38
Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke Eko Arisetijono Pusat Penanggulangan dan Pelayanan Stroke Terpadu RSSA/FKUB & Stroke Unit RS Panti Nirmala Pendahuluan Stroke merupakan kumpulan gejala akibat proses patologi di otak yang didasari oleh berbagai factor resiko. Menurut EUSI 2003, stroke atau serangan otak (brain attack) adalah defisit neurologis mendadak susunan saraf pusat yang disebabkan oleh peristiwa iskemik atau hemoragik. 4) Berdasarkan proses patologi, stroke terbagi dalam beberapa jenis. (1) stroke infark atau stroke iskemik, dan (2) stroke perdarahan yang mencakup perdarahan intra serebral dan perdarahan subarakhoid. Penelitian di Indonesia menunjukkan 65% stroke adalah infark serebral, 33% perdarahan intra serebral, dan sekitar 2% disebabkan oleh perdarahan sub arakhoid. 2 Pendekatan terhadap kasus-kasus neurology belakangan mulai berkembang kearah penanganan yang lebih agresif dan sesegera mungkin dengan tujuan menurunkan tingkat kematian, menurunkan angka kesakitan, mempersingkat lama perawatan, menurunkan angka kecacatan dan menekan biaya perawatan. Sebagian dari kasus neurology termasuk stroke merupakan kasus dengan kondisi kritis

Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

Eko Arisetijono

Pusat Penanggulangan dan Pelayanan Stroke Terpadu RSSA/FKUB &

Stroke Unit RS Panti Nirmala

Pendahuluan

Stroke merupakan kumpulan gejala akibat proses patologi di otak yang didasari

oleh berbagai factor resiko. Menurut EUSI 2003, stroke atau serangan otak (brain attack) adalah

defisit neurologis mendadak susunan saraf pusat yang disebabkan oleh peristiwa iskemik atau

hemoragik. 4)

Berdasarkan proses patologi, stroke terbagi dalam beberapa jenis. (1) stroke infark atau

stroke iskemik, dan (2) stroke perdarahan yang mencakup perdarahan intra serebral dan

perdarahan subarakhoid. Penelitian di Indonesia menunjukkan 65% stroke adalah infark serebral,

33% perdarahan intra serebral, dan sekitar 2% disebabkan oleh perdarahan sub arakhoid.2

Pendekatan terhadap kasus-kasus neurology belakangan mulai berkembang kearah

penanganan yang lebih agresif dan sesegera mungkin dengan tujuan menurunkan tingkat

kematian, menurunkan angka kesakitan, mempersingkat lama perawatan, menurunkan angka

kecacatan dan menekan biaya perawatan. Sebagian dari kasus neurology termasuk stroke

merupakan kasus dengan kondisi kritis yang membutuhkan penanganan intensif yang cepat, tepat

dan cermat.

Cerebrovascular disease atau stroke merupakan keadaan emergensi sehingga akhir-akhir

ini muncul istilah brain attack. Istilah ini harus dikampanyekan dan dimasyarakatkan dengan

harapan timbul kesadaran dalam masyarakat bahwa begitu mengalami/menghadapi serangan

stroke, harus segera meminta pertolongan kepada yang berkompeten. Sehubungan dengan itu

tentu saja dituntut kesiapan rumah sakit, terutama sumber daya manusianya (dokter) dalam

penanggulangan emergensi stroke.Pemanfaatan waktu emas (golden period) 6-8 jam hendaklah

semaksimal mungkin dan harus tepat serta akurat sehingga kerusakan otak lebih lanjut

(secondary insult) dapat dicegah.

Page 2: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

Paradigma stroke yang terbaru adalah stroke tidak semata mata gangguan fungsi otak saja

tetapi merupakan satu kesatuan dengan adanya gangguan pembuluh darah otak yang

mengakibatakan gangguan fungsi otak tersebut.

Otak merupakan organ yang paling aktif secara metabolic dalam tubuh kita. Berat otak

hanya 2% dari berat badan tubuh kita,tetapi otak memerlukan 15-20% dari kardiak output total

saat beristirahat yang diperlukan untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan otak terhadap

oksigen dan glukosa sebagai satu satunya makanan otak. Kecepatan aliran darah otak yang

normal adalah lebih dari 100mL/100mg/min. Stroke yang merupakan manifestasi dari

menurunnya fungsi neuron terjadi apabila kecepatan aliran darah otak terjadi pada level kurang

dari 18 mL/100 mg/min.

Ischemic cascade

Proses yang terjadi pada stroke pada tingkat selular adalah hal yang kita sebut sebagai “

ischemic cascade” Banyak factor yang mempengaruhi terjadinya kematian neuron dan factor

tersebut mempengaruhi dalam waktu yang relative cepat. Dalam hitungan detik sampai ke menit

akibat terganggunya suplai oksigen dan glukosa tersebut mulailah terjadinya proses yang kita

sebut dengan “ ischemic cascade”. Proses ini merupakan proses yang rumit dan akan terus

berlanjut apabila tidak segera dihentikan yang akan berakibat semakin luasnya kerusakan sel

otak tersebut bahkan pada area otak yang tidak terganggu.

Ischemic penumbra

Merupakan area di sekitar neuron yang mengalami kerusakan akibat stroke yang mana

daerah ini biasanya juga sudaah mengalami penurunan kecepatan aliran darah yang apabila tidak

segera dilakukan tindakan akan berakibat kematian sel neuron.

Di Indonesia stroke menjadi penyebab penyebab kematian pertama di rumah sakit sejak

tahun 1996 hingga 2005. Data insiden stroke di masyarakat hingga saat ini belum ada. Menurut

data Depkes, jumlah penderita stroke yang dirawat di rumah sakit mengalami kenaikan dari

waktu ke waktu; Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, sampai tahun 1995 rata-rata

dirawat 726 penderita stroke dengan CFR (case fatality rate) rata-rata 37,2% sedangkan pada

tahun 2000 terdapat 1000 orang penderita yang dirawat; RSUP Djamil Padang tahun 1995

Page 3: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

jumlah 37 pada tahun 1999 menjadi 279; RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi pada tahun 1999

menjadi 830 dan RSUP Sanglah Bali pada tahun 1999 748 penderita.

Sumber data ASNA (Asean Neurological Association) melaporkan selama kurun waktu 6

bulan (Oktober 1996-Maret 1997) terdapat 2065 pasien stroke akut yang terdaftar di 28 Rumah

Sakit yang mewakili daerah dengan populasi padat di Indonesia. Sejumlah 13 Rumah sakit

berlokasi di Jawa, Sumatera dan Jakarta.

Permasalahan yang mendasari dibutuhkannya unit stroke, antara lain:

1. Insiden stroke di Indonesia yang tinggi dan cenderung meningkat terus, seiring dengan

meningkatnya faktor resiko, penyebab dan pencetus stroke (gaya hidup masyarakat di

perkotaan meliputi pola makan, merokok, aktifitas dan stress; dampak urbanisasi dan

globalisasi), serta pengaruh dari meningkatnya jumlah populasi lanjut usia sebagai akibat

bertambahnya umur harapan hidup.

2. Stroke dapat menyebabkan kematian dan menjadi penyebab kecacatan yang utama.

3. Pemahaman pimpinan Rumah Sakit dan para klinisi selain neurolog tentang stroke dan

cara penanggulangannya masih perlu ditingkatkan.

4. Dibutuhkan manajemen/penatalaksanaan khusus dalam penatalaksanaan stroke di rumah

sakit.

5. Belum adanya standarisasi pelayanan yang menyeluruh dan terpadu dalam penanganan

stroke secara menyeluruh dan terpadu.

6. Belum adanya bentuk pelayanan multidisiplin untuk penderita stroke di Rumah Sakit.

7. Belum ada konsep-konsep dan prosedur penanganan terpadu neurorestorasi pada stroke.

8. Tantangan dalam pengobatan/penatalaksanaan stroke akut masih terus berkembang.

9. Belum tersebarluasnya pedoman penatalaksanaan stroke yang melibatkan baik pasien,

keluarga maupun masyarakat mengenai kedaruratan stroke dan upaya-uapaya

preventifnya.

10. Kurangnya kemampuan dan ketrampilan tenaga kesehatan di rumah sakit dalam

penatalaksanaan stroke akut.

11. Kurangnya penelitian /kajian tentang data dasar stroke.

Page 4: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

Menurut data AHA 2004 Stroke merupakan ranking ke 2 atau 18 % penyebab kematian

di USA 3). Golden period managemen stroke < 3 jam (Trombolisis) sehingga diperlukan

penatalaksanaan stroke terpadu dengan multidisipliner 4).

Menurut data EUSI 2003 Stroke Unit Trialist Collaboration 2003 : adanya Stroke Unit

menurunkan angka kematian 18%, penurunan kematian atau ketergantungan sebanyak 29%

dan penurunan kematian atau kebutuhan perawatan khusus 25 % 4). Di RSCM sejak 1994

dengan adanya stroke unit menurunkan kematian stroke 13% 4)

Data Evidence Base Medicine dari Royal College pada buku “ National clinical

guidelines for Stroke “ edisi kedua tahun 2004, oleh Stroke Unit Trialist Collaboration 2004

Cohrane review meta analisis 26 RCT pada 4911 pasien , membandingkan pelayanan Stroke

Unit dengan perawatan ruang biasa, menunjukkan menurunkan mortalitas dan morbiditas,

sedang lama perawatan tidak memanjang secara signifikan 6)

Data Evidence Base Medicine di Swedia 1999 dari 80 rumah sakit dengan 14308 pasien,

membandingkan pelayanan Stroke Unit dengan perawatan ruang biasa, menunjukkan

menurunkan mortalitas dan morbiditas, sedang lama perawatan tidak memanjang secara

signifikan 6)

Faktor-faktor yang mendukung didirikannya Unit Stroke.

1. Beberapa negara maju (Inggris, Australia dan Amerika Serikat) telah menyelenggarakan

pelayanan unit stroke yang berdasarkan evidence based medicine berhasl menurunkan

angka kematian dan kecacatan akibat stroke.

2. Di Indonesia khususnya RSCM dengan menyelenggarakan pelayanan unit stroke,mampu

menurunkan angka kematian dan kecacatan akibat stroke.

3. Penyelenggaraan pelayanan unit stroke, bukan merupakan pelayanan yang membutuhkan

biaya operasional yang mahal, sehingga dinilai cukup feasible, atau layak untuk

diterapkan.

Page 5: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

4. Penyelenggaraan pelayanan unit stroke membutuhkan pengorganisasian tim yang baik

dan terpadu dengan dukungan tenaga terampil dan profesional.

5. Evaluasi kegawatdaruratan dan terapi pada jam-jam pertama menentukan prognsis;

penyakit dan kualitas hidup.

6. Protocol medis yang tertulis

D. Landasan Hukum Stroke Unit Di Indonesia

Undang-undang Kesehatan no 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

Undang-undang no 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

Peraturan Pemerintah no 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

Peraturan Pemerintah no 25 tahun 2000 tanggal 6 mei tentang Kewenangan Pemerintah

dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.

Dalam Konsensus National Asosiasi Stroke di Amerika Serikat yang berjudul “Stroke

The First Hours Emergency Evaluation and Treatment” menyatakan bahwa stroke membutuhkan

pemahaman dan penanganan secara khusus baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat

setempat dalam penatalaksanaannya. Rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan gawat

darurat yang cepat. Tersedianya unit perawatan khusus stroke, termasuk pelayanan ICU.

Perawatan khusus ini di banyak negara diselenggarakan dalam bentuk perawatan terpadu di Unit

Stroke.4,5 Berdasarkan evidence based medicine di negara maju, terbukti adanya penurunan

angka kematian dan angka kecacatan stroke sejak diterapkan perawatan di Unit Stroke.

Di RSCM dikembangkan dua macam jenis pelayanan stroke yaitu Sroke Corner dan

Stroke Unit dengan keuntungan dan kerugiannya sebagai berikut 4) :

Stroke Unit Stroke Corner

• high care management • moderate care management

• angka mortalitas & morbiditas turun • angka mortalitas & morbiditas turun

• diperlukan spesialis multi disiplin yang • tidak perlu spesialis multidisiplin

Page 6: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

• sarana prasarana komplit & mahal • sarana prasarana sederhana& murah

• perlu paramedis mahir stroke unit • cukup paramedis terlatih

• standard internasional • standard lokal

DASAR RASIONAL

1. Insiden stroke di Indonesia yang tinggi dan cenderung meningkat terus, seiring dengan

meningkatnya faktor resiko, penyebab dan pencetus stroke (gaya hidup masyarakat di perkotaan

meliputi pola makan, merokok, aktifitas dan stress; dampak urbanisasi dan globalisasi), serta

pengaruh dari meningkatnya jumlah populasi lanjut usia sebagai akibat bertambahnya umur

harapan hidup.

2. Sesuai dengan PERMENKES tentang: “ Standart Pelayanan Stroke Unit “ yang menyatakan

bahwa semua rumah sakit harus mempunyai STROKE UNIT .

3. Stroke merupakan penyakit nomer 1 dari 10 penyakit terbanyak di IRNA I RSSA (sumber

Laporan IRNAI RSSA 2002 -2005)

4. Stroke dapat menyebabkan kematian nomer 2 di dunia, nomer 1 di IRNA I RSSA (sumber

Laporan Tahunan RSSA 2005) dan menjadi penyebab kecacatan nomer 1 di dunia

5. Data Evidence Base menunjukkan adanya stroke unit menurunkan mortalitas dan morbiditas

stroke secara signifikan.

6. Penanganan stroke pra hospital, hospital dan post hospital masih jauh dari standar

international.

7. Diperlukan suatu ruangan khusus/ tersendiri untuk penanganan stroke denga pertimbangan :

a. Dalam waktu singkat (Time window 3 jam) diperlukan kerjasama multidsiplin (Neurologi,

Emergency Medicine, Radiology, Patologi klinik, kardiologi, Penyakit Dalam, Bedah saraf.

Page 7: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

b. Perawatan khusus untuk penderita stroke dikarenakan adanya masalah yang terkait stroke

(Gangguan kesadaran, gangguan pernafasan, gangguan menelan, kejang, stress ulcer dll).

c. Perlu spesifikasi ruangan yang berbeda dengan ruangan lain seperti, bed khusus (anti

dekubitus), toilet khusus, ruangan rehabilitasi khusus.

8. Tantangan dalam pengobatan/penatalaksanaan stroke akut masih terus berkembang

(Trombolisis terapi, Interventional neuroradiologi, Endoscopic evacuation, Radiosurgery)

9. Belum tersebar luasnya pedoman penatalaksanaan stroke yang melibatkan baik pasien,

keluarga maupun masyarakat mengenai kedaruratan stroke dan upaya-uapaya preventifnya.

10. Kurangnya kemampuan dan ketrampilan tenaga kesehatan di rumah sakit dalam

penatalaksanaan stroke akut.

11. Kurangnya penelitian / kajian tentang data dasar stroke.

Sekurang-kurangnya ada 5 komponen dalam strategi penanggulangan stroke (Warlow, 1996;

Pokdi Serebrovaskuler & Neurogeniatri, 2000) . Kelima komponen tersebut adalah:

1. Promotif. Upaya ini bertujuan untuk menurunkan angka kejadian stroke dengan

mencegah peningkatan faktor resiko stroke di masyarakat. Termasuk upaya ini adalah

kampanye atau penyuluhan tentang gaya hidup sehat agar terhindar dari berbagai faktor

resiko stroke, seperti merokok, minum alkohol, inaktivitas, dan obesitas.

2. Prevensi primer. Upaya ini bertujuan untuk menurunkan angka kejadian stroke dengan

mencari dan mengobati individu yang mempunyai faktor resiko tinggi terserang stroke,

antara lain: hipertensi, diabetes melitus dan penyakit jantung.

3. Prevensi sekunder, untuk mencegah serangan ulang pada penderita yang pernah

mengalami serangan stroke atau TIA (transient ischemic attack). Upaya ini diharapkan

dapat menurunkan angka kekambuhan (rekurensi).

4. Terapi stroke fase akut. Upaya ini bertujuan untuk menurunkan angka kematian dan

kecacatan pada penderita yang mengalami serangan stroke untuk pertama kalinya

maupun serangan ulang.

Page 8: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

5. Rehabilitasi. Di samping keempat komponen di atas, tidak kalah pentingnya adalah

usaha meningkatkan kemandirian penderita melalui upaya rehabilitasi.

Tabel 1. Beberapa Bentuk Pelayanan Stroke

Strategi Tujuan Sasaran Bentuk Pelayanan

Promotif Menurunkan angka

kejadian (insidens)

Masyarakat sehat

tanpa faktor resiko

Kampanye atau

penyuluhan untuk

menghindari

berbagai faktor

resiko stroke, seperti

merokok, minum

alkohol, inaktivitas,

dan obesitas.

Prevensi primer Menurunkan angka

kejadian (insidens)

Individu resiko

tinggi

Stroke Check Up

Untuk mencari dan

mengobati individu

yang mempunyai

faktor resiko tinggi

terserang stroke,

antara lain

hipertensi, diabetes

melitus, dan

penyakit jantung.

Terapi fase akut Menurunkan angka

kematian dan

kecacatan

Penderita stroke

akut serangan

pertama atau ulang

Rawat inap di

bangsal saraf atau

unit stroke

Rehabilitasi Meningkatkan Penderita pasca Klinik fisioterapi,

Page 9: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

kemandirian stroke (yang tidak

mandiri)

terapi

wicara/bahasa,

terapi okupasi.

Prevensi sekunder Menurunkan angka

kekambuhan

Penderika pasca

stroke

Klinik rawat jalan,

neurovaskular

invasif

“STROKE CHAIN SURVIVAL AND RECOVERY”

Salah satu komponen krusial dalam penanggulangan stroke adalah upaya terapi stroke

fase akut. Paradigma lama memandang terapi stroke akut dengan cara pandang “wait and see”,

sehingga penderita yang mengalami serangan stroke dibawa ke rumah sakit hanya jika gejala

stroke semakin memberat. Berbagai studi klinik telah menyimpulkan bahwa serangan stroke

merupakan keadaan darurat yang harus segera ditangani, sebagaimana penanganan trauma berat

atau infark miokard akut. Dengan demikian, “time is brain” merupakan cara pandang yang

lebih tepat dalam terapi stroke fase akut (Warlow, 1996; Lewandowski, 2001). Terapi

trombolitik pada penderita stroke iskemik akut, misalnya, saat ini hanya dilakukan saat selang

waktu 3 jam sejak terjadinya serangan stroke (Marler, 2001)..

Keberhasilan terapi stroke akut sangat ditentukan oleh beberapa tahap yang merupakan

mata rantai yang saling berkait (Gambar 2). “Stroke chain survival and recovery” tersebut

meliputi (Kidwell, 2000; Lewandowski, 2001):

1. Detection. Pengenalan gejala dan tanda-tanda stroke oleh penderita, keluarga atau orang

di sekitar penderita.

2. Dispatch. Sistem komunikasi yang baik antara masyarakat dan rumah sakit.

3. Delivery. Fasilitas pengiriman penderita ke rumah sakit. Berdasarkan hasil pelayanan

ambulans darurat merupakan komponen paling signifikan yang berhubungan dengan

kecepatan penderita stroke tiba di unit pelayanan stroke

4. Door. Bagian triage dari instansi rawat darurat.

5. Data. Evaluasi penderita, termasuk pemerisaan CT scan kepala.

Page 10: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

6. Decision. Penentuan diagnosis dan rencana penanganan selanjutnya. Di sini, peran

neurologist sangat menentukan keberhasilan terapi.

7. Drug therapy. Pengobatan umum dan spesifik, termasuk tindakan bedah bila diperlukan.

8. Device. Perlengkapan atau sarana perawatan akut dan rehabilitasi dini. Dari penelitian

yang dilakukan Indredavik dkk (1999a), mobilisasi atau latihan dini merupakan faktor

terpenting yang berkaitan dengan keberhasilan terapi.

ORGANISASI PELAYANAN PENDERITA STROKE AKUT

Sampai saat ini terdapat berbagai bentuk organisasi pelayanan penderita stroke akut.

Setelah tiba di triage dan menjalani evaluasi di instalasi rawat darurat, sebagian besar

penderita dirawat di bangsal umum (general medical/neurologist words). Sebagian yang lain

di rawat di bangsal perawatan khusus stroke (stroke-spesific units) (Warlow,

1996;Langhorne,1998).

Bangsal Umum

Di bangsal umum, penderita stroke akut dirawat bersama-sama dengan penderita lain.

Dalam bangsal, dilakukan perawatan penderita sesuai prosedur perawatan stroke akut.

Penderita dirawat oleh dokter dan paramedik dengan kemampuan yang baik dalam merawat

setiap penderita darurat pada umumnya. Perawatan neurorehabilitasi dan konsultasi kepada

bagian lain biasanya dilakukan bila dianggap perlu oleh dokter yang merawat.

Bangsal Perawatan Khusus Stroke

Saat ini terdapat berbagai model perawatan khusus bagi penderita stroke, antara lain unit

perawatan intensif penderita stroke akut, unit neurorehabilitasi stroke, serta unit perawatan

stroke akut dan rehabilitasi dini.

Unit Perawatan Intensif

Unit perawatan intensif penderita stroke akut (stroke intensive care unit) disediakan

khusus untuk merawat penderita stroke akut yang berat. Mencontoh keberhasilan unit

perawatan intensif penyakit jantung koroner (ICCU), unit ini hanya melakukan perawatan

singkat sampai beberapa hari saja. Unit ini dilengkapi berbagai fasilitas canggih, antara lain

Page 11: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

alat pemantau intensif berbagai fungsi fisiologik (jantung, rehabilitatif respiratorik, dan

neurologik), serta kemampuan untuk melakukan tindakan intensif terhadap peningkatan

tekanan intrakranial dan keadaan gawat lainnya. Dengan fasilitas pemeriksaan canggih,

pemantauan ketat, dan perawatan yang sangat intensif, diharapkan “accute neurovascular

intensive care unit” ini mampu menurunkan angka kematian penderita stroke akut.

(Mansbach, 1997).

Unit Neurorehabilitasi Penderita Stroke

Unit ini menekankan perawatan penderita pasca stroke daripada perawatan stroke akut.

Penderita yang dirawat di unit ini biasanya sudah selesai menjalani terapi stroke akut di

bangsal umum atau bangsal perawatan khusus stroke akut. Fisioterapi, terapi wicara, terapi

okupasi, dan upaya neurorehabilitatif lain yang dilakukan terutama untuk menurunkan angka

ketergantungan, atau meningkatkan kemandirian penderita yang mengalami cacat akibat

stroke. Perawatan di unit ini menunjukkan perbaikan fungsional yang nyata dan lebih cepat

(Kalra, 1994a). Kalra (1994b) juga melaporkan adanya perbaikan fungsional yang lebih

mencolok pada kelompok usia dibawah 75 tahun dibanding kelompok usia diatas 75 tahun.

Unit Perawatan Stroke Akut dan Rehabilitasi Dini

Unit ini melakukan perawatan penderita stroke akut sesuai prosedur terapi stroke akut

dan komplikasinya, disertai neurorehabilitasi yang dimulai sedini mungkin. Unit semacam

inilah yang sekarang lebih sering dikembangkan sebagai unit stroke.

Unit Stroke

Tidak ada satu model baku unit stroke. Unit stroke di satu negara mungkin berbeda

dengan unit stroke di negara lain. Bahkan beberapa unit stroke di satu negara mungkin saja

berbeda satu sama lain. Kendati demikian, dapat dijumpai beberapa karakteristik berikut ini

pada berbagai model unit stroke (Warlow, 1996; Mansbach, 1997; Davis, 1997; Langhorne,

1998; Adam, 1998; Caplan, 2000).

1. Program pelayanan penderita stroke akut dan rehabilitasi dini.

2. Perawatan penderita dikendalikan oleh tim multidisipliner (TMD).

3. Perawatan dilakukan dalam bangsal khusus.

4. Prosedur tetap yang terus dikembangkan sesuai tujuan perawatan.

Page 12: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

5. Pendidikan dan pelatihan staf dilakukan secara terprogram.

6. Keterlibatan keluarga penderita selama perawatan.

Program Pelayanan Penderita Stroke dan Neurorehabilitasi Dini

Unit stroke melakukan aktivitas diagnosis dan terapi stroke akut, termasuk upaya

penanganan penyakit vaskular yang mendasari terjadinya stroke, serta komplikasinya. Untuk

itu, unit stroke memerlukan fasilitas yang memungkinkan untuk mengakses secara cepat

berbagai pemeriksaan laboratorium yang diperlukan, foto thoraks, dan elektrokardiografi,

yang tersedia dalam 24 jam. Klinik neurovaskular non-invasif (misalnya CT scan, MRI,

Doppler transkranial, dan ekokardiografi), maupun invasif (misalnya angiografi), sangat

mendukung keberhasilan unit stroke.

Upaya neurorehabilitasi dilakukan secara integratif dengan pengobatan stroke akut sejak

saat penderita dirawat di unit stroke. Dengan demikian, neurorehabilitasi merupakan unsur

yang tak terpisahkan dari perawatan penderita stroke akut, termasuk pula dalam penentuan

dan pemecahan masalah serta tujuan terapi.

Tim Multidisipliner (TMD).

Perawatan penderita di unit stroke di kendalikan oleh TMD yang terdiri dari dokter,

perawat, fisioterapist, terapist wicara/bahasa, terapist okupasi, pekerja sosial, dan ahli gizi.

Dokter spesialis saraf (sebagai ketua tim) mengendalikan perawatan penderita di unit stroke.

Dokter spesialis lain (kardiolog, radiolog, penyakit dalam, psikiatrist, bedah saraf, dan

anestesi) bertindak sebagai konsultan yang dihubungi sesuai masalah yang dihadapi. Kegiatan

masing-masing anggota TMD dicatat dan dievaluasi. Untuk menilai dan mengatasinya

berbagai masalah penderita yang dirawat, TMD mengadakan pertemuan berkala (biasanya

setiap minggu).

Bangsal Khusus

Unit stroke menempati bangsal khusus dengan kapasitas sekitar 6 sampai 15 tempat tidur.

Jumlah tempat tidur ini tergantung pada kemampuan perawatan dan tenaga medik maupun

paramedik yang tersedia. Agar perawatan bisa dilakukan secara efektif, idealnya rasio tenaga

Page 13: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

paramedik dan penderita adalah 1:1. Selain sarana perawatan akut, bangsal khusus ini

dilengkapi juga dengan sarana rehabilitasi dini.

Manfaat Unit Stroke

Beberapa peneliti telah menunjukkan hasil (outcome ) yang lebih baik bagi penderita

stroke yang dirawat di unit stroke dibandingkan bangsal umum. Sebagian diantaranya dapat

dilihat pada tabel 2.

Indredavik dkk (1991) melaporkan penurunan angka kematian dalam 6 minggu setelah

dirawat di unit stroke. Selain itu, dijumpai pula perbaikan status fungsional dalam waktu 6

dan 12 minggu setelah penderita yang dirawat di unit stroke. Langhorne dkk (1993)

membuktikan pula bahwa perawatan di unit stroke mampu menurunkan angka kematian dan

ketergantungan angka kematian dan ketergantungan penderita Stroke Unit Triallists

Collaboration (1997) menyimpulkan bahwa menurunnya angka kematian penderita yang

dirawat di unit stroke terutama karena berkurangnya kematian akibat komplikasi sekunder.

Sedangkan penurunan angka ketergantungan adalah sebagai akibat penurunan disabilitas.

Tabel 2. Manfaat Unit Stroke

Manfaat Unit Stroke Beberapa Sumber Penelitian

1. Menurunkan angka kematian,

meningkatkan angka survival; saat

dirawat, jangka pendek, jangka

panjang

Indredavik (1991), Langhorne (1993),

Jorgensen (1995), Ronning (1998a),

Jorgensen (1999), Indredavik (1999b)

2. Menurunkan angka kekambuhan

selama dirawat

Ronning (1998b).

3. Memperbaiki status fungsional:

jangka pendek, jangka panjang

Indredavik (1991) (1997) (1999b)

4. Menurunkan kecacatan dan Indredavik (1998) (1999b), Glader (2001)

Page 14: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

ketergantungan, meningkatkan

kualitas hidup (jangka panjang)

5. Mempersingkat masa perawatan,

menghemat biaya perawatan

Jorgensen (1995) (2000)

TUJUAN UNIT STROKE:

1. Menurunkan angka kematian penderita stroke

2. Menurunkan angka kecacatan fisik penderita stroke

3. Menurunkan angka kesakitan penderita stroke

4. Mempersiapkan penderita stroke untuk kembali pada fungsi semula di masyarakat

5. Meningkatkan rasa percaya diri penderita stroke

6. Mendidik, melatih sumber daya manusia dan menyebarkan metode perawatan dan pelatihan

penderita stroke

7. Mengintensifkan pencegahan primer dan pentingnya penanganan yang cepat pada penderita

stroke baru

8. Mendidik masyarakat dan menyebarkan metoda perawatan dan pelatihan bagi penderita

pasca stroke.

Anggota tim stroke harus mempunyai kompetensi dan pengetahuan mengenai tatalaksana

stroke yang meliputi:

1. Melakukan diagnosa, terapi,perawatan dan evauasi stroke akut.

2. Membantu pemulihan penderita stroke seoptimal mungkin.

3. Menurunkan insiden stroke melalui usaha prevensi primer dengan edukasi.

4. Mengimplementasikan prevensi sekunder untuk menurunkan risiko stroke ulang.

5. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan riset stroke.

B. RUANG LINGKUP

Page 15: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

Berdasarkan patofisiologi dan perjalanan penyakit, penatalaksanaan terhadap penderita

stroke dimulai sejak fase prapatogenesa,fase patogenesa dan fase pasca patogenesa, dengan

pendekatan pelayanan paripurna dan terpadu.

Fase prapatogenesa merupakan suatu fisik seseorang/individu yang mempunyai potensi untuk

mendapat serangan stroke, kecenderungan ini umumnyadisebabkan oleh adanya faktor resiko

(hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, hiperkolesterol, dll) yang sudah lama diderita

pasien.

Fase patogenesa umumnya terjadi pada individu yang sedang menderita serangan stroke dan

membutuhkan terapi/tindakan klinis di rumah sakit, penatalaksanaan fase ini terdiri dari

penatalaksanaan stadium hiperakut, stadium akut dan stadium sub akut .

Pada fase pasca patogenesa, penatalaksanaan stroke setelah melampaui fase akut mengutamakan

prosedur neurorestorasi. Lesi patologik dianggap sudah stabil dan perubahan yang ada hanya

merupakan proses adaptif dari sistem saraf terhadap lesi patologik atau adaptasi sosial terhadap

kemampuan dan kecacatan yang ada.

1. Stadium Hiperakut

Stadium Hiperakut adalah kumpulan gejala klinis yang terjadi pada menit/1 jam pertama

serangan otak. Saat ini merupakan waktu yang ideal untuk melakukan tindakan

emergency.

2. Stadium Akut

Stadium Akut ditandai oleh keadaan fungsi vital dan keadaan klinis yang belum stabil.

Keadaan ini berlangsung sejak fase hiperakut sampai dengan 2 minggu pasca serangan,

tergantung dari jenis stroke dan keparahannya.

3. Stadium sub Akut.

Page 16: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

Stadium sub akut ditandai oleh adanya pemulihan pada lesi patologik saraf

dan reorganisasi dari seluruh sistem saraf (kondisi ini masih tidak stabil), atadium

ini disebut juga stadium restoratif. Tergantung dari jenis dan keparahan lesi syaraf

serta kondisi ekstraneural yang berpengaruh.

Stadium sub akut umumnya berlangsung selama 2 minggu sampai 6 bulan pasca

Stroke, namun kompetensi pelayanan pelayanan di Unit Stroke berlangsung

sampai 1 bulan pasca serangan otak yang tergantung pada keparahan klinis.

Unsur Penyelenggaraan

Unsur penyelenggara Unit stroke, terdiri dari 2 (dua) unsur penyelenggara yaitu

tim inti dan tim konsultan.

a. Tim Inti

Adalah pelaksana yang mempunyai akses terhadap semua pasien stroke yang

dirawat dan terhadap sumber daya (tenaga,sarana dan peralatan)yang digunakan untuk

pengobatan, perawatan dan rehabilitasi sesuai dengan mekanisme pelayanan standar yang

ditetapkan. Anggota tim inti dapat merupakan bagian dari Unit Stroke yang secara

geografis terlokalisir atau merupakan tim yang mobile (bergerak yang mengelola seluruh

pasien stroke yang dirawat secara berpencar di ruang rawat lainnya yang tidak me

mungkinkan untuk dipindahkan ke Unit Stroke.

Dokter spesialis neurologi yang bertindak juga sebagai pimpinan tim.

Dokter spesialis neurologi peminatan kegawatan neurologi, neurovascular/

stroke, neurorehabilitasi, neurobehaviour dan peminatan lain sesuai kebutuhan

pasien.

Perawat mahir stroke. Perawat ini merupakan pelaksana utama dalam

perawatan pasien di Unit Stroke.

Tenaga keterapian fisik (fisioterapi, terapi wicara dan okupasi terapi).

Page 17: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

Dietisien. Perawatan stroke bekerja bekerjasama dengan dietisien mengatur

pemberian nutrisi pada pasien.

Pekerja sosial.

b. Tim Konsultan

Adalah para ahli yang ikut mengelola pasien stroke sesuai dengan probema yang

membutuhkan pengelolahan sesuai dengan bidang keahlian yang bersangkutan.

Tim konsultan melaksanakan pengelolaan atas dasar konsultatif.

Disiplin Ilmu Penyakit Dalam.

Disiplin Ilmu Penyakit Jantung

Disiplin Ilmu Penyakit Paru

Disiplin Ilmu Bedah Saraf.

Disiplin Ilmu Rehabilitasi Medik

Disiplin Ilmu Penyakit Jiwa

Disiplin Ilmu Intensive Care Unit (ICU) / Neuro Critical Care.

Disiplin Ilmu Radiologi/ Neuroradiologi

Disiplin Ilmu Bedah vaskular

Disiplin Ilmu Kesehatan Anak

KEBUTUHAN DASAR, TUGAS DAN FUNGSI UNIT STROKE.

1. Kebutuhan dasar

Terdapat 2 kebutuhan dasar yang penting untuk pengembangan Unit Stroke :

a. Komitmen manajemen Rumah Sakit dalam memfasilitasi penyelenggaraan Unit Stroke

dan menerima sistem rujukan bagi seluruh penderita stroke yang dirawat.

b. Dukungan fasilitas teknis lain yaitu:

a) Tersedianya akses untuk pelayanan emergensi.

b) Tersedianya akses untuk perawatan di ICU

c) Tersedianya protokol penatalaksanaannya yang yang sudah disepakati.

Page 18: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

d) Tersedianya akses untuk pemeriksaan imaging (minimal CT Scan)

e) Tersedianya akses untuk pemeriksaan laboratorium klinik.

f) Tersedianya fasilitas penunjang untuk pemulihan stroke.

g) Tersedianya akses untuk pelayanan rehabilitasi.

h) Tersedianya akses untuk penatalaksanaan Bedah Saraf.

i) Tersedianya paket edukasi keluarga.

2. Tugas dan Fungsi Tim Inti Unit Stroke

Ketua Tim Inti mengkoordinasikan, merencanakan dan melakukan

pertemuan tim minimal 1x/minggu atau sesuai kebutuhan, dan mengevaluasi hasil

serta pembinaan anggota.

Melaksanakan tatalaksana sesusai Konsensus dan Guideline (Perdossi)

Panduan (Depkes) dan protokol yang disepakati bersama. Memfasilitasi tersedianya

protokol meliputi standar operasional prosedur baik untuk assessment investigasi,

diagnosis cepat, tata laksana medik, tatalaksana keperawatan, perencanaan prevensi

primer dan sekunder, edukasi keluarga, serta prosedur rehabilitasi dini.

Pengembangan pendidikan, pelatihan dan riset stroke.

Tugas Dokter dan Paramedis di Unit Stroke

Stadium hiper akut:

Tugas dokter:

1. Menentukan diagnosis stroke berdasarkan anmnesis, pemeriksaan fisik dan CT

scan otak/MRI otak.

2. Menetukan jenis terapi sesuai patologi stroke, SOP dan guidelines.

3. Mengatasi penyakit penyerta seperti: DM, hipertensi,ginjal, jantung, pneumoni

dll.

Tugas Perawat mahir:

Page 19: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

1. Mempertahankan jalan napas tetap paten dan sirkulasi agar tetap adekuat dengan

infuse cairan isotonis.

2. Monitor tanda vital secara berkala (tekanan darah ki/ka, frekuensi nadi, suhu, dan

frekuensi pernafasan). Laporkan bila ada kelainan atau perubahan signifikan.

3. Monitor status .neurologis (GCS, pupil, fungsi motorik dan fungsi sensorik).

4. Mengatur posisi dengan elevasi kepala 15-30 derajat bila tidak ada kontra

indikasi.

5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan atau 1-2 L/menit.

6. Bila gelisah, periksa fundus kandung kencing, bila penuh keluarkan dengan

kateter Neolation.

7. Lakukan seizure pre caution.

8. Monitor kadar gula darah dan pertahankan kadar gula darah dalam batas normal.

Stadium Akut:

Tugas dokter:

1. Melakukan follow up terhadap perkembangan kondisi pasien dan mendeteksi

serta menangani komplikasi (jenis komplikasi:lihat lampiran).

2. Mengadakan konsultasi ke bidang lain sesuai dengan penyakit yang menyertai

penderita: jantung, paru, ginjal, hipertensi, endokrinologi, hematologi dll.

3. Memulai prevensi sekunder.

Tugas dan fungsi perawat mahir

Tugas perawat mahir:

1. Melakukan assesment secara teratur: tingkat kesadaran, tanda vital dan besar pupil serta

fungsi motorik dan sensorik.

2. Melakukan assesment fungsi kandung kemih berupa pengukuran sisa urin sesudah

berkemih.

3. Melakukan assesment terhadap kemampuan menelan pasien.

Page 20: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

4. Memonitor keseimbangan cairan.

5. Mengkaji kemampuan pasien untuk mobilisasi (duduk, pindah dan berdiri)

6. Mengkaji kemampuan pasien untuk berkominikasi.

7. Mengawasi fungsi saluran cerna.

8. Mengkaji status gizi pasien dan mengatur kebutuhan nutrisi pasien sesuai petunjuk ahli

gizi dan kondisi pasien.

9. Melakukan Basic Cardiac Life support (BCLS).

10. Melakukan Basic Neurology Life Support

11. Membaca EKG secara sederhana.

12. Mengantisipasi terjadinya komplikasi dengan cara mengatur dan merubah posisi secara

berkala dan melakukan fisioterapi dada.

13. Melakukan mobilisasi dan stimulasi dini sesuai kondisi pasien.

14. Memonitor adanya komplikasi sedini mungkin dan melaporkan pada dokter.

15. Memberikan rasa nyaman kepada pasien dan keluarga.

16. Memberikan informasi/edukasi kepada pasien dan keluarga.

17. Membimbing pasien dan keluarga untuk melakukan latihan sesuai petunjuk dokter

rehabilitasi medik/dokter/fisioterapist/perawat yang telah dididik.

Stadium sub akut:

Tugas dokter:

1. Melakukan follow up dan mengobati sesuai perkembangan penyakit.

2. Memberikan terapi terhadap penyakit penyerta.

Tugas perawat mahir:

1. Melibatkan pasien dan keluarga dalam perawatan diri dan melakukan aktivitas sehari-

hari.

2. Melakukan perawatan kulit.

3. Mempertahankan patensi jalan napas.

4. Memonitor fungsi dan melatih keteraturan defekasi.

Page 21: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

5. Melakukan bladder training.

6. Memonitor keseimbangan cairan

7. Melakukan perawatan mata bila perlu.

Tugas dan fungsi terapis/tim rehab:

Terapis wicara:

1. Melakukan assessment mengenai kemampuan dan kemajuan pemulihan kemampuan

menelan pasien.

2. Memberikan edukasi terhadap perawatat dan keluarga cara menolong pasien untuk

mengatasi gangguan menelan dan menghindari aspirasi.

3. Memberikan edukasi mengenai latihan yang dapat mendorong pemulihan gangguan

menelan.

4. Membuat diagnosa dan melakukan assessment gangguan komunikasi pada pasien.

5. Memberikan informasi mengenai gejala dan penyebab gangguan komunikasi dan

melanjutkan dengan program konseling.

6. Memberikan edukasi mengenai cara mengatasi gangguan komunikasi (bahasa isyarat atau

alat bantu).

7. Memberikan terapi yang dapat menolong pemulihan kesukaran komunikasi.

Fisioterapi:

Mengembangkan , memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh pasien stroke.

Berkolaborasi dengan perawat dan fisioterapi dengan melaksanakan:

1. Latihan gerak pasif untuk memelihara range of motion sendi.

2. Fisioterapi dada untuk memperbaiki fungsi pernafasan

3. Latihan transfer ambulasi dan aktivitas hidup harian.

4. Latihan peningkatan kemampuan gerak dan fungsi tubuh untuk persiapan kemandirian di

rumah.

Page 22: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

Tenaga Okupasi:

1. Melakukan assessment untuk mengetahui gejala yang mengakibatkan limitasi kebutuhan

fungsional pasien. Meliputi kemampuan pasien sebelum stroke dan fasilitas yang tersedia

di rumah.

2. Melakukan assessment terhadap fungsi visuopasial.

3. Melatih pasien dan keluarga untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari dalam kondisi yang

ada.

4. Menganjurkan pemakaian alat bantu agar pasien dapat beradaptasi untuk menjalankan

aktifitas fisik sehari-hari secara mandiri.

5. Mempersiapkan pemulangan pasien termasuk menganjurkan persiapan kondisi di rumah.

Terapis Sosial:

1. Memberikan cara-cara praktis untuk mengatasi persoalan terutama yang berhubugan

dengan kondisi sosial yang ada.

2. Terapis sosial mempunyai peran penting untuk mempersiapkan pemulangan pasien

termasuk membantu pasien dan keluarga mewujudkan keinginan-keinginan mereka.

3. Bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut ke rumah.

4. Terapis sosial melakukan konseling sesudah pasien pulang rawat.

Dietisien:

1. Memberikan terapi gizi berdasarkan pengkajian status gizi yang meliputi riwayat gizi,

pengukuran antropometri, review data laboratorium, perkiraan kebutuhan gizi, intervensi

gizi dan hasil intervensi tersebut (hasil evaluasi).

2. Bekerja sama dengan ketua tim dan anggota tim lainnya dalam menangani pasien stroke

sesuai dengan keterbatasannya.

3. Memberikan konsultasi gizi kepada pasien dan keluarga pada saat dirawat dan sesuadah

pulang rawat.

3. Tugas dan Fungsi Tim Konsultasi

Page 23: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

a. Memeriksa pasien dan memberi diagnosis pasien yang dikonsultasikan.

b. Anjuran pemeriksaan tambahan yang diperlukan.

c. Anjuran pengobatan dan tindakan.

d. Komunikasi dengan tim inti.

e. Tindak lanjut pada masa konsultasi.

Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa dengan adanya stroke unit akan mampu

memberikan kesempatan kepada pasien yang mengalami stroke bahwa mereka mempunyai

kesempatan untuk sembuh secara maximal.

Page 24: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

Kepustakaan

1. Rieke K, Schwab S, Krieger D. Et.al. Decompressive Surgery in Space-Occupying

Hemispheric Infarction: Results of an Open, Prospective Trial. Crit Care Med,1995;23:1576-

87.

2. Dunn LT. Raised intracranial pressure. J Neurol Neurosurg Pscyhiatry.2002; 73-:3-27.

3. Williams MA. Intracranial Pressure Monitoring and Management for Neurologist AAN,

1998.

4. Muizelaar JP. Marmarou A. Ward JD et el. Adverse Effect of Prolonged Hyperventilation in

Patients with Severe Head injury: a Randomized Clinical Trial.J Neurosurg.1991;75:731-9.

5. Abrams, KJ.Airway Management and Mechanical Ventilation. New Horiz, 1995;3,479-487.

6. Strand T. Evaluation of Long-term Outcome and Safety after Hemodilution therapy in Acute

ischemic Stroke. Stroke, 1992;23:657-662.

7. The Hemodilution in Stroke Study Group. Hypervolemic Hemodilution Treatment of Acute

Stroke: Result of Randomized Multicenter Trial Using Pentastarch Stroke, 1989; 20: 317-

323.

8. Muizelaar, JP, Wei, EP, Kontos, HA, et al Mannitol Causes Compensatory Cerebral

Vasoconstriction and Vasodilation in Response to Blood Viscosity Changes. J Neurosurg,

1983: 59:822-828

9. Hacke W, Stingele R, Steiner T, et al. Critical Care of Acute Ischemic Stroke. Intensive Care

Med, 1995:21:856-62.

10. Shapiro, HM, Wyte, SR, Loeser, J Barbiturate-augmented Hypothermia for Reduction of

Persistent Intracranial Hypertension. J Neurosurg, 1974;40:90-100

11. Schwartz,ML, Tator, CH, Rowed, DW, et al The University of Toronto Head Injury

Traetment Study: a Prospective, Randomize Comparison of Pentobarbital and Mannitol. Can

J Neurol Sci, 1984: 11,434-440.

12. Kreiger DW. Therapeutic Hypothermia may Enchance Reperfusion in Acute Ischemic

Stroke. Cleveland Clin J of Med, 2004; 71: Suplement 1.

13. Hashimoto T. Yonetani M, Nakamura H. Selective Brain Hypothermia Protects against

Hypoxic-ishemic injury in Newborn Rats by Reducing Hydroxyl Radical Production. Kobe J.

Med. Sci.,2003;49:83-91.

Page 25: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke

14. Busto R, Globus My, Dietrich, et al. Effect of Mild Hypothermia on Ischemic-Induced

Release of Neurotransmitter in Rat Brain, Stroke, 1989;20:904-10.

15. Schwab S.Schwarz, Spange M, et al. Moderate hypothermia in the Treatment of Patients with

Severe Middle Cerebral Artery Infarction, Stroke, 1998;29:2461-2466.

16. McGraw, CP. Howard, G Effect of Mannitol on Increase Intracranial Pressure, Neurosurgery,

1983;13:269-71

17. Bullock, MR, Chestnut, RM, Clifton, GL, et al Use of Mannitol. JNeurotrauma,

2000;17:521-5.

18. Vialet R, AlbaneseJ, Thomachot, L. Isovolume Hypertonic Solutes (Sodium Chloride or

Mannitol) in the Treatment of Refractory Posttraumatic Intracranial Hypertension:2 mL/kg

7.5% Saline is More Effective than 2 mL/kg 20% Mannitol. Critical Care Medicine,

2003;31,6.

19. Hacke. W. et al, Acute Treatment of Ischemic Stroke. Cerebrovasc Dis 2000; 10(supple

3):22-33.

20. Harold P Adam et al, Guideline for the Early Management of Patients with Ischemic

Stroke.Stroke 2003:34:1056.

21. Special Writing Group of Stroke Council AHA. Guidelines for The Management of Patients

with Acute Ishemic Stroke.Circulation 1994; 90:1558-1601.

22. Morfis L, Schwartz RS, Poulos R, et al. Blood Presure Changes in Acute Cerebral Infarction

and Hemorrhage. Stroke 1997;28:1401-1405.

23. Adams H, Aktinson R, Broderick J, et al. Basic Principles of Modern Management for Acute

Stoke. American Academy of Neurology 1999; 2 FC.004:18-22.

24. Lip GYH, Zarifis J, Farooqi S, et al.Ambulatory Blood Pressure Monitoring in Acute Stroke.

Stroke 1997:28:31-35/

25. Aboderin I, Venables G. Stroke Management in Europe. Pan Europe Consensus Meeting on

Stroke Managemen.J Intern Med 1996: 240: 173-180.

Page 26: Peran Stroke Unit Dalam Penanganan Komprehensif Penderita Stroke