51
Peran Pemuda Hadapi Pasar ASEAN Edi Setiawan ; Direktur Lingke Jakarta dan Analis Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta OKEZONENEWS, 06 Agustus 2014 Saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan berat. Salah satunya posisi daya saing Indonesia yang kembali turun. Dalam laporan The Global Competitiveness Index 2012-2013, Indonesia menempati posisi ke-50 dari 144 negara di dunia dengan skor 4,4, atau turun 4 level dari tahun lalu yang berada di posisi 46. Data ini selaras dengan realitas sumber daya manusia khususnya pemuda. Posisi pemuda sebagian besar banyak mengalami stagnasi dan distorsi akibat disoreintasi. Pemuda kehilangan elan vitalnya sebagai salah satu agent of change bagi kebangkitan bangsa. Saat ini pula mereka buta akan realitas sosial yang ada, ditambah dengan perilaku individualis, pragmatis, hedonis dan konsumtif yang menyebabkan menurunnya citra daya saing pemuda sebagai tonggak inovasi dan kedigdayaan suatu bangsa. Sungguh ironis, di kawasan ASEAN saja, daya saing Indonesia sendiri berada pada posisi ke 40, lebih baik dari Filipina di urutan 59 dan Vietnam dengan rating 70, Laos 81, Kamboja 88 atau Myanmar di posisi 139. Indonesia masih berada di

peran pemuda

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pemuda merupakan salah satu komponen bangsa yang sangat fundamental adanya.

Citation preview

Peran Pemuda Hadapi Pasar ASEANEdi Setiawan ; Direktur Lingke Jakarta dan Analis Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

OKEZONENEWS, 06 Agustus 2014

Saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan berat. Salah satunya posisi daya saing Indonesia yang kembali turun. Dalam laporan The Global Competitiveness Index 2012-2013, Indonesia menempati posisi ke-50 dari 144 negara di dunia dengan skor 4,4, atau turun 4 level dari tahun lalu yang berada di posisi 46. Data ini selaras dengan realitas sumber daya manusia khususnya pemuda. Posisi pemuda sebagian besar banyak mengalami stagnasi dan distorsi akibat disoreintasi. Pemuda kehilangan elan vitalnya sebagai salah satu agent of change bagi kebangkitan bangsa. Saat ini pula mereka buta akan realitas sosial yang ada, ditambah dengan perilaku individualis, pragmatis, hedonis dan konsumtif yang menyebabkan menurunnya citra daya saing pemuda sebagai tonggak inovasi dan kedigdayaan suatu bangsa.

Sungguh ironis, di kawasan ASEAN saja, daya saing Indonesia sendiri berada pada posisi ke 40, lebih baik dari Filipina di urutan 59 dan Vietnam dengan rating 70, Laos 81, Kamboja 88 atau Myanmar di posisi 139. Indonesia masih berada di bawah Thailand dengan rating 37, Brunei Darussalam di posisi 26, dan Malaysia di peringkat ke 24. Data ini menunjukan posisi tawar daya saing Indonesia sedikit mengkhawatirkan dibandingkan dengan negara tetangga. Betapa bangsa besar ini masih kurang kompetitif dibandingkan dengan negara tetangga yang secara defacto sumber daya alam sedikit.

Daya saing yang kurang progresif dan malahan dicederai dengan ketidakmerataan kreatifitas pemuda di semua level tingkatan pendidikan. Cukup mengkhawatirkan bagi sebagian kalangan intelektual muda yang notabebe yang sering mendengungkan gerakan inovasi dan kreasi. Padahal kelihatannya bangsa ini punya kesempatan emas untuk terus bangkit dibandingkan negara tetangga. Kita bisa menengok data BPS, tahun 2013 lalu jumlah pemuda mencapai 62,6 juta orang, atau rata-rata 25 persen dari proporsi jumlah penduduk secara keseluruhan. Berkaca pada data tersebut, kekuatan daya saing pemuda memegang peran penting dan strategis membawa arah perjalanan bangsa, termasuk dalam menghadapi peluang MEA 2015 yang sudah di depan mata. Pemuda dapat bertindak nyata dan menjadi faktor kebangkitan bangsa. Sayangnya, dari sejumlah indikator, daya saing pemuda belum menunjukkan potensi yang sebenarnya.

Setidaknya saat ini rakyat Indonesia kehilangan uang sekira USD116 Miliar atau setara Rp1.160 triliun setiap tahunnya. Pendapatan negara yang hilang itu berasal dari sektor industri dan sumber daya alam, sehingga saat ini Indonesia menghadapi situasi dari gejala negeri yang semakin lemah. Bukan itu saja, gejala akut disorientasi terus menghantui masa depan pemuda. Seperti diketahui, proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pada tahun 2013 jumlah pemuda mencapai 62,6 juta orang. Ini artinya, rata-rata jumlah pemuda 25 persen dari proporsi jumlah penduduk secara keseluruhan. Berkaca pada data tersebut, kaum muda memegang peran penting dan strategis membawa arah perjalanan bangsa.

Langkah Strategis

Dalam menghadapi MEA 2015, amat penting bagi pemuda untuk memfokuskan diri pada aspek-aspek fundamental dan kronis tersebut. Sebab aspek-aspek tersebut berkontribusi dominan terhadap daya saing Indonesia menghadapi semua hubungan ekonomi internasional. Menurut Daron Acemoglu dan James A. Robinson dalam bukunya Why Nations Faill (2012), sebuah negara berpotensi menjadi negara gagal akibat salah dalam pengambilan kebijakan, yakni ketika gagal dalam membangun institusi ekonominya. Para pengambil kebijakan harus ingat bahwa krisis di Uni Eropa dan Amerika Serikat juga terjadi akibat salah dalam mengambil kebijakan di masa lalu dan ketidakmampuan membaca perubahan situasi. Bukan tidak mungkin prediksi-prediksi manis tentang Indonesia di masa depan kandas akibat kesalahan perilaku pemimpin bangsa hari ini. Pemerintah perlu memperhatikan dengan seksama strategi pemenuhan kebutuhan pemuda dalam menghadapi MEA 2015.

Peran pemuda dalam menghadapi AEC 2015 sangat dibutuhkan mengingat bahwa pemuda sebagai tonggak perubahan. Fokus terhadap pemuda mesti menjadi prioritas. Misalnya, bagaimana menekan angka pengangguran pemuda, menciptakan ide-ide kreatif agar para sarjana dapat semakin besar memiliki minat menjadi wirausaha serta mampu melakukan inovasi kebijakan lainnya. Berbagai tantangan di tingkat regional, seperti era Komunitas ASEAN 2015, misalnya, harus diantisipasi, bagaimana menyiapkan pemuda yang mampu bersaing dan jeli mengambil peluang pasar AEC 2015.

Salah satu upaya untuk memberdayakan pemuda Indonesia adalah dengan penanaman dan pengembangan jiwa kewirausahaan (entrepreneur skill). Diharapkan dengan penanaman entrepreneur skill sejak dini, pemuda Indonesia mampu mendongkrak perekonomian Indonesia di masa depan terutama dalam memasuki AEC 2015. Menghadapi berbagai tantangan di atas, kita menaruh harapan terhadap kaum muda sebagai pewaris masa depan. Intervensi kebijakan yang tepat bagi pemuda hari ini akan memberi dampak bukan hanya 20 atau 30 tahun ke depan, namun bisa memberikan pengaruh bagi satu generasi selanjutnya.

Perlunya pemuda memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan koperasi. Untuk merangsang pemuda untuk berkonstribusi dalam pemberdayaan UMKM dan koperasi salah satunya adalah diberikan kebebasan dalam berkreasi dan berinovasi, pemberian kredit selektif di mana kredit ini diberikan hanya kepada peminjam yang ingin berwirausaha, pemberian penghargaan kepada wirausaha muda, dan pemberian pelatihan kewirausahaan sejak dini.

Perlunya Asketisme

Agar generasi baru pemuda dapat menentukan perbaikan negara di masa depan, diperlukan upaya serius untuk membangun karakter mereka. Salah satu karakter yang sangat penting ditanamkan adalah asketisme bagi pembentukan karakter pemuda. Asketisme bisa dibuat tameng yang akan dapat menjaga idealisme senantiasa bertahan di tengah-tengah godaan pragmatisme yang kian deras. Salah satu yang patut dievaluasi adalah persoalan pendidikan yang menjadi salah satu sarana yang sangat penting untuk menanamkan karakter kepemimpinan pemuda ke depan.

Pendidikan kreatifitas ini bisa diberikan oleh lembaga-lembaga formal yang memang didesain fokus untuk itu, ataupun oleh lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan yang membawa misi transformasi nilai. Lembaga-lembaga tersebut harus memainkan peran untuk melakukan pembangunan kembali karakter kaum muda dengan karakter-karakter yang bersumber dari nilai-nilai luhur bangsa. Kelompok-kelompok idealis yang saat ini sangat minimalis, harus melakukan upaya konsisten untuk membangun karakter luhur itu, tanpa peduli pandangan mata sinis dan penuh keheranan.

Dunia kreatifitas sangat diperlukan menyongsong AEC 2015. Apalagi perdagangan bebas tidak dapat dihindarkan lagi. Bila pemuda masih berpangku tangan untuk tidak melakukan inovasi apalagi kreasi, otomatis masa depan bangsa ini akan semakin terkubur hidup-hidup oleh negara tetangga yang sudah siap secara ide, praktik bahkan materi. Semoga pemuda makin sadar akan peran pentingnya bagi kemajuan bangsa ini.

http://budisansblog.blogspot.com/2014/08/peran-pemuda-hadapi-pasar-asean.html

Menyongsong Era InterprenuerUpaya mengahadapi Asian Economic Community 2015 ( AEC 2015 ) adalah salah satu upaya yang harus diperhatikan dan direalisasikan secara serius oleh pemuda-pemuda indonesia karena nantinya negara indonesia juga sebagai salah satu bagian dari agenda tersebut. Ketika berbicara tentang pemuda, pada hakekatnya pemuda adalah manusia emas dalam suatu kehidupan serta pemegang estafet kemajuan bangsa di masa depan karena mereka memiliki kepekaan yang lebih tajam serta menyukai tantangan yang lebih ekstrim dibandingkan dengan manusia di masa yang lain. termasuk kepekaan dalam menyelesaikan masalah ekonomi yang terjadi di indonesia saat ini, terjadinya inflasi serta semakin meningkatnya kuantitas kemiskinan yang begitu tajam hal ini membuat kondisi ekonomi indonesia semakin terpuruk, oleh karena itu peran pemuda sangatlah penting dalam upaya penyelamatan ekonomi yang terjadi saat ini. seperti halnya dengan memberikan motivasi kewirausahaan kepada para pemuda seperti ketika saya mengikuti salah satu kegiatan mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi UB melalui acara Forum Bisnis (Seminar dan Talkshow) dengan tema Wirausaha Muda Menuju Asean Economic Community 2015 yang diselenggarakan bersama HIPMI Jawa Timur guna mengajak seluruh mahasiswa se jawa timur untuk selalu mengeksplor kemampuannya dan terus berinovasi serta berkreasi tanpa batas, kemudian diakhiri dengan peresmian HIPMI Perguruan Tinggi se Jawa Timur sebagai fasilitator dalam pengusaha-pengusaha dari mahasiswa baik yang masih pemula (beginner) ataupun yang sudah super. Salah satu pemateri mengatakan bahwa pada intinya cara mengeksplorasi rasa cinta kita kepada bangsa dan negara yakni dengan memberikan kebahagiaan kepada orang-orang disekitar kita, dimuali dari diri kita sendiri dan keluarga, kemudian kita berikan kebahagiaan kepada masyarakat indonesia khusunya orang-orang disekitar kita. memang indonesia adalah negara yang mempunyai sistem pemerintahan demokrasi yang baik tapi belum tentu bisa mengelola sumber daya alam yang baik pula, realitanya masih banyak sekali buruh yang belum tercukupi oleh dana UMP, apalagi dengan adanya peningkatan angka pengangguran yang begitu tinggi menunjukkan bahwa kinerja pemerintahan belum merata. oleh karena itu, sebagai generasi muda pantaskah kita sebagai agen of change hanya menggantungkan kehidupan kita kepada pemerintah ? pantaskah kita berharap kepada uang masyarakat ? Sepertinya paradigma atau mindset pemuda saat ini harus kita benahi sedikit demi sedikit, kita tahu bahwa mindset akan menentukan arah dan langkah individual seseorang, ironisnya ketika kita berbicara tentang mindset masyaakat indonesia maka masyarakat kita terkenal dengan budaya konsumtif, suatu budaya yang membuat angka kemiskinan semakin bertambah, dari sini ternyata masyarakat indonesia belum mempunyai mindset budaya produktif, dimana budaya inilah yang dipakai oleh negara-negara maju untuk selalu bersaing dan berlomba, karena sifat produktif ini mampu menumbuhkan beribu-ribu lapangan pekerjaan bagi para pengangguran.Kata yang paling tepat untuk menyadarkan pemuda yaitu muali saat inilah saya harus bertumpu pada kaki saya dan bergerak diatas kaki saya sendiri karena tidak ada orang yang akan membantu saya untuk meraih kesuksesan, maka sedini mungkin saya harus mulai mencintai diri saya sendiri dan orang-orang yang saya sayangi . pada intinya kita harus mengoptimalkan segala potensi yang kita miliki dan jangan takut menghadapi resiko didepan, selamat berjuang dan sukses kaya bahagia.http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2013/11/04/menyongsong-era-inteprenuer-607528.html

Menyongsong AEC 2015, Sudah Siapkah Kita?NEGARA-negara di ASIA Tenggara tidak lama lagi akan akan menemui babak baru yaitu diterapkannya ASEAN Economic Community per 31 Desember 2015, sudah siapkah Indonesia?Asean Economic Community (AEC) merupakan kesepakatan yang dibangun oleh sepuluh negara anggota ASEAN. Terutama di bidang ekonomi dalam upaya meningkatkan perekonomian di kawasan dengan meningkatkan daya saing di kancah internasional agar ekonomi bisa tumbuh merata, juga meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan yang paling utama adalah mengurangi kemiskinan.AEC merupakan realisasi dari Visi ASEAN 2020 yaitu untuk melakukan integrasi terhadap ekonomi negara-negara ASEAN dengan membentuk pasar tunggal dan basis produksi bersama. Menurut Prof Hermanto Siregar terdapat beberapa konsep dalam AEC yaitu ASEAN Economic Community, ASEAN Political Security Community, dan ASEAN Socio-Culture Community.Ketiga hal tersebut akan direalisasikan di antara negara-negara anggota ASEAN secara bertahap. Untuk langkah pertama yang akan direalisasikan adalah AEC pada 2015 mendatang, setidaknya terdapat 5 hal yang akan diimplementasikan yaitu arus bebas barang, arus bebas jasa, arus bebas investasi, arus bebas modal, dan arus bebas tenaga kerja terampil.Pada 2015 di antara 10 Negara ASEAN yang terdiri dari Indonesia, Myanmar, Thailand, Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Philipina, Laos, dan Kamboja, dan Vietnam harus membebaskan 5 hal di atas untuk menerapkan aturan dari kesepakatan tersebut.Sebelumnya pada 2004, Indonesia bersama ASEAN telah menyepakati perjanjian dengan China yang dikenal sebagai ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). Dengan perjanjian itu, negara-negara ASEAN dan China harus membebaskan barang-barang masuk.Dalam pelaksanaan AEC, negara-negara ASEAN harus memegang teguh prinsip pasar terbuka dan ekonomi yang digerakkan oleh pasar. Dengan kata lain, konsekuensi diberlakukannya AEC adalah liberalisasi perdagangan barang, jasa, dan tenaga terampil secara bebas dan tanpa hambatan tarif dan nontarif.Rencana pemberlakuan AEC tersebut dicantumkan dalam Piagam ASEAN yang disahkan pada 2007. Pada tahun tersebut pula disepakati bahwa pencapaian AEC akan dipercepat dari 2020 menjadi 2015. Pengesahan AEC sendiri dicantumkan pada pasal 1 ayat 5 Piagam ASEAN dan diperkuat dengan pembentukan Dewan Area Perdagangan Bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Council) yang tercantum dalam lampiran I Piagam ASEAN. Itulah dasar hukum yang mengesahkan terbentuknya ASEAN Economic Community.Kesiapan Indonesia dalam menghadapi AEC 2015, antara peluang dan ancaman. Siap atau tidak siap sudah tidak perlu diperdebatkan lagi karena AEC sudah menjadi keputusan dan ketetapan politik yang harus dihadapi semua negara ASEAN.Jika dilihat dari beberapa data tentang kondisi Indonesia dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, dalam banyak hal Indonesia kalah oleh Thailand dan Philipina, apalagi Brunei, Malaysia, dan Singapura masih tertinggal jauh. Indonesia hanya menang dari luas negara yang begitu besar, jumlah penduduk yang banyak, dan sumberdaya yang melimpah.Setelah diberlakukannya AEC, Indonesia akan diserbu barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja terampil dari negara ASEAN lainnya sehingga hal ini akan menjadi ancaman yang serius. Atau sebaliknya Indonesia dapat menyerbu negara ASEAN lainnya dengan barang, jasa, investasi dan tenaga kerja terampil sehingga hal ini menjadi peluangyang besar bagi kita.Tentunya semua akan kembali kepada masing-masing kita, seharusnya semua elemen bangsa mulai berbenah untuk berperang pada AEC 2015. Pemerintah, swasta, rakyat harus bahu membahu mewujudkan Indonesia yang mandiri dan bebas dari segala bentuk penjajahan dalam bidang apapun terutama untuk saat ini bidang ekonomi.Apa yang harus kita lakukan? Beberapa solusi yang ditawarkan untuk menghadapi AEC 2015 di antaranya adalah :1. Mengubah mindset konsumtif menjadi produktif sehingga kita bisa mengurangi pengeluaran dan memperbesar pemasukan bagi negara kita.2. Meningkatkan Competitiveness produk yang akan berpengaruh pada ketertarikan konsumen akan produk yang kita hasilkan dengan kualitas terjamin dan harga yang terjangkau.3. Diversifikasi dan peningkatan nilai tambah bahan baku dari sumber daya alam yang melimpah menjadi produk berorientasi ekspor.4. Meningkatkan Competitiveness sumber daya manusia karena kunci dari kemajuan bangsa adalah bukan karena kekayaan alamnya melainkan SDM yang ada di dalamnya.5. Mempersiapkan lulusan perguruan tinggi yang mampu berkompetisi minimal di tingkat ASEAN (kedepan semua profesi harus memiliki sertifikasi tingkat ASEAN) dan tiap tenaga profesional memiliki semangat yang tinggi.6. Mengubah mindset pegawai menjadi entrepreneur (pengusaha) sehingga diharapkan akan muncul pengusaha-pengusaha baru yang dapat menciptakan lapangan kerja dan memenuhi kebutuhan masyarakat indonesia secara mandiri sehingga tidak bergantung terhadap negara lain.Tentunya kemajuan sebuah bangsa tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah semata akan tetapi merupakan tanggungjawab seluruh elemen bangsa, sehingga sudah saatnya semua bersatu saling bahu membahu berjuang untuk memajukan bangsa sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing.Antara masing-masing pribadi, organisasi kemasyarakatan, lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta dan pemerintah harus saling bersinergi dan bersepakat untuk berjuang memajukan Indonesia. Perubahan harus dimulai dari masing-masing individu dilanjutkan pada tingkat masyarakat desa, kecamatan, kota/kabupaten, provinsi.Akhirnya jika semua terus berbenah dan memperbaiki diri hasil dari akumulasi perbaikan tersebut pasti akan berpengaruh pada negeri kita yang akan semakin baik pula. Semoga dengan niat yang baik dan usaha yang benar semua tujuan baik itu akan tercapai yaitu negara kita akan menjadi negara yang berdaulat, adil dan sejahtera.http://web.inilah.com/read/detail/2073441/menyongsong-aec-2015-sudah-siapkah-kita#.VBFkuNdi4Rt

Peran Mahasiswa untuk Indonesia dalam Asean Economic Community (AEC) 2015Oleh :Retno Pusalia (1206008)KELOMPOK STUDI DAN PENELITIAN EKONOMIFAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS JEMBERNOVEMBER 2013Peran Mahasiswa untuk Indonesia dalam Asean Economic Community (AEC) 2015Retno PusaliaFakultas EkonomiUniversitas JemberAbstrak: menganalisa bagaimana peran mahasiswa untuk Indonesia dalam Asean Economic Community (AEC) 2015. Pendekatan kualitatif dengan metode analisa deskriptif menunjukkan bahwa peran yang dapat dimainkan oleh mahasiswa Indonesia dalam AEC diantaranya adalah dengan melakukan penelitian. Mahasiswa Indonesia harus mampu bersaing dengan mahasiswa dari negara ASEAN lain yaitu dengan meningkatkan kemampuan soft skill maupun hard skill sehingga di samping bersaing juga dapat berkolaborasi dalam AEC sebagai wujud peran dari akademisi.Kata Kunci : Mahasiswa, AEC.Latar BelakangMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Mahasiswa ialah orang yang belajar di perguruan tinggi. disebut sebagai Mahasiswa bukan lagi sebagai siswa yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas maupun sekolah menengah pertama secara langsung mahasiswa dianggap orang yang paling tinggi tingkatannya dibandingkan dengan siswa siswa yang lain. Tidak berhenti sampai disitu, saat ini sering kita saksikan di layar kaca mengenai aksi aksi mahasiswa yang saling beradu pendapat untuk memberikan argumen mereka terhadap segala hal yang terjadi di kehidupan nyata terutama yang menyangkut bangsa Indonesia atau segala hal yang berhubungan dengan kemajuan peradaban manusia yang semakin berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini tentu saja tidak dapat dipandang sebelah mata mengingat mengapa mahasiswa yang ditunjuk sebagai pelaku adu argumen. Bukan hanya semata semata untuk mengukur seberapa luas wawasan mahasiswa sebagai seorang mahasiswa namun secara tidak langsung tayangan debat antar mahasiswa dapat digunakan sebagai acuan atau sebagai referensi bagi pemerintah ketika akan memutuskan suatu hal. Argumen argumen mahasiswa bukan hanya dari hasil pemikiran yang tanpa dasar yang jelas namun melainkan pendapat pendapat tersebut terlahir akibat dari adanya sumber sumber informasi yang menyebabkan perubahan pola pikir pada mahasiswa. Memang pada dasarnya tugas seorang mahasiswa adalah belajar dan mengerjakan tugas dai dosen, akan tetapi disisi lain mahasiswa juga turut berperan dalam kehidupan masyarakat. Mahasiswa sebagai elemen pemuda memiliki posisi, potensi, dan peran khusus di dalam masyarakat. Mahasiswa kerap pula digadang-gadangkan sebagai agen perubahan (agent of social change). Tentu saja bukan atribut tanpa makna. Gelar yang disandang mahasiswa ini membawa konsekuensi serius dalam kehidupan bermasyarakat. Mahasiswa dalam perspektif masyarakat adalah kaum terdidik yang mampu menjadi motorik (penggagas sekaligus penggerak) perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat. Maka dengan demikian, pengharapan masyarakat akan kontribusi nyata mahasiswa begitu besar (CyberlightZone: 2012). Peran mahasiswa dalam kehidupan masyarakat bukan hanya sekedar dalam aspek sosial yang menjadi penggerak perubahan kehidupan sosial akan tetapi mahasiswa juga turut berperan dalam perputaran aspek ekonomi termasuk dalam AEC atau Asean Economic Community yang akan digelar pada 2015 mendatang. Ini berarti AEC akan digelar dua tahun dari sekarang.Bukanlah hal yang dapat dianggap remeh karena ASEAN economic community (AEC) tahun 2015 merupakan suatu program bagi negara- negara ASEAN untuk lebih meningkatkan kualitas ekonomi khususnya perdagangan agar menjadi sebuah akses yang lebih mudah seperti menerapkan penghapusan bea masuk (Free Trade Area) untuk mewujudkan sebuah single market (Suteja: 2013).Dua tahun dari sekarang, Asean Economic Comunity (AEC) siap untuk dijalankan pada tahun 2015 tepatnya bulan Desember di kawasan negara negara ASEAN meliputi Indonesia, Malaysia, Philiphina, Brunei Darussalam, Singapore, Thailand, Vietnam, Myanmar, Laos dan Kamboja serta Timor Leste. ASEAN Economic Community (AEC) 2015 adalah komunitasnegara-negara di kawasan Asia Tenggara yang bergabung demi terwujudnya ekonomi yang terintegrasi (Anya: 2013). Konsep utama dari ASEAN Economic Community adalah menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi dimana terjadi free flow atas barang, jasa, faktor produksi, investasi dan modal serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN yang kemudian diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi diantara negara-negara anggotanya melalui sejumlah kerjasama yang saling menguntungkan. Kehadiran ASEAN Economic Community bisa membantu ketidakberdayaan negara-negara ASEAN dalam persaingan global ekonomi dunia yaitu dengan membentuk pasar tunggal yang berbasis di kawasan Asia Tenggara. Liberalisasi di bidang jasa yang menyangkut sumber daya manusia mungkin akan tampak terlihat jelas karena menyangkut tentang penempatan tenaga terampil dan tenaga tidak terampil dalam mendukung perekonomian negara. Namun, yang paling banyak berpengaruh dan sangat ditekan dalam ASEAN Economic Community adalah tenaga kerja terampil (Diah: 2013).Untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan dalam AEC bukanlah hal yang mudah meskipun tiap negara sudah mempunyai komoditi komoditi andalan yang siap diluncurkan, namun yang paling mendasar adalah kesiapan sumber daya manusia itu sendiri yang berperan paling penting karena sebagai pelaku dari AEC. Sementara, Lodofitus Dando memaparkan, hasil penelitian PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) menyebutkan bahwa kemajuan sebuah bangsa 90% ditentukan oleh SDM dan 10% oleh SDA. Indonesia memiliki SDA yang melimpah, tapi kalau SDM-nya minim itu tidak berarti (Inspirasi:2013). Pengembangan sumber daya manusia manusia tidaklah semudah membalikkan telapak tangan mengingat jumlah penduduk Indonesia berjumlah kurang lebih sekitar 150 juta jiwa lebih. Dari jumlah tersebut semua kalangan masyarakat dari berbagi lapisan akan turut andil dalam Asean Economic Community. Berbagai peran akan di perankan oleh masing masing bagian tidak terkecuali mahasiswa. Jumlah mahasiswa Indonesia saat ini baru 4,8 juta orang. Bila dihitung terhadap populasi penduduk berusia 19-24 tahun, maka angka partisipasi kasarnya baru 18,4 persen. Adapun bila dihitung terhadap populasi usia 19-30 tahun, angka partisipasi kasarnya baru 23 persen. Jumlah ini masih tertinggal dibandingkan negara-negara maju. Menurut Mendiknas, APK 30 persen artinya, 30 persen dari penduduk berusia 19-23 tahun bisa menikmati bangku perguruan tinggi. Ia mengatakan, dengan APK 30 persen itu kualitas bangsa akan meningkat dan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih baik dari angka sekarang yang mencapai 6 persen, Bahkan, pada 2045 mendatang Indonesia bisa meraih pendapatan per kapita 46.900 dollar AS. Pendidikan merupakan mesin mobilitas vertikal sosial ekonomi dan budaya, kata Nuh. ( Harjono : 2011). Hal ini berarti mahasiswa mempunyai peran dalam meningkatkan ekonomi Indonesia yang lebih baik termasuk dalam AEC 2015. Oleh karena ini paper ini akan membahas mengenai peran mahasiswa dalam AEC atau Asean Economic Community 2015.Rumusan Masalah Bagaimana peran mahasiswa untuk Indonesia dalam Asean Economic Community (AEC ) 2015 ?Tujuan Penelitian 1. Mengetahui informasi mengenai Asean Economic comunity (AEC).2. Mengetahui dan memahami bagaimana mahasiswa dapat berperan dalam Asean Economic Community (AEC) untuk Indonesia.Manfaat Penelitian 1. Bagi masyarakat umum , dengan adanya penelitian ini dapat mengetahui informasi mengenai AEC dan diharapkan mampu berpartisipsi dalam AEC guna untuk meningkatkan kualitas dan kemajuan ekonomi bagi Indonesia.2. Bagi pelajar atapun mahasiswa, penelitian ini dapat djadikan acuan dan pacuan untuk selalu meningkatkan kualitas belajar dan pemikiran yang kritis sehingga mampu bersaing dengan negara negara lain untuk memajukan nama Indonesia, selain itu mahasiswa diharapkan dapat menyadari perannya dalam AEC.3. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan acuan untuk membangun kualitas pendidikan yang lebih baik untuk Indonesia lebih baik.Tinjauan PustakaMahasiswa IndonesiaJumlah mahasiswa Indonesia saat ini baru 4,8 juta orang. Bila dihitung terhadap populasi penduduk berusia 19-24 tahun, maka angka partisipasi kasarnya baru 18,4 persen. Adapun bila dihitung terhadap populasi usia 19-30 tahun, angka partisipasi kasarnya baru 23 persen. Jumlah ini masih tertinggal dibandingkan negara-negara maju.Karena itu Indonesia menargetkan bisa mencapai angka partisipasi kasar (APK) mahasiswa 30 persen pada 2014, kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh dalam sambutan tertulisnya saat Kongres. Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Selandia Baru di Wellington, Selandia Baru (Harijono:2011).Muhaimin mengakui saat ini masih ada kelemahan pada sistem pendidikan di tanah air yaitu yaitu belum adanya link and match kompetensi keluaran pendidikan dan pelatihan (diklat) dengan dunia kerja yang disebabkan oleh sistem diklat yang ada belum secara optimal bersinergi dengan pasar kerja, pesatnya perkembangan teknologi dan kompleksitas dunia modern yang menuntut ketrampilan spesifik dalam bekerja. Seharusnya semua aspek tersebut saling bersinergi yaitu dengan dunia pendidikan berperan dalam memberikan pengetahuan dan dunia pelatihan mengembangkan kompetensi individu yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Muhaimin meminta agar mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi memiliki bekal berupa hard skills seperti ilmu pengetahuan dan teknologi serta soft skills seperti kemampuan berkomunikasi baik lisan, tulisan, maupun gambar, kemampuan bekerja secara mandiri dan di dalam tim, kemampuan berlogika dan kemampuan menganalisis yang memadai. Saat ini, tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,92 persen atau 7,17 juta orang dari jumlah angkatan kerja di Indonesia yang mencapai 121,2 juta orang (Badan Pusat Statistik, Februari 2013). Dari jumlah tersebut, sebanyak 360 ribu orang atau 5 persen pengangguran merupakan sarjana atau lulusan universitas (Sumbar:2013).Asean Economic Community (AEC)ASEAN economic community (AEC) tahun 2015 merupakan suatu program bagi negara- negara ASEAN untuk lebih meningkatkan kualitas ekonomi khususnya perdagangan agar menjadi sebuah akses yang lebih mudah seperti menerapkan penghapusan bea masuk ( Free Trade Area) untuk mewujudkan sebuah single market (Rimah:2013).KawasanAECdiarahkan menjadi suatu kawasan yang kompetitif secara ekonomi dengan tingkat kemajuan yang merata serta terintegrasi penuh ke sistim ekonomi global. Dalam artian perdagangan ini berarti semua barang dapat diperdagangkan dari satu negara ke negara lain di kawasan ASEAN tanpatariff bea sama sekali. Setiap pengusaha dapat menanamkan modalnya dimana saja dan bahkan menjadi penguasa mayoritas saham di perusahaan manapun di kawasan tersebut (Lolok:2012).Konsep utama dari ASEAN Economic Community adalah menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi dimana terjadi free flow atas barang, jasa, faktor produksi, investasi dan modal serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN yang kemudian diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi diantara negara-negara anggotanya melalui sejumlah kerjasama yang saling menguntungkan. Kehadiran ASEAN Economic Community bisa membantu ketidakberdayaan negara-negara ASEAN dalam persaingan global ekonomi dunia yaitu dengan membentuk pasar tunggal yang berbasis di kawasan Asia Tenggara. Liberalisasi di bidang jasa yang menyangkut sumber daya manusia mungkin akan tampak terlihat jelas karena menyangkut tentang penempatan tenaga terampil dan tenaga tidak terampil dalam mendukung perekonomian negara. Namun, yang paling banyak berpengaruh dan sangat ditekan dalam ASEAN Economic Community adalah tenaga kerja terampil (Diah:2013).AEC envisages the following key characteristics: (a) a single market and production base, (b) a highly competitive economic region, (c) a region of equitable economic development, and (d) a region fully integrated into the global economy. The AEC areas of cooperation include human resources development and capacity building; recognition of professional qualifications; closer consultation on macroeconomic and financial policies; trade financing measures; enhanced infrastructure and communications connectivity; development of electronic transactions through e-ASEAN; integrating industries across the region to promote regional sourcing; and enhancing private sector involvement for the building of the AEC. In short, the AEC will transform ASEAN into a region with free movement of goods, services, investment, skilled labour, and freer flow of capital (ASEAN, 2012).Peran Mahasiswa untuk Indonesia dalam Asean Economic Community (AEC)Corazon G azano, selaku dosen University of San Carlos, Phipina dalam International Conference , Directions and Strategies Response to Asean Economic Community 2015 menyebutkan bahwa peran akademik dalam AEC adalah dengan melakukan penelitian.Prof. Jerry Courvisanos, guru besar University of Ballarat, Australia dalam International Conference, Directions and Strategies Response to Asean Economic Community 2015 mengatakan bahwa dalam menanggapi AEC adalah bukan dengan persaingan melainkan dengan kolaborasi.Kemampuanmereka dilihat dari aspek intelektualitas, kecerdasan dan penguasaan wawasan keilmuan. Ilmu dan wawasan yang dimiliki selain akan memperluas cakrawala pandangan, juga memberikan bekal teoritis maupun praktis dalam pemecahan masalah. Seorang mahasiswa akan dapat dengan mudah menyelesaikan masalah yang ada yang pada masa dahulu pernah ditemui manusia dan dirumuskan dalam berbagai teori pemecahannya. Atau, jika hal yang ada belum pernah ditemui sebelumnya, maka mereka sudah memiliki bekal yang metodologis dan sistematis tentang bagaimana cara menemukan pemecahan problem-problem yang ada. Tiada lain dengan riset, baik riset di bidang eksak maupun noneksak (Ojan:2012)Ditanya tentang keyakinan pemerintah dalam menghadapi persaingan di ASEAN, Edi menyatakan keyakinannya. Edi melihat bahwa modal bangsa Indonesia sekarang ada pada generasi muda. Dia melihat mahasiswa sekarang berbeda. Keterlibatan mereka dalam berbagai masalah, terutama ekonomi, cukup tinggi (Inspirasi:2013).Lulusan perguruan tinggi harus melengkapi dirinya dengan keterampilan dan kompetensi kerja yang siap pakai. SDM Indonesia yang berkualitas, kompeten dan berdaya saing tinggi merupakan syarat wajib agar bisa bersaing secara sehat dengan tenaga kerja dari negara-negara lain, kata Menakertrans( Sumbar:2013).Pakde Karwo,sapaan akrab Gubernur Jatim itu mengatakan, Jawa Timur dan mahasiswa sebagai ujung tombak pembangunan harus siap menyongsong AEC. Ia mengatakan menghadapi AEC jangan sampai gamang dan takut. Ini karena Indonesia sudah terbukti bisa menghadapi berbagai krisis. Semua pihak termasuk BEM harus bekerjasama , bersinergi dan bersatu agar Indonesia tidak menjadi pasar bagi negara-negara Asean. Apabila semua berusaha, pasti ada kesempatan untuk menangkap peluang di tengah ancaman asalkan mempunyai kemampuan, potensi, dan kreatifitas, ucapnya (Kornus:2013).Mahasiswa sebagai pucuk generasi muda merupakan ladang utama orang-orang yang mempunyai daya kreatif tinggi. Mahasiswa yang berilmu penggetahuan luas, menyukai hal-hal baru, bersemangat juang tinggi, berpikiran kritis, dan berkepedulian sosial tinggi, merupakan agen yang mampu mengembangkan perekonomian Indonesia dengan menciptakan lapangan pekerjaan. Mahasiswa yang telah berani berwirausaha membuktikan bahwa usaha yang dilakukan mereka dapat membuahkan hasil yang manis karena selain menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain, menambah pengalaman diri sendiri, juga dapat memotivasi mahasiswa lain untuk melakukan hal yang serupa (Astuti:2011).Mahasiswa sebagai pemikir bangsa berperan untuk memberikan solusi bagi kedaulatan bangsa dan negaradi bidang ekonomi. Mahasiswa sebagai elemen bangsa dengan potensi pemikirannya besar sekali peran dan fungsinya, misalnya dengan mengadakan penelitian-penelitian, membuat karya tulis di berbagai media, atau seminar-seminar dalam rangka mencari solusi bagi bangsa dan negara untuk menuju bangsa yang berdaulat di bidang ekonomi (Urwatul:2013).Metode PenelitianMetode Penelitian Paper ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang dikembangkan berdasarkan hasil penelitian di lapangan, secara langsung peneliti melakukan penelitian kepada sumber data/responden. Hasil yang diperoleh dalam metode penelitian kualitatif ini akan berupa dokumen-dokumen, baik dokumen pribadi peneliti, catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden, dll. Analisis dilakukan sejak awal hingga akhir penelitian (Burhanuddin:2013).Jenis dan Sumber DataPaper ini menggunakan jenis data sekunder yaitu jenis data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara seperti internet, buku, koran, majalah dan media lainnya.Teknik Pengumpulan DataPenulis menggunakan teknikppengumpulan dta dengan cara kajian pustaka. Data yang diambil adalah data yang diperoleh dari artikel elektronik, dan website sesuai dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini.Jenis PenelitianMetode deskripsi analisis merupakan metode yang digunakan dalam paper ini yaitu dengan mengumpulkan, mempersiapkan, serta menganalisis data sehingga mendapatkan gambaran yang jelas mengenai masalah yang akan dibahas, dengan tujuan untuk mendskripsikan kejadian atau masalah secara runtut, sistematis, faktual dan juga terpercaya.PembahasanMenurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VI bagian ke empat pasal 19, Mahasiswa adalah sebuah sebutan akademis untuk siswa/murid yang telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya. Kata Maha berarti tinggi, paling, sementara Siswa berarti pelajar, subjek (bukan objek) pembelajaran. Begitu singkatnya bila diartikan secara harfiah. Sehingga dalam pengertian dari segi bahasa, Mahasiswa lebih kurang berarti pelajar yang tinggi (dalam hal ilmu) atau pelajar yang telah mencapai jenjang pendidikan tinggi (Universitas) (Cyberlight:2012). Mahasiswa sebagai agent of change (pelaku perubahan) dituntut untuk dapat memberikan perubahan yang positif bagi lingkungannya (Arshad:2010). Gelar yang disandang mahasiswa ini membawa konsekuensi serius dalam kehidupan bermasyarakat. Mahasiswa dalam perspektif masyarakat adalah kaum terdidik yang mampu menjadi motorik (penggagas sekaligus penggerak) perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat. Maka dengan demikian, pengharapan masyarakat akan kontribusi nyata mahasiswa begitu besar.Menyoal kontribusi mahasiswa dalam masyarakat, mahasiswa mengenal apa yang disebut sebagai Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri dari pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Pembelajaran memang menjadi konsekuensi logis dari seorang pelajar. Sementara penelitian dilakukan untuk melengkapi proses pembelajaran itu sendiri. Sedangkan pengabdian masyarakat adalah akumulasi dari proses pembelajaran dan penelitian yang bersifat aplikatif (Cyberlight:2012). Sebagai salah satu kelompok sosial yang merupakan bagian dari masyarakat, mahasiswa berperan sebagai kontrol sosial dan menjadi golongan masyarakat yang memberikan perubahan. Di dalam civil society, mahasiswa harus memberikan peranan yang adil, egaliter, beretika, aspiratif-partisipatif, dan nonhegemonik. Intinya kekuatan mahasiswa terletak pada ide, pemikiran, dan gagasannya (Bpm:2013).Sebagai seorang mahasiswa belajar adalah hal umum yang wajib dilakukan sebagai wujud dari tanggungjawab sebagai seorang mahasiswa yang dianggap dalam level paling tinggi diantara gelar pelajar. Namun di sisi lain, kenyataannya peran mahasiswa tidak berhenti hanya sebagai pelajar yang mempunyai gelar tinggi akan tetapi mahasiswa mempunyai banyak peran dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan beragama. Diantaranya adalah peran dalam ekonomi. Mahasiswa dianggap sebagai orang atau pemuda pemudi yang masih mempunyai daya pikir yang inovatif, kreatif dan kritis yang pada umumnya bersemangat dalam mencetuskan ide ide baru baik untuk diri mereka sendiri maupun bagi oranglain ataupun masyarakat umum. Tidak dapat dipungkiri bahwa ide ide mahasiswa dapat berpengaruh pada pola pikir masyarakat yang pada akhirnya mampu membawa perubahan dalam aspek sosial, budaya, maupun politik. Bukan hanya itu, adanya aktivis-aktivis kampus yang kritis juga mampu membawa perubahan terhadap ekonomi. Dengan keberanian mereka untuk menyampaikan aspirasinya melalui aksi demonstrasi, secara langsung maupun secara tidak langsung mampu memberikan angin segar terhadap pemerintah dalam mengambil maupun membuat keputusan bagi rakyat luas. Meskipun tidak jarang para aktivis atau demonstrasi mahasiswa dianggap hanya membuang buang tenaga dan pikiran saja. Namun hal itu tidak menyurutkan mahasiswa untuk terus memperjuangkan aspirasinya dengan harapan aspirasi tersebut dapat berguna bagi khalayak luas. Misalkan saja seperti kasus korupsi, dengan banyaknya aktivis aktivis yang melakukan demonstrasi agar koruptor segera ditangkap dan dirumahkan, baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan ide kepada pemerintah untuk menciptakan suatu lembaga yang dapat menangani kasus korupsi seperti KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi).Jika dilihat dari aspek ekonomi mahasiswa juga turut berperan di dalamnya tidak terkecuali dalam AEC atau Asean Economic Community yang rencananya menurut blueprint akan dilaksanakan pada bulan Desember 2015 mendatang. Banyak persiapan yang dilakukan setiap negara di ASEAN guna menyambut pergelaran pasar bebas di antara masyarakat ASEAN. Semua bersaing untuk mendapatkan apa yang diinginkan karena akan tidak ada lagi sekat pembatas antara satu negara dengan negara yang lain. Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang melimpah akan tidak berarti jika tidak dibarengi dengan sumber daya manusia yang mamadai karena bagaimanapun SDM adalah sebagai pelaku dan pengolah dari SDA. Salah satu SDM Indonesia adalah para akademisi termasuk mahasiswa.Peran yang bisa dimainkan oleh mahasiswa dalam AEC guna menunjang Indonesia diantaranya dengan melakukan penelitian. Dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Indonesia akan dapat membantu pemerintah maupun masyarakat umum baik kalangan pebisnis yang mempunyai andil cukup besar dalam perekonomian AEC maupun bagi masyarakat umum Indonesia untuk mengetahui hal apa saja yang perlu dibenahi baik itu infrastruktur maupun suprastruktur. Penelitian akan sangat bermanfaat bagi pemerintah karena adanya keterbatasan waktu yang menyebabkan pemeritah tidak detail atau belum mampu secara rinci mengetahui apa yang diperlukan oleh rakyat dalam menghadapi AEC terutama bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah akan sangat terbantu karena penelitian merupakan research yang berarti mencari kembali baik itu hal hal baru maupun hal hal lama yang asih perlu dikaji ulang. Kemampuanmereka dilihat dari aspek intelektualitas, kecerdasan dan penguasaan wawasan keilmuan. Ilmu dan wawasan yang dimiliki selain akan memperluas cakrawala pandangan, juga memberikan bekal teoritis maupun praktis dalam pemecahan masalah. Seorang mahasiswa akan dapat dengan mudah menyelesaikan masalah yang ada yang pada masa dahulu pernah ditemui manusia dan dirumuskan dalam berbagai teori pemecahannya. Atau, jika hal yang ada belum pernah ditemui sebelumnya, maka mereka sudah memiliki bekal yang metodologis dan sistematis tentang bagaimana cara menemukan pemecahan problem-problem yang ada. Tiada lain dengan riset, baik riset di bidang eksak maupun noneksak (Ojan:2011).Dalam hal ini khususnya bidang ekonomi yang akan berdampak pada semua bidang temasuk bidang sosial, politik, dan budaya. Penelitian berfungsi untuk menemukan hal hal yang baru, karenanya dengan adanya penelitian diharapkan mampu menemukan hal hal baru yang bekaitan dengan hajat hidup khalayak luas sehingga akan bermanfaat bagi bangsa, agama, dan dunia.Selanjutnya dengan adanya AEC mahasiswa Indonesia dituntut untuk mampu bersaing dengan kualitas mahasiswa dari berbagai negara lain yang kualitas mereka lebih unggul dalam hal akademik dibandingkan dengan mahasiswa Indonesia. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar meminta mahasiswa dan mahasiswi yang belum lulus untuk dapat memanfaatkan masa kuliah untuk mempersiapkan diri menghadapi diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (ASEAN Economic Community/AEC) pada tahun 2015. Lulusan perguruan tinggi harus melengkapi dirinya dengan keterampilan dan kompetensi kerja yang siap pakai. SDM Indonesia yang berkualitas, kompeten dan berdaya saing tinggi merupakan syarat wajib agar bisa bersaing secara sehat dengan tenaga kerja dari negara-negara lain, kata Menakertrans di Jakarta, Selasa. Bila tidak sedini mungkin mempersiapkan diri, dikhawatirkan lulusan perguruan tinggi di Indonesia bakal kesulitan untuk berkompetisi mencari pekerjaan yang layak dengan lulusan pendidikan dari negara-negara Asean lainnya. Muhaimin meminta agar mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi memiliki bekal berupa hard skills seperti ilmu pengetahuan dan teknologi serta soft skills seperti kemampuan berkomunikasi baik lisan, tulisan, maupun gambar, kemampuan bekerja secara mandiri dan di dalam tim, kemampuan berlogika dan kemampuan menganalisis yang memadai (Sumbar:2013).Mahasiswa sebagai pelopor di dalam menjaga kedaulatan bangsa dan negara di bidang ekonomi. Mahasiswa menjadi elemen bangsa di garda paling depan dengan memulai dari para mahasiswa sendiri untuk mempraktikkan konsep-konsep mejaga kedaulatan bangsa di bidang ekonomi. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan menciptakan wirausahawan muda, kreatif, dan berdaya saing. Dan pengembangan kewirausahaan bagi pemuda dan generasi mendatang agar memiliki pola pikir baru, sikap baru, dan kemampuan prima (Urwatul:2013). Orang-orang yang mempunyai daya kreatif tinggi adalah orang-orang yang berani mengeluarkan ide-ide luar biasa, orisinil, dan bertanggung jawab terhadap risiko yang akan muncul dari ide-idenya. Mahasiswa sebagai pucuk generasi muda merupakan ladang utama orang-orang yang mempunyai daya kreatif tinggi. Mahasiswa yang berilmu penggetahuan luas, menyukai hal-hal baru, bersemangat juang tinggi, berpikiran kritis, dan berkepedulian sosial tinggi, merupakan agen yang mampu mengembangkan perekonomian Indonesia dengan menciptakan lapangan pekerjaan. Mahasiswa yang telah berani berwirausaha membuktikan bahwa usaha yang dilakukan mereka dapat membuahkan hasil yang manis karena selain menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain, menambah pengalaman diri sendiri, juga dapat memotivasi mahasiswa lain untuk melakukan hal yang serupa. Dapat dibayangkan jika banyak mahasiswa yang kreatif berwirausaha maka menjadi suatu hal yang sangat mungkin tingkat pengangguran di Indonesia akan turun dan perekonomian akan berkembang dengan baik (Astuti:2011). Mahasiswa dengan daya pikir yang kreatif, inovatif, dan kritis serta dengan ide ide baru akan mampu melakukan peran mereka dalam semua aspek kehidupan tidak terkecuali AEC. Dalam menyongsong AEC peran aktif mahasiswa sangat dibutuhkan untuk kemajuan dan kelangsungan hidup Indonesia di mata ASEAN maupun dunia.Penutup Disebut sebagai mahasiswa karena merupakan tingkatan tertinggi dari gelar yang disandang dalam dunia pendidikan. sebagai genersi penerus bangsa mahasiswa harus mampu melakukan perannya dalam berbagai aspek termasuk aspek ekonomi. Aspek ekonomi adaah penting dalam kehidupan suatu bangsa karena dengan adanya ekonomi bangsa yang baik maka akan mampu menyejahterakan masyarakat serta akan berdampak pada aspek-aspek yang lain seperti pendidikan, sosial, budaya dan politik.AEC atau Asean Economic Community adalah komunitas antar negara negara di ASEAN yang mempunyai tujuan ingin membangun perekonomian ASEAN lebih baik lagi. Dengan adanya AEC banyak pihak yang akan ikut andil di dalamnya tidak terkecuali mahasiswa.Sebagai mahasiswa yang mempunyai peran dalam pembangunan bangsa, juga mempunyai peran dalam AEC. Mahasiswa dapat melakukan riset atau penelitan yang akan mempuyai banyak manfaat bukan hanya bagi diri sendiri melainkan juga pemerintah maupun masyarakat luas. Dengan adanya penelitian baik dalam bidang exact maupun sosial akan mampu memberikan manfaat serta terobosan baru terhadap apa yang harus dilakukan, terutama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang masih tertinggal dari negara ASEAN lain seperti Singapura dan Malaysia maupun mengetahui dan memahami apa yang harus dibenahi oleh pemerintah maupun masyarakat itu sendiri.Selain itu mahasiswa juga dapat berperan aktif sebagai wirausaha muda yang memiliki daya pikir kreatif, inovatif dan kritis sehingga akan mampu bersaing dengan mahasiswa dari negara ASEAN lain. Di samping itu dengan berwirausaha akan menciptakan lapangan pekerjaan baru dan akan menanamkan pada setiap pribadi untuk menjadi job creator bukan job seeker sehingga akan mampu menciptakan produk produk baru yang inovatif dan mempunyai daya guna tinggi bagi masyarakat luas.Di sisi lain sebagai mahasiswa yang diharuskan mampu berkompetisi dengan mahasiswa dari negara lain dalam hal kualitas, mahasiswa Indonesia juga dapat melakukan kolaborasi dengan mahasiswa lain baik dalam riset untuk ASEAN maupun riset dalam hal lain sehingga dalam AEC bukan hanya persaingan yang diutamakan untuk merebut pasar akan tetapi juga berkolaborasi bagaimana dapat membangun kualitas SDM ASEAN yang lebih baik.http://retnopusalia.wordpress.com/2013/11/14/peran-mahasiswa-untuk-indonesia-dalam-asean-economic-community-aec-2015/

Asketisme Pemuda Menghadapi Pasar Asean

Saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan berat. Salah satunya posisi daya saing Indonesia yang kembali turun. Dalam laporan The Global Competitiveness Index 2012-2013, Indonesia menempati posisi ke-50 dari 144 negara di dunia dengan skor 4,4, atau turun 4 level dari tahun lalu yang berada di posisi 46. Data ini selaras dengan realitas sumber daya manusia khususnya pemuda. Posisi pemuda sebagian besar banyak mengalami stagnasi dan distorsi akibat disoreintasi. Pemuda kehilangan elan vitalnya sebagai salah satu agent of change bagi kebangkitan bangsa. Saat ini pula mereka buta akan realitas sosial yang ada, ditambah dengan perilaku individualis, pragmatis, hedonis dan konsumtif yang menyebabkan menurunnya citra daya saing pemuda sebagai tonggak inovasi dan kedigdayaan suatu bangsa.Sungguh ironis, di kawasan ASEAN saja, daya saing Indonesia sendiri berada pada posisi ke 40, lebih baik dari Filipina di urutan 59 dan Vietnam dengan rating 70, Laos 81, Kamboja 88 atau Myanmar di posisi 139. Indonesia masih berada di bawah Thailand dengan rating 37, Brunei Darussalam di posisi 26, dan Malaysia di peringkat ke 24. Data ini menunjukan posisi tawar daya saing Indonesia sedikit mengkhawatirkan dibandingkan dengan negara tetangga. Betapa bangsa besar ini masih kurang kompetitif dibandingkan dengan negara tetangga yang secara defacto sumber daya alam sedikit.Daya saing yang kurang progresif dan malahan dicederai dengan ketidakmerataan kreatifitas pemuda di semua level tingkatan pendidikan. Cukup mengkhawatirkan bagi sebagian kalangan intelektual muda yang notabebe yang sering mendengungkan gerakan inovasi dan kreasi. Padahal kelihatannya bangsa ini punya kesempatan emas untuk terus bangkit dibandingkan negara tetangga. Kita bisa menengok data BPS, tahun 2013 lalu jumlah pemuda mencapai 62,6 juta orang, atau rata-rata 25 persen dari proporsi jumlah penduduk secara keseluruhan. Berkaca pada data tersebut, kekuatan daya saing pemuda memegang peran penting dan strategis membawa arah perjalanan bangsa, termasuk dalam menghadapi peluang MEA 2015 yang sudah di depan mata. Pemuda dapat bertindak nyata dan menjadi faktor kebangkitan bangsa. Sayangnya, dari sejumlah indikator, daya saing pemuda belum menunjukkan potensi yang sebenarnya.Setidaknya saat ini rakyat Indonesia kehilangan uang sekira USD116 Miliar atau setara Rp1.160 triliun setiap tahunnya. Pendapatan negara yang hilang itu berasal dari sektor industri dan sumber daya alam, sehingga saat ini Indonesia menghadapi situasi dari gejala negeri yang semakin lemah. Bukan itu saja, gejala akut disorientasi terus menghantui masa depan pemuda. Seperti diketahui, proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pada tahun 2013 jumlah pemuda mencapai 62,6 juta orang. Ini artinya, rata-rata jumlah pemuda 25 persen dari proporsi jumlah penduduk secara keseluruhan. Berkaca pada data tersebut, kaum muda memegang peran penting dan strategis membawa arah perjalanan bangsa.

Langkah StrategisDalam menghadapi MEA 2015, amat penting bagi pemuda untuk memfokuskan diri pada aspek-aspek fundamental dan kronis tersebut. Sebab aspek-aspek tersebut berkontribusi dominan terhadap daya saing Indonesia menghadapi semua hubungan ekonomi internasional. Menurut Daron Acemoglu dan James A. Robinson dalam bukunya Why Nations Faill (2012), sebuah negara berpotensi menjadi negara gagal akibat salah dalam pengambilan kebijakan, yakni ketika gagal dalam membangun institusi ekonominya. Para pengambil kebijakan harus ingat bahwa krisis di Uni Eropa dan Amerika Serikat juga terjadi akibat salah dalam mengambil kebijakan di masa lalu dan ketidakmampuan membaca perubahan situasi. Bukan tidak mungkin prediksi-prediksi manis tentang Indonesia di masa depan kandas akibat kesalahan perilaku pemimpin bangsa hari ini. Pemerintah perlu memperhatikan dengan seksama strategi pemenuhan kebutuhan pemuda dalam menghadapi MEA 2015.

Peran pemuda dalam menghadapi AEC 2015 sangat dibutuhkan mengingat bahwa pemuda sebagai tonggak perubahan. Fokus terhadap pemuda mesti menjadi prioritas. Misalnya, bagaimana menekan angka pengangguran pemuda, menciptakan ide-ide kreatif agar para sarjana dapat semakin besar memiliki minat menjadi wirausaha serta mampu melakukan inovasi kebijakan lainnya. Berbagai tantangan di tingkat regional, seperti era Komunitas ASEAN 2015, misalnya, harus diantisipasi, bagaimana menyiapkan pemuda yang mampu bersaing dan jeli mengambil peluang pasar AEC 2015.

Salah satu upaya untuk memberdayakan pemuda Indonesia adalah dengan penanaman dan pengembangan jiwa kewirausahaan (entrepreneur skill). Diharapkan dengan penanaman entrepreneur skill sejak dini, pemuda Indonesia mampu mendongkrak perekonomian Indonesia di masa depan terutama dalam memasuki AEC 2015. Menghadapi berbagai tantangan di atas, kita menaruh harapan terhadap kaum muda sebagai pewaris masa depan. Intervensi kebijakan yang tepat bagi pemuda hari ini akan memberi dampak bukan hanya 20 atau 30 tahun ke depan, namun bisa memberikan pengaruh bagi satu generasi selanjutnya.

Perlunya pemuda memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan koperasi. Untuk merangsang pemuda untuk berkonstribusi dalam pemberdayaan UMKM dan koperasi salah satunya adalah diberikan kebebasan dalam berkreasi dan berinovasi, pemberian kredit selektif di mana kredit ini diberikan hanya kepada peminjam yang ingin berwirausaha, pemberian penghargaan kepada wirausaha muda, dan pemberian pelatihan kewirausahaan sejak dini.

Perlunya AsketismeAgar generasi baru pemuda dapat menentukan perbaikan negara di masa depan, diperlukan upaya serius untuk membangun karakter mereka. Salah satu karakter yang sangat penting ditanamkan adalah asketisme bagi pembentukan karakter pemuda. Asketisme bisa dibuat tameng yang akan dapat menjaga idealisme senantiasa bertahan di tengah-tengah godaan pragmatisme yang kian deras. Salah satu yang patut dievaluasi adalah persoalan pendidikan yang menjadi salah satu sarana yang sangat penting untuk menanamkan karakter kepemimpinan pemuda ke depan.Pendidikan kreatifitas ini bisa diberikan oleh lembaga-lembaga formal yang memang didesain fokus untuk itu, ataupun oleh lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan yang membawa misi transformasi nilai. Lembaga-lembaga tersebut harus memainkan peran untuk melakukan pembangunan kembali karakter kaum muda dengan karakter-karakter yang bersumber dari nilai-nilai luhur bangsa. Kelompok-kelompok idealis yang saat ini sangat minimalis, harus melakukan upaya konsisten untuk membangun karakter luhur itu, tanpa peduli pandangan mata sinis dan penuh keheranan.Dunia kreatifitas sangat diperlukan menyongsong AEC 2015. Apalagi perdagangan bebas tidak dapat dihindarkan lagi. Bila pemuda masih berpangku tangan untuk tidak melakukan inovasi apalagi kreasi, otomatis masa depan bangsa ini akan semakin terkubur hidup-hidup oleh negara tetangga yang sudah siap secara ide, praktik bahkan materi. Semoga pemuda makin sadar akan peran pentingnya bagi kemajuan bangsa ini.Sumber :Okezone.comhttp://www.andalsoftware.com/Layanan/Artikel/Berita/ArticleId/121/asketisme-pemuda-menghadapi-pasar-asean

GLOBALISASI MENUNTUT PEMUDA ASEAN UNTUK IKUT BERPERAN DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

Kita telah memasuki suatu era yang bernama globalisasi. Globalisasi merupakan suatu bentuk proses skala kehidupan yang multidimensional dari perwujudan lokal yang kemudian nasional ke sekala yang baru (internasional). Gagasan utama dari globalisasi ialah membuat dunia menjadi seragam dalam segala aspek, baik dalam aspek ekonomi, sosial, budaya maupun ilmu pengetahuan. Salah satu pengaruh dari adanya globalisasi ini adalah dengan banyak munculnya rezim internasional atau lembaga internasional.David Held dan Anthony MC Grew dalam Global Transformation (2001) membagi pandangan tentang globalisasi yakni salah satunya adalah pandangan tentang Hyperglobalist. Pandangan ini melihat sisi positif dari globaliasi, Bagi kaum hyperglobalist, globalisasi didefinisikan sebagai sejarah umat manusia dimana negara-bangsa berubah menjadi tidak lagi menjalankan fungsinya secara tradisional, dan akan menjadi unit-unit perdagangan dalam konteks ekonomi global. Kunci dari pemikiran ini adalah Kenichi Ohmae, dalam pemikirannnya ini ia melihat bahwa globalisasi adalah arena yang memberi peluang yang sama bagi semua negara untuk berkembang atau untuk tidak berkembang. Pandangan hyperglobalist ini juga percaya bahwa institusi-institusi internasional dalam bidang ekonomi maupun politik akan mampu mengatasi perbedaan setiap negara dan membawa ke arah pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih baik. Berangkat dari pemikiran/pandangan inilah ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN berupaya untuk kemudian mengatasi perbedaan setiap negara dengan membawa pertumbuhan ekonomi dunia ke arah yang lebih baik, terutama pada kawasan ASEAN. Konsep dari ASEAN Economic Community ini adalah menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi dimana terjadi free flow atas barang, jasa, faktor produksi, investasi, dan modal serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN yang kemudian diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi diantara negara-negara anggotanya melalui sejumlah kerjasama yang saling menguntungkan.AEC akan berlangsung pada tahun 2015 mendatang, ini berarti kurang-lebih 1 (satu) tahun lagi untuk menghadapinya. Oleh sebab itu perlu banyak pihak dalam menghadapi serta mensukseskan AEC ini, salah satu yang digadang-gadangkan sebagai pihak yang nantinya dapat membantu berjalannya AEC 2015 nanti adalah pemuda. Kemudian pemuda seperti apa yang dimaksud? pemuda yang dimaksud disini adalah para mahasiswa. Mahasiswa dianggap sebagai kaum terdidik yang mampu menjadi penggagas sekaligus penggerak perubahan dalam kehidupan sosial. Peran mahasiswa bukan hanya pada aspek sosial yang menjadi penggerak perubahan kehidupan sosial akan tetapi mahasiswa juga turut berperan dalam perputaran aspek ekonomi termasuk dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Bukan persaingan melainkan kolaborasilah yang bisa dilakukan dalam menghadapi AEC 2015 nanti. Kolaborasi yang dilakukan adalah kolaborasi antar pemuda se-Asia Tenggara yang menggunakan intelektualitasnya. Melalui intelektualitas ini yang dilihat tentunya adalah kecerdasan dan penguasaan wawasan keilmuan. Ilmu dan wawasan yang dimiliki selain akan memperluas cakrawala pandangan, juga memberikan bekal teoritis maupun praktis dalam pemecahan suatu masalah. Sebagai generasi muda, tentunya para pemuda ASEAN ini merupakan ladang utama orang-orang yang mempunyai daya kreatif tinggi. Pemuda yang berilmu penggetahuan luas menyukai hal-hal baru, bersemangat juang tinggi, berpikiran kritis, dan berkepedulian sosial yang tinggi, ini merupakan agen yang mampu mengembangkan perekonomian di negara-negara ASEAN. Pemuda (mahasiswa) yang telah berani berwirausaha membuktikan bahwa usaha yang dilakukan mereka dapat membuahkan hasil yang manis karena selain menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain, menambah pengalaman diri sendiri, juga dapat memotivasi para pemuda lain untuk melakukan hal yang sama. Sebagai elemen bangsa dengan potensi pemikirannya tentu besar sekali peran dan fungsinya, misalnya dengan mengadakan penelitian-penelitian, membuat karya tulis di berbagai media, atau seminar-seminar dalam rangka mencari solusi bagi bangsa dan negara untuk menuju kesuksean ASEAN Economic Community 2015.Dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh pemuda (mahasiswa) diharapkan mampu membantu pemerintah maupun masyarakat umum baik kalangan pebisnis yang mempunyai andil cukup besar dalam perekonomian AEC maupun bagi masyarakat umum ASEAN untuk mengetahui hal apa saja yang perlu dibenahi baik dari segi infrastruktur maupun suprastruktur. Penelitian ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi pemerintah itu sendiri karena adanya keterbatasan waktu yang menyebabkan pemeritah belum mampu secara rinci untuk mengetahui apa-apa saja yang diperlukan oleh masyarakat dalam menghadapi AEC terutama bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Selain itu nantinya pemuda juga akan menjadi pengontrol pemerintah dalam melakukan suatu kebijakan, selain itu pemuda diharapkan kemudian mampu untuk memberikan masukan-masukan dari atas penelitiannya itu terhadap pemerintah. Namun disini tentunya pemuda harus mempersiapkan semuanya sejak dini, bukan hanya hard skill tetapi soft skill sangat dibutuhkan sekali untuk menghadapi dunia baru, dunia globalisasi, ASEAN Economic Community.Penciptaan citra yang baik tentang AEC salah satunya sangat tergantung kepada penciptaan produk kreativitas dari generasi muda. Saling bekerjasama dengan sesama generasi muda dari seluruh negara Asia Tenggara dan menjalin persahabatan merupakah suatu hal yang efektif dalam bersama-sama menghadapi AEC. Salah satu bentuk adanya suatu kolaborasi adalah dengan adanya wadah yang memfasilitasi para pemuda ASEAN dalam memecahkan segala permasalahan yang ada. Dengan demikian mobilisasi para pemuda untuk kemudian melakukan kolaborasi akan menjadi lebih mudah. Sekarang bisa dilihat bahwa kemudian para pemuda sadar akan hal ini terbukti dengan banyak munculnya organisasi-organisasi atau NGO (Non-Governmental Organization) dalam melakukan suatu perubahan dan menjadi penggerak dalam memecahkan permasalahan secara bersama-sama yang tentunya NGO ini menjadi jembatan atau sebagai wadah untuk memfasilitasi para pemuda ASEAN dalam melakukan kolaborasi. Prioritas kerjasama di lingkungan ASEAN dititik beratkan kepada tiga unsur utama yaitu Youth Leadership, entrepreneurship, dan employability.Salah satu NGO yang bergerak dalam permasalahan yang ditemukan saat ini adalah Nusantara Young Leaders (NYLs). NGO ini merupakan organisasi pemuda se-ASEAN yang mewadahi potensi dari pemuda se-ASEAN yang bersama-sama berbagi solusi dari berbagai permasalahan yang ada di masing-masing negara ASEAN serta menyusun pergerakan yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan sesuai dengan kapasitas dan kemamampuan sebagai pemuda ASEAN. Ini merupakan hal yang sangat positif dari para pemuda ASEAN dalam menghadapi AEC 2015 nanti. Tentunya NYLs diharapkan mampu untuk membantu pemerintah dalam menghadapi ASEAN Economic Community beserta dengan elemen-elemen lainnya.

Nusantara Young Leaders

Dari apa yang telah dipaparkan diatas bahwasannya di era globalisasi menuntut kemudian adanya penyetaraan dalam segala aspek, baik dalam aspek ekonomi, sosial, budaya maupun ilmu pengetahuan. Adanya gelobalisasi ini sangat positif dimana dalam pandangan kaum hyperglobalist percaya bahwa institusi-institusi internasional dalam bidang ekonomi maupun politik akan mampu mengatasi perbedaan setiap negara dan membawa ke arah pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih baik. Pandangan ini kemudian menginisiasi para anggota ASEAN untuk kemudian membentuk ASEAN Economic Comunnity (AEC) dalam rangka mengatasi perbedaan setiap negara dengan membawa pertumbuhan ekonomi dunia ke arah yang lebih baik, terutama pada kawasan ASEAN. Dalam menghadai AEC 2015 peran pemuda sangat dibutuhkan, dimana pemuda (mahasiswa) dianggap sebagai kaum terdidik yang mampu menjadi penggagas sekaligus penggerak perubahan dalam kehidupan sosial. Peran mahasiswa bukan hanya pada aspek sosial yang menjadi penggerak perubahan kehidupan sosial akan tetapi mahasiswa juga turut berperan dalam perputaran aspek ekonomi termasuk dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dalam menghadapi AEC 2015 nanti yang diperlukan adalah kolaborasi antar pemuda ASEAN yang menggunakan intelektualitasnya. Dari kolaborasi inilah kemudian bersama-sama melakukan atau mencari solusi permasalahan dari setiap negara anggota ASEAN dalam menghadapi dan mensukseskan AEC 2015 nanti. Perlu adanya suatu wadah dalam melakukan kolaborasi ini, salah satunya adalah pembentukan organisasi. Organisasi ini diharapkan kemudian mampu membantu pemerintah dalam meneliti apa-apa saja yang perlu diperbaiki serta mampu memberikan masukan-masukan kepada pemerintah agar Mayarakat Ekonomi ASEAN ini nantinya berjalan dengan sukses. Maka dengan demikian diera globalisai seperti ini peran pemuda sangat diperlukan demi mencapai kesejahteraan bersama, karena pemuda merupakan generasi penerus melanjutkan estafet kepemimpinan selanjutnya.http://kabarfebri.blogspot.com/2014/01/globalisasi-menuntut-pemuda-asean-untuk.html

REVOLUSI PEMUDA INDONESIA DALAM MEMPERSIAPKAN DAN MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY2015Oleh : Muchamad Irham Fathoni Indonesia dan Sembilan negara ASEAN lain, bersiap menghadapi ASEAN Economic Community (AEC)pada akhir tahun 2015. Dengan terintegrasinya kawasan Asia Tenggara, kawasan ini akan mampu menghadapi tantangan dan intervensi dari luar, baik secara ekonomi, politik maupun militer. Dalam perdagangan bebas se-ASEAN ini, peran Indonesia sebagai pasar yang potensial tidak perlu diragukan lagi. Dengan jumlah penduduk sebesar 40% dari total 627 juta penduduk ASEAN, dengan ekspor hasil industri Indonesia ke negara-negara ASEAN mencapai US$ 41,8 miliar atau 22% dari total ekspor Indonesia secara keseluruhan ke seluruh dunia, Indonesia adalah Negara yang sangat potensial di lingkup ASEAN. Karena wilayah, jumlah penduduk dan gaya hidup konsumerisme bangsa Indonesia yang cukup tinggi.. Sedangkan impor dari negara-negara ASEAN sebesar US$ 53,8 miliar atau 28% dari total impor dari seluruh dunia. Di dalam pasar bebas AEC ini, Indonesia harus siap bersaing dengan seluruh Negara ASEAN. Arus barang dan jasa akan masuk ke negeri ini dan siap menggilas produk-produk lokal yang tidak bisa bersaing dengan produk buatan luar negeri. Sejumlah tantangan dapat menjadi hambatan bagi Indonesia dalam melakukan penetrasi pasar di kawasan ASEAN. Hal yang perlu segera disikapi adalah upaya pembenahan di sejumlah bidang dan sektor terkait dengan kinerja ekonomi nasional. Tanpa hal tersebut maka Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi produk yang diproduksi negara lain seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Jadi dimanakah peran pemuda Indonesia agar bisa menjadikan Negara ini sebagai Market Leader dalam AEC 2015? Jika melihat beberapa tahun kebelakang, pertumbuhan jumlah pengusaha di Indonesia terbilang membaik. Mulai banyak pemuda yang memilih menjadi seorang wirausahawan dibandingkan harus bekerja di sektor formal seperti pemerintahan ataupun swasta. Namun, hal tersebut masih jauh dari kata cukup. Saat ini, jumlah pengusaha di Indonesia baru mencapai 0,18 persen dari total populasi. Sedangkan, di negara maju, jumlah wirausaha minimal 2 persen dari total jumlah penduduk.Jadi yang dibutuhkan Indonesia adalah 4 juta wirausahawan muda baru, yang siap meramaikan pasar AEC 2015 dan yang mampu bersaing dengan brand luar negeri yang masuk ke Indonesia. Dengan berbagai macam produk kreatif yang mulai bermunculan di pasar nasional, bisa menjadi gambaran yang bagus bagaimana produk kita bisa merajai pasar ASEAN nantinya. Selain peran pemuda sebagai wirausahawan yang sangat dibutuhkan, peran pemuda juga dibutuhkan dalam membuat serta menentukan arah regulasidan memperbaiki kesiapan infrasturkturmenyangkut sistem dalam AEC 2015 ini. Karena perbaikan dalam 2 hal tersebut merupakan long term planning. Berbeda dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand, yang sebagian besar ekspornya didominasi oleh produk-produk yang telah disentuh teknologi (medium and high tech product), Komposisi ekspor kita terbesar didominasi komoditas(resource based)dan barang primer (primary product).Kondisi ini menyebabkan ekspor Indonesia rentan dengan gejolak harga. Hal ini pula yang saat ini kita rasakan, ekspor kita melemah akibat pelemahan perekonomian dunia yang menyebabkan harga komoditas dunia juga ikut menurun. Kondisi infrastruktur kita juga relatif tertinggal. Infrastruktur logistik kita misalnya berdasarkan Logistics Performance Index (LPI) 2012 yang dikeluarkan Bank Dunia, Indonesia hanya menduduki peringkat ke-59 atau jauh di bawah Singapura yang berada di puncak di antara 155 negara yang disurvei. Tingginya pertumbuhan ekonomi yang dialami Indonesia dalam satu dekade ini menyebabkandemandmasyarakat kita meningkat. Sayang, karena lemahnya struktur industri kita,demandmasyarakat tersebut tidak bisa dipenuhi industri domestik, melainkan harus diimpor. Ketika ekspor booming, kita juga tidak bisa memaksimalkan nilai tambahnya. Ekspor komoditas dan barang primer harus diangkut melalui pelabuhan dan menggunakan kapal. Sayangnya, karena ketidaksiapan infrastruktur pelabuhan dan kapal kita, terpaksa ekspor tersebut harus dilakukan di pelabuhan negara tetangga dan diangkut dengan kapal berbendera asing. Tidak hanya itu, asuransi angkutannya pun harus dengan perusahaan asuransi asing sehingga neraca jasa kita mengalami defisit. Pemuda harus proaktif menyuarakan pendapat dalam mengkritisi arah politik dan ekonomi Indonesia kedepannya. Karena kebijakan yang Indonesia terapkan saat ini, hanya memakmurkan para kapitalis, tanpa mempertimbangkan berbagai aspek ekonomi dan sosial masyarakat Indonesia secara holistik. Dalam perekonomian Indonesia, sektor sumber daya alam masih menjadi tumpuan besar bangsa ini. Padahal, di Negara-negara maju, lebih dominan perusahaan manufaktur atau proses menambah value added dari raw material. Kenapa Indonesia harus menambah industri manufaktur? Karena proses menambah value added dari suatu barang jauh lebih menguntungkan dari pada ekspor atau menjual langsung bahan mentah ke pasar. Sebagai contoh, Indonesia mengekspor rotan ke China. Keuntungan yang kita peroleh hanya sebesar 20%-30%. Di China, Rotan tersebut dibentuk lagi sebagai mebel dan produk olahan lain. Dan rotan tersebut di ekspor ke Indonesia dengan keuntungan yang didapatkan China sebesar 300-350%. Ini menjadi sebuah ironi yang berlangsung sejak lama. Negeri yang kaya raya, harus membayar mahal untuk hasil bumi nya sendiri. Peran pemuda sangat diperlukan. Sebagai pemuda kita harus mulai beradaptasi dengan iklim dunia bisnis dan ekonomi yang semakin pesat dan beragam. Dan Indonesia harus bisa mengolah sumber daya alam kita sendiri. Pengolahan bahan mentah menjadi barang yang bernilai ekonomis tinggi, sudah selayaknya menjadi tanggungan para pemuda kita. Karena ide-ide kreatif pemuda bisa kita aplikasikan di berbagai media yang oleh alam Indonesia sudah disediakan. Hanya tinggal bagaimana kita mampu mengubah paradigma buruk tentang berwirausaha dan memotivasi pemuda kita untuk lebih berani mengambil resiko dalam berwirausaha. Karena tidak sedikit pemuda Indonesia yang berpikir, bahwa menjadi wirausahawan hanya diperuntukkan bagi mereka yang sulit berkompetisi di dunia kerja. Padahal, menjadi wirausahawan juga dibutuhkan kemampuan yang baik, dari mulai mempersiapkan produk yang kreatif dan inovatif untuk di produksi sampai bagaimana marketing yang sesuai untuk segmentasi pasar yang dituju. Pengembangan insting berbisnis juga harus di dukung pemerintah dengan memasukkan mata kuliah atau mata pelajaran Kewirausahaan di Perguruan Tinggi maupun sekolah. Agar, pemuda Indonesia lebih peka dan tahu bagaimana siklus bisnis yang sebenarnya, sehingga kedepannya mereka mampu mengembangkan konsep produk mereka dan bisa menjadi produk unggulan Indonesia.Nalar ekonomi-politik Indonesia yang berdasarkan konstitusi ekonomi UUD 1945 mengarahkan strategi pembangunan Indonesia kepada pengolahan sumber daya alam yang merupakan keunggulan komparatif. Namun kita jangan sampai terjebak nalar pada pembagian kerja sama internasional yang membagi wilayah dunia menjadi dua, yaitu penghasil bahan mentah dan penghasil barang industri. Sebagaimana dianalisis oleh Raul Prebisch ekonom dari Argentina, maka pembagian kerja ini akan menempatkan kedua wilayah itu pada posisi tidak seimbang, sebagaimana diperlihatkan pada neraca perdagangan yang defisit pada pihak penghasil bahan dan pengekspor bahan mentah dan surplus pada pihak penghasil dan pengekspor barang industri. Dalam keadaan seperti ini, negara penghasil bahan mentah akan tetap kerdil dan mengalami keterbelakangan yang semakin dalam. Perekonomian Indonesia seperti terjebak pada poverty trap. Karena itu, negara-negara penghasil bahan mentah harus mengolah kekayaan alamnya sendiri dan mengekspor dalam bentuk barang jadi industri yang mengandung nilai tambah. Sebagai pemuda, mari kita galakan gerakan berwirausaha. Hal yang baik sudah nampak di kampus STAN. Banyak mahasiswa yang berjualan berbagai macam produk untuk mencari dana untuk kegiatan mereka. Pengalaman seperti ini akan menjadi bekal yang berharga saat mereka terjun ke dunia bisnis nantinya. Selain arus barang yang siap membanjiri pasar Indonesia, arus jasa juga akan masuk ke Indonesia. Indonesia diyakini sudah tidak bisa melakukan proteksi apapun dan terjebak dalam derasnya arus perdagangan jasa dan sumber daya manusia (SDM). Karena kita terlambat dalam menyiapkan sumber daya manusia yang unggul dibandingkan dengan Malaysia, Singapura dan Thailand. Arus perdagangan jasa dan SDM tidak akan bisa diproteksi lagi ketika pasar semakin terbuka dengan adanya AEC 2015. Karena itu, dibutuhkan sistem sertifikasi atas standar keahlian dan kompetensi untuk menjadi jaminan daya saing SDM di dalam negeri. Pemuda Indonesia harus sadar, seberapa kompetensi mereka dalam bersaing di AEC. Balai Pelatihan yang disiapkan pemerintah untuk meningkatkan kompetensi pemuda kita, juga kurang di optimalkan oleh banyak pemuda. Sudah selayaknya kita harus menambah pengetahuan keilmuan dan kemampuan teknis kita, serta perlu adanya sertifikasi kemampuan kita, agar kita tidak kalah saing dengan Negara ASEAN lain. Dan Perlu crash program untuk mengejar ketertinggalan, dengan mendorong SDM kita agar bisa bersaing di arus bebas. Indonesia juga harus memiliki kebijakan yang revolusioner untuk mengubah kondisi yang akut ini. Kebijakan fiskal kita harus berubah, dari yang terlalucostlyke operasional dan subsidi BBM untuk dialihkan ke anggaran investasi, infrastruktur, peningkatan kualitas SDM dan penguatan industri manufaktur. Tanpa langkah-langkah seperti ini, rasanya sulit kita bisa mengejar ketertinggalan daya saing kita. Di sisi lain, kebijakan sektoral juga harus memperlihatkan kesungguhannya untuk memperkuat daya saing industri nasional kita. Pemuda Indonesia, dituntut berperan aktif dalam hal percepatan pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia. Karena bekal di bangku kuliah ataupun saat di bangku sekolah, tidak cukup untuk kita bisa bersaing dengan SDM dari Singapura, Malaysia,dll. Pemuda Indonesia juga harus mau belajar kemampuan teknis seputar dunia kerja di Balai Pelatihan yang telah disediakan pemerintah. Dan tidak cepat puas dengan apa yang didapatkan sekarang. Upgrade kemampuan juga harus dilakukan secara continue. Untuk mengakomodir kebutuhan pasar SDM yang semakin hari semakin kompetitif. Komposisi penduduk Indonesia saat ini, di dominasi oleh usia produktif. Data menyebutkan, dominasi terbesar penduduk Indonesia adalah remaja usia 20-24 tahun dan saat ini jumlah penduduk Indonesia dengan usia 15 tahun mencapai 70 juta jiwa. Dalam arti sempit, kita memiliki lebih banyak pemuda dari pada golongan tua atau yang sudah tidak produktif. Sehingga kedepannya, jumlah ini akan menjadi potensi besar jika diberikan pendidikan dan keterampilan yang baik.. Hal tersebut sangat baik untuk perekonomian Indonesia di masa yang akan datang. Karena kita memiliki banyak sumberdaya yang bisa menjadi future leader, entrepreneur dan pekerja yang handal di semua sektor. Asalkan ada integrasi yang baik dari pihak pemerintah untuk terus berupaya memperbaiki kualitas SDM Indonesia. Ketakutan yang muncul bagi masyarakat Indonesia adalah ketika dimulainya AEC 2015 dimana seluruh lapisan masyarakat di negara-negara ASEAN akan bebas memilih dan menentukan tempat dia untuk bekerja. SDM Indonesia yang masih lebih rendah kualitasnya dengan negara lainnya akan kalah bersaing di pasaran nanti. Tenaga kerja Indonesia yang tidak memiliki kemampuan untuk bersaing merebut pekerjaan akan semakin terpuruk dan terpinggirkan. Indonesia akan kembali seperti terjajah oleh bangsa lain.Di AEC 2015, Kelemahan utama Indonesia terletak pada sinkronisasi program dan kebijakan antar pemerintah daerah dan pusat sertamind-setmasyarakat khususnya para pelaku usaha yang belum seluruhnya melihat peluang pengembangan perekonomian di AEC 2015 mendatang. Karena itu, diperlukan sosialisasi tentang strategi-strategi meningkatkan kualitas seluruh instrumen. Langkah penting yang harus dilakukan dalam menghadapi persaingan di seluruh bidang, misalnya peningkatan sumberdaya manusia (SDM) atau capacity building, formalisasi usaha dan memperkuat daya saing produk, meningkatkan keterampilan melalui berbagai pelatihan terkait.Melihat sejarah pemuda Indonesia dari masa lalu hingga sekarang yang gemilang, maka seharusnya kita sebagai generasi muda meneruskan kembali perjuangan para pemuda agar tidak kehilangan identitas sebagai pemuda yang cerdas, kritis dan kreatif. Misalnya saja melalukan pengawasan terhadap pemerintah agar roda pemerintahan berjalan dengan baik dan bersih. Selain itu, pemuda sebagai agen perubahan juga harus mampu menjadi pembela keadilan dimana beberapa tahun terakhir fakta telah menjelaskan bahwa keadilan telah berubah menjadi barang ekonomi yang dapat dibeli dengan uang. Sudah jelas, bahwa segala cara harus dilakukan untuk mempersiapkan generasi baru bangsa ini. Mulai dari pendidikan, pencitraan media, pendidikan keagamaan, hingga kegiatan-kegiatan kepemudaan yang bersifat membangun. Bukan cuma itu, sistem yang terintegrasi sangat penting agar pemuda yang terbimbing terus berkembang hingga menempati posisi strategis bangsa ini. Memang mustahil, untuk sepenuhnya menjadi sosok yang sempurna sebagai seorang pemuda. Tapi tim yang dibangun dari kumpulan pemuda yang bekerja sama adalah harga mati untuk mengganti kesempurnaan tersebut. Karena Soekarno dengan tegas mengatakansepuluh orang pemuda, bukansatu orang.DAFTAR PUSTAKANelson, R.., P. Schultz, and R. Slighton. 2011. Structural change in a Developing Economy. Princeton: Princeton University Press.Purnamasari, Dian. (2012). Economensia : Modul perkuliahan ekonomi for Basis. Surabaya : economensia UNAIR.Ridjanovi,Midhat. PhD, July 2013, Economic Welfare for Rational Expectation, countryVolume 17, No. 3, http://mises.org/journals/raed/pdf/rae10_1_4.pdf, 7 April 2014Watashi, Roelly (2012). Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. From http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/08/23/masyarakat-ekonomi-asean-2015-583194.html, 9 April 2014http://www.bappenas.go.id/files/6613/7890/3137/2.Handbook_2014.pdfhttp://paperfolded.wordpress.com/2014/06/21/revolusi-pemuda-indonesia-dalam-mempersiapkan-dan-menghadapi-asean-economic-community-2015/

Peran generasi muda dalam menyambut ASEAN Economic Community 2015: Melalui Program Ekonomi Kreatif & Pemberdayaan UMKMdiposting oleh ahmada-tasnim-fib12 pada 30 June 2014di umum - 0 komentarPeran generasi muda dalam menyambut ASEAN Economic Community 2015: Melalui Program Ekonomi Kreatif & Pemberdayaan UMKM

Pada tahun 2015 mendatang negara-negara di Asia Tenggara akan menyambut ASEAN Economic Community. Event ini bertujuan untuk menjalin kerjasama negara anggota di berbagai bidang meliputi sosial, ekonomi, budaya, jasa, dll. Konsep ASEAN Economic Community yakni sebagai pasar tunggal dan kesatuan basis produksi dimana terjadinya free flow atas barang, jasa, faktor produksi, investasi dan modal serta penghapusan tarif bagi perdagangan antarnegara ASEAN yang kemudian diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi diantara negara-negara anggotanya melalui sejumlah kerjasama yang saling menguntungkan. Lantas, sejauh mana persiapan Indonesia khususnya generasi muda dalam menghadapi ASEAN Economic Community? apakah generasi muda tersebut sudah mengetahui adanya ASEAN Economic Community? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu ialah pemerintah sepatutnya mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai ASEAN Economic Community. Tanpa peran aktif masyarakat (khususnya generasi muda) ASEAN Economic Community ini akan sia-sia. Masyarakat harus berpartisipasi aktif salah satunya dengan ekonomi kreatif. Bukan bermaksud untuk pro kepada Pak Joko Widodo yang tengah gencar mengkampanyekan tentang ekonomi kreatif. Tidak. Namun, saya sependapat dengan beliau, dengan menerapkan ekonomi kreatif bukan tidak mungkin perekonomian Indonesia menjadi lebih baik. Konsep ekonomi kreatif itu sendiri yakni informasi dan kreativititas, dimana ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor produksi utama dalam kegiatan ekonomi . Selain menerapkan program ekonomi kreatif, pemerintah layaknya seluruh masyarakat hendaknya memberdayakan UMKM-UMKM yang ada. Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan pun berpesan Agar Indonesia tidak minder menghadapi pasar bebas, justru industri lokal harus mengambil kesempatan tersebut untuk mengambil peranan di pasar luar negeri, setidaknya di 11 negara Asean. Industri UMKM juga bisa mengambil kesempatan dengan memperbesar kuota ekspor ke luar negeri dimana harga jual barangnya pasti lebih tinggi selain tetap memenuhi kebutuhan dalam negeri yang juga merupakan pasar yang sangat besar. Bila kita bisa mengambil kesempatan, masyarakat akan untung, kesejahteraan pun meningkat , tegas Gita dalam beberapa kesempatan. Pemberdayaan dan pengelolaan yang baik untuk UMKM-UMKM memang seharusnya dilakukan. Karena tak dapat dipungkiri barang-barang lokal indonesia sudah diakui kualitasnya oleh dunia. Tak jarang, banyak produk-produk lokal Indonesia yang diimpor ke luar negeri berasal dari UMKM. Mengingat peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah yang tertera pada bab II tentang pengembangan usaha pada pasal 3 ayat 1 dan 2 menyebutkan bahwasannya pengembangan usaha dilakukan terhadap usaha mikro, kecil dan menengah yang meliputi: fasilitasi pengembangan usaha dan pelaksanaan pengembangan usaha. Pemerintah sepatutnya memperhatikan hal ini mengingat pasar bebas ASEAN tidak lama lagi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2013 menyebutkan bahwa sebanyak 40 persen ekspor dunia disumbang oleh usaha kecil menengah karena mempunyai fleksibilitas di pasar. Sedangkan produk UMKM Indonesia yang memiliki daya saing kuat di pasar sangat banyak, diantaranya kerajinan tangan, tas, sepatu, elektronik, dan kue tradisional, meubel, dll. Mari terapkan program ekonomi kreatif dan berdayakan UMKM-UMKM yang ada!Karena kita (generasi muda)pun dapat bersaing dengan negara-negara lain. buktikan, Indonesia BISA!

Sumber bacaanPasar Bebas Asean. www.wikipedia.comAntariksa, Basuki. Konsep Ekonomi Kreatif.http://ahmada-tasnim-fib12.web.unair.ac.id/artikel_detail-107425-umum-Peran%20generasi%20muda%20dalam%20menyambut%20ASEAN%20Economic%20Community%202015:%20Melalui%20Program%20Ekonomi%20Kreatif%20&%20Pemberdayaan%20UMKM.html