Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
I
PERANAN LAZ AL-MADINAH DALAM MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN MUSTAHIK
DI CILEDUG TANGGERANG BANTEN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
EKOMAH
NIM : 1112046300016
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
(ZISWAF)
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Ekomah
2. Tempat, Tanggal Lahir : Sumenep, 15 Mei 1990 3. Jenis Kelamin : Laki-Laki 4. Agama : Islam
5. Alamat : Jl. SDN Moncek Barat. Kec. Lenteng
Kab. Sumenep. Jawa Timur. 6. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. 2004 - 2005 : MI AL - ISLHAH Moncek Tengah Lenteng Sumenep
2.
3. 2007 - 2008 : MTS AL – ISLHAH Moncek Tengah
Lenteng Sumenep 4. 2010 – 2011 : MA AL – ISLHAH Moncek
Tengah
Lenteng Sumenep 5. 2012 – 2017 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ABSTRAK
EKOMAH, NIM: 1112046300016, Peranan LAZ al-Madinah dalam Meningkatkan Kesejahteraan Mustahik di Ciledug,Tengerang Banten. Jurusan
Ekonomi Syari’ah, , Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana peranan LAZ al-Madinah dalam meningkatkan kesejahteraan mustahik, Apa kendala yang dihadapi oleh LAZ al-Madinah dalam menghimpun dana zakat. Pada penelitian ini
penulis memilih objek penelitian di LAZ al-Madinah Ciledug Jl. Hoscokroaminoto Ciledug No.15.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data diantaranya; wawancara dan observasi. Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi dari informan, sedangkan observasi digunakan untuk
mendapatkan data yang menyeluruh sebagaimana terjadi kenyataannya dan mendapatkan deskripsi yang relatif lengkap mengenai kehidupan sosial dan salah
satu aspek. Adapun metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang
berupaya menarik faktor-faktor dan informasi-informasi dari data lapangan yang
ditemui untuk dianalisa lebih lanjut yang kemudian diambil kesimpulan. Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peranan LAZ al-Madinah Ciledug
dalam meningkatkan kesejahteraan mustahik sangatlah berperan yaitu distribusi zakat yang diberikan oleh LAZ al-Madinah dapat mempengaruhi mustahik
walaupun kurang maksimal, bantuan zakat yang diberikan oleh LAZ al-Madinah tidak banyak sehingga peluang maju untuk mustahik kurang maksimal, pencairan dana atas pengajuan dana mustahik berjalan lambat sehingga membuat
kekecewawan kepada mustahik, tidak adanya pendampingan terhadap mustahik, kurang optimalnya upaya monitoring dari LAZ al-Madinah terhadap mustahik
yang menerima pinjaman dana zakat, karena masih ada mustahik yang kondisi kesejahteraannya tetap.
Sedangkan yang menjadi kendala adalah belum tertatanya management
dalam mengelola LAZ al-Madinah dikarenakan masih relatif baru, melekatnya budaya masyarakat, yang ingin membayar zakat secara langsung kepada
mustahik, dominannya perilaku masyarakat Muslim di Indonesia yang mengutamakan kewajiban membayar pajak dibandingkan membayar zakat, sehingga pajak lebih menjadi prioritas, yang menjadikan zakat sebagai beban
ganda bagi masyarakat, kemudian belum adanya peraturan daerah (PERDA) atau Undang-Undang yang kuat dan mengikat masyarakat untuk membayar dana
Zakat.
Kata Kunci: Peranan Lembaga Amil Zakat, LAZ al-Madinah, Kesejahteraan Mustahik Pembimbing : Dr. Abdurrauf, M.A.
Daftar Pustaka : Tahun 1985 s.d. 20
ABSTRACT
EKOMAH, NIM: 1112046300016, Role of LAZ al-Madinah in Improving
the Mustahik Wellbeing in Ciledug, Tengerang Banten. Department of Economic
Syari'ah, Faculty of Economics and Business, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta
This thesis aims to find out How LAZ al-Madinah role in improving the
welfare mustahi k, What constraints faced by LAZ al-Madinah in collecting zakat funds. In this study the authors chose the object of research in LAZ al-Madinah
Ciledug Jl. Hoscokroaminoto Ciledug No.15. In this study the authors used data collection techniques including;
Interviews and observation. Interviews are used to obtain information from informants, whereas observation is used to obtain comprehensive data as it happens and obtain a relatively complete description of social life and one aspect.
The method used is qualitative research method that seeks to attract these factors and the information of the field data for further analysis found that then
conclude. Qualitative methodology is a research procedure that produces descriptive data in the form of written or oral words of the people or behavior observed.
These results indicate that the role of al-Madinah LAZ Ciledug in improving mustahi welfare k it is a role that the distribution of alms given by LAZ
al-Madinah may affect mustahik although less than the maximum, aid alms given by LAZ al-Medina was not much so that the opportunity ahead for mustahik less than the maximum, the disbursement of funds to the filing of funds mustahik
running slow so make kekecewawan to mustahik, absence of assistance to mustahik less optimal monitoring effort of LAZ al-Madinah against mustahik who
received loans zakat, because there are conditions mustahik kesejahteraann yes anyway.
While the constraints are not yet well established management manage
LAZ al-Madinah due to the still relatively new, sticking culture, who want to pay zakat directly to mustahi k, dominant behavior of the Muslim community in
Indonesia, which prioritizes the obligation to pay taxes than to pay zakat, so that more tax is a priority, which makes charity unpacking double burden For the community, Then not yet regional regulations (Perda) or sub-U ndang strong and
binding people to pay Zakat funds. Keywords: Role of Amil Zakat Institution, LAZ al-Madinah, Mustahiq's welfare
Advisor : Dr. Abdurrauf, MA Bibliography : 1985 till 2016
viii
KATA PENGANTAAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT,
karena berkat rhido dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar sarjana ekonomi
syariah pada fakultas syariah dan hukum universita islam negeri syarif
hidayatullah jakarta. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada jungjungan
kita Nabi Muhammad SAW, besrta keluarga,sahabat,serta semua ummatntya.
Yang Insya Allah kita termasuk di dalamnya. Didorong oleh semua itu penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini berjudul “ Peranan Laz Al-Madinah Dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Mustahiq di Ciledug Tangeran Banten.”
Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis sangat menyadari bahwa
dalam proses tersebut tidak terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terima kasihkepada:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. A. M. Hasan Ali, MA selaku Ketua Program Studi Muamalat yang telah
membantu kami dalam penulisan skripsi ini.
3. Dr. Abdurrauf, Lc, MA selaku Sekretaris Prodi Muamalat sekaligus Dosen
pembimbim yang telah meluangkan waktu, fikiran serta perhatiannya
kepada penulis dalam memberikan pengarahannya kepda kami.
ix
4. Dr. Abd Azis Hsb, M. Pd selaku dosen pembimbim akademik manajemen
zakat dan wakaf (ZISWAF) yang telah banyak memberiakan saran dan
masukan atas skripsi ini.
5. Teristimewa kepada kudua orang tua penulis, Ayahanda M. Mahfud dan
Ibunda Zakia tersayang yang telah membesarkan dan memdidik penulis
hingga seperti sekarang ini dengan penuh doa, kasih sayang, kesabaran,
keikshlasan dan perjuangan hidup demi kelangsugan pendidikan dan masa
depan anak-anaknya.
6. Segenap dosen fakultas syariah dan hukum yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu namanya yang telah mengajarkan ilmunya dan
memberi motivasi dan arahan perkuliahan selama penulis kuliah di
Fakultas Syariah dan Hukum.
7. Staff perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memfasilitasi
penulis untuk mencari refrensi terkait penulisan skripsi ini.
8. Segenap anggota LAZ Al- Madinah Cileduk Tangerang – Banten yang
telah memberikan araha, masukan dan saran dalam penulisan skripsi ini.
9. Teman – teman seperjuangan di UIN khususnya kelas Ziswaf angkatan
2012,
Hari Nurapdiansyah, Azmi Husaini, Awal Ramadhan, Dedi Stiawan, Riski
Gustiansyah, M. Irsyad Firdaus, Farist Kasmal Hakim, Imron Prasetyo,
Bintang Mikail Subuh, M. Syarif, Dewi Soimah, Fitriwati, Maesyroh, Dini
x
Fahria, Anggun Sukmawati, Resti Hartati Sugiarti, Hilma Wildayani, A.
Nursamhah Fitriyah,
Unun sutia, Murtafiah, Evi Nurhayati yang telah bayak kenang – kenangan
yang telah kita lalui bersama semuga kita diberikan kesuksesan semua
oleh ALLAH SWT.
10. Sahabat – sahabat KKN Pemuda yang telah banyak memberikan masukan
kritikan serta saran untuk penulisan skripsi ini.
11. Idris, Kholis, Abd Salam, M.Fikri, Hosriyanto, Ach Taufiq, Artatik,
Wardatul Jannah, Hatin,selaku kakak da Om penulis yang telah
mendukung penulis baik dari segi keuangan, nasehat, kritikan, masukan
serta saran yang sangat berharga bagi penulis sejak mulai masuk UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta sampai saat ini.
12. Idris Saldi. Harinurapdiansyah, Yazir Arafat temen seperjuangan penulis
yang selalau ada baik dalam keadaan susah maupun seneng dan tidak
hentihentinya memberikan saran, kritikan masukan serta motivasi bagi
penulis.
Jakarta, 18 Mei2017
Ekomah
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR .........................................................................................viii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Permasalahan................................................................................... 7
C. Tujuan dan kegunaan penelitian ..................................................... 8
D. Metode Penelitian ........................................................................... 9
E. Review Studi Terdahulu ............................................................... 13
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Peranan ................................................................................ 18
B. Zakat
1. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat ........................................ 20
2. Dasar Hukum Zakat ................................................................. 22
3. syarat syarat zakat ..................................................................... 24
4. Macam-macam Zakat ................................................................ 27
5. Hiikmah dan Tujuan Zakat ....................................................... 28
C. Distribusi Zakat
1. Macam-Macam Distribusi ......................................................... 33
2. Sasaran Distribusi Zakat.............................................................34
BAB III GAMBARAN UMUM LAZ AL-MADINAH CILEDUG
A. Sejarah Singkat Berdirinya LAZ Al-Madinah .............................. 39
B. Visi Misi LAZ Al-Madinah ............................................................ 39
C. Strategi Pencapaian LAZ Al-Madinah ........................................... 41
D. Program LAZ Al-Madinah ............................................................ 42
E. Rumusan Zakat LAZ Al-Madinah ................................................. 43
F. Struktur Organisasi LAZ Al-Madinah ........................................... 45
BAB IV ANALISIS TENTANG PERANAN LAZ AL-MADINAH DALAM
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIK
xii
A. Peranan LAZ al-Madinah dalam meningkatkan Kesejahteraan
Mustahik dilihat dari aspek pendapatan setelah mendapat bantuan
dana zakat ...................................................................................... 52
Tabel ............................................................................................... 53
Tabel ............................................................................................... 54
B. Kendala yang dihadapi oleh LAZ al-Madinah .............................. 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 61
B. Saran ............................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan dan ketidak
merataan, terutama dalam masalah sosial ekonomi. Banyak orang-orang yang
semakin kaya dan tidak sedikit pula orang-orang miskin yang semakin
terpuruk dengan kemiskinannya. Apabila berbicara tentang ekonomi islam
maka tidak akan lepas dari masalah zakat. Secara demokrafis dan cultural,
bangsa Indonesia masyarakat muslim khususnya, sebenarnya memiliki
potensi strategis yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrument
pemerataan pendapatan yaitu konsumsi zakat, infaq dan sedekah (ZIS).
Karena secara demokrafis masyarakat Indonesia adalah beragama Islam dan
secara cultural, kewajiban berzakat dan dorongan berinfaq serta bersedekah
dijalan Allah telah mengakar kuat dalam tradisi masyarakat muslim.
Dengan demikian, mayoritas penduduk Indonesia bisa terlibat dalam
mekanisme pengelolaan zakat. Apabila hal itu bisa terlaksana dalam aktivitas
sehari-hari, maka zakat berpotensi mempengaruhi aktivitas ekonomi. Dana
zakat diambil dari harta orang yang berlebihan dan disalurkan kepada orang
yang kekurangan. Zakat tidak bermaksud untuk memiskinkan orang kaya,
juga tidak melecehka jeri payah orang kaya,1 hal itu disebabkan karena zakat
diambil dari sebagian kecil hartanya dengan beberapa criteria tertentu dari
harta yang wajib dizakatinya. Oleh karena itu, alokasi dana zakat tidak bisa
1 Yusuf al-Qardhawi, Kiat Islam mengentaskan kemiskinan , (Jakarta: Gema Insani Pres,
1998), Cet. Ke-I, h. 105.
2
diberikan secara sembarangan dan hanya dapat disalaurkan kepada kelompok
tertentu. Zakat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang telah ditetapkan
dalam al-Qura’an dan sunnah.2 Secara etimologis zakat berarti suci,
berkembang, berkah, tumbuh bersih dan baik.3 Infak berarti mendermakan
atau memberikan rezeki atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain
berdasarkan rasa ikhlas karena Allah semata.4 Dan sedekah berarti
memberikan atau mendermakan sesuatu kepada orang lain.5
Zakat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam. Hal ini
Allah mensyariatkan zakat sebagai pembersih harta serta pensuci jiwa,
sebagai manevestasii ibadah kepada Allah, dan juga sebagai bentuk
kepedulian terhadap sesama.
Zakat merupakan sarana ibadah kepada Allah swt yang berfungsi
mendekatkan diri kepadan-Nya. Makin taat manusia menjalankan perintah-
Nya makin dekat dengan Allah swt, karena itu zakat sebagai salah satu rukun
Islam yang ketiga setelah syahadat dan shalat yang tak kalah pentingnya. Jika
shalat berfuungsi untuk membentuk keshalehan dari sisi pribadi, maka zakat
berfungsi untuk membentuk keshalehan dalam system social masyarakat.
Kedua keshalehan inilah yang nantinya akan menjadikan masnusia menjadi
insan kamil, selain itu menurut salah satu prinsip zakat bahwa pembayaran
2 Abdul al-Hamid Mahmud al-Ba’ly, Ekonomi Zakat; sebuah Kajian Moneter dan
Keuangan Syariah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), h. 1. 3 Abdul Aziz Dahlan (et al.) “zakat” ensikopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Heove 1996), Cet. Ke-5, h. 1985. 4 Cholid Fadhullah, Mengenal Hukum Zakat dan Pengalamanya di DKI Jakarta, (Jakarta:
BAZIS DKI Jakarta, 1993), h. 5. 5 Ibid, h. 7.
3
zakat merupakan salah satu manifestasi keyakinan agamanya, sehingga jika
belum membayar zakat maka belum sempurna ibadahnya.6
Dalam al-Qur’an seringkali kata zakat digabung dengan kata shalat.
Hal ini menegaskan ada kaitan antara ibadah shalat dengan zakat. Jika shalat
berdimensi vertical ketuhanan, maka zakat merupakan ibadah horizontal
kemanusiaan.7 Allah Swt berfirman.
في انرقاب ى ؤنفة قهب ان ا عهي انعايهي ساكي ان ا انصدقات نهفقراء يم إ في يي ا ان
عهيى حكيى انه انه يم فريضة ي انس اب .انه
Artinya. “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk
jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu
ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”. (QS at-Taubah 9:60)
Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa delapan golongan yang
berhak menerima zakat, yaitu: fakir, miskin, amil (pengurus zakat), mualaf,
riqob, garimin, sabilillah, ibnu sabil. Pendistribusian zakat kepada golongan
yang telah ditetapkan dalam syara’ yaitu delapan asnaf akan membawa
maslahah. Keengganan melaksanakan perintah zakat adalah suatu
pelanggaran hukum Allah sebagai mana telah ditetapkan dalam Al-Qur’an
dan Sunnah.
6Yusuf al-Qardhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan . h. 105.
7 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam dan Wak af, ( Jakarta: UI Pers , 1998), Cet.
Ke-1, h. 90.
4
Dalam ayat berikutnya Allah Berfirman seabagai berikut:
انه ى ن ك صالتك ى إ صم عهي ا ى ب تزكي ى ر ى صدقة تط ان أي يع عهيى خذ ي
Artinya: ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu ketentraman bagi jiwa mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS at-Taubah 9:103).8
Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa zakat membersihkan dari
kekikiran dan cinta yang berlebihan terhadap harta serta menumbuhkan sifat-
sifat kebaikan dalam hati seseorang dan memperkembangkan hartanya. Selain
itu juga zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan dan
solusi alternatif penanggulangan kemiskinan.9 Dengan zakat dapat
menghapus atau menhilangkan jarak antara si kaya dan si miskin. Zakat juga
sebagai rukun Islam yang merupakan kewajiban bagi kelompok masyarakat
mampu memiliki implikasi individu dan sosial. Untuk itu, sudah saatnya
zakat tidak semata dilihat dari gugurnya kewajiban seorang muslim yang
berkewajiban mengeluarkan zakat, tetapi juga harus dilihat sejauh mana
dampak sosial yang ditimbulkan dari pelaksanaan kewajiban zakat tersebut
bagi kemashlahatan dan kesejahteraan umat.
Adapun sifat dari pendayagunaan zakat ada 2, yaitu bersifat konsumtif
dan bersifat produktif. Zakat yang bersifat konsumtif adalah zakat yang
diberikan hanya satu kali atau sesaat saja kepada mustahik. Sedangkan zakat
8 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat
Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, al-Qur‟an dan Terjemahannya, 2007, h. 27s3. 9 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2003),
Cet. I, h. 14.
5
yang bersifat produktif adalah zakat yang lebih dipreoritaskan untuk usaha
yang produktif, zakat produktif dapat diberikan apabila kebutuhan mustahiq
delapan ashnaf sudah terpenuhi dan terdapat kelebihan.10 Dan pendayagunaan
dana infak, sedekah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat diutamakan untuk
usaha yang produktif agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.11
Zakat akan menjadi bagian penting dalam meningkatkan produktifitas
sosial jika pendistribusian dana zakat dilakukan dengan cara yang tepat. Zakat
juga hendaknya diposisikan sebagai instrument penting dalam pemberdayaan
ekonomi ummat dan bangsa baik dalam sekala kecil, menengah maupun
besar.12 Oleh karena itu kita perlu bersama-sama mengubah pandangan kita
mengenai zakat sebagai “dana bantuan” yang semata-mata sebagai alat belas
kasihan orang kaya kepada orang miskin.
Maka selayaknya zakat diletakkan dalam sebuah kerangka mekanisme
investasi sosial yang harus dapat menjadikan seseorang yang semula
muustahiq menjadi seorang muzakki, melalui berbagai program yang
sistematis dan terencana. Dengan demikian zakat tidak melanggengkan
ketergantungan mustahiq kepada muzakki. Untuk dalam setiap tahapan mulai
dari sosialisasi, pengumpulan, pengelolaan, pendayagunaan dan pengaruh,
makna dan fungsi zakat dikembalikan kepada kerangka pemberdayaan
masyrakat.
10
Djazuli, Fiqhh Siyasyah: Implementasi Kemaslahatan Ummat Dalam Rambu-Rambu
Syari‟ah,( Jakarta: Kencana, 2003), Cet. 3, h. 221-226. 11
Didin Hafhifuddin (et al), Problematika Zakat Kontemporer: artikulasi Proses social
Politik bangsa, (Jakarta: Forum Zakat, 2003), Cet. 1, h.95. 12
M. Ali hasan, Masail Fiqhiyah: Zakat, Pajak, Asuransi & Lembaga Keuangan,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. 4, h. 41-42.
6
Para muzakki dapat diberikan pengertian bahwa fungsi zakat selain
sebagai salah satu bentuk mensyukuri nikmat Allah Swt, juga merupakan
investasi terhadap peningkatan kualitas kehidupan sosial ekonomi. Sementara
bagi mstahiq (orang yang menerima zakat), zakat merupakan stimulus guna
membangkitkan motivasi untuk mengembangkan potensi, karya dan
produktivitas ekonomi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kita seharusnya menyakini bahwa para mustahiq pun memiliki
potensi dan kontribusi terhadap kehidupan masyarakat yang selama ini
dihargai sangat rendah atau belum sama sekali oleh masyarakat.
Potensi zakat untuk pemberdayaan ekonomi dengan berupaya
menciptakan iklim masyarakat yang berjiwa wirausaha akan terujud, apabila
penyalurannya tidak langsung diberikan kepada mustahik untuk keperluan
konsumtif, tetapi dihimpun, dikelola dan didistribusikan oleh badan atau
lembaga yang amanah dan professional. Untuk keperluan ini undang-undang
RI No.38 Tahun 1999 tentang zakat dan peraturan pendukungnya,
sesungguhnya telah menegasnya fungsi zakat sebagai instrument
pemberdayaan dan pengelolaan ekonomi atau usaha produktif.13
Dalam bab V tentang pemberdayaan zakat pasal 16 ayat 2 dijelaskan:
“pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas
mustahiq dan dapat dimanfaatkan untuk usaha produktif”.14 Lebih ditegaskan
lagi pada pasal 17, bahwa “hasil penerimaan infak, sedekah, hibah, wasiat,
13
Lili Bariadi, dkk, Zakat & Wirausaha, (Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005), Cet. Ke-1, h.
1. 14
Institut Manajemen Zakat, Modul pelatihan dan Manajemen zakat, (Jakarta: IMZ,
2002), h.90.
7
waris dan kafarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 digunakan untuk
usaha produktif”.15
Peran lembaga amil zakat menjadi fasilitator sangat penting dalam
pengelolaan dan pendayagunaan zakat sebagai instrument yang dapat
mempengaruhi pemerataan sosial ekonomi masyarakat. Dalam hal ini
keberadaan LAZ al-Madinah merupakan lembaga milik masyarakat yang
berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum mustahiq dengan
dana ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, serta dana lainnya yang halal
dan legal dari perorangan, kelompok, perusahaan atau lembaga). Dana yang
terhimpun disalurkan dalam berbagai program pemberdayaan ekonomi,
pendidikan, kesehatan, sosial, dan kebencanaan.
LAZ al-Madinah memiliki fasilitas pengobatan gratis terutama untuk
para mustahik, Selain itu LAZ al-Madinah menggunakan layanan jemput
zakat atau sistem door to dor ke rumah para muzakki. Karena hal itu
bertujuan untuk meningkatkan jumlah muzakki serta bisa lebih
mengoptimalkan penyaluran dana zakat kepada yang berhak menerimanya.
LAZ al-Madinah mengadakan beberapa kegiatan dalam penghimpunan dana
zakat yaitu dengan mengadakan sosialisasi, kerja sama dengan beberapa
pihak, pemamfaatan rekening bank, dan perekrutan muzakki. Untuk
mempererat silaturrahim, LAZ al-Madinah mengadakan pertemuan antara
pengurus, muzakki, mustahiq setiap satu bulan sekali. Kemudian dalam
penyaluran zakat bersifat konsumtif dan produktif. Namun, dalam penyaluran
15
Ibid, h. 90.
8
dana untuk modal usaha tidak langsung dari dana zakat saja melainkan
gabungan antara dana zakat dan wakaf.
Berdasar latar belekang di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengamati dan menganalisa lebih jauh “Peranan LAZ al-Madinah dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Mustahik di Ciledug,Tengerang Banten”
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Persoalan yang dapat muncul dari topik ini adalah mengenai fungsi
LAZ al-Madinah; tentu saja LAZ al-Madinah ini banyak upaya yang
dilakukan dalam membina mustahiknya sehingga tidak sedikit pula kendala
yang dihadapi; mulai dari management lembaga dalam mengelola dana zakat,
minimnya SDM, sehingga dana yang dihimpun juga terbatas, kurangnya
kepercayaan masyarakat terhadap LAZ al-Madinah karena masih baru. Maka
dari itu, penulis sengaja mengambil topik “peranan LAZ al-Madinah”.
2. Batasan Masalah
Untuk menghindari kesalahan dalam proses penelitian dan penulisan
skripsi ini, maka penulis sengaja membuat suatu batasan. Ruang lingkup
masalah yang akan diteliti dibatasi pada: peranan dan kendala yang dihadapi
LAZ al-Madinah, mustahik dalam penelitian ini dibatasi hanya pada mustahiq
permanin yaitu; fakir, miskin, amil dan muallaf , dan juga beberapa mustahiq
temporer yaitu; gharimin, fisabilillah dan ibnu sabil, kecuali riqab, karena di
Kecamatan Ciledug tidak ada kasus rigab.
9
3. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang menjadi pusat penelitian ini, antara
lain sebagai berikut:
a. Bagaimana peranan LAZ al-Madinah dalam meningkatkan
kesejahteraan mustahik dilihat dari aspek pendapatan setelah
mendapat bantuan dana zakat?
b. Apa kendala yang dihadapi oleh LAZ al-Madinah dalam menghimpun
dana zakat?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah peneliti rumuskan di
atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
1. untuk mengetahui gambaran umum tentang LAZ Al Madinah Ciledug
ditinjau dari sejarah berdirinyan, visi dan misi, struktur organisasi, sistem
pengelolaan zakat dan program-program yang dikembangkan.
2. untuk mengetahui mekanisme pendistribusian zakat.
3. untuk mengetahui kesesuaian distribusi zakat dalam meningkatkan
kesejahteraan dengan konsep perundang-undangan dan konsep Islam.
4. untuk mengetahui pengaruh distribusi zakat dalam meningkatkan
kesejahteraan mustahik.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi dan kegunaan bagi pihak pihak terkait, yaitu sebagai berikut :
10
a. Kegunaan Akademis:
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan wacana keilmuan, khususnya dibidang keilmuan
tentang zakat.
b. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan baru bagi para teorisi,
praktisi dan pemikir keilmuan tentang zakat menjadi kajian yang
menarik. Juga diharapkan dapat memberikan motivasi bagi para untuk
lebih memanfaatkan Badan amil zakat sebagai sarana meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
a. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan dan
wawasan tentang strategi penghimpunan dana zakat yang bisa
dilakukan.
D. METODE PENELITIAN
1. Lokasi penelitian
Adapun lokasi penelitian adalah pada LAZ al Madinah Ciledug yang
terletak di jl. Hoscokroaminoto Ciledug Tangerang Banten.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat
diperoleh.16 Peneliti dalam penelitian ini dapat memperoleh data dari
16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 129.
11
berbagai seperti buku-buku maupun karya tulis lainya yang mendukung
dan relevan dengan penelitian.
a. Sumber data primer, adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data.17 Data diperoleh langsung dari sumber
data yang ada di LAZ Kota Ciledug melalui wawancara.
b. Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung dan pelengkap
data penelitian. Sumber data sekunder diambil dari berbagai literatur
yang ada seperti buku-buku, dokumen-dokumen Badan Amil Zakat,
surat kabar, internet, dan kepustakaan lain yang berkaitan dengan
pembahasan dalam skripsi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Adapun teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan:
a. Observasi
Observasi adalah cara untuk memperoleh data dalam bentuk mengamati
serta mengadakan pencatatan dari hasil observasi. Teknik observasi yang
penulis lakukan adalah bersifat langsung mendatangi gedung badan amil
zakat, menjumpai staf dan karyawan.
17
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. Ke-6, h. 225.
12
b. Wawancara
Untuk mendukung analisis tersebut, penulis melakukan wawancara secara
langsung dengan ketua dan pengurus lembaga amil zakat mengajukan
beberapa pertanyaan-pertanyaan prihal mekanisme distribusi zakat yang
telah dipersiapkan, kemudian setelah itu dijawab oleh pemberi data dengan
bebas dan terbuka.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi, yaitu mengenahal-hal atau vareabel yang berupa
catatan, transrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda
dan sebagainya.18 Data yang dikumpulkan dalam metode dokumentasi
meliputi profil LAZ al-madinah serta teori-teori tentang zakat dan upaya
yang dilakukan dalam pembagian zakat.19
4. pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif yang
berupaya menarik faktor-faktor dan informasi-informasi dari data lapangan
yang ditemui untuk dianalisa lebih lanjut yang kemudian diambil
kesimpulan. Menurut Bogdan dan Taylor, bahwa metodologi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.
Pendekatannya diarahkan pada latar dan individu secara holistik.20
18
Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , h. 231. 19
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), Cet. III, h.63. 20
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), Cet. 16, h. 4.
13
5. Analisis Data
a. Proses Penafsiran
Dalam penafsiran ini penulis melakukan analisis selama pengumpulan data
dengan menggunakan beberapa bukti, membangun rangkaian bukti dan
mengklarifikasikannya. Setelah data itu direduksi dan dilakukan berbagai
proses pemilihan pemusatan perhatian dan penyederhanaan data dasar.
Selanjutnya dilakukan penyajian data yang merupakan sekumpulan
informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan.
b. Penyimpulan Hasil Penelitian
Penyimpulan hasil penelitian, penulis menggunakan pola pikir deduktif
dan induktif. Pola pikir deduktif ini adalah menarik kesimpulan dari dalil-
dalil yang sifatnya umum untuk dijadikan kesimpulan yang sifatnya
khusus. Sedangkan pola pikir induktif adalah menarik kesimpulan dari
yang bersifat khusus untuk kemudian dijelaskan secara luas.
Kesimpulan yang akan diambil oleh peneliti dengan selalu mendasarkan
atas semua data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian. Kesimpulan
adalah jawaban berdasarkan data yang terkumpul, dan kesimpulan
merupakan solusi yang bukan diberikan kepada objek penelitian.
c. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu
kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012”.
14
E. Review Studi Terdahulu
No Nama peneliti Hasil penelitian Perbedaan
1
Aditya Ramadhana
"Analisa
Pemberdayaan Zakat
Dalam
Mensejahterakan
Perekonomian
Mustahiq" :
Konsentrasi
Perbankan Syariah
Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Jakarta
Tahun 2013.
skripsi ini membahas
tentang pengembangan
zakat bersifat produktif
dengan cara dijadikan
dana zakat sebagai modal
usaha, untuk
pemberdayaan ekonomi
penerimanya, dan supaya
fakir miskin dapat
membiayai kehidupannya
secara konsisten.
Penelitian ini dilakukan
di Lembaga Amil Zakat
Sejahtera Umat Pondok
Aren Tangerang Banten
pada tahun 2013.21
skripsi ini membahas
tentang bagaimana
peran LAZ al-Madinah
dalam meningkatkan
kesejahteraan mustahiq
melalui penyaluran
dana zakat baik yang
bersifat konsumtif
maupun yang
produktif, selain itu
skripsi ini membahas
tentang distribusi dana
zakat dalam upaya
meningkatkan
kesejahteraan
mustahiq. Penelitian
ini dilakukan di LAZ
al-Madinah Tahun
2016.
21
Aditya Ramadhan "analisa pemberdayaan zakat dalam mensejahterakan
perekonomian mustahiq" (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta, 2013).
15
2 Hasan Ismail R.
Sistem Rekrutmen
Amil Pada Lembaga
Amil Zakat (LAZ) al-
Madinah
Konsentrasi Ilmu
Dakwah dan
Komonikasi Fakultas
Dakwah Dan
Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2010
Skripsi ini membahas
tentang bagaimana
sistem rekrutmen amil
pada lembaga amil zakat
al-Madinah, dan fungsi
manajemen sumber daya
manusia yang handal.
Penelitian ini dilakukan
di LAZ al-Madinah
Ciledug Tangerang
Banten pada Tahun 2010.
skripsi ini membahas
tentang bagaimana
peran LAZ al-Madinah
dalam meningkatkan
kesejahteraan mustahiq
melalui penyaluran
dana zakat baik yang
bersifat konsumtif
maupun yang
produktif, selain itu
skripsi ini membahas
tentang distribusi dana
zakat dalam upaya
meningkatkan
kesejahteraan
mustahiq. Penelitian
ini dilakukan di LAZ
al-Madinah Tahun
2016.
16
3 Siti Muflihah Alwan
yang berjudul
“Kontribusi BMT
terhadap
pemberdayaan
ekonomi perempuan”.
Konsentrasi
perbankan Syariah,
Fakultas syariah dan
Hukum UIN Jakarta
tahun 2011
Skripsi ini membahas
tentang kontribusi BMT
terhadap pemberdayaan
ekonomi perempuan di
wilayah Tangerang
Selatan dan uupaya-
upaya yang dilakukan
BMT tersebut dalam
rangka pemberdayaan
ekonomi perempuan
disekitarnya. Penelitian
ini diilakukan di BMT
wilayah Tangerang
Selatan Pada Tahun
2011.22
skripsi ini membahas
tentang bagaimana
peran LAZ al-Madinah
dalam meningkatkan
kesejahteraan mustahiq
melalui penyaluran
dana zakat baik yang
bersifat konsumtif
maupun yang
produktif, selain itu
skripsi ini membahas
tentang distribusi dana
zakat dalam upaya
meningkatkan
kesejahteraan
mustahiq. Penelitian
ini dilakukan di LAZ
al-Madinah Tahun
2016.
22
Siti Muflihah Alwan, “Kontribusi BMT Terhadap Pemberdayaan Ekonomi
Perempuan”, (”Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah jakarta, 2011).
17
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan pada penelitian ini, penulis membagi
menjadi lima bab
BAB I : PENDAHULUAN
Membahas mengenai latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
metodologi penelitian,Review Studi Terdahulu, dan sistematika
penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini diuraikan mengenai tentang zakat yang
meliputi; Pengertian dan Dasar hukum Zakat, Syarat-Syarat Zakat,
Macam-Macam Zakat, Hikmah dan Tujuan Zakat. Distribusi
Zakat, Macam-macam Distribusi dan Sasaran Distribusi Zakat.
BAB III : GAMBARAN UMUM LEMBAGA AMIL ZAKAT (LAZ) AL-
MADINAH
Membahas mengenai aspek historis LAZ al-Madinah
Ciledug yang meliputi; Sejarah berdirinya, Visi dan Misi, Struktur
Organisasi, dan Program Kerjanya.
BAB IV: ANALISIS TENTANG PERANANA LAZ AL-MADINAH
DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIK
Membahas peranan LAZ al-Madinah dalam meningkatkan
kesejahteraan mustahik dilihat dari aspek pendapatan setelah
18
mendapat bantuan dana zakat, serta kendala yang dihadapi oleh
LAZ al-Madinah
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Penulis menyimpulkan dan saran dari penelitian yang telah
dilakukan.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Peranan
Peranan diambil dari kata peran. Istilah “peran” dalam dunia teater,
seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dalam posisinya
sebagai tokoh itu diharapkan untuk berprilaku secara tertentu. 23 Posisi aktor
dalam teater (sandiwara) itu kemudian dianalogikan dengan posisi seorang
dalam masyarakat.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dikatakan bahwa peran
memiliki arti yaitu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu
peristiwa, beliau memiliki besar dalam menggerakkan revolusi,24 sehingga
peran memiliki suatu yang diharapkan oleh orang yang memiliki kedudukan
dalam masyarakat, atau bagian dari tugas utama yang harus dilakukan.
Seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan suatu peran.
Hal tersebut berarti bahwa peran tersebut menentukan apa yang diperbuatnya
bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan
masyarakat kepadanya. Peran sangat penting karena dapat mengatur
perikelakuan seseorang, disamping itu peran menyebabkan seseorang dapat
meramalkan perbuatan orang lain pada batas-batas tertentu, sehingga
23
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), Cet. Ke-5, h. 215. 24
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. Ke-I, Edisi 4, h. 1051.
20
seseorang dapat menyesuaikan perilakunya sendiri dengan perilakunya
sendiri dengan perilaku orang-orang sekelompokkan.
Menurut Soerjono Soekanto, bahwa suatu peranan mencakup paling
sedikit menyangkut tiga hal antara lain;
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing dalam kehidupan
masyarakat.
2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang harus dilakukan dalam
masyarakat organisasi.
3. Peranan dapat juga dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial.25
Dalam menjalankan suatu peran tentu memiliki suatu harapan yang
ingin dicapai, harapan-harapan tersebut seperti yang dikemukakan oleh David
Berry, sebagai berikut:
a. Harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau
kewajiban-kewajiban dari pemegang peran.
b. Harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap
masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya
dalam menjalankan peranya atau kewajiban-kewajibanya.26
25
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 1998), Cet.
Ke-42, h. 217. 26
N. Gross, W. S Mason, and A, W Mc Eachern. Exploritations In Role Analysis, Dalam
David Berry , Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet.
Ke-5, h. 101.
21
Pendapat tersebut di atas dikatakan bahwa ada suatu harapan dari
masyarakat terhadap individu akan suatu peran, agar dijalankan sebagaimana
mestinya, sesuai dengan kedudukanya dalam lingkungan tersebut. Individu
dituntut untuk memegang peran yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.
Dari penjelasan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud
dengan peranan merupakan kewajiban-kewajiban dan keharusan-keharusan
baik yang dilakukan oleh seseorang maupun lembaga dalam suatu masyarakat
atau lingkuangan dimana ia berada.
B. Zakat
1. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat
Secara etimologis zakat berasal dari bahsa Arab, yaitu kata zaka-
yazku-zakah yang berarti, yaitu berkah, bersih, baik, dan bertambah.27
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia zakat berarti jumlah harta tertentu
yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan
kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan
sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syara.28
Multi tafsir arti kata zakat secara bahasa juga dibenarkan oleh
Yusuf Qardawi yang memaknai arti dasar kata zakat menurut segi bahasa
adalah suci, tumbuh, berkah, dan terpuuji dimana semuanya disebutkan
dalam qur’an dan hadist. Namun menurut beliau, makna yang terkuat
dari arti kata zakat secara bahasa adalah bertambah dan tumbuh atau
27
Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,
(Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum, 1996), Cet. Ke-I, h. 1017. 28
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,( Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h. 1279.
22
meningkat.29 Zakat merupakan nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah
swt yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin. Dinamakan zakat
karena didalamnya terkandung harapan untuk beroleh berkat,
membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebajikan.30
Pengertian zakat menurut istilah adalah memberikan sebagian
harta tertentu kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat.
Jadi kalau kita tilik pula zakat menurut istilah agama Islam adalah kadar
harta yang tertentu diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan
beberapa syarat tertentu.31 Dalam pasal 1 ayat (2) Undang-undang
Republik Indonesia No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat yaitu:
zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seseorang muslim atau
badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai
dengan syariat Islam..32
Sedangkan pengertian zakat secara istilah sebagaimana
disebutkan oleh Wahbah al-Zhaily bahwa mazhab Maliki mendefinisikan
zakat dengan mengeluarkan sebagian dari harta yang khusus yang telah
mencapai nishab (batas kwantitas minimal yang mewajibkan zakat)
kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Mazhab Hanafi
mendefinisikan zakat dengan menjadikan sebagian harta yang khusus
dari harta yang khusus sebagian milik orang yang khusus, yang
29
Yusuf Qardawi, Fiqhus Zakat, Terj. Salman Harun, et.al., Hukum Zakat (Bogor:
Pustaka Lentera Antar Nusa, 2007) , Cet. Ke-10, h. 34. 30
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Terj. Mahyuddin syaf, Fiqih Sunnah 3, (Bandung: PT.
Al-Ma’arif, 1985), Cet. Ke-3, h.5. 31
Nazar Bakry, Problematikan Fiqh Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994),
Cet. Ke-1, h. 29. 32
UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
23
ditentukan oleh syari’at karena Allah. Mazhab Syafi’i, zakat merupakan
sebuah ungkapan keluarnya harta sesuai dengan khusus. Sedangkan
menurut mazhab Hambali, zakat adalah hak yang wajib dikeluarkan dari
harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula.33
Meskipun para ulama di dalam menafsirrkan berbeda-beda, tetapi
semaunya mengarah pada satu arti yang mengeluarkan sebagain harta
benda untuk diberiakan kepada fakir-miskin sesuai dengan aturan-aturan
yang telah ditentukan dalam al-Qura, sebagai pembersih serta menghapus
kesalahan-kesalahan manusia.
2. Dasar Hukum zakat
Kewajiban bagi umat muslim dalam berzakat adalah pada bulan
syawal tahun kedua hijriyah yang mula-mula hanya diwajibkan zakat
fitrah, baru kemudian zakat mal atau harta. Selain itu perlu diperjelas
bahwa zakat merupakan suatu kewajiban bagi bagi umat Islam dengan
syarat-syarat yang telah ditentukan, dan juga salah satu rukun Islam yang
selalu disebutkan bersamaan dengan shalat maka hal ini menggabarkan
bahwa betapa pentingnya zakat sebagai salah satu rukun Islam.
Adapun dasar hukum yang disyari’atkanya zakat di dalam al-
Qur’an adalah fardlu ain bagi mereka yang telah memenuhi syarat-syarat
tertentu yang telah ditetapkan
Adapun dalil-dalilnya yang dapat dilihat dalam al-Qur’an, hadist
maupun ijma’ antara lain:
33
Wahbah al-zuhaily , al-Fiqh al-Islami wa „adilla, Terj. Agus Efendi dan Bahrudin
Fanani “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), Cet. Ke-1,
h.83.
24
a. al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 110:
آتا ا انصالة أقي ه ا تع ب انه إ د انه ع خير تجد يا تقديا ألفسكى ي انزكاة
بصير
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa
saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat
pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa
yang kamu kerjakan”. (QS. Al Baqarah: 110).34
b. al-Qur’an Surat al-Taubah ayat 103:
ى ن ك صالتك ى إ صم عهي ا ى ب تزكي ى ر ى صدقة تط ان أي يع عهيىخذ ي انه
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (QS. al
Taubah: 103).35
c. Dalil sunnah
Dalam hadist Rasulullah Saw disebutkan antara lain dalam hadist
Ibnu Umar ra Rasulullah Saw bersabda yang artinya:
يح أ إال انه ال إن ادة أ س ش الو عهى خ ى اإل إيتاء ب إقاو انصالة ، ، ل انه دا
يضا و ص انحج ، انزكاة ،
“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada
ilah (sesembahan) yang berhak disembah melainkan Allah dan
34
Ibid, h. 21 35
Ibid, h. 273
25
Muhammad adalah utusan-Nya; menegakkan shalat; menunaikan zakat;
menunaikan haji; dan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Muslim).36
d. Ijma’ Ulama
Selain al Qur’an dan hadits, termasuk dalil yang menunjukkan
tentang kewajiban zakat adalah ijma’ ulama. Ijma’ ulama adalah
kesepakatan para ulama. Mereka sepakat bahwa zakat adalah wajib.
Bahkan mereka bersepakat untuk membunuh orang-orang yang enggan
mengeluarkan zakat. Dengan demikian barang siapa mengingkari
kefardhuan zakat berarti dia kafir atau murtad, dianggap keluar dari
Islam.
3. Syarat-Syarat Zakat
Sejalan dengan ketentuan ajaran Islam yang selalu menetapkan
standart umum pada setiap kewajiban yang dibebankan kepada umatnya,
maka dalam penetapan harta menjadi sumber atau obyek zakat pun
terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi. Apabila harta seorang
muslim tidak memenuhi salah satu ketentuan, misalnya belum mencapai
nishab, maka harta tersebut belum menjadi sumber atau obyek yang
wajib dikeluarkan zakatnya.
Adapun Syarat wajib zakat adalah sebagai berikut:
a. Islam
Zakat itu wajib atas setiap muslim yang merdeka, yang
memiliki satu nishab dari salah satu jenis harta yang wajib
36
Abi Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Jus I (Beirut: t.th), h. 10.
26
dikeluarkan. Menurut kesepakatan ulama zakat tidak wajib bagi
orang kafir, karena zakat merupakan ibadah mahdhah yang suci
sedangkan orang kafir bukan orang yang suci. Mazhab Syafi’i
berbeda dengan mazhab-mazhab lainnya, Syafi’i mewajibkan
kepada orang-orang murtad untuk mengeluarkan zakat harta
sebelum riddahnya terjadi.37
b. Milik Sempurna (al Milk al Tam)
Kepemilikan sempurna adalah bahwa aset kekayaan
tersebut harus berada di bawah kekuasaan seseorang secara total
tanpa ada hak orang lain di dalamnya. Dengan demikian, secara
hukum pemilik dapat memanfaatkan ataupun membelanjakan
hartanya dengan bebas sesuai dengan keinginannya dan dapat
menghalangi orang lain untuk menggunakan hartanya.38
Sebagian ulama ada yang sepakat bahwa harta milik
sempurna adalah harta kekayaan berada di bawah kontrol dan di
dalam kekuasaan pemiliknya, atau seperti menurut sebagian ulama
bahwa harta itu berada di tangan pemiliknya, di dalamnya tidak
tersangkut dengan hak orang lain dan dapat digunakan dan
faedahnya dapat dinikmatinya.
37
TM. Hasbi al Shiddiqie, Pedoman Zakat, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999), Cet,
Ke-3, h. 34. 38
M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2006), Cet. Ke-3, h. 19.
27
c. Nishab
Harta yang dizakati, menurut jumhur ulama, harus
mencapai nishab. keculai zakat hasil tani, buah-buahan, dan logam
mulia, maka wajib zakat sepuluh persen dari hasil tersebut,
mayoritas ulama sepakat bahwa nishab adalah wajib bagi zakat
kekayaan yang bisa tumbuh dari hasil tanah atau bukan, dengn
alasan bahwa harta tersebut dapat dianalogikan dengan ternak,
uang, dan barang dagangan. Oleh karena itu, Islam mensyaratkan
dalam pelaksanaan zakat agar aset yang dizakati harus mencapai
nishab tertentu. Dengan kata lain hanya aset lebih saja yang
menjadi objek zakat. Sebab tidak mungkin zakat diambil dari orang
fakir dan diberikan pada fakir lainnya.
d. Haul
Haul adalah bahwa harta tersebut telah mencapai batas
waktu bagi harta yang wajib dizakati, yaitu telah mencapai masa
satu tahun. Haul hanya berlaku bagi harta berupa binatang ternak,
harta perniagaan serta harta simpanan. Sedangkan untuk hasil
pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang temuan) tidak ada
haulnya.39
Para fuqaha mensyaratkan berkembang (al nama‟) atau
berpotensi untuk dikembangkan. Oleh karena itu, tidak diwajibkan
39
Ahmad Husnan, Zakat Menurut Sunnah dan Zakat Model Baru, (Jakarta: Pustaka al-
Kautstar, 1996), Cet. Ke-1, hal. 38
28
zakat atas barang-barang kebutuhan primer yang tidak dapat
berkembang.40
Hikmah dari persyaratan ini adalah bahwa Islam
memperhatikan ketetapan nilai dari sebuah komoditas, properti atau
aset tetapi dari sebuah roda usaha yang dijalankan umat muslim
agar dapat memberikan dorongan dalam merealisasikan
pertumbuhan ekonomi. Syarat ini juga mendorong setiap Muslim
untuk memproduktifkan semua harta yang dimilikinya. Harta yang
diproduktifkan akan selalu berkembang dari waktu ke waktu. Harta
ini sejalan dengan salah satu makna zakat secara bahasa, yaitu al
nama‟ berkembang dan bertambah.41
e. Harta Bukan Hasil Utang
Utang yang berkaitan dengan hak para hamba mencegah
kewajiban zakat, baik utang karena Allah, maupun utang untuk
manusia, walaupun utang tersebut disertai dengan jaminan, kerana
sewaktu-waktu pemberi utang akan mengambil hartanya dari
penghutang.42
40
Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat, terj. Salman Harun dkk, (Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa, 20020), Cet. Ke 6, h. 139. 41
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press,
2002), Cet. Ke-2, h. 22. 42
Wahbah al Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa Adillah, terj. Agus Efendi dan Bahrudin Fanani
”Zakat Kajian Berbagai Mazhab” (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), Cet. Ke-1, h. 747.
29
4. Macam-Macam Zakat
Macam zakat dalam ketentuan Islam ada dua, yaitu zakat fitrah
dan zakat mal.
Pertama, zakat fitrah yang dinamakan juga zakat nafs atau zakat
jiwa. Orang yang dibebani untuk mengeluarkan zakat fitrah adalah orang
yang mempunyai lebih dalam makanan pokoknya untuk dirinya dan
keluarganya pada hari raya, dengan pengecualian kebutuhan tempat
tinggal, dan alat-alat primer.
Jumlah yang harus dikeluarkan untuk zakat fitrah adalah satu sha'
(satu gantang), baik untuk gandum kurma, anggur kering, maupun
jagung, dan seterusnya yang menjadi kebiasaan makanan pokoknya.
Kalau standar masyarat kita itu, beras dua setengah kilogram atau uang
yang senilai dengan harga beras itu. Waktu mengeluarkan zakat yaitu
masuknya malam hari raya Idul Fitri. Kewajiban melaksanakannya,
mulai tenggelamnya matahari sampai tergelincirnya matahari. Yang lebih
utama dalam melaksakannya adalah sebelum pelaksanaan sholat hari
raya, menurut Imamiyah.
Kedua, Zakat Mal adalah zakat yang dikeluarkan dari harta-harta
yang dimiliki seseorang dengan dibatasi oleh nishab. Zakat Maal atau
zakat harta benda telah difardukan sejak permulaan Islam di Makkah
dengan tidak ditentukan zat, nishab dan kadarnya. Akan tetapi pada tahun
kedua hijriyah dengan jelas ditentukan nishab, zatnya dan kadarnya.
30
5. Hikmah dan Tujuan Zakat
a. Hikmah Zakat
Zakat sebagai salah satu rukun Islam yang kelima, selain
sebagai bentuk ketaatan seorang hamba kepada sang Khalik, juga
merupakan ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah di
berikan-Nya. Dengan demikian zakat mengandung makna
transendental dan horizontal, diantara hikmah zakat antara lain:
1. Mensyukuri karunia Allah membersihkan dari sifat kikir,
dengki, iri serta dosa.43
2. Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan
kemelaratan, yang mendorong pada hal-hal negatif, sperti
larangan agama dan kekufuran. Sehingga dengan zakat dapat
memberikan kecukupan, kesejahteraan.
3. Menginvestasi gotong royong dan tolong menolong dalam
kebaikan dan taqwa. Melalui syari‟at zakat, kehidupan
orangorang fakir miskin dan orang-orang mnderita lainnya,
akan terperhatikan dengan baik.
4. Membina dan mengembangkan stabilitas sosial. Zakat
merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan.
Dengan zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan dapat
membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan
pendapatan.
43
M. Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. Ke-13, h.
325.
31
5. Zakat sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan
sarana maupun prasarana yang harus dimiliki umat Islam,
seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial maupun
ekonomi, segaligus sarana pengembangan kualitas sumberdaya
manusia muslim.
Zakat adalah faktor terbesar untuk memerangi kemiskinan
dan kefakiran yang menjadi dasar dari segala melapetaka baik
perorangan ataupun masyarakat. Kefakiran adalah pokok segala
bencana, pokok kebencian orang, menjadi sumber tindak kejahatan
dan buruk sangka karena kesenjangan sosial. hikmah ini akan
kembali pada pribadi dan harta pemberi zakat tersebut, dan juga
untuk merealisasaikan keimanan, menyebarkan risalah Islam dan
menyucikan segala kesulitannya.
b. Tujuan Zakat
Perintah wajib zakat turun di Madinah pada bulan Syawal
tahun ke dua Hijrah Nabi SAW, kewajibannya terjadi setelah
kewajiban puasa Ramadhan.Zakat mulai diwajibkan di Madinah
karena masyarakat Islam sudah mulai terbentuk dan kewajiban ini
dimaksudkan untuk membina masyarakat muslim yakni sebagai
bukti solidaritas sosial. Adapun ketika umat Islam masih berada di
Makkah, Allah SWT sudah menegaskan dalam Al-Qur’an tentang
pembelanjaanharta yang belum dinamakan zakat, tetapi berupa
32
infaq bagi mereka yang mempunyai kelebihan harta agar
membantu bagi yang kekurangan.44
Pada masa khalifah Abu Bakar, mereka yang terkena
kewajiban membayar zakat tetapi enggan melakukannya diperangi
dan ditumpas karena dianggap memberontak pada hukum agama.
Hal ini menunjukkan betapa zakat merupakan kewajiban yang tidak
bisa ditawar-tawar. Di zaman Umar bin Abdul Aziz, salah satu
khalifah masa pemerintahan Bani Umayyah berhasil memanfaatkan
potensi zakat. Shadaqah dan zakat didistribusikan dengan cara
yang benar hingga kemiskinan tidak ada lagi di zamannya, tidak
ada lagi orang yang berhak menerima zakat ataupun shadaqah.45
Sebagai salah satu rukun Islam, zakat mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1. Membantu, mengurangi dan mengangkat kaum fakir miskin
dari kesulitanhidup dan penderitaan mereka.
2. Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh
para mustahik zakat.
3. Membina dan merentangkan tali solidaritas sesama umat
manusia.
4. Menghilangkan sifat bakhil pemilik kekayaan dan penguasaan
modal.
44
Muhammad, & Ridwan Mas’ud, Zakat dan Kemiskinan, Instrumen Pemberdayaan
Ekonomi Umat, (Yogyakarta: UII Press, 2005), hal. 39 45
Departemen Agama, Pedoman Zakat 9 Seri, (Jakarta: Departemen Agama, 1996), h.
176
33
5. Menghindarkan penumpukan kekayaan perseorangan yang
dikumpulkan di atas penderitaan orang lain.
6. Mencegah jurang pemisah kaya miskin yang dapat
menimbulkan kejahatan sosial.
7. Mengembangkan tanggung jawab perseorangan terhadap
kepentingan masyarakat dan kepentingan umum.
8. Mendidik untuk melaksanakan disiplin dan loyalitas seorang
untuk menjalankan kewajibannya dan menyerahkan hak orang
lain.46
9. Konsep Kesejahteraan Mustahik
Zakat merupakan alat bantu sosial mandiri yang menjadi
kewajiban moral bagi orang kaya untuk membantu mereka yang
miskin dan terabaikan yang tak mampu menolong dirinya sendiri
meskipun dengan semua skema jaminan sosial di atas, sehingga
kemelaratan dan kemiskinan dapat terhapuskan dari masyarakat
muslim. Oleh karena itu zakat dapat menjadi instrumen sebagai
kesejahteraan mustahik.
Dalam kamus bahasa Indonesia, kesejahteraan adalah
keamanan, keselamatan, ketentraman dan kesenangan hidup.47
Sedangkan mustahik adalah orang yang patut menerima zakat. Jadi
kesejahteraan mustahik berarti ketentraman dan kesenangan hidup
secara lahir ataupun batin.
46
Ibid, h. 183 47
Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 794.
34
Menurut al-Ghazali, kesejahteraan dari suatu masyarakat
tergantung kepada pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar,
yaitu antara lain:
a. Agama
b. Hidup atau jiwa
c. Keluarga atau keturunan
d. Harta atau kekayaan, dan
e. Intelek atau akal.48
c. Distribusi Zakat
Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan, bahwa zakat harus
didistribusikan hanya untuk delapan golongan orang, seperti dalam
firman Allah:
في انرقاب ى ؤنفة قهب ان ا عهي انعايهي ساكي ان ا انصدقات نهفقراء إ
عهيى حكيى انه انه يم فريضة ي انس اب يم انه في يي ا ان
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka
yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana”. (QS. At- taubah: 60).49
48
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: IIIT, 2003), Edisi Ke-II, h. 98. 49
Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahanya, Yayasan Penyelenggara
Penterjemah al Qur’an,, h. 196
35
Secara umum, pesan pokok dalam ayat tersebut, adalah
mereka yang secara ekonomi kekurangan. Kecuali amil dan
muallaf yang sangat mungkin secara ekonomi berada dalam
keadaan kecukupan. Karena itu, di dalam pendistribusiannya,
hendaknya mengedepankan upaya merubah mereka yang memang
membutuhkan, sehingga setelah menerima zakat, dalam periode
tertentu berubah menjadi pembayar zakat.
Umar bin Khattab berpendapat, bisa saja zakat dibagikan
kepada salah seorang mustahik saja, ataupun dibagi secara rata.
Namun yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa tujuan zakat
adalah menjadikan mereka tidak lagi sebagai penerima zakat, tetapi
berubah menjadi muzakki. Dengan demikian, distribusi zakat dapat
didasarkan kepada skala prioritas dan kebutuhan sesuai dengan
kondisi masyarakat sekitar.
Distribusi zakat, menurut mazhab Syafi’i tidak
membolehkan pembayaran zakat hanya dalam satu kelompok saja
karena berpegang teguh pada ayat al-Qur’an surat at Taubah ayat
60. Sedangkan menurut Hanafi, Maliki, dan Hanbali seperti halnya
Umar bin Khattab, membolehkan pembagian zakat hanya kepada
satu kelompok saja, bahkan mazhab Maliki menyatakan bahwa
36
memberikan zakat kepada orang yang sangat membutuhkan
dibandingkan kelompok yang lainnya adalah sunat.50
1. Macam-macam Distribusi
a. distribusi bidang jasa adalah pelayanan langsung kepada
pelanggan tanpa melalui perantara karena jasa dihasilkan
dan dikonsumsi pada saat bersamaan.
b. distribusi barang konsumsi adalah barang yang langsung
digunakan oleh individu atau anggota masyarakat untuk
memenuhi kebutuhannya jadi barang konsumsi terkait
langsung dengan kebutuhan yang diinginkan oleh
konsumen. Distribusi barang konsumsi adalah penyaluran
barang-barang hasil indutry atau bahan makanan dari
produsen kepada konsumen melalui agen, pengecer lalu ke
toko-toko.
c. distribusi kekayaan adalah kekayaan merupakan bentuk
jama’ dari kata maal dan kata maal bagi orang arab adalah
segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk
menyimpan dan miliknya. Dengan demikian, makan unta,
kambing, sapi, emas, perak dan sebagainya adalah
kekayaan. Menurut ulama hanafiah, kekayaan adalah
segala sesuatu yang dipunyai dan bisa diambil
manfaatnya, seperti tanah, binatang, dan uang. Kekayaan
50
Wahbah Az Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab , terj, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 1995), h. 279
37
adalah nilai aset seseorang diukur pada satu waktu
tertentu.
d. distribusi pendapatan adalah pendapatan merupakan upaya
yang memiliki pengaruh secara ekonomis.
2. Sasaran Distribusi Zakat
Pada awal sejarah pertumbuhan Islam di Mekkah, orang-
orang yang berhak menerima zakat adalah orang-orang yang
miskin saja. Setelah tahun ke 9 H Allah Swt menurunkan ayat 60
surat at-Taubah di Madinah ayat tersebut menjelaskan tentang
orang-orang yang berhak menerima zakat antara lain;
a. Golongan fakir
Fakir adalah orang-orang yang tidak mempunyai harta atau
penghasilan layak untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan,
tempat dan segala keperluan pokok lainnya, baik untuk dirinya
sendiri maupun keluarga dan orang-orang yang menjadi
tanggungannya.
Orang-orang yang dapat menerima zakat dari kelompok
faqir, di antaranya adalah anak yatim, anak pungut, janda, orang
yang berpenghasilan rendah, pelajar, para pengangguran, tahanan,
orang-orang yang kehilangan keluarga, dan tawanan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dalam penyaluran zakat.51
51
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995),
Jilid I, h. 295.
38
b. Golongan Miskin
Orang miskin adalah orang yang mempunyai harta atau
penghasilan layak untuk memenuhi kebutuhan diri dan
tanggungannya, tetapi penghasilan tersebut tidak mencukupi.
Batasan miskin menurut Pemerintah Indonesia dapat diketahui
dengan berbagai aspek, yaitu; aspek konsumsi, aspek ekonomi,
aspek non ekonomi.52
Zakat yang dapat diberikan kepada kelompok miskin
hampir sama dengan kelompok faqir. Bahkan dalam konteks
pendapat kontemporer, zakat untuk kelompok faqir miskin dapat
berupa zakat konsumtif dan produktif. Zakat produktif
diperuntukkan bagi kedua kelompok yang sudah tidak memiliki
potensi untuk melakukan suatu usaha. Sedangkan zakat produktif
diperuntukkan bagi kedua kelompok yang masih memiliki potensi
usaha.
c. Golongan Amil Zakat
Amil adalah orang-orang yang ditugaskan oleh imam,
kepala pemerintah atau wakilnya, yang bertugas untuk
mengumpulkan harta zakat dan mengurus administrasinya.
Amil merupakan orang yang bertanggung jawab
melaksankan segala sesuatu yang berkenaan dengan zakat mulai
52
M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat, h. 179-185.
39
dari mendata wajib zakat, mengumpulkan, membukukan,
memelihara dan mendistribusikan zakat.
Amil merupakan ashnaf yang tidak selalu ada. Apabila
zakat tersebut dibagikan langsung oleh muzakki, maka tidak akan
ada ashnaf dari kelompok amil. Selain karena dibagi oleh muzakki
sendiri, keberadaan amil akan hilang manakala zakat dibagikan
oleh imam.53
d. Golongan Muallaf
Muallaf adalah orang-orang yang masih lemah niatnya
dalam memeluk Islam, maka seorang pemimpin perlu membujuk
hatinya dengan sesuatu pemberian untuk menguatkan
keislamannya, dengan pemberian sebagian zakat itu diharapkan
orang-orang yang setaraf dengannya ikut masuk Islam. Orang yang
dapat menerima zakat dari kelompok muallaf yakni:
1. Orang yang baru masuk Islam dan masih kurang dari satu
tahun
2. Orang yang dirayu untuk masuk Islam
3. Orang yang dirayu untuk membela Islam.54
e. Golongan Riqab
Riqab jamak dari raqabah, fir riqab yang artinya
mengeluarkan zakat untuk memerdekakan budak sehingga
sehingga terbebas dari dunia perbudakan.
53
Lahmudin Nasution , Fiqh I, (Jakarta : Logos, 1995), h. 145. 54
Hikmat Kurnia dan A. Hidayat, Panduan Pintar Zakat Harta Berkah, Pahala
Bertambah Plus Cara Tepat dan Mudah Menghitung Zakat, h. 145.
40
Para budak yang dimaksud disini adalah para budak
muslimin yang telah membuat perjanjian dengan tuanya untuk
dimerdekakan dan tidak memiliki uang untuk membayar tebusan
atas diri mereka, meskipun mereka telah bekerja keras membanting
tulang mati-matian.55
Mereka tidak mungkin melepaskan diri dari orang yang
tidak menginginkan kemerdekaannya kecuali telah membuat
perjanjian. Jika ada seorang budak yang dibeli, uangnya tidak akan
diberikan kepadanya melainkan kepada tuanya. Oleh karena itu,
sangat dianjurkan untuk memberikan zakat kepada para budak itu
agar memerdekakan diri mereka.
f. Golongan Gharim
Gharim adalah orang-orang yang mempunyai hutang yang
dipergunakan untuk perbuatan yang bukan untuk maksiat, dan
zakat diberikan agar mereka dapat membayar hutangnya.
g. Fisaabilillah
Fisabilillah adalah kelompok mustahik yang dikategorikan
sebagai orang yang dalam segala usaha untuk kejayaan agama
Islam, oleh karena itu fisabilillah dapat diartikan pula sebagai
usaha perorangan atau badan yang bertujuan untuk kejayaan agama
atau kepentingan umum. Ungkapan fisabilillah ini mempunyai
55
Wahbah al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Alih Bahasa Oleh Agus Effendi
dan Bahruddin Fannany, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), Cet. Ke-I, h. 281.
41
cakupan yang sangat luas dan bentuk praktisnya hanya dapat
ditentukan oleh kondisi kebiasaan dan kebutuhan waktu.
Kata tersebut dapat mencakup berbagai macam perbuatan
seperti bantuan-bantuan yang diberikan untuk persiapan perang
orang Islam untuk jihad, menyediakan kemudahan fasilitas
pengobatan bagi yang sakit dan terluka, pendidikan bagi orang-
orang yang tidak mampu membiayai pendidikan sendiri.
Pendeknya, kata tersebut mencakup semua perbuatan yang penting
dan berfaedah bagi umat Islam.56
h. h. Ibnu Sabil
Ibnu Sabil adalah orang asing yang menempuh perjalanan
ke negeri lain dan sudah tidak punya harta lagi. Menurut Ahmad
Azhar Basyir, Ibnu Sabil adalah orang yang sedang dalam
perantauan atau perjalanan. Kekurangan atau kehabisan bekal,
untuk biaya hidup atau pulang ketempat asalnya. Termasuk
golongan ini adalah pengungsi-pengungsi yang meninggalkan
kampung halamannya untuk menyelamatkan diri atau agamanya
dari tindakan penguassa yang sewenang-wenang.57
Dalam undang-undang pengelolaan zakat prosedur
pendayagunaan atau pendistribusian zakat, setelah diadakan proses
pendataan dan penelitian kebenaran musthahik 8 asnaf yaitu faqir,
miskin, amil, mualaf, riqab, gharim, sabilillah, ibnu sabil,
56
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, h. 303 57
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Zakat, (Yogyakarta: Lukman Offset, 1997), Cet. Ke-1, h.
84
42
kemudian pembagiaanya didahulukan untuk orang-orang yang
tidak berdaya dalam pemenuhan kebutuhan dasar secara ekonomi
dan yang sangat memerlukan, dan harus mendahulukan musthahik
yang ada di dalam wilayah masing-masing.halamannya untuk
menyelamatkan diri atau agamanya dari tindakan penguassa yang
sewenang-wenang.58
Dalam undang-undang pengelolaan zakat prosedur
pendayagunaan atau pendistribusian zakat, setelah diadakan proses
pendataan dan penelitian kebenaran musthahik 8 asnaf yaitu faqir,
miskin, amil, mualaf, riqab, gharim, sabilillah, ibnu sabil,
kemudian pembagiaanya didahulukan untuk orang-orang yang
tidak berdaya dalam pemenuhan kebutuhan dasar secara ekonomi
dan yang sangat memerlukan, dan harus mendahulukan musthahik
yang ada di dalam wilayah masing-masing.
58
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Zakat, (Yogyakarta: Lukman Offset, 1997), Cet. Ke-1, h.
84
43
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA AMIL ZAKAT AL-MADINAH
A. Sejarah Singkat Berdirinya LAZ al-Madinah
Lembaga amil zakat al-Madinah berdiri seiring dengan berdirinya
masjib al-Madinah pada tahun 2008. LAZ al-Madinah merupakan sebuah
lembaga yang didirikan oleh para aktivis mahasiswa muslim dari berbagai
perguruan tinggi di jakarta Rasyid, Abdullah, Matali Firmansyah, Ade
Wahyudi dan lapisan masyarakat yang bergerak di bidang sosial, dakwah,
ekonomi dan pendidikan, yang berasaskan Islam yang bersumber pada Al-
Quran dan As-Sunnah. LAZ al-Madinah adalah lembaga di bawah naungan
masjid al-Madinah yang mempunyai fungsi untuk mengelola dana zakat,
infaq, shadaqah, wakaf ataupun hibah umat.
Sebagai wujud kepercayaan masyarakat, maka upaya pemerintah
terhadap LAZ al-Madinah yaitu ditetapkannya Undang-Undang No. 23 tahun
2011 tentang pengelolaan zakat, maka LAZ al-Madinah merupakan salah satu
lembaga yang berhak menghimpun dana masyarakat (zakat, infaq, shadaqah,
wakaf, dan hibah) dan menyalurkannya kepada masyarakat yang berhak
menerimanya sesuai Syari’ah.59
B. Visi Misi LAZ al-Madinah
Pengelolaan zakat dilakukan oleh LAZ al-Madinah yang dibentuk oleh
sekelompok orang yang dipercaya kinerjanya. Hal ini telah terbukti dengan
59
Wawancara Pribadi dengan Rudy Hartono. Tangerang, 02 November 2016.
44
keberhasilannya menampung dan menyalurkan dana amal para muzaki atau
dermawan berupa zakat, infak dan shodakoh mulai dari berdirinya Masjid al-
Madianah. Dengan dasar kepercayaan, penuh tanggung jawab serta
transparansi laporan, pada akhirnya dapat mengumpulkan dana yang cukup
besar dan langsung disalurkan. Kami sadar bahwa ini adalah sebuah aset yang
besar yang apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik akan lebih
bermanfaat. Atas dasar ini pula mengapa LAZ al-Madinah berdiri.
Berdirinya LAZ al-Madinah tidak hanya dapat mengadministrasikan
pembukuan dengan baik tapi juga dapat melayani para muzaki atau
dermawan dengan baik secara berkelanjutan dan berkesinambungan.
Penyaluran LAZ al-Madinah yang telah berkumpul diperuntukan kepada
prioritas program yang telah dibuat yang berbasis kepada kemaslahatan
umat.60
1. Visi LAZ al-Madinah
Menjadikan lembaga yang terpercaya, profesional dan bertanggung
jawab dan turut serta membantu pemerintah dalam rangka
membangun dan mengembangkan masyarakat berakhlakul karimah
yang sejahtera dan mandiri secara ekonomis.
2. Misi LAZ al-Madinah
a. Bidang Religius (keagamaan)
60
Wawancara Pribadi dengan Ade Wahyudi. Tangerang , 24 November 2016.
45
Ikut serta membentuk masyarakat religius yang tidak semata-
mata mementingkan ibadah ritual tapi juga gemar melakukan
ibadah sosial.
b. Bidang Ekonomi
Membantu mengentaskan masalah ekonomi kaum miskin
(dhu’afa) secara proaktif dan menjadi penggerak menumbuh
kembangkan ekonomi kaum dhu’afa.
c. Bidang Kelembagaan
Membangun citra diri menjadi lembaga yang amanah,
terpercaya, profesional dan penuh tanggung jawab yang pada
gilirannya mendapatkan kepercayaan dihati masyarakat
lingkungan sekitar khususnya dan masyarakat luas pada
umumnya.
d. Bidang Sosial
Membantu masyarakat yang terkena musibah bencana alam
secara tanggap.
e. Bidang Pendidikan
Menjadi lembaga zakat sebagai sarana pembinaan dan
peningkatan mutu pendidikan.
C. Strategi Pencapaian LAZ al-Madinah
1. Menyampaikan seluruh informasi kepada seluruh jama’ah masjid al-
Madinah tentang pentingnya zakat, infak, dan shodakoh, wakaf, dan
46
hibah untuk kemaslahatan umat (berupa brosur, spanduk, dan lain-
lain).
2. Mengadakan pelatihan dan seminar mengenai zakat, infak, shodakoh,
wakaf dan hibah.
3. Menjadikan masyarakat sekitar menjadi target utama didalam
pembinaan program-program LAZ al-Madinah.
4. Menyadarkan para muzaki bahwa didalam harta yang mereka miliki
terdapat hak orang miskin / dhuafa, anak yatim dan piatu dan lain-
lain.61
D. Program LAZ al-Madinah
Misi kelembagaan LAZ al-Madinah dan misi ekonomi serta misi
religius yang dijadikan sebagai pemandu gerak oleh LAZ al-Madfinah
CBD Ciledug Tanggerang untuk mencapai cita-cita yakini menjadi
lembaga yang ikut ambil bagian dalam menumbuhkan kesadaran religius
masyarakat dan mengatasi masalah ekonominya. LAZ al-Madinah
tentunya memiliki program yang cukup signifikan sebagai aksi menuju
cita-cita yang diinginkan. Berikut adalah program-program LAZ al-
Madinah CBD Ciledug Tanggerang:
1. Layanan Peduli Umat
a. Layanan Mobil Jenazah
b. Peduli Bencana Alam
c. Pengiriman Relawan
61
Wawancara Pribadi dengan Rudi Hartono. Tangerang, 11 Oktober 2016.
47
2. Berbagi Untuk Dhuafa
a. Pengobatan Gratis
b. Pinjaman Mobil Usaha
c. Bingkisan Lebaran
3. Orang Tua Yatim dan Dhuafa
a. Santunan
b. Beasiswa
c. Sunatan massal
d. Pendidikan dan Pelatihan.62
E. Rumusan Zakat LAZ al-Madinah
1. Zakat Emas / perak
Ketentuan:
a) Telah mencapai haul (satu tahun)
b) Telah mencapai nisab (85 gram)
c) Besarnya zakat 2,5%
Perhitungan:
a) Dari emas / perak yang tidak terpakai : emas / perak yang dimiliki
x harga emas x 25%
b) Dari emas / perak yang dimiliki-emas yang dipakai : emas / perak
yang dimiliki-emas yang dipakai x harga emas x 2,5%
2. Zakat Simpanan / Tabungan / Deposito
62
Data diolah dari Profil al-Madinah, 2016
48
Ketentuan :
a) Telah mencapai haul (satu tahun)
b) Telah mencapai nisab (85 gram)
c) Besarnya zakat 2,5%
Perhitungan :
(saldo akhir-bagi hasil / bunga ) x 2,5%
3. Zakat Perdagangan
a) Telah mencapai haul (satu tahun)
b) Telah mencapai nisab (85 gram)
c) Besarnya zakat 2,5%
d) Berlaku untuk perdagangan secara atau badan usaha (CV,PT,dll).
4. Zakat investasi
a) Yang dimaksud dalam perhitungan zakat investasi adalah
keuntungan saja, modal tidak dimasukan
b) Telah mencapai nisab (85 gram / 520 kg beras )
c) Besarnya zakat : 5%(bruto) dan 10% (netto)
Perhitungan :
a) Jika tidak dikurangi biaya perawatan hasil investasi x 5%
b) Jika dikurangi biaya perawatan investasi x 10%
5. Zakat Undian
Ketentuan :
a) Tidak mengandung unsur judi
b) Besarnya zakat : 20%
49
Perhitungan :
Hasil undian / kuis berhadiah x 20%
6. Zakat Profesi
Ketentuan :
a) Telah mencapai nisab (85 gram)
b) Dihitung dari pendapatan bruto
c) Besarnya zakat : 2,5%
Perhitungan :
a) Jika dibayar tahunan
Pendapatan total pertahun x 2,5%
b) Jika dibayar bulanan
Pendapatan total pertahun x 2,5% : 12 bulan
F. Struktur Organisasi LAZ al-Madinah
Struktur organisasi LAZ al-Madinah sebagai beerikut :
Ketua : Rudy Hartono, S. Pd
Anggota : 1. KH.Ahmad Kosasih, M.A
: 2. M.Rasyid, HD,S.Ag
Direktur Eksekutif : Matali Firmansyah S,Ag
Seketaris : Ahmad Sadam Husein
Bendahara : Intan Yulisari
Div. Pembinaan Yatim : Ade Wahyudi, S.Ag
Div.Pembinaan Dhuafa : Abdullah Habib S.Ag
Div. Layanan Kesehatan : H. Ahmad Nursofa. S.Ag
50
Div. Mobil Layanan Peduli : Ahmad Sofyan
Div. Pengembangan Usaha : Ratna
Div. Pendidikan : M. Jaki Arifin, S,Th,I
Tugas-tugas dalam organisasi LAZ al-Madinah yaitu :
Ketua
a. Menjalankan roda kepengurusan dengan sebaik-baiknya
b. Mengendalikan dan mengawasi program kerja yang telah ditetapkan
c. Bersama dengan bagian kesekretariatan menuntukan kebijakan
organisasi dan menjalankan fungsi administrasi umum
d. Bersama dengan bagian bendahara mengupayakan ketersediaan dana
guna menungjang program kerja
Anggota Ketua
a. Membantu ketua dan mewakili ketua apabila berhalangan
Sekretaris
Direktur Eksekutif
Anggota
Ketua
Bendahara
Anggota
Div. Pembinaan Yatim
Div. Pembinaan Dhuafa
Div. Layanan
Kesehatan Umat
Div. Mobil layanan Peduli
Div. Pengembangan Usaha
Div. Pendidikan
51
b. Membantu laporan bulanan bagi kesekretaritan dan bagian bendahara
Direktur eksekutif
a. Membantu ketua dan anggota ketua dalam menjalankan roda
organisasi
b. Memberikan kebijakan umum Lembaga Amil Zakat al-Madinah
Sekertaris
a. Bersama ketua dan derektur eksekutif melaksanakan kebijakan umum
untuk kegiatan administrasi bagi kelancaran program
b. Membuat proposal berkordinasi dengan divisi-divisi
c. Bertanggung jawab dalam proses surat menyura
d. Bertanggung jawab terhadap pengendalian kearsipan
e. Menyiapkan bahan-bahan rapat pengurus harian
f. Membust laporan kegiatan
Bendahara
a. Merencanakan anggaran rutin maupun insidentil
b. Menggali dan mencari sumber dana bersama pengurus harian
c. Meenggendalikan penggunaan dan secara effektif dan effisien
d. Menyiapakan dan menyimpan arsip yang berhubungan dengan
keuangan
e. Mencatat penerimaan dan pengeluaran keuangan yang rutin maupun
insidentil
f. Membuat laporan bulan
52
Divisi Pembinaan Yatim
a. Membuat proposal kegiatan divisi berkordinasi dengan sekretaris\
b. Mengadakan pelatihan-pelatihan untuk anak yatim
c. Mengadakan pembinaan untuk anak yatim
d. Program beasiswa untuk anak yatim
e. Penyaluran dana bantuan untuk anak yatim
f. Menyampaikan laporan kepada ketua Lembaga Amil Zakat melalui
sekretari, dan sekretaris menampung lapaoran-laporan tersebut serta
mmenyusun laporan berkala Lembaga Amil Zakat al-Madinah.
Divisi Pembinaan Dhuafa
a. Membuat proposal kegiatan divisi berkordinasi dengan sekretaris
b. Memberi modal usaha badgi kaum dhuafa sesuai standarisasi LAZ al-
Madinah
c. Memberikan pelatihan-pelatihan bagi kaum dhuafa
d. Memberikan pembinaan bagi kaum dhuafa
e. Menyampaikan laporan kepada ketua Lembaga Amil Zakat melalui
sekretari, dan sekretaris menampung lapaoran-laporan tersebut serta
mmenyusun laporan berkala Lembaga Amil Zakat al-Madinah.
Divisi Layanan Kesehatan
a. Membuat proposal kegiatan divisi berkordinasi dengan sekretaris
b. Memberikan pelayanan kesehatan bagi fakiir miskin dan kaum
dhuafa
c. Program sunatan massal
53
d. Program donor darah
e. Menyampaikan laporan kepada ketua Lembaga Amil Zakat melalui
sekretari, dan sekretaris menampung lapaoran-laporan tersebut serta
mmenyusun laporan berkala Lembaga Amil Zakat al-Madinah.
Divisi Mobil Layanan Peduli
a. Membuat proposal kegiatan divisi berkordinasi dengan sekretaris
b. Program layanan mobil jenazah
c. Program layanan mobil ambulan
d. Menyampaikan laporan kepada ketua Lembaga Amil Zakat melalui
sekretari, dan sekretaris menampung lapaoran-laporan tersebut serta
mmenyusun laporan berkala Lembaga Amil Zakat al-Madinah. 63
Divisi Pengembangan Usaha
a. Membuat proposal kegiatan divisi berkordinasi dengan sekretaris
b. Merumuskan Rencana Pengembangan Usaha Lembaga Amil Zakat al-
Madinah Berdasarkan Program Kerja.
c. Mengurus Pengembangan Usaha milik LAZ
d. Mengkordinasikan penghembanga usaha para muzaki
e. Memberikan peluang kerja bagi fakir-miskin dan kaun dhuafa
f. Menyampaikan laporan kepada ketua Lembaga Amil Zakat melalui
sekretari, dan sekretaris menampung lapaoran-laporan tersebut serta
mmenyusun laporan berkala Lembaga Amil Zakat al-Madinah.
63
Data diolah dari Profil al-Madinah, 2016
54
Diviasi pendidikan
a. Membuat proposal kegiatan divisi berkordinasi dengan sekretris
b. Mengurus masalah penyaluran dana bantuan pendidikan untuk
delapan asnaf sekaligus serta yang telah direkomendasikan kepada
muzaki
c. Mengurus masalah peningkatan kualiatas pendidikan mustahik
dengann memberikan pelatihan sesuai dengan potensi desanya
tersebut.
d. Menyampaikan laporan kepada ketua Lembaga Amil Zakat melalui
sekretari, dan sekretaris menampung lapaoran-laporan tersebut serta
menyusun laporan berkala Lembaga Amil Zakat al-Madinah.
55
BAB IV
ANALISIS TENTANG PERANAN LAZ AL-MADINAH
DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIK
Pokok pembahasan pada bab ini adalah peran LAZ al-Madinah dalam
meningkatkan kesejahteraan mustahik dan dampak yang terjadi pada
mustahik setelah mendapatkan program di LAZ al-Madinah. Adapun yang
dimaksud dengan peran LAZ adalah upaya membangun sikap mental para
mustahik agar bermental produktif yang mempunyai sumber dana untuk
mengembangkan kebutuhan hidup. Sedangkan yang dimaksud dengan
"dampak" merupakakn efek yang dilakukan LAZ al-Madianh terhadap
kehidupan mustahik.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
yaitu dengan cara mengolah dan menganalisis data secara deskriptif dengan
menafsirkannya secara kualitatif. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat kesejahteraan mustahik. Kemudian penulis akan memaparkan lebih
rinci dari pendekatan peningkatan pendapatan, pengembangan usaha,
kesanggupan mustahik dalam berinfak dan bersedekah setelah mendapatkan
bantuan dana zakat.
Kesejahteraan mustahik yang dimaksud adalah ketentraman yang
diterima oleh yang berhak menerima zakat baik itu ketentraman dan
kesenangan hidup secara lahir ataupun batin. Kesejahteraan mustahik dapat
56
dilihat dari tiga faktor yakni peningkatan pendapatan, pengembanagan usaha
setelah mendapatkan bantuan dana zakat produktif.
Dalam mengukur sebuah pengaruh atau dampak, penulis menggunakan
cara yang sangat sederhana yaitu dengan melakukan wawancara kepada
mustahik yang telah menerima bantuan dana zakat produktif dari LAZ al-
Madnah dan melihat kesehteraan para mustahiq setelah mendapatkan bantuan
dana zakat produktif. Setelah melakukan wawancara, penulis menganalisa
sesuai dengan kondisi mustahik.
Salah satu faktor peningkatan kesejahteraan adalah pendapatan yang
dimiliki mustahik, apakah setelah mendapatkan bantuan dana zakat produktif
pendapatan mustahik mengalami peningkatan atau tidak.
A. Peranan LAZ al-Madinah dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Mustahik dilihat dari aspek pendapatan setelah mendapat bantuan dana
zakat
Dalam mengukur sebuah peran zakat dalam meningkatkan
kesejahteraan mustahik, penulis menggunakan cara yang sangat sederhana
yaitu dengan melihat data-data mustahik yang menerima pinjaman modal
usaha yang dipeorleh dari LAZ al-Madinah Ciledug Tangerang Banten dan
melihat kondisi atau pendapatan para mustahik setelah mendapatkan
pinjaman modal. Setelah melihat data-data yang ada lalu penulis mencoba
menganalisa data sesuai dengan kondisi mustahik.
57
Tabel
Data-data mustahik yang diberikan pinjaman zakat produktif oleh
LAZ al-Madinah
No Nama Pendapatan
sebelum
menerima
bantuan dana
zakat
(perbulan)
Pendapatan
setelah
menerima
bantuan
dana zakat
(perbulan)
Kondisi ekonomi
setelah mendapatkan
bantuan dana zakat
LAZ al-Madinah
Rp. Rp. Tetap Membaik
1 Bpk Tarmili 1.000.000 3.000.000
2 Ibu Asmawati 1.000.000 2.500.000
3 Ibu Ainun 1.200.000 2.000.000
4 Ibu Halimah 700.000 700.000
5 Bpk Usman 1.500.000 3.000.000
6 Ibu Amna 1.000.000 2.000.000
7 Ibu Jmanik 1.000.000 1.000.000
8 Ibu Nilawati 1.000.000 2.500.000
9 Ibu Zainab 1.000.000 2.000.000
10 Ibu Jamilah 1.000.000 1.500.000
11 Ibu Maisaroh 1.000.000 1.000.000
12 Ibu Hasanah 1.000.000 1.000.000
13 Ibu Nurul 1.000.000 1.500.000
58
14 Ibu Hasibah 900.000 1.400.000
15 Bapak Sofuyan 1.000.000 1.500.000
Dari hasil wawancara langsung dengan mustahik penerima dana
pinjaman dana zakat melalui LAZ al-Madinah Ciledug Tangeran Banten,
maka diperoleh keterangan dari mereka, diantaranya:
Bpk Tarmili, berjualan makanan ringan, pendapatan per hari sebelum
menerima pinjaman dana zakat Rp.500.000, kemudian bpk Tarmili
meminjam dana pada LAZ al-Madinah sejumlah Rp1.000.000 untuk
menambah modal usaha. Dari hasil pinjaman tersebut usaha bpk Tarmili
menjadi berkembang, yang awalnya hanya berjualan makanan ringan
sekarang bertambah jualan es, bahkan telah memiliki kulkas dari hasil usaha
tersebut. Pendapatan ibu wariyem pun bertambah menjadi Rp100.000 per
hari.64
Ibu Asmawati, berjualan mudel dengan pendapatan Rp1.000.000
perbulan sebelum mendapatkan pinjaman dana zakat LAZ al-Madinah.
Setelah mendapatkan pinjaman dana LAZ al-Madinah Rp1.000.000. ibu
Asmawati dapat mengubah jumlah jualan modelnya, sehingga pendapatan Ibu
Asmawati menjadi Rp2.500,000. Ibu Asmawati sudah dua kali meminjam
pada LAZ al-Madinah.65
Ibu Ainun, dengan Bandrek. Sebelum mendapatkan pinjaman dana
penghasilan ibu ainun Rp1.200,000. Kemudian untuk menambah modal Ibu
64
Tarmili, Mustahik, Wawancara Pribadi, Tangerang, 10 Oktober 2016 65
Asmawati, Mustahik, Wawancara Pribadi, Tangerang, 10 Oktober 2016
59
Ainun meminjam dana LAZ al-Madinah Rp1.000.000, yang dibelikannya
gerobak, sekarang penghasilan Ibu Ainun Rp2.000.000.66
Ibu Halimah, berjulan minyak, pendapatan Ibu Halimah sebelum dan
setelah mendapatkan pinjaman dana zakat dari LAZ al-Madinah Rp1.000.000
tidak mengalami peningkatan yaitu Rp700.000 perbulan. Hal ini disebabkan
kerena usahanya selama ini dikelola oleh suaminya, setelah sekitar beberapa
bulan setelah pencairan dana pinjaman Ibu Halimah pergi ke kampungya
untuk bekerja disana sehingga Ibu Halimah tidak terlalu faham dalam
menjalankan usahanya.67
Bapak Usman, dagang makanan, pendapatan yang diperoleh sebelum
mendapatakan pinjaman dana zakat dari LAZ al-Madinah Rp.1.500.000,
setelah mendapatkan pinjaman dana zakat LAZ al-Madinah Rp.1.000.000,
usah Pak Usman berkembang, yang awalnya hanya berjualan di pasar Ciledug
sekarang pak Usman berjualan juga di pasar Lembang yang dikelola oleh
putrinya, sehingga pendapatan pak Usman meningkat menjadi
Rp.3.000.000.68
Ibu Amna, awalnya berjualan gado-gado tetapi karena kurang
berkembang ibu Amna mengajukan pinjaman dana zakat kepada LAZ al-
Madinah Rp.1,000,000 dan mengganti usahanya menjadi aneka minuman pop
ice. Pendapatan ibu Amna sebelum mendapatkan pinjaman dana zakat
66
Ainun, Mustahik, Wawancara Pribadi, Tangerang, 10 Oktober 2016. 67
Halimah, Mustahik, Wawancara Pribadi, Tangerang, 15 Oktober 2016. 68
Usman, Mustahik, Wawancara Pribadi, Tangerang, 115 Oktober 2016.
60
Rp.1.000.000 dan setelah mendapatkan pinjaman dana zakat meningkat
menjadi Rp.2.000.000.69
Ibu Jumanik, berjualan chiki, pendapatan yang diperoleh sebelum
mendapatkan pinjaman dana zakat sekitsr Rp.1.000.000. kemudian Ibu
Jumanik meminjam danan zakat di LAZ al-Madinah untuk menambah modal.
Namun pendapatan perbulan Ibu Jumanik tidak meningkat tetap
Rp.1.000.000.70
Ibu Nilawati, berjualan kue dengan pendapatan Rp.1.000.000 per
bulan. Awalnya ibu Nilawati hanyan usaha kue di depan rumahnya, setelah
mendapatkan pinjaman dana dari LAZ al-Madinah Rp.1.000.000, ibu
Nilawati dapet menjual kuenya dibeberapa warung dan menerima pesanan,
sehingga pendapatan Ibu Nilawati Rp.2.500.000, bahkan Ibu Nilawati sudah
bisa bersedekah dari hasil usahanya.71
Ibu Zainab, berjualan nasi dan aneka lauk pauk pendapatan yang
diperoleh dari usaha rumahan berupa jualan nasi dan lauk-pauk Ibu Zainab
berpenghasilan sekitar Rp.1,000,000 per bulan, kemudian Ibu Zainab
mendapat pinjaman dana dari LAZ al-Madinah, kini pendapat Ibu Zainab
meningkat menjadi Rp.2.000.000 per bulan.72
Ibu Jamilah, dagang sayur, pendapatan Ibu Jamilah sebelu mendapat
pinjaman dana zakat Rp.1.000.000, kemudian Ibu Jamilah mengajukan
pinjaman dana zakat ke LAZ al-Madinah Rp.1.000.000 untuk menambah
69
Amna, Mustahik, Wawancara Pribadi, Tangerang, 17 Oktober 2016. 70
Jumanik, Mustahik, Wawancara Pribadi, Tangerang, 17 Oktober 2016. 71
Nilawati, Mustahik, Wawancara Pribadi, Tangerang, 21 Oktober 2016. 72
Zainab, Mustahik, Wawancara Pribadi, Tangerang, 23 Oktober 2016.
61
modal usaha, setelah mendapatkan pinjaman dana zakat usah Ibu Jamilah
berkembang sehingga pendapatannya meningkat menjadi Rp.1.500.000.73
Ibu Maisaroh, Jualan manisan, pendapat Ibu Maisaroh sebelum
mendapatkan pinjaman dana zakat Rp.1.000.000, dan setelah mendapat
pinjaman dana zakat dari LAZ al-Madinah Rp1.000.000, pendapatan Ibu
Maisaroh tidak memngalami peningkatan. Hal ini dikarenakan uasaha yang
dijalankan Ibu Maisaroh tidak berkembang.74
Ibu Hasanah, dagang es Buah, pendapatan Ibu Hasanh sebelum
mendapatkan pinjaman dana zakat sekitar Rp.1.000.000 dan setelah mendapat
pinjaman dana zakat dari LAZ al-Madinah Rp.1.000.000. Namu usaha yang
dijalankan Ibu Hasanah tidak mengalami perkembangan, sehingga
pendapatan Ibu Hasanah tidak mengalaami peningkatan. Hal ini dikarenakan
tidak adanya pendampingan dari LAZ al-Madinah padahal Ibu Hasanahsangat
mengharapakan adanya pembinaan dan pendampingan dari pihak LAZ al-
Madinah.75
Ibu Nurul, jualam pempek, pendapatan IbuNurul sebelum
mendapatkan pinjaman dana zakat kurang lebih Rp.30.000 per hari. Setelah
mendapatkan pinjaman dana zakat LAZ al-Madinah Rp.1.000.000,
pendapatan Ibu Nurul bertambah sekitar Rp.50.000 per hari.76
Ibu Hasibah, penjahit. Sebelum mendapat pinjaman dana zakat
penghasilan Ibu Hasibah sekitar Rp.900.000 per bulan, kemudian untuk
73
Jamilah, Mustahik, Wawancara Pribadi, Tangerang, 23 Oktober 2016. 74
Maisaroh, Mustahik, Wawancara Pribadi, Tangerang, 23 Oktober 2016. 75
Hasanah, Mustahik, Wawancara Pribadi, Tangerang, 27 Oktober 2016. 76
Nurul, Mustahik, Wawancara Pribadi, Tangerang, 27 Oktober 2016.
62
menambah modal Ibu Hasibah meminjam dana pada LAZ al-Madinah yang
dibelikannya bahan-bahan jahitan. Sekaran penghasilan Ibu Hasibah
meningakat berkisar Rp.1400.000 per bulan.77
Bapak Sofyan, berjualan minyak wangi, pendapatan sebelum mendapat
pinjaman dana zakat Rp.1.000.000, kemudian setelah mendapat tambahan
modal usaha dari pinjaman dana zakat LAZ al-Madinah Rp.1.000.000. bapak
sofyan menambah usahanya dengan menjual pulsa, sehingga penghasilan
bapak sofyan meningkat menjadi Rp.1.500.000.78
Dari data di atas, menunjukkan hampir semua kondisi mustahik
mendapat pinjaman dana zakat produktif dari LAZ al-Madinah , ada 11
mustahik yang membaik, dan hanya 4 yang ekonominya tetap. Jadi, distribusi
zakat yang diberikan LAZ al-Madinah Ciledug Tangerang Banten melalui
LAZ al-Madianah ciledug kepada 15 mustahik sebagai sampel penelitian ini
bisa dikatakan berperan dalam meningkatkan kesejahteraan mustahik.
Akan tetapi, dalam hal ini penulis mencoba memahami dan
menganalisa distribusi zakat LAZ al-Madinah Ciledug Tangerang Banten
melalui LAZ al-Madinah, antara lain:
a. Distribusi zakat yang diberikan oleh LAZ al-Madinah dapat
mempengaruhi mustahik walaupun kurang maksimal.
b. Bantuan zakat yang diberikan oleh LAZ al-Madinah tidak banyak
sehingga peluang maju untuk mustahik kurang maksimal.
77
Hasibah, Mustahik, Wawancara Pribadi, Tangerang, 28 Oktober 2016. 78
Sofyan, Mustahik, Wawancara Pribadi, Tangerang, 28 Oktober 2016.
63
c. Pencairan dana atas pengajuan dana mustahik berjalan lambat sehingga
membuat kekecewaan pada mustahik.
d. Tidak adanya pendampingan terhadap mustahik.
e. Kurang optimalnya upaya monitoring dari LAZ al-Madinah terhadap
mustahik yang menerima pinjaman dana zakat, karena masih ada mustahik
yang kondisi kesejahtaraannya tetap.
B. Kendala Yang Dihadapi Oleh LAZ al-Madinah
Dari data yang didapatkan oleh penulis, ada 2 kendala yang dihadapi
oleh LAZ al-Madinah di dalam mengelola dana umat, yaitu kendala yang
bersifat internal di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Belum tertatanya management lembaga dalam mengelola dana umat
dikarenakan masih baru dirintis, upaya yang harus ditempuh adalah
menjalankan kinerja lembaga sesuai dengan Standar Operasional yang
sudah ada.
2. Selain itu juga minimnya SDM, dengan minimnya SDM maka dana
yang dihimpun juga terbatas dan ini akan berakibat terbatasnya
penyaluran dana umat kepada mustahiq. Untuk itu perlu dilakukannya
evaluasi internal pada LAZ al-Madinah secara berkesinambungan,
untuk mengatassi kendala yang terjadi tersebut.79
Sama halnya dengan kendala internal yang telah diuraikan di atas,
terdapat empat kendala eksternal yang dirasakan LAZ al-Madinah dalam
79
Ade Wahyudi , Dev. Pembinaan Yatim, Wawancara Pribadi, Tangerang, 10 Oktober
2016
64
melakukan pengumpulan dana Zakat, Infaq, Shadaqah, serta dana sosial
lainnya sebagai berikut:
a. Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap LAZ al-Madinah
dikarenakan masih baru, upaya yang harus ditempuh untuk
meminimalkan hal ini adalah dengan benar-benar menyalurkan dana
umat sesuai dengan kemampuan lembaga.
b. Selain itu masih melekatnya budaya masyarakat, dalam hal ini sebagai
muzakki yang ingin membayar zakat secara langsung kepada mustahiq.
c. Kemudian masih dominannya perilaku masyarakat Muslim di Indonesia
yang mengutamakan kewajiban membayar pajak dibandingkan
kewajiban membayar zakat, sehingga pajak lebih menjadi prioritas, yang
menjadikan zakat sebagai beban ganda bagi masyarakat.
d. Kemudian juga belum adanya Peraturan Daerah (PERDA) atau
Undangundang yang kuat dan mengikat masyarakat untuk membayar
dana Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, Hibah, Kafarat serta dana sosial
lainnya.80
Untuk itu perlu dilakukanya evaluasi internal pada LAZ al-Madinah
secara berkesinambungan, untuk mengatasi kendala yang dihadapi
tersebut. Oleh karena itu, diharapkan LAZ al-Madinah mampu mengelola
dan mendayagunakan dana zakat dengan baik sehingga keprcayaan
masyarakat dapat terbangun untuk membayar zakatnya melalui LAZ atau
lembaga-lembaga zakat lainya.
80
Ade Wahyudi , Dev. Pembinaan Yatim, Wawancara Pribadi, Tangerang, 10 Oktober
2016
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan data yang didapat oleh penulis dan dari pembahasan
tersebut, sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu mengetahui peranan dari
LAZ al-Madinah Ciledug dalam meningkatkan kesejahteraan mustahik, serta
kendala yang dihadapi, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Analisis peran zakat LAZ al-Madinah Ciledug Tangerang Banten
dalam mensejahterakan mustahik sangatlah berperan yaitu distribusi
zakat yang diberikan oleh LAZ al-Madinah dapat mempengaruhi
mustahik walaupun kurang maksimal, bantuan zakat yang diberikan
oleh LAZ al-Madinah tidak banyak sehingga peluang maju untuk
mustahik kurang maksimal, pencairan dana atas pengajuan dana
mustahik berjalan lambat sehingga membuat kekecewawan kepada
mustahik, tidak adanya pendampingan terhadap mustahik, kurang
optimalnya upaya monitoring dari LAZ al-Madinah terhadap mustahik
yang menerima pinjaman dana zakat, karena masih ada mustahik yang
kondisi kesejahteraannya tetap.
2. Dari data yang didapatkan oleh penulis yang menjadi kendala internal
tersebut adalah belum tertatanya management dalam mengelola LAZ
al-Madinah dikarenakan masih relatif baru, kemudian belum adanya
Peraturan Daerah (PERDA) atau Undang-undang yang kuat dan
mengikat masyarakat untuk membayar dana Zakat, Infaq, Shadaqah,
66
Wakaf, Hibah, Kafarat serta dana sosial lainnya. Untuk itu perlu
dilakukannya evaluasi internal LAZ al-Madinah secara
berkesinambungan, untuk mengatasi kendala yang terjadi tersebut.
Sama halnya dengan kendala internal yang telah diuraikan di atas,
yang diperoleh dari hasil wawancara peneliti kepada pengelola LAZ al-
Madinah, terdapat tiga kendala eksternal yang dirasakan LAZ al-Madinah
dalam melakukan pengumpulan dana Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, Hibah,
Kafarat serta dana sosial lainnya adalah kurangnya kepercayaan masyarakat
terhadap LAZ al-Madinah dikarenakan masih baru, masih melekatnya budaya
masyarakat, dalam hal ini sebagai muzakki yang membayar zakat secara
langsung kepada mustahik, masih dominannya perilaku masyarakat Muslim
di Indonesia yang mengutamakan kewajiban membayar pajak dibandingkan
kewajiban membayar zakat, sehingga pajak lebih menjadi prioritas, yang
menjadikan zakat sebagai beban ganda bagi masyarakat.
B. Saran
Sebagai masukan dari peneliti sehubungan dengan peranan LAZ al-
Madinah Ciledug dalam meningkatkan kesejahteraan mustahiq yaitu:
1. LAZ al-Madinah hendaknya sesegera mungkin menata managementnya
supaya ke depannya kinerja di semua lini bisa lebih maju, dan mampu
mengelola dana zakat dengan baik untuk perbaikan kesejahteraan
masyarakat dan ekonomi umat, serta banyak orang yang merasakan
manfaat dari peranannya tersebut, dan LAZ al-Madinah harus lebih aktif
melakukan sosialisasi terhadap masyarakat mengenai pentingnya
67
keberadaan lembaga zakat ditengah masyarakat sehingga kepercayaan
masyarakat dapat terbangun kembali untuk mau membayar zakatnya
melalui BAZ/LAZ. Selain itu bagi pemerintah perlu adanya peraturan
daerah yang kuat dan mengikat sehingga masyarakat mau membayar
zakat.
2. Untuk Peneliti Selanjutnya Setelah adanya penelitian ini, hendaknya
peneliti selanjutnya lebih kritis untuk meneliti hal-hal yang baru, seperti
management keuangan, management strategi, serta aspek-aspek
management yang lain dari sebuah Lembaga Amil Zakat, atau bisa juga
meneliti tentang loyalitas muzakki dan sebagainya.
68
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2006, Cet. Ke-13.
Azhar, Basyir Ahmad, “Hukum Zakat”, (Yogyakarta: Lukman Offset, 1997), Cet.
Ke-1.
Ali, Muhammad Daud, Sistem Ekonomi Islam dan Wakaf, Jakarta: UI Pers , 1998,
Cet. Ke-1.
al-Ba’ly, Abdul al-Hamid Mahmud, “Ekonomi Zakat; sebuah Kajian Moneter dan
Keuangan Syariah”, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006.
Bariadi, Lili, dkk, “Zakat & Wirausaha”, Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005, Cet.
Ke-
Bakry, Nazar, “Problematikan Fiqh Islam”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1994, Cet. Ke-1.
Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, Cet. Ke-I, Edisi 4.
Dahlan, Abdul Aziz (et al.) “Zakat” Ensikopedi Hukum Islam”, Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Heove 1996, Cet. Ke-5.
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, al-Qur‟an dan
Terjemahannya, 2007.
Djazuli, “Fiqhh Siyasyah: Implementasi Kemaslahatan Ummat Dalam Rambu-
Rambu Syari‟ah”, Jakarta: Kencana, 2003, Cet. 3.
69
Fadhullah, Cholid, Mengenal Hukum Zakat dan Pengalamanya di DKI Jakarta,
Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 1993.
Fanani “Zakat Kajian Berbagai Mazhab”, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2000, Cet. Ke-1.
Hafidhuddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani,
2003), Cet. I.
Hafhifuddin, Didin (et al), “Problematika Zakat Kontemporer: artikulasi Proses
social Politik bangsa”, Jakarta: Forum Zakat, 2003, Cet. 1.
Hasan, M. Ali, “Masail Fiqhiyah: Zakat, Pajak, Asuransi & Lembaga
Keuangan”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, Cet. 4.
Husnan, Ahmad, Zakat Menurut Sunnah dan Zakat Model Baru”, Jakarta:
Pustaka al-Kautstar, 1996, Cet. Ke-1,
Hikmat, Kurnia, A. Hidayat, Panduan Pintar Zakat Harta Berkah, Pahala
Bertambah Plus Cara Tepat dan Mudah Menghitung Zakat.
Institut Manajemen Zakat, Modul pelatihan dan Manajemen zakat, Jakarta: IMZ,
2002.
Ismail al-Bukhari, Abi Abdullah Muhammad bin, Jus I (Beirut: t.th), h. 10.
J. Moleong, Lexy, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), Cet. 16.
Karim, Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: IIIT, 2003), Edisi Ke-II.
Muhdlor, Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi, “Kamus Kontemporer Arab-Indonesia”,
Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum, 1996, Cet. Ke-I.
70
Mufraini, M. Arif, “Akuntansi dan Manajemen Zakat”, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006, Cet. Ke-3.
N. Gross, W. S Mason, and A, W Mc Eachern. Exploritations In Role Analysis,
Dalam
David Berry , “Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi”, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Qardawi, Yusuf, “Fiqhus Zakat, Terj. Salman Harun, et.al., Hukum Zakat” Bogor:
Pustaka Lentera Antar Nusa, 2007, Cet. Ke-10.
Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,
1995), Jilid I.
Ridwan Mas’ud & Muhammad, Zakat dan Kemiskinan, Instrumen
Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Yogyakarta: UII Press, 2005).
Sarwono, Sarlito Wirawan, “Teori-Teori Psikologi Sosial”, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006, Cet. Ke-5.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar”, Jakarta: Rajawali Press, 1998,
Cet. Ke-42.
Sabiq, Sayyid, “Fiqhus Sunnah, Terj. Mahyuddin syaf, Fiqih Sunnah 3”,
Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1985, Cet. Ke-3.
Shihab, M. Quraisy, Membumikan Al-Qur‟an, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. Ke-
13.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Jakarta:
Balai Pustaka, 2002, h. 1279.
UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.\
71
Wawancara Pribadi dengan, Tarmili, Mustahik Tangerang, 10 Oktober 2016
Wawancara Pribadi dengan, Asmawati, Mustahik, Tangerang, 10 Oktober 2016
Wawancara Pribadi dengan, Ainun, Mustahik, Tangerang, 10 Oktober 2016.
Wawancara Pribadi dengan, Halimah, Mustahik, Tangerang, 15 Oktober 2016.
Wawancara Pribadi dengan, Usman, Mustahik, Tangerang, 115 Oktober 2016.
Wawancara Pribadi dengan, Amna, Mustahik, Tangerang, 17 Oktober 2016.
Wawancara Pribadi dengan Jumanik, Mustahik, Tangerang, 17 Oktober 2016.
Wawancara Pribadi dengan, Nilawati, Mustahik, Tangerang, 21 Oktober 2016.
Wawancara Pribadi dengan, Zainab, Mustahik, Tangerang, 23 Oktober 2016.
Wawancara Pribadi dengan, Jamilah, Mustahik, Tangerang, 23 Oktober 2016.
Wawancara Pribadi dengan, Maisaroh, Mustahik, Tangerang, 23 Oktober 2016.
Wawancara Pribadi dengan, Hasanah, Mustahik, Tangerang, 27 Oktober 2016.
Wawancara Pribadi dengan, Nurul, Mustahik, Tangerang, 27 Oktober 2016.
Wawancara Pribadi dengan, Hasibah, Mustahik, Tangerang, 28 Oktober 2016.
Wawancara Pribadi dengan, Sofyan, Mustahik, Tangerang, 28 Oktober 2016.
Wawancara Pribadi dengan, Ade Wahyudi , Dev. Pembinaan Yatim, Tangerang,
10 Oktober 2016
Wawancara Pribadi denga, Ade Wahyudi , Dev. Pembinaan Yatim, Tangerang, 10
Oktober 2016
Wawancara Pribadi dengan, Rudy Hartono. Tangerang, 02 November 2016.
Wawancara Pribadi dengan, Ade Wahyudi. Tangerang , 24 November 2016.
Wawancara Pribadi dengan, Rudi Hartono. Tangerang, 11 Oktober 2016.
Zuhaily, Wahbah, “al-Fiqh al-Islami wa „adilla, Terj”. Agus Efendi dan Bahrudin
lxxii
lxxiii
lxxiv
lxxv
lxxvi
lxxvii
lxxviii
lxxix
lxxx
lxxxi
lxxxii
lxxxiii
lxxxiv
lxxxv