Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Peran Penataan Ruang Publik Pada Seni Pertunjukan (Studi Kasus Pada Kawasan Budaya Balekambang Surakarta) Imanto
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 291 – 303, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9535
291
PERAN PENATAAN RUANG PUBLIK PADA SENI PERTUNJUKAN (STUDI KASUS PADA KAWASAN BUDAYA BALEKAMBANG SURAKARTA)
Yuwono Imanto1*
1Departemen Arsitektur, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia *Penulis koresponden: [email protected]
ABSTRAK Ekonomi kreatif berbasis budaya merupakan tulang punggung perekonomian Surakarta dengan industri kreatif Seni Pertunjukan sebagai subsektor unggulan. Kolaborasi di antara akademisi, pelaku Seni Pertunjukan, pemerintah termasuk ahli rancang kota sebagai sebuah ekosistem penting dalam penataan ruang publik untuk mendukung Seni Pertunjukan. Tujuan penelitian adalah mempelajari peran penataan ruang publik pada Kawasan Balekambang kota Surakarta untuk mewadahi Seni Pertunjukan. Metode penelitian adalah kualitatif deskriptif. Penelitian menghasilkan konseptual model ekosistem penataan ruang publik di kawasan budaya Balekambang yang berkontribusi pada daya tarik Seni Pertunjukan. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk menjadi masukan dalam pengembangan penataan kawasan ruang publik Balekambang dalam mendukung Seni Pertunjukan.
SEJARAH ARTIKEL
Diterima 23 Maret 2021
Revisi 24 April 2021
Disetujui 20 Juni 2021
Terbit online 26 Juni 2021
KATA KUNCI Balekambang,
industri kreatif,
seni pertunjukan,
ruang publik,
Surakarta
1. PENDAHULUAN
Kota Surakarta yang sering disebut Kota Solo adalah bagian dari Solo Raya yang terdiri dari Kota
Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen dan
Kabupaten Klaten yang dikenal dengan singkatan Subosukawonosraten. Kota Surakarta dengan luas
sekitar 44 km2 kehidupannya sangat kuat dengan budaya jawa dan keraton. Potensi industri kreatif
yang sangat besar menjadikan ekonomi kreatif menjadi tulang punggung perekonomian kota
Surakarta.
Kota Solo yang merupakan salah satu “Kota Kreatif” dari 10 besar Kabupaten Kota Kreatif
Indonesia (Handayani, 2019). Sebagai “Kota Kreatif” anggota dari Indonesia Creative Cities Network
Peran Penataan Ruang Publik Pada Seni Pertunjukan (Studi Kasus Pada Kawasan Budaya Balekambang Surakarta) Imanto
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 291 – 303, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9535
292
(ICCN) dan UNESCO Creative Cities Network (UCCN), kota Surakarta dikenal sebagai Kota Kreatif di
bidang Seni Pertunjukan. Seni Pertunjukan adalah salah satu subsektor industri kreatif yang
melibatkan aksi individu maupun yang menyajikan tontonan bernilai seni. Seni Pertunjukan meliputi
penampilan kreatif yang berkaitan dengan pengembangan konten, produksi, pertunjukan tarian
tradisional, tarian kontemporer, drama, musik-tradisional, musik-theater, opera, desain dan busana
pertunjukan, tata panggung dan tata pencahayaan (Handayani, 2021) Selain Seni Pertunjukan kota
Solo sangat dikenal dengan industri kreatif kriya, batik, fesyen dan kuliner.
Gambar 1 Seni Pertunjukan di Ruang terbuka Arts Balekambang
(Dinas Pariwisata Kota Surakarta 2019b)
Gambar 2 Solo International Performing
(Dinas Pariwisata Kota Surakarta 2019b)
Kegiatan industri kreatif di kota Solo dikenal dengan event-event kreatifnya terutama dengan
seni pertunjukan (performing arts) nya menjadi subsektor industri kreatif unggulan. Sebagai industri
kreatif unggulan, saat ini Seni Pertunjukan belum mempunyai gedung pertunjukan yang memadai
berstandar internasional maupun ruang terbuka yang ideal agar pagelaran Seni Pertunjukan bisa
Peran Penataan Ruang Publik Pada Seni Pertunjukan (Studi Kasus Pada Kawasan Budaya Balekambang Surakarta) Imanto
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 291 – 303, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9535
293
dinikmati lebih maksimal. Subsektor industri arsitektur mempunyai potensi yang baik di kota
Surakarta. Komunitas arsitek dengan wadah Ikatan Arsitek Indonesia Surakarta dan juga Universitas
Negeri Sebelas Maret dengan Program Studi Arsitektur nya mempunyai peran penting dalam
pengembangan infrastruktur industri kreatif di kota Surakarta.
Gambar 3 Jenis Seni Pertunjukan dan Seni Rupa di Surakarta
(Handayani, 2021)
Gambar 4 Local Champion Seni Pertunjukan Kota Surakarta
(Handayani 2021)
Fenomena yang terjadi pada pengembangan industri kreatif pada sebuah kota dapat dijelaskan
dengan konsep Cities as Collaborative Innovation Platform (Tukiainen, Leminen, and Westerlund
2015). Terdapat 4 macam model kolaborasi pada sebuah kota yaitu: 1) Kota sebagai platform akar
perbaikan dari keseharian dan aktivitas warga; 2) Kota sebagai platform kreatif dari pengalaman
konsumen; 3) Kota sebagai platform eksperimen dan implementasi teknologi baru; 4) Kota sebagai
platform inovasi untuk menciptakan peluang bisnis dan ekonomi baru. Membangun Kolaborasi di
Peran Penataan Ruang Publik Pada Seni Pertunjukan (Studi Kasus Pada Kawasan Budaya Balekambang Surakarta) Imanto
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 291 – 303, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9535
294
antara stakeholder kota akan menghasilkan sebuah ekosistem yang menjadi platform pengembangan
sebuah kota.
Dalam Imanto, Sungkari, Prijotomo (2019) dikatakan arsitektur bukan hanya menjadi salah
satu subsektor industri kreatif akan tetapi mampu mendukung pengembangan subsektor industri
kreatif lainnya. Desain arsitektur mampu membuat desain sebuah restoran yang menarik sehingga
menambah daya tarik industri kuliner, demikian pula desain arsitektur mampu membuat desain
sebuah griya batik sehingga mampu mendukung kemajuan industri kriya batik. Desain arsitektur
mampu membuat gedung pertunjukan dan merancang kawasan kota menjadi nyaman ditinggali baik
bagi penduduk ataupun orang yang beraktivitas pada kawasan tersebut (Imanto, Sungkari, and
Prijotomo 2019). Artikel penelitian ini membahas tentang peran desain arsitektur dalam penataan
suatu kawasan ruang publik untuk mewadahi kegiatan industri kreatif untuk menjadi tempat
digelarnya sebuah Seni Pertunjukan.
1.1 Perumusan Masalah
Ruang publik terbuka yang dapat mengakumulasikan berbagai atmosfer kehidupan kota seperti
masyarakat sosial, lingkungan alam, ekonomi, sangat penting perannya bagi pengembangan kreativitas
dan inovasi menuju sebuah proses transformasi bagi sebuah perubahan yang menuju pada kemajuan
masyarakat kota. Dalam hal ini Ruang terbuka publik dalam konteks Sociology architecture memegang
peranan yang penting (Eterevskaya and Nazarova 2020). Untuk mewujudkan ruang publik kreatif
diperlukan partisipasi segenap stakeholder kota yaitu pemerintah, komunitas kreatif, perguruan tinggi
dan institusi pendidikan, dunia usaha dan industri. Tantangan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana
meningkatkan kolaborasi pada segenap stakeholder kota Surakarta agar terjadi sinergi dalam
mewujudkan ruang publik untuk mewadahi kegiatan industri kreatif dan memanajemeni potensi
konflik sosial yang mungkin terjadi.
Tujuan dari pada studi penelitian ini adalah mengidentifikasi peran penataan ruang publik dalam
meningkatkan nilai penyajian seni pertunjukan (performing arts) dengan studi kasus pada Kawasan
budaya Balekambang Surakarta.
2. KAJIAN PUSTAKA
Media sosial adalah sebuah online platform yang digunakan untuk membangun jaringan sosial
atau hubungan sosial dengan orang lain yang mempunyai ketertarikan yang serupa dalam hal
personal, karir, aktivitas, latar belakang, ataupun hubungan kekerabatan (W.Akram & R.Kumar, 2017).
Peran Penataan Ruang Publik Pada Seni Pertunjukan (Studi Kasus Pada Kawasan Budaya Balekambang Surakarta) Imanto
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 291 – 303, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9535
295
Konsep perencanaan Laboratorium Komunitas Kreatif melalui analisis kaidah teori
pendekatan Arsitektur Simbiosis (Bintoro, Handayani, and Purwani 2019) dirumuskan menjadi
beberapa bagian fokus dan sasaran perencanaan dan perancangan yaitu 1). Konsep program
ruang yang dapat mewadahi masing-masing kegiatan komunitas tanpa menimbulkan konflik
antar karakter komunitas melalui pendekatan Arsitektur Simbiosis. 2). Konsep penciptaan
ruang kreatif yang mampu menunjang kegiatan kreatif masing-masing komunitas melalui
pendekatan Arsitektur Simbiosis. 3). Konsep layout dan penataan zonifikasi ruang yang sesuai
untuk kegiatan komunitas melalui pendekatan arsitektur symbiosis. Dalam Romer (1986)
dikatakan, kreativitas diperlukan di dalam proses untuk memproduksi solusi baru dalam
mencapai pertumbuhan ekonomi. Larasati (2015) menyatakan bahwa kolaborasi komunitas
kreatif masyarakat kota yang menaruh perhatian terhadap lingkungan bersama-sama dengan
segenap stakeholder kota berperan penting pengembangan industri kreatif pada kota kreatif
di Indonesia.
Formasi dari ruang publik kreatif yang berbasis pada budaya lokal akan menghasilkan
sebuah revitalisasi area urban dan memberikan arah ke sebuah pengembangan baru
(Eterevskaya and Nazarova 2020). Pada struktur sebuah kota, ruang publik kreatif dari
berbagai tingkatan nilai seperti nilai budaya, sejarah, ekonomi dan karakter dari ruang
bangunan dan fungsinya ymembutuhkan pendekatan yang fleksibel dalam menjelaskan
pengorganisasian pada ruang publik. Ruang publik terbuka yang mengakumulasikan berbagai
aspek di kehidupan kota yaitu: komunitas, lingkungan, ekonomi dan semua unsur institusi
akan menghasilkan transformasi untuk pengembangan masyarakat dan lingkungan yang
kreatif.
Proses transformasi ruang publik dimulai dengan pengembangan sosial menuju ke
sistem ruang sosial yang kompleks (Lebedeva 2017; Eterevskaya, Yastrebova, and Stetsenko
2020). Trend pengembangan ruang publik diperlukan untuk melakukan inovasi dalam
perspektif perencanaan kota dan dalam konteks architecture sociology, di mana fenomena
sosial tampil melalui bahasa komunikasi arsitektural untuk membangun ruang publik yang
hidup (Fischer 2015; Nazarova, Eterevskaya, and Yanin 2017).
Ruang publik mendukung potensi industri kreatif dalam bentuk penyelenggaraan
festival, workshop, seni pertunjukan, film. Konser terbuka, dan event event untuk wisatawan
Peran Penataan Ruang Publik Pada Seni Pertunjukan (Studi Kasus Pada Kawasan Budaya Balekambang Surakarta) Imanto
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 291 – 303, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9535
296
yang memberi kesempatan bagi komunitas lokal untuk ikut dalam strategi pengembangan
kota. Ruang publik yang mempunyai nilai sejarah dan memori tertentu tetapi sempat
kehilangan relevansinya saat ini dapat dimanfaatkan untuk platform pengembangan
kreativitas. Meninjau karakter dari ruang publik seperti sejarah, sosial budaya, iklim dan alam,
maka pendekatan utama dalam mengembangkan ruang publik adalah: 1) jangan
menghilangkan jejak masa lalu apakah sejarah ataupun lainnya dan melestarikannya; 2)
mengkombiansikan yang lama dengan yang baru dengan pusat eksperimen seni dengan
menggunakan teknologi pada bagunan-bangunan yang dikenal; 3) mengubah kelemahan
menjadi kekuatan dengan menghidupkan kembali lokasi-lokasi yang terlupakan.
Dalam Vikas Mehta (2014) dikatakan perlunya melakukan evaluasi atas ruang publik karena
ruang publik mempunyai peran yang penting dalam realita ruang publik. Ada yang mendefinisikan
ruang publik sebagai ruang yang tidak dikontrol oleh individu maupun suatu organisasi sehingga bisa
terbuka untuk publik umum. Dalam sejarah ruang publik pada sebuah kota pada dasarnya
diperuntukkan untuk memberikan pelayanan kepada kelompok politik, agama, komersial, masyarakat
dan kebutuhan sosial tertentu. Menggunakan kerangka dari Gehl (1987) pada Metha (2014) maka
ruang publik pada dasarnya memiliki kriteria: 1) Inclusiveness yaitu tempat bertemu orang-orang yang
mempunyai minat atau ketertarikan yang sama dan sekaligus memilki perbedaan dan dan berbagai
konlik kepentingan: 2) Meaningful Activities yaitu sebuah fenomena yang dipengaruhi oleh individual
atau kesamaan mengalami pengalaman yang sama untuk menhasilkan identitas sebuah tempat; 3)
Sefety di mana kebutuhan utama bagi ruang publik menhasilkan keamanan bagi pengguna ruang
publik : 4) Comfort, ruang publik dituntut memberikan rasa nyaman bagi pemakai dalam berbagai
aspek termasuk juga standar keamanan ada di dalamnya dan kondisi fisik yang berkualitas dan
bertemu dalam kelompok orang-orang yang familiar; 5) Pleasureability yang bisa didapatkan apabila
ruang publik mempunyai kualitas ruang yang tinggi secara fisik dan juga mempunyai image yang tinggi
sebagai tempat yang bergengsi.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data diperoleh dari hasil
wawancara dengan local champion pelaku seni pertunjukan Kota Surakarta dan akademisi yang
memahami rancang kota/ urban design dan terlibat dalam aktivitas kota kreatif Kota Surakarta dan
memahami masalah pada Kawasan budaya Balekambang Kota Surakarta. Penelitian juga dengan
mengamati langsung atmosfer di Kawasan Balekambang serta memanfaatkan beberapa artikel
Peran Penataan Ruang Publik Pada Seni Pertunjukan (Studi Kasus Pada Kawasan Budaya Balekambang Surakarta) Imanto
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 291 – 303, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9535
297
rujukan terkait Balekambang terkini. Fokus penelitian pada Kawasan budaya Balekambang.
Pengolahan data dan informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan unit informasi dibuatkan
laporan wawancara dikategorikan sesuai dengan peranannya. Dari hasil laporan dilakukan interpretasi
atas jawaban-jawaban yang ada ditambah dengan data sekunder dari laporan-laporan terkait Kawasan
Balekambang untuk menganalisis dan menyimpulkan tentang peran penataan ruang publik Kawasan
Balekambang terhadap peningkatan daya tarik dan nilai tambah untuk Seni Pertunjukan.
4. HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI
Taman Balekambang terletak di Jalan Balekambang No. 1 Manahan Kecamatan Banjarsari Kota
Surakarta yang didirikan tahun 1921 adalah salah satu obyek wisata budaya kota Surakarta. Gedung
kesenian Balekambang menyajikan faslitas seni pertunjukan seperti ketoprak, wayang orang musik
tradisional dan kontemporer dan gamelan.
Gambar 5 Posisi Balekambang terhadap Kota Surakarta
(Dinas Pariwisata Kota Surakarta 2019b)
Gambar 6 Bagian Muka Balekambang
(Sumber: Peneliti, Juni 2021)
Peran Penataan Ruang Publik Pada Seni Pertunjukan (Studi Kasus Pada Kawasan Budaya Balekambang Surakarta) Imanto
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 291 – 303, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9535
298
Gambar 7 Panggung Seni Pertunjukan di Balekambang
(Sumber: Peneliti, Juni 2021)
Gambar 8 Ruang terbuka Seni Pertujukan Balekambang
(Sumber: Peneliti, Juni 2021)
Gambar 9 Kawasan Balekambang dari kejauhan
(Sumber: Peneliti, Juni 2021)
Peran Penataan Ruang Publik Pada Seni Pertunjukan (Studi Kasus Pada Kawasan Budaya Balekambang Surakarta) Imanto
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 291 – 303, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9535
299
Nama Balekambang berasal dari kata “Balai”dan “kemambang” karena kalau dilihat dari
kejauhan seperti kemambang (mengapung). Kegiatan utama yang diadakan adalah musik dan seni
pertunjukan yang didukung oleh komunitas, atau pelaku kegiatan seperti kelompok Teater Cekal,
Ketoprak, Wayang orang, Komunitas cagar Budaya dll. Taman Balekambang memiliki Ruang terbuka
berkapasitas 2000 orang (Dinas Pariwisata Kota Surakarta 2019a)
Balekambang sudah sejak tahun 1970 an sudah menjadi pusat kebudayaan dan memiliki gedung
dengan seni pertunjukan utama kethoprak dan Srimulat dan saat ini Taman Balekambang tetap
menjadi kunjungan wisatawan dengan kethoprak dan sendratari Ramayana sebagai agenda rutinnya.
Di tahun 1990 an kegiatan di Balekambang sempat berhenti lama dan sekitar tahun 2008 ditata dan
dihidupkan lagi dan di tahun 2019 dikunjungi oleh 2,6 juta wisatawan (Redaksi Jateng Daily 2021).
Kemajuan industri kreatif Seni Pertunjukan terkait dengan subsektor industri kreatif lainnya
terutama musik, fesyen, desain komunikasi visual, desain produk, desain interior karena subsektor
terkait langusng dengan penampilan Seni Pertunjukan. Dalam hal ini Kota Surakarta mempunyai
potensi yang sangat besar dengan 272 Sanggar Seni dan Kelompok Seni budaya yang tersebar di 5
kecamatan, Jejaring Komunitas SIPA, SCCN, Local Champion Seniman Kota Surakarta, Dewan Kesenian
Surakarta, Paguyuban Sanggar Tari, Insitusi Pendidikan seperti Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang berdiri sejak 1976, ISI Surakarta yang berdiri sejak 1964, Akademis Mangkunegaran ASGA yang
berdiri sejak 2006 dan Institusi Seni lainnya. Program pemerintah di tahun 2021 yang mencanangkan
revitalisasi Kawasan Balekambang yang akan dilaksanakan tahun 2022 (Nugroho 2019) akan sangat
membawa kemajuan Seni Pertunjukan dan ekonomi kreatif pada umumnya yang berwawasan budaya.
Peran Penataan Desain Ruang Publik yang sesuai dengan pendekatan Arsitektur Sosiologi yang
fleksibel diharapkan memberikan kontribusi penting bagi pengembangan kawasan Balekambang.
Dari hasil penelitian didapatkan informasi bahwa Kawasan Balekambang yang sempat ditutup
oleh pemerintah di awal-awal pandemi Covid- 19 akan dikembangkan menjadi Pusat Kebudayaan
Jawa. Dari hasil wawancara dengan Pelaku Seni Pertunjukan dan dosen ISI Surakarta sekaligus
Pimpinan Yayasan Jagad Sentana Art, Peni Candra Rini S.Sn, M.Sn (Juni, 2021) dikatakan Pemerintah
Surakarta saat ini juga sangat menaruh perhatian terhadap Seni Pertunjukan. Rencana pengembangan
Kawasan Balekambang dan perhatian pemerintah Surakarta terhadap Seni Pertunjukan adalah
sebuah momentum yang sangat baik. Pagelaran Seni Pertunjukan pada ruang publik terbuka yang
tertata baik akan menghasilkan pengalaman tersendiri bagi penikmat seni pertunjukan.
Di era pandemi ini pementasan Seni Pertunjukan secara live dan offline sangat terbatas
termasuk di Kawasan Balekambang sehingga dikembangkan sajian Seni Pertunjukan melalu video atau
online dan juga secara hybrid. Namun demikian hal ini tidak bisa menggantikan pengalaman
Peran Penataan Ruang Publik Pada Seni Pertunjukan (Studi Kasus Pada Kawasan Budaya Balekambang Surakarta) Imanto
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 291 – 303, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9535
300
menonton Seni Pertunjukan secara langsung yang tidak hanya mengapresiasi penyajian Seni
Pertunjukan akan tetapi juga merasakan atmosfer dan lingkungan kawasan. Dalam hal ini peran
penataan desain ruang publik pada kawasan Seni Pertunjukan diharapkan bisa memberikan
pengalaman seni yang memberi daya tarik dan nilai tambah pada penyajian Seni Pertunjukan.
Peran desain arsitektur dalam penataan kawasan diyakini akan memberi nilai tambah bagi
pengalaman penonton (customer experience) dalam menikmati Seni Pertunjukan dan sekaligus
menikmati industri kreatif lainnya sebagai penunjang. Dalam wawancara dengan Pengajar dan Kepala
Laboratorium URDC (Urban Rural Design and Conservation) dari Universitas Sebelas Maret juga
Anggota Kota Kreatif Surakarta,
Dr. Eng. Kusumaningyah, NH, ST. MT (Juni, 2021) dikatakan bahwa Akademisi dapat berperan
memberi masukan profesional terkait gagasan rancangan revitalisasi Kawasan Balekambang,
pemetaan, pemanfaatan serta pengelolaannya. Komunitas dapat mengupayakan aktivitas rutin serta
pengelolaan untuk memanfaatkan secara rutin dan juga meminimalkan terjadinya konflik sosial
dengan memberikan peran kepada masyarakat setempat, misalnya komunitas penyayang binatang
yang bisa dilibatkan karena Balekambang merupakan ruang terbuka hijau yang bisa menjadi ajang
bertemu serta berkegiatan bersama di alam terbuka.
Ruang publik sebaiknya didesain inklusif untuk warga kota agar semua strata ekonomi dan sosial
dapat menikmatinya. Karakter ruang disesuaikan dengan potensi alam serta ketersediaan sarana dan
prasarana yang ada di sana dan juga mempertimbangkan kronologis kesejarahan ruang. Yang menjadi
masalah adalah masalah perawatannya. Banyak ruang publik yang sudah terdesain dengan baik
namun pembiayaan listriknya terputus dan akhirnya koridor menjadi gelap sehingga tidak berfungsi
misalnya yang terjadi di ruang publik Ngarsopuro. Dalam hal ini peran pemerintah sangat diperlukan
dalam menyediakan fasilitas perawatan ruang publik untuk kepentingan warganya, nyaman dan aman
untuk beraktivitas dan memberikan nilai tambah.
Berdasarkan hasil Penelitian kualitatif deskriptif yang dilakukan didapatkan temuan pada studi
Kawasan Budaya Balekambang terkait dengan Seni Pertunjukan sebagai berikut:
Seni Pertunjukan yang menjadi industri kreatif unggulan selama ini belum memiliki tempat
pagelaran yang ideal baik yang diadakan di Gedung tertutup maupun di Ruang Publik
terbuka
Pelaku Seni Pertunjukan sebagai industri kreatif unggulan Kota Surakarta banyak jumlahnya
dan beberapa sudah menjadi local champion yang sudah bertaraf internasional
Peran Penataan Ruang Publik Pada Seni Pertunjukan (Studi Kasus Pada Kawasan Budaya Balekambang Surakarta) Imanto
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 291 – 303, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9535
301
Pemerintah Kota Surakarta saat ini sangat menaruh perhatian besar kepada Seni
Pertunjukan dengan memberi dukungan pada Pelaku Seni Pertunjukan dan juga pada
penyiapan Kawasan ruang publik yang mewadahi Seni Pertunjukan dan atraksi budaya
lainnya antara lain pada studi ini adalah Kawasan Balekambang
Peran akademisi sangat besar kontribusinya karena seni pertunjukan adalah bidang yang
sangat spesifik dari subsektor industri kreatif dan kebetulan kota Surakarta sebagai kota
budaya telah memiliki universitas dan institut juga sanggar seni yang banyak jumlahnya.
Dalam ketersediaan ruang publik untuk mendukung Seni Pertunjukan, di kota Surakarta
terdapat kawasan kawasan strategis untuk digelarnya Seni Pertunjukan salah satunya
adalah Kawasan Balekambang.
Terkait dengan kawasan ruang publik diperlukan seorang ahli rancang kota (Urban design) untuk
menata desain kawasan agar meningkatkan daya tarik penyajian Seni Pertunjukan untuk
memberikan nilai tambah bagi pengalaman penonton. Di kota Surakarta juga terdapat
Laboratorium Urban Rural Design Conservation (URDC) Universitas Sebelas Maret dan juga Ikatan
Arsitek Indonesia memiliki potensi dalam pengembangan industri kreatif dan penataan kawaasan
ruang publik (urban desain) di Kota Surakarta.
Sebagai kesimpulan studi penelitian, di bawah ini terlampir “Konseptual Model Ekosistem
Ruang Publik dan Seni Pertunjukan” yang dapat diterapkan pada desain penataan Kawasan budaya
Balekambang untuk mendukung Seni Pertunjukan.
Gambar 2 Konseptual Model Eksosistem Ruang Publik dan Seni Pertunjukan
Peran Penataan Ruang Publik Pada Seni Pertunjukan (Studi Kasus Pada Kawasan Budaya Balekambang Surakarta) Imanto
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 291 – 303, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9535
302
KESIMPULAN
Kesimpulan Konseptual Model hasil studi Peran Ruang Publik Kawasan Balekambang pada
industri kreatif Seni Pertunjukan:
Untuk memajukan Seni Pertunjukan sebagai motor penggerak utama (1) dibutuhkan Ruang
Publik (2) yang menjadi wadah disajikannya penampilan Seni Pertunjukan. Akademisi (3) berperan
memberikan masukan profesional dan ilmiah baik dalam merancang desain penataan kawasan yang
sesuai dengan kebutuhan Seni Pertunjukan dan industri kreatif. Kemudian arsitek rancang kota/ urban
design (4) membuat konsep desain yang memperhatikan kebutuhan sosial, budaya, sejarah dan
ekonomi agar ruang publik yang didesain memenuhi harapan penonton, wisatawan dan stakeholder
kota.
Pemerintah mendukung dalam prosesawal dalam memfasilitasi kebutuhan infrastruktur publik
yang dibutuhkan (5) lalu dalam perjalanan memberikan dukungan pelayanan publik seperti kebutuhan
aliran listrik dan faslitas umum lainnya (6) Komunitas berperan menjadi menjadi jembatan komunikasi
kepada segenap stakeholder kota agar kegiatan di kawasan budaya bisa terinformasikan dengan baik
sehingga bisa berkesinambungan (7). Industri kreatif lainnya terutama musik, fesyen, desain
komunikasi visual, desain produk, desain interior yang terkait langsung mendukung Seni Pertunjukan
tapi juga subsektor industri kreatifnya yang bisa saling memberikan multiplier effect postif dengan
pengungkitnya adalah Seni Pertunjukaan (8). Pada akhirnya semua pihak stakeholder terkait
membentuk sebuah ekosistem yang berkolaborasi saling memberikan nilai tambah.
5. DAFTAR PUSTAKA Bintoro, Junanda Mulyo, Kusumaningdyah Nurul Handayani, and Ofita Purwani. 2019. “Laboratorium
Komunitas Kreatif Di Surakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Simbiosis.” Senthong 2 (2): 851–62. https://jurnal.ft.uns.ac.id/index.php/senthong/article/view/1050.
Dinas Pariwisata Kota Surakarta. 2019a. “Gedung Kesenian Balekambang.” 2019.
https://pariwisatasolo.surakarta.go.id/destinations/gedung-kesenian-balekambang/.
———. 2019b. “Santai Di Taman Balekambang.” 2019.
https://pariwisatasolo.surakarta.go.id/destinations/santai-di-taman-balekambang/.
Eterevskaya, I. N., and M. P. Nazarova. 2020. “Features of the Socio-Spatial Organization of Creative
Spaces of a Modern City.” In IOP Conference Series: Materials Science and Engineering,
962:032079. IOP Publishing Ltd. https://doi.org/10.1088/1757-899X/962/3/032079.
Eterevskaya, I. N., N. A. Yastrebova, and S. E. Stetsenko. 2020. “Features of the Transformation of
Urban Public Spaces Based on Their Socio-Cultural Potential.” In IOP Conference Series:
Materials Science and Engineering, 753:032004. Institute of Physics Publishing.
https://doi.org/10.1088/1757-899X/753/3/032004.
Peran Penataan Ruang Publik Pada Seni Pertunjukan (Studi Kasus Pada Kawasan Budaya Balekambang Surakarta) Imanto
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 291 – 303, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9535
303
Fischer, Joachim. 2015. “Die Architektur Der Gesellschaft.” In Theorien Für Die Architektursoziologie,
edited by Heike Delitz, 9–18. Bielefeld: Transcript Verlag.
https://doi.org/10.14361/9783839411377-intro.
Gehl, Jan. 1987. Life between Buildings: Using Public Space. New York: Van Nostrand Reinhold.
Handayani, Kusumaningdyah Nurul. 2019. “Nilai Penting Dalam Penataan Koridor Jalan Gatot Subroto,
Surakarta.” Surakarta.
———. 2021. “Ruang Kota Kreatif Seni Pertunjukan Di Surakarta.” Surakarta.
Imanto, Yuwono, Hari Sungkari, and Josef Prijotomo. 2019. Collaborative Innovation : Ekosistem
Inovasi Industri Kreatif Dan Arsitektur Sebagai Infrsatruktur Untuk Membangun Kota Kreatif.
Jakarta: Swasembada Media Bisnis.
Larasati, Dwinita. 2015. Creative City, Contributive Citizens. Bandung: Bandung Creative City Forum.
Lebedeva, Elena. 2017. “Public Space in Post-Soviet Cities: Sociability and ‘Crisis of Publicity.’” Zhurnal
Sotsiologii i Sotsialnoy Antropologii (The Journal of Sociology and Social Anthropology), 74–92.
https://doi.org/10.31119/jssa.2017.20.1.5.
Mehta, Vikas. 2014. “Evaluating Public Space.” Journal of Urban Design 19 (1): 53–88.
https://doi.org/10.1080/13574809.2013.854698.
Nazarova, M. P., I. N. Eterevskaya, and K. D. Yanin. 2017. “Renovation of Urban Public Spaces Taking
into Account Their Social and Cultural Potential.” Sociology of City 3: 22–31.
Nugroho, Satrio. 2019. “Revitalisasi Taman Balekambang Kota Surakarta.” [Solo].
Redaksi Jateng Daily. 2021. “Revitalisasi Taman Balekambang Solo, Menuju Pusat Kebudayaan.” 2021.
https://jatengdaily.com/2021/revitalisasi-taman-balekambang-solo-menuju-pusat-kebudayaan/.
Romer, Paul M. 1986. “Increasing Returns and Long-Run Growth.” Journal of Political Economy 94 (5):
1002–37. https://www.jstor.org/stable/1833190?seq=1#metadata_info_tab_contents.
Tukiainen, Taina, Seppo Leminen, and Mika Westerlund. 2015. “Cities as Collaborative Innovation
Platforms.” Technology Innovation Management Review 5 (10): 16–23.