65
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah peran tentunya tidak dapat dipisahkan dengan adanya status yang disandang oleh seseorang. Status dan peran, keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Peran yang harus dikerjakan oleh seseorang merupakan akibat dari status yang melekat pada diri orang tersebut. Konsepsi peran mengandaikan seperangkat harapan. Kita diharapkan untuk bertindak dengan cara- cara tertentu dan mengahrapkan orang lain untuk bertindak dengan cara-cara tertentu pula. Misalnya, status seorang wanita yang bersuami berbeda dari status seorang wanita yang belum bersuami (Horton dan Hunt, 1991:119) Peran sebagai ibu dan peran sebagai istri akan didapat oleh seorang perempuan yang telah mengalami atau menjalani prosess pernikahan, yang kemudian dari pernikahan tersebut akan mendapatkan status sebagai suami atau istri. Setelah menikah dan kemudian memiliki anak, status merekapun bertambah menjadi orang tua yaitu sebagai ayah dan ibu bagi anaknya. Dikarenakan oleh status yang diperoleh secara otomatis itulah, maka para perempuan yang telah menikah tersebut harus mampu menjalankan perannya sebagai orang tua ibu dan perannya - 1 -

Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

  • Upload
    nenglis

  • View
    1.649

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masalah peran tentunya tidak dapat dipisahkan dengan adanya status

yang disandang oleh seseorang. Status dan peran, keduanya merupakan satu

kesatuan yang utuh. Peran yang harus dikerjakan oleh seseorang merupakan

akibat dari status yang melekat pada diri orang tersebut. Konsepsi peran

mengandaikan seperangkat harapan. Kita diharapkan untuk bertindak dengan

cara-cara tertentu dan mengahrapkan orang lain untuk bertindak dengan cara-

cara tertentu pula. Misalnya, status seorang wanita yang bersuami berbeda dari

status seorang wanita yang belum bersuami (Horton dan Hunt, 1991:119)

Peran sebagai ibu dan peran sebagai istri akan didapat oleh seorang

perempuan yang telah mengalami atau menjalani prosess pernikahan, yang

kemudian dari pernikahan tersebut akan mendapatkan status sebagai suami atau

istri. Setelah menikah dan kemudian memiliki anak, status merekapun

bertambah menjadi orang tua yaitu sebagai ayah dan ibu bagi anaknya.

Dikarenakan oleh status yang diperoleh secara otomatis itulah, maka para

perempuan yang telah menikah tersebut harus mampu menjalankan perannya

sebagai orang tua ibu dan perannya sebagai istri guna memenuhi fungsi dari

sebuah keluarga.

Keluarga merupakan suatu unit sistem sosial terkecil dalam masyarakat,

yang dibentuk dari sebuah perkawinan. Peranan keluarga didalam suatu struktur

masyarakat sangatlah penting artinya karena keluarga mencetak seorang

individu yang nantinya akan terjun dalam masyarakat dan meneruskan

kelangsungan hidup sebuah msyarakat. Keluarga merupakan tempta pertama

bagi seorang individu utuk belajar berinteraksi dengan sesamanya. Dari dalam

keluarga pula seorang inidividiu akan belajar bagaimana ia dapat memainkan

perannya sesuai dengan status yang melekat dengan diri indivivu tersebut, - 1 -

Page 2: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

misalnya, seorang anak perempuan akan belajar dari ibunya bagaimana cara

memasak dan mengurus rumah karena kelak apabila ia menikah ia akan menjadi

seorang istri dan seorang ibu dari anak-anaknya (Raho, 2003:14-16).

Menurut pencetus teori struktural fungsional, Talcot Parson, masyarakat

akan berjalan dengan baik apabila masing-masing sistem berjalan sesuai dengan

fungsinya masing-masing. Begitu pula dengan yang terjadi di dalam keluarga,

kehidupan keluarga akan berjalan dengan baik dan harmonis apabila masing-

masing anggota keluarga dapat menjalankan fungsi dan perannya sesuai dengan

statusnya (Budiman, 1985:16).

Pasangan suami istri akan mempersiapkan diri mereka masing-masing

menghadapi segala konsekuensi peran yang nantinya harus dijalani. Peran

perempuan disini yaitu sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan pemenuhan

perekonomian keluarga merupakan peran suami maupun istri. Dalam hal ini,

peran istri akan bertambah yaitu sebagai karyawan. Disini akan memunculkan

persoalan baru dalam rumah tangga dan tempat kerja.

Akan tetapi persoalan lebih rumit akan muncul tatkala salah-satu dari

pasangan itu (perempuan) melakukan aktivitas yang bertujuan untuk

peningkatan kualitas diri, misalnya melanjutkan studi ke jenjang yang lebih

tinggi. Fenomena tersebut akan memunculkan banyaknya persoalan yang timbul

dan harus dihadapi oleh seorang perempuan yang memiliki status dan peran

ganda. Maka dari itu penting untuk mengkaji permasalahan ini. Fokus kajian ini

melihat peran perempuan sebagai ibu rumah tangga, sebagai karyawan dan

sebagai mahasiswa.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

Adakah perubahan sosial dari perempuan saat mereka menjalankan

perannya sebagai ibu rumah tangga, karyawan dan mahasiswa?

- 2 -

Page 3: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dilakuannya penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui

perubahan sosial apa saja yang timbul dari perempuan pada saat mereka

menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga, karyawan dan

mahasiswa.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui peran perempuan sebagai ibu rumah tangga

2. Mengetahui peran perempuan sebagai karyawan

3. Mengetahui peran perempuan sebagai mahasiswa

1.4. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini, digunakan bebrapa teori dan pemikiran dari rumusan

masalah yang diajukan. Pada dasarnya terjadi sebuah perkawinan merupakan

suatu peralihan dari kehidupan membujang kepada kehidupan berumah tangga.

Suatu perkawinan membawa sejumlah konsekuensi, salah satu diantaranya

adalah bahwa perkawinan memberikan status baru sebagi suami dan istri. Kalau

sebelumya cuma berstatus anak dalam keluarga orientasi maka kini mendapat

status baru, yaitu sebagai suami-istri bila kelak bila memperoleh anak, mereka

menjadi ayah dan ibu dalam keluarga prokreasi: dan secara otomatis dengan

status baru tersebut mereka juga akan mendapatkan peran baru (Raho,

2003:103).

Konstruksi pariarkhi menyebutkan bahwa laki-laki adalah kepala keluarga

yang berkewajiban mensejahterakan keluarga. Dalam konteks peran gender,

perempuan juga berperan dalam mewujudkan kesejahteraan keluarga, salah

satu jalan yaitu dengan cara perempuan terlibat dalam penambahan pendapatan

- 3 -

Page 4: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

keluarga (bekerja di sektor publik). Secara otomatis, perempuan yang

melakukan kegiatan bekerja untuk mendapatkan penghasilan akan memiliki

status baru dan juga akan mendapatkan peran baru sebagai karyawan.

Peran perempuan sebagai karyawan tidak terlepas dari adanya peraturan

dan norma-norma yang ada di tempat kerjanya. Agar dapat exist dan survive di

tempat kerjanya, perempuan melakukan salah satu cara yaitu dengan

melanjutkan studinya. Hal ini akan menambah peran perempuan yaitu sebagai

mahasiswa.

1.4.1. Teori peran

Setiap orang yang bertindak sebagai pelaku peran memikili kesadaran

akan posisinya dalam masyarakat. Hal menduduki posisi atau kedudukan

membawa konsekuensi berupa tekanan-tekanan yang datang dari sistem sosial

dan belum tentu dapat dipenuhi, maka akan muncul dua kemungkinan. Pertama,

pelaku akan memenuhinya secara lugas; kedua, memenuhinya secara arstfisial

(suhardono, 1994:62)

Paham yang digunakan dalam mengkaji teori peran ini adalah paham

strukturalis dan interaksionis. Paham yang pertama lebih mengkaitkan antara

peran-peran sebagai unit kutlutal serta mengacu keperangkat hak dan

kewajiban, yang secara normative telah dicanangkan oleh sistem budaya. Paham

kedua paham interaksionis, lebih memperlihatkan konotasi aktif-dinamis dari

fenomena peran; terutama setelah peran tersebut merupakan suatu perwujudan

peran (role enactment), yang bersifat lebih hidup serta lebih organis, sebagai

unsur dari sistem sosial yang telah diinternalisasi oleh self dari individu pelaku

peran. Dalam hal ini, pelaku peran menajadi sadar akan strukutr sosial yang

didudukinya. Karenanya, ia berusaha untuk selslu Nampak “mumpuni” dan

dipersepsi oleh pelaku lainnya sebagai “tak menyimpang” dari sistem harapan

yang ada dalam masyarakat. (Suhardono, 1994:3).- 4 -

Page 5: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

Horton & Hunt dan David Berry memiliki penjelasan yang hampir sama

mengenai konsep peran. Mereka mejelaskan bahwa peran adalah perilaku yang

diharapkan dari sesorang yang mempunyai sustu status (Horton n Hunt, 1991:

118-119)

“Konsepsi peran mengandaikan seperangkat harapan. Kita diharapakan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu dan mengahrapkan orang lain untuk bertindak dengan cara-cara tertentu pula”.

Berry mengatakan “bila individu-individu menempati kedudukan-kedudukan tertentu maka mereka merasa bahwa setiap kedudukan yang meraka tempati itu menimbulkan harapan-harapan (expectations) tertentu dari orang-orang disekitarnya”. (Berry, 1982:99)

Menurut Broom dan Selznick, peran dapat ditinjau dari tiga perspektif,

yaitu perspektif prescribed role, perspektif perceived role, perspektif actual role.

(Raho, 2003:104-105)

Perspektif Prescribed Role

Perspektif Prescribed role atau peran yang didasarkan pada harapan-

harapan masyarakat atau peranan yang ideal. Setiap masyarakat pada

umumnya selalu mempunyai harapan tertentu dari individu yang menempati

status atau posisi sosial tertentu, seperti suami, istri, orang tua dan anak.

Harapan itu tentu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya.

Prespektif Preceived Role

Perspektif Precieved role atau peran yang didasarkan pada pertimbangan

pribadi. Peranan ini mungkin saja tidak sejalan dengan harapan dari

masyarakat tetapi harus dilakukannya karena menurut pertimbangan hal itu

adalah baik.

Perspektif actual role

Perpektif actual role atau peran yang didasarkan pada bagaimana peranan

itu diwujudnyatakan atau diaktualisasikan. Pelaksanaan suatu peranan seringkali

tidak cuma didasarkan atas harapan-harapan masyarakat (prescribed role) atau

- 5 -

Page 6: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

pertimbanagn-pertimbangan pribadi (precieved role) tetapi juga berdasarkan

tekanan-tekanan yang dialami atau peluang-peluang yang ada atau situasi-situasi

khusus.

Ada dua macam staus dan peran yang dikenal dalam masyarakat, yaitu:

Status dan peran yang ditentukan oleh masyarakat bagi kita, terlepas dari

kualitas individu maupun usaha-usaha kita dan status serta peran yang kita

perjuangkan melalui usaha-usaha kita senidri. (Horton&Hunt, 1991: 122).

Mempelajari peran sekurang-kurang melibatkan dua aspek: 1. Kita harus

belajar untuk melaksanakan kewajiban dan menuntut hak-hak suatu peran; 2.

Kita harus memiliki sikap, perasan, dan harapan-harapan yang sesuai dengan

peran tersebut. (Horton&Hunt, 1991:118)

Pada kenyataannya dalam masyarakat tidak semua orang bisa menjalankan

perannya sesuai dengan harapan masyarakat, oleh karena itulah sangat perlu

bagi masing-masing individu untuk memiliki aspek yang kedua dalam

mempelajari perannya tersebut.

Desakan Atau Beban Peran

Dalam hidupnya, seringkali setiap individu mendapatkan sejumlah peran

dalam waktu yang bersamaan, sehingga mustahil bagi seorang individu untuk

menjalankan seluruh perannya sekaligus dengan sangat baik. Desakan peran

(role strain) mengacu pada kesulitan orang dalam menghadai peran mereka.

Desakan peran ini dapat muncul karena persiapan peran yang tidak

memadai, kesulitan peralihan peran, konflik peran atau kegagalan peran.

Konflik peran

Menurut Berry, individu dalam masyarakat yang memainkan bercam-

macam peranan sosial, dikenai oleh seperankat harapan pada masing-masing

peranan tersebut: bila mengambil semua peranan sekaligus, kemungkinan

besar harapan-harapan tersebut tidak serasi satu sama lain. Bahkan

beberapa harapan saling bertentangan satu sama lain. (Berry, 1982: 126)

- 6 -

Page 7: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

“Konflik peranan menggambarkan suatu keadaan dimana individu dihadapkan oleh harapan-harapan yang berlawanan dari bermacam-macam peran yang dimilikinya dan merupakan suatu keadaaan yang kebanyakan orang dengan berbagai cara berusaha menanggulanginya”.

Bila peranan dilihat suatu proses yang terus menerus mengalami

penyesuaian dalam interaksi sosial, maka penampilan dari peranan lebih

merupakan suatu proses adaptasi diri seseorang pada peranan dan

sebaliknya, daripada sekedar kepatuhan atau penyimpangan terhadap peran-

peran tersebut (Berry, 1982:130)

1.4.2. Teori pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin

Perbedaan pembagian peran anrtara laki-laki dan perempuan tidak lepas

dari teori besar yang mendasari teori besar yaitu teori nature dan teori nurture.

Pengikut teori nature beranggapan bahwa perbedaan psikologi antara lakilaki

dan perempuan disebabkan oleh faktor-fakrtor bilogis sedangkan teori nuture

beranggapan bahwa perbedaan tsb tercipta dari proses belajar dan lingkungan.

Perbedaan peran antara suami dan istri dapat dijelaskan dengan

menggunakan dua perspektif. Yakni perspektif biologis dan perspektif yang

menekankan pengaruh sosial budaya.

Perspektif biologis

Perbedaan peran berdasarkan atas pebedaan fisik antara laki-laki dan

perempuan. Laki-laki yang secara fisik dianggap kuat bekerja diluar rumah

untuk mencari nafkah. Sedangkan perempuan bersifat lemah lembut dan

dianggap cocok untuk bekerja didalam rumah untuk mengatur rumah tangga.

Perspektif yang menekankan pengaruh sosial budaya

Lingkungan sosial buadaya juga turut menentukan perbedaan jenis

pekerjaan berdasarkan jenis kelamin. Ada wilayah atau lingkungan

sosiobudaya terntentu dimana perempuan bisa melakukan pekerjaan laki-laki

seperti membajak sawah, memikul beban.

- 7 -

Page 8: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

Berikut ini merupakan gambaran peran yang harus dilakukan oleh laki-laki dan

perempuan yang telah menikah

Peran Perempuan

a. Peran perempuan sebagai istri dan ibu: sebagai istri dan ibu, perannya

yang utama adalah melahirkan, dan membesarkan serta mengatur

kehidupan RT. Tugas-tugas mengatur RT yang biasa dilakukan oleh

seorang istri misalnya menyiapkan makanan, mengatur perabot,

mengasuh anak, menyusun anggaran dan lain sebagainya

b. Peran perempuan sebagai teman: peranan ini menekannkan kualitas

hubungan sebagai teman antara suami dan istri. Keduanya mempunyai

hak yang sama

c. Peran sebagai rekan, peran ini menekannkan hubungan suami istri

sebagai rekan seekerja, mereka mengakui otoritas masing-masing dalam

bidang yang menjadi profesinya. Sebagai partner keduanya mempuyani

hak untuk diperlakukan secara sama dalam kehidupan sosial; mereka

mempunyai hak untuk mengatur keuangan dan mengambil keputusan.

Sebagai rekan, mereka juga diharapkan untuk mendukung satu sama lain

(Raho, 2003:109-110).

1.4.3. Penyesuaian diri didalam perkawinan

Penyesuaian diri didalam perkawinan adalah salah satu istilah khusus untuk

menunjukan bagaimana suami istri secara bersama-sama menjalankan tugas-

tugas yang berhubungan dengan perkawinan demi tercapai tujuan perkawinan

(Raho, 2003:136)

Menurut pendapat Vancio (1977), keberhasilan hidup perkawinan

mendasarkan keberhasilan perkawinan pada tercapainya hubungan yang

harmonis dalam berbagai aspek kehidupan perkawinan, seperti komunikasi

antara suami istri, hubungan seksual, situasi keuangan, hubungan dengan baoak-

ibu mertua. (dalam Raho, 2003:137)

- 8 -

Page 9: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

Sedangkan menurut pendapat Raho, faktor-faktor yang sering dikaitkan

dengan keberhasilan perkawinan adalah: latar belakang keluarga, tingkat

pendidikan, dan status ekonomi, pekerjaan istri, usia waktu kawin, kehadiran

anak dalam keluarga, komunikasi antara suami istri, tempat tinggal dan rasa

keagamaan (raho, 2003:138-141)

1.4.4. Peran sebagai Pekerja

Setiap individu yang bekerja akan selalu mentaati norma-norma atau

peraturan di tempat kerjanya agar dapat survive dalam pekerjaannya. Salah satu

cara mentaati norma-norma atau peraturan perusahaan adalah dengan berperan

sebagai pekerja yang menjalankan pekerjaannya secara disiplin. Menurut Malayu

S.P. Hasibuan (1994:212) kedisiplinan didefinisikan sebagai berikut :

“Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua

peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Kedisiplinan dalam hal ini diartikan bilamana karyawan selalu datang dan

pulang tepat waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik,

mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Sedangkan menurut A.S.Hornby dalam Gauzali Saydam (2000:284)

disiplin adalah pelatihan, khususnya pelatihan pikiran dan sikap untuk

menghasilkan pengedalian diri, kebiasaan-kebiasaan untuk mentaati peraturan

yang berlaku.

Sedangkan menurut Gorda (1994:74) mengataan disiplin adalah

penanaman sikap pada karyawan yang patuh dan taat terhadap peraturan-

peraturan perusahaan dan pemberian sanksi yang tegas kepada karyawan yang

melanggar peraturan-peraturan perusahaan.

Menurut Sinungan Muchdarsyah dalam Ambar Teguh Sulistiyani (2004:324),

disiplin disarikan kedalam beberapa pengertian sebagai beriktut :

- 9 -

Page 10: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

1. Secara terminologis berasal dari kata latin “discipline” yang berarti

pengajaran, latihan dan sebagainya (berawal dari kata discipulus yaitu

seorang yang belajar). Jadi secara etimologis terdapat hubungan pengertian

antara discipline dengan disciple (Inggris yang berarti murid, pengikut setia,

ajaran atau aliran)

2. Latihan yang mengembangkan pengendalian diri, watak, atau ketertiban dan

efisiensi

3. Kepatuhan dan ketaatan (obedience) terhadap ketentuan dan peraturan

pemerintah atau etik, norma, kaidah yang berlaku dalam masyarakat.

4. Penghukuman (punishment) yang dilakukan melalui koreksi dan latihan untuk

mencapai perilaku yang dikendalikan (control behavior)

Dari rumusan tersebut dapat dirumuskan bahwa disiplin adalah sikap mental

yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok, atau

masyarakat yang berupa ketaatan terhadap peraturan yang ditetapkan

pemerintah, norma, kaidah yang berlaku dalam organisasi dan masyarakat untuk

tujuan tertentu. Disiplin dapat diartikan pla sebagai pengendalian diri agar tidak

melakukan sesuatu yang bertentangan dengan falsafah suatu bangsa.

1.4.5. Peran Pendidikan

Pendidikan dengan berbagai programnya mempunyai peranan penting

dalam proses memperoleh dan meningkatkan kualitas kemampuan professional

individu. Melalui pendidikan seseorang dipersiapkan memiliki bekal agar siap

tahu, mengenal dan mengembangkan metode berfikir secara sistematik agar

dapar memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.

Sedangkan pengertian pendidikan sesuai dengan Undang-Undang No.20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 disebutkan bahwa

“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

- 10 -

Page 11: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Dengan memperhatikan pengertian pendidikan seperti yang diutarakan

tersebut, maka dapat dikatakan peran pendidikan adalah sebagai landasan untuk

membentuk, mempersiapkan, membina dan mengembangkan kemampuan

sumber daya manusia yang sangat menentukan dalam keberhasilan

pembangunan dimasa yang akan datang.

Pengertian pendidikan menurut Gorda (1994:89) adalah kegiatan untuk

memperbaiki dan mengembangkan kemampuan sumber daya manusia dengan

cara meningkatkan kemampuan dan pengertian tentang pengetahuan umum

dan meningkatkan penguasaan teori dan ketrampilan pengambilan keputusan

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.

Sementara Beeby dalam Sedarmayanti (2001:33) mengatakan bahwa

pendidikan mempunyai kualitas tinggi bilamana keluaran pendidikan itu

mempunyai nilai bagi masyarakat yang memerlukan pendidikan itu. Kualitas

disini adalah keluaran pendidikan yang dikaitkan dengan kegunaan masyarakat.

Ali Saefullah (1987:92) juga mengemukakan bahwa pendidikan adalah

proses dengan mana seseorang diberi kesempatan menyesuaikan diri terhadap

aspek-aspek kehidupan lingkungan yang berkaitan dengan kehidupan modern

untuk mempersiapkan agar berhasil dalam kehidupan orang dewasa.

Secara sederhana makna pendidikan dapat diartikan sebagai usaha

manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam

masyarakat dan kebudayaan, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu

masyarakat, didalamnya terjadi atau berlangsung proses pendidikan.

- 11 -

Page 12: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

Dengan demikian pendidikan sebagai proses akan diakhiri dengan

terwujudnya manusia dewasa yang sukses dalam kehidupannya. Manusia

dewasa modern sebagai tujuan pendidikan adalah seorang pribadi terbuka, yang

mampu mengambil keputusan sendiri dalam tingkah lakunya serta berorientasi

pada masa kini dan masa yang akan datang.

Ditinjau dari penting dan kuatnya peranan pendidikan dalam pembinaan

manusia, Ali Saefullah (1987:83) menyatakan pendidikan adalah proses dengan

mana individu diajarkan bersikap setia dan taat dengan pikiran manusia ditera

dan dibina.

Dalam hal ini pendidikan diartikan sebagai proses pembinaan sikap

mental dengan jalan atau cara melatih dan mengembangkan kerah nilai sikap

yang diinginkan, yang dalam rumus konsep diatas yaitu nilai sikap kesetiaan dan

ketaatan. Dengan kata lain pendidikan adalah seuatu kegiatan pembinaan sikap

mental yang akan menentukan tingkah lakunya.

Peran pendidikan adalah memberikan bimbingan, pengajaran, dan

latihan. Disatu pihak, organisasi yang memperkerjakan tenaga kerja yang

mejalankan roda organisasi mulai dari kelompok manajerial sampai dengan

petugas yang melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional,

mengharap dan menuntut kinerja produktifitas kerja yang tinggi. Sedangkan

dilain pihak pendidikan formal yang telah ditemppuh merupakan modal yang

penting, karena dapat menguasai suatu disiplin ilmu. Walaupun ilmu tersebut

masih perlu diadaptasikan kepada persyaratan dan tuntutan khusus yang

ditentukan oleh organisasi tertentu.

Suatu pendidikan disebut bermutu dari segi proses belajar mengajar

berlangsung secara efektif, dan para peserta didik mengalami proses

pembelajaran yang bermakna, ditunjang oleh sumber daya yang wajar. Proses

pendidikan yang bermutu tersebut, akan menghasilkan produk yang bermutu

- 12 -

Page 13: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

pula. Hasil pendidikan juga akan disesuaikan dengan tuntutan lingkungan,

khususnya dunia kerja. Dari segi itulah relevansi merupakan salah satu aspek

atau indikator dari kualitas. Suatu pendidikan disebut relevan jika hasil

pendidikan tersebut dapat memenuhi kebutuhan.

1.5. Metode dan Prosedur Penelitian

1.5.1. Pendekatan

Secara umum penelitian ini menggunakan pendekatan secara personal pada

setiap responden. Kami melakukan pendekatan di saat wawancara dengan

responden dan menjadi pendengar yang baik di saat responden sedang

berbicara.

1.5.2. Definisi Operasional

1. Peran

- Dilihat dari kajian ilmu sosial, peran dapat diartikan sebagai suatu fungsi

yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu posisi dalam struktur

sosial (Suahardono, 1994:3)

- Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai

suatu status. (Horton & Hunt, 1991 : 118)

2. Perilaku Peran

Perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut.

(Horton & Hunt, 1991:120)

3. Peran sebagai ibu

Peran sebagai ibu adalah segala tugas dan tanggung jawab yang seharusnya

dikerjakan oleh seorang ibu terhadap anaknya selama proses pertumbuhan

dan perkembangan seorang anak; tugas dan tanggung jawab itu melliputi:

merawat, mengasuh, dan mencukupi segala kebutuhan sang anak

- 13 -

Page 14: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

4. Peran sebagai istri

Peran seorang istri adalah mendampingi suami dalam mengarungi bahtera

rumah tangga. Tugas dan tanggung jawab seorang istri lebih cenderung pada

area domestik seperti mengurus rumah, mengatur segala keperluan

keluarga, dan merawat anak. Akan tetapi dewasa ini tugas seorang istri

sudah tidak hanya mengurusi urusan domestik, tapi sudah merambah ke

sektor publik, yaitu seorang istri juga bekerja di sektor formal untuk

menambah penghasilan keluarga.

5. Peran sebagai karyawan

Peran sebagai karyawan yang dilakukan oleh perempuan adalah untuk

menambah pendapatan keluarga demi mewujudkan kesejahteraan keluarga.

6. Peran sebagai Mahasiswa

Peran perempuan sebagai mahasiswa merupakan bentuk kesetaraan

gender yaitu perempuan mendapat kesempatan yang sama denga laki-laki.

Peran perempuan sebagai mahasiswa disini lebih mengarah pada perannya

di sektor publik.

1.5.3. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif, yaitu suatu

tipe penelitian yang berusaha memberikan sekedar/sebatas gambaran

dan menjelaskan adanya perubahan peran dari peran ganda yang

dilakukan. Jadi hanya mendeskripsikan secara mendalan fenomena sosial

tersebut (Masri Singarimbun, 1992: 4).

1.5.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Metode Penelitian Sosial

yang merupakan bagian dari Program Studi Magister Sosiologi, Fakultas

- 14 -

Page 15: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, maka penelitian ini yang

diselenggarakan :

Hari : Kamis - Rabu

Tanggal : 23 – 29 Desember 2009

Lokasi : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.

Sengaja memilih lokasi ini dengan alasan bahwa mahasiswa

Program Studi Magister di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Airlangga memiliki variasi jurusan dan alasan tempat yaitu kesamaan

lingkup wilayah kampus dengan peneliti sehingga akan mempermudah

dalam proses penelitian tersebut.

1.5.5. Tehnik Pengambilan Sampel

Dalam melakukan penelitian ini, tehnik pengambilan sampel yang

digunakan adalah purposive sampling, yaitu tehnik pengambilan sampel

yang dilakukan dengan cara secara sengaja memilih calon responden

yang memang benar-benar sesuai dengan tujuan studi yang ditetapkan.

Secara rinci kriteria responden yang termasuk dalam penelitian ini adalah

para mahasiswa magister di lingkup Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Airlangga Surabaya. Sebanyak 10 mahasiswa magister di

lingkup Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik menjadi responden pada

penelitian ini.

1.5.6. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam upaya untuk memperoleh data dan mengamati obyek yang

ada, juga untuk menjawab berbagai pertanyaan yang telah dirumuskan

sebelumnya, maka pengumpulan data yang dilakukan adalah :

1. Observasi Lapangan, yang dilakukan dengan survey awal

dengan pertama melihat data mahasiswa magister di Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik yang sudah menikah dan bekerja.- 15 -

Page 16: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

2. Wawancara, wawancara yang dilakukan adalah wawancara

terstruktur dengan bantuan kuesioner yang bersifat semi tertutup

kepada mahasiswa magister di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

1.5.7. Tehnik Analisis dan Interpretasi Data

Analisis dan interpretasi data merupakan salah satu langkah yang

terpenting dalam suatu kegiatan penelitian. Data yang diperoleh di

lapangan dalam penelitian ini dianalisis dan diinterpretasikan secara

kuantitatif untuk memperoleh kesimpulan atau pemaknaan yang jelas

dari data yang diperoleh. Teknik analisis data dikembangkan dari data-

data yang diperoleh selama penelitian, yaitu data primer ataupun data

sekunder. Dan kemudian disederhanakan dengan metode statistik

sekaligus data dipahami secara sosiologis dengan bantuan kerangka dasar

teoritik sebagai sarana penjelasannya. Analisa ini kemudian digunakan

untuk dibaca dan dipahami serta dapat dipertanggungjawabkan.

- 16 -

Page 17: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

BAB II

GAMBARAN UMUM FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.1. Sejarah dan Pengembangannya

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga berdiri

tanggal 23 Desember 1977 dengan nama Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Dibentuk

dengan adanya Surat Keputusan Rektor Universitas Airlangga bernomor

A.II.5685/Rektor/90/UA/77. Soetandyo Wignjosoebroto, MPA diangkat sebagai

presidium dibantu dr. R. Koento, MPH, MA sebagai sekretaris dan Prof. dr. D.

Ma’rifin Husin, Msc. Sebagai anggota. Pada hari itu juga dengan surat keputusan

yang sama, Rektor membubarkan Panitia Pembentukan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Airlangga yang telah bekerja setahun lamanya

mempersiapkan berdirinya Fakultas Ilmu Sosial tersebut.

Dari fakultas yang hanya mengelola satu jurusan (sosiologi) saja, FISIP kini

menjadi fakultas yang mempunyai enam jurusan, mengelola beragam program

studi S1, program S2, dan program D3. Dan terbentuk dua fakultas baru yaitu

Fakultas Psikologi dan Fakultas Ilmu Sastra. Soetandyo Wignjosoebroto mencoba

membangun sebuah tradisi akademik baru : mengembangkan ilmu sosial yang

pada masa itu baru tak banyak dikenal orang.

Di saat awal berdiri, FISIP Unair yang pada waktu itu masih bernama FIS

hanya memiliki tujuh orang tenaga pengajar tetap dan dua orang tenaga tidak

tetap. Pada tahun akademisi 1978, mahasiswa yang diterima untuk angkatan

pertama hanya 62 orang, 29 diantaranya mahasiswa putri. Para mahasiswa itu

telah diterima melalui seleksi ujian masuk yang diselenggarakan oleh Proyek

Perintis I Departemen P & K. Pada tanggal 21 Februari 1978, kuliah pertama

semester I tahun akademi 1978 di mulai dan inilah sebenarnya awal dan

tantangan riil dari sebuah proses perubahan besar di bidang akademik.

- 17 -

Page 18: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

Sejak awal mula fakultas ilmusosial didirikan dengan niat besar untuk

mendayungan inovasi – inovasi baru di bidang pendidikan guna mengembangkan

kegiatan belajar mengajar yang inkovensional. Selain pembangunan dan

penerapan apa yang disebut learning by objective, dan pula penggunaan praktik

diskusi dalam kelompok – kelompok kecil sebagai salah satu cara belajar

mahasiswa, fakultas ilmu sosial pemgembangan kemampuan mahasiswa untuk

menulis dan untuk mendayagunakan informasi yang tersimpan didalam

kepustakaan dan perpustakaan. Minat untuk mengamati keyataan (melalui studi

lapangan) dan mendayagunakan data sekunder (melalui usaha kliping) juga telah

dicoba dikembangkan sejak tahapnya yang paling dini di tahun akademi yang

pertama.

Tanggal 25 April 1978, Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen

P&K menyatakan prinsip persetujuannya atas pembukaan Fakultas ini (melalui

suratnya bernomor 267/D/R/78). Di dukung Rektor dengan surat keputusannya

tertanggal 1978 dan bernomor A.II3937/Rektor/50/UA/78 memandang perlu

untuk mengganti bentuk dan personalia pimpinan Fakultas Ilmu Sosial. Bentuk

pimpinan berubah dari bentuk Presidium ke bentuk Kedekanan. Sebagai Dekan

pertama diangkat Soetandyo Wignjosoebroto, MPA, sedangkan dr. R. Koento,

MPH, MA, Drs. J. Dwi Narwoko dan Drs. Soedarmadji Harjono masing-masing

diangkat sebagai Pembantu Dekan Urusan Pendidikan dan Penelitian, Pembantu

Dekan Urusan Administrasi Umum dan Pembantu Dekan Urusan Kemahasiswaan

dan Pengabdian Masyarakat.

2.2 Dinamika Perubahan

FISIP kini berusia lebih seperempat abad, sehingga situasi, kondisi dan

tantangan yang dihadapi tentunya berubah pula. Jika diawal berdiri FISIP hanya

menampung 62 orang mahasiswa, kini jumlah mahasiswa FISIP mencapai lebih

dari 2.000 orang. Gedung kuliah pun tidak hanya di bangun kecil yang jauh dari

layak, tetapi kini FISIP telah menempati sebuah gedung yang megah, berlantai

- 18 -

Page 19: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

tiga dan sanggup menampung seluruh kegiatan akademik dengan memadai.

Fasilitas gedung yang paling baru adalah FISIP gedung C yang berdiri diatas lahan

yang dulunya merupakan markas Resimen Mahasiswa dan Pramuka.

Dari ritme kehidupan yang berjalan, FISIP Unair telah melahirkan orang-

orang terdidik yang cerdas, berpikir bebas, kritis dan bertanggung jawab,

keberadaan FISIP telah menghasilkan ribuan alumni yang tersebar di berbagai

sektor kehidupan dan pada beragam tingkatan status sosial. Mereka tidak saja

berada di wilayah Indonesia, tetapi juga ada yang “bertugas” di luar negeri. Ini

membuktikan bahwa kelahiran FISIP diapresiasi, memperoleh dukungan,

sekaligus memberikan kontribusi kepada masyarakat. Pengakuan ini juga tampak

dari minat untuk belajar di FISIP yan tak pernah surut. Untuk itu FISIP berusaha

menjaga kepercayaan ini secara bertanggung jawab, antara lain dengan tidak

tergoda untuk menjadikan FISIP sekedar lembaga bisnis ijazah dengan

menampung mahasiswa sebanyak-banyaknya belaka. Komunikasi belajar yang

aktif, kreatif dan dalam hubungan yang akrab hangat harus tetap dijaga.

Apresiasi, dukungan dan kepercayaan masyarakat juga tampak dari

banyak permintaan kepada FISIP baik secara kelembagaan maupun elemen-

elemen civitas akademik di dalamnya, untuk mengambil peran-peran

masyarakat. Misalnya, banyak dosen yang di luar tugas pokok mengajar dan

meneliti diminta pendapat, analisis dan tulisannya di media massa, di berbagai

forum diskusi dan seminar, pelatihan, konsltan serta memfasilitasi pemecahan

berbagai masalah sosial politik. Secara langsung dan tidak, kehadiran FISIP juga

ikut berperan dalam dinamisasi Unair secara keseluruhan.

Tidak semua catatan perkembangan FISIP memberikan gambaran

keberhasilan gemilang. Ada kalanya dinamika di FISIP justru dirasakan

menimbulkan masalah. Kekurangan dan ketidakpuasan, baik di lingkungan

internal maupun eksternal terus terasa dan terungkap, FISIP yang mulai

sejarahnya ketika dunia pendidikan tinggi tengah di hadapi pada kebijakan politik

NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus), menyusun pro-kontra dalam menyikapi

- 19 -

Page 20: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

aksi-aksi protes mahasiswa yang berusaha melakukan koreksi terhadap praktik-

praktik penindasan dan korupsi pada rezim Orde Baru, menghasilkan torehan

sejarah dan tradisi yang cukup unik. Pada masa itu perguruan tinggi memperoleh

sorotan tajam dari dua sisi : miskin prestasi ilmiah sekaligus bak “menara gading”

yang kurang memberikan kontribusi signifikan kepada masyarakat.

Di satu sisi kehadiran FISIP seakan menjadi eksperimentasi yang

bersemangat dalam mengembangkan “kampus yang normal”, dimana

mahasiswa sebagai salah satu eksponen pokoknya didorong untuk menjadi man

of analysis. Sejak kehadirannya, mahasiswa FISIP Unair memang sering menang

dalam lomba-lomba ilmiah yang diselenggarakan Pemerintah.

Tradisi akademik yang dikembangkan sebagai akibat dari kebijkan politik

NKK seakan justru menjauhkan, bahkan mengisolasi atau membuat FISIP steril

dari dinamika masyarakat yang semata-mata dijadikan objek kajian. Secara

demikian masyarakat kampus seakan alergi dan menolak tanggung jawab politik.

Padahal, ilmu sosial dan ilmu politik pada dasarnya senantiasa bersifat kritis,

termasuk terhadap institusinya sendiri. Maka, dinamika FISIP dirasa masih

kurang memuaskan dari dua sisi : dari segi pengembangan ilmu maupun peran-

peran langsung dalam (perubahan) masyarakat. Ujungnya adalah dorongan

untuk menjadikan masyarakat akademik lebih aktif terlibat dengan realitas

keseharian masyrakat, ikut memikul tanggung jawab dalam melakukan

perubahan masyarakat yang berada dalam cengkraman otoriterisme Orde Baru.

Dibangun diatas pondasi idealisme yang kuat dan rasa solidaritas yang

kental, FISIP sesederhan apapun ibaratnya adalah batu karang yang kokoh. Lebih

dari sekadara sebuah lembaga pendidikan atau fakultas baru, FISIP

sesungguhnya adalah sebuah wacana alternatif yang menawarkan banyak hal :

pembaharuan idealisme, tekad, kebenaran, sikap kritis dan keyakinan. Di tengah

suasana yang didominasi kepentingan dan kekuasaan yang menghegemoni, FISIP

tumbuh sebagai dirinya sendiri, melawan arus, sekalipun tak harus dilakukan

secara terang-terangan. Ruang kuliah yang selalu marak dengan diskusi dan

- 20 -

Page 21: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

pertanyaan-pertanyaan kritis selalu hadir setiap hari. Mahasiswa tidak hanya

berkutat dengan buku dan diktat, tapi mereka diajarkan untuk kenal dengan

realitas sosial di sekitarnya : melakukan kuliah lapangan ke berbagai desa dan

melihat dengan mata kepala sendiri penderitaan rakyat. Dosen-dosen setiap hari

rabu dalam sebuah forum yang disebut Diskusi Reboan dengan antusias

berdebat, bertukar pikiran dan mengasah ketajaman analisi.

FISIP yang mula-mula tak banyak dilirik mata dan dinilai sebagai disiplin

yang kurang marketabel, pelan-pelan berhasil membangun dan membuktikan

dirinya bahwa disana memang ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang

membanggakan dan patut dibanggakan. Di berbagai fakultas lain Universitas

Airlangga, ketika konservatisme dan sikap feodal masing berlangsung akrab, di

FISIP yang berkembang kemudian adalah sebuah tradisi baru. Mahasiswa dan

dosen ibarat mitra dan mereka benar-benar mengembangkan hubungan yang

egaliter.

Di FISIP, apa yang diajarkan bukan keterbatasan untuk bertindak kreatif

dan inovatif, tetapi juga kesempatan untuk mengembangkan pikiran-pikiran yang

“subyektif”. Seorang calon ilmuwan sosial yang tidak sekadar

menstransplantasikan materi dan menghafal teori. Tetapi dalam upaya

membangun proses pencerdasan dan sikap kritis, maka ilmuwan sosial harus

berani bertindak dan mengemukakan isu-isu “subyektif” yang membongkar

hegemoni dan mendorong tumbuhnya sikap skeptif dan senantiasa kreatif untuk

menampilkan pikiran-pikiran alternatif atau counter-counter.

Bagi ilmu sosial, boleh dikatakan takdir mereka adalah bagaimana menjaga

agar mereka tetap berdiri di luar sistem : senantiasa mengambil jarak dengan

realialitas dan kekuasaan agar penilaian mereka tidak terkontaminasi oleh

kepentingan dan kontak personal.

- 21 -

Page 22: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

2.3 Ikon Unair

Berawal dari kesederhanaan, tekad dan idealisme, FISIP ini sudah naik

populer, berkembang menjadi ikon tersendiri di era reformasi. Di zaman

reformasi seperti sekarang ini, siapa yang tak kenal Soetandyo Wignjosoebroto?

Siapa yang tak kenal Daniel T. Sparinga? Siapa yang tak kenal Ramlan Surbakti?

Siapa yang tak kenal Priyatmoko? Siapa yang tak kenal Dede Oetomo, Anas

Urbaningrum, Herman – aktivis yang dikabarkan hilang; Moch. Nurhasim, Dina

Katjasungkana, Bambang Budiono, Yoppie Hidayat, Daru Priyambodo, I. Basis

Susilo, Khofifah Indar Parawangsa, Aribowo, Hariyadi, Kacung Maridjan atau

Pingky Saptandari? Sebagai pengamat politik yang kritis, pengamat sosial yang

tajam, peneliti dan aktivis sosial yang selalu bersentuhan dengan realitas

lapangan, semua nama yang disebutkan diatas adalah produk, milik dan

kebanggaan FISIP Universitas Airlangga.

Di luar nama-nama yang telah disebutkan, bukan berarti tidak ada lagi yang

patut dibanggakan. Yang disebut FISIP Universitas Airlangga sesungguhnya

adalah sebuah komunitas ilmiah dan tradisi yang luas, tetapi tetap menjaga

kekhasannya. Ucapan, pikiran dan tulisan bagi mahasiswa, dosen dan seluruh

lulusan FISIP Universitas Airlangga ibaratnya adanya refleksi dari sikap kritis yang

tak kan pernah terbeli oleh kekuasaan.

Ribuan lulusan FISIP Universitas Airlangga, kini boleh dikata telah

merambah ke berbagai wilayah, merambah sendi-sendi kehidupan baru dan

membangun tradisi-tradisi baru yang mereka warisi dari kampus almamaternya.

Di desa-desa terpelosok, sebagian PLKB niscaya adalah Alumnus FISIP Universitas

Airlangga. Dimedia massa, alumnus FISIP tak hanya menjadi reporter yang

handal, redaktur senior yang disegani, tetapi juga sebagian menjadi Pemimpin

Redaksi. Di jajaran Birokrasi, pioner yang motor penggerak dari berbagai

kegiatan perencana, besar kemungkinan juga alumni FISIP. Pendek kata, apa

yang telah dihasilkan dan di didik di “kampus orange” mereka umumnya selalu

- 22 -

Page 23: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

melampaui zamannya: pikiran mereka lebih maju, sikap mereka selalu lebih kritis

dan bahkan tidak sedikit kemudian yang berani melawan arus.

Pengalaman telah banyak membuktikan bahwa kemajuan seringkali

memang menimbulkan dilema, bahkan resiko. Tetapi, dengan berkaca pada

pengalaman dan mengingat kembali sejarah di masa lalu, sebetulnya ada banyak

hal yang masih dibisa dilakukan.

Di usianya lebih dari 30 tahun, harus diakui FISIP kini telah berkembang

jauh melampau berbagai harapan yang digagas di awal pendiriannya, dan bahkan

telah menjadi ikon tersendiri dizaman reformasi. Banyak hal yang harus dicatat,

disyukuri, ditinjau ulang dan direnungkan dengan sikap kritis dari keberadaan

FISIP Unair. Di usianya yang semakin matang, FISIP Unair bukan saja menuntut

dapat terus berkembang dan makin maju, namun juga diharapkan bersedia

melakukan intropeksi : menoleh kembali ke masa silam dan kemudian bertekad

sekuat tenaga untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Saat ini jumlah mahasiswa magister di FISIP tahun 2009 sebagai berikut :

Prodi Sosiologi : 16

BPSDM : 14

Media dan Komunikasi : 29

Ilmu Politik : 17

Kebijakan Publik : 5

- 23 -

Page 24: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

BAB III

ANALISIS DATA

3.1. Karakteristik Responden

Fakta lapangan menunjukan bahwa mahasiswa magister di FISIP UNAIR

memiliki keberagaman karakteristiknya mulai dari usia, jenis pekerjaan,

pendapatan, jurusan studi, dan lain-lain. Dari analisis data mengenai umur

responden, terlihat beragam usia mulai dari 26 tahun hingga 32 tahun. Usia ini

merupakan kategori usia produktif. Usia responden yaitu 30 tahun sebanyak

30%, usia 26 tahun dan 27 tahun, masing-masing 20%. Usia responden yaitu 28

tahun, 31 tahun dan 32 tahun, masing-masing sebanyak 10%. Secara rinci

mengenai usia responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1Umur Responden

Umur (tahun) Frekuensi Presentase

26 2 20

27 2 20

28 1 10

29 0 0

30 3 30

31 1 10

32 1 10

Total 10 100

Sumber: Kuesioner no.3

Bekerja merupakan kegiatan yang menghasilkan pendapatan, dimana

besar kecilnya pendapatan memperngaruhi perekonomian seseorang yang

selanjutnya berpengaruh pada status ekonominya. Mahasiswa magister yang

menjadi responden memiliki beragam pekerjaan. Sebanyak 30% responden

- 24 -

Page 25: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

berprofesi sebagai dosen dan sebanyak 30% responden berprofesi sebagai

karyawan perusahaan swasta. Sedangkan profesi mahasiswa sebagai PNS, Publik

Relation, Wartawan dan Guru, masing-masing 10%.

Tabel 3.2Pekerjaan Responden

Pekerjaan Frekuensi Presentase

Dosen 3 30

Swasta 3 30

Pegawai Negeri Sipil 1 10

Publik Relation 1 10

Wartawan 1 10

Guru 1 10

Total 10 100

Sumber: Kuesioner no.4

Hasil dari pekerjaan adalah pendapatan, pendapatan yang diperoleh

responden tiap bulan juga beragam seiring beragamnya profesi masing-masing.

Sebanyak 70% responden menyatakan bahwa pendapatan yang diperoleh setiap

bulan sebesar Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 2.000.000,-. Dan sebanyak 30% responden

berpendapatan diatas Rp. 2.000.000,- per bulan. Dari sini terlihat bahwa status

ekonomi mahasiswa magister tergolong menengah ke atas.

Tabel 3.3Pendapatan Responden

Pendapatan Frekuensi Presentase

Di bawah Rp. 1.000.000,- 0 0

Antara Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 2.000.000,- 7 70

Diatas Rp. 2.000.000,- 3 30

Total 10 100

Sumber: Kuesioner no.5

- 25 -

Page 26: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

Dari hasil analisis data responden mengenai lama pernikahannya,

sebanyak 30% responden yang menyatakan bahwa sudah menikah selama lima

tahun, begitupun juga yang sudah menikah dua tahun. Sebanyak 20% responden

menyatakan bahwa pernikahannya sudah tiga tahun. Dan masa pernikahan

selama empat tahun dan satu tahun, masing-masing sebanyak 10%. Lama

pernikahan dapat menjelaskan lamanya perempuan melakukan perannya

sebagai ibu rumah tangga. Dimana status perempuan sebagai ibu rumah tangga

merupakan peralihan dan penambahan peran yaitu peran yang dulunya sebagai

anak dari orang tuanya bertambah peran menjadi istri dan ibu rumah tangga.

Tabel 3.4Lama Pernikahan Responden

Lama Menikah (tahun) Frekuensi Presentase

1 1 10

2 3 30

3 2 20

4 1 10

5 3 30

Total 10 100

Sumber: Kuesioner no.6

Anak merupakan hasil dari perkawinan antara laki-laki dan perempuan

yang berpengaruh terhadap status dan peran seseorang yaitu sebagai orang tua.

Sebanyak 70% responden menyatakan memiliki satu anak sedangkan sebanyak

30% responden menyatakan bahwa mereka belum mempunyai anak.

Keberadaan anak, sudah pasti menambah peran perempuan dalam rumah

tangganya.

- 26 -

Page 27: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

Tabel 3.5Jumlah Anak Responden

Jumlah anak Frekuensi Presentase

Tidak memiliki Anak 3 30

Memiliki 1 Anak 7 70

Total 10 100

Sumber: Kuesioner no.7

Responden yang memilih program studi sosiologi dan komunikasi,

masing-masing sebanyak 30% sedangkan responden yang memilih program studi

BPSDM dan ilmu-ilmu sosial, masing-masing sebanyak 20%. Alasan program studi

yang dipilih oleh responden berdasarkan kesamaan latar belakang pendidikan

terdahulu dan alasan pekerjaan. Responden yang berada di tingkat semester

satu sebanyak 50% dan yang berada di tingkat semester tiga sebanyak 50%.

Secara rinci mengenai program studi dan tingkat semester responden dapat

dilihat pada tabel 3.6 dan tabel 3.7.

Tabel 3.6Program Studi Responden

Program Studi Frekuensi PresentaseSosiologi 3 30BPSDM 2 20Media Komunikasi 3 30Ilmu-Ilmu Sosial 2 20 Total 10 100

Sumber: Kuesioner no.8

Tabel 3.7Tingkat Semester Kuliah Responden

Tingkat Semester Frekuensi PresentaseSatu ( 1 ) 5 50Tiga ( 3 ) 5 50 Total 10 100

Sumber: Kuesioner no.9

Lama perjalanan responden dari tempat tinggal menuju kampus berbeda-

beda tergantung dari tempat tinggalnya. Sebanyak 40% responden menyatakan

waktu tempuh dari tempat tinggal mereka ke kampus antara 1 jam hingga 1,5

- 27 -

Page 28: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

jam. Umumnya tempat tinggal mereka di luar Kota Surabaya yaitu di Kota

Sidoarjo dan Mojokerto. Sebanyak 30% menyatakan waktu tempuh dari tempat

tinggal mereka ke kampus kurang dari 1 jam. Responden yang masuk kategori ini

adalah responden yang tinggal di Kota Surabaya. Dan sebanyak 10% responden

yang menyatakan waktu tempuh dari tempat tinggal mereka ke kampus di atas 3

jam, dimana responden ini menggunakan sarana transportasi umum dan

bertempat tinggal di lluar Kota Surabaya yaitu Jombang dan Malang.

Tabel 3.8Lama Perjalanan Responden ke Kampus

Lama Perjalanan Frekuensi Presentase

Kurang dari 1 jam 3 30

Antara 1 jam s/d 1,5 jam 4 40

Antara 1,5 jam s/d 2 jam 2 20

Diatas 3 jam 1 10

Total 10 100

Sumber: Kuesioner no.10

Sarana transportasi yang digunakan responden untuk menjalankan

perannya sebagai mahasiswa berbeda-beda. Sebanyak 50% responden

menyatakan bahwa mereka menggunakan sepeda motor ke kampus dan

sebanyak 30% responden menyatakan bahwa mereka ke kampus menggunakan

sarana transportasi umum serta sebanyak 20% responden menyatakan bahwa

mereka ke kampus dengan menggunakan mobil pribadinya.

Tabel 3.9Sarana Transportasi Responden ke Kampus

Jenis Sarana Transportasi ke kampus Frekuensi Presentase

Mobil 2 20

- 28 -

Page 29: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

Motor 5 50

Transportasi umum 3 30

Total 10 100

Sumber: Kuesioner no.11

Sebanyak 50% responden menyatakan bahwa besarnya biaya

transportasi untuk sekali ke kampus di bawah Rp 10.000,-. Responden ini

menggunakan sarana transportasi sepeda motor sehingga biayanya lebih hemat.

Sebanyak 10% responden mengeluarkan biaya trasportasi ke kampus antara Rp

10.000,- s/d Rp 20.000,-. Responden ini menggunakan sarana sepeda motor ke

kampus dengan lama perjalanan antara 1 jam s/d 1,5 jam. Sebanyak 40%

responden mengeluatkan biaya transportasi di atas Rp 20.000,-, umumnya

responden yang mengeluarkan biaya sebesar ini menggunakan sarana

transportasi umum dan mobil.

Tabel 3.10Besarnya Biaya Transportasi Responden ke Kampus

Biaya Transportasi (PP) Frekuensi Presentase

Di bawah Rp 10.000,- 5 50

Antara Rp 10.000,- s/d Rp 20.000,- 1 10

Di atas Rp 20.000,- 4 40

Total 10 100

Sumber: Kuesioner no.12

3.2. Peran Perempuan Sebagai Ibu Rumah Tangga

Peran responden dalam kegiatan domestik meliputi memasak, mencuci,

menyeterika, membersihkan rumah dan belanja. Dari hasil analisa data,

- 29 -

Page 30: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

menunjukkan bahwa responden mengalami perubahan dalam perannya sebagai

ibu rumah tangga sebelum kuliah dan selama kuliah. Sebelum kuliah, sebanyak

30% responden menyatakan bahwa kegiatan domestik selalu dilakukannya

sendiri dan 50% responden menyatakan tetap melakukan kegiatan domestik

tetapi membutuhkan bantuan orang lain, dimana peran responden lebih tinggi

dibanding peran orang lain. Sebanyak 20% responden menyatakan bahwa urusan

domestik lebih banyak dilakukan oleh orang lain daripada dirinya sendiri.

Peran responden dalam kegiatan domestik ini mengalami perubahan

selama mereka kuliah, sebanyak 60% responden menyatakan bahwa pekerjaan

rumah tangganya lebih banyak dilakukan orang lain daripada dilakukannya

sendiri. Sebanyak 20% responden menyatakan bahwa pekerjaan rumah

tangganya sebagian besar masih dilakukan sendiri dan 20% responden

menyatakan bahwa pekerjaan domestiknya dilakukan oleh orang lain.

Tabel 4.1Peran Responden Dalam Kegiatan Domestik

Kegiatan domestikSebelum kuliah Selama kuliah

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

Semua dilakukan sendiri 3 30 0 0

Lebih banyak dilakukan sendiri dengan sedikit bantuan orang lain

5 50 2 20

Sedikit dilakukan sendiri dengan banyak dibantu orang lain

2 20 6 60

Semua dilakukan orang lain 0 0 2 20

Total 10 100 10 100

Sumber: Kuesioner no.13 dan 14

Peran perempuan dalam pengasuhan anak yang dilakukan sebelum kuliah

berbeda perannya selama kuliah. Dari hasil analisis, didapat sebanyak 30%

pengasuhan anak dilakukan oleh responden sendiri sebelum kuliah tetapi selama

kuliah, pengasuhan anak dibantu oleh orang lain. Sebanyak 20% responden - 30 -

Page 31: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

menyatakan bahwa sebelum kuliah, pengasuhan anak lebih banyak dilakukan

responden sendiri tetapi selama kuliah, pengasuhan anak lebih besar dilakukan

orang lain. Pengasuhan anak lebih banyak dilakukan oleh orang lain daripada

responden sendiri sebelum kuliah dan selama kuliah, pengasuhan anak dilakukan

oleh orang lain, 20% responden yang menyatakan ini.

Tabel 4.2Peran Responden Dalam Pengasuhan Anak

Pengasuhan AnakSebelum kuliah Selama kuliah

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

Semua dilakukan sendiri 3 30 0 0

Lebih banyak dilakukan sendiri dengan sedikit bantuan orang lain

2 20 3 30

Sedikit dilakukan sendiri dengan banyak dibantu orang lain

2 20 2 20

Semua dilakukan orang lain 0 2 20

Abstain 3 30 3 30

Total 10 100 10 100

Sumber: Kuesioner no.15 dan 16

Dukungan suami terhadap istri sangat berperan dalam pelaksanaan peran

istri sebagai mahasiswa. Dukungan ini mengalami perubahan antara sebelum

dan selama kuliah. Sebelum kuliah, sebanyak 60% responden menyatakan bahwa

suaminya sangat mendukungnya untuk melanjutkan studi dan hanya 10% suami

responden yang sangat mendukungan istrinya selama kuliah berlangsung.

Bahkan terdapat 10% suami responden menyatakan tidak mendukung istrinya

setelah dia mengikuti perkuliahan.

Tabel 4.3Dukungan Suami Terhadap Responden Dalam Menjalankan Perannya Sebagai

Mahasiswa

Dukungan SuamiSebelum kuliah Selama kuliah

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

- 31 -

Page 32: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

Sangat mendukung 6 60 1 10

Biasa saja 4 40 8 80

Tidak mendukung - - 1 10

Total 10 100 10 100

Sumber: Kuesioner no.17 dan 18

Sebelum kuliah, 100% responden menyatakan kalau suaminya jarang

sekali komplain terhadap perannya sebagai ibu rumah tangga dan sebagai

karyawan. Tetapi selama kuliah, komplain suami terhadap bertambahnya peran

istri sebagai mahasiswa bertambah, sebanyak 30% responden menyatakannya.

Tabel 4.4Komplain Suami Terhadap Peran Responden Sebagai Mahasiswa

Komplain SuamiSebelum kuliah Selama kuliah

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

Tidak Pernah - - - -

Jarang sekali (sekali dalam satu semester) 10 100 7 70

Jarang (satu bulan sekali) - - 3 30

Sering (seminggu dua kali) - - - -

Total 10 100 10 100

Sumber: Kuesioner no.19 dan 20

Perubahan keterlibatan perempuan dalam aktivitas kemasyarakatan yang

dilakukan di sekitar tempat tinggalnya, sebelum kuliah, sebanyak 50% responden

menyatakan bahwa mereka sering mengikuti kegiatan masyarakat tetapi selama

kuliah hanya 20% responden yang masih sering mengikuti kegiatan tersebut.

Sebelum kuliah, tidak ada responden yang tidak aktif dalam kegiatan masyarakat

tetapi selama kuliah sebanyak 40% responden menyatakan bahwa mereka sudah

tidak aktif lagi mengikuti kegiatan tersebut.

Tabel 4.5Peran Responden Dalam Kegiatan Kemasyarakatan

Aktivitas Kemasyarakatan Sebelum kuliah Selama kuliah

- 32 -

Page 33: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

Selalu aktif 1 10 0 0

Sering (hadir tiga kali dalam lima pertemuan) 5 50 2 20

Jarang (hanya hadir sekali dalam lima pertemuan) 4 40 5 50

Tidak aktif lagi 0 0 4 40

Total 10 100 10 100

Sumber: Kuesioner no.21 dan 22

3.3. Peran Perempuan Sebagai Karyawan

Peran perempuan sebagai karyawan yang dilakukan sebelum kuliah, hasil

pekerjaannya selalu tepat waktu walaupun hasil kerjanya dirasa pas-pasan,

sebanyak 90% responden menyatakan ini. Tetapi selama kuliah 60% responden

menyatakan bahwa tugas pekerjaannya terselesaikan dengan tidak tepat waktu.

Secara rinci peran responden dalam menyelesaikan tugas pekerjaannya sebelum

dan selama kuliah dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 4.6Peran Responden Dalam Menyelesaikan Tugas Pekerjaan

Hasil pekerjaanSebelum kuliah Selama kuliah

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

Selalu tepat waktu dan hasil 1 10 - -

- 33 -

Page 34: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

tugas dirasa memuaskan

Selalu tepat waktu dan hasil dirasa pas-pasan (hanya sekedar mengerjakan)

9 90 2 20

Tugas selesai tapi tidak tepat waktu - - 6 60

Tugas tidak terselesaikan / terbengkalai - - - -

Total 10 100 10 100

Sumber: Kuesioner no.23 dan 24

Bertambahnya peran perempuan sebagai mahasiswa mempengaruhi

perannya sebagai karyawan. Salah satu indikatornya adalah adanya teguran dari

pimpinan mengenai perubahan perannya sebagai karyawan. Responden yang

tidak pernah ditegur pimpinan sebelum kuliah sebanyak 50% dan selama kuliah

sebanyak 40%. Responden yang jarang sekali ditegur pimpinan sebelum kuliah

sebanyak 40% dan selama kuliah sebanyak 20%. Bahkan sebanyak 10%

responden yang menyatakan sering ditegur pimpinan selama dia kuliah.

Peningkatan teguran dari pimpinan terhadap responden terjadi karena perannya

bertambah yaitu sebagai mahasiswa.

Tabel 4.7Teguran Pada Responden Dari Pimpinan Tempatnya Bekerja

Teguran dari pimpinanSebelum kuliah Selama kuliah

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

- 34 -

Page 35: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

Tidak pernah mendapat teguran

5 50 4 40

Jarang sekali ditegur (sekali dalam semester)

4 40 2 20

Jarang ditegur (tiga bulan sekali)

1 10 3 30

Sering ditegur (sebulan sekali) - - 1 10

Total 10 100 10 100

Sumber: Kuesioner no.25 dan 26

Pelaksanaan ketiga peran yang dilakukan perempuan sekaligus

berdampak pada perubahan interaksi responden dengan rekan kerja di lingkup

kerjanya. Sebanyak 90% responden selalu berinteraksi aktif dengan rekan

kerjanya secara fisik sebelum kuliah dan menjadi 30% responden yang masih

aktif berinteraksi dengan rekan kerjanya secara fisik. Selama kuliah, 60%

responden menyatakan jarang sekali berinteraksi dengan rekan kerjannya secara

fisik. Perubahan interaksi perempuan akibat beban ganda tersebut, mereka

siasati dengan berinteraksi dengan non fisik yaitu menggunakan fasilitas telepon

dan internet. Tetapi ini teraksi yang terjadi juga tergolong jarang.

Tabel 4.8Interaksi Responden Dengan Rekan Kerja

Interaksi dengan rekan kerjaSebelum kuliah Selama kuliah

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

Baik (sering berinteraksi) 9 90 3 30

Jarang berinteraksi 1 10 6 60

Jarang sekali berinteraksi - - 1 10

Tidak pernah berinteraksi - - - -

Total 10 100 10 100

Sumber: Kuesioner no.27 dan 28

Perubahan peran perempuan berakibat pada kendala yang dialami

responden dalam menyelesaikan tugas perannya sebagai karyawan. Sebelum

kuliah, 80% responden menyatakan jarang sekali ada kendala dalam

- 35 -

Page 36: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

menyelesaikan tugas kerjanya tetapi selama kuliah, 30% responden

menyatakannya. Justru selama kuliah, sebanyak 40% responden menyatakan

jarang atau kendala yang dialamu dalam menyelesaikan tugas lebih banyak

daripada sebelum kuliah. Kendala yang dialami responden ini akibat beban

ganda perempuan yang waktu dan peluangnya terbagi.

Tabel 4.9Kendala Yang Dialami Responden Dalam Menyelesaikan Tugas Pekerjaan

Kendala dalam menyelesaikan Tugas

Sebelum kuliah Selama kuliah

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

Tidak ada kendala 1 10 - -

Jarang sekali (sekali dalam semester) 8 80 3 30

Jarang (sekali dalam tiga bulan) 1 10 4 40

Sering (setiap mendapat tugas selalu ada kendala) - - 3 30

Total 10 100 10 100

Sumber: Kuesioner no.29 dan 30

Prestasi kerja yang diperoleh responden mengalami perubahan akibat

pertambahan perannya. Sebelum kuliah, 80% responden jarang sekali

memperoleh prestasi kerja dan jumlah responden yang menerima prestasi kerja

menurun selama kuliah yaitu sebesar 50%. Prestasi yang diperoleh responden

tergolong jarang sebelum kuliah, sebanyak 20% dan meningkat menjadi 50%

selama kuliah. Adanya penurunan prestasi kerja yang diperoleh responden

diakibatkan perempuan yang berperan ganda.

Tabel 4.10Prestasi kerja yang diperoleh Responden

Prestasi kerja yang Sebelum kuliah Selama kuliah

- 36 -

Page 37: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

diperoleh Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

Tidak pernah - - - -

Jarang sekali (sepuluh tahun sekali) 8 80 5 50

Jarang (lima tahun sekali) 2 20 5 50

Sering (setahun sekali ) - - - -

Total 10 100 10 100

Sumber: Kuesioner no.31 dan 32

3.4. Peran Perempuan Sebagai Mahasiswa

Perempuan terlibat dalam pendidikan karena perempuan memiliki hak

yang sama dengan laki-laki. Persamaan hak ini terlihat berbeda dengan peran

yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki, karena budaya masyarakat yang

patriarkhi. Hal ini terlihat pada perempuan yang menjalankan peran ganda yaitu

sebagai ibu rumah tangga, karyawan dan mahasiswa. Dalam menjalankan

perannya sebagai mahasiswa, khususnya dalam menyelesaikan tugas kuliah, 80%

responden menyatakan bahwa tugasnya selalu dikerjakan tepat waktu tetapi

hasil kerjaannya dirasa pas-pasan (hanya sekedar mengerjakan untuk keperluan

tugas). Sebanyak 10% responden yang menyatakan bahwa tugas kuliah selalu

terselesaikan tapi tidak tepat waktu dan sebanyak 10% responden menyatakan

bahwa tugas kuliah tidak terselesaikan dengan baik.

Tabel 4.11Peran Responden Dalam Menyelesaikan Tugas Kuliah

- 37 -

Page 38: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

Menyelesaikan Tugas Kuliah Frekuensi Prosentase

Selalu tepat waktu dan hasil tugas dirasa memuaskan - -

Selalu tepat waktu dan hasil dirasa pas-pasan (hanya sekedar mengerjakan 8 80

Tugas selesai tapi tidak tepat waktu 1 10

Tugas tidak terselesaikan 1 10

Total 10 100

Sumber: Kuesioner no.33

Perubahan peran perempuan juga berpengaruh pada peran mahasiswa

yaitu menghadiri perkuliahan. Sebanyak 40% responden menyatakan selalu hadir

dalam perkuliahan dengan tepat waktu. Sebanyak 30% responden yang

menyatakan selalu hadir dalam perkuliahan tetapi tidak tepat waktu (terlambat).

Sebanyak 10% responden menyatakan sering hadir dan pernah tidak hadir dalam

perkuliahan selama dua kali pertemuan dan sebanyak 20% responden

menyatakan jarang hadir dalam perkuliahan.

Tabel 4.12Kehadiran Responden Dalam Perkuliahan

Kehadiran dalam perkuliahan Frekuensi Prosentase

Selalu hadir dan tepat waktu 4 40

Selalu hadir tapi tidak tepat waktu 3 30

Sering hadir (tidak masuk 2 kali pertemua)

1 10

Jarang Hadir (tidak masuk lebih dari 3 kali) 2 20

Total 10 100

Sumber: Kuesioner no.34

Perubahan peran perempuan juga berdampak pada interaksinya dalam

kelas, seperti dalam hal pengerjaan tugas kelompok, para perempuan dengan

peran ganda tersebut, pernah dikomplain oleh teman sekelompok. Hal ini

dijelaskan dengan hasil analisis yang menunjukkan bahwa 30% responden sering

- 38 -

Page 39: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

di komplain oleh teman sekelompoknya, dan sebanyak 30% responden

menyatakan jarang serta sebanyak 40% responden menyatakan tidak pernah di

komplain oleh temannya.

Tabel 4.13Komplain Teman Kuliah Pada Responden Dalam Tugas Kelompok

Komplain dari teman kuliah pada responden dalam tugas kelompok

Frekuensi Prosentase

Sering (setiap ada tugas kelompok selalu di komplain) 3 30

Jarang (tiga kali tugas kelompok, hanya sekali di komplain)

3 30

Tidak pernah 4 40

Total 10 100

Sumber: Kuesioner no.35

Tingkat pemahaman responden dalam menerima materi kuliah juga ikut

terkena imbas dengan pelaksanaan ketiga peran perempuan sekaligus. Sebanyak

30% responden menyatakan tidak selalu memahami dan sebanyak 30%

responden menyatakan kurang memahami materi kuliah. Alasan responden

dalam pemahaman materi kuliah ini karena dipengaruhi oleh peran gandanya.

Tabel 4.14Respon Terhadap Materi Kuliah

Respon terhadap materi kuliah Frekuensi Prosentase

Selalu memahami dengan baik 4 40

Tidak selalu memahami 3 30

Kurang memahami 3 30

Tidak memahami sama sekali - -

Total 10 100

Sumber: Kuesioner no.36

Selain itu peran ganda perempuan juga mempengaruhi perannya sebagai

mahasiswa untuk selalu belajar. Dari hasil analisis menunjukkan sebanyak 30%

- 39 -

Page 40: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

responden kurang mendapatkan kesempatan belajar di luar kampus dan

sebanyak 30% responden menyatakan sudah tidak ada kesempatan lagi untuk

belajar selain di kampus. Berkurangnya kesempatan atau bahkan tidak adanya

kesempatan responden dalam belajar di luar kampus, karena mereka harus

melakukan dua peran lainnya yaitu sebagai ibu rumah tangga dan karyawan.

Tabel 4.15Kesempatan Responden Untuk Belajar Di Luar Kampus

Kesempatan responden untuk belajar di luar kampus

Frekuensi Prosentase

Banyak kesempatan dan sering belajar

4 40

Kurang kesempatan belajar 3 30

Tidak ada kesempatan belajar 3 30

Total 10 100

Sumber: Kuesioner no.37

3.5. Perubahan Sosial Akibat Bertambahnya Peran Perempuan

Dari hasil analisis diatas menjelaskan adanya perubahan sosial terutama

perubahan peran perempuan saat memikul peran ganda (double bourden) yaitu

sebagai ibu rumah tangga, sebagai karyawan dan sebagai mahasiswa. Peran

perempuan sebagai ibu rumah tangga merupakan peran alamiah yang menjadi

bebannya setelah dia menikah. Peran perempuan sebagai ibu rumah tangga dan

sebagai karyawan menunjukkan bahwa perempuan turut serta dalam

peningkatan pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga ini untuk meningkatkan

kesejahteraan keluarga, dimana peran untuk mensejahterakan keluarga adalah

peran laki-laki dan perempuan. Peran perempuan atau istri terlihat lebih banyak

daripada suami karena istri mempunyai dua peran yang harus dilakukan

sekaligus yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai karyawan.

Peran perempuan dalam rumah tangga yang meliputi mengatur menu,

memasak, mencuci perabot rumah tangga dan pakaian, menyeterika dan belanja - 40 -

Page 41: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

kebutuhan rumah tangga serta mengurus anak. Disamping itu peran perempuan

sebagai istri yaitu menemani suami dan menjaga keharmonisan keluarga. Peran

sebagai ibu rumah tangga yang begitu banyak dan ditambah lagi perannya

sebagai karyawan membuat istri memutuskan untuk memakai jasa orang lain

untuk membantunya di kegiatan domestik. Keputusan ini juga disetujui oleh

suami yang merupakan kepala keluarga. Jasa orang lain yang dimaksud adalah

pembantu dan atau kerabat. Jasa pembantu digunakan untuk membantu istri

dalam hal memasak, mencuci, menyeterika dan membersihkan rumah serta

mengasuh anak saat istri sedang bekerja. Terdapat responden yang

menggunakan jasa kerabat untuk hal pengasuhan anaknya dan jasa pembantu

hanya sebatas mencuci, menyeterika dan membersihkan rumah.

Beban peran perempuan akan bertambah saat mereka juga berperan

sebagai mahasiswa. Ketiga peran yang dilakukan perempuan sekaligus

berdampak pada perubahan peran. Perubahan peran yang tampak jelas pada

rumah tangga terlihat adanya penggantian peran di sekor domestik yang lebih

banyak dilakukan oleh orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat degradasi

peran yang semula kegiatan domestik dilakukan sendiri oleh istri kemudian

selama kuliah beralih peran ke orang lain untuk urusan domestik.

Dalam dunia kerja, perempuan juga dituntut untuk mampu bersaing

dengan rekan kerjanya. Salah satu cara agar bisa mendapatkan bersaing yaitu

dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan. Sedangkan perubahan sosial dari

ketiga peran yang dilakukan perempuan di tempat kerjanya adalah perubahan

hasil pekerjaannya yang tidak dapat diselesaikan secara tepat waktu dan kadang

mendapat teguran dari pimpinan. Perubahan sosial yang terjadi dalam hal

interaksi dengan rekan kerja tidak mengalami perubahan yang berarti, karena

interaksi tidak hanya dilakukan dengan bertemu fisik tetapi dengan adanya

teknologi, perempuan dapat berinteraksi melalui telpon dan internet.

Dampak pelaksanaan ketiga peran perempuan sekaligus pada aktivitas

perkulihan yaitu seringnya tugas kuliah dikerjakan dengan semampunya karena

- 41 -

Page 42: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

berbenturan dengan peran yang lain. Selain itu dampak perubahan sosial

terhadap peran ganda tersebut juga pada keaktifan kuliah yaitu perempuan tidak

selalu hadir dalam perkuliahan dan berdampak pada proses belajar di luar

kampus (rumah).

Selama menjalankan perannya sebagai mahasiswa, perempuan harus

mengorbankan perannya sebagai karyawan dan ibu rumah tangga, begitu juga

sebaliknya. Perubahan peran perempuan ini disebabkan oleh terbaginya waktu

karena ketiga peran tersebut yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

BAB IV

- 42 -

Page 43: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan-temuan data dilapangan, peneliti dapat menarik

beberapa kesimpulan mengenai Peran Perempuan sebagai Ibu Rumah

Tangga, Karyawan dan Mahasiswa antara lain :

1. Peran perempuan sebagai ibu rumah tangga dimana perannnya disektor

domestik yang sebelumnya dilakukan penuh oleh istri sekarang dibantu

oleh orang lain.

2. Dengan bertambahnya peran perempuan sebagai mahasiswa

menyebabkan terjadinya perubahan peran perempuan sebagai karyawan

dalam hal ini tugas pekerjaan menjadi tidak optimal (hasilnya tidak sesuai

dengan target).

3. Dengan bertambahnya peran perempuan sebagai mahasiswa menjadikan

perempuan berperan seadanya dalam menjalani studi, hal ini disebabkan

oleh terbaginya waktu dengan peran lain.

4.2. Saran

Apabila peran perempuan dijalankan sebaik mungkin, baik sebagai ibu

rumah tangga, karyawan dan mahasiswa dijalankan dengan baik tidak akan

menggangu peran-peran tersebut. Jika peran tersebut dilakukan tidak seimbang

maka akan terjadi konflik dalam rumah tangga, perkerjaan.

1. Perempuan dapat melakukan ketiga peran yaitu sebagai ibu rumah

tangga, karyawan dan mahasiswa secara bersamaan dengan adanya

dukungan penuh dari keluarga. Dukungan ini dapat berupa pembagian

peran di sektor domestik.

2. Karena interaksi yang baik dengan rekan kerja, peran perempuan sebagai

karyawan dapat dilakukan bersama (pembagian tugas yang baik)

- 43 -

Page 44: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

3. Peran perempuan sebagai mahasiswa dapat dijalankan dengan baik

melalui forum diskusi kelas untuk mensiasati kurangnya kesempatan

belajar di luar kampus (dirumah).

- 44 -

Page 45: Peran Perempuan (Kuantitatif) Edit Isti

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Profil Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga. Diakses pada http://www.fisip.unair.ac.id tanggal 7 Januari 2010

Berry, David, 1982. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta: Rajawali

Budiman, Arief. 1985. Pembagian Kerja Secara Seksual. Jakarta

Gorda, I Gusti Nggurah. 1994. Manajemen Sumber daya Manusia. Denpasar: Widya Kriya Germatama

Hasibuan, Malayu S.P. 1990. Manajemen Sumber Daya Manusia dasar dan Kunci Keberhasilan. Jakarta: CV. Haji Masagung

Horton, Paul.B &Chester L.Hunt. 1991. Sosiology. 6 th ed. (terjemahan). Jakarta: Erlangga

Moleong, Lexi.j. 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Poloma, Margareth. 2002. Sosiologi Kontemporer.Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Raho, Bernard SVD, 2003. Keluarga Berziarah Lintas Zaman. Flores : Nusa Indah.

Saefullah, Ali. 1987. Administrasi dan supervise pendidikan, Bandung, Jermmars.

Saydam, Gouzali. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resources Management): Suatu Pendekatan Mikro (Dalam Tanya Jawab). Jakarta: Djambatan

Sedarmayanti, Syarifusin Hidayat. 2002. Metodologi Penelitian. Bandung. CV.Mandar Maju.

- 45 -