37
Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Semarang Oleh RIAULAND ARISDANTHA SEMBIRING 712011034 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) PROGRAM STUDI TEOLOGI FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja Batak Karo Protestan

(GBKP) Semarang

Oleh

RIAULAND ARISDANTHA SEMBIRING

712011034

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi

(S.Si-Teol)

PROGRAM STUDI TEOLOGI

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

ii

Page 3: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

iii

Page 4: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

iv

Page 5: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

v

Page 6: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

vi

Motto

“Jadilah seperti orang bodoh yang mau tahu dengan

segala hal”

1 Korintus 10:13

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-

pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab

Allah setia dan karena itu Ia tidak akan memberikam kamu

dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia

akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat

menanggungnya”

Page 7: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

vii

Ucapan Terimakasih

Puji dan syukur saya sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus, dengan cinta dan

kasihNya telah memberkati saya dalam menyelesaikan studi di Fakultas Teologi Universitas

Kristen Satya Wacana dan menyelesaikan tugas akhir ini.

Tidak lupa saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

berbagai pihak yang telah mendukung serta mendoakan saya dalam menyelesaikan tugas

akhir ini. Dengan segala hormat saya menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Universitas Kristen Satya Wacana yang telah menerima saya sebagai mahasiswa

angkatan 2011.

2. Pdt. Dr. Jacob Daan Engel dan Pdt. Mariska Lauterboom, MATS sebagai dosen

pembibing saya ucapkan banyak terimakasih untuk bimbingan dan arahanya dalam

penulisan Tugas Akhir ini.

3. Dosen-dosen dan seluruh pegawai Fakultas Teologi UKSW yang telah mendidik

selama perkuliahan dan mempermudah setiap urusan di fakutas Teologi.

4. Ibu Pdt. Rosliana br. Sinulingga dan seluruh Majelis GBKP Semarang beserta

Pengurus PERMATA dan anggota PERMATA yang sudah mau memberikan

informasi dalam penyususnan Tugas Akhir ini saya ucapkan banyak terimakasih.

5. Mamak dan Bapak yang sudah capek untuk menyemangati dan berharap anaknya bisa

menyelesaikan kuliahnya dengan cepat, walaupun banyak rintangan yang harus

dilalui. Terimakasih untuk doa dan dukungan moral dan materi selama perkuliahaan

di UKSW.

6. Kak Vicaris Tekang dan adek Ulin saya ucapkan terimakasih, yang selalu

mengingatkan dan menyemangati untuk segera menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Terimakasih untuk doa dan semangatnya.

7. Teman-teman PERMATA dan IGMK Salatiga yang memberikan banyak pelajaran

hidup selama proses perkuliahan di Salatiga, arti kehidupan sudah mulai saya

temukan dikota ini. Terimakasih untuk semua pelajaran itu teman-teman yang saya

tidak sanggup untuk menyebutkannya satu persatu. Terkhusus untuk turang Maya dan

kak Mery yang setia menemani dalam setiap keadaan. Terimakasih untuk pelajaran

Page 8: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

viii

buang-buang kesahnya untuk Berma, Yuda dan Okta. Wahyu dan Mostow teman

seangkatan untuk mengukir masa depan. Proses panjang masih menanti kita didepan.

Page 9: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

ix

PERAN MAJELIS DALAM MENGATASI KETIDAKAKTIFAN PEMUDA GEREJA

BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) SEMARANG

Riauland Arisdantha Sembiring

712011034

ABSTRAK

Penelitian ini fokus pada analisis terhadap peran Majelis dalam mengatasi

ketidakaktifan pemuda GBKP Semarang, dengan tujuan untuk memahami bagaimana peran

Majelis dalam mengatasi ketidakaktifan pemuda GBKP Semarang. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan observasi

langsung di wilayah penelitian. Landasan teori yang digunakan dalam menganalisa data

pada penelitian ini adalah teori pembinaan terhadap pemuda dan pembangunan jemaat.

Mengingat bahwa pemuda merupakan tulang punggung dan penerus didalam gereja

sehingga pembinaan terhadap pemuda sangatlah penting agar pemuda memahami

pergumulan dan pertumbuhan gereja secara umum. Maka sangatlah penting apabila Majelis

dapat melakukan pembinaan terhadap pemuda GBKP Semarang, terkhusus dalam mengatasi

ketidakaktifan pemuda dalam mengikuti kegiatan-kegiatan pemuda dan gereja. Namun,

usaha pembinaan terhadap pemuda terkhususnya dalam mengatasi ketidakaktifan pemuda di

GBKP Semarang masih sangat lemah karena berbagai faktor yang mempengaruhinya,

seperti lemahnya kualitas pembinaan Majelis gereja baik secara individu maupun secara

organisasinya, tidak tersedianya mekanisme dan data administrasi pemuda yang valid, serta

kurangnya perhatian terhadap kebutuhan setiap pemuda dari segala aspek kehidupannya.

Kata Kunci: Peran Majelis, Pembinaan Pemuda dan GBKP Semarang.

Page 10: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

x

DAFTAR ISI

Cover.........................................................................................................................................i

Lembar Pengesahan................................................................................................................ii

Pernyataan Tidak Plagiat......................................................................................................iii

Pernyataan Persetujuan Akses..............................................................................................iv

Pernyataan Persetujuan Publikasi.........................................................................................v

Motto........................................................................................................................................vi

Ucapan Terimakasih..............................................................................................................vii

Abstrak.....................................................................................................................................ix

Daftar Isi...................................................................................................................................x

1. Pendahuluan.................................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................4

C. Tujuan Penelitian.....................................................................................................4

D. Sumbangan Penelitian.............................................................................................4

E. Metode Penelitian...................................................................................................4

F. Sistematika Penelitian............................................................................................5

2. Teori Majelis, Pemuda dan Pembinaan Pemuda........................................................5

A. Majelis......................................................................................................................6

B. Pemuda.....................................................................................................................8

C. Pembinaan Pemuda................................................................................................9

3. Hasil Penelitian dan Analisa.....................................................................................12

A. Latar Belakang GBKP Semarang dan Perkembangan Pemuda GBKP

Semarang................................................................................................................12

B. Peran Majelis GBKP Semarang dalam membina dan mengatasi

ketidakaktifan Pemuda GBKP Semarang..........................................................14

Page 11: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

xi

C. Tinjauan Pembinaan Warga Gereja (PWG) terhadap peran Majelis dalam

membina Pemuda GBKP Semarang terkhusus dalam mengatasi

ketidakaktifan Pemuda GBKP Semarang...........................................................19

4. Penutup........................................................................................................................21

A. Kesimpulan.............................................................................................................21

B. Saran.......................................................................................................................22

Daftar Pustaka.......................................................................................................................25

Page 12: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

1

PERAN MAJELIS DALAM MENGATASI KETIDAKAKTIFAN PEMUDA GEREJA

BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) SEMARANG

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gereja merupakan suatu persekutuan orang-orang yang mengikut Yesus Kristus dan

dipanggil oleh Injil dari dunia untuk menjadi prajurit-prajurit Kristus.1 Allah menyatakan diri

kepada manusia dan dalam pernyataan itu Ia memanggil orang-orang yang tersesat, yang

hilang dan yang akan binasa untuk masuk ke dalam keselamatan dari padaNya. Gereja

memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap jemaatnya, baik secara spiritual, material

dan lain-lain. Gereja juga diartikan sebagai tempat perlindungan, tempat dimana keselamatan

ditemukan, tempat pengungsian yang aman dan gereja sebagai koinonia.2 Gereja akan

menyadari dirinya ada apabila jemaat merasakan kepenuhan kebutuhannya sudah terpenuhi,

melalui kegiatan atau program yang dilakukan oleh gereja. Gereja merupakan umat Allah

yang harus diusahakan supaya anggota-anggota gereja dapat hidup sesuai dengan perintah-

perintah Allah, dan yang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap jemaat adalah

Majelis gereja.3

Gereja memiliki program pelayanan untuk mewujudkan kenyamanan melalui

persekutuan dengan bagian-bagian kategorial dan salah satu peran yang penting adalah

pembinaan terhadap jemaat. Untuk mendapatkan pembinaan baik secara kategorial seperti

kaum Bapak, Ibu, Anak, Remaja dan Pemuda gereja juga perlu memperhatikan secara

personal jemaatnya. Hal ini dilakukan gereja untuk melaksanakan tugas dan panggilan gereja,

sebagai wujud dari Kerajaan Allah.

GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) sebagai sebuah lembaga gereja yang menganut

sistem presbiterial sinodal yang dimana kepemimpinanya terletak pada presbiter, yang antara

lain adalah pendeta, penatua dan diaken. Pendeta, penatua, dan diaken merupakan tiga

jabatan pelayan khusus yang terdapat didalam GBKP. Ketiga jabatan pelayan khusus tersebut

memiliki tanggung jawab masing-masing. Penatua dan diaken merupakan pelayan khusus

yang berasal dari warga jemaat yang di pilih dan diangkat untuk melayani sebagai pemimpin

jemaat dengan ketentuan-ketentuan yang sudah diaturkan di dalam tata gereja. Penatua dan

1 Ebenhaizer I Nuban Timo, Gereja Lintas Agama (Salatiga: Satya Wacana University Press, 2013), 5.

2 Jan Hendriks, Jemaat Vital & Menarik (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 26.

3 Abineno, Pembangunan Jemaat, Tata Gereja dan Jabatan Gerejawi (BPK : Gunung Mulia, 1992),

46.

Page 13: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

2

diaken merupakan anggota jemaat yang memiliki wewenang dan tanggung jawab sebagai

pelayan khusus. Hal ini berarti bahwa penatua dan diaken memiliki perbedaan dengan warga

gereja yang lain. GBKP sendiri, penatua disebut dengan pertua. Dalam pemahaman GBKP,

pertua dan diaken merupakan anggota sidi jemaat yang dipanggil Yesus Kristus menjadi

orang yang dituakan dan ditahbiskan.4

Tata gereja GBKP menjelaskan bahwa fungsi pelayan khusus dalam gereja adalah

untuk membina dan memperlengkapi seluruh warga GBKP, agar dapat mengembangkan

karunia yang mereka miliki untuk tugas pekerjaan pelayanan pembangunan tubuh Kristus,

bagi keikutsertaannya dalam melaksanakan rencana karya Tuhan Allah menyelamatkan dan

menyejahterakan dunia dan ciptaanNya.5 GBKP menyusun program-program gereja yang

dilaksanakan untuk membina dan memperlengkapi warganya. Hal ini memperlihatkan bahwa

fokus pelayan khusus dalam menjalankan kepemimpinan adalah kesejahteraan jemaat GBKP.

GBKP Semarang sudah berdiri kurang lebih 35 tahun mengingat adanya kerinduan

persekutuan sesama orang Karo yang ada di kota Semarang.6 Sampai sekarang kota

Semarang sangat diminati para pemuda Karo sebagai tempat untuk melanjutkan

pendidikannya, sehingga pemuda GBKP Semarang terus mengalami pertambahan pemuda.

Pertambahan pemuda di GBKP Semarang harus ditanggapi secara positif dan diperhatikan

dengan baik oleh warga gereja, terkhusus pengurus komisi pemuda dan Majelis GBKP

Semarang. Melalui bertambahnya kuantitas pemuda GBKP Semarang, maka kualitas

spiritualitas harus diseimbangkan melalui perhatian dan program-program yang dilakukan

oleh pengurus pemuda dan Majelis GBKP Semarang.

GBKP Semarang akan menjadi tempat penelitian penulis dimana di dalamnya

terdapat ketidakaktifan pemuda dalam mengikuti pelaksanaan ibadah ataupun kegiatan non

ibadah, seperti PA, PJJ (Perpulungan Jabu-Jabu) dan juga kegiatan-kegiatan olahraga.

Penulis merasa bahwa peran Majelis sangatlah penting dalam melakukan pembinaan pemuda

terkhusus dalam mewujudkan pembangunan bagi gereja tersebut. Selain itu pembinaan

pemuda juga perlu dilakukan untuk menyikapi perubahan dan perkembangan zaman sekarang

ini, agar pemuda tetap mampu mempertahankan imannya ditengah-tengah dunia.

4 Tata Gereja GBKP Tahun 2015-2025, 20

5 Tata Gereja GBKP Tahun 2015-2025, 20

6 Hasil wawancara dengan Pdt. Rosliana br. Sinulingga (Ketua Majelis JemaatGBKP Semarang),

Salatiga, 08 November 2015, Pukul 17:00 WIB.

Page 14: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

3

GBKP Semarang saat ini memiliki jumlah pemuda sekitar 250 orang. Apabila dilihat

dari kehadiran-kehadiran pemuda dalam mengikuti kegitan PA PERMATA,7 PJJ

(Perpulungen Jabu-Jabu) dan kegiatan lainnya masih sangat minim karena dapat dilihat pada

keterlibatan pemuda tidak sampai 50% yang ikut ambil bagian di setiap kegiatannya.

Misalnya dalam pelaksanaan PA PERMATA yang dilaksanakan setiap dua minggu sekali,

pemuda yang hadir hanya 30 orang dan ibadah PJJ (Perpulengen Jabu-jabu) yang juga

dilaksanakan dua minggu sekali setelah PA PERMATA, pemuda yang hadir hanya 7 orang.8

Kehadiran pemuda GBKP Semarang masih sangat minim sekali sehingga perlu adanya

pembinaan terhadap pemuda yang tidak aktif agar dapat aktif kembali. GBKP memiliki

tradisi bahwa setiap kategorial pasti memiliki pembimbing, begitu juga halnya dengan

kategorial pemuda. Pembimbing kategorial tersebut biasanya adalah seorang Majelis jemaat,

sehingga PERMATA GBKP Semarang juga memiliki seorang Majelis sebagai pembimbing

untuk membimbing dan membina pemuda GBKP Semarang. Karena sebagai individu,

anggota Majelis gereja dapat menjadi pemimpin dalam departemen/kategorial masing-

masing.9

Pembinaan perlu dilaksanakan untuk mewujudkan nilai-nilai penting dalam

melaksanakan tugas-tugas gereja. Pembinaan diartikan sebagai pendampingan juga untuk

menolong pemuda untuk bertumbuh secara dewasa.10

Selain itu PWG (Pembinaan Warga

Gereja) bertanggung jawab dalam perwujutan Tubuh Kristus yang melingkupi kepemimpinan

gereja, pengembangan dan pendalaman kehidupan spiritual jemaat dan pembaharuan

persekutuan gereja.11

Pembinaan merupakan sebuah upaya untuk menolong jemaat agar dapat

mewujudkan Firman Allah dalam kehidupan jemaat. Pembinaan yang dilakukan harus secara

intenshif terlebih dahulu, guna memperlengkapi pemuda sebagai anggota tubuh Kristus demi

pembangunan jemaat12

, sehingga gereja mampu bersikap dinamis untuk mempersiapkan

jemaatnya dalam menyikapi perubahan dan perkembangan zaman saat ini. Pembinaan-

7 PERMATA adalah singkatan dari Persadan Man Anak Gerejanta. Istilah ini dipakai untuk organisasi

pemuda GBKP 8 Hasil wawancara dengan pengurus pemuda GBKP Semarang. Di GBKP Semarang, minggu 11

Oktober 2015 9 Edgar Walz, Bagaimana Mengelola Gereja Anda (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2006), 49.

10 Alfred Schnidt, Kawan Sekerja Allah (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1983), 9.

11 Institut Oikumene Indonesia, Menempuh Arah Baru (Jakarta : BPK Gunung Mulia 1980), 56

12 Institut Oikumene Indonesia, Pembinaan Warga Gereja Memasuki Masa Depan. (Jakarta : BPK

Gunung Mulia, 1980), 33.

Page 15: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

4

pembinaan pada pemuda gereja harus memiliki tujuan yang Alkititabiah. Tujuan-tujuan yang

dimaksudkan tersebut adalah ibadah, persekutuan dan pelayanan.13

Dalam kaitannya dengan hal ini, dapat disimpulkan bahwa peran Majelis dalam

melaksanakan Pembinaan Warga Gereja untuk mengatasi ketidakaktifan pemuda GBKP

Semarang sangatlah penting. Berdasarkan latar belakang diatas penulis memberikan judul :

“PERAN MAJELIS DALAM MENGATASI KETIDAKAKTIFAN PEMUDA

GEREJA BATAK KARO PROTESTAN (GBKP) SEMARANG”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka rumusan masalah adalah:

bagaimana peran Majelis GBKP Semarang dalam mengatasi ketidakaktifan pemuda GBKP

Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah mendeskripsikan peran

Majelis GBKP Semarang dalam mengatasi ketidakaktifan pemuda GBKP Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan memperhatikan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penulis

menyimpulkan manfaat penelitian adalah :

1. Manfaat Teoritis : Memberikan sumbangsih terhadap Fakultas Teologi Universitas

Kristen Satya Wacana dalam melaksanakan Pembinaan pemuda.

2. Manfaat Praktis : Memberi sumbangsih untuk menolong gereja GBKP Semarang

dalam melakukan Pembinaan pemuda secara khusus pemuda untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitas pemuda di GBKP Semarang.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan penulis adalah metode deskriptif yaitu memberikan

gambaran yang menyeluruh tentang permasalahan yang terjadi dan mencoba menganalisanya.

Selain itu, penelitian juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dimana

setiap rangkaian kegiatan atau proses penyaringan data atau informasi yang bersifat

13

Doug Fields, Purpose Driven Youth Ministry (Jawa Timur: Gandum Mas, 2000), 64

Page 16: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

5

sewajarnya, mengenai suatu masalah dalam kondisi, aspek atau bidang tertentu dalam

kehidupan objeknya.14

Bagi penulis hal ini penting untuk melihat sejauh apa peran Majelis

terhadap pembinaan pemuda, terkhusus dalam mengatasi ketidakaktifan pemuda di GBKP

Semarang. Dalam metode ini, penulis akan terjun langsung ke GBKP Semarang untuk

melihat dan membuktikan apa yang penulis lihat sebelumnya. Penulis akan melakukan

wawancara serta mengumpulkan kasus-kasus yang mendukung. Data akan lebih valid apabila

penulis terjun langsung ke lapangan dan mengadakan penelitian. Wawancara akan dilakukan

kepada Majelis, 6 orang pengurus PERMATA dan 4 orang pemuda GBKP Semarang.

Tujuannya adalah untuk mengetahui secara mendalam berbagai informasi yaitu pendapat,

pandangan, pengalaman serta pemikiran dari Majelis jemaat GBKP Semarang berkaitan

dengan masalah yang akan diteliti. Kemudian data dari hasil wawancara tersebut

dikumpulkan dan dapat dipakai oleh penulis untuk membantu melakukan dan menganalisa

masalah dalam penelitian.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan sistematika penulisan yang dibagi menjadi

4 bagian. Pada bab pertama adalah pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kemudian metode penelitian yaitu

terdiri dari pendekatan, jenis data, informan dan pengumpulan data. Penulis menguraikan dan

menjelaskan satu persatu dari setiap point-point yang merupakan latar belakang masalah.

Setelah bab yang pertama selesai kemudian dilanjutkan pada bab yang kedua yaitu teori

pembinaan terhadap pemuda, teori pembinaan pemuda dan teori pembangunaan jemaat.

Selanjutnya adalah bab yang ketiga yaitu hasil penelitian dan pembahasan alasan

ketidakaktifan pemuda GBKP Semarang, dampak ketidakaktifan pemuda dan deskripsi

mengenai peran Majelis terhadap mengatasi ketidakaktifan pemuda GBKP Semarang.

Kemudian pada bab keempat yaitu penutup yang berisi tentang kesimpulan berupa temuan-

temuan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang peran Majelis dan melakukan

pembinaan terhadap pemuda, serta saran berupa kontribusi dan rekomendasi untuk penelitian

selanjutnya.

II. MAJELIS, PEMUDA DAN PEMBINAAN PEMUDA

Pada bagian ini, penulis akan memaparkan landasan teoritis yang akan berkaitan

dengan judul Tugas Akhir yaitu peran majelis dalam mengatasi ketidakaktifan pemuda

14

Sevilla G, Consuelo, Jesus A. Ochave, Twila G Punsalan, Bella P. Regala, Gabriel G. Uriarte. 1993.

Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta : Universitas Indonesia), 18

Page 17: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

6

Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Semarang. Kerangka teoritis ini akan berkaitan dengan

Majelis, pemuda dan pembinaan pemuda. Penulis akan memaparkan peranan Majelis dalam

melakukan pembinaan terhadap pemuda agar dapat terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan

pemuda. Dalam bagian ini, penulis mengklarifikasikan pemuda berada dalam kisaran usia 18-

25 tahun dan memahami pemuda sebagai kelompok orang yang mengalami banyak

perubahan-perubahan yang berpengaruh pada pola kehidupan dan tingkah lakunya sebagai

dampak dari perkembangan-perkembangan yang dialaminya.

2.1 MAJELIS

Jabatan gerejawi adalah wujud dari jabatan Yesus Kristus sebagai Raja, Imam dan

Nabi. Tugas mereka adalah melayani dan mereka diperlengkapi oleh Allah supaya mereka

dapat menunaikan tugas mereka dengan baik dan untuk pekerjaan pelayanan dan

pembangunan tubuh Kristus yang lebih utuh. Menurut Calvin, jabatan Yesus Kristus sebagai

Raja, Imam dan Nabi juga dipercayakan Allah kepada gereja dalam jabatan pendeta, penatua

dan diaken. Pendeta memangku jabatan sebagai Nabi, penatua memangku jabatan sebagai

Raja dan diaken memangku jabatan sebagai Imam.15

Didalam gereja terdiri dari Majelis

jemaat yang didalamnya terdapat pendeta, penatua dan diaken serta bidang-bidang kategorial

lainnya. Tuhan telah menganugerahkan tugas-tugas pelayanan sebagai guru atau pengajar dan

gembala kepada gereja, sehingga tugas-tugas yang sudah diberikan Allah harus dilaksanakan

untuk mewujudkan pembangunan tubuh Kristus menuju kedewasaan iman setiap anggota

jemaat gereja.16

Didalam gereja, antara Majelis jemaat dan bidang kategorial memiliki kaitan secara

langsung dalam melaksanakan program dan melakukan pembinaan terhadap kategorial

tersebut. Karena Majelis juga bertugas dan bertanggung jawab untuk membimbing dan

mengarahkan bidang kategorial tersebut terhadap perkembangan imannya sebagai panggilan

pengutusannya dan begitu juga jemaat yang dimana jemaat juga mempunyai pengaruh

terhadap Majelis karena Majelis dan jemaat sama-sama diutus untuk melayani Kristus yang

adalah kepala gereja yang dimana baik Majelis, bidang kategorial maupun jemaat diibaratkan

sebagai tubuh Kristus ( 1 Kor. 12 : 27).

15

Abineno, Pembangunan Jemaat, Tata Gereja dan Jabatan Gerejawi. (Jakarta : BPK Gunung Mulia

1992), 55-57 16

Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik. (Yogyakarta : Andi 2006), 33

Page 18: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

7

GBKP sebagai gereja dengan sistem presbiterial-sinodal yang beraliran Calvinis,

memilih, mengangkat dan menahbiskan beberapa pelayan khusus yang disebut dengan

penatua, diaken dan pendeta. Pendeta adalah pelayan khusus penuh waktu yang terpanggil

dan menyerahkan diri sepenuhnya serta memilih tugas gereja sebagai satu-satunya bidang

pengabdian dalam hidupnya (ditempuh melalui pendidikan theologia). Sedangkan penatua

dan diaken adalah pelayan khusus yang bukan penuh waktu namun terpanggil untuk

menyerahkan hidupnya untuk pelayanan gereja. Sesuai dengan tata gereja GBKP 2015-2025

mengatakan bahwa: “Pelayan khusus terdiri dari pendeta, penetua atau diaken, secara

bersama-sama melakukan tugas sesuai dengan yang diamanatkan Yesus Kristus sebagai

kepala gereja.”17

Melalui pernyataan tersebut, terlihat bahwa pendeta dan penatua atau diaken

memiliki posisi yang sama yaitu sebagai pemimpin gereja. Oleh sebab itu untuk mencapai

tujuan gereja, kepemimpinan dijalankan bukan hanya oleh pendeta tetapi juga pertua dan

diaken sebagai pelayan khusus.

Tata gereja GBKP mengatakan ada beberapa tugas Majelis didalam jemaat sebagai

pemimpin dan pelayan gereja, yaitu; 1. Memimpin dan melayani jemaat, bersama-sama

dengan pelayan khusus lainnya. 2. Menjadi pembimbing, pendorong, dan teladan bagi warga

gereja dalam pertumbuhan menuju kedewasaan iman dalam kehidupan yang bersekutu,

bersaksi, dan melayani. 3. Melakukan perkunjungan, memperhatikan kesejahteraan jasmani

maupun rohani warga gereja, dan melaporkan kepada Majelis Runggun apabila ada warga

yang perlu dibantu secara khusus. 4. Menyelenggarakan pelayanan kebaktian, pemberitaan

firman, persiapan-persiapan sakramen, persiapan-persiapan pemberkatan perkawinan,

persiapan sidi, penyelenggaraan pendidikan agama, menilik isi pengajaran yang tidak sesuai

dengan pengajaran GBKP, serta menggembalakan warga gereja. 5. Mendampingi warga

gereja yang sedang menghadapi kesulitan dirumah tangga, di lingkungan masyarakat atau di

tempat kerja guna membantu mencapai jalan keluar dan menyimpan kerahasiaan yang

menyangkut pribadi-pribadi warga gereja dengan sebijaksana mungkin.18

Gereja diberi hak dan tanggung jawab untuk menjabarkan wujud dari kasih Allah

kepada manusia dan dunia sekitarnya dimana ia berada dan tumbuh. Berdasarkan penjabaran

hak dan tanggunjawab tersebut, maka gereja memerlukan kepemimpinan didalam jemaat

yang mempunyai makna penyelenggaraan gereja yang berdasarkan jabatan gerejani.19

Melalui kepemimpinan jemaat ini gereja dapat menata langkah dan mendayungkan segala

17

Tata Gereja GBKP Tahun 2015-2025, 15 18

Tata Gereja GBKP Tahun 2015-2025, 101-102 19

S.W. Lontoh &H. Jonathans, Bahtera Guna Dharma GPIB. (Jakarta : BPK Gunung Mulia 1981),

251

Page 19: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

8

potensi yang ada bagi realisasi tugas yang diembannya. Kepemimpinan inti secara nyata

dimanifestasikan dalam suatu wadah yang disebut Majelis jemaat. Wadah ini merupakan

himpunan pemimpin-pemimpin jemaat yang bertugas mempin, mendorong, mengkoordinasi

jemaat dalam pelayanan.

Majelis jemaat dalam jabatan gerejawi harus dengan sepenuh hati dan dengan

sukacita melakukan tugas dan pelayananya bukan dengan keadaan terpaksa. Majelis harus

mampu meyakinkan dunia akan karya penyelamatan Allah dan penebusan Kristus akan dunia

ini. Oleh karena itu sebagai panutan hendaklah majelis jemaat menjadi contoh yang baik

dalam melaksanakan tugas dan pengutusannya. Begitu juga dengan hal pelayanan Majelis

harus dapat melaksanakan pelayanan dengan sepenuhnya, tidak setengah-setengah, sehingga

pelayanan yang dilakukan tidak menjadi timpang didalam jemaat.

2.2 PEMUDA

Pemuda dikenal dengan istilah adult yang berasal dari bentuk lampau kata kerja latin

yaitu adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna ataupun

telah menjadi dewasa.20

Pertumbuhan pemuda juga dianggap suatu fase dimana gereja juga

merasa bertumbuh, karena dapat dilihat dari partisipasi dan sumbangan-sumbangan yang

diberikan pemuda; baik dari segi energi, pemikiran dan lain sebagainya. Kaum pemuda

merupakan suatu bagian yang penting bagi Gereja Kristen saat ini.

Kaum pemuda biasanya tidak pernah diam dalam menanggapi sesuatu karena dimana-

mana kaum pemuda selalu bergerak dan bertindak (dinamis) yang suka berbaris dan bersaksi

kemana-mana. Mereka ingin berorganisasi serta mengikuti pemimpin-pemimpin yang

dikagumi.21

Jean Piaget berpendapat bahwa ada dua hal yang mempengaruhi pertumbuhan

kognitif manusia yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi ini mampu menjaga manusia pada

saat menerima informasi yang baru dan menghadapi perubahan serta menjamin kontiniutitas

pada diri seseorang yang berinteraksi dan membentuk pemahaman yang lebih dalam

mengenai realitas yang dijumpainya.22

Banyak sekali pemuda sekarang ini yang merasa puas

apabila ia berkumpul dan bertemu anggota organisasinya, karena melalui

persekutuan/komunikasi yang dibangun mampu membantu pemuda dalam mengatasi masalah

ataupunn tantangan yang dihadapinya. Memperhatikan pemuda berarti dengan setia

20

Gould R, Adult Life Stages: Growth Toward Self-Tolerance, (Psychology Today, 1975), 24 21

G Homrigousen, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984), 154 22

Charles M Shelton SJ, Spiritualitas Kaum Muda Bagaimana Mengenal dan Mengembangkannya,

(Yogyakarta : Kanisius, 1990), 10-11

Page 20: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

9

menolong mereka untuk semakin bertumbuh dalam hubungan mereka dengan Tuhan. Bentuk

perhatian untuk memenuhi tujuan Allah bagi pemuda yang menjadi jemaat yaitu melalui

persekutuan.23

Dalam realitas kehidupan pemuda, secara terus menerus banyak mengalami

pembaharuan. Pembaharuan yang dimaksud ialah adanya proses pertumbuhan kerohanian

para pemuda ditengah-tengah gereja ataupun masyarakat. Kaum muda sedang mengalami

proses pertumbuhan dan perkembangan dari segala segi yang ada pada dirinya, sehingga

untuk menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan pertumbuhan tersebut kaum

muda mempunyai mekanisme sendiri dalam menghadapinya. Mereka menganggap bahwa

mereka akan mendapatkan bantuan dari keluarga, sekolah, lembaga-lembaga/organisasi dan

masyarakat sekitar untuk mengarahkan mereka dalam memecahkan masalah yang

dihadapinya. Namun proses pertumbuhan akan dapat lebih terarah dalam mengatasi masalah,

apabila bagi mereka tersedia pelayanan pendampingan yang memadai dari segi tujuan materi

program, bentuk, metode-metode dan tekniknya.

Didalam pertumbuhan dan perkembangannya, pemuda dapat ditinjau dari beberapa

perkembangan yang ia alami dalam kehidupannya, baik dari segi perkembangan kognitif,

perkembangan moral, perkembangan mental dan perkembangan Imannya. Pemuda yang

memahami dirinya adalah pemuda yang dapat berharap akan kehidupan yang bahagia,24

inilah sebabnya gereja harus dapat membahagiakan pemudanya agar pemuda dapat

memahami dirinya sebagai pemuda Kristen.

2.3 PEMBINAAN PEMUDA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pembinaan adalah “Suatu usaha, tindakan,

dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih

baik”.25

Menurut G. Riemer dalam bukunya Ajarlah Mereka, mengatakan: ”Katekhein

(Kathcein) adalah asal muasal kata katekese, kateketik dan katekisasi. Istilah ini mempunyai

beberapa makna dalam Alkitab. Makna utama memberi tekanan kepada otoritas (wewenang,

kekuasaan yang sah) dalam hal pendidikan, karena katekhein berarti mengajar dari atas ke

bawah”.26

Dari kutipan ini berarti dapat dikatakan bahwa mengajar itu mempunyai otoritas

yang penting dalam hal mendidik seseorang dan kata engkau disini menunjukkan kepada

23

Doug Fields, Purpose Driven Youth Ministry, (Jawa Timur: Gandum Mas, 200), 64 24

Agus Sujanto. Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Aksara Baru, 1980), 185 25

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), 117 26

G. Riemer. Ajarlah Mereka. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 1998), 21

Page 21: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

10

kordinator pemuda agar mereka terbina dengan baik. Jika pembinaan telah dilakukan dengan

baik, maka pemuda akan bertumbuh dalam kerohanian, sebab pembinaan yang dilakukan

berdasarkan Firman Allah atau dari Tuhan.

Pembinaan dapat dicapai melalui proses belajar mengajar untuk membawa pemuda

kepada tingkat pengertian yang benar akan Firman Tuhan, sikap dan perbuatan yang sudah

diperbaharui akan menggambarkan kedewasaan kerohanian di dalam persekutuan Kristus.

Maka setiap orang percaya yang sudah lahir baru dan menjadi anggota keluarga Allah wajib

mengikuti pembinaan tanpa ada batas, supaya setiap orang percaya tidak diombang-

ambingkan dalam pengajaran-pengajaran yang menyesatkan (Efesus 4:11), sehingga

menghambat pertumbuhan kerohanian pemuda untuk melakukan pelayanan kelak.

Wendell smith sebagai seorang gembala pemuda di Portland Oregon,

mengungkapkan 7 cara membina pemuda berdasarkan karakteristik Alkitab;27

1. Memperhatikan para pemuda. Seorang pembina harus mengekspresikan kasihnya

kepada para pemuda seperti yang terdapat dalam Yesaya 40: 11 yang mengatakan

bahwa Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya, dipangku-Nya dan dituntun-Nya

dengan hati-hati.

2. Mendukung dan membantu pertumbuhan spiritual para pemuda. Mazmur 23:2, Ia

membaringkan aku dipadang yang berumput hijau

3. Memberi perlindungan kepada para pemuda. Yesaya 40:11, Akulah gembala yang

baik memberikan nyawanya bagi domba-dombaNya.

4. Memimpin para pemuda. Para pemuda membutuhkan pahlawan dan teladan yang

dapat mereka contoh, oleh karena itu para pembina pemuda harus memotivasi para

pemuda untuk dapat memiliki gaya hidup Kristen seperti mereka. Mazmur 23:2b, Ia

membibingku ke air yang tenang.

5. Mengoreksi dan menegur pada saat pemuda melakukan kesalahan. Pemimpin harus

menerapkan hal tersebut atas dasar kasih. Mazmur 23:4, gada-Mu dan tongkat-Mu,

itulah yang menghibur aku.

6. Melakukan kunjungan. Para pembina pemuda yang ingin mengetahui kebutuhan para

pemuda dalam komunitasnya, harus memberikan perhatian yang khusus dengan

27

Benny Novian Bessie, “Rendahnya Partisipasi Pemuda Dalam Mengikuti Ibadah Pemuda di GMIT

Jemaat Imanuel Soe. (Fakultas Teologi., Universitas Kristen Satya Wacana, 2011), 31

Page 22: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

11

melakukan perkunjungan baik itu di sekolah, dirumah atau ditempat lainnya. Yohanes

10: 14, Aku mengenal domba-dombaKu.

7. Mengadakan konseling bagi pemuda. Para pemuda memerlukan konseling dalam

kehidupan mereka. Para pembina pemuda harus peka dalam hal ini dengan kasih dan

pengajaran melalui Firman Tuhan. Yoh 10:3, untuk dia penjaga membuka pintu dan

domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-

masing menurut namanya dan menuntunnya keluar.

Melalui 7 tahapan/langkah ini pembina pemuda pasti akan lebih mengerti bagaimana

cara dalam mengatasi ketidakaktifan pemuda didalam kegiatan-kegiatan pemuda. Majelis

dalam membina para pemuda memang sudah seharusnya mengenali para pemuda secara

personal, agar majelis juga mengetahui bagaimana perkembangan pemuda tersebut dan apa

yang dihadapi serta dibutuhkan oleh para pemudanya. Sehingga melalui pembinaan yang

dilakukan Majelis dapat membantu pemuda yang tidakaktif menjadi aktif dengan berbagai

alasan dan halangan ketidakaktifannya.

Selain itu, dalam bukunya Jemaat Vital & Menarik: Membangun Jemaat dengan

Menggunakan Metode Lima Faktor Jan Hendricks mengatakan ada 5 faktor dalam jemaat

yang dapat digunakan untuk mewujudkan pembangunaan jemaat, yaitu;28

Pertama,

keterlibatan umat sangat dipengaruhi oleh iklim gereja. Iklim dalam gereja ialah pengakuan,

dan perlakuan terhadap setiap anggota jemaat sebagai subyek dalam hidup dan karya Gereja.

Kedua, penghargaan umat sebagai subyek gereja, berkaitan erat dengan gaya dan pola

kepemimpinan didalam gereja. Kepemimpinan yang dimaksud adalah gaya dan sifat

kepemimpinan yang dipraktikkan oleh pejabat gereja dan para pelayan gereja lainnya dalam

menjalankan tugas mereka. Ketiga, penghargaan umat sebagai subyek gereja, juga

dipengaruhi oleh keterlibatan umat dalam merumuskan tujuan dan tugas gereja. Tujuan

adalah segala sesuatu yang ingin diraih oleh gereja, sedangkan yang dimaksud dengan tugas

adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan dalam rangka meraih tujuan gereja. Keempat,

keterlibatan umat sebagai subyek gereja juga ditentukan oleh struktur gereja yang memberi

tempat. Struktur gereja adalah keseluruhan relasi timbal balik yang diatur dan ditata

sedemikian rupa antara anggota jemaat secara individual maupun bersama-sama dengan para

pejabat gereja dan pelayan gereja lainnya, dimana relasi tersebut formal maupun informal.

Kelima, keterlibatan umat akan diwarnai oleh perasaan senang kalau gereja menolong setiap

28

Jan Hendriks, Jemaat Vital & Menarik: Membangun Jemaat dengan Menggunakan Metode Lima

Faktor. (Yogyakarta : Kanisius, 2002), 48-87

Page 23: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

12

umat menemukan identitas dirinya sebagai orang beriman dan sebagai gereja. Dari uraian di

atas yang dimaksud dengan identitas adalah pemahaman yang dihayati oleh setiap anggota

jemaat tentang siapa dan apa tugas mereka sebagai orang beriman maupun siapa dan apa

tugas mereka secara bersama-sama sebagai gereja yang hidup.

GBKP dalam tata gereja juga sudah mengaturkan pembinaan terhadap warga gereja,

termasuk kepada PERMATA. Menurut GBKP Pembinaan Warga Gereja (PWG) adalah upaya

yang terencana dalam berkesinambungan untuk memperlengkapi warga gereja dan pelayan

khusus dengan nilai-nilai, sikap dan keterampilan dalam dunia yang terus menerus

mengalami dinamika perubahan.29

Hal ini menunjukkan bahwa secara pemahaman, GBKP

memahami adanya pembinaan terhadap warga gereja termasuk PERMATA untuk

memperlengkapi pemuda gereja menghadapi dunia.

III. Hasil Penelitian dan Analisa

Pada bagian ini penulis akan memaparkan hasil penelitian dan analisa terhadap peran

Majelis dalam mengatasi ketidakaktifan Pemuda GBKP Semarang. Dalam bagian ini penulis

akan meringkasnya dalam beberapa bagian; 1. Latar belakang GBKP Semarang dan

perkembangan Pemuda GBKP Semarang. 2. Peran Majelis GBKP Semarang dalam membina

dan mengatasi ketidakaktifan Pemuda GBKP Semarang. 3. Tinjauan PWG terhadap peran

Majelis dalam membina Pemuda GBKP Semarang terkhusus dalam mengatasi ketidakaktifan

Pemuda GBKP Semarang.

3.1. Latar Belakang GBKP Semarang dan Perkembangan Pemuda GBKP

Semarang

Sejarah berdirinya GBKP Semarang dimulai pada tahun 1983 dengan adanya wacana

dari sekumpulan orang Karo yang berada di kota Semarang. Wacana tersebut berubah

menjadi sebuah aksi dengan dikumpulkannya beberapa keluarga orang Karo dan pemuda

Karo yang berada di kota Semarang, sehingga melalui perkumpulan tersebut dilakukanlah

ibadah keluarga dirumah-rumah orang Karo yang ada di kota Semarang pada saat itu.

Beberapa bulan mengadakan ibadah rumah tangga, komunitas ini meningkatkan keinginanya

untuk mendirikan GBKP di kota Semarang dengan membuat ibadah minggu tetapi masih

menumpang gedung di HKBP Kartanegara Semarang. Selama enam bulan menumpang di

gedung HKPB Kartanegara Semarang, pada tahun 1987 Bakal Jemaat GBKP Semarang

29

Tata Gereja GBKP Tahun 2015-2020, 51

Page 24: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

13

berpindah ke gedung yang sudah dibangun. Pada tahun 1989 status BAJEM30

(Bakal Jemaat)

GBKP Semarang disahkan menjadi GBKP Runggun Semarang.31

Pada saat peresmian GBKP Runggun32

Semarang ditahbiskan juga 7 orang menjadi

Majelis yang sudah terpilih. Sejak berdirinya GBKP Semarang sampai pada tahun 2014

belum pernah ada Pendeta yang melayani. Sebelum adanya Pendeta yang melayani di GBKP

Semarang Pendeta yang melayani didatangkan dari Jogja sekali dalam sebulan. GBKP

Semarang saat ini memiliki delapan orang Majelis yang termasuk salah satunya adalah

Pendeta, yang dimana juga sebagai ketua Majelis dan Ketua Bidang Koinonia. Kedelapan

Majelis ini dipilih melalui pemilihan oleh jemaat GBKP Semarang pada tahun 2014 dan akan

melayani sampai pada tahun 2019. Majelis dapat melayani kembali setelah tahun 2019

apabila masih terpilih pada periode berikutnya.33

Kehadiran GBKP Semarang membuat orang Karo (jemaat GBKP) yang ada di kota

Semarang merasa senang dan bangga karena sudah memiliki gereja sendiri dengan

menghadirkan unsur-unsur budaya di dalamnya, baik dalam liturgi maupun yang lainnya.

Oleh sebab itu secara keseluruhan, orang Karo yang datang ke kota Semarang tidak

mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan tata cara ibadah yang dilakukan oleh

GBKP Semarang. Dengan adanya GBKP Semarang, orang Karo yang berada di kota

Semarang mampu menyalurkan dan mengembangkan tradisi budaya Karo di kota Semarang

terkhusus didalam Gereja Batak Karo Protestan (GBKP ) Semarang.

PERMATA GBKP Semarang yang sudah ada mulai dari sekitar 20 tahun yang lalu,

pemuda GBKP Semarang pada umumnya mengalami perkembangan terkhusus dalam

kuantitas pemuda. Jumlah pemuda yang setiap tahunnya mengalami perkembangan dalam

jumlah keanggotan ternyata menjadi suatu pergumulan yang dihadapi pengurus PERMATA

dan Majelis GBKP Semarang karena pada kenyataanya penambahan kuantitas pemuda tidak

sesuai dengan jumlah kehadiran pemuda pada setiap kegiatan yang dilaksanakan. Oleh sebab

itu, pengurus PERMATA mengambil kebijakan untuk membentuk tim dalam setiap bidang

untuk membantu pelayanan-pelayanan di dalam PERMATA agar perjalanan pelayanan lebih

mudah dan berkembang dalam pelaksanaannya. Adapun tim yang dibentuk pengurus

30

BAJEM merupakan Bakal Jemaat yang dipersiapkan untuk menjadi Runggun 31

Hasil wawancara dengan Majelis Seth Sitepu (Majelis Emeritus GBKP Semarang), Semarang 3

Februari 2016, pukul 18:00 WIB 32

Runggun dilembagakan setelah melalui dua tahap yaitu Perminggun dan Perpulungen. 33

Hasil wawancara dengan Majelis Tenang Ebenezer Ginting (Bendahara Majelis GBKP Semarang),

Semarang, 31 Januari 2016, pukul 11:30 WIB

Page 25: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

14

berdasarkan bidangnya adalah bidang Pembinaan, Bidang Konsolidasi dan Bidang

Partisipasi. Pada bidang pembinaan terdapat dua tim yaitu tim KTB (Kelompok Tumbuh

Bersama) dan tim Pemerhati. Pada bidang konsolidasi terdapat tim musik dan pada bidang

partisipasi terdapat tim Multimedia.34

Melalui tim yang dibentuk pengurus PERMATA diharapkan adanya pengaruh yang

diberikan oleh anggota tim pengurus terkhusus dalam mengatasi ketidakaktifan pemuda

GBKP Semarang. Seluruh tim diharapkan mampu bekerjasama untuk mewujudkan suatu

persekutuan yang baik kepada seluruh pemuda GBKP Semarang. Pengurus PERMATA

memperkuat koordinasi dengan seluruh anggota tim, agar perjalanan pelayanan pemuda

GBKP Semarang mampu dijalankan sesuai dengan apa yang sudah di programkan oleh

pengurus.

3.2. Peran Majelis GBKP Semarang dalam membina dan mengatasi

ketidakaktifan Pemuda GBKP Semarang

Sebagai Majelis yang sudah dipilih dan dipercayakan dalam melakukan tugas dan

tanggung jawab pelayanan dalam gereja memiliki beberapa tugas pelayanan. Tugas

pelayanan tersebut seperti yang sudah diatur dalam tata gereja GBKP pasal 92 adalah sebagai

berikut; memimpin dan melayani jemaat, bersama-sama dengan pelayan khusus lainnya,

menjadi pembimbing, pendorong, dan teladan bagi warga gereja dalam pertumbuhan menuju

kedewasaan iman dalam kehidupan yang bersekutu, bersaksi, dan melayani melakukan

perkunjungan, memperhatikan kesejahteraan jasmani maupun rohani warga gereja, dan

melaporkan kepada Majelis Runggun apabila ada warga yang perlu dibantu secara khusus.35

Melalui tugas dan tanggungjawab sebagai Majelis yang sudah diatur dalam tata gereja

tersebut, maka Majelis sudah seharusnya melihat pada pergumulan jemaatnya terkhusus

kategorial pemuda dalam mengatasi banyaknya pemuda yang tidak aktif dalam mengikuti

kegiatan-kegiatan pemuda dan gereja dengan melaksanakan pembinaan terhadap pemuda.

Pembinaan merupakan suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah

dimiliki dan mempelajari hal-hal yang baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu

orang-orang menjalaninya, untuk memperbaiki dan mengembangkan pengetahuan dan

34

Hasil wawancara dengan Pengurus pemuda Arna br. Manullang (Sekretaris Umum Pemuda GBKP

Semarang), Semarang 3 Februari 2016, pukul 20:00 WIB 35

Tata Gereja GBKP Tahun 2015-2020, 101

Page 26: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

15

kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup yang sedang dijalani secara efektif.36

Sebagai

ketua Majelis GBKP Semarang, Pendeta Rosliana br. Sinulingga sudah mengerti dan sadar

akan adanya pembinaan yang harus dilakukan kepada pemuda terkhusus dalam mengatasi

ketidakaktifan pemuda GBKP Semarang. Pendeta mengartikan pembinaan sebagai sebuah

arahan yang membina karakter dan kerohaniannya menuju kearah yang lebih baik, sehingga

timbulnya kesadaran yang lebih tinggi.37

Hal ini berarti bahwa pendeta sudah memiliki

pemahaman yang tepat bahwa perlunya ada pembinaan untuk meningkatkan kesadaran dan

juga partisipasi pemuda.

Sebagai pelayan khusus, Majelis seharusnya memperhatikan para pemuda, dengan

mengekspresikan kasihnya kepada para pemuda. Majelis dalam melakukan pembinaan

terhadap pemuda dibutuhkan kedekatan berupa pendampingan yang dekat dengan pemuda

karena Majelis sebagai pembina mampu menempatkan dirinya bukan di atas untuk mendikte

pemuda, melainkan berada disamping pemuda untuk membantu pemuda dalam setiap

permasalahan yang dihadapinya sebagai pemuda gereja dan pemuda ditengah dunia.

Komunikasi menjadi hal yang penting dalam membangun kedekatan yang baik dalam

sebuah hubungan. Melakukan kedekatan pada seluruh pemuda agar menguasai pemuda

secara emosional, melalui komunikasi yang dibangun maka tentunya seorang pembina akan

mengenali setiap anggotanya.38

Setiap pemuda tentunya menginginkan kedekatan dan

kepedulian dari orang yang mereka anggap sebagai orang tua dimana mereka berada,

sehingga orang tua juga harus membuka diri dan memberikan perhatian sama seperti anak

kandungnya agar setiap hubungan memiliki kedekatan secara utuh.39

Salah satu bentuk

pembinaan secara tidak langsung dapat dimulai dari kedekatan Majelis sebagai

pendampingan terhadap PERMATA sangatlah perlu, agar pemuda memiliki kesadaran dan

tanggungjawab sebagai bagian tertentu dalam gereja GBKP.

Selain itu, dalam meningkatkan peran Majelis terhadap pembinaan pemuda, terdapat

dukungan pertumbuhan spiritual kepada para pemuda. Peran Majelis GBKP Semarang dalam

hal ini masih sangat minim karena Majelis jarang mengikuti kegiatan PA PERMATA,

persekutuan doa dan lain sebagainya dalam program PERMATA untuk meningkatkan

36

A. Mangunhardjana. Pembinaan. Arti dan Metodenya. (Yogyakarta: Kanisius, 1986), 12 37

Hasil wawancara dengan Pdt. Rosliana br. Sinulingga (Ketua Majelis Jemaat GBKP Semarang),

Semarang, 31 Januari 2016, Pukul 20:00 WIB. 38

Hasil wawancara dengan pemuda Albert Surya Kaban (anggota pemuda GBKP Semarang),

Semarang 4 Februari 2016, pukul 18: 00 WIB. 39

Hasil wawancara dengan pemuda Santa Monica br. Sembiring (anggota pemuda GBKP Semarang),

Semarang 6 Februari 2016, pukul 20:00 WIB.

Page 27: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

16

spriritualitas para pemuda GBKP Semarang. Melalui pembinaan pemuda dapat bertumbuh

dan berkembang secara spiritual dan sosialnya, hal ini dapat dilihat dari partisipasi pemuda

GBKP Semarang dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pengurus

PERMATA dan Majelis. Majelis seharusnya membantu pemuda dalam mengembangkan diri

terkhusus dalam perantauan, agar tetap berada pada jalur yang benar dan memberikan

pertimbangan ataupun hal-hal yang baik membantu permasalahan pemuda di dalam segala

hal.40

Sebagai pemimpin, Majelis juga harus memberi perlindungan kepada para pemuda.

Dengan memberikan pembinaan, majelis memberikan perlindungan kepada PERMATA

GBKP. Pembinaan sangatlah penting dilakukan terhadap pemuda saat ini, karena semakin

berkembangnya zaman yang sangat rentan diperhadapkan kepada pemuda. Semakin

berkembangya zaman maka semakin waspadalah kehidupan manusia terkhusus kehidupan

pemuda karena pemudalah saat ini yang menjadi sasaran perkembangan zaman. Selain

daripada itu, pembinaan sangat penting dilakukan terhadap pemuda karena memang pemuda

adalah tulang punggung dan penerus gereja dimasa depan.41

Agar dapat mencegah hal-hal

yang tidak diinginkan terjadi terhadap pemuda, Majelis harus mengambil sikap dalam

melindungi setiap pemudanya.

Sebagai pemimpin gereja, Majelis melakukan tugasnya memimpin jemaat termasuk

PERMATA GBKP Semarang. Para pemuda membutuhkan teladan yang dapat mereka contoh,

oleh karena itu para pembina pemuda harus memotivasi para pemuda untuk dapat memiliki

gaya hidup Kristen seperti mereka. Pemimpin dalam jemaat juga harus mampu menjadi

contoh bagi jemaatnya baik dalam perkataan, perbuatan dan tingkah laku dalam

kesehariannya. Setiap pemuda pasti memerlukan panutan untuk dijadikan contoh dalam

kehidupannya. Pemuda berharap majelis bisa menjadi panutan yang memberikan contoh yang

baik.42

Melihat kurangnya kehadiran Majelis dalam kegiatan PERMATA, membuat para

pemuda tidak memiliki sosok pemimpin yang dapat mereka teladani.

Dalam menjalani kehidupan, setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan,

termasuk juga dengan pemuda. Dalam hal ini Majelis harusnya hadir untuk mengoreksi dan

40

Hasil wawancara dengan Pengurus Pemuda Theophylus Hagata Sembiring (Sekretaris Bidang

Pembinaan GBKP Semarang), semarang 3 Februari 2016, pukul 18:00 WIB. 41

Hasil wawancara dengan Majelis Kampion Sinukaban (Sekretaris Majelis GBKP Semarang),

Semarang, 1 Februari 2016, pukul 18:00 WIB 42

Hasil wawancara dengan pemuda Donaldsius Ginting (anggota pemuda GBKP Semarang), 11

Februari 2016, pukul 18:00 WIB.

Page 28: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

17

menegur pada saat pemuda melakukan kesalahan. Majelis harus menerapkan hal tersebut atas

dasar kasih. Melakukan pembinaan dengan cara menegur dan mengoreksi dalam setiap

perilaku pemuda juga sangat penting dilihat dari situasi dan keadaan bahwa kebanyakan

PERMATA GBKP Semarang merupakan perantau ke kota Semarang, sehingga Majelis yang

bisa dikatakan sebagai orang tua pemuda di Semarang harus berani mengambil sikap dalam

menegur dan mengoreksi perilaku yang salah dalam pemuda. Misalnya apabila ada pemuda

yang dalam studinya sudah melewati waktu studi yang wajar, maka Majelis harus mampu

berperan dalam hal ini agar pemuda tersebut dapat diselamatkan dalam hal studinya.

Mengunjungi jemaat merupakan salah satu tugas pastoral/penggembalaan para

pelayan khusus. Hal ini dilakukan agar para Majelis mengetahui apa yang terjadi dilapangan.

Hal inilah yang juga harusnya dilakukan Majelis terhadap pemuda GBKP Semarang. Majelis

sebagai pembina pemuda seharusnya memberikan perhatian yang khusus dengan melakukan

perkunjungan baik itu di sekolah, dirumah atau ditempat lainnya. Melalui perkunjungan yang

dilakukan oleh Majelis, pemuda akan merasa diperhatikan penuh dan memiliki perubahan

yang baik dalam kehidupannya, terkhusus dalam meningkatkan kehadirannya dalam kegitan-

kegiatan PERMATA GBKP Semarang.

Pembinaan dapat dilakukan secara struktural maupun non struktural. Dalam hal ini

pembinaan dapat dilakukan melalui perkunjungan. Secara khusus perkunjungan belum ada

dilakukan oleh Majelis terhadap pemuda, terutama berkunjung ke kos-kosan pemuda, ke

kampus-kampus dan lain sebagainya.43

Melalui penuturan seorang pemuda tersebut, Majelis

kurang menaruh perhatian terhadap kehidupan nyata para pemuda. Majelis harus peka dalam

hal ini dengan berlandaskan kasih dan pengajaran melalui Firman Tuhan. Hal ini berarti

bahwa para pemuda memerlukan konseling ataupun percakapan pastoral dalam kehidupan

mereka. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan pengurus PERMATA dan anggota

PERMATA, sejauh ini Majelis GBKP Semarang belum melakukan perkunjungan. Majelis

hanya kelihatan pada saat acara-acara besar saja dan tidak ada memberikan sumbangan dan

pengaruh didalam kehadirannya, sehingga dalam hal ini pemuda tidak merasakan adanya

peran Majelis. Perkunjungan Majelis terhadap pemuda hanya sebatas perkunjungan sakit,

kedukaan dan lain sebagainya yang masih bersifat pada momen-momen tertentu.44

Seperti

yang tertulis dalam Yoh 10:3, untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba

43

Hasil wawancara dengan Pemuda Febry Yanti br. Barus (Anggota Pemuda GBKP Semarang),

Salatiga 11 Februari 2016, pukul 18:00 WIB. 44

Hasil wawancara dengan Pemuda Inri Anipra Setia br. Tarigan (anggota pemuda GBKP Semarang),

Semarang 4 Februari 2016, pukul 14:00 WIB

Page 29: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

18

mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut

namanya dan menuntunnya keluar. Seperti ini jugalah halnya para Majelis membina setiap

pemuda agar dapat aktif.

Keterlibatan umat akan diwarnai oleh perasaan senang kalau gereja menolong setiap

umat menemukan identitas dirinya sebagai orang beriman dan sebagai gereja.45

Dalam hal ini

yang dimaksud dengan identitas adalah pemahaman yang dihayati oleh setiap anggota jemaat

tentang siapa dan apa tugas mereka sebagai orang beriman maupun siapa dan apa tugas

mereka secara bersama-sama sebagai gereja. Penghayatan identitas yang baik akan menjadi

sumber inspirasi bagi setiap anggota jemaat dalam menjalani hidup dan karya gereja. Majelis

sebagai pemimpin tertinggi didalam sebuah gereja mampu memberikan identitas yang khas

kepada setiap anggotanya terkhusus kepada pemuda. Tetapi dalam hal ini ada kendala yang

ditemukan dilapangan, karena pada dasarnya pemuda secara administrasi tidak terpenuhi

keanggotaannya karena tidak membawa surat pindah dari gereja asalnya.46

Secara

administratif pemuda yang hanya memenuhinya adalah 50% saja, sehingga sulit bagi Majelis

dalam menjalankan hak dan kewajibannya bagi pemuda yang ada di GBKP Semarang.47

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan mengatakan bahwa kendala yang

ditemukan para Majelis dalam melaksanakan pembinaan terhadap pemuda ialah waktu,

dimana Majelis GBKP Semarang rata-rata adalah pegawai dan hanya memiliki waktu di hari

minggu saja. Selain itu jarak juga menjadi kendala bagi para Majelis, mengingat letak

geografis kota semarang yang bisa dibilang cukup luas. Kebanyakan dari Majelis berada

ditempat yang berjauhan dan tinggal di daerah Semarang bawah, sedangkan kebanyakan

pemuda GBKP Semarang berada di daerah Semarang atas.48

Hal ini juga merupakan suatu

permasalahan dan pergumulan tersendiri bagi para Majelis, karena untuk menembus kendala

tersebut Majelis benar-benar bersiap untuk meluangkan waktunya dalam melakukan

pembinaan terhadap pemuda.

45

Jan Hendriks. Jemaat Vital dan Menarik. (Yogyakarta : Kanisius, 2002), 174 46

Hasil wawancara dengan Majelis Seth Sitepu ( Majelis Emeritus GBKP Semarang), Semarang 3

Februari 2016, pukul 18:00 WIB 47

Hasil wawancara dengan Majelis Kampion Sinukaban (sekretaris Majelis GBKP Semarang),

Semarang, 1 Februari 2016, pukul 18:00 WIB 48

Semarang bawah adalah daerah pusat kota Semarang dan sekitarnya, sedangkan Semarang atas

daerah kampus UNDIP, UNNES dan lain sebagainya.

Page 30: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

19

3.3. Tinjauan Pembinaan Warga Gereja (PWG) terhadap peran Majelis dalam

membina Pemuda GBKP Semarang terkhusus dalam mengatasi ketidakaktifan

Pemuda GBKP Semarang.

Pembinaan warga gereja yang bertanggung jawab dalam perwujutan Tubuh Kristus

yang melingkupi kepemimpinan gereja, pengembangan dan pendalaman kehidupan spiritual

jemaat dan pembaharuan persekutuah gereja juga harusnya diberikan kepada seluruh pemuda.

Hal ini sebagai upaya untuk menolong pemuda agar dapat mewujudkan Firman Allah dalam

kehidupannya menghadapi dunia. Pembinaan tidak dapat dilakukan hanya sekali atau pada

waktu tertentu saja. Akan tetapi harus dilakukan secara intensif dan secara terus menerus. Hal

ini untuk memperlengkapi pemuda sebagai anggota tubuh Kristus.

Pada bagian sebelumnya Philips sudah mengatakan bahwa hakikat dari pembinaan

adalah pemekaran dan pengembangan pribadi pemuda dalam dua dimensi; vertikal

(hubungan manusia dengan Tuhan) dan horizontal (hubungan manusia dengan sesama dan

alam). Dalam pembinaan yang dilakukan terhadap pemuda harusnya meningkatkan hubungan

pemuda dengan Tuhan secara vertikal. Hal ini terlihat dari keaktifan pemuda kegereja

maupun dalam kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh gereja. Selain meningkatkan

spiritualitas pemuda, pembinaan juga dilakukan untuk membangun hubungan manusia

dengan sesama dan juga alam. Akan tetapi ketidakaktifan pemuda GBKP Semarang juga

memperlihatkan tidak adanya kerinduan untuk bersekutu dengan sesamanya dalam segala

kegiatan.

Secara organisasi, pembinaan terhadap pemuda juga harus menjadi fokus pelayanan

Majelis. Hal ini bertujuan agar menjaga pemuda dalam menerima informasi yang baru dan

menghadapi perubahan, serta menjamin diri pemuda berinteraksi dan membentuk

pemahaman yang lebih dalam mengenai realitas yang dijumpainya. Sehingga terdapat

perkembangan yang baik dalam diri pemuda sebagai pemuda dalam dimensi horizontal yaitu

hubungan manusia dengan sesama dan alam.

Dalam pelaksanaan pembinaan warga gereja, GBKP melaksanakannya dengan

melakukan atau mengadakan pelatihan (training), lokakarya (workshop), seminar dan

pengadaan unit-unit diklat (training).49

Akan tetapi dalam pelaksanaannya, pemuda sebagai

warga gereja GBKP mengakui tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut untuk

49

Tata Gereja GBKP Tahun 2015-2020, 51.

Page 31: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

20

meningkatkan nilai-nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilannya. Melalui kenyataan

tersebut, terlihat bahwa sebenarnya Majelis tidak melakukan tugasnya dalam membina warga

gereja khusunya pemuda GBKP. Hal ini memungkinkan pemuda tidak aktif dalam kegiatan

gereja karena tidak mengalami pertumbuhan secara vertikal maupun horizontal yang

disebabkan tidak adanya pembinaan.

Menurut Jack Saymour dalam bukunya “Mapping Christian Education” pendidikan

iman yang sudah dibawa oleh Yesus kedunia juga harus diteruskan oleh gereja saat ini agar

apa yang dilakukan oleh Yesus pada masanya dapat dirasakan oleh jemaatNya pada saat ini.

Pengajaran iman yang diberikan Yesus kepada murid-muridNya dan kepada umat pada masa

tersebut, sehingga pengajaran iman yang dilakukan oleh Yesus juga harus diteruskan kepada

umatNya pada masa kini.50

Karena didalam Mazmur 119:9 dikatakan “Bukan karena

kemampuan orang percaya mempertahankan diri kudus dan suci dihadapan Tuhan melainkan

oleh karena Firman Tuhan itu sendiri yang memampukan”.

Majelis sebagai pembina pemuda di dalam gereja juga harus dipersiapkan dengan

baik, karena Majelis dalam melaksanakan pembinaan bukanlah hal yang mudah bagi Majelis

sendiri. Majelis harus dibina terlebih dahulu oleh pendeta setempat atau pembina yang

didatangkan dari luar gereja tersebut. Kualitas Majelis dalam membina pemuda harus betul-

betul kelihatan, agar pemuda yang dibina juga menjadi baik dan memiliki perubahan yang

baik pula. Melalui kualitas yang dimiliki oleh Majelis dalam membina pemuda, Majelis

mampu merangsang pemuda dengan metode-metode yang baru dan tepat bagi pemuda gereja

sesuai dengan kebutuhan pemuda saat ini.51

Dalam Amsal 22:6 dikatakan “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut

baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”. Dalam

ayat ini sangat jelas sekali dikatakan bahwa pemuda sangat perlu dibina atau dengan kata lain

di didik agar pada masa hidup mereka selalu terbina oleh Firman Tuhan. Pemuda harus

dibina dengan baik agar menjauhkan diri dari dunia dan dosa, mempersatukan diri dengan

kematian dan kebangkitan Kristus, menyerahkan dan mempersembahkan diri kepada Allah.

Dengan kata lain, punya persekutuan yang intim dengan Kristus (I Yohanes 2:15-17).

Mengarahkan pemuda menuju kebaikan dan membinanya dengan baik merupakan sebuah

dasar yang baik bagi pemuda agar dalam kehidupan spiritual dan bermasyarakatnya menjadi

50

Jack Saymour, Mapping Christian Education. (Abingdon Press, 1997), 13 51

Alfred Schmidt, Kawan Sekerja Allah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1983), 44

Page 32: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

21

baik. Sehingga pada saat pemuda sudah masuk kepada tahap yang lebih tinggi lagi, pemuda

tersebut sudah berada posisi yang baik dan benar.

Sebagai pemimpin, Majelis dalam melaksanakan pembinaan terhadap pemuda

seharusnya memilki mekanisme yang baik agar pembinaan yang dialukan dapat memberikan

perubahan yang baik terhadap pemuda. Majelis harus menerapkan hal tersebut atas dasar

kasih. Mazmur 23:4, menuliskan “sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak

takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur

aku.” Tuhan selalu punya alat dan cara dalam membina setiap manusia, gada dan tongkatNya

digambarkan sebagai alat kuasa Tuhan dalam mengasihi anak-anakNya dibumi ini. Tuhan

menuntun manusia pada jalan yang benar atau menyelamatkannya dari kesulitan. Gada dan

tongkat Allah menjamin kasih dan bimbingan Allah dalam kehidupan semua manusia.

Mekanisme yang dibuat oleh Majelis harus sesuai juga dengan perintah Allah kepada

manusia, agar Majelis mampu menjadikan pembinaan sebuah alat yang baru untuk mengatasi

ketidakaktifan pemuda.

Sebagai Majelis gereja, Majelis mampu menciptakan iklim yang baik dalam gereja

terkhusus kepada pemuda agar pemuda mendapatkan pengakuan, dan perlakuan sebagai

subyek yang hidup dan berkarya didalam gereja. Melalui iklim yang diciptakan oleh Majelis

tersebut, pemuda juga merasakan bahwa keterlibatanya sebagai subyek gereja juga berada

dalam sebuah struktur gereja yang memberi tempat.52

Struktur gereja yang menunjukan pada

keseluruhan relasi timbal balik yang diatur dan ditata sedemikian rupa antara anggota jemaat

secara individual maupun bersama-sama dengan para pejabat gereja dan pelayan gereja

lainnya. Kebaradaan seorang pemuda akan ditentukan dengan adanya perlakuan dan

pengakuan yang baik yang diberikan oleh para Majelis terhadap pemuda gereja.

Oleh sebab itu, salah satu indikasi keberhasilan gereja adalah keterkaitan yang tinggi

dari Majelis terhadap perbaikan pembinaan pemuda. Majelis sesuai dengan gereja yang

dipimpinnya perlu memahami program pembinaan masing-masing. Membina pemuda ialah

mengembangkan profesi, termasuk kepribadian mereka sebagai pelayan didalam

gereja. Untuk meningkatkan profesionalisme dan kepribadian pemuda, sangat perlu adanya

pembinaan dari Majelis. Dengan memberi pembinaan, diharapkan pemuda lebih bertanggung

jawab pada tugas yang di miliki dalam kehidupannya sehari-sehari sebagai pemuda Kristen.

Pembinaan kepada pemuda dilakukan oleh Majelis selaku pembimbing pemuda

52

Jan Hendriks. Jemaat Vital dan Menarik. (Yogyakarta : Kanisius, 2002), 57

Page 33: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

22

gereja. Dengan demikian Majelis berkewajiban untuk selalu membina, dalam arti berusaha

untuk meningkatkan pelaksanaan penyelenggaraan pembinaan yang lebih baik demi

mewujudkan Kerajaan Allah ditengah-tengah dunia ini.

IV. PENUTUP

Pada bab ini membahas konstribusi mengenai peran Majelis GBKP Semarang dalam

membina dan mengatasi ketidakaktifan pemuda GBKP Semarang dan rekomendasi bagi

penelitian yang akan datang.

4.1. Kesimpulan

Pertama, Majelis mengakui pentingnya pembinaan terhadap pemuda GBKP

Semarang. Pembinaan sangat perlu dilakukan terhadap pemuda karena pemuda merupakan

penerus dan tulang punggung gereja. Sebagai penerus gereja, pemuda juga seharusnya sudah

tahu tentang gereja, apa pergumulan gereja secara umum dan khusus. Melalui pengetahuan

yang didapatkan pemuda dalam ikut aktif dalam setiap kegiatan di gereja, pemuda sudah tahu

dan mengerti bagaimana cara mengubah gereja menjadi lebih baik lagi dan gereja yang

seperti apa yang diminati orang banyak dimasa yang akan mendatang.

Kedua, usaha pembinaan terhadap pemuda terkhususnya dalam mengatasi

ketidakaktifan pemuda di GBKP Semarang masih sangat lemah karena berbagai faktor yang

mempengaruhinya, seperti; lemahnya kualitas pembinaan Majelis gereja baik secara individu

maupun secara organisasinya, tidak tersedianya mekanisme dan data administrasi pemuda

yang valid, serta kurangnya perhatian terhadap kebutuhan setiap pemuda dari segala aspek

kehidupannya.

Ketiga, walaupun ada kesadaran majelis bahwa penting adanya pembinaan terhadap

pemuda sebagai penerus gereja, akan tetapi tidak ada program khusus dan intensip yang

dilakukan majelis untuk membina pemuda yang adalah warga gereja GBKP. Pembinaan

sudah dilakukan oleh Majelis hanya pada saat tertentu seperti PA PERMATA dan ibadah

penghiburan bagi yang kedukaan.

Keempat, belum tercipta relasi yang baik antara Majelis dengan pemuda GBKP

Semarang, sehingga Majelis tidak mengenali pemuda secara personal dan pemuda juga tidak

secara menyeluruh mengenali Majelis GBKP Semarang. Relasi yang dibangun harus sedekat

mungkin seperti anak dengan orang tua, agar pemuda merasa tenang dan senang berada

dalam sebuah gereja.

Page 34: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

23

4.2. Saran

Kepada Majelis GBKP Semarang: Majelis lebih memperhatikan lagi pemuda secara

keseluruhan, agar pemuda GBKP Semarang mau ikut ambil bagian disetiap kegiatan yang

dilaksanakan. Perhatian yang dilakukan Majelis harus bersifat menyeluruh dan personal

kepada setiap pemuda GBKP Semarang. Majelis melakukan pembinaan terhadap pemuda

secara struktur, misalnya mengadakan seminar kepada pemuda setiap satu tahun sekali,

mengadakan malam keakraban dengan pemuda dan lain sebagainya yang dapat

membangkitkan niat pemuda dalam mengikuti kegiatan dan meningkatkan keaktifan pemuda

GBKP Semarang.

Membangun relasi yang baik kepada pengurus PERMATA dan seluruh anggota

pemuda, agar setiap kegiatan Majelis dapat mengambil bagian. Memperhatiakan pemuda

seperti anak kandungnya agar pemuda juga merasakan kasih sayang orang tua di perantauan.

Majelis mau ikut serta ambil bagian dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh PERMATA

GBKP Semarang. Meluangkan sedikit waktunya untuk memperhatikan kegiatan-kegiatan

yang dilakukan oleh PERMATA GBKP Semarang.

Kepada Pengurus PERMATA GBKP Semarang: membagi pemuda menjadi beberapa

wilayah/sektor agar lebih mudah terjangkau oleh pengurus PERMATA dan Majelis,

mengingat jumlah pemuda yang semakin tahun semakin meningkat. Dengan adanya sektor

yang dibentuk Majelis juga dapat dibagi kedalam kelompok dan dapat ditukar posisinya

dengan waktu yang sudah ditentukan agar setiap Majelis dapat bertemu dengan para pemuda

yang berbeda-beda dan mengenali setiap pemuda dengan utuh.

Memperbanyak kegiatan yang menarik dan dapat membangun hubungan

kekeluargaan antara pemuda GBKP Semarang, agar setiap pemuda memiliki rasa kerinduan

untuk selalu bertemu. Hal ini mampu mengatasi ketidak aktifan pemuda, karena pemuda akan

selalu ingin bertemu dan bersekutu dengan sesamanya. Melibatkan Majelis dalam setiap

kegiatan pemuda, misalnya membuat jadwal pembimbing PA PERMATA, membawa materi

diluar dari pembahasan PA (kepemimpinan, kehidupan perkuliahan, kehidupan asmara

pemuda dan lainnya), kegiatan olahraga dan lain sebagainya yang dapat melibatkan peran

Majelis.

Kepada Fakultas Teologi UKSW: menambahkan satu Mata Kuliah PWG yang

membahas mengenai pembinaan warga gereja, PWG sedikit memiliki perbedaan dari PAK

Page 35: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

24

yang sudah ada di Fakultas Teologi. PWG lebih fokus pada pembinaan dan pelatihan secara

teknis di jemaat, selain itu PWG melayani orang supaya ia dimungkinkan mewujudkan tugas

dan panggilannya di tengah-tengah dunia dan masyarakat dimana ia berada dengan segala apa

yang ada padanya. Settingan kategorial pada PWG hanya pada orang muda dan dewasa saja.

Sedangkan PAK lebih umum dan berbicara mengenai teori berdasarkan settingannya dan PAK

mampu memberikan pendidikan kepada setiap usia dan kategorial dalam gereja.

Menciptakan sebuah kurikulum terhadap pembinaan pemuda gereja saat ini.

Kurikulum yang disarankan oleh penulis adalah kurikulum yang kontekstual sesuai dengan

pergumulan dan keadaan pemuda GBKP Semarang. Kurikulum disesuaikan dengan

kebutuhan pemuda disetiap gereja. Misalnya saja pemuda di GBKP Semarang tidakaktif

karena kurangnya kesadaran pemuda dan kurangnya perhatian dari Majelis, maka materi

kurikulum dapat lebih menekankan tentang keutuhan relasi sosial dalam gereja. Oleh sebab

itu, penulis merasa perlunya sentuhan Pendidikan Kristiani dalam menuliskan kurikulum

yang sesuai bagi pembinaaan pemuda yang kontekstual di GBKP Semarang.

Page 36: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

25

DAFTAR PUSTAKA

Abineno. 1992. Pembangunan Jemaat, Tata Gereja dan Jabatan Gerejawi. Jakarta. BPK

Gunung Mulia.

Bartlett, David L. 2000. Pelayanan Dalam Perjanjian Baru. Jakarta. BPK Gunung

Mulia.

Bessie, Benny Novian. “Rendahnya Partisipasi Pemuda Dalam Mengikuti Ibadah

Pemuda di GMIT Jemaat Imanuel Soe. Fakultas Teologi., Universitas Kristen

Satya Wacana, 2011.

Fields, Doug. 2000. Purpose Driven Youth Ministry. Jawa Timur. Gandum Mas.

G Sevilla, Consuelo, Jesus A. Ochave, Twila G Punsalan, Bella P. Regala, Gabriel G.

Uriarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Indonesia.

Hendriks, Jan. 2002. Jemaat Vital & Menarik, Yogyakarta. Kanisius.

Homrigousen, G. 1984. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta. BPK Gunung Mulia.

Institut Oikumene Indonesia. 1980. Menempuh Arah Baru. Jakarta. BPK Gunung Mulia

Institut Oikumene Indonesia. 1980. Pembinaan Warga Gereja Memasuki Masa Depan.

Jakarta. BPK Gunung Mulia.

Jacobs, T. 1987. Dinamika Gereja, Jogjakarta. Kanisius.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.

Kessel, Rob Van. 1997. 6 Tempayan Air, Jojgakarta. Kanisius.

Laporan Hasil Lokakarya Perencanaan Pembinaan Pemuda Gereja di Indonesia. 1981.

Supaya Kami Ternyata Tahan Uji, Jakarta: Departemen Pembinaan dan

Pendidikan Dewan Gereja-gereja di Indonesia.

Lontoh, S.W. & H. Jonathans. 1981. Bahtera Guna Dharma GPIB. Jakarta. BPK

Gunung Mulia.

Mangunhardjana, A. 1986. Pembinaan. Arti dan Metodenya, Yogyakarta. Kanisius.

Nuhamara, Daniel. 2008. Pendidikan Agama Kristen Remaja, Bandung: Jurnal Info

Media.

Philips Tangdilintin MM, Drs. 2008. Pembinaan Generasi Muda, Yogyakarta. Kanisius.

Page 37: Peran Majelis dalam Mengatasi Ketidakaktifan Pemuda Gereja ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10493/2/T1_712011034_Full... · memilki tugas dan tanggung jawab penuh terhadap

26

R, Gould.1975. Adult Life Stages: Growth Toward Self-Tolerance. Psychology Today.

Saymour, Jack. 1997. Mapping Christian Education, Abingdon Press.

Schnidt, Dr. Alfred. 1983. Kawan Sekera Allah, Jakarta. BPK Gunung Mulia.

SJ, Charles M Shelton. 1990. Spiritualitas Kaum Muda Bagaimana Mengenal dan

Mengembangkannya. Yogyakarta. Kanisius.

Smith, Wendell. 1987. Pastoring Youth in A New Generation. Portland. Bible Temple

Publishing.

Sitompul, A.A. 1979. Di Pintu Gerbang Pembinaan Warga Gereja. Jakarta: BPK

Gunung Mulia.

Sujanto, Agus. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta. Aksara Baru.

Sumiyatiningsih, Dien. 2006. Mengajar dengan Kreatif dan Menarik. Yogyakarta. Andi.

Tata Gereja GBKP Tahun 2015-2025.

Timo, Ebenhaizer Nuban. 2013. Gereja Lintas Agama, Salatiga. Satya Wacana

University Press.

Jurnal

Cloete, Anita L. Creative Tensions in Youth Ministry in a Congregational Context.

Hervormde Teologiese Studies. Volume 71. 2015.

Choi, Karen. The Relationship Between Youthministry Participation And Faith Maturity

Of Adolescents: Testing For Faith-Nurturing Characteristics In

Youth Ministry As A Mediator Using Multiple Regression. Christian Education

Volume 9. 2012.