76
PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD- DA’WATUL ISLAMI DALAM MEMBINA SIKAP KEAGAMAAN JAMAAH (Studi Kasus di Lingkungan Rt 13/12 Kelurahan Sahabat Kecamatan Cengkareng timur Jakarta Barat) DisusunOleh : Syahrul Mubarok 103011026655 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H

PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD-

DA’WATUL ISLAMI DALAM MEMBINA SIKAP

KEAGAMAAN JAMAAH

(Studi Kasus di Lingkungan Rt 13/12 Kelurahan Sahabat

Kecamatan Cengkareng timur Jakarta Barat)

DisusunOleh :

Syahrul Mubarok

103011026655

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1432 H

Page 2: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam
Page 3: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam
Page 4: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam
Page 5: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

iii

ABSTRAKSI

Syahrul Mubarok

Peranan Majelis Ta’lim Gabungan Kaum Ad-Da’watul Islami Dalam

Membina Sikap Keagamaan Jamaah

Dalam Penulisan skripsi ini penulis memilih judul “Peranan Majelis

Ta’lim Gabungan Kaum Ad-Da’watul Islami Dalam Membina Sikap Keagamaan

Jamaah” dikarenakan lembaga nonformal seperti majelis ta’lim diharapkan dapat

memberikan kontribusi berupa sarana pemberdayaan masyarakat untuk

menanamkan dan meningkatkan pengetahuan agama yang nantinya akan

membina sikap keagamaan pada pribadi mereka. Menurut pengamatan penulis,

majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami merupakan salah satu lembaga nonformal yang

dapat meningkatkan pendidikan agama Islam khusunya kaum ibu. Semenjak

didirikannya hingga kini telah banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat

sekitar bahkan lebih luas lagi.

Pendidikan Islam merupakan kebutuhan, karena sebagai makhluk

pedagogis manusia dilahirkan dengan membawa potensi dapat didik dan mendidik

sehingga mampu menjadi khalifah di bumi serta pendukung dan pemegang

kebudayaan

Secara strategis keberadaan majelis ta’lim sebagai salah satu sarana

dakwah dan tabligh yang Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan

dan peningkatan kualitas hidup umat Islam sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.

Jadi peranan secara fungsional majelis ta’lim adalah mengokokohkan landasan

hidup manusia khususnya di bidang mental dan spritual keagamaan. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendidikan agama Islam yang diterapkan

Peranan Majelis Ta’lim Gabungan Kaum Ibu (MTGKI) Ad-Da’watul Islami

Dalam Membina Sikap Keagamaan para Jamaah di Lingkungan RT 13/12

Kelurahan Sahabat Kecamatan Cengkareng Timur Jakarta Barat.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis,

yaitu memaparkan secara mendalam dengan apa adanya secara obyektif sesuai

dengan data yang dikumpulkan. Dalam pengolahan data, penulis mengambil pola

perhitungan statistik dalam bentuk prosentase, artinya setiap data dipresentasikan

setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam setiap jawaban.

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di lingkungan RT 13/12

kelurahan sahabat kecamatan cengkareng timur jakarta barat, melalui wawancara,

observasi dan penyebaran angket, dapat disimpulkan bahwa Peranan Majelis

Ta’lim Ad-Da’watul Islami dalam membina sikap keagamaan memberikan

implikasi yang baik kepada para jamaah. Hal tersebut disebabkan oleh dua faktor

yaitu pertama , majelis ta’lim gabungan kaum ibu Ad-Da’watul Islami

menekankan pengajiannya kepada aspek aqidah, ibadah dan akhlak. Kedua,

majelis ta’lim gabungan kaum ibu tidak hanya bergerak pada tatanan

penyampaian ilmu pengetahuan lebih luas lagi pada segi sosial kemasyarakatan

seperti santunan yatim piatu, menjenguk orang sakit, ta’ziyah serta banyak hal

lainnya.

Page 6: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, atas limpahan

nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “PERANAN MAJLIS TAKLIM GABUNGAN KAUM IBU AD-

DA’WATUL ISLAMI DALAM MEMBINA SIKAP KEAGAMAAN

JAMAAH”

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi besar

Muhammad saw yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan ke

zaman yang penuh dengan ilmu dan teknologi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan walaupun waktu, tenaga, dan

pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan penulis

miliki demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Terselesaikan skripsi ini tidak lepas dari partisipasi beberapa pihak

yang telah membantu, motivasi serta arahan dari berbagai pihak, sehingga

patut kiranya penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Drs,Sapiuddin Shidiq, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu

sabar dan teliti dalam mengoreksi dan membimbing penulis dalam

membuat skripsi ini.

4. Pimpinan dan seluruh Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada

umumnya dan Jurusan Pendidikan Agama Islam khususnya yang telah

memberikan kontribusi pemikiran melalui pengajaran dan diskusi yang

berkaitan dengan skripsi ini.

Page 7: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

v

6. Ibu Hj Hasanah Nur, selaku pimpinan Majlis Taklim Gabungan Kaum Ibu

Ad-Da’watul Islami , serta seluruh pengurus dan jamaah

7. Terkhusus buat Ayahanda Bpk Asmat dan Ibunda Mudriah yang tercinta

yang telah merawat, membesarkan, mendidik, dan mencurahkan kasih

sayang serta tak bosan-bosannya memberikan bantuan secara moril,

materil, semangat dan do’a buat penulis.

8. Buat kakakku yang tercinta Siti Masropah S.Sos.I serta adik-adikku

tersayang Kaffi, Nida Kamalia, Ibnu Abbas.

9. Terkhusus buat sahabatku Ade Irma Gunawan, S.Pd.I dan Syamsul Fuad,

S.Pd.I

10. Untuk kekasihku Echa Rianti, S.Pd.I, yang selalu mendampingi dan

mengarahkanku

11. Seluruh teman-teman Mahasiswa/i Angkatan 2003 Khususnya PAI kelas

A yang selalu bercanda tawa dan telah memberi warna warni kehidupan

penulis, khususnya Mahbub, Ahmad Furqon, Ki Agus Siswandi. Dan juga

kepada teman-temanku yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,

sekali lagi terima kasih.

Penulis berharap dan berdo’a kepada Allah SWT, agar seluruh

pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis, akan mendapatkan balasan

yang setimpal disisinya, Jazakumullah Khairan Katsira.

Jakarta, Februari 2011

Penulis,

Syahrul Mubarok

Page 8: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

v

i

ii

iii

iv

v

vii

1

5

5

6

6

7

8

9

10

11

15

16

17

18

25

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................

ABSTRAK ...............................................................................................................

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

DAFTAR TABEL ....................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................

B. Identifikasi Masalah ................................................................................

C. Pembatasan Masalah ...............................................................................

D. Perumusan Masalah ................................................................................

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ...................................................

BAB II : KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Peranan Majelis Ta’lim

1. Pengertian Peranan ............................................................................

2. Pengertian Majelis Ta’lim .................................................................

3. Tujuan Majelis Ta’lim .......................................................................

4. Peranan Majelis Ta’lim .....................................................................

5. Materi dan Metode yang Diterapkan di Majelis Ta’lim ....................

B. Membina Sikap Keagamaan

1. Pengertian Membina .........................................................................

2. Pengertian Sikap Keagamaan ............................................................

3. Aspek-Aspek Sikap ...........................................................................

4. Ciri-Ciri Sikap Keagamaan ...............................................................

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Keagamaan ....................

C. Kerangka Berfikir

Page 9: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

vi

30

30

31

32

33

34

37

39

39

40

40

42

57

60

61

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ................................................

B. Metode Penelitian ...................................................................................

C. Populasi dan Sampel ...............................................................................

D. Instrumen Penelitian ................................................................................

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................

BAB IV : HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Majelis Ta’lim Ad-Da’watul Islami ...................

2. Kondisi Tenaga Pengajar .................................................................

3. Sarana dan Prasarana .........................................................................

4. Materi dan Metode ............................................................................

5. Struktur Organisasi dan Pengelolaan Majelis Ta’lim Ad-Da’watul

Islami .................................................................................................

B. Deskripsi Data .........................................................................................

C. Interpretasi Data ......................................................................................

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................

B. Saran ........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk yang sebaik-

baiknya, bahkan merupakan makhluk yang paling mulia jika dibandingkan

dengan makhluk-makhluk lainnya, oleh karena ia dibekali akal pikiran.

manusia yang merasa dirinya memiliki akal, tentunya berusaha untuk melihat

hakikat dirinya serta asal kejadiannya, sehingga hal tersebut dapat

menumbuhkan keyakinan dan melahirkan dorongan untuk mengabdikan diri

sepenuhnya hanya untuk menyembah sang Kholiq, yaitu Allah SWT.

Sebagai makhluk hidup, manusia tumbuh dan secara evolusi baik

selama kandungan maupun setelah lahir hingga menjadi dewasa dan mencapai

usia lanjut. Dengan demikian manusia dalam proses kejadiannya termasuk

makhluk tanpa daya dan eksploratif. Maksudnya manusia tidak mungkin dapat

bertumbuh dan berkembang sendiri (tanpa daya) hingga memerlukan bantuan.

Islam sebagai agama yang menjadi pedoman hidup bagi manusia

mencakup seluruh kehidupan manusia. Di samping sebagai way of life

(pedoman hidup), Islam menurut para pemeluknya juga sebagai ajaran yang

harus didakwahkan dan memberikan pemahaman berbagai ajaran yang

terkandung di dalamnya. Sarana yang dapat dilakukan dalam

mentransformasikan nilai-nilai agama tersebut antara lain melalui majelis

ta’lim yang berfungsi memberikan pemahaman tentang nilai-nilai ajaran Islam

Page 11: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

2

Artinya

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari

yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S Ali Imron

Ayat 104)1

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa ada tanggung jawab yang harus

dilakukan oleh seorang muslim kepada muslim lainnya yakni mengajak

kepada yang ma’ruf (segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah

SWT, dan mencegah kepada yang munkar (segala perbuatan yang menjauhkan

diri kepada Allah SWT).

Majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan non formal Islam yang

memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan

diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk membina dan

mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan

Allah SWT. Antara manusia sesamanya, dan antara manusia dan

lingkungannya; dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada

Allah SWT.”2

Majelis ta’lim adalah wadah pembentuk jiwa dan kepribadian yang

agamis yang berfungsi sebagai stabilisator dalam seluruh gerak aktivitas

kehidupan umat Islam Indonesia, maka sudah selayaknya kegiatan-kegiatan

yang bernuansa Islami mendapat perhatian dan dukungan dari masyarakat,

sehingga tercipta insan-insan yang memiliki keseimbangan antara potensi

intelektual dan mental spiritual dalam upaya menghadapi perubahan zaman

yang semakin maju.

Perkembangan majelis ta’lim pertama-tama bersumber dari swakarsa

dan swapercaya masyarakat berkat motivasi agamanya kemudian berkembang

1Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Surabaya: Al-Hidayah, 1998), h.

93 2 Nurul Huda, Pedoman Majelis Taklim, (Jakarta: KODI DKI Jakarta, 1990) , Cet. II, h.5

Page 12: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

3

sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan zaman. Majelis ta’lim juga telah banyak

memberikan pengetahuan di berbagai lapangan kehidupan seperti:

1. Lapangan hidup keagamaan: agar perkembangan pribadi manusia

sesuai dengan norma-norma ajaran Islam.

2. Lapangan hidup kemasyarakatan, agar terbina masyarakat yang adil

dan makmur di bawah ridha dan ampunan Allah swt.

3. Lapangan hidup ilmu pengetahuan; agar berkembang menjadi alat

untuk mencapai kesejahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan

oleh iman.

4. Lapangan hidup berkeluarga; agar berkembang menjadi keluarga yang

sakinah.3

Majelis ta’lim merupakan salah satu wahana atau sarana dalam rangka

transfer nilai-nilai agama. Oleh karena itu, sebagai salah satu wahana, semua

kegiatan majelis ta’lim hendaknya merupakan proses pendidikan yang

mengarah pada internalisasi nilai-nilai agama tersebut. Artinya, jamaah

majelis ta’lim diharapkan mampu merefleksikan tatanan normatif yang

mereka pelajari dalam realitas kehidupan sehari-hari.

Secara strategis majelis ta’lim menjadi sarana dakwah dan tabligh

yang Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan

kualitas hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran Islam. Disamping itu guna

menyadarkan umat Islam dalam rangka menghayati dan mengamalkan ajaran

agamanya yang kontekstual kepada lingkungan hidup sosial budaya dan alam

sekitar mereka, sehingga dapat menjadikan umat Islam sebagai Ummatan

Washatan yang meneladani kelompok umat lain.

Jadi peranan secara fungsional majelis ta’lim adalah mengokohkan

landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya di bidang mental spiritual

keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara

integral, lahiriah dan batiniahnya, duniawiah dan ukhrawiah secara

bersamaan, sesuai tuntutan ajaran agama Islam yaitu Iman dan Takwa yang

3 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 9.

Page 13: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

4

melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya, fungsi

demikian sesuai dengan pembangunan nasional kita.4

Pada umumnya pendidikan adalah tugas dan tanggung jawab bersama

yang dilaksanakan secara sadar baik dari pihak pendidik maupun pihak

terdidik. Kesadaran dalam melaksanakan pendidikan adalah dimaksudkan

untuk mencapai kedewasaan dan kematangan berfikir yang dapat diusahakan

melalui beberapa proses pendidikan, yaitu proses pendidikan formal, informal

dan nonformal.

Pendidikan agama merupakan usaha sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama

Islam dari sumber utamanya yakni kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadist, melaui

kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman,

dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut beragama dalam masyarakat

sehingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Gambaran manusia yang diharapkan melalui proses pendidikan adalah

seorang muslim yang beriman kepada Allah SWT, bertakwa, berakhlak mulia

serta menguasai ilmu untuk dunia dan akhirat serta memikul tanggung jawab

dan amanat yang dibebankan kepadanya sesuai dengan kemampuan masing-

masing.

Keberhasilan seseorang dalam menyiarkan ajaran Islam sangat

tergantung kepada metode (manhaj) yang digunakan sebagai media dakwah.

Media dakwah dapat berupa pendidikan formal, non formal, informal maupun

forum-forum incidental seperti tabligh akbar, ceramah-ceramah agama

khususnya yang berkaitan dengan sosio-kultural masyarakat.

Oleh sebab itu, lembaga non formal seperti majelis ta’lim diharapkan

dapat memberikan kontribusi berupa sarana pemberdayaan masyarakat untuk

menanamkan dan meningkatkan pengetahuan agama yang nantinya dapat

membentuk sikap keagamaan pada pribadi mereka.

4 H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi

Aksara, 1995). Cet. I, h. 120.

Page 14: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

5

Menurut pengamatan penulis, majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami

merupakan salah satu lembaga non formal yang dalam rangka meningkatkan

pedidikan agama Islam khususnya bagi kaum ibu. Semenjak didirikanya

hingga kini telah banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar

bahkan lebih luas lagi.

Sesuai dengan latar belakang di atas maka penulis bermaksud untuk

mengadakan penelitian dengan judul “PERANAN MAJELIS TA’LIM

GABUNGAN KAUM IBU (MTGKI) AD-DA’WATUL ISLAMI DALAM

MEMBINA SIKAP KEAGAMAAN JAMAAH ”. (Studi kasus di lingkungan

RT 12/13 Kelurahan Sahabat kecamatan Cengkareng Timur Jakarta Barat).

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

identifikasi masalah yang dapat dirumuskan penulis antara lain :

a. Majelis ta’lim merupakan salah satu wahana atau sarana dalam rangka

transfer nilai-nilai agama

b. Peranan majelis ta’lim dalam membina sikap keagamaan jamaah

c. metode yang dikembangkan oleh para pengurus di majelis ta’lim Ad-

Da’watul Islami

d. Fungsi dan Manfaat yang dirasakan oleh jamaah dan masyarakat

sekitarnya.

e. Pemahaman dan pengalaman peserta majelis ta’lim dalam memahami dan

mengamalkan nilai-nilai keagamaan tersebut.

C. Pembatasan Masalah

Agar dalam penulisan skripsi ini tidak melebar terlalu luas yang

nantinya akan sulit menemukan permasalahan yang dituju, maka masalah

penelitian ini dibatasi, yakni:

1. Majelis ta’lim yang dimaksud adalah kegiatan atau aktifitas yang

dilakukan di majelis ta’lim Gabungan Kaum Ibu (MTGKI) Ad Da’watul

Islami Cengkareng Timur, Jakarta Barat.

Page 15: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

6

2. Sikap keagamaan yang dimaksud adalah pelaksanaan nilai-nilai ibadah

serta sikap sosial yang dilakukan jama’ah dalam kehidupan sehari-hari

setelah mereka mendapatkan pendidikan agama Islam yang diperolehnya.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan

penelitian ini dapat dirumuskan yakni:" Bagaiman peranan majelis ta’lim

Gabungan Kaum Ibu (MTGKI) Ad Da'watul Islami dalam membina sikap

keagamaan para jamaahnya di lingkungan RT 12/13 Kelurahan Sahabat

kecamatan Cengkareng Timur Jakarta Barat.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui bagaimana peranan majelis ta’lim

Islam Ad-Da’watul Islami dalam membina sikap

keagamaan jama’ah.

Kegunaan Penelitian:

1. Berguna bagi penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah sebagai tugas

akhir perkuliahan.

2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan serta

informasi agar lebih memperhatikan lagi kualitas serta kuantitas

peranan di MTGKI Ad-Da’watul Islami.

3. Dengan data ini diharapkan akan menjadi bahan informasi pula bagi

semuanya untuk dapat meningkatkan pengajaran pendidikan agama

Islam bagi lembag formal maupun non formal.

Page 16: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

7

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Peranan dan Majelis Ta’lim

1. Peranan

Peranan berasal dari kata peran yang mempunyai arti: seperangkat

tingkat yang diharapkan dapat dimiliki oleh orang yang berkedudukan di

masyarakat. Sumber lain mengartikan kata peran sebagai karakter yang

dimainkan oleh objek.1

Setelah mendapat akhiran an kata peran memiliki arti yang berbeda

diantaranya sebagai berikut:

a. Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.

b. Peranan adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh indifidu atau suatu

lembaga.

c. Peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu

peristiwa.2

Dari pengertia-pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

peranan adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan baik oleh pribadi

1 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985),

h. 33. 2 Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Difa

Publiser), h. 641.

Page 17: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

8

maupun institusi. Kewajiban yang dilaksanakan dimaksudkan untuk mencapai

maksud dan tujuan.

2. Pengertian Majelis Ta’lim

Majelis ta’lim menurut bahasa terdiri dari dua kata yaitu “majelis” dan

“ta’lim”, yang keduanya berasal dari bahasa Arab. Kata majelis ta’lim adalah

bentuk isim makna dari akar kata “” Yang berarti “tempat duduk, tempat

sidang atau dewan”.3

Tuti Alawiyah As dalam bukunya “strategi Dakwah di Lingkungan

Majelis Ta’lim”, mengatakan bahwa salah satu arti dari majelis adalah

“pertemuan atau perkumpulan orang banyak” sedangkan ta’lim berarti

“pengajaran atau pengajian agama Islam”.4

Kini apabila kedua istilah tersebut disatukan maka yang akan muncul

kemudian gambaran sebuah suasana dimana para muslimin berkumpul untuk

melakukan kegiatan yang tidak hanya terikat pada makna pengajian belaka

melainkan kegiatan yang dapat menggali potensi dan bakat serta menambah

pengetahuan dan wawasan para jama’ahnya.

Musyawarah majelis ta’lim se DKI Jakarta yang berlangsung tanggal

9-10 Juli 1980 memberikan batasan (ta’rif) majelis ta’lim.

“Yaitu lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki

kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan

diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk membina

dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia

dengan Allah swt. Antara manusia sesamanya, dan antara mansuia dan

lingkungannya; dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa

kepada Allah SWT.”5

3 Ahmad Waeson Munawir, Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Pustaka Progressif,

1997), Cet. 14, h. 202 4 Tuti Alawiyah As, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim (Bandung: MIZAN,

1997), h.5 5 Nurul Huda, Pedoman Majelis Taklim, (Jakarta: KODI DKI Jakarta, 1990), Cet. II, h. 5

Page 18: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

9

Dari beberapa definisi tersebut maka majelis ta’lim dapatlah ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Majelis ta’lim adalah tempat berlangsungnya kegiatan pengajian atau

pengajaran agama Islam. Waktunya berkala tetapi teratur tidak tiap

hari atau tidak seperti sekolah.

2. Majelis ta’lim merupakan lembaga pendidikan Islam non formal yang

pengikutnya disebut jama’ah bukan pelajar atau murid. Hal ini

didasarkan karena kehadiran di majelis ta’lim tidak merupakan suatu

kewajiban sebagaimana dengan kewajiban murid di sekolah.

Sedangkan pengertian majelis ta’lim menurut penulis dalam skripsi ini

adalah suatu wadah berkumpulnya orang muslim guna menuntut ilmu

agama Ialam, yang disertakan kegiatan yang dapat menggali potensi dan

mengembangkan bakat serta menambah pengetahuan dan wawasan para

jamaahnya.

3. Tujuan Majelis Ta’lim

Mengenai hal yang menjadi tujuan majelis ta’lim, mungkin rumusnya

bermacam-macam. Tuti Alawiyah merumuskan bahwa tujuan majelis ta’lim

dari segi fungsi, yaitu:

1. Berfungsi sebagai tempat belajar, maka tujuan majelis ta’lim adalah

menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong

pengalaman ajaran agama.

2. Berfungsi sebagai tempat kontak sosial , maka tujuannya adalah

silaturahmi.

Page 19: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

10

3. Berfungsi mewujudkan minat sosial, maka tujuannya adalah

meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan

lingkungan jamaahnya.6

Secara sederhana tujuan majelis ta’lim dari apa yang diungkapkan di

atas adalah tempat berkumpulnya manusia yang didalamnya membahas

pengetahuan agama serta terwujudnya ikatan silaturahmi guna meningkatkan

kesadaran jamaah atau masyarakat sekitar tentang pentingnya peranan agama

dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan di dalam ensiklopedia Islam, diungkapkan bahwa tujuan

majelis ta’lim adalah:

a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran beragama di kalangan

masyarakat khususnya bagi jamaah.

b. Meningkatkan amal ibadah masyarakat.

c. Mempererat silaturahmi antar jamaah.

d. Membina kader di kalangan umat Islam.7

4. Peranan Majelis Ta’lim

Majelis Ta’lim merupakan lembaga pendidikan tertua dalam Islam.

Walaupun tidak disebut majelia ta’lim, namun pengajian Nabi Muhammad

saw. Yang berlangsung secara sembunyi di rumah sahabat Arqam bin Abil

Arqam r.a. di zaman makkah, dapat dianggap sebagai majelis ta’lim menurut

pengertian sekarang. Setelah adanya perintah Allah swt. Untuk menyiarkan

Islam secara terang-terangan, pengajian seperti itu segera berkembang di

tempat-tempat lain yang diselenggarakan secara terbuka.

Majelis ta’lim adalah lembaga Islam non formal. Dengan demikian

majelis ta’lim bukan lembaga pendidikan Islam formal seperti madrasah atau

perguruan tinggi. Majelis ta’lim bukanlah merupakan wadah organisasi

masyarakat yang berbasis politik. Namun, majelis ta’lim mempunyai peranan

6 Tuti Alawiyah As, Strategi Dakwah..., h. 78

7 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, (ed), Majelis, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar

Baru Van Haefe, 1994), h.122

Page 20: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

11

yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Peranan majelis ta’lim

sebagai berikut:

a. Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan

beragama dalam rangka membentuk mayarakat yang bertaqwa kepada

Allah SWT.

b. Taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya bersifat santai.

c. Wadah silatuhrahmi yang menghidup suburkan syiar Islam.

d. Media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan

umat dan bangsa.8

Secara strategi majelis ta’lim menjadi sarana dakwah dan tabligh yang

Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatkan

kualitas hidup umat Islam sesuai tuntunan ajaran Islam. Disamping itu guna

menyadarkan umat Islam dalam rangka menghayati dan mengamalkan ajaran

agamanya yang kontekstual kepada lingkungan hidup sosial budaya dan alam

sekitar mereka, sehingga dapat menjadikan umat Islam sebagai Ummatan

Washatan yang meneladani kelompok umat lain. Untuk tujuan itu, maka

pemimpinnya harus berperan sebagai petunjuk jalan kea rah kecerahan sikap

hidup Islami yang membawa kesehatan mental rohaniah dan kesadaran

fingsipnal selaku khalifah di buminya sendiri. Dalam kaitannya dengan hal ini,

M. Arifin mengatakan:

Jadi peranan secara fungsional majelis ta’lim adalah mengkokohkan

landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya di bidang mental

spritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas

hidupnya secara integral, lahiriah dan batiniahnya, duniawi dan

ukhrawiah secara bersamaan, seseuai tntutan ajaran agama Islam yaitu

iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala

bidang kegiatannya, fungsi sesuai dengan pembangunan nasional kita.9

5. Materi dan Metode Yang Dikaji Majelis Ta’lim

1). Materi

8 Dewan Redaksi, Majelis …, h. 120

9 H.M.Arifin, Kapita Selekta..., h. 120

Page 21: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

12

Materi atau bahan ialah apa yang hendak diajarkan dalam majelis

ta’lim. Dengan sendirinya materi itu adalah ajaran Islam dengan segala

keluasannya. Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi segala

aspek kehidupan, maka pengajaran Islam berarti pengajaran tentang tata hidup

yang berisi pedoman pokok yang digunakan oleh manusia dalam menjalani

kehidupannya di dunia dan untuk menyiapkan hidup yang sejahtera di akhirat

nanti. Dengan demikian materi pelajaran agama Islam luas sekali meliputi

segala aspek kehidupan.

Dewasa ini, sekedar untuk memudahkan sering dilakukan pembagian

antara ilmu agama arti khusus dan ilmu umum yang dipandang dari segi

agama dengan demikian, maka secara garis besarnya, ada dua kelompok

pelajaran dalam majelis ta’lim, yakni kelompok pengetahuan agama dan

kelompok pengetahuan umum.

a. Kelompok pengetahuan agama

Bidang pengajaran yang termasuk kelompok ini antara lain adalah

Tauhid, Fiqh, Tafsir,Hadits, Akhlaq, Tarikh, dan Bahasa Arab.

b. Kelompok pengetahuan umum

Karena banyaknya pengetahuan umum, maka tema-tema atau maudlu’

yang disampaikan hendaknya hal-hal yang langsung ada kaitannya dengan

kehidupan masyarakat. Kesemuanya itu dikaitkan dengan agama, artinya

dalam menyampaikan uraian-uraian tersebut hendaklah jangan dilupakan

dalil-dalil agama baik berupa ayat-ayat al-Qur’an atau hadits-hadits atau

contoh-contoh dari kehidupan Rasullah saw.10

Menurut Tuti Alawiyah bahwa kategori pengajian itu diklasifikasikan

menjadi 5 bagian:

a) Majelis ta’lim tidak mengajarkan secara rutin tetapi hanya sebagai

tempat berkumpul, membaca shalawat, membaca surat yasin atau

10

Nurul Huda, Pedoman…, h. 5.

Page 22: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

13

b) Membaca shalawat nabi dan sebulan sekali pengurus majelis ta’lim

mengundang seorang guru untuk berceramah itulah merupakan isi

taklim.

c) Majelis ta’lim mengajarkan pengetahuan dan keterampilan dasar ajaran

agama seperti belajar mengaji al-Qur’an atau penerangan fiqh.

d) Majelis ta’lim mengajarkan pengetahuan agama tentang fiqh, tauhid

atau akhlak yang diajarkan dalam-dalam pidato-pidato mubaliq yang

kadang-kadang dilengkapi tanya jawab.

e) Majelis ta’lim seperti butir ke-3 dengan mengunakan kitab sebagi

pegangan, ditambah dengan pidato atau ceramah.

f) Majelis ta’lim dengan pidato-pidato dan dengan pelajaran pokok yang

diberikan teks tertulis. Materi pelajaran disesuaikan dengan situasi

hangat berdasarkan ajaran Islam.11

Penambahan dan pengembangan materi dapat saja terjadi di majelis

ta’lim, melihat semakin majunya zaman dan semakin kompleks permasalahan

yang perlu penanganan yang tepat. Wujud program yang tepat dan aktual

sesuai dengan kebutuhan jama’ah itu sendiri merupakan suatu langkah yang

baik agar majelis ta’lim tidak terkesan kolot dan terbelakang. Karena majelis

ta’lim merupakan salah satu struktur kegiatan dakwah yang berperan penting

dalam mencerdaskan umat, maka selain pelaksanaannya harus sesuai teratur

dan periodik juga harus mampu membawa jama’ah kearah yang lebih baik.

2). Metode

Metode adalah cara, dalam hal ini caara menyajikan bahwa pengajaran

dalam majelis ta’lim untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.makin baik

motode yang dipilih makin efektif pencapaian tujuan.

Metode mengajar banyak sekali macamnya. Namun bagi majelis ta’lim

tidak semua metode itu dapat dipakai. Ada metode mengajar di kelas yang

tidak dapat dipakai dalam majelis ta’lim. Hal ini disebabkan karena perbedaan

kondisi dan situasi antara sekolah dengan majelis ta’lim.

11

Tuty Alawiyah, Strategi Dakwah..., h. 79

Page 23: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

14

Ada beberapa metode yang di gunakan di majelis ta’lim, diantaranya :

a. Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode halaqah.

Dalam hal ini pengajar atau ustadzah atau kiayi memberikan

pelajaran biasanya dengan memegang suatu kitab tertentu. Peserta

mendengarkan keterangan pengajar sambil menyimak kitab yang

sama atau melihat ke papan tulis dimana menuliskan apa-apa yang

hendak diterangkan.

b. Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode mudzakarah.

Metode ini dilaksanakan dengan cara tukar menukar pendapat atau

diskusi mengenai suatu masalah yang disepakati untuk dibahas.

c. Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode ceramah.

Metode ini dilksanakan dengan dua cara. Pertama, ceramah umum,

dimana pengajar atau ustadzah atau kiayi bertindak aktif dengan

memberikan pelajaran atau ceramah, sedangkan peserta pasif, yaitu

tinggal mendengar atau menerima materi yang diceramahkan.

Kedua. Ceramah terbatas, dimana biasanya terdapat kesempatan

untuk bertanya jawab. Jadi baik pengajar atau ustadzah atau kiayi

maupun peserta atau jamaah sama-sama aktif.

d. Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode campuran.

Artinya satu majelis ta’lim menyelenggarakan kegiatan pendidikan

atau pengajian tidak dengan satu maacam metode saja, melainkan

dengan berbagai metode secara berselang-seling.12

Barangkali dalam majelis ta’lim dewasa ini (Majelis ta’lim umum)

metode ceramah telah sangat membudaya, seolah-olah hanya metode ini saja

yang dapat dipakai dalam majelis ta’lim. Dalam rangka pengembangan dan

peningkatan mutu majelis ta’lim ada baiknya metode yang lain mulai dipakai.

12

Nurul Huda, Pedoman…, h. 29

Page 24: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

15

B. Membina Sikap Keagamaan

1. Pengertian Membina

Menurut kamus bahasa Indonesia Membina adalah membangun,

mendirikan atau mengusahakan supaya lebih baik atau lebih maju (maju,

sempurna).13

2. Pengertian Sikap Keagamaan

Sebelum sampai pada pengertian sikap keagamaan terlebih dahulu ada

baiknya penulis akan menguraikan tentang pengertian sikap dan pengertian

agama yang merupakan kata dasar dari keagamaan.

Menurut bahasa (etimologi), sikap adalah “Perbuatan dan sebagainya

yang berdasarkan pada pendirian, pendapat atau keyakinan”.14

Sikap atau

dalam bahasa Inggris disebut attitude menurut Ngalim purwanto adalah

“Perbuatan atau tingkah laku sebagai respon atau reaksi terhadap suatu

rangsangan atau stimulus”.15

G.W.Allport (1953) mengemukakan bahwa “sikap adalah keadaan

mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang

memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada

semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya”.16

Jadi, sikap merupakan kesiapan merespon yang sifatnya positif atau

negatif terhadap obyek atau situasi secara konsisten. Apabila individu memiliki

sikap yang positif terhadap obyek ia akan siap membantu, memperhatikan,

berbuat sesuatu yang menguntungkan obyek itu. Sebaliknya bila ia memiliki

sikap yang negatif terhadap suatu obyek, maka ia akan mengecam, mencela,

menyerang bahkan membinasakan obyek itu.

13

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2002), Edisis III, 152. 14

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), Cet.

I, h. 499 15

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), Cet. 10, h.

141 16

Michael Adryanto, Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1994), Cet. III, h. 137.

Page 25: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

16

Dari uraian di atas jelaslah bahwa sikap merupakan kesediaan

bertindak atau bertingkah laku seseorang individu yang berdasarkan pendirian

dan pendapat terhadap suatu hal atau objek tertentu . tidak ada satu sikappun

yang tanpa objek. Misalnya: sikap seseorang muslim terhadap gading babi

yang dianggapnya sebagai makanan yang haram dan kotor. Dengan demikian

sikap adalah konsep yang membantu kita untuk memahami tingkah laku.

Sejumlah perbedaan perbedaan tingkah laku dapat merupakan pencerminan

atau manifestasi dari sikap yang sama.

A. Aspek-aspek sikap

Bila kita membicarkan tentang sikap keagamaan seseorang berarti kita

secara langsung membicarakan pengalaman ajaaran agamanya, karena ajaran

agaama seseorang merupakan perwujudan dari sikap keagamaannya.

Sikap merupakan predisposisi unutk bertindak senang atau tidak terhadap

objek tertentu yang mencakup komponen kognisi, afektif, dan konasi yang

merupakan evaluasi yang bersifat personal, yang membentuk kecenderungan

untuk bertindak.17

Jika keagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang

mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap

agama. Merunjuk kepada rumusan di atas terlihat bahwa ada tiga aspek sikap

keagamaan, yaitu:

1. Aspek kognisi, adalah segala hal yang berhubungan dengan intelek jiwa

manusia, dimana akal pikiran merupakan potensi manusia yang dapat

dikembangkan untuk mendorong melakukan perbuatan yang baik dan

menghindarkan perbuatan yang buruk. Dengan adanya manusia berfikir

dan memahami perbuatan-perbuatan maka manusia membutuhkan

pegangan hidup yang disebut agama, sehingga dalam jiwa manusia

mengakui adanya zat yang maha kuasa tempat berlindung dan memohon

pertolongan.

17

Jujun Suniassumantri, Hindarkan Indoktrinasi, (Jakarta: Panjimas, 1989), cet. I.

Page 26: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

17

2. Aspek afektif, adalah segala hal yang berhubungan dengan gejala perasaan

(emosional) seperti senang, tidak senang, setuju tidak setuju . bila

seseorang percaya bahwa agama itu adalah suatu yang baik dan benar

maka akan timbul perasaan suka terhadap agama sehingga menimbulkan

sikap batin yang seimbang dalam menghayati kebenaran ajaran agama.

3. Aspek konasi, adalah segala hal yang berhubungan dengan prilaku

keagamaan. Aspek ini berfungsi untuk mendorong timbulnya perasaan

doktrin suatu ajaran agama untuk mengamalkan ajaran agama dengan

penuh keikhlaasan dalam hidupnya.

Dengan demikian ketiga aspek ini saling berkaitan antara satu dengan

yang lainnya dalam pelaksanaan pengalaman ajaran agama. Aspek kognisi

berperan menentukan benar atau tidaknya ajaran berdasarkan pertimbangan

intelektual seseorang, aspek afektif berperan menimbulkan sikap batin yang

seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama sedangkan aspek

konasi berperan menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan yang

benar.

B. Ciri-Ciri Sikap Keagamaan

Membicarakan sikap keagamaan tidak terlepas dari ciri-ciri sikap

keagamaan. Hal ini dapat di lihat dari berbagai dimensi keberagamaan seseorang

menurut GLOCK & STARK, sebagaimana dikutip oleh Djamaludin Ancok di

mensi keagamaan yaitu:

1. Dimensi Keyakinan (Ideologis)

2. Dimensi Peribadatan (Praktek agama)

3. Dimensi Penghayatan (Eksperiensial)

4. Dimensi Pengetahuan

5. Dimensi Pengamalan (Konsekuensial)18

18

Jamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam Atas

Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Cet. I, h. 77.

Page 27: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

18

Pertama,dimensi keyakinan, dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan

dimana seorang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan

mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut.

Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan di mana para

penganutnya diharapkan akan taat, seperti dalam ajaran Islam dikenal dengan

enam pokok keimanan atau arkanul iman. Kepercayaan tersebut adalah : iman

kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab –kitab, iman kepada

Rasul, iman kepada hari akhir dan iman kepada Qodho dan Qadar.

Kedua, dimensi peribadatan atau praktek agama. Dimensi ini mencakup

perilaku pemujaan, ketaatan dan perilaku yang dilakukan orang untuk

menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya.

Dalam agama Islam, umatnya diwajibkan untuk mengamalkan ajaran-

ajaran agamanya, seperti melakukan sholat, puasa, zakat, haji dan ibadah-ibadah

lainya yang diperintahkan oleh Allah SWT.

Ketiga, dimensi penghayatan yang berisikan dan berintikan fakta bahwa

semua agama ini mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, walaupun

tidak tepat jika dikaatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada

suatu waktu akan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai

kenyataan terakhir, yaitu bahwa dia akan mencapai suatu keadaan kontak

dengan perantara supernatural.

Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, persepsi-persepsi,

perasaan-perasaan dan dimensi-dimensi yang dialami seorang pelaku atau suatu

kelompok keagamaan yang melihat komunikasi dengan suatu esensi ketuhanan,

yaitu dengan Tuhan.

Keempat, dimensi pengetahuan agama, dimensi ini mengacu kepada

bahwa harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki

minimal pengetahuan tentang agama, yaitu pengetahuan mengenai dasar-dasar

keyakinan (keimanan), ibadah-ibadah yang diwajibkan oleh agama, kitab

sucinya dan tradisi-tradisi yang ada dalam agamanya.

Page 28: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

19

Antara dimensi pengetahuan dan keyakinan mempunyai kaitan satu

sama lainnya, karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi

penerimanya.

Kelima, dimensi konsekuensi. Dimensi konsekuensi ini mengacu kepada

identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, pengamalan ajaran-ajaran

agama, pengalaman keagamaan, dan pengetahuan agama, berarti ia mempunyai

sikap keagamaan.

Mencerminkan sikap keagamaan seorang muslim dalam hal ini dasar-

dasar ajaran Islam yang meliputi aqidah, syari’ah dan akhlaq

1. Aqidah

Pada dasarnya manusia membutuhkan kepercayaan, kepercayaan itu

akan membentuk sikap dan pandangan hidup seseorang. Kepercayaan

atau keimanan merupakan pondasi utama yang akan menentukan sikap

seseorang dengan keimanan yang tertanam dalam diri seseorang. Maka

segala amal perbuatannya ditunjukan untuk memenuhi perintah Tuhan

dan menjauhi segala larangan-Nya.

Objek keimanan yang tidak akan berubah manfaatnya dan tidak

akan pernah hilang adalah keimanan yang ditentukan oleh agama. Dalam

agama Islam ada macam pokok keimanan yang disebut rukun iman,

yaitu: iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-

kitab, iman kepada Rasul, iman kepada hari akhir dan iman kepada

Qodho dan Qadar atau takdir.

2. Syari’ah

Menurut Prof. Dr. Mahmud Syaltout dalam bukunya Al-Islam

Aqidah wa Al-Syaari’ah, yang dikutip oleh Zuhairini dkk,

mengemukakan pengertian syariah sebagai berikut:

Syari’ah adalah peraturan-peraturan yang diciptakan Allah atau

yang diciptakan pokok-pokoknya supaaya manusia berpegang teguh

Page 29: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

20

kepadanya didalam hubbungannya dengan Tuhan-Nya dengan

kehidupannya.19

Berdasarkan pada pengertian di atas, syari’ah berpusat pada

dua segi yang mendasar, yaitu segi hubungannya dengan tuhan yang

disebut ibadah, dsn segi hubungan manusia dengan sesama yang di sebut

muamalah.

Antara ibadah dan muamalah mempunyai kaitan yang sangat

erat, tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya, dalam

arti keduanya harus bernilai ibadah sebagai proses, sesuai dengan

maksud dan tujuan manusia diciptakan Tuhan. Seperti dalam firman

Allah yang berbunyi:

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya untuk mengabdi (ibadah) kepada-Ku” (Surat Adz-Dzariyat : 56)

3. Akhlak

Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab yang

berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama.

Secara linguistik (kebahasaan) kata akhlak merupakan isim jamid atau isim

ghairu mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan kata

tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak adalah jama dari kata khuluqun

atau khuluq yang artinya sama dengan arti akhlaq sebagaimana telah

disebutkan di atas.20

Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan

kehendak, contohnya bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan

itu ialah akhlak dermawan.

19

Zuhairini, et. All., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. 11, h.

36. 20

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak atau Budipekerti dalam Ibadah dan

Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), h. 25-26.

Page 30: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

21

Di dalam ensiklopedi pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi

pekerti, watak, kesusilaan, (kesadaran etika dan moral) yaitu kelakuan baik

yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan

terhadap sesama manusia.

Al-Mu’jam al-wasit menyebutkan definisi akhlak sebagai berikut:

Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahir macam-

macam perbuatan baik dan buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan

pertimbangan.21

Akhlak dalam konsepsi Al-Ghazali, sebagaimana yang telah dikutip

oleh Muhammad Ardani, bahwa akhlak tidak hanya terbatas pada apa yang

dikenal dengan “teori menengah” dalam keutamaan seperti yang disebut oleh

Aristoteles, dan pada sejumlah sifat keutamaan yang bersifat pribadi, tapi juga

menjangkau sejumlah sifat keutamaan akali dan amali, perorangan dan

masyarakat. Semua sifat ini bekerja dalam suatu kerangka umum yang

mengarah kepada suatu sasaran dan tujuan yang telah ditentukan.

Akhlak menurut Al-Ghazali, sebagaimana yang telah dikutip

Muhammad Ardani, bahwa akhlak mempunyai tiga dimensi:

a. Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan tuhannnya, seperti

ibadah dan shalat.

b. Dimensi sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaulannya

dengan sesamanya.

c. Dimensi metafisis, yakni akidah dan pegangan dasarnya.22

Dalam konsep akhlak adalah suatu sikap mental (halun lin nafs) yang

mendorong untuk berbuat tanpa piker dan pertimbangan. Keadaan atau sikap

jiwa ini terbagi dua: ada yang berasal dari watak (tempramen)dan ada yang

berasal dari kebiasaan dan latihan. Dengan kata lain tingkah laku manusia

21

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), cet. Ke-

11, h. 2. 22

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak Atau Budi Pekerti Dalam Ibadah

Dan Tasawuf, (Jakarta: CV.Karya Mulia, 2005), h. 25

Page 31: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

22

mengandung dua unsur-unsur watak naluri dan unsure usaha lewat kebiasaan

dan latihan.

Sedangkan menurut al-Farabi, sebagaimana yang telah dikutip oleh

Muhamad Ardani, ia menjelaskan bahwa akhlak itu bertujuan untuk

memperoleh kebahagian yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan

diusahakan oleh setiap orang.23

Jadi, pada hakikatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu

kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian

hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan

mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.24

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat

yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya yang selalu ada

padanya, sifat itu dapat terlahir berupa perbuatan baik disebut akhlak yang

mulia atau perbuatan buruk yang disebut akhlak yang tercela sesuai dengan

pembinaannya.

Ruang lingkup akhlak mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Pola hubungan dengan Allah, seperti mentauhidkan Allah dan

menghindari syirik, bertaqwa kepada-Nya, memohon pertolongan

kepada-Nya dan lain-lain

b. Pola hubungan manusia dengan Rasullah, yaitu menegakkan sunah

rasul, menziarahi makamnya di madinah dan membacakan

shalawat.

c. Pola hubungan manusia dengan dirinya, seperti menjaga kesucian

diri dari sifat rakus dan mengumbar nafsu, mengembangkan

keberanian dalam menyampaikan yang hak dan membrantas

kedzaliman.

Pola hubungan dengan masyarakat, dalam konteks kepemimpinan,

seperti menegakkan keadalian, berbuat ihsan, menjungjung tinggi

23

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf..., h. 29 24

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. II,

h.1

Page 32: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

23

musyawarah, memandang kesederajatan manusia dan membela orang-orang

yang lemah, mentaati pemimpin, dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan

kepemimpinan.25

Asal kata Agama menurut bahasa Arab, agama berasal dari kata Ad-

Din bahasa Belanda adalah religie, dalam bahasa Inggris religion, yang

mempunyai arti “hubungan antara manusia dengan suatu kekuasaan luar yang

lain dan lebih daripada apa yang dilami oleh manusia”.

Menurut Quraish Shihab agama adalah “sebagai hubungan antara

makhluk dengan khaliqnya. Hubungan ini terwujud dalam sikap batinnya serta

tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap

kesehariannya.26

Prof Muzayyin Arifin dalam bukunya “Pedoman pelaksanaan

bimbingan dan penyuluhan Agama”, mengatakan:

”Dari aspek subjektif (pribadi manusia), agama mengandung

pengertian tentang tingkah laku manusia yang dijiwa oleh nilai-nilai

keagamaan yang berupa getaran batin yang dapat mengatur dan

mengarahkan tingakah laku tersebut kepada pola hubungan antara

manusia dengan Tuhan-Nya dan pola hubungan antara manusia dengan

masyarakat sserta alam sekitar”.27

Dari beberapa definisi agama yang telah dipaparkan di atas, dapat

disimpulkan bahwa secara garis besar agama adalah tuntunan Tuhan untuk

diikuti,dipatuhi dan diamalkan oleh manusia untuk memperoleh kebahagian di

dunia dan akhirat. Sedangkan kata agamis itu sendiri maksudnya adalah “sifat-

sifat yang terdapat dalam agama, dapat juga dikatakan segala sesuatu

mengenai agama.

Jadi yang dimaksud dengan membina sikap keagamaan adalah suatu

keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku

sesuai kadar ketaatannya terhadap agama supaya lebih baik. Sikap keagamaan

25

Muslim Nurdin dkk.., Moral Dan Kognisi Islam, (Bandung: CV ALVABETA, 1993),

h. 205 26

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994), Cet. 17, h. 210 27

Muzayyin arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:

PT Golden Terayon Press, 1991), Cet. II, h. 1.

Page 33: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

24

tersebut terwujud oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama

sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif, dan

perilaku keagamaan sebagai unsur konatif. Jadi sikap keagamaan merupakan

integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta

tindak keagamaan dalam diri seseorang.28

Islam sebagai suatu sistem yang menyeluruh, maka keagamaan dalam

Islam bukan hanya diwujudan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam

bentuk aktifitas lainnya. Oleh karena itu Islam mendorong pemeluknya untuk

beragama secara menyeluruh pula. Firman Allah:

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Keagamaan

Bentuk sikap keagamaan seseorang dapat dilihat seberapa jauh

keterikatan komponen kognisi, afektif, dan konasi seseorang dengan masalah-

masalah yang menyangkut agama. Hubungan tersebut jelasnya tidak

ditentukan oleh hubungan sesaat melainkan sebagai hubungan proses, sebab

pembentukan sikap melalui hasil belajar dan interaksi dan pengalaman. Dan

pembentukan sikap itu sendiri ternyata tidak semata-mata tergantung pada

satu faktor saja, tetapi antara faktor internal dan faktor eksternal keduanya

saling berkaitan. Dalam kajian psikologi agama disebutkan adanya potensi

beragama pada diri manusia. Manusia adalah homo religious (makhluk

beragama). Namun untuk menjadikan manusia yang memiliki sikap

keagamaan, maka potensi tersebut memerlukan bimbingan, pengembangan

dari lingkunganya. Dari lingkungannya pulalah seseorang mengenal nilai-nilai

dan norma-norma yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.

Sikap keagamaan terbentuk oleh dua faktor yakni faktor intern dan

faktor ekstern.

28

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Edis Revisi

h. 199.

Page 34: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

25

i. Faktor Intern

Manusia adalah makhluk beragama (homo religius) karena manusia

sudah memiliki potensi beragama. Potensi tersebut bersumber dari faktor

intern manusia yang termuat dalam aspek kejiwaan manusia seperti naluri,

akal, perasaan maupun kehendak dan sebagainya.

Pada prinsipnya potensi-potensi manusia menurut pandangan Islam

tersimpul pada sifat-sifat Allah SWT (Asma’ul Husna) artinya–sebagai misal–

jika Allah bersifat Al-Ilmu (Maha Mengetahui) maka manusia pun memiliki

sifat-sifat tersebut. Dengan sifat tersebut manusia senantiasa berupaya untuk

mengetahui sesuatu, setelah manusia mendapat pengetahuan akan sesuatu,

maka barulah ia merasa puas. Jika tidak ia akan berusaha terus sampai pada

tujuan yang diinginkannya

ii. Faktor Ekstern

Manusia terdorong untuk beragama karena pengaruh ekstern atau luar

dirinya. Seperti rasa takut, rasa ketergantungan ataupun rasa bersalah.

Manusia juga dilengkapi potensi berupa kesiapan untuk menerima pengaruh

luar sehingga dirinya dapat dibentuk menjadi manusia yang memiliki perilaku

keagamaan. Pengaruh itu bisa didapatkan dari lingkungan keluarga, institusi

dan masyarakat.

C. Kerangka Berpikir

Manusia lahir tidak mengetahui sesuatu apapun, tetapi ia dianugerahi

oleh Allah SWT berupa panca indera, fikiran dan rasa sebagai modal untuk

menerima ilmu penetahuan, memiliki keterampilan dan memiliki sikap

tertentu melalui proses belajar.

Sebagaimana yang telah penulis kemukakan pada pembahasan

sebelumnya, bahwa pengertian majelis ta’lim adalah suatu wadah

berkumpulnya orang muslim guna menuntut ilmu agama Islam, yang

disertakan kegiatan yang dapat menggali potensi dan mengembangkan bakat

serta menambah pengetahuan dan wawasan para jamaahnya sehingga tumbuh

Page 35: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

26

melekat pada diri jamaah sikap keagamaan yang baik. Walaupun majelis

ta’lim hanyalah lembaga nonformal akan tetapi peranan majelis ta’lim dalam

kehidupan masyarakat sangatlah penting, terutama bagi mereka yang

semenjak kecil hingga dewasa belum mendapatkan pengetahuan keagamaan

yang baik.

Dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di majelis ta’lim sering

kali tidak hanya terfokus kepada penyampaian materi, bahkan dapat berupa

sarana pembiasaan pengajaran agama seperti mengadakan santunan bagi kaum

dhuafa, yatim piatu, menjenguk orang sakit serta banyak hal lain. Jika jamaah

senantiasa mengikuti kegiatan-kegiatan keagaamaan tersebut maka bukan

mustahil sikap keagamaan akan melekat pada diri mereka.

Pengajaran yang dilakukan oleh para ustad/ustadzah senantiasa

mengarahkan jamaah kepada aspek aqidah, ibadah yang diharapkan dapat

diaplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Walau tidak dapat dipungkiri bahwa

dalam kehidupan sehari-hari berbagai fenomena kehidupan yang seringkali

dapat membuat manusia melupakan hakikat akan keberadaanya di muka bumi

yaitu sebagai hamba yang harus taat terhadap perintah dan aturan dari Allah

SWT.

Pendidikan Islam merupakan kebutuhan manusia, karena sebagai

makhluk pedagogis manusia dilahirkan dengan membawa potensi dapat

dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, serta

pendukung dan pemegang kebudayaan

Pendidikan agama Islam diartikan sebagai suatu kegiatan yang

bertujuan membentuk manusia agamis dengan menanamkan akidah,

keimanan, amaliah dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk

menjadikan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan dengan harapan

agar setiap manusia (anak didik) dapat berperilaku, berfikir dan bersikap

sehari-hari dalam kehidupan sosial yang didasari dan dijiwai oleh agama.

Sikap keagamaan adalah suatu keadaan dalam diri seseorang yang

mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai kadar ketaatannya terhadap

Page 36: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

27

agama. Maka sikap keagamaan tersebut akan terwujud oleh adanya

konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif,

perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif, dan perilaku keagamaan

sebagai unsur konatif. Jadi sikap keagamaan merupakan integrasi secara

kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindak keagamaan

dalam diri seseorang. Sehingga penanaman pendidikan agama Islam menjadi

keharusan bagi lembaga-lembaga kegamaan baik formal maupun non formal

seperti majelis ta’lim

Sikap timbul karena adanya stimulus, terbentuknya sikap banyak

dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan seperti

keluarga, norma, golongan, agama dan adat istiadat. Sikap seseorang tidak

selamanya tetap, ia dapat berkembang manakala mendapat pengaruh baik dari

dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan mengesankan.

Sikap yang dihasilkan oleh seseorang dalam menerima suatu hal dapat

berupa sikap yang positif dalam arti menerima, dan sikap negatif dalam arti ia

menolak. Jika peranan majelis ta’lim dalam membentuk sikap keagamaan

dapat dilaksankan dengan baik dan maksimal, maka akan menghasilkan suatu

sikap yang baik pula, namun sebaliknya jika peranan majelis ta’lim dalam

membentuk sikap keagamaan belum dapat berjalan dengan baik dan

maksimal, maka sikap keagamaan yang diharapkan tidak dapat tertanam

dengan baik pada diri jamaah.

Keberadaan majelis ta’lim sebagai salah satu lembaga pendidikan non

formal yang merupakan salah satu alternatif untuk menangkal pengaruh

negatif terhadap keagamaan. Disamping itu majelis ta’lim sebagai tempat

pendidikan agama berlangsung, yang merupakan sarana efektif untuk

membina dan mengembangkan ajaran agama Islam dalam upaya membentuk

manusia yang bertakwa kepada Allah SWT

Dari uraian di atas, maka diduga terdapat hubungan positif serta

signifika antara peranan mejelis ta’lim dan membina sikap keagamaan kaum

ibu.

Page 37: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksankan di Jl. Daan mogot KM 12,8 Gang Sahabat RT

12/13 Cengkateng Timur. Majelis ta’lim ini penulis pilih karena majelis ta’lim

Ad-Dawatul Islami merupakan majelis ta’lim ibu-ibu pertama yang ada di

daerah Cengkareng Timur serta pelopor berdirinya majelis ta’lim gabungan

sebanyak 30 majelis ta’lim, yang pasti memberikan kontribusi yang sangat

banyak terhadap sikap keagamaan jamaah bahkan lebih luas lagi.

Adapun waktu yang diperlukan dalam kegiatan penelitian ini dimulai

dari 13 September sampai dengan 20 Oktober 2010.

B. Metode Penelitian

Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta, serta informasi yang

akan mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini,

tentang bagaimana pendidikan agama Islam yang diterapkan majelis ta’lim

gabungan kaum ibu (MTGKI) ad Da'watul Islami dalam membentukan sikap

keagamaan para jamaahnya di lingkungan RT 13/12 Kelurahan Sahabat

Kecamatan Cengkareng Timur Jakarta Barat., penulis menggunakan metode

Page 38: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

29

“Deskriptif Analisis”, melalui penelitian lapangan (field reseach) dan

penelitian kepustakaan (library reaseach).1

1. Jenis penelitian lapangan dimaksud agar dapat diperoleh fakta, data, dan

informasi yang lebih obyektif dan akurat mengenai bagaimana peranan

majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami dalam membina sikap keagamaan

jamaah di lingkungan RT 13/12 Kelurahan Sahabat kecamatan

Cengkareng Barat Jakarta Barat.

2. Penelitian kepustakaan penulis lakukan dengan mempelajari atau

menelaah dan mengkaji buku yang erat kaitannya dengan masalah yang

akan dibahas, yaitu bagaimana pendidikan agama Islam majelis ta’lim ad-

Da’watul Islami dalam membina sikap keagamaan jamaah di lingkungan

RT 13/12 Kelurahan Sahabat kecamatan Cengkareng Timur Jakarta Barat.

C. Populasi dan Sampel

1.Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.2 Populasi dalam

penelitian ini populasinya adalah seluruh jamaah yang tergabung kedalam

pengajian majelis ta’lim ad-da-watul Islami yang dilaksanakan setiap satu

bulan sekali yang berjumlah 160 jamaah.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil yang diambil dari populasi.3

Karena populasinya berjumlah berjumlah 160 Jamaah, maka penulis

mengambil sample sebanyak 25 % yaitu sebanyak 40 jama’ah. Teknik yang

penulis gunakan adalah teknik random sampling.

1 Muhamad Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 99

2 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rinike

Cipta, 1998), Cet. 11, h. 55 3 Suharsini Arikunto, Prosedur..., .h. 56

Page 39: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

30

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan dalam penelitian

sebagai alat pengumpulan data. Instrumen penelitian yang digunakan untuk

memperoleh data mengenai permasalahan yang dihadapi majelis ta’lim ad-

dawatul Islami dalam menanamkan sikap keagamaan pada penelitian kali ini

dibuat dalam bentuk non-test yaitu dengan menggunakan angket. Angket ini

dibuat dalam bentuk quisioner yang diperuntukan kepada orang tua.

Kemudian instrument non-test dalam bentuk wawancara diperuntukan

kepada ketua majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami untuk mendapatkan informasi

mengenai keadaan jama’ah.

Tabel 1

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Peranan Majelis Ta’lim Gabungan Kaum Ibu (MTGKI) Ad-dawatul Islami

Dalam Membina Sikap Keagamaan Jama'ah

No Variabel Dimensi Indikator No. Soal

1 Peranan

majelis ta’lim

Ad-dawatul

Islami

Motivasi

dalam

mengikuti

pengajian

Frekuensi

mengikuti

kegiatan

pengajian

Dorongan

untuk

mengikuti

pengajian

majelis ta’lim

Ad-Da’watul

Islami

Keaktifan

mengikuti

pengajian

majelis ta’lim

Ad-Da’watul

Islami

1,3,4,

2,5,6,7,8

Page 40: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

31

2 Membina

Sikap

Keagamaan

Akidah

Ibadah

Aktivitas

sosial

Mengimani

rukun iman

Menanamkan

kewajiban

menjalankan

perintah Allah

seperti shalat,

Puasa dan

menunaikan

zakat, membaca

al-Qur’an

Mengucapkan

salam

Menanamkan

sikap minta

maaf

Menanamkan

prilaku jujur

setiap

perkataan dan

perbuatan

9,10,11,12,13

,14,15,16,17

17,

18

19

20

E. Tekhnik Pengumpulan Data

Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Untuk

mencapai tujuan maka dalam penelitian ini penulis menggunakan riset

kepustakaan dan riset lapangan.

Page 41: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

32

Riset kepustakaan (library research) adalah penelitian dengan

membaca, dan menelaah buku-buku, tulisan-tulisan yang ada kaitannya

dengan variabel yang diteliti, dan riset lapangan (field research) adalah

penelitian dengan mencari dan menyimpulkan informasi dan data tentang

masalah yang diteliti ke objek penelitian yaitu ke pengurus MTGKI Ad-

Da’watul Islami.

Untuk memperoleh data dari penelitian lapangan, peneliti

menggunakan tekhnik-tekhnik pengumpulan data berupa observasi,

wawancara, dokumentasi dan penyebaran angket.

1. Observasi, adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematik terhadap

fenomena-fenomena yang diselidiki atau yang sedang dijadikan sasaran.

Tekhnik ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang sarana dan

prasarana yang berkaitan dengan kegiatan pengajaran pendidikan agama

Islam di MTGKI Ad-Da’watul Islami.

2. Wawancara, yakni tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara

langsung. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk

memperoleh data yang lebih mendalam.

3. Dokumentasi, yakni penulis memperoleh data-data yang diperlukan

dalam penelitian ini yang didapatkan dari pengurus MTGKI Ad-Da’watul

Islami.

4. Angket, yakni sejumlah pertanyaan yang disusun secara tertulis mengenai

sesuatu yang berkaitan dengan penelitian. Pertanyaan yang terdapat di

dalam angket adalah mengenai sikap keagamaan

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data.

1 Teknik Pengolahan data

Untuk mengolah data-data yang terkumpul dalam penelitian ini,

penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing

Page 42: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

33

Dalam pengolahan data, yang pertama kali dilakukan adalah

melakukan edit data sehingga hanya data yang tepakai saja yang ada. Langkah

editing ini bermaksud merapikan data agar bersih, rapi dan langsung

melakukan langkah selanjutnya.

b. Skoring

Untuk menentukan skorsing semua pertanyaan angket akan

ditabulasikan dengan skor nilai setiap itemnya, dengan cara jawaban yang

berupa huruf akan dirubah menjadi nilai angka, yaitu sebagai berikut :

Tabel.2

Pengukuran Instrumen

Pilihan Jawaban A B C D

Pertanyaan + 4 3 2 1

- 1 2 3 4

c. Tabulating

Yaitu mentabulasi data jawaban yang telah diberikan kedalam bentuk

tabel, untuk kemudian diketahui hasil perhitungannya.

2. Teknik Analisis Data

Data yang berasal dari kepustakaan digunakan sebagai rumusan teori

yang dijadikan pedoman penulis untuk penelitian lapangan. Adapun data yang

berasal dari obsevasi, wawancara, angket dan skala sikap dianalisis dengan

menggunakan tekhnik deskriptif analisis. Deskriptif analisis yakni

menggambarkan apa adanya, kemudian dianalisis. Untuk mempermudah

menganalisis data, maka terlebih dahulu ditabulasikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi relatif. Secara operasional teknik analisis data ini

dilakukan dengan langkah-langkah berikut

Page 43: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

34

1). Memperoleh nilai frekuensi atas jawaban responden terhadap angket

dengan menggunakan rumus:

P=F X 100%

N

Keterengan:

P : Angka prosentase

F : Adalah Frekwensi yang dicari prosentasenya

N= Number of cases 4

Dalam hal ini, jenis distribusi frekuensi yang digunakan adalah jenis

distribusi frekuensi prosentase 5

Tabel 3

Penafsiran Prosentasi

No Prosentase Penafsiran

1

2

3

4

5

6

7

8

9

100%

90-99%

60-89%

51-59%

50%

40-49%

10-39%

1-9%

0%

Seluruhnya

Hampir seluruhnya

Sebagian besar

Lebih dari setengah

Setengahnya

Hampir setengahnya

Sebagian kecil

Sedikit sekali

Tidak sama sekali

4 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2005), h. 43 5 Bambang Soepeno, Statistik Terapan (Dalam Ilmu-Ilmu Sosial Dan Pendidikan),

(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), Cet I., h 14

Page 44: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

35

BAB IV

PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Sejarah berdirinya Majelis Ta’lim Gabungan Dan Tujuan Majlis Taklim

Ad-Da’watul Islami

Pada awalnya majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami hanyalah sebuah

pengajian biasa yang mulai dirintis pada tahun 1982. pada saat itu pengajian

tersebut belum memiliki nama, pelaksanaannya pun masih dilakukan di ruang

belakang rumah bapak H.Muhammad Nur. beliaulah yang pertama merintis

pengajian tersebut. gagasan bapak H.Muhammad Nur untuk mendirikan majelis

ta’lim dikarenakan beliau ingin membimbing masyarakat disekitarnya dalam

pendidikan dan pengajaran di bidang agama Islam dengan cara mengajarkan

kepada mereka dan menjelaskan tentang hukum-hukum Islam.

Majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami yang didirikan oleh H.Muhammad Nur

dalam rangka melaksanakan pendidikan agama Islam atau biasa dikenal dengan

istilah pengajian, memang dikhususkan untuk kaum bapak. Namun dalam

perkembangannya banyak sekali yang berminat dan bukan dari kaum bapak saja

tapi juga dari kalangan ibu-ibu. Akhirnya bapak H.Muhammad Nur mewariskan

kepemimpinannya kepada anaknya yaitu ibu Hj. Hasanah Nur, untuk memimpin

pengajian khususnya kaum ibu.

Menyadari akan tanggung jawab yang besar dan untuk meningkatkan

Ukhuwah Islami, maka kelompok-kelompok pengajian ibu-ibu di cengkareng

Page 45: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

36

36

Jakarta barat membentuk wadah pengajian (majelis ta’lim) yang diberi nama

“Majelis Ta’lim Gabungan Kaum Ibu” pada tanggal 10 januari 2002,

disingkat (MTGKI).

Adapun maksud dan tujuan didirikannya majelis ta’lim gabungan kaum

ibu Ad-Da’watul Islami adalah untuk memajukan dan mengembangkan syiar

agama Islam baik ubudiyah maupun amaliyah, turut serta mencerdaskan

kehidupan umat Islam dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas

baik di tingkat Asean dan tingkat dunia, memelihara dan mengembangkan

semangat jiwa persatuan dan kesatuan diantara majelis ta’lim yang ada,

mempererat tali sillaturahmi dan mempertebal semangat kekeluargaan dengan

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT., dalam rangka

memajukan kesejahteraan majelis ta’lim, meningkatkan kualitas SDM (Sumber

Daya Manusia) para pengurus dan anggota majelis ta’lim untuk tampil dan

berperan dalam pembangunan bangsa negara dan agama.38

Tabel 4

Daftar Nama Majelis Ta’lim Gabungan Kaum Ibu (MTGKI) Ad-Da’watul

Islami

No Nama Majlis Taklim Ketua Alamat

1 Saadatud Darwin Hj.Siti Maimunah Pegadungan

2 Baitul Ghoni Sa’diyah Pedongkelan

3 Al Mu’awanah Hj.Azizah Dharmawanita

4 Nurul Islam Hj. Nafisah Pedongkelan

5 Nurul Ibad Mahdah Jembatan

Gantung

6 Uswatun Hasanah Hj. Muzainah Basmol

7 Hidayatul Khoiriah Hj. Titin M Cengkareng

8 As-Sidiqiyah Hj. Siti Maja

9 Al- Barokah Hj. Sarmanih Pedongkelan

10 Raudhatul Jannah Hj. Nurlaelah Pedongkelan

11 Nurul Huda Hj. Fatimah Cengkareng

12 Al-Ma’mur Mudriah Kalideres

13 Al- Nursyalin Hj. Komariah Kampung Bali

14 Al-Istiqomah Hj. Neneng Pejagalan

38

Basu Swastha dan Ibnu Sukadjo, Pengantar Bisnis Modern, (Yogyakarta: Liberti, 1993),

cet. Ke-3, h. 92.

Page 46: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

37

37

Hasanah

15 Al-Fitroh Hj. Dahlia Tanjung Pura

16 At-Taqwa Aslamiah Pedongkelan

17 Khairun Nisa 1 Hasunah Pegadungan

18 Khairun Nisa 2 Hj. Maesaroh Cengkareng

19 Da’watul Islami Hj. Hasanah Nur Sahabat

20 Al-Munawaroh Siti Fatimah Maja

21 Al-Mansuriyah Nur Hidayah Kalideres

22 Raudatul Umahat Nuri Maulidia Pegadungan

23 Al-Muttaqien Hj. Fatonah Jembatan

Gantung

24 Sa-Adatul Doroin Hj, Syarifah Utan Jati

25 Hidayatun Nisa Hj. Wahidah Pejagalan

26 As-Syuhada Hj. Nahrum Kojan

27 Al-Jamiah HJ. Halimatu

Sa’diyah

Kojan

28 Barokah Hj. Suryanih Cengkareng

29 An-Nur 1 I’anah Pegadungan

30 An-Nur 2 Rohani Ridwan Kojan

2. Kondisi Tenaga Pengajar

Melihat perkembanagan majlis taklim ini menurut pengurusnya sudah

lebih baik dari sebelumnya, pada tahun pertama berdiri jamaah yang mengaji

hanya sekitar 10 orang. kini telah memiliki jamaah 1000 orang dari keseluruhan

.jumlah majelis ta’lim yang ada di bawah naungan majelis ta’lim gabungan kaum

ibu (MTGKI) Ad-Da’watul Islami. Jamaah tersebut bukan hanya dari warga RT

12/13 Cengkareng Timur saja, tapi juga dari luar Cengkareng Timur seperti

wilayah Jakarta Barat sekitarnya sedangkan jumlah pengajar utama langsung

dipimpin oleh ibu Hj. Hasanah Nur dan dibantu oleh 10 orang tenaga pengajar

lainnya.

3. Sarana dan Prasarna

Sarana merupakan komponen dari pendidikan yang sangat mendukung

untuk berhasilnya suatu pendidikan. menurut data yang penulis peroleh dari

observasi di majlis taklim Ad-Da’watul Islami memiliki sarana dan

prasarana.yang memadai yang mendukung proses kegiatan belajar mengajar

diantaranya yaitu alat tulis, lemari, white Board dan Aula.

Page 47: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

38

38

4. Materi dan Metode

Materi yang dikaji dimajelis ta’lim Ad-Dawatul Islami adalah

pengetahuan dasar ajaran agama seperti belajar membaca Al-qur’an (Tajwid),

Tafsir, Tauhid, Fiqih dan Akhlak diberikan dalam Pidato mubaligh yang kadang-

kadang dilengkapi dengan tanya jawab.

Sedangkan metode yang digunakan di majelis ta’lim adwatul islamiyah

adalah, Ceramah, karena metode ini dapat menjaring banyak audiens dan

penyampaiannya sangat simple. Metode lain yang mereka gunakan adalah metode

tanya jawab dan penugasan.

Namun demikian, didalam majelis ta’lim ini tidak menutup kemungkinan

metode-metode lain tetap mereka gunakan dan disesuaikan dengan materi yang

diberikan.

5. Struktur Organisasi dan Pengelolaan majlis taklim Ad-Da’watul Islami

Majelis ta’lim adalah pendidikan non formal dan agar majelis ta’lim ini

dapat berjakan dengan baik maka dibentuklah kepengurusan yang mengatur

jalanya kegiatan dimajelis ta’lim. adapun kepengurusan di majelis ta’lim ad-

Dawatul Islami sebagai berikut:

Pembina : Hj Hasanah Noer

Ketua : Hj Sarmanih

Wakil Ketua : Hj. Dahaliah

Sekretaris : Maimunah

Bendahara I : Siti Rodiyah

Bendahara II : Suryanih

Page 48: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

39

39

Struktur Organisasi

Majelis Ta’lim Gabungan Kaum Ibu (MTGKI) Ad-Da’watul Islami

Pengurus-pengurus inilah yang mengatur jalannya kegiatan yang ada di

majlis taklim ad-da’watul Islami sehingga kegiatan yang ada di majlis taklim

dapat berjalan dengan baik dan keberadaan majelis ta’lim tersebut tetap eksis dan

berkembang dari tahun ke tahun.

Kegiatan di majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami ini diselenggarakan 2x

seminggu yaitu hari senin dan rabu siang. selain itu juga diadakan pengajian

bulanan, yang diisi oleh ustdzah dari luar dan juga pengajian tahunan, yaitu

keliling dari masing-masing majelis ta’lim disamping untuk menggalang

ukhuwah Islamiyah sesama muslim juga merupakan suatu kiat untuk menarik

anggota baru untuk mengaji dan berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan.

Sebagai organisasi kemasyarakatan yang mengemban tugas pembinaan

terhadap kaum ibu khususnya di lingkungan Daan Mogot KM 12,8 Gang Sahabat

RT 12/13 Cengkareng Timur Jakarta Barat. majelis ta’lim gabungan kaum ibu ad-

da’wadul Islami memiliki kegiatan yang sengaja dirancang para pengurusnya

untuk menjawab kebutuhan jamaah. Kegiatan tersebut meliputi hal-hal sebagai

berikut:

Pembina

Ketua

Sekertaris Bendahara Wakil

Jama’ah

Page 49: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

40

40

a. Santunan anak yatim 3 bulan sekali dan dhuafa

b. Studi tour dakwah 2 tahun sekali. kegiatan ini dirancang untuk

menambah wawasan para ibu-ibu dengan cara mengunjungi pondok

pesantren dan studi perbandingan serta bertukar pikiran dengan

sesama kaum ibu mengenai berbagai persoalan yang mereka hadapi

dan cara-cara pemecahannya.

c. Kegiatan-kegiatan lain dalam bidang keagamaan yang bersifat

ukhuwah Islamiyah yang secara rutin diadakan adalah memperingati

hari-hari besar seperti maulid Nabi, Isra’Mi’raj, MTQ, shalawat dan

qasidah.

B. Deskriptif Data

Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya salah satu tekhnik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan observasi, wawancara, dan penyebaran angket yang telah

disebarkan kepada jama’ah majelis ta’lim ad-Da’watul Islami.

Data yang diperoleh kemudian di analisa dengan menggunakan distribusi

frekuensi dan menghitung prosentase sebagai alternatif jawaban dari instrument

yang telah dijawab oleh responden. Adapun sampel yang menjadi responden

dalam penelitian ini sebanyak 40 orang yang penentuannya dilakukan secara

random sampling.

Page 50: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

41

41

1. Kegiatan keagamaan majelis ta’lim

Tabel 5

Keberadaan Majlis Taklim Ad-Da’watul Islami

No Kategori Jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Sangat Penting

B. Penting

C. Kurang Penting

D. Tidak Penting

35

5

0

0

78,5 %

12.5 %

0 %

0 %

Jawaban 40 100 %

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ibu-ibu menganggap sangat

penting adanya majelis ta’lim Ad-dawatul Islami sebanyak (78,5%), yang

menyatakan penting sebanyak (12,5%). Menyatakan Kurang Penting sebanyak

(0%) dan tidak penting sebanyak (0%)

Berdasarkan atas jawaban responden tersebut, dapat dikatahui bahwa ibu-

ibu menganggap sangat penting dengan adanya majelis ta’lim Ad-dawatul Islami.

Hal ini terbukti dari jawaban responden yang lebih banyak menjawab sangat

penting sebanyak 78,5%.

Tabel 6

Keaktifan Mengikuti Pengajian

No Kategori Jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang

D. Tidak pernah

30

5

5

0

75 %

12.5 %

12,5 %

0 %

Jawaban 40 100 %

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, (75%) ibu-ibu selalu senantiasa

mengikuti pengajian di majelis ta’lim ad-dawatul Islami,(12,5%) ibu-ibu sering

mengikuti pengajian yang diadakan di majlis taklim ad-dawatul Islami, kemudian

Page 51: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

42

42

(12,5%) ibu-ibu menyatakan kadang-kadang mengikuti pengajian yang diadakan

di majelis ta’lim ad-dawatul Islami, selanjutnya (0%) ibu-ibu menyatakan tidak

pernah mengikuti pengajian yang diadakan di majelis ta’lim ad-dawatul Islami.

Berdasarkan atas jawaban responden tersebut, dapat dikatahui bahwa

bahwa ibu-ibu selalu mengikuti pengajian yang diadakan di majelis ta’lim ad-

dawatul Islami dengan jawaban responden sebagian besar menjawab selalu

sebanyak (75%). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan yang diadakan oleh

majelis ta’lim ad-dawatul Islami menimbulkan daya tarik bagi jamaah sehingga

sebagian besar jamaah sering menghadiri kegiatan di majelis ta’lim tersebut.

Tabel 7

Motivasi Mengikuti Pengajian

No Kategori Jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Atas kemauan sendiri

B. Ajakan teman/pengurus

C. Iseng-iseng

D. Ikut-ikutan

33

7

0

0

82,5 %

17,5 %

0 %

0 %

Jawaban 40 100 %

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa (82,5%) motivasi ibu-ibu

mengikuti pengajian atas kemauan sendiri, selanjutnya (17,5%) motivasi ibu-ibu

mengikuti pengajian di majelis ta’lim Da-Da’watul Islami atas ajakan teman atau

pengurus, kemudian (0%) motivasi ibu-ibu mengikuti pengajian di majelis ta’lim

Ad-Da’watul Islami hanya iseng-iseng saja, kemudian (0%) motivasi ibu-ibu

mengikuti pengajian hanya ikut-ikutan saja.

Berdasarkan atas jawaban responden tersebut, dapat dikatahui bahwa

motivasi ibu-ibu mengikuti pengajian di majelis ta’lim ad-dawatul Islami atas

kemauan sendiri. Ini terbukti dari jawaban responden yang lebih banyak

menjawab atas kemauan sendiri sebanyak 82,5%.

Page 52: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

43

43

Tabel 8

Alasan Bergabung Di Majelis Ta’lim Ad-Dawatul Islami

No Kategori Jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Menambah pengetahuan agama

B. Memperbanyak teman

C. Mengisi waktu luang

D. Iseng-iseng

37

3

0

0

92,5 %

7,5 %

0 %

0 %

Jawaban 40 100 %

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa(92,5%) alasan ibu-ibu bergabung

di majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami untuk menambah pengetahuan agama,

selanjutnya, (7,5%) alasan ibu-ibu bergabung di majelis ta’lim ad-dawatul Islami

untuk menambah teman, kemudian (0%) alasan ibu-ibu bergabung di majelis

ta’lim ad-dawatul Islami untuk mengisi waktu luang, kemudian (0%) alasan ibu-

ibu bergabung di majelis ta’lim ad-dawatul Islami hanya iseng-iseng saja.

Berdasarkan atas jawaban responden tersebut, dapat dikatahui bahwa

alasan ibu-ibu bergabung di majelis ta’lim ad-dawatul Islami untuk menambah

pengetahuann agama. Hal ini terbukti dari jawaban responden yang lebih banyak

menjawab menambah pengetahuan agama sebanyak 92,5%.

Tabel 9

Pengetahuan Bertambah Setelah Mengikuti Pengajian

No Kategori Jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Sangat bertambah

B. Cukup bertambah

C. Kurang bertambah

D. Tidak bertambah

30

10

0

0

75 %

25 %

0 %

0 %

Jawaban 40 100 %

Page 53: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

44

44

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa (75%) pengetahuan ibu-ibu

sangat bertambah setelah mengikuti pengajian, selanjutnya (25%) pengetahuan

ibu-ibu cukup bertambah setelah mengikuti pengajian, kemudian (0%)

pengetahuan ibu-ibu kurang bertambah setelah mengikuti pengajian, selanjutnya

(0%) pengetahuan ibu-ibu tidak bertambah setelah mengikuti pengajian.

Berdasarkan atas jawaban responden tersebut, dapat dikatahui bahwa

pengetahuan ibu-ibu sangat bertambah setelah mengikuti pengajian baik. hal ini

terbukti dari jawaban responden yang lebih banyak menjawab sangat bertambah

sebanyak 75%.

Tabel 10

Cara Penyampaian Materi

No Kategori Jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Sangat sistematis sehingga mudah

dipahami

B. Cukup sederhana

C. Berbelit-belit sehingga sukar

dipahami

D. Tidak Menarik

36

4

0

0

90%

10%

0 %

0 %

Jawaban 40 100 %

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa(90%) ibu-ibu menyatakan cara

penyampaian materi pengajian di majelis ta’lim Ad-Dawatul Islami sangat

sistematis sehingga mudah dipahami, kemudian (10%) ibu-ibu menyatakan cara

penyampaian materi pngajian di majelis ta’lim Ad-Dawatul Islami cukup

sederhana, selanjutnya (0%), ibu-ibu menyatakan cara penyampaian materi

pngajian di majelis ta’lim Ad-Dawatul Islami berbelit-belit sehingga sukar

dipahami, dan (0%) ibu-ibu menyatakan cara penyampaian materi pngajian di

majelis ta’lim Ad-Dawatul Islami tidak menarik.

Berdasarkan atas jawaban responden tersebut, dapat dikatahui bahwa cara

penyampaian materi pngajian di majelis ta’lim Ad-Dawatul Islami sangat

Page 54: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

45

45

sistematis sehingga mudah dipahami. Hal ini terbukti dari jawaban responden

sebanyak 90%.

Tabel 11

Pengamalan Ilmu Dalam Kehidupan Sehari-Hari

No Kategori Jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang

D. Tidak pernah

32

7

0

0

80%

17,5 %

0 %

0 %

Jawaban 40 100 %

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa (80%) ibu-ibu selalu

mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, kemudian (17,5%)

ibu-ibu sering mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari,

selanjutnya (0%) ibu-ibu kadang-kadang mengamalkan ilmu pengetahuan dalam

kehidupan sehari-hari, dan (0%) ibu-ibu tidak pernah mengamalkan ilmu

pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan atas jawaban responden tersebut, dapat dikatahui bahwa ibu-

ibu selalu mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

terbukti dari jawaban responden yang lebih banyak menjawab selalu sebanyak

80%.

Page 55: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

46

46

Tabel 12

Peranan Majelis Ta’lim Ad-Da’watul Islami Dalam Membina Sikap

Keagamaan Jamaah

No Kategori Jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Sangat berperan

B. Cukup berperan

C. Kurang berperan

D. Tidak berperan

27

13

0

0

67,5 %

32.5 %

0 %

0 %

Jawaban 40 100 %

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa (67,5%) ibu-ibu menyatakan

bahwa majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami sangat berperan, selanjutnya (32,5%)

ibu-ibu menyatakan bahwa majelis ta’lim ad-Da’watul Islami cukup berperan,

selanjutnya (0%) ibu-ibu menyatakan bahwa majelis ta’lim ad-da’watul Islami

kurang berperan, dan (0%) ibu-ibu menyatakan bahwa majelis ta’lim Ad-

Da’watul Islami tidak berperan.

Berdasarkan atas jawaban responden tersebut, dapat dikatahui bahwa

sebagaian besar ibu-ibu menjawab majelis ta’lim ad-da’watul Islami sangat

berperan. ini terbukti dari jawaban responden yang lebih banyak menjawab sangat

berperan sebanyak 67,5%.

Page 56: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

47

47

2. Sikap keagamaan (Ibadah dan Akhlak)

Tabel 13

Menyakini Bahwa Allah SWT Pencipta Mutlak Alam Semesta

No Kategori Jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Sangat yakin

B. Yakin

C. Ragu-ragu

D. Tidak yakin

35

5

0

0

78,5 %

12.5 %

0 %

0 %

Jawaban 40 100 %

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ibu-ibu yang meyakini dengan

sangat yakin bahwa Allah SWT sang pencipta mutlak alam semesta sebanyak

(78,5%), yang menyatakan yakin sebanyak (12,5%). Menyatakan bahwa ragu-

ragu dan tidak yakin sebanyak (0%)

Berdasarkan atas jawaban responden tersebut, dapat dikatahui bahwa

keyakianan bahwa Allah SWT sebagai pencipta mutlak alam semesta sangat baik.

ini terbukti dari jawaban responden yang lebih banyak menjawab haqul yakin

sebanyak 78,5%.

Tabel 14

Menyakini Bahwa Segala Sesuatu Yang Terjadi Di Alam Semesta Ini Adalah

Kehendak Allah SWT

No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Sangat yakin

B. Yakin

C. Ragu-ragu

D. Tidak yakin

37

3

0

0

92,5 %

7,5 %

0 %

0%

Jawaban 40 100 %

Page 57: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

48

48

Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa (92,5%) ibu-ibu menyatakan

bahwa mereka menyakini dengan sangat yakin segala sesuatu yang terjadi di alam

semesta ini adalah kehendak Allah SWT, kemudian (7,5%) menyatakan yakin.

Kemudian (0%) menyatakan ragu-ragu serta (0%) ibu-ibu menjawab tidak yakin.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatahui bahwa ibu-ibu yang

dengan sangat meyakini segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini adalah

kehendak Allah SWT masih sangat baik. sebagaimana hasil jawaban responden

yang 92,5% sangat yakin, yang berarti keyakinan atau akidah yang melekat pada

diri mereka masih sangat kuat. Dengan begitu sikap agamis yang diharapkan

tumbuh setelah mengikuti pengajian akan mudah terealisai dalam diri mereka

nantinya.

Tabel 15

Menyakini Bahwa Setiap Perbuatan Manusia Akan Dicatat Oleh Malaikat

No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Sangat yakin

B. Yakin

C. Ragu-ragu

D. Tidak yakin

38

2

0

0

97,5 %

2,5 %

0 %

0 %

Jawaban 40 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (97,5%) responden

meyakini dengan sangat yakin setiap perbuiatan manusia akan dicatat oleh

malaikat. Kemudian (2,5%) menyatakan yakin bahwa setiap perbuatan manusia

akan dicatat oleh malaikat. Sedangkan responden yang menjawab ragu-ragu dan

tidak yakin sebanyak 0 %.

Dari jawaban responden di atas dapat diketahui bahwa responden sangat

meyakini bahwa setiap amal perbuatan manusia akan dicatat oleh malaikat. Hal

tersebut terbukti bahwa 97,5% responden menjawab sangat yakin. Dengan begitu

Page 58: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

49

49

diharapkan manusia untuk berhati-hati dalam segala hal yang akan mereka

lakukan.

Tabel 16

Menyakini Bahwa Segala Amal Perbuatan Akan Dipertanggung Jawabkan Di

Akhirat kelak

No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Sangat yakin

B. Yakin

C. Ragu-ragu

D. Tidak yakin

31

9

0

0

77,5 %

22,5 %

0%

0 %

Jawaban 40 100 %

Pada tabel di atas dapat di ketahui bahwa (77,5%) ibu-ibu sangat yakini

bahwa segala amal perbuatan akan dipertanggung jawabkan di akherat kelak,

kemudian (22,5%) ibu-ibu menyatakan yakin, kemudian (10%), menyatakan

ragu-ragu, dan (0%) ibu-ibu menyatakan tidak yakin bahwa segala amal

perbuatan manusia akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.

Dari jawaban responden di atas dapat penulis ketahui bahwa ibu-ibu

majlis taklim meyakini dengan sangat segala amal perbuatan manusia akan

dipertanggung jawabkan kelak di akhirat Hal ini dapat terlihat dari jawaban

responden yang lebih banyak menjawab sangat yakin yaitu sebanyak 77,5 %.

Page 59: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

50

50

Tabel 17

Senantiasa Berusaha Untuk Menjalankan Segala Yang Diperintah Dan

Menjauhkan Larangan Allah SWT

No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang

D. Tidak pernah

28

10

2

0

70 %

25 %

5 %

0 %

Jawaban 40 100 %

Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa (70%) ibu-ibu

menyatakan selalu senantiasa berusaha untuk menjalankan segala perintah Allah

dan menjauhi segala larangannya, selanjutnya (25%) menjawab sering, kemudian

(5%) menyatakan kadang-kadang dan (0%) menyatakan tidak pernah berusaha

untuk menjalankan perintah dan larangan Allah SWT.

Dari data responden diatas dapat diketahui bahwa ibu-ibu majlis taklim

senantiasa berusaha untuk selalu menjalankan perintah dan meninggalkan

larangan Allah SWT. Dengan senantiasa menjaga perbuatannya, manusia akan

terjaga keimanandan perbuatannya pun akan senantiasa merujuk pada al-Quran

dan sunnahnya

Tabel 18

Senantiasa Melaksanakan Shalat Wajib Tepat Pada Waktunya Setiap

Hari

No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang

D. Tidak pernah

30

7

3

0

75%

17,5%

7,5%

0%

Jawaban 40 100 %

Page 60: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

51

51

Berdasarkan data di atas dapat di ketahui bahwa (75%) ibu-ibu

menyatakan senantiasa selalu melaksanakan shalat wajib tepat pada waktunya

setiap hari. Kemudian (17,5%) ibu-ibu menyatakan sering sedangkan (7,5%) ibu-

ibu menyatakan kadang-kadang dan (0%) ibu-ibu menyatakan tidak pernah.

Dari jawaban responden di atas dapat diketahui bahwa ibu-ibu majelis

ta’lim yang sentiasa mengerjakan shalat wajib tepat pada waktunya setiap hari

masih sangat rendah. Hal tersebtu dibuktikan dengan pernyataan ibu-ibu yang

lebih banyak menjawab selalu sebanyak 75%.

Tabel 19

Kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan

No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang

D. Tidak pernah

28

7

5

0

70 %

17,5 %

12,5 %

0%

Jawaban 40 100 %

Dari data responden di atas dapat di ketahui bahwa (70%) ibu-ibu

menyatakan selalu menjalankan ibadah puasa ramadhan, kemudian (17,5%) ibu-

ibu menyatakan sering, (12,5%) ibu-ibu menyatakan kadang-kadang dan (0%)

responden menyatakan tidak pernah.

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa ibu-ibu majelis ta’lim ad-

Ad’awatul Islami selalu menjalankan puasa ramadhan. Hal ini dapat di lihat

dengan banyaknya orang tua yang menjawab sering yaitu 60 %.

Page 61: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

52

52

Tabel 20

Senantiasa Mengeluarkan Zakat, Baik Zakat Fitrah Maupun Zakat Maal

No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang

D. Tidak pernah

29

10

1

0

72,5 %

25 %

2,5%

0 %

Jawaban 40 100 %

Dari data di atas dapat di ketahui (72,5%) ibu-ibu menyatakan bahwa ibu-

ibu majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami selalu mengeluarkan zakat, baik zakat

fitrah maupun zakat maal. (25%) ibu-ibu menyatakan sering mengeluarkan zakat,

baik zakat fitrah maupun zakat maal, Akan tetapi (2,5%) ibu-ibu menyatakan

kadang-kadang dan (0%) menyatakan tidak pernah.

Berdasarkan fakta di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu-ibu

majlis taklim menjawab selalu mengeluarkan zakat, baik zakat fitrah maupun

zakat maal. Hal ini berarti Ibu-ibu majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami menyadari

bahwa di dalam hartanya ada hak orang lain yang harus diberikan.

Tabel 21

Senantiasa Membaca Al-Qur’an Setiap Hari

No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-kadang

D. Tidak pernah

22

15

3

0

55%

37,5%

7,5%

0%

Jawaban 40 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (55%) ibu-ibu menjawab

selalu membaca al-Qur’an setiap hari, selanjutnya (37,5%) responden menjawab

Page 62: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

53

53

sering, kemudian (7,5%) responden menyatakan kadang-kadang dan (0%)

menyatakan tidak pernah.

Dari data di atas dapat diketahui bahwa ibu-ibu majelis ta’lim adawatul

Islamiyah dalam hal membisakan diri untuk membaca al-qur’an setiap tergolong

baik . Hal ini dapat di ketahui dengan hasil jawaban ibu-ibu majelis ta’lim yang

sebagian besar menjawab sering sebanyak, 55%.

Tabel 22

Senantiasa Mengucapkan Salam Saat Berjumpa Dengan Orang Lain

No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-Kadang

D. Tidak Pernah

33

7

0

0

82,5 %

17,5 %

0 %

0 %

Jawaban 40 100 %

Dari data di atas menunjukan bahwa (82,5%) ibu-ibu menyatakan selalu

membiasakan diri menguncapkan salam saat berjumpa dengan orang lain.

Kemudian (17,5%) menyatakan sering, (0%) ibu-ibu menyatakan kadang-kadang

dan (0%) menyatakan tidak pernah membiasakan diri menguncapkan salam saat

berjumpa dengan orang lain

Setelah melihat jawaban responden di atas dapat diketahui bahwa ibu-ibu

yang membiasakan diri menguncapkan salam saat berjumpa dengan orang lain

tergolong baik. Hal ini dibuktikannya dengan jawaban responden yang lebih

banyak menjawab selalu yaitu (82,5%). Hal seperti ini merupakan salah satu dari

ciri sikap keagamaan seseorang.

Page 63: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

54

54

Tabel 23

Sikap ketika melihat sesama jama’ah tertimpa musibah

No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Selalu

B. Sering

C. Kadang-Kadang

D. Tidak Pernah

30

6

4

0

75 %

15%

10%

0%

Jawaban 40 100 %

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa (75%) menyatakan selalu

memberi dan meminta maaf saat melakukan kesalahan kepada orang lain, lalu

(15%) menyatakan sering, (10%) menyatakan kadang-kadang, serta (0%)

menyatakan tidak pernah memberi dan meminta maaf saat melakukan kesalahan

kepada orang lain.

Hal tersebut dapat diartikan bahwa ibu-ibu jama’ah majelis ta’lim Ad-

Da’watul Islami yang senantiasa membiasakan diri untuk memberi dan meminta

maaf saat melakukan kesalahan kepada orang lain digolongkan baik. Karena

sebagian besar responden menjawab sering sebanyak. 75 %.

Tabel 24

Sikap ketika melihat tetangga berselisih

No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %

1

2

3

4

A. Menasehati

B. Melarang

C. Membiarkan

D. Ikut Serta

26

10

4

0

65%

25 %

10 %

0%

Jawaban 40 100 %

Berdasarkan data di atas dapat di ketahui bahwa (65%) ibu-ibu jamaah

majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami selalu berusaha untuk menasehati, kemudian

Page 64: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

55

55

(25%) ibu-ibu jama’ah majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami sering berusaha

melarang, selanjutnya (10%) ibu-ibu jama’ah majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami

membiarkan, (0%) ibu-ibu jama’ah majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami ikut serta

dalam perselisihan.

Melihat jawaban responden di atas dapat diketahui bahwa ibu-ibu majelis

ta’lim Ad-Da’watul selalu berusaha menasehati. Hal tersebut dibuktikan dengan

jawaban responden yang sebagaian besar menjawab selalu, yaitu 65%

A. Interpretasi Data

Sebagaimana penjelasan di atas, maka penulis dapat menjabarkan

Bagaiman pendidikan agama islam yang diterapkan majelis ta'lim gabungan kaum

ibu (MTGKI) ad Da'watul Islami dalam membentukan sikap agamis para

jama’ahnya di cengkareng jakarta barat secara rinci yaitu :

1. Peranan majlis takim Ad-Da’watul Islami dalam membina sikap keagamaan

jamaah

Majelis ta’lim adalah suatu wadah berkumpulnya orang muslim guna

menuntut ilmu agama Ialam, yang disertakan kegiatan yang dapat menggali

potensi dan mengembangkan bakat serta menambah pengetahuan dan wawasan

para jamaahnya.

Dalam Penelitian yang peneliti lakukan di majelis ta’lim Ad-Da’watul

Islami di wilayah Jl Daan Mogot KM. 12 Kleurahan Sahabat Kecamatan

Cengkareng Timur Jakarta Barat. Bersumber dari jawaban angket, wawancara dan

observasi dapat peneliti simpulkan bahwa peranan majelis ta’lim Ad-D’awatul

Islami dalam membina sikap keagamaan, memiliki peranan sangat penting. Hal

ini dapat dilihat dari jawaban responden sebagian besar menjawab 67,5%,

mengenai keberadaan majelis Ta’lim Ad-Da’watul Islami sebagian besar

responden menjawab sangat penting sebanyak 78,5%, hal tesebut dapat dilihat

dari keaktifan ibu-ibu dalam mengikuti pengajian sebagian besar responden

menjawab selalu sebanyak 75%, serta motivasi ibu-ibu dalam mengikuti

pengajian sebgaian besar responden menjawab atas kemauan sendiri sebanyak

Page 65: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

56

56

82,5%. Begitu juga dengan alasan ibu-ibu bergabung di majelis ta’lim sebagaian

besar menjawab untuk menambah ilmu agama sebanyak 92,5%, begitu juga

dengan bertambahnya ilmu yang dihasilkan dari pengajian sebagian besar ibu-ibu

menjawab sangat bertambah sebanyak 75%,, selanjutnya mengenai penyampaian

materi sebagian besar ibu-ibu menajwab sangat sistematis sehingga mudah untuk

dipahami sebanyak 90%, kemudian mengamalkan ilmu pengatuhan dalam

kehidupan sehari-hari sebgaian besar responden menjawab selalu mengamalkan

ilmu yang didapat dari pengajian dalam kehidupan sehari-hari sebanyak 80%.

2. Memanamkan akidah yang baik dan kuat kepada Allah SWT.

Hal yang pertama Rasulullah SAW lakukan dalam mengawali dakwah

Islamiyahnya adalah menanamkan akidah yang kuat kepada pengikutnya.

Keyakinan kepada Allah SWT tercermin dari sikap patuh dan taat akan

pelaksanaan kewajiban dan berusaha meninggalkan larangan-Nya. Sehingga

manusia yang telah memiliki keyakinan kepada Allah SWT akan senantiasa

berhati-hati dalan segala tingkah lakunya.

Dalam hal ini, majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami merupakan lembaga

non formal yang senantiasa menyajikan materi-materi akidah guna

menanamkan keyakinan yang kuat kepada para jamaahnya.

Dalam penelitian yang penulis lakukan di lingkungan Majelis ta’lim

Ad-Da’watul Islami, bersumber dari jawaban angket, wawancara serta

pengamatan langsung diketahui bahwa tingkat pengetahuan jamaah tentang

akidah yang benar dan kuat relatif baik. Hal tersebut terbukti dari jawaban

hasil angket tentang meyakini bahwa Allah SWT pencipta mutlak alam

semesta sebagian besar ibu-ibu menjawab sangat yakin sebanyak 78,5%,

kemudian mengenai menyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi dialam

semesta ini adalah kehendak Allah SWT sebagian besar responden menjawab

sangat yakin sebanyak 92,5%. Selanjutnya mengenai meyakini bahwa setiap

amal perbuatan manusia akan dicatat oleh malaikat, sebagian besar responden

menjawab sangat yakin sebanyak 97,5%. Begitu juga dengan meyakini bahwa

Page 66: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

57

57

segala amal perbuatan manusia akan dipertanggun jawabkan di akhirat kelak

sebagian besar responden menjawab sangat yakin, sebanyak 77,5%. Dan

senatiasa untuk berusaha menjalankan perintah Allah SWT sebagian besar

responden menjawab selalu sebanyak 70%. Jika mengacu pada hasil angket

tersebut, penulis dapat menyimpulkan jika penanaman akidah yang benar

telah merekat pada diri pribadi jamaah, maka sikap keagamaan akan baik.

3. Melaksanakan ibadah keseharian dengan benar dan sungguh-sungguh.

Mengerjakan ibadah merupakan kewajiban setiap individu muslim.

Bahkan Allah SWT telah menegaskan tempat bagi manusia yang taat adalah

surga dengan segala kenikmatan di dalamnya, sedangkan bagi orang yang

lalai dan tidak mengerjakan apa yang telah diperintahkan maka bagi mereka

siksa yang sangat pedih yaitu neraka.

Setelah tertanam akidah yang kuat, umat islam dituntut untuk

melaksanakan ibadah. Dalam Islam ibadah bukan hanya sekadar

menggugurkan kewajiban, tetapi juga merupakan latihan-latihan rohani yang

diperlukan manusia untuk menyeimbangkan daya-daya jasmani seseorang

sebagai bekal dalam memjalankan kehidupan di dunia. Semua ibadah dalam

islam seperti : shalat, puasa, zakat, dan haji bertujuan untuk membentuk ruh

manusia agar senantiasa tidak melupakan Tuhan, bahkan senantiasa merasa

dekat dengan-Nya.

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di majelis ta’lim Ad-

Da’watul Islami diketahui bahwa para jamaah masih sangat memperhatikan

pelaksanaan ibadah dengan tepat waktu dan sunguh-sungguh. Hal tersebut

tergambar dari hasil jawaban responden dalam membisakan diri mereka

untuk mengerjakan shalat tepat pada waktunya sebagagian besar ibu-ibu

menjawab selalu sebanyak 75%, kemudian mengerjakan puasa sebagaian ibu-

ibu menjawab selalu sebanyak 70%. Selanjutnya mengeluarkan zakat lebih

banyak menjawab selalu sebanyak 72,5%. Kemudian membaca Al-quran

sebagian besar ibu-ibu menjawab selalu sebanyak 50%.

Page 67: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

58

58

4. Sikap keagamaan dalam kehidupan sehari-hari

Segala sesuatu yang kita perbuat, pasti terdapat akibatnya. Entah

berdampak baik ataupun sebaliknya. Seseorang yang telah beranjak dewasa

seharusnya telah memiliki keasadaran tang tinggi pada diri mereka untuk

menjaga sikap terlebih dalam pengamalan ajaran agamanya.

Pengetahuan agama yang telah diperoleh, merupakan petunjuk jalan

hidup yang harus dilakuakn. Sehingga kehati-hatian dalam melaksanakan

perbuatan senantiasa ada agar terhindar dari norma agama yang akan

menjerumuskan manusia kedalam kebinasaan.

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, penulis mendapatkan

bahwa pengamalan sikap agamis pada diri ibu-ibu jamaah majelis ta’lim ad-

Da’watul Islami tergolong sangat baik. Hal tersebut terbukti dengan hasil

jawaban angket mengenai mengucapkan salam saat berjumpa dengan orang

lain sebagian besar ibu-ibu menjawab selalu, sebanyak 82,5%. Kemudian

senantiasa memberi dan meminta maaf saat melakukan kesalahan sebagian

besar ibu-ibu menjawab selalu sebanyak 75% dan mengenai senantiasa

berkata dan berlaku jujur sebagian besar responden menjawab selalu sebanyak

65%.

Berdasarkan analisis dan interpretasi data yang penulis ungkapkan

tersebut di atas, terbukti bahwa majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami mempunyai

peranan yang sangat penting dalam membina sikap keagamaan khususnya jamaah

bahkan masyarakat sekitar pada umumnya.

Page 68: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari seluruh rangkaian proses penelitian yang penulis lakukan, tentang

bagaimana peranan majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami dalam membina sikap

keagamaan jamaah Study kasus di lingkungan RT 13/12 Kelurahan Sahabat

kecamatan Cengkareng Barat Jakarta Barat, penulis dapat menyimpulkan

bahwa, majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami merupakan suatu lembaga yang

sangat berperan dalam membina sikap keagamaan ibu-ibu, melalui kegiatan

pengajian serta kegiatan-kegiatan yang lainnya yang telah diprogramkan baik

kegiatan yang bersifat rutinitas maupun kegiatan yang bersifat insidental

seperti tabligh akbar yang diadakan setiap setahun sekali, serta penyuluhan-

penyuluhan, bakti sosial dan santunan kepada yatim piatu serta meperingati

hari besar Islam. Hal ini dapat dibuktikan dengan jawaban angket yang disebar

bahwa sebagian besar responden menjawab sangat berperan dalam membina

sikap keagamaan jamaah, sehingga mereka mengalami peningkatan ilmu

pengetahuan agama. Keberhasilan ini disebabkan adanya dukungan pengurus

majlis taklim yang memberikan fasilitas yang dibutuhkan, memberikan

semangat dan motivasi kepada ibu-ibu, dan juga metode atau cara

penyampaian materi sebagian besar ibu-ibu menyatakan bahwa cara

penyampaian materi pengajian sangat sistematis dan mudah untuk dipahami.

Sehingga menumbuhkan semangat untuk terus menuntut ilmu, yang didasari

dengan ketululusan untuk menambah pengetahuan agama sehingga dapat

tertanam akidah dan ibadah yang baik dan tercermin sikap keberagamaan yang

baik.

Page 69: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

60

B. Saran

Sebagaimana yang telah penulis ungkapkan pada bagian awal

penelitian, bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi

tentang bagaimana peranan majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami dalam

membina sikap keagamaan jamaah di lingkungan RT 13/12 Kelurahan

Sahabat Kecamatan Cengkareng Barat Jakarta Barat

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, ada beberapa hal

yang penulis sarankan untuk lebih meningkatkan peranan majelis ta’lim Ad-

Da’watul Islami agar jamaah (kaum ibu-ibu) lebih meningkatkan kesadaran

dan motivasi keberagamaanya dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut :

Buatlah daftar materi pengajian, agar materi yang nanti di sampaikan

oleh ustadzah terprogram secara sistematis. Bahkan dimungkinkan

untuk dibuatkan buku ringkasan materi untuk jamaah

Penyampaian materi dan yang menyampaikannya dilakukan dengan

cara bervariasi. Sehingga mengikuti pengajian adalah aktifitas yang

mengasikan. Seperti menghadirkan ustadzah dari luar daerah,

penggunaan gabungan metode saat menyampaikan materi dan yang

lainnya.

Aktifitas sosial yang sudah ada lebih ditingkatkan intensitas dan

efektifitasnya sehingga masyarakat sekitar bahkan yang lainnya benar-

benar dapat merasakan manfaat dari adanya majelis ta’lim Ad-

Da’watul Islami ini.

Memberikan penghargaan kepada jamaah yang senantisa hadir. Agar

motivasi untuk mengaji lebih meningkat.

Page 70: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

61

ANGKET MENGENAI KEGIATAN KEAGAMAAN KAUM IBU DI

MAJELIS TA’LIM ADA’WATUL ISLAM

PETUNJUK PENGISIAN:

1. Bacalah Basmallah sebelum mengisi angket di bawah ini

2. Berilah tanda (X) dari salah satu alternatif jawaban a,b,c, atau d bila

sesuai dengan keadaanmu

3. Untuk kelengkapan data penelitian ini,saya mengharapkan jawaban

dapat terisi semua. Atas perhatian dan partisipasimya saya ucapkan

terima kasih.

Nama responden :

Usia responden :

1. Keberadan majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami

a. Sangat penting b. penting

c. Kurang penting d. Cukup penting

2. Keaktifan mengikuti pengajian

a. Selalu b. sering

c. Tidak pernah d. Kadang-kadang

3. Motivasi mengikuti pengajian

a. Atas kemauan sendiri b. Ajakan teman/pengurus

c. Iseng-iseng d. ikut-ikutan

4. Alasan bergabung di majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami

a. Menambah pengetahuan agama

b. Memperbanyak teman

c. Mengisi waktu luang

d. Iseng-iseng

5. Pengetahuan bertambah setelah mengikuti pengajian

a.Sangat bertambah b. Cukup bertambah

c. Kurang bertambah d. Tidak bertambah

6. Cara penyampaian materi

a. sangat sistematis sehingga mudah dipahami

b. Cukup sederhana

c. Berbelit-belit sehingga sukar dipahami

d. Tidak menarik

Page 71: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

62

7. Pengamalan ilmu dalam kehidipan sehari-hari

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

8. Peranan majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami dalam membina sikap keagamaan

jamaah

a. sangat berperan b. Cukup berperan

c. Kurang berperan d. Tidak berperan

9. Menyakini bahwa Allah SWT pencipta mutlak alam semesta

a. Sangat yakin b. Yakin

c. Ragu-ragu d. Tidak yakin

10. Menyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini adalah

kehendak AllahSWT

a. Sangat yakin b. Yakin

c. Ragu-ragu d. Tidak yakin

ANGKET MENGENAI MEMBINA SIKAP KEAGAMAAN

1. Menyakini bahwa setiap perbuatan manusia akan dicatat malaikat

a. Sangat yakin b. Yakin

c. Ragu-ragu d. Tidak yakin

2. Menyakini bahwa segala amal perbuatan akan dipertanggung jawabkan di

akhirat kelak

a. Sangat yakin b. Yakin

c. Ragu-ragu d. Tidak yakin

3. Menyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini adalah

kehendak AllahSWT

a. Sangat yakin b. Yakin

c. Ragu-ragu d. Tidak yakin

4. Senantiasa berusaha untuk menjalankan segala yang diperintah dan

menjauhkan larangan Allah SWT

a. Selalu b. Sering

c. kadang-kadang d. Tidak pernah

5. Senantiasa melaksanakan shalat wajib tepat pada waktunya setiap hari

a. Selalu b. Sering

c. kadang-kadang d. Tidak pernah

Page 72: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

63

6. Senantiasa menjalankan puasa Ramadhan

a. Selalu b. Sering

c. kadang-kadang d. Tidak pernah

7. Senantiasa mengeluarkan zakat baik zakat fitrah maupun maal

a. Selalu b. Sering

c. kadang-kadang d. Tidak pernah

8. Senantiasa membaca Al Quran setiap hari

a. Selalu b. Sering

c. kadang-kadang d. Tidak pernah

9. Senantiasa mengucapkan salam saat berjumpa dengan orang lain

a. Selalu b. Sering

c. kadang-kadang d. Tidak pernah

10. Sikat ketika melihat orang lain tertimpa musibah tertimpa musibah

a. Menolong dan menghiburnya

b. Melihat dan menjenguk

c. Mengucapkan rasa iba

d. Masa bodoh

11. Sikap ketika melihat tetangga berselisih

a. Menasehati b. Melarang

c. Membiarkan d. Ikut serta

Page 73: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

64

Berita Wawancara

Nama : Ustz. Hj. Hasanah Noer

Jabatan : Pembina MTGKI

Tempat : Cengkareng Timur

Tanggal : 13 Oktober 2010

Waktu : 10.00 – 12.00 wib

1. Bagaimana sejarah awaal hingga didirikannya (MTGKI) ini dan apa

tujuannya?

Jawaban: Pada awalnya majelis ta’lim ini hanya sebuah pengajian biasa yang

didirikan pada tahun 1982 oleh bapak H. Mohammad Nur. Pada waktu itu

hanya dikhususkan untuk kaum bapak, tapi karena jumlah jamaahnya kian

hari kian bertambah, maka diadakanlah pula majelis ta’lim untuk kaum ibu

yang di pimpin oleh anaknya sendiri yaitu ibu Hj. Hasanah Nur

Adapun tujuan didirikannya MTGKI untuk memajukan dan

mengembangkan syiar agama Islam baik ubudiyah maupun amaliyah, serta

membantu pemerintah mewujudkan pendidikan dan kesejahteraan bagi

masyarakat.

2. Bagaimana perkembangan (MTGKI) dari sejak berdirinya hingga sekarang?

Jawaban: Perkembangannya sangat bagus, baik dari jumlah anggotanya

yang meningkat dari kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh MTGKI

jakarta barat selalu mendapatkan sambutan baik dari masyarakat terutama

anggota sehingga dapat berjalan dengan lancar

3. Apa saja bentuk-bentuk kegiatan keagamaan Islam yang dilaksanakan di

majelis ta’lim?

Jawaban: kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan MTGKI Ad-

Da’watul Islami adalah pengjian yang diadakan 2x minggu, pengajian

bulanan, pengajian keliling setahun sekali, program seminar, program latihan,

menyantuni anak yatim, kaum dhuafa, kunjungan ponpes dan tour

dakwah,program perluasan kegiatan majelis ta’lim, memperingati hari-hari

besar Islam dengan mengadakan lomba seperti : MTQ,Qasidah, Sholawat dan

sebagainya.

4. Bagaimana peran dan upaya MTGKI jakarta barat dalam meningkatkan

kualitas majelis ta;lim?

Jawaban: MTGKI merupakan forum untuk berkomunikasi di antara para

pengurus dan para guru majelis ta’lim, MTGKI menginginkan para

pengurus dan guru majelis ta’lim ini menjadi orang-orang yang kreatif,

terampil dan berpotensi tinggi sehingga dapat mengelola atau menjadikan

suatu majelis ta’lim yang bermanfaat bagi jamaahnya. MTGKI selalu

mengupayakan berbagai cara untuk meningkatkan kualitas majelis ta’lim

Page 74: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

65

yaitu dengan mengadakan kegiatan yang mampu menambah wawasan dan

pengetahuan para guru, pengurus serta jamaahnya.

5. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pengajian tersebut (termasuk materi dan

materi)?

Jawaban: pengajian diadakan seminggu 2x yaitu hari senin pagi dan rabu

ba’da zhuhur, kegiatan hari senin difokuskan pada pemberian materi,seperti

akhlak, tauhid, fiqh, tafsir, sedangkan hari rabu ketermpilan baca Al-Qur’an

(tajwid). Sedangkan metode yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab dan

penugasan.

6. Bagaimana keadaan jamaah dan pengajar yang ada?

Jawaban: dari satu naungan MTGKI jamaah Ad-Da’watul Islami sekarang ini

ada sekitar 1000 orang dari 30 majelis ta’lim yang bergabung, mereka semua

memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda seperti : SD, SMP,

Madrasah tsanawiyah dan aliyah bahkan ada juga yang perguruan tinggi.

Sedangkan pengajar utama adalah saya sendiri (ibu Hj. Hasanah Nur) dan

dibantu oleh tenaga pengajar lainnya.

7. Bagaimana sikap ibu sebagai pimpinan dalam memberikan dorongan dan

motivasi kepada para ibu dalam menjalankan tugasnya?

Jawaban: saya selalu berusaha memotivasi mereka untuk selalu

bersemangat dalam menuntut ilmu, misalnya dengan melakukan

pendekatan-pendekatan persuasif dengan begitu akan tumbuh dalam diri

mereka rasa atau sikap keagamaan.

8. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap kegiatan keagamaan tersebut?

Jawaban: masyarakat di lingkungan cengkareng timur dan sekitarnya sangat

mendukung sekali terhadap kegiatan-kegiatan yang diadakan di majelis ta’lim

ini, mereka juga kadang-kadang ikut serta berpartisipasi baik dalam bentuk

moril maupun materil.

Interviwer Intervewee

Syahrul Mubarok Ibu Hj. Hasanah Noer

Page 75: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Waeson Munawir, Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Pustaka

Progressif, 1997), Cet. 14.

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2005).

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994),

Cet. II.

Bambang Soepeno, Statistik Terapan (Dalam Ilmu-Ilmu Sosial Dan Pendidikan),

(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), Cet I.

Basu Swastha dan Ibnu Sukadjo, Pengantar Bisnis Modern, (Yogyakarta: Liberti,

1993), cet. Ke-3.

Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Surabaya: Al-Hidayah,

1998).

Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, (ed), Majelis, Ensiklopedia Islam, (Jakarta:

Ichtiar Baru Van Haefe, 1994).

Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Difa

Publiser).

H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi

Aksara, 1995). Cet. I.

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Edisi

Revisi.

Jamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam Atas

Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Cet. I.

Jujun Suniassumantri, Hindarkan Indoktrinasi, (Jakarta: Panjimas, 1989), cet. I.

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994), Cet. 17.

Michael Adryanto, Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1994), Cet. III.

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak Atau Budi Pekerti Dalam

Ibadah Dan Tasawuf, (Jakarta: CV.Karya Mulia, 2005).

Muhamad Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998).

Page 76: PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3874/1/SYAHRUL... · setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam

Muslim Nurdin dkk.., Moral Dan Kognisi Islam, (Bandung: CV ALVABETA,

1993).

Muzayyin Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama,

(Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1991), Cet. II,.

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995),

Cet. 10.

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997).

Nurul Huda, Pedoman Majelis Taklim, (Jakarta: KODI DKI Jakarta, 1990), Cet.

II.

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),

Cet. I.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisis III.

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:

Rinike Cipta, 1998), Cet. 11.

Tuti Alawiyah As, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim (Bandung:

MIZAN, 1997).

WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1985).

Zuhairini, et. All., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet.

11.