Upload
others
View
19
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN PEKERJA SOSIAL MEDIS SEBAGAI PENDIDIK DALAM PROSES
KEMANDIRIAN PASIEN SKIZOFRENIA DI REHABILITASI PSIKOSOSIAL RSJ
DR.SOEHARTO HEERDJAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
Novita Sari
NIM: 11140541000001
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ABSTRAK
NOVITA SARI/11140541000001
Peran Pekerja Sosial Medis sebagai Pendidik dalam proses Kemandirian
Pasien Skizofrenia di Instalasi Rehabilitasi Psikososial RSJ Dr. Soeharto
Heerdjan Jakarta
Pekerja sosial medis berperan penting dalam melayani pasien, khususnya dalam
mendampingi pasien dalam masa pemulihan. Salah satu peran pekerja sosial medis
disini yaitu sebagai pendidik. Peran pendidik pekerja sosial dapat membantu
masyarakat akses pada informasi tentang apa yang terjadi dalam masyarakatnya,
mendidik masyarakat untuk membangun kesadaran tentang masalah-masalah
kesehatan di lingkungannya, mempelajari kesuksesan dan kegagalan dari usaha
kesehatan, membangun kesadaran dan kebiasaan tentang pola hidup sehat, serta
mengajarkan cara mengorganisasikan keggiatan masyarakat dalam usaha kesehatan
bagi pasien Skizofrenina.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif, metode
kualitatif digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian yang mendalam sehingga
dapat digambarkan secara jelas dari kondisi yang sebenarnya serta dapat mencapai
dalam akuratnya. Subyek penelitian terdiri dari lima informan, dua Pekerja Sosial
Medis, dan tiga pasien Skizofrenia di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan. Pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan observasi,
wawancara dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini pasien Skizofrenia, akan berdampak positif jika
melakukan banyak kegiatan untuk mengurangi berhalusinasi. Di Rehabilitasi
Psikososial Rumah Sakit Jowa Dr. Soeharto Heerdjan memberikan pelayanan yang
bertujuan membuat pasien mandiri dan mengurangi kekambuhan bagi pasien
Skizofrenia, selain itu membuat pasien memiliki keterampilan yang diajarkan
sebagai pengalaman pasien untuk kembali berfungsi di lingkungan masyarakat.
Kata Kunci: Pekerja Sosial Medis, Pendidik, Skizofrenia, Kemandirian
i
ii
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahi Rabbil’alamin, Segala puji dan syukur bagi Allah SWT
yang telah memberikan begitu banyak berkat, sehat dan karunia, kasih sayang
serta petunjuk yang telah membimbing setiap saat, mengajari lewat kejadian yang
telah diperbuat-Nya, untuk mempelajari lautan ilmu-Nya dan yang terpenting
untuk menyadari, mengetahui, mengingat dan menyaksikan akan eksistensi-Nya
setiap saat.
Shalawat serta salam teriring semoga tetap tercurah kehariban junjungan
baginda nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat serta seluruh
pengikutnya yang senantiasa berpegang teguh terhadap ajaran dalam menjalankan
agama Allah SWT. Semoga ‘usdwatun hasanah yang beliau contohkan,
menjadikan penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya pengikut yang
senantiasa mengikutinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, tentunya tidak sedikit mengalami
hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Mulai dari waktu, curahan tenaga
dan pikiran serta usaha dalam mendapatkanya, mengumpulkannya dan mengelola
data dari narasumber yang telah dilakukan.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa selesainya skrisi ini tak luput dari
dorongan serta bantuan pihak lain. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Wakil Dekan Satu
Bidang Akademik Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D. Dr. Hj. Roudhonah, M.
Ag, Selaku Wakil Dekan 2 Bidang Administrasi Umum. Bapak Dr,
Suhaimi, M.si sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
iii
2. Ibu Lisma Dwiyati Fuaida, M.Si, sebagai Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Hi. Nunung
Khairiyah, MA. Selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Nurhayati Nurbus, SE., M.Si. sebagai dosen pembimbing penulis yang
telah banyak sekali memberikan pengarahan, kritik serta motivasi yang
terus-menerus memberikan dukungan guna meraih masa depan yang lebih
baik. Penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada
beliau semoga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan dan
kebaikan setiap saat kepada beliau beserta keluarga.
4. Ibu Nurul Hidayati, MA selaku dosen pembimbing akademik.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta Staff
Tata Usaha dan karyawan yang telah mendidik dan mengajarkan banyak
ilmu kepada penulis.
6. Seluruh karyawan beserta Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kak Irheneu Dwi Wahayu Pratiwi S.sos dan Heru Maulana S.sos sebagai
Pekerja Sosial Medis RSJ Dr. Soeharto Heerdjan. Bu Ns. Salamiyah,
Skep, Msi sebagai Koordinator Pelayanan Rehabilitasi Psikososial RSJ Dr.
Soeharto Heerdjan. Semoga Allah SWT selalu melindungi dan
memuliakan beliau untuk mengamalkan ilmunya.
8. Kepada pasien Skizofrenia Day Care Rehabilitasi RSJ Dr. Soeharto
Heerdjan yang membantu peneliti dalam kelancaran proses skrpsi berupa
dokumentasi, observasi dan wawancara.
9. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Dani dan Mamah Muhani yang tak
pernah lelah dan hentinya mendidik, mendoakan serta memberikan
dorongan berupa semangat baik moril maupun materil. Selain itu juga
kepada kaka pertama Dina Afri Yani, kaka kedua Dede Setiawan yang ku
iv
sayangi semua serta selalu memberikan keceriaan dan kebahagian di
dalam keluarga.
10. Untuk Bill Tesyar Nursallam S.sos, yang selalu mendampingi,
memotivasi, serta selalu menghibur dikala penulis sedikit merasa jenuh
dan patah semangat. Terimakasih sudah memberikan win win solution
terbaik untuk penulis
11. Seluruh Mahasiswa/i Kesejahteraan Sosial, seluruh mahasiswa Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan seluruh mahasiswa Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
12. Seluruh teman-teman organisasi Himpunan Mahasiswa Islam
KOMFAKDA, HMJ KESSOS, dan DEMA FIDKOM yang telah
mengajarkan banyak di dunia organisasi kampus.
13. Untuk Kak Rahmawati Agustini kakak kelas penulis di Kesejahteraan
Sosial FIDKOM UIN Syarif Hidayutullah Jakarta yang selalu memberikan
arahan dan motivasi
14. Untuk teman-teman seperjuangan Kesejahteraan Sosial 2014 yang sealu
menemani dan memberikan dukungan kepada penulis.
15. Untuk teman-teman Koplak Squad Mayanti Regita, Diah Farhana N,
Marsya Tarina Wardhani, Devi Marita, Siti Rachmiatun, Sinta Saraswati,
Siti Sarah A yang selalu menemani disaat sedih maupun senang, semoga
silaturahmi ini akan tetap berjalan sampai akhir hayat
16. Untuk teman dari lahir Melinda Nilam Cahaya, dan M. Anto Kurniawan
17. Untuk teman-teman sepermainan Qulun Fatonah, Afrida Aullia, Ayu
Wulandari, Nadya O, Aliya A, dan Hutami Eka Putri.
18. Untuk teman group Temen Ngaji Anto K, Rio Prabowo dan Mega M
19. Untuk Semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materil
kepada penulis sehingga terselesaikan penilisan skripsi ini.
v
Begitu besar ucapan terimakasih yang penulis sampaikan, semoga Allah
SWT membalas semua kebaikan keluarga dan teman-teman tercinta
Amin ya Rabbal Alamin
Jakarta, 07 November 2018
Novita Sari
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………………....... i
KATA PENGANTAR …………………………………………………… ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………...... vi
DAFTAR Tabel ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix
DAFTAR BAGAN .................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………........…..... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………….. 2
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………… 3
D. Metodologi Penelitian ……………………………………… …. 4
E. Tinjauan Pustaka …………………………………………........ 11
F. Sistematika Penulisan ................................................................. 12
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................ 14
A. Pekerja Sosial Medis …………………………….................…. 14
B. Peran Pendidik Pekerja Sosial Medis ……………………….... 16
C. Kemandirian ……………………………….............................. 22
D. Skizofrenia ................................................................................. 24
E. Kerangka Pemikiran .................................................................. 25
BAB III GAMBARAN LEMBAGA ..................................................... 30
vii
A. Gambaran Umum tentang Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan…………..........................................................…...… 30
B. Landasan Hukum ………………………………………….… 34
C. Hak dan Kewajiban …………………………………............... 35
BAB IV DATA DAN TEMUAN ............................................................... 43
A. Pekerja sosial medis bagi pasien Skizofrenia .................................. 43
B. Peranan Pekerja Sosial Medis Bagi Pasien Skizofrenia ................. 44
C. Peran Pendidik pekerja sosial medis bagi pasien Skizofrenia ....... 47
D. Kemandirian Bagi Pasien Sikizofrenia .......................................... 57
BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 61
A. Pekerja sosial medis bagi pasien Skizofrenia ................................. 61
B. Peranan Pekerja Sosial Medis Bagi Pasien Skizofrenia ................. 62
C. Peran Pendidik pekerja sosial medis bagi pasien Skizofrenia ......... 63
D. Kemandirian Bagi Pasien Skizofrenia .............................................. 71
BAB VI PENUTUP .................................................................................. 73
A. Kesimpulan .................................................................................... 73
B. Saran ............................................................................................... 75
C. Implikasi ......................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 78
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Waktu Penelitian ................................................................................ 10
Tabel 3.1 Landasan Hukum ............................................................................... 31
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Banner Kegiatan Rehabilitasi Psikososial RSJSH .......................... 36
Gambar 4.1 Foto Kegiatan Terapi Edukasi ........................................................ 45
Gambar 4.2 Foto Kegiatan Terapi Edukasi Musik ............................................. 46
Gambar 4.3 Foto Kegiatan Terapi Kelompok .................................................... 54
x
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Alur Pelayanan Pasien di RSJ Dr. Soeharto Heerdajan .................... 72
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Praktik Kerja Lapangan
Lampiran 2 Surat Izin Penelititian
Lampiran 3 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 4 Slip Pembayaran Praktek Penelitiam
Lampiran 5 Surat Penerimaan Dari Pihak Rumah Sakit
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Informan
Lampiran 7 Pedoman Wawancara
Lampiran 8 Transkrip Wawancara
Lampiran 9 Foto Kegitan
Lampiran 10 Pamvlet
Lampiran 11 Biografi Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan jiwa merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi
dunia termasuk di Indonesia. Dari jumlah penderita Skizofrenia di seluruh
dunia, ada 35 juta jiwa yang mengalami depresi, 60 juta yang memiliki
diagnosa bipolar, 47,5 juta mengalami dimensia dan 21 juta memiliki
gangguan Skizofrenia. Khusus untuk penderita Skizofrenia di Indonesia ada
400,000 ribu juta jiwa. (depkes.co.id diakses tanggal 06 Desember 2018).
Artinya masalah kejiwaan adalah masalah dengan angka cukup signifikan
yang terjadi di tengah masyarakat indonesia dan perlu penanganan khusus
yang diberikan bagi mereka yang mengalami gangguan kejiwaan tersebut.
Gangguan kejiwaan skizofrenia adalah suatu penyakit jiwa golongan
berat yang membuat penderita kerap diabaikan. Di tambah lagi, bagi mereka
yang memiliki gangguan kejiwaan Skizofrenia beberapa faktor biologis,
psikologis, dan sosial yang mengakibatkan menurunnya produktifitas
seseorang secara yang tidak langsung berdampak pada beban negara.
(shiq4.wordpress.com diakses tanggal 12 Desember 2018). Dalam beberapa
kasus, penderita yang mengalami gangguan jiwa Skizofrenia memiliki
gejala-gejala kejiwaan yang berdampak pada produktifitas yang menurun.
Oleh karena itu, tanpa penanganan yang tepat seseorang yang mengalami
gangguan kejiwaan berat seperti penderita ini tidak mampu secara maksimal
berkontribusi kepada masyarakat.
Padahal, dengan penanganan yang tepat pasien bisa hidup mandiri dan
aktif di tengah masyarakat. Seperti yang tertara pada Undang-undang nomer
18 tahun 2014, negara menjamin kualitas hidup warga negaranya serta
memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan
berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabiltatif.
Salah satu profesi yang mampu menyelesaikan persoalan permasalahan
2
kemandirian penderita skizofrenia yang berdampak pada penurunan
produktifitas seseorang, yaitu Pekerja sosial medis. Pekerja sosial medis
adalah pelayanan yang bercirikan pada bantuan sosial dan emosional yang
mempengaruhi pasien dalam hubungannya dengan penyakit dan
penyembuhannya atau proses pengembalian keberfungsian sosial pasien
tersebut. Pekerja sosial medis berfungsi untuk memperlancar usaha
pemulihan kemampuan fisik, mental, dan sosial. Dengan maksud agar yang
bersangkutan dapat menggerakan semua sumber yang ada pada diri sendiri
serta mampu menjalankan fungsinya di tengah-tengah keluarga dan
masyarakat secara optimal. Adapun berikut ini ada lima peran yang
dilakukan oleh pekerja sosial medis, untuk membantu penderita berfungsi
secara optimal: sebagai Pembimbing, Pendorong, Penguhubung, Konsultasi
dan Pendidik.
Dari beberapa peran pekerja sosial medis peneliti ini, berfokus kepada
Peran Pekerja Sosial Medis dalam pendidik. Peran pekerja social medis
sebagai pendidik dapat memberikan Informasi tentang apa yang klien
butuhkan, membangun kesadaran tentang masalah kesehatan di lingkungan
pasien, dan mengajarkan pasien bagaimana cara berintegrasi kembali ke
masyarakat hal tersebut melatih kemandirian pasien Skizofrenia melalui
keterampilan-ketarampilan yang diberikan. Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan di atas, maka membuat penulis terdorong untuk melakukan
pembahasan dan penelitian secara lebih mendalam mengenai “PERAN
PEKERJA SOSIAL MEDIS SEBAGAI PENDIDIK DALAM PROSES
KEMANDIRIAN PASIEN SKIZOFRENIA DI REHABILITASI
PSIKOSOSIAL RSJ DR.SOEHARTO HEERDJAN.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah
bagaimana Pekerja Sosial Medis sebagai pendidik di Rehabilitasi Psikososial
Rumah Sakit Jiwa Dr.Soeharto Heerdjan dan kemandirian pasien Skizofrenia.
3
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana peran pekerja sosial medis sebagai pendidik dalam
melakukan tugasnya sesuai dengan mandat dan keahliannya?
b. Bagaimana proses kemandirian pasien Skizofrenia di Rehabilitasi
Psikososial Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mencari tahu lebih jauh peran Pekerja Sosial Medis sebagai
pendidik di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan.
b. Untuk mengetahui lebih jauh tingkat kemandirian pasien Skizofrenia di
Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.
c. Untuk menggambarkan Pekerja Sosial Medis sebagai pendidik dalam
kemandirian pasien Skizofrenia di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit
Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
Wawasan bagi pembaca dalam memperkaya ilmu pengetahuan khususnya
bagi pekerja sosial dan calon pekerja sosial yang belum menerapkan
pengetahuan ilmiahnya dalam menangani pasien Skizofrenia.
b. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini yang diharapkan dapat
menjadi masukan kepada beberapa pihak, yakni:
1) Bagi peneliti, peneliti mendapatkan pengetahuan mengenai peran
pakerja sosial medis dalam proses kemandirian di Rehabilitasi Psikososial
di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.
4
2) Penelitian ini juga dapat menjadi acuan dalam menerapkan praktik
pekerja sosial medis di rehabilitasi psikososial pasien Skizofrenia.
3) Bagi rumah sakit jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, rumah sakit
mendapatkan masukan dan koreksi untuk para praktisi di Rehabilitasi
Psikososial dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Rehabilitasi
Psikososial.
D. Metodelogi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
studi kasus dengan pertimbangan bahwa metode studi kasus sesuai dengan
jenis penelitian dan subyek yang diteliti. Sebagaimana pendapat Lincoln dan
Guba (Sayekti Pujosuwarno, 1992 : 34) yang menyebutkan bahwa pendekatan
kualitatif dapat juga disebut dengan case study ataupun kualitatif, yaitu
penelitian yang mendalam dan mendetail tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan subyek penelitian. Lebih lanjut Sayekti Pujosuswarno
(1986:1) mengemukakan pendapat dari Moh. Surya dan Djumhur yang
menyatakan bahwa studi kasus dapat diartikan sebagai suatu teknik
mempelajari seorang individu secara mendalam untuk membuatnya
memperoleh penyesuaian diri yang baik.
Menurut para ahli lain, pendekatan yang digunakan dalam penelitan ini
adalah dengan pendekatan kualitaif. Pendekatan kualitatif digunakan dalam
memahami sebuah fenomena sosial berdasarkan gambaran secara menyeluruh
yang menjelaskan tentang pandangan informan secara terperinci. Lebih lanjut
Moelong (2007) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subyek penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi tindakan,
secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
5
metode alamiah. Peneliti merasa bahwa pendekatan kualitatif dirasa cocok
untuk meneliti peran pekerja sosial medis sebagai pendidik dalam proses
kemandirian pasien Skizofrenia ke masyarakat. Data ini bisa didaptkan dengan
observasi mengetahui fenomena yang dialami baik pekerja sosial dalam peran
pendidiknya, dan pasien Skizofrenia yang berproses dalam kemandiriannnya,
maupun pihak terkait lainnya. Dengan demikian, penelitian ini memutuskan
bahwa peneliti akan mengguankan metode kualitatif.
2. Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui peran
dari pekerja sosial medis sebagai pendidik dalam layanan rehabilitasi
psikososial. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian deskriptif.
Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui peran-peran pekerja
sosialsebagai pendidik pada pelayanan rehabilitasi psikososial di Rumah Sakit
Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan yang membantu proses alumni dari rehabilitasi
psikososial untuk bisa kembali ke masyarakat. Untuk mendapatkan informasi
atau data diri dari informan, peneliti melakukan tatap muka secara langsung
dengan informan.
3. Subjek Penelitian dan Teknik Pemilihan Informan
Agar informasi dapat tergali dengan baik, maka informan yang dipilih
dalam penelitian ini adalah informan yang mengetahui situasi serta kondisi
masalah penelitian. Informan yang dipilih yakni informan yang terlibat
langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan pekerja sosial
sebagai pendidik di bagian rehabilitasi psikososial di Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan. Kriteria informan dipilih berdasarkan peneliti ingin
mendapatkan informasi yang sesuai dengan tema penelitian. Dalam penelitian
ini peneliti memiliki dua macam responden, dua pekerja sosial medis sebagai
informan utama, dan tiga pasien yang terdiagnosa Skizofrenia di Rehabilitasi
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan. Pasien tentukan berdasarkan
tingkat dari kemandirian dibedakan secara jangka waktu pasien berada di
Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.
6
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti merupakan
salah satu cara yang digunakan oleh peneliti sebagai sarana memperoleh hasil
data dan informasi yang baik. Data dalam sebuah penelitian dibutuhkan untuk
menjawab pertanyaan serta menguji hipotesis agar dapat mencapai tujuan
sebuah penelitian. Dengan demiikian penelitian ini mengguanakan teknik
pengumpulan data berupa:
a. Data Primer
1) Wawancara
Wawancara yakni sebuah metode yang digunakan untuuk memperoleh
data atau keterangan secara lisan dari informan melalui sebuah proses
percakapan yang sistematis serta terperinci. Dalam pelaksanaan
wawancara, digunakan sebuah pedoman wawancara dengan tujuan
pedoman ini memiliki fungsi sebagai aspek yang akan dibahas berasama
informan.
2) Observasi Non-Partisipatif
Peneliti dalam hal ini turun langsung ke lapangan untuk mengamati
perilaku serta aktivitas yang dilakukan informan serta mencatat hasil
pengamatannya.
b. Data Sekunder
1) Studi Dokumentasi dan Studi Kepustakaan
Studi dokumentasi yakni berkaitan dengan artikel, jurnal, buku, yang
berkaitan dengan rehabilitasi psikososial di Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan. Studi Kepustakaan digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk informasi tambahan dan alat perbandingan.
7
5. Instrumen Pengumpulan Data
Adapun instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini yakni sebagai berikut:
a. Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk membantu peneliti dalam
memperoleh data yang sistematis dan terstruktur dalam proses
penggalian informasi terkait peran pekerja sosial medis sebagai
pendidik di rehabilitasi psikososial bagi pasien gangguan jiwa di rumah
sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.
b. Observasi
Pedoman observasi digunakan dengan tujuan agar dapat menghasilkan
sebuah catatan lapangan mengenai kejadian yang di observasi oleh
peneliti selama melakukan pengamatan terkait pelayan rehabilitasi
psikososial di rumah sakit jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.
c. Alat Bantu
Alat bantu yang digunakan dalam proses penelitian ini yakni berupa
perekam suara dan kamera untuk mendokumentasikan suatu hal yang
dianggap penting dan dibutuhkan untuk meunjung data penelitian.
Selain itu, alat bantu perekam suara digunakan sebagai alat bantu
pengingat bagi peneliti dalam proses penggalian informasi melalui
wawancara.
6. Keabsahan Data
Untuk memastikan keabsahan data ini, peneliti menggunakan
triangulasi data. Untuk memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu.
Triangulasi digunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan
analisi data dalam berbagai cara yang dilakukan untuk ke validan data.
8
7. Pengolahan dan Analisi Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data dan penyajian
data dengan mengelompokkan dalam bentuk yang mudah dibaca dan
diinterpretasikan (Miles dan Huberman, 1992) Sebelum melakukan
analisis data ini diperlakukan teknik pengolahan data. Pengolahan data
akan menentukan bagaimana hasil analisis dari data yang bersangkutan.
Dalam pengolahan dan analisis data ini menurut Moelong terdapat tiga
langkah pengolahan data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data
dan penarikan data. Ketiga langkah tersebut, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Reduksi data
Dalam proses pengumpulan data, reduksi data dalam hal ini
digunakan dengan membuat catatan penelitian, ringkasan data,
hingga kategorisasi data yang dianggap sesuai dengan data yang
dibutuhkan terkait peran pekerja sosial medis dalam layanan
Rehabilitasi Psikososial di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.
b. penyajian data
Langkah berikutnya setelah mereduksi data adalah penyajian
data. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi
disusun sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan
kesimpulan, data yang disajikan nantinya akan berupa gambaran
umum mengenai pelayanan program Rehabilitasi Psikososial di
Rumah Sakit Jiwa tersebut yang akan difokuskan pada peran dari
Pekerja Sosial Medis sebagai pendidik.
c. Penarikan Kesimpulan
Setelah melakukan peyajian data peneliti akan menyimpulkan
hasil pengumpulan data tersebut. Disini peneliti akan melakukan
penggambaran maksud dari data yang didapat hingga mencapai
kesimpulan yang komperhensif.
9
8. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih dalam kegiatan penelitian ini yakni di
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Grogol, Jakarta Barat.
Penelitian ini dilakukan di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit
Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, di Jalan Prof. Dr. Latumenten No 1
Grogol, Jakarta Barat.
Alasan peneliti memilih Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan sebagai lokasi penelitian hal ini didasarkan kepada
beberapa pertimbangan yakni diantaranya:
a. Peneliti menemukan Pekerja Sosial Medis yang praktik
langsung di Rumah Sakit Dr. Soeharto Heerdjan tersebut.
b. Kemudian peneliti dalam mengakses lokasi, hal ini
dikarenakan lokasi penelitian mudah dijangkau oleh
kendaraan umum sehingga hal ini djuga berpengaruh pada
efisiensi waktu dan tenaga dalam proses penelitian.
10
9. Waktu Penelitian
Tabel 1 Waktu Penelitian
No Kegiatan 2017 2018
Des Jan Feb Mar Apr Jun Jul Agst Des
1) Perumusan
Masalah
2) Observasi
3) Landasan
Teori
4) Temuan
5) Pengumpulan
Data
6) Pengelolahan
Data Dan
Analisa
7) Penyusunan
Skripsi
8 Sidang Skripsi
10. Pedoman Penulisan
Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang
diterbitkan oleh UIN Syarifhidayatullah Jakarta Press Tahun 2017.
11
E. Tinjauan Pustaka
Langkah awal untuk menentukan penelitian lebih lanjut untuk
kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah adalah menelaah terlebih
dahulu skripsi sebelumnya yang mempunyai judul atau subjek dan objek
penelitian yang sama atau hampir sama dengan yang akan diteliti.
Tujuannya adalah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
seperti mengakui karya orang lain, maka penulis mempertegas masing-
masing antar judul yang diteliti. Skripsi sebelumnya yang membahas tentang
peran pekerja sosial medis uraian sebagai berikut:
a. Fungsi Pekerja Sosial Medis Penderita Spinal Cord Injury di Instalasi
Rehabilitasi Medis RSUP Fatmawati Jakarta Oleh Rovel Noveli
Handi Jurusan Kesejahteraan Sosial, Universitas Islam Negeri Jakarta
Tahun 2012. Yang menjadi persamaan dari skripsi yang terdahulu
adalah sama-sama membahas tentang pekerja sosial medis dan
perannya yang berada dalam settingan Rumah Sakit. Yang
membedakan skripsi ini terletak pada fokus subjeknya lebih spesifik
pada peran pendidik pekerja sosial medis bagi pasien Skizofrenia dan
peneliti terdahulu membahas secara luas mengenai peran-peran
pekerja sosial medis bagi penderita Spinal Conjuri serta objek dan
tempat penelitian yang berbeda peneliti terdahulu di RSUP Fatmawati
Jakarta, penelitian ini membahas objeknya di Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan.
b. Peran Pekerja Sosial Medis Terhadap Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Kanker Dharmais oleh Muhammad Hikmah Nikhmatullah
Jurusan Kesejahteraan Sosial, Universitas Islam Negeri Jakarta Tahun
2017. Yang mempersamakan dalam penelitian dengan yang terdahulu
adalah membahas Peran dari Pekerja Sosial Medis dalam ranahnya
settingan rumah sakit. Yang membedakannya adalah fokus subjek.
Jika subjek peneliti yang terdahulu membahas peran pekerja sosial
medis secara spesifik mengenai advokasi pasien kanker di Rawat Inap
Rumah Sakit Dharmais Jakarta. Penelitian ini membahas mengenai
12
peran yang spesifik juga mengenai peran pendidik pasien Skizofrenia
di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heedjan.
c. Peran Broker Pekerja Sosial Medis Terhadap Orang Dengan
Skizofrenia lepas controling di Living Independent Rehabilatasi
Rumah Sakit Jiwa Marzuki Mahdi oleh Dimas Salya Jurusan
Kesejahteraan Sosial Universitas Padjajaran Bandung Tahun 2018.
Yang menjadi persamaan skripsi ini yaitu sama-sama membahas
peran pekerja sosial medis dalam ranah settinganya rumah sakit dan
tempat objek penelitian pun sama-sama di Rumah Sakit Jiwa. Yang
membedakan dengan skripsi ini adalah fokus kasus yang ditelaah,
skripsi terdahulu membahas peran pekerja sosial medis dalam
fokusnya lebih mengenai peran Broker bagi pasie ODS adalah sebutan
bagi pasien yang sudah mandiri dan sudah terlepas dalam naungan
controling di Rehabilitasi RSJ MM Bogor, ODS dikatakan sudah
mempunyai kemajuan yang sangat lebih dan sudah bisa kembali
didalam masyarakat seperti bekerja dan sekolah. Peneliti ini
membahas lebih ke pasien Skizofrenia yang masih prese permulihan
untuk bisa kembali keberfungsiannya di masyarakat tetapi masih
berada dalam naungan Rehabilitasi Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan Skripsi ini berdasarkan sistematika penulisan, yaitu sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang Masalah, Pembataasan dan Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
13
BAB II Landasan Teori
Pengertian Pekerja Sosial Medis, Tugas-Tugas Pekerja Sosial
Medis, Peran-Peran Pekerja Sosial Medis, Pengertian
Skizofrenia, Jenis-jenis penyakit Skizofrenia dan Pengertian
Rehabilitasi Psikososial.
BAB III Gambaran Umum di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan
Sejarah singkat, Klarifikiasi Lembaga, Visi dan Misi, Falsafah,
Tujuan dan Fungsi, Peran Rehabilitasi Psikososial, Program
Kerja, Sumber Dana dan Pola Pendanaan, Struktur Lembaga.
BAB IV Data dan Temuan
Yang ada di lembaga mengenai Peran Pekerja Sosial Medis
terutama peran pendidik sebagai proses kemandirian pasien
Skizofrenia di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan.
BAB V Pembahasan
Dari data dan temuan yang ada di lembaga mengenai peran
pekerja aosial medis terutama peran Pendidik sebagai proses
kemandirian Pasien Skizofrenia di Rehabilitasi Psikososial
Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan Jakarta.
BAB VI Penutup
Kesimpulan dan Saran
Implikasi
Daftar Pustaka
LAMPIRAN
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pekerja Sosial Medis
1. Pengertian
Seorang pekerja sosial yang bekerja dirumah sakit yang bertugas
atau bertujuan untuk menilai fungsi psikososail yang dimiliki oleh pasien
dan keluarganya, serta menghubungkan pasien dengan sumber daya
manusia yang ada, sehingga pasien tidak lagi bingung ketika ia memasuki
ranah kedokteran. Selain itu pekerja sosial medis dapat juga melakukan
konseling terhadap pasien atau klien untuk mengetahui apa saja masalah
yang dihadapi oleh pasien sehingga pekerja sosial medis dapat membantu
untuk menemukan dan memfasilitasi kebutuhan pasien dapat membantu
kesehatan. Pekerja sosial medis bisanya bekerja pada tim dengan
profesional daari disiplin lain (seperti kedokteran, keperawatan, fisik,
pekerjaan, pidato dan terapi rekreasi dan lain-lain. (Jhonson 1988, 29).
Pekerja sosial medis ini biasanya disebut sebagai “secondary
setting” yang mana membantu pasien menangani masalah yan dihadapi
baik itu pra operasi, pasca operasi maupun penanganan lainnya misalnya
berupa administrasi. Selain itu pekerja sosial dengan melakukan “home
visit” ke rumah pasien, sehingga dapat memberikan dukungan moril
kepada keluarga serta pasien itu sendiri (Jhoson 1988, 29).
Banyak definisi yang dikemukakan para ahli pekerjaan sosial
mengenai pekerjaan sosial dalam bidang kesehatan. Pelayanan pekerjaan
sosial dibidang kesehatan meliputi upaya pemeliharaan kesehatan sebagai
bagian dari praktik kerjasama antara pekerja sosial dengan profesi lain
dalam bidang kesehatan yang juga terlibat dalam program-program
pelayanan. (Skidmore, Thakeray & Farley, 1991:19).
Praktik pekerjaan sosail dalam bidang pelayanan kesehatan mengarah
pada penyakit yang disebabkan atau berhubungan dengan akibat dari
adanya tekanan-tekanan sosial yang mengakibatkan kegagalan-kegagalan
15
dalam pelaksanaan fungsi relasi-relasi sosial. Pekerja sosial medis
merupakan profesi pekerja sosial di bidang kesehatan.
2. Fungsi Pekerja Sosial Medis
Pekerja sosial kesehatan jiwa bekerjasama dengan individu yang
memiliki gangguan jiwa dan masalah kejiwaan, untuk menyelesaikan
masalah psikososial terkait dengan keluarga dimana masalah kesehatan
mental ada dalam kaitannya dengan masalah sosial, seperti tekanan
keluarga, pengangguran, kecacatan, kemiskinan dan trauma. Menurut
mereka bekerja dengan isu-isu seperti depresi, kegelisahan, mood dan
gangguan kepribadian, pikiran untuk bunuh diri, masalah hubungan,
masalah penyesuaian, trauma dan konflik keluarga. dari pernyataan diatas
tugas pekerja sosial medis memiliki fungsi, ada beberapa fungsi pekerjaan
sosial rumah sakit antara lain menurut Johnson marry (1988:48) ada lima
fungsi pokok:
1) Memberi bantuan dalam upaya menyelesaikan masalah-masalah
emosional dan sosial seorang pasien yang timbul sebagai akibat
penyakit yang dideritanya.
2) Memberikan hubungan kekluargaan yang baik
3) Memperlancar hubungan antar rumah sakit, penderita dan keluarga
4) Membantu proses penyesuaian diri pasien dengan masyarakat dan
sebaliknya.
5) Memanfaatkan pemahaman staf rumah sakit tentang pekerjaan sosial
dan berusaha mengintegrasikan bagian pekerjaan sosial secara
integral dalam tim rumah sakit. Serta melibatkan diri dalam aksi
masyarakat.
16
B. Peran Pendidik Pekerja Sosial Medis
1. Praktik Pendidik Pekerja Sosial Medis
Berbagai peran memfasilitasi melibatkan pekerja sosial medis
dalam praktiknya untuk merangsang dan mendukung berbagai proses
dalam medis, berbagai peran mendidik salah satunya yang
membutuhkan sang pekerja sosial untuk mengambil lebih banyak
peran aktif dalam menata agenda sebagai pendidik. Sang pekerja
sosial tidaklah hanya membantu sebuah proses panjang namun ia
bener-bener memiliki satu masukan positif dan terarah, sebagai
sebuah hasil dari pengetahuan, pengajaran, keterampilan dan
pengalamannya. (Robberts and Greene 2009, 152).
Kategori dari peranan pekerja sosial adalah peranan
edukasional. Jika pada peranan fasilitatif, pekerja sosial medis terlibat
dalam menstimulasi dan mendukung proses-proses dalam ranah
medis, maka peranan edukasional pekerja sosial lebih aktif dalam
agenda setting sebagai pengajaran dan melatih klien.
Dalam peran ini, para pekerja sosial medis sebagai dalam
settingan agenda pengajaran bahwa peksos dapat memimpin
kelompok dalam sebuah edukasi seperti, mengajarkan klien
bagaimana mencari informasi dan berkonsultasi dengan profesi
kesehatan terkait dengan obat yang klien gunakan, mengajarkan klien
bagaimana cara berintegrasi kembali di masyarakat, memberikan
pengetahuan terhadap klien dan masyarakat tentang stigma sosial dan
mengajarkan keterampilan kepada klien. Ini adalah satu sebagai
bagian dari intervensi dengan para klien.(Roberts and Grene 2009,
153).
Praktik pendidik yang efektif berlandaskan pada enam
komponen yang esensial menurut (Roberts and Greene 2009, 152-
161), yaitu:
1) Pengembangan tujuan yang jelas dan tepat bagi pekerja sosial
17
Pengembangan tujuan yang jelas dan tepat dapat
dikelompokan kedalam tiga kategori yaitu: pencapaian
pengetahuan atau pemahaman, pencapaian keterampilan atau
kemampuan, pencapaian wawasan atau perubahan sikap.
Kejelasan dalam hal ini yang diharapkan penting ketika pekerja
sosial memilih metode pengajaran, karena beberapa strategi
pengajaran lebih cocok diterapkan pada beberapa tujuan
pendidikan daripada tujuan lain.
Para pekerja sosial harus jelas tentang tujuan mereka dalam
menggunakan suatu intervensi, tujuan yang diharapkan untuk
mereka capai atau hasil yang diharapkan oleh klien. Intervensi
pendidik, para pekerja sosial harus memiliki beberapa rasa
tentang apa yang klien butuhkan seperti keterampilan,
pengetahuan, atau sikap yang diharapkan untuk dimiliki oleh
klien sebagai hasil dari intervensi.
Tujuan yang jelas dan tepat adalah suatu perkembangan
kelompok dari klien dalam program pelayanan yang dibuat oleh
pekerja sosial, klien bisa memilih atau dipilih untuk berpartisipasi
dalam suatu program pelayanan yang memiliki tujuan yang jelas
dan tepat. Tujuan dalam perencanaan semakin kompleks ketika
suatu kesenjangan kebutuhan atau pelayanan di yakini ada tetapi
belum didokumentasikan. Dalam hal ini, strategi assesment
kebutuhan harus digunakan untuk menentukan jenis dan sifat
kebutuhan pendidik. Kebutuhan dapat ditentukan melalui survei
formal atau sumber data lain, wawancara dengan para
penyelanggaraan pelayanan dari pekerjaan sosial atau disiplin
lain, dan dari wawancara dengan para konsumen potensial atau
kelompok representatif.
2) Memahami Kebutuhan dan Kemampuan Klien
Menentukan kebutuhan dan tujuan dari suatu usaha
pendidik
18
Menuntut pertimbangan klien dalam pengembangan intervensi
pendidik, pemahaman ini menguji ruang kehidupan khusus para
klien dalam kemampuan, pengetahuan, sikap dan motivasi serta
ketidak produktifan yang klien miliki dalam kebutuan dan
kemampuan klien. Ini merupakan salah satu proses menyesuaikan
diri dengan perasaan dan kesulitan yang klien dapat bawakan.
(Shulman 1992, 56)
Sejumlah prinsip pengajaran didasarkan atas mengenal
klien dalam kelompok dan individu, seperti pemahaman sumber
motivasi intrinsik dan ekstrinsik, pembuatan bahan pembelajaran
yang relavan dan bermakna bagi individu, pengembangan
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh pekerja sosial,
pengurutan bahan pengajaran dari yang sudah dikenal hingga
yang belum dikenal, mengidientifikasikan gaya pengajaran, dan
pengungkapan kepercayaan yang tepat akan kemampuan klien
(Kadushin, 1985). Kemampuan untuk mengevaluasi pengajaran
membuat lebih potensial, seperti membangun secara sungguh-
sungguh suatu relasi yang didalamnya antara pekerja sosial dan
klien merasa dikenal dan berharga.
Dalam komponen ini juga dapat meliputi pemahaman isu
dan cara etnokultral bahwa dinamika pengajaran dipengaharuhi
oleh perbedaan antara pekerja sosial dan klien (Pla-Richard,
1991). Suatu pemahaman yang akurat akan memfasilitasi
pemilihan dan pengurutan isi dan metode pelatihan yang
digunakan.
3) Pengetahuan Tentang Klien
Banyak pengetahuan dibutuhkan bergantung pada
kebutuhan klien, dalam tujuannya serta struktur program sebagai
peran pendidik. Ketika klien mulai menyusaikan diri dengan
program, maka klien akan memperoleh suatu rasa mendalam dan
meluas tentang informasi yang dibutuhkan. Bagi program yang
dibutuhkan klien dapat didiskusikan dengan klien yang berbeda
19
dalam memastikan diri dengan program, maka klien akan
memperoleh suatu rasa mendalam dan meluas tentang informasi
yang dibutuhkan. Bagi program yang dibutuhkan klien dapat
didiskusikan dengan klien yang berbeda dalam memastikannya,
untuk membantu mengidientifikasikan lebih jauh kebetuhan isi
sebelum pelatihan. Termasuk dalam menerima peran pendidik
adalah pemahaman bahwa pekerja sosial memiliki beberapa
pengetahuan yang dapat diajarkan atau dibagikan kepada yajng
lainnya.
4) Pengembangan Suatu Pengajaran
Komponen pengajaran ini mengacu kepada lingkungan
fisik dan lingkungan emosional didalamnya. Semua kesempatan
dalam proses pengajaran didalamnya mengandung risiko akan
kesalan atau kegagalan. Supervisi pendidik, “kita belajar lebih
baik apabila kita dapat mencurahkan kebanyakan dari energi kita
dalam mempelajari situasi bagi pekerja sosial dalam menghadapi
klien yang berbeda-beda”. Energi yang dibutuhkan untuk
bertahan melawan penolakan, kecemasan, rasa bersalah, malu,
ketakutan atau kegagalan, serangan terhadap otonomi atau
harapan yang tidak pasti (Robberts dan Greene, 2009).
Para pekerja sosial sebagai pendidik harus
menginformasikan kepada klien tentang tujuan, proses dan
struktur bagi kegiatan pengajaran dan pembelajaran. Setting
program pendidik itu harus disesuaikan secara matang dengan
tujuan. Menciptakan level kenyamanan fisik dan emosional yang
tepat bagi pekerja sosial medis kepada kliennya adalah suatu
tanggung menjamen yang berkesinambungan bagi pendidik.
5) Teknik pengajaran bagi pekerja sosial
Menurut (knowles 1975) teknik pengajaran tertentu
secara khusus sangat tepat digunakan bagi tujuan pengajaran yang
berbeda dari teknik yang biasa-biasa saja. Sebagai contoh,
pengunaan pengajaran yang tidak rumit dalam pembahasannya,
20
melakukan simulasi yang dilakukan klien sebagi pengembangan
keterampilan yang dimilikinya, melakukan diskusi, serta tanya-
jawab yang dilakukan bagi pengembangan pengetahuan dan
pemahaman.
Sementara topik terlalu mendalam untuk dicakupi
sejumlah sumber daya tersedia dalam memilih dan mengunakan
pendeketan pengajaran yang berbeda. Menurut Dossick dan shea
(1995) McManus dan Jennings (1996) telah mengumpulkan
latihan yang dapat digunakan dengan kelompok dari semua
ukuran dan usia sebagai pemecahnya dalam mengembangkan
kohevesitivitas kelompok, memcahkan masalah, dan
membangkitkan empati.
Ketika memilih strategi yang mendukung tujuan pekerja
sosial sebagai pendidik harus juga memperhatikan siapa klien
mereka, ukuran kelompok, dan jumlah waktu yang dimiliki bagi
klien. Ini akan memperngaruhi campuran strategi pengajaran yang
digunakan, dan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan
strategi pengajaran tersebut. Kemampuan klien untuk
memperoleh manfaat dari teknik itu adalah fasilitas yang
dibutuhkan dan pengurutan bahan pelajaran.
6) Evaluasi kinerja pengajaran bagi pekerja sosial
Berbagai ukuran dapat digunakan bagi masing-masing
bentuk evaluasi dan ukuran dipilih bergantung pada bagaimana
informasi yang dikumpulkan akan digunakan. Apabila informasi
akan dikuantifikasikan misalnya, untuk pengajaran dan
pembelajaran akan diberikan suatu nilai atau peringkat maka angka
yang tepat akan dibutuhkan.
Selain dalam bentuk evaluasi, penentuan waktu adalah
pertimbangan lain, pada umumnya, pemeriksaan secara berkala
jenis evaluasi normal atau informal akan membantu baik para
pembelajar maupun para pendidik mengakses ulang kemajuan
21
mereka dalam mencapai tujuan dan memprioritaskan ulang bahan
pembelajaran atau mengubah strategi pengajaran yang sesuai.
Contoh lain, pekerja sosial sedang mengajarkan keterampilan
pengasuhan kepada seorang remaja individual, melaksanakan suatu
kelompok psikoedukasional bagi para konsumen kesehatan mental,
atau menyajikan suatu kursus tentang intervensi bunuh diri kepada
sekelompok sukarelawan, langkah ini merupakan komponen yang
penting dari suatu program pendidikan yang efektif.
Peran Pendidik berupa pengajaran yang artinya, Pengajaran
adalah suatu bagian yang integral dari praktik pekerjaan sosial,
yang dilakukan didalam berbagai setting dengan berbagi populasi.
Bab ini memberikan bimbingan bagi pencipta dan penyelengaraan
itervensi pendidikan serta memberikan sumber daya bagi studi
lebih lanjut. Ini meliputi pengujian kegiatan pekerjaan sosial dari
suatu kerangka pendidikan, mengadvokasi bahwa ketika fungsi ini
didefinisikan secara lebih baik, model dapat dikembangkan lebih
lanjut, tentang pengajaran diujikan, dan pengetahuan serta
keterampilan yang penting bagi praktik yang efektif
dispesifikasikan.
Salah satu bentuk peran pekerja sosial medis sebagai
pendidik adalah pengajaran, dengan menggunakan teori (Roberts
dan Greene 2009, 80) dapat dilihat bagaimana pekerja sosial dalam
pendidik memainkan peran sehingga menghasilkan praktik
intervensi pengajaran dalam ranah pekerja sosial yang lebih efektif.
Suatu metode terstruktur yang mengajarkan secara langsung berupa
pelatihan keterampilan sosial bagi pasien Skizofrenia.
2. Pendidik melalui Pelatihan keterampilan sosial
Sebagai Pekerja Sosial, Pelatihan keterampilan sosial adalah suatu
intervensi yang dirancang membantu orang meningkatkan keterampilan
22
komunikasi mereka, mengekspresikan emosi, dan meningkatkan efektifitas
didalam situasi sosial. Ini adalah metode terstruktur yang mengajarkan
secara langsung keterampilan pada suatu waktu dan menitikberatkan
praktik yang aktual, yang menggunakan modeling, memfokuskan diri
secara ekstensif pada upaya mendiskusikan kesulitan sosial dan
pertimbangan, pelatihan masalah dan turunannya, yang didalamnya para
klien berpatisipasi dalam mengidentifikasi keterampilan yang di inginkan
untuk meningkatkan dan memberikan kesempetan dengan mempraktikkan
secara berulang-ulang keterampilan tersebut dengan orang lain.
Pelatihan keterampilan sosial mengandung banyak aplikasi (Coia &
Brekke), tetapi pelatihan keterampilan sosial ini secara khusus berguna
bagi para klien yang diagnosis dengan sakit jiwa, yang sering mengalami
suatu kebutuhan yang meningkat akan penguatan keterampilan sosial
mereka.
Dalam peroses penyembuhan bagi penyakit jiwa, ketika klien
mengalami gejala penyakit jiwa dengan pengawasan yang lebih baik dan
akan berpengaruh dalam melanjutkan kehidupan mereka, memiliki suatu
keterampilan sosial yang kuat adalah suatu alaat yang penting. Kelompok
pelatihan keterampilan sosial ternyata efektif dengan para klien yang
mengalami berbagai penyakit jiwa, seperti gangguan skizofrenia, depresi,
bipolar, kepribadaian borderline, kecemasan sosial, dan penyalahgunaan
nobat terlarang ( Bellack, Mueser, Gingerich, & Agresta, Miklowitz &
Goldstein, 1997).
C. Kemandirian
Kemandirian berasal dari kata independence yang artikan sebagai
suatu kondisi dimana seseorang tidak tergantung pada orang lain dalam
menentukan keputusan dan adanya sikap percaya diri (Chaplin 2011, 243).
Menurut Havighurst dalam (Hartati, 2013, 34), mengunagkapkan bahwa:
“Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara
kumulatif sealma perkembangan, dimana individu akan terus belajar
23
untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagi macam situasi di
lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berpikir dan
bertindak sendiri.”
Dorst (dalam Hartati, 2013) berpendapat manusia yang berusaha untuk
mencapai kemandirian haruslah mengetahui keunggulan maupun kelemahannya
dan menerimanya. Seseorang tersebut mepergunakaan kemampuannya secara
penuh, pantang mundur meskipun ada kekeurangan dalam dirinya. Kemandirian
merupakan elemen penting dari moralitas yang bersumber pada kehidupan
masyarakat Emil Durkheim berpendapat bahwa kemandirian tumbuh dan
berkembang karena dua factor, yaitu:
1. Disiplin
2. Komitmen terhdap kelompok
Steinberg (2002) membedakan aspek kemandirian menjadi kemandirian
emosional, tingkah laku, dan nilai. Seseoran akan melakukan tingkah laku (aspek
tingkah laku) setelah memikirkannya terlebih dahulu (aspek kognisi). Jadi,
kemandirian tingkah laku sudah mencakup kemandirian kognisi. Kemandirian
tingkah laku bukan hanya kemampuan untuk melakukan dan memutuskan tingkah
laku tersebut dengan bebas. Ada 3 katagori dalam kemandirian, yaitu:
a. Kemandirian Emosional
Individu yang memiliki kemandirian emosional adalah mereka yang tidak
lagi mengidealkan orang tuanya (de-idealized), mampu memandang orang
tua sebagaimana orang lain pada umumnya (parents as people), memiliki
sikap nondepedence (ketidak bergantungan) terhdap orang lain serta mmapu
menampilkan perilaku yang lebih bertanggung jawab dalam hubungan
dengan orang tua (individuated)
b. Kemandirian Perilaku
Dalam menunjukan kemandirian, remaja mengalami kesalahpahaman dalam
pemberian bukti bahwa mereka telah mandiri dengan memberontakan atai
menghindari keinginan dan peraturan yang diberikan orang tua. Syudi
24
menyatakan bahwa pada kenyataanya selama masa awal perkembangan
remaja, individu akan menjadi lebih mandiri secara emosional dari orang tua
berubah menjadi lebih dekat dengan teman-teman mereka (Santrock, 2008).
c. Kemandirian Nilai
Kemandirian nilai adalah kemampuan individu untuk menolak tekanan
atau tuntunann orang lain yang berkaitan dengan keyakinan dalam bidang
nilai. Dengan demikian individu memiliki seperangkat prinsip tentang
benar dan salah serta penting dan tidak penting dalam memandang sesuatu
dilihat dari sisi nilai.
D. Skizofrenia
1. Pengertian Skizofrenia
Menurut (Daradjat 2001, 49), Skizofrenia adalah penyakit jiwa yang
paling banyak terjadi dibandingkan dengan penyakit jiwa lainnya, penyakit
ini menyebabkan kemuduran kepribadian pada umumnya, yang biasanya
mulai tampak pada masa puber, dan yang paling banyak menderita adalah
orang berumur antara 15-30 tahun.
Kelakuan seseorang yang terserang Skizofrenia adalah campur
aduknya pikiran atau kelakuan yang aneh, banyak was was atau halusinasi
pendengaran, pengelihatan, dan keinginan untuk menjauh dari masyarakat,
serta kebekuan emosi (fahmi 1977, 38). Isolasi sosial dari penyakit ini
cenderung untuk menjauhi dari orang dan tidak mau membuat hubungan
sosail, serta menghindari dari orang dan tidak mau membuat hubungan
social, serta menghindari ikut serta dalam berbagai kegiatan social yang
mencakup sejumlah orang.
Orang yang menderita gangguan ini akan menarik diri secara
ekstreem, penderita tidak lagi tertarik pada dunia disekitarnya, dan ia
hamper sepenuhnya hidup dalam dirinya sendiri. Ledakan-ledakan emosi,
seperti menangis dan tertawa yang menimpanya bukan akibat stimulus-
25
stimulus dari luar, tetapi stimulus-stimulus yang berasal dari dunia
khayalan tempat ia hidup. Banyak sekali halusinasi yang aneh-aneh
terdapat pada penderita skizofrenia. Hal-hal yang menyenangkan, tetapi
lebih sering mencai maki. Penderita mungkin mendengar juga suara-suara
yang menuduhnya melakukan perbuatan seksual. Halusinansi pendengaran
ini pada penderita benar-benar suaru batinnya. Selain ia mengalami
halusinasi ia juga mengalami delusi yakni kemegahan dan delusi dan
delusi di kejar-kejar meskipun tidak sekuat seperti yang terdapat pada
skizofrenia.
Skizofrenia penderita memiliki waham yang jelas, yaitu keyakinan
yang keliru, yang dianggap sebagai kebeneran yang tidak tergoyahkan,
segala pola piker, ucapan dan tingkah lakunya disesuaikan dengan
wahamnya tersebut. Misalnya penderita meiliki waham kejar, yaitu bahwa
ada orang yang ingin mencelakainya dengan member racun dalam
minuman, maka penderita tidak minum segala minuman yang disajikan
kepadanya. (Fahmi 1977, 15)
.
E. Kerangka Pemikran
Dari beberapa peran Pekerja Sosial yang diterapkan didalam Medis
tempat Rehabilitasi di RSJ Soeharto Heerdjan peneliti ini, berfokus
kepada Peran Pekerja Sosial Medis dalam pendidik guna untuk melatih
kemandirian pasien Skizofrenia melalui keterampilan-ketarampilan yang
diberikan.
Peran Pendidik berupa pengajaran yang artinya, para pekerja sosial
medis sebagai dalam settingan agenda pengajaran bahwa peksos dapat
memimpin kelompok dalam sebuah edukasi seperti; Mengajarkan klien
bagaimana menacari informasi dan berkonsultasi dengan profesi
kesehatan terkait dengan obat yang klien gunakan, mengajarkan klien
bagaimana cara berintegrasi kembali di masyarakat, memberikan
pengetahuan terhadap klien dan masyarakat tentang stigma sosial, dan
mengajarkan keterampilan kepada klien, ini adalah salah satu sebagai
26
bagian dari intervensi dengan para klien. Peran Pendidik pekerja sosial
dapat membantu masyarakat akses pada informasi tentang apa yang
terjadi dalam masyarakatnya, mendidik masyarakat untuk membangun
kesadaran tentang masalah-masalah kesehatan di lingkungannya,
mempelajari kesuksesan dan kegagalan dari usaha kesehatan,
membangun kesadaran dan kebiasaan tentang pola hidup sehat, serta
mengajarkan cara mengorganisasikan kegiatan masyarakat dalam usaha
kesehatan bagi pasien Skizofrenia.
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang terjadi akibat serangan
beberapa faktor seperti perubahan fisik dan kimia pada otak, serta genetik
yang mempengaruhi fungsi individu dalam berpikir, menerima,
merasakan, dan berprilaku menjadi tidak dapat diterima secara sosial.
Banyaknya Pasien Skizofrenia memicu adanya masalah sosial.
Permasalahan tersebut membuat Kementrian Kesehatan mendirikan
banyak fasilitas untuk menekan angka tersebut. Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan merupakan salah satu rumah sakit jiwa dibawah
Kementrian Kesehatan yang terletak di Grogol Jakarta Barat. Rumah
Sakit Jiwa ini menjalankan banyak layanan untuk memfasilitasi Pasien
Skizofrenia. Dari banyaknya layakanan yang diberikan oleh Rumah Sakit
Jiwa tersebut, ada satu layanan unggulan yaitu layanan Rehabilitasi
Psikososial. Di Instalasi Rehabilitasi Psikosial RSJ Dr. Soeharto
Heerdjan ini mengajarkan dan melatih kemandirian Pasien Skizofrenia
agar nantinya dapat re-integrasi ke masyarakat. Rehabilitasi Psikososial
mengajarkan Pasien Skizofrenia untuk mendapatkan kegiatan-kegiatan
yang ada di Pelayanan dan dapat diberikan pelatihan agar saat kembali ke
masyarakat, Pasien Skizofrenia memiliki suatu keahlian seperti bisa
mandiri dalam merawat dirinya sendiri (mandi, merapihkan rumah,
makan, berpakaian, berpindah tempat, dan ke toilet sendiri) keterampilan
dalam seni tari, seni musik, spritual, menjahit, bertataboga, berwirausaha,
salon, kerajinan tangan, berkebun, dan mengikuti kelas khusus seperi
kelaas bahasa inggris, Administarasi, Komputer, dan Remedial.
27
Peran Pekerja Sosial Medis dalam ini sangat diperlukan mengingat
pentingnya program yang diterapkan di Instalasi Rehabilitasi Psikososial
tersebut. Seorang Pekerja Sosial Medis dapat bermain dalam Perannya
mengingat kompetensi dan fungsi yang dimiliki. Pekerja sosial Medis
dalam pendampingannya dapat memaksimalkan fungsi dari program
yang diberlakukan dengan perannya sebagai pendidik.
Pasien Skizofrenia berhak mendapatkan pelayanan kesehatan untuk
kesembuhannya. Untuk memperoleh kesembuhannya Pasien Skizofrenia
harus melewati berbagai macam terapi, salah satunya adalah terapi
perilaku. Salah satu fungsi dari terapi perilaku yang dijalankan Pasien
Skizofrenia terdapat pelatihan kemandirian melalui kegiatan-kegiatan
yang ada di Pelayanan sosial. Untuk mengetahui peningkatan
kemandirian Pasien Skizofrenia dalam kemandiriannya, suatu institusi
memberlakukan Peran. Pekerja sosial Medis sebagai pihak yang memiliki
kompetensi sebagai Perannya.
Fungsi pekerja sosial yang telah dipaparkan dapat memenuhi fungsi
dari pendampingan yang diharapkan oleh suatu institusi. Selain itu,
fungsi pekerja sosial tersebut dapat membantu pekerja sosial untuk dekat
dengan Pasien Skizofrenia serta membantunya untuk melewati kegiatan
terapi yang telah disiapkan oleh institusi.
Hasil dari penelitian ini pasien Skizofrenia, akan berdampak positif
jika melakukan banyak kegiatan untuk mengurangi berhalusinasi. Di
Rehabilitasi Psikosoial Rumah Jiwa Soeharto Heerdjan memberikan
pelayanan yang bertujuan membuat pasien mandiri dan mengurangi
kekambuhan bagi pasien Skizofrenia, selain itu membuat pasien memiliki
skill/keterampilan yang di ajarkan didalam Rehabilitasi Psikososial, Skill
tersebut berguna sebagai pengalaman pasien untuk kembali
keberfungsian sosialnya di dalam lingkungan masyarakat. Terutama
pasien bisa stabil dalam emosinya jika bertemu dengan banyak orang dan
bersosialisasi dengan baik dengan banyak orang. Seperti pasien siap
untuk bekerja dari skill yang diajarkan di Rehabilitasi Psikososial, bisa
28
membuka usaha sendiri, dan bisa melanjutkan sekolah dengan keadaan
emosi pasien yang sudah stabil dan tidak mudah kambuh.
29
KERANGKA PEMIKIRAN
Variable 1 Variable 2
Pekerja sosial medis sebagi pendidik Kemandirian Pasien Skizofrenia
Memberikan Informasi tentang apa
yang klien butuhkan, membangun
kesadaran tentang masalah
kesehatan di lingkungan pasien, dan
mengajarkan pasien bagaimana cara
berintegrasi kembali ke masyarakat
mengajarkan keterampilan
Melatih keterampilan pasien:
Melalui pelayanan Rehabilitasi Psikososial
RSJ Dr.Soearto Heerdjan
1. Memberikan informasi: Mengajarkan
bagaimana mencari informasi dan
berkonsultasi dengan profesi kesehatan
terkait dengan penyakitnya.
2. Membangun kesadaran: Dalam
mengenali tanda, dan gejala untuk
mencegah kemungkinan kambuh kembali.
3. Re-integrasi ke masyarakat: Membantu
memberdayakan pasien untuk mengatasi
penyakitnya dan dapat mengontrol kembali
hidupnya dalam bermasyarakat setelah
pulang kerumah
1. Pelatihan Dasar; Melalui Terapi
Kelompok, untuk melatih kepercayaan diri
dengan cara berkomunikasi. Melatih
komunikasi secara efektif (komunikasi
verbal dan non verbal, dalam percakapan
sehari-hari) dan Bersosialisasi.
2. Interaksi Sosia: Terapi Kelompok dan Self
Help Group
3. Melatih pasien dengan keterampilan
untuk perawatan diri (self Care); pasien
mampu melakukan tugas-tugas perawatan
dirinya seperti mandi, makan, minum obat,
menyiapkan makanan dan buang air besar
maupun kecil.
4. Pemberdayaan: Kelas kursus kerajinan
tangan, tata boga, salon, tata busana,
berjualan, berkebun, berwirausaha, musik,
berbahasa inggris, administrasi, komputer,
melukis, menari, dan mengaji
30
BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. Gambaran Umum tentang Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan yang berlokasi di Jalan Prof. DR
Latumenten No 1 Grogol Jakarta Barat merupakan Rumah Sakit negri kelas A yang
khusus melayani pasien penyakit jiwa. Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan
memiliki luas tanah 64.850 m2 dan luas bangunan 23.070.30 m2.
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta didirikan berdasarkan
kepurusan Kerajaan Belanda (Koninlijkbsluit) tertanggal 30 Desember 1865 No. 100
dan berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal (Gouverneur General) tertanggal 14
April 1867, namun pembangunanya baru dimulai pada tahun 1876. Dasar h ukum
pendirian Rumah Sakit Jiwa adalah “Het Reglement op het Krankenzenigenwen”
(Stbl. 1987 Nomor 54 dengan segala perubahan dan tambahan-tambahannya). Atas
dasar perubahan tersebut bentuk pelayanan Rumah Sakit Jiwa tidak melayani pasien
secara langsung (Tertutup) dari masyarakat. Rumah Sakit Jiwa hanya menerima pasien
dari kejaksaan, kepolisian, pamong praja dan instansi pemerintah lainnya atas dasar
indikasi gangguan jiwa berat. Sehingga sekarang masih melekat pengertian
masyarakat bahwa Rumah Sakit Jiwa hanya melayani pasien yang mengalami
gangguan jiwa berat. Dalam rangka memenuhi harapan pengabdian dan peningkatan
ilmu pelayanan di bidang penyakit jiwa, kabinet di Indonesia (Ex Nederlands Indie)
mengirimkan surat dinas kepada Inspektur Urusan Asylum di negri Belanda pada
bulan September 1865, kemudian disusul dengan laporan Menteri penajajahan ratu
Wiehelmina tertanggal 29 Desember 1865 yang sisinya adalah menyetujui untuk
mendirikan rumah sakit jiwa di Indonesia. Sebenarnya usaha kesehatan jiwa di Jakarta
sudah dimulai sejak jaman penjajahan Hindia Belanda pada tahun 1824, Yaitu dengan
mengadakan penempungan 100 orang pasien gangguan mental di salah satu Rumah
Sakit milik Persatuan Orang Cina di Indonesia (POCI) dan pada tahun 1923 pasien-
pasien tersebut dipindahkan ke Rumah Sakit Jiwa di daerah Grogol yang baru dibuka
oleh pemerintahan Hindia Belanda.
31
Pada tahun 1924 sampai 1945 Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan yang
pada waktu itu bernama Rumah Sakit Jiwa Grogol dipakai sebagai kosentrasi untuk
tahanan politik oleh Fasisme Jepang sementara pasien yang di rawat saat itu
dipindahkan ke Rumah Sakit Jiwa Pusat Bogor ( Rumah Sakit Jiwa Cilendek)
Pada tahun 1946 Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan di pakai sebagai pos
pertahanan KNIL belanda. Beberapa kali Rumah Sakit Jiwa Dr Soeharto Heerdjan
mengalami bencana Banjir sehingga pasien-pasien yang ada dievakuasi ke Rumah
Sakit Jiwa Pusat Bogor pada tahun 1963 dan 1996 sesuai kebijakan Dapertemen
Kesehatan Jiwa pada tanggal 20 Desember 1965, Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan sebagai proyek pelopor kesehetan jiwa dibidang prevensi, kurasi, sedangkan
bidang rehabilitasinya dipusatkan di Rumah Sakit Jiwa Bogor. Dengan memberikan
pelayanan intramural dan ekstramural di luar Rumah Sakit, untuk menghilangkan
stigma masyarakat, nama Rumah Sakit Jiwa Jakarta pada thun 1973, kemudian pada
tahun 1993 dirubah dengan nama Rumah Sakit Jiwa Pusat Jakarta dan terakhir pada
tahun 2002 dirubah lagi menjadi Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta di
akses pada ( www.rsjsh.com 2018).
B. Landasan Hukum
TABEL 3.1
No No.Surat Keputusan /
KetentuanLainya
Perihal Tanggal Penetapan
1 UU 1/2004 dan PP 23/ 2005 Tentang Perbendaharaan
Negara dan PPK-BLU
14 Januari 2004/ 13
juni 2005
2 Keputusan Menteri Keuangan
Nomor: 277/KMK.05/2007
Tentang Penetapan Rumah
Sakit Jiwa Dr.Soeharto
Heerdjan Jakarta
padaDepartemen Kesehatan
Sebagai Instansi Pemerintah
Yang Menerapkan
21 Juni 2007
32
PolaPengelolaan Badan
Layanan Umum
3 Keputusan Menteri Kesehatan
R.I.No.756/Menkes/SK/VI/2007
Tentang Penetapan 15 Rumah
Sakit Unit Pelaksana Teknis
DepartemenKesehatan.Dengan
Menrapkan Pola Pengelolaan
Keuangan BLU.
26 Juni 2007 2008
4 Peraturan Menteri Kesehatan R.I.
No.252/MenKes/Per/III/2008
Tentang Organisasi dan Tata
kerja RSJ Dr.Soeharto
Heerdjan Jakarta
11 Maret
Tabel 2.1
Dalam RSJ Soeharto Heerdjan memiliki visi, misi serta nilai yang dianut
adalah sebagai berikut:
Visi RSJSH adalah menjadi pusat neuropsikiatri nasional tahun
2019.
Adapun misi RSJSH adalah sebagai berikut:
1. Menyedikan kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative
yang professional dan bermutu berbabsis layanan neuropsikiatri.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang kompeten dan
professional.
3. Meningkatkan sarana prasarana untuk mendukung terwujudnya
layanan-layanan unggulan dan pusat rujukan layanan neuropsikiatri.
4. Menyediakan pendidikan kesehatan jiwa sesuai standar RS
Pendidikan.
5. Menyediakan penelitian dan pelatihan yang berbasis layanan
neuropsikiatri.
Nilai (Value)
R : Responsibility (Bertanggung Jawab)
S : Sincerely (Ketulusan)
33
J : Justice (Berkeadilan)
S : Social (Sosial)
H : Humanity (Manusiawi)
Program Kesehatan Jiwa Masyarakat bertujuan untuk Meningkatkan
kesadaran, kepedulian, dan pengetahuan masyarakat terhadap masalah kesehatan jiwa
untuk mengurangi stigma gangguan jiwa melalui advokasi, penyuluhan, kampanye
dan peran serta media
a) Penyuluhan dan psikoedukasi untuk memberdayakan pasien dan
keluarganya yang sudah tenang di rumah
b) Pelayanan Psikiatri Keliling oleh tim Multidisiplin untuk:
c) Melakukan penjangkauan atau penemuan kasus
d) sosialisasi kesehatan jiwa di masyarakat.
e) Pelayanan intervensi krisis
f) Memberikan asuhan keperawatan di rumah (home visit) oleh perawat
psikiatrik.
g) Droping pasien
h) Melakukan temuan kasus, supervisi, bimbingan tehnis dan monitoring
kepada Puskesmas yang memberikan pelaya-nan kesehatan jiwa di 6
wilayah DKI Jakarta
i) Bekerja sama dengan lintas sektor dan institusi lain, seperti :
j) Pos Binaan Terpadu (Posbindu)
k) Sekolah
l) Lapas
m) Panti sosial yang ada di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya untuk
perawatan warga binaan panti yang mengalami gangguan jiwa.
n) Memberikan dukungan psikososial pada kondisi kedaruratan bencana di
lokasi-lokasi bencana (Aceh, Yogyakarta, Pan-gandaran, Situ Gintung,
Sinabung, dll).
o) Melakukan pelayanan penjemputan pasien pasung dan pasien gaduh
gelisah ke rumah/ daerah binaan
p) Tim Kerja Kesehatan Jiwa Masyarakat :
34
Tim kerja kesehatan jiwa masyarakat terdiri dari beberapa profesi,
seperti; Psikiater, Psikolog, Perawat psikiatri, Penyuluh Kesehatan
Masyarakat, Pekerja Sosial, Kader, Kelompok sesama (peer group) dan
Profesi lain
B. Instalasi Rehabilitasi Psikososial
1. Pengertian Rehabilitasi Psikososial
Salah satu rumah sakit yang menyediakan pelayanan rehabilitasi medik adalah
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerjan Grogol. (Instalasi Rehabilitasi Psikososial).
Rehabilitas Psikososial adalah suatu pelayanana berupa strategi yang
memfasilitasi peluang – peluang yang ada dalam individu dengan masalah kesehatan
jiwa sehingga berfungsi secara optimal di lingkungan dengan mengembangkan
kemampuannya dan bisa beradaptasi dengan perubahan di lingkungan. Pasien
Skizofrenian mengakibatkan terganggunya kemampuan untuk berperan secara
bermakna di lingkungan keluarga dan masyarakat. Untuk itu diuthkan
penangan/pelayanan Rehabilitasi Psikososial.
(Pamvlet Instalasi Rehabilitasi
Psiokosial Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerjan 2014).
Psikososial terdiri dari dua kata yakni psiko yang berarti psikologi dan sosial,
kedua hal inilah yang membuat manusia selalu berusaha untuk mempertahankan
keseimbangan hidupnya. Seseorang akan gagal memenuhi kebutuhan hidupnya
apabila gagal untuk menyeimbangkan keseimbangan diri dengan lingkungannya.
Sebagai makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus
membina hubungan interpersonal positif (Mirzal Tawi, 2008).
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang
bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. masalah
kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat
terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat
menimbulkan gangguan jiwa (Depkes, 2011). Sedangkan rehabilitasi menurut
Departemen Sosial merupakan suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan
35
untuk memungkinkan penderita suatu kecacatan mampu melakukan fungsi-fungsi
sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Menurut Robert M. Goldenson
(1978;74), seorang ahli rehabilitasi yang mengatakan bahwa pada dasarnya rehabilitasi
adalah “self rehabilitation”, artinya keberhasilan dari para rehabilitasi itu tergantung
dari motivasi penderita mau merehabilitasi dirinya sendiri dalam mengembangkan
potensi seoptimal mungkin, karena para ahli memberikan petunjuk, bimbingan, dan
kemudahan fasilitas yang memberikan dorongan penderita untuk keberhasilan
program rehabilitasi yang dijalaninya.
Dari teori yang telah dipaparkan sebelumnya mengenai rehabilitasi psikosisal
merupakan suatu refungsionalisasi fungsi sosial penderita masalah kejiwaan dan
kemasyarakan menggunakkan kemauan diri serta bantuan para ahli agar penderita
dapat memiliki keseimbangan hidupnya. Menurut WHO (1995) organisasi yang
menjaga kesehatan dunia rehabilitasi psikososial adalah suatu pelayanan berupa
strategi yang memfasilitasi peluang-peluang yang ada dalam individu dengan masalah
kesehatan jiwa sehingga bisa berfungsi secara optimal di lingkungan dengan
mengembangkan kemauan dan bisa beradaptasi dengan perubahan di lingkungan.
C. Ruang Lingkup Pelayanan Rehabilitasi Psikososial
Menurut (Pedoman Rehabilitasi Psikososial di RSJSH 1997, 5), Ruang
lingkup layanan dari rehabilitasi psikososial meliputi empat lingkup, yaitu:
a. Symptom Management (Manajemen Gejala):
1) Melatih ODMK agar dapat mengenali tanda dan gejala untuk
mencegah kemungkinan kambuh
2) Melatih ODMK mengenali dan mengatasi gejala sisa
3) Membantu memberdayakan ODMK untuk mengatasi
penyakitnya dan dapat mengontrol kembali hidupnya
b. Medication Management (Manajemen Pengobatan):
1) Mengajarkan ODMK memahami pengobatan
2) Mengajarkan ODMK memahami dan menilai efek obat, efek samping
obat
3) Mengajarkan bagaimana mencari informasi dan berkonsultasi dengan
profesi kesehatan terkait dengan obat yang mereka gunakan
36
c. Basic Conversational Skills (Keterampilan Percakapan Dasar) :
1) Mengajarkan ODMK cara berbicara secara sistematik
2) Melatih komunikasi secara efektif (komunikasi verbal dan non verbal,
percakapan sehari-hari, dll)
d. Community Re-integration (Reintegrasi Ke-Masyarakat) :
1) Mengajarkan bagaimana cara berintegrasi kembali di masyarakat
setelah pulang kerumah
2) Melatih ODMK dengan keterampilan untuk perawatan diri (self care),
pekerjaan rumah tangga, manajemen keuangan, menggunakan
transportasi umum, interaksi sosial, latihan kerja mandiri
3) Membantu ODMK untuk mendapatkan pekerjaan atau wiraswasta
4) Mengajak ODMK mengunjungi bank, pasar dan tempat umum lainnya
3. Tujuan Pelayanan:
Meningkatkan kualitas hidup serta kemandirian Pasien Skizofrenia
4. Kegiatan Rehabilitasi :
Ganbar 3.1
37
Mendeskripsi Kegiatan Terapi Rehabilitasi Day Care ;
a.. Aktivitas pembuka, Pertemuan pagi, pertemuan sore
b. Terapi Edukasi : Kelas Bahasa Inggris, Administrasi, Komputer,
Remedial dll.
c. Terapi Okupasi : Tataboga, Salon, Menjahit, Kerajinan Tangan,
Perkebunan, Sablon Mug dll.
d. Terapi Musik : Organ Tunggal, Band, Musik, Paduan Suara, Karoke dll.
e. Latihan Kerja Mandiri : RH Ponsel, RH Garden, RH Corner, RH
Cleaning Service
f. Terapi Relaksasi ( Biodanza, Reki Ling Chi, Bio Energi Power dll.)
g. Olahraga ( Senam, Gym dll.)
h. Perpustakaan, Nonton film, Permainan/Games
i. Terapi Spitual ( Rohis, Rokhris )
j. Dukungan Sesama
k. Terapi Keluarga
l. Psikodarma
m. Seni Tari
n. Seni Lukis
o. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
p. Konsultasi Tim Profesi (Psikoterapi, Suportif, CBT, Coaching
Neuroscience dll.)
q. Remediasi Verbal
r. Terapi Rekreasi (dalam & luar rumah sakit
38
Day Care merupakan bentuk dari program rehabilitasi psikososial yang
memiliki tujuan untuk membuat Pasien Skizofrenia mampu untuk melakukan re-
integrasi ke masyarakat. Untuk merealisasikan tujuan dari rehabilitasi psikososial,
pihak rehabilitasi membuat 18 kegiatan terapi untuk membantu persiapan Pasien
Skizofrenia untuk kembali ke masyarakat.
Kehidupan Pasien Skizofrenia sudah layaknya seperti orang-orang pada
umumnya. Akan tetapi akibat penyakit mental yang pernah diidapnya, Pasien
Skizofrenia butuh waktu untuk mengembalikan peranannya di masyarakat.
Pengembalian fungsi sosial tersebut dilakukan di daycare dengan menggunakkan 18
kegiatan terapi. Kegiatan terapi tersebut dikelola oleh berbagai macam profesi seperti
dokter ahli rehabilitasi , psikolog, perawat rehabilitasi, fisioterapis, okupasi terapis,
dan pekerja sosial medis. Dalam kegiatan daycare para professional menyiapkan
peserta rehabilitasi dengan 18 kegiatan rehabilitasi sehingga peserta dapat melatih
keahlian dan memperbanyak pengalaman dalam bekerja agar nantinya bisa dilepas ke
masyarakat.
Pasien Skizofrenia dalam menjalankan rehabilitasi ada yang tinggal di rumah
dan ada juga yang tinggal di wisma yang telah disiapkan oleh pihak daycare yaitu
wisma Living Independent. Wisma Living Independent merupakan wisma yang
didalamnya memfasilitasi Pasien Skizofrenia untuk menjadi lebih mandiri, hal ini
dipengaruhi oleh lingkungan hidup yang membuat Pasien Skizofrenia mengurus
dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya serta adanya piket untuk melaksanakan
perannya masing-masing seperti jadwal masak, belanja, bersih-bersih
5. Peran Pekerja Sosial Medis Rawat Inap
a. Assesment seluruh pasien Rawat Inap
b. Memberikan motivasi resolusi
c. Memberikan bimbingan keterampilan dan fisik
d. Melakukan pengkajian psikososial
e. Konsultasi keluarga
f. Supervisi terhadap bawahan untuk peroses tindak lanjut
39
g. Meriksa status pasien yang mendekati pulang.
h. Home Visit
6. Peran Pekerja Sosial Rehabilitasi Psikososial :
a. Melakukan program pelayanan sosial terhadapa pasien dan
keluarga.
b. Melakukan pemberian motivasi.
c. Melakukan identifikasi sosial (assessment) awal untuk menentukan
lebih lanjut.
d. Melakukan kegiatan bimbingan fisik, keterampilan, dan sosial.
e. Memotivasi pasien dalam bentuk bimbingan fisik.
f. Memotivasi pasien dalam bentuk ketrampilan
g. Pendampingan secara individu
h. Mensosialisasi pelayanan kesehatan
i. Menyusun laporan kegiatan program layanan kesehatan
Pekerja Sosial di bagian daycare memiliki unit sendiri yang bernama unit
pekerja sosial. Unit ini terdiri dari empat pekerja sosial dan sisanya adalah perawat
yang membantu tugas pekerja sosial. Ada juga pekerja sosial yang bekerja di bagian
rawat inap, pekerja sosial rawat inap akan berkordinasi dengan unit pekerja sosial
rehabilitasi mengenai keadaan pasien. Pekerja sosial di setiap bagian memiliki tugas
yang berbeda-beda. Tugas pekerja sosial medis dibagi menjadi tugas pekerja sosial
medis rawat inap dan tugas pekerja sosial medis di bagian rehabilitasi psikososial.
Pekerja sosial di bagian day care, pekerja sosial di bagian daycare memiliki
peran yang sangat penting untuk berjalannya daycare karena pekerja sosial selalu
mendampingi peserta daycare dalam melakukan seluruh 18 kegiatan rehabilitasi.
Pekerja sosial dituntut untuk multitalent dikarenakan pekerja sosial dituntut untuk bisa
memberikan contoh dari semua kegiatan rehabilitasi, hal ini penting untuk
memberikan motivasi pasien dalam bentuk bimbingan fisik dan keterampilan.
Pemberian motivasi oleh pekerja sosial tidak hanya berlangsung saat kegiatan
rehabilitasi akan tetapi setelah kegiatan rehabilitasi selesai pekerja sosial akan terus
40
memberikan motivasi serta dukungan mental dengan menjadi teman Pasien
Skizofrenia dalam kegiatan sehari-harinya.
Pekerja sosial juga memiliki tugas untuk menjaga wisma Living Independent
yang ditempati oleh Pasien Skizofrenia yang menjadi peserta daycare. Pekerja sosial
mendampingi dalam kegiatan sehari-hari Pasien Skizofrenia yang tinggal di wisma
seperti memasak, mencuci, bersih-bersih, belanja, dan banyak kegiatan sehari-harinya.
Kegiatan-kegiatan tersebut diusulkan oleh pekerja sosial dengan memakai konsep
Actibuty Daily Living (ADL) yang dapat membantu Pasien skizofrenia untuk
membangun kemandiriannya serta tanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingungan sehingga Pasien Skizofrenia dapat kembali menjalankan perannya
di masyarakat. Unit pekerja sosial menempatkan 4 anggotanya untuk menjaga di
wisma Living Independent. Penjagaan di wisma dibagi menjadi 2 shift yaitu shift pagi
ke sore dan sore ke pagi.
Profesi-profesi di bagian daycare memiliki peranannya masing-masing untuk
menjalankan proses rehabilitasi. Dalam bagian rehabilitasi psikososial pekerja sosial
merupakan satu-satunya profesi yang memiliki wewenang untuk melakukan
homevisit. Homevisit yang dilakukan oleh pekerja sosial dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu homevisit awal, homevisit terminasi, dan homevisit pascaterminasi.
Homevisit awal dilakukan saat awal pasien masuk ke daycare. Homevisit ini
dilakukan untuk melihat dan mempelajari keadaan dan lingkungan di rumah pasien.
Selain itu pekerja sosial juga mengedukasi ingkungan dari pasien seperti tetangga, RT,
RW, dan juga tokoh-tokoh masyarakat mengenai kondisi pasien agar lingkungan dapat
memberikan dukungan untuk membantu proses penyembuhan pasien. Homevisit awal
juga dilakukan untuk menjalin relasi dengan keluarga pasien sehingga mempermudah
pemberian informasi ke keluarga pasien mengenai perkembangan di daycare.
Homevisit kedua adalah homevisit terminasi. Homevisit ini dilakukan pada
saat pasien menyelesaikan proses rehabilitasi psikososial di bagian daycare. Pada
homevisit ini, pekerja sosial ikut merencanakan apa yang akan pasien lakukan setelah
keluar dari bagian daycare. Tindakan pekerja sosial dalam homevisit tersebut
tergantung pada peluang dan minat dari pasien. Beberapa peluang dan minat dari
41
pasien daycare seperti melanjutkan pendidikan, berwirausaha (membuka warung,
warteg, warung pecel lele, penjual jus, dan banyak lainnya), bekerja menjadi cleaning
service, dan menjadi staf di toko tidaklah mudah, pekerja sosial perlu mendampingi
untuk membantu dan memberikan dukungan agar Pasien Skizofrenia yang telah
menyelesaikan preses rehabilitasi bisa kembali menjalankan fungsinya kembali di
masyarakat. Proses homevisit ini membutuhkan waktu yang berbeda-beda sesuai
minat yang dipilih oleh Pasien Skizofrenia.
Homevisit yang terakhir adalah homevisit pasca terminasi. Homevisit ini
dilakukan tiga bulan setalh homevisit terminasi. Pada homevisit ini pekerja sosial
melihat keadaan Pasien Skizofrenia, keluarga, dan lingkungan. Pekerja sosial melihat
pekerjaan serta aktivitas Pasien Skizofrenia yang telah dijalankan sejak homevisit
terminasi apakah aktivitas yang dilakukan oleh Pasien Skizofrenia terlalu membebani
keadaan mental dan kejiwaan Pasien Skizofrenia. Apabila terlalu membebani, pekerja
sosial akan mencari alternative baik aktivitas maupun pekerjaan yang lain. Selain itu,
pekerja sosial juga melihat keadaan keluarga serta mendengarkan keadaan Pasien
skizofrenia menurut perspektif keluarga. Dari homevisit ini pekerja sosial melihat
apakah Pasien Skizofrenia sudah bisa sepenuhnya dilepas atau tidak.
43
BAB IV
DATA DAN TEMUAN
Pada bab ini peneliti akan membahas tentang apa saja temuan peran
pendidik pekerja sosial medis dalam proses kemandirian pasien Skizofrenia dalam
ranah rumah sakit. Temuan mengenai pekerja sosial medis sebagai sosial function
di Rumah Sakit dan temuan seperti peranan pekerja sosial medis secara umum
hingga ke fokus peranan pendidik yang akan diteliti sebagai proses kemandirian
pasien Skizofrenia di Rehabiliatasi Psikosial RSJ Soeharto Heerdjan.
Dengan menggabungkan dan mengkaji antara temuan lapangan hasil
observasi, wawancara dan dokumentasi dari hasil penelitian, peneliti menemukan
beberapa hal mengenai untuk mengaplikasikannya bagaimana peranan pendidik
berpengaruh dalam proses kemandirian pasien Skizofrenia yang dilakukan oleh
Pekerja Sosial Medis di Rehabilitasi RSJ Dr.Soeharto Heerdjan.
A. Pekerja sosial medis bagi pasien Skizofrenia
Pada dasarnya pekerja sosial medis dalam ranah rumah sakit
berfungsi untuk memperlancar usaha pemulihan kemampuan pasien yang
menderita sakit Skizofrenia. Dengan maksud yang bersangkutan dapat
mengeluarkan semua sumber yang ada pada diri sendiri, keluarga, dan
lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri serta mampu
menjalankan fungsinya di tengah-tengah keluarga dan masyarakat secara
maksimal.
Dari pengertian fungsi pekerja sosial medis diatas sesuai dengan
fungsi yang dipaparkan menurut Kak Irheneu Dwi Wahyu Pratwi Sos, atau
biasa di panggil dengan sebutan Kak Iren dan Pak Heru Maulana Sos
selaku pekerja sosial medis di Rumah Sakit Jiwa Dr.Soeharto Heerdjan,
44
bertujuan membantu memecahkan masalah, dimana dalam hal ini
pekerja sosial medis dituntut untuk siap menerima keluhan dan
kemungkinan hambatan yang dihadapi oleh pasien Skizofrenia dan
keluarga serta membantu mencari alternatif atas masalah tersebut.
Seperti fungsi pekerja sosial medis yang dijelaskan menurut hasil
wawancara kedua pekerja sosial medis bagian rehabilitasi psikososial,
bahwa, fungsi Pekerja Sosial Medis yaitu melatih, mengajarkan, membina
dan mengarahkan agar pasien bisa produktif dan berfungsi kembali sosial
dalam lingkungannya. Terapi kelompok dan SHG(Self Help Group) salah
satu menjadi fungsi unggulan untuk pekerja sosial medis. Supaya pasien
Skizofrenia di rehabilitasi psikososial ini bisa berinteraksi dengan
oranglain, maupun dengan kelompoknya. Dengan begitu pasien akan
merasa berprokduktif tidak takut untuk berinteraksi dengan orang lain,
berkomunikasi dengan siapa saja menjadi lebih percaya diri, mempunyai
keahlian ataupun keterampilan agar pasien bisa diterima dan kembali
kedalam masyarakat yang menstigmanya.”
B. Peranan pekerja sosial medis bagi pasien Skizofrenia
Ada lima peran yang dilakukan oleh pekerja sosial yang dilakukan
oleh pekerja sosial untuk membantu penderita berfungsi kembali secara
optimal, yaitu membimbing perseorangan dan kelompok, pendorong,
penghubung, konsultan, dan pendidik.
Namun, penelitian ini memfokuskan bagaimana peran pekerja
sosial medis dalam pendidik, peran yang lebih dominan yang dimainkan
oleh seorang pekerja sosial medis di Rehabilitasi RSJ Dr. Soeharto
Heerdjan. Sebagaimana hasil wawancara dari kedua pekerja sosial medis
di rehabilitasi psikososial. Peranannya lebih ke pendidik, dikarenakan
pasien skizofrenia ini diajarkan seperti dari awal lagi. Dengan memberikan
aktivitas positif si pasien, mendapatkan pembelajaran tentang perilaku dan
aktivitas sehari-hari. Contohnya mengajarkan pasien bagaimana caranya
merawat diri, cara berkomunikasi dengan baik, dan bersosialisasi dengan
baik itu semua menggukan modul dalam pembuatan agenda yang terarah,
45
kalo di ibartkan jika disekolah menggunakan kurikulum tapi disini
menggunkan modul. Contohnya alhamdullilah modul yang menjadi
rujukan untuk berpraktek disini.
Hal tersebut dirasakan oleh beberapa pasien Skizofrenia mengenai
manfaat peran pendidik disini. Menurut hasil wawancara pasien A
skizofrenia di rehabilitasi. Pasien lebih mengerti karna ilmu disini yang
didapat begitu banyak. Pasien merasa senang seperti sekolah lagi, masuk
ke kelas untuk dilakukan pendidikan, contohnya kelas tata boga pasien
diajarkan buat kue, kelas bahasa inggris pasien diajarkan bicara bahasa
inggris yang baik, kelas kerajinan pasien membuat telur asin, ada kelas
musik dimana pasien di uji untuk nyanyi kedepan melatih kepercayaan
diri.
Foto salah satu kegiatan Day Care Terapi Edukasi : Bahasa Inggris.
Gambar 4.1
Hasil Dokumentasi:
Observasi yang peneliti lakukan dari kegiatan rehabilitasi
psikososial terapi edukasi, kelas Bahasa Inggris.
Hal serupa juga diungkapkan pasien B pada Rehabilitasi
psikososial mengenai merawat diri yang diajarkan Pekerja Sosial
Medis untuk merawat diri yang baik terutama dalam bersih-bersih
diri. Pasien harus rajin mandi sehari dua kali, gosok gigi mau tidur
dan jika bangun tidur.
Hal yang juga dirasakan pasien C dari manfaat peran
46
pendidik Pekerja Sosial Medis seperti punya keahlian. Terkadang
apa yang direhabilitasi ini ajarkan pasien aplikasikan ketika
dirumah. Disini pasien diajarkan keahlian membuat kerajinan
tangan. Lalu ketika dirumah tidak ada kegiatan, pasien mengulang
cara-caranya dirumah seperti buat bunga plastik dari sedotan dan
bermain musik gitar.
Hasil Observasi dan Dokumentasi dari Kegiatan Rehab
Selasa, 17 Juli 2018. Agenda salah satu Kegiatan
Rehebilitasi Psikosial Day Care Edukasi Terapi: Kelas Musik
Gambar 4.2
Kegiatan musik pada di atas adalah salah satu
dokumentasi agenda kegitan di Rehabilitasi Psikososial RSJSH,
dan setelah di Observasi dimana semua pasien mengikuti
keselarasan suara bersama–sama, tujuan nya supaya pasien bisa
saling menyatu dengan suara mereka satu sama lain. Musik ini di
gurui oleh bu Nadya seorang volunteer dari Gereja Katolik
Indonesia (GKI), pasien disuruh menyayikan 3 lagu daerah yaitu:
Apuse, Ampar-Ampar Pisang, dan Nona Manis. Setelah mereka
bersama sama menyayikan ke 3 lagu daerah tersebut mereka maju
kedepan satu persatu untuk melatih kepercayaan diri pasien.
47
C. Peran Pendidik pekerja sosial medis bagi pasien Skizofrenia
Berbagai peran memfasilitasi melibatkan pekerja sosial medis
dalam praktiknya untuk merangsang dan mendukung berbagai proses
dalam medis, berbagai peran mendidik salah satunya yang membutuhkan
sang pekerja sosial untuk mengambil lebih banyak peran aktif dalam
menata agenda sebagai pendidik. Sang pekerja sosial tidaklah hanya
membantu sebuah proses panjang namun ia bener-bener memiliki satu
masukan positif dan terarah, sebagai sebuah hasil dari pengetahuan,
pengajaran, keterampilan dan pengalamannya.
Menurut hasil wawancara pekerja sosial medis, kegiatan awal
yang dilakukan terapi kelompok terhadap pasien, tujuan nya kalo dari
kita sendiri di peksos itu untuk melatih komunikasi jadi dia bisa
berkomunikasi dengan orang, berinteraksi dengan orang. Dengan terapi
kelompok kan pasien diajarkan untuk misalkan, kita membahas
komunikasi. Diantaranya pasien yang kurang dalam berkomnikasi,
Pekerja Sosial Medis harus melakukan dengan cara memberi masukan,
melatih, menstimulus pasien untuk berkomunikasi. Selain itu ada SHG
(Self Help Group) yang dilakukan satu bulan sekali, pasien diskusi terkait
apa masalah dalam satu kelompok itu apa terkait apa temanya ini
bermasalah sama komunikasi harusnya dilatih, mereka memberikan
masukan satu sama lain.”
Hal lain juga diungkapkan pekerja sosial medis di rehabilitasi
psikososial, peran pendidik menjadi PJ OR Kerohanian islamiyah CS
Garden contoh pendidik lebih nge-bimbingnya ada modulnya atau
silabusnya. Dalam PJ tersebut tidak bisa sembarangan untuk memberi
ilmu. Lebih ke tata cara kalo garden kita ada 4 materi, cara buat pohon
seperti apa modul cara membuat pupuk kompos seperti apa cara
mencangkok apa aja cara mengetahui buah yanng siap dipetik apa saja
dll. Tujuan nya ini juga untuk memberdayakan pasien disini dalam peran
edukator, dalam peran edukator kan sifatnya memberdayakan pasien
semua yang ada disini. Jika pasien sudah berhasil maka akan
diberdayakan disini lebih mandiri. contoh kecilnya dalam salah satu
48
kegiatan yaitu garden atau berkebun, memiliki 4 materi. Dan contoh lain
dalam kegiatan ke Rohanian Islam modulnya seperti bagaimana cara
membaca al-Quran yang baik dan bener, mengenal tajwidnya, menghafal
surat-surat pendek dan artinya dan mengetahui tentang islam, misalnya
etika seperti apa. Setiap minggunya materi berbeda-beda, itu mungkin
seperti halnya peran pendidik disini tuh seperti menjadi guru juga kita
disini pekerja sosialnya karna kan lebih memberikan pengajaran, melatih,
mengarahkan, membimbing dan memberikan informasi gitu. Sistem
peran edukator disini juga seperti ada report, reportnya disini bertujuan
sebagai catatan rehab untuk mengetahui bagaimana perkembangan
pasien. Peran pendidik disini acuannya itu modul biar kita juga
mengerahkan mengajarkan dan memberikan informasi tidak ngarol
ngidul kemana-mana tetapi sesuai dengan acuannya yaitu modul. Peran
edukator disini lebih mngajarkan membimbing dari apa yang di lakukan
oleh pasien, yang telah di ajarkan dan dilatih terus menerus hingga pasien
mandiri sudah bisa dilepas dalam kegiatannya. Dan bisa mengaplikasikan
nya dirumah dan dimasyarakat.
Pekerja Sosial Medis menggunakan peran dalam melakukan
pendampingan pasien Skizofrenia di Rehabilitasi Psikososial, salah
satu perannya yaitu Pekerja Sosial medis sebagai peran pendidik.
Peran pendidik yang di lakukan sebagai bentuk peroses kemandirian
pasien Skizofrenia menjadi alat ukur keberhasilan pasien tersebut
sudah mandiri atau tidak. Peran pendidik bagi pekerja sosial medis
yaitu Peran Pendidik pekerja sosial dapat membantu masyarakat pada
akses informasi tentang apa yang terjadi dalam masyarakatnya,
mendidik masyarakat untuk membangun kesadaran tentang masalah-
masalah kesehatan di lingkungannya, mempelajari kesuksesan dan
kegagalan dari usaha kesehatan, membangun kesadaran dan kebiasaan
tentang pola hidup sehat, serta mengajarkan cara mengorganisasikan
kegiatan masyarakat dalam usaha kesehatan bagi pasien Skizofrenia.
1. Komponen-komponen dalam peran Pendidik Pekerja Sosial
Medis
49
Dalam peran ini, para pekerja sosial medis sebagai peran
pendidik mempunyai komponen-komponen dalam menjalankan
perannya sebagai settingan agenda berupa pengajaran bahwa
peksos dapat memimpin kelompok dalam sebuah edukasi seperti:
mengajarkan klien bagaimana menacari informasi dan
berkonsultasi dengan profesi kesehatan terkait dengan obat yang
klien gunakan, mengajarkan klien bagaimana cara berintegrasi
kembali di masyarakat, memberikan pengetahuan terhadap klien
dan masyarakat tentang stigma sosial dan menagajarkan
keterampilan kepada klien. Ini adalah salah satu sebagai bagian dari
intervensi dengan para klien. Peran pendidik berupa pengajaran
yang dilakukan pekerja sosial medis dalam praktik pendidiknya
harus menghasilkan yang efektif dalam pengajarannya, peran
pendidik yang efektif berlandaskan pada enam komponen.
a. Pengembangan tujuan yang jelas dan tepat bagi pekerja sosial.
Tujuan yang jelas dan tepat adalah suatu
perkembangan kelompok dari klien dalam program pelayanan
yang dibuat oleh pekerja sosial, klien bisa memilih atau dipilih
untuk berpartisipasi dalam suatu program pelayanan yang
memiliki tujuan yang jelas dan tepat.
Menurut hasil wawancara Pekerja Sosial Medis di
Rehabilitasi Psikososial: Pengembangan tujuan yang jelas,
peksos menanyakan tujuan pasien ke Rehab, sebagai peksos
memberikan informasi secara luwes mengenai tujuan
rehabilitasi psikosial di RSJSH.
Hal serupa juga dirasakan seperti yang diungkapkan
oleh pasien A, B, dan C sebelum mengikuti kegiatan di
Rehabilitasi psikososial. Masuk Rehabilitasi ini tidak
gampang, soalnya pasien harus mengikuti prosedur rehabilitasi
50
dulu. Pasien diwawancara banyak tentang tujuan kenapa
berminat setelah keluar dari Rawat Inap pindah ke Rehabilitasi
Psikosoial. Pasien juga menjealskan tujuannya masuk rehab
karena mencegah kambuh kembali jika tidak memiliki
kegiatan.
b. Memahami kebutuhan dan kemampuan klien.
Menentukan kebutuhan dan tujuan dari suatu usaha
pendidik menuntut pertimbangan klien dalam pengembangan
intervensi pendidik, pemahaman ini menguji ruang kehidupan
khusus para klien dalam kemampuan, pengetahuan, sikap dan
motivasi serta ketidak produktifan yang klien miliki dalam
kebutuhan dan kemampuan klien. Ini merupakan salah satu peroses
“menyesuaikan diri” (tuning-in) dengan perasaan dan kesulitan
yang klien dapat bawakan.
Menurut hasil wawancara pekerja sosial medis, kebutuhan
pasien dalam kegiatan di Rehabilitasi Psikososial misalnya di
lingkungan pasien disingkirkan berarti pasien butuh penerimaan
dari lingkungan. Peksos bisa melalukan sesuai dengan kebutuhan
dia yaitu melakukan home visit, peksos menjelaskan ke lingkungan
sekitar nya atau masyarakat mengenai kondisi pasien.
Hal yang sama dikemukan oleh Pekerja Sosial Medis lainya,
yang dibutuhkan pasien sebenernya motivasi seperti mengingatkan
jangan lupa yang diminum obatnya supaya tidak kambuh-kambuh
agar emosi stabil dan banyakin kegiatan di sini pun maupun
dirumah atau lingkungan masyarakat supaya tidak berhalusinasi
kembali seperti itu. Kemampuan dia bagaimana si pasien mampu
untuk berkemauan mengikuti kegiatan yang ada direhab secara
disiplin untuk bisa stabil.
51
Hal serupa juga seperti yang dirasakan oleh pasien A, B.
dan C sebagai pasien Rehab psikososial, sebelumnya pasien merasa
tidak percaya diri, tapi pasien diajari bagaimana caranya
berkomunikasi yang baik sehingga pasien sudah mulai bisa dan
tidak takut untuk berinteraksi dengan orang lain. Dengan cara ikut
berlatih terapi kelompok diberikan nilai untuk penilaian
berkomunikasi dengan baik.
c. Pengetahuan tentang klien.
Banyak pengetahuan dibutuhkan bergantung pada
kebutuhan klien, dalam tujuannya serta struktur program sebagai
peran pendidik. Ketika klien mulai menyesuaikan diri dengan
program, maka klien akan memperoleh suatu rasa mendalam dan
meluas tentang informasi yang dibutuhkan. Bagi program yang
dibutuhkan klien dapat didiskusikan dengan klien yang berbeda
dalam memastikan nya, untuk membantu mengindentifikasikan
lebih jauh kebutuhan isi sebelum pelatihan. Termasuk dalam
menerima peran pendidik adalah pemahaman bahwa pekerja sosial
memiliki beberapa pengetahuan yang dapat diajarkan atau
dibagikan kepada yang lainnya.
Seperti yang disampaikan oleh Pekerja Sosial Medis,
pengetahuan yang kita berikan dalam peran edukatornya ditunjuk
menjadi PJ OR Kerohanian Islamiyah, Cleaning Service dan
Garden. Contoh pendidik nya lebih nge-bimbingnya ada modulnya
atau silabusnya. Dalam PJ tersebut tidak bisa sembarangan untuk
memberi ilmu. Lebih ke tata cara kalo garden memiliki 4 materi,
cara buat pohon seperti apa modul cara membuat pupuk kompos
seperti apa cara mencangkok apa aja cara mengetahui buah yang
siap dipetik apa saja. Tujuan nya ini juga untuk memberdayakan
pasien disini, dalam peran edukator kan sifatnya memberdayakan
pasien semua yang ada disini. Jika pasien sudah berhasil maka
akan diberdayakan disini agar lebih mandiri.
52
Menurut hasil wawancara dengan Pekerja Sosial Medis
lainnya di Rehabilitasi Psikososial agenda pengetahuan yang
diterapkan disini itu misalkan kalo terapi kelompok, pada saat
bulan Januari minggu pertama kita akan membawakan tema ini,
membahas tentang komunikasi public. Jadi dalam sebulan ada
tema-tema pengetahuan sesuai dengan prosedur modul kalo peksos
pegangannya.
Hal serupa juga seperti yang diungkapkan oleh pasien A, B,
dan C di Rehbilitasi psikososial sebagai berikut agenda apapun
yang diikuti terasa bisa mengikutinya, karena kan setiap peksos
atau profesi lainnya disini memberikan ilmu pengetahuan tentang
apapun pasien langsung mempraktikannya. Jadi gampang lupa
pasien bisa contohkan dirumah, apalagi kalo lupa tinggal liat
modul yang diberikan oleh peksos.
d. Pengembangan suatu pengajaran
Komponen pengajaran ini mengacu kepada lingkungan
fisik dan lingkungan emosional didalamnya. Semua kesempatan
dalam peroses pengajaran di dalamnya mengandung risiko akan
kesalahan atau kegagalan. Para pekerja sosial sebagai pendidik
harus menginformasikan kepada klien tentang tujuan, proses, dan
struktur bagi kegiatan pengajaran dan pembelajaran. Setting
program pendidik itu harus disesuaikan secara matang dengan
tujuan. Menciptakan level kenyamanan fisik dan emosional yang
tepat bagi pekerja sosial medis kepada kliennya adalah suatu
tanggung manajemen yang berkesinambungan bagi pendidik.
Hal serupa diungkap kan oleh Pekerja Sosial Medis dalam
kelompok seperti edukasinya terhadap pasien, edukasinya peksos
dari segi gaya bahasa nya peksos terhadap pasien memberitahu
informasi kepada pasien seperti apa, yang pastikan harus yang
lembut dan terstruktur kalo ngomong. Karena jika berbicara
53
dengan pasien jiwa itu peksos kalo ngomong harus detail supaya
tidak nanya-nanya lagi hingga menjadikan suatu yang kondusif,
jadi peksos harus memiliki. Terus biasanya pasien gangguan jiwa
tidak bisa banyak menerima instruksi dari siapa pun, misalnya
supaya kamu nyapu terus kamu ngepel lalu ngelap kaca.
Hal serupa juga dikatakan oleh Pekerja Sosial Medis
Lainnya mengenai pengajaran yang dikembangkan seperti yang
sebelum-sebelumnya memberikan pengetahuan tentang cara nya
cleaning, nanti ketika Pekerja Sosial Medis sudah mencontohkan,
pasien disini mengikutinya. Bahkan tidak hanya dirumah sakit saja
tapi saya kasih Tugas Rumah, tugas rumahnya berupa coba kalian
di rumah bersihkan rumah kalian salah satu entah mau kamar
kalian atau ruang tamu, nanti hasilnya foto sebelum dan sesudah
yang dirapihkan. Ketika sudah tolong dibuku agenda kalian tugas
rumah nya ini ditanda tangani yang mengawasi kalian ketika lagi
cleaning/membersihkan rumah.
Hal serupa juga seperti yang diungkapkan oleh pasien A, B,
C diRehab psikososial pasien diberi tugas dirumah ketika pasien
diajarkan pengetahuan di Rehabilitsi Psikososial, jadi kata peksos
supaya ilmunya tidak mubazir pasien kembangkan kembali ketika
dirumah.
e. Teknik pengajaran bagi pekerja sosial.
Teknik pengajaran tertentu secara khusus sangat tepat
digunakan bagi tujuan pengajaran yang berbeda dari teknik yang
biasa-biasa saja. Sebagai contoh, pengunaan pengajaran yang tidak
rumit dalam pembahasannya, melakukan simulasi yang dilakukan
klien sebagi pengembangan keterampilan yang dimilikinya,
melakukan diskusi, serta tanya-jawab yang dilakukan bagi
pengembangan pengetahuan dan pemahaman.
Menurut hasil wawancara dengan Pekerja Sosial Medis
Mengenai pengajaran metode-metode lisan dan tertulis yang
Pekerja Sosial Medis terapkan kepada pasien. Misalkan Pekerja
54
Sosial Medis memberikan materi tentang mereka mendengar tetapi
menulis, misalnya Pekerja Sosial Medis instruksikan coba buat
lingkaran segita didalam lingkaran tetapi tidak Pekerja Sosial
Medis contohkan di papan tulis Pekerja Sosial Medis sebut mereka
gambar dan jadiya hasilnya jadi apa gambarnya tujuan. Bentuk
pengajaran yang lain misalnya, dalam kelas-kelasnya seperti kelas
mengaji, bahasa inggris, brain gym, dll. Peksos yang dibantu
profesi lain sebenernya peksos dituntun multi talent harus serba
bisa, peksos harus bisa mengajarkan dalam kerajinan tangan,
peksos harus bisa pasien dalam cleaning service, dsb. Pokonya
semua bentuk terapis, kecuali hanya home visit hanya bisa
dikerjakan peksos. Tetapi kalo pekerjaan yang lain nya bisa
bekerjasama denngan profesi yang lainnya.
Hal demikian diungkapkan kepada Pekerja Sosial Medis
lainnya mengenai teknik pengajaran misalnya didalam terapi
kelompok, didalam kelompok dengan tema perawatan diri. Pekerja
Sosial Medis menjelaskan bagaimana definisi perawatan diri,
tujuannya merawat diri, dan fungsinya. Lalu Pekerja Sosial Medis
bagikan pamflet yang dibuat sekitar bagaimana merawat diri yang
baik. Setelah sudah djjelaskan materi mengenai hal tersebut dan
pamflet sudah diberikan kepada anggota Terapi Kelompok. Ada
tanya jawab masih ada yang tidak jelas tentang materi tersebut, jika
ada anggota yang masih belum jelas akan ada sesi tanya jawab
terhadap leader dan anggota terapi kelompok. Setelah sudah jelas
semua, pamflet peksos akan tarik kembali. Dan semua anggota
terapi kelompok diberikan pertanyaan seputar bagaimana cara
merawat diri dengan baik dan benar.
Dokumentasi: Kegiatan Terapi Kelompok
Ganbar 4.3
55
Terapi kelompok ini dilakukan oleh sebagiannya pasien day
care sebanyak 8 orang pada 19 Juli 2018 dan penanggungjawab
agenda terapi kelompok adalah Kak Irhene sebagai Pekerja Sosial
Medis di day care RSJSH.
Hal serupa juga seperti yang diungkapkan oleh pasien
Rehab psikososial awalnya pasien sulit untuk mengerti jika diajari
oleh profesi lain maupun peksos, tapi terkadang dengan materi
yang seru serta ada gamesnya pasien dengan mudah untuk masuk
ke otak dengan kegiatan yang diajarkan disini.
f. Evaluasi kinerja pengajaran bagi pekerja sosial
Menurut hasil wawancara dengan Pekerja Sosial Medis di
Rehabilitasi Psikososial Setiap kegiatan evaluasi setiap kegiatan
evulasi jadi memperbaiki kalau yang salah besok tidak boleh
diulang kembali dalam kegaiatan ini. Jadi, mereka mengetahui apa
evaluasi yang mereka dapatkan setiap harinya. Peksos mengajarkan
pasien dalam suatu kegiatan peksos harus menjadi role modelnya
pasien, Contoh dalam kegiatan cleaning sevice peksos memberi
contoh ke pasien bagaimana cara bersih-bersih yang benar dengan
mneyapu dan mengepel yang bener dengan cara memegang sapu
dan kain pel dan gerekan mengepel dengan cara kanan-kiri hingga
56
bener dan bersih. Dari setiap kelas atau kegiatan harus selalu ada
evaluasi misalnya si tuan A kamu mengerjakan nya sperti ini besok
mengerjakan nya harus lebih baik lagi. Setiap kegiatan ada evaluasi
bertujuan memotivasi pasien supaya melakukan yang lebih baik
lagi dari hari kemarin. Dan pasien mengetahui mana yang benar
dan mana yang salah.
Hal serupa juga dikatakan oleh Pekerja Sosial Medis
lainnya, karena kan udah peksos banget tuh ada evaluasi kaya
monitoring evaluasi. Jadi pasien bahkan kita sendiri sebagai profesi
tahu sampai sejauh mana kami berhasil kepada pasien kita sendiri,
evaluasi itu sebagai tolak ukurnya disini.
Hal serupa juga seperti yang diungkapkan pasien Rehab
psikososial, jika pasien susah untuk diberitahu oleh peksos disini
pasien dikasih masukan apa yang membuat pasien sulit mengerti
yang sudah diajarkan disini, jadi pasien tau kesalahan dan tidak
ngulanginya. Misalnya dalam agenda kegiatan kerajinan tangan,
tidak bisa mengikutinya membuat tempat pensil dari anyaman
rotan. Yang lain kok bisa, ternyata ketika pasien ditegur dan
dievluasi. Pasien bisa mengikutinya dengan baik dan penuh
konsentrasi
2. Pendidik melalui Pelatihan Ketampilan sosial
Pelatihan keterampilan sosial dirancang membantu orang
meningkatkan keterampilan komunikasi mereka, mengekspresikan emosi,
dan meningkatkan efektifitas didalam situasi sosial. Ini adalah metode
terstruktur yang mengajarkan secara langsung keterampilan pada suatu
waktu dan menitik beratkan praktik yang aktual, yang menggunakan
modeling, memfokuskan diri secara ekstensif pada upaya mendiskusikan
kesulitan sosial dan pertimbangan, pelatihan masalah dan turunannya,
yang didalamnya para klien berpatisipasi dalam mengidentifikasi
57
keterampilan yang di inginkan untuk meningkatkan dan memberikan
kesempetan dengan mempraktikkan secara berulang-ulang keterampilan
tersebut dengan orang lain.
Pelatihan keterampilan sosial ini secara khusus berguna bagi para
klien yang diagnosis dengan sakit jiwa, yang sering mengalami suatu
kebutuhan yang meningkat akan penguatan keterampilan sosial mereka.
Menurut hasil wawancara dengan selaku Pekerja Sosial Medis di
Rehabilitasi Psikososial karena ranahnya adalah pekerja sosial, pasti terapi
kelompok lagi yang disini contohkan. Pertama pasti peksos melakukan
terapi kelompok terhadap pasien, tujuan nya kalo dari peksos itu untuk
melatih komunikasi jadi pasien bisa berkomunikasi dengan orang,
berinteraksi dengan orang. Dengan terapi kelompok kan pasien diajarkan
untuk misalkan, kita membahas komunikasi. Diantaranya siapasih pasien
yang kurang dalam berkomunikasi. Peksos harus melakukan dengan cara
memberi masukan, malatih, memancing dia memberikan stimulus pasien
untuk berkomunikasi.
Hal serupa juga dikatakan oleh Pekerja Sosial Medis lainya, selain
itu kan ada SHG (Self Help Group) yang dilakukan satu bulan sekali, pasien
diskusi terkait apa masalah dalam satu kelompok itu apa terkait apa temen
nya ini bermasalah sama komunikasi harusnya dilatih, mereka memberikan
masukan satu sama lain.
D. Kemandirian Bagi Pasien Skizofrenia
Kondisi dimana seseorang tidak tergantung pada orang lain
dalam menentukan keputusan dan adanya sikap percaya diri.
Kemandirian haruslah mengetahui keunggulan maupun kelemahannya
dan menerimanya. Seseorang tersebut mempergunakkan
kemampuannya secara penuh, pantang mundur meskipun ada
kekurangan dalam dirinya. Steinberg (2002) membedakan aspek
kemandirian menjadi kemandirian emosional, tingkah laku, dan nilai.
Menurut Steinberg (2002), seseorang akan melakukan tingkah laku
58
tertentu (aspek tingkah laku) setelah memikirkannya terlebih dahulu
(aspek kognisi). Dalam mempertimbangkan dan memutuskan tingkah
laku tersebut dengan bebas. Ada 3 katagori dalam kemandirian, yaitu:
a. Kemandirian emosional (emotional autonomy)
Individu yang memiliki kemandirian emosional adalah mereka
yang tidak lagi mengidealkan orang tuanya (de-idealized), mampu
memandang orang tua sebagaimana orang lain pada umumnya (parent as
people), memiliki sikap nondependence (ketidak bergantungan) terhadap
orang lain serta mampu menampilkan perilaku yang lebih bertanggung
jawab dalam hubungan dengan orang tua (individuated).
Seperti yang diungkapkan Pekerja Sosial Medis Rehabilitasi
Psikososial, tahap awal pasien day care sudah dinyatakan mandiri itu
awalnya, sadar akan diri sendiri bisa mengontrol emosi si pasien itu
sendiri, dan yang pasti yang bisa nilai pasien untuk minum obat, lalu
bagaimana jika mereka mau makan atau mandi harus disuruh dulu atau
tidak dalam perawatan diri mereka. Pekerja Sosial Medis menanyakan
bagaimana perkembangannya perbedaan sebelum masuk rehab sama yang
belum, sudah bisa melakukan apa dirumah, masih kambuh-kambuh lagi
tidak halusinasinya itu jika hasilnya sudah emosi stabil, minum obat tepat
waktu, mengerjakan apa yang diajarkan disini, baru bisa diinilai
kemandirian pasien baru sampai tahap awal. Jadi, dari situ tahap awal
banget kami dinilai dari situ proses kemandirian nya mereka.
Seperti yang di ungkapkan pasien A diRehabilitasi Sosial, sekarang
kalo minum obat sendiri biasanya suka di suruh mamah dulu untuk minum
obat, sekarang tanpa disuruh mamah sudah kesadaran sendiri untuk minum
obat. Karenakan kalo tidak minum pasien juga yang rugi, emosi tidak
stabil, terus akan nimbul lagi halusinasinya.
Hal itu juga yang di ungkapkan pasien B dan C di Rehabilitasi
Psikososial, pasien senang mulai sekarang semenjak berapa bulan direhab,
keluarga mempercayai untuk sekarang dikit demi sedikit jadi bisa
59
membantu keluarga, contohnya bisa bantuin kaka yang pulang dari pasar
untuk bawain belanjaannya. Sudah banyak perubahan karena ikut kegiatan
di Rehab.
b. Kemandirian perilaku (behavioral autonomy)
Dalam menunjukkan kemandirian, remaja mengalami
kesalahpahaman dalam pemberian bukti bahwa mereka telah mandiri
dengan memberontak atau menghindari keinginan dan peraturan yang
diberikan orang tua. Studi menyatakan bahwa pada kenyataannya selama
masa awal perkembangan remaja, individu akan menjadi lebih mandiri
secara emosional dari orang tua berubah menjadi lebih dekat dengan
teman-teman mereka (Santrock, 2008).
Seperti yang diungkapkan Pekerja Sosial Medis di Rehabilitasi
Psikososial, selanjutnya bagaimana pasien tersebut bisa dikatakan mandiri
dari perilaku mereka, diukurnya bagiamana pasien bisa bersosialisasi
terhadap siapa pun. Cara mengetahuinya dengan observasi, disini bahkan
profesi lain maupun peksos, psikolog atau profesi yang lain mengamati
mereka semua, tingkah laku semua pasien Rehab disini, cara mereka
berkomunikasi dengan kami sebagai profesi ataupun dengan pasien rehab
yang lainya, cara mereka berinteraksi.Dan dalam tahap ini pasien bisa
dikatakan mandiri jika sudah terlihat kepercayaan diri mereka yang lama-
lama mulai nimbul pertahap.
Seperti yang diungkapkan oleh pasien Rehabilitasi Psikososial,
sekarang sudah mempunyai temen dirumah walaupun tidak banyak,
walaupun belum boleh keluar main dari rumah sama keluarga, tapi temen
dateng kerumah, kita ngobrol berbincang-bincang. Awalnya meraka
kerumah hanya ingin jemguk. Tapi, suka mampir kerumah terus sambil
melatih komunikasi yang diberikan oleh Pekerja Sosial Medis.
c. Kemandirian nilai
60
Kemandirian nilai adalah kemampuan individu untuk menolak
tekanan atau tuntutan orang lain yang berkaitan dengan keyakinan dalam
bidang nilai. Dengan demikian individu memiliki seperangkat prinsip
tentang benar dan salah serta penting dan tidak penting dalam memandang
sesuatu dilihat dari sisi nilai.
Seperti yang diungkapkan Pekerja Sosial Medis di Rehabilitasi
Psikososial, dimana pasien pada tahap akhir ini mulai bisa kritis bisa
mengenal mana yang salah dan mana yang benar, dimana pasien harus siap
setiap masalah yang dihadapinya dia bisa mengambil sikap, pasien sudah
mulai bisa paham bagaimana cara mengatasinya. Tujuannya agar si pasien
tersebut tidak mudah kambuh dan emosi tetap stabil dari setiap tekanan-
tekanan yang menuntutnya.
Seperti yang di ungkapkan pasein A Rehabilitasi Sosial, kadang
kalo main dirumah teman-teman yang menghampiri nawarin ajakin keluar
main kumpul diluar, tapi langsung nolaknya. Khawattir nanti orangtua
kalau main jauh dari rumah.
Seperti yang di ungkapkan pasein B Rehabilitasi Sosial, misalkan
lagi ada acara karang taruna temen semua nya pada ngumpul, mereka
semua kan pada merokok, sering banget ditawari tapi alhamdullilah tidak
pernah mau merokok lagi. Karena sudah berhenti semenjak ikut
rehabilitasi psikososial.
61
BAB V
PEMBAHASAN
Pada Bab ini peneliti akan membahas tentang apa saja temuan peran
pendidik pekerja sosial medis dalam proses kemandirian pasien Skizofrenia dalam
ranah rumah sakit. Temuan mengenai pekerja sosial medis sebagai social function
di Rumah Sakit dan temuan seperti peranan pekerja sosial medis secara umum
hingga ke fokus peranan yang akan diteliti sebagai proses kemandirian pasien
skzizofrenia di Rehbilitasi Psiokosial RSJ Dr. Soeharto Heerdjan.
Dengan menggabungkan dan mengkaji antara temuan lapangan hasil
obsevasi, wawancara dan dokumentasi dari hasil penelitian dengan dihubungkan
teori-teori yang telah dijelaskan di BAB II dan temuan-temuan gambaran umum
yang ada di BAB III, Peliti menemukan beberapa hal mengenai untuk
mengaplikasikannya bagaimana pekerja sosial medis dalam peranan pendidik
berpengaruh dalam proses kemandirian pasien Skizofrenia yang dilakukan oleh
Pekerja Sosial Medis di Rehbilitasi RSJ Dr. Soharto Heerdjan
A. Pekerja sosial medis bagi pasien Skizofrenia
Fungsi Pekerja Sosial Medis memperlancar usaha pemulihan
kemampuan pasien yang menderita sakit Skizofrenia. dengan maksud yang
bersangkutan dapat mengeluarkan semua sumber yang ada pada diri
sendiri, keluarga, dan lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri
serta mampu menjalankan fungsinya di tengah-tengah keluarga dan
masyarakat secara maksimal.
Fungsi pekerja sosial medis diatas sesuai dengan fungsi yang
dipaparkan bahwa pekerja sosial medis di Rumah Sakit Jiwa Dr.Soeharto
Heerdjan, bertujuan membantu memecahkan masalah, dimana dalam hal
ini pekerja sosial medis dituntut untuk siap menerima keluhan dan
kemungkinan
62
hambatan yang dihadapi oleh pasien Skizofrenia dan keluarga serta
membantu mencari alternatif atas masalah tersebut.
Analisis dari temuan yang terlihat dari hasil wawancara bersama 2
informan Pekerja Sosial Medis Rehebilitasi RSJ Soeharto Heerdjan
mengenai Pekerja Sosial medis bagi pasien Skizofrenia, dalam fungsinya
sebagai pekerja sosial medis ranah nya dalam Rumah Sakit sudah sesuai
dengan teori yang di ungkpakan oleh Jhonson Mery pada bab 2 (h.24)
bahwa, Fokus utama dari pekerjaan sosial adalah untuk meningkatkan
keberfungsian sosial. Fungsi sosial mengacu pada cara yang dilakukan
individu-individu atau kelompok dalam melaksanakan tugas kehidupan
dan memenuhi kebutuhannya. Konsep ini pada intinya menunjuk pada
individu, keluarga atau masyarakat dalam menjalankan peran-peran sosial
di lingkungannya. Fungsi sosial mengacu pada cara yang dipakai oleh
individu akan kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah laku agar
dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupannya dan dapat memenuhi
kebutuhannya. Dan 6 fungsi yang dikatakan dalam teori Jhonson Mery
pada bab 2 (H.24) sesuai dengan hasil wawancara terhadap informan
pekerja social medis di RSJSH bagian Rehabilitasi bahwa fungsi pekerja
sosial tersebut dapat membantu pekerja sosial medis untuk dekat dengan
pasien skizofrenia serta membantunya untuk melewati kegiatan yang telah
ada dalam pelayanan atau program dari rehabilitasi psikososial RSJ Dr.
Soeharto Heerdjan.
B. Peranan pekerja sosial medis bagi pasien Skizofrenia
Dari lima peran yang dilakukan oleh pekerja sosial yang dilakukan
oleh pekerja sosial untuk membantu penderita berfungsi kembali secara
optimal, yaitu membimbing perseorangan dan kelompok, pendorong,
penghubung, konsultan, dan pendidik.
Namun, penelitian ini memfokuskan bagaimana peran pekerja
sosial medis dalam pendidik. Peran yang lebih dominan yang dimainkan
oleh seorang pekerja sosial medis di Rehabilitasi RSJ Dr. Soeharto
Heerdjan.
63
Analisa yang terlihat dari hasil wawancara ke 5 Informan, 2
pekerja social medis Rehabilitasi RSJSH dan 3 Pasien Skizofrenia yang
mengikuti kegiatan Rehab. Bahwa dalam peran-peran nya pekerja social
medis susuai apa yang diungkapkan kedua pekeja social medis dengan
teori Skidmore, Tharekey yang dijelaskan dalam Bab 2 (Hal 26-27). Peran
tersebut pada dasarnya semua ada tetapi yang terlihat dominan yaitu peran
pendidiknya di rehabilitasi RSJSH dibuktikan sesuai dengan hail
dokumentasi dan observasi yang di dapat. Bahwa kebanyakan peran
Pekerja social medis Rehabilitasi RSJSH memasuki kegiatan-kegiatan
kelas khusus untuk keterampilan pasien skizofrenia di Rehab, kegiatan
tersebut memiliki agenda yang terstruktur untuk diajarkan oleh PSM dan
dikembangkan oleh pasien skizo itu sendiri. Hasil observasi PSM memiliki
modul untuk bahan pengajaran nya dari setiap kegiatan yang diberikan,
dan memberikan penilaian reward setiap perkembangan yang ada pada
pasien hingga memberikan evaluasi kepada pasien yang belum berhasil
atau belum bisa mandiri.
C. Peran Pendidik pekerja sosial medis bagi pasien Skizofrenia
Berbagai peran memfasilitasi melibatkan pekerja sosial medis
dalam praktiknya untuk merangsang dan mendukung berbagai proses
dalam medis, berbagai peran mendidik salah satunya yang membutuhkan
sang pekerja sosial untuk mengambil lebih banyak peran aktif dalam
menata agenda sebagai pendidik. Sang pekerja sosial tidaklah hanya
membantu sebuah proses panjang namun ia bener-bener memiliki satu
masukan positif dan terarah, sebagai sebuah hasil dari pengetahuan,
pengajaran, ketarmpilan dan pengalamannya
Terlihat dari hasil wawancara bersama 2 informan Pekerja Sosial
Medis Rehebilitasi RSJ Soeharto Heerdjan, Bahwa dalam peran-peran
nya pekerja social medis sesuai apa yang diungkapkan kedua pekeja
social medis dengan teori Roberts and Greene yang dijelaskan dalam
Bab 2 (Hal 29). Pekerja Sosial Medis menggunakan peran dalam
64
melakuan pendampingan pasien Skizofrenia di Rehabilitasi
Psikososial, salah satu perannya yaitu Pekerja Sosial medis sebagai
peran pendidik. Peran pendidik yang di lakukan sebagai bentuk
peroses kemandirian pasien Skizofrenia menjadi alat ukur
keberhasilan pasien tersebut sudah mandiri atau tidak. Peran pendidik
bagi pekerja sosial medis yaitu Peran Pendidik pekerja sosial dapat
membantu masyarakat pada akses informasi tentang apa yang terjadi
dalam masyarakatnya, mendidik masyarakat untuk membangun
kesadaran tentang masalah-masalah kesehatan di lingkungannya,
mempelajari kesuksesan dan kegagalan dari usaha kesehatan,
membangun kesadaran dan kebiasaan tentang pola hidup sehat, serta
mengajarkan cara mengorganisasikan kegiatan masyarakat dalam
usaha kesehatan bagi pasien Skizofrenia.
Berikut, Komponen-komponen yang diterapkan Pekerja Sosial
Medis dalam peran pendidik Pekerja Sosial Medis.
1. Komponen-komponen dalam peran Pendidik Pekerja Sosial
Medis
Dalam peran ini, para pekerja sosial medis sebagai peran pendidik
mempunyai komponen-komponen dalam menjalankan perannya
sebagai settingan agenda berupa pengajaran bahwa peksos dapat
memimpin kelompok dalam sebuah edukasi seperti: mengajarkan klien
bagaimana menacari informasi dan berkonsultasi dengan profesi
kesehatan terkait dengan obat yang klien gunakan, mengajarkan klien
bagaimana cara berintegrasi kembali di masyarakat, memberikan
pengetahuan terhadap klien dan masyarakat tentang stigma sosial dan
menagajarkan keterampilan kepada klien. Ini adalah salah satu sebagai
bagian dari intervensi dengan para klien. Peran pendidik berupa
pengajaran yang dilakukan pekerja sosial medis dalam praktik
pendidiknya harus menghasilkan yang efektif dalam pengajarannya,
peran pendidik yang efektif berlandaskan pada enam komponen.
65
a. Pengembangan tujuan yang jelas dan tepat bagi pekerja sosial.
Tujuan yang jelas dan tepat adalah suatu perkembangan kelompok
dari klien dalam program pelayanan yang dibuat oleh pekerja
sosial, klien bisa memilih atau dipilih untuk berpartisipasi dalam
suatu program pelayanan yang memiliki tujuan yang jelas dan
tepat.
Terlihat dari hasil wawancara ke-5 Informan, 2 pekerja sosial
medis Rehabilitasi RSJSH dan 3 Pasien Skizofrenia yang
mengikuti kegiatan rehab. Bahwa dalam peran pendidik pekerja
social medis sesuai apa yang diungkapkan kedua pekeja social
medis dengan teori Roberts and Greene, yang dijelaskan dalam Bab
2 (Hal 26-27) Tujuan yang jelas dan tepat itu bentuk suatu
perkembangan kelompok dari klien dalam program pelayanan yang
dibuat oleh pekerja sosial, klien bisa memilih atau dipilih untuk
berpartisipasi dalam suatu program pelayanan yang memiliki
tujuan yang jelas dan tepat.
Menurut bab 3 hal (20) mengenai gambaran umum lembaga,
seleksi masuk Rehab itu ada 3 tahapan, tahapan tersebut berupa
home visit sampe selesai mengukuti kegiatan Rehab yaitu. Di
dalam peksos ada yang namanya tugas peksos disini home visit.
b. Memahami kebutuhan dan kemampuan klien.
Menentukan kebutuhan dan tujuan dari suatu usaha pendidik
menuntut pertimbangan klien dalam pengembangan intervensi
pendidik, pemahaman ini menguji ruang kehidupan khusus para
klien dalam kemampuan, pengetahuan, sikap dan motivasi serta
ketidak produktifan yang klien miliki dalam kebutuhan dan
kemampuan klien. Ini merupakan salah satu peroses
“menyesuaikan diri” (tuning-in) dengan perasaan dan kesulitan
yang klien dapat bawakan.
66
Terlihat dari hasil wawancara ke 3 Informan, 2 pekerja social
medis Rehabilitasi RSJSH dan 1 Pasien Skizofrenia yang
mengikuti kegiatan Rehab, menurut analisa dari bab 3 hal (73),
Homevisit yang dilakukan oleh pekerja sosial dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu home visit awal, home visit terminasi, dan home visit
pasca terminasi.
Home visit awal dilakukan saat awal pasien masuk ke day
care. Home visit ini dilakukan untuk melihat dan mempelajari
keadaan dan lingkungan di rumah pasien. Selain itu pekerja sosial
juga mengedukasi ingkungan dari pasien seperti tetangga, RT, RW,
dan juga tokoh-tokoh masyarakat mengenai kondisi pasien agar
lingkungan dapat memberikan dukungan untuk membantu proses
penyembuhan pasien. Home visit awal juga dilakukan untuk
menjalin relasi dengan keluarga pasien sehingga mempermudah
pemberian informasi ke keluarga pasien mengenai perkembangan
di rehab.
Home visit kedua adalah homevisit terminasi. Home visit ini
dilakukan pada saat pasien menyelesaikan proses rehabilitasi
psikososial di bagian rehab. Pada home visit ini, pekerja sosial ikut
merencanakan apa yang akan pasien lakukan setelah keluar dari
bagian rehab. Tindakan pekerja sosial dalam home visit tersebut
tergantung pada peluang dan minat dari pasien. Beberapa peluang
dan minat dari pasien rehab seperti melanjutkan pendidikan,
berwirausaha (membuka warung, warteg, warung pecel lele,
penjual jus, dan banyak lainnya) bekerja menjadi cleaning service,
dan menjadi staf di toko tidaklah mudah, pekerja sosial perlu
mendampingi untuk membantu dan memberikan dukungan agar
pasien Skizofrenia yang telah menyelesaikan preses rehabilitasi
bisa kembali menjalankan fungsinya kembali di masyarakat. Proses
home visit ini membutuhkan waktu yang berbeda-beda sesuai minat
yang dipilih oleh pasien Skizofrenia.
67
Home visit yang terakhir adalah home visit pasca terminasi.
Home visit ini dilakukan tiga bulan setalah home visit terminasi.
Pada home visit ini pekerja sosial melihat keadaan pasien
Skizofrenia, keluarga, dan lingkungan. Pekerja sosial melihat
pekerjaan serta aktivitas pasien Skizofrenia yang telah dijalankan
sejak home visit terminasi apakah aktivitas yang dilakukan oleh
pasien Skizofrenia terlalu membebani keadaan mental dan kejiwaan
pasien Skizofrenia. Apabila terlalu membebani, pekerja sosial akan
mencari alternatif baik aktivitas maupun pekerjaan yang lain.
Selain itu, pekerja sosial juga melihat keadaan keluarga serta
mendengarkan keadaan pasien Skizofrenia menurut perspektif
keluarga. Dari home visit ini pekerja sosial melihat apakah pasien
Skizofrenia sudah bisa sepenuhnya dilepas atau tidak.
c. Pengetahuan tentang klien.
Banyak pengetahuan dibutuhkan bergantung pada kebutuhan klien,
dalam tujuannya serta struktur program sebagai peran pendidik.
Ketika klien mulai menyesuaikan diri dengan program, maka klien
akan memperoleh suatu rasa mendalam dan meluas tentang
informasi yang dibutuhkan. Bagi program yang dibutuhkan klien
dapat didiskusikan dengan klien yang berbeda dalam memastikan
nya, untuk membantu mengindentifikasikan lebih jauh kebutuhan
isi sebelum pelatihan. Termasuk dalam menerima peran pendidik
adalah pemahaman bahwa pekerja sosial memiliki beberapa
pengetahuan yang dapat diajarkan atau dibagikan kepada yang
lainnya.
Analisa yang terlihat dari hasil wawancara ke 3 Informan, 2
pekerja social medis Rehabilitasi RSJSH dan 1 Pasien Skizofrenia
yang mengikuti kegiatan Rehab, Pekerja sosial medis memberikan
pengetahuan arahan kepada pasien Skizofrenia yang mengikuti
kegiatan rehabilitasi rehab. selain itu, pekerja sosial medis juga
68
memberikan contoh yang baik seperti perilaku, dan ketaatan
melaksanakan ibadah kepada pasien. Pasien pun sangat terbantu
dengan adanya pekerja sosial medis, mereka lebih religius dan bisa
lebih menghargai dirinya sendiri.
d. Pengembangan suatu pengajaran.
Komponen pengajaran ini mengacu kepada lingkungan
fisik dan lingkungan emosional didalamnya. Semua kesempatan
dalam peroses pengajaran di dalamnya mengandung risiko akan
kesalahan atau kegagalan. Para pekerja sosial sebagai pendidik
harus menginformasikan kepada klien tentang tujuan, proses, dan
struktur bagi kegiatan pengajaran dan pembelajaran. Seting
program pendidik itu harus disesuaikan secara matang dengan
tujuan. Menciptakan level kenyamanan fisik dan emosional yang
tepat bagi pekerja sosial medis kepada kliennya adalah suatu
tanggung manajemen yang berkesinambungan bagi pendidik.
Terlihat dari hasil wawancara ke 3 Informan, 2 pekerja
social medis Rehabilitasi RSJSH dan 1 Pasien Skizofrenia yang
mengikuti kegiatan Rehab, Awalnya peksos mengembangkan
potensi dari klien, Pengembangan potensi dilakukan dengan
kegiatan yang ada di rehab, dalam kegiatan rehab pekerja sosial
dapat menambahkan tes-tes untuk mengukur kemampuan dari
klien. Selain tes, pekerja sosial juga mendatangkan instruktur dari
waktu ke waktu. Instruktur ini dapat berupa staf maupun pekerja
yang ada di RSJ.
e. Teknik pengajaran bagi pekerja sosial.
Teknik pengajaran tertentu secara khusus sangat tepat
digunakan bagi tujuan pengajaran yang berbeda dari teknik yang
biasa-biasa saja. Sebagai contoh, pengunaan pengajaran yang tidak
rumit dalam pembahasannya, melakukan simulasi yang dilakukan
klien sebagi pengembangan keterampilan yang dimilikinya,
69
melakukan diskusi, serta tanya-jawab yang dilakukan bagi
pengembangan pengetahuan dan pemahaman.
Analisa wawancara 2 Pekerja Sosial Medis Rehabilitasi,
cara pengajaran dan Topik dicakupi sejumlah sumber daya
tersedia dalam memilih dan mengunakan pendeketan pengajaran
yang berbeda. Pekerja sosial memiliki teknik dan cara pengajaran
yang berbeda-beda dengan tujuan yang sama sesuai dengan teori
Roberts and Greene pada bab 2 hal (40). Ketika memilih strategi
yang mendukung tujuan pekerja sosial sebagai pendidik harus
juga memperhatikan siapa klien mereka, ukuran kelompok, dan
jumlah waktu yang dimiliki bagi klien. Ini akan memperngaruhi
campuran strategi pengajaran yang digunakan, dan waktu yang
dibutuhkan untuk melaksanakan strategi pengajaran tersebut.
Kemampuan klien untuk memperoleh manfaat dari teknik itu
adalah fasilatas yang dibutuhkan dan pengurutan bahan pelajaran.
f. Evaluasi kinerja pengajaran bagi pekerja sosial
Berbagai ukuran dapat digunakan bagi masing-masing
bentuk evaluasi dan ukuran dipilih bergantung pada bagaimana
informasi yang dikumpulkan akan digunakan. Apabila informasi
akan dikuantifikasikan, misalnya, untuk pengajaran dan
pembelajaran akan diberikan suatu nilai atau peringkat maka angka
yang tepat akan dibutuhkan.
Selain dalam bentuk evaluasi, penentuan waktu adalah
pertimbangan lain, pada umumnya, pemeriksaan secara berkala
jenis evaluasi formal atau informal akan membantu baik para
pembelajar maupun para pendidik mengakses ulang kemajuan
mereka dalam mencapai tujuan dan memprioritaskan ulang bahan
pembelajaran atau mengubah strategi pengajaran yang sesuai.
Terlihat dari hasil wawancara ke 3 Informan, 2 pekerja
social medis Rehabilitasi RSJSH dan 1 Pasien Skizofrenia yang
70
mengikuti kegiatan Rehab, Berbagai ukuran dapat digunakan bagi
masing-masing bentuk evaluasi dan ukuran dipilih bergantung pada
bagaimana informasi yang dikumpulkan akan digunakan. Apabila
informasi akan dikuantifikasikan, misalnya, untuk pengajaran dan
pembelajaran akan diberikan suatu nilai atau peringkat maka angka
yang tepat akan dibutuhkan.
Menurut teori Roberts and Greene pada bab 2 hal (33),
Selain dalam bentuk evaluasi, penentuan waktu adalah
pertimbangan lain, pada umumnya, pemeriksaan secara berkala
jenis evaluasi normal atau informal akan membantu baik para
pembelajar maupun para pendidik mengakses ulang kemajuan
mereka dalam mencapai tujuan dan memprioritaskan ulang bahan
pembelajaran atau mengubah strategi pengajaran yang sesuai.
2. Pendidik melalui Pelatihan Ketampilan sosial.
Pelatihan keterampilan sosial dirancang membantu orang
meningkatkan keterampilan komunikasi mereka, mengekspresikan emosi,
dan meningkatkan efektifitas didalam situasi sosial. Ini adalah metode
terstruktur yang mengajarkan secara langsung keterampilan pada suatu
waktu dan menitik beratkan praktik yang aktual, yang menggunakan
modeling, memfokuskan diri secara ekstensif pada upaya mendiskusikan
kesulitan sosial dan pertimbangan, pelatihan masalah dan turunannya,
yang didalamnya para klien berpatisipasi dalam mengidentifikasi
keterampilan yang di inginkan untuk meningkatkan dan memberikan
kesempetan dengan mempraktikkan secara berulang-ulang keterampilan
tersebut dengan orang lain.
Pelatihan keterampilan sosial ini secara khusus berguna bagi para
klien yang diagnosis dengan sakit jiwa, yang sering mengalami suatu
kebutuhan yang meningkat akan penguatan keterampilan sosial mereka.
Menurut Hasil wawancara 2 Pekerja Sosial Medis di Rehbilitasi
RSJSH, Pelayanan rehabilitsi psikososial di Rumah Sakit Jiwa Dr.Soeharto
71
Heedjan merupakan proses kegiatan dimana pasien Skizofrenia diberikan
fasilitas dengan tujuan membantu melancarkan proses reintegrasi ke
masyarakat. Rehabilitasi psikososial membuat pasien Skizofrenia menjadi
lebih mandiri dalam kehidupannya sehari-hari, selain itu rehabilitasi
psikososial juga memberikan pasien Skizofrenia kesempatan untuk
menemukan dan mengasah keterampilan yang pasien Skizofrenia miliki.
Pelatihan keterampilan ini masuk dalam kegiatan terapi okupasi.
Didalam terapi okupasi yang dijalani pasien Skizofrenia terdapat berbagai
macam keahlian yang bisa diajarkan seperti tataboga , salon, menjahit,
kerajinan tangan, berkebun, dan keterampilan menjaga kebersihan
lingkungan. Keahlian yang telah diasah dan dilatih di terapi okupasi tersebut
berusaha untuk dicarikan lapangan pekerjaan oleh pekerja sosial. Dari
berbagai macam lapangan pekerjaan yang dicarikan oleh pekerja sosial,
pekerja sosial berhasil bekerja sama dengan beberapa PT yang bergerak di
bidang kebersihan. Keberhasilan pekerja sosial membuat lapangan
pekerjaan yang terbuka lebar untuk pasien Skizofrenia yang memiliki
keterampilan menjaga kebersihan lingkungan.
D. Kemandirian Bagi Pasien Skizofrenia
Kondisi dimana seseorang tidak tergantung pada orang lain dalam
menentukan keputusan dan adanya sikap percaya diri. Kemandirian
haruslah mengetahui keunggulan maupun kelemahannya dan
menerimanya. Seseorang tersebut mempergunakkan kemampuannya
secara penuh, pantang mundur meskipun ada kekurangan dalam
dirinya. Steinberg (2002) membedakan aspek kemandirian menjadi
kemandirian emosional, tingkah laku, dan nilai. Menurut Steinberg
(2002), seseorang akan melakukan tingkah laku tertentu (aspek tingkah
laku) setelah memikirkannya terlebih dahulu (aspek kognisi). Dalam
mempertimbangkan dan memutuskan tingkah laku tersebut dengan
bebas.
Rehabilitasi psikososial di Rumah Sakit Jiwa Dr.Soeharto
Heerdjan merupakan rehabilitasi dimana didalamnya memberikan
72
peluang dan memfasilitasi pasien Skizofrenia untuk memandirikan
dirinya, meningkatkan percaya diri, dan mengasah keterampilan untuk
bisa menjadi bekal mereka agar suksess dalam reintegrasi ke
masyarakat. Hal ini sesuai dengan teori rehabilitasi psikososial dari
WHO (1995) di Bab 3 hal (67), yang menjelaskan bahwa rehabilitasi
psikososial adalah suatu pelayanan berupa strategi yang memfasilitasi
peluang-peluang yang ada dalam individu dengan masalah kesehatan
jiwa sehingga bisa berfungsi secara optimal di lingkungan dengan
mengembangkan kemauan dan bisa beradaptasi dengan perubahan di
lingkungan. Kemandirian suatu sikap individu yang diperoleh secara
kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar
untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai macam situasi di
lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berpikir dan
bertindak sendiri
73
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, penulis
menyimpulkan bahwa Peran pekerja sosial medis sebagai pendidik
merupakan suatu bentuk pelayanan dalam mendampingi pasien
untuk mendapatkan hak-haknya. Hal ini dilihat dari proses peranan
yang diberikan oleh pekerja sosial medis di rehabilitasi Rumah
Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan. Peran pendidik disini
merupakan pekerja sosial yang dapat membantu masyarakat pada
akses informasi tentang apa yang terjadi dalam masyarakatnya,
mendidik masyarakat untuk membangun kesadaran tentang
masalah-masalah kesehatan di lingkungannya, mempelajari
kesuksesan dan kegagalan dari usaha kesehatan, membangun
kesadaran dan kebiasaan tentang pola hidup sehat, serta
mengajarkan cara mengorganisasikan kegiatan masyarakat dalam
usaha kesehatan bagi pasien Skizofrenia dalam proses kemandirian
pasiennya.
Permasalahan tersebut membuat Kementrian Kesehatan
mendirikan banyak fasilitas untuk menekan angka tersebut. Rumah
Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan merupakan salah satu rumah
sakit jiwa dibawah Kementrian Kesehatan yang terletak di Grogol
Jakarta Barat. Rumah Sakit Jiwa ini menjalankan banyak layanan
untuk memfasilitasi Pasien Skizofrenia. Dari banyaknya layakanan
yang diberikan oleh Rumah Sakit Jiwa tersebut, ada satu layanan
unggulan yaitu layanan Rehabilitasi Psikososial.
Di Instalasi Rehabilitasi Psikosial RSJ Dr. Soeharto
Heerdjan ini mengajarkan dan melatih kemandirian Pasien
Skizofrenia agar nantinya dapat re-integrasi ke masyarakat.
Rehabilitasi Psikososial mengajarkan
74
Pasien Skizofrenia untuk mendapatkan kegiatan-kegiatan
yang ada di Pelayanan dan dapat diberikan pelatihan agar saat
kembali ke masyarakat, Pasien Skizofrenia memiliki suatu keahlian
seperti bisa mandiri dalam merawat dirinya sendiri (mandi,
merapihkan rumah, makan, berpakaian, berpindah tempat, dan ke
toilet sendiri) keterampilan dalam seni tari, seni musik, spritual,
menjahit, bertataboga, berwirausaha, salon, kerajinan tangan,
berkebun, dan mengikuti kelas khusus seperi kelaas bahasa inggris,
Administarasi, Komputer, dan Remedial.
Peran Pekerja Sosial Medis dalam ini sangat diperlukan
mengingat pentingnya program yang diterapkan di Instalasi
Rehabilitasi Psikososial tersebut. Seorang Pekerja Sosial Medis
dapat bermain dalam Perannya mengingat kompetensi dan fungsi
yang dimiliki. Pekerja sosial Medis dalam pendampingannya dapat
memaksimalkan fungsi dari program yang diberlakukan dengan
perannya sebagai pendidik.
Pasien Skizofrenia berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan untuk kesembuhannya. Untuk memperoleh
kesembuhannya Pasien Skizofrenia harus melewati berbagai
macam terapi, salah satunya adalah terapi perilaku. Salah satu
fungsi dari terapi perilaku yang dijalankan Pasien Skizofrenia
terdapat pelatihan kemandirian melalui kegiatan-kegiatan yang ada
di Pelayanan sosial. Untuk mengetahui peningkatan kemandirian
Pasien Skizofrenia dalam kemandiriannya, suatu institusi
memberlakukan Peran. Pekerja sosial Medis sebagai pihak yang
memiliki kompetensi sebagai Perannya.
Fungsi pekerja sosial yang telah dipaparkan dapat
memenuhi fungsi dari pendampingan yang diharapkan oleh suatu
institusi. Selain itu, fungsi pekerja sosial tersebut dapat membantu
pekerja sosial untuk dekat dengan Pasien Skizofrenia serta
75
membantunya untuk melewati kegiatan terapi yang telah disiapkan
oleh institusi.
Hasil dari penelitian ini pasien Skizofrenia, akan berdampak
positif jika melakukan banyak kegiatan untuk mengurangi
berhalusinasi. Di Rehabilitasi Psikosoial Rumah Jiwa Soeharto
Heerdjan memberikan pelayanan yang bertujuan membuat pasien
mandiri dan mengurangi kekambuhan bagi pasien Skizofrenia,
selain itu membuat pasien memiliki skill/keterampilan yang di
ajarkan didalam Rehabilitasi Psikososial, Skill tersebut berguna
sebagai pengalaman pasien untuk kembali keberfungsian sosialnya
di dalam lingkungan masyarakat. Terutama pasien bisa stabil
dalam emosinya jika bertemu dengan banyak orang dan
bersosialisasi dengan baik dengan banyak orang. Seperti pasien
siap untuk bekerja dari skill yang diajarkan di Rehabilitasi
Psikososial, bisa membuka usaha sendiri, dan bisa melanjutkan
sekolah dengan keadaan emosi pasien yang sudah stabil dan tidak
mudah kambuh.
B. Saran
Keberhasilan peran dan fungsi pekerja sosial medis bagi pasien
Skizofrenia di instalasi rehabilitsi medis Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan Jakarta ternyata menyisakan beberapa permaslahan atau
kekurangan, yaitu:
1. Kurangnya tenaga ahli professional dalam bidang pekerja
sosial medis di setiap rumah sakit ini menyebabkan kurang
tertanganinya pasien seperti ekonomi, psikologis, sosial dengan
baik.
2. Seharusnya pekerja sosial bertindak secara tanggap dalam
mengetahui masalah pasien tanpa harus menunggu perintah dari
dokter, karena permasalahan yang di tangani pekerja sosial medis
76
sangatlah penting karena menyangkut psikososial dan ekonomi
pasien.
3. Kurangnya pemberian bekal kepada calon pekerja sosial
medis/mahasiswa yang sedang praktikum dalam menangani pasien.
C. Implikasi
Penlitiaan ini peneliti berharap dari hasil penelitian yang dilakukan
bisa bermanfaat dari segi teoritik maupun praktis, adapun implikasi dari
penelitian ini yang bisa bermandfaat kedepannya yaitu:
1 Teoritik
Dari segi teoritik peneliti mengharapkan bahwa penelitian inin
bermanfaat bagi para akademisi maupun Skizofrenia Pasien
Rehabilitasi Psikososial RSJ Dr. Soeharto Heerdjan yang
membaca penelitian ini. Adapun implikasi dari segi teoritik dari
penelitian ini adalah:
a. Peneliti menggunakan teori Peran Pendidik Pekerja
Sosial Medis sebagai acuan proses kemandirian pasien
skizofrenia
b. Menjadi acuan bagi para pembaca untuk mempelajari
tentang Peran Pendidik pekerja sosial medis
c. Menjadi panduan pasien Skizofrenia untuk berproses
menjadi pasien yang mandiri
d. Program studi Kesejahteraan Sosial menjadikan mata
kuliah Pekerja Sosial Medis sebagai mata kuliah pilihan
77
2 Praktis
Dari segi praktis peneliti mengharapkan bahwa penelitian ini
bermanfaat bagi para praktisi dan Lembaga Rehabilitasi
Psikososial RSJ Dr. Soeharto Heerdjan yang membaca
penelitian ini. Adapun implikasi dari segi praktis dari penelitian
ini adalah:
a. Bagi lembaga RSJ Dr. Soeharto Heerdjan, rumah sakit
mendapatkan masukkan dan koreksi untuk para praktisi
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rehabilitasi
psikososial
b. Sebagai bahan pertimbangan dan masukkan bagi RSJ Dr,
Soeharto Heerdjan dalam program pelayanan sebagai
proses kemandirian pasien Skizofrenia di Rehabilitasi
Psikososial
c. Lebih banyak praktisi yang peduli terhadap pasien
Skizofrenia
d. Pasien Skizofrenia yang sudah mulai mandiri menjadi
contoh bagi pasien Skizofrenia lainnya.
78
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arif, I.S. (2006). Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung:
Refika Aditama.
Creswell, John W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
DuBois, Brenda, dan Milley, Karla Kongsrud. (1992). Social Work An
Empoweering Profession, Boston: Pearson Education
Dradjat, Zakiah, (2001). Kesehatan Mental. Jakarta: PT. Toko Gunung Tbk.
Erickson,E &Erickson,G (1992). An Overview of Social Work Practice in Health
care Settings.Toronto: Canadian School Press.inc.
Fahrudin.Ph.D, Adi. (2012). Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT
REFIKA ADITAMA
Fahmi Musthafa, Kesehatan Jiwaa, Jakarta: Bulan Bintang, 1997
Fahrudin,A. Dewi Wahyuni (2004). Pekerja Sosial Medis: Modul Pelatihan.
Bandung: BBPPKS Bandug
Gerungan W.A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung : PT Refika Aditama
Haryanto. (2009). Diklat Bahan Kuliah : Rehabilitasi dan Pekerja Sosial:
Universitas Negeri Yogyakarta
Hawari, Dadang. (2009). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.
FKUI: Jakarta.
Johnson, Louise C. Praktek Pekerjaan Sosial (Suatu Pendekatan Generalis).
Bandung: terjemahan Tim STKS Bandung, 2002.
Johnson,M(1988). Relasi dinamis antara Pekerja Sosial dengan klien dalam
setting rumah sakit . Surakarta: RSUP Prof Dr.Soeharso.
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT
Remaja Rosdakarya
79
Nasir, Mohammad D. (1993). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Rahardjo T. Santoso , Milany Budiarti S. (2016). Kesehatan Mental. Bandung:
Unpad Press
Roberts R. Albert & Greene J. Gilbert. (2002). Buku Pintar Pekerja Sosial.
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia
Sudarsono S.H (2012). Kenakalan Remaja: prevensi, rehabilitasi, dan
resosialisasi. Jakarta: Rineka Cipta
Wibawa, Budhi, Santoso T. Rahardjo, Meilany Budiarti S. (2010). Dasar-dasar
Pekerja Sosial. Bandung : Widya Padjadjaran
Widya, Surya R. (2015). Tanya Jawab mengenai kesehatan Jiwa. Jakarta: Issara
Zastrow, Charles (2010). Introduction to Social Work and Social Welfare :
Empowering people, United State : Cengage Learning
Penelitian Lain
Ari, Purwaningtyas. L.D. (2010). Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Casmini,M.(2010). Activity of Daily Living. Bandung: UPI
Sumber Lain
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Nasional Sindo News. Kemensos: Solusi bagi penderita sakit jiwa rehabilitas
sosial https://nasional.sindonews.com/read/741550/15/kemensos-solusi-
bagi- penderita- sakit-jiwa-rehabilitasi-sosial-1366796112 diakses
pada 26 maret 2017
Data RSJ Dr. Soeharto Heerdjan. Diunduh pada September 2017 dari
www.rsjsh.com
Suryanto. (2012) Konsep Activity of Daily Living http://dr-
suparyanto.blogspot.co.id/2012/02/kionsep-adl-activity-daily-living.html
Dedi Mukhlas, Depresi dan Pengertian Ganggungan Jiwa. Dari
http://kotepoke.org/?m=1 di akses pada sabtu, 13 Mei 2017
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Praktik Kerja Lapangan
Lampiran 2 Surat Izin Penelititian
Lampiran 3 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 4 Slip Pembayaran Praktek Penelitiam
Lampiran 5 Surat Penerimaan Dari Pihak Rumah Sakit
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Informan
Lampiran 7 Pedoman Wawancara
Lampiran 8 Transkrip Wawancara
Lampiran 9 Foto Kegitan
Lampiran 10 Pamvlet
Lampiran 11 Biografi Penulis
FOTO KEGIATAN DAN OBSERVASI
Foto salah satu kegiatan Day Care Terapi Edukasi : Bahasa Inggris
Pada hari Senin, tanggal 02 Juni 2018. Beberapa pasien Day Care yang ikut dalam agenda
mempelajari Bahasa Inggris ada 8 pasien. Yaitu: Bu AD, Ka DD, Ka PU, Bu IN, Ka FD, Kak ZL,
Kak IN, dan Bu UM. Mereka sedang membuat tebak kata dengan menggunakan Bahasa Inggris
dengan menggunakan clue apa saja. Foto diatas mendiskripsikan pasien satu persatu maju kedepan
(Rolling) untuk membuat tebak kata, ketika Kak ZL yang sedang di depan menulis clue tersebut
pasien yang lain menjawab nya.
Foto salah satu kegiatan Day Care Terapi Edukasi : Kelas Musik
Kegiatan musik pada di atas dimana semua pasien mengikuti keselarasan suara
bersama – sama, tujuan nya supaya pasien bisa saling menyatu dengan suara mereka satu
sama lain. Musik ini di gurui oleh bu Nadya, pasien menyayikan 3 lagu daerah yaitu: apuse,
ampar – ampar pisang, dan nona manis. Setelah mereka bersama sama menyayikan ke 3 lagu
daerah tersebut mereka maju kedepan satu persatu untuk melatih kepercayaan diri pasien.
-Pasien datang dan penanggung jawab meeting pagi ini sudah ngumpul semua, mulai
lah kami melakakun meeting untuk menuntukan agenda di hari Rabu ini. Meeting
dilakakukan jam 08.30 – 09.00, agenda hari ini yaitu senam all participant pasien Rawat Inap
dan Day care serta all petugas RSJSH, Olahraga, Kerajinan Tangan Telor asin musik tata
boga dan brain gym.
Lalu mulai lah dengan agenda kegiatan pertama yaitu pukul 09.15-10.00 senam all participant
pasien rawat inap dan day care serta all petugas RSJSH, disini semua pasien Rawat Inap di
jemput oleh penanggung jawab ruangan dari Day Care, dan saya mengawasi pasien di
lapangan yang sudah siap untuk melakukan senam. Setalah nya 10.00-11.00 Sebaiknya
olahraga, tetapi karena hujan jadi senam lagi dengan pindah tepat di gedung baru. Akhirnya
senam di lakukan 2 jam. Selanjutnya, jam 11.00 – 12.00 saya masuk dalam penanggung
jawab agenda Day Care kerajinan tangan membuat telor asin bersama Bu Kus sebagai
perawat di RSJSH yang di ikuti oleh pasien, dimana kerajinan telor asin ini pasien di ajarkan
untuk membuat telor asin dari cara membalutkan telor asin dengan abu dan garam, dan
membersihkan setelah sudah di marinasikan selama berapa hari untuk bisa di konsumsi,
12.00 – 13.00 Isomah.
Pukul 13.00 14.00 yaitu brain gym, saya sebagai penanggung jawab ke 2 di kegiatan
agenda hari ini bersama Bu Susi yang posisinya sebagai OT (Okupasi Terapi) di Day Care
dan Instruktur Brain Gym. Brain Gym sangat baik untuk kosentarasi pasien, dan agar pasien
tidak mudah lupa. Brain gym senam motorik yang bergerak hanya kefokusan mata, dan
tangan harus singkron. Pasien yang mengikuti kegiatan Brain Gym adalah Kak Rs, Kak Hi,
Pak Hf, Kak Ia, Kak Al, Bu El, dan Pak Mn semua ada 7 pasien. Setelahnya, masuk ke ruang
Meeting dan share bagaimana perasaana hari ini, serta pasien dan saya pamit pulang bersama
kepada semua tugas di RSJSH.
-Setelah selesai meeting pasien dan penanggung jawab memulai kegiatan agenda tersebut,
saya masuki kegiatan pertama yaitu corner dari jam 10.00 - 12.00 dengan pasien 2 orang
yaitu Ka angel, Bu Ella, disini sangat seru sekali dimana saya dan ka Irheneu sebagai
tanggung jawab corner membentu persiapan apa aja di kantin, dan pasien sudah berbagi tugas
nya seperti Bu Ella sebagai melayani pembeli ( Servis ), dan Ka Angel sebagai kasir nya.
Pengembangan ketrampilan corner ini sangat menedukasi sekali kepada pasien karena dari
sinilah pasien bisa berlatih bersosialisasi tidak takut bertemu dengan pembeli yang baru
setiap hari nya. dan harus mempunyai sikap yang ramah terhdap pembelinya. 12.00 – 13.00
isomah, setelah nya lanjut di jam 13.00 – 14.00 saya sebagai penangung jawab kegiatan ke
dua di kerajinan tangan, dengan guru kerajinan tangan nya Bu Uju dan 7 pasien nya yaitu ka
al, ibu rh, bu el, ka Fo, ka ai, kak dd, dan ka fl. Kegiatan kerajinan tangan hari selasa
membuat bunga plastik dengan cantik. Kerajinan tangan bertujuan untuk melatih pasien
untuk sabar dalam mengerjakan sesuatu dan harus telaten agar hasil nya maksimal. Setelah
itu masuk ke ruang meeting kita sama sama berdoa untuk pulang.
Foto salah satu kegiatan Day Care Terapi Kelompok
- Pukul 11.00 sampai dengan selesai terapi kelompok ini dilakukan oleh sebagian
nya pasien day care sebanyak 8 orang, dan penanggung jawab agenda terapi kelompok adalah
ka Irheneu sebagai Pekerja Sosial Medis di day care RSJSH.
Yang mengikuti kegiatan terapi kelompok ada Kak Zakiyah, Pak Hanif, Pak Budi, Kak
Fisco, Kak Fadel, Kak Indra, Kak Hendri, dan Kak Mirwan. Tema terapi kelompok ini adalah
Problem solving dimana pasien day care menulis di kertas kelebihan dan kekurangan diri
mereka masing – masing, lalu mencari solusi nya bersama-sama. Ka Irheneu mengungkapkan
tujuan di adakan nya terapi kelompok ini mengkosentrasikan diri pada pemberian
pengalaman pengalaman kelompok untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan perkembangan
secara normal, membantu mencegah perpecahan sosial, memudahkan, tujuan-tujuan korektif
dan rehabilitatif . setelah melakukan banyak kegiatan di hari ini, penanngungjawab dan
pasien masuk ke ruang meeting untuk segera menutup agenda pada hari ini.
Foto salah satu kegiatan Day Care Terapi Aktivitas kelompok
- Pada hari ini pasien melakukan TAK ( Terapi Aktivitas Kelompok) yang diikuti
dengan pasien di ruangan VVIP, Mawar, Puri, Elang, Napza, Melati, dan Perkutut.
TAK(Terapi Aktivitas Kelompok) pada hari Selasa, 4 April 2018 yang di ikuti pasien
rawat inap RSJSH. TAK ini bertema kan games, games nya yaitu bisik-bisikan kata dari
barisan paling depan sampai paling belakang. Dan yang paling belakamg menajawab nya,
jika yang belakang salah mengucapkan bisikan kata dari teman yang lain nya akan
mendapkan konsekuensi yaitu menyanyi satu persatu didepan dan menggunakan mic dab
berjoget. TAK ini berfungsi untuk melatih kekompakan pasien untuk saling bekerja-sama,
dan membuat pasien menjadi rukun terhadap pasien lain nya dan semua petugas di RSJSH.
Setelahnya, pekerja sosial medis mempulangkan kembali pasien rawat inap ke ruanganya
masing-masing yang sudah di pj-pjkan dan mulai untuk beristirahat.
Foto salah satu kegiatan Day Care Terapi Rekasasi. Ice Breaking (BEP); BIO ENERGY
POWER
Pukul 08.00 WIB saya tiba di Rumah Sakit Soeharto Heerjan (RSJSH) Grogol, Jakarta
Barat. pukul 08.00 – 09.00 pasien mengikuti ice braking berupa senam pagi dan BEP (Bio
Energik Power) yang di instruktur oleh supervisior kami di Rumah Sakit Bu Shal.
Setelah minggu minggu lalu pasien mengikuti ice breaking senam pagi BEP, kami
baru tahu BEP ini sangat baik di lakukan untuk pengobatan alternative sebagai Terapi
Reklasasi untuk semua orang.
Pada pukul 08.00 saya tiba di RSJSH Grogol, pasien Day Care segera bergegas untuk
melakukan ice breaking pada hari ini. Ice breaking kali ini dipimpin oleh Kak Dede dan Bu
Ratih yaitu senam poco-poco dan beberapa lagu daerah.
FOTO KEGIATAN SENAM PASIEN SKIZOFRENIA di Rehabilitasi
senam kali ini pasien bersemangat sekali karena melepas rasa kangen libur panjag
dikarenakan tanggal merah.
TRANSKIP WAWANCARA
Pekerja Sosial Medis di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan.
Biodata:
1. Nama Informan : Irheneu Dwi Wahyu Pratiwi S.sos
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Umur Informan : 28 tahun
4. Tanggal Wawancara : 16 Juni 2018
5. Tempat Wawancara : Rehabilitasi Psikososial RSJSH
Wawancara
1. Apakah fungsi pekerja sosial medis itu sendiri di instalasi rehabilitasi
psikososial RSJSH?
“Hm, Fungsinya itu, Seperti Pekerja Sosial Medis kaya melatih, mengajarkan,
membina dan mengarahkan. Jadi si pasien ini bisa produktif, selain pasien nya
bisa sembuh dalam hal penyakitnya dia bisa berproduktifitas ya, pasien bisa
produktif ketika pasien bisa kembali kedalam lingkungan masyarakat. yaitu,
Jadi nanti hubungannya sudah bisa kembali produktif di masyarakat nanti
tinggal di evaluasi dari Pekerja Sosial nya.”
2. Bagaimana peran pekerja sosial medis di Rehabilitasi RSJSH?
“Peranan kita disini yang menonjol lebih ke pendidik ya nov, karenakan
pasien skizofrenia disini itu banyak banget yang kita ajarkan seperti dari 0
lagi, dengan memberikan aktivitas-aktivitas positif si pasien itu, seperti pasien
mendapatkan pembelajaran tentang perilaku dan aktivitas sehari-hari.
Contohnya mengajarkan pasien bagaimana caranya merawat diri, cara
berkomunikasi dengan baik, bersosial yang baik dan masih banyak lagi...”
3. Bagaimana pekerja sosial medis melakukan perannya sebagai pendidik di
instalasi rehabilitasi psikososial rsjsh?
“Pertama pasti peksos melakukan terapi kelompok terhadap pasien, tujuan nya
kalo dari kita sendiri di peksos itu untuk melatih komunikasi jadi dia bisa
berkomunikasi dengan orang, berinteraksi dengan orang. Dengan terapi
kelompok kan pasien diajarkan untuk misalkan, kita membahas komunikasi.
Nah diantara nya siapasih pasien yang kurang dalam berkomnikasi. Peksos
harus melakukan dengan cara memberi masukan, melatih, memancing dia
memberikan stimulus pasien untuk berkomunikasi. Selain itu kan ada SHG
(Self Help Group) yang dilakukan satu bulan sekali, dia diskusi terkait apa
masalah dalam satu kelompok itu apa terkait apa temanya ini bermasalah sama
komunikasi harusnya dilatih, mereka memberikan masukan satu sama lain.”
4. Pengembangan apakah yang di berikan pekerja sosial medis dalam peran
nya sebagai pendidik?
“Pengembangan tujuan yang jelas, saya menanyakan tujuan pasien ke Rehab
dulu ya apa tujuan mereka keRehab, lalu disini saya sebagai peksos
memberikan informasi secara luwes mengenai tujuan rehabilitasi psikosial di
RSJSH. Tujuan pasien ke day care, kan pada saat kita Intervensi kita tanya
tujuan mereka di rehab mau ngapain, punya hobby apa dan tujuan setelah
kamu keluar dari rehab mau ngapain. Misalkan pasien bilang bu saya rencana
dengan gini2, hidup itu seperti piramida kadang di atas kadang di bawah.”
5. Bagaimana pekerja sosial medis memahami kebutuhan dan kemampuan
kliennya dalam memainkan perannya sebagai pendidik?
“Kebutuhan tuh kayak, pasien butuhnya apa dalam kegiatan di Rehabilitasi
Psikososial misalnya di lingkungan pasien disingkirkan berarti pasien butuh
penerimaan dari lingkungan. Peksos bisa melalukan sesuai dengan kebutuhan
dia yaitu melakukan home visit, peksos menjelaskan ke lingkungan sekitar nya
atau masyarakat mengenai kondisi pasien. Misalnya nih ya saya sedikit
bercerita, pada waktu itu saya home visit kerumah pasien saya. Lalu pas
sebelum sampe rumah nya saya bertanya dengan tetangga nya, kenal dengan si
A tidak bu. Lalu tetangga itu mengatakan kenal, dan dia heran menanyakan
balik ada apa keperluan saya mencarikan si A. Padahal si A itukan sakit jiwa
bu, ia tidak ada yang mau dekat-dekat dengan si A dilingkungan ini. Lalu saya
berkata saya adalah temen nya si A, tetangga tersebut membantahkan bukan
kali mba ini temen kaka nya si A bukan teman nya si A. Nah dari situ saya
berfikir kok aneh ya, tetangga si A tidak mempercayai jika si A memiiki
teman. Berarti saya jadi mengetahui jika si A tidak diterima didalam
masyarakat lingkungan sekitar karena si A menderita sakit jiwa Skizofrenia.”
6. Seperti apa pengetahauan yang diberika pekerja sosial medis dalam
proses kemandirian pasien di instalasi rehabilitasi psikososial rsjsh?
“Saya ambil satu agenda pengetahuan yang terapkan disini itu kaya gini nov,
kalo misalkan kalo kita kaya terapi kelompok, pada saat bulan Januari minggu
ke 1 kita akan membawakan tema ini, kita akan sekarang membahas tentang
komunikasi public. Jadi dalam sebulan ada tema-tema pengetahuan kita jadi
disini sesuai dengan prosedur nya gitu ada modul kalo peksos pegangannya..”
7. Bagaimana pengembangan dari suatu pengajaran yang Pekerja sosial
medis peran pendidik?
“Pada dalam kelompok seperti edukasi nya kita terhadap mereka, edukasi nya
peksos dari segi gaya bahasa nya peksos terhadap pasien memberitahu
informasi kepada pasien seperti apa, yang pastikan harus yang lembut dan
terstruktur kalo ngomong. Karena jika berbicara dengan pasien jiwa itu kita
kalo ngomong harus detail supaya tidak nanya-nanya lagi hingga menjadikan
suatu yang kondusif, jadi peksos harus memiliki. Terus biasanya pasien jiwa
tidak bisa banyak menerima instruksi dari siapa pun, misalnya supaya kamu
nyapu terus kamu ngepel lalu ngelap kaca.”
8. Teknik Pengajaran seperti apa yang dilakukan oleh pekerja sosial medis
dalam peran pendidik?
“Pengajaran metode-metode lisan dan tertulis yang saya terapkan kepada
pasien. Misalkan saya suka kasih materi tentang mereka mendengar tetapi
menulis, misalnya saya instruksikan coba buat lingkaran segita didalam
lingkaran tetapi tidak saya contohkan di papan tulis saya sebut mereka gambar
dan jadiya hasilnya jadi apa gambarnya tujuan. Bentuk pengajaran yang lain
misalnya, dalam kelas-kelasnya seperti kelas mengaji, bahasa inggris, brain
gym, dll. Peksos sebagai pendidik tujuan nya ngapain... Peksos yang dibantu
profesi lain sebenernya peksos dituntun multi talent harus serba bisa, peksos
harus bisa mengajarkan dalam kerajinan tangan, peksos harus bisa pasien
dalam cleaning service, dsb. Pokonya semua bentuk terapis, kecuali hanya
home visit hanya bisa dikerjakan peksos. Tetapi kalo pekerjaan yang lain nya
bisa bekerjasama denngan profesi yang lainnya.”
9. Evaluasi apa yang dilakukan PSM dalam peran pendidik terhadap pasien
Skizofrenia?
“Setiap kegiatan evaluasi setiap kegiatan evulasi jadi memperbaiki kalau yang
salah besok tidak boleh diulang kembali dalam kegaiatan ini. Udah gitu-gitu
aja jadi mereka mengetahui apa evaluasi yang mereka dapatkan setiap harinya.
Peksos mengajarkan pasien dalam suatu kegiatan peksos harus menjadi role
modelnya pasien, Contoh dalam kegiatan cleaning sevice peksos memberi
contoh ke pasien bagaimana cara bersih-bersih yang benar dengan mneyapu
dan mengepel yang bener dengan cara memegang sapu dan kain pel dan
gerekan mengepel dengan cara kanan-kiri hingga bener dan bersih. Dari setiap
kelas atau kegiatan harus selalu ada evaluasi misalnya si tuan A kamu
mengerjakan nya sperti ini besok mengerjakan nya harus lebih baik lagi.
Setiap kegiatan ada evaluasi bertujuan memotivasi pasien supaya melakukan
yang lebih baik lagi dari hari kemarin. Dan pasien mengetahui mana yang
benar dan mana yang salah.”
10. Keterampilan Sosial apa yang dilakukan pekerja sosial medis dalam
perannya sebagai pendidik di Rehabilitasi Psikososial RSJSH?
“Gajauh-jauh yah karena ranah kita dalah pekerja sosial, pasti terapi kelompok
lagi yang aku disini contohkan. Pertama pasti peksos melakukan terapi
kelompok terhadap pasien, tujuan nya kalo dari kita sendiri di peksos itu untuk
melatih komunikasi jadi dia bisa berkomunikasi dengan orang, berinteraksi
dengan orang. Dengan terapi kelompok kan pasien diajarkan untuk misalkan,
kita membahas komunikasi. Nah diantara nya siapasih pasien yang kurang
dalam berkomunikasi. Peksos harus melakukan dengan cara memberi
masukan, malatih, memancing dia memberikan stimulus pasien untuk
berkomunikasi.”
TRANSKIP WAWANCARA
Pekerja Sosial Medis di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan.
Biodata:
6. Nama Informan : Heru S.sos
7. Jenis Kelamin : Laki-laki
8. Umur Informan : 26 tahun
9. Tanggal Wawancara : 20 Juni 2018
10. Tempat Wawancara : Rehabilitasi Psikososial RSJSH
Wawancara
1. Apakah fungsi pekerja sosial medis itu sendiri di instalasi rehabilitasi
psikososial RSJSH?
“Sudah jelas Terapi kelompok dan SHG(Self Help Group) salah satu menjadi
fungsi unggulan untuk kessos. Supaya apa saya katakan begitu, si pasien Skizo
di rehab ini bisa berinteraksi dengan oranglain, maupun dengan kelompoknya.
Dengan begitu pasien akan merasa berprokduktif tidak takut jika apa-apa
semisal tidak takut berinteraksi dengan orang lain, berkomunikasi dengan
siapa saja menjadi lebih percaya diri, mempunyai keahlian ataupun
keterampilan agar pasien bisa diterima dan kembali kedalam masyarakat yang
menstigmanya.”
2. Bagaimana peran pekerja sosial medis di Rehabilitasi RSJSH?
“Peran disini semua sih berperan, Cuma yang lebih unggul dan masyarakat
banyak tau peran PSM nya yaa sebagai pendidik dek, karena disini tuh
program pelayanan nya kan.. lebih kaya banyak agenda dan kegiatan. Jadi
membutuhkan modul dalam pembuatan agenda nya maka nya saya bilang
lebih kependidik karena kan membuat agenda mereka tidak asal-asalan, kalo
di ibartkan jika disekolah menggunakan kurikulum tapi disini menggunkan
modul dek. contohnya alhamdullilah modul yang saya buat sudah di acc dan
istilahnya bisa menjadi rujukan saya untuk berpraktek disini...”
3. Bagaimana pekerja sosial medis melakukan perannya sebagai pendidik di
instalasi rehabilitasi psikososial rsjsh?
“...Peran pendidik nya Heru ditunjuk menjadi PJ OR Kerohanian islamiyah CS
Garden contoh pendidik lebih nge-bimbingnya ada modulnya atau
silabusnya... dalam PJ tersebut tidak bisa sembarangan untuk memberi ilmu.
Lebih ke tata cara kalo garden kita ada 4 materi, cara buat pohon seperti apa
modul cara membuat pupuk kompos seperti apa cara mencangkok apa aja
cara mengetahui buah yanng siap dipetik apa saja dll. Tujuan nya ini juga
untuk memberdayakan pasien disini dalam peran edukator, dalam peran
edukator kan sifatnya memberdayakan pasien semua yang ada disini. Jika
pasien sudah berhasil maka akan diberdayakan disini lebih mandiri pasien juga
bisa diberdayakan. Apa yang aku terap kan peran educator yang saya sendiri
lakukan mengikuti penerapan nya dari Panti Yayasan Bina laras karna
kebetulan saya sebelum disini bekerja sebagai pekerja sosial di Panti Bina
Laras. Alhamdullilah saya bisa mengeskpor kemampuan=kemampuan aku
disini, contohnya alhamdullilah modul yang saya buat sudah di acc dan
istilahnya bisa menjadi rujukan heru untuk berpraktek disini. Ya contohnya
kecilnya garden kaya yang saya bilang tadi garden ada 4 materi gitu. Dan
contoh lain dalam kegiatan ke Rohanian Islam modulnya seperti bagaimana
cara membaca al-Quran yang baik dan bener, mengenal tajwidnya, menghafal
surat-surat pendek dan artinya dan mengetahui tentang islam, misalnya etika
seperti apa. Setiap minggunya materi berbeda-beda, itu mungkin seperti
halnya peran pendidik disini tuh seperti menjadi guru juga kita disini pekerja
sosialnya karna kan lebih memberikan pengajaran, melatih, mengarahkan,
membimbing dan memberikan informasi gitu. Sistem peran edukator disini
juga seperti ada report, reportnya disini bertujuan sebagai catatan rehab untuk
mengetahui bagaimana perkembangan si pasien itu. Peran-peran pendidik
disini, bermain peran pendidik disini acuannya itu modul biar kita juga
mengerahkan mengajarkan dan memberikan informasi tidak ngarol ngidul
kemana-mana tetapi sesuai dengan acuannya yaitu modul. Iya seperti itu dek,
peran edukator disini lebih mngajarkan membimbing dari apa yang aku bilang
lalu di lakukan oleh si pasien apa yang telah aku ajarkan dan dilatih terus
menerus hingga pasien mandiri sudah bisa dilepas dalam kegiatannya. Dan
bisa mengaplikasikan nya dirumah dan dimasyarakat. Modul yang saya
lakukan karena saya merasa apapun itu harus ada dasarnya sesuai peran
apalagi kita disini profesi baru disini yang belum dikenal siapa lagi.”
4. Pengembangan apakah yang di berikan pekerja sosial medis dalam peran
nya sebagai pendidik?
"ehmm, jadi saya menanyakan apa tujuan mereka kesini, terkadang mereka
mau di rehab bukan karena kemauan nya pasien itu sendiri. Tetapi lebih
karena desakan orangtua yang ingin pasien memiliki kegiatan setelah sudah
keluar agar tidak kambuh kembali lalu setelah nya saya menjelaskan ke pasien
apa tujuan Rehab dan tujuan saya sebagai peksos dalam menjalankan peran
pendidik terutama.”
5. Bagaimana pekerja sosial medis memahami kebutuhan dan kemampuan
kliennya dalam memainkan perannya sebagai pendidik?
“Yang dibutuhkan pasien sebenernya motivasi seperti mengingatkan jangan
lupa yang diminum obatnya supaya tidak kambuh-kambuh agar emosi stabil
dan banyakin kegiatan di sini pun maupun dirumah atau lingkungan
masyarakat supaya tidak berhalusinasi kembali seperti itu. Kemampuan dia
bagaimana si pasien mampu untuk berkemauan mengikuti kegiatan yang ada
direhab secara disiplin untuk bisa stabil.”
6. Seperti apa pengetahuan yang diberikan pekerja sosial medis dalam
proses kemandirian pasien di instalasi rehabilitasi psikososial rsjsh?
“Saya contohkan pengetahuan yang kita berikan dalam Peran edukator nya
saya ditunjuk menjadi PJ OR Kerohanian Islamiyah, Cleaning Service dan
Garden. Contoh pendidik nya lebih nge-bimbingnya ada modulnya atau
silabusnya... dalam PJ tersebut tidak bisa sembarangan untuk memberi ilmu.
Lebih ke tata cara kalo garden kita ada 4 materi, cara buat pohon seperti apa
modul cara membuat pupuk kompos seperti apa cara mencangkok apa aja cara
mengetahui buah yang siap dipetik apa saja dll. Tujuan nya ini juga untuk
memberdayakan pasien disini dalam peran edukator, dalam peran edukator
kan sifatnya memberdayakan pasien semua yang ada disini. Jika pasien sudah
berhasil maka akan diberdayakan disini lebih mandiri pasien juga bisa
diberdayakan.”
7. Bagaimana pengembangan dari suatu pengajaran yang Pekerja sosial
medis peran pendidik?
“Pengajaran yang dikembangkan seperti yang sebelum-sebelumnya gini, saya
memberikan pengetahuan tentang cara nya cleaning, nanti ketika saya sudah
mencontohkan, pasien disini mengikutinya. Bahkan tidak hanya dirumah sakit
saja tapi saya kasih Tugas Rumah, tugas rumahnya berupa coba kalian di
rumah bersihkan rumah kalian salah satu entah mau kamar kalian atau ruang
tamu, nanti hasil nya foto sebelum dan sesudah yang dirapihkan. Ketika sudah
tolong dibuku agenda kalian tugas rumah nya ini ditanda tangani yang
mengawasi kalian ketika lagi cleaning/membersihkan rumah...”
8. Teknik Pengajaran seperti apa yang dilakukan oleh pekerja sosial medis
dalam peran pendidik?
“Saya teknik pengajaran misalnya didalam terapi kelompok, didalam
kelompok dengan tema perawatan diri. Saya menjelaskan bagaimana definisi
perawatan diri, tujuannya merawat diri, fungsinya, dsb. Lalu saya bagikan
pamflet yang saya buat sekitar bagaimana merawat diri yang baik. Nah,
setelah saya sudah menjelaskan materi mengenai hal tersebut dan pamflet
sudah saya berikan kepada anggota Terapi Kelompok. Ada tanya jawab masih
ada yang tidak jelas tentang materi tersebut, jika ada anggota yang masih
belum jelas akan ada sesi tanya jawab terhadap leader dan anggota terapi
kelompok. Setelah sudah jelas semua, pamflet saya akan tarik kembali. Dan
semua anggota terapi kelompok diberikan pertanyaan seputar bagaimana cara
merawat diri dengan baik dan benar.”
9. Evaluasi apa yang dilakukan PSM dalam peran pendidik terhadap pasien
Skizofrenia?
“Pasti ada dong dek, karena kan udah peksos banget tuh ada evaluasi kaya
monitoring evaluasi. Jadi pasien bahkan kita sendiri sebagai profesi tahu
sampai sejauh mana kami berhasil kepada pasien kita sendiri, evaluasi itu
sebagai tolak ukurnya disini.”
10. Keterampilan Sosial apa yang dilakukan pekerja sosial medis dalam
perannya sebagai pendidik di Rehabilitasi Psikososial RSJSH?
“Kalo ibu Iren sudah menjelaskan dengan mencontohkan terapi kelompok,
kalo aku mengenai SHG yaa... selain itu kan ada SHG (Self Help Group) yang
dilakukan satu bulan sekali, dia diskusi terkait apa masalah dalam satu
kelompok itu apa terkait apa temen nya ini bermasalah sama komunikasi
harusnya dilatih, mereka memberikan masukan satu sama lain.”
PEDOMAN WAWANCARA
Pekerja Sosial Medis di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan.
Biodata:
1. Nama Informan :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur Informan :
4. Tanggal Wawancara :
5. Tempat Wawancara :
Wawancara
1. Apakah fungsi pekerja sosial medis itu sendiri di instalasi rehabilitasi
psikososial RSJSH?
2. Bagaimana peran pekerja sosial medis di Rehabilitasi RSJSH?
3. Bagaimana pekerja sosial medis melakukan perannya sebagai pendidik di
instalasi rehabilitasi psikososial rsjsh?
4. Pengembangan apakah yang di berikan pekerja sosial medis dalam peran
nya sebagai pendidik?
5. Bagaimana pekerja sosial medis memahami kebutuhan dan kemampuan
kliennya dalam memainkan perannya sebagai pendidik?
6. Seperti apa pengetahuan yang diberikan pekerja sosial medis dalam
proses kemandirian pasien di instalasi rehabilitasi psikososial rsjsh?
7. Bagaimana pengembangan dari suatu pengajaran yang Pekerja sosial
medis peran pendidik?
8. Teknik Pengajaran seperti apa yang dilakukan oleh pekerja sosial medis
dalam peran pendidik?
9. Evaluasi apa yang dilakukan PSM dalam peran pendidik terhadap pasien
Skizofrenia?
10. Keterampilan Sosial apa yang dilakukan pekerja sosial medis dalam
perannya sebagai pendidik di Rehabilitasi Psikososial RSJSH?
TRANSKIP WAWANCARA
Pasien di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan.
Biodata:
1. Nama Informan : AR (A)
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur Informan : 27 Tahun
4. Tanggal Wawancara : 25 juni 2018
5. Tempat Wawancara : Rehabilitasi Psikososial
Wawancara
1. Bagaimana perasaan bapak mengikuti kegiatan Rehab dan pengetahuan
apa sih pak yang bapak dapat dari rehab ini?
“Hmm... banyak kak, karna ilmu disini yang saya dapat begitu banyak. Saya
senang sekali seperti sekolah lagi kak di didik gitu masuk ke kelas-kelas,
contohnya nih yah kak, saya masuk kelas tata boga saya diajarkan buat kue,
kelas bahasa inggris saya diajarkan bicara bahasa inggris yang baik, kelas
kerajinan membuat telur asin, ada kelas musik dimana kami di test satu satu
untuk nyanyi kedepan melatih kepercayaan diri dan masih banyak deh kak...”
2. Tujuan bapak masuk rehab apa sih pak?
“Saya sedikit cerita yah kak... Masuk Rehab ini tidak gampang kak, soalnya
saya harus mengikuti prosedur rehab dulu. Saya ditanyai banyak tentang
tujuan saya kenapa berminat setelah keluar dari Rawat Inap pindah ke
Rehabilitasi Psikosoial. Saya tujuan masuk rehab mau lebih mandiri gitu
kak...”
3. Kebutuhan dan kemampuan apa yang bapak miliki setelah mengikuti
kegiatan rehab?
“Kak tau gak sih... Sebelum nya saya orangnya tidak percaya diri kak, tapi
saya diajari bagaimana nya berkomunikasi yang baik sehingga saya sudah
mulai bisa dan tidak takut untuk berinteraksi dengan orang lain ka. Ketika
saya di ajak bicara Bu iren apa yang saya butuhkan, saya telah diajarkan
dengan cara ikut berlatih Terapi kelompok sehingga Bu Iren memberikan saya
nilai bagus untuk kemampuan saya untuk bisa berkomunikasi dengan baik...”
4. Pengajaran seperti apasih pak yang diberikan PSM direhab ini?
“Eh Iya kak... saya awalnya saya suka sulit untuk mengerti jika diajari oleh
profesi lain maupun peksos, tapi terkadang dengan materi yang seru serta ada
gamesnya saya mudah untuk masuk ke otak dengan kegiatan yang diajarkan
disin kak”
5. Dari mengikuti kegiatan di rehab, bapak sekarang sudah bisa apa saja?
“Oh sudah banyak yang saya bisa lakukan sendiri tanpa bantuan orangtua atau
orang lain, misalnya dalam meminum obat. biasanya saya suka di suruh
orangtua dulu untuk meminum obat. sekarang tanpa disuruh sudah kesadaraan
sendiri untuk meminum obat. karena jika tidak minum saya juga yang rugi,
emosi saya gak stabil, terus akan nimbul lagi halusinasinya deh.”
6. Perkembangan keterampilan apa yang bapak miliki selama mengikuti
kegaiatan Rehab?
Banyak, Saya salah satu karya mandiri yang saya lakukan dan sebelumnya
saya gabisa yaitu kerajinan tangan prakaarya membuat pin. Selain itu,
berkebun saya bisa mencangko jadi mnegethui, lalu dalam cs saya bisa
menyapu dan mengepel secara bersih tidak asal-asalan bersihkannya dari sini
saya tau jadinya cara merapihkan kamar saya, makanya saya dikatakan profesi
yang lain disini saya sudah mandiri dari hasil famiy terapy yang disampaikan
keluarga saya tehdap peksos di pihak rehabilitsi psikosial ini
7. Setelah selesai dari Rehab apasih pak rencana bapak selanjutnya?
Saya setelah sudah dari rehab ingin bekerja di sebuah perusahaan bagian
admin, karna di rehab saya diajarkan bagaimana cara admin.
TRANSKIP WAWANCARA
Pasien di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan.
Biodata:
1. Nama Informan : SI (B)
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur Informan : 29 Tahun
4. Tanggal Wawancara : 25 juni 2018
5. Tempat Wawancara : Rehabilitasi Psikososial
Wawancara
1. Bagaimana perasaan bapak mengikuti kegiatan Rehab dan Pengetahuan
apa sih pak yang bapak dapat dari rehab ini?
“Senang, ya... Banyak bgt kak, Saya sangat malas kak awalnya merawat diri
kak, tapi saya diajarkan kak iren dan pak heru untuk merawat diri yang baik
terutama dalam bersih-bersih diri gitu aku harus rajin mandi sehari 2 kali,
gosok gigi mau tidur dan jika bangun tidur. Banyak yang saya dapat
pengetahuan di rehab ini kak salah satu nya seperti itu kak”
2. Tujuan bapak masuk rehab apa sih pak?
“ya, Tujuan saya masuk rehab karena saya takut kambuh lagi ka kalo dirumah
diem saja dan tidak ada kegiatan.”
3. Kebutuhan dan kemampuan apa yang bapak miliki setelah mengikuti
kegiatan rehab?
“Iya kak, pada dasar nya penyakit yang saya alami Cuma butuh kegiatan...
disini saya sangat suka sekali setiap agenda apapun yang aku ikuti ngerasa
bisa mengikutinya kak, karena kan setiap peksos atau profesi lainnya disini
memberikan ilmu pengetahuan tentang apapun saya langsung
mempraktikannya. Jadi gampang lupa saya bisa contohkan dirumah, apalagi
kalo lupa tinggal liat modul yang diberikan oleh peksos kak.”
4. Pengajaran seperti apasih pak yang diberikan PSM di Rehab ini?
“Iya kak saya awalnya saya suka sulit untuk mengerti jika diajari oleh profesi
lain maupun peksos, tapi terkadang dengan materi yang seru serta ada
gamesnya saya mudah untuk masuk ke otak dengan kegiatan yang diajarkan
disin kak”.
5. Dari mengikuti kegiatan di Rehab, bapak sekarang sudah bisa apa saja?
“ hehehe, saya sudah bisa buat kerajinan tangan loh seperti membuat tempat
pensil dari rotan, saya juga bisa masak sendiri dikit demi sedikit. Contoh
masakannya, saya bisa membuat mie kak yang gampang. Karena kan saya
kalo pas kegiatan di rehab suka merhatiin kalo jaga di kantin corner melayani
sekalian liat PJ nya masak mie kalo ada pesanan indomie. Terkadang saya
juga buatin tuh mie buat pesen”
6. Perkembangan Keterampilan apa yang bapak miliki selama mengikuti
kegiatan Rehab?
“Masak saya bisa, selain bikin mie saya bisa bikin gorengan minuman
dibagian corner, di cs saya juga diajarkan bagaimana cara menyapu dan
mengepel yang bener ada modulnya jadi tidaksembrangan. Garden saya bisa
untuk merawat garden dengan cara memetik daun yang sudah kering, memberi
rutin air, dan memberi pupuknhya setiap paginya. Tataboga saya bisa bikin
risol karna diajarin pas kelas tata boga, saya pun sudah menerepkannya
membuat risol dirumah untuk keluarga saya mencicipkan orangtua saya
cobain adik adik saya kaka saya saudara gitu kak.
7. Setelah selesai dari Rehab apasih pak rencana bapak selanjutnya?
“ hhmm... apaya, hmmm... saya sih pengen banget punya warkop kecil-
kecilan. Kaya buka usaha gitu dah”
TRANSKIP WAWANCARA
Pasien di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan.
Biodata:
1. Nama Informan : RC (C)
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur Informan : 31 Tahun
4. Tanggal Wawancara : 25 juni 2018
5. Tempat Wawancara : Rehabilitasi Psikososial
Wawancara
1. Bagaimana perasaan bapak mengikuti kegiatan Rehab dan pengethuan
apa sih pak yang bapak dapat dari rehab ini?
“Perasaan saya ikut rehab ada perubahan yang lebih baik dan punya semangat
punya tujuan maunya menuju kemana. Banyak ilmu dah yang saya dapati di
rehab ini, karena kan kita di edukasi kak sebelum peraktek di berikan
pengetahuan dulu, lalu diajarin dah, terus kita praktekin dalam kegiatan apa
aja biar bisa mandiri kak”
2. Tujuan bapak masuk rehab apa sih pak?
“tujuannya supaya saya bisa belajar banyak hal, yang saya gabisa menjadi bisa
ataau dalam arti hal saya disini dilatih diajarkan dan diarahkan untuk mandiri
supaya bisa diterima didalam lingkung masyarakat kak...”
3. Kebutuhan dan kemampuan apa yang bapak miliki setelah mengikuti
kegiatan rehab?
“Hmm, Di rehab ini sangat mengajari aku banyak hal ka, aku jadi punya
keahlian. Terkadang apa yang direhab ini ajarkan aku terapin dirumah aku ka.
Aku diajari membuat kerajinan tangan disini, lalu aku kalau dirumah tidak ada
kegiatan dari pada aku bengong gajales malah kambuh halusinasi, aku suka
ikuti cara-caranya dirumah kayak cara buat bunga plastik dari sedotan dan
bermain musik gitar”.
4. Pengajaran seperti apasih pak yang diberikan PSM di Rehab ini?
“Peksos pertama-tama mengajarkan contohnya dari modul bagaimana cara
membuat risol cara mencangkok yang baik cari mengaji yang benar dll, nanti
setelah diajarkan, dilatih dan diarahkan pasien kembanagkan dan terapkan apa
yang telah diajarkan. Hingga membuat pasien disini mandiri semua, dari cara
merawat diri seperti hingga bagaimana cara melatih diri supaya tidak
mengalami kekambuhan dengan banyaknya kegiatan yang melatih kita
mempunyai skil dan diterima dengan orangorang diluar sana kak.”
5. Dari mengikuti kegiatan di rehab bapak sekarang sudah bisa apa saja
pak?
“Dari kegaitan yang membuat saya mandiri banget dicorner karna banyak
yang saya pelajari cleaning service jadi saya mengerti banget cara yang benar
dalam berbesih-besih. Yang lebih telatent mengajarkan peksos disini”
6. Perkembangan Keterampilan apa yang bapak miliki selama mengikuti
kegiatan Rehab?
“Dari yang diajarkan dilatih dan diarahkan dalam suatu kegaiatan misalnya
apanih banyak banget kegaiatan disini yang melatih pasien nya memiliki
banyak skill seperti tataboga, kerajninan tangan, cs, admin, corner, stool,
musik, keagaamaan, menjahit, membuat telur asin, garden dll, nah dari
semuanya alhamdullilah saya bisa mengikuti semua nya. Tapi yang saya
sangat bisa dari semua yang diajarkan yaitu CS. Karena saya tau betul
bagaimana cara berbesih-besih, cara menyapu yang baik, dan cara mengepel
yang benar”
7. Setelah selesai dari Rehab apasih pak rencana bapak selanjutnya?
“Kalo misalnya itu saya ingin kerja cleaning servis karna saya sudah mandiri
sekali dalam kegiatan ini. Saya terapkan di rumah dengan cara membantu-
bantu pekerjaan dirumah, dalam obat saya meminum obat sudah mandiri atas
inisiatif sendiri kak.”
PEDOMAN WAWANCARA
Pasien di Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan.
Biodata:
1. Nama Informan :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur Informan :
4. Tanggal Wawancara :
5. Tempat Wawancara :
Wawancara
1. Bagaimana perasaan bapak mengikuti kegiatan Rehab dan pengetahua
apasih pak yang di dapat dari rehab ini?
2. Tujuan bapak masuk rehab apa sih pak?
3. Kebutuhan dan kemampuan apa yang bapak miliki setelah mengikuti
kegiatan rehab?
4. Pengajaran seperti apasih pak yang di berikan PSM di Rehab ini?
5. Dari mengikuti kegiatan di rehab bapak sekarang sudah bisa apa saja?
6. Perkembangan keterampilan apa yang bapak miliki selama mengikuti
kegiatan di Rehab?
7. Setelah selesai dari Rehab apasih pak rencana bapak selanjutnya?