51
BAB I PENDAHULUAN Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Di Inggris dan Wales, sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang mengalami simtom OA. Di Amerika, 1 dari 7 penduduk menderita OA. Osteoartritis menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan menaiki tangga) di dunia barat. Secara keseluruhan, sekitar 10 – 15% orang dewasa lebih dari 60 tahun menderita OA.Dampak ekonomi, psikologi dan sosial dari OA sangat besar, tidak hanya untuk penderita, tetapi juga keluarga dan lingkungan.(1) 1

peranan interleukin 1 pada osteoartritis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat dalam w/ dr I Nyoman

Citation preview

Page 1: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

BAB I

PENDAHULUAN

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di dunia,

termasuk di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita

sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Di Inggris dan Wales, sekitar 1,3 hingga

1,75 juta orang mengalami simtom OA. Di Amerika, 1 dari 7 penduduk menderita

OA. Osteoartritis menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai

penyebab ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan menaiki tangga) di dunia barat.

Secara keseluruhan, sekitar 10 – 15% orang dewasa lebih dari 60 tahun menderita

OA.Dampak ekonomi, psikologi dan sosial dari OA sangat besar, tidak hanya untuk

penderita, tetapi juga keluarga dan lingkungan.(1)

Osteoartritis adalah penyakit kronis yang belum diketahui secara pasti

penyebabnya, ditandai dengan kehilangan tulang rawan sendi secara bertingkat.

Terdapat 2 kelompok OA, yaitu OA primer dan OA sekunder. Osteoartritis primer

disebabkan faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas kolagen. Sedangkan OA

sekunder adalah OA yang berdasarkan adanya kelainan endokrin, inflamasi,

metabolik, pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu lama dan

lain-lain. Gambaran patologi kedua kelompok OA tersebut tidak menunjukkan

adanya perbedaan. Kelainan utama pada OA adalah kerusakan rawan sendi, dapat

diikuti dengan penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan

1

Page 2: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

ligamen dan peradangan ringan sinovium, sehingga sendi bersangkutan membentuk

efusi.(1)

Osteoartritis umumnya menyerang penderita berusia lanjut pada sendi-sendi

penopang berat badan, terutama sendi lutut, panggul (koksa), lumbal dan servikal.

Pada OA primer / generalisata yang pada umumnya bersifat familial, dapat pula

menyerang sendi-sendi tangan, terutama sendi interfalang distal (DIP) dan interfalang

proksimal (PIP). Lutut merupakan sendi yang paling sering dijumpai terserang OA

dari sekian banyak sendi yang dapat terserang OA. Osteoartritis lutut merupakan

penyebab utama rasa sakit dan ketidakmampuan dibandingkan OA pada bagian sendi

lainnya. Patologi penyakit ditandai dengan hilangnya tulang rawan artikular

menyebabkan penyempitan ruang sendi, meningkatkan gesekan sendi, renovasi

struktural potensial, nyeri persisten, dan gangguan fungsional. Sitokin proinflamasi

interleukin 1ß (IL-1ß) memiliki beberapa kimia dan karakteristik bioaktif yang

terlibat dalam patofisiologi OA (1,8).

Osteoartritis terjadi akibat kondrosit (sel pembentuk proteoglikan dan kolagen

pada rawan sendi) gagal dalam memelihara keseimbangan antara degradasi dan

sintesis matriks ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan diameter dan orientasi serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan, yang menjadikan tulang

rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik.(1)

2

Page 3: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Rawan sendi

Rawan sendi adalah suatu jaringan lunak yang melapisi ujung kedua tulang

pada suatu persendian. Dengan demikian jaringan ini bersifat bantalan yang

menerima (meredam) beban benturan yang terjadi selama gerakan normal sendi,

menerima benturan maupun beban berat. Benturan itu kemudian diteruskan ke tulang

di bawah rawan sendi.(7)

Rawan sendi mempunyai sifat yang mampu (7):

Memberikan perlindungan terhadap permukaan sendi dari tekanan

Membantu penghantaran beban yang berlebihan ke tulang di bawahnya

Menjaga kontak antara kedua permukaan sendi dengan tahanan gesekan yang

sangat rendah

Rawan sendi mempunyai struktur sebagai berikut :

Proteoglikan

Bahan utama yang merupakan bagian terbesar rawan sendi ialah kompleks makro

molekul yang saling berkaitan, proteglikan (baik subunit maupun agregator), dan

kolagen tipe II. Sebagian besar proteoglikan, yaitu agregat, berisi suatu inti

protein besar dimana sejumlah rantai kondrotin 4-sulfat, kondrotin 6-sulfat, dan

keratan sulfat terikat kovalen sebelum proteoglikan tersebut disekresi ke dalam

matriks ektraseluler.

3

Page 4: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

Kolagen

Fibril-fibril kolagen dalam rawan sendi tersusun dalam pola-pola tertentu

Glikoprotein

Glikoprotein terdapat dalam rawan sendi dalam konsentrasi yang terbalik dengan

konsentrasi kolagen dan merupakan hasil sintesis kondrosit.

Air

Serat-serat kolagen berada dalam suatu bahan dasar yang banyak mengandung

air (70%-80%)

Kondrosit

Letak kondrosit relatif terisolas, hidup sendiri, berpasangan atau bersama-sama

kondrosit yang lain dalam suatu kelompok. Fungsi sel-sel tersebut sangat spesifik

dan mempunyai kemampuan mensintesis unsur-unsur matriks (misalnya kolagen,

kondronektin, proteoglikan, glikoprotein, dan polipeptida-polipeptida kationik

kecil)

2. Pengertian osteoartritis

Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat

kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang dan ditandai dengan adanya

4

Page 5: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang rawan baru pada

permukaan persendian.(2)

Kondisi osteoartritis merupakan suatu penyakit degeneratif pada persendian

yang disebabkan oleh beberapa macam faktor. Penyakit ini mempunyai karakteristik

berupa terjadinya kerusakan pada kartilago (tulang rawan sendi). Kartilago

merupakan suatu jaringan keras bersifat licin yang melingkupi sekitar bagian akhir

tulang keras di dalam persendian. Jaringan ini berfungsi sebagai penghalus gerakan

antar-tulang dan sebagai peredam (shock absorber) pada saat persendian melakukan

aktivitas atau pergerakan.(3)

Osteoartritis disebut juga penyakit sendi degeneratif, merupakan gangguan

sendi tersering. Kelainan ini sering, jika tidak dapat dikatakan pasti, menjadi bagian

proses penuaan dan penyebab penting cacat fisik pada orang berusia 65 tahun.

Gambaran mendasar pada osteoartritis adalah degenasi tulang rawan sendi ,

perubahan struktural selanjutny yang terjadi di tulang bersifat sekunder. Pada

sebagian besar kasus, penyakit ini muncul tanpa faktor predisposisi yang jelas

sehingga disebut primer. Sebaliknya, pada osteoartritis sekunder adalah perubahan

degeneratif yang terjadi pada sendi yang sudah mengalami deformitas, atau

degenerasi sendi yang terjadi dalam konteks penyakit metabolik tertentu, seperti

hemokromatosis atau diabetes melitus.(4)

3. Epidemiologi

Osteaoartritis adalah bentuk artritis yang paling umum, dengan jumlah pasien

sedikit melampaui separuh jumlah pasien artritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak

5

Page 6: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

pada perempuan daripada laki-laki dan terutama ditemukan pada orang-orang yang

berusia lebih dari 45 tahun.(2)

Penyakit ini pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan normal, sebab

insiden bertambah dengan meningkatny "usia". Osteoartritis dahulu diberi nama

artritis " yang rusak karena dipakai" karena sendi. Namun menjadi aus dengan

bertambahnya usia. Tetapi, penemuan penemuan yang lebih baru dam bidang

biokimia dan biomekanik telah menyanggah teori ini.(2)

4. Faktor resiko

Faktor risiko pada osteoartritis meliputi hal-hal sebagai berikut : (3)

1. Peningkatan usia. Osteoartritis biasanya terjadi pada manusia usia

lanjut, jarang dijumpai penderita osteoartritis yang berusia dibawah 40

tahun.

2. Obesitas. Membawa beban lebih berat akan membuat sendi

sambungan tulang bekerja lebih berat, diduga memberi andil

terjadinya osteoartritis.

3. Jenis kelamin

4. Trauma

5. Infeksi sendi

6. Trauma okupasional

7. Faktor genetik. Beberapa kasus orang lahir dengan kelainan sendi

tulang akan lebih besar kemungkinan mengalami osteoarthritis

6

Page 7: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

8. Riwayat peradangan sendi

9. Gangguan neuromuscular

10. Gangguan metabolik

Faktor genetik berperan dalam kerentanan terhadap osteoartritis terutama pada

kasus mengenai tangan dan panggul. Gen atau Gen-gen yang spesifik yang

bertanggung jawab untuk ini belum teridentifikasi meskipun pada sebagian kasus

diperkirakan terdapat keterkaitan dengan kromosom 2 dan 11. Risiko osteoartritis

meningkat setara dengan densitas tulang, kadar estrogen yang tinggi juga dilaporkan

berkaitan dengan peningkatan risiko. Namun, keseluruhan yang dimainkan oleh

hormon dalam patogenesis yang dimainkan oleh hormon dalam patogenesisi

osteoartritis masih belum jelas.(2)

Faktor-faktor genetik memainkan peranan beberapa bentuk osteoartritis.

Perkembangan osteoartritis sendi-sendi interfalang distal tangan (nodus Heberden)

dipengaruhi oleh jenis kelamin dan lebih dominan pada perempuan. Nodus heberdens

10 kali lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki.(2)

Hormon seks dan faktor-faktor hormonal lain juga kelihatannya berkaitan

dengan perkembangan osteoartritis. Hubungan antara estrogen dan pembentukan

tulang dan prevalensi osteoartritis pada perempuan menunjukkan bahwa hormon

memainkan peranan aktif dalam perkembangan dan progresivitas penyakit ini (3)

5. Patofisiologi osteoartritis

7

Page 8: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

Kartilago sendi yang merupakan sasaran utama OA, memiliki dua fungsi

mekanis utama. Pertama, kartilago membentuk permukaan yang sangat halus

sehingga pada pergerakan sendi satu tulang menggelincir tanpa hambatan terhadap

tulang yang lain (dengan cairan sinovium sebagai pelumas). Kedua, kartilago sendi

merupakan penyerap beban (shock absorber) dan mencegah pengumpulan tekanan

pada tulang sehingga tulang tidak patah sewaktu sendi mendapat beban. (9)

Kartilago terdiri dari sel kondrosit (2%) dan matriks ekstraseluler (98%).

Kondrosit berperan dalam sintesis kolagen dan proteoglikan, sedangkan matriks

ekstraseluler sebagian besar terdiri dari air (65-80%), kolagen tipe II (15-25%),

proteoglikan (10%), dan sisanya kolagen tipe VI, IX, XI, dan XIV. Proteoglikan

terdiri dari inti protein dengan cabang-cabang glikosaminoglikan, terutama krondoitin

sulfat dan keratin sulfat. Proteoglikan membentuk kesatuan dengan asam hialuronat,

dan keduanya berperan dalam menyokong stabilitas dan kekuatan kartilago. Selain

itu, proteoglikan juga berperan dalam menahan beban tekanan (tensile strength),

sedangkan kolagen berperan dalam menahan beban regangan dan beban gesekan

(shear strength).(9)

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam tubuh

manusia. Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang memungkinkan

terjadinya gesekan. Untuk melindungi tulang dari gesekan, di dalam tubuh ada tulang

rawan. Namun karena berbagai faktor risiko yang ada, maka terjadi erosi pada tulang

rawan dan berkurangnya cairan pada sendi. Tulang rawan sendiri berfungsi untuk

8

Page 9: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

meredam getar antar tulang. Tulang rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang

berfungsi untuk menguatkan sendi, proteoglikan yang membuat jaringan tersebut

elastis dan air (70% bagian) yang menjadi bantalan, pelumas dan pemberi nutrisi.(1)

Pada keadaan normal, pada kartilago sendi terdapat keseimbangan antara enzim

degradatif dan regeneratif. Sebagai enzim degradatif terdapat lisosomal protease

(cathepsin), plasmin, dan matrix metalloproteinases / MMPs (stromelysin,

collagenase, dan gelatinase) yang merusak makromolekul matriks kartilago

(proteoglikan dan kolagen). Sedangkan sebagai faktor regeneratif terdapat enzim

tissue inhibitor of metalloproteinases (TIMP) dan plasminogen activator inhibitor-1

(PAI-1) yang disintesis oleh kondrosit, serta faktor-faktor pertumbuhan, seperti

insulin-like growth factor-1 (IGF-1), transforming growth factor- β (TGF-β), dan

basic fibroblast growth factor yang berfungsi merangsang sintesis proteoglikan.(1)

Pada OA terjadi peningkatan aktivitas enzim-enzim degradatif. Peningkatan

sintesis dan sekresi enzim degradatif tersebut dapat distimulasi oleh interleukin-1 (IL-

1) atau faktor stimulasi mekanik. IL-1 sendiri diproduksi oleh sel fagosit

mononuklear, sel sinovial, dan kondrosit. IL-1 bersifat katabolik terhadap kartilago

dan menekan sintesi proteoglikan, sehingga ikut menghambat proses perbaikan

matriks kartilago secara langsung. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan

proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen, dan berkurangnya kadar air kartilago,

sehingga terjadi kerusakan fokal kartilago secara progresif. (9)

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada

rawan sendi. Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal mensintesis matriks yang

9

Page 10: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

berkualitas dan memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks

ekstraseluler, termasuk produksi kolagen tipe I, III, VI dan X yang berlebihan dan

sintesis proteoglikan yang pendek. Hal tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada

diameter dan orientasi dari serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang

rawan, sehingga tulang rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik.(1)

Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA, terutama

setelah terjadi sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman.

Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam

rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan kondrosit. Pada

akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan

terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik. MMPs diaktifkan melalui kaskade

yang melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen, plamsinogen, plasmin),

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran. Kaskade enzimatik ini dikontrol

oleh berbagai inhibitor, termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator plasminogen. (1)

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di dalam

matriks rawan sendi yang disebut agrekan. Ada dua tipe agrekanase yaitu agrekanase

1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11). (1)

Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan proteoglikan adalah

katepsin, yang bekerja pada pH rendah, termasuk proteinase aspartat (katepsin D) dan

proteinase sistein (katepsin B, H, K, L dan S) yang disimpan di dalam lisosom

10

Page 11: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

kondrosit. Hialuronidase tidak terdapat di dalam rawan sendi, tetapi glikosidase lain

turut berperan merusak proteoglikan.(1)

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam menghasilkan

enzim perusak rawan sendi. Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan melekat pada reseptor

di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan menyebabkan transkripsi gene MMP

sehingga produksi enzim tersebut meningkat. Sitokin yang terpenting adalah IL-1,

selain sebagai sitokin pengatur (IL-6, IL-8, LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4, IL-10,

IL-13 dan IFN-γ). Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi

berbagai MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs. Selain itu, IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1. IL 1 juga berperan menurunkan sintesis kolagen

tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III, sehingga

menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk (1)

Perkembangan osteoartritis terbagi atas tiga fase, yaitu:

1) Fase 1

Terjadi pengurangan proteolitik pada matrik kartilago. Metabolisme kondrosit

menjadi terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim seperti metalloproteinasea

yang kemudian hancur dalam matriks kartilago. Kondrosit juga memproduksi

manifestasi pada penipisan kartilago.

2) Fase 2

Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilagi,disertai adanya

pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam cairan sinovia.

3) Fase 3

11

Page 12: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi respon inflamasi pada

sinovia. Produksi magrofag sinovia seperti interleukin 1 (IL-1), tumor necrosis

factor-alfa (TNFa), dan metalloproteinases menjadi meningkat. Kondisi ini

memberikan manifestase balik pada kartilago dan secara langsung memberikan

adanya destruksi pada kartilago. Molekul-molekul pro-inflamasi lainny seperti

nitric oxide (NO) juga ikut terlibat. Kondisi ini memberikan manifestasi perubahan

arsitektur sendi, dan memberikan dampak terhadap pertumbuhan tulang akibat

stabilitas sendi. Perubahan arsitektur sendi dan stres inflamasi memberikan

pengaruh pada permukaan artikular menjadikan kondisi gangguan yang progressif.

(3)

Osteoartritis ditandai dengan perubahan signifikan baik dalam komposisi

maupun sifat mekanis tulang rawan. Pada awal perjalanan penyakit, tulang rawan

mengalami degenerasi memperlihatkan kandungan air dan penurunan konsentrasi

proteoglikan dibandingkan dengan tulang rawan sehat. Selain itu, tampaknya terjadi

perlemahan jaringan kolagen, mungkin karena penurunan sintesis lokal kolagen tipe

II dan peningkatan pemecahan kolagen yang sudah ada. Kadar molekul perantara

tertentu termasuk IL-1, TNF dan nitrat oksida, meningkat pada tulang rawan artritis

dan tampaknya ikut berperan menyebabkan perubahan komposisi tulang rawan.

Apoptosis juga meningkat, yang mungkin menyebabkan penurunan jumlah kondrosit

fungsional. Secara keseluruhan, perubahan ini cenderung menurunkan daya regang

dan kelenturan tulang rawan sendi. Sebagai respon terhadap perubahan regresif ini,

kondrosit pada lapisan yang lebih dalam berproliferasi dan berupaya "memperbaiki"

12

Page 13: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

kerusakan dengan menghasilkan kolagen dan proteoglikan baru. Sintesis kolagen dan

proteoglikan ini meningkat tajam pada osteoartritis, namun substansi ini ini juga

dihancurkan dengan kecepatan yang lebih tinggi,sehingga pembentukan tidak

mengimbangi kebutuhan, meskipun perbaikan ini pada mulanya mampu

mengimbangi kemerosotan tulang rawan, sinyal molekular yang menyebabkan

kondrosit lenyap dan matriks ekstrasel berubah akhirny menjadi predominan.

Sejumlah kartilago tipe I menggantikan tipe II yang normal, sehingga terjadi

perubahan pada diameter dan serat kolagen yang mengubah biomekanika dari

kartilago, rawan sendi kemudian kehilangan sifat komprebilitasnya yang unik. Faktor

yang menyebabkan pergeseran dari gambaran reparatif menjadi degeneratif ini masih

belum diketahui.(2)

5.1 Sitokin

Sitokin adalah mediator (berupa protein atau glikoprotein dengan berat molekul

8-80kDa) yang dihasilkan oleh sel dalam reaksi radang atau imunologik yang

berfungsi sebagai isyarat antara sel-sel untuk membentuk jaringan komunikasi dalam

respon imun. Sitokin tersebut mempengaruhi peradangan dan imunitas melalui

pengaturan pertumbuhan, mobilitas dan diferensiasi lekosit dan sel-sel jenis lain (5).

Sitokin dapat bersifat autokrin atau berefek pada sel yang menghasilkannya

maupun parakrin atau bekerja pada sel yang berdekatan. Sitokin bekerja dengan cara

berikatan dengan reseptor spesifik pada membran sel , memulai kaskade yang

menyebabkan induksi, dan peningkatan atau penghambatan berbagai respon imun (5).

13

Page 14: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

Sitokin hampir tidak pernah diproduksi atau bekerja sendirian, tetapi selalu

dalam suatu jaringan kerja yang kompleks. Yang termasuk dalam sitokin adalah

berbagai interleukin (IL-1, IL-2, dan seterusnya), interferon (IFN α, β, dan γ), faktor

nekrosis tumor (tumour necrosis factor, TNF), faktor perangsang koloni (colony

stimulating factor, CSF), faktor pertumbuhan (growth factor), dan khemokin (sitokin

khemotaktik), dll (5). Sitokin adalah sentral patogenesa yang akan meningkat

jumlahnya bila terdapat suatu penyakit. Sitokin adalah protein larut, ia adalah

mediator peptide yang dihasilkan oleh sel dalam suatu reaksi radang atau

imunologik , sitokin bereaksi pada penyembuhan host akibat cedera dan berfungsi

sebagai isyarat antara sel sel untuk mengatu respon setempat dan kadang kadang juga

secara sistemik. Sitokin yang dihasilkan oleh limfosit disebut dengan limfokin dan

yang diproduksi oleh macrophage atau monosit disebut dengan monokin. Dalam

fungsinya sebagai signal interseluler, sitokin mengatur respon inflamasi lokal dan

sistemik. Umumnya sitokin bertindak sebagai parakrin ( secara lokal dekat dengan sel

yang memproduksinya ) atau secara autokrin yaitu langsung bereaksi pada sel yang

memproduksinya. Sitokin memodulasi reaksi pejamu terhadap antigen asing atau

agen penyebab cedera dengan cara mengatur penyembuhan. Mobilitas dan

diferensiasi leukosit beserta sel selnya. Interaksi yang komplek antara limfosit, sel

radang danelemen seluler lainnya didalam jaringan juga dimediatori oleh

sitokin.Sitokin membantu dalam regulasi dan perkembangan sel sel imun efektor,

komunikasi antarsel atau langsung sebagai efektor. Umumnya sitokin disintesa dan

14

Page 15: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

disekeresikan dalam bentuk peptide atauglikoprotein dengan BM ( berat molekul )

rendah.(8)

Aktifitas sitokin yang sangat spesifik, memudahkan dalam pendeteksian dan

identifikasinya, terutama dengan perkembangan tehnologi sekarang ini.Beberapa

sitokin diberi nama sesuai dengan aktifitas biologiknya, misal; macrophace activation

factor (MAF),macrophage migration inhibiting factor (MIF). Leukositderived

chemotactic factor (CTX),limpotoxin ( LT),dan osteoclast activating factor (OAF).(8)

Berbagai macam interaksi antar-sitokin, adalah (5)

(1) Sinergistik atau antagonistik, beberapa sitokin bekerja secara sinergistik atau

secara antagonistik terhadap suatu aktivitas tertentu;

(2) Induksi atau inhibisi, beberapa sitokin dapat menginduksi atau menghambat

produksi sitokin yang lain, dalam suatu bentuk sinergi atau antagonisme

berurutan (efek kaskade);

(3) Regulasi ekspresi reseptor, beberapa sitokin meregulasi ekspresi reseptornya

sendiri maupun reseptor sitokin yang lain (Samik & Madarina, 2002).

Hampir semua proses peradangan mengakibatkan aktivasi makrofag jaringan

dan infiltrasi monosit darah. Aktivasi menyebabkan banyak perubahan-perubahan

dalam sel, diantaranya adalah produksi TNF, IL-1, dan IL-6, sitokin-sitokin yang

meyebabkan efek multipel. Efek-efek ini meliputi

(1) Induksi demam

(2) Respon fase akut hepatik, yang disertai lekositosis dan produksi protein

15

Page 16: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

fase akut seperti CRP, dan

(3) Diferensiasi dan/atau aktivasi dari sel T, sel B dan makrofag-makrofag

Interleukin-1 adalah sitokin polipeptida yang dihasilkan pada proses inflamasi

dengan spektrum aktivitas imunologik luas. Beberapa penelitian menunjukkan

peranan IL-1 sebagai mediator inflamasi penyakit dengan onset akut dan kronik. IL-1

juga berperan mengontrol limfosit, sedangkan peran IL-1 dalam proses peradangan

secara umum bersifat tidak spesifik. Kelompok IL-1 (IL-1 gene family) terdiri dari 3

jenis yaitu IL-lα, IL-1β, dan IL-1 receptor antagonist (IL-1Ra) (6).

Interleukin-1α dan IL-1β bersifat agonis menimbulkan reaksi radang atau

disebut sitokin proinflamasi. Interleukin-1 receptor antagonist bersifat menghambat

efek biologis IL-1 atau disebut sitokin antiinflamasi. Peningkatan produksi IL-1 oleh

sel mononuklear sudah dikemukakan pada beberapa kondisi patologis. Interleukin-1

juga merupakan mediator penting dalam proses keganasan (Akagi, 1999).(6)

5.2 Peran IL-1ß pada osteoartritis

IL-1ß diproduksi sebagai prekursor yaitu pro-IL-1ß. Enzim intraseluler

bertanggung jawab adalah caspase-1 yang juga disebut IL-1ß-converting enzyme

(ICE). Kondrosit, target seluler utama untuk IL-1ß, tidak hanya mengekspresikan

reseptor untuk sitokin ini, tetapi juga mengekspresikan lebih tinggi IL-1RI pada

pasien dengan OA. Shlopov, et al melaporkan bahwa kondrosit yang terletak di

16

Page 17: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

tulang rawan proksimal lebih banyak mengekspresikan IL-1ß dibandingkan dengan

kondrosit dari tulang rawan morfologi normal dari sendi yang sama

Efek destruktif IL-1ß di OA mencakup peningkatan katabolisme tulang rawan

dan penurunan anabolisme tulang rawan.

1. Peningkatan katabolisme tulang rawan.

Induksi molekul proteolitik yang terlibat dalam degradasi kartilago.

IL-1ß telah dianggap sebagai mediator kehilangan tulang rawan pada OA dan

IL-1ß menstimulasi enzim proteolitik utama ekstraseluler dalam degradasi kartilago,

seperti matriks metalloproteinase (MMP) dan A disintegrin metaloproteinase

(ADAMTS). (8)

ADAMTS, atau juga yang disebut agrakanase, adalah enzim yang terlibat

dalam proses degradasi. Fan, et al melaporkan adanya peningkatan ADAMTS-4 di

kondrosit manusia dan OA normal oleh IL-1ß , dan Bondeson, et al mengamati

bahwa kedua ADAMTS-4 dan -5 yang distimulasi oleh IL-1ß pada sinovial OA.(8)

Tidak hanya mediator proteolitik seperti MMP dan ADAMTS yang dstimulasi

oleh IL-1ß. Misalnya, Mehraban, et al melaporkan peningkatan ekspresi B cathepsin

di osteochondrocytes setelah pemberian IL-1ß , Dan Milner, et al dijelaskan IL-1ß

menginduksi aktivasi fibroblast protein-α (FAPα). Selain itu, Schwab, et al

melaporkan bahwa urokinase-jenis reseptor aktivator plasminogen (uPAR) yang

terlibat dalam degradasi kartilago oleh proteinase serin dan diregulasi dalam OA juga

17

Page 18: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

dirangsang kondrosit yang dstimulasi IL-1ß. Shikhman, et al melaporkan bahwa

stimulasi kondrosit manusia dengan IL-1ß mengakibatkan peningkatan glycosidases

lisosomal ekstraseluler.

Induksi mediator inflamasi dan infiltrasi sel.

Ada bukti infiltrasi sel yang dapat dikaitkan dengan beberapa karakteristik

histopatologi OA seperti penebalan lapisan lapisan membran sinovial, vaskularisasi

meningkat, cellularity cairan sinovial, dan sekresi degradatif enzim. Misalnya,

Nakamura, et al meneliti peningkatan populasi sel T di semua jaringan sinovial OA,

khususnya di daerah perivaskular, Dan Da, et al menunjukkan bahwa infiltrasi

sinovial oleh limfosit B hadir di hampir setengah dari kasus OA lutut . Walsh, et al

melaporkan peningkatan makrofag sinovial pada pasien dengan OA dibandingkan

dengan kelompok kontrol

Selain itu, IL-1ß memiliki kapasitas untuk menginduksi mediator proinflamasi

beberapa termasuk sitokin, kemokin, faktor angiogenik, dan enzim proteolitik yang

terlibat dalam peningkatan sel hematopoietik lokal selama OA. Sebagai contoh, IL-1ß

yang menginduksi MMP telah terbukti terlibat dalam infiltrasi sel. Selain itu, peneliti

telah melaporkan bahwa IL-1ß menstimulasi sel kondrosit yang menyebabkan

ekspresi tumor necrosis factor-α (TNF-α), IL-8, faktor pelengkap, dan prostaglandin

E , masing-masing memiliki kapasitas untuk menginduksi hematopoietik infiltrasi sel

dan menyebarkan peradangan lokal dan kerusakan jaringan. Selanjutnya, IL-1ß

menginduksi faktor angiogenik seperti faktor pertumbuhan endotel vaskular, di

samping beberapa kemokin seperti RANTES, dan reseptor seperti CCR4,

18

Page 19: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

menyebabkan infiltrasi sel inflamasi ke dalam synovia. Beberapa peneliti telah

melaporkan peningkatan lokal di sel mononuklear / makrofag selama perjalanan OA,

dengan sel-sel menjadi sumber penting dari enzim proteolitik dan molekul radikal

bebas

2. Penurunan anabolisme tulang rawan

Beberapa studi telah menunjukkan bahwa selain dari peningkatan degradasi

matriks ekstraseluler, IL-1ß dapat menurunkan sintesis matriks ekstraseluler dengan

mengurangi aktivitas anabolik kondrosit dan / atau kepadatan sel dari tulang rawan

artikular. (8)

Penurunan regulasi PG dan biosintesis kolagen.

Pfander, et al melaporkan penurunan lebih dari 40% aggrekan oleh kondrosit

OA setelah pemberian IL-1ß. Kompor, et al menunjukkan bahwa IL-1ß menurunkan

regulasi aggrekan transkip dalam kondrosit OA manusia 2-3 kali lipat. Eger, et al

menunjukkan bahwa kedua jenis kondrosit dari lutut manusia normal dan

pergelangan kaki merespon IL-1ß dengan penurunan sintesis proteoglikan. Attur, et

al melaporkan bahwa 5 ng / ml IL-1ß secara signifikan bisa menekan sintesis PG dari

kondrosit manusia. Efek buruk dari IL-1ß pada anabolisme proteoglikan dapat

memberikan efek penurunan galaktosa-ß-1, 3-glucuronosyl transferase I (GlcAT-I),

yang merupakan enzim kunci dalam biosintesis glikosaminoglikan yang terkait

dengan protein inti proteoglikan. (8)

19

Page 20: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

Kolagen, merupakan protein utama sendi, adalah target lain yang sintesisnya

ditekan oleh IL-1ß. Shakibaei, et al melaporkan adanya penurunan kolagen tipe II

oleh kondrosit pada pemberian diberi IL-1ß . Menggunakan Western blotting, Yudoh,

et al melaporkan penurunan yang signifikan dalam produksi kolagen tipe II oleh

kondrosit kelinci diinkubasi karena pemberian 10 ng / ml IL-1ß . Goldring, et al

melaporkan penurunan mRNA kolagen tipe II oleh sel kondrosit . Beberapa bagian

dari efek penghambatan ini disebabkan penurunan transkripsi kolagen, karena IL-1ß

menekan sintesis dari kolagen. Penurunan kolagen sangat spesifik, seperti beberapa

enzim dan faktor transkripsi yang diregulasi oleh IL-1ß. Dalam sebuah penelitian

menggunakan fibroblast manusia, Nawrat, et al melaporkan penurunan 50%

biosintesis kolagen setelah pemberian 10 ng / ml IL-1ß dalam 24 jam. (8)

Induksi apoptosis kondrosit.

IL-1ß juga dapat menginduksi apoptosis kondrosit. Beberapa peneliti

melaporkan berkurangnya kondrosit karena peningkatan apoptosis kondrosit pada

pasien OA, dengan kemungkinan potensial IL-1ß sebagai penyebab dalam proses ini.

Misalnya, Lopez-Armada, et al melaporkan depolarisasi mitokondria dan

peningkatan proapoptotic Bcl-2 protein keluarga (karakteristik sel apoptosis)

kondrosit artikular manusia dengan pemberian IL-1ß . Heraud, et al menjelaskan

bahwa dalam tulang rawan OA manusia 18% -21% dari kondrosit menunjukkan fitur

apoptosis dan IL-1ß bisa meningkatkan persentase sel apoptosis pada tulang rawan

normal dan OA . Juga, apoptosis dapat secara signifikan diinduksi dalam kondrosit

kelinci dibudidayakan di hadapan IL-1ß. Yasuhara, et al menunjukkan disfungsi

20

Page 21: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

mitokondria dan menipisnya energi kondrosit-seperti ATCD5 sel, yang akhirnya

memicu peningkatan kematian sel setelah pemberian IL-1ß. (8)

Bagaimana IL-1ß menginduksi kematian kondrosit tidak sepenuhnya dipahami,

tetapi nitrat oksida (NO) memungkinkan sebagai penyebab. Misalnya, Pelletier, et al

melaporkan meskipun produksi NO oleh tulang rawan manusia normal adalah tidak

terdeteksi, OA tulang rawan spontan menghasilkan NO, dan sintesis NO ini

distimulasi oleh IL-1ß . Dalam studi oleh Tenor, et al, IL-1ß diinduksi kondrosit OA

manusia untuk menghasilkan sejumlah besar NO. . Dengan demikian, IL-1ß dapat

menginduksi apoptosis kondrosit dengan meningkatkan konsentrasi NO melalui

peningkatan enzim NO sintetase, enzim yang bertanggung jawab untuk memproduksi

NO. Hal ini dapat mengakibatkan pembentukan tidak hanya dari NO, tetapi juga

turunannya seperti peroxynitrite (ONOO-), yang akhirnya dapat menyebabkan

apoptosis kondrosit. Atau, IL-1ß dapat menyebabkan kematian sel melalui jalur lain

seperti ceramide.(8)

Proses terjadinya penyakit dan berbagaai reaksi inflamasi tubuh  tergantung dari

interaksi yang terdapat diantara virus atau bakteri dan sel yang terdapat pada

sistemimmune. Interaksi ini diperantarai oleh sitokin dan kemokin yang diproduksi

oleh sel asal atau juga sel pendatang yang terdapat pada daerah keradangan. Sel yang

menghasilkan sitokin adalah macrophage/monocyt, dendritic sel, limposit,neutropil,

sel endothelial dan fibroblast .Sitokin adalah suatu sentral patogenesa yang akan

meningkat jumlahnya bila terdapat suatu penyakit.sitokin adalah protein larut , ia

21

Page 22: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

adalah mediator yang dihasilkan oleh sel dalam suatu reaksi radang atau imunologik

yang berfungsi sebagai isyarat antara sel sel untukmengatur respon setempat dan

kadang kadang juga secara sistemik.Sitokin mempengaruhi peradangan dan imunitas

melalui pengaturan pertumbuhan,mobilitas dan diferensiasi lekosit dan sel sel

lainnya.

6. Diagnosis

Gejala yang sering muncul pada osteoarthritis adalah nyeri sendi yang

diperburuk oleh aktivitas dan gejala mereda setelah istirahat. Nyeri sendi dari OA

berhubungan dengan aktivitas sendi tersebut. Nyeri dapat terjadi selama atau setelah

aktivitas dan kemudian secara bertahap hilang. Contohnya nyeri lutut atau pinggul

pada aktivitas naik atau turun tangga, nyeri sendi karena menahan beban saat

berjalan. Pada tahap awal penyakit, nyeri episodik sering dipicu setelah satu atau dua

hari penggunaan yang terlalu aktif dari sendi yang sakit, misalnya orang dengan OA

lutut yang melakukan olahraga lari jarak jauh dan beberapa hari kemudian timbul rasa

nyeri pada sendi. Seiring proses berjalannya penyakit, rasa nyeri menjadi terus

menerus dan bahkan mengganggu di malam hari. Gejala kaku sendi pada pagi hari

cukup umum dijumpai, durasinya berkaitan dengan keparahan penyakit. Kekakuan

sendi bisa terjadi setelah tidak melakukan aktivitas selama beberapa jam. Pada

pemeriksaan muskuloskeletal mungkin ditemukan edema, deformitas, krepitasi, dan

terbatasnya pergerakan sendi. Nyeri tekan pada umumnya ditemukan di sekitar

persendian.(10)

22

Page 23: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

OA adalah penyebab paling umum nyeri lutut kronis pada orang di atas usia 45

tahun, tetapi banyak terdapat diagnosis banding. Arthritis inflamasi dimungkinan jika

terdapat kekakuan sendi pada pagi hari. Pada bursitis biasanya nyeri meningkat saat

bergerak terutama pada malam hari. Pemeriksaan fisik harus dititikberatkan pada

apakah nyeri tekan terdapat tepat pada sendi atau di luar sendi.(10)

Tidak ada tes darah rutin diindikasikan untuk pemeriksaan pasien dengan OA

kecuali terdapar gejala dan tanda arthritis inflamasi. Pemeriksaan cairan sinovial

sering lebih membantu diagnosis daripada foto sinar-x. Jika jumlah cairan sinovial

putih adalah> 1000 per L. inflamasi arthritis atau gout atau pseudogout mungkin

terjadi, dimana gout dan pseudogout juga dapat diidentifikasi dengan adanya kristal.

(10)

Diagnosis OA seringkali bisa didasarkan pada pemeriksaan fisik, namun bisa

dilakukan pemeriksaan radiologis berupa foto sinar-x untuk memastikan diagnosis.

MRI dapat mengungkapkan tingkat patologi pada sendi osteoarthritis, namun tidak

diindikasikan sebagai bagian dari pemeriksaan diagnostik.(10)

Temuan radiologis dari osteoarthritis antara lain menyempitnya celah antar sendi,

terbentuknya osteofit, dan sklerosis subchondral. (10)

7. Predileksi osteoartritis

Adanya predileksi OA pada sendi-sendi tertentu (carpometacarpal I,

metatarsophalangeal I, sendi apofiseal tulang belakang, lutut, dan paha) adalah nyata

sekali. Sebagai perbandingan, OA siku, pergelangan tangan, glenohumeral atau

23

Page 24: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

pergelangan kaki jarang sekali dan terutama terbatas pada orang tua. Distribusi yang

selektif seperti itu sampai sekarang masih sulit dijelaskan.(9)

Di tangan, sendi yang paling sering terkena adalah interfalang distal (DIP) yang

terbentuk nodul Heberden (Heberden’s nodes), interfalang proksimal yang terbentuk

nodul Bouchard (Bouchard’s nodes), dan sendi metacarpal memberikan gambaran

square’s hand. 6 Osteoartritis pada jari-jari tangan adalah salah satu OA yang

tampaknya merupakan kelainan herediter yang diturunkan dalam keluarga. Lebih

banyak wanita yang menderita daripada pria, dan berkembang terutama setelah

menopause.(9)

24

Page 25: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

Lutut merupakan titik tumpuan tubuh yang utama sehingga sendi lutut paling

sering terkena OA. Jika tidak ditangani, maka OA lutut dapat menyebabkan

disabilitas. OA lutut dapat mengenai kompartemen femorotibialis medial atau lateral

dan/atau kompartemen ptelofemoralis. OA di kompartemen medial dapat

menimbulkan deformitas varus (bow-legged), dan di kompartemen lateral dapat

menimbulkan deformitas valgus (knock-knee).(9)

Osteoartritis lumbal atau OA panggul dapat terasa nyeri yang dirasakan di

daerah panggul, atau di inguinal, dapat menjalar ke paha bagian dalam atau ke

bokong.(9)

25

Page 26: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

Osteoartritis pada tulang belakang dapat mengarah pada stenosis spinalis

(neurogenic claudication) pada keadaan yang lebih lanjut, yang terasa nyeri atau sakit

pada kaki atau bokong jika berdiri atau berjalan.(9)

Salah satu teori mengatakan bahwa sendi-sendi yang sering terkena OA adalah

sendi-sendi yang paling akhir mengalami perubahan-perubahan evolusi, khususnya

dalam kaitan dengan gerakan mencengkram dan berdiri dua kaki. Sendi-sendi

tersebut mungkin mempunyai rancang bangun yang suboptimal untuk gerakan-

gerakan yang mereka lakukan, mempunyai cadangan mekanis yang tidak mencukupi,

dan dengan demikian lebih sering gagal daripada sendi-sendi yang sudah mengalami

adaptasi lebih lama.(9)

8. Penatalaksanaan osteoartritis

Sampai saat ini tidak ada terapi yang bisa mengobati osteoarthritis. Tujuan terapi

osteoarthritis adalah untuk mengurangi rasa nyeri dan meminimalisasi hilangnya fungsi

fisik. Pengobatan OA dilakukan secara komprehensif yaitu menangani semua gangguan

yang dialami dan meningkatkan fungsi. Pengobatan komprehensif tersebut dapat

dilakukan dengan terapi farmakologis dan atau terapi nonfarmakologis. Pasien dengan

gejala ringan yang hilang timbul mungkin perlu perawatan nonfarmakologis saja.

Namun, pasien dengan nyeri hebat yang mengganggu aktivitas sehari-hari mungkin

membutuhkan terapi komprehensif, baik terapi nonfarmakologis maupun terapi

farmakologis. (10)

26

Page 27: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

a) Farmakoterapi

Paracetamol merupakan analgesik yang dapat dipilih dalam terapi OA. Untuk

sebagian pasien, efek obat ini sudah adekuat dalam menghilangkan nyeri sehingga

penggunaan OAINS yang memiliki efek lebih toksik terhadap tubuh dapat dihindari.

OAINS merupakan obat paling populer untuk mengobati osteoarthritis. Obat ini

dapat diberikan secara topikal atau oral. Dalam uji klinis, OAINS oral menghasilkan efek

analgesik 30% lebih besar daripada paracetamol dosis tinggi. Sebagian pasien yang

diobati dengan OAINS mengalami efek yang signifikan, sedangkan sebagian lain

mengalami sedikit perbaikan. OAINS harus diberikan secara topikal atau per oral sesuai

kebutuhan karena efek samping akan berkurang jika obat digunakan dosis intermiten

rendah. Jika penggunaan obat sesekali adalah kurang efektif, maka pengobatan setiap

hari dapat diindikasikan. OAINS peroral sering menimbulkan efek samping, yang paling

banyak adalah efek toksisitas pada saluran cerna, termasuk dispepsia, mual, kembung,

perdarahan gastrointestinal, dan tukak gastrointestinal.1

b) Nonfarmakoterapi

Tujuan utama dari terapi nonfarmakologis berkaitan dengan mengurangi beban

pada sendi yang sakit dan meningkatkan fungsi mekanisme protektif sendi sehingga

dapat mengurangi pembebanan pada sendi. Beberapa cara yang dilakukan untuk

mengurangi pembebanan sendi antara lain :

1. Menghindari/mengurangi aktivitas yang menyebabkan kerja berlebihan pada

sendi dan terbukti mengakibatkan nyeri pada sendi tersebut.

27

Page 28: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

2. Meningkatkan kekuatan otot penunjang kerja sendi untuk mengoptimalkan

fungsinya sebagai faktor protektif sendi.

Mengurangi beban yang diperoleh sendi dengan menggunakan alat bantu seperti

memasang splint pada sendi yang sakit, menggunakan tongkat untuk berjalan pada pasien

OA lutut, dan sebagainya.(10)

c) Tindakan operatif

Ketika pasien dengan OA lutut atau pinggul telah gagal menjalani pengobatan

medis dan tetap kesakitan dengan keterbatasan fungsi fisik yang menurunkan kualitas

hidup, pasien harus dirujuk untuk artroplasti total. Ini adalah operasi yang sangat efektif

dalam menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan fungsi pada sebagian besar pasien.

Saat ini tingkat kegagalan 1% per tahun. Kemungkinan keberhasilan operasi ini lebih

besar di pusat-pusat kesehatan dimana sedikitnya 25 operasi tersebut dilakukan setiap

tahun atau dengan ahli bedah yang berpengalaman dalam melakukan operasi tersebut.

Waktu penggantian lutut atau pinggul sangat penting. Jika pasien menderita selama

bertahun-tahun hingga status fungsional mereka telah menurun secara substansial dengan

otot-otot yang sudah cenderung melemah, status fungsional pasca operasi tidak dapat

meningkat setara dengan yang dicapai oleh orang lain yang menjalani operasi pada

tahapan awal dalam perjalanan penyakitnya.

28

Page 29: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

BAB III

PENUTUP

Simpulan

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di dunia.

Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga

mengganggu aktivitas sehari-hari

Osteoartritis terdiri atas yaitu OA primer dan OA sekunder. Osteoartritis primer

disebabkan faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas kolagen. Sedangkan OA

sekunder adalah OA yang berdasarkan adanya kelainan endokrin, inflamasi,

metabolik, pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu lama

dan lain-lain.

Kelainan utama pada OA adalah kerusakan rawan sendi, dapat diikuti dengan

penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan

peradangan ringan sinovium, sehingga sendi bersangkutan membentuk efusi.

Osteoartritis umumnya menyerang penderita berusia lanjut pada sendi-sendi

penopang berat badan, terutama sendi lutut, panggul (koksa), lumbal dan servikal.

Pada OA terjadi peningkatan aktivitas enzim-enzim degradatif. Peningkatan

sintesis dan sekresi enzim degradatif tersebut dapat distimulasi oleh interleukin-1

(IL-1) atau faktor stimulasi mekanik. IL-1 sendiri diproduksi oleh sel fagosit

mononuklear, sel sinovial, dan kondrosit. IL-1 bersifat katabolik terhadap kartilago

dan menekan sintesi proteoglikan, sehingga ikut menghambat proses perbaikan

29

Page 30: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

matriks kartilago secara langsung. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan

proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen, dan berkurangnya kadar air kartilago,

sehingga terjadi kerusakan fokal kartilago secara progresif.

Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal mensintesis matriks yang berkualitas

dan memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler,

termasuk produksi kolagen tipe I, III, VI dan X yang berlebihan dan sintesis

proteoglikan yang pendek

sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA, terutama setelah terjadi sinovitis,

Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam

rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan kondrosit

Efek destruktif IL-1ß di OA mencakup peningkatan katabolisme tulang rawan dan

penurunan anabolisme tulang rawan

1. Peningkatan katabolisme tulang rawan.

Induksi molekul proteolitik yang terlibat dalam degradasi kartilago

IL-1ß telah dianggap sebagai mediator kehilangan tulang rawan pada OA dan IL-

1ß menstimulasi enzim proteolitik utama ekstraseluler dalam degradasi kartilago,

seperti matriks metalloproteinase (MMP) dan A disintegrin metaloproteinase

(ADAMTS).

30

Page 31: peranan interleukin 1 pada osteoartritis

Induksi mediator inflamasi dan infiltrasi sel.

Ada bukti infiltrasi sel yang dapat dikaitkan dengan beberapa karakteristik

histopatologi OA seperti penebalan lapisan lapisan membran sinovial,

vaskularisasi meningkat, cellularity cairan sinovial, dan sekresi degradatif enzim.

2. Penurunan anabolisme tulang rawan

Penurunan regulasi PG dan biosintesis kolagen.

Dilaporkan penurunan lebih dari 40% aggrekan oleh kondrosit OA setelah

pemberian IL-1ß. Kompor, et al menunjukkan bahwa IL-1ß menurunkan regulasi

aggrekan transkip dalam kondrosit OA manusia 2-3 kali lipat.

Kolagen, merupakan protein utama sendi, adalah target lain yang sintesisnya

ditekan oleh IL-1ß. Shakibaei, et al melaporkan adanya penurunan kolagen tipe II

oleh kondrosit pada pemberian diberi IL-1ß.

Induksi apoptosis kondrosit

IL-1ß juga dapat menginduksi apoptosis kondrosit. Beberapa peneliti melaporkan

berkurangnya kondrosit karena peningkatan apoptosis kondrosit pada pasien OA,

dengan kemungkinan potensial IL-1ß sebagai penyebab dalam proses ini.

31