128
PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN MILITER DALAM MENEGAKKAN DEMOKRASI DI MYANMAR Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hubungan Internasional Oleh : Ikrimah NIM : 106083002812 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

  • Upload
    buidan

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN MILITER

DALAM MENEGAKKAN DEMOKRASI DI MYANMAR

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hubungan Internasional

Oleh :

Ikrimah

NIM : 106083002812

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

Page 2: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal
Page 3: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal
Page 4: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

LEMBAR PERNYATAAN :

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Oktober 2010

Ikrimah

Page 5: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

ABSTRAK

Myanmar merupakan salah satu negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang dikuasai oleh rezim militer otoriter. Sejak merdeka Myanmar diselimuti oleh masalah domestik yang kompleks. Stabilitas politik dan masyarakat yang masih rentan dan adanya disintegrasi nasional menjadi salah satu alasan bagi militer untuk melakukan intervensi dalam pemerintahan. Tahta pemerintahan yang diduduki oleh militer tidak menjamin perbaikan kondisi politik negara, karena hal tersebut mengakibatkan Myanmar memiliki tambahan beban permasalahan dengan mendangkalnya proses peralihan kekuasaan kepada pihak yang dipilih rakyat.

Fenomena kuatnya rezim militer Myanmar dan lambatnya proses

demokrasi berdampak pada kredibilitas ASEAN sebagai organisasi regional Asia Tenggara yang menaungi Myanmar. Dengan bergesernya konsep masalah demokrasi menjadikan demokrasi sebagai bagian dari urusan internasional, maka peran ASEAN dalam mengatasi masalah Myanmar sangat diperhatikan masyarakat internasional. Melalui pendekatan constructive engagement dan penyelesaian masalah berdasarkan konsensus, ASEAN berusaha mengatasi permasalahan demokrasi di Myanmar.

Penelitian ini memiliki hasil temuan bahwa peran ASEAN tidak cukup berhasil dalam mengupayakan kehidupan demokrasi di Myanmar. Ketidakberhasilan ASEAN disebabkan ASEAN terbentur oleh hambatan yang bersifat internal maupun eksternal yang berpengaruh terhadap kehidupan demokrasi Myanmar yang berjalan stagnan.

Penelitian ini bersifat kualitatif dan didukung oleh teori-teori sehingga diperoleh bukti yang mendukung kebenaran hasil temuan. ASEAN terbukti belum berhasil memainkan perannya disebabkan ASEAN tidak mampu mengupayakan keterlibatan semua pihak dalam rencana pesta demokrasi tahun 2010. Selain itu, ASEAN tidak berhasil mendorong pemerintah militer Myanmar untuk dapat membentuk peraturan pemilu yang memiliki asas keadilan bagi semua pihak di Myanmar. Peran ASEAN yang belum berhasil ini disebabkan adanya beberapa hambatan internal dan eksternal yang mempengaruhi prospek demokrasi Myanmar. Secara internal, ASEAN memiliki prinsip dan cara penyelesaian masalah yang mempengaruhi kapabilitas ASEAN dalam mengimplementasikan perannya. Sedangkan secara eksternal, adanya kepentingan-kepentingan negara luar terhadap Myanmar sehingga menjadikan beberapa peran ASEAN dalam mengupayakan kehidupan demokrasi di Myanmar mengalami kegagalan. Kata Kunci : ASEAN, Militer, Demokrasi

Page 6: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Yang Maha

Pengasih Lagi Maha Penyayang, yang telah mencurahkan Rahmat dan Karunia

Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam

penyusunan skripsi ini, penulis menyadari terdapat banyak kendala yang

menghambat langkah penulis untuk merampungkan skripsi ini. Namun, berkat

bimbingan, bantuan serta motivasi dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih

kepada :

1. Prof.Dr.Bahtiar Effendy sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

dan Dr. Hendro Prasetyo, MA, sebagai Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Nazaruddin Nasution, SH, MA, sebagai Ketua Jurusan Hubungan

Internasional dan Agus Nilmada Azmi, M.Si, sebagai Sekretaris Jurusan

Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. M. Adian Firnas, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang telah

memberi arahan, saran, dan ilmunya hingga penulisan skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

4. Mutiara Pertiwi, MA, sebagai Pembimbing Akademik Penulis.

5. Segenap pihak Kementerian Luar Negeri, Deplu RI, khususnya Drs. Ade

Padmo Sarwono, MA, selaku Direktur Politik dan Keamanan ASEAN dan Ibu

Arie yang telah bersedia meluangkan waktu di tengah kesibukannya.

vi

Page 7: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mengajarkan ilmu yang tidak

ternilai sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Orang tua tercinta yang selalu membimbing dan memberikan motivasi demi

kebaikan dan keberhasilan penulis tanpa pernah mengeluh dan berputus asa.

8. Saudara dan Saudari penulis; Ka Mila dan Ka Zayed, Ka Musriva dan Ka

Rahmat, Ka Ria, Ka Chaca, yang turut memberikan dukungan moril dan

materiil bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani

penulis dalam pencarian data untuk pembuatan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabat terbaik penulis; Fitrianingsih, Annisa Auditasari, Evi Tamala

yang sama-sama berjuang dengan penulis dalam susah dan senang selama

proses pembuatan skripsi ini, serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita

yang selalu memberi dukungan dan mengingatkan penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat terbaik penulis di HI A ; Anne Normadiah, Ayu Yukhaeroh,

Dzuriah Tiara Hanny, Hazrina, dan Ita Fatimah atas kesediaanya berjuang

bersama penulis sejak awal hingga masa-masa akhir perkuliahan.

12. Nadya Hajarani Dwi Lestari, terimakasih atas semua informasinya.

13. Teman-teman Mahasiswa/Mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional kelas A

angkatan 2006.

14. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun

tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.

vii

Page 8: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Akhir kata penulis berharap semoga segala kebaikan yang tulus dari semua

pihak dapat diterima oleh Allah SWT. Kiranya skripsi ini masih jauh dari

sempurna, namun besar harapan bagi penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat dan

memberikan kontribusi bagi pembaca khususnya mahasiswa FISIP HI UIN, untuk

menambah wawasan dalam mempelajari ilmu hubungan internasional.

Jakarta, 13 Oktober 2010

Penulis

viii

Page 9: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 5

1.3 Tinjauan Pustaka ..................................................................... 5

1.4 Kerangka Teori ....................................................................... 9

1.5 Hipotesa .................................................................................. 17

1.6 Metodologi Penelitian ............................................................. 18

1.7 Tujuan Penelitian .................................................................... 18

1.8 Sistematika Penulisan .............................................................. 19

Bab II Latar Belakang Berdirinya Pemerintahan Militer

Myanmar

2.1 Intervensi Militer Myanmar dalam Pemerintahan .................. 21

2.2 Perubahan Bentuk Pemerintahan dan Politik

di bawah Kekuasaan Jenderal Ne Win .................................... 24

2.3 Kekuasaan Rezim Militer Jenderal Saw Maung

dan Kekacauan Politik Myanmar ............................................ 26

2.4 Myanmar Masa Pemerintahan Rezim Militer

Jenderal Than Shwe ................................................................ 28

Bab IIIGerakan Perlawanan Prodemokrasi Terhadap

Pemerintahan Militer

3.1 Aung San Suu Kyi Sebagai Aktor Demokrasi

Myanmar ................................................................................. 31

3.2 Pemilihan Umum Multipartai Tahun 1990 ............................. 36

3.3 Tindakan Pemerintah Militer Myanmar

Menghadapi Gerakan Demokrasi ............................................ 40

ix

Page 10: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Bab IV Peran dan Hambatan ASEAN dalam Menciptakan

Demokrasi di Myanmar

4.1 Keanggotaan Myanmar dalam Organisasi

Regional ASEAN .................................................................... 44

4.2 Peranan ASEAN dalam Menegakkan Demokrasi

di Myanmar ............................................................................. 49

4.2.1 ASEAN Regional Forum ............................................ 51

4.2.2 Tekanan Internasional Terhadap Myanmar ................ 57

4.2.3 Pendekatan Dialogis dengan Pemerintah

Militer Myanmar ......................................................... 63

4.2.4 Pembentukan ASEAN Human Rights Body

(AHRB) ........................................................................ 68

4.3 Hambatan ASEAN dalam Menegakkan

Demokrasi di Myanmar .......................................................... 78

4.3.1 Penerapan Prinsip Non-Interference

ASEAN dalam Menegakkan Demokrasi

Myanmar ..................................................................... 81

4.3.2 Kekuatan Hubungan Luar Negeri

Myanmar dengan Cina dan India ............................... 86

4.4 Pemilu 2010 Sebagai Implementasi ”Road Map

to Democracy” ........................................................................ 92

Bab V Penutup

5.1 Kesimpulan ............................................................................. 100

Daftar Pustaka ............................................................................................... xi

x

Page 11: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Daftar Tabel

Tabel 1 Prinsip-Prinsip Demokrasi ......................................................... 14

Tabel 2 Refugee population ...................................................................... 46

Tabel 3 Burmese Election Results 2010 .................................................. 98

Page 12: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Myanmar adalah salah satu negara yang berada di kawasan Asia Tenggara

yang hingga kini dikuasai oleh militer. Setelah memperoleh kemerdekaan dari

Inggris pada tahun 19481, pemerintahan Burma2 berbentuk Republik bernama

Union of Burma dengan Sao Shwe Thaik sebagai Presiden pertama dan U Nu

sebagai Perdana Menteri.

Pasca merdeka demokrasi sempat berlangsung di Burma, tetapi berhenti

sejenak tatkala militer yang dipimpin oleh Jenderal Ne Win melakukan kudeta di

tahun 1958 hingga 1960. Demokrasi bersemi kembali setelah pemilu tahun 1960

dimenangkan oleh U Nu dengan partainya Union Party. Namun rezim militer

mengemuka kembali mengambilalih pemerintahan sipil di tahun 1962.3

Keberhasilan kudeta yang dilakukan Ne Win terhadap Perdana Menteri U Nu ini

dapat dikatakan sebagai awal dari keruntuhan demokrasi di Myanmar.

Selama berkuasa, Jenderal Ne Win membentuk dan hanya mengakui satu

partai politik yaitu Burmese Socialist Program Party (BSPP) atau lebih dikenal

dengan Partai Lenzin. Partai tunggal ini dibentuk untuk mendukung program

1 Win Min, ”Looking Inside The Burmese Military”, Asian Survey, Vol. XLVIII No. 6,

November/Desember 2008, h. 1021. 2 Meskipun pada tahun 1990 pemerintah telah merubah nama resmi negara dari Burma ke

Myanmar, banyak pembahasan dalam penelitian ini mengacu pada konsep kekinian yaitu yang lebih dikenal sebagai Myanmar. Untuk menghindari kerancuan, dalam penelitian ini saya menggunakan nama Myanmar secara konsisten.

3 Neil A. Englehart, ”Is Regime Change Enough for Burma?, The Problem of State Capacity”, Asian Survey, Vol. XLV No. 4, July/ August 2005, h. 623.

1

Page 13: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

pemerintahannya yaitu ”Burmese Way to Socialism”.4 Berbagai kebijakan represif

yang dijalankan Ne Win telah menyebabkan munculnya masalah intern yang

harus dihadapi oleh rakyat Burma. Ketidakpuasan atas kebijakan Ne Win

mendorong lahirnya protes besar pada tahun 1988. Rakyat menuntut kembalinya

sistem demokrasi multipartai dan digantinya pemerintahan. Dengan adanya

pertentangan ini, Ne Win mundur dari pemerintahan dan digantikan oleh Jenderal

Saw Maung pada 18 September 1988 diikuti dengan pembubaran BSPP dan

pendirian SLORC (State Law and Order Restoration Council).5 SLORC yang

didirikan dengan tujuan untuk memulihkan keadaan negara, berkuasa melalui

Undang-Undang Darurat (Martial Law).

Pada masa kekuasaanya Saw Maung merencanakan penyelenggaraan

pemilu untuk memilih anggota Parlemen yang dikenal dengan nama Pyithu

Hluttaw dengan tetap memberlakukan Undang-Undang Darurat dan membekukan

konstitusi 1974. Sesuai dengan persetujuan SLORC untuk mengadakan pemilu

multipartai, maka pada tanggal 27 Mei 1990 diadakan pemilu untuk memilih

anggota parlemen. Dalam pemilu kali ini partai oposisi yaitu National League for

Democracy (NLD) yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi tampil sebagai

pemenang. Hasil pemilu ini diluar prediksi SLORC sehingga menimbulkan

keterkejutan bagi junta militer. Oleh sebab itu, SLORC tidak mengakui hasil

pemilu tersebut bahkan Aung San Suu Kyi dan Tin Oo selaku pimpinan NLD

4 M. Adian Firnas, “Prospek Demokrasi di Myanmar”, Jurnal Universitas Paramadina,

Vol. 2 No. 2, 2003, h. 130. 5 Priyambudi Sulistiyanto, ”Politik, Reformasi Ekonomi dan Demokrasi; Studi

Perbandingan Thailand, Indonesia dan Burma”, Prisma LP3ES, No. 5 tahun XXVI, Mei-Juni 1997, h. 20.

2

Page 14: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

ditangkap dan dikenakan tahanan rumah oleh pemerintah Myanmar pada 29 Juli

1989.6

Jenderal Saw Maung mundur dari pemerintahan dan digantikan oleh

Jenderal Than Shwe. Pada masa pemerintahannya, ia telah mencabut UU Darurat

pada 26 September 1992. Sedangkan pada tahun 1997, SLORC berganti nama

menjadi SPDC (The State Peace and Development Council) dengan karakteristik

pemerintahan yang sama yaitu otoriter, represif dan totaliter. Pengelakan hasil

pemilu dan pengambilalihan kekuasaan atas sipil dilakukan militer dikarenakan

militer menganggap bahwa kelompok prodemokrasi merupakan ancaman bagi

supremasi pihak militer.

Masalah yang terjadi dalam pemerintahan Myanmar menyita perhatian

masyarakat internasional. Penyebab awal timbulnya perhatian internasional adalah

sejak adanya tindakan pemerintahan junta yang menindas keras para demonstran

yang beraksi menentang pemerintahannya. Rakyat Myanmar yang melakukan aksi

protes menuntut pemerintahan junta untuk segera menjalankan sistem demokrasi,

menghormati hak asasi manusia dan membebaskan aktor-aktor prodemokrasi.

Kebijakan–kebijakan yang dijalankan oleh junta telah memiskinkan negara dan

dari kebijakan tersebut terlihat jelas bahwa pemerintahan junta telah mengabaikan

hak-hak masyarakat Myanmar. Masalah Myanmar telah menjadi tantangan bagi

keamanan dan stabilitas wilayah Asia Tenggara dan telah memberikan tantangan

bagi ASEAN dalam hal membangun kepercayaan terhadap masyarakat

internasional.

6 Nurani Chandrawati, “Perluasan ASEM dan Masalah Myanmar : Melanjutkan Strategi

Kompromistis atau Membentuk Kriteria Baru”, Jurnal Kajian Wilayah Eropa, Vol. II No. 3, 2006, h. 86.

3

Page 15: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Kebijakan domestik Junta juga telah menciptakan kondisi yang

mengancam ketidakstabilan wilayah Asia Tenggara yang berujung pada kesinisan

sikap internasional. Ketidakmampuan ASEAN membuat Myanmar untuk lebih

bersikap terbuka dan memperbaiki kebijakan domestiknya akan memperkuat

pandangan masyarakat internasional bahwa ASEAN tidak memainkan perannya

secara penuh dalam wilayah Asia Tenggara.7

Proses percobaan mempengaruhi Junta agar melakukan perubahan telah

dilakukan oleh ASEAN dan PBB. Dengan melakukan misi kunjungan kenegaraan

ASEAN telah diwakili oleh beberapa utusan dari negara-negara pendiri ASEAN

yang bertugas untuk menyampaikan pandangan ASEAN tentang pentingnya

percepatan proses rekonsiliasi nasional Myanmar.8 Akan tetapi, dalam upaya itu

tidak jarang Junta militer menolak dengan tegas misi kunjungan kenegaran

tersebut. Dengan prinsip non-interference yang dipegang teguh ASEAN yang

telah disepakati bersama, maka ASEAN tidak dapat bertindak lebih tegas dalam

menghadapi kekerasan sikap Junta militer Myanmar.

Selain itu, dengan pendekatan konstruktif yang dilakukan oleh ASEAN

diasumsikan telah membuat sikap Junta sedikit melunak. Hal ini terlihat pada

rencana junta untuk menjalankan referendum konstitusi baru yang diikuti dengan

Pemilihan Umum tahun 2010. Sebagai bagian dari rencana ini, Myanmar telah

menyiapkan 7 langkah “Road Map to Democracy”. Namun, rencana ini tidak

cukup untuk perubahan politik Myanmar karena Junta militer setengah hati untuk

menganut sistem tersebut. Hal ini didasarkan pada peraturan pemerintah militer

7 Sam Polk, ‘’Burma’s Crisis and Indonesia’s Opportunity”, The Indonesian Quarterly,

Vol. 36 No. 1, First Quarter 2008, h. 94-95. 8 Fautinus Andrea, “Lingkungan Strategis Asia Tenggara dan Asia Timur: ASEAN,

Myanmar dan Krisis Semenanjung Korea”, Analisis CSIS, Vol. 35 No. 2, 2006, h. 186.

4

Page 16: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

yang mengatakan bahwa dalam konstitusi tersebut junta tetap menolak

kesempatan partisipasi dalam sistem politik bagi Aung San Suu Kyi.9

Jika Myanmar tidak sungguh-sungguh dalam implementasi proses

demokratisasi, maka dampak yang ditimbulkannya akan mempengaruhi

kredibilitas dan integritas ASEAN secara keseluruhan. Karenanya, Myanmar

perlu memperlihatkan bukti nyata bahwa mereka tengah bergerak kearah

demokrasi.10 Dengan demikian, kerjasama yang baik antara ASEAN dan militer

Myanmar dalam menciptakan kehidupan demokratis yang kondusif di Myanmar

adalah sangat diperlukan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik suatu permasalahan yaitu :

1. Bagaimana peran ASEAN dalam menciptakan kehidupan demokrasi di

Myanmar?

2. Hambatan apa yang dihadapi ASEAN dalam mendorong pemerintahan

militer Myanmar agar menegakkan demokrasi?

1.3 Tinjauan Pustaka

Setelah membuka daftar skripsi tahun sebelumnya maka dapat

disimpulkan belum ada skripsi sebelumnya yang membahas mengenai Peranan

ASEAN Mendorong Pemerintahan Militer dalam Menegakkan Demokrasi di

9 Sam Polk, Op.Cit., h. 73. 10 Humphrey Wangke, ”ASEAN dan Masalah Kepemimpinan Myanmar”, Jurnal Kajian,

Vol. 10 No. 1, Juni 2005, h. 57.

5

Page 17: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Myanmar. Penulisan-penulisan sebelumnya yang membahas mengenai ASEAN

dan Permasalahan Myanmar adalah :

1. Agus Budi Rachmanto, Program Studi Ilmu Politik, Jurusan Ilmu-Ilmu

Sosial, Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,

2002.

“Tantangan Gerakan Demokrasi di Myanmar : Studi Kasus National

League for Democracy (NLD)”. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kualitatif. Penelitian tersebut menghasilkan fokus pembahasan

mengenai tantangan terbesar yang dihadapi gerakan demokratisasi di

Myanmar yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi sejak tahun 1988 yaitu

munculnya militer yang memiliki sifat dan karakteristik yang otoriter,

yang bermakna bahwa militer Myanmar mempunyai kecenderungan untuk

menguasai pemerintahan dengan cara menggulingkan pemerintahan sipil.

Strategi yang ditawarkan untuk terciptanya tatanan politik yang

demokratis di Myanmar adalah penghapusan sifat dan karakteristik

otoritarianisme yang melekat dalam Junta militer. Selama militer

Myanmar masih otoriter, maka tidak mungkin demokrasi akan terwujud,

sehingga militer otoriter harus diubah menjadi profesionalisme.

2. M.Adian Firnas, Program Studi Ilmu Politik, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial,

Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2000.

”Militer dan Kekuasaan : Suatu Studi Terhadap Upaya-Upaya Militer

Myanmar Mempertahankan Kekuasaanya dalam Sistem Politik

Myanmar”. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Fokus

dari penelitian tersebut adalah faktor kebertahanan rezim militer Myanmar

6

Page 18: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

ditengah desakan masyarakat internasional. Hasil penelitian tersebut

menyatakan bahwa kebertahanan rezim militer Myanmar disebabkan oleh

kemampuan militer untuk melemahkan kekuatan oposisi yang dilakukan

dengan cara mengisolasi negaranya dari percaturan internasional,

melakukan tindakan represif terhadap kekuatan demokrasi, membekukan

kegiatan politik dan mengontrol media massa. Disamping itu, kekuatan

hubungan korporat militer sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan

ekonomi negara menjadi penyebab kedua kebertahanan rezim militer

Myanmar.

3. Wahono, Program Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga, 2005.

”Kebertahanan Pemerintahan Junta Militer Myanmar Menghadapi

Oposisi, Tekanan Asing dan Gerakan-Gerakan Perlawanan”. Dengan

menggunakan metode penelitian kualitatif, maka penelitian tersebut

menghasilkan faktor-faktor penentu bertahannya pemerintahan militer

Myanmar, yaitu : loyalitas korporat militer, pengendalian oposisi yang

ketat melalui pengendalian partai politik dan insurjen bersenjata, tekanan

luar negeri yang mengendur dan survival strategy.

4. Triyogo Puspito Adi, Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001.

“Kepentingan Myanmar Menjadi Anggota ASEAN Periode (1988-1997)”.

Metode analisa data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.

Penelitian tersebut menghasilkan bahwa untuk meningkatkan volume

perdagangan dengan negara-negara anggota ASEAN mendorong

7

Page 19: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Myanmar untuk menjadi anggota ASEAN, dan untuk meningkatkan

investasi dari ASEAN mendorong Myanmar untuk menjadi anggota

ASEAN. Selain itu, adanya dukungan ASEAN melalui kebijakan

constructive engagement mendorong Myanmar untuk menjadi anggota

ASEAN.

5. Dwi Wahyuni, Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002.

“Efektifitas Kebijakan Constructive Engagement ASEAN Terhadap

Myanmar (1992-2000). Metode penelitian yang digunakan adalah metode

penelitian deskriptif kualitatif. Berdasarkan indikator yang ditawarkan

maka hasil penelitian ini yaitu kebijakan constructive engagement ASEAN

tidak cukup efektif dalam membawa perubahan kebijakan dalam negeri

Myanmar. Selain itu, kebijakan constructive engagement ASEAN tidak

mampu membuat keseimbangan dalam unsur tekanan dan akomodasi

terhadap pemerintah Junta militer yang berkuasa di Myanmar.

Sedangkan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian

sebelumnya adalah :

a. Penelitian ini menekankan pada peran ASEAN menciptakan demokrasi

pada negara anggotanya yang masih di kuasai oleh rezim militer.

b. Rentang waktu yang digunakan dalam penelitian ini sampai pada tahun

2010 karena pada tahun tersebut terdapat rencana pelaksanaan pemilihan

umum multipartai.

8

Page 20: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

1.4 Kerangka Teori

Myanmar sebagai salah satu negara yang berada di kawasan Asia

Tenggara resmi menjadi anggota organisasi regional ASEAN (Association of

Southeast Asia Nation) sejak tahun 1997 bersama dengan Laos. Berdasarkan

kedekatan geografis dan kesadaran negara-negara anggota ASEAN mengenai

kerentanan kawasannya akan berbagai pengaruh dan kekuatan negara-negara

besar, maka ASEAN menerima Myanmar menjadi anggotanya.

Sesuai dengan pemahaman regionalisme yang dikemukakan Louis Cantori

dan Steven Spiegel bahwa konsep region memiliki arti dua atau lebih negara yang

saling berinteraksi dan memiliki kedekatan geografis, kesamaan etnis, bahasa,

budaya, keterkaitan sosial dan sejarah serta perasaan identitas yang seringkali

meningkat disebabkan adanya aksi dan tindakan dari negara-negara diluar

kawasan.11

Pemahaman tentang regionalisme lebih lanjut dapat dijelaskan berdasaran

empat fenomena yang dikemukakan oleh Andrew Hurrell, yaitu :12

1. Tahap regionalisasi yang ditandai munculnya hubungan antar masyarakat di

kawasan secara spontan dan intensif yang didorong karena kedekatan

wilayah.

2. Fenomena regional awareness yaitu proses regionalisme yang di dorong

dengan adanya kesadaran kesamaan identitas antar masyarakat di suatu

11Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, ”Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional”, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, h. 104. 12 Andrew Hurrel dan Louise Fawcett, ”Regionalism in World Politics : Regional

Organization and International Order”, Oxford University Press, Oxford, 1995, h. 40-44, dalam Nurani Chandrawati, “Perluasan ASEM dan Masalah Myanmar : Melanjutkan Strategi Kompromistis atau Membentuk Kriteria Baru”, Jurnal Kajian Wilayah Eropa, Vol. II No. 3, 2006, h. 78.

9

Page 21: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

kawasan sehingga menimbulkan keinginan untuk melakukan kerjasama

secara intens.

3. Berkaitan dengan pembentukan institusi formal di tingkat kawasan atau

dalam bentuk forum kerjasama antar negara yang lebih didorong oleh

kepentingan pemerintah negara-negara di kawasan untuk mengadakan

kerjasama secara formal yang disebut sebagai regional inter-state

cooperation.

4. Tingkat yang paling advance dari proses regionalisme yaitu pembentukan

regional integration yang diwujudkan dalam bentuk organisasi supra-

nasional.

Sebagai organisasi regional, ASEAN memiliki tanggung jawab yang besar

untuk megupayakan pendekatan terhadap pemerintah Myanmar guna menegakkan

demokrasi. Dengan adanya upaya pelibatan pendekatan konstruktif yang

dilakukan oleh ASEAN diharapkan dapat melunakkan sikap junta militer

dibandingkan dengan menggunakan pendekatan konfrontatif seperti yang

dilakukan Barat. Peranan ASEAN dalam masalah Myanmar merupakan perilaku

politik yang tidak dapat dielakkan. Suatu organisasi memiliki struktur organisasi

untuk mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati bersama. Apabila suatu

struktur tersebut telah menjalankan fungsi-fungsinya, maka organisasi itu telah

menjalankan peranan tertentu.13

Sebagaimana dalam teori peranan ditegaskan bahwa perilaku politik

adalah perilaku dalam menjalankan peranan politik. Teori ini beransumsi bahwa

sebagian besar perilaku politik adalah akibat dari tuntutan atau harapan terhadap

13 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, h. 30.

10

Page 22: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

peran yang kebetulan dipegang oleh aktor politik. Mengenai sumber munculnya

harapan tersebut dapat berasal dari dua sumber : Pertama, harapan yang dimiliki

orang lain terhadap aktor politik. Kedua, harapan juga bisa muncul dari cara si

pemegang peran menafsirkan peran yang dipegangnya, yaitu harapannya sendiri

tentang apa yang harus dan yang tidak boleh dilakukan, tentang apa yang bisa dan

tidak bisa dilakukan. Sedangkan kegunaan teori peranan ini sebagai alat analisis,

untuk menjelaskan dan meramalkan perilaku politik. Peranan juga dipengaruhi

oleh situasi dan kondisi serta kemampuan dari si pemeran.14

Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan

militer Myanmar begitu kuat memerintah di atas tekanan dunia internasional. Lalu

adakah kemungkinan bagi rezim militer Myanmar untuk mundur dari

pemerintahan?. Untuk menjawab masalah tersebut, maka dibutuhkan variable

alasan mundurnya militer dari pemerintahan yang sangat penting untuk meneliti

prospek pemerintahan Myanmar. Menurut Ulf Sundhaussen terdapat tiga alasan

militer mundur dalam pemerintahan, seperti :15

Pertama, faktor eksternal militer yaitu adanya oposisi terhadap

keberlangsungan kekuasaannya. Contohnya dalam kasus Venezuela, oposisi

terbukti mampu mendesak rezim tersebut untuk segera menjalankan demokrasi.

Perlawanan dan protes tebuka yang dilakukan oleh Accion Democratica dan

partai-partai politik lain terhadap Jenderal Perez Jimenez telah berhasil membawa

negara itu menuju proses redemokratisasi kembali pada tahun 1958.16

14 Ibid, h. 30-31. 15 Ulf Sundhaussen, ”Penarikan Militer dari Pemerintahan”, Prisma LP3ES, No.7 tahun

XXIV Juli 1995, h. 60-61. 16 M. Adian Firnas, “Prospek Demokrasi di Myanmar”, Jurnal Universitas Paramadina,

Vol. 2 No. 2, 2003, h. 135.

11

Page 23: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Kedua, adanya alasan eksternal terhadap negara. Rezim militer yang

secara ekonomi, militer dan logistik tergantung kepada negara lain dapat terancam

bila donatur mereka menarik dukungannya. Kebijaksanaan hak-hak asasi manusia

pemerintah Carter mempunyai dampak terhadap rezim-rezim di Amerika Latin.

Samoza mungkin masih berkuasa bila pemerintahan AS tidak mengucilkannya.

Ketiga, faktor internal militer. Pemimpin rezim barangkali bersedia

menarik diri karena mereka percaya bahwa tatanan demokrasi yang tetap

memasukkan prinsip supremasi sipil atas militer pada dasarnya sangat diperlukan.

Seperti yang terjadi di Portugal ketika dikuasai militer pada 1974-1975, angkatan

bersenjata terpecah menjadi begitu banyak faksi sehingga negeri itu tidak

memiliki pemerintahan sesungguhnya. Para komandan militer menyimpulkan

bahwa satu-satunya cara memperoleh kembali kohesifitas angkatan bersenjata

adalah dengan bersama-sama menarik diri keluar dari arena politik.

Mengenai penarikan diri militer, Sundhaussen meneliti bahwa terdapat tiga

prasarat bagi penarikan diri militer, yaitu : Seluruh pengelompokan di dalam

tubuh militer yang mampu melakukan aksi politik secara sepihak sepakat

menyerahkan kekuasaan, kepentingan-kepentingan yang dianggap pimpinan rezim

militer sebagai hal esensial harus terjamin, dan tersedianya apa yang dipandang

pimpinan militer sebagai alternative politik yang dapat terus bertahan.17

Tiga faktor prasyarat penarikan diri militer ini hampir mustahil terjadi.

Berkaca kepada teori yang ditawarkan Nordlinger18 mengenai faktor-faktor yang

menjadi latar belakang intervensi salah satunya yaitu mempertahankan

kepentingan korporat militer dan anggapan internal bahwa militer sebagai

17 Ulf Sundhaussen, Op,Cit., h. 62-63. 18 Eric A.Nordlinger, Militer dalam Politik, Rineka Cipta, Jakarta, 1990, h. 93.

12

Page 24: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

golongan nasionalis utama, sehingga menjadikan mereka bersikeras beranggapan

bahwa dirinyalah yang paling pantas untuk memerintah sehingga enggan untuk

menarik diri dari pemerintahan Myanmar.

Argumen Sundhaussen tentang penarikan diri militer dari pemerintahan,

tidak jauh berbeda dengan pendapat Todung Mulya Lubis yang meneliti proses

demilitarisasi di Indonesia masa Orde Baru. Menurutnya ada dua faktor yang

sangat urgent yang menjadikan alasan militer keluar dari kandang politik. Faktor-

faktor tersebut adalah :19 Faktor-faktor luar (exogenous factors), yakni jatuhnya

rezim Orde Baru yang disangga militer, telah memberi bukti yang kuat bahwa

militer tidak mampu memberi kesadaran politik terhadap rakyat. Oleh karena itu,

desakan publik agar militer kembali ke barak dan menyerahkan tanggung jawab

pemerintah kepada sipil, menjadi faktor dominan terjadinya demilitarisasi. Di sisi

lain, faktor dalam (inogenous factors), yakni terciptanya berbagai perbedaan

pandangan di dalam tubuh perwira-perwira tinggi militer terhadap peran mereka

dalam dunia politik, juga friksi-friksi yang terjadi di tubuh militer, mendesak

militer untuk kembali ke barak sebagai penjaga keamanan rumah tangga bangsa.

Tentunya penarikan diri militer dalam kancah politik dibutuhkan satu konsensus

di kalangan militer itu sendiri, bahwa habitat militer memang mendiami satu

wilayah yang bernuansa pada basis keamanan rakyat dan negara.

Dalam perkembangan selanjutnya, militer yang berkuasa hingga kini mulai

melunakkan hatinya dengan merencanakan akan melangsungkan kembali pesta

demokrasi pada tahun 2010. Adanya rencana untuk mengadakan pemilihan umum

ini memunculkan pertanyaan apakah dengan demikian maka di tahun 2010

19 Anas S. Machfudz dan Jaleswari Pramodawardhani (ed), Military Without Militarism,

Puslitbang Kemasyarakatan dan Kebudayaan, LIPI, 2001, h. 168.

13

Page 25: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Myanmar akan berubah menjadi negara demokrasi?. Untuk menganalisa hal

tersebut perlu dilakukan pengamatan mengenai proses transisi demokrasi dengan

mengacu pada pola transisi yang ditawarkan Huntington, yaitu:20 Pertama, pola

”transformasi”, yaitu transisi menuju demokrasi yang diprakarsai oleh rezim

yang sedang berkuasa. Kedua, pola ”replacement”, dimana kelompok oposisi

memimpin perjuangan menuju demokrasi. Ketiga, pola ”transplacement”, dimana

demokratisasi berlangsung sebagai akibat negosiasi dan bergaining antara

pemerintah dan kelompok oposisi. Keempat, pola ”intervensi”, dimana lembaga-

lembaga demokratis dibentuk dan dipaksa berlakunya oleh aktor dari luar.

Demokrasi sebagai sistem politik menurut Henry B.Mayor memiliki

pengertian suatu sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan

atas dasar mayoritas atas wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat

dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik

dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.21

Untuk mengukur tingkat pelaksanaan demokrasi, maka prinsip-prinsip

demokrasi dapat menjadi indikator, seperti :

Tabel 1. Prinsip-Prinsip Demokrasi

Nilai-nilai

Terkandung

Deskripsi

Partisipasi

(Participation)

Demokrasi pada esensinya melibatkan aspirasi masyarakat

dalam menjalankan perannya secara aktif dan menentukan

dalam proses politik. Partisipasi tidak hanya berupa

memilih dalam pemilihan umum. Partisipasi menjamin

20 Samuel P. Huntington, The Third Wave : Democratization in The Late Twenthieth

Century. University of Oklohama Press, Norman, 1991, terjemahan Asril Marjohan, Gelombang Demokratisasi Ketiga, PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1995, h. 158-203.

21 Tim ICCE UIN Jakarta, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Prenada Media, Jakarta, 2005, h. 110.

14

Page 26: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

keterlibatan dalam proses kebijakan, baik dengan

melibatkan LSM, partai politik, maupun jalur-jalur lain.

Tetapi, semua ini harus didasarkan pada asumsi bahwa

hak-hak untuk berpartisipasi itu memang sudah eksis dan

masyarakat memiliki kapasitas serta sumber daya yang

layak untuk berpartisipasi. Selain itu, pemerintah telah

menyediakan jalur-jalur dan institusi-institusi politik (di

mana melalui semua itu masyarakat bisa berpartisipasi).

Inklusivitas/Pelibatan

(Inclusion)

Setiap individu dipandang setara secara politik. Dengan

kata lain setiap individu diperlakukan sebagai warga

negara terlepas dari perbedaan latar belakang ras, etnis,

kelas, gender, agama, bahasa, maupun identitas lain.

Demokrasi mendorong pluralitas keberagaman, juga

mengelola keberagaman tersebut tanpa kekerasan.

Demokrasi tidak bisa eksis jika perolehan hak-hak dasar

dibatasi secara diskriminatif. Demokrasi juga harus

mengawal sektot-sektor masyarakat yang termarjinalisasi

melalui pelaksanaan kebijakan afirmatif untuk dapat

mencapai kesamaan status dan pemberdayaan.Kebijakan

afirmatif ini haruslah bebas dari prasangka atau stereotip.

Perwakilan

(Representation)

Dengan mempertimbangkan bahwa partisipasi langsung

dalam setiap proses pemerintahan tidak bisa dilakukan

secara absolut mengingat keterbatasan waktu dan ruang,

jalur yang paling rasional adalah dengan menyediakan

perangkat untuk representasi/perwakilan. Mereka yang

telah mendapatkan mandat untuk menjalankan aspirasi

populer harus mampu mewakili konstituensi mereka.

Institusi-institusi harus pula mencerminkan komposisi

sosial dari para pemilih – baik kelompok mayoritas

maupun minoritas. Terlebih lagi, mereka harus mewakili

arus utama dari opini publik.

Transparansi Karena demokrasi berarti bahwa institusi-institusi publik

15

Page 27: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

(Transparency) mendapatkan otoritas mereka dari masyarakat, maka harus

ada perangkat yang memungkinkan masyarakat untuk

mengawasi dan mengawal institusi tersebut. Masyarakat

atau kelompok yang ditunjuk oleh masyarakat harus

diberikan kesempatan untuk mempertanyakan kinerja dan

kerja institusi publik tersebut. Terlebih lagi, segala

informasi mengenai proses kerja dan kinerja mereka harus

bisa dijangkau oleh publik dan media massa.

Prtanggungjawaban/

Akuntabilitas

(Accountability)

Pertanggungjawaban/akuntabilitas hanya akan mungkin

jika institusi-institusi negara/publik itu transparan dan

terbuka. Akuntabilitas penting dalam demokrasi karena

hal inilah yang akan menjamin wakil-wakil rakyat yang

memegang mandat populer tidak menyimpang dari jalur

mandat dan fungsi mereka. Akuntabilitas mengharuskan

wakil-wakil rakyat tersebut bertanggungjawab atas sikap

dan perbuatan mereka, dan jika sampai terjadi

penyimpangan, penjatuhan sanksi kepada pihak-pihak

yang bertanggungjawab harus menjadi bagian dari

akuntabilitas ini.

Kecepatan merespon

(Responsiveness)

Dalam demokrasi, institusi-institusi negara harus dapat

diakses oleh kelompok-kelompok masyarakat yang

berbeda. Institusi ini harus siap untuk merespon tuntutan-

tuntutan warganegara dalam setiap proses pembuatan

kebijakan secara cepat dan bijak. Kemampuan institusi

tersebut dalam mengantarkan pelayanan (service

delivery) menunjukkan kualitas dari institusi tersebut dan

pada akhirnya, kualitas dari demokrasi itu sendiri.

Kompetisi/ Otorisasi

(Competition/Autho-

rization)

Demokrasi juga merupakan sebuah sistem di mana partai

politik bertarung dalam proses pemilihan. Setiap partai

politik diberikan kesempatan yang setara untuk mengelola

diri secara bebas dan adil dalam proses yang kompetitif.

Selain itu, hasil dari proses-proses ini tidak akan

16

Page 28: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

mendapatkan legitimasi jika tidak semua orang

menerimanya. Maka dari itu, sistem kompetisi ini harus

mengandung kondisi dimana warganegara diberikan

pilihan kandidat wakil rakyat yang berkualitas dengan

program-program yang layak dipilih.

Solidaritas

(Solidarity)

Rejim demokratis harus bisa bersandar pada dukungan

dan niat baik dari negara-negara lain yang juga

demokratis. Thesis “Demokrasi damai” (democratic

peace) mengklaim bahwa gabungan negara-negara

demokratis bisa membentuk komunitas bangsa yang

cinta damai. Solidaritas dapat menemukan ekspresinya

saat sebuah demokrasi menjunjung prinsip, norma, dan

aturan hukum yang disepakati oleh insitusi multilateral.

Terlebih dari itu, solidaritas harus pula mencerminkan

dukungan terhadap pergulatan demokratis di negara2 lain.

Sumber diolah dari http://www.csis.or.id/working_paper_file/62/wps054.pdf diakses pada 27 November 2010.

1.5 Hipotesa

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diawal dan didukung oleh

teori yang dipandang berguna untuk membantu menganalisa penulisan

selanjutnya, maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut :

1. Peran ASEAN tidak cukup berhasil dalam menciptakan demokrasi di

Myanmar.

2. Hambatan yang dihadapi ASEAN dalam mengupayakan demokrasi di

Myanmar adalah karakter ASEAN yang memegang teguh prinsip non-

intervensi, dan adanya kekuatan hubungan luar negeri Myanmar dengan

China dan India.

17

Page 29: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang merupakan

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.22 Pengolahan data

didasarkan pada rasio dengan menggunakan logika terkait dengan penilaian

peneliti dan sesuai dengan realita.

Dengan penelitian ini diharapkan dapat lebih memahami permasalahan

sebuah negara yang dipimpin oleh militer berdasarkan proses kudeta, dan juga

diharapkan munculnya pandangan yang lebih kritis menanggapi peran organisasi

regional ASEAN dalam membantu negara-negara anggotanya untuk menciptakan

kehidupan demokrasi.

Berdasarkan penelitian deskriptif maka teknik pengumpulan data ini

menggunakan data primer dan sekunder. Data primer ini diperoleh dari dokumen

yang diterbitkan dan situs resmi ASEAN serta wawancara dengan narasumber

yang kompeten. Sedangkan data sekunder berasal dari buku, jurnal, artikel,

majalah dan koran.

1.7 Tujuan Penelitian

Terdapat tiga tujuan pokok dalam penulisan penelitian ini, yaitu :

1. Menambah wawasan mengenai peran ASEAN sebagai organisasi regional

Asia Tenggara dalam menciptakan kehidupan demokrasi di negara

anggotanya.

22 Lexy J. Moleong, ”Metode Penelitian Kualitatif”, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,

2006, h. 4.

18

Page 30: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

2. Memperkaya wawasan mengenai demokrasi disuatu negara yang dipimpin

oleh rezim militer.

3. Memenuhi syarat dalam mencapai gelar sarjana S1 pada jurusan

Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.8 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan. Dibahas aspek metodologis yang paling mendasar. Selain

mendeskripsikan dengan teoritis, bab ini juga merumuskan hipotesis yang

relevan.

Bab II Latar Belakang Berdirinya Pemerintahan Militer. Dalam bab ini

membahas latar belakang intervensi militer dalam pemerintahan, dan

dinamika peran militer dalam dunia politik untuk mempertahankan

kekuasaannya serta berbagai kebijakan yang diterapkan militer dibawah

payung organisasi politiknya yang dapat menguatkan posisi mereka dalam

pemerintahan.

Bab III Gerakan Perlawanan Prodemokrasi Terhadap Pemerintahan

Militer. Membahas mengenai sepak terjang aktor prodemokrasi dalam

memperjuangkan tatanan hidup demokrasi di Myanmar dan pelaksanaan

pemilu multipartai tahun 1990.

Bab IV Peranan ASEAN dalam Menciptakan Demokrasi di Myanmar.

Dalam bab ini akan dimuat tentang ASEAN serta akan ditarik benang

merah mengenai awal mula bergabungnya Myanmar dalam ASEAN

19

Page 31: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

sehingga dapat memperjelas duduk masalah peranan ASEAN terhadap

Myanmar.

Bab V Penutup. Dalam bab ini akan ditarik kesimpulan dari berbagai uraian

diatas.

20

Page 32: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

BAB II

Latar Belakang Berdirinya Pemerintahan Militer

2.1 Intervensi Militer Myanmar dalam Pemerintahan

Fenomena masuknya militer dalam pemerintahan merupakan

permasalahan yang umumnya dialami oleh negara-negara yang baru merdeka.

Masalah politik, sosial dan ekonomi yang sedemikian kompleks dan rentannya

pemerintahan sipil mengakibatkan militer berinisiatif untuk terjun dalam

panggung pemerintahan. Meluasnya peran militer dalam porsi pemerintahan

memiliki faktor-faktor tertentu. Beberapa pengamat politik militer pun memiliki

analisis tersendiri yang tidak jauh berbeda antar satu dan lainnya.

Seperti yang dikemukakan oleh Ulf Sundhaussen23 yang mengatakan

bahwa penyebab intervensi militer terbagi menjadi dua faktor. Faktor internal :

Pertama, perwira-perwira intervensionis didorong oleh motivasi untuk membela

atau memajukan kepentingan militer yang berlawanan dengan norma

konstitusional. Kedua, intervensi militer didorong oleh kepentingan kelas untuk

membela nilai-nilai dan aspirasi kelas menengah yang darinya mereka berasal.

Ketiga, kemahiran profesional di kalangan militer menyebabkan perwira-perwira

percaya bahwa mereka lebih mampu dari segi kepemimpinan nasional

dibandingkan dengan kelompok sipil. Keempat, intervensi militer dalam politik

sebagai sebab ambisi pribadi perwira yang haus wibawa dan kuasa.

23 Ulf Sundhaussen, ”Politik Militer Indonesia 1945-1967 Menuju Dwifungsi ABRI”,

LP3ES, Jakarta, 1986, h. 440-473, dikutip dari Ikrar Nusa Bhakti, ”Tentara Mendamba Mitra”, Tim Peneliti PPW-LIPI, Mizan, 1999, h. 40.

21

Page 33: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Faktor yang kedua adalah faktor eksternal, yang terdiri dari : Pertama,

intervensi militer dalam politik sebagai akibat dari struktur politik masyarakat

yang masih rendah dan rentan. Kedua, kegagalan sistem politik dari kalangan sipil

yang memerintah atau kelompok sipil dipandang tidak mampu memberikan

jaminan tertib politik dan stabilitas politik. Ketiga, kelompok sipil dianggap tidak

mampu dalam melakukan modernisasi ekonomi. Keempat, terjadinya disintegrasi

nasional.

Myanmar merupakan negara koloni Inggris sejak tahun 1885 dan Jepang

semasa Perang Dunia II (1939-1945). Selama dijajah Inggris, rakyat Myanmar

dibawah pimpinan Aung San melakukan perlawanan bekerjasama dengan Jepang

dengan membentuk angkatan bersenjata BIA (Burma Independence Army).24

Akan tetapi setelah Myanmar dan Jepang berhasil, Jepang masih tetap menguasai

Myanmar. Kemudian BIA tampil kembali bersama AFPL (Anti Fascist People’s

Freedom) dan Inggris melakukan perlawanan mengusir Jepang.25

Seiring dengan kekalahan Jepang, tentara Inggris kembali memerintah

Myanmar. Namun Inggris tidak dapat memerintah Myanmar kembali karena

memiliki tantangan dari AFPL. AFPL menuntut kemerdekaan kepada Inggris,

sehingga pada April 1947 diadakan pemilihan badan legislatif pertama yang

dimenangkan oleh Aung San dari partai AFPL,26 kemudian Inggris menunjuk

Jenderal Aung San menjadi Perdana Menteri Myanmar. Namun sebelum

24 BIA merupakan cikal bakal Angkatan Bersenjata (Tatmadaw) Myanmar yang

mendapat pelatihan militer dari Jepang. Pada saat itu BIA telah mereorganisasi diri menjadi Burmese Defence Army.

25 Wahono, ”Kebertahanan Pemerintahan Junta Militer Myanmar Menghadapi Oposisi, Tekanan Asing, dan Gerakan-Gerakan Perlawanan”, Tesis Program Pascasarjana Magister Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, 2005, h. 89-91.

26 Ian Holliday, ”Voting and Violence in Myanmar, Nation Building for a Transition to Democracy”, Asian Survey, Vol. XLVIII No. 6, November/December 2008, h. 1043.

22

Page 34: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

kemerdekaan tercapai, Aung San dan para pemimpin lainnya tewas terbunuh pada

19 April 1947. Wakil Presiden AFPL U Nu menjadi Presiden partai dan Inggris

menunjuknya sebagai Perdana Menteri Myanmar. Akhirnya, Myanmar sebagai

negara plural memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 4 Januari 1948.27

Pada masa awal jabatannya U Nu lebih disibukkan untuk menghadapi

ancaman dan tantangan dari gerakan komunis dan pemberontakan bersenjata oleh

berbagai kelompok etnis.28 Situasi pemerintahan yang semakin tak terkendali

membuat Perdana Menteri U Nu merancang persiapan peralihan kekuasaan secara

formal kepada pihak militer yang dipimpin oleh Jenderal Ne Win. Kemudian

berdasarkan hasil rapat anggota perwakilan rakyat Jenderal Ne Win terpilih

sebagai pemimpin kabinet yang baru yang diambil sumpahnya pada tanggal 29

Oktober 1958, dalam pidatonya Jenderal Ne Win berjanji akan taat pada konstitusi

dan demokrasi serta akan melaksanakan pemilu yang bebas dan adil pada tahun

1960.29

Setelah mengabdi selama 2 tahun, Jenderal Ne Win memenuhi janjinya

untuk melaksanakan pemilu bulan Februari 1960. Pada pemilu saat itu, U Nu

kembali tampil sebagai pemenang dan pada masa kekuasannya kali ini situasi

politik Myanmar memang belum stabil. Keadaan negara yang kacau menjadi

peluang bagi Jenderal Ne Win untuk melakukan kudeta (kudeta tidak berdarah)

yang berlangsung pada 2 Maret 1962. Dengan alasan pemerintahan sipil tidak

dapat mengendalikan keadaan negara dan tidak dapat memajukan perekonomian

negara, Ne Win melancarkan aksi kudeta terhadap pemerintahan U Nu, selain itu

27 Wahono, Op.Cit., h. 91. 28 Humphrey Wangke, ”ASEAN dan Masalah Kepemimpinan Myanmar”, Jurnal Kajian,

Vol. 10 No. 1, Juni 2005, h. 60. 29“Sang Merah Putih di Tanah Pagoda, Kenangan, Masa Kini dan Harapan”, Kedutaan

Besar Republik Indonesia,Yangon, Edisi ke-2 2002, h. 65-66.

23

Page 35: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

ia juga telah menganulir konstitusi 1947. Didukung oleh aparat militer dan

sekutunya, Ne Win mendirikan pemerintahan militer otoriter dan memerintah

dengan gaya diktator. Rakyat tidak diperkenankan memilih pemimpinnya sendiri

karena semua keputusan politik harus melalui pemimpin militer di Rangoon.30

Disinilah awal dari runtuhnya demokrasi di Myanmar.

2.2 Perubahan Bentuk Pemerintahan dan Politik di bawah Kekuasaan

Jenderal Ne Win

Sejak Jenderal Ne Win mengambil alih kekuasaan dari tangan sipil, ia telah

melakukan beberapa kebijakan dalam pemerintahan, diantaranya mengontrol

ekonomi negara dan masyarakat dengan ketat, menghapuskan media independen,

dan menghancurkan kekuatan masyarakat yang dianggapnya sebagai ancaman.

Bahkan untuk memperkuat kekuasaannya, di awal tahun 1970-an Jenderal Ne Win

merubah Myanmar menjadi negara sosialis yang isolasionis dengan

diberlakukannya ”Cara Burma Menuju Sosialisme/ Burmese Way to Socialism”

dan mendirikan sebuah partai yaitu BSPP (Burma Socialist Program Party) serta

pada tahun 1974 konstitusi Burma dirancang setelah pelaksanaan referendum

nasional.31

Pembentukan BSPP bertujuan untuk menciptakan negara sosialis Myanmar

dengan cara memperkuat militer, melembagakan ekonomi sosial, dan menerapkan

kebijakan garis keras atas kelompok etnis minoritas. Jenderal Ne Win juga

menghapus semua partai oposisi dengan hanya mengizinkan satu partai (BSPP/

30 Priyambudi Sulistiyanto, ”Politik, Reformasi Ekonomi dan Demokrasi; Studi

Perbandingan Thailand, Indonesia dan Burma”, Prisma LP3ES, No. 5 tahun XXVI, Mei-Juni 1997, h. 19-20.

31 Win Min, ”Looking Inside The Burmese Military”, Asian Survey, Vol. XLVIII No. 6, November/December 2008, h. 1022.

24

Page 36: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Partai Lanzin) sebagai kendaraan politik pemerintah.32 Dalam bidang ekonomi,

Ne Win menerapkan strategi pembangunan sosialis radikal dengan menghapuskan

sistem pemilikan pribadi lewat program nasionalisasi.

Ne Win dengan BSPP sebagai payung politiknya tidak mampu

menciptakan negara yang stabil dan bebas dari masalah sosial, politik, dan

ekonomi yang selama ini telah mewarnai kehidupan rakyat Myanmar. Selain itu,

meskipun dengan konstitusi baru (konstitusi 1974) dimungkinkan

diselenggarakannya pemilu, namun BSPP terus menunda pelaksanaan pemilu

tersebut dan masih tetap memegang kekuasaan. Keadaan negara seperti itu

menimbulkan kemarahan bagi rakyat yang diluapkan melalui gerakan

demonstrasi. Gerakan ini dilakukan oleh kekuatan rakyat pada 8 Agustus 1988

yang dikenal dengan peristiwa 8888. Peristiwa ini diperkirakan telah memakan

korban jiwa lebih dari 3.000 orang sehingga gerakan ini sekaligus menjadi fakta

kerepresifan pihak militer.

’’Demonstrasi dan penindasan berdarah ini telah menunjukkan bahwa militer tidak punya cara untuk melibatkan unsur-unsur masyarakat kecuali melalui pemaksaan dan kekerasan. Pejabat Rezim telah menghancurkan kompetensi dan independensi kepolisian, kejaksaan, dan pelayanan publik untuk terus mengkonsolidasikan kekuasaan mereka sendiri. Rezim militer hanya memiliki satu cara untuk mencegah keruntuhan tatanan sosial yaitu kekerasan. Penggunaan kekerasan terbukti tidak hanya dalam waktu jangka pendek, ketika mereka mulai kehilangan kendali negara”.33

Tanpa alasan yang jelas Jenderal Ne Win mengundurkan diri dari

pemerintahan, melepaskan tanggung jawab terhadap negara yang sedang dalam

keadaan kacau. Namun hal ini bukan menjadi akhir dari skenario rezim

32 Humphrey Wangke, ”ASEAN dan Masalah Kepemimpinan Myanmar”, Jurnal Kajian,

Vol. 10 No. 1, Juni 2005, h. 60-61. 33 Neil A. Englehart, “Is Regime Change Enough for Burma?, The Problem of State

Capacity”, Asian Survey, Vol. XLV, No. 4, July/August 2005, h. 633-634.

25

Page 37: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

pemerintahan militer di Myanmar. Kenyataannya Ne Win masih berada

dibelakang layar dengan tetap menjadi ketua BSPP dan bibit-bibit Jenderal yang

haus kekuasaan akan tetap tampil dalam pemerintahan demi mempertahankan

kerajaan militer Myanmar.

2.3 Kekuasaan Rezim Militer Jenderal Saw Maung dan Kekacauan

Politik Myanmar

Keadaan negara yang kacau dan gerakan demonstrasi rakyat menjadikan

Jenderal Ne Win mundur dari pemerintahan. Posisi Ne Win kemudian digantikan

oleh Jenderal Sein Lwin yang dikenal sebagai dalang utama pembantaian tragedi

8888. Sein Lwin akhirnya mengundurkan diri pada tanggal 12 Agustus 1988 dan

digantikan oleh mantan Jenderal yang telah pensiun yaitu Dr. Maung Maung.

Maung Maung kemudian merencanakan diselenggarakannya pemilihan umum

multipartai tetap dibawah pengawasan pemerintahan militer. Rencana tersebut

dengan segera ditentang oleh kelompok oposisi yang menginginkan Maung

Maung mundur dari pemerintahan. Tekanan dari masyarakat mengakibatkan

terjadinya kembali kudeta34 militer dibawah pimpinan Jenderal Saw Maung.35

Pemerintahan Saw Maung dimulai pada 18 September tahun 1988.

Tampilnya Saw Maung sekaligus sebagai petanda bubarnya BSPP dan berdirinya

SLORC (State Law and Order Restoration Council). Pada masa awal

pemerintahannya, Saw Maung menyatakan bahwa konstitusi 1974 tidak berlaku

lagi. Selain itu, SLORC juga menetapkan tiga prinsip nasional (Three Main

34 Kudeta ini dikatakan sebagai kudeta berdarah karena dalam proses pengambilalihan

kekuasaan tersebut telah memakan banyak korban jiwa. 35 Nurani Chandrawati, “Perluasan ASEM dan Masalah Myanmar : Melanjutkan Strategi

Kompromistis atau Membentuk Kriteria Baru”, Jurnal Kajian Wilayah Eropa, Vol. II No. 3, 2006, h. 84-85.

26

Page 38: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

National Causes) yang harus ditaati oleh seluruh rakyat, yaitu : Non

Disintegration of the Union, Non Disintegration of the National Unity, and

Consolidation of National Sovereignty.36

Pada tahun 1990 SLORC resmi mengganti nama Burma menjadi

Myanmar dengan Yangon sebagai ibu kotanya, dan sesuai dengan persetujuan

SLORC untuk mengadakan pemilu multipartai, maka pada tanggal 27 Mei 1990

diadakan pemilu untuk memilih anggota parlemen.37 Dalam pemilu ini SLORC

sangat yakin militer akan memenangi pemilu tersebut, sifat totaliter pemerintah

militer menjadi dasar keyakinan mereka mengontrol perolehan suara politik

rakyat. Namun ternyata prediksi SLORC berbeda dengan kenyataan. Partai

oposisi yaitu National League for Democracy (NLD) yang dipimpin oleh Aung

San Suu Kyi yang muncul sebagai partai pemenang pemilu saat itu, sehingga

membuat SLORC tidak mengakui hasil pemilu tersebut. Pada 29 Juli 1990,

SLORC mengumumkan bahwa pemerintahannya bukan berdasarkan konstitusi

melainkan UU Darurat (Martial Law).

Kegagalan pemerintahan Ne Win menjadi pelajaran bagi Saw Maung.

Dalam bidang ekonomi, pemerintahan Saw Maung melakukan reformasi ekonomi

dengan membentuk sistem ekonomi terbuka. Pemerintahan militer dari tahun

1988-1990 telah meluncurkan undang-undang tentang investasi asing, peraturan

dalam sektor keuangan dan perbankan serta program swastanisasi. Bahkan

pemerintahan militer juga mendapatkan keuntungan dari investor asing Cina,

Singapura, Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan Malaysia. Sayangnya, reformasi

36 ”The New ASEANs: Vietnam, Burma, Cambodia & Laos”, Department of Foreign

Affairs and Trade Commonwealth of Australia, 1997, h. 99. 37 Neil A. Englehart, “Is Regime Change Enough for Burma?, The Problem of State

Capacity”, Asian Survey, Vol. XLV, No. 4, July/August 2005, h. 634.

27

Page 39: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

ekonomi ini tidak dapat dikatakan berhasil dikarenakan hanya menguntungkan

sekelompok orang dalam lingkup militer.38

Kebijakan politik dengan melaksanakan pemilu multipartai pun tidak

dilakukan secara demokratis, akibatnya memunculkan tekanan dari rakyat untuk

sesegera mungkin menjalankan proses demokrasi yang nyata. Tekanan yang

bertubi-tubi menjadikan Jenderal Saw Maung memutuskan untuk mundur dari

pemerintahan.

2.4 Myanmar Masa Pemerintahan Rezim Militer Jenderal Than Shwe

Mundurnya Jenderal Saw Maung kemudian digantikan oleh Jenderal Than

Shwe pada 21 April 1992. Bergantinya kekuasaan ke tangan Than Shwe tidak

menjamin Myanmar lebih dekat dengan jalan demokrasi. Jenderal Than Shwe

menjalankan kekuasan berdampingan dengan Jenderal Khin Nyunt. Pada masa

pemerintahannya, Jenderal Than Shwe telah mencabut Undang-Undang Darurat

pada tanggal 26 September 1992. Tidak hanya itu, SLORC pun berjanji untuk

tidak akan melakukan tindakan penekanan terhadap kaum minoritas seperti masa

Jenderal Saw Maung.39

Tidak berbeda jauh dengan para pendahulunya, gaya pemerintahan represif

dan otoriter pun telah menjadi pilihan bagi Jenderal Than Shwe, karena selama

Than Shwe mengambil alih pemerintahan juga telah terjadi beberapa kebijakan

yang menimbulkan masalah, diantaranya adalah : Menangkap, memenjarakan dan

38 Priyambudi Sulistiyanto, ”Politik, Reformasi Ekonomi dan Demokrasi; Studi

Perbandingan Thailand, Indonesia dan Burma”, Prisma LP3ES, No. 5 tahun XXVI, Mei-Juni 1997, h. 21-22.

39 Nurani Chandrawati, “Perluasan ASEM dan Masalah Myanmar : Melanjutkan Strategi Kompromistis atau Membentuk Kriteria Baru”, Jurnal Kajian Wilayah Eropa, Vol. II No. 3, 2006, h.88.

28

Page 40: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

menyiksa para pendukung prodemokrasi. Melarang untuk berkumpul lebih dari 5

orang di malam hari bagi siapapun yang berada di Myanmar. Menaikkan Bahan

Bakar Minyak sebesar 500%. Seluruh akses informasi keluar, baik jaringan

internet maupun telepon diputus, serta melarang bepergian disekitar lima kuil

Buddha utama.

Selain itu, dengan wataknya yang konservatif, Jenderal Than Shwe telah

memberhentikan Jenderal Khin Nyunt yang dikenal lebih pragmatis yang masih

melihat perlunya reformasi dan keterlibatan masyarakat internasional dalam

proses demokrasi di negaranya. Terbukti dengan diluncurkannya Program ”Road

Map to Democracy” oleh Jenderal Khin Nyunt pada 30 Agustus 2003,40 sesuai

dengan tekadnya untuk menciptakan pemerintahan yang demokratis.

Pada tanggal 15 November 1997, dibawah pemerintahan Jenderal Than

Shwe SLORC merubah nama menjadi SPDC (State Peace and Development

Council) namun tetap dengan karakteristik pemerintahan yang sama yaitu represif,

otoriter dan totaliter. Penggantian ini ditunjukkan untuk menata kebijakan politik

dan perekonomian guna mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain,

khususnya setelah Myanmar secara resmi diterima menjadi anggota penuh

ASEAN. Dengan tetap menjalankan kebijakan sebelumnya, SPDC berusaha

meningkatkan citra lain dengan membebaskan para tahanan politik yang dianggap

tidak membahayakan keamanan nasional dan berjanji tidak akan memegang

kekuasaan negara dalam jangka waktu lama, namun akan mengalihkan kekuasaan

kepada sipil setelah konstitusi baru terbentuk.41 Akan tetapi, hal tersebut hanya

40 Humphrey Wangke, ”ASEAN dan Masalah Kepemimpinan Myanmar”, Jurnal Kajian,

Vol. 10 No. 1, Juni 2005, h. 57. 41 “Sang Merah Putih di Tanah Pagoda, Kenangan, Masa Kini dan Harapan”, Kedutaan

Besar Republik Indonesia,Yangon, Edisi ke-2 2002, h. 73.

29

Page 41: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

menjadi janji kosong SPDC karena nyatanya hingga kini peralihan kekuasaan

kepada sipil tak kunjung dilaksanakan. Selain itu, pembebasan para tahanan

politik sekedar tindakan sementara karena setelah para tahanan melakukan

kegiatan diluar yang tidak disenangi militer, mereka menjadi tahanan politik

kembali.

Fakta lain mengenai kerepresifan Jenderal Than Shwe dibawah naungan

SPDC tampak dalam sikapnya menanggapi tekanan-tekanan internasional dengan

meluncurkan statement mengenai persepsi pemerintahan Myanmar terhadap arti

demokrasi. Melalui pernyataan ini, semakin menegaskan bahwa demokrasi di

Myanmar berjalan lambat dan dominasi militer dalam pemerintahan akan semakin

sulit dihilangkan. Pernyataan tersebut adalah :42

” Demokrasi harus didasarkan pada kepentingan umum dan bukan kepentingan sepihak. Termasuk pentingnya untuk tetap menjamin stabilitas keamanan domestik dan mencegah munculnya tindakan yang melawan hukum yang terpaksa akan dijawab dengan kekuatan militer”.

Dengan demikian, perhatian kepemimpinan militer Myanmar selama tiga

generasi tidak menunjukkan perubahan secara signifikan. Janji militer untuk

menjalankan demokrasi dan mengambalikan pemerintahan sipil tak kunjung

dilaksanakan. Pengelolaan ekonomi negara pun hanya dipusatkan pada bisnis

yang mengutamakan golongan militer dalam pemerintahan. Sehingga dapat

dikatakan kapasitas militer Myanmar dalam mengendalikan kehidupan politik,

sosial, dan ekonomi rakyat Myanmar sangat kuat.

42 Nurani Chandrawati, “Perluasan ASEM dan Masalah Myanmar : Melanjutkan Strategi

Kompromistis atau Membentuk Kriteria Baru”, Jurnal Kajian Wilayah Eropa, Vol. II No. 3, 2006, h.88.

30

Page 42: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

BAB III

Gerakan Perlawanan Prodemokrasi Terhadap Pemerintahan Militer

3.1 Aung San Suu Kyi Sebagai Aktor Demokrasi Myanmar

Daw Aung San Suu Kyi adalah salah satu tokoh prodemokrasi di

Myanmar. Putri dari The Founding Father Myanmar Aung San ini telah menjadi

tokoh pejuang demokrasi bagi rakyat Myanmar sejak tahun 1988. Sebagai putri

dari pahlawan kemerdekan, Suu Kyi mewariskan keberanian orang tuanya dalam

membela dan memajukan bangsanya sampai titik darah penghabisan. Gagasan-

gagasan politiknya yang diperuntukan bagi perubahan negara tidak jarang

menjadikan posisi militer terancam dan menyebabkan dirinya menjadi tahanan

politik militer.

Kekacauan negara yang terjadi pada masa pemerintahan Ne Win, ketika

rakyat merasakan perlunya kehidupan yang demokratis, mengakibatkan

meledaknya gerakan demonstrasi besar-besaran disepanjang tahun 1988.

Pengunduran diri Ne Win sebagai pemimpin yang diktator dan terjadinya aksi

protes yang meluas di hampir seluruh wilayah Myanmar dan mengakibatkan

terbunuhnya ribuan jiwa rakyat Myanmar, menjadi awal bagi Suu Kyi untuk

segera melakukan perlawanan terhadap militer dan melakukan perubahan yang

berhak didapatkan oleh rakyat Myanmar.

Menyadari betapa menderitanya rakyat Myanmar akibat kesewenang-

wenangan pemerintahan militer membuat Suu Kyi memulai aksi politiknya. Aksi

politik Aung San Suu Kyi untuk pertama kali dilakukan pada tanggal 26 Agustus

1988 dengan melakukan pidato di lapangan depan Pagoda Shwedagon, Yangoon.

31

Page 43: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Dalam pidatonya Suu Kyi menegaskan tujuan perjuangan bersama adalah untuk

mewujudkan pemerintahan multipartai yang demokratis, bukan referendum

seperti yang ditawarkan pemerintah. Keberanian Suu Kyi menentang pemerintah

militer diaplikasikan melalui pemikiran serta peran politiknya yang berlandaskan

pada sistem demokrasi yang adil dan jujur. Ia juga tidak sepaham dengan militer

yang lebih memilih politik isolasionis, sebaliknya ia lebih menginginkan

Myanmar menjadi negara yang terbuka pada dunia luar dengan tetap menjaga

budaya dan agama serta menghilangkan fanatisme sempit.43

Aung San Suu Kyi sangat lantang menyuarakan kebebasan dan demokrasi.

Ia menunjukkan keberaniannya dalam menghadapi ancaman dan menunjukkan

bahwa dia tidak akan terintimidasi atau merasa takut. Itu merupakan gaya

keberaniannya yang didukung oleh rakyat Myanmar yang menginginkannya untuk

menjadi pemimpin.44 Sehingga perjuangan Aung San Suu Kyi tidak hanya dinilai

oleh masyarakat Myanmar, masyarakat internasional juga memberi perhatian yang

lebih terhadap perjuangannya. Berkat kegigihannya memperjuangkan demokrasi

dan penegakkan hak asasi manusia, maka pada tanggal 4 November 1990 Aung

San Suu Kyi dianugerahi Penghargaan HAM Thorolf Rafto. Pada 22 Januari 1991,

ia kembali meraih penghargaan Sakharov tahun 1990 untuk kebebasan berfikir

dari Parlemen Eropa. Di tahun yang sama ia mendapatkan Nobel Perdamaian dari

Presiden Czechoslovakia, Vaclav Havel.45 Terakhir, ikon demokrasi Myanmar ini

43 Agus Budi Rahmanto, “Tantangan Demokrasi di Myanmar : Studi Kasus National

League for Democracy (NLD)”, Tesis Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 2002, h. 32-34. 44 Josef Silverstein, ”The Idea of Freedom in Burma and the Political Thought of Daw

Aung San Suu Kyi”, Pacific Affairs, Vol. 69 No. 2 Summer 1996, h. 226. 45 Mya Maung, “Totalitarian in Burma, Prospect for Economic Development”, Paragon

House, New York, 1992, h. 164.

32

Page 44: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

menerima Simon Bolivar Prize untuk kebebasan pada tahun 1992. 46 Dalam

Thorolf Rafto Human Rights Prize, Komite Internasional mendeskripsikan Aung

San Suu Kyi sebagai berikut :

”Daw Aug San Suu Kyi personified Burma’s movement for democracy. Through her courageous and devoted work for human rights and democracy, Daw Aung San Suu kyi has become the focal point of the Burmese opposition demanding an end to the iron-fisted military rule in the country, restoration of fundamental human rights and democracy. In this dark period of the history of Burma, Daw Aung San Suu Kyi has earned enormous respect both from her fellow-citizens and from the international human rights community’’.47

Sejak keterlibatannya dalam NLD sebagai sekertaris jenderal, Suu Kyi

mulai berjuang atas nama partai. National League for Democracy (NLD) berdiri

dengan tujuan menciptakan pemerintahan yang demokratis dengan cara

mengusahakan perubahan sosial dan politik yang terjamin perdamaian, HAM dan

kesejahteraan.48 Suu Kyi dan NLD mulai mendapat perhatian rakyat Myanmar

akibat tujuannya untuk memberikan angin demokrasi yang selama ini tidak

dipenuhi oleh pemerintahan militer. Perjuangan tokoh-tokoh demokrasi di dalam

NLD menjadikan NLD sebagai partai paling populer di Myanmar. Namun

kediktatoran militer menjadi tembok penghalang yang sangat kuat bagi NLD

dalam usaha mencapai tujuannya.

Menghadapi penyelenggaraan pemilu multipartai tahun 1990, tokoh-tokoh

NLD menyusun strategi untuk mencapai sasarannya menciptakan Myanmar

sebagai negara demokrasi. Namun berkaitan dengan pernyataan Aung San Suu

46 Nurani Chandrawati, “Perluasan ASEM dan Masalah Myanmar : Melanjutkan Strategi

Kompromistis atau Membentuk Kriteria Baru”, Jurnal Kajian Wilayah Eropa, Vol. II No. 3, 2006, h.86.

47 Mya Maung, Op.Cit., h. 137-138. 48 Agus Budi Rahmanto, “Tantangan Demokrasi di Myanmar : Studi Kasus National

League for Democracy (NLD)”, Tesis Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 2002, h. 35.

33

Page 45: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Kyi dalam sebuah wawancara pada masa kampanye bahwa ia dan partainya akan

menyerukan boikot nasional terhadap proses ekonomi, maka Suu Kyi, Kyi Maung

dan Tin Oo selaku pemimpin NLD ditangkap dan dikenakan tahanan rumah oleh

pemerintah militer pada 29 Juli 1989.49 Dengan kenyataan Aung San Suu Kyi

menjadi tahanan rumah, pemerintahan militer pernah menolak Suu Kyi dan Tin

Oo mewakili distrik Yangoon. Terlebih Suu Kyi dianggap tidak layak menjadi

wakil rakyat disebabkan latar belakang kehidupannya yang lama menetap di luar

negeri dan menikah dengan warga negara asing.50 Menanggapi hal tersebut Aung

San Suu Kyi dalam pidatonya mengatakan :

"Saya percaya bahwa semua orang yang telah berkumpul di sini tanpa terkecuali datang dengan keinginan yang tak tergoyahkan untuk memperjuangkan dan memenangkan sistem multipartai yang demokratis. Dalam hubungan ini, saya ingin menjelaskan bagian yang telah saya lakukan dalam gerakan ini. Hal ini diperlukan karena cukup banyak orang yang tidak mengetahui sejarah kehidupan saya ... Memang benar bahwa saya telah tinggal di luar negeri. Benar juga bahwa saya menikah dengan orang asing. Fakta-fakta ini tidak pernah dan tidak akan mengganggu atau mengurangi cinta dan pengabdian saya untuk negara oleh ukuran atau derajat apa pun".51

Tindakan SLORC menurunkan popularitas NLD agar tidak mendapatkan

suara mayoritas dalam pemilu menjadi usaha yang sia-sia. Kenyataannya, hasil

pemilu diluar prediksi pemerintahan militer dalam naungan SLORC. NLD

menjadi pemenang, tetapi kemenangan tersebut tidak diakui SLORC dengan

berbagai alasan. Tidak hanya itu, sejumlah besar anggota NLD pun menjadi

tahanan politik.

49 ”The New ASEANs: Vietnam, Burma, Cambodia & Laos”. Department of Foreign

Affairs and Trade Commonwealth of Australia, 1997, h. 110. 50 Aung San Suu Kyi menikah dengan seorang ilmuwan ahli masalah Tibet

berkebangsaan Inggris, Michael Aris. 51 Mya Maung, Totalitarian in Burma, Prospect for Economic Development, Paragon

House, New York, 1992, h. 145-146.

34

Page 46: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Keadaan negara sedikit berubah ketika Jenderal Saw Maung

mengundurkan diri. Tahta pemerintahan berpindah pada Jenderal Than Shwe dan

Jenderal Khin Nyunt. Watak Khin Nyunt yang lebih pragmatis membuat Khin

Nyunt memiliki inisiatif untuk melakukan pertemuan dengan Suu Kyi dan tokoh

NLD lainnya. Hasil pertemuan ini berdampak pada dibebaskannya para tahanan

politik termasuk Suu Kyi pada 10 Juli 1995. Suu Kyi diperbolehkan melakukan

aktifitas kembali namun tetap berada di bawah kepemimpinan Aung Shwe yang

merupakan anggota militer yang ditunjuk SLORC.52

Kebebasan yang dirasakan aktor-aktor demokrasi hanya sementara.

Setelah Jenderal Khin Nyunt digantikan oleh Jenderal Than Shwe yang

merupakan Jenderal bersifat konservatif telah menjadikan Suu Kyi dan tokoh-

tokoh NLD lainnya sebagai tahanan rumah. NLD dan Suu Kyi yang dinilai

sebagai ancaman bagi supremasi militer menjadikan mereka kembali berstatus

sebagai tahanan rumah sejak 30 Mei 2003. Mengenai penahan kali ini seharusnya

Suu Kyi dibebaskan pada bulan Mei 2009. Namun ternyata, intrusi yang

dilakukan seorang warga negara Amerika Serikat bernama Yettaw ke rumah Suu

Kyi, menjadi alasan bagi militer untuk mengadili hal tersebut. Pengadilan

kemudian memutuskan hukuman penjara bagi Suu Kyi selama 18 bulan setelah

adanya perintah keringanan dari Jenderal Than Shwe dengan alasan menjaga

kestabilan dan perdamaian di Myanmar.53

Pertentangan antara sipil dan militer serta keadaan negara yang semakin

tak terkendali, menjadikan Suu kyi menawarkan penyelesaian secara damai

52 Nurani Chandrawati, “Perluasan ASEM dan Masalah Myanmar : Melanjutkan Strategi

Kompromistis atau Membentuk Kriteria Baru”, Jurnal Kajian Wilayah Eropa, Vol. II No. 3, 2006, h.88.

53 Alexandra Retno Wulan, ”Terorisme, Perkembangan Politik di Myanmar dan Pemilu di tiga Negara”, Analisis CSIS, Vol. 38 No. 3 September 2009, h. 356.

35

Page 47: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

dengan pihak militer. Penyelesaian melalui jalan diskusi atau dialog telah

diupayakan oleh Suu Kyi sejak lama, tetapi kenyataannya cara ini pun tak lantas

diindahkan oleh pemerintah militer. Aung San Suu Kyi percaya bahwa

penyelesaian atas semua masalah perbedaan yang terjadi di Myanmar dapat

dicapai melalui diskusi atau dialog.

”Saya selalu meminta dialog.....Tetapi dialog tanpa perdebatan. Akan ada perbedaan pendapat dan cara berfikir. Dialog tidak melibatkan pemenang dan pecundang. Ini bukan sebuah pertanyaan tentang kehilangan muka. Ini mengenai penemuan solusi yang terbaik untuk negara”.54

Sosok Aung San Suu Kyi telah menjadi kekuatan pokok dalam perjuangan

demokrasi Myanmar. Berkat perjuangannya, kini NLD menjadi partai paling

populer di Myanmar. Akan tetapi, kekuatan Suu Kyi dan NLD tidak mampu

membendung otoritas militer. Kenyataan ini semakin membuat lambatnya proses

demokrasi dan bukan tidak mungkin dapat membuat kekuasaan militer di

Myanmar mendapatkan waktu yang lebih lama lagi.

3.2 Pemilihan Umum Multipartai Tahun 1990

Penyelenggaraan pemilu multipartai telah direncanakan sejak Myanmar

dikuasai oleh Jenderal Saw Maung. Dalam pemilu untuk memilih anggota

Parlemen (Pyithu Hluttaw) ini tetap memberlakukan Undang-Undang Darurat

(Martial Law) dan dimaksudkan untuk mempertahankan eksistensi SLORC.

Sebenarnya banyak tokoh oposisi yang meragukan pemilu ini dapat berjalan

dengan jujur. Terlebih pemerintah militer telah menampakkan kecurangannya

beberapa hari menjelang pemilu dengan menangkap beberapa tokoh oposisi di

54 Josef Silverstein, ”The Idea of Freedom in Burma and the Political Thought of Daw

Aung San Suu Kyi”, Pacific Affairs, Vol. 69 No. 2 Summer 1996, h. 227.

36

Page 48: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Yangoon. Sehingga banyak tokoh oposisi awalnya enggan untuk mengikuti

pemilu. Menanggapi hal tersebut, Saw Maung mengeluarkan pernyataan bahwa

Pemilu ini merupakan momentum penting yang merupakan perwujudan dari

tuntutan rakyat untuk memperbaiki politik. Seperti yang dikatakannya dalam rapat

koordinasi SLORC tanggal 10 Januari 1990:55

”The reason way of Rule of Law and Order, and the prevalence of peace and tranquility is being given so much emphasis is because the Pyithu Hluttaw (People’s Assembly) election to be held this year is not an Ordinary one. It is an election of historic significance, a veritable milestone in the annals of history marking the change from one system to another and turning point in our history it self”.

Pemerintahan militer memberikan waktu bagi setiap partai untuk

mendaftar menjadi peserta pemilu di mulai dari tanggal 17 September hingga 28

Februari 1989. Dalam pendaftaran ini terdapat 2.209 kandidat dari 93 partai dan

87 partai independen untuk memperebutkan 492 Pyithu Hluttaw.56 Namun

akhirnya hanya tujuh partai politik yang diakui oleh pemerintah memenuhi

persyaratan dan memiliki pengikut yang banyak, partai-partai tersebut adalah :57

1. National Unity Party. Merupakan nama baru untuk BSPP yang secara

resmi dikukuhkan pemerintah tanggal 14 Oktober 1988 dengan ketua Than

Kyaw dan didampingi oleh 14 komite sentral yang baru.

2. National League for Democracy. Partai oposisi yang terdaftar pada tanggal

30 September 1988 dipimpin oleh Aung Gyi, Tin Oo sebagai wakil ketua

dan Aung San Suu Kyi sebagai sekertaris jenderal.

55 Agus Budi Rahmanto, “Tantangan Demokrasi di Myanmar : Studi Kasus National

League for Democracy (NLD)”, Tesis Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 2002, h. 67-68. 56 Mya Maung, “Totalitarian in Burma, Prospect for Economic Development”, Paragon

House, New York, 1992, h. 181. 57 Agus Budi Rahmanto, Op.Cit., h. 39-40.

37

Page 49: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

3. The People’s Democracy Party. Partai in diketuai oleh Thakin Lwin yang

pernah menjadi pendiri Burmese Workers and Peasant Party (BWPP).

Partai ini terdaftar pada tanggal 4 Oktober 1988.

4. The Democracy Party. Terbentuknya partai ini atas dukungan mantan

Perdana Menteri U Nu. Dibentuk pada tanggal 14 Oktober 1988 dan

dipimpin oleh Thu Wai dan Bohmu Aung.

5. The Democratic Front For National Reconstruction. Partai ini diisi oleh

veteran BWPP dan dipimpin oleh Thakin Chit.

6. The Unity and Development Party. Partai ini dipimpin oleh Thakin Soe

yang pernah ditangkap pemerintah pada tanggal 13 November 1970 dan

dibebaskan melalui amnesti umum tahun 1980.

7. The Anti Facist People’s Freedom League (AFPFL). Sebuah institusi

politik pertama kali pada zaman kemerdekaan Myanmar dan di bentuk

kembali oleh Bo Kyaw Nyunt.

Penyelenggaraan pemilu multipartai ini berdasarkan konstitusi 1974.

Pemerintah militer memang memberikan kesempatan bagi setiap kandidat untuk

menyampaikan program-programnya melalui kampanye terhadap masyarakat

Myanmar. Namun kesempatan ini tetap dibatasi oleh pemerintah militer bahkan

masyarakat dilarang mengadakan pertemuan dengan kandidat. Beberapa peraturan

lain dibuat oleh pemerintah militer demi mengontrol hasil perolehan suara dalam

pemilu tersebut. Beberapa peraturan itu adalah :58

1. Setiap mengadakan pawai atau pidato harus melapor kepada SLORC

tingkat lokal.

58 Agus Budi Rahmanto, “Tantangan Demokrasi di Myanmar : Studi Kasus National

League for Democracy (NLD)”, Tesis Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 2002, h. 70.

38

Page 50: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

2. Materi kampanye harus sudah terkumpul tujuh hari sebelumnya.

3. Beberapa publikasi atau pidato yang dapat diintepretasikan

mengganggu kedaulatan negara dan integritas teritorial bangsa serta

memecah belah bangsa termasuk etnis minoritas yang berbeda-beda,

meremehkan martabat militer, menyinggung agama dilarang.

4. Tiap-tiap partai politik diberi kesempatan untuk berkampanye (berupa

pidato) yaitu lima belas menit di radio dan sepuluh menit di televisi.

Pada akhirnya pemilu diselenggarakan pada 27 Juli 1990 dengan aman

tanpa adanya insiden. Hasil pemilu menunjukkan NLD sebagai pemenang dengan

meraih 392 dari 485 kursi pada parlemen nasional. Sedangkan partai militer

(NUP) hanya memperoleh 3% kursi parlemen. Hasil yang diluar dugaan militer

pada akhirnya tidak diakui oleh militer, melalui Jenderal Maung Maung

pemerintah militer tidak mengakui hasil pemilu secara sepihak.59 Beberapa alasan

melatarbelakangi penolakan pemerintah militer terhadap hasil pemilu, alasan

tersebut antara lain : Pertama, pemilu adalah sarana untuk membentuk Konvensi

Nasional dan bukan untuk transformasi kekuasaan. Kedua, menurut ketentuan

yang ada, seorang calon yang bersuamikan orang asing dan lama bermukim di

luar negeri tidak dapat mengikuti pemilu. Ketiga, pada saat itu belum ada

konstitusi, karena itu belum ada prosedur yang mengatur peralihan kekuasaan.60

Untuk memperkuat tindakannya, militer membuat Deklarasi No. 1/90 yang

ditandatangani tanggal 27 Juli 1990. Deklarasi ini memuat kebijaksanan

pemerintah untuk menyelenggarakan konferensi nasional guna menyusun draf

59 Nurani Chandrawati, “Perluasan ASEM dan Masalah Myanmar : Melanjutkan Strategi

Kompromistis atau Membentuk Kriteria Baru”, Jurnal Kajian Wilayah Eropa, Vol. II No. 3, 2006, h.86.

60 “Sang Merah Putih di Tanah Pagoda, Kenangan, Masa Kini dan Harapan”, Kedutaan Besar Republik Indonesia,Yangon, Edisi ke-2 2002, h. 77.

39

Page 51: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

pedoman dimana Pyithu Hluttaw akan dibentuk melalui konstitusi baru yang

permanen. Berdasarkan Deklarasi ini SLORC membatalkan pemilu 1990 hingga

terbentuknya konstitusi baru yang permanen.61

Menanggapi keotoriteran militer kali ini, NLD terus berusaha mendesak

pemerintah untuk segera menyerahkan kekuasaan kepada NLD. Akan tetapi,

pemerintah militer tetap pada keputusan semula tidak akan menyerahkan

kekuasaan kepada NLD. Terlebih NLD dinyatakan sebagai partai yang tidak sah

dan harus dibubarkan. Menanggapi hal tersebut NLD mengeluarkan Deklarasi No.

46 (4/00) pada tanggal 6 April 2000, yang menyebutkan bahwa partai ini adalah

resmi dan telah terdaftar pada Multy Party Democracy Election Commission

sesuai dengan Undang-Undang yang dikeluarkan oleh SLORC No. 4/88 pada

tanggal 7 September 1988.62

Langkah pemilu multipartai pada akhirnya tidak dapat menjadikan

Myanmar sebagai negara yang demokratis. Semua gerakan oposisi dalam

memperjuangkan demokrasi dan kebebasan hidup masih memiliki hambatan yang

besar dari militer. Sehingga menjadikan Myanmar semakin jauh pada kenyataan

hidup bebas di bawah naungan negara demokrasi.

3.3 Tindakan Pemerintah Militer Myanmar Menghadapi Gerakan

Demokrasi

Pemerintah militer Myanmar dikenal sebagai pemerintahan yang selalu

menggunakan kekerasan dalam menghadapi gerakan-gerakan demokrasi rakyat.

61 Agus Budi Rahmanto, Op.Cit., h. 72-73. 62 “Sang Merah Putih di Tanah Pagoda, Kenangan, Masa Kini dan Harapan”, Op.Cit.,

h. 102.

40

Page 52: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Sejak tahun 1988, pemerintah telah menunjukkan kekuatannya membasmi

gerakan-gerakan perlawanan dari rakyat. Penahanan aktor-aktor demokrasi dan

mahasiswa, penewasan para demonstran serta penculikan menjadi kejadian yang

telah mewarnai kehidupan rakyat Myanmar. Fenomena tersebut menyebabkan

Myanmar menjadi negara yang mengerikan bagi rakyatnya sendiri.

Dalam perkembangan terakhir, protes terhadap tindakan pemerintah

militer dipimpin oleh para biksu Buddha. Protes biksu diawali ketika SPDC

melakukan kebijakan sewenag-wenang dengan meningkatkan BBM sampai

500%. Kebijakan yang diumumkan pada bulan Agustus ini menimbulkan

kemarahan bagi rakyat Myanmar. Rakyat yang sudah dalam keadaan sulit

semakin dibebani dengan kenaikan BBM. Keadaan ini membuat biksu Buddha

tidak dapat berdiam diri. Demi melakukan perubahan, biksu Buddha yang sangat

dihormati (Sangha) merelakan dirinya untuk terjun kedalam urusan negara dengan

memimpin aksi protes di Yangoon khususnya di Pagoda Sule. Dalam mewakili

kebutuhan masyarakat, biksu menuntut tiga permintaan, yaitu : mudahkan kondisi

hidup masyarakat Myanmar, bebaskan semua tahanan politik, dan segera lakukan

dialog yang bermakna bagi rekonsiliasi nasional.63

Aksi protes biksu yang terjadi pada 28 Agustus 2007, ditindak oleh militer

dengan cara yang brutal. Akibat dari tindakan SPDC adalah banyaknya korban

jiwa bahkan SPDC telah menewaskan seorang jurnalis Jepang, Kenji Nagai.

Tindakan ini menjadi bukti pemerintahan militer yang tidak menghargai

63 Christopher B.Roberts, “Plight of Myanmar’s People : Challenges for the

Internasional Community ”, dalam “Strategic Currents : Emerging Trends in Southeast Asia” , Insitute of Southeast Asian Studies, Singapore, 2009, h. 35.

41

Page 53: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

komunitas biksu.64 Kerepresifan militer yang telah mengakibatkan korban jiwa

bahkan terdapat korban warga asing telah membuat masalah Myanmar semakin

rumit terlebih mengenai hubungannya dengan Jepang.

Militer Myanmar yang sebagian besar hanya memiliki sedikit pendidikan

atau pelatihan profesional menyebabkan mereka selalu menghadapi para

demonstran dengan cara yang brutal. Militer yang berbasis di daerah perbatasan

juga terbiasa melakukan kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap

kelompok-kelompok etnis minoritas. Sebelum melaksanakan tugasnya

memberantas aksi demonstrasi, komandan militer telah menyediakan dosis

methamphetamine bagi tentaranya untuk meningkatkan agresivitas, dan taktik

tersebut juga diadopsi ketika menghadapi aksi protes biksu di Yangoon.65

Militer tidak hanya menangkap para biksu, politisi prodemokrasi bahkan

masyarakat sipil lainnya yang mendukung protes biksu juga menjadi korban

kerepresifan militer. Win Naing, seorang aktor komedi menjadi salah satu korban

militer yang ditangkap di rumahnya karena memberikan makanan dan air kepada

para biksu yang menggelar protes. Sebelumnya Naing juga pernah ditangkap pada

8 Maret 2007 karena mengadakan konfrensi pers aktivis menggugat kesulitan

ekonomi yang dialami rakyat. Selain itu, aktor komedi Zaganar juga ditangkap

karena menyerukan rakyat agar mendukung protes para biksu dalam wawancara

di radio.66

Kehidupan demokrasi sangat dibutuhkan masyarakat Myanmar, mengingat

masyarakat Myanmar selalu hidup dalam bayang-bayang aksi kemanusiaan yang

64 Alexdra Retno Wulan, “Isu Myanmar, Semenanjung Korea dan Konflik Darfur”,

Jurnal Analisis CSIS, Vol. 36. No. 4, 2007, h. 368. 65 Christopher B.Roberts, Op.Cit., h. 36. 66 ”Suu Kyi Dipindah ke Penjara Insein”, Kompas, 27 September 2007.

42

Page 54: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

diakhiri dengan cara kekerasan. Namun usaha untuk menuju kehidupan damai dan

demokratis masih memiliki hambatan yang besar. Kekuatan militer yang

didukung oleh faktor internal dan eksternal serta lemahnya oposisi menjadikan

proses rekonsiliasi berjalan lambat.

43

Page 55: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

BAB IV

Peran dan Hambatan ASEAN dalam Menciptakan Demokrasi di Myanmar

4.1 Keanggotaan Myanmar dalam Organisasi Regional ASEAN

Myanmar resmi tergabung menjadi anggota ASEAN sejak tahun 1997

bersama dengan Laos. Secara geografis, Myanmar memang terletak di kawasan

Asia Tenggara. Sehingga kedekatan geografis tersebut menjadi alasan bagi

ASEAN untuk menerima Myanmar meskipun masalah penerimaan tersebut telah

menjadi kontroversi dalam perpolitikan internasional.

Menerima Myanmar sebagai anggota baru dengan permasalahan

demokrasi dan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan pemerintahan

militer memang tidak mudah bagi ASEAN. Mengatasi hal tersebut, ASEAN

mengembangkan kebijakan ”constructive engagement”. Kebijakan ini memiliki

inti upaya membantu menyelesaikan persoalan internal Myanmar dengan cara-

cara Asia Tenggara yaitu tanpa menggunakan kekerasan.67

Melalui kebijakan ”constructive engagement”, ASEAN memberi

kebebasan bagaimana masing-masing negara anggota agar dapat menyelesaikan

apa yang diinginkannya sepanjang hal itu dianggap pantas dan ASEAN tidak

memiliki posisi yang bersifat kolektif terhadap persoalan Myanmar. Tujuan utama

kebijakan ini adalah menahan diri untuk tidak melawan pemerintah Junta militer

dengan mempermalukan atau mengisolasi mereka. Selain itu, kebijakan ini juga

bertujuan menolak campur tangan yang dilakukan oleh kekuatan luar, khususnya

67 Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2007, h.71.

44

Page 56: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

negara-negara Barat.68 Dengan landasan tersebut, ASEAN berupaya membantu

permasalahan internal Myanmar tanpa harus mendikte pemerintahan militer yang

berkuasa.

Selain karena faktor kedekatan geografis, bergabungnya Myanmar

menjadi anggota ASEAN juga dilandasi oleh kepentingan nasional Thailand.

Myanmar dan Thailand merupakan negara yang berbatasan. Wilayah perbatasan

yang sulit dilintasi menjadi lokasi yang aman bagi rakyat Myanmar yang ingin

melarikan diri dari kekerasan politik militer. Rakyat Myanmar yang tidak

mendapatkan hak hidup bebas dari ketakutan menyebabkan mereka mencari suaka

di negara-negara tetangga salah satunya adalah Thailand.

Tidak terkendalinya jumlah pengungsi rakyat Myanmar yang melarikan

diri ke daerah perbatasan Thailand menjadi penyebab utama keinginan Thailand

menjadikan Myanmar sebagai salah satu anggota ASEAN dengan harapan jika

terjadi masalah maka ia dapat dengan segera dibatasi, diperkecil, atau

diselesaikan.69 Berikut adalah tabel jumlah pengungsi rakyat Myanmar yang

mencari suaka di negara lain.

68 Dwi Wahyuni, “Efektifitas Kebijakan Constructive Engagement ASEAN Terhadap

Myanmar (1992-2000), Skripsi Departemen Hubungan Internasional, Universitas Indonesia, 2002, h. 19

69 CPF Luhulima, “Perimbangan Kekuatan di Myanmar, Faktor ASEAN dan Kepentingan Indonesia”, Jurnal Analisis CSIS, Vol. 35 No. 2, 2006, h. 164.

45

Page 57: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Tabel 2 Refugee population, end of year--main countries of asylum (main countries in 2005)

Asylum Country*

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Thailand 104,033 105,216 101,686 99,716 104,569 110,313 112,238 118,762 120,814 116,499 Bangladesh 30,578 21,497 22,174 22,131 21,556 22,106 21,967 19,743 20,402 21,053 Malaysia 5,114 5,104 5,113 5,136 5,134 5,151 5,247 4,152 9,601 14,208 United States 810 1,135 1,508 2,079 3,006 5,268 5,551 4,789 5,342 6,793 India 440 463 588 696 779 876 1,043 940 1,162 1,471 Other 2,042 2,357 2,338 1,905 2,084 2,142 2,455 2,998 3,692 4,840 Total 143,017 135,772 133,407 131,663 137,128 145,856 148,501 151,384 161,013 164,864 * UNHCR estimates for most industrialized countries Sumber diolah dari http://www.unhcr.org/4641be720.html diakses pada 1 Desember 2010.

46

Page 58: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Negara-negara anggota ASEAN lain mulanya menunjukkan sikap

ketidaksetujuannya menerima Myanmar menjadi anggota ASEAN disebabkan

adanya kasus pembunuhan ratusan ribu muslim Rohingya di Myanmar yang

dipaksa mengungsi di Bangladesh. Namun menjelang Myanmar menjadi anggota

penuh, sikap tersebut berubah, Malaysia kini berubah haluan menjadi mendukung

gagasan menerima Myanmar dalam keanggotaan ASEAN.70

Sedangkan Singapura, Indonesia, Vietnam dan Philipina juga mendukung

hal tersebut dengan acuan prinsip non-interference. Perubahan sikap ini

merupakan respon dari adanya kebijakan Amerika Serikat untuk menjatuhkan

sanksi terhadap Myanmar karena bagi negara-negara anggota ASEAN, penundaan

keanggotaan Myanmar akan membuka peluang bagi Amerika untuk menginjak-

injak prinsip otonomi regional ASEAN.71 Meskipun Myanmar belum resmi

menjadi anggota ASEAN, ASEAN tidak menginginkan kawasan Asia Tenggara

di intervensi oleh negara lain.

Dari sebelum hingga menjadi anggota ASEAN, Myanmar telah menjadi

sumber masalah rumit bagi ASEAN. Melalui pendekatan ”constructive

engagement”, ASEAN berfikir bahwa permasalahan di Myanmar secara perlahan

akan teratasi. Reformasi politik, demokratisasi, penghormatan Hak Asasi

Manusia, pembebasan Aung San Suu Kyi dan aktor-aktor prodemokrasi lainnya

akan segera dipenuhi oleh pemerintahan militer Myanmar. Namun, ciri

pemerintahan militeristik mematahkan harapan tersebut. Pendekatan konfrontatif

70 Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2007, h.72. 71 Ibid, h.72.

47

Page 59: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

maupun pendekatan konstruktif tidak membendung kegigihan militer untuk dapat

mempertahankan kekuasaan.

Kerepresifan dan pembangkangan pemerintah Myanmar memang telah

mencoreng citra ASEAN di mata internasional. Keanggotaan dalam ASEAN tidak

mengubah watak otoriter rezim militer Myanmar. Myanmar benar-benar telah

membuat ASEAN kecewa dengan menganggap bahwa ASEAN tidak mampu

memberikan langkah konkrit terhadap Myanmar. Rasa kekecewaan yang

mendalam pernah diungkapkan oleh Perdana Menteri Malaysia, Mahatir

Muhammad, dengan mengatakan bahwa jika Myanmar terus-menerus

mempermalukan ASEAN, bukan tidak mungkin Myanmar akan disingkirkan dari

keanggotaan ASEAN.72

Namun setelah terbentuknya Piagam ASEAN, pendapat ini bertentangan

dengan Piagam tersebut sebab berdasarkan Piagam ASEAN yang telah disepakati

bersama, tidak terdapat pasal yang mengatur tentang pengeluaran anggota.73

Dengan demikian, sebesar apapun kekecewaan akibat pembangkangan

pemerintahan militer Myanmar, ASEAN tidak dapat mengeluarkan Myanmar dari

keanggotaannya. Namun disisi lain, ini akan menjadi kelemahan di pihak ASEAN

karena bukan tidak mungkin permasalahan Myanmar akan berangsur lebih lama

lagi karena kerepresifan pemerintahan militer terus mendominasi Myanmar.

72 Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2007, h. 162. 73 Wawancara dengan Ade Padmo Sarwono, Direktur Politik dan Keamanan ASEAN,

Kemlu RI, 3 Agustus 2010.

48

Page 60: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

4.2 Peran ASEAN dalam Menegakkan Demokrasi di Myanmar

Pada masa Perang Dingin masalah demokrasi merupakan masalah internal

suatu negara. Kini setelah Perang Dingin berakhir masalah demokrasi dianggap

sebagai suatu bentuk ancaman keamanan non-konvensional yang harus dihadapi

oleh negara-negara dunia ketiga dan negara-negara berkembang termasuk negara-

negara di kawasan Asia Tenggara. Pergeseran konsep masalah demokrasi ini

disebabkan oleh beberapa faktor.

Reorientasi kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat yang dibuat oleh

Presiden William (Bill) Clinton. Reorientasi kebijakan ini memberikan perhatian

lebih besar pada masalah-masalah lingkungan hidup, penegakan HAM dan

demokratisasi. Dengan adanya reorientasi kebijakan tersebut, AS berhasil

menjadikan isu-isu urusan domestik menjadi urusan internasional. Kemajuan

dalam teknologi komunikasi menyebabkan terjadinya arus penyebaran informasi

secara cepat ke seluruh penjuru dunia. Munculnya desakan yang kuat dari

berbagai kelompok dalam masyarakat, seiring pula dengan terjadinya peningkatan

kualitas hidup rakyat akibat keberhasilan pembangunan ekonomi. Semakin

kuatnya jaringan kerjasama antar LSM di belahan dunia mengakibatkan sebuah

pelanggaran HAM dan demokratisasi yang terjadi di suatu negara akan dengan

cepat menyebar ke negara lain. Hal-hal tersebutlah yang menjadikan pergeseran

konsep masalah demokrasi.74

Munculnya Amerika Serikat sebagai negara adidaya tunggal pasca Perang

Dingin menjadikan Amerika merasa memiliki kewajiban moral untuk

74 Anna Juliastuti, “ASEAN dan Masalah Hak Asasi Manusia”, Global Jurnal Politik

Internasional, No. 1, September 2000, h. 45.

49

Page 61: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

mendemokrasikan dunia, menjamin sebanyak mungkin warga dunia hidup dengan

kebebasan. Walaupun hal ini bertentangan dengan prinsip non-intervensi dan

kedaulatan nasional, prinsip inilah yang selanjutnya menjadi pijakan dari

kebijakan demokrasi dan HAM pemerintahan Amerika Serikat di luar negeri.75

Dengan adanya kebijakan Amerika Serikat maka peranan ASEAN sebagai

organisasi regional dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di Myanmar

sangat diperhatikan oleh masyarakat internasional. Seberapa besar perilaku politik

dan seberapa kuat pengaruh ASEAN di kawasan menentukan citra ASEAN di

mata internasional. Upaya ASEAN untuk terus melakukan pendekatan terhadap

pemerintahan militer Myanmar guna mengembangkan demokrasi merupakan

prasyarat yang tidak dapat ditawar.76

Sebagaimana ditegaskan dalam teori peranan, perilaku politik adalah

perilaku dalam menjalankan peranan politik. Teori ini berasumsi bahwa sebagian

besar perilaku politik adalah akibat dari tuntutan atau harapan terhadap peran yang

kebetulan dipegang oleh aktor politik. Peranan ini tergantung juga pada posisi

atau kedudukan struktur itu dan harapan lingkungan sekitar terhadap struktur tadi.

Peranan juga dipengaruhi oleh situasi dan kondisi serta kemampuan dari si

pemeran.77

Melalui peranan ASEAN dalam masalah Myanmar ini dapat dilihat

perilaku politik yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan ASEAN,

tentang apa yang bisa dan tidak bisa ASEAN lakukan. Dengan memaparkan

75 Endi Haryono, ”ASEAN Menanggapi Sanksi Ekonomi AS terhadap Myanmar 1997”,

Jurnal Paradigma, Vol. 1 No. 2, 1997, h. 58. 76 Fautinus Andrea, “Lingkungan Strategis Asia Tenggara dan Asia Timur : ASEAN,

Myanmar dan Krisis Semenajung Korea”. Jurnal Analisis CSIS, Vol. 35 No. 2, 2006, h. 184. 77 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, h. 30-31.

50

Page 62: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

variable-variable peran ASEAN dalam permasalahan yang terjadi di Myanmar,

akan terlihat seberapa besar peran ASEAN dan seberapa besar pengaruhnya

terhadap perkembangan kehidupan demokrasi Myanmar.

ASEAN Regional Forum

ASEAN Regional Forum (ARF) merupakan suatu forum yang

dibentuk oleh ASEAN pada tahun 1994 sebagai suatu wahana bagi dialog

dan konsultasi mengenai hal-hal yang terkait dengan politik dan keamanan

di kawasan, serta untuk membahas dan menyamakan pandangan antara

negara-negara peserta ARF untuk memperkecil ancaman terhadap

stabilitas dan keamanan kawasan.78

Sebagai suatu wahana utama dalam mewujudkan tujuan ASEAN

dalam menciptakan dan menjaga stabilitas serta keharmonisan kawasan,

ARF menetapkan dua tujuan utama yang terdiri atas:79

1. Mengembangkan dialog dan konsultasi konstruktif mengenai isu-isu

politik dan keamanan yang menjadi kepentingan dan perhatian

bersama.

2. Memberikan kontribusi positif dalam berbagai upaya untuk

mewujdkan confidence building measures (CBM) dan preventive

diplomacy (PD) di kawasan Asia Pasifik.

Pendekatan yang dianut oleh ARF bersifat evolusioner dan

berlangsung dalam tiga tahap besar, yaitu Confidence Building, Preventive

78http://www.aseanregionalforum.org/Publiclibrary/ARFChairmansStatementsandReports

/tabid/66/Default.aspx diakses pada 29 November 2010. 79 Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2007, h. 209.

51

Page 63: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Diplomacy dan Conflict Resolution.80 Cara pengambilan keputusan yang

diadopsi oleh ARF tidak berbeda dengan ASEAN yaitu melalui suatu

konsensus setelah melalui konsultasi yang mendalam antar para peserta.

Dalam permasalahan yang terjadi di Myanmar, menanggapi

tekanan Internasional terhadap Myanmar, para anggota ARF mengadakan

pertemuan ARF yang ke IV di Kuala Lumpur pada 27-29 Juni 1997.

Dalam pertemuan tersebut Myanmar diwakili oleh Menteri Luar Negeri U

Ohn Gyaw.

Peranan ARF sebagai wahana dialog politik dan keamanan bagi

Myanmar berlanjut pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Berdasarkan

hasil pernyataan Ketua Pertemuan ARF, maka terdapat beberapa

pertemuan ARF yang telah membahas masalah Myanmar, yaitu :81

1. Pertemuan ARF ke-7, Bangkok, 27 Juli 2000.

Para Menteri menyambut penunjukkan Mr. Razali Ismail

sebagai Utusan Khusus PBB untuk Myanmar pada 29 Juni-3 Juli 2000.

Penunjukkan Mr. Razali dimaksudkan untuk bertemu dengan para

pemimpin pemerintah Myanmar dan pihak terkait lainnya. Melalui

dialog konstruktif, para Menteri berharap akan membawa

perkembangan positif bagi Myanmar.

2. Pertemuan ARF ke-8, Hanoi, 25 Juli 2001.

Para Menteri menyambut baik perkembangan proses

rekonsilasi di Myanmar, dan menyatakan penghargaan atas upaya

pemerintah Myanmar, ASEAN dan utusan khusus PBB.

80http://www.aseanregionalforum.org/Publiclibrary/ARFChairmansStatementsandReports/tabid/66/Default.aspx diakses pada 29 November 2010.

81 Ibid.

52

Page 64: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

3. Pertemuan ARF ke-9, Bandar Sri Begawan, 31 Juli 2002.

Para Menteri menyambut baik perkembangan terakhir di

Myanmar yang menandai prestasi penting dalam proses rekonsilasi

nasional dan kemajuan ekonomi Myanmar. Para Menteri

mengungkapkan harapan terhadap pemerintah Myanmar untuk

mengambil langkah lebih jauh dalam mengkonsolidasikan kemajuan.

4. Pertemuan ARF ke-10, Phnom Penh, 18 Juni 2003.

Memperhatikan pentingnya penguatan demokrasi sebagai

elemen fundamental keamanan regional. Para menteri meminta

Myanmar untuk melanjutkan upaya rekonsiliasi nasional dan dialog

dengan semua pihak yang bersangkutan untuk mengarah pada transisi

demokrasi. Menyambut baik jaminan yang diberikan Myanmar atas

masalah penahanan Aung San Suu Kyi. Serta menegaskan kembali

dukungan bagi upaya utusan PBB Tan Sri Razali Ismail.

5. Pertemuan ARF ke-11, Jakarta, 2 Juli 2004.

Para Menteri membahas perkembangan di Myanmar. Para

Menteri juga mengingat dan menekankan relevansi pernyataan ketua

ARF ke-10 yang menggarisbawahi perlunya keterlibatan seluruh

lapisan masyarakat Myanmar dalam keberlangsungan Konvensi

Nasional. Para Menteri mendesak Myanmar untuk mengambil

tindakan yang akan menambah substansi pada ekspresi dan aspirasi

demokratis. Para Menteri juga mengakui peran Utusan Khusus PBB

dalam membantu Myanmar dalam mencapai tujuan demokrasi.

53

Page 65: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

6. Pertemuan ARF ke-12, Vientiane, 29 Juli 2005.

Mencatat perkembangan terakhir di Myanmar termasuk

kemajuan Konvensi Nasional dan menyatakan kekhawatiran pada

proses demoratisasi. Menyerukan untuk dialog efektif dengan semua

pihak terkait. Meminta untuk menerima kunjungan Utusan Khusus

PBB.

7. Pertemuan ARF ke-13, Kuala Lumpur, 28 Juli 2006.

Para Menteri bertukar pandangan mengenai perkembangan

terakhir di Myanmar. Para Menteri menyatakan keprihatinan mengenai

proses rekonsiliasi nasional dan berharap melihat kemajuan demokrasi.

Para Menteri menegaskan kembali untuk melakukan dialog efektif

dengan semua pihak terkait. Para Menteri mencatat bahwa masalah ini

akan dibahas secara luas oleh AMM ke-39 dan mereka menyatakan

dukungan peran konstruktif yang diambil oleh Ketua Komite Tetap

ASEAN ke-39 dan selanjutnya mendiskusikan hasil kunjungannya ke

Myanmar pada 23-24 Maret 2006. Para Menteri juga mencatat inisiatif

Utusan Khusus PBB untuk mengunjungi Myanmar pada 18-20 Mei

2006 dan kesiapan Myanmar menerima kunjungan lain.

Para Menteri mengakui bahwa Myanmar membutuhkan waktu

dan ruang politik untuk menghadapi tantangan yang kompleks. Para

Menteri menyatakan harapan mereka terhadap upaya Myanmar untuk

menghadapi tantangan dengan kemajuan secara efektif melibatkan

masyarakat internasional, dan ARF akan tetap terlibat secara

konstruktif sesuai dengan kebutuhan.

54

Page 66: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

8. Pertemuan ARF ke-14, Manila, 2 Agustus 2007.

Para Menteri bertukar pandangan mengenai perkembangan

terakhir di Myanmar. Menteri mencatat perkembangan terakhir dalam

proses rekonsiliasi nasional dan transisi damai menuju demokrasi

sebagaimana yang diuraikan dalam Roadmap to Democracy. Para

Menteri menyatakan keprihatinan mengenai proses rekonsiliasi

nasional dan mendesak Myanmar untuk menunjukkan kemajuan nyata

yang akan mengakibatkan transisi damai menuju demokrasi dalam

waktu dekat. Para Menteri menyambut baik diselenggarakannya sesi

akhir dari Konvensi Nasional, yang dimulai pada tanggal 18 Juli 2007,

dan didorong oleh jaminan Myanmar bahwa proses Konvensi Nasional

akan selesai dalam waktu dua bulan. Para Menteri juga menyatakan

harapan Myanmar untuk bergerak ke langkah berikutnya dari

Roadmap. Para Menteri menegaskan kembali panggilan mereka untuk

melakukan dialog efektif dengan semua pihak terkait.

Para Menteri menyatakan harapan mereka terhadap upaya

Myanmar untuk menghadapi tantangan yang cukup kompleks dan

keberhasilan Myanmar secara efektif melibatkan masyarakat

internasional, dan dalam hal ini ARF akan tetap terlibat secara

konstruktif sesuai kebutuhan.

9. Pertemuan ARF ke-15, Singapore, 24 Juli 2008.

Para Menteri menyatakan belasungkawa kepada Myanmar dan

Cina atas banyaknya korban jiwa dan kehancuran yang disebabkan

Topan Nargis dan gempa bumi di Sichuan, Cina. Para Menteri

55

Page 67: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

menyatakan kepuasannya terhadap Satuan Tugas Kemanusiaan

ASEAN yang telah efektif menyampaikan bantuan kemanusiaan bagi

para korban selamat dari Topan Nargis. Mekanisme yang dipimpin

ASEAN pertama yang melibatkan negara-negara anggota ASEAN

secara individu dan kolektif, serta PBB dan masyarakat internasional,

telah membawa hasil positif.

10. Pertemuan ARF ke-16, Phuket, 23 Juli 2009.

Menteri Luar Negeri mencatat perkembangan kerja sama

Myanmar dengan Amerika, termasuk kunjungan ke Myanmar oleh Mr

Ban Ki-moon, Sekertaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada

tanggal 3-4 Juli 2009. Mereka menegaskan kembali pandangan mereka

bahwa PBB memiliki peran penting dalam proses rekonsiliasi nasional

maupun sebagai pembangunan sosial dan ekonomi di Myanmar.

Mereka menyambut kerjasama antara Pemerintah Myanmar dan PBB

pasca Topan Nargis. Mereka menyatakan kesediaan mereka untuk

terus terlibat secara konstruktif dan berkontribusi terhadap

pembangunan sosial dan ekonomi Myanmar, dan mendorong

Pemerintah Myanmar dalam hal kemajuan nyata dan kredibel di

jalan demokratisasi.

Dalam hubungan ini, mereka mendorong Pemerintah Myanmar

untuk mengadakan pemilihan umum yang bebas, adil dan inklusif pada

tahun 2010, dengan demikian meletakkan suatu landasan bagi

pembangunan sosial dan ekonomi di masa depan. Mereka juga

meminta Pemerintah Myanmar untuk membebaskan semua tahanan,

56

Page 68: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

termasuk Daw Aung San Suu Kyi, dengan maksud untuk

memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam Pemilu 2010,

dengan demikian membuka jalan bagi dialog yang bermakna dan

rekonsiliasi.

Berdasarkan dialog yang telah dijalankan oleh negara-negara

anggota ARF dan perkembangan demokratisasi di Myanmar, maka dapat

dikatakan bahwa ARF tidak cukup efektif dalam membawa perubahan di

negeri Myanmar. Pemerintah militer Myanmar masih memiliki keinginan

kuat untuk memerintah dan memiliki cara sendiri untuk mendemokrasikan

negara. Tujuan ARF untuk menciptakan konsultasi konstruktif membuat

ARF memiliki kapasitas tersendiri dalam memainkan perannya. Oleh

sebab itu, ARF sejauh ini hanya berhasil membangun rasa saling percaya

(confidence building measures) dan tak beranjak pada tahap penyelesaian

konflik (conflict resolution) di kawasan.

Tekanan Internasional Terhadap Myanmar

Tekanan internasional terhadap rezim militer Myanmar merupakan

reaksi atas penahanan Aung San Suu Kyi dan aktor prodemokrasi lainnya,

proses demokratisasi yang berjalan lamban dan berbagai kasus

pelanggaran hak asasi manusia. Tekanan berulang kali dilakukan terhadap

pemerintahan militer Myanmar akibat dari kebijakan otoriternya.

Myanmar memiliki catatan buruk dalam kancah perpolitikan dunia.

Sejak merdeka masalah yang dihadapi Myanmar terpusat pada masalah

integrasi nasional. Setelah pengambilalihan kekuasaan yang dilakukan

57

Page 69: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

militer terhadap sipil, permasalahan yang terjadi di Myanmar semakin

rumit. Berbagai aksi protes menentang pemerintahan militer berdampak

panjang bagi Myanmar dan juga bagi ASEAN.

Semenjak aksi demonstrasi tahun 1988, kondisi perpolitikan

Myanmar menjadi kacau. Keadaan ini diperparah ketika pemerintahan

militer memutuskan mengadakan pemilu multipartai di tahun 1990.

Penolakan pemilu 1990, pemberangusan aktor-aktor demokrasi dan para

pemprotes menjadi tindakan yang dikecam oleh masyarakat internasional.

Sanksi-sanksi tegas menjadi pilihan bagi beberapa negara dan organisasi

internasional yang ditujukan kepada Myanmar untuk menekan

pemerintahan militer.

Beberapa bentuk tekanan berupa sanksi-sanksi ditujukkan kepada

Myanmar dengan maksud mendatangkan efek jera bagi Myanmar. Sanksi

ekonomi sebagai bentuk upaya menekan Myanmar terpaksa dilakukan

oleh beberapa negara di dunia. Ancaman untuk tidak hadir dalam

pertemuan-pertemuan ASEAN ataupun membatalkan pertemuan

kerjasama karena faktor Myanmar juga telah dilakukan.

Sanksi-sanksi yang ditujukan kepada pemerintahan militer

Myanmar sepert Uni Eropa yang memberlakukan sanksi embargo senjata

dan penundaan kerjasama pertahanan pada tahun 1990-an. Kemudian UE

memberlakukan sanksi dengan menolak memberikan visa bagi semua

anggota militer dan keluarganya.82 Selain itu, UE juga menangguhkan

semua bentuk kunjungan tingkat tinggi Myanmar ke Eropa dan

82 Nurani Chandrawati, “Perluasan ASEM dan Masalah Myanmar : Melanjutkan Strategi Kompromistis atau Membentuk Kriteria Baru”, Jurnal Kajian Wilayah Eropa, Vol. II No. 3, 2006, h. 90.

58

Page 70: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

membekukan aset Myanmar diseluruh Eropa. Lebih dari itu, sanksi UE

juga berimbas kepada ASEAN dengan adanya kebijakan UE yang

menjadikan perbaikan kondisi dalam negeri Myanmar sebagai

kondisionalitas ketika UE berhubungan dengan ASEAN.83

Sanksi yang diterapkan UE terhadap Myanmar berdampak pula

pada ASEAN. Adanya kebijakan UE kepada Myanmar, hubungan ASEAN

dengan UE menjadi terganggu. Ketegangan hubungan UE dan ASEAN

sudah muncul sejak menjelang bergabungnya Myanmar dalam

keanggotaan ASEAN dan semakin rumit setelah Myanmar resmi

bergabung dalam ASEAN. UE tidak ingin berhadapan dengan negara yang

selama ini dikecamnya dalam Asia Europe Meeting (ASEM), maka UE

bersikeras menolak dan menghalangi keanggotaan Myanmar dalam

ASEAN yang nantinya akan tergabung pula dalam ASEM.84

Keberatan UE terhadap partisipasi Myanmar dalam ASEM

diimplementasikan dengan cara menghalang keras ikut serta dalam

pertemuan puncak Asia-Eropa di Hanoi pada tahun 2004. Dengan tegas

UE juga membatalkan 2 pertemuan puncak ASEM secara sepihak. Dilain

sisi, ASEAN yang tidak menyukai cara konfrontasi diterapkan kepada

anggotanya, berusaha membela Myanmar meskipun negara tersebut

memiliki catatan buruk tentang pelaksanaan HAM dan demokratisasi.

Tindakan UE jelas telah menyinggung ASEAN, menghadapi tindakan UE

tersebut ASEAN dengan tegas menolak tindakan UE. Bagi ASEAN,

83 Humphrey Wangke, ”ASEAN dan Masalah Kepemimpinan Myanmar”, Jurnal Kajian,

Vol. 10 No. 1, Juni 2005, h. 66. 84 Ibid, h. 67.

59

Page 71: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

dalam pertemuan ASEM tersebut ASEAN harus hadir dengan

menyertakan anggota barunya sebagaimana UE menyertakan anggota

barunya. Bahkan lebih tegas ASEAN menyampaikan jika UE menolak

kehadiran Myanmar maka ASEAN juga akan melakukan hal yang sama

dengan menolak kehadiran 10 anggota baru UE dalam pertemuan di

Hanoi.85

Respon ASEAN terhadap tindakan UE pada akhirnya

membuahkan hasil. UE yang menyadari keuntungan akan kerjasama Asia-

Eropa menyebabkan UE melunakkan sikapnya. Dengan negosiasi yang

dilakukan antar UE dan ASEAN, ditemukan kesepakatan untuk saling

menyertakan anggota-anggota barunya dalam pertemuan di Hanoi. Selain

sanksi, UE juga melancarkan kritikan terhadap ASEAN akibat peran

ASEAN terhadap Myanmar. Cara ASEAN yang lebih menggunakan

pelibatan konstruktif dengan melakukan negosiasi secara kekeluargaan,

bagi UE terlalu lunak bahkan tidak berdampak signifikan. UE sangat

mengharapkan sikap ASEAN yang lebih keras dalam mengatasi masalah

di Myanmar. Bagi UE tindakan konkrit lebih penting dari pada negosiasi

yang pada akhirnya tidak berpengaruh pada pemerintahan militer

Myanmar.

Selain UE, tindakan penekanan dan kritikan terhadap Myanmar

dan ASEAN juga dilakukan oleh Amerika. ASEAN yang menyatakan

kebanggaan akan keberhasilan perannya dengan katalisator terdapat

perkembangan positif di Myanmar yang disampaikan dalam KTT ASEAN

85 Humphrey Wangke, Loc, Cit.

60

Page 72: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

di Bali pada tahun 2003, dibantah oleh Amerika yang diwakili juru bicara

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Richard Boucher, menentang

pernyataan ASEAN tersebut. Masih ditahannya Aung San Suu Kyi dan

aktor-aktor prodemokrasi lainnya menjadi penyebab Amerika berpendapat

tidak ada perkembangan positif di Myanmar. Amerika meminta

pemerintah Myanmar untuk melibatkan semua lapisan masyarakat dalam

konvensi guna penyusunan konstitusi baru.86 Kenyataanya, pemerintah

militer Myanmar kembali mengabaikan tekanan tersebut dan

ketidakmampuan ASEAN mengupayakan pelibatan semua lapisan

masyarakat Myanmar dalam rekonsilisasi nasional Myanmar pada

akhirnya mencoreng kredibilitas ASEAN.

Berbagai sanksi dan penekanan yang ditujukan Amerika kepada

Myanmar tidak membawa dampak sedikit pun bagi pemerintahan militer

Myanmar. Perubahan yang diharapkan para pemberi sanksi tidak menjadi

kenyataan. Bagi junta militer tekanan sekeras apapun tidak akan merubah

kondisi di Myanmar.87 Pendekatan konfrontatif dengan menggunakan

sanksi, penekanan maupun isolasi telah membuktikan tidak membendung

kerepresifan pemerintahan militer Myanmar.

Tindakan penekanan terhadap Myanmar terus mengalami

kegagalan karena Myanmar tidak ingin didikte khususnya oleh negara-

negara barat dan masyarakat internasional untuk melaksanakan proses

demokratisasi, karena pada dasarnya demokrasi tidak dapat dipaksakan.

86 Humphrey Wangke, ” ASEAN dan Masalah Kepemimpinan Myanmar”, Jurnal Kajian,

Vol. 10 No. 1, Juni 2005, h. 69. 87 Bantarto Bandoro, “Myanmar dan Negara-Negara Ekstra Regional : Perspektif Mesin

Presto”, Jurnal Analisis CSIS, Vol. 35 No. 2, 2006, h. 145-146.

61

Page 73: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Menurut Myanmar, tindakan-tindakan penekanan tersebut tidak memiliki

sumbangan bagi demokrasi di Myanmar. Bahkan secara tegas Perdana

Menteri Khin Nyunt pada saat itu menyampaikan dalam pidatonya yang

menjelaskan bahwa Myanmar ingin melakukan proses demokrasi secara

mandiri tanpa ada campur tangan atau tekanan dari manapun.

”Semakin kuat kami ditekan semakin jauh pencapaian demokrasi itu. Tapi karena kami telah mempunyai sasaran yang tepat, maka kami akan kerjasama dengan seluruh rakyat sehingga tidak ada penyimpangan dari jalan yang telah kami pilih”. 88

Penekanan yang tidak diinginkan Myanmar membuktikan cara

konfrontatif yang dilancarkan UE dan Amerika tidak akan memberikan

pengaruh terhadap demokratisasi di Myanmar. Disebutkan dalam suatu

sumber laporan tim independen kepada Komisi Eropa bahwa militer akan

tetap berkuasa sampai beberapa tahun kedepan meskipun militer harus

merasakan kebijakan dan sikap dunia luar yang memberatkannya.89

Menanggapi tekanan dan sanksi yang diberikan UE dan Amerika

Serikat terhadap Myanmar, ASEAN berusaha membantu Myanmar

melalui pendekatan konstruktif dengan melakukan dialog. ASEAN

berharap melalui pendekatan konstruktif akan membuat Junta militer

Myanmar mengerti dan bersedia menjalankan rekonsiliasi nasional.

Pendekatan yang dilakukan ASEAN dalam menghadapi

kerepresifan pemerintahan militer Myanmar dikatakan lebih efektif

dibandingkan dengan pendekatan konfrontatif. Akan tetapi, benarkah

88 CPF Luhulima, “Perimbangan Kekuatan di Myanmar, Faktor ASEAN dan Kepentingan

Indonesia”, Jurnal Analisis CSIS, Vol. 35 No. 2, 2006, h. 162. 89 Humphrey Wangke, ”ASEAN dan Masalah Kepemimpinan Myanmar”, Jurnal Kajian,

Vol. 10 No. 1, Juni 2005, h. 71-72.

62

Page 74: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

pendapat tersebut?. Faktanya, ASEAN membutuhkan waktu yang sangat

lama untuk dapat menyelesaikan permasalahan demokrasi di negara

anggotanya. Namun efektifitas pendekatan ASEAN dalam memainkan

perannya tidak cukup sampai pada perkembangan penekanan luar yang

dihadapi Myanmar.

4.2.3 Pendekatan Dialogis dengan Pemerintah Militer Myanmar

Kegagalan penggunaan sanksi dan isolasi menyimpulkan bahwa

untuk menyelesaikan permasalahan demokrasi di Myanmar membutuhkan

formula yang lebih lunak. Kegagalan pendekatan konfrontatif sekaligus

membenarkan pendekatan yang dilakukan ASEAN. Oleh sebab itu,

ASEAN berupaya meyakinkan negara-negara Barat untuk merubah haluan

dengan melakukan dialog. Proses percobaan mempengaruhi junta agar

melakukan perubahan telah dilakukan oleh ASEAN dan PBB. Dalam

melakukan misi kunjungan kenegaraan ASEAN telah diwakili oleh

beberapa utusan dari negara-negara pendiri ASEAN yang bertugas

menyampaikan pandangan ASEAN.

Taktik dan strategi yang semula bersifat konfrontatif aktif kini

diubah menjadi a meaningful political dialogue yang lentur dalam

perundingan, sehingga utusan-utusan ini sangat diharapkan dapat segera

membawa perubahan drastis pada perilaku politik penguasa dan

mempercepat rekonsiliasi nasional Myanmar. Kenyatan bahwa dalam

kurun waktu 10 sampai 15 tahun mendatang Aung San Suu Kyi yang kini

sudah semakin tua, diperkirakan tidak akan mampu lagi terjun dalam

63

Page 75: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

kancah perpolitikan Myanmar sehingga ditakutkan akan melicinkan jalan

dan usaha pemerintahan militer untuk mengatur arah pemerintahan sesuai

dengan strateginya.90

Perubahan negara kearah demokrasi yang nyata akan semakin

disangsikan tanpa adanya kekuatan oposisi dan pendekatan dari

masyarakat internasional. Oleh sebab itu, ketidakmungkinan kontinuitas

Aung San Suu Kyi tampil dalam perpolitikan Myanmar memberikan tugas

bagi oposisi di Myanmar untuk memfokuskan diri melahirkan generasi

baru yang memiliki karakter intelektual lebih kompeten dan berani

memperjuangkan kehidupan demokrasi.

Upaya ASEAN melakukan pendekatan dengan mengadakan misi

kunjungan kenegaraan. Utusan ASEAN diwakili Menteri Luar Negeri

Malaysia Syed Hamid Albar pada tahun 2006. Tugas Syed Hamid Albar

adalah untuk menyampaikan pandangan ASEAN tentang pentingnya

percepatan proses rekonsiliasi nasional Myanmar, peningkatan interaksi

dengan ASEAN agar Myanmar sebagai anggota ASEAN dapat bergerak

maju bersama serta mengingatkan pentingnya partisipasi dalam aktifitas

masyarakat internasional. Misi kunjungan kenegaraan ASEAN juga

mengalami kegagalan karena untuk kesekian kalinya pemerintah militer

Myanmar kembali menampakkan kerepresifannya. Kunjungan yang

ditetapkan pada bulan Januari 2006 baru terlaksana pada Maret 2006

90 “Sang Merah Putih di Tanah Pagoda, Kenangan, Masa Kini dan Harapan”, Kedutaan

Besar Republik Indonesia,Yangon, Edisi ke-2 2002, h. 78-79.

64

Page 76: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

menjadi bukti ketidaksimpatisan pemerintahan militer Myanmar sebagai

anggota ASEAN.91

Selain Syed Hamid Albar, ASEAN juga pernah mengirim utusan

yang lainnya yaitu Perdana Menteri Lee Hshien Loong yang melakukan

kunjungan ke Myanmar pada 31 Maret 2005,92 dan Menteri Luar Negeri

Philipina Raul Manglapus. Misi Manglapus ialah untuk menemui Aung

San Suu Kyi juga mengalami kegagalan karena pemerintah militer

Myanmar menolak pertemuan tersebut.93

Selain ASEAN, PBB juga telah berupaya mengirimkan utusan

khususnya yaitu Tan Sri Razali Ismail yang dirintis sejak Desember tahun

2000. Pada kunjungan ke-9 tahun 2002, Razali berhasil menemui Jenderal

Than Shwe, Jenderal Khin Nyunt dan Aung San Suu Kyi membicarakan

masalah utama yaitu pengaktifan kembali National Convention yang akan

menyusun konstitusi. Dalam pertemuan ini Razali sangsi dengan hasil

dialog melihat lambatnya proses rekonsiliasi dan sikap pemerintahan

militer yang tidak bisa memberikan komitmen.94 Pada akhirnya pertemuan

yang diharapkan dapat membawa perubahan di Myanmar tidak

membuahkan hasil. Sifat keras pemerintahan militer dan keinginan kuat

militer untuk mempertahankan kekuasaan menjadikan usaha negosiasi

PBB sia-sia.

91 Ibid, h. 186. 92 Humphrey Wangke, ”ASEAN dan Masalah Kepemimpinan Myanmar”, Jurnal Kajian,

Vol. 10 No. 1, Juni 2005, h. 73. 93 Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2007, h.72. 94 Ibid, h. 79-80.

65

Page 77: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Upaya negosiasi yang hingga saat itu tidak membuahkan hasil

menjadikan Razali memutuskan untuk mengundurkan diri. Pengunduran

diri Razali terjadi pada bulan Januari 2006 setelah ia ditolak masuk ke

Myanmar. Proses percobaan mempengaruhi junta agar melakukan

perubahan yang dilakukan PBB berlajut dengan mengutus Dr. Ibrahim

Gambari. Usaha mediasi ini dilakukan dalam rangka pembangunan

perdamaian bagi rakyat Myanmar. Dr. Ibrahim Gambari berlaku sebagai

“wasit” yang adil berkaitan dengan pencapaian bagaimana proses terbaik

yang seharusnya dibangun dan langkah apa yang seharusnya berjalan.95

Berdasarkan pendekatan dialogis yang telah dilakukan utusan-

utusan PBB, terdapat kepesimisan mengenai prospek demokrasi Myanmar.

Seperti yang dialami Razali, setelah berulang kali mengupayakan

demokratisasi melalui dialog, Razali menyatakan kepesimisan mengenai

prospek perkembangan politik Myanmar, sekalipun ASEAN berulangkali

telah mendorong demokratisasi dan mengusahakan pembebasan aktor-

aktor prodemokrasi termasuk Aung San Suu Kyi.96 Kepesimisan Razali ini

sangat beralasan, mengingat ketidakinginan Myanmar untuk ditekan

namun dengan pendekatan yang lebih halus pun pemerintah militer tetap

menampilkan kerepresifannya.

Pendekatan dialogis sebagai kelanjutan dari kegagalan pendekatan

konfrontatif dan diharapkan dapat melunakkan pemerintahan militer

Myanmar, tidak lantas membuat militer tergerak untuk segera melakukan

95 Sam Polk, “Burma’s Crisis and Indonesia’s Opportunity”. Indonesian Quarterly”.

Vol.36 No.1 Quarter 2008, h. 75. 96 Fautinus Andrea, “Lingkungan Strategis Asia Tenggara dan Asia Timur: ASEAN,

Myanmar dan Krisis Semenanjung Korea”, Analisis CSIS, Vol. 35 No. 2, 2006, h. 185.

66

Page 78: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

perubahan politik menuju pada negara demokrasi. Hal ini memperjelas

tidak berlakunya pola transisi demokratis yang ditawarkan Samuel P.

Huntington97 yaitu pola ”transplacement” yang bermakna bahwa

demokratisasi dapat berlangsung sebagai akibat negosiasi dan bergaining

antara pemerintah dan kelompok oposisi.

Pemerintahan militer membutuhkan waktu cukup lama menyusun

strategi agar tidak kehilangan eksistensinya dalam memerintah Myanmar.

Mengingat negaranya belum kuat serta memiliki masalah internal yang

kompleks dan rentan akan bentuk intervensi negara-negara besar, militer

Myanmar tidak menghendaki pemerintahan dikuasai oleh pihak yang

lemah. Berdasarkan alasan intervensi militer dalam pemerintahan yang

bersifat internal, yaitu kemahiran profesional di kalangan militer

menyebabkan perwira-perwira percaya bahwa mereka lebih mampu dari

segi kepemimpinan nasional dibandingkan dengan kelompok sipil.98

Maka, militer yang merasa memiliki rasa nasionalisme tinggi

dibandingkan dengan pihak sipil, berpandangan bahwa merekalah pihak

yang paling layak untuk memimpin negara. Oleh sebab itu, proses dialog

yang diandalkan oleh ASEAN mungkin dapat diterima oleh pemerintah

militer Myanmar. Namun, pada akhirnya keputusan untuk terus

memerintah dengan gaya kepemimpinannya akan menjadi pilihan.

97 Samuel P. Huntington, The Third Wave : Democratization in The Late Twenthieth

Century. University of Oklohama Press, Norman, 1991, terjemahan Asril Marjohan, Gelombang Demokratisasi Ketiga, PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1995, h. 158-203.

98 Ulf Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 Menuju Dwifungsi ABRI, LP3ES, Jakarta, 1986, h. 440-473, dikutip dari Ikrar Nusa Bhakti, Tentara Mendamba Mitra, Tim Peneliti PPW-LIPI, Mizan, 1999, h. 40.

67

Page 79: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

4.2.4 Pembentukan ASEAN Human Rights Body (AHRB)

Dalam percaturan politik internasional, karakter ASEAN sangat

diperhatikan masyarakat internasional untuk menentukan kredibilitas

sebagai organisasi regional. Berdasarkan perkembangannya, karakter

ASEAN sebagai organisasi dengan peraturan yang longgar dan tuntutan

kemajuan globalisasi semakin mengancam kredibilitas ASEAN, sehingga

ASEAN tergerak untuk menciptakan suatu sistem hukum yang dapat

mengikat negara-negara anggotanya. Sistem hukum yang tidak mengikat

menjadi kendala bagi ASEAN untuk mengatasi permasalahan pelanggaran

hukum yang dilakukan oleh negara-negara anggota.

Melalui Bali Concord II tahun 2003-2004, atas usulan Indonesia

yang merasa ASEAN perlu membentuk komunitas ASEAN yang mulanya

ditargetkan pada tahun 2020 namun akhirnya dipercepat menjadi 2015,

telah disepakati 3 pilar utama, yaitu ASEAN Security Community (ASC),

ASEAN Economic Community (AEC), dan ASEAN Social and Cultural

Community (ASCC).99 Dibawah pilar politik dan keamanan terdapat suatu

mandat kesepakatan untuk merundingkan suatu piagam yang memuat

aturan-aturan untuk menghadapi tantangan kedepan. Sehingga tahun 2007

dikatakan sebagai tahun bersejarah bagi ASEAN karena berhasil

membentuk konstitusi baru yang terdiri dari 13 bab dan 55 pasal dan

termuat dalam ASEAN Charter.

ASEAN Charter merupakan dokumen pertama yang mengikat

secara hukum bagi setiap negara anggotanya. Berdasarkan pasal 1 tentang

99 Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2007, h.81.

68

Page 80: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Purposes dan pasal 2 tentang Principles yang secara garis besar memuat

hasrat ASEAN untuk menjaga perdamaian, keamanan dan stabilitas

kawasan serta mendorong peace-oriented attitudes dan perwujudan

kawasan Asia Tenggara yang bebas senjata nuklir; membentuk ASEAN

menjadi pasar tunggal dan basis produksi yang kompetitif dan terintegrasi,

dengan memfasilitasi arus perdagangan, investasi, arus modal, pergerakan

pelaku usaha dan tenaga kerja yang lebih bebas; mengurangi kemiskinan

dan kesenjangan pembangunan; dan memperkuat demokrasi, good

governance, dan perlindungan HAM dengan uraian sebagai berikut :100

Pasal 1 mengenai Tujuan ASEAN selengkapnya sebagai berikut :

1. Memelihara dan meningkatkan perdamaian, keamanan, dan stabilitas

serta lebih memperkuat nilai-nilai yang berorientasi pada perdamaian di

kawasan;

2. Meningkatkan ketahanan kawasan dengan memajukan kerja sama

politik, keamanan, ekonomi, dan sosial budaya yang lebih luas;

3. Mempertahankan Asia Tenggara sebagai Kawasan Bebas Senjata

Nuklir dan bebas dari semua jenis senjata pemusnah massal lainnya;

4. Menjamin bahwa rakyat dan Negara-Negara Anggota ASEAN hidup

damai dengan dunia secara keseluruhan di lingkungan yang adil,

demokratis, dan harmonis;

5. Menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang stabil, makmur,

sangat kompetitif, dan terintegrasi secara ekonomis melalui fasilitasi yang

efektif untuk perdagangan dan investasi, yang di dalamnya terdapat arus

100 http://www.aseansec.org/AC-Indonesia.pdf diakses pada 24/04/2010.

69

Page 81: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

lalu lintas barang, jasa-jasa dan investasi yang bebas; terfasilitasinya

pergerakan pelaku usaha, pekerja profesional, pekerja berbakat dan buruh;

dan arus modal yang lebih bebas;

6. Mengurangi kemiskinan dan mempersempit kesenjangan pembangunan

di ASEAN melalui bantuan dan kerja sama timbal balik;

7. Memperkuat demokrasi, meningkatkan tata kepemerintahan yang baik

dan aturan hukum, dan memajukan serta melindungi hak asasi manusia

dan kebebasan-kebebasan fundamental, dengan memperhatikan hak-hak

dan kewajiban-kewajiban dari Negara-Negara Anggota ASEAN;

8. Menanggapi secara efektif,sesuai dengan prinsip keamanan menyeluruh,

segala bentuk ancaman, kejahatan lintas-negara dan tantangan lintas-batas;

9. Memajukan pembangunan berkelanjutan untuk menjamin perlindungan

lingkungan hidup di kawasan, sumber daya alam yang berkelanjutan,

pelestarian warisan budaya, dan kehidupan rakyat yang berkualitas tinggi;

10. Mengembangkan sumber daya manusia melalui kerja sama yang

lebih erat di bidang pendidikan dan pemelajaran sepanjang hayat, serta di

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk pemberdayaan rakyat

ASEAN dan penguatan Komunitas ASEAN;

11. Meningkatkan kesejahteraan dan penghidupan yang layak bagi rakyat

ASEAN melalui penyediaan akses yang setara terhadap peluang

pembangunan sumber daya manusia, kesejahteraan sosial, dan keadilan;

12. Memperkuat kerja sama dalam membangun lingkungan yang aman

dan terjamin bebas dari narkotika dan obat-obat terlarang bagi rakyat

ASEAN;

70

Page 82: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

13. Memajukan ASEAN yang berorientasi kepada rakyat yang di

dalamnya seluruh lapisan masyarakat didorong untuk berpartisipasi

dalam, dan memperoleh manfaat dari proses integrasi dan pembangunan

komunitas ASEAN;

14. Memajukan identitas ASEAN dengan meningkatkan kesadaran yang

lebih tinggi akan keanekaragaman budaya dan warisan kawasan; dan

15. Mempertahankan sentralitas dan peran proaktif ASEAN sebagai

kekuatan penggerak utama dalam hubungan dan kerja samanya dengan

para mitra eksternal dalam arsitektur kawasan yang terbuka, transparan,

dan inklusif.

Berdasarkan pasal 1 diatas, maka keinginan ASEAN untuk

memperkuat demokrasi tercantum pada butir 4 yang menekankan

kehidupan damai, demokratis dan harmonis. Selanjutnya, keinginan

ASEAN untuk memperkuat good governance dan perlindungan HAM di

lingkungan kawasan Asia Tenggara, tercantum dalam butir 7 yang

menekankan pentingnya tata pemerintahan yang baik, aturan hukum dan

HAM.

Sedangakan Pasal 2 mengenai Prinsip ASEAN berisi :

1. Dalam mencapai tujuan-tujuan yang disebutkan dalam Pasal 1, ASEAN

dan Negara-Negara Anggotanya menegaskan kembali dan memegang

teguh prinsip-prinsip dasar yang tertuang dalam deklarasi-deklarasi,

persetujuan-persetujuan, konvensi-konvensi, concords, traktat-traktat, dan

instrumen ASEAN lainnya.

71

Page 83: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

2. ASEAN dan Negara-Negara Anggotanya wajib bertindak sesuai

dengan prinsip-prinsip berikut:

(a) Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas

wilayah, dan identitas nasional seluruh Negara-Negara Anggota

ASEAN;

(b) Komitmen bersama dan tanggung jawab kolektif dalam

meningkatkan perdamaian, keamanan dan kemakmuran di kawasan;

(c) Menolak agresi dan ancaman atau penggunaan kekuatan atau

tindakan-tindakan lainnya dalam bentuk apa pun yang bertentangan

dengan hukum internasional;

(d) Mengedepankan penyelesaian sengketa secara damai;

(e) Tidak campur tangan urusan dalam negeri Negara-Negara Anggota

ASEAN;

(f) Penghormatan terhadap hak setiap Negara Anggota untuk menjaga

eksistensi nasionalnya bebas dari campur tangan eksternal, subversi,

dan paksaan;

(g) Ditingkatkannya konsultasi mengenai hal-hal yang secara serius

memengaruhi kepentingan bersama ASEAN;

(h) Berpegang teguh pada aturan hukum, tata kepemerintahan yang

baik, prinsip-prinsip demokrasi dan pemerintahan yang konstitusional;

(i) Menghormati kebebasan fundamental, pemajuan dan perlindungan

hak asasi manusia, dan pemajuan keadilan sosial;

72

Page 84: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

(j) Menjunjung tinggi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum

internasional, termasuk hukum humaniter internasional, yang disetujui

oleh Negara-Negara Anggota ASEAN;

(k) Tidak turut serta dalam kebijakan atau kegiatan apa pun, termasuk

penggunaan wilayahnya, yang dilakukan oleh Negara Anggota

ASEAN atau Negara non-ASEAN atau subjek non-negara mana pun,

yang mengancam kedaulatan, integritas wilayah atau stabilitas politik

dan ekonomi Negara-Negara Anggota ASEAN;

(l) Menghormati perbedaan budaya, bahasa, dan agama yang dianut

oleh rakyat ASEAN, dengan menekankan nilai-nilai bersama dalam

semangat persatuan dalam keanekaragaman;

(m) Sentralitas ASEAN dalam hubungan eksternal di bidang politik,

ekonomi, sosial dan budaya, dengan tetap berperan aktif,

berpandangan ke luar, inklusif dan non-diskriminatif; dan

(n) Berpegang teguh pada aturan-aturan perdagangan multilateral dan

rejim-rejim yang didasarkan pada atura ASEAN untuk melaksanakan

komitmen-komitmen ekonomi secara efektif dan mengurangi secara

progresif ke arah penghapusan semua jenis hambatan menuju integrasi

ekonomi kawasan, dalam ekonomi yang digerakkan oleh pasar.

Dalam pencapaian tujuan dalam memperkuat demokrasi, good

governance dan perlindungan HAM, ASEAN berpegang teguh pada

prinsip-prinsip dasar yang tercantum dalam butir (h) dan (i) yang

menekankan pedoman ASEAN pada aturan hukum, tata kepemerintahan

yang baik, prinsip demokrasi dan menghormati HAM.

73

Page 85: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Dengan dibentuknya ASEAN Charter diharapkan dapat mengatasi

segala permasalahan yang terjadi di negara-negara anggota dan

mewujudkan kawasan yang dapat bersaing dengan negara-negara maju.

Sebelumnya ASEAN adalah satu-satunya organisasi di dunia tanpa

intergovernmental regional human rights machinery. Berbeda dengan

Eropa, Amerika Serikat dan Afrika bahkan negara-negara Arab yang telah

memiliki instrument HAM. Oleh sebab itu, ASEAN perlu sesegera

mungkin membuat sistem HAM yang sama dengan wilayah lainnya di

dunia.101

Berdasarkan uraian Piagam ASEAN Bab I, pasal 1 dan 2 diatas

maka komunitas ASEAN adalah sebuah komunitas yang ditujukan untuk

memperkuat demokrasi dan melindungi Hak Asasi Manusia. Komunitas

yang dimaksud adalah sebuah masyarakat yang mampu memberikan ruang

yang lebih besar bagi nilai-nilai demokrasi. Oleh karena itu, negara-negara

anggota ASEAN harus memiliki semangat penghargaan atas HAM dan

kepercayaan pada demokrasi. Salah satu implementasi yang sangat penting

berkaitan dengan persoalan diatas adalah pembentukan Badan Hak Asasi

Manusia ASEAN (ASEAN Human Rights Body/AHRB), sebagaimana telah

diterapkan terhitung mulai Desember 2008 dan diamanatkan di dalam Bab

IV Pasal 14 dengan rinciannya sebagai berikut :102

1. Selaras dengan tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip Piagam ASEAN

terkait dengan pemajuan dan perlindungan hak-hak asasi dan kebebasan

101 Liona Nanang Supriatna, “Piagam ASEAN : Upaya untuk Meningkatkan

Penghormatan dan Pemajuan Kebebasan Fundamental dan Hak Asasi Manusia di Asia Tenggara”, Jurnal Hukum Pro Justitia, Vol. 26 No. 2, April 2008, h. 143.

102 http://www.aseansec.org/AC-Indonesia.pdf diakses pada 24/04/2010.

74

Page 86: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

fundamental, ASEAN wajib membentuk badan hak asasi manusia

ASEAN.

2. Badan hak asasi manusia ASEAN ini bertugas sesuai dengan kerangka

acuan yang akan ditentukan oleh Pertemuan para Menteri Luar Negeri

ASEAN.

Terkait dengan masalah Myanmar, di piagam itu disepakati ASEAN

Human Rights Body atau badan ASEAN yang bertanggung jawab

mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia, sehingga

memungkinkan ASEAN menjawab berbagai macam isu yang terkait

dengan human rights. Melalui badan ini, diharapkan ASEAN bisa

membantu mendorong Myanmar kearah demokrasi.103

Menghadapi terbentuknya ASEAN Charter khususnya yang

mengatur tentang Human Rights Body, ASEAN membentuk Komisi Hak

Asasi Manusia ( ASEAN Intergovernmental Commission on Human

Rights/AICHR) yang beroperasi sesuai dengan Terms of Reference (TOR)

dan memiliki tujuan :104

1. Mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia dan kebebasan dasar

penduduk ASEAN.

2. Menjaga hak negara-negara ASEAN untuk hidup dalam damai, martabat

dan kesejahteraan;

3. Berkontribusi pada realisasi tujuan ASEAN sebagaimana dalam Piagam

ASEAN untuk meningkatkan stabilitas dan harmonisasi dalam

103 Dian Triansyah Djani, “ASEAN Organisasi Regional Yang Sukses”, Diplomasi, No. I

tahun I, 15 Januari- 14 Februari 2008, h. 6. 104 http://www.aseansec.org/22769.htm diakses pada 1 Desember 2010.

75

Page 87: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

persahabatan ASEAN, wilayah dan kerjasama antar negara-negara anggota

ASEAN dalam proses membangun Masyarakat ASEAN.

4. Mempromosikan hak asasi manusia dalam konteks regional, mengingat

perbedaan pikiran nasional dan regional serta saling menghormati

perbedaan sejarah, budaya dan agama latar belakang, dan mengambil

mempertimbangkan keseimbangan antara hak dan tanggung jawab;

5. Meningkatkan kerjasama regional dengan tujuan untuk melengkapi upaya

pada promosi dan perlindungan hak asasi manusia nasional dan

internasional.

6. Menegakkan standar-standar hak asasi manusia internasional seperti yang

ditentukan Deklarasi Wina, dan instrumen hak asasi manusia internasional.

Pengambilan keputusan dalam AICHR didasarkan pada konsultasi

dan konsensus sesuai dengan Pasal 20 dari Piagam ASEAN. Menghadapi

terbentuknya AHRB, pada April 2000 Myanmar telah membentuk Komite

Hak Asasi Manusia dengan tugasnya yaitu mempersiapkan pembentukan

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Selama dalam proses pembentukan

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Myanmar telah merevisi Undang-

Undang yang disesuaikan dengan kehidupan sosial, budaya serta

disesuaikan dengan hukum internasional. Selain itu, Myanmar juga telah

meratifikasi beberapa konvensi HAM, yakni :105

1. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against

Women, tanggal 22 Juli 1997.

2. Convention on the Rights of the Child, 15 juli 1991.

105 Ibid.

76

Page 88: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

3. Geneva Convention of 12 August 1949 on the protection of the victims of

war.

4. Convention Concerning Forced or Compulsory Labour (no.29) and the

1948 Convention Concerning Freedom of Association.

5. Protection of the Right to Organize (no.87) of the International Labour

Organization.

Menjadikan ASEAN sebagai organisasi yang bersifat badan hukum

(legal personality) seperti tercantum dalam ASEAN Charter, tidak secara

otomatis membuat ASEAN semakin solid. Dalam pengimplementasian

ASEAN Charter, ASEAN menghadapi kendala yang justru datang dari

lingkungan internal ASEAN sendiri, yakni : Pertama, secara organisatoris,

ASEAN adalah organisasi elite politik yang cenderung mengabdi pada

kepentingan elite, berbeda dengan harapan dibentuknya ASEAN Charter,

organisasi ini kelak menjadi organisasi yang berorientasi pada rakyat dan

bukan organisasi birokrat semata. Kedua, ASEAN masih memegang teguh

prinsip non-interference. Dengan alasan prinsip ini ASEAN tidak akan

dapat mengintervensi pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi di

negara-negara anggotanya. Ketiga, kondisi real masing-masing negara

yang cukup signifikan mengganggu nilai-nilai HAM.106

Dengan adanya Piagam ASEAN menjadikan seluruh negara-negara

anggota termasuk Myanmar terikat dengan sistem hukum internasional.

Dalam konteks permasalahan di Myanmar, pembentukan ASEAN

106 Liona Nanang Supriatna, “Piagam ASEAN : Upaya untuk Meningkatkan

Penghormatan dan Pemajuan Kebebasan Fundamental dan Hak Asasi Manusia di Asia Tenggara”, Jurnal Hukum Pro Justitia, Vol. 26 No. 2, April 2008, h. 146.

77

Page 89: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR) menjadi bukti

dari peran ASEAN dalam menyelesaikan masalah di negara-negara

anggotanya.

Di lain sisi, tindakan Myanmar meratifikasi konvensi HAM tidak

diiringi dengan keseriusan menghilangkan tindakan pelanggaran HAM.

Sementara itu, pembentukan Komisi Nasional HAM Myanmar tidak

diiringi dengan peresmian. Sehingga dapat dikatakan bahwa tindakan

Myanmar tersebut merupakan tindakan formalitas belaka. Berdasarkan

prinsip demokrasi yang antara lain menjunjung tinggi nilai-nilai HAM,

maka selama Myanmar masih memiliki catatan pelanggaran HAM,

Myanmar belum dapat dikatakan sebagai negara demokrasi. Namun

demikian berdasarkan pengambilan keputusan yang dianut oleh ASEAN,

maka apabila terjadi pelanggaran HAM, ASEAN harus menyetujui secara

bulat (konsensus), di samping itu ASEAN juga tidak memiliki aturan

mengenai sanksi hukum yang dapat diterapkan kepada negara pelanggar.

4.3 Hambatan ASEAN dalam Menegakkan Demokrasi di Myanmar

Dalam masalah Myanmar, ASEAN bukan tidak pernah menggunakan

wewenangnya untuk mengupayakan proses rekonsiliasi nasional di Myanmar.

Dengan berpegang teguh pada ”ASEAN Way” ASEAN telah berulang kali

melakukan percobaan mempengaruhi pemerintahan militer Myanmar agar

melakukan perubahan. Akan tetapi, peran ASEAN dalam mengupayakan

perubahan di Myanmar terhambat oleh beberapa hal yang berasal dari dalam

maupun luar ASEAN. Dengan prinsip-prinsip yang dianut oleh ASEAN secara

78

Page 90: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

kolektif regional membuat ASEAN memiliki kapasitas tersendiri dalam setiap

menyelesaikan masalah di kawasan. Sehingga hal tersebut telah menjadikan posisi

yang dilematis bagi ASEAN dan mendatangkan penilaian bahwa peran ASEAN

tidak signifikan.

The ASEAN Way ” yang terdiri dari tiga pilar utama yaitu : prinsip non-

interference, pengambilan keputusan berdasarkan konsensus, minimalis dan

infornalitas dalam mekanisme institusionalisasi (soft institutionalism).107 ASEAN

Way merupakan gaya diplomasi yang dikembangkan dalam organisasional

ASEAN yang mengutamakan konsultasi informal berupa dialog. Cara ASEAN

merupakan rangkaian norma atau pedoman yang tidak tertulis namun bersifat

mengikat dan ditaati oleh negara-negara anggota ASEAN.108

ASEAN Way yang dijadikan pedoman dalam hubungan intra-ASEAN

tercermin dalam Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama (Treaty of Amity and

Cooperation/ TAC) yang dibentuk pada tahun 1976.109 TAC merupakan traktat

ASEAN yang paling mendasar dengan prinsip-prinsip dasarnya antara lain adalah

sikap saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, keutuhan territorial dan

identitas nasional setiap negara; hak setiap negara untuk menjalankan kehidupan

nasional yang bebas dari campur tangan, subversi atau tekanan luar; saling tidak

mencampuri masalah dalam negeri masing-masing anggota; penyelesaian konflik

107 Anak Agung Banyu Perwita, “Kapasitas ASEAN dalam Penyelesaian Konflik Internal

di Myanmar”, Jurnal Analisis CSIS, Vol. 35 No. 2, 2006, h. 153. 108 Tritogo Puspito Adi, “Kepentingan Myanmar Menjadi Anggota ASEAN Periode

(1988-1997)”, Skripsi Departemen Hubungan Internasional, Universitas Indonesia, Depok, 2001, h. 76.

109 Mekanisme penyelesaian sengketa di ASEAN kini menggunakan acuan dalam Piagam ASEAN yang pada dasarnya memiliki kesamaan dengan mengandalkan sebuah konsensus dalam sebuah sengketa hukum.

79

Page 91: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

secara damai; menolak penggunaan kekerasan, dan kerjasama yang efektif antara

sesama negara angota.110

Cara penyelesaian masalah yang dianut oleh ASEAN lebih menekankan

pada penyelesaian secara damai demi mencegah munculnya konflik dan

penggunaan kekerasan. Dengan penekanan pada konsensus, ASEAN memiliki

beberapa mekanisme pengambilan keputusan di antaranya melalui KTT, Sidang

Para Menteri Luar Negeri, dan Sidang para Pejabat Tinggi (Senior Official

Meeting-SOM).

Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN terdiri atas para Kepala Negara

atau Pemerintahan dari Negara-Negara Anggota dan merupakan badan pengambil

kebijakan tertinggi ASEAN yang membahas, memberikan arah kebijakan dan

mengambil keputusan atas isu-isu utama yang menyangkut realisasi tujuan-

tujuan ASEAN, hal-hal pokok yang menjadi kepentingan Negara-Negara

Anggota, dan segala isu yang dirujuk kepadanya oleh Dewan Koordinasi

ASEAN, Dewan-Dewan Komunitas ASEAN, dan Badan-Badan Kementerian

Sektoral ASEAN. Pertemuan-Pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN

diselenggarakan dua kali setahun, dan dilaksanakan oleh Negara Anggota yang

menjabat Ketua ASEAN dan menyelenggarakan, apabila diperlukan, pertemuan-

pertemuan khusus atau ad hoc yang diketuai oleh Negara Anggota yang

menjabat Ketua ASEAN, di tempat yang disepakati oleh Negara-Negara

Anggota ASEAN.111

Sidang Para Menteri Luar Negeri ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting-

AMM) mempunyai peran dan tanggung jawab untuk merumuskan garis kebijakan

110 “Seperempat ABAD ASEAN”, Proyek Kerjasama Antar Negara ASEAN Sekertariat Nasional ASEAN Departemen Luar Negeri, 1994, h. 22.

111 http://www.aseansec.org/22769.htm diakses pada 1 Desember 2010.

80

Page 92: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

dan koordinasi kegiatan-kegiatan ASEAN yang merupakan penjabaran keputusan-

keputusan KTT. Sedangkan Sidang para Pejabat Tinggi ASEAN (Senior Officials

Meeting-SOM) secara resmi dilembagakan sebagai bagian dari mekanisme

ASEAN pada KTT III dan bertanggung jawab untuk menangani kerjasama

dibidang politik dan keamanan. SOM diselenggarakan bila diperlukan dan

menyiapkan laporan secara langsung kepada AMM.112 Dengan menekankan pada

konsensus maka dapat dilihat bagaimana hambatan yang dihadapi ASEAN dalam

megupayakan penyeleaian masalah yang terjadi di negara-negara anggota.

4.3.1 Penerapan Prinsip Non-Interference ASEAN dalam

Menegakkan Demokrasi Myanmar

Peran ASEAN berkenaan dengan perkembangan negara Myanmar

khususnya mengenai demokrasi belum menunjukkan hasil yang signifikan.

Dalam penerapan peranannya, ASEAN tetap bersikukuh untuk

mempertahankan ”ASEAN Way” dengan salah satu pilar adalah prinsip

non-interference.

Prinsip non-interference banyak dinilai sebagai batu penghalang

bagi ASEAN dalam memainkan perannya menyelesaikan permasalahan

internal negara-negara anggota, akan tetap dipegang teguh oleh ASEAN

untuk melindungi kedaulatan negara-negara anggotanya karena intervensi

bertentangan dengan kedaulatan nasional. Dalam tata hubungan

internasional, hal ini dapat dilihat melalui penjelasan Andrew M. Scott

yaitu :

112 Ibid.

81

Page 93: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

”Prinsip non-interference mempunyai hubungan erat dengan kedaulatan nasional. Prinsip yang menyebutkan suatu bangsa atau negara harus menghormati integritas teritorial negara lain tanpa perlu memandang adanya perbedaan kekayaan, kekuatan dan kondisi alamnya. Prinsip non-interference mengalami perubahan yang serius usai Perang Dunia II karena mulai terbentuk model negara kaya dan negara miskin. Negara yang kaya tentu tidak mau mematuhi prinsip tersebut, dan negara kaya tidak akan memberikan bantuan kepada negara yang lebih miskin yang menganut prinsip non-interference karena semua program bantuan yang diberikannya tidak terlepas dari bentuk intervensi. Secara prinsip, kedaulatan nasional menolak intervensi suatu negara terhadap negara lain. Jika kedaulatan diterima sebagai suatu hal yang baik, maka dengan itu intervensi dianggap sebagai suatu hal yang buruk. Kenyataanya, tidak sedikit negara yang masih berusaha mempertahankan prinsip kedaulatan negara diatas segalanya."113

Seperti dipaparkan sebelumnya, negara yang masih

mempertahankan prinsip non-interference salah satunya adalah negara-

negara yang tergabung dalam ASEAN. Hal ini disebabkan ASEAN

menjadikan non-intervensi sebagai prinsip kekal ASEAN yang diadopsi

secara kolektif regional demi menjaga kedaulatan negara masing-masing

anggota.

Dalam perkembangan berikutnya, prinsip kedaulatan mulai

mendapat tantangan hebat ketika berkembang isu-isu humanitarianisme di

dalam hubungan internasional seperti hak asasi manusia dan

demokratisasi. Banyak negara, terutama negara-negara berkembang

berlindung dibalik prinsip kedaulatan negara ketika mereka melakukan

pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia. Alasannya karena khawatir

bahwa negara yang lebih kuat akan melakukan intervensi terhadap mereka

113 Andrew M. Scott, The Revolution in Statecraft Intervention in an Age of

Interdependence, Duke Press Policy Studies Paperbacks, Durham, NC, 1982, h. 198-201, dalam Humphrey Wangke, ”ASEAN dan Masalah Kepemimpinan Myanmar”, Jurnal Kajian, Vol. 10 No. 1, Juni 2005, h. 59.

82

Page 94: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

dengan alasan kemanusiaan.114 Prinsip non-interference memang memiliki

nilai positif untuk menghindari intervensi negara-negara lain. Namun

berdasarkan perkembangannya, nilai-nilai kemanusiaan merupaka hal

yang tidak bisa dihiraukan.

Selaras dengan apa yang menjadi permasalahan di Myanmar,

konflik internal Myanmar menjadikan posisi ASEAN menjadi sangat

dilematis. Di satu sisi ASEAN bersikukuh mempertahankan prinsip non-

interference. Tetapi di sisi lain, perkembangan internasional kini telah

menuntut ASEAN untuk bersikap lebih realistis dan tegas terhadap

Myanmar karena bagaimanapun masalah internal Myanmar jika tidak

segera menggunakan langkah konkrit akan mengancam kredibilitas

ASEAN sebagai organisasi regional Asia Tenggara.

Bagi negara-negara anggota ASEAN, prinsip non-interference

menjadi alasan untuk : berusaha agar tidak melakukan penilaian kritis

terhadap kebijakan pemerintah negara anggota terhadap rakyatnya masing-

masing agar tidak menjadi penghalang bagi kelangsungan organisasional

ASEAN, mengingatkan negara anggota lain yang melanggar prinsip

tersebut, menentang pemberian perlindungan bagi kelompok oposisi

negara lain, mendukung dan membantu negara anggota lain yang sedang

menghadapi gerakan anti-kemapanan.115

Berbeda dengan proses penyelesaian permasalahan demokrasi dan

hak asasi manusia di Myanmar, prinsip non-interference telah menjadi

114 Humphrey Wangke, ”ASEAN dan Masalah Kepemimpinan Myanmar”, Jurnal Kajian,

Vol. 10 No. 1, Juni 2005, h. 59. 115 Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2007, h.32.

83

Page 95: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

salah satu sebab utama mengapa ASEAN tidak mampu memberi tindakan

konkrit dalam menanggapi kekerasan sikap pemerintahan militer

Myanmar.116 Meskipun ASEAN mengatakan bahwa prinsip intervensi

bukan penghalang bagi ASEAN, setidaknya prinsip ini telah menjadikan

ASEAN melangkah dengan hati-hati dalam menyelesaikan masalah

internal Myanmar sehingga proses rekonsiliasi di Myanmar berjalan

lambat.

Namun demikian, kekerasan sifat junta militer yang telah

menjadikan ASEAN sebagai sandera politik Myanmar, membuat ASEAN

geram dengan lambatnya proses rekonsiliasi nasional yang sudah

seharusnya segera dilakukan Myanmar. Menghadapi kekerasan sikap

pemerintah militer Myanmar, ASEAN menunjukkan kelunakan prinsip

non-intervensinya. Mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh

mantan Menlu RI Ali Alatas bahwa ” ASEAN memang menjunjung tinggi

prinsip tidak mencampuri urusan dalam negeri anggota, tetapi hal itu

sifatnya flexible”. Masalah di Myanmar tidak hanya telah memberikan

dampak regional tetapi juga berdampak internasional. Kenyatatan ini

memaksa ASEAN terlibat dalam urusan internal Myanmar sehingga

memungkinkan ASEAN membicarakan masalah internal Myanmar secara

terbuka. Hal ini mulai diterapkan ASEAN pada Pertemuan Para Menlu

ASEAN (ASEAN Ministrial Meeting / AMM) di Phnom Phen Juni 2003.117

116 Alexandra Retno Wulan, “Isu Myanmar, Semenanjung Korea dan Konflik Darfur”,

Jurnal Analisis CSIS, Vol. 36 No. 4, 2007, h. 369. 117 Fautinus Andrea, “Lingkungan Strategis Asia Tenggara dan Asia Timur: ASEAN,

Myanmar dan Krisis Semenanjung Korea”, Analisis CSIS, Vol. 35 No. 2, 2006, h. 182.

84

Page 96: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Tindakan ASEAN membicarakan masalah internal Myanmar

menjadi bukti bahwa ASEAN telah keluar dari tradisinya, karena dalam

prinsip tersebut negara-negara anggota ASEAN sepakat untuk berusaha

agar tidak melakukan penilaian kritis terhadap kebijakan pemerintah

negara anggota terhadap rakyatnya masing-masing agar tidak menjadi

penghalang bagi kelangsungan organisasional ASEAN.118 ASEAN

memang tidak menggunakan cara konfrontatif dengan memberikan sanksi

tegas, bagi ASEAN membicarakan masalah internal negara anggotanya

dalam suatu forum terbuka sudah merupakan perubahan yang sangat

berarti.

Pendekatan konfrontatif yang dilakukan UE dan Amerika Serikat

tidak efektif karena tidak diiringi dengan dukungan yang setimpal dengan

ASEAN. Beberapa pendapat mengatakan bahwa mungkin pendekatan

dengan menggunakan sanksi tegas akan berhasil jika ASEAN

menanggalkan pendekatan ”contructive engagement” dan prinsip non-

interference.119 Akan tetapi, hal demikian sulit terjadi mengingat

pendekatan dan prinsip tersebut merupakan hal yang bersifat kekal bagi

ASEAN. Meskipun pelaksanaannya kini sudah flexible, nyatanya ASEAN

belum dapat melakukan tindakan lebih tegas. ASEAN akan tetap memilih

silent diplomacy untuk mendorong reformasi politik di Myanmar.

Sedangkan efektifitas pendekatan yang dilakukan ASEAN akan terjawab

118 Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2007, h.32. 119 Humphrey Wangke, ”ASEAN dan Masalah Kepemimpinan Myanmar”, Jurnal Kajian,

Vol. 10 No. 1, Juni 2005, h. 74.

85

Page 97: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

apabila Myanmar secara benar-benar serius melaksanakan pemilu 2010

dengan adil, jujur dan terbuka.

4.3.2 Kekuatan Hubungan Luar Negeri Myanmar dengan Cina dan

India

Fenomena masalah domestik Myanmar yang berkepanjangan tidak

membuat rezim militer goyah. Ditengah tekanan internasional dan sanksi

ekonomi, Myanmar masih dapat berdiri tegak dan rezim militer masih

dapat mempertahankan eksistensinya dipercaturan politik Myanmar.

Kapabilitas rezim militer dalam menjalankan pemerintahan ditengah

kecaman masyarakat internasional selain disebabkan militer memiliki

kekuatan, dan disisi lain lemahnya posisi oposisi, militer juga mendapat

dukungan kuat dari beberapa negara yang juga memiliki kepentingan

terhadap Myanmar. Negara yang memiliki pengaruh kuat terhadap

Myanmar adalah Cina dan India.

Dukungan Cina terhadap Myanmar didasarkan pada kepentingan

kerjasama ekonomi. Sebelum mencapai keeratan hubungan tersebut, Cina

dan Myanmar pernah mengalami kondisi hubungan yang bergejolak. Sejak

pemerintahan U Nu hingga awal pemerintahan Jenderal Ne Win, Myanmar

tidak mencoba menjalin hubungan baik dengan Cina. Perbedaan ideologi

menjadi penyebab utama Perdana Menteri U Nu mengadopsi hubungan

equi-distance. Selain itu, renggangnya hubungan Myanmar dengan Cina

disebabkan adanya tentara Koumintang dan adanya dukungan Cina

terhadap Partai Komunis Burma. Namun pada akhirnya Ne Win merubah

86

Page 98: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

sikap dan memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan

Cina dengan dasar persaudaraan (paukphaw).120

Masa Perang Dingin memang merupakan masa peperangan

ideologi, dimana komunisme melawan kapitalisme untuk mendapatkan

pengaruh sebesar-besarnya di seluruh negara. Negara-negara komunis

seperti Cina juga ikut serta menyebarkan ideologi komunisnya ke negara-

negara yang belum dan baru merdeka dengan memberikan dukungan

kepada partai-partai komunis di negara lain. Myanmar yang pada saat itu

menyandang status sebagai negara yang baru merdeka dan memiliki

ideologi yang berbeda dengan Cina tentu tidak menginginkan rakyatnya

dikuasai oleh ideologi komunis.

Pada masa pemerintahan Jenderal Ne Win terjadi fluktuasi

hubungan Myanmar dengan Cina. Ketika Jenderal Ne Win melakukan

kunjungan resmi ke Cina pada tahun 1965, hubungan kerjasama yang baik

diresmikan kedua belah pihak meskipun kenyataanya masih terdapat

prasangka antar kedua negara ini. Kemudian kondisi hubungan yang mulai

membaik kembali retak tatkala Cina mengadakan reavolusi budaya tahun

1966 yang bermakna Cina akan mendukung partai-partai komunis di Asia

termasuk Partai Komunia Burma.121

Perubahan sikap kembali terjadi pada masa pemerintahan Ne Win,

menjelang tahun 1970 Ne Win berusaha memperbaiki hubungan Myanmar

dengan Cina. Pemulihan hubungan semakin dipertegas dengan

120Madya Obaidellah Mohamad (ed), Hubungan Myanmar-China : dari Konfrontasi ke

Arah Kerjasama, Institut Pengkajian China, Universitas Malaya, Kuala Lumpur, 2004, h. 190-193. 121 Ibid, h. 194.

87

Page 99: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

menghidupkan kembali Perjanjian Kerjasama Ekonomi dan Teknikal

Cina-Myanmar dan menandatangani perjanjian tidak akan menggunakan

kekerasan dalam menyelesaikan masalah bersama. Selain itu, di tahun

1980 Cina mulai menghargai hubungannya dengan Myanmar yang terlihat

pada keputusan Deng Xiaoping yang mengurangi dukungan moral dan

materil kepada Partai Komunis Burma.122

Hubungan luar negeri Myanmar dengan Cina yang terus membaik

menjadikan Cina dianggap sebagai sekutu terdekat pemerintahan militer

Myanmar.123 Kekuatan hubungan kerjasama Myanmar dan Cina lebih

didasarkan pada kepentingan ekonomi masing-masing. Cina

berkepentingan memperluas pengaruh ekonomi, sedangkan Myanmar

berkepentingan menciptakan perekonomian yang mapan dengan dukungan

dana dari Cina. Namun tujuan Myanmar ini tanpa disadari telah

menjadikan negara tersebut terlalu bergantung dengan Cina, bahkan

hingga dalam hal diplomatik dan propaganda.

Hubungan Myanmar dengan Cina memang lebih didasarkan pada

pertimbangan ekonomi dibanding pertimbangan politik. Terbukti dengan

peran Cina sebagai penyumbang utama peralatan ketentaraan kepada

Myanmar dengan tujuan untuk memperkuat pertahanan negara dalam

menjamin keberlangsungan perdagangan Cina. Meskipun Cina

memberikan bantuan dalam bidang pertahanan tetapi tujuan bantuan

tersebut semata untuk menjamin peningkatan perdagangan Cina.

122 Ibid, h. 195-196. 123 Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2007, h.161.

88

Page 100: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Ketergantungan Myanmar dengan Cina menjadikan Cina

mempunyai andil besar untuk dapat mempengaruhi pemerintahan militer

Myanmar agar dapat menjalankan proses demokrasi, akan tetapi hal

tersebut belum juga tampak, dengan alasan bahwa prinsip kerjasama

mereka adalah tidak akan campur tangan mengenai masalah internal

masing-masing. Padahal jika permasalahan yang terjadi di Myanmar tidak

dapat terselesaikan, maka yang merasakan dampak tersebut tidak hanya

Myanmar tetapi berimbas pada kestabilan negara Cina.

Hubungan luar negeri Myanmar dengan Cina yang sangat erat pada

dasarnya telah menjadi masalah bagi ASEAN. Pengaruh besar Cina

terhadap Myanmar telah menggangu kedudukan ASEAN sebagai kawasan

yang bebas dari pengaruh negara-negara besar. Hal ini berkaitan dengan

prinsip otonomi regional ASEAN yang menginginkan negara-negara di

kawasan Asia Tenggara untuk dapat mengembangkan politik luar negeri

mandiri dan tidak tergantung sepenuhnya pada dukungan negara-negara

besar.

Hubungan Myanmar dengan Cina menambah daftar hambatan bagi

ASEAN. Kebertahanan pemerintahan militer dalam menghadapi sanksi-

sanksi ekonomi yang diterapkan Barat disebabkan Myanmar mendapat

dukungan penuh dari Cina. Sanksi-sanksi tersebut tidak akan berdampak

apapun selama Cina menyokong perekonomian Myanmar. Sementara itu,

upaya ASEAN bernegosiasi dengan Cina untuk memainkan pengaruhnya

terhadap Myanmar tidak dapat dikatakan berhasil.

89

Page 101: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Besarnya pengaruh Cina menjadikan India berinisiatif untuk

menjalin hubungan baik dengan Myanmar agar membatasi pengaruh Cina

di Myanmar. Letak Myanmar yang strategis diantara Cina dan India

membuat negara tersebut saling bersaing untuk dapat berperan dominan di

wilayah lautan Hindia. India tidak ingin Cina berpengaruh besar terhadap

Myanmar karena hal tersebut dapat membuat pengaruh India berkurang di

wilayah lautan Hindia.

Persaingan antara Cina dan India berawal sejak tahun 1947, ketika

itu Cina dan India pernah berperang. Dalam peperangan tersebut India

menjadi pihak yang kalah dan harus kehilangan wilayah yang

dipertikaikan. India mengambil langkah untuk bekerjasama dengan

Mynamar sebagai upaya menangani pengaruh Cina di Myanmar.

Kerjasama yang dilakukan adalah dalam bidang perdagangan,

perhubungan, sains dan teknologi. Bahkan di tahun 1997 Myanmar telah

menjadi anggota kelima BIMST-EC (Bangladesh, India, Myanmar, Sri

Lanka, Thailand-Economic Cooperation) yang merupakan usaha India

untuk mengintegrasikan ekonomi Myanmar dengan negara di kawasan

Asia Selatan.124

Kerjasama India dengan Myanmar ini membuktikan bahwa selain

India mempunyai kepentingan untuk menahan pengaruh Cina, India juga

mempunyai tujuan untuk mempertahankan kemajuan ekonominya.

Langkah India menjadikan Myanmar sebagai wilayah target perluasan

ekonominya merupakan langkah cerdik mengingat Myanmar memiliki

124 Madya Obaidellah Mohamad (ed), Op,Cit., h. 201.

90

Page 102: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

cadangan energi yang besar dan belum digali, dan merupakan akses

strategis di bidang perdagangan. Kekuatan hubungan Myanmar dengan

Cina dan India merupakan bentuk dari pemenuhan kepentingan nasional

masing-masing. Adanya kedekatan hubungan ini dinilai sebagai salah satu

kendala bagi ASEAN untuk dapat melunakkan sikap militer Myanmar.

Pemberian sanksi yang telah dilakukan tidak berdampak besar bagi

Myanmar karena Cina dan India masih menjadi penyokong perekonomian

utama bagi Myanmar. Beberapa pendapat mengatakan bahwa Cina dan

India mempunyai andil besar untuk dapat mempengaruhi pemerintah

militer Myanmar. Akan tetapi, dengan berlindung di bawah payung

perjanjian kerjasama yaitu tidak mencampuri urusan politik dalam negeri

masing-masing, Cina dan India enggan menjalankan desakan-desakan

tersebut. Pada dasarnya tindakan Cina dan India merupakan cermin politik

negara-negara Barat. Seperti yang terdapat dalam argumentasi berikut :

”Apa yang dilakukan Cina dan India terhadap Myanmar merupakan cermin dari apa yang dilakukan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa yaitu bermain dengan retorika demokrasi dan HAM untuk kepentingan strategis dan ketahanan energinya. Dengan melancarkan sanksi terhadap Myanmar, Amerika dan negara-negara Eropa masih tetap menjalankan bisnis yang menguntungkan di Myanmar. Perusahaan minyak Prancis (Total) dan perusahaan minyak Amerika (Chevron) adalah dua diantara sekian banyak raksasa minyak di dunia yang masih menjalankan keuntungannya di Myanmar.”125

Dukungan Cina dan India terhadap Myanmar membuat militer

Myanmar tidak mempunyai alasan kuat untuk mundur dalam

pemerintahan. Berdasarkan faktor eksternal terhadap negara, yaitu rezim

militer yang secara ekonomi, militer dan logistik tergantung kepada negara

125 “Dilema Burma dan India”, Koran Tempo, Senin 29 Oktober 2007.

91

Page 103: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

lain dapat terancam bila donatur mereka menarik dukungannya. Contoh

keberhasilan kebijakn tersebut adalah Kebijaksanaan hak-hak asasi

manusia pemerintah Carter mempunyai dampak terhadap rezim-rezim di

Amerika Latin. Samoza mungkin masih berkuasa bila pemerintahan AS

tidak mengucilkannya.

Berbeda dengan Myanmar, dukungan maupun tekanan dunia

internasional semakin meningkat semenjak militer menolak kemenangan

NLD. Sanksi-sanksi yang diberikan dunia internasional pun tidak mampu

melemahkan posisi rezim militer disebabkan selain militer tidak memiliki

ketergantungan dengan negara-negara tersebut, militer masih memiliki

dukungan materi yang cukup kuat dari Cina dan India.

4.4 Pemilu 2010 Sebagai Implementasi ”Road Map to Democracy”

Menghadapi gencarnya tekanan internasional, para anggota militer

mencari cara demi memperbaiki citra Myanmar di mata internasional. Cara yang

ditempuh militer adalah menampilkan Jenderal Khin Nyunt yang diangkat sebagai

Perdana Menteri. Jenderal Khin Nyunt dikenal sebagai tokoh militer yang lebih

moderat dan memiliki pemikiran perlunya rekonsiliasi nasional dan perlunya

keterlibatan masyarakat internasional dalam proses demokratisasi di negaranya.126

Pengangkatan Khin Nyunt sebagai Perdana Menteri dilaksanakan pada bulan

Agustus 2003. Khin Nyunt bertanggung jawab untuk menangani proses

126 Humphrey Wangke, ”ASEAN dan Masalah Kepemimpinan Myanmar”, Jurnal Kajian,

Vol. 10 No. 1, Juni 2005, h. 57.

92

Page 104: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

rekonsiliasi yang dimotori oleh PBB antara pemerintah dengan kelompok oposisi

pimpinan Aung San Suu Kyi.127

Pada bulan Agustus 2003, PM Khin Nyunt mengumumkan 7 langkah

menuju demokrasi (Road Map to Democracy). Pembentukan ”Road Map to

Democracy” ini merupakan sebuah upaya pemerintah dalam melaksanakan

reformasi politik dan konstitusi sekaligus menjadi jawaban atas tuntutan

masyarakat internasional terhadap proses demokratisasi di Myanmar. Ketujuh

tahapan itu adalah :128

1. Reconvening of the National Convention that has been adjourned since

1996.

2. After the successful holding of the National Convention, step by step

implementation of the process necessary for the emergence of a genuine and

disciplined democratic system.

3. Drafting a new constitution in accordance with basic principles and detailed

basic principles laid dawn by the National Convention.

4. Adoption of the draft constitution through national referendum.

5. Holding of free and fair elections for Pyithu Hluttaw (People’s Assemblies)

according to the new Constitution.

6. Convening of Hluttaw attended by Hluttaw members in accordance with the

new Constitution.

127 Ibid, h. 64. 128 Stephen Mc.Carthy, “Burma and ASEAN, Estranged Bedfellows”, Asian Survey, Vol.

XLVIII No. 6, November/December 2008, h.921.

93

Page 105: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

7. Building a modern, developed and democratic nation by the state leaders

elected by the Hluttaw; and the government and other central organs formed

by Hluttaw.

Langkah awal dengan mengadakan Konvensi Nasional diharapkan dapat

menghasilkan sebuah referendum tentang konstitusi baru dan pemilu baru.

Konvensi yang awalnya akan dilangsungkan tahun 1993 akhirnya ditangguhkan

pada Maret 1996 sebab banyak partai menarik diri sebagai aksi protes jalannya

konvensi yang tidak demokratis.

Setelah Konvensi Nasional tahun 1996 gagal mencapai kesepakatan,

pemerintahan militer berjanji untuk mengadakan Konvensi Nasional sebanyak dua

kali yaitu pada bulan Mei-Juni 2004 dan Februari-Maret 2005. Namun kedua

konvensi ini kembali mengalami kegagalan. Konvensi pertama gagal karena

diboikot oleh kelompok oposisi Partai NLD dan dua partai oposisi lainnya.

Sedangkan kegagalan konvensi kedua disebabkan pemerintahan militer tidak

mengundang ketiga partai yang memboikot konvensi petama, sehingga hasil

konvensi ini tidak diakui oleh PBB dan negara-negara di dunia.129

Ketidakjelasan penyelenggaraan konvensi nasional membuat dunia

internasional menganggap pemerintah militer Myanmar tidak serius menjalankan

proses demokrasi. Terlebih ketika akhir bulan Maret 2005, pemerintah militer

memutuskan menunda melanjutkan konvensi nasional dan menyatakan tidak akan

mengumumkan kelanjutannya hingga November 2005. Kesungguhan realisasi

”Road Map to Democracy” dan prospek demokrasi di Myanmar diasumsikan

129 Humphrey Wangke, ”ASEAN dan Masalah Kepemimpinan Myanmar”, Jurnal Kajian,

Vol. 10 No. 1, Juni 2005, h.65-66.

94

Page 106: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

semakin tidak menentu setelah pemerintah militer mengganti Jenderal Khin Nyunt

dengan Let. Jend Soe Win yang bergaris keras pada tanggal 19 Oktober 2004.130

Pergantian kekuasan dari Khin Nyunt menjadi Letjen Jenderal Soe Win

ternyata tidak menyurutkan Myanmar untuk melanjutkan langkah memenuhi

”Road Map to Democracy”. Menuju pada langkah selanjutnya yaitu menyusun

konstitusi dengan prinsip-prinsip dasar yang ditetapkan dalam Konvensi Nasional

telah dilaksanakan pada April 2008. Konstitusi yang bagi militer merupakan

proses demokratisasi hanya dianggap oposisi sebagai alat militer untuk

mengontrol negara. Setelah menyusun konstitusi, pemerintahan militer segera

menuju pada langkah berikutnya yaitu mengesahkan konstitusi melalui

referendum. Referendum konstitusi 2008 telah dilaksanakan pemerintah pada

bulan Mei 2008. Dalam referendum tersebut terdapat beberapa peraturan

diantaranya adalah calon presiden dilarang berasal dari seseorang yang menikah

dengan warga negara asing.

Sesuai dengan langkah kelima dari ”Road Map to Democracy” yaitu

melaksanakan pemilu yang bebas dan adil untuk membentuk parlemen,

pemerintah militer telah menetapkan untuk mengadakan pesta demokrasi

multipartai yang direncanakan akan dilangsungkan pada bulan Oktober 2010.

melihat langkah demi langkah yang dilakukan pemerintah militer untuk

mewujudkan ”Road Map to Democracy” tampak keseriusan militer untuk

mengubah Myanmar menjadi negara demokratis. Namun, apakah hal tersebut

akan menjamin efektifitas demokratisasi di Myanmar?.

130 Ibid, h. 66.

95

Page 107: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Berdasarkan peraturan pemilu yang dibuat pemerintah militer Myanmar

mengatakan bahwa presiden tidak boleh berasal dari seseorang yang menikah

dengan Warga Negara Asing. Hal ini merupakan alasan untuk membuat Suu Kyi

tidak dapat tampil dalam pemilu tersebut. Selanjutnya menanggapi kenyataan

bahwa suami Aung San Suu Kyi telah meninggal dunia, pemerintah militer

memiliki peraturan yang memihak berikutnya yaitu tahanan politik tidak boleh

ikut serta dalam pemilu. Hal ini jelas menjadi penghalang bagi Suu Kyi sebab Suu

Kyi harus memenuhi masa tahanan selama tiga tahun sejak ditahan pada tahun

2009. Berikutnya, partai NLD telah melewati tenggang waktu mendaftar dalam

pemilu 2010.

Tampilnya NLD maupun Aung San Suu Kyi dalam pemilu 2010 sudah

dapat dipastikan tidak dapat terwujud. Oleh sebab itu, kini yang menjadi

permasalahan bukan NLD dengan Aung San Suu Kyi bisa tampil dalam pemilu

2010. Namun, kini yang terpenting adalah adanya oposisi lain yang juga memiliki

program kuat untuk mendemokrasikan Myanmar dan keseriusan untuk

menjalankannya.

Bila Aung San Suu Kyi tidak mungkin lagi tampil dalam pemilu, dan tidak

ada pihak oposisi yang dapat melawan kekuatan militer. Maka kini yang

terpenting adalah adanya militer progresif yang dapat memahami rakyat Myanmar

dan memerintah tidak dengan tangan besi. Namun, kemungkinan ini pun sangat

kecil dikarenakan militer otoriter juga mendominasi militer progresif. Hal ini

tampak pada kasus pergantian Perdana Menteri Khin Nyunt dengan Sao Win pada

bulan Oktober 2004. PM Khin Nyunt dikenal dengan sosok yang lebih pragmatis

ditangkap oleh junta militer Myanmar dengan tuduhan korupsi. Namun banyak

96

Page 108: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

yang menduga bahwa Khin Nyunt ditangkap karena ketidaksesuaian pandangan

dengan dua petinggi senior lainnya, Jenderal Than Shwe dan Jenderal Maung

Aye. Masalah yang dipertikaikan adalah rencana Khin Nyunt untuk menengahi

para aktifis demokrasi dan etnik minoritas.131 Dengan demikian kenyataan ini

menambah keraguan dunia internasional atas kesungguhan Myanmar menjalankan

demokrasi.

Ini menjadi bukti bahwa militer Myanmar memiliki kekuatan internal

karena perbedaan pandangan didalam tubuh militer pun dapat diminimalisasi.

Sehingga hal ini memperkuat pandangan tidak berlakunya faktor mundurnya

militer dari pemerintahan yang bersifat internal yakni adanya berbagai macam

perbedaan pandangan di tubuh militer,132 disebabkan selain militer Myanmar

dikenal sebagai korporat yang solid, mereka juga cenderung tidak mengizinkan

adanya jenderal yang berbeda pandangan dengan mereka.

Kini pemerintahan militer Myanmar telah menjalankan langkah ke lima

dari Road Map to Democracy yaitu pemilihan umum multi partai pada 7

November 2010. Namun, terlaksananya pesta demokrasi tidak menjamin

demokratisasi di Myanmar disebabkan tidak terlaksananya prinsip-prinsip

demokrasi seperti Participation, Inclusion, Representation, Transperency,

Accountability, Responsiveness, Competition/Authorization, and Solidarity.133

Perolehan suara dalam pemilu tersebut dipegang oleh partai militer yaitu Union

Solidarity and Development Party (USDP), dengan rincian perolehan suara

sebagai berikut :

131 Humphrey Wangke, ”ASEAN dan Masalah Kepemimpinan Myanmar”, Jurnal Kajian,

Vol. 10 No. 1, Juni 2005, h. 57. 132 Anas S. Machfudz dan Jaleswari Pramodawardhani (ed), Military Without Militarism,

Puslitbang Kemasyarakatan dan Kebudayaan, LIPI, 2001, h. 168. 133 Penjelasan prinsip demokrasi ini telah dijelaskan pada bagian pendahuluan, h.14-17.

97

Page 109: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Tabel 3 Burmese Election Results 2010

Official Results People’s National Region/State Total Party Assembly AssemblyAssemblies Seats Union Solidarity and Development Party * 259 129 496 884National Unity Party ** 12 5 46 63Shan Nationalities Democratic Party 18 3 36 57Rakhine Nationalities Development Party 9 7 19 35All Mon Regions Democracy Party 3 4 9 16National Democratic Force 8 4 4 16Chin Progressive Party 2 4 6 12Pa-O National Organisation * 3 1 6 10Phalon-Sawaw Democratic Party 2 3 4 9Chin National Party 2 2 5 9Palaung National Party * 1 1 4 6Kayin People’s Party 1 1 4 6Wa Democratic Party * 2 1 3 6Unity and Democracy Party of Kachin State * 2 1 2 5Inn Nationalities Development Party 1 - 3 4Democratic Party (Myanmar) - - 3 3National Democratic Party for Development * - - 2 2Kayin State Democracy and Progressive Party - 1 1 2Kayan National Party - - 2 288 Generation Student of Youths (Myanmar) Party * - - 1 1Ethnic Nationals Development Party - - 1 1Lahu National Development Party* - - 1 1Independent 1 1 4 6TOTAL 326 168 662 1156

Sumber: http://www.networkmyanmar.org/index.php?option=com_content&view=article&id=52&Itemid=94 diakses pada 1 Desember 2010.

(*) are believed to be pro-regime.

(**) is pro-establishment, but is not a regime proxy party. It would be willing to

hold the government to account, if not promote democratic reform.

98

Page 110: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Pemerintahan militer Myanmar memang telah memenuhi janjinya untuk

melaksanakan pemilihan umum yang selama 20 tahun terakhir pesta demokrasi

tersebut tidak pernah dipenuhi oleh pemerintah militer. Namun, pelaksanaan

pemilu tersebut tidak menjamin demokratisasi di Myanmar dan ASEAN sebagai

organisasi regional yang mewadahi Myanmar tidak dapat bertindak lebih tegas

karena berdasarkan prinsip pembentukan ASEAN, maka ASEAN memiliki

kapasitas tersendiri dalam menangani setiap permasalahan yang terjadi di negara-

negara anggotanya.

99

Page 111: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

BAB V

PENUTUP

5. 1 Kesimpulan

Fenomena tampilnya militer dalam porsi pemerintahan merupakan

fenomena yang umumnya terjadi pada negara-negara yang baru merdeka. Kondisi

negara yang masih rentan, menumbuhkan rasa patriotisme militer untuk

menyelamatkan negara dari bahaya kehancuran. Dengan dalih tersebut militer

menghalalkan tindakan pelanggaran konstitusional.

Adanya kekuatan militer otoriter di Myanmar memunculkan kesadaran

rakyat untuk menentang pemerintahan represif. Aung San Suu Kyi adalah tokoh

yang paling vokal memperjuangkan kehidupan demokrasi untuk rakyat Myanmar.

Bersama dengan tokoh prodemokrasi lainnya yang tergabung dalam partai oposisi

NLD, Aung San Suu Kyi merangkul rakyat Myanmar untuk memperjuangkan hak

mereka yang selama ini tidak terpenuhi rezim otoriter. Meskipun tantangan yang

harus dihadapi sangat besar, tak lantas membuat Suu Kyi mundur dari

perjuangannya.

Lantangnya perjuangan Suu Kyi dan NLD menjadikan NLD tampil

sebagai partai pemenang dalam pemilu multipartai tahun 1990. Keinginan militer

untuk terus memimpin negara membuat militer menolak hasil pemilu tersebut

secara sepihak. Bahkan dengan dalih oposisi sebagai ancaman negara yang akan

lebih mendekatkan Myanmar dengan negara-negara Barat, militer memenjarakan

Aung San Suu Kyi dan tokoh prodemokrasi lainnya. Gerakan perlawanan atas

tindakan militer yang datang dari kaum Bhiksu sebagai komunitas yang dihormati

100

Page 112: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

juga diatasi dengan tangan besi. Hal ini membuktikan bahwa militer memiliki

kekuatan eksternal yang membuat militer mampu membendung kekuatan oposisi.

Ketika militer dapat melanggengkan kekuasaanya dan membendung

kekuatan oposisi. Militer Myanmar terus memfokuskan diri pada program

peningkatan perekomomian dan pembangunan. Dengan dukungan bantuan dari

sekutu terdekatnya yaitu Cina dan India, program peningkatan perekonomian dan

pembangunan negara yang dilakukan militer mencapai keberhasilan. Bahkan kini

militer Myanmar merambah karirnya dalam bidang bisnis. Keengganan

menanggalkan kerajaan bisnis menjadi salah satu penyebab kebertahanan militer

Myanmar menguasai negara. Ini menjadi bukti bahwa militer Myanmar memiliki

kekuatan internal yang dilihat dari kemampuan militer mempertahankan

eksistensinya hingga beberapa generasi dan kekuatan hubungan korporat militer.

Oleh sebab itu, kekuatan internal dan eksternal militer Myanmar ini memberikan

kontribusi bagi stagnasi demokrasi di Myanmar.

Berlarut-larutnya masalah internal Myanmar tidak hanya berdampak

nasional, namun juga telah berdampak regional bahkan internasional. Oleh sebab

itu, peran ASEAN sebagai organisasi regional Asia Tenggara sangat dibutuhkan.

Dengan kebijakan ”constructive engagement” ASEAN berharap dapat

menjalankan perannya mengupayakan kehidupan demokrasi di Myanmar dan

pembebasan para tahanan politik militer.

Pendekatan konstruktif yang diterapkan ASEAN sebagai jawaban

ketidaksetujuan ASEAN terhadap pendekatan konfrontatif. ASEAN sebagai

organisasi regional Asia Tenggara memiliki cara penyelesaian masalah sendiri

yang digunakan dalam hubungan intra-ASEAN. Melalui pendekatan kontruktif

101

Page 113: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

berupa dialog yang juga dilakukan ASEAN Regional Forum, dilanjutkan dengan

pembentukan ASEAN Charter dan ASEAN Human Right Body dapat dilihat

seberapa besar peran ASEAN dan seberapa besar pengaruhnya terhadap

perkembangan demokrasi di Myanmar.

ASEAN memang telah melakukan beberapa upaya untuk menegakkan

demokrasi di Myanmar yang tentunya berlandaskan prinsip-prinsip dan tujuan

ASEAN. Namun dalam pencapaiannya ASEAN terbentur oleh hambatan yang

bersifat internal dan eksternal. Hambatan bersifat internal berasal dari

karakteristik ASEAN sebagai organisasi regional. ASEAN yang memegang teguh

prinsip non-interference dengan tujuan untuk melindungi anggotanya dari

berbagai bentuk intervensi dari negara luar, tidak membenarkan prinsip ini

sebagai kendala bagi ASEAN karena prinsip ini bersifat flexible. Meskipun pada

kenyataannya prinsip ini telah membuat peran ASEAN sangat hati-hati sehingga

proses rekonsiliasi Myanmar berjalan lambat dan ASEAN tidak mampu

memberikan langkah konkrit bagi Myanmar.

Selain hambatan internal, terdapat pula hambatan bersifat eksternal yang

tentunya berasal dari luar ASEAN. Semenjak berakhirnya Perang Dingin, isu

demokrasi menjadi bagian permasalahan masyarakat internasional. Sehingga isu

demokrasi Myanmar menjadi alasan bagi masyarakat internasional untuk ikut

andil dalam mengupayakan tegaknya demokrasi. Dengan melakukan tekanan dan

sanksi, masyarakat internasional yakin dapat memberikan dampak bagi demokrasi

Myanmar. ASEAN dianggap tidak mampu bertindak tegas yang pada akhirnya

mencoreng citra ASEAN di mata internasional. Sedangkan bagi militer Myanmar

102

Page 114: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

tindakan pemberian sanksi tidak berdampak signifikan bagi negaranya selama

Myanmar mempunyai dukungan ekonomi yang kuat dari Cina dan India.

Pendekatan konfrontatif yang diterapkan masyarakat internasional

mengalami kegagalan karena dalam menjalankan proses demokrasi pemerintahan

militer tidak mau di tekan oleh pihak manapun. Oleh sebab itu, ASEAN

menyarankan masyarakat internasional untuk merubah pendekatannya dengan

menggunakan pendekatan yang lebih lunak dengan cara dialog. Namun kerasnya

pemerintahan militer Myanmar yang menambah daftar hambatan bagi ASEAN,

membuat proses dialog tersebut tidak berjalan dengan baik. Dalam penerapannya,

proses dialog yang dilakukan ASEAN, PBB, UE dan AS sering mendapat

penolakan dari pemerintahan militer. Meskipun militer Myanmar telah membuka

diri dengan masyarakat luar, namun pada akhirnya keputusan untuk menjalankan

proses demokrasi tanpa tekanan menjadi pilihan militer.

Melihat kerasnya sikap pemerintahan militer Myanmar membuat banyak

pihak tidak yakin dengan perwujudan demokrasi Myanmar. Namun ASEAN terus

berusaha menampilkan perannya untuk memperbaiki citranya dengan

menciptakan ASEAN Charter untuk mengikat anggotanya secara hukum. Melalui

ASEAN Charter semestinya membuat ASEAN dapat bertindak tegas terhadap

anggotanya. Setidaknya dengan adanya ASEAN Charter, ASEAN dapat

memberikan sanksi tegas pada Myanmar bila tidak menjalankan asas-asas

demokrasi. Namun ketiadaan lembaga yudikatif yang berwenang untuk

menyelesaikan sengketa hukum ASEAN dan tidak jelasnya sanksi hukum

menjadikan ASEAN tidak memiliki kekuatan penuh untuk menyelesaikan

permasalahn di negara-negara anggotanya.

103

Page 115: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Peran ASEAN tidak dapat dikatakan berhasil, dengan katalisator ASEAN

tidak berhasil mengupayakan keikutsertaan seluruh lapisan masyarakat Myanmar

dalam pemilu 2010, dan ASEAN tidak berhasil mempengaruhi pemerintahan

militer untuk dapat membuat peraturan pemilu yang adil bagi pihak oposisi,

sehingga membuat Aung San Suu Kyi tidak dapat berpartisipasi dalam pemilu

2010. Hal tersebut lah yang meyakinkan rasa pesimis mengenai prospek cerah

demokrasi bagi Myanmar. Namun demikian, keberhasilan peran ASEAN dapat

dilihat dari keberhasilan jalannya pemilu 2010. Jika tragedi pemilu tahun 1990

terulang maka dapat dikatakan ASEAN tidak berhasil. Tetapi jika pemerintah

militer Myanmar dapat menjalankan pemilu dengan jujur, adil, transparan dan

menerima segala hasil yang diperoleh, maka dapat dikatakan ASEAN berhasil.

104

Page 116: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

DAFTAR PUSTAKA

Buku A.Nordlinger, Eric. Militer dalam Politik, Rineka Cipta, Jakarta, 1990. Bhakti, Ikrar Nusa. Tentara Mendamba Mitra, Tim Peneliti PPW-LIPI, Mizan,

1999. Cipto, Bambang. Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2007. Huntington, P.Samuel. The Third Wave : Democratization in The Late Twenthieth

Century, University of Oklohama Press, Norman, 1991. Terjemahan Marjohan, Asril. Gelombang Demokratisasi Ketiga, PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1993.

Luhulima, CPF, (et al). Seperempat Abad ASEAN, Proyek Kerjasama Antar

Negara ASEAN Sekertariat Nasional ASEAN, Departemen Luar Negeri, 1994.

Maung, Mya. Totalitarian in Burma, Prospect for Economic Development,

Paragon House, New York, 1992. Mohamad, Madya Obaidellah (ed). Hubungan Myanmar-China : dari Konfrontasi

ke Arah Kerjasama, Institut Pengkajian China, Universitas Malaya, Kuala Lumpur, 2004.

Nurhasim, Moch, (ed). Praktek-Praktek Bisnis Militer, Pengalaman Indonesia,

Burma, Filipina dan Korea Selatan, The Ridep Institute, Jakarta, 2003. Perwita, Anak Agung Banyu dan Yani, Yanyan Mochamad. Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005. S. Machfudz, Anas dan Pramowardhani, Jaleswari, (ed). Military Without

Militarism, Puslitbang Kemasyarakatan dan Kebudayaan, LIPI, 2001. Tim ICCE UIN Jakarta, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani,

Prenada Media, Jakarta, 2005. Jurnal A.Englehart, Neil. ”Is Regime Change Enough for Burma?, The Problem of State

Capacity”, Asian Survey, Vol. XLV No. 4, July/ August 2005.

xi

Page 117: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Andrea, Fautinus. “Lingkungan Strategis Asia Tenggara dan Asia Timur: ASEAN, Myanmar dan Krisis Semenanjung Korea”, Analisis CSIS, Vol.35 No.2, 2006.

B.Roberts, Christopher. “Plight of Myanmar’s People : Challenges for the

Internasional Community ”, dalam “Strategic Currents : Emerging Trends in Southeast Asia” , Insitute of Southeast Asian Studies, Singapore, 2009.

Chandrawati, Nurani. “Perluasan ASEM dan Masalah Myanmar : Melanjutkan

Strategi Kompromistis atau Membentuk Kriteria Baru”, Jurnal Kajian Wilayah Eropa, Vol. II, No.3, 2006.

Firnas, M. Adian. “Prospek Demokrasi di Myanmar”, Jurnal Universitas

Paramadina, Vol. 2 No.2, 2003. Haryono, Endi. ”ASEAN Menanggapi Sanksi Ekonomi AS terhadap Myanmar

1997”, Jurnal Paradigma, Vol. 1 No. 2, 1997. Holliday, Ian. ”Voting and Violence in Myanmar, Nation Building for a

Transition to Democracy”, Asian Survey, Vol. XLVIII No. 6, November/December 2008.

Juliastuti, Anna. “ASEAN dan Masalah Hak Asasi Manusia”, Global Jurnal

Politik Internasional, No. 1, September 2000. Luhulima, CPF. ”Perimbangan Kekuatan di Myanmar: Faktor ASEAN dan

Kepentingan Indonesia”, Analisis CSIS, Vol.35 No.2, 2006. Mc.Carthy, Stephen. “Burma and ASEAN, Estranged Bedfellows”, Asian Survey,

Vol. XLVIII No.6, November/December 2008. Min, Win. ”Looking Inside The Burmese Military”, Asian Survey, Vol. XLVIII

No.6, November/December 2008. Perwita, Anak Agung Banyu. “Kapasitas ASEAN dalam Penyelesaian Konflik

Internal di Myanmar”, Jurnal Analisis CSIS, Vol. 35 No. 2, 2006. Polk, Sam. ‘’Burma’s Crisis and Indonesia’s Opportunity”, The Indonesian

Quarterly, Vol.36 No.1, First Quarter 2008. Retno Wulan, Alexandra. ”Terorisme, Perkembangan Politik di Myanmar dan

Pemilu di tiga Negara”, Analisis CSIS, Vol. 38 No. 3 September 2009. Silverstein, Josef. ”The Idea of Freedom in Burma and the Political Thought of

Daw Aung San Suu Kyi”, Pacific Affairs, Vol. 69 No. 2 Summer 1996.

xii

Page 118: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Sulistiyanto, Priyambudi. ”Politik, Reformasi Ekonomi dan Demokrasi; Studi Perbandingan Thailand, Indonesia dan Burma”, Prisma LP3ES, No.5 tahun XXVI, Mei-Juni 1997.

Sundhaussen, Ulf. ”Penarikan Militer dari Pemerintahan”, Prisma LP3ES, No.7

tahun XXIV, Juli 1995. Supriatna, Liona Nanang. “Piagam ASEAN : Upaya untuk Meningkatkan

Penghormatan dan Pemajuan Kebebasan Fundamental dan Hak Asasi Manusia di Asia Tenggara”, Jurnal Hukum Pro Justitia, Vol. 26 No. 2, April 2008.

Wangke, Humphrey. ”ASEAN dan Masalah Kepemimpinan Myanmar”, Jurnal

Kajian, Vol. 10 No. 1, Juni 2005. Dokumen “Kerjasama ASEAN dalam Upaya Menuju Terbentuknya Mekanisme HAM di

ASEAN”, Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Deplu RI, 2002. “Sang Merah Putih di Tanah Pagoda, Kenangan, Masa Kini dan Harapan”,

Kedutaan Besar Republik Indonesia,Yangon, Edisi ke-2 2002. ”The New ASEANs: Vietnam, Burma, Cambodia & Laos”. Department of Foreign

Affairs and Trade Commonwealth of Australia, 1997. “Seperempat ABAD ASEAN”, Proyek Kerjasama Antar Negara ASEAN

Sekertariat Nasional ASEAN Departemen Luar Negeri, 1994. Majalah dan Surat Kabar Djani, Dian Triansyah, “ASEAN Organisasi Regional Yang Sukses”, Diplomasi,

No.I tahun I, 15 Januari- 14 Februari 2008. ”Suu Kyi Dipindahkan ke Penjara Insein”, Kompas, 27 September 2007. ”Dilema Burma dan India”, Koran Tempo, Senin 29 Oktober 2007. Skripsi dan Tesis

Triyogo Puspito Adi, “Kepentingan Myanmar Menjadi Anggota ASEAN Periode (1988-1997)”, Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001.

xiii

Page 119: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Firnas, M.Adian. ”Militer dan Kekuasaan : Suatu Studi Terhadap Upaya-Upaya Militer Myanmar Mempertahankan Kekuasaanya dalam Sistem Politik Myanmar”., Tesis Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 2000.

Rahmanto, Agus Budi. “Tantangan Demokrasi di Myanmar : Studi Kasus

National League for Democracy (NLD)”, Tesis Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 2002.

Wahono, ”Kebertahanan Pemerintahan Junta Militer Myanmar Menghadapi

Oposisi, Tekanan Asing, dan Gerakan-Gerakan Perlawanan”, Tesis Program Pascasarjana Magister Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, 2005.

Wahyuni, Dwi. “Efektifitas Kebijakan Constructive Engagement ASEAN

Terhadap Myanmar (1992-2000), Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002.

Wawancara Wawancara dengan Ade Padmo Sarwono, Direktur Politik dan Keamanan

ASEAN, Kemlu RI, 3 Agustus 2010. Website http://www.aseansec.org/AC-Indonesia.pdf diakses pada 24 April 2010.

http://www.csis.or.id/working_paper_file/62/wps054.pdf diakses pada 27 November 2010.

http://www.aseanregionalforum.org/Publiclibrary/ARFChairmansStatementsandReports/tabid/66/Default.aspx diakses pada 29 November 2010.

http://www.unhcr.org/4641be720.html diakses pada 1 Desember 2010.

http://www.aseansec.org/22769.htm diakses pada 1 Desember 2010.

http://www.networkmyanmar.org/index.php?option=com_content&view=article&id=52&Itemid=94 diakses pada 1 Desember 2010.

xiv

Page 120: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

LAMPIRAN 1

PETA MYANMAR

Page 121: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Peta Myanmar

Page 122: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

LAMPIRAN II

HASIL WAWANCARA

Page 123: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

TRANSKIP WAWANCARA

Nama : Drs. Ade Padmo Sarwono, MA

Jabatan : Direktur Politik dan Keamanan ASEAN

Waktu : 3 Agustus 2010, pukul 15.15 – 15.39 WIB

Tempat Wawancara : Direktorat Politik dan Keamanan ASEAN, Deplu RI,

Jakarta

1. Mengenai peran ASEAN dalam mengupayakan demokrasi di Myanmar.

Diketahui perannya memang sudah cukup banyak tetapi tidak dapat dipungkiri

juga terdapat hambatan-hambatan. Bagaimana tanggapan Bapak mengenai

hambatan-hambatan tersebut?

Jawab

Jadi pertama yang saya lihat terlebih dahulu adalah latar belakang

permasalahan. Ketika ASEAN sekitar tahun 2000an kalau tidak salah,

ASEAN menyatakan konsen terhadap masalah Myanmar. Kemudian

Myanmar menyampaikan akan melaksanakan ”Road Map” untuk menuju

demokrasi. Jadi intinya untuk pertama ini akan saya sampaikan bahwa proses

demokrasi yang dilakukan Myanmar itu sebenarnya usul dari mereka sendiri,

kita tidak memaksakan Myanmar untuk mengikuti kemauan kita, mereka

sendiri yang mempersiapkan demokrasi termasuk membuat konstitusi,

referendum, dan yang terakhir adalah pemilu. Disini peran apa yang mesti

dilakukan ASEAN, pertama bahwa ASEAN itu pendekatannya ”constructive

engagement”, kita melakukan dialog-dialog karena isolasi dan sanksi tidak

berdampak signifikan. Setelah beberapa tahun kita melakukan ”constructive

engagement” memang bisa juga dikatakan seperti yang dikatakan Menteri

Luar Negeri Hasan Wirayuda bahwa ”constructive engagement” memang

tidak 100% berhasil tetapi isolasi dan sanksi juga tidak berhasil. Sementara

sesuai pandangan ASEAN, kalau melakukan isolasi sanksi itu yang tersiksa

rakyatnya. Oleh karena itu, kita mencoba meyakinkan negara-negara Barat

lebih baik menggunakan cara dialog. ASEAN boleh dikatakan cukup berhasil

justru meyakinkan negara-negara Barat, ketika Amerika bersedia berdialog

Page 124: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

dengan Myanmar yang sebelumnya Amerika tidak mau berdialog. Selain itu,

kita juga berhasil meyakinkan Myanmar untuk melakukan hubungan dengan

masyarakat internasional. Disatu sisi ini merupakan suatu keberhasilan

ASEAN dalam membuka ruang untuk berdialog diantara Myanmar dengan

masyarakat internasional. Namun, kita belum berhasil meyakinkan Myanmar

terkait dengan pengharapan kita mengenai proses demokrasi yang melibatkan

semua pihak, tentunya yang kita maksud dengan semua pihak salah satunya

adalah keterlibatan Aung San Suu Kyi, itu yang kita katakan belum berhasil.

Tapi disisi lain kita juga mencatat ada kemajuan bahwa mereka sudah mau

melaksanakan pemilu, seperti yang kita tahu pemilu terakhir yang dilakukan

tahun 1990 jadi sudah hampir 20 tahun Myanmar tidak melaksanakan pemilu.

Memang, demokrasi bukan semata-mata dilihat dari pemilu tapi setidak-

tidaknya ini adalah langkah awal yang perlu kita perlihatkan, namun kita juga

tidak bisa memaksakan Myanmar akan tetapi kalau bisa berlaku transparant.

Kalau dilihat dari berhasil atau tidaknya, kalau dikatakan berhasil 100% ya

tentu tidak, tapi disisi lain kita sudah meyakinkan untuk melaksanakan pemilu

sesuai dengan langkah-langkahnya. Kita hanya mengawasi pelaksanaan ”road

map to democracy” apakah sesuai dengan langkah-langkahnya karena itu

adalah kemauan Myanmar sendiri, tanpa adanya pressure dari ASEAN. Sesuai

dengan komitmen Myanmar untuk melaksanakan pemilu maka ASEAN

bertugas untuk membantu pelaksanan pemilu tersebut tentunya berdasarkan

instruksi dari mereka, seperti misalnya begini ’kamu kan sudah berkeinginan

untuk menuju proses demokrasi, apa langkah-langkahnya, oleh sebab itu

jalankan prosesnya berdasarkan langkah-langkah tersebut dan kita akan

mengawasi jalannya langkah-langkah tersebut, jika kalian butuh bantuan maka

tentu kita akan membantu tapi jelaskan apa yang harus kita bantu’.

Keberhasilan ASEAN bisa dikatakan dalam artian kita bisa meyakinkan

Myanmar untuk melaksanakan ”Road Map to Democracy”, tetapi

meyakinkan Myanmar untuk melibatkan semua pihak, itu belum berhasil.

2. Mengenai prinsip non-interference yang dipandang oleh beberapa pemerhati

ASEAN sebagai batu penghalang, bagaimana pendapat ASEAN mengenai

masalah tersebut?

Page 125: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

Jawab

Memang dari beberapa kutipan mengatakan bahwa yang menjadi penghalang

adalah prinsip non-interference, tetapi sebetulnya prinsip itu bukan

penghalang. Kalau kita memang benar-benar menerapkan prinsip non-

interference, kita sama sekali tidak akan komentar karena dalam diplomasi itu

apapun kamu bicara tentang situasi dalam negeri sebuah negara itu sudah

masuk dalam bentuk intervensi. ASEAN bisa menyampaikan dalam forum

resmi ASEAN itu juga sudah bentuk intervensi.

3. Jadi dengan kata lain berarti benar bahwa prinsip non-interference tidak

absolute?

Jawab

Benar, tidak absolute. Sebetulnya prinsip non-interference ASEAN tidak

absolute. Kita juga tidak mau jika ada kebijakan yang kita ambil yang tidak

baik kemudian dikritik karena itu sudah masuk dalam bentuk intervensi.

Negara manapun termasuk Amerika juga tidak mau diperlakukan seperti itu.

Sebetulnya yang dimaksud dengan intervensi adalah keterlibatan yang lebih

langgeng contohnya seperti mendanai kelompok separatis di negara lain,

mengangkat isu suatu negara dalam forum internasional, itulah macam-macam

bentuk intervensi. Yang ingin saya katakan bahwa prinsip non-interference itu

bukan suatu yang sakral, sementara secara gradual prinsip ASEAN itu sudah

lues, dan prinsip ini juga sebetulnya ada dalam PBB dalam UN Charter.

Intinya prinsip non-interference tetap kita pegang, namun penerapannya sudah

agak flexible, contoh berikutnya seperti permasalahan yang terjadi di Thailand,

ASEAN sudah cukup lama akhirnya mengeluarkan statement mengenai situasi

di Thailand yang sebetulnya hal itu sudah bertentangan dengan prinsip non-

interference. Sebenarnya prinsip ini untuk negara adalah penting, apalagi

untuk negara-negara Asia Tenggara yang belum semuanya dewasa. Sehingga

prinsip ini sangat penting untuk menjaga negara-negara anggota agar jangan

sampai di intervensi masyarakat luar.

Page 126: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

4. Melihat kekerasan sikap pemerintah militer dan lemahnya posisi pihak

oposisi. Menurut pengamatan ASEAN bagaimana prospek kehidupan

demokrasi di Myanmar? Apakah Myanmar dapat menjadi negara demokrasi?

Jawab

Ini memang tantangan yang berat, militer Myanmar sangat kuat sekali. Waktu

itu saya sempat bertemu dengan salah satu kelompok yang aktif, saya tanya

ada tidak di militer yang progresif, saya rasa militer Myanmar sangat kuat

sekali karena yang progresif itu langsung dipenjarakan. Tapi disisi lain,

oposisinya itu memang lemah karena problemnya, melihat kasus Myanmar ini

problemnya sangat kompleks, mereka juga memiliki problem etnis. Etnisnya

itu seperti Kayin yang dekat dengan Cina, ada yang lebih dekat dengan

Thailand, ada yang lebih dekat ke India. Ada juga masalah drugs, ini

menjadikan problem di Myanmar sangat kompleks sekali. Disamping itu, kita

juga khawatir kalau misalnya demokrasi yang tidak terkontrol bisa menjadikan

Myanmar terpecah belah, dan interest atau kepentingan Cina dan India

menjadikan Myanmar membutuhkan suatu militer tetapi tentu juga kita tidak

ingin militer yang terlalu otoriter, tapi yang memberikan sedikit kekuasaan

bagi masyarakat teritori. Jika terjadi apa-apa, yang pertama kali merasakan

dampaknya adalah negara-negara ASEAN ya tentunya juga negara-negara

Cina, India, Bangladesh bukan negara-negara Eropa ataupun Amerika, kita

yang terkena damapaknya, seperti contohnya masalah pengungsi. Yang kita

inginkan adalah adanya stabilitas di Myanmar karena jika tidak stabil

dampaknya akan ke kita juga. Itulah intinya, memang negara yang kuat

sipilnya juga harus kuat, sedangkan di Myanmar sipilnya terutama figurenya

tidak ada yang kuat kecuali Aung San Suu Kyi. Jika pemilu sukses kita

mengusulkan figure yang tentunya intelektual dan demokratis.

5. Mengenai pemilu untuk tahun 2010, kita ketahui NLD sudah tidak terdaftar

sebagai partai dalam pemilu 2010, sedangkan oposisi yang paling kuat adalah

NLD. Berdasarkan kenyataan tersebut, bagaimana prospek demokrasi

Myanmar menurut Bapak?

Jawab

Page 127: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

NLD sebetulnya kan sudah pecah antara generasi tua dan generasi muda.

Generasi tua masih tidak percaya dengan pemerintah karena adanya traumatik

pada pemilu 1990. Sedangkan generasi muda membuat partai baru, kalau tidak

salah NLF karena yang muda-muda ini belum memiliki pengalaman

berpartisipasi dalam politik, sehingga mereka berkeinginan kuat untuk

mengikuti pemilu 2010. Meskipun mereka mengetahui tantangannya berat,

kemungkinan tidak kredibel, atau kemungkinan pemerintahannya akan

represif, tetapi mereka merasa harus mengalami pemilu tersebut. Jadi harapan

kita, siapa tahu dari generasi muda ini muncul public figure dan masyarakat

Myanmar menaruh kepercayaan terhadap generasi muda itu. Disinilah

tentunya harapan kita dari pemilu yang akan datang, setidak-tidaknya ada

partai diluar pemerintahan yang bisa masuk dalam parlemen, ini suatu proses

pembelajaran mereka untuk menuju demokrasi dan nantinya harapan kita akan

muncul figure yang menjadi pemimpin Myanmar. Dengan demikian,

walaupun NLD tidak ikut at least ada partai lain diluar pemerintah yang ikut,

itu cukup merepresentasikan wakil rakyat.

6. Jika ternyata hasil dari pemilu tahun 2010 sama dengan pemilu 1990, militer

tidak mengakui kemenangan oposisi. Apakah mungkin Myanmar akan

dikeluarkan dari ASEAN?

Jawab

Saya tidak bisa memprediksikan hal ini, tetapi pandangan saya pribadi,

pertama terkait dengan isu expulsion atau pengeluaran itu nampaknya tidak

mungkin, karena apa?, karena di Piagam ASEAN tidak ada pasal aturan

mengenai expulsion, dan itu di UE pun tidak ada, dan apakah ada sanksi?,

saya hanya bisa menjawab mungkin ada sanksi, tetapi sanksi seperti apa saya

juga kurang tahu bentuknya, dan bagaimana tanggapan ASEAN nantinya

ketika hal itu terjadi, saya juga belum bisa memastikan apa yang akan

dilakukan karena saya juga belum tahu. Tetapi setidak-tidaknya apakah

menjadi pembahasan?, itu jelas iya, kenapa?, ini sekali lagi bukan intervensi

tapi sebagai negara yang sudah meratifikasi Piagam ASEAN itu kan ada di

prinsip-prinsipnya untuk menjunjung tinggi rule of law dan constitutional

Page 128: PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN … · Dani Agus Prasetyo yang telah bersedia meluangkan waktunya menemani penulis ... serta untuk Ricka, Yovita, Ika, Ovi dan Novita ... Jurnal

government. Jadi yang kita harapkan adalah pemerintahan yang berdasarkan

konstitusi. Jadi kalau masalah pengeluaran itu kan tidak sesuai dengan Piagam

ASEAN, nanti apakah jadi pembahasan di ASEAN, iya. Tetapi apa langkah-

langkah yang akan di ambil saya juga kurang tahu. Yang jelas tidak ada

expulsion karena expulsion tidak menguntungkan siapapun.

Jakarta, 14 Agustus 2010

Drs. Ade Padmo Sarwono, MA

Direktur Politik dan Keamanan ASEAN