khusus Ibu Kota) Jakarta, dimana penduduknya sudah
mulai pada dengan dilihat dari lalu lintasnya. Apalagi ketika
melewati jalan Margonda Depok ketika pukul 17.00 WIB bunyi
suara klakson dari motor maupun mobil yang saling bersaut-
sautan di jalanan. Daerah Kampung Kapuk atau jalan menuju
basecamp KANCIL (Komunitas Anak Ciliwung) Pondok Cina
Depok sudah sangat padat hingga anak-anakpun tidak punya
tempat untuk bermain, sehingga bermain pun di pinggir jalan
yang banyak lalu lalang kendaraan bermotor, ditambah untuk
masyarakat aslinya atau pribumipun tergeser hingga bantaran
44
kali lantaran betonisasi entah dari bangunan kios atau ruko
ataupun pelebaran jalan bahkan rumah kos-kosan ikut
meramaikan dunia pembangunan di kelurahan Pondok Cina Kp
Kapuk Depok.
Bermula dari rasa keprihatinan terhadap kondisi Sungai
Ciliwung, sejumlah warga Kelurahan Pondok Cina membentuk
komunitas. Awalnya, warga Pondok Cina, SS dengan seorang
warga bantaran Ciliwung prihatin dengan kondisi sungai. SS
pun membuat sebuah perkumpulan bernama Komunitas
Ciliwung Pondok Cina (KCPC).
“Cuma saya berinisiatif mengubah nama komunitas
peduli Ciliwung tersebut, tercetuslah nama Kancil yang
kepanjangan dari Komunitas Anak Ciliwung Pondok
Cina-Depok,” jelas SS.
Kancil Pondok Cina berdiri pada 12 Juli 2015, dipelopori
oleh Syahrizal dan Susanto. Mereka membentuk komunitas ini
karena kegelisahan dan kurang terbinanya pemuda yang ada di
Daerah Aliran Sungai (DAS) kali Ciliwung Pondok Cina.
Melihat kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) kali Ciliwung
yang sudah beralih fungsi dari pusat peradaban menjadi tempat
pembuangan sampah dan limbah rumah tangga.
Berangkat dari permasalahan diatas SS, mengumpulkan
beberapa pemuda yang ada di Daerah Aliran Sungai (DAS) kali
Ciliwung Pondok Cina untuk membicarakan kondisi kali
Ciliwung saat ini. Hasil dari perkumpulan itu akhirnya
memutuskan untuk membentuk sebuah komunitas yang
bertujuan untuk membentuk masyarakat Daerah Aliran Sungai
45
(DAS) Ciliwung menjadi masyarakat yang berwawasan, peduli,
inovatif, komunikatif dan proaktif terhadap kelestarian Daerah
Aliran Sungai (DAS) Ciliwung agar menjadi lingkungan yang
bersih, sehat, aman, dan hijau serta meningkatkan peran
masyarakat dalam dinamika sosial didalam dan atau diluar
DAS Ciliwung Pondok Cina.
Pada dasarnya komunitaslah yang menjadi wadah bagi
masyarakat Kampung Kapuk untuk melaksanakan beberapa
kegiatan yang terjun langsung dalam kegiatan lingkungan
terutama ya KANCIL (Komunitas Anak Ciliwung) Pondok
Cina Depok. Apalagi dalam bidang lingkungan hanya KANCIL
(Komunitas Anak Ciliwung) Pondok Cina Depok yang berada
di wilayah administrasi Kelurahan Pondok Cina, akan tetapi
yang selalu bersinergi dengan komunitas yang berada
dilingkungan Pondok Cina.
Dari beberapa Tahun belakang ini basecamp untuk
Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) Pondok Cina ini berada
dirumah warga, karena pada awalnya basecamp ini berada di
Daerah Aliran Sungai (DAS) berbentuk saung sudah rata
dengan tanah karena banjir yang tinggi pada tahun 2016.
Karena basecamp merupakan hal yang seharusnya diadakan
atau dibangun agar titik kumpul ada dan bisa digunakan untuk
lebih produktif dalam kegiatan komunitas.
46
B. Asas dan Tujuan
1. Asas
Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) berasaskan kepedulian
dan kekeluargaan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945
2. Tujuan
Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) bertujuan untuk
membentuk masyarakat Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung
menjadi masyarakat yang berwawasan, peduli, inovatif,
komunikatif dan proaktif terhadap kelestarian Daerah Aliran
Sungai (DAS) Ciliwung agar menjadi lingkungan yang bersih,
sehat, aman, dan hijau serta meningkatkan peran anggota
Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) dalam dinamika
kemasayarakatan didalam dan atau diluar Daerah Aliran Sungai
(DAS) Ciliwung Pondok Cina.
C. Fungsi
Adapun fungsi terbentuknya Komunitas Anak Ciliwung
(KANCIL) Pondok Cina Depok adalah:
1. Sebagai komunitas perwakilan masyarakat Daerah Aliran
Sungai (DAS) Ciliwung Pondok Cina.
2. Sebagai Pengembangan Potensi dan aktualisasi diri masyarakat
Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Pondok Cina dalam
rangka melestarikan lingkungan.
3. Sebagai wadah silaturahmi bagi masyarakat Daerah Aliran
Sungai (DAS) Ciliwung Pondok Cina agar terciptanya rasa
persaudaraan dan persatuan.
D. Keanggotaan
Untuk menjadi Anggota Komunitas Anak Ciliwung
(KANCIL) Pondok Cina Depok adalah persyaratannya sebagai
berikut:
47
1. Seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap lingkungan
yang memenuhi syarat dan telah disetujui oleh pengurus.
2. Memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam
Anggaran Rumah Tangga (ART) Komunitas Anak Ciliwung
(KANCIL).
Akan tetapi pada kenyataan jika melihat syarat keanggotaan
siapapun berhak atau mengikuti KANCIL (Komunitas Anak
Ciliwung) Pondok Cina Depok itu terbuka untuk umum dan hanya
yang memiliki jiwa sosial atau cinta terhadap lingkungan. Selain itu
KANCIL adalah sebuah komunitas non-politik dan merupakan
sosial kemasyarakatan dalam rangka pelestarian lingkungan.
Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) yang bediri pada tanggal 12
Juli 2015 yang beranggotakan dari berbagai pendidikan dengan
tekad, semangat dan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terdiri dari 21 anggota dengan
latar belakang Pendidikan yang berbeda, akan tetapi memiliki
tujuan dan tekad yang sama yaitu menjaga kelestarian lingkungan
bantaran Kali Ciliwung.
48
E. Struktur Komunitas
Komunitas Anak Ciliwung atau KANCIL memiliki struktur
komunitas pada umumnya. Struktur tersebut terdiri dari pembina,
ketua umum, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan anggota.
Pembina : Syahrizal dan Susanto
Ketua Umum : Sule
Wakil Ketua : Zaenal
Sekretaris : Erni
Bendahara : Mafaza Adinda Rosa
F. Pendanaan
Dalam menjalankan kegiatan dan program yang ada, tentu
saja membutuhkan dana yang tidak sedikit. Komunitas Anak
Ciliwung (KANCIL) Pondok Cina merupakan suatu lembaga
independen yang tidak memiliki sumber dana yang pasti. Mereka
PEMBINA
KETUA
BENDAHARA SEKERTARIS
WAKIL KETUA
ANGGOTA
49
bergantung pada donatur-donatur yang telah menandatangani
kontrak kerjasama dengan Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL)
Pondok Cina. Sejak lembaga ini berdiri, banyak sekali donatur-
donatur dari lembaga negri maupun swasta yang mendanai
berjalannya Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) Pondok Cina.
Donasi yang diterima tersebut tidak hanya berbentuk uang namun
juga berbentuk barang atau hal lain, berikut sumber keuangan atau
pendaan yang berlaku di Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL)
Pondok Cina:
1. Sumber pendanaan diperoleh dari sumbangan donatur, dana
abadi, sisa hasil kegiatan, dana usaha, dan iuran anggota
2. Dana abadi adalah sejumlah uang yang akan dilimpahkan dari
setiap pergantian kepengurusan yang digunakan untuk kegiatan
yang sesuai dengan prinsip dan tujuan Komunitas Anak
Ciliwung (KANCIL) dengan nilai minimum tetap dari tahun
sebelumnya.
3. Iuran anggota adalah sumbangan wajib bagi anggota Komunitas
Anak Ciliwung (KANCIL) yang dipergunakan untuk
pelaksanaan organisasi, yang dibayar sebesar Rp 5.000 per
minggu.
Penarikan iuran anggota dilakukan oleh bendahara yang
berwenang dengan bantuan pengurus. Untuk pendanaan yang
bersumber dari anggota atau iuran anggota dari laporan yang
diterima pada saat buka bersama pada bulan Ramadhan pada
tanggal 21 mei 2018 kurang lebih Rp 1.530.000 itupun sudah
terpotong untuk acara buka bersama. Untuk donasi yang tidak
berbentuk uang antara lain:
50
1. Bibit Pohon
2. Cat tembok untuk membuat Kampung Tematik
3. Ikut adil dalam merubah jalan tanah menjadi pontblock
Sedangkan dalam melaksanakan program yang ada
Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) Pondok Cina Depok bekerja
sama dengan intitusi, lembaga ataupun komunitas lain, yaitu:
1. Karang Taruna Pondok Cina
2. Kelurahan Pondok Cina
3. Peneliti UI
4. Koramil 02 Beji
5. Forum Komunitas Hijau (FKH) Depok
6. Komunitas Chamber Internasional (JCI) Indonesia
7. Komunitas Kampung Hijau (KOKAHI)
8. Pemerintahan Kota Depok
G. Program/Kegiatan
Untuk program atau kegiatan rutinitas yang dilakukan oleh
Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) Pondok Cina Depok yaitu
terbagi menjadi beberapa bagian program maupun evaluasi agar
program yang dijalankan sesuai dengan latar belakang maupun
tujuan terbntuknya Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) yaitu:
1. Program kesekretariatan dan pengembangan
Pengadaan perlengkapan kesekretariatan seperti pengadaan
laptop/computer dan perabotan lain yang dibutuhkan untuk
menunjang kegiatan dan pengembangan anggota dengan
pelatihan organisasi dan kepemimpinan untuk anggota
2. Program peningkatan keamanan dan keselamatan
Program peningkatan keamanan dan keselamatan harus
diadakan mengingat kegiatan Komunitas Anak Ciliwung
51
(KANCIL) sangat beresiko tinggi. Program ini dibagi menjadi
2 yang meliputi:
a. Program pengadaan alat, seperti pengadaan perahu,
pelampung, helm dan alat lainnya yang dibutuhkan
b. Program pelatihan anggota untuk meningkatkan keamanan
dan keselamatan dalam kegiatan seperti pelatihan basic
safety, pelatihan safety rafting, pelatihan resque, dan
pelatihan lainnya yang dibutuhkan untuk keamanan dan
keselamatan.
3. Program kegiatan:
Program kegiatan yang diadakan terbagi menjadi 3 sesuai
dengan tujuan dan jangka waktunya:
a. Program Rutin:
Program rutin merupakan program yang dilakuan secara
berselang dalam jangka waktu yang pendek/singkat dalam
upaya menjaga kebersihan dan keindahan ciliwung, antara
lain:
1. Sapu bersih Ciliwung
Sapu bersih, dilaksanakan 1 bulan sekali di minggu
ke 1 setiap bulannya, dengan target tepi sungai yang
dijadikan sebagai tempat sampah oleh masyarakat
dapat bersih dan dikemudian hari tida adalagi yang
membuang sampah ditempat tersebut
2. Patroli Ciliwung
Patroli yaitu kegiatan susur sungai untuk memantau
lingkungan atau titik yang dijadikan sebagai tempat
sampah dan dilaksanakan bersama dengan ngarung
sampah (mengambil sampah ditengah maupun
52
ditepian sungai) dilaksanakan 1 bulan sekali di
minggu ke 2 tiap bulannya.
b. Program berjangka
1. Penanaman pohon
2. Pembibitan
3. Bank sampah
4. Sosialisasi dan edukasi kebersihan dan pelestarian
Ciliwung ke warga sekitar
5. Pengadaan acara festival untuk masyarakat sekitar
4. Monitoring dan Evaluasi
Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) mengadakan monitoring
dan evaluasi setiap 1 bulan sekali, 3 bulan sekali, 6 bulan sekali
dan 1 tahun sekali yang mencakup:
a. Memonitoring dan evaluasi program-program yang sudah
terlaksa dan belum terlaksana setiap 1 bulan sekali.
b. Membuat strategi kedepan dengan melihat sejauh mana
efektifitas program yang telah dijalankan serta menentukan
strategi yang tepat untuk program selanjutnya.
c. Memonitoring dan evaluasi kinerja setiap anggota agar
bekerja sesuai jobdesk.
d. Memonitoring dan evaluasi keuangan yang ada untuk
mendukung program-program yang akan dilaksanakan.
53
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN
Pada pembahasan ini penelitian fokus kepada peran Komunitas
Anak Ciliwung (KANCIL) serta faktor-faktor yang menjadi
penghambat dan pendukung dalam kelangsungan pemeliharaan ekologi
bantaran Kali Ciliwung. Pembahasan ini akan dimulai dari temuan
mengenai peran komunitas dalam memelihara ekologi di sungai
Ciliwung. Dimana pembahasan tentang peran komunitas dalam
memelihara ekologi Kali Ciliwung.
A. Peran Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) dalam
Memelihara Ekologi di Wilayah Sungai Ciliwung Pondok Cina
Kali Ciliwung merupakan salah satu kali yang melewati tujuh
wilayah Jakarta, Depok dan Bogor. Kali Ciliwung memiliki peranan
penting dalam kehidupan masyarakat, jika terjadi peningkatan curah
hujan di wilayah Jabodetabek maka wilayah-wilayah bantaran Kali
Ciliwung menjadi wilayah pertama yang mengalami bencana banjir.
Akibat dari sering meluapnya air Kali Ciliwung serta banyaknya
wilayah yang menjadi jalur bagi Kali Ciliwung, maka beberapa aktivis
pecinta lingkungan tergerak untuk membentuk sebuah komunitas di
wilayah bantaran Kali Ciliwung. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga
kelestarian wilayah bantaran kali serta menanggulangi masalah-
masalah terkait pencemaran ataupun perusakan di wilayah kali
Ciliwung. Komunitas-komunitas tersebut bergerak pada bidang yang
sama, yaitu kelestarian dan kesehatan lingkungan bantaran Kali dengan
menggunakan metode pemberdayaan masyarakat. Salah satu komunitas
yang menjadi penjaga serta pelindung bagi Kali Ciliwung adalah
54
Komunitas Anak Ciliwung yang ada di Depok. Mereka juga sering
menyebut diri mereka sebagai “Kancil” (Komunitas anak Ciliwung).
Jika melirik kepada sejarah terbentuknya komunitas, bermula
dari rasa keprihatinan terhadap kondisi Kali Ciliwung. Sehingga
tercetuslah untuk membentuk sebuah komunitas. Awalnya, sang
pendiri, Ss, dengan seorang warga bantaran Ciliwung prihatin dengan
kondisi sungai, sehingga dia membuat sebuah perkumpulan bernama
Komunitas Ciliwung Pondok Cina (KCPC). Hal tersebut disampaikan
sebagai berikut:
“Awalnya kan prihatin nih liat kondisi (Kali Ciliwung) parah
banget, jadi setelah ngobrol-ngobrol ya kita pada inisiatif bikin
perkumpulan atau komunitas lah ya istilah bekennya untuk ngejaga ini
wilayah….”(Wawancara dengan SS, 2018)
Menurut beberapa anggota lain yang diwawancarain komunitas
tersebut dinamain KCPC. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu
saudara Ss kemudian berinisiatif untuk mengubah nama tersebut
menjadi Komunitas Anak Ciliwung atau disingkat dengan nama Kancil.
“Cuma saya berinisiatif mengubah nama komunitas peduli
Ciliwung tersebut, tercetuslah nama Kancil yang kepanjangan dari
Komunitas Anak Ciliwung Pondok Cina-Depok” (Wawancara dengan
SS, 2018)
Kancil memiliki peran besar dalam perubahan di wilayah
bantaran Kali Ciliwung khususnya Kawasan Pondok Cina, Depok. Hal
tersebut terlihat pada tahun 2013 bahwa Kali Ciliwung dapat dikatakan
tidak layak disebut sebagai Kali. Dikarenakan Kali tersebut didominasi
oleh sampah sehingga Kali tersebut memiliki perubahan alih fungsi
lahan dan penyempitan bantaran anak sungai, Akan tetapi saat ini Kali
55
Ciliwung telah mengalami perubahan pesat seperti TPS Kecil, jalan
berkonblok dan spitank komunal. Kali Ciliwung telah berubah menjadi
salah satu wilayah ekowisata bagi Kota Depok.
Jika melihat kepada konsep peran yang disampaikan oleh Biddle
dan Thomas (dalam Sarwono:1984) bahwa salah satu konsep peran
yaitu orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial.
Maksudnya adalah komunitas ataupun anggota komunitas tersebut
mengambil bagian dalam melakukan interaksi dengan mayarakat. Hal
tersebut sejalan dengan peran yang dimiliki oleh Kancil.
Kancil memiliki peran penting dalam pemeliharaan ekologi Kali
Ciliwung, seperti yang telah disampaikan di atas bahwasanya peranan
tersebut terlihat dari aksi Kancil dalam pemeliharaan lingkungan
dengan mengajak masyarakat sekitar untuk melalukan kegiatan kerja
bakti, seperti yang disampaikan oleh MJ sebagai berikut:
“suka diajak buat kerja bakti, bersih-bersih sungai palingan
mah….”(Wawancara dengan MJ, 2018)
Selain itu, ibu AD juga menyampaikan hal yang sama bahwa
KANCIL mengajak masyarakat sekitar untuk melalukan kegiatan kerja
bakti selain itu juga KANCIL ikut serta aktif dalam kegiatan
masyarakat, sebagai berikut:
“Aktif dalam kegiatan masyarakat semisal pengajian atau
kerja bakti,….” (Wawancara dengan AD, 2018)
Berbagai peran yang dipraktikan oleh Kancil yang
dikelompokkan sebagai peran yang memfasilitasi masyarakat serta
berkaitan dengan stimulasi dan penunjang dalam pengembangan
masyarakat. Berdasarkan temuan lapangan yang terdiri dari wawancara
56
dan observasi bahwasanya dalam Kancil memiliki peran peting dalam
melakukan pemeliharaan ekologi. Hal tersebut terlihat dari pernyataan
salah satu masyarakat bahwasanya dengan adanya komunitas ini sangat
memberikan pengaruh kepada lingkungan ataupun masyarakat sekitar,
seperti yang disampaikan oleh bapak MJ, sebagai berikut:
“anak-anak Kancil mah punya pengaruh disini, dia pada suka
ngajak masyarakat buat kerja bakti, ngebersihin semuanya sama bikin
acara-acara, ya baguslah mereka pada….” (Wawancara dengan MJ,
2018)
Pernyataan tersebut juga didukung oleh bapak AS, bahwasanya
Kancil memiliki tujuan yang baik sehingga masyarakat pun mendukung
segala kegiatan dari komunitas ini, sebagai berikut:
“Komunitas ini bagus karena punya tujuan yang baik gitu,
terus mereka juga kan anak-anak sekitar sini juga, ya ga ada bedanya
mereka ama masyarakat, ya gitu dah. Ya intinya mah tujuannya baik
aja…” (Wawancara dengan SL, 2018)
Berdasarkan pernyataan di atas bahwasanya anggota Kancil
merupakan warga setempat juga, sehingga ikatan antara masyarakat dan
komunitas sangat erat, serta segala bentuk kegiatan komunitas juga
didukung penuh oleh masyarakat sekitar.
Jika dikaitkan dengan konsep peran komunitas yang
disampaikan oleh Jim Ife dan Frank Tesoriero (2014) bahwa terdapat
beberapa aspek yang dapat dikaitkan konsep peran dengan peran Kancil
dalam memelihara ekologi bantaran Kali Ciliwung, diantaranya:
semangat social, mediasi dan negosiasi, dukungan, mengorganisasi,
pelatihan. Akan tetapi dari kelima (5) aspek yang disampaikan oleh Jim
Ife dan Frank Tesoriero (dalam bukunya Community Development:
57
Alternatif pengembangan Masyarakat di era Globalisasi: 2014)
bahwasanya hanya terdapat empat (4) aspek yang ditemukan
dilapangan berdasarkan wawancara, observasi dan studi dokumentasi
yang telah dilakukan peneliti, sehingga hal tersebut dapat dijadikan alat
analisis dalam penelitian ini.
Dengan demikian dari konsep peran yang disampaikan di atas
maka peneliti memutuskan untuk menganalisis terkait peran Kancil,
sebagai berikut:
1. Semangat Sosial
Peran pertama yang dapat dimiliki oleh Kancil dalam
rangka menjaga ekologi sungai Ciliwung adalah semangat
sosial. Semangat sosial menggambarkan bahwa pekerja
masyarakat atau agen perubahan bukanlah menjadi seseorang
yang mampu melakukan segala hal oleh dirinya sendiri namun
yang mampu membuat orang lain ikut terlibat beraktivitas
dalam berbagai proses pemberdayaan. Oleh karena pekerja
masyarakat memiliki kemampuan untuk menginspirasi,
mengantusiasi, mengaktivasi, menstimulasi, menggerakan, dan
memotivasi orang lain untuk melakukan tindakan.
Melihat ke sejarah terbentuknya Kancil, bahwasanya
komunitas ini merupakan sekumpulan pemuda yang ingin
menjadikan Ciliwung kembali pada fungsi awal sungai sebagai
aliran air yang berguna sebagai sumber kehidupan bagi
makhluk hidup disekitarnya. Karena beberapa dekade terakhir
sungai Ciliwung sudah menjadi tempat pembuangan sampah,
maka dari itu semangat mereka untuk membuat sungai
Ciliwung kembali pada fungsinya. Untuk menyadarkan
masyarakat akan pentingnya fungsi sungai tersebut, maka
58
mereka melakukan beberapa cara yaitu dengan memerankan
diri sebagai kelompok yang memiliki semangat sosial yang
tinggi.
Jika melihat fungsi atau kemampuan dari seorang agen
perubahan ialah harus memiliki kemampuan dalam
menginspirasi, mengantusiasi, mengaktivasi, menstimulasi,
menggerakan, dan memotivasi orang lain untuk melakukan
tindakan. Hal tersebut juga dimiliki oleh Kancil. Oleh karena
itu, untuk mempermudah dalam mengkoordinir masyarakat
maka dibentuklah komunitas ini. Hal ini dapat dibuktikan
dengan hasil wawancara yang peneliti dapatkan dari saudara
ST selaku pendiri komunitas, sebagai berikut:
“Kita sebagai anak muda, dulunya asli warga Pondok Cina
yang ada di pinggiran kali ya merasa Ciliwung udah berubah
dari dulunya asri sekarang udah banyak limbah. Awalnya
temen-temen tuh punya insiatif gimana sih ini kita bisa edukasi
masyarakat tidak buang sampah di kali. Nah terus ngumpulin
pemuda sini untuk bikin perkumpulan dan terbentuk seperti
ini”. (Wawancara dengan ST, 2018)
Hal ini didukung oleh pernyataan dari hasil wawancara
oleh saudara ST, sebagai berikut:
“Saya, SL dan bang RZ karena miris lihat anak-anak kecil
mandi di kali tapi dengan kondisi air yang kotor”. (Wawancara
dengan ST, 2018)
Untuk menyadarkan masyarakat komunitas ini
melakukan beberapa tindakan atau kegiatan yang menunjang
untuk mencapai tujuan komunitas ini yaitu mengembalikan
59
fungsi sungai Ciliwung tersebut. Kancil melakukan peran
komunitas sebagai semangat sosial dengan cara mengajak
masyarakat sekaligus memberikan contoh bagaimana agar
masyarakat tidak membuang limbah rumah tangga ke sungai
secara langsung.
Tindakan awal yang dilakukan oleh Kancil ialah mereka
meminta izin kepada tokoh masyarakat setempat untuk
membuat forum pertemuan masyarakat dan mengajak
masyarakat untuk berkerja bakti membersihkan selokan
dibantaran sungai secara rutin setiap 2 minggu sekali, serta
mereka ikut berpartisipasi dalam perkumpulan RT dalam
menyuarakan ide kepada masyarakat agar tidak membuang
sampah ke sungai dan mengajak masyarakat untuk
berpartisipasi dalam menjalankan ide baik tersebut. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan RD, sebagai berikut:
“… ya mereka dulu awalnya izin dulu kan, terus suka
nimbrung kalo ada rapat RT gitu dah…. Ya bocah-bocah aktif
sih ya banyak aja gitu ide-idenya….” (Wawancara dengan RD,
2018)
Hal tersebut juga dikonfirmasi oleh masyarakat setempat,
seperti yang disampaikan bapak HJ sebagai berikut:
“Dia pada kan suka ikut kalo RT lagi rapat, terus suka kasih
masukan kan gitu biar wilayah bersih, suasana aman, nyaman
sama mereka itu tuh selalu ngelibatin kita-kita warga sih jadi
kegiatan apa gitu yang mereka mau buat warga juga tau.….”
(Wawancara dengan HJ, 2018)
60
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
Kancil merupakan komunitas yang memiliki semangat sosial
yang tinggi, terlihat dari pernyataan ST sebagai pendiri
bahwasanya mengajak pemuda sekitar wilayah Kali Ciliwung
untuk mengedukasi masyarakat agar tidak membuang sampah
ke bantaran Kali ataupun ke Kali Ciliwung. Untuk
memperlancar segala tujuan Kancil maka pendiri mulai
mengurus segala perizinan kepada rukun tetangga (RT) untuk
bergerak dan menstimulus masyarakat agar dapat menjaga
ekologi bantaran Kali Ciliwung.
Pernyataan di atas serta dikaitkan dengan konsep peran
yang disampaikan oleh Jim Ife Frank Tesoriero (2014) bahwa
Kancil yang memiliki peran sebagai agen perubahan bukanlah
menjadi seseorang yang mampu melakukan segala hal dengan
sendirinya, sehingga dibutuhkan semangat sosial yang tinggi
agar tujuan dari komunitas ini-pun tercapai. Selain itu Kancil
juga berperan sebagai pihak yang menginspirasi,
mengantusiasi, mengaktivasi, menstimulasi, menggerakan, dan
memotivasi orang lain untuk melakukan tindakan. Hal tersebut
terlihat pada sejarah terbentuknya Kancil bahwa pendiri
komunitas terinspirasi membentuk komunitas ini dikarenakan
terdapat factor-faktor pendorong yang menjadikan pendiri
untuk bergerak menuju perubahan yang lebih baik. Selain itu,
Kancil juga menstimulasi masyarakat dengan cara melakukan
perubahan serta menggerakan dan memotivasi masyarakat
melalui edukasi yang diberikan agar masyarakat lebih sadar
bahwa memiliki lingkungan yang baik adalah hal yang baik
untuk kesehatan dan dapat mencegah adanya wabah penyakit
yang disebabkan oleh sampah serta menghindari terjadinya
61
bencana banjir yang selalu dirasakan masyarakat bantaran Kali
Ciliwung.
Selain itu efek yang dapat dirasakan oleh masyarakat
bahwa dengan lingkungan yang bersih maka akan memberikan
rasa nyaman pada kehidupan masyarakat bantaran Kali
Ciliwung khususnya masyarakat wilayah Pondok Cina-Depok.
2. Mediasi dan Negosiasi
Peran kedua yang dilakukan oleh Kancil Pondok Cina
Depok, adalah dengan mediasi dan negosiasi. Dalam
menghadapi sebuah konflik yang terjadi didalam kelompok,
seorang pekerja masyarakat terkadang harus memainkan peran
sebagai Mediator.
Dalam menjalakan tugas sebagai mediator Kancil juga
pernah membantu warga untuk membangun Tempat
Pembuangan Sampah (TPS) dan Septictank komunal. Alasan
mengapa masyarakat banyak yang membuang sampah disungai
adalah tidak adanya Tempat Pembuangan Sampah (TPS)
diwilayah tersebut, dan mereka melakukan tugasnya mediator
ke pihak pemerintahan daerah. Alhasil tidak adanya tanggapan
dari pemerintahan daerah untuk membuat Tempat Pembuangan
Sampah (TPS), karena tidak adanya anggaran pemerintah
dalam pembuatannya. Karena tidak adanya anggaran sehingga
mereka membuat Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sendiri
dengan swadaya masyarakat. Hal ini didukung dengan hasil
wawancara dari SL selaku ketua umum, yaitu:
“Sebenernya kita sudah punya solusi kedepannya, sebenernya
kita gak bisa menyalahkan masayarakat karena tidak ada yang
62
bisa disalahkan, dan saya sendiri sudah ke dinas kebersihan
kota DEPOK untuk meminta membuatkan TPS, tapi dari
KADISnya bilang kalo tidak ada pembuatan TPS baru. Ya mau
gak mau dari kita sendiri membuat bak sampah itupun dibantu
dengan masyarakat dan para donatur walaupun unjung-
ujungnya dibakar juga”. (Wawancara dengan SL, 2018)
Selain itu setelah berhasil membujuk dan mengajak
warga untuk menjaga bantaran sungai, seperti yang
disampaikan salah satu warga bantaran Kali. Sebagai berikut:
“….jadi kita pernah disuruh iuran gitu buat bikin tempat
sampah, karna katanya mereka (Kancil) udah bilang ke dinas
tapi ga ada uangnya gitu. Yaudah kita pada bayar dah…”
(Wawancara dengan AD, 2018)
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan bapak MH, sebagai
berikut:
“… pernah disuruh iuran, buat bikin tempat sampah katanya,
yaudah kita mah bayar aja yang penting udah ijin RT
gitu……” (Wawancara dengan MH, 2018)
Akan tetapi Kancil mendapatkan permasalahan baru
terkait pembangunan gedung kampus swasta di Depok, yang
dimana kampus tersebut membangun gedung baru disekitar
bantaran sungai yang berjarak kurang dari lima (5) meter dari
bibir sungai, seperti yang disampaikan oleh bapak SL, sebagai
berikut:
“Ohh itu kampus Swasta GDA, sebenernya dari kita sendiripun
menolak kalo ada pembangunan di bantaran sungai apalagi
63
sudah melebihi DAS (Daerah Aliran Sungai)…...”
(Wawancara dengan SL, 2018)
Kancil dan masyarakat melakukan sebuah tindakan dari
konflik tersebut, yang dimana Kancil melakukan tugasnya
sebagai pekerja masyarakat yaitu sebagai mediator. Berangkat
dari keresahan masyarakat itu Kancil menanyakan surat
perizinan atas pendirian bangunan tersebut, hal tersebut sesuai
dengan pernyataan tokoh masyarakat setempat, sebagai berikut:
“….jadi kita itu khawatir karna kan itu kampus bangun gedung
tinggi tuh, dia pada udah punya surat izin apa belum soalnya
ada batesan yang di langgar ama mereka, takutnya kitanya
jadi kena banjir dah, yaudah ngajak Kancil buat nanyain
permasalahan ini ke itu kampus….” (Wawancara dengan RD,
2018)
Hasil dari mereka melakukan mediator dengan pihak
kampus hanya berpasrah diri ketika melihat perizinan tersebut.
Hal tersebut disampaikan oleh ketua umum Kancil, sebagai
berikut:
“….. Kita sudah beberapa kali sudah bolak balik ke Dinas
PUPR, dan menanyakan apakah pembangunan ini sudah
mempunyai surat izin? Ternyata sudah punya izin. Kita gak
bisa berbuat apa-apa karena sudah mempunyai izin,…..”
(Wawancara dengan SL, 2018)
Padahal menurut Undang-undang no 11 tahun 1974
tentang pengairan dan Peraturan Pemerintah no 25 tahun 1991
tentang sungai, bahwasannya batas larangan untuk membangun
dari garis sempadan atau bibir sungai adalah 10 sampai 20
64
meter. Selain itu yang dikhawatirkan oleh Kancil hal tersebut
akan memberikan dampak kepada masyarakat sekitar bantaran
Kali Ciliwung dikarenakan pihak kampus tersebut mengenai
garis sepadan, hal tersebut disampaikan oleh SL sebagai
berikut:
“….. nah kita pengen ngobrol dengan pihak GDA, sebenernya
untuk pembangunan di bantaran itu cuma beberapa dia kena
dari garis sepadan, dan dari kita gak terimanya itu dia bikin
turab dibantaran. Nah turabnya GDA ini menurut kami
turabnya dari batu kali, ngerinya suatu saat kan pasti ada
banjir besar tahun-tahun mendatang, dan pengennya kami itu
kalo bisa kanan-kiri di turab agar tidak timpang sebelah.
Soalnya kalo salah satu saja ngerinya lari aliran sungainya ke
pemukiman warga.” (Wawancara dengan SL, 2018)
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa
Kancil berperan sebagai pihak yang membantu masyarakat
untuk menyalurkan keresahan akibat pembangunan yang
dilakukan tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Kancil
berperan sebagai mediator antara masyarakat sekitar bantaran
Kali Ciliwung dengan pihak GDA. Berdasarkan pernyataan
yang disampaikan oleh ketua umum Kancil bahwasanya pihak
GDA telah memiliki izin pembangunan akan tetapi efek dari
pembangunan tersebut untuk jangka panjang sangat
mengkhawatirkan bagi masyarakat sekitar bantaran Kali.
Pasalnya, posisi Gedung GDA terletak ditikungan alur Kali
Ciliwung, dan pihak GDA membangun gedung berjarak kurang
dari lima (5) meter dari bantaran Kali. Pihak GDA membangun
turab hanya disisi pembangunan, hal tersebut akan berdampak
65
kepada masyarakat apabila curah hujan tinggi sehingga
dikhawatirkan jalur air akan berubah menuju pemukiman
warga. Berdasarkan keresahan tersebut KANCIL mengajak
pihak GDA untuk bernegosiasi agar pembangunan turab
sebaiknya dibangun dikedua belah sisi Kali, dengan tujuan agar
tidak ada ketimpangan pada jalur air selain itu tujuan lainnya
ialah aga tidak ada pihak yang dirugikan, akan tetapi proses
negosiasi tersebut masih dalam proses hingga sekarang.
3. Dukungan
Dukungan merupakan hal penting yang harus dilakukan
dalam memelihara dan menyetujui orang lain, serta menjaga
jarak dengan berbagai aspek glamour dari pekerjaan. Namun,
pengembangan masyarakat dapat menjadi sebuah pengalaman
yang sulit bagi semua orang yang terlibat, dan jika sebuah
proyek atau program itu menghasilkan, maka penting untuk
menyediakan dukungan terus-menerus untuk membangun dan
mempertahankan kepercayaan diri. Itulah fondasi bagi tujuan
peningkatan kesadaraan dan pemerdayaan.
Dalam menjalankan perannya sebagai pihak yang
memberikan dukungan atas apa yang dilakukan oleh
masyarakat sekaligus untuk memberdayakan masyarakat
Kancil pernah melakukan memberikan dukungan pada saat
masyarakat ingin mempercantik bantaran sungai dengan mural.
Disini Kancil memberikan dukungan kepada komunitas mural
yang berada dibantaran sungai, dalam bentuk membantu proses
pengerjaan, karena pembuatan ini merupakan murni ide dan
gagasan dari komunitas tersebut. Sebagai bentuk dari
pemberdayaan masyarakat Kancil mengajak warga sekitar
66
untuk ikut serta membuat mural. Sejalan dengan hasil
wawancara dengan masyarakat yang bernama MJ, yaitu:
“Pernah sih apalagi tahun-tahun ini lagi banyak kegiatan yang
ngecat tembok gitu, bikin kampung tematik noh kaya yang
ditembok”. (Wawancara dengan MJ, 2018)
Pernyataan di atas juga didukung oleh anggota Kancil, sebagai
berikut:
“jadi waktu itu, ada komunitas mural bikin kegiatan…. Yaudah
kita pada anak-anak Kancil diajak join, yaudah kita dukunglah
pastinya yaudah… ya gitu gitu sih”(Wawancara dengan AM,
2018)
Jika dilihat dari peran pekerja masyarakat dalam
memberikan dukungan, Kancil sudah berhasil melakukannya
sesuai dengan temuan yang peneliti dapatkan pada saat
observasi. Disini masyarakat atau komunitas lain memiliki ide
atau gagasan untuk mempercantik wilayah bantaran sungai
dengan membuat mural pada tembok rumah warga, dan Kancil
dengan senang hati mendukung gagasan tersebut serta turun
membantu dalam pengerjaannya. Selain dapat mempercantik
lingkungan mural tersebut dapat dijadikan sebagai sanksi sosial
ketika membuang sampah sembarangan, sekaligus
menimbulkan rasa tanggungjawab untuk menjaga wilayahnya
sendiri dari sampah.
Menurut konsep peran menurut Biddle & Thomas dikutip
(dari buku Sarlito Wirawan Sarwono: 1984), bahwasanya
perilaku yang muncul dalam interaksi merupakan sebuah
tindakan yang ada dalam kegiatan komunitas dalam interaksi
67
kepada masyarakat ataupun subjek terhadap objek. Berdasarkan
konsep di atas, sebelumnya KANCIL melakukan interaksi
kepada masyarakat dengan tujuan agar mendapatkan peran di
masyarakat sehingga hasil dari interaksi tersebut menimbulkan
suatu perilaku yang distimulasi dari dukungan masyarakat atas
adanya komunitas ini. Prilaku yang dimaksud ialah sebuah
bentuk dukungan kepada komunitas dengan berpartisipasi
dalam segala kegiatan yang dibuat oleh komunitas untuk
masyarakat sekitar.
Berdasarkan pernyataan di atas serta dikaitkan dengan
konsep peran yang disampaikan oleh Jim Ife dan Frank
Tesoriero (dalam bukunya Community Development: Alternatif
pengembangan Masyarakat di era Globalisasi: 2014)
bahwasanya dalam pengembangan masyarakat seorang agen
perubahan penting untuk menyediakan dukungan terus-
menerus untuk membangun dan mempertahankan kepercayaan
diri objek pengembangan, hak tersebut merupakan fondasi bagi
tujuan peningkatan kesadaraan dan pemerdayaan bagi
masyarakat sekitar bantaran Kali Ciliwung khususnya wilayah
Pondok Cina-Depok.
4. Mengorganisasi
Peran yang dimiliki Kancil pada aspek yang terakhir
ialah mengorganisasi. Melalui pengorganisasian sehari-hari
seperti sadar apa yang harus dilakukan, dan memastikan (jika
memungkinkan bersikap rendah hati) hal itu semua terjadi,
menjadi sifat dasar bagi seorang pekerja masyarakat.
Ketidakkakuan dan sifat fleksibel pada kerja masyarakat berarti
bahwa seorang pekerja harus secara efisien dan teratur dalam
68
berbagai keadaan, contohnya, mengatur waktu, menjaga
dokumen, sadar akan batas waktu dan menjaga janji. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan pengurus Kancil, sebagai
berikut:
“Biasanya kita membicarakan program jangka panjang dan
jangka pendek. Terus nentuin waktunya kapan aja…..”
(Wawancara dengan MW, 2018)
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan salah satu
masyarakat, sebagai berikut:
“…kalo di rapat RT kadang anak-anak Kancil suka bilang kalo
bakal ada acara ditanggal sekian-sekian, jadi sembari izin
sembari ngasih tau gitu sih…” (Wawancara dengan MJ, 2018)
Peran ini merupakan salah satu yang sangat penting
untuk dilakukan. Melalui pengorganisasian sehari-hari inilah
seorang bisa sering melakukan pemberdayaan efektif dan
peningkatan kesadaran kerja pada para anggota masyarakat; hal
itu dapat menjadi cara yang paling mudah untuk
mengkonfirmasi berbagai keterampilan dan nilai orang banyak
yang menjadi terbiasa untuk melihat diri mereka sendiri seperti
memiliki sedikit hal untuk ditawarkan.
Penawaran tersebut diberikan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki oleh masyarakat. Sebagai pekerja masyarakat
Kancil tidak bosan-bosan untuk mengajak agar tidak
membuang sampah di sungai, akan tetapi membuang sampah di
Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang telah disediakan.
Terlebih lagi masyarakat tidak langsung membuang limbah
Rumah Tangga (kotoran manusia) ke sungai, akan tetapi
69
ditampung sementara dan diendapkan terlebih dahulu di septic
tank komunal yang sudah dibuat oleh Kancil.
Jika dikaitkan dengan konsep peran yang disampaikan
oleh J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (dalam bukunya:
2011), bahwa peran seseorang ataupun komunitas dapat
membimbing seseorang dalam berperilaku, sehingga
memberikan efek dalam menghidupkan sistem pengendalian
dan kontrol, serta dapat melestarikan kehidupan masyarakat.
Berdasarkan konsep tersebut bahwasanya peran Kancil dalam
melakukan pengorganisasian ialah suatu bentuk bimbingan
kepada masyarakat bahwa masyarakat sebaiknya sadar akan
limbah yang langsung dibuang ke sungai itu tidak baik untuk
lingkungan. Hal yang dilakukan oleh Kancil adalah dengan
membuat jadwal kerja bakti untuk membersihkan sungai dan
wilayah sekitarnya serta mengarahkan masyarakat untuk
membuang sampah atau limbah pada tempat yang sudah
disediakan. Berdasarkan arahan dan bimbingan tersebut secara
eksplisit bahwa Kancil telah menghidupkan sistem
pengendalian dan control terhadap masyarakat agar masyarakat
dapat menjaga ekologi bantaran Kali Ciliwung khususnya
wilayah Pondok Cina-Depok.
Berdasarkan temuan lapangan yang telah dipaparkan di
atas bahwasanya Kancil memiliki peran yang sangat penting
dalam perubahan yang terjadi di wilayah Kali Ciliwung
khususnya Pondok Cina-Depok. Hal tersebut terlihat dari
semangat social yang dimiliki komunitas tersebut. Segala
bentuk perubahan pada dasarnya harus diawali dengan rasa
semangat, jika rasa semangat itu tidak ada maka tujuan untuk
70
melakukan perubahan akan sulit terjadi. Kancil sebagai agen
perubahan memiliki peran yang signifikan hal tersebut terlihat
dari cara kerja Kancil dalam menstimulasi masyarakat agar
melakukan perubahan serta menggerakan dan memotivasi
masyarakat melalui edukasi yang diberikan kepada masyarakat
agar lebih sadar bahwa memiliki lingkungan yang baik
merupakan suatu bentuk penghargaan manusia kepada alam.
Selain itu juga Kancil juga berperan sebagai mediator
dalam suatu konflik yang ada di masyarakat. Jika melihat
kepada pemaparan di atas bahwa konflik yang terlihat secara
signifikan ialah antara masyarakat dengan pihak GDA.
Pasalnya, masyarakat sekitaran bantaran Kali Ciliwung telah
berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga wilayah tersebut,
akan tetapi terdapat pihak-pihak yang secara sadar melakukan
pembangunan akan tetapi pembangunan tersebut akan
berdampak pada masyarakat sekitar bantaran Kali di masa yang
akan datang. Permasalahan tersebut ialah GDA membangun
gedung akan tetapi melampaui garis sepadan yang ditetapkan,
sehingga dampak yang akan terjadi apabila curah hujan tinggi
maka, pemukiman sekitar bantaran Kali Ciliwung akan
terendam banjir. Sehingga peran Kancil sangat dibutuhkan
untuk mencari titik tengah antara masyarakat dan pihak GDA
sehingga dilakukan negosiasi kepada pihak GDA agar dapat
membangun turab dikedua belah sisi Kali agar arus air tidak
mengarah kepada pemukiman warga.
Peran Kancil yang sangat terlihat serta memberikan
pengaruh kepada masyarakat ialah dukungan. Bentuk dukungan
yang diberikan Kancil kepada pihak lain ialah berpartisipasi
71
terhadap segala bentuk kegiatan masyarakat, seperti halnya
pengajian dan lain-lain. Selain itu, di wilayah bantaran Kali
Ciliwung memliki beberapa komunitas yang bergerak
diberbagai bidang, Kancil juga mendukung penuh kegiatan
positif yang diadakan oleh komunitas lain, seperti komunitas
mural. Kancil dengan senang hati mendukung gagasan tersebut
serta turut membantu dalam pengerjaannya. Selain dapat
mempercantik lingkungan mural tersebut dapat dijadikan
sebagai sanksi sosial ketika membuang sampah sembarangan,
sekaligus menimbulkan rasa tanggungjawab untuk menjaga
wilayahnya sendiri dari sampah ataupun limbah rumah tangga.
Akan tetapi terdapat satu aspek yang tidak ditemukan
pada peran yang dimiliki oleh Kancil, yaitu aspek pelatihan.
Pelatihan merupakan peran edukatif yang paling spesifik,
karena hal tersebut melibatkan bagaimana mengajarkan
penduduk untuk melakukan sesuatu. Pelatihan akan sangat
efektif bila hal itu memang diberikan untuk merespon
permintaan masyarakat sendiri yang telah mengindentifikasi
kebutuhan akan pelatihan itu.
Pada dasarnya pelatihan bisa jadi lebih spesifik jika
disesuaikan pada perkembangan ekonomi, unuk memberikan
masyarakat berbagai keterampilan yang dapat mereka gunakan
untuk memperoleh pekerjaan dan bekerja secara produktif
dalam sebuah lapangan kerja, atau berbagai keterampilan yang
dapat mereka gunakan untuk memulai sebuah proyek ekonomi
masyarakat lokal. Berdarkan hasil yang ditemukan oleh peneliti
menunjukan bahwa dari Kancil sampai saat ini belum
menemukan pelatihan yang tepat untuk masyarakat bantaran
72
sungai. Namun, pada saat ini Kancil masih berusaha mencari
pelatihan dengan apa yang bisa dilakukan masyarakat
kedepannya, karena Kancil bekerja sama dengan beberapa
pihak yang tidak menutup kemungkinan dapat membantu
pelatihan tersebut, sebab saat ini Kancil terfokus pada
masyarakat yang masih bandel dalam menjaga lingkungannya
sendiri.
Dari keseluruhan yang disampaikan di atas maka dapat
dikatakan Kancil memiliki peran yang signifikan dalam
menjaga ekologi bantaran Kali Ciliwung. Berdasarkan peran
yang dimiliki Kancil dan dikaitkan dengan konsep praktik
pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas yang
disampaikan oleh Rothman dan Tropman dan dikutip oleh
Isbandi Rukminto Adi (dalam bukunya yang berjudul
Pemberdayaan Pengembangan Masayarakat dan Intervensi
Komunitas bahwasanya terdapat konsep pemberdayaan
masyarakat berbasis komunitas:2001) yang dapat dikaitkan
dengan peranan yang dimiliki Kancil.
Dalam pemberdayaan masyarakat bahwasanya terdapat
model praktik pengorganisasian masyarakat dengan tujun
pemberdayaan masyarakat. Model praktik pengorganisasian
masyarakat bahwasanya memiliki tiga model dalam
pemberdayaan masyarakat, diantaranya ialah: pengembangan
masyarakat local, perencanaan sosial, aksi sosial.
Dari ketiga model yang disampaikan di atas terdapat 11
kategori dalam setiap model praktik pengorganisasian
masyarakat. Pada konteks penelitian ini bahwasanya peranan
Kancil dalam pemeliharaan ekologi bantaran Kali Ciliwung
73
khususnya wilayah Pondok Cina-Depok bahwasanya hal yang
dapat dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat berbasis
komunitas ialah model pengembangan masyarakat local. Akan
tetapi dari 11 katagori yang disampaikan di atas bahwasanya
yang ditemukan dilapangan hanya terdapat empat (4) yaitu:
tujuan tindakan terhadap masyarakat, karakteristik taktik dan
teknik perubahan, peran praktisi yang menonjol dan media
perubahan. Dengan demikian keempat kategori tersebut, dapat
dijadikan bahan untuk analisis di dalam penelitian ini,
diantaranya:
a. Tujuan Tindakan Terhadap Masyarakat
Dalam pemberdayaan berbasis komunitas untuk
kategori tujuan tindakan terhadap masyarakat lebih
memberikan penekanan pada process goal, dimana masyarakat
dicoba untuk diintegrasikan serta kembangkan kapasitasnya
untuk menolong diri sendiri. Yang dimaksud dengan process
goal ialah suatu tindakan yang dilakukan terfokus kepada
proses bukan hasil. Dengan demikian katagori ini memiliki
tujuan mencapai kemandirian. Kemandirian yang dimaksud
ialah suatu bentuk pengembangan kapasitas dan
pengintegrasian masyarakat, sehingga masyarakat dapat
menolong dirinya sendiri.
Pada konteks penelitian ini bahwasanya Kancil
melakukan praktik pemberdayaan masyarakat melalui model
pengembangan masyarakat local, terlihat pada kegiatan Kancil
yaitu mengumpulkan dan mengajak beberapa pemuda bantaran
sungai untuk memberikan himbauan dan pemahaman, untuk
berperan aktif dalam menjaga kebersihan sungai yang sudah
74
tidak lagi kotor oleh limbah. Agar adanya revitalisasi sungai
Ciliwung di Kelurahan Pondok Cina Depok. Selain itu,
kemandirian yang terlihat di masyarakat sekitar bantaran Kali
Ciliwung terlihat pada usaha mereka yang di stimulus oleh
Kancil bahwa masyarakat setempat secara mandiri membuat
septitank komunal dan tempat pembuangan sampah (TPS).
Sehingga, dapat dikatakan masyarakat setempat telah berdaya
secara pengetahuan dan dapat dikatakan stimulus yang
diberikan oleh Kancil termasuk katagori berhasil, sebab
terdapat perubahan yang terjadi di wilayah tersebut dan hingga
saat ini Kancil tetap melakukan stimulus kepada masyarakat
agar pentingnya menjaga ekologi sekitar bantaran Kali
khususnya wilayah Pondok Cina-Depok.
b. Karakteristik Taktik dan Teknik Perubahan
Dalam hal ini taktik dan Teknik perubahan dalam
pengembangan masyarakat local ialah sebuah pencapaian
konsensus. Biasanya hal ini dilakukan dengan komunikasi dan
proses diskusi antara individu, kelompok maupun faksi
(factions). Selain itu, pada katagori ini lebih menekankan
kepada pencapaian kesepakatan antara kelompok dan
kelompok kepentingan. Jika dikaitkan dengan konteks Kancil
bahwasanya kelompok kepentingan lebih dititik beratkan
kepada Kancil dan kelompok di titik beratkan kepada
masyarakat sehingga dibutuhkannya kesepakatan antara
masyarakat dan komunitas tersebut.
Dalam pembahasan di atas bahwasanya Kancil
melakukan peran dalam mengorganisasi, yaitu melakukan
pengkoordiniran terkait program yang akan dilakukan dengan
75
melibatkan masyarakat setempat, selain itu juga Kancil juga
berperan sebagai mediator atau perpanjangan tangan dari
masyarakat setempat. Sehingga berdasarkan pemaran tersebut
bahwasanya Kancil telah diakui oleh masyarakat setempat
sebagai bagian dari masyarakat setempat. Kancil diberikan
peranan sebagai perpanjangan tangan dari masyarakat bantaran
Kali Ciliwung. Ketika seseorang atau kelompok diberikan
peran sebagai perpanjangan tangan atas seseorang atau
kelompok maka hal tersebut telah melalui kesepakatan antara
kedua belah pihak atau consensus.
Pada segi pengembangan masyarakat kesepakatan atau
konsensus yang telah disetujui kedua belah pihak terkait
pemeliharaan ekologi ialah terkait kesepakatan untuk tidak
membuang sampah sembarangan. Jika, ada beberapa
masyarakat tertangkap tangan sedang membuang sampah ke
sungai, mereka secara langsung menegur dan mengingatkan
agar tidak mengulangi tindakan tersebut.
Berdasarkan pemaparan di atas dalam mengembangkan
masyarakat sepatutnya terdapat kesepakatan antara agen
perubahan dengan kelompok sasaran. Karna dalam
mengembangkan masyarakat dibutuhkan kerja sama antara
kedua belah pihak tersebut dengan tujuan dapat merubah
kondisi yang ada menjadi lebih baik. Pada konteks penelitian
ini, bahwasanya Kancil ingin merubah kebiasaan masyarakat
setempat untuk tidak buang sampah di Kali Ciliwung sehingga
yang dilakukan oleh Kancil ialah melakukan sebuah
penyadaran kepada masyarakat menggunakan taktik dan teknik
76
yang menghasilkan kesepakatan atau consensus menuju
perubahan yang lebih baik.
c. Peran Praktisi yang Menonjol
Pada pengembangan masyarakat lokal, peranan yang
dilakukan oleh community worker ataupun para praktisi lebih
banyak mengacu pada peran sebagai enabler. Yang dimaksud
dengan enabler ialah suatu hal yang dapat mencapai suatu
tujuan. Jika dikaitkan dengan peran Kancil telah menempatkan
dirinya sebagai enabler, hal tersebut terlihat dari tujuan yang
ingin dicapai oleh Kancil ialah merubah kebiasaan masyarakat
untuk tidak membuang sampah ke Kali.
Selain itu dalam pengembangan masyarakat dalam
konteks peran praktisi bahwasanya Kancil menjadi seorang
mediator, hal tersebut terlihat pada peran Kancil dalam
memecahkan masalah, hal tersebut terlihat dari peran Kancil
yang melakukan mediasi dan negosiasi kepada pihak GDA.
d. Media Perubahan
Media perubahan bagi pratisi ini adalah melalui
penciptaan (kreasi) dan manipulasi (dalam arti yang positif)
kelompok-kelompok kecil yang berorientasi pada tugas (small
task-oriented groups).
Selanjutnya media perubahan dari pemberdayaan
berbasis komunitas pada Kancil yaitu dengan beberapa
platform media social adalah Instagram, Facebook dan
Whatshap Messangger. Dari platform itulah mereka
menciptakan kreasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh komunitas Kancil.
77
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunitas Anak
Ciliwung (KANCIL) dalam Memelihara Ekologi di Wilayah
Sungai Ciliwung Pondok Cina
1. Faktor Pendukung
Berdirinya suatu komunitas dalam prakteknya
mempunyai faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
menjalankan kegiatannya. Ada beberapa faktor pendukung
Kancil dalam menjalankan aktivitasnya yaitu:
a. Keaktifan Anggota
Untuk menjalankan kepengurusan komunitas atau
organisasi dalam menjalankan kegiatannya Kancil mempunyai
anggota yang memiliki peran dalam mendukung. Karena suatu
komunitas tidak akan berjalan hanya dengan ketua dan pendiri.
Seperti yang dikatakan oleh saudara AA:
“Peduli sama lingkungan dan saling menjaga sih sebenernya
mah” (Wawancara dengan AA, 2018)
Dari penyataan diatas bisa dikatakan bahwa Kancil bisa
mengajak warga setempat untuk berkontribusi dan
menyadarkan warga setempat untuk melakukan hal yang sama
dengan Kancil. Adapun beberapa pernyataan dari anggota
Kancil dalam kenapa ikut Kancil dan berperan aktif
dikomunitas:
“Supaya menjaga kali ciliwung yang dulunya bersih jadi kotor
bahkan bisa mengakibatkan banjir” (Wawancara dengan ZM,
2018)
Maka dari itu aktifan anggota dapat dilihat dari alasan
kenapa mereka mau ikut dalam kegiatan Kancil. Karena secara
78
tidak langsung mereka ingin merubah gaya hidup masyarakat
dengan adanya Kancil tersebut.
b. Partisipasi Masyarakat
Dalam praktek pengembangan masyarakat hal yang sangat
penting dilakukan oleh Kancil adalah partisipasi masyarakat.
Karena dalam prakteknya masyarakat harus bisa menyelesaikan
masalahnya sendiri. Seperti yang dilakukan Kancil untuk
mengajak masyarakat dalam kegiaatannya, seperti yang
dikatakan oleh MJ:
”Kerja bakti, bersih-bersih sungai palingan mah”
(Wawancara dengan MJ, 2018)
Itu adalah kegiatan yang diajak oleh Kancil dalam
melakukan partisipasi masyarakat.
“Suka ko…..” (Wawancara dengan AD, 2018)
Dalam pernyataan dari AD diatas bahwa Kancil mengajak
masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan Kancil. Karena
agar masyarakat ikut berkontribusi menjaga lingkungannya
sendiri tidak hanya Kancil yang melakukan kegiatan menjaga
lingkungan.
c. Solidaritas
Solidaritas menjadi faktor pendukung yang paling sedikit
rumit yang dilakukan dalam pengembangan masyarakat. karena
menyangkut privasi dari masyarakat itu sendiri, akan tetapi
Kancil bisa menjadikan solidaritas sebagai faktor pendukung
Kancil.
79
Kancil menimbulkan rasa solidaritas dengan berbagai
kegiatan yang membuat masyarakat berpartisipasi. Berikut
adalah penyataan dari AS:
”…… karena anak-anak itu ya asli sini semua”
(Wawancara dengan AS, 2018)
Penyataan itu membuktikan bahwa solidaritas bisa dilihat
dari suku atau ras bahkan daerah asal mereka. Dari solidaritas
itulah masyarakat berperan aktif atau berpartisipasi dari
kegiatan yang dilakukan oleh Kancil yaitu untuk menjaga
lingkungan Kali Ciliwung.
d. Dukungan Aparatur RT/RW dan Kelurahan
Untuk menjadi komunitas yang disahkan oleh
pemerintahan mereka sudah melakukan izin dengan aparatur
tingkat RT/RW. Karena awal mereka berdiri yaitu dengan
meminta izin RT/RW untuk melakukan kegiatan yang ada
dimasyarakat. Kancil melakukan kerja sama dengan aparatur
setempat untuk membuat TPS dan sepitank komunal.
2. Faktor Penghambatnya
Dalam menjalankan peran Kancil dalam memelihara
ekologi sungai Ciliwung, tentunya mempunyai beberapa Faktor
penghambat dari Kancil dalam melakukan perannya sebagai
pekerja masyarakat untuk memelihara ekologi sungai Ciliwung,
adapun faktor penghambatnya adalah:
a. Aparatur Pemerintahan Kota
Melihat pernyataan dari hasil wawancara dengan ketua
umum SL yaitu:
80
“… dan saya sendiri sudah ke dinas kebersihan kota DEPOK
untuk meminta membuatkan TPS, tapi dari KADISnya bilang
kalo tidak ada pembuatan TPS baru” (Wawancara dengan SL,
2018)
Dari pernyataan diatas terlihat bahwa kurangnya perhatian
pemerintah terutama dinas kebersihan kota Depok dalam
menanggulangi permasalahan sampah di wilayah bantaran
sungai Ciliwung terutama di Pondok Cina. Hal ini menjadi
pertanyaan baru, mengapa dinas kebersihan tidak mengadakan
pembuatan tps padahal menurut peneliti permasalahan sampah
dibantaran sungai sudah melebihi ambang batas.
b. Pendanaan
Selayaknya lembaga masyarakat pada umumnya, tentu
Kancil membutuhkan sokongan dana dari pihak luar untuk
menjalankan setiap program kegiatannya. Seperti yang
dikatakan oleh saudara SL yaitu:
”Dana sih ketika anggota mau bikin acara. Dan kita lihat
siapa yang bersangkutan ketika mau membuat kegiatan”
(Wawancara dengan SL, 2018)
Dilihat dari pernyataan tersebut bahwa ketika melakukan
sebuah kegiatan, Kancil melihat lembaga apa yang sekiranya
memumpuni untuk mendanai kegiatan tersebut. Namun,
selama ini Kancil hanya mendapatkan dana untuk menjalakan
programnya dari sumbangan warga sekitar. Sementara ini
Kancil belum melakukan kerjasama jangka panjang dengan
pihak manapun termasuk pemerintah dan lembaga lain yang
mendukung program mereka.
81
c. Masyarakat Sekitar Lingkungan Kali Ciliwung
Faktor penghambat yang ketiga adalah masyarakat di di
lingkungan sekitar Kali Ciliwung. Pada faktor penghambat ini
adanya pembangunan gedung oleh Kampus Swasta GDA yang
berada di Bibir Kali Ciliwung. Seharusnya golongan akademisi
ini ikut serta membangun atau menjadikan Kali Ciliwung
sesuai dengan Kali pada umumnya. Karena Kali Ciliwung
menjadi sumber kehidupan bagi banyak makhluk hidup disana.
Jika dari Kancil saja yang menjaga Kali Ciliwung maka
Kali Ciliwung kehilangan fungsi sebagai Kali. Maka dari itu
semua pihak dari akademisi, pemerintahan maupun masyarakat
harus bahu membahu menjadikan Kali Ciliwung sebagai
sumber kehidupan bagi makhluk yang berada disekitarannya.
Untuk mempermudah pengolahan data penulis dalam
merangkum faktor pendukung dan faktor penghambat kancil
dalam memelihara ekologi sungai Ciliwung. Berikut ini adalah
tabel matrik dari faktor penghambat dan faktor pendukung
yang dilakukan oleh Kancil dalam memelihara Kali Ciliwung
Pondok Cina Kota Depok.
82
Tabel 3
Matriks Faktor Penghambat dan Pendukung
Sumber: Olahan penulis
No Variabel Pendukung Penghambat
1 Keaktifan anggota
2 Partisipasi masyarakat
3 Solidaritas
4 Masyarakat sekitar
Kali Ciliwung
5 Dukungan Aparatur
RT/RW dan Kelurahan
6 Aparatur pemerintahan
Kota
7 Pendanaan
83
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Peran Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL)
dalam Memelihara Ekologi di Wilayah Sungai Ciliwung
Pondok Cina
Sesuai pandangan menurut Jim Ife tentang Perans,
bahwa peran diklasifikasikan menjadi beberapa peran
memfasilitasi sebagai penunjang dalam pengembangan
masyarakat, diantaranya yaitu: Semangat Sosial, Mediasi dan
Negosiasi, Dukungan, Mengorganisasi dan Pelatihan (Lihat
Bab II, h. 20-22). Peran Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL)
dalam memelihara ekologi sungai Ciliwung jika melihat
pengklarifikasian Jim Ife tercakup dalam empat bentuk peran,
yaitu semangat sosial, mediasi dan negosiasi, dukungan dan
mengorganisasi. Hal tersebut bias dilihat dari pelaksanaan
peran yang dilakukan oleh Komunitas Anak Ciliwung dalam
memelihara ekologi sungai Ciliwung dari awal mereka
berdirinya.
1. Semangat Sosial
Peran semangat sosial yang dilakukan oleh
KANCIL adalah bukan menjadi komunitas yang
mampu melakukan segala hal secara sendiri akan tetapi
mampu membuat orang lain ikut serta dalam kegiatan
tersebut. langkah yang paling pertama yang dilakukan
oleh KANCIl yang ditunjukan kepada masyarakat
sekitaran Ciliwung, umumnya wilayah bibir sungai
84
Ciliwung kecamatan Pondok Cina dan khususnya Rt
04/Rw 01.
Dengan semangat sosial KANCIL hal yang
pertama dilakukan oleh KANCIL adalah menginfokan
kepada masyarakat agar tidak membuang sampah
langsung ke sungai, dikarenakan sungai Ciliwung
sudah tidak asri lagi seperti dulu (Lihat Bab IV h. 50-
51). Informasi untuk tidak membuang sampah
langsung kesungai yang dilakukan oleh kancil adalah
dengan cara door to door. Dan itu adalah salah satu
bagian dari bagaimana kancil menimbulkan semangat
sosial lewat menggerakan masyarakat.
Sebagai warga asli RT 04 yang dimana mereka
juga tinggal disana tidak mau yang namanya
lingkungan tidak sehat apalagi jika Ciliwung terus
menerus mengalami perubahan dari segi keasrian dan
keindahan, yang dimana kancil merasakan perubahan
yang sangat signifikan dari yang awalnya sungai
Ciliwung menjadi sumber kehidupan menjadi saluran
limbah.
Selain itu Kancil juga menginisiasi kepada
masyarakat sungai Ciliwung khususnya RT 04 untuk
melakukan kerja bakti yang dimana kancil menginisiasi
perkumpulan warga serta membahas untuk melakukan
kerja bakti dan tidak bosan kancil mengajak para warga
untuk tidak membuang sampah langsung ke sungai
Ciliwung (Lihat Bab IV h.52-53).
85
2. Mediasi dan Negosiasi
Peran Mediasi yang dilakukan oleh KANCIL
ketika kancil menemukan masalah samapah yang
dimana masyarakat ketika membuang sampah rumah
tangga biasanya langsung kesungai dan itu adalah cara
merusak sungai dengan cepat dan terus menerus hingga
menimbulkan banjir dan sungai beralingfungsi menjadi
tempat sampah. Tidak adanya Tempat Pembuangan
Sampah (TPS) diwilayah khususnya RT 04 dan
umumnya di RW 01 menjadi keresahan kancil untuk
memelihara sungai Ciliwung.
Kegiatan yang dilakukan oleh kancil sebagai
mediator adalah melakukan mediasi dengan pihak
Dinas Kebersihan Kota Depok terkait sampah yang
dimana sampah menjadi musuh utama atas bersihnya
sungai Ciliwung. Hasil dari mediasi dengan Dinas
Kebersihan adalah tidak adanya pembuatan TPS baru
(Lihat BAB IV h.53-54) akan tetapi dari hasil tersebut
kancil tidak putus asa untuk membuat TPS, Kancil
mengusulkan kepada masyarakat untuk membuat
Tempat Pembuangan Sampah(TPS) secara bersama
agar sampah tidak langsung dibuang ke sungai yang
bias mengakibatkan banjir dan kerusakan sungai
Ciliwung.
Setalah melakukan mediasi terkait sampah
yang menjadi permasalahan diwilayahnya Kancil
melakukan peran negosiasi, peran negosiasi Kancil
dalam Memelihara Ekologi Sungai Ciliwung yaitu
86
terkait pembangunan gedung tinggi. Yang dimana
persis dari seberang wilayah Pos Pantau Kancil telah
dibangun gedung tinggi di pinggir sungai Ciliwung.
Gedung tinggi tersebut adalah gedung yang dibangun
oleh Kampus Swasta yaitu Gunadarma yang
seharusnya tidak dibangun dibibir sungai.
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan
oleh ketua umum Kancil (BAB IV h. 53-54)
bahwasanya pihak Gunadarma telah memiliki izin
pembangunan akan tetapi efek dari pembangunan
tersebut untuk jangka panjang sangat mengkhawatirkan
bagi masyarakat sekitar bantaran Kali. Pasalnya, posisi
Gedung Gunadarma terletak ditikungan alur Kali
Ciliwung, dan pihak Gunadarma membangun gedung
berjarak kurang dari lima (5) meter dari bantaran Kali.
Pihak Gunadarma membangun turab hanya disisi
pembangunan, hal tersebut akan berdampak kepada
masyarakat apabila curah hujan tinggi sehingga
dikhawatirkan jalur air akan berubah menuju
pemukiman warga. Berdasarkan keresahan tersebut
KANCIL mengajak pihak Gunadarma untuk
bernegosiasi agar pembangunan turab sebaiknya
dibangun dikedua belah sisi Kali, dengan tujuan agar
tidak ada ketimpangan pada jalur air selain itu tujuan
lainnya ialah aga tidak ada pihak yang dirugikan.
87
3. Dukungan
Dalam menjalankan perannya sebagai pihak
yang memberikan dukungan atas apa yang dilakukan
oleh masyarakat sekaligus untuk memberdayakan
masyarakat Kancil pernah melakukan memberikan
dukungan pada saat masyarakat ingin mempercantik
bantaran sungai dengan mural. Disini Kancil
memberikan dukungan kepada komunitas mural yang
berada dibantaran sungai, dalam bentuk membantu
proses pengerjaan, karena pembuatan ini merupakan
murni ide dan gagasan dari komunitas tersebut.
Kancil sudah berhasil melakukannya sesuai
dengan temuan yang peneliti dapatkan pada saat
observasi. Disini masyarakat atau komunitas lain
memiliki ide atau gagasan untuk mempercantik
wilayah bantaran sungai dengan membuat mural pada
tembok rumah warga, dan Kancil dengan senang hati
mendukung gagasan tersebut serta turun membantu
dalam pengerjaannya. Selain dapat mempercantik
lingkungan mural tersebut dapat dijadikan sebagai
sanksi sosial ketika membuang sampah sembarangan,
sekaligus menimbulkan rasa tanggungjawab untuk
menjaga wilayahnya sendiri dari sampah.
4. Mengorganisasi
Peran terakhir yang dilakukan oleh KANCIL
dalam memelihara ekologi sungai Ciliwung adalah
peran mengorganisasi. Sesuai dengan peran yang
88
dikemukakan oleh Jim Ife (BAB II h. 20-22), Kancil
mengorganisasi dengan mengestimasikan waktu
kegiatan yang dilakukan oleh kancil agar sesuai dengan
tujuan yang diinginkan oleh kancil. Hal tersebut
menjadi penting agar kancil tidak keluar dari jalur yang
sudah ditentukan. Terlebih lagi jika kancil berjalan
ataupun berkegiatan sesuai apa yang ada dalam tujuan
kancil.
Selain itu sebagai pekerja masyarakat, kancil
juga tidak hanya mementingan komunitasnya saja akan
tetapi harus bersinergi dengan masyarakat. Supaya
tujuan kancil dengan kegiatan masyarakat tidak
menjadi permasalahan baru yang nantinya akan timbul
secara tidak langsung. Terlebih kancil menjadi penjaga
sungai Ciliwung harus berkomunikasi kepada setiap
pos penjaga yang ada disepanjang sungai Ciliwung dari
hulu sampai hilir.
Dengan demikian kegiatan kancil dan
masyarakat tidak terjadi benturan kegiatan dengan atau
dari pihak manapun.
89
B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Komunitas
Anak Ciliwung (KANCIL) dalam Memelihara Ekologi di
Wilayah Sungai Ciliwung Pondok Cina
1. Faktor Pendukung
Dalam menjalakan kegiatan pemeliharaan sungai
Ciliwung yang dilakukan oleh Komunuitas Anak Ciliwung
(KANCIL) adalah sebagai berikut:
a. Keaktifan Anggota
Keaktifan anggota menjadi faktor pendukung
dikarena setiap organisasi ataupun komunitas tidak
dapat berdiri sendiri, anggota menjadi bagian penting
untuk melakukan kegiatan ataupun tujuan dari
komunitas tersebut. Terlebih lagi Komunitas Anak
Ciliwung (KANCIL) tidak adanya pendapatan tetap
bagi anggotanya akan tetapi anggota Kancil peduli
dengan sungai Ciliwung yang sudah tidak asri lagi.
Dari keaktifan anggota Kancil bias mengajak
masayarakat atau warga sekitar ciliwung untuk
berkontribusi dan menyadarkan warga setempat untuk
melakukan hal yang sama dengan Kancil. Hasil dari
keaktifan anggota tersebut terdapat beberapa perubahan
yang dilakukan oleh Kancil dan warga setempat
menjadikan sungai Ciliwung sesuai fungsi sungai.
b. Partisipasi Masyarakat
Dalam praktek sebagai pekerja masyarakat,
Kancil sudah mengajak dan menyadarkan masyarakat
90
akan pentingnya memelihara sungai Ciliwung. Dari
keaktifan anggota diatas, masyarakat juga ikut serta
dalam memelihara ekologi sungai Ciliwung agar tidak
hanya Kancil saja yang memelihara Sungai Ciliwung.
Terlebih lagi masyarakat harus bisa
menyelesaikan masalahnya sendiri, supaya masyarakat
tidak bergantung kepada kancil dalam hal memelihara
ekologi sungai. Apalagi ketika kancil mengajak
masyarakat untuk ikut serta dalam bersih-bersih
lingkungan maupun bersih-bersih sungai.
c. Solidaritas
Faktor pendukung selanjutnya adalah
solidaritas, solidaritas menjadi hal yang lumayan rumit
dalam melakukan pekerja sosial terlebih lagi dalam
pemeliharaan sungai Ciliwung. Karena solidaritas
adalah privasi dari masyarakat itu sendiri, maka kancil
bisa menjadikan solidaritas menjadi faktor pendukung.
Kunci yang dipunya oleh kancil yang menjadikan
solidaritas sebagai faktor pendukung adalah karena
anggota kancil adalah masyarakat Rt 04.
Latar belakang anggota kancil adalah
masyarakat sekitar Ciliwung, terlebih bahwa solidaritas
bias dilihat dari ras, suku atau dari daerah mana mereka
berasal. Dari soliritas itulah masayarakat berperan aktif
atau berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan oleh
Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL).
91
d. Aparatur RT/RW dan Kelurahan
Faktor pendukung yang terakhir adalah
dukungan RT/RW dan kelurahan, mereka menjadi
faktor pendukung yang pertama adalah memberika izin
kancil beridiri diwilayahnya yang menjadikan kancil
diakui sebagai komunitas diwilayah Pondok Cina.
Selanjutnya mereka juga memberikan dukungan berupa
pembangunan trak jogging diwilayah RT 04 supaya
tidak terlihat kumuh.
Selain itu aparatur RT dan RW pun ikut
membantu dalam pembuatan Tempat Pembuangan
Sampah (TPS) yang diinisiasi oleh Kancil. Dan itu
adalah faktor pendukung yang dilakukan oleh RT/RW
dan Kelurahan setempat dalam memelihara ekologi
sungai Ciliwung.
Kempat faktor pendukung yaitu keaktifan anggota,
partisipasi masyarakat, solidaritas dan aparatur RT/RW
dan keluaran, Kancil dapat menjalankan peran mereka
dalam memelihara ekologi sungai Ciliwung dengan.
2. Faktor Penghambat
Faktor penghambat dari peran Kancil dalam
memelihara ekologi sungai Ciliwung yaitu:
a. Aparatur Kota
Faktor penghambat dalam memelihara ekologi
sungai Ciliwung oleh Kancil dalah Aparatur kota yang
dimana mereka tidak mendukung apa yang dilakukan
92
oleh Kancil dalam memelihara ekologi sungai
Ciliwung. Yang pertama adalah Pembuatan Tempat
Pembuangan Sampah (TPS), pembuatan TPS tidak
dilakukan oleh aparatur kota karena sudah tidak adanya
lagi anggaran, padahal itu menjadi hal penting dalam
memelihara ekologi sungai agar masyarakat tidak
membuang sampah langsung ke sungai yang bisa
menjadikan sungai sebagai tempat sampah.
Selanjutnya adalah aparatur kota ikut serta
dalam merusak bibir sungai dengan memberikan izin
kepada kampus Gunadarma dalam melakukan
pembangunan dibibir sungai yang bisa mengakibakan
sungai mengecil serta memberikan contoh yang tidak
baik kepada masyarakat.
b. Pendanaan
Selayaknya lembaga, organisasi atau
komunitas masyarakat pada umumnya, pendanaan
menjadi momok yang sangat menakutkan dalam
menjalankan kegiatan. Apalagi dalam menjalakan
kegiatannya Kancil tidak memiliki pendanaan yang
tetap akan tetapi memakai sistem kolektif atau
swasembada anggotanya.
Selama ini Kancil hanya menjalankan
programnya lewat dana yang terkumpul dari
anggotanya serta masyarakat sekitar yang bersedia
membantunya. Sementara ini Kancil juga masih belum
melakukan kerja sama jangka panjang dengan pihak
93
manapun termasuk pemerintah ataupun lembaga lain
dalam menjalankan program mereka.
c. Masyarakat sekita Sungai Ciliwung
Faktor penghambat kegiatan Kancil selanjutnya
adalah masyarakat sekitar sungai Ciliwung dari hulu
sampai hilir. Pada faktor penghambat ini seharus
masyarakat ikut berkontribusi dalam memelihara
ekologi sungai Ciliwung yang dilakukan oleh Kancil
bukan sebagai faktor penghambat yang dimana
golongan Akademisi yang seharusnya ikut membatu
peran mereka dalam memelihara ekologi sungai bukan
sebagai penghambat dengan melakukan pembangunan
gedung tinggi dibibir sungai Ciliwung.
Jika hanya dengan Kancil saja yang
memelihara ekologi sungai, mau sampai kapan mereka
melakukan peran ini jika masyarakat lain tidak ikut
serta dalam memelihara ekologi sungai ciliwung. Maka
dari itu semua pihak harus ikut serta dalam memelihara
ekologi sungai Ciliwung termasuk Akademisi, para
birokrat serta masyarakat untuk bahu membahu
menjaga serta memelihara ekologi sungai Ciliwung.
Ketiga Faktor penghambat pran Kancil dalam
memelihara ekologi sungai Ciliwung yaitu, Aparatur
kota, pendanaan dan masyarakat sekitar sungai
Ciliwuung dari hulu sampai hilir.
94
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peran “Kancil” atau Komunitas Anak Ciliwung dalam
memelira ekologi sungai Ciliwung sudah memenuhi kriteria
sebagai pekerja masyarakat yang berperan dalam perubahan
yang terjadi diwilayahnya. Contoh ketika mereka melakukan
semangat sosial yang diberikan oleh Kancil terhadap
masyarakat berupa ajakan dan memberikan contoh secara
langsung kepada masyarakat. Selanjutnya peran mereka
sebagai mediator dan negosiator atas konflik yang terjadi di
masyarakat bisa diselesaikan secara bertahap. Contohnya,
tempat pembuangan sampah (tps) dan pembangunan gedung
yang dilakukan oleh kampus swasta di bantaran sungai.
Selain itu, mereka melaksanakan perannya sebagai
pekerja masyarakat dalam bentuk dukungan yang dilakukan
kepada masyarakat untuk kepentingan bersama. Selain itu juga
peran mereka sebagai pengorganisir juga telah dilakukan agar
masyarakat bisa menjaga lingkungan mereka sendiri dan
tersusun rapi. Peran mereka tidak berhenti sampai disitu, akan
tetapi ada pekerjaan rumah yang harus dilakukan sebagai
pekerja masyarakat dalam bentuk pelatihan, karena mereka
belum menemukan pelatihan yang tepat untuk diberikan kepada
masyarakat. Jika melihat peran mereka, peneliti mengapresiasi
yang telah dilakukan oleh Kancil sebagai komunitas yang
menjalankan perannya sebagai pekerja masyarakat, akan tetapi
ada peran yang belum mereka lakukan dalam bentuk pelatihan
karena, mereka belum menemukan formulasi yang tepat untuk
95
pelatihan kepada masyarakat. Hal tersebut disebabkan juga
karena Kancil ini bisa dibilang baru berada dalam wilayah itu.
Terlebih lagi dalam Kancil belum ada orang yang
benar-benar memahami konsep pemberdayaan masyarakat dan
mereka pun masih tahap belajar dari lembaga yang terlebih
dahulu ada sebelum mereka seperti LPM Ratu Jaya, Sekertariat
Bersama, dan Forum Komunitas Hijau Kota Depok.
Adapun faktor pendukung yang ada pada saat mereka
melakukan peran di dalam masyarakat adalah partisipasi
masyarakat, keaktifan anggota, solidaritas dan aparatur RT/RW
dan kelurahan Pondok Cina. Adanya faktor pendukung itulah
untuk menjaga dan memelihara lingkungan terutama sungai
Ciliwung agar tidak terjadi masalah lingkungan seperti, banjir
yang disebabkan oleh penumpukan sampah di sungai. Hal ini
terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk
membuang limbah rumah tangga pada tempatnya. Perlahan
kesadaran masyarakat mulai timbul untuk membuang sampah
pada tempat pembuangan sampah yang telah disediakan dan
sadar akan pentingnya menjaga lingkungan agar anak cucu
mereka tidak merasakan hal yang terjadi pada saat ini.
Sedangkan, faktor penghambat yang terjadi pada
Kancil dalam menjalankan peran sebagai komunitas yang
bergerak dibidang lingkuhngan hidup adalah kurang
diperhatikannya wilayah mereka oleh pemerintah Kota Depok
dalam bentuk pembuatan tempat pembuangan sampah (tps).
Padahal yang menjadi masalah terbesar mereka adalah sampah
yang semakin menumpuk di wilayah sekitar sungai Ciliwung.
Ditambah tidak ada donatur tetap atau lembaga yang bersedia
96
memberikan dana untuk setiap kegiatan dan program yang
dijalankan oleh Kancil. Selama ini Kancil hanya mengandalkan
dana yang terkumpul dari swadaya masyarakat sekitar untuk
menjalankan program mereka. Yang terakhir adalah
masyarakat sekitar Sungai Ciliwung, yang sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa lingkungan sekitar selain Kancil belum
memperhatikan sungai Ciliwung secara prioritas. Selama ini
untuk wilayah Pondok Cina hanya Kancil dan masyarakat
sekitar lah yang menjaganya, tidak seperti yang dilakukan oleh
kampus GDA.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian tentang peran Kancil dalam
memelihara ekologi sungai Ciliwung adalah pentingnya
kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitar sungai Ciliwung.
Dampak yang dapat dirasakan adalah mulai timbulnya
pemahaman masyarakat tentang keuntungan yang di dapat dari
menjaga lingkungan di sekitar bantaran sungai Ciliwung yang
di dapatkan dari pemahaman dan tindakan yang dilakukan oleh
Kancil.
Masyarakat di sekitar bantaran sungai Ciliwung
Pondok Cina mulai memiliki inisiatif dan juga kesadaran untuk
melakukan kerja bakti setiap 1 bulan sekali dan juga mereka
mulai meninggalkan kebiasaan lamanya membuang limbah
rumah tangga langsung ke sungai Ciliwung dan beralih ke
tempat pembuangan yang telah disediakan oleh Kancil.
C. Saran
1. Akademis
Dalam penulisan skripsi ini, penulis merasa sedikit
kesulitan dalam mencari referensi tentang peran pekerja
97
masyarakat dibidang lingkungan. Penulis berharap Program
Studi Pengembangan Masyarakat Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dapat memberikan pengetahuan yang
lebih mengenai peran dan pentingnya sebagai
pengembangan masyarakat. Karena tidak sedikit yang
masih merasa buta akan pengembangan masyarakat itu
sendiri. Dan untuk bekerja secara profesional sebagai
pekerja masyarakat diperlukan pemahaman tentang
bagaimana penerapan peran pekerja masyarakat tersebut
pada setiap setting lembaga yang akan ditempati oleh para
calon pekerja masyarakat kelak.
2. Praktis
Sebagai lembaga non pemerintahan yang bergerak di
bidang lingkungan hidup, diharapkan Kancil bisa
secepatnya memberikan program pelatihan kepada
masyarakat dan juga dapat memperluas jaringan kerjasama
kepada pihak-pihak yang bersangkutan untuk mendapatkan
pendanaan. Karena selama ini, Kancil belum dapat
memberikan pelatihan apapun kepada masyarakat serta
belum mendapatkan donatur tetap untuk membiayai
keberlangsungan lembaga.
3. Saran untuk penelitian selanjutnya
Penelitian ini berhasil menemukan bahwa peran pekerja
masyarakat masih belum terlaksana dengan baik pada pekerja masrakat
di Kancil yang merupakan lembaga swadaya masyarakat, sehingga
peneliti meras pentingnya peneliti selanjutnya untuk melakukan
penelitian tentang peran pekerja masyarakat di lembaga-lembaga yang
sudah berdiri lebih lama dari Kancil agar dapat digunakan sebagai
pembanding dan pelengkap skripsi-skripsi yang sudah ada.
98
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Adi, Isbandi rukminto. (2001). Pemberdayaan Pengembangan
Masayarakat dan Intervensi Komunitas. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi: Universitas Indonesia.
Aritongang, Esrom, dkk, (2011). Pendampingan Komunitas Pedesaan.
Jakarta: Sekretariat Bina Desa.
Bachtiar, Wardi. (1997). Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Berry, David. (1995). Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi,
Ekonomi. Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Linnya.
Jakarta: Kencana.
Fahrudin, Adi. (2011). Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan
Kapasitas Masyarakat. Bandung : Humaniora.
Gerungan, W.A. (1998). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Eresso.
Hadi, Sutrisno. (1989). Metodology Reseach. Yogyakarta: Andi
Offiset.
Hermawan, Kertajaya. (2008). Arti Komunitas. Bandung:
Gramedia Pustaka.
Huraerah, Abu. (2011). Pengorganisasian dan Pengembangan
Masyarakat. Bandung: Humaniora.
Ife, Jim dan Tesoriero, Frank. (2004). Community Development:
Alternatif penegmangan Masyarakat di Era Globalisasi.
Yogjakarta: Pustaka Belajar.
99
Mardikanto, Totok dan Soebianto, Poerwoko. (2013).
Pemberdayaan Masyarakat (Dalam Prespektif Kebijakan
Publik). Alfabeta: Bandung.
Moleong, Lexy J. (1991) Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Muchtar, Eriza dan Novarino, Wilson. (2017). Ekologi Manusia.
Padang: Jurnal Universitas Andalas.
Mulyana, Dedy. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif
Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial
Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Myres, David G. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Narwoko, J. Dwi dan Suyanto, Bagong. (2011). Sosiologi Teks
Pengantar dan Terapan. Jakarta : Kencana.
Nasir D, Moh,. (1993). Metode Penelitian. Jakarta: Ghaila
Indonesia.
Nasuhi, Hamid dkk. (2017). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Skripsi, Tesisi dan Disertasi. Jakarta: Center for Quality
Developmet And Assurance, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Sarwono, Sarlito Wirawan. (1984). Teori-teori Psikologi Sosial.
Jakarta: CV. Rajawali.
Soekanto, Soerjono. (2002). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja
Grafindo persada.
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
100
Suharto, Edi. (2007). Membangun Masyarakat Memberdayakan
Rakyat. Bandung: Refika Aditama.
Suprayogo, Imam dan Tobroni. (2004). Metode Penelitian Sosial
Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Taybnafis, Farida Yusuf. (2013). Evaluasi Program. Jakarta: Rineka
Cipta.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2005) Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. (2008).
Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Yulistiani, Indriati. (2001) Ragam Penelitian Kualitatif,
Penelitian Lapangan. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik: UI.
Manik, Karden Eddy Sontang. (2009), Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Jakarta: Djambatan.
Kumpulan Jurnal dan Skripsi
Dini, Silvia, Evaluasi Kualitas Air Sungai Ciliwung Di Provinsi
Daerah Khusus IbuKota Jakarta Tahun 2000-2010, 2011,
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
Manurung, Dormiana Yustina. Pemberdayaan Masyarakat Miskin di
Bantaran Kali Ciliwung, Jurnal: Ilmu Kesejahteraan Sosial,
2014.
Salmah, Sjarifah. Modal social: Kekuatan dan Pertahanan di Bantaran
Sungai, Jurnal: Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2012.
Suwito Liany Dianita, Peran Manusia dan Etika Lingkungan dalam
Ekologi dan Ekosistem, Yogyakarta: 2015.
101
Sumber Internet
Haryanto, Ibnu. (2017). Kali Ciliwung Meluap, Pejaten Timur dan
Cawang Banjir hingga 60 Cm. Detik News.[Berita Online:
https://news.detik.com/berita/d-3474438/kali-ciliwung-meluap-
pejaten-timur-dan-cawang-banjir-hingga-60-cm]
Hasits, Muhammad. (2013). Sejarah Ciliwung, sumber air minum yang
kini jadi
tempatsampah.Merdeka.com.[BeritaOnline:https://www.merde
ka.com/peristiwa/sejarah-ciliwung-sumber-air-minum-yang-
kini-jadi-tempat-sampah.html]
Londo, Paulus. (2012). Pergulatan Jakarta Mengatasi Ancaman Banjir
Dari Chandrabhaga Hingga Banjir Kanal Timur. Kompasiana.
[Berita Online:
https://www.kompasiana.com/pauluslondo/55105d38a333111d
37ba8174/pergulatan-jakarta-mengatasi-ancaman-banjir-dari-
chandrabhaga-hingga-banjir-kanal-timur]
Michico. (2017). BNPB: 654 Bencana di Awal Tahun 2017, Potensi
Banjir Meningkat. Detik News [berita online:
https://news.detik.com/berita/d-3433672/bnpb-654-bencana-di-
awal-tahun-2017-potensi-banjir-meningkat].
Sudarsono, Ahmad. (2016). Ini Penyebab Sungai Ciliwung Mudah
Meluap.
Liputan6.com.[BeritaOnline:https://www.liputan6.com/news/re
ad/2453565/ini-penyebab-sungai-ciliwung-mudah-meluap]
Wibowo, Prakoso Ponco. (2015). Pangdam Jaya Susuri Ciliwung
Sepanjang 30
Km.PoskotaNews.[BeritaOnline:https://poskotanews.com/2015/
01/20/pangdam-jaya-susuri-ciliwung-sepanjang-30-km/]
102
Sumber Wawancara
Hasil wawancara pribadi dengan SS, (Depok, 6 Oktober 2018)
Hasil wawancara pribadi dengan MJ (Depok, 3 Oktober 2018)
Hasil wawancara pribadi dengan AD (Depok, 3 Oktober 2018)
Hasil wawancara pribadi dengan SL (Depok, 7 Oktober 2018)
Hasil wawancara pribadi dengan ST (Depok, 6 Oktober 2018)
Hasil wawancara pribadi dengan RD (Depok, 4 Oktober 2018)
Hasil wawancara pribadi dengan HJ (Depok, 6 Oktober 2018)
Hasil wawancara pribadi dengan MH (Depok, 6 Oktober 2018)
Hasil wawancara pribadi dengan AM (Depok, 15 Oktober 2018)
Hasil wawancara pribadi dengan WM (Depok, 3 Oktober 2018)
Hasil wawancara pribadi dengan AA (Depok, 5 Oktober 2018)
Hasil wawancara pribadi dengan ZM (Depok, 5 Oktober 2018)
Hasil wawancara pribadi dengan AS (Depok, 7 Oktober 2018)
HASIL OBSERVASI
KOMUNITAS ANAK CILIWUNG (KANCIL)
PONDOK CINA, DEPOK
Hari/tanggal :Sabtu 14 September 2018
Tempat :Bantaran sungai Ciliwung, Pondok Cina
Hari ini adalah hari dimana peneliti melakukan observasi di
Pondok Cina, tiba disana sekitar pukul 09.15 wib dan bertemu dengan
susanto dan sule selaku pendiri dan ketua Komunitas Anak Ciliwung
(KANCIL). Diajaklah peneliti untuk singgah di basecamp (tempat
mereka berkumpul) sementara karena basecamp atau saung pos pantau
mereka hancur terbawa oleh air yang meluap dari sungai Ciliwung.
Selanjutnya peneliti langsung mengamati kejadian yang ada disana
seperti melakukan kegiatan mural disekitar Jl M Tahir Pondok Cina,
yang dimana kondisi masyarakat disana sedang menghiasi tembok
rumahnya dengan berbagai bentuk gambar, seperti gambar tokoh
betawi yaitu si pitung, pinggiran sungai ciliwung dan semua yang
berbau dengan tulisan penyadaran akan pentingnya menjaga
lingkungan.
Setelah berkeliling lamanya disekitaran wilayah bantaran
sungai, saya menemukan sampah yang tidak seperti biasanya, seperti
limbah plastik yang hinggap di pohon bantaran sungai. Selain itu
peneliti berbincang-bincang dengan warga sekitar dan meminta
tanggapan kenapa sampah bisa hinggap di pohon? Mereka menjawab
“itu sisaan air bah kemarin”, dan sampah itulah yang harus dibersihkan
ketika Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL) melakukan patrol
Ciliwung. Patroli Ciliwung dilaksanakan 2 minggu sekali dengan
panjang susur sungai kurang lebih dari 1 KM sekitar sungai Ciliwung
diwilayah Pondok Cina, dan 1 bulan kerja bakti bersama masyarakat
untuk membersihkan sekitar rumah dan bantaran sungai Ciliwung yang
dekat dengan pemukiman warga.
Sampailah peneliti hanya duduk dibawah pohon disekitar
bantaran sungai ciliwung dengan Susana sejuknya kota Depok diiringi
dengan suara gemericik air yang jauh akan polusi kendaraan bermotor
dengan ditemani kopi serta susanto dan sule. Peneliti melihat secara
langsung bahwa masih ada salah satu masyarakat yang bandel untuk
membuang sampah disungai Ciliwung, dari melihat kejadian itu
sigaplah mereka (ST dan SL) untuk menegur dan menghampiri oknum
yang membuang sampah ke sungai, peneliti lihat dari kejauhan ketika
mereka (ST dan SL) menghampiri oknum tersebut dan menyuruhnya
untuk mengambil kembali sampah yang oknum tersebut buang ke
sungai lalu membuangnya ketempat yang sudah disiapkan oleh
Komunitas Anak Ciliwung.
Tidak terasa waktu sudah mulai sore, akan tetapi para anak-
anak kecil + berumur 10 tahun berlari-larian menuju sungai Ciliwung
untuk bermain disungai walaupun masih terlihat beberapa sampah yang
hinggap dibebatuan sungai, dan diseberang sungai dari pemukiman
masyarakat terlihat pembangunan gedung kampus swasta yang
menjulang dibantaran sungai Ciliwung. Setelah beberapa menit melihat
anak kecil dan pembangunan gedung peneliti langsung izin pamit
kepada saudara ST dan SL untuk kembali pulang ke rumah yang berada
didaerah Bekasi.
HASIL OBSERVASI
KOMUNITAS ANAK CILIWUNG (KANCIL)
PONDOK CINA, DEPOK
Hari/tanggal :Minggu 15 September 2018
Tempat :Bantaran sungai Ciliwung, Pondok Cina
Ini adalah hari kedua peneliti melakukan observasi disekitar
bantaran sungai, panas matahari menunjukan waktu siang hari pada
pukul 13.00 dan teman-teman Komunitas Anak Ciliwung (KANCIL)
sudah menunggu saya disungai dengan memegang ban dalam mobil
truk. Langsung tanpa basa basi ditambah cuaca yang terik peneliti
mengganti pakaian dan langsung ikut gabung bersama teman-teman
Komunitas Anak Ciliwung + 10 orang yang sudah menunggu peneliti.
Tibalah peneliti dibibir sungai dan melihat keadaan sungai
yang banyak bebatuan sungai dan pohon dihinggapi limbah rumah
tangga terutama paling banyak adalah limbah plastik. Satu persatu
sampah yang ada disungai kita satukan sekalipun itu berada dipohon
yang terlihat tinggi, selain itu ada beberapa warga yang sedang asik
memancing disungai, disitu saya mempertanyakan apakah disungai
yang banyak sampahnya ini masih ada ikan? salah satu anggota
Komunitas Anak Ciliwung yang bernama Jaki panggilan akrabnya
bilang “adalah ini kan sungai masa gak ada ikannya, makannya kita
bersihin ini sungai biar ikan tidak mati oleh sampah atau limbah yang
ada” dan JK langsung mengambil ikan tidak jauh dari kami berdiri
tanpa memakai pancingan alhasil tidak tertangkap karena “sulit
nangkep ikan siang hari tanpa ada pancingannya, tapi kalo malam
masih bisa” ujar jaki.
Sampailah kita pada akhir dari patroli Ciliwung dengan hasil
sampah atau limbah rumah tangga lumayan banyak sekitar satu
trashbag hitam besar. Akhirnya peneliti dan temen-temen dari
Komunitas Anak Ciliwung kembali ke basecamp untuk menaruh
sampah hasil dari patroli Ciliwung ke tempat pembuangan sampah
(tps). Selanjutnya salah seorang dari pemancing yang bertemu waktu
patroli Ciliwung memberi ikan kepada teman-teman Komunitas Anak
Ciliwung (KANCIL) untuk ngeliwet setelah kita patroli sungai.
Tidak lama kemudian peneliti dan teman-teman Komunitas
Anak Ciliwung (KANCIL) langsung menyantap hidangan yang sudah
siap untuk dimakan bersama-sama sambil menceritakan kejadian-
kejadian suka dukanya waktu mereka melakukan patroli Ciliwung.
Senja telah tiba waktunya peneliti untuk pulang.
TRANSKIP WAWANCARA
Untuk Pendiri Komunitas
Nama : Susanto
Kelamin : Laki-laki
Umur : 30
Pendidikan : SMK
Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 6 Oktober 2018
No Perihal Anggota Komunitas
Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana latar belakang
didirikannya Komunitas Anak
Ciliwung (KANCIL) Pondok
Cina?
Kita sebagai anak muda,
dulunya asli warga Pondok
Cina yang ada di pinggiran
kali ya merasa Ciliwung udah
berubah dari dulunya asri
sekarang udah banyak limbah.
Awalnya temen-temen tuh
punya insiatif gimana sih ini
kita bisa edukasi masyarakat
tidak buang sampah di kali.
Nah terus ngumpulin pemuda
sini untuk bikin perkumpulan
dan terbentuk seperti ini.
2 Bagaimana Ide mucul
mendirikan Komunitas Anak
Ciliwung (KANCIL) Pondok
Cina?
ada seseorang dari lpm ratu
jaya yang ngasih peluang ide
atau inspirasi untuk membuat
sebuah komunitas. Dan dari
situlah insiatif itu muncul
3 Siapa saja yang terlibat dalam
pembentukan komunitas?
Saya, sule dan bang rizal
karena miris lihat anak-anak
kecil mandi di kali tapi dengan
kondisi air yang kotor
4 Bagaimana cara mengelola
organisasi?
Karena kita gak dibayar dan
aksi kita ini aksi sosial
seenggaknya kita edukasi dulu
ke anggota nih, agar anggota
ini cinta terhadap komunitas
dan mengasih tau kalo
sekarang saja ciliwung sudah
kaya gini gimana buat anak
cucu kita dan dari situ anak-
anak peduli dulu deh terhadap
komunitas sembari ngadain
kegiatan terus terusan.
5 Apa fungsi dari setiap bagian
organisasi?
Menjalakan bagian-bagian
yang sudah ditentukan seperti
acara-acara edukasi untuk
masyarakat
6 Bagaimana partisipasi
masyarakat dalam kegiatan
komunitas?
Awalnya sih enggak, tapi
semakin lama lama ikutan juga
si
7 Pernah menemukan masyarakat
membuang sampah di sungai?
Tindakannya bagaimana?
Kalo itu waktu awal-awal sih
ada, ya kita kasih tau dan
peringatkan keras agar tidak
membuang sampah di kali
8 Bagaimana penilaian
masyarakat terhadap
komunitas?
Alhamdulillah semakin hari
masyarakat yang peduli dan
awal berdiri gak langsung naek
tapi lebih mau ngapain sih nih
bocah, nah terus yaudah kita
pelan-pelan ngadain kegiatan
bersih-bersih got nah, saya kita
cuman anak-anak KANCIL
ehh tau taunya rame yang
ikutan yaudah mereka
sekarang malah suka ikutan
kalo KANCIL bikin acara.
9 Apa yang anda harapkan
dengan dibentuknya
komunitas?
Sebenernya mah pengen
masyarakat peduli terhadap
Ciliwung gak cuman buang
sampah tapi menjaga Ciliwung
juga, tapi sulit nah pola pikir
harus dirubah makannya anak-
anak KANCIL pelan-pelan
walaupun gak tau sampe
kapan,yang penting edukasi
kita tetep jalan.
10 Apakah pemerintah
memberikan dukungan/bantuan
dalam pembentukan
komunitas?
Awalnya sih gak ya, cuman
lama kelamaan tau ada
KANCIL disini. Karena waktu
itu kita protes mulu buat TPS
agar masyarakat gak buang
sampah di Ciliwung
Tanda Tangan
(………….....)
TRANSKIP WAWANCARA
Untuk Ketua Komunitas
Nama : SL
Kelamin : Laki-Laki
Umur : 25
Pendidikan : SMA
Hari Tanggal Wawancara : 3 Oktober 2018
No Perihal Ketua Komunitas
Pertanyaan Jawaban
1 Mengapa anda tertarik
bergabung di komunitas?
Sebenernya untuk saya pribadi,
tertarik sih karena saya orangnya
lontang-lantung kesana sini gak
jelas nah kebetulan ada yang
ngundang bikin komunitas terus
tertarik karena enak ngumpul
rame-rame gitu.
2 Selama ini aktif dimana? Sebelum di Komunitas Anak
Ciliwung (KANCIL) saya alang
iling gak jelas dan bebas dan gak
ikut komunitas manapun
3 Apa yang ada pahami dari
komunitas?
Terdiri dari masyarakat yang
membantu memecahkan
masalahnya sendiri dan tanpa
pamrih,swadaya anggota
4 Bagaimana komunitas Perkumpulan biasa yang ingin
menurut anda? membantu keberadaan atau
wilayahnya sendiri.
5 Apakah peranan Komunitas
di masyarakat?
Kita sangat memperhatikan
keadaan ciliwung yang semakin
lama semakin tercemar oleh
orang-orang yang tidak
bertanggung jawab, soalnya dulu
mungkin 2008 atau 2010 ciliwung
itu masih asri dilihatnya,
bangunan-bangunan pun jauh dari
bantaran setelah 2012 ke atas itu
banyak bangunan-bangunan yang
didirikan dibantaran sungai.
Semakin lama ciliwung gak serem
jadi gak ada rasa takut, kesini-sini
masyarakat malah gak takut
karena udah modern kali yak, jadi
banyak yang bikin bangunan
dibantaran kali karena tidak
berlakunya mitos tentang kali
ciliwung.
6 Bagaimana cara untuk
mengajak masyarakat pada
awal berdiri?
Pemuda biasa terus ada seseorang
dari lpm ratu jaya yang ngasih
peluang ide atau inspirasi untuk
membuat sebuah komunitas dari
penggerak pertama Susanto dan
bang rizal, terus saya diundung
untuk gabung dan setelah itu kita
mengundang pemuda anak-anak
rt04 untuk membuat komunitas
setelah rapat pemuda. Memang
banyak komunitas di pondok cina
ini akan tetapi berbeda-beda
bidang , untuk anggota tidak
hanya rt sini saja tetapi dari luar
boleh untuk gabung karena untuk
meluaskan jaringan, keluar dan
ada beberapa anggota kita 2 orang
citayem.
7 Bagaimana cara komunitas
memecahkan masalah yang
dihadapi oleh anggota?
Ya kita bicarakan baik-baik aja
8 Semisal ada seorang
anggota tidak bisa hadir
dalam kegiatan kancil?
Sebenernya kalo untuk ketidak
hadiran anggota itu simple sih,
kita tidak bisa menghukum dia
atau menjejek dia karena tidak
bisa ikut, karena disini berdiri
karena hati nurani kemauan
sendiri tanpa ada paksaan kalo dia
mau ikut syukur kalo gak yaudah,
kita juga gak bisa menggangu
aktifitas dia sendiri dan kita tidak
pernah tau.
9 Bagaimana cara komunitas
memecahkan masalah yang
dihadapi oleh masyarakat?
Sebenernya kita runding bersama,
antara kita atau pengurus terus
anggota dan masyarakatnya juga
terlibat.
10 Saya lihat semakin kesini Ohh itu kampus Swasta GDA,
bangunan lebih dekat
dengan kali terutama
bangunan yang sedang
dibangun diseberang kali,
apa tanggapan anda karena
itu masuk kedalam masalah
yang ada dimasyarakat atau
cara mengatasinya dari
KANCIL ?
sebenernya dari kita sendiripun
menolak kalo ada pembangunan
di bantaran sungai apalagi sudah
melebihi DAS (Daerah Aliran
Sungai). Kita sudah beberapa kali
sudah bolak balik ke Dinas PUPR
, dan menanyakan apakah
pembangunan ini sudah
mempunyai surat izin? Ternyata
sudah punya izin. Kita gak bisa
berbuat apa-apa karena sudah
mempunyai izin, nah kita pengen
ngobrol dengan pihak GDA,
sebenernya untuk pembangunan
di bantaran itu cuma beberapa dia
kena dari garis sepadan, dan dari
kita gak terimanya itu dia bikin
turab dibantaran. Nah turabnya
GDA ini menurut kami turabnya
dari batu kali, ngerinya suatu saat
kan pasti ada banjir besar tahun-
tahun mendatang, dan pengennya
kami itu kalo bisa kanan-kiri di
turab agar tidak timpang sebelah.
Soalnya kalo salah satu saja
ngerinya lari aliran sungainya ke
pemukiman warga.
11 Lalu bagaimana tentang
masyarakat yang membuang
Sebenernya kita sudah punya
solusi kedepannya, sebenernya
sampah di Kali? kita gak bisa menyalahkan
masayarakat karena tidak ada
yang bisa disalahkan, dan saya
sendiri sudah ke dinas kebersihan
kota DEPOK untuk meminta
membuatkan TPS, tapi dari
KADISnya bilang kalo tidak ada
pembuatan TPS baru. Ya mau gak
mau dari kita sendiri membuat
bak sampah itupun dibantu
dengan masyarakat dan para
donatur walaupun unjung-
ujungnya dibakar juga.
12 Edukasi atau memberitau
kalau buang sampah di kali
itu gak baik?
Paling kita door to door dan
ngasih tau kalo lagi ada
perkumpulan warga sih kalo
buang sampah jangan di kali.
13 Adakah pertemuan rutin? Pertemuan sih hampir setiap hari
yak, karena rata-rata kita asli sini
gitu, tapi kalo untuk rapat kita
sebulan sekali. Minggu ke-3
setelah kerja bakti dan sorenya
kita rapat.
14 Bagaimana partisipasi
anggota dalam kegiatan
komunitas?
Gak nentu sih kalo dari anggota
mah, kadang-kadang minggu ini
dia dateng belum tentu minggu
depan dia dating ya jadi gmn dari
anggota aja semaunya dia aja.
15 Apa yang dibicarakan dalam Biasanya kita membicarakan
pertemuan rutin? program jangka panjang dan
jangka pendek:
Jangka Panjang
1. 17 Agustus (Agustus)
2. Hari penanaman pohon
(November)
3. Hari Ciliwung
(September)
4. Kampung Betawi
Jangka Pendek
1. Kerja bakti
2. Ngalun / Patroli Ciliwung
3. Evaluasi
Tapi sekarang kita lagi fokus
dengan Kampung Betawi
kerjasama dengan Mahasiswa
Universitas Indonesia
16 Apa harapan anda untuk
kedepannya?
Harapan: mudah-mudahan agar
bisa menbantu KANCIL untuk
tidak membuang sampah
sembarangan dan membantu
program-program KANCIL yang
ada, supaya masyarakat enak dan
KANCIL enak, sebenernya dari
ini tuh termasuk perumahan atau
daerah kumuh karena saking
padatnya dan untuk saluran
pembuangan air pun tidak bisa
17 Apakah faktor penghambat
dan pendukung dalam
kegiatan komunitas ?
Penghambat: Dana sih ketika
anggota mau bikin acara. Dan kita
lihat siapa yang bersangkutan
ketika mau membuat kegiatan
Pendukungnya: Partisipasi
masyarakat
Tanda Tangan
(……………………)
TRANSKIP WAWANCARA
Untuk Masyarakat Sekitar
Nama : MJ
Kelamin : Laki-Laki
Umur : 45
Pendidikan : SMP
Hari Tanggal Wawancara : 3 Oktober 2018
No Perihal Masyarakat Sekitar
Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana pandangan
masyarakat sekitar terhadap
komunitas?
Ya bagus untuk kegiatan,
terutama pemuda daerah sini
2 Kegiatannya dalam bentuk
apa?
Kerja bakti, bersih-bersih
sungai palingan mah
3 Biasanya yang mengajak kerja
bakti itu siapa?
Anak-anak kancil sama warga
yang saling ngingetin gitu
4 Ada jadwal rutinnya? Ada ko
5 Kira-kira kapan yah? Setiap sebulan sekali saya
ngikutnya mah
6 Itu jadwal yang buat siapa? Anak-anak kancil dan warga
7 Bagaimana partisipasi
komunitas dalam kegiatan
yang dilakukan warga?
Aktif kalo buat anak-anak
kancil apalagi kalo ada acara
agustusan, kerja bakti, sama
kadang suka ikut acara
pengajian RT gitu
8 Apakah masyarakat dilibatkan
dalam kegitan-kegiatan yang
dilakukan oleh komunitas?
Iya mereka selalu ngajak, tapi
tau kan kalo udah berkeluarga
suka ada aja yang harus di urus
gitu, tapi biasanya sih ngajak
anak-anak kecil kalo lagi pada
main, itu pas ngalun sih
biasanya mah
9 Apakah komunitas pernah
melakukan pemberdayaan atau
kegiatan dalam bentuk
pelatihan?
Pernah sih apalagi tahun-tahun
ini lagi banyak kegiatan yang
ngecat tembok gitu, bikin
kampung tematik noh kaya
yang ditembok padahal mah
kaga tau itu apaan, kayaknya
sih tujuannya yang pasti bagus
jadi ya selama tujuan bagus ya
kita dukung
10 Apa kritik, saran dan harapan
kedepan untuk komunitas?
Kritik: lebih rajin ngajak anak-
anak kecil buat ngalun
Saran: bikin tempat
pembuangan sampah, suka
bingung buang dimana gitu
Harapan: semoga lancar dan
tidak berhenti sampai disini
untuk anak-anak Komunitas
Anak Ciliwung (KANCIL)
Pondok Cina
Tanda Tangan
(………………..)
TRANSKIP WAWANCARA
Untuk Masyarakat Sekitar
Nama : AD
Kelamin : Perempuan
Umur : 48
Pendidikan : SMP
Hari Tanggal Wawancara : 7 Oktober 2018
No Perihal Masyarakat Sekitar
Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana pandangan
masyarakat sekitar terhadap
komunitas?
Bagus untuk generasi muda.
Apakah ibu merasakan
perubahan dengan adanya
Kancil?
Iya mas
Apa bu perubahannya? Seneng aja gitu, jadi bersih
kampung sini nih terus rame
dah
2 Bagaimana partisipasi
komunitas dalam kegiatan
yang dilakukan warga?
Ikut mereka mah kalo kegiatan
warga.
Kegiatan apa yah bu
contohnya?
Kaya pengajian, ama ngumpul
rt
3 Apakah masyarakat dilibatkan
dalam kegiatan-kegiatan yang
Suka ko
dilakukan oleh komunitas?
Kegiatan apa yah bu
contohnya?
Kerja bakti
4 Apakah komunitas pernah
melakukan pemberdayaan atau
kegiatan dalam bentuk
pelatihan?
belum sih
Apakah komunitas mengajar
dan mengajak untuk menjaga
lingkungan?
Tapi lebih ke ngasih tau kalo
untuk buang sampah itu gak
bagus di kali
5 Apa kritik, saran dan harapan
kedepan untuk komunitas?
Kritik: gak ada sih
Saran: kalo bisa jangan sampai
bubar ini komunitas
Harapan: semoga lebih baik
dan ada generasi penerusnya
Tanda Tangan
(………………..)
TRANSKIP WAWANCARA
Untuk Masyarakat Sekitar
Nama : AS
Kelamin : Laki-Laki
Umur : 32
Pendidikan : SMA
Hari Tanggal Wawancara : 7 Oktober 2018
No Perihal Masyarakat Sekitar
Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana pandangan
masyarakat sekitar terhadap
komunitas?
Komunitas ini bagus karena
punya tujuan yang baik gitu
2 Bagaimana partisipasi
komunitas dalam kegiatan
yang dilakukan warga?
Ikut, kadang-kadang mereka
yang jadiin panitia karena
anak-anak itu ya asli sini
semua.
3 Apakah masyarakat dilibatkan
dalam kegitan-kegiatan yang
dilakukan oleh komunitas?
Ohh iya lah pasti, kan anak-
anak sini, jadi kaya gak ada
bedanya gitu si
4 Apakah komunitas pernah
melakukan pemberdayaan atau
kegiatan dalam bentuk
pelatihan?
Pernah si, apalagi kalo buang
sampah sembarang, terus
buangnya tuh gak boleh buang
di kali Ciliwung
5 Apa kritik, saran dan harapan
kedepan untuk komunitas?
Kritik: gak ada si, karena
kegiatannya positif.
Saran: kegiatannya dibanyakin
lagi
Harapan: semoga apa yang
dilakuin sama komunitas ini
jadi pahala, semoga gak banjir-
banjir lagi karena udah ada
pawing (KANCIL)
Tanda Tangan
(………………..)
TRANSKIP WAWANCARA
Untuk Masyarakat Sekitar
Nama : MH
Kelamin : Laki-Laki
Umur : 24
Pendidikan : SMA
Hari Tanggal Wawancara : 7 Oktober 2018
No Perihal Masyarakat Sekitar
Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana pandangan
masyarakat sekitar terhadap
komunitas?
Baik ko buat pemuda mah
2 Bagaimana partisipasi
komunitas dalam kegiatan
yang dilakukan warga?
Ya gitu ikut lah, apalagi klo
pada kerja bakti
3 Apakah masyarakat dilibatkan
dalam kegitan-kegiatan yang
dilakukan oleh komunitas?
Ikut ko
4 Apakah komunitas pernah
melakukan pemberdayaan atau
kegiatan dalam bentuk
pelatihan?
Gak ada kayaknya mah
5 Jika belum apa yang kegiatan
yang diberikan oleh KANCIL?
Paling negor yg masih buang
sampah langsung ke sungai
6 Apa kritik, saran dan harapan Kritik: no comment
kedepan untuk komunitas? Saran: belum ada lagi
Harapan: panjang umur
komunitas dan sehat selalu
yang terlibat didalamnya
Tanda Tangan
(………………..)
TRANSKIP WAWANCARA
Untuk Masyarakat Sekitar
Nama : RD
Kelamin : Laki-laki
Umur : 43
Pendidikan : SMP
Hari Tanggal Wawancara : 4 Oktober 2018
No Perihal Masyarakat Sekitar
Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana pandangan
masyarakat sekitar terhadap
komunitas?
Baik, rajin walaupun masih ada
aja yang bandel gitu
2 Kegiatannya dalam bentuk
apa?
Bersih bersih terus 17
agustusan banyak deh
3 Yang mengajak untuk bersih-
bersih itu siapa pak?
Gara-gara anak-anak kancil tuh
jadi pada kebiasaan kerja bakti
4 Sebelumnya apakah ada
kegiatan bersih-bersih?
Ada ko, tapi gitu jarang pada
mau bersih bersih, nah
semenjak ada kancil jadi pada
doyan dah tuh bersih bersih
5 Bagaimana partisipasi
komunitas dalam kegiatan
yang dilakukan warga?
ya mereka dulu awalnya izin
dulu kan, terus suka nimbrung
kalo ada rapat RT gitu dah….
Ya bocah-bocah aktif sih ya
banyak aja gitu ide-idenya
6 Apakah masyarakat dilibatkan
dalam kegitan-kegiatan yang
dilakukan oleh komunitas?
Pastilah dia pada ngajak mah,
cuman gitu gak selalu ikut saya
mah
7 Apakah komunitas pernah
melakukan pemberdayaan atau
kegiatan dalam bentuk
pelatihan?
Kalo pelatihan sih belum,
paling pembangungan gedung
sebrang tuh, bareng sama
kancil
8 Bagaimana tanggapan anda
dengan pembangunan itu?
Jadi kita itu khawatir karna kan
itu kampus bangun gedung
tinggi tuh, dia pada udah punya
surat izin apa belum soalnya
ada batesan yang di langgar
ama mereka, takutnya kitanya
jadi kena banjir dah, yaudah
ngajak KANCIL buat nanyain
permasalahan ini ke itu kampus
9 Bagaimana kelanjutannya? Kemarin sih kancil tuh yang
pada ngurus-ngurus itu mah
10 Apa kritik, saran dan harapan
kedepan untuk komunitas?
Kritik: kalo malem jangan pada
berisik banget aja gitu haha
Saran: jangan bosen bosen
ngingetin kita ini masyarakat
Harapan: panjang umur dan
makin sukses buat semuanya
Tanda Tangan
(………………..)
TRANSKIP WAWANCARA
Untuk Masyarakat Sekitar
Nama : HJ
Kelamin : Laki-laki
Umur : 39
Pendidikan : STM
Hari Tanggal Wawancara : 6 Oktober 2018
No Perihal Masyarakat Sekitar
Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana pandangan
masyarakat sekitar terhadap
komunitas?
Untuk anak-anak muda sih
bagus ya mas
2 Bagus bagaimana pandangan
anda?
Ngumpul-ngumpulnya positif
dari pada ngumpul-ngumpul
narkoba mas
3 Bagaimana partisipasi
komunitas dalam kegiatan
yang dilakukan warga?
Dia pada kan suka ikut kalo RT
lagi rapat, terus suka kasih
masukan kan gitu biar wilayah
bersih, suasana aman, nyaman
sama mereka itu tuh selalu
ngelibatin kita-kita warga sih
jadi kegiatan apa gitu yang
mereka mau buat warga juga
tau
4 Apakah masyarakat dilibatkan Diajakin sih mas biasanya mah
dalam kegitan-kegiatan yang
dilakukan oleh komunitas?
sehari sebelum kegiatannya
5 Apakah komunitas pernah
melakukan pemberdayaan atau
kegiatan dalam bentuk
pelatihan?
Belum,
6 Jika belum apa yang kegiatan
yang diberikan oleh KANCIL?
Ngajak bersih-bersih dan
ngingetin buang sampah tuh
jangan dikali langsung
7 Apa kritik, saran dan harapan
kedepan untuk komunitas?
Kritik: tidak ada
Saran: kalo bisa bikin tempat
wisata disini
Harapan: semoga tidak berenti
sampai disini
Tanda Tangan
(………………..)
DOKUMENTASI
Sumber gambar: Dokumentasi Kancil
Sumber gambar: Dokumentasi Kancil
Sumber Gambar: Dokumentasi Kancil
Sumber gambar: Dokumentasi Kancil
Sumber gambar: Dokumentasi Kancil
Sumber gambar: Dokumentasi Kancil
Sumber gambar: Dokumentasi peneliti
Sumber gambar: Dokumentasi peneliti
Sumber gambar: Dokumentasi Peneliti