Upload
vuonglien
View
226
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PERANAN MAJELIS TA’LIM GABUNGAN KAUM IBU AD-
DA’WATUL ISLAMI DALAM MEMBINA SIKAP
KEAGAMAAN JAMAAH
(Studi Kasus di Lingkungan Rt 13/12 Kelurahan Sahabat
Kecamatan Cengkareng timur Jakarta Barat)
DisusunOleh :
Syahrul Mubarok
103011026655
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H
iii
ABSTRAKSI
Syahrul Mubarok
Peranan Majelis Ta’lim Gabungan Kaum Ad-Da’watul Islami Dalam
Membina Sikap Keagamaan Jamaah
Dalam Penulisan skripsi ini penulis memilih judul “Peranan Majelis
Ta’lim Gabungan Kaum Ad-Da’watul Islami Dalam Membina Sikap Keagamaan
Jamaah” dikarenakan lembaga nonformal seperti majelis ta’lim diharapkan dapat
memberikan kontribusi berupa sarana pemberdayaan masyarakat untuk
menanamkan dan meningkatkan pengetahuan agama yang nantinya akan
membina sikap keagamaan pada pribadi mereka. Menurut pengamatan penulis,
majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami merupakan salah satu lembaga nonformal yang
dapat meningkatkan pendidikan agama Islam khusunya kaum ibu. Semenjak
didirikannya hingga kini telah banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat
sekitar bahkan lebih luas lagi.
Pendidikan Islam merupakan kebutuhan, karena sebagai makhluk
pedagogis manusia dilahirkan dengan membawa potensi dapat didik dan mendidik
sehingga mampu menjadi khalifah di bumi serta pendukung dan pemegang
kebudayaan
Secara strategis keberadaan majelis ta’lim sebagai salah satu sarana
dakwah dan tabligh yang Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan
dan peningkatan kualitas hidup umat Islam sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.
Jadi peranan secara fungsional majelis ta’lim adalah mengokokohkan landasan
hidup manusia khususnya di bidang mental dan spritual keagamaan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendidikan agama Islam yang diterapkan
Peranan Majelis Ta’lim Gabungan Kaum Ibu (MTGKI) Ad-Da’watul Islami
Dalam Membina Sikap Keagamaan para Jamaah di Lingkungan RT 13/12
Kelurahan Sahabat Kecamatan Cengkareng Timur Jakarta Barat.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis,
yaitu memaparkan secara mendalam dengan apa adanya secara obyektif sesuai
dengan data yang dikumpulkan. Dalam pengolahan data, penulis mengambil pola
perhitungan statistik dalam bentuk prosentase, artinya setiap data dipresentasikan
setelah ditabulasikan dalam bentuk frekwensi jawaban dalam setiap jawaban.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di lingkungan RT 13/12
kelurahan sahabat kecamatan cengkareng timur jakarta barat, melalui wawancara,
observasi dan penyebaran angket, dapat disimpulkan bahwa Peranan Majelis
Ta’lim Ad-Da’watul Islami dalam membina sikap keagamaan memberikan
implikasi yang baik kepada para jamaah. Hal tersebut disebabkan oleh dua faktor
yaitu pertama , majelis ta’lim gabungan kaum ibu Ad-Da’watul Islami
menekankan pengajiannya kepada aspek aqidah, ibadah dan akhlak. Kedua,
majelis ta’lim gabungan kaum ibu tidak hanya bergerak pada tatanan
penyampaian ilmu pengetahuan lebih luas lagi pada segi sosial kemasyarakatan
seperti santunan yatim piatu, menjenguk orang sakit, ta’ziyah serta banyak hal
lainnya.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, atas limpahan
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “PERANAN MAJLIS TAKLIM GABUNGAN KAUM IBU AD-
DA’WATUL ISLAMI DALAM MEMBINA SIKAP KEAGAMAAN
JAMAAH”
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi besar
Muhammad saw yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan ke
zaman yang penuh dengan ilmu dan teknologi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan walaupun waktu, tenaga, dan
pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan penulis
miliki demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Terselesaikan skripsi ini tidak lepas dari partisipasi beberapa pihak
yang telah membantu, motivasi serta arahan dari berbagai pihak, sehingga
patut kiranya penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Drs,Sapiuddin Shidiq, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
sabar dan teliti dalam mengoreksi dan membimbing penulis dalam
membuat skripsi ini.
4. Pimpinan dan seluruh Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada
umumnya dan Jurusan Pendidikan Agama Islam khususnya yang telah
memberikan kontribusi pemikiran melalui pengajaran dan diskusi yang
berkaitan dengan skripsi ini.
v
6. Ibu Hj Hasanah Nur, selaku pimpinan Majlis Taklim Gabungan Kaum Ibu
Ad-Da’watul Islami , serta seluruh pengurus dan jamaah
7. Terkhusus buat Ayahanda Bpk Asmat dan Ibunda Mudriah yang tercinta
yang telah merawat, membesarkan, mendidik, dan mencurahkan kasih
sayang serta tak bosan-bosannya memberikan bantuan secara moril,
materil, semangat dan do’a buat penulis.
8. Buat kakakku yang tercinta Siti Masropah S.Sos.I serta adik-adikku
tersayang Kaffi, Nida Kamalia, Ibnu Abbas.
9. Terkhusus buat sahabatku Ade Irma Gunawan, S.Pd.I dan Syamsul Fuad,
S.Pd.I
10. Untuk kekasihku Echa Rianti, S.Pd.I, yang selalu mendampingi dan
mengarahkanku
11. Seluruh teman-teman Mahasiswa/i Angkatan 2003 Khususnya PAI kelas
A yang selalu bercanda tawa dan telah memberi warna warni kehidupan
penulis, khususnya Mahbub, Ahmad Furqon, Ki Agus Siswandi. Dan juga
kepada teman-temanku yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,
sekali lagi terima kasih.
Penulis berharap dan berdo’a kepada Allah SWT, agar seluruh
pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis, akan mendapatkan balasan
yang setimpal disisinya, Jazakumullah Khairan Katsira.
Jakarta, Februari 2011
Penulis,
Syahrul Mubarok
v
i
ii
iii
iv
v
vii
1
5
5
6
6
7
8
9
10
11
15
16
17
18
25
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................
ABSTRAK ...............................................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
DAFTAR TABEL ....................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................
B. Identifikasi Masalah ................................................................................
C. Pembatasan Masalah ...............................................................................
D. Perumusan Masalah ................................................................................
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ...................................................
BAB II : KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Peranan Majelis Ta’lim
1. Pengertian Peranan ............................................................................
2. Pengertian Majelis Ta’lim .................................................................
3. Tujuan Majelis Ta’lim .......................................................................
4. Peranan Majelis Ta’lim .....................................................................
5. Materi dan Metode yang Diterapkan di Majelis Ta’lim ....................
B. Membina Sikap Keagamaan
1. Pengertian Membina .........................................................................
2. Pengertian Sikap Keagamaan ............................................................
3. Aspek-Aspek Sikap ...........................................................................
4. Ciri-Ciri Sikap Keagamaan ...............................................................
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Keagamaan ....................
C. Kerangka Berfikir
vi
30
30
31
32
33
34
37
39
39
40
40
42
57
60
61
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ................................................
B. Metode Penelitian ...................................................................................
C. Populasi dan Sampel ...............................................................................
D. Instrumen Penelitian ................................................................................
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Majelis Ta’lim Ad-Da’watul Islami ...................
2. Kondisi Tenaga Pengajar .................................................................
3. Sarana dan Prasarana .........................................................................
4. Materi dan Metode ............................................................................
5. Struktur Organisasi dan Pengelolaan Majelis Ta’lim Ad-Da’watul
Islami .................................................................................................
B. Deskripsi Data .........................................................................................
C. Interpretasi Data ......................................................................................
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk yang sebaik-
baiknya, bahkan merupakan makhluk yang paling mulia jika dibandingkan
dengan makhluk-makhluk lainnya, oleh karena ia dibekali akal pikiran.
manusia yang merasa dirinya memiliki akal, tentunya berusaha untuk melihat
hakikat dirinya serta asal kejadiannya, sehingga hal tersebut dapat
menumbuhkan keyakinan dan melahirkan dorongan untuk mengabdikan diri
sepenuhnya hanya untuk menyembah sang Kholiq, yaitu Allah SWT.
Sebagai makhluk hidup, manusia tumbuh dan secara evolusi baik
selama kandungan maupun setelah lahir hingga menjadi dewasa dan mencapai
usia lanjut. Dengan demikian manusia dalam proses kejadiannya termasuk
makhluk tanpa daya dan eksploratif. Maksudnya manusia tidak mungkin dapat
bertumbuh dan berkembang sendiri (tanpa daya) hingga memerlukan bantuan.
Islam sebagai agama yang menjadi pedoman hidup bagi manusia
mencakup seluruh kehidupan manusia. Di samping sebagai way of life
(pedoman hidup), Islam menurut para pemeluknya juga sebagai ajaran yang
harus didakwahkan dan memberikan pemahaman berbagai ajaran yang
terkandung di dalamnya. Sarana yang dapat dilakukan dalam
mentransformasikan nilai-nilai agama tersebut antara lain melalui majelis
ta’lim yang berfungsi memberikan pemahaman tentang nilai-nilai ajaran Islam
2
Artinya
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S Ali Imron
Ayat 104)1
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa ada tanggung jawab yang harus
dilakukan oleh seorang muslim kepada muslim lainnya yakni mengajak
kepada yang ma’ruf (segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah
SWT, dan mencegah kepada yang munkar (segala perbuatan yang menjauhkan
diri kepada Allah SWT).
Majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan non formal Islam yang
memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan
diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk membina dan
mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan
Allah SWT. Antara manusia sesamanya, dan antara manusia dan
lingkungannya; dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada
Allah SWT.”2
Majelis ta’lim adalah wadah pembentuk jiwa dan kepribadian yang
agamis yang berfungsi sebagai stabilisator dalam seluruh gerak aktivitas
kehidupan umat Islam Indonesia, maka sudah selayaknya kegiatan-kegiatan
yang bernuansa Islami mendapat perhatian dan dukungan dari masyarakat,
sehingga tercipta insan-insan yang memiliki keseimbangan antara potensi
intelektual dan mental spiritual dalam upaya menghadapi perubahan zaman
yang semakin maju.
Perkembangan majelis ta’lim pertama-tama bersumber dari swakarsa
dan swapercaya masyarakat berkat motivasi agamanya kemudian berkembang
1Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Surabaya: Al-Hidayah, 1998), h.
93 2 Nurul Huda, Pedoman Majelis Taklim, (Jakarta: KODI DKI Jakarta, 1990) , Cet. II, h.5
3
sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan zaman. Majelis ta’lim juga telah banyak
memberikan pengetahuan di berbagai lapangan kehidupan seperti:
1. Lapangan hidup keagamaan: agar perkembangan pribadi manusia
sesuai dengan norma-norma ajaran Islam.
2. Lapangan hidup kemasyarakatan, agar terbina masyarakat yang adil
dan makmur di bawah ridha dan ampunan Allah swt.
3. Lapangan hidup ilmu pengetahuan; agar berkembang menjadi alat
untuk mencapai kesejahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan
oleh iman.
4. Lapangan hidup berkeluarga; agar berkembang menjadi keluarga yang
sakinah.3
Majelis ta’lim merupakan salah satu wahana atau sarana dalam rangka
transfer nilai-nilai agama. Oleh karena itu, sebagai salah satu wahana, semua
kegiatan majelis ta’lim hendaknya merupakan proses pendidikan yang
mengarah pada internalisasi nilai-nilai agama tersebut. Artinya, jamaah
majelis ta’lim diharapkan mampu merefleksikan tatanan normatif yang
mereka pelajari dalam realitas kehidupan sehari-hari.
Secara strategis majelis ta’lim menjadi sarana dakwah dan tabligh
yang Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan
kualitas hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran Islam. Disamping itu guna
menyadarkan umat Islam dalam rangka menghayati dan mengamalkan ajaran
agamanya yang kontekstual kepada lingkungan hidup sosial budaya dan alam
sekitar mereka, sehingga dapat menjadikan umat Islam sebagai Ummatan
Washatan yang meneladani kelompok umat lain.
Jadi peranan secara fungsional majelis ta’lim adalah mengokohkan
landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya di bidang mental spiritual
keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara
integral, lahiriah dan batiniahnya, duniawiah dan ukhrawiah secara
bersamaan, sesuai tuntutan ajaran agama Islam yaitu Iman dan Takwa yang
3 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 9.
4
melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya, fungsi
demikian sesuai dengan pembangunan nasional kita.4
Pada umumnya pendidikan adalah tugas dan tanggung jawab bersama
yang dilaksanakan secara sadar baik dari pihak pendidik maupun pihak
terdidik. Kesadaran dalam melaksanakan pendidikan adalah dimaksudkan
untuk mencapai kedewasaan dan kematangan berfikir yang dapat diusahakan
melalui beberapa proses pendidikan, yaitu proses pendidikan formal, informal
dan nonformal.
Pendidikan agama merupakan usaha sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga
mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama
Islam dari sumber utamanya yakni kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadist, melaui
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman,
dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut beragama dalam masyarakat
sehingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Gambaran manusia yang diharapkan melalui proses pendidikan adalah
seorang muslim yang beriman kepada Allah SWT, bertakwa, berakhlak mulia
serta menguasai ilmu untuk dunia dan akhirat serta memikul tanggung jawab
dan amanat yang dibebankan kepadanya sesuai dengan kemampuan masing-
masing.
Keberhasilan seseorang dalam menyiarkan ajaran Islam sangat
tergantung kepada metode (manhaj) yang digunakan sebagai media dakwah.
Media dakwah dapat berupa pendidikan formal, non formal, informal maupun
forum-forum incidental seperti tabligh akbar, ceramah-ceramah agama
khususnya yang berkaitan dengan sosio-kultural masyarakat.
Oleh sebab itu, lembaga non formal seperti majelis ta’lim diharapkan
dapat memberikan kontribusi berupa sarana pemberdayaan masyarakat untuk
menanamkan dan meningkatkan pengetahuan agama yang nantinya dapat
membentuk sikap keagamaan pada pribadi mereka.
4 H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995). Cet. I, h. 120.
5
Menurut pengamatan penulis, majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami
merupakan salah satu lembaga non formal yang dalam rangka meningkatkan
pedidikan agama Islam khususnya bagi kaum ibu. Semenjak didirikanya
hingga kini telah banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar
bahkan lebih luas lagi.
Sesuai dengan latar belakang di atas maka penulis bermaksud untuk
mengadakan penelitian dengan judul “PERANAN MAJELIS TA’LIM
GABUNGAN KAUM IBU (MTGKI) AD-DA’WATUL ISLAMI DALAM
MEMBINA SIKAP KEAGAMAAN JAMAAH ”. (Studi kasus di lingkungan
RT 12/13 Kelurahan Sahabat kecamatan Cengkareng Timur Jakarta Barat).
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
identifikasi masalah yang dapat dirumuskan penulis antara lain :
a. Majelis ta’lim merupakan salah satu wahana atau sarana dalam rangka
transfer nilai-nilai agama
b. Peranan majelis ta’lim dalam membina sikap keagamaan jamaah
c. metode yang dikembangkan oleh para pengurus di majelis ta’lim Ad-
Da’watul Islami
d. Fungsi dan Manfaat yang dirasakan oleh jamaah dan masyarakat
sekitarnya.
e. Pemahaman dan pengalaman peserta majelis ta’lim dalam memahami dan
mengamalkan nilai-nilai keagamaan tersebut.
C. Pembatasan Masalah
Agar dalam penulisan skripsi ini tidak melebar terlalu luas yang
nantinya akan sulit menemukan permasalahan yang dituju, maka masalah
penelitian ini dibatasi, yakni:
1. Majelis ta’lim yang dimaksud adalah kegiatan atau aktifitas yang
dilakukan di majelis ta’lim Gabungan Kaum Ibu (MTGKI) Ad Da’watul
Islami Cengkareng Timur, Jakarta Barat.
6
2. Sikap keagamaan yang dimaksud adalah pelaksanaan nilai-nilai ibadah
serta sikap sosial yang dilakukan jama’ah dalam kehidupan sehari-hari
setelah mereka mendapatkan pendidikan agama Islam yang diperolehnya.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan
penelitian ini dapat dirumuskan yakni:" Bagaiman peranan majelis ta’lim
Gabungan Kaum Ibu (MTGKI) Ad Da'watul Islami dalam membina sikap
keagamaan para jamaahnya di lingkungan RT 12/13 Kelurahan Sahabat
kecamatan Cengkareng Timur Jakarta Barat.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui bagaimana peranan majelis ta’lim
Islam Ad-Da’watul Islami dalam membina sikap
keagamaan jama’ah.
Kegunaan Penelitian:
1. Berguna bagi penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah sebagai tugas
akhir perkuliahan.
2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan serta
informasi agar lebih memperhatikan lagi kualitas serta kuantitas
peranan di MTGKI Ad-Da’watul Islami.
3. Dengan data ini diharapkan akan menjadi bahan informasi pula bagi
semuanya untuk dapat meningkatkan pengajaran pendidikan agama
Islam bagi lembag formal maupun non formal.
7
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Peranan dan Majelis Ta’lim
1. Peranan
Peranan berasal dari kata peran yang mempunyai arti: seperangkat
tingkat yang diharapkan dapat dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
masyarakat. Sumber lain mengartikan kata peran sebagai karakter yang
dimainkan oleh objek.1
Setelah mendapat akhiran an kata peran memiliki arti yang berbeda
diantaranya sebagai berikut:
a. Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.
b. Peranan adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh indifidu atau suatu
lembaga.
c. Peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu
peristiwa.2
Dari pengertia-pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
peranan adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan baik oleh pribadi
1 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985),
h. 33. 2 Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Difa
Publiser), h. 641.
8
maupun institusi. Kewajiban yang dilaksanakan dimaksudkan untuk mencapai
maksud dan tujuan.
2. Pengertian Majelis Ta’lim
Majelis ta’lim menurut bahasa terdiri dari dua kata yaitu “majelis” dan
“ta’lim”, yang keduanya berasal dari bahasa Arab. Kata majelis ta’lim adalah
bentuk isim makna dari akar kata “” Yang berarti “tempat duduk, tempat
sidang atau dewan”.3
Tuti Alawiyah As dalam bukunya “strategi Dakwah di Lingkungan
Majelis Ta’lim”, mengatakan bahwa salah satu arti dari majelis adalah
“pertemuan atau perkumpulan orang banyak” sedangkan ta’lim berarti
“pengajaran atau pengajian agama Islam”.4
Kini apabila kedua istilah tersebut disatukan maka yang akan muncul
kemudian gambaran sebuah suasana dimana para muslimin berkumpul untuk
melakukan kegiatan yang tidak hanya terikat pada makna pengajian belaka
melainkan kegiatan yang dapat menggali potensi dan bakat serta menambah
pengetahuan dan wawasan para jama’ahnya.
Musyawarah majelis ta’lim se DKI Jakarta yang berlangsung tanggal
9-10 Juli 1980 memberikan batasan (ta’rif) majelis ta’lim.
“Yaitu lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki
kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan
diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk membina
dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia
dengan Allah swt. Antara manusia sesamanya, dan antara mansuia dan
lingkungannya; dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa
kepada Allah SWT.”5
3 Ahmad Waeson Munawir, Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Pustaka Progressif,
1997), Cet. 14, h. 202 4 Tuti Alawiyah As, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim (Bandung: MIZAN,
1997), h.5 5 Nurul Huda, Pedoman Majelis Taklim, (Jakarta: KODI DKI Jakarta, 1990), Cet. II, h. 5
9
Dari beberapa definisi tersebut maka majelis ta’lim dapatlah ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Majelis ta’lim adalah tempat berlangsungnya kegiatan pengajian atau
pengajaran agama Islam. Waktunya berkala tetapi teratur tidak tiap
hari atau tidak seperti sekolah.
2. Majelis ta’lim merupakan lembaga pendidikan Islam non formal yang
pengikutnya disebut jama’ah bukan pelajar atau murid. Hal ini
didasarkan karena kehadiran di majelis ta’lim tidak merupakan suatu
kewajiban sebagaimana dengan kewajiban murid di sekolah.
Sedangkan pengertian majelis ta’lim menurut penulis dalam skripsi ini
adalah suatu wadah berkumpulnya orang muslim guna menuntut ilmu
agama Ialam, yang disertakan kegiatan yang dapat menggali potensi dan
mengembangkan bakat serta menambah pengetahuan dan wawasan para
jamaahnya.
3. Tujuan Majelis Ta’lim
Mengenai hal yang menjadi tujuan majelis ta’lim, mungkin rumusnya
bermacam-macam. Tuti Alawiyah merumuskan bahwa tujuan majelis ta’lim
dari segi fungsi, yaitu:
1. Berfungsi sebagai tempat belajar, maka tujuan majelis ta’lim adalah
menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong
pengalaman ajaran agama.
2. Berfungsi sebagai tempat kontak sosial , maka tujuannya adalah
silaturahmi.
10
3. Berfungsi mewujudkan minat sosial, maka tujuannya adalah
meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan
lingkungan jamaahnya.6
Secara sederhana tujuan majelis ta’lim dari apa yang diungkapkan di
atas adalah tempat berkumpulnya manusia yang didalamnya membahas
pengetahuan agama serta terwujudnya ikatan silaturahmi guna meningkatkan
kesadaran jamaah atau masyarakat sekitar tentang pentingnya peranan agama
dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan di dalam ensiklopedia Islam, diungkapkan bahwa tujuan
majelis ta’lim adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran beragama di kalangan
masyarakat khususnya bagi jamaah.
b. Meningkatkan amal ibadah masyarakat.
c. Mempererat silaturahmi antar jamaah.
d. Membina kader di kalangan umat Islam.7
4. Peranan Majelis Ta’lim
Majelis Ta’lim merupakan lembaga pendidikan tertua dalam Islam.
Walaupun tidak disebut majelia ta’lim, namun pengajian Nabi Muhammad
saw. Yang berlangsung secara sembunyi di rumah sahabat Arqam bin Abil
Arqam r.a. di zaman makkah, dapat dianggap sebagai majelis ta’lim menurut
pengertian sekarang. Setelah adanya perintah Allah swt. Untuk menyiarkan
Islam secara terang-terangan, pengajian seperti itu segera berkembang di
tempat-tempat lain yang diselenggarakan secara terbuka.
Majelis ta’lim adalah lembaga Islam non formal. Dengan demikian
majelis ta’lim bukan lembaga pendidikan Islam formal seperti madrasah atau
perguruan tinggi. Majelis ta’lim bukanlah merupakan wadah organisasi
masyarakat yang berbasis politik. Namun, majelis ta’lim mempunyai peranan
6 Tuti Alawiyah As, Strategi Dakwah..., h. 78
7 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, (ed), Majelis, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar
Baru Van Haefe, 1994), h.122
11
yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Peranan majelis ta’lim
sebagai berikut:
a. Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan
beragama dalam rangka membentuk mayarakat yang bertaqwa kepada
Allah SWT.
b. Taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya bersifat santai.
c. Wadah silatuhrahmi yang menghidup suburkan syiar Islam.
d. Media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan
umat dan bangsa.8
Secara strategi majelis ta’lim menjadi sarana dakwah dan tabligh yang
Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatkan
kualitas hidup umat Islam sesuai tuntunan ajaran Islam. Disamping itu guna
menyadarkan umat Islam dalam rangka menghayati dan mengamalkan ajaran
agamanya yang kontekstual kepada lingkungan hidup sosial budaya dan alam
sekitar mereka, sehingga dapat menjadikan umat Islam sebagai Ummatan
Washatan yang meneladani kelompok umat lain. Untuk tujuan itu, maka
pemimpinnya harus berperan sebagai petunjuk jalan kea rah kecerahan sikap
hidup Islami yang membawa kesehatan mental rohaniah dan kesadaran
fingsipnal selaku khalifah di buminya sendiri. Dalam kaitannya dengan hal ini,
M. Arifin mengatakan:
Jadi peranan secara fungsional majelis ta’lim adalah mengkokohkan
landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya di bidang mental
spritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas
hidupnya secara integral, lahiriah dan batiniahnya, duniawi dan
ukhrawiah secara bersamaan, seseuai tntutan ajaran agama Islam yaitu
iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala
bidang kegiatannya, fungsi sesuai dengan pembangunan nasional kita.9
5. Materi dan Metode Yang Dikaji Majelis Ta’lim
1). Materi
8 Dewan Redaksi, Majelis …, h. 120
9 H.M.Arifin, Kapita Selekta..., h. 120
12
Materi atau bahan ialah apa yang hendak diajarkan dalam majelis
ta’lim. Dengan sendirinya materi itu adalah ajaran Islam dengan segala
keluasannya. Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi segala
aspek kehidupan, maka pengajaran Islam berarti pengajaran tentang tata hidup
yang berisi pedoman pokok yang digunakan oleh manusia dalam menjalani
kehidupannya di dunia dan untuk menyiapkan hidup yang sejahtera di akhirat
nanti. Dengan demikian materi pelajaran agama Islam luas sekali meliputi
segala aspek kehidupan.
Dewasa ini, sekedar untuk memudahkan sering dilakukan pembagian
antara ilmu agama arti khusus dan ilmu umum yang dipandang dari segi
agama dengan demikian, maka secara garis besarnya, ada dua kelompok
pelajaran dalam majelis ta’lim, yakni kelompok pengetahuan agama dan
kelompok pengetahuan umum.
a. Kelompok pengetahuan agama
Bidang pengajaran yang termasuk kelompok ini antara lain adalah
Tauhid, Fiqh, Tafsir,Hadits, Akhlaq, Tarikh, dan Bahasa Arab.
b. Kelompok pengetahuan umum
Karena banyaknya pengetahuan umum, maka tema-tema atau maudlu’
yang disampaikan hendaknya hal-hal yang langsung ada kaitannya dengan
kehidupan masyarakat. Kesemuanya itu dikaitkan dengan agama, artinya
dalam menyampaikan uraian-uraian tersebut hendaklah jangan dilupakan
dalil-dalil agama baik berupa ayat-ayat al-Qur’an atau hadits-hadits atau
contoh-contoh dari kehidupan Rasullah saw.10
Menurut Tuti Alawiyah bahwa kategori pengajian itu diklasifikasikan
menjadi 5 bagian:
a) Majelis ta’lim tidak mengajarkan secara rutin tetapi hanya sebagai
tempat berkumpul, membaca shalawat, membaca surat yasin atau
10
Nurul Huda, Pedoman…, h. 5.
13
b) Membaca shalawat nabi dan sebulan sekali pengurus majelis ta’lim
mengundang seorang guru untuk berceramah itulah merupakan isi
taklim.
c) Majelis ta’lim mengajarkan pengetahuan dan keterampilan dasar ajaran
agama seperti belajar mengaji al-Qur’an atau penerangan fiqh.
d) Majelis ta’lim mengajarkan pengetahuan agama tentang fiqh, tauhid
atau akhlak yang diajarkan dalam-dalam pidato-pidato mubaliq yang
kadang-kadang dilengkapi tanya jawab.
e) Majelis ta’lim seperti butir ke-3 dengan mengunakan kitab sebagi
pegangan, ditambah dengan pidato atau ceramah.
f) Majelis ta’lim dengan pidato-pidato dan dengan pelajaran pokok yang
diberikan teks tertulis. Materi pelajaran disesuaikan dengan situasi
hangat berdasarkan ajaran Islam.11
Penambahan dan pengembangan materi dapat saja terjadi di majelis
ta’lim, melihat semakin majunya zaman dan semakin kompleks permasalahan
yang perlu penanganan yang tepat. Wujud program yang tepat dan aktual
sesuai dengan kebutuhan jama’ah itu sendiri merupakan suatu langkah yang
baik agar majelis ta’lim tidak terkesan kolot dan terbelakang. Karena majelis
ta’lim merupakan salah satu struktur kegiatan dakwah yang berperan penting
dalam mencerdaskan umat, maka selain pelaksanaannya harus sesuai teratur
dan periodik juga harus mampu membawa jama’ah kearah yang lebih baik.
2). Metode
Metode adalah cara, dalam hal ini caara menyajikan bahwa pengajaran
dalam majelis ta’lim untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.makin baik
motode yang dipilih makin efektif pencapaian tujuan.
Metode mengajar banyak sekali macamnya. Namun bagi majelis ta’lim
tidak semua metode itu dapat dipakai. Ada metode mengajar di kelas yang
tidak dapat dipakai dalam majelis ta’lim. Hal ini disebabkan karena perbedaan
kondisi dan situasi antara sekolah dengan majelis ta’lim.
11
Tuty Alawiyah, Strategi Dakwah..., h. 79
14
Ada beberapa metode yang di gunakan di majelis ta’lim, diantaranya :
a. Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode halaqah.
Dalam hal ini pengajar atau ustadzah atau kiayi memberikan
pelajaran biasanya dengan memegang suatu kitab tertentu. Peserta
mendengarkan keterangan pengajar sambil menyimak kitab yang
sama atau melihat ke papan tulis dimana menuliskan apa-apa yang
hendak diterangkan.
b. Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode mudzakarah.
Metode ini dilaksanakan dengan cara tukar menukar pendapat atau
diskusi mengenai suatu masalah yang disepakati untuk dibahas.
c. Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode ceramah.
Metode ini dilksanakan dengan dua cara. Pertama, ceramah umum,
dimana pengajar atau ustadzah atau kiayi bertindak aktif dengan
memberikan pelajaran atau ceramah, sedangkan peserta pasif, yaitu
tinggal mendengar atau menerima materi yang diceramahkan.
Kedua. Ceramah terbatas, dimana biasanya terdapat kesempatan
untuk bertanya jawab. Jadi baik pengajar atau ustadzah atau kiayi
maupun peserta atau jamaah sama-sama aktif.
d. Majelis ta’lim yang diselenggarakan dengan metode campuran.
Artinya satu majelis ta’lim menyelenggarakan kegiatan pendidikan
atau pengajian tidak dengan satu maacam metode saja, melainkan
dengan berbagai metode secara berselang-seling.12
Barangkali dalam majelis ta’lim dewasa ini (Majelis ta’lim umum)
metode ceramah telah sangat membudaya, seolah-olah hanya metode ini saja
yang dapat dipakai dalam majelis ta’lim. Dalam rangka pengembangan dan
peningkatan mutu majelis ta’lim ada baiknya metode yang lain mulai dipakai.
12
Nurul Huda, Pedoman…, h. 29
15
B. Membina Sikap Keagamaan
1. Pengertian Membina
Menurut kamus bahasa Indonesia Membina adalah membangun,
mendirikan atau mengusahakan supaya lebih baik atau lebih maju (maju,
sempurna).13
2. Pengertian Sikap Keagamaan
Sebelum sampai pada pengertian sikap keagamaan terlebih dahulu ada
baiknya penulis akan menguraikan tentang pengertian sikap dan pengertian
agama yang merupakan kata dasar dari keagamaan.
Menurut bahasa (etimologi), sikap adalah “Perbuatan dan sebagainya
yang berdasarkan pada pendirian, pendapat atau keyakinan”.14
Sikap atau
dalam bahasa Inggris disebut attitude menurut Ngalim purwanto adalah
“Perbuatan atau tingkah laku sebagai respon atau reaksi terhadap suatu
rangsangan atau stimulus”.15
G.W.Allport (1953) mengemukakan bahwa “sikap adalah keadaan
mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang
memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada
semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya”.16
Jadi, sikap merupakan kesiapan merespon yang sifatnya positif atau
negatif terhadap obyek atau situasi secara konsisten. Apabila individu memiliki
sikap yang positif terhadap obyek ia akan siap membantu, memperhatikan,
berbuat sesuatu yang menguntungkan obyek itu. Sebaliknya bila ia memiliki
sikap yang negatif terhadap suatu obyek, maka ia akan mengecam, mencela,
menyerang bahkan membinasakan obyek itu.
13
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002), Edisis III, 152. 14
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), Cet.
I, h. 499 15
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), Cet. 10, h.
141 16
Michael Adryanto, Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1994), Cet. III, h. 137.
16
Dari uraian di atas jelaslah bahwa sikap merupakan kesediaan
bertindak atau bertingkah laku seseorang individu yang berdasarkan pendirian
dan pendapat terhadap suatu hal atau objek tertentu . tidak ada satu sikappun
yang tanpa objek. Misalnya: sikap seseorang muslim terhadap gading babi
yang dianggapnya sebagai makanan yang haram dan kotor. Dengan demikian
sikap adalah konsep yang membantu kita untuk memahami tingkah laku.
Sejumlah perbedaan perbedaan tingkah laku dapat merupakan pencerminan
atau manifestasi dari sikap yang sama.
A. Aspek-aspek sikap
Bila kita membicarkan tentang sikap keagamaan seseorang berarti kita
secara langsung membicarakan pengalaman ajaaran agamanya, karena ajaran
agaama seseorang merupakan perwujudan dari sikap keagamaannya.
Sikap merupakan predisposisi unutk bertindak senang atau tidak terhadap
objek tertentu yang mencakup komponen kognisi, afektif, dan konasi yang
merupakan evaluasi yang bersifat personal, yang membentuk kecenderungan
untuk bertindak.17
Jika keagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap
agama. Merunjuk kepada rumusan di atas terlihat bahwa ada tiga aspek sikap
keagamaan, yaitu:
1. Aspek kognisi, adalah segala hal yang berhubungan dengan intelek jiwa
manusia, dimana akal pikiran merupakan potensi manusia yang dapat
dikembangkan untuk mendorong melakukan perbuatan yang baik dan
menghindarkan perbuatan yang buruk. Dengan adanya manusia berfikir
dan memahami perbuatan-perbuatan maka manusia membutuhkan
pegangan hidup yang disebut agama, sehingga dalam jiwa manusia
mengakui adanya zat yang maha kuasa tempat berlindung dan memohon
pertolongan.
17
Jujun Suniassumantri, Hindarkan Indoktrinasi, (Jakarta: Panjimas, 1989), cet. I.
17
2. Aspek afektif, adalah segala hal yang berhubungan dengan gejala perasaan
(emosional) seperti senang, tidak senang, setuju tidak setuju . bila
seseorang percaya bahwa agama itu adalah suatu yang baik dan benar
maka akan timbul perasaan suka terhadap agama sehingga menimbulkan
sikap batin yang seimbang dalam menghayati kebenaran ajaran agama.
3. Aspek konasi, adalah segala hal yang berhubungan dengan prilaku
keagamaan. Aspek ini berfungsi untuk mendorong timbulnya perasaan
doktrin suatu ajaran agama untuk mengamalkan ajaran agama dengan
penuh keikhlaasan dalam hidupnya.
Dengan demikian ketiga aspek ini saling berkaitan antara satu dengan
yang lainnya dalam pelaksanaan pengalaman ajaran agama. Aspek kognisi
berperan menentukan benar atau tidaknya ajaran berdasarkan pertimbangan
intelektual seseorang, aspek afektif berperan menimbulkan sikap batin yang
seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama sedangkan aspek
konasi berperan menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan yang
benar.
B. Ciri-Ciri Sikap Keagamaan
Membicarakan sikap keagamaan tidak terlepas dari ciri-ciri sikap
keagamaan. Hal ini dapat di lihat dari berbagai dimensi keberagamaan seseorang
menurut GLOCK & STARK, sebagaimana dikutip oleh Djamaludin Ancok di
mensi keagamaan yaitu:
1. Dimensi Keyakinan (Ideologis)
2. Dimensi Peribadatan (Praktek agama)
3. Dimensi Penghayatan (Eksperiensial)
4. Dimensi Pengetahuan
5. Dimensi Pengamalan (Konsekuensial)18
18
Jamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam Atas
Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Cet. I, h. 77.
18
Pertama,dimensi keyakinan, dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan
dimana seorang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan
mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut.
Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan di mana para
penganutnya diharapkan akan taat, seperti dalam ajaran Islam dikenal dengan
enam pokok keimanan atau arkanul iman. Kepercayaan tersebut adalah : iman
kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab –kitab, iman kepada
Rasul, iman kepada hari akhir dan iman kepada Qodho dan Qadar.
Kedua, dimensi peribadatan atau praktek agama. Dimensi ini mencakup
perilaku pemujaan, ketaatan dan perilaku yang dilakukan orang untuk
menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya.
Dalam agama Islam, umatnya diwajibkan untuk mengamalkan ajaran-
ajaran agamanya, seperti melakukan sholat, puasa, zakat, haji dan ibadah-ibadah
lainya yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Ketiga, dimensi penghayatan yang berisikan dan berintikan fakta bahwa
semua agama ini mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, walaupun
tidak tepat jika dikaatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada
suatu waktu akan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai
kenyataan terakhir, yaitu bahwa dia akan mencapai suatu keadaan kontak
dengan perantara supernatural.
Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, persepsi-persepsi,
perasaan-perasaan dan dimensi-dimensi yang dialami seorang pelaku atau suatu
kelompok keagamaan yang melihat komunikasi dengan suatu esensi ketuhanan,
yaitu dengan Tuhan.
Keempat, dimensi pengetahuan agama, dimensi ini mengacu kepada
bahwa harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki
minimal pengetahuan tentang agama, yaitu pengetahuan mengenai dasar-dasar
keyakinan (keimanan), ibadah-ibadah yang diwajibkan oleh agama, kitab
sucinya dan tradisi-tradisi yang ada dalam agamanya.
19
Antara dimensi pengetahuan dan keyakinan mempunyai kaitan satu
sama lainnya, karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi
penerimanya.
Kelima, dimensi konsekuensi. Dimensi konsekuensi ini mengacu kepada
identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, pengamalan ajaran-ajaran
agama, pengalaman keagamaan, dan pengetahuan agama, berarti ia mempunyai
sikap keagamaan.
Mencerminkan sikap keagamaan seorang muslim dalam hal ini dasar-
dasar ajaran Islam yang meliputi aqidah, syari’ah dan akhlaq
1. Aqidah
Pada dasarnya manusia membutuhkan kepercayaan, kepercayaan itu
akan membentuk sikap dan pandangan hidup seseorang. Kepercayaan
atau keimanan merupakan pondasi utama yang akan menentukan sikap
seseorang dengan keimanan yang tertanam dalam diri seseorang. Maka
segala amal perbuatannya ditunjukan untuk memenuhi perintah Tuhan
dan menjauhi segala larangan-Nya.
Objek keimanan yang tidak akan berubah manfaatnya dan tidak
akan pernah hilang adalah keimanan yang ditentukan oleh agama. Dalam
agama Islam ada macam pokok keimanan yang disebut rukun iman,
yaitu: iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-
kitab, iman kepada Rasul, iman kepada hari akhir dan iman kepada
Qodho dan Qadar atau takdir.
2. Syari’ah
Menurut Prof. Dr. Mahmud Syaltout dalam bukunya Al-Islam
Aqidah wa Al-Syaari’ah, yang dikutip oleh Zuhairini dkk,
mengemukakan pengertian syariah sebagai berikut:
Syari’ah adalah peraturan-peraturan yang diciptakan Allah atau
yang diciptakan pokok-pokoknya supaaya manusia berpegang teguh
20
kepadanya didalam hubbungannya dengan Tuhan-Nya dengan
kehidupannya.19
Berdasarkan pada pengertian di atas, syari’ah berpusat pada
dua segi yang mendasar, yaitu segi hubungannya dengan tuhan yang
disebut ibadah, dsn segi hubungan manusia dengan sesama yang di sebut
muamalah.
Antara ibadah dan muamalah mempunyai kaitan yang sangat
erat, tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya, dalam
arti keduanya harus bernilai ibadah sebagai proses, sesuai dengan
maksud dan tujuan manusia diciptakan Tuhan. Seperti dalam firman
Allah yang berbunyi:
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya untuk mengabdi (ibadah) kepada-Ku” (Surat Adz-Dzariyat : 56)
3. Akhlak
Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama.
Secara linguistik (kebahasaan) kata akhlak merupakan isim jamid atau isim
ghairu mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan kata
tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak adalah jama dari kata khuluqun
atau khuluq yang artinya sama dengan arti akhlaq sebagaimana telah
disebutkan di atas.20
Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan
kehendak, contohnya bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan
itu ialah akhlak dermawan.
19
Zuhairini, et. All., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. 11, h.
36. 20
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak atau Budipekerti dalam Ibadah dan
Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), h. 25-26.
21
Di dalam ensiklopedi pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi
pekerti, watak, kesusilaan, (kesadaran etika dan moral) yaitu kelakuan baik
yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan
terhadap sesama manusia.
Al-Mu’jam al-wasit menyebutkan definisi akhlak sebagai berikut:
Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahir macam-
macam perbuatan baik dan buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.21
Akhlak dalam konsepsi Al-Ghazali, sebagaimana yang telah dikutip
oleh Muhammad Ardani, bahwa akhlak tidak hanya terbatas pada apa yang
dikenal dengan “teori menengah” dalam keutamaan seperti yang disebut oleh
Aristoteles, dan pada sejumlah sifat keutamaan yang bersifat pribadi, tapi juga
menjangkau sejumlah sifat keutamaan akali dan amali, perorangan dan
masyarakat. Semua sifat ini bekerja dalam suatu kerangka umum yang
mengarah kepada suatu sasaran dan tujuan yang telah ditentukan.
Akhlak menurut Al-Ghazali, sebagaimana yang telah dikutip
Muhammad Ardani, bahwa akhlak mempunyai tiga dimensi:
a. Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan tuhannnya, seperti
ibadah dan shalat.
b. Dimensi sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaulannya
dengan sesamanya.
c. Dimensi metafisis, yakni akidah dan pegangan dasarnya.22
Dalam konsep akhlak adalah suatu sikap mental (halun lin nafs) yang
mendorong untuk berbuat tanpa piker dan pertimbangan. Keadaan atau sikap
jiwa ini terbagi dua: ada yang berasal dari watak (tempramen)dan ada yang
berasal dari kebiasaan dan latihan. Dengan kata lain tingkah laku manusia
21
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), cet. Ke-
11, h. 2. 22
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak Atau Budi Pekerti Dalam Ibadah
Dan Tasawuf, (Jakarta: CV.Karya Mulia, 2005), h. 25
22
mengandung dua unsur-unsur watak naluri dan unsure usaha lewat kebiasaan
dan latihan.
Sedangkan menurut al-Farabi, sebagaimana yang telah dikutip oleh
Muhamad Ardani, ia menjelaskan bahwa akhlak itu bertujuan untuk
memperoleh kebahagian yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan
diusahakan oleh setiap orang.23
Jadi, pada hakikatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu
kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian
hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan
mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.24
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat
yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya yang selalu ada
padanya, sifat itu dapat terlahir berupa perbuatan baik disebut akhlak yang
mulia atau perbuatan buruk yang disebut akhlak yang tercela sesuai dengan
pembinaannya.
Ruang lingkup akhlak mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Pola hubungan dengan Allah, seperti mentauhidkan Allah dan
menghindari syirik, bertaqwa kepada-Nya, memohon pertolongan
kepada-Nya dan lain-lain
b. Pola hubungan manusia dengan Rasullah, yaitu menegakkan sunah
rasul, menziarahi makamnya di madinah dan membacakan
shalawat.
c. Pola hubungan manusia dengan dirinya, seperti menjaga kesucian
diri dari sifat rakus dan mengumbar nafsu, mengembangkan
keberanian dalam menyampaikan yang hak dan membrantas
kedzaliman.
Pola hubungan dengan masyarakat, dalam konteks kepemimpinan,
seperti menegakkan keadalian, berbuat ihsan, menjungjung tinggi
23
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf..., h. 29 24
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. II,
h.1
23
musyawarah, memandang kesederajatan manusia dan membela orang-orang
yang lemah, mentaati pemimpin, dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan
kepemimpinan.25
Asal kata Agama menurut bahasa Arab, agama berasal dari kata Ad-
Din bahasa Belanda adalah religie, dalam bahasa Inggris religion, yang
mempunyai arti “hubungan antara manusia dengan suatu kekuasaan luar yang
lain dan lebih daripada apa yang dilami oleh manusia”.
Menurut Quraish Shihab agama adalah “sebagai hubungan antara
makhluk dengan khaliqnya. Hubungan ini terwujud dalam sikap batinnya serta
tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap
kesehariannya.26
Prof Muzayyin Arifin dalam bukunya “Pedoman pelaksanaan
bimbingan dan penyuluhan Agama”, mengatakan:
”Dari aspek subjektif (pribadi manusia), agama mengandung
pengertian tentang tingkah laku manusia yang dijiwa oleh nilai-nilai
keagamaan yang berupa getaran batin yang dapat mengatur dan
mengarahkan tingakah laku tersebut kepada pola hubungan antara
manusia dengan Tuhan-Nya dan pola hubungan antara manusia dengan
masyarakat sserta alam sekitar”.27
Dari beberapa definisi agama yang telah dipaparkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa secara garis besar agama adalah tuntunan Tuhan untuk
diikuti,dipatuhi dan diamalkan oleh manusia untuk memperoleh kebahagian di
dunia dan akhirat. Sedangkan kata agamis itu sendiri maksudnya adalah “sifat-
sifat yang terdapat dalam agama, dapat juga dikatakan segala sesuatu
mengenai agama.
Jadi yang dimaksud dengan membina sikap keagamaan adalah suatu
keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku
sesuai kadar ketaatannya terhadap agama supaya lebih baik. Sikap keagamaan
25
Muslim Nurdin dkk.., Moral Dan Kognisi Islam, (Bandung: CV ALVABETA, 1993),
h. 205 26
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994), Cet. 17, h. 210 27
Muzayyin arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:
PT Golden Terayon Press, 1991), Cet. II, h. 1.
24
tersebut terwujud oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama
sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif, dan
perilaku keagamaan sebagai unsur konatif. Jadi sikap keagamaan merupakan
integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta
tindak keagamaan dalam diri seseorang.28
Islam sebagai suatu sistem yang menyeluruh, maka keagamaan dalam
Islam bukan hanya diwujudan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam
bentuk aktifitas lainnya. Oleh karena itu Islam mendorong pemeluknya untuk
beragama secara menyeluruh pula. Firman Allah:
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Keagamaan
Bentuk sikap keagamaan seseorang dapat dilihat seberapa jauh
keterikatan komponen kognisi, afektif, dan konasi seseorang dengan masalah-
masalah yang menyangkut agama. Hubungan tersebut jelasnya tidak
ditentukan oleh hubungan sesaat melainkan sebagai hubungan proses, sebab
pembentukan sikap melalui hasil belajar dan interaksi dan pengalaman. Dan
pembentukan sikap itu sendiri ternyata tidak semata-mata tergantung pada
satu faktor saja, tetapi antara faktor internal dan faktor eksternal keduanya
saling berkaitan. Dalam kajian psikologi agama disebutkan adanya potensi
beragama pada diri manusia. Manusia adalah homo religious (makhluk
beragama). Namun untuk menjadikan manusia yang memiliki sikap
keagamaan, maka potensi tersebut memerlukan bimbingan, pengembangan
dari lingkunganya. Dari lingkungannya pulalah seseorang mengenal nilai-nilai
dan norma-norma yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.
Sikap keagamaan terbentuk oleh dua faktor yakni faktor intern dan
faktor ekstern.
28
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Edis Revisi
h. 199.
25
i. Faktor Intern
Manusia adalah makhluk beragama (homo religius) karena manusia
sudah memiliki potensi beragama. Potensi tersebut bersumber dari faktor
intern manusia yang termuat dalam aspek kejiwaan manusia seperti naluri,
akal, perasaan maupun kehendak dan sebagainya.
Pada prinsipnya potensi-potensi manusia menurut pandangan Islam
tersimpul pada sifat-sifat Allah SWT (Asma’ul Husna) artinya–sebagai misal–
jika Allah bersifat Al-Ilmu (Maha Mengetahui) maka manusia pun memiliki
sifat-sifat tersebut. Dengan sifat tersebut manusia senantiasa berupaya untuk
mengetahui sesuatu, setelah manusia mendapat pengetahuan akan sesuatu,
maka barulah ia merasa puas. Jika tidak ia akan berusaha terus sampai pada
tujuan yang diinginkannya
ii. Faktor Ekstern
Manusia terdorong untuk beragama karena pengaruh ekstern atau luar
dirinya. Seperti rasa takut, rasa ketergantungan ataupun rasa bersalah.
Manusia juga dilengkapi potensi berupa kesiapan untuk menerima pengaruh
luar sehingga dirinya dapat dibentuk menjadi manusia yang memiliki perilaku
keagamaan. Pengaruh itu bisa didapatkan dari lingkungan keluarga, institusi
dan masyarakat.
C. Kerangka Berpikir
Manusia lahir tidak mengetahui sesuatu apapun, tetapi ia dianugerahi
oleh Allah SWT berupa panca indera, fikiran dan rasa sebagai modal untuk
menerima ilmu penetahuan, memiliki keterampilan dan memiliki sikap
tertentu melalui proses belajar.
Sebagaimana yang telah penulis kemukakan pada pembahasan
sebelumnya, bahwa pengertian majelis ta’lim adalah suatu wadah
berkumpulnya orang muslim guna menuntut ilmu agama Islam, yang
disertakan kegiatan yang dapat menggali potensi dan mengembangkan bakat
serta menambah pengetahuan dan wawasan para jamaahnya sehingga tumbuh
26
melekat pada diri jamaah sikap keagamaan yang baik. Walaupun majelis
ta’lim hanyalah lembaga nonformal akan tetapi peranan majelis ta’lim dalam
kehidupan masyarakat sangatlah penting, terutama bagi mereka yang
semenjak kecil hingga dewasa belum mendapatkan pengetahuan keagamaan
yang baik.
Dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di majelis ta’lim sering
kali tidak hanya terfokus kepada penyampaian materi, bahkan dapat berupa
sarana pembiasaan pengajaran agama seperti mengadakan santunan bagi kaum
dhuafa, yatim piatu, menjenguk orang sakit serta banyak hal lain. Jika jamaah
senantiasa mengikuti kegiatan-kegiatan keagaamaan tersebut maka bukan
mustahil sikap keagamaan akan melekat pada diri mereka.
Pengajaran yang dilakukan oleh para ustad/ustadzah senantiasa
mengarahkan jamaah kepada aspek aqidah, ibadah yang diharapkan dapat
diaplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Walau tidak dapat dipungkiri bahwa
dalam kehidupan sehari-hari berbagai fenomena kehidupan yang seringkali
dapat membuat manusia melupakan hakikat akan keberadaanya di muka bumi
yaitu sebagai hamba yang harus taat terhadap perintah dan aturan dari Allah
SWT.
Pendidikan Islam merupakan kebutuhan manusia, karena sebagai
makhluk pedagogis manusia dilahirkan dengan membawa potensi dapat
dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, serta
pendukung dan pemegang kebudayaan
Pendidikan agama Islam diartikan sebagai suatu kegiatan yang
bertujuan membentuk manusia agamis dengan menanamkan akidah,
keimanan, amaliah dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk
menjadikan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan dengan harapan
agar setiap manusia (anak didik) dapat berperilaku, berfikir dan bersikap
sehari-hari dalam kehidupan sosial yang didasari dan dijiwai oleh agama.
Sikap keagamaan adalah suatu keadaan dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai kadar ketaatannya terhadap
27
agama. Maka sikap keagamaan tersebut akan terwujud oleh adanya
konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif,
perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif, dan perilaku keagamaan
sebagai unsur konatif. Jadi sikap keagamaan merupakan integrasi secara
kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindak keagamaan
dalam diri seseorang. Sehingga penanaman pendidikan agama Islam menjadi
keharusan bagi lembaga-lembaga kegamaan baik formal maupun non formal
seperti majelis ta’lim
Sikap timbul karena adanya stimulus, terbentuknya sikap banyak
dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan seperti
keluarga, norma, golongan, agama dan adat istiadat. Sikap seseorang tidak
selamanya tetap, ia dapat berkembang manakala mendapat pengaruh baik dari
dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan mengesankan.
Sikap yang dihasilkan oleh seseorang dalam menerima suatu hal dapat
berupa sikap yang positif dalam arti menerima, dan sikap negatif dalam arti ia
menolak. Jika peranan majelis ta’lim dalam membentuk sikap keagamaan
dapat dilaksankan dengan baik dan maksimal, maka akan menghasilkan suatu
sikap yang baik pula, namun sebaliknya jika peranan majelis ta’lim dalam
membentuk sikap keagamaan belum dapat berjalan dengan baik dan
maksimal, maka sikap keagamaan yang diharapkan tidak dapat tertanam
dengan baik pada diri jamaah.
Keberadaan majelis ta’lim sebagai salah satu lembaga pendidikan non
formal yang merupakan salah satu alternatif untuk menangkal pengaruh
negatif terhadap keagamaan. Disamping itu majelis ta’lim sebagai tempat
pendidikan agama berlangsung, yang merupakan sarana efektif untuk
membina dan mengembangkan ajaran agama Islam dalam upaya membentuk
manusia yang bertakwa kepada Allah SWT
Dari uraian di atas, maka diduga terdapat hubungan positif serta
signifika antara peranan mejelis ta’lim dan membina sikap keagamaan kaum
ibu.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksankan di Jl. Daan mogot KM 12,8 Gang Sahabat RT
12/13 Cengkateng Timur. Majelis ta’lim ini penulis pilih karena majelis ta’lim
Ad-Dawatul Islami merupakan majelis ta’lim ibu-ibu pertama yang ada di
daerah Cengkareng Timur serta pelopor berdirinya majelis ta’lim gabungan
sebanyak 30 majelis ta’lim, yang pasti memberikan kontribusi yang sangat
banyak terhadap sikap keagamaan jamaah bahkan lebih luas lagi.
Adapun waktu yang diperlukan dalam kegiatan penelitian ini dimulai
dari 13 September sampai dengan 20 Oktober 2010.
B. Metode Penelitian
Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta, serta informasi yang
akan mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini,
tentang bagaimana pendidikan agama Islam yang diterapkan majelis ta’lim
gabungan kaum ibu (MTGKI) ad Da'watul Islami dalam membentukan sikap
keagamaan para jamaahnya di lingkungan RT 13/12 Kelurahan Sahabat
Kecamatan Cengkareng Timur Jakarta Barat., penulis menggunakan metode
29
“Deskriptif Analisis”, melalui penelitian lapangan (field reseach) dan
penelitian kepustakaan (library reaseach).1
1. Jenis penelitian lapangan dimaksud agar dapat diperoleh fakta, data, dan
informasi yang lebih obyektif dan akurat mengenai bagaimana peranan
majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami dalam membina sikap keagamaan
jamaah di lingkungan RT 13/12 Kelurahan Sahabat kecamatan
Cengkareng Barat Jakarta Barat.
2. Penelitian kepustakaan penulis lakukan dengan mempelajari atau
menelaah dan mengkaji buku yang erat kaitannya dengan masalah yang
akan dibahas, yaitu bagaimana pendidikan agama Islam majelis ta’lim ad-
Da’watul Islami dalam membina sikap keagamaan jamaah di lingkungan
RT 13/12 Kelurahan Sahabat kecamatan Cengkareng Timur Jakarta Barat.
C. Populasi dan Sampel
1.Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.2 Populasi dalam
penelitian ini populasinya adalah seluruh jamaah yang tergabung kedalam
pengajian majelis ta’lim ad-da-watul Islami yang dilaksanakan setiap satu
bulan sekali yang berjumlah 160 jamaah.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil yang diambil dari populasi.3
Karena populasinya berjumlah berjumlah 160 Jamaah, maka penulis
mengambil sample sebanyak 25 % yaitu sebanyak 40 jama’ah. Teknik yang
penulis gunakan adalah teknik random sampling.
1 Muhamad Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 99
2 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rinike
Cipta, 1998), Cet. 11, h. 55 3 Suharsini Arikunto, Prosedur..., .h. 56
30
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan dalam penelitian
sebagai alat pengumpulan data. Instrumen penelitian yang digunakan untuk
memperoleh data mengenai permasalahan yang dihadapi majelis ta’lim ad-
dawatul Islami dalam menanamkan sikap keagamaan pada penelitian kali ini
dibuat dalam bentuk non-test yaitu dengan menggunakan angket. Angket ini
dibuat dalam bentuk quisioner yang diperuntukan kepada orang tua.
Kemudian instrument non-test dalam bentuk wawancara diperuntukan
kepada ketua majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami untuk mendapatkan informasi
mengenai keadaan jama’ah.
Tabel 1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Peranan Majelis Ta’lim Gabungan Kaum Ibu (MTGKI) Ad-dawatul Islami
Dalam Membina Sikap Keagamaan Jama'ah
No Variabel Dimensi Indikator No. Soal
1 Peranan
majelis ta’lim
Ad-dawatul
Islami
Motivasi
dalam
mengikuti
pengajian
Frekuensi
mengikuti
kegiatan
pengajian
Dorongan
untuk
mengikuti
pengajian
majelis ta’lim
Ad-Da’watul
Islami
Keaktifan
mengikuti
pengajian
majelis ta’lim
Ad-Da’watul
Islami
1,3,4,
2,5,6,7,8
31
2 Membina
Sikap
Keagamaan
Akidah
Ibadah
Aktivitas
sosial
Mengimani
rukun iman
Menanamkan
kewajiban
menjalankan
perintah Allah
seperti shalat,
Puasa dan
menunaikan
zakat, membaca
al-Qur’an
Mengucapkan
salam
Menanamkan
sikap minta
maaf
Menanamkan
prilaku jujur
setiap
perkataan dan
perbuatan
9,10,11,12,13
,14,15,16,17
17,
18
19
20
E. Tekhnik Pengumpulan Data
Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Untuk
mencapai tujuan maka dalam penelitian ini penulis menggunakan riset
kepustakaan dan riset lapangan.
32
Riset kepustakaan (library research) adalah penelitian dengan
membaca, dan menelaah buku-buku, tulisan-tulisan yang ada kaitannya
dengan variabel yang diteliti, dan riset lapangan (field research) adalah
penelitian dengan mencari dan menyimpulkan informasi dan data tentang
masalah yang diteliti ke objek penelitian yaitu ke pengurus MTGKI Ad-
Da’watul Islami.
Untuk memperoleh data dari penelitian lapangan, peneliti
menggunakan tekhnik-tekhnik pengumpulan data berupa observasi,
wawancara, dokumentasi dan penyebaran angket.
1. Observasi, adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematik terhadap
fenomena-fenomena yang diselidiki atau yang sedang dijadikan sasaran.
Tekhnik ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang sarana dan
prasarana yang berkaitan dengan kegiatan pengajaran pendidikan agama
Islam di MTGKI Ad-Da’watul Islami.
2. Wawancara, yakni tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk
memperoleh data yang lebih mendalam.
3. Dokumentasi, yakni penulis memperoleh data-data yang diperlukan
dalam penelitian ini yang didapatkan dari pengurus MTGKI Ad-Da’watul
Islami.
4. Angket, yakni sejumlah pertanyaan yang disusun secara tertulis mengenai
sesuatu yang berkaitan dengan penelitian. Pertanyaan yang terdapat di
dalam angket adalah mengenai sikap keagamaan
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data.
1 Teknik Pengolahan data
Untuk mengolah data-data yang terkumpul dalam penelitian ini,
penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing
33
Dalam pengolahan data, yang pertama kali dilakukan adalah
melakukan edit data sehingga hanya data yang tepakai saja yang ada. Langkah
editing ini bermaksud merapikan data agar bersih, rapi dan langsung
melakukan langkah selanjutnya.
b. Skoring
Untuk menentukan skorsing semua pertanyaan angket akan
ditabulasikan dengan skor nilai setiap itemnya, dengan cara jawaban yang
berupa huruf akan dirubah menjadi nilai angka, yaitu sebagai berikut :
Tabel.2
Pengukuran Instrumen
Pilihan Jawaban A B C D
Pertanyaan + 4 3 2 1
- 1 2 3 4
c. Tabulating
Yaitu mentabulasi data jawaban yang telah diberikan kedalam bentuk
tabel, untuk kemudian diketahui hasil perhitungannya.
2. Teknik Analisis Data
Data yang berasal dari kepustakaan digunakan sebagai rumusan teori
yang dijadikan pedoman penulis untuk penelitian lapangan. Adapun data yang
berasal dari obsevasi, wawancara, angket dan skala sikap dianalisis dengan
menggunakan tekhnik deskriptif analisis. Deskriptif analisis yakni
menggambarkan apa adanya, kemudian dianalisis. Untuk mempermudah
menganalisis data, maka terlebih dahulu ditabulasikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi relatif. Secara operasional teknik analisis data ini
dilakukan dengan langkah-langkah berikut
34
1). Memperoleh nilai frekuensi atas jawaban responden terhadap angket
dengan menggunakan rumus:
P=F X 100%
N
Keterengan:
P : Angka prosentase
F : Adalah Frekwensi yang dicari prosentasenya
N= Number of cases 4
Dalam hal ini, jenis distribusi frekuensi yang digunakan adalah jenis
distribusi frekuensi prosentase 5
Tabel 3
Penafsiran Prosentasi
No Prosentase Penafsiran
1
2
3
4
5
6
7
8
9
100%
90-99%
60-89%
51-59%
50%
40-49%
10-39%
1-9%
0%
Seluruhnya
Hampir seluruhnya
Sebagian besar
Lebih dari setengah
Setengahnya
Hampir setengahnya
Sebagian kecil
Sedikit sekali
Tidak sama sekali
4 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005), h. 43 5 Bambang Soepeno, Statistik Terapan (Dalam Ilmu-Ilmu Sosial Dan Pendidikan),
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), Cet I., h 14
35
BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Sejarah berdirinya Majelis Ta’lim Gabungan Dan Tujuan Majlis Taklim
Ad-Da’watul Islami
Pada awalnya majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami hanyalah sebuah
pengajian biasa yang mulai dirintis pada tahun 1982. pada saat itu pengajian
tersebut belum memiliki nama, pelaksanaannya pun masih dilakukan di ruang
belakang rumah bapak H.Muhammad Nur. beliaulah yang pertama merintis
pengajian tersebut. gagasan bapak H.Muhammad Nur untuk mendirikan majelis
ta’lim dikarenakan beliau ingin membimbing masyarakat disekitarnya dalam
pendidikan dan pengajaran di bidang agama Islam dengan cara mengajarkan
kepada mereka dan menjelaskan tentang hukum-hukum Islam.
Majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami yang didirikan oleh H.Muhammad Nur
dalam rangka melaksanakan pendidikan agama Islam atau biasa dikenal dengan
istilah pengajian, memang dikhususkan untuk kaum bapak. Namun dalam
perkembangannya banyak sekali yang berminat dan bukan dari kaum bapak saja
tapi juga dari kalangan ibu-ibu. Akhirnya bapak H.Muhammad Nur mewariskan
kepemimpinannya kepada anaknya yaitu ibu Hj. Hasanah Nur, untuk memimpin
pengajian khususnya kaum ibu.
Menyadari akan tanggung jawab yang besar dan untuk meningkatkan
Ukhuwah Islami, maka kelompok-kelompok pengajian ibu-ibu di cengkareng
36
36
Jakarta barat membentuk wadah pengajian (majelis ta’lim) yang diberi nama
“Majelis Ta’lim Gabungan Kaum Ibu” pada tanggal 10 januari 2002,
disingkat (MTGKI).
Adapun maksud dan tujuan didirikannya majelis ta’lim gabungan kaum
ibu Ad-Da’watul Islami adalah untuk memajukan dan mengembangkan syiar
agama Islam baik ubudiyah maupun amaliyah, turut serta mencerdaskan
kehidupan umat Islam dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas
baik di tingkat Asean dan tingkat dunia, memelihara dan mengembangkan
semangat jiwa persatuan dan kesatuan diantara majelis ta’lim yang ada,
mempererat tali sillaturahmi dan mempertebal semangat kekeluargaan dengan
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT., dalam rangka
memajukan kesejahteraan majelis ta’lim, meningkatkan kualitas SDM (Sumber
Daya Manusia) para pengurus dan anggota majelis ta’lim untuk tampil dan
berperan dalam pembangunan bangsa negara dan agama.38
Tabel 4
Daftar Nama Majelis Ta’lim Gabungan Kaum Ibu (MTGKI) Ad-Da’watul
Islami
No Nama Majlis Taklim Ketua Alamat
1 Saadatud Darwin Hj.Siti Maimunah Pegadungan
2 Baitul Ghoni Sa’diyah Pedongkelan
3 Al Mu’awanah Hj.Azizah Dharmawanita
4 Nurul Islam Hj. Nafisah Pedongkelan
5 Nurul Ibad Mahdah Jembatan
Gantung
6 Uswatun Hasanah Hj. Muzainah Basmol
7 Hidayatul Khoiriah Hj. Titin M Cengkareng
8 As-Sidiqiyah Hj. Siti Maja
9 Al- Barokah Hj. Sarmanih Pedongkelan
10 Raudhatul Jannah Hj. Nurlaelah Pedongkelan
11 Nurul Huda Hj. Fatimah Cengkareng
12 Al-Ma’mur Mudriah Kalideres
13 Al- Nursyalin Hj. Komariah Kampung Bali
14 Al-Istiqomah Hj. Neneng Pejagalan
38
Basu Swastha dan Ibnu Sukadjo, Pengantar Bisnis Modern, (Yogyakarta: Liberti, 1993),
cet. Ke-3, h. 92.
37
37
Hasanah
15 Al-Fitroh Hj. Dahlia Tanjung Pura
16 At-Taqwa Aslamiah Pedongkelan
17 Khairun Nisa 1 Hasunah Pegadungan
18 Khairun Nisa 2 Hj. Maesaroh Cengkareng
19 Da’watul Islami Hj. Hasanah Nur Sahabat
20 Al-Munawaroh Siti Fatimah Maja
21 Al-Mansuriyah Nur Hidayah Kalideres
22 Raudatul Umahat Nuri Maulidia Pegadungan
23 Al-Muttaqien Hj. Fatonah Jembatan
Gantung
24 Sa-Adatul Doroin Hj, Syarifah Utan Jati
25 Hidayatun Nisa Hj. Wahidah Pejagalan
26 As-Syuhada Hj. Nahrum Kojan
27 Al-Jamiah HJ. Halimatu
Sa’diyah
Kojan
28 Barokah Hj. Suryanih Cengkareng
29 An-Nur 1 I’anah Pegadungan
30 An-Nur 2 Rohani Ridwan Kojan
2. Kondisi Tenaga Pengajar
Melihat perkembanagan majlis taklim ini menurut pengurusnya sudah
lebih baik dari sebelumnya, pada tahun pertama berdiri jamaah yang mengaji
hanya sekitar 10 orang. kini telah memiliki jamaah 1000 orang dari keseluruhan
.jumlah majelis ta’lim yang ada di bawah naungan majelis ta’lim gabungan kaum
ibu (MTGKI) Ad-Da’watul Islami. Jamaah tersebut bukan hanya dari warga RT
12/13 Cengkareng Timur saja, tapi juga dari luar Cengkareng Timur seperti
wilayah Jakarta Barat sekitarnya sedangkan jumlah pengajar utama langsung
dipimpin oleh ibu Hj. Hasanah Nur dan dibantu oleh 10 orang tenaga pengajar
lainnya.
3. Sarana dan Prasarna
Sarana merupakan komponen dari pendidikan yang sangat mendukung
untuk berhasilnya suatu pendidikan. menurut data yang penulis peroleh dari
observasi di majlis taklim Ad-Da’watul Islami memiliki sarana dan
prasarana.yang memadai yang mendukung proses kegiatan belajar mengajar
diantaranya yaitu alat tulis, lemari, white Board dan Aula.
38
38
4. Materi dan Metode
Materi yang dikaji dimajelis ta’lim Ad-Dawatul Islami adalah
pengetahuan dasar ajaran agama seperti belajar membaca Al-qur’an (Tajwid),
Tafsir, Tauhid, Fiqih dan Akhlak diberikan dalam Pidato mubaligh yang kadang-
kadang dilengkapi dengan tanya jawab.
Sedangkan metode yang digunakan di majelis ta’lim adwatul islamiyah
adalah, Ceramah, karena metode ini dapat menjaring banyak audiens dan
penyampaiannya sangat simple. Metode lain yang mereka gunakan adalah metode
tanya jawab dan penugasan.
Namun demikian, didalam majelis ta’lim ini tidak menutup kemungkinan
metode-metode lain tetap mereka gunakan dan disesuaikan dengan materi yang
diberikan.
5. Struktur Organisasi dan Pengelolaan majlis taklim Ad-Da’watul Islami
Majelis ta’lim adalah pendidikan non formal dan agar majelis ta’lim ini
dapat berjakan dengan baik maka dibentuklah kepengurusan yang mengatur
jalanya kegiatan dimajelis ta’lim. adapun kepengurusan di majelis ta’lim ad-
Dawatul Islami sebagai berikut:
Pembina : Hj Hasanah Noer
Ketua : Hj Sarmanih
Wakil Ketua : Hj. Dahaliah
Sekretaris : Maimunah
Bendahara I : Siti Rodiyah
Bendahara II : Suryanih
39
39
Struktur Organisasi
Majelis Ta’lim Gabungan Kaum Ibu (MTGKI) Ad-Da’watul Islami
Pengurus-pengurus inilah yang mengatur jalannya kegiatan yang ada di
majlis taklim ad-da’watul Islami sehingga kegiatan yang ada di majlis taklim
dapat berjalan dengan baik dan keberadaan majelis ta’lim tersebut tetap eksis dan
berkembang dari tahun ke tahun.
Kegiatan di majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami ini diselenggarakan 2x
seminggu yaitu hari senin dan rabu siang. selain itu juga diadakan pengajian
bulanan, yang diisi oleh ustdzah dari luar dan juga pengajian tahunan, yaitu
keliling dari masing-masing majelis ta’lim disamping untuk menggalang
ukhuwah Islamiyah sesama muslim juga merupakan suatu kiat untuk menarik
anggota baru untuk mengaji dan berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan.
Sebagai organisasi kemasyarakatan yang mengemban tugas pembinaan
terhadap kaum ibu khususnya di lingkungan Daan Mogot KM 12,8 Gang Sahabat
RT 12/13 Cengkareng Timur Jakarta Barat. majelis ta’lim gabungan kaum ibu ad-
da’wadul Islami memiliki kegiatan yang sengaja dirancang para pengurusnya
untuk menjawab kebutuhan jamaah. Kegiatan tersebut meliputi hal-hal sebagai
berikut:
Pembina
Ketua
Sekertaris Bendahara Wakil
Jama’ah
40
40
a. Santunan anak yatim 3 bulan sekali dan dhuafa
b. Studi tour dakwah 2 tahun sekali. kegiatan ini dirancang untuk
menambah wawasan para ibu-ibu dengan cara mengunjungi pondok
pesantren dan studi perbandingan serta bertukar pikiran dengan
sesama kaum ibu mengenai berbagai persoalan yang mereka hadapi
dan cara-cara pemecahannya.
c. Kegiatan-kegiatan lain dalam bidang keagamaan yang bersifat
ukhuwah Islamiyah yang secara rutin diadakan adalah memperingati
hari-hari besar seperti maulid Nabi, Isra’Mi’raj, MTQ, shalawat dan
qasidah.
B. Deskriptif Data
Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya salah satu tekhnik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan observasi, wawancara, dan penyebaran angket yang telah
disebarkan kepada jama’ah majelis ta’lim ad-Da’watul Islami.
Data yang diperoleh kemudian di analisa dengan menggunakan distribusi
frekuensi dan menghitung prosentase sebagai alternatif jawaban dari instrument
yang telah dijawab oleh responden. Adapun sampel yang menjadi responden
dalam penelitian ini sebanyak 40 orang yang penentuannya dilakukan secara
random sampling.
41
41
1. Kegiatan keagamaan majelis ta’lim
Tabel 5
Keberadaan Majlis Taklim Ad-Da’watul Islami
No Kategori Jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Sangat Penting
B. Penting
C. Kurang Penting
D. Tidak Penting
35
5
0
0
78,5 %
12.5 %
0 %
0 %
Jawaban 40 100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ibu-ibu menganggap sangat
penting adanya majelis ta’lim Ad-dawatul Islami sebanyak (78,5%), yang
menyatakan penting sebanyak (12,5%). Menyatakan Kurang Penting sebanyak
(0%) dan tidak penting sebanyak (0%)
Berdasarkan atas jawaban responden tersebut, dapat dikatahui bahwa ibu-
ibu menganggap sangat penting dengan adanya majelis ta’lim Ad-dawatul Islami.
Hal ini terbukti dari jawaban responden yang lebih banyak menjawab sangat
penting sebanyak 78,5%.
Tabel 6
Keaktifan Mengikuti Pengajian
No Kategori Jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
30
5
5
0
75 %
12.5 %
12,5 %
0 %
Jawaban 40 100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, (75%) ibu-ibu selalu senantiasa
mengikuti pengajian di majelis ta’lim ad-dawatul Islami,(12,5%) ibu-ibu sering
mengikuti pengajian yang diadakan di majlis taklim ad-dawatul Islami, kemudian
42
42
(12,5%) ibu-ibu menyatakan kadang-kadang mengikuti pengajian yang diadakan
di majelis ta’lim ad-dawatul Islami, selanjutnya (0%) ibu-ibu menyatakan tidak
pernah mengikuti pengajian yang diadakan di majelis ta’lim ad-dawatul Islami.
Berdasarkan atas jawaban responden tersebut, dapat dikatahui bahwa
bahwa ibu-ibu selalu mengikuti pengajian yang diadakan di majelis ta’lim ad-
dawatul Islami dengan jawaban responden sebagian besar menjawab selalu
sebanyak (75%). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan yang diadakan oleh
majelis ta’lim ad-dawatul Islami menimbulkan daya tarik bagi jamaah sehingga
sebagian besar jamaah sering menghadiri kegiatan di majelis ta’lim tersebut.
Tabel 7
Motivasi Mengikuti Pengajian
No Kategori Jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Atas kemauan sendiri
B. Ajakan teman/pengurus
C. Iseng-iseng
D. Ikut-ikutan
33
7
0
0
82,5 %
17,5 %
0 %
0 %
Jawaban 40 100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa (82,5%) motivasi ibu-ibu
mengikuti pengajian atas kemauan sendiri, selanjutnya (17,5%) motivasi ibu-ibu
mengikuti pengajian di majelis ta’lim Da-Da’watul Islami atas ajakan teman atau
pengurus, kemudian (0%) motivasi ibu-ibu mengikuti pengajian di majelis ta’lim
Ad-Da’watul Islami hanya iseng-iseng saja, kemudian (0%) motivasi ibu-ibu
mengikuti pengajian hanya ikut-ikutan saja.
Berdasarkan atas jawaban responden tersebut, dapat dikatahui bahwa
motivasi ibu-ibu mengikuti pengajian di majelis ta’lim ad-dawatul Islami atas
kemauan sendiri. Ini terbukti dari jawaban responden yang lebih banyak
menjawab atas kemauan sendiri sebanyak 82,5%.
43
43
Tabel 8
Alasan Bergabung Di Majelis Ta’lim Ad-Dawatul Islami
No Kategori Jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Menambah pengetahuan agama
B. Memperbanyak teman
C. Mengisi waktu luang
D. Iseng-iseng
37
3
0
0
92,5 %
7,5 %
0 %
0 %
Jawaban 40 100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa(92,5%) alasan ibu-ibu bergabung
di majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami untuk menambah pengetahuan agama,
selanjutnya, (7,5%) alasan ibu-ibu bergabung di majelis ta’lim ad-dawatul Islami
untuk menambah teman, kemudian (0%) alasan ibu-ibu bergabung di majelis
ta’lim ad-dawatul Islami untuk mengisi waktu luang, kemudian (0%) alasan ibu-
ibu bergabung di majelis ta’lim ad-dawatul Islami hanya iseng-iseng saja.
Berdasarkan atas jawaban responden tersebut, dapat dikatahui bahwa
alasan ibu-ibu bergabung di majelis ta’lim ad-dawatul Islami untuk menambah
pengetahuann agama. Hal ini terbukti dari jawaban responden yang lebih banyak
menjawab menambah pengetahuan agama sebanyak 92,5%.
Tabel 9
Pengetahuan Bertambah Setelah Mengikuti Pengajian
No Kategori Jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Sangat bertambah
B. Cukup bertambah
C. Kurang bertambah
D. Tidak bertambah
30
10
0
0
75 %
25 %
0 %
0 %
Jawaban 40 100 %
44
44
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa (75%) pengetahuan ibu-ibu
sangat bertambah setelah mengikuti pengajian, selanjutnya (25%) pengetahuan
ibu-ibu cukup bertambah setelah mengikuti pengajian, kemudian (0%)
pengetahuan ibu-ibu kurang bertambah setelah mengikuti pengajian, selanjutnya
(0%) pengetahuan ibu-ibu tidak bertambah setelah mengikuti pengajian.
Berdasarkan atas jawaban responden tersebut, dapat dikatahui bahwa
pengetahuan ibu-ibu sangat bertambah setelah mengikuti pengajian baik. hal ini
terbukti dari jawaban responden yang lebih banyak menjawab sangat bertambah
sebanyak 75%.
Tabel 10
Cara Penyampaian Materi
No Kategori Jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Sangat sistematis sehingga mudah
dipahami
B. Cukup sederhana
C. Berbelit-belit sehingga sukar
dipahami
D. Tidak Menarik
36
4
0
0
90%
10%
0 %
0 %
Jawaban 40 100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa(90%) ibu-ibu menyatakan cara
penyampaian materi pengajian di majelis ta’lim Ad-Dawatul Islami sangat
sistematis sehingga mudah dipahami, kemudian (10%) ibu-ibu menyatakan cara
penyampaian materi pngajian di majelis ta’lim Ad-Dawatul Islami cukup
sederhana, selanjutnya (0%), ibu-ibu menyatakan cara penyampaian materi
pngajian di majelis ta’lim Ad-Dawatul Islami berbelit-belit sehingga sukar
dipahami, dan (0%) ibu-ibu menyatakan cara penyampaian materi pngajian di
majelis ta’lim Ad-Dawatul Islami tidak menarik.
Berdasarkan atas jawaban responden tersebut, dapat dikatahui bahwa cara
penyampaian materi pngajian di majelis ta’lim Ad-Dawatul Islami sangat
45
45
sistematis sehingga mudah dipahami. Hal ini terbukti dari jawaban responden
sebanyak 90%.
Tabel 11
Pengamalan Ilmu Dalam Kehidupan Sehari-Hari
No Kategori Jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
32
7
0
0
80%
17,5 %
0 %
0 %
Jawaban 40 100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa (80%) ibu-ibu selalu
mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, kemudian (17,5%)
ibu-ibu sering mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari,
selanjutnya (0%) ibu-ibu kadang-kadang mengamalkan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari, dan (0%) ibu-ibu tidak pernah mengamalkan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan atas jawaban responden tersebut, dapat dikatahui bahwa ibu-
ibu selalu mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
terbukti dari jawaban responden yang lebih banyak menjawab selalu sebanyak
80%.
46
46
Tabel 12
Peranan Majelis Ta’lim Ad-Da’watul Islami Dalam Membina Sikap
Keagamaan Jamaah
No Kategori Jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Sangat berperan
B. Cukup berperan
C. Kurang berperan
D. Tidak berperan
27
13
0
0
67,5 %
32.5 %
0 %
0 %
Jawaban 40 100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa (67,5%) ibu-ibu menyatakan
bahwa majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami sangat berperan, selanjutnya (32,5%)
ibu-ibu menyatakan bahwa majelis ta’lim ad-Da’watul Islami cukup berperan,
selanjutnya (0%) ibu-ibu menyatakan bahwa majelis ta’lim ad-da’watul Islami
kurang berperan, dan (0%) ibu-ibu menyatakan bahwa majelis ta’lim Ad-
Da’watul Islami tidak berperan.
Berdasarkan atas jawaban responden tersebut, dapat dikatahui bahwa
sebagaian besar ibu-ibu menjawab majelis ta’lim ad-da’watul Islami sangat
berperan. ini terbukti dari jawaban responden yang lebih banyak menjawab sangat
berperan sebanyak 67,5%.
47
47
2. Sikap keagamaan (Ibadah dan Akhlak)
Tabel 13
Menyakini Bahwa Allah SWT Pencipta Mutlak Alam Semesta
No Kategori Jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Sangat yakin
B. Yakin
C. Ragu-ragu
D. Tidak yakin
35
5
0
0
78,5 %
12.5 %
0 %
0 %
Jawaban 40 100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ibu-ibu yang meyakini dengan
sangat yakin bahwa Allah SWT sang pencipta mutlak alam semesta sebanyak
(78,5%), yang menyatakan yakin sebanyak (12,5%). Menyatakan bahwa ragu-
ragu dan tidak yakin sebanyak (0%)
Berdasarkan atas jawaban responden tersebut, dapat dikatahui bahwa
keyakianan bahwa Allah SWT sebagai pencipta mutlak alam semesta sangat baik.
ini terbukti dari jawaban responden yang lebih banyak menjawab haqul yakin
sebanyak 78,5%.
Tabel 14
Menyakini Bahwa Segala Sesuatu Yang Terjadi Di Alam Semesta Ini Adalah
Kehendak Allah SWT
No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Sangat yakin
B. Yakin
C. Ragu-ragu
D. Tidak yakin
37
3
0
0
92,5 %
7,5 %
0 %
0%
Jawaban 40 100 %
48
48
Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa (92,5%) ibu-ibu menyatakan
bahwa mereka menyakini dengan sangat yakin segala sesuatu yang terjadi di alam
semesta ini adalah kehendak Allah SWT, kemudian (7,5%) menyatakan yakin.
Kemudian (0%) menyatakan ragu-ragu serta (0%) ibu-ibu menjawab tidak yakin.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatahui bahwa ibu-ibu yang
dengan sangat meyakini segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini adalah
kehendak Allah SWT masih sangat baik. sebagaimana hasil jawaban responden
yang 92,5% sangat yakin, yang berarti keyakinan atau akidah yang melekat pada
diri mereka masih sangat kuat. Dengan begitu sikap agamis yang diharapkan
tumbuh setelah mengikuti pengajian akan mudah terealisai dalam diri mereka
nantinya.
Tabel 15
Menyakini Bahwa Setiap Perbuatan Manusia Akan Dicatat Oleh Malaikat
No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Sangat yakin
B. Yakin
C. Ragu-ragu
D. Tidak yakin
38
2
0
0
97,5 %
2,5 %
0 %
0 %
Jawaban 40 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (97,5%) responden
meyakini dengan sangat yakin setiap perbuiatan manusia akan dicatat oleh
malaikat. Kemudian (2,5%) menyatakan yakin bahwa setiap perbuatan manusia
akan dicatat oleh malaikat. Sedangkan responden yang menjawab ragu-ragu dan
tidak yakin sebanyak 0 %.
Dari jawaban responden di atas dapat diketahui bahwa responden sangat
meyakini bahwa setiap amal perbuatan manusia akan dicatat oleh malaikat. Hal
tersebut terbukti bahwa 97,5% responden menjawab sangat yakin. Dengan begitu
49
49
diharapkan manusia untuk berhati-hati dalam segala hal yang akan mereka
lakukan.
Tabel 16
Menyakini Bahwa Segala Amal Perbuatan Akan Dipertanggung Jawabkan Di
Akhirat kelak
No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Sangat yakin
B. Yakin
C. Ragu-ragu
D. Tidak yakin
31
9
0
0
77,5 %
22,5 %
0%
0 %
Jawaban 40 100 %
Pada tabel di atas dapat di ketahui bahwa (77,5%) ibu-ibu sangat yakini
bahwa segala amal perbuatan akan dipertanggung jawabkan di akherat kelak,
kemudian (22,5%) ibu-ibu menyatakan yakin, kemudian (10%), menyatakan
ragu-ragu, dan (0%) ibu-ibu menyatakan tidak yakin bahwa segala amal
perbuatan manusia akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
Dari jawaban responden di atas dapat penulis ketahui bahwa ibu-ibu
majlis taklim meyakini dengan sangat segala amal perbuatan manusia akan
dipertanggung jawabkan kelak di akhirat Hal ini dapat terlihat dari jawaban
responden yang lebih banyak menjawab sangat yakin yaitu sebanyak 77,5 %.
50
50
Tabel 17
Senantiasa Berusaha Untuk Menjalankan Segala Yang Diperintah Dan
Menjauhkan Larangan Allah SWT
No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
28
10
2
0
70 %
25 %
5 %
0 %
Jawaban 40 100 %
Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa (70%) ibu-ibu
menyatakan selalu senantiasa berusaha untuk menjalankan segala perintah Allah
dan menjauhi segala larangannya, selanjutnya (25%) menjawab sering, kemudian
(5%) menyatakan kadang-kadang dan (0%) menyatakan tidak pernah berusaha
untuk menjalankan perintah dan larangan Allah SWT.
Dari data responden diatas dapat diketahui bahwa ibu-ibu majlis taklim
senantiasa berusaha untuk selalu menjalankan perintah dan meninggalkan
larangan Allah SWT. Dengan senantiasa menjaga perbuatannya, manusia akan
terjaga keimanandan perbuatannya pun akan senantiasa merujuk pada al-Quran
dan sunnahnya
Tabel 18
Senantiasa Melaksanakan Shalat Wajib Tepat Pada Waktunya Setiap
Hari
No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
30
7
3
0
75%
17,5%
7,5%
0%
Jawaban 40 100 %
51
51
Berdasarkan data di atas dapat di ketahui bahwa (75%) ibu-ibu
menyatakan senantiasa selalu melaksanakan shalat wajib tepat pada waktunya
setiap hari. Kemudian (17,5%) ibu-ibu menyatakan sering sedangkan (7,5%) ibu-
ibu menyatakan kadang-kadang dan (0%) ibu-ibu menyatakan tidak pernah.
Dari jawaban responden di atas dapat diketahui bahwa ibu-ibu majelis
ta’lim yang sentiasa mengerjakan shalat wajib tepat pada waktunya setiap hari
masih sangat rendah. Hal tersebtu dibuktikan dengan pernyataan ibu-ibu yang
lebih banyak menjawab selalu sebanyak 75%.
Tabel 19
Kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan
No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
28
7
5
0
70 %
17,5 %
12,5 %
0%
Jawaban 40 100 %
Dari data responden di atas dapat di ketahui bahwa (70%) ibu-ibu
menyatakan selalu menjalankan ibadah puasa ramadhan, kemudian (17,5%) ibu-
ibu menyatakan sering, (12,5%) ibu-ibu menyatakan kadang-kadang dan (0%)
responden menyatakan tidak pernah.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa ibu-ibu majelis ta’lim ad-
Ad’awatul Islami selalu menjalankan puasa ramadhan. Hal ini dapat di lihat
dengan banyaknya orang tua yang menjawab sering yaitu 60 %.
52
52
Tabel 20
Senantiasa Mengeluarkan Zakat, Baik Zakat Fitrah Maupun Zakat Maal
No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
29
10
1
0
72,5 %
25 %
2,5%
0 %
Jawaban 40 100 %
Dari data di atas dapat di ketahui (72,5%) ibu-ibu menyatakan bahwa ibu-
ibu majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami selalu mengeluarkan zakat, baik zakat
fitrah maupun zakat maal. (25%) ibu-ibu menyatakan sering mengeluarkan zakat,
baik zakat fitrah maupun zakat maal, Akan tetapi (2,5%) ibu-ibu menyatakan
kadang-kadang dan (0%) menyatakan tidak pernah.
Berdasarkan fakta di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu-ibu
majlis taklim menjawab selalu mengeluarkan zakat, baik zakat fitrah maupun
zakat maal. Hal ini berarti Ibu-ibu majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami menyadari
bahwa di dalam hartanya ada hak orang lain yang harus diberikan.
Tabel 21
Senantiasa Membaca Al-Qur’an Setiap Hari
No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
22
15
3
0
55%
37,5%
7,5%
0%
Jawaban 40 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (55%) ibu-ibu menjawab
selalu membaca al-Qur’an setiap hari, selanjutnya (37,5%) responden menjawab
53
53
sering, kemudian (7,5%) responden menyatakan kadang-kadang dan (0%)
menyatakan tidak pernah.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa ibu-ibu majelis ta’lim adawatul
Islamiyah dalam hal membisakan diri untuk membaca al-qur’an setiap tergolong
baik . Hal ini dapat di ketahui dengan hasil jawaban ibu-ibu majelis ta’lim yang
sebagian besar menjawab sering sebanyak, 55%.
Tabel 22
Senantiasa Mengucapkan Salam Saat Berjumpa Dengan Orang Lain
No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-Kadang
D. Tidak Pernah
33
7
0
0
82,5 %
17,5 %
0 %
0 %
Jawaban 40 100 %
Dari data di atas menunjukan bahwa (82,5%) ibu-ibu menyatakan selalu
membiasakan diri menguncapkan salam saat berjumpa dengan orang lain.
Kemudian (17,5%) menyatakan sering, (0%) ibu-ibu menyatakan kadang-kadang
dan (0%) menyatakan tidak pernah membiasakan diri menguncapkan salam saat
berjumpa dengan orang lain
Setelah melihat jawaban responden di atas dapat diketahui bahwa ibu-ibu
yang membiasakan diri menguncapkan salam saat berjumpa dengan orang lain
tergolong baik. Hal ini dibuktikannya dengan jawaban responden yang lebih
banyak menjawab selalu yaitu (82,5%). Hal seperti ini merupakan salah satu dari
ciri sikap keagamaan seseorang.
54
54
Tabel 23
Sikap ketika melihat sesama jama’ah tertimpa musibah
No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-Kadang
D. Tidak Pernah
30
6
4
0
75 %
15%
10%
0%
Jawaban 40 100 %
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa (75%) menyatakan selalu
memberi dan meminta maaf saat melakukan kesalahan kepada orang lain, lalu
(15%) menyatakan sering, (10%) menyatakan kadang-kadang, serta (0%)
menyatakan tidak pernah memberi dan meminta maaf saat melakukan kesalahan
kepada orang lain.
Hal tersebut dapat diartikan bahwa ibu-ibu jama’ah majelis ta’lim Ad-
Da’watul Islami yang senantiasa membiasakan diri untuk memberi dan meminta
maaf saat melakukan kesalahan kepada orang lain digolongkan baik. Karena
sebagian besar responden menjawab sering sebanyak. 75 %.
Tabel 24
Sikap ketika melihat tetangga berselisih
No Kategori jawaban Frekuensi Porsentase %
1
2
3
4
A. Menasehati
B. Melarang
C. Membiarkan
D. Ikut Serta
26
10
4
0
65%
25 %
10 %
0%
Jawaban 40 100 %
Berdasarkan data di atas dapat di ketahui bahwa (65%) ibu-ibu jamaah
majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami selalu berusaha untuk menasehati, kemudian
55
55
(25%) ibu-ibu jama’ah majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami sering berusaha
melarang, selanjutnya (10%) ibu-ibu jama’ah majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami
membiarkan, (0%) ibu-ibu jama’ah majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami ikut serta
dalam perselisihan.
Melihat jawaban responden di atas dapat diketahui bahwa ibu-ibu majelis
ta’lim Ad-Da’watul selalu berusaha menasehati. Hal tersebut dibuktikan dengan
jawaban responden yang sebagaian besar menjawab selalu, yaitu 65%
A. Interpretasi Data
Sebagaimana penjelasan di atas, maka penulis dapat menjabarkan
Bagaiman pendidikan agama islam yang diterapkan majelis ta'lim gabungan kaum
ibu (MTGKI) ad Da'watul Islami dalam membentukan sikap agamis para
jama’ahnya di cengkareng jakarta barat secara rinci yaitu :
1. Peranan majlis takim Ad-Da’watul Islami dalam membina sikap keagamaan
jamaah
Majelis ta’lim adalah suatu wadah berkumpulnya orang muslim guna
menuntut ilmu agama Ialam, yang disertakan kegiatan yang dapat menggali
potensi dan mengembangkan bakat serta menambah pengetahuan dan wawasan
para jamaahnya.
Dalam Penelitian yang peneliti lakukan di majelis ta’lim Ad-Da’watul
Islami di wilayah Jl Daan Mogot KM. 12 Kleurahan Sahabat Kecamatan
Cengkareng Timur Jakarta Barat. Bersumber dari jawaban angket, wawancara dan
observasi dapat peneliti simpulkan bahwa peranan majelis ta’lim Ad-D’awatul
Islami dalam membina sikap keagamaan, memiliki peranan sangat penting. Hal
ini dapat dilihat dari jawaban responden sebagian besar menjawab 67,5%,
mengenai keberadaan majelis Ta’lim Ad-Da’watul Islami sebagian besar
responden menjawab sangat penting sebanyak 78,5%, hal tesebut dapat dilihat
dari keaktifan ibu-ibu dalam mengikuti pengajian sebagian besar responden
menjawab selalu sebanyak 75%, serta motivasi ibu-ibu dalam mengikuti
pengajian sebgaian besar responden menjawab atas kemauan sendiri sebanyak
56
56
82,5%. Begitu juga dengan alasan ibu-ibu bergabung di majelis ta’lim sebagaian
besar menjawab untuk menambah ilmu agama sebanyak 92,5%, begitu juga
dengan bertambahnya ilmu yang dihasilkan dari pengajian sebagian besar ibu-ibu
menjawab sangat bertambah sebanyak 75%,, selanjutnya mengenai penyampaian
materi sebagian besar ibu-ibu menajwab sangat sistematis sehingga mudah untuk
dipahami sebanyak 90%, kemudian mengamalkan ilmu pengatuhan dalam
kehidupan sehari-hari sebgaian besar responden menjawab selalu mengamalkan
ilmu yang didapat dari pengajian dalam kehidupan sehari-hari sebanyak 80%.
2. Memanamkan akidah yang baik dan kuat kepada Allah SWT.
Hal yang pertama Rasulullah SAW lakukan dalam mengawali dakwah
Islamiyahnya adalah menanamkan akidah yang kuat kepada pengikutnya.
Keyakinan kepada Allah SWT tercermin dari sikap patuh dan taat akan
pelaksanaan kewajiban dan berusaha meninggalkan larangan-Nya. Sehingga
manusia yang telah memiliki keyakinan kepada Allah SWT akan senantiasa
berhati-hati dalan segala tingkah lakunya.
Dalam hal ini, majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami merupakan lembaga
non formal yang senantiasa menyajikan materi-materi akidah guna
menanamkan keyakinan yang kuat kepada para jamaahnya.
Dalam penelitian yang penulis lakukan di lingkungan Majelis ta’lim
Ad-Da’watul Islami, bersumber dari jawaban angket, wawancara serta
pengamatan langsung diketahui bahwa tingkat pengetahuan jamaah tentang
akidah yang benar dan kuat relatif baik. Hal tersebut terbukti dari jawaban
hasil angket tentang meyakini bahwa Allah SWT pencipta mutlak alam
semesta sebagian besar ibu-ibu menjawab sangat yakin sebanyak 78,5%,
kemudian mengenai menyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi dialam
semesta ini adalah kehendak Allah SWT sebagian besar responden menjawab
sangat yakin sebanyak 92,5%. Selanjutnya mengenai meyakini bahwa setiap
amal perbuatan manusia akan dicatat oleh malaikat, sebagian besar responden
menjawab sangat yakin sebanyak 97,5%. Begitu juga dengan meyakini bahwa
57
57
segala amal perbuatan manusia akan dipertanggun jawabkan di akhirat kelak
sebagian besar responden menjawab sangat yakin, sebanyak 77,5%. Dan
senatiasa untuk berusaha menjalankan perintah Allah SWT sebagian besar
responden menjawab selalu sebanyak 70%. Jika mengacu pada hasil angket
tersebut, penulis dapat menyimpulkan jika penanaman akidah yang benar
telah merekat pada diri pribadi jamaah, maka sikap keagamaan akan baik.
3. Melaksanakan ibadah keseharian dengan benar dan sungguh-sungguh.
Mengerjakan ibadah merupakan kewajiban setiap individu muslim.
Bahkan Allah SWT telah menegaskan tempat bagi manusia yang taat adalah
surga dengan segala kenikmatan di dalamnya, sedangkan bagi orang yang
lalai dan tidak mengerjakan apa yang telah diperintahkan maka bagi mereka
siksa yang sangat pedih yaitu neraka.
Setelah tertanam akidah yang kuat, umat islam dituntut untuk
melaksanakan ibadah. Dalam Islam ibadah bukan hanya sekadar
menggugurkan kewajiban, tetapi juga merupakan latihan-latihan rohani yang
diperlukan manusia untuk menyeimbangkan daya-daya jasmani seseorang
sebagai bekal dalam memjalankan kehidupan di dunia. Semua ibadah dalam
islam seperti : shalat, puasa, zakat, dan haji bertujuan untuk membentuk ruh
manusia agar senantiasa tidak melupakan Tuhan, bahkan senantiasa merasa
dekat dengan-Nya.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di majelis ta’lim Ad-
Da’watul Islami diketahui bahwa para jamaah masih sangat memperhatikan
pelaksanaan ibadah dengan tepat waktu dan sunguh-sungguh. Hal tersebut
tergambar dari hasil jawaban responden dalam membisakan diri mereka
untuk mengerjakan shalat tepat pada waktunya sebagagian besar ibu-ibu
menjawab selalu sebanyak 75%, kemudian mengerjakan puasa sebagaian ibu-
ibu menjawab selalu sebanyak 70%. Selanjutnya mengeluarkan zakat lebih
banyak menjawab selalu sebanyak 72,5%. Kemudian membaca Al-quran
sebagian besar ibu-ibu menjawab selalu sebanyak 50%.
58
58
4. Sikap keagamaan dalam kehidupan sehari-hari
Segala sesuatu yang kita perbuat, pasti terdapat akibatnya. Entah
berdampak baik ataupun sebaliknya. Seseorang yang telah beranjak dewasa
seharusnya telah memiliki keasadaran tang tinggi pada diri mereka untuk
menjaga sikap terlebih dalam pengamalan ajaran agamanya.
Pengetahuan agama yang telah diperoleh, merupakan petunjuk jalan
hidup yang harus dilakuakn. Sehingga kehati-hatian dalam melaksanakan
perbuatan senantiasa ada agar terhindar dari norma agama yang akan
menjerumuskan manusia kedalam kebinasaan.
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, penulis mendapatkan
bahwa pengamalan sikap agamis pada diri ibu-ibu jamaah majelis ta’lim ad-
Da’watul Islami tergolong sangat baik. Hal tersebut terbukti dengan hasil
jawaban angket mengenai mengucapkan salam saat berjumpa dengan orang
lain sebagian besar ibu-ibu menjawab selalu, sebanyak 82,5%. Kemudian
senantiasa memberi dan meminta maaf saat melakukan kesalahan sebagian
besar ibu-ibu menjawab selalu sebanyak 75% dan mengenai senantiasa
berkata dan berlaku jujur sebagian besar responden menjawab selalu sebanyak
65%.
Berdasarkan analisis dan interpretasi data yang penulis ungkapkan
tersebut di atas, terbukti bahwa majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami mempunyai
peranan yang sangat penting dalam membina sikap keagamaan khususnya jamaah
bahkan masyarakat sekitar pada umumnya.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh rangkaian proses penelitian yang penulis lakukan, tentang
bagaimana peranan majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami dalam membina sikap
keagamaan jamaah Study kasus di lingkungan RT 13/12 Kelurahan Sahabat
kecamatan Cengkareng Barat Jakarta Barat, penulis dapat menyimpulkan
bahwa, majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami merupakan suatu lembaga yang
sangat berperan dalam membina sikap keagamaan ibu-ibu, melalui kegiatan
pengajian serta kegiatan-kegiatan yang lainnya yang telah diprogramkan baik
kegiatan yang bersifat rutinitas maupun kegiatan yang bersifat insidental
seperti tabligh akbar yang diadakan setiap setahun sekali, serta penyuluhan-
penyuluhan, bakti sosial dan santunan kepada yatim piatu serta meperingati
hari besar Islam. Hal ini dapat dibuktikan dengan jawaban angket yang disebar
bahwa sebagian besar responden menjawab sangat berperan dalam membina
sikap keagamaan jamaah, sehingga mereka mengalami peningkatan ilmu
pengetahuan agama. Keberhasilan ini disebabkan adanya dukungan pengurus
majlis taklim yang memberikan fasilitas yang dibutuhkan, memberikan
semangat dan motivasi kepada ibu-ibu, dan juga metode atau cara
penyampaian materi sebagian besar ibu-ibu menyatakan bahwa cara
penyampaian materi pengajian sangat sistematis dan mudah untuk dipahami.
Sehingga menumbuhkan semangat untuk terus menuntut ilmu, yang didasari
dengan ketululusan untuk menambah pengetahuan agama sehingga dapat
tertanam akidah dan ibadah yang baik dan tercermin sikap keberagamaan yang
baik.
60
B. Saran
Sebagaimana yang telah penulis ungkapkan pada bagian awal
penelitian, bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi
tentang bagaimana peranan majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami dalam
membina sikap keagamaan jamaah di lingkungan RT 13/12 Kelurahan
Sahabat Kecamatan Cengkareng Barat Jakarta Barat
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, ada beberapa hal
yang penulis sarankan untuk lebih meningkatkan peranan majelis ta’lim Ad-
Da’watul Islami agar jamaah (kaum ibu-ibu) lebih meningkatkan kesadaran
dan motivasi keberagamaanya dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut :
Buatlah daftar materi pengajian, agar materi yang nanti di sampaikan
oleh ustadzah terprogram secara sistematis. Bahkan dimungkinkan
untuk dibuatkan buku ringkasan materi untuk jamaah
Penyampaian materi dan yang menyampaikannya dilakukan dengan
cara bervariasi. Sehingga mengikuti pengajian adalah aktifitas yang
mengasikan. Seperti menghadirkan ustadzah dari luar daerah,
penggunaan gabungan metode saat menyampaikan materi dan yang
lainnya.
Aktifitas sosial yang sudah ada lebih ditingkatkan intensitas dan
efektifitasnya sehingga masyarakat sekitar bahkan yang lainnya benar-
benar dapat merasakan manfaat dari adanya majelis ta’lim Ad-
Da’watul Islami ini.
Memberikan penghargaan kepada jamaah yang senantisa hadir. Agar
motivasi untuk mengaji lebih meningkat.
61
ANGKET MENGENAI KEGIATAN KEAGAMAAN KAUM IBU DI
MAJELIS TA’LIM ADA’WATUL ISLAM
PETUNJUK PENGISIAN:
1. Bacalah Basmallah sebelum mengisi angket di bawah ini
2. Berilah tanda (X) dari salah satu alternatif jawaban a,b,c, atau d bila
sesuai dengan keadaanmu
3. Untuk kelengkapan data penelitian ini,saya mengharapkan jawaban
dapat terisi semua. Atas perhatian dan partisipasimya saya ucapkan
terima kasih.
Nama responden :
Usia responden :
1. Keberadan majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami
a. Sangat penting b. penting
c. Kurang penting d. Cukup penting
2. Keaktifan mengikuti pengajian
a. Selalu b. sering
c. Tidak pernah d. Kadang-kadang
3. Motivasi mengikuti pengajian
a. Atas kemauan sendiri b. Ajakan teman/pengurus
c. Iseng-iseng d. ikut-ikutan
4. Alasan bergabung di majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami
a. Menambah pengetahuan agama
b. Memperbanyak teman
c. Mengisi waktu luang
d. Iseng-iseng
5. Pengetahuan bertambah setelah mengikuti pengajian
a.Sangat bertambah b. Cukup bertambah
c. Kurang bertambah d. Tidak bertambah
6. Cara penyampaian materi
a. sangat sistematis sehingga mudah dipahami
b. Cukup sederhana
c. Berbelit-belit sehingga sukar dipahami
d. Tidak menarik
62
7. Pengamalan ilmu dalam kehidipan sehari-hari
a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
8. Peranan majelis ta’lim Ad-Da’watul Islami dalam membina sikap keagamaan
jamaah
a. sangat berperan b. Cukup berperan
c. Kurang berperan d. Tidak berperan
9. Menyakini bahwa Allah SWT pencipta mutlak alam semesta
a. Sangat yakin b. Yakin
c. Ragu-ragu d. Tidak yakin
10. Menyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini adalah
kehendak AllahSWT
a. Sangat yakin b. Yakin
c. Ragu-ragu d. Tidak yakin
ANGKET MENGENAI MEMBINA SIKAP KEAGAMAAN
1. Menyakini bahwa setiap perbuatan manusia akan dicatat malaikat
a. Sangat yakin b. Yakin
c. Ragu-ragu d. Tidak yakin
2. Menyakini bahwa segala amal perbuatan akan dipertanggung jawabkan di
akhirat kelak
a. Sangat yakin b. Yakin
c. Ragu-ragu d. Tidak yakin
3. Menyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini adalah
kehendak AllahSWT
a. Sangat yakin b. Yakin
c. Ragu-ragu d. Tidak yakin
4. Senantiasa berusaha untuk menjalankan segala yang diperintah dan
menjauhkan larangan Allah SWT
a. Selalu b. Sering
c. kadang-kadang d. Tidak pernah
5. Senantiasa melaksanakan shalat wajib tepat pada waktunya setiap hari
a. Selalu b. Sering
c. kadang-kadang d. Tidak pernah
63
6. Senantiasa menjalankan puasa Ramadhan
a. Selalu b. Sering
c. kadang-kadang d. Tidak pernah
7. Senantiasa mengeluarkan zakat baik zakat fitrah maupun maal
a. Selalu b. Sering
c. kadang-kadang d. Tidak pernah
8. Senantiasa membaca Al Quran setiap hari
a. Selalu b. Sering
c. kadang-kadang d. Tidak pernah
9. Senantiasa mengucapkan salam saat berjumpa dengan orang lain
a. Selalu b. Sering
c. kadang-kadang d. Tidak pernah
10. Sikat ketika melihat orang lain tertimpa musibah tertimpa musibah
a. Menolong dan menghiburnya
b. Melihat dan menjenguk
c. Mengucapkan rasa iba
d. Masa bodoh
11. Sikap ketika melihat tetangga berselisih
a. Menasehati b. Melarang
c. Membiarkan d. Ikut serta
64
Berita Wawancara
Nama : Ustz. Hj. Hasanah Noer
Jabatan : Pembina MTGKI
Tempat : Cengkareng Timur
Tanggal : 13 Oktober 2010
Waktu : 10.00 – 12.00 wib
1. Bagaimana sejarah awaal hingga didirikannya (MTGKI) ini dan apa
tujuannya?
Jawaban: Pada awalnya majelis ta’lim ini hanya sebuah pengajian biasa yang
didirikan pada tahun 1982 oleh bapak H. Mohammad Nur. Pada waktu itu
hanya dikhususkan untuk kaum bapak, tapi karena jumlah jamaahnya kian
hari kian bertambah, maka diadakanlah pula majelis ta’lim untuk kaum ibu
yang di pimpin oleh anaknya sendiri yaitu ibu Hj. Hasanah Nur
Adapun tujuan didirikannya MTGKI untuk memajukan dan
mengembangkan syiar agama Islam baik ubudiyah maupun amaliyah, serta
membantu pemerintah mewujudkan pendidikan dan kesejahteraan bagi
masyarakat.
2. Bagaimana perkembangan (MTGKI) dari sejak berdirinya hingga sekarang?
Jawaban: Perkembangannya sangat bagus, baik dari jumlah anggotanya
yang meningkat dari kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh MTGKI
jakarta barat selalu mendapatkan sambutan baik dari masyarakat terutama
anggota sehingga dapat berjalan dengan lancar
3. Apa saja bentuk-bentuk kegiatan keagamaan Islam yang dilaksanakan di
majelis ta’lim?
Jawaban: kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan MTGKI Ad-
Da’watul Islami adalah pengjian yang diadakan 2x minggu, pengajian
bulanan, pengajian keliling setahun sekali, program seminar, program latihan,
menyantuni anak yatim, kaum dhuafa, kunjungan ponpes dan tour
dakwah,program perluasan kegiatan majelis ta’lim, memperingati hari-hari
besar Islam dengan mengadakan lomba seperti : MTQ,Qasidah, Sholawat dan
sebagainya.
4. Bagaimana peran dan upaya MTGKI jakarta barat dalam meningkatkan
kualitas majelis ta;lim?
Jawaban: MTGKI merupakan forum untuk berkomunikasi di antara para
pengurus dan para guru majelis ta’lim, MTGKI menginginkan para
pengurus dan guru majelis ta’lim ini menjadi orang-orang yang kreatif,
terampil dan berpotensi tinggi sehingga dapat mengelola atau menjadikan
suatu majelis ta’lim yang bermanfaat bagi jamaahnya. MTGKI selalu
mengupayakan berbagai cara untuk meningkatkan kualitas majelis ta’lim
65
yaitu dengan mengadakan kegiatan yang mampu menambah wawasan dan
pengetahuan para guru, pengurus serta jamaahnya.
5. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pengajian tersebut (termasuk materi dan
materi)?
Jawaban: pengajian diadakan seminggu 2x yaitu hari senin pagi dan rabu
ba’da zhuhur, kegiatan hari senin difokuskan pada pemberian materi,seperti
akhlak, tauhid, fiqh, tafsir, sedangkan hari rabu ketermpilan baca Al-Qur’an
(tajwid). Sedangkan metode yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab dan
penugasan.
6. Bagaimana keadaan jamaah dan pengajar yang ada?
Jawaban: dari satu naungan MTGKI jamaah Ad-Da’watul Islami sekarang ini
ada sekitar 1000 orang dari 30 majelis ta’lim yang bergabung, mereka semua
memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda seperti : SD, SMP,
Madrasah tsanawiyah dan aliyah bahkan ada juga yang perguruan tinggi.
Sedangkan pengajar utama adalah saya sendiri (ibu Hj. Hasanah Nur) dan
dibantu oleh tenaga pengajar lainnya.
7. Bagaimana sikap ibu sebagai pimpinan dalam memberikan dorongan dan
motivasi kepada para ibu dalam menjalankan tugasnya?
Jawaban: saya selalu berusaha memotivasi mereka untuk selalu
bersemangat dalam menuntut ilmu, misalnya dengan melakukan
pendekatan-pendekatan persuasif dengan begitu akan tumbuh dalam diri
mereka rasa atau sikap keagamaan.
8. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap kegiatan keagamaan tersebut?
Jawaban: masyarakat di lingkungan cengkareng timur dan sekitarnya sangat
mendukung sekali terhadap kegiatan-kegiatan yang diadakan di majelis ta’lim
ini, mereka juga kadang-kadang ikut serta berpartisipasi baik dalam bentuk
moril maupun materil.
Interviwer Intervewee
Syahrul Mubarok Ibu Hj. Hasanah Noer
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Waeson Munawir, Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Pustaka
Progressif, 1997), Cet. 14.
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005).
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994),
Cet. II.
Bambang Soepeno, Statistik Terapan (Dalam Ilmu-Ilmu Sosial Dan Pendidikan),
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), Cet I.
Basu Swastha dan Ibnu Sukadjo, Pengantar Bisnis Modern, (Yogyakarta: Liberti,
1993), cet. Ke-3.
Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Surabaya: Al-Hidayah,
1998).
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, (ed), Majelis, Ensiklopedia Islam, (Jakarta:
Ichtiar Baru Van Haefe, 1994).
Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Difa
Publiser).
H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995). Cet. I.
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Edisi
Revisi.
Jamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam Atas
Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Cet. I.
Jujun Suniassumantri, Hindarkan Indoktrinasi, (Jakarta: Panjimas, 1989), cet. I.
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994), Cet. 17.
Michael Adryanto, Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1994), Cet. III.
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak Atau Budi Pekerti Dalam
Ibadah Dan Tasawuf, (Jakarta: CV.Karya Mulia, 2005).
Muhamad Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998).
Muslim Nurdin dkk.., Moral Dan Kognisi Islam, (Bandung: CV ALVABETA,
1993).
Muzayyin Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1991), Cet. II,.
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995),
Cet. 10.
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997).
Nurul Huda, Pedoman Majelis Taklim, (Jakarta: KODI DKI Jakarta, 1990), Cet.
II.
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),
Cet. I.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisis III.
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rinike Cipta, 1998), Cet. 11.
Tuti Alawiyah As, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim (Bandung:
MIZAN, 1997).
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1985).
Zuhairini, et. All., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet.
11.