118
PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES PEMBENTUKAN KONSEP DIRI DAN PERILAKU MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Bunga Nabilah 150904099 Jurnalistik PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 Universitas Sumatera Utara

PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES

PEMBENTUKAN KONSEP DIRI DAN PERILAKU MAHASISWA

ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Bunga Nabilah

150904099

Jurnalistik

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

i

PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM

PROSES PEMBENTUKAN KONSEP DIRI DAN PERILAKU

MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

BUNGA NABILAH

150904099

Jurnalistik

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

ii Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Bunga Nabilah

NIM : 150904099

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Judul : PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM

PROSES PEMBENTUKAN KONSEP DIRI DAN

PERILAKU MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Medan, Juli 2019

Dosen Pembimbing, Ketua Program Studi,

Dr. Sakhyan Asmara, MSP Dra. Dewi Kurniawati, M.Si,

Ph.D.

NIP: 195609171984031001 NIP : 196505241989032001

Dekan FISIP USU,

Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si.

NIP : 197409302005011002

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar.Jika di kemudian

hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses

sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Bunga Nabilah

NIM : 150904099

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Tanda Tangan :

Tanggal :

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

iv Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Bunga Nabilah

NIM : 150904099

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Peranan Komunikasi Intrapersonal Dalam Proses

Pembentukan Konsep Diri Dan Perilaku Mahasiswa

Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Komunikasi pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji : Dr Sakhyan Asmara, MSP ( )

Penguji Utama : ( )

Ditetapkan di : Medan

Tanggal :

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara. Saya yang bertanda tangan

di bawah ini :

Nama : Bunga Nabilah

NIM : 150904099

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Universitas : Universitas Sumatera Utara (USU)

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan. Menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-ekslusif

Royalty-Free Right) atas karya ilmiah yang berjudul :

PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES

PEMBENTUKAN KONSEP DIRI DAN PERILAKU MAHASISWA ILMU

KOMUNIKASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-

ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan,

mengalihmedia/format-kan, mengolah dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai

pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal :

Yang Menyatakan,

(Bunga Nabilah)

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

vi Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti persembahkan kepada Allah SWT yang

selalumemberikan rahmatNya hingga akhirnya peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini.Tanpa izinMu, peneliti tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat beriringsalam kepada junjungan Nabi Besar kita, Muhammad SAW

semoga peneliti mendapatsafa‟atnya dikemudian hari, amin. Dan untukKedua

Orangtua saya Rimbananto, S.Hut dan Dwi Rakhayatun, S.P yang tidak pernah

berhenti untuk memberikan rasa percaya kepada saya bahwa saya bisa mencapai

kelulusan ini, dan tidak pernah putus mendoakan saya dalam keadaan apapun

beserta seluruh keluarga besaryang selalu memberikan semangat sehingga saya

bisa mencapai pada titik ini.

Penelitian ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat dalam

menyelesaikan Program Sarjana Strata 1 (S1) bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam meningkatkan peran serta para

mahasiswa.

Dalam melakukan penyusunan laporan ini, peneliti sangat sadar

sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan, semangat, serta

dukungan dari banyak pihak, baik bersifat moril ataupun materil, maka dari itu

penulis mengucapkan banyak terima kasih antara lain kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si., Ph.D selaku Ketua Jurusan Program

Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara.Serta Pembimbing

Akademik peneliti yang dengan sabar membimbing peneliti secara

akademik selama sejak awal hingga saat ini

3. Ibu Emilia Ramadhani S.Sos, M.A selaku Sektretaris Program StudiIlmu

Komunikasi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Sakhyan Asmara, MSP selaku Dosen Pembimbing Skripsi

Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara yang telah

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

memberikan bimbingan dan arahan selama ini kepada peneliti dalam

penyelesaian penelitian Skripsi.

5. Seluruh Dosen Ilmu komunikasi FISIP USU yang telah banyak sekali

memberikan pengetahuan dan arahan selama masa perkuliahan.

6. Kak Maya dan Kak Yanti, yang telah baik dan banyak membantu saya

dalam memperoleh informasi tentang perkuliahan. Da selalu siap

membantu mengurus berkas-berkas akademik saya.

7. Kepada teman dekat saya, Francois Fredly Africo. Terimakasih selalu ada

dan mendukung saya dengan tulus disegala situasi dan kondisi.

8. Kepada grup 13, sahabat saya selama perkuliahan, Alfi, Donny, Fadhil,

Fadhlan, Lady, Iki, Maya, Nuy, Odis, Rara, Rima, dan Sely. Terimakasih

atas segala cerita, bantuan, saran, dan diskusi yang bermanfaat serta

pengalaman yang mewarnai kehidupan peneliti selama masa perkuliahan

dan juga selama proses penelitian.

9. Untuk teman masa awal kuliah, Yasmin, Aldo, Rara, Maya, dan Nuy yang

sudah menemani saya disaat saya belum mempunyai teman.

10. Untuk angkatan 2015, Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP USU,

kawan-kawan yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga kita selalu

kompak dan tidak putus hubungan. Terimakasih sudah menjadi keluarga

baru saya selama masa perkuliahan ini.

11. Terimakasih juga kepada seluruh keluarga Radio Usukom angkatan 2014,

2015, dan 2016. Terimakasih atas rumah kedua saya, atas pengalaman,

cinta dan rasa nyaman selama peneliti menjadi anggota Usukom.

12. Terimakasih juga kepada seluruh keluarga KISS FM MEDAN, yang selalu

mengingatkan saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan untuk tidak

keasikan kerja.

13. Untuk teman sejak SMA yang sampai kini selalu menjadi sahabat dalam

situasi dan kondisi apapun. Terimakasih Ghalia dan Yabo karna selalu

mengingatkan peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Terimakash

selalu memberikan semangat untuk peneliti meskipun dari jauh.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

viii Universitas Sumatera

Utara

14. Kepada Para Informan Maya Sari, Irene, Azaka, Putradan Ibu Hutasoit

yang bersedia peneliti wawancara untuk memenuhi data skripsi.

Akhir kata peneliti mengucapkan banyak terima kasih dan mohon maaf

apabila ada kesalahan, harapan peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang akan membaca skripsi ini.

Medan, Agustus 2019

Penulis,

BUNGA NABILAH

NIM. 150904099

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini berjudulPeranan Komunikasi Intrapersonal Dalam Proses

Pembentukan Konsep Diri Dan Perilaku Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas

Sumatera Utara. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui

Komunikasi Intrapersonal, konsep diri dan perilaku mahasiswa Ilmu Komunikasi

FISIP USU dan untuk mengetahui peranan komunikasi intrapersonal dalam

pembentukan konsep diri dan perilaku mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU.

Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah teori Komunikasi

Intrapersonal, teori Konsep Diri, teori Peranan, dan teori Perilaku. Metode

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi kualitatif yang

menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data dan

menggunakan teori.Penelitian ini melibatkan 4 (empat) informan yaitu mahasiswa

Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2015, 2016 dan 2017 yang dipilih

secarasengaja oleh peneliti sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian dengan

menggunakan teknik purposive sampling.Dan satu orang

trianggulator.Wawancara mendalam, studi kepustakaan, dan observasi merupakan

teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, dan dalam

menganalisis data digunakan teknik analisis data kualitatif yang untuk mereduksi,

menyajikan dan menyimpulkan data yang diperoleh dari hasil wawancara.Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga informan yang komunikasi intrapersonal

bagus, memiliki konsep diri dan perilaku yang baik pula.Sedangkan satu informan

yang komunikasi intrapersonalnya buruk, memiliki konsep diri dan perilaku yang

buruk juga. Dengan demikian diketahui bahwa komunikasi intrapersonal memiliki

peran dalam proses pembentukan konsep diri dan perilaku seseorang.

Kata kunci: Komunikasi Intrapersonal, Konsep Diri, Perilaku.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

x Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

The title of this research is The Role of Intrapersonal Communication in the

Process of Forming Self-Concept and Student Behaviorof Communication

Sciences at the University of North Sumatra.The purpose of this research is to find

out Intrapersonal Communication, self-concept and behavior of USU FISIP

Communication Students and to determine the role of intrapersonal

communication in the formation of self-concept and behavior of USU FISIP

Communication Students. The theory that relevant with this research is the theory

ofIntrapersonal Communication, the theory of Self-Concept, the theory of Roleand

the theory of Behavior. The research method that used in this research is a

qualitative methodology that explains the phenomena deeply through collecting

data and using the theory. This research involved 4 (four) informants, namely

students of the 2015 USU FISIP Communication Sciences, 2016 and 2017 who

were deliberately selected by researchers in accordance with the objectives and

needs of the research using purposive sampling technique. And one trianggulator.

In-depth interviews, library studies, and observations are data collection

techniques used in this research, and in analyzing data used qualitative data

analysis techniques to reduce, present and conclude data obtained from

interviews. The results of this research indicate that the three informants whose

intrapersonal communication is good, have self-concept and good behavior as

well. Whereas one informant whose intrapersonal communication is bad, has self-

concept and bad behavior too. Thus it is known that intrapersonal communication

has a role in the process of forming one's self concept and behavior.

Keywords: Intrapersonal Communication, Self-Concept, Behavior.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ iii

HALAMANPENGESAHAN .......................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN DAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............ v

KATA PENGANTAR..................................................................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................... ix

ABSTRACT……………………………………………………………………. x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL……………………………………………………………... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah ………………………………………………………. 1

1.2 Fokus Masalah …………………………………………………………. 9

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………. 9

1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………… 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian…………..……………………………………………

11

2.2 Kajian Pustaka. …………………………………………………………. 14

2.2.1 Komunikasi…………………… ………………………………….. 14

2.2.2 Komunikasi Intrapersonal…………………………………………. 16

2.2.3 Konsep Diri……………………………………………………….. 19

2.2.4 Peranan……………………………………………………………. 24

2.2.5 Perilaku……………………………………………………………. 26

2.2.5.1 Bentuk-bentuk perilaku…………………………………… 29

2.3 Model Teoritik……….…………………………………………………... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian …………………………………………………….. 38

3.2 Objek Penelitian ……………………………………………………… 39

3.3 Subjek Penelitian ………………………………………………………. 39

3.4 Kerangka Analisis …………………………………………………….. 40

3.5 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………….. 40

3.6 Teknik Pengambilan Data……………………………………………… 42

3.7 Keabsahan Data ……………………………………………………….. 43

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

xii Universitas Sumatera Utara

3.8 Teknik Analisis Data ………………………………………………….. 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ……………………………………………………….. 46

4.1.1 Proses Penelitian…………….…………………………………… 46

4.1.2 Data Informan…………….……………………………………… 53

4.1.3 Hasil Penelitian …………………………………………………… 54

4.2 Pembahasan ……………………………………………………………. 76

4.2.1 Pelaksanaan Bentuk-Bentuk Komunikasi Intrapersonal………… 77

4.2.2 Gambaran Konsep Diri dan Perilaku Terpuji dan Tercela..……… 85

4.2.3 Peranan Komunikasi Intrapersonal Terhadap Konsep

DiridanPerilaku…………………………………………………. 90

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan……………………………………………………………….. 97

5.2 Saran…………………………………………………………………… 98

DAFTAR REFERENSI…………………………………………………… 99

LAMPIRAN……………………………………………………………….. 102

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Profil Informan Utama ……………………………………………… 54

Tabel 4.2 Profil Informan Tambahan…………………………………………… 54

Tabel 4.3 Ciri Konsep Diri Positif dan Negatif Informan……………………… 73

Tabel 4.4 Kompilasi Tabel Hasil Penelitian Sesuai Dengan Tujuan Penelitian.. 74

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

1 Universitas Sumatera Utara

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Universitas Sumatera Utara (USU) adalah salah satu universitas negeri

yang menjadi favorit masyarakat kota Medan karena itu USU memiliki jumlah

mahasiswa yang sangat banyak. Salah satu jurusan yang menjadi favorit adalah

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dengan banyaknya

jumlah mahasiswa Ilmu Komunikasi, maka beragam pula perilakunya. Peneliti

melihat beragam perilaku mahasiswa yang sangat berbeda-beda.Dari mulai

mahasiswa yang ceria, pendiam, cerewet, kutu buku, dll.Intensitas berkomunikasi

mereka juga berbeda-beda.

Komunikasi merupakan istilah yang sangat akrab dalam kehidupan sehari-

hari. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari

kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.

Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Hal yang senada diungkapkan oleh

Hafied Cangara, komunikasi berpangkal pada perkataan Latin communis yang

artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang

atau lebih (Vardiansyah:2008).

Komunikasi menjadi aktivitas yang tidak terelakkan dalam kehidupan

sehari-hari.Komunikasi memainkan peranan penting dalam kehidupan

manusia.Hampir setiap saat kita bertindak dan belajar dengan dan melalui

komunikasi.Komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukan atau

pengembangan pribadi untuk kontak sosial. Melalui komunikasi seseorang

tumbuh dan belajar, menemukan pribadi diri sendiri dan orang lain, kita bergaul,

bersahabat, bermusuhan, mencintai atau mengasihi orang lain, membenci orang

lain dan sebagainya.

Menurut Harold Laswell, cara yang baik untuk menggambarkan

komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: “Who says

what and with channel to whom with what effect?” atau siapa yang mengatakan

apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh yang bagaimana (Mulyana

: 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

2

Universitas Sumatera Utara

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang

mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (human communication)

bahwa: komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki

orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan

antarsesama manusia; (2) melalui pertukaran informasi; (3) untuk menguatkan

sikap dan tingkah laku orang lain; serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah

laku itu (Cangara:2011).

Susanto (2010) menyatakan dalam bukunya Komunikasi Manusia Esensi

dan Aplikasi dalam Dinamika Sosial Ekonomi Politik, bahwa ada lima konteks

komunikasi, yaitu: komunikasi intrapersonal (intrapersonal communication),

komunikasi antarpersonal (interpersonal communication), komunikasi kelompok

(group communication), komunikasi organisasi (organizational communication)

dan komunikasi massa (mass communication).

Dari intensitas komunikasi yang dilakukan para mahasiswa juga

berbeda.Salah satu yang menarik perhatian peneliti adalah intensitas komunikasi

intrapersonal pada mahasiswa itu sendiri.

Komunikasi intarpersonal sendiri merupakan proses komunikasi yang

terjadi dalam diri seseorang. Komunikasi ini umumnya membahas proses

pemahaman, ingatan dan interpretasi terhadap simbol yang ditangkap melalui

panca indera. Lebih jelasnya dapat dikatakan bahwa komunikasi ini merupakan

komunikasi yang terjadi terhadap diri sendiri, yang dilakukan dengan sengaja atau

tidak sengaja.

Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi dengan diri

sendiri. Ini merupakan dialog internal dan bahkan dapat terjadi saat bersama

dengan orang lain sekalipun. Sebagai contoh: ketika anda bersama seseorang, apa

yang anda pikirkan termasuk dengan komunikasi intrapersonal. Pada komunikasi

intrapersonal seringkali mempelajari peran kognisi dalam perilaku manusia.Dalam

konteks ini biasanya dilakukan berulangulang daripada dengan komunikasi

lainnya. Uniknya lagi, komunikasi intrapersonal mencakup dimana kita bisa

membayangkan, melamun, mempersepsikan dan memecahkan masalah dalam

pikiran kita (Turner:2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang

lainnya.Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis

seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya

komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi

ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri

mereka sendiri dan orang lain.

Menurut Rakhmat, komunikasi intrapersonal adalah proses pengolahan

informasi. Proses ini melewati empat tahap: sensasi, persepsi, memori, dan

berpikir. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada

dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada

suatu ungkapan ataupun obyek.

Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam

upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo'a, bersyukur, instrospeksi

diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan

kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif.Pemahaman diri pribadi ini

berkembang sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup kita.

Kita tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri kita, tetapi perilaku kita

selama ini memainkan peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman

diri pribadi ini.

Manusia dalam posisinya sebagai makhluk sosial tentu terlibat dengan

berbagai aktivitas komunikasi yang bersifat dinamis.Baik di lingkungan keluarga,

sekolah, maupun masyarakat, manusia mau tidak mau harus menjadi bagian dari

kehidupan social budaya yang melingkupinya.Manusia dalam menjalankan

kehidupannya sehari-hari, memiliki keunikan masing-masing yang terkait dengan

cara mereka dalam berkomunikasi.

Salah satunya dalam kajian komunikasi intrapersonal atau komunikasi

dengan diri sendiri atau dengan suatu subyek yang tidak tampak (misalnya

Tuhan), dimana kajian masih dipandang terlalu subjektif dan tidak dapat diketahui

kebenarannya oleh orang lain atau dinilai secara umum.

Jalalluddin Rakmat (1985) sudah lama mengungkapkan dalam buku

Psikologi Komunikasinya bahwa Luruskan Cara Berkomunikasimu maka

Luruslah Jiwamu.Meluruskan cara berkomunikasi, tentu dimulai dari KIP

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

4

Universitas Sumatera Utara

(Komunikasi Intrapribadi). Sebelum bersahabat dengan orang lain, bersahabat

dengan diri, dan mengenal diri sendiri terlebih dahulu maka seseorang akan

mengenal TuhanNya melalui dialog komunikasi spiritual.

Baharuddin (2007: 238-242 ) menerangkan bahwa semua dimensi manusia

saling berinteraksi, berdialog, atau berkomunikasi. Setiap dimensi manusia

memiliki daya, kecuali dimensi jism.Dimensi manusia memiliki kebutuhan

dasar.Kebutuhan dasar dimensi jism adalah biologis.Kebutuhan dasar dimensi

nafsu adalah keamanan, ketentraman, dan seksual.Kebutuhan dimensi akal adalah

penghargaan diri dan ingin tahu.Kebutuhan dasar kalbu adalah cinta dan kasih

sayang.Kebutuhan dasar dimensi ruh adalah perwujudan diri dan aktualisasi

diri.Kebutuhan dasar dimensi fitrah adalah keyakinan dan agama.

Menurut Baharuddin (2007), dimensi fitrah memiliki daya yang paling

tinggi. Dimensi–dimensi ini perlu difungsikan agar mereka berfungsi dan

berinteraksi. Bagaikan rumah memiliki kabelnya yang dipasang sudah terputus-

putus dan dindingnya ada yang berlubang.Besi dari pilar sebuah rumah kurang

saling mengkait satu dengan lainnya karena semen, pasir, airnya kurang, dan

besinya tidak tersambung.

KIP sering dikaitkan dengan kemampuan berkomunikasi antarpribadi.

Sebenarnya, sebelum seseorang berKAP (Komunikasi antarpribadi), ia bersahabat

dengan dirinya sendiri. KIP menunjang dan menopang semua komunikasi

seseorang.Kajian pustaka mengenai KIP (Komunikasi Intrapribadi), pertama,

Agus M.Harjana menulis Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal tahun 2003

penerbit Kanisius.Ia membahas KIP berkaitan dengan kemampuan manusia,

bermediasi, mendengarkan hati nurani, mendayagunakan kehendak bebas,

mendayagunakan daya imajinasi kreatif, dan mendayagunakan buku harian.

Kedua, AMH Gunarsa juga menulis dengan judul yang sama, 2003 dan

penerbit yang sama. Ketiga, A. Mudhofir 2012 dengan judul yang sama.

Seseorang mampu menjalin komunikasi efektif dengan stakeholder pendidikan

lain. Ia juga perlu mengolah keterampilan interpersonal skills dan intrapersonal

skills.Kepala sekolah bersama guru melatih komunikasi yang efektif.

Keempat, dalam jurnal Psikologi Udayana (2013), NR Dewi dan H.

Sudhana menulis artikel berjudul Hubungan antara Komunikasi Interpersonal

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

Pasutri dengan Keharmonisan dalam Pernikahan 2013. Jika pasangan suami dan

istri menunjukkan sikap negatif, saling curiga maka hubungan KAP atau

Komunikasi antarpribadinya menjadi renggang dan mempengaruhi KIPnya.

Smassek Sunggal (2010) dalam artikelnya yang dipublikasikan dalam

academia.edu, yaitu Hubungan antara Pemanfaatan Sumber Belajar Perpustakaan

dan Komunikasi Interpersonal dengan hasil Belajar Sosiologi, menemukan

bentuk: Intrapersonal communication adalah makna pemanfaat sumber belajar

perpustakaan, dan interpersonal communication secara bersamaan. Siswa yang

memiliki KIP semakin baik maka KIP tersebut mendukung prilaku KAPnya.

Kelima, RR. Rondowunu (2012) mengatakan keberadaan komunikasi

intrapersonal dikurangi dalam kehidupan sehari-hari, seperti sikap dan

pikiran.Peran KIP berfungsi memproses terjadinya KAP.Keenam, D. Darmawan

dalam jurnal Social and Development, MIMBAR, aktivitas belajar diamati,

komunikasi biologika diuji secara ilmiah dari pandangan Ilmiah dari pandangan

KAP dan KIP.Ketujuh, Akif Khilmiyah menulis Perbandingan Keterampilan

Intrapersonal dan Interpersonal Berbasis Pendidikan Karakter Siswa Sekolah

Dasar Negeri (SDN) Kasihan Bantul.Prestasi siswa dibentuk oleh tiga tipe

kapasitas; akademik, vokasional, dan generik atau kapasitas personal.Ia mengkaji

instrument pendidikan karakter yang meliputi ketrampilan KIP dan

KAP.Berdasarkan referensi di atas, KIP atau Komunikasi intrapribadi adalah level

pertama komunikasi, dasar, dan akar dari pohon komunikasi. KIP bisa membantu

keberhasilan KAP, komunikasi kelompok, dan komunikasi organisasi.

Berdasarkan perilaku yang peneliti amati, hal ini bisa dijadikan sebagai

acuan untuk mengobservasi bagaimana konsep diri mahasiswa tersebut.Weiten,

Dunn, & Hammer (2012) menyatakan A self-concept is a collection of beliefs

about one's own nature, unique qualities, and typical behavior. Your self-concept

is your mental picture of yourself. It is a collection of self-perceptions. For

example, a self-concept might include such beliefs as 'I am easygoing' or 'I am

pretty' or 'I am hardworking. Konsep diri adalah kumpulan keyakinan tentang diri

kita sendiri, tentang keunikan diri dan perilaku khas kita.Konsep diri Anda adalah

gambaran mental Anda sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

6

Universitas Sumatera Utara

Konsep diri adalah kumpulan dari persepsi diri, misalnya keyakinan diri

seperti 'saya orang yang santai' atau 'saya cantik' atau 'saya pekerja keras, dan

sebagainya. Ketika orang melakukan interaksi sosial melalui komunikasi

interpersonal maka setiap orang membawa sikap diri mereka masing-masing yang

satu sama lainnya berbeda. Hal inilah yang sering menyebabkan suatu interaksi

sosial bermasalah.

Carl Rogers dalam Crisp, R. J. & Turner, menyatakan terdapat tiga elemen

dalam sikap-diri (konsep diri) yaitu; a) Self-image (citra diri) adalah bagaimana

Anda melihat diri Anda sendiri.Citra diri tidak selalu sama dengan realitas yang

ada. Orang yang memiliki citra diri positif percaya bahwa mereka lebih baik dari

kenyataan yang ada. Sebaliknya, orang yang cenderung memiliki citra diri negatif

akan melihat atau melebih-lebihkan kekurangan atau kelemahan dirinya, contoh,

seorang remaja mungkin percaya bahwa ia kikuk dan canggung secara sosial

padahal ia sangat menarik dan menyenangkan. Atau seorang gadis remaja percaya

bahwa ia kelebihan berat badan, meskipun sebenarnya ia sebenarnya seorang yang

kurus.

Citra diri pada dasarnya merupakan campuran berbagai aspek seperti

karakteristik fisik, ciri-ciri kepribadian, dan peran sosial yang di jalani. b) Self-

esteem (harga diri) adalah sebarapa besar Anda menghargai diri sendiri. Sejumlah

faktor yang berbeda dapat mempengaruhi harga diri , termasuk bagaimana kita

membandingkan diri kita dengan orang lain dan bagaimana orang lain merespon

kita. Ketika orang merespon positif terhadap perilaku kita, kita cenderung

untukmengembangkan harga diri yang positif. Ketika kita membandingkan diri

kita dengan orang lain dan menemukan diri kita kurang, maka hal ini dapat

berdampak negatif pada harga diri kita. c) Ideal self (ideal diri) adalah diri ideal

yang anda inginkan atau anda cita-citakan

Konsep diri dapat bersifat positif atau negatif. Jalaluddin Rakhmat, (2004:

105) mengutip Brooks mengindentifikasi ciri orang yang memiliki konsep diri

negatif: (1).Peka pada kritik dan mudah marah (2).sangat responsif terhadap

pujian, Sikap hiperkritis, sikap berlebihan dalam melakukan penilaian terhadap

orang lain. Ia selalu mencela, mengeluh, meremehkan, dan tak pandai dan tak

sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan terhadap kelebihan orang

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

lain (3).Merasa tidak disenangi orang lain, merasa tidak diperhatikan, hingga ia

bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tak dapat merasakan

kehangatan persahabatan (4).Pesimis untuk bersaing dalam sebuah kompetisi.

Sementara itu orang yang konsep diri yang positif, ditandai dengan lima

hal, yaitu: a. Yakin akan kemampuan mengatasimasalah; b. Merasa stara dengan

orang lain; c. Menerima pujian tanpa rasa malu; d. Menyadari, bahwa setiap orang

mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya

disetujui oleh masyarakat; e. Mampu memperbaiki dirinya.

Konsep diri merupakan pengetahuan individu tentang dirinya sendiri,

pengharapan yang diinginkan, serta penilaian dengan dirinya sendiri yang diukur

dari tiga aspek atau komponen yaitu: pengetahuan, pengharapan, dan penilaian

(Calhoun dan Acocella dalam Usmara, 2002). Pengetahuan. Aspek ini merupakan

pemahaman individu terhadap apa yang diketahui mengenai dirinya, tanggung

jawab terhadap pekerjaannya, kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, serta cara

mengatasi kelemahan diri. Pengharapan berkaitan dengan sikap optimis yang

dimiliki individu terhadap masa depannya, kemampuannya mengembangkan diri,

mendapatkan kebahagiaan hidup, dan bersaing dengan individu lain. Penilaian

berkaitan dengan kesesuaian antara yang diinginkan individu dengan kondisinya,

rasa percaya diri, dan harga diri.

Konsep diri diukur dengan menggunakan skala konsep diri dengan lima

alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Cukup Sesuai (CS), Tidak

Sesuai (TS), serta Sangat Tidak Sesuai (STS).

Konsep diri adalah pemahaman tentang diri sendiri yang timbul akibat

interaksi dengan orang lain. Konsep diri merupakan faktor yang menentukan

(determinan) dalam komunikasi kita dengan orang lain (Riswandi, 2013: 64).

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita.Persepsi tentang diri

ini bisa bersifat psikologis, sosial dan fisis, menurut William D Brooks dalam

Jalaludin Rakhmat (2015: 98).Kebanyakan ahli-ahi tentang diri setuju, bahwa

konsep diri secara jelas dapat terdiferensiasikan dan terstruktur, yang merupakan

suatu keseluruhan yang stabil.

Sepanjang kehidupan, konsep diri berkembang dan berubah secara

berkelanjutan, meskipun sulit untuk membedakan antara perkembangan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

8

Universitas Sumatera Utara

perubahan konsep diri (Fittz, 1972: 35).Dengan adanya perkembangan dan

perubahan tersebut, dapatlah diterima pendapat Rogers (Hall & Lindzey, 1978:

499), bahwa struktur diri berkembang dan berubah seiring waktu.Di masa kanak-

kanak awal, ada kecenderungan perkembangan yang berasal dari citra diri (self

image) yang positif atau negatif.Selanjutnya diri terbentuk melalui interaksi

dengan lingkungan, khususnya lingkungan yang terdiri dari orang-orang yang

signifikan (orangtua, sibling).

Pada saat anak memiliki sensitifitas sosial disertai kemampuan kognisi dan

kemampuan perseptualnya menjadi matang, konsep diri menjadi berbeda dan

lebih kompleks. Berk (1996: 280, 355, 467) menjelaskan bahwa perkembangan

konsep diri diawali dari usia 2 tahun (ada rekognisi diridengan melihat dirinya di

kaca, foto, videotape); masa kanak-kanak awal (konsep dirinya bersifat kongkrit,

biasanya berdasar karakteristik nama, penampilan fisik, barang-barang milik dan

tingkahlaku sehari-hari); masa kanak-kanak pertengahan (ada transformasi dalam

pemahaman diri, mulai menjelaskan diri dengan istilah-istilah sifat kepribadian,

mulai dapat membandingkan karakteristik dirinya dengan peer-nya).

Konsep diri (self-concept) menurut Chaplin (dalam Lidya, Devi jatmika

2018) merupakan evaluasi individu baik penilaian atau penaksiran mengenai

dirinya sendiri. Papalia, Olds, & Feldman (2009) berpendapat bahwa konsep diri

dibentuk berdasarkan interaksi individu dengan orang-orang sekitarnya, apa yang

dipersepsikan orang lain mengenai diri individu yang tidak terlepas dari struktur,

peran, dan status sosial yang disandang oleh seorang individu. Konsep diri

bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan

terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain

(Subadi, 2008). Sedangkan Deaux, et al. (dalam Lidya, Devi jatmika 2018),

menyatakan konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang

mengenai dirinya. Keyakinan mengenai dirinya tersebut meliputi dengan bakat,

minat, kemampuan, penampilan fisik, dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menemukan bahwa terdapat beragam

perilaku yang bisa peneliti amati. Perilaku tersebut bisa menunjukkan bagaimana

konsep diri mahasiswa tersebut.Peneliti juga melihat tingkat komunikasi

intrapersonal mahasiswa yang berbeda.Maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

jauh mengenai Peranan Komunikasi Intrapersonal dalam Proses Pembentukan

Konsep Diri.Untuk menjawab permasalahan tersebut, peneliti berencana

menggunakan analisis kualitatif Konsep Diri.Materi mengenai komunikasi

intrapersonal dipilih agar dapat mengungkapkan bagaimana peranan komunikasi

intrapersonal dalam membentukkonsep diri (self concept) di kalangan mahasiswa

Ilmu Komunikasi FISIP USU.

Alasan peneliti melakukan penelitian karena melihat kurangnya penelitian

tentang peranan komunikasi intrapersonal dalam pembentukan konsep diri.

Terkhusus penelitian yang berbasis di kota Medan. Peneliti sangat ingin mencari

tahu bagaimana peranan komunikasi intrapersonal dalam pembentukan konsep

diri. Peneliti juga melihat banyaknya penelitian yang bersangkutan dengan

komunikasi interpersonal dan konsep diri, sedangkan komunikasi intrapersonal

adalah komunikasi yang dilakukan bahkan sebelum komunikasi interpersonal

dilakukan.. Alasan peneliti ingin menjadikan mahasiswa Ilmu Komunikasi di

FISIP USU sebagai subjek penelitian yaitu karena peneliti mendapatkan informasi

melalui pra-riset pada mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU bahwa rata-rata

mahasiswa yang komunikasi intrapersonal baik dan konsep dirinya baik. Hal ini

menandakan adanya peranan komunikasi intrapersonal dalam proses pembentukan

konsep diri seseorang.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan uraian konteks masalah di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa fokus masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Bagaimanakah peranan komunikasi intrapersonal dalam pembentukan konsep

diri dan perilaku mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi intrapersonal mahasiswa

Ilmu Komunikasi FISIP USU.

b. Untuk mendapatkan gambaran tentang konsep diri dan perilaku terpuji dan

tercela mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

10

Universitas Sumatera Utara

c. Untuk mengetahui peranan komunikasi intrapersonal dalam pembentukan

konsep diri dan perilaku terpuji dan tercela mahasiswa Ilmu Komunikasi

FISIP USU.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Manfaat Akademis

Penelitian yang berjudul “Peranan Komunikasi Intrapersonal Dalam

Proses Pembentukan Konsep Diri Mahasiswa Universitas Sumatera

Utara(Analisis Kualitatif Komunikasi Intrapersonal dalam Proses

Pembentukan Konsep Diri di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi

FISIP USU)” ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi

pengembangan ilmu komunikasi khususnya.

b. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan contoh dan memperluas

wawasan bagi pengembangan Ilmu Komunikasi, khususnya bagi

mahasiswa atau masyarakat yang tertarik dengan topik penelitian ini.

Penelitian ini juga mencoba untuk mengungkapkan peranan komunikasi

intrapersonal dalam pembentukan konsep diri mahasiswa.

c. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa atau

masyarakat yang ingin mempelajari lebih lanjut mengenai peranan

komunikasi intrapersonal dalam pembentukan konsep diri di Ilmu

Komunikasi FISIP USU.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

11 Universitas Sumatera Utara

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian

Paradigma merupakan suatu kepercayaan atau prinsip dasar yang ada

dalam diri seseorang tentang pandangan dunia dan membentuk cara pandang

terhadap dunia, Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk

menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran.Usaha untuk

mengejar kebenaran yang dilakukan oleh para filsuf, peneliti maupun oleh para

praktisi melalui model-model tertentu. Model itu disebut dengna paradigma

(Moleong, 2010:49)

Paradigm atau paradigm (inggris) atau paradigme (Perancis), istilah

tersebut berasal dari bahasa Latin, yakni para dan deigma.Secara etimologis, para

berarti (di samping, di sebelah) dan deigma berarti (memperlihatkan, yang berarti

model, contoh, arketipe, ideal).Deigma dalam bentuk kata kerja deiknynai berarti

menunjukkan atau mempertunjukkan sesuatu.Paradigma penelitian merupakan

sudut pandang peneliti dalam memandang realitas yang diteliti. Sudut pandang

penelitian akan berimplikasi pada pendekatan, prosedur, asumsi dan teori yang

dipilih. Paradigma adalah suatu set asumsi, konsep, nilai-nilai dan merupakan cara

pandang atau pola pikir komunitas ilmu pengetahuan atas peristiwa/ realitas/ ilmu

pengetahuan/ yang dikaji, diteliti, dipelajari, dipersoalkan, dipahami dan untuk

dicarikan pemecahan persoalannya (Pujileksono, 2015 : 25-26).

Dalam menentukan paradigma yang akan digunakan dalam penelitian,

peneliti memiliki beberapa alas an yaitu (Pujileksono, 2015 : 26):

1. Paradigma penelitian menggambarkan pilihan suatu kepercayaan yang

akan mendasari dan memberi pedoman seluruh proses penelitian.

2. Paradigma penelitian menentukan rumusan masalah, tujuan penelitian

dan tipe penjelasan yang digunakan.

Cresswel membedakan dua macam paradigma yakni kuantitatif dan

kualitatif .Paradigma ilmu komunikasi berdasarkan metodologi penelitiannya,

menurut Dedy Nur Hidayat (1999) yang mengacu pada pemikiran Guba dan

Lincoln (1994) ada tiga paradigma yaitu : (1) paradigma klasik yang mencakup

positivisme dan post positivisme, (2) paradigma konstruktivisme, (3) paradigma

Universitas Sumatera Utara

Page 26: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

12

Universitas Sumatera Utara

kritis . Namun dalam perkembangan komunikasi saat ini telah muncul paradigma

intrepretasi. Mengacu pada pendapat sandjaja, bahwa pendekatan intrepretasi

yang dikenal dalam istilah Jerman „verstehen‟ atau pemahaman, berusaha untuk

menjelaskan makna dari tindakan. Karena suatu tindakan dapat memiliki banyak

arti, maka makna tidak dapat dengan mudah diungkap begitu saja. (Bungin,

2008:237)

Paradigma inilah yang sangat mempengaruhi pandangan seseorang dalam

mengambil suatu tindakan atau sesuatu hal apapun. Misalnya dua orang yang

sama dihadapkan dengan suatu fenomena yang sama, atau suatu peristiwa yang

sama, kemungkinan kedua orang tersebut akan memberi respon yang berbeda.

Menurut Pujileksono (dalam Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif,

2015: 27-29) Penelitian paradigma positivistik menggunakan metode empiris

untuk dapat menggambarkan fakta sosial sebagai realita atau objek penelitian.

Paradigma ini melihat fakta sosial sebagai realita, yang dimana realita ini

memiliki syarat yaitu: dapat diamati, dapat diukur dan dapat diulang. Paradigma

ini mempertanyakan suatu realita dengan “apa‟ atau menanyakan apa yang terjadi

di masyarakat pada umumnya dan dalam hal ini peneliti tidak berinteraksi secara

langsung dengan objek penelitian. Hasil penelitian dapat ditentukan kualitasnya

melalui validitas internal, validitas eksternal, reliabilitas dan objektivitas. Dalam

paradigma ini, penelitian menggunakan metode kuantitatif

Paradigma pos-positivistik merupakan paradigma yang melakukan kritik

terhadap paradigma postivistik.Paradigma ini menganggap bahwa penelitian tidak

dapat dipisahkan dengan nilai-nilai pribadi peneliti sendiri.Peneliti perlu

memasukkan nilai-nilai sebagai pendapatnya sendiri.Realita yang diteliti berada

diluar dan peneliti berinteraksi dengan objek penelitian sehingga membuat

paradigma penelitian ini lebih bersifat kualitatif (Ibid).

Paradigma kritis adalah paradigma yang melihat suatu realitas secara kritis

sebagai objek penelitian yang jaraknya dekat dengan peneliti. Realitas yang

dijadikan sebagai objek penelitian merupakan proses sejarah dan kekuatan sosial

yang semu dalam masyarakat. Penelitian ini sangat subjektif karena penilaian

terhadap suatu realitas berasal dari penelitian sendiri.Dalam memasukkan

penilaian dalam penelitian, peneliti juga melihat penilaian masyarakat pada

Universitas Sumatera Utara

Page 27: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

umumnya dan bersifat kualitatif.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

membangun kesadaran kolekftif demi mengubah struktur untuk menjadi lebih

baik. Paradigma penelitian ini melihat realitas yang terjadi tidak sesuai dengan

apa yang sebainya seperti ketimpangan, ketidakadilan, penindasan dan sebagainya

(Ibid).

Penelitian paradigma konstruktivistik adalah paradigma yang melihat

suatu realita dibentuk oleh berbagai macam latar belakang sebagai bentuk

konstruksi realita tersebut. Penelitian ini mempertanyakan “mengapa‟ (why) akan

suatu realitas itu terjadi yang dalam hal ini realitas berada di luar peneliti namun

dapat memahami melalui interaksi dengan realita sebagai objek penelitian. Jarak

antara peneliti dengan objek penelitian tidak terlalu dekat.Paradigma penelitian

yang bersifat kualitatif ini memasukkan nilai-nilai pendapat peneliti sehingga

menjadi subyektif. Paradigma konstruktivisme bertujuan untuk memahami apa

yang menjadi konstruksi suatu realitas yang membuat peneliti harus dapat

mengetahui dan menggali faktor apa saja yang mendorong suatu realita dapat

terjadi dan menjelaskan bagaimana faktor-faktor tersebut merekonstruksi realitas

tersebut (Ibid).

Adapun metodologi yang digunakan peneliti dalam pembahasannya adalah

metode deskriptif kualitatif dengan paradigma konstruktivis.Penelitian deskriptif

adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-

fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan

manusia.Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan,

hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena

lainnya. (Rizka, 2018)

Alasan peneliti menggunakan paradigma konstruktivis sesuai dengan

masalah yang akan diteliti yaituperanan komunikasi intrapersonal dalam proses

pembentukan konsep diri mahasiswa. Dimana para mahasiswa ini memiliki

pemahaman dan cara pandang tersendiri untuk memahami diri mereka sendiri

dalam membentuk konsep dirinya.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

14

Universitas Sumatera Utara

2.2 Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan acuan atau landasan berpikir peneliti dengan

basis padabahan pustaka yang membahas tentang teori atau hasil penelitian

terdahulu yangberkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan. Pencarian dan

penelusuran kepustakaan atau literatur yang berhubungan dengan masalah

penelitian sangat diperlukan.Penelitian tidak dilakukan di ruang kosong dan tidak

pula dapat dikerjakan dengan baik, tanpa basis teoritis yang jelas.Penelitian

kekinian sesungguhnya menelusuri atau meneruskan peta jalan yang telah dirintis

oleh peneliti terdahulu (Iskandar, 2009).

Dengan adanya kajian pustaka, maka peneliti akan mempunyai landasan

untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Adapun teori yang dianggap relevan

dalam penelitian ini adalah:

2.2.1 Komunikasi

Definisi komunikasi menurut Effendy (dalam Ilmu Komunikasi Teori dan

Praktek, 2007: 9)merupakan aspek yang tidak akan bisa dilepaskan dari kehidupan

sosial yang di lakoni oleh manusia. Segala macam lini kehidupan manusia dapat

dipastikan memerlukan komunikasi sebagai alat untuk beinteraksi. Mulai dari

tangisan seorang bayi hingga gerakan seorang manusia lanjut usia yang terbaring

sakit pun dapat diklasifikasikan sebagai bentuk komunikasi.

Secara etimologis kata atau istilah komunikasi dari bahasa inggris

communication, dan asal katanya dari bahasa latincommunicatus, perkataan ini

bersumber pada kata communis. Kata communis memiliki makna “berbagi” atau

“menjadi milik bersama” yang berarti membuat kebersamaan atau membangun

kebersamaan antara dua orang atau lebih. Dalam kehidupan sehari-hari selain

menjadi makhluk individu, manusia juga sebagai makhluk sosial yang sangat

membutuhkan interaksi dengan orang lain. Dari interaksi itulah terjadi

komunikasiuntuk menyampaikan pesan, saling bertukar informasi dengan orang

lain untuk tujuan tertentu. (Ruben dan Steward 1998:16)

Bernard Berelson & Gary A. Steiner mendefinisikan komunikasi sebagai

transmisi informasi, gagasan, emosi, ketrampilan, dan sebagainya, dengan

menggunakan simbol-simbol – kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

Tindakan atau proses transmisi itulah yang disebut dengan komunikasi (Mulyana,

2011:68).

Menurut Harold D. Laswell (Mulyana, 2011:69) cara yang baik untuk

menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan

who say what in which channel to whom with what effect? Atau siapa yang

mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana?

Berdasarkan definisi Laswell ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang

saling bergantung satu sama lain, yaitu : Pertama, komunikator (Source / sender /

encoder) adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk

berkomunikasi. Sumber bisa berupa individu, kelompok, organisasi, perusahaan

atau negara. Kedua, pesan (Message) adalah apa yang dikomunikasikan oleh

komunikator kepada komunikan. Pesan apa berupa symbol verbal maupun

nonverbal.Ketiga, saluran media, adalah alat yang digunakan komunikator untuk

menyampaikan pesan kepada komunikan.Keempat, komunikan (Receiver /

communican) adalah pihak yang menerima pesan dari komunikator. Dan kelima,

Efek adalah apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut.

Joseph A. Devito juga mengemukakan bahwa komunikasi adalah

transaksi, dengan transaksi di maksudkan bahwa momunikasi merupakan suatu

proses di mana komponen–komponennya saling terkait, dan bahwa para

komunikatornya beraksi dan beraksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan.

Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara.Sifat komunikasi yang

pertama adalah dengan tatap muka (face to facecommunication) yaitu komunikasi

yang berhadapan langsung antara komunikator dengan

komunikannya.Komunikasi selanjutnya dapat dinamakan dengan komunikasi

bermedia atau istilah asingnya (mediated communication). Komunikasi ini

menggunakan alat bantu sebagai perantaranya (Effendy, 2007:16).

Sifat komunikasi selanjutnya adalah komunikasi verbal

(verbalcommunication), merupakan komunikasi dengan menggunakan

bahasasebagai alatnya dan bibir untuk medianya.Adapun komunikasi verbal ini

bisa diklasifikasikan lagi menjadi komunikasi lisan (oral communication) dan

komunikasi tulisan (write communication) (Ibid).

Universitas Sumatera Utara

Page 30: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

16

Universitas Sumatera Utara

Dan sifat komunikasi yang terakhir ada komunikasi yang dilakukan tidak

menggunakan aspek verbal melalui bibir sebagai media utamanya.yang

dinamakan komunikasi non verbal (nonverbal communication) yaitu komunikasi

yang menggunakan kial (gesture/body communication) dan komunikasi gambar

(pictorial communication) (Ibid).

Menurut Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik

proses komunikasi adalah berlangsungnya penyampain ide, informasi, opini,

kepercayaan, perasaan sebagainya dengan menggunakan lambang, misalnya

bahasa, gambar, warna dan sebagainya yang mempunyai syarat.

Hasil akhir yang di harapkan dari proses komunikasi yakni supaya

tindakan atau pun perubahan sikap penerima sesuai dengan keinginan pengirim.

Akan tetapi makna suatu pesan dipengaruhi bagaimana penerima merasakan pesan

itu sesuai konteksnya.Oleh sebab itu, tindakan atau perubahan sikap selalu

didasarkan atas pesan yang di sarankan. Adanya umpan balik menunjukan bahwa

proses komunikasi terjadi dua arah, artinya individu atau kelompok dapat

berfungsi sebagai pengirim sekaligus penerima dan masing-masing berinteraksi.

Interaksi ini memungkinkan pengirim dapat memantau seberapa baik pesan-pesan

yang dikirimkan dapat diterima atau apakah pesan yang disampaikan telah

ditafsirkan secara benar sesuai yang diinginkan (Ibid).

2.2.2 Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi dengan diri

sendiri. Ini merupakan dialog internal dan bahkan dapat terjadi saat bersama

dengan orang lain sekalipun. Sebagai contoh: ketika anda bersama seseorang, apa

yang anda pikirkan termasuk dengan komunikasi intrapersonal. Pada komunikasi

intrapersonal seringkali mempelajari peran kognisi dalam perilaku manusia.Dalam

konteks ini biasanya dilakukan berulang- ulang daripada dengan komunikasi

lainnya.Uniknya lagi, komunikasi intrapersonal mencakup dimana kita bisa

membayangkan, melamun, mempersepsikan dan memecahkan masalah dalam

pikiran kita. (Turner:2009)

Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang

lainnya.Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis

Universitas Sumatera Utara

Page 31: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya

komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi

ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri

mereka sendiri dan orang lain.

Menurut Rakhmat, komunikasi intrapersonal adalah proses pengolahan

informasi. Proses ini melewati empat tahap: sensasi, persepsi, memori, dan

berpikir. Dan tahap tahap komunikasi intrapersonal yaitu: Pertama, sensasi, yang

berasal dari kata sense, berarti kemampuan yang dimiliki manusia untuk

menyerap segala hal yang diinformasikan oleh panca indera. Informasi yang

diserap oleh pancaindera disebut stimuli yang kemudian melahirkan proses

sensasi. Dengan demikian sensasi adalah proses menangkap

stimuli.(Rakhmat:2009)

Kedua, persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan.Secara sederhana persepsi adalah memberikan makna pada

hasil cerapan panca indera.Selain dipengaruhi oleh sensasi yang merupakan hasil

cerapan panca indera, persepsi dipengaruhi juga oleh perhatian (attention),

harapan (expectation), motivasi dan ingatan.Secara umum tiga hal yang disebut

pertama terbagi menjadi dua faktor personal dan faktor situasional.Penarik

perhatian yang bersifat situasional merupakan penarik perhatian yang ada di luar

diri seseorang (eksternal), seperti intensitas stimuli, kebaruan, dan

perulangan.Secara internal, ada yang dinamakan perhatian selektif (selective

attention) yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor biologis,

sosiopsikologis, dan sosiogenis.

Ketiga, memori. Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang

peranan penting dalammempengaruhi baik persepsi (dengan menyediakan

kerangka rujukan) maupun berfikir. Memori adalah sistem yang sangat terstuktur,

yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan

menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Setiap stimuli

datang, stimuli itu direkam sadar atau tidak. Kapasitas memori manusia,

diciptakan sangat besar namun hanya sedikit orang yang mampu menggunakan

memorinya sepenuhnya, bahkan Einstein yang tercatat manusia paling genius baru

Universitas Sumatera Utara

Page 32: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

18

Universitas Sumatera Utara

mengoperasikan 15% dari memorinya.

Kerja Memori melalui tiga proses : (1) Perekaman (encoding), pencatatan

informasi melalui reseptor indera dan saraf internal baik disengaja maupun tidak

disengaja. (2) Penyimpanan (storage), Dalam fungsi ini, hasil dari

persepsi/learning akandisimpan untuk ditimbulkan kembali suatu saat. Dalam

proses belajar akan meninggalkan jejak-jejak (traces) dalam jiwa seseorang dan

suatu saat akan ditimbulkan kembali (memory traces). Memory dapat hilang

(peristiwa kelupaan) dan dapat pula berubah tidak seperti semula. (3)

Pemanggilan (retrieval), mengingat lagi, menggunakan informasi yang disimpan.

Dalam hal ini bisa ditempuh melalui dua cara yaitu to recall (mengingat kembali)

dan to recognize (mengenal kembali)..

Keempat, berfikir. Dalam suatu proses yang mempengaruhi penafsiran kita

terhadap stimuli adalahberfikir. Dalam berfikir kita akan melibatkan semua proses

yang kita sebut diatas, yaitu: sensasi, berfikir, dan memori. Saat berfikir maka

memerlukan penggunaan lambang, visual atau grafis. Tetapi untuk apa orang

berfikir? Berfikir dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil

keputusan, memecahkan persoalan, dan menghasilkan yang baru.Adalah

mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau

memberikan respons.

Secara garis besar ada dua macam berfikir, autuistic dan realistic.Dengan

berfikir autistic orang melarikan diri dari kenyataan dan melihat hidup sebagai

gambar-gambar fantasi. Terbalik dengan berfikir secara realistic yang bertujuan

untuk menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Berfikir realistic di bagi menjadi

tiga macam, yaitu deduktif, induktif dan evaluative.

Jadi komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif

dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu

menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi

dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi

intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya.Pengetahuan

mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan

kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh

komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling

Universitas Sumatera Utara

Page 33: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan

orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada

dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada

suatu ungkapan ataupun obyek.

Menurut Rakhmat, aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita

lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah;

berdo'a, bersyukur, instrospeksi diri denganmeninjau perbuatan kita dan reaksi

hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara

kreatif.(Rakhmat:2009)

Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan

perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan pemahaman

akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan peranan penting

bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini. Dalam penelitian ini,

peneliti hanya memfokuskan pada kajian yang menyangkut persepsi. Karena

menurut peneliti persepsi merupakan inti dari komunikasi, sedangkan penafsiran

adalah inti dari persepsi, yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam

proses komunikasi.

2.2.3 Konsep diri

Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencangkup

keyakinan,pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri.Konsep

diri terdiri atasbagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi,bagaimana

kita merasatentang diri sendiri dan bagaimana kitamenginginkan diri sendiri

menjadi manusiasebagaimana yang kitaharapkan.

Konsep diri adalah kumpulan keyakinan danpersepsi diri mengenaidiri

sendiri yang terorganisasi dengan kata lain, konsep diritersebut bekerjasebagai

skema dasar. Diri memberikan sebuah kerangka berpikiryang menentukan bagai

mana mengolah informasi tentang diri sendiri, termasukmotivasi, keadaan

emosional, evaluasi diri, kemampuan dan banyak hallainya.Konsep diri (self-

concept) ialah gambaran diri sendiri yang bersifat menyeluruhterhadap

keberadaan diri seseorang.Konsep diri ini bersifat multi-aspek yaitumeliputi 4

Universitas Sumatera Utara

Page 34: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

20

Universitas Sumatera Utara

(empat)aspek seperti (1) aspek fisiologis, (2) psikologis, (3) psiko -sosiologis,

(4)psiko-etika dan moral. Gambaran konsep diri berasal dari interaksiantaradiri

sendiri maupun antara diri dengan orang lain (lingkungan sosialnya). Olehkarna

itu, konsep diri sebagai cara pandang seseorang mengenai dirisendiri

untukmemahami keberadaan diri sendiri maupun memahami orang lain (Rakhmat,

2008).

Konsep diri merupakan proses yang terus berlanjut di sepanjang kehidupan

manusia. Menurut Symonds dan Fitts persepsi diri tidak langsung muncul pada

saat kelahiran tetapi mulai berkembang secara bertahap dengan munculnya

kemampuan perseptif.

William H. Fitts (1971) meninjau konsep diri secara fenomenologis. Fitts

mengatakan bahwa konsep diri nerupakan aspek penting dalam diri seseorang,

karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference)

dalam ia berinteraksi dengan lingkungannya. Definisi yang diberikan Fitts

mengenai konsep diri adalah : "the self as seen, perceived, and experienced by

him. This is the perceived self or the individuals self concept“ (Fitts, 1971 : 3).

Fitts juga mengemukakan bahwa konsep diri mempunyai pengaruh yang

kuat terhadap tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, dengan mengetahui konsep

diri seseorang maka akan lebih memudahkan untuk meramalkan dan memahami

tingkah lakunya.

Fitts menjelaskan bahwa jika individu mempersepsikan dirinya, berreaksi

terhadap dirinya, memberikan arti dan penilaian serta membentuk abstraksi pada

dirinya, maka hal ini menunjukkan suatu kesadaran diri (self awareness) dan

kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri untuk melihat dirinya sebagaimana

ia lakukan terhadap obyek-obyek lain yang ada di dalam kehidupannya. Jadi, diri

yang dilihat, dihayati, dan dialami seseorang itu disebut konsep diri.

Sedangkan menurut Klein, dkk (dalam Baron, 2004:165) menyatakan

bahwa konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri

sendiri yang terorganisasi.Diri memberikan sebuah kerangka berpikir yang

menentukan bagaimana kita mengolah informasi tentang diri kita sendiri,

termasuk motivasi, keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan dan banyak hal

lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

Menurut Charles Horton Cooley (dalam Rakhmat, 2008), kita

melakukannya dengan membayangkan diri kita sebagai orang lain. Cooley

menyebutkan gejala ini looking glass self (diri cermin) yang berarti seakan-akan

kita menaruh cermin di depan kita. Pertama, kita membayangkan bagaimana kita

tampak pada orang lain. Kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain

menilai penampilan kita. Ketiga, kita mengalami perasaan bangga atau kecewa.

Konsep diri meliputi apa yang anda pikirkan dan apa yang anda rasakan tentang

diri anda. Dengan demikian ada dua komponen konsep diri, yaitu: komponen

kognitif dan komponen afektif. Komponen kognitif disebut citra diri (self image)

dan komponen afektif disebut harga diri (self esteem).Didalam konsep diri ada

yang disebut dengan social self. Social self adalah identitas kolektif yang

merupakan bagian dari siapa kita dan bagaimana kita berpikir tentang diri kita

sendiri.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep diri

adalah pandangan individu mengenai dirinya, meliputi gambaran mengenai diri

dan kepribadian yang diinginkan, yang diperoleh dari pengalaman dan interaksi

dengan orang lain. Setiap konsep diri keseluruhan seseorang terdiri dari banyak

komponen yang berbeda yang memberikan skema terhadap aspek spisifik dalam

hidupnya.Satu komponen tersebut, yaitu interaksi sosial. Untuk kaum muda,

konsep self socialini dapat dibagi lebih jauh dalam kategori yang lebih spesifik,

seperti interaksi sosial di sekolah dan interaksi sosial dalam keluarga. Didalam

setiap interaksi, spesifikasi lebih lanjut adalah dalam interaksi dengan teman

sekelas versus dengan guru dan orang tua versus saudara (Baron, 2004:168-169).

Menurut Devito (2013) dalam buku yang berjudul The Interpersonal

Communication Book, Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep

diri, yaitu :

1) Other Images

Others images merupakan orang yang mengatakan siapa anda,melihat

citra diri anda dengan mengungkapkannya melalui perilaku dan aksi. Konsep diri seseorang dibentuk karena adanya orang-orang yang paling

penting dalam hidup seseorang seperti orang tua.Menurut Demo.H

menekankan bahwa konsep diri dibentuk, dipelihara, diperkuat dan

diubah oleh komunikasi para anggota keluarga.Mereka itulah yang

disebut sebagai significant others.Significant Orhers yang dimaksud

Universitas Sumatera Utara

Page 36: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

22

Universitas Sumatera Utara

merupakan orang tua.Orang tua adalah faktor utama yang membentuk

dan mengembangkan konsep diri seorang anak.Dalam perkembangan,

significant others meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku,

pikiran dan perasaan kita, mereka mengarahkan tindakan kita,

membentuk pikiran kita dan menyentuh kita secara emosional.

2) Orang lain

Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu.

Ketika kita tumbuh menjadi dewasa, kita mencoba menghimpun

penilaian semua orang yang pernah berhubungan dengan kita.Sebagai

contoh, Minah memperoleh informasi tentang dirinya dari kedua orang

tuanya dan orang disekitarnya bahwa Minah anak yang pintar.Minah

berpikir, “saya pintar”. Ia menilai persepsinya dari orang lain. Richard

Dewey dan W.J. Humber menamai orang lain sebagai affective others,

dimana orang lain yang mengenal kita mempunyai ikatan emosional.

Dari merekalah, secara perlahan-lahan membentuk konsep diri kita

melalui senyuman, pujian, penghargaan, pelukan yang menyebabkan

kita menilai diri kita secara positif.Ejekan dan cemoohan membuat kita

memandang diri kita secara negatif. Pandangan diri kita tentang

keseluruhan pandangan orang lain terhadap kita disebut generalized

others. Konsep diri ini berasal dari George Herbert Mead, memandang

diri kita seperti orang lain memandangnya, berarti mencoba

menempatkan diri kita sebagai orang lain.

3) Budaya

Melalui orang tua, pendidikan, latar belakang budaya, maka

akanditanamkan keyakinan, nilai agama, ras, sifat nasional untuk

membentuk konsep diri seseorang. Contohnya, ketika seseorang

mempunyai latar belakang budaya yang baik dan memiliki etika maka

orang tersebut memiliki konsep diri positif.

4) Mengevaluasi pikiran dan perilaku diri sendiri

Konsep diri terbentuk karena adanya interpretasi dan evaluasi dari

perilaku diri sendiri berdasarkan apa yang dilakukan.

Menurut Sobur (2013) konsep diri terbentuk dalam waktu yang relatif

lama.Konsep diri pada dasarnya tersusun atas berbagai tahapan, yaitu :

a) Konsep diri primer

Konsep ini terbentuk atas dasar pengalamannya terhadaplingkungan,

yaitu lingkungan rumahnya sendiri.Pengalaman yang berbeda diterima

melalui anggota rumah, baik dari orang tua, nenek, paman atau saudara

kandung.Konsep tentang bagaimana dirinya banyak bermula dari

perbandingan antara dirinya dan saudara-saudara lainnya.Adapun

konsep bagaimana perannya, aspirasi-aspirasinya ataupun tanggung

jawabnya dalam kehidupan, ditentukan atas dasar pendidikan yang datang dari orang tuanya.

b) Konsep diri sekunder

Konsep ini banyak ditentukan oleh konsep diri primernya. Misalnya

apabila konsep diri primer seseorang adalah pendiam, tidak nakal, tidak

suka keributan, maka ia akan memilih teman bermain yang sesuai

Universitas Sumatera Utara

Page 37: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

dengan konsep diri yang sudah dimilikinya dan teman-teman baru yang

nantinya menunjang terbentuknya konsep diri sekunder.

Konsep diri terbentuk karena adanya interaksi individu dengan orang-

orang disekitarnya. Apa yang dipersepsi individu lain mengenai diri individu,

tidak terlepas dari struktur, peran dan status sosial yang disandang seorang

individu.

Menurut Calhoun dan Acocella (1990:65-67), dalam

perkembangannya konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep

diri negatif.

a) Konsep Diri Positif

Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri dimana

individu dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik

sekali.Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu

yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima

sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri

sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat

menerima dirinya apa adanya. Individu yang memiliki konsep diri

positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu

tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu

menghadapi kehidupan di depannya serta menganggap bahwa hidup

adalah suatu proses penemuan.

b) Konsep diri negative

Calhoun dan Acocella (1990:65) membagi konsep diri negatif menjadi

dua tipe, yaitu:pertama, pandangan individu tentang dirinya sendiri

benar-benar tidak teratur, tidak memiliki perasaan, kestabilan dan

keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya,

kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai dalam

kehidupannya.Kedua, pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil

dan teratur.Hal ini bisa terjadi karena individu dididik dengan cara

yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak

mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang

dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.

Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa konsep diri dapat berbentuk

positif atau negatif. Seseorang yang mempunyai konsep diri positif akan

menerima diri apa adanya dan memiliki tujuan sesuai dengan realitas. Berbeda

dengan seseorang yang mempunyai konsep diri negatif, dirinya sama sekali tidak

mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Seseorang dengan

pandangan yang kaku terhadap dirinya juga memiliki konsep diri yang negatif.

Konsep diri adalah pandangan dari diri setiap individu tentang dirinya

Universitas Sumatera Utara

Page 38: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

24

Universitas Sumatera Utara

sendiri. Potret diri mental ini, menurut Calhoun (1990 : 67) memiliki 3 dimensi,

yaitu:

(1) Pengetahuan individu tentang dirinya sendiri

(2) Pengharapan individu terhadap dirinya sendiri, dan

(3) Penilaian individu tentang dirinya sendiri.

Dimensi pertama dari konsep diri, yaitu pengetahuan individu tentang

dirinya tersebut menempatkan setiap individu ke dalam kelompok atapun

katagori-katagori sosial tertentu.Dalam benak setiap individu, terdapat satu daftar

julukan yang menggambarkan dirinya.Misalnya berapa usianya, kebangsaannya,

sukunya, pekerjaannya, keadaan fisiknya, dan sebagainya.Dengan demikian,

konsep diri setiap individu dapat diazas dasarkan dari keseluruhan pengetahuan

daftar julukan dirinya yang menempatkannya ke dalam kelompok ataupun

katagori-katagori sosial tertentu. Misalnya menjadi kelompok usia, kelompok

bangsa, kelompok suku, kelompok pekerjaan, kelompok keadaan fisik, dan

sebagainya. Dalam pengertian luas, setiap individu juga mengidentifikasikan

dirinya dengan kelompok sosial lainnya, yang akhirnya akan menambah luas

pengetahuan tentang daftar julukan dari dirinya.

2.2.4 Peranan

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status).Apabila

seseorang yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,

maka dia menjalankan suatu peranan (Soekanto 1989: 234). Pentingnya peranan

adalah karena ia mengatur perilaku seseorang atau kelompok. Peranan yang

melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan

kemasyarakatan.Posisi seseorang dalam masyarakat (social-position) merupakan

unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi

masyarakat.Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan

sebagai suatu proses.Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat

serta menjalankan suatu peranan.

Atas dasar tersebut Soekanto menyimpulkan bahwa sesuatu peranan

mencakup paling sedikit tiga aspek, yaitu:

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

Universitas Sumatera Utara

Page 39: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian

peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

b. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu dalam

masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan jugan dapat diartikan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.

Menurut Abdulsyani (2007: 94) peranan adalah suatu perbuatan seseorang

atau sekelompok orang dengan cara tertentu dalam usaha menjalankan hak dan

kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya.Pelaku peranan dikatakan

berperan jika telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan status

sosialnya dengan masyarakat. Jika seseoarang mempunyai status tertentu dalam

kehidupan masyarakat, maka selanjutnya akan ada kecenderungan akan timbul

suatu harapan-harapan baru.

Sedangkan, Abu Ahmadi (1982: 256) menyebutkan bahwa peranan dalam

ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki

suatu posisi dalam struktur sosial tertentu.Seseorang dapat memainkan fungsinya

dengan menduduki jabatan tertentu.Pengertian ini dikembangkan oleh paham

interaksionis, karena lebih memperlihatkan konotasi aktif dinamis dari fenomena

peranan. Seseorang dikatakan menjalankan peranannya manakala ia menjalankan

hak dan kewajiban yang merupakan bagian tidak terpisah dari status yang

disandangnya.

Setiap status sosial terkait dengan satu atau lebih peranan sosial.Merujuk

dari beberapa definisi di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa peranan adalah

suatu kegiatan yang di dalamnya meliputi status atau keberadaan seseorang atau

sekelompok orang yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya atau posisinya dalam suatu kelompok.Jika ditinjau dari sudut

organisasi atau kelembagaan maka dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu

kegiatan yang didalamnya mencakup hak-hak dan kewajiban yang dilaksanakan

oleh sekelompok orang yang memiliki suatu posisi dalam suatu organisasi atau

lembaga.

Narwoko (2006 : 159) peranan dinilai lebih banyak menunjukkan suatu

proses dari fungsi dan kemampuan mengadaptasi diri dalam lingkungan sosialnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

26

Universitas Sumatera Utara

Dalam pembahasan tentang aneka macam peranan yang melekat pada individu-

individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakat dengan adanya beberapa

pertimbangan sehubungan dengan fungsinya, yaitu sebagai berikut:

a) Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur

masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya.

b) Peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu yang oleh masyarakat

dianggap mampu untuk melaksanakannya. Mereka harus telah terlebih dahulu

terlatih dan mempunyai pendorong untuk melaksanakannya.

c) Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu-individu yang tak

mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh masyarakat,

oleh karena mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan yang terlalu

banyak dari kepentingan-kepentingan pribadinya.

d) Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum

tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang.

Bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang-

peluang tersebut.Menurut teori peranan (Role Theory), peranan adalah

sekumpulan tingkah laku yang dihubungkan dengan suatu posisi

tertentu.(Sarbin & Allen, 1968 dalam www.freelist.com diakses tanggal 9

februari 2013).

Menurut teori ini, peranan yang berbeda membuat jenis tingkah laku yang

berbeda pula. Tetapi apa yang membuat tingkah laku itu sesuai dalam suatu situasi

dan tidak sesuai dalam situasi lain relatif independent (bebas) pada seseorang

yang menjalankan peranan tersebut. Sarbin dan Allen (1968) juga menyebutkan

bahwa analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui tiga

pendekatan, yaitu: 1. Ketentuan peranan, adalah pernyataan formal dan terbuka

tentang perilaku yang harus ditampilkan oleh seseorang dalam membawa

perannya. 2. Gambaran peranan, yaitu suatu gambaran tentang perilaku yang

secara aktual ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya. 14 3. Harapan

peranan, adalah harapan orang-orang terhadap perilaku yang ditampilkan

seseorang dalam menampilkan peranannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

2.2.5 Perilaku

Psikolog memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi

yang dapat bersifat sedehana maupun bersifat kompleks” (Saifuddin Azwar, 1995:

9).Pada manusia umumnya memang terdapat bentuk-bentuk perilaku intrisik yang

didasari oleh kodra untuk mempertahankan kehidupan. Demikian pula dengan

beberapa bentuk perilaku abnormal yang ditunjukkan oleh para penderita

abnormalitas jiwa ataupun oleh orang-orang yang sedang berada dalam

ketidaksadaran akibat pengaruh obat-obat terlarang dan minuman keras, situasi

hipnotik, serta situasi emosional yang sangat menekan.

Perilaku sosial merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari dari dua kata

yaitu perilaku dan sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku

merupakan “tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

lingkungan”.Dalam psikologi, perilaku berarti “keseluruhan reaksi atau gerakan-

gerakan dan perubahan jasmani yang dapat diamati secara obyektif”.

Menurut Syamsul Arifin perilaku berarti “perbuatan atau tindakan dan

perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh

orang lain ataupun orang yang melakukannya”.3 Perilaku sangat erat

hubungannya dengan sikap.

Icek Ajzan dan Martin Fishbein mengemukakan Teori Tindakan Beralasan

(theory of reasoned action) dengan mencoba melihat anteseden penyebab perilaku

volisional (perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri), teori ini didasarkan

pada asumsi-asumsi berikut :

1) Bahwa manusia umumnya melakukan sesuatu dengan cara-cara yang masuk

akal.

2) Bahwa manusia mempertimbangkan semua informasi yang ada.

3) Bahwa secara ekplisit maupun implisit manusia memperhitungkan implikasi

tindakan mereka.

Syaifuddin Azwar (1995: 11) memandang dalam teori tindakan beralasan

mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan

keputusan yang teliti dan beralasan serta dampaknya terbatas hanya pada tiga hal,

yaitu :

1) Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik

Universitas Sumatera Utara

Page 42: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

28

Universitas Sumatera Utara

terhadap sesuatu.

2) Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-norma

subyektif (subjective norms)yaitu keyakinan mengenai orang lain yang ingin kita

perbuat.

3) Sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk

suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.

Teori perilaku beralasan kemudian diperluas dan dimodifikasi oleh Ajzan

(1988).Modifikasi ini dinamai Teori Perilaku Terencana (theory of planned

behavior). Dalam teori perilaku terencana keyakinan-keyakinan berpengaruh pada

sikap terhadap perilaku tertentu, pada norma-norma subyektif, dan pada kontrol

perilaku yang dihayati.

Menurut (Yayat Suharyat, 2009: 7) memandang pada pertumbuhan sikap

melalui proses belajar, bahwa : Sikap dapat ditumbuhkan dan dikembangkan

melalui proses belajar, dalam proses belajar tidak terlepas dari proses komunikasi

dimana terjadi proses transfer pengetahuan. Jika sikap merupakan hasil belajar,

maka kunci utama belajar sikap terletak pada proses kognisi dalam belajar siswa.

Sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku

tersebut akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan.

Menurut teori perilaku terencana diantara berbagai keyakinan yang akhirnya akan

menentukan intensi dan perilaku tertentu adalah keyakinan mengenai tersedianya

kesempatan dan sumber yang diperlukan. Keyakinan ini dapat berasal dari

pengalaman dengan perilaku yang bersangkutan di masa lalu atau bisa juga

dipengaruhi oleh informasi tidak langsung yang lebih mengarah pada perilaku

yang misalkan dengan melihat pengalaman teman atau orang lain yang pernah

melakukannya atau dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mengurangi atau

menambahkan kesan kesulitan untuk melakukan perbuatan yang bersangkutan.

Menurut W.A. Gerungan, attitude adalah “sikap terhadap objek tertentu,

bisa berupa sikap pandangan atau sikap perasaan yang disertai dengan

kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah

keseluruhan reaksi baik itu berupa tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya

dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain akibat dari situasi yang

Universitas Sumatera Utara

Page 43: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

dihadapi.

2.2.5.1 Bentuk-Bentuk Perilaku

Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari lainnya. Ia akan

selalu mengadakan hubungan demi kesempurnaan dalam memenuhi segala

kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan adanya pelaksanaan

bentuk-bentuk perilaku sosial yang positif agar tercipta kehidupan yang harmonis.

Menurut (Arifin:2015) bentuk dan perilaku sosial seseorang dapat pula

ditunjukkan oleh sikap sosialnya. Sikap ini dinyatakan dengan kegiatan yang sama

dan berulang-ulang terhadap objek sosial yang menyebabkan terjadinya tingkah

laku. Bentuk dan jenis perilaku sosial seseorang merupakan karakter ketika

seseorang berinteraksi dengan orang lain. Perilaku sosial dapat dilihat melalui

sifat-sifat dan respon antar pribadi sebagai berikut :

1) Perilaku Terpuji

Perilaku terpuji adalah segala sikap, ucapan dan perbuatan yang baik

sesuai ajaran Islam. Kendatipun manusia menilai baik, namun apabila tidak sesuai

dengan ajaran Islam, maka hal itu tetap tidak baik. Sebailiknya, walaupun

manusia menilai kurang baik, apabila Islammeyatakan baik, maka hal itu tetap

baik.

Kita sebagai umatnya tentunya ingin dapat mengikuti apa yang terjadi

tuntutan rasulullah dalam kehidupan sehari-hari sebagai suritauladan

manusia.Orang yang baik akhlaknya tentunya didalam pergaulan sehari-hari akan

senantiasa dicintai oleh sesama, dan tentunya mereka kelak dihari kiamat akan

masuk surga bersama dengan nabi saw.

Harta yang banyak, pangkat yang tinggi atau dimilikinya beberapa gelar

kesarjanaan tak mampu mengangkat derajat manusia tanpa dimilikinya akhlak

terpuji. Islam hadir dimuka bumi sebenarnya sangat mengedepankan akhlak

terpuji, karena Rasulullah saw. sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak.

Alangkah indahnya ajaran Islam yang memerintahkan untuk berakhlakul karimah.

Jika hidup kita dihiasi dengan ahklak terpuji tentunya akan dicintai oleh Allah awt

dan masyarakatnya akan menjadi baik, temteram dan damai.

Sebagian manusia, berbicara tentang akhlak terpuji dalam era globalisassi

Universitas Sumatera Utara

Page 44: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

30

Universitas Sumatera Utara

seperti ini dinilai kuno dan kurang maju. Anggapan ini muncul karena sedah

terpengaruh budaya barat yang dinilai maju dan modern. Akhlak terpuji amat

penting dalam kehidupan manusia.

Manusia diciptakan Allah swt sebagai makhluk sosial artinya manusia

selalu berhubungan dan membutuhkan bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam

bergaul dengan orang lain harus diperhatikan norma-norma yang ada sehingga

pergaulan antar masyarakat akan berlangsung dengan harmoni. Denagn demikian

setiap manusia dituntut untuk berperilaku terpuji dalam hubungan dengan orang

lain dilingkungan sosialnya tanpa membedakan status sosialnya, agama, maupun

keturunannya. Rasulullah bersabda: “Engkau belum disebut sebagai orang yang

beriman kecuali engkau mencintai orang lain sebagaimana engkau mencintai

dirimu sendiri”.

Macam-macam perilaku terpuji terhadap sesama dalam masyarakat:

a. Saling Mengenal.

Dalam pergaulan sehari-hari sering kita dengar ungkapan “tidak kenal

maka tidak sayang”. Hal tersebut berlaku untuk apa saja baik itu dalam

perdagangan, perumahan, lingkungan masyarakat dan lain-lain. Begitu juga

dengan sesama manusia, kalau kita belum kenal mungkin kita punya dzan

(sangkaan) yang bermacam-macam. Orang kita sangka baik ternyata belum

tentu baik, orang yang kita sangka buruk belum tentu buruk, oleh karena itu

supaya tidak punya dzan yang bermacam-macam, sabaiknya kita

memperkenalkan diri.

Perkenalan bukan hanya dari segi nama saja, tetapi dari berbagai aspek

baik itu keluarga, pendidikan, agama, pekrjaan dan lain-lain. Itulah makna kita

saling kenal mengenal yang dalam bahasa arab disebut Ta‟aruf. Ta‟aruf dapat

di artikan saling mengenal, saling mengetahui manusia satu dengan manusia

lain. Saling kenal mengenal tersebut harus didasari dengan kemanusiaan,

persaudaraan kecintaan serta ketakwaan kepada Allah swt . tanpa

membedakan ras, keturunan, warna kulit, pangkat jabatan maupun agama.

Dalam ta‟aruf perbedaa-perbedaan itu harus kita jauhkan dan di ganti dengan

kasih sayang.

Atas kodrat dan irodat Allah, kita lajir didunia yang memiliki berbagai

Universitas Sumatera Utara

Page 45: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

macam perbedaan-perbedaan baik bentuk fisik, warna kulit, rambut, suku

bangsa, maupun yang dibentuk oleh manusia itu sendiri seperti kelompok

buruh, majikan dan lain-lain. Adanya perdaan itu jangan dijadikan alasan

untuk permusuhan dan pertentangan akan tetapi harus dijadikan sarana saling

kenal mengenal.

Ajaran tentang persaudaraan dan saling kenal mengenal antar manusia

harus dilandasi dengan landasan yang amat luas. Yang dituju disini bukan

hanya kaum mukmin, malinkan manusia pada umumnya yang mereka itu

seakan-akan satu keluarga dan terbagi menjadi bangsa, kebilah dan keluarga

b. Saling Memahami dan Tafahum

Tafahum artinya saling memahami keadaan seseorang, baik sifat watak

maupun latar belakang seseorang. Menurut ( Suharto:2007) pada dasarnya

setiap orang memiliki hak hidup yang sama dan saling membutuhkan. Oleh

karena itu hendaknya kita saling memahami dan saling menghargai dan tidak

bersikap sombong. Adapun kebalikan dari sifat ini adalah sombong. Supaya

pergaulan kita dapat berjalan dengan baik maka jauhilah sikap sombong. Allah

SWT telah mengingatkan kepada kita untuk tidak sombong.

c. Jujur

Dalam buku (Ahmadi, 2004 : 41) Jujur dalam bahasa Arab berarti ṣidiq,

sedangkan dalam KBBI jujur diartikan sebagai lurus hati; tidak curang. Orang

yang jujur adalah orang yang berkata, berpenampilan, dan bertindak apa

adanya tanpa dibuat-buat (dikurangi atau dilebihkan).

Allah meminta kapada manusia dalam membina kehidupan ini supaya

berlaku benar dan jujur, karena kebenaran dan kejujuran merupakan hal yang

pokok dalam kehidupan manusia. Akan tetapi sebaliknya, apabila manusia

melalaikan hal yang pokok ini, maka kehancuran dan kekacauan yang akan

menimpa manusia. Oleh karenanya berpegang teguh pada kejujuran dan

kebenaran dalam segala hal merupakan faktor yang penting dalam membina

akhlak bagi orang-orang muslim.

Benar atau jujur artinya sesuainya sesuatu dengan kenyataan yang

sesungguhnya, tidak saja berupa perkataan tetapi juga perbuatan. Dalam

bahasa arab benar atau jujur disebut sidiq (ash shidqu). Benar atau jujur

Universitas Sumatera Utara

Page 46: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

32

Universitas Sumatera Utara

perkataan artinya mengatakan sesuatu keadaanya yang sebenarnya, tidak

mengada-ngada dan tidak pula menyembunyikan. Akan tetapi, apabila yang

disembunyikan itu suatu rahasia atau menjaga nama baik seseorang, maka itu

diperbolehkan. Benar atau jujur dalam perbuatan ialah melaksanakan suatu

pekerjaan sesuai dengan aturan atau oetunjuk agama. Apabila menurut agama

itu diperbolehkan, maka itu benar, dan apabila perbuatan itu menurut agama

dilarang, berarti perbuatan itu tidak benar.

Benar atau jujur pada diri sendiri berarti kita harus bersungguh-sungguh

untuk meningkatkan kemampuan dan tujuan hidup kita untuk memberikan

sesuatu yang terbaik bagi orang lain, yaitu kita memperlihatkan diri kita yang

sebenarnya, tangpa dibuat-buat, bersih dan lurus. Benar atau juur kepada

orang lain tidak hanya sekedar berbuat dan berkata yang benar, akan tetapi

harus berusaha memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. Sebagaimana

disabdakan rasulullah yang artinya: “sebaik-baik manusia adalah mereka yang

paling bermanfaat bagi orang lain.” Disamping memberikan manfaat kepada

orang lain rasulullah juga mencontohkan kepeduliannya terhadap orang lain.

Jujur adalah kata yang mudah umtuk diucapkan, akan tetapi berat dalam

pelaksanaannya. Kejujuran memancarkan kewibawaan, karena orang yang

berlaku jujur dapat menepiskan segala prasangka buruk, dia berni karena

benar.

d. Adil

Adil menurut istilah agama adalah sama dalam segala urusan dan

menjalankan sesuai dengan ketentuan agama. Dengan kata lain, adil adalah

mengerjakan yang benar dan menjauhkan yang batil.

Adil adalah jalan bagi seseorang untuk menuju kepada ketakwaan.

Apabila didalam pergaulan hidup ini masing-masing pihak berbuat sesuai

dengan pekerjaannya, maka diharapkan akan terwujud ketenteraman dan

kedamaian didalam masyarakat. Salah satu sifat yang ahrus dimiliki setiap

orang untuk dapat menegakkan kebenaran adalah sifat adil.

Didalam Al-Quran dijelaskan bahwa bersikap adil tidak pilih-pilih,

kepada golongan yang kita bencipun kita haarus tetap berlaku adil. Dengan

berbuat adil, maka akan mendekatkan kita kepada sifat takwa.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

e. Amanah

Secara bahasa, amanah adalah kepercayaan, kesetiaan atau ketulusan

hati. Berdasarkan istilah, amanah adalah sesuatu yang dititipkan kepada pihak

lain sehingga menimbulkan rasa aman bagi pemberinya, dan sebaliknya, pihak

penerima memelihara amanah dengan baik.

Oleh karena itu amanah itu hendaknya diberikan kepada orang yang

mampu melaksanakannya. Begitu juga orang yang menerima amanah harus

menyadari, bahwa amanah yang diterimanya itu harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada yang memberi amanah dan kepada Allah

SWT.

f. Lapang Dada atau Tasamuh

Tasamuh dapat diartikan sebagai lapang dada, yaitu sikap tidak terburu-

buru menerima atau menolak saran atau pendapat orang lain, sekalipun hal

tersebut menyangkut pada masalah agama, akan tetapi dipikirkan dalam-dalam

dipertimbangkan masak-masak baru menetapkan sikap.

g. Toleransi

Secara bahasa toleransi artinya bersabar, menahan diri dan membiarkan.

Toleransi menghendaki agar kerukunan hidup diantara manusia yang

bermacam-macam paham, keyakinan dapat terhindar dari sifat-sifat kaku,

bahkan menjurus pada sikap-sikap permusuhan.

Pada dasarnya, tujuan utama dalam toleransi adalah terciptanya kerukunan

hidup antar manusia, dan dalam agama Islam juga diajarkan bahkan

merupakan sesuatu ajaran yang sangat prinsip diantara ajaran-ajaran yang lain.

Tuuan yang demikian ini merupakan tujuan utama dari agama Islam dimuka

bumi ini dan sesuai pula dengan kata “Islam” yang berarti “damai” yaitu

damai dengan sesama umat manusia

2) Perilaku Tercela

Kitab suci al-Qur‟an banyak menerangkan sifat-sifat dan akhlak yang baik

atau terpuji Rasullullah saw. Ketika salah seorang sahabat bertanya kepada siti

Aisyah( istri rasulullah) mengenai bagaimana akhlak rasulullah itu, Siti Aisyah

mengembalikan pertanyaan kepada sahabat nabi tersebebut, “ Bukankah Anda

telah membaca Al-Qur‟an?” Aisyah kemudian mengatakan bahwa Qur‟an itu

Universitas Sumatera Utara

Page 48: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

34

Universitas Sumatera Utara

mengandung contoh-contoh tentang akhlak Rasulullah yang sepatut nya dijadikan

suri teladan oleh umat manusia.

Disisi lain, Al-Qur‟an juga mengemukakan dan member peringatan tentang

akhlak-akhlak buruk atau tercela yang dapat merusak iman seseorsng dan padas

akhirnya akan merusak dirinya serta kehidupan masyarakat. Akhlak buruk itulah

yang disampaikan oleh rasulullah yang ditunjukkan oleh kaum Quraisy dahulu

untuk memojokkan kebenaran yang disampaikan rasulullah sebagaimana yang

dilakukan oleh tokoh-tokoh Quraisy seperti Abu jalal, Walid bin mugirah, Akhnas

bin syariq, Aswad bin abdi Yaquts. Oleh karena itu, iman merupakan suatu

oengakuan terhadap kebenaran dan harus dipelihara serta di tingkat kan kualitas

nya melalui sikap dan perilaku terpuji.

Beberapa contoh Perilaku tercela :

a. Dengki (Iri hati)

Dalam bahasa arab, hasud berati dengki. Dengki yaitu sifat yang

mengharapkan agar nikamat orang lain lenyap atau terhapus. Hal ini terjadi

akibat dari rassa iri hati, yakni tidak senang jjika melihat orang lain mendapat

nikmat Allah atau kebahagiaan.Sifat tercela ini harus di hindari khusus nya di

kalangan generasi muda muslim karena jika teris-menerus menjadi kebiasaan,

akan menghancurkan kebaikan. Orang yang dengki menyimpan sifat rakus,

tamak,dendam, serta rasa permusuhan.

Pendengki selalu gelisah karena hatinya tidak rela jika melihat oranglain

mendapat kenikmatan dari Allah swt. Hal ini akan membahayakan kesehatan

rohani maupun jasmani. Dengki juga mengakibatkan bahaya bagi orang lain

karena dapat menimbulkan kebencian dan permusuhan serta kerusakan.

b. Ria

Ria berasal dari bahasa arab yang artinya „memperlihatkan‟ atau terkenal

dengan istilah „memerkan‟. Dari segi syarak, Iman Al Hafiz Ibnu Hajar dala

kitabnya Fathul Bari mengatakan bahwa ria ialah ibadah yang dilakukan

dengan tujuan atau maksud agar dapat dilihat orrang lain sehingga memuja

pelakunya. Dilihat dari bentuknya ria ada dua macam yaitu :

1. Ria dalam Niat

Maksudnya adalah berniat sebelum melakukan pekerjaan agar pekerjaan

Universitas Sumatera Utara

Page 49: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

tersebut di puji oleh orang lain. Padahal niat sangat menentukan nilai sutu

pekerjaan. Jika pekeerjaan baik dengan niat kaaarena Allah , maka perbuatan

itu mempunyai nilai sisi Allah dan jika perbuatan itu dilakukan karena hal lain

seperti ingin mendapat pujian, maka perbuatan itu tidak memperoleh pahala

Allah swt.Ria yang berkaitan dengan hati paling sulit untuk diketahui karena

yang mengetahui nya hanyalah Allah swt

2. Ria perbuatan

Contoh perbuatan ini adalah seseorang akan mengerjakan sholat disertai

harapan mendapat perhatian, sanjungan, dan pujian dari orang lain. Orang

yang ria dalam salat akan celaka.

Sifat ria dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Sifat ria

yang membahayakan terhadap diri sendiri diantaranya ialah :

a. Selalu muncul ketidakpuasan terhadap apa yang telah dilakukan

b. Muncul rasa hampa dan senantiasa gelisah ketika berbuat sesuatu

c. Menyesal melakukan seswuatu ketika orang lain tidak memperhatikan

nya

d. Jiwa akan terganggu karena keluh kesah yang tiada hentinya

Bahaya ria Akan terlihat ketika orang yang pernah dibantu nya kemudian

diumpatnya,di olok-olok, dan dihina atau dicaci maki oleh yang telah

membantu dengan ria. Dia mencaci maki atau mengungkit-ungkit

pemberiannya karena ingin disanjung dan dipuji atau karena tidak tercapai

harapan sesuai dengan apa yang dikehendakinya sehingga orang yang dicaci-

maki itu akan tersinggungdan akhirnya terjadilah perselihan dan permusuhan

diantara keduanya. Oleh karena itu, perbuataan ria sangat merugikan.

Begitulah bahaya sifat ria, bahkan itu dapat dikatakan syirik khafi yang artinya

syirik ringan karena mengaitkan niat untuk melakukan sesuatu perbuataan

kepaada sesuatu selain kepada Allah swt.

c. Aniaya

Aniaya dalam bahsa arab disebut Zalim yang berarti melampaui

batas,keterlaluan, atau menempatkan sesuatu seperti

mengucapakan,berindak,atau beritikad yang tidak pada tempatnya. Kezaliman

dapat diartikan perbuataan yang melampaui batas-batas kemanusiaan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 50: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

36

Universitas Sumatera Utara

menantang atau menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan Allah swt.

d. Deskriminasi

Diskriminasi berasal dari bahasa inggris yaitu discrimination yang artinya

„Pembedaan Perlakuan‟. Dalam bahasa Arab diskriminasi disebut juga dengan

“tafriq”. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diskriminassi berarti

perbedaan perlakuaan terhadap sesama warga (Negara) berdasarkan ras, suku,

warna kulit dan lain-lain.

Beberapa macam perlakuan diskriminasi antara lain yaitu :

Diskriminasi Kelamin, yaitu pembedaan sikap dan perlakuan terhadap orang

berdasarkanjenis kelamin

Diskriminasi Ras yaitu pembedaan berdasarkan asal bangsa yang menganggap

bahwa ras yang satu lebih hebat daripada ras yang lain.

Diskriminasi Sosial, yaitu pembedaan orang terhaadap sesame warga

bedasarkan status social nya, seperti kaya dan miskin, bangsawan dan rakyat

jelat,atau suatu agama dengan agama yang lain.

Diskriminasi Warna Kulit, yaitu pembedaan berdasarkan warna kulit.

Misalnya, orang berkulit putih dianggap lebih terhormat atau lebih unggul

daripada orang berkulit hitam.

2.3 Model Teoritik

Berdasarkan fokus permasalahan dan tujuan penelitian ini terdapat tiga

konsep utama yang harus dijelaskan dalam kerangka pemikiran, yaitu mengenai

konsep diri yang terbentuk, komunikasi intrapersonal dan peranan komunikasi

intrapersonal dalam proses pembentukan konsep dirimahasiswa Ilmu Komunikasi

FISIP USU.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

Komunikasi

Intrapersonal

1.Berdoa

2.Bersyukur

3.Intropeksi diri

4.Berimajinasi

Terbentuknya Konsep

diri

1. Pengetahuan

individu terhadap

dirinya sendiri

2. Pengharapan

individu terhadap

dirinya sendiri

3. Penilaian individu

terhadap dirinya

sendiri

Perilaku

1. Perilaku Terpuji :

a. Saling mengenal

b. Saling memahami

c. Jujur

d. Adil

e. Amanah

f. Lapang dada

g. Toleransi.

2. Perilaku Tercela :

a. Dengki

b. Ria

c. Aniaya

d. Deskriminasi

Universitas Sumatera Utara

Page 52: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

38 Universitas Sumatera Utara

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah

metode studi kasus, maksudnya metode ini adalah metode penelitian yang

menggunakan berbagai sumber data (sebanyak mungkin data) yang biasa

digunakan untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif

berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa

secara sistematis (Krisyantono, 2008 : 66).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian yang

mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas

yang ada dalam interaksi manusia.Penelitian ini tidak mengutamakan banyaknya

populasi, jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan

fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari informan lainnya.

Penelaah berbagai sumber data ini membutuhkan berbagai macam

instrumen pengumpulan data.Karena itu, peneliti dapat menggunakan wawancara

mendalam, observasi, dokumentasi-dokumentasi, kuesioner (hasil survei),

rekaman, bukti-bukti fisik, dan sebagainya (Krisyantono, 2009:65).Dalam hal ini,

peneliti menggunakan wawancara mendalam sebagai instrumen pengumpulan

data.

Menurut Bogdan dan Biklen (2008: 4-5) terdapat lima ciri utama

penelitian kualitatif, yaitu:

1) Naturalistik. Penelitian kualitatif memiliki latar aktual sebagai sumber

langsung data dan peneliti merupakan instrumen kunci. Kata naturalistic

berasal dari pendekatan ekologis dalam biologi.

2) Data Deskriptif. Penelitian kualitatif adalah deskriptif. Data yang

dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka-

angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk

mengilustrasikan dan menyediakan bukti persentasi.

3) Berurusan dengan Proses. Peneliti kualitatif lebih berkonsentrasi pada proses

Universitas Sumatera Utara

Page 53: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

daripada dengan hasil atau produk.

4) Induktif. Peneliti kualitatif cenderung menganalisis data mereka secara

induktif. Mereka tidak melakukan pencarian di luar data atau bukti untuk

menolak atau menerima hipotesis yang mereka ajukan sebelum pelaksanaan

penelitian.

5) Makna. Makna adalah kepedulian yang esensial pada pendekatan kualitatif

peneliti yang menggunakan pendekatan ini tertarik bagaimana orang membuat

pengertian tentang kehidupan mereka. Dengan kata lain peneliti kualitatif

peduli dengan apa yang disebut dengan perspektif partisipan.

Berangkat dari karakteristik sebuah penelitian kualitatif yang telah

dibentangkan diatas, maka dapat dikemukakan bahwa dalam penelitian ini,

peneliti langsung berlaku sebagai alat peneliti utama (key instrument) yang mana

melakukan proses penelitian secara langsung dan aktif mewawancarai,

mengumpulkan berbagai materi atau bahan yang berkaitan.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian apa yang akan diselidiki dalam penelitian. Menurut

Sugiyono (2013) dan Andi Prastowo (2011) apabila dlihat dari sumbernya, objek

dalam penelitian kualitatif disebut situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen, yaitu

tempat, pelaku dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergi ( Fitrah& Lutfiyah,

2017: 156). Objek penelitian merupakan sesuatu yang merujuk pada masalah atau

tema yang sedang di teliti (Idrus, 2009;91). Adapun objek penelitian yang diteliti

adalah “Peranan, komunikasi intrapersonal, konsep diri dan perilaku mahasiswa

Ilmu Komunikasi FISIP USU”

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah informan yang memahi informasi objek penelitian

sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Burhan,

2007: 76). Adapun subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ilmu

Komunikasi FISIP USU. Alasan peneliti ingin menjadikan mahasiswa Ilmu

Komunikasi di FISIP USU sebagai subjek penelitian yaitu karena peneliti melihat

bahwa mahasiswa ilmu komunikasi memiliki perilaku yang beragam, perilaku

Universitas Sumatera Utara

Page 54: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

40

Universitas Sumatera Utara

inilah yang terliat sebagai indeks konsep diri. Dengan beragamnya konsep diri

yang ada, maka akan lebih mudah bagi peneliti untuk mendapatkan data yang

beragam. Peneliti juga mengharapkan dengan beragamnya perilaku mahasiswa

Ilmu Komunikasi FISIP USU bisa memperkaya data yang ada, dan membuat

penelitian semakin baik.

Berikut kriteria subjek penelitian:

1. Subjek harus dalam kategori atau rentang umur remaja menuju dewasa

(mahasiswa) yaitu 18- 23 tahun

2. Subjek merupakan salah satu mahasiswa aktif di Ilmu Komunikasi FISIP

USU

3. Subjek merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2016 dan 2017

Untuk melengkapi data tentang subjek penelitian, selain mahasiswa yang

menjadi subjek penelitian akan ada informan tambahan yaitu orang tua atau

sahabat dari subjek penelitian.

3.4 Kerangka Analisis

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan dari informan di lapangan

akan dilakukan dengan proses pengumpulan data yang dilakukan terus-menerus

hingga data jenuh dan teknik analisis data selama di lapangan berdasarkan model

Miles dan Huberman. Langkah-langkah dalam analisis data Sugiono (2005 : 92)

mengungkapkan “Peniliti akan melakukan reduksi data. Data yang diperoleh dari

lapangan yang sangat banyak sehingga perlu dilakukan analisis dan melakukan

reduksi data. Mereduksi berarti merangkum dan memilih hal-hal apa saja yang

pokok dan berfokus pada hal-hal yang penting saja. Data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti

melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencari bila diperlukan”.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

a) Wawancara Mendalam (in-depth interview)

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi

atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.Tehnik wawancara yang digunakan

Universitas Sumatera Utara

Page 55: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam

(in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara

dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan

pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam

kehidupan sosial yang relatif lama (Sugiyono, 2006; 138).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai

responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan,

kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti

melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan

dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga

responden) (Sugiyono, 2006; 139)Beberapa tips saat melakukan wawancara

adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta,

hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum

building raport, ulangkembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif,

dan kontrol emosi negatif.

Wawancara dilakukan terhadap individu yang memenuhi kriteria untuk

menguatkan penelitian serta hasil temuan peneliti. Ada pula kriteria informan

sebagai berikut:

Berikut kriteria subjek penelitian:

1. Subjek harus dalam kategori atau rentang umur remaja menuju dewasa

(mahasiswa) yaitu 18- 23 tahun

2. Subjek merupakan salah satu mahasiswa aktif di Ilmu Komunikasi FISIP

USU

3. Subjek merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2016 dan 2017

b) Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan, yaitu akan digunakan sebagai sumber data sekunderyang

akan diperoleh dari buku-buku, artikel-artikel, serta tulisan-tulisan ilmiah yang

berhubungan dengan rumusan penelitian untuk melengkapi data yang diperoleh

melalui observasi dan wawancara. Studi kepustakaan adalah metode yang akan

digunakan peneliti dengan mengumpulkan informasi yang relevan dengan fokus

Universitas Sumatera Utara

Page 56: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

42

Universitas Sumatera Utara

permasalahan atau yang sedang diteliti. Informasi berupa buku- buku ilmiah,

laporan penelitian baik berbentuk cetak maupun elektronik.Informasi ataupun

teori yang mendukung pengembangan analisis data yang di dapat oleh peneliti

selama melakukan wawancara dan observasi di lapangan.

c) Observasi

Menurut Abdurrahmat Fathoni (2011:104), observasi adalah teknik

pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan dengan disertai

pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Sebagai

metode ilmiah, observasi merupakan suatu penyelidikan yang dilakukan secara

sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terutama mata

terhadap kejadian yang berlangsung dan dapat dianalisa pada waktu kejadian

tersebut terjadi (Arikunto, 2002:133).

3.6 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan sampel untuk subjek penelitian ini menggunakan

teknik Purposive sampling, Purposive sampling adalah salah satu teknik

pengampilan sample yang sering digunakan dalam penelitian, secara bahasa yaitu

berarti sengaja. Jadi, purposive sampling berarti teknik pengampilan sampling

secara sengaja salah satu metode dalam pengambilan sample dari suatu populasi.

Dalam bahasa sederhana purposive sampling itu dapat dikatakan sebagai secara

sengaja mengambil sampel tertentu (jika orang berarti orang orang tertentu)

(Bungin,2008:259).

Pada penelitian ini yang menjadi informan utama adalah kalangan

mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2016 dan 2017. Dengan

kriteria yang ditentukan tersebut, diharapkan peneliti dapat memperoleh informasi

sebanyak-banyaknya terkait hal yang berhubungan dengan peranan komunikasi

intrapersonal dalam proses pembentukan konsep diri (self concept) di Kalangan

Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU .Hal ini dimaksudkan agar data yang

peneliti peroleh lengkap sehingga menghasilkan penelitian yang maksimal.

Universitas Sumatera Utara

Page 57: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

3.7 Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Perpanjangan Keikutsertaan kehadiran peneliti dalam setiap tahap penelitian

kualitatif membantu peneliti untuk memahami semua data yang dihimpun

dalam penelitian. Peneliti kualitatif adalah orang yang langsung melakukan

wawancara dan observasi dengan informan-informannya. Karena itu peneliti

kulitatif adalah peneliti yang memiliki waktu yang lama bersama dengan

informan dilapangan, bahkan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai

(Bungin, 2008:254).

2. Ketekunan pengamatan untuk memperoleh derajat keabsahan yang tinggi,

maka jalan penting lainnya adalah dengan meningkatkan ketekunan dalam

pengamatan di lapangan. Pengamatan bukanlah suatu teknik pengumpulan data

yang hanya mengandalkan kemampuan pancaindra, namun juga menggunakan

semua pancaindra termasuk adalah pendengaran, perasaan, dan insting peneliti.

Dengan meningkatkan ketekunan pengamatan di lapangan maka, derajat

keabsahan data telah ditingkatkan pula (Bungin,2008:256).

Untuk menguji keabsahan hasil penelitian, peneliti menggunakan teknik

triangulasi yaitu dengan memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Menurut Denzin

(dalam Moleong, 2005) ada empat macam triangulasi yang memanfaatkan

penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori yakni sebagai berikut :

1. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek kembali

derajat kepercayaan suatu informasi dengan cara : (1) membandingkan data

hasil pengamatan dengan hasil wawancara ; (2) membandingkan apa yang

dikatakan di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi ; (3)

membandingkan apa yang dikatakan tentang situasi penelitian dengan apa

yang dikatakan sepanjang waktu ; (4) membandingkan keadaan dan perspektif

seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain ; (5)

membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

2. Pada triangulasi dengan metode terdapat dua strategi, yaitu mengecek derajat

kepercayaan hasil penelitian dan mengecek derajat kepercayaan beberapa

sumber data dengan metode yang sama.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

44

Universitas Sumatera Utara

3. Triangulasi yang ketiga ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau

pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan

data.

4. Triangulasi dengan teori dilakukan menguraikan pola, hubungan dan

menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis untuk mencari tema atau

penjelasan pembanding (Moleong, 2005 : 330-332).

3.8 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik

analisis data kualitatif, yaitu (Miles dan Huberman, 1992 : 16) :

1. Reduksi data.

Reduksi data merupakan proses dalam pemilihan, pemusatan perhatian,

pengabstraksian, dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Proses ini

berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir

penelitian.Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti : merangkum,

memilih hal- hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display

Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah mendisplaykan

data.Display data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk :

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sebagainya.

Miles dan Huberman (1984) menyatakan : yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif.

Selain dalam bentuk naratif, display data dapat juga berupa grafik, matriks,

network (jejaring kerja).Bila setelah lama memasuki lapangan ternyata

hipotesis yang dirumuskan selalu didukung data pada saat dikumpulkan di

lapangan, maka hipotesis tersebut terbukti dan akan berkembang menjadi teori

yang grounded. Teori grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif,

berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan, dan selanjutnya diuji

Universitas Sumatera Utara

Page 59: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

melalui pengumpulan data yang terus menerus. Bila pola-pola yang ditemukan

telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut menjadi pola

yang baku yang tidak lagi berubah. Pola tersebut selanjutnya ditampilkan pada

laporan akhir penelitian (Rizka, 2018).

3. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal

yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya. Namun bila kesimpulan memang telah didukung oleh bukti-

bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel (dapat dipercaya).

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan

masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah

dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan

akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada.Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas, sehingga setelah diteliti menjadi

jelas.

Universitas Sumatera Utara

Page 60: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

46 Universitas Sumatera Utara

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Bab ini akan menjelaskan tentang hasil temuan yang didapatkan olehpeneliti

selama melakukan penelitian tentang Peranan Komunikasi Intrapersonal dalam

Proses Pembentukan Konsep Diri dan Perilaku Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Universitas Sumatera Utara. Peneliti melakukan penelitianselama dua bulan untuk

mendapatkan data yang valid dan lengkap. Penelitian inidiperoleh dengan

melakukan proses wawancara mendalam, observasi, dan studi

kepustakaanmengenai Peranan komunikasi Intrapersonal dalam Proses

Pembentukan Konsep Diri yang dilaksanakan di Universitas Sumatera Utara

khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi serta melakukan observasi secara

langsung dilingkungan kampus. Informan dipilih berdasarkan criteria yang sudah

ditentukan.

4.1.1 Proses Pelaksanaan

Pada proses penelitian, teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh

peneliti melalui dua tahap yaitu kegiatan observasi dan wawancara mendalam

antara peneliti dengan informan. Pelaksanaan observasi peneliti lakukan ketika

akan memilih informan yang tepat untuk dijadikan narasumber dalam penelitian

ini, dan melihat keselarasan data yang disampaikan informan dengan keseharian

informan. Peneliti menentukan informan penelitian dengan cara purposive

sampling atau penentuan informan dengan sengaja yang berasal dari suatu

populasi ( mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU ) karena memenuhi syarat

tertentu. Dimana dalam penelitian ini, syarat yang wajib dipenuhi oleh informan

terpilih adalah yang rentang umur remaja menuju dewasa ( 18-23 tahun) dan

merupakan mahasiswa aktif Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2015, 2016

dan 2017.

Setelah pemilihan informan selesai dilakukan, maka peneliti mulai

melakukan kegiatan wawancara dengan informan yang telah peneliti tentukan.

Awalnya peneliti hanya mencari tiga informan untuk penelitian ini. Namun

peneliti ingin mendapatkan hasil yang lebih banyak sehingga peneliti menambah

Universitas Sumatera Utara

Page 61: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

satu informan lagi. Akhirnya Peneliti memilih 4 informan yang sesuai dengan

kriteria dan yang bersedia untuk diwawancara. Meskipun ada beberapa yang

meminta namanya untuk disamarkan. 4 informan ini adalah Maya Sari angkatan

2015, Putra angkatan 2015, Irene Natalia Hutapea angkatan 2016, dan Azka Fikri

angkatan 2017.

Selama mencari informan, kendala yang dirasakan peneliti yaitu adanya

calon informan yang tidak bersedia untuk diwawancara. Mereka menolak untuk

menjadi informan denga alasan takut. Setelah peneliti meyakinkan informan

tersebut dengan membujuk dan menyarankan tentang indentitas informan yang

bisa disamarkan, baru informan tersebut mau menjadi informan peneliti. Selain itu

sangat susah untuk bertemu dengan beberapa informan, karna ada beberapa

informan yang sudah disemester akhir dan tidak ada kelas lagi.

Jadi sangat sulit untuk menentukan waktu wawancara dan peneliti juga sedang

bekerja. Tapi akhirnya informan bersedia menyesuaikan waktu dengan peneliti.

Peneliti sudah mencari dan menentukan informa sejak awal bulan April

tahun 2019. Awalnya dari membahas tentang judul penelitian dengan teman

mahasiswa Ilmu Komunikasi lalu muncul saran dari teman-teman mahasiswa ilmu

komunikasi. Saat itu peneliti baru mendapatkan tiga informan yaitu Maya Sari,

Irene Natalia, dan Azka Fikri. Namun peneliti disitu belum langsung melakukan

wawancara dengan informan karena peneliti masih belum menemukan waktu

yang pas untuk wawancara. Peneliti baru menanyakan kesediaan informan dan

menjelaskan maksud serta tujuan wawancara melalui aplikasi LINE. Peneliti juga

menjelaskan sedikit mengenai penelitian yang akan dijadikan skripsi yaitu tentang

peranan komunikasi intrapersonal dalam proses pembentukan konsep diri dan

perilaku mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU.

Setelah peneliti berhasil menemukan waktu dan lokasi wawancara. Pada

tanggal 11 April 2019 peneliti langsung melakukan wawancara dengan salah satu

informan. Informan pertama adalah Maya Sari Ilmu Komunikasi angkatan 2015.

Wawancara dilakukan pukul 12.00 wib di FISIP USU tepatnya diruang sekretariat

radio Usukom. Wawancara dilaksanakan diruang sekretariat radio Usukom karena

informan pertama adalah salah satu pengurus radio Usukom. Saat melakukan

wawancara, Maya sangat terbuka, dan menjawab semua pertanyaan peneliti

Universitas Sumatera Utara

Page 62: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

48

Universitas Sumatera Utara

dengan baik. Kebetulan Maya adalah teman satu angkatan peneliti sehingga bisa

membangun suasana yang nyaman saat wawancara. Bahkan informan juga tidak

masalah jika namanya tidak disamarkan.

Peneliti merasa tidak sulit untuk mengetahui maksud dari beberapa

jawaban yang diberikan oleh Maya sebagai informan wawancara. Selama proses

wawancara tidak ada kendala yang peneliti alami kepada Maya. Peneliti dan

informan cukup menikmati dan lancar dalam melakukan tanya jawab. Waktu yang

dibutuhkan menjawab pertanyaan berdasarkan pedoman wawancara hanya

sebentar yaitu sekitar sepuluh menit. Namun inti yang peneliti cari sudah

didapatkan dari jawaban yang Maya berikan. Alasan peneliti memilih Maya

sebagai informan adalah peneliti menduga bahwa Maya memiliki konsep diri

dominan positif, dan juga sering melakukan komunikasi intrapersonal.

Berlanjut dengan informan kedua adalah Irene NataliaHutapea mahasiswa

Ilmu Komunikasi angkatan 2016. Wawancara dilakukan di hari yang berbeda

tetapi tempat yang sama dengan informan 1 yaitu diruang sekretariat radio

Usukom. Kebetulan informan 2 juga merupakan anggota radio Usukom, dan juga

anggota imajinasi. Setelah selesai melakukan wawancara dengan informan yang

pertama, peneliti tidak langsung mewawancarai informan 2 karna informan 2 yang

tidak sedang berada di kampus. Peneliti menunggu agak lama karena informan

keduadatang ke kampus saat peneliti tidak bisa kekampus. Oleh karena itu,

wawancara dengan informan 2 dilakukan di tanggal 15 April 2019 dari jam yang

di janjikan yaitu pukul 13.00 wib. Setelah melakukan wawancara dan mengobrol

sekitar dua jam, wawancara selesai sekitar pukul 15.00 wib. Awalnya ketika ingin

memulai wawancara, informan 2 sedikit ragu dan bertanya mengenai judul

penelitian ini. Tapi setelah mengobrol beberapa saat, informan 2 terlihat mulai

terbuka dan tidak ragu lagi. Saat itu juga penelitilangsung mulai melakukan

wawancara dengan Irene. Alasan peneliti memilih Irene karena peneliti pernah

berbincang beberapa kali dengan Irene seputar komunikasi intrapersonal. Sebelum

melakukan penelitian, peneliti melihat dan menduga jika Irene memiliki konsep

diri yang dominan positif. Tetapi menurut peneliti Irene sepertinya kurang dalam

melakukan komunikasi intrapersonal.

Universitas Sumatera Utara

Page 63: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

Dalam membuat izin dan janji dengan informan peneliti sedikit kesulitan

karena jadwal peneliti dan Irene yang tidak sama. Tapi peneliti dan informan

bergabung dalam organisasi yang sama yaitu radio Usukom.. Jadi informan dan

peneliti sudah kenal dan bisa lebih bersikap flexible dengan peneliti dan tidak ada

tuntutan selama proses wawancara.

Ireneyang memiliki rambut hitam lebat sebahu dengan suaranya yang khas

ini memiliki segudang kegiatan positif sebagai mahasiswa diantaranya ia sering

menjadi panitia dalam berbagi kegiatan organisasi kampus dan menjadi salah satu

kandidat calon Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi

(IMAJINASI FISIP USU).

Menjadi pribadi yang aktif dalam setiap kegiatan di kampus, membuat

Irene dikenal sebagai pribadi yang easy going, suka bercanda namun tetap bisa

memberikan opini-opini kritisnya. Hal ini peneliti rasakan saat mewawancarai

Irene, dimana ketika menjawab pertanyaan yang diberikan, Irene kerap

menyelipkan guyonan-guyonan khasnya namun tetap menjawab secara terperinci.

Saat itu Irene berpenampilan rapih menggunakan kemeja, celana jeans,

sepatu sneakers dan jam tangan. Wawancara berlangsung lama, sekitar enambelas

menit, karena informan yang memang sangat suka berbicara. Sehingga peneliti

cukup puas dengan jawan Irene karena tanpa harus bersusah payah menggali

informasi, informan langsung bercerita panjang lebar. Informan juga mudah

mengerti dan menjawab selengkap mungkin pertanyaan peneliti. Selesai

melakukan wawancara informan berdiskusi dan mengobrol banyak hal.

Informan ketiga adalah Azka Fikri yang biasa peneliti panggil Azka,

mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2017. Peneliti membuat belum

membuat janji wawancara dengan Azka melalui aplikasi LINE.. Tapi karena

kebetulan informan ada di kampus pada saat peneliti mewawancarai informan 2,

jadi wawancara dilaksanakan sesaat setelah peneliti mewawancarai informan 2.

Peneliti melakukan wawancara dengan Azka di depan ruang Prodi Ilmu

Komunikasi FISIP sekitar pukul 15.15 WIB. Alasan peneliti memilih Azka karena

peneliti melihat di lingkungan kampus, Azka dikenal sebagai orang yang mudah

bergaul dan periang. Azka juga merupakan mahasiswa yang cerdas dan aktif. Hal

ini Peneliti ketahui karena selain cukup mengenal baik Azka, Peneliti melihat

Universitas Sumatera Utara

Page 64: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

50

Universitas Sumatera Utara

langsung kegiatan Azka yang cukup padat seperti menjadi Master Of Ceremony

(MC) dalam berbagai kegiatan Komunikasi ataupun menjadi delegasi Prodi Ilmu

Komunikasi dalam acara-acara seminar yang ada. Jadi peneliti memustuskan

Azka untuk dijadikan subjek pada penelitian ini.

Saat ditemui Azka sedang mengenakan balutan T-shirt yang dipadu dengan

celana skinny jins. Kemudian, Peneliti dan Azka pun mencari ruang kelas yang

kosong untuk melakukan sesi wawancara . Kebetulan di depan ruang prodi Ilmu

Komunikasi saat itu sedang kosong. Saat ini Azka berumur 20 tahun. Azka

memiliki ciri fisik tinggi sekitar 160 cm dengan warna kulit kecokelatan dan

rambut ikal belah samping.

Sebelum melangsungkan wawancara, peneliti berbincang dengan informan

dahulu membahas seputar perkuliahan. Peneliti juga menjelaskan kenapa peneliti

memilih Azka sebagai informan. Peneliti sedikit menjelaskan terkait judul

penelitian yang sedang peneliti kerjakan. Azka cukup terbuka dan informan

menjawab dengan santai tanpa dilihat ada yang di tutupi.. Wawancara

berlangsung santai seperti percakapan biasa.

Informan keempat, yaitu Putra mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2015.

Putra adalah nama samaran yang peneliti berikan untuk informan 4. Karena

informan 4 tidak ingin identitas dirinya diketahui siapa pun. Alasan peneliti

memilih Putra karena peneliti mendapatkan informasi dari teman peneliti yang

juga teman satu tongkrongan dengan Putra. Mereka mengatakan putra memiliki

perilaku yang kurang baik, Putra juga jarang sekali melakukan komunikasi

intrapersonal.Jadi peneliti langsung menghubungi Putra untuk mengkonfirmasi

informasi tersebut dan meminta izin agar Putra mau menjadi subjek penelitian ini.

Awalnya peneliti hanya memilih tiga informan. Namun hasil yang didapatkan

peneliti kurang kaya. Peneliti tidak menemukan konsep diri yang dominan negatif

pada informan 1,2 dan 3. Oleh karena itu, setelah mendengar cerita tentang Putra

dari salah seorang temannya, peneliti langsung memilih Putra sebagai informan

keempat.

Peneliti awalnya menghubungi Putra melalui aplikasi LINE namun pada saat

itu peneliti masih dalam proses pembuatan transkrip wawancara informan 1,2, dan

3, jadi peneliti belum menentukan janji dan waktu untuk wawancara. Akhirnya

Universitas Sumatera Utara

Page 65: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

peneliti baru mendiskusikan waktu luang antara peneliti dan informan saat

kebetulan peneliti bertemu informan saat peneliti di kampus untuk sebuah urusan.

Putra jarang sekali terlihat dikampus, bahkan ketika kami masih semester awal.

Beberapa kali saat ingin bertemu Putra, dia tidak bisa di wawancara pada

saat itu karena sudah ingin buru-buru pergi, jadi wawancara sempat beberapa kali

tertunda.

Akhirnya wawancara dilaksanakan tanggal 29 April 2019 pukul 11.00 wib.

Wawancara ini akhirnya terjadi juga berkat bantuan seorang teman. Wawancara

dilaksanakan di lorong gedung E FISIP USU. Padahal awalnya peneliti berjanji

wawancara dengan informan pukul 15.00 wib. Namun karena peneliti memang

sudah ada di kampus dari pagi dan kebetulan Putra juga mau langsung

diwawancarai saat itu juga, agar dia bias segera pulang kerumah. Putra yang

menawarkan untuk saat itu saja melangsungkan wawancaranya karena pukul

15.00 Putra ada urusan mendadak.

Sebelum melakukan wawancara seperti biasa peneliti menjelaskan seputar

judul skripsi peneliti. Tidak lupa peneliti menyiapkan perekam suara dan pedoman

wawancara. Awalnya wawancara berlangsung agak canggung antara informan dan

peneliti. Ini dikarenakan peneliti tidak teralu mengenal informan, peneliti awalnya

hanya sekedar tahu dari sosok Putra. Awalnya informan sangat singkat menjawab

pertanyaan peneliti. Namun peneliti tidak menyerah dan mengulang pertanyaan-

pertanyaan yang sudah ditanyakan. Peneliti memberikan cerita pengalaman

sebagai contoh dari jawaban dari pertanyaan tersebut, agar memancing informan

untuk bercerita. Setelah berlanjut ke pertanyaan ketiga percakapan mulai santai,

dan informan semakin nyamanuntuk bercerita.

Selama wawancara dengan informan berlangsung lancar. Selama proses

wawancara juga tidak terlalu canggung karena peneliti bisa membuat suasana

yang nyaman dengan informan. Meski awalnya informan sedikit canggung dan

kaku untuk menjawab. Namun peneliti terus mengulang pertanyaan dan

mengembangkan pertanyaan dari pertanyaan yang ada di pedoman wawancara.

Peneliti juga menanyakan beberapa pertanyaan basa-basi yang bisa mencairkan

suasana. Saat itu informan memakai baju kaos warna biru dongker, dan celana

hitam. Wawancara di selingi dengan percakapan biasa agar informan tidak terlalu

Universitas Sumatera Utara

Page 66: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

52

Universitas Sumatera Utara

tegang. Setelah peneliti puas dengan jawaban informan, peneliti berterimakasih

dengan informan dan mengundang informan untuk datang jika nanti peneliti akan

melaksanakan seminar hasil.

Informan terakhir yaitu informan kelima adalah Ibu Hutasoit, yang

merupakan orangtua dari informan I yaitu Maya Sari sebagai mahasiswa Ilmu

Komunikasi angkatan 2015. Untuk mengecek kebenaran data atau informasi yang

diperoleh, peneliti juga melakukan wawancara dengan orangtua informan.Hal ini

peneliti lakukan untuk mengetahui konsep diri, komunikasi intrapersonal, dan

perilaku informan dari sudut pandang yang berbeda. Peneliti memilih Ibu Hutosoit

sebagai informan triangulasi atau sebagai triangulator. Wawancara yang

berlangsung dengan Ibu Hutasoit cukup lancar dan ia menceritakan hal-hal terkait

informan I yang ia ketahui.

Lalu peneliti menghubungi Informan I tanggal 1 Mei 2019 melalui aplikasi

LINE, untuk menanyakan kesediaan Ibunya ( Ibu Hutasoit ) untuk di wawancara,

tidak lupa peneliti juga menjelaskan mengenai judul skripsi yang berhubungan

dengan pertanyaan yang akan ditanyakan nanti. Informan I dengan senang hati

membantu menanyaka kepada ibunya, dan akhirnya Ibu informan I mau menjadi

informan tambahan ( triangulator) dan peneliti langsung membuat janji dan waktu

untuk melaksanakan wawancara. Karena peneliti dan informan sangat jarang

bertemu di kampus, peneliti selalu menghubungi informan melalui aplikasi LINE.

Awalnya janji wawancara dengan informan akan dilakukan pada hari minggu 5

Mei 2019 sekitar jam 12.00 wib di Rumah Informan. Namun pada hari tersebut

Informan tiba-tiba tidak ada kabar dan tidak membalas chat Line peneliti. Setelah

menunggu beberapa hari yaitu pada tanggal 8 Mei Informan akhirnya mengabari

peneliti. Informan memberi kabar bahwa kemarin informan sedang sibuk

mengurus penelitiannya juga. Kendala yang peneliti alami adalah, peneliti harus

menunggu waktu dimana informan I bisa dan informan V juga bisa. Karna peneliti

merasa tidak akan nyaman jika peneliti main kerumah informan V saat tidak ada

informan I. Jadi peneliti dan informan membuat janji wawancara ulang yaitu

tanggal 13 Mei 2019 jam 12.00 wib di rumah informan. Dijalan Harmonika,

Tajung Rejo, Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

. Wawancara berlangsung santai seperti bercerita biasa. Karena disitu ikut

juga teman-teman lain yang mendengarkan dan ikut bertanya. Peneliti kerumah

informan dengan teman-temen peneliti, sekalian ingin bermain dengan informa I.

Tidak ada kesulitan peneliti selama mewawancarai informan. Sikap Ibu Hutasoit

yang heboh dan ramahmembuat tidak ada rasa canggung antara peneliti dan

informan. Informan juga tidak kesulitan untuk menjawab pertanyaan yang

dilontarkan. Wawancara berlangsung sekitar 21 menit. Sebelumnya peneliti

memang sudah mengetahui kalau Ibu Hutasoit adalah oragtua informan I, dan

peneliti sudah beberapa kali bertemu dengan Ibu Hutasoit.namun peneliti tidak

tahu kalau informan sedang dirumah informan I.

Dalam proses penelitian selama di Lapangan, peneliti sering mendapat

kendala, terutama penolakan para informan yang tidak mau untuk dijadikan

informan peneliti, hal tersebut karena kebanyakan dari mereka merasa bahwa

penelitian peneliti sangat privasi dan informan tidak ingin orang lain tau

bagaimana komunikasi intrapersonal mereka . Sehingga pada saat di lapangan

peneliti memerlukan waktu lebih lama untuk mencairkan suasana dan

menjelaskan penelitian ini lebih lengkap kepada seluruh informan. Kendala itu

juga yang membuat peneliti sedikit lama berada di Lapangan untuk

mengumpulkan data. Demi kenyamanan dan atas permintaan dari informan yang

tidak ingin privasinya terganggu, satu nama informan pada penelitian ini

merupakan nama samaran yaitu informan IV ( Putra). Ketika peneliti merasa data

yang diperoleh sudah cukup maka peneliti menyusun data yang sudah ada sesuai

dengan tujuan penelitian.

Selama melaksanakan wawancara peneliti tidak lupa menyediakan alat

tulis, perekam suara dan pedoman wawancara. Dalam pedoman wawancara

terdapat sepuluh pertanyaan. Namun pada saat kegiatan wawancara, peneliti

mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lain yang hampir sama inti

pertanyaannya agar jawaban dari informan lebih bisa berkembang.

4.1.2 Data Informan

Dalam penelitian berjudul Peranan Komunikasi Intrapersonal dalam

Proses Pembentukan Konsep Diri dan Perilaku Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Universitas Sumatera Utara

Page 68: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

54

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ini, peneliti melakukan wawancara denganinforman

yang ditelah ditetapkan berdasarkan kriteria. Adapun data informan

dalampenelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Profil Informan Utama

Tabel 4.2

Profil Informan Tambahan

Nama Usia Pekerjaan Hubungan dengan

Informan

Ibu

Hutasoit 57 tahun Ibu Rumah Tangga Orangtua Informan I

4.1.3 Hasil Penelitian

1) Informan I

Nama : Maya Sari

Usia : 22 Tahun

Status : Mahasiswa Ilmu Komunikas angkatan 2015

Informan pertama merupakan seorang wanita bernama Maya Sari (22

tahun). Maya merupakan Mahasiswi di Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara (FISIP USU). Sebagai salah

satu pengurus dan penyiar radio USUKOM FM, Maya dikenal sebagai orang

yang ramah dan mudah bersosialisasi dengan siapa saja. Hal ini bisa peneliti

Informan I

Informan II

Informan III

Informan IV

Nama

Maya Sari Irene Azka Putra

Jenis Kelamin

Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki

Usia

22 Tahun 21 Tahun 20 Tahun 22 Tahun

Angkatan

2015 2016 2017 2015

Universitas Sumatera Utara

Page 69: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

rasakan langsung saat mewawancarai Maya, dimana ia terlihat bersemangat dan

antusias dalam menjawab setiap pertanyaan yang peneliti ajukan.

Untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi intrapersonal

memengaruhi konsep diri Maya, Peneliti mengajukan pertanyaan meliputi

bagaimana intensitas komunikasi intrapersonal Maya seperti berdoa, bersyukur,

berimajinasi dan melakukan intropeksi diri agar mengetahui seberapa jauh Maya

mengenal dirinya dan seperti apa ia mendeskripsikan citranya sendiri.

Pertanyaan pertama diawali dengan menanyakan kepercayaan yang Maya

yakini. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai atau norma yang

dianut. Aktivitas komunikasi intrapersonal yang dilakukan Maya sehari-hari

merupakan upaya memahami dirinya sendiri dengan suatu subjek yang tidak

tampak seperti halnya Tuhan. Maya merupakan seseorang yang beragama Kristen

dan sebagai manusia yang beragama, Maya percaya bahwa aktivitas beribadah

adalah salah satu media untuk bisa berkomunikasi dan mendekatkan diri dengan

Tuhan. Saat ditanya mengenai seberapa sering intensitas beribadah dan berdoa di

lakukan, Maya mengaku cukup rutin untuk mengerjakan ibadah mingguan ke

Gereja.

“Menurutku berdoa itu penting biar aku bisa dekat dengan pencipta ku.

Dalam agamaku beribadah itu ngga hanya di hari Minggu aja kok, setiap

hari kami juga berdoa. Aku yakin doa itu cara yang diberikan Tuhan biar

kita bisa merasa tenang dan damai. Karena seperti kita habis

mengungkapkan keluh kesah seharian yang kita rasakan, jadi ngerasa lega

aja gitu. “

Maya menambahkan bahwa dia belum merasa puas dengan intensitas

berdoa dan beribadahnya. Alasannya, Maya kerap lupa untuk berdoa apalagi

ketika ia sedang sibuk dan merasa senang.

“Ditanya udah puas apa belum dengan ibadahku, jawabannya belum

sama sekali. Pengen banget untuk bisa ditingkatkan lagi, tapi kaya sering

kelupaan apalagi kalau udah sibuk seharian dan lagi senang-senang.

Sering keingatnya pas lagi sedih atau ada masalah aja. Padahal meski

sedih ataupun senang harus tetap berdoa sama Tuhan kan.”

Saat ditanya mengenai tanggapan tentang bersyukur, Maya memaknai

sebagai suatu perbuatan yang penting dilakukan, karena ia yakin ketika bersyukur

Universitas Sumatera Utara

Page 70: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

56

Universitas Sumatera Utara

berarti Maya menghargai dan menghormati kebesaran Tuhan yang sudah

diberikan.

“Ketika bersyukur aku merasa lebih bahagia. Kita manusia ini kan ngga

pernah puas ya. Udah dapat satu pengen lagi dapat yang lain. Apalagi

kalau lagi kumat iri dengkinya. Hahaha. Harus banyak liat kebawah aja,

Tuhan udah baik memberikan kesehatan, anggota badan lengkap,

keluargaku pun masih lengkap, makan pun masih enak. Alhasil suka

ngomong sama diri sendiri, ayoo bersyukur May. Banyak yang hidupnya

ngga seberuntung kau”

Mencoba membiasakan diri untuk bersyukur dengan apa yang terjadi di

dalam hidupnya, tidak membuat Maya menjadi pribadi yang jarang mengeluh.

Maya setuju bahwa dia masih cukup sering mengeluhkan hal-hal kecil karena

menurutnya itu adalah suatu kewajaran yang dilakukan tiap manusia secara sadar

ataupun tidak.

“Pasti pernah ngeluh, bahkan tadi juga barusan ngeluh karena panas kali

kurasa. Kemauan untuk ngerubahnya pasti ada lah, tapi kadang ngeluh itu

sesuatu yang kita ngga sadari, kaya tiba-tiba keceplosan aja. Ini udah

mulai berusaha ngurang-ngurangi ngeluh sama suatu hal kok.”

Selanjutnya pertanyaan mengenai introspeksi diri. Hal ini ditanyakan guna

mengetahui bagaimana Maya mengerti dan menerima kelebihan serta kekurangan

yang ia miliki sebagai satu kesatuan agar dapat mengembangkan diri menjadi

pribadi yang lebih baik lagi. Maya pun setuju bahwa tiap manusia tidak pernah

lepas dari berbuat kesalahan termasuk dirinya.

“Aku termasuk orang yang senang dinasihati dan bisa menerima kritikan.

Artinya ketika aku di kritik, aku harus mengintrospeksi diriku biar bisa

jadi pribadi yang lebih baik lagi. Kadang kalo baru ngelakuin kesalahan

akibat emosi sesaat, aku suka berdiam diri, merenung di rumah. Kalau di

agamaku ada anjuran untuk tiap pagi atau malam hari melakukan

renungan. Disitulah kita mengintrospeksi diri apa yang uda kita lakuin

hari itu, terus dibawa kedoa, minta maaf. Tiap tahun kami juga ada

namanya renungan keluarga.”

Maya menambahkan, ketika dia menyangkal sudah berbuat kesalahan atau

merasa sudah menyinggung hati seseorang, ia merasa suasana hatinya berubah

menjadi buruk dan gampang emosian.

“Aku merasa ada yang mengganjal di hati, jadi ngerasa ga „plong‟,

ngerasa berdosa. Itu sebabnya aku lebih sering instropeksi diri. Apalagi

aku termasuk orang yang blak-blakan, ngomong apa adanya, tapi

Universitas Sumatera Utara

Page 71: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

percayalah siap aku ngomong gitu kadang kepikiran tadi aku salah ngga

ya? Becanda ku kelewatan ngga ya? Kaya nyesal gitulah jadinya.

“Ditanya udah puas sama diriku sekarang atau ngga?Jawabannya masih

jauh dari kata puas. Pengennya semakin dikit intrsopeksi diri, berartikan

aku udah makin dikit juga berbuat kesalahan sama orang lain.”

Dering telefon Maya sedikit menginterupsi sesi wawancara pada siang

menjelang sore hari itu. Sambil menunggu Maya menyelesaikan telefonnya,

Peneliti membuka aplikasi Instagram dan mengunjungi Profil Instagram Maya

untuk melihat momen apa saja yang suka ia bagikan. Tentunya ini bisa

memberikan sedikit gambaran kepada Peneliti mengenai kepribadian informan.

Dalam akunnya, Maya senang mengunggah video ketika ia bernyanyi. Ia pun suka

mengabadikan momen ketika menonton konser bersama teman-temannya. Tak

heran mengapa Maya bisa menjadi salah satu Penyiar di Radio USUKOM karena

terlihat pada kecintaannya akan musik.

Introspeksi diri berguna untuk mengetahui tidak hanya kekurangan namun

juga kelebihan yang dimiliki. Salah satu ciri konsep diri positif diantaranya adalah

mampu dan yakin akan kemampuan yang dimiliki. Maya menunjukan ciri ini

dengan jelas dan percaya diri bahwa ia merasa memiliki taste bagus dalam

bermusik. Berikut peryataan Maya:

“ Aku merasa punya kelebihan dalam selera musik dan aku juga

suka nyanyi. Itu juga alasanku gabung jadi penyiar di Usukom dan

bisa dilihat dari postingan instagram ku, setengah dari isinya

hampir selalu ada video aku nyanyi dan mengcover lagu-lagu

musisi lain.”

Sesi tanya jawab pun dilanjutkan. Kali ini, Peneliti bertanya mengenai

imajinasi. Dengan wajah sumringah, Maya langsung menjawab bahwa ia adalah

tipikal orang yang sangat suka berimajinasi.

“Sering. Aku suka kali berimajinasi tentang apa aja. Kehidupan,, keuangan,

rencana kedepannya. Buat ku berimajinasi itu kaya refreshing, kan ngga

ada salahnya berimajinasi. Kita kaya membangun impian kita, siapa tau

suatu saat bsia terkabul. Bermimpilah setinggi langit, tapi jangan cuma

mimpi aja harus berusaha buat merealisasikannya.”

Setelah mendengarkan tanggapan yang diberikan Maya mengenai aktivitas

Komuniksi Intrapersonal yang ia lakukan (berdoa, bersyukur, instropeksi, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 72: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

58

Universitas Sumatera Utara

berimajinasi), Peneliti ingin menarik kesimpulan mengenai seberapa berpengaruh

aktivitas berkomunikasi dengan diri sendiri pada perilaku Maya dan sedetail apa

Maya bisa mendeskripsikan dirinya.

“Aku itu orang yang suka ngomong ceplas-ceplos, bisa bawa suasana,

lumayan sensitif, keras kepala dan gampang moody. Aku tau apa yang aku

suka dan ngga. Contohnya aku suka hal-hal yang berhubungan dengan

musik. Makanya aku senang nyanyi, upload video coveran lagu di

Instagram, nonton konser. Kalau bagian ngga sukanya, aku paling ngga

suka sama orang yang lelet. Lama geraknya.”

Setelah Maya mendeskripsikan tentang dirinya, Peneliti memberikan contoh

perilaku-perilaku yang ingin dinilai mengenai perilaku terpuji (Saling mengenal,

Saling memahami, Jujur, Adil, Amanah, Lapang dada, dan Toleransi) dan

perilaku tercela (Dengki, Ria, Aniaya, Deskriminasi). Hal ini tentu akan

berpengaruh pada konsep diri yang terbentuk positif ataukah negatif.

“Aku orangnya mau terbuka untuk mulai obrolan dengan orang lain.

Misalnya lagi disuatu tempatbaru, aku suka ngajakin ngobrol orang

disebelahku. Untuk saling memahami aku lumayan bisa mengerti kawan-

kawanku, misalnya mereka ada buat salah, pasti ku tanya dulu kenapa

kaya gitu dan ngga langsung marah-marah. Kalau untuk jujur sih, ngga

berani bilang aku orang yang jujur 100% karena pasti pernah bohong dan

mungkin juga masih sampe sekarang. Tapi untuk amanah, aku orangnya

bisa dipercaya kok, dan akupun orang yang Toleran.”

“Kalau soal perilaku ngga baik kaya iri, dengki, ya pernah lah. Siapa

manusia yang ngga pernah kaya gitu. Sikap seperti itu kan datangnya

emang karena kita ngga mampu kaya dia. Bedanya kalau di aku, rasa iri

dengki itu kuubah jadi motivasi biar bisa kaya yang aku irikan itu. Kalau

ria sih tergantung orang yang liat gimana. Kadang kita ngga niat

nyombong, orang nangkapnya kita pamer.

“..Dan untuk diskrimanasi atau sampe ngebully ya ngga lah. Aku

berteman sama siapa aja. Aku punya banyak teman Muslim, Cina, Jawa,

Padang, semua ku kawani. Ngebully yang sampai main fisik ngga pernah.

Tapi kalau sekedar canda-canda sama kawan, kaya saling ejek becanda

gitu ya sering sama kawan-kawanku. Apalagi orang kaya aku mulutnya

suka ceplas-ceplos.”

Untuk menutup sesi tanya-jawab dengan Maya sebagai informan Pertama

pada penelitian kali ini, Peneliti meminta Maya untuk menyampaikan harapan

kedepannya untuk diri Maya sendiri.

“Harapan kedepannya semoga aku bisa lebih menjadi pribadi yang lebih

baikl lagi, semoga kuliahku cepat selesai dan cepat dapat kerja juga. .

Universitas Sumatera Utara

Page 73: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

Semoga kedepannya, aku bisa cepat sukses dan bisa mewujudkan impian-

impianku, biar bisa membahagiakan orangtuaku secepatnya. Amin.”

Maya juga menambahkan bahwa dia belum sepenuhnya puas dengan

dirinya saat ini. Maya merasa yakin masih banyak hal-hal lain yang belum dia

perbaiki dan masih banyak tujuan-tujuan lain yang ingin ia dapatkan.

2) Informan II

Nama : Irene Natalia Hutapea

Usia : 21 Tahun

Status : Mahasiswa Ilmu Komunikas angkatan 2016

Informan kedua pada penelitian ini adalah Irene Natalia Hutapea yang

kerap disapa Irene. Irene yang lahir 21 tahun silam, merupakan mahasiswa

Jurnalistik, Ilmu Komunikasi FISIP USU yang juga tergabung sebagai pengurus

dan penyiar di salah satu radio USU yaitu USUKOM FM. Wanita yang memiliki

rambut hitam lebat sebahu dengan suaranya yang khas ini memiliki segudang

kegiatan positif sebagai mahasiswa diantaranya ia sering menjadi panitia dalam

berbagi kegiatan organisasi kampus dan menjadi salah satu kandidat calon Ketua

Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi (IMAJINASI FISIP

USU).

Menjadi pribadi yang aktif dalam setiap kegiatan di kampus, membuat

Irene dikenal sebagai pribadi yang easy going, suka bercanda namun tetap bisa

memberikan opini-opini kritisnya. Hal ini peneliti rasakan saat mewawancarai

Irene, dimana ketika menjawab pertanyaan yang diberikan, Irene kerap

menyelipkan guyonan-guyonan khasnya namun tetap menjawab secara terperinci.

Sama halnya dengan Informan pertama, Irene merupakan seorang Kristiani

yang bersuku Batak. Saat ditanya mengenai untuk apa ia beribadah dan berdoa

kepada Tuhan dan bagaimana perasaannya setelah melakukan aktivitas tersebut,

Irene menanggapi bahwa kegiatan beribadah merupakan caranya berkomunikasi

dengan Tuhan dan ia merasa tenang sehabis melakukannya.

”Setelah beribadahpastinya merasa lebih lega dan tenang. Berdoa buatku

untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Ngga cuma yang sedih-sedihnya aja,

lagi senang pun diceritakan. Tapi ginilah manusia lebih sering pas ada

masalah aja doa ke Tuhan, meskipun masalahnya ga selesai saat itu juga,

tapi ngerasa kaya ada yang mendengarkan apa yang aku alamin. Hatipun

Universitas Sumatera Utara

Page 74: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

60

Universitas Sumatera Utara

ngerasa lebih plong dan lega. Apalagi kalau sampai yang uda berat kali,

bisa banjir air mata.”

Saat ini Irene merasa bahwa intensitas beribadahnya dengan Tuhan sedikit

menurun. Padahal beberapa waktu kebelakang, Irene mengaku sangat intens untuk

berdoa. Perasaan bersalah dan berdosa pun kerap ia rasakan.

“Belum. Sekarang ini aku lagi turun kali intensitas berdoanya. Padahal

dulu aku sering berdoa, sekarang malah bolong-bolong. Ngerasa berdosa

dan bersalah karena lupa sama Tuhan. Ada niat ingin meningkatkan lagi,

tapi gatau kenapa ngerasa malas kali.”

Meskipun mengaku bahwa tingkat beribadahnya tidak dalam kondisi

prima, Irene menyatakan bahwa tidak ada alasan untuk dirinya tidak bersyukur

kepada Tuhan. Bersyukur baginya adalah bentuk berterimakasih karena Tuhan

begitu baik memberikannya segala nikmat di dunia ini. Irene pun menambahkan

dengan bersyukur ia jadi lebih menghargai hidup dan mengurangi membanding-

bandingkan dirinya dengan orang lain

“Bersyukur itu wajib. Karena setiap kegiatan mau makan, tidur, bangun

tidur, semuanya diawali dengan bersyukur”

“..Bersyukur itu untuk eum…aku gatau untuk apa. Hahaha. Tapi aku

merasa itu kewajiban tiap manusia, karena udah diberikan nafas tiap

harinya, berkat kebaikan Tuhan kita masih hidup. Jadi itu wajib memang.

Biar lebih menghargai nikmat Tuhan, biar tau diri. Hidup kita itu udah

enak, ada yang lebih ngga enak dari kita. Menjalankan hidup pun jadi

lebih enjoy. Biar ingat kematian juga. Jadi lebih ingat Tuhan pastinya.”

Irene pun menambahkan ketika kita terus-terusan membandingkan diri

dengan orang yang lebih dari kita, melihat ke atas terus, semua ngga akan pernah

ada habisnya. Contoh yang paling sederhana Irene analogikan seperti membeli

gadget terbaru.

“Perasaan baru aja beli handphone model terbaru, eh uda keluar lagi

yang model barunya. Kalau diikutin terus kan ngga bakalan ada habisnya.

Mau lebih terus. Makanya bersyukur aja sama yang kita miliki. Sering-

sering lihat ke bawah, banyak orang yang mau makan dan tidur aja susah.

Itulah bentuk introspeksi diri kita biar tetap membumi.”

Disinggung perihal instropeksi diri, Irene menyadari bahwa ia pasti sering

melakukan kesalahan dan dosa. Namun baginya, sebaik-baik orang yang

melakukan kesalahan, ialah orang yang mau berusaha menyadarkan dirinya

Universitas Sumatera Utara

Page 75: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

sendiri dengan banyak merenung dan mengkoreksi diri, kemudian mau

memperbaiki kesalahan.

Irene pun mengaku bahwa ia adalah pribadi yang suka melihat kutipan

kata ataupun video renungan sebagai pengingat dirinya. Proses introspeksi yang

kerap ia lakukan menjadi cara bagi Irene untuk mengkoreksi kesalahan yang ia

perbuat meski kadang itu berlaku hanya setelah emosinya reda dan ia merasa

bersalah.

“Kadang langsung introspeksi diri kak. Tapi itu cuma berlaku di detik itu

aja. Ibaratnya kaya iya..aku salah. Ngga ngulangin lagi. Tapi ketika

datang lagi suatu kejadian yang mancing emosi, setelahnya ku buat lagi.

Sekarang lumayan uda berubah, dulu aku itu orangnya emosian, karena

sering diingetin sama keluarga, orang sekitar, sekarang udah banyak

berkurang.”

Pertanyaan berikutnya Peneliti ajukan kepada Irene mengenai imajinasi.

Menurut Irene, dia bukan orang yang suka berimajinasi. Irene beranggapan bahwa

berimajinasi sama halnya dengan melamun atau menghayal yang ia anggap

kurang memberikan dampak postif bagi dirinya. Namun di lain sisi, ketika Irene

berimajinasi mengenai sesuatu yang negatif misalnya mengenai kematian,

kecelakaan, atau hal buruk lainnya, disaat itulah ia merasa mendapatkan efek

positif menjadi lebih empati dan berhati-hati

“Aku termasuk orang yang kurang imajinatif, lebih ke realistis sih aku

kak. Hidup ini dijalani aja, ngga usah terlalu banyak dipikirkan nanti

pusing. Ditanya pernah berimajinasi ya pernah. Cuma imajinasiku banyak

yang negatif kak. Misalnya aku sering membayangkan orangtua ku

meninggal.Tapi setelah itu efeknya positif,disitu aku bisa jadi anak yang

baik kali ke Mamaku seharian, apa aja ku kerjakan, ku kusuk-kusuk biar

hilang capeknya.”

“..contoh lainnya pas aku melamun,tiba-tiba bisa kepikiran gimana kalau

aku mati, dosaku masih banyak, ibadahpun masih malas-malasan. Setelah

itu langsung doa aku minta ampun.”

Setelah mendengarkan tanggapan yang diberikan Irene mengenai aktivitas

Komuniksi Intrapersonal yang ia lakukan (berdoa, bersyukur, instropeksi, dan

berimajinasi), Peneliti ingin menarik kesimpulan mengenai bagaimana pengaruh

aktivitas berkomunikasi dengan diri sendiri pada konsep diri Irene.

Universitas Sumatera Utara

Page 76: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

62

Universitas Sumatera Utara

Peneliti meminta kepada Irene untuk mencoba mendeskripsikan dirinya

dan menjawab beberapa pertanyaan tentang perilaku-perilku yang ingin dinilai

seperti perilaku terpuji (Saling mengenal, Saling memahami, Jujur, Adil, Amanah,

Lapang dada, dan Toleransi) dan perilaku tercela (Dengki, Ria, Aniaya,

Deskriminasi).

“Menurut kawan-kawan ku, aku itu orangnya rame, suka becanda, bisa

dijadiin tempat curhat. Banyak kawan-kawanku yang curhat sama ku kak.,

berarti aku sedikit bisa memahami mereka lah ya. Haha. Kalau kakak

suruh aku gambarin diriku sendiri..aku ini orang yang cukup emosian,

keras kepala, sensitif juga dan bisa diandalkan. Kalau ada orang yang

nyakitin keluarga atau sahabat-sahabatku, aku orang paling depan yang

ngelabrak orang-orang itu.”

“Kalau sifat Jujur, aku ngga berani bilang aku orang yang jujur sih.

Kadang masih mau juga bohong. Tapi kalau bohong masalah riskan yang

berhubungan sama kepercayaan orangtua gitu ngga pernah. Contohnya

kaya nelap uang kuliah, ngga berani aku”

Untuk perilaku tercela seperti Dengki, Ria, Aniaya dan Deskriminasi,

Irene mengaku bahwa ia tidak pernah merasa mendeskriminasi dan menganiaya

siapapun seumur hidupnya. Namun untuk sikap Dengki dan Ria dengan penuh

tawa Irene menyetujui bahwa ia sering bersikap seperti itu.

“Iri dan dengki ku itu bukan yang merasa ngga suka liat orang senang,

senang liat orang susah. Aku bahagia kok liat orang lain misalnya

saudara atau temanku bahagia, cuma kadang aku merasa iri karena belum

bisa seperti dia. Jadi sikap iri ini kuubah jadi motivasi biar aku bisa,

Mereka bisa kenapa aku ngga. Kalau untuk Ria Cuma untuk becanda-

becanda aja sama kawan.”

Sebagai penutup sesi wawancara dengan Irene sebagai informan ke-dua

pada penelitian kali ini, Peneliti meminta Irene untuk menyampaikan harapan

kedepannya untuk diri Irene sendiri.

“Harapan kedepannya semoga aku bisa lebih baik lagi, segi ibadah, segi

sikap, ngga emosian, makin sayang sama diri sendiri, orangtua, dan

orang-orang sekitarku. Semoga kedepannya, aku bisa sukses dan

membahagiakan orangtuaku secepatnya. Amin.”

Irene juga menambahkan bahwa dia sudah merasa cukup puas dengan

dirinya yang sekarang. Irene merasa jauh sudah berubah dari segi perilaku,

pengambilan keputusan dan lain sebagainya. Namun ia masih tetap ingin

Universitas Sumatera Utara

Page 77: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

menaikan kualitas dirinya lagi karena yakin masih banyak hal-hal lain yang belum

dia perbaiki dan masih banyak impian lain yang ingin ia wujudkan.

3) Informan III

Nama : Azka Fikri

Usia : 20 Tahun

Status : Mahasiswa Ilmu Komunikas angkatan 2017

Informan ketiga yang menjadi subjek penelitian ini merupakan mahasiswa

Komunikasi Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 bernama Azka Fikri. Saat

ditemui Azka sedang mengenakan balutan T-shirt putih berlogo BT21 yang

dipadu dengan celana skinny jins. Kemudian, Peneliti dan Azka pun mencari

ruang kelas yang kosong untuk melakukan sesi wawancara . Saat ini Azka

berumur 20 tahun. Azka memiliki ciri fisik tinggi sekitar 160 cm dengan warna

kulit kecokelatan dan rambut ikal belah samping.

Di lingkungan kampus, Azka dikenal sebagai orang yang mudah bergaul

dan periang. Azka juga merupakan mahasiswa yang cerdas dan aktif. Hal ini

Peneliti ketahui karena selain cukup mengenal baik Azka, Peneliti melihat

langsung kegiatan Azka yang cukup padat seperti menjadi Master Of Ceremony

(MC) dalam berbagai kegiatan Komunikasi ataupun menjadi delegasi Prodi Ilmu

Komunikasi dalam acara-acara seminar yang ada.

Sama dengan kedua informan sebelumnya, untuk memulai sesi tanya

jawab mengenai pengaruh Komunikasi Intrapersonal yang dilakukan Azka

terhadap Konsep Dirinya, Peneliti menanyakan kepercayaan yang Azka yakini.

Karena hal ini penting dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai atau norma yang

dianut. Azka merupakan seseorang yang beragama Islam dan Sholat merupakan

salah satu ibadah yang digunakan sebagai media untuk dapat berkomunikasi dan

mendekatkan diri dengan sang Pencipta yaitu Allah SWT. Saat ditanya mengenai

intensitas beribadahnya, Azka mengaku bahwa ia cukup rutin untuk melaksanakan

sholat, meskipun masih ada beberapa waktu yang tertinggal.

“Ditanya sering berdoa insyaallah tiap hari. Sholat kan wajib ya, sehari

lima kali. Alhamdulillah, sholatku pun uda mulai full kak, jarang ada yang

kecolongan. Paling yang susah kali itu Sholat Isya karena uda kecapean

pulang ngampus langsung ketiduran aja.”

Universitas Sumatera Utara

Page 78: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

64

Universitas Sumatera Utara

“Yang aku rasakan setelah beribadah itu pastinya jadi lebih rileks dan

tenang. Apalagi pas lagi ada masalah ataupun pikiran yang mengganggu,

siap shalat tuh berasa beban dan tekanan yang tadi ada di kepalaku

berkurang, udah terlepas sedikit karena merasa udah diceritakan sama

Allah. Kadang kalau ketinggalan sholat tuh, pasti ngerasa berdosa kali.”

Azka pun menambahkan bahwa dia ingin untuk dapat meningkatkan

intensitas ibadahnya seperti menambah ibadah-ibadah sunnah yang ada. Namun ia

sendiri mengaku masih mengalami kesulitan untuk menggenapkan ibadah

wajibnya.

“..pengen kali bisa sholat full apalagi ditambah ibadah-ibadah sunnah

yang lain kaya solat sunnah, puasa senin-kamis. Siapa yang ngga pengen

ibadahnya meningkat kan, tapi gitulah kak, Sholatpun kadang masih

bolong beberapa kali.Hehehe”

Berdoa dan bersyukur merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa terlepas.

Saat melakukan ibadah seperti sholat, sebenarnya kita sedang mengucap syukur

kepada Allah sebagai hamba dengan mengikuti perintahnya. Azka pun menyetujui

hal ini. Menurut Azka, tak ada alasan bagi seorang Muslim untuk tidak bersyukur

kepada Rabb-nya.

“Aku pernah dengar ceramah pas sholat Jumat, ada kalimat yang ringan

diucapkan lidah , banyak pahalanya, tapi kadang berat buat dilaksanakan

yaitu dengan mengucapkan Alhamdulillah. Itu kan kalimat bersyukur ya.

Bukan berat sih, lebih ke sering lupa buat mengucapkannya. apalagi kalau

lagi senang.”

Dengan bersyukur, Azka merasa banyak hal positif datang kepada dirinya

tanpa ia sadari. Selain bersyukur membuatnya lebih menghargai apa yang ia

miliki, Azka pun merasa hidupnya menjadi lebih berkah.

“Ketika bersyukur aku merasa rezekiku ditambahkan sama Allah.

Contohnya aku ini kan anak kos, kadang duit pun pas-pasan. Tapi ketika

aku bersyukur dengan duit ku yang tinggal dikit, besoknya pasti kaya ada

tambahan uang yang datang entah darimana. Tiba-tiba disuruh ikut

seminar atau jadi MC, atau ada kawan yang bawak makanan jadi makan

gratis.Haha. Rezeki anak kostan.”

Meskipun Azka mengaku cukup sering bersyukur, namun ada saat-saat

dimana dia juga mengeluh. Baginya, mengeluh seperti melepas stress sesaat

apalagi jika masalah yang ia rasakan dirasa sudah terlalu berat. Azka pun

mengatakan bahwa ia pernah merasa stress berat hingga mengalami sakit kepala

Universitas Sumatera Utara

Page 79: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

yang amat mengganggu. Akhirnya ia pun berdiam diri sejenak, keluar dari hiruk-

pikuk lingkungannya, sambil menenangkan pikiran.

Disaat proses menenangkan pikiran itulah, proses introspeksi diri

berlangsung. Dimana kita kembali mengingat apa dan bagaimana sikap yang telah

kita perbuat.

“Kita instrospeksi diri pasti karena udah berbuat suatu kesalahan dan itu

mengganggu hati dan pikiran kita. Contoh sederhana kaya berantam sama

orangtua, sebagai anak hati nurani kita tau ngga boleh bersikap kaya gitu .

Tapi karena sikap egois dan ngga mau kalah tetap kita lakuin. Ujungnya

jadi nyesal kan udah ngebentak orangtua. Pernah buat mama sampai

nangis, setelah itu langsung terikut nangis juga awak, akhirnya meluk

mama, minta maaf langsung, sambil janji ngga ngelakuin hal itu lagi.”

Azka pun menambahkan bahwa dia menganggap instrospeksi diri itu

sebagai tempat ia bermuhasabah dan sangat penting untuk dilakukan setiap

individu. Baginyai introspeksi inilah cara agar dia bisa mengetahui apa kelebihan

dan kekurangannya.

“Biar tau dimana letak kesalahn kita. Ketika kita ngga mau

mengintrokpeksi diri, orang disekitar kita jadi terus ngecap diri kita buruk,

ngga mau berubah. Nah, kalau kita introspeksi dirikan jadi lebih tau

dimana letak kesalahan dan kebenaran kita. Yang salah diubah lebih baik,

yang benar lebih dikembangkan biar lebih baik lagi kedepannya.”

Peneliti kemudian menanyakan apakah Azka memiliki waktu-waktu

tertentu untuk merenung ataupun menginstrospeksi dirinya. Azka pun menjawab

bahwa ia tidak memiliki waktu spesifik untuk melakukan hal tersebut. Baginya

setiap ia sudah merasa berbuat salah, maka di hari itu juga dia harus tau dimana

dan bagaimana kesalahan itu diperbuat agar tidak berlarur-larut dan menjadi

beban pikiran.

Dalam akun Instagram pribadinya, Azka kerap mengunggah berbagai

kegiatan yang ia lakukan seperti sedang menghadiri suatu acara seminar ataupun

kegiatan hangout bersama teman-temannya. Azka pun senang mengunggah hasil

jepretan kameranya yang biasa berlatar pemandangan.

Dalam pengamatan Peneliti, Azka merupakan tipe lelaki yang percaya diri

untuk mengekspresikan dirinya. Karena saling berteman di sosial media, Peneliti

juga mengetahui bahwa Azka menyenangi hal-hal yang berkaitan dengan Korea.

Hal ini menjadi sinkron, saat peneliti bertanya mengenai apa imajinasi Azka.

Universitas Sumatera Utara

Page 80: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

66

Universitas Sumatera Utara

Semua jawabannya didominasi dengan keinginannya untuk bisa berkunjung ke

Negeri Ginseng tersebut.

“Sering banget. Aku kan penyuka K-Pop, seneng sama hal-hal yang

berkaitan dengan Korea, baik itu makanan, musik, film atapun tempat

wisatanya. Jadi aku sering berimajinasi gimana kalau misalnya aku ke

Korea, liburan disana, menikmati kuliner dan budaya di Korea langsung.

Sering juga sih mimpi bisa bawa keluarga untuk ibadah umroh ataupun

Haji.”

Bagi Azka, berimajinasi adalah hal yang sangat menyenangkan. Kegiatan

tersebut bisa membuat suasan hatinya menjadi lebih baik. Azka meyakini bahwa

semua hal berawal dari mimpi dan harus yakin serta berusaha semaksimal

mungkin agar mimpi-mipi itu bisa terealisasi.

“Ngga ada yang salah dari bermimpi. Segala sesuatu kan berawal dari

mimpi, jadi ketika kita udah punya mimpi, tau goals apa yang pengen kita

raih, kita tekuni, aku yakin suatu saat insyaallah mimpi itu bisa aku raih.”

Azka mengakui bahwa dia adalah orang yang sangat imajinatif. Hal ini

sangat membantunya dalam beraktivitas sehari-hari karena biasanya dia sudah

menyiapkan dan merencanakan apa yang akan ia lakukan.

“Iya aku orang yang imajinatif. Aku tipe yang kalau ada kegiatan ataupun

projek harus mikirin dulu konsepnya gimana. Aku lebih suka segala

kegiatanku udah ter- planning, udah bisa dibayangkan dulu, jadi pas

kegiatannya jalan semoga bisa sesuai dengan rencanaku.”

Setelah mendengarkan tanggapan yang diberikan Azka mengenai aktivitas

berkomunikasi dengan diri sendiri dengan cara berdoa, bersyukur, instrospeksi

diri dan juga berimajinasi, Peneliti ingin menarik kesimpulan apakah ada

pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri dan perilaku Informan.

Penelitipun meminta kepada Azka untuk mencoba mendeskripsikan

dirinya kemudian Peneliti memaparkan contoh-contoh perilaku yang ingin dinilai

seperti perilaku terpuji (Saling mengenal, Saling memahami, Jujur, Adil, Amanah,

Lapang dada, dan Toleransi) dan perilaku tercela (Dengki, Ria, Aniaya,

Deskriminasi).

“Menurutku, aku itu orang yang mudah bergaul, berani untuk tampil

dimuka umum dan berani untuk speak up apa yang aku pikirkan, lumayan

egois, setia kawan, suka bermimpi dan juga ambisius.”

Universitas Sumatera Utara

Page 81: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

“Dari sikap-sikap yang kakak paparin tadi, aku jawab dari perilaku terpuji

dulu. Untuk bagian saling mengenal, aku sih orangnya kalau lagi ada di

tempat baru suka untuk bangun komunikasi duluan meskipun basa-basi.

Kalau jujur sih ngga terlalu. Kadang juga masih sering bohong. Untuk

sikap amanah, insyaallah aku orangnya amanah, bisa dipercaya. Dan

terakhir untuk sikap toleransi dalam beragama, aku orang yang toleran,

menghargai apa yang orang lain yakini dan ngga mau ikut-ikutan menghina

agama orang”

“Perilaku tercela yang aku lakuin paling Iri ngga sampe dengki. Iri kan

bisa berarti Iri positif. Siapa yang ngga pernah iri sama orang lain

kan?Udah naluri itu. Kalau Ria, aku termasuk orang yang sedikit sombong

sih, tapi dalam artian sombong pengen orang tau kegiatan-kegiatan ku.”

Sebelum mengakhiri sesi wawancara dengan Azka sebagai informan ke-

tiga pada penelitian ini, Peneliti meminta Azka agar dapat menyampaikan harapan

kedepan yang ia harapkan untuk dirinya.

“Aku berharap bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi, mengurangi

sikap egoisku. Aku juga berharap semoga sikap-sikap jelekku bisa

berkurang. Semoga kedepannya, aku bisa meraih apa yang aku impikan

dan citakan, biar aku bisa membanggakan orangtua dan diriku sendiri

karena berhasil melewati segala tantangan yang ada.”

Azka juga menambahkan bahwa sedikit banyaknya diri Azka sekarang

adalah apa yang dia inginkan. Azka merasa cukup puas dan bangga dengan

prestasi-prestasi yang sudah ia raih dan kemampuan-kemampuan yang semakin

banyak ia pelajari. Namun layaknya manusia yang tidak pernah puas dengan

dirinya, Azka juga yakin masih dapat lagi menggali potensi-potensi yang ada di

dalam dirinya dan memperbaiki sifat-sifat buruk yang masih ada. merasa jauh

sudah berubah dari segi perilaku, pengambilan keputusan dan lain sebagainya.

4) Informan IV

Nama : Putra

Usia : 22 Tahun

Status : Mahasiswa Ilmu Komunikas angkatan 2015

Informan ke-empat sekaligus informan terakhir pada Penelitian ini

merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara, angkatan

2015. Namun, karena satu dan lain hal, informan tidak bersedia nama serta

statusnya untuk dicantumkan dan meminta agar memakai nama samaran saja.

Universitas Sumatera Utara

Page 82: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

68

Universitas Sumatera Utara

Untuk itu peneliti menamai informan ini sebagai Putra. Peneliti juga tidak akan

mendeskripsikan bagaimana ciri fisik Putra. Alasan Peneliti memilih Putra

sebagai Informan karena Putra diharapkan dapat menjadi objek pembanding dari

ketiga Informan sebelumnya. Menurut pengamatan Peneliti dan hasil diskusi

bersama teman, Putra dikenal sebagai seseorang yang tidak begitu aktif di

lingkungan kampus dan sering menunjukan perilaku yang kurang enak dipandang.

Penelitian ini tidak bermaksud untuk menyudutkan informan, namun agar

mengetahui faktor penyebab perilaku itu tercipta. Tidak mudah mendapatkan

persetujuan Putra untuk diwawancara, namun akhirnya berkat bantuan seorang

teman yang mengenal Putra, Peneliti berhasil mewawancarainya dengan

kesepakatan yang sudah peneliti paparkan di atas.

Sama dengan ketiga informan yang sudah diwawancarai sebelumnya,

pertanyaan pertama yang peneliti tanyakan adalah mengenai kepercayaan yang

Putra yakini. Terlihat ragu, Putra menjawab bahwa ia adalah seorang muslim

namun jarang sekali melakukan ibadah yang diwajibkan dalam agamanya.

Mengonfirmasi tanggapan tersebut, Peneliti pun bertanya lebih lanjut alasan

mengapa dia jarang beribadah.

“Aku sebenarnya bingung mau jawab apa. Dibilang agamaku Islam tapi

aku pun jarang sholat, bisa dibilang jarang kali. Alasannya apa ya?

Mungkin karena uda banyak kali setan besarang. Hahaha.”

“…Aku dulu sering sholat. Awalnya ninggalkan sholat sekali karena

malas,besok dua kali, lama-lama jadi keterusan. Perasaanya ninggalkan

sholat? Sempat ngerasa ngga enak, tapi sekarang biasa aja.”

Putra pun menambahkan bahwa dia masih jauh dari merasa puas dengan

keadaan ibadahnya saat ini. Dia pun mengaku masih merasa nyaman dengan

keadaanya yang seperti itu dan kerap merasa masih banyak melakukan dosa. Ia

tak yakin jika ia berdoa akan dikabulkan.

Beribadah sama halnya dengan mengucap syukur kepada Tuhan dengan

cara menjalankan perintahnya. Bagi Putra, meskipun ia jarang melakukan ibadah

ia merasa alam bawahnya masih sering mengucap syukur untuk hal-hal yang

terjadi dalam hidupnya.

“Kalau ngucap syukur gitu kayanya sering. Sadar ngga sadar kita pasti

bersyukur dalam hati. Untuk apanya mungkin biar tetap sadar diri. Jangan

udah ngga sholat, bersyukur pun ngga mau. Kaco kita. ”

Universitas Sumatera Utara

Page 83: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

Pertanyaan berikutnya yang Peneliti tanyakan kepada Putra yaitu

mengenai aktivitas mengeluh. Menurut Putra dia kerap mengeluhkan segala

sesuatu. Apalagi jika melihat hal yang ia rasa tidak adil atau tidak sesuai dengan

kehendaknya. Aktivitas tersebut dijadikan Putra sebagai cara untuk menyalurkan

emosinya. Putra menambahkan ada keinginan untuk mengurangi sikap emosian

dan mengeluhnya, namun ia mengaku sangat sulit.

“Ngeluh itu kaya marah-marah gitu kan? Seringlah. Apalagi kalo aku

merasa atau ngeliat sesuatu yang ngga pas sama aku. Misalnya dosen

bilang kita ngga boleh telat, telat kena usir. Tapi dosen itu sendiri kadang

yang telat. Apa ngga palak liatnya.”

Setiap manusia adalah gudang kesalahan dan kekhilafan. Putra setuju

dengan pendapat tersebut. Menurutnya, tidak ada manusia yang tidak pernah

melakukan kesalahan entah itu dalam skala kecil ataupun besar. Saat ditanya

kesalahan apa yang masih diingat Putra dan membuat dia merasa sangat bersalah,

Putra menjawab bahwa ia pernah membuat orangtuanya menangis hebat. Ditanya

lebih lanjut mengenai penyebabnya, Putra enggan menjawab.

“Dari kecil aja pasti kita udah buat salah. Siapa manusia yang ngga pernah

buat kesalahan kan. Nabi Muhammad pun pernah apalagi aku. Yang paling

aku ingat sih buat mamakku nangis. Nangis hebat lah pokoknya. Disitu

nyesal kali aku sampai ikut nangis juga.”

Merasa menyesal sudah melakukan perbuatan yang tidak benar merupakan

bagian dari introspeksi diri. Putra mengaku ia kerap termenung pada malam hari

memikirkan apa yang telah ia lakukan dan sampai kapan ia akan terus melakukan

kesalahan-kesalah tersebut. Namun sayangnya, semua itu hanya berlaku bak

suam-suam kuku , keesokan harinya dia kembali melakukan hal itu lagi.

“Pernah terpikir mau sampai kapan kuliah ku gini-gini terus. Kadang

masuk, kadang engga. Kawan-kawanku udah lulus, aku masih gini-gini

aja. Makin dewasa bukannya malah makin betol. Merokok kuat kali,

kadang mau juga minum.. Bukannya apa, dari situlah aku bisa ngerasa

tenang. Walaupun bentar efeknya. Mau kali aku berubah, cuma gitulah.

Mungkin karena faktor lingkungan ku juga, jadi berat dia kalau kita mau berubah sendirian.”

Saat peneliti bertanya mengenai tanggapan tentang berimajinasi dengan

cepat Putra menjawab bahwa ia bukan tipikal yang suka mengkhayal ataupun

Universitas Sumatera Utara

Page 84: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

70

Universitas Sumatera Utara

berimajinasi. Menurutnya, kehidupan itu jangan teralalu banyak dipikirkan namun

dijalani.

“Ngga. Aku ngga suka mengkhayal-khayal ngga jelas. Hidup itu jangan

dimimpi-mimpikan. Omong kosong. Nanti kalau ngga sesuai ekspektasi

marah. Realita hidup kejam, dek. Dijalani aja, jangan kebanyakan

berharap. Apalagi sama orang lain. Jangan pernah.”

Setelah mendengarkan paparan yang diberikan Putra mengenai aktivitas

berkomunikasi dengan diri sendiri dengan berdoa, bersyukur, instrospeksi diri dan

juga berimajinasi, Peneliti meminta Putra untuk mencoba mendesripsikan dirinya

sendiri. Peneliti ingin menarik kesimpulan apakah ada pengaruh signifikan yang

Informan rasakan terhadap pengetahuan mengenai pribadinya.

“Aku ngga pande mendeskripsikan diri. Biar orang aja yang menilai aku

gimana. Nanti ku bilang aku baik tapi menurut orang aku jahat. Iyakan?

Berpengaruh apa ngganya, makin kesini sih aku ngerasa biasa aja. Ngga

berpengaruh kali. Tapi memang ada perasaan gelisah, ngga tenang,

ngerasa berdosa, cuma lama-lama jadi hilang aja ngga kepikiran lagi.”

Kemudian Peneliti memberikan contoh-contoh perilaku yang ingin dinilai

seperti perilaku terpuji (Saling mengenal, Saling memahami, Jujur, Adil, Amanah,

Lapang dada, dan Toleransi) dan perilaku tercela (Dengki, Ria, Aniaya,

Deskriminasi) dengan cara memaparkan suatu peristiwa. Misalnya, pada bagian

saling mengenal dan memahami, Putra diminta menjawab apakah ia tipe yang

mau membuka obrolan duluan kepada orang asing dan bila ada teman yang

berbuat kesalahan, apakah dia tipikal yang bertanya mengapa atau langsung

emosi dan marah.

“Aku ngga gitu suka obrolan basa-basi tapi kalau ada orang lain yang

ngajak ngobrol duluan ya pasti diladeni. Untuk yang kawan tadi, kayanya

aku ngga bakal bisa mikir dulu baru bertindak. Pasti langsung naik

emosiku.”

Selanjutnya mengenai sikap Jujur, Adil, Amanah dan Toleransi. Putra

menanggapi bahwa dia bukan orang yang jujur apalagi amanah. Karena dia

merasa sering berbohong dan tidak menepati janji-janjinya. Untuk sikap toleransi

diakui Putra bahwa dia cukup toleran dan menghargai perbedaan yang ada.

Universitas Sumatera Utara

Page 85: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

Lanjut pada sikap-sikap tercela. Putra merasa dia hanya sering merasa iri

namun tidak sampai merasa dengki. Sikap Ria ataupun menyobongkan sesuatu

diakui pernah ia lakukan karena merasa itu cara yang ia lakukan agar tidak

dipandang rendah oleh orang lain. Untuk sikap Aniaya atau disini dimaksudkan

peneliti sebagai sikap membully teman hingga bermain fisik, Putra menjawab

bahwa memang begitulah cara laki-laki agar menjadi dekat dengan saling

mengejek, berkata kasar, ataupun melakukan kontak fisik.

“Bully itu untuk lucu-lucuan aja. Yang kita bully pun ngga marah kok

malah ikut ketawa-tawa juga dia. Ngejek „keleng‟, „gendut‟ itu termasuk

diskriminasi ngga?Aku suka gitu sih.”

Sebagai penutup sesi wawancara dengan Putra, Peneliti meminta Putra untuk

menyampaikan harapan kedepannya untuk diri Putra sendiri.

“Harapan kedepannya semoga aku bisa lebih baik lagi lah. Meninggalkan

kegiatan-kegiatan yang ngga baik.Bisa lulus kuliah tahun ini. Pokoknya

yang terbaik lah semoga.”

Putra juga menambahkan bahwa dia sudah jauh merasa dari kata puas

dengan apa yang sudah ia jalankan dikehidupannya saat ini. Putra merasa banyak

sikap-sikap buruk yang ia lakukan namun sulit untuk kembali ke jalan yang benar.

Untuk itu putra berharap semoga di masa depan dia akan menjadi pribadi yang

lebih baik dari saat ini.

5) Informan V

Nama : Ibu Hutasoit

Usia : 57 Tahun

Status : Orang tua informan I

Ibu Hutasoitmerupakan orangtua dari Maya sebagai Informan pertama

pada penelitian ini. Peneliti sudah beberapa kali bertemu dengan Bu Hutasoit

karena pernah berkunjung kerumah Maya. Khas seorang Ibu Rumah Tangga,

Peneliti menjumpai beliau saat sedang memasak lengkap dengan celemek di

bajunya. Sambil menunggu mama Maya memasak, Peneliti ditemani Maya,

menagajukan beberapa pertanyaan sambil mengobrol santai.

Menurut Bu Hutasoit, Maya merupakan anak yang rajin beribadah dan

berdoa. Ia yakin karena melihat aktivitas dan kebiasaan Maya yang jarang sekali

melewatkan ibadah mingguan ke Gereja.

Universitas Sumatera Utara

Page 86: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

72

Universitas Sumatera Utara

“Maya dari kecil udah dibiasakan harus rajin Ibadah dan jangan malas

berdoa. Jadi kalau dia Ibu liat malas-malasan pergi Gereja, Ibu Marahi

habis-habisan. Ngga sia-sia usaha Ibu dari kecil buat melatih dia.”

Peneliti kemudian bertanya lebih lanjut mengenai Perilaku Maya dalam

bersyukur sebagai indikator Komunikasi Intrapersonal. Pertanyaan ini tidak

menyoroti tentang aktivitas bersyukurnya namun menyoroti tentang kebiasaan

mengeluh yang diakui Maya masih kerap ia lakukan,

“Si Maya ini dulu lebih parah sikap ngeluhnya itu. Semua dikomentarin

dia. Sekarang udah jauh berkurang lah, makin dewasa pasti makin ngerti

juga ngga ada gunanya banyak ngeluh.”

Bu Hutasoit menambahkan setiap manusia seharusnya makin dewasa

harus bisa makin bersyukur dan belajar dari kesalah-kesalahan di masa lalu.

Menurutnya salah itu pasti dan jangan takut buat kesalahan karena dari kesalahan,

manusia belajar untuk jadi benar.

“Maya pasti pernah buat salah begitupun seluruh manusia di bumi ini.

Sebagai Ibu harus mengerti, begitulah kodrat manusia diciptakan. Tapi Ibu

selalu ngajarin dan nasihatin Maya, jangan takut buat salah tapi juga harus

berani ngaku salah. Udah ngaku, harus introspeksi diri biar ngga ngulangin

hal yang sama.”

“Maya ini syukurnya anak yang mau dinasihatin. Mau dia dengar apa yang

kita bilang, mau terbuka dan sering cerita ke Ibu apa yang terjadi. Sedikit

banyaknya ibu pasti tau dia lagi ada masalah apa dan sama siapa.”

Lebih lanjut, Peneliti menanyakan apakah Maya termasuk anak yang suka

berimajinasi atau tidak, Bu Hutasoit menjawab,

“Kalau itu hobinya memang. Di kamarnya banyak dia nulis-nulis tentang

mimpi dia terus ditempelnya di dinding. Penting itu buat bermimpi, ibu pun

mendukung dia sambil mendoakan semoga mimpi-mimpinya cepat

dikabulkan Tuhan atau dikasih yang lebih baik.”

Bu Hutasoit percaya dengan bertambah rajinnya seseorang berdoa,

bersyukur, mau mengintrospeksi diri, dan berani bermimpi, orang tersebut akan

menjadi seseorang yang berguna dan memiliki sikap yang berbudi seiring waktu

pendewasaanya. Hal ini beliau nyatakan dengan melihat tumbuh kembang

pendewasaan Maya.

“Ketika kita rajin berdoa, rajin bersyukur, kita jadi merasa takut untuk

berbuat jahat ke orang lain. Karena kita yakin, Tuhan selalu melihat gerak-

gerik tingkah laku kita. Yang paling penting itu diri kita sendiri. Ibu lihat si

Universitas Sumatera Utara

Page 87: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

Maya pun makin lama makin bagus tingkahnya, rajin dia ibadah, rajin dia

renungan malam, introspeksi diri, nurut dia kalo dibilangin.”

“Perilaku terpuji si Maya ini mau dia nolong orangtuanya, penuru ngga

susah dibilangi, kawannya pun banyak berarti dia anaknya supel. Kalau

perilaku jeleknya paling si Maya ini ngomongnya terlalu ceplas-ceplos,

kalau dia ngga suka dibilangnya langsung, ngga difilternya dulu. Ibu takut

jadi banyak orang yang sakit hati ngga terima omongannya. Padahal

mungkin niat si Maya ini bagus, tapi kan ngga semua orang bisa nerima.

Udah sering juga Ibu bilangin.”

Setelah mendapatkan jawaban Ibu Hutasoit mengenai sikap terpuji dan

tercela yang Maya miliki, Peneliti kemudian mencoba memaparkan ciri-ciri

konsep diri positif dan konsep diri negatif. Indikator ini kemudian diberikan

kepada Informan ke 5, sebagai informan triangulasi/tambahan untuk dijawab

berdasarkan pengamatannya sebagai orangtua dari Maya. Jawaban yang didapat,

Ibu Hutasoit menjawab „Iya‟ pada seluruh pilihan ciri konsep diri positif yaitu

Merasa yakin dengan kemampuan yang dimiliki, Merasa setara dengan orang

lain, Menerima pujian tanpa rasa malu, Peka pada kebutuhan orang lain dan

Mampu memperbaiki diri. Hasil jawaban untuk konsep diri negatif didapati

bahwa Ibu Hutasoit menjawab „Tidak‟ untuk setiap opsi ciri konsep negatif yang

dipaparkan. Hal ini menandakan bahwa apa yang diungkapkan oleh informan I

benar seperti faktanya.

Tabel 4.3

Ciri konsep diri positif dan negatif informan

Konsep Diri

Positif Negatif

Informan 1

Merasa yakin akan

kemampuannya.

Merasa setara dengan orang lain

Menerima pujian tanpa rasa

malu.

Peka pada kebutuhan orang

lain

Mampu memperbaiki diri.

Informan 2 Merasa yakin akan

kemampuannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 88: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

74

Universitas Sumatera Utara

Merasa setara dengan orang lain

Menerima pujian tanpa rasa

malu.

Peka pada kebutuhan orang

lain

Mampu memperbaiki diri

Informan 3

Merasa yakin akan

kemampuannya.

Merasa setara dengan orang lain

Peka pada kebutuhan orang

lain

Mampu memperbaiki diri

-Responsif terhadap pujian

Informan 4 .

Merasa tidak yakin akan

kemampuannya

Responsif terhadap pujian

Merasa tidak disenangi oleh

orang lain.

Merasa tidak mampu

memperbaiki diri

Tabel 4.4

Kompilasi Tabel Hasil Penelitian Sesuai Dengan Tujuan Penelitian

No. Informan Tujuan Penelitian Hasil

1. Informan 1

Mengetahui aktivitas

Komunikasi Intrapersonal yang

dilakukan

1. Sering Berdoa,

2. Sering Bersyukur

3. Sering Introspeksi diri

4. Sangat suka Berimajinasi

Mengetahui peranan

komunikasi intrapersonal dalam

pembentukan konsep diri dan

perilaku

Berpengaruh.

Perilaku Terpuji :

1. Mau mengenal orang lain

2. Saling memahami teman

3. Amanah

4. Toleransi

Perilaku tercela:

1. Berbohong

2. Iri

3. Ria

Mengetahui konsep diri yang

terbentuk

Terbentuknya konsep diri positif karena

merasa mampu mengatasi masalah,

menginstrospeksi diri dan sanggup

mengungkapkan aspek kepribadian

Universitas Sumatera Utara

Page 89: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

yang tidak disenangi dan berusaha

untuk memperbaiki diri agar lebih baik.

2. Informan 2

Mengetahui aktivitas

Komunikasi Intrapersonal yang

dilakukan

1. Sering Berdoa,

2. Sering Bersyukur

3. Sering Introspeksi diri

4. Tidak suka Berimajinasi

Mengetahui peranan

komunikasi intrapersonal dalam

pembentukan konsep diri dan

perilaku

Berpengaruh.

Perilaku Terpuji :

1. Mau mengenal orang lain

2. Saling memahami teman

3. Amanah

4. Toleransi

Perilaku Tercela

1. Berbohong

2. Iri

3. Ria

Mengetahui konsep diri yang

terbentuk

Terbentuknya konsep diri positif

karena merasa mampu mengatasi

masalah, menginstrospeksi diri dan

sanggup mengungkapkan aspek

kepribadian yang tidak disenangi dan

berusaha untuk memperbaiki diri agar

lebih baik.

3. Informan 3

Mengetahui aktivitas

Komunikasi Intrapersonal yang

dilakukan

1. Sering Berdoa,

2. Sering Bersyukur

3. Sering Introspeksi diri

4. Sangat suka Berimajinasi

Mengetahui peranan

komunikasi intrapersonal dalam

pembentukan konsep diri dan

perilaku

Berpengaruh.

Perilaku Terpuji :

1. Mau mengenal orang lain

2. Saling memahami teman

3. Amanah

4. Toleransi

Perilaku Tercela

1. Berbohong

2. Iri

3. Ria

Mengetahui konsep diri yang

terbentuk

Terbentuknya konsep diri positif karena

merasa mampu mengatasi masalah,

menginstrospeksi diri dan sanggup

mengungkapkan aspek kepribadian

yang tidak disenangi dan berusaha

untuk memperbaiki diri agar lebih baik.

4. Informan 4 Mengetahui aktivitas 1. Jarang Berdoa

Universitas Sumatera Utara

Page 90: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

76

Universitas Sumatera Utara

Komunikasi Intrapersonal yang

dilakukan

2. Jarang Bersyukur

3. Jarang Introspeksi diri

4. Tidak Suka Berimajinasi

Mengetahui peranan

komunikasi intrapersonal dalam

pembentukan konsep diri dan

perilaku

Berpengaruh.

Perilaku Terpuji :

1. Toleransi

Perilaku Tercela

1. Tidak mau mengenal orang lain,

ketika tidak diajak ngobrol

2. Tidak memahami teman

3. Berbohong

4. Iri

5. Ria

6. Deskriminasi / Membully

Mengetahui konsep diri yang

terbentuk

Terbentuknya konsep diri cenderung

negatif karena merasa tidak bisa

mengendalikan emosinya dan sering

naik pitam. Jarang melakukan

instrospeksi diri dan tidak sanggup

mengungkapkan aspek kepribadian

yang disukai ataupun tidak disukai.

4.2 Pembahasan

Dari hasil wawancara dengan keempat informan, didapat hasil wawancara

yang berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui aktivitas komunikasi

intrapersonal dan peranan komunikasi intrapersonal dalam pembentukan konsep

diri dan perilaku yang terbentuk di kalangan mahasiswa Ilmu Komuniksi FISIP

USU. Untuk menguji keabsahan hasil penelitian, peneliti menggunakan teknik

triangulasi yaitu dengan memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Menurut Denzin

(dalam Moleong, 2005) ada empat macam triangulasi yang memanfaatkan

penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Dalam hal ini Peneliti

menggunakan triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan dan mengecek

kembali derajat kepercayaan suatu informasi dengan cara :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi

3. Membandingkan apa yang dikatakan tentang situasi penelitian dengan apa

Universitas Sumatera Utara

Page 91: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

yang dikatakan sepanjang waktu

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang lain

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

6. Memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan

pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

Untuk itu peneliti memilih Ibu dari salah seorang Informan untuk

dijadikan pembanding dan mengecek hasil wawancara dari informan utama.

Peneliti memilih Ibu dari informan I yaitu Maya Sari. Seorang Ibu dapat menjadi

informan pendukung untuk menambah keabsahan hasil wawancara mengenai

peran komunikasi intrapersonal dalam pembentukan konsep diri dan perilaku

karena dianggap sebagai orang yang dekat dan mengenal pribadi informan utama.

Peneliti juga turut mengamati para informan untuk menambah derajat

kepercayaan data.

4.2.1 Pelaksanaan Bentuk-Bentuk Komunikasi Intrapersonal

Sebelum seseorang melakukan antisipasi atau memberikan feedback

terhadap reaksi orang lain atau sering disebut dengan Komunikasi interpersonal, ia

harus terlebih dahulu berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Komunikasi

intrapersoal dan interpersonal saling berkaitan dan berhubungan sehingga akan

mempengaruhi kualitas kita dalam berkomunikasi. Komunikasi intrapersonal

inilah yang akan menunjang dan menopang semua komunikasi seseorang.Untuk

memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang

perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini

diperoleh melalui proses persepsi. Pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang

yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.

Menurut Rakhmat, komunikasi intrapersonal adalah proses

pengolahan informasi. Proses ini melewati empat tahap: sensasi, persepsi,

memori, dan berpikir. Dari hasil wawancara yang Peneliti lakukan ditemukan

bahwa ke-empat tahap ini saling mempengaruhi satu sama lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 92: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

78

Universitas Sumatera Utara

1. Sensasi

Sensasi merupakan tahap pertama proses pengolahan informasi dalam

komunikasi intrapersonal. Kemampuan ini membuat manusia mampu untuk

menyerap segala hal yang diinformasikan oleh panca indera. Melalui panca

inderanya, seorang manusia bisa memahami lingkungannya, bahkan bisa

mendapat ilmu pengetahuan an kemampuan untuk melakukan interaksi dengan

sekelilingnya.

Pada penelitian ini, Sensasi yang didapat oleh para Informan karena

melihat , mendengar dan merasakan aktivitas beribadah sejak kanak-kanak yang

dilakukan oleh orangtuanya masing-masing. Seperti informan pertama yaitu Maya

yang sudah diajarkan untuk belajar berdoa dan pergi beribadah ke Gereja sedari

dini. Hal ini yang ditangkap oleh panca indera Maya yang kemudian

menghasilkan sebuah persepsi.

2. Persepsi

Kedua, persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Secara sederhana persepsi adalah memberikan makna pada

hasil cerapan panca indera. Hasil serapan berupa macam-macam kegiatan

beribadah yang sudah dipertontonkan dari kecil memberikan sebuah makna,

bahwa beribadah merupakan hal yang wajib dilakukan tiap manusia karena

sebagai cara untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Ke-empat informan sepakat,

bahwa mereka mempersepsikan ibadah sebagai tempat untuk mendekatkan diri

dengan penciptanya. Selain dipengaruhi oleh sensasi yang merupakan hasil

cerapan panca indera, persepsi dipengaruhi juga oleh perhatian (attention),

harapan (expectation), motivasi dan ingatan. Secara umum tiga hal yang disebut

pertama terbagi menjadi dua faktor personal dan faktor situasional. Penarik

perhatian yang bersifat situasional merupakan penarik perhatian yang ada di luar

diri seseorang (eksternal), seperti intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan.

Maksudnya adalah setiap orangtua secara terus menerus mengulang stimulus

bahwa aktivitas beribadah itu penting dilakukan dan jika meninggalkanya ada

hukuman atas hal tersebut. Seperti Informan pertama yang terbiasa di nasihati

Universitas Sumatera Utara

Page 93: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

berulang-ulang hingga sampai sang Ibunda Marah ketika dia tidak melakukannya.

Stimuli ini tentunya akan memberikan efek penarik perhatian dan juga ingatan

pada Informan I.

Tak hanya efek tersebut, persepsi juga memberikan efek lain seperti

harapan dan motivasi. Tiga dari ke-empat Informan setuju bahwa ketika mereka

melakukan aktivitas berkomunikasi dengan diri sendiri, mereka sadar telah

membuat sebuah harapan dan membangun motivasi agar harapan tersebut dapat

diwujudkan.

3. Memori.

Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting

dalam mempengaruhi baik persepsi (dengan menyediakan kerangka rujukan)

maupun berfikir. Memori adalah sistem yang sangat terstuktur, yang

menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan

pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Setiap stimuli datang, stimuli

itu direkam sadar atau tidak.

Kerja Memori melalui tiga proses : (1) Perekaman (encoding), pencatatan

informasi melalui reseptor indera dan saraf internal baik disengaja maupun tidak

disengaja. (2) Penyimpanan (storage), Dalam fungsi ini, hasil dari

persepsi/learning akan disimpan untuk ditimbulkan kembali suatu saat. Dalam

proses belajar akan meninggalkan jejak-jejak (traces) dalam jiwa seseorang dan

suatu saat akan ditimbulkan kembali (memory traces). Memori dapat hilang

(peristiwa kelupaan) dan dapat pula berubah tidak seperti semula. (3)

Pemanggilan (retrieval), mengingat lagi, menggunakan informasi yang disimpan.

Dalam hal ini bisa ditempuh melalui dua cara yaitu to recall (mengingat kembali)

dan to recognize (mengenal kembali)..

Menurut hasil wawancara dengan Peneliti, proses memori ini dapat

disimpulkan sebagai ingatan mereka ketika berkomunikasi dengan dirinya baik

dalam berdoa, bersyukur, introspeksi diri maupun berimajinasi. Setiap kegiatan

yang mereka lakukan dimana awalnya dimulai dari proses sensasi dari panca

indera, kemudia memberikan persepsi, hal ini kemudian di simpan dalam memori

ingatan mereka. Contohnya ketika para informan mengintrospeksi diri. Introspeksi

Universitas Sumatera Utara

Page 94: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

80

Universitas Sumatera Utara

berarti mengingat kembali kejadian-kejadian lampau yang sudah dilakukan untuk

kemudian ditinjau kelebihan dan kekurangannya. Kesalahan-kesalahan yang

dibuat diingat agar kedepannya tidak mengulangi perilaku yang sama.

4. Berfikir.

Dalam suatu proses yang mempengaruhi penafsiran kita terhadap stimuli

adalah berfikir. Dalam berfikir kita akan melibatkan semua proses yang kita sebut

diatas, yaitu: sensasi, berfikir, dan memori. Saat berfikir maka memerlukan

penggunaan lambang, visual atau grafis. Tetapi untuk apa orang berfikir? Berfikir

dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan,

memecahkan persoalan, dan menghasilkan yang baru.

Proses berfikir inilah yang dapat menentukan bagaimana sikap yang akan

kita tunjukan ke orang lain atau komunikasi antarpersonal. Sebelum

menunjukannya ke orang lain, setiap Informan tentunya harus memahami diri

mereka sendiri dengan cara melibatkan semua proses yang telah dibahas tadi.

Contohnya, ketika suatu Informan berbuat kesalahan, dia akan berupaya untuk

mengingat kembali dan mengintrospeksi diri. Hasil dari introspeksi diri inilah

yang dilakukan lewat tahap berpikir, misalnya meminta maaf kepada orang yang

telah disakiti atau memohon ampun kepada Tuhan atas dosa- dosa yang telah

dilakukan.

Komunikasi dengan diri sendiri ini bertujuan untuk berpikir, melakukan

penalaran, menganalisis dan merenung. Menurut Effendy seperti yang dikutip

oleh Rosmawaty (2010) mengatakan bahwa komunikasi intrapersonal atau

komunikasi intrapribadi merupakan komunikasi yang berlangsung dalam diri

seseorang. Orang itu berperan baik sebagai komunikator maupun sebagai

komunikan. Dia berbicara kepada dirinya sendiri. Dia berdialog dengan dirinya

sendiri. Dia bertanya dengan dirinya sendiri dan dijawab oleh dirinya

sendiri.Aktivitas dari komunikasi intrapersonal yang dilakukan sehari-hari dalam

upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo'a, bersyukur, instrospeksi

diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan

kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif.

Universitas Sumatera Utara

Page 95: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

Berdoa atau beribadah masuk dalam bagian komuniksi intrapersonal atau

komunikasi dengan diri sendiri dengan suatu subyek yang tidak tampak (misalnya

Tuhan). Meskipunn kajian ini masih dipandang terlalu subjektif dan tidak dapat

diketahui kebenarannya oleh orang lain atau dinilai secara umum, namun dapat

melihat dan sedikit memahami nilai-nilai atau norma yang diyakini.

Jalalluddin Rakmat (1985) mengungkapkan dalam buku Psikologi

Komunikasinya bahwa Luruskan Cara Berkomunikasimu maka Luruslah Jiwamu.

Meluruskan cara berkomunikasi, tentu dapat dimulai dengan meluruskan

komunikasi dengan Tuhan yang menciptakan kita. Dengan melakukan pendekatan

kepada Tuhan, individu diharapkan dapat menemukan berbagai makna hidup yang

dibutuhkan.

Hasil wawancara yang peneliti temukan bahwa tiga dari ke-empat informan

setuju bahwa dengan sering melakukan pendekatan spiritual melalui doa mereka

merasa lebih tenang dan damai. Meskipun berasal dari agama, keyakinan, serta

cara beribadah yang berbeda, ketiga Informan yaitu Maya, Irene dan Azka sepakat

bahwa dengan berdoa sebagai cara untuk berkomunikasi dan mendekatkan diri

dengan Tuhan. Merasa nyaman, hidup lebih berkah dan menciptakan emosi yang

positif serta membentuk pola pikir bahwa mereka tidak sendirian menghadapi

masalah-masalah yang ada, karena masih ada Tuhan yang akan menolong menjadi

manfaat yang mereka rasakan ketika melakukan komunikasi intrapersonal

tersebut.

Ibu Hutasoit sebagai informan tambahan juga menyetujui hal ini. Ibu dari

Informan pertama yaitu Maya, mengaku melihat Maya sebagai pribadi anak yang

rajin beribadah dan berdoa. Hal ini diyakini beliau karena melihat aktivitas

anaknya yang rajin berangkat ibadah ke Gereja dan sering melakukan renungan

malam dikamarnya. Ibu Hutasoit pun merasa puas melihat intensitaas ibadah

anaknya yang sudah ia latih sedari kecil, beliau puas karena melihat sosok Maya

yang sudah tidak susah payah lagi untuk berkomunikasi dengan Penciptanya.

Namun berbeda tanggapan yang didapat dari informan ke-empat yaitu Putra.

Saat diwawancara Putra mengaku sangat jarang beribadah dan tidak merasa ada

pengaruh signifakan ketika dia beribadah ataupun tidak. Terbiasa meninggalkan

ibadah membuat Putra berpikir itu menjadi hal yang biasa dan wajar.

Universitas Sumatera Utara

Page 96: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

82

Universitas Sumatera Utara

Menggunakan kata-kata positif setiap berbicara dengan diri sendiri (self-

talk) mulai dari bangun tidur sampai menjelang tidur ke dalam diripun dapat

dijadikan sebagai doa aktif dalam bentuk bersyukur. Al-quran dalam surah

Ibrahim ayat ke-7 mengatakan, “ Dan ketika Tuhanmu berkata : Sungguh jika

kamu bersyukur, pasti kami tambah nikmat kepadamu.”

Hakikat dari ibadah adalah ungkapan rasa syukur seorang hamba. Saat

melakukan ibadah seperti sholat, berzikir, menyanyikan lagu rohani, berdoa ketika

hendak makan ataupun tidur, sebenarnya kita sedang mengucap syukur kepada

Tuhan sebagai hamba dengan mengikuti perintahnya.

Ke-empat informan sangat menyetujui bahwa bersyukur adalah kegiatan

komunikasi intrapersonal yang sering mereka lakukan meski tidak dalam bentuk

beribadah seperti sholat ataupun ibadah ke Gereja. Tanggapan yang mereka

paparkan saat ditanya mengenai manfaat yang mereka rasakan untuk diri mereka

ketika bersyukur, jawabannya hampir serupa. Semua sepakat bahwa bersyukur

wajib dan penting dilakukan untuk menghargai dan menghormati kebesaran

Tuhan yang sudah diberikan. Informan I dan II memiliki pendapat sama bahwa

dengan bersyukur hidup menjadi lebih bahagia dan menjauhkan mereka dari sikap

membanding-bandingkan hidup dengan orang lain.

Informan ke-III yaitu Azka berpendapat bahwa ketika ia bersyukur, ia

merasa rezekinya lebih dipermudah dan datang dari sumber yang tidak ia sangka-

sangka. Putra pun mengaku meski ia jarang beribadah, namun dia merasa alam

bawah sadarnya tetap melakukan aktivitas bersyukur.

Menurut Emmons dan McCullough (2003) dalam Sulistyaini (2010),

menunjukan bahwa bersyukur merupakan sebuah bentuk emosi atau perasaan,

yang kemudian berkembang menjadi suatu sikap, sifat moral yang baik,

kebiasaan, sifat kepribadian, dan akhirnya akan memengaruhi seseorang untuk

menanggapi/bereaksi terhadap sesuatu atau situasi. Emmons juga menambahkan

bahwa syukur itu membahagiakan, membuat perasaan nyaman, dan bahkan dapat

memacu motivasi. Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa dampak dari perasaan

bersyukur dapat berkembang menjadi reaksi atau tanggapan yang berwujud

sebuah sikap dan cirri pribadi yang berpikir positif.

Universitas Sumatera Utara

Page 97: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

Meskipun keempat Informan menyatakan sering bersyukur namun tidak

membuat mereka semua lepas dari kebiasaan mengeluh. Masing-masing dari

mereka mengaku karena faktor terbiasa mengkomplen suatu hal, sikap mengeluh

itu tanpa sadar keluar dengan sendirinya tanpa bisa dikontrol. Namun mereka pun

tetap berusaha untuk mengurangi sikap buruk tersebut dengan lebih

memperbanyak bersyukur.

Hasil wawancara yang didapat dari informan tamabahan pun mendukung

hasil wawancara dari informan utama. Bagi Ibu Hutasoit, Informan pertama

termasuk anak yang hobi mengeluh sedari ia kanak-kanak. Namun menurut

beliau, semakin bertambah dewasanya Maya, sikap itu perlahan menghilang dan

tidak sesering dahulu. Bagi Ibu Hutasoit, komunikasi intrapersonal dalam hal ini

bersyukur sangat memberikan peranan besar dalam aktivitas Maya sehari-hari.

Maya dianggap sudah paham dan mengerti bahwa bersyukur itu bukan hanya

sekedar aktivitas biasa yang dilakukan ketika senang saja, namun wajib dilakukan

dalam segala hal dan situasi.S

Aktivitas komunikasi lainnya yaitu mengenai Introspeksi Diri. Komunikasi

intrapersonal juga digunakan dalam memperbaiki diri sendiri misalnya dalam

berintrospeksi. Ketika seseorang dirundung berbagai masalah maka ia akan

merenungkan kesalahan apa saja yang pernah dibuat olehnya. Komunikasi

intrapersonal dilakukan untuk merenungkan diri, memaafkan masa lalu, dan

menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Komunikasi intrapersonal juga membangun

rasa optimis dalam diri sendiri untuk mencapai perubahan diri yang lebih baik lagi

dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Hasil wawancarapun menyatakan bahwa keempat informan setuju bahwa

melakukan introspeksi diri merupakan hal yang sangat penting. Menurut informan

pertama yaitu Maya, Introspeksi ia lakukan agar beban di hati menjadi lebih

„plong‟, Maya mengaku sering melakukan introspeksi karena merasa sikapnya

yang terkadang berbicara ceplas-ceplos apa adanya sudah menyakiti hati keluarga

ataupun teman-temannya. Informan ke-3 yaitu Azka juga berpendapat introspeksi

ia lakukan sebagai tempat ia bermuhasabah dan sangat penting untuk dilakukan

setiap individu. Baginyai introspeksi inilah cara agar dia bisa mengetahui apa

kelebihan dan kekurangannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 98: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

84

Universitas Sumatera Utara

Hal senada juga disampaikan oleh informan kedua. Irene mengaku kerap

langsung dilanda perasaan bersalah ketika selesai meluapkan emosinya. Untuk itu

Irene berusaha langsung meminta maaf dan berjanji tidak mengulangi. Namun

Iren mengaku meskipun ia sudah sering melakukan introspeksi, terkadang ketika

dia dihadapkan dengan situasi yang memancing emosinya, segala hasil refleksi

diri yang pernah ia pikirkan terlupa begitu saja.

Hal ini hampir sama dengan yang dirasakan Putra sebagai Informan ke-4.

Mengaku terkadang pernah terpikir mengenai kesalahan yang ia perbuat, namun

keesokan harinya ia kembali mengulangi kesalahan yang sama.

Aspek berikutnya yang ditanyakan mengenai berimajinasi. Manusia

dianugerahi Tuhan berupa akal. Inilah yang membedakan manusia dengan makluk

ciptaan Tuhan yang lain. Dengan akal manusia dapat berpikir, berimajinasi, dan

berlogika. Berpikir adalah akumulasi dari proses sensasi, asosiasi, persepsi, dan

memori yang dikeluarkan untuk mengambil keputusan. Selain itu, berpikir juga

diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka

mengambil keputusan (decision making), memecahkan persoalan (problem

solving) dan menghasilkan sesuatu yang baru (creativity). Ketika berpikir, otak

manusia akan bekerja untuk membayangkan atau mengimajinasikan objek yang

belum ada agar dapat menciptakan sesuatu yang ada ke depannya. Untuk itulah

berimajinasi memiliki peranan yang sangat penting dalam hal komunikasi

intrapersonal untuk menciptakan keputusan dan sikap dari dalam diri.

Dua dari ke-empat informan mengaku bahwa mereka adalah orang yang

imajinatif dan sisanya mengaku kurang imajinatif. Informan I dan ke-III

menyatakan bahwa mereka adalah tipikal orang yang menjadikan imajinasi

sebagai tempat yang menyenangkan dan membuat re-fresh kembali.

Menurut Maya, menjadi imajinatif membuatnya kembali memiliki pikiran

yang positif tentang tujuan yang ingin ia raih. Ibu Hutasoit pun mengamini bahwa

anaknya adalah orang yang imajinatif. Hal ini beliau dapati dari melihat kondisi

kamar Maya yang berisi tulisan-tulisan harapan dan cita-cita yang ingin ia raih.

Maya juga sering bercerita kepada Ibunya mengenai khayalan-khayalannya,

seperti ingin bekerja sebagai apa, liburan kemana, dan hal-hal lainnya. Ibu

Universitas Sumatera Utara

Page 99: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

Hutasoit sangat mendukung impian Maya dan selalu mendoakan agar segala

mimpinya segera dikabulkan Tuhan.

Azka pun sependapat dengan Maya. Menurut Azka dengan berimajinasi, dia

dapat mengkonsep dan merencanakan kegiatan ataupun impian yang ingin ia

dapatkan. Berani bermimpi, menciptakan tujuan, menekuni serta berusaha

semaksimal mungkin dan yakin adalah cara yang ia lakukan agar impiannya

terwujud.Azka dan Maya mengaku tetap ingin menjadi pribadi yang imajinatif

karena banyak membawa dampak baik bagi pribadi mereka seperti tetap optimis,

pantang menyerah dan menjad pribadi yang terarah.

Berbeda dari kedua informan diatas, Irene dan Putra memiliki pendapat lain.

Bagi Informan II dan IV ini menyatakan bukan tipikal orang yang imajinatif dan

suka mengkhayal tentang sesuatu yang belum jelas. Mereka berpendapat bahwa

hidup itu harusnya dijalani saja sebagaimana mestinya. Meski setuju bahwa

mereka bukan tipikal orang yang imajinatif, baik Irene maupun Putra memiliki

alas an berbeda tentang hal tersebut.

Bagi Irene, imajinasinya didominasi pada hal-hal negatif seperti kematian.

Informan ke-II ini kerap membayangkan dirinya atau keluarga dekat, khususnya

orangtuanya meninggal dunia. Ketika membayangkan hal negatif tersebut, Irene

merasakan perubahan sikap yang signifikan. Irene mengaku dia menjadi penurut

dengan orangtuanya karena dia merasa takut dan bersalah jika tidak menjadi anak

yang berbudi baik. Meski Informan III kerap mengimajinasikan suatu hal yang

terkesan negative, tentang kematian dan kehilangan, namun dampak dari aktivitas

komunikasi intrapersonal ini membawa perubahan positif seperti yang dijelaskan

di atas. Namun untuk Informan ke IV sendiri menyatakan tidak memiliki alas an

khusus mengapa dia tidak ingin menjadi pribadi yang imajinatif. Melihat dari

jawaban wawancara yang dilakukan, Peneliti mengamati bahwa Putra takut untuk

berimajinasi. Dia khawatir menjadi kecewa dengan harapan-harapan yang tidak

berjalan sesuai dengan ekspektasi yang ia inginkan.

4.2.2 Gambaran Konsep Diri dan Perilaku Terpuji dan Tercela

William D.Brooks dan Philip Ermet mengungkapkan bahwa pengertian

konsep diri mencakup secara fisik, sosial, dan psikologis. Dalam komunikasi

Universitas Sumatera Utara

Page 100: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

86

Universitas Sumatera Utara

intrapersonal, konsep self atau diri digunakan untuk menggambarkan siapa dan

apa yang kita pikirkan tentang diri kita. Self atau diri memiliki dua dimensi yaitu

dimensi internal yang terdiri dari karakteristik kepribadian, sikap, nilai,

kepercayaan, dan kebiasaan dan dimensi sosial yang terbentuk akibat adanya

kontak dengan orang lain dan berfungsi sebagai panduan komunikasi yang kita

lakukan.

Konsep diri memiliki peranan penting dalam menentukan perilaku

individu sebagai cermin bagi individu dalam memandang dirinya. Individu akan

bereaksi terhadap lingkungannya sesuai dengan konsep dirinya, menurut Burns

(1993) pembentukan konsep diri memudahkan interaksi sosial sehingga individu

yang bersangkutan dapat mengantisipasi reaksi orang lain. Namun sebenarnya,

sebelum seseorang melakukan antisipasi atau memberikan feedback terhadap

reaksi orang lain atau sering disebut dengan Komunikasi interpersonal, ia harus

terlebih dahulu berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Komunikasi intrapersonal

dan interpersonal saling berkaitan dan berhubungan sehingga akan mempengaruhi

kualitas kita dalam berkomunikasi. Komunikasi intrapersonal inilah yang akan

menunjang dan menopang semua komunikasi seseorang.

Dari ke-empat aktivitas diatas, berdoa, bersyukur, introspeksi diri dan

berimajinasi, di dapatkan kesimpulan dari ke empat informan bahwa mereka yang

melakukan aktivitas itu dengan intensitas sering cenderung merasa lebih positif

dan tau dengan kekurangan dan kelebihan dari proses introspeksi diri. Informan

pertama mengatakan aktivitas di atas membuatnya menjadi memiliki pagar

pembatas ketika ia merasa sikapnya terlalu berlebihan. Jawaban yang diberikan

Maya sejalan dengan hasil wawancara bersama Ibunya. Ibu Hutasoit menyatakan

semua aktivitas yang ditanyakan di awal sangat mempengaruhi perilaku Maya.

Ibu Maya yakin ketika rajin berdoa, rajin bersyukur, seseorang akan merasa takut

untuk berbuat jahat ke orang lain. Karena kita yakin, Tuhan selalu melihat gerak-

gerik tingkah laku kita. Hal inilah yang selalu ditanamkan Ibu Hutasoit kepada

anaknya. Beliau melihat Maya semakin lama semakin baik tingkahnya, rajin

ibadah, rajin renungan malam, introspeksi diri dan nurut dengan perkataan orang

tua.

Universitas Sumatera Utara

Page 101: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

Bagi informan ke-II aktivitas komunikasi intrapersonal tersebut membawa

dampak perubahan yang baik bagi dirinya. Diantaranya informan ke-II merasa

lebih mengenal dan sayang terhadap dirinya sendiri. Hal ini ia dapatkan melalui

proses yang panjang yaitu selalu belajar bersyukur dengan kehidupan yang ia

miliki. Azka selaku informan ke-III pun memiliki pandangan yang sama.

Menurutnya banyak sekali perubahan yang ia rasakan ketika menjalani aktivitas-

aktivitas tersebut. Selain dia terus berusaha untuk mengetahui titik lemah dan

lebihnya, ia pun merasa tiap kegiatan yang ia lakukan lebih diberkahi.Namun hal

berbeda terjadi pada salah satu informan yang mengaku intensitas komunikasi

intrapersonalnya kurang cenderung pasif. Seperti yang dirasakan oleh Informan ke

IV. Putra merasa hidupnya terasa begitu-begitu saja tidak ada perubahan yang

berarti.

Selanjutnya, Ke-empat informan diminta menjawab mengenai perilaku

terpuji dan tercela yang dipaparkan oleh peneliti apakah mereka merasa memiliki

sikap-sika tersebut. Sikap Terpuji (Saling mengenal, saling mengerti, Jujur, Adil,

Amanah, Toleransi) dan Sikap Tercela (Dengki, Ria, Aniaya, Diskriminasi).

Adapun kasus untuk sikap Terpuji Peneliti paparkan seperti berikut :

1. Saling mengenal. Dalam hal ini kasusnya adalah Informan diminta mengingat

ataupun membayangkan sedang bersama dengan orang baru yang sama sekali

tidak ia kenal. Informan diminta menjawab kasus tersebut sesuai dengan sikap

yang mungkin akan ia lakukan seperti membuka obrolan atau hanya diam-

diam saja.. Untuk sikap saling mengenalini, Informan I mengaku memiliki

sikap mau mengenal orang baru. Menurutnya hal tersebut bisa menghilangkan

kebosanan ketika menunggu dan membuka obrolan-obrolan baru. Bagi

Informan ke-II, perilaku ini tidak selalu ia lakukan ketika berjumpa dengan

orang lain. Khawatir menjadi orang yang sok kenal dan sok dekat, membuat

Irene enggan melakukannya. Lain halnya dengan informan ke-III Azka,

dengan bersemangat dia menjawab bahwa dirinya sangat suka membuka

obrolan dengan orang lain. Menurut hasil pengamatan Peneliti, karena mereka

memang orang-orang yang dikenal dan lumayan dekat, perilaku saling

mengenal sangat berelasi dengan kehidupan kampus mereka. Ketiga informan

Universitas Sumatera Utara

Page 102: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

88

Universitas Sumatera Utara

ini memang dikenal sebagai orang yang terbuka dan gampang bersosialisasi.

Lain halnya dengan Informan IV. Putra mengaku tidak memiliki perilaku ini

dan menganggapnya sebagai sikap basa-basi. Bagi Putra dia lebih suka orang

lain dahulu yang membuka obrolan baru dia yang akan menanggapi.

2. Saling mengerti. Dalam hal ini kasusnya adalah Informan diminta mengingat

ataupun membayangkan sedang mengalami hal yang kurang menyenangkan

dengan teman ataupun sahabat. Persoalannya adalah apakah Informan memilih

untuk langsung mengeluarkan emosi atau memilih untuk bertanya terlebih

dahulu tentang sebabnya. Informan I, II, dan III mengaku akan bertanya lebih

dahulu mengapa temannya melakukan hal demikian, meski terkadang mereka

juga kerap lupa untuk mengerti lebih dulu dan mengedepankan emosinya.

Informan IV menjawab bahwa dia adalah orang yang emosian dan akan

bereaksi marah terlebih dahulu sebelum berpikir.

3. Jujur dan Amanah. Dalam hal ini kasusnya adalah Informan diminta

mengingat apakah mereka termasuk orang yang jujur dan jarang berbohong

serta apakah mereka adalah pribadi yang bisa diberikan amanah. Contoh

sederhana yang Peneliti paparkan mengenai uang kuliah. Informan I, II, III,

dan IV setuju bahwa mereka bukan orang yang memiliki sikap jujur 100%.

Hal ini diakui karena ke-empat Informan masih sering berbohong untuk satu

dan lain hal. Untuk perilaku Amanah sendiri, Informan I dan II menyatakan

tidak berani untuk menggunakan uang tersebut untuk keperluan lain dan

mereka yakin cukup amanah dalam hal ini. Lain halnya dengan Informan ke

III yang memberikan jawaban bahwa ia pernah beberapa kali menggunakan

uang kuliah itu untuk keperluan lain tetapi ia ganti dikemudian hari. Berlanjut

ke Informan ke-IV dimana ia menyatakan sering menggunakan uang kuliah

yang diberikan orangtuanya untuk hal-hal lain dan kemudian meminta uang

lagi dengan alasan kebutuhan perkuliahan mendadak.

4. Adil. Dalam hal ini kasusnya adalah Informan diminta mengingat ataupun

membayangkan apakah ia dapat berlaku adil dalam memperlakukan seseorang

dikehidupan mereka. Baik informan I, II, III, dan IV menyatakan mereka tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 103: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

dapat berlaku adil pada setiap orang karena merasa pasti memiliki sikap

subjektif dalam bersikap.

5. Toleransi. Dalam hal ini kasus yang Peneliti angkat mengenai kebebasan dan

keberagaman, baik dalam hal agama, pilihan dan lain sebagainya. Semua

informan setuju bahwa mereka cukup toleran dengan orang-orang yang

berbeda keyakinan dan pilihan.

Adapun kasus untuk sikap Tercela Peneliti paparkan seperti berikut :

1. Iri dan Dengki. Semua jawaban dari hasil wawancara dengan Informan I, II,

III dan IV memiliki jawaban yang sama yaitu mengaku memiliki sikap iri

namun bukan dengki. Bagi mereka, perilaku Iri merupakan sikap yang wajar

dimiliki oleh setiap manusia karena merasa belum mampu untuk memiliki

atau melakukan suatu hal. Para informan yakin mereka belum masuk pada

kategori dengki yang merasa senang melihat orang susah dan susah melihat

orang senang.

2. Ria. Sama halnya dengan sikap Iri, Ria juga termasuk sikap tercela yang

sering dimiliki oleh setiap insan manusia begitupun dengan ke-empat

informan. Bagi informan pertama dan ke-II mengatakan berlaku sombong

hanya sebagai bahan bercanda dan hal tersebut hanya mereka tunjukan

kepada teman dekatnyas saja. Informn III yaitu Azka menanggapi sering

bersikap Ria atau memamerkan kegiatan-kegiatan kampusnya seperti

menjadi perwakilan Fakultas ataupun sedang hangout bersama teman-

temannya. Informan ke IV juga mengatakan hal yang senada. Bagi Putra

dengan menunjukan sesuatu yang ia miliki, Putra merasa tidak akan

dipandang rendah oleh orang lain.

3. Aniaya. Dalam hal ini contoh kasus yang Peneliti angkat mengenai

pembullyan secara fisik. Tiga dari empat Informan yaitu Informan I, II dan

III mengaku tidak pernah melakukan sikap ini apalagi hingga menyakiti fisik

temannya. Namun satu informan yang tersisa yaitu Informan ke-IV secara

eksplisit mengaku bahwa ia sering membully teman-temannya tetapi hanya

Universitas Sumatera Utara

Page 104: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

90

Universitas Sumatera Utara

sebagai bahan tertawa sesama lelaki. Untuk hal ini, Peneliti juga sering

mengamati Informan ke-IV kerap terlibat perkelahian di lingkungan kampus.

4. Diskriminasi. Dalam hal ini contoh kasus yang Peneliti paparkan adalah

mengenai apakah informan bersikap tidak adil atau tidak seimbang kepada

individu atau kelompok lain berdasarkan perbedaan ras, agama, kondisi fisik

dan lain sebagainya. Jawaban dari semua infoman menyatakan bahwa

Informan I, II, dan III tidak pernah membeda-bedakan perlakuan dengan

orang yang berbeda agama, ras, warna kulit ataupun bentuk fisik. Ketiganya

mengaku mereka banyak memiliki kenalan, teman, bahkan keluarga yang

juga berbeda dari mereka. Informan ke-IV mengaku tidak yakin apakah

tindakannya termasuk diskriminasi apa bukan. Putra mengaku sering

mengolok-olok teman yang berbeda darinya seperti, gendut, keling,

cungkring, dan olokan lainnya.

4.2.3 Peranan Komunikasi Intrapersonal Terhadap Konsep Diri dan

Perilaku

Sarbin dan Allen (1968) menyebutkan bahwa analisis terhadap perilaku

peranan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu: 1. Ketentuan peranan,

adalah pernyataan formal dan terbuka tentang perilaku yang harus ditampilkan

oleh seseorang dalam membawa perannya. 2. Gambaran peranan, yaitu suatu

gambaran tentang perilaku yang secara aktual ditampilkan seseorang dalam

membawakan perannya. 3. Harapan peranan, adalah harapan orang-orang

terhadap perilaku yang ditampilkan seseorang dalam menampilkan peranannya.

Hasil wawancara yang peneliti temukan mengenai peranan komunikasi

intrapersonal terhadap konsep diri dan perilaku informan I hingga ke-IV, didapati

bahwa setiap informan mampu untuk memberikan harapan terhadap dirinya

sendiri untuk masa yang akan datang. Jawaban dari ke-empat informan hampir

serupa, yaitu mengharapkan untuk bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik

lagi, bisa mengubah sikap-sikap yang tidak baik dan meningkatkan sikap-sikap

terpuji lainnya, serta harapan untuk membahagiakan kedua orangtua mereka..

Meskipun informan ke-II dan ke-IV mengaku tidak menyukai aktivitas

Universitas Sumatera Utara

Page 105: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

berimajinasi, namun mereka tetap memiliki harapan agar kehidupannya dimasa

yang akan datang menjadi lebih baik lagi.

Adapaun mengenai pengharapan individu terhadap dirinya sendiri yang

ditanyakan melalui pendeskripsian dirinya, Informan I dan III mampu

mendeskripsikan karakteristik diri mereka menurut pandangan pribadinya sendir

seperti ramah, mudah bergaul, keras kepala, egois dan lain sebagainya. Informan

ke-dua cenderung mendeksripsikan dirinya menurut pandangan orang lain yang

menyatakan bahwa dia bisa menjadi pendengar yang baik menurut pengalaman

teman-teman yang terbiasa bercerita dengannya. Namun Informan IV tidak dapat

mendeskripsikan karakteristik kepribadiannya karena merasa penilaian terhadap

dirinya tidak terlalu penting, namun penilaian orang lain kepada dirinyalah yang

lebih ia anggap penting.

William H. Fitts (1971) meninjau konsep diri secara fenomenologis. Fitts

mengatakan bahwa konsep diri nerupakan aspek penting dalam diri seseorang,

karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference)

dalam ia berinteraksi dengan lingkungannya.

Fitts juga mengemukakan bahwa konsep diri mempunyai pengaruh yang

kuat terhadap tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, dengan mengetahui konsep

diri seseorang maka akan lebih memudahkan untuk meramalkan dan memahami

tingkah lakunya.

Fitts menjelaskan bahwa jika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi

terhadap dirinya, memberikan arti dan penilaian serta membentuk abstraksi pada

dirinya, maka hal ini menunjukkan suatu kesadaran diri (self awareness) dan

kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri untuk melihat dirinya sebagaimana

ia lakukan terhadap obyek-obyek lain yang ada di dalam kehidupannya.

Dimensi pertama dari konsep diri, yaitu pengetahuan individu tentang

dirinya tersebut menempatkan setiap individu ke dalam kelompok atapun

katagori-katagori sosial tertentu.Misalnya berapa usianya, kebangsaannya,

sukunya, pekerjaannya, keadaan fisiknya, dan sebagainya. Dalam benak setiap

individu, terdapat satu daftar julukan yang menggambarkan dirinya.

Pengetahuan individu ini Peneliti dapatkan diawal sebelum memulai

wawancara dan hasil pengamatan pribadi Peneliti selama berteman. Hal ini untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 106: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

92

Universitas Sumatera Utara

mengetahui lebih detail mengenai siapa Informan yang Peneliti teliti. Semua

infoman dapat menguraikan dengan baik kategori-kategori sosialnya seperti usia,

kebangsaan, suku, keadaan fisik dan lain sebagainya. Tetapi satu dari empat

Informan tidak bersedia untuk di publish mengenai infomarsi yang telah ia

paparkan.

Informan I memperkenalkan dirinya sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi

angkatan 2015 yang saat ini berusia 22 tahun dan bersuku Batak. Di

lingkungannya Informan pertama mendapat julukan si „pengheboh‟ karena

aktivitasnya yang kerap menghidupkan suasana. Informan ke-II memperkenalkn

dirinya sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi angakatan 2016 yang berusia 21

tahun dan bersuku Batak juga. Irene dan Maya sama-sama tergabung dalam

kepengurusan dan penyiar di Radio USU. Irene saat ditanya mengenai ciri khas

atau julukannya, dia sering dijuluki „si cerewet‟. Lanjut Informan ke III yaitu

Azka. Azka merupakan informan termuda dari ke-empat Informan yang ada. Saat

memperkenalkan dirinya, Azka mengatakan bahwa dia adalah mahasiswa Ilmu

Komunikasi angkatan 2017 dan masih berusia 20 tahun. Azka di lingkungan

kampus juga mendapat julukan „Tukang MC‟. Dalam benak setiap individu pasti

mereka tau bahwa terdapat satu daftar julukan yang menggambarkan dirinya dan

hal ini terjawab dalam proses perkenala diri dengan para informan.

Diperlukan indikator dalam menentukan apakah konsep diri itu termasuk

kedalam konsep diri positif atau konsep diri negatif. Brooks dan Philip

menyatakan bahwa individu yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan

lima hal, yaitu (Rakhmat, 2007: 105):

(1) Ia yakin akan kemampuannya. Seseorang yang memiliki konsep

diri positif seperti ini akan timbul rasa optimis dan yakin akan

kemampuan yang ia miliki dalam berbagai hal.

Informan I, II, dan III menjawab dengan percaya diri dan tidak

malu dalam menyatakan kelebihan yang ia miliki. Informan

pertama menyatakan bahwa ia yakin dengan kemampuannya dalam

hal musik.

Pernyataan informan ke II tentang kelebihannya juga diungkapkan

dengan menyatakan bahwa dirinya adalah orang yang berani untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 107: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

beretorika dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi di kampus.

Informan ke III juga menyatakan bahwa ia yakin akan

kemampuannya memandu acara sebagai Master of Ceremony dan

ia pun yakin dengan kemampuannya melakukan public speaking di

hadapan orang ramai.

(2) Merasa setara dengan orang lain. Hal yang dimaksudkan adalah

tidak merasa lebih ataupun merasa kurang terhadap orang lain. Di

mana ia sanggup menerima dirinya dan berusaha untuk tidak

banyak mengeluh dan membanding-bandingkan kehidupan yang ia

miliki dengan orang lain.

Informan I, II, dan III sepakat bahwa bersyukur adalah cara terbaik

untuk menghindarkan diri dari sikap banyak mengeluh dan

membanding-bandingkan kemampuan diri dengan orang lain

karena mereka yakin bahwa semua individu punya kelebihan dan

kekurangannya tersendiri.

(3) Ia peka pada kebutuhan orang lain. Pada cirri-ciri ini, ia

mementingkan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan

pribadi apabila rasa sosial yang dimilikinya tinggi. Hal ini

ditunjukkan oleh beberapa sikap yang ditemukan peneliti selama

berteman dengan informan. Informan I sering menjadi tempat

berkeluh-kesah beberapa teman lainnya dan sering menawarkan

bantuan selama masa pengerjaan skripsi. Informan ke-II

menyatakan langsung dalam hasil wawancaranya bahwa dia adalah

orang yang dapat diandalkan dan siap membantu ketika ada teman

yang merasa susah. Informan III juga dikenal sebagai orang yang

tidak pelit ilmu dan senang berbagi pengalaman dan

pengetahuannya.

(4) Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan

aspek- aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha

mengubahnya. Ia bisa menerima kritik dari orang lain, berkebalikan

dengan point pertama dari konsep diri negatif, ia akan menganggap

kritik yang datang dari luar dirinya merupakan suatu kritik

Universitas Sumatera Utara

Page 108: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

94

Universitas Sumatera Utara

membangun. Hasil wawancara dari ke-4 Informan, tiga dari mereka

Informan I, II, dan III sanggup untuk mengungkapkan aspek-aspek

kepribadian yang tidak mereka senangi seperti ibadah ketika ada

masalah, lupa bersyukur ketika senang, sikap egois, keras kepala

dan lainnya. Ke-tiga informan sepakat bahwa kritik dari orang lain

merupakan cara agar mereka bisa berubah menjadi pribadi yang

lebih baik lagi.

Brooks dan Philip juga menyatakan ada empat tanda orang yang

memiliki konsep diri negatif yaitu :

(1) Peka pada kritik. Orang ini sangat tidak tahan terhadap kritik yang

diterimanya, dan mudah marah atau naik pitam. Bagi orang ini,

koreksi seringkali dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan

harga dirinya. Dari ke-4 Informan, Informan III mengaku mudah

marah dan naik pitam. Hal ini didukung dengan pernyataan Putra

yang mengaku suka mengeluh akan berbagai hal. Amatan Peneliti

juga melihat bahwa Putra sering terlibat selisih paham dengan

orang lain.

(2) Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun ia mungkin berpura-

pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan

antusiasmenya. Hasil wawancara menyatakan, keempat informan

memiliki kadar responsif terhadap pujian yang berbeda. Jawaban

ini Peneliti dapatkan dari respon mereka mengenai sikap tercela

yaitu Ria. Informan I dan Informan II menyatakan bahwa mereka

senang memamerkan suatu hal yang baru hanya kepada teman-

teman yang mereka anggap dekat dan menjadikan itu sebagai

bahan untuk tertawa. Berbeda dari informan III dan IV yang

menyatakan senang untuk memamerkan sesuatu agar orang lain

„tau‟ apa yang mereka lakukan dan miliki yang bertujuan untuk

mendapatpan pujian dan pengakuan dari orang lain.

(3) Memiliki sikap hiperkritis. Bersamaan dengan kesenangannya

terhadap pujian, individu ini pun bersikap hiperkritis terhadap

orang lain. Dimana ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan

Universitas Sumatera Utara

Page 109: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

apa pun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup

mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan

orang lain. Hasil wawancara yang didapat, Informan I, II, dan III

cenderung tidak memiliki sifat seperti ini. Hasil pengamatan

Peneliti terhadap Maya, Irene dan Azka cenderung bersikap kritis

dengan cara yang tepat. Meskipun kadang berlebihan, masih dalam

konteks bercanda. Namun, Informan IV yaitu Putra mengaku suka

mencela / menjadikan orang lain sebagai bahan olokan.

(4) Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Seseorang yang

memiliki konsep diri negatif, akan cenderung merasa bahwa

dirinya tidak disenangi orang lain yang melihatnya. Ia merasa tidak

diperhatikan, dengan konsep yang seperti ini maka ia akan bereaksi

pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak akan pernah

mempersalahkan dirinya, tetapi akan menganggap dirinya sebagai

korban dari sistem sosial yang tidak beres. Dari ke-4 informan,

Peneliti tidak mendapatkan jawaban mutlak untuk ciri konsep

negatif ini. Namun menurut pengamatan Peneliti, Informan ke-4

sering terlibat perkelahian dengan mahasiswa lainnya.

(5) Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam

keenggaknannya untuk bersaing dengan oran lain dalam membuat

prestasi. Disini individu tersebut akan merasa enggan untuk

bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia

menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang

merugikan dirinya. Sikap ini belum Peneliti temukan pada

Informan I, II, dan III karena mereka termasuk mahasiswa yang

aktif dan berprestasi di bidangnya. Namun, peneliti menemukan

jawaban yang sedikit mengarah ke-arah pesimis dalam diri

Informan ke-4. Adapun hal itu ialah respon Peneliti yang

mengatakan bahwa dia merasa hidupnya tertinggal jauh dari teman-

temannya yang sudah lulus kuliah dan merasa tak ada kemajuan

dalam kehidupannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 110: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

96

Universitas Sumatera Utara

Dari ke-empat informan dapat peneliti simpulkan dari hasil wawancara

bahwa Informan I, II, dan III cenderung memiliki konsep diri yang positif dan

informan ke IV cenderung memiliki konsep diri negatif. Hal ini dapat informan

ketahui dari cara mereka menjawab tentang pengetahuan akan dirinya melalui

cara mendeskripsikan diri, hasil keseluruhan wawancara dan pengamatan pribadi

peneliti.

Adapun hal-hal yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri positif mereka

adalah sebagai berikut. Pertama, pengetahuan mereka yang sudah kokoh atas diri

mereka sendiri, dimana mereka sudah mengetahui siapa dirinya, apa potensi yang

dia miliki, keadaan fisiknya, sehingga mereka dengan yakin dan percaya diri

mampu melakukan sesuatu atas kehendak dan kesadaran mereka sendiri, tidak

mudah merasa rendah diri atau kurang percaya diri, dan membuat mereka merasa

setara dengan orang lain. Kedua,, komentar negatif, kritikan yang membangun

dan dukungan dari keluarga serta lingkungan sekitar membuat diri mereka lebih

kuat, yakin dan mau mengubah diri agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Adapun yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri negatif adalah

sebagai berikut. Pertama, pengetahuan mereka belum kokoh atas diri mereka

sendiri, masih tidak mengetahui kelebihan dan kekurangan diri, menganggap

orang yang memberikan koreksi tentang dirinya sebagai usaha untuk menjatuhkan

harga dirinya, serta tidak adanya dukungan dan dorongan untuk berubah menjadi

lebih baik lagi dari sisi keluarga maupun lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Page 111: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

97 Universitas Sumatera Utara

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti,

maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Bentuk-bentuk Komunikasi Intrapersonal yang dilakukan oleh

mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU adalah berdoa, bersyukur,

intropeksi diri dan berimajinasi. Kebanyakan mahasiswa Ilmu

Komunikasi memiliki aktivitas komunikasi intrapersonal yang baik.

Mereka sering berdoa, bersyukur, intropeksi diri dan berimajinasi.

Namun ada juga mahasiswa yang tidak memiliki aktivitas komunikasi

intrapersonal yang baik.

2. Gambaran konsep diri dan perilaku terpuji serta perilaku tercela

mahasiswa Ilmu komunikasi FISIP USU adalah kebanyakan mahasiswa

Ilmu Komunikasi FISIP USU konsep dirinya dominan positif. Hal

tersebut dilihat dari hasil wawancara yang dominan menunjukkan ciri-

ciri konsep diri positif. Mereka mengetahui bagaimana diri mereka,

mereka memiliki harapan untuk diri mereka kedepannya dan mereka

menilai diri mereka dengan baik. Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP

USU juga memiliki perilaku terpuji seperti mau mengenal orang lain,

saling memahami teman, amanah, dan toleransi. Namun ada juga yang

memiliki perilaku tercela seperti berbohong, iri, ria dan

deskriminasi/membully.

3. Menurut hasil penelitin, komunikasi intrapersonal memiliki peranan

terhadap pembentukan konsep diri dan perilaku mahasiswa Ilmu

Komunikasi FISIP USU. Didapati bahwa mahasiswa Ilmu Komunikasi

yang memiliki komunikasi intrapersonal baik membentuk konsep diri

yang cenderung positif dan memiliki perilaku yang terpuji. Dan

mahasiswa yang memiliki komunikasi intrapersonal tidak baik

membentuk konsep diri yang cenderung negatif. Serta memiliki

perilaku yang tercela.

Universitas Sumatera Utara

Page 112: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

98

Universitas Sumatera Utara

5.1. Saran

Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti, peneliti melihat terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Berikut

adalah saran yang dapat diberikan:

1. Komunikasi Intrapersonal memiliki peranan dalam proses pembentukan

konsep diri dan perilaku mahasiswa, jadi untuk membentuk konsep diri

dan perilaku yang baik sebaiknya mahasiswa meningkatkan aktivitas

komunikasi intrapersonalnya.

2. Hendaknya orangtua lebih menekankan aktivitas komunikasi intrapersonal

yang baik sejak dini, agar terbentuk konsep diri positif dan perilau yang

terpuji dalam diri anak.

3. Penelitian ini hanya dilakukan terhadap mahasiswa ilmu komunikasi FISIP

USU, semoga kedepannya banyak peneliti yang berminat meneliti judul

ini dengan subjek yang berbeda dan membuat penelitian ini lebih kuat.

Universitas Sumatera Utara

Page 113: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

Daftar pustaka

Baharuddin. 2007. Paradigma Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bambang Syamsul Arifin. 2015.Psikologi Sosial. Bandung: Pustaka Setia.

Baron, R. A., dan Byrne, D. 2004.Psikologi Sosial. Edisi Kesepuluh, Jilid 1.

Jakarta : Erlangga. Alih Bahasa : Dra. Ratna Juwita, Dipl. Psychl, dkk

Berk, L.E. 1996 .Infants, Children andAdolesence.. USA: Allyn & Bacon

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus

Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana

Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakrta: Kencana.

Calhoun, J. F., dan Acocella, J. R. 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan

Hubungan Kemanusiaan.Alih bahasa: Satmoko. Semarang : IKIP

Semarang Press

Chaplin, James P. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.

Crisp, R. J. & Turner, R. N. 2007 .Essential Social Psychology. London: Sage

Publications.

D. Ruben, Brent and Lea P. Stewart. 1998. Communication and Human Behavior.

USA : Allyn & Bacon.

Deddy, Mulyana. 2001. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Rosda Karya.

Deddy, Mulyana. 2011. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Devito , Joseph A. 2007. Komunikasi antarpribadi My Communication Lab Seri

Pearso,edisi internasional.Pearson / Allyn dan Bacon.

Devito, Joseph A. 2013. The Interpersonal Communication Book 13th

Edition.Pearson

Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung :

PT Remaja Rosdakarya

Fathoni, Abdurrahmat. 2011. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan

Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Universitas Sumatera Utara

Page 114: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

100

Universitas Sumatera Utara

Fitzz,W.H. 1971. The Self Concept and Behaviour: Overview and

Supplement.Research Monograph. No VII, Library of Congress Catalog

Number 72-80269. California.

Gunarsa, A. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal Kanisius.

Hall, S. Calvin & Lindzey. G. 1978. Theories of Personality. New York: John

Wiley &Sons.

Joko Suharto. 2007. Menuju Ketenangan Jiwa. Jakarta: Rineka Cipta.

Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mulyana,Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:Remaja

Rosdakarya.

NR Dewi, H. S. 2013. Hubungan antara Komunikasi Interpersonal Pasutri

denganKeharmonisan dalam Pernikahan 2013.Jurnal Psikologi Udayana.

Pujileksono, Sugeng. 2015. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang :

Intrans Publishing

Rakhmat, Jalaludin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT. Remaja

Rosdakarya

Rakhmat, Jalaludin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT. Remaja

Rosdakarya

Rakhmat, Jalaludin. 2015. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT. Remaja

Rosdakarya

Richard West and Lynn. H. Turner. 2009. Pengantar Teori Komunikasi.Jakarta:

Salemba Humanika.

Riswandi. 2013. Psikologi Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sumadi Suryabrata. 1990.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sunggal, S. 2010. Hubungan antara Pemanfaatan Sumber BelajarPerpustakaan

danKomunikasi Interpersonal dengan hasil Belajar

Sosiologi.Academia.edu.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005.Kamus Besar Bahasa

Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

Universitas Sumatera Utara

Page 115: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

Usmara. 2002. Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

Amara Books.

W.A. Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Wahid Ahmadi, 2004.Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo:

Era Intermedia.

Weiten, W., Dunn, D. S., & Hammer, E. Y. 2012. Psychology Applied to Modern

Life: Adjustments in the 21st Century. Belmont,CA: Wadsworth.

Universitas Sumatera Utara

Page 116: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

102

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 117: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

Universitas Sumatera Utara

BIODATA PENELITI

Jl. Mandolin. No. 4

Medan Baru

MEDAN

A. Data Pribadi

Nama : Bunga Nabilah

Tempat/Tanggal Lahir : Sleman/ 09 Juni 1996

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Mahasiswa

Telefon/HP : 081361485844

Sosial media : @nabilahbunga (Instagram)

@nabilahbungaa (twitter)

B. Pendidikan Formal

Universitas Sumatera Utara, Ilmu Komunikasi Semester 8

SMA LABSCHOOL Banda Aceh Lulus Tahun 2014

SMPN 19 Percontohan Banda Aceh Lulus Tahun 2011

SD Kartika Jaya XIV-II Banda Aceh Lulus Tahun 2008

C. Pengalaman Organisasi

Turun Tangan Medan 2014 - 2015

Radio Usukom 2018 – 2019

(Ketua)

Pemerintahan Mahasiswa FISIP USU 2018 – 2019 (Sekretaris

Divisi Koordinasi Organisasi)

D. Pengalaman & Pelatihan

Pelatihan Kepemimpinan Pemuda Banda Aceh tahun 2012

Paskibraka Provinsi Aceh tahun 2012

Table Manner Santika Dyandra Hotel tahun 2017

Praktek Kerja Lapangan TVRI SUMUT tahun 2018

Panitia Seminar dan Workshop Fotografi dan Konten Media “FOLK Toba Festival”

tahun 2017

Panitia Kunjungan Media & Table Manner Ilmu Komunikasi tahun 2017

Universitas Sumatera Utara

Page 118: PERANAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL DALAM PROSES …

104

Universitas Sumatera Utara

Ketua Divisi Dekorasi Panitia AMOUR (Art and Music Fair) Komunikasi FISIP USU

tahun 2018

Panitia “CIA” (Communication In Action) tahun 2018

Penyiar radio KISS FM Medan tahun 2019-sekarang

Universitas Sumatera Utara