Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Peranan Badan Kehormatan DPRD Provinsi Jambi Dalam
Menegakkan Nilai-Nilai Etika Bagi Anggota Dewan
SKRIPSI
Diajukan Untuk Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Pemerintahan
Pada Fakultas Syariah
Oleh :
HENDRA
SP.120245
PEMBIMBING:
Dr.FUAD RAHMAN, S.Ag. M.Ag
JUHARMEN, SHI, M.SI
KOSENTRASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN DAERAH
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
2
3
4
5
MOTTO
يا أيها الذين آمنوا ل تخونوا الل والرسول وتخونوا أماناتكم وأنتم تعلمون
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu,
sedang kamu mengetahui.
6
Abstrak
Badan Kehormatan sebagai salah satu Alat Kelengakapan DPRD adalah
lembaga yang berhubungan dengan masalah kehormatan para wakil rakyat baikdi
DPR RI maupun di DPRD, lembaga ini dalam keberadaannya untuk
menjawabkebutuhan dari adanya arus reformasi yang menuntut adanya
perubahan,keberadaan lembaga ini sangat penting dan strategis dalam
melaksanakan tugasdan fungsinya guna mewujudkan pemerintahan yang bersih
(good and cleangovernance). Berdasarkan latar belakang dirumuskan
permasalahannya yaitubagaimanakah tugas dan wewenang badan kehormatan
dalam menjagamartabat dan kehormatan anggota DPRD, dan kendala dan upaya
badankehormatan sebagai salah satu alat kelengkapan DPRD dalam
penyelesaianpelanggaran kode etik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
tugas danwewenang badan kehormatan DPRD dalam menjaga martabat dan
kehormatananggota DPRD dan untuk mengetahui kendala dan upaya yang
dilakukan badankehormatan sebagai alat kelengkapan dalam penyelesaian
pelanggaran kodeetik pada DPRD Provinsi Jambi.
Penelitian ini, bersifat yuridis normatif, Penelitian yuridis normative
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang
meliputibahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum
tertier.Kemudian data tersebut dianalisis secara yuridis kualitataif, artinya
tanpamenggunakan rumus akan tetapi disajikan dalam bentuk uraian dan
konsep.Hasil penelitian adalah tugas dan wewenang badan kehormatan dalam
menjaga martabat dan kehormatan Anggota DPRD dilaksanakan
berdasarkanUndang-undang Nomor 22 tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan
MPR,DPR, DPD dan DPRD dan berdasarkan undang-undang Nomor 32 tahun
2004tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun
2005tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2004
tentangPedoman dan Penyusunan Peraturan Tata Tertib DPRD kemudian untuk
lebihefektif dalam pelaksanaan tugas dan wewenang sedangkan kendala
badankehormatan dalam menjalankan tugas dan fungsinnya memiliki dua
hambatanyaitu hambatan internal dan externalsedangkan upaya badan kehormatan
dalammengatasi kendala tersebut adalah meningkatkan pengawasan yang
berbasisetika baik secara internal maupu exsternal terhadap anggota DPRD,
proaktifterhadap laporan-laporan yang dapat dibertanggungjawabkan dan tidak
melakuan intervensi proses peradilan karena tindakan badan kehormatan
beradapada wilayah moralitas.
Kata Kunci: Badan Kehormatan DPRD, Tugas dan wewenang, Kode etik
7
PERSEMBAHAN
ٱلرهحمن ٱلرهحيم بسم ٱلله Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan khusus untuk ibunda tercinta
Hakimah dan ayahanda tersayang Ayub (Almarhum) yang telah bersabar, tulus
dan iklas membesarkan, membimbing, mendidik hingga dewasa, serta
menyekolahkan ananda sampai keperguruan tinggi ini. Kalianlah kekuatan
untukku, yang menjadi penyemangat di setiap langkah kakiku, yang rela
membanting tulang tidak pernah mengenal kata lelah demi sebuah cita-cita dan
masa depan ananda. Tiada kata yang seindah yang paling bermakna untuk
disampaikan kecuali permohonan yang amat sangat kepada Allah SWT agar
mereka diberi balasan yang setimpal atas segala pengorbanan mereka berikan untuk
mendidik anak-anaknya sampai saat ini.
Karya ilmiah ini juga penulis persembahkan kepadaisrti tercinta Maimunah
dan sang buah hati anak tersayang Zafran Aqsha Mahendra,dan juga saya
persembahkan keapada pamanNurhadi, dan kakak-kakak yang saya sayangi
Anita,saiful, Superman, Hudri, Cik Majid dan juga kepada sahabat seperjuangan
Abdul Majid, M.Rais, Mulyadi, yang telah memberikan dan dukungan dan
motivasi dalam perjalanan kuliah ini. Terima kasih kepada teman-teman yang telah
banyak membatu saya dalam pembutan karya ilmiah ini, semoga kita semua
menjadi orang-orang yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Aamiin.
Dengan mengucapkan alhamdulilah atas nikmat yang telah diberikan Allah
SWT. Selangkah menuju rasa syukur. Saya berharap skripsi yang tersaji menemani
pembaca ini juga adalah rasa syukur saya kepada Allah SWT atas nikmat iman, ruh,
nikmat ilmu, akal sehat dan nikmat jasmani dan rohani semoga Allah SWT
memberikan taufik dan hidayahnya selalu. Aamiin.
8
KATA PENGANTAR
بسم الله الر حمن الر حيم
Assalamu’alaikum, Wr,Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang mana dalam
penulisan skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Di samping itu tidak lupa pula
sholawat serta salam penulis sampaikan pada junjungan Nabi Muhammad SAW
yang telah memberi kita petunjuk dari zaman kebodohan hingga ke zaman yang
terang benderang, sebagaimana yang kita rasakan saat ini, yang disinari iman dan
islam.
Skripsi ini berjudul“ Peranan Badan Kehormatan DPRD Provinsi Jambi
Dalam Menegakkan Nilai-Nilai Etika Bagi Anggota Dewan ”merupakan kajian
mengenai peran badan kehormatan DPRD provinsi jambi dalam menegakkan nilai
etika anggota dewan, dandalam hal ini penulis ingin mengunggkapkan peran BK
dalam mendisiplinkan anggota dewan, dengan tujuan yang mulia supaya
terciptanya wakil rakyat yang amanah dan semata-mata ingin menyalurkan aspirasi
rakyat buakn untuk mementingkan kepentingan pribadi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis akui tidak sedikit hambatan dan rintangan
yang dilalui namun berkat dukungan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat
diselesaikan. Penulis berharap semoga dapat bermanfaat khususnya bagi diri
penulis dan umumnya bagi seluruh pembaca serta memberikan kontribusi positif
bagi dunia pendidikan, pemerintahan serta bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan
negara.
Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang turut berkontribusi dalam penyusunan skripsi ini, dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi.
3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc. M. HI,. Ph.D selaku Wakil Dekan I Fakultas
Syariah bidang Akademik dan Kelembagaan. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, M.HI
selaku Wakil Dekan II Fakultas Syariah bidang Administrasi Umum,
Keuangan dan Perencanaan. Ibu Dr. Yuliatin, M. HI selaku Wakil Dekan III
Fakultas Syariah bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama.
4. Ibu Mustiah RH, S. Ag., M. Sy dan ibu Tri Endah Karya Lestiani, S. IP., M. IP
selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Sayariah UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
5. BapakDr.Fuad Rahman, S.Ag. M.Ag selaku Dosen Pembimbing I yang telah
banyak membantu dalam pembuatan skripsi ini
9
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI / TUGAS AKHIR ........................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan masalah ..................................................................... 3
C. Batasan Masalah ....................................................................... 4
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 5
E. Metode Penelitian ..................................................................... 5
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 5
BAB II PROFIL DPRD PROVINSI JAMBI ........................................... 6
A. Sejarah Perkembangan DPRD Provinsi Jambi ......................... 6
B. Gambaran Umum DPRD Provinsi Jambi ................................. 8
C. Tugas dan Fungsi DPRD .......................................................... 14
BAB III TINJAUAN UMUM BADAN KEHORMATAN DPRD
PROVINSI JAMBI ........................................................................ 23
A. Sejarah Pembentukan BK ......................................................... 23
B. Badan kehormatan DPRD ProvinsiJambi ................................ 26
1. Struktur Keanggotaan ........................................................... 26
2. Tugas dan Wewenang ........................................................... 30
11
BAB IV PERANAN BK DALAM PENEGAKKAN NILAI-NILAI ETIKA
ANGGOTA DPRD PROVINSI JAMBI
A. Pengertian Etika, Moral, dan Kode Etik ................................... 41
B. Tindakan Badan kehormatan Terhadap Anggota Dewan yang
Melanggar Tata tertib dan Kode Etik. ...................................... 47
C. Kendala dan Upaya Badan Kehormatan DPRD dalam
Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik pada DPRD Provinsi
Jambi ......................................................................................... 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 55
B. Saran ......................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dinamika politik Indonesia tidak pernah sepi dari isu-isu negatif dan
kontroversial. Salah satu persoalan yang menjadi momok dalam masyarakat
adalah degradasi moral yang melanda para elit politik (oknum). Situasi ini
menjadi kondisi yang meresahkan banyak kalangan, baik dari akademisi,
pengamat politik hingga masyarakat biasa yang tidak pernah lepas dari
perbincangan krisis moral yang dihadapi oleh kalangan elit tersebut. meskipun
patut diakui tidak semua elit politik bisa menjalankan fungsinya berdasarkan
aturan dan tatanan yang berlaku. dalam artian sesuai dengan etika sebagai
legislatif .1
Untuk menjawab persoalan etika dalam lembaga legislator, dibentuklah
salah satu alat kelengkapan tetap yang disebut dengan Badan kehormatan (BK)
berdasarkan UU No. 22 tahun 2003 yang kemudian direvisi kembali pada UU
No. 27 tahun 2009 yang bertugas menegakkan kode etik di lingkungan para
wakil rakyat, sebagai jawaban atas stigma masyarakat terhadap degradasi moral
dan etika wakil rakyat. Dimana proses pelembagaan etika dalam lembaga publik
dianggap penting untuk mendukung prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi,
maupun partisipasi. Bertujuan untuk mengontrol kinerja dan mengawasi etika
anggota dewan. Karena lembaga ini menyangkut masalah kehormatan para
wakil rakyat di DPR/DPRD, maka keberadaan BK DPR/DPRD menjadi sangat
penting dibandingkan dengan kelengkapan lainnya.2
Selain pelembagaan etika dalam pemerintahan, perumusan etikapun
juga sangat dibutuhkan dalam mendukung pelaksanaan prinsip-prinsip
penyelenggaraan negara dan tata pemerintahan yang baik (good governance),
1 Untuk lebih lengkapnya lihat Sheldon S. Steinberg dan David T. Austern, Government, Ethics
and Manager, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 35-36. 2 Markus Gunawan, Buku Pintar Calon Anggota dan Anggota legislatif (DPR,DPRD,DPD),
(Jakarta; Visi Media Pustaka), 2008. hlm 48.
2
bersih, bertanggung jawab, untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat
terhadap peran, kewenangan dan wibawa aparatur negara ataupun pemerintah
dalam menjalankan kehidupan bernegara.3 Diharapkan dengan adanya
pelembagaan etika dan perumusan etika dalam lembaga pemerintahan, akan
menghasilkan sinergi antara keduanya dalam menunjang peran elit dalam
masyarakat.
Seperti pada kasus “ketok palu” RAPBD provinsi Jambi yang
melibatkan beberapa wakil rakyat di DPRD kota jambi yang menjadi tersangka
atas kasus suap dana pengesahan APBD pada tahun 2017/2018. ini tentu saja
sangat-sangat mencoreng lembaga legislatif tersebut. Hal ini mengingat bahwa
perbuatan tersebut sangat bertentangan dengan posisinya sebagai anggota
dewan. Di samping sebagai penyampai aspirasi masyarakat, anggota dewan
dituntut untuk bertingkah laku semestinya dan memberi contoh yang baik pada
masyarakat.
Tidak hanya sekali ini saja terjadinya kasus-kasus kriminal yang
melibatkan anggota dewan. Ada beberapa kasus lain yang terjadi seperti
kurangnya disiplin waktu, tidak hadir pada saat rapat, tidak berada di kantor
pada saat jam kerja. Hal ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai etika bagi
anggota dewan. Untuk itu diperlukannya suatu badan kehormatan yang
berfungsi untuk mengawasi para anggota dewan, terkait dengan posisinya
sebagai penyampai aspirasi masyarakat
Kehadiran Badan Kehormatan di DPRD tentunya tidak dapat dikatakan
tanpa tantangan dalam menyelesaikan permasalahan etika dalam DPR/DPRD
itu sendiri, selain BK di satu sisi memiliki peran yang signifikan dalam lembaga
legislatif, namun disatu sisi BK akan berhadapan dengan persoalan citra
kelembagaan, sebagaimana BK merupakan bagian dari lembaga DPR/DPRD,
begitu juga dengan persoalan citra partai politik. Sebab keanggotaan BK juga
3 Perumusan etika bertujuan untuk menformulasikan nilai-nilai moral/etika, dalam sebuah
lembaga pemerintahan dan tentunya akan mempertegas tanggung jawab moral terhadap perannya
sebagai penyelenggara negara. Mengatur tata hubungan dan tanggung jawab antar pejaba ataupun
lembaga, sebagai acuan ataupun panduan terhadap standar nilai dalam bersikap dan bertindak. Untuk
lebih jelasnya lihat Wahyudi Kumorotomo, Akuntabilitas Birokrasi Publik: Sketsa pada masa
transisi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), cet 2. 2008. Hlm 13.
3
berasal dari partai politik. Artinya, BK mempunyai dua permasalahan mendasar
selain tugas utama sebagai penegak etika.
Dari latar belakang yang telah diuraikan penulis ingin melakukan
penelitian mengenai “ Peranan Badan Kehormatan Dewan Perwakilan
Rakyat Dalam Menegakkan Nilai-Nilai Etika Bagi Anggota Dewan ”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa tugas dan wewenang Badan Kehormatan DPRD dalam menjaga
Martabat dan kehormatan anggota DPRD ?
2. Bagaimana cara yang di lakukan Badan Kehormatan DPRD provinsi jambi
dalam menegakkan pelanggaran kode etik yang di lakukan anggota dewan?
3. Apa Kendala Badan Kehormatan DPRD sebagai salah satu alat kelengkapan
DPRD dalam penyelesaian pelanggaran kode etik pada DPRD Provinsi
Jambi?
Adapun tujuan dan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tugas dan wewenang Badan Kehormatan DPRD dalam
menjaga martabat dan kehormatan anggota DPRD.
2. Untuk mengetahui cara yang dilakukan BK dalam menegakkan kode etik
anggota dewan
3. Untuk mengetahui apa saja kendala BK sebagai salah satu alat kelengkapan
DPRD dalam penyelesaian pelanggaran kode etik pada DPRD Provinsi
Jambi ?
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk menambah khazanah
pengetahuan bagi penulis sendiri dan bagi siapa saja yang nantinya membaca
hasil penelitian ini. Selain itu, diharapkan dengan adanya penelitian ini akan
mempermudah bagi siapa saja nantinya yang ingin mengkaji atau meneliti
Badan Kehormatan selaku lembaga yang berfungsi untuk menegakkan etika
dalam legislatif.
C. Batasan Masalah
4
Guna menghindari terjadinya perluasan masalah pada pokok pembahasan
ini maka penulis akan menitik beratkan penelitian pada peran BK di DPRD
Provinsi Jambi.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam pengamatan peneliti, meskipun banyak penelitian-penelitian
yang membahas tentang DPR ataupun DPRD yang cakupan penelitiannya lebih
besar. Namun tidak diketemukan penelitian yang khusus membahas tentang
Badan Kehormatan (BK) khususnya penelitian tentang Badan Kehormatan
Kota jambi.
Terdapat beberapa literatur dan penelitian yang membahas tentang
tentang DPRD ataupun tentang Etika, antara lain buku yang ditulis oleh A Bacir
Ihsan.4 Dalam bukunya ia berbicara tentang dinamika etika dalam berpolitik.
Karya lain yang ditulis oleh Markus Gunawan,5 yang berbicara tentang
fungsi dari lembaga-lembaga pemerintah. Dalam tulisannya tersebut dia lebih
banyak berbicara tentang fungsi masing-lembaga pemerintahan yang sudah ada,
baik itu fungsi legislatif, eksekutif maupun fungsi dari yudikatif. Dalam
bukunya Markus Manan tidak ditemukan peranan BK seperti judul penelitian
ini.
Buku yang ditulis oleh Bambang Cipto,6 berbicara tentang fungsi-fungsi
DPR namun tidak ada yang berkaitan dengan Badan Kehormatan ataupun
tentang etika. Bambang Cipto mencoba untuk mengeksplorasi fungsi dari
lembaga legislatif tersebut. Baik itu fungsi sebagai pembuat undang-undang dan
peraturan pemerintah yang berkaitan dengan kebijakan presiden demi
kepentingan rakyat banyak. Namun, dalam penelitian tersebut belum
menyentuh sama sekali tentang etika politik Badan Kehormatan DPRD
4 A Bachir Ihsan, Wacana kritis atas Etika Politik, Kekuasaan dan Demokrasi, (Bandung; PT
Remaja Rosdakarya 2009). 5 Markus Gunawan, Buku Pintar Calon Anggota dan Anggota legislatif (DPR,DPRD,DPD),
(Jakarta; Visimedia Pustaka 2008). 6 Bambang Cipto, Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pemerintahan Modern-Industrial,
(Jakarta; PT RajaGrafindo Persada 1995).
5
Berdasarkan penelitian-penelitian yang yang telah disebutkan diatas
tidak diketemukan penelitian yang khusus membahas tentang Badan
Kehormatan Kota Jambi dalam pelaksanaan tugasnya sebagai sebuah lembaga
penegakan etika di legislatif. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penelitian
ini adalah orisinil dan bukan sebuah penelitian yang menduplikasi penelitian
sebelumnya.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library Research)7 yang
sumber datanya berasal dari data pustaka.Sedangkan metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitis.
F. Sistematika Pembahasan
Rencana penelitian ini terdiri dari lima bab, yang pertama adalah
pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan
sistematika pembahasan.
Bab dua berbicara tentang profil DPRD Provinsi jambi secara umum
termasuk struktur ataupun fungsi dari lembaga tersebut. Sedangkan pada bab
tiga merupakan analisis yang berkaitan langsung dengan Badan Kehormatan
Provinsi jambi. Selanjutnya pada bab empat akan berbicara seputar
permasalahan-permasalahan baik itu yang bersifat insider ataupun outsider
yang merupakan isi dari penelitian. Sedangkan bagian akhir dari penelitian ini
adalah penutup merupakan kesimpulan dari penelitian.
7 Dudung Abdurrahman, Pengantar Metodologi Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah,
(Yogyakarta; IFKA PRESS, 1998), hlm. 20.
6
BAB II
PROFIL DPRD PROVINSI JAMBI
A. Sejarah Perkembangan DPRD Provinsi Jambi
Keberadaan DPRD sebagai lembaga penyalur aspirasi masyarakat di
daerah. Semenjak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945, secara konstitusional penyelenggaraan pemerintahan daerah
telah diatur eksistensinya. 8Hal ini dapat dilihat dari isi pasal 18 UUD 1945,
dimana ketentuan ini menghendaki dibentuknya Undang-Undang yang
mengatur tentang Pemerintahan di Daerah. Apabila dilihat dari segi hukum
maupun praktek, badan legislatif daerah (DPRD) telah mengalami 8 (delapan)
kali perubahan kedudukan hukum sesuai dengan pergeseran politik dan
perubahan konstitusi, yang selalu dikaitkan dengan perundang-undangan yang
mengatur tentang pemerintahan di Daerah. Praktek ini sejalan dengan ide dasar
pasal 18 UUD 1945 dan penjelasannya, yakni pembentukan Pemerintah Daerah
berikut badan permusyawaratan yang mendampinginya.
Adapun pertumbuhan dan perkembangan dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945, tentang pembentukan
Komite Nasional Daerah menjadi Badan Perwakilan Rakyat Daerah, yang
bersama-sama dengan dan dipimpin oleh Kepala Daerah menjalankan
pekerjaan mengatur rumah tangga daerahnya, asal tidak bertentangan
dengan peraturan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang lebih luas
dari padanya.
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948, tentang Pemerintahan Daerah.
Dalam Undang-Undang ini, susunan Pemerintah Daerah terdiri dari Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Pemerintah Daerah (DPD). Keadaan
DPRD semakin kuat, DPRD berwenang membuat pedoman untuk DPD
guna mengatur menjalankan kekuasaan, kebijaksanaan dan kewajibannya.
8 Siswanto sunarto, hukum pemerintahan Daerah di Indonesia, cet IV ( Jakarta sinar
Grafika 2012) hal.116
7
Dengan kata lain, ruang gerak DPD ditentukan oleh DPRD, semantara itu
Kepala Daerah hanya merupakan organ Pemerintah Pusat yang bertugas
mengawasi pekerjaan DPRD dan DPD.
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957, tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Daerah. Menurut Undang-Undang ini, Pemerintah Daerah terdiri dari
DPRD dan DPD, sedangkan Kepala Daerah bukan merupakan organ
tersendiri dari Pemerintah Daerah, akan tetapi hanya menjadi Ketua dan
anggota DPD karena jabatannya. Hak-hak dan kewajiban DPRD semakin
luas, dimana DPRD mengatur dan mengurus segala urusan rumah tangga
daerahnya, kecuali urusan yang oleh Undang-Undang ini diserahkan kepada
pengusaha lain.
4. Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1959, tentang
Pemerintah Daerah. Dalam Penetapan Presiden ini, Pemerintah Daerah
terdiri dari Kepala Daerah dan DPRD. Sedangkan DPD diganti dengan
Badan Pemerintah Harian yang bertanggungjawab kepada Kepala Daerah.
Selanjutnya disusul dengan penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 1960, yang mengatur tentang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Gotong Royong (DPRGR) dan Sekretariat Daerah.
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965, tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan Daerah. Menurut Undang-Undang ini, DPRD merupakan
unsur Pemerintah Daerah, yang tanggung jawabnya adalah membuat dan
menetapkan Peraturan Daerah, mencalonkan Wakil Kepala Daerah serta
mengajukan calon Kepala Daerah.
6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah. Dalam Undang-Undang ini, yang menempatkan
DPRD sebagai unsur Pemerintah Daerah, guna menjamin kerja sama dan
keserasian antara Kepala Daerah dan DPRD untuk mencapai tertib
pemerintahan di daerah.
7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintah Daerah.
Dalam Undang-Undang ini, DPRD dipisahkan dari Pemerintah Daerah
8
dengan maksud untuk lebih memberdayakan DPRD dan peningkatan
pertanggungjawaban Pemerintah Daerah kepada rakyat.
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang
mengalami Amandemen Undang-undang Pemerintahan Daerah tahun 2008
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008. Undang-Undang 32 Tahun
2004 lahir sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
dianggap tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan dan
tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, Pembagian wilayah Indonesia
adalah atas darah provinsi, kabupaten dan kota. Daerah yang ada dapat
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan. 9Pemerintahan provinsi dan DPRD serta
pemerintahan kabupaten dan kota yang terdiri atas pemerintah daerah
kabupaten, kota dan DPRD. Pemerintah daerah terdiri atas kepala daerah
dan perangkat daerah.10
B. Gambaran Umum DPRD Provinsi Jambi
1. Anggota DPRD Provinsi Jambi Periode 2014-2019
Berdasarkan hasil pemilihan Umum Tahun 20014 di Provinsi Jambi
yang terpilih dan diangkat sebagai Anggota DPRD Provinsi Jambi untuk
Periode 20014-20019 sebanyak 55 (Lima puluh lima) orang yang berasal
dari 12 (dua belas) Partai Politik yang terdiri dari :
a. Partai PDIP sebanyak 9 orang
b. Partai Golkar sebanyak 7 orang
c. Partai Gerindra sebanyak 7 orang
d. Partai Demokrat sebanyak 7 orang
e. Partai PAN sebanyak 7 orang
f. Partai PKS sebanyak 5 orang
9 Lihat Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 dalam Agussalim Andi
Gadjong, Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor 2007. Hal.
168 10 Ibid Pasal 3.
9
g. Partai PKB sebanyak 5 orang
h. Partai PPP sebanyak 3 orang
i. Partai Nasdem sebanyak 2 orang
j. Partai Hanura sebanyak 1 orang
k. Partai Perindo 1 orang
l. Partai Berkarya 1 orang
Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003
tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, diatur bahwa sebelum Pimpinan DPRD Provinsi Terbentuk, DPRD
Provinsi dipimpin oleh Pimpinan Sementara sebanyak 2(dua) orang yang terdiri
atas seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua yang berasal dari dua partai politik
yang memperoleh kursi terbanyak pertama dan kedua di DPRD Provinsi.11
2. Struktur anggota DPRD Provinsi Jambi
Dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD Provinsi Jambi pada tanggal 12
mei 2014 telah dilaksanakan Pemilihan calon Pimpinan defenitif DPRD
Provinsi Jambi masa jabatan 2014-2019, dan terpilih Pimpinan sebagai berikut:
• Ir. H. Cornelis Buston (Ketua)12
• H. Zorman Manap (Wakil Ketua)
• Edi Purwanto (Wakil Ketua)
• Drs. AR.Syahbandar (Wakil Ketua)
Anggota DPRD Provinsi Jambi Masa Jabatan 2014-2019 adalah keadaan
sampai dengan Tahun 2019 sebagai berikut :
a. Dapil kota Jambi
1. Cornelis Buston (Demokrat),
2. Zainal Abidin (Demokrat),
11 harian Jambi: [harianjambi.com/berita-inilah-namanama-anggota-dprd-provinsi-jambi-
20142019.html, diakses 20 Juni 2016 12 ZAILANI, Akhmad. Wajah Parlemen Daerah di Indonesia. Jakarta: Metro, 2015. ISBN
219-42-5470-8
10
3. Effendi Hatta (Demokrat),
4. Chumaidi Zaidi (PDIP),
5. Budiyako (Gerindra),
6. Wiwid Iswara (PAN),
7. Cek Man (Hanura),
8. Zoerman Manap (Golkar),
9. Sofyan Ali (PKB),
10. Parlagutan (PPP)
b. Dapil Muaro Jambi-Batang Hari
1. Suliyanti (Demokrat),
2. Sofia Fattah (Demokrat),
3. Edi Purwanto (PDIP),
4. Masnah Busro (Golkar),
5. Syahirsah (Golkar),
6. Syahbandar (Gerindra),
7. Bambang Bayu Suseno (PAN),
8. Rahmad Eka Putra (PKS),
9. Tajudin Hasan (PKB),
10. Mauli Pulungan (PPP)
c. Dapil Sarolangun-Merangin
1. Hilalatil Badri (PDIP),
2. Zainul Asfan (PDIP),
3. Sufardi Nurzaim (Golkar),
4. Nasri Umar (Demokrat),
5. Fachrul Rozi (PKB),
6. Salam (Hanura),
7. M Khairil (Gerindra),
8. Kusnidar (Nasdem),
9. Sofyan (PPP),
10. Supriyanto (PKS)
11
d. Dapil Tanjabbar-Tanjabtim
1. Agus Rama (PAN),
2. Supriyono (PAN),
3. Juber (Golkar),
4. Zainuddin (PKB),
5. Nurhayati (Demokrat),
6. Muhammadiyah (Gerindra),
7. Luhut Silaban (PDIP),
8. Nasrullah Hamka (PBB),
9. Isroni (Nasdem)
e. Dapil Kerinci-Sungai Penuh
1. Gusrizal (Golkar),
2. Yanti Maria (Gerindra),
3. Irmanto (Demokrat),
4. Jamaludin (Hanura),
5. Edmon (Nasdem),
6. Muntalia (PKB)
f. Dapil Bungo-Tebo
1. Rahimah (Demokrat),
2. Popriyanto (Golkar),
3. Maeludin (Golkar),
4. M Helwi (PDIP),
5. Misran (PDIP),
6. Eka Madjid (PKB),
7. Rudi Wijaya (PKS),
8. Hasyim Ayub (PAN),
9. Hasan Ibrahim (PPP),
10. Bustami Yahya (Gerindra)13
3. Alat Kelengkapan DPRD
13 Info Bungo: [ttp://www.infobungo.com/2014/05/inilah-nama-nama-anggota-dprd-
provinsi.html], diakses 20 Juni 2019
12
Mengacu kepada Peraturan Tata Tertib DPRD Provinsi Jambi Nomor 6
Tahun 2006, adapun Alat Kelengkapan Dewan yang terdapat pada DPRD
Provinsi Jambi :
a. Badan Kehormatan
b. Badan Anggaran
c. Badan Musyawarah
d. Badan Legislasi
e. Komisi-komisi. 14
4. Kelompok tenaga Ahli Tahun 2014
Guna membantu dan menunjang kelancaran kegiatan-kegiatan
DPRD dalam melaksanakan tugas, fungsi dan kewenangannya, ditunjuk
kelompok Tenaga Ahli DPRD Provinsi Jambi ditunjuk kelompok Tenaga
Ahli DPRD Provinsi Jambi. Pada pasal 34 PP No.16/2010 dinyatakan
bahwa setiap fraksi di DPRD dibantu oleh 1 orang tenaga ahli, yang paling
sedikit memenuhi persyaratan seperti :
1. Berpendidikan serendah-rendahnya minimal (S1) dengan pengalaman
kerja paling singkat 5 tahun, S2 dengan pengalaman kerja paling singkat
minimal 3 tahun, S3 dengan pegalam kerja minimal 1 tahun.
2. Menguasai bidan pemerintahan
3. Menguasai tugas dan fungsi DPRD15
Dalam Masa Pembentukan Khususnya Alat Kelengkapan DPRD
dalam hal ini adalah Badan Kehormatan, di DPRD Provinsi Jambi dimulai
pada Tahun 2006 yang dituangkan pada Keputusan DPRD Provinsi Jambi
Nomor 4 Tahun 2006 tentang Pembentukan Badan Kehormatan DPRD
Provinsi Jambi yang susunan anggotanya terdiri dari :
Ketua : H.A. Rahman Albani, S.Ag
Wakil Ketua : H. Syafri Sofyan, SH
Anggota : 1. H. Abdul Halim, SE
14 http://www.Parlemen.net/site/idetails.php?docid=kelengkapan, diakses tgl2 8 Junii 2019
15 http//syukriy.wordpress.com/2019/04/01/tenaga-ahli-kelompok-pakar-atau tim –ahli/
13
2. K.H. M. Nadjmi Qadir
3. Samsul Anwar, SE
Keputusan DPRD Nomor 4 Tahun 2006 tersebut berlaku 1 tahun
yaitu dari tanggal 20 Pebruari 2006 berakhir sampai tanggal 20 Pebruari
2007 kemudian pada tanggal 26 Pebruari ditetapkan surat Keputusan DPRD
Provinsi Jambi Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Memperpanjang Masa
Jabatan Badan Kehormatan DPRD Provinsi Jambi dengan susunan
keanggotaanya sama dengan tercantum diatas. Pada Tanggal 2 April 2007
ditebitkan surat Keputusan DPRD Provinsi Jambi Nomor 5 Tahun 2007
tentang Pembentukan Badan Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat Derah
Provinsi Jambi dengan susunan anggota sebagai berikut :
Ketua : H. Syafri Sofyan, SH
Wakil Ketua : Drs. H. Harris Fadillah
Anggota : 1. Umardhani Usman, BA.
2. Dra. Lili Piorita
3. K.H.M. Nadjmi Qadir
Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal 2 April 2007 sampai
dengan 2 Maret 2008 kemudian pada tanggal 21 Januari 2008 ditetapkan
Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jambi Nomor 3
Tahun 2008 tentang perubahan Keputusan DPRD Provinsi Jambi Nomor 31
Tahun 2007 tentang Pembentukan Badan Kehormatan DPRD Provinsi
Jambi dengan susunan anggota sebagai berikut :
Ketua : Drs. H. Haris Fadillah
Wakil Ketua : Drs. H. Yusri Yusuf
Anggota : 1. Dra. Lili Piorita
2. Saipul Azwar, S.Pt
3. Mirza Ansyori, SH
14
C. Tugas dan Fungsi DPRD
1. Sekretaris Dewan
Kedudukan Sekretariat DPRD menurut Peraturan Gubernur Jambi
Nomor 33 tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi, Serta Tata Kerja, Sekretariat DPRD Provinsi Jambi. Jumlah Pejabat
Struktural dilingkungan Sekretariat DPRD Provinsi Jambi sebanyak 13
pejabat yang terdiri dari 1 orang Sekretaris, 3 Kepala Bagian dan 9 Kepala
Sub Bagian
Tugas
Sekwan mempunyai tugas membantu Gubernur dalam rangka
menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan,
mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD dan menyediakan serta
mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan
kemampuan keuangan daerah.
Fungsi
1. Penyelenggaraan administrasi kesekretariatan;
2. Penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD;
3. Penyelenggaraan rapat-rapat DPRD;
4. Penyediaan dan pengoordinasian tenaga ahli yang diperlukan DPRD.
2. Bagian Umum
Tugas
membantu Sekwan dalam rangka melaksanakan kegiatan ketatausahaan dan
administrasi kepegawaian, kearsipan, rumah tangga dan aset, serta
kehumasan dan keprotokolan.
Fungsi:
a. Pelaksanaan tata usaha DPRD dan sekretariat DPRD;
b. Pelaksanaan administrasi kepegawaian Sekretariat DPRD;
c. Penyiapan sarana dan prasarana kegiatan DPRD dan Sekretariat DPRD;
d. Pelaksanaan pengaturan, pemeliharaan dan pemanfaatan aset, barang-
barang inventaris dan kendaraan dinas;
15
e. Pelaksanaan urusan rumah tangga, keamanan/ketertiban lingkungan
kantor/gedung dan rumah dinas pimpinan DPRD;
f. Pelaksanaan tugas kehumasan dalam rangka publikasi melalui media
cetak dan elektronik atas kegiatan DPRD;
g. Pelaksanaan tugas keprotokolan dan menyiapkan bahan - bahari
ekspose, makalah serta susunan acara pada setiap pertemuan;
h. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa;
Sub bagian yang berada di bawah Bagian Umum adalah sebagai berikut
1. Subbagian Tata Usaha dan Kepegawaian
Tugas
Membantu Sekwan dalam rangka melakukan penyiapan bahan pelaksanaan
dan pelayanan administrasi di bidang tata usaha dan kepegawaian, meliputi
pengelolaan administrasi surat menyurat, kepegawaian dan kearsipan serta
pengaturan ATK.
Fungsi :
a. Pelaksanaan pencatatan surat masuk dan keluar;
b. Penyiapan surat dinas dan undangan rapat-rapat;
c. Pendistribusian surat-surat dinas dan undangan rapat-rapat dan
penggandaan bahan kelengkapan Setwan;
d. Pengelolaan administrasi kepegawaian, analisa jabatan, ketatalaksanaan
dan kelembagaan Setwan;
e. Penataan kearsipan;
f. Pengelolaan alat tulis kantor;
.
16
2. Subbagian Rumah Tangga dan Aset
Tugas
Membantu Sekwan dalam rangka melakukan penyiapan bahan pelaksanaan
dan pelayanan administrasi di bidang rumah tangga, pemeliharaan,
perawatan gedung/kantor dan rumah dinas, keamanan lingkungan
gedung/kantor dan rumah dinas, melakukan penyiapan bahan analisis
kebutuhan dan pengadaan, inventarisasi, perlengkapan, pemeliharaan
kendaraan dinas, melakukan pengolahan data, penyusunan laporan,
pemanfaatan dan pemeliharaan aset lingkup Setwan.
Fungsi :
a. Pelaksanaan urusan teknik, keamanan, ketertiban, kebersihan dan
keindahan lingkungan kantor/gedung dan rumah dinas pimpinan DPRD;
b. Penyiapan/pengaturan sarana dan prasaran pada acara rapat-rapat dan
penerimaan tamu- tamu resmi DPRD dan sekretariat DPRD;
c. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa untuk keperluan DPRD dan
sekretariat DPRD;
d. Pengelolaan administrasi, penyimpanan, pemeliharaan dan
pendistribusian barang milik daerah;
e. Penginventarisasian sarana dan prasarana inventaris, serta usulan
penghapusan aset yang dikelola sekretariat DPRD;
f. Pengolahan data, penyusunan laporan, pemanfaatan dan pemeliharaan
aset lingkup Setwan;
g. Penyiapan bahan penyelesaian sengketa tuntutan ganti rugi yang
menyangkut barang milik daerah (aset);
17
3. Sub Bagian Humas dan Protokol
Tugas
Membantu Sekwan dalam rangka memberikan pelayanan administrasi,
dokumentasi dan fasilitasi kepada Pimpinan dan Anggota DPRD,
khususnya dalam bidang hubungan masyarakat dan keprotokolan.
Fungsi :
a. Peliputan dan pendokumentasian kegiatan DPRD;
b. Penyediaan dan pendistribusian surat kabar harian kepada DPRD
dan pejabat Sekretariat DPRD;
c. Pengumpulan bahan tulisan untuk penerbitan buletin legislatif dari
berbagai narasumber;
d. Pempublikasian kegiatan DPRD melalui media cetak dan
elektronik;
e. Pengaturan dan pendampingan wartawan media cetak dan
elektronik dalam rangka peliputan kegiatan DPRD yang bersifat
terbuka untuk umum;
f. Pengaturan acara dan penempatan tamu pada rapat paripurna dan
pertemuan khusus kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial
masyarakat yang dilaksanakan DPRD;
g. Pemfasilitasian hak dan kedudukan protokoler pimpinan dan
anggota DPRD dalam melaksanakan tugas kedinasan;
h. Pemfasilitasian tamu dari luar daerah yang melakukan kunjungan ke
DPRD
3. Bagian Persidangan dan Produk Hukum
Tugas
Membantu sekretaris dalam rangka penyiapan bahan pelaksanaan dan
pelayanan administrasi di bidang alat kelengkapan dewan, rapat dan risalah
serta produk hukum;
Fungsi:
a. Penyiapan pelaksanaan dan pelayanan administrasi dibidang alat
kelengkapan dewan;
18
b. Penyiapan pelaksanaan dan pelayanan administrasi dibidang rapat dan
risalah.
c. Penyiapan pelaksanaan dan pelayanan administrasi dibidang produk
hukum..
Sub bagian yang berada di bawah Bagian Persidangan dan Produk
Hukum adalah sebagai berikut:
1. Subbagian Alat Kelengkapan Dewan
Tugas
Membantu bagian dalam rangka mengelola administrasi dan fasilitasi
penunjang kegiatan alat kelengkapan dewan.
Fungsi:
a. Pengelolaan administrasi / pencatatan surat menyurat dan fasilitasi
penunjang pelaksanaan kegiatan alat kelengkapan dewan.
b. Penyiapan permohonan dan bahan rapat serta kunjungan kerja / studi
banding / peninjauan lapangan alat kelengkapan dewan;
c. Penyusunan notulen/catatan rapat dan kunjungan kerja/studi
banding/peninjauan lapangan alat kelengkapan dewan;
d. Penyiapan bahan koordinasi dan bahan-bahan dari pihak-pihak terkait
dalam menunjang pelaksanaan kegiatan alat kelengkapan dewan;
e. Penyampaian laporan hasil kegiatan rapat-rapat dan kunjungan
kerja/studi banding/peninjauan lapangan alat kelengkapan dewan;
f. Penyediaan tenaga ahli/kelompok pakar untuk DPRD;
2. Sub Bagian Rapat dan Risalah
Tugas
Membantu bagian dalam rangka menyiapkan bahan pelaksanaan dan
pelayanan administrasi dibidang rapat dan risalah, meliputi menyiapkan
bahan dan pelaksanaan rapat-rapat, serta menyusun risalah untuk
mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD.
19
Fungsi :
a. Penyusunan rancangan jadwal rapat-rapat DPRD;
b. Penyiapan bahan-bahan rapat atau sidang termasuk daftar hadir;
c. Penggandaan dan pendistribusian bahan-bahan rapat;
d. Penyiapan bahan/naskah sidang jalannya rapat paripurna untuk
Pimpinan DPRD;
e. Penyusunan dan penggandaan notulen rapat DPRD dan risalah rapat
Paripurna DPRD;
f. Pemeliharaan dokumentasi atau rekaman dan arsip hasil rapat DPRD;
g. Pengelolaan administrasi pada masing-masing fraksi;
h. Menyusun memori Akhir Masa Jabatan DPRD;
i. Penyediaan perpustakaan sebagai sumber bahan referensi dalam rangka
penyusunan draft rancangan peraturan daerah hak prakarsa DPRD.
3. Sub bagian Produk Hukum
Tugas
Membantu bagian dalam rangka melakukan penyiapan bahan
pelaksanaan dan pelayanan administrasi dibidang penyusunan rancangan
peraturan daerah dan produk hukum DPRD, meliputi menyiapkan bahan
peraturan perundang-undangan, menyusun rancangan keputusan pimpinan
DPRD dan rancangan peraturan daerah, menyiapkan bahan kajian Peraturan
Daerah.
Fungsi :
a. Penyiapan bahan kajian, penyusunan dan pembahasan Peraturan daerah
dan produk hukum DPRD serta keputusan sekretariat DPRD;
b. Pengumpulan bahan dan data peraturan perundang-undangan;
c. Pengkoordinasian penyusunan rancangan peraturan daerah dan produk
hukum DPRD;
d. Penyimpanan, pengelolaan dan pemeliharaan data, Informasi dan
dokumentasi mengenai produk hukum dan kegiatan DPRD;
20
e. Pelaksanaan fasilitasi layanan aspirasi masyarakat secara tidak langsung
untuk disampaikan kepada Pimpinan dan anggota DPRD;
f. Penghimpunan informasi, mengolah dan mendistribusikan berkas surat-
surat pengaduan masyarakat terhadap semua kebijakan DPRD;
g. Penghimpunan dan pemfasilitasian aspirai masyarakat yang telah diolah
DPRD yang akan ditindaklanjuti oleh instansi terkait;
4. Bagian Keuangan
Tugas
Membantu Sekwan dalam rangka menyiapkan bahan dokumen
perencanaan program dan kegiatan serta pelaporan, dokumen penyusunan
anggaran, dokumen pengelolaan keuangan DPRD dan sekretariat DPRD
serta melakukan penerimaan dan pembayaran terhadap kegiatan DPRD dan
sekretariat DPRD.
Fungsi :
a. Penyiapan bahan penyusunan renstra, renja dan RKA;
b. Penyiapan bahan penyusunan anggaran program dan kegiatan DPRD
serta sekretariat DPRD;
c. Penyelenggaran penatausahaan dan administrasi keuangan DPRD serta
sekretariat DPRD;
d. Pelaksanaan pengujian keabsahan penagihan dan penerbitan SPM;
e. Penyelenggaraan administrasi perjalanan dinas DPRD dan sekretariat
DPRD;
f. Penerimaan dan pemeriksaan surat pertanggung jawaban (SPJ);
g. Pelaksanaan program dan kegiatan belanja DPRD dan sekretariat
DPRD;
h. Penyiapan bahan laporan pertanggungjawaban penyelenggaraan
pemerintah, akuntabilitas kinerja serta evaluasi pelaksanaan program
dan kegiatan;
21
Sub bagian yang berada di bawah Bagian Keuangan adalah sebagai
berikut:
1. Subbagian Administrasi dan Penatausahaan Keuangan
Tugas
membantu bagian dalam rangka penyiapan administrasi dan
pendokumentasian surat pertanggung jawaban pelaksanaan program dan
kegiatan keuangan DPRD dan Sekretariat DPRD serta administrasi
perjalanan dinas DPRD dan sekretariat DPRD, penyiapan pembuatan
laporan keuangan DPRD dan sekretariat DPRD.
Fungsi:
a. Pengelolaan kegiatan administrasi surat menyurat bagian keuangan.
b. Pengarsipan dokumen pelaksanaan program dan kegiatan keuangan
DPRD dan sekretariat DPRD.
c. Penyiapan administrasi perjalanan dinas DPRD dan sekretariat DPRD.
d. Penyiapan dan menyusun kendali, rekapitulasi serta pertanggung
jawaban administrasi keuangan perjalanan dinas DPRD dan sekretariat
DPRD.Penyiapan dan menyusun laporan keuangan sekretariat DPRD.
2. Sub bagian Program dan Pelaporan
Tugas
membantu bagian dalam rangka melakukan penyusunan Renstra, Renja,
Anggaran Program dan Kegiatan DPRD dan Sekretariat DPRD,
penyusunan laporan pelaksanaan dan evaluasi program dan kegiatan.
Fungsi
a. Penyusunan renstra, renja dan rencana kegiatan dan anggaran;
b. Penyusunan daftar pelaksanaan anggaran serta kerangka acuan
kegiatan;
c. Penyusunan laporan pelaksanaan dan evaluasi program dan kegiatan;
d. Penyusunan laporan penyelenggaran pemerintah daerah dan laporan
akuntabiliitas kinerja, menyusun bahan LKPJ kepala daerah;
22
3. Subbagian Perbendaharaan dan Verifikasi
Tugas
membantu bagian dalam rangka penyiapan surat persetujuan dan perintah
pembayaran untuk kegiatan DPRD dan sekretariat DPRD; pelaksanaan
penelitian serta verifikasi terhadap tagihan belanja DPRD dan sekretariat
DPRD; pelaksanaan penerimaan, pemungutan, pengeluaran serta
penyetoran dan pertanggungjawaban keuangan DPRD dan sekretariat
DPRD;
Fungsi:
a. Penyiapan dan pelaksanaan pembayaran gaji serta tunjangan lainnya;
b. Pelaksanaan Pemungutan dan penyetoran pajak;
c. Pencatatan penerirnaan, pengeluaran terhadap belanja barang dan jasa
serta belanja modal;
d. Pembuatan dan penelitian kelengkapan surat persetujuan pembayaran
yang diajukan oleh bendahara pengeluaran dan menyiapkan surat
perintah membayar;
e. Pembuatan kendali dan registrasi terhadap tagihan dan pengeluaran
belanja barang dan jasa serta belanja modal;
f. Pembuatan dan penyusunan pengesahan surat pertanggung] awaban
terhadap pembayaran pelaksanaan kegiatan belanja barang dan jasa
serta belanja modal;
g. Pembuatan dan penyusunan laporan pelaksanaan perkembangan
kegiatan dan pertanggung jawaban bendahara pengeluaran;
23
BAB III
TINJAUAN UMUM BADAN KEHORMATAN DPRD PROVINSI JAMBI
A. Sejarah Pembentukan BK
Agenda reformasi yang dilaksanakan secara bertahap oleh Pemerintah
beberapa waktu yang lalu telah dan akan terus membuahkan banyak perubahan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan tersebut
menyangkut segi-segi substansi pada tataran structural dan fungsional yang
diharapkan dapat membawa bangsa Indonesia bergerak menuju ke arah
kehidupan yang lebih baik di segala bidang kehidupan .16
Timbulnya ide dan pemikiran dasar yang menumbuhkan reformasi total
dalam segala aspek kehidupan bernegara dan berbangsa telah memunculkan ide
yang fokus utama mewujudkan terciptanya masyarakat madani dalam proses
pemerintahan, bermasyarakat, bernegara yang memiliki nilai demokrasi dan
sikap keterbukaan, kejujuran, keadilan yang berorintasi pada kepentingan
rakyat.
Ditinjau dari dimensi pemerintahan, bangsa Indonesia sedang memasuki
masa transisi dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralistik menuju sistem
pemerintahan desentralistik dan demokratik dengan memberikan keleluasaan
kepada daerah dalam mewujudkan otonomi daerah yang luas dan
bertanggungjawab untuk mengatur kepentingan masyarakat menurut inisiatif
dan prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan potensi dan
peraturan perundangundangan yang berlaku serta memberikan peranan dan
fungsi kepada DPRD lebih luas.
Penguatan peran DPRD dimulai dengan intensifikasi dan ekstensifikasi
pelaksanaan Trifungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yakni lembaga
Legislasi, lembaga Pengawasan dan lembaga Repsentasi. Implementasi ketiga
fungsi itu selanjutnya dioperasionalkan dalam bentuk hak dan kewajiban
anggota dalam lembaga DPRD yang kesemuanya harus diatur jelas dalam
16 Ni’matul Huda, Otonomi Daerah Filosofi, Sejarah dan Perkembangan dan Problamatika.
PustakaPelajar, Yogyakarta, 2005., hal. 123.
24
Peraturan Tata Tertib DPRD. Pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai
pengejawantahan dari fungsi tri fungsinya itu harus dapat
dipertanggungjawabkan pada diri sendiri, masyarakat, lingkungan dan terutama
konstituen yang telah memberikan kepercayaan penuh padanya untuk
memperbaiki sistem pemerintah ke arah yang diinginkan seluruh elemen bangsa
dan negara, dengan demikian baik sebagai pribadi, anggota maupun sebagai
lembaga DPRD diharapkan mampu mempertanggung jawabkan setiap sikap,
tutur kata dan perilakunya baik kepada publik maupun Tuhan Yang Maha Esa.
Pembentukan Badan Kehormatan adalah merupakan efek dari gagasan
Reformasi Etik, Rezim Etik dan kode etik dan kode perilaku yang bersifat
mengikat dan wajib ditaati oleh setiap anggota DPRD. 17
Dasar Hukum pembentukan Badan Kehormatan DPR RI dibentuk
berdasarkan Pasal 98 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan
dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD harus mempunyai alat
kelengkapan salah satunya adalah badan kehormatan, terbentuknya badan
Kehormatan DPR-RI berdasarkan Keputusan DPR-RI Nomor. 08/ DPR
RI/2005-2006 tentang Peraturan Tata Tertib DPR-RI yang ditetapkan pada
tanggal 27 September 2005. sedangkan dasar hukum pembentukan Badan
Kehormatan DPRD dibentuk berdasarkan Pasal 98 Undang-undang Nomor 22
Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD
harus mempunyai alat kelengkapan dan Pasal 46 ayat (1) huruf e Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 47 ayat
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dinyatakan bahwa :
(1) Badan Kehormatan DPRD dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan
DPRD.
(2) Anggota Badan Kehormatan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipilih dari dan oleh anggota DPRD dengan ketentuan.
17 Ni’matul Huda, Otonomi Daerah Filosofi, Sejarah dan Perkembangan dan Problamatika.
Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2005., hal. 123.
25
a. untuk DPRD kabupaten/kota yang beranggotakan sampai dengan 34 (tiga
puluh empat), berjumlah 3 (tiga) orang, dan untuk DPRD yang
beranggotakan 35 (tiga puluh lima) sampai dengan 45 (empat puluh lima)
berjumlah 5 (lima) orang.
b. Untuk DPRD provinsi yang beranggotakan sampai dengan 74 (tujuh
puluh empat) berjumlah 5 (lima) orang dan untuk DPRD yang
beranggotakan 75 (tujuh puluh lima) sampai dengan 100 (seratus)
berjumlah 7 (tujuh) orang.
(3) Pimpinan Badan Kehormatan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua yang dipilih dari dan
oleh anggota Badan Kehormatan
Dasar hukum pembentukan badan kehormatan diatur pula pada
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan
Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada Pasal 50 yang dinyatakan
bahwa:
(1) Badan Kehormatan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap
yang dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan DPRD.
(2) Substansinya sama dengan Pasal 47 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
(3) Substansinya sama dengan Pasal 47 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
(4) Anggota Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1),
ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRD berdasrkan usul dari
masingmasing Fraksi.
(5) Anggota DPRD pengganti antar waktu menduduki tempat anggota Badan
Kehormatan yang digantikan.
(6) Masa tugas anggota Badan Kehormatan paling lama dua setengah tahun.
Sedangkan dalam Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi Jambi Nomor 6 Tahun 2006 tentang Peraturan Tata Tertib
26
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jambi, pembentukan badan
kehormatan DPRD yaitu pada pasal 54 yaitu :
1) Badan kehormatan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap
yang dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan DPRD.
2) Anggota Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berjumlah 5 (lima) orang.
3) Pimpinan Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas seorang Ketua dan seorang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh
anggota Badan Kehormatan.
4) Sebelum Ketua dan Wakil ketua Badan Kehormatan terpilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), rapat dipimpin oleh anggota Badan kehormatan
yang termuda usiannya sebagai pimpinan rapat sementara.
5) Anggota Badan kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRD berdasarkan usul dari
masingmasing fraksi.
6) Apabila anngota Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
diusulkan lebih dari 5 (lima) orang, maka harus diadakan pemilihan dengan
ketentuan 1 (satu) orang anggota DPRD memiliki 5 (lima ) hak suara.
7) Anggota DPRD pengganti antar waktu menduduki tempat anggota Badan
Kehormatan yang digantikan.
8) Masa Tugas Badan Kehormatan ditetapkan selama 1 (satu) tahun.
B. Badan Kehormatan DPRD Provinsi Jambi
1. Struktur Keanggotaan
a. Nama-nama anggota Badan Kehormatan provinsi Jambi
Nama : RUDI WIJAYA SSI APT
Tempat/Tanggal Lahir : - , -
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Anggota DPRD
27
Alamat : Kantor Jl. A Yani No.02 Telanaipura Jambi 36122.
Islam : ISLAM
Dapil : Jambi V - Kab.Bungo-Kab.Tebo
Fraksi : Ketua Fraksi Bintang Keadilan
Alat Kelengkapan
Komisi : Anggota Komisi II
Badan Musyawarah : -
Badan Anggaran : Anggota Badan Anggaran
Badan Kehormatan : Ketua Badan Kehormatan
Bapemperda : -
Pendidikan :
Organisasi
Nama : ZAINAL ABIDIN
Tempat/Tanggal Lahir : - , -
Jenis Kelamin : laki-laki
Jabatan : Anggota DPRD
Alamat : Kantor Jl. A Yani No.02 Telanaipura Jambi 36122.
Islam : ISLAM
Dapil : Jambi V - Kab.Bungo-Kab.Tebo
Fraksi : Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrat
Alat Kelengkapan
Komisi : Anggota Komisi IV
Badan Musyawarah : -
Badan Anggaran : -
Badan Kehormatan : Wakil Ketua Badan Kehormatan
Bapemperda : -
Pendidikan :
Organisasi :
Nama : H ISMET KAHAR SE
28
Tempat/Tanggal Lahir : - , -
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Anggota DPRD
Alamat : Kantor Jl. A Yani No.02 Telanaipura Jambi 36122.
Islam : ISLAM
Dapil : Jambi II - Kab.Batanghari-Kab.Muaro Jambi
Fraksi : Anggota Fraksi Partai Golkar
Alat Kelengkapan
Komisi : Anggota Komisi II
Badan Musyawarah : -
Badan Anggaran : -
Badan Kehormatan : Anggota Badan Kehormatan
Bapemperda : -
Pendidikan :
Organisasi :
Nama : Ir. MAS UNTUNG
Tempat/Tanggal Lahir : - , -
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Anggota DPRD
Alamat : Kantor Jl. A Yani No.02 Telanaipura Jambi 36122.
Islam : ISLAM
Dapil : Jambi V - Kab.Bungo-Kab.Tebo
Fraksi : Wakil Ketua Fraksi PDI-Perjuangan
Alat Kelengkapan
Komisi : Sekretaris Komisi III
Badan Musyawarah : Anggota Badan Musyawarah
Badan Anggaran : -
Badan Kehormatan : Anggota Badan Kehormatan
Bapemperda : -
Pendidikan :
29
Organisasi :
Nama : KUSNINDAR
Tempat/Tanggal Lahir : - , -
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Anggota DPRD
Alamat : Kantor Jl. A Yani No.02 Telanaipura Jambi 36122.
Islam : ISLAM
Dapil : Jambi III - Kab.Sarolangun-Kab.Merangin
Fraksi : Ketua Fraksi Restorasi Nurani
Alat Kelengkapan
Komisi : Anggota Komisi IV
Badan Musyawarah : -
Badan Anggaran : -
Badan Kehormatan : Anggota Badan Kehormatan
Bapemperda : -
Pendidikan :
Organisasi :
Nama : AZWAN ZAHARI SPD
Tempat/Tanggal Lahir : - , -
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Anggota DPRD
Alamat : Kantor Jl. A Yani No.02 Telanaipura Jambi 36122
Islam : ISLAM
Dapil : Jambi V - Kab.Bungo-Kab.Tebo
Fraksi : Anggota Fraksi Partai Demokrat
Alat Kelengkapan
Komisi : Anggota Komisi IV
Badan Musyawarah : -
Badan Anggaran : -
30
Badan Kehormatan : Anggota Badan Kehormatan
Bapemperda : -
Pendidikan :
Organisasi :
Nama : Dra. Hj. Emi Nopisah MM
NIP : 196201121983032003
Pangkat/Golongan : PEMBINA UTAMA MADYA - IV/d
Tempat/Tanggal Lahir : - , -
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl A. Yani No.02 Telanaipura Jambi
Pendidikan :
Tahun Lulus : 0000
Masa Kerja : - Tahun – Bulan
Keterangan
2. Tugas dan Wewenang BK
a. Tugas Badan Kehormatan
Adapun tugas dari alat kelengkapan dewan dalam hal ini Badan
Kehormatan tercantum pada Pasal 48 Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 yaitu :
1) mengamati, mengevaluasi disiplin, etika dan moral para anggota DPRD
dalam rangka menjaga martabat dan kehormatan sesuai dengan Kode
Etik DPRD;
2) meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD terhadap
Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik DPRD serta sumpah/janji;
3) melakukan penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi atas pengaduan
Pimpinan DPRD, masyarakat dan/atau pemilih
31
Tugas dan Wewenang Badan Kehormatan DPR RI tercantum dalam
Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor : 08/DPR
RI/2005.2006 dalam Pasal 59. Tugas Badan Kehormatan adalah:
a. melakukan penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan terhadap
Anggota karena:
1. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
berhalangan tetap sebagai Anggota;
2. Tidak lagi memenuhi syarat-syarat calon Anggota sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang tentang Pemilihan Umum
3. Melanggar sumpah/janji, Kode Etik, dan/atau tidak melaksanakan
kewajiban sebagai Anggota; atau
4. Melanggar peraturan larangan rangkap jabatan sebagaimana diatur
dalam ketentuan perundang-undangan.
b. Menetapkan keputusan hasil penyelidikan dan verifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a;
c. Menyampaikan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
kepada Pimpinan DPR
d. Badan Kehormatan menyusun rancangan anggaran dalam rangka
pelaksanaan tugasnya untuk selanjutnya disampaikan kepada BURT
e. Rapat-rapat Badan Kehormatan bersifat tertutup
f. Rapat Badan Kehormatan untuk mengambil keputusan harus memenuhi
kuorum sebagaimana diatur dalam Bab XXVII
Mengenai Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan
Kehormatan Pasal 60 yaitu : Sedangkan tugas Badan Kehormatan DPRD
Provinsi Jambi berdasarkan Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi Jambi Nomor 6 Tahun 2006 tentang Peraturan Tata Tertib
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jambi bahwa tugas Badan
Kehormatan tercantum pada Pasal 55 yaitu :
a. mengamati, mengevaluasi disiplin, etika dan moral para anggota DPRD
dalam rangka menjaga martabat dan kehormatan sesuai dengan Kode Etik
DPRD;
32
b. meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD terhadap
Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik DPRD serta sumpah/janji;
c. melakukan penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi atas pengaduan
Pimpinan DPRD, masyarakat dan/atau pemilih;
d. menyampaikan kesimpulan atas hasil penyelidikan, verifikasi dan
klarifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf c sebaga rekomendasi untuk
ditindaklanjuti oleh DPRD.
e. Menyampaikan rekomendasi kepada Pimpinan DPRD berupa rehabilitasi
nama baik apabila tidak terbukti adanya pelanggaran yang dilakukan
anggota DPRD atas pengaduan Pimpinan DPRD, masyarakat dan atau
pemilih.18
Sedangkan tentang Tata cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan
Kehormatan diatur dalam Pasal 60 Peratuan Tata Tertib Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia Nomor :08/DPR RI/I/2005.2006 yaitu :
1. Pengaduan tentang dugaan adanya pelanggaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 ayat (1) huruf a diajukan secara tertulis oleh Pimpinan DPR,
masyarakat dan/atau pemilih dilengkapi dengan identitas pengadu Badan
Kehormatan
2. Identitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dijamin
kerahasiaannya.
3. Badan Kehormatan menyampaikan tembusan/foto copy surat pengaduan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Anggota yang bersangkutan
selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari dengan surat resmi.
4. Badan Kehormatan menyampaikan panggilan kepada Anggota yang
diadukan setelah lewat 14 (empat belas) hari sejak surat sebagimana
dimaksud pada ayat (3) disampaikan.
5. Panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus diterima oleh yang
bersangkutan paling lambat 3 (tiga) hari sebelum siding Badan Kehormatan
yang telah ditentukan untuk itu.
18 Dewan Perwakilan Rakyat; http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyat
33
6. Dalam hal Anggota yang diadukan tidak memenuhi panggilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) sampai 3 (tiga) kali, Badan Kehormatan dapat
segera membahas dan menetapkan keputusan tanpa kehadiran Anggota
yang bersangkutan.
7. Anggota yang diadukan harus datang sendiri dan tidak dapat menguasakan
kepada orang lain.
8. Pengadu dan Anggota yang diadukan dapat menghadirkan saksisaksi dalam
sidang Badan Kehormatan.
9. Dihadapan sidang Badan Kehormatan, pengadu atau Anggota yang
diadukan diminta mengemukakan alasan-alasan pengaduan atau
pembelaan, sedangkan saksi-saksi dan/atau pihak-pihak lain yang terkait
diminta keterangan, termasuk untuk diminta dokumen atau bukti lainya.
10. Badan Kehormatan setelah melakukan penyelidikan dan/atau verifikasi
terhadap pengaduan tersebut, pembelaan, bukti-bukti serta saksi-saksi,
mengambil keputusan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata beracara pelaksanaan tugas dan
wewenang Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 diatur
tersendiri dengan Keputusan DPR, Tata beracara pelksanaan Tugas dan Wewenang
Badan Kehormatan DPR RI dapat dibagi beberapa bagian yaitu :
1. Tahap Pengaduan
a. Pengaduan tentang adanya dugaan pelanggaran diajukan secara tertulis oleh
Pimpinan DPR, Masyarakat dan/atau pemilih dilengkapi dengan identitas
Pengadu kepada Badan Kejormatan DPR RI, dan identitas Pengadu tersebut
harus dijamin kerahasiannya oleh Badan Kehormatan DPR RI dari pihak
yang tidak berkepentingan.
b. Badan Kehormatan DPR RI menyampaikan tembusan/fotocopy surat
pengaduan kepada Anggota yang diadukan selambat-lambatnya dalam
waktu 14 (Empat belas) hari dengat surat resmi;
34
c. Badan Kehormatan DPR RI menyampaikan panggilan kepada Anggota
yang diadukan setelah lewat 14 (empat belas) hari sejak surat sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) disampaikan;
2. Tahap Pemanggilan
a. Panggilan atau surat pemanggilan dari Badan Kehormatan DPR RI harus
diterima oleh Anggota yang diadukan paling lambat 3 (tiga) hari sebelum
sidang Badan Kehormatan DPR RI yang telah ditentukan untuk itu;
b. Apabila Anggota yang diadukan tidak memenuhi panggilan Badan
Kehormatan sampai 3 (tiga) kali, Badan Kehormatan dapat segera
membahas dan menetapkan keputusan tanpa kehadiran Anggota yang
bersangkutan.
3. Tahap Persidangan
a. Anggota yang diadukan harus datang sendiri dan tidak dapat
menguasakan kepada orang lain;
b. Pengadu dan Anggota yang diadukan dapat menghadirkan saksisaksi
dalam sidang Badan Kehormatan;
c. Dihadapan sidang Badan Kehormatan, Pengadu atau Anggota yang
diadukan diminta menemukakan alasan-alasan pengaduan atau
pembelaan, sedangkan saksi-saksi dan atau pihak-pihak lain yang terkait
diminta keterangan, termasuk untuk diminta dokumen atau bukti lainnya.
4. Tahap Pengambilan Keputusan
a. Badan Kehormatan setelah melakukan penyelidikan dan atau verifikasi
terhadap pengaduan tersebut, pembelaan, bukti-bukti serta saksi-saksi,
mengambil Keputusan;
b. Keputusan harus memuat pertimbangan-pertimbangan yang menjadi
dasarnya dan menunjukan pasal-pasal peraturan yang dilanggar.
Sedangkan Pemberian Sanksi Badan Kehormatan DPR-RI diatur menurut
Peraturan Tata Tertib diatur dalam Pasal 62 yaitu :
35
1. Setelah Badan Kehormatan melakukan penelitian dan mempertimbangkan
pengaduan, pembelaan, bukti-bukti serta saksi-saksi, badan kehormatan
dapat memutuskan sanksi berupa :
a. Teguran tertulis
b. Pemberhentian dari jabatan Pimpinan DPR atau pimpinan alat
Kelengkapan DPR
c. Pemberhentian sebagai anggota
2. Sanksi berupa teguran tertulis, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Anggota yang bersangkutan
3. Sanksi yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan
huruf c disampaikan kepada Pimpinan DPR untuk dibacakan Rapat
Paripurna
4. Pemberhentian sebagai Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
oleh Pimpinan DPR disampaikan kepada Presiden untuk diresmikan
5. Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BK
BK dalam pelaksanaan Tugas dan wewenangnya tetap mengacu Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 dan dan Peraturan Pemrintah Nomor 53 Tahun
2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004
tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah di DPRD Provinsi Jambi.19 Pelaksanaan Tugas dan Wewenang diatur
dalam Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jambi
Nomor 6 Tahun 2006 tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi Jambi yaitu dalam Pasal 57 dan Pasal 58 :
Pasal 57
1. Mekanisme pengaduan/pelaporan pelanggaran :
a. pengaduan/pelaporan tentang dugaan adanya pelanggaran diajukan
secara tertulis kepada Pimpinan DPRD disertai identitas pelapor yang
jelas dengan tembusan Badan Kehormatan;
19 http://badankehormatan.wordpress.com/page/4/
36
b. pengaduan/pelaporan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
dikesampingkan apabila tidak disertai dengan identitas pelapor yang
jelas;
c. pimpinan DPRD menyampaikan pengaduan /pelaporan kepada Badan
Kehormatn untuk ditindak lanjuti;
d. Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak diterimanya
pengaduan/pelaporan sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak
disampaikan oleh Pimpinan DPRD, Badan Kehormatan dapat menindak
lanjuti.
2. Mekanisme penelitian dan pemeriksaan pengaduan /laporan:
a. Badan Kehormatan melakukan penelitian dan pemeriksaan
pengaduan/laporan melalui permintaan keterangan dan penjelasan
pelapor, saksi dan atau yang bersangkutan serta pemeriksaan dokumen
atau bukti lain.
b. Badan kehormatan membuat kesimpulan hasil penelitian dan
pemeriksaan dengan disertai berita acara penelitian dan pemeriksaan.
c. Badan kehoramatan menyampaikan kesimpulan hasil penelitian dan
pemeriksaan kepada Pimpinan DPRD untuk ditindak lanjuti dalam
Rapat Paripurna DPRD.
d. Rapat Paripurna DPRD dilaksanakan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
setelah kesimpulan sebagaimana huruf b diterima oleh pimpinan DPRD.
e. Rapat Paripurna DPRD dapat menyetujui atau menolak kesimpulan
Badan Kehormatan.
f. Apabila Rapat Paripurna DPRD menolak kesimpulan Badan
Kehormatan dan menyatakan yang bersangkutan tidak bersalah, DPRD
berkewajiban merehabilitasi nama baik yang bersangkutan secara
tertulis dan disampaikan kepada yang bersangkutan, Pimpinan Fraksi
dan Pimpinan Partai Politik yang bersangkutan.
Pasal 58
37
a. DPRD menetapkan sanksi atau rehabilitasi terhadap anggota yang
dilaporkan setelah mendengar pertimbangan dan penilaian dari Badan
Kehormatan.
b. Sanksi yang diberikan dapat berupa teguran lisan atau teguran tertulis
sampai dengan diberhentikan sebagai anggota sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
c. Sanksi berupa teguran lisan dan teguran tertulis disampaikan oleh
Pimpinan DPRD kepada anggota yang bersangkutan dan disampaikan
kepada Pimpinan Fraksi dan Pimpinan Partai politik yang bersangkutan
secara tertulis.
d. Sanksi berupa pemberhentian sebagai anggota DPRD, diproses sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.20
Badan Kehormatan ini semula adalah untuk menjawab kebutuhan
mengingat era Reformasi berbeda dengan era sebelumnya di zaman Orde
Baru, banyak anggota dewan setelah terpilih menjadi anggota legislatif,
bekerja seenaknya tanpa ada orang lain yang memperdulikan, apalagi
mengawasinya, misalnya jarang berdinas sebagai anggota Dewan dan
jarang menghadiri sidang atau rapat-rapat, padahal masalah yang dibahas
dalam rapat-rapat itu berkaitan dengan kepentingan konstituennya, yang
dalam hal ini adalah rakyat. Kalau pun mereka masuk, palingpaling hanya
sekadar mengisi absen dan pergi lagi untuk melakukan kegiatan atau bisnis
di tempat lain. Keadaan ini tentu saja akan merusak citra lembaga legislatif
di mata publik.
Adapun tugas dari Badan Kehormatan adalah:
• Mengamati, mengevaluasi disiplin, etika dan moral para anggota DPRD
dalam rangka menjaga martabat dan kehormatan sesuai dengan kode
etik DPRD
20 Ibrahim. Z Fahmy Badoh, Anggota Badan Pekerja ICW dan Anggota Koalisi Penegak
Citra DPR RI
38
• Meneliti dugaan pelanggar yang dilakukan anggota DPRD terhadap
peraturan tata tertib dan kode etik DPRD serta sumpah/ janji.
• Melakukan penyelidikan, unifikasi, dan klarifikasi atas pengaduan
Pimpinan DPRD masyarakat atau pemilih.
• Menyampaikan kesimpulan atas hasil penyelidikan, verifikasi, dan
klarifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf c sebagai rekomendasi
untuk ditindak lanjuti oleh DPRD.
• Menyampaikan rekomendasi kepada pimpinan DPRD berupa
rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti adanya pelanggaran yang
dilakukan anggota DPRD atas pengaduan pimpinan DPRD, masyarakat
dan atau pemerintah
• Menyampaikan laporan atas keputusan Badan Kehormatan kepada
pimpinan DPRD.
• Dapat menjatuhkan sanksi kepada anggota DPRD yang terbukti
melanggar kode etik DPRD. Badan Kehormatan membuat laporan
dirinya pada akhir masa keanggotaan.
Untuk melaksanakan fungsinya, Badan Kehormatan berwenang:
1. Memanggil anggota yang bersangkutan untuk memberikan penjelasan dan
pembelaan terhadap dugaan pelanggaran yang dilakukan.
2. Meminta keterangan pelapor, sanksi dan/atau pihak-pihak lain yang terkait,
termasuk untuk meminta dokumen atau bukti lain
Belakangan ini berbagai pelanggaran kode etik oleh anggota DPR RI
maupun anggota DPRD semakin banyak terungkap, mulai dari percaloan,
pemerasan, penyalahgunaan kewenangan, sampai permesuman. Untuk
menyikapi ini, kewenangan BK DPR dan khususnya BK DPRD perlu
diperbesar. Menurut peraturan dewan perwakilan Rakyat RI Nomor 01 Tahun
2011 tentang Kode Etik, pasal 3:
39
• ayat (1) Anggota DPR RI harus menghindari perilaku tidak pantas yang
dapat merendahkan citra dan kehormatan, merusak tata cara dan susunan
persidangan, serta merusak martabat lembaga.
• Ayat (2) Anggota DPR sebagai wakil rakyat, harus menyadari adanya
pembatasan pribadi dalam bersikap, bertindak dan berperilaku.
Adapun Pasal 30 menyebutkan bahwa ayat:
• Pimpinan dan anggota Badan Kehormatan dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya harus mematuhi peraturan tata beracaraini.
• Apabila ada pengaduan tentang dugaan pelanggaran dalam pelaksanaan
sidang sebagaimana diatur dalam tata beracara ini yang dilakukan oleh
pimpinan dan/atau anggota Badan kehormatan, Pengaduan ditindak lanjuti
oleh Badan kehormatan berdasarkan hasil rapat Badan Kehormatan.
Adapun Pasal 33 menyebutkan:
• Ayat (1) Keputusan Badan Kehormatan didasarkan atas: asas kepatutan,
oral dan etika; fakta dalam hasil sidang Badan Kehormatan; fakta dalam
pembuktian; fakta dalam pembelaan, dan tata tertib dan kode etik.
• Ayat (2) Anggota, pimpinan fraksi, dan/atau Pimpinan DPR RI tidak
dibenarkan melakukan upaya intervensi terhadap keputusan Badan
Kehormatan sebagaimana dimaksud ayat (2) merupakan pelanggaran kode
etik. Pasal 35:
• Ayat (1) Pengambilan keputusan dan rapat Badan kehormatan diambil
dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat.
• Ayat (2) Dalam hal pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
Menurut Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat RI Nomor 01 Tahun 2011
tentang Kode Etik, Pasal 3: ayat (1) Anggota DPR RI harus menghindari
perilaku tidak pantas yang dapat merendahkan citra dan kehormatan, merusak
tata cara dan suasana persidangan, serta merusak martabat lembaga. ayat (2)
Anggota DPR sebagai wakil rakyat, harus menyadari adnya pembatasan pribadi
dalam bersikap, bertindak dan berperilaku.
40
Adapun Pasal 30 menyebutkan bahwa: ayat (1) Pimpinan dan Anggota
Dewan Kehormatan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya harus
mematuhi peraturan tata beracara ini. Ayat (2) Apabila ada pengaduan tentang
dugaan pelanggaran dalam pelaksanaan sidang sebagaiman diatur dalam tata
beracara ini yang dilakukan oleh Pimpinan dan/atau Anggota Badan
Kehormatan, pengaduan ditindaklanjuti oleh Badan Kehormatan berdasarkan
hasil rapat Badan Kehormatan.
Badan Kehormatan DPR RI dan Badan Kehormatan DPRD perlu juga
mengubah mekanisme yang selama ini dilakukan dalam menanggapi dugaan
penyimpangan etika anggota DPR maupun DPRD dengan tidak lagi bersifat
pasif, tetapi bersifat proaktif, terhadap kasus seperti itu, BK DPR maupun BK
DPRD perlu bertindak cepat dalam merespons tindakan angota DPR dan DPRD
yang diduga menyimpang dari kode etik. Untuk bisa bertindak cepat, ketentuan
internalnya BK yang harus terlebih dahulu dirubah. Selama ini, BK baru
bertindak setelah menerima pengaduan dari masyarakat dan pimpinan DPR
maupun DPRD. Selain pasif, dengan posisi dan peran seperti itu membuat BK
tidak responsive. Sementara banyak kasus-kasus yang terjadi di sekitar DPR
dan DPRD yang publik mengetahui dengan sangat jelas.21
Di sisi lain, BK DPR dan BK DPRD juga belum berfungsi secara optimal
sehingga makin menambah beban citra DPR dan DPRD. Padahal, BK
diharapkan berperan tidak hanya sekadar menjadi penjaga moral dan integritas
anggota DPR dan DPRD, melainkan juga menjadi mekanisme internal untuk
menegakkan kode etik DPR.
21 http://badankehormatan.wordpress.com/page/4/
41
BAB IV
PERANAN BK DALAM PENEGAKKAN NILAI-NILAI ETIKA
ANGGOTA DPRD PROVINSI JAMBI
A. Etika, Moral, dan Kode Etik
1. Pengertian Etika
Etika (dalam bahasa Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari
kebiasaan”) adalah sebuah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama
filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai
standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep
seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. 22
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan
sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam
melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai
suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia.
Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah
laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika
melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. Salah satu
tujuan etika adalah untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai
penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu
tertentu.23
Etika sendiri terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu meta-etika (studi
konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan
(studi penggunaan nilai-nilai etika).24
Jadi, bisa disimpulkan bahwa pengertian etika secara umum adalah
suatu peraturan atau norma yang bisa digunakan sebagai acuan bagi perilaku
seseorang yang berkaitan dengan sifat yang baik dan buruk yang dilakukan
22 Abdul kadir Muhammad, Etika Profesi Hukum ( Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006)
hal: 13 23 Ibid 24 https://id.wikipedia.org/wiki/Etika
42
oleh seseorang serta merupakan suatu kewajiban dan tanggungan jawab
moral.25
Etika dalam perkembangannya sangat berpengaruh dalam kehidupan
manusia. Etika memberi orientasi kepada manusia tentang bagaimana ia
menjalani hidupnya melalui serangkaian tindakan sehari-hari. Secara tidak
langsung, etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak
secara tepat dalam menjalani kehidupn.
Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan
tentang tindakan apa yang perlu dan tidak perlu untuk dilakukan. Mana yang
baik serta mana yang tidak baik. Dengan begitu, etika ini dapat diterapkan
dalam segala aspek kehidupan kita.26
Etika Menurut Para Ahli
Menurut Aristoteles Ia mendefinisikan arti etika menjadi 2
pengertian yaitu: Terminius Technicus dan Manner and Cutom. Terminius
Technicus ialah sebuah etika yang dipelajari sebagai suatu ilmu
pengetahuan yang mempelajari suatu problema tindakan manusia.
Sedangkan Manner and Cutom adalah sebuah pembahasan etika yang
berhubungan dengan tata cara dan adat kebiasaan yang melekat dalam diri
manusia. Sangat terkait dengan “baik & buruknya” suatu perilaku, tingkah,
atau perbuatan manusia.27
Menurut Prof. Robert Salemon
Etika adalah : (1.) Karakter Individu, (2.) Hukum yang social
(mengatur, mengendalikan dan membahas prilaku manusia).
Menurut Fagothey
Pengertian Etika adalah studi tentang kehendak menusia yang
berhubungan dengan benar dan salah dalam bertindak.
25 https://www.zonareferensi.com/pengertian-etika/ 26 http//www.kamusbahasaindonesia.org/kode/etik/diakses pada 26 juni 2019 27 https://www.google.co.id/search?q=pengertian+etika&ie=utf-8
43
Menurut K Bertens
• Etika dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral yang
menjadi pegangan bagi seorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya.arti ini dapat juga disebut sistem nilai dalam hidup
manusia perseorngan atau hidup bermasyrakat
• Etika dipakai dalam arti kumpulan asas dan nilai moral,yang dimaksud
disi adalah kode etik
• Etika dipakai dalam arti ilmu tentang yang baik atau yang buruk .arti
sini sama dengan filsafat moral.
2. Pengertian Moral
Pengertian Moral itu sebenarnya berkaitan dengan Etika yaitu tentang
tingkah laku manusia. Pengertian moral secara umum adalah suatu hukum
tingkah laku yang di terapkan kepada setiap individu untuk dapat
bersosialiasi dengan benar agar terjalin rasa hormat dan menghormati. Kata
moral selalu mengacu pada baik dan buruknya perbuatan
manusia (akhlak).28
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke
manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif.
Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak
bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga
moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses
sosialisasi individu, tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses
sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena
banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang
yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan dan manusia harus
memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya.
28 https://www.zonareferensi.com/pengertian-moral/
44
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa moral adalah suatu
keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan
kesepakatan sosial, yang mendasari tindakan atau pemikiran. Jadi, moral
sangat berhubungan dengan benar-salah, baik-buruk, keyakinan, diri
sendiri, dan lingkungan social.
Secara Etimologi pengertian Moral berasal dari bahasa Latin “mos”
(jamak: mores) yang berarti kebiasaan, adat. Kata “mos” (mores) dalam
bahasa Latin sama artinya dengan etos dalam bahasa Yunani. Di dalam
bahasa Indonesia, kata moral diterjemahkan dengan “aturan kesusilaan”
ataupun suatu istilah yang digunakan untuk menentukan sebuah batas-batas
dari sifat peran lain, kehendak, pendapat atau batasan perbuatan yang secara
layak dapat dikatakan benar, salah, baik maupun buruk.29
Pengertian moral menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
bisa diartikan sebagai berikut,
• (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi pekerti; susila:
• kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat,
bergairah, berdisiplin, dan sebagainya; isi hati atau keadaan perasaan
sebagaimana terungkap dalam perbuatan:
• ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.30
• Selain pengertian moral secara umum, etimologi dan menurut KBBI
seperti yang tercantum diatas, para ahli dan pakar memiliki pandangan
dan pendapat yang berbeda beda dalam mendefinisikan apa itu moral.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini pengertian moral menurut para ahli
secara lengkap,
2. Pengertian Kode Etik
Kode etik merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum
yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika. Kode etik ini lebih
memperjelas,mempertegas dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih
29 Lihat juga di Pengertian Moral Menurut Para Ahli dan Secara Umum 30 Lihat di Pengertian Observasi Menurut Para Ahli dan Secara Umum
45
sempurna walaupun sebenarnya norma-norma terebut sudah tersirat dalam
etika. Tujuan utama dari kode etik adalah memberi pelayanan khusus dalam
masyarakat tanpa mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok.
Dengan demikian kode etik adalah sistem norma atau aturan yang ditulis
secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik,
apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang harus dilakukan
dan tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional.31
Fungsi dari kode etik adalah :
• Memberikan pedoman bagi setiap anggota tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan.
• Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas yang bersangkutan.
• Mencegah campur tangan pihak diluar organisasi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi.
Pengertian Kode Etik Menurut Para Ahli
apa saja pengertian kode etik menurut para ahli yang sekarang ini
masih diakui pengertian kode etik menurut para ahli yang tentunya cukup
terkenal.
-O.P. SIMORANGKIR menyampaikan bahwa etik atau etika merupakan
pandangan dari manusia di dalam berperilaku berdasarkan ukuran serta nilai
yang baik.
-Sidi Gajalba di dalam sistematika filsafat menyampaikan bahwa etika
merupakan sebuah teori mengenai tingkah laku dari perbuatan manusia
yang memiliki sudut pandang dari sisi yang buruk dan Sisi yang baik
tentunya sejauh yang bisa ditentukan oleh akal pikiran manusia.
-H. Burhanudin Salam memiliki pendapat bahwa etika merupakan salah
satu cabang filsafat yang membicarakan tentang norma dan nilai moral yang
bisa menentukan perilaku Setiap manusia di dalam kehidupan.32
Manfaat Kode Etik
31 https://www.jatikom.com/2018/01/pengertian-kode-etik-profesipelanggaran.html 32 Disebutkan dalam Mathews & Perrera (1991; 281-282) dalam Ludigdo (2007:54),
terdapat beberapa keuntungan dari adanya kode etik
46
1. Para profesional akan lebih sadar tentang aspek moral dari
pekerjaannya. Dengan adanya kode etik para profesional akan bertindak
dengan kesadaran sebagaimana yang dituntut dalam kode etik.
Sekaligus akan terdapat kesadaran bahwa di dalam pekerjaannya
terdapat dimensi moralitas yang harus dipenuhinya.
2. Anggota sebagai suatu keseluruhan, akan bertindak dalam cara yang
lebih standar pada garis profesi. Keragaman pandangan atas nilai moral
yang didasari oleh berbagai latar belakang diri anggota akan tidak
menguntungkan bagi pencapaian kinerja tertinggi dari sebuah profesi.
3. Menjadi suatu standar pengetahuan untuk menilai perilaku anggota dan
kebijakan profesi. Kode etik sebagai pedoman perilaku profesional hadir
untuk ditaati. Dengan perangkat standar ini, bagi siapapun lebih mudah
untuk menilai berbagai perilaku anggota dan sekaligus kebijakan
asosiasi profesi.
4. Anggota akan menjadi dapat lebih baik menilai kinerja dirinya sendiri.
Ini menunjukkan bahwa kode etik dapat sekaligus dijadikan bahan
instropeksi diri bagi kalangan anggota profesi, setidaknya sebelum
dinilai oleh pihak lain atas kinerja moral profesionalnya.
Penyebab Pelanggaran Kode Etik
Pelanggaran kode etik merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh
sekelompok yang tidak mencerminkan atau memberi petunjuk kepada
anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu
dimata masyarakat.
Tujuan Kode Etik adalah :
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejakteraan para anggota
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota
4. Untuk meningkatkan mutu kinerja
5. Meningkatkan layanan diatas keuntungan pribadi
47
Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat
Idealisme yang terkandung dalam kode etik tidak sejalan dengan fakta yang
terjadi di sekitar para profesional , sehingga harapan terkadang sangat jauh
dari kenyataan. Memungkinkan para profesional untuk berpaling kepada
kenyataan dan mengakibatkan idealisme kode etik profesi.
B. Tindakan Badan Kehormatan Terhadap Anggota Dewan yang Melanggar
Tata Tertib dan Kode Etik
1. Mekanisme Pengambilan Keputusan Badan Kehormatan DPRD
Pembuktian menjadi dasar pengambilan keputusan dalam sidang verifikasi.
Proses pengambilan keputusan adalah verifikasi terhadap risalah atau transkrip
rekaman rapat dan/atau sidang verifikasi, pendapat etik seluruh pimpinan dan
anggota Badan Kehormatan. Badan Kehormatan menetapkan keputusan hasil
penyelidikan dan verifikasi. Sebelum mengambil keputusan, seluruh hasil
siding rapat Badan Kehormatan diverifikasi dan hasilnya ditulis dalam lembar
keputusan.
1. Rapat pengambilan keputusan Badan Kehormatan didasarkan atas:
• Asas kepatutan;
• Fakta-fakta dalam hasil sidang verifikasi;
• Fakta-fakta dalam pembuktian;
• Fakta-fakta dalam pembelaan; dan
• Tata tertib dan kode etik.
Isi putusan terkait dengan terbukti atau tidaknya suatu pelanggaran,
disertai pemberian sanksi atau rehabilitasi. Selanjutnya hasil keputusan
Badan Kehormatan disampaikan kepada pimpinan DPR. Keputusan Badan
Kehormatan bersifat final dan mengikat.
2. Jenis Amar Putusan Badan Kehormatan :
· Menyatakan Teradu tidak terbukti melanggar; atau
· Menyatakan Teradu terbukti melanggar.
48
C. Kendala dan Upaya Badan Kehormatan DPRD dalam Penyelesaian
Pelanggaran Kode Etik pada DPRD Provinsi Jambi
Praktek dan kinerja dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Badan
Kehormatan tidak hanya dengan norma-normanya yang kurang
memperhitungkan real politic. Kritik yang dilancarkan terhadap kinerja Badan
Kehormatan adalah sulitnya memisahkan politik dan moral. Karena,
pemahaman publik tentang politik masih belum didasari atas refleksi
pelaksanaan Kode Etik, sehingga seakan-akan etika politik menjadi kurang
relevan. Relevansi etika politik terletak pada kemampuannya untuk mengelola
kekuatan itu dan mengatur kepentingan-kepentingan kelompok dengan
membangun institusi-institusi politik yang lebih adil. Dalam hal ini, seorang
anggota Badan Kehormatan idealnya menguasai Filsafat Politik, Filsafat
Hukum dan Ilmu Hukum sebagai bentuk refleksi mendalam yang
memungkinkan kehidupan politik mengungkap struktur-struktur, makna, dan
nilainya secara etis. Sistem pengawasan berbasis etika yang dijalankan oleh
Badan Kehormatan merupakan hal yang baru dalam struktur politik di
Indonesia.
Dalam sistem demokrasi, sistem pengawasan berbasis etika ini akan
bersikap kritis terhadap manipulasi gagasan, nilai, dan opini yang membuat sulit
dibedakannya antara isu dengan fakta. Secara konsisten, Badan Kehormatan
berupaya untuk melaksanakan sistem pengawasan berbasis etika dengan
berpegang setidaknya pada 3 (tiga) hal, yaitu:
1. Badan Kehormatan berusaha mengambil jarak dan kritis terhadap realitas
politik;
2. Badan Kehormatan senantiasa bekerja untuk melakukan pengujian terhadap
nilai-nilai, termasuk nilai-nilai moral dalam Kode Etik; dan
3. Badan Kehormatan tetap berada dalam suatu perspektif tentang tujuan Kode
Etik diterapkan di parlemen.
Dengan demikian, anggota partai politik yang telah dipilih melalui
mekanisme Pemilihan Umum dan masuk menjadi anggota parlemen dapat
tunduk serta bertindak kolektif berdasarkan Kode Etik dan Peraturan Tata
49
Tertib. Kode etik merupakan perangkat aturan penting dalam menjamin
akuntabilitas seorang anggota Parlemen. Kode etik merupakan alat untuk
menjamin proses kinerja seorang anggota sudah mencapai standar etika politik
yang sehat, yang bebas dari campur aduk kepentingan pribadi, sikap tidak
disiplin, korupsi dan kolusi, dan penegasian terhadap peraturan yang berlaku.”
Di sisi lain, “Apakah Kode Etik merupakan alat untuk menjamin proses
kinerja seorang Anggota parlemen guna mencapai standar etika politik yang
sehat?” Ini merupakan pertanyaan etis yang mempunyai relevansi sosialpolitik,
mengikuti Teori Etika Deontologi (wajib tidaknya perbuatan atau keputusan
kita) atau Teori Etika Utilitarisme (berorientasi menyenangkan sebagian besar
orang). Tantangan untuk menciptakan aturan Kode Etik yang berfungsi sebagai
alat penjamin kinerja, dapat dilihat secara umum sebagai problema yang
senantiasa dihadapi oleh Badan Kehormatan Yaitu: 33
1. Problema pertama adalah terkait dengan kinerja Badan Kehormatan dengan
suatu misteri keilmuan “Etika dan Hukum” yang belum terbuka. “Badan
Kehormatan bergerak dalam wilayah Etika atau wilayah Hukum?” Pendapat
semacam ini seringkali dijumpai baik di dalam Dialog, Rapat, maupun
Sidang Badan Kehormatan, bahkan senantiasa on going debate di kalangan
Anggota Badan Kehormatan. Perdebatan produktif tentang “Etika atau
Hukum” berjalan dengan melihat sejumlah ketentuan “perilaku etis” dalam
Kode Etik yang berkaitan dengan hukum positif. Misalnya, perilaku
menerima imbalan atau hadiah dari mitra kerja yang diatur dalam Kode Etik
mempunyai hubungan normatif dengan hukum positif yang mengatur
tentang gratifikasi. Sejauh mana Badan Kehormatan akan memproses
pengaduan dugaan penerimaan imbalan atau hadiah dari mitra kerja, bila
dalam ketentuan Kode Etik itu sendiri juga merujuk kepada hukum pidana
mengenai gratifikasi? “Apakah Badan Kehormatan berwenang memutus
perkara tentang perilaku menerima imbalan atau hadiah dari mitra kerja,
sekaligus perihal gratifikasi?” Tantangan yang terbuka adalah di manakah
33 Anom Surya Putra, Op. Cit Hal 2-4
50
batasan antara perkara Etik(a) dan perkara Hukum (Positif) itu sebenarnya?
Pertanyaan kritis dari dalam Badan Kehormatan sendiri mengisyaratkan
adanya problem epistemologis antara status keilmuan Etika dan Ilmu
Hukum, dengan batasan kinerja Badan Kehormatan itu sendiri. Untuk
sementara, dalam menjawab pertanyaan kritis itu maka diajukan suatu
pendekatan yang praktis, teknis, dan proseduralis dalam sistem hukum
Amerika Serikat. Melalui penelitian legislatif yang dilakukan National
Democratic Institute for International Affairs, dalam sub tema “Hukum
Pidana versus Peraturan Etik,”
2. Problema kedua adalah persoalan lanjutan dari persoalan “Etika atau
Hukum” pada problema pertama, yaitu kinerja Badan Kehormatan dalam
pengambilan keputusan yang bentuk formalnya terwujud dalam bentuk
sanksi. Hakikatnya, pengambilan keputusan etik apapun oleh Badan
Kehormatan disertai dengan unsur kebebasan. Dalam praktek pengambilan
keputusan berupa sanksi, Anggota Badan Kehormatan senantiasa dihimbau
oleh nuraninya sendiri untuk tidak berpihak atau tidak terikat pada
kepentingan Fraksi baik kepentingan ideologis, pragmatis, maupun praktis.
Bersamaan dengan praktek pengambilan keputusan itu, Anggota Badan
Kehormatan terlihat harus memanfaatkan seluruh akal budi, kemampuan,
dan keahliannya secara bebas dengan suatu rasa tanggung jawab yang luas.
Mengapa hal ini dikatakan “harus”? Ketentuan dalam Kode Etik hanya
mengatur perilaku dan ucapan tertentu tanpa mempunyai korelasi (hubungan
yang kuat). dengan sanksi. Misalnya, terdapat Anggota yang terlibat dalam
perilaku dan ucapan yang diskriminatif terhadap suku tertentu di Indonesia.
Dalam Kode Etik tidak diatur bahwa perbuatan tersebut merupakan perilaku
yang melanggar kewajiban dan dapat dijatuhi sanksi Teguran Tertulis.
Akibatnya, Anggota Badan Kehormatan harus bekerja keras untuk
menafsirkan seluruh ketentuan dalam Kode Etik berdasarkan data-data yang
terungkap dalam penyelidikan, verifikasi, dan Sidang Badan Kehormatan.
Seandainya nilai-nilai yang dianut oleh masingmasing Anggota Badan
Kehormatan itu tidaklah sama mengenai apa makna kewajiban dan
51
diskriminasi itu, niscaya penjatuhan sanksi merupakan problem psikologis
dan sosial atau suatu aksi politik. Hal ini berarti membuat Anggota Badan
Kehormatan tidak memiliki kebebasan dalam menjatuhkan sanksi
sebagaimana peneliti pahami dalam sisi pandang Etika sebagai ilmu
pengetahuan. Padahal, unsur kebebasan dalam praktek pengambilan
keputusan etik lebih penting daripada sekedar unsur keharusan melalui
penjatuhan sanksi. Pendapat Immanuel Kant yang sebagian besar diapresiasi
oleh Filsafat Hukum yaitu tentang kewajiban, selayaknya dihayati sebagai
suatu keharusan tanpa syarat. Hal ini lazim disebut Imperatif Kategoris
sebagai dasar kehidupan moral manusia. Dalam konteks Imperatif Kategoris,
Anggota Badan Kehormatan menjatuhkan sanksi bukanlah untuk mencapai
tujuan tertentu (popularitas, misalnya), melainkan sebagai bentuk
penghayatan bahwa penjatuhan sanksi itu (juga) baik pada dirinya sendiri
sebagai Anggota Badan Kehormatan. Dengan demikian, dalam pengambilan
keputusan tersebut, Anggota Badan Kehormatan bebas dalam melakukan
penghayatan tentang normanorma kewajiban dalam Kode Etik. Berbeda
halnya dengan adanya unsur keharusan dalam membuat sanksi terhadap
Anggota yang dicontohkan di atas, maka seolah terdapat rumus: “Jika
menjatuhkan sanksi X, maka Saya harus melakukan Y”. Hal ini lazim disebut
Imperatif Hipotesis Problematis. Imperatif ini bukanlah imperatif moral.
Dalam contoh di atas, maka tindakan pemberian sanksi digunakan sebagai
sarana untuk tujuan tertentu (popularitas, misalnya), dengan syarat-syarat
tertentu pula seperti mencari pasal-pasal dalam Kode Etik agar bisa
menghukum Anggota parlemen seberat-beratnya. Hal ini kuranglah etis bila
dipandang dari sisi pendapat Etika Immanuel Kant. Namun demikian,
pendekatan Etika Immanuel Kant sebagaimana sedikit diuraikan di atas
belumlah cukup untuk menjernihkan problema rasionalitas pengambilan
keputusan terhadap perkara etik.
52
Badan Kehormatan dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya sebagai
lembaga penjaga moral memiliki kendala yang cukup besar hal ini bisa terlihat
dari indicator rasional tentang.34
1. Tata Kerja, tata hubungan penyelenggaraan tugas dan kewenangannya
2. Sikap anggota DPRD dalam penyampaian pendapat, tanggapan, jawaban
dan sanggahan
3. Sanksi dan rehabilitasi
Bertitik tolak dari apa yang telah disebutkan diatas maka menurut penulis
Kendala dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Badan kehormatan DPRD
disebabkan oleh :
1. Hambatan External yaitu peraturan Perundang-undangan. Salah satu contoh
terlihat dari kelemahan tekhnik penelitian pada Pasal 51 B Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2005 yang menyatakan bahwa pemeriksaan
dokumen hanya dicukupkan pada bukti formil berupa dugaan tertulis dan
identitas pelapor dan juga badan kehormatan melakukan penelitian dan
pemeriksaan pengaduan/laporan melalui permintaan keterangan dan
penjelasan pelapor saksi dan atau yang bersangkutan serta pemeriksaan
dokumen atau bukti lain. Hal ini terlihat bias menimbulkan penafsiran yang
berbeda, putusan atau kesimpulan atau rekomendasi etik dari Badan
Kehormatan DPRD merupakan keputusan etik dan bukan keputusan politik
sehingga tidak perlu ditolak atau diterima dalam Rapat Paripurna DPRD.
2. Hambatan Internal Anggota badan Kehormatan hal ini tercermin dari
kelemahan para anggota Badan Kehormatan yang juga berasal dari internal
DPRD yang tentu saja memiliki kecenderungan subjektif dalam
penyelenggaraan tugas dan kewenangannya.
Upaya Badan Kehormatan DPRD dalam penyelesaian Pelanggaran Kode
Etik pada DPRD Provinsi Jambi. Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Ketua
Badan Kehormatan DPRD Provinsi Jambi tahun 2019 Bapak Rudi wijaya, S.SI,
34 Mochamad Isnaeni Ramadhan, Peran BK-DPRD dalam Penegakan Etika, makalah
disampaikan pada Legislatif Confernce International Network for Regional Development, Jakarta
tanggal 8-9 September 2006
Hal. 4
53
APT wawancara pada tanggal 3 Juni 2019 diperoleh keterangan bahwa DPRD
Provinsi Jambi telah melakukan upaya-upaya atau langkah-langkah untuk
mengatasi kendala yang terjadi dalam penyelesaian pelanggaran kode etik pada
DPRD Provinsi Jambi antara lain dengan melakukan rapat rutin koordinasi
dengan Sekretariat Badan Kehormatan dalam hal absensi kehadiran dewan,
proaktif terhadap laporan-laporan masyarakat terhadap anggota dewan yang
menyimpang dari Tata Tertib dan Kode Etik yang berlaku, Hal senada juga
dikatakan oleh Hj. Rosmeli. M.S.i selaku sekreatriat Badan Kehormatan yang
berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mendukung Badan kehormatan
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. Berdasarkan hasil wawancara dan
keterangan dari Ketua Badan Kehormatan dan sekretariat Badan Kehormatan
melakukan upaya-upaya untuk mengatasi penyelesaian pelanggaran Tata Tertib
dan Kode Etik yaitu antara lain:
1. meningkatkan pengawasan yang berbasis etika baik secara internal maupun
eksternal terhadap anggota DPRD.
2. proaktif terhadap laporan-laporan yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. tidak melakukan intervensi proses peradilan karena tindakan badan
kehormatan berada pada wilayah moralitas dengan cara yaitu
a. meneliti syarat sahnya pengaduan.
b. meneliti perilaku tersebut apakah termasuk dalam perbuatan hukum atau
perilaku etik.
c. membuat keputusan seadil-adilnya terhadap Anggota yang sedang
berada dalam proses hukum, berdasarkan norma-norma Kode Etik.
Badan Kehormatan DPRD Provinsi Jambi pada tahun 2006 pernah
memberikan peringatan keras terhadap salah satu Pimpinan DPRD (wakil
ketua) yang dianggap telah membuat Statmen di media massa atau surat kabar
yang dirasakan sangat merugikan dan merusak martabat, dan Citra Lembaga
DPRD Provinsi Jambi, dan menimbulkan polemik dan demo yang sangat besar
ke DPRD Provinsi Jambi. Pimpinan DPRD tersebut juga telah melakukan
perbuatan, tingkah laku dan ucapan seorang Pimpinan Dewan tehadap
Sekretaris Dewan maupun pegawai sekretariat DPRD pada khususnya dan
54
Pegawai Pemerintah Daerah pada umumnya yang seharusnya tidak pantas
dilakukan oleh seorang pimpinan Dewan hal ini sangat bertentangan dengan
pelanggaran Tata Tertib dan Kode etik sebagai acuan dalam mengatur perilaku
dan ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang atau tidak pantas
dilakukan. Badan Kehormatan sendiri telah mengeluarkan memberikan
peringatan dan rekomendasi kepada Pimpinan DPRD Provinsi Jambi dalam hal
ini Ketua DPRD untuk mengadakan Rapat Paripurna Khusus tentang
Rekomendasi Badan kehormatan yang mengatakan bahwa Wakil ketua DPRD
yang pada saat adalah Suwarno Soerinta dianggap tidak layak lagi menduduki
jabatan unsur Pimpinan Dewan. dan pada saat itu hasil rapat Paripurna
memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk meminta maaf dan
tidak mengulangi perbuatan dan badan kehormatan pun akhirnya mengambil
keputusan musyawarah untuk mufakat dan memberikan kesempatan kepada
wakil ketua merahabiliatasi nama baiknya. Jika kita liat polemik yang ada di
DPRD Provinsi Jambi pada waktu itu terlihat sekali bahwa keputusan pimpinan
sangat punya kekuatan yang tetap. Padahal semestinya Badan Kehormatanlah
yang seharunsya sebagai alat kelengkapan penjaga moral Anggota DPRD
terhdap anggota yang telah melanggar Tata Tertib dan Kode etik memiliki
ketentuan aturan yang cukup tegas dan independen dari Pimpinan Dewan.
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, baik penelitian kepustakaan maupun
penelitian lapangan, secara analisis dan pembahasan yang telah penulis lakukan
pada bab-bab terdahulu, berikut disajikan kesimpulan yang merupakan jawaban
terhadap permasalahan dalam penelitian sebagaiberikut :
1. Tugas dan Wewenang Badan Kehormatan dalam Menjaga Martabat
dan Kehormatan Anggota DPRD.
Badan Kehormatan adalah merupakan lembaga baru di parlemen di
Indonesia, awalnya Badan Kehormatan di DPR dan DPRD pada periode
sebelumnya diberi nama ”Dewan Kehormatan” yang tidak bersifat tetap dan
hanya dibentuk bila terdapat kasus dan disepakati untuk menuntaskan suatu
kasus yang menimpa anggota DPR dan DPRD. Tepat pada Periode 2004-
2009, Badan Kehormatan di Indonesia didisain sebagai alat kelengkapan
yang bersifat tetap, artinya Badan Kehormatan merupakan suatu keharusan
untuk segera dibentuk di seluruh parlemen di Indonesia, Argumentasi ini
didapatkan bila kita menafsirkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003
tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. DPRD
sendiri adalah merupakan Lembaga legislatif yang para anggotanya terpilih
melalui mekanisme Pemilihan Umum, sebagai sebuah Institusi, keberadaan
sangat penting dan strategis dalam melaksanakan perannya guna
mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean
governance) dalam menjalankan fungsinya perlu senantiasa
mengedepankan komitmen moral dan profesionalitas.
Badan Kehormatan sebagai salah satu alat kelengkapan DPRD baru
beberapa tahun belakangan ini muncul ke permukaan dan diberitakan media
massa, khususnya setelah era Reformasi bergulir. Karena lembaga ini
menyangkut masalah kehormatan para wakil rakyat di DPRD, Belakangan
56
ini berbagai pelanggaran kode etik oleh anggota DPR RI maupun anggota
DPRD semakin banyak terungkap, mulai dari percaloan, pemerasan,
penyalahgunaan kewenangan, sampai permesuman. Untuk menyikapi ini,
kewenangan BK DPR dan khususnya BK DPRD perlu diperbesar.
Badan Kehormatan DPR RI dan BK DPRD perlu mengubah
mekanisme yang selama ini dilakukan dalam menanggapi dugaan
penyimpangan etika anggota DPR maupun DPRD dengan tidak lagi bersifat
pasif, tetapi bersifat proaktif, Pembentukan Badan Kehormatan adalah
merupakan efek dari gagasan Reformasi Etik, Rezim Etik dan kode etik dan
kode perilaku yang bersifat mengikat dan wajib ditaati oleh setiap anggota
DPRD. pelaksanaan Tugas dan wewenang Badan Kehormatan tetap
mengacu pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang dalam pelaksanaannya wajib menetapkan
Peraturan Tata Tertib dalam rangka pembentukan, susunan, tugas dan
wewenang serta memperjelas pelaksanaan tugas dan mekanisme kerja
anggota DPRD dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2005 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, di DPRD Provinsi Jambi Pelaksanaan Tugas dan Wewenang diatur
dalam Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
Jambi Nomor 6 Tahun 2006 tentang Peraturan Tata Tertib Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jambi. DPRD wajib menyusun kode
etik hal ini tercantum pada Undang- Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah DPRD dan Undang-undang Nomor 22 Tahun
2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD.pada
untuk menjaga martabat dan kehormatan anggota DPRD dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya. melayani fungsi internal dan juga
eksternal. Fungsi internal untuk meningkatkan standar etik dan kinerja
pejabat publik, dan fungsi eksternal untuk mendapatkan kembali
kepercayaan publik/rakyat.
57
B. Saran
Dari penjelasan secara keseluruhan, skripsi ini menitik beratkan kepada cara
penanganan kasus yang terjadi di lingkungan DPRD Provinsi Jambi. Serta melihat
apakah BK dalam menyidangkan beberapa kasus tersebut mengalami
dilema.Penanganan beberapa kasus tersebut sudah benar merujuk pada
Peraturan DPRD No.2 tahun 2011 mengenai Skema Tata Beracara BK DPRD. BK
adalah alat kelengkapan DPRD. Alat kelengkapan memang merupakan
kepanjangan tangan dari fraksi, namun BK adalah alat kelengkapan yang
menegakkan kode etik. Dalam suatu penegakkan sudah seharusnya alat
kelengkapan ini bersifat independen. Meskipun tidak bisa sepenuhnya
independen, BK seharusnya memasukkan keanggotaannya dari pihak eksternal
seperti dewan etik KPU (Komisi Pemilihan Umum), PWI (Persatuan Wartawan
Indonesia) dll. Dengan masuknya pihak eksternal diharapkan penegakkan kode
etik tidak menjadi tebang pilih dan BK tidak mengalami dilema. Perubahan Badan
Kehormatan DPRD ke depan harus difokuskan pada penyingkiran hambatan
prosedural ataupun politik dalam pemrosesan indikasi pelanggaran tata tertib
dan kode etik DPRD.
Badan Kehormatan DPRD ke depan harus lebih proaktif lagi dalam
menyikapi isu yang berkembang di publik ataupun laporan masyarakat mengenai
indikasi pelanggaran kode etik anggota DPR. Karena itulah Badan Kehormatan
DPRD harus menyusun strategi dan sistem pengawasan yang efektif terhadap
pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD Penulis harap dimasa mendatang penanganan
kasus oleh BK menjadi jauh lebih baik dan kewenangan BK yang besar tidak
dibajak oleh kepentingan fraksi. BK DPRD juga diharapkan menjadi tulang
pungung penegakkan etik diberbagai lembaga lain. Penulisan skripsi ini memang
jauh dari kata sempurna, maka dari itu saran dan kritik terhadap penulisan skripsi
ini sangat penulis harapkan.
58
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir Muhammad. Etika Profesi Hukum. Citra Aditya Bhakti. Bandung.
1997.
Abdul Azis Thaba, Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru, Jakarta. Gema
Insani Press, 1996
Abdul Mukthie Fadjar, Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi, Kerjasama
Konstitusi Press Jakarta dan Citra Media Yokyakarta. 2006.
Agussalim Andi Gadjong, Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum,
Ghalia Indonesia, Bogor 2007.
Anom Surya Putra, Naskah Kode Etik DPR RI dan Tata Beracara, Bahan Project
Management Unit PROPER UNDP Bekerjasama dengan Sekretariat
Jenderal DPR RI 2007.
____, Mekanisme Kerja Badan Kehormatan, Makalah disampaikan untuk
pelatihan Badan Kehormatan oleh LSPPAD, Hotel Mercure Jakarta , 22
April 2006.
Arbi Sanit, Perwakilan Politik Indonesia, Rajawali, Jakarta, 1985
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta : Sinar Grafika,
1991
Bahan Sosialisasi Badan Kehormatan DPR RI- DPRD, di DPRD Provinsi Jambi
tanggal 18 Februari 2008.
Cornelis Lay, Tantangan Domestik dan Internasional DPRD. Catatan Pengantar
“Orientasi Anggota DPRD Se-Eks Karesidenan Banyumas” Baturaden
19-22 Januari 2000.
Dahlan Thaib, Implementasi Sistem Ketatanegaraan Menurut UUD 1945.
Liberty. Yokyakarta 1998.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta 1995.
Dati Fatimah dan Mail Sukribo, DPR Uncensored, Mizan Media Utama,Bandung.
2008
____, Sejarah kebangkitan Nasional Daerah Jambi, Jakarta: Pusat Penelitian
Sejarah dan Budaya Depdikbud, 1978.
59
http://badankehormatan.wordpress.com/category/badan-kehormatan-dprd/,
diakses pada tanggal 24 Desember 2008.
H. De Vos, Pengantar Etika, terjemahan Soejono Soemargono, Tiara Wacana
Yogya. Yokyakarta, 1987.
H. Gerge Frederickson & David K.Hart. “The Public Service and the Patriotism
of Benevolence”, Public Administration Review. September/ Oktober,
1985
Haris Jumadi, Saya Pegawai Rakyat Memaknai Profesi sebagai Anggota Dewan,
Harakatuna Publishing, Bandung. 2006
E. Sumaryono, Etika Profesi Hukum, Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas
Aquinas. Kanisus, Yogyakrta, 1995
Firman Hariyanto, terjemahan Nizham Al-Islam, Al-Mulk wa Ad-Daulah
karangan Muhammad Al-Mubarak, Pustaka Pelajar, Yokyakarta. 2000.
Frans-Magnis-Suseno, Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral,
Cet. 3. Kanisus. Yokyakarta. 1991.
Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, Pt Kompas Media Nusantara. Jakarta,
2003.
Hendrikus Triwibawanto Dedeona ” Akuntabilitas Kelembagaan Eksekutif”.
Jurnal Ilmu Administrasi, STIA LAN, Bandung Vol. 4 Nomor 1 Maret
2007, Ichlasul Amal, Pemberdayaan DPR dalam Upaya Demokratis,
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Gadjah Mada, Yokyakarta,
Tahun 1995 dalam Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di
Indonesia. Sinar Grafika, Jakarta. 2008
Ismail Sunny. Pembagian Kekuasaan Negara, Aksara Baru. Jakarta. 1986.
I.R. Podejawijatna, Etika: Filsafat Tingkah Laku,Rineka Cipta, 1990 Jakarta
Jimly Ashiddiqie. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan
Dalam UUD 1945, FH UII Press. Yokyakarta.
Kevin Raymond Evans, Sejarah Pemilu dan Partai Politik di Indonesia, Jakarta:
PT. Arise Consultancies, 2003.
Lili Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat Hukum, Rajawali Press, Jakarta 1988.
Lorens Bagus, Kamus Filsafat. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.1996
Makmur Amir dan Reni Dwi Purnomowati, Lembaga Perwakilan Rakyat, Pusat
Studi Hukum Tata Negara Universitas Indonesia. Jakarta. 2005
60
Markus Gunawan, 2008. Buku Pintar Calon Anggota dan Anggota Legislatif
(DPR, DPRD, DPD), Visimedia Pustaka, Jakarta
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
1992.
Anom Surya Putra, Naskah Kode Etik DPR RI dan Tata Beracara, Bahan Project
Management Unit PROPER UNDP Bekerjasama dengan Sekretariat Jenderal
DPR RI 2007.
Arbi Sanit, Perwakilan Politik Indonesia, Rajawali, Jakarta, 1985
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta : Sinar Grafika, 1991
Joenarto, Demokrasi dan Sistem Pemerintahan Negara. Bina Aksara, Jakarta 1983.
Ni’matul Huda, Otonomi Daerah Filosofi sejarah dan Perkembangan dan
Problematika, Pustaka Pelajar, Yokyakarta. 2005
61
CURICULUM VITAE
A. Informasi Diri
Nama : Hendra
Tempat & Tgl. Lahir : Sungai Ampar, 06 september 1993
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : JL.Arif Rahman Hakim, Kel, Simp. IV Sipin,
rt.23, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi
B. Riwayat Pendidikan
S1 UIN STS Jambi : 2012 - 2019
MAN Tabir : 2009 - 2012
MTS AL-Munawwaroh : 2006 - 2009
SDN 106/VI Pulau Tebakar : 2001 - 2006